Anda di halaman 1dari 25

Memerdekakan diri dengan tulisan, menyentuh

hati dengan kesungguhan.


 Apa itu cerita fiksi? Fiksi berasal dari bahasa Inggris Fiction
yang berarti khayalan atau rekaan. Dalam KBBI fiksi adalah
cerita rekaan. Bisa berupa novel, cerita, minifiksi, atau ada
yang tren menyebut flashfiction.
 Meskipun rekaan, cerita fiksi masih mengandung nilai-nilai
yang masuk di akal manusia.
 Cerita fiksi tidak bisa dicari bukti kebenarannya.
 Kebenaran yang ada di dalam cerita fiksi adalah kebenaran
logis sesuai penalaran, relatif atau tidak mutlak.
 Cerita fiksi bersifat imajinatif berdasar imajinasi penulis,
dan berusaha membuat imajinasi pembaca bergerak.
 Cerita fiksi biasanya mempengaruhi emosi pembaca.
 Sama tetapi berbeda.
 Cerita fiksi meskipun berupa rekaan dan berasal dari
imajinasi penulis, tetap dapat dinalar oleh otak manusia.
 Cerita fantasi lebih tidak berbatas. Biasanya ada kejadian-
kejadian ajaib, heroik, tokoh-tokoh aneh atau tokoh yang
takkan ada di dunia manusia dan dengan alur yang takkan
ditemui di kehidupan nyata.
 Menentukan ide atau tema
 Menciptakan tokoh. Tokoh adalah hal penting yang
membedakan buku fiksi dan nonfiksi.
 Membangun plot. Di sini kita bisa menentukan jalan
ceritanya mau bagaimana, alur yang dipakai seperti apa.
Apakah maju, mundur atau maju-mundur cantik. Jangan lupa
harus ada konflik.
 Membuat outline isi. Buatlah kerangka karangan untuk
mempermudah dan membatasi langkah penulisan.
 Mulai menulis. Nah, di sinilah sebenarnya bagian terasyik dari
menulis. Tantangan sebenarnya akan dimulai, untuk menentukan
keberhasilan tulisan kita. Bagian ini juga yang memiliki banyak
permasalahan (jalan cerita yang stuck, kehilangan jalan, ide
mandek, dan masalah-masalah lain.)
 Revisi. Baca ulang.
 Naskah siap dipublish.
 Tidak punya ide kreatif
 Belum menguasai PUEBI
 Tidak punya waktu untuk menulis
 Cerita datar, membosankan, tidak mempengaruhi emosi
pembaca. Konflik kurang menggigit.
 Penggunaan POV.
Ada milyaran ide di sekitar kita. Masalah cinta (ini masalah
yang tidak akan habis dijadikan bahan), masalah perseteruan
dengan teman, atasan, di tempat kerja, masalah bisnis,
keuangan, dan juga masalah-masalah kehidupan di sekitar
kita. Bahkan, alam pun bisa menjadi ide. Jadi jangan pernah
mengatakan tak ada ide.
 PUEBI adalah tata bahasa yang akan membuat tulisan kita bisa
dinilai oleh orang lain. Tingkat kerapiannya, dan tingkat tertib
tulisan seseorang. Apakah ini wajib? Iya. Ada baiknya kita
mengerti perkembangan bahasa Indonesia dan kaidah-kaidah
yang ditentukan. PUEBI selalu diperbaharui. Kesalahan-
kesalahan ejaan dan juga kosakata.
 Apakah dalam menulis cerita fiksi wajib memakai bahasa baku
juga? Apa tidak kaku nanti?
 Ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi di sini. Jika kita
memang memakai narasi, ada baiknya kita memperhatikan kaidah
penulisan. Kosakata yang benar dan hindari typo. Namun, tidak
menutup kemungkinan ada bahasa gaul yang diikutsertakan.
Biasanya di dalam dialog. Ada dialek sebuah daerah atau logat
yang memang diciptakan untuk memperkuat karakter tokoh.
Silakan. Lu, gue, ente, nyak, babe, bahasa daerah, boleh dipakai
dalam dialog. Untuk narasi juga boleh, tetapi usahakan KBBI
tetap dipakai. Karena jika tulisan kita dipublish di sebuah
publisher, biasanya ejaan akan dibenarkan juga.
 No comment untuk masalah ini jika seorang penulis sampai
berani mengatakannya. Kenapa? Menulis adalah disiplin bagi
seorang penulis. Takkan tajam pisau jika tak diasah. Takkan
lancar pena jika tak dipakai menulis. Maka menulislah setiap
hari. Jika tidak bisa satu bab, maka satu alinea. Jika tidak bisa
satu alinea, satu kalimat saja. Lakukan itu setiap hari secara
rutin.
 Apa itu POV? POV adalah singkatan dari Point of View (sudut
pandang). Tentu saja di sini adalah sudut pandang sang
penulis.
 Apa saja POV itu?
 POV 1 atau sudut pandang orang pertama. Di sini penulis
memakai posisi sebagai tokoh utama yang bercerita. Kata
ganti yang sering dipakai adalah “AKU”. Dalam pemakaian
POV 1 tokoh AKU tidak boleh mengetahui isi hati orang lain
atau tokoh lain. Kelemahan dari POV 1 adalah
kencenderungan menjadi deskriptif dan jika tidak hati-hati
akan menjadi membosankan.
 POV 2
 Pada pemakaian POV 2, tetap ada si penulis pada posisi aku
(pencerita), tetapi ia hanya ada sebagai pendamping pelaku
utama. Tokoh utama adalah orang kedua atau yang sering
memakai kata ganti KAMU atau KAU.
POV ini jarang dipakai karena sulit mengerti karakter tokoh, dan
biasanya penulis cenderung berubah menjadi POV 1.

 POV 3
 POV 3 adalah sudut pandang sebagai orang ketiga. Dalam POV
ini si penulis menjadi si mahatahu. Ia bisa memakai banyak tokoh
dan mengetahui isi hati mereka semua. POV tiga ini paling
mudah dipakai dan paling lazim digunakan.
Cerita yang ditulis datar? Konflik kurang mengena?
Endingnya tidak ehem …?
Mari kita bahas perlahan-lahan.

1. Semua orang bisa menulis cerita, tetapi tidak semua bisa


memberikan ide yang menyentil. Contoh: tema jatuh cinta.
Kebanyakan orang akan menuliskan mengenai seseorang yang
sangat disukai, beberapa pertemuan yang dilakukan, usaha
untuk mendapatkannya, lalu happy atau sad ending.
Nah, sama-sama mengenai jatuh cinta coba pakai ide yang sedikit
berbeda. Misalnya:Ya Allah, jika dia bukan jodohku, pinjamkan
saja sebentar untuk jadi kekasihku.
Dengan tema yang sama tetapi sentilan berbeda saja pasti akan
membuat jalan cerita yang berbeda pula.

2. Pandai-pandailah bermain kata-kata.


Ide besar, ide bagus, tidak akan menjadi bagus tanpa keahlian
bermain kata. Tidak semua orang bisa memiliki bakat merangkai
kata sejak kecil. Selebihnya harus mengasah terus dan terus.
Kepiawaian memilih kata yang berkelas atau diksi yang terkadang
ambiqu bisa didapatkan dengan latihan terus-menerus.
3. Imagination will take you anywhere.
Logika akan membawamu dalam sebuah kepastian. Tetapi
imajinasi bisa membawamu ke mana saja. Jangan takut untuk
mengeksplor imajinasi. Penulis adalah tuhan dalam tulisan
fiksinya. Silakan berimajinasi apa saja tanpa takut untuk orang
meragukan kebenarannya. Tidak perlu berpikir pandangan orang
mengenai si tokoh A dan B. Bebas menjadi apa saja, di mana saja,
mau apa saja. Menggilalah sendiri saat menulis dan rasakan
sensasi saat huruf demi huruf, kata demi kata mengalir sendiri.
Merdekalah, dan biarkan sentuhan rasa bermain. Karena yang
terpenting dalam fiksi adalah menyentuh emosi dan rasa
pembaca.
3. Show them as details, don’t tell them literally.
 Tell adalah menceritakan kondisi atau kejadian yang adal dalam
cerita.
 Show adalah menunjukkan detailnya.
Contoh:
Tell: Rio sangat bahagia melihat gadis yang diidam-idamkannya
datang. Ia dipenuhi luapan kegembiraan.

Show: Gadis itu melambaikan tangannya.


“Sudah lama di sini?”
Deg! Rio terhenyak. Gerakan sudut bibir gadis itu membuatnya
mati gaya. Jantung Rio berpacu cepat, seperti ribuan volt listrik
mengaliri nadi-nadinya tanpa permisi.
Yang harus diperhatikan dalam show adalah kehati-hatian dalam
memberikan detail. Jangan sampai pembaca justru tidak tertarik
karena mudah ditebak. Olah antara alur, narasi dan dialog dengan
baik.

4. Awal yang menarik, ketegangan dan akhir yang mendebarkan.


Trik khusus menarik minat pembaca adalah membuat paragraf
awal sebagai paragraf pemantik yang akan membuat pembaca
penasaran akan kelanjutan paragraf berikutnya. Bisa memakai
dialog yang tiba-tiba, bisa memakai kalimat kondisional yang
membuat penasaran. Jangan pernah mendeskripsikan sebuah
keadaan di awal dengan panjang lebar.
Buat alur cerita yang membuat pembaca tak pernah ingin
berhenti membuka satu halaman. Ingin segera tahu di halaman
berikutnya dan tidak bisa berhenti untuk melakukannya. Selipkan
ketegangan-ketegangan di dalamnya.
Akhir cerita yang membuat penasaran, atau debaran lega atau
kecewa adalah sentuhan rasa paling berhasil dalam sebuah fiksi.
Buat ending yang tak mudah ditebak, tetapi masih menyambung
dengan cerita.

5. Gunakan hati, bukan otak.


Proses menulis fiksi tidak memerlukan teori yang muluk-muluk.
Cukup gunakan hatimu, terlibat total di dalamnya. Masuk
menjadi tokohnya, masuk dalam alurnya, gilalah di dalam
tulisanmu sendiri, dan sensasi itu akan menyentuh pembaca.
6. WRITER’S BLOCK?

 Pernah mendadak kaku, tidak bisa meneruskan tulisan dan kata-


kata menjadi macet? Jangan dipaksa menulis karena hasilnya akan
buyar.
 Berhentilah sejenak. Lakukan hal-hal menyenangkan tanpa
memikirkan tulisan itu. Membaca buku, melihat-lihat keluar,
mencari hawa segar … intinya buat diri sendiri nyaman, senang
dan bahagia. Karena sejatinya hati akan berbicara saat semuanya
nyaman dan tidak tertekan. Jika sudah kembali merdeka,
mulailah menulis lagi.
7. Yang penting menulis duluuu … urusan lain
belakangan.

Ya. Menulis dan menulislah dulu. Tulis dan tulis terus, sampai
selesai. Editing dilakukan setelah selesai. Pada saat membaca
ulang. Keduanya tidak bisa dilakukan bersamaan karena akan
menimbulkan benturan. Setelah tulisan selesai, baca ulang dan
lakukan edit di sana-sini, memoles bagian terlarang, atau bagian
dangkal, membenarkan tata bahasa dan urusan-urusan lain dalam
teknik menulis.
 Merdekalah. Jadi dirimu sendiri. Menggilalah, ciptakan
ceritamu sendiri.
 Jadilah tokoh jahat sejahat-jahatnya, sebaik-baiknya, senakal-
nakalnya, sebodoh-bodohnya dalam satu cerita fiksi.
Leburkan diri di dalamnya, dan biarkan pembaca ikut larut.
 Namun ingat, kita mempunyai norma dan batasan yang wajib
dijadikan pagar editing jika ingin dipublikasikan.
 Dinda Prameswari, ibu 3 anak yang sangat hobi ke sana-sini
semaunya. Pendidikan di Prodi Pendidikan Matematika USD
diYogyakarta, yang melalui usia 17th di semester 4. Bekerja
sebagai kepala lapangan tenaga konsultan.
 Buku-buku dengan nama Dinda Prameswari: Ramuan dan
Serbuk Ajaib,The Running Hope, Bunda:TheUuntold, Surat untuk
Pak Presiden, Mutiara Hitam, Merah Biru Hati Elka,Towaine
Tinambung, Ketelanjangan, Jejak-Jejak, Anak-Anak Langit, Serpihan
Pelangi. Surat Cinta untuk Ayah Mertua, Nurdin Hamma: Di Balik
Cerita (Konseptor, Motivator, Kutu Buku)
 Buku-Buku dengan nama NomikoYoshida:
Magda (Gadis diVilla Dendam),Yurie (Di Antara Dua Cinta), Namaku
Yessi.

 Buku-Buku dengan nama Sisca B.


Berkibarlah Bendera Negeriku, El, Surat Kecil Lintang, Magdeline.
Jika ingin
memerdekakan
dirimu, maka
menulislah!

Anda mungkin juga menyukai