Anda di halaman 1dari 28

TEKNIK MENULIS

Menulis Cerita Fiksi


Oleh. Day Milovich,,
Mengapa Menulis Cerita Fiksi? 1
Mengapa menulis cerita fiksi? Ini bukan pertanyaan motivasi, melainkan
tentang visi dan orientasi Anda menulis cerita fiksi.
Cobalah Anda menuliskan alasan, mengapa menulis cerita fiksi, apa
pentingnya? Anda boleh menuliskan beberapa poin alasan dan
memaparkannya.
Setelah itu, silakan membaca paragraf berikutnya.
Saya menuliskan lebih dari 15 naskah drama, ratusan puisi, dan tidak pernah
lelah mengajak kawan-kawan menulis artikel, esai, puisi, dan cerita fiksi.
Alasan Menulis Cerita Fiksi
Ada beberapa alasan yang mendasari tindakan saya dalam menulis cerita
fiksi.
1. Dominasi Kebudayaan: Story Telling
Keberhasilan dan kerja kebudayaan, ditentukan salah satunya dari
kemampuan bercerita (story telling). Lihatlah bagaimana Hollywood
"menulis-ulang" sejarah dan pengertian hal-hal mendasar dalam hidup,
melalui perfilman dan mimpi Amerika (American dream). Pengertian
tentang "mitos", "pahlawan", "kemerdekaan", "cinta", "takdir", dan
"sukses", mengalami pergeseran sejak kehadiran Hollywood. Mereka
meniupkan gagasan tentang perjalanan-waktu (time travel), alien,
supremasi intelijen dan senjata Amerika, kecanggihan forensik, sampai
ukuran kemakmuran dan kecantikan. Korea dan Jepang juga demikian,
memiliki daya invasi luar biasa dengan komik dan animasi.
Begitu pula teks cerita India (misalnya: Mahabharata) yang mendunia,
bagaimana "story" dan "history" menjadi dua sisi mata uang yang sering
dipertukarkan pengertiannya.
2. Kuasa Pengetahuan, Memandang Realitas dengan Cara Baru.
Menulis cerita fiksi berarti menghadirkan kembali fragmen kehidupan dan
memberikan pemaknaan baru. Tulisan fiksi lebih mudah melewati sensor
politik dan lebih lama bersemayam dalam bawah-sadar kolektif semua
orang. Di balik dongeng, cerita rakyat (folklore), dan cerita-tutur,
sebenarnya beroperasi ideologi dan kuasa-pengetahuan.
Generasi sekarang banyak diwarisi cerita ideologis seperti ini. Cerita
Legenda Rawa Pening dan Baruklinthing, mengisahkan bagaimana
"orang asing" yang tidak diketahui asalnya, menantang para jagoan
Jawa, lalu menenggelamkan desa dan menjadi sebuah Rawa. Cerita ini
muncul untuk menutupi kebijakan (policy) Belanda yang membuat irigasi
dengan menenggelamkan beberapa desa.
Mengapa cerita tentang Siti Jenar, terdapat versi yang bertentangan,
antara literatur Demak dan literatur Cirebon?

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
Sebuah film terkenal seperti Apocalypto dan Brave Heart, garapan Mel
Gibson, jelas-jelas menyajikan hal yang bertentangan dengan fakta
sejarah. Bahkan perang trojan, legenda Yunani kuno itu, menurut
penelitian terbaru dari BBC London, tidak pernah terjadi. Hanya legenda.
Kuasa-pengetahuan bermain dalam mitos dan cerita.
Visi seorang penulis, sebaiknya menyadari dan tahu bagaimana
memasukkan kuasa-pengetahuan ke dalam cerita fiksi. Orientasi menulis 2
cerita fiksi, sebaiknya untuk menyampaikan dunia baru, sudut pandang
baru, agar manusia-lain (pembaca, pendengar, pemirsa) menerima
realitas secara berbeda, lebih optimis menghadapi "sekarang".
Bercerita merupakan aktivitas alami, setiap manusia mampu bercerita.
Setiap cerita selalu bisa dinikmati dari beberapa sisi. Misalnya, jika Anda
sedang berada di warung kopi, atau gathering bersama kawan-kawan,
betapa mengasyikkan mendengar orang lain bercerita. Kalau tidak suka alur-
ceritanya, mungkin Anda masih bisa menikmati ekspresi atau emosi orang
yang bercerita, atau ada informasi dalam cerita itu yang bisa Anda
kembangkan-ulang.
Setiap cerita adalah inspirasi bagi cerita lain. Setiap cerita bisa
dikembangkan menjadi cerita lain.

Penugasan :
Setelah membaca uraian di atas, cobalah menjawab pertanyaan sama
(seperti yang saya kemukakan di awal), dan bandingkan dengan jawaban
Anda sebelumnya.

Mengapa saya mengulang pertanyaan? Sebaiknya, Anda memiliki alasan


dan pengertian yang selalu berbeda dan berkembang. Menulis harus berani
mempertanyakan pertanyaan, mempertanyakan realitas, dan memberikan
pengertian-pengertian baru, berdasarkan sudut pandang Anda sendiri.
Studi Kasus : Apakah Pintu itu?
Suatu kali, saya pernah mengajak kawan-kawan workshop untuk memberi
pengertian "pintu". Waktu itu, kami sedang berada dalam ruangan kuliah
yang belum dipakai, sebuah gedung baru.
Apakah pintu itu?
Kawan-kawan memberikan jawaban berbeda-beda, antara lain: (1) Bagian
dari sebuah ruangan yang berfungsi untuk keluar atau masuk. (2) Sesuatu
yang biasanya berbentuk kotak, ada handle dan kuncinya, untuk keluar atau
masuk. (3) Penghubung bagian luar dari sebuah ruangan dengan ruang itu
sendiri.
Masih banyak pengertian lain yang diberikan kawan-kawan.
Kemudian saya bercerita tentang jenis-jenis pintu: rolling door, pintu lift, dan
pintu yang tidak ada penutupnya. Beberapa pengertian tentang awal tentang
pintu, dipertanyakan. Pengertian yang dibuat teman-teman tadi,
dipertanyakan-ulang.
Tujuan saya bukan mencari pengertian-sempurna atau definisi pintu, tetapi
tentang cara-pandang kawan-kawan terhadap pintu.

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
Setelah menceritakan bermacam-macam bentuk pintu serta menjelajahi
jawaban mereka bersama-sama, saya mengajukan pertanyaan sama:
Apakah pintu itu?
Beberapa peserta protes, "Mengapa pertanyaannya masih sama?".
Setelah mereka menjawab pertanyaan itu, saya mengajak mereka keluar
dari ruangan workshop kemudian melihat sebuah pintu dari jauh, "Sekarang,
coba berikan pengertian pintu dari luar sini.". 3
Beberapa peserta protes lagi, "Mengapa kita harus keluar? Bukankah tadi
Anda bisa memberikan pertanyaan sama dari dalam ruangan?".
Semacam itulah proses kreatif bermula.
Pertanyaan tentang pintu sebenarnya mempertanyakan terjadinya progress
(perkembangan) atas cara kita menghadapi realitas (bernama pintu). Apakah
Anda hanya memiliki satu pengertian yang sama atas "pintu" sepanjang
ruang dan waktu? Setiap hal, dalam sebuah cerita fiksi, merupakan titik yang
terjadi karena bermacam-macam persilangan. Sebuah tindakan, bukan
kejadian kausatif yang hanya disebabkan karena satu hal, melainkan banyak
faktor yang membentuk. Status dan kedirian tokoh-utama, bisa mengalami
transformasi dan peralihan kepribadian. Anda akan menuliskan "manusia"
dan "kenyataan", dua hal yang tidak bisa statis. Begitu pula pintu. Anda perlu
melihatnya dari beberapa sudut-pandang, menyadari aspek temporal-spatial
dari (contoh bernama) "pintu".
Gagasan Cerita Fiksi
Banyak (calon) penulis beranggapan bahwa mendapatkan gagasan untuk
menuliskan cerita fiksi berasal dari "inspirasi". Mereka mencari sepi,
menunggu "sesuatu" datang secara tiba-tiba, seperti mimpi atau jatuh dari
langit.
Inspirasi seperti itu non-sense.
Gagasan bisa diprediksi, dibentuk-dan-dibentuk, bisa disempurnakan,
bahkan diubah-total jika terlalu klise. Gagasan bukan sesuatu yang
sederhana. Tidak ada gagasan sederhana.
Anda bisa memprediksi datangnya gagasan dan menemukan metode sendiri
untuk mendatangkan gagasan cerita fiksi.
Mari mengambil beberapa contoh metode mendatangkan gagasan untuk
menuliskannya menjadi cerita fiksi.
1. Sebuah kata.
Anda bisa membaca Blok, kumpulan cerita pendek Putu Wijaya, yang
sering memakai judul berupa satu kata. Gagasan Putu Wijaya sangat
sederhana: mencari sebuah kata kemudian mendekonstruksi makna-
konvensional kata itu.
Misalnya: pada cerpen berjudul "Darah". Cerpen itu mengisahkan
seorang lelaki tinggal di rumah sendirian dalam keadaan miskin. Lelaki
itu, secara tak-sengaja, jemarinya teriris dan keluar darah berwarna putih.
Dia optimistis menghadapi hidupnya, merasa tak pernah berdosa
(sebagaimana mitos "darah putih" Puntadewa, ksatria tanpa dosa).
Tragisnya, dia membuktikan apakah semua darah di tubuhnya berwarna
putih. Dia mati kehabisan darah. Pada cerpen "Pahlawan" (judulnya
hanya satu kata), Putu Wijaya membongkar makna kata "pahlawan"

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
habis-habisan dengan menghadirkan seorang guru (pahlawan tanpa
tanda jasa) dan setan yang ingin menjadi pahlawan.
Singkatnya, bagi Putu Wijaya, dengan membongkar makna kata (apapun
itu) maka akan didapatkan makna baru. Setiap kata bisa menjadi sebuah
gagasan bercerita.
Penugasan :
 Cobalah mengambil salah satu kata, secara acak, kemudian tuliskan 4
pengertian kata itu menurut Anda.
 Jika sudah, coba tukarkan kata yang dipilih teman Anda, dan berikan
pengertian menurut Anda sendiri. Jangan memakai pengertian yang
sudah Anda baca dari literatur. Jelaskan, mengapa Anda memberikan
pengertian seperti itu.
2. Kombinasi tiga kata-kunci.
Saya suka membaca dan menonton film. Setiap membaca novel dan
menonton film, saya mencoba mencari tiga kata-kunci yang bisa mewakili
cerita film itu.
Misalnya, Anda menonton film Demon Barber yang dimainkan Johny
Deep dan Helena Bonham-Carter.
Film itu menceritakan seorang tukang cukur melawan hakim jahat. Dia
dipisahkan dari isteri dan anak perempuannya. Dia pergi ke lautan
selama 15 tahun. Sepulang dari berlayar, dia ingin membalaskan
dendam, bertemu perempuan pembuat roti yang bangkrut. Dia buka-
praktek mencukur di lantai dua, di atas toko roti itu. Orang-orang yang
dianggapnya jahat, dibunuh dengan pisau cukurnya, lalu dagingnya
diolah menjadi isi roti. Dia berbuat begitu karena merasa isterinya tak bisa
dihidupkan kembali. Saat datang perempuan pengemis yang
memberitahu para penduduk kota, bahwa terjadi persekongkolan iblis di
toko roti itu, perempuan pengemis ini dibunuh pula. Malangnya, ternyata
perempuan pengemis ini adalah isterinya yang sudah dikabarkan mati
oleh perempuan pembuat roti.
Film itu menceritakan 3 kata-kunci: "pisau cukur", "informasi yang keliru",
dan "cinta penuh dendam". Kata-kunci tidak harus 1 kata.
Penugasan :
Anda bisa menontonnya sendiri. Menurutmu, film tersebut bisa diwakili
dengan 3 kata kunci apa? Anda bisa memilih cerita lain, silakan cari 3
kata kunci yang mewakili film itu. Presentasikan kepada kawan-kawan,
mengapa memilih 3 kata tersebut.
Setelah memilih cerita, merepresentasikan cerita dengan 3 kata-kunci,
serta mempertahankan argumen, sekarang cobalah memilih 3 kata-kunci
dan buatlah sinopsis untuk cerita yang akan Anda tuliskan.
3. Prompt, paragraf pembuka.
Prompt itu semacam lead kalau dalam berita. Prompt berwujud paragraf
awal untuk diteruskan.
Contoh prompt :
Pintu itu tak terkunci. Dia membukanya. Mantan kekasihnya bersama
perempuan lain, setengah telanjang. Keduanya sedang menikmati kopi,
sama seperti dia dulu, setiap hari di kamar itu. Dia menutup pintu itu

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
kembali, lalu berlari. Kekasihnya sudah hilang. Satu-satunya yang dia
pikirkan, adalah bagaimana menghancurkan hidup mantan kekasihnya.
Struktur Cerita
Sebuah cerita, diawali dengan "sebuah adegan bagus", pembuka dan
pengantar. Cerita memiliki plot (alur cerita) dan jika ada, subplot
(percabangan cerita). Cerita sebenarnya merupakan cerita tentang 5
"keputusan" dan "tindakan" tokoh utama (protagonist), dilengkapi beberapa
tokoh pendukung dan figuran. Cerita diisi dengan "dialog" dan narasi (uraian
cerita), dalam setting ruang dan waktu. Tindakan tokoh-utama berada dalam
kondisi menaik, dia mengalami "konflik" sampai mencapai akhir-cerita
(ending).
Struktur Umum Cerita Fiksi
Banyak penulis-pemula yang mengabaikan struktur cerita. Saya berani
menjamin, penulis-pemula akan berhadapan dengan "writer’s block" jika
mengabaikan struktur cerita. Tadinya mau kreatif, keblokir sendiri
kreativitasnya karena tidak mengerti struktur cerita. Dia tidak tahu "saya
sedang di mana".
Struktur cerita berfungsi untuk mengembangkan plot, mendeteksi bagian
mana yang kurang menarik, serta kapan saya boleh berhenti-sejenak untuk
melanjutkan penulisan nanti.
Kebanyakan plot film Amerika: kontrak, tarikan, kecelakaan, penyingkapan,
titik tak bisa kembali, mini-klimaks, saat semua-hilang, berita harapan,
klimaks, dan ending. Masih tentang struktur cerita, tentu saja, dalam cerita
terdapat "tokoh" (character), settings (ruang dan waktu), dan dialog.
Hampir setiap film Amerika, selalu diceritakan adanya tokoh-utama
(protagonist) berada dalam kondisi "normal", status quo. Dunia yang baik-
baik saja. Kemudian datang masalah yang tidak pernah mereka duga, tetapi
dia tidak bisa kembali ke keadaan lama, sampai masalah ini terselesaikan.
Mari kita melihat penerapan struktur cerita dalam film "Enemy of the State"
yang dimainkan Will Smith dan Gene Hackman.
Sinopsis Film "Enemy of the State". Film ini menceritakan karakter
pengacara yang tiba-tiba bertemu kawan SMA dia yang sedang dikejar-kejar
NSA (National Security Agency, Agen Keamanan Nasional Amerika Serikat).
Kawan ini memasukkan sebuah zip drive ke dalam saku Sang Pengacara.
Selanjutnya, dia diintai, dimata-matai, dan identitasnya dirusak NSA. Hidup
Sang Pengacara berubah total. Dia tidak mungkin melawan kekuatan agen
rahasia milik negara. Seorang mantan agen NSA yang membelot,
membantunya mengalahkan pengintaian dan mengajaknya memukul-balik
perlakuan NSA. Pada saat sama, Sang Pengacara berhadapan dengan
mafia yang memintanya menyelesaikan urusan lain.
Bagian pertama cerita itu, bisa kita sebut "kontrak". Kondisi di mana
seseorang yang hidup normal dengan dunianya, tiba-tiba harus
menandatangani masalah-baru dalam hidupnya. Dalam film ini, adegan
tersebut adalah kawan SMA yang memasukkan zip drive ke saku Sang
Pengacara. Di dalamnya terdapat rekaman adegan pembunuhan yang bisa
memperkarakan orang-orang NSA. Hampir semua film dan novel memiliki
"kondisi awal", berupa masalah yang datang dalam hidupnya.

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
"Tarikan" mempertajam masalah. Seberapa dalam masalah itu bagi tokoh
utama? Keputusan apa yang akan diambil? Bagusnya, dalam film ini, tokoh-
utama tidak menyadari, dia sedang dalam urusan keamanan nasional. Dia
tidak tahu, apa isi zip drive dalam sakunya. Dia belum melihatnya.
"Kecelakaan", terjadi ketika tokoh-utama berada dalam keadaan-buruk yang
tak pernah dia duga. Ada masalah lain, ada kejadian-buruk lain, yang
membuatnya melakukan refleksi. "Kecelakaan" dalam film ini terjadi ketika 6
para pengintai professional memasuki rumah Sang Pengacara untuk mencari
rekaman pembunuhan. Tidak ketemu. Mereka menanamkan penyadap di
ballpoint, jas, dan sepatu. Ke manapun dia pergi, aktivitasnya disadap.
Sampai saat ini, Sang Pengacara belum menyadari bahwa dia disadap. Dia
belum menyadari masalah yang terjadi. Sampai ketika dia mendatangi
apartemen infowan-perempuan, sekaligus mantan kekasih Sang Pengacara,
dia temukan dalam keadaan tewas. Sang Pengacara baru mengaitkan
seluruh peristiwa yang terjadi, dengan dirinya. Mengapa kawannya tergesa-
gesa saat bertemu dengannya di swalayan? Mengapa rumahnya diobrak-
abrik tetapi hanya blender jus yang diambil? Mengapa tiba-tiba infowan-
perempuan yang mantan kekasihnya itu mati?
Periode "penyingkapan" terjadi ketika dia melihat televisi dan ditetapkan
sebagai musuh negara (enemy of the state). Dia dalam kondisi "tidak-siap-
kalah" tetapi harus melawan dan membuktikan (apalagi dia seorang
pengacara) bahwa dia tidak bersalah. Persoalannya, apa masalahnya? Dia
belum tahu. Apa yang harus dia lakukan? Melawan. Entah dengan cara apa.
Ini merupakan periode penting dalam sebuah cerita, di mana tokoh-utama
mengambil keputusan dan melakukan tindakan.
Apa keputusannya? Mencari tahu apa yang sedang terjadi. Apa
tindakannya? Melawan. Dengan cara apa dan bagaimana? Cerita berlanjut.
Setiap membaca cerita atau menonton film, pikirkanlah: Apa "masalah"
dalam film ini? Bagaimana "keputusan" tokoh-utama? Tindakan apa yang
akan dilakukan tokoh-utama? Cerita berkembang dan terjadi karena tiga hal
tersebut.
Banyak sekali cerita film yang isinya tokoh yang lemah melawan tokoh kuat.
Daud melawan Jalut. Seorang perempuan melawan sistem. Ribuan cerita
bisa terjadi hanya dengan sebuah tema: "yang lemah melawan yang kuat".
Apa dan bagaimana cerita terjadi, itu soal nanti. Temukan adegan awal yang
menarik kemudian masukkan ke dalam struktur-cerita.
Periode "penyingkapan" harus membawa pencerahan dalam diri tokoh-
utama (protagonist), bagaimana dia mengidentifikasi masalah. Penyingkapan
dalam film ini terjadi dalam bentuk adegan pertemuan Sang Pengacara
dengan seorang mantan agen NSA yang membelot. Dalam pertemuan itu,
Sang Pengacara membukakan mata Sang Pengacara kepada konflik
sesungguhnya: Sang Pengacara melawan NSA. Dia menyadarkan Sang
Pengacara tentang penyadapan (di ballpoint, sepatu, dan jas). Keterkejutan
berlanjut: bukan hanya dia yang disadap. Sang Mantan Agen menceritakan
skema yang lebih luas, di ruang kerjanya, bagaimana sebenarnya NSA (atas
nama negara) selalu menyadap percakapan warga Amerika. Celakanya,
tidak ada titik-balik. Kalau dia tidak melawan, hidupnya hancur. Sang Mantan
Agen bersedia membantunya.

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
Sampai di sini, sebenarnya cerita baru bermula. Penonton melihat adanya
masalah: Sang Pengacara melawan NSA. Kecil melawan besar. Taruhan
dan ketegangan menaik ketika Sang Mantan Agen memperlihatkan rahasia
kekuatan NSA, bagaimana melawan-balik. Hampir semua penonton berani
menebak, Sang Pengacara akan menang. Penonton tidak butuh itu.
Penonton butuh mengetahui liku-liku cerita dan bagaimana cara Sang
Pengacara akan memenangkan pertarungan. 7
Dalam periode "penyingkapan", tokoh-utama berada dalam titik-krisis yang
tidak boleh kembali. Tidak ada jalan pulang untuk kehidupanmu sebelumnya,
kecuali kamu melawan agar kehidupanmu kembali seperti semula.
Ada masa-masa di mana tokoh protagonist diperlihatkan keinginannya
(seperti ketika menyadari adanya masalah-besar) sekaligus dilemparkan ke
dalam kondisi sangat lemah dan tidak mungkin menang, kecuali: dia mau
berjuang dan melawan.
Tokoh dalam cerita adalah pribadi yang mengalami transformasi
(perpindahan bentuk), perkembangan psikologi. Tokoh bukan sesuatu yang
statis. Sang Pengacara dulu tak-pernah melanggar hukum, namun dia tiba-
tiba dituduh sebagai pembunuh karena manipulasi bukti di tempat kejadian
perkara (crime scene). Sang Pengacara setelah bertemu Sang Mantan
Agen, dalam sehari mengalami banyak pelanggaran hukum: membiarkan
peledakan fasilitas umum (telepon), melintasi kereta api, dan mengganti
CCTV hotel untuk mengintai-balik orang-orang NSA. Dari kondisi lemah, dia
melawan-balik.
Nilai ketegangan dan pertaruhan menaik, jika ada "bantuan", tetapi
sebaiknya ini satu-satunya bantuan. Buatlah tokoh-utama terkesan memiliki
kehidupan yang amat sangat bernilai. Jika itu biasa, ceritakanlah bagaimana
semua orang mendambakan kehidupan setenang pengacara ini: memiliki
isteri cantik dan sangat percaya padanya dalam kondisi dia dianggap
sebagai musuh negara, anak yang menikmati play station, dan sebelumnya
tidak pernah melanggar hukum. Kehidupan yang layak diperjuangkan. Kalau
layak diperjuangkan, taruhan naik, dan hanya ada satu peluang menang,
maka terjadilah "suspense".
Mini-klimaks dalam film ini terjadi ketika Sang Pengacara melawan balik
dengan memanfaatkan alat-alat pengintaian, "dikembalikan" ke agen-agen
NSA dan disingkap kepada publik. Masalah menjadi semakin besar. Agen-
agen NSA itu ternyata menjalankan operasi tak-resmi dan tidak direstui para
petinggi NSA.
Jangan membayangkan klimaks sebagai adegan di mana tokoh utama
memenangkan pertarungan. Klimaks sebenarnya adalah adegan pemicu
untuk konflik yang lebih tinggi. Itu sebabnya dalam cerita, dikenal adanya
"mini klimaks" atau "konflik-kedua". Mini-klimaks dalam film ini, terjadi ketika
Sang Pengacara mulai menjalankan rencana melawan balik serta melakukan
"deal" (kesepakatan) dengan para agen NSA di sebuah tempat. Ketegangan
berlipat-ganda, karena sekarang ada "pemain baru" dalam pertarungan ini,
yaitu seorang mantan agen NSA yang memihak pada tokoh-utama. Dia tahu
"cara kerja" NSA, dia pula yang merancang generasi-pertama peralatan
sadap yang sekarang dikembangkan, dan segala perhitungan awal para

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
agen NSA menemui jalan buntu. Dia berhadapan dengan "sesuatu" yang tak
diperhitungkan namun membuat permainan "akan" semakin rumit.
Kondisi "saat semua hilang" berurutan dengan "berita harapan". Kehidupan
Sang Pengacara tidak diceritakan lagi. Cerita sudah membuatnya menjadi
sosok yang diam-diam terlatih, menikmati permainan, serta dendamnya
semakin tinggi. Dia benar-benar sedang melakukan keputusan awal (mencari
ada apa di balik semua ini) dan menjalankan tindakan jangka-panjang 8
(melawan).
Dalam kondisi sama-sama berimbang seperti inilah, dibutuhkan satu faktor
penentu yang tak boleh ditebak penonton. Cerita akan mengalami klimaks,
berupa adegan penentu sebelum cerita berakhir. Adegan klimaks tidak
menceritakan kemenangan tokoh-utama. Adegan klimaks itu adegan yang
membuat pertaruhan diletakkan semuanya di atas meja. Semua konflik
dihubungkan, semua "pemain" berperan dalam taruhan.
Adegan klimaks terjadi ketika Sang Pengacara didesak untuk memberikan
zip drive. Pada keadaan mendesak dan harus mengambil keputusan, Sang
Pengacara memanfaatkan masalah dia yang lain, yang belum terselesaikan,
yaitu para mafia yang kasus hukumnya sedang diselesaikan. Dia
mempertemukan para agen NSA dengan para mafia di sebuah gudang
terpencil. Miskomunikasi terjadi. Klimaks terjadi, di mana penonton tidak
tahu: apa jadinya jika para mafia itu bertemu dengan para agen NSA?
Endingnya, bisa ditebak. Terjadi insiden dan tembak-menembak. Para agen
NSA ditangkap dan kehidupan Sang Pengacara kembali seperti dulu.
Penugasan :
Cobalah mengambil sebuah salah satu cerpen, novel, atau film, kemudian
urai strukturnya seperti cara di atas.
Setelah melihat struktur utama cerita fiksi, kita akan membahas tentang plot
(alur-cerita) agar penjelasan tentang struktur cerita lebih mendalam. Tentu
saja penjelasan ini akan menyertakan contoh-contoh, detail, dan penugasan
yang bisa Anda kembangkan sendiri.
Tentang Plot
Alur-cerita bisa dirumuskan, ada tekniknya. Bayangkan hubungan kausatif
(sebab-akibat), serta mata-rantai yang saling menghubungkan. Setelah
membaca bagian ini, Anda akan bisa membuat alur cerita sebanyak-
banyaknya, inspirasi yang tak ada habisnya.
Saran untuk "menulislah dan biarkan kata-katamu mengalir sendiri", sepintas
menyenangkan, namun sering mengalami jalan buntu jika Anda tidak
merencanakan alur-cerita (plot). Mereka yang meninggalkan pembahasan
tentang plot, sering bertemu dengan writer’s block, seperti: cerita berhenti di
tengah, tidak bisa membuat ending, atau tidak tahu cerita harus
dikembangkan dengan cara bagaimana, karakter tidak berkembang, konflik
kurang menarik, bahkan mereka bercerita sambil menyunting. Seperti tidak
terjadi apa-apa.
Pengertian Plot
Apakah plot atau alur-cerita itu?
Plot bukanlah cerita. Plot adalah alur cerita, tentang keinginan tokoh utama,
entah dia berhasil ataupun tidak.

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
Dalam cerita Moby Dick, Kapten Ahab ingin menangkap hiu putih, Kapten
Ahab gagal. Dalam cerita the Da Vinci Code, Robert Langdon ingin
merangkai puzzle tentang asal-usul Kristen, dan dia berhasil.
Plot adalah serangkaian kejadian yang berhubungan. Kejadian A membawa
konsekuensi pada kejadian B, itu plot, tetapi jika A tidak terkait apa-apa
dengan B, itu bukan plot.
Plot bisa digambarkan menjadi 3 tahapan : datangnya masalah, karakter 9
utama membuat keputusan bertindak dan menentukan tujuan, kemudian
menceritakan tindakan itu, dan ending berupa konsekuensi tindakan itu.
Plot sering tak-hadir dalam cerita. Kalau Anda menceritakan suatu karakter
(tokoh dalam cerita) memiliki pengalaman traumatik, itu bukan plot. Anda
menjelaskan pengalaman, tindakan, namun itu bukan alur cerita.
Jika Anda ingin menulis cerita fiksi, cobalah membuat alur-cerita, dalam
bentuk outline.
Kalau Anda bisa membuat outline cerita, berarti Anda siap menulis cerita
fiksi.
Plot sering tak-hadir dalam cerita. Kalau Anda menceritakan suatu karakter
(tokoh dalam cerita) memiliki pengalaman traumatik, itu bukan plot. Anda
menjelaskan pengalaman dan tindakan tokoh, namun itu bukan alur cerita.
Alur cerita itu keseluruhan, kehadiran semua kejadian sebagaimana outline
alur-cerita yang sudah Anda buat.
Contoh Plot (Alur Cerita)
Contoh Plot (Alur Cerita) dari film "Enemy of the State" (Musuh Negara
Amerika)
1. "Kontrak" > dari hidup normal, tiba-tiba ada masalah baru.
Apa latar belakang tokoh-utama?
Pengacara, punya client mafia, punya infowan-perempuan, dan
kehidupannya bahagia.
Apa pemicu masalahnya?
Adegan awal : seorang peneliti, pulang dari rawa, membuka rekaman
kamera, melihat ada adegan pembunuhan terekam. Dia meng-copy ke
dalam zip drive. Dikejar para pembunuh, agen-agen NSA berwatak-jahat.
2. "Tarikan" mempertajam masalah > dari zip drive sebenarnya ada skema
masalah yang lebih besar: "negara selalu mengintai warga" dan "kasus
pembunuhan yang melibatkan agen keamanan nasional Amerika".
3. "Kecelakaan" > tokoh utama dalam keadaan buruk yang tak pernah dia
duga.
Adegan :
Para pengintai memasuki rumahnya dan menanamkan penyadap.
Mantan pacarnya terbunuh, dia ditetapkan sebagai "musuh negara"
(enemy of the state).
Tokoh utama melakukan refleksi agar masalah menjadi lebih fokus. Sang
Pengacara mengaitkan beberapa peristiwa yang terjadi dengan dirinya.
4. "Penyingkapan" > bertemu Mantan Agen NSA dan diberitahu kalau dia
selalu diintai.
Tokoh-utama tercerahkan, dia baru tahu kalau semua gerakannya
disadap.
Dia tidak punya apa-apa selain bantuan Mantan Agen NSA.

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
Dalam tahapan ini, sangat menentukan: masalah, keputusan, dan
tindakan.
Masalah dalam film ini adalah "negara Amerika mengintai warga".
Tokoh utama "mengambil keputusan": mencari tahu apa yang
sebenarnya sedang terjadi pada dirinya?
Dia melakukan tindakan: melawan orang-orang yang sudah
menghancurkan hidupnya karena dia ingin kehidupan lamanya kembali. 10
*) Sampai di sini, sebenarnya cerita baru dimulai. Sepanjang cerita, hanya
akan menjelaskan "tindakan tokoh": melawan dan meraih hidupnya kembali.
5. "Mini-Klimaks" > atas bantuan Mantan Agen NSA, dia melawan balik.
Kemudian bertransaksi untuk memberikan rekaman pembunuhan.
6. "Saat Semua Hilang" dan "Berita Harapan"
Transformasi : kondisi kehidupan Sang Pengacara sudah berubah total.
Menaikkan pertaruhan : butuh bantuan-lain, solusi, agar masalah ini
teratasi.
Harapan: dia punya rencana lain, yaitu mempertemukan para pembunuh
dengan para mafia yang sedang dia tangani kasusnya dan membiarkan
FBI melihat kejadian itu.
7. Klimaks > Mempertemukan para mafia dengan para pembunuh dan
sengaja memberitahukan FBI adanya pertemuan itu.
8. Ending > Kehidupan Sang Pengacara Kembali.

Alur cerita, menjelaskan "mengapa" tokoh utama "menginginkan" sesuatu


dan "tindakan" untuk mencapai tujuan.
Betapapun rumitnya alur cerita, semuanya berkisar pada 2 hal itu : keinginan
tokoh utama dan mengapa dia menginginkan itu. Cerita selalu berkisar pada
: keinginan, mampu mencapai, atau tak-mampu mencapai keinginan itu.
Kalaupun ada tokoh lain, seperti tokoh antagonis, nemesis, ataupun figuran,
semua itu memperkuat cerita, menjelaskan keinginan tokoh utama dan
mengapa dia menginginkan itu.

Penugasan :
Cobalah merancang sebuah outline dan plot yang akan Anda tuliskan
menjadi cerita. Plot harus utuh dan menjelaskan adegan-adegan dari awal
sampai akhir. Lakukan dulu, kemudian koreksi dengan uraian berikut ini.
Bagaimana Membuat Plot
1. Tentukan tujuan cerita. Menentukan "tujuan cerita" berarti menjelaskan
apa masalahnya, apa yang dilakukan tokoh?
Tujuan harus berharga, semakin "mahal" (hampir tak mungkin dicapai),
semakin menarik. Pertimbangkan konsekuensi atau situasi negatif yang
akan terjadi, jika tujuan tokoh utama tidak terpenuhi. Pasti ada
persyaratan untuk menempuh, serta peringatan-awal, berupa hambatan
yang terjadi selama tujuan hendak dicapai.
2. Plot itu selalu berkisar pada konflik, dan konflik itu semuanya tentang
penolakan. Apa yang ditolak? Semua yang menentang dan menghambat
keinginan tokoh utama. Cerita harus punya konflik yang terawat.
3. Penulis yang memaksakan plot demi kepuasan pandangan intelektual
dia, akan gagal. Biarkan plot seperti tidak terlalu terangkai.

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
4. Plot yang rumit ditentukan penulis dan genre tulisan yang sedang
dikerjakan. Contoh: jenis ceria fiksi thriller sangat ditentukan plot, butuh
cerita intrik yang memutar serta kerumitan yang tak-diduga pembaca.
5. Konflik boleh berubah, kecuali, cerita Anda singkat, misalnya: cerpen.
Jika konflik tidak mengalami perubahan, akan terjadi pengulangan.
6. Karakter yang menjalani alur cerita, harus memberikan sumbangan pada
bangunan plot. Ubahlah beberapa karakter melalui tindakan dan 11
kepribadian mereka. Misalnya: tokoh utama dibuat sengsara dan
mengalami perubahan, sebelum mencapai tujuannya.
7. Ada perkembangan (progress) dan peristiwa (momentum), agar suasana
lebih dinamis. Jangan selalu dalam bentuk kronologis-linier. Plot
sederhana bisa menjadi rumit dan mengejutkan, tergantung bagaimana
Anda mengembangkannya.
8. Berikan perhatian juga pada dialog, karakter, setting, dll.
9. Cerita pendek biasanya hanya satu plot, lebih simpel. Novel mengenal
master plot dan subplot. Subplot berfungsi untuk memberikan sudut-
pandang berbeda kepada pembaca, membuat mereka tidak berhenti
membaca. Jika subplot membosankan, kembalilah pada background
cerita. Subplot bisa memberikan "theme" berbeda kepada pembaca.
10. Kalau cerita fiksi Anda memiliki plot menarik, seorang penulis review buku
tidak akan berani meringkas cerita Anda dengan kalimat, "ini adalah
cerita tentang…".
11. Plot sering "tidak terjadi" karena penulis tidak berhasil menjelaskan apa
keinginan tokoh utama. Lihat dalam cerita Anda, apakah tokoh utama
sudah punya keingan dan terjelaskan dalam alur cerita?
Mengatasi Masalah Penulisan Plot
Berikut ini beberapa masalah dalam penulisan plot.
Bagaimana agar tulisan tidak terlalu singkat?
Anda bisa menambahkan lebih banyak teks dengan tiga teknik:
foreshadowing, flashback, subplot, dan deskripsi naratif.
Banyak penulis yang terlalu singkat, terlalu cepat menuju "klimaks" dan
"ending".
Lihatlah cerita "Enemy of the State".
Cerita yang sebenarnya, baru dimulai ketika Sang Pengacara berhadapan
dengan Mantan Agen NSA, dalam periode "penyingkapan". Dia baru
menyadari adanya skema masalah besar: "negara Amerika menyadap
warga". Padahal adegan-adegan yang mendahului, sudah sangat banyak.
Pelajaran apa yang bisa didapatkan dari cerita di atas, agar cerita Anda tidak
terlalu singkat? Jangan terlalu cepat mencapai masalah.
Berikut ini beberapa teknik agar teks bisa lebih panjang :
1. Foreshadowing
"Foreshadowing" itu memberi penanda, membayangkan bersama, apa
yang akan terjadi nanti.
Sebelum sampai pada masalah, buatlah adegan-adegan yang menandai
apa yang akan mengantar penonton atau pembaca pada masalah
sesungguhnya.
Buatlah kesan bahwa X akan terjadi, tetapi nanti yang terjadi akhirnya Y.

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
Sejak awal, sebenarnya Sang Pengacara bisa melapor kepada FBI
bahwa ada sekelompok agen NSA yang melakukan pembunuhan, tetapi
dia tidak meminta bantuan. Sejak awal dia bisa minta bantuan kepada
client dia, gerombolan mafia yang sedang bermasalah, tetapi Sang
Pengacara tidak mau melakukan.
Dengan memberikan awalan, pengantar, sebelum adegan-adegan
penting, maka cerita bisa menjadi agak panjang. Jangan menguraikan 12
hal-hal yang tak-relevan dengan tindakan tokoh utama.
2. Jelaskan dengan Tindakan dan Dialog, bukan dengan Narasi.
Cara ini juga bisa memperpanjang cerita, sekaligus sangat disarankan.
Bagaimana Anda menjelaskan karakter pembunuh professional? Anda
tidak perlu menjelaskan dengan narasi seutuhnya. Anda bisa
menceritakan adegan pembunuhan, hanya untuk memperkenalkan
karakter (tokoh) pembunuh profesional ini.
3. Memainkan Harapan Pembaca.
Pembaca mempunyai harapan. Mainkan harapan itu. Anda bisa
memperpanjang cerita dan membuat konflik menjadi lebih menarik.
Misalnya: Tokoh X sudah mati, tetapi dimunculkan lagi dengan
nanoteknologi atau diselamatkan tokoh lain. Atau ternyata selama ini kita
membaca teks yang salah tentang tokoh X. Cara ini mengilhami
terjadinya sequel, seperti Resident Evil, Alien, dan James Bond.
"Menghidupkan-kembali" orang atau lembaga atau gerakan yang sudah
dianggap mati, serta mendatangkan "informasi baru" yang meyakinkan,
bisa membuat cerita lebih panjang. Memainkan harapan pembaca.
4. Buat Flashback (Kilas-Balik) Jika Diperlukan.
Lakukan flashback jika dan hanya jika diperlukan.
Flashback (kilas-balik) sering dipakai serial Naruto, bahkan dalam adegan
"sedang bertarung". Dari mana jurus ini datang?
Flashback bisa menghasilkan efek dramatis jika pembaca atau penonton
terlalu ingin tahu, ada apa di balik adegan ini.
Flashback juga dibutuhkan untuk menciptakan suasana yang tidak terlalu
linier. Semua plot sebenarnya kronologis, linier, dari peristiwa 1, 2, 3.
Anda bisa mengolahnya agar tidak terlalu linier. Anda bisa memulai cerita
dari tengah. Yang penting, "adegan menarik" Anda tempatkan di awal,
selanjutnya, Anda bisa mundur atau flashback dan menjelaskan.
Mulailah adegan pada bagian menarik. Hentikan sesaat (pause) untuk
menjelaskan bagaimana ceritanya kejadian ini. Teruskan kronologi lagi
dan biarkan kejadian mencapai suatu konklusi.
Flashback juga bisa menghancurkan persepsi penonton, misalnya: dalam
adegan pertarungan, ketika semua penonton bertaruh pada kemenangan
Tokoh X, ternyata setelah flashback, tersedia informasi bahwa Tokoh Y
mendapat jurus baru dan lebih berpeluang menang. Flashback sering
dipakai Sherlock Holmes dan Conan saat merangkai puzzle dalam
memecahkan kasus pembunuhan.
5. Subplot bisa membuat cerita lebih menarik. Subplot terjadi ketika sebuah
masalah diberi sudut pandang berbeda oleh tokoh lain. Subplot terjadi
dalam film "Enemy of the State" ketika Sang Mantan Agen NSA mengajak
Sang Pengacara memasuki ruangan pribadinya, sebuah grid yang

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
membuatnya tak bisa disadap, tetapi dia bisa berhubungan dengan dunia
luar. Dia yang baru datang belakangan, mengubah jalan cerita. Dia
menunjukkan kepada Sang Pengacara bahwa sistem penyadapan sudah
berlangsung sejak tahun 1970-an dan sekarang semakin canggih. Dia
mengajak Sang Pengacara memperhatikan skema lebih besar: semua
aktivitas warga Amerika, disadap NSA. Masalah awal, dari kaca mata
Sang Pengacara, ditampilkan ulang kepada penonton, dari kaca mata 13
Sang Mantan Agen NSA. Semua karakter dalam cerita, adalah manusia
yang berpikir dan bertindak, dengan cara yang berbeda-beda. Sub plot,
ditentukan 3 kata-kunci : "percabangan cerita", "kaca mata tokoh lain",
dan "memperkuat masalah jangka panjang". Subplot juga terjadi ketika
para agen NSA berbincang dalam markas. Mereka berpandangan bahwa
pengintaian itu kewajiban, dilakukan atas nama negara, dan demi
mewujudkan tujuan mereka: Undang-undang Pengawasan. Itu sebabnya
mereka merasa benar ketika membunuh Sang Peneliti dan menginginkan
rekaman kamera yang berisi adegan pembunuhan.
Subplot membuat cerita semakin seru dan penonton tidak bisa
menghakimi mana yang salah dan mana yang benar. Cerita menjadi tidak
hitam-putih. Semua memiliki cara-pandang, motivasi, dan tindakan yang
"harus" dilakukan.
Plot saya tidak original, bagaimana memperbaikinya?
Pada bagian mana? Tentukan dulu sebelum menilai plot Anda tidak original.
Plot itu keseluruhan, bukan bagian per bagian. Setahu saya, tidak pernah
ada plot original. "Sebuah cerita selalu mengandung adegan dari cerita yang
sudah ada sebelumnya. Sebuah cerita selalu terinspirasi dari cerita
sebelumnya.".
Ada 3 bagian yang bisa Anda identifikasi kelemahannya saat membahas
plot: masalah, keputusan dan tindakan, dan detail cerita.
1. "Masalah" dalam cerita.
Masalah dalam cerita, sama dengan yang sering disebut orang sebagai
tema cerita, tetapi bedanya, masalah ini harus bisa Anda sampaikan
dalam bentuk kalimat. "Konflik cinta" itu bukan tema, bukan masalah.
Masalah itu "Bagaimana tindakan Joni mencari orang yang membuatnya
putus dari Vina.". Masalah harus selalu terumuskan. Masalah, bisa saja
sama dengan 1000 cerita lain.
2. "Keputusan dan "tindakan" jangka-panjang tokoh-utama.
Keputusan sebisa mungkin berupa keputusan kontroversial (berbeda dari
keputusan kebanyakan orang yang mengalami masalah sama), demikian
pula tindakan. Melawan negara itu tindakan gila, dan seorang-diri
melawan para agen NSA itu hampir tak-mungkin menang. Demikianlah
tantangan cerita bermula.
3. "Detail", berupa deskripsi naratif, dialog, karakter, konflik, dan setting
dalam cerita.
Detail. Sebaiknya Anda terobsesi pada detail. Cerita sesungguhnya ada
pada detail. Pembaca tahu ending namun tidak mempedulikan ending.
Kebanyakan ending bisa ditebak, bahkan sudah ditulis dalam back cover
novel. Tetapi tidak demikian pada detail cerita. Bekerjalah pada detail,
maka novel Anda akan bagus. Mulailah dengan memainkan detail plot.

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
Mengapa plot saya membosankan?
Anda harus bisa mendeteksi sejak dini, bagian mana yang membosankan.
Cara mendeteksi: Buatlah ringkasan (summary) dan jalannya adegan, tanpa
menjelaskan karakter terlalu dalam dan tanpa mengutip bagaimana
dialognya. Jika dalam ringkasan tersingkat ternyata menarik, kerjakan cerita.
1. Plot membosankan, biasanya hanya berisi satu genre, juga
membosankan. Adegan Anda harus beragam. Misalnya: Anda membuat 14
cerita action, dari awal sampai akhir hanya berisi adegan action, tentu
membosankan. Buatlah dilema, sisipkan keharuan, atau pesimisme
sebelum "harapan baru" ditemukan.
2. Plot terlalu kompleks. Biasanya karena adanya subplot yang tak-disadari.
Cobalah mengurangi bagian yang tidak penting.
3. Plot terlalu dangkal jika tidak menggarap detail cerita, terlalu banyak
memakai simbol, dialog terlalu "real" (mirip percakapan sehari-hari), serta
deskripsi naratif dipenuhi penjelasan tak berguna.
Solusi agar plot menarik:
Pastikan cerita Anda memiliki "suspensi". Itu merupakan jaminan agar
pembaca tidak pernah melupakan cerita Anda.
Bagaimana cara membuat "suspensi"?
"Suspense" memiliki padanan-kata: uncertainty (ketidakpastian), doubt
(ragu), insecurity (tak-aman), confusion (kebingungan), indecision (tak-
berkeputusan). Semua padanan ini memainkan psikologi pembaca yang
menyukai pertanyaan lanjutan: tidak-pasti dengan adegan berikutnya (tidak
bisa ditebak), ragu apakah tokoh-utama bisa menang, tak-aman karena
faktor kemenangannya sangat tipis, tidak bisa mengambil keputusan dia
akan menang dengan cara bagaimana. Lawan dari "suspense" adalah
"knowledge" (pengetahuan). Penonton tidak suka jika adegan bisa ditebak
dan tokoh-utama terlalu berpeluang menang.
"Suspense" bisa dibuat dengan memainkan harapan pembaca dan
pengerucutan adegan, mungkin dari beberapa subplot (jika diperlukan).
1. Buatlah "janji" dalam cerita.
"Janji" ini sama dengan trigger (pemicu) yang akan menghitung-mundur
kejadian menuju saat yang dijanjikan. Misalnya: Anda menjanjikan "akan
terjadi perampokan di Bank Z pada hari Sabtu jam 08.15 pagi", maka
harus ada moment (saat) berupa "hari Sabtu jam 08.15 pagi".
Anda punya "pemicu" (trigger: adegan perampokan), "pewaktu" (timer,
hitung mundur sampai "hari Sabtu jam 08.15 pagi"), dan "janji" (promise,
berupa adegan dahsyat).
Apakah harus terjadi perampokan? Tidak harus. Setidaknya Anda punya
janji dan hitungan mundur.
Plot selalu memiliki sequence, rentetan kejadian. Agar menarik dan
gampang disusun, biasanya saya memakai "potongan kartu", adegan
demi adegan saya tulis. Saya urutkan. Kalau ada percabangan cerita,
tinggal menandai kartu. Dengan membuat "sequence cards", cerita bisa
dikembangkan dengan mudah. Dari cerita sederhana, sampai kompleks.
Dari kompleks, menjadi lebih sederhana. Terlalu banyak subplot,
membuat cerita kurang sederhana. Berikan subplot secukupnya.
2. Buatlah konsekuensi yang "memaksa".

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
Buatlah tabel berisi konsekuensi. Apa yang terjadi jika karakter dalam
cerita, tidak melakukan tindakan X. Berikan satu-satunya pilihan jika itu
berupa pengambilan keputusan. Berikan banyak alternatif jika itu datang
dari pihak luar.
3. Membuat Harapan Tak Terduga
Bagaimana membuat kejutan kepada pembaca?
Anda harus mengerti satu hal: apa yang diharapkan pembaca? Cerita- 15
cerita bagus, hampir semuanya memainkan prinsip ini. Agatha Christie,
mematikan Hercule Poirot saat bertarung, namun menghidupkannya di
episode lain. Pembaca mengharap, tokoh protagonis tidak boleh mati.
Adakah contoh-contoh adegan tak-terduga yang bisa mengejutkan
pembaca?
Harap dicatat, harapan tak-terduga bukan selalu tentang kematian tokoh-
utama. Atau tentang pengkhianatan. Harapan tak-terduga, kadang datang
berupa konsekuensi yang lebih besar, setelah cerita mencapai klimaks.
Berikut ini beberapa adegan tak-terduga:
Dalam Komik V for Vendetta, tokoh Vendetta yang telah menyiapkan Eve
dan bom di kota, ternyata Vendetta telah mempersiapkan kematiannya
sendiri, agar Eve meneruskan semangatnya. Dia sudah tahu kalau dia akan
mati.
Ini novel tentang seseorang (setiap orang) yang bisa mengubah keadaan,
melawan sistem pemerintahan korup.
Dalam novel Fight Club, Chuck Palahniuk menghadirkan kejutan, bahwa
cerita yang selama ini berlangsung adalah "narasi fiktif" dari Tyler Durden
yang sudah meniadakan batas antara nyata dan tak-nyata. Tyler Durden
memiliki banyak tujuan: melakukan terror, menghancurkan gedung tempat
terjadinya transaksi dan perputaran ekonomi dunia, dll. Tyler memasuki
pikiran semua orang.
Cara melakukan adegan tak-terduga:
1. Anda bisa mengungkap sebuah rahasia, informasi tambahan, yang bisa
mengubah jalan cerita. Pastikan informasi ini sesuatu yang sebenarnya
sudah tersedia sejak awal, tetapi tidak diperhatikan pembaca.
Dalam serial Sherlock Holmes, solusi untuk memecahkan kasus, sudah
selalu ada dalam adegan-adegan sebelumnya.
2. Buatlah kondisi tokoh protagonis semakin parah dan runtuhkan harapan
para pembaca. Buat dia dalam posisi yang tidak mungkin memenangkan
pertarungan.
Anda bisa melihat dalam Batman Return, bagaimana Batman yang sudah
mendapatkan ilmu ninja dari Rash A Gul, ternyata harus dilemparkan ke
dalam sumur, tempat para "mantan" pahlawan tidak bisa menaiki sumur,
sementara kota Gotham dalam kondisi semakin buruk, namun akhirnya
Batman bisa naik dan memenangkan pertarungan.
Dalam the Matrix : Reloaded, setelah terjadi pertarungan dengan ribuan
sentinel, orang-orang di Zion merasa menang, namun ternyata serangan-
mesin pertama itu akan disusul serangan lebih dahsyat. Pembaca atau
penonton, berada dalam kondisi "tidak diberi harapan".
Dalam kondisi seperti di atas, barulah penulis memainkan harapan pembaca,
dengan memberikan adegan mengejutkan.

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
Harap diingat, bahwa adegan mengejutkan ini, tidak harus berupa solusi atau
kemenangan. Pembaca hanya diberi adegan yang membawa harapan baru.
Tidak selalu happy ending.
3. Memainkan Informasi Baru.
Dunia penuh pembohong. Anda bisa memberikan peran-bohong pada
salah satu karakter. Mungkin dia berbohong tentang protagonis.
Dalam film Hercules (2015), diceritakan bagaimana sejak awal orang 16
dikelabui cerita kawan Hercules tentang legenda kedahsyatan Hercules :
kenyataannya, Hercules selalu dibantu kawan-kawannya dalam
menumpas dan mengalahkan musuhnya, sampai kemudian Hercules dan
kawan-kawannya dijebak dalam kontrak membantu peperangan, dan
terperangkap.
Pada kondisi inilah, pembaca atau penonton akan menganggap
"kebohongan" itu benar (bahwa Hercules tidak sakti). Pada akhir cerita,
Hercules membuktikan (dengan tindakan, aksi-heroik) bahwa dia
memang anak Zeus dan sakti.
4. Memainkan Konflik.
Konflik selalu membuat cerita menjadi dinamis, mengajak pembaca
terlibat dalam cerita, dan tidak berhenti membaca.
Bagaimana cara membangun konflik?
Konflik dapat dibangun dengan beberapa cara:
1. Konflik antar-karakter, misalnya: seorang gadis memutuskan pacarnya.
2. Konflik dalam diri tokoh cerita, misalnya: dia dihadapkan pada sebuah
dilemma.
3. Konflik karakter dengan kekuatan impersonal (bukan-orang), misalnya:
dia mempertanyakan: harapan hidup, keadilan, dll.
Ini yang biasa terjadi pada diri pembaca:
1. Pembaca ingin tahu konflik dalam cerita ini tentang apa? Jika ceritanya
sudah umum, dia akan mencari tahu detail yang menarik. Detail menarik
pertama ada pada karakter dalam cerita.
2. Konflik, saat memasuki titik-kirisis, akan membawa pembaca pada
klimaks cerita.
Bisakah Anda menebak, mana adegan klimaks film Cinderella?
Adegan klimaks dalam film Cinderella terjadi ketika dia menemukan sel
bawah tanah Pangeran Charming. Apakah dia akan meninggalkan?
Apakah dia akan pura-pura tak tahu? Pada saat karakter dalam cerita
mengalami kejadian, berada dalam situasi tertentu, dan harus mengambil
tindakan paling menentukan dalam cerita, itulah klimaks.
Konflik dan tujuan cerita, selalu diberi penanda dan pendahuluan. Tidak
langsung.
Kejadian yang membuat karakter dalam cerita nanti akan berubah hidupnya,
tidak selalu harus terencana. Atau Anda bisa mengubahnya nanti, dengan
flash back atau sub plot.
Bagaimana jika kesulitan mengakhiri cerita?
Membuat ending itu mudah. Jika itu cerita bersambung, sediakan adegan
atau pertanyaan menuju episode berikutnya. Jika terjadi pada cerita pendek
atau novel, caranya mudah: dalam outline (kerangka-cerita) Anda harus
menentukan pemicu dan pewaktu. Apa janji Anda dalam cerita ini? Jika

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
cerita Anda tentang adegan perampokan hari Sabtu jam 08.15 pagi, itulah
pewaktunya. Harus ada adegan pada waktu hari Sabtu jam 08.15 pagi.
Dengan begitu, Anda akan mudah mengakhiri. Singkatnya, tentukan janji
cerita, pemicu, dan pewaktu, agar cerita bisa diakhiri.
Menciptakan Adegan
Adegan terjadi bukan karena karakter dalam cerita itu menginginkan 17
terjadinya adegan. Anda pengendalinya, bukan karakter dalam cerita itu.
Kalau karakter boleh memilih, mungkin dia tidak ingin konflik. Pertanyaan
yang Anda ajukan, sebaiknya bukan "Apa yang bisa terjadi?" ataupun "Apa
yang mungkin terjadi?", melainkan: "Apa yang perlu terjadi?".
Adegan yang bagus selalu terdapat unsur drama atau komedi.
Anda bisa menjawab beberapa pertanyaan berikut, sebelum menciptakan
adegan dalam cerita fiksi:
1. Siapa yang harus ada dalam adegan itu? Jika tidak berperan penting,
tidak perlu ada. Singkirkan saja.
2. Adegan terjadi di mana? Bagaimana semestinya perilaku orang-orang
dalam setting yang sedang Anda bangun?
3. Hal mengejutkan macam apa yang mungkin terjadi dalam adegan ini?
4. Seberapa lama adegan ini terjadi?

Penyebab, Tipe, Penangkal, dan Kutipan tentang Writer’s Block


Writer’s block itu ketidakmampuan penulis menghasilkan materi baru,
keadaan yang mungkin sesaat, selama kurun waktu tertentu, atau
selamanya. Tidak jarang, orang yang tadinya ingin atau pernah menjadi
penulis, berhenti dari aktivitas menulis sama sekali.

Tipe Writer’s Block


Blank, nggak punya ide menulis, tidak bisa menulis.
Terlalu banyak ide, tidak bisa fokus.
Bisa membuat kerangka tulisan tetapi tidak bisa menuliskan isinya.
Berhenti di tengah tulisan, tidak tahu setelahnya mau apa.
Menemui jalan buntu dalam cerita, tidak bisa bikin ending.
Bosan dengan aktivitas menulis.
Tidak punya kata-kata untuk mengungkapkan gagasan, terlalu kacau.

Orang yang suka berjalan kaki sehari 1,5 jam, memiliki ingatan lebih kuat.
Perbanyak berdialog dengan orang lain. Berjalan sejauh 18 mil setiap satu
minggu, bisa mengurangi kehilangan ingatan. Sering melatih aktivitas positif
bisa mempertajam transmisi otak.
Biasakan menyelesaikan kekacauan. Biasakan DIY (do it yourself), akan
menambah kreativitas.

Latihan menulis dalam segala situasi. Tuliskan ide random dari menyusun 3
kata, bisa membuat sebuah cerita.
Buatlah kalimat dengan kata "rindu", "tahu", "memahami", "baik", "bagus",
dan "pergi". Kemudian ganti masing-masing kata yang telah tersusun dalam

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
kalimat itu, menjadi bentuk kalimat lain (boleh beberapa kalimat), yang
memiliki kesamaan maksud.

Sebelum memilih alur-cerita flashback (kilas-balik, mundur ke belakang),


perhatikan:
1. Buatlah ikatan antara pembaca dengan pelaku utama.
2. Tetapkan tujuan cerita. 18
3. Tetapkan tantangan yang akan terjadi pada tujuan cerita.
4. Pakailah cerita yang bisa memaksa pembaca untuk mengetahui apa yang
terjadi di masa lalu.
Karakter
Karakter sama dengan tokoh sama dengan manusia dalam cerita. Karakter
ada yang menjadi tokoh-utama (protagonist), tokoh-pendukung (termasuk di
dalamnya: tokoh-lawan (antagonist)), dan tokoh figuran (yang perannya
dianggap tidak terlalu penting dalam cerita fiksi).
Tujuan penggambaran karakter adalah menciptakan citra (image) dalam
pikiran pembaca. Jika karakter sangat berkesan bagi pembaca, dia akan
protes ketika novel Anda difilmkan.
Kebanyakan film tidak menggambarkan karakter sebagaimana ceritanya.
Hagrid dalam Harry Potter, memiliki ukuran fisik yang lebih besar. Kaleeshi di
Game of Thrones, dalam novelnya memiliki mata berwarna purple, tetapi
filmnya tidak demikian. Dalam cerita action, gambaran karakter menentukan
"dukungan" pembaca. Orang menyukai Iron Man karena dia playboy, arogan,
jenius, sekaligus miliarder. Orang menyukai Hulk karena dia dokter, jenius,
dan "mengatasi" persoalan dengan kemarahan.

Bagaimana menciptakan karakter dalam cerita fiksi?


1. Coba pikirkan untuk menyingkatnya menjadi 3 kata-utama. Anda bisa
memulainya dari situ. Ingat, dari 3 kata-utama, bisa menjadi "seseorang",
bahkan bisa menjadi "sebuah cerita".
2. Karakter terlihat dalam tindakan khusus sepenuhnya, kata-kata dalam
dialog, dan sifat individu. Karakter kadang tidak terlalu "manusia", sangat
khayal, tetapi sangat berkesan bagi pembaca. Itu sebabnya disebut fiksi.
Jangan terlalu nyata, jangan terlalu manusia.
3. Tentukan tindakan berharga yang akan dia lakukan. Tindakan karakter,
lebih penting dan melampaui gambaran fisik, pengetahuan, dan latar
belakang dia. Apa yang akan dia lakukan? Itu yang terpenting.
Karakter sebaiknya melakukan tindakan mengejutkan, memiliki
kontradiksi aneh dan unik, serta berani menjawab common sense.
Saat kebanyakan orang tidak berani mengambil keputusan melawan
kekuatan yang lebih besar, maka kehadiran karakter yang berani
melawan, itu menjadi hal menarik. Kebanyakan orang tidak percaya
bahwa marah tidak berguna untuk menyelesaikan persoalan, tetapi, Anda
berhasil menciptakan karakter yang bisa mengendalikan rasa marah. Ini
berarti karakter itu berani melampaui common sense.

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
Lihatlah, bagaimana superhero bisa mengatasi sifat buruknya.
Kebanyakan superhero berkostum, memiliki kepribadian-ganda, kecuali
Superman.
4. Ciptakan karakter 3 dimensi, yang hidup.
Gunakan bahasa-tubuh (body language) pada karakter dalam cerita.
Jangan selalu memakai peran narator atau penjelasan orang ketiga.
Anda harus mempelajari tingkah-laku manusia (human behaviors). Entah 19
itu berupa perubahan raut-muka (mimic), ekspresi, gerakan anggota
tubuh, sikap fisik, ataupun penjelasan fisiologis (misalnya, desir jantung,
detak nadi) yang tak terlihat. Bagaimana bahasa-tubuh orang yang
sedang marah, tertarik, menyimak perbincangan, mengalami situasi sulit,
terbuka dan jujur, menyerah, sikap superior, dll.? Jelaskan masing-
masing itu dengan sebuah kalimat.
5. Karakter adalah manusia.
Setiap karakter memiliki aspek fisik, psikologis, dan emosional.
 Fisik, berkaitan dengan umur, jenis kelamin, ras, kebangsaan, tinggi,
ukuran, kesehatan, kekayaan, kegagalan, seksualitas, gaya berjalan,
suara.
 Psikologis, berkaitan dengan kecerdasan, temperamen, kebahagiaan,
sikap (attitude), pengetahuan-diri, aspek tak-sadar, kebiasaan.
 Personal, berkaitan dengan keluarga, teman, kolega, tempat lahir,
masa kecil, pendidikan, hobi, kepercayaan atau keyakinan, nilai-nilai
yang dianut, gaya hidup, status pernikahan, agama, profesi,
kepemilikan, dan tingkat kemakmuran.
 Kepribadian, berkaitan dengan keinginan, harapan, rasa takut,
pemikiran, ingatan, kemarahan, mimpi-mimpi, dan pengabaian.
 Praktek, Tindakan berkaitan dengan perkataan, makanan, pakaian,
apa yang dia beli, apa yang dia kerjakan, apa yang dia mainkan.
Setidaknya, Anda harus tahu bagaimana karakter dalam cerita itu
berbicara, mood dia, dan perubahan yang terjadi pada tingkah-laku dia,
berkaitan dengan siapa dia sekarang dan di mana dia pernah berada.
6. Jelaskan dengan bantuan tag dalam percakapan, untuk menjelaskan ciri-
khusus yang dimiliki karakter ini.
Dalam komik Monsters, ada seorang detektif yang selalu menggerakkan
jemarinya sambil membayangkan dia sedang mengetikkan nama dan
kejadian, ketika berada di tempat kejadian perkara (crime scene) saat
mengurus kejadian kriminal.
J. K. Rowling memiliki skema terkait karakter yang sangat banyak dalam
cerita Harry Potter. Skema tersebut dijual mahal.
Tag dalam dialog, bisa meliputi : ciri fisik, pakaian kesukaan, gaya
rambut, sikap dan kebiasaan, kebiasaan bicara, kekacauan yang dia
buat, bau tubuh, dll. Semua tentang dia. Dalam cerita detektif, "ciri fisik"
sangat menentukan siapa pelakunya.
Dalam novel Naked Face karya Sidney Sheldon, diceritakan ada
seseorang psikoanalis diminta mendeteksi wajah sang pembunuh. Dia
merekonstruksi, bagaimana kira-kira wajah pembunuh itu, dilihat dari
caranya membunuh. Dari pembunuhan itu, dia menggambarkan jenis
kelainan psikologis Sang Pembunuh, kemudian menebak fisik rata-rata

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
orang yang berkelainan psikologis tadi. Pada saat dia hampir berhasil
membuat sketsa, datanglah pembunuh sungguhan yang sedang
dibicarakan.
Gambaran fisik, selalu menjadi tema lama dalam serial pembunuhan dan
forensik.
Setiap fisik berkaitan dengan emosi dan psikologi. Detail sangat penting.
Jangan sesekali mendeskripsikan "wajahnya cantik sekali" atau "kulitnya 20
bersih". Hati-hati dengan pemakaian kata-sifat (adjective) dan kata-
keterangan (adverb), karena itu menghabisi detail.
7. Berikan karakter itu konflik dan pertentangan dalam hidupnya, kemudian
nyatakan pengaruh-pengaruhnya.
Apa tujuan-hidup karakter Anda?
Tentukan hal-hal yang paling dekat dengan cara dia mengambil
keputusan dan bertindak.
Ini bisa menjadi tujuan jangka panjang, atau sekadar menyelesaikan
kasus?
Karakter harus punya keinginan, walaupun dia hanya ingin segelas es.
Jika karakter Anda menghadapi masalah, bagaimana cara dia
menyelesaikan? Karakter harus punya metode.
Karakter harus punya kekuatan mengevaluasi keadaan.
Saat dia melihat temannya mencuri, apa yang dia lakukan? Saat dia
melihat sekitarnya sedang tak-bersemangat, bagaimana cara dia menilai
situasi?
Dia memiliki gerakan, bekerja dengan tangan, tahu bagaimana
menendang atau merangkai bunga.
8. Karakter tidak hanya tokoh-utama.
Karakter ada beberapa, pastikan setiap karakter memiliki perbedaan sifat,
kemampuan, dan nama yang jelas.
Beberapa karakter kadang hanya menjadi bagian dari setting. Misalnya,
adegan pertemuan di restoran, ada karakter pelayan yang hanya datang
sebentar. Dia tidak terlalu penting dalam cerita. Tergantung plot.
9. Karakter dan Hidupnya.
 Di mana karakter ini hidup?
Jelaskan setting (ruang, waktu) dari karakter yang Anda ciptakan.
Mungkin dia sedang diceritakan hidup di kampus, tetapi, akan menarik
jika pembaca diajak melihat sisi lain dari dirinya.
Dalam novel Fight Club karya Chuck Palahniuk menceritakan
bagaimana banyak pekerja yang jenuh dengan modernitas, memiliki
sisi-lain di malam hari, mereka adu-jotos untuk melepaskan
ketegangan, dan keesokan harinya kembali bekerja seperti biasa.
 Sejak kapan karakter Anda memulai hidupnya?
Memulai hidup, artinya menyadari hidupnya, merasakan hidup-
kembali. Memulai hidup, berkaitan dengan kesadaran. Superhero
Marvel banyak yang mengalami "kecelakaan" atau "penemuan" yang
membuat hidup mereka benar-benar baru.
 Masa Kecil menentukan seperti apa dia sekarang.
Berapa umur dia? Biasanya dia dipanggil apa oleh kawan-kawannya?
Dia seperti apa? Jangan memakai metafora, jangan mengatakan

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
"Wajahnya mirip Dian Sastro". Gambarkan fisiknya, walaupun nanti
pembaca menghubungkan gambaran dirinya dengan Dian Sastro.
Anda boleh menceritakan masa kecilnya, agar pembaca memiliki
gambaran tentang zaman yang membesarkan dia.
Kadang, flash back berfungsi dengan baik, jika mendukung gagasan
dalam alur-cerita. Batman, digambarkan memiliki trauma masa kecil
dengan kelelawar namun karena didikan orang Jepang, dia berani 21
mengenakan kostum binatang yang paling dia takuti. Ada trauma
masa kecil, pilihan hidup, dan tahapan di mana dia memulai hidup dan
bertindak. Itu sebabnya, Batman selalu berkesan bagi pembaca dan
penontonnya.
 Apa yang ingin dilakukan karakter Anda dalam hidup?
Pilihan hidup menjadi bagian penting dalam karakter. Sikap dia adalah
sikap manusia.
Anda tentu ingat cerita di film Jean of Arc, bagaimana dia dianggap
menerima asuhan Yesus, dan membawa pesan Tuhan untuk
mengawal Perancis dalam kemenangan, tetapi, saat di penjara, Jean
of Arc berhadapan dengan "penglihatan" (vision) berupa sosok yang
bisa beralih dari gambaran Yesus, anak kecil, Iblis, dll.
Dia memiliki tujuan hidup (membela Perancis dan menyuarakan
pesan Tuhannya), mengalami "krisis" ketika ramalannya tidak terbukti
dan dikhianati kawan-kawannya, sekaligus "pertanyaan" tentang
sumber pengetahuan ketika melihat penampakan di penjara.
Pikirkan bagaimana sikap karakter dalam cerita Anda, dalam
menghadapi krisis, ambigu, dan dilemma dalam hidupnya.
 Ceritakan hubungan dia dengan karakter lain.
Siapa yang ada dalam hidup karakter ini? Apakah dia memiliki kisah
cinta, boss, tetangga, atau teman masa kecil?
Bisakah Anda memperkenalkan karakter ini dalam satu paragraf?
Atau satu kalimat? Perkenalan ini berguna untuk pembaca atau untuk
dipakai dalam dialog.
10. Kalau perlu, buatlah skema. Bagaimana kondisi karakter ini?
Temperamen, keyakinan moral/etika/agama, sikap politik, hobi,
kebiasaan, hal eksentrik, apa yang dia suka/tidak-suka, takut atau phobia,
trauma masa kecil, tujuan jangka pendek dan jangka panjang dia dalam
hidup, harapan dan mimpinya. Gambarkan sebagaimana dia manusia.
11. Berikan karakter Anda titik-krisis di mana dia harus mengambil
keputusan. Resiko apa yang akan terjadi jika dia mengambil pilihan A,
atau B, dan bagaimana jadinya "dunia" dia jika dia bertindak? Mengapa
harus dia?
Teknik Muncul dalam Cerita Fiksi
"Teknik Muncul" sangat diperhatikan dalam cerita fiksi, terutama dalam
pertunjukan drama dan film.
Bagaimana kemunculan pertama seseorang bisa berkesan bagi pembaca?
"Teknik muncul" bisa menggunakan beberapa cara:
1. Memperlakukan kemunculan karakter sebagai "terror".
Terror memiliki pendahuluan berupa ancaman dan propaganda. Sebelum
tokoh muncul, perlu diberikan pengantar. Terutama dalam cerita fiksi

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
genre action. Misalnya, Anda merancang adegan yang sering menyebut
kesaktian Tokoh X, tetapi dia tidak segera Anda munculkan. Pembaca
sudah memiliki beberapa informasi tentang dahsyatnya Tokoh X. Begitu
Tokoh X muncul, perhatian dan cerita akan tersedot pada Tokoh X.
Mungkin dia hanya melakukan gerakan singkat, tetapi pembaca sudah
menerima teror. Atau dia hanya dimunculkan sesaat namun setelah itu
dia menjadi bahan perbincangan di mana-mana. 22
2. Tokoh digambarkan sebagai gunung es. Orang hanya melihat
puncaknya, melihat perilaku dan gambaran fisik luarnya. Pada
perkembangan cerita, dia diperlihatkan memiliki kemampuan-lebih atau
ternyata dialah pembunuhnya. Yang dimainkan adalah "sisi lain", "latar
belakang", atau informasi tambahan yang mengejutkan. Penulis
mengajak pembaca menyingkap apa yang ada di bawah permukaan laut.
3. Muncul mendadak.
Tokoh yang sebelumnya tidak pernah diceritakan, tetapi dia
memperlihatkan keunikan atau kemampuan, yang membuat jalan cerita
tiba-tiba bisa berubah. Dalam film "Enemy of the State" diceritakan
bagaimana Sang Pengacara ingin bertemu kawan dari mantan
kekasihnya, yang selama ini sering menyediakan informasi, yang bisa
memenangkan kasus hukum yang dia tangani. Penampilannya biasa,
namun ternyata dia adalah mantan agen NSA yang membelot dan
menjadi harapan Sang Pengacara untuk memenangkan pertarungannya
dengan para pembunuh.
Karakter-utama dalam cerita fiksi, melakukan dialog. Karakter, tindakan, dan
bangunan konflik, terlihat dalam dialog. Akan dijelaskan detailnya pada
bagian di bawah ini.
Dialog
Beberapa penulis, lebih suka membuat dialog dulu. Mereka menuliskan
dialog banyak dengan sangat cepat. Perkara memberikan sifat tokoh, setting,
dll., dikerjakan nanti. Ini sebuah pilihan.
Biarkan dialog terjadi, tambahkan terus-menerus. Adegan dinamis bisa
terjadi, salah satunya dengan menuliskan dialog lebih dahulu. Setelahnya,
menambahkan baris-baris narasi, untuk menjelaskan dialog itu. Gunakan
cara ini, jika Anda ingin kekuatan cerita bertumpu pada dialog.
Bagaimana Membuat Dialog yang Bagus?
1. Dialog harus punya tujuan.
Setiap paragraf dalam tulisan fiksi, sebagaimana tulisan non-fiksi, selalu
memuat gagasan utama. Dialog bisa memperdalam pemahaman
pembaca karena di dalamnya tersedia informasi tambahan yang mungkin
belum termuat dalam narasi.
Tujuan dialog, berkisar pada 5 (lima) hal berikut: (1) Hasrat dan motivasi
tindakan tokoh, (2) Pergerakan dalam cerita, (3) Penjelasan, informasi,
(4) Logika, dan (5) Konflik.
2. Jadilah salah satu karakter untuk membuat dialog, masuki dialog.
Misalnya, Anda ingin membuat dialog antara tokoh A dan B. Jadilah tokoh
A dulu, kemudian tuliskan dialog. Lalu jadilah tokoh B. Setelah itu,

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
cobalah sunting. Ini diperlukan agar dialog terjadi imbang dan adil, di
mana ada penjiwaan pada karakter yang sedang berdialog.
3. Dialog dan percakapan itu berbeda. Dialog selalu memuat sifat tokoh,
setting, dan melibatkan pembaca dalam konflik cerita.
Cara klasik: "Tunjukkan, jangan katakan.".
Cara ini juga berlaku untuk dialog. Gantilah kalimat yang terlalu umum
dipakai, dengan sebuah konteks. 23
Misalnya, Anda ingin bilang, "Kami berdua dulu teman satu SMA", bisa
diganti dengan, "Kami sering bertaruh segelas es saat bermain basket
berdua.". Konteks memperlihatkan keadaan lain.
Saat karakter dalam cerita sedang berbicara, sebenarnya pembaca
sedang masuk ke dalam dialog.
Singkap bagaimana tokoh dalam cerita ini dalam apa yang ia katakan
(atau apa yang tidak ia katakan). Misalnya, Anda telah menentukan
bahwa tokoh Santi orangnya suka naik gunung, tidak suka membaca.
Anda bisa memasukkan kondisi Santi ini ke dalam dialog.
"Aku tidak suka membaca. Aku lebih suka naik gunung." < terlalu biasa.
"Sudah lama aku menunggu liburan, ingin kembali ke puncak Lawu."
4. Tanamkan ketenangan lebih dahulu sebelum dialog terjadi.
Dialog yang bagus, sebelum dimunculkan, bisa disemai dulu dengan
ketenangan, untuk memberikan semacam pendahuluan sebelum
terjadinya dialog. Cara ini sering diterapkan Ernest Hemingway (Papa).
5. White space, ruang kosong di halaman buku, bisa menjadi tempat
pembaca fokus pada dialog. Jangan memberikan keterangan berlebihan
dalam dialog. Jangan menuliskan pembicaraan panjang jika tidak sedang
benar-benar dibutuhkan.
6. Dialog tag, kadang menjadi bagian menjengkelkan. Pembaca tidak suka
terjadinya pengulangan, seperti: "katanya", "dia bertanya", "jawabku", dll.
Gantilah tag itu dengan aktivitas, atau ungkapan lain.
7. Buat konfrontasi, tensi, dan drama (atau komedi).
Dialog menjadi kunci persoalan. Seberapapun bagusnya narasi, tetap
akan dieksekusi para tokoh dalam cerita, melalui dialog.
Misalnya, pada komik detektif Conan, sering diperlihatkan bagaimana
"penjelasan" (dialog) Conan dengan mikropon yang tersembunyi di balik
dasi kupu-kupu, selalu mengejutkan penonton.
Konfrontasi di sini, berarti menciptakan adegan tensional, dilingkupi
masalah, dan sangat menentukan jalan-cerita (plot).
Saat karakter-karakter dalam cerita itu memiliki tujuan berbeda dan
sama-sama ingin mencapai tujuan, terjadilah konflik. Jika pertaruhan
tinggi dan kedua pihak sama-sama tak menyerah, maka terjadilah drama.
8. Seringlah menonton drama atau film, agar bisa mengamati ketertarikan
Anda sendiri pada pentingnya sebuah dialog. Film tidak banyak
menyajikan narasi. Cobalah "menebak" karakter tokoh, hanya dari
dialognya.
9. Masukkan Kondisi Dialog.
Apakah karakter yang sedang berdialog ini punya kelainan? Aksen
tertentu? Sangat cerewet? Masukkan kondisi tersebut dalam dialog.

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
Menuliskan dialog berarti percakapan manusia, dan setiap manusia
memiliki latar-belakang budaya.
10. Dialog harus realistis dan realistis tidak berarti harus "real" (nyata).
Kadang yang nyata (dalam dialog) perlu disederhanakan. Misalnya, Anda
menuliskan percakapan di telepon, jika dituliskan terlalu apa-adanya,
jadinya malah dialog yang membosankan.
Seasyik apapun Anda bisa menulis panjang lebar dalam dialog, atau 24
memindahkan gambaran tentang teman Anda menjadi tokoh dalam
cerita, Anda perlu menyuntingnya. Dialog sebaiknya selalu diawali
dengan baris baru, bagi setiap tokoh yang berbicara. Kalimat dalam
dialog, masuk di tanda kutipan langsung. Dialog bisa diakhiri dengan titik,
jika diakhiri dengan koma harus disertai penjelasan tambahan (dialogue
tag).
11. Dialog harus mengalir. Kalau enak dibaca, tanpa susah-payah, maka
pembaca akan mau bersusah-payah mengikuti cerita Anda.
12. Tambahkan penyela di dalam dialog tetapi jangan memasukkan aktivitas
karakter yang tak-relevan ke dalam dialog.
13. Kalau Anda sering memperhatikan percakapan orang, kadang apa yang
dia katakan berbeda dengan apa yang dia maksud. Dialog juga seperti
ini. Dalam dialog ada kejutan. Anda tidak harus selalu menjelaskannya.
14. Misalnya, kebanyakan perempuan akan mengatakan 3 kalimat ini ketika
mengalami putus cinta: "Tinggalkan aku.", "Aku baik-baik saja", dan
"Semoga kamu bahagia dengannya.". Apa yang sebenarnya terjadi, bisa
dijelaskan dengan narasi, tetapi biarlah kalimat dalam dialog itu berbeda
dari persepsi pembaca.
15. Dialog yang terlalu nyata, justru membosankan.
Pernahkah Anda membaca cerita pendek yang hampir tak ada
dialognya? Penulisnya menceritakan tetapi tidak menghadirkan dialog.
Akhirnya, cerita itu menjadi semacam monolog bagi penulisnya. Dia gagal
menghadirkan "manusia" dan konflik dalam cerita itu.
Pada paragraf tertentu, monolog interior ini diperlukan.
Anda menuliskan cerita sebagai "orang pertama", dengan "aku" yang
bercerita. Penceritaan sebagai tokoh aku, bisa menggunakan style italics
dan tanpa tanda kutip.
Misalnya, begini :
---
Joni membuka aplikasi perekam, meletakkan di atas meja.
"Rin, kamu boleh memulai ceritamu kapan saja. Aku tahu ini berat."
"Tidak. Aku harus bercerita. Sekarang." kata Rin sambil menyeka air
mata.
Namaku Arina. Orang memanggilku Rin, sampai usiaku 12 tahun dan
memasuki asrama.
dan seterusnya.
---
Paragraf yang memakai style italics itu merupakan penceritaan Rin,
sebagai "aku".
Jika dialog panjang, gunakan tanda " (quotation mark) di setiap awal
paragraf, tanpa tag, dan diakhiri dengan tanda " lagi. Misalnya, begini:

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
---
Joni menarik nafas panjang, menatap mata Tomi. Joni menuang air,
meminumnya, dan mulai bercerita,
"Kejadiannya tidak seperti itu, Tomi. Kamu hanya membaca koran.
"Sudah lama kulakukan penyelidikan. Pelakunya justru temanmu
sendiri. Tadinya, aku curiga ini pekerjaan orang luar. Ternyata bukan.
Ini fotonya. Kamu pasti kenal dia." kata Joni sambil menyulut 25
rokoknya.
---
16. Bagaimana merancang dialog untuk usia belasan tahun?
Pada cerita remaja, usia belasan tahun, dialog bisa menjadi hal rumit.
Anda harus mengerti, seperti apa remaja berbicara.
 Remaja lebih suka berbicara dulu, baru berpikir kemudian, sehingga
sering terjadi "kesalahan pertama" saat berbicara, atau meralat
pembicaraannya sendiri. Kalau dituliskan apa adanya, sebagaimana
kehidupan nyata, dialog menjadi kurang bagus. Membingungkan
pembaca. Solusinya, gunakan kata-kata singkat dan mudah dalam
dialog cerita remaja.
 Melebih-lebihkan sesuatu dalam bentuk ungkapan dan ekspresi.
Misalnya: bertemu cowok yang dia suka, dia bisa menceritakannya
kepada teman dengan ungkapan begini, "Tadi aku ketemu Tomi.
Gelasku jatuh. Semua orang menertawakanku. Aku benar-benar
merasa tidak berguna.".
17. Hindari "talking heads" yang terlalu panjang. Omongan dua orang yang
terlalu panjang.
18. Hati-hati saat menggunakan simile dan pemakaian simbol, demikian pula
penggunaan "kata-sifat" dan "kata-keterangan".
Karakter dapat ditunjukkan salah satunya dengan "reaksi". Konflik dan alur-
cerita, sebenarnya adalah rangkaian peristiwa terhubung, yang dihubungkan
dengan keinginan tokoh utama dalam cerita. Penulis mengambil kehidupan
nyata dan imajinasi, dengan cara mencari impresi atau kesan. Pembaca,
melihat impresi atau kesan itu dari ekspresi yang Anda tuliskan.

Selain cara-cara yang telah dijelaskan di atas, berikut ini ada sedikit tips dan
trik dalam menulis cerita fiksi :
Catatan untuk Penulisan
1. Bangun "tekanan" (tension) lalu berikan jeda sebelum mencapai klimaks.
Jangan biarkan genre cerita membelenggu Anda. Kaburkan batas genre
jika perlu. Biarpun cerita perang, sisipkan roman. Biarpun cerita horor,
tuliskan sejarah. Tidak masalah.
2. Setting harus gamblang dan seperti-nyata, walaupun itu hanya imajinasi.
3. Berikan ruang dan waktu untuk berpikir bagi pembaca. Biarkan pembaca
membuat hubungan dengan membayangkan semakin banyak
kemungkinan.
4. Selalu mendekati ending. Arahkan semua pada ending.
5. Lebih baik memakai tindakan-langsung dengan gambaran yang mudah
dipahami, daripada memakai bahasa puitis.

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
6. Masukkan kerumitan lain ke dalam cerita, seperti: dilemma, krisis,
ambigu, dan pengambilan keputusan-darurat. Buatlah karakter Anda itu
menderita, mengalami "perubahan" atau "lompatan" dalam hidupnya.
7. Hati-hati dalam menyisipkan tindakan tanpa-motivasi. Berikan alasan
"mengapa harus" melakukan tindakan. Pilih dan tunjukkan terjadinya:
hasrat, keinginan yang sangat, kewajiban, luka psikologis, kehendak, dll.
8. Buatlah perubahan pada setting (ruang-latar), lakukan riset mendalam. 26
Pastikan Anda bisa mendeskripsikan dengan baik. Setting yang sering
dipakai, seperti: restoran, dapur, ruang tamu, kantor, dan dalam-mobil,
sudah biasa dipakai. Jika ruang ini tidak terlalu penting, cobalah ruang
unik, misalnya: dialog terjadi dalam karnaval, atau pameran. Pembaca
membayangkan keramaian karnaval, tanpa butuh banyak detail
penjelasan, sehingga pembaca bisa fokus pada plot cerita, serta tidak
terlalu "mengadili". Kalau perlu, hadirkan ruang yang jarang dinikmati
pembaca.
9. Realisme memang susah. Jika Anda menggunakan "sesuatu" yang
sudah dilihat dan dialami pembaca, maka cerita Anda akan banyak dinilai
secara teknis, orang tidak fokus pada ceritanya. Jika Anda terpaksa
menggunakannya, berikanlah deskripsi yang melibatkan emosi karakter
dalam cerita.
10. Manfaatkan deskripsi inderawi secara total, tidak sebatas pemandangan
visual. Pembaca memiliki indera sentuh, rasa, bau, dan pendengaran.
11. Sisipkan bahasa puitis dalam prosa. Gunakan aliterasi, onomatopuia,
metafora, dan piranti literer, agar bahasa Anda indah.
12. Buat adegan yang hilang, agar menjadi bahan misteri bagi pembaca.
Misalnya, sejak awal dibangun persepsi bahwa terjadi peristiwa A, namun
peristiwa tersebut sama-sama terbuka peluang untuk mencari siapa yang
bersalah. Satu-satunya kemungkinan hanyalah bertanya kepada saksi.
Adegan "bertemu dan bertanya kepada saksi" (adegan kunci) juga bisa
menjadi pemicu atau timer dalam cerita.
13. Dalam satu cerita, setidaknya ada satu karakter yang mengakar dan
dirasakan pembaca. Setiap karakter sebaiknya punya keinginan,
walaupun itu hanya menginginkan segelas air. Setiap kalimat harus
berfungsi untuk: menyingkap karakter atau mempertegas tindakan
karakter dalam cerita.
Anda bisa menambahkan sendiri detail yang belum dijelaskan, agar
daftarnya lebih lengkap.
Produktivitas
1. Lebih banyak membaca daripada menulis. Jika Anda menyukai jenis
(genre) tulisan tertentu, jangan terdiam di situ. Cobalah keluar dari zona
nyaman bacaan, masuki jenis bacaan lain. Seorang penulis selalu suka
memasuki dunia yang berbeda, dunia baru, tempat dia banyak belajar.
2. Jangan abaikan membaca koran atau berita. Banyak cerita yang bisa
dikembangkan dari sebuah berita.
3. Carilah saat tepat untuk menulis. Tidak semua jam itu sama. Setiap orang
memiliki jadwal sendiri-sendiri. Pilih jadwal terbaik Anda untuk menulis.
Mulailah menulis kapan saja.

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
4. Kurangi interupsi, siapkan keadaan sebelum menulis. Matikan ponsel,
katakan dalam status di BBM Anda sedang menulis. Saya mengalami
bagaimana interupsi, sekecil apapun itu, kadang mengganggu.
5. Selingan dan gangguan juga sering memutuskan kreativitas. Gangguan
bisa berupa visual.
6. Pastikan komputer Anda tidak bermasalah. Bersihkan gangguan visual
dan bunyi. Saya tidak suka menulis sambil mendengarkan .mp3, kecuali 27
saat editing. Kalau sedang membaca hasil editing, saya suka
mendengarkan musik, bahkan mencoba membacanya di ponsel, sambil
melakukan aktivitas bermacam-macam, karena, nanti cerita ini akan
dinikmati orang sambil melakukan aktivitas apa saja.
7. Menonton film, dapat Anda gunakan untuk belajar menulis cerita.
8. Mindmap. Gunakan mindmap untuk menggambarkan hubungan antar-
karakter, sifat-sifat mereka, serta kapan mereka akan bertemu dan
menjalin masalah.
9. Deskripsi visual, bisa dilakukan dengan mendeskripsikan foto. Ambil
sebuah foto, lalu ceritakan gagasan dan kesan (impression) Anda,
ceritakan latar (background) di balik foto itu. Gambarkan keadaan fisik
lebih dulu.
10. Letakkan draft cerita di tempat yang mudah Anda lihat. Biarkan draft itu
selalu terbaca. Sebosan apa Anda membacanya? Ernest Hemingway
melakukan cara yang lebih ekstrem. Dia membiarkan gagasan dalam
cerita, sambil melakukan aktivitas apa saja. Tidak tergesa-gesa
menuliskan ceritanya. Jika ide cerita itu bisa dia nikmati dalam semua
aktivitas, dia akan menuliskannya. Mengapa demikian? Cerita ini akan
dinikmati orang sambil melakukan aktivitas apa saja.
11. Ide bisa datang kapan saja. Siapkan bolpen dan kertas untuk mencatat
gagasan sewaktu-waktu. Saya tidak suka cara ini. Saya lebih suka
menyimpan dalam pikiran seperti Ernest Hemingway.
12. Jangan menyunting saat Anda sedang menulis. Kalau ada frase atau
kalimat yang kurang bagus, lewati. Menulis sekarang, edit nanti.
13. Hilangkan semua hambatan literer, gramatikal, dan sintaksis.
14. Kurangi teks Anda jika terlalu panjang. Jika pengurangan kurang dari
10% berarti teks itu masih bagus menurut Anda. Edit lagi dan lihat
pengurangannya, jangan sampai prosentase pengurangannya semakin
besar.
15. Saya memakai "pewaktu" (timer), menentukan deadline sendiri. Misalnya,
"Tulisan ini harus selesai dalam waktu 1 jam, jika belum selesai, ada
injury time 30 menit.". Saya tidak memakai stop watch. Hanya mengamati
jam di laptop dan tidak menyalakan rokok.
16. Membuat outline dan mindmap, bisa meningkatkan kecepatan menulis.
17. Selalu dekat dengan ending. Jangan memberikan jarak kepada ending.
18. Menulislah seolah-olah hanya berbicara kepada satu orang, bukan
dengan bahasa semua orang.
19. Pikirkan, katakan, tuliskan. Berlatihlah berbicara di depan orang lain, agar
tulisanmu seperti orang yang sedang berbicara.
20. Terimalah kehilangan gagasan selamanya. Jangan menyesalinya. Masih
ada gagasan lain.

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah
21. Lupakan deadline. Kamu bisa menulis 400 halaman dalam sebulan,
tetapi, sebaiknya menulis 2 halaman 1 hari.
22. Jangan berorientasi pada hasil yang sempurna. Setelah tulisan selesai,
nanti bisa Anda sunting sendiri.
23. Biarkan komentar sebagai komentar. Anda tidak bisa membuat sebuah
tulisan yang universal, bisa diterima semua orang. Teruslah menulis,
terimalah kenyataan jika tulisan Anda masih buruk. 28

Penutup
Terima kasih untuk kawan-kawan dan semua pihak yang membantu
terwujudnya tulisan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Semarang, Oktober, 2015

Day Milovich,,
Webmaster, artworker, penulis, tinggal di Rembang dan Semarang.

" Panduan Menulis Cerita Fiksi (Cerpen dan Novel) " | Day Milovich
Call, Text, WhatsApp 081215585937 | email tamanmerah@gmail.com | Twitter @tamanmerah |
Instagram @tamanmerah | FB http://fb.com/tamanmerah

Anda mungkin juga menyukai