Anda di halaman 1dari 118

Prakata

Banyak orang yang ingin menulis novel, namun sering tidak mampu diwujudkan
dengan berbagai alasan. Mulai dari merasa tidak mampu hingga tidak sabar menyelesaikan
tulisan. Jika Anda punya keinginan besar untuk menjadi seorang penulis, mengapa tidak
berusaha mewujudkannya?
E-book ini saya harap bisa memberi sedikit pencerahan. Isinya berdasarkan
pengalaman pribadi saya dalam menuntaskan beberapa novel. Percayalah, tidak ada yang
terlalu sulit untuk diwujudkan jika memang Anda berusaha sekuat tenaga untuk
melakukannya. Kerja keras itu dekat sekali dengan keajaiban, itu prinsip saya. Dan Anda
akan melihat buktinya jika tidak mudah putus asa.
Jadi, selamat membaca dan meraih mimpi menjadi seorang penulis fiksi!

Page 1 of 118
Daftar Isi

Prakata 1
Daftar Isi 2
Bab 1. Serba-Serbi Fiksi 4
A. Apa Itu Fiksi? 5
B. Jenis-Jenis Fiksi 6
C. Aneka Genre Dalam Fiksi 8
D. Penulis dan Karya Fiksi Populer 14
Bab 2. Bakat Versus Latihan 20
A. Kelebihan Utama Jika Berbakat Besar 20
B. Apa Guna Latihan? 23
Bab 3. Syarat Mutlak Menjadi Penulis Berkualitas 25
A. Membaca, Membaca, Membaca 25
B. Jangan Hanya Sekadar Ingin Menulis 26
C. Disiplin dan Konsistensi 28
D. Sabar 29
E. Tidak Mudah Putus Asa 31
F. Selalu Berpikir Out of the Box 33
G. Memilih Waktu untuk Menulis 34
H. Riset, Faktor Penting dalam Sebuah Cerita 36
I. Temukan Gaya Orisinal 38
J. Kreatif Memilih Kata 39
K. Tidak Pernah Takut 41
L. Belajar EYD dan Standar Penulisan yang Bagus 42
Bab 4. Step by Step : Dari Ide Hingga Menjadi Novel 50
A. Menggali Ide 51
B. Menyiapkan Karakter 55
C. Bermain-Main dengan Seting 60
D. Membuat Sinopsis 62
E. Mulai Merangkai Kata 64
F. Masa Pengendapan 68
G. Edit dan Sempurnakan 68

Page 2 of 118
Bab 5. Sebelum Mengirim Naskah ke Penerbit 71
A. Kenali Selera Penerbit Terlbih Dahulu 71
B. Kirim Sesuai Ketentuan 74
C. Menunggu dan Tetap Menulis 76
D. Saat yang Tepat untuk Menanyakan Kabar Naskah 77
E. Ditolak atau Diterima? 80
Bab 6. Ketika Novel (Akhirnya) Diterbitkan 83
A. Jangan Lupa Promosi 83
B. Pertahankan Eksistensi 84
C. Royalti 86
Bab 7. Yang Tidak Boleh Dilupakan Saat Menulis Fiksi 89
A. Hidup Kadang Lebih Aneh dari Sinetron 90
B. Keunikan adalah Amunisi Terbaik 91
C. Referensi Tak Harus dari Bacaan 93
D. Membangun Cerita yang Proporsional 95
E. Writers Block? AH, Itu Sih Cemen! 96
F. Menundukkan Mood 99
Penutup 101
Bonus Cerpen 102
Tentang Penulis 110

Page 3 of 118
Bab Satu
Serba-Serbi Fiksi

Page 4 of 118
Penulis adalah profesi yang belakangan ini terdengar begitu seksi dan menjanjikan.
Banyak orang yang ingin menjadi penulis fiksi dewasa ini. Kalau tidak percaya, coba saja cek
di berbagai jejaring sosial. Banyak sekali grup-grup kepenulisan yang sengaja didirikan.
Tujuannya antara lain memberi pemahaman yang tepat kepada para anggota bagaimana
caranya menulis fiksi.
Saya sendiri baru menghasilkan beberapa buah karya fiksi. Jumlahnya masih sedikit,
bisa dihitung dengan jari. Namun saya memberanikan diri membuat tulisan ini. Mengapa?
Bukan karena sok tahu, loh! Bukan juga karena merasa sudah hebat. Sama sekali bukan itu
alasannya. Saya merangkai kata di sini dengan harapan bisa membagi sedikit saja
pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki. Sehinggasemoga saja bisa bermanfaat bagi
orang lain, yaitu pembaca.

Gambar 1. Mendua adalah novel perdana saya yang diterbitkan oleh GagasMedia
tahun 2010.
Sumber : dok. pri

Jika kita pergi ke toko buku, rak yang memajang buku-buku fiksi cenderung lebih
banyak dibanding buku lainnya. Hal itu memberi indikasi bahwa fiksi merupakan bentuk
tulisan yang banyak peminatnya. Istilahnya, fiksi itu nggak ada matinya. Terus berkembang
sekaligus digilai.
Fiksi memang selalu menawan. Karena fiksi membawa pembacanya mengarungi
luasnya imajinasi. Dan itu bisa menjadi perjalanan yang sangat spesial. Efek satu buku
terhadap seseorang mungkin tidak akan sama dengan orang lain. Namun akan tetap memberi
jejak yang istimewa.

Page 5 of 118
A.Apa Itu Fiksi?
Secara umum fiksi diartikan sebagai sebuah karya yang didasarkan pada imajinasi
penulisnya. Jadi, di sini penulis benar-benar bebas membuat tulisan sesuai dengan
kemauannya sendiri. Namun tentu saja harus berpijak pada banyak realita sehingga pembaca
tidak merasa tulisan yang dibacanya aneh. Tidak boleh keluar dari logika dan terjadi tanpa
penjelasan.
Ada kalanya fiksi juga dipetik dari pengalaman nyata sehingga tidak murni fiktif.
Supaya lebih menarik, penulis pun biasanya akan mendandaninya dengan berbagai bumbu
sehingga menjadi lebih menawan.
Oh ya, ada yang berpendapat keliru dalam membedakan fiksi dan nonfiksi. Fiksi
cenderung dianggap ditulis dengan bahasa yang ringan sementara nonfiksi sebaliknya.
Padahal, tidak ada korelasi antara keduanya.
Fiksi bisa saja ditulis dengan bahasa yang sesuai dengan EYD. Tersusun dalam
kalimat yang rapi dan baku. Sementara nonfiksi sebaliknya. Itu wajar-wajar saja. Tidak ada
aturan kaku yang mengharuskan penggunaan gaya bahasa tertentu. Semua terserah kepada
penulisnya.
Menulis fiksi memang mengasyikkan. Salah satunya karena penulis diberi kebebasan
untuk berimajinasi. Tidak ada yang melarang Anda untuk menciptakan karakter tertentu.
Tidak juga ada yang kuasa menghalangi Anda karena penulislah yang menjadi sutradara
untuk kisahnya. Bebas campur tangan dari pihak lain kecuali sedang menulis naskah duet
atau diminta melakukan revisi oleh editor. Namun, meski kebebasan di tangan kita begitu luar
biasa, bukan berarti kita bisa berlaku seenaknya. Kita tetap harus memastikan bahwa cerita
fiksi kita sangat masuk akal.
Intinya, halal saja untuk berimajinasi. Akan tetapi, seliar apapun tetap harus patuh
pada akal sehat. Jadi, tidak membuat kita semena-mena memelintir nasib tokoh-tokoh kita.
Karena hukum sebab dan akibat itu berlaku, loh. Apa pun yang terjadi, pasti ada alasan yang
melatarinya.
Fiksi sendiri tidak melulu berdasarkan bangunan imajinasi penulisnya. Ada juga yang
mendasarkan ceritanya pada analisa ilmiah. Apapun pilihan penulisnya, harus memenuhi
kebenaran yang logis.
Untuk lebih jelasnya, kita akan jelaskan di bagian selanjutnya. Jadi, jangan berhenti
membaca di halaman ini, ya?

Page 6 of 118
B.Jenis-Jenis Fiksi
Anda pasti hapal tulisan apa saja yang termasuk dalam genre fiksi. Karena memang
fiksi sangat diminati. Tapi, ada baiknya kita ulas lagi sekilas seputar topik ini. Ada puisi,
prosa, cerpen, novella atau novelet, novel, serta skenario. Masalah seputar ini kadang
masih diperdebatkan. Karena ada yang menganggap kalau puisi atau prosa tidak perlu
dibedakan, misalnya. Demikian juga sebaliknya.
Tapi memang bila menyebut kata fiksi, kita cenderung melekatkannya pada cerpen
dan novel. Mungkin karena dua jenis tulisan ini sangat populer di masyarakat. Cerpen nyaris
selalu tersedia di media cetak. Mulai dari surat kabar, tabloid, hingga majalah. Sementara
novel bertebaran di toko buku.
Apa pembeda utama keduanya?
Sudah pasti terletak pada panjangnya. Sebuah cerpen biasanya ditulis sepanjang 6
hingga 10 halaman A4. Tentunya dengan spasi normal yaitu 1,5 dan huruf Times New Roman
12. Ada beberapa media yang mensyaratkan sedikit berbeda. Mulai dari font dan ukurannya,
hingga spasi.
Demikian juga dengan novel. Tiap penerbit memiliki kriteria tersendiri dalam
menentukan persyaratan teknis dalam naskah yang akan diterbitkan. Jadi Anda harus
mencermati penerbit yang disasar jika ingin mengirimkan naskah ke sana. Mulai dari genre
novel hingga aturan teknisnya.
Pembeda lain cerpen dan novel adalah medianya. Jika ingin cerpen Anda dimuat di
media, maka naskah harus dikirim ke media yang menyediakan rubrik cerpen. Sementara
novel sedikit berbeda. Naskah novel harus dikirimkan kepada penerbit yang banyak
bertebaran di Indonesia. Jika kelak novel Anda diterbitkan, akan menjadi sebuah buku yang
pasti akan sangat dibanggakan oleh penulisnya. Tidak perlu berbagi halaman dengan tulisan
lain. Istimewa, bukan?
Dalam menulis fiksi, ada beberapa unsur yang harus dipenuhi oleh penulis. Unsur-
unsur itu dikenal dengan nama unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan
unsur-unsur yang secara langsung membangun sebuah karya. Cara mengenalinya sangat
mudah karena unsur intrinsik ini akan segera kita jumpai tatkala sedang membaca sebuah
karya fiksi.
Unsur-unsur intrinsik ini antara lain :
Tema
Alur

Page 7 of 118
Penokohan
Seting
Sudut pandang
Semua unsur di atas dapat Anda temukan ketika membaca sebuah karya fiksi. Tanpa
hal-hal di atas, tulisan tersebut tidaklah disebut fiksi. Sebagai contoh, ada alur di setiap
tulisan fiksi. Ada beberapa pilihan alur, penulis dibebaskan untuk memilih yang dirasanya
paling nyaman.
Ada yang memilih alur maju, mundur, serta gabungan keduanya. Hal tersebut sah-sah
saja. Karena memang kadang ada bagian yang mengharuskan penulis untuk melihat peristiwa
yang telah lalu atau flashback.
Novel-novel yang saya tulis menggunakan alur campuran. Novel berjudul Jungkir
Balik Dunia Mel misalnya, mengadopsi alur yang tidak biasa. Mengapa tidak biasa? Karena
saya menyusun tiap bab dengan acak. Jika selama ini novel dibuka dengan bab satu, maka
saya membukanya dengan bab 4.
Bingung?
Novel ini memang merupakan persembahan istimewa dari saya untuk para pembaca
setia. Novel Jungkir Balik Dunia Mel ini bisa dibaca dengan dua cara : berdasarkan
halaman atau berdasarkan urutan bab. Semuanya sama-sama seru dan memberi efek yang
(mungkin) sedikit berbeda.

Gambar 2. Novel Jungkir Balik Dunia Mel yang tidak biasa.


Sumber : dok. pri

Bila novel ini dibuka dengan bab 4, selanjutnya berturut-turut diisi dengan bab 1, 6, 7,
9, 2, dan seterusnya. Kalaupun dibaca berdasarkan urutan halaman, tidak akan
membingungkan. Apalagi jika pembaca lebih suka membaca berdasarkan urutan bab. Sampai

Page 8 of 118
detik ini reaksi pembaca cukup positif. Umumnya merasa cara menulis seperti itu cukup unik
dan tidak biasa.
Jadi, penulis dipersilakan memilih sendiri bagaimana caranya menyampaikan cerita.
Begitu juga dengan sudut pandang. Tidak ada yang melarang Anda untuk menyajikan
beberapa sudut pandang berbeda dalam sebuah cerita. Tapi mungkin ini lebih nyaman jika
disajikan dalam novel. Karena halaman cerpen yang sangat terbatas membuat penulis agak
sulit bereksplorasi.
Setting, tema, serta penokohan pun menjadi kebebasan penulis. (Terkecuali penulis
sedang mengerjakan naskah pesanan dari penerbit yang menginginkan cerita tertentu).
Ramuan apa pun yang Anda pilih, itu merupakan kekuasaan penulis. Selama proses
penyelesaian naskah, tidak ada yang berhak memenjara imajinasi Anda. Lain halnya ketika
naskah sudah tiba di meja redaksi dan ada banyak masukan untuk membuat beberapa
perubahan. Itu contohnya.
Nah, selain unsur intrinsik juga ada unsur ekstrinsik. Unsur-unsur ini adalah unsur
yang berada di luar karya namun secara tidak langsung memiliki pengaruh terhadap tulisan
seseorang. Antara lain :
Sikap, pandangan hidup, atau keyakinan penulis.
Kondisi sosial ketika sebuah karya dibuat
Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita.
Rasanya penjelasan tentang jenis-jenis fiksi sudah cukup, ya? Masyarakat awam pun
dengan mudah bisa membedakannya. Karena secara fisik sudah terlihat apa saja membuat
satu jenis berbeda dengan yang lainnya. Uraian di atas tidak perlu dihapal, itu hanya paparan
dari segi teori belaka. Nah, selanjutnya kita akan lebih fokus pada novel, sesuai dengan judul
e-book ini.

C.Aneka Genre dalam Fiksi


Bicara tentang fiksi tentu tidak bisa dilepaskan dari genre yang dianut. Ada banyak
genre di dunia fiksi, yang dipilih oleh penulisnya karena berbagai pertimbangan. Ada penulis
yang mengkhususkan diri menulis di satu genre saja. Sementara ada pula yang menjajal
banyak genre.
Setiap genre memiliki penikmatnya masing-masing. Seseorang bisa saja tertarik pada
buku-buku beragam genre, tak hanya terpatok pada satu jenis tertentu belaka. Selera
seseorang tentu berperan besar.

Page 9 of 118
Beberapa genre dalam dunia fiksi antara lain :
Roman
Sesuai dengan namanya, genre ini menitik beratkan pada kisah cinta. Untuk novel-
novel yang berasal dari luar negeri, genre ini diselipi dengan aneka bumbu berbau
seks yang cukup kental. Untungnya bagi penulis-penulis dalam negeri, novel roman
bisa diramu sedemikian rupa tanpa harus melibatkan kontak fisik yang (mungkin)
berlebihan. Dapat dikatakan kalau novel bergenre roman adalah jenis bacaan yang
abadi. Artinya tidak terpengaruh pada tren yang sedang berlaku di dunia perbukuan.
Novel roman mempunyai tempat yang istimewa, tidak pernah kehilangan penggemar
selama ini.
Novel-novel karya Ilana Tan tentu saja memenuhi syarat untuk disebut sebagai
novel romance. Saya sendiri menulis beberapa novel di genre ini, misalnya saja
Mendua (GagasMedia, 2010) dan Cinta Tanpa Jeda (Bukune, 2012)
Komedi
Novel jenis komedi tentu akan membuat pembacanya terhibur dengan rangkaian
kalimat yang mengocok perut. Novel kategori ini cukup diminati karena temanya
yang ringan dan tidak membuat kepala berdenyut. Pembaca tidak perlu memeras otak
untuk mengerti buku yang dibacanya.
Di tahun 1980-an hingga pertengahan 1990-an, Hilman Hariwijaya adalah
nama yang sangat populer. Novel-novelnya dengan nama tokoh bernama Lupus
digilai anak muda. Saking populernya, Lupus pun diangkat ke layar lebar dan
melambungkan nama almarhum Ryan Hidayat.
Sci-fi
Sci-fi merupakan singkatan dari science fiction. Dari nama itu dapat ditebak kan isi
novel-novel yang mengusung genre ini? Tidak akan jauh-jauh dari dunia sains dan
teknologi.
Sci-fi mengajak pembacanya mengarungi dunia ajaib yang menarik dan
mungkin selama ini tidak pernah terbayangkan. Sains memberi banyak sekali kejutan
dan keajaiban yang tak terduga. Novel sci-fi yang beredar di Indonesia umumnya
merupakan terjemahan. Penulis lokal belum banyak yang merambah genre ini. Entah
apa alasannya.

Page 10 of 118
Nama-nama tenar seperti Jules Verne atau Michael Crichton merupakan
penulis yang banyak menulis novel genre ini. karya-karya menonjol di lini ini pun
banyak juga yang dijadikan film.
Horor
Film horor pasti dipenuhi oleh adegan menakutkan yang membuat bulu kuduk
meremang. Oh ya, cerita horor tidak selalu berarti hantu. Novel horor juga bisa
diwakili dengan kisah pembunuhan berantai, misalnya. Novel tipe ini banyak yang
bermain di bagian psikologis. Jadi, ada banyak tema yang bisa diangkat. Intinya,
membuat pembaca ketakutan.
Siapa yang bisa mengabaikan nama Stephen King? Puluhan buku yang
ditulisnya adalah bergenre horor. Banyak di antaranya yang sudah diangkat ke layar
lebar dan sukses di pasaran.
Kalau di film, buah karya M Night Shyamalan adalah contoh yang sempurna
untuk menggambarkan kisah horor. Namun Shyamalan tidak memilih adegan penuh
darah atau teriakan menakutkan. Akan tetapi dia memainkan sisi psikologis dari
penonton. Contohnya di film The Sixth Sense yang dibintangi oleh aktor laga Bruce
Willis dan Haley Joel Osment.
Oh ya, agak melenceng dari topik. Ada kisah menarik dibalik pribadi
Shyamalan yang pernah ditayangkan oleh sebuah televisi luar negeri. Ceritanya,
sebuah stasiun televisi bergengsi meminta izin untuk mewawancarai sang sutradara.
Mereka ingin menampilkan profil Shyamalan dalam sebuah film dokumenter.
Singkatnya, izin pun didapat.
Dari berbagai hasil investigasi kemudian diketahui kalau sosok sutradara
pendiam ini agak misterius. Diketahui pula ketika kecil dia sempat tenggelam
beberapa menit di sebuah danau yang terletak di dekat rumahnya. Sebelumnya, ada
anak lelaki lain yang mengalami peristiwa serupa di tempat yang sama pula. Konon,
sejak itu Shyamalan mengalami perubahan.
Nah, dari berbagai penelusuran ke masa lalunya yang tertutup, kru berita
mengambil kesimpulan kalau Shyamalan memiliki indera ke-enam setelah kembali
dari kematian. Bahkan dia dianggap bisa berbicara dengan orang yang sudah wafat,
anak yang tenggelam itu.
Shyamalan akhirnya menolak melanjutkan wawancara dan mengusir kru dari
tempat dia membuat film. Bahkan bintang-bintangnya yang tadinya sudah setuju

Page 11 of 118
untuk melakukan wawancara, mendadak membatalkan persetujuan mereka. Namun
hal itu tidak bisa membuat orang berhenti berpikir bahwa dia memang punya
kelebihan. Film-film yang ditanganinya umumnya memang membahas tentang hal
tersebut. Gelap dan membuat merinding.

Gambar 3. M. Night Shyamalan, sutradara berdarah India yang piawai membesut


film horor cerdas.
Sumber : imstars.aufeminin.com

Misteri
Umumnya novel misteri merujuk pada cerita ala detektif. Di mana ada misteri yang
membingungkan dan baru terungkap di akhir cerita. Di tiap bagian ada clue yang
tampak sepele namun menjadi petunjuk bagi pembaca. Dan memang banyak sekali
novel detektif yang membuat penasaran.
Bicara tentang novel detektif, berarti bicara tentang Sir Arthur Conan Doyle dan
Agatha Christie. Keduanya menghasilkan tokoh-tokoh detektif terhebat sepanjang
masa. Doyle dengan tokoh fenomenal bernama Sherlock Holmes. Sementara Christie
dengan Hercule Poirot dan Miss Marple.
Saya agak tertarik membahas kedua penulis hebat ini. Agatha Christie sepertinya tidak
setuju dengan cara Sherlock Holmes menyelidiki kejahatan. Holmes biasa datang ke
TKP dan juga melakukan penyelidikan dari aspek psikologis. Hal berbeda diterapkan
oleh Poirot.
Detektif fiktif yang berasal dari Belgia ini memilih untuk memanfaatkan
otaknya yang biasa disebutnya dengan sel-sel kelabu. Poirot tidak selalu datang
untuk melihat TKP karena dirasanya tidak perlu. Aspek psikologis korban dan
lingkungannya yang menjadi titik berat dari penelitian Poirot. Poirot bahkan terang-
terangan menertawai sahabatnya yang merasa perlu menyelidiki TKP.

Page 12 of 118
Bukannya ingin membantah pendapat penulis hebat, tapi memang saya lebih
setuju dengan pendekatan yang dilakukan oleh Sherlock Holmes. Belakangan ini kan
ada banyak sekali tontonan yang menyajikan kisah detektif. Sebut saja Criminal
Minds, Castle, Bones, atau CSI.
Dari beberapa serial top di atas, penonton menyadari satu hal. Nyaris mustahil
bisa memecahkan sebuah misteri jika tidak datang ke TKP. Para petugas di CSI
bahkan menghabiskan banyak rol film untuk memotret semua yang ada di TKP
sebagai bahan penyelidikan. Bahkan sering terjadi benda-benda sepele yang
sepertinya tidak penting justru membantu memecahkan kejahatan. Belum lagi
laboratorium yang dimanfaatkan sedemikian rupa untuk mengolah hasil penyelidikan.
Mereka tidak pernah menolak datang ke TKP dan hanya memecahkan misteri dari
ruang kerja. Dari sini kita bisa melihat kesamaan ide dengan Sherlock Holmes, kan?
Sejak dulu, Holmes selalu ditempatkan sebagai detektif nomor satu di dunia.
Bahkan kisahnya sudah diangkat ke layar lebar dan layar gelas. Versi layar lebarnya
dibintangi oleh Robert Downey Jr. yang secara fisik jauh berbeda dengan
penggambaran Sir Arthur Conan Doyle. Sementara serial televisinya menurut saya-
jauh lebih menarik. Benedict Cumberbatch sangat pas memainkan tokoh ini. Di
tangannya, semua kesinisan, kejeniusan, dan ketidakpedulian Holmes digambarkan
dengan sangat sempurna.
Sejarah
Anda pasti sudah bisa menebak isi dari genre ini, kan? Tentu saja novel yang ditulis
berdasarkan sejarah yang memang terjadi. Tentunya butuh riset dan penelitian yang
mendalam agar tidak salah menuliskan peristiwa apa yang sebenarnya terjadi. Karena
bisa menimbulkan perang opini atau protes hebat jika yang ditulis dianggap tidak
sesuai kenyataan.
Menulis novel sejarah tidaklah mudah. Dan sudah pasti memakan waktu yang
panjang. Jadi memang harus angkat topi untuk para penulis yang sudah memiliki
keberanian menulis novel sejarah.
Contoh novel sejarah misalnya Gajah Mada. Penulisnya tentu harus bekerja
ekstra keras untuk mengumpulkan berbagai informasi tentang patih terbesar dari
kerajaan Majapahit itu.
Petualangan

Page 13 of 118
Novel betema petualangan tidak selalu berhubungan dengan perjalanan (travel).
Melainkan seputar pengalaman hebat yang mempengaruhi kehidupan tokoh-tokoh
utamanya. Menyebut novel petualangan tidak lengkap tanpa membahas buah karya
Enid Blyton.
Penulis asal Inggris ini piawai dengan buku-bukunya yang menyasar pembaca
cilik dan remaja. Berkisah tentang berbagai petualangan yang menarik. Contohnya
adalah novel-novel Lima Sekawan.
Tokoh utamanya adalah empat orang saudara sepupu dengan satu ekor anjing.
Mereka bertualang untuk memecahkan kejahatan atau misteri. Perjalanan mereka
sungguh mengasyikkan dan membuat pembaca turut terhanyut. Apalagi
penggambaran akan pedesaan Inggris yang menjadi setting cerita, sangat memikat.

Nah, sudah jelas kalau genre fiksi itu ada cukup banyak. Anda bisa menambahkannya
dengan beberapa genre lainnya yang luput dituliskan di sini. Karena pada dasarnya ada cukup
banyak genre yang datang dari pemikiran para ahli fiksi. Satu dan yang lainnya kadang
berbeda pendapat.
Selain masalah genre, ada juga pembagian novel berdasarkan kategori usia pembaca.
Yaitu :
Buku anak
Pra remaja (pre-teens)
Remaja (teenlit)
Dewasa muda (young adult)
Dewasa
Tentu ada rambu-rambu di tiap kategori usia. Misalnya saja di buku untuk usia pra
remaja, kurang pas jika membahas tentang cinta, kan? Dalam hal ini tentu saja cinta terhadap
lawan jenis. Intinya, cerita disesuaikan dengan tingkatan usia. Lihat saja sekeliling kita,
problema itulah yang diangkat.

"Tulislah novel yang paling


membuat Anda merasa bahagia.
Mulai dari genre hingga kategori
usia. Karena bahagia itu
Page 14 of 118
membuat kita nyaman untuk
menulis. Dan biasanya tulisan
pun akan mengalir deras, seakan
berasal dari suatu tempat di
dalam diri kita."

Sekadar saran, tulislah novel yang paling membuat Anda merasa bahagia. Mulai dari
genre hingga kategori usia. Karena bahagia itu membuat kita nyaman untuk menulis. Dan
biasanya tulisan pun akan mengalir deras, seakan berasal dari suatu tempat di dalam diri kita.
Tangan pun mengetik nyaris tanpa henti.
Intinya sama saja dengan pekerjaan lainnya. Segala yang diminati selalu memberi
gairah yang besar untuk kita. Jadi, jangan lupa bertanya pada diri sendiri, mana yang paling
ingin Anda tulis.

D. Penulis dan Karya Fiksi Populer


Dulu mungkin pekerjaan sebagai penulis akan dianggap tidak menjanjikan. Sekarang?
banyak orang yang menangguk kesuksesan material setelah menulis karya yang fenomenal
dan meledak di pasaran.
Sebut saja Joanne Kathleen Rowling atau J.K. Rowling. Sebelum menulis Harry
Potter, Rowling sedang terlilit masalah finansial yang serius. Novel perdananya bahkan
sempat ditolak beberapa kali. Dan begitu diterbitkan, novel ini pun mengguncang dunia!
Hingga kemudian Harry Potter diangkat ke layar lebar dan menjadi salah satu film terlaris
sepanjang masa. Singkatnya, J.K. Rowling pun menjelma menjadi salah satu wanita terkaya
di dunia berkat novel ini.
Kisah senada dialami oleh Andrea Hirata. Novel Laskar Pelangi meledak luar biasa
dan mencatat angka penjualan mencengangkan. Laskar Pelangi sendiri merupakan buku
pertama dari 4 seri. Laskar Pelangi kemudian difilmkan dan lagi-lagi mencatat angka yang
fantastis. Laskar Pelangi ditonton lebih dari 4 juta orang! Sehingga tidak heran kalau film dan
bukunya begitu populer.
Memang, menulis novel tidak menjamin akan laku keras. apalagi ada banyak sekali
pesaing dengan penerbit yang jumlahnya pun tidak sedikit. Menerbitkan novel di penerbit

Page 15 of 118
besar tidak berarti akan selalu berimbas pada tingginya angka penjualan. Di lain pihak,
menerbitkan novel melalui penerbit kecil tidak menjamin bahwa angka penjualannya jeblok.
Tidak selalu seperti itu.

Resep kesuksesan komersil sebuah karya fiksi tidak ada.


Novel yang bagus belum tentu laku. Sementara banyak karya-
karya kacangan yang laris manis. Faktor penentu bahkan kadang
sulit untuk dijelaskan. Jadi, tidak perlu membebani diri untuk
menulis novel yang akan meledak. Karena tidak ada yang bisa
memastikan hal tersebut. Pasar selamanya akan sulit untuk
ditebak.

Resep kesuksesan komersil sebuah karya fiksi tidak ada. Novel yang bagus belum
tentu laku. Sementara banyak karya-karya kacangan yang laris manis. Faktor penentu bahkan
kadang sulit untuk dijelaskan. Jadi, tidak perlu membebani diri untuk menulis novel yang
akan meledak. Karena tidak ada yang bisa memastikan hal tersebut. Pasar selamanya akan
sulit untuk ditebak.
Bicara tentang kesuksesan finansial, tahukah Anda buku apa saja yang menjadi buku
terlaris di dunia? Berikut ini beberapa judul buku yang berhasil mencaat angka penjualan
yang sangat fantastis dan layak menyandang predikat sebagai buku terlaris dunia.
Harry Potter
Novel dengan tokoh utama seperti judulnya ini terdiri atas tujuh buah buku.
Semuanya mencatat angka penjualan yang fantastis. Wajar saja kalau novel ini
ditasbihkan sebagai novel terlaris di dunia. Semuanya sudah diterjemahkan ke lebih
dari 63 bahasa.
Petualangan Harry Potter, Hermione Granger, serta Ron Weasley merupakan
jalinan peristiwa tidak terduga dan penuh kejutan. Melihat aksi ketiganya benar-benar
mengasyikkan.

Page 16 of 118
Gambar 4. Harry Potter adalah ikon dunia sihir yang paling populer di dunia.
Sumber : images1.wikia.nocookie.net

The Lord of The Ring


Buku ini merupakan buah karya dari J.R.R. Tolkien yang terdiri atas 3 jilid. Yaitu The
Fellowship of The Ring, The Two Towers, serta The Return of The King. Buku ini
dianggap sebagai salah satu karya sastra terbaik yang dihasilkan sepanjang masa.
Novel ini pula yang dijadikan rujukan oleh beberapa novel bergenre fantasi lainnya
yang terbit kemudian. Salah satunya adalah Harry Potter.
Seperti halnya novel-novel populer lainnya, The Lord of The Ring sudah
diterjemahkan kedalam puluhan bahasa di dunia. Filmnya pun berhasil memukau
jutaan pasang mata sehingga mengantar trilogi ini menjadi salah satu film terlaris
sepanjang sejarah.
Disutradarai Peter Jackson, trilogi karya J.R.R. Tolkien ini memang sangat
mempesona. Menjadi film kolosal yang sangat megah dengan gambar-gambar yang
mencengangkan. Karakter Frodo, Gandalf, dan Aragorn adalah beberapa tokoh yang
paling dikenang. Di film ini, Orlando Bloom memerankan karakter Legolas yang
menawan. Menurut saya, di sinilah Orlando Bloom tampil dengan fisik paling
menawan. Bahkan dibanding aslinya.
A Tale of Two Cities
Novel ini merupakan karya gemilang dari Charles Dickens. Berhasil terjual hingga
ratusan ribu kopi, novel ini menempati tempat yang istimewa di deretan novel-novel
yang paling laku.
Mengambil setting di dua kota Eropa yang paling menawan, Paris dan London.
Berlatar pada peristiwa besar yang mengubah benua itu, terutama Prancis. Peristiwa
itu adalah Revolusi Prancis.
To Kill a Mockingbird

Page 17 of 118
Novel ini merupakan buah pena dari Harper Lee. Belakangan karya luar biasa ini
dinobatkan sebagai salah satu buku yang harus dibaca sebelum mati. Wah, bisa
dibayangkan betapa istimewanya, kan?
Buku ini sepertinya memang ditakdirkan untuk mendapatkan kejayaan yang
luar biasa. Banyak sekali penghargaan yang berhasil diraih. Yang paling bergengsi
tentu saja Pulitzer untuk kategori fiksi di tahun 1961. Di tahun 1999, novel ini
kembali meraih penghargaan sebagai Best Novel of the Century.
Salah satu keistimewaan novel ini adalah bahasa yang digunakan oleh
pengarangnya. To Kill a Mockingbird dibalut kata-kata yang hangat, meski isi di
dalamnya sendiri bukan hal-hal sederhana.
The Da Vinci Code
The Da Vinci Code adalah karya gemilang dari Dan Brown yang mengantarnya
memuncaki popularitas. Memang isinya menjadi perdebatan yang sangat panjang,
namun tidak menyurutkan minat orang untuk membacanya. Kontroversi yang muncul
malah menjadi semacam pendorong sehingga orang berbondong-bondong
membelinya. Mengapa bisa demikian? Karena tidak ada yang lebih hebat dari rasa
penasaran, kan?
The Da Vinci Code bahkan sudah difilmkan dengan bintang utamanya Tom
Hanks. Ceritanya mungkin sedikit rumit sehingga membutuhkan konsentrasi penuh
saat membaca dan menonton filmnya. Pengekornya pun tidak sedikit, namun seorang
pionir selalu di depan, kan?

Nah, buku-buku di atas merupakan produk yang laris di seluruh dunia. Indikasinya
adalah terjual hingga ratusan juga eksemplar dan diterjemahkan ke berbagai bahasa dari
seluruh penjuru dunia.
Lalu, bagaimana dengan novel di tanah air? Indonesia juga memiliki beberapa penulis
top yang mendapat royalti dalam jumlah luar biasa. Itu karena hasil karya mereka laris manis
dan dicari para pembaca. Ingin tahu siapa saja mereka serta buku fenomenal yang mereka
tulis? Anda pasti sudah familiar dengan nama mereka.

1. Andrea Hirata
Siapa yang tak kenal nama ini? Bagi pencinta novel, Andrea Hirata adalah penulis
yang menempati posisi istimewa. Itulah sebabnya tetralogi Laskar Pelangi miliknya

Page 18 of 118
sukses membius para pembaca. Novek-novelnya membuat Anda tertawa dan
menangis tanpa gengsi. Hingga saat ini, Laskar Pelangi telah diterbitkan di lebih dari
20 negara.
Laskar Pelangi menempatkan Andrea Hirata sebagai penulis paling top di
republik ini. Dan tentunya dengan jumlah penghasilan yang mencengangkan. Dua dari
empat kisah pada buku tetralogi Laskar Pelangi telah diangkat di layar kaca. Dan
keduanya pun mencatatkan prestasi yang luar biasa, ditonton oleh jutaan pasang mata
yang berbondong-bondong datang ke bioskop.
Lepas dari Laskar Pelangi, Andrea Hirata menulis novel lainnya. Dan
sepertinya pembaca masih menaruh minat besar terhadap karya-karyanya. Buktinya,
Padang Bulan & Cinta di Dalam Gelas pun mampu meraih predikat sebagai novel
laris. Meski belum melampaui pencapaian Laskar Pelangi.
2. Habiburrahman El Shirazy
Nama yang satu ini identik dengan novel laris Ayat-Ayat Cinta yang kemudian
diangkat ke layar lebar. Istimewanya, penulis yang satu ini tidak hanya berprofesi
sebagai penulis. Namun juga menjadi dai dan sutradara.
Tak hanya Ayat-Ayat Cinta, Habiburrahman El Shirazy pun menulis beberapa
novel yang semuanya menjadi best seller. Ada yang kemudian diangkat ke layar lebar
mengikuti jejak Ayat-Ayat Cinta. Sebut saja judul Ketika Cinta Bertasbih dan Dalam
Mighrab Cinta. Buku-bukunya yang laris manis diyakini memberi royalti hingga
mencapai miliaran rupiah kepada sang penulis.
3. Dewi Lestari
Dulu, masyarakat lebih mengenal Dewi Lestari sebagai penyanyi bersuara indah
bersama Rida dan Sita. Trio ini cukup sukses di blantika musik Indonesia. Album
pertama kelompok vokal yang juga dikenal dengan nama RSD ini pun terbilang
sukses. Antara Kita diangkat sebagai judul album untuk memperkenalkan ketiga
penyanyi muda ini.

Page 19 of 118
Gambar 5. Dewi Lestari dan novel perdanya, Supernova.
Sumber : kumpulanfoto.net

Penggemar Dewi pun terpana ketika di suatu ketika perempuan ini


meluncurkan novel berjudul Supernova yang meledak di pasaran. Novel yang
banyak mengangkat istilah sains ini pun mengantar Dewi Lestari ke posisi yang
berbeda. Dia pun mulai dikenal dengan nama Dee. Yang terbaru, novel Dewi yang
berjudul Perahu Kertas diangkat ke layar kaca dan banyak digemari.
4. Raditya Dika
Menyebut nama Raditya Dika tentu tidak bisa lepas dari Kambing Jantan. Raditya
Dika memulai kariernya dengan menulis di blog. Hingga kemudian tulisannya
dibukukan dengan judul Kambing Jantan.
Tulisan-tulisan Raditya Dika selalu diminati pembaca. Gaya bahasanya yang
ringan dan cair membuat pembaca tertawa tanpa henti selama membaca tulisannya.
Tulisannya dianggap menjadi genre baru di ranah komedi. Kini, masyarakat tidak
hanya mengenal Raditya Dika sebagai penulis. Dia juga tampil di televisi dan menjadi
bintang iklan.
5. Mira W.
Novel-novel bertema cinta mengingatkan pembaca pada Mira W. Beliau sudah
berkarya selama puluhan tahun dengan novel-novel laris. Nama Mira W. menjadi
jaminan untuk kisah fiksi roman. Karya-karyanya sudah diangkat ke layar lebar atau
layar kaca.
Yang patut diacungi jempol dari Mira W. adalah bahwa beliau masih tetap
menyempatkan diri mengaplikasikan ilmunya sebagai dokter. Jadi, selain sebagai
novelis produktif yang menghasilkan karya-karya best seller, Mira W. juga masih aktif
mengobati pasien. Karena itu, tidak heran kalau umumnya buku-bukunya mengangkat
kisah cinta tokoh utama yang berprofesi sebagai dokter.

Page 20 of 118
Bab Dua
Bakat vs Latihan

Page 21 of 118
Apakah Anda sering mendengar pernyataan 1% bakat, 99% latihan? Umumnya
banyak yang berpendapat bahwa hasil yang gemilang bisa dicapai dengan latihan yang luar
biasa keras.
Thomas Alva Edison sudah membuktikan itu. Meski hanya bersekolah sebentar dan
dianggap sebagai anak yang bodoh, Edison membuktikan sebaliknya. Pihak sekolah dan
gurunya boleh saja mengeluarkan Edison dari sekolah. Ayahnya boleh saja memukulnya
sehingga menyebabkan ketulian. Namun Edison terlahir dengan anugerah yang besar : sikap
pantang menyerah.
Hingga dunia mengenalnya menjadi salahs atu penemu terbesar yang pernah ada.
Edison tidak pernah mengeluhkan dunianya yang sepi akibat pendengaran yang terganggu.
Bahkan menurutnya, ketulian malah lebih membantunya. Gramofon atau bohlam adalah hasil
buah pemikiran dan percobaannya tanpa henti. Edison bahkan berhasil menciptakan telepon,
hanya saja dia kalah cepat dari Alexander Graham Bell.
Namun (menurut pendapat pribadi saya), bakat mendapat tempat yang istimewa
dalam dunia tulis-menulis. Terutama dunia fiksi. Berikut penjelasan versi saya.

A.Kelebihan Utama Jika Berbakat Besar


Bakat besar adalah karunia tak terhingga bagi Anda yang menekuni dunia fiksi.
Mengapa demikian? Karena dengan bakat itu Anda akan menghasilkan karya yang tidak
sembarangan.
Coba saja lihat keliaran imajinasi J.K. Rowling! Bukan hal kebetulan kalau dia
berhasil menuntaskan 7 buah buku Harry Potter dengan hasil yang gemilang. Dan ketika
hasilnya dipindahkan ke layar lebar, penonton pun terkagum-kagum melihatnya. Bagaimana
foto-foto yang bergerak itu terasa hidup dan yang utama... tidak terpikirkan! Hantu-hantu
yang beterbangan ke sana-kemari.
Menurut saya, orang-orang yang berbakat besar akan menciptakan kisah-kisah unik
yang tidak pernah dibayangkan oleh orang lain. Tidak harus kisahnya serba aneh, loh! Kisah-
kisah sederhana pun bisa disulap menjadi sangat istimewa. Karena umumnya para penulis

Page 22 of 118
berbakat ini memandang persoalan yang sama dengan kita namun dengan cara yang sama
sekali berbeda.

Gambar 6. Tak dapt disangkal kalau J.K. Rowling adalah penulis dengan bakat
yang sangat besar.
Sumber : www.digitopoly.org

Membaca tulisan mereka membuat kita merasa memasuki dunia yang berbeda
dibanding yang kita kenal selama ini. Bakat yang besar menjadikan seseorang istimewa.
Tulisan-tulisannya akan mempengaruhi pembacanya dengan luar biasa. Membuat kita diam
termangu sambil bertanya dalam hati, Mengapa orang ini bisa memikirkan hal-hal tertentu
dari sudut pemikiran yang berbeda?
Mengapa saya sengaja menyinggung masalah ini?
Begini, belum lama ini ada semacam polling di sebuah jejaring sosial. Para pesertanya
adalah penulis-penulis tanah air. Pertanyaannya sederhana : Mana yang lebih berpengaruh
bagi Anda, bakat atau kerja keras? Dan umumnya peserta polling menjawab senada dengan
Kerja keras.
Tidak ada yang salah dengan pendapat itu. Namun bagi saya pribadi bakat adalah hal
yang sangat besar untuk diabaikan begitu saja. Kerja keras memang akan mengantarkan
seseorang untuk dekat dengan kesuksesan. Namun bakat yang mengalir di dalam pembuluh
darah akan menjadi pembeda yang sangat besar.
J.K. Rowling adalah contoh nyata bagaimana seseorang bisa berbakat demikian besar
sehingga menghasilkan cerita yang tidak standar. Andrea Hirata pun sama. Ketika membaca
suatu karya fiksi, Anda akan merasakannya, kok! Orang yang berbakat tidak akan mudah
terseret oleh arus di sekitarnya. Tidak akan mengikuti tren, melainkan menciptakan tren.
Menjadi pelopor atau pionir.

Page 23 of 118
Misalnya saja, seorang penulis buku anak tidak akan menulis cerita tentang peri.
Kenapa? Karena sudah ada banyak pendahulunya yang melakukan hal senada. Dia pasti akan
mencari ide lain yang lebih segar dan orisinil.
Jadi, kita tidak bisa mengesampingkan bakat sama sekali. Justru harus bersyukur jika
kebetulan Anda memilikinya. Karena Anda akan menjadi orang yang mampu menulis hal-hal
istimewa dengan cara yang istimewa pula. Mungkin temanya sih tidak luar biasa, tapi
caranya mengemas konflik pasti tidak biasa.
Pernah baca novel-novelnya Sidney Sheldon? Anda pasti terpesona dengan caranya
mengemas konflik dan menyiapkan ending. Tidak ada kata bosan ketika membaca tulisannya.
Ceritanya mengalir lancar, banyak kejutan, penuh konflik. Intinya, mendebarkan. Dan itu
menjadi keistimewaan yang luar biasa. Bagi saya, Sidney Sheldon adalah seorang penulis
yang sangat berbakat. Novel-novelnya tidak tertebak. Pembaca mengikuti arus liar yang
diciptakannya tanpa protes sama sekali. Karena pembaca menikmatinya.
Demikian juga dengan Sir Arthur Conan Doyle. Memang, penulis kisah detektif tidak
hanya Tuan Doyle ini. Ada banyak penulis lain yang juga populer. Namun beliau berhasil
menetapkan sebuah standar dalam kisah misteri. Para pelaku kejahatan versi Doyle sangat
sulit untuk ditebak. Namun ketika terungkap kemudian, semuanya menjadi sangat masuk akal
bagi pembacanya.
Sir Arthur Conan Doyle sendiri seorang dokter. Dia menciptakan karakter Sherlock
Holmes ini berdasarkan karakter salah satu dosennya. Judul pertama yang dihasilkan adalah
A Study in Scarlet. Sir Arthur menyajikan kisah detektif yang cerdas dan tidak lekang oleh
waktu. Membaca karya-karyanya harus dengan konsentrasi yang utuh. Karena selalu ada clue
yang akan menjawab berbagai pertanyaan. Kisah-kisah yang disajikan pun masih tetap dapat
dinikmati di zaman ini.
Sir Arthur Conan Doyle sangat memperhatikan detail cerita. Hal itu yang kadang
terlupakan oleh penulis lain. Setiap kalimat tidak ditulis dengan sia-sia karena selalu
mempunyai korelasi dengan cerita.
Itulah sebabnya tulisan Sir Arthur Conan Doyle tidak terlupakan, meskipun Sherlock
Holmes sendiri sudah diluncurkan lebih dari seratus tahun silam. Begitupun dengan J.K.
Rowling. Dunia pasti akan mengenang hasil buah penanya yang sangat fenomenal itu. Tidak
diragukan lagi!

Page 24 of 118
Gambar 7. Ini dia wajah Sir Arthur Conan Doyle, pengarang genius yang
menciptakan karakter detektif nomor satu, Sherlock Holmes.
Sumber : www.leninimports.com

B.Apa Guna Latihan?


Bagaimana jika kita tidak pernah merasa berbakat? Apakah sebaiknya memilih profesi
lain di luar penulis? Wah, jangan putus asa dulu! Seperti yang sudah saya singgung tadi,
banyak penulis yang berpendapat kalau mereka sukses karena kerja keras. Dan memang hal
ini tidak bisa dibantah.
Lalu, apakah saya plin-plan karena di atas menyinggung tentang bakat?
Tidak. Saya hanya berpendapat bahwa bakat seharusnya mendapat penghargaan yang
cukup besar. Tidak diabaikan begitu saja. Di luar bakat, latihan adalah hal terpenting lainnya.
Latihan membuat kemampuan seseorang menjadi lebih baik. Tanpa latihan, akan sulit untuk
meningkatkan kemampuan.
Dalam setiap bidang pekerjaan, latihan memegang peranan penting. Contoh yang
paling mencolok adalah para olahragawan. Untuk satu kali pertandingan (apa pun
olahraganya) membutuhkan latihan yang berkesinambungan selama bertahun-tahun. Susi
Susanti tidak serta merta menjadi atlet bulutangkis wanita terbaik yang dimiliki negeri ini
tanpa latihan keras.
Begitu juga dengan pemusik, misalnya. Musikus terkenal di luar sana mustahil bisa
memiliki keterampilan yang tinggi jika tidak mengasah kemampuannya. Cara apa lagi yang
terbaik selain berlatih?
Begitu juga dengan menulis. Jarang sekali ada orang yang langsung mampu menulis
dengan indah di kesempatan pertama. Sangat wajar andai ada banyak kekurangan di sana-
sini. Dan tidak ada langkah lebih tepat untuk memperbaikinya selain berlatih, berlatih, dan
berlatih. Hingga perlahan tapi pasti Anda menapak ke tangga yang lebih baik lagi. Mencapai
tingkat yang lebih tinggi.

Page 25 of 118
Kombinasi antara bakat dan kerja keras itu akan menghasilkan prestasi yang tidak
main-main. Jika selama ini Anda merasa tidak mendapat bakat yang cukup, bukan berarti
harus melangkah mundur. Saatnya untuk beralih kepada kerja keras dan mulai berlatih
dengan serius. Satu hal yang perlu diingat, kerja keras itu mendekatkan Anda pada kejaiban.
Percayalah! Ada banyak orang yang telah membuktikannya.
Contohnya begini, ada penulis yang terpaksa menelan pil pahit karena penolakan
bertubi-tubi. Lalu, apakah kita harus putus asa? Wah, jangan! Justru harus bekerja lebih keras
untuk mendapat hasil yang lebih baik. Karena pada akhirnya Tuhan Yang Maha Baik akan
melihat usaha kita. Dan memberi kesempatan yang mungkin tidak pernah kita duga
sebelumnya. Percayalah!

Page 26 of 118
Bab Tiga
Syarat Mutlak Menjadi Penulis
Berkualitas

Page 27 of 118
Mungkin Anda yang membaca judul di atas akan mencibir dan berkata, Siapa sih
kamu?. Saya memang bukan penulis terkenal yang memiliki puluhan novel best seller.
Setidaknya belum. Tapi ada satu hal yang bisa saya tegaskan, bahwa saya selalu berusaha
menulis dengan kualitas yang baik. Tidak pernah asal-asalan hanya sekadar untuk memenuhi
target belaka.
Wajar kan jika kita mempunyai idealisme seperti itu? Karena itu yang akan
membedakan diri kita dengan orang lain. Sekali lagi saya ingin mengingatkan bahwa kualitas
kadang tidak berkolerasi dengan laris manisnya suatu novel. Novel yang bagus belum tentu
laku keras di pasaran. Di lain pihak, novel yang berkali-kali cetak ulang pun belum tentu
memenuhi kualitas sebagai bacaan yang bermutu.
Nah, jika ingin menghasilkan karya yang berkualitas, ada harga yang harus kita
bayar. Mahalkah? Sebenarnya, TIDAK. Karena lebih berhubungan dengan keinginan dari diri
sendiri. Apa sajakah?

A.Membaca, Membaca, dan Membaca


Menjadi seorang penulis harus mau dengan ikhlas menghabiskan banyak waktunya
untuk membaca. Rasanya mustahil seorang penulis tidak menyukai kegiatan membaca.
Karena itu berarti dia bukan penikmat dunia tulis-menulis. Lalu, bagaimana mungkin dia
berharap akan mendapat atensi tatkala terjun sebagai penulis?

Gambar 8. Membaca adalah syarat mutlak bagi seorang penulis.


Sumber : 3.bp.blogspot.com

Cobalah tanyakan kepada para penulis senior di luar sana. Apa yang kira-kira
membuat mereka mampu menulis dengan indah? Jawabannya tidak akan jauh-jauh dari
membaca. Karena ini adalah suatu kegiatan yang memberi manfaat luar biasa. Dengan

Page 28 of 118
membaca, Anda mentransfer ilmu seseorang hingga menjadi bagian dari diri Anda. Dan ilmu
itu diambil terang-terangan.
Dengan membaca, Anda tentu bisa melihat bagaimana cara penulis lain
mengungkapkan pendapatnya. Pilihan kata, kalimat, serta informasi yang disajikan tentu akan
sangat berguna bagi Anda. Karena dari situ Anda belajar untuk mengetahui bagaimana cara
yang nyaman dan tepat untuk mengungkapkan pendapat Anda melalui bahasa tertulis. Dalam
hal ini novel.
Semakin banyak Anda membaca, semakin kaya pula perbendaharaan kata. Demikian
juga dengan tema, plot, atau sudut pandang. Semuanya bisa didapat dengan menghabiskan
waktu menikmati rangkaian kata yang dibuat oleh penulis-penulis hebat di luar sana.
Pengetahuan itu mungkin Anda rasa tidak terlalu dibutuhkan. Tapi percayalah, tanpa disadari
dia akan mengendap dalam memori Anda. Lalu ketika tiba saatnya, pengetahuan itu akan
muncul dan menuntun Anda dalam membuat tulisan.

Semakin banyak Anda membaca, semakin kaya pula


perbendaharaan kata. Demikian juga dengan tema,
plot, atau sudut pandang. Semuanya bisa didapat
dengan menghabiskan waktu menikmati rangkaian
kata yang dibuat oleh penulis-penulis hebat di luar
sana. Pengetahuan itu mungkin Anda rasa tidak terlalu
dibutuhkan. Tapi percayalah, tanpa disadari dia akan
mengendap dalam memori Anda. Lalu ketika tiba
saatnya, pengetahuan itu akan muncul dan menuntun
Anda dalam membuat tulisan.

Yakinlah, itu yang terjadi dengan banyak orang!


Membaca tidak akan pernah merugikan Anda. Tidak asing kan, dengan istilah Buku
adalah jendela dunia. Artinya, dengan membaca kita akan dibawa ke dunia khayal yang
indah. Atau ke tempat-tempat yang selama ini hanya dinikmati di peta. Intinya, membaca
akan membuat Anda bisa melihat ke seantero dunia dengan bermodal buku-buku tertentu.
Dan rasanya sangat mengasyikkan!
Jadi, modal utama kalau ingin menjadi penulis yang mumpuni adalah rajin membaca.
Jadikan kegiatan ini sebagai salah satu kebutuhan primer dalam hidup Anda. Bukan sekadar
kegiatan sampingan yang kurang bermakna. Ketika membaca menjadi salah satu kegiatan

Page 29 of 118
utama, dampaknya akan begitu besar bagi diri Anda. Terutama untuk mewujudkan mimpi
menjadi penulis berkualitas. Cobalah!

B.Jangan Hanya Sekadar Ingin Menulis


Seperti yang saya singgung di depan, menulis menjadi kegiatan yang cukup seksi
belakangan ini. Kebayang kan kalau seorang cowok melihat lawan jenis yang memenuhi
standar sebagai makhluk seksi? Pasti inginnya memberi perhatian yang lebih. Minimal
melihat dengan antusias.
Begitu juga dengan aktivitas menjadi penulis.
Kini, banyak sekali orang yang ingin menjadi penulis. Itu hal yang wajar. Namun
sebaiknya temukan alasan yang jelas dan masuk akal, mengapa Anda menginginkan
pekerjaan ini. Banyak kok penulis di luar sana yang tetap mempunyai pekerjaan tetap di luar
profesinya sebagai penulis. Sementara tidak sedikit pula yang memilih untuk menjadi
pengukir kata dengan total.
Apa sebenarnya yang mendasari keinginan Anda menjadi penulis? Apakah karena
tergiur materi, ingin populer, atau merasa memang berbakat? Alasan boleh saja beragam, tapi
(menurut saya) penulis harus memiliki ketertarikan besar pada pekerjaan ini.
Kenapa? Karena tanpa ketertarikan yang luar biasa, Anda mungkin suatu hari akan
memutuskan bahwa pekerjaan ini tidak menarik lagi. Atau mungkin terlalu berat untuk
dijalani. Karena memang ada tantangan besar di sini. Dan kadangkala penghalang terbesar
berasal dari diri sendiri loh!
Segala sesuatu yang sifatnya hanya ikut-ikutan saja, tidak akan menghasilkan apa-apa.
Karena akan ada seleksi alam yang menjadi penyaringnya. Mana yang benar-benar tertarik,
biasanya akan bertahan. Sementara yang hanya menjadi pengekor tidak akan bisa
mempertahankan gairah menulisnya agar tetap menyala.
Apa pun pekerjaan yang kita pilih, rasa cinta itu harusnya berada di peringkat
pertama. Kalau ada yang bertanya alasannya, sederhana saja. Karena cinta akan memberi kita
kekuatan yang luar biasa dalam menghadapi apapun tantangan dan rintangan di luar sana.
Nah, cinta ini yang menjadikan segalanya terasa lebih mudah untuk kita. Sehingga tidak ada
tuh yang namanya putus asa.
Misalnya begini, Anda terbiasa menulis novel romantis. Tiba-tiba ada tantangan baru
dari penerbit untuk membuat novel bergenre misteri. Meski itu hal baru untuk Anda, namun

Page 30 of 118
Anda pasti tidak keberatan untuk menjawab tantangan tersebut. Dan tidak langsung menyerah
begitu disodori kesempatan.
Rasa cinta yang tidak cukup juga yang membuat seseorang tidak pernah
menyelesaikan tulisannya. Di awal sudah begitu bersemangat akan menggarap novel dengan
jumlah minimal 150 halaman. Sayang, belum sampai menyentuh halaman lima puluh, sudah
beralih ke novel lain yang menurutnya- akan lebih hebat. Begitu seterusnya. Hingga
akhirnya tidak ada satu karya pun yang bisa tuntas dengan sempurna. Semua terkatung-
katung tanpa penyelesaian.
Kebetulan saya banyak menemukan tipe penulis seperti itu. Sayang sekali, kan?
Jadi, tanyakan pada diri sendiri tentang kecintaan Anda terhadap dunia tulis-menulis.
Apakah memang ada cukup banyak gairah di dalam diri Anda? Atau hanya ingin seperti
orang lain di sekitar Anda, teman Facebook misalnya? Karena menyelesaikan tulisan sesuai
deadline itu merupakan tantangan yang luar biasa, loh! Dan banyak orang yang akhirnya
bertekuk lutut di tengah jalan.

Gambar 9. Menyelesaikan deadline tidaklah mudah. Dan ini menjadi tantangan


tersendiri.
Sumber : www.theminorityreport.com

Selain itu, bila hanya sekadar ingin menulis saja tidak akan pernah menjadi bahan
bakar yang mumpuni untuk menghasilkan tulisan yang cantik. Karena sudah terjebak pada
pola ala kadarnya
Sekali lagi, milikilah alasan yang kuat untuk menjadi penulis. Sehingga Anda akan
benar-benar mengisi tulisan-tulisan Anda dengan gairah, harapan, dan keindahan. Dan
pembaca akan bisa merasakannya.

Page 31 of 118
C.Disiplin dan Konsistensi
Di setiap profesi yang digeluti manusia, disiplin dan konsistensi itu hukum wajib yang
tidak bisa ditawar-tawar lagi. Begitu juga jika Anda ingin menjadi penulis. Apalagi jika
hendak menulis novel. Karena novel bukan hanya beberapa halaman, melainkan menyentuh
angka ratusan lembar. Bayangkan jika Anda tidak memiliki disiplin yang memadai dan
konsistensi yang bisa diandalkan, apa jadinya naskah novel itu? Kemungkinan besar tidak
akan pernah selesai. Anda mungkin tidak akan pernah menuliskan kata Tamat, Fin, atau
The End di halaman terakhir.
Katakanlah Anda ingin menulis novel setebal 150 halaman. Tulisan sebanyak itu tidak
akan mungkin diselesaikan dalam waktu semalam. Akan butuh waktu panjang untuk
menyelesaikannya. Semuanya tentu tergantung pada kemauan dan kecepatan menulis
seseorang. Dan tiap penulis membutuhkan waktu yang berbeda-beda. Ada yang butuh
beberapa hari, sebulan, dua bulan, hingga waktu yang lebih panjang lagi. Belum lagi jika
penulis memiliki kesibukan lain yang menyita waktu sehingga membutuhkan pengaturan
khusus pula. Faktor kesulitan dalam novel juga memberi andil. Jadi, ada banyak faktor yang
mungkin menjadi penghambat.
Nah, ini tantangan besar untuk Anda. Jika memang kecintaan pada dunia menulis
dmikian besar, tidak ada penghalang yang cukup kuat untuk menghentikan Anda. Dengan
kedisiplinan yang tinggi Anda bisa mengatur waktu yang lebih baik sehingga tidak ada yang
harus dikorbankan.
Bagaimana dengan konsistensi? Poin ini menjadi kunci keberhasilan jika semua orang
berpegang teguh padanya. Apa pun pekerjaan yang dilakukan. Termasuk menjadi seorang
penulis. Dan memang tidak mudah.
Menjaga irama agar pekerjaan tetap bisa diselesaikan itu bukan perkara gampang.
Akan ada banyak sekali godaan yang menggiurkan. Ibaratnya ketika sedang berdiet ketat
untuk menurunkan berat badan, ada banyak makanan penggoda yang bisa membuat air liur
menetes. Cokelat, es krim, kripik, hingga junk food.
Semua godaan dan halangan baru akan bisa dilewati jika kita disiplin dan konsisten
menjalaninya. Dan semuanya hanya berarti satu hal: menundukkan diri sendiri! Konsistensi
yang membuat Mira W. berhasil menulis puluhan novel selama puluhan tahun. disiplin juga
yang membuat beliau mampu membagi waktu dengan adil, menulis tanpa meninggalkan
profesinya sebagai dokter.

Page 32 of 118
D. Sabar
Menjadi penulis berarti harus sabar. Itu syarat yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Kenapa? Tanpa kesabaran mustahil sebuah novel bisa dituntaskan karena membutuhkan
waktu. Anda yang tidak sabar sering malah berpindah ke ide lain karena tidak memiliki
kesabaran yang cukup untuk menuntaskan sebuah naskah. Akibatnya, naskah tidak pernah
selesai dan hanya menggantung begitu saja. Sayang sekali, bukan? Padahal Anda hanya perlu
sedikit menahan diri.
Ya, tahanlah semua gairah untuk menulis naskah baru jika masih ada naskah yang
belum selesai. Memang, itu akan terasa sangat menyiksa. Namun Anda tidak punya pilihan
lain. Latih terus kesabaran dan bertahanlah di tengah ketersiksaan itu. Hanya dengan
demikian maka naskah Anda bisa selesai.
Betapapun menariknya sebuah ide baru, lakukan satu hal saja! Tulis ide tersebut
dalam catatan khusus sedetail mungkin. Jangan sampai ada yang terlupa. Lalu, simpan
catatan tersebut baik-baik. Katakan pada diri sendiri bahwa ide itu akan mendapat giliran
nantinya, setelah pekerjaan Anda tuntas. Bila mungkin, beri tenggat waktu yang masuk akal
dan bisa Anda patuhi. Dengan begitu Anda tahu bahwa ide keren tadi akan mendapat
gilirannya. Dan selama menunggu itu, selesaikan naskah yang masih tersisa. Bersabarlah
dalam menyelesaikan pekerjaan, sehingga naskah Anda mendapat perlakuan yang
semestinya. Bukan serba terburu-buru.
Bahkan naskah yang sudah selesai pun bukan berarti bebas dari ketergesaan. Banyak
loh novel di pasaran yang kesannya diselesaikan dengan tergesa-gesa. Dan biasanya pembaca
bisa merasakan itu.
Apa indikasinya?
Mudah saja. Jika ada konflik yang belum dituntaskan atau pun masih menyisakan
pertanyaan karena terasa masih mengganjal, itu berarti sang penulis tidak cukup sabar untuk
menyelesaikan semuanya. Alasannya bisa macam-macam. Entah karena keterbatasan waktu
akibat mepetnya deadline. Atau bisa juga karena sudah tidak bisa menahan diri untuk segera
beralih ke naskah baru.
Ketidaksabaran membuat naskah kita menjadi cacat di (biasanya) bagian akhir.
Sayang sekali, kan? Setiap naskah yang kita tulis adalah istimewa. Pastikan mereka
mendapatkan segenap perhatian dan kasih sayang yang berlimpah. Sehingga dengan
demikian Anda menghasilkan kisah yang menyelusup ke dalam kalbu tiap pembacanya.
Bukankah itu yang diinginkan setiap penulis?

Page 33 of 118
Setelah naskah selesai dan dikirim ke penerbit, saatnya kesabaran seorang penulis
benar-benar diuji. Karena akan butuh waktu hingga beberapa bulan untuk mendapat jawaban.
Tidak jarang malah tidak ada balasan sama sekali dari penerbit apakah naskah diterima atau
ditolak. Menyebalkan, ya? Setidaknya kalau ada kabar yang pasti, penulis tahu bagaimana
harus bersikap. Kalau ditolak, berarti selanjutnya akan direvisi dan dikirim ke penerbit
lainnya. Begitu seterusnya.
Umumnya, kabar dari penerbit datangnya dalam hitungan bulan. Namun ada juga
yang lebih cepat atau lebih lamban. Ada juga yang sudah menandatangani SPP, namun belum
terbit juga. Sehingga memang menjadi seorang penulis membutuhkan stok kesabaran yang
sangat besar.

Selagi menunggu kabar tentang naskah kita


yang dikirim ke penerbit, teruslah menulis naskah
lain. Jangan terpaku pada naskah yang sudah dikirim.
Biarkan naskah kita menemukan takdirnya sendiri.

Tahukah Anda kalau mengirim naskah ke sebuah majalah khusus cerpen bisa
memakan waktu hingga lebih setahun hingga dimuat? Sementara untuk novel bisa jauh lebih
cepat dari itu. Tapi memang begitulah prosedurnya. Jadi memang seorang penulis wajib
memiliki kesabaran yang tinggi. Oh ya, selagi menunggu naskah kita mendapat kabar yang
semoga saja baik, teruslah menulis naskah lain. Jangan terpaku pada naskah yang sudah
dikirim itu. Biarkan naskah kita menemukan takdirnya sendiri karena pada titik itu penulis
sudah tidak bisa berbuat apa-apa.
Prinsipnya begini saja, Anda sudah bekerja keras hingga naskah setebal ratusan
halaman pun tuntas. Anda juga sudah mengupayakan untuk mengirimkannya kepada penerbit
idaman. Kini biarkan Tuhan memberikan keputusan yang terbaik bagi Anda. Jadi, tunggulah
dengan sabar. Dan supaya masa menunggu itu tidak menyiksa, sibukkan diri Anda untuk
menulis naskah lain yang tak kalah bagus.

E. Tidak Mudah Putus Asa


Ketika sedang menghadapi suatu masalah, pernahkah Anda merasa putus asa?
Tolonglah, jangan pernah memilih berada di posisi itu. Keputusasaan tidak akan memberikan

Page 34 of 118
kebaikan. Yang ada hanyalah belitan persoalan baru tanpa menyelesaikan masalah yang
sudah tercipta.
Seorang penulis juga kadang merasa mentok dengan tulisannya. Itu sesuatu yang
sangat normal, kok. Semua penulis pasti pernah mengalaminya. Yang penting, jangan sampai
merasa putus asa dan berhenti menulis. Kesulitan itu datang untuk dihadapi, bukan untuk
dihindari. Menghindar tidak akan membantu sama sekali. Justru segala masalah itu harus
ditaklukkan agar tidak menggeroti Anda.
Jadi, jangan kalah dengan naskah yang bermasalah. Selesaikan hingga tuntas,
jangan ditinggal begitu saja. Jika memang perlu, ambil jeda sejenak untuk menarik napas
selama beberapa saat. Bisa satu atau dua hari. Bisa juga satu atau dua minggu. Tapi, jangan
terlalu lama. Setelah itu, silakan selesaikan naskah Anda dengan baik. Sejenak berjauhan
dengan si naskah akan mengembalikan semangat dan kejernihan pikiran Anda. Jadi, jangan
pernah merasa putus asa!
Karena menjadi penulis itu harus memiliki mental yang kuat dan tahan banting. Tidak
boleh cengeng dan mudah menyerah. Seorang penulis dituntut untuk selalu optimis dan
punya semangat yang terus berkobar. Dalam prosesnya nanti, akan menjadikan Anda seorang
penulis yang matang.

Gambar 10. Kalaupun naskah Anda ditolak, jangan sedih! Bahkan John Grissom
pun mengalaminya.
Sumber : 1.bp.blogspot.com

Banyak penulis yang merasa kecewa dan hampa begitu naskahnya mendapat
penolakan. Hei, jangan lakukan itu pada diri Anda! Bahkan J.K. Rowling atau John Grisham
pun pernah ditolak berkali-kali sebelum naskah mereka menemukan jodoh yang serasi. Ya,
mencari penerbit yang sesuai dengan naskah Anda memang tidak mudah. Mirip dengan
proses pencarian jodoh. Apa yang semula Anda rasa akan sangat tepat, ternyata malah
memberi hasil sebaliknya.

Page 35 of 118
Ketika naskah diterima, Anda pasti akan merasa sangat bahagia, kan? Saya pun sama.
Bahkan waktu itu saya kehabisan kata-kata dan telinga mendadak tuli. Saya tidak bisa
mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh pihak penerbit. Memalukan, tapi hati saya
selalu hangat bila mengingat momen itu.
Apa yang terjadi ketika naskah ditolak? Kecewa, itu pasti. Silakan kalau Anda ingin
menangis semalam seperti judul lagunya Audy Item. Namun jangan lama-lama, cukup
semalam saja. Besoknya? Ada banyak pilihan. Kalau merasa yakin naskah Anda cukup
bagus, silakan kirim ke penerbit lainnya yang kira-kira sesuai. Jika ingin memoles naskah
agar kian kinclong, tidak masalah juga Anda melakukan revisi dulu. Setelah itu? Kembali
kirim ke penerbit lain!
Jangan pernah berhenti hanya karena naskah Anda ditolak!

Naskah Jungkir Balik Dunia Mel


sebelumnya pernah saya kirim ke sebuah
penerbit top. Setahun berlalu, tanpa kabar
yang jelas. Saya yakin naskah tersebut
ditolak. Akhirnya, saya kirim ke Bentang
Belia. Hasilnya? Di-ACC dalam waktu 16,5
jam saja!

Naskah Jungkir Balik Dunia Mel sebelumnya pernah saya kirim ke sebuah penerbit
top. Setahun berlalu, tanpa kabar yang jelas. Saya yakin naskah tersebut ditolak. Akhirnya,
saya kirim ke Bentang Belia. Hasilnya? Di-ACC dalam waktu 16,5 jam saja!

Page 36 of 118
Memang, ada sedikit revisi yang harus saya lakukan. Tapi tentu saja tidak mengurangi
kegembiraan yang meluap-luap. Hingga akhirnya novel itu pun terbit dan terpajang dengan
manis di toko buku.
Novel pertama saya memiliki cerita juga. Awalnya naskah itu saya ikutsertakan di
sebuah lomba. Bodohnya saya, tidak memperhatikan penerbit yang menjadi penyelenggara
acara tersebut. Novel saya bertema metropop, tentu dengan fokus utama pada kisah cinta
tokoh utamanya. Sementara penerbit yang saya kirimi mengkhususkan diri pada naskah
bertema Islami.
Terbayangkan hasilnya? Naskah saya gagal dengan gilang-gemilang.
Akhirnya, naskah tersebut saya revisi. Awalnya, saya tidak punya keberanian untuk
mengirimkan naskah itu. (Please, jangan dicontoh, ya?). Tapi suami saya terus
menyemangati. Akhirnya saya pun mengirimkan naskah itu ke GagasMedia. Dan tidak
banyak berharap. Lalu tiba-tiba saja... surprise! Tiga minggu kemudian saya dihubungi dan
naskah saya akan segera diterbitkan oleh Gagas. Maka, lahirlah novel perdana yang sangat
saya sayang, Mendua.
Nasib perjalanan naskah Black Angel dan Loves in Insa-Dong tidak dramatis
apalagi berliku. Lain halnya dengan novel keempat saya, Cinta Tanpa Jeda. Naskah novel
ini merupakan salah satu tulisan yang paling berkesan untuk saya. Karena ceritanya
berdasarkan kisah nyata salah satu orang terdekat dalam hidup saya. Tapi sayang, rasa pede
saya akan kualitas ceritanya tidak sebanding dengan penilaian penerbit. Naskah ini mendapat
penolakan oleh 5 buah penerbit! Hingga akhirnya saya mengirimkan kee redaksi Bukune.
Seminggu kemudian, tanpa terduga saya dihubungi via email dan dikabari kalau naskah
tersebut diterbitkan.
Apa poin dari kisah di atas?
Kesabaran itu pada akhirnya akan membawa kebaikan. Percaya dan yakini itu! Jadi,
penolakan dari suatu penerbit tidak perlu menyurutkan langkah kita. Jangan pula berpendapat
bahwa pintu penerbit top tertutup untuk Anda karena hanya seorang pemula. Semua penulis
top di luar sana pun pernah ada di posisi Anda, menjadi pemula. Selalu ada yang pertama
untuk segala hal, kan?

Page 37 of 118
F. Selalu Berpikir Out of the Box
Saya bisa melihat lebih jauh dari orang lain karena saya berdiri di atas bahu raksasa
(Sir Isaac Newton).
Kata-kata Newton itu memberi gambaran yang tepat. Dengan berdiri di atas bahu
raksasa, berarti dia berdiri di tempat yang lebih tinggi dibanding manusia lain. Artinya lagi,
jarak yang bisa dilihatnya tentu lebih jauh dibanding yang lain. Maka tidak heran kalau
Newton bisa melihat banyak hal yang selama ini tidak pernah diketahui oleh orang lain.
Sehingga tidak berlebihan jika pemikirannya menjadi lebih maju, kan?
Sebelum Newton menemukan faktanya, manusia menganggap bahwa sinar matahari
hanya terdiri dari satu warna belaka. Namun kemudian salah satu ilmuwan terbesar yang
pernah diciptakan Tuhan itu membuktikan sebaliknya. Sinar matahari justru merupakan
campuran dari aneka warna. Bahkan apel yang jatuh dari pohonnya pun memberi ide besar
yang sangat luar biasa dan berpengaruh pada kehidupan manusia. Ya, itulah yang disebut
dengan gravitasi, saudara-saudara!
Sir Isaac Newton ini adalah contoh yang menarik. Kita bisa menjadikan sosoknya
sebagai rujukan. Dia berhasil melihat banyak hal-hal sederhana dan menemukan rahasia besar
di baliknya. Kita tidak mesti berotak jenius seperti beliau, namun caranya untuk selalu
berpikir out ofthe box itu yang harus ditiru.

Gambar 11. Berpikir out of the box itu sangat penting bagi seorang penulis.
Sumber : qualityjunkyard.cim

Jadi, seperti cahaya yang terlihat jelas warnanya itu, jangan terlalu mudah percaya
bahwa memang demikianlah adanya. Syarat utama menjadi orang yang berpikir berbeda dari
orang lain adalah tidak mudah percaya pada apa yang dilihat dan dirasa. Wah, mirip kayak
sifat orang paranoid, ya?
Tapi memang harus seperti itu. Supaya kita bisa berpikir di luar pagar sembari
memikirkan kemungkinan apa saja yang masuk akal di balik sebuah fakta dasar. Nah, asah

Page 38 of 118
terus kemampuan ini saat akan menulis fiksi. Kita diizinkan kok untuk menjungkirbalikkan
cerita sedemikian rupa. Syaratnya hanya satu: masuk akal. Karena di situlah poin besar yang
tidak boleh diabaikan.

G. Memilih Waktu untuk Menulis


Langkah selanjutnya yang penting dilakukan untuk menjadi penulis yang berkualitas
adalah manajemen waktu. Anda harus mengatur waktu sedemikian rupa sehingga bisa tetap
menulis. Seharusnya, menulis memang dilakukan setiap hari, tidak peduli berapa banyak
yang bisa ditulis.
Jika Anda tidak memiliki kesibukan lain di luar menulis, tentu tidak masalah. Lain
halnya jika masih harus bekerja sebagai karyawan kantoran. Atau disibukkan dengan aktivitas
mengurus rumah dan keluarga. Jangan dikira menjadi ibu rumah tangga itu pekerjaan yang
mudah, loh!
Karenanya, Anda harus pintar-pintar membagi waktu. Targetkan berapa jam sehari
Anda harus menulis, dan lakukan itu dengan disiplin. Seorang penulis senior biasa menulis
setelah jam 9 malam.
Itu karena beliau harus bekerja dan setelah pulang ke rumah pun tidak ingin
melewatkan waktu bersama anak-anaknya. Setelah anak-anak tidur, barulah beliau mulai
menulis. Penulis terkenal ini tetap bisa produktif. Padahal beliau hanya fokus menulis
beberapa jam saja setiap harinya. Tidak pernah terjaga sampai pagi. Namun karena sudah
terbiasa dan melakukannya dengan disiplin, beberapa jam pun bisa menjadi sangat efektif.
Buku-bukunya tidak henti terbit.
Saya pribadi tidak bekerja di kantor. Namun sebagai seorang ibu rumah tangga, beban
pekerjaan justru tidak ada habisnya. Mengurus keluarga itu sama seperti tetap aktif selama
sehari penuh. Seorang ibu harus memastikan semua kebutuhan anggota keluarga terpenuhi
dengan baik. Mulai dari makanan, pakaian, mengatur waktu mereka untuk bermain serta
belajar. Semua harus diawasi sebaik mungkin. Namun kita masih bisa mencuri waktu untuk
menulis dengan rutin.
Beberapa teman saya malah sangat mengagumkan. Memiliki anak usia balita bahkan
ditambah dengan bayi, mereka tetap bisa produktif menulis. Sementara saya dengan dua anak
usia 5,5 dan 13 tahun saja pun kadang masih merasa kerepotan. Padahal anak-anak tergolong
mandiri dan tidak merepotkan.

Page 39 of 118
Tapi, apakah lantas menyerah? Tidak, kan? Sekali lagi, ini tidak berhubungan dengan
orang lain. Melainkan bagaimana caranya menundukkan diri sendiri. Saya pribadi terbiasa
menyalakan laptop seharian. Jika ada tugas domestik yang memanggil, tinggalkan saja
sejenak. Setelah selesai, saya pun kembali berkutat dengan pengerjaan naskah. Jika
mengantuk? Beristirahat dulu. Intinya, tidak memaksakan diri jika memang kondisinya tidak
memungkinkan.
Saya pernah memaksakan untuk menulis di saat mata sudah begitu berat. Ketika
kemudian dibaca kembali, satu halaman berisi kalimat-kalimat aneh yang tidak berhubungan
dan tentu saja sangat berantakan. Jadi, memaksakan mata tetap terjaga ternyata hanya
perbuatan sia-sia belaka. Di lain kesempatan, saya tidak mau mengulangi kebodohan ini.
istirahatlah ketika memang sudah waktunya.
Berdasarkan pengalaman saya dan teman-teman lainnya, penentuan waktu ini sangat
penting. Jadi, pilihlah waktu yang paling nyaman untuk Anda mulai menulis. Jangan
mengikuti versi nyamannya orang lain. Karena Anda tidak sama dengan mereka. Tapi pilih
yang paling tepat dan masuk akal untuk diri Anda. Jadikan kebiasaan setiap harinya. Dan
disiplinlah dalam melakukannya.

H. Riset, Faktor Penting dalam Sebuah Cerita


Seseorang penulis kadang merasa keren jika menyelipkan suatu fakta pengetahuan
yang (mungkin saja) belum banyak diketahui orang lain. Sah-sah saja bila ingin melakukan
hal itu. Saya pun pernah sangat tertarik melakukannya sehingga menyertakan catatan kaki di
naskah yang saya kerjakan.
Tujuannya sih mulia, supaya pembaca bisa mendapat ilmu yang bermanfaat. Idealnya
memang kita menuliskan cerita yang hanya numpang lewat tanpa memberi pencerahan atau
pengetahuan baru pada pembacanya. Jika ingin melakukan itu, pastikan semua dalam porsi
yang tepat. Tidak berlebihan karena bisa jadi kesannya malah Anda sok pintar. Lagian, segala
yang lebai itu malah tidak keren, kan?
Supaya bisa memberikan informasi yang tepat, sangat penting untuk melakukan riset.
Tidak usah susah-susah, cukup memilih internet sebagai ujung tombak riset Anda. Bila
memang punya sumber data berupa buku, itu lebih baik lagi. Misalnya Anda ingin menulis
cerita berlatar Korea (seperti yang sedang booming saat ini), lakukanlah riset. Mulai dari
kapan saja terjadinya empat musim, nama kota-kotanya, apa saja yang istimewa dari kota

Page 40 of 118
yang akan dijadikan setting cerita, makanan khasnya, dan banyak lagi. Perhatikan detail.
Jangan sampai ada informasi penting yang terlewat.
Itu baru hanya masalah latar belakang cerita. Belum lagi hal lainnya. Tapi, jangan
kerutkan kening Anda begitu dalam, karena hanya akan meninggalkan jejak garis halus yang
tidak menarik. Jangan terbebani dengan kata riset. Sekali lagi, internet sangat bisa
diandalkan kok!
Apa pun yang kita tulis, usahakan agar menyajikan data yang valid. Bila tidak yakin
dengan suatu informasi, lakukan cek dan ricek. Karena ketika naskah yang kita tulis sudah
berubah bentuk menjadi buku, tidak ada yang bisa dilakukan lagi. Kita tidak ingin
ditertawakan hanya karena hal-hal sepele, bukan?

Gambar 12. Untuk novel Cinta Tanpa Jeda ini saya harus riset tentang dunia
balap mobil.
Sumber : dok. pri

Saya punya sedikit kisah tentang masalah ini. Beberapa bulan yang lalu saya
membaca novel seorang penulis yang cukup kondang. Penulis ini sudah menghasilkan
ratusan cerpen dan puluhan buku. Nah, di salah satu novel terbarunya terdapat suatu fakta
yang menggelitik. Penulis top ini memberi informasi yang tidak tepat. Menurutnya, penemu
oksigen adalah Sir Isaac Newton. Mengapa informasi ini menjadi menggelitik dan tidak
tepat? Karena memang salah!
Sir Isaac Newton adalah penemu gravitasi. Dia juga penemu kalkulus. Juga Hukum
Gerak Newton. Ada banyak prestasi luar biasa ilmuwan satu ini. tapi, bukan oksigen. Itu
merupakan kejayaan milik Antoine Lavoisier, ilmuwan Prancis yang menemui ajal dihukum
guillotine karena masa lalunya sebagai pengumpul pajak.
Nah, bukankah ini suatu hal fatal yang seharusnya bisa dihindari?

Page 41 of 118
Di novel lain dengan pengarang yang berbeda ada yang menemukan fakta lain. Kali
ini tidak berhubungan dengan fakta sejarah sejenis ini. namun lebih ke arah logika. Di sebuah
novel teenlit dengan angka penjualan cukup tinggi, ada kisah yang agak aneh. Seorang anak
SMP bertemu dengan cowok cakep, naksir, dan akhirnya dekat. Hingga kemudian si cewek
ini menyadari kalau sang cowok yang ditaksirnya adalah ketua OSIS di sekolahnya sendiri!
Coba pikir ulang, apakah ini masuk akal?
Perhatikan saja polah remaja sekarang yang tergolong lepas dalam mengekspresikan
perasaannya. Jika ada seorang ketua OSIS yang tampan, pintar, dan (biasanya) atlet basket,
apakah mungkin seorang cewek tidak akan mengenalinya? Bahkan untuk kategori cewek
kuper sekalipun!
Lain halnya jika kita membicarakan mahasiswa. Dengan jumlah peserta didik yang
bisa mencapai ribuan di suatu fakultas, masih wajar dan bisa diterima akal jika ada yang
tidak tahu wajah Ketua Senat.
Sampai di sini, bisa mengerti apa yang saya maksud, bukan? Meski hanya kisah
fiktif, novel yang kita tulis haruslah menyajikan fakta yang benar dan tidak boleh berkhianat
pada akal sehat.

I. Temukan Gaya Orisinal


Setiap penulis ingin memiliki ciri khas tersendiri. Entah itu dalam hal diksi,
penokohan, atau tema. Akan tetapi pada praktiknya tidak selalu mulus untuk menemukan ciri
yang bisa menunjukkan identitas Anda. Seorang penulis kadang terseret ingin mengekor
penulis idolanya.
Itu sesuatu hal yang sangat manusiawi, kok! Jangan berkecil hati jika Anda belum
menemukan ciri khas dalam menulis. Saya dulu sangat ingin mengekor gaya Sidney Sheldon.
Nyaris setiap bab berisi adegan-adegan dramatis dan fakta yang mengejutkan. Membaca
karya pengarang satu ini berarti harus siap menghadapi berbagai kemungkinan. Prediksi
pembaca sering salah.
Namun saya akhirnya menyadari, saya bukan Sidney Sheldon. Saya, Anda, dan setiap
orang memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki orang lain. Jadi, saya pun berusaha keras
untuk menemukan keunikan tersebut. Sulitkah? Tentu saja. Tapi, saya berterima kasih pada
latihan yang saya lakukan selama ini. Kegiatan menulis yang rutin saya lakukan ternyata
membuat saya menjadi lebih mengenal diri sendiri. Pada akhirnya, saya pun semakin tahu

Page 42 of 118
bagian mana yang harus dikembangkan dan bagian mana pula yang harus diubah. Dan
memang itu tidak butuh waktu yang sebentar.
Awalnya saya tidak menyadarinya. Namun pembaca yang memberi tahu saya. Dan itu
mulai terjadi di novel kedua saya yang berjudul Black Angel. Apa ciri khas saya? Menurut
pembaca, pilihan kata yang tidak biasa. Untuk bagian ini akan kita bahas secara khusus di
bagian selanjutnya.
Terus terang saya lega karena merasa sudah menemukan ciri yang akan menajamkan
identitas saya pribadi. Belakangan saya pun mulai menambahkannya dengan puisi atau quote
versi pribadi. Jadi, bukan puisi atau kalimat terkenal milik orang ternama. Saya tidak
melakukan itu. Saya mencarinya di dalam diri sendiri. Karena itulah maka disebut ciri khas,
hal yang membedakan.

J. Kreatif Memilih Kata


Ini memang menjadi sebuah tantangan bagi para penulis untuk memproduksi kata dan
kalimat yang unik. Ini berhubungan erat dengan bagian sebelumnya, salah satu cara
menemukan gaya yang orisinal. Pentingkah ini? Menurut saya, YA. Sangat penting, malah.
Saya sangat menganjurkan Anda untuk menuliskan kata-kata yang tidak biasa di naskah
Anda.
Sekadar contoh, untuk mengganti kata berdebar, saya lebih memilih menggunakan
beberapa kata berbeda. Misalnya saja :
Jantung bertrampolin
Dada diamuk topan
Kecepatan jantung memompa darah mengalami perubahan drastis
Itu beberapa padanan kata yang kadang saya gunakan. Intinya sama saja, menyatakan
bahwa dada seseorang sedang berdebar kencang. Tujuannya untuk menghindari kebosanan
dan memperkaya bahasa yang kita gunakan. Toh, pada dasarnya mengandung arti yang tidak
jauh berbeda.
Jantungku kayak lagi maraton. Gerakannya terasa sampai ke lutut. Mungkin
karena menggedor-gedor dadaku dengan ganasnya. Seolah jantung mudaku ini berubah
membesar dan memenuhi rongga dada. Membuat sesak di dalam sana.
Penggalan kalimat di atas dipetik dari salah satu novel saya, Jungkir Balik Dunia
Mel, halaman 125. Bagian itu mengisahkan tentang reaksi tubuh si tokoh utama, Mel, ketika
bertemu cowoknya, Wing.

Page 43 of 118
Reaksi norak itu datang lagi. Otot-otoku lemas karena lututku rasanya nyaris
enggak bisa menyangga tubuh. Dadaku hampir rontok oleh gedoran jantung yang
semena-mena. Pipiku terasa dijalari rasa panas terus-menerus. Aku enggak asing dengan
semua ini. Setahun setengah yang lalu aku pernah mengalami kayak gini. Deja vu.
Kalau kalimat ini ada di novel yang sama untuk menggambarkan perasaan Mel
terhadap Wing. Letaknya di halaman 151.
Saat itu, tiba-tiba waktu seakan berhenti. Cyril merasa semua berlangsung dalam
gerakan slow-motion. Bibirnya terasa kering tapi bukan karena pengaruh udara dingin
yang suhunya beberapa derajat di bawah nol. Bulu kuduknya berdiri, seolah ada selubung
kabut yang meniup setiap inci pori-porinya. Jantungnya menggila, seakan ingin
memberontak dan berpindah dari tempatnya semula. Suhu tubuhnya meningkat beberapa
derajat hingga hampir demam.
Perutnya tergelitik oleh sengatan nan teratur dari ribuan jarum super halus.
Lututnya bergetar, mirip kena gigitan ribuan semut secara bersamaan. Jika tidak
menguatkan diri, niscaya tubuhnya akan ambruk. Lehernya tercekik sehingga susah
menlan ludah, karena paru-paru terasa naik dan menyumbat di sana. Cyril merasa
telinganya mendadak tuli. Hanya keheningan yang melingkupi dirinya.
Petikan kalimat di atas terdapat di halaman 99 dari novel saya yang berjudul Loves
in Insa-Dong. Uraian di atas menggambarkan perasaan tokoh utamanya yang bernama Cyril
ketika pertama kali bertemu seorang lelaki Korea, Park Dong Joon.

Gambar 13. Novel saya yang berjudul Love in Insa-Dong ini mengambil latar di
Indonesia dan Korea.
Sumber : dok. pri

Page 44 of 118
Mungkin rangkaian kalimat yang saya tulis untuk menerjemahkan perasaan si tokoh
utama dianggap lebai. Tapi, jika sudah berhubungan dengan masalah hati, apa ada yang tidak
berlebihan? Anda tentu bisa membayangkan bagaimana kacaunya reaksi tubuh ketika
berhadapan dengan orang yang kita sukai, bukan? Ada reaksi kimia yang tidak sederhana dan
cukup merepotkan.
Jadi, jangan takut untuk menjadi diri sendiri dan menulis dengan gaya yang
(mungkin) dianggap aneh atau berbeda. Kita memang harus kreatif dan terus mengasah
kemampuan itu dengan baik.

K.Tidak Pernah Takut


Mengapa ada bahasan tentang rasa takut di bab ini? Tahukah Anda kalau banyak
sekali penulis yang dihantui oleh rasa takut? Mulai dari takut karyanya tidak bagus, takut
ditolak oleh penerbit, hingga takut tidak laku. Ya, dalam setiap tahapan naskah ada rasa takut
yang terus menghantui.
Saat mulai ingin menulis, Anda mungkin takut naskah kelak tidak bermutu. Juga
cemas naskah tidak bisa selesai, dan berjuta ketakutan konyol lainnya. Apa yang seharusnya
dilakukan? Mulailah untuk menulis sesegera mungkin dan singkirkan semua rasa takut itu
seperti Anda mengenyahkan debu yang mengotori pakaian kesayangan Anda. Tidak ada yang
berhak menghentikan langkah Anda.
Setelah naskah kelar, penulis kadang masih takut naskahnya ditolak. Akibatnya?
Tidak pernah mengirimkan naskahnya ke penerbit. Intinya lagi, sudah mengibarkan bendera
putih meski belum melakukan upaya yang berarti. Bukankah itu sesuatu yang janggal bin
aneh? Bendera putih hanya diperuntukkan bagi kondisi terjepit yang tidak menyediakan
pilihan lain. Kalau masih ada upaya yang bisa ditempuh, kenapa harus mengibarkan bendera
putih? Mengapa tidak terus berjuang?
Rasa takut itu manusiawi, tapi jangan berlebihan. Saya sering mendapat pesan dari
anak-anak muda yang bercita-cita ingin jadi penulis. Sayangnya, mereka punya masalah
nyaris seragam: takut mengirimkan naskah ke media karena khawatir akan ditolak. Padahal,
itu kan sesuatu yang manusiawi, kan? Penulis-penulis top pun nyaris semuanya pernah
mendapat penolakan.
Bagaimana kalau disederhanakan saja pemikiran kita?
Apa yang terjadi jika naskah Anda kirimkan ke penerbit? Ada berbagai kemungkinan,
kan? Bisa saja ditolak seperti kekhawatiran Anda. Tapi, bisa juga diterima. Jadi, mengapa

Page 45 of 118
tidak mengambil risiko dengan adanya dua kemungkinan kesempatan yang sama besarnya?
Sementara jika Anda tidak pernah mengirimkan naskah tersebut, kemungkinannya hanya
satu. Naskah Anda selamanya tidak akan pernah berubah menjadi novel idaman. Karena
Anda lebih memilih untuk menyimpannya sendiri dan tidak memberi kesempatan padanya
meluluhkan hati editor.

L. Belajar EYD dan Standar Penulisan yang Baik


Setelah naskah Anda selesai, apa rencana selanjutnya? Tentu saja mengirimkan naskah
ke tersebut ke penerbit dengan harapan bisa lolos dan diterbitkan menjadi novel, bukan? Nah,
supaya editor tidak membanting naskah Anda dan menyingkirkannya dari atas meja hanya
setelah membuka halaman pertama, maka tidak ada pilihan lain selain belajar mengenai
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
Kesalahan satu dua kata masih dimaklumi, namun jika dalam setiap halaman ada
terlalu banyak kata-kata yang keliru, jangan salahkan editor bila tidak merasa perlu membaca
naskah Anda. Saya dan banyak penulis lain pernah melakukan kesalahan ini. Anda jangan
sampai melakukannya, ya?

Gambar 14. Seorang penulis harus belajar EYD untuk meningkatkan


pengetahuannya.
Sumber : 4.bp.blogspot.com

Itulah pentingnya untuk terus belajar. Selain selalu meng-update informasi terkini
yang pasti dibutuhkan dan menjadi bagian cerita, seorang penulis juga harus meningkatkan
pengetahuannya tentang EYD. Banyak sekali kata-kata yang akrab di telinga namun ternyata
tidak tepat menurut EYD. Demikian juga dengan cara penulisannya. Berikut adalah beberapa

Page 46 of 118
di antaranya yang sengaja saya kumpulkan.. Tidak ada salahnya jika kata-kata ini dihafal
untuk meningkatkan kemampuan menguasai EYD.
Adang, bukan hadang
Afdal, bukan afdol
Akta, bukan akte
Aktivitas, bukan aktifitas
Akuarium, bukan aquarium
Alquran, bukan Al-Quran
Amfibi, bukan amphibi
Analisis, bukan analisa
Andal, bukan handal
Andam, bukan handam
Anugerah, bukan anugrah
Antre, bukan antri
Apotek, bukan apotik
Aritmetika, bukan aritmatika
Asas, bukan azas
Ateis, bukan atheis
Atlet, bukan atlit
Atmosfer, bukan atmosfir
Autentik, bukan otentik
Autobiografi, bukan otobiografi
Azan, bukan adzan
Balsam, bukan balsem
Beasiswa, bukan bea siswa
Bejat, bukan bejad
Berengsek, bukan brengsek
Bus, bukan bis
Cabai, bukan cabe
Cendekiawan, bukan cendikiawan

Page 47 of 118
Cenderamata, bukan cendramata
Cenderawasih, bukan cendrawasih
Cengkih, bukan cengkeh
Debit, bukan debet
Dekret, bukan dekrit
Desain, bukan disain
Detail, bukan detil
Diagnosis, bukan diagnosa
Dolar, bukan dollar
Dukacita, bukan duka cita
Eksem, bukan eksim
Ekstrem, bukan ekstrim
Elite, bukan elit
Embus, bukan hembus
Familier bukan familiar
Faksimile, bukan faksimili
Fondasi, bukan pondasi
Fotokopi, bukan fotocopy atau fotocopi
Frasa, bukan frase
Frekuensi, bukan frekwensi
Frustrasi, bukan frustasi
Geladi, bukan gladi
Genius, bukan jenius
Genting, bukan genteng
Hafal, bukan hapal
Hakikat, bukan hakekat
Halalbihalal, bukan halal bihalal
Hadis, bukan hadits atau hadist
Harfiah, bukan harafiah
Hierarki, bukan hirarki

Page 48 of 118
Hipotesis, bukan hipotesa
Imbau, bukan himbau
Intelijen, bukan intelejen
Insaf, bukan insyaf
Isap, bukan hisap
Jemawa, bukan jumawa
Jenderal, bukan jendral
Kacamata, bukan kaca mata
Karier, bukan karir
Karisma, bukan kharisma
Kaus, bukan kaos
Kedaluwarsa, bukan kadaluarsa
Kelenteng, bukan klenteng
Kempis, bukan kempes
Khawatir, bukan kuatir
Khazanah, bukan khasanah
Kiai, bukan kiay
Kolumnis, bukan kolomnis
Komoditas, bukan komoditi
Komplet, bukan komplit
Konkret, bukan konkrit
Kosakata, bukan kosa kata
Kualitas, bukan kwalitas
Kuitansi, bukan kwitansi
Kukuh, bukan kokoh
Lahad, bukan lahat
Lanskap, bukan lansekap
Lever, bukan liver
Lembap, bukan lembab
Lubang, bukan lobang

Page 49 of 118
Malapraktik, bukan malpraktik
Magrib, bukan maghrib
Marah, bukan amarah
Masjid, bukan mesjid
Massal, bukan masal
Merek, bukan merk
Mesti, bukan musti
Meterai, bukan materai
Mikrob, bukan mikroba
Monarki, bukan monarkhi
Mozaik, bukan mosaik
Museum, bukan musium
Miliar, bukan milyar
Nakhoda, bukan nahkoda
Napas, bukan nafas
Nasihat, bukan nasehat
Negeri, bukan negri
Nekat, bukan nekad
Netralisasi, bukan netralisir
Objek, bukan obyek
Omzet, bukan omset
Otomatis, bukan automatis
Pancaindra, bukan panca indra
Peduli, bukan perduli
Penggawa, bukan punggawa
Peranti, bukan piranti
Perilaku, bukan prilaku
Perkedel, bukan pergedel
Pikir, bukan fikir
Praktik, bukan praktek

Page 50 of 118
Priayi, bukan priyayi
Provinsi, bukan propinsi
Radioaktif, bukan radio aktif
Ramadan, bukan ramadhan
Realitas, bukan realita
Respons, bukan respon
Restoran, bukan restauran
Rezeki, bukan rizki
Ritsleting, bukan retsleting
Risiko, bukan resiko
Roboh, bukan rubuh
Sah, bukan syah
Saksama, bukan seksama
Salat, bukan shalat
Samudra, bukan samudera
Saraf, bukan syaraf
Satai, bukan sate
Saus, bukan saos
Sekadar, bukan sekedar
Sepak bola, bukan sepakbola
Seriawan, bukan sariawan
Setan, bukan syaitan
Silakan, bukan silahkan
Sistem, bukan sistim
Sintesis, bukan sintesa
Sontek, bukan contek
Sopir, bukan supir
Standar, bukan standard
Standardisasi, bukan standarisasi
Stroberi, bukan strawberry

Page 51 of 118
Subjek, bukan subyek
Sumatra, bukan sumatera
Surah, bukan surat
Sutra, bukan sutera
Syahbandar, bukan sahbandar atau syah bandar
Syubhat, bukan subhat
Takhta, bukan tahta
Takhayul, bukan tahayul
Takwa, bukan taqwa
Taoge, bukan tauge
Taoco, bukan tauco
Teknik, bukan tekhnik
Telantar, bukan terlantar
Teoretis, bukan teoritis
Terampil, bukan trampil
Terung, bukan terong
Tobat, bukan taubat
Topan, bukan taufan
Trompet, bukan terompet
Ubah, bukan rubah
Ubrak-abrik, bukan obrak-abrik
Ustaz, bukan ustad atau ustadz
Utang, bukan hutang
Varietas, bukan varitas
Wali kota, bukan walikota
Wiraswasta, bukan wirausaha
Zaman, bukan jaman
Zamrud, bukan jamrud
Zikir, bukan dzikir
Zuhur, bukan dzuhur

Page 52 of 118
Memang, tiap penerbit memiliki gaya selingkung atau gaya tulisan tersendiri. Bisa
saja apa yang di kamus tidak baku, tetap mereka pertahankan. Jadi, semua berpulang lagi
kepada penerbit. Jika mereka tetap mempertahankan untuk menggunakan kata Jumawa
ketimbang Jemawa, tidak ada masalah. Tidak ada aturan baku yang mengaturnya dengan
kaku. Penerbit punya kebebasan ingin menerapkan gaya seperti apa dalam setiap buku-buku
terbitannya.

Gambar 15. Seorang penulis pun harus menguasai pengetahuan tentang


penggunaan tanda baca.
Sumber : 4.bp.blogspot.com

Selain EYD, Anda juga harus memperhatikan standar penulisan naskah. Biasanya
naskah ditulis di kertas berukuran A4 dengan huruf Times New Roman berukuran 12.
Bagaimana dengan spasi? Umumnya sih 1,5. Jangan lupakan juga penempatan tanda baca
dan huruf besar. Juga penulisan partikel. Jangan khawatir, semua bisa dilihat di internet. Atau
Anda bisa membeli buku-buku yang membahas tentang hal ini.
Sekali lagi, tiap penerbit terkadang memiliki peraturan penulisan naskah yang
berbeda. Huruf dan ukurannya tidak selalu seragam. Untuk itu Anda harus mempelajarinya
dengan baik sebelum mulai mengirimkan naskah.

Page 53 of 118
Bab Empat
Step by Step : Dari Ide Hingga
Menjadi Novel

Page 54 of 118
Nah, kini saatnya kita membahas langkah demi langkah untuk menyelesaikan sebuah
novel. Jangan dulu berpikir bahwa 150-an lembar itu sangat banyak. Karena begitu hal
tersebut yang Anda fokuskan, maka akan sangat sulit untuk menyelesaikan sebuah novel.
Jadi, berhentilah mencemaskan hal tersebut. Tapi, mulailah untuk mengetikkan kata pertama
di atas kertas.
Jangan selalu memikirkan hasil akhirnya, tapi fokuslah pada prosesnya. Dan nikmati
proses tersebut semaksimal mungkin. Karena mustahil ada hasil instan (apalagi memuaskan)
dalam hidup ini. Semua harus melewati proses yang berliku sebelum akhirnya tuntas dan
bermuara pada hasil akhir.
Tidak ada tiba-tiba begitu saja terjadinya. Selalu ada prosesnya yang sudah
berlangsung sebelumnya. Ketika ingin mencapai kekayaan, manusia harus berusaha untuk
bekerja keras. Tentu ada proses panjang hingga akhirnya tujuannya tercapai. Begitu juga saat
jatuh miskin. Tidak mungkin terjadi dalam sekejap kecuali menjadi korban perampokan.
Proses kembali bermain.

Gambar 16. Beginilah kira-kira tahapan-tahapan menulis secara garis besar.


Sumber : a1.sphotos.ak.fbcdn.net

Page 55 of 118
Demikian juga dengan menulis novel. Nikmati saja step by step hingga selesai. Saya
sendiri malah punya kebiasaan jelek yang sangat sulit untuk dihilangkan. Setiap kali menulis
novel, saya cenderung jatuh hati pada tokoh-tokohnya, terutama tokoh utama lelaki.
Setelah itu, saya butuh sedikit waktu untuk memulihkan diri dari situasi itu. Bukan hal
yang ideal, bukan?
Tapi saya menikmatinya dan menganggapnya sebagai proses yang sangat wajar.
Sehingga dengan demikian saya pun menjadi begitu menikmati penulisan novel tersebut.
Jadi, selama saya menulis suatu naskah, biasanya dunia saya pun terperangkap di dalam
cerita dan tokoh-tokohnya. Begitu selalu. Buat saya pribadi, hal tersebut merupakan bagian
dari kejujuran saya sebagai penulisnya. Mungkin ini dianggap hal yang aneh atau tidak
masuk akal, ya?
Tidak masalah andai Anda pun berpendapat serupa. Tak hanya saya yang mengalami
hal seperti ini. Banyak teman-teman penulis yang terseret pada fiksi yang ditulisnya meski
dengan cara yang sedikit berbeda.
Baiklah, cukup sekian saja intermesonya. Kini kita akan membahas langkah-langkah
apa saja yang perlu dilakukan untuk menulis naskah fiksi. Oh ya, ini semua berdasarkan
prngalaman saya pribadi, ya?

A.Menggali Ide
Ide adalah nama lain dari gagasan. Banyak yang merasa kesulitan menemukan ide
sebelum mulai menulis. Ide memang faktor terpenting sebelum beranjak ke langkah
selanjutnya. Tanpa ide, bagaimana mungkin Anda bisa menghasilkan cerita yang menawan
hati pembaca? Setidaknya itu yang selalu saya rasakan. Saya mustahil mulai menulis bila
tidak memiliki ide besar cerita sama sekali. Karena saya tidak akan tahu, harus memulai dari
bagian mana.
Ide menjadi benang merah dari sebuah cerita.
Ide yang menghubungkan tiap elemen sehingga membentuk sebuah cerita yang utuh
dan indah.
Ide merupakan dasar untuk membangun sebuah cerita. Pengembangan kisah harus
merujuk pada ide tersebut.
Itulah yang terjadi pada saya.

Page 56 of 118
Kesulitan mencari ide? Itu wajar sekali. Suatu hal yang jamak dan bisa terjadi pada
penulis manapun. Dulu, saya cenderung hanya menunggu datangnya ide. Hingga suatu
peristiwa mengubah pendapat saya selamanya.
Ceritanya begini, saya sedang mengikuti sebuah kursus online tentang menulis cerita
anak. Mentornya adalah seorang penulis buku anak yang andal dan terkenal. Tapi maaf, saya
tidak bisa mencantumkan nama beliau di sini karena khawatir malah akan menimbulkan
ketidaknyamanan.
Saat itu saya dan beberapa orang teman diminta untuk mencari ide untuk dijadikan
novel anak. Sebenarnya saya merasa tidak pernah punya kemampuan yang memadai untuk
terjun di dunia buku anak. Namun di sisi lain saya juga penasaran ingin mencoba sekaligus
mencari tahu. Sepanjang keyakinan saya selama ini, menulis buku anak adalah pekerjaan
yang sangat sulit.
Nah, di saat diminta untuk mencari ide itulah saya merasa menabrak dinding batu.
Kepala saya kosong selama bermenit-menit, tanpa ada bayangan sama sekali kisah apa yang
akan diangkat. Rasanya benar-benar putus asa! Hingga kemudian mentor saya yang baik itu
menuliskan sesuatu di chat room peserta kursus.
Ide itu harus dipaksakan. Biasakan untuk memaksa keluarga ide dari kepala kita.
Jangan hanya menunggu hingga munculnya ide! Begitulah kira-kira kalimat yang tertulis.
Saya pun merasa ditonjok. Selama ini saya meyakini bahwa ide akan datang sendiri, bukan
dipaksa keluar.
Kalimat di atas tampaknya sederhana, kan? Tapi ternyata memberi efek luar biasa
yang mengubah pola pikir saya hingga saat ini. Detik-detik setelah membaca kalimat itu
seakan menjadi momen magis untuk saya. Maka saya pun mulai berjuang mencari ide yang
kira-kira keren untuk dijadikan novel anak. Buku-buku milik anak-anak pun berkelebat di
kepala. Oh tidak, saya tidak mau menulis kisah tentang peri. Sudah terlalu banyak penulis
yang melakukan hal tersebut.
Akhirnya, saya pun terpaku pada kata matryoshka, sebuah boneka khas dari Rusia.
Tapi saya belum memiliki ide apa pun. Tidak ada bayangan bagaimana matryoshka ini akan
menjadi tema besar dari sebuah novel anak. Namun kata-kata mas mentor ini benar-benar
menghantui.

Page 57 of 118
Gambar 17. Novel anak ini mendapat ide dari boneka matryoshka yang berasal
dari Rusia.
Sumber : dok. pri

Saya ingat kalau setiap matryoshka ini terdiri dari beberapa boneka sekaligus yang
dipasang bertumpuk. Semakin keluar tentu semakin besar pula bonekanya. Tiba-tiba terpikir,
mengapa tidak membuat cerita yang berbau misteri? Malam itu juga saya pun menuliskan
sinopsis kasarnya. Isinya kira-kira begini :
Seorang anak mendapat hadiah boneka matryoshka yang berasal dari Rusia. Anak
tersebut sangat ketakutan saat menyadari bonekanya tiba-tiba mengecil. Padahal, boneka
terbesar diambil oleh kakak perempuannya secara diam-diam. Keadaan makin runyam
ketika tengah malam anak tersebut mendengar suara nyanyian asing. Dia mengira suara
itu berasal dari matryoshka dan yakin kalau benda itu berhantu.
Singkatnya, saya pun mematangkan konsep sederhana itu. Lalu mengikutsertakannya
ke sebuah workshop penulisan novel anak yang diadakan oleh sebuah penerbit top. Tanpa
terduga, konsep yang saya ajukan dianggap menarik dan mulai digarap. Hingga setelah
menghadapi seleksi berlapis, naskah tersebut dinyatakan lolos dan siap untuk diterbitkan.
Maka lahirlah novel anak setebal 64 halaman yang berjudul Matryoshka Bernyanyi. Judul
aslinya sendiri ditambah dengan kata Misteri di depannya. Dan bulan Juli 2012 akhirnya
novel itu pun terbit.
Sejak itu saya pun selalu memaksa keluarnya ide-ide. Awalnya memang tidak
gampang, namun jika terus dilatih dan dijadikan kebiasaan, semuanya akan menjadi jauh
lebih mudah. Jadi, tidak ada lagi duduk diam hanya menanti ide menghampiri. Saya juga
selalu menyiapkan buku catatan atau ponsel untuk segera menulis ide yang terlintas di kepala.
Tujuannya? Supaya tidak lupa.
Ide kadang tidak harus dicari atau ditunggu. Ide bisa bersumber dari banyak hal yang
ada di sekitar kita. Pengalaman pribadi adalah salah satu sumber yang luar biasa untuk

Page 58 of 118
dituangkan menjadi naskah fiksi. Anda hanya perlu meramunya sedemikian rupa agar
menjadi lebih menarik.
Buat saya pribadi, ini menjadi semacam keharusan. Karena bila ada bagian cerita yang
berasal dari pengalaman sendiri, saat menuangkannya menjadi tulisan akan sangat
menyenangkan. Sangat beda rasanya karena ada sentuhan personal yang merupakan bagian
dari diri saya di dalamnya.
Ide juga bisa berasal dari peristiwa sehari-hari yang diracik oleh alam sekitar. Juga
dari pengalaman orang lain yang kita dengar atau kita lihat. Kalau Anda sering menjadi
tempat curhat dari teman-teman, niscaya Anda akan punya ide yang luar biasa banyaknya.
Pengalaman orang lain bisa dijadikan ide, loh! Tidak harus persis sama, tapi cukup diambil
yang paling menarik.
Sebenarnya, ada banyak ide di sekitar, sepanjang Anda mau membuka mata dan
telinga. Mengasah kepekaan dari semua hal yang bermain di sekitar kita. Pasti kita akan
menemukan hal-hal menarik yang bisa diangkat menjadi cerita indah. Menurut saya pribadi,
kuncinya adalah unik. Sebisa mungkin jangan menulis kisah yang sudah banyak dibuat orang.
Buat kisah Anda sendiri yang khas, istimewa, dan tidak pasaran. Intinya menjadikan buah
pena Anda berbeda dari yang ada.
Oh ya, bacaan dan film pun bisa menjadi sumber ide yang tidak ada habisnya. Dari
sebuah novel yang Anda baca, bisa meletupkan ide-ide brilian di kepala Anda. Pemicunya
kadang bisa hanya lewat sebuah kalimat saja! Itulah sebabnya seorang penulis harus banyak
membaca pula. Karena buku adalah santapan yang sangat berguna untuk memperkaya bahasa
dan meluaskan wawasan.
Saya penggila novel romantis yang mengagungkan cinta. Namun saya justru lebih
sering mendapat ide dari film-film yang saya tonton. Mulai dari serial Korea, film
Hollywood, hingga drama kriminal seperti CSI atau Criminal Minds. Apa? Drama kriminal?
Betul, Anda tidak salah baca, kok!
Drama-drama kriminal seperti yang saya sebut di atas itu memang menitikberatkan
pada proses mengungkap sebuah misteri kejahatan. Namun semuanya dibalut benang merah
yang sama : mengamati dan mengenali perilaku seseorang. Dan hal tersebut merupakan poin
penting bagi seorang penulis. Kita bisa menggali banyak hal dari sana sekaligus belajar ilmu
psikologi gratis.
Bacaan dan tontonan yang menjadi santapan keseharian, akan mengendap tanpa
disadari dalam benak Anda. Itulah setidaknya yang terjadi pada saya. Seringnya saya
menonton CSI dan semua variannya, kadang memancing imajinasi yang mungkin liar dan

Page 59 of 118
aneh. Tapi membuat saya lancar menulis bagian Pesta Kunci di novel Black Angel.
Banyak pembaca yang kemudian bertanya serius apa saya melakukan riset khusus untuk
menulis itu?
Sejujurnya, tidak. Namun entah kenapa tangan saya tidak bisa berhenti mengetikkan
huruf demi huruf tatkala tiba di bagian itu. Apa yang saya tonton seakan memainkan filmnya
sendiri di kepala. Oh ya, novelnya sendiri awalnya tidak mempunyai ide besar. saya hanya
menemukan sebuah nama: Avril Lavigne. Nama yang tercetus begitu saja karena sudah jarang
beredar di televisi. Sekadar itu, tanpa ada embel-embel lain. Karena saya bukan penggemar si
Sk8er Boi.
Tiba-tiba terpikir untuk membuat nama Avril sebagai tokoh sentral novel saya. Dan
nama itu begitu lekat, tidak bisa dienyahkan sama sekali. Mirip hantu yang tiba-tiba
mengekor. Saya pun kemudian menyerah dan mulai memikirkan cerita yang kira-kira tepat
untuk si Avril ini. Hingga akhirnya novel ini pun selesai hingga setebal 200-an halaman. Dan
kemudian bertemu jodohnya.

Gambar 18. Serial krininal top CSI bisa memberi banyak ide untuk novel-novel
saya.
Sumber : boxset4less.blog.com

Jadi, ide bisa berasal dari mana saja. Bahkan dari dialog sambil lalu yang kita
dengarkan saat berada di keramaian. Yang penting, jangan sampai kita membatasi diri. Ide
apa pun yang melintas di kepala, buru-buru catat dengan detik. Setelah memiliki kesempatan,
mulailah kembangkan ide tersebut hingga menjadi sebuah cerita yang kira-kira menarik dan
juga unik.
Buat saya, kata kunci sebuah ide adalah Unik. Karena persaingan yang sangat ketat,
kita harus tampil dengan cerita yang unik agar bisa menarik perhatian. Tanpa keunikan, maka
akan sulit untuk mendapat perhatian. Karena itu berarti Anda hanya melakukan pengulangan
belaka. Jadi, pastikan cerita yang Anda sajikan memiliki keunikan sebagai nilai tambah.

Page 60 of 118
Jangan pernah mengikuti jalan yang sudah diretas oleh penulis lainnya, meskipun orang
tersebut sangat Anda kagumi.

B.Menyiapkan Karakter
Setelah mendapatkan ide yang menarik, saat bagi Anda untuk mulai menyiapkan
karakter yang akan mewakili Anda menjalin kisah. Karakter ini bukan hal main-main, loh!
Itulah sebabnya Anda harus menyiapkan si tokoh utama ini dengan sebaik-baiknya. Karena
merekalah yang akan menggerakkan cerita. Sebagai sutradara, adakalanya seorang penulis
tidak berdaya dan mengikuti ke arah mana tokohnya hendak berjalan. Penulis tunduk pada
karakter ciptaannya.
Mengapa bisa demikian?
Karena idealnya seorang tokoh itu berkembang sesuai dengan karakternya. Jika Anda
menciptakan tokoh utama yang sifatnya pemalu, apakah Anda bisa membayangkan orang
tersebut bernyanyi sambil menari lincah di depan serombongan penonton? Atau perempuan
berkarakter meledak-ledak akan kontras sekali jika dilukiskan lemah lembut dan punya
kesabaran tingkat tinggi.
Sekadar masukan, pilihlah karakter yang unik dan punya ciri khas. Agar pembaca
mudah terkenang pada tokoh ciptaan Anda. Itulah sebabnya sangat penting memikirkan
dengan detil semua hal tentang karakter yang akan mengambil perang utama dan penghuni
panggung pertunjukan Anda.
Dulu, saya anti dengan sinopsis. Artinya, sebelum mulai menulis sebuah naskah, saya
tidak membuat sinopsis dengan detil. Saya hanya berpegangan pada sebuah ide besar saja
karena saya ingin tulisan saya mengalir tanpa perencanaan. Saya benar-benar mengandalkan
imajinasi yang bermain ketika sedang mengetik. Jadi, apa yang saya tulis sangat dipengaruhi
oleh kondisi saya saat menulis.
Ada hal positif yang saya dapatkan dengan cara seperti ini. Hal-hal yang terkadang
tidak terpikirkan malah melintas di kepala seperti kilat. Dan jika tidak buru-buru dieksekusi,
saya sering kehilangan jejaknya. Buat saya pribadi, pengalaman seperti ini benar-benar sangat
pribadi. Sulit diungkapkan dengan kata-kata bagaimana rasa puas itu kemudian memeluk
saya.
Menurut pendapat (bodoh) saya ketika itu, cara seperti ini menjaga kemurnian tulisan
saya. Hingga akhirnya saya lebih banyak berdiam diri di depan laptop yang terbuka tatkala
ide enggan muncul. Dan inilah yang terjadi. Waktu terbuang sia-sia karena tidak ada ide yang

Page 61 of 118
bisa ditulis. Semuanya terasa hampa dan menyulitkan. Wah, kalau sedang dalam kondisi
seperti ini, saya tidak punya kekuatan untuk melakukan apa pun. Selain hanya membuang
waktu yang berharga.
Saran dari seorang teman yang sudah malang melintang di dunia kepenulisan, bikin
sinopsis perbab lebih dulu. Pilih karakter yang punya kekhasan, jelaskan dengan detail dalam
sebuah catatan khusus.
Awalnya saya ogah-ogahan menerima masukannya. Saya bahkan mempertanyakan
mengapa perlu dibuat penjelasan tentang karakternya. Teman saya menjawab singkat dan
padat. Supaya karaktermu konsisten.
Akhirnya saya pun mencoba mengikuti sarannya. Sebenarnya bukan karena merasa
cara ini lebih berhasil, melainkan sekadar ingin mencoba. Saya pun mulai mempersiapkan
karakter tokoh dengan matang. Ternyata, hasilnya luar biasa! Teman saya benar, karakter
rekaan saya menjadi konsisten. Kalau ada yang agak terlupa, saya tinggal melihat uraian
tentang karakter si tokoh. Sehingga naskah pun terjaga. Tokoh tidak melakukan hal yang di
luar kebiasaannya.
Dalam mereka sebuah karakter, ada beberapa hal yang sebaiknya mendapat perhatian
dari Anda. Apa sajakah itu?
1. Paparkan dengan detail
Sebagai penulis, Anda harus bisa memaparkan dengan rinci tentang semua karakter di
naskah Anda. Terutama untuk karakter utama. Semakin detail justru semakin bagus.
Sehingga Anda benar-benar mengenal tokoh rekaan yang akan Anda tuliskan
kisahnya.
Tuliskan di tempat khusus tentang ciri-ciri fisik sang tokoh. Mulai dari tinggi,
ciri fisik tertentu, atau kelebihan yang dimilikinya. Demikian juga dengan sifat-
sifatnya. Apakah galak, cerewet, suka mengatakan kalimat tertentu. Pokoknya segala
hal yang melekat padanya.
Kelak, deskripsi tentang tokoh utama ini bisa digambarkan dengan beragam
cara. Mulai dari dialog tokoh utama atau tokoh lainnya, perjalanan cerita yang
berliku, atau penjelasan Anda sendiri. Padukan semuanya dalam tulisan Anda
sehingga pembaca juga bisa melihat si tokoh sesuai gambaran yang diberikan. Dan
akhirnya bisa membayangkan sosoknya.

Page 62 of 118
Gambar 19. Sosok tokoh-tokoh utama di novel ini digambarkan dengan cukup
terperinci.
Sumber : dok. pri

Diam-diam aku memperhatikannya. Lelaki ini berambut legam dengan mata mirip
almond dan bola mata coklat yang menarik. Alis hitam dan tebalnya tampak
kontras dengan warna kulitnya yang terang. Bibirnya tipis dan kemerahan,
menandakan dia bukan seorang perokok. Giginya putih dan rapi. Juga ada hidung
yang langsing dan sangat pas dengan semua yang ada di wajahnya. Lelaki ini
mewakili kata kesempurnaan. (Black Angel, halaman 138)
Mengapa ini penting? Karena jika tidak mendapat porsi yang tepat untuk
menggambarkan sosok sang tokoh utama, pembaca mungkin hanya bisa meraba-raba.
Sehingga tokoh utama ini pun seolah berdiri di balik kabut, tidak terlihat jelas. Kita
tahu dia ada, namun tidak bisa menjelaskan bagaimana dirinya. Bagi pembaca, itu
sesuatu yang kurang nyaman.
Jadi, jangan hanya menggunakan kata tampan, cantik, atau menawan
saja. Karena maknanya sangat luas. Tampan versi Anda belum tentu mewakili tampan
versi saya. Begitu juga sebaliknya. Sehingga perlu diberikan penjelasan yang benar-
benar rinci.
Selain fisik, jangan lupakan juga sifat-sifatnya. Bahkan bila memungkinkan
latar belakangnya. Sehingga pembaca lebih kenal lagi. Kalaupun ada sifat atau trauma
tertentu, pembaca dapat memaklumi hal itu setelah mengetahui alasannya. Ya, setiap
akibat pasti ada sebabnya. Dan semuanya harus diuraikan dengan jelas supaya terlihat
hubungannya.
2. Sesuaikan dengan tema cerita
Tema apa yang ingin Anda angkat? Jangan menulis naskah komedi dengan tokoh-
tokoh yang serius. Karena hal itu akan menjadi sebuah hal yang tidak sesuai. Jadi,

Page 63 of 118
pastikan tokoh-tokoh cerita Anda sesuai dengan tema yang diusung. Sehingga cerita
pun menjadi padu dan tidak memberi kesempatan pada orang lain untuk
mengernyitkan dahi. Setuju?
3. Karakter jangan hanya hitam dan putih
Di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna baiknya dan sempurna pula jahatnya.
Manusia adalah makhluk yang lemah dan kadang tidak mampu menghalau godaan.
Kita maklum itu. Manusia juga sering berbuat kesalahan, entah itu disengaja atau
sebaliknya.
Jadi, munculkanlah karakter yang manusiawi dalam novel Anda. Jangan buat
tokoh yang sangat baik dan kesannya tidak bercacat. Demikian jgua sebaliknya,
jangan ciptakan tokoh yang hanya mampu berbuat kejahatan belaka. Percayalah,
manusia tidak seperti itu. Tidak hanya hitam dan putih. Adakalanya kita menginjak
wilayah abu-abu. Di mana antara hitam dan putih begitu absurd dan kadang sulit
untuk dipilih dengan tegas.
Manusiawikan tokoh Anda dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Karena
memang tidak ada manusia yang sempurna dan luput dari kesalahan. Justru
melakukan hal-hal yang kadang bertentangan dengan pemahaman orang sekitar,
membuat cerita mengasyikkan.
4. Karakter harus konsisten
Jangan sampai karakter yang tadinya pendiam dan baik berubah menjadi jahat tanpa
alasan yang logis. Perubahan karakter itu wajar kok, hanya saja harus dijelaskan
dengan baik sehingga bisa terlihat alasan perubahannya.
Itu jika terpaksa harus berubah.
Selain itu, Anda harus memastikan bahwa karakter yang diciptakan selalu
berlaku dan berucap sebagaimana yang diharuskan oleh sifat-sifatnya. Jangan orang
yang santun tiba-tiba melontarkan kata-kata makian yang menyakitkan hati.
5. Memilihkan nama yang tepat
Nama mungkin dianggap hal yang tidak penting. Namun saya justru selalu memilih
nama terlebih dahulu sebelum menguraikan karakternya. Nama buat saya sangat
penting, karena bisa memberi gambaran akan sosok si tokoh utama. Anda bisa
mencarinya di berbagai buku nama bayi yang biasanya memuat artinya juga. Atau
berburu via internet. Kadangkala kita mendapat ide untuk nama tokoh utama novel
kita setelah menonton film tertentu.

Page 64 of 118
Saat menulis novel Mendua, salah satu tokohnya bernama Tristan. Nama itu
tiba-tiba muncul begitu saja saat saya mulai menggarap naskah itu. Belakangan saya
tersadar, Tristan adalah salah satu tokoh dalam film Legends of The Fall yang
diperankan Brad Pitt. Bukan faktor Brad Pitt-nya yang berperan, tapi memang karena
saya sangat suka nama itu.
Pernah menonton film-filmnya Aidan Quinn? Hampir pasti, remaja sekarang
tidak mengenal nama ini. Akan tetapi, di tahun 1990-an Mr. Quinn ini sangat populer.
Selain Legends of The Fall, dia juga membintangi film The Assignment atau Practical
Magic bersama Nicole Kidman dan Sandra Bullock. Filmnya yang diangkat dari kisah
nyata berjudul Evelyn cukup menguras air mata. Quinn berperan sebagai pengacara
dan beradu akting dengan mantan James Bond, Pierce Brosnan. Nah, karena suka
dengan film-filmnya, saya pun membuat tokoh utama dengan namanya. Tapi bukan
hanya satu tokoh, melainkan menjadi dua. Yaitu Aidan serta Quinn. Keduanya
terdapat di novel Black Angel.

Gambar 20. Dari film menawan berjudul Legends of the Fall ini saya
menemukan banyak nama menarik.
Sumber : bookbounce.files.wordpress.com

Nama adalah bagian yang penting. Saya makin merasakan itu belakangan ini. Jika
dulu saya tergolong asal memilih nama tokoh, sekarang menjadi jauh lebih selektif.
Saya juga kadang memilih nama yang singkat dan (kalau bisa) unik. Ada Cyril di
Loves in Insa-Dong atau Mae di Cinta Tanpa Jeda.
Usahakan memilih nama yang tidak pasaran. Siapa bilang nama Tasya itu
tidak menarik? Akan tetapi, kalau sudah terlalu banyak digunakan, apa lagi
istimewanya? (Maaf untuk semua yang bernama Tasya). Coba saja lihat di sekitar
kita! Berapa banyak anak perempuan yang diberi nama Tasya? Banyak sekali, bukan?
Page 65 of 118
Demikian juga dengan Nabila, Salsabila, Indra, Bintang, Anita, Donny, Aldo, Adjie,
dan banyak lagi. (Sekali lagi, mohon maaf sebesar-besarnya untuk pemilik nama yang
saya tulis di sini ya ) Oleh karenanya, kita harus selektif memilih nama. Bila
memungkinkan, ciptakan nama sendiri. Mengapa tidak?

C.Bermain-Main dengan Setting


Selanjutnya kita beranjak kepada setting atau latar belakang cerita. Setting adalah
bagian yang tidak bisa dilepaskan dari sebuah naskah. Setting merupakan bagian penting
dalam sebuah cerita.
Adakalanya sebuah novel mengaburkan latarnya. Maksudnya begini, penulis hanya
menyinggung tentang kota sebagai latar cerita. Tidak ada ulasan detail tentang kota tersebut.
Hal itu pernah saya temukan di novel-novel seorang pengarang top yang bukunya dicetak
ulang belasan kali.
Namun saya juga pernah menemukan sebuah novel dengan penggambaran yang
begitu detail tentang latar tempatnya. Entah memang penulisnya pernah berkunjung ke sana
atau tidak, namun latar yang digambarkan memperindah cerita. Novel tersebut berlatar di
salah satu kota di Eropa. Andai si penulis belum pernah menginjakkan kaki di sana, dua
jempol layak diacungkan untuknya. Karena sudah melakukan riset yang sangat luar biasa dan
terperinci. Sehingga dia bisa membawa imajinasi pembaca menuju sebuah kota nan indah di
Eropa sana.
Latar bisa memberi pengaruh pada cerita secara luar biasa. Tergantung bagaimana
penulis mampu mengolahnya dengan baik. Latar sendiri tidak melulu berarti latar belakang
tempat. Namun juga ada latar belakang waktu. Keduanya tidak bisa dipisahkan satu sama lain
karena saling mendukung dan berhubungan. Penulis perlu mempertimbangkan dengan bijak
mengenai hal ini.
Ada novel-novel yang mengambil peristiwa khusus sebagai latar belakang ceritanya.
Tentu saja peristiwa yang dimaksud memiliki nilai sejarah. Entah itu perang dunia, perang
dingin, runtuhnya tembok Berlin, dan banyak lagi. Namun ada juga yang tidak secara khusus
merujuk ke suatu peristiwa.
Tidak ada keharusan Anda harus menulis kisah di lokasi nyata. Anda bisa kok
menciptakan kota fiktif. Kisah-kisah fantasi atau yang mengambil waktu di masa depan,
sering menggunakan cara ini. Menciptakan lokasi fiktif akan memberi keleluasan bagi
panulis untuk melakukan eksplorasi. Sehingga bisa menciptakan tempat yang benar-benar

Page 66 of 118
sesuai dengan keinginannya. Wah, tidak setiap saat kita bisa menjadi pencipta sebuah kota,
bukan?
Umumnya, penulis lebih suka menggunakan latar kota tempat tinggalnya dalam
naskah yang ditulis. Kenapa? Karena dorongan rasa cinta sekaligus sangat mengenal kotanya.
Memang harus diakui, jauh lebih nikmat menulis tentang sesuatu yang benar-benar Anda
kuasai, bukan?
Tapi jika Anda ingin membuat novel dengan lokasi tempat yang belum pernah
dikunjungi sekalipun, tidak masalah. Anda bisa mencari referensi di internet atau memborong
buku-buku tentang kota yang diinginkan. Melihat gambar bangunan atau kondisi kotanya
juga akan sangat membantu menajamkan bayangan Anda. Sehingga penulis pun punya
bayangan akan kota yang akan ditulisnya.
Buat saya pribadi, lebih nyaman menulis tentang kota yang benar-benar saya kuasai.
Itulah sebabnya novel-novel saya banyak berlatar di Medan atau Bogor, tempat tinggal saya
sekarang.
Satu hal yang harus diingat, jadikan menulis sebagai aktivitas yang membuat Anda
bergairah dan bahagia. Jangan takut untuk melakukan eksplorasi meskipun itu berarti Anda
harus menciptakan sebuah kota fiktif. Tidak ada yang salah dengan segala hal yang berbau
fiktif. Cuma satu yang harus menjadi pegangan dan tidak boleh dilupakan sampai kapanpun :
logika harus dikedepankan.

D. Membuat Sinopsis
Dengan membuat sinopsis fiksi per bab, sekitar lima puluh persen pekerjaan kita
sudah selesai.
Itu adalah ucapan salah satu mentor saya ketika belajar menulis. Mentor saya sudah
memiliki nama yang mentereng di dunia fiksi dengan karya-karya yang mengalir deras
seakan tanpa henti.
Awalnya, saya tidak terlalu yakin meski sudah banyak orang yang menyarankan untuk
membuat sinopsis terlebih dahulu. Seperti yang sudah sayang singgung sebelumnya, saya
adalah orang yang anti sinopsis. Namun ketika mulai mencobanya, rasanya memang sangat
membantu.
Sekadar berbagi pengalaman, saya biasanya membuat sinopsis global dari satu cerita.
Atau bisa juga dikatakan ide besar sebuah cerita. Setelah itu, barulah saya membagi-baginya
menjadi beberapa bab. Tiap bab saya beri penjelasan serinci mungkin agar tidak ada yang

Page 67 of 118
terlupa. Dari sini nanti saya bisa mendapat bayangan akan setebal apa kelak naskah ini ketika
sudah jadi.
Tidak ada patokan yang serba pasti, hanya serba kira-kira. Namun buat saya itu
memberi bantuan yang sangat berarti. Makin sering melakukan hal ini, semakin terbukti kata-
kata mentor saya di atas. Lain halnya jika ingin menulis nonfiksi, sinopsis hanya sekadar
menjadi pemandu. Jika diubah menjadi persentase, mungkin hanya menyelesaikan naskah
antara 5 hingga 10 persen.
Pembuatan sinopsis global juga dapat dilakukan dengan menggunakan mind map.
Ambillah selembar kertas kosong. Lalu mulailah Anda menulis ide besar di bagian
tengahnya. Setelah itu, pikirkan apa saja yang dapat dibahas seputar ide tersebut. Gunakan
pensil aneka warna untuk membedakannya.

Gambar 21. Contoh mind map.


Sumber : 2.bp.blogspot.com

Ketika Anda sudah berhasil membuat sinopsis per bab dengan baik, pekerjaan
menjadi lebih mudah. Sangat mudah, malah. Anda tinggal berpatokan pada sinopsis yang
sudah dibuat setiap kali akan berpindah bab. Setelah saya bandingkan dengan kondisi
langsung menulis tanpa sinopsis, hal ini ternyata menghemat banyak waktu. Nyaris tidak ada
lagi waktu yang terbuang percuma dengan layar laptop yang hanya ditatap hampa. Kini,
cukup melirik sinopsis dan membacanya sebentar. Imajinasi bisa langsung berkeliaran dan
tahu apa yang ingin ditulis.
Bagaimana jika di tengah jalan ternyata ada ide yang lebih keren dan bisa membuat
cerita kian menarik?

Page 68 of 118
Tidak masalah! Anda bisa mengubah sinopsis yang tersisa sesuai dengan ide yang
baru datang. Sepanjang tidak sampai membuat cerita yang sudah Anda tulis harus dirombak
lagi, saya rasa tidak masalah. Lain halnya jika harus terjadi pembongkaran besar-besaran
terhadap naskah yang sudah cukup banyak, mungkin harus dipikir ulang dengan baik. Karena
itu berarti terjadi suatu pemborosan besar-besaran. Pemborosan waktu, tenaga, dan pikiran
karena naskah menjadi mentah lagi.
Itulah pentingnya mematangkan sinopsis yang Anda buat sehingga meminimalkan
perombakan yang tidak perlu. Dengan konsep yang sudah matang, maka proses menulis pun
menjadi lebih lancar.
Jadi, pembuatan sinopsis sangat membantu menghemat waktu sekaligus memberi
kesempatan untuk mematangkan konsep. Ketika sudah yakin dengan sinopsis yang kita
miliki, pekerjaan merampungkan naskah akan menjadi lebih mudah. Sinopsis seperti ini
membantu Anda menyingkat waktu. Memberi banyak sekali bantuan dalam proses
penyelesaian naskah.

E. Mulai Merangkai Kata


Setelah sinopsis per bab selesai dan dianggap matang, maka kini tiba saatnya untuk
mulai merangkai kata. Anda mulai menguraikan bab demi bab yang gambarannya sudah
tertulis jelas di sinopsis.
Sinopsis adalah panduan dalam mengembangkan naskah. Sinopsis dapat dikatakan
sebagai kompas yang akan memandu Anda dalam menghasilkan cerita. Bagaimana cara
mengembangkan sinopsis? Semuanya tentu saja terpulang kepada Anda pribadi, sebagai
penulis.
Sinopsis per bab adalah modal dasar yang menjadi peta bagi penulisnya. Anda tentu
sudah memiliki bayangan yang sangat jelas mengenai kisah yang akan diangkat. Itulah
sebabnya sangat penting untuk membuat sebuah uraian yang sangat detail sehingga konsep
benar-benar matang. Setelah itu, tugas penting Anda selanjutnya adalah mengurai tiap bab
dalam jalinan cerita yang indah.
Saat akan menulis, Anda seharusnya sudah memiliki bayangan berapa lembar
halaman naskah yang akan selesai nantinya. Misalnya begini, Anda berhasil membuat
sinopsis untuk 10 bab. Sementara penerbit yang Anda tuju memberi isyarat kalau mereka
menerima naskah minimal 150 lembar. Maka, tiap bab nantinya harus diubah menjadi 15
lembar halaman. Itu minimalnya. Dan jika bisa lebih, akan semakin bagus pula. Karena

Page 69 of 118
ketebalan naskah 150 lembar A4 dengan spasi 1,5, kelak ketika sudah menjadi novel hanya
berkisar 200 halaman saja. Dan rasanya novel dengan halaman sejumlah itu tidak bisa
dikatakan cukup tebal, bukan? Karena ada banyak penulis yang merasa kurang bisa
bereksplorasi dengan halaman sejumlah itu. Semakin banyak sinopsis per bab yang Anda
buat, semakin besar kesempatan untuk melakukan pengembangan cerita. Kian banyak jumlah
halaman, naskah Anda semestinya semakin kaya dengan aneka konflik dan penyelesaiannya
juga.
Sedapat mungkin, hindari melakukan pengulangan karena akan membosankan bagi
pembaca. Manfaatkan geliat imajinasi yang begitu bergelora di kepala Anda. Sehingga
membuat cerita menjadi kaya.
Sekadar mengingatkan, pilihlah kata-kata menarik untuk memperindah naskah Anda.
Jangan mau hanya terpaku untuk memilih kata-kata yang standar dan sudah banyak
digunakan orang. Tapi bukan berarti dalam setiap paragraf Anda harus memutar otak demi
mencari kalimat cantik. Jangan sampai menjadi beban karena nantinya menulis menjadi hal
yang tidak menyenangkan. Jangan lupa untuk selalu memelihara api gairah karena sangat
berpengaruh pada kualitas tulisan. Jika seseorang sudah kehilangan gairah, apa pun yang
dilakukan pasti tidak lagi maksimal.
Jadi, uraikan bab demi bab yang sudah Anda buat gambarannya dengan kegembiraan
dan kegairahan yang besar. Karena nantinya pembaca pun akan turut merasakan luapan
perasaan yang Anda paparkan.
Ada baiknya kalau Anda menetapkan taget penulisan suatu naskah. Namun, pastikan
kalau target Anda masuk akal. Jangan terlalu berlebihan atau terlalu keras pada diri sendiri.
Karena pada dasarnya Andalah yang paling tahu dan mengerti sampai sejauh mana
kemampuan Anda. Jangan memaksakan diri untuk melakukan hal-hal di luar batas kekuatan
yang Anda miliki. Karena bisa-bisa nantinya Anda malah merasa frustasi karena gagal
mencapai target.

Page 70 of 118
Gambar 22. Kesulitan saat penulisan dapat diatasi dengan mematangkan ide
semaksimal mungkin.
Sumber : mocoo.files.wordpress.com

Oh ya, banyak yang mengeluhkan sulitnya membuat novel dengan jumlah halaman
mencapai ratusan. Umumnya penulis merasa kekurangan bahan atau ide sehingga cerita
sudah kelar lebih singkat dari yang seharusnya. Ini bukan masalah pemula atau tidak, loh!
Karena banyak penulis top yang sudah terbiasa menulis cerpen akan merasakan kesulitan
yang sama.
Ini masalah kebiasaan. Bukan tentang senior atau junior.
Ketika Anda sudah terbiasa menulis cerpen, tentu tidak akan sulit kalau diminta
menulis sepuluh halaman, bukan? Namun, jika jumlahnya digandakan menjadi dua puluh
atau tiga puluh, pasti ada kesulitan yang harus ditaklukkan. Itu adalah sesuatu yang sangat
wajar, kok!
Itulah gunanya sinopsis per bab. Terutama untuk Anda yang belum terbiasa menulis
dalam jumlah banyak. Kehadiran sinopsis yang merinci garis besar cerita tiap bab akan
sangat bermanfaat. Ini bisa menghindarkan Anda dari pengembangan cerita yang di luar
kontrol.
Seperti yang sudah saya ingatkan sebelumnya, berpatokanlah pada sinopsis yang
sudah Anda buat. Kalaupun di tengah jalan ada sedikit tambahan yang dirasa membuat
ramuan cerita kian jempolan, tidak ada salahnya. Hanya saja, jangan pernah melakukan
perombakan secara berlebihan, apalagi besar-besaran. Pastikan semuanya dalam porsi yang
sepatutnya.
Saya ingin berbagi sedikit pengalaman pribadi. Saya belum berpengalaman menulis
naskah dalam jumlah banyak. Di awal-awal, tingkat kesulitannya sangat tinggi. Apalagi saya
tidak menggunakan jasa sinopsis per bab sama sekali. Hal itu membuat produktivitas saya
sangat rendah. Jika ide sedang membludak, saya bisa menulis lebih dari sepuluh halaman.
Tapi itu tidak selalu terjadi, loh! Ada kalanya saya hanya bisa menekuri layar monitor selama
berjam-jam tanpa menambahkan satu huruf pun di sana. Dan kadangkala itu terjadi selama
beberapa hari berturut-turut.
Setelah menyiapkan sinopsis terlebih dahulu, pekerjaan saya menjadi lebih mudah.
Itulah sebabnya saya menyarankan Anda untuk membuat sinopsis sedetail mungkin. Kian
rinci, kian bagus pula.

Page 71 of 118
Anda tentu pernah mendengar peribahasa yang berbunyi Alah bisa karena biasa,
kan? Kira-kira artinya adalah kita akan memiliki kemampuan yang baik jika sudah terbiasa
mengerjakan sesuatu. Atau dengan kata lain, latihan akan meningkatkan performa seseorang.
Dan itu merupakan sebuah pendapat yang sangat benar dan harus Anda yakini dengan
sepenuh hati.
Sejak remaja saya terbiasa menulis cerpen. Puluhan di antaranya sudah berhasil
menembus media nasional dan dimuat. Saya sempat vakum menulis saat bekerja dan
kemudian berumah tangga. Dan tahu-tahu sudah berlalu sekitar tiga belas tahun! Saat mulai
menulis lagi, saya pun dilanda kegamangan. Saya sangat cemas kalau waktu yang panjang
sudah mengambil kemampuan saya menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan. Ketika mulai
lagi, wajar jika banyak kesulitan dan kesalahan.
Tapi entah kenapa saya tiba-tiba punya hasrat untuk menulis novel. Seperti yang
sudah saya singgung sebelumnya, novel pertama sedianya ditulis khusus untuk lomba.
Perjuangan untuk menyelesaikannya pun tidak mudah. Begitu juga dengan novel kedua.
Namun kemudian saya berusaha mengubah pola pikir untuk membuat pekerjaan yang saya
cintai ini menjadi lebih mudah.
Bagaimana caranya? Saya menganggap kalau menulis novel adalah menulis beberapa
cerpen sekaligus. Bedanya, cerpen-cerpen saya mempunyai hubungan yang sangat erat. Jadi,
ketika menyelesaikan satu bab, saya beranggapan sedang menuntaskan sebuah cerpen. Lalu
ketika berlanjut ke bab selanjutnya, saya pun berpindah ke cerpen baru. Hanya saja cerpen
baru saya memakai tokoh yang sama dengan cerpen lama. Dan ceritanya pun merupakan
lanjutan dari kisah sebelumnya. Begitu seterusnya. Dan buat saya pribadi, hal itu ternyata
cukup berhasil.
Ketika membayangkan novel yang panjangnya ratusan lembar, tanpa sadar ada yang
menyerah di dalam diri Anda. Dan memang banyak sekali penulis yang mengaku tidak
sanggup karena tidak bernapas panjang. Saat kita mengubah strategi dan hanya memikirkan
kumpulan cerpen, maka yang terjadi adalah sebaliknya. Anda pasti dipenuhi kebulatan tekad.
Bukankah selama ini terbiasa mengutak-atik cerpen? Apalah artinya kalau hanya
katakanlah- menulis dua puluh cerpen? Andai Anda mampu menulis satu buah cerpen sehari,
dua puluh bab bisa diselesaikan hanya dalam waktu sekitar tiga minggu saja, bukan?
Bukankah itu cukup cepat?
Mungkin Anda akan membantah dan menganggap saya mengada-ada. Saran saya,
coba saja ikuti dulu cara yang saya lakukan. Anda pasti akan terkejut dengan hasilnya.
Ternyata menulis novel itu tidak terlalu sukar, kok! Kalau kita merasa berat, maka yang

Page 72 of 118
terjadi memang demikian. Sebaliknya, bila kita tidak menganggap ada kesulitan berarti, maka
semuanya cenderung lancar. Jadi, biarkan otak kita berpikir bahwa pekerjaan ini tidak sukar.
Maka kenyataan akan mengikutinya.
Nah, hal seperti ini pada dasarnya sama saja dengan banyak pekerjaan lainnya. Jika
kita bisa mengeset pola pikir dan mengidentikkan banyak hal dengan mudah atau aku
pasti bisa, tidak akan ada problema yang tidak bisa ditaklukkan. Sebaliknya, begitu kita
merasa semuanya serba sulit, maka kenyataan menjadi begitu berat. Sangat penting bagi kita
untuk selalu berpikir positif agar apa pun yang kita lakukan di dunia ini akan menuai hasil
yang positif pula.

F. Masa Pengendapan
Setelah naskah bisa diselesaikan hingga tuntas, apa yang sebaiknya Anda lakukan?
Tinggalkan dulu naskah yang sudah Anda saksikan pertumbuhannya itu selama beberapa
waktu. Jangan hanya satu atau dua hari. Tapi usahakan sedikit lebih lama. Menurut
pengalaman saya pribadi, satu minggu adalah waktu yang cukup masuk akal. Bagaimana
dengan Anda?
Masa-masa ini biasa disebut dengan masa pengendapan. Buat saya, masa ini menjadi
masa penting untuk melepaskan diri dari keterikatan yang kental dengan naskah ini. tidak ada
salahnya juga jika Anda menghabiskan masa pengendapan ini dengan mengerjakan naskah
lainnya.
Ketika nanti Anda kembali ke naskah ini, Anda akan melihatnya dengan pandangan
yang berbeda. Tidak lagi sama seperti sebelumnya. Semakin lama waktu pengendapan,
naskah akan menjadi semakin asing bagi Anda. Dan keasingan ini akan sangat membantu
saat penulis membaca ulang naskahnya sendiri. Anda pasti akan mengalami banyak momen
di mana akan bertanya pada diri sendiri : Benarkah aku yang sudah menulis semua ini?
Dengan mata yang baru, penilaian penulis terhadap naskahnya akan berbeda.
Sehingga bisa lebih jujur dalam memberi penilaian. Dan kelak akan berimbas pada kualitas
tulisan yang dihasilkan. Itulah sebabnya mengapa masa pengendapan itu sangat diperlukan.
Tujuannya agar penulis bisa memoles naskahnya dengan sangat baik dan tidak dengan
terburu-buru.

Page 73 of 118
Masa pengendapan itu relatif. Tiap penulis membutuhkan waktu yang berbeda.
Seperti yang saya singgung sebelumnya, untuk saya waktu seminggu sudah cukup memadai.
Dengan catatan jika memang dikejar deadline yang ketat. Namun jika bisa memilih, lebih
lama masa pengendapan justru lebih bagus. Karena saya bisa benar-benar menemukan
cacat yang bisa diperbaiki.
Bagaimana dengan Anda? Berapa waktu yang Anda butuhkan untuk melalui masa
pengendapan ini?

G. Edit dan Sempurnakan


Ketika naskah sudah diendapkan dan cibaca ulang, biasanya penulis akan menemukan
banyak hal yang harus diperbaiki. Entah itu berupa dialog yang janggal, fakta yang saling
bertentangan, atau alur yang berlebihan. Nah, inilah saat yang tepat untuk menyiapkan
gunting dan melakukan bersih-bersih.
Sebagai penulis, kadangkala kita memperlakukan naskah dengan kasih sayang yang
terlampau besar. Akibatnya, merasa enggan membuang bagian-bagian yang kurang padu
dengan dengan naskah secara keseluruhannya. Padahal, kita tahu pasti kalau bagian tersebut
membuat naskah menjadi kurang indah.

Gambar 23. Setelah melakukan pengendapan, kini saatnya untuk melakukan


pengeditan.
Sumber : lkscreativestudio.files.wordpress.com

Penulis kadang merasa, melakukan perubahan sama artinya dengan menyia-nyiakan


pekerjaan yang sudah dilakukan. Sehingga memilih untuk tidak melakukan perubahan berarti.
Namun, sebaiknya penulis juga harus realistis. Jika Anda sendiri merasa kalau ada bagian
yang terlalu dipaksakan, orang lain pun tidak akan memiliki pendapat yang jauh berbeda.
Dan andai tetap dipaksakan untuk dikirim ke penerbit, besar kemungkinan (kalau naskah

Page 74 of 118
Anda lolos) editor pun akan meminta penulis melakukan perubahan. Artinya, bagian tersebut
tetap dibuang.
Sekadar berbagi nih, saya pernah melakukan hal tersebut. Tetap mempertahankan
naskah dengan segala isinya meski tahu ada bagian tertentu yang kurang oke. Akhirnya,
ketika editor meminta untuk diubah, mau tak mau saya harus melakukan kompromi pada diri
sendiri. Pilihannya jelas: tetap bertahan dengan naskah tersebut dengan konsekuensi tidak
akan diterbitkan sama sekali. Atau menuruti saran editor dan melakukan perubahan sehingga
bisa diterbitkan tiga bulan kemudian. Dilematis namun tidak seperti buah simalakama, kan?
Artinya, jelas sekali ada yang harus dikorbankan. Namun keuntungannya pun sangat besar
pula. Siapa yang menolak naskahnya diterbitkan?
Di dalam tahapan ini, Anda juga bisa memperbaiki berbagai kesalahan pengetikan
yang mungkin terlewatkan. Ketika membaca ulang, Anda bisa langsung melakukan
pengeditan. Sehingga bisa meminimalisir naskah kesayangan ini dari berbagai kesalahan
yang tidak perlu.
Banyak penulis yang menyarankan untuk tidak melakukan pengeditan ketika Anda
menulis. Hal itu akan membuat menulis menjadi lebih lancar. Pengeditan hanya dilakukan
setelah naskah selesai dan diendapkan. Karena jika Anda tergoda untuk mengedit saat
menulis, akan menghabiskan banyak waktu. Namun, sejujurnya saya belum mampu
sepenuhnya melakukan hal itu. Ketika menulis, saya tetap saja tergoda untuk melakukan
perbaikan jika menemukan kesalahan. Dan memang, waktu menulis menjadi lebih panjang
dari yang seharusnya.
Sekali lagi, setelah naskah selesai dan masa pengendapan berlalu, jangan lupa baca
ulang untuk melakukan penyempurnaan di sana-sini. Jika Anda merasa kesulitan atau kurang
yakin dengan naskah ini, bisa memakai taktik lain. Yaitu meminta bantuan dari orang-orang
yang Anda percaya untuk menilai naskah tersebut. Tentu saja Anda harus memilih orang yang
memang berpandangan objektif dan suka membaca. Minimal menyukai genre yang Anda
pilih.
Pendapat orang ketiga kadang dibutuhkan untuk menilai kualitas naskah kita. Namun
jangan lupa untuk menemukan orang yang tepat sehingga bisa memberikan penilaian yang
tidak berat sebelah.
Setelah yakin dengan naskah ini, jangan tunggu lagi! Segeralah kirimkan naskah
tercinta ini kepada penerbit yang tepat.

Page 75 of 118
Bab Lima
Sebelum Mengirim Naskah ke
Penerbit

Page 76 of 118
Setelah naskah Anda selesai, langkah selanjutnya tentu saja harus mengirimkannya ke
penerbit. Namun, tentu saja Anda tidak bisa gegabah saat melakukan hal ini. ada beberapa hal
yang harus diperhatikan oleh seorang penulis sebelum memasrahkan buah ciptanya kepada
sebuah penerbit.
Apa sajakah itu?

A.Kenali Selera Penerbit Terlebih Dahulu


Ada banyak sekali penerbit di luar sana. Tiap penerbit memiliki selera dan kekhasan
yang berbeda-beda. Misalnya saja penerbit A selalu menerbitkan novel-novel komedi,
penerbit B setia pada naskah berbau roman, atau penerbit C hanya menerima naskah-naskah
fantasi.
Jadi yang harus Anda lakukan sebelum mengirim naskah ke penerbit adalah
memastikan bahwa naskah Anda sesuai dengan penerbit tersebut. Jangan sampai naskah
bergenre komedi malah dikirim ke penerbit yang khusus menerbitkan novel anak. Satu hal
yang sudah pasti adalah naskah Anda akan ditolak tanpa pikir panjang oleh editor.
Alasannya? Salah tempat.
Kesalahan seperti ini tidak bisa ditolerir karena menunjukkan satu hal. Bahwa Anda
tidak memperhatikan sekaligus tidak benar-benar serius memikirkan kemana naskah Anda
akan berlabuh. Mengenali selera penerbit sama artinya dengan memegang kompas di tangan
Anda. Dengan petunjuk arah yang jelas, Anda tidak akan mengirim naskah ke tempat yang
keliru.

Page 77 of 118
Gambar 24. Jika Anda mengenali spesialisasi penerbit dengan baik, sama artinya
sudah memegang kompas di tangan.
Sumber : 3.bp.blogspot.com

Bagi para penulis, naskah karyanya adalah bagian penting dari dirinya. Yang
dikerjakan tanpa kenal lelah dengan berbagai halangan dan rintangan yang datang tanpa
henti. Makanya, sudah sangat pasti kalau penulis ingin yang terbaik baik karyanya. Termasuk
memilihkan penerbit yang tepat.
Kalau Anda perhatikan di berbagai grup penulisan di situs jejaring sosial, terjadi hal
yang kadang terasa aneh.
Begini, seseorang mengaku kalau dirinya ingin menjadi penulis fiksi. Idealnya, apa
yang dilakukan orang tersebut untuk mewujudkan cita-citanya? Tentu saja harus belajar
dengan baik bagaimana caranya agar bisa menulis sesuai kaidah. Mengenal tanda baca, bisa
mengarungi dunia khayal lewat liukan kata-kata, juga mengetahui unsur-unsur pembangun
sebuah cerita. Selain itu, seorang penulis fiksi juga harus banyak membaca untuk
memperkaya imajinasi. Sehingga dengan begitu Anda bisa mencuri ilmu dari penulis lain.
Anehnya, banyak (calon) penulis ini yang mengajukan pertanyaan yang terasa tidak
pas. Misalnya saja mempertanyakan alamat penerbit, naskah apa yang diterbitkan oleh
penerbit top, dan pertanyaan sejenis lainnya. Seorang penulis top bahkan pernah bereaksi
agak keras dan meminta si penanya untuk mencari jawabannya di internet. Menurut saya, itu
reaksi yang wajar. Jika Anda mengaku ingin menjadi seorang penulis, bukankah harusnya
berusaha memiliki pengetahuan yang memadai tentang alamat penerbit atau naskah yang
mereka terbitkan? Toh di tiap buku terbitannya, pasti tercetak alamat sang penerbit. Dan jika
memang Anda rajin berselancar di dunia maya (selain di jejaring seosial), tentu akan mudah
mencari informasi seperti ini.
Pertanyaan-pertanyaan seperti di atas menunjukkan kalau seseorang justru tidak
berminat menjadi seorang penulis. Karena jika Anda merasa tertarik atau bergairah akan
sesuatu, pasti akan melakukan banyak hal untuk mengumpulkan informasi, bukan? Misalnya

Page 78 of 118
saja Anda sedang jatuh cinta dengan seseorang. Apa yang akan Anda lakukan? Pasti akan
berusaha mencari informasi sebanyak mungkin tentang si dia, bukan? Mulai dari tanggal
lahir, makanan kesukaan, film kegemaran, lagu favorit, hingga nomor ponselnya. Intinya,
semua tentang diri si dia mengandung magnet luar biasa kuat yang membuat Anda hanya
memalingkan wajah padanya.
Mengenali penerbit adalah hal yang mutlak. Sehingga dengan demikian Anda
menghindarkan diri dari penolakan sebelum naskah dibaca. Sehingga ada peluang yang
lumayan besar untuk bisa melenggang mulus hingga naskah tercinta bisa diterbitkan dalam
bentuk novel.
Setelah mengetahui pasti naskah seperti apa yang diterbitkan oleh penerbit incaran,
Anda masih harus memikirkan hal lain. Yaitu, apakah penerbit memang cukup bisa
mendapatkan kepercayaan dari penulis? Karena banyak sekali terjadi kasus penipuan yang
dilakukan oleh penerbit. Jika Anda cermati, banyak sekali penulis yang mengalami berbagai
hal tidak mengenakkan dengan penerbit, yaitu tidak dibayarnya royalti yang seharusnya
menjadi haknya.
Ada penerbit yang membayar royalti penulisnya namun dengan jumlah yang sangat
kecil. Ada seorang teman penulis yang salah satu bukunya dicetak ulang sebanyak tiga kali.
Sayangnya, beliau tidak dibayar oleh penerbit. Jika ditagih, penerbit punya seribu alasan yang
menjengkelkan.
Banyak yang menyarankan untuk membawa masalah ini ke area hukum. Namun si
teman menolak karena tidak mau menghabiskan biaya besar dan waktu untuk menuntaskan
hal itu. Ada yang menyayangkan namun banyak pula teman penulis yang menyetujui
keputusan yang diambilnya.
Andai diizinkan memberikan saran, lebih baik memilih penerbit top yang punya rekor
bagus. Jangan berjudi dengan menyerahkan hasil kerja keras Anda kepada penerbit yang
masih baru dan tidak jelas. Atau Anda bisa bertanya kepada penulis lain yang sudah memiliki
pengalaman berhubungan dengan penerbit tertentu. Oh ya, mohon maaf jika ada yang merasa
saya bersikap tidak adil kepada penerbit baru. Namun pengalaman saya dan banyak teman-
teman mengajarkan untuk berhati-hati. Jika Anda bisa menghindar dari hal seperti ini,
bukankah lebih baik?
Oh ya, ada pilihan lain yang bisa Anda lakukan jika (mungkin) merasa gamang
berurusan dengan penerbit secara langsung. Ada agensi naskah yang bisa menjembatani. Saat
ini ada banyak sekali agensi naskah, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta atau
Bandung. Anda berdomisili jauh dari kota-kota tersebut? Jangan khawatir, manfaatkan

Page 79 of 118
teknologi modern. Internet, e-mail, SMS, atau jejaring sosial itu hadir untuk dimanfaatkan,
bukan? Jadi, gunakanlah kemudahan yang mereka persembahkan bagi dunia, demi
mendukung kinerja Anda.

B.Kirim Sesuai Ketentuan


Yang dimaksud dengan ketentuan di subbab ini adalah masalah teknis yang sudah
digariskan oleh penerbit. Tiap penerbit biasanya memberi syarat tertentu seputar naskah yang
mereka terima. Dan hal itu biasanya dapat diakses dengan mudah di situs-situs resmi penerbit
tersebut.
Persyaratan yang paling umum adalah :
Ukuran kertas : A4
Huruf yang digunakan : Times New Roman
Ukuran huruf : 12
Spasi : 1,5
Tebal naskah antara 150 250 halaman atau minimal 40.000 kata

Akan tetapi, ada juga beberapa penerbit yang mensyaratkan hal sedikit berbeda.
Misalnya saja huruf atau spasinya. Nah, Anda harus memperhatikan hal ini dengan baik agar
tidak melanggar ketentuan yang diinginkan oleh penerbit. Memang, biasanya penerbit tidak
terlalu kaku dalam menerapkan aturannya. Namun akan lebih baik jika Anda mengikuti
persyaratan tersebut.

Gambar 25. Huruf Times New Roman paling sering digunakan dalam penulisan
naskah.
Sumber : macbasics.files.wordpress.com

Page 80 of 118
Mengapa hal ini dirasa perlu? Sederhana saja, itu menandakan Anda menghargai
penerbit dan tahu betul keinginan dari penerbit yang dituju. Coba kita analogikan dalam
keseharian! Jika Anda ingin menarik hati seseorang, tentu Anda akan berusaha sekuat tenaga
untuk melakukan hal-hal yang disenanginya, bukan? Anda mustahil menabrak rambu-rambu
yang telah ditetapkan. Memang, ini tidak menjadi jaminan kalau naskah Anda akan lolos
dengan mudah. Ada banyak faktor yang mempengaruhi.
Di luar aturan teknis yang hendaknya dipatuhi, usahakan juga untuk mengirim naskah
dalam kondisi bersih dan rapi. Cetaklah naskah Anda di atas kertas putih, tanpa noda ataupun
tip-ex. Karena alat penghapus seperti itu akan membuat naskah menjadi kotor. Lagipula,
zaman sudah demikian maju, bukan? Tip-ex masih bisa ditolerir jika Anda menggunakan
mesin tik.
Selain itu, jilid dengan rapi naskah Anda, tunjukkan kalau Anda peduli pada buah
karya ini. jangan mengirimkan naskah dalam keadaan berantakan dan kotor. Editor pasti tidak
berminat membaca naskah Anda. Setelah itu, masukkan naskah yang sudah rapi ke dalam
amplop. Seorang editor pernah memberi bocoran tentang naskah yang akan menarik
perhatiannya pertama kali. Yaitu, naskah-naskah dengan pembungkus yang khusus. Misalnya
saja menggunakan kertas kado yang berwarna-warni. Atau kotak khusus yang cantik.
Semakin unik dan istimewa bentuknya, semakin penasaran pula sang editor untuk membaca
naskah yang berada di dalamnya.
Saat ini sudah banyak pula penerbit yang menerima naskah via e-mail. Hal ini tentu
saja memudahkan penulis, sehingga tidak perlu menge-print naskah. Ini penghematan yang
cukup lumayan, loh! Anda tidak perlu merogoh kocek untuk membeli kertas atau membayar
biaya pengiriman lewat jasa titipan kilat.
Oh ya, jangan lupakan beberapa kelengkapan yang harus kamu sertakan ketika akan
mengirim naskah tersebut. Yaitu :
Data diri penulis
Kelebihan naskah
Sinopsis
Banyak penulis yang terjebak membuat sinopsis seperti yang ada di kaver belakang
novel. Jadi, sinopsis tidak menjelaskan tuntas mengenai akhir cerita novel yang ditawarkan.
Yang sering terjadi, malah diberi kalimat tanya di bagian akhir. Seperti : bagaimanakah akhir
kisah cinta segi banyak ini? atau akankah mereka menemukan akhir yang bahagia dan
melegakan?, dan lain-lain.

Page 81 of 118
Tolong, jangan lakukan itu!
Anda harus bisa membedakan sinopsis untuk editor dan sinopsis di bagian belakang
novel. Untuk editor, Anda harus memberi gambaran yang jelas tentang naskah yang Anda
kirimkan ini. Tidak perlu memberi teka-teki yang (kemungkinan besar) akan gagal membuat
editor merasa penasaran. Lain halnya dengan sinopsis di sampul belakang atau dikenal juga
dengan istilah blurb. Satu hal yang tidak boleh dilupakan, jangan terlalu panjang saat
membuat sinopsis. Maksimal dua halaman sudah cukup untuk menggambarkan jalan cerita
novel Anda.
Saya pernah ditanya bagaimana caranya membuat kelebihan naskah. Tidak usah
berpanjang-panjang dalam mengumbar keistimewaan naskah kita. Cukup tekankan pada
poin-poin penting yang menjadi kelebihan sekaligus membedakan naskah kita dengan naskah
sejenis di pasaran. Tidak usah malu-malu, percaya diri saja. Kadangkala kita perlu narsis
untuk hal-hal seperti ini. Setuju?

C.Menunggu dan Tetap Menulis


Apa yang sebaiknya Anda lakukan setelah naskah terkirim dengan sempurna?
Mulailah menulis lagi! Itulah sebabnya sangat penting bagi seorang penulis untuk selalu
mencatat ide apapun yang ada di dalam benaknya. Sehingga ide tersebut tidak melayang
dengan sia-sia.
Dulu, saya mengabaikan saran seperti ini. Akibatnya bisa ditebak, kan? Banyak sekali
ide keren yang beterbangan dan melayang tanpa ampun. Bukankah itu sangat disayangkan?
Ide itu adalah barang mahal yang tidak bisa dibeli dengan apapun. Ide kadang tidak mengenal
tempat, datang menghampiri begitu saja tanpa diduga. Anda harus sigap untuk
menangkapnya dan memenjarakannya dalam (minimal) sebuah catatan. Jika sudah
memungkinkan, silakan olah ide tersebut dengan gemilang sehingga menghasilkan cerita
yang menawan.
Jadi, sembari menunggu hasil dari naskah yang sudah dikirim itu, teruslah menulis
cerita baru. Jangan hanya berdiam diri tanpa melakukan apa-apa. Karena sebuah naskah itu
baru akan mendapat kabar setelah melalui serangkaian seleksi oleh penerbit. Rata-rata
memakan waktu minimal 3 bulan. Namun memang ada juga yang sudah diberi kabar dalam
waktu singkat.
Katakanlah sebuah novel baru mendapat kabar setelah 3 bulan. Selama itu pula
(seharusnya) Anda sudah mampu menyelesaikan paling tidak sebuah novel, bukan? Jadi,

Page 82 of 118
jangan hanya menunggu kabar dari naskah yang sudah Anda kirimkan dengan mengecek e-
mail setiap hari. Bersabarlah, karena itu adalah salah satu syarat utama jika ingin menjadi
seorang penulis.
Banyak penulis-penulis muda yang mengeluhkan lamanya waktu menunggu ini. Baru
sebulan saja sudah membuat mereka tidak sabar dan (tidak sedikit) yang bersungut-sungut di
jejaring sosial. Padahal, itu tidak perlu dilakukan. Ketimbang menghitung detik demi detik,
lebih baik terus menyibukkan diri dengan tulisan baru, bukan? Sehingga Anda terdorong
untuk terus produktif.

Gambar 26. Teruslah menulis dan menuangkan ide selama menunggu kabar
naskah yang sudah dikirim.
Sumber : dmorales809.files.wordpress.com

Satu hal yang harus Anda yakini, kerja keras itu akan membuahkan hasil suatu ketika
nanti. Dan menikmati sukses yang penuh liku itu jauh lebih nikmat rasanya ketimbang
kesuksesan instan. Perjalanan panjang dan penantian itu akan mematangkan Anda sebagai
seorang penulis dan juga manusia. Tuhan akan menghadiahi Anda keajaiban tak terhingga
jika tidak pernah lelah untuk bekerja keras. Sekali lagi, keajaiban itu bisa kita ciptakan
sendiri. Tuhan selalu menyukai orang-orang yang giat berusaha. Sehingga Dia tidak
keberatan menghadiahi Anda berlimpah kejutan yang tidak terbayangkan sebelumnya.
Kuncinya : kerja keras dan doa. Percayai itu dan kerjakan dengan sepenuh hati. Anda akan
terkejut dengan hasilnya.

D. Saat yang Tepat untuk Menanyakan Kabar


Naskah
Setelah naskah terkirim, kita berhak bertanya pada penerbit tentang kepastian nasib
buah imajinasi ini. namun, kita tetap harus mempertimbangkan waktu yang tepat untuk mulai
menelepon redaksi dan mencereweti mereka. Jangan sampai baru saja mengirim naskah

Page 83 of 118
seminggu yang lalu, Anda sudah mulai menghubungi redaksi. Berilah jeda waktu yang masuk
akal.
Anda tentu maklum kalau naskah Anda tidak sendiri. Ada puluhan, ratusan, atau
bahkan ribuan naskah yang harus dibaca oleh editor. Semakin besar penerbit, tentu semakin
banyak pula jumlah naskah yang antri. Jadi, penulis harus bisa bersabar dan menahan diri.
Jangan buru-buru mempertanyakan nasib naskah Anda. Tunggu hingga waktu minimal
penilaian yang biasanya dijelaskan oleh penerbit di situsnya. Misal penerbit A meminta waktu
paling tidak selama 4 bulan untuk menilai naskah, bersabarlah hingga saat itu tiba. Setelah 4
bulan terlewati, silakan menelepon redaksi untuk mencari tahu. Jika belum ada keputusan,
berlapang dadalah!
Sebulan kemudian, Anda bisa mengulangi hal tersebut: menanyakan nasib naskah
Anda. Jadi, jangan bertanya tiap satu minggu, ya? Bisa-bisa Anda kena semprot redaksi yang
merasa terganggu karena Anda terus mencecar mereka dengan pertanyaan yang sama.
Sebulan sekali cukup untuk bertanya kabar.
Nah, masih berhubungan dengan subbab sebelumnya, di sinilah pentingnya Anda
tetap menulis. Banyak sekali manfaatnya. Yang jelas Anda menjadi produktif karena
menghasilkan naskah baru dan tidak membuang waktu begitu saja. Selain itu, menjadikan
masa menunggu keputusan akan naskah itu berlalu tanpa terasa. Karena Anda disibukkan
oleh naskah baru yang menuntut perhatian besar.
Sekali lagi saya ingatkan, menunggu kabar tentang naskah itu membutuhkan
kesabaran. Karena kita tidak tahu pasti kapan naskah tersayang akan mendapat jawaban atau
kepastian.
Oh ya, ada banyak penulis yang mempertanyakan pantas tidaknya mengirim naskah
yang sama kepada beberapa penerbit sekaligus. Pendapat untuk pertanyaan di atas pun
terbelah.
Ada yang berpendapat kalau hal itu sangat tidak etis. Mengapa tidak menunggu
naskah mendapat keputusan terlebih dahulu? Sehingga tidak menimbulkan kekecewaan salah
satu pihak nantinya. Alasan yang masuk akal, bukan? Karena memang pernah salah satu
penerbit mengeluhkan hal ini. Ketika mereka menyetujui suatu naskah, ternyata si penulis
malah menolak. Alasannya, sudah ada penerbit raksasa yang lebih dulu memberikan lampu
hijau.
Sebaliknya, ada penulis yang berpendapat kalau mengirimkan sebuah naskah kepada
beberapa penerbit sekaligus justru memberi kesempatan yang lebih besar. Hanya saja, penulis
harus mengirimkan pemberitahuan penarikan naskah jika sudah ada penerbit yang

Page 84 of 118
menyatakan ketertarikannya. Sehingga penerbit lain tidak kecewa dan mengulangi contoh di
atas tadi.
Saya pribadi lebih menyetujui cara pertama, mengirimkan naskah hanya pada satu
penerbit. Ini adalah salah satu upaya untuk menjaga kredibilitas Anda sebagai seorang
penulis. Meski tampaknya sepele, hal-hal seperti ini sangat penting, loh! Anda tentu tidak
mau ada noktah hitam yang akan membayangi karier Anda di dunia kepenulisan, kan? Itulah
sebabnya sejak awal Anda harus bisa menjaga diri dengan hanya melakukan hal-hal yang
sesuai etika.
Ini
Saya pernah bertemu seorang penulis yang kurang
adalah
mengindahkan etika. Dia kerap mengumbar kelemahan penulis cara kita
lain di akun jejaring sosial. Bahkan secara terang-terangan
menjelek-jelekkan agensi naskah yang sudah membantunya.
Pada akhirnya semua ulahnya itu menjadi bumerang bagi diri
sendiri.
menghormati diri sendiri. Sebagai manusia, kita harus melakukan hal itu sebagai bentuk rasa
syukur atas karunia Tuhan. Sebagai penulis, kehormatan dan nama baik adalah masalah yang
sangat krusial demi kelanggengan karier ke depannya. Nama baik tidak melulu berhubungan
dengan masalah pengiriman naskah ini. Namun juga pada banyak aspek lain yang mungkin
tampaknya tidak bertalian erat.

Saya pernah bertemu seorang penulis yang kurang mengindahkan etika. Dia kerap
mengumbar kelemahan penulis lain di akun jejaring sosial. Bahkan secara terang-terangan

Page 85 of 118
menjelek-jelekkan agensi naskah yang sudah membantunya. Pada akhirnya semua ulahnya
itu menjadi bumerang bagi diri sendiri.
Mengapa bisa demikian? Langkahnya untuk mengikuti sebuah pelatihan gratis dari
salah satu penerbit top di ibukota terganjal. Pihak penerbit ternyata selama ini
memperhatikan polah para penulis. Dan mereka enggan menjalin kerja sama dengan
penulis yang rajin berkicau di jejaring sosial. Bukankah hal seperti ini adalah sesuatu yang
sangat disayangkan?

Gambar 27. Junjung tinggi etika dan sopan santun meski itu di jejaring sosial.
Jangan sampai langkah Anda terganjal karenanya.
Sumber : img.humorsharing.com

Kembali ke topik semula, menanyakan kabar naskah adalah hak Anda. Namun
lakukan dengan sopan dan hati-hati. Pastikan ada selang waktu yang cukup (paling tidak
selama sebulan) sebelum Anda mengajukan pertanyaan serupa. Jangan selalu ingin
mengetahui segalanya dengan cepat. Anda harus bersabar karena sedang berada di dalam
antrean yang sangat mungkin- panjang sekali.

E. Ditolak atau Diterima?


Apa yang Anda lakukan ketika tiba-tiba mendapat sebuah telepon dari penerbit yang
menyatakan kalau naskah Anda siap diterbitkan? Pasti rasa senangnya tidak terkira, bukan?
Saya pun mengalami hal yang sama, bahkan sampai kehilangan kata-kata. Kegembiraan itu
sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Semua perjuangan saat menuliskan naskah pun
terbayar lunas.
Sampai detik ini pun saya masih sering bertingkah norak tiap kali melihat buku-buku
saya terpajang dengan manisnya di toko buku. Ada kepuasan yang tidak terkatakan untuk
menggambarkan seluruh perasaan yang berkecamuk. Berbagai perasaan pun bergumul jadi

Page 86 of 118
satu. Mulai dari rasa takjub, tak percaya, kegembiraan yang melimpah ruah, bahkan perasaan
sedang bermimpi.
Saat naskah Anda siap diterbitkan, umumnya penerbit menghubungi langsung lewat
telepon. Namun ada juga penerbit yang memilih berkirim kabar via e-mail atau inbox di akun
jejaring sosial.
Apa pun pilihannya, kabar mengenai penerimaan naskah lebih dari sekadar kabar
gembira belaka. Ini juga menjadi semacam pengakuan yang menentramkan hati penulisnya,
bahwa karyanya mendapat apresiasi dari dunia luar. Dan bahwa kemampuan menulisnya
cukup memadai.
Namun, tidak selamanya naskah Anda akan berbuah manis. Ada saatnya naskah yang
kita anggap sudah cukup sempurna itu tidak bisa juga memenangkan hati editor. Sehingga
akhirnya kita pun hanya menerima berita penolakan yang mematahkan hati. Lalu, bagaimana
kita harus menyikapinya?
Apakah Anda marah? Itu adalah sesuatu yang sangat wajar. Kemarahan Anda tidak
bisa dihadang, entah itu marah kepada editor atau diri Anda sendiri. Begitu juga setumpuk
rasa kecewa yang bergelayut di setiap sudut hati Anda. Itu semua adalah reaksi yang teramat
sangat manusiawi. Manusia adalah makhluk yang lemah jika sudah melibatkan hati dan
perasaan terdalamnya.
Namun semua perasaan negatif itu tidak perlu dipupuk berlama-lama. Cukup sebentar
saja. Ketika mereka memenuhi hati Anda, biarkan saja dengan ikhlas. Biarkan diri Anda
menikmati rasa sakit dan menyesap dalam-dalam makna kepahitan dari sebuah kegagalan.
Lalu buang semuanya ke dalam tong sampah dan mulailah melangkahkan kaki yang baru
untuk mengawalinya.
Saya selalu percaya bahwa tiap naskah itu ada jodohnya masing-masing. Jadi, bukan
perkara mudah untuk mewujudkannya. Kadangkala penulis dapat merasakannya dengan cara
yang tidak masuk akal.
Dulu, saya selalu nyaris histeris tiap kali teringat semua jerih payah dan naskah
jagoan saya malah ditolak. Sungguh, itu masa-masa yang sangat berat karena ada harga diri
yang runtuh hingga bertiarap. Kecewa luar biasa hingga memakan waktu berminggu-minggu
untuk kembali kepada perasaan yang normal. Intinya, hidup menjadi kacau balau karena
penolakan naskah.
Sekarang?
Sedih dan kecewa masih tetap ada. Namun saya berusaha meminimalkannya sehingga
tidak lagi mempengaruhi kehidupan pribadi saya. Saya biasanya terpaku beberapa saat

Page 87 of 118
sebelum mulai mengambil keputusan. Di depan ada pilihan yang cukup beragam. Saya
biasanya akan mengirim naskah yang ditolak itu kepada penerbit lain. Jika memang
memungkinkan, saya akan melakukan revisi.

Gambar 28. Novel A Time To Kill ditolak berkali-kali. Ketika difilmkan, film ini
meraih pendapatan lebih dari 150 juta dolar.
Sumber : images.sodahead.com

Jadi, ketika naskah Anda mendapat penolakan, itu bukanlah akhir dari segalanya.
Naskah Anda hanya belum menemukan takdirnya saja. The Princess Diaries-nya Meg Cabot
ditolak oleh lebih dari 15 penerbit! Begitu juga A Time to Kill milik John Grisham. Siapa
sangka akhirnya kedua judul di atas malah diangkat ke layar lebar dan menjadi film-film
berpenghasilan besar. Anne Hathaway dan Matthew McConaughey berhutang popularitas
pada film di atas.
Ketika ada satu pintu penerbit yang tertutup, masih ada pintu lain yang terbuka. Tugas
Andalah untuk menemukan pintu yang tepat, sehingga bisa mengantar naskah tercinta
menjadi novel yang akan dibaca oleh dunia.
Jangan pernah menyerah, apalagi putus asa. Ketika naskah belum menemukan
jodohnya, itu hanya masalah waktu saja.

Page 88 of 118
Bab Enam
Ketika Novel (Akhirnya) Diterbitkan

Page 89 of 118
Setiap penulis pasti bermimpi suatu saat novelnya akan diterbitkan oleh penerbit
nasional. Kemudian novel tersebut bisa ditemukan di setiap toko buku yang tersebar di setiap
pelosok nusantara.
Namun mewujudkan mimpi itu lain perkara. Bukan berarti mustahil, akan tetapi
jalannya berbeda-beda untuk tiap penulis. Ada yang dengan gampangnya meloloskan novel
perdananya dan menjadi best-seller sehingga harus dicetak ulang berkali-kali. Ada pula yang
mesti berulang kali mencoba baru menemukan pintu sukses. Begitulah yang namanya
dinamika hidup.
Jika orang lain dengan mudah menerbitkan karyanya, tidak usah merasa cemas atau
iri. Justru hal seperti itu harus dijadikan pemicu supaya menambah energi Anda agar tidak
kehabisan gairah menulis. Percaya saja, jalan tiap orang tidak pernah sama. Andai jalan Anda
tergolong penuh onak dan rintangan, pastikan semuanya tidak sia-sia belaka. Jadikan proses
panjang ini sebagai bagian dari pendewasaan diri dan buah karya Anda. Penolakan tidak akan
membuat Anda berhenti menulis, kan? Karena banyak penulis hebat di luar sana yang hari ini
bisa kita baca karyanya karena kegigihan mereka. Andai mereka berputus asa di percobaan
pertama atau kedua, pastilah kita tidak akan pernah mengenal J.K. Rowling, John Grisham,
atau Stephen King.
Apabila akhirnya novel Anda akan diterbitkan, bagaimana menyikapinya? Orang
menumpahkan kegembiraannya dengan cara yang berbeda-beda. Semuanya sah-sah saja.
Karena berita luar biasa itu tidak datang setiap hari, bukan? Namun bukan berarti persetujuan
naskah yang akan dicetak oleh suatu penerbit menjadi akhir dari segalanya. Artinya, Anda
masih terlibat, kok. Ada beberapa hal yang akan Anda hadapi, terima, dan (sebaiknya)
dilakukan meski tidak ada kewajiban. Yuk, kita intip beberapa di antaranya.

A.Jangan LupaPromosi
Meski dapat dikatakan tidak wajib, banyak penulis yang memilih untuk melakukan
promosi untuk buah karyanya. Ini adalah langkah yang memang sudah seharusnya diambil.
Karena pada akhirnya promosi berdampak besar pada angka penjualan novel. Meski tidak
selalu terjadi demikian. Karena pada kenyataannya ada novel yang laris meski tanpa promosi
jor-joran. Demikian sebaliknya.

Page 90 of 118
Maraknya akun jejaring sosial dimanfaatkan oleh banyak penulis untuk
mempromosikan karya-karyanya. Ada yang menggelar lomba membuat resensi novel atau
membuat sinopsis. Ada yang gencar memuat cuplikan dialog atau narasi di wall-nya yang
-tentu saja- berasal dari novel terbaru. Tidak sedikit pula pengarang yang memiliki situs
pribadi yang secara khusus mempromosikan karya-karyanya. Atau mengadakan acara temu
pengarang. Pokoknya bermacam-macam.
Saya sendiri melakukan hal-hal yang standar. Seperti tidak berhenti meng-update
status yang berkaitan dengan novel terbaru. Meng-upload gambar cover berikut petikan
narasi yang dirasa oke. Berpromosi di radio dan memasang iklan di sana. Seperti itulah kira-
kira. Mungkin hal terbesar yang saya lakukan seputar promo adalah memasang stiker ukuran
jumbo di kaca belakang mobil. Untuk kepentingan ini, memang membutuhkan bantuan
tenaga profesional yaitu pembuat stiker yang bagus. Karena kalau kualitas stikernya tidak
mumpuni, sangat disayangkan. Khusus untuk yang terakhir ini, saya memang harus merogoh
kocek untuk menutup biayanya.

Gambar 29. Inilah stiker besar bergambar kaver novel yang ditempelkan di kaca
belakang mobil.
Sumber : dok. pri

Namun rasanya setimpal dengan kepuasan yang didapat. Mobil melaju ke sana-kemari
dengan tampilan stiker mencolok di belakangnya. Dan (menurut saya) hal ini adalah salah
satu bentuk promosi yang menarik.
Apa pun bentuknya, promosi memang sebaiknya dilakukan oleh penulis. Karena pada
akhirnya akan memberi imbas kepada diri Anda sendiri. Lakukan cara-cara promosi yang
paling memungkinkan dan juga nyaman. Karena ada penulis yang enggan untuk tampil di
depan umum, misalnya. Sehingga acara bertema jumpa pengarang atau on air di radio agak
kurang mengasyikkan baginya.

B.Pertahankan Eksistensi

Page 91 of 118
Secara umum, tiap penulis bermimpi memiliki karier yang panjang dan gemilang.
Sebenarnya hal ini tidak hanya berlaku di dunia tulis-menulis saja, melainkan di segala
lapangan pekerjaan, terutama yang menjanjikan. Nah, bagaimana cara penulis
mempertahankan eksistensinya? Jawabannya sederhana saja, kok! Tetaplah menulis selagi
masih sanggup.
Itulah yang harus Anda lakukan dalam hidup ini jika memang berkeinginan menjadi
seorang penulis. Jangan pernah berhenti menulis apa pun alasannya. Jika Anda terus menulis,
otomatis produktivitas akan tetap terjaga. Dan pada akhirnya akan membuat eksistensi Anda
bisa dipertahankan.
Katakanlah Anda bisa menyelesaikan satu buah novel dalam jangka waktu satu atau
dua bulan. Dalam setahun, Anda seharusnya mampu menghasilkan enam buah novel, bukan?
Dan jika Anda mengirimkan karya-karya tersebut ke berbagai penerbit, peluang untuk terbit
akan semakin besar. Sehingga akhirnya buah karya Anda pun bisa terbit secara teratur. Dan
itu sangat menyenangkan, loh!
Oh ya, izinkan saya membahas hal lain yang mungkin tidak berhubungan dekat
dengan masalah eksistensi ini. Begini, setelah novel-novel Anda dipasarkan secara meluas,
Anda akan mulai dibanjiri email atau permintaan pertemanan. Anda juga akan mendapat
pertanyaan yang beraneka. Mulai dari yang lucu hingga pertanyaan menjengkelkan. Mulai
dari pertanyaan yang tidak penting sampai hal-hal pribadi yang membuat Anda ingin menjerit
kesal.
Semua itu adalah konsekuensi dari profesi yang Anda pilih. Meski bukan selebriti
yang wira-wiri di depan televisi atau kolom gosip, profesi pengarang tetap dianggap memikat
dan seksi.
Sekadar berbagi saran, perlakukan penggemar Anda dengan baik. Jawab pertanyaan
mereka dengan sopan. Tidak perlu marah atau memaki ketika harus berhadapan dengan
pertanyaan yang tidak menyenangkan. Kecuali memang sudah sangat keterlaluan, abaikan
saja. Bagaimanapun juga, mereka adalah orang-orang yang telah menyempatkan diri
membaca tulisan Anda.
Ini memang kerepotan yang harus dihadapi. Seorang penulis top pernah
mengeluhkan hal tersebut. Bagaimana dia tidak henti dihujani beragam pertanyaan dari
para pembaca. Dan banyak di antaranya yang tidak berhubungan sama sekali dengan dunia
kepenulisan.
Saya juga yakin, akan ada saatnya Anda merasakan gelombang rasa haru ketika
membaca pesan dari pembaca. Karena tulisan yang kita buat banyak memberi dampak buat

Page 92 of 118
para pembaca di luar sana. Ada yang terpukau hingga menyatakan kekagumannya. Atau
bagaimana tulisan Anda telah membuatnya ingin menjadi orang yang lebih baik, misalnya.
Banyak penulis yang mengalami momen magis saat membaca curahan hati para pembacanya.
Sungguh luar biasa rasanya tatkala tahu bahwa buah pena Anda telah mempengaruhi perasaan
seseorang.
Kembali ke masalah eksistensi, usahakan untuk terus menulis. Jangan berhenti ketika
karya yang dipublikasikan baru lima buah. Jadikan penulis sebagai pekerjaan yang mengikat
Anda pada saat-saat tertentu. Anda kan tidak harus duduk di depan laptop selama berjam-jam.
Anda bisa menyambinya dengan tetap bekerja kantoran atau malah mengurus rumah dan
anak-anak.
Jadi, tidak ada alasan untuk mengajukan seribu dalih demi membenarkan tindakan
Anda yang malas menulis. Ada banyak penulis yang cuma berkonsentrasi di depan laptop
sekitar satu atau dua jam. Intinya, Anda harus cerdas dalam mengatur waktu sehingga tidak
ada yang terabaikan.

C.Royalti
Secara umum, penerbit menawarkan besar royalti sejumlah 10%. Namun beda
penerbit bisa saja terjadi perbedaan angka ini. Masing-masing disesuaikan dengan kebijakan
penerbit. Jumlah itu nantinya harus dipotong pajak dengan besaran yang berbeda. Jika Anda
memiliki NPWP, potongan pajak sejumlah 15% dari total royalti yang Anda terima. Jika tidak
punya NPWP? Hmmm, jumlahnya mencapai dua kali lipat. Lumayan besar, kan? Royalti
biasanya dibayarkan setiap satu semester atau per tahun. Kembali lagi, beda penerbit beda
kebijakan.

Sekadar contoh: untuk satu semester novel yang terjual adalah 1.000 eksemplar.
Harga jual novel sebesar Rp40.000,00. Jika penulis mendapat royalti sebesar 10%, maka
royalti yang diterimanya adalah :
1.000 x Rp.40.000 x 10% = Rp4.000.000,00
Jumlah di atas masih harus dipotong pajak lagi. Jika Anda memiliki NPWP maka
royalti yang diterima adalah :
Royalti Rp4.000.000,00
PPh pasal 23 : Rp4.000.000,00 x 15% Rp 600.000,00
Royalti bersih Rp3.400.000,00

Page 93 of 118
Apabila Anda tidak memiliki NPWP, pajak yang dikenakan sebesar 30%. Jadi, tinggal
menggandakan besar PPh di atas.

Gambar 30. Seorang penulis sebaiknya memiliki NPWP untuk menghindari


pemotongan pajak yang terlalu besar.
Sumber : dok. pri

Penerbit juga punya standar berbeda ketika mencetak novel. Ada yang mencetak
3.000 eksemplar, 5.000 eksemplar, atau 8.000 eksemplar. Semakin tenar seorang penulis tentu
semakin besar pula angkanya. Tentu dengan mempertimbangkan pembaca setia dan nama
besar sang pengarang.
Ada penerbit yang memberikan uang muka kepada penulis, ada pula yang tidak.
Untuk penerbit-penerbit top, mereka sudah melakukan kebijakan ini. Buat saya peribadi, ini
menjadi semacam bentuk penghargaan untuk penulis.
Perhitungan besar uang muka berbeda-beda. Ada yang menetapkan jumlah tertentu,
misalnya sebesar Rp1.500.000,00. Ada pula yang memberikan dimuka 25% dari royalti
dengan perhitungan seperti di atas.
Sebenarnya tidak semua novel itu memberikan sistem royalti kepada penulisnya.
Karena adakalanya penulis dan penerbit mencapai kesepakatan tersendiri dan memilih untuk
melakukan jual putus.
Anda tentu sudah tahu perbedaan keduanya. Namun ada baiknya saya berikan sedikit
bayangan tentang hal ini. Jika Anda memilih sistem royalti, maka ada periode tertentu yang
harus dilewati sebelum royalti dibayar. Entah itu setiap tiga bulan, enam bulan, atau satu
tahun sekali.
Jika naskah Anda laris manis dan dicetak ulang, maka pendapatan bisa membengkak.
Karena semakin banyak buku yang laku terjual, semakin besar pula royalti yang Anda terima.
Selain itu, penulis novel laris berkesempatan mendapat tambahan royalti, loh! Wah,
menggiurkan, ya?

Page 94 of 118
Namun, hal yang sebaliknya akan terjadi jika novel Anda kurang laku di pasaran.
Pendapatan minim sebanding jumlah buku yang terjual dan harus menunggu hingga masa
pembayaran royalti tiba.
Lalu bagaimana jika Anda memilih jual putus? Penulis hanya menerima pembayaran
satu kali saja, ketika sudah tercapai kesepakatan. Jadi, tidak perlu menunggu periode tertentu
untuk mendapat transferan dari penerbit. Apakah novel Anda hanya laku 25 eksemplar atau
cetak ulang berkali-kali, tidak ada pengaruhnya lagi. Jumlah uang yang Anda terima tidak
berubah sama sekali.
Banyak yang bertanya-tanya, lebih enak memilih sistem yang mana? Royalti atau jual
putus? Nah, kalau masalah pilihan kembali lagi kepada pribadinya masing-masing. Karena
apa pun pilihan Anda, ada risiko yang harus ditanggung. Selalu ada keuntungan dan kerugian
yang menyertainya. Keuntungan sistem A justru menjadi kerugian di sistem B. Begitu pula
sebaliknya.
Pilihan ada di tangan Anda. Mana yang kira-kira paling membuat nyaman? Tentu ada
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan Anda kelak. Apa pun itu, semoga yang terbaik
untuk Anda.
Oh ya, untuk naskah dengan sistem royalti biasanya mendapat bukti terbit sebanyak
10 eksemplar. Ketika novel dicetak ulang, biasanya mendapat bukti cetak lagi meski tidak
sebanyak yang pertama. Sementara jika Anda memilih sistem jual putus, tidak selalu
mendapat bukti terbit. Masalah ini kembali terpulang pada kebijakan yang ditetapkan oleh
penerbit.

Page 95 of 118
Bab Tujuh
Yang Tidak Boleh Dilupakan Saat
Menulis Fiksi

Page 96 of 118
Dunia fiksi adalah dunia khayal, tempat para penulisnya mengembangkan imajinasi
dengan bebas dan indah. Fiksi memungkinkan Anda menulis tentang tokoh rekaan yang
selama ini hanya terperangkap di dalam benak belaka. Tidak ada yang melarang apa pun yang
ingin Anda lakukan pada tokoh-tokoh yang bermain di dalam cerita rekaan itu. Anda punya
kebebasan penuh.
Menulis fiksi berarti menjelajah ke dunia tanpa batas. Akan tetapi, untuk menjadi
menonjol berarti Anda tidak boleh melakukan hal dalam keseragaman. Analoginya begini,
apakah mudah bagi Anda menemukan seseorang yang dikenal baik jika berada dalam lautan
manusia berpakaian sama? Tentu saja tidak, bukan? Butuh usaha ekstra keras untuk
menemukan orang tersebut. Lain halnya jika orang yang Anda cari memakai pakaian yang
berbeda warna atau corak dibanding lautan kemeja putih. Jauh lebih mudah bagi Anda untuk
menemukannya.

Gambar 31. Jika ingin menonjol, seseorang harus berani maju dengan
penampilan berbeda.
Sumber : 3.bp.blogspot.com

Tak hanya tampil beda, Anda juga tidak boleh terlalu larut dalam dunia khayal dan
mengabaikan fakta-fakta di sekitar. Jadi, kebebasan yang dipunyai seorang penulis pun harus
tetap patuh pada aturan-aturan tertentu. Tak hanya itu, penulis pun kerap berhadapan dengan
kebuntuan saat menulis atau gairah yang naik dan turun tanpa terkendali. Bab ini khusus
ditulis untuk mengingatkan Anda apa saja hal-hal yang tidak boleh diabaikan dan harus
dihadapi oleh seorang perangkai kata.

Page 97 of 118
A.Hidup Kadang Lebih Aneh dari Sinetron
Sinetron adalah tontonan yang ratingnya paling tinggi beberapa tahun belakangan ini.
Jika kebetulan Anda seorang penikmat sinetron dari masa ke masa, cobalah bandingkan
sinetron zaman sekarang dengan hasil produksi tahun 1990-an. Sekadar menyebut judul :
Bella Vista, Abad 21, Karmila, atau Badai Pasti Berlalu. Kisah yang diangkat mungkin tidak
berbeda jauh. Akan tetapi bagaimana cerita itu dieksekusi, sungguh berbeda. Sinetron masa
kini kerap kedodoran di bagian pertengahan. Mungkin karena industri mengharuskan sistem
kejar tayang.
Cerita tentang anak yang tertukar atau rebutan kekasih hingga membuat hati manusia
menghitam oleh dendam adalah kisah yang banyak kita saksikan. Sinetron yang satu dengan
yang lain memiliki banyak kemiripan, bukan?
Faktor cerita yang dituding berlebihan kerap menjadi alasan munculnya protes dari
masyarakat. Masalahnya, sinetron tetap saja diminati dan terus diproduksi. Kita mungkin
kadang kerap menertawakan kisah-kisah di sinetron. Namun terkadang hidup ini justru jauh
lebih aneh dari sinetron. Coba saja Anda amati berita-berita di televisi. Pasti akan terkejut
dengan beragam polah manusia, kan?
Jadi, apa poinnya di sini? Silakan Anda membuat cerita yang penuh kejutan dan
liukan yang mengejutkan pembaca. Silakan menciptakan kisah yang lebih aneh dari sinetron
sekalipun. Namun Anda harus berpegang pada satu hal : semua cerita harus memiliki sebab
atau pemicu yang masuk akal. Sehingga pembaca tidak merasakan kejanggalan atau
keanehan sama sekali.
Jadi, latar belakang atau alasan itu sangat penting. Jangan sampai pembaca tidak bisa
mencernanya dengan baik dan malah tiba pada satu kesimpulan: terlalu mengada-ada.
Kadang hal ini yang luput dari perhatian penulis. Terlalu asyik berimajinasi, cerita menjadi
melenceng dan tidak masuk akal. Penulis harus tetap menjaga agar alur tetap dalam lingkaran
logika.
Penulis memang harus kreatif, itu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi. Namun
tidak boleh melenceng dari akal sehat. Jangan sampai ada satu bagian pun yang asing dan
berbeda. Apabila diibaratkan sebagai kepingan-kepingan puzzle, maka tiap keping harus
memiliki kecocokan yang absolut. Sehingga pada akhirnya akan mampu membentuk gambar
yang tepat.
Jadi, berpeganglah selalu pada hukum sebab dan akibat. Sehingga apa yang Anda tulis
terjaga kelogisannya. Jika Anda menulis tentang anak kelas V SD yang sudah piawai

Page 98 of 118
mengebut dengan sepeda motornya, orang tidak akan bertanya-tanya. Karena pada dasarnya
memang kita banyak menyaksikan hal seperti itu. Menyaksikan remaja tanggung
mengendarai motor bukanlah hal aneh.
Akan tetapi, tatkala Anda menulis seorang buta huruf mampu mengoperasikan laptop
dan berinternet dengan lancar, nanti dulu! Karena itu bukanlah hal yang bisa diterima oleh
logika, bukan? Bagaimana mungkin orang yang tidak mengenal aksara bisa berselancar di
dunia maya?
Kalaupun terjadi sesuatu yang sangat drastis atau dramatis, jangan lupakan proses.
Karena semuanya melalui tahapan demi tahapan yang terus berkembang. Tidak ada yang
tiba-tiba.
Misalnya saja penyakit kanker yang diderita seseorang. Tidak ada sejarahnya kanker
itu tiba-tiba timbul begitu saja tanpa alasan dan langsung mengancam nyawa penderitanya.
Pasti ada tahapan awal yang menjadi asal mula kanker itu tumbuh hingga kemudian
berkembang tanpa henti.
Begitu juga cerita. Tanamkan hal itu dalam benak kita, sehingga mampu
menghasilkan kisah yang logis. Unik atau aneh tidak masalah, kok! Tetap halal selama
mampu diterima oleh akal sehat.

B.Keunikan adalah Amunisi Terbaik


Jika membaca novel teenlit yang banyak beredar atau cerpen-cerpen remaja, hal apa
yang sering menjadi kesamaan? Tokoh utamanya. Kebanyakan tokoh utama cowok
digambarkan dengan detail yang nyaris seragam : jago basket, ketua OSIS, pintar, kalau tidak
playboy malah dingin sama cewek. Sementara tokoh utama ceweknya tidak jauh-jauh dari
sosok pemandu sorak yang glamor atau malah cewek kutu buku yang saling berebut
perhatian sang idola.
Hallooooo... apa tidak ada karakter lain yang cocok menjadi tokoh sentral? Seingat
saya, ketika SMA dulu cowok idola di sekolah saya ada beragam. Ada cowok pecinta alam
yang rada bengal tapi sangat keren. Ada kakak kelas yang meski suka menari tapi tidak
gemulai, atau cowok jerawatan yang disukai gadis-gadis karena belasan tahun silam sudah
bawa mobil mewah ke sekolah. Artinya, saya menemukan banyak sekali karakter unik yang
menjadi idola tanpa harus menjadi jago basket, jago matematika, atau ketua OSIS. Seingat
saya lagi, para ketua OSIS di sekolah saya memang berwibawa tapi tidak cukup menawan
untuk digilai gadis-gadis. Langganan juara umum malah punya berat badan yang sangat

Page 99 of 118
berlebih. Si jago basket justru selalu dijauhi makhluk hidup karena jarang mandi dan
menebarkan horornya bau keringat.
Jadi, perhatikan karakter-karakter di sekitar Anda. Ingat-ingat lagi masa lalu di
belakang. Pasti akan menemukan tokoh-tokoh menarik yang akan sangat keren jika
dituangkan ke dalam cerita.
Ketika memilihkan pasangan pun, carikan yang paling mungkin sesuai dengan
mereka. Andai si Tampan akhirnya berpasangan dengan si Biasa Saja, harus ada alasan yang
masuk akal sebagai sandaran.
Sekadar intermeso, cowok tampan biasanya akan mencari cewek yang cantik untuk
menjadi pasangannya. Sangat kecil kemungkinan dia akan jatuh hati setengah mati pada
cewek kaku dan canggung yang biasa-biasa saja. Tapi, bukan berarti tidak mungkin loh, ya!
Jika Anda ingin memasangkan mereka, harus ada alasan yang kuat sehingga pembaca tidak
merasa keberatan.
Kisah Cinderella memang membuat para cewek ketagihan, bermimpi menggantikan
kedudukan sang putri. Tapi, apa semua kisah fiksi harus seperti itu? Penulis bisa menciptakan
kisah yang lebih indah lagi.
Itulah sebabnya Anda harus berbeda. Jangan sampai terbawa arus dan menyajikan
kisah yang senada. Cinta boleh-boleh saja diangkat menjadi tema. Saya pun tidak kuasa
menulis di luar tema cinta (kecuali untuk buku anak). Namun sedapat mungkin jangan sampai
terjebak pada kisah-kisah klise. Tampil dengan ciri sendiri dan berbeda dari karya
kebanyakan, akan membuat Anda istimewa. Dan keunikan biasanya menarik bagi orang-
orang sekitar.
Intinya, dalam tiap naskah kita ada keunikan yang membuatnya berbeda dengan novel
sejenis. Mulai dari nama tokoh, seting, jalan cerita, sudut pandang, atau diksi. Unik bukan
berarti aneh, loh!

Gambar 32. Sidney Sheldon adalah contoh penulis yang memiliki keunikan.
Tulisannya tidak membosankan dan bertegangan tinggi.
Sumber : images.usatoday.com

Page 100 of 118


Di antara banyak penulis yang saya suka, Sidney Sheldon menempati tempat yang
istimewa. Buah karyanya sangat luar biasa karena jalan cerita yang bergerak cepat dengan
alur yang naik turun tanpa henti. Setiap kali membaca novel-novelnya (meskipun untuk
kesekian kali), saya selalu terlena dan enggan untuk berhenti meski hanya sebentar. Mr.
Sheldon mengajarkan bagaimana membuat cerita yang tidak gampang ditebak dan membuat
pembaca selalu terjaga karena di sana-sini selalu ada letupan kejutan yang sangat
mencengangkan.
Jika ingin mendapat referensi menulis yang sangat detail, Anda bisa mencoba
membaca Comanche Moon. Novel ini karya Catherine Anderson yang menunjukkan betapa
sang penulis melakukan riset yang sangat mendalam untuk menghasilkan novel ini. alurnya
memang cenderung lambat dan bagi sebagian orang mungkin akan membosankan. Namun
Catherine Anderson mampu meramu cerita yang mengharukan dengan indah dan sangat
hidup. Nah, detail yang luar biasa inilah yang (menurut saya) menjadi kekuatan terbesar
novel ini.
Kita sedang menapak langkah untuk menjadi penulis yang hebat. Dan memang itu
tidak mudah. Namun akan lebih baik jika sejak awal kita berusaha untuk menulis dengan
memiliki ciri khas atau keunikan tertentu. Cinta memang tidak pernah habis dibicarakan.
Entah ada berapa miliar versi cinta yang beredar di dunia ini. kita jangan sampai hanya
menjadi pengekor belaka. Menyuguhkan kisah cinta klise yang sudah ditulis oleh ratusan
pendahulu kita. Akan tetapi, sajikanlah kisah cinta dengan gaya yang berbeda. Begitu juga
dengan cerita lainnya.
Contoh lain nih, buku-buku untuk konsumsi anak-anak. Anda pasti setuju kalau
banyak sekali buku bertema peri yang beredar. Jika Anda tertarik terjun di dunia ini, apakah
akan menulis buku tentang peri juga? Mengapa tidak mencoba yang lain? Misalnya membuat
kumpulan dongeng sains?
Salah satu cara untuk mendapat perhatian dari pembaca adalah menyajikan tulisan
yang berbeda. Karena hal itu akan menjadi bekal yang sangat berharga bagi Anda, sekaligus
menjadi bagian dari identitas yang membedakan Anda dengan orang lain.

C.Referensi Tak Harus dari Bacaan


Saya sudah menyinggung sebelumnya bahwa kita bisa mencari ide atau referensi dari
mana saja. Tidak melulu dari buku atau bacaan. Film, misalnya. Saya pribadi lebih menikmati

Page 101 of 118


menonton film karena ada adegan demi adegan yang memperkaya imajinasi sebagai penulis.
Meskipun bacaan tidak bisa dilepaskan dari diri saya. Namun menonton film terasa sangat
memperkaya saya. Dan itu akan berpengaruh tatkala saya mulai menulis, menuangkan
adegan demi adegan di dalam kepala hingga menjadi tulisan yang sesuai dengan keinginan.
Mungkin banyak yang merasa aneh jika saya katakan bahwa saya nyaris tidak pernah
membaca buku yang filmnya saya tonton. Atau sebaliknya, tidak menonton film yang
bukunya sudah saya baca. Sekarang kan banyak sekali film-film yang diangkat dari novel-
novel terkenal. Saya cenderung memilih salah satunya. Jika belum membaca bukunya, saya
akan menonton filmnya. Namun jika sudah, maka tidak perlu datang dan antre ke bioskop.
Mengapa? Tentu saya punya alasan sendiri.
Saya pernah menonton film laris yang diangkat dari sebuah kisah nyata. Menurut
pemikiran saya yang sederhana, filmnya harusnya patuh pada bukunya. Karena berdasarkan
kisah nyata, kan? Ternyata oh ternyata, banyak sekali adegan yang harus memenuhi standar
hiburan dan dramatisasi. Sehingga salah satu tokoh yang dalam kehidupan nyata masih
segar bugar, malah dijadikan meninggal dunia.
Buat saya pribadi, ini menghancurkan imajinasi yang sudah terbangun tatkala
membaca bukunya. Dan memang kita sering mendengar kalau banyak orang yang merasa
kecewa tatkala menyaksikan novel favoritnya diangkat ke layar lebar. Ada adegan yang tidak
digarap dengan detail atau sengaja dilewatkan. Ada juga yang justru mendapat porsi lebih
besar. Begitulah.
Wah, maaf kalau agak melantur, ya?
Film selalu menarik untuk disaksikan. Karena mata dan telinga penonton
berkoordinasi untuk menikmati gerak dan suara. Dari film Anda bisa dapatkan referensi yang
luar biasa banyak.
Apakah Anda penyuka film-film berbau psikologi? Jika ya, ada banyak film bagus
yang bisa ditonton demi mendapatkan referensi bagus. Film kelas Oscar-nya Russel Crowe,
A Beautiful Mind. Atau Secret Window-nya Johnny Depp. Atau film Fight Club yang
dibintangi Edward Norton dan Brad Pitt. Judul-judul film di atas adalah beberapa di
antaranya. Masih ada banyak film-film sejenis.
A Beautiful Mind memberikan Oscar untuk Russel Crowe. Film yang diangkat dari
kisah nyata ini mengisahkan tentang perjalanan hidup John Nash, seorang matematikawan
penerima hadiah Nobel. Apa yang membuat film ini sangat istimewa? Karena ternyata Nash
menderita skizofrenia. Para pemerannya berakting dengan cemerlang, menjadikan film ini

Page 102 of 118


sangat menawan. Wajar saja jika kemudian Russel Crowe menuai pujian berlimpah sekaligus
beragam penghargaan.

Gambar 33. Pecinta film romantis bisa menjadikan The Lake House yang
mempertemukan lagi Keanu Reeves dan Sandra Bullock, sebagai referensi.
Sumber : www.itusozluk.com

Bagaimana dengan pecinta dan penulis novel roman? Wah, ada banyaaak sekali stok
film-film jenis ini. P.S. I Love You, The Lake House, Amelie, If Only, The Notebook, atau
Notting Hill. Dari film-film tadi kita bisa mendapatkan referensi nan melimpah dan sayang
untuk dilewatkan. Mau kisah cinta yang mengharu biru dengan ending bikin mata bengkak,
atau komedi romantis yang menggetarkan hati. Pokoknya, komplit. Ini bisa menjadi harta
karun, loh!
Jadi, tontonan menawan pun bisa dijadikan sumber ide yang tiada habisnya.
Bagaimana cinta bisa berpengaruh demikian besar bagi seorang manusia, bukankah itu
menakjubkan? Ide-ide dari film yang kita tonton bisa diolah sehingga menghasilkan novel
yang tak kalah menawan.
Jika membaca adalah wajib hukumnya, maka menonton film pun tak kalah penting.
Di luar itu Anda juga bisa mendapat referensi dari sekeliling. Tajamkanlah indera agar bisa
selalu menangkap apa yang terjadi di sekitar.

D. Membangun Cerita yang Proporsional


Saat menulis, ingatlah selalu untuk membentuk cerita yang proporsional. Jangan
terpancing untuk berlebihan dalam banyak hal karena hanya akan membuat pembaca menjadi
jatuh bosan.
Penulis berkewajiban mengembangkan cerita yang jelas dan seimbang. Sekali lagi,
kedepankan logika dan akal sehat. Ketika merasa kisah yang Anda tulis sudah melampaui
kepatutan, remlah diri Anda! Jangan sampai kebablasan hingga merusak naskah. Ramulah

Page 103 of 118


naskah dengan seksama hingga menemukan komposisi yang tepat. Dan jangan jadikan
kebetulan sebagai nama tengah naskah Anda!
Jika hanya sekali atau dua kali, hal itu boleh disebut dengan kebetulan. Bila kadarnya
sudah terlalu tinggi? Itu namanya tidak kreatif, kekurangan ide, serta tidak punya imajinasi.
Ayolah, kebetulan cuma ada di kisah-kisah sinetron. Cobalah tanya pada diri sendiri, sudah
berapa kali Anda mengalami kebetulan? Apakah terlalu sering? Tentu saja tidak, kan?
Kebetulan adalah sesuatu yang langka.
Banyak penulis yang berpanjang-panjang di suatu bagian dan bergerak kilat di bagian
lainnya. Penulis harus memperhatikan betul komposisi dari pembuka, konflik, klimaks, serta
ending. Kita haus bisa meramunya sehingga berada dalam komposisi yang pas dan tidak
berlebihan.
Untuk masalah ini, ada kesulitan tersendiri. Kenapa? Karena jam terbang seseorang
cukup berperan di sini. Dengan banyak berlatih menulis maka kemampuan penulis untuk
mengemas sebuah cerita akan kian terasah. Jadi untuk persoalan ini tidak bisa hanya
mengikuti teori yang dibagikan oleh penulis-penulis senior. Insting Anda sebagai penulis
akan bekerja seiring banyaknya latihan. Yang pasti, jangan berpanjang-panjang hingga cerita
membosankan dan bertele-tele. Atau terlalu pendek hingga banyak sekali pertanyaan yang
tidak terjawab dengan tuntas.Sangat penting bagi penulis untuk membaca karya-karya penulis
hebat lainnya. Sehingga bisa langsung mengetahui contoh bagaimana naskah yang
proporsional itu.
Perbanyak latihan dan membaca adalah syarat yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Keduanya merupakan keharusan yang mesti dilakukan oleh penulis. Sehingga kemampuan
untuk mengolah cerita yang proporsional pun kian terasah.

E. Writerss Block? Ah, Itu Sih Cemen!


Seorang penulis pasti pernah mengalami writers block. Mendapat kebuntuan di
tengah naskah yang masih jauh dari kata selesai. Masalah ini sangat merepotkan dan kadang
membuat putus asa. Rasanya sulit sekali meneruskan naskah yang sudah setengah jalan ini. di
mana-mana terasa mentok. Tidak mampu lagi berpanjang kata untuk mengurai cerita atau
mengurai konflik.
Writers block ini banyak sekali dibahas. Teorinya pun ada beragam. Ada yang
menyebut penyebabnya karena minimnya diksi sang penulis, ide yang tidak menarik, tidak

Page 104 of 118


percaya diri untuk menuangkan kata, atau tergoda untuk pindah ke ide atau naskah lain yang
dianggap lebih menjanjikan.
Kalau saya pribadi, mengalami kebuntuan seperti ini biasanya disebabkan oleh dua
hal. Terlalu capek menulis (beberapa hari bekerja dalam jam kerja yang gila-gilaan karena
mengejar deadline) serta kekurangan bahan. Keduanya menjadi pemicu utama saya menjadi
benar-benar tidak bisa melanjutkan tulisan lagi. Apa pun yang ditulis, rasanya tidak akan
membuahkan hasil yang oke.
Jika kebetulan Anda mengalami hal senada, apa yang biasanya Anda lakukan? Berikut
ada beberapa langkah yang biasa dilakukan seorang penulis ketika berhadapan dengan
writers block ini.
Meninggalkan tulisan dan melakukan kegiatan yang tidak ada hubungannya sama
sekali dengan dunia tulis-menulis. Anda bisa memasak, bermain game, mengobrol
dengan teman, atau kegiatan lain yang benar-benar Anda sukai. Apa pun boleh asal
tidak terus-menerus melotot di depan komputer atau laptop dan hanya berdiam diri
dengan putus asa.
Membaca novel atau buku. Siapa tahu dari bacaan ini akan mengucur ide-ide menarik
lainnya yang akan membantu Anda mengatasi kebuntuan tadi.

Gambar 34. Membaca adalah kegiatan yang sangat bermanfaat untuk mengatasi
writers block.
Sumber : sukangeblog.blogdetik.com

Menonton juga bisa dijadikan alternatif. Seperti halnya membaca, adegan film yang
Anda tonton bisa memberi banyak sekali pencerahan.
Jangan lupa untuk berolahraga. Selain bisa membantu menyehatkan tubuh, olahraga
juga membuat asupan oksigen ke otak menjadi lancar. Siapa tahu, kegiatan duduk
yang terlalu lama di depan laptop telah membuat otak dipenuhi kabut.

Page 105 of 118


Jika beberapa hari belakangan Anda terpaksa bekerja hingga larut malam (bahkan
mungkin sampai pagi), kini saatnya untuk tidur. Tuntaskan segala penat dan kantuk
dengan cara terlelap. Lupakan dulu naskah yang membuat Anda frustasi, nikmati
istirahat Anda semaksimal mungkin. Oh ya, jika memungkinkan, pijat juga cukup
bagus untuk dilakukan.

Selain melakukan hal-hal di atas, ada hal lain yang Anda perlu perhatikan. Writers
block banyak berkaitan dengan ketidaksiapan Anda untuk melanjutkan tulisan alias kurang
bahan. Itulah sebabnya, sangat penting bagi penulis untuk membuat sinopsis terlebih dahulu.
Seperti yang sudah saya sampaikan berlembar-lembar halaman sebelumnya, sinopsis per bab
ini akan menjadi peta bagi penulis. Dia yang akan membawa Anda menyusuri jalan berliku
sehingga tiba pada kata TAMAT atau SELESAI yang diimpikan itu. Jika Anda sudah
memilikinya sebelum mulai menulis, writers block pasti enggan untuk mendekat dan
memusingkan Anda.
Di samping itu, jangan lupa mencari bahan dan melengkapi data yang diperlukan.
Sehingga tidak ada celah bagi Anda untuk merasa buntu dan tidak mampu terus menulis.
Bahan dan data membuat Anda memiliki persediaan amunisi untuk terus melanjutkan perang
hingga akhir.
Yang tak kalah penting adalah menulis apa yang memang Anda ketahui dengan baik.
Sehingga saat menulis kata-kata seakan mengalir deras dalam setiap pembuluh darah yang
ada di tubuh Anda. Hal sebaliknya akan terjadi bila Anda tidak menulis apa yang memang
benar-benar Anda ketahui. Akan ada banyak sekali kegamangan dan keraguan karena Anda
khawatir akan menulis narasi atau dialog yang tidak tepat. Sebab hal itu berarti membuka
celah bagi orang lain untuk mempertanyakan kemampuan Anda jika menyajikan informasi
yang keliru.
Sebagai penulis, tidak seharusnya merasa gentar pada kebuntuan. Anda pasti akan
menemukan cara yang tepat untuk mengatasinya, seiring dengan kemampuan yang terus
meningkat. Hingga tidak ada lagi writers block dalam episode selanjutnya saat Anda kembali
menulis.
Tanyakan juga pada diri Anda, ingin dibawa ke mana naskah ini. Ingat kembali cita-
cita awal saat hendak memulai kisah yang mentok ini. Jika sudah tahu, akan menjadi mudah
bagi Anda untuk kembali ke jalur awal.

Page 106 of 118


Pada dasarnya (menurut saya), writers block itu harus dilawan, bukan dimanjakan.
Kalaupun Anda terpaksa meninggalkan naskah yang sedang dirundung masalah itu, jangan
lakukan terlalu lama!
Jeda atau rehat menulis tidak boleh terlalu lama. karena dikhawatirkan gairah Anda
pada naskah tersebut malah meredup. Usahakan Anda hanya menjauh maksimal satu hari.
Esoknya, siapkan mental dan peralatan perang untuk melanjutkan perjalanan. Makanya,
jangan pernah lupakan sinopsis detail beserta data dan fakta pendukung. Dengan demikian,
tidak akan berani menghampiri!

F. Menundukkan Mood
Mood yang naik turun adalah persoalan klasik lain yang sering dihadapi oleh penulis.
Menurut saya, masalah ini seharusnya tidak menjadi problem raksasa yang memusingkan dan
membuat otot-otot di wajah menegang. Santai saja! Anda hanya perlu mengambil alih kendali
diri untuk mengatur mood. Jangan sampai mood yang justru mengatur dan mengobrak-abrik
pekerjaan.

Gambar 35. Mood digambarkan dengan berbagai ikon. Mood tidak seharusnya
mempengaruhi pekerjaan.
Sumber : quantifiedself.com

Jika Anda sudah memutuskan untuk menjadi seorang penulis, konsistenlah dengan
keputusan itu. Jangan plin-plan dan tidak fokus. Apa pun bidang karier yang Anda pilih,
fokus dan bekerja keras adalah dua hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Jika dalam
prosesnya Anda bersinggungan dengan hal-hal negatif yang melemahkan, bukan berarti harus
menyerah kalah, kan?
Semangat itu harus dijaga. Ingatkan diri sendiri untuk terus bekerja dengan maksimal.
Mood hanyalah bagian sederhana yang tidak perlu mempengaruhi kinerja Anda. Itulah
sebabnya sangat penting bagi seorang penulis untuk mengatur jam kerja yang tepat dan

Page 107 of 118


paling membuat nyaman. Demikian juga dengan tempat untuk mengetik. Anda tentu orang
yang paling tahu emngenai hal-hal itu.
Seorang penulis harus berusaha keras untuk mengabaikan mood yang naik turun itu.
Sekali lagi, itulah pentingnya membuat konsep naskah yang sangat jelas dan detail. Jangan
lupa pula untuk terus memerah ide-ide keren yang akan membuat karya-karya Anda berkilau
indah.
Yang tak kalah penting adalah mempertahankan konsistensi. Setelah menetapkan
jadwal menulis, patuhilah jadwal tersebut! Kemudian buat juga target dan deadline untuk
tulisan Anda. Tentunya harus masuk akal dan sesuai dengan kemampuan. Kalau tidak
realistis, malah akan berkembang menjadi beban yang memberati punggung Anda dan
berakibat negatif.

Page 108 of 118


Penutup

Apa pendapat Anda setelah membaca e-book ini? Mungkin ada beberapa bagian yang
Anda tidak setujui, atau sebaliknya. Tiap orang pasti punya metode atau cara tersendiri. Yang
pasti, lakukan yang menurut Anda paling membuat nyaman.
Menulis memang pekerjaan hati, melibatkan gairah dan semangat yang mudah naik
turun. Akan tetapi, ketika Anda memutuskan untuk menjadi penulis, berusahalah untuk
berlaku profesional. Atur semuanya agar Anda bisa bekerja maksimal dan produktif. Tentu
tanpa mengabaikan kualitas.
Menulis punya segudang teori. Anda bisa menemukannya di dunia maya atau lewat
aneka buku yang beredar. Akan tetapi pada akhirnya yang terpenting adalah praktek. Teori
tanpa praktek adalah mustahil. Maka mulailah membaca banyak buku sebagai referensi, dan
kemudian tuangkan pikiran-pikiran Anda lewat tulisan. Semakin rajin Anda berlatih, tentu
semakin bagus pula mutu tulisan Anda.
Jadilah diri sendiri. Menulislah dengan gaya sendiri. Jangan mencoba mengekor orang
lain, karena Anda adalah sosok yang istimewa. Anda pasti punya keunikan dan ciri khas,
maka temukan itu dan jadikan sebagai identitas diri. Menulislah dari hati karena hasilnya
akan sangat berbeda.
Selamat menulis.

Page 109 of 118


Kencan Sehari dengan Leon (Bonus
Cerpen)

Silakan duduk.
Berpasang-pasang mata memperhatikan saat Amanda duduk dengan sikap kikuk yang
kentara.Bagaimana tidak? Di depannya duduk seorang cowok tampan, danterkenal.
Luisa dan Titi sudah pulang setelah memainkan drama yang membuat Amanda
jengah. Dua karibnya itu gembira hingga histeris ketika melihat Leon dan tak alpa meminta
tanda tangan.
Kamu benar-benar makhluk beruntung.Biar aku saja yang menggantikanmu kencan
dengan Leon ya, bujuk Titi berkali-kali. Itu yang terjadi begitu mereka tahu ketika Amanda
dipastikan mendapat hadiah yang luar biasa menggiurkan itu.
Aku tidak mau kalian saling bunuh.Jadi, biar aku saja yang mengalah.Walau aku
benar-benar nggak tahu bagaimana bentuk makhluk bernama Leon itu, gurau Amanda.
Sejenak gadis itu mengerutkan keningnya. Kalian yakin dia pemain sinetron? Bukan
penyanyi, kan? tanyanya.
Astaga, Luisa geleng-geleng kepala.Selama ini kamu hidup di gua ya sampai-
sampai tidak tau siapa itu Leon Fabian? kecamnya tak habis pikir. Luisa memicingkan mata
dan menatap Amanda dengan raut takjub. Sementara yang dilihat malah bersikap acuh dan
tak peduli.
Heboh.Itulah yang terjadi kemudian, tatkala ketiganya bertemu Leon. Untungnya sang
bintang tak tampak kaget. Setelah beberapa kali difoto berdua untuk dokumentasi perusahaan
penyelenggara undian ini disusul pulangnya duo biang onar itu, Amanda disuguhi pandangan
ingin tahu orang-orang di restoran steak itu.
Abaikan saja mereka, cowok itu mengukir senyum indah.Gadis-gadis saling
berbisik dengan terang-terangan.
Pasti mereka iri sekali padaku, Amanda mencoba bergurau, untuk mengurangi
kecanggungannya.

Page 110 of 118


Cowok itu kembali tersenyum. Untuk pertama kalinya sejak mereka tadi
diperkenalkan, Amanda memandang tepat ke mata jernih itu. Baru disadarinya kalau bola
mata Leon berwarna coklat.
Diam-diam Amanda menilai sosok di depannya. Kulitnya coklat, jangkung, dengan
tubuh atletis.Wajahnya bahkan lebih tampan dibanding yang terlihat di sinetron atau
iklan.Berhidung tinggi, alis tebal dan rapi, tulang pipi yang indah, dan rambut nan tebal.
Namanya bule, tapi tampangnya melayu tulen. Amanda paling suka dengan matanya.
Kamu mau pesan apa? Leon memperhatikan daftar menu yang ada di tangannya.
Amanda pun sama. Hingga terjadi sesuatu yang membuat keduanya terpaksa menunda untuk
memesan makanan.
Setelah sebelumnya saling dorong, dua orang cewek berseragam SMP nekad
mendatangi Leon.Untuk apa lagi kalau bukan untuk meminta tanda tangan? Dan yang lain
segera mengikuti. Jadilah acara yang tadinya dijadwalkan untuk makan siang, berubah
menjadi ajang jumpa fans.
Leon pun menjadi sibuk seketika. Amanda meletakkan daftar menu di meja. Dia tidak
menyangka akan berhadapan dengan situasi seperti ini. Pihak panitia pun sepertinya tidak
mengantisipasi hal ini. Sehingga tidak ada semacam pencegahan untuk membuat acara
kencan ini benar-benar steril dari gangguan fans. Hmm, ternyata cowok ini bener-benar
populer, desah Amanda dalam hati.
Amanda membuang pandangan ke langit yang luas. Matanya menangkap contrail1
yang mulai samar. Matahari tersaput mendung yang kian jelas. Sepertinya hujan akan segera
turun.
Amanda gadis mungil yang hanya sedikit lebih tinggi dari bahu Leon. Wajahnya tidak terlalu
cantik tapi punya daya tarik yang tak bisa diabaikan.Apalagi dengan lesung pipinya.Rambut
sehatnya menyentuh punggung dengan bagian ujung yang ikal.Hanya bagian ujungnya, tapi
terlihat cantik sekali. Amanda berbibir tipis, dengan mata lebar yang cantik. Hidungnya
mungil, namun sangat proporsional. Dagunya lancip, dengan wajah berbentuk hati.
Sesungguhnya dia tidak punya keinginan memenangkan hadiah Kencan Sehari
Dengan Leon.Amanda mengikuti undian yang diadakan sebuah perusahaan minuman
isotonik karena mengincar hadiah utamanya, sebuah netbook canggih. Itu adalah netbook
idamannya yang rencananya akan menggantikan kedudukan komputernya tersayang. Tapi
malangnya dia justru memenangi hadiah kedua. Dan disinilah ia berada bersama sang

1Garis putih yang dihasilkan oleh pesawat terbang.


Page 111 of 118
bintang iklannya. Sebenarnya, kencan sehari tak lebih dari makan siang beberapa
jam.Judulnya saja yang bombastis.
Amanda memang keranjingan ikut undian.Hampir semua jenis undian pernah
diikutinya.Dia pernah memenangi Ipod, sepeda gunung, dan handphone.Cukup lumayan
meski dia belum pernah sukses menggondol hadiah utama. Ini kesempatan pertamanya,
hadiah yang justru tidak diminatinya.
Ayo kita pergi dari sini, Leon menarik tangan Amanda dengan tergesa. Lamunan
Amanda pun terputus dengan paksa.Kalau kita terus disini, antrian yang minta tanda tangan
akan semakin panjang, imbuh Leon lagi.
Amanda mengikuti dengan langkah terseok.Cowok ini memiliki langkah-langkah kaki
yang panjang.Amanda yang mungil harus mengeluarkan usaha ekstra untuk
mengimbanginya.
Mereka meninggalkan restoran steak itu dan segera menuju mobil Leon yang diparkir
tak jauh dari pintu masuk.
Pasti kamu sering mengalami peristiwa kayak tadi, desis Amanda sambil memasang
sabuk pengaman.
Lumayan.Leon berkonsentrasi menyetir.Sekilas Amanda memperhatikan SUV2
keren yang ditumpanginya ini.Tak banyak berisi pernak-pernik seperti mobilnya.Simple tapi
nyaman. Yang menonjol mungkin hanya seperangkat stereo set yang harganya jelas tidak
murah.
Mereka menyusuri jalanan kota Bogor yang selalu ramai. Gerimis mulai menitik satu persatu
membasahi kaca jendela. Amanda tak pernah membayangkan bahwa ada hari ini dalam
hidupnya Cewek lain mungkin sudah semaput karena bahagia, atau pingsan karena kehabisan
oksigen. Akan tetapi dia biasa saja. Lain cerita kalau sosok disebelahnyaadalahMichael
Schumacher3.
Maaf ya, kencan kita jadi berantakan.Tadinya kukira makan disitu lebih nyaman.Itu dulu
tempat favoritku.
Dulu?
Sebenarnya masih sampai sekarang.Tapi aku sudah hampir setahun tidak pernah
kesitu lagi.Biasa, jadwal syuting terlalu padat, bilang Leon.

2SUV (Sport Utility Vehicle) merupakan jenis kendaraan penumpang yang digabungkan
dengan kemampuan membawa barang.
3 Michael Schumacher pembalap asal Jerman dan menjadi juara dunia F1 sebanyak 7 kali,
lima kali diantaranya diraih secara berturut-turut.
Page 112 of 118
Panitia tidak membuat persiapan dengan baik. Mereka harusnya sudah
mempertimbangkan masalah kayak gini, ulas Amanda. Lalu dia tiba-tiba merasa tidak
sopan. Ups, maaf.
Leon tertawa kecil. Minta maaf untuk apa? Aku yang minta acara hari ini jangan
ribet dengan aturan.
Wajahmu terlalu familiar. Makanya cewek-cewek langsung berbaris, kayak antre
sembako.
Mungkin.Tapi tidak untukmu. Buat kamu, wajahku tidak familiar, kan?
Amanda mengernyitkan dahinya.Bagaimana dia bisa tahu?
Pikiran Amanda seolah terpantul di udara dan didengar Leon. Cowok itu pun
menjelaskan. Aku tadi melihatmu celingukan saat temanmu histeris dan menunjuk
kearahku.Padahal hanya ada dua orang cowok disitu.Dan yang satunya masih terlalu muda
untuk berumur 21 tahun.
Amanda merasa tak enak. Maaf, ujarnya.
Leon terkekeh geli. Cowok itu melirik ke arahnya sekilas. Kalau boleh tahu, kenapa?
Selama ini aku mengira kalau wajahku ini gampang dikenali. Jadi agak syok waktu ada
remaja cewek yang... sebaliknya, akunya.
Amanda benar-benar merasa serba-salah. Apa yang harus dikatakannya? Kamu
benar-benar mau tau?
Leon mengangguk. Yup. Jawaban yang jujur, ya?
Apa boleh buat. Amanda juga merasa kalau memberikan jawaban basa-basi tidak ada
untungnya. Sebenarnya, aku nggak suka... sinetron. Aku lebih suka nonton film-film
dokumenter, serial Korea, atau The Biggest Loser4, katanya jujur. Ya, untuk apa berpura-
pura? Walau dilanda gelombang ketidaknyamanan, namun Amanda merasa lebih baik bicara
apa adanya. Toh mereka cuma bersama selama beberapa jam.Ada baiknya Leon tahu bahwa
tak semua orang memujanya.
Tak suka sinetron? Kenapa? Leon dipenuhi penasaran.
Masih mau jawaban jujur? gurau Amanda.
Iya, dong! tukas Leon.
Amanda tertawa kecil.Aku tahu sinetron ratingnya tinggi, tapi maaf sekali ceritanya
hmm... nggak mendidik.Banyak adegan kekerasan atau kata-kata makian.Bikin serem.Dan

4 Sebuah acara reality show dari Amerika yang menayangkan perjuangan sekelompok orang
gemuk untuk menurunkan berat badan dengan cara diet dan olahraga yang cukup keras.
Pemenang utamanya berhak untuk hadiah senilai 250.000 dolar.
Page 113 of 118
hampir semua menampilkan kisah yang mirip. Anak yang tertukar, rebutan harta, atau rebutan
cowok.
Leon tertawa.Mata coklatnya menyipit.Pantas saja kamu nggak kenal aku.Padahal
penggemarku paling banyak seusia kamu.Aku berani bertaruh, kamu pasti nggak senang
menang hadiah ini, tebaknya. Leon hanya bermaksud bercanda, namun dia kaget ketika
Amanda terdiam. Penasaran, cowok itu melirik ke samping dan melihat wajah Amanda merah
padam.
Sejujurnya saja sepuluh menit yang lalu jawabanku adalah iya.Aku naksir netbook-
nya, tutur Amanda blak-blakan. Sudah kepalang, tidak perlu lagi untuk berpura-pura,
pikirnya.
Kenapa sepuluh menit bisa mengubah pendapatmu?Leon penasaran.
Kamu ini penuh rasa ingin tau ya? Banyak pertanyaan.Apa nggak terpikir kalau aku
juga suka rahasia? elak Amanda.
Leon tersenyum lagi. Suaranya seakan bergema di dalam mobil. Terus terang aja,
cewek seperti kamu itu langka untukku. Sejak dikenal publik, baru kali ini ada orang nggak
suka ketemu aku, kencan lagi. Maaf, bukannya aku bermaksud sombong ya.Cuma rasanya
gimanaaa gitu ternyata ada orang yang anti sinetron.Berarti hasil survei rating acara televisi
nggak mewakili, dong!
Amanda tertawa dengan bahu terguncang lembut.Lesung pipinya begitu
menawan.Tawanya menulari Leon.Cowok itu pun akhirnya ikut melepas gelak.
Astaga, tiba-tiba wajah Leon berubah pias dan beberapa detik kemudian mobilnya
diparkir dengan tergesa di pinggir jalan. Amanda kaget bukan kepalang.
Ada apa?Kamu menabrak sesuatu?Atau melanggar rambu lalu lintas?Ada syuting?
tanyanya panik.
Mereka bertatapan. Dan dengan suara rendah untuk menutupi rasa malu, Leon
berbisik, Dompetku ketinggalan...
Kali ini Amanda tak bisa menahan diri.Tawanya meledak tanpa henti sementara Leon
hanya terperangah tanpa kata.
Aku kira kita menghadapi bencana besar.Ternyata cuma masalah dompet. Astaga,
keningku hampir saja benjol kalau saja tidak pakai sabuk pengaman.
Leon menggeleng tidak setuju. Bagiku ini masalah besar. Apalagi aku kan harus
traktir kamu. Kartu identitas, ATM, dan kartu kredit di dompet semua.Mati aku, Leon
menepuksetir dengan gemas.Dari arah belakang terdengar suara klakson yang bersahut-
sahutan tanpa jeda.

Page 114 of 118


Amanda menjadi panik. Ayo kita jalan, jangan sampai dimarahi orang apalagi
ditilang. Ayo!
Leon memang menurut tapi wajahnya masih berwarna-warni.Sebentar merah sebentar
pucat.
Aku telepon manajerku dulu ya.
Buat apa?Mau minta duit? Emangnya kamu mau makan apa? Biar aku yang
traktir.Ini kehormatan untukku lho, sergah Amanda. Bintang sinetron itu terpana mendengar
kata-katanya itu.
Tentu saja Leon menolak mentah-mentah, tapi Amanda terus membujuk tak putus asa.
Ayolah, jangan gengsi.Ini nggak akan masuk infotainment, kok. Atau begini saja, aku ajak
kamu ke tempat makan favoritku.Gimana? Amanda memberi alternatif.
Leon tampak serba salah.Harga dirinya sebagai cowok dan kebetulan selebriti cukup
menyulitkan.Dibayarin makan oleh cewek asing yang jadi kencannya?Bagaimana kalo
perusahaan minuman isotonik yang mengontraknya jadi bintang iklan mengetahui hal ini?
Bisa rusak namanya.Bukankah mereka telah memberinya aneka fasilitas dan kemudahan
untuk acara ini?Dan bukankah dia sendiri yang ingin kencan ini berjalan lebih personal
sehingga menolak ditemani siapapun?
Tapi tampaknya Amanda tak mengenal penolakan.Gadis mungil yang tampak lembut
itu, ternyata sangat keras kepala. Dan disinilah mereka akhirnya terdampar.Di sebuah rumah
makan sunda dengan bangunan bergaya tradisional. Sekelilingnya dilapisi anyaman bambu.
Amanda memilih area lesehan yang letaknya agak di belakang dan dibangun diatas kolam
ikan.Suara gemericik air tanpa henti yang keluar dari pancuran bambu memberi efek
menenangkan.
Kamu sering kesini? sebenarnya itu pertanyaan bodoh.Saat mereka masuk, Amanda
langsung disapa penuh keakraban oleh para pelayan.Harusnya itu menunjukkan seberapa
sering gadis itu ke tempat ini.
He eh, Amanda mengangguk.Lalu dengan cekatan dia segera menulis pesanan.
Tolong tuliskan pesananku sekalian, sindir Leon halus.
Tenang aja, aku pilihkan makanan yang enak untukmu. Biar wajahmu nggak pucat
terus.
Leon tersenyum pahit.Tadi pagi bila ada yang bertanya apakah mungkin dia ditraktir
cewek asing, tanpa pikir dia pasti menjawab TIDAK MUNGKIN. Akan tetapi, saat ini dia
tidak punya pilihan lain.

Page 115 of 118


Harus diakui, tempat makan pilihan Amanda tidak jelek.Makanannya pun enak.Entah
sudah berapa lama Leon tidak menyantap makanan seperti ini. Ayam goreng, karedok, sambal
terasi, dan tempe bacem. Nikmatnya.
Tapi Leon ternganga melihat Amanda yang dengan gesit menghabiskan 2 potong
ayam goreng, hampir sepiring karedok, dan dua porsi nasi putih.Astaga.Benar-benar bukan
cewek biasa, pikirnya.
Jangan kagum begitu, Amanda terkekeh sembari mendorong piringnya yang sudah
licin. Amanda sendiri tidak tahu mengapa dia bisa merasa nyaman dengan cowok ini. dia
bahkan tak sungkan melemparkan gurau. Andai Titi dan Luisa melihat ini, tak terbayang
komentar pedas mereka. Apalagi jika mengingat bagaimana Amanda sempat ogah-ogahan
dengan hadiah ini.
Baru kali ini aku ketemu cewek gembul kayak kamu.
Aku nggak pintar pura-pura walau di depan seleb top. Cewek-cewek yang ketemu
kamu pasti jaim.Kalo aku nggak sanggup begitu.
Leon geleng-geleng kepala.Cewek ini sangat benar.
Oh ya, aku berterimakasih karena kita batal makan di restoran steak tadi.Aku punya
sebuah rahasia kecil, Amanda memajukan tubuhnya.Matanya berbinar jenaka. Aku benci
steak, bisiknya.
Ponsel Leon tiba-tiba berdering. Cowok itu beranjak dari tempat duduknya dan
menjauh sebelum menjawab telepon.Amanda hanya bisa mendengar beberapa kata.
Kencanbencana.fansdompetsebentar lagi
Tiba-tiba Amanda merasa jengah pada dirinya sendiri. Hei, mengapa dia merasa
nyaman bersama Leon?Jauh dari bayangannya sebelumnya? Semula dia kira akan bertemu
sosok angkuh nan sombong. Amanda juga menerka kalau acara kencan ini akan menjadi
siksaan paling kejam di usia remajanya.
Pacarmu ya? tebaknya seenaknya.
Manajerku, Leon merasa tak perlu menjelaskan lebih jauh.Toh, Amanda bisa dapat
info tentang dirinya dengan gampang.Tapi dia langsung ingat kalau gadis tidak pernah
menonton sinetron. Dan sepertinya gosip selebriti juga.
Aku belum punya pacar.Susah mencari orang-orang yang mencintaiku apa adanya.
Mencintaiku bukan sebagai Leon Fabian, tapi sebagai Leo Rusdiana. Leon menyesap
minumannya perlahan.
Leo Rusdiana? Itu.. eh... itu nama aslimu? Amanda terbelalak.
Ya.

Page 116 of 118


Amanda mati-matian menahan tawa.Dia tidak ingin Leon tersinggung dan merasa
dilecehkan. Namun Amanda bisa membaca tawa di mata cowok itu. Mungkin dia pun merasa
geli juga.
Leon tiba-tiba bersuara. Maaf ya sepertinya aku harus pulang sekarang.Ada janji
dengan klien mau fish spa5.
Kamu mau fish spa? Amanda melongo.Dia bukan cewek kolot, tapi tetap saja ada banyak
hal yang membuatnya terkaget-kaget.Leon mengangguk.
Maaf kita terpaksa pisah disini, Leon kemudian merebut ponsel Amanda dan mulai
memencet keypad dengan cekatan.Kemudian dia menelepon ke ponselnya sendiri dan
menyimpan nomor Amanda.
Nomor pribadiku udah disimpan.Cuma keluarga dan manajemen yang tau nomor
ini.Sekali lagi maaf karena kencan dengan Leon jadi kacau.
Amanda tersenyum manis. Mereka bertatapan.Kencan denganmu ternyata
mengasyikkan, kecuali bagian dimintai tanda tangan tadi.Makasih ya, gumamnya dengan
suara perlahan.
Bayar dulu makanan kita.Aku janji nanti kuganti duapuluh kali lipat, Leon
mengingatkan Amanda.
Mana dia punya duit untuk bayar, sesosok tubuh tinggi besar yang
mengingatkannya pada beruang grizzly6 muncul tiba-tiba. Membuat jantung Leon terasa
berhenti berdetak dan lepas dari tempatnya. Langsung terbayang di benaknya berita heboh di
infotainmen.
Amanda tergelak. Jangan bikin dia takut, Om!Lihat, wajahnya udah nggak berdarah.
Lalu Amanda berbalik ke arahnya. Ini restoran nenekku, jadi kita nggak perlu bayar.
Sebenarnya... dompetku juga ketinggalan di mobil temanku tadi, Amanda tersenyum
nakal.Lesung pipinya tercetak indah. Leon hanya bisa bengong tanpa kata.Perlahan, dia
merasa hidup lagi. Jantungnya kembali berdetak normal. Tulang-tulangnya yang serasa
menjadi jeli, sudah kembali.
Hadiah undian itu berbuah kencan nyata kemudian.Leon dan Amanda memutuskan
untuk melangkah di atas selera mereka yang saling berpunggungan. Leon tetap dengan segala
kesibukannya di dunia entertainmen, dan Amanda yang masih tetap saja tidak bisa menyukai
sinetron. Meskipun sang kekasih yang menjadi bintangnya.
5 Spa yang dilakukan dengan bantuan ikan Garra Rufa yang bertugas menghilangkan sel kulit
mati dengan cara menggigiti kulit manusia.
6Karnivora terbesar yang hidup di darat.Tingginya mencapai 3 meter dengan berat hingga 1
ton.
Page 117 of 118
Catatan : Cerpen ini menjadi juara 1 pada lomba cerpen tabloid Gaul tahun 2009
dan pernah dimuat di majalah Story. Cerpen ini sudah mengalami sedikit perubahan.

Tentang Penulis

Indah menyukai dunia menulis sejak SMP. Cerpen perdananya dimuat di majalah
Aneka Ria (sekarang Aneka Yess). Sejak itu puluhan cerpennya sudah pernah menembus
media nasional.
Setelah bekerja dan menikah, Indah sempat berhenti menulis cukup lama. Dan baru
kembali merangkai kata di pertengahan tahun 2009. Saat ini Indah lebih banyak menulis
novel dan buku nonfiksi. Dunia cerpen sudah hampir tidak pernah tersentuh lagi.
Novel-novel karya Indah yang pernah dibukukan antara lain : Mendua (GagasMedia,
2010), Black Angel (Stiletto Book, 2011), Jungkir Balik Dunia Mel (Bentang Belia, 2012),
Loves in Insa-Dong (Rumah Ide, 2012), Matryoshka Bernyanyi (Tiga Serangkai, 2012), serta
Cinta Tanpa Jeda (Bukune, 2012).
Indah bisa dihubungi via email-nya : indah_hanaco@yahoo.com.

Page 118 of 118

Anda mungkin juga menyukai