Anda di halaman 1dari 7

BAHAN AJAR

Menulis Cerita Pendek Bertolak dari Peristiwa

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 2 Kec. Luak


Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas / Semester : IX / I
Tahun Pelajaran : 2013 / 2014
Standar Kompetensi : 8. Mengungkapkan kembali pikiran, perasaan dan
pengalaman dalam cerita pendek.
Kompetensi Dasar : 8.2 Menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang
pernah dialami.
Tujuan Pembelajaran : Peserta didik mampu menulis cerita pendek bertolak dari
peristiwa yang dialami.

Uraian Materi
Banyak sumber inspirasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk menulis
cerpen. Inspirasi itu dapat datang dari pengalaman atau peristiwa yang pernah
dialami, pengalaman yang dialami oleh orang lain, situasi lingkungan sekitar
tempat tinggal atau khayalan yang ada dalam pikiran.
Bahan penulisan yang paling mudah untuk digali dan paling mudah untuk
digunakan dalam menulis cerpen adalah pengalaman atau peristiwa yang pernah
dialami. Peristiwa yang pernah kita alami dapat dikembangkan dari buku harian
yang kita miliki. Dengan begitu kita dapat menulis cerita pendek yang dapat
dinikmati dengan enak oleh pembaca.
Orang yang terbiasa menulis cerita akan dengan mudah mendapatkan kata-
kata yang tepat, mudah menuangkan peristiwa ke dalam kalimat yang sesuai dan
mudah mengembangkan idea tau gagasan. Untuk itu kita perlu berlatih
menuliskan peristiwa penting dan berkesan yang kita alami dalm bentuk cerpen.
Seperti peristiwa yang mengandung konflik dan menimbulkan ketegangan antar
pelaku dan peristiwa khusus yang hanya dialami oleh orang-orang atau kelompok
tertentu.
A. Hal – Hal yang Harus Diperhatikan dalam Menulis Cerpen
1. Tema harus jelas
Dalam menulis tema cerita, tema harus dihayati betul oleh penulis. Tema – tema
yang sering dipakai dalam penulisan cerpen, misalnya masalah sosial, keagamaan,
kemiskinan, kesenjangan, perjuangan, percintaan, dan lain-lain.
2. Penentuan alur cerita
Alur dibangun berdasarkan konflik yang terjadi. Alur harus diterapkan dengan
tepat. Alur yang baik akan memberikan kesan mendalam bagi pembaca. Alur
adalah rangkaian peristiwa yang dijalin untuk menggerakkan jalan cerita. Jenis-
jenis alur, yaitu sebagai berikut :
a. Alur maju, yaitu jalan cerita yang disusun berdasarkan urutan waktu dan
urutan peristiwa.
b. Alur mundur, yaitu jalan cerita yang mengembalikan cerita ke masa atau
waktu sebelumnya.
c. Alur campuran, yaitu perpaduan antara alur maju dan alur mundur. Cerita
bergerak dari bagian tengah, menuju ke awal dilanjutkan ke akhir cerita.
3. Penentuan sudut pandang
Dalam menulis cerpen, kita harus konsisten dalam menggunakan sudut pandang.
Kalau kita menggunakan sudut pandang sebagai orang pertama, dari awal sampai
akhir cerita kita harus tetap menggunakan sudut pandang orang pertama dengan
menggunakan sudut pandang aku atau saya dalam bercerita.
4. Penciptaan karakter
Pengungkapan karakter tokoh dalam cerita harus logis. Pengarang harus dapat
menciptakan gambaran yang tepat untuk watak orang yang ditampilkan. Biasanya
karakter tokoh yang dibangun dalam cerita terdiri atas tokoh yang berkarakter
baik dan berkarakter buruk. Disamping itu, akan diciptakan pula tokoh yang netral
sebagai tokoh penengah ketika terjadi konflik antara tokoh yang berkarakter baik
dan tokoh yang berkarakter buruk.
5. Penulisan draf awal cerita
Berdasarkan sudut pandang dan alur yang telah ditentukan serta karakter yang
telah diciptakan, pengarang mulai menulis draf cerita.
6. Perevisian draf cerita
Setelah keseluruhan cerita selesai ditulis, bacalah sekali lagi cerpen itu, kemudian
perbaikilah baigan-bagian yang salah atau bagian-bagian yang tidak wajar
sehingga cerpen yang kita buat benar-benar menjadi cerpen yang baik dan enak
dibaca.
7. Penentuan judul
Judul dapat ditulis setelah keseluruhan cerita selesai ditulis, Judul dapat
ditentukan dari bagian yang paling menarik dari cerita itu. Pemilihan judul harus
menarik bagi pembaca sebab judul merupakan pintu gerbang yang dapat pula
diibaratkan sebagai sebuah etalase. Dengan membaca judul, pembaca akan
membayangkan isinya.
B. Menulis Cerpen tentang Peristiwa yang Pernah Dialami
Jika akan menulis cerpen, yang pertama-tama kita lakukan adalah mencari
dan menentukan tema. Apa yang pernah kita alami, lihat, dengar rasakan dan
bayangkan dapat kita pilih menjadi tema cerpen. Setelah tema ditentukan, tema
harus kita rinci dan dijabarkan lebih lanjut terlebih dahulu karena tema masih
berupa ide pokok.
Setelah menjabarkan tema, kita perlu mempertegas peristiwa-peristiwa apa
yang akan terjadi dalam cerpen. Peristiwa-peristiwa itulah kemudian kita susun
demikian rupa sehingga membentuk plot cerita.
Cerita dalam cerpen mungkin saja terjadi sebab bahan baku cerpen memang
bisa berasal dari kisah yang benar-benar terjadi dalam masyarakat. Boleh jadi,
bahan baku cerpen benar-benar dialami sendiri oleh pengarangnya. Kisah nyata
yang benar-benar terjadi itu oleh pengarang diolah, yaitu ditambah, dikurangi,
digabungkan, diubah nama pelakunya, diganti tempat kejadiannya dan lain-lain.
Akan tetapi, semua bahan baku yang semula benar-benar terjadi itu setelah diolah
oleh pengarang dalam bentuk cerpen, menjadi cerita fiksi, cerita khayal atau cerita
rekaan.
C. Contoh cerpen

RUMAH
Karya: Kuntowijoyo
Menurut hemat saya, kami sungguh beruntung mendapatkan rumah itu.
Sambil mengancungkan jempol perantara mengatakan, “Inilah rumah terbaik yang
pernah saya perantai.” “Murah.””Luas.” “Strategis.” Memang rumah itu
halamannya luas dan rindang dengan pohon melinjo, mangga, belimbing, dan
nangka. Kalau kami mau, dapat saja kami membuat jala dari tali-tali plastik antara
pohon mangga dan nangka. Di situ kami dapat beristirahat, tiduran, atau
membaca-baca. Halaman itu masih tersisa banyak, bisa untuk dibuat tempat
badminton, bola voli, atau bola basket. Letaknya memang agak di pinggiran kota,
tetapi fasilitasnya sangat memadai, ada listrik. Listrik dapat disulap jadi apa saja:
kulkas, air, TV, dan komputer. Ada jalan desa di depan rumah, tapi karena desa di
pinggiran kota, jadi terhitung lebar. Dengan pertimbangan itulah kami
memutuskan untuk tinggal di sana.
Kami membayar sewa untuk tiga tahun sekaligus. Itu terasa murah sebab
kami masih menyimpan dolar sisa uang tugas belajar dan kerja istri sebagai TKW
penjaga toko di negeri orang. Akan tetapi, dua minggu setelah menghuni, istri
saya berpikir lain. Sepulang dari arisan RT istri saya bilang, “Wah, kita tertipu!”
Dia lalu menunjuk ke rumah kosong di tepi jalan yang tepat di samping kami.
“Rumah itu tidak beratap, tidak berpenghuni, tidak terawat. Tembok-temboknya
berlumut, rumput tumbuh seenaknya, pintu dan jendela dicopot. Sumurnya
banyak ditumbuhi pohonan perdu. MCK tidak beratap tidak berpintu.” “Ya,
kenapa?” tanya saya. “Apa sebab rumah itu ditinggalkan, atapnya tidak ada lagi,
jendela-pintu dicopot?” Saya mengangkat bahu. “Tetangga-tetangga bilang,
mmm, ada orang bunuh diri menggantung di rumah itu.” Tegak juga bulu roma
saya mendengar kata “Menggantung”, tapi sebagai laki-laki saya tidak boleh
bernyali kecil. Lalu kata saya, “Menggantung? Begini?” Saya melotot,
menjulurkan lidah keluar, badan dilemaskan, pura-pura mau terjatuh. “Jangan
didengar omongan orang, itu dulu kala!” Kabarnya pernah pemilik rumah
mengundang orang pintar untuk mengusir lelembut, roh halus, jin, atau hantu dari
rumah itu. Tetapi orang pintar itu tidak berhasil, menyatakan dengan jujur kalau
kepandaiannya tidak memadai. Karena orang pintar sudah puncaknya mengusir
jin, maka pemilik rumah putus asa. Mencopoti atap, pintu, dan jendela itu adalah
saran dari pengusir jin. Maksudnya supaya jin terkecoh seolah-olah itu bukanlah
rumah, sebab matahari, hujan, dan angin dapat bebas keluar-masuk. Saya pikir-
pikir, benar juga kata orang. Pantas sewa rumah kami murah, pantas rumah itu
dikosongkan, pantas tidak ada yang menyewa tempat itu. Padahal letaknya
strategis, dekat dengan dua kampus PTS, banyak mahasiswa cari kos, dapat dibuat
rumah makan, katering, servis setrika, reparasi motor, atau lainnya.
Malam harinya, kalau kebetulan saya pulang malam, saya pasti melirik
rumah itu sekedar untuk mengingat bahwa di situ pernah ada orang mati
menggantung. Ketika dapat giliran siskamling, orang-orang pasti mengatur
keliling supaya tidak lewat rumah itu. Saya kadang-kadang bangga karena orang
menilai kami pemberani. Dalam pertemuan RT, orang akan menyebut nama dan
alamat saya keras-keras, ditambah ungkapan “Dekat rumah kosong”. Orang pun
ada yang lalu ckck, tapi ada yang lantas berkomentar, “Wah, pemberani!” Orang
tidak tahu bahwa semakin tinggi pujian orang, hati saya semakin sakit. Suatu hari
anak kami yang berumur sepuluh tahun sakit panas. Ia mengigau, kata-kata yang
tak jelas hubungannya. Kami memberinya paracetamol dan madu. Tapi, panasnya
tidak juga menurun. Entah bagaimana dia berpikir, istri saya segera
menghubungkan sakit anak kami dengan rumah kosong itu. Ketika anak saya bisa
diajak bicara, istri bertanya mendesak, ”Kau tadi main-main ke rumah kosong
itu?” anak saya mengangguk. “Jelas sudah,” kata istri saya. Ketika saya pulang
kerja, saya dapati anak kami tidur pulas, memakai sesuatu berwarna kuning di
dahinya. ”Apa ini?” tanya saya. “Itu penolak sawan,” kata istri. Sawan artinya
pengaruh buruk. Ternyata pagi harinya istri saya menghentikan mbakyu penjual
jamu gendongan dan memesan empon-empon penolak sawan. Sebagian sudah
dipakai, sebagian disimpan di kulkas. Itu pasti ilmu yang dibawanya dari rumah
orang tuanya. “Ini tidak boleh,” kata saya.
“Kenapa?”
“Takhayul.”
“Takhayul atau bukan, pokoknya anak tertidur pulas.”
“Kalau hanya diberi empon-empon, kita akan lupa sebab yang sesungguhnya.”
“Makanya kemudian kita ke dokter.”
Keterangan :
Cerita pendek di atas merupakan cerita mengenai pengalaman hidup seseorang
“saya”. Penulis memosisikan sebagai orang pertama dalam menceritakan sesuatu
yang dialami. Dalam cerita tersebut, “saya” mengungkapkan pengalaman
hidupnya bersama istri dan anaknya.
Beberapa unsur cerpen telah kita ketahui, misalnya tema, alur peristiwa, plot,
latar, penokohan, dan gaya bahasa. Dari cerpen di atas, dapat kita soroti beberapa
unsur pentingnya saja, seperti berikut :
1. Tema
Tema cerpen di atas adalah tentang pemahaman pengetahuan keagamaan dan
kebiasaan atau budaya masyarakat yang sulit diubah. Pengarang melukiskan suatu
sudut kehidupan kota, sementara kehidupan dan budaya desa masih dirindukan.
2. Alur Peristiwa
Rangkaian peristiwa yang disajikan pengarang dimulai dari peristiwa awal yang
melukiskan pengalaman tokoh utama, kemudian berangkai dengan peristiwa-
peristiwa berikutnya, sehingga cerita menjadi utuh. Tokoh utama mengalami
seluruh peristiwa dari awal sampai pada akhir cerita.
3. Latar
Latar tempat cerpen di atas adalah suatu kota dengan kehidupannya. Latar yang
dilukiskan pengarang ditunjang pula dengan latar waktu, latar suasana, dan latar
sosial atau sudut kehidupan.
Nah, sekarang kita sudah mengetahui unsur-unsur yang terdapat dalam cerpen.
Kita perlu mengingat unsur-unsur tersebut dan menerapkannya ketika mengarang
cerita pendek. Mulailah dengan pengalaman atau peristiwa yang berkesan atau
pengetahuan yang sangat dikuasai.
D. Latihan !
Buatlah sebuah cerpen dengan mengembangkan imajinasimu berdasarkan
pengalamanmu atau peristiwa yang kamu alami. Pilihlah kata-kata yang tepat
agar cerpen enak dibaca dan tidak membosankan. Tulislah di buku tugasmu !

Sumber :

- Pratiwi, Yuni dkk. 2006. Bahasa Indonesia untuk SMP kelas IX. Malang :
Erlangga.
- Anindyarini, Atikah dkk. 2008. Bahasa Indonesia untuk SMP kelas IX. Jakarta :
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
- Bahan Ajar Bahasa Indonesia (MGMP Kab. 50 Kota)
- Ratih (Rajin Berlatih). Pendamping Belajar Siswa Klaten : Sekawan Klaten.

Anda mungkin juga menyukai