Anda di halaman 1dari 25

MODUL PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas : IX
Semester : 1
Waktu : 6JP X 4 Pertemuan

MENGIDENTIFIKASI DAN MENYIMPULKAN UNSUR-UNSUR INSTRINSIK CERITA


PENDEK

OLEH:

HASANUR RABIAH,S.Pd

NIP: 198209242010012012

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PEMERINTAH KABUPATEN MUARO


JAMBI 2021
MENGIDENTIFIKASI DAN MENYIMPULKAN UNSUR-UNSUR INSTRINSIK
CERITA PENDEK

Pendahuluan

Assalamualaikum, bagaimana kabarmu Nak? Semoga selalu sehat. Meskipun belajar dari
rumah tetap semangat ya ! Modul ini akan membahas tentang unsur pembangun karya sastra
khususnya cerpen. Selain membahas unsur instrinsik dan ekstrinsik cerpen juga akan membahas
tentang menyimpulkan unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik cerpen.

Cerpen diibaratkan sebagai rumah. Rumah dapat berdiri kokoh karena dibentuk oleh
unsur-unsur pembangun, yakni fondasi, tiang ,dinding, atap, pintu, jendela, dan lain-lain.
Demikian halnya dengan cerpen, karya sastra ini juga dibangun oleh beberapa komponen. Unsur-
unsur pembangun apakah yang menopang terbentuknya sebuah cerpen? Untuk lebih memahami
tentang unsur-unsur pembangun cerpen pelajari modul ini dengan baik. Mengapa kita harus
memelajari unsur pembangun cerpen? Dengan memahami unsur pembangun cerpen kita akan
mampu atau mudah memahami nilai-nilai moral atau pun pesan yang terdapat dalam cerpen
tersebut dengan tepat. Setelah menyelesaikan modul ini diharapkan kalian dapat:

 mengidentifikasi unsur-unsur sebuah cerpen.


 mengidentifikasi unsur-unsur ekstrinsik cerpen.
 menyimpulkan unsur instrinsik cerpen..

Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, modul ini akan disajikan dalam 3 kegiatan belajar
sebagai berikut:

 Kegiatan belajar 1 : mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik pembangun sebuah cerpen.


 Kegiatan belajar 2: mengidentifikasi unsur-unsur ekstrinsik unsur pembangun cerpen.
 Kegiatan belajar 3: menyimpulkan unsur-unsur pembangun sebuah cerpen.

Supaya memeroleh hasil yang maksimal, ikuti pembelajaran melalui modul berikut ini dengan
sungguh- sungguh.

1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai memahami benar apa,
untuk apa, dan bagaiman memelajari modul ini.
2. Lakukan semua kegiatan yang dianjurkan sesuai dengan petunjuk modul.
3. Jika masih ada kesulitan dalam memahami materi ini silakan menghubungi Bapak/Ibu
Guru atau pun teman kalian untuk berdiskusi melalui WA

Kegiatan Belajar 1

UNSUR-UNSUR INTRINSIK PEMBANGUN CERPEN


Cerpen merupakan sebuah karya sastra yang bersifat fiktif. Cerpen adalah kisah yang
diceritakan dengan pendek atau singkat tidak lebih dari 10.000 kata. Cerpen juga memberikan
kesan karena ceritanya hanya memusatkan pada satu tokoh, satu kejadian, atau satu
permasalahan. Meskipun demikian, cerpen bisa merupakan gambaran atau cerminan kehiidupan
manusia. Dalam cerpen terdapat nilai-nilai moral atau pesan yang dapat diambil oleh
pembacanya.

Unsur pembangun teks cerpen terbentuk atas enam komponen yang saling berkaitan.
Enam unsur pembangun teks cerpen tersebut adalah tema, amanat. penokohan, alur (plot), latar
(setting) dan sudut pandang. Keenam unsur tersebut sering disebut unsur instrinsik.

Daya pikat sebuah teks cerpen sangat ditentukan oleh keterampilan penulis dalam
menyatukan unsur-unsur cerita di atas. Dengan demikian, teks cerpen mampu merangsang minat
pembaca untuk mengetahui jalan cerita selanjutnya. Berikut ini penjelasan unsur-unsur
pembangun teks cerpen.

1. Tema Cerita
Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra. Tema
menjadi dasar pengembangan seluruh cerita. Oleh karena itu, tema bersifat menjiwai
seluruh bagian cerita itu. Sebagai contoh, sebuah cerpen dapat bertema, keadilan,
persahabatan, kecerdikan, dll.
2. Amanat Cerita
Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Dengan
kata lain amanat (Moral value) adalah pesan moral atau pelajaran yang dapat kita petik
dari cerita pendek tersebut. Di dalam suatu cerpen, moral biasanya tidak ditulis secara
langsung, melainkan tersirat dan akan bergantung sesuai pemahaman pembaca akan
cerita pendek tersebut.
3. Penokohan/Perwatakan Tokoh Cerita
Tokoh cerita adalah orang-orang atau pelaku yang ditampilkan dalam suatu karya naratif
(cerita). Penokohan adalah pelukisan atau gambaran yang jelas tentang bagaimana watak
tokoh tersebut.
4. Alur Cerita
Alur cerita adalah peristiwa yang jalin-menjalin berdasarkan urutan atau hubungan
tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasar urutan waktu, urutan
kejadian, atau hubungan sebab akibat. Jalinan berbagai peristiwa membentuk satu
kesatuan yang utuh dalam suatu cerita.
5. Latar/Setting Cerita
Latar adalah penempatan waktu, dan tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi
(cerpen). Latar terbagi tiga, yaitu sebagai berikut:
a. Latar Tempat
Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
cerita/karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan bisa berupa tempat-tempat
dengan nama tertentu.
b. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” menunjuk pada waktu
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
c. Latar Suasana
6. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara memandang tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya
pada posisi tertentu. Umumnya penulis menempatkan diri pada posisi orang ketiga.
Ketika penulis menempatkan dirinya pada posisi orang ketiga, dalam suatu cerita penulis
menggunakan kata ganti orang, misalnya dia, ia, mereka, beliau dan lain-lain atau dengan
menyebut/menggunakan nama tokoh. Ketika penulis menempatkan dirinya pada posisi
orang pertama, penulis menggunakan kata ganti aku, saya, hamba, dll.

Untuk memperjelas gambaran tentang unsur pembangun karya sastra khususnya teks cerpen,
bacalah teks cerpen dengan judul “Keadilan”, kemudian cermatilah contoh analisis unsur
pembangun teks cerpen “Keadilan” berikut ini.

Keadilan

Oleh: Putu Wijaya

Ada suatu masa, ada saat banyak pedagang es pudeng dari Jawa berkeliaran di Bali.
Mereka memakai kostum yang menarik dengan topi-topi kerucut, gendongan es puter mereka
desainnya cantik. Gelas-gelas kaca atau plastic ala koktail bergantungan dengan pudeng
berwarna warni. kalau mereka lewat, anak-anak selalu memburunya. Kadang-kadang tidak untuk
membeli tetapi mengerumuninya. Pak amat termasuk salah satu di antara anak-anak itu. Tanpa
merasa malu, ia ikut berebutan untuk membeli es pudeng puter dan merasakan suasana cerianya.
Bu Amat sampai malu melihat kelakuan suaminya seperti itu.

Pada suatu hari yang terik, sementara anak-anak di alun-alun menaikkan layangannya,
tukang es pudeng itu lewat. Pak Sersan yang rumahnya di sudut alun-alun, berteriak memanggil,
anaknya merengek- rengek meminta es pudeng. Waktu tukang es pudeng itu menuju ke sana,
hampir semua anak-anak yang sedang bermain layangan menoleh kepadanya. Yang punya duit
langsung lari sambil menggulung tali layangannya, tak terkecuali Pak Amat. Waktu itu, ia
sedang memperhatikan seorang juragan ayam yang sedang memandikan ayam-ayamnya. Amat
meraba katongnya, lalu merasakan ada uang di dalamnya. Ia langsung ikut berlari ke rumah Pak
Sersan

“Jangan ribut!” teriak Pak Sersan membentak anak-anak yang berdatangan itu. “Ada orang sakit
di dalam!”
“Sabar…sabar…” kata tujang es pudeng. “Satu per satu semuanya nanti dapat.” “Aku dulu…
aku dulu, “ kata anak-anak sambil mengacungkan uangnya.

“Aku dulu,” teriak Pak Sersan marah, “pudengnya yang merah.” Tukang pudeng agak panic, ia
mengambil pudeng berwarna oren. “Merah,” teriak Pak Sersan.

Tukang pudeng itu tambah gugup dan menyerahkan pudeng oren. Pak Sersan naik pintam, ia
menolak koktail berisi pudeng oren hingga jatuh. Anak-anak tertawa.

“Diam! Merah, kamu tahu nggak merah itu apa. Ini merah Merah seperti matamu itu.” Anak-
anak tertawa lagi.

Tukang es meraih satu gelas koktail lagi, tetapi sekali lagi ia salah. Ternyata ia meraih
pudeng yang warna hijau. Pak Sersan berteriak sekali lagi. “Merah….” lalu ia mengambil koktail
warna merah. Tukang es tampak ketakutan, ingin cepat-cepat menuangkan es ke atas koktail itu.
Pak Sersan langsung menyambarnya dan masuk ke dalam rumah.

Anak-anak kemudian menyerbu tukang es pudeng sambil mengacungkan uang minta


diladeni terlebih dahulu. Pak Amat pun tidak mau ketinggalan. Ia meraih salah satu koktail dan
men dorongkannya ke tukang es puter.

“Aku esnya dobel dong,” kata Pak Amat.

:Aku dulu, aku dulu,” teriak anak-anak menghalang-halangi Pak Amat.

Tukang es puter kuwalahan, ia meraih belnya lalu membunyikannya keras-keras. Tapi, akibatnya
jelek sekali. Pintu rumah terkuak lebar. Pak Sersan muncul sambil mengacungkan pistolnya.

“Diam kalian. Aku sudah bilang ada orang sakit di dalam.” “Bukan saya, Pak, anak ini…,” kata
tukang es pudeng.

“Tapi kamu gara-garanya!” teriak Pak Sersan tidak mau dibantah. “Bukan saya, Pak!”

Tiba-tiba, Pak Sersan meletuskan pistolnya. Semua mendadak terdiam. Anak-anak


ketakutan, tukang es pudeng pucat pasi. Pak Amat mencoba mentralisasi keadaan sebelum
menjadi runyam. Lalu ia memberanikan diri berbicara.

“Pak Sersan, maaf itu salah saya. Anak-anak itu protes karena saya minta didahulukan.

Saya minta maaf, saya yang salah…”

Pak Sersan menggeleng dan menodongkan senjatanya ke tukang e situ.

“Tidak! Dia ini yang salah. Kalau dia tidsk bawa es pudengnya keluar masuk kampung kita,
anak-anak tidak akan punya kebiasaan belie s sampai sakit-sakit seperti anakku, yang walaupun
sudah sakit masih teriak-teriak minta es kalau terdengar kelenengannya lewat. Dan, ia tahu sekali
itu. Minggat! sebelum aku tembak kamu. Aku sudah banyak menyingkirkan portugis di Timtim,
nambah satu tidak apa! Minggat!”

Pak Sersan lalu menutup pintu dan menguncinya tanpa membayar es yang dibelinya.
Tukang es itu pucat pasi, mukanya tak berdarah. Pak Amat menunggu beberapa lama, kemudian
berbisik,” baiknya Bapak pergi sebelum Pak Sersan keluar lagi.”

Tukang es itu terkejut seperti mendadak siuman. Ia memkalianngi Pak Amat lau berkata, “Bapak
yang beli es kemarin yang dekat lapangan?”

“Iya.”

“Mana gelasnya? Bapak belum kembalikan. Itu harganya lima puluh ribu satu gelas, itu gelas
kristal.” Pak Amat terkejut, bengong. Tukang es mendekat dan menadahkan tangannya.

“Ayo bayar.”

Pak Amat merasa itu tidak lucu lagi. Ia merasa telah menyelamatkan nyawa orang itu,
tapi orang itu malah menuntut. Pak Amat lalu melangkah, tapi orang itu tiba-tiba menyerang.
Pak Amat masih sempat mengelak meskipun tangannya terluka.

“Bayar!”

Pak Amat merasa sanggup menghajar orang itu meskipun usianya lebih tua. Semangat
mati dalam pertempuran melawan penjajah tiba-tiba bangkit lagi. Tapi, rasanya itu tidak sepadan
dan tidak gaya untuk berhadapan dengan tuntunan keadilan hanya gara-gara tukang es yang
kacau itu. Tanpa merasa takut sedikitpun, Pak Amat menaruh uang sepu;uh ribu di atas salah
satu gelas tukang es itu. Lalu, dengan perasaan hancur lebur, ia berbalik dan pergi. Siap
menghajar kalau tukang es itu mencoba menyerangnya, tetapi tidak.

Sambil menahan air mata, Pak Amat berjalan pulang. Belum sampai satu abad merdeka, citra
anak bangsa terhadap keadilan sudah sangat berbeda-beda,

“Apa yang sedang terjadi dengan bangsaku ini?” bisik Pak Amat.

Dari teks tersebut dapat dianalisis unsur pembangun teks cerpen seperti berikut ini.

No. Unsur Data/Alasan


Pembangun

1 Tema Sulitnya mencari keadilan

2 Amanat Jika keadilan dilihat dari sudut pkalianng berbeda, hasilnya juga berbeda.
Oleh karena itu, kita harus mempertimbangkan berbagai sudut pkalianng
dalam menentukan keadilan.

3 Alur Teks cerpen tersebut menggunakan alur maju karena tidak ada bagian
yang menceritakan masa lalu.

4 Penokohan Pengarang dalam menampilkan watak tokoh (Pak Amat, Tukang Es, Pak
Sersan) dalam cerpen tersebut melalui sikap atau tindakan tokoh.
Pak Sersan wataknya pemarah ditujukkan dengan suka membentak dan
menodongkan pistol milikknya.
Pak Amat memiliki watak bijaksana: melerai konflik Pak Sersan dan
penjual es. Selalu berpikir sebelum bertindak. Saat disuruh mengganti
gelas kristal oleh pemjual es.
Penjual es penakut dan curang.
Penakut ditunjukkan dengan wajah pucat pasi saat Pak Sersan marah.
Curang diyunjukkan dengan memnta Pak amat mengembalikan gelas
kristanya yang menurutnya belum dikembalikan padahal Pak Amat sudah
mengembalikan

5 Latar Di Bali, tepatnya di depan rumah Pak Sersan.

6. Sudut Orang ketiga di luar cerita karena pengarang tidak terlibat dalam cerita
Pandang
(tidak ada kata ganti aku/saya).

Rangkuman: Unsur instriksik pembangun cerpen merupakan unsur dari dalam yang
membangun karya sastra itu sendiri. Jadi unsur-unsur itu ada jika karya sastranya ada.

Tes Formatif 1

Untuk dapat mengukur tingkat penguasaan kalian terhadap materi di atas kerjakan tes formatif 1
berikut ini. Jawaban ditulis pada lembar kestas lain jangan lupa tuliskan identitas (nama, nomor
absen dan kelas) kalian!

Kartu Pos
Dari
Surga Agus Noor

Mobil jemputan sekolah belum lagi berhenti. Beningnya langsung meloncat menyambut .
“Hati-hati” teriak sopir. Tapi gadis kecil itu malah mempercepat larinya. Seperti capung, ia
melintas halaman. Ia ingin segera ingin membuka kotak pos itu. Pasti kartu pos dari Mama telah
tiba. Di kelas, tadi, ia sudah sibuk membayang-bayangkan: bergambar apakah kartu pos Mama
kali ini? Hingga Bu Guru menegurnya karena terus-terusan melamun.

Beningnya tertegun, karena kotak posnya kosong. Mungkin Bik Sari sudah
mengambilnya. Beningnya buru-buru mencari Bik Sari. Sambil lari memanggil ”Biiik…Biiik...”
Ia nyaris kepleset dan menabrak pintu. Bik sari yang sedang ngepel sampai kaget melihat
beningnya terengah-engah begitu.

“Ada apa, Non?”

“Kartu posnya sudah diambil Bibik, ya?”

Tongkat pel yang dipegangnya nyaris terlepas dan Bik Sari merasa mulutnya langsung kaku. Ia
harus menjawab apa? Sungguh, ia selalu tak tahan melihat mata yang kecewa itu.

Marwan hanya diam ketika Bik Sari cerita kejadian saiang tadi. “Sekarang setiap pulang,
Beningnya selalu nanya kartu pos…” suara pembantunya terdengar serba salah. “Saya ndak tahu
mesti jawab apa…” Memang tak gampang menjelaskan semuanya pada anak itu. Ia masih belum
genap enam tahun. Marwan sendiri selalu berusaha menghindari jawaban langsung apabila
anaknya bertanya, “Kok kartu pos Mama belum datang ya Pa?” “Mungkin, Pak Posnya lagi sakit
jadi belum sempat ngantar kemari.” Lalu, ia mengelus lembut anaknya. Ia tidak menyangka,
betapa soal kartu pos ini akan membuatnya mesti mengarang-ngarang jawaban. Pekerjaan Ren
membuatnya sering berpergian, kadang, bisa sebulan tidak pulang. Di kota-kota yang disinggahi,
ia selalu mengirimkan kartu pos buat Beningnya. Marwan kadang meledek istrinya. “ Hari gini
masih pake kartu pos?” Karena sebenarnya Ren bisa telepon atau kirim SMS. Meski baru
playgroup,

Beningnya sudah pegang hape.Sekolah memang mewajibkan muridnya untuk punya HP


untuk bisa dicek sewaktu-waktu saat bubaran sekolah berjaga-jaga kalau ada penculikan.

“Kau memang tak pernah merasakan bagaimana bahagianya dapat kartu pos…”

Marwan tak lagi menggoda apabila Ren sudah menjawab seperti itu. Sepanjang
hidupnya, Marwan tak pernah menerima kartu pos. Bahkan, rasanya ia pun jarang mendapat
surat pos yang membuatnya bahagia. Saat SMP, banyak temannya yang punya sahabat pena
yang dikenal lewat rubrik majalah. Mereka akan berteriak senang apabila menerima surat
balasan atau kartu pos dan memamerkannya dengan membacanya keras-keras. karena ini,
Marwan pernah diam-diam menulis untuk dirinya sendiri, lantas mengeposkannya. Ia pun
berusaha tampak gembira ketika surat yang dikirimkannya sendiri itu ia terima.

Ren sejak kanak-kanak sering menerima kiriman kartu pos dari Ayahnya yang pelaut.
“Setiap kali menerima kartu pos darinya, aku selalu merasa Ayahku muncul dari negeri-negeri
yang jauh. Negeri yang gambarnya ada dalam kartu pos itu….” ujar Ren. Marwan ingat,
bagaimana Ren bercerita, dengan suara penuh kenangan, “ Aku selalu mengeluarkan kartu posz
itu, setiap Ayah pulang. “Ren kecil duduk di pangkuan, semen tara Ayahnya berkisah keindahan
kota-kota pada kartu pos yang mereka pkalianngi. “Itulah saat-saat menyenangkan dan
membanggakan punya ayah pelaut.” Ren merawat kartu pos itu seperti merawat kenangan.
“Mungkin, aku memang jadul. Aku hanya ingin Beningnya punya kebahagiaan yang aku
rasakan….”

Tak ingin berbantahan, Marwan diam. Meski tetap saja, ia merasa aneh dan yang lucu:
pernah suatu kali Ren sudah pulang, tetapi kartu pos yang dikirimkannya dari kota yang
disinggahi baru sampai tiga hari kemudian.

Ketukan di pintu membuat Marwan bangkit dan ia mendapati Beningnya berdiri sayu
menenteng kotak kayu. Itu kotak katu pemberian Ren. Kotak kayu yang dulu juga dipakai Ren
menyimpan kartu pos dari Ayahnya. Marwan melirik jam dinding kamarnya. Pukul 11.20.

“Enggak bisa tidur, ya? Mo tidur di kamar Papa?” Marwan menggandeng anaknya masuk.

“Besok Papa bisa anter Beningnya enggak?” tiba-tiba anaknya bertanya. “Nganter ke mana?
Mal?”

Beningnya menggeleng. “Kemana?”

“Ke rumah Pak Pos…”

Marwan merasakan sesuatu mendesir di dadanya.

Kalau emang Pak Posnya sakit biar besok Beningnya aja yang ke rumahnya, ngambil kartu pos
dari Mama.”

Marwan hanya diam, bahkan ketika anaknya mulai mengeluarkan setumpuk kartu pos
dari kotak itu. Ia mencoba menarik perhatian Beningnya dengan memutar DVD Pokoyo, kartun
kesukaannya. Namun, Beningnya terus sibuk memkalianngi gambar-gambar kartu pos itu. sudut
kota tua. Siluet menara dengan burung-burungmelintas langit jernih. Sepeda yang berjajar di
tepian kanal. Pagoda kuning keemasan. Deretan kafe paying warna sepia, dan gambar-gambar
lain. Semua itu menjadi tampak lebih indah dalam kartu pos. Rasanya, ia kini mulai dapat
memahami kenapa seorang pengarang bisa begitu terobsesi pada senja dan ingin memotongnya
menjadi kartu pos buat pacarnya.

Kaliani ada Ren, pasti akan dikisahkannya gambar-gambar di kartu pos itu hingga Beningnya
tertidur.

Ah, bagaimanakah ia mesti menjelaskan semuanya pada bocah itu?

“Bilang saja Mamanya pergi…” kata Ita, tem,an sekantor saat Marwan makan siang bersama.
Marwan masih ngantuk karena baru tidur menjelang jam lima pagi, setelah Beningnya pulas.
“Bagaimana kalau ia masih terus bertanya, kapan pulangnya?” “Ya sudah, kamu jelaskan saja
pelan-pelan yang sebenarnya.”

Itulah. Ia selalu merasa bingung, dari mana mesti memulainya? Marwan menatap Ita, yang
tampak memberi isyarat agar ia melihat ke sebelah. Beberapa rekan sekantornya terlihat tengah
memkalianng mejanya dengan mata penuh gossip. Pasti mereka menduga ia dan Ita…

“Atau kamu bisa saja tulis kartu pos buat dia. Seolah-olah itu dari Ren….” Marwan tersenyum.
Merasa lucu karena ingat kisah masa lalunya.

Mobil jemputan belum lagi berhenti ketika Marwan melihat Beningnya meloncat turun. Marwan
mendengar teriakan sopir yang menyuruh hati-hati, tetapi bocah itu telah melesat menuju kotak
pos dip agar rumah. Marwan tersenyum. Ia sengaja tak masuk kantor untuk melihat Beningnya
gembira ketika mendapati kartu pos itu. Kartu pos yang diam-diam ia kirim. Dari jendela ia bisa
melihat anaknya memkalianngi kartu pos itu seperti tercekat, kemudian berlarian masuk rumah.

Marwan menyambut gembira ketika Beningnya menyodorkan kartu pos itu. “Wah, udah datang
ya kartu posnya?”

Marwan melihat mata Beningnya berkaca-kaca.

“Ini bukan kartu pos dari Mama!” Jari mungilnya menunjuk kartu pos itu. “Ini bukan tulisan
Mama….” Marwan tak berani menatap mata anaknya ketika Beningnya terisak dan berlari ke
kamarnya. Bahkan, membohongi anaknya saja, ia tak bisa!Barangkali, memang harus berterus
terang. Akan tetapi, bagaimanakah menjelaskan kematian pada anak seusianya?

Rasanya akan lebih mudah apabila jenazah Ren terbaring di rumah. Ia bisa membiarkan
Beningnya melihat mamanya terakhir kali. Membiarkannya ikut ke pemakaman. Mungkin, ia
akan terus-terusan menangis karena merasakan kehilangan. Akan tetapi, rasanya jauh lebih
mudah menenangkan Beningnya dari tangisnya ketimbang harus menjelaskan bahwa pesawat
Ren jatuh ke laut dan mayatnya tak pernah ditemukan.

Ketukan gugup di pintu membuat Marwan bergegas bangun. Dua belas lewat, sekilas ia melihat
jam kamarnya.

“Ada apa?” Marwan mendapati Bik Sari yang pucat. “Beningnya…”

Bergegas Marwan mengikuti Bik Sari. dan, ia tercekat di depan kamar anaknya. Ada cahaya
terang keluar dari celah pintu yang bukan cahaya lampu. Cahaya yang terang keperakan. Dan, ia
mendengar Beningnya yang cekikikan riang. Seperti tengah bercakap-cakap dengan seseorang.
Hawa dingin bagai merembes dari dinding. Bau wangi yang ganjil mengambang. Dan, cahaya itu
makin menggenangi lantai. Rasanya ia hendak terserap amblas ke dalam kamar.

“Beningnya! Beningnya!” Marwan segera menggedor pintu kamar yang entah kenapa begitu
sulit ia buka. Ia ihat ada asap lembut, serupa kabut keluar dari lubang kunci. Bau sangit
membuatnya tersedak. Lebih keras dari amoniak. Ia menduga terjadi kebakaran dan makin panic
membayangkan api mulai melahap kasur.

“Beningnya! Beningnya!” Bik Sari ikut berteriak memanggil. “Buka Beningnya! Cepat buka!”

Entahlah, berapa lama ia menggedor ketika akhirnya cahaya keperakan itu seketika lenyap dan
pintu terbuka. Beningnya berdiri sambil memegangi selimut. Segera Marwan menyambar
mendekapnya. Ia melongok ke dalam kamar, tak ada api, semua rapi. Hanya kartu pos-kartu pos
yang berserakan.

“Tadi Mama datang,” pelan Beningnya bicara. “Kata Mama tukang posnya emang sakit, jadi
Mama mesti nganter kartu posnya sendiri….”

Beningnya mengulurkan tangan. Marwan mendapati sepotong kain serupa kartu pos dipegangi
anaknya. marwan menerima dan mengamati kain itu. Kain Kafan yang tepiannya kecoklatan
bagai bekas terbakar.

Indentifikasilah unsur-unsur intrinsik pembangun cerpen di atas!

No. Unsur Pembangun Data/Alasan


1 Tema

2 Amanat
3 Alur

4 Penokohan

5 Latar

6. Sudut Pandang

Kegiatan belajar 2 Pengetahuan

Unsur intrinsik cerpen telah kalian pelajari dan kalian fahami. Selanjutnya mari kita
pelajari unsur ekstrinsik cerpen.Dalam proses penciptaan cerpen,selain dibangun dengan unsur
intrinsik ,tidak terlepas dari unsur ekstrinsik Unsur ekstrinsik itu antara lain:

1. Latar belakang kultur/budaya setempat,


2. Latar belakang pribadi pengarang,
3. Nilai –nilai /norma yang berlaku di lingkungan pengarang..
1. Latar belakang kultur budaya.
Dalam proses penciptaan cerpen,tidak terlepas dari kultur dan budaya daerah
tempat penulis berdomisili.Budaya daerah pedesaan akan berbeda dengan budaya daerah
perkotaan.Budaya dan kultur pedesaan masih kental dengan budaya gotong
royong,sedangkan daerah perkotaan,yang cenderung beraneka ragam latar belakang
masyarakatnya ,berdampak mulai berkurangnya rasa gotong royong pada kehidupan
sosial kemasyarakatannya.Hal ini akan sangat berpengaruh pada lahirnya cerpen yang
dibuat oleh penulis daerah dan penulis yang berdomisili di perkotaan.
2. Latar belakang pribadi pengarang
Intelektualitas dan kedalaman ilmu seorang penulis sangat berpengaruh pada
karya yang diciptakan.Cerpen yang diciptakan oleh pengarang yang tingkat keilmuannya
tinggi, akan menghasilkan karya yang memiliki nilai sastra tinggi.Demikian pula
sebaliknya.Seorang pengarang yang sangat terbatas keilmuannya,maka karya yang
diciptakannya juga memiliki banyak keterbatasan.Hal ini akan mewarnai karya yang
diciptakannya.
3. Nilai-nilai dan norma yang berlaku
Norma –norma yang berlaku di masyarakat antara lain,norma susila,norma agama,norma
sosial.Dalam proses penciptaan cerpen .Pengarang tidak akan keluar dari norma-norma
yang berlaku di masyarakat.Karya sastra yang bertentangan dengan norma,akan
menjadikan karya itu kontradiktif yang akhirnya menyebabkan kontraproduktif.Hal itu
menyebabkan karya tersebut tidak diterima di masyarakat.

Perhatikan contoh cuplikan cerpen berikut ini.

Cerpen 1

Baik Luar Dalam

“Din, ada Devi tuh di depan nyariin kamu katanya, ditemuin gih. Dah nungguin dari tadi.” Sahut
Devi kepada Dinda yang sedang mengerjakan tugas sekolah di rumah Dinda.“Bi surti, bilang aja
aku gak ada, lagi keluar apa cari alasan lain gitu.” Pinta Dinda pada Bi Surti yang bekerja di
rumahnya.

“Iya, Non.”

“Kamu kenapa kaya gitu sama Devi? Dia sudah datang jauh-jauh malah kamu gituin. Devi itu
anak baik lho, Din.” “Iya dari memang luarnya keliatan baik, manis, ramah. Tapi apa hanya itu
saja kamu mengukur sifat seseorang? Dari luar memang manis. Tapi dalamnya tuh pahit.”

“Pahit gimana maksudnya?”

“Devi itu sering ngomongin keburukan temannya sendiri di belakang orangnya. Banyak
pokoknya, yang gak bisa aku jelasin ke kamu.
“Beda sama kamu, lihatlah kamu ini. Judes, ceplas-ceplos kalo ngomong sama aku. Tapi hatimu
tulus, Tin, bukan baik di luar tapi dalamnya busuk. Aku gak butuh kawan yang tampilan luar
orang dalam berteman.” Jelas Dinda. Cerpen 2

Keutamaan Sedekah

“Bu, hari ini barang dagangan tidak habis bahkan hanya sedikit sekali yang terjual. Hanya segini
yang bisa Bapak berikan ke Ibu.” Sambil memberikan uang hasil dagangan kepada istri nya
untuk kebutuhan sehari hari.

“Iya Pak, tidak papa yang penting Bapak sudah berusaha dan memang selebihnya ini merupakan
rejeki dari Tuhan.”

Keesokan harinya, sang suami berangkat bekerja lagi dengan membawa barang dagangannya ke
pasar. Di tengah-tengah perjalanan ia bertemu dengan nenek tua yang terlihat kebingungan
pinggir di jalan.

“Ada apa nek?” Tanya pak Tugimin kepada nenek tua tersebut.

“Nak, bolehkah nenek meminta uang? Nenek ingin pulang tapi tidak ada ongkos.” Pinta nenek
lirih kepada Pak Tugimin.

“Uangku juga mepet, dagangan saya dari kemarin tidak laku banyak, untuk makan saja masih
kurang, ah tapi tidak apa-apa. Kata pak ustad sedekah akan melancarkan rejeki, bismillah saja.”
Gumam pak Tugimin dalam hati. “Baiklah, Nek, ini ada uang tapi tidak terlalu banyak buat naik
bis nenek sampai tujuan ya. Biar saya antar sampai ke terminal.” Ucap Pak Tugimin sambil
mengantar nenek tersebut menuju terminal.

“Terima kasih nak, sudah mau membantu nenek, semoga rejekimu selalu lancar.”

“Aamiin, Nek”.

Setelah mengantar nenek tersebut, Pak Tugimin kembali ke pasar melanjutkan menjual
dagangannya. Sesampainya Ia di pasar, ada seorang pembeli yang hendak memborong
dagangannya sampai habis.

“Alhamdulillah rejeki memang tidak akan tertukar. Memang sedekah akan melancarkan rejeki.”
Gumam Pak Tugimin bersyukur.

Dari kedua cerpen di atas dapat kita analisis sebagai berikut ;

Data/Alasan
No. Unsur Pembangun
Cerpen 1 Cerpen 2

1 Kultur budaya Budaya perkotaan/modern Budaya pedesaan


2 Latar belakang Berjiwa muda Berjiwa dewasa
Pengarang
3 Nilai dan Norma Norma sosial persahabatan Norma agama
Sosial

Rangkuman

Unsur-unsur ekstrinsik pembangun cerpen antara lain,kultur budaya,latar belakang


pengarang,dan nilai-nilai dan norma sosial.Unsur ekstrinsik adalah hal-hal di luar cerpen tersebut
yang mempengaruhi dan mewarnai kuaitas karya sastra tersebut.

Tes Formatif 2 Pengetahuan

Setelah kalian membaca kedua cuplikan cerpen di atas,selanjutnya jawablah pertanyaan-


pertanyaan berikut ini:
Tentukan satu kalimat pada cerpen 1 yang menunjukkan cerpen tersebut diwarnai dengan kultur
budaya perkotaan/modern!
Tentukan satu kalimat pada cerpen 2 di atas,yang menunjukkan bahwa bahwa penulis memiliki
jiwa yang sudah dewasa atau matang !
Tentukan satu kalimat dari cerpen 1 ,yang menunjukkan menjunjung tinggi nilai atau norma
kebersamaan dan kekeluargaan !
Menurut pendapatmu,apakah unsur ekstrinsik sangat berpengaruh terhadap proses penciptaan
cerpen? Jelaskan alasanmu!

Kegiatan Belajar 3

MENYIMPULKAN UNSUR PEMBANGUN CERPEN


Setelah kalian dapat mengidentifikasi unsur-unsur pembangun cerpen, kalian akan belajar
menyimpulkan unsur- unsur pembangun teks cerpen tersebut, Nah, bagaimana agar dapat
menyimpulkan unsur-unsur pembangun cerpen yang kalian baca, tentunya kalian harus membaca
cerpen tersebut dengan cermat. Setelah membaca dengan cermat kalian akan dapat menentukan
unsur-unsur pembangun cerpen tersebut dan dapat menyimpulkannya.
Kesimpulan merupakan pendapat akhir berdasarkan uraian-uraian atau keterangan-ketrangan
serta data yang ada.

Untuk lebih memahami menyimpulkan unsur pembangun cerpen, perhatikan contoh berikut ini.

Saban hari ia merenung di teras. Sesekali paras lastri hadir kala ia menyeruput secangkir
kopi. Cangkir itu dibelikan istrinya dulu saat baru menikah. Ah, pikirannya tergiring. Sosok
Lastri seolah-olah menghampiri, menyodorkan secangkir kopi terbalut senyum, lalu duduk di
sampingnya. Dia pamitan kepada Lastri. Lalu beranjak meraih cangkul, keranjang serta air
minum yang selalu disiapkan Lastri sebelum ia berangkat ke sawah. Suhari rindu masa-masa itu.
“Hati-hati, Bang. Jangan lupa makan siang di rumah. Nanti Lastri buatkan temped an sayur asam
kesukaan Abang.”

Dikutip dari: Amir Syam. “Senyum Lastri di Cangkir Kopi” dalam Suara Merdeka, 9 Juli 2017.

Dari teks cerpen tersebut dapat dibuat beberapa pertanyaan terkait dengan unsur pembangun
cerpen kemudian dari jawaban yang ada kita bisa menarik kesimpulan unsur pembangun cerpen
tersebut. Misalnya:
 Permasalahan apa yang disampaikan dalam cerita tersebut?
Kehidupan sebuah keluarga yang tidak harmonis.
 Siapa tokoh dalam cerita tersebut?
Seorang suami bernama Suhari dan istrinya bernama Lastri.
 Bagaimana karakter tokoh dalam cerita tersebut?
Suhari: baik, setia pada istrinya setiap hari terkenang akan istrinya.
Lastri : baik, setia sayang suami selalu membuatkan kopi dan memasakkan makanan
kesukaan suami Berdasarkan uraian tersebut cerpen di atas dapat disimpulkan sebagai
berikut.
Cerita tersebut mengisahkan tentang sebuah kehidupan keluarga suami istri yang saling
menyayangi. Suhari suaminya dan istrinya bernama Lastri. Suhari setiap hari di teras selalu
teringat akan kopi buatan istrinya. Dalam cerpen ini penulis menggunakan sudut pkalianng orang
ketiga.

Rangkuman
Menyimpulkan unsur instrinsik merupakan kegiatan memberikan pendapat akhir berdasarkan
keterangan atau uraian yang ada.

Tes Formatif 3 Keterampilan


Untuk dapat mengukur tingkat penguasaan kalian terhadap materi di atas kerjakan tes formatif 2
berikut ini Bacalah teks cerpen berikut dengan saksama kemudian jawablah pertanyaan-
pertanyaan yang ada pada lembar kertas lain, jangan lupa tuliskan data diri (nama, nomor absen,
kelas) kalian!

Baik Luar Dalam


“Din, ada Devi tuh di depan nyariin kamu katanya, ditemuin gih. Dah nungguin dari tadi.” Sahut
Tin kepada Dinda yang sedang mengerjakan tugas sekolah di rumah Dinda.
“Bi Surti, bilang aja aku gak ada, lagi keluar apa cari alasan lain gitu.” Pinta Dinda pada Bi Surti
yang bekerja di rumahnya.
“Iya, Non.”
“Kamu kenapa kaya gitu sama Devi? Dia sudah datang jauh-jauh malah kamu gituin. Devi itu
anak baik lho, Din.” “Iya dari memang luarnya keliatan baik, manis, ramah. Tapi apa hanya itu
saja kamu mengukur sifat seseorang? Dari luar memang manis. Tapi dalamnya tuh pahit.”
“Pahit gimana maksudnya?”
“Devi itu sering ngomongin keburukan temannya sendiri di belakang orangnya. Banyak
pokoknya, yang gak bisa aku jelasin ke kamu.
“Beda sama kamu, lihatlah kamu ini. Judes, ceplas-ceplos kalo ngomong sama aku. Tapi hatimu
tulus, Tin, bukan baik di luar tapi dalamnya busuk. Aku gak butuh kawan yang tampilan luar
orang dalam berteman.” Jelas Dinda.

 Permasalahan apa yang disampaikan dalam cerita tersebut?


 Siapa saja tokoh dalam cerita tersebu? Jelaskan wataknya masing-masing tokoh!
 Mengapa Dinda tidak suka pada Devi? Jelaskan!
 Simpulkan unsur pembangun cerpen tersebut!
TEKS CERITA PENDEK (CERPEN)

STRUKTUR UNSUR KEBAHASAAN DAN MENGUNGKAPKAN PENGALAMAN


DALAM BENTUK CERPEN

A. PENGANTAR
Manusia dapat belajar dari berbagai hal yang ada di muka bumi. Sumber belajar tersebut
bisa berasal dari sesama manusia atau yang lainnya, seperti alam, tumbuhan, dan binatang.
Di dalam berbagai sumber belajar tersebut, terdapat informasi yang disampaikan melalui
bahasa. Adapun wahana yang dapat digunakan sebagai media dalam menyampaikan
informasi yang terkadung dalam sumber belajar tersebut satu di antaranya adalah melalui
teks.
Teks cerita pendek (cerpen) merupakan teks yang di dalamnya menceritakan tentang
berbagai prilaku manusia yang disusun berdasarkan urutan waktu dan peristiwa. Penekanan
utama adalah terletak pada aspek-aspek yang membangun teks itu sendiri, seperti struktur,
unsur kebahasaan, serta bagaimana mengungkapkan pengalaman dalam bentuk cerpen.
Sebagai siswa, kalian perlu menguasai materi yang berkaitan dengan Struktur,
kebahasaan yang terdapat dalam cerita pendek, serta mengungkapkan pengalaman dalam
bentuk cerpen Untuk materi teks cerita pendek, kompetensi dasar ranah pengetahuan dan
ketrampilan adalah sebagai berikut.
3.6 Menelaah struktur dan aspek kebahasaan cerita pendek yang dibaca atau didengar
4.6 Mengungkapkan pengalaman dan gagasan dalam bentuk cerita pendek dengan
memperhatikan struktur dan kebahasaan

B. TUJUAN
Setelah memelajari modul ini, kalian diharapkan mampu memiliki kemampuan sebagai
berikut.
 Memahami materi struktur unsur kebahasaan dan mengungkapkan pengalaman
dalam bentuk teks cerita pendek.

C. URAIAN MATERI
1. Teks Cerpen
Pohon Keramat

Di sebelah barat kampong ada gunung yang tidak begitu besar. Disebut gunung
barangkali tidak tepat karena areanya terlalu kecil. Lebih tepatnya disebut bukit. Tapi,
penduduk kampung, sejak dulu sampai sekarang, menyebutnya dengan Gunung Beser.
Meski areanya kecil, jangan Tanya siapa saja penduduk yang pernah masuk ke dalam
Gunung Beser. Mereka akan bergidik hanya membayangkan keangkerannya. Mereka,
dari kakek-nenek sampai anak-anak, hapal cerita keangkeran Gunung Beser. Konon, saat
pendudukan Belanda, di kampong saya ada seorang maling budiman. Seperti Jaka
Sembung dari Cirebon atau Robin Hood dari Inggris. Maling Budiman itu sering
merampok harta milik Belanda atau orang-orang kaya yang tidak loyal kepada rakyat
yang menderita. Harta hasil jarahan itu secara diam-diam dibagikan kepada rakyat. Sekali
waktu, maling budiman yang selalu menutup wajahnya saat merampok dan menyantuni
rakyat itu, ketahuan oleh Belanda. Maling budiman itu ternyata salah seorang penduduk
kampong. Dia dikejar oleh pasukan Belanda dan centeng-centeng demang. Jayasakti,
begitu nama si maling budiman itu, lari ke Gunung Beser dan bersembunyi. Bertahun-
tahun pasukan Belanda dan centeng-centeng demang mengepung Gunung Beser, tapi
Jayasakti tidak pernah menyerah. Pasukan Belanda dengan dipandu centeng-centeng
demang pernah melacak Jayasakti ke dalam Gunung, tapi tidak ada seorang pun dari
mereka yang selamat. Kata orang-orang pintar, Jayasakti bersemedi dan tubuhnya
menjadi pohon harum yang baunya dibawa angina ke sekitar gunung. Karena cerita yang
dipercaya kebenarannya itu, tidak seorangpun berani masuk ke kelebatan Gunung Beser.
Mereka menghormati perjuangan yang pernah dilakukan si Maling budiman. Tapi selain
itu, konon, mereka takut masuk ke dalam gunung karena dulu ada beberapa orang pencari
kayu bakar yang nekat masuk ke dalam tetapi dia bernasib seperti pasukan Belanda dan
centeng-centeng demang itu, tidak bisa kembali. Siapa pun akan berhati-hati bila harus
berhubungan dengan Gunung Beser, Para pencari kayu bakar dan penyabit rumput hanya
benari sampai ke kaki gunung, sebelum mengambil air dari danau kecil untuk kebutuhan
kebun dan sawah, ketua kampung mengadakan syukuran kecil dan meminta ridho dari
penguasa Gunung Beser. Kekeringan di musin kemarau dan banjir-banjir kecil di musim
hujan tidak asing Tapi, para penduduk tidak menyerah. Alam hars ditaklukkan. Kipas
angin dan kulkas menjadi kebutuhan di musim kemarau. Bendungan-bendungan kecil
dibangun untuk menanggulangi musim hujan. Tiba tiba saya merasa bahwa persahabatan
dengan alam menghilang dari kamus kampung saya. Perlawanan terhadap alam itu
berakhir ketika tahun yang oleh peneliti disebut El Nino itu tiba. Kekeringan membakar
kampung saya. Banyak bangunan dan lahan yang angus. Dan, saat musim hujan tiba
banjir besar melanda. Rumah-rumah hanya kelihatan atapnya. Saya sedang duduk diatas
rumah ketika bantuan puluhan perahu itu tiba. Saya hanya bisa mencatat peristiwa-
peristiwa seperti itu tanpa mengerti apa yang telah terjadi. Seperti kebanyakan remaja di
kampung saya, saya kebingungan dengan banyak peristiwa. Saya merasa bahwa
keinginan saya satu-satunya saat ini adalah bermain gitar dan berteriak sepuas puasnya.

2. Struktur Teks Cerita Pendek (Cerpen)


Struktur Cerpen
Di bawah ini akan dijelaskan struktur cerpen beserta penjelasannya meliputi abstrak,
orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi dan koda selengkapnya.
a. Orientasi
Orientasi menjadi salah satu struktur teks cerpen yang selanjutnya. Pengertian
orientasi pada cerpen berhubungan dengan waktu, suasana dan tempat di dalam cerita
pendek tersebut, yang menjawab pertanyaan kapan, dimana serta bagaimana.
b. Komplikasi
komplikasi pada cerpen adalah urutan kejadian yang dihubungkan secara sebab dan
akibat. Karakter dan watak tokoh biasanya terlihat di struktur komplikasi ini yang
menggambarkan plot cerita.
c. Resolusi
Resolusi merupakan salah satu dari struktur teks cerpen. Pengertian resolusi pada
cerpen adalah ketika pengarang mengungkapkan solusi terhadap masalah yang
dialami tokoh dalam cerpen. Dalam resolusi, masalah sudah mendapat penyelesaian
di tahap akhir cerita.

3. Aspek kebahasaan Teks Cerita Pendek (Cerpen)


Ciri-ciri kebahasaan Teks Naratif
Ciri kebahasaan yang menonjol dari teks naratif, khususnya cerita pendek fiksi sebagai
berikut:
a. Sudut pandang pencerita menjadi ciri kebahasaan khas cerpen, pencerita menjadi
orang pertama atau ketiga.
b. Beberapa dialog dapat dimasukkan, menunjukkan waktu kini atau lampau
c. Kata benda khusus, pilihan kata bnda yang bermakna kuat dan bermakna khusus,
misalnya memilih kata beringin atau trembesi dibanding pohon.
d. Uraian deskriptif yang rinci, deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan
pengalaman, latar, dan karakter. Misalnya, baunya seperti apa rasanya, dan lain lain.
e. Penggunaan majas
Majas atau gaya bahasa adalah cara pengarang atau seseorang yang mempergunakan
Bahasa
Beberapa majas yang sering digunakan:
sebagai alat mengekspresikan perasaan dan buah pikiran yang terpendam di dalam
jiwanya.
1) Majas Litotes: pengungkapan yang bertujuan merendahkan diri. Contoh:
Mampirlah ke gubuk kami
(Padahal rumahnya besar dan mewah)
2) Majas Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan. Contoh:
Kita berjuang sampai titik darah penghabisan
3) Majas Personifikasi: mengumpamakan benda mati sebagai makhluk hidup
Contoh: Hujan itu menari-nari di atas genting
4) Majas Simile: pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan
dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, "umpama",
"ibarat", "bak", bagai". Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan
Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.
5) Majas Metafora pengungkapan yang membandingkan suatu benda dengan benda
lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama. Contoh: cuaca
mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri.
f. Ungkapan/Idiom
kedil hati=penakut
besar hati=(-) sombong, (+) bangga
berat hati = kurang suka melakukan sesuatu pekerjaa/terpaksa
lapang hati= sabar
tinggi hati = sombong; congkak
setengah hati = terpaksa/enggan
jatuh hati menjadi cinta
perang dingin perangtanpa senjata
uang panas= uang tidak halal kambing hitam-orang yang disalahkan
kuda hitam pemenang yang tidak diunggulkan
sebatang kara=sendirian naik daun terkenal/popular
berbadan dua hamil
pertemuan empat mata = pertemuan dua orang
kaki lima=emperan/pingggir jalan, depan rumah orang

g. Peribahasa
1) Menang jadi arang kalah jadi abu
Kalah ataupun menang sama-sama menderita.
2) Bagaikan abu di atas tanggul.
Orang yang sedang berada pada kedudukan yang sulit dan mudah jatuh
3) Ada padang ada belalang ada air ada pula ikan.
Di mana pun berada pasti akan tersedia rezeki buat kita.
4) Adat pasang turun naik.
Kehidupan di dunia ini tak ada yang abadi, semua senantiasa silih berganti.
5) Air beriak tanda tak dalam. Orang yang banyak bicara biasanya tak banyak
ilmunya.

4. Mengungkapkan pengalaman dalam bentuk Teks Cerita Pendek (Cerpen)


Langkah Langkah Menulis Cerpen
a) Siapkan tema
Anda dapat memilih tema persahabatan, percintaan, misteri, dan lain-lain. Menulis tanpa
berpegang pada satu tema bisa-bisa hanya akan membuat Anda duduk kebingungan di
depan komputer dan membuang waktu dengan percuma.
b) Tentukan jenis cerpen
Cerpen seperti apa nan ingin ditulis? Cerpen horor, komedi, drama, romantis, misteri,
religi, atau drama komedi? Jika sejak awal Anda sudah menentukan akan membuat
cerpen komedi, misalnya, fokuslah buat menulis cerpen nan benar benar lucu, bukan lucu
nan nanggung.
c) Tentukan segmen
Pastikan dulu apakah Anda akan menulis cerpen anak, remaja, atau dewasa. Menulis
cerpen buat anak-anak jelas tidak sama dengan menulis cerpen buat remaja, apalagi buat
dewasa.
d) Tentukan tokoh
Siapa nan akan menjadi tokoh primer dalam cerpen Anda? Siapkan nama-nama tokoh
primer dan beri karakter buat setiap tokoh primer dan tokoh-tokoh lainnya nan ada di
dalam cerpen.
e) Tentukan konflik
Cerpen tanpa konflik tentu akan hambar, tidak ada gregetnya. Jadi, siapkan konflik.
Konflik ini dapat muncul di tengah-tengah cerita, dapat pula langsung menggebrak di
awal cerita.
f) Tentukan penyelesaian (ending) cerita
Kalau kata grup band Armada, "Mau dibawa ke mana interaksi kita...". Begitu juga
dengan menulis cerpen. Mau dibawa ke mana cerpen nan akan Anda tulis? Ke akhir nan
senang (happy ending), akhir nan menyedihkan (sad ending), atau akhir nan
menggantung (hanging ending)?
g) Tentukan judul
Jangan lupa, pilih judul yang singkat. Namun, bisa menggambarkan isi cerpen nan ditulis.
Tak masalah jika Anda menentukan judul ini belakangan atau bahkan ketika cerpen telah
selesai ditulis. Tapi, ingat! Jangan sampai melakukan kesalahan fatal dengan tak
mencantumkan judul cerita.

Teknik menulis cerpen :

1. Memodifikasi cerpen yang sudah ada.


2. Melanjutkan cerpen yang rumpang
3. Menggunakan ilustrasi, misal ada ilustrasi kemudian disusun cerpennya. Kegiatan Belajar
untuk membuat cerpen
Teknik Modifikasi Cerpen
Petunjuk:
Ubahlah teknik penceritaan kutipan cerpen berikut menjadi sudut pandang orang ketiga
Saat mengubah menjadi sudut pandang orang ketiga, dibolehkan untuk mengubah kalimat.
Namun, perubahan kalimat tersebut tidak mengubah maknanya
Kutipan Cerpen
Bagi anak-anak, sawah adalah tempat yang paling banyak memberi kenangan. Kami mandi sore
di pancuran sawah. Setiap sore, kecuali harijumat, anak-anak belajarmengaji di masjid.
Kakekawalnya mengajar, tetapi akhirnya diteruskan oleh Kang Hasim. Saya menjadi anak emas
apabila Kang Hasim mengajar. Selain dari Kang Hasim, saya belajar mengaji dari Kakek, bagi
saya mengaji bukan hal baru. Sebelum sekolah, setiap malam Kakek mengajar saya. Maka
pelajaran yang diberikan Kang Hasim kepada anak-anak lain sering merupakan hal yang sudah
saya hafal betul.

Pulang dari mengontrol sawah sering saya diajak Kakek jalan-jalan ke pasar yang buka
seminggu sekali. Kakek membeli berbagai keperluan sehari-hari dan saya selalu punya jajanan
enak. Kalau tidak kue serabi, saya memilih kue pukis. Para pedagang itu saya dikasih sebungkus
besar kue Bagi anak-anak, sawah adalah tempat yang paling banyak memberi kenangan. Kami
mandi sore di

sebelum saya memilih.

pancuran sawah. Setiap sore, kecuali harijumat, anak-anak belajar mengaji di masjid.
Kakekawalnya

mengajar, tetapi akhirnya diteruskan oleh Kang Hasim. Saya menjadi anak emas apabila Kang
Hasim

mengajar. Selain dari Kang Hasim, saya belajar mengaji dari Kakek, bagi saya mengaji bukan
hal baru. Sebelum sekolah, setiap malam Kakek mengajar saya. Maka pelajaran yang diberikan
Kang Hasim kepada anak-anak lain sering merupakan hal yang sudah saya hafal betul. Pulang
dari mengontrol sawah sering saya diajak Kakek jalan-jalan ke pasar yang buka seminggu sekali.
Kakek membeli berbagai keperluan sehari-hari dan saya selalu punya jajanan enak. Kalau tidak
kue serabi, saya memilih kue pukis. Para pedagang itu saya dikasih sebungkus besar kue sebelum
saya memilih.
Hasil Modifikasi :
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

Teknik Melanjutkan Cerpen:


Petunjuk:

Lanjutkan cerpen "Sepatu Butut" berikut secara bebas. Alur yang diputus Adalah yang menuju
bagian klimaks.
Sepatu Butut
Penulis Cerpen: Ely Chandra Perangin-angin
Entah sudah berapa kali aku mengatakan padanya untuk mengganti sepatu bututnya itu. Kalau

sepatu itu masih layak pakai sih mungkin tidakapa-apa, tetapi sepatu Itu sudah kelihatan sangat
kumal, jauh dari kategori layak pakai. Walaupun orang tua kami bukanlah orang yang kaya,
tetapi kurasa mereka masih mampu membelikan Andi sebuah sepatu baru yang lebih layak pakai.
Entah mengapa pula, hanya aku yang selalu memperhatikan sepatu bututnya Andi. Sepatu butut
itu begitu menggangu pandanganku. Orang tua kami tidak pernah protes kalau Andi mengenakan
sepatu butut itu lagi. Pagi ini kanni akan berangkat sekolah. Lagi-lagi sepatu butut itu lagi yang
kuperhatikan. Tidak ada yang lain yang kuperhatikan dari Andi, aku jadi malas bila berjalan
dengannya. Aku malu bila
harus berjalan dengannya, seperti berjalan dengan seorang gennbel.
Sepatu butut itu begitu mengganggu pikiranku Kenapa Andi talak minta sepatu baru saja hiar
keren seperti teman-temanya, si Ivan dengan sepatu ketsuya atau seperti Dodi dengan sepatu
sportnya? Di suatu malam, aku berpikir untuk menyingkirkan sepatu butut itu. Aku berencana
membuangnya pada Sabtu malam, karena kutahu ia akan mencucinya pada hari Minggu. Jadi
kalau pada hari Minggu ia tidak menemukannya, masih ada kesempatan untuk membeli yang
baru sehingga ia masih bisa masukdi hari Seninnya.
Untuk membuang sepatu butut tentu saja tidak memerlukan rencana yang rumit, cukup
sederhana saja pasti aku bisa melakukannya, hanya tinggal menunggu Andi tidur di malam hari,
dan kemudian aku tinggal menjalankan misinya Hari yang kunantikan pun tiba, segera aku
bersiap menjalankan misiku. Kulihat Andi sedang tidak ada di rumah.

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
Lanjutkan cerpen ini secara bebeas

Menyusun cerpen
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
Dst.

D. SOAL-SOAL LATIHAN Tes tertulis Uraian


a. Struktur teks cerpen
1. Apa yang dimaksud dengan struktur teks cerpen dan tuliskan!
2. Apa yang dimaksud dengan :

a. orientasi
b. rangkaian peristiwa
c. komplikasi
d. resolusi
3. Identifikasilah struktur teks cerpen Pohon Keramat di atas!
b. Unsur kebahasaan teks cerpen
1. Apa yang dimaksud dengan kata/kalimat deskriptif?
2. Apa yang dimaksud dengan kata ekspresif?
3. Buatlah contoh paragraf yang mengandung kata/kalimat deskrif!
4. Buatlah contoh paragraf yang mengandung kata ekspresif! 5. Tulislah
kata/kalimat deskriptif dan kata ekspresif dari cerpen di atas!
5. Jelaskan pengertian dari majas!
6. Apa yang dimaksud dengan majas personifikasi, asosiasi, metonimia, dan alegori?
7. Jelaskan pengertian dari majas litotes, hiperbola, paradoks, antithesis dan ironi!
8. Jelaskan pengertian dari majas eufimisme!
9. Tulislah kalimat-kalimat yang bermajas dalam cerpen di atas!

c. Mengungkapkan pengalaman dalam bentuk cerpen 1. Buatlah satu tema cerpen


berdasarkan pengalaman atau gagasanmu!
1. Buatlah tujuh kalimat sebagai kerangka dari cerpenmu berdasarkan pengalaman
atau gagasanmu!
2. Kembangkanlah kerangka cerpen tersebut menjadi sebuah cerpen dengan
memperhatikan struktur teks dan kebahasaa!
E. RUBRIK PENILAIAN
Tes Tertulis
Disediakan teks cerita pendek
1. Identifikasilah unsur-unsur dan struktur cerpen!
2. Kemukakan komentarmu terhadap teks cerita pendek tersebut

RUBRIK PENILAIAN
No ASPEK YANG DINILAI SKOR
1 Peserta didik mengidentifikasi unsur-unsur dan 4
struktur cerpen dengan sangat tepat
Peserta didik mengidentifikasi unsur-unsur dan 3
struktur cerpen dengan tepat
Peserta didik mengidentifikasi unsur-unsur dan 2
struktur cerpen dengan kurang tepat
Peserta didik mengidentifikasi unsur-unsur dan 1
struktur cerpen dengan tidak tepat

INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN

Lembar Soal Keterampilan


1. Buatlah sebuah cerita pendek dengan memperhatikan struktur, unsur, dan kaidah
kebahasaannya
2. Rubrik Penilaian
No ASPEK YANG DINILAI SKOR
1 Peserta didik membuat cerita pendek dengan 4
memperhatikan struktur, unsur, dan kaidah
kebahasaannya dengan sangat baik
Peserta didik membuat cerita pendek dengan 3
memperhatikan struktur, unsur, dan kaidah
kebahasaannya dengan baik
Peserta didik membuat cerita pendek dengan 2
memperhatikan struktur, unsur, dan kaidah
kebahasaannya dengan kurang baik
Peserta didik membuat cerita pendek dengan 1
memperhatikan struktur, unsur, dan kaidah
kebahasaannya dengan tidak baik

INSTRUMEN PENILAIAN PORTO FOLIO

Tugas I
1. Simpan setiap tugas yang diberikan ke dalam map individu peserta didik (warna map
sesuai dengan kelas masing-masing/tiap kelas beda warna m a map
2. Buat rangkuman dari setiap tugas yang telah diberikan dan rangkuman dibuat pada kertas
folio bergaris.
3. Batas waktu pengumpulan tugas adalah di pertemuan terakhir

PEDOMAN PENSKORAN:
KRITERIA YANG DINILAI SKOR MAKSIMAL
Peserta didik menyimpan semua tugas yang telah dikerjakan 4
dengan lengkap, dan tugas dikerjakan dengan benar, serta
dikumpulkan tepat waktu
Peserta didik menyimpan tugas-tugas yang telah dikerjakan, 3
dan sebagian besar benar tapi kurang lengkap, serta
dikumpulkan tepat waktu
Peserta didik menyimpan tugas-tugas yang telah dikerjakan, 2
namun sebagian besar salah, kurang lengkap, dan tidak
dikumpulkan tepat waktu
Peserta didik menyimpan tugas-tugas yang telah dikerjakan, 1
namun tugas yang dikerjakan salah, dan kurang lengkap, serta
tidak dikumpulkan tepat waktu
Peserta didik tidak menyimpan satu pun tugas-tugas yang 0
diberikan karena tidak pernah mengumpulkan tugas

Anda mungkin juga menyukai