Karakterisasi merupakan salah satu unsur dalam membangun sebuah karya fiksi, baik itu cerpen
atau novel. Pembuatan karakter tokoh yang baik akan menjadi salah satu penentu kualitas dari
karya fiksi tersebut.
Bagaimana membangun karakter tokoh cerita yang baik? Berikut adalah beberapa di antaranya:
1 Melalui ucapan-ucapan si tokoh
Ucapan si tokoh dalam menggambarkan karakternya. Orang yang sopan tentu berbeda
cara ngomongnya dengan orang yang bengal. Orang pemarah tentu beda cara
ngomongnya dengan orang yang penyabar. Demikian seterusnya.
2 Melalui pemberian nama
Dalam kehidupan nyata, nama seseorang memang tidak identik dengan sifat dan perilaku
orang tersebut. Tapi dalam dunia fiksi, kita bisa memberikan nama-nama tertentu untuk
memberikan kesan karakter yang berbeda-beda. Misalnya, nama Dewi cenderung
berkesan anggun dan keibuan. Sedangkan nama Susan cenderung berkesan centil dan
genit.Pemberian nama juga hendaknya disesuaikan dengan setting cerita dan karakter
etnis dari tokoh tersebut. Misalnya, aneh rasanya jika anda menceritakan seorang tokoh
yang beragama kristen, tapi dia bernama Abdullah. Atau anda menceritakan tentang
seorang tokoh yang ber-etnis sunda, dan sejak lahir hingga dewasa tinggal di Sukabumi,
tapi dia bernama Michael. Kalaupun anda harus memberikan nama yang seperti itu,
hendaknya anda memberikan penjelasan yang memadai mengenai hal itu (mengapa orang
sunda yang sejak lahir tinggal di Sukabumi bisa punya nama Michael, dan sebagainya)
3 Melalui diskripsi yang disampaikan oleh si penulis
Ini adalah cara yang cukup umum dan gampang. Contohnya: “Wina adalah gadis yang
amat penyabar, ia selalu memulai ucapannya dengan senyuman.”
4 Melalui pendapat tokoh-tokoh lainnya di dalam karya tersebut
Contoh:
Nia berkata, “Joko itu pelit banget deh. Masa udah ketahuan di dompetnya banyak duit,
dia masih bela-belian ngaku lagi bokek!”
5 Melalui sikap atau reaksi si tokoh terhadap kejadian tertentu
Contoh:
Ketika seorang anak memecahkan gelas, apa yang dilakukan ibunya? Dalam hal ini, kita
harus merumuskan dulu secara jelas, bagaimana karakter si ibu. Apakah dia pemarah,
penyabar, suka mencaci-maki, dan sebagainya.Jika yang kita ceritakan adalah seorang ibu
yang penyabar dan penuh pengertian, maka kita tentu tidak akan membuat kalimat yang
menceritakan bahwa si ibu marah besar lalu memaki-maki anaknya.
6 Atau cara-cara lain yang bisa memperkuat karakter seorang tokoh.
Tak ada salahnya jika anda memperkuat karakter seorang tokoh dengan “menempeli” dirinya
dengan hal-hal unik. Misalnya: Dulu saya pernah menulis sebuah karya fiksi, yang di dalamnya
terdapat tokoh Doni yang setiap omongannya selalu diakhiri dengan kata “kok” (walau kok-nya itu
tidak pas). Misalnya:
“Loe habis dari mana, kok?”
“Emang, kok. Dia memang suka gitu, kok. Gue aja ampe heran, kok.”
CATATAN:
Jangan sekali-lagi merusak karakter tokoh dengan hal-hal yang kontradiktif. Misalnya: Anda
menceritakan tentang tokoh Ali yang penyabar dan selalu santun dalam bicara. Namun dalam
sebuah bagian cerita, Anda membuat kalimat seperti ini:
Ali sangat terkejut mendengar cerita Hasan. Dadanya bergemuruh, mukanya merah, dan ia menatap
Hasan penuh kebencian. “Bajingan loe!” teriaknya dengan kasar.
Memang, kadang-kadang manusia bisa melakukan sesuatu yang tidak sejalan dengan karakternya.
Jika ini terjadi, anda pun harus menjelaskannya dengan gamblang. Misalnya, “Ali marah besar
karena ia sudah kehilangan batas kesabaran. Lagipula hari itu dia sedang stres berat.”
Semoga bermanfaat!
Memang, para penulis memiliki pengalaman yang berbeda satu sama lain, namun setidaknya
pengalaman tersebut dapat menjadi bahan pelajaran bagi penulis pemula. Dan walaupun setiap
orang mempunyai cara tersendiri dalam berkarya, berikut ini kiat dalam menuis novel menurut
Nugraha (dalam http://kh4bh4yh4n.multiply.com)
a) Menggali ide
Kita sebagai pemula dalam menulis, mungkin seringkali kebingungan mencari ide. Padahal, ide itu
bisa kita dapatkan dimanapun, kapanpun, dan tentang apapun. Yang penting jangan diam.
Pertama, cobalah melakukan sesuatu, karena adakalanya ide muncul ketika kita sedang melakukan
suatu aktifitas dan saya percaya akan hal itu. Walaupun, tak jarang ada yang mengatakan jika
penggalian ide sifatnya sangat personal dan seringkali berkaitan dengan pengalaman pribadi.
Yang pasti, ide itu tidak muncul dari langit. Dan hanya penulis yang produktif yang akan selalu
memiliki banyak ide untuk dituangkan ke dalam tulisan. Karena baginya tak ada hari dan waktu
tanpa ide yang dapat dibuat tulisan.
“Saya sendiri ketika menulis novel "Untukmu Ayu", idenya muncul takkala saya sedang
menghabiskan waktu saya di sebuah perkebunan teh di Bandung. Kemudian sesampainya di rumah,
saya langsung menuangkannya ke dalam tulisan”. (Nugraha, http://kh4bh4yh4n.multiply.com)
Kedua, perbanyaklah membaca. Apapun bentuk bacaannya. Bisa buku, majalah, Koran, tabloid, dan
lain-lain. Karena dengan banyak membaca akan menambah pengetahuan kita. Yang penting bacaan
itu bisa merangsang munculnya sebuah ide dan keinginan menulis.
“Hampir separuh kamar saya penuh dengan buku, mulai dari buku-buku politik, hukum,
komunikasi, hingga novel dan kumpulan cerpen. Bagi saya, buku adalah harta yang sangat berarti.
Bahkan, saya memiliki buku sastra terbitan tahun 1928 yang hingga kini masih terawat dengan
baik. Semua itu demi menambah pengetahuan saya dan bisa menjadi referensi saya dalam menulis.
Ingat! penulis yang baik adalah pembaca yang baik pula”. (Nugraha,
http://kh4bh4yh4n.multiply.com)
Terakhir, mulailah untuk mencoba mengamati sekitar kita. Karena bisa saja dengan mengamati
lingkungan di sekitar kamu, sebuah ide bisa muncul. Siapa tahu di sekitar kita ada sesuatu yang
menarik untuk dijadikan tulisan.
b) Menentukan tema
Setelah kamu mendapat ide, langkah selanjutnya adalah mencoba mengembangkan ide yang kamu
dapat menjadi sebuah tema tulisan. Misalnya kita mendapatkan sebuah ide tentang seorang gadis
dan kekasihnya, mungkin kita bisa mengembangkannya menjadi sebuah tema, seperti kegelisahan
si gadis karena kekasih pujaannya tak kunjung datang. Atau jika kita mendapatkan ide tentang ibu
dan anaknya, kamu bisa saja mengembangkannya menjadi sebuah tema, seperti kekecewaan ibu
karena nasihatnya selalu tidak dituruti oleh anaknya. Yang pasti, menentukan tema sangat penting
agar tulisan kita dapat lebih terarah dan tidak menyimpang dari ide awal.
c) Merumuskan masalah
Langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah. Dalam tahap ini, kita harus menentukan
permasalahan yang dihadapi oleh antar tokoh. Misalnya, ibu kecewa karena seringkali menasihati
anaknya, selalu tidak dituruti dan dibantah. Misalnya, anaknya tidak pernah menuruti dan sering
membantah nasihat ibunya karena pergaulannya yang salah dan nakal.
d) Tulislah sinopsis
Langkah ini menjadi penting bagi pemula dalam menulis. Berbeda dengan penulis yang sudah
berpengalaman. Mereka seringkali melupakan sinopsis. Sinopsis sebenarnya merupakan rangkuman
dari keseluruhan tulisan yang telah selesai dikerjakan. Tapi, untuk penulis pemula sinopsis dapat
menjadi panduan ketika hendak menulis.
Sudut pandang orang ketiga bisa dibedakan lagi menjadi Omniscient atau Limited. Kalau di
Omniscient Point of View, orang ketiga tersebut mengetahui semuanya tentang seluruh karakter
cerita, baik perasaannya atau pikirannya. Sedangkan yang Limited, orang ketiga itu hanya
mengetahui tentang beberapa karakter saja.
2. Detil Cerita
Beberapa kelemahan yang sering ditunjukkan oleh para penulis pemula adalah sedikitnya detil yang
digunakan untuk memperkuat cerita. Padahal walaupun sepele, detil berguna untuk menambah
kekuatan karakter ataupun memperkaya setting.
Cerita kita akan lebih nyata kalau dibantu dengan detil. Manusia memiliki berbagai macam indera.
Gunakan indera tersebut untuk membuat cerita kita nyata di mata pembaca, di telinga pembaca, di
lidah pembaca, di hidung pembaca, atau di kulit pembaca.
3. Teknik Penulisan
Sebuah kisah yang sesungguhnya menarik, di mata pembaca bisa menjadi kurang menarik atau
bahkan menjadi hambar, hanya karena teknik penulisan. Demikian juga cerita yang biasa-biasa saja
bisa menjadi sangat menarik, juga karena teknik penulisan.
Sebelum kita melanjutkan pembahasan mengenai diagram balon, ada baiknya kita mengetahui
mengenai konsep Mind Mapping. Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony
Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind map
memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral
tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita
miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk
mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan
percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain.
6. Drama yang Kuat
Penerbit Escaeva banyak sekali mendapatkan kiriman naskah fiksi bergenre fantasi. Gaya
penceritaan, tokoh sampai settingnya pun, walau berbeda nama, namun bisa dilihat kalau
terinspirasi oleh The Lord of The Rings, The Chronicles of Narnia, Harry Potter, Eragon, sampai
terinspirasi oleh game semacam Final Fantasy. Boleh-boleh saja bila kita terilhami karya-karya
yang sudah terkenal.
Bila dibaca, naskah yang masuk tersebut memiliki kelebihan, yaitu detail karakter dan setting-nya
yang cukup tajam, mulai dari penggunaan nama yang terdengar asing di telinga, nama ras, ciri-ciri
fisik, nama senjata, nama kota dll menunjukkan kalau penulisnya cukup banyak membaca karya
bergenre sejenis dan melakukan riset. Namun ada satu hal yang tidak dimiliki oleh naskah-naskah
yang masuk tersebut, sehingga menyebabkan naskah tersebut tidak bisa diterbitkan, yaitu “the
script is not selling the drama“.
“Selling The Drama”, sama seperti judul lagu yang dipopulerkan kelompok musik Live, adalah
elemen penting dalam penulisan fiksi. Bayangkan The Lords of The Rings tanpa konflik batin
Frodo, persahabatan antara Frodo-Sam atau kepribadian ganda Gollum, karya besar itu dijamin
hambar. Naskah fiksi fantasi yang hanya menggambarkan pahlawan tanpa cacat, berkelana dari satu
kota ke kota lain untuk menegakkan keadilan, melawan monster ini dan itu, yang wajahnya begini
dan begitu hanya akan menarik di awal kita membacanya. Setelah itu, kebosanan yang akan
menjadi milik naskah seperti ini.
Yang akan menarik pembaca tidak hanya karakter yang indah, atau detail, setting yang wah. Semua
itu tidak ada artinya bila tidak ada drama yang kuat. Selama kita bisa membuat drama yang kuat,
kita bisa memberi baju apapun untuknya. Ambil contoh sebuah cerita sederhana seperti perjalanan
hidup seseorang yang sukses, kemudian terhempas dan menderita, kemudian bersusah-payah
membersihkan namanya dan menggapai kembali kesuksesan setapak demi setapak. Di dalam baju
Romawi, cerita ini menjadi Gladiator. Sedangkan di dalam baju binatang menjadi The Lion King.
Atau di masa sekarang, cerita ini menjelma menjadi The Fugitive atau Enemy of The State. Di
dalam setting yang lebih maju lagi, cerita seperti ini menjadi sci-fi seperti The Minority Report.
Singkatnya, “Selling The Drama” tidak hanya harus dimiliki oleh naskah fiksi fantasi saja, namun
semua naskah fiksi harus memilikinya.
3. Tahap ketiga adalah membuat kerangka atau outline dengan memilih topik atau ide mana yang
akan kita gunakan.
Beberapa penulis fiksi melewatkan tahap ini, atau cukup dengan membuat kerangka di luar kepala,
mereka langsung menulis apa yang ada di kepalanya. Namun tidak semua orang bisa menulis
dengan cara ini. Sebaiknya kita tetap membuat kerangka atau outline ini supaya tulisan atau cerita
kita memiliki konsistensi dan alur yang baik. Kita akan dengan mudah melihat alur tulisan dengan
hanya membaca kerangka.
Ada beberapa hal yang perlu kita ingat dalam membuat pembukaan yaitu:
a. Menarik pembaca untuk membaca bagian berikutnya
b. Tidak bertele-tele
c. Mengenalkan tokoh utama dengan masalahnya
d. Dialog yang mencirikan tokoh utama
e. Deskripsi yang tidak monoton.
2. Inti cerita
Kalau kita sudah menemukan pembukaan yang pas dan sesuai dengan keinginan kita, maka kita
harus meneruskan cerita ke bagian selanjutnya. Kita harus pelan-pelan membuat pembaca iku
dalam cerita yag kita buat dengan cara menjaga dialog dan bahasa. Selain itu kita harus menjaga
agar pembaca seolah-olah terlibat dalam cerita yang kita buat dengan suasana yang kita bangun
sehingga mereka mau meneruskan cerita yang kita sajikan.
Saat kita menulis fiksi, kita sering kesulitan membedakan dalam MEMBUAT DIALOG SESUAI
DENGAN KARAKTER DALAM CERITA, dengan DIALOG PRIBADI KITA.
Tentu saja sangat berbeda. Ada orang yang bisa membuat cerita dengan pengadeganan yang keren,
tapi dialognya ancur banget. Nggak ada lagunya, nggak ada intonasinya, dan antar tokoh semua
dialog sama saja, datar, flat, nggak bernyawa. Ini jelas sesuatu yang nggak bener.
Dialog masing-masing karakter atau tokoh dalam cerita fiksi, haruslah dibuat senatural mungkin,
sebisa mungkin ’sama’ dengan dialog-dialog karakter di dalam kehidupan nyatanya. Dialog
memegang peranan penting di dalam cerita, terutama cerita yang divisualkan (film maupun
sinetron). Ulasan lengkap tentang dialog, bagaimana membentuk karakter lewat dialog, bagaimana
cara membuat dialog sesuai ’aslinya’ bisa dibaca di JADI PENULIS FIKSI? GAMPANG, KOK!
Sekarang, yang hendak saya tulis adalah tentang dialog yang cerdas. Dialog yang berbeda dengan
dialog-dialog yang sudah ada, dan pasti akan diingat oleh penikmat karya kita.
Kalau kita mau bikin dialog yang cerdas, cara yang paling gampang adalah JANGAN
MENULISKAN APA YANG SUDAH ORANG TAHU.
Di film Twilight ada dialog yang cerdas, ketika Bella (Isabella) baru pindah ke tempat yang baru,
tak sengaja bola vollinya mengenai kepala seorang cowok, Bella langsung minta maaf pada si
cowok. Lalu seorang cewek datang menghampirinya.
“Hai, kamu dari Arizona ya? Kabarnya cewek Arizona terkenal cerewet.”
Lalu Isabella menjawab, “Ya, mungkin karena itu pula mereka mengusirku.”
Pertanyaan dan jawaban nggak nyambung. Padahal, dalam konteks film itu Isabella adalah cewek
yang pendiam. Satu kontradiksi yang cerdas, yang membuat saya juga tak lupa pada dialog ini.
Nah, tentunya banyak buku dan film yang bisa dinikmati yang darinya kita bisa belajar untuk
membuat dialog-dialog cerdas. Ingatlah, banyak situasi yang tak terlupakan juga karena adanya
dialog yang cerdas.
So, selamat membuat dialog yang cerdas dan bukalah tentang dialog fiksi dalam buku
JADI PENULIS FIKSI? GAMPANG, KOK!
selamat pagi semua! pagi ini saya sedang ingin berbagi 'peta' menulis fiksi. biasanya kami
menyebut ini #plot
Apabila sebuah cerita kita ibaratkan sebuah kota, maka plot dalam cerita adalah petunjuk
bagi para pendatang agar ia tidak tersesat. #plot
seperti darah yang mengalir di tubuh, begitulah pentingnya #plot dalam sebuah fiksi.
menulis fiksi bukan sekadar kalimat yang memukau. mengedit fiksi: bukan sekadar diksi.
#plot
ketika seorang editor mengedit cerita fiksi, diksi memang merupakan poin yang harus
diperhatikan. #plot
tetapi, sebelum masuk ke sana, elemen cerita lah yang harus terlebih dahulu diperhatikan.
#plot
ada 7 elemen cerita yg diperhatikan editor ketika mengedit fiksi. 7 elemen ini juga yg
sebaiknya diperhatikan ketika menulis fiksi. #plot
7 elemen cerita : #plot, karakter, dialog, adegan, point of view, latar belakang cerita/tema,
pembuka yang menarik
Diksi yang bagus tidak akan ada gunanya apabila elemen cerita yang dibangun tak padu
alias lepas. #plot
kali ini kita fokus ke #plot, maka pertanyaan mendasarnya apakah plot yang dibangun tidak
membuat pembaca tersasar dan membingungkan mereka.
mengapa begini, mengapa begitu? #plot yang baik harus bisa menjawab itu semua.
secara sederhana, #plot atau alur cerita bisa didefinisikan sebagai sebuah proses untuk
membangkitkan pertanyaan demi pertanyaan.
#plot berfungsi mengikat perhatian pembaca terhadap tujuan dramatik sebuah cerita,
mempertahankan keingintahuan pembaca.
unsur dramatik sebuah cerita dibentuk oleh 1.tindakan, 2.kejadian demi kejadian. #plot
Apabila, penulis berhasil mengurai dua hal tersebut, maka jalan cerita akan mengalir lancar.
#plot
Salah satu contoh #plot yg bagus: Romeo & Juliet karya Shakespeare. ini salah satu plot
klasik yg sukses diterapkan di zaman mana pun.
Cinta yang tumbuh di tengah perseteruan antarkeluarga merupakan konflik yang membawa
cerita bergerak. #plot
#Plot dari cerita itu menggiring pada penyelesaian akhir yang dramatis.
Melalui sepasang kekasih itu, melalui peristiwa demi peristiwa & serangkaian tindakan,
pembaca diajak merasakan kekuatan cinta. #plot
bagaimana menelisik #plot lewat karakter : pastikan selalu ada tujuan. caranya?
2.cari tahu bagaimana kita melibatkan secara langsung setiap karakter dalam berbagai
situasi dan kejadian. #plot
Tindakan yang dilakukan setiap karakter harus membawa cerita ke arah penyelesaian. #plot
Tindakan mengatasi hambatan ini akan memberikan efek dramatis pada setiap langkah
yang dilakukan karakter/tokoh untuk mencapai tujuan. #plot
Apakah adegan menentukan perkembangan cerita? Tentu saja karena ia memiliki tujuan!
#plot
Setiap adegan pd cerita, bahkan di genre komedi sekali pun, bukan panggung u/ ngobrol
ngalur-ngidul,sekadar becanda tanpa juntrungan. #plot
ini yg sering jadi kelemahan tulisan komedi. kebanyakan berpikir yg penting konyol. alur
cerita? nanti dulu. #plot *lirik @radityadika
coba ajukan beberapa pertanyaan berikut untuk mengetahui apa yang menjadi tujuan dari
adegan pada cerita. #plot
1.Apakah ada konflik di setiap adegan, sesuatu yang akan memaksa tokoh melakukan suatu
tindakan? #plot
Kalau tidak, apa yang akan terjadi? Bisakah kamu membayangkan adegan yang relevan
dengan #plot?
amati bagian-bagian mana dari perubahan tokoh yang disebabkan oleh sebuah
kejadian/peristiwa. #plot
Kalau tidak ada, maka cari tahu, apa yang bisa dilakukan oleh tokoh untuk bisa menarik
minat pembaca.
3.Apakah tokoh-tokoh yang muncul dalam setiap kejadian itu memiliki peranan penting?
#plot
Atau, apakah akan terjadi sesuatu yang mengejutkan apabila pembaca tidak memberikan
cukup perhatian pada tokoh tersebut? #plot
Apabila tidak ada yg terjawab, artinya cerita tersebut tidak memiliki tujuan. #plot
Potong adegan, atau tambahkan sesuatu pada adegan sehingga bisa membuat perbedaan
untuk menjawab pertanyaan2 tadi. #plot
Sediakan waktu lebih untuk mengotak-atik cara pandang terhadap sesuatu dari berbagai
karakter. #plot
seorang editor fiksi biasanya akan membuat tabel karakter dan kejadian untuk merunut
semuanya. #plot
nah, ada baiknya, penulis melakukan persiapan yang lebih. agar dia sendiri tak tersesat di
dalam ceritanya. :) #plot
Pada tabel tersebut, buatlah segala kemungkinan yang bisa timbul jika seorang dengan
karakter A mengalami kejadian B. #plot #tip
Ini memang menghabiskan cukup banyak waktu, tetapi tidak ada tulisan yang hidup, bila
penulis tidak mencoba masuk ke inti cerita. #plot
inception punya semua elemen cerita tadi. karakter kuat, dialog membangun cerita, #plot-
nya rapi. tak ada satu pun yg lolos dari akal kita.
Cerita yang baik memiliki elemen personal yang membantu terbentuknya cerita. #plot
pada titik tertentu, ini membuat sebuah cerita memiliki sesuatu yang bisa dikenali sebagai
ciri si penulis. #plot
Ingat : hanya mereka yang mengenal sesuatu dengan baik yang bisa menggali lebih dalam
dan memperkaya apa yang sedang dikerjakannya. #plot
Karena adegan merupakan pondasi bagaimana sesuatu terjadi, maka setiap adegan tidak
berdiri sendiri; #plot
misal : ada dua hal yang dilakukan di tempat yang berbeda dalam waktu bersamaan. #plot
#adegan
apakah sudah sangat jelas bagi pembaca bahwa kita berada pd tempat & waktu yang
berbeda? pada bagian mana ini saling terkait. #plot #adegan
penulis boleh merasa jadi 'tuhan' dlm tulisannya, tapi pastikan semua yang terjadi memang
layak diterima para tokoh. #plot
Apakah penulis menyelesaikan konflik yang dihadapi tokohnya terlalu cepat? #plot #adegan
Jika iya, berarti penulis telah melakukan kesalahan: menghancurkan rasa ingin tahu
pembaca terlalu cepat. #plot #adegan
jadi 'tuhan' bukan pekerjaan mudah. setiap tokoh punya hak untuk berkembang. penulis
harus bisa menjadi 'tuhan' yang bijak. #plot
Dalam membangun cerita, jangan memasukkan adegan atau tokoh dengan tiba-tiba. #plot
Seringkali, di tengah-tengah cerita kita menemukan adegan atau tokoh yang sifatnya
tempelan. #plot #adegan #karakter
Apabila dalam naskah, kita menemukannya, maka jangan ragu untuk memangkasnya. #plot
#adegan #karakter
terutama kalau kamu sendiri pun bahkan tak memiliki penjelasan mengapa adegan dan
tokoh itu harus ada. #plot #adegan #karakter
Hey, tanpa mereka ceritanya akan baik-baik saja, kan? #plot #karakter #adegan
MENULISKAN ADEGAN
Bagian ini hanya Anda gunakan untuk menulis, menulis, dan menulis! Tulis apa pun yang Anda
inginkan untuk ditulis. Jika Anda telah mempunyai gambaran alur ceritanya, itu lebih baik, tapi
kalau belum juga tidak menjadi masalah. Tetaplah menuliskan adegan-adegan secara terpisah,
meski mungkin tidak ada kesinambungan antara satu dengan yang lainnya. Percayalah pada
imajinasi Anda dalam menciptakan sebuah alur yang menarik dan setelah itu, Anda akan
mempunyai bahan mentah yang cukup banyak untuk dikembangkan. Beberapa adegan mungkin
bisa dipasang di dalam cerita walau beberapa mungkin tidak. Namun, menulis dengan kemauan
akan membuat ide-ide baru muncul dan dengan begitu, jalan cerita yang Anda buat akan perlahan
terbentuk dan berkembang sampai Anda bisa menentukan garis besar jalan ceritanya. Apabila
inspirasi Anda macet, duduklah dan biarkan pikiran Anda melayang. Pilih situasi yang mendukung,
berkhayallah! Bayangkan tentang orang-orang, tempat-tempat, dialog-dialog, aksi-reaksi, dan
sebagainya. Jangan terburu-buru memberi penilaian pada tulisan atau ide-ide Anda pada tahap ini.
Dan, jika Anda mengetiknya langsung di komputer, matikan monitor Anda dan mengetiklah.
Beberapa adegan, ide, kata, dan kalimat mungkin akan tampak kacau, namun Anda masih bisa
memperbaikinya nanti. Yang terpenting pada tahap ini adalah menciptakan materi-materi mentah
sebanyak-banyaknya. Jumlah yang banyak akan membuat Anda bersemangat dan pikiran Anda
tidak akan disibukkan dengan mengedit tulisan, membaca ulang, dan mengkritisi diri sendiri.
Setelah selesai dengan draft pertama, aturlah sedemikian rupa supaya bahan-bahan itu tidak
berantakan. Pada saat melakukan hal ini, barangkali Anda akan bingung dengan urutan dan catatan-
catatan yang telah dibuat, terutama jika Anda menuliskan tulisan panjang seperti novel. Mula-mula
berilah nama untuk setiap adegan dan simpan di bagian Struktur Cerita. Urutan nomor adegan, bab,
dan klimaks bisa dinamai nanti pada tahap pembangunan cerita. Terkadang saat inspirasi tidak
kunjung datang, gunakan saja cara lama: "brainstorming" (membuat coretan kasar)! Tulis sebuah
kata, lalu kata lain dan yang lain lagi. Jangan batasi diri Anda! Tuliskan kata apa saja yang muncul
di benak Anda, dapat dimulai dengan kata yang berhubungan dengan setting/lokasi, atau
karakterisasi dan ide-ide lain yang akan muncul sehingga akhirnya membuat gambaran tentang
sebuah adegan. Sekali lagi, jangan batasi diri Anda! Beberapa adegan pada awalnya mungkin
terlihat tidak cocok antara satu dengan yang lainnya, dan yang lain bahkan sepertinya bertentangan
dengan akhir cerita, semua itu akan memberi ide-ide yang lebih segar untuk isi, alur, setting, dan
karakter cerita.
MEMBANGUN CERITA
Membangun cerita berarti membuat urutan adegan dan kurang lebih sama dengan membuat garis
besar jalan cerita untuk plot/alur cerita yang akan Anda buat. Anda mungkin telah mempunyai 15-
50 adegan, atau bahkan lebih lagi, saat Anda telah memutuskan untuk menentukan garis cerita dan
membuat garis besar jalan ceritanya. Tulis kembali daftar nama adegan yang telah Anda buat
sampai Anda merasa sudah cocok. Masukkan juga nama adegan yang belum Anda tulis namun
penting sebagai penghubung antaradegan yang telah ada.
Mulailah memikirkan juga bagaimana mengelompokkan daftar nama adegan ke dalam bab-bab.
Memikirkan hal ini juga bisa membantu Anda dalam membangun garis cerita. Di tahap inilah Anda
perlahan membangun garis besar cerita Anda. Saat Anda melakukan hal ini, carilah unsur-unsur
kunci dalam cerita yang dapat memberi kesan dramatis. Berikut hanyalah contoh klasik dan tentu
saja hanyalah sebuah pilihan. Anda tentu mempunyai cara Anda sendiri. Jangan lupa, jika sebuah
daftar bahan hanya akan membatasi kemungkinan yang akan Anda dapat nanti, sementara cerita
yang hebat dan inovatif seringkali muncul bersama dengan ide-ide baru. Inilah beberapa cara yang
biasa dilakukan orang. Pisahkan karakter-karakter Anda dan beri mereka peran cerita. Tentukan
mana tokoh utama dan sang protagonis. Seringkali, meski tidak selalu, mereka adalah orang yang
sama. Misalnya, sebuah cerita adalah cerita berdasarkan cara pandang seorang tokoh, maka dia
adalah si tokoh utama. Namun sang protagonis bisa jadi adalah orang lain, atau tokoh di sekitar si
tokoh utama yang lebih banyak berperan dalam cerita sehubungan dengan tujuan dan
pengembangan tema cerita. Saat Anda menentukan urutan dan mengatur kembali adegan dalam
tahap adegan, berikan sela yakni beberapa lembar atau baris kosong antaradegan untuk adegan-
adegan penghubung yang masih perlu ditambahkan. Ketika semua itu telah selesai, Anda kini dapat
menuliskan draft pertama dari adegan-adegan tersebut.
STRUKTUR CERITA
Karakterisasi Adegan
Ketika Anda telah mempunyai urutan adegan, lebih lanjut Anda dapat menentukan struktur cerita.
Untuk ini, daftar adegan yang telah Anda buat dapat membantu menentukan karakterisasi adegan
lebih lanjut:
Namun sekali lagi, Anda dapat memberi tambahan lain di luar itu. Ingatlah bahwa mood dan
suasana kadang akan berjalan beriringan, walau tidak selalu. Adegan romantis dan komikal bisa jadi
berlangsung keras sementara adegan kebencian bisa jadi berjalan dengan lembut. Adegan seperti itu
bisa jadi sulit, mengekspresikan sesuatu tanpa benar-benar menimbulkan suasana seperti itu.
Mengkualifikasikan adegan-adegan tersebut dengan mood dan suasana dapat membantu memberi
inspirasi alur yang lebih dramatis dalam adegan yang telah ada.
Karakterisasi Cerita
Pada bagian ini Anda akan dapat menentukan beberapa hal yang merupakan unsur-unsur umum
dalam cerita:
1. Tema
Cerita seringkali ditentukan oleh tema. Pertentangan antara kebaikan dan kejahatan, pertumbuhan,
kedewasaan, cinta, kebebasan, kematian dan lainnya. Di sini Anda diharap menentukan tema umum
cerita Anda. Tiap saat Anda merujuk ke bagian Struktur Cerita setelah Anda melengkapi draft akhir
adegan Anda nantinya, bagian ini akan mengingatkan Anda untuk memikirkan tentang unsur-unsur
baru yang mungkin cocok dengan tema baru yang mungkin akan datang.
2. Tujuan
Sekarang protagonis Anda harus ditentukan tujuannya. Gambarkan di sini dan secara singkat pula
jelaskan apakah karakter tersebut dapat mencapai tujuannya atau tidak. Tujuan adalah unsur yang
bagus dalam menentukan hubungan antarkarakter. Ingatlah, bagaimanapun juga sebuah cerita
bukanlah tentang mengejar sebuah tujuan yang spesifik.
3. Penyelesaian
Kadangakala kekuatan dari sebuah cerita adalah penyelesaian yang menarik. Jika cerita Anda
berakhir dengan "kejutan". Tahap ini akan membantu Anda dalam memasukkannya ke dalam cerita.
Catatan: Banyak cerita memberi sang protagonis sebuah tujuan, tapi ada juga yang tidak. Beberapa
cerita berakhir dengan penyelesaian yang tidak pernah disangka-sangka sebelumnya. Kadang ada
yang memakai keduanya.
PENGEMBANGAN KARAKTER
Dalam rangka membangun potensi yang maksimum, kini Anda perlu menuliskan hal-hal berikut
ini:
1. Biografi Karakter
Menjelaskan secara singkat latar belakang, kepribadian, hubungan si tokoh dengan beberapa
tokoh/karakter kunci lain yang berperan di dalamnya. Tuliskan sebanyak-banyaknya, namun jangan
lupa memberi nomor untuk tiap-tiap halaman demi memudahkan Anda menengoknya lagi nanti.
Menuliskan ini akan membantu Anda menemukan apa yang dimiliki oleh tiap-tiap karakter dalam
satu tempat. Pergunakan bagian ini untuk mengembangkan beberapa aspek lain dari mereka. Juga,
berikan keterangan spesifik mengenai tempat/lokasi di mana para karakter itu berada di dalam
cerita baik karakter utama, protagonis, protagonis pendukung, antagonis, antagonis pendukung,
komikal (karakter yang membawa suasana komikal setelah adegan yang menegangkan) dan yang
lainnya. Beberapa karakter dapat berada di dua tempat. Mereka bisa karakter yang mana saja.
Setelah itu, jelaskan secara singkat peran tiap karakter dalam cerita. Bagaimana mereka bisa
mendukung sang protagonis atau antagonis? Bagaimana sang protagonis berhasil (atau gagal)
mencapai tujuannya (jika ada). Jelaskan kepribadian si tokoh komikal (comic character) dan beri
mereka peran yang sesuai. Berikan kata-kata singkat bagaimana tokoh/karakter tersebut
berkembang atau menurun, apa yang ia pelajari atau lupakan, apa yang ia dapat atau lepaskan.
2. Atribut Karakter
Ketika Anda telah menulis cukup banyak adegan, Anda, paling tidak telah mempunyai gambaran
tentang karakter yang tepat. Gunakan bagian ini untuk menjelaskan lebih jauh tentang mereka dan
ide-ide bagaimana mereka dapat berkembang ke arah lebih lanjut. Atribut/ perlengkapan di sini bisa
jadi adalah secara fisik, emosi, intelektual, dan sosial. Atribut secara psikologis tidak dituliskan
karena hal tersebut akan dapat ditemukan di bagian emosi. Selanjutnya, tuliskan juga mengenai
kemampuan atau pengetahuan yang akan didapat atau dikembangkan si tokoh dalam cerita. Tulis
juga mengenai apa yang disukai atau yang tidak disukai oleh si tokoh. Ini adalah aspek penting
dalam pengembangan karakter supaya pembaca dapat mengenali karakter tersebut sebagai manusia
dengan segala kebutuhan, kelemahan, dan lainnya.
Tiap hal mempunyai beberapa atribut yang dapat Anda pilih atau hilangkan. Anda dapat
menambahkan yang lain lagi, namun saya tidak menganjurkan daftar atribut yang terlalu panjang.
Anda dapat membaginya per adegan atau per karakter. Tak perlu terlalu lama berkutat di bagian ini
sehingga malah membuat Anda terbebani. Pilih beberapa atribut saja yang paling tepat sehingga
nantinya akan dapat memberi inspirasi baru supaya karakter yang Anda bangun akan menjadi lebih
berharga.
Daftar atribut yang pertama sebaiknya singkat saja, daftar itu akan dimasukkan di bagian karakter.
Kemudian di dalam setiap adegan, Anda tinggal menambah atau mengurangi atribut yang telah ada
berdasar pengembangan karakter di tiap adegan, tandailah kemajuan atau kemunduran yang dialami
si tokoh di tiap adegan. Berikan juga perhatian pada perlengkapan atau apa yang dikenakan si
karakter. Dalam beberapa adegan, mungkin saja dia memakai pakaian yang berbeda atau
menemukan sesuatu yang menarik.
3. Deskripsi Tempat
Buatlah suatu "objek" yang paling penting bagi karakter Anda. Yang saya maksud adalah sesuatu
yang bersifat fisik: barang, perabotan, bau, mood, lingkungan, cahaya, suara, dan sebagainya.
Segala sesuatu yang dapat Anda hubungkan secara emosional pada satu atau lebih karakter. Hal
tersebut dapat memberikan sumbangan besar untuk menguatkan identitas suatu karakter di dalam
cerita.
Dalam sebuah cerita, Anda dapat memberikan deskripsi suatu tempat yang berbeda-beda pada
banyak adegan. Usahakan jangan membuat satu adegan yang penuh dengan deskripsi tempat,
namun lebih baik Anda lakukan seturut dengan alur cerita. Hal itu supaya saat tiba waktunya Anda
menulis ulang adegan-adegan, Anda akan dapat menentukan aspek mana dari tiap penggambaran
itu yang cocok dengan adegan-adegannya.
4. Hubungan antara Tempat dan Karakter
Untuk memperkuat identitas sebuah karakter, hubungan emosional antara sang tokoh dengan
tempat-tempat dalam cerita sangatlah penting, dalam hal ini adalah demi menguatkan imajinasi
pembaca yang muncul atas penggambaran setiap tempat dalam cerita. Beberapa hubungan tercipta
melalui sinergi untuk memperkuat kesan cerita Anda terhadap para pembaca. Ikatan-ikatan yang
dapat dikembangkan itu antara lain, ingatan dan benda-benda.
Ingatan dapat dikembangkan saat si tokoh kembali setelah lama menghilang. Hal-hal itu juga dapat
digunakan dalam memperkuat dampak akibat perginya si tokoh, baik karena menghilang maupun
meninggal dunia, atau sebab-sebab lain seperti pernikahan dan lainnya. Keberadaan atau
kemunculan kembali sebuah ingatan juga dapat digunakan sebagai salah satu alat yang mendasari
berkembangnya sebuah hubungan antarkarakter/tokoh dalam cerita.
Ingatan/memori bisa berfokus pada sebuah benda/objek. Tentukanlah benda/objek apa dan
bagaimana benda/objek itu dapat menjadi sesuatu yang diingat oleh karakter yang ditentukan, juga
bagaimana ingatan objek bisa meliputi bukan hanya benda secara fisik namun juga sifat sebuah
tempat seperti bau, cahaya, suhu, dan sebagainya atau bahkan kombinasi dari semuanya.
KESIMPULAN
Anda kini telah mempunyai semua unsur untuk membangun sebuah cerita yang lengkap dan hebat
seperti halnya seorang tukang kayu yang akan membangun sebuah rumah. Gabungkan bahan-bahan
mentah yang diperlukan untuk menulis sebuah adegan. Selanjutnya taruh dasarnya dengan
menggunakan apa yang Anda tulis di bagian Struktur Cerita. Kembangkan karakter dan setting
sejalan dengan isi. Gabungkan semuanya dengan menulis ulang tiap adegan guna menyesuaikan
semuanya dengan garis cerita, masukkan juga semua unsur yang ada di tahap pengembangan.
Menulis cerita adalah proyek yang mendebarkan. Rencanakan hal itu sesuai ambisi Anda,
hormatilah jadwal yang Anda buat. Itulah guna panduan ini! Ini akan membantu Anda untuk tetap
bersemangat dan pantang menyerah dalam melaksanakan proyek tersebut.
Meski semuanya bisa tidak berjalan sebagaimana direncanakan, perencanaan tetaplah cara terbaik
untuk memastikan semua berjalan baik. Bekerjalah dengan dasar yang tetap, kadang bisa beberapa
menit kadang bisa berjam-jam. Mengerjakan proyek ini sekitar 5 menit per hari akan membawa
Anda lebih jauh dan bahkan lebih cepat dari yang Anda bayangkan. Yang penting, buat ini sebagai
pengalaman yang menyenangkan dalam setiap langkahnya.