Anda di halaman 1dari 257

KATA PENGANTAR

  


Puji syukur kepadamu Ya Rob aku tuliskan dengan mantap, aku yakin Engkau lebih mengerti.
Syukurku yang ku tuliskan di lembaran ini, nampaknya tidak sekedar dibasa-basikan dalam tarian jemariku
di atas keyboards. Sepenuh hati penulis sampaikan syukur yang mendalam atas segala nikmat yang Engkau
lebihkan kepadaku. Penulis mendapatkan kesempatan, kesemangatan, dan kejernihan berfikir sehingga
naskah buku Penulisan Karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Aku mengira di tengah kesibukan untuk
mengajar di STAIN Salatiga, berorganisasi di PSGK STAIN Salatiga, kuliah S3 di UNS, dan pengabdian
masyarakat di Payaman Magelang, serta kesibukan membina kedua mata hati kami, Aisya Tsaaqiba Ashari
dan Arava Izza Ashari tidak akan terwujud buku ini, tapi itu semua karena Engkau membimbingku, Engkau
lebihkan nikmat, karunia, rahmat itu sehingga buku ini sekarang dapat dimanfaatkan oleh pembaca .
Menulis, pada hakikatnya merupakan upaya mengekspresikan apa yang dilihat, didengar, dialami,
dirasakan, dan dipikirkan, dan diharapkan ke dalam bahasa tulisan. Menulis, merupakan satu hal yang masih
sulit menjadi budaya di masyarakat, termasuk bagi mahasiswa dan dosen sekalipun. Masyarakat masih
cerdas dan senang dibuai dengan budaya lisan, padahal bahasa lisan cepat hilang dan mudah dilupakan
orang, sedangkan tulisan tetap terkenang sepanjang zaman. Sebagai sebuah proses transfer ilmu dan
informasi kepada orang lain maka, aktivitas menulis bagi mahasiswa dan dosen menjadi sebuah kebutuhan
yang harus segera dipenuhi.
Menulis Karya Ilmiah sesungguhnya tidak sulit bagi sebagian orang, berbeda dengan menulis karya
fiksi. Kita membutuhkan imajinasi secara mendalam untuk dapat menghidupkan teks dan konteks sehingga
menjadi enak dibaca dan mudah dipahami. Menulis karya fiksi sangat kental dengan rekombinasi antara
bahasa sebagai unsur utama dalam penulisan, di samping itu juga adanya tuntutan akan kemahiran dalam
menggunakan gaya bahasa dan kemampuan untuk menghadirkan emosi sehingga seakan-akan penulis turut
hadir dalam situasi konteks yang sedang digambarkan. Dengan demikian, tulisan sekan memiliki ruh yang
dapat mengundang pembaca untuk lebih dalam memahami esensi yang disediakan. Menulis karya ilmiah
sesungguhnya menggaambarkan realita konteks yang ada, dari konteks itulah dianalisis. Meskipun demikian,
memang ada bagian-bagian yang dirasakan sulit untuk membuat titik singgung teks dan konteks agar dapat
menyatu dalam satu analisis.
Untuk melejitkan kemahiran peulisan karya tulis ilmiah ini maka, penulis paparkan beberapa bab yang
memuat tentang definisi karya ilmiah, jenis, tahapan-tahapan penyusunan, serta teknik penulisan dari bagian
awal perencanaan hingga menyusun laporan akhir karangan ilmiah. Buku tentang penulisan karya ilmiah
yang ada di tangan Saudara ini dipandang cukup untuk mengantarkan mahasiswa dan penulis agar dapat
mengawali membuat tulisan bahkan untuk melaporkan hasil penelitian yang sudah dilakukan. Meskipun
demikian, penulis akui secara jujur bahwa buku ini memiliki banyak keterbatasan baik pada sistematika,
contents dan bahkan sequences. Untuk itu, penulis memiliki harapan sederhana buku ini dapat menjadi
inspirasi bagi pembaca untuk membuat karya ilmiah, mengaplikasikan yang sudah dilakukan dan dikuasai,
serta dapat menyebarkan semangat kepada orang lain untuk memulai menulis karangan ilmiah.

Buku ini saya dedikasikan setinggi-tingginya buat putriku yang genap berusia 9 tahun (Aisya Tsaaqiba
Ashari) dan akan menyusul putriku genap berusia 8 tahun (Arava Izza Ashari), doaku mudah-mudahan
menjadi anak yang sholehah, selamat dunia dan akhirat, mulia dunia dan akhirat, tinggi pangkat dan
derajatnya di dunia dan akhirat.

Salam hangat dari penulis,


Salatiga, 14 Agustus 2015

Hj. Maslikhah, S.Ag.,M.Si


19700529 200003 2 0001
Persembahan
inilah media terindah untuk menorehkan dedikasiku untuk:
Bapakku H.Jamzuri Nawawi dan Ibuku Ibu Hj Muslikhah, mereka telah membukakan cakrawala
hidup hingga di sisa akhir nafas hidupnya, bahkan mereka sering menebar petuah kala aku terlelap.
Agar aku tetap berada di jalanNya, dan bersemangat untuk meneruskan perjuangan mereka yang
masih tersisa, serta dapat mewarisi nilai-nilai luhur yang dulu dilatihkan dan ditempa dengan kuat
untuk anak cucunya. Hanya terima kasih nampaknya tidak cukup untuk membalas jasa mereka, aku
kuatkan doa untuk beliau semoga Allah Swt menjadikan akhir hayatnya khusnul khotimah.
Disambut dengan Indah oleh Malaikat untuk menikmati SurgaMu yang Engkau janjikan.

Suamiku, H. M.Saifudin Ashari, kau telah membentangkan karpet merah dengan penuh
keikhlasan untukku dalam menjalankan tugas suci di STAIN Salatiga, menuntut ilmu di UNS
Surakarta, dan pengayaan ilmu dan pengalaman di India, serta pengabdian sebagai sekretaris
Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) IAIN Salatiga.

Anakku, Aisya Tsaaqiba Ashari dan Arava Izza Ashari, kau selalu ingin ibu melambaikan
tangan dan cium jauh saat aku bergelayut di atas bus meninggalkanmu. Pesanmu, saat aku
berpamitan ke India sudah aku tunaikan untuk meninggalkan foto ibu yang langsung ibu
genggamkan di tanganmu saat engkau terlelap di keheningan malam. Ambillah anak-anakku, segala
yang baik dari ibumu untuk menjadi bekal hidupmu jadi anak yang sholehah. Hanya itu kepuasan
dari ibu dan bapakmu, menjadi anak sholehah.

Aku yakin, dalam setiap huruf yang aku ketukkan di keyboads bagaikan untaian doa untuk mereka,
robbighfirli, warkhamni, wajburni, warfa’ni, warzuqni, wahdini, waafini, wa’fuanni. Amiiin...
Aku,... Anakmu, istrimu dan ibumu...

Salatiga, 14 Agustus 2015


DAFTAR ISI
Sampul Depan ...............………………………………………………………………… i
Kata Pengantar ................................................................................................................ ii
Persembahan ................................................................................................................... iii
Daftar Isi ......................................................................................................................... iv

BAB I DAHSYATNYA MEMBACA DAN MENULIS ............................................ 1


A. Prawacana ................................................................................................... 1
B. Membaca ..................................................................................................... 3
C. Menulis ........................................................................................................ 12
BAB II KONSEP DASAR PENULISAN KARYA ILMIAH .................................... 21
A. Prawacana ................................................................................................... 21
B. Konsep Dasar Penulisan Karya Ilmiah ....................................................... 21
C. Sistematika Karya Tulis Ilmiah .................................................................. 41
BAB III RAGAM PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH......................................... 47
A. Prawacana ................................................................................................... 47
B. Ragam Penulisan Karya Ilmiah .................................................................. 48
BAB IV KARYA ILMIAH POPULER DAN KARYA ILMIAH MURNI ............... 66
A. Prawacana ................................................................................................... 66
B. Penulisan Ilmiah Populer ............................................................................ 67
C. Penulisan Ilmiah Murni .............................................................................. 86
D. Perbedaan Penulisan Ilmiah Murni dengan Penulisan Ilmiah Populer ........ 95
BAB V PEMILIHAN TEMA ...................................................................................... 96
A. Prawacana .................................................................................................... 96
B. Tips Mendapatkan Tema ............................................................................. 96
C. Tips Merumuskan Tema .............................................................................. 96
D. Kerangka Tulisan ........................................................................................ 97
E. Langkah Membuat Kerangka Tulisan ......................................................... 98
BAB VI MEMILIH JUDUL KARANGAN ............................................................... 100
A. Prawacana .................................................................................................. 100
B. Karakteristik Judul dari yang Unik Hingga Menipu ................................... 100
C. Menyusun Deskripsi Pendahuluan ............................................................... 106
D. Isi Tulisian ................................................................................................... 109
BAB VII MASALAH DAN PERMSALAHAN ...................................... ................... 111
A. Prawacana .................................................................................................... 111
B. Masalah dan Permasalahan .......................................................................... 111
C. Kepekaan dalam Melihat Permasalahan ...................................................... 113
D. Cara Menemukan Masalah dan Permasalahan ............................................. 115
E. Pertimbangan dalam Memilih Permasalahan dalam Penelitian .................... 116
F. Permasalahan Penelitan Kualitatif dan Kuantitatif ....................................... 117
G. Perumusan Masalah ...................................................................................... 118
BAB VIII MODEL PENGAMBILAN KUTIPAN ...................................................... 121
A. Prawacana ..................................................................................................... 121
B. Model Penulisan Rujukan ............................................................................ 121
C. Rujukan dengan Menggunakan Penulisan Tertentu ..................................... 125
D. Rujukan dengan Menggunakan Catatan Kaki .............................................. 127
BAB IX LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA .................................. 139
A. Prawacana ...................................................................................................... 139
B. Landasan Teori ............................................................................................. 139
C. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori ........................................................... 149
D. Kerangka Berfikir dengan Landasan Teori ................................................... 152
E. Daftar Pustaka ................................................................................................ 152
BAB X MENYSUSUN ABSTRAK ............................................................................. 154
A. Prawacana ....................................................................................................... 154
B. Abstrak ............................................................................................................ 154
BAB XI PLAGIARISME ................................................................................................ 163
A. Prawacana ....................................................................................................... 163
B. Mengutip Tanpa Menjiplak ............................................................................ 164
C. Kode Etik ....................................................................................................... 171
D. Plagiarisme ...................................................................................................... 172
E. Contoh Plagiasi ............................................................................................... 176
BAB XII PENULISAN RESENSI BUKU ..................................................................... 185
A. Prawacana ....................................................................................................... 185
B. Meresensi ........................................................................................................ 185
C. Pola Penulisian Resensi Buku............................................................................ 187
D. Tips Menulis Resensi ...................................................................................... 187
E. Contoh Resensi Buku ..................................................................................... 189
BAB XIII PROPOSAL PENELITIAN .......................................................................... 198
A. Prawacana ....................................................................................................... 198
B. Hakikat Usulan Penelitian .............................................................................. 198
C. Langkah Menyusun Proposal ........................................................................... 200
D. Sistematika Proposal Penelitian .................................................................... 201
E. Uji kejujuran Peneliti dalam Menyusun Proposal .......................................... 221
BAB XIV BAGIAN AWAL DAN AKHIR NASKAH KARYA ILMIAH .................... 223
A. Prawacana ....................................................................................................... 223
B. Bagian Awal ................................................................................................. 223
C. Bagian Akhir .................................................................................................. 235

DAFTAR PUSTAKA

Teks Untung Punggung Buku Dan CV


BAB I
DAHSYATNYA MEMBACA DAN MENULIS

A. Prawacana
Nutrisi bagi seorang penulis adalah membaca, baik membaca teks maupun konteks.
Segudang keuntungan bagi seseorang yang mau membaca buku, di antaranya dapat
menambah wawasan, melejitkan kemampuan kebahasaan, pembangkit motivasi, perentang
waktu, menemukan media hiburan, sarana refleksi diri, menajamkan hati dengan kebijakan.
Secara kesehatan, dapat meringankan stress, melatih otak, meningkatkan konsentrasi,
mengembangkan pola tidur yang sehat. Membaca dan menulis merupakan sejoli yang
saling menguatkan.
Empat keterampilan berbahasa seseorang secara bertahap bermula dari
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Seseorang yang pasif hanya akan
menyimak pada fenomena yang ada dan berkembang di sekitar dirinya. Selanjutnya, akan
belajar untuk berbicara dan memberanikan diri untuk berbicara di depan publik. Membaca
sebagai nutrisi untuk menulis dikembangkan oleh masyarakat akademis agar dapat
menulis. Menulis merupakan satu hal yang masih sulit menjadi budaya di masyarakat,
termasuk bagi mahasiswa dan dosen sekalipun. Masyarakat masih cerdas dan senang dibuai
dengan budaya lisan, padahal bahasa lisan cepat hilang dan mudah dilupakan orang,
sedangkan tulisan tetap terkenang sepanjang zaman. Seorang penulis dengan cepat melihat
dan berfikir, berfikir dan mengerti, mengerti dan memberi kesan mendalam, berkesan dan
bereaksi terhadap fenomena yang mucul dan berkembang, bereaksi dan berinterpreneur.
Menjadi seorang penulis merupakan pekerjaan yang tidak akan pernah mengenal kata
pensiun dan royalti pun akan tetap mengalir hingga 8 (delapan) keturunan.
Kebanyakan orang lebih menyukai menonton film, televisi main game komputer dari
pada harus membaca buku, dan bahkan membaca buku untuk mengantarkan tidur pulas.
Padahal, hingga kini tidak terbantahkan bahwa buku adalah jendela dunia. Membaca buku
berarti kita membuka cakrawala dunia. Setiap orang bisa melihat ke luar di bawah
kemampuannya untuk melihat diri dan lingkungannya. Sesuatu yang baru atau
pemandangan yang berbeda dengan apa yang ada di sekitarnya, termasuk rumah masing-
masing. Rumah sebagai lingkungan yang akrab bagi setiap orang adalah sumber inspirasi
dan berjalannya pikiran setiap saat. Membaca buku berarti menyelami dunia orang lain,
yaitu sebuah dunia yang ada di dalam pikiran orang lain. Sementara setiap manusia dan
orang lain memiliki dunia masing-masing yang sangat bervariasi. Menyelami bagian
terkecil yang dimiliki oleh orang lain akan memberikan kepada setiap orang pengetahuan

1
dan keterampilan bahkan menemukan kebijakan yang lebih mendalam dalam menghadapi
hidup ini.
Tidak ada satu buku pun yang pernah di tulis oleh orang lain yang tidak membawa
manfaat bagi orang lain. Setiap buku akan membawa manfaat kepada setiap orang jika
mampu menangkap makna dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Jika masih sulit
untuk menangkap makna dan hikmah suatu buku, berarti belum siap untuk menerima
sesuatu yang disuguhkan oleh orang lain. Oleh karena itu, setiap orang harus membuka diri
dan meningkatkan keterbukaan pikirannya agar dapat menerima dunia orang lain. Hikmah
dan makna sebuah buku tidak akan masuk ke dalam pikiran setiap orang kalau pikiran
masih tertutup rapat. Bagaikan gelas (kosong atau berisi), kalau tetap tertutup tidak akan
pernah terisi, apalagi penuh. Selama masih belum siap untuk membuka diri dengan alur
pikiran orang lain, maka selama itu pula tetap tidak akan bisa menerima cakrawala baru.
Sekali kita membaca buku dan saat itu pula pikiran akan terbuka, maka makna dan hikmah
dapat dengan mudah diterima ke dalam pikiran. Satu-satunya buku yang tidak membawa
manfaaat kepada setiap orang adalah buku yang tidak pernah kita baca.
Membaca dan menulis adalah kegiatan yang sifatnya sangat personal. Ketika
seseorang memiliki minat kuat untuk membaca dan menulis, maka sesungguhnya sedang
berhadapan dengan diri sendiri. Jika sudah berapi-api untuk membaca dan menulis, namun
"bara api" yang berkobar itu tiba-tiba padam, itu berarti yang memadamkannya adalah diri
sendiri. Ada kemungkinan "api" itu padam karena seseorang tidak menemukan buku yang
inginkan dan belum bisa menemukan topik baru yang menggelitik menjadi sebuah tulisan
yang bagus. Buku yang dibaca mungkin saja dapat ditemukan. Namun, tidak dibuat senang
oleh buku tersebut, maka hasilnya tetap nihil. Bahkan yang lebih parah, "api" membaca itu
padam karena seseorang disiksa oleh buku yang seseorang itu tidak memiliki pengetahuan
awal tentang buku itu.
Kata mutiara Kahlil Gibran dapat mengantarkan kepada seseorang agar siap
bersinergi dengan sesuatu yang baru. "Sebahagian dari seseorang seperti tinta dan
sebahagian lagi seperti kertas”, jika bukan karena hitamnya sebagian kita, sebahagian kita
akan bisu, dan jika bukan karena putihnya sebahagian kita, sebahagian kita akan buta."
http:ustadbaba.blog. diakses tanggal 9 Maret 2012. Artinya, ada kekuatan yang bisa
mewarnai diri seseorang untuk memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu, dan
kekuatan itu saling berkontribusi untuk mewujudkan kebulatan tekad untuk menjadi
sesuatu. Hilangnya sebagian kekuatan, maka akan menghilangkan kekuatan lain untuk
menjadi sesuatu yang bermakna. Tetapi sebagian orang terutama masyarakat Indonesia

2
kurang gemar membaca, sebenarnya banyak sekali faktor yang menyebabkannya, antara
lain perasaan malas, jenuh, capek apalagi ketika disuguhkan dengan buku tebal dan tidak
memiliki pengetahuan dasar tentang buku itu, dan tidak memiliki kepentingan dengan buku
itu, serta tidak merasakan bahwa di dalam buku itu menyimpan sejuta makna. Membangun
minat seseorang untuk gemar membaca memanglah tidak mudah, namun hal ini juga tidak
sulit, semua itu bisa karena terbiasa, karena ada kemauan semua pasti bisa dilakukan.
Penulis adalah profesi yang tidak akan mengenal pensiun, dan nama harumnya akan
dikenang sepanjang masa. Menulis adalah keterampilan yang bisa diasah oleh siapa saja.
Siapa pun, dengan latar belakang pendidikan dan profesi apa pun, punya peluang yang sama
untuk bisa menjadi seorang penulis atau menghasilkan karya tulis. Banyak keuntungan
yang biasa kita peroleh menjadi penulis. Namun, untuk menjadi seorang penulis terkenal
dan senior banyak batu sandungan yang harus dilalui dan dilatihkan kembali yang pada
gilirannya dapat menghasilkan karya yang fenomenal dan royalti yang tidak mengenal
pensiun.
B. Membaca
1. Kelebihan Membaca
Beberapa kelebihan membaca antara lain:
a. Menambah Wawasan
Membaca akan memberikan wawasan yang lebih luas keberagamannya, yang
membuat belajar dalam segala hal lebih mudah. Seseorang yang membaca buku
fiksi pun akan mengerti tentang fakta-fakta yang ada dalam berbagai disiplin
keilmuan sepereti agama, ekonomi, sejarah, geografi, politik, dan ilmu pengetahuan
lainnya. Wawasan ilmu tidak akan datang sendiri tanpa diundang dan kondisikan
dalam diri seseorang. Membaca buku, seseorang dapat memperolah informasi
apapun, dengan demikian tidak menjadikan seseorang cekak pikir (pendek berfikir).
Bertambahnya wawasan, maka diharapkan dapat menjadi orang yang penuh
kebijakan, sabar, dan penuh pengertian. Berikut ini disampaikan kata mutiara yang
ditulis oleh Kahlil Gibran “Suara kehidupanku memang tak akan mampu
menjangkau telinga kehidupanmu; tapi marilah kita coba saling bicara barangkali
kita dapat mengusir kesepian dan tidak merasa jemu”. Untuk mengusir kesepian
dan kejemuan adalah memiliki wawasan yang luas. Wawasan yang luas di
antaranya diperoleh dari buku sebagai sumbernya.
Membaca buku berarti menambah ideologi baru, wawasan baru, dapat
merancang sesuatu berdasarkan alam bawah sadar seseorang, berfikir untuk

3
mengubah dunia menjadi lebih baik lagi. Setiap orang tumbuh dan berkembang
dengan apa yang dia fikirkan seperti “ you’re what you think” kamu adalah apa
yang kamu pikirkan. Membaca, dapat menelaah semua potret sisi kehidupan di
dunia dengan seluas-luasnya. Membuka cakrawala selebar-lebarnya seperti apa
yang diinginkan.
Semakin banyak orang membaca, maka semakin banyak pengetahuan yang
diperoleh seseorang. Bertambahnya pengetahuan, akan semakin membangun
kepercayaan diri. Jadi hal ini merupakan reaksi berantai antara suguhan, kebutuhan,
dan tuntutan. Dengan demikian, membaca akan memperoleh tambahan ilmu
pengetahuan yang tidak mengenal batas.
b. Membaca akan memiliki kemampuan kebahasaan yang lebih baik.
Membaca buku secara tidak langsung memberikan kesempatan kepada
seseorang untuk belajar ilmu praktek kebahasaan. Menyusuri huruf, angka, tanda
baca dan diksi yang dapat memperkaya kemahiran dalam berbahasa praktis. Orang
bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai tipe dan model kalimat; lebih
lanjut lagi ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk
memahami apa yang tertulis “di antara baris demi baris” (memahami apa yang
tersirat). Seseorang dapat belajar bagaimana mengira suatu makna dari suatu kata
(yang belum diketahui) dengan membaca konteks dari kata-kata lainnya di sebuah
kalimat. Buku, terutama yang menantang, akan menampakkan kepada Anda begitu
banyak kata yang mungkin sebaliknya belum Anda ketahui. Secara tidak disadari
dapat merangkainya dalam kata maupun dalam tulisan pada media lain dan pada
kesempatan yang berbeda. Dengan demikian, kalimat yang disajikan akan lebih
memiliki ruh kebahasaan yang jika orang membacanya akan merasakan
kenikmatan, sehingga sulit untuk menghentikan kegiatan membaca.
c. Sarana Hiburan
Pada buku tertentu akan menghadirkan hiburan yang sangat menarik bagi
pembacanya. Orang yang sedang susah adalah orang yang dalam keadaan tidak
stabil jalan pikirannya. Membaca buku, maka pikiran seseorang akan diarahkan
mengikuti alur buku tersebut, sehingga orang yang sedang dalam keadaan susah,
kemudian mengambil alih pikirannya kepada alur pikiran penulis yang sedang
dalam kondisi menyenangkan akan menjadikan pembaca merasa senang dan
terhibur. Dengan demikian, kesusahan dapat ditukar dengan kesenangan yang tanpa
disadari akan melekat pada diri seseorang yang sedang dalam keadaan kurang baik.

4
d. Menajamkan Sikap Bijak
Terdapat kecenderungan pada seseorang untuk saling berbagi kepada orang
lain. Berbagi hikmah dan kebijakan melalui tulisan dengan berbagai macam media
akan memberikan manfaat kepada orang lain dengan jangkauan yang tidak terbatas.
Berdasarkan pengalaman yang ada, tidak ada satu pun buku yang mengajarkan
kepada seseorang untuk mengajak berbuat jelek kepada orang lain. Buku yang ada
ditemukan bermuatan ilmu, keterampilan, pengalaman, dan pengetahuan dengan
nilai-nilai luhur, strategi, bimbingan meraih suksesi. Dengan demikian, berisi
pengetahuan bagaimana kita bisa mendapatkan nilai-nilai luhur, berbuat baik untuk
sesama dan makhluk hidup lain, dan membangun kemajuan bagi diri, orang lain,
dan bangsa serta negaranya. Buku yang bermuatan kata-kata hikmah dan kebijakan
akan turut memberikan muatan hikmah dan kebijakan kepada siapa saja yang
membaca dan menikmati serta menghayatinya. Pada gilirannya pembaca akan dapat
merasakan betapa indahnya nilai-nilai luhur itu, dan dengan demikian pembaca
akan mencoba untuk melakukan apa yang dicontohkan dalam nilai-nilai luhur yang
ada pada buku.
e. Pembangkit Motivasi
Bagaikan baterai handphone atau alat elektronik lainnya, lama tidak di
charge maka yang terjadi tidak berfungsinya alat tersebut, dalam waktu tertentu
akan terjadi kerusakan. Orang-orang yang lemah semangat perlu mendapatkan
motivasi agar kembali menemukan tujuan hidupnya. Buku-buku yang bermuatan
motivasi akan memberikan kontribusi dalam membangkitkan dan mengusung
energi posistif dari motivasi, dengan demikian seseorang dapat secara optimal
menemukan kembali motivasi tersebut untuk mencapai harapan yang diinginkan.
Membaca tentang keanekaragaman kehidupan dan membuka diri terhadap
ide dan informasi baru akan membantu perkembangan sisi kreatifitas dan motivasi
diri, karena otak akan menyerap inovasi tersebut ke dalam proses berfikir seseorang
yang sedang membaca.

f. Perentang Waktu
Kegaitan membaca sudah biasa dilakukan oleh banyak orang, namun, siapa
yang membuat jadwal untuk membaca buku setiap harinya? Banyak kemungkinan
hanya dimiliki oleh segelintir orang. Karena itulah, menambahkan aktivitas
membaca buku ke dalam jadwal harian seseorang dan berpegang dengan jadwal

5
tersebut hanya dimiliki oleh orang-oang yang memiliki kesiplinan dan motivasi
yang tinggi. Seseorang yang sudah terbiasa dengan kedisiplinan tersebut akan
merasakan sesuatu yang ganjil manakala tidak dapat menikmati kegiatan yang
sudah dijadwalkan itu. Seseorang yang sudah memiliki kebiasaan untuk membaca,
maka seseorang saat berada pada antrian pelayanan publik pun akan tetap
meluangkan waktu untuk membaca buku yang sudah disiapkan sebelumnya.
Kondisi menunggu antrian pelayanan publik ini kita akan dihampiri rasa
bosan oleh setiap orang. Oleh karena itu, waktu rentang kita saat menunggu di
bandara, di rumah sakit, atau tempat antrian lainnya kita bisa memanfaatkan untuk
membaca buku apa yang bisa kita pilih. Bukan untuk menghayal dan melamun,
tetapi untuk mendapatkan informasi dan mengasah kecerdasan berfikir tentang
realitas yang ada yang disajikan dalam buku tersebut. Dengan demikian, tidak terasa
waktu pun giliran datang untuk seseorang itu. Di samping tidak merasakan lama
waktu tunggunya yang menjadikan seseorang bosan, seseorang pun akan
mendapatkan manfaat membaca buku, antara lain menjadi rasa senang dan fresh
atas pilihan buku yang dibaca.
g. Sarana Refleksi Diri dan Pembelajaran Diri
Membaca dapat mengantarkan seseorang untuk dapat melihat dunia dari kaca
mata atau sudut pandang penulis buku. Pembaca buku dapat memiliki idealisme
dengan beragam pengetahuan dari idealisme penulis penulis buku yang dibaca.
Dengan demikian, seseorang dapat melakukan refleksi diri terhadap apa yang
difikirkan dan dilakukan.
Membaca buku seseorang seakan dapat bercermin dari pemikiran yang ada
dalam buku. Buku menawarkan keuntungan dan menebarkan kebaikan bagi siapa
saja yang mau menerima asupan ilmu. Ilmu yang disuguhkan dalam buku dapat
menjadikan seseorang dapat mengukur diri sendiri, menimbang dan menakar
seberapa dekat pembaca dengan konsep yang ditawarkan. Dengan demikian,
seseorang dapat merefleksi diri dan mendapatkan pembelajaran diri untuk
menemukan kesuksesan di masa yang akan datang. Kata mutiara Kahlil Gibran
berikut ini “Keindahan adalah kehidupan itu sendiri saat ia membuka tabir penutup
wajahnya. Dan kalian adalah kehidupannya itu, kalianlah cadar itu. Keindahan
adalah keabadian yang termangu di depan cermin. Dan kalian; adalah keabadian itu,
kalianlah cermin itu. Dengan demikian, cermin itu adalah refleksi diri untuk
mendapakan keindahan hidup kita sendiri.

6
2. Manfaat Membaca bagi Kesehatan
Salah satu manfaat membaca yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari
adalah menemukan cara untuk mengerjakan sesuatu. Pada masa dahulu anak-anak
hanya belajar dengan mengamati dan menirukan orang tua. Dalam kehidupan modern
orang harus semakin banyak bergantung pada petunjuk-petunjuk tertulis dan aturan-
aturan untuk melakukan sesuatu (Zuchdi, 2007: 98). Di samping itu, membaca bukan
hanya untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan saja, namun ternyata membaca
juga bermanfaat untuk kesehatan. (Solopos.com 24/11/11 diakses tanggal 9 Maret
2012). Buku memberikan beberapa keuntungan bagi pembacanya, berikut ini
disampaikan beberapa manfaat membaca bagi kesehatan.
a. Melatih Otak
Rutinitas dalam membaca akan bermanfaat meningkatkan kecerdasan otak.
Saat membaca, otak akan bekerja dan menjalankan fungsinya dengan sempurna.
Ketika membaca, seseorang akan dipaksa untuk memikirkan banyak hal yang Anda
belum mengetahuinya. Saat membaca otak akan berpikir lebih, sehingga akan
mengasah kecerdasan.
b. Meringankan Stres
Sastra adalah seni yang memiliki keindahan bahasa dalam bentuk tulisan.
Keindahan bahasa sastra mampu mengantarkan pembaca untuk berimaginasi
sebagimana yang diantarkan oleh penulis agar pembaca merasa terhibur. Manfaat
membaca buku sastra akan dapat menghibur dan akan mengurangi stress yang
dialami seseorang. Stress merupakan salah satu penyebab beberapa penyakit
berbahaya yang mengancam jiwa seseorang.
c. Menjauhkan Risiko Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer bukan penyakit menular, melainkan merupakan sejenis
sindrom dengan apoptosis sel-sel otak pada saat yang hampir bersamaan,[1]
sehingga otak tampak mengerut dan mengecil. Alzheimer juga dikatakan sebagai
penyakit yang sinonim dengan orang tua (wikipedia.org.alzheimer, diakses tanggal
16 Maret 2012. Stimulasi (rangsangan) dalam membaca buku bermanfaat langsung
meningkatkan daya ikat otak, sehingga membantu mencegah gangguan penyakit
Alzheimer. Menurut para peneliti, membaca buku atau majalah, bermain teka-teki
silang, sudoku, dan lain-lain dapat menunda atau mencegah kehilangan memori
karena sel-sel otak dapat terhubung dan tumbuh. Membaca, walaupun bukan
sebuah permainan, akan membantu seseorang dapat meregangkan “otot” memori

7
dengan cara yang sama. Membaca itu memerlukan ingatan terhadap detail, fakta
dan gambar pada suatu literatur, alur, tema atau karakter cerita. Banyak penelitian
yang menunjukkan bahwa jika seseorang tidak menggunakan memorinya, maka
seseorang bisa kehilangan memori yang sudah dimiliki. Teka-teki silang adalah
salah satu contoh permainan kata yang dapat mencegah penyakit Alzheimer.
d. Mengembangkan Pola Tidur yang Sehat
Membaca sebelum tidur akan bertindak sebagai alarm bagi tubuh dan
mengirimkan sinyal bahwa sudah waktunya tidur. Membaca sebelum tidur tidak
sama dengan membaca sambil tiduran. Seseorang yang melakukan kebiasaan
membaca buku sebelum tidur akan menjadikan seseorang dapat tidur dengan
nyenyak. Seseorang yang dapat tidur dengan nyenyak dan berkualitas akan membuat
seseorang merasa segar bangun di pagi hari.
e. Meningkatkan Konsentrasi
Membaca buku akan membuat fikiran dan perhatian seseorang menjadi lebih
fokus dan konsentrasi. Tidak seperti majalah, internet atau email yang hanya berisi
potongan kecil informasi, buku akan menceritakan keseluruhan cerita. Oleh sebab
itu, seseorang perlu berkonsentrasi untuk membaca. Seperti otot, seseorang yang
sedang membaca buku akan menjadi lebih baik di dalam berkonsentrasi. Seseorang
yang sudah terlatih untuk membaca buku dengan konsentrasi yang baik, akan
menjadikan seseorang memiliki keterampilan untuk melihat sebuah urutan dan
kedalaman fakta yang ada di dalam buku. Dengan demikian seseorang yang terbisa
membaca buku dapat menganrtarkan seseorang untuk melihat sebuah fakta secara
secara objektif. Obyektivitas inilah yang akan menjadikan seseorang dapat bersikap
obyektif dalam pengambilan keputusan yang ada.
f. Menyehatkan Kulit Wajah
Fatimah Mernissi, perempuan penulis Islam dari Maroko pernah berpesan
“usahakan menulis setiap hari, niscaya kulit anda akan menjadi segar kembali
akibat kandungan manfaatnya yang luar biasa. Dari saat seseorang bangun dari
tidurnya, kegiatan menulis dapat meningkatkan aktifitas sel. Coretan pertama di
atas kertas kosong, kantung di bawah mata akan segera lenyap dan kulit seseorang
dan akan terasa segar kembali.
g. Menjernihkan Pikiran,
Menulis pada hakekatnya adalah usaha mengekpresikan berbagai kekalutan
berfikir, ketidakadilan, kejengkelan dan perasaan lain yang menghadirkan energi

8
negatif. Apabila dikeluarkan melalui tulisan, maka kekalutan berfikir itu dapat
berkurang, hilang dan diganti dengan ada kepuasaan tersendri. Para sastrawan,
budayawan atau ilmuwan itu sebenarnya merasakan sesuatu dalam diri mereka yang
kemudian direnungkan, dianalisis, didiskusikan, dan ditulis. Karya sastrawan,
budayawan atau ilmuwan sebenarnya merupakan pelampiasan terhadap
kejengkelan sosial, politik, etika, dan moral yang terjadi di masyarakat. Sastrawan,
budayawan atau ilmuwan sekadar berkeluh kesah terhadap fenomena yang terjadi
dan berusaha dengan kacamatanya memberikan solusi. Kemudian apa yang dapat
diungkapkan kepada masyarakat itulah yang sebenarnya merupakan kepuasaan
tersendiri yang dimiliki oleh sastrawan, budayawan atau ilmuwan. Sastrawan,
budayawan atau ilmuwan akan terlepas dari beban moral yang selama ini
menghantui perasaan dan pikirannya. Melihat, mendengar, merasakan, dan
menuliskan dari fenomena itu tumbuh pikiran-pikiran yang jernih untuk
memberikan kritik solusi yang baik.
h. Mengatasi Trauma.
Menghadapi kehidupan sehari-hari, kadang-kadang menjadikan seseorang
mengalami trauma psikologis. Trauma psikologis dapat menghadirkan perasaan
tertekan karena suatu masalah. Kondisi ini tentu tidak mudah dihilangkan. Namun,
tatkala masalah tersebut diungkapkan melalui tulisan, maka sebenarnya seseorang
telah melepaskan energi negatif yang menjadikan beban psikologis. Orang-orang
yang menuliskan pikiran dan dan perasaan terdalam mereka tentang pengalaman
traumatis akan menunjukkan peningkatan fungsi kekebalan tubuh bila
dibandingkan mereka yang sama sekali tidak menuliskannya. Aidh bin Abdullah
al-Qarni, dalam bukunya, “La Tahzan” mengungkapkan tentang banyaknya
manfaat membaca, yaitu di antaranya sebagai berikut: membaca menghilangkan
kecemasan dan kegundahan, ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk ke
dalam kebodohan, kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa
berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja, orang dapat
mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata, membantu
mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir, meningkatkan
pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman, orang dapat
mengambil manfaat dari pengalaman orang lain: kearifan orang bijaksana dan
pemahaman para sarjana, orang mengembangkan kemampuannya; baik untuk
mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai

9
disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup, membantu seseorang untuk
menyegarkan pemikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar
tidak sia-sia.
Nasihat lama, yaitu “Buku adalah gudang ilmu.” Demikian bunyi nasihat
lama yang sering kita dengar. Dengan membaca buku, kita akan menemukan lebih
banyak inspirasi, motivasi, dan berbagai khasanah ilmu pengetahuan. Begitu juga
bagi seorang penulis buku. Buku menjadi sarana menuangkan inspirasi, motivasi,
dan menularkan ilmu. Bahkan dengan menulis, maka seorang penulis pun akan
menjadi lebih ahli dalam bidang yang ditulis dan menemukan inspirasi-inpirasi baru
untuk berkarya dalam sebuah buku. Namun, tidak semua orang mau menulis
bahkan orang-orang yang sudah berilmu seperti dosen, guru, atau mahasiswa
misalnya, juga malas untuk campur tangan dalam dunia tulis-menulis ini. Saya
sendiri pun juga baru berinisiatif untuk menulis setelah mengetahui bahwa menulis
itu mempunyai banyak keuntungan.
3. Tips Mengantarkan pada Cinta Baca
a. Jadikan Buku sebagai Sahabat Setia
Tips yang dapat ditawarkan ini adalah jadikan buku sebagai sahabat setia di
saat tidak ada satupun orang lain yang bisa mengerti situasi yang dimiliki. Ini yang
saya rasakan bersama teman-teman lainnya setelah mengecap manisnya manfaat
dari buku yang dibaca. Terutama buku motivasi, dengan membacanya seseorang
dapat merasakan energi baru, seperti seakan menemukan sebuah kekuatan baru.
Kekuatan baru itu menjadikan seseorang seakan mau berlari untuk menggapai apa
yang diinginkan tanpa melihat kemampuan, situasi, dan kondisi yang ada pada
dirinya. Semunya seakan-akan akan berjalan sesuai dengan imaginasi yang ada
untuk meraih sukses itu. Jika seseorang pernah merasakan hal ini, berarti seseorang
mendapat manfaat secara langsung dari motivasi yang dibaca.
Jadikan buku sebagai teman yang akan memberikan banyak manfaat, bahkan
jadikan membaca sebagai sahabat dalam suka dan duka. Jadikagian buku sebagai
bagian yang tidak akan lepas dari rutinitas kehidupan. Jangan pernah berfikir bahwa
seseorang ada dalam kesendirian atau terkungkung pada perasaan bersalah dan
dengan demikian tidak ada satupun orang lain yang mau mengerti dan membantu.
Allah akan selalu hadir baik dibutuhkan maupun tidak, ada kalam ilahi yang bisa
dibaca dan juga buku yang dapat hadir sebagai penglipur lara.
b. Jadikan Buku untuk Membantu Meretas Kesulitan

10
Masyarakat sebenarnya sudah dapat mengambil nilai lebih dari membaca
buku ataupun lainnya. Tatkala mereka menemukan kesulitan terhadap
permasalahan yang dihadapi, masyarakat kembali untuk membuka buku atau
sumber lain agar dapat membantu mengurai benang ruwetnya sesuai dengan
spesifikasi keilmuan yang dimiliki oleh sumber bacaan. Sebagai contoh, ketika
seseorang kesulitan untuk membagi harta warisan, membagi harta akibat
perceraian, dan lain sebagainya, maka jadikan buku yang dapat membantu untuk
meretas kesulitan tersebut. Ketika seseorang menemukan kejenuhan berfikir untuk
mengukir prestasi, maka buku dapat menghadirkan ide-ide segar yang siap untuk
mengantarakan kesuksesan. Sebagai contoh sederhana saja, seseorang yang hendak
mengikuti sebuah mata lomba di desanya, dia sama sekali tidak dapat menemukan
ide bagus yang dapat diandalkan untuk mencapai prestasi. Seseorang tersebut
cukup menuju ke ruang perpustakaan desa untuk membaca beberapa buku dan
menemukan ide cemerlang untuk diaplikasikan dalam salah satu lomba tersebut.
Singkat cerita, dapat memenangkan lomba tanpa harus menganggu ide kreatif
lawan.
c. Jadikan Membaca sebagai Kebutuhan Harian
Tidak ubahnya seperti mengkonsumsi makanan, istirahat, rekreasi, olah
raga, dan beribadah, maka membaca hendaknya menjadi bagian dari sebuah
kebutuhan setiap hari. Hari-harinya tidak pernah absen dari membaca apa saja yang
bisa dinikmati untuk dibaca. Dengan demikian, seseorang tidak akan terpotong
informasi kini yang sedang berkembang di masyarakat. Seseorang dapat lebih
membangun sikap disiplin dalam membagi waktu untuk membaca apa saja yang
diinginkan.
4. Jenis Buku Bacaan
Jenis buku yang dapat dibaca antara lain:
a. Buku pelajaran
Buku pelajaran biasanya berupa buku-buku yang digunakan oleh sekolah
sebagai materi utama yang diajarkan sesuai dengan kurikulum pada tahun pelajaran
tertentu atau pada tahun kurikulum tertentu. Buku pelajaran biasanya hanya
memuat teori-teori dasar yang jauh dari pengungkapan problematika masing-
masing mata pelajaran. Sistematika penyusunan sesuai dengan kurikulum yang
diberlakukan. Memuat materi pokok dan bahan-bahan evaluasi atas materi yang
ada.

11
b. Kamus/ensiklopedi
Ensiklopedia adalah sejumlah tulisan yang berisi penjelasan yang
menyimpan informasi secara komprehensif dan cepat dipahami serta dimengerti
mengenai keseluruhan cabang ilmu pengetahuan atau khusus dalam satu cabang
ilmu pengetahuan tertentu yang tersusun dalam bagian artikel-artikel dengan satu
topik bahasan pada tiap-tiap artikel yang disusun berdasarkan abjad, kategori atau
volume terbitan dan pada umumnya tercetak dalam bentuk rangkaian buku yang
tergantung pada jumlah bahan yang disertakan (http://id.wikipedia.org/wiki/
Ensiklopedia, diakses 9 Maret 2012)
c. Parenting
Buku-buku parenting biasanya memuat materi tentang bagaimana mendidik
anak, membesarkan anak, membangun motivasi tertentu, mengukir prestasi, dan
mengembangkan hidup dengan perilaku terpuji dan lain sebagainya serta solusi
yang ditawarkan untuk mendidik anak yang berbudi pekerti luhur, cerdas, dan
terampil. Sistematika dalam penulisan buku yang memuat tentang parenting
biasanya dibangun dari kewajiban dan tanggung jawab orang tua untuk mendidik
anak-anaknya, setelah itu baru memuat hal-hal teknis yang dapat dilakukan oleh
orang tua untuk mengantarkan pada tujuan yang diinginkan.
d. How to yang memuat tentang panduan-panduan praktis cara memasak, cara
merawat diri dan lain sebagainya.
Buku ini bersifat teknis, karena memuat panduan-panduan secara lebih
lengkap. Harapan yang diinginkan oleh penulis adalah pembaca mengikuti tahapan-
tahapan yang harus diikuti agar memperoleh hasil yang sesui dengan penulisnya.
Bisanya dilengkapi dengan gambar-gambar yang dapat memberikan ilustrasi
terhadap materi yang disampaikan. Ilustrasi ini dapat memberikan gambaran yang
lebih jelas terhadap prosesi yang akan dihasilkan dengan mengikuti langkah-
langkah yang disarankan.
C. Menulis
1. Syarat sebagai Penulis
Menjadi seorang penulis sebenarnya tidak ada patokan yang ketat, semua syarat
sudah melekat pada diri seseorang secara lengkap, hanya saja apakah seseorang tersebut
telah mengenali dirinya bahwa dirinya mampu menjadi seorang penulis yang handal
bahkan fenomenal atau tidak sama sekali?. Di bawah ini disampaikan syarat-syarat
tersebut:

12
a. Dapat membaca dan menulis,
b. Gemar membaca,
c. Ada kemauan atau motivasi kuat untuk menulis,
d. Mampu membaca situasi dan kondisi di sekitar kita,
e. Mau belajar bagaimana bisa menulis berbagai jenis tulisan,
f. Mengetahui teknik penulisan, dan penggunaan bahasa yang baik dan benar,
g. Mau memulai menulis,
Dari beberapa klasifikasi syarat menjadi seorang penulis tampak sangat
sederhan, sehingga setiap orang tanpa mengenal batas umur, latar belakang
pendidikan, status sosial, dan status agama, bahkan tidak menyebutkan bahwa
menulis adalah bakat. Dengan demikian, yang mungkin diperlukan bukanlah suatu
‘bakat’ istimewa, tetapi lebih pada keinginan dan minat yang besar untuk mau
belajar, membangun kebiasaan dalam menuangkan gagasan lewat tulisan.”
2. Tips Konsistensi Menulis
Komitmen yang dapat ditawarkan agar seseorang bisa memiliki konsistensi
menulis antara lain:
a. Target
Target merupakan bagian dari strategi untuk mendapatkan peluang,
kesempatan dan suksesi. Membuat target-target tertentu dalam melaksanakan
kegiatan merupakan trik jitu agar apa yang kita laksanakan sesuai dengan target
yang sudah ditentukan. Menentukan target pasti tidak sembarang menentukan
waktu yang dapat kita selesaikan untuk menulis sesuatu karya tulis. Banyak
pertimbangan yang perlu diperhatikan agar target yang kita tetapkan tidak
menyisakan kekecewaan. Target yang ditentukan dapat berupa target perencanaan
secara umum, secara teknis seperti target ekplorasi data, waktu selesai penyusunan
laporannya maupun berupa jumlah eksemplar yang harus diselesaikan dalam kurun
waktu tertentu.
Target di sini bukan berarti memaksakan kehendak, karena proses menulis
tidak secara kaku ditentukan dengan waktu dan berapa produk yang harus
dihasilkan, tetapi target dalam pengertian di sini untuk membangun komitmen kerja
agar terarah sesuai dengan kemampuan, kesempatan, dan kemauan yang disepakti
oleh diri kita sendiri sebagai seorang penulis/peneliti.
Sebagai seorang penulis yang sudah memiliki nama harum misalnya,
biasanya pada waktu tertentu sudah mendapatkan pesanan dari penerbit. Secara

13
tidak langsung dari penerbit meminta tenggang waktu kapan tulisan itu bisa
diterimakan ke bagian penerbitan. Dengan demikian, penulis harus memiliki target
waktu tertentu kapan tulisan itu dapat diselesaikan agar kredibilitas penulis tetap
terjaga dengan baik.
b. Sebagai Sumber Nafkah
Dunia informasi dan telekomunikasi memang dunia yang menjanjikan secara
finansial. Penghargaan terhadap kepemilikan ilmu sekarang ini cukup dijunjung
tinggi. Sebenarnya dunia tulis menulis bagi kebanyakan orang bukan fianansial
yang dituju, tetapi hasil karyanya dalam orientasi untuk melatih analisis, melatih
menulis, membagi ilmu dan pengalaman, serta melatih kehalusan seni
berkomunikasi secara tulis. Bersamaan dengan orientasi tersebut bagi penerbit
memberikan apresiasi secara profesional dengan memberikan royalti kepada
penulis dengan besaran sesuai dengan oplah penjualan dengan menggunakan
perhitungan yang telah diketahui oleh kedua belah pihak. Apresiasi secara
profesional tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber naskah yang cukup
menjanjikan sepanjang hayat. Apresiasi secara positif dari penerbit tersebut dapat
menjadi penggugah bagi penulis untuk menjadikan hasil-hasil karyanya menjadi
investasi yang tidak mengenal umur. Contoh Habiburrahman Elshirazy misalnya,
dari novel Ayat-Ayat Cinta, mendapatkan royalti lebih dari Rp1,2 miliar.
Sederhananya hanya dengan modalnya sebuah naskah novel, yang kemudian naik
menjadi konsumsi film sang sangat melejit.
Eni Kusuma merupakan mantan TKI yang sukses menerbitkan buku motivasi
berjudul Anda Luar Biasa!!! Hebatnya, buku ini juga dikomentari oleh tidak kurang
dari 27 penulis, motivator, tokoh, atau aktifis ternama. Saat ini, Eni tidak hanya bisa
menikmati manfaat materi dari menulis namun juga popularitas. Eni mulai
membagikan semangatnya melalui forum-forum seminar, diskusi, serta talk show
di radio-radio. Melalui alasan inilah, maka melakukan kegiatan tulis menulis
menjadi pemicu untuk menulis secara kontinyu. Meskipun demikian, penulis yang
profesional materi bukan menjadi orientasi tunggal. Penulis menjadikan karyanya
sebagai bagian dari sumbangsih demi kemajuan ilmu dan pengetahuan, karena
penulis mengetahui bahwa pemilik harta harus menjaga hartanya, tetapi pemilik
ilmu, ilmunya yang akan menjaga pemiliknya. Harta jika diberikan akan berkurang,
sedang ilmu jika diberikan akan bertambah. Harta mudah membuat gelap

14
(sombong), sedang ilmu menerangi pemiliknya (menjadi rendah hati). Sayyidina
Ali RA.
c. Menggeser Hobi ke Profesi
Sebagian orang masih menjunjung tinggi kegiatan tulis menulis merupakan
kepuasan diri sebagai wahana pengembangan hobi belaka. Di luar apresiasi yang
diberikan oleh penerbit yang jumlahnya cukup lumayan, penulis ini masih
menganggap menulis sebagai hobi dan bukan profesi. Sebagai salah satu hobi, maka
profesi menulis dianggap tidak memiliki nilai jual yang baik. Paradigma ini dapat
digeser untuk membangun konsistensi dalam menghasilkan karya tulis bahwa
menulis dapat dijadikan sebagai profesi yang baik dan menjanjikan.
Profesi penulis merupakan sebuah profesi yang tidak mengenal kata terlalu
muda dan terlalu tua, pantas dan tidak pantas, serta tidak mengenal masa pensiun.
Profesi sebagai penulis dapat dimiliki oleh setiap orang. Profesi itu akan mengikuti
dengan karya yang keluar dari pemikiran yang bersih dan tajam dan dapat diterima
oleh masyarakat. Selama penulis dapat secara baik melakukan kegiatan tulis
menulis, tulisanannya dapat diterima oleh masyarakat, maka seorang lansia
sekalipun dapat tetap melanjutkan menjadi seorang kolumnis maupun pengarang.
d. Bangga sebagai Penulis
Di belahan bumi yang mana, negara mana, provinsi mana, kabupaten/kota
mana, desa mana dan lembaga yang mana kalau seseorang tidak merasa bangga
menjadi orang terkenal karena memiliki pengaruh yang kuat dalam masayarakat?.
Popularitas seseorang dalam dunia penerbitan tidak mengenal batas negara,
wilayah, dan latar belakang pendidikan. Sepanjang hasil pemikirannya dapat ditulis
dengan baik, diterima oleh masyarakat pembacanya, diterbitkan dengan baik, maka
tulisan itu dapat melampaui kemampuan fisik untuk mengunjungi wilayah tersebut.
Popularitas tersebut menjadikan seseorang patut merasa bangga akan
karyanya yang mendunia itu. Terdapat pengakuan secara baik merupakan kodrat
manusia untuk merasa bangga. Tetapi, perlu diketahui bahwa popularitas dalam
dunia tulis menulis bukan karena kebutuhan tersebut, tetapi ada kebutuhan yang
lebih esensial yang dapat memuaskan penulis, yaitu pemikirannya yang dapat
diterima secara baik oleh masyarakat. Menerbitkan buku dapat mengantarkan
kehadirannya jauh melampaui kemampuan fisik untuk mengunjungi orang lain dari
berbagai belahan dunia. Semakin banyak buku yang ditulis dan diterbitkan
menjadikan semakin banyak orang yang membaca buku yang ditulis, maka

15
otomatis akan cepat dikenal oleh banyak orang. Penghargaan publik ini dapat
mengantarkan kepada seseorang untuk melakukan kegiatan penulisan secara
konsisten.
3. Proses Menulis
Proses menulis bagi seseorang yang satu dengan seseorang yang lain memiliki
kerangka yang berbeda-beda. Meskipun demikian, proses menulis biasanya mengikuti
beberapa langkah berikut ini:
1. Inspirasi
Seorang penulis biasanya untuk melakukan kegiatan tulis menulis diawali
dengan mendapatkan inspirasi terlebih dahulu. Inspirasi tersebut dapat diperoleh
melalui kegiatan observasi, pembacaan beberapa sumber tertulis, mendengarkan
ceramah, atau bahkan mendaptkan inspirasi dari kegiatan sederhana yang dilakukan
atau melihat fenomena yang sangat sederhana, tetapi dari hasil berfikirnya yang
dalam menjadikan tulisan itu populis di masyarakat.
2. Pendalaman
Setelah mendapatkan inspirasi dari berbagai sumber tersebut penulis
biasanya melakukan pemahaman dengan mencari dan penelusuran
kepustakaan/informasi dari sumber lain untuk menguatkan buah dari inspirasi
tersebut. Inspirasi yang ada dikuatkan dengan pendalaman referensi yang dapat
menjadikan inspirasi tersebut memiliki timbangan akademik yang dapat
dipertanggung jawabkan. Pendalaman melalui literatur tersebut menjadikan ispirasi
itu semakin tajam, dalam dan jelas untuk menunjukkan kebenaran fakta.

3. Fokus Perhatian
Penulis melalui pendalaman referensi yang terpercaya, biasanya akan
memilih pada fokus yang ditulis dengan mengerucutkan pada kompetensi yang
lebih kuat yang ada pada dirinya. Inilah yang akan menandai pada spesifikasi
keilmuan dari penulis. Penulisan yang sesuai dengan spesifikasinya menjadikan
tulisan itu bersifat integral, komprehensif, dan memiliki kedalaman yang tuntas dan
jelas.
4. Menata Alur Pemikiran dengan Data, Logika dan Bahasa.
Konsentrasi lebih dikerucutkan pada upaya mengolah bahasa agar
pemikiran/logika dan kerangka pemikiran dapat diterima oleh akal sehat. Alur
berfikir ini penting untuk dapat mengenali apa, mengapa, siapa, di mana, dan kapan.

16
Alur berfikir tersebuut harus didukung oleh data yang memadai dan valid dan
dikemas dalam bahasa yang dapat mengantarkan pada pemahaman penulis atas data
tersebut, dengan demikian penulis tidak membiarkan pembaca untuk menafsirkan
sendiri dari data yang disuguhkan.
4. Penyakit Umum Calon Penulis
Calon penulis atau penulis yunior biasanya memiliki penyakit yang manusiawi
berupa takut salah dan takut tanggapan dari masyarakat yang kurang berpihak
kepadanya. Takut konsep yang ditawarkan tidak populis atau bahkan tidak dapat
diterima dengan baik oleh masyarakat. Itu saja masih beruntung, ada penulis yang
mendapatkan tanggapan yang tidak membangun dari pembaca karena berbeda
perspektif. Tanggapan yang kurang membangun tersebut dapat merusak mentalitas
penulis yunior. Oleh karena itu, berbekallah dengan prinsip hidup dalam mengawali
profesi sebagai penulis seperti per, semakin ditekan justru semakin melonjak/melejit
membumbung tinggi ke langit. Seorang penulis yang memiliki perspektif ini, akan
menjadikan namanya semakin membumbung tinggi. Hal ini tentunya tetap pada
pendirian bahwa yang ditulis adalah sesuatu yang benar dan mendasar pada pijakan
referensi yang mapan.
5. Kelemahan Penulis Senior dan Yunior
a. Kelemahan Penulis Senior
Menurut Djuroto dan Bambang Suprijadi (2002: 51-52) kelemahan penulis
senior antara lain:
1) Karena merasa sudah mapan, penulis senior cenderung tidak lagi mempelajari
atau mengembangkan struktur tulisan sebagai daya tarik tersendiri, penulis
senior menganggap tulisannya sudah bagus dan rutin karena sudah dikontrak
oleh penerbit,
2) Penulis senior sering menggunakan bahasa yang klise,
3) Penulis senior sering mengulang-ulang topik dan hanya sedikit perbaikan sesuai
dengan permasalahan yang berkembang di masyarakat,
4) Penulis senior biasanya merasa sudah memiliki nama melalui karyanya,
sehingga mengabaikan beberap hal yang dinilai penting.
b. Kelemahan Penulis Yunior
Kelemahan penulis pemula antara lain:
1) Wahana berfikirnya kurang aktual.

17
Penulis pemula biasanya kurang tekun mengikuti pergulatan isu yang
berkembang di masyarakat, dan lemah dalam menangkap esensi masalahnya.
Mungkin, hal ini kurang didukung kemauan untuk membaca, tidak memiliki
literatur, dan tidak mau mengikuti perkembangan tulisan di media lainnya.
2) Melebar.
Tulisan pemula biasanya melebar seringkali hit and run atau keluyuran
ke mana-mana; tidak fokus. Satu masalah diangkat belum diperdalam sudah
membahas topik lain yang kurang relevan dengan tulisan yang sebelumnya.
Begitu berulang-ulang sehingga tampak terlalu banyak jalan yang hendak
ditempuh. Kalau sudah demikian, akhirnya lupa pada kaitan dan solusi antara
sekian masalah yang harus difokuskan sebelumnya. Hal ini akan menjadikan
pembaca bingung dan tidak dapat menemukan sesuatu yang esensi dari tulisan
itu.
3) Tidak Memahami Angle (sudut pandang)
Penulis pemula cara menulisnya terlalu umum dan bersahaja. Bisanya
penulis pemula kurang berani untuk mengungkapkan ide yang spesifik dan
bahkan kontrapersepsi. Penulis pemula seakan tidak berani untuk mengambil
cabang, ranting, tangkai, daun, bunga atau buah dalam satu pohon sehingga
kurang dalam dalam mengeksplorasi masalah yang ditulis. Dengan demikian,
tulisan menjadi terkesan jauh dari sudut pandang yang jelas dan dangkal.
4) Kurang Eksplanatif
Penulis pemula biasanya kurang eksplanatif dan cenderung deskriptif
dalam mengurai permasalahan, sehingga padu padannya menjadi kurang sesuai
dengan realita yang ada, seakan hanya menyambung bagian-bagian topik yang
ada. seakan-akan penulis tidak hadir dalam kaya tulisan yang disuguhkan.
Dengan demikian, hanya sekedar memberikan penjelasan secara umum dan
tidak sampai pada tingkatan teknis apa yang difikirkan dan diusulkan sebagai
buah pemikirannya itu.
6. Tips Jitu bagi Penulis Yunior untuk Melejitkan Profesi dirinya.
a. Keluar dari Penjara Teori
1) Teori yang sudah dibakukan oleh masyarakat biasanya membuat penulis merasa
kaku harus mengikuti frame yang ada. Penulis yunior biasanya tidak berani
untuk menampilkan gagasan atau teori baru yang diyakininya sebagai sesuatu
yang benar. Oleh karena itu, agar pikiran penulis yunior dapat berkembang,

18
bebas lepas, sehingga power-nya keluar adalah dengan prinsip keluar dari
penjara teori. Penjara teori yang dimaksudkan adalah memiliki keseimbangan
motorik untuk mentransformasikan ide-ide tersebut untuk yang tidak diganggu
dengan teori yang searah dengan yang ditulis dan berani untuk berseberangan
dengan teori-teori yang sudah ada, asalkan penulis memiliki pijakan yang jelas
yang diikuti dengan logika yang dapat diterima oleh orang lain dan fakta empiris
yang ditemukan. Kalau fakta empiris dapat membuktikan realitas konsep yang
difikirkan, maka dapat mengantarkan pada teori baru yang dapat diujikan oleh
masyarakat. Menulis tidak perlu terkungkung pada teori-teori yang sudah
mapan, bisa jadi karena perubahan waktu dan dinamika masyarkat, maka teori
lama pun dapat tergesert dengan teori baru. Penulis boleh menjadikan teori lama
untuk dijadikan sebagai bagian dari pengayaan apa yang sedang kita tulis untuk
dihadirkan kepada pembaca.
2) Keluar dari penjara teori, ikuti kata hatinya, tulis saja apa kata hati kita, biarkan
otak kanan bekerja, setelah itu biarkan otak kiri yang akan merapikan,
3) Ia barat anak yang baru belajar berjalan jangan dibatasi dengan pagar, biarkan
dia berjalan sesuka yang dia mau. Pagar ibarat penjara,
4) Perjalanan menuju lupa untuk sampai kepada sebuah kejernihan berfikir,
dengan demikian hasil tulisannya dapat memiliki ruh,
5) Cara yang terbaik untuk menulis menuruti kata hati adalah menulis buku harian,
karena dalam menulis buku harian tidak terbebani apa-apa, kecuali yang
terbersit dalam hati dan pikiran. Tokoh-tokoh yang tenar karena menulis buku
harian antara lain Ahwad Wahib tentang Pergolakan Pemikiran Islam,
6) Menulis dengan tujuan terbatas hanya pada satu tujuan tertentu yang jelas,
7) Ibarat kita menyetir mobil di jalan raya yang sepi. Seakan kita sendirian,
sehingga mantap memutar setir kemudi kemana arah yang akan dituju, seakan
tidak akan pernah terjadi tabrakan, menabrak, atau ditabrak. Memakai ibarat
tersebut, seorang penulis akan dapat mengeluarkan ide segarnya tanpa ada
perasaan takut salah dan disalahkan. Ibarat tersebut seperti yang dilakukan oleh
seorang penulis surat atau korespondensi. Dalam menulis surat, kita sudah
membayangkan pembaca yang dituju, tetapi pembacanya terbatas (hanya satu
orang), kecuali surat terbuka,

19
8) Tokoh terkenal dengan menulis surat adalah Kartini (habis gelap terbitlah
terang), sebuah pernyataan hati untuk membongkar tadisi Jawa yang feodal
yang dikirimkan kepada teman korespondensinya.
9) Jika kita sudah mampu memanfaatkan kemampuan tujuan terbatas, langkah
berikutnya menulis dengan tak terbatas, artinya, kita tinggal mengubah
paradigma kalau semula (menulis surat) dirubah menjadi sebuah tulisan yang
lebih memiliki cakupan yang lebih luas.
10) Setelah kita dapat menulis dengan tujuan terbatas dan tak terbatas, baru kita
mentransfer data, mengurutkan tata cara penulisan, kebahasaan dan lain-lain
sesuai dengan kemampuan menganalisis hasil pengolahan data yang diperoleh
seperti penyusuanan laporan hasil penelitian baik skripsi, tesis, disertasi
maupun penelitian lain.
b. Spiritual Writing
Spiritual writing merupakan cara cepat melejitkan potensi menulis. Al-
ghozali untuk mengawali menulis dengan diawali melakukan sholat dua rokaat.
Tanpa sarana yang canggih, al-ghozali menulis dengan tulisan tangan hingga 8000
halaman. Kita??? Berarti ada sesuatu yang hilang pada diri kita, jaawabnya antara
lain ada nilai spiritual yang hilang. Menulis merupakan skill yang dapat dipelajari
asalkan punya kemauan siapapun pasti bisa. Apakah menulis perlu bakat? Jawanya
dari banyak pengalaman, bakat hanya berkontribusi 10% selebihnya (0% adalah
kemauan kuat dan kerja keras. Cara mengawali untuk menulis dengan car
mengawali dengan mengembangkan otak kiri terlebih dahulu, baru dengan otak
kanan (analitis), bersegeralah memposisikan hatinya dengan hati, dan bahasa yang
enak berasal dari hati bukan pikiran.
c. No Exellences
Sebagai seorang penulis yunior, fokus pada hal terbatas, kerucutkan
permasalahan jelas, atur emosi berfikirnya dengan baik, jaga tata bahasanya, dan
jangan berfikir untuk sempurna. Membuat dan lakukan dengan sempurna
merupakan sebuah modal awal bagi pemula. Hal penting bagi pemula adalah
sempurnakan tulisan yang dibuat itu. Jika penulis sudah membuat tulisan dengan
sempurna, maka pengakuan akan datang dari masyarakat. Biarkan waktu yang akan
menentukan kapan matahari terbit, biarkan kesuksesan Saudara seakan terjadi
dengan sendirnya. Ingat, lakukan yang terbaik !!!. beberapa hal penting dalam
mengawali untuk menulis sebagaimana disarankan oleh DePorter (2009: 12)

20
bahwa pusatkan pikiran, tuliskan beragam ide dan point-point utama, atur point-
point utama dalam sebuah kerangka, fokuskan pada target penulisan dan buat draft
karangan. Selamat datang penulis yunior.
Tips jitu yang lain yang disederhanakan tetapi memiliki kekuatan yang besar
dalam melahirkan bakat-bakat penulis adalah membiasakan untuk membaca buku,
melihat dan mencermati fenomena yang terjadi di masyarakat dan perkembangan
informasi di dunia tulis menulis, baik cetak maupun elektronik, serta segera menulis
dengan ide yang dapat ditangkap dari fenomena tersebut.
7. Mengapa Perlu Menulis dan Meneliti?
Kualitas seseorang muslim terukur oleh bobot ketaqwaan dan amaliahnya.
Bukan jabatan apa yang dipegang, tetapi apa yang sudah dilakukan oleh seseorang
karena jabatannya itu. Jabatan sebagai seorang penulis, maka bagaimana seseorang
tersebut mampu untuk memberikan tebaran ilmu kepada orang lain, sehingga kondisi
orang lain dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, dari tidak bisa menjadi bisa, dari
sulit menjadi mudah, dari rumit menjadi sederhana, dari tidak bermanfaat menjadi
bermanfaat, dari diabaikan orang lain menjadi lebih dipentingkan oleh orang lain, dari
tidak terjangkau menjadi terjangkau dari hal yang memiliki nilai mahal menjadi lebih
murah, dari rentang waktu yang lama menjadi rentang waktu yang sedikit, dan lain
sebagainya. Dengan demikian, masyarakat dapat memanfaatkan tulisan dari pengarang
tersebut untuk mendapatkan keuntungan dan kebermanfaatan. Transfer ilmu kepada
orang lain tersebut melalui tulisan yang dapat memahamkan, sehingga orang lain dapat
melakukannya dengan baik untuk merubah seseorang yang memutuhkan.
Melakukan penelitian bagi seoerang peneliti, bukan sekedar melakukan
penelitian begitu saja, tetapi ada substansi penting yang hendak diselesaikan secara
akademik dan secara sosial. Penelitian yang dilakukan biasanya sesuatu yang
berkembang di masyarakat tetapi ditemukan ketidaksejalanan dengan teori, adat
istiadat, kebiasaan lokal, agama, dan kepercayaan yang berkembang di masyarakat, dan
tuntutan kebutuhan, dan perubahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan kebiasaan
yang ada. Dengan demikian penelitian dilakukan apabila mengundang kontraversial,
keresahan, kerugian seseorang, kelompok orang atau lembaga bahkan pemerintah.
Melalui penelitian tersebut diharapkan dapat ditemukan titik singgung akan
permasalahan yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian dapat diminimalisir
keresahan, kerugian dan perdebatan yang tidak mendasar pada disiplin keilmuan
tertentu. Laporan hasil penelitian yang dilaksanan tersebut menjadi bukti jawaban atas

21
pertanyaan masyarakat atas beberapa kasus yang terjadi. Dengan demikian, masyarakat
menjadi lebih tenang dan terkendali karena sudah mendapatkan kepastian dari hasil
penelitian yang dilakukan. Sebagai contoh kasus yang menggemparkan ibu-ibu rumah
tangga dan masyarakat muslim di Indonesia tentang susu “D’ yang berdasarkan
penelitian sebuah perguruan tinggi mengandung minyak babi, sontak masyarakat
menghangat. Perusahaan susu ‘D’ itu pun membela diri dengan memberikan
pernyataan ketidakbenaran/hasil penelitian tersebut melalui konfrensi pers. Masyarakat
pun masih gamang menggunakan susu bermerek D tersebut. melalui penelitian yang
dapat dipertanggung jawabkan, maka beberapa lembaga terkait seperti Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Majelis Ulama Indonesia (MUI) turut
mengambil bagian dalam penelitian tersebut sehingga masyarakat menjadi menerima
hasil penelitian baru yang menyatakan bahwa tidak ada kandungan minyak babi yang
ada di dalam susu ‘D’ tersebut. Dengan demikian, melakukan penelitian akan dapat
ditemukan beberapa hal seperti fakta, data, dan informasi, generalisasi, prinsip-prisip,
dalil/kaidah-kaidah, dan sangt mungkin ditemukan teori-teori baru. Di samping itu,
dalam melakukan penelitian terdapat beberapa hal yang dapat kita peroleh antara lain
dapat melakukan pemecahan masalah, meningkatkan kemampuan untuk
menginterpretasikan fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks dan kait-
mengkait; dapat memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bidang yang diajukan,
meningkatkan kemampuan untuk menjelaskan atau menggambarkan fenomena-
fenomena dari masalah tersebut dan mendapatkan pengetahuan/ilmu baru.

22
BAB II
KONSEP DASAR PENULISAN KARYA ILMIAH

A. Prawacana
Di perguruan tinggi, baik mahasiswa maupun dosen, dituntut dan bahkan
berkewajiban untuk menghasilkan karya ilmiah, seperti menulis artikel, makalah,
penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi, dan bahkan untuk menulis jurnal tingkat lokal,
nasional, dan bahkan Internasional. Penulisan jurnal sekarang ini menjadi syarat mutlak
sebuah kelulusan bagi mahasiswa di perguruan tinggi di bawah naungan kementerian
pendidikan nasional.
Mahasiswa dalam proses perkuliahan pada mata kuliah tertentu diwajibkan untuk
membuat artikel, makalah, dan menyusun tugas akhir berupa penyusunan skripsi. Doesn
dalam menjalankan tugas tri dharma perguruan tinggi tidak lepas dari kegiatan penulisan
karya ilmiah. Oleh karena itu, dosen di samping bertugas membimbing mahasiswa untuk
menulis karya tulis ilmiah berupa skripsi, juga diwajibkan untuk membuat karya tulis
ilmiah (makalah), dan melakukan penelitian.
Suatu karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang
memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau
sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati
oleh masyarakat akademik. Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan
penelitian, makalah seminar atau simposium, artikel jurnal, yang pada dasarnya itu
merupakan produk kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang
terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain
dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya. Variasi jenis penelitian
dikuti dengan variasi penyusunan laporan yang perlu dilengkapi sesuai dengan pedoman
masing-masing lembaga atau departemen.
B. Konsep Dasar Penulisan Karya Ilmiah
1. Pemikiran Ilmiah
Pemikiran ilmiah adalah pemikiran yang logis dan empiris. Logis berarti masuk
akal, sedangkan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang
dapat dipertanggungjawabkan/yang dapat dibuktikan kebenarannya oleh orang lain.
Pemikiran ilmiah digunakan dalam memaparkan dan menganalisis data. Pemaparan
dan analisis data dapat membantu untuk memberikan penjelasan atas data yang ada.

23
Pemikiran ilmiah pada lingkup keilmuan terdiri dari dua tingkatan yaitu,
tingkatan abstrak dan tingkat empiris. Pemikiran ilmiah tingkat abstrak berkaitan
dengan penalaran. Pada tingkatan ini pemikirnya bebas tetapi sedikit terikat dengan
waktu atau ruang. Sedangkan pemikiran empiris berkaitan dengan pengamatan
terhada fenomena yang terjadi. Karena berkaitan dengan pengamatan, maka
pemikiran empiris ini sangat terikat dengan waktu dan ruangan.
Proses pemikiran ilmiah seseorang selalu dimulai dengan apa yang disebut
dengan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah merupakan gabungan dari dua
pendekatan yaitu pendekatan induktif dan deduktif. Pemahaman terhadap pendekatan
induktif dan deduktif ini perlu dilakukan secara bersama, karena hasil yang dicapai
dari kedua pendekatan itu berbeda.
a. Penalaran Induktif
Menurut Sukandarrumidi (2004: 38-40) pendekatan induktif adalah
pengalaman atau pengamatan seseorang pada tingkat empiris, menghasilkan
konsep, modifikasi model hipotesis menjadi teori dan bermuara di tingkat abstrak.
Pola induktif merupakan suatu pola berfikir yang menarik suatu kesimpulan yang
bersifat khusus dari berbagai kasus yang bersifat umum. Pola penalaran induktif
dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang
lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi dan diakhiri dengan
penyimpulan yang bersifat umum.
Dengan demikian, metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan
dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Metode berpikir
induktif dapat diberikan sebagaimana dalam contoh berikut ini:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jika dipanaskan, logam memuai.
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Dengan demikian, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.

24
b. Penalaran Deduktif
Menurut Sukandarrumidi (2004: 38-40) Pola deduksi adalah pola berfikir
yang bertitik tolak dari pernyataan yang bersifat umum, dan menarik kesimpulan
yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan dengan menggunakan pola deduksi
biasanya menggunakan pola pendekatan silogisme. Silogisme disusun dari dua
buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Pola penarikan deduktif dan induktif dapat ditampilkan dalam bagan
berikut:

Abstrak/umum

Deduktif:
dari Umum
ke Khusus

Induktif:
dari
Khusus ke
Umum

Konkret/khusus

Gambar Penarikan Kesimpulan


2. Pengertian Dasar Penulisan Karya Ilmiah
Karya tulis ilmiah berasal dari kata tulis atau tulisan dan ilmiah. Tulis atau
tulisan adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan sebuah karya tulis yang
disusun berdasarkan tulisan, karangan, dan pernyataan, serta gagasan sendiri ataupun
orang lain. Orang yang menyusun kembali hal-hal yang sudah dikemukakan oleh
orang lain itu disebut penulis, bukan pengarang. Hal ini dapat disepakati sebab yang
bersangkutan hanya mengkompilasikan dengan cara meringkas, menyimpulkan, atau
bahkan dengan menggabungkan data dan informasi menjadi satu berbagai bahan
tulisan. Kompilasi, ringkasan, kesimpulan tersebut sedemikian rupa sehingga tercipta
sebuah informasi baru yang lebih utuh. Seorang penulis biasanya sangat jarang
menuliskan dengan jujur bahwa tulisannya merupkan kompilasi, ringkasan, ataupun
kesimpulan dari beberapa sumber. Meskipun demikian, terkadang juga ada yang
25
dengan jujur menuliskan bahwa, yang saya tuliskan ini merupakan kompilasi,
sehingga ini bukan merupakan karya saya.
Ilmiah berarti bersifat ilmu, atau memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan.
Karya ilmiah adalah suatu karya yang memuat dan mengkaji suatu masalah tertentu
dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuan. Artinya, karya ilmiah menggunakan
metode ilmiah dalam merumuskan permasalahan, membahas permasalahan,
menggunakan metode sebagai alat bedahnya, membahas hasil kajiannya, dan
menyajikan kajiannya dengan bahasa baku dan tata tulis ilmiah. Di samping itu juga
menggunakan prinsip-prinsip keilmuan yang lain seperti objektif, logis, empiris
(berdasarkan fakta), sistematis, lugas, jelas, dan konsisten.
a. Definisi Karya Tulis Ilmiah
1) Djuroto dan Bambang Supriyadi (2005: 15).
Karya tulis ilmiah merupakan serangkaian kegiatan penulisan
berdasarkan hasil penelitian, yang sistematis berdasar pada metode ilmiah,
untuk mendapatkan jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang
muncul sebelumnya. Karya tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas
suatu masalah. Pembahasan itu dilakukan berdasarkan penyelidikan,
pengamatan, pengumpulan data yang diperoleh dari suatu penelitian, baik
penelitian lapangan, tes laboratorium ataupun kajian pustaka (Juroto dan
Bambang Suprijadi, 2002, 13).
2) Dwiloka dkk (2005: 2)
Karya seseorang ilmuwan (yang baru berupa pengembangan) yang
ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang diperoleh
melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian, dan pengetahuan
orang lain sebelumnya
3) Arifin, 2006: 1-2.
Karya tulis ilmiah merupakan karangan ilmu pengetahuan yang
menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan
benar.
4) Firman (2008).
Karya tulis ilmiah adalah laporan tertulis yang dipublikasikan atau
dipaparkan berdasarkan hasil penelitian atau pengkajian yang dilakukan oleh
seorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang
dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
26
Dari berbagai macam pengertian karya tulis ilmiah di atas dapat
disimpulkan bahwa, karya tulis ilmiah adalah suatu karangan yang berdasarkan
penelitian yang ditulis secara sistematis, berdasarkan fakta di lapangan, dan
dengan menggunakan pendekatan metode ilmiah, dan menyajikan hasil
pembahasannya dengan menggunakan tata tulis yang baku. Karya tulis ilmiah
juga merupakan suatu tulisan yang di dalamnya membahas suatu masalah.
Pembahasan itu dilakukan berdasarkan pengamatan, penyelidikan, pengumpulan
data yang diperoleh dari suatu penelitian, baik penelitian lapangan, tes
laboratorium ataupun kajian pustaka. Oleh karena itu, dalam memaparkan dan
menganalisis data harus berdasarkan pemikiran ilmiah yaitu pemikiran yang logis
dan empiris, dan memiliki karakteristik sikap-sikap ilmiah.
Hipotesis berasal dari dua kata hipo dan thesis, hipo artinya rendah dan
thesis artinya kebenaran. Jadi, hipotesis adalah kebenaran yang masih memiliki
taraf kerendahan dan akan diuji kebenarannya melalui penelitian. Pengujian
hipotesis sebagai suatu jawaban atas permasalahan yang diajukan terdapat dua
pembuktian. Pertama jawaban yang mengandung konklusi thesis, sedangkan yang
kedua merupakan jawaban yang mengandung konklusi hipotesis, benar tetapi
dapat diuji kembali atas kebenaran tersebut dalam waktu dan ruang berbeda.
Pengujian tersebut dapat diperoleh kesimpulan dan bila memungkinkan diberikan
rekomendasi atau hasil yang diperoleh untuk pengembangan ilmu.
Kesimpulan sebagai temuan hasil penelitian tidak selalu berupa sesuatu
yang baru, kecuali penelitian berupa diseretasi yang menuntut novelty yaitu
kebaruan dari hasil penelitian. Penelitian bisa jadi merupakan penelitian yang
sengaja dilakukan berdasarkan dari penelitian lanjut yang sudah pernah dilakukan
oleh orang lain sebelumnya, dengan demikian kesimpulan atau hasil temuan
penelitian itu sangat mungkin berupa kelanjutan dari hasil penelitian terdahulu.
Penelitian merupakan suatu proses mengandung keterlibatan berbagai unsur, maka
penelitian tidak dapat disebut sebagai penelitian yang benar-tidak benar, tepat dan
tidak tepat, dan bagus-jelek, tetapi dengan sebutan yang menggunakan ukuran
signifikansi/meyakinkan atau tidak meyakinkan.
3. Sifat Karya Ilmiah
Sifat Karya Ilmiah menurut Dwiloka dkk (2005: 4-5) dikonsepkan bahwa
karya ilmiah bersifat formal, maka harus memenuhi syarat dari sifat karya ilmiah itu
sendiri, antara lain lugas dan tidak emosional, logis, efektif, efisien, dan baku.
27
a. Lugas dan tidak Emosional,
Lugas dan tidak emosional artinya karya ilmiah hanya memiliki satu arti,
tidak memakai kata kiasan, sehingga pembaca tidak membuat tafsiran
(interpretasi) sendiri-sendiri. Oleh karena itu, perlu ada pembatasan (definisi
operasional) pengertian suatu istilah, konsep dari variable yang ada.
b. Logis
Logis artinya kalimat, alinea, sub-bab, sub-sub-bab disusun berdasarkan
suatu urutan yang konsisten. Urutan tersebut antara lain meliputi urutan
pengertian, klasifikasi, waktu (kronologis), ruang, sebab-akibat, umum-khusus,
khusus-umum, atau proses dan peristiwa yang terjadi.
c. Efektif
Efektif artinya alinea atau subbab harus menunjukkan adanya satu
kebulatan pikiran, ada penekanan, dan ada pengembangan.
d. Efesien
Efesien artinya hanya menggunakan kata atau kalimat yang penting dan
mudah dipahami.
e. Baku
Baku artinya menggunakan bahasa Indonesia yang dibakukan seperti
menggunakan ejaan yang disempurnakan (EYD).
4. Fungsi Penulisan Karya Ilmiah
Pada dasarnya kegunaan karya ilmiah untuk menemukan konsep-konsep baru
berdasarkan indikator-indikator pada fenomena yang diteliti, atau pengujian konsep-
konsep yang sudah ada, atau hanya untuk memaparkan apa yang terjadi pada obyek
penelitian. Hasil penelitian ada yang dapat menghasilkan sebuah rumusan yang baru
dengan harapan pada kondisi dan situasi yang sama atau hampir sama ditemukan
perubahan. Perubahan-perubahan tersebut dalam rangka untuk memperbaiki segala
sesuatu yang terjadi pada situasi dan kondisi obyek penelitian. Perubahan positif hasil
dari penelitian adalah kemajuan dan kemajuan inilah yang dituntut oleh ilmu
pengetahuan. Secara tekstual kegunaan karya tulis ilmiah antara lain:
a. Djuroto dkk, (2002: 19)
Menurut Djuroto dkk bahwa penulisan karya ilmiah fungsi penulisan karya
ilmiah meliputi dua hal, yaitu:
1) Pengakuan scientific objective untuk memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan.
28
2) Pengakuan practical objective untuk membantu pemecahan problema praktisi
yang mendesak.
b. Dwiloka dkk (2005: 2)
Menurut Dwiloka dkk, fungsi karya ilmiah adalah:
1) Sebagai penjelasan/explanation: sebagai penjelasan suatu hal yang
sebelumnya tidak diketahui, tidak jelas, dan tidak pasti, menjadi sebaliknya;
2) Ramalan/prediction: dapat membantu mengantisipasi kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi pada masa mendatang;
3) Kontrol/control: untuk mengontrol, mengawasi dan atau mengoreksi benar-
tidaknya suatu pernyataan.
Perbedaan fungsi penulisan karya ilmiah di atas merupakan perbedaan secara
umum dan secara khusus.
5. Jenis Karya Ilmiah
Awalnya, karya tulis ilmiah dipahami sebagai tulisan yang didasarkan atas
penelitian ilmiah. Sekarnag ini, mulai berkembang suatu paradigma baru bahwa suatu
karya tulis ilmiah tidak harus didasarkan atas penelitian ilmiah saja, melainkan juga
suatu kajian terhadap suatu masalah yang dianalisis oleh ahlinya secara profesional.
Contoh dari karya tulis ilmiah yang didasarkan pada penelitian ilmiah adalah makalah
(paper), artikel ilmiah, skripsi, tesis, disertasi. Sedangkan yang didasarkan pada suatu
kajian terhadap suatu masalah yang berkembang secara aktual dianalisis oleh ahlinya
secara profesional dengan penyajian yang lebih sederhana dikenal dengan karya tulis
ilmiah populer.
Pada dasarnya semua karya ilmiah merupakan hasil dari kegiatan ilmiah. Hal
yang membedakan hanyalah ruang lingkup permasalahan, materi, susunan, tujuan,
teknik penulisan, serta obyek yang dituju. Secara garis besar, karya ilmiah
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu karya ilmiah pendidikan dan karya ilmiah
penelitian.
Jenis karya ilmiah dibedakan antara lain karya ilmiah pendidikan yang terdiri
dari karya ilmiah tugas kuliah/resume, atau untuk mendapatkan gelar tertentu dalam
bidang pendidikan, karya ilmiah panduan, dan referensi. Karya ilmiah penelitian
antara lain makalah seminar dan Laporan hasil penelitian.

29
a. Karya Ilmiah Pendidikan
1) Karya ilmiah pendidikan berupa resume atau tugas kuliah, serta sebagai
syarat untuk mendapatkan gelar tertentu antara lain paper, pra skripsi,
skripsi, tesis, dan disertasi.
a) Paper (karya tulis)
Arifin (2006: 2) makalah adalah karya tulis ilmiah yang
menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di
lapangan yang bersifat empiris obyektif. Makalah menyajikan masalah
dengan melalui proses berfikir deduktif atau induktif. Paper atau lebih
populer dengan sebutan karya tulis/makalah, adalah karya ilmiah berisi
ringkasan atau resume dari suatu mata kuliah tertentu atau ringkasan dari
suatu ceramah yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswanya. Tujuan
pembuatan paper ini adalah melatih peserta didik untuk mengambil
intisari dari mata kuliah atau ceramah yang diajarkan oleh dosen.
Penulisan paper ini diperdalam dengan beberapa bab, antara lain: Bab I
Pendahuluan; Bab II Pemaparan Data; Bab III Pembahasan atau
Analisis; dan Bab IV Penutup yang terdiri dari Simpulan dan Saran.
b) Pra Skripsi
Pra skripsi biasanya diperuntukkan bagi mahasiswa diploma III.
Penulisannya sudah menggunakan kaidah ilmiah dengan sumber data
dari penelitian. Pra skripsi bersumberkan dari data dan pustaka. Format
penulisan terdiri dari bab I tentang pendahuluan yang memuat latar
belakang pemikiran, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan metode penelitian. Bab II berisi tentang gambaran umum lokasi. Bab
III deskripsi data. Bab IV berisi tentang analisis. Bab V Penutup berisi
tentang simpulan dan saran.
c) Skripsi
Menurut Arifin (2006: 3) Sripsi adalah karya tulis ilmiah yang
mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain.
Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris,
obyektif, baik berdasarkan penelitian langsung (observasi lapangan)
maupun penelitian tidak langsung (studi kepustakaan). Dwiloka dkk
(2005: 6) skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat
penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat orang lain harus
30
didukung oleh data dan fakta empiris-obyektif, baik berdasarkan
penelitian langsung (observasi lapangan, atau percobaan di laboratorium)
maupun penelitian tidak langsung (studi kepustakaan).
Menurut Manullang (2004: 4). Ciri skripsi antara lain; disusun
oleh mahasiswa untuk mendapatkan gelar akademik pada strata satu
(S1). Skripsi yang disusun memiliki karakteristik akademis berupa tidak
subyektif, memuat terkaan, memuat kebohongan, bersifat emosional,
mengejar keuntungan, argumentatif, persuasif, melebih-lebihkan sesuatu
tanpa data pendukung. Dengan demikian, skripsi bersifat obyektif,
penemuan yang valid berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan
metode yang benar, memuat kebenaran, rasional, untuk pengembangan
keilmuan, deskriptif sesuai dengan data yang ada di lapangan.
Pembahasan dalam skripsi dilakukan mengikuti alur pemikiran ilmiah
yaitu logis dan empiris.
Target dalam penyusunan skripsi bagi mahasiswa strata satu
sebenarnya sangat sederhana, yaitu mahasiswa memiliki kemampuan
untuk merumuskan permasalahan, menentukan dan menggunakan
metode penelitian, dan mampu mengumpulkan data lapangan dengan
benar.
d) Tesis
Menurut Arifin (2006: 3) tesis adalah karya ilmiah yang sifatnya
lebih mendalam daripada skripsi. Tesis akan mengungkapkan
pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri. Karya ini akan
memperbincangkan pengujian terhadap satu hipotesis atau lebih dan
ditulis oleh mahasiswa pasca sarjana. Dwiloka dkk (2005: 6) tesis adalah
karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan
skripsi. Thesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari
penelitian sendiri. Karya tulis ini akan membahas tentang pengujian
terhadap satu atau lebih hipotesis dan ditulis oleh mahasiswa program
pascasarjana (S2) untuk mendapatkan gelar megister. Thesis
bersumberkan dari data dan pustaka. Format penulisan kurang lebih
sama dengan pra skripsi.
Penulisan tesis bertujuan mensintesiskan ilmu yang diperoleh dari
perguruan tinggi guna mempeluas khazanah ilmu yang telah didapatkan
31
dari bangku kuliah magister. Khazanah ini terutama berupa temuan-
temuan baru dari hasil suatu penelitian secara mendalam tentang suatu
hal yang menjadi tema tesis tersebut.
Target dalam penyusunan tesis bagi mahasiswa strata dua
sebenarnya sangat sederhana, yaitu mahasiswa memiliki kemampuan
untuk merumuskan permasalahan, menentukan dan menggunakan
metode penelitian, dan mampu mengumpulkan data lapangan dengan
benar dan mampu untuk menganalisis data yang diperoleh di lapangan
dengan benar.
e) Disertasi
Menurut Bambang Dwiloka dkk (2005: 7) disertasi adalah karya
tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh
peneliti berdasarkan data dan fakta yang valid dengan analisis yang
terinci. Disertasi diperuntukkan bagi mahasiswa strata tiga (3) untuk
mendapatkan gelar doktor. Berbeda dengan sebelumnya, disertasi
bersumberkan dari data, pustaka, dan dari laboratorium dan
pengungkapan teori yang digunakan. Untuk memecahkan permasalahan
yang hendak diungkap dengan menyertakan dalil-dalil atau teori-teori
baru secara ilmiah serta sanggahan-sanggahan atas teori-teori lama.
Penemuan teori-teori atau dalil-dalil baru inilah yang sebenarnya
menunjukkan ciri khas disertasi. Menurut Arifin (2006: 3) disertasi
adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat
dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih dengan
analisis yang terinci.
Prosedur untuk dapat mengikuti ujian disertasi diatur masing-
masing oleh perguruan tinggi secara spesifik. Salah satu syarat umum
antara lain telah menempuh beberapa mata kuliah yang dipersyaratkan
oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan, telah mengajukan usulan
proposal disertasi untuk dilakukan sidang komisi uji kualitas oleh
profesor yang memiliki sertifikat penjamin mutu kualifikasi keilmuan
tersebut, mengikuti seminar proposal, ujian proposal, ujian
komprehensif, penelitian di lapangan sesuai dengan topik yang diteliti,
sidang komisi laporan hasil penelitian, ujian tertutup, dan ujian terbuka.
Mahasiswa yang sedang mempertahankan disertasinya didampingi oleh
32
satu/beberapa promotor atau copromotor yang turut bertanggung jawab
atas disertasi promovendus (sebutan mahasiswa yang menulis disertasi).
Dalil yang dikemukakan biasanya dipertahankan oleh penulisnya
dari sanggahan-sanggahan senat guru besar atau penguji pada suatu
perguruan tinggi. Disertasi berisi tentang hasil penemuan-penemuan
penulis dengan menggunakan penelitian yang lebih mendalam terhadap
suatu hal yang dijadikan tema dari disertasi tersebut, penemuan tersebut
bersifat orisinil dari penulis sendiri. Perguruan tinggi tertentu akan
menambahkan persyaratan lain di samping penyusunan laporan
penelitian dalam bentuk disertasi. Dengan demikian, target dalam
penyusunan disertasi bagi mahasiswa strata tiga (S3) sebenarnya agar
mahasiswa memiliki kemampuan untuk merumuskan permasalahan,
menentukan dan menggunakan metode penelitian, dan mampu
mengumpulkan data lapangan dengan benar dan mampu untuk
menganalisis data yang diperoleh di lapangan dengan benar, serta
mampu untuk memberikan solusi yang baik dan tepat demi
pengembangan ilmu, serta mempu menemukan keaslian dan kebaruan
dari hasil penelitian yang dilakukan.
Setelah memenuhi berbagai persyaratan lain secara spesifik dari
lembaga tersebut, maka penulis disertasi berhak untuk menyandang gelar
Doktor.
Laporan penelitian tersebut harus memenuhi ciri-ciri penelitian ilmiah
antara lain purposiveness rigor, testibility, replicability, objectivity,
generalizability, precision, confidence, parsimony. Purposiveness, fokus
tujuan yang jelas. Rigor, teliti, memiliki dasar teori dan disain metodologi
yang baik. Testibility, prosedur pengujian hipotesis jelas.
Replicability, pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang
sejenis. Objectivity, berdasarkan fakta dari data aktual, tidak subjektif dan
emosional. Generalizability, semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya
semakin berguna. Precision, mendekati realitas. Confidence, peluang kejadian
dari estimasi dapat dilihat. Parsimony, kesederhanaan dalam pemaparan
masalah dan metode penelitiannya.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian dapat
digolongkan/dibagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan kriteria-kriteria
33
tertentu, antara lain berdasarkan: (1) tujuan; (2) pendekatan; (3) tempat; (4)
pemakaian atau hasil/alasan yang diperoleh; (5) bidang ilmu yang diteliti; (6)
taraf Penelitian; (7) teknik yang digunakan; (8) keilmiahan; (9) spesialisasi
bidang (ilmu) garapan. Masing-masing pembagian tersebut antara lain tujuan
untuk mendapatkan gelar atau tidak, pendekatan yang digunakan kuantitatif
atau kualitatif dan pembagian yang lebih rinci, hasil/alasan yang diperoleh
antara lain berupa basic research (penelitian dasar), mempunyai alasan
intelektual, dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan atau applied
reseach (penelitian terapan), mempunyai alasan praktis, keinginan untuk
mengetahui, bertujuan agar dapat melakukan sesuatu yang lebih baik, efektif,
efisien.
Berdasarkan Bidang yang diteliti, berupa penelitian sosial secara khusus
meneliti bidang sosial: ekonomi, pendidikan, hukum, dan sebagainya.
Penelitian eksakta, secara khusus meneliti bidang eksakta berupa penelitian di
bidang ilmu kimia, fisika, teknik, dan sebagainya. Berdasarkan Tempat
penelitian field research (penelitian lapangan), langsung di lapangan atau
library research (penelitian kepustakaan), dilaksanakan dengan menggunakan
literatur (kepustakaan) dari penelitian sebelumnya, laboratory
research (penelitian laboratorium), dilaksanakan pada tempat
tertentu/laboratorium, biasanya bersifat eksperimen atau percobaan.
Berdasarkan teknik yang digunakan antara lain survey research (penelitian
survei), tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap
variabel yang diteliti. Experimen research (penelitian percobaan), dilakukan
perubahan (ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti. Berdasarkan
Keilmiahan antara lain penelitian ilmiah dengan menggunakan kaidah-kaidah
ilmiah (mengemukakan pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan melalui
prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian
ilmiah/meyakinkan. Ada dua kriteria dalam menentukan kadar/tinggi-
rendahnya mutu ilmiah suatu penelitian yaitu kemampuan memberikan
pengertian yang jelas tentang masalah yang diteliti, kemampuan untuk
meramalkan, sampai di mana kesimpulan yang sama dapat dicapai apabila
data yang sama ditemukan di tempat/waktu lain.

34
b. Karya Ilmiah Panduan
Karya ilmiah panduan meliputi tiga hal antara lain panduan pelajaran
(text books), buku pegangan (hand books), dan buku pelajaran (diktat). Karya
ilmiah ini sangat familiar dengan dunia mahasiswa dengan sistem kelas jauh
atau universitas terbuka. Pertemuan antara dosen dengan mahasiswanya yang
terbatas maka, perlu dibantu dengan text books, hand books, dan diktat.
Meskipun demikian, ketiga ragam karya ilmiah panduan juga masih ditemukan
pada mahasiswa di luar universitas terbuka.
c. Karya Ilmiah Referensi
Karya ilmiah referensi meliputi:
1) Kamus berisi kumpulan kata-kata yang mengandung arti yang sama atau
terjemahan kata-kata dari dua bahasa atau lebih;
2) Ensiklopedi merupakan buku yang berisi berbagai keterangan atau uraian
ringkas tentang cerita-cerita, ilmu pengetahuan yang disusun menurut abjad
atau menurut rumpun ilmu.
d. Karya Ilmiah Penelitian
1) Jenis Karya Ilmiah Penelitian
Karya ilmiah penelitian antara lain seperti makalah seminar, dan
naskah bersambung, laporan hasil penelitian, dan jurnal penelitian.
a) Makalah Seminar
Naskah Seminar merupakan suatu naskah yang berisi uraian topik
yang membahas suatu permasalahan yang akan disampaikan dalam forum
seminar. Naskah seminar dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian
pemikiran murni dari penulis atau berdasarkan pada hasil temuan
penelitian yang dilakukan orang lain dengan menambahkan identitas
peneliti ke dalam daftar pustaka. Naskah dalam seminar memuat
pembahasan terhadap beberapa kasus yang terjadi di masyarakat dan
memecahkan permasalahan tersebut sesuai dengan disiplin keilmuan yang
dimiliki oleh pemateri.
b) Naskah Bersambung
Naskah bersambung misalnya hasil penelitian yang ditulis secara
bersambung. Bersambungnya naskah sesuai dengan maksud dan
tujuannya masing-masing. Membuat naskah bersambung juga sesuai
dengan klasifikasi kepentingan dari laporan penelitian yang dibuat.
35
c) Laporan Hasil Penelitian.
Laporan hasil penelitian merupakan bagian dari bentuk karya tulis
ilmiah yang cara penulisannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Laporan ini bisa dikelompokkan sebagai karya tulis ilmiah karena
berisikan hasil dari suatu kegiatan penelitian dengan menggunakan
metode yang tepat, dan teknik penulisan yang mengikuti format baku
yang ditetapkan.
d) Jurnal Penelitian.
Jurnal penelitian merupakan kumpulan dari karya ilmiah dari hasil
penelitian yang dilakukan secara individual ataupun kelompok dengan
cara menyusun intisari yang ada dalam laporan penelitian yang sudah
dilakukan. Teknik penulisan mengguankan teknik yang sudah disepakati
oleh pemilik jurnal tersebut.
6. Ketentuan dalam Penulisan Karya Ilmiah
Karya tulis ilmiah harus ditulis secara jujur dan akurat berdasarkan kebenaran
tanpa mengingat akibatnya. Kebenaran dalam karya tulis ilmiah adalah kebenaran
yang objektif-positif, sesuai dengan data dan fakta di lapangan, dan bukan kebenaran
yang normatif. Berdasarkan hal semacam ini, jelas bahwa sebuah tulisan yang disebut
sebagai karya ilmiah harus memiliki persyaratan-persyaratan khusus, seperti yang
disebutkan Brotowidjojo dalam Yunita T. Winarto, Dkk, (2004: 156) sebagai berikut:
a. Brotowidjojo dalam Yunita T. Winarto, dkk
Menurut Brotowidjojo bahwa karya tulis ilmiah memiliki syarat-syarat
sebagai berikut:
1) Menyajikan fakta secara objektif;
2) Mengemukakan segala uraian secara jujur;
3) Disusun secara sistematis;
4) Cenderung bersifat induktif;
5) Bertolak dari hipotesis tertentu. Hipo artinya rendah: thesis adalah kebenaran,
sehingga kebenaran yang masih bersifat rendah. Oleh karena itu perlu untuk
dibuktikan kebenarannya;
6) Menghindari tindakan yang manipulatif;
7) Bersifat ekspositoris maupun argumentatif;
8) Untuk memperjelas jawaban ilmiah terhadap permasalahan atau pertanyaan
yang ada dalam suatu penelitian, penulisan karya ilmiah harus menggali
36
khazanah pustaka, guna melengkapi teori-teori atau konsep-konsep yang
relevan dengan permasalahan yang ingin dijawabnya. Untuk itu, penulisan
karya ilmiah harus rajin dan teliti dalam hal membaca dam mencatat konsep-
konsep serta teori-teori yang mendukung karya ilmiahnya tersebut.
9) Untuk memenuhi kriteria tersebut, penulisan karya tulis ilmiah setidaknya
memenuhi syarat ABIK, yaitu: Asli (original), karya tulis yang dihasilkan
harus merupakan produk asli. Bermanfaat (useful): karya tulis yang dihasilkan
harus dirasakan manfaatnya secara langsung oleh pembaca. Ilmiah (scientific),
karya tulis yang dihasilkan harus disusun secara ilmiah, sistimatis, runtut dan
memenuhi persyaratan penulisan karya ilmiah. Konsisten (concistency), karya
tulis ilmiah yang dihasilkan harus memperlihatkan keajegan dan konsistensi
pemikiran yang utuh, baik secara keseluruhan maupun hubungan antar bagian
karya tulis yang disajikan.
b. Dwiloka dan Rati Riana (2005: 3)
Menurut Dwiloka dan Rati Riana menulis karya ilmiah memerlukan
sekurang-kurangnya empat (4) syarat, antara lain:
1) Motivasi dan disiplin yang tinggi;
2) Kemampuan mengolah data;
3) Kemampuan berfikir logis (urut/masuk akal) dan sistematis (terpadu);
4) Kemampuan mengaplikasikan bahasa.
Dengan demikian, dalam menulis karya ilmiah harus memenuhi ketentuan
secara umum dan ketentuan teknis.
7. Tahap Penyusunan Karya Ilmiah
Pada dasarnya penyusunan karya ilmiah terbagi menjadi beberapa tahap yaitu
pertama, persiapan yang terdiri dari pemilihan topik, penentuan judul, dan
penyusunan kerangka karangan. Kedua, pengumpulan data, dan ketiga adalah
pengorganisasian dan pengkonsepan, yang meliputi penyuntingan konsep dan
penyajian/pengetikan (Arifin, 2006: 7).
a. Persiapan
Langkah-langkah persiapan antara lain pemilihan topik, penentuan judul,
pembuatan kerangka karangan,
1) Pemilihan Topik,

37
Topik adalah pokok pembicaraan (Widyamartaya dan Sudiarti 1997: 31
dalam Bambang Dwiloka dan Rati Riana, 2005: 10) disampaikan beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam penentuan topik, antara lain:
a) Topik yang dipilih harus berada di sekitar penulis, baik di sekitar
pengalaman penulis maupun di sekitar pengetahuan penulis. Hindari topik
yang jauh dari kedua hal tersebut. Meninggalkan kemampuan yang ada di
sekitar penulis hanya akan menghasilkan penulisan yang tidak sempurna
dan bahkan akan membingungkan bagi pembaca.
b) Topik yang dipilih harus topik yang paling menarik perhatian penulis dan
pembaca;
c) Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan
terbatas. Hindari pokok masalah yang menyeret kepada pengumpulan
informasi yang beraneka ragam;
d) Topik yang dipilih harus memiliki data dan fakta yang obyektif. Hindari
topik yang subyektif;
e) Topik yang dipilih harus topik yang ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya;
f) Topik yang dipilih harus topik yang memiliki sumber acuan/pustaka.
2) Penentuan Judul,
Judul penelitian hendaknya mengandung komponen berikut: singkat
(langsung pada sasaran), jelas (logika dan susunan kalimatnya), spesifik,
singkat, problematik (mengandung permasalahan yang aktual), menarik minat
(pihak lain), terukur (ada pembatasan). Misalnya: “Suka Duka Pedagang Kaki
Lima di Simpang Lima Semarang”, lebih mudah dikerjakan daripada “Suka
Duka Pedagang Kaki Lima di semarang Jelas dalam memberi gambaran
mengenai penelitian yang diusulkan. Dengaan demikian, judul singkat dan
jelas serta mengisyaratkan fenomena dan fokus kajian penelitian. Penulisan
judul sedapat mungkin menghindari berbagai tafsiran yang bermacam-macam
dan tidak bias makna.
Judul dalam suatu karya tulis ilmiah merupakan identitas yang menjiwai
seluruh isi karangan. Dengan demikian, judul merupakan gambaran
konseptual dari kerangka kerja ilmiah. Judul merupakan kalimat yang terdiri
dari kata-kata yang jelas, tidak kabur, singkat (tidak terlalu pendek dan tidak
terlalu panjang), tidak bertele-tele, tidak saling tumpang tindih (interseksi),
tidak melahirkan kata yang hiperkorek, puitis/bombastis/sensasional.
38
Upayakan dalam penyusunan judul dengan menggunakan kata benda
misalnya, mengembang digunakan pengembangan, melayani digunakan
pelayanan dan lain sebagainya. Meskipun demikian, masih terdapat sebuah
institusi dan peneliti yang memiliki selera dengan menggunakan judul yang
menarik dan nyentrik. Contoh: Antara Tasbih dan Golok …, Tasbih dan Dupa
…, Tasbih di balik Terali Besi dalam Proses Pemasyarakatan Bagi Narapidana
Wanita Semarang Propinsi Jawa Tengah, Hari Esok yang Cerah di Sembir …,
Tawa dan Tangis Keluarga TKW …, Fenomena MI Bubar …, Bank Titil …,
Kampus dan Kampung …, Bermain dan Belajar … Paradigma Dakwah …
Bukti Sejarah Islam di Kuil Sam Po Kong …, dan lain-lain.
Dari pilihan judul tersebut menggambarkan selera peneliti dan lembaga
sponsor/penyandang dana. Meskipun demikian, penulisan judul harus dapat
menggambarkan topik yang akan diteliti. Melihat judul karangan tersebut,
seseorang dapat memprediksi isi penelitian. Di samping itu, dalam
menentukan judul pilihlah hendaknya dengan kata/frase/kalimat yang
memiliki kepadatan makna, kata kunci yang dapat mencirikan isi karya tulis
atau karya penelitian.
3) Pembuatan Kerangka Karangan.
Kerangka karangan disebut juga dengan ragangan (outline) yaitu proses
penggolongan dan penataan berbagai fakta, yang kadang-kadang berbeda jenis
dan sifatnya menjadi satu kesatuan. Outline ini memuat pokok-pokok gagasan
sebagai pecahan dari topik yang sudah dibatasi. Uma Sakaran dalam J.
Supranto, 2003: 324: model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan
dengan berbagai faktor atau variabel yang telah dikenali (diidentifikasi)
sebagai masalah yang penting.
Manfaat dalam pembuatan ragangan antara lain:
1. Penulis akan terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif,
2. Penulis akan terlatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai
sumber bacaan,
3. Penulis akan berkenalan dengan dunia perpustakaan seperti mencari
katalog,
4. Meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan,
5. Memperoleh kepuasan intelektual,
6. Memperluas cakrawala Arifin (2006: 4).
39
Sebelum membuat ragangan (outline) diawali dengan membuat peta
konsep sebagaimana dapat dicermati di bawah ini.

PETA KONSEP
PENDALAMAN MATERI PEMBELAJARAN SOSIAL DAN SAIN RA/TK

RUANG LINGKUP MATERI POKOK


SOSIAL DAN SAIN Evaluasi

I, MORAL DAN
NILAI-NILAI BAHASA KOGNITIF FISIK/MOTORIK SENI ARTI JENIS Materi

Gerak, lagu dan Tari


Gambar dan warna
Bentuk Benda
Nama Benda
Lisan-tulisan

Kelenturan

Koordinasi
Kekuatan
Gambar
Akhlak

40
Contoh Outline sebuah modul
OUTLINE
BAB I.PENDAHULUAN ...................................................................................... .......
A. Latar Belakang ....................................................................................
B. Deskripsi Singkat .................................................................................
C. Standar Kompetensi .............................................................................
D. Peta Konsep ........................................................................................
E. Relevansi/Manfaat ...............................................................................
F. Tujuan Pembelajaran ............................................................................
G. Petunjuk Penggunaan Modul .................................................................
BAB II.KEGIATAN BELAJAR 1 ...........................................................................
A. MATERI MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA, SOSIAL, EMOSIONAL,
DAN KEMANDIRIAN ...........................................................................
B. Kompetensi Dasar .................................................................................
C. Materi Pokok Aqidah dan Akhlak ............…………...............................
D. Uraian Materi Aqidah ............................................................................
E. Sifat Allah dan Ciptaannya .....................................................................
F. Nama-nama Malaikat dan Tugasnya ........................................................
G. Nama-nama Nabi dan Rasul ....................................................................
H. Nama-nama Kitab Suci Umat Islam .........................................................
I. Kalimat Syahadat ....................................................................................
J. Wudhu ...................................................................................................
K. Gerakan Sholat Wajib ..............................................................................
L. Zakat dan Shodaqoh .................................................................................
M. Puasa .......................................................................................................
N. Haji ..........................................................................................................
O. Mengenal Huruf Hijaiyah ...........................................................................
P. Hafalan Surat Pendek ..................................................................................
Q. Kalimat Thoyibah ....................................................................................
BAB III. KEGIATAN BELAJAR 2
MATERI KEMAMPUAN BERBAHASA ......................................................
Dan seterusnya

41
4) Pengumpulan Data
Langkah-langkah pengumpulan data antara lain:
a) Pencarian keterangan dari bahan bacaan;
b) Pengumpulan dari beberapa pihak yang dilibatkan dalam penelitian;
c) Pengamatan langsung ke obyek yang akan diteliti;
d) Percobaan dan pengujian di lapangan/di laboratorium;
5) Pengorganisasian dan Pengkonsepan
Pengelompokan/mengonsep bahan yaitu bagian-bagian mana yang akan
didahulukan untuk menyesuaikan dengan cakupan materi penelitian dalam
sistematika penelitian yang akan dilakukan.
a) Pemeriksaan/penyuntingan konsep,
Langkah-langkah pemeriksaan dan penyuntingan konsep antara lain:
pembacaan dan pengecekan kembali masalah dan struktur bahasa yang
digunakan. Dalam pemakaian bahasa yang ditulis sangat memungkinkan
terjadi pengulangan, saling tukar bahasa, saling tumpang tindih, dan
kerancuan bahasa yang digunakan serta penyusunan kalimat, paragraf,
maupun penggunaan ejaan.
b) Penyajian/Pengetikan.
Dalam penyajian/pengetikan hendaknya penulis memperhatikan
kebenaran, kerapian dan kebersihan, penyusunan sesuai dengan
sistematika yang dibakukan oleh lembaga atau sponsor.
C. Sitematika Karya Tulis Ilmiah
1. Sistematika Karya Tulis Ilmiah Bersifat Penelitian.
Indriantoro & Supomo, (1999: 14-15) suatu penelitian dikatakan penelitian
ilmiah yang baik jika memenuhi kriteria tujuan secara jelas, rigor (kokoh) yaitu
menunjukkan proses penelitian yang dilakukan secara hati-hati (prudent) dengan
akurasi yang tinggi. Basis teori dan rancangan penelitian yang baik akan menambah
kekokohan dari penelitian ilmiah, menggunakan landasan teoretis dan metode
pengujian data yang relevan, mengembangkan hipotesis yang dapat diuji dari telaah
teoretis atau berdasarkan pengungkapan data, mempunyai kemampuan untuk diuji
ulang (replikasi), memilih data dengan presisi sehingga hasilnya dapat dipercaya.
Tidak ada penelitian yang sempurna dan ketepatannya tergantung pada keyakinan
peneliti yang dapat diterima umum. Kesalahan pengukuran data dapat menyebabkan
ketepatan penelitian menurun. Desain penelitian harus dilakukan dengan baik
42
sehingga hasil penelitian dapat dekat dengan kenyataannya (precision) dengan tingkat
probabilitas keyakinan (confidence) yang tinggi, menarik kesimpulan dilakukan
secara obyektif. Hasil penelitian ilmiah akan memberikan hasil dan konklusi yang
obyektif jika tidak dipengaruhi oleh faktor subyektif peneliti, melaporkan hasilnya
secara parsimony (simpel: sederhana). Penelitian ilmiah mempunyai kemudahan di
dalam menjelaskan hasil penelitiannya, temuan penelitian dapat digeneralisasi. Hasil
penelitian ilmiah mampu untuk diuji ulang dengan hasil yang konsisten dengan
waktu, obyek, dan situasi yang berbeda. Idealitas tersebut harus didukung oleh
sistematika penulisan yang baik.
Banyak pola sistematika yang digunakan dalam penulisan suatu karya ilmiah
yang bersifat penelitian, tetapi paling tidak pada umumnya sistematika karya tulis
ilmiah yang bersifat penelitian memuat sistematika sebagai berikut:
a. Pendahuluan
Pendahuluan biasanya memuat 4 (empat) hal yang yaitu latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan signifikansi penelitian. Bagian-
bagian tersebut disusun secara urut sebagai bagian dari komponen pendahuluan.
Latar belakang masalah merupakan pemaparan singkat yang mengantarkan
adanya persoalan yang sangat krusial untuk diteliti. Sebagai uraian singkat yang
berupa pengantar urgensi tulisan, maka latar belakang memberi acuan bagi
pembaca untuk melihat pentingnya penelitian itu dilakukan.
Pada latar belakang masalah diuraikan faktor-faktor yang menjadi latar
belakang/arti penting masalah ditinjau dari segi kepentingan pengembangan ilmu
dan pandangan-pandangan rasionalitas peneliti sebagai alasan mengapa penelitian
itu penting dan mendesak dilakukan. Untuk mempertajam kajian yang akan
dilakukan, perlu dinyatakan dengan jelas akar masalah yang akan dicari
jawabannya melalui penelitian ini, pendekatan yang akan digunakan dalam
memecahkan akar masalah tersebut disampaikan dengan jelas dengan didukung
pustaka yang relevan (Suranto, 2011: 9). Latar belakang juga menuliskan tentang
teori terdahulu maupun yang bersifat kontemporer tentang variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian, tetapi bukan merupakan tinjauan pustaka. Data yang
ada di lapangan yang diperoleh melalui observasi awal dapat dipaparkan dengan
singkat, sehingga dapat diketahui tentang apa yang apa senyatanya (das sein) dan
apa yang sesungguhnya (das sollen).

43
Teknik penyajian dapat dimulai dengan teori/aturan/norma kemudian diikuti
dengan kasus yang berlawanan/berbeda, kasus-kasus empirik lalu diikuti atau
disandingkan dengan norma/aturan/teori yang ada. Pendeknya, ada
ketidaksesuaian sehingga menggugah rasa ingin tahu peneliti untuk melakukan
penelitian. Paparan dapat dilakukan dengan dimulai pada penyajian data yang
bersifat umum kemudian dilanjutkan ke paparan yang bersifat khusus.
Alinea/kalimat terakhir menjadi pengantar untuk masuk pada perumusan
keputusan pentingnya dilakukan penelitian. Dengan demikian, dapat dijadikan
sebagai alasan mengapa peneliti melakukan penelitian tentang topik tersebut.
Paparan dalam latar belakang memuat jika tidak dilakukan penelitian, maka
prediksi apa yang akan terjadi atau kerugian siapa yang akan ditimbulkan baik
bagi obyek penelitian ataupun bagi pemerintah.
Rumusan masalah merupakan anak kandung dari latar belakang, artinya
permasalahan yang diungkapkan/didiskripsikan dalam latar belakang tentang
permasalahan yang terjadi menjadi rumusan masalah yang hendak diketahui lebih
lanjut oleh peneliti. Rumusan masalah yang sudah ditemukan, kemudian dibreak
down menjadi sejumlah pertanyaan-pertanyaan penting untuk memperoleh
jawaban atas permasalahan yang ada dalam latar belakang. Rumusan masalah
harus dapat menunjukkan inti/akar masalah penelitian yang akan dijawab melalui
penelitian. Suranto (2011: 9) rumusan masalah harus singkat, spesifik, jelas,
terukur, dan pada umumnya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan dengan kalimat
tanya.
Tujuan penelitian menggambarkan target penelitian yang hendak dicapai
sesuai dengan rumusan masalah. Tujuan penelitian harus sesuai dengan rumusan
masalah, jelas, dapat diamati, dan atau terukur (Suranto 2011: 10). Tujuan
penelitian mendeskripsikan tujuan penelitian yang bertolak dari perumusan
masalah yang sudah ditetapkan.
Signifikansi penelitian atau kegunaan penelitian paling tidak memuat 3 (tiga)
hal yaitu untuk memahami masalah, memecahkan masalah, dan mengantisipasi
masalah. Memahami masalah berarti peneliti berusaha untuk memperjelas suatu
masalah/informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya menjadi dapat diketahui.
Mengantisipasi masalah berarti peneliti diusahakan dapat meminimalkan/
menghilangkan masalah yang sedang dihadapi. Mengantisipasi masalah berarti
peneliti berusaha untuk mengantisipasi masalah, sehingga masalah tidak terjadi.
44
Suranto (2011: 10) manfaat penelitian adalah pernyataan tentang kegunaan
penelitian bagi pengembangan ilmu (teoretis) dan penerapannya di masyarakat
(praktis). Bagian ini berisi uraian tentang temuan baru yang dihasilkan dan
manfaat temuan penelitian tersebut bagi kehidupan masyarakat secara langsung
dan atau bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh
ilmuwan lain untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
(IPTEKS), serta manfaat untuk program/institusi/pembangunan/masyarakat.
Perumusan manfaat seyogyanya merupakan manfaat yang terkait langsung dengan
topik penelitian (dihindari perumusan manfaat penelitian yang terlalu luas) dan
dapat digunakan sebagai acuan penelitian lanjutan oleh peneliti lain.
b. Landasan Teori
Landasan teori memuat sumber pustaka primer yang memenuhi standar
ilmiah dan kemutakhiran (recent publication) sesuai dengan topik penelitian yang
dilakukan. Landasan teori digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan dijadikan
sebagai materi untuk melakukan pembahasan hasil penelitian. Sebagaimana
Suranto (2011: 11) merekomendasikan untuk disertasi, peneliti diwajibkan
melakukan review terhadap (minimal) 10 jurnal internasional. Semua sumber
pustaka yang digunakan harus didokumentasikan, baik dalam teks karangan
maupun daftar pustaka, dengan sistem nama dan tahun. Jika mengunduh dari
internet harus diyakini sumber yang memenuhi kaidah keterpercayaan ilmiah.
c. Metode Penelitian
Metode merupakan cara dalam melakukan penelitian. Metode dapat pula
dikatakan sebagai alat bedah untuk mengungkap permasalahan yang ada dalam
ruang lingkup penelitian. Metode penelitian memiliki karakteristik yang berbeda-
beda sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih.
Penelitian kuantitatif biasanya memuat tentang jenis penelitian, tempat dan
waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian dan definisi
operasional, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, instrumen
pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, dan hipotesis statistik.
Penelitian berjenis kualitatif biasanya memuat tentang jenis pendekatan
penelitian, tempat dan waktu penelitian, data dan sumber data, teknik
pengumpulan data, validitas data, dan teknik analisis data.

45
d. Hasil Penelitian
Hasil penelitian merupakan bagian inti dari penelitian yang sudah
dilakukan. Hasil penelitian semata-mata menyajikan hasil penelitian tanpa harus
didiskusikan. Dalam menulis hasil penelitian hendaknya ditulis dengan bahasa
yang sederhana, lugas dan jelas. Tidak dibenarkan dalam membuat laporan hasil
penelitian berdasarkan persepsi diri peneliti tanpa diikuti dengan data yang ada di
lapangan.
Hasil penelitian dengan penelitian kuantitatif berarti menyajikan data secara
deskriptif pada variabel yang ditentukan. Melakukan uji persyaratan analisis
seperti uji normalitas, uji homogenitas, uji independensi, dan uji-uji lain yang
diperlukan. Hasil penelitian kuantitatif dengan menguji hipotesis yang diajukan.
Hasil penelitian kuantitatif ini juga memuat fakta-fakta penelitian dalam bentuk
tabel, grafik, foto, atau bentuk lain dengan dipaparkan penjelasan seperlunya.
Hasil penelitian kualitatif dengan menyajikan data secara kontekstual,
penjelasan fenomena, analisis dan hasil temuan sesuai dengan rumusan masalah
yang diajukan. Hasil penelitian juga dapat ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik,
foto, dan konversi hasil dari teknik pengumpulan data yang ditentukan.
e. Pembahasan
Pembahasan yang dilakukan haruslah objektif dan sesuai dengan data yang
diperoleh (misal: tabel atau gambar) dengan memperhatikan ataupun merujuk pula
hasil penelitian lain ataupun terdahulu. Pembahasan semestinya mempunyai alur
yang sistematis, tidak berulang-ulang membahas satu aspek saja, karena akhir dari
pembahasan ini adalah untuk mendukung terumuskannya kesimpulan yang dapat
disepakati.
Cakupan dalam pembahasan diungkapkan pula keterbatasan ataupun
limitasi dari hasil yang diperoleh dan periksa apakah hasil yang diperoleh telah
sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian tersebut. Di samping itu, ungkapkan
pula saran ataupun penelitian lanjutan yang perlu dilaksanakan.
f. Kesimpulan dan Saran
Analisis temuan-temuan penelitian akan menghasilkan kesimpulan. Hasil
temuan memerlukan pembahasan lebih lanjut dan penafsiran lebih dalam untuk
menemukan makna di balik fakta. Dalam melakukan pembahasan terhadap
temuan-temuan penelitian, peneliti harus kembali mencermati secara kritis dan
hati-hati terhadap perspektif teoretis yang digunakan.
46
Beberapa ketentuan dalam penyusunan kesimpulan antara lain harus
mendekati segala sesuatu sasaran kajian dengan penuh tanggung jawab untuk
mengurangi keraguan dan skeptis, objektif dalam menilai segala sesuatu yaitu
harus membebaskan dirinya dari sikap-sikap pribadinya, bersikap netral atau
terbebas dari membuat penilaian-penilaian menurut nilai-nilai budaya mengenai
hasil-hasil penemuannya, ilmuwan hanya dapat memberikan penilaian mengenai
data yang diperolehnya apakah benar atau palsu, kesimpulan tidak boleh dianggap
sebagai hasil mutlak atau kebenaran universal. Kesimpulan hanya berlaku relatif
sesuai dengan waktu dan tempat di mana penelitian itu dilakukan sesuai dengan
masalah yang diteliti dan dengan kerangka teori yang menjadi landasan penelitian
itu.
Dengan demikian, kesimpulan merupakan sebuah jawaban atas rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan hipotesis yang sudah ditentukan sebelumnya.
Kesimpulan menyajikan pemaknaan secara terpadu terhadap hasil penelitian yang
telah diperoleh. Pada bagian ini ungkapkan esensi dan arti penting dari hasil
penelitian tanpa mengulangi apa yang telah diungkapkan dalam rumusan masalah.
Kesimpulan ini adalah kesimpulan menyeluruh hasil penelitian dan bukan
kesimpulan dari bagian-bagian penelitian ataupun percobaan. Bentuk-bentuk
penulisan kesimpulan dapat berupa butir-butir maupun bentuk deskripsi.
Saran merupakan informasi untuk ditindaklanjuti oleh pembaca bila akan
mengadakan penelitian lanjutan atau mengembangkan penelitian yang telah
diselesaikan. Saran ditujukan kepada pihak-pihak lain untuk dapat memanfaatkan
hasil penelitian terhadap rumusan masalah dan atau hipotesis yang diajukan.
2. Sistematika Karya Tulis Ilmiah Bersifat Non Penelitian
Pola sistematika yang digunakan dalam penulisan suatu karya ilmiah yang
bersifat non penelitian, pada umumnya memuat sistematika pendahuluan,
permasalahan, pembahasan, solusi yang ditawarkan, dan kesimpulan, serta saran.

47
BAB III
RAGAM PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

A. Prawacana
Hampir semua penelitian memiliki ragam dalam penulisan karya ilmiahnya, dari studi
pustaka, sejarah, hingga studi lapangan. Walaupun orang sering membedakan antara riset
kepustakaan dan riset lapangan, keduanya tetap menggunakan metode penulisan karya ilmiah
yang hampir sama. Keberbedaan terdapat pada spesifikasi ruang lingkup kajian maupun pilihan
ruang lingkup teknis antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lainnya. Perbedaan yang lebih
spesifik itu terletak pada fungsi, tujuan dan atau kedudukan masing-masing riset tersebut. Dalam
riset pustaka, penelusuran pustaka lebih dari sekedar melayani fungsi-fungsi persiapan kerangka
penelitian, mempertajam metodologi atau memperdalam kajian teoretis.
Riset pustaka dapat sekaligus memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data
penelitiannya tanpa melakukan riset lapangan. Riset pustaka tidak menggunakan orang sebagai
obyek penelitian, tetapi menggunakan berbagai sumber pustaka. Kekuatan riset pustaka ada pada
kedalaman pustaka yang digunakan. Syarat bagi peneliti yang menggunakan riset pustaka antara
lain memiliki kegemaran untuk membaca pustaka. Sangat disayangkan apabila peneliti pustaka
malas membaca sumber pustaka. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan peneliti yang
malas membaca justru dengan pilihan penelitian pustaka ini peneliti tertantang untuk mau berlatih
untuk menyukai kegiatan membaca teks. Dengan demikian, pustaka yang ada menjadi sumber
utama dalam topik penelitiannya dapat dikuasai dengan baik.
Riset lapangan dalam memanfaatkan teori sebagaimana menurut Snelbecker dalam
Amir (2009: 26), antara lain sebagai pegangan untuk mensistemasikan penemuan penelitian,
menjadi pendorong untuk menyusun hipotesis, membuat ramalan atas dasar penemuan,
dan menyajikan penjelasan untuk menjawab pertanyaan “mengapa” dan Menurut Amir
(2009: 26), fungsi teori antara lain memberikan kesempatan untuk meramalkan dan
menerangkan perilaku, bermanfaat dan menemukan teori, digunakan untuk aplikasi
praktis, memberikan perspektif bagi perilaku, yaitu pandangan yang harus dijaring dari
data, dan membimbing, serta menyajikan gaya bagi peneliti dalam beberapa bidang
perilaku.
Idealnya sebuah riset profesional menggunakan kombinasi riset pustaka dan lapangan
dengan penekanan pada salah satu di antaranya. Namun, ada kalanya mereka membatasi
penelitian pada studi pustaka saja atau sejarah saja atau lapangan saja. Untuk dapat mendapatkan
titik singgung ragam penulisan karya ilmiah ini, disajikan beberapa hal teknis untuk
melaksanakannya.

48
B. Ragam Penulisan Karya Ilmiah
1. Penulisan Karya Ilmiah Kepustakaan
Seseorang melakukan penelitian kepustakaan paling tidak ada empat alasan
mengapa mereka melakukan hal ini. Pertama, karena persoalan penelitian tersebut
hanya dapat dijawab melalui penelitian pustaka dan mungkin yang menjadi tujuan dan
fokus penelitian. Kedua, studi pustaka diperlukan sebagai satu tahap tersendiri sebagai
studi pendahuluan untuk memahami kekuatan/daya dukung teori terhadap gejala baru
yang terjadi dalam masyarakat. Ketiga, untuk menemukan esensi nilai perjuangan
tokoh dibandingkan dengan teori lain yang ada. Keempat data pustaka dinilai tetap
handal untuk menjawab persoalan penelitiannya. Seseorang yang melakukan
penelitian dengan studi pustaka hendaknya mengenali beberapa ruang lingkup dan
spesifikasi yang dimiliki dalam penelitian pustaka.
Setidaknya ada empat ciri utama studi kepustakaan. Pertama: peneliti
berhadapan langsung dengan teks dan data angka dan bukannya dengan pengetahuan
langsung dari lapangan atau saksi mata berupa kejadian, orang atau benda-benda lain.
Kedua, data pustaka bersifat siap pakai. Ketiga, data pustaka umumnya adalah sumber
sekunder yang bukan data orisinil dari tangan pertama di lapangan. Keempat, kondisi
data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Banyak yang menganggap bahwa
riset perpustakaan identik dengan buku-buku. Anggapan ini tidak salah namun selain
buku-buku ada juga data yang berupa dokumen, naskah kuno dan bahan non cetak
lainnya. Dengan demikian, perpustakaan juga menyimpan karya non cetak seperti
kaset, video, microfilm, mikrofis, disket, pita magnetik, kelongsong elektronik berupa
hadits dan quran atau lainnya.
Koleksi perpustakaan memiliki berbagai jenis koleksi berdasarkan klasifikasi
tertentu. Salah satu sistem klasifikasi yang umum digunakan adalah Sistem Dewey.
Selain Sistem Dewey masih ada lagi sistem Library of Congress. Tetapi, apapun
sistem klasifikasi yang lazim digunakan, peneliti harus mengenal beberapa koleksi
terpilih yang dalam studi pustaka sering disebut alat bantu bibliografis. Koleksi yang
termasuk ke dalam alat bantu bibliografis adalah buku-buku referensi (kamus,
ensiklopedi, buku indeks, buku bibliografi yang berisi informasi tentang aspek
tertentu, buku tahunan, buku atlas, buku direktori, kamus biografi, koleksi khusus
seperti kliping, jurnal ilmiah dan jurnal penelitian), bibliografi buku-buku teks, indeks

49
jurnal ilmiah, indeks buletin dan majalah, indeks surat kabar dan tabloid, indeks
dokumen, indeks manuskrip, dan sumber-sumber lainnya.
Dalam melakukan penulisan karya tulis ilmiah kepustakaan, ada empat langkah
yang biasa dilakukan. Pertama, menyiapkan alat perlengkapan berupa pensil, pulpen
dan kertas catatan, lap top. Kedua, menyusun bibliografi yang sesuai dengan topik
yang dikaji, mengatur waktu penelitian, membaca dan membuat catatan penelitian.
Hal yang perlu diingat, sebuah catatan bibliografis harus memuat nama pengarang dan
identitas buku lainnya dalam bentuk kertas yang sesuai dengan ukuran yang praktis.
Informasi bibliografis pun hanya boleh ditulis pada satu permukaan kertas catatan
saja, tidak boleh bolak-balik dan sebaiknya diusahakan seefektif mungkin. Sediakan
sedikit ruang di bagian bawah kertas untuk notasi. Biasakan untuk melihat bibliografi
di belakang buku yang dibaca untuk mencari informasi tambahan. Sediakan waktu
untuk membaca resensi buku-buku terbaru yang relevan dengan penelitian ataupun
buku teks standar yang paling relevan. Di bawah ini salah satu teknik untuk notasi
yang dapat membantu untuk mendapatkan data pustaka yang diperlukan.

Yoko Mochizuki. 2010. International Journal Environment and


Sustainable Development, Global Circulation and local
Manifestations of Education for Sustainamble
Development with a Focus on Japan. Vol. 9, Nos. 1/2/3,
2010.

One aspect is the idea that education for sustainable development


(ESD)supplements forerunning global education campaigns of
EFA and the UN Literacy Decade (UNLD), and the other aspect
is the notion of ESD as the umbrella term which supplements
various ‘adjectival education’ programmes. For example, DESD
International Implementation Scheme (IIS) emphasises the
importance of basic education and contributing to MDGs and the
EFA movement as well as of ‘building upon the learning from
years of environmental, health, peace, economic, human rights
and development education networks around the world that for
many years have used innovation to deliver valuable services in
difficult situations’.
...............................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
Gambar
Contoh kartu catatan bibliografis
50
Membaca sambil mencatat bisa menjadi cara efektif mendapatkan data
sebagaimana dengan menggunakan data bibliografis tersebut di atas. Cukup dengan
menggunakan kertas kalender bekas atau kertas undangan yang memiliki ketebalan
kertas yang dapat mendukung kemudahan dalam menyimpan. Menggunakan kertas
tebal di samping dapat ditulis dengan jelas, juga mudah untuk ditegakkan, ditata,
disusun, dan disimpan sesuai dengan urutan abjad. Urutan ini sangat diperlukan untuk
mempercepat proses pencarian terhadap koleksi yang sudah diperoleh.
Kertas bibliografi tersebut dapat digunakan untuk menuliskan informasi/data
yang memuat daftar-daftar pertanyaan yang jawabannya akan diperoleh dari bahan
yang sudah dibaca. Beberapa hal yang ada dalam rung lingkup penulisan ini adalah
tentang kesan umum, tujuan dan tesis buku, penyajian butir-butir pokok, generalisasi
dan konklusi, identifikasi tentang pengarang, identifikasi historiografis, penilaian isi
dan relevansi bahan, ilustrasi grafik, catatan kaki, lampiran dan indeks. Selanjutnya
penulis perlu membuat catatan ulasan kritis tentang sebuah buku yang paling relevan
dengan riset.
Catatan yang perlu diperhatikan dalam membuat tulisan ini adalah bagaimana
bentuk kartu catatan penulisan, bentuk isi catatan penelitian kepustakaan dan barulah
melangkah pada teknik pencatatan bahan penulisan. Kartu catatan penulisan biasanya
disusun secara terpisah ke dalam tiga kelompok besar, kartu bibliografi kerja, kartu
catatan bahan bacaan, dan lembar kerja khusus. Bentuk isi catatan penulisan pun
banyak jenisnya, yaitu catatan pengertian, istilah, catatan ringkasan, catatan referensi,
catatan deskriptif, dan persuasi.
Tahap-tahap yang dilakukan dalam mencatat bahan penulisan adalah
mempersiapkan peralatan pencatatan, membaca bagian kata pengantar, daftar isi dan
pendahuluan. Selanjutnya perlu diingat untuk selalu mencatat informasi bibliografis
pada bagian atas kartu di halaman pertama. Jangan lupa mencatat tanggal dan nama
perpustakaan tempat anda membaca. Lebih rinci lagi dengan menuliskan kode buku
sebagaimana dengan katalog sesuai dengan Dewey. Perlu diingat juga untuk selalu
memberi tanda kutip pada kutipan langsung dan tanda kurung ( ) bila menemukan
kata-kata yang membingungkan dan belum dimengerti maksudnya. Upayakan selalu
menjaga interaksi antara bahan yang dibaca dan problematika penelitian. Jangan
terlalu boros membuat catatan penulisan, ringkaslah dengan bahasa sendiri. Jangan

51
pula menulis catatan secara bolak-balik. Cek kembali ketiga jenis catatan penelitian
untuk konsistensi data.
Semua jenis catatan penulisan merupakan bahan mentah yang perlu diolah lebih
lanjut pada tahap analisis dan sintesis. Sebagian analisis sifatnya cukup sederhana dan
sebagian lainnya agak rumit. Analisis biasanya dilakukan dengan menganalisis isi
teks. Biasanya sejumlah pertanyaan diajukan dalam tahap ini. Apakah isi sebenarnya
dari sebuah pernyataan dalam teks? Apakah pengarang memiliki prasangka (bias)
dalam tulisannya? Apa tujuan pengarang membuat laporan tersebut? Apakah
pernyataan dalam teks sudah meyakinkan sehingga, tidak lagi memerlukan
kolaborasi?
Tahap sintesis yaitu penggabungan-penggabungan hasil analisis ke dalam
struktur konstruksi yang mudah dimengerti secara utuh dan keseluruhan. Sintesis
yang baik haruslah menggabungkan semua data yang terkait dengan komponen-
komponen analisis. Sintesis juga harus mencakup upaya penggabungan antara
temuan analisis dan sintesis. Pada akhirnya, riset pustaka tentu saja tidak sekedar
urusan membaca dan mencatat literatur atau buku-buku sebagaimana yang sering
dipahami banyak orang selama ini melainkan suatu metode yang lebih terperinci dan
rumit. Membutuhkan ketekunan, kesabaran, dan ketelitian, serta daya kritis, dan
analisis yang baik sehingga, menghasilkan penelitian yang baik pula.
Perkembangan dunia informasi dan komunikasi, internet memegang peranan
penting untuk mendapatkan data yang valid. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data
tersebut dapat diunduh melalui fasilitas internet yang akurat. Meskipun demikian,
pencatatan atas hasil browsing tersebut perlu disimpan dengan baik sesuai dengan
kategorisasi yang bisa dipahami dan memudahkan peneliti untuk melakukan
pelacakan terhadap beberapa hal yang ada dalam topik penelitiannya.
Format penulisan karya tulis ilmiah kajian pustaka sangat bervariatif. Biasanya
memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan, kegunaan penelitian, metode kajian,
definisi istilah, dan rujukan. Format tersebut sebenarnya sama dengan model
penulisan karya ilmiah lainnya. Meskipun demikian, dapat diberikan penjelasan
sebagaimana sistematika yang ada sebagai berikut:
a. Latar Belakang Masalah
Menurut Suranto (2011: 22) pada latar belakang maslaah diuraikan faktor-
faktor yang menjadi latar belakang/arti penting masalah ditinjau dari segi
52
kepentingan pengembangan ilmu dan pandangan rasional peneliti penelitian
tersebut penting dilakukan. Untuk mempertajam kajian yang dilakukan, perlu
dinyatakan dengan jelas akar masalah penelitiannya, yang akan dicari jawabannya
melalui penelitian ini. Bagian ini berisi uraian atau gambaran umum yang dapat
diperoleh dari koran, majalah, buku, jurnal, laporan penelitian, seminar, artikel dari
internet, atau data dari kondisi dan keadaan lapangan tentang hal-hal yang ada
kaitannya dengan masalah yang diteliti. Gambaran umum ini dapat bersifat
mendukung atau menunjang pendapat peneliti atau pun bersifat tidak mendukung
atau menolak harapan peneliti. Dipaparkan tentang data spesifik terhadap topik
penelitian, uraikan beberapa hal yang ditemukan memiliki keberbedaan,
ketidakcocokan teori dengan topik yang dipilih, uraikan pemantapan terhadap
pemahaman masalah. Dengan demikian dengan jelas dapat diketahui antara
fenomena yang senyatanya (das sein) dengan apa yang seharusnya (das sollen).
misalnya mengapa masalah yang dikemukakan dipandang menarik, penting, dan
perlu ditelaah, serta beberapa nilai kegunaan apabila penelitian ini dilakukan, atau
justru kerugian apabila penelitian ini tidak dilakukan.
b. Rumusan Masalah
Bagian ini merupakan pengembangan dari uraian latar belakang masalah
yang menunjukkan bahwa masalah yang akan ditelaah memang belum terjawab
atau belum dipecahkan secara memuaskan. Uraian tersebut didukung berbagai
publikasi yang berhubungan dengan masalah yang dikaji, yang mencakup aspek
yang dikaji, konsep-konsep yang berkaitan dengan hal yang akan ditulis, dan teori
yang melandasi kajian. Pembahasan ini hanya berisi uraian yang memang relevan
dengan masalah yang akan dikaji serta disajikan secara sistematis dan terpadu.
Masalah yang akan dikaji sebagai bagian dari rumusan masalah selanjutnya
dibreakdown dengan cara menuliskan pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab
melalui telaah pustaka (dalam bentuk kalimat tanya) tentang topik inti yang hendak
dikaji delam penelitian. Kata tanya yang digunakan berupa apa, mengapa,
bagaimana, kapan, siapa, dan sebagainya bergantung pada ruang lingkup masalah
yang akan dicari dalam penulisan karya ilmiah tersebut. Rumuskan dengan jelas
permasalahan yang ingin diteliti. Dalam pandangan yang berbeda rumusan
masalah dengan cara menguraikan pendekatan dan konsep untuk menjawab
masalah yang diteliti. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi,
53
dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Perlu menjadi catatan penting bahwa,
uraian perumusan masalah tidak harus dalam bentuk kalimat tanya tetapi cukup
menuliskan tentang permasalahan yang ingin dikaji melalui penelitian.
Menurut Suranto (2011: 22) pada rumusan masalah disampaikan pernyataan
masalah yang menjadi fokus penelitian dan akan dicari jawabannya melalui
penelitian ini. Rumusan masalah harus singkat, spesifik, jelas, dan pada umumnya
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
c. Tujuan Penelitian
Bagian ini memberikan gambaran spesifik tentang arah dari kegiatan kajian
kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan secara realistis dari peneliti tentang
hasil yang akan diperoleh. Tujuan kajian harus mempunyai kaitan atau hubungan
yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Sebagai contoh mengkaji
kehidupan orang-orang yang terkenal dalam suatu spesifikasi ilmu agar dapat
diketahui tentang latar belakang kehidupan sosial, agama, ekonomi, dan bahkan
politik, pengalaman-pengalaman keagamaan, pemerintahan, politik, ekonomi,
pendidikan dan lain sebagainya, usaha untuk memperoleh simpati dan pengakuan
masyarakat terhadap disiplin keilmuan atau kepakarannya, upaya apalagi untuk
mendapatkan obsesinya di masa yang akan datang, serta pro kontra tokoh agama
atau tokoh masyarakat terhadap perjuangan orang tersebut. Dengan demikian,
dalam tujuan penelitian, peneliti hendaknya memberikan pernyataan singkat
mengenai tujuan penelitian. Penelitian kepustakaan dapat bertujuan menjajaki,
menguraikan, menerangkan, membuktikan atau menerapkan suatu gejala, konsep
atau dugaan, atau membuat suatu prototype.
d. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penulisan karya ilmiah berjenis ini adalah untuk memperoleh
wawasan baru tentang tokoh yang dapat dilihat dari latar belakang pendidikan,
kehidupan sosial, agama, budaya, ekonomi, dan bahkan politiknya. Berdasarkan
ruang lingkup tersebut, maka peneliti dapat menemukan formulasi obyek, sehingga
dapat dijadikan sebagai referensi orang lain untuk menjadi tokoh, bahkan yang
sedang menjalani peran ketokohannya.
e. Metode Kajian
Metode kajian menjelaskan semua langkah yang dikerjakan penulis sejak
awal hingga akhir. Pada bagian ini dapat dimuat hal-hal yang berkaitan dengan
54
anggapan-anggapan dasar atau fakta-fakta yang dipandang benar tanpa adanya
verifikasi dan keterbatasan, yaitu aspek-aspek tertentu yang dijadikan kerangka
berpikir. Selanjutnya dilakukan analisis masalah dan variabel yang terdapat dalam
judul kajian. Analisis masalah menghasilkan variabel dan hubungan antarvariabel.
Selanjutnya dilakukan analisis variabel dengan mengajukan pertanyaan mengenai
masing-masing variabel dan pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan
antarvariabel. Analisis ini diperlukan untuk menyusun alur berpikir dalam
memecahkan masalah.
Perlu ditekankan bahwa tulisan tentang metode kajian hendaknya didasarkan
atas kajian teori dan khasanah ilmu, yaitu paradigma, teori, konsep, prinsip,
hukum, postulat, atau bahkan adat yang berlaku dan dijunjung tinggi oleh
masyarakatnya serta asumsi keilmuan yang relevan dengan masalah yang dibahas.
Metode penelitian digunakan dalam penelitian secara rinci. Uraian dapat
meliputi peubah dalam penelitian, model yang digunakan, rancangan penelitian,
teknik pengumpulan data dan analisis data, uji validitas, cara penafsiran dalam
melakukan analisis dan penyimpulan hasil penelitian. Penelitian kepustakaan
merupakan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif, dapat dijelaskan
pendekatan yang digunakan, proses pengumpulan dan analisis informasi, proses
penafsiran melalui analisis, dan penyimpulan hasil penelitian dan rekomendasi
yang dapat diajukan.
f. Definisi Istilah/operasional
Bagian ini memberikan penjelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan
agar terdapat kesamaan penafsiran dan terhindar dari kekaburan, bias dan ambigu.
Bagian ini juga memberikan keterangan rinci pada bagian-bagian yang
memerlukan uraian secara operasional. Misalnya konsep pendidikan, konsep
pendidikan Islam, pendidikan anak, demokrasi, kepedulian lingkungan, paradigma
dakwah, motivasi belajar, prestasi belajar, kompetensi guru dan lain sebagainya
menurut paradigma para tokoh. Perlu diperhatikan bahwa dalam menuliskan
definisi istilah atau definisi operasional cukup mengambil variabel yang digunakan
saja, tidak perlu memberikan definisi operasional pada kata bantu yang ada dalam
judul penelitian yang digunakan. Cotoh, judul penelitian kepustakaan pemikiran
pendidikan R.A. Kartini Ditinjau dari Konsep Pendidikan Islam, maka definisi

55
istilah yang perlu dituliskan cukup Pendidikan R.A Kartini dan Pendidikan Islam.
Kata konsep, pemikiran, dan ditinjau tidak perlu dicari pengertian secara bahasa.
g. Daftar Rujukan
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan/daftar pustaka harus
sudah disebutkan dalam teks. Demikian juga sebaliknya, segala yang ada dalam
naskah harus dituliskan dalam daftar pustaka. Artinya, bahan pustaka hanya
digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan
dalam daftar rujukan. Membuat laporan penelitian selalu melakukan revisi yang
terus menerus sampai memperoleh titik jenuh peneliti atau titik jenuh referensi
yang digunakan sehingga, seringkali peneliti akan menambahkan dan membuang
beberapa kutipan yang sudah masuk dalam tubuh laporan penelitian. Perubahan
secara dinamis dalam naskah penelitian tersebut menjadikan perubahan dalam
penulisan daftar pustaka. Peneliti seringkali tidak mau melakukan pengecekan
secara teliti beberapa rujukan yang digunakan dengan isi dalam daftar pustaka,
seringkali rujukan yang ada dalam naskah tidak dituliskan dalam daftar pustaka,
atau sebaliknya yang ada dalam daftar pustaka, ternyata tidak dirujuk dalam
naskah penelitian. Saran yang dapat diberikan agar ada kesesuaian antara naskah
yang memuat rujukan dengan penulisan daftar pustaka dengan melakukan
pengecekan dengan memberikan tanda chek list setelah naskah penelitian dicetak.
Pencetakan merupakan finalisasi dari proses penyusunan laporan penelitian,
meskipun sebenarnya jika dianalisis masih perlu untuk diberikan lagi perubahan-
perubahan.
Tata cara penulisan daftar rujukan. Unsur yang ditulis secara berurutan
biasanya sesuai dengan ketentuan masing-masing lembaga. Meskipun demikian,
kelaziman yang ada memuat urutan sebagai berikut: nama penulis ditulis dengan
urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik, tahun
penerbitan, judul, termasuk subjudul, kota tempat penerbitan, dan nama penerbit.
2. Penulisan Karya Tulis Ilmiah Penelitian Research and Development
Menurut Borg dan Gall (1989: 783-795), pendekatan Reseach and
Development (R & D) dalam seluruh aspek penelitian meliputi sepuluh langkah, yaitu:
a. Studi Pendahuluan
Langkah pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka, studi
literatur, penelitian skala kecil dan standar laporan yang dibutuhkan.
56
1) Analisis Kebutuhan
Untuk melakukan analisis kebutuhan ada beberapa kriteria, yaitu (1)
Apakah penelitian yang akan dilakukan merupakan hal yang penting dan
memiliki nilai manfaat bagi masyarakat atau stakeholders? (2) Apakah hasil
penelitian mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan? 3) Apakah SDM
yang melaksanakan dan yang akan dilibatkan memiliki keterampilan,
pengetahuan dan pengalaman yang akan mengembangkan hasil penelitian
tersebut ada? 4) Apakah waktu yang direncanakan akan mencukupi dalam
melaksanakan penelitian tersebut?
2) Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk pengenalan sementara terhadap topik
yang akan diteliti. Studi leiteratur tidak hanya sekadar untuk mengumpulkan
teori-teori belaka, tetapi studi literatur juga di dalamnya menuliskan tentang
hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Studi literatur ini
dikerjakan untuk mengumpulkan temuan riset dan informasi lain yang
bersangkutan dengan pengembangan penelitian yang direncanakan.
3) Riset Skala Kecil
Pengembang sering mempunyai pertanyaan yang tidak bisa dijawab
dengan mengacu pada reseach belajar atau teks profesional. Oleh karena itu
pengembang perlu melakukan riset skala kecil untuk mengetahui beberapa hal
tentang produk yang akan dikembangkan.
b. Merencanakan Penelitian
Setelah melakukan studi pendahuluan, peneliti dapat melakukan
pengembangan dengan melanjutkan langkah kedua, yaitu merencanakan
penelitian. Perencaaan penelitian R & D meliputi: 1) merumuskan tujuan
penelitian; 2) memperkirakan dana, tenaga dan waktu; 3) merumuskan kualifikasi
peneliti dan bentuk-bentuk partisipasinya dalam penelitian.
c. Pengembangan Desain
Pengembangan desain dilakukan untuk mendapatkan kejelasan tentang
topik dan ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan. Pengembangan desain
dengan mengikuti langkah sebagai berikut: 1) menentukan desain produk yang
akan dikembangkan (desain hipotetik); 2) menentukan sarana dan prasarana
penelitian yang dibutuhkan selama proses penelitian dan pengembangan; 3)
57
menentukan tahap-tahap pelaksanaan uji desain di lapangan; 4) menentukan
deskripsi tugas pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian.
d. Preliminary Field Test
Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah ini meliputi: 1)
melakukan uji lapangan awal terhadap desain penelitian; 2) bersifat terbatas, baik
substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat; 3) uji lapangan awal dilakukan
secara berulang-ulang sehingga diperoleh desain layak, baik substansi maupun
metodologi.
e. Revisi Hasil Uji Lapangan Terbatas
Langkah ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarakan uji
lapangan terbatas.
f. Main Field Test
Langkah merupakan uji produk secara lebih luas. Langkah ini meliputi 1)
melakukan uji efektivitas desain produk; 2) uji efektivitas desain, pada umumnya,
menggunakan teknik eksperimen model penggulangan; 3) Hasil uji lapangan
adalah diperoleh desain yang efektif, baik dari sisi substansi maupun metodologi.
g. Revisi Hasi Uji Lapangan Lebih Luas
Langkah ini merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji lapangan
yang lebih luas dari uji lapangan yang pertama. Revisi ini dilakukan dalam rangka
memperoleh data penelitian di lapangan.
h. Uji Kelayakan
Langkah ini sebaiknya dilakukan dengan skala besar: 1) melakukan uji
efektivitas dan adaptabilitas desain produk; 2) uji efektivitas dan adabtabilitas
desain melibatkan para calon pemakai produk; 3) hasil uji lapangan adalah
diperoleh model desain yang siap diterapkan, baik dari sisi substansi maupun
metodologi.
i. Revisi Final Hasil Uji Kelayakan
Langkah ini akan lebih menyempurnakan produk yang sedang
dikembangkan.
j. Desiminasi dan Implementasi Produk Akhir
Laporan hasil dari R & D melalui forum-forum ilmiah, ataupun melalui
media massa. Distribusi produk harus dilakukan setelah melalui quality control.

58
Kesepuluh langkah tersebut, dalam penulisannya dapat diringkas menjadi lima
langkah:
1) Studi Pendahuluan,
Pendahuluan merupakan kegiatan research and information collecting,
memiliki dua kegiatan utama, yaitu studi literatur (kaji pustaka dan hasil
penelitian terdahulu) dan studi lapangan.
2) Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan sebuah gabungan dari tahap planning
and development of the preliminary form of product. Tahap ini meliputi
penentuan tujuan, menentukan kualifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam
penelitian dan pengembangan (misalnya: peneliti, guru, orang tua, trainer),
merumuskan bentuk partisipasi pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian dan
pengembangan, menentukan prosedur kerja, dan uji kelayakan. Dari kegiatan
perencanaan ini diperoleh draft desain model yang siap diujicobakan.
3) Tahap uji coba, meliputi
Preliminary field testing, main product revision, main field testing, dan
product revision, yang memiliki kegiatan utama uji coba, baik uji coba
terbatas, maupun uji coba lebih luas. Kegiatan ini menjadi satu dengan
revisinya setiap selesai uji coba. Kegiatan uji coba ini dilakukan secara siklis
(desain, implementasi, evaluasi dan penyempurnaan) sampai ditemukan model
yang siap divalidasi.
4) Tahap Validasi,
Tahap validasi terdiri dari tahap operational field testing dan final
product revision yang bertujuan untuk menguji model melalui eksperimentasi
model kepada sejumlah responden. Hasil eksperimentasi ini menjadi bahan
pertimbangan dalam membuat rekomendasi tentang efektivitas dan
adaptabilitas hasil penelitian.
5) Tahap Pelaporan
Tahap pelaporan diartikan sebagai tahap dissemination and
implementation yang mengandung kegiatan pelaporan dan distribusi.
3. Penulisan Karya Tulis Ilmiah Sejarah
Sejarah sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa atau
kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lampau dalam lingkup kehidupan manusia.
59
Peristiwa atau kejadian pada masa lampau menjadi unsur yang sangat penting dalam
penelitian yang dilakukan oleh para ahli sejarah untuk mengungkap tabir sejarah.
Dalam usaha menyingkap tabir sejarah para ahli melakukan tahapan-tahapan sebagai
berikut:
a. Pencarian Informasi Sejarah
Sejarah sebagai suatu perstiwa yang telah terjadi dalam lingkup kehidupan
manusia pada masa lampau akan meninggalkan goresan yang mewarnai
kehidupan manusia. Goresan tersebut bersifat positif maupun negatif. Peristiwa
atau kejadian sejarah di masa lampau yang telah diceritakan secara turun-temurun
terkadang menjadi sebuah cerita rakyat, legenda atau mitos. Oleh karena itu,
informasi sejarah seperti itu cukup sulit dibuktikan kebenarannya secara ilmiah.
Meskipun demikian, tetap dapat diakui sebagai ragam keilmuan manakala metode
yang digunakan memenuhi formulasi keilmiahan.
b. Pengumpulan Sumber-sumber Sejarah
Sejarah sebagai suatu peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau tidak
mungkin dapat diketahui begitu saja tanpa adanya sumber-sumber sejarah yang
mendukung. Pengumpulan sumber-sumber sejarah dapat dilakukan melalui
sumber lisan, sumber tertulis maupun sumber benda.
Dalam penelitian sejarah dikenal adanya istilah heuristik merupakan
bagian dari penelitian sejarah. Istilah heuristic berasal dari bahasa Yunani
heurisken yang berarti menemukan. Heuristik adalah upaya penelitian yang
mendalam untuk menghimpun jejak-jejak sejarah/mengumpulkan dokumen-
dokumen agar dapat mengetahui segala bentuk peristiwa atau kejadian bersejarah
di masa lampau. Dokumen-dokumen tersebut merupakan data yang sangat
berharga sehingga dapat dijadikan dasar untuk menelusuri peristiwa-peristiwa
sejarah yang telah terjadi pada masa lampau. Jejak-jejak sejarah biasanya dapat
ditemukan secara kebetulan oleh masyarakat. Banyak benda-benda budaya
peninggalan masa lalu ditemukan secara tidak sengaja. Informasi penemuan itulah
akhirnya para ahli/sejarawan melakukan penelitian lebih lanjut. Bahkan tanpa
informasi yang berhasil diterima dari masyarakat, para ahli/sejarawan sangat sulit
untuk menemukan jejak sejarah tentang masa lampau.
Penelitian sejarah diperlukan langkah verifikasi. Verifikasi di dalam
sejarah memiliki arti pemeriksaan terhadap kebenaran laporan tentang suatu
60
peristiwa sejarah. Verifikasi diperlukan untuk meneliti kembali data-data atau
laporan-laporan dari suatu peristiwa yang telah terjadi. Verifikasi tersebut dapat
berupa orang, benda-benda bersejarah, maupun koleksi tertulis, maupun benda-
benda elektronik yang selanjutnya akan diberikan informasi sebagai bentuk
averifikasi. Suatu peristiwa bersejarah memiliki data-data atau laporan-laporan
yang tidak sedikit jumlahnya sehingga para peneliti harus berhati-hati dalam
mempelajari kembali data-data yang diperoleh. Selanjutnya informasi tersebut
dibahas untuk menentukan kebenaran data/laporan dari suatu peristiwa sejarah.
Sebelum sumber-sumber sejarah terkumpul digunakan sebagai pendukung sebuah
karya tulis, sebelumnya dilakukan penelitian terlebih dahulu, baik dari segi
kebenaran materi atau isi maupun keasliannya dalam ilmu sejarah disebut kritik.
Kritik tersebut meliputi:
1) Kritik Intern
Kritik intern berarti kritik terhadap isi dari suatu peninggalan sejarah
seperti isi prasasti, isi kitab kuno, isi dokumen, benda-benda elektronik dan
lain sebagainya.
2) Kritik Ekstern
Kritik ekstern berarti kritik terhadap keaslian dari sumber-sumber
sejarah yang ada seperti tipologi, stratifikasi, dan kimiawi. Tipologi sendiri
artinya penentuan ketuaan berdasarkan bentuk dan benda peninggalan
tersebut. Pada umumnya semakin sederhana bentuk peninggalan sejarah,
semakin tua usia benda tersebut. Stratifikasi yaitu penentuan umur relatif
suatu benda berdasarkan lapisan tanah tempat benda tersebut ditemukan. Pada
umumnya lapisan yang paling atas adalah lapisan yang paling muda,
sedangkan lapisan yang paling bawah adalah lapisan yang paling tua. Kimiawi
yaitu penentuan ketuaan suatu peninggalan berdasarkan unsur-unsur kimia
yang terkandung pada benda tersebut.
Penelitian sejarah terdapat beberapa tahapan interpretasi. Interpretasi
dalam sejarah mempunyai arti penafsiran terhadap suatu peristiwa atau
memberikan pandangan teoretis terhadap suatu peristiwa sejarah. Sejarah
sebagai suatu peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau, tetapi tidak
semua data yang terkumpul dapat dijadikan sarana pendukung untuk
mengungkapkan suatu peristiwa sejarah. Data tersebut diinterpretasikan
61
sehingga data-data yang terkumpul dapat mengungkap kebenaran suatu
peristiwa bersejarah. Dengan demikian, sesuatu yang tersirat dan tersurat
dalam peninggalan tersebut dapat dikomunikasikan. Contoh Prasasti Yupa
menyebutkan bahwa Raja Mulawarman melakukan penyembelihan hewan
korban di sebuah tempat yang bernama Waprakeswara. Karena waprakeswara
adalah tempat pemujaan terhadap Dewa Siwa, maka sejarawan
menginterpretasikan bahwa Raja Mulawarman beragama Hindhu Siwa
(pemuja Dewa Diwa sebagai dewa utama)
Di samping sumber sejarah, dalam penelitian sejarah dapat mengacu
pada bukti dan fakta sejarah, karenanya sejarah suatu masyarakat atau bangsa
di masa lampau berhasil diketahui melalui penemuan bukti-bukti atau fakta-
fakta yang menunjukkan terjadinya suatu peristiwa di masa lampau itu. Bukti
dan fakta sejarah dapat diketahui melalui 3 sumber yaitu sumber primer,
sekunder, dan tersier:
1) Sumber Primer
Sumber primer berupa bukti dan fakta tentang peristiwa sejarah
diuraikan oleh para pelaku yang mengalami suatu peristiwa sejarah.
Biasanya pelaku sejarah tidak dapat tegak berdiri dengan sempurna,
artinya tidak bisa mengungkapkan secara utuh apa yang dilihat, didengar
dirasakan, dan diingat secara obyektif. Pelaku sejarah juga mungkin dapat
menyembunyikan atau menenggelamkan bukti-bukti atau fakta-fakta yang
melemahkan kedudukannya dalam peristiwa sejarah. Hal serupa berlaku
pula pada pernyataan saksi suatu peristiwa sejarah. Para saksi dalam
mengungkapkan suatu peristiwa sejarah juga tidak terlepas dari unsur
subjektivitas. Hal ini disebabkan adanya unsur keberpihakan dari para
saksi tersebut atau juga disebabkan oleh latar belakang keahlian yang
dimiliki oleh saksi dalam mengungkapkan keruntutan sejarah dengan
menggunakan bukti sejarah seperti prasasti, kronik, piagam dan lain-lain.
2) Sumber Sekunder
Sumber sekunder merupakan sumber lain dari sejarah yang tidak
asli, tetapi cukup memberikan dukungan terhadap penemuan bukti sejarah
yang akan dihubungkan dan dikaitkan secara teliti dengan bukti sejarah
yang lainnya. Bukti dan fakta tentang peristiwa sejarah diuraikan oleh
62
seseorang yang bukan pelaku atau saksi dari peristiwa tersebut. Akibatnya
kebenaran dari peristiwa tersebut semakin berkurang. Berdasarkan
informasi prasasti itu, para ahli mencoba untuk membuat penafsiran
tentang keseluruhan keadaan pada masa itu, baik tentang perkembangan
sistem pemerintahan kerajaan, kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan
kepercayaan masyarakat dari kerajaan-kerajaan bersangkutan. Berdasarkan
bukti dan fakta dari sumber sekunder itu, kebenaran tentang suatu
peristiwa sejarah tidak dapat diketahui secara keseluruhan. Keterkaitan
peristiwa yang satu dengan peristiwa berikutnya dapat diketahui oleh
generasi penerus dari suatu bangsa. Contoh prasasti yang ada di beberapa
tempat, laporan penelitian, dan terjemahan kitab-kitab kuno yang memiliki
nilai sejarah yang tinggi.
3) Sumber Tersier
Sumber tersier berupa buku-buku sejarah yang disusun berdasarkan
laporan penelitian langsung. Artefak dalam sejarah dapat dijadikan alat
bukti bagi penelitian sejarah. Artefak merupakan peralatan atau alat-alat
yang dibuat oleh manusia untuk membantu kehidupannya. Peralatan atau
alat-alat itu merupakan hasil kebudayaan manusia yang dapat
menunjukkan bahwa manusia memiliki kelebihan dari makhluk-makhluk
lainnya. Artefak itu dapat menandai nilai budaya dan perdaban suay
bangsa pada waktu yang lampau. Kelebihan yang dimiliki oleh manusia itu
adalah berupa akal dan pikiran untuk berkembang melebihi generasi
terdahulu. Tingkat perkembangan kebudayaan manusia dapat diketahui
melalui alat-alat kebudayaan yang digunakan oleh manusia. Bahkan,
dalam penelitian sejarah fakta mental (heroism) dalam sejarah dapat
dijadikan salah satu obyek penelitian. Berdasarkan kamus besar bahasa
Indonesia yang ditulis W.J.S Poerwadarminta menyatakan bahwa mental
itu hal yang menyangkut batin atau watak manusia yang bukan bersifat
badan atau tenaga. Hal yang menyangkut bukan hanya pembangunan fisik
yang perlu diperhatikan, melainkan juga pembangunan rohani atau batin.
Hal yang menyangkut trauma atau guncangan jiwa yang sangat membekas
dalam kehidupan seseorang. Dari uraian di atas maka, mental terkait
dengan masalah batin, rohani, dan watak manusia. Oleh karena itu, mental
63
dapat menentukan baik buruknya perjalanan kehidupan manusia,
masyarakat atau bangsa. Contoh peristiwa peperangan yang selalu
menyisakan tragedi dan derita akan mempengaruhi mental masyarakat
yang mengalaminya. Peristiwa alam yang mengenaskan juga akan
meninggalkan emosi psikologis yang mendalam. Fakta mental
memberikan gambaran yang pasti akibat perang yang ditimbulkannya
sehingga, akhirnya hanya akan menyisakan kehidupan yang sangat
memprihatinkan.
Sejarah juga tidak dapat dipisahkan dari fakta-fakta sosial yang
muncul dalam kehidupan masyarakat. Karena munculnya suatu peristiwa
bersejarah dapat dipengaruhi oleh masalah-masalah sosial yang terjadi
dalam lingkungan kehidupan masyarakat. Bahkan, masalah yang muncul
dan berkembang di masyarakat kerapkali menimbulkan suatu peritiswa,
baik peristiwa itu merupakan peristiwa kecil maupun peristiwa besar.
Contoh masalah sosial yang dibatasi pada masa orde baru (di bawah
kepemimpinan Presiden Soeharto) tertanam kuat dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Fakta-fakta sosial antara lain kehidupan masyarakat
pada lapis bawah merasa tenang, tenteram, damai, perekomomian stabil,
keamanan terkendali, kerukunan hidup beragama berjalan harmonis.
Namun, di balik ketenagan tersebut diketahui ada sisi negarif yang dapat
melahirkan gelombang besar dalam sejarah perpolitikan di Indonesia.
Ruang lingkup kehidupan sosial masyarakat yang sangat terbatas itu
dijadikan dasar perjuangan untuk menentang kekuasaan orde baru.
Bahkan, kehidupan sosial dari masyarakat Indonesia yang sangat
memprihatinkan itu menarik perhatian kalangan intelektual muda, yaitu
kalangan mahasiswa. Puncak demonstrasi yang dilakukan oleh kalangan
mahasiswa yang ditandai dengan berhentinya Presiden Suharto dari
jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998
dan digantikan oleh wakil Presiden B.J Habibie menjadi Presiden Republik
Indonesia. Presiden Habibie menjabat sebagai presiden hingga terpilihnya
presiden K.H. Abdurrahman Wahid melalui sidang MPR hasil pemilihan
umum tahun 1999 dan penggulingannya beliau menjadikan Megawati

64
Soekarno Putri naik ke tampuk pimpinan RI 1, dan sekarang ini Susilo
Bambang Yudhoyono sudah menjabat pada periode ke dua.
Masalah-masalah sosial sering muncul setelah terjadi suatu
peristiwa bersejarah, seperti pada perang Dunia I dan II, perang Asia
Timur Raya atau Perang Pasifik. Peperangan yang telah terjadi memporak-
porandakan tatanan sosial dalam kehidupan suatu masyarakat atau bangsa.
Hubungan sosial yang pernah terputus akibat peperangan mulai dibenahi
kembali, sehingga dapat memunculkan jalinan hubungan sosial yang lebih
erat dari masa sebelumnya. Berdasarkan uraian dan contoh-contoh
tersebut, maka pengertian sosial berkenaan dengan kehidupan suatu
kelompok masyarakat maupun bangsa berguna untuk menjaga agar
hubungan sosial tetap terjaga dengan baik, perlu adanya komunikasi sosial
antara masyarakat dalam mencapai tujuan dari masyarakat bersangkutan
atau menunjang pembangunan di segala sektor kehidupan masyarakat
tersebut. Di samping itu, pengertian sosial dalam kehidupan masyarakat
merupakan suatu proses belajar dari seorang anggota masyarakat untuk
mengenal dan menghayati budaya masyarakat di lingkungannya.
Misalnya, seorang yang baru tinggal pada suatu lingkungan kelompok
masyarakat maka dapat mengetahui adat dan tradisi masyarakat tersebut.
Mengetahui tradisi masyarakat tersebut dapat memudahkan untuk
melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan baru.
Dengan demikian, fakta sosial merupakan suatu bukti yang muncul
dari lingkungan sosial masyarakat untuk mencapai tujuan dari masyarakat
yang bersangkutan. Sehingga upaya mencapai tujuan itu sering muncul
peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian. Bukti-bukti yang muncul dari
peristiwa-peristiwa itulah yang dapat dikenal dengan fakta sosial dalam
ilmu sejarah.
Untuk memudahkan penelitian sejarah, maka langkah awal adalah
mengenali sumber-sumber sejarah. Peristiwa yang terjadi di masa lampau
dapat terungkap jika ada sumber-sumber yang mendukung. Sumber sejarah
terdiri atas sumber lisan, tertulis, benda, dan rekaman.

65
1) Sumber Lisan
Sumber lisan berupa keterangan langsung dari para pelaku atau
saksi dari peristiwa yang terjadi di masa lampau atau dari orang yang
menerima keterangan secara lisan dari pelaku sejarah. Kelemahan dari
sumber lisan ini yaitu sering kali ada unsur-unsur subjektifitas di
dalamnya, daya ingat yang yang lemah menjadikan sumber lisan akan
memberikan persepsi secara spontan. Sumber lisan biasanya tidak
dapat memperoleh informasi secara lengkap dari peristiwa sejarah
yang terjadi pada saat itu, sehingga sumber lisan ini tidak menjadikan
laporan dari sumber lisan sebagai satu-satunya data yang valid.
Informasi dari sumber lisan tetap akan dicek dengan sumber-sumber
lain yang saling berhubungan untuk mendapatkan keutuhan informasi
sejarah.
2) Sumber Tertulis
Sumber tertulis berupa segala bentuk tulisan yang berkaitan
dengan sejarah yang yang menjadi topik dalam penelitian. Sumber
sejarah yang diperoleh melalui peninggalan-peninggalan tertulis yang
mencatat peristiwa yang terjadi di masa lampau. Contohnya prasasti,
kronik, babad, hikayat, surat, laporan, notulen rapat, piagam, naskah,
arsip, surat kabar. Misalnya, Pararaton sumber sejarah Kerajaan
Singasari. Negarakertagama sumber sejarah Kerajaan Singasari dan
Majapahit. Babad Tanah Jawi sumber sejarah Kerajaan Mataram
Islam. Informasi dari sumber tertulis tetap akan dicek dengan sumber-
sumber lain yang saling berhubungan untuk mendapatkan keutuhan
informasi sejarah.
3) Sumber Benda
Sumber sejarah yang diperoleh dari peninggalan benda-benda
kebudayaan. Sumber sejarah itu belum dapat menginformasikan secara
pasti kebenaran yang diceritakan sehingga para ahli hanya dapat
menafsirkan sebagian kecil dari peristiwa atau kejadian tersebut.
Contohnya fosil, senjata, peralatan hidup, perhiasan, dan lain-lain.
Informasi dari sumber tertulis tetap akan dicek dengan sumber-sumber

66
lain yang saling berhubungan untuk mendapatkan keutuhan informasi
sejarah.
4) Sumber Rekaman
Sumber rekaman bisa berupa rekaman kaset audio meupun
rekaman kaset video. Misalnya : rekaman peristiwa sekitar proklamasi,
dan rekaman demonstrasi mahasiswa menuntut reformasi. Agar
mendapatkan bukti dan fakta sejarah yang benar harus memperhatikan
segi terpercayanya sumber, kuatnya sumber, dan sahihnya sumber.

67
BAB Iv
KARYA ILMIAH POPULER DAN KARYA ILMIAH MURNI

A. Prawacana
Karya tulis ilmiah adalah tulisan tentang ilmu pengetahuan yang disusun menurut
tata tulis tertentu. Menulis artikel bagi orang yang telah terbiasa menulis, tentunya bukan
merupakan pekerjaan yang susah dilakukan. Bahkan setiap saat, artikel mampu
melahirkan ide-ide dalam bentuk tulisan yang baik dan enak dibaca. Bagi penulis ini,
menulis dapat dilakukan secara spontan, karena skema ide yang akan ditulisnya telah
mengendap dalam pikirannya, diksi, kekayaan stuktur pengungkapan sudah ada (Sukino,
2010: 184). Penulisan karya ilmiah yang ada diklasifikasikan menjadi dua yaitu karya
ilmiah populer dan karya ilmiah murni. Karya ilmiah populer biasa disebut dengan featur
populer. Kata populer dipakai untuk menyatakan sesuatu yang akrab, dan menyenangkan
(disukai banyak orang) karena menarik dan mudah dipahami. Oleh karena itu, karya
ilmiah populer ditulis dengan mempertimbangkan kepopuleran tersebut, selain
keilmiahannya (Amir, 2009: 114). Karya ilmiah populer merupakan sebuah karangan
singkat sesuai dengan fakta dan memiliki aktualitas. Karya ilmiah populer dalam bentuk
artikel disusun dengan menggunakan bahasa non formal secara sederhana untuk semua
lapisan masyaraka. Karya ilmiah populer bertujuan untuk memberikan informasi,
meyakinkan kepada masyarakat, mendidik, memberikan solusi terhadap permasalahan
yang berkembang di masyarakat, dan bahkan menghibur. Persoalan ilmiah yang selalu
diasosiasikan dengan wilayah orang-orang kelompok elit akademis akan dapat dinikmati
oleh masyarakat secara umum apabila diungkapkan dengan gaya ilmiah populer (bahasa
segar, tidak njlimet, dan disuguhkan variasi humor).
Jangkauan pembaca artikel penulisan populer lebih luas dari lintas disiplin ilmu,
bahkan masyarakat awam pun dapat menikmati. Pengutipan sumber referensi agak
longgar, karena lebih mementingkan pesan yang disampaikan, mode pengungkapannya
adalah refleksi terhadap isu aktual, sehingga dapat memperkaya wawasan dan melihat
persoalan dari beragam perspektif.
Penyusunan artikel dalam internet bisanya bermuatan pada artikel penulisan populer.
Artikel di internet memiliki spesifikasi antara lain secara konsisten dengan topik yang
sudah disusun dan memiliki ketersambungan dengan artikel yang telah dimuat.
Harapannya pembaca akan setia untuk mengunjungi blog atau web yang disediakan.
Membuat artikel yang baik dengan harapan dapat banyak dikunjungi oleh masyarakat

68
secara luas pada media internet dan membuat karangan ilmiah yang dapat memenuhi
kualifikasi penulisan ilmiah, maka disusun beberapa teknik untuk membuat artikel yang
baik dan menarik.
Karya ilmiah berupa artikel ilmiah berbeda dengan penulisan artikel populer. Karya
ilmiah memiliki karakteristik antara lain diperoleh melalui kegiatan penelitian, menganut
pada satu disiplin ilmu tertentu, pemaparannya menggunakan bahasa yang baku,
mempunyai standar akademis yang logis dan empiris, audiensnya terbatas pada
masyarakat ilmiah, data dilengkapi dengan daftar pustaka, nilai gunanya untuk
mengantarkan pada perubahan ilmu pengetahuan, orisinalitas dalam tulisan karya ilmiah
dipertanggung jawabkan secara jujur. Karakteristik tersebut menjadikan keberbedaan
yang nyata dalam penulisan artikel yang sudah dipubliksikan secara luas.
B. Penulisan Ilmiah Populer
Menulis pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu menulis ilmiah dan non ilmiah
sebagaimana ditampilkan dalam diagram berikut ini:

MENULIS

NONILMIAH ILMIAH

ILMIAH POPULER ILMIAH AKADEMIK

KORAN LAPORAN PENELITIAN


AKADEMIK

MAJALAH POPULER LAPORAN PENELITIAN


KHUSUS

JURNAL ILMIAH

Bagan Kategori Menulis Karya Ilmiah


1. Karya Ilmiah
a. Pengertian
Suatu karya ilmiah (scientific paper) merupakan laporan tertulis dan
dapat dipublikasi untuk memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang
telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan
etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Karya
69
ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu
pembahasan secara ilmiah dengan cara memberikan data valid yang dilakukan
oleh seorang penulis atau peneliti. Paparan tersebut dalam rangka untuk
memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca.
Karya ilmiah biasanya ditulis untuk mencari jawaban mengenai sesuatu
hal dan untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam
objek tulisan. Oleh karena itu, kaya tulis ilmiah sering mengangkat tema yang
berkaitan dengan hal-hal baru (aktual) dan belum pernah ditulis orang lain.
Meskipun demikian, tulisan tersebut sudah pernah ditulis dengan tema yang
sama, tujuannya adalah sebagai upaya pengembangan dari tema terdahulu.
b. Ciri-ciri Karya ilmiah
Ciri-ciri sebuah karya ilmiah dapat dikaji pada beberapa aspek, yaitu:
1) Struktur Sajian
Struktur sajian dalam penulisan karya ilmiah sangat ketat baik
dalam penyusunan desain, sistematika, teknik penulisan, dan bahasa yang
digunakan. Penulisan karya ilmiah biasanya terdiri dari bagian awal
(pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup.
Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti
merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat
terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan
simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak
lanjut gagasan tersebut.
2) Komponen dan Substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun
semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan
daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan
adanya abstrak, teknik penulisan dan jenis tulisan dengan ruang lingkup
keilmuan yang khas dari jurnal yang ada.
3) Sikap Penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan
dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak
menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama
atau kedua.

70
4) Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku
yang tercermin dari diksi/pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang
efektif dengan struktur yang baku.
Ciri-ciri karya ilmiah menurut Alamsyah (2008:99) antara lain
merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Artinya,
faktanya sesuai dengan yang diteliti. Bersifat metodis dan sistematis. Artinya,
dalam pembahasan masalah digunakan metode tertentu dengan langkah
langkah yang teratur dan terkontrol secara tertib dan rapi. Tulisan ilmiah
menggunakan laras ilmiah. Artinya, laras bahasa ilmiah harus baku dan
formal. Selain itu laras ilmiah harus lugas agar tidak ambigu (ganda). Contoh
antara lain dalam bentuk skripsi, tesis, disertasi, lembar kerja dan lain-lain.
c. Pengertian dan Ruang Lingkup Artikel Ilmiah Populer
Artikel merupakan karya tulis atau karangan, bisanya berupa karangan
non fiksi. Ruang lingkup artikel meliputi penulisan yang bertujuan untuk
memberikan infomasi sehingga dapat memberikan keyakinan, mendidik,
menawarkan pemecahan masalah dan bahkan menghibur. Media penyampaian
artikel biasanya dalam percetakan seperti surat kabar, majalah, buletin, dan
bahkan pada media internet.
d. Jenis Artikel Ilmiah Populer
Pada dasarnya, jenis artikel ilmiah populer tidak berbeda dengan jenis
artikel pada umumnya. Kurnia dalam Sukino (2010: 181) menmbagi jenis
artikel ilmiah populer antara lain sketsa tokoh, wawancara, naratif,
penyingkapan, antologi, kolom, dan ulasan.
1) Sketsa Tokoh
Sketsa tokohbiasanya berisi tentang tokoh dalam berbagai aspek.
Tokoh-tokoh yang menjadi subyek disajikan oleh penulis dalam berbagai
peristiwa.
2) Wawancara
Wawancara jenis ini lebih memfokuskan pada bentuk tulisan artikel
yang berisi hasil wawancara terhadap tokoh. Keseluruhan tulisan mungkin
hanya berbentuk tanya jawab atau dialog yang dilengkapi dengan
penuturan tentang situasi yang berkaitan dengan soal yang tengah
didiskusikan.
71
3) Penyingkapan
Penyingkapan artikel mirip dengan berita. Berbagai penyingkapan
berhubungan erat dengan opini atau informasi, tetapi berbeda dalam hal
sasaran, yakni lebih spesifik dan individual. Jenis artikel ini juga
mencerminkan adanya penelusuran data dengan investigasi hasil
pengamatan.
4) Antologi
Antologi sebagai salah satu proses penulisan biasanya diawali
dengan kerja editor yang menghubungi penulis pilihannya. Penulis diminta
untuk mengulas materi tertentu yang bisa dihubungkan dengan tema
keseluruhan yang telah dirancang.
5) Kolom
Tulisan kolom harus dapat dibaca semua orang dan harus
merupakan ekspresi personal. Artikel kolom tetap mengedepankan
kepentingan pembaca walaupun prinsip idealitas penulis tetap ada.
6) Ulasan
Artikel yang berbentuk ulasan biasanya bertolak pada apa yang
dilihat dan didengar oleh penulis. Penulisan artikel ini dapat dilakukan
dengan memadukan fakta dengan pemikiran subyektif. Penulis artikel ini
memulai proses penulisan dengan melakukan pencatatan dengan berbagai
referensi, dan mengenal subyek dan obyek tulisan dengan mendalam.
e. Ciri-ciri Artikel Ilmiah Populer
Untuk dapat mengenal lebih jauh tentang artikel, berikut diberikan ciri-
ciri artikel. Soeseno dalam Amir (2009: 115) memberikan beberapa ciri-ciri
artikel sebagai berikut:
1) Karya ilmiah populer disusun seperti kerucut terbalik. Kerucut terbalik ini
berisi pendahuluan (lead), jembatan antara lead dan tubuh, tubuh tulisan,
dan penutup.
2) Karya ilmiah populer menggunakan bahasa yang komunikatif, yang berarti
bahasa yang digunakan adalah bahasa yang memiliki kemungkinan cepat
ditangkap. Oleh karena itu, harus bebas pemanis basa-basi, ringkas tetapi
jelas, lengkap dan teliti, kata sederhana dan kalimat pendek, paragraf
(alinea) yang berurutan.

72
Amir (2009: 115) mengklasifikasikan dalam empat komponen
seperti bahan, penyajian, sikap penulis, dan penyimpulan. Bahan
menyajikan fakta yang obyektif, penyajian menggunakan bahasa yang
cermat, tidak selalu formal tetapi tetap taat asas, disusun secara sistematis,
tidak memuat hipotesis. Sikap penulis tidak memancing pertanyaan-
pertanyaan yang meragukan perasaan pembaca agar seolah-olah pembaca
menghadari sendiri pada situasi konteks. Penyimpulan memberikan fakta
berbicara sendiri sekalipun didahului dengan membimbing dan mendorong
pembaca untuk berfikir pada aplikasinya. Ciri-ciri tersebut dapat
dirumuskan bahwa ciri-ciri artikel ilmiah populer antara lain:
a. Artikel merupakan karangan tentang berbagai hal pada berbagai
disiplin ilmu;
b. Artikel mengandung masalah dengan topik yang spesifik;
c. Artikel menggunakan bahasa yang sederhana dan tidak formal;
d. Artikel memuat gagasan berupa opini/pendapat;
e. Artikel ditulis tanpa terikat oleh gaya bahasa atau format apapun;
f. Artikel ditujukan untuk semua lapisan masyarakat tanpa mengenal
batas pelapisan masyarakat, sehingga menggunakan bahasa yang
mudah dicerna oleh masyarakat (pembaca);
g. Artikel secara sederhana mengungkapkan alasan, fakta/bukti yang
dapat dipertanggung jawabkan;
h. Artikel yang dibuat khususnya pada media cetak seperti koran
biasanya bersifat aktual yang tengah diperbincangkan dalam situasi
sekarang,
i. Artikel biasanya dibuat dalam jumlah halaman tidak terlalu tebal,
karena memang tidak dimaksudkan sebagai sajian khusus. Dengan
demikian, panjang artikel biasanya berkisar antara 550 kata hingga
1.500 kata atau kira-kira 2 (dua) sampai dengan 5 (lima) halaman;
j. Artikel nilai gunanya untuk menyampaikan gagasan dan fakta untuk
meyakinkan, mendidik, menawarkan pemecahan masalah secara
sederhana, harapan, usul terhadap topik yang diungkapkan, menghibur,
bahkan mengkritik suatu fenomena yang terjadi di masyarakat;
k. Artikel ada juga yang dilengkapi dengan gambar situasi yang menjadi
topik bahasan;
73
l. Media penulisan ilmiah populer adalah surat kabar, majalah populer,
tabloid, dan buku yang secara khusus berisi tulisan ilmiah populer.
f. Tips Menulis Karya Ilmiah Populer
1) Tentukan Tipe Tulisan yang Hendak Digunakan
Menentukan tipe tulisan merupakan sesuatu hal yang sangat penting
sebagai tip jitu menulis karya ilmiah populer, apakah deskriptif berupa
pemaparan ide/gagasan, ekspository, essei yang bersifat argumentasi,
sebab akibat, klasifikasi, dan definisi. Persuasi, tulisan yang memuat
bujukan/mengajak sesorang untuk melakukan hal tertentu sesuai dengan
orang yang membujuk/mengajak, atau dokumentatif (Sucipto Suntoro, tt:
300).
2) Memilih Topik
Topik dibuat secara khusus. Penulis ‘jangan bernafsu” pada
kecenderungan secara pribadi yang dinilai lebih menarik dan dikuasai
oleh penulis tanpa mempertimbangkan pada varibel-varibel lain yang lebih
tepat waktu, sasaran, dan materi.
3) Menentukan Tujuan
Tujuan disesuaikan dengan topik yang dipilih, baik berjenis
ekspositori deskriptif, ataupun lainnya. Tujuan ditetapkan secara rigit,
dengan demikian, tidak ditemukan tujuan ganda yang akan membuat
penulis sendiri dibuat bingung. Dalam istilah lain, untuk menentukan
tujuan tidak banci atau tidak mendua yang menjadikan esensi tulisan
menjadi tidak mengarah pada hal yang pokok.
4) Tuliskan Minat
Tuliskan beberapa subyek yang menarik minat penulis. Semakin
banyak subyek yang ditulis, maka semakin baik karangan tersebut.
Tuliskan segala sesuatu yang melitas pada pikiran anda, baru revisi baik
dari sisi isi, kedalaman materi, maupun bahasa yang digunakan.
5) Evaluasi Potensial Topik
Melakukan evaluasi terhadap topik menjadi sangat perlu dilakukan,
jika sudah ada beberapa topik yang pantas, pertimbangkan topik yang
dipilih yang dinilai memiliki sesuatu yang lebih dibandingkan dengan
topik-topik yang lain. Jika tujuannya untuk meyakinkan, maka topik

74
tersebut harus berupa sesuatu yang benar-benar mengundang minat
pembaca.
6) Membuat out line
Tujuan membuat out line adalah untuk meletakkan ide-ide tentang
topik yang sedang ditulis dalam sebuah format yang terorganisir.
Berdsasarkan outline yang dibuat, akan memudahkan bagi penulis untuk
menguraikan apa yang seharusnya ada dalam tulisan tersebut. Membuat
outline bersifat dinamis, manakala diperlukan outline yang sudah dibuat
dapat disempurnakan untuk tujuan yang lebih baik.
7) Menulis Tesis.
Suatu pernyataan tesis yang mencerminkan isi esai dan hal yang
penting disampaikan oleh pengarangnya dengan jelas.
8) Menuliskan Tubuh Essai.
Ide dasar dibuat dalam kalimat. Tuliskan masing-masing esensi isi
pendukung ide tersebut, buat kesimpulan pada masing-masing paragraf.
Buat kata pembukaan dan penutup. Berita aktual (news fact) isilah pengait
dalam fenomena yang sedang menjadi perbincangan publik disertakan
dalam tulisan ini sebagai informasi terkini.
9) Menuliskan Paragraf Pertama.
Membuat kalimat minimal memuat 5 (lima) paragraf (kira-kira
delapan ratus kata). Kalimat yang dikembangkan berada pada paragraf 2-5.
Mulailah dengan kata yang menarik yang jelas dan spesifik. Alinea
pertama merupakan alinea yang menentukan sebagai jendela atas isi
karangan yang akan disuguhkan kepada para pembaca. Jaga ejaan dan kata
depan dan awalan pada awal kalimat, artinya hindari kata depan sebagai
huruf pertama yang mucul dalam tulisan tersebut. Contoh mulailah dengan
suatu informasi dan terpercaya. Mulailah dengan anekdot sebagai
pembuka analog yang mengantarkan kepada pembaca untuk merasa
penasaran dengan sampiran itu. Membuat dialog dalam dua atau tiga
kalimat antara beberapa pembicara untuk menyampaikan point yang
dituliskan. Tambahkan satu atau dua kalimat yang akan membawa
pembaca pada pernyataan tesis yang ditulis. Tutup paragraf dengan
pernyataan yang seakan-akan tulisan tersebut memiliki penekanan yang
menjadi esensi pada tulisan sebagai pengantar kesimpulan.
75
10) Menuliskan Kesimpulan.
Kesimpulan merupakan rangkuman dari point yang telah
dikemukakan dan memberikan perspektif akhir penulis kepada pembaca.
Tuliskan dalam tiga atau empat kalimat yang menjadi esensi penting yang
dibahas.
11) Memberikan Sentuhan Akhir.
Sentuhan akhir dari tulisan karya ilmiah ini antara lain dengan
membaca ulang apa yang sudah dituliskan. Membaca ulang apa yang
sudah ditulis akan menemukan kekurangan dan kedangklaan dalam hasil
tulisan tersebut. Membaca ulang apa yang sudah dituliskan itu
memungkinkan dapat dilakukan penyempurnaan dari tulisan yang sudah
ada baik dari sisi konten, sequences nya maupun justru dari bahasa yang
kurang tepat dan kesalahan pengetikan yang dilakukan.
Pendapat lain mengkonsepkan beberapa tips untuk menulis
artikel/opini di media massa antara lain:
1. Pada mulanya adalah “Ide”. tentukan ide terlebih dahulu, ide itu harus
baru, ide itu harus menggugah pikiran dan yang paling utama, ide itu harus
orisinal. Sumber bisa bisa berasal dari riset atau hasil perenungan
mendalam, atau pengalaman yang diperoleh. Tuangkan ide utama dalam
lead atau kepala tulisan. Penjelasan atau eksplorasi ide ditempatkan di
tengah tulisan. Alinea terakhir adalah kesimpulan dari apa yang dibahas
dalam karya ilmiah tersebut. Ketika pembaca membaca awal kalimat
tersebut, maka pembaca dapat dengan segera untuk menangkap ide yang
disampaikan oleh penulis.
2. Plagiarisme baik sebagian maupun menyeluruh ditolak keras di media
massa manapun; plagiat akan diblacklist! Dengan demikian penulis yang
sudah melakukan plagiasi terhdap tulisan sendiri ataupun tulisan orang
lain hasil karya ilmiahnya kemungkinan tidak akan diterbitkan. Bahkan,
tidak sekedar tidak diterbitkan, ada kemungkinan akan menerima sanksi
hukum atas plagiasi yang dilakukan.
12) Motivasi utama menulis bukan mencari honor, tetapi ingin membuka
cakrawala pemikiran (intellectual exercise!). Orientasi yang mengarah
pada kualitas materi karya ilmiah, akan menjadikan seseorang untuk
menungkan gagasan yang paling baik dalam karyanya. Orang yang sudah
76
menulis dengan baik atas karyanya itu akan menjadikan popularitas
namanya membumbung tinggi. Popularitas penulis ini dengan sendirinaya
akan menunjuk pada penghargaan fiinansial yang memadai.
13) Kompetensi penulis diharapkan sesuai dengan tema.
Kompetensi penulis diutamakan dalam pemilihan tema yang akan
disuguhkan kepada pembaca. Pemilihan tema yang berdsarkan pada
kompetensi yang dimiliki penulis memberikan hasil tulisan yang jauh lebih
baik dibandingkan dengan pemilihan tema yang tidak sesaui dengan
kompetensi yang dimiliki. Pemilihan tema yang tidak sesuai dengan
kompetensi penulis hanya akan menjadikan pembaca merasa dibawa
kemana-mana, di samping tidak fokus, juga akan meyesatkan kepada
pembaca.
14) Mulailah menulis apa saja.
Menulis diawali dari apa saja yang ada di sekitar penulis, sering
dijumpai, dirasakan, dilakukan, dan bahkan berasal dari pengalaman orang
lain yang didengar, dilihat, dan dirasakan oleh penulis. Topik apa saja bagi
penulis dapat menjadi pilihan. Dengan demikian, mulailah menulis dari
apa saja, tanpa memikirkan seseutu yang jauh dari diri penulis. Apa saja
yang ada di sekitar penulis dapat menghadirkan ide yang baik yang. Sangat
mungkin sesuatu yang sederhana bagi penulis, tetapi sangat berharga bagi
pembaca/orang lain. Dengan demikian mulailah menulis dengan apa saja
yang diinginkan, anggap saja pembaca sangat membutuhkan dengan apa
yang mau dituliskan.
15) Gunakan bahasa yang tidak akademis, terlalu ilmiah, karena pembaca
media massa berlatar belakang aneka ragam, mulai berpendidikan SD
sampai guru besar, dari orang bodoh sampai orang pintar, dari orang
miskin sampai orang kaya, dari orang yang tidak berpengalaman sampai
orang yang sangat berpengalaman.
g. Kerangka Karya Ilmiah Populer
Amir (2009: 115) kerangka karya populer terdiri dari lead, jembatan,
tubuh tulisan, dan penutup. Berikut ini penjelasan keempat komponen
tersebut.

77
1) Pendahuluan (lead)
Karya ilmiah populer berisi hal yang paling penting untuk
mengarahkan perhatian pembaca pada suatu hal yang akan dijadikan sudut
pandang dimulainya tulisan. Pendahuluan menampilkan latar belakang
singkat munculnya gagasan, apa yang akan dibahas, solusi yang
ditawarkan, sampai kepada kesimpulan sederhana yang dapat diajukan.
2) Jembatan
Jembatan bertugas menjembatani lead masuk ke tubuh tulisan,
isinya masih terkait dengan lead tetapi sudah mulai masuk ke tubuh
tulisan. Jembatan ini dapat memaparkan pada permasalahan yang ada
hingga pada deskripsi materi yang dibahas dengan sangat singkat. Hal ini
dimaksudkan hanya sebagai penghubung antara pendahuluan dengan isi
materi yang akan disampaikan.
3) Tubuh tulisan
Karya ilmiah populer berisi situasi dan proses, disertai penjelasan
yang mendalam tentang mengapa dan bagaimana. Selain itu, situasi dan
proses di dalam karya ilmiah populer tidak disertai pendapat subyektif.
4) Penutup
Tulisan dalam karya ilmiah populer berisi pesan mengesankan. Di
samping itu, berisi suatu simpulan dari uraian ada.
h. Cara Menyusun Artikel
Beberapa cara untuk menyusun sebuah artikel antara lain sebagaimana
disebutkan di bawah ini:
1) Pilih fakta aktual yang berkembang di masyarakat;
2) Tentukan topik yang menarik terhadap fakta aktual yang ditemukan;
3) Temukan gagasan substansial terhadap topik yang dipilih;
4) Susun dengan menggunakan bahasa yang sederhana secara konsisten
terhadap topik yang dipilih;
5) Hindari semaksimal mungkin terjadinya plagiasi gagasan maupun bahasa
yang digunakan. Menggunakan gagasan yang murni dan bahasa yang
diolah sendiri akan mendapatkan penghargaan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan menggunakan bahasa orang lain;
6) Gunakan tanda baca yang lazim digunakan, hindari teknik penulisan huruf
dengan garis bawah, huruf tebal, huruf miring secara bersamaan, tetapi
78
pilihlah salah satu kalau sangat dibutuhkan dengan maksud untuk
memberikan penekanan atau keberbedaan makna yang seharusnya.
7) Buatlah judul yang menarik, singkat, dan jelas.
8) Khusus untuk menulis artikel di internet, usahakan memilih topik yang
sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki atau minat utama yang disukai.
Usahakan secara konsisten terhadap topik yang dipilih, ada
ketersambungan antara topik yang satu dengan topik lainnya sehingga
pengunjung akan selalu tertarik dengan tulisan Saudara. Slamet Soeseno
dalam Sukino (2010: 185) memberikan saran dalam penyusunan artikel
dengan menyederhanakan beberapa langkah antara lain penelaahan tema,
memilih pola penggarapan, pengumpulan petunjuk literatur, pengumpulan
informasi paling aktual, dan pembuatan catatan dan memulai untuk
menulis.
i. Menulis Opini
Tips dan trik menulis opini menurut salah satu sumber dari Surat Kabar
Harian antara lain dapat dirangkum sebagai berikut:
1) Mulailah belajar menulis artikel dengan menulis surat pembaca,
2) Sejumlah penulis surat pembaca di Jateng memulai “karier”nya dari
menulis surat pembaca,
3) Surat pembaca berisi komplain/masukan atas pelayanan publik seperti
jalan, listrik, kartu kredit, dan lain-lain,
4) Cara mengirim artikel diperhatiakan sesuai dengan alamat yang diterakan
dalam surat kabar tertentu yang akan kita pilih untuk menerbitkan opini.
5) Surat pembaca dan artikel harus disertai alamat yang jelas, nomor telepon,
dan fotokopi KTP atau identitas lain. Pengiriman email disertai dengan
KTP yang sudah di-scan atau dikirim bersama hard copy.
j. Alasan Mengapa Tulisan tidak dapat Dimuat di Surat Kabar
Media cetak memiliki standarisasi masing-masing dalam memberikan
seleksi diterimanya sebuah naskah artikel. Salah satu media cetak memberikan
beberapa pertimbangan diterimanya sebuah naskah artikel sebagai berikut:
1) Tema/topik kurang aktual,
2) Argumen dan pandangan bukan hal baru,
3) Cara penyajian berkepanjangan/bertele-tele,
4) Cakupan terlalu mikro atau lokal,
79
5) Pengungkapan dan redaksinya kurang mendukung,
6) Konteks yang ditemukan tidak sesuai dengan kondisi terkini,
7) Gaya tulisian seperti pidato/menggurui,
8) Tulisan terlalu ilmiah,
9) Sumber kutipan tidak jelas (kutipan jelas, bersumber dari koran, televisi
atau sumber lain yang valid),
10) Terlalu banyak kutipan,
11) Diskusi tidak berimbang, misal ada kasus teroris berimbang dengan kasus
nasional lain yang sedang ramai dibahas masyarakat,
12) Bahasa tidak populer,
13) Redaksi kurang mendukung,
14) Alinea dalam paragraf pengetikan panjang-panjang,
15) Uraian terlalu datar,
16) Sumir (tidak jelas, miring-miring).
Oleh karena itu, agar tulisan dapat dimuat di media massa, maka dalam
menyusun kalimat gunakan kalimat yang dapat dengan mudah dimengerti,
sederhana, alihkan ke dalam ragam bahasa populer, memiliki karakter dalam
tulisan yang dibuat, tulislah yang akan ditulis dengan apa adanya tanpa dibuat-
buat.
k. Contoh Artikel

PEREMPUAN DAN POLITIK


Margaret Thatcher, mantan Perdana Menteri Inggris yang mendapat julukan
"Wanita Besi" pernah berujar, "In politics if you want anything said, ask a man. If
you want anything done, ask woman". Akankah kita mengatakan bahwa kalimat itu
melecehkan perempuan? Atau justru kita memaknai bahwa di dalam kalimat tersebut
terjadi patnership yang integratif. Berfikir dan melakukan. Apa yang dia fikirkan
akan dia lakukan, yang dia lakukan adalah hasil dari berfikir. Berfikir dan melakukan
adalah dua dalam satu tujuan, sehingga laki-laki dan perempuan adalah dua dalam
satu tujuan.

A. Prawacana
Masyarakat Indonesia yang memiliki budaya patrilinial sampai saat ini masih
mengkulturkan laki-laki sebagai sosok pemimpin yang ideal dibandingkan dengan

80
perempuan. Meskipun masyarakat mulai mengakui dan mulai terbuka dengan
kemungkinan perempuan menduduki posisi strategis di ranah politik (Trihardjanti,
2010: 138). Demikian ditegaskan oleh (Andayani, 2005: 40) bahwa, kultur
masyarakat memandang dan memberlakukan laki-laki dan perempuan bukan hanya
berbeda secara biologis, namun juga secara sosial. Masyarakat mendidik laki-laki dan
perempuan secara berbeda sesuai dengan peran sosial tertentu. Laki-laki dianggap
sebagai makhluk yang lebih unggul dengan cara berfikir rasional dan tegas serta
memiliki tubuh yang kuat, sehingga dianggap pantas sebagai pemimpin. Sedangkan
perempuan, dianggap memiliki takdir yang tidak dapat diubah sebagai makhluk yang
lemah, emosional, dan kecenderungan salah. Stereotipe atau pelabelan negatif
terhadap perempuan ini selanjutnya menyebabkan banyak sekali diskriminasi
terhadap perempuan.
Hak perempuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik atas dasar
kesetaraannya dengan laki-laki tertulis dan dijamin oleh konvensi internasional
(Maula, 2010: 89). Sayangnya, selama ini politik dan perilaku politik dipandang
sebagai aktivitas maskulin. Stereotip klasik mengenai perempuan adalah kefemininan
yang identik dengan kepasrahan, pengorbanan, perjuangan, kepatuhan, kesetiaan,
kemanjaan, kehangatan, kelembutan, keramahan, dan ketidaktegasan. Semua identitas
itu dimiliki pada perempuan feminin yang ideal, sehingga perempuan sulit untuk
melangkah ke ranah politik. Akankah konstruksi sosial itu mampu menggugah
perempuan untuk merapat pada perjuangan melawan slogan di ranah politik itu?
B. Politik dan Kekuasaan
Politik adalah ruang kehidupan yang sangat luas, seluas ruang kehidupan itu
sendiri. ia muncul dalam ruang berbagai ruang kehidupan domestik maupun publik,
kultural maupun struktural, personal maupun komunal. Tetapi, penyebutan politik kini
telah mengalami penyempitan makna menjadi istilah politik praktis, politik struktural,
perebutan kekuasaan untuk kepentingan diri ataupun untuk kelompok (Rumadi, 2007:
57). Politik dihubungkan hanya dengan kekuasaan atau mereka yang berkuasa?.
Perempuan karena sering tidak berdaya dan tidak bersuara dianggap tidak terlibat
politik?. Perempuan yang tidak memiliki kesempatan untuk dipilih dianggap tidak
berpartisipasi dalam politik?. Mestinya bukan demikian. Politik adalah segala hal
yang berhubungan dengan pengambilan keputusan, mengatur, merencanakan dan
menggunakan segala sumberdaya untuk mencapai tujuan kesejahteraan. Sumberdaya
yang diperlukan untuk menjalankan politik adalah gagasan, kemampuan,
81
profesionalitas, teknologi, uang dan orang. Politik ada pada dua wilayah formal dan
informal. Politik formal merujuk pada partisipasi dan kemampuan pada ranah
legislatif, eksekutif, partai politik, pemerintahan, dan kebijakan publik. Politik
informal merujuk pada apa yang terjadi dalam masyarakat luas, keluarga, komunitas,
lingkungan sekitar dan organisasi.
Kaum perempuan dapat berpartisipasi di wilayah politik formal maupun
politik informal. Oleh karena itu, semua hal yang berhubungan dengan kehidupan
masyarakat dan kehidupan perempuan adalah memiliki aspek politik. Dinamika
kehidupan perempuan mulai dari ruang lingkup rumah tangga sampai ruang lingkup
pemerintahan dan negara memiliki aspek politis. Bagaimana perempuan mengambil
keputusan untuk mengatur, merencanakan dan menggunakan sumberdaya yang ada
dalam kehidupan rumah tangga agar kehidupan keluarganya menjadi sejahtera, semua
itu adalah tindakan politis.
Persepsi bahwa politik hanya milik kalangan pemegang kekuasaan formal dan
milik laki-laki telah mengakibatkan terjadinya proses peminggiran terhadap
perempuan. Ini membuat perempuan merasa tidak percaya diri, merasa tidak layak
dan tidak mempunyai kemampuan untuk ikut melakukan perubahan dalam proses-
proses politik formal. Di luar wilayah politik formal, peminggiran terhadap
perempuan menjadikan proses pengambilan keputusan sering tidak mendengarkan
pendapat perempuan atau anak perempuan. Istri diharuskan untuk mengikuti saja apa
kata suami karena surgo nunut neraka katut (surga menumpang, neraka ikut). Begitu
juga ketika perempuan ingin melakukan kegiatan di luar rumah, diskriminasi dan
kontrol sering diberlakukan kepada perempuan sehingga membatasi keterlibatannya
dalam kegiatan kemasyarakatan. Perempuan dinilai hanya mengandalkan kecantikan
parasnya dan kemolekan tubuhnya sehingga akan membuyarkan konsentrasi pria.
Perempuan tidak dapat menjaga dirinya sendiri dengan baik sehingga justru akan
merepotkan pihak laki-laki. Di sisi lain, perempuan diberi kepercayaan kerja justru
membuat perempuan terbebani dan menjadikan kasihan dilihatnya. Perempuan
menjadi pemimpin menjadikan turunnya gengsi laki-laki, dan sejuta alasan prediksi-
prediksi tersebut.
Politik merupakan proses negosiasi yang terus berlanjut antar individu atau
antar kelompok dan kepentingan yang berbeda. Untuk mengambil sebuah keputusan
di antara beberapa kepentingan yang berbeda, maka individu atau kelompok harus
mampu melakukan perundingan agar dapat mengambil keputusan yang memuaskan
82
setiap individu atau kelompok. Biasanya keputusan yang akan diambil diusahakan
agar memuaskan kepentingan mayoritas individu atau kelompok. Begitulah contoh
bagaimana sebuah proses politik berlangsung.
Apa yang kita perlukan untuk menjadi politikus? Beberapa yang kita perlukan
antara lain kualifikasi diri dan profesionalitas diri agar perempuan dapat menjadi
pemain di atas panggung politik. Perempuan dalam permainan politik praktis harus
memiliki cita-cita agar dapat membawa perubahan yang lebih baik terutama bagi
perempuan itu sendiri. Mungkin tidak sekarang, tidak untuk kita, melainkan untuk
saudara perempuan, anak perempuan dan cucu perempuan kita kelak. Cita-cita ini
hanya akan tercapai apabila ada perubahan cara berfikir dan keyakinan bahwa
martabat kemanusiaan kaum perempuan sama tingginya dan sama terhormatnya
dengan martabat kemanusiaan laki-laki. Perjuangan untuk mengakhiri berbagai
bentuk perendahan martabat kemanusiaan kaum perempuan harus dilakukan terus-
menerus, terintegrasi, terutama oleh kaum perempuan sendiri dan menjadi bagian dari
perjuangan bersama dengan laki-laki untuk keadilan sosial. Tegaknya martabat dan
kemanusiaan perempuan akan menjadikan kita sebagai masyarakat dan bangsa yang
bermartabat pula. Arah yang hendak dituju dari cita-cita dan keyakinan ini adalah
terciptanya kondisi kehidupan yang lebih baik bagi perempuan dan kepentingan
kesejahteraan bersama.
C. Perempuan dan Politik
Perempuan dan politik merupakan rangkaian kata yang memiliki nilai jual
tinggi seiring dengan fakta perjuangan demokratisasi pemerintahan di Indonesia.
Perempuan dan politik seakan dijadikan sebagai ikon tumbuhnya pendidikan
demokratisasi di Indonesia. Aspirasi politik perempuan sebagai pemilih dan yang
dipilih menjadikan nuansa perpolitikan semakin demokratis. Terlebih partisipasi
perempuan sebagai obyek yang dipilih. Hal ini menandai keberhasilan pendidikan
demokrasi bagi perempuan yang semakin menguat.
Data statistik menunjukkan bahwa jumlah perempuan lebih dari setengah
jumlah penduduk dunia. Partai politik yang dapat mengusung konsep dan strategi
perempuan (meskipun hanya sekedar lips service), dialah yang akan dilirik oleh
komunitas perempuan. Salah satu alasan, dengan keterwakilan perempuan, maka
kebutuhan perempuan akan disuarakan oleh perempuan sendiri. Hal ini terlepas dari
realitas di lapangan, setelah mendapatkan peluang dalam politik, dia tidak mampu
untuk membawa aspirasi perempuan. Hanya berapa persen saja perempuan yang
83
terlibat dalam politik praktis dan menempati posisi tawar yang tinggi yang dapat
mengusung aspirasi perempuan dengan baik. Kegagalan perempuan dalam bermain
politik di antaranya karena kegagalan dalam kaderisasi dalam organisasi politik yang
mengusung. Posisi perempuan dalam politik yang sangat lemah tidak dapat salahkan,
karena memang kualifikasi profesional perempuan kurang memadai. Kedudukan
demikian menjadikan kondisi dan posisi perempuan tidak ubahnya seperti belum ada
perempuan dalam deretan politik. Adanya perempuan seperti tidak ada perempuan,
wujuduhu kaadamihi, adanya seperti tidak ada.
Saat ini di Indonesia perempuan yang duduk di kursi Legislatif baru 11,6%,
sedangkan laki-laki 88,4% ternyata membawa dampak positif juga dengan
diresponsnya wacana yang sedang berkembang dan yang menjadi tuntutan kaum
perempuan tersebut. Kesungguhan dari anggota legislatif ini termanisfestasikan dalam
pembahasan RUU Pemilu Legislatif yang sepakat mencantumkan kuota 30%
perempuan dalam daftar calon legislatif. Perjuangan perempuan ternyata
membuahkan hasil. Pasal 65 UU No. 12 Tahun 2003 tentang pemilu memberikan
peluang besar bagi perempuan sebesar 30% . Walaupun dalam pengawalan hukum
masih lemah. Hal ini terbukti tidak ada sanksi yang tegas untuk partai politik jika
tidak memenuhi aturan keterwakilan 30% itu. UU Pemilu Nomor 10/2008 pada Pasal
8 ayat (1) butir (d) menyatakan bahwa partai politik dapat menjadi peserta Pemilu
setelah memenuhi persyaratan menyertakan sekurang-kurangnya 30% keterwakilan
perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat. Legalitas keterlibatan
perempuan dalam pemilu dengan kuota 30% dianggap suatu kemenangan bagi para
pengusung gender yang menyerukan Keadilan dan Kesetaraan Gender (KKG). Satu
hal yang menjadi persoalan sekarang mungkinkah kuota 30% keterwakilan
perempuan terealisasi seperti yang diharapkan perempuan selama ini? Pertanyaan
yang sangat mendasar bagi kaum perempuan yang harus segera dijawab dengan bijak.
Perjuangan ini memang bukan perkara mudah, karena budaya patriarki sudah
sedemikian rupa merasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara telah melembaga
dalam segala ranah kehidupan, termasuk dalam dunia politik. Itulah yang menjadi
kendala bagi perempuan dalam seluruh bidang kehidupan, tak terkecuali bidang
politik. Selain itu, terdapat beberapa rumusan yang menghambat perempuan agar
dapat eksis di ranah publik, paling tidak ada 3 yakni institusional, kultural dan
struktural. Ketiga hal inilah yang harus selalu diperjuangkan.

84
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, 2005. Perempuan dan Strata Sosial. Jakarta: Rineka Cipta
Maula, 2010. Hak Perempuan dalam Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rumadi, 2007. Politik dan Kekuasaan. Jogjakarta: Adi Wacana.
Trihardjanti, 2010. Perempuan dan Politik. Jakarta: Djambatan.

3. Non Ilmiah
a. Ruang Lingkup karangan non ilmiah
Karya non ilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi
isinya tidak didukung fakta umum, ditulis berdasarkan fakta pribadi,
umumnya bersifat subyektif, gaya bahasanya biasanya konkret atau abstrak,
gaya bahasanya formal dan populer.
b. Ciri-ciri Kaya Tulis non ilmiah
Ciri-ciri karya tulis non ilmiah antara lain dapat sisebutkan di bawah
ini:
1. Emotif
Kemewahan, cinta, dan air mata lebih menonjol dalam bentuk
karangan ini, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit
informasi.
2. Persuasi
Penilaian biasanya tidak membubuhkan fakta/bukti.
Bujukan/persuasif disusun agar dapat meyakinkan pembaca,
mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca, dan cukup informatif.
3. Deskriptif
Deskripsi yang dibuat biasanya merupakan bagian dari pendapat
secara pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.
4. Kritik tanpa dukungan bukti.
Membuat kritik dalam jenis karangan non ilmiah ini biasanya tidak
didukung dengan bukti yang valid.
c. Macam-macam
Macam-macam jenis karya non ilmiah dapat dijelaskan di bawah ini:
1) Dongeng
Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif
dan kisah nyata menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral
85
yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan mahluk
lainnya.
2) Cerpen
Suatu bentuk naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan
langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih
panjang
3) Novel
Sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya dalam
bentuk cerita.
4) Drama
Drama adalah suatu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk
diperankan oleh aktor.
5) Roman
Roman adalah sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau
gancaran yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan
isi jiwa masing-masing.
Contoh artikel non ilmiah

Hj. Maslikhah, S.Ag.,M.Si


Emas_aira@yahoo.com

HUJAN ITU PUN TUMPAH RUAH


DI SUNGAI CHAO PHRAYA THAILAND

Dua tahun sudah berlalu, perjalanan indah program Advanced Research (AR)
ke Thailand tahun 2011 diakhiri dengan sebuah misteri di Jakarta, kini tinggal
kenangan. Program AR ini merupakan kebijakan Ketua STAIN Salatiga Dr. Imam
Sutomo, M.Ag yang akan dilanjutkan pada tahun-tahun mendatang. Kata sambutan
beliau pada acara pelepasan tanggal 20 Juni 2011 yang lalu antara lain disampaikan
bahwa, STAIN Salatiga memiliki penelitian bagi dosen STAIN Salatiga berbasis
program. Beberapa program yang dilakukan antara lain model workshop, penelitian
yang didanai STAIN Salatiga dengan obyek di luar STAIN Salatiga, penelitian

86
mandiri untuk mencari peluang dari berbagai instansi, dan penelitian ke luar negeri.
Acara pelepasan program AR ke Thailand itu ditutup dengan doa. Ketua STAIN
mengantarkan doa selamat sampai di tujuan dan kembali ke tengah keluarga. Pserta
program pun sontak mengamini secara lirih. Acara pelepasan diakhiri dengan jabat
tangan dan foto bersama dengan Ketua STAIN Salatiga.
Fajar menyingsing, selasa 21 Juni 2011 dengan dua armada dari STAIN
Salatiga peserta AR yang berjumlah 20 orang diberangkatkan dari kampus 1 STAIN
Salatiga menuju bandara A.Yani Semarang dan dilajutkan ke bandara Internasional
Soekarno Hatta Jakarta. Perjalanan dari Jakarta menuju bandara Suvarnabhumi
Thailand dengan maskapai Garuda Indonesia 3 jam terasa begitu cepat. Suvarnabhumi
sendiri artinya tanah emas, bandara yang dibangun di area bebas banjir ini diresmikan
tahun 2006. Bandara suvarnabhumi ini memiliki menara kontrol tertinggi di dunia
(132,2 meter) dan merupakan terminal bandara terluas ketiga di dunia, yang berdiri di
atas tanah seluas 3.200 Ha. Proses administrasi di bandara yang menakjubkan dunia
itu memang tak ubahnya seperti bandara internasional lainnya. Kemegahan bangunan
yang dilengkapi dengan ornamen khas kerajaan Thailand tampak di beberapa tempat,
itulah yang menjadi bandara Suvarnabhumi menjadi berbeda dengan bandara
Internasional lainnya.
Rombongan keluar dari bandara tersebut hari selasa 21 Juni 2011 tepat pukul
13.00 dengan disambut seorang guide Thailand (mas Franky) yang ramah. Selamat
datang di Thailand, begitu beliau mengawali komunikasi. Di tengah matahari yang
terik rombongan pun segera memasuki bus yang disediakan oleh biro perjalanan
geowisata. Ramah tamah pun diawali dengan mengenalkan bahasa Thailand secara
sederhana untuk dimanfaatkan selama berada di Thailand. Dengan menempuh
perjalanan sejauh 30 Km kami pun sampai di sungai Chao Phraya sebagai kunjungan
pertama kami di ”Negeri Gajah Putih” yang memiliki penganut agama Budha 80%,
Islam 10%, dan Kristen 10%.
Kunjungan kami yang pertama dengan melakukan orientasi bangunan-
bangunan megah dan penuh sejarah di kota Bangkok dengan cara menyusuri sungai
Chao Phraya. Sungai Chao Phraya merupakan sungai utama di Thailand dengan
panjang sekitar 372 kilometer. Rombongan pun terangkut dengan satu perahu
menyusuri Sungai Chao Phraya yang dijuluki sebagai ‘Raja Sungai’. Sungai ini
tampak jelas membelah kota Bangkok dari utara hingga selatan. Kanan-kiri sungai
terlihat dengan jelas sejumlah tempat legendaris di sepanjang aliran sungai mulai dari
87
Grand Palace di area Rattanakosin, Wat Pho atau patung buddha sedang istirahat
(konon terbesar di dunia), Wat Arun, China Town, dan Rumah Sakit, serta gedung-
gedung megah lainnya di Thailand. Kami memandang dari jauh penuh kekaguman,
bangunan pencakar langit dengan ciri khas dominasi warna keemasan tampak begitu
unik. Kami pun bersapa dalam jarak jauh dengan penduduk asli Thailand dengan
lambaian tangan, mereka pun tampak membalas seakan mengatakan selamat datang di
Kota Bangkok dan selamat menikmati unik dan indahnya Sungai Chao Phraya.
Mereka tinggal di rumah-rumah panggung beratapkan seng. Beberapa di antara
rumah-rumah itu terlihat bersih nan asri, pot-pot bunga aneka warna ditata rapi
berjajar di depan rumah mereka. Tidak jarang, rumah khas pinggiran sungai tampak
kental. Pemandangan terkesan kumuh yang ditandai dengan hiasan beberapa pakaian
dengan berbagai jenis dibentang di depan rumah mereka, sampah plastik tersangkut di
antara betonan dan kayu penyangga rumah mereka. Ban-ban bekas ditumpuk begitu
saja pada tiang-tiang setinggi 1,5 meter, nampaknya ban-ban tersebut digunakan
untuk menahan perahu-perahu untuk menghindari salah kendali sehingga dapat
menabrak rumah-rumah mereka yang terbuat dari kayu.
Hampir di muara, hujan turun cukup deras tanpa ditandai mendung selama
kurang lebih 5 menit, pukulan air hujan pun menerpa perahu kami. Kami mencoba
menghindar dari terpaan air hujan dengan butiran-butiran yang cukup besar dengan
mengambil posisi duduk agak ke tengah perahu dan melindungi tas-tas tentengan
kami dengan plastic cover. Sesampai di muara sungai, kami disuguhi pemandangan
unik. Dari jarak dekat beberapa ikan air tawar yang sangat besar seakan mengiring-
iringi perahu kami. Pemilik perahu dan guide kami telah mempersiapkan roti tawar
dalam kantong plastik besar. Sesekali guide kami melemparkan roti tawar, tanpa
dikomando ikan-ikan besar itu bermunculan dalam jumlah puluhan untuk berebut roti
tawar.
Sungai Chao Phraya memiliki endapan aluvial yang memiliki sifat tergantung
pada tanah yang dibawa oleh sungai tersebut. Kodisi spesifik tanah tersebut
menjadikan sungai Chao Phraya menjadi berwarna kecoklatan dengan ombak kecil.
Tidak sulit menikmati wisata di sepanjang sungai, banyak dermaga kecil dan ratusan
perahu yang siap mengangkut wisatawan. Harga naik perahu untuk sekali naik
per/orang sebesar 25 baht (1 baht Rp 300). Maka, seakan tidak lengkap rasanya jika
mengunjungi Bangkok tanpa menyusuri sungai Chao Phraya.

88
Sungai ini merupakan sungai langganan meluap, mengirimkan banjir bandang
setiap musim penghujan tiba hingga melimpas ke sekitar Istana Utama, salah satu
simbol kerajaan Thailand itu. Banjir telah membuat jutaan warga Bangkok panik dan
stres sehingga sebagian dari mereka harus lari meninggalkan kota. Air bergerak cepat
tak terkendalikan dan terus mengalir hingga mendekati jantung kota Bangkok.
Brikade karung pasir di sepanjang tepian Sungai Chao Phraya di dekat Istana Utama
pun dipasang. Korban tewas mencapai 260 orang dan Kerugian banjir di Thailand
ditaksir mencapai 4,6 milliar dollar pada tahun 2011.
Penyebab banjir di beberapa kota memiliki ciri khas masing-masing sesuai
dengan kondisi spesifik yang dimiliki oleh daerah. Daerah berspesifik sebagai
industri, pariwisata, perkantoran, perumahan, sentra perekonomian, dan pelajar
memiliki desain tata kota yang berbeda-beda sehingga memiliki daya dukung
lingkungan yang berbeda-beda. Desain tata kota menjadikan diversifikasi sistem
drainase dan perilaku sosial masyarakatnya yang memberikan peluang terhadap
terjadinya banjir. Sebagai contoh, penyebab banjir yang terjadi di kota Jakarta, seperti
pertumbuhan permukiman yang tidak terkendali di sepanjang bantaran sungai.
Sedimentasi berat serta tidak berfungsinya kanal-kanal dan sistem drainase yang
memadai. Hal ini mengakibatkan Jakarta terutama di bantaran sungai menjadi sangat
rentan terhadap banjir. Berdasarkan dokumentasi, Kota Jakarta dilanda banjir besar
pada tahun 1621, 1654, dan 1918. Selanjutnya banjir besar juga terjadi pada tahun
1976, 1996, 2002, 2007, dan yang terakhir 2013 pada bulan Januari. Meskipun
demikian, penyebab banjir di beberapa kota disebabkan oleh sistem struktur tanah,
drainase yang buruk, dan perilaku manusia yang tidak tidak memiliki kepedulian
terhadap lingkungan terutama dalam mengelola sampah.
Pergantian musim di negeri kita terjadi pada bulan Oktober dan April dan dari
bulan Oktober sampai Maret. Wilayah Indonesia bagian utara khatulistiwa mengalami
musim hujan dan bagian selatan musim kering, dan sebaliknya dari bulan April
sampai September. Pada tahun ini musim hujan cenderung berlangsung normal,
meskipun ada kecenderungan curah hujan yang tinggi. Berbeda pada tahun 2011 yang
lalu, terjadi peningkatan curah hujan yang tinggi akibat ganguan cuaca oleh badai EL
Nino atau La Lina di Samudra pasifik. Cuaca ekstrim terjadi jika intensitas curah
hujan dalam sehari mencapai 50 milimeter. Kecepatan angin 40 kilometer per jam,
dan suhu udara minimum lima derajat Celcius lebih rendah dari kondisi normal.
Cuaca ekstrem berakibat pula munculnya angin kencang yang merobohkan pohon
89
beberapa hari lalu di daerah Blotongan Salatiga. Cuaca ekstrem yang patut diwaspadai
adalah meningkatnya intensitas curah hujan, yang berpotensi banjir. Meskipun puncak
curah hujan tertinggi sudah dilewati satu bulan yang lalu, tetapi kita tetap waspada
terhadap perubahan musim yang terkadang di luar prediksi. Beberapa tips untuk
mengantisipasi banjir lokal dan kiriman antara lain dengan memperbaiki sistem
drainase dan memperbaiki perilaku dalam membuang sampah. Kini saatnya, semua
peduli terhadap lingkungan demi keselamatan bersama. Salam Lestari!Emas.

C. Penulisan Ilmiah Murni


1. Pengertian dan Ruang Lingkup
Ilmiah berarti bersifat ilmu atau memenuhi kaidah ilmu pengetahuan. Karya
ilmiah adalah suatu karya yang memuat dan mengkaji suatu masalah tertentu dengan
menggunakan kaidah-kaidah keilmuan. Artinya, karya ilmiah menggunakan metode
ilmiah dalam ruang lingkupnya membahas permasalahan yang diajukan, menyajikan
data, menganalisis data dalam pembahasan dengan bahasa baku dan tata tulis ilmiah,
serta menggunakan prinsip-prinsip keilmuan yang lain seperti obyektif, logis, empiris,
sistematis, lugas, jelas, dan konsisten terhadap topik yang dikaji.
Artikel ilmiah, dapat ditulis secara khusus berdasarkan hasil penelitian skripsi,
tesis, disertasi, atau penelitian lainnya dalam bentuk lebih praktis. Artikel ilmiah
dimuat pada jurnal-jurnal ilmiah, baik lokal, nasional, maupun internasional.
Kekhasan artikel ilmiah dalam bentuk penyajiannya yang tidak terlampau panjang
tetapi tidak megurangi nilai keilmiahannya.
2. Karakteristik Karya Tulis Ilmiah
a. Karakteristik Karya Tulis Ilmiah
Karakteristik karya tulis ilmiah antara lain:
1) Karya ilmiah yang diperoleh melalui kegiatan penelitian,
2) Artikel dalam karya ilmiah murni selalu dikaitkan dengan konsumsi untuk
orang-orang akademik. Audiensnya terbatas pada masyarakat ilmiah yang
bergulat secara khusus dengan bidang keilmuan tertentu, dengan demikian,
mempunyai standar akademis yang logis dan empiris,
3) Pemaparannya menggunakan bahasa yang baku. Artinya, penulisan artikel
ilmiah murni terikat dengan bahasa teknis pada masing-masing disiplin ilmu.
Masyarakat dari luar disiplin ilmu tersebut akan sulit mencerna isi tulisan
secara utuh. Pilihan kata dalam aartikel ilmiah murni sangat kental dengan
90
istilah teknis, dan tidak ada tujuan guyon yang sengaja disipkan dalam
tulisannya,
4) Penulisan ilmiah murni tidak membatasi diri dengan isu aktual, tetapi disiplin
ilmu yang mengarahkan pada fokus tulisannya. Artikel penulisan ilmiah murni
akan selalu dapat dibutuhkan oleh masyarakat tanpa harus menunggu isu
aktual yang berkembang di masyarakat.
5) Dari sisi referensi, penulisan artikel ilmiah sangat ketat dengan aturan yang
sudah dibakukan. Penulisan artikel ilmiah sarat dengan sumber rujukan
sebagai syarat mutlak. Penulisan artikel ilmiah kaya dengan referensi,
referensi mutakhir lebih dihargai karena menunjukkan bahwa penulisnya
sudah mengikuti perkembangan aktual. Perkembangan ilmu yang kini tengah
mencapai puncaknya karena produktivitas yang tinggi dari para ilmuwan
dalam menuangkan temuan sebagai hasil penelitiannya yang intensif. Oleh
karena itu, data dilengkapi dengan daftar pustaka,
6) Nilai gunanya untuk mengantarkan pada perubahan ilmu pengetahuan.
b. Contoh Penulisan artikel pada sebuah jurnal
Lumpur Lapindo, Lumpurnya "Tuhan"?
Without correct words, there will be no correct practice. (Dombrowsky).

Rabi Greenberg menuturkan kisah lucunya tahun 1950-an di New York


City yang dilanda musim kering dan pemerintah membuat awan buatan
sebagai awal teknologi hujan buatan. Hal ini menyebabkan agamawan
bertanya, apakah manusia mengambil alih peran Tuhan? ” Saya ingat sebuah
kartun di the New Yorker yang melukiskan sekelompok pemimpin agama
yang kelihatan amat cemas sedang duduk mengelilingi meja dan melihat
keluar melalui jendela, menyaksikan turunnya hujan. Seorang pemimpin
agama berkata, ’Ini hujan kita, atau hujan mereka?’” (John Naisbit, 2001:49).
Kita membayangkan suasana batin yang mungkin melingkupi Senayan dan
Istana terkait peristiwa di Sidoarjo. Karikatur imajiner yang bisa
menggambarkan batin penguasa dan rohaniwan Indonesia dengan pertanyaan,
”Ini lumpur Lapindo atau lumpurnya Tuhan?” Kini, dalam realitas, DPR dan
pemerintah memerlukan jawaban ”bencana alam atau bencana teknologi”?
Dalam tradisi mendefinisikan/pendefinisian atas sesuatu, sebuah definisi

91
terdiri dua bagian, yakni kata yang didefinisikan (definiendum) dan kelompok
kata atau konsep yang digunakan untuk mendefinisikan (definien).
Sebuah definiendum harus bermakna sama dengan definien. Neil Britton
mengatakan, ”Sebagaimana seorang/pihak menafsirkan sesuatu bergantung
pada apa yang disyaratkan untuk dilakukan terhadap sesuatu dimaksud.”
Namun, Britton mengingatkan definisi bukan sekadar alat bantu berpikir,
tetapi juga soal orientasi mental dan emosi, model pemaknaan dan cara
pandang pemberi definisi. Definisi salinan UU No 24/2007 mendefinisikan,
”bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan faktor
alam dan/atau aktor non-alam maupun faktor manusia, mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis.” Karena itu, peristiwa Sidoarjo memenuhi kecirian
definisi bencana UU No 24/2007. Jika ditanyakan kepada rakyat yang
mengalami, jawabannya, ”rumah terkubur, pekerjaan hilang, aset penghidupan
hancur, kerugian nasional mencapai paling sedikit Rp 7 triliun. Orang dari
kaya menjadi miskin. Yang miskin makin melarat.
Secara psikis tidak ada kata yang bisa menyamai pengalaman mengalami
bencana itu.” Definisi ini dikenal dengan definisi situatif. Pada titik ini, kata
’bencana’ tidak merepresentasikan diri sendiri. Bencana juga tidak sekadar
merepresentasikan lingkungan yang rusak. Bencana dan lingkungan yang
rusak merepresentasikan manusia dan kepentingan manusia di baliknya. Istilah
”bencana alam” bermakna kausalitas. Salinan UU No 24/2007 mengatakan,
”Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana
non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non-alam, antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.” Kelemahan paling mendasar UU No 24/2007
adalah tidak memberi ruang atau definisi kausalitas bencana untuk interaksi
atau keterkaitan antara yang alami dan buatan manusia. Secara empiris, ini
bertentangan karena ada yang dikenal sebagai ”bencana antara”. Peristiwa
yang satu men-triger yang lain. Bisa saja kegiatan eksplorasi dan eksploitasi
sumber daya yang tidak menjalankan prinsip kehati-hatian men-trigger
92
kejadian alam yang ekstrem. Misal, eksploitasi hutan memicu mudahnya
banjir. Sebaliknya, peristiwa alam seperti gempa bisa memicu kecelakaan
kebakaran seperti gempa Kobe 1995 atau kecelakaan nuklir
di Jepang setahun silam. Wapres Jusuf Kalla saat itu mengatakan, ”Perlu
penelitian mendalam. Saya kira tidak bisa dinyatakan secara politik (oleh
DPR). Bencana alam atau bukan, itu bukan masalah politis.” (Kompas,
19/2/2008) Perlu diketahui, sains tidak menawarkan kepastian 100 persen.
Sains datang dengan skenario, probabilitas, kemungkinan, dan solusi trial and
error. Ini yang terjadi dengan sains dalam konteks lumpur di Sidoarjo. alam
tradisi epistemik di universitas-universitas dunia, sebuah hasil penelitian yang
dipublikasikan akan mendapat banyak pertanyaan ketimbang jawaban. Inilah
alasannya mengapa seolah IAGI saling ”berseteru” tepatnya setahun silam
dalam sebuah workshop internasional. (Tempo Interaktif, 6/3/2007) Istilah
bencana alam. Karena itu, istilah hitam-putih ”bencana alam” sebenarnya
problematik dan masalah utama adalah pada paradigma dan kuasa tafsir atas
bencana. Maka, tafsir bencana tidak bisa hanya diserahkan kepada ahli teknis
geologis/geofisik saja. Dalam epistemologi bencana, alam adalah alam.
Bencana adalah bencana. Bukan alam yang mengeksplorasi migas di Sidoarjo.
Tafsir bencana adalah sebuah konsensus yang seharusnya trans-disiplin
(baca: antara pengambil kebijakan dan ahli lintas disiplin, termasuk ilmuwan
sosial dan pihak yang dianggap korban/pelaku). Rakyat yang dipersepsikan
”bodoh” tidak bisa menerima begitu saja bahwa ini adalah lumpurnya Tuhan.
Ketiadaan konsensus atas bencana di Sidoarjo ternyata mengakibatkan biaya
transaksi tinggi. Namun, keputusan tentang penanggung jawab bencana
Sidoarjo adalah bukan semata-mata putusan hukum. Diperlukan keputusan
politik karena lepas dari faktor kausalitas yang tidak pasti karena keterbatasan
sains dan ketidakpastian pengetahuan, ada situasi obyektif menunjukkan,
jumlah rakyat miskin di Sidoarjo yang terjadi dalam dua tahun terakhir
membutuhkan keberpihakan politik dari penguasa di DPR maupun eksekutif.
Melemparkan tanggung jawab kepada sains yang tidak pasti adalah sebuah
pengkhianatan terhadap amanat yang diberikan rakyat. Sains hendaknya
dimandatkan untuk tidak merampas mandat pengambilan keputusan yang
bersifat politik. Kepastian keberpihakan dari negara diperlukan dalam
menyelesaikan ketidakpastian hidup dan penghidupan rakyat di Sidoarjo yang
93
semakin tak menentu. Oleh: Jonatan Lassa PhD Researcher Kajian Disaster
Risk Governance-BIGS-DR-ZEF University of Bonn-Bonn; Co- editor
Journal of NTT Studies; Anggota Forum Academia NTT sumber:
http://cetak.kompas.com/ read/xml/2008/02/28/02415341.

c. Contoh Artikel di Internet


Artikel Lepas
14/3/2012 | 21 Rabbi al-Thanni 1433 H | Hits: 13.093
Oleh: Oktarizal Rais
Sumber: http://www.dakwatuna.com

Benarkah Pasangan yang Baik Hanya Untuk yang Baik?

Umur bumi sudah sangat tua, banyak sudah cerita yang tercipta, dan zaman
menjadi saksi bisu perputaran waktu. Tapi kita tidak layak untuk membisu, kita
harus bisa mengambil hikmah dari semua kejadian yang telah terjadi. Ada kisah
para anbiya, ada kisah para shohabah yang penuh mahabbah, ada kisah tentang
kaum yang Allah selamatkan, ada pula kisah tentang kaum yang Allah binasakan.
Semua kisah itu bisa kita temukan di lembaran-lembaran Al-Qur’an dan As
sunnah.
Dan pagi hari ini Allah telah menggerakkan bapak saya untuk bercerita
sebuah kisah yang tidak ada di dalam Al-Qur’an dan As sunnah. Karena yang
bapak ceritakan adalah kisah nyata yang terjadi di zaman yang penuh fitnah.
Seperti sekarang wahai ikhwah…
Entah dari mana saya harus menceritakannya. Karena saya memang bukan
penulis ulung. Untuk berbicara pun biasanya belepotan. Namun saya tidak
bersedih. Karena kepandaian berpidato, kefasihan lidah, dan kelancaran berbicara
bukanlah syarat mutlak dalam berdakwah di jalan Allah. Kalimurrahman, Musa
AS ialah seorang nabi yang merasakan kakunya lidah dalam memberikan
penjelasan, dan beliau memohon kepada Allah dengan ucapannya; wahlul
‘uqdatan min lisaaniy. Jadi, yang terpenting, gairah tebar dakwah dan hikmah
selalu merekah.
Oke, kembali ke topik. Bermula saat tadi pagi saya sarapan berdua dengan
bapak. Momen santai seperti ini memang menjadi waktu paling pas, enak, dan

94
cocok untuk ‘transfer’. Transfer kumpulan huruf, transfer kumpulan kata, transfer
kumpulan kalimat, dan jadilah seporsi wejangan yang nikmat…
Tapi, dalam kesempatan ini saya urungkan niat untuk bercerita secara
detail. Mungkin, intisarinya saja. Tadi bapak menceritakan seorang wanita yang
bapak kenal dan saya juga mengenalnya. Wanita itu berhijab. Bajunya longgar
dan jilbabnya lebar. Kostum itu ia kenakan sudah lama, sejak duduk di bangku
kuliah. Sekarang umurnya sudah kepala tiga. Dan wanita itu juga termasuk
aktivis. Sampai sekarang pun masih aktif duduk di halaqah. Wanita itu sudah
menikah, dengan seorang pria. Sudah lama. Mungkin kurang lebih 8 tahun silam.
Nah, saya ingin bercerita tentang malam-malam pertama pasutri tersebut.
Singkat cerita, kurang lebih 1 (satu) minggu setelah menikah. Si suami
komplain sama istrinya (wanita berhijab yang diceritakan bapak). Suaminya
komplain, karena menemukan sesuatu yang harusnya tidak ia temukan. (apa ya
sesuatu itu???).
Namun si wanita tidak mau menjawab, ia hanya menyuruh suaminya untuk
bertanya pada kakak iparnya (suami kakak perempuan si wanita). Dan
meluncurlah si suami ke rumah kakak ipar istrinya. Sesampainya di sana, ia
langsung menceritakan tentang sesuatu yang harusnya tidak ia temukan di
malam-malam pertama pernikahan.
Si suami bercerita bahwa ia dapati istrinya sudah tidak perawan lagi!
Kewanitaannya bersih tanpa selaput. Maka sang kakak ipar menjelaskan.
Ternyata, dahulu ketika si wanita masih duduk di bangku SMA, ia mengidap
penyakit keputihan. Sudah parah. Dan kakak iparnya itulah yang mengantar untuk
berobat. Dokter pertama berkata bahwa penyakit keputihan separah ini tidak
mungkin menimpa kecuali kepada wanita yang sudah beberapa kali melakukan
hubungan seksual. Untuk yang sudah bersuami, minimal 3 bulan setelah menikah.
Ketika itu, si wanita tidak puas dengan jawaban sang dokter dan minta berobat ke
dokter lain. Sampai 3 dokter dikunjungi, semua mengutarakan jawaban yang
tidak jauh berbeda…
Ternyata, pesan yang ingin bapak sampaikan adalah; “wanita shalihah
otomatis akan berbaju longgar dan berjilbab lebar. Karena itu salah satu cirinya.
Tapi hati-hati, jangan sampai tertipu oleh baju longgar dan jilbab lebar, karena itu
bukan jaminan… meskipun ianya sudah bertaubat, tapi kamu inginnya yang
‘fresh’ kan?”
95
Sampai di sini mungkin ada yang nyeletuk, “ah santai aja, kalau kita baik
pasti dapetnya yang baik juga kok. Kan ada tuh di Al-Qur’an. Surat an-nur ayat
26, Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang
keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula).”
An-nur ayat 26 ”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji
dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-
wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah
untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa
yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan
rizki yang mulia (surga).”
Berangkat dari pemahaman di atas, tentu saja kita bertanya-tanya apakah
yang dimaksud baik di sini? Atau keji? Apakah kita dapat menentukan sesuatu itu
baik atau tidak baik? Kalau kita cermati, ayat di atas merupakan satu paket ayat
yang bersambung ,tidak hanya putus pada kalimat “untuk wanita yang baik”
tetapi masih berlanjut dengan bahasan tuduhan , juga ampunan. Artinya ayat ini
sebenarnya diturunkan dalam konteks tertentu. Coba kita lihat konteks ayat ini
turun (asbabun nuzul);
“Ayat ini diturunkan untuk menunjukkan kesucian ‘Aisyah RA dan
Shafwan bin al-Mu’attal RA dari segala tuduhan yang ditujukan kepada mereka.
Pernah suatu ketika dalam suatu perjalanan kembali dari ekspedisi penaklukan
Bani Musthaliq, ‘Aisyah terpisah tanpa sengaja dari rombongan karena mencari
kalungnya yang hilang dan kemudian diantarkan pulang oleh Shafwan yang juga
tertinggal dari rombongan karena ada suatu keperluan. Kemudian ‘Aisyah naik ke
untanya dan dikawal oleh Shafwan menyusul rombongan Rasulullah SAW dan
para sahabat, akan tetapi rombongan tidak tersusul dan akhirnya mereka sampai
di Madinah. Peristiwa ini akhirnya menjadi fitnah di kalangan umat muslim kala
itu karena terhasut oleh isu dari golongan Yahudi dan munafik jika telah terjadi
apa-apa antara ‘Aisyah dan Shafwan.
Masalah menjadi sangat pelik karena sempat terjadi perpecahan di antara
kaum muslimin yang pro dan kontra atas isu tersebut. Sikap Nabi juga berubah
terhadap ‘Aisyah, beliau menyuruh ‘Aisyah untuk segera bertaubat. Sementara
‘Aisyah tidak mau bertaubat karena tidak pernah melakukan dosa yang
dituduhkan kepadanya, ia hanya menangis dan berdoa kepada Allah agar

96
menunjukkan yang sebenarnya terjadi. Kemudian Allah menurunkan ayat ini
yang juga satu paket annur 11-26.”
Penjelasan An Nur 26 menurut para ulama, Jika dilihat dari konteks ayat
ini, ada dua penafsiran para ulama terhadap ayat ini yaitu tentang arti kata
“wanita yang baik” dan juga “ucapan yang baik” Sehingga dapat juga diartikan
seperti ini; “Perkara-perkara (ucapan) yang kotor adalah dari orang-orang yang
kotor, dan orang-orang yang kotor adalah untuk perkara-perkara yang kotor.
Sedang perkara (ucapan) yang baik adalah dari orang baik-baik, dan orang baik-
baik menimbulkan perkara yang baik pula. Mereka (yang dituduh) itu bersih dari
apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan
rizki yang mulia (surga).”
Kata khabiitsat biasa dipakai untuk makna ucapan yang kotor (keji), juga
kata thayyibaat dalam Quran diartikan sebagai kalimat yang baik. Hakam Ibnu
Utaibah yang menceritakan, bahwa ketika orang-orang mempergunjingkan
perihal Aisyah RA Rasulullah saw menyuruh seseorang mendatangi Siti Aisyah
RA Utusan itu mengatakan, “Hai Aisyah! Apakah yang sedang dibicarakan oleh
orang-orang itu?” Aisyah RA menjawab, “Aku tidak akan mengemukakan suatu
alasan pun hingga turun alasanku dari langit”. Maka Allah menurunkan firman-
Nya sebanyak lima belas ayat di dalam surah An Nur mengenai diri Siti Aisyah
RA. Selanjutnya Hakam Ibnu Utaiban membacakannya hingga sampai dengan
firman-Nya, “Ucapan-ucapan yang keji adalah dari orang-orang yang keji…”
(Q.S. An Nur, 26). Hadits ini berpredikat Mursal dan sanadnya shahih.
Ayat 26 inilah penutup dari ayat wahyu yang membersihkan istri Nabi,
Aisyah dari tuduhan keji itu. Di dalam ayat ini diberikan pedoman hidup bagi
setiap orang yang beriman. Tuduhan keji adalah perbuatan yang amat keji hanya
akan timbul daripada orang yang keji pula. Memang orang-orang yang kotorlah
yang menimbulkan perbuatan kotor. Adapun ucapan-ucapan yang baik adalah
keluar dari orang-orang yang baik pula, dan memanglah orang baik yang sanggup
menciptakan perkara baik. Orang kotor tidak menghasilkan yang bersih, dan
orang baik tidaklah akan menghasilkan yang kotor, dan ini berlaku secara umum
Di akhir ayat 26 Tuhan menutup perkara tuduhan ini dengan ucapan bersih
dari yang dituduhkan yaitu bahwa sekalian orang yang difitnah itu adalah bersih
belaka dari segala tuduhan, mereka tidak bersalah sama sekali. Maka makna ayat
di atas juga sangat tepat bahwa orang yang baik tidak akan menyebarkan fitnah,
97
fitnah hanya keluar dari orang–orang yang berhati dengki, kotor, tidak bersih.
Orang yang baik, dia akan tetap bersih, karena kebersihan hatinya.
Yang Baik Hanya Untuk yang baik? Pembahasan kedua yaitu tentang
maksud ayat di atas yaitu “wanita yang baik” dan “wanita yang keji”. Dalam hal
ini terjemahan Depag menggunakan arti wanita yang baik dan pemahaman ini
berangkat dari para ulama yang menyatakan bahwa Aisyah merupakan wanita
yang baik-baik, karena konteks ayat tersebut turun satu paket, yaitu ayat 11-26
dengan ayat sebelumnya tentang seseorang menuduh wanita yang baik-baik
berzina. Maka jika diartikan begitu sesuai dengan pertanyaan di atas
”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji
adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik
adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-
wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang
dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki
yang mulia (surga).”
Ayat ini bersifat umum, bahwa wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-
laki yang keji, begitu juga sebaliknya. Namun yang perlu dipahami adalah ayat
ini sebuah kondisi atau memang anjuran, sebab para ulama banyak
mengemukakan pendapat tentang hal ini. Syaikh Muhammad Mutawalli as-
Sya’rawi, ulama Mesir pernah berkata: ada dua macam kalam (kalimat sempurna)
dalam bahasa Arab. Pertama; Kalam yang mengabarkan kondisi atau suasana
yang ada.
Kedua Kalam yang bermaksud ingin menciptakan kondisi dan suasana.
Kalam seperti ini bisa ditemukan dalam Quran. Seperti firman Allah QS. Ali-
Imran: 97: Barang siapa yang memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia.
Ayat itu kalau dipahami, bahwa Allah sedang mengabarkan kondisi dan suasana
kota Mekah sesuai kenyataan yang ada, maka tentu tidak akan terjadi hal-hal
yang bertolak belakang dengan kondisi itu. Akan tetapi, kalau ayat itu dipahami,
sebagai bentuk pengkondisian suasana, maka Allah sesungguhnya tengah
menyuruh manusia, untuk menciptakan kondisi aman di kota Mekah. Kalaupun
kenyataan banyak terjadi, bahwa kota Mekah kadang tidak aman, maka hal itu
artinya, manusia tidak mengejewantahkan perintah Allah.
Pemahaman yang sama juga bisa ditelaah pada ayat ini; Wanita-wanita
yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat
98
wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-
laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik
(pula). (QS. An-Nur: 26). Pada kenyataan yang terjadi, ternyata, ada laki-laki
yang baik mendapat istri yang keji, begitu pula sebaliknya. Maka memahami ayat
tersebut sebagai sebuah perintah, untuk menciptakan kondisi yang baik-baik
untuk yang baik-baik, adalah sebuah keharusan. Kalau tidak, maka kondisi
terbalik malah yang akan terjadi.
Kalau kita bandingkan dengan Annur ayat 3 yang mana kalimat digunakan
untuk umum, “laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan
yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak
dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik” (QS. An
Nur ayat 3). Di ayat ini lebih tegas mengandung “unsur perintah” untuk mencari
pasangan yang sepadan. Sehingga ayat 26 bisa dimengerti sebagai sebuah
motivasi atau anjuran untuk mengondisikan dan bukan sebagai ketetapan bahwa
yang baik “otomatis” akan mendapatkan pasangan yang baik. Hal ini tentu
memerlukan usaha untuk memperbaiki diri lebih baik.
Ayat tersebut bukanlah merupakan janji Allah kepada manusia yang baik
akan ditakdirkan dengan pasangan yang baik. Sebaliknya ayat tersebut
merupakan peringatan agar umat Islam memilih manusia yang baik untuk
dijadikan pasangan hidup. Oleh karena itu, nabi bersabda tentang anjuran
memilih pasangan yaitu lazimnya dengan 4 pertimbangan, dan terserah yang
mana saja, namun yang agamanya baik tentu sangat dianjurkan. Wallahua’lam.
D. Perbedaan Penulisan Ilmiah Murni dengan Penulisan Ilmiah Populer
Perbedaan antara keduanya dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
No. Penulisan Ilmiah Populer Penulisan Ilmiah Murni
1. Bahasa populer Bahasa teknis
2. Tema aktual sangat dipentingkan Aktualitas tidak mutlak
3. Konsumsi pembaca lebih luas Konsumsi terbatas
4. Referensi tidak ketat Referensi ketat
5. Melalui refleksi dan penelitian Melalui penelitian intensif
6. Memperkaya perspektif Pengembangan muatan ilmu
7. Media yang digunakan antara lain surat Jurnal, laporan penelitian, dan buku
kabar, tabloid, majalah, dan buku

99
100
BAB V
PEMILIHAN TEMA, JUDUL KARANGAN dan PENDAHULUAN

A. Prawacana
Tema merupakan pokok masalah yang akan diuraikan dalam sebuah tulisan.
Tema harus ditentukan sebelum mulai mengarang. Tanpa tema, tidak akan
dihasilkan tulisan yang baik. Tema dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti
pengalaman, hasil penelitian, survei, pengamatan, wawancara, kreasi imajinatif
dan lain-lain. Karangan-karangan narasi, deskripsi biasanya bersumber dari
sumber-sumber tersebut. Akan tetapi, tulisan argumentatif atau persuasi umumnya
bersumber dari pendapat dan sikap penulis.
Untuk bisa membuat kerangka tulisan yang baik, diperlukan langkah-
langkah antara lain dengan mencatat di atas kertas, mulailah mengorganisir
gagasan-gagasan dan disitematisasikan, mengkaji gagasan-gagasan yang telah
dikelompokkan dalam bab-bab dan pasal-pasal, dan membuat kerangka tulisan
yang lengkap dan terperinci.
Sejatinya judul ini adalah ibaratnya seorang pramuniaga yang sedang
menjaga pintu di sebuah supermarket. Ia akan membuka pintu untuk
konsumennya sebelum konsumen memilih barang-barang yang ada di dalam
supermarket itu. Sebuah iklan yang menarik akan mendorong orang untuk
mencari dan melihat produk yang diiklankan itu. Sebagai analog, judul buku mirip
dengan pramuniaga itu, Ia memiliki tugas untuk membuka pintu bagi konsumen
yang ingin berselancar dari berbagai produk yang disediakan di supermarket itu.
Judul adalah pengantar awal seorang pembaca untuk mulai tertarik masuk dalam
buku yang dibacanya. Judul memberikan kesempatan kepada pembaca untuk
memilih berselancar dengan ilmu yang ditawarkan dari bab ke bab dalam buku
itu. Pembaca akan menentukan untuk membaca, menyentuh, memahami,
membeli, atau bahkan sama sekali tidak melakukan itu semua. Judul sebuah buku
yang menarik membuat orang berminat untuk memegangnya, membaca nama
pengarangnya, penerbitnya, sinopsisnya dan mengendapkan dalam pikirannya
baru mengambil keputusan untuk membeli atau tidak.
Demikian menariknya sebuah judul, sehingga dapat menarik pembaca
untuk membelinya. Sebagai sebuah komponen yang turut menentukan dalam
strategi perdagangan, maka judul menempati porsi yang perlu untuk diperhatikan
secara lebih. Beberapa karakteristik judul ditawarkan untuk dapat menempati
100
posisi judul-judul yang memiliki daya pikat tinggi terhadap pembaca untuk
membeli dan bahkan akan mempengaruhi kepada orang lain untuk turut membeli
apa yang dia sendiri telah membelinya. Secara finansial, beberapa komponen
sangat diuntungkan seperti pengarang, penerbit, dan toko buku.
B. Tema Karangan
1. Tips Mendapatkan Tema
Agar terhindar dari kesulitan memperoleh tema, beberapa hal harus
diperhatikan, antara lain:
a. Selalu menambah pengalaman antara lain melalui keterlatihan dan
pembiasaan untuk banyak melihat, mendengarkan, membaca, berdiskusi,
atau bahkan membuka untuk memperoleh pengalaman sendiri dari
berbagai peristiwa.
b. Selalu rajin mengamati sesuatu yang terjadi di sekitar kita atau membaca
buku, jurnal, majalah, koran yang merupakan hasil pengamatan/penelitian
orang lain.
c. Selalu mengembangkan imajinasi dan kreativitas.
d. Sering mengadakan diskusi dan tukar-menukar pendapat untuk melatih
mengemukakan pendapat dan mempertahankannya dengan argumentasi
dan contoh yang baik dan tepat serta memperluas cakrawala berpikir.
2. Tips Merumuskan Tema Karangan
Untuk menghasilkan sebuah tulisan yang berbobot, penulis harus
memilih tema yang menarik, memungkinkan untuk digarap, ruang lingkup
yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit, dan memiliki nilai manfaat
bagi masyarakat. Seringkali seorang penulis mendapatkan tema, ide atau
gagasan secara tiba-tiba. Sumber itu dapat diperoleh ketika membaca, melihat,
spontan, atau bahkan dalam mimpi. Kilasan-kilasan ide atau gagasan atau
tema sering mudah dilupakan orang. Padahal dari ide-ide yang disodorkan
tersebut cukup baik. Jika hal itu tidak segera ditangkap sebagai ide, maka ide-
ide itu akan segera menghilang dari pikiran. Oleh sebab itu, ide-ide tersebut
harus segera dicatat yang memungkinkan pada waktu tertentu akan muncul ide
baru yang menguatkan pada ide yang sudah diperoleh. Adalah hal yang
menarik jika ide-ide itu didokumentasikan dalam sebuah buku ide. Sewaktu-
waktu penulis menemukan kesempatan untuk menulis dengan tema yang
sudah pernah dibaca serta penulis berkeinginan untuk menulis maka, penulis
101
dapat mengingat kembali ide-ide yang sudah pernah dituangkan ke dalam
sebuah buku. Penulis tinggal memilih ide atau tema mana yang dinilai topik
sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat, sangat menarik bagi pembaca.
3. Kerangka Tulisan
Setelah menentukan tema, langkah berikutnya adalah membuat
kerangka tulisan. Kerangka tulisan ini sangat penting untuk memandu tahapan
menulis agar tidak menyimpang dari tema. Kerangka tulisan ini selain sangat
berguna bagi penulis pemula, juga berguna untuk menghindari kemungkinan
terlupa dan bermanfaat untuk mengkaji sekali lagi hal-hal penting itu secara
kritis.
Ada beberapa macam tipe susunan kerangka tulisan antara lain:
a. Berdasarkan Urutan Kronologis.
Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut
susunan waktu kejadian peristiwa yang hendak diuraikan. Penulis yang
memiliki pengalaman terhadap topik yang menghendaki penyusunannya
secara kronologis maka, akan mudah dipaparkan dengan baik.
b. Berdasar Urutan Lokal.
Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut
susunan lokal (ruang/tempat) dari obyek yang hendak diuraikan. Penulis
dengan mudah dapat menuliskan urutan lokasi yang ada, dengan mudah
dapat dikenali dan dituliskan dengan baik.
c. Berdasar Urutan Klimaks.
Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut
jenjang kepentingannya. Penulis dapat membuat klasifikasi urutan
kilmaks yang terjadi, dengan demikian penulis akan lebih mudah dalam
membuat urutan kejadian tersebut.
d. Berdasar Urutan Familiaritas.
Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut
dikenal-tidaknya bahan yang akan diuraikan. Dikenali dan dikuasai
sebagai salah satu kunci untuk melakukan penulisan yang baik. Penulis
pun akan mendapatkan kemudahan dalam hal ini, sehingga tulisan dapat
dinikmati dengan baik.
e. Berdasar Urutan Akseptabilitas.

102
Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut
diterima-tidaknya prinsip yang dikemukakan. Penulis dapat menentukan
urutan aksesabilitas, dengan demikian penulis akan merasa terbantu untuk
menghasilkan naskah yang baik.
f. Berdasar Urutan Kausal.
Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut
hubungan sebab-akibat. Dengan demikian, penulis akan memperoleh
kemudahan dalam mengantarkan ide pokoknya sesuai dengan sebab
akibatnya. Pembaca pun akan lebih mudah menangkap ide pokok yang
dimaksukan oleh penulis.
g. Berdasar Urutan Logis.
Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut
aspek umum dan aspek khusus. Dalam hal in penulis akan mengurutkan
berdasarkan pada urutan logika. Penulis akan mengutamakan pada topik
bahasan yang logis terlebih dahulu dan menonomorduakan pada
pemikiran yang tidak logis.
h. Berdasar Urutan Apresiatif.
Penulisan dengan menggunakan susunan kerangka diatur menurut
pemilikan baik-buruk, untung-rugi, berguna-tidak berguna, benar-salah,
dan seterusnya. Penulis akan memberikan paparan yang berurut secara
baik, berguna, benar dan seterusnya. Dengan demikian urutan sebaliknya
menjadi lebih dinomorduakan.
4. Langkah Membuat Kerangka Tulisan
Untuk bisa membuat kerangka tulisan yang baik, diperlukan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Mencatat di atas kertas segala gagasan yang timbul dari perkiraan, atau
yang dikumpulkan dari sumber-sumber yang ada hubungan dengan tema
yang telah dirumuskan.
b. Kemudian, mulailah gagasan-gagasan tadi diatur, diorganisasi dan
disistematisasikan.
c. Mengkaji sekali lagi gagasan-gagasan yang telah dikelompokkan dalam
bab-bab dan pasal-pasal yang disusun.

103
d. Membuat kerangka tulisan yang lengkap dan terperinci yang sudah bebas
dari coretan-coretan. Dalam tahap ini dicantumkan tema, judul dan pokok
pikiran yang mendasari kerangka tulisan tersebut.
C. Memilih Judul Karangan
1. Karakteristik Judul dari yang Unik Hingga Menipu
Judul merupakan satu hal yang penting delam menulis karangan,
karena judul dapat mewakili dari sebagian karangan yang ada. Oleh karena itu,
judul karangan yang baik harus memenuhi beberpa persyaratan antar lain,
harus sesuai dengan topik atau isi dari jangkauannya; sebaiknya dinyatakan
dalam frase, bukan kalimat; sesingkat mungkin, tidak dinyatakan dalam kiasan
dan tidak mengandung kata bermakna ganda (Mansurudin, 2010: 161).
2. Pengertian Judul yang Unik dan Menarik
Judul yang unik dan menarik diidentikan dengan judul yang memiliki
kekhasan tersendiri, berbeda dan menonjol dibanding yang lain sehingga
pembaca akan mengambil keputusan untuk memegang, membaca,
mempertimbangkan untuk membelinya, dan dimilikinya serta dibaca dan
dihayatinnya, bahkan mengikuti apa yang disarankan oleh buku tersebut.
3. Contoh judul-judul Unik-menarik, Sensasional, dan Kontraversial
a. Judul Unik-Menarik
Judul yang menarik itu ditandai dengan pilihan-pilihan kata yang
ada, termasuk di dalamnya padu padan diksi yang ditonjolkan. Judul yang
menarik tidak hanya dalam satu kata yang dituliskan tetapi frase yang
disejajarkan. Judul yang menarik termasuk di dalamnya juga pilihan kata
atau frase yang jelas, padat, dan penuh makna.
Contoh-contoh judul yang unik dan menarik dapat dilihat dalam
daftar berikut ini:
1) Gusti ora sare
2) Orang miskin dilarang sekolah
3) Sekolah itu Candu
4) Mission itu Impossible
5) Siapa Bilang Berhaji dan Berumroh harus Kaya dulu?
6) Orang Miskin tidak Boleh Sakit.
7) Tuhan, Jangan Dustai Aku
8) Mengejar Pelangi Kehidupan
104
9) Ya, Rob..ijinkan Aku Satu Malam saja di Neraka
b. Judul Sensasional/bombastis/absurd
Judul yang sensasional/bombastis/absurd adalah judul yang hampir
sama dengan unik, mengarah ke sesuatu yang sensasional, berlebihan,
absurd, atau di luar kebiasaan/kelaziman. Judul yang
sensasional/bombastis, absurd memang menarik pembaca, tetapi menarik
tidak harus bombastis. Judul-judul yang bombastis secara sekilas memang
menarik perhatian pembaca, akan tetapi pembaca akan segera kecewa
ketika membaca isi tulisan tersebut. Satu alasan, judul yang bombastis itu
biasanya tidak mencerminkan isi tulisan yang dibahas. Betapa sering kita
dikecewakan oleh judul-judul buku yang seperti ini. Membaca judul dan
sinopsis buku yang biasanya ditulis di kover belakang pun kita sering
tertarik untuk membelinya. Akan tetapi, ketika setelah sampai di rumah
dan membacanya kita menjadi sangat kecewa. Demikian pula ketika kita
membaca koran atau majalah atau tulisan apapun, sering dikecewakan oleh
judul yang bombastis tetapi isinya tidak relevan.
Contoh-contoh judul yang sensasional, bombastis dan absurd
antara lain dapat dilihat pada judul di bawah ini:
1) Menabur Melati Untuk Nyi Loro Kidul
2) Bukankah Engkau Izinkan Aku Berpoligami?,
3) Tasbih dan Golok,
4) Tasbih di Balik Terali Besi
c. Judul Kontroversial
Judul kontroversial adalah judul buku yang agak berkonotasi
negatif, misalnya bertentangan dengan pandangan umum, ada unsur emosi
yang dimainkan dan selalu menimbulkan pro dan kontra sehingga selalu
menarik perhatian. Judul ini seakan melawan hukum, adat, agama, dan
kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Contoh judul-judul buku
kontroversi adalah:
1) Kalau Mau Kaya Ngapain Repot-repot Sekolah, Nikahi saja Anak
Trilliuner,
2) Asyiknya Perkawinan Dini
3) Bayar Pajak? Apa Kata Dunia?
4) Presiden Militer? Dimana Enaknya?
105
5) Hari Gini Tidak Plagiat, Apa kata Dunia
6) Beratnya Menegakkan Pendidikan Karakter
7) Listrik yang Menyengat Rakyat Miskin
d. Judul yang Membuka Rahasia
Rahasia apapun, siapapun, dan di mana pun memang selalu
menarik perhatian orang. Demikian juga dengan judul buku yang
menggelitik seakan bermaksud untuk membuka rahasia yang selama ini
masih diungkam oleh struktur dan kultur. Judul yang bersifat rahasia
biasanya memancing keingintahuan pembaca. Judul-judul yang diawali
atau dikonotasikan mengungkap rahasia sanggup menarik perhatian
pembaca. Contoh judul buku seperti ini antara lain:
1) Jakarta Undercover
2) TKW Underground
3) Pembantu Rumah Tangga Undercover
4) Rahasia Utang Negara
5) Rahasia Sukses Melawan Slogan
6) Mengungkap Tabir Mimpi Malam Pertama di Kubur
7) Membedah Perut Para Koruptor
8) Meretas Tali Perselingkuhan
9) Rahasia Utang Negara untuk Sertifikasi Guru dan Dosen
e. Judul Buku yang Berusaha Memberikan Jawaban atas Persoalan
Masyarakat dan Negara
Permasalahan di masyarakat begitu kompleksnya, menemukan
solusi untuk mengatasi konflik dan permasalahan seakan menemukan air
di padang nan gersang. Judul buku yang menjawab persoalan juga bisa
menarik perhatian. Judul yang ditampilkan langsung menjawab atau
memberi solusi atas satu persoalan sehingga dapat menarik perhatian
pembaca. Solusi itu baik ditawarkan oleh negara, negarawan, agamawan,
politikus, pendidik, ekonom atau apa saja yang memiliki kompetensi di
bidangnya. Contoh judul buku yang menjawab persoalan yaitu antara lain:
1) Bagaimana Menjadi Mualaf yang Mau Berjihad
2) Bagaimana Menekuk Lutut Lawan Bisnis
3) Resep Cespleng Menjadi Politikus Muda

106
4) Bagaimana Bercocok Tanam di Lahan Kapur
5) Bagaimana Menghijaukan Lingkungan di Pesantren Salafi
6) Bagaimana menghidupkan Kepedulian Terhadap Lingkungan di
Perguruan Tinggi
7) Kiat Sukses menjadi seorang Penyair Kondang
8) Berbagi Suksesi Kepemimpinan SBY
9) Mengatasi Traumatik Anak pada Polisi dan Dokter
f. Judul Buku yang Menipu Pembeli
Sebenarnya mungkin, tidak bermaksud untuk menipu, tatapi
seringkali pembeli memepertimbangkan untuk membeli buku hanya
karena pertimbangan judul buku yang menarik. Tidak jarang judul buku
sekadar menipu pembeli. Judul dan isi sama sekali tidak ada hubungannya
dengan isi yang dituangkan. Nampaknya penulis buku memiliki niat untuk
mendapatkan keuntungan sekejap. Biasanya judul-judul yang bernafaskan
penipuan terhadap inkonsistensi judul dan isi diterbitkan oleh penerbit
yang belum memiliki bonafiditas dalam dunia penerbitan. Contoh judul-
judul yang menipu pembeli antara lain:
1) Berselancar di Laut Merah, ternyata isinya hanya kegiatan melihat laut
merah.
2) Rahasia Srawung Akademik, ternyata isinya hanya bagaimana memilih
mata kuliah dan menuliskan Kartu akademik.
3) Rahasia Sukses Paralympic, ternyata isinya hanya program latihan
untuk para penyandang cacat.
4) Olimpiade Pendidikan Lingkungan Hidup, ternyata isinya hanya
penyusunan rencana pembelajaran untuk sekolah lingkungan dalam
menghadapi olimpiade.
5) Kartu Joker bagi Koruptor, ternyata isinya tentang catatan pembelaan
dari pengacaranya.
6) Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia, ternyata isinya hanya bagaimana melakukan budidaya
akuakultur.
7) Pesantren dan Lingkungan Hidup, sebuah Konsentrasi Monolitik,
ternyata isinya hanya memuat kegiatan santri dalam melaksanakan
program jumat bersih.
107
8) Aku pun Bersimbah Darah, ternyata isinya hanya menceritakan tentang
sebuah kecelakaan kecil yang tidak perlu dibesar-besarkan.
9) Perjalanan Panjang korban dari Negeri Minyak, ternyata hanya
memuat kegagalan seorang penjual minyak tanah karena sekarang
sudah dikonversi ke gas elpiji.
g. Judul yang Membosankan atau mudah ditebak isinya
Judul yang membosankan atau mudah ditebak memang menjadikan
buku itu sulit disentuh oleh calon pembeli. Meskipun demikian, ada saja
pangsa pasarnya dengan derajat kebutuhan sesuai dengan jenjang
pendidikan dan strata sosialnya. Penerbit mungkin masih belum senior,
sehingga bebas hambatan menuju mesin cetak. Contoh judul yang
membosankan dan mudah ditebak antara lain:
1) Berzakat yang Manfaat
2) Tuntunan Shalat dan Dzikir
3) Bercocok tanam Jagung Dua Tongkol
4) Bertani yang Mumpuni
5) Menuai Buah Semangka
6) Kebersihan sebagian dari Iman
7) Bengkel Motor
8) Aksesoris Mobil
9) Memanfaatkan Lahan Kosong
Judul, selain harus menarik perhatian pembaca, juga harus
mencerminkan tema tulisan. Hal ini sangat penting artinya bagi pembaca.
Setelah pembaca tertarik terhadap judul yang terpampang di majalah atau
koran, maka ia ingin segera tahu apa isinya. Pembaca akan kecewa jika isi
yang ditulis ternyata tidak sesuai atau semenarik sebagaimana judulnya.
Oleh karena itu, konsistensi judul dengan deskripsi punggung buku, dan
isinya harus benar-benar di jaga. Peneliti akan kehilangan kepercayaannya
kalau ternyata penulis hanya akan meraup keuntungan dengan tipuan mata
dalam judul yang dituliskan.
Judul sebaiknya juga tidak terlalu pendek. Mungkin judul-judul
pendek hanya sesuai pada karangan seperti novel, cerpen, puisi dll. Jika
anda ingin tetap menggunakan judul pendek karena hal tersebut dapat

108
mencerminkan sesuatu bahasan yang hendak anda tonjolkan, maka judul
pendek itu bisa dibuat, dengan catatan menambah subjudul di bawahnya.
Untuk membuat judul, sebelumnya kita membuat synopsis, agar
diperoleh gambaran keseluruhan isi artikel, kemudian membuat paling
sedikit 3 judul. Di bawah ini merupakan ringkasan proses pembuatan
judul.
Tabel 1. Proses pembuatan judul
No. Tema Sinopsis Judul
1. Membaca dan a. pengertian membaca dan menulis melejitkan
menulis, b. Manfaat membaca dan Menulis Profesi
c. Tips mengantarkan pada cinta baca Menulis.
d. Jenis buku bacaan
e. Syarat penulis
f. Penyakit umum calon penulis
g. Tips konsistensi menulis
h. Proses menulis
i. Tips jitu bagi penulis yunior untuk
melejitkan profesi dirinya

D. Menyusun Deskripsi Pendahuluan


1. Pentingnya Pendahuluan/Prawacana
Setelah pembaca tertarik dengan judul yang anda tampilkan, maka
pembaca akan segera melirik ke pendahuluan/prawacana. Pembaca
mengharapkan dapat memperoleh sesuatu yang menarik sesuai dengan
persepsi pembaca ketika membaca judul. Minat membaca akan menurun atau
meningkat tergantung dari sajian dalam pendahuluan. Oleh karena itu,
penyusunan deskripsi pada pendahuluan perlu mendapat perhatian yang
serius. Dalam tulisan populer dan ilmiah populer, anda tidak perlu menulis
pendahuluan sebagaimana ditunjukkan dalam tulisan ilmiah. Saudara sebagai
penulis cukup menulis apa yang akan anda kemukakan dalam sub-bagian
pendahuluan itu.
2. Macam Pendahuluan
Ada enam macam bentuk pendahuluan, yang dapat kita pilih yaitu:

109
a. Ringkasan.
Pendahuluan berbentuk ringkasan ini nyata-nyata mengemukakan
topik dan pokok isi tulisan secara garis besar.
b. Pernyataan yang menonjol.
Pernyataan yang menonjol kadang-kadang disebut juga pendahuluan
kejutan. Biasanya diikuti dengan kalimat kekaguman.
c. Pelukisan.
Pelukisan pada pendahuluan yang melukiskan suatu fakta, kejadian
atau hal yang dituliskan.
d. Anekdot.
Anekdot merupakan ungkapan sajian yang menggelitik sebagai
pengantara dalam pendahuluan. Di samping itu, pendahuluan berbentuk
pertanyaan yang merangsang keingintahuan merupakan pendahuluan yang
bagus.
e. Kutipan orang lain.
Pendahuluan berupa kutipan ucapan seseorang (tentunya orang
terkenal) dapat langsung menyentuh rasa pembaca.
f. Amanat langsung.
Pendahuluan berbentuk amanat (pesan) langsung kepada pembaca
sehingga terasa akrab.
3. Manfaat Pendahuluan/Prawacana
Bagian pendahuluan mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai pemancing
minat dan mengatur pembaca ke arah pembahasan. Hal terakhir ini sering kali
lebih sulit daripada menulis judul atau isi. Seringkali kita mengalami kesulitan
sehingga kita menjadi kesal dan putus asa. Jika anda mengalami hal ini, maka
langkah yang sebaiknya dilakukan adalah menunda dulu bagian pendahuluan
ini dan menulis bagian lain, misalnya isi tulisan, baru setelah dirasa bisa
melanjutkan, anda dapat menulis pendahuluan kembali. Seringkali
pendahuluan mengalami perubahan berulangkali untuk memperoleh alinea
pendahuluan yang dapat memancing minat.
contoh alinea pendahuluan/Prawacana di bawah ini.
MELEJITKAN KEMAHIRAN MENULIS KARYA ILMIAH
Pendahuluan/Prawacana

110
Nutrisi bagi seorang penulis adalah membaca, baik membaca teks maupun
konteks. Segudang keuntungan bagi seseorang yang mau membaca buku, di
antaranya dapat menambah wawasan, melejitkan kemampuan kebahasaan,
pembangkit motivasi, perentang waktu, menemukan media hiburan, sarana
refleksi diri, menajamkan hati dengan kebijakan. Secara kesehatan meringankan
stress, melatih otak, meningkatkan konsentrasi, mengembangkan pola tidur yang
sehat. Membaca dan menulis merupakan dua sejoli yang saling menguatkan.
Empat keterampilan berbahasa seseorang secara bertahap bermula dari
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Seseorang yang pasif hanya akan
menyimak pada fenomena yang ada dan berkembang di sekitar dirinya.
Selanjutnya, dia akan belajar untuk berbicara dan memberanikan diri untuk
berbicara di depan publik. Membaca sebagai nutrisi untuk menulis dikembangkan
oleh masyarakat akademis agar dapat menulis. Menulis merupakan satu hal yang
masih sulit menjadi budaya di masyarakat, termasuk bagi mahasiswa dan dosen
muda sekalipun. Masyarakat masih cerdas dan senang dibuai dengan budaya lisan,
padahal bahasa lisan cepat hilang dan mudah dilupakan orang, sedangkan tulisan
tetap terkenang. Seorang penulis dengan cepat melihat dan berfikir, berfikir dan
mengerti, mengerti dan memberik kesan mendalam, berkesan dan bereaksi
terhadap fenomena yang mucul dan berkembang, bereaksi dan berinterpreneur.
Menjadi seorang penulis merupakan pekerjaan yang tidak akan pernah mengenal
kata pensiun dan royalti pun akan tetap mengalir hingga 7 (tujuh keturunan).
Kebanyakan orang lebih menyukai menonton film, televisi, bermain game
pada komputer daripada harus membaca buku, dan bahkan membaca buku untuk
mengantarkan tidur pulas seseorang. Padahal, hingga kini tidak terbantahkan
bahwa buku adalah jendela dunia. Membaca buku berarti dapat membuka
cakrawala dunia. Seseorang dapat melihat ke luar di bawah kemampuan seseorang
untuk melihat diri dan lingkungannya. Sesuatu yang baru atau pemandangan yang
berbeda dengan apa yang ada di sekitar lingkungan rumah seseorang. Membaca
buku berarti seseorang dapat menyelami dunia orang lain, yaitu sebuah dunia yang
ada di dalam pikiran orang lain. Sementara setiap diri seseorang dan orang lain
memiliki dunia masing-masing yang sangat bervariasi. Menyelami bagian terkecil
yang dimiliki oleh orang lain akan memberikan kepada seseorang pengetahuan
dan keterampilan bahkan menemukan kebijakan yang lebih mendalam dalam
menghadapi hidup.
111
Tidak ada satu buku pun yang pernah di tulis oleh orang lain yang tidak
membawa manfaat bagi diri seseorang. Setiap buku akan membawa manfaat
kepada seseorang, jika seseorang mampu menangkap makna dan hikmah yang
terkandung di dalamnya. Jika seseorang masih sulit untuk menangkap makna dan
hikmah suatu buku, berarti seseorang belum siap untuk menerima sesuatu yang
disuguhkan oleh orang lain. Oleh karena itu, seseorang harus membuka diri dan
meningkatkan keterbukaan pikiran kita agar dapat menerima dunia orang lain.
Hikmah dan makna sebuah buku tidak akan masuk ke dalam pikiran kalau pikiran
kita masih tertutup rapat. Bagaikan gelas (kosong atau berisi), kalau tetap tertutup
tidak akan pernah terisi, apalagi penuh. Selama seseorang masih belum siap untuk
membuka diri dengan alur pikiran orang lain, maka selama itu pula seseorang
tetap tidak akan bisa menerima cakrawala baru. Sekali seseorang membaca buku
dan pikiran seseorang akan terbuka, maka makna dan hikmah dapat dengan
mudah diterima ke dalam pikiran seseorang. Satu-satunya buku yang tidak
membawa manfaaat kepada seseorang adalah buku yang tidak pernah dibaca.
Membaca dan menulis adalah kegiatan yang sifatnya sangat personal.
Ketika seseorang memiliki minat kuat untuk membaca dan menulis, maka
sesungguhnya seseorang sedang berhadapan dengan diri sendiri. Jika seseorang
sudah berapi-api untuk membaca dan menulis, namun "bara api" yang berkobar di
dalam diri seseorang itu tiba-tiba padam, itu berarti yang memadamkannya adalah
diri sendiri. Ada kemungkinan "api" itu padam karena seseorang tidak
menemukan buku yang diinginkan dan belum bisa menemukan topik baru yang
menggelitik menjadi sebuah tulisan yang bagus. Buku yang ingin seseorang baca
mungkin saja dapat ditemukan. Namun, seseorang tidak dibuat senang oleh buku
tersebut, maka hasilnya tetap nihil. Bahkan yang lebih parah, "api" membaca itu
padam karena seseorang disiksa oleh buku yang seseorang itu tidak memiliki
pengetahuan awal tentang buku itu. Kata mutiara Kahlil Gibran dapat
mengantarkan kepada seseorang agar seseorang bisa siap untuk bersinergi dengan
sesuatu yang baru. "Sebahagian kita seperti tinta dan sebahagian lagi seperti
kertas. Dan jika bukan karena hitamnya sebagian kita, sebahagian kita akan bisu.
Dan jika bukan karena putihnya sebahagian kita, sebahagian kita akan buta."
http:ustadbaba.blog. diakses tanggal 9 Maret 2012. Artinya, ada kekuatan yang
bisa mewarnai diri seseorang untuk memiliki kemampuan untuk melakukan
sesuatu, dan kekuatan itu saling berkontribusi untuk mewujudkan kebulatan tekad
112
untuk menjadi sesuatu. Hilangnya sebagian kekuatan, maka akan menghilangkan
kekuatan lain untuk menjadi sesuatu yang bermakna. Tetapi sebagian orang
terutama masyarakat Indonesia kurang gemar membaca, sebenarnya banyak
sekali faktor yang menyebabkannya, antara lain perasaan malas, jenuh, capek
apalagi ketika kita disuguhkan dengan buku tebal dan kita tidak memiliki
pengetahuan dasar tentang buku itu, dan tidak memiliki kepentingan dengan buku
itu, serta tidak merasakan bahwa di dalam buku itu menyimpan sejuta makna bagi
kita. Membangun minat seseorang untuk gemar membaca memanglah tidak
mudah, namun hal ini juga tidak sulit, semua itu bisa karena terbiasa, karena ada
kemauan semua pasti bisa dilakukan.
Penulis adalah profesi yang tidak akan mengenal pensiun, dan nama
harumnya akan dikenang sepanjang masa. Menulis adalah keterampilan yang bisa
diasah oleh siapa saja. Siapa pun, dengan latar belakang pendidikan dan profesi
apa pun, punya peluang yang sama untuk bisa menjadi seorang penulis atau
menghasilkan karya tulis. Banyak keuntungan yang biasa kita peroleh menjadi
penulis. Namun, untuk menjadi seorang penulis terkenal dan senior banyak batu
sandungan yang harus dilalui dan dilatihkan kembali yang pada gilirannya dapat
menghasilkan karya yang fenomenal dan royalti yang tidak mengenal pensiun.
4. Isi Tulisan
Pendahuluan merupakan sebuah ringkasan yang dapat mewakili isi dari
sebuah tulisan secara keseluruhan. Bisanya seorang penulis membuat secara
ringkas, padat, jelas dan dipilihkan kata/frase/kalimat yang baik dan menarik
tanpa meninggalkan esensi dari tulisan tersebut. Pada alinea atau kalimat terakhir
dari pendahuluan sangat dianjurkan merupakan alinea atau kalimat penghubung
antara pendahuluan dan isi tulisan. Hal ini perlu diperhatikan agar pembaca tidak
merasa ada sesuatu yang hilang sewaktu membaca isi utama tulisan anda. Jika
tidak ada kalimat penghubung, seolah-olah pembaca diajak melompat sehingga
terasa mengganjal.
Untuk menghindari pembaca cepat bosan, maka isi utama tulisan
sebaiknya dibagi ke dalam beberapa paragraf yang ada dalam sub-sub judul
tersebut. Dengan adanya alinea-alinea, pembaca akan tahu, suatu gagasan pokok
dimulai dan diakhiri, serta kemudian berpindah ke gagasan berikutnya. Dengan
demikian, pembaca dapat dengan mudah menelusuri anak-anak tangga tanpa
kesulitan. Memang cukup sulit untuk membuat pendahuluan/prawacana, tetapi
113
kalau penulis sudah menguasai betul dengan apa yang ada dalam runtutan tulisan
itu maka, akan sangat mudah untuk membuat kata pendahuluan/prawacana.
Untuk mengtasi kesulitan itu dapat dilakukan dengan cara menulis dahulu sub-sub
judul yang sesuai dengan topik yang tulis. Meskipun penulis sudah membuat
consep map, outline, dan bahkan ragangannya, namun seringkali dalam proses
penulisan masih memiliki kemungkinan pengurangan atau bahkan pengembangan.
Cara ini adalah untuk memandu jalannya tulisan yang sedang disusun. Baru
setelah sub-sub tersusun, penulis dapat memeriksanya kembali sehingga
pendahuluan/prawacana dapat disusun.

114
BAB VI
MASALAH DAN PERMASALAHAN

A. Prawacana
Masalah merupakan suatu fenomena yang terjadi di masyarakat yang dinilai
berbeda dengan tata nilai, hukum, kebiasaan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Oleh
karena itu, perlu mendapatkan perhatian yang memadai agar dapat memperoleh titik
simpul masalah. Hasil penelitian dapat memberikan rasa aman, tenang, dan
menguntungkan bagi masyarakat.
Masalah penelitian tidak dapat berdiri sendiri tanpa ada gayut antara faktor yang
satu dengan faktor lainnya. Konstelasi antara faktor yang ada di masyarakat tersebut
menjadikan masalah dalam penelitian yang perlu ditimbang, dipilah, dan dipilih. Dengan
demikian, masalah dalam penelitian dapat merupakan permasalahan yang layak untuk
diuji kebenarannya atau ditemukan simpulan yang valid. Menurut Amir (2009: 77) karya
penelitian dilakukan karena ada masalahnya. Suatu masalah tidak dapat dijadikan
masalah karya penelitian kalau masalah tersebut dapat dijawab dengan “ya” atau “tidak”.
Oleh karena itu, memilih masalah dan menjadikan sebuah permasalahan dalam penelitian
bukan sekadar permasalahan sedang populer, mudah dilakukan, mudah responden, mudah
prosedur birokrasi, tetapi begitu kompleks faktor-faktor yang menyertai untuk
dipertimbangkan sehingga menjadi permasalahan yang memenuhi kepatutan dan
kelayakan.
Memilih permasalahan hendaknya memperhatikan kriterium kompetensi peneliti
dan pembantu peneliti, kondisi dan posisi subyek/informan/responden, keterjangkauan
dan keamanan tempat, efektivitas dan efisiensi waktu, kemudahan birokrasi, ketersediaan
biaya dan peralatan, buku referensi serta data pendukung, dan kebermanfaatan hasil
penelitian. Melihat beberapa pertimbangan tersebut diharapkan penelitian yang
dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar, aman, dan tertib, serta memberikan kontribusi
yang memadai terhadap khazanah dunia pustaka dan nilai praksis.
B. Masalah dan Permasalahan
1. Masalah
Masalah merupakan suatu keadaan yang oleh orang-orang dalam jumlah yang
berarti dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dan yang disepakati, oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian. Masalah bukan problem tetapi isue atau fokus
yang akan dipelajari. Misalnya “Sekolah Adiwiyata” bukanlah masalah, tetapi dapat
115
diangkat sebagai “isue atau permasalah penelitian dengan memformulasikan menjadi
masalah. Sebagaimana dengan program Adiwiyata yang dapat memberikan berbagai
macam keuntungan, tetapai mengapa sebagian sekolah tidak mengikuti program
adiwiyata?. Berdasarkan data yang diperoleh, mengikuti program adiwiyata dapat
melakukan penghematan terhadap seumber daya, menyehatkan, dan dapat membentuk
karakter peserta didik untuk memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan dijauhkan
dari pemborosan dalam penggunaan sumberdaya dan dapat menyelesaikan
permasalahan lingkungan di sekitarnya. Isue lain, mengapa sekolah penerima
penghargaan Adiwiyata tidak merencanakan untuk mendapatkan Adiwiyata Kencana,
dan penerima Adiwiyata Kencana untuk mendapatkan Adiwiyata Mandiri.
Pelaksanaan sekolah adiwiyata seakan berjalan apa adanya tanpa perencanaan yang
matang. Sementara, pemerintah cukup serius dalam merencanakan program ini.
Dengan demikian, melakukan pembiaran, melaksanakan program tanpa perencanaan
merupakan tindakan yang dapat merugikan negara, dan memberikan rasa cemas
kepada masyarakat di lingkungan sekolah. Dengan demikian, adiwiyata merupakan
bukan masalah, tetapi isu dan akan menjadi masalah manakala dalam pelaksanaan
sebagaimna diterangkan di atas.
Guru merupakan figur yang digugu dan ditiru oleh siswa, guru merupakan figur
yang dapat memberikan keteladanan kepada siswa. Guru dengan kompetensinya
mampu mendongkrak motivasi belajar siswa, guru dengan kompetensinya dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, guru dapat mengajar dengan baik sesuai dengan
kompetensi paedagogiknya. Guru bukan masalah sepanjang dapat memberikan
kontribusi tersebut. Guru menjadi bermasalah apabila ternyata dengan profesionalitas
pribadinya tidak dapat dijadikan sebagai figur yang digugu dan ditiru, tidak dapat
memberikan nilai keteladanan, tidak dapat mendongkrak motivasi belajar siswa, tidak
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dan tidak dapat mengajar sesuai dengan
kompetensi paedagogiknya. Fenomena tersebut dapat dijadikan isu dalam
menentukan permasalahan untuk dilakukan penelitian. Melakukan penelitian ini
diharapan guru merupakan figur yang digugu dan ditiru oleh siswa, guru merupakan
figur yang dapat memberikan keteladanan kepada siswa, guru dengan kompetensinya
mampu untuk mendongkrak motivasi belajar siswa, guru dengan kompetensinya dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, guru dapat mengajar dengan baik sesuai dengan

116
kompetensi paedagogik yang dimiliki. Penelitian ini menjadikan fenomena yang
terjadi di masyarakat sesuai dengan teori yang sudah diakui kebenarannya.
Khutbah sholat jumat bukan menjadi masalah, tetapi menjadi isu yang akan
dipelajari dengan maksud untuk meningkatkan nilai tugas pokok dan fungsi khotib
pada sholat jumat. Masjid sebagai tempat ibadah umat Islam setiap jumat ramai
dikunjungi masyarakat muslim untuk melaksanakan sholat jumat. Pelaksanaan sholat
jum’at terdapat rukun sholat jumat berupa khutbah. Khutbah dalam sholat jumat
bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt. Menjaga
lingkungan alam sekitarnya merupakan kewajiban setiap manusia, tetapi mengapa
dalam khutbah jumat sangat jarang materi khutbahnya menyinggung tentang
kepedulian terhadap lingkungan. Dengan demikian, khutbah jumat yang tidak
mengajak umat kepada upaya peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt
menjadi masalah. Melindungi lingkungan dan menjaga keharmonisan hubungan
antara seseorang dengan seseorang yang lain adalah bukti adanya ketaqwaan
seseorang kepada Allah, sehingga memberikan pembiaran terhadap permasalahan
kerusakan alam dan lingkungan sama artinya mengabaikan peran dan tugas manusia
sebagai kholifatullah. Shalat jumat menjadi isue, dan menjadi masalah manakala
dalam pelaksanaan khutbah jumat tidak mengajak kepada ketertundukan kepada allah
dan kepatuhan kepada Allah, termasuk materi khutbah jumat yang tidak menyinggung
tetang kepedulian terhadap lingkungan.
Masalah merupakan kepekaan untuk melihat permasalahan. Kalau suatu bidang
benar-benar dikuasai sehingga menjadi keahlian khusus, maka akan semakin peka
melihat masalah dan permasalahan pada bidang yang bersangkutan. Latar belakang
pendidikan dan pengalaman untuk menghadapi berbagai macam kendala dan
persoalan menjadikan logika seseorang memiliki kompetensi yang lebih baik.
Pengalaman yang memadai menjadikan daya nalar seseorang berkembang pesat,
sehingga mampu melihat prospek, hambatan, dan prediksi terhadap hal-hal yang perlu
dikembangkan dan bahkan diantisipasi. Dengan demikian, belajar melalui
permasalahan akan melahirkan kepekaan dan daya nalar yang tinggi terhadap
permasalahan sesungguhnya yang terjadi di masyarakat.
2. Permasalahan
Permasalahan yang ada dalam topik penelitian secara eksplisit telah dipaparkan
secara jelas dalam latar belakang masalah. Permasalahan penelitian yang ditemukan
117
dibatasi untuk menghindari keluasan penelitian sehingga tidak membuka peluang
terjadinya bias dan ambigu serta melampaui keterjangkauan peneliti.
C. Kepekaan dalam Melihat Permasalahan
Kepekaan dalam melihat permasalahan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara
lain spesialisasi keilmuan, keterlatihanan, kebiasaan, kebutuhan dan gaya hidup, dan
observasi.
1. Spesialisasi Keilmuan
Kalau suatu bidang benar-benar dikuasai sehingga menjadi keahlian khusus,
maka akan semakin peka melihat masalah dan permasalahan di bidang yang
bersangkutan. Keahlian khusus menjadikan yang bersangkutan sangat memahami
kondisi dan situasi yang menyertai. Kondisi dan situasi terdapat kecenderungan untuk
mengikuti kaidah/hukum dan bahkan yang terjadi secara alamiah. Dengan demikian
yang bersangkutan akan lebih peka dibandingkan dengan seseorang yang berada di
luar spesialisasinya.
2. Keterlatihan
Daya nalar seseorang akan mampu melihat prospek/hal-hal yang perlu
dikembangkan. Daya nalar berkembang mengikuti proses latihan yang terus menerus.
Seseorang yang terbiasa dengan mengikuti proses latihan akan menemukan
spesifikasi sifat yang dimiliki oleh suatu benda, hewan, tumbuhan, dan bahkan
manusia dan perilakunya. Dengan demikian, seseorang yang cukup terlatih pada satu
bidang atau beberapa bidang, maka akan memiliki kepekaan yang tinggi terhadap
situasi dan kondisi obyek. Orang jawa akan mengatakan bahwa seseorang yang
mengalami situasi dan kondisi tertentu secara berulang maka dia akan niteni terhadap
situasi dan kondisi yang ada. Ilmu titen itulah menjadikan seseorang akan lebih peka
terhadap sesuatu.
3. Kebiasaan, Kebutuhan dan Gaya Hidup
Pepatah sering dijadikan sebagai pegangan orang untuk mengambil visi dan
bahkan misi yang ditulis dalam pepatah tersebut. Pepatah mengatakan bahwa buku
merupakan gudang ilmu pengetahuan, buku adalah jantung ilmu pengetahuan.
Membaca buku dapat membuka jendela ilmu pengetahuan. Buku adalah media
informasi dan komunikasi antara seseorang dengan orang lain, antara satu kelompok
dengan kelompok yang lain, antara satu negara dengan negara lain.

118
Buku sebagai media informasi dan komunikasi, maka memiliki peran untuk
menciptakan inspirasi dan adaptasi cukup tinggi. Demikian juga dengan dunia maya
yang sekarang ini sudah berkembang secara luas hingga ke pelosok desa. Jaringan
internet cukup memberikan pengayaan atas ide-ide yang kreatif untuk menemukan
sesuatu yang baru dengan berbagai disiplin ilmu. Pertukaran ide dan pengayaan ide
sangat mungkin dialami oleh seseorang yang ada dalam percaturan dunia internet itu.
Oleh karena itu, jika seseorang kesulitan menemukan masalah, dengan membaca
sebanyak-banyaknya bahan dari buku atau internet yang relevan dengan bidang
perhatian, akan melahirkan inspirasi dan aspirasi permasalahan yang bermanfaaat.
Membaca buku dan mengikuti informasi melalui internet sekarang ini bukan sekedar
sebagai gaya hidup, tetapi sudah menjadi kebiasaan dan bahkan kebutuhan seseorang
setiap hari. Dengan demikian, harapannya seseorang peneliti tidak mengenal
hambatan informasi untuk mendapatkan ide dan gagasan baru yang sudah dicetuskan
orang lain.
4. Observasi
Melakukan observasi/pengamatan berfokus sesuai dangan minat yang akan
dipelajari atau bahkan media lain yang ada di lingkungan sekitar masyarakat.
Lingkungan alam yang terhampar lua sebagai materi yang dapat dimanfaatkan untuk
berbagai kepentingan. Alam merupakan materi kajian penting untuk memperoleh ilmu
sebanyak mungkin guna membangun kesadaran eksistensi kemanusiaan dan sebagai
sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Terdapat tiga dimensi penting yang
dapat memperkuat fungsi alam bagi manusia. Alam sebagai materi kajian tidak pernah
kering dari ide. Di sanalah manusia dapat mengambil dan mengembangkan ilmu
pengetahuan yang ditebarkan oleh Allah swt untuk manusia. Dilihat dari sisi manapun
alam selalu memberikan materi untuk dipelajari, dikembangkan, dan dievaluasi.
Dilihat dari sisi kesadaran eksistensi kemanusiaan, manusia dapat mengembangkan
pribadi sosialnya dengan berguru pada alam semesta. Pada sisi sarana untuk
mendekatkan diri kepada Allah dengan cara melihat seluruh daya dan keteraturan
yang Allah ciptakan. Dengan demikian, maka setiap manusia akan mengakui atas
kebesaran dan kemahakuasaan Allah, sekaligus mengakui betapa manusia sangat
lemah dan kecil, tidak berdaya kalau Allah tidak memberdayakannya. Materi alam
dapat memberikan keyakinan bahwa Allah adalah satu dan maha Agung.

119
Observasi terhadap alam di satu sisi dapat memberikan inspirasi, di sisi yang
lain dapat mengetahui kelemahan manusia, serta dapat memberikan pengakuan bahwa
Allah memiliki kekuasaan yang maha besar. Observasi merupakan pengamatan
berfokus sesuai dengan minat yang akan dipelajari. Dengan demikian, manusia
dapat mengambil inspirasi dan evaluasi terhadap apa yang akan dilakukan dan
sudah kita lakukan di permukaan bumi.
D. Cara Menemukan Masalah dan Permasalahan
Masalah dan permasalahan dapat ditemukan pada berbagai macam sudut
pandang. Satu obyek memiliki banyak sudut pandang, sehingga sangat mungkin suatu
masalah dinilai tidak mengandung muatan permasalahan yang signifikan bagi orang lain.
Begitu juga sebaliknya satu obyek bagi orang lain cukup memiliki masalah yang dapat
diangkat menjadi topik dalam penelitian. Untuk menemukan permasalahan dapat
ditemukan pada beberapa hal di bawah ini:
1. Apakah ada perbedaan antara apa yang seharusnya (das sollen) dengan kenyataan
(das sein). Untuk melihat adanya pertentangan antara kenyataan dan yang seharusnya,
umumnya dilihat dari teori yang ada, kebiasaan yang sudah diakui oleh masyarakat
atau bahkan logika;
2. Adanya pertentangan secara teori dengan sesuatu masalah atau kebijakan yang ada
yang sudah melembaga dalam beberapa waktu tertentu;
3. Adanya pertentangan antara kenyataan dengan kebijakan yang sudah ditentukan dan
berlaku di masyarakat atau lembaga;
4. Adanya ketidakajegan (inkonsistensi) pada bukti empiris yang terjadi di masyarakat
atau institusi/lembaga atas suatu fenomena;
5. Adanya keberbedaan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan dengan situasi dan
kondisi yang terjadi di masyarakat. Inkonsistensi bisa dilihat dari arah pendekatan
teori atau metodologi yang digunakan;
6. Adanya sesuatu yang baru yang belum ada yang meneliti;
7. Adanya nilai kemanfaatan dari topik yang akan diteliti bagi pengembangan ilmu
maupun manfaat teknis bagi orang lain yang sesuai dengan minat dan disiplin
keilmuannya.
8. Adanya kecemasan masyarakat, kerugian, atau bahkan bahaya bagi masyarakat
apabila permasalahan yang berkembang tidak segera dilakukan penelitian. Melalui

120
penelitian yang benar tersebut, maka dapat mengurangi kecemasan, kerugian, dan
bahkan menghindari bahaya yang mungkin terjadi.
Berdasarkan kemungkinan yang terjadi di atas, maka seseorang dapat menentukan
masalah yang terjadi untuk dijadikan sebagai topik penelitian dengan mempertimbangkan
segala situasi dan kondisi yang ada pada peneliti dan/atau pembantu peneliti. Beberapa
pertimbangan tersebut perlu diperhatikan oleh peneliti agar dalam melaksanakan
penelitian tidak menemui halangan yang berarti.
E. Pertimbangan dalam Memilih Masalah Dalam Penelitian
Permasalahan yang sudah dinilai memiliki titik pangkal secara jelas sebagaimana
di atas, maka seorang peneliti tidak serta merta mengambil topik penelitian, tetapi
mengambil pertimbangan-pertimbangan lain yang lebih matang agar tidak mengalami
hambatan substansial maupun teknis. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
menetapkan topik penelitian antara lain:
1. Apakah topik penelitian yang ditentukan cukup aman bagi peneliti untuk
melaksanakan?;
2. Apakah daerah yang ditentukan mudah dijangkau oleh peneliti?
3. Apakah peneliti memiliki kompetensi terhadap topik tersebut?;
4. Apakah ada tenaga yang membantu dan memiliki kopetensi tersebut?;
5. Apakah responden/informan mudah ditemui?
6. Apakah biayanya untuk melaksanakan terhadap pilihan topik itu cukup tersedia?;
7. Apakah waktunya yang ditentukan tepat atau cukup untuk melakukan penelitian?;
8. Apakah peralatan (jika ada) yang dibutuhkan dalam topik tersebut tersedia dengan
baik?;
9. Apakah literatur yang ada cukup tersedia?;
10. Apakah perizinan mudah diperoleh?;
11. Apakah kemampuan teoretis dan metodeologis telah dimiliki?.
12. Apakah penelitian itu memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan
dunia ilmu pengetahuan dan nilai praksis bagi orang yang ada dalam topik yang
diteliti?.
Dari beberapa kemungkinan evaluasi diri tersebut, seorang peneliti akan
menetapkan satu topik atau mengganti topik lain yang memiliki sumbangan cukup berarti
terhadap kesuksesan penelitian yang akan dilakukan.

121
F. Permasalahan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Permasalahan penelitian kualitatif dilakukan dengan berlandaskan pada pembuatan
proposisi (teori, hipotesis) dengan kerangka acuan hasil pengkajian tentang hubungan
antar sejumlah teori yang sudah ada dan relevan, hasil kajian tersebut dikaitkan dengan
fenomena yang terjadi. Hasil kajian dapat menemukan masalah dan teori yang perlu
dikaji kebenarannya berdasarakan atas fakta-fakta. Dengan demikian, setiap kegiatan
ilmiah, sebenarnya sama dengan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menguji dan
memantapkan kebenaran suatu teori atau teori-teori yang ada untuk menguatkan bukti-
bukti yang ditemukan di lapangan. Melalui penelitian ini, maka dapat memperoleh
justifikasi yang dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh
masyarakat sekaligus mendapatkan dukungan teori yang ada atas permasalahan yang ada.
Permasalahan penelitian kuantitatif biasanya untuk dapat melihat suatu
permasalahan yang menyatakan hubungan antar variabel, menemukan variasi prosentase
dari masalah yang diprediksi memiliki hubungan, menemukan model hubungan,
pengaruh antar variabel, dan lain sebagainya.
G. Perumusan Masalah
Seorang peneliti setelah mempertimbaangkan kriterium dai atas, tugas selanjutnya
adalah membuat rumusan masalah. Rumusan masalah disarankan untuk memperhatikan
beberapa hal di bawah ini:
1. Konteks/latar belakang permasalahan;
2. Identifikasi permasalahan dengan didukung data yang ada;
3. Pembatasan permasalahan dan pengajuan tujuan penelitian;
4. Siginifikansi permasalahan yang diteliti baik secara akademis, teoretis, ataupun
teknik/metodologis);
Permasalahan yang sudah ditetapkan sebagai bagian dari kegiatan penelitian,
maka peneliti hendaknya menyusun rumusan permasalahan dengan jelas. Rumusan
permasalahan tidak perlu selalu dengan menggunakan kata tanya, kalimat tanya dan tanda
tanya. Meskipun demikian, rumusan masalah boleh saja dibuat secara spesifik dalam
beberapa pertanyaan dari beberapa hal yang bersifat umum menuju hal yang bersifat
khsusus. Kelebihan dalam menyusun rumusan masalah dengan menggunakan kalimat
tanya di antaranya permasalahan yang diajukan terlihat dengan jelas, mudah untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan, mudah dalam membuat laporan hasil penelitian,

122
analisis dan pembahasan, serta membuat simpulan dan saran. Penyusunan rumusan
masalah dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Umum khusus rumusan masalah

Umum

khusus

rumusan masalah

Gambar
Abstraksi Perumusan masalah

Permasalahan yang dirumuskan tidak perlu dalam bentuk pertanyaan-


pertanyaan yang spesifik, cukup dengan pernyataan singkat, padat dan jelas.
Meskipun demikian, permasalahan dalam penelitian dapat dibreak down menjadi
pertanyaan-pertanyaan ke dalam bentuk kalimat berangkai atau wacana secara jelas
dan spesifik agar mendapatkan kemudahan dalam melakukan penelitian.
Permasalahan disusun dengan memperhatikan beberapa hal di bawah ini:
1. Dimensi permasalahan yang akan dilihat harus memiliki argumentasi yang logis.
2. Diikuti dengan indikasi, ilustrasi, atau fakta-fakta untuk menkonkretkan bahwa
ada sesuatu yang memang penting, bermanfaat, dan bisa diteliti.
3. Peneliti yang menggunakan perumusan masalah dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan, maka permasalahan penelitian perlu dibatasi dengan berbagai
pertimbangan dan diformulasi ke dalam kalimat secara efektif, singkat, jelas dan
operasional. Untuk membantu mempermudah merumuskannya, dapat dibantu
melalui kalimat tanya [formula 5 w (what, where, when, who, why) + 1 h (how)]
atau dengan memerinci aspek-aspek yang akan ditelitinya. Misalnya: penelitian ini
akan mempelajari “Manajemen Sekolah Adiwiyata”. Untuk mempelajari hal
tersebut, diajukan sejumlah permasalahan: Bagaimana kebijakan sekolah peduli
dan berbudaya lingkungan yang dikembangkan? Bagaimana kurikulum berbasis
123
lingkungan yang dikembangkan? Bagaimana kegiatan Lingkungan berbasis
partisipasi? Bagaimana pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana
pendukung sekolah?. Permasalahan tentang khotib sholat jumat dapat diajukan
perumusan masalahnya antara lain bagaimana variasi persepsi khotib terhadap
kepedulian terhadap lingkungan?, bagaimana variasi latar belakang pendidikan
khotib?, apakah ada hubungan antara latar belakang pendidikan khotib dengan
persepsi khotib terhadap kepedulian terhadap lingkungan?. Permasalahan tentang
guru dapat diajukan perumusan masalahnya dengan pertanyaan bagaimana variasi
kompetensi guru dalam mengajar di sekolah X Kabupaten Y, bagaimana variasi
prestasi belajar siswa di sekolah X Kabupaten Y?, dan bagaimana hubungan
antara kompetensi guru dangan prestasi belajar siswa di sekolah X Kabupaten Y?
Permasalahan sebagai subjek kajian yang akan dipelajari dan dikaji secara
komprehensif berdasarkan teori, dan metodologi sesuai dengan sifat-sifatnya, dan
akan ditemukan simpulan atas permasalahan yang diajukan. Dengan demikian,
permasalahan yang diajukan mendapatkan penguatan teori, data, metodologi, dan
hasil yang tepat berupa simpulan dan rekomendasi yang bermafaat bagi
masyarakat.

124
BAB VII
MODEL PENGAMBILAN KUTIPAN

A. Prawacana
Kutipan adalah gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses
pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus,
ensiklopedia, artikel, laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya untuk membuat
skripsi, tesis, disertasi dan penelitian lain.
Penulisan dan pencantuman kutipan dengan pola Harvard ditandai dengan
menuliskan nama belakang pengarang, tahun terbit, dan halaman buku yang dikutip di awal
atau di akhir kutipan. Data lengkap sumber yang dikutip itu dicantumkan pada daftar
pustaka. Ada dua cara dalam mengutip, yakni langsung dan tidak langsung. Kutipan
langsung adalah mengutip sesuai dengan sumber aslinya, artinya kalimat-kalimat tidak ada
yang diubah. Disebut kutipan tidak langsung jika mengutip dengan cara meringkas kalimat
dari sumber aslinya, namun tidak menghilangkan gagasan asli dari sumber tersebut.
B. Model Penulisan Rujukan
a. Cara Merujuk Kutipan Langsung
Kutipan yang berisi kurang dari empat baris ditulis di antara tanda kutip (“…”)
sebagai bagian yang terpadu dalam teks utama, dan diikuti nama penulis, tahun terbitan,
dan nomor halaman. Jika nama penulis ditulis secara terpadu dalam teks, nama itu diikuti
tahun dan nomor halaman pustaka yang dirujuk. Tahun dan nomor halaman itu ditulis di
dalam tanda kurung. Jika nama penulis tidak disebutkan dalm teks, nama, tahun terbitan,
dan nomor halaman itu ditulis di dalam tanda kurung. Jika ada tanda kutip dalam kutipan,
digunakan tanda kutip tunggal (‘…’). Perhatikan beberapa contoh di bawah ini.
1). Nama Penulis Terpadu dalam Teks
Contoh: Maslikhah (2012: 1) ‘Nutrisi bagi seorang penulis adalah membaca,
baik membaca teks maupun konteks’.
2). Nama Penulis Tidak Disebut dalam Teks
Nama penulis yang tidak disebut dalam teks cara pengutipannya dengan
memberikan tanda (“ … “) kemudian diikuti dengan penulisan nama pengarangnya,
tahun penerbitan buku dan halam buku. Contoh Kebanyakan orang lebih menyukai
menonton film, televisi main game komputer dari pada harus membaca buku, dan

121
bahkan membaca buku untuk mengantarkan tidur pulas seseorang (Maslikhah, 2012:
2).
3). Penulis yang Mengambil Kutipan dari Sumber Lain
Seringkali ditemukan penulis buku mengambil kutipan yang memiliki tanda
kutip dalam kutipan. Cara penulisannya dengan menulis tanda kutipan tersebut
sebagaimana adanya. Contoh, “Menurut data di kantor Desa Payaman Kecamatan
Secang Kabupaten Magelang, beberapa petak sawah milik warga luasnya berkurang
dan bahkan ada yang sudah ‘hilang’ karena pengambilan batu yang dilakukan secara
terus menerus”. (harian pagi wawasan, Januari 2012).
4). Penulis Mengambil Kutipan Lebih Dari Empat Baris
Pengambilan kutipan yang lebih dari empat baris ditulis tanpa anda kutip,
terpisah dari teks dan dimulai pada karakter keenam dari baris kiri serta diketik
dengan spasi tunggal. Jika dalam kutipan terdapat paragraf baru, garis barunya
dimulai degan mengosongkan lima karakter lagi dari tepi gasis teks kutipan.
Perhatikan contoh berikut ini:
Tidak ada satu buku pun yang pernah di tulis oleh orang lain yang tidak
membawa manfaat bagi seseorang. Setiap buku akan membawa manfaat kepada
seseorang jika seseorang mampu menangkap makna dan hikmah yang terkandung di
dalamnya. Jika seseorang masih sulit untuk menangkap makna dan hikmah suatu
buku, berarti seseorang belum siap untuk menerima sesuatu yang disuguhkan oleh
orang lain. Oleh karena itu, seseorang harus membuka diri dan meningkatkan
keterbukaan pikiran agar dapat menerima dunia orang lain. Hikmah dan makna
sebuah buku tidak akan masuk ke dalam pikiran seseorang kalau pikiran seseorang
masih tertutup rapat. Bagaikan gelas (kosong atau berisi), kalau tetap tertutup tidak
akan pernah terisi, apalagi penuh. Selama seseorang masih belum siap untuk
membuka diri dengan alur pikiran orang lain, maka selama itu pula seseorang tetap
tidak akan bisa menerima cakrawala baru. Sekali seseorang membaca buku dan
seseorang terbuka pikirannya, maka makna dan hikmah dapat dengan mudah diterima
ke dalam pikiran seseorang. Satu-satunya buku yang tidak membawa manfaaat
kepada seseorang adalah buku yang tidak pernah dibaca (Maslikhah, 2013: 3).

5). Penulis Mengutip dengan Menghilangkan sebagian Teks


Apabila dalam mengutip langsung ada kata-kata dalam kalimat yang dibuang,
maka teknik penulisannya dengan cara membubuhkan tiga titik dari kata-kata yang
dibuang. Perhatikan contoh berikut ini:

122
Sejatinya judul ini adalah ibaratnya seorang pramuniaga yang sedang menjaga
pintu di sebuah supermarket. Pramuniaga akan membuka pintu untuk konsumennya
sebelum konsumen memilih barang-barang yang ada di dalam supermarket itu.
Sebuah iklan yang menarik akan mendorong orang untuk mencari dan melihat produk
yang diiklankan itu. Sebagai analog, judul buku mirip dengan pramuniaga itu. Judul
buku memiliki tugas untuk membuka pintu bagi konsumen yang ingin berselancar
dari berbagai produk yang disediakan di supermarket itu. Judul adalah pengantar awal
seorang pembaca untuk mulai tertarik masuk dalam buku yang dibacanya. Judul
memberikan kesempatan kepada pembaca untuk memilih berselancar dengan ilmu
yang ditawarkan dari bab ke bab dalam buku itu. ... Judul sebuah buku yang menarik
membuat orang berminat untuk memegangnya, membaca nama pengarangnya,
penerbitnya, sinopsisnya dan mengendapkan dalam pikirannya baru mengambil
keputusan untuk membeli atau tidak (Maslikhah, 2013: 90).
Satu hal yang lebih prinsip, pengambilan kutipan yang dihilangkan memiliki
maksud untuk mengambil informasi yang penting yang sesuai dengan bahasan yang
ditulis. Di samping itu, tidak meninggalkan pesan yang menggantung sehingga pesan
menjadi terpotong dan tidak jelas.
b. Cara Merujuk Kutipan tidak Langsung
Kutipan yang disebut secara tidak langsung atau dituliskan dengan bahasa dan
pemahaman penulis sendiri secara teori dibenarkan. Teknik penulisannya dengan cara
ditulis tanpa tanda kutip atau terpadu dalam teks yang dibuat. Nama pengarang dapat
ditulis terpadu dalam teks atau ditulis dalam kurung bersama dengan tahun terbitan dan
halaman yang dikutip. Jika yag dirujuk bagian tertentu, maka nomor halaman disebutkan,
tetapi jika yang dirujuk secara keseluruhan naskah, tidak urut halaman, terlampau banyak
halaman yang dikutip, maka nomor halaman tidak dituliskan.
Contoh-contoh dapat dituliskan berikut ini:
a. Nama penulis ditulis terpadu dalam teks, tahun terbitan, dan nomor halaman ditulis di
dalam kurung
Nama penulis ditulis terpadu dalam teks, tahun terbitan, dan nomor halam
ditulis di dalam kurung perhatikan contoh berikut ini:

123
Membahas judul, Maslikhah (2013: 59) menyatakan bahwa judul yang unik
dan menarik diidentikkan dengan judul yang memiliki kekhasan tersendiri, berbeda
dan menonjol dibanding yang lain sehingga pembaca akan mengambil keputusan
untuk memegang, membaca, mempertimbangkan untuk membelinya, dan dimilikinya
serta dibaca dan dihayati, bahkan mengikuti apa yang disarankan oleh buku tersebut.
b. Nama penulis, tahun terbitan, dan nomor halam ditulis di dalam kurung
Penulisan nama penulis, tahun terbitan, dan nomor halam ditulis di dalam
kurung Perhatikan contoh berikut ini:
Tema merupakan pokok masalah yang akan diuraikan dalam sebuah tulisan.
Tema harus ditentukan sebelum mulai mengarang. Tanpa tema, tidak akan dihasilkan
tulisan yang baik. Tema dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti pengalaman,
hasil penelitian, survei, pengamatan, wawancara, kreasi imajinatif dan lain-lain.
Karangan-karangan narasi, deskripsi biasanya bersumber dari sumber-sumber
tersebut, akan tetapi tulisan argumentatif atau persuasi umumnya bersumber dari
pendapat dan sikap penulis (Maslikhah, 2013: 213).
c. Nama penulis ditulis terpadu dalam teks, tahun penerbiatan (tanpa nomor halaman)
ditulis di dalam kurung
Nama penulis ditulis terpadu dalam teks, tahun penerbiatan (tanpa nomor
halaman) ditulis di dalam kurung, perhatikan contoh berikut ini:
Sebagaimana distrategikan oleh penulis, Maslikhah (2012: 161) menuliskan
agar terhindar dari kesulitan memperoleh tema, beberapa hal harus diperhatikan,
antara lain selalu menambah pengalaman, banyak melihat, mendengarkan, membaca,
berdiskusi, mengalami sendiri berbagai peristiwa, selalu rajin mengamati sesuatu
yang terjadi di sekitar kita atau membaca buku, jurnal, majalah, koran yang
merupakan hasil pengamatan/penelitian orang lain, selalu mengembangkan imajinasi
dan kreativitas, sering mengadakan diskusi dan tukar-menukar pendapat untuk
melatih dalam mengemukakan pendapat dan mempertahankannya dengan
argumentasi dan contoh yang baik dan tepat serta memperluas cakrawala berpikir,
termasuk juga membuat hubungan-hubungan antar peristiwa yang terjadi di
masyarakat, dan mengikuti perkembangan informasi di media massa yang ada.

124
d. Nama Penulis dan tahun penerbitan tanpa nomor halaman ditulis dalam kurung.
Contoh,
Kerangka tulisan ini sangat penting untuk diajadikan sebagai panduan dalam
membuat tulisan sehingga tidak menyimpang dari tema yang dipilih. Kerangka
tulisan ini memiliki fungsi ganda, selain berguna bagi penulis pemula, juga berguna
untuk menghindari kemungkinan terlupa dan bermanfaat untuk mengkaji sekali lagi
point-point yang penting itu secara kritis. Ada beberapa macam tipe susunan
kerangka tulisan antara lain berdasarkan urutan kronologis. Susunan kerangka diatur
menurut susunan waktu kejadian peristiwa yang hendak diuraikan. Berdasar urutan
lokal, susunan kerangka diatur menurut susunan lokal (ruang/tempat) dari obyek yang
hendak diuraikan. Berdasar urutan klimaks, susunan kerangka diatur menurut jenjang
kepentingannya. Berdasar urutan familiaritas, susunan kerangka diatur menurut
dikenal-tidaknya bahan yang akan diuraikan. Berdasar urutan akseptabilitas, susunan
kerangka diatur menurut diterima-tidaknya prinsip yang dikemukakan. Berdasar
urutan kausal, susunan kerangka diatur menurut hubungan sebab-akibat. Berdasar
urutan logis, susunan kerangka diatur menurut aspek umum dan aspek khusus.
Berdasar urutan apresiatif, susunan kerangka diatur menurut pemilikan buruk-baik,
untung-rugi, berguna-tidak berguna, benar-salah, dan seterusnya (Maslikhah, 2012).
C. Rujukan dengan Menggunakan Penulisan Tertentu
1. Penulisan Nama Akhir, Tengah dan Awal
Perujukan dilakukan dengan menggunakan nama akhir (tidak ditulis lengkap dari
nama pengarang yang memiliki nama lebih dari satu kata. Perhatikan dalam contoh
berikut ini:
Nama dalam buku adalah Aisya Tsaaqiba Ashari, maka ditulis dalam naskah adalah
Ashari (2012: 21) dan dalam daftar pustaka dengan nama Ashari, Tsaaqiba Aisya (2012:
21).
2. Penulisan Nama Pengarang yang Lebih Dari Satu Penulis
Jika ada dua (2) penulis, perujukan dilakukan dengan cara menyebut nama akhir
kedua penulis. Jika penulisnya lebih dari dua orang penulisan rujukan dilakukan dengan
cara menulis nama penulis pertama dari penulis tersebut, kemudian dikutip dengan dkk
(dan kawan-kawan) atau et. al., (et alili). Pilih salah satu asalkan konsisten dalam satu

125
karya ilmiah. Sedangkan penulisan dalam daftar pustaka penulisan nama pengarang yang
lebih dari satu dituliskan secara lengkap, termasuk dalam tulisan dkk (dan kawan-kawan).
Perhatikan dalam contoh berikut ini:
Nama pengarang dalam buku adalah Mohammad Akma Lutfan dan Mohammad
Fariz Safaras (2012: 19), maka dalam naskah ditulis nama akhir dari salah satu nama
tersebut secara konsisten. Safaraz (2012: 12). Berbeda dengan contoh berikut, nama akhir
kedua penulis ini adalah Ashari, dengan demikian menjadi tidal masalah, karena
keduanya memiliki nama akhir yang sama yaitu Aisya Tsaaqiba Ashari dan Arava Izza
Ashari. Dengan demikian ditulis Ashari (2012: 14)., atau dengan cara menuliskan Ashari
dkk.
3. Nama Penulis Berupa Nama Lembaga
Jika nama penulis tidak disebutkan, yang dicantumkan dalam rujukan adalah nama
lembaga yang menerbitkan, nama dokumen yang diterbitkan, atau nama surat kabar.
Contoh
Kementerian Agama, 2011, Pendidikan Islam di Indonesia Ujung Tanduk, Jakarta:
Dirjen Binbaga Kemenag RI.
Depertemen Pendidikan Nasional, 1989, Undang-undang No. 2/1989: Jakarta.
Depertemen Pendidikan Nasional, 2003, Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas, Cetakan ke-1.
4. Karya terjemahan, perujukan dilakukan dengan cara menyebutkan nama penulis aslinya
Untuk karya terjemahan, perujukan dilakukan dengan cara menyebutkan nama
penulis aslinya.
Abraham Lincoln Petrik (2012)
Mohammad Fauzan Turkey (2012)
5. Rujukan Lebih dari Dua Sumber
Rujukan lebih dari dua sumber atau lebih yang ditulis oleh penulis yang berbeda
dicantumkan dalam satu tanda kurung dengan titik koma sebagai pemisahnya.
D. Rujukan dengan Menggunakan Catatan Kaki
Catatan kaki atau foot note berguna untuk menyatakan sumber suatu kutipan, pendapat,
buah pikiran, atau fakta-fakta. Nomor foot note disesuaikan dengan nomor kutipan. Tiap bab
dimulai dengan nomor 1. Teknik penulisan dengan foot note sekarang ini sudah jarang

126
dilakukan, meskipun demikian masih ada perguruan tinggi yang merekomendasikan
penggaunaan foot note ini. Istilah-istilah dalam foot note antara lain:
1. Ibid = Ibidem: kutipan diambil dari sumber yang sama tanpa diselingi oleh sumber lain.
2. Op.Cit., = oper citato: kutipan diambil dari sumber yang telah disebut sebelumnya pada
halaman yang berbeda dan telah diselingi oleh pengarang lain.
3. Loc.Cit., = loco citato: kutipan diambil dari sumber dan halaman yang sama yang telah
diselingi oleh sumber lain.
Teknik penulisan karya ilmiah perlu mengikuti suatu aturan yang berlaku. Terdapat
dua cara yang dapat diikuti, yaitu model Turabian (1973) dan model American Psychological
Association [APA] (1988). Model Turabian menggunakan catatan kaki (footnote) untuk
menunjukkan referensi, dan menggunakan istilah-istilah ibid, op cit, dan loc cit. Apabila
pengetikan masih menggunakan mesin tulis, model Turabian lebih sulit dilaksanakan karena
harus selalu menghitung jumlah baris dari bawah yang harus disediakan untuk menulis
catatan kaki. Akan tetapi, program pengolah kata (word processor) tertentu, dapat membantu
dan memudahkan tugas pengetikan.
Cara yang lebih praktis, baik menggunakan mesin tulis biasa maupun pengolah kata,
adalah model yang ditetapkan oleh APA. Model ini digunakan dalam penulisan artikel untuk
jurnal-jurnal yang diterbitkan oleh lembaga. Jurnal-jurnal yang diterbitkan oleh The National
Association of Social Workers (NASW) seperti Social Work dan Social Work Research &
Abstracts juga sudah menggunakan cara ini. Model APA tidak menggunakan catatan kaki
seperti dalam model Turabian, tetapi setiap referensi ditunjukkan oleh nama penulis dan
tahun penerbitan. Jika kutipan merupakan kutipan langsung, artinya kata demi kata diambil
dari sumbernya, ditunjukkan juga nomor halaman sumbernya. Jika nama penulis yang
dikutip sudah termasuk dalam uraian, maka untuk menunjukkan referensi dicantumkan tahun
penerbitan dalam tanda kurung langsung setelah nama penulis tersebut. Jika nama penulis
tidak termasuk dalam uraian, maka referensi ditunjukkan oleh nama penulis dan tahun dalam
tanda kurung yang dibatasi oleh koma. Pada akhir kutipan langsung, dicantumkan nomor
halaman dalam tanda kurung. Jika nama penulis tidak disebutkan dalam uraian, pada akhir
kutipan langsung, referensinya ditunjukkan dengan menyebut nama, tahun terbitan, dan
nomor halaman yang semuanya di dalam tanda kurung. Berbagai ragam cara penulisan
tersebut, kadang-kadang menimbulkan kebingungan di kalangan civitas akademika

127
(mahasiswa dan dosen) mengenai teknik penulisan karya tulis ilmiah. Untuk meminimalisir
kebingungan tersebut, tulisan ini membantu untuk mengurangi kebingungan yang dialami
oleh sebagian mahasiswa.
1) Model Pengambilan Kutipan
a. Cara Menulis Rujukan
Perujukan dilakukan dengan menggunakan nama akhir dan tahun di antara
tanda kurung. Jika ada dua (2) penulis, perujukan dilakukan dengan cara menyebut
nama akhir kedua penulis. Jika penulisnya lebih dari dua orang penulisan rujukan
dilakukan dengan cara menulis nama penulis pertama dari penulis tersebut, kemudian
dikutip dengan dkk (dan kawan-kawan) atau et al (et alili). Pilih salah satu asalkan
konsisten dalam satu karya ilmiah. Jika nama penulis tidak disebutkan, yang
dicantumkan dalam rujukan adalah nama lembaga yang menerbitkan, nama dokumen
yang diterbitkan, atau nama sumber lain. Untuk karya terjemahan, perujukan
dilakukan dengan cara menyebutkan nama penulis aslinya. Rujukan lebih dari dua
sumber atau lebih yang ditulis oleh penulis yang berbeda dicantumkan dalam satu
tanda kurung dengan titik koma sebagai pemisahnya.
b. Cara Mengutip Rujukan
1) Cara Merujuk Kutipan Langsung
a) Kutipan Kurang dari 40 Kata
Kutipan yang kurang dari 40 kata, ditulis di antara tanda kutip ("…")
sebagai bagian yang terpadu dalam teks utama, dan diikuti nama penulis,
tahun, dan nomor halaman. Nama penulis dapat dituliskan secara terpadu
dengan teks atau menjadi satu dengan tahun dan nomor halaman di dalam
kurung, contoh: Aisya Tsaqiba Ashari (2006: 148) atau (Aisya Tsaaqiba
Ashari 2006: 148). Jika dalam kutipan terdapat tanda kutipan, maka gunakan
tanda kutip tunggal ('…')
b) Kutipan Lebih dari 40 Kata
Kutipan yang berisi 40 kata atau lebih, ditulis secara terpisah dari teks
yang mendahuluinya (tanpa tanda kutip, ditulis 1,2 cm dari garis tepi sebelah
kiri dan kanan, dan diketik dengan jarak spasi tunggal. Nomor halaman tetap
ditulis sebagaimana pada penulisan kurang dari 40 kata.

128
c) Kutipan yang sebagian dihilangkan
Apabila dalam mengutip langsung ada kata-kata dalam kalimat yang
dibuang, maka diganti dengan tiga titik (pendidikan berkarakter …
diharapkan … (Arava Izza Ashari 2007: 19), sedangkan apabila ada kalimat
yang dibuang, maka diganti dengan empat titik (pendidikan berkarakter ....).
d) Cara Merujuk Kutipan Tidak Langsung
Kutipan yang disebut secara tidak langsung atau dikemukakan dengan
bahasa penulis sendiri ditulis tanpa tanda kutip dan terpadu dalam teks. Nama
penulis bahan kutipan dapat disebut terpadu dalam teks atau disebut dalam
kurung bersama tahun penerbitan dan nomor halaman.
e) Catata kaki (foot note)
Catatan kaki atau foot note berguna untuk menyatakan sumber suatu
kutipan, pendapat, buah pikiran, atau fakta-fakta. Nomor foot note
disesuaikan dengan nomor kutipan. Setiap bab dimulai dengan nomor foot
note dimulai dari nomor 1 (satu). Istilah-istilah dalam foot note antara lain:
(1) Ibid = Ibidem: kutipan diambil dari sumber yang sama tanpa diselingi
oleh sumber lain.
(2) Op.Cit., = oper citato: kutipan diambil dari sumber yang telah disebut
sebelumnya pada halaman yang berbeda dan telah diselingi oleh
pengarang lain.
(3) Loc.Cit., = loco citato: kutipan diambil dari sumber dan halaman yang
sama yang telah diselingi oleh sumber lain.
c. Menulis Daftar Rujukan
1). Penulisan Grafik, Tabel dan Daftar Pustaka
a) Grafik
Grafik biasanya digambar sebagai bentuk penyederhanaan informasi
sekaligus untuk mempermudah pemahaman informasi. Grafik tidak
ditinggalkan begitu saja oleh penulis, tetapi untuk menampilkan grafik dalam
tulisan harus diberi pengantar sebagai ketersambungan kronologi hasil tabel
dengan data yang dideskripsikan.

129
Membuat grafik dengan bantuan komputer diawali dengan klik insert
dan memilih picture kemudian klik chart. Untuk mengubah informasi yang
ada dalam model tersebut tinggal merubah sesuai dengan data yang
dikehendaki. Penulisan grafik diurutkan sesuai dengan urutan grafik (bila
lebih dari satu) dan ditulis dibawah gambar grafik tersebut. Perhatikan contoh
berikut ini:

90
80
70
60
50 Gembongan
40 Kauman
30 Tegowanon
20
10
0
SD SMP SMA PT

Grafik 1. Latar Belakang Pendidikan Ibu Rumah Tangga

b) Tabel
Model penulisan tabel dengan menggunakan komputer dengan cara klik
tabel, insert tabel dan sesuaikan dengan kebutuhan tabel yang dikehendaki.
Perhatikan contoh berikut ini:
(1) Persentase Biaya Riset
Tabel 1. Persentase Biaya Riset
No. Keterangan Persentase Jumlah
1. Profesional Fee 60 % Rp 9.000.000,00
2. Bahan dan ATK 15 % Rp 2.250.000,00
3. Perjalanan 10 % Rp 1.500.000,00
4. Lain-lain 15 % Rp 2.250.000,00
5. Jumlah 100 % Rp 15.000.000,00
T e r b i l a n g: L ima Belas Juta Rupiah

130
(2) Rincian Biaya Riset
Tabel 2. Rincian Biaya Profesional Fee Peneliti
No Keterangan Jumlah Honor per/orang Jumlah
Pelaksana
1. Konsultan 1 orang RP 300.000,00 RP 300.000,00
2. Ketua 1 orang RP 1.700.000,00 RP 1.700.000,00
Peneliti
3. Sekretaris 1 orang RP 1.000.000,00 RP 1.000.000,00
Peneliti
4. Peneliti 3 orang Rp 2.000.000,00 RP 6.000.000,00
Jml RP 9.000.000,00

d. Menulis Daftar Pustaka


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan daftar pustaka, antara
lain:
1). Ke arah bawah disusun berdasarkan atas urutan abjad nama penulis pertama
dan berturut-turut nama penulis pertama, dan tidak perlu ditulis nomor.
Fasilitas yang ada di komputer cukup membantu untuk melakukan pengurutan
tersebut secara cepat dengan cara daftar pustaka yang sudah ditulis di blok dan
klik pada ikon yang ada pd monitor lap top/komputer di bawah developer
dengan tanda huruf A Z.
2). Tidak dibenarkan menggunakan bahasa yang tidak konsisten. Perhatikan
contoh berikut ini:
Wei, W.I. and Ho, WK, 2006 dengan Wei, W.I. dan Ho, WK, (cetak tebal tidak
konsisten)
3). Ke arah kanan disusun berturut-turut nama penulis, tahun penerbitan, judul
buku, nama kota, penerbit, (apabila penulis pada tahun yang sama menulis
beberapa judul tulisan baik di majalah atau buku, di belakang tahun penerbitan
ditambahkan tulisan berturut-turut dari a, b, c, dst), misalnya:
Ashari, Aisya Tsaaqiba 2012a, Pendidikan Multikultur…
Ashari, Aisya Tsaaqiba 2012b, Pendidikan Berkarakter …
Ashari, Arava Izza, 20013a. Quo Vadis Pendidikan Islam,...
Ashari, Arava Izza, 2013b. Alam Terkembang Menjadi Guru,...

131
4). Apabila seorang penulis/beberapa penulis secara bersama menulis buku dengan
judul yang berbeda dalam tahun yang berbeda, maka penulisan daftar pustaka
sebagai berikut:
Ashari, Aisya Tsaaqiba 2013. Pendidikan Multikultur ….
……………………....., 2013. Pendidikan Berkarakter ….
Ashari, Arava Izza, 2013. Pendidikan Usia Dini...
..............................., 2013. Pendidikan Profetik...
5). Apabila penulisnya tidak jelas, maka tuliskan anonim sebagai pengganti nama
pengarang.
6). Apabila menulis rujukan dari buku yang berisi kumpulan artikel (ada
editornya), maka penulisannya sama dengan menulis kutipan lain, hanya saja
diberi tulisan (Ed) yang artinya editor di antara nama penulis dengan tahun
penerbitan. Penulis artikel ditulis di depan diikuti dengan tahun penerbitan.
Judul artikel diapit tanda kutip ( " … ") tanpa cetak miring, nomor halamannya
disebutkan dalam kurung.
7). Apabila menulis rujukan dari artikel dalam jurnal, nama penulisnya ditulis
paling depan diikuti dengan tahun dan judul artikel diapit tanda kutip dengan
huruf kapital pada setiap awal kata.
8). Apabila menulis rujukan dari artikel dalam jurnal dari CD ROM penulisannya
dalam dafta rujukan sama dengan rujukan dari artikel dalam jurnal cetak,
ditambah dengan penyebutan CD ROM dalam kurung.
9). Apabila menulis rujukan dari artikel dalam majalah atau koran, nama
penulisnya ditulis paling depan, diikuti oleh tanggal, bulan, dan tahun. Judul
artikel diapit tanda kutip. Gunakan huruf kapital pada pada setiap huruf awal
kata (tidak termasuk kata sambung). Nama majalah ditulis dengan huruf kecil
kecuali huruf pertama setiap kata, dan dicetak miring. Nomor halaman pada
bagian akhir kalimat. Perhatikan contoh berikut ini:
Dwiloka, 2007. "Menyibak Rahasia Gamat dari Ikat Teripang" Info
Pangan dan Gizi Jawa Tengah, 7 Januari, hlm 14.
10). Apabila menulis rujukan dari koran tanpa penulis, nama koran ditulis pada
bagian awal dicetak miring, tanggl, bulan, dan tahun ditulis setelah nama

132
koran, judul ditulis dengan huruf besar-kecil diapit tanda kutip dan diikuti
dengan nomor halaman. perhatikan contoh berikut ini:
Kompas, 18 Januari 2007. "Jawa Tengah Rawan Flu Burung", hlm 14.
11). Apabila menulis rujukan dari dokumen resmi pemerintah yang diterbitkan oleh
suatu penerbit tanpa penulis dan lembaga, maka judul atau nama dokumen
ditulis di bagian awal dengan cetak miring diikuti oleh tahun penerbitan, kota
penerbit, dan nama penerbit. Perhatikan contoh berikut ini:
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
12). Apabila menulis rujukan dari lembaga yang ditulis atas nama lembaga tersebut,
maka nama lembaga penanggung jawab langsung ditulis paling depan, diikuti
dengan tahun, judul karangan yang dicetak miring, nama penerbitan, dan nama
lembaga yang bertanggung jawab atas penerbitan karangan tersebut (STAIN
Salatiga, 2008: 75). Perhatikan contoh di bawah ini:
Pusat Pembinaan dan Pengambangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan
Laporan Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

13). Apabila menulis rujukan berupa karya terjemahan, maka nama penulis asli
ditulis paling depan, diikuti tahun penerbitan karya asli, judul terjemahan,
nama penerjemah, tahun terjemahan, nama tempat penerbitan, dan nama
penerbit terjemahan. Jika tahun penerbit buku asli tidak dicantumkan, ditulis
dengan kata tanpa tahun.
14). Apabila menulis rujukan dari Skripsi, Tesis atau Disertasi, nama penulis ditulis
paling depan, diikuti dengan tahun yang tercantum pada sampul, judul skripsi,
tesis, atau disertasi diapit tanda kutip diikuti dengan pernyataan skripsi, tesis,
atau disertasi tidak diterbitkan, nama kota tempat perguruan tinggi, nama
fakultas serta nama perguruan tinggi.
15). Apabila menulis rujukan dari makalah yang disajikan dalam seminar,
penataran, atau lokakrya, nama penulis ditulis paling depan dilanjutkan dengan
tahun, judul makalah diapit tanda kutip diikuti dengan pernyataan "makalah

133
disajikan dalam …" nama pertemuan, lembaga penyelenggara, tempat
penyelenggaraan, tanggal dan bulan.
16). Apabila menulis rujukan dari Internet berupa karya individu, nama penulis
ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut tahun,
judul karya tersebut (diapit tanda kutip) dengan diberi keterangan dalam
kurung (online) dan diakhiri dengan alamat sumbeer rujukan tersebut disertai
dengan keterangan kapan diakses diantara tanda kurung.
17). Apabila menulis rujukan dari internet berupa artikel dari jurnal, nama penulis
ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut tahun,
judul artikel, nama jurnal (diapit tanda kutip) dengan diberi keterangan dalam
kurung (online), volume dan nomor, dan diakhiri dengan alamat sumber
rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan diakses di antara tanda
kurung. Perhatian contoh di bawah ini:
Savaras, Mohammad Faris. 2011. Prosedur Penelitian Kuantitatif: Suatu
Pendekatan Praktek dalam Penelitian Pendidikan. Metodologi
Research (1): 100.

18). Apabila menulis rujukan dari internet berupa bahan diskusi, nama penulis
ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut dengan
tanggal, bulan, tahun. Topik bahan diskusi, nama bahan diskusi, nama bahan
diskusi (diapit tanda kutip) dengan diberi keterangan dalam kurung (online),
dan diakhiri dengan alamat e-mail sumber rujukan tersebut disertai dengan
keterangan kapan diakses, di antara tanda kurung.
19). Apabila menulis rujukan dari internet berupa e-mail pribadi, nama pengirim
dan disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail pengirim), diikuti secara
berturut-turut oleh tanggal, bulan tahun, topik isi bahan (diapit tanda kutip),
nama yang dikirimi disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail yang
dikirim).
20). Penulisian daftar pustaka yang lebih dari satu/dua orang penulis dalam buku
yang sama yang harus dilakukan antara lain, Pertama tulis nama belakang dari
penulis yang pertama setelah nama belakang, berilah tanda koma, lalu tuliskan
nama depan jika nama depan berupa singkatan tuliskan saja singkatan itu

134
setelah nama pertama selesai diberi tanda titik, kemudian diberi tanda koma
untuk nama kedua/ketiga ditulis sama seperti nama asli, artinya tidak ada
perubahan, yang berubah penulisannya hanya orang pertama sedangkan orang
kedua dan ketiga tetap. Setelah penulisan nama kedua selesai, jika tiga penulis
gunakan tanda dan (&) pada nama terakhir begitu pula jika penulisnya hanya
dua orang saja, setelah penulisan nama selesai, Kedua; tahun pembuatan atau
cetakan buku tersebut dengan diawali tanda kurung buka dan kurung tutup ( )
setelah itu beri (tanda titik). Ketiga; judul buku atau karangan setelah itu beri
tanda koma dan ditulis dengan huruf miring. Keempat; yaitu penulisan tempat
penerbitan/cetakan setelah itu beri tanda titik dua (:) dan terakhir Kelima; nama
perusahaan penerbit buku atau tulisan tersebut dan diakhiri tanda titik. Untuk
gelar akademik tidak ditulis dalam penulisan daftar pustaka. Perhatikan contoh
di bawah ini:
Hammam, Azman., Amir Hamzah, & Mohmmad Varis Savaras. 2008.
Memasuki Dunia E-Learning, Bandung: Penerbit Informatika.

21). Penambahan huruf dkk/et al dibelakang nama penulis hanya dibenarkan pada
waktu penulis menggunakan rujukan dalam uraian, dan bukan pada daftar
pustaka. Penambahan huruf tersebut dibenarkan apabila penulis lebih dari dua
(2) orang. Nama dkk akan ditulis lengkap dalam daftar pustaka.
22). Apabila penulis mengambil rujukan salah satu buku, sedangkan penulis
tersebut mengambil rujukan dari orang lain. Contoh konsep Aisya Tsaaqiba
Ashari digunakan dalam penulisan laporan, padahal konsep Aisya diambil dari
buku Saifudin Ashari, maka penulisannya dengan cara menuliskan nama Aisya
Tsaaqiba Ashari dalam Saifudin Ashari. Penulisan daftar pustaka dalam
pengambilan data dari buku, Pertama; penulisan nama untuk awal
menggunakan huruf besar terlebih dahulu setelah nama belakang ditulis beri
tanda koma, dimulai dari nama belakang, kemudian diberi tanda koma dan
dilanjutkan dengan nama depan. Kedua; tahun pembuatan atau penerbitan
buku. Ketiga; judul bukunya harus selalu ditulis dengan mengunakan huruf
miring setelah judul gunakan tanda titik. Keempat; tempat diterbitkannya

135
setelah tempat penerbitan gunakan tanda titik dua, dan Kelima; penerbit buku
tersebut diakhiri dengan tanda titik. Seperti contoh dibawah ini:
Ashari, Saifudin. 2012. Pendidikan Lingkungan Hidup. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

23). Apabila pustaka tersebut dalam bentuk buku, maka nama buku ditulis dengan
huruf italic, sedangkan apabila buku tersebut diterbitkan di beberapa kota dapat
ditulis kota terdekat dengan tempat penulisan laporan tersebut.
24). Teknik penulisannya sama dengan teknik penulisan daftar pustaka berupa
buku, hanya saja dituliskan nama satu editor (ed) dan dua editor dengan (eds)
di antara nama penulis dan tahun penerbitan (STAIN Salatiga: 2008: 73).
Perhatikan contoh di bawah ini.
Savaras, Mohammad Faris, (Ed). 2010. Kritik Penelitian Kualitatif: Suatu
Pendekatan Konteks. Jakarta: Rineka Cipta. Cetakan ke-tujuh.

25). Penulisan buku dengan penulis yang sama


Penulisan buku dengan penulis yang sama maka, ditulis dengan cara
menuliskan nama, tahun penerbitan, judul buku, nama kota, dan nama penerbit,
serta urutan penerbitan. Penulisan kedua dengan cara memberikan tanda titik-
titik persis di bawah nama yang pertama diikuti dengan tanda titik dan
seterusnya dengan ditulis tahun, judul, kota penerbit, nama perbit dan cetakan.
Jika pengarang yang sama menulis dalam tahun yang sama, maka
penulisannnya dengan menambahkan huruf sesuai dengan urutan abjadnya.
Perhatikan contoh berikut ini:
Arifah, Lailiyah. 2012. Meretas Kebekuan Pendidikan Lingkungan Hidup.
Jakarta: Rineka Cipta. Cetakan ke-enam.
.................................... 2013a. Quo Vadis Pendidikan Lingkungan Hidup.
Jakarta: Rineka Cipta. Cetakan ke-enam.
.................................... 2013b. Disksursus Pendidikan Lingkungan Hidup.
Jakarta: Rineka Cipta. Cetakan ke-enam.

26). Apabila pustaka tersebut dimuat dalam majalah ilmiah, maka nama majalah
ilmiah tersebut ditulis dengan huruf italic.
27). Penyusunan daftar pustaka antara buku dan majalah tidak dipisahkan.

136
28). Jangan menulis dengan berlebihan, misal menulis judul dengan cetak miring,
cetak tebal, dan garis bawah dalam kesempatan yang sama. Perhatikan contoh
di bawah ini:
Bambang Dwiloka dan Rati Riana, 2005, Teknik Menulis Karya Ilmiah,
Jakarta: Rineka Cipta, Cetakan Pertama.

Contoh Penulisan daftar Pustaka, perhatikan dengan seksama.


Perlu diingat, untuk penulisan daftar pustaka yang banyak harus berurutan
penulisannya. Nama dari sumber yang diambil sebagai daftar putaka ditulis berdasarkan
urutan Abjad dari nama masing-masing tersebut, dimulai dengan Abjad A-Z itulah
urutan penulisan daftar pustaka yang baik yaitu sesuai dengan urutan nama-namanya.
Seandainya terdapat nama penulis dengan huruf abjad pertama sama maka didahulukan
nama penulis yang memiliki urutan abjad paling awal pada huruf kedua nama penulis.
Contoh nama Savaras, Mohammad Faris huruf pertama adalah S, sedangkan Sabrina,
Fitri Aulya juga sama-sama memiliki huruf pertama S. Maka, diperhatikan pada huruf
kedua pada nama penulis tersebut. Savaras, Mohammad Faris menggunakan huruf a
setelah s, maka Savaras, Mohammad Faris ditulis di bawah nama Sabrina, Fitri Aulya
karena nama Sabrina dengan penulisan setelah Sa adalah huruf d yang berdasarkan urutan
abjad akan lebih dulu daripada v pada nama Savaras. Perhatiakan contoh penulisan di
bawah ini:
Savaras, Mohammad Faris. 2011. Prosedur Penelitian Kuantitatif: Suatu Pendekatan
Praktek dalam Penelitian Pendidikan. Metodologi Research (1): 100.

Sabrina, Fitri Aulya. 2011. Menulis dengan Hati. Magelang: Harmoni Alam.
Contoh
DAFTAR PUSTAKA
Aba Firdaus Al-Halwari, 2001, Pesan Buat Ukhti Muslimah: Selamatkan dirimu dari Tabarruj,
Jogjakarta: LeKPIM dengan Mitra Pustaka. Cetakan ke 4.

Agus Salim, 2001, Teori dan Paradigma Penelitian Kualitatif (Pemikiran Norman K. Denzin &
Egon Guba dan Penerapannya), Jogjakarta: Tiara Wacana, Cetakan Pertama.

Boyke, Pemasalahan Seks dan Solusinya, on air tanggal 23-september 2005.


Dadang Kahmad, 2002, Sosiologi Agama, Bandung: Rosdakarya, Cetakan Kedua.

137
Danielle Crittenden, 2002, Menggugat Mitos Kebebasan Wanita-wanita Modern: Wanita Salah
Langkah? Terjemahan Sofia Mansoor, Bandung: Qonita, Cetakan Pertama.

Imaduddin Husain, 2002, Kiat Menghindari Perselingkuhan, Jakarta: Pustaka Azam, Cetakan
Pertama.

Muhammad Rasyid Al-Uwayyid, 2001, Kepada Wanita Mukminah, Jogjakarta: Mitra Pustaka,
Cetakan Kedua.

Moleong, Lexy J. 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya. Cet. 16.
Noeng Muhajir, 1996, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jogjakarta: Rake Sarasin.
Nunuk P Murniati, A, 2004: Getar Jender: Perempuan Indonesia dalam Perspektif agama,
Budaya, dan Keluarga, Magelang: Indonesiatera, Cetakan Pertama.

Soerjono Soekanto, 1982, Teori Sosial tentang Pribadi dalam Masyarakat, Jakarta: Ghalia
Indonesia, Cetakan Pertama.

Sumanto, 2002, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan: Aplikasi Metode Kualitatif dan
Statistika dalam Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, Cetakan Ketiga.

Sutrisno Hadi, 1986, Metodologi Research, Jogjakarta, UGM Press.


Suwarto, Wawancara pendahuluan, Direktur Trukajaya, Salatiga.
Thomas F O'Dea, 1992, Sosiologi Agama: Suatu Pengantar Awal, Jogjakarta: Rajawali Press.
Cetakan keempat.

www.waining indo.com, AD. Eridani, HIV di Lembaga Pemasyarakatan.


www.pikiranrakyat.com, Kawasan Bali Terjangkit HIV, tanggal 10 Mei 2004
www.hukumonline.com. Menyoroti Sisi Gelap Child Trafficking di Indramayu, tanggal 26
September 2005.
www.suarakarya.online.com oleh Dev nugroho, Aktivitas Seks Kilat.
www.suaramerdeka.online.
www.pemantauperadilan.com. Pengadilan Anak, tanggal 24 Pebruari 2005.
www.balipos.co.id. Jangan ada Kata Permisif untuk Berantas Prostitusi.

138
BAB VIII
LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Prawacana
Teori merupakan seperangkat penjelasan ilmiah, sebagai penjelasan ilmiah, maka
teori harus relevan dengan masalah yang akan dipelajari, tujuan yang akan dicapai, dan
manfaat yang diharapkan. Landasan teori atau kerangka teoretik dalam proposal
penelitian merupakan paparan singkat dari teori yang akan digunakan dalam
penelitiannya. Meskipun sebagai paparan yang singkat, tetapi dalam menyusun landasan
teori harus dapat mewakili dari varibel yang akan digunakan dalam penelitian. Landasan
teori dalam penelitian dibuat pada BAB II. Kaidah teoretis yang dijadikan dasar
penelitian ini bisa lebih dari satu teori yang bersumber dari buku, jurnal, ensiklopedia,
atau kamus spesifik dari disiplin keilmuan yang diteliti yang dapat
dipertanggungjawabkan. Idealnya teori tersebut dipilih sesuai dengan topik kajian
penelitian dan secara kronologis dapat dirunut dari teori yang lama sampai dengan yang
mutakhir untuk mendapatkan keunggulan dari teori yang digunakan untuk menganalisis
hasil penelitian.
Kajian pustaka sering disebut juga dengan tinjauan pustaka. Semua jenis penelitian
harus menjelaskan tinjauan pustaka. Bagian ini menjelaskan kajian kepustakaan yang
dilakukan selama mempersiapkan atau mengumpulkan referensi. Kajian pustaka dapat
memberikan gambaran atas penelitian yang suda dilakukan sebelumnya yang dapat
dijadikan sebagai referensi untuk menemukan persamaan dan keberbedaan dengan
penelitian yang sekarang dilakukan. Berdasarkan kajian pustaka itu dapat menepis
praduga plagiasi yang dilakukan oleh peneliti.
Kerangka berfikir merupakan alur logika yang dapat dijadikan sebagai dasar
ditemukannya sebuah masalah dalam penelitian. Membuat alur tersebut harus
berdasarkan dengan teori yang dapat dipertanggung jawabkan dan kronologi secara runtut
lahirnya gagasan untuk melakukan penelitian. Kerangka berfikir ini jelas akan
menunjukkan apa yang seharusnya dan apa yang ada di lapangan, dalam istilah lain dapat
diketahui teks dan konteks sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Kerangka
berfikir yang dibuat dalam bentuk bagan alir/flow chart. Bentuk flow chart ini dapat
membantu untuk mengetahui kerangka pemikiran tentang penelitian yang akan dilakukan
dengan cepat dan jelas alur berfikir yang dimiliki oleh peneliti.

139
B. Landasan Teori
1. Teori
a. Pengertian
1) Amir (2009: 25).
Teori sebagai seperangkat proporsi yang terintegrasi secara sintaksis
(yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu
dengan yang lainnya dengan data dasar yang dapat diamati) dan berfungsi
sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati
(Amir, 2009: 25). Teori adalah aturan menjelaskan proporsi atau seperangkat
proporsi yang berkaitan dengan beberapa fenomena alamiah dan terdiri atas
representasi simbolik dari hubungan-hubungan yang dapat diamati di antara
kejadian-kejadian (yang diukur), mekanisme atau struktur yang diduga
mendasari hubungan-hubungan demikian, dan hubungan-hubungan yang
dimaksudkan untuk data dan yang diamati tanpa adanya manifestasi hubungan
emiris apa pun secara langsung (Amir. 2009: 25).
2) Glaser dalam Amir
Teori adalah membobolkan konsep dasar teori klasik dengan
menyodorkan rumusan teori dari dasar, yaitu teori yang berasal dari data dan
yang diperoleh secara analitis dan sistematik melalui metode komparatif,
selanjutnya dikemukakan bahwa unsur-unsur teori mencakup kategori
konseptual dengan kawasannya dan hipotesis atau hubungan yang
digeneralisasikan antara kategori dan kawasannya (Amir, 2009: 25-26).
3) Barnadib dalam Amir (2009: 25-26).
Teori adalah suatu ilmu yang terstruktur (tersusun) secara konseptual
dan merangkum pengetahuan empirik sebanyak mungkin.
Dengan demikian, teori merupakan seperangkat proporsi yang terintegrasi
membentuk konsep yang diperoleh melalui komparasi secara analitis, dan
sistematik yang dapat dihubungkan dan digeneralisasikan.
b. Jenis teori
Jenis teori menurut Amir (2009: 27) antara lain ada dua macam yaitu teori
substantif dan formal.

140
1) Teori Substantif
Teori yang dikembangkan untuk keperluan substansi atau empiris dalam
inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, astrologi, da psikologi.
Teori substansi membantu usaha pembentukan teori formal dari dasar dan
membantu pula reformulasi teori yang sudah ada. Jadi, teori substansi tersebut
menjadi penghubung strategis dalam memformulasikan dan menyusun teori
formal atas dasar data yang dimiliki.
2) Teori Formal
Teori formal adalah teori untuk keperluan formal atau disusun secara
konseptual dalam bidang inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi.
Teori formal disusun dengan jalan memanfaatkan teori substansi, baik untuk
menganalisis hasil-hasil penelitian. Verifikasi teori yang lazim memenuhi teori
alam dapat pula dimanfaatkan untuk menguji teori baru yang muncul dari data.
c. Sifat Teori
Menurut Richard Pratte dalam Amir (2009: 26), teori memiliki sifat logis,
deskriptif, dan eksplanatif.
1) Logis artinya memnuhi syarat untuk berfikir yang runtut, lurus, dan benar.
2) Deskriptif artinya dipaparkan secara jelas.
3) Eksplanatif artinya memberikan penjelasan atau penerangan-penerangan.
d. Fungsi Teori
1) Menurut Snelbecker dalam Amir (2009: 26), fungsi teori antara lain:
a) Mensistemasikan penemuan penelitian,
b) Menjadi pendorong untuk menyusun hipotesis,
c) Membuat ramalan atas dasar penemuan, dan
d) Menyajikan penjelasan untuk menjawab pertanyaan “mengapa”
2) Menurut Amir (2009: 26), fungsi teori antara lain:
a) Memberikan kesempatan untuk meramalkan dan menerangkan perilaku,
b) Menemukan teori sosiologi,
c) Digunakan untuk aplikasi praktis,
d) Memberikan perspektif bagi perilaku, yaitu pandangan yang harus dijaring
dari data, dan
e) Membimbing serta menyajikan gaya bagi penelitian dalam beberapa
bidang perilaku.
141
e. Sumber Teori
Moleong dalam Amir (2009: 28) sumber teori sebagian besar pengetahuan
tentang perilaku sosial diarahkan pada verifikasi hipotesis yang diuraikan dari
teori a priori. Kebanyakan teori yang disusun pada hakikatnya adalah deduktif
dan logis dalam ilmu pengetahuan perilaku sosial. Proses penyusunan teori
berputar-putar pada proses deduksi yang bisa diverifikasi dari dunia nyata atas
dasar asumsi a priori. Amir (2009: 28) menuliskan konsep cara lain yang lebih
bermanfaat adalah menemukan teori dengan cara menariknya sejak awal dari
alam, yaitu dari data yang berasal dari dunia nyata. Metode yang digunakan
adalah metode menemukan dengan menganalisis data yang diperoleh secara
sistematis. Penyusunan teori dimulai dari dasar. Teori demikian akan cocok
dengan situasi empiris dan penting untuk meramalkan, menerangkan,
menafsirkan, dan mengaplikasikan. Jadi, teori ini memenuhi dua kriteria, yaitu
cocok dengan situasi empiris, dan melakukan fungsi teori, yaitu meramalkan,
menerangkan, dan menafsirkan.
2. Landasan Teori
Landasan teori adalah penjelasan tentang dasar-dasar atau kaidah-kaidah teoretis
serta asumsi-asumsi yang memungkinkan terjadinya penalaran untuk menjawab
masalah yang diajukan peneliti (TIM, 2010: 16).
Teori, konsep-konsep yang digeneralisasikan tersebut digunakan untuk sebagai
dasar dalam melaksanakan penelitian. Suryabrata (2010: 18) memberikan syarat
bahwa landasan teori harus ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang
kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error) .
Landasan teori yang berisi dasar-dasar atau kaidah-kaisah digunakan sebagai
dasar untuk melakukan penelitian dan dijadikan sebagai bahan untuk melakukan
pembahasan terhadap hasil penelitian yang sudah dilakukan.
3. Landasan Teori dalam Penelitian
Landasan teori atau kerangka teoretik dalam proposal penelitian merupakan
miniatur dari landasan teori yang biasanya diuraikan dalam bab II. Meskipun sebagai
miniatur, tetapi dalam menyusun landasan teori harus dapat mewakili dari varibel
yang digunakan, dengan demikian dapat ditemukan ketersambungan antara latar
belakang, landasan teori, dana pembahasan dalam penelitian yang dilakukan.

142
Landasan teori dalam penelitian dibuat pada BAB II. Kaidah teoretis yang
dijadikan dasar penelitian ini bisa lebih dari satu teori yang berupa data primer dan
data sekunder. Akan tetapi, data atau teori sekunder itu harus berkaitan dan tidak
kontradiktif. Teori yang akan dijadikan dasar melaksanakan penelitian dapat
berasal/meminjam teori yang digunakan oleh seorang ahli/ilmuwan dan dapat berupa
teori yang ditemukan oleh peneliti sendiri. Teori apapun yang digunakan harus
dipertanggungjawabkan melalui kajian sejumlah literatur kepustakaan yang relevan
dengan menyebutkan sumbernya dalam daftar pustaka. Idealnya teori tersebut dikaji
secara kronologis dari yang lama sampai dengan yang mutakhir. Dengan cara itu akan
diketahui keunggulan dari teori yang dipilih (TIM, 2010: 16-17).
Landasan teori secara spesifik disusun dengan melihat varibel yang ada dalam
penelitian tersebut, kemudian dirinci ke dalam komponen-komponen yang penting
lainnya yang berasal dari sumber/literarur yang diperoleh dari beberapa
penulis/ilmuwan. Menuliskan landasan teori tidak hanya sekedar menuliskan teori-
teori yang digunakan baik yang sejenis maupun yang bersifat kontra persepsi.
Keberbedaan persepsi tersebut akan diberikan solusi dan penjelasan lain dari
penulis/peneliti. Suryabrata (2010: 18) mengemukakan bahwa secara garis besar,
sumber acuan itu dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sumber acuan umum,
dan sumber acuan khusus. Teori-teori dan konsep-konsep pada umumnya dapat
ditemukan dalam sumber acuan umum, yaitu kepustakaan yang berwujud buku-buku
teks, ensiklopedi, monograp, dan sejenisnya. Generalisasi-generalisasi dapat ditarik
dari laporan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dari masalah yang sedang
dilakukan. Hasil penelitian terdahulu itu pada umumnya dapat diketemukan dalam
sumber acuan khusus, yaitu kepustakaan yang berwujud jurnal, buletin penelitian,
tesis, disertasi, dan lain-lain sumber bacaan yang menurut laporan hasil penelitian.
Perlu diingat bahwa, dalam mencari sumber bacaan itu perlu dipilah-pilah (selektif),
artinya tidak semua yang dikemukakan lalu ditelaah. Dua kriteria yang biasa
digunakan untuk memilah sumber bacaan itu ialah prinsip kemutakhiran (recency), da
prinisp relevansi (relevance). Dengan demikian, landasan teori tidak hanya sekadar
saduran atau kompilasi dari berbagai penulis saja, tetapi peneliti/penulis harus dapat
menghubungkan teori yang dikemukakan oleh satu penulis buku dengan penulis buku
yang lainnya atau teori lain yang dimuat dalam kamus, ensiklopedi, dan bahkan jurnal

143
ilmiah lainnya (lokal, nasional, maupun internasional) dengan memperhatikan seleksi,
relevansi, dan resensi (kemutakhiran).
Fungsi dari landasan teori adalah sebagai pijakan awal mengapa penelitian itu
perlu untuk dilakukan. Pada dasarnya landasan teori tersebut dapat menunjukkan
sistematika berfikir ketika akan melakukan sebuah penelitian. Landasan teori bukan
sekedar pajangan dalam naskah skripsi, tetapi landasan teori dapat digunakan untuk
membahas dalam laporan penelitian. Landasan teori harus dapat menunjukkan
keterarahan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain, landasan teori harus
memiliki kegayutan rumusan masalah yang diajukan, dan landasan teori harus
digunakan dalam melakukan pembahasan terhadap penelitian yang dilakukan.
4. Contoh Landasan Teori dalam Proposal Penelitian
Contoh judul penelitian tentang Studi Etnometodologi Pekerja Seks Komersial
(PSK) pada lokalisasi Sembir Kota Salatiga kerangka teoretis dapat disampaikan
sebagai berikut:
a. Kerangka Teoretis
1) Potret Pekerja Seks Komersial (PSK)
a) Gaya Hidup:
Gaya hidup PSK di beberapa daerah dikiblatkan pada gaya hidup
metropolis (www.hukumonline.com tanggal 26 September 2005). Mereka
memadukan gaya hidup metropolis dengan budaya-budaya Barat dengan
minuman dan perempuan.
Gaya hidup PSK tersebut diimbangi dengan gaya hidup serta
pandangan laki-laki yang menyatakan kita tidak butuh istri! Makanan dan
pakaian cukup disediakan dengan instan tanpa istri, tidak lagi bergantung
pada anak-anak kita dan keluarga sebagai tempat bersandar di hari tua dan
jika ada dalam musibah, sebab kita punya asuransi jaminan sosial,
tunjangan di hari tua dan dana pensiun (Waite, dkk, 2003: 201).
b) Aktivitas Seks
Orang yang sukses adalah orang yang enak makan, enak tidur, dan
enak seks demikian Dr. Boyke dalam on air tentang Seks dan Solusinya tgl
23 September 2005. Ungkapan ini digulirkan oleh Dr. Boyke dalam rangka
memberikan semangat bahwa jadikanlah hubungan seks suami isteri yang
sah itu sebagai sesuatu yang nikmat dan bukan sebagai sesuatu yang
144
menyakitkan dan terpaksa. Permasalahan menjadi lain manakala pepatah
ini diakomodir oleh orang yang tidak memiliki kesepahaman tersebut.
Dengan demikian pepatah/ungkapan tersebut dipandang menyesatkan
karena dilakukan bukan dengan suami/isterinya sendiri. Di samping itu
kata enak seks dapat memicu lahirnya PSK-PSK baru bahkan child
trafficking.
Dunia malam metropolitan menyimpan banyak cerita
mencengangkan. Satu diantaranya adalah aktivitas seks kilat sepasang
pemuda di sela-sela kesibukan menikmati dunia gelap (dugem).
c) Motivasi
Motivasi penjaja seks bebas antara lain bagi wanita berdasarkan pada
kebutuhan, sedangkan bagi laki-laki berdasarkan dalih kurang
mendapatkan perhatian dan kebahagiaan dalam keluarga (Al-Halwari,
2001: 38).
Motivasi yang dapat dibangun dan motivasi yang menjadi akibat
antara lain 1) motivasi positif yaitu motivasi untuk mendukung sistem
sosial yang ada, 2) motivasi negatif yaitu motivasi yang mengganggu
sistem yang telah ada. Apabila suatu sistem sudah terbentuk, maka manusia
terikat pada sistem tersebut melalui proses complimentasity di dalam setiap
sistem sosial yang terintgrasikan, hukum setiap hak pihak tertentu menjadi
kewajiban dari pihak lainnya (Soeakanto, 1982: 170).
d) Prinsip Hidup PSK
Mereka beranggapan bahwa seks tidak lebih dari sebatang rokok bisa
dinikmati kapan pun, dan selesai hanya dalam beberapa menit saja. Bagi
mereka seks tidak lebih dari pelengkap serunya malam yang dilewati.
Mereka juga berprinsip soal penyakit bawaan dari hubungan seks bebas
menjadi nomor seratus (100), yang penting dapat menikmati dengan penuh
kesempurnaan. Perkara besok terkena penyakin kelamin menjadi urusan
lain (Nugroho: www.suarakarya.online.com)
e) Dampak
Dampak yang paling mungkin akibat seks bebas dan prostitusi adalah
kesehatan, sosial, ekonomi, dan agama. Bagi seseorang yang

145
memberanikan diri untuk melakukan seks bebas pada akhirnya akan
berhadapan dengan persoalan kesehatan, sosial, ekonomi, dan agama.
2) Pandangan Islam tentang Pergaulan Bebas
Peribahasa Yiddi yang menyimpulkan tawar-menawar kuno tentang
seks antara laki-laki dan wanita. No chuppy, no schtuppy! yang berarti tidak
ada seks sebelum perkawinan! (Crittenden, 2002: 60). Prinsip ini harus
menjadi pegangan bagi siapapun sepanjang masa. Berbeda dengan orang-
orang nasrani yang lebih mengutamakan hubungan seks (Husain, 2002: 61).
Dalam pandangan Islam melarang pergaulan bebas dengan lain jenis.
Menurut Islam seorang wanita harus dapat memelihara diri dari pandangan
laki-laki lain agar tidak terjadi hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama
(Al-Halwari, 2001: 38).
Di samping larangan untuk ngeseks bebas dan prostitusi bagi dirinya
juga larangan untuk membukakan pintu prostitusi bagi orang lain. Imam
Syafei berpesan" wahai orang-orang yang telah menghancurkan kehormatan
orang lain, dan yang memutuskan tali kasih, kau akan hidup penuh kehinaan.
Jika engkau orang merdeka dan dari keturunan orang yang baik-baik pastilah
kamu tidak akan menodai kehormatan orang lain (Adhim, 2000:114).
Perbuatan berkhalwat dengan lain jenis serta memperturutkan kehendak
hawa nafsu birahi adalah bagian dari larangan ajaran Islam. Di samping
perbuatan yang dimurkai Allah dan diancam dengan siksa, berkhalwat dengan
lain jenis adalah wujud nyata dari dekadensi moral di kalangan masyarakat
dan keluarga. Oleh karena, itu setiap muslim harus senantiasa waspada
terhadap istri serta anak-anak. Sebagaimana dalam Al-quran Surat Attahriim
ayat 6 "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari pada neraka". Masyarakat sepakat jika memang wanita sudah terjun ke
dalam dunia prostitisi berarti dalam rangka menjual harga diri dan
kehormatan.
3) Upaya Menghindari dari Seks Bebas dalam Pandangan Islam
Kejahatan kesusilaan dimulai dari proses perilaku seks, dan pelecehan
seks bermuara pada kejahatan seks. Oleh karena itu, perilaku manusia sangat
dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Dengan demikian, dalam perilaku
seks perlu dianalisis tentang pengaruh sosial dan budaya seseorang (Murniati,
146
2004: 24). Dengan demikian, kesusilaan, pelecehan dan kejahatan merupakan
mata rantai yang akan terus melilit. Ketiga hal tersebut karena bertambahnya
kebebasan dan kemampuan untuk mendefiniskan sesuatu menurut selera
pribadi merupakan hal yang ideal, walaupun ada batas-batasnya. Contoh pada
pelacuran, ketagihan minuman keras, dan lain sebagainya. Upaya dalam
pandangan Islam antara lain:
a) Memejamkan mata dari hal-hal haram, termasuk di dalamnya melihat laki-
laki yang bukan muhrimnya. Dalam Surat Annur 31 "Katakanlah kepada
orang-orang yang beriman laki-laki supaya mereka merendahkan
pandangannya dan menjaga kehormatannya (jangan berzina). Itu lebih
suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa-apa yang
mereka usahakan".
b) Melarang berkhalwat dengan laki-laki lain sekalipun laki-laki tersebut
teman/saudara dekat suami.
c) Pelajaran dari Allah yang diberikan kepada istri-istri Rasul serta batas
pergaulan dengan kaum laki-laki. Cukup dijadikan nasihat yang indah,
serta suri tauladan dan pelajaran yang bagai batu menikam (Lihat surat Al-
Ahzab 33).
4) Peran Orang Tua, Masyarakat, dan Pemerintah
a) Orang tua:
Orang tua memegang peranan yang penting dalam pertumbuhan
fisik, jiwa maupun emosional anak. Orang tua penentu arah dalam
menjalani evolusi dalam dirinya (www.pemantauperadilan.com).
b) Masyarakat:
Jangan ada kata permisif untuk memberantas prostitusi
(www.balipos.co.id). Aktivitas prostitusi yang bermula dari perkotaan
dengan cepat merambah ke pelosok perdesaan. Maka tidak heran
kehidupan desa pun sekarang telah menjadi penuh warna. Oleh karena itu,
perangkat masyarakat harus disiagakan untuk melihat tanda-tanda
dimulainya aktivitas prostitusi di masyarakat.
Langkah-langkah yang dilakukan tidak cukup dengan prihatin dan
menyuarakan protes, tetapi dengan melakukan tindakan nyata untuk

147
melindungi anak-anak dan generasi dari prostitusi. Masyarakat tidak boleh
lengah dari celah lingkungannya untuk dirambah PSK.
c) Pemerintah:
Memprogramkan pelaksanaan pendidikan seks/sex education lebih
dini bagi pemuda. Materi kajian berkaitan dengan dimensi biologis,
psikologis, dan sosial, kultural, serta agama. 1) Dimensi biologis berkaitan
dengan organ reproduksi, mengenali tanda-tanda kematangan dalam diri
wanita, fungsi-fungsi biologis dan reproduksi, serta akibat yang
ditimbulkan berkaitan dengan hubungan intim dan seks bebas, cara
merawat kebersihan, dan kesehatan. 2) Dimensi psikologi bahwa
seksualitas berkaitan dengan peran, jenis, terhadap seksualitas dan
bagaimana menjalankan fungsinya sebagai makhluk seksual, dan
bagaimana perilaku seks itu dapat memberikan rasa tenang dan senang
kalau dengan pasangan yang sah. 3) Dimensi sosial bagaimana seksualitas
muncul dalam relasi antar manusia serta bagaimana lingkungan
berpengaruh dalam pembentukan pandangan tentang seksualitas dan
pilihan perilaku seks. 4) Kultural bagaimana perilaku seks itu merupakan
bagian dari budaya yang ada di masayarakat. 5) bagaimana agama
mengatur hubungan seks dan memberikan sangsi atas pelanggaran terhadap
agama.
Masyarakat terlanjur berasumsi tentang pendidikan seks. Pendidikan
seks dipandang sebagai sesuatu yang tabu dan justru akan mendorong
remaja untuk melakukan hubungan seks. Stereotipe masyarakat
menyatakan bahwa pendidikan seks adalah sebagai suatu hal yang vulgar.
Atas Stereotipe masyarakat terebut menjadi tugas pemerintah untuk
memfasilitasi melalui lembaga pemerintah organisasi masyarakat serta
pendidikan dalam keluarga agar titik singgung itu dapat ditemukan.
d) Peran dan Fungsi Agama
Agama berperan untuk mempengaruhi sikap-sikap praktis manusia
terhadap berbagai akrivitas kehidupan sehari-hari dengan cara yang paling
akrab. Dengan cara ini, konsepsi agama mempengaruhi pembentukan
tujuan, hukum yang mengatur sarana, dan struktur nilai umum yang
mempengaruhi pilihan dan keputusan (F O'Dea, 1992: 21). Kahmad (2002:
148
121) berpendapat bahwa agama berperan dalam kebutuhan manusiawi
dapat dipenuhi dengan kekuatan manusia sendiri. Manusia tidak perlu lagi
bersandar kepada kekuatan adikodrati. Manusia primitif lebih mudah lari
kepada yang magis sedangkan manusia modern lebih banyak melakukan
pendekatan ilmu pengetahuan. Aman secara moral di mana tingkah
laku/tata pergaulan manusia diatur malalui norma-norma rasional yang
dibenarkan secara agama seperti norma sopan santun, hukum dan aturan
dalam masyarakat, manusia total mengalami ketidakmampuan. Manusia
mencari kekuatan lain di luar dirinya yaitu kekuatan adikodrati. Manusia
meyakinkan dirinya sanggup mengatasi problem yang paling mendasar
berupa ketidakpastian, ketidakmampuan, dan kelangkaan sehingga manusia
merasa menemukan kepastian, keamanan, dan jaminan. Peran agama dalam
kehidupan manusia modern dan primitif pada hakikatnya untuk memenuhi
kecenderungan alamiahnya, yaitu kebutuhan akan ekspresi dan rasa
kesucian. Kesucian yang melebihi sesuatu yang terletak dalam daerah
kehidupan mental, spiritual/rohani (Kahmad, 2002: 11).
Agama berfungsi sebagai (1) dukungan moral saat menghadapi
ketidakpastian, pelipur lara saat berada pada kekecewaan, dan sebagai
rekonsiliasi pada saat diasingkan dari tujuan dan norma-normanya. (2)
menawarkan suatu hubungan transendental melalui peribadatan untuk
menyumbangkan stabilitas ketertiban dan keharmonisan, (3) mensucikan
norma-norma dan nilai-nilai masyarakat yang terbentuk, mempertahankan
dominasi tujuan kelompok di atas keinginan individu dan disiplin
kelompok di atas dorongan hati individu. Dengan demikian agama
memperkuat legitimasi pembagian fungsi, fasilitas dan ganjaran yang
merupakan ciri khas suatu masyarakat, (4) standar nilai dalam norma-
norma yang telah melembaga, (5) fungsi identitas, (6) bersangkut paut
dengan pertumbuhan dan kedewasaan individu, perjalanan hidup melalui
tingkat usia yang ditentukan oleh masyarakat. Jadi, menurut teori
fungsional, agama mengidentifikasikan individu dengan kelompok,
menolong individu dan ketidakpastian, menghibur ketika kecewa
mengkaitkan dengan tujuan masyarakat untuk memperkuat moral.
Menyediakan unsur-unsur identitas menguatkan kesatuan dan stabilitas
149
masyarakat dengan mendukung pengendalian sosial, menopang nilai-
nilai/tujuan yang mapan, dan menyediakan sarana-sarana untuk mengatasi
kesalahan dan keterasingan.
Agama memberi makna pada kehidupan individu dan kelompok,
memberi harapan tentang kelanggengan hidup sesudah mati. Agama dapat
menjadi sarana untuk mengangkat diri dari kehidupan duniawi yang penuh
penderitaan, mencapai kemandirian spiritual. Agama memperkuat norma-
norma kelompok, sangsi moral untuk perbuatan seseorang dan menjadi
dasar-dasar persamaan tujuan serta nilai-nilai yang menjadi landasan
keseimbangan masyarakat (Kahmad, 2002: 120).
Dilema agama yang kemudian dikenal sebagai Dilema Wilson
menyatakan bahwa agama mengajak kepada kebaikan, tetapi ketika
seseorang semakin yakin dengan agamanya dan keyakinanannya, maka ia
semakin kuat memberikan pembenaran agama bagi dirinya, tidak toleran
kepada orang lain dan bahkan merasa berhak mengejar-ngejar orang lain
yang tidak sepaham dengan dirinya (Kahmad, 2002: 165).
C. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
Kajian pustaka sering disebut juga dengan tinjauan pustaka. Semua jenis penelitian
harus menjelaskan tinjauan pustaka. Bagian ini menjelaskan kajian kepustakaan yang
dilakukan selama mempersiapkan atau mengumpulkan referensi sehingga, ditemukan
topik sebagai problem (permasalahan) yang terpilih dan perlu untuk dikaji melalui
penelitian skripsi/tesis/disertasi. Kajian yang relevan ini merupakan deskripsi hubungan
antara masalah yang diteliti dengan kerangka teoretik yang dipakai serta hubungannya
dengan penelitian terdahulu yang relevan. Isinya berupa rangkaian proses kegiatan
berfikir mulai dari ketertarikan atau perhatian tentang satu tema sesuai dengan
kecenderungan berbagai tema yang ada. Hasil dari tinjauan pustaka inilah yang dijadikan
dasar menentukan posisi penelitian sehingga berbeda dari penelitian sebelumnya. Di
samping itu, perlu dikemukakan pokok bahasan/permasalahan dari referensi yang dikutip
serta perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Kalimat penegasan tentang
kebaruan penelitian ini dituliskan pada akhir bagian kajian pustaka ini (Tim, 2010: 15).
Tinjauan teori atau kerangka teori itu adalah sebagai pengetahuan atau penjelasan teori
yang digunakan oleh peneliti sebagai cara untuk memahami persoalan yang akan
dipelajari dari sebuah penelitian yang dilakukan. Tinjauan pustaka digunakan sebagai
150
pembanding atas penelitian yang akan dilakukan, termasuk di dalamnya sebagai deteksi
ada tidaknya praktek plagiasi. Tinjauan pustaka dapat membedah tentang perbedaan dan
persamaan antara penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dan penelitian yang akan
dilakukan. Perbedaan dan persamaan tersebut dapat dideskripsikan mulai nama peneliti,
jenis penelitian; skripsi, tesis, disertasi, atau penelitian non kependidikan lainnya, judul,
latar belakang yang disusun, variabel pembangun, rumusan masalah, metode yang
digunakan; seperti jenis penelitian, tempat penelitian, variabel, populasi dan sampel,
subyek, obyek penelitian, teknik pengumpulan data, teknis analisis data, dan landasan
teori.
Tinjauan pustaka atau kajian pustaka berarti mempelajari kepustakaan, tetapi
bukan menunjukkan sejumlah daftar buku ataupun peraturan-peraturan dalam lembaran
negara atau lainnya. Tinjauan pustaka atau kajian pustaka berisi buku teks atau hasil
penelitian orang lain dalam bentuk buku atau jurnal yang dapat digunakan sebagai alat
untuk menjelaskan atau membandingkan terhadap rencana penelitian yang akan
dilakukan. Dengan demikian, tinjauan pustaka ini bukan memindahkan tulisan orang
lain, namun memiliki peranan penting dan membantu dalam mengungkapkan beberapa
hal antara lain, pengetahuan tentang penelitian yang berkaitan, memungkinkan
peneliti menetapkan batas-batas bidang penelitiannya. Pemahaman teori dalam suatu
bidang yang memungkinkan peneliti itu menetapkan masalah
dalam perspektifnya. Melalui pengkajian pustaka yang relevan, peneliti dapat
mengetahui prosedur dan instrumen yang sudah diteliti oleh orang lain. Studi yang
cermat terhadap bahan pustaka yang relevan dan dapat menghindarkan terjadinya
pengulangan studi sebelumnya secara tidak disengaja.
Pengkajian pustaka yang berkaitan menempatkan peneliti pada posisi yang
lebih baik untuk menafsirkan arti pentingnya hasil penelitiannya sendiri, ide-ide tentang
variabel yang dinyatakan penting dan tidak penting dalam bidang kajian yang dilakukan
oleh peneliti sesudahnya. Dengan demikian, informasi tentang kegiatan penelitian
yang dilakukan dapat diterapkan secara berarti dalam penelitian yang akan datang. Status
kegiatan dalam kajina pustaka yang berkaitan dengan kesimpulan dan hipotesis dapat
dengan jelas dinyatakan memiliki keberbedaan dalam penelitian baru yang akan
dilaksanakan. Kebermaknaan hubungan antara variable-variabel yang telah dipilih
dalam penelitian dan seberapa berbeda dengan penelitian baru yang akan dilaksanakan.
Dengan demikian, kajian pustaka atau tinjauan teori dapat dijadikan
151
sebagai dasar untuk menetapkan koteks suatu masalah dengan variasi masalah yang
diajukan. Di samping itu juga tinjauan pustaka dapat digunakan sebagai
dasar untuk menetapkan tentang pentingnya suatu masalah penelitian dengan ruang
lingkup yang berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Landasan teori merupakan seperangkat penjelasan ilmiah. Sebagai penjelasan
ilmiah, maka teori harus relevan dengan masalah yang akan dipelajari, tujuan yang akan
dicapai, dan manfaat yang akan diperoleh. Setiap sumber yang dikutip harus disertakan
sumbernya. Misalnya dengan menuliskan di akhir kalimat yang dikutip (Aisya Tsaaqiba
Ashari, 2013: 32), (Arava Izza Ashaari, 2013: 29). Penulisan terhadap nama memberikan
peluang kepada pembaca untuk melihat konsep yang dikemukakan oleh Aisya Tsaaqiba
Ashari dan Arava Izza Ahari. Dengan demikian, akan mendapatkan informasi yang
lengkap dari naskah aslinya. Jika peneliti tidak menuliskan sumber kutipan, maka dinilai
“mencuri” hasil pikiran orang lain yang tidak dibenarkan dalam kode etik ilmiah.
Mengutip pendapat yang tidak relevan menandai bahwa peneliti memiliki kelemahan
logika dan kepekaan ilmiahnya. Dengan demikian, tinjauan pustaka disusun guna
memberikan kepastian ilmiah terhadap permasalahan yang disusun. Demikian juga
dengan landasan teori yang disusun untuk mendukung kepastian ilmiah tersebut dapat
berupa konsep pembenaran terhadap situasi yang sedang berjalan atau justru menolak
terhadap konsep lama berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan. Pada kategori
terakhir ini, maka konsep baru yang hendak disusun terhadap kesetimbangan dengan
permasalahan yang ada dibangun dan dipersiapkan untuk memberikan kerangka alternatif
yang lebih rasional-demokratis. Dengan demikian, hubungan antara masalah dan landasan
teori adalah hubungan kausalitet dan sebagai pendukung atas jawaban-jawaban terhadap
permasalahan yang dikemukakan serta menjadi dasar pijakan dalam melaksanakan
pengambilan keputusan, dan penyusunan kesimpulan akhir penelitian.
D. Kerangka Berfikir dengan Landasan Teori
Kerangka berfikir merupakan alur logika yang dapat dijadikan sebagai dasar
ditemukannya sebuah masalah dalam penelitian. Membuat alur tersebut harus
berdasarkan dengan teori yang dapat dipertanggung jawabkan. Menghubungkan logika-
logika dalam kerangka berfikir ini tidak harus semua teori yang ada dimasukkan, tetapi
hanya teori yang kuat dan relevan dengan penelitian yang dilakukan. Teori-teori yang
dinilai sebagai pendukung cukup dimasukkan dalam landasan teori. Dengan demikian,
kerangka berfikir dapat membantu orang lain untuk mengetahui beberapa hal yang ada
152
dalam alur penelitian yang akan dilakukan. Permasalahan yang ada dalam latar belakang
dapat dipahami sesuai dengan fenomena yang ada dan dukungan teori yang dapat dinilai
kebenarannya. Untuk melihat interkorelasi antara fenomena dengan teori yang ada dapat
dibuat sebuah bagan alur secara jelas dan singkat dengan menguraikan variabel dan
indikator‐indikator, sehingga penelitian memiliki alur yang jelas.
E. Daftar Pustaka
1. Arti
Daftar pustaka berisi sumber-sumber tertulis yang dikutip dan digunakan dalam
penulisan karya tulis ilmiah, karena itu sumber tertulis lain yang tidak dikutip
meskipun pernah dibaca penulis dalam kaitannya dengan penulisan karya tulis ilmiah
tidak perlu dimasukkan dalam daftar pustaka. Penulisan pustaka disusun menurut
abjad dari nama penulisnya dan nama keluarga harus ditulis lebih dahulu tanpa
menyertakan gelar.
2. Penulisan Daftar Pustaka
Daftar pustaka yang ditulis harus sesuai dengan bahan pustaka yang dirujuk
dalam naskah penelitian yang ada. Jadi, semua bahan pustaka yang dikutip dalam teks
skripsi/tesis/disertasi, maupun penelitian lain baik secara langsung ataupun tidak
langsung harus ditulis dalam daftar pustaka. Bahan pustaka yang dibaca dan telah
menjadi kekayaan ilmu secara pribadi tetapi tidak dikutip dalam teks
skripsi/tesis/disertasi tidak perlu dicantumkan dalam daftar pustaka (Tim, 2008: 71).
Daftar pustaka ini kemudian disusun menurut urutan abjad dari nama famili
pengarangnya dan diletakkan dalam bab tersendiri yang biasanya diletakkan di bagian
belakang karangan. Sumber tulisan (pustaka) yang menggunakan lebih dari satu baris
diketik satu spasi dengan menjorok ke dalam sejauh 0,5 inchi untuk baris ke dua dan
seterusnya, sedangkan jarak antar pustaka diketik dengan dua spasi dan diawali pada
margin kiri.

153
BAB IX
MENYUSUN ABSTRAK
A. Prawacana
Abstrak merupakan representasi ringkas dan akurat dari isi sebuah dokumen hasil
penelitian. Abstrak memiliki nilai kemanfaatan yang besar terhadap efektivitas pembaca
untuk dapat memahami isi dari sebuah karya ilmiah. Beberapa perguruan tinggi atau
lembaga penelitian pembuatan indeks penelitian dilihat berdasarkan pada penyusunan
abstrak. Demikian juga dengan jurnal hasil penelitian yang ada biasanya hanya memuat
kumpulan abstrak saja.
Beberapa tahun sebelumnya abstrak masih sangat jarang ditemukan pada laporan
penulisan karya ilmiah. Hal ini mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta seni masih sangat terbatas untuk mendapatkan apresiasi yang memadai
dilihat dari sisi publikasi. Di samping itu, dinamika masyarakat masih memungkinkan
orang untuk membaca laporan karya ilmiah secara keseluruhan. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta seni, dapat mengubah sebuah tuntutan kebutuhan.
Kebutuhan seseorang untuk mendapatkan informasi secara cepat menjadi tuntutan yang
harus segera dipenuhi. Sebuah hasil penelitian yang sudah sangat bervariasi dengan
berbagai disiplin ilmu, memungkinkan untuk didokumentasikan dalam bentuk indeks
hasil penelitian.
B. Abstrak
1. Pengertian Abstrak
Abstrak ialah deskripsi singkat atau kondensasi suatu karangan (Brorowidjoyo,
2010: 131). Abstrak/Abstract merupakan ikhtisar suatu tugas akhir yang memuat
permasalahan, tujuan, metode penelitian, hasil, dan kesimpulan. Abstrak dibuat untuk
memudahkan pembaca mengerti secara cepat isi tugas akhir untuk memutuskan
apakah perlu membaca lebih lanjut atau tidak (Keputusan Rektor UI nomor
628/SK/R/UI/2008).
2. Istilah lain Abstrak
Istilah lain yang kira-kira artinya identik dengan abstrak antara lain ikhtisar,
sinopsis, kependekan (Brorowidjoyo, 2010: 131).
a. Ikhtisar (epitoma) dari bahasa Grik: epitome-potongan pendek,
Ikhtisar/epitoma itu berbeda sedikit artinya dari abstrak. Istilah ini jarang
dipakai dalam karya tulis ilmiah. Ikhtisar artinya ialah kependekan dari naskah
asli, ikhtisar biasanya memuat pernyataan tentang hal-hal pokok yang dimuat

154
dalam sebuah buku atau laporan. Menulis epitoma, di samping manghilangkan
bagian-bagian kalimat yang kurang penting juga mengubah dan meringkaskan
susunan pokok kalimat dari karangan aslinya.
b. Sinopsis:
Sinopsis merupakan sebuah susunan sistematik tentang hal-hal pokok,
mungkin dalam bentuk kerangka kalimat. Sinopsis dapat secara sepintas lalu dapat
dimengerti oleh pembaca tentang isi karangan tersebut. Sinopsis berupa
pandangan umum secara singkat dan karangan asli tanpa mengubah susunannya.
c. Kependekan (abridgement)
Kependekan (abridgement) adalah bentuk singkat naskah asli. Kependekan
itu berupa reduksi kalimat dari karangan asli. Karangan yang terlalu banyak
memuat hal-hal yang mendetail itu dipadatkan, yaitu membuang bagian-bagian
yang kurang penting, sedang isi pokok tetap tidak diubah, demikian pula susunan
pokok karangan tetap.
3. Jenis Abstrak
Tiga macam abstrak yang dapat diketahui antara lain abstrak informatif,
indikatif dan abstrak informatif-indikatif (Surtiarti, 2010):
a. Abstrak Informatif
Abstrak informatif menyajikan sebanyak mungkin informasi, baik
kuantitatif maupun kualitatif, yang dikandung dokumen. Abstrak informatif
dibuat untuk meringkas hasil eksperimen dan dokumen bertema tunggal.
b. Abstrak Indikatif
Abstrak indikatif merupakan panduan deskriptif untuk menengarai tipe
dokumen, pokok-pokok utama yang dibahas, dan cara memperlakukan fakta.
Abstrak indikatif biasanya meringkas ulasan panjang lebar, tinjauan pustaka, dan
monografi.
c. Abstrak Informatif-indikatif
Abstrak informatif-indikatif merupakan informasi yang terbatas pada
unsur utama dokumen ditambah dengan petunjuk mengenai aspek lain. Abstrak
campuran ini dibuat jika ada batasan panjang abstrak dan tipe dan gaya dokumen
mengharuskan peringkasan dengan abstrak jenis ini.
Menurut (Brorowidjoyo, 2010: 135), umumnya abstrak memiliki dua bentuk
yaitu, abstrak deskriptif dan abstrak informatif. Abstrak deskriptif yaitu suatu abstrak
yang melukisnakn naskah atau lapooran dan apa yang dibicarakan. Sering abstrak ini
155
berbenuk suatu epitoma yang mungkin terbagi ke dalam bagian-bagiannya. Cara
melukiskan naskah itu bersifat deskriptif, maka abstrak ini disebut sebagai abstrak
deskriptif. Abstrak informatif merupakan suatu ringkasan dan memuat hal-hal pokok
asli artikel. Oleh karena bersifat informatif, maka abstrak ini berupa kependekan dari
naskah asli. Abstrak informatif itu biasanya agak panjang dan memuat hal-hal pokok
beserta uraian singkat dan kesimpulan-kesimpulannya. Meskipun demikian, kedua
jenis abstrak itu seringkali dipakai secara kombinasi oleh penulis abstrak.
4. Manfaat Abstrak
Menurut (Brotowidjoyo, 2010: 131), abstrak adalah sebagai berikut:
a. Apabila abstrak itu terbit bersama-sama dengan naskah asli, atau laporan, maka
abstrak itu berfungsi sebagai ‘petunjuk depan’) bagi pembaca tentang isi
karangan. Mengetahui isi karangan pembaca dapat menenetukan secara cepat
apakah ia perlu atau harus membaca seluruh artikel atau hasil penelitian. Bagi
pembaca yang hanya berkeinginan untuk membaca hasil penelitian atau isi naskah
cukup dengan membaca abstraknya saja.
b. Apabila pembaca senang untuk mengkoleksi abstrak untuk kepentingan
penyusunan indeks hasil penelitian atau karangan, maka abstrak dapat
menunjukkan beberapa hasil penelitian atau karangan yang sudah ada.
c. Apabila abstrak dikumpulkan dalam majalah berkala, maka majalah itu dapat
digunakan sebagai informasi tentang penelitian atau karangan yang sudah pernah
dikoleksi.
Manfaat abstrak bagi pembaca antara lain dapat menengarai secara cepat dan
akurat isi pokok sebuah dokumen untuk menentukan kegayutannya dengan
kepentingan mereka sehingga dapat memutuskan untuk membaca atau tidak
membaca.
5. Menulis Abstrak
Dalam menulis abstrak, kita mengiktui kompromi antara mengatakan segala
sesuatu yang kita anggap harus dikatakan dan mengusahakan agar sesingkat-
singkatnya seperti yang diharuskan kepada kita. Walaupun abstrak iru dapat bersifat
semata-mata deskriptif atau semata-mata informatif, namun biasanya abstrsk itu
bersifat
6. Isi Abstrak
Secara rinci, abstrak merupakan ringkasan/rangkuman isi naskah, bersifat
informatif, berdiri sendiri satu alinea, tanpa tabel, rumus, gambar dan acuan pustaka,
156
menarik, serta mengandung informasi yang menimbulkan minat pembaca untuk
membaca keseluruhan naskah. Surtiati (2010) menulis abstrak bukanlah menyalin
kalimat-kalimat dari artikel, melainkan menyusun tulisan runtut dan padu yang berisi
tujuan penelitian, metode penelitian (pengumpulan dan analisis data), hasil dan
simpulan penelitian. Panjang abstrak artikel antara 100 dan 150 kata bergantung pada
panjang artikel. Sementara itu, abstrak monografi, tesis, disertasi dapat mencapai 400
kata asalkan tertera pada satu halaman saja. Abstrak setidaknya memuat tujuan dari
penelitian, cara melakukan penelitian (metode ilmiah yang digunakan), hasil yang
diperoleh dan hal-hal yang menonjol dari hasil penelitian.
Pendahuluan memuat latar belakang singkat dari kekhasan dan keunikan dari
peenelitian yang dilakukan. Pendahuluan sebagai kalimat pengantar hendaknya dapat
mengantarkan pembaca kepada pemahaman ke mana arah penelitian. Oleh karena itu,
pendahuluan idealnya memuat masalah penelitian, arti penting masalah, dan
solusi/pendekatan pemecahan masalah sehingga penelitian itu sangat perlu dan atau
mendesak untuk dilakukan. Metode penelitian menguraikan prosedur ilmiah yang
digunakan, alat dan bahan penelitian, dan langkah-langkah penelitian secara garis
besarnya terhadap penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian menyampaikan uraian
tentang hasil yang diperoleh sebagai jawaban dari rumusan masalah yang diajukan.
Hasil penelitian tidak menampilkan tabel, gambar atau data statistik yang rinci tetapi
hasil akhir sebagai temuan dari penelitian yang dilakukan. Pembahasan
menyampaikan makna hasil-hasil penelitian, bukan mengulang penyampaian
hasil/fakta penelitian.
Abstrak tersusun tidak lebih dari 200-250 kata dengan spasi tunggal tidak lebih
dari dua lembar. Bahasa yang digunakan minimal bahasa Indonesia dan Inggris dan
berlaku sebaliknya untuk karya tulis dalam bahasa Inggris. Apabila karya
tulis/penelitian dari fakultas non bahasa Asing, maka menggunakan bahasa Indonesia
dan Inggris, tetapi apabila dari fakultas bahasa Jepang, Jerman dan lainnya minimal
menggunakan bahasa fakultas tersebut dan bahasa Indonesia serta Inggris, demikian
seterusnya berlaku sesuai dengan ketentuan universitas yang ada.
Penulisannya diawali dengan nama peneliti ditulis dengan huruf kapital, tahun
pengesahan, judul karya tulis, jenis karya tulis (seperti skripsi, tesis, dan disertasi),
nama kota, nama lembaga, nama jurusan, dan nama pembimbing (untuk skripsi dan
tesis) dan nama promotor dan co promotor (untuk disertasi).

157
Abstrak juga dilengkapi dengan kata kunci atau key words biasanya terletak di
bawah abstrak. Penulisan key words ditulis paling sedikit tiga kata kunci atau yang
relevan dengan isi karya tulis atau di bawah identitas karya tulis. Kata kunci atau key
words harus benar-benar merupakan kata kunci dari isi makalah yang dibahas,
berguna untuk pembuatan indeks atau data base. Contoh kata kunci prestasi belajar
dan motivasi belajar, kompetensi guru dan prestasi belajar, kedisiplinan dan perilaku
beragama, metode demonstrasi dan prestasi belajar, kewibawaan guru dan percaya
diri anak, dan lain sebagainya.
Teks abstrak disajikan secara padat intisari skripsi yang mencakup latar
belakang, masalah yang diteliti, metode yang digunakan, hasil-hasil yang diperoleh,
kesimpulan yang dapat ditarik, dan (kalau ada) saran yang diajukan (STAIN Salatiga,
2008: 13). Surtiati (2010) memberikan ketentuan isi abstrak yang lazim meliputi
tujuan, metode, hasil, dan kesimpulan yang disajikan dalam dokumen asal. Tujuan
mencakupi sasaran-sasaran utama dan lingkup kajian atau bahasan. Metodologi
mencakupi teknik atau ancangan yang diuraikan sekadarnya untuk membantu
pemahaman. Pada abstrak noneksperimen, metodologi meliputi juga sumber data dan
pengolahan data. Hasil mencakupi temuan (findings dan discoveries). Jika temuan
telalu banyak, pilih temuan baru (berkontradiksi dengan temuan lama, merevisi
temuan lama), temuan yang bernilai jangka panjang, temuan yang berguna untuk
menyelesaikan masalah praktis. Fakta harus dibedakan dari dugaan (unsur hipotetis).
Abstrak kuantitatif harus menyatakan batas dan akurasi keandalan serta rentang
validasi. Kesimpulan mencakupi implikasi dari hasil, khususnya hubungan implikasi
dengan tujuan penelitian atau tujuan pembahasan.
7. Teknik Penulisan Abstrak
Kata abstrak ditulis di tengah halaman dengan huruf kapital, simetris di batas
atas bidang pengetikan dan tanpa tanda titik. Nama penulis diketik dengan jarak 2
spasi dari kata (abstrak), di tepi kiri dengan urutan nama akhir diikuti koma, nama
awal, nama tengah (jika ada) diakhiri titik. Tahun lulus ditulis setelah nama, diakhiri
dengan titik, judul dicetak miring dan diketik dengan huruf kecil (kecuali huruf-huruf
pertama dari setiap kata) dan diakhiri dengan titik. Kata skripsi ditulis setelah judul
dan diakhiri dengan koma, diikuti dengan nama jurusan dan program studi (tidak
boleh disingkat), nama Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri diakhiri dengan titik.
Kemudian, dicantumkan nama dosen pembimbing 1 dan II lengkap dengan gelar
akademiknya (STAIN Salatiga, 2008: 13)
158
Panjang (maksimal) abstrak
1. 100 kata: abstrak makalah, artikel jurnal.
2. 250 kata: abstrak monografi, makalah panjang.
3. 500 kata: laporan penelitian, tesis, disertasi. Usahakan agar abstrak tertera pada
satu halaman saja.
8. Gaya Penulisan Abstrak
Abstrak diawali dengan kalimat topik kecuali jika judul sudah mengandung
topik penelitian/bahasan. Abstrak pendek ditulis dalam satu paragraf, abstrak panjang
lebih dari satu paragraf. Abstrak sedapatnya menggunakan kalimat aktif. Jika terpaksa
menggunakan kalimat pasif, pelengkap pelakunya harus disebutkan. Abstrak
menggunakan peristilahan baku di bidangnya. Oleh karena itu, abstrak sering disertai
sederet kata kunci.
9. Contoh Penulisan Abstrak Penelitian

ABSTRAK

MASLIKHAH: Pemikiran Pendidikan R.A Kartini Ditinjau dari Konsep Pendidikan


Islam. Skripsi. Sarjana Tarbiyah IAIN Walisongo Di Salatiga, 1994. Dr. Muh.Zuhri,
MA dan Drs. Imam Sutomo, M.Ag.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran pendidikan R.A Kartini


dalam memajukan kaum dan bangsanya mencapai perempuan Bumi Putera yang maju
dan untuk mengetahui pemikiran pendidikan R.A Kartini ditinjau dari konsep
pendidikan Islam.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskripsi
sejarah (history description) dengan pendekatan perpustakaan (library research).
Metode analisis data yang digunakan adalah metode sintesis, deduktif, dan induktif.
Hasil penelitian antara lain; R.A Kartini memiliki gagasan dalam pendidikan
untuk perempuan Bumi Putera yang maju dalam bentuk dokumen yang disebut
dengan NOTA Kartini. Nota Kartini tersebut diberi judul Berilah Pendidikan Kepada
Bangsa Jawa. Pokok-pokok pemikiran pendidikan R.A Kartini antara lain; pendidikan
wanita dipandang sangat penting sebagai soko guru peradaban, keterbatasan yang ada
menuntut untuk mengutamakan pendidikan yang diawali dengan pendidikan bagi
golongan bangasawan tingkat tinggi dengan harapan dapat dengan cepat
memancarkan hikmah kepada rakyat, tujuan pendidikan yang jelas yaitu untuk
mengangkat harkat dan martabat bangsa dengan mengutamakan pendidikan moral di
samping pendidikan pengetahuan dan keterampilan, untuk mencapai pendidikan yang
hakiki tanggung jawab pendidikan ada di sekolah, keluarga, dan masyarakat yang
saling mendukung dalam mencapai inti pendidikan Islam, peningkatan pendidikan
harus diupayakan oleh guru yang memiliki kompetensi yang bertanggung jawab,
sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, dan teknik pengajaran yang edukatif,
proses pendidikan tanpa ada misi tertentu (agama, budaya, dan politik) yang
dipaksakan, pendidikan kejuruan dan keterampilan bagi perempuan Bumi Putera,
159
dibukanya lapangan baru bagi kaum terpelajar, adanya kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, adanya kesempatan kepada
perempuan untuk mengabdikan ilmu dan keterampilan yang telah dimiliki sebagai
bukti dharma dan bhaktinya kepada bumi pertiwi. Pemikiran pendidikan R.A Kartini
dalam perspektif Islam dalam merintis pendidikan bagi perempuan Bumi Putera tidak
pernah mengingkari fitroh manusia, bahkan untuk mengangkat fitroh manusia untuk
berkarya dan mengabdikan kepada sesama manusia.

Key words: Pemikiran Pendidikan R.A. Kartini Tinjauan dalam Pendidikan


Islam

ABSTRAK
MASLIKHAH, 2012. Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Program Sekolah Peduli
dan Berbudaya Lingkungan (Sebuah Implementasi Undang-undang No 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup). Program Doktor Ilmu
Lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian tidak dipublikasikan.
Pembimbing dan Dosen Pengampu Dr. I GUSTI AYU KETUT RACHMI H, SH.
MM.

Penelitian ini untuk mengungkap tentang keresahan tentang pelaksanaan


pendidikan lingkungan hidup di sekolah hubungannnya dengan penghargaan sekolah
Adiwiyata terhadap implementasi undang-undang no 32/2009 tentang perlindudngan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Rumusan yang diajukan antara lain Bagaimana
sekolah melakukan pengembangan kebijakan peduli dan berbudaya lingkungan?,
Bagaimana pengembangan kurikulum berbasis lingkungan?, Bagaimana
pengembangan kegiatan lingkungan berbasis masyarakat?, Bagaimana pengembangan
dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan berbudaya lingkungan?,
Bagaimana upaya sekolah untuk mendapatkan penghargaan adiwiyata Madya
dan/atau Kencana?.
Metode yang digunakan antara lain dengan pendekatan metode penelitian
adalah penelitian kualitatif. Subyek penelitian adalah pelaksana program Adiwiyata
pratama di SMA N 2 Temanggung yang teridiri dari unsur kepala sekolah, wakil
kepala sekolah bidang Kurikulum, ketua pelaksana program Adiwiyata, dan guru
mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Lokasi penelitian pada SMA N 2
Temanggung Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011.
Teknik pengambilan data dengan menggunakan sampel. Sampel penelitian diambil
berdasar prinsip purposiveness yaitu dengan mengambil sekolah penerima
penghargaan Adiwiyata Pratama di SMA N 2 Temanggung Jawa Tengah. Teknik
pengambilan data melalui wawancara semi terstruktur dan wawancara mendalam (in-
depth). Wawancara semi terstruktur untuk mengungkap tentang pengembangan
kebijakan peduli dan berbudaya lingkungan, pengembangan kurikulum berbasis
lingkungan, pengembangan kegiatan lingkungan berbasis masyarakat, pengembangan
dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan berbudaya lingkungan.
Sedangkan wawancara mendalam untuk mengetahui upaya-upaya yang akan
dilakukan untuk memperoleh penghargaan Adiwiyata tahun kedua dan/atau
Adiwiyata Kencana, serta mempersiapkan untuk mendapatkan adiwiyata Mandiri.
Kegiatan analisis data antara lain dengan preparing the data for analysis, exploring
the data, representing the data analysis, and validating the data. Data naratif akan

160
dianalisis dengan pendekatan kualitatif di mana data yang terhimpun dikoding,
diorganisir, direduksi menjadi tema-tema. Teknik analisis data yang digunakan adalah
interpretasi, deduksi, induksi, indepth analysis. Instrumen Pengukuran tentang
pengembangan kebijakan peduli dan berbudaya lingkungan, pengembangan
kurikulum berbasis lingkungan, pengembangan kegiatan lingkungan berbasis
masyarakat, pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan
berbudaya lingkungan dan upaya-upaya yang akan dilakukan untuk memperoleh
penghargaan Adiwiyata Kencana. Pengecekan keabsahan data dengan derajat
kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan
(dependability), dan kepastian (confirmability).
Kesimpulan kebijakan peduli dan berbudaya lingkungan, pengembangan
kurikulum berbasis lingkungan, pengembangan kegiatan lingkungan berbasis
masyarakat, pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan
berbudaya lingkungan melalaui program sekolah peduli dan berbudaya lingkungan
mengarah pada implementasi undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

ABSTRAK
MASLIKHAH, 2012. Local Genious untuk Membangun Pendidikan Berwawasan
Lingkungan di Lembaga Pendidikan Dasar 6 Pattaya Thailand. Program Doktor Ilmu
Lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian Mandiri tidak
dipublikasikan. Dosen Pengampu Prof. Dr. Totok Gunawan, MS.

Key words: Local Genious, Pendidikan Berwawasan Lingkungan

Lembaga pendidikan di Indonesia masih dalam proses membangun kognitif dan


afektif siswa terhadap kepedulian lingkungan. Padahal, lingkungan dengan berbagai
karakter dan problematikanya tidak cukup dipahamkan dengan domain kognitif dan
afektif belaka. Siswa dengan kemampuan sesuai umurnya mampu untuk membantu
memecahkan permasalahan lokal, regional, nasional, dan bahkan internasional dalam
bidang lingkungan hidup. Pendidikan lingkungan yang ada di Indonesia sering kali
masih dalam dataran kognitif dan afektif belaka. Pendidikan Sekolah Dasar 6 Pattaya
Thailand membangun local genious pendidikan yang berwawasan lingkungan sampai
pada dataran psikomotor. Rumusan penelitian adalah bagaimana Visi dan Misi
Lembaga Pendidikan Dasar 6 Pattaya Thailand?, Bagaimana cara membangun local
genious untuk peduli terhadap lingkungan di Lembaga Pendidikan Dasar 6 Pattaya
Thailand?, Bagaimana kepedulian sekolah terhadap pengelolaan sampah sekolah dan
sampah rumah tangga di lembaga Pendidikan Dasar 6 Pattaya Thailand?
Metode yang digunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif. Subyek
penelitian adalah guru dan kepala sekolah di Lembaga Pendidikan Dasar 6 Pattaya
Thailand. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 26 s.d 31 Januari 2011. Teknik
pengambilan data dengan menggunakan sampel. Sampel penelitian diambil berdasar
prinsip purposiveness yaitu dengan mengambil sekolah Proyek Pendidikan
Berwawasan Lingkungan. Teknik pengambilan data melalui wawancara semi
terstruktur dan wawancara mendalam (in-depth) yang dibantu oleh seorang guide.
Wawancara semi terstruktur untuk mengungkap tentang visi dan misi, local genious
untuk membangu pendidikan berwawasan lingkungan, dan kepedulian sekolah dalam

161
mengelola sampah sekolah dan barang bekas. Teknik analisis data yang digunakan
adalah interpretasi, deduksi, induksi, indepth analysis. Instrumen Pengukuran tentang
visi dan misi, local genious untu membangun pendidikan berwawasan lingkungan,
serta kepedulian dalam mengelola sampah sekolah dan barang-barang bekas rumah
tangga yang dikirim ke sekolah. Pengecekan Keabsahan Data dengan derajat
kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan
(dependability), dan kepastian (confirmability).
Hasil penelitian menyatakan bahwa visi dan misi yang dibangun memberikan
pencitraan terhadap kepedulian lingkungan, local genious untuk membangun
pendidikan berwawasan lingkungan melalui gerakan ekonomi mandiri, gerakan hemat
air, gerakan hemat energi, gerakan bersih lingkungan. Pengelolaan sampah sekolah
antara lain diawali dengan kondisioning, insight dan pemahaman. Gerakan
pengelolaan sampah dengan mengumpulkan sampah sekolah dan barang bekas dari
rumah untuk di kelola bersama dengan siswa untuk menjadi barang-barang yang
diperlukan siswa dan sekolah. Toko sekolah sudah dipersiapkan untuk melayani
penukaran barang-barang bekas yang telah dikirimkan oleh orang tua melalui siswa.
Siswa dapat menukar point yang dimiliki sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
peralatan sekolah bagi siswa.
Manfaat penelitian ini menemukan local genious untuk membangun Pendidikan
berwawasan Lingkungan pada lembaga pendidikan dasar 6 Pattaya Thailand terhadap
kepedulian lingkungan. Menemukan model pengelolaan sampah sekolah dan sampah
rumah tangga berupa barang bekas, serta membangun paradigma local genious di
sekolah dasar dan menengah di Indonesia.

162
BAB X
PLAGIARISME

A. Prawacana
Plagiat (penjiplakan) sering terdengar tidak saja di lingkungan perguruan tinggi,
tetapi, dan bahkan di media massa. Plagiat atau penjiplakan adalah pengambilan
karangan, pendapat, dan sebagainya orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan
pendapatnya sendiri. Plagiat merupakan pelanggaran etika akademis sedangkan
plagiarisme merupakan tindak pidana karena mengambil hak cipta orang lain atas
kekayaan intelektual. Sebagai peneliti, penulis, atau penyunting naskah karya ilmiah akan
menghadapi risiko jika ternyata artikel yang ditulis atau disunting merupakan jiplakan.
Untuk menghindari plagiasi, maka harus memberikan penghargaan, pengakuan kepada
peneliti terdahulu dengan cara memberikan tanda citasi pada sebagian atau beberapa
kutipan. Di samping itu, dalam penulisan karya ilmiah murni harus diikuti dengan surat
pernyataan bahwa hasil karyanya merupakan karya asli, dan pengutipan pada bagian-
bagiannya ditandai dengan citasi. Hal ini juga dipaparkan dalam jurnal Syed Syahabuddin
(2009: 353)
Plagiarism sometimes creates legal and ethical problems for students and
faculty. It can have serious consequences. Fortunately, there are ways to stop
plagiarism. There are many tools available to detect plagiarism, e.g. using software
for detecting submitted articles. Also, there are many ways to punish a plagiarist, e.g.
banning plagiarists from submitting future articles for publication. In addition,
scholarly journals should clearly state their policies regarding plagiarism and
require authors to sign a statement indicating that their articles meet the
requirements of original work. The viewers should be supported by the journal’s
board and editors when they report any occurrence of plagiarism.

Baberapa alasan mengapa sebagai seorang peneliti, penulis, atau penyunting


naskah karya ilmiah tidak dibenarkan melakukan plagiasi. Tulisan merupakan karya
pribadi, sehingga merupakan gagasan sendiri, bukan gagasan orang lain. Dengan
demikian, gagasan orang lain yang dikutip tanpa memberikan tanda citasi termasuk
kategori tindakan tidak jujur. Di samping itu plagiat akan menghambat upaya intelektual
untuk menuju kebenaran dan mengendurkan semangat untuk berinovasi dan produktif
dalam kerja ilmiah. Dari segi kewajiban etis, plagiat merupakan pelanggaran hak milik,
padahal hak milik merupakan satu di antara hak asasi manusia. Selain itu, plagiat tidak
adil karena seseorang yang tidak mengupayakannya, justru dia yang menuai hasilnya.
Ibarat pribahasa diungkapkan siapa yang menanam, dialah yang menuai menjadi
163
terbantahkan. Plagiasi merupakan kebalikan dari pribahasa itu, bahwa seseorang yang
tidak menanam, justru yang memakan buahnya.
Berbeda karena unsur ketidaktahuan yang dimiliki oleh kebanyakan orang
Indonesia, atau karena super permissive menjadikan plagiasi secara kultural dimaafkan.
Hal ini menjadikan masyarakat akademis kurang mendapatkan tempat untuk memperoleh
lindungan hukum atas plagiasi yang dilakukan oleh orang lain. Sebagaimana dipaparkan
oleh (Syahabuddin, 2002: 185).
An analogous rule should apply in the context of plagiarism. A writer who fails
to give credit to his sources as a result of ignorance or mistake about the rules of
attribution should be regarded as having no defense. Allowing a plagiarist to argue
that he was unfamiliar with the rules of attribution themselves would seem to
encourage ignorance of such rules and lead to confusion and uncertainty in the
community generally, just as ignorance of the law is said to do in the broader context.

Munculnya teknologi informasi melalui internet cukup memberikan peluang


terjadinya plagiasi di kalangan akademisi. Sebagaimana diungkapkan oleh Joseph
M.Kizza (2009: 7)
Academicians and researchers at every level are submitting works verbatim,
most of such works downloaded from the internet and falsifying and sexing up data.
This article is part II in our two part series of articles discussing academic
dishonesty. In this part we continue our discussion academic dishonesty but this time
focusing on academicians and other researchers highlighting how the internet has
impacted these practices, the efforts being made to curb them and the effects they are
having on society.

B. Mengutip Tanpa Menjiplak


Bagian dari proses penulisan ilmiah sering peneliti mengutip dengan cara
menukilkan bagian-bagian penting, meringkas, mengikhtisarkan, dan mensitesakan
gagasan yang diperoleh dari pelbagai sumber acuan. Misal, penulis dan/atau peneliti
membaca sebuah artikel ilmiah dan menemukan informasi tertentu yang berguna bagi
penelitian. Maka, penulis dan/atau peneliti membuat ikhtisar dari artikel itu. Ketika
melaporkan hasil penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah (skripsi, tesis, disertasi, makalah
seminar, artikel jurnal, atau laporan penelitian), penulis dan/atau peneliti menyisipkan
ikhtisar itu sebagai pendukung bahasannya. Sisipan itulah yang disebut kutipan tidak
langsung.
Mengutip baik langsung ataupun tidak langsung merupakan satu bagian dari proses
penulisan artikel maupun membaut laporan hasil penelitian sebagai tugas lain dari dosen.
Melaksanakan tugas lain sebagai pengajar dan pengabdian masyarakat, maka dosen
164
melakukan penelitian dan menulis artikel untuk jurnal ilmiah. Maka, kemampuan
menyusun sintesis merupakan modal penting sebagai bagian dari keterampilan meneliti
dan menulis artikel. Hal yang dapat diperhatikan bagi peneliti dan penulis artikel antara
lain ketika menyusun usulan penelitian. Seorang peneliti harus mensintesakan berbagai
gagasan yang diperoleh dari tinjauan pustaka sebagai dasar pokok teori yang digunakan.
Misal penulis dan/atau peneliti membuat sintesis dalam bentuk kerangka pikir yang
didasari pada keterhubungan antar teori yang ada. Selain itu, ketika menganalisis data,
penulis dan/atau peneliti harus mampu menyintesiskan berbagai variabel yang melandasi
temuan lapangan untuk menafsirkan data dan memperoleh temuan penelitian. Variabel
yang ada juga hendaknya didukung oleh teori yang sudah ada. Terakhir, penulis dan/atau
peneliti akan menyimpulkan seluruh bahasannya, artinya peneliti juga menyusun sintesis.
Penjelasan tentang ringkasan, ikhtisar, dan sintesis dapat dicermati dalam keterangan di
bawah ini:
1. Prosedur Mengutip
a. Ringkasan
1) Definisi
Rangkuman atau ringkasan merupakan hasil kegiatan merangkum.
Rangkuman dapat diartikan sebagai suatu hasil merangkum atau meringkas
suatu tulisan atau pembicaraan menjadi suatu uraian yang lebih singkat
dengan perbandingan secara proporsional antara bagian yang dirangkum
dengan rangkumannya. Rangkuman dapat pula diartikan sebagai hasil
merangkai atau menyatukan pokok-pokok pembicaraan atau tulisan yang
terpencar dalam bentuk pokok-pokoknya saja (http://situsbahasa.info.diakses
tanggal 8 Maret 2012).
Ringkasan merupakan suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu
karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat. Walaupun bentuknya
ringkas, namun ringkasan itu tetap mempertahankan pikiran pengarang dan
pendekatannya yang asli. Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu
karangan asli tetapi dengan tetap mempertahankan urutan isi dan sudut
pandang pengarang asli sedangkan perbandingan bagian atau bab dari
karangan yang asli secara proporsional tetap dipertahankan dalam bentuk
yang singkat (www.scrib.com/doc. diakses tanggal 8 Maret 2012). Dengan

165
demikian, ikhtisar merupakan rangkuman gagasan yang dianggap penting
oleh penyusun yang digalinya dari sebuah tulisan orang lain.
Dengan demikian, ringkasan merupakan sari sebuah tulisan tanpa
hiasan. Artinya, banyak bagian yang dihilangkan sehingga ringkasan
lazimnya hanya memuat 25 persen dari seluruh informasi yang terdapat dalam
teks asli. Biasanya bagian-baagian yang dihilangkan antara lain keindahan
gaya bahasa, ilustrasi/contoh, dan perincian.
Membuat ringkasan hendaknya penulis mampu membuat ringkasan
dengan kalimat sendiri sehingga karangan yang panjang menjadi lebih
singkat, kalimat yang membingungkan dapat lebih mudah dipahami.
Meskipun demikian, dalam membuat ringkasan tetap mengikuti alur pikiran
dan rancangan pengarang, tidak menghadirkan pandangan-pandangan baru
dari kalimat yang sudah dibuat oleh penulisnya.
2) Langkah Membuat Ringkasan
Langkah membuat ringkasan dapat dipandu dengan cara berikut ini:
a) Membaca tulisan beberapa kali sehingga dapat dipahami ide pokoknya.
Perangkum harus membaca uraian asli pengarang sampai memperoleh
gambaran atau kesan umum dan sudut pandang pengarang. Pembacaan
hendaklah dilakukan secara saksama dan diulang sampai dua atau tiga kali
untuk dapat memahami isi bacaan secara utuh. Penulis dapat membuat
catatan atau memberi tanda tertentu pada bagian-bagian penting dalam
bacaan yang akan diikhtisarkan ketika membaca.
b) Mencatat gagasan utama dari setiap paragraf. Setiap uraian dalam satu
paragraf perlu dicatat gagasan utamanya sehingga jelas ditemukan gagasan
utamanya dengan menggunakan bahasa perangkum sendiri. Hanya saja,
apabila perangkum merasa ada yang kurang sesuai dan ada kalimat yang
kurang koheren bisa ditambahkan sebagai bagian untuk menjelaskan
sehingga menjadi koheren. Perangkum perlu menulis kembali hasil
rangkumannya berdasarkan hasil perbaikan dan memastikan bahwa
rangkuman yang dihasilkan lebih pendek dibanding dengan bacaan yang
dirangkum. Hal yang juga harus mendapat perhatian dari penulis
rangkuman adalah tidak memberikan penafsiran baru terhadap suatu
pengertian yang diuraikan oleh pengarang asli. Selain itu, perangkum tidak
166
boleh memasukkan hasil pemikirannya sendiri ke dalam rangkuman sebab
akan mengaburkan pengertian gagasan yang diungkapkan oleh pengarang
asli.
c) Memilih di antara ringkasan paragraf tentang gagasan utama. Kegiatan
merangkum sebenarnya tidak hanya dapat dilakukan dengan
menggabungkan setiap kalimat utama dalam setiap paragraf. Kegiatan
merangkum dapat pula dilakukan dengan mencari ide pokok dalam setiap
atau beberapa paragraf. Ide-ide tersebut selanjutnya dihubung-hubungkan
dengan menambah konjungsi atau kalimat penghubung lainnya.
d) Menyusun ringkasan dengan mengutamakan gagasan utama dengan cara
membuat urutan gagasan sama dengan tulisan asli, membuang paragraf
yang berisi keterangan (contoh, ilustrasi, deskripsi, kutipan), dan
mengubah dialog langsung menjadi wacana tidak langsung.
Membandingkan ringkasan dengan tulisan asli untuk memastikan bahwa
semua gagasan utama telah terliput, dan mengoreksi kesalahan bahasa dan
cetak.
Dengan demikian, untuk dapat menghasilkan sebuah rangkuman yang baik,
perlu memperhatikan empat hal pokok, yaitu: (1) mampu membaca dengan baik
bacaan yang akan dirangkum, (2) mampu memahami isi secara utuh terhadap
bacaan yang akan dirangkum, (3) mampu menemukan ide-ide pokok ataupun
kalimat topik dalam bacaan yang akan dirangkum, serta (4) mampu menyusun
kembali ide-ide maupun kalimat topik yang telah ditemukan menjadi sebuah
tulisan utuh dan koheren.
Hal yang harus diperhatikan di dalam membuat rangkuman adalah
penggunaan bahasa yang digunakan di dalam rangkuman. Bahasa rangkuman
harus berbeda dengan bahasa asli penulis buku yang dirangkum. Akan tetapi,
bahasa rangkuman yang dibuat bertolak dari ide pokok pengarang yang tertuang
dalam setiap paragraf atau bacaan. Dengan demikian, jika akan merangkum
uraian pengarang dari suatu paragraf, penulis terlebih dahulu perlu menemukan
ide pokok yang terdapat di dalam paragraf tersebut, kemudian diungkap ulang
dengan menggunakan bahasa yang berbeda dan singkat. Agar hasil rangkuman itu
tidak menyimpang dari uraian aslinya, ide-ide pokok setiap paragraf jangan
diabaikan.
167
b. Ikhtisar
1) Pengertian
Ikhtisar disebut juga intisari dari suatu uraian atau pembicaraan. Ikhtisar
juga merupakan bentuk ringkas dari suatu uraian atau pembicaraan, namun
dalam pembuatannya tidak perlu mempertahankan urutan isi dari suatu
karangan secara proporsional. Penulisan ikhtisar bisa saja langsung tertuju
pada pokok permasalahan. Perbedaan dengan rangkuman atau ringkasan,
urutan isi bagian demi bagian, dan sudut pandang (pendapat) pengarang tetap
diperhatikan dan dipertahankan.
2) Ciri ikhtisar
a) Tulisan baru yang mengandung sebagian gagasan dari tulisan asli;
b) Tidak mengandung hal baru, pikiran atau opini penyusun ikhtisar, baik
yang dimasukkan secara sadar maupun tidak sadar;
c) Menggunakan kata-kata penyusun sendiri.
3) Langkah menyusun ikhtisar
a) Menetapkan tujuan membaca dengan mengetahui gagasan apa yang
diperlukan?;
b) Membaca dengan cermat untuk mengetahui apa relevansi gagasan yang
diperlukan dalam konteks tulisan ini?;
c) Mencatat gagasan yang penting dari sudut pandang penyusun, dengan
kata-katanya sendiri;
d) Menyusun kerangka tulisan;
e) Menulis ikhtisar;
f) Mengecek kembali tulisan asli untuk meyakinkan bahwa semua gagasan
yang penting telah tergali;
g) Mengoreksi kesalahan bahasa dan kesalahan cetak.
4) Contoh Ikhtisar
a) Teras berita;
b) Sampul belakang buku;
c) Sinopsis film, sandiwara; dan
d) Abstrak.

168
c. Sintesis
Sintesis (berasal dari bahasa Yunani syn = tambah dan thesis = posisi) yang
biasanya berarti suatu integrasi dari dua atau lebih elemen yang ada yang
menghasilkan suatu hasil baru (http://id.wikipedia.org/wiki/sintesis) diakses
tanggal 8 Maret 2012.
2. Dosen/Penulis/Peneliti dalam Kegiatan Mengutip
Ikhtisar maupun sintesis harus ditulis dengan kata-kata penyusun sendiri, bukan
menyalin. Dosen/penulis/peneliti seharusnya mempunyai kebiasaan mencatat ketika
membaca karya ilmiah. Sekarang telah tersedia komputer dengan pelbagai
programnya yang memungkinkan dosen/peneliti/penulis untuk mencatat secara lebih
praktis. Artinya, catatan ditulis dalam sebuah pangkalan data agar dapat segera
digunakan ketika diperlukan. Namun, apa pun cara membuat catatan, baik manual
atau otomatis, format catatan tetap sama. Beberapa langkah yang dapat disarankan
antara lain:
a. Pertama, harus ada catatan bibliografis. Setiap kali memutuskan untuk membaca
sebuah karya ilmiah, dosen/peneliti/penulis harus segera mencatat nama penulis,
judul karya, kota, penerbit, dan tahun terbit. Catatan itu ditulis pada sebuah kartu
sebesar kartu pos secara horizontal dan disimpan dalam urutan alfabetis, di dalam
kotak sepatu atau kotak lain yang tertutup. Menggunakan kotak sepatu supaya
dapat ditutup sehingga kartu tidak berdebu. Selain itu, penggunaan kotak sepatu
sangat murah karena memanfaatkan kembali limbah kotak sepatu.
b. Kedua, setelah membaca bagian yang penting (mengandung informasi yang
diperlukan), membuat satu di antara tiga macam catatan bacaan yang berikut. Jika
informasi demikian penting sehingga perlu disalin sebagaimana adanya,
dosen/peneliti membuat catatan salinan yang berisi tentang topik, salinan yang
diawali dan diakhiri tanda petik ganda, acuan (nama penulis, tahun, nomor
halaman). Jika informasi penting itu menyebar di sepanjang teks, dosen/peneliti
membuat catatan parafrase, ringkasan, atau catatan ikhtisar dengan kata-kata
sendiri. Catatan itu berisi tentang topik, catatan, dan acuan (nama penulis, tahun,
nomor halaman). Jika ingin memberi komentar pada informasi,
dosen/peneliti/penulis membuat catatan komentar yang dapat ditambahkan setelah
catatan bacaan atau ditulis pada kartu tersendiri. Catatan bacaan juga disimpan
dalam kotak sepatu, namun tidak dalam urutan alfabetis. Pengelompokan kartu
169
catatan bacaan berdasarkan topik. Dengan demikian, dosen/peneliti/penulis akan
mempunyai catatan dari pelbagai bacaan yang terhimpun di bawah satu topik.
Penulisan dan pengelompokan catatan bacaan seperti itu setidaknya bermanfaat
bagi dosen/peneliti dalam lima hal antara lain tidak menjiplak (plagiat),
mengungkapkan kembali informasi yang diperoleh atau gagasan sendiri secara
tertulis, mengingat, walau tidak seluruhnya, informasi yang diperoleh ataupun
pendapat yang dikemukakan; bersikap kritis terhadap karya ilmiah yang dibaca;
dan memiliki bahan "abadi" untuk segala keperluan akademik.
Contoh kartu catatan bibliografis

Aisya Tsaaqiba Ashari dan Arava Izza Ashari. 2012.


Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
.............................................................................................
.............................................................................................
.............................................................................................

Contoh kartu catatan bacaan: kutipan langsung


Karya ilmiah populer biasa disebut dengan featur
populer. Kata populer dipakai untuk menyatakan sesuatu yang
akrab, dan menyenangkan (disukai banyak orang) karena
menarik dan mudah dipahami. Oleh karena itu, karya ilmiah
populer ditulis dengan mempertimbangkan kepopuleran
tersebut, selain keilmiahannya

(Amir, 2009: 114).

Contoh catatan bacaan: kutipan tidak langsung


Ketahuilah bahwa anak-anak yang sangat menyukai oleh raga
cenderung berisiko lebih tinggi gagal untuk mengembangkan
kebiasaan membaca yang lebih baik.

Mary Leonhardt. 2000. Halaman 70.

170
C. Kode Etik
1. Kode Etik Penulis Buku
a. Sebagai seorang yang profesional, maka penulis dituntut untuk menjunjung tinggi
posisi terhormatnya sebagai seorang yang profesional. Sebagai seorang yang
profesional, maka yang bersangkutan menjadi berkewajiban untuk menjaga
kebenaran yang ada, manfaat dan makna informasi yang akan disebarluaskan
sehingga tidak menyesatkan orang lain;
b. Penulis selalu bersikap jujur kepada dirinya dan jujur kepada umum sehingga
tidak akan menutupi kelemahan, memperbesar kelebihan hasil yang dicapainya;
c. Penulis mengajukan naskah yang menjadi penguasaan disiplin keilmuan, sudah
diteliti dengan baik dan menggunakan dengan format yang dibakukan;
d. Penulis dengan penuh kesungguhan mengupayakan tulisan yang disajikan tidak
merupakan bahan yang membuat menyusahkan pembaca. Dengan demikian,
naskah yang ditulis merupakan naskah yang tepat, singkat, dan jelas;
e. Penulis berkewajiban untuk mengikuti saran dari penyunting direvisi baik
ditunjuk oleh penulis maupun oleh penerbit;
f. Penulis menjunjung tinggi hak, pendapat, atau temuan orang lain sehingga selalu
menjauhi perbuatan tercela seperti mengambil ide dan gagasan orang lain yang
belum diumumkan bahkan gagasannya sendiri;
g. Penulis bertanggung jawab atas semua kesalahan isi terbitan dan menanggung
segala bentuk tanggapan publik atas naskah yang ditulis, dan bersedia untuk
menerima sanksi hukum apabila terbukti isi terbitan melanggar peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Kode Etik Penulis Artikel pada Media Massa
Etika dalam penulisan artikel pada media massa sangat penting untuk
diperhatikan. Artikel yang kita kirimkan kepada media massa memiliki harapan agar
dapat diterbitkan pada media massa yang kita pilih. Oleh karena itu, agar artikel yang
kita kirimkan dapat diterbitkan, maka hendaknya seorang penulis artikel
memperhatikan beberapa etika yang seyogyanya dilakukan, antara lain:
1. Jangan mengirimkam naskah yang sama atau mirip kepada lebih dari satu
penerbitan media massa, satu artikel untuk satu media massa;

171
2. Kirimkan artikel ke satu penertbit, kalau tidak dimuat artikel tersebut dapat
dikirimkan ke media massa yang lain kalau dimungkinkan artikel tersebut masih
relevan dengan isu yang berkembang di masyarakat;
3. Membuat artikel hindari beberapa hal yang bersifat penyerangan kepada pihak
lain seperti lembaga, aliran tertentu, dan atau bahkan individu lain;
4. Jangan menulis artikel yang memiliki kepentingan terntentu baik secara pribadi
maupun kelompok untuk mendapatkan pengakuan atau bahkan permohonan maaf,
5. Kalau tidak penting, hindari menulis artikel secara bersambung, sebaiknya satu
masalah dikupas tuntas, kecuali atas permintaan redaktur sehingga artikel tersebut
diterbitkan secara bersambung.
Etika penulisan menurut versi harian surat kabar antara lain satu artikel hanya
untuk satu media. Jangan mengirim satu artikel ke banyak media. Surat kabar akan
memblack list yang bersangkutan.
D. Plagiarisme
1. Pengertian Plagiasi
Pengertian plagiasi atau penjiplakan adalah pengambilan karangan, pendapat,
dan sebagainya orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri.
Misalnya menerbitkan karya tulis orang lain yang belum sempat diterbitkan oleh
penulisnya atas nama diri sendiri (KBBI 1997:775 dalam Rahayu Surtiati Hidayat:
2010). Plagiat merupakan pelanggaran etika akademis sedangkan plagiarisme
merupakan tindak pidana karena mengambil hak cipta orang lain (hak atas kekayaan
intelektual [HAKI]). Sebagaimana diteorikan Stuart (2002: 173)
Plagiarism has been variously defined as the act of “stealing and passing
off (the ideas or words of another) as one’s own,”“using (another’s created
production) without crediting the source,”or “presenting as new and original an
idea or product derived from an existing source. Plagiarism thus seems to
involve, in the language of the criminal law, two, or possibly three, basic
“elements”

Moulton and Robison (2002) in Syed Sahabuddin (2009) The American


Heritage Dictionary defines the verb plagiarize” as “to steal and use the ideas or
writings of another as one’s own.” The Oxford Dictionary defines plagiarism as
“to take and use another person’s thoughts, writing, invention, have stated,
plagiarism can also be seen as “depriving authors of profit that is rightfully
theirs which is theft. Depriving authors of credit might also be a form of
theft.”plagiarisme is a misconduct considered to be unethical and immoral
regardless of who commits.

172
2. Kategori Plagiasi
Tindakan yang disebut plagiat antara lain:
a. Mengakui tulisan orang lain sebagai karya sendiri;
b. Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri;
c. Mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri;
d. Mengakui karya kelompok sebagai karya sendiri;
e. Menyalin (mengutip langsung) bagian tertentu dari tulisan orang lain tanpa
menyebutkan sumbernya dan tanpa membubuhkan tanda petik;
f. Meringkas dengan cara memotong teks (mengutip langsung) tanpa menyebutkan
sumbernya dan tanpa membubuhkan tanda petik;
g. Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa
menyebutkan asal-usulnya (Surtiati, 2010);
h. "Two issues related to plagiarism do not deal with the outside sources. The first
occurs when a student submits in a course a paper done for a previous course.
Although obviously not the same as stealing someone else's ideas, this practice
nontheless qualifies as a kind of self plagiarism and constitutes another form of
cheating. If you want to rework a paper that you prepared for another course, ask
your current instructor for permission to do so." Gibaldi 1999: 34);
i. Meringkas dan memparafrase (mengutip taklangsung) tanpa menyebutkan
sumbernya (Booth et al. 1995: 167–170);
j. Meringkas dan memparafrase (mengutip tidak langsung) dengan menyebutkan
sumbernya, tetapi terlalu dekat dengan sumbernya.
("You also plagiarize when you use words so close to those in your source,
that if your work were placed next to the source, it would be obvious that you
could not have written what you did without the source in your elbow … No
matter your intention, close paraphrase may count as plagiarism, even when you
cite the source." Booth et al. 1995: 169).

Dijelaskan pula oleh (Wilhoit: 1994; Brandt: 2002; Howard: 2002) bahwa
Forms of Plagiarism by students plagiarise in fourmain ways 1. Stealing material
from another source and passing it off as theirown,e.g.(a)buying a paper from are
search service, essay bank or term paper mill (eitherpre-written or specially
written),(b) copying a whole paper from a source text without proper
acknowledgement, (c) submitting another student’s work, with or without that
student’s knowledge (e.g.by copying a computer disk).2. Submitting a paper
written by some one else (e.g.a peer or relative) and passing it off as their own.
3.Copying sections of material from one or more source texts, supplying proper
documentation (including the full reference) but leaving out quotation marks, thus
173
giving the impression that the material has been paraphrase draft her than
directly quoted. Paraphrasing material from one or more source texts without
supplying appropriate documentation.

3. Dilema Plagiarisme
Plagiasi seakan menjadi dilema, sebab begitu banyak karangan dan ide-ide yang
sudah diterbitkan. Hal ini menjadikan kesulitan untuk mencari mana yang merupakan
pengarangn aslinya. Sebenarnya gagasan penulis sendiri, tetapi karena sudah pernah
ditulis oleh orang lain yang hampir sama, maka seakan-akan konsep tersebut sudah
tidak asli lagi. Sebagaimana dituliskan oleh Gerard dalam Syahabuddin (2009: 3356)
According to Gerard (2004) in Sahabuddin , “Plagiarism can be a very difficult
concept to grasp. After all, so many ideas and thoughts have been published already
that it seems as though there are no original ideas anymore.” Thus, Girard states,
“What we perceive to be original thoughts really may be opinions and ideas written
down by others and subconsciously ingrained in us through thing we have read or
seen. This is a dilemma of writers.
Dalam beberapa pendapat bahwa kontrol hukum atas kekayaan intelektual tidak
mendapatkan kepastian. Beberapa sarjana berpendapat bahwa aturan terhadap plagiasi
sudah usang. Satu hal yang ditekankan oleh ulama dalam tradisi pasca-modernis
adalah bahwa garis antara plagiat dan bentuk menyalin diterima tidak selalu mudah
untuk membedakan. Teori tersebut cenderung untuk menyusun kembali melakukan
yang mungkin akan dicap sebagai plagiarisme dengan moral netral, bahkan secara
moral menguntungkan.

Sebagaimana dipaparkan oleh East (2006: 16) In arguing that the legal controls
on intellectual property areobsolete, some scholars have argued that the rule against
plagiarismitself is obsolete. One point emphasized by scholars in the post-modernist
tradition is that the line between plagiarism and acceptable forms of copying is not
always easy to discern. Plagiarism can be considered from a number of perspectives.
Not only are there different understandings of the concept, but those who must deal
with this concept and its presence come with their own realities, knowledge and
cultural experiences. Lebih jelas lagi diungkapkan oleh East (2006: 16) Working
closely with students, they have an awareness that students struggle to understand
how to avoid plagiarism and to apply the conventions of referencing.
Meskipun demikian harus dihindari plagiasi. Konsep dan pengalaman harus
datang dari realitas dirinya sendiri, pengetahuan dan pengalaman budaya yang
dimiliki dan diketahui.
E. Contoh Plagiasi
Judul Artikel Biologi Molekuler Dan Ketahanan Pangan Nasional Analisis Plagiasi
terhadap Judul Artikel Krisis Pangan Dunia Dan Prospek Pendekatan Biologi Molekul
Untuk Mengatasinya
1. Kutipan dalam Bentuk Grafik.

174
Kutipan artikel jurnal yang ditulis oleh Muhammad Arif Nasution (2002: 2)
berjudul Biologi Molekuler Dan Ketahanan Pangan Nasional berupa grafik sama
persis seperti pada tulisan Karya S.Suranto dalam jurnal Hayati edisi Juni 1999 yang
berjudul Krisis Pangan Dunia Dan Prospek Pendekatan Biologi Molekul Untuk
Mengatasinya yang ditulis oleh S.Suranto (1999: 48) dan tidak diberi tanda kutipan,
grafik tersebut sebagai berikut:

Copy Image dari S.Suranto (1999: 48)


2. Kutipan dengan Kalimat Inti dalam Paragraf
Kutipan artikel jurnal yang ditulis oleh Muhammad Arif Nasution (2002: 5)
berjudul Biologi Molekuler Dan Ketahanan Pangan Nasional berupa kalimat dalam
satu paragraf diambil ide kalimatnya tentang pendekatan biomolekuler untuk
menanggulangi krisis pangan dunia. Hal ini seperti tertulis pada Karya S.Suranto
dalam jurnal Hayati edisi Juni (1999:49) yang berjudul Krisis Pangan Dunia dan
Prospek Pendekatan Biologi Molekul untuk Mengatasinya tanpa diikuti dengan tanda
kutipan (1999: 49).
Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 5) sebagai berikut:
Usaha yang dilakukan untuk menanggulangi krisis pangan di Indonesia dengan
pendekatan biologi molekuler, antara lain dengan merakit tanaman yang resisten
terhadap serangan hama dan penyakit, serta toleran terhadap cekaman lingkungan
(salin, kekeringan dan keracunan Al).

175
Copy image dari S.Suranto (1999: 49)

3. Kutipan Kalimat dalam Satu Paragraf


Artikel jurnal yang ditulis oleh Muhammad Arif Nasution (2002: 7-9) berjudul
Biologi Molekuler Dan Ketahanan Pangan Nasional berupa kalimat yang sama persis
dalam 5 (lima) paragraf secara berturut-turut. Hal ini seperti tertulis pada Karya
S.Suranto dalam jurnal Hayati edisi Juni (1999: 49-50) yang berjudul Krisis Pangan
Dunia Dan Prospek Pendekatan Biologi Molekul Untuk Mengatasinya tanpa diikuti
dengan tanda kutipan.
Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 7) sebagai berikut:
Pertama, Dalam percobaan kloning “Bintje” yang mengandung gen thionin
dari daun barli (DB4) yang memakai promoter 35 S Cauliflower mosaic virus
(CaMV) dengan mengikutsertakan Bintje tipe liar yang sangat peka terhadap
serangan Phytophthora infestan sebagai kontrol, menunjukkan bahwa klon “Bintje”
dapat mengekspresikan gen DB4. Jumlah sporangium setiap nekrosa yang
disebabkan oleh P. Infestans mengalami penurunan lebih dari 55 % jika
dibandingkan dengan tipe liar. Pendekatan ini sangat bermanfaat untuk menekan
perkembangbiakan P. Infestans sehingga kerugian secara ekonomi dapat direduksi.

176
Copy image dari S.Suranto (1999: 49)
Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 8) sebagai berikut:
Kedua, Perkembangan yang menggembirakan juga terjadi pada usaha untuk
memproduksi tanaman transgenik yang bebas dari serangan virus. Dengan
memasukkan gen penyandi protein selubung (coat protein) Johnsongrass mosaik
potyvirus (JGMV) ke dalam suatu tanaman diharapkan tanaman tersebut menjadi
resisten apabila diserang oleh virus yang bersangkutan. Potongan cDNA dari JGMV,
misalnya dari protein selubung dan protein nuclear inclusion body (Nib) dengan
kontrol pomotor 35S CaMV, mampu dintegrasikan pada tanaman jagung transgenik
yang bebas dari serangan virus.

Copy Image dari S.Suranto (1999: 49)


Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 8) sebagai berikut:
Ketiga, Hal serupa juga sedang digalakkan dengan rekayasa genetika pada tanaman
padi-padian untuk mendapatkan varietas yang resisten terhadap virus padi. Di
samping itu, usaha untuk meningkatkan kualitas beras espereti yang diinginkan oleh

177
manusia juga sedanag diusahakan. Jepang memberikan investasi yang cukup besar
untuk penelitian dan pengembangan di bidang biologi molekul padi.

Copy image dari S.Suranto (1999: 49)


Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 8) sebagai berikut:
Keempat, Virus JGMV adalah virus yang asam nucleatnya berupa utas tunggal
RNA dengan panjang 9,7 kilo basa (kb), virus ini menyerang beberapa tanaman yang
tergolong dalam famili Graminae, seperti jagung dan sorgum yang menimbulkan
kerugian secara ekonomi cukup besar. Gejala yang ditimbulkan dapat diamati pada
daun berupa mosaik, nekrosa, atau kombinasi keduanya. Akibat sertangan virus ini,
kerugian para petani dapat sangat tinggi atau bahkan tidak panen sama sekali.

Copy Image dari S.Suranto (1999: 50)

Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 9) sebagai berikut:


Kelima, Uji infeksi dari virus rekombinan tersebut secara in vitro pada inang
sorgum Krish dan sorgum kontrol menunjukkan bahwa infeksi terjadi di kedua inang,
sedangkan pada JGMV-jg yang disintesis secara in vitro tidak mampu menginfeksi
sorgum Krish. Ternyata gen CPJGMV Krish-infecting strain ikut bertanggung jawab

178
terhdap penghancuran sorgum Krish. Ini berarti dengan pendekatan biologi molekul,
masa depan untuk membuat tanaman sorgum atau jagung transgenik dengan
menyisipkan CP JGMV Kris Infecting strain ke genom tanaman terbuka dan
diharapkan dapat membantu mengatasi masalah penyakit virus.

Copy Image dari S.Suranto (1999: 50)


4. Kutipan dalam Satu Paragraf tetapi dipenggal menjadi Paragraf Baru
Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 8-9) sebagai berikut:
Pada tahun 1960-an Departement Of Primary Industry di Quennsland telah
mengembangbiakkan suatu jenis sorgum baru yang berasal dari India yang resisten
terhdap virus JGMV tipe liar (JGMV-jg). Sorgum tersebut diberi nama sorgum Krish
dan dipercayai mempunyai gen resisten N yang tahan terhadap serangan JGMV-jg.
Percobaan ini menghasilkan beberapa galur sorgum Krish (misal QL12) yang
resisten terhadap JGMV-jg dan telah disebarkan kepada petani dan memberikan
keuntungan.
Tetapi pada tahun 1985, di Quennsland telah ditemukan galur virus baru yang
mampu menginfeksi sorgum Krish yang mengandung gen resisten. Akibat munculnya
galur virus baru ini, kerugian yang dialami pemerintah negara bagian Quennsland-
Australia demikian besar.
Kutipan ini hanya berbeda pada pemecahan paragraf saja. Kata tetapi pada
tulisan S.Suranto ditulis dalam satu paragraf.

179
Copy Image dari S.Suranto (1999: 50)
5. Kutipan dalam Daftar Pustaka
Tulisan Muhammad Arif Nasution (2002: 11) dalam mengutip daftar pustaka
sebagai berikut:
Brawn, L.R.& H Kane. 1994. Full House, Ressessing the Earth’s Population
Carrying Capacity. S. Linda (ed), The Wordlwatch Environment Alert
Serios. London: W.W. Northon A Company.

Copy image dari S. Suranto (1999: 50)


Teknik penulisan grafik yang dilakukan oleh Muhammad Arif Nasution
seharusnya menuliskan Brawn & Kane (1994) dalam S.Suranto (1999: 49). Hal ini
dimaksudkan bahwa Muhammad Arif Nasution mengutip grafik tersebut bermula dari
S.Suranto (1999: 49) yang telah dirujuk oleh S.Suranto dalam daftar pustaka. Teknik
penulisan berbeda ketika yang bersangkutan memang benar-benar telah mengambil
grafik tersebut dari sumber aslinya, maka Muhammad Arif Nasution boleh merujuk
kutipan tersebut (Brawn & Kane: 1994) dalam daftar pustaka.
Ide kalimat yang ada dalam paragraf tersebut adalah Usaha yang dilakukan
untuk menanggulangi krisis pangan di Indonesia dengan pendekatan biologi
molekuler, antara lain dengan merakit tanaman yang resisten terhadap serangan

180
hama dan penyakit, kalimat tersebut sama idenya dengan kalimat yang ditulis oleh
S.Suranto dalam Jurnal Hayati tahun (1999: 49). Demikian Sesuai dengan kategori
plagiasi yang ditulis oleh Rahayu Surtiati Hidayat, tindakan yang disebut plagiat
antara lain: mengakui tulisan orang lain sebagai karya sendiri, mengakui gagasan
orang lain sebagai pemikiran sendiri, mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan
sendiri, mengakui karya kelompok sebagai karya sendiri, menyajikan tulisan yang
sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asal-usulnya (Hidayat,
2010).
"Two issues related to plagiarism do not deal with the outside sources. The first
occurs when a student submits in a course a paper done for a previous course.
Although obviously not the same as stealing someone else's ideas, this practice
nontheless qualifies as a kind of self plagiarism and constitutes another form of
cheating. If you want to rework a paper that you prepared for another course, ask
your current instructor for permission to do so." Gibaldi (1999: 34).

Menyalin (mengutip langsung) bagian tertentu dari tulisan orang lain tanpa
menyebutkan sumbernya dan tanpa membubuhkan tanda petik, meringkas dengan
cara memotong teks (mengutip langsung) tanpa menyebutkan sumbernya dan tanpa
membubuhkan tanda petik, meringkas dan memparafrase (mengutip taklangsung)
tanpa menyebutkan sumbernya (Booth et al. 1995: 167-170), meringkas dan
memparafrase (mengutip tidak langsung) dengan menyebutkan sumbernya, tetapi
terlalu dekat dengan sumbernya.
Booth et al. 1995: 169) "You also plagiarize when you use words so close
to those in your source, that if your work were placed next to the source, it
would be obvious that you could not have written what you did without the
source in your elbow … No matter your intention, close paraphrase may count
as plagiarism, even when you cite the source."

Dijelaskan pula oleh Wilhoit, 1994; Brandt, 2002; Howard, 2002 Forms
of Plagiarism by students plagiarise infourmainways (Wilhoit, 1994; Brandt,
2002; Howard, 2002).1.Stealing material from another source and passing it off
as theirown,e.g.(a) buying apaper from are search service,essay bank or term
papermill (eitherpre-written or specially written),(b) copying a whole paper
from a source text without proper acknowledgement,(c) submitting another
student’swork,with or without that student’s knowledge (e.g.by copying a
computerdisk).2. Sub mitting apaper written by some one else (e.g.a peer or
relative) and passing it off as their own.3. Copying sections of material from
one or more source texts, supplying proper documentation (including the full
reference) but leaving out quotation marks, thus giving the impression that the
material has been paraphrase drat her than directly quoted. Paraphrasing
material from one or more source texts without supplying appropriate
documentation. Gibaldi (1999: 34) yang menyatakan, "Two issues related to
181
plagiarism do not deal with the outside sources. The first occurs when a student
submits in a course a paper done for a previous course. Although obviously not
the same as stealing someone else's ideas, this practice nontheless qualifies as a
kind of self plagiarism and constitutes another form of cheating. If you want to
rework a paper that you prepared for another course, ask your current
instructor for permission to do so." Gibaldi 1999: 34).
Berdasarkan hal tersebut, maka, kalimat tersebut termasuk dalam kategori
plagiasi. Dengan alasan, ide pokok/gagasan kalimat sama persis dan tidak
diikuti dengan tanda kutipan. Hal ini berarti menganggap bahwa tulisan tersebut
adalah tulisan Muhammad Arif Nasution. Inilah yang disebut dengan plagiasi.
Kutipan sama Persis ditemukan 6 (enam) paragraf secara berturut-turut
mengutip secara langsung dengan kutipan yang sama persis tanpa diikuti dengan
tanda kutipan. Menurut etika akademis, Muhammad Arif Nasution harus segera
menuliskan tanda kutipan setelah kalimat itu dikutip sebagian atau secara
keseluruhan dengan membubuhkan S.Suranto (1999: 49-50), tetapi hal itu tidak
dilakukan oleh Muhammad Arif Nasution. Dengan demikian, maka kutipan
tersebut merupakan tindakan plagiasi.
Kutipan sama Persis tetapi Berbeda dalam Pemenggalan Paragraf yang
dilakukan oleh Muhammad Arif Nasution Pada tahun 1960-an Departement Of
Primary Industry di Quennsland dilakukan pemenggalan paragraf pada kata
tetapi....meskipun sesungguhnya dalam tinjauan kata sambung tetapi harus
dilekatkan dalam satu paragraf sebelumnya, jadi sebenarnya harus sama persis
teknik penulisannya sebagaimana dituliskan oleh S.Suranto tanpa ada
pergantian paragraf.
Teknik penulisan daftar pustaka tersebut harusnya ditulis Brown, L.R. &
H. Kane dalam S.Suranto (1999: 48). Dengan demikian, pengutipan daftar
pustaka Brawn, L.R & H ditulis dalam S.Suranto (1999: 49) sebagaimana
kutipan tabel itu ditulis oleh S.Suranto pada halaman 49. Teknik penulisan yang
dibuat oleh Muhammad Arifin Nasution seakan-akan yang bersangkutan
menemukan sendiri dalam buku aslinya, padahal mengambil dari sumber
S.Suranto (1999). Hal ini akan berbeda ketika yang bersangkutan memang
benar-benar mengambil kutipan dari naskah aslinya. Kalau memang yang terjadi
demikian, maka penulisan Brown, L.R. & H. Kane dibenarkan ditulis dalam
daftar pustaka tanpa nama S.Suranto sebagai pengutip pertama.

182
BAB XI
PENULISAN RESENSI BUKU

A. Prawacana
Menulis resensi buku pada dasarnya merupakan kegiatan mengulas, menilai
menganalisa, mengkritisi atau mengapresiasi sebuah buku secara keseluruhan. Penilaian
tidak hanya pada judul, tetapi terfokus pada isi secara menyeluruh. Mengulas,
menganalisa, mengkritisi menilai kerangka pemikiran, sub judul yang dituliskan,
paragraf-paragrafnya, padu padan dan ketersambungan antara paragraf, kalimat yang
digunakan, serta pilihan kata (diksi) yang variatif, serta nilai kebermanfaatan bagi
pembaca. Selain dari itu juga tidak luput untuk mengulas, menilai menganalisa,
mengkritisi terhadap penampilan fisik buku. Berdasarkan ulasannya, maka biasanya
penulis resensi buku mengajak kepada pembaca resensi untuk membaca agar dapat
memutuskan untuk membeli. Penulis resensi buku sebelum membuat keputusan untuk
menulis resensi pasti sudah menilai bahwa buku tersebut merupakan buku yang bagus
dengan pertimbangan dari berbagai sisi, sehingga buku tersebut layak untuk dibaca orang
lain dan bahkan untuk dimilikinya.
Seorang penulis resensi buku tidak ada kepentingan secara personal yang akan
menguntungkan secara pribadi, tetapi betul-betul berangkat dari obyektifitasnya. Penulis
resensi berkeinginan untuk berbagi ilmu dan pengalaman. Meskipun demikian, jika
resensinya itu diterbitkan di media massa, maka akan mendapatkan honor dari media
massa tersebut dan jika penerbitan resensi bukunya dibuktikan kepada penerbit, maka
penerbit akan memberikan souvenir beberapa buku, namun hal itu bukan menjadi tujuan
utamanya.
Seorang penulis resensi buku sangat berpeluang untuk menjadikan hobinya
sebagai profesi bagi dirinya sebagai sandaran ekonomi diri dan keluarganya. Dengan
demikian, kegiatan yang bersangkutan berinteraksi secara intens dengan penerbit ataupun
penulis buku menjadikan sebagai bagian dari proses mendapatkan kesuksesan
menjalankan profesinya.
B. Meresensi Buku Merupakan Kegiatan yang Mengasyikkan
Menulis resensi buku bagi sebagian orang merupakan kegiatan yang
mengasyikkan, terutama bagi pecinta membaca buku sekaligus hobi menulis. Ada
kemungkinan bisa jadi sebagian orang cinta buku tetapi tidak memiliki hobi untuk
menulis, tetapi sangat kecil kemungkinan untuk berlaku sebaliknya. Hal ini disebabkan
185
banyak manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan meresensi buku. Manfaat meresensi
buku antara lain cerdsas bernalar, kaya ilmu, kaya finansial, dan buku.
1. Cerdas Bernalar
Seorang penulis resensi buku dituntut untuk menilai, membandingkan isi
dengan segala komponennya dan penampilan sebuah buku dengan pembanding
ataupun tidak. Kegiatan ini secara tidak langsung akan melatih kemampuan untuk
berkembangnya nalar dalam menelaah karya orang lain. Kemampuan yang sudah
dimiliki pada akhirnya dapat diterapkan dalam situasi dan kondisi apapun sesuai
dengan pengalaman yang diperoleh penulis resensi buku.
2. Kaya Ilmu
Membaca karya penulis lain kemudian menelaahnya membuat penulis resensi
mampu memetik pelajaran dari karya tersebut. Penulis resensi bisa mendapatkan
kelebihan dan kekurangan sebuah karya tulis. Apabila dibutuhkan, penulis resensi
dapat mengambil inisiatif atau meniru setiap kelebihan dan berusaha untuk
menghindari kelemahan atau kekurangan yang serupa. Balajar dari karya orang lain
akan membuat seseornag selangkah lebih maju. Belajar dari kesalahan orang lain
sangat menguntungkan daripada harus mengalami kesalahan dari diri sendiri.
3. Kaya Finansial
Seorang penulis resensi buku juga mendapatkan peluang seseorang untuk
memiliki kekayaan secara materi. Resensi buku yang ditulis kemudian dikirim ke
media masa dan diterbitkan, maka ada berpeluang mendapatkan honor dari media
masa tersebut. Ketika saudara mencantumkan nama lembaga tempat bernaung, maka
juga berpeluang untuk mendapatkan insentif dari lembaga tersebut.
4. Kaya Buku
Penulis resensi buku akan mendapatkan honor dari media massa, jika
resensinya itu diterbitkan di media massa dan akan mendapatkan apresiasi dari
penerbit jika penerbitan resensi bukunya dibuktikan kepada penerbit. biasanya,
penerbit akan memberikan souvenir beberapa buku. Dengan demikian, penulis resensi
buku dapat memperoleh beberapa buku secara gratis dari penerbit. Seorang penulis
resensi buku yang sudah senior pasti akan memiliki banyak buku, ada kemungkinan
penulis resensi buku dapat mengkoleksi sebagian dan sebagian yang lain dapat
dikonversi menjadi rupiah. Dengan demikian seorang penulis resensi buku di samping
memiliki banyak buku juga banyak memiliki uang.
186
C. Pola Penulisan Resensi Buku
Ada tiga pola dalam penulisan resensi buku, yaitu meringkas, menjabarkan, dan
mengulas http://ptkguru.com/?darmajaya=index&daryono=base&action,diakses tanggal
17 Maret 2012.
1. Meringkas (sinopsis)
Meringkas berarti menyajikan semua persoalan yang dituangkan dalam buku
secara padat dan jelas. Oleh karena itu, sebaiknya persoalan yanag disajikan dalam
buku tersebut diringkas secara jelas. Cara yang bisa dilakukan oleh seorang penulis
resensi buku dengan memilah dan memilih permasalahan yang ada yang dinilai
penting dalam uraian yang jelas dan ringkas.
2. Menjabarkan (deskripsi)
Mendiskripsikan berarti memberikan jabaran atau mendeskripsikan hal-hal
menonjol dari sinopsis yang sudah dilakukan. Apabila dipandang perlu maka, bagian-
bagian yang mendukung uraian dapat dikutip kembali dengan memberikan tanda
khusus seperti tanda kutip atau dengan ditulis miring.
3. Mengulas
Mengulas berarti menyajikan ulasan tertentu pada beberapa bagian antara lain
sebagai berikut
a. Isi pertanyaan atau materi buku yang sudah dipadatkan dan dijabarkan kemudian
diulas (diinterpretasikan);
b. Organisasi atau kerangka buku;
c. Bahasa;
d. Kesalahan cetak;
e. Membandingkan (komparasi) dengan buku-buku sejenis, baik karya pengarang
sendiri maupun oleh pengarang lain;
f. menilai, mencakup kesan peresensi terhadap buku, terutama yang berkaitan
dengan keunggulan dan kelemahan buku.
D. Tips Menulis Resensi
Menjadi seorang penulis resensi buku tidak serta merta tulisannya segera dapat
diterima oleh media massa atau yang bersangkutan langsung menjadi tenar dan
menjadikan hobinya menjadi sebuah profesi bagi dirinya, tetapi penulis resensi harus
memiliki kemampuan dan tips sekaligus agar hasil resensi bukunya dapat diterima oleh
media massa. Di bawah ini ada beberapa cara untuk menulis resensi buku, minimal, ada
187
enam unsur yang sebaiknya tercantum dalam resensi buku, di antaranya adalah anatomi
awal buku, judul, garis bersar buku, penilaian terhadap buku, dan manfaat buku.
1. Anatomi Awal Buku
Anatomi buku minimal memuat judul, penulis, penerbit, harga dan tebal buku,
dari anatomi buku ini pembaca dapat memperoleh gambara isi buku.
2. Judul yang Menarik
Setiap tulisan, judul selalu menjadi pemikat pertama seseorang melanjutkan
membaca tulisan ataupun tidak, atau bahkan berkeinginan untuk membelinya. Oleh
karena itu, penulis resensi buku harus mementingkan akan judul buku yang akan
dibuat resensinya.
3. Garis Besar Isi Buku
Penulis resensi buku mengawali dengan memberikan deskripsi gambaran
umum tentang isi buku yang diresensi. Gambaran umum ini bagi pembaca bermanfaat
untuk memiliki gambaran tentang isi buku yang diresensi. Pilihan kata, kejelasan, dan
sentuhan bahasa yang digunakan menjadi sangat dibutuhkan dalam deskripsi ini.
4. Penilaian terhadap Buku
Penilaian terhadap isi buku merupakan substansi dari isi buku. Penilaian secara
terbuka diberikan dalam bentuk kelebihan dan bahkan kekurungan yang dimiliki buku
tersebut. Resensi buku yang ditulis akan lebih valid apabila dapat membandingkan
dengan buku pendahulunya meskipun tidak menyebutkan judul dan pengarangnya.
Validitas itu menjadi perlu bagi pembaca untuk menguatkan keinginan untuk
membaca dan bahkan untuk membelinya.
Penilian terhadap buku yang diresensi tidak sekadar pada isi dan nilai
kebermanfaatan secara non fisik, teapi secara fisik juga ditonjolkan. Penampilan cover
meluputi kualitas kertas, lay out dan bentuk kualits cetak seperti ukuran huruf, jenis
kertas, editing dan sebagainya juga sedikit disinggung. Pembaca dan kolektor buku
juga seingkali menjadi bahan pertimbangan untuk memilikinya.
5. Manfaat Buku Bagi Pembaca
Penulis resensi diharapkan memberi gambaran manfaat yang akan diperoleh
pembaca dari membaca buku tersebut sekaligus membeeri saran kepada pembaca.
6. Khusus untuk Novel
Novel merupakan karangan fiksi yang di dalamnya terdapat beberapa hal yang
tidak ditemui pada penulisan non fiksi, oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa
188
unsur pembangun sebuah karya sastra berbentuk novel. Beberapa hal yang menjadi
obyek resensi seperti alur, plot, penokohan, setting, sudut pandang, dan variasi gaya
bahasa. Beberapa hal penting dapat ditonjolkan meskipun tidak secara
keseluruhannya.
E. Contoh Resensi Buku
Berikut ini diberikan contoh resensi buku yang ada di media massa.
1. Klub Film

Judul : Klub Film


Pengaang : David Gilmour
ISBN : 9789792277753
Halaman : 288
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Bahasa : Indonesia.
Harga : Rp 55.000

Sedikitnya 118 judul film dibahas dalam buku ini, dan 27 media memberikan
komentar positif untuk buku karya David Gilmour – Klub Film. Sebuah buku yang
berjudul asli The Film Club yang ditulis berdasarkan kisah nyata penulisnya dalam
kewajibannya mengasuh dan membangun hubungan dengan anak laki-lakinya yang
beranjak remaja; Jesse Gilmour.
Jesse mengalami ketidaktertarikan dengan sekolah yang dijalaninya, tapi juga
belum tahu apa yang diinginkan sebenarnya. Nilai rapornya cukup mengenaskan,
Jesse juga sering membolos untuk hal-hal mungkin “kurang jelas” tujuannya, atau
pergi ke suatu tempat yang juga “kurang jelas” tempatnya. Setiap kali melakukan
kesalahan, Jesse akan kembali dan siap menerima kemarahan orang tuanya, lalu
meminta maaf dengan sungguh-sungguh, tapi beberapa hari berikutnya Jesse akan
mengulagi lagi dan lagi. Orang tua Jesse telah berpisah, Jesse tinggal bersama
ibunya, dan ayahnya telah menikah lagi. Pada suatu titik waktu, Ibunya meminta
ayahnya –David Gilmour, untuk menggantikan perannya di rumah untuk menjaga
Jesse. Sehingga David akhirnya pindah ke rumah mantan istrinya dan mantan istrinya
pindah ke rumahnya.
Hari-hari awal kebersamaannya dengan Jesse, David mengamati anak laki-
lakinya. Bagaimana sekolahnya dan sehari-harinya, setelah mulai memahami David
akhirnya mengajak anaknya untuk berbicara serius tentang sekolahnya. Sebuah
189
pilihan diberikan kepada Jesse: “Kalau kau sudah tidak mau bersekolah lagi, kau
tidak perlu bersekolah lagi” (hal. 6). Tawaran itu akhirnya disetujui Jesse dengan
konsekuensi Jesse diminta nonton film yang dipilih David, 3 film setiap minggunya.
David adalah juga seorang kritikus film yang cukup sukses di Kanada kala mudanya,
melihat kondisi Jesse yang kurang tertarik sekolah, kurang tertarik olahraga, tidak
senang membaca, tapi cukup tertarik untuk nonton film, akhirnya David mengambil
langkah untuk memilih film sebagai sarana mendidik anaknya.

Author David Gilmour, left, with his son Jesse. (Thomas Allen Publishers) Thomas
Allen Publishers

Hari-hari selanjutnya, kegiatan David dan Jesse diisi dengan diskusi tentang
film-film yang ditonton bersama. Juga diselingi dengan cerita kehidupan percintaan
Jesse yang jatuh bangun dengan gadis pujaannya. Kehidupan David sendiri juga
mengalami pasang surut, hingga pada suatu ketika sempat David benar-benar
mengalami krisis keuangan dan pekerjaan, sampai-sampai rela untuk melamar
menjadi kurir pengantar yang menjalankan tugasnya dengan sepeda, setelah bertemu
seorang lansia yang juga masih menjadi kurir. Namun ternyata lamarannya juga tidak
membuahkan hasil. Lantas, apakah akhirnya David berhasil mengasuh anaknya
dengan memberi pendidikan melalui film-film yang mereka tonton bersama?
Akankah Film-film yang mereka tonton sanggup mengembalikan kesadaran Jesse
bahwa sekolah juga penting untuk masa depannya? Tentu semua jawabannya ada di
buku ini.
118 Film Film-film yang ditonton David dan Jesse di antaranya: Basic
Instinc, Breakfast at Tiffany’s, Giant, It’s a Wonderful Life, Pulp Fiction, The
Bicycle Thief, The Godfather, The Exorcist, Volcano: An Inquiry into the Life and
190
Death of Malcolm Lowry, dan masih banyak lagi. Tercatat ada 118 film yang telah
mereka tonton. Barangkali ada beberapa film yang juga sudah Anda tonton. Salah satu
yang masih sangat berkesan adalah sewaktu mereka membahas tentang film The
Bicycle Thief, sebuah film klasik Italia yang diproduksi tahun 1948. Bercerita tentang
pencuri sepeda yang terpaksa melakukannya untuk memenuhi kewajibannya mencari
nafkah untuk keluarga, setelah sepedanya yang selama ini digunakan untuk bekerja
dicuri. Inti yang ingin disampaikan dari film tersebut adalah,bahwa ada kalanya kita
menggeser pendirian moral kita–mana yang benar, mana yang salah—tergantung
pada apa yang kita perlukan saat itu. (hal. 101).
Mungkin kita juga pernah mengalami hal tersebut, tapi tidak benar-benar
menyadarinya. Dalam suatu kondisi tertentu, pendirian moral terhadap sesuatu hal
bisa bergeser. Apa yang semula diyakini sebagai sebuah kebenaran bisa menjadi
kabur. Barangkali begitu pula apa yang dialami David dan Jesse. Menyekolahkan
anaknya pada awalnya diyakini sebagai sesuatu yang benar, namun pada kasus yang
dialami Jesse, membuat David harus membuat keputusan lain untuk masa depan
Jesse. Saat ini, pilihan sekolah makin beragam dengan menjamurnya home schooling.
Tapi mungkin keputusan David tidak bisa diterapkan begitu saja untuk semua orang
tua, karena pada kenyataannya setiap anak memiliki garis kehidupan yang sangat
berbeda. Semua anak terlahir sebagai pribadi yang unik, pada hakekatnya semua anak
adalah master piece kehidupan. Orang tua yang dititipi memiliki kewajiban mengasuh
dan memberikan perhatian yang tebaik sejauh kemampuannya.
Hubungan bapak dan anak yang menjadi tulang punggung cerita buku ini,
begitu hangat tergambar dari mereka, bagaimana David menenangkan Jesse yang
patah hati dan Jesse yang akhirnya sangat terbuka menyampaikan apa yang ada dalam
pikirannya juga semua rahasia-rahasianya. Sebuah buku yang sepertinya perlu
dimiliki oleh semua orang tua, untuk menjalin hubungan yang baik dan membangun
komunikasi dengan anak-anaknya. Bagaimana membuat anak-anak merasa
terlindungi dan merasa nyaman saat berada di dekatnya tanpa harus mengorbankan
hirarki yang sesungguhnya, bahwa hubungan orang tua dan anak, tidak sama dengan
hubungan seperti halnya hubungan pertemanan dengan teman sebaya. Dan anak juga
bisa menyadari, bahwa orang tua juga adalah manusia biasa, yang bisa saja salah, bisa
tidak tahu, juga bisa mengalami terpuruk dan tidak berdaya.

191
2. Orang Jawa Jadi Teroris

Sumber : Kompas, 12 Juli 2011


Judul Buku : Orang Jawa Jadi Teroris
Peresensi : Ahmad Faozan
Penulis : M.Bambang Pranowo
Penerbit : Pustaka Alvabet dan Lakip Jakarta
Tahun : Februari 2011
Tebal : 300 halaman
Tidak menuliskan harga buku.

Bagi sebagian masyarakat mempersepsikan orang Jawa adalah orang yang


ramah, santun, religius, dan suka mengalah. Karakter orang Jawa, kemudian
disimbolkan dalam perwayangan dengan Pandawa Lima. Yakni, Puntodewo,
Werkudoro, Arjuna, Nakula, dan Sadewo. Puntodewo, Nakula, dan Sadewa di artikan
sebagai tokoh yang lemah-lembut dan selalu mengalah. Sedangkan, Arjuna sebagai
tokoh yang pandai, baik dalam diplomasi maupun perang. Sedangkan, Werkudoro
tokoh yang lurus, pemberani, dan pantang menyerah. Lantas, bagaimana dengan
banyaknya orang Jawa yang menjadi teroris apakah masih pantas orang Jawa di
simbolkan dengan Pandawa Lima?.
Mayoritas penduduk Jawa Muslim. Islam di sebarluaskan oleh para
Walisongo. Seiring dengan isu teroris di dunia mencuat pasca tragedi 11/9 di Amerika
banyak kaum radikal kemudian menyebarkan panji-panji Jihad untuk memerangi
kaum kafir seperti orang Amerika, Eropa dan negara-negara non Muslim lainnya yang
ada jawa. Bangsa Indonesia, khusunya Jawa di jadikan sebagai tempat dakwah
ideologi radikal. Banyak generasi muda orang Jawa di ajak untuk berjihad. Dengan
dalih, Jihad suci sesuai perintah Agama dan di jamin akan masuk surga. Akhirnya,
banyak orang-orang muda jawa terperangkap yang kemudian menjadi teroris akibat di
cekoki ideologi radikal. Seperti, Amrozi, Imam Samudera, Abu Dujana, dan Abu
Bakar Baasyir dan lain lain.
Terorisme telah menebar kekhawatiran dan ketakutan kepada masyarakat..
Dan, sewaktu-sewaktu ia mampu mengebom dan membuat ancaman secara
mengejutkan. Citra Islam sebagai agama pembawa rahmat bagi pemeluknya di
bungkus dengan kebencian dan makian oleh kaum radikalisme. Misi dakwah kaum

192
radikal yang sukses mendapat pengikut banyak di Jawa. Setelah sukses
mengembangkan jaringan di Jawa akhirnya, kini Jawa di jadikan sebagai tempat
pengendali aksi gerakan terorisme di Indonesia. Sekalipun, para gembong teroris
tersebut kini sudah banyak yang sudah tertembak mati dan tertangkap hidup-hidup
namun, masih saja bermunculan wajah-wajah baru pelaku teroris. Ibarat mati satu
tumbuh seribu.
Buku bertajuk” Orang jawa menjadi teroris” karya Bambang Pranow
berusaha membeberkan mengapa banyak orang Jawa terseret menjadi teroris.
Padahal, orang Jawa sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi toleransi, dan
religius tidak mudah di pengaruhi oleh paham-paham lain yang bertentangan.
Sebagaimana, Islam dapat masuk ke Jawa melalui akulturasi budaya. Berbeda dengan
gerakan Islam radikal yang ada di Jawa mereka berdakwah dengan cara-cara picik dan
licik. Sebagaiman diketahui bahwa “Abu Dujana, Abu Irsyad, Amrozi dll di
gembleng secara fisik, psikologis, dan ideologis untuk melakukan perang dengan
orang kafir yang harus di perangi ”.(Hal 18).
Di tengah kehidupan berbangsa yang semakin kompleks fakto kemisikinan dan
ketidakadilan yang di alami umat Islam nampaknya menjadi penyebab mereka teriur
untuk ikut menjadi teroris. Dalam konteks inilah, buku ini penting untuk di baca.
Buku yang merupakan bunga rampai dari sekumpulan artikel yang tercecer di mana-
mana menarik kita baca. Buku ini, menggugah diri kita untuk bagaimana
menyelesaikan persoalan terorisme di Indonesia khusunya di Jawa. Dan, menjadikan
inspirasi bagi kita untuk tidak membiarkan gerakan teroris di sekeliling kita.
Pembaca kan kesulitan mencari benang merahnya pada buku ini. Sebab, buku
ini terdiri dari kumpulan opini yang beragam pembahasan. Namun begitu, Tidak
kalah pentingnya kini adalah kesadaran semua pihak seperti Ulama, Cedekiawan, dan
komponen masyarakat untuk ikut berpartispasi mengatasi berkembang biaknya paham
terorisme.

193
3. Rp 2 Juta Keliling Thailand, Malaysia, & Singapura

Judul : Rp2 Juta Keliling Thailand,


Malaysia, & Singapura
Penegarang : Claudia Kaunang
Penerbit : B First (Bentang Pustaka)
Cetakan : I, Agustus 2011
Tebal : x + 190 halaman
ISBN : 978-979-24-3863-5
Tidak menuliskan harga buku

Melihat judul bukunya saja, kita pasti akan bertanya-tanya, memangnya bisa
hanya modal 2 juta rupiah keliling tiga negara tetangga itu? Setidaknya, backpacker
sejati Claudia Kaunang sudah membuktikannya sendiri. Biaya dua juta itu sudah
termasuk akomodasi, konsumsi, dan transportasi selama 10 hari perjalanan di awal
Juli 2009. Wow!.
Ada beberapa alasan yang mendasari penulis untuk berpetualang di Thailand,
Malaysia, dan Singapura. Pertama, pemegang paspor Indonesia tidak memerlukan
visa untuk memasuki ketiga negara tersebut, pasti langsung bisa dapat izin masuk
yang biasanya berupa social visit pass. Kedua, karena baik kota Bangkok, Kuala
Lumpur, Penang, dan Singapura memiliki penerbangan langsung menuju Jakarta.
Ketiga, karena biaya hidup di ketiga negara tersebut cukup murah. Bahkan, bisa lebih
murah dibanding Jakarta.
“Bisa dibilang Singapura, Malaysia, dan Thailand adalah negara-negara
yang sadar betul dengan potensi wisata dalam negeri walaupun sebenarnya tempat
wisata yang digembar-gemborkan tidak ada apa-apanya dibandingkan Indonesia.
Namun, kelebihan mereka adalah begitu rapi dan apik mengolah potensi lokal
sehingga tempat yang ‘tidak ada apa-apanya’ tersebut menjadi berdaya jual tinggi
dan ramai dikunjungi wisatawan asing.” (hlm. 11)
Bagi saya yang belum pernah membaca buku bertema traveling sebelumnya,
informasi yang disajikan Claudia Kaunang dalam buku ini sangat lengkap. Terdapat
rincian perhitungan biaya per harinya, keterangan mengenai tempat wisata yang wajib
dikunjungi, penginapan murah yang aman dan nyaman, serta info santapan yang halal
dan enak. Jika itu semua belum cukup, penulis pun menyertakan peta rute perjalanan
dan transportasi umum di tiap kota dalam buku ini. Terdapat pula sejumlah tips aman

194
selama travelling dan menceritakan pengalamannya selama berkeliling tiga negara
tersebut. Melalui kisahnya, kita akan tahu bahwa temperamen sopir-sopir taksi di KL
agak tinggi, bahwa Singapura adalah negara di Asia Tenggara yang paling nyaman
untuk para pejalan kaki, bahwa kota Bangkok adalah surganya para backpackers.
Simak salah satu tips dari penulis berikut ini:
“Jangan menunjukkan muka kesal, cemberut, atau menggerutu kalau sopir
taksi menawarkan harga yang tidak wajar atau tidak mau menyalakan argo karena,
entah kenapa, temperamen sopir-sopir taksi di kota ini (Kuala Lumpur) memang agak
‘tinggi’. Jadi, jangan sampai adu mulut hanya karena tawar-menawar harga.
Tinggalkan saja taksi tersebut dan cari taksi yang lain.” (hlm. 110)
Oh ya, sedikit bocoran, budget 2 juta rupiah ini belum termasuk biaya tiket
pesawat. Namun, jangan merasa tertipu dulu, sebab harga tiket pesawat memang
berubah-ubah. Pergi di saat low season memungkinkan kita mendapat harga tiket
termurah. Mengenai hal ini, lagi-lagi penulis memberikan tipsnya:
“Begitulah harga pesawat. Kalau lagi untung, ya murah banget, tetapi kalau
lagi mahal, ya mau bilang apa. Sering-seringlah mengecek website semua maskapai
penerbangan dan kalau perlu subscribe newsletter mereka supaya bisa update
promosi-promosi yang sedang berlangsung.” (hlm. 168)
Membaca buku ini membuat saya langsung ingin giat menabung supaya kelak
bisa melakukan penjelajahan seperti Claudia Kaunang. Penulis yang juga merupakan
seorang pegawai perusahaan multinasional ini dengan lengkap mencantumkan segala
informasi yang dibutuhkan bagi mereka yang ingin jalan-jalan secara aman dan
nyaman dengan biaya terbatas. Buku Rp2 Juta Keliling Thailand, Malaysia, dan
Singapura ini adalah buku panduan perjalanan pertamanya. “Pergilah melihat dunia
karena dengan cara itulah kita baru bisa mensyukuri negara sendiri.” (hlm. 12)
Claudia Kaunang juga telah menulis empat buku panduan perjalanan lainnya,
yaitu Rp500 Ribu Keliling Singapura; Rp2 Juta Keliling Macau, Hong Kong, dan
Shenzhen; Rp2,5 Juta Keliling Jepang; dan Rp3 Juta Keliling Korea dalam 9 Hari. Ia
pun sangat interaktif dengan para pembacanya, menjawab pertanyaan mereka seputar
dunia traveling melalui talkshow maupun lewat akun Twitter pribadinya, hingga
mengadakan acara jalan-jalan bersama yang disebut #TripBarengCK. Di tahun 2012
ini, #TripBarengCK sudah berkunjung ke Jepang pada bulan Januari lalu. Hal ini
dilakukan penulis untuk membuktikan bahwa apa yang ia tulis dalam buku-bukunya
195
adalah benar dan tidak mengada-ada. Kalau masih penasaran, kunjungi saja Twitter-
nya @ClaudiaKaunang.
Akhir kata, buku ini direkomendasikan bagi siapa pun yang ingin bepergian
secara hemat, aman, dan nyaman.

http://media.kompasiana.com/buku/2012/03/04/resensi-buku-rp2-juta-keliling-
thailand-malaysia-singapura/.diakses tanggal 17 Maret 2012.
4. Emak

ISBN : 9797094867
Halaman : 304
Penerbit : Kompas
Bahasa : Indonesia
Harga : Rp 48.000
Peresensi : Tegas Imam Ramadhan

EMAK
Adalah sebuah masterpiece dari seorang Daoed Joesoef dalam hal penulisan
buku. Bukan muncul dari statemen seorang Daoed, tapi dari saya seorang pembaca.
Kenapa saya sampai menyebutnya masterpiece? Latar belakang Daoed yang bukan
penulis adalah salah satu alasan kenapa saya mengatakannya. Buku yang sarat pesan
yang ditulis oleh seorang mantan menteri pendidikan di era orde baru.
Buku ini dari awal paragraf hingga kalimat terakhir bercerita tentang sesosok
perempuan yang sangat berarti bagi Daoed, Ibu. Dalam bahasa Medan-bahasa asal
Daoed-sering disebut dengan Emak. Yang menarik disini adalah bahwa ada
pembagian cerita oleh Daoed yang disajikan dalam bab-bab yang mengesankan.
Setiap bab mempunyai topik cerita sendiri. Antar bab tidak saling berhubungan secara
langsung. Sehingga buku ini menghadirkan banyak warna yang menyatu dalam
sebuah buku.
Latar belakang jaman revolusi kemerdekaan semakin memperkuat suasana
nostalgia dalam buku ini. Apalagi dalam buku ini sepertinya Daoed tidak hanya ingin
bercerita tentang Emaknya. Ini terbukti dalam beberapa bab dalam buku yang sangat
kental membahas tentang semangat nasionalisme pada waktu itu. Kemudian juga
tentang cerita persahabatan Daoed dengan beberapa teman masa kecil. Cara Daoed

196
menghubungkan antara cerita-cerita lain dengan sosok Emak inilah yang menggelitik
pembaca. Apalagi ketika Daoed melalui tulisannya berusaha untuk memberitahu
pembaca pesan-pesan yang diterimanya dari Emaknya. Ada semacam keluhuran yang
coba ditansformasikan kepada pembaca dengan bahasa yang unik walaupun sedikit
berat.
Mungkin sosok terpelajar Daoed yang membuat buku ini sedikit sekali
diselingi humor-humor. Sepertinya Daoed benar-benar serius ingin menyampaikan
semua pesan yang dia tangkap dari Emaknya. Tapi sedikitnya humor cukup tertutupi
dengan cerita yang memang sangat kuat. Anda harus membacanya sendiri agar tahu
bagaimana luhurnya pesan yang coba disampaikan oleh buku ini. Sangat pas dibaca
oleh para Ibu maupun calon Ibu agar dapat memetik nilai-nilai yang semestinya
dimiliki seorang Ibu. Tidak kalah bermanfaatnya apabila buku ini dibaca oleh
kalangan pemuda. Karena dalam buku ini juga menceritakan bagaimana Daoed muda
pantang menyerah untuk mengenyam pendidikan. Bagaimana kerja keras Daoed dan
kawan-kawannya meraih cita-cita mereka. Saya beruntung menemukan buku ini di
salah satu rak buku di sebuah toko buku di pinggiran Yogya. Apakah anda juga akan
merasa beruntung seperti saya ketika usai membaca Emak ini?
Sumber: http://tegasramadhan.wordpress.com/2011/04/30/emak-penuntunku-dari-
kampung-darat-sampai-sorbonne/

197
BAB XII
PROPOSAL PENELITIAN.

A. Prawacana
Prinsip kerja seorang arsitektur adalah bekerja dengan design, tidak pernah kerja
dengan konsep yang masih belum tertuliskan. Semua garis-garis dalam konstruksi
bangunan yang akan didirikan sesuai dengan perhitungan yang matang untuk
menghasilkan gedung yang diinginkan. Demikian juga dengan naskah proposal penelitian
merupakan design yang akan dilakukan dalam melaksanakan penelitian.
Design penelitian diawali dari judul, disiplin keilmuan yang dimiliki, rumusan
masalah, tujuan penelitian, landasan teori, dan tinjauan pustaka serta metode penelitian
yang digunakan. Semua metode yang dirancang secara detil tergambarkan. Dengan
demikian, akan mempermudah dalam melaksanakan penelitian dan melaporkan hasil
penelitiannya.
Proposal yang dibuat harus mengikuti format yang dibakukan oleh lembaga
masing-masing, baik dari sisi sistematika, teknik penulisan maupun karaktristik lainnya.
Proposal yang disusun harus memperhatikan segala hal yang dapat mendukung
keberhasilan penelitian yang direncakan. Sekiranya dengan segala pertimbangan, ternyata
ditemukan beberapa hal yang kurang mendukung, maka peneliti dengan sabar
mengalihkan kepada topik penelitian yang lain. Pengalihan topik ini dimaksudkan untuk
mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan. Untuk memudahkan pemahaman tentang
proposal penelitian maka, diberikan contoh sederhana sebuah proposal.
B. Hakikat Usulan Penelitian
Penelitian selalu melibatkan penulisan, mulai dari merancang, merencanakan,
meneliti di lapangan, sampai pada melaporkan hasil penelitian. Sebelum merancang suatu
penelitian, peneliti hendaknya membekali diri dengan informasi yang kuat tentang
rencana penelitian yang akan dilakukan mulai dari pemahaman tentang identifikasi,
analisis awal, landasan teori, kajian pustaka, metode penelitian, tata bahasa, tata tulis, dan
format penulisan laporan.
Seorang peneliti biasanya mempersiapkan diri dengan berbagai persiapan antara
lain dengan penguasaan terhadap metode penelitian, landasan teori dan tinjauan pustaka.
Dengan kata lain, meninjau pustaka pun melibatkan penulisan. Tinjauan pustaka
bermuatan pada pemilahan dan pemilihan serta penilaian tentang hasil penelitian yang
dilakukan oleh orang lain dengan kedudukan penelitian yang akan dilaksanakan.
198
Pemilahan dan pemilihan serta penilaian berkisar antara perbedaan dan persamaan yang
sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Melakukan penilaian terhadap laporan hasil
penelitian yang dilakukan oleh orang lain merupakan proses pembelajaran terhadap
penelitian yang sudah dilakukan. Menyusun tinjauan pustaka bukan sekadar menuliskan
tentang rumusan masalah. Tujuan, metode penelitian yang digunakan, hasil penelitian,
tetapi juga memberikan pernyataan perbedaan dan persamaan terhadap penelitian yang
sudah dilakukan.
Peninjauan pustaka sebenarnya merupakan cara untuk mengenal tentang model-
model penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, metode penelitian, dan teknik
analisis data yang digunakan oleh peneliti terdahulu. Dengan demikian, melakukan
tinjauan pustaka merupakan proses pembelajaran praktis dan cepat untuk dapat
melakukan dan melaporkan hasil penelitian. Secara tidak langsung, melakukan tinjauan
pustaka juga merupakan wahana untuk latihan menulis karya ilmiah.
Merancang dan merencanakan penelitian harus diungkapkan secara tertulis di
dalam usulan penelitian (untuk selanjutnya disingkat usulan). Dengan demikian, usulan
adalah sarana bagi peneliti untuk menyampaikan secara tertulis rancangan (design)
penelitian yang akan dilakukannya. Perlu diingat bahwa, penilai (reviewer) usulan tidak
berkomunikasi secara langsung dengan penulis usulan. Reviewer hanya menilai
berdasarkan pemahamannya terhadap tulisan proposal yang diajukan. Semakin jelas
rancangan penelitian yang disusun oleh calon peneliti, semakin mudah usulannya
dipahami dan akhirnya dinilai tinggi. Oleh karena itu, format usulan harus dipatuhi agar
penilai mudah mencari unsur yang harus dinilainya. Apalagi, jika peneliti menyusun
usulan untuk mencari dana, format yang ditawarkan oleh pemberi dana mau tidak mau
harus dipatuhi. Itulah salah satu cara meyakinkan pemberi dana. Memang, format
dirasakan dapat menghambat alur pikir, tetapi hal itu dapat menunjukkan urut-urutan
kerja yang logis. Di samping itu, bagi reviewer dengan format yang sudah dibakukan itu
menjadikan jalan kerja lebih objektif untuk menilai ratusan adakalanya ribuan usulan.
Format proposal penelitian sebagai garis penelitian yang akan dilakukan memuat
tentang judul, bidang ilmu, pendahuluan, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, landasan teori dan tinjauan pustaka, metode penelitian, jadwal penelitian,
perkiraan penelitian, dan lampiran daftar pustaka.

199
C. Langkah Menyusun Proposal
Proposal penelitian skripsi, tesis, disertasi dan usulan untuk penelitian kompetitif
tidak berbeda secara substansial, tetapi secara praktis perbedaan tersebut dapat
dispesifikasikan sesuai dengan karakteristik jenisnya. Diklasifikasikan terdapat beberapa
butir langkah penyusunan proposal penelitian antara lain melakukan identifikasi masalah,
membangun alasan, dukungan literatur, dan sarana prasarana di lapangan.
1. Melakukan Identifikasi Masalah,
Apa sebenarnya yang terjadi di masyarakat, kemudian peneliti dapat
memfokuskan pada apa sebenarnya yang ingin diketahui oleh peneliti. Peneliti dapat
menyusun beberapa pertanyaan melalui pengungkapan apa, kapan, di mana, siapa,
mengapa. Beberapa kata tanya ini peneliti dapat mengawali dengan pertanyaan, pada
bidang apa kompetensi yang dimiliki saya?, dari mana saya harus memulai?, di mana
saya melakukan penelitian?, dalam keadaan apa?, kapan penelitian itu akan/dapat
dilakukan?" "Dengan mengamati peristiwa apa? dan " konsentarasi pada variabel
yang mana yang lebih penting?.
Pada tahap ini, peneliti menempatkan usulannya dalam sudut pandang ilmu
dan masyarakat. Apa sumbangan penelitian ini untuk pengembangan ilmu dan
pembangunan masyarakat? Sering peneliti terjebak dalam tataran praktis. Padahal,
setelah menyebutkan sumbangan praktis, peneliti harus menunjangnya dengan
pemahaman tentang gejala yang mendasar pada penelitian yang akan dilakukan.
2. Membangun Alasan
Membangun alasan di sini peneliti harus jujur terhadap dirinya sendiri, dengan
mengajukan pertanyaan bagi dirinya, apa sebenarnya kebutuhan daya terhadap
penelitian yang akan dilakukan?. Peneliti jangan terjebak pada pertanyaan-pertanyaan
klise yang akan menyulitkan bagi peneliti sendiri. Kalau memang alasan yang dijawab
oleh peneliti ternyata tidak mencukupi untuk dilakukannya penelitian, maka lebih
baik peneliti mengurungkan diri terhadap pilihan topik tersebut.
3. Dukungan Literatur
Meninjau kepustakaan yang gayut/relevan merupakan hal penting untuk didata
dengan baik. Kalau memang dukungan literatur tidak memadai, maka peneliti
hendaknya dapat berlaku bijak untuk dirinya sendiri dengan cara mengalihkan topik
pada penelitian lain yang memiliki dukungan literatur yang memadai.

200
4. Dukungan Sarana dan Prasarana
Menyusun prosposal penelitian hendaknya dapat mengidentifikasi sarana dan
prasaran pendukungnya, kalau memang proposal yang diajukan mudah untuk
mendapatkan sarana dan prasarana di lapangan, maka proposal tersebut dapat
disarankan untuk dilajutkan dalam tindakan nyata dalam penelitian.
D. Sitematika Proposal Penelitian
Sistematika prosposal penelitian antara lain memuat tentang latar belakang,
perumusan masalah,
1. Latar Belakang Penelitian
Latar belakang sebagai paparan pendahuluan menggambarkan dengan jelas
maksud peneliti mengadakan penelitian. Peneliti mengungkapkan keinginan untuk
melakukan penelitian di dalam bab ini. Argumentasi yang mendukung pentingnya
penelitian perlu diungkapkan di dalam bab pendahuluan. Dalam pendahuluan peneliti
menuliskan hal-hal yang melatarbelakangi keinginan peneliti untuk mengetahui dan
mengungkapkan suatu gejala, konsep maupun dugaan dan juga kemungkinan
diterapkannya suatu teori. Di samping itu juga beberapa argumentasi pentingnya
penelitian dilakukan (Lemlit Sunan Ampel, 2002: 15). Masalah penelitian dapat
bersumber dari bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian, seminar,
diskusi, konferensi dan lain-lain pertemuan ilmiah, pernyataan pemegang otoritas,
pengamatan selintas, pengalaman pribadi, atau berasal dari perasaan intuitif, atau
sumber lainnya.
Latar belakang penelitian atau sebagian orang menuliskannya dengan istilah
latar pemikiran. Latar belakang masalah memuat tentang keingintahuan peneliti untuk
mengungkapkan suatu gejala/konsep/dugaan atau menerapkannya untuk suatu tujuan.
Latar belakang dengan mengemukakan tentang hal-hal yang mendorong atau
argumentasi pentingnya dilakukan penelitian. Dengan demikian, peneliti dapat
menguraikan tentang identifikasi masalah yang ada di lapangan. Latar belakang
masalah memuat adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, baik
kesenjangan teoretik ataupun kesenjangan praktis yang melatarbelakangi masalah
yang diteliti. Dalam latar belakang masalah ini dipaparkan secara ringkas teori, hasil-
hasil penelitian, kesimpulan seminar dan diskusi ilmiah ataupun
pengalaman/pengamatan pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti
(STAIN Salatiga, 2008: 15). Di samping yang tertulis di atas, juga disampaikan secara
201
tertulis apabila penelitian ini dilakukan akan memberikan manfaat kepada subyek dan
obyek penelitian termasuk apabila penelitian ini tidak segera dilakukan, maka prediksi
yang akan terjadi dapat dipaparkan dalam latar belakang ini. Contoh latar belakang
masalah dapat dicermati di bawah ini:
PENDIDIKAN LINGKUNGAN DAN
AKSELERASI PROGRAM ADIWIYATA BAGI MADRASAH ALIYAH NEGERI
(MAN)
KOTA SALATIGA

A. Latar Belakang Masalah


Kita percaya bahwa, bumi merupakan tempat hidup manusia dan matahari
sebagai salah satu sumber energi bagi kehidupan. Bumi adalah miliki kita,
konsekuensinya harus dijaga dan dimanfaatkan dengan cara yang bijak.
Harapannya, kelestarian lingkungan dapat dijamin demi kelangsungan hidup
secara baik bagi manusia di masa yang akan datang. Kenyataan yang tampak dan
dirasakan sekarang ini, manusia memanfaatkan sumberdaya alam secara tidak arif,
sehingga lingkungan mengalami kerusakan yang berkelanjutan (Sukandarrumidi
dalam Wardhana, 2010: xiv). Sebagaimana dideskripsikan oleh Fajar (2005: 297)
bahwa kerusakan alam dan lingkungan hidup yang lebih dahsyat bukanlah
disebabkan oleh proses penuaan alam itu sendiri, tetapi justru diakibatkan oleh
tangan-tangan yang selalu berdalih memanfaatkannya, yang sesungguhnya adalah
mengeksploitasi tanpa memperdulikan kerusakan lingkungan.
Kini, kerusakan lingkungan itu tidak saja dilakukan oleh masyarakat kota,
tetapi oleh masyarakat desa, tidak saja dilakukan oleh masyarakat berpendidikan
tinggi tetapi oleh masyarakat tidak berpendidikan, tidak saja dilakukan oleh negara
maju tetapi oleh negara berkembang; bahkan negara terbelakang, bukan saja
dilakukan oleh negara kaya tetapi oleh negara miskin. Salah satu kerusakan
lingkungan itu adalah pemanasan global yang berdampak sistemik bagi kehidupan
manusia dan lingkungannya.
Laju pertumbuhan penduduk di berbagai belahan dunia merupakan fenomena
yang sulit dibendung. Sebagai konsekuensinya, kebutuhan masyarakat yang kian
meningkat memberikan dampak pada perilaku eksploitatif terhadap sumber daya alam
(SDA). Tentu saja, kecenderungan ini berakibat lanjut pada menurunnya tingkat
kuantitas maupun kualitas lingkungan dan SDA secara cepat. Oleh karena itu, kualitas
manusia menjadi isu sentral dalam upaya penyelamatan lingkungan dan SDA. Dengan
202
demikian, hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
sebagai bagian dari hak asasi manusia menjadi terpenuhi. Sebagaimana dalam
UUPLH Bab X bagian kesatu pasal 65 Ayat (1) (UUPLH, 2009: 44) bahwa setiap
orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi
manusia.
UUPLH bab I pasal 1 Ayat (1) menyatakan bahwa lingkungan hidup
merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain
(UUPLH, 2009: 2). Pengetahuan tentang lingkungan hidup yang memadai sangat
diperlukan oleh semua lapisan masyarakat agar bersama-sama mengupayakan
penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup. Hal ini menjadi sangat krusial untuk
segera dilakukan secara bersama. Keyakinan awal menyatakan bahwa, kerusakan
lingkungan alam adalah karena ulah tangan manusia yang serakah. Keyakinan
tersebut akhirnya mengkiblat pada pendidikan sebagai perubah perilaku manusia
untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan yang berkelanjutan. Pada dataran ini,
maka proses pendidikan menjadi semakin banyak dibicarakan orang agar dapat
mengatasi permasalahan-permasalahan lingkungan. Dengan demikian, tidak dapat
disangkal proses pendidikan semakin lama menjadi trademark untuk melakukan
perubahan berfikir, bersikap dan berperilaku bagi manusia untuk peduli terhadap
lingkungan. Trade mark tersebut sangat diperlukan untuk menjawab keresahan
masyarakat tentang kerusakan lingkungan.
Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) memberikan kebijakan
kepada pendidikan dasar dan menengah untuk memberikan materi pelajaran
pendidikan lingkungan hidup (PLH). Tahun 1975 telah dimulai Pendidikan
Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) untuk Sekolah Dasar (SD). Tahun
1982 untuk SMP dan SMA, begitu ada pergantian kurikulum KBK dan menjadi 2004
hingga saat ini KTSP, pembelajaran PKLH masuk dalam gray area, keberadaannya
tidak terindikasi dengan jelas dan tidak terkelola dengan sistematis. Akibatnya, hasil
belajar siswa berupa pengertian dan fakta-fakta tentang sistem ekologis dan
terbangunnya kesadaran menghargai pentingnya lingkungan bagi manusia tidak
tercapai. Kini, Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) bergairah kembali
untuk memberikan kebijakan tentang muatan lokal yang berbasis lingkungan. KNLH
203
pada tanggal 19 Pebruari 2004 bersama-sama dengan Departemen Pendidikan
Nasional, Depertemen Agama dan Departemen Dalam Negeri talah menetapkan
kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Kebijakan PLH ini merupakan
kebijakan dasar sebagai arahan bagi semua pemangku kepentingan (stakeholders)
dalam pelaksanaan dan pengembangan PLH di Indonesia. PLH ini perlu segera
dilakukan mengingat UUPLH nomor 32 tahun 2009 Bab X Pasal 65 Ayat (2)
menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan pendidikan lingkungan
hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat (UUPLH, 2009: 44).
PLH diyakini sebagai solusi yang efektif dan efisien dalam upaya
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap pelestarian fungsi
lingkungan hidup. UUPLH memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. UUPLH Bab X
Pasal 65 Ayat (4) menjelaskan bahwa setiap orang berhak untuk berperan dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-
undangan (UUPLH, 2009: 44). Upaya yang dilakukan melalui pendidikan formal, non
formal, maupun informal. Kebijakan diarahkan agar semua pihak dapat melakukan
pengembangan kelembagaan PLH, peningkatan kualitas sumberdaya manusia,
pengembangan sarana dan prasarana, peningkatan dan efisiensi penggunaan anggaran,
pengembangan materi PLH, peningkatan komunikasi dan informasi, pemberdayaan
peran serta masyarakat dalam pelaksanaan dan pengembangan, dan pengembangan
metode PLH. Aspek kebijakan tersebut perlu ditumbuhkembangkan sehingga dapat
mejadi alat penggerak yang efisien dan efektif bagi kemajuan PLH di Indonesia.
Pelaksanaan di lembaga pendidikan dasar dan menengah melalui materi muatan
lokal PLH selama ini masih belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
perubahan kesadaran dan perilaku masyarakat dalam melakukan tindakan yang
menguntungkan atau berpihak pada lingkungan hidup dan masyarakat. Kebijakan
pengembangan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan hingga sampai di meja
pimpinan saja, pengembangan kurikulum hanya ada di dalam Satuan pelajaran dan
Rencana pembelajaran, kegiatan partisipasi hanya sekedar dalam taraf normatif,
pengembangan sarana dan prasarana hanya sekedar sebagai nomenklatur belaka.
Tindak lanjut yang diharapkan adalah seluruh guru, siswa, dan pekerja sekolah dapat

204
dapat bersinergi melaksanakan kegiatan PLH. Sampai saat ini, PLH di lembaga
pendidikan belum menunjukkan hasil yang memuaskan.
Menyikapi masalah tersebut dan untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman lingkungan hidup kepada peserta didik dan masyarakat di lingkungan
sekolah, maka pada tanggal 3 Juni 2005 telah ditandatangani kesepakatan bersama
antara menteri Negara Lingkungan Hidup dengan Menteri Pendidikan Nasional.
Realisasi dan kesepakatan tersebut pada tanggal 21 Pebruari 2006 telah dicanangkan
Program Adiwiyata, yaitu sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan. Program
Adiwiyata dicanangkan untuk mendorong dan membentuk sekolah-sekolah di
Indonesia agar dapat turut melaksanakan upaya-upaya pemerintah menuju pelestarian
lingkungan dan pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan generasi sekarang
maupun generasi yang akan datang. Pada dasarnya program Adiwiyata tidak
ditujukan sebagai suatu kompetisi/lomba. Penghargaan Adiwiyata diberikan sebagai
bentuk apresiasi pemerintah kepada sekolah yang mampu melaksanakan upaya
peningkatan pendidikan lingkungan hidup secara benar sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan. Program Adiwiyata Pratama bertujuan untuk menciptakan kondisi yang
baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah
yang diwujudkan dalam bentuk pengembangan kebijakan peduli dan berbudaya
lingkungan, pengembangan kurikulum berbasis lingkungan, pengembangan kegiatan
lingkungan berbasis masyarakat, pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung
sekolah peduli dan berbudaya lingkungan.
Mengikuti program sekolah Adiwiyata sebenarnya cukup menguntungkan baik
bagi sekolah maupun bagi siswa sebagaimana dituangkan dalam (Juknis Adiwiyata,
2010: 3) antara lain dapat meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan
operasional sekolah dan penggunaan berbagai sumber daya, meningkatkan
penghematan sumber dana melalui pengurangan konsumsi berbagai sumber daya dan
energi, meningkatkan kondisi belajar mengajar yang lebih nyaman dan kondusif bagi
semua warga sekolah, menciptakan kondisi kebersamaan bagi semua warga sekolah,
meningkatkan upaya menghindari berbagai risiko dampak lingkungan negatif di masa
yang akan datang, menjadi tempat pembelajaran bagi generasi muda tentang nilai-
nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar, dan
mendapatkan penghargaan Adiwiyata.

205
Berdasarkan data penerima penghargaan sekolah Adiwiyata Mandiri tahun
2011 di Jawa Tengah dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah atas
(SMA) tidak satu pun sekolah yang mendapatkan penghargaan tersebut. Berdasarkan
data penerima Adiwiyata Pratama tahun 2011 dari Jawa Tengah hanya tiga sekolah
dari 67 sekolah, yaitu SMPN 4 Boyolali, SMP Negeri Mojotengah Wonosobo, dan
SMAN 2 Temanggung. Dengan demikian, Jawa Tengah hanya memperoleh 5,97 %,
Jawa Barat 3 sekolah berarti 4,47 %, dan Jawa Timur 22% selebihnya dari DKI,
Jogjakarta, dan Luar Jawa. Dengan demikian, penerima penghargaan sekolah
Adiwiyata di Jawa Tengah diterimakan pada sekolah yang berada di bawah
Kementerian Pendidikan Nasional. Tingkat nasional, penerima Adiwiyata Mandiri 0
%, Adiwiyata Pratama hanya 1 (satu) dari Kementerian Agama yaitu MTSN Model
Padang Pariaman Sumatera Barat. Dengan demikian, sekolah yang berada di bawah
naungan Kementerian Agama hanya mendapatkan 1,5 % dan sekolah yang berada di
bawah kementerian pendidikan nasional mendapatkan 98,5 %. Persentase yang
sangat rendah bagi Jawa tengah, bahkan secara nasional bagi Kementerian Agama.
Memang, untuk mendapatkan sebuah penghargaan bergengsi pada sekolah peduli dan
berbudaya lingkungan memang berat, tetapi mengapa di daerah lain begitu besar
persentasenya sementara di pada lingkup Jawa Tengah dan Nasional yang ada di
bawah Kementerian Agama begitu rendah?, Untuk Kementarian Agama Kota Salatiga
mengapa tidak bisa, untuk MAN Kota Salatiga mengapa tidak bisa?. Padahal,
mengikuti program Adiwiyata banyak keuntungan yang dapat dipetik baik bagi
sekolah, guru, maupun siswa itu sendiri.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti berkeinginan untuk
memotret lebih dekat, menemukan problematika, dan solusi yang dapat ditawarkan
untuk MAN Kota Salatiga agar melakukan akselerasi penerimaan Program Adiwiyata
Pratama. Dari latar pemikiran tersebut, peneliti memandang penting penelitian tentang
Pendidikan Lingkungan dan Akselerasi Program Adiwiyata bagi Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) Kota Salatiga. Seandainya penelitian ini segera dilakukan akan
memberikan sumbangan bagi kota Salatiga dengan master plannya sebagai kota
pelajar dengan sesanti Hatti Beriman dan sumbangan bagi Kementerian Agama
sebagai lembaga yang peduli terhadap lingkungan, serta STAIN Salatiga yang peduli
terhadap program pemberdayaan madrasah di lingkungan Kementerian Agama Kota
Salatiga. Demikian juga sebaliknya, apabila penelitian ini tidak segera dilaksanakan,
206
maka diprediksikan Kementerian Agama menjadi sangat tertinggal jauh dengan
Kementerian Pendidikan Nasional. Secara substantif sekolah di bawah naungan
Kementerian Agama kota Salatiga tidak responsif terhadap kebijakan Kementerian
Agama RI dengan Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Dalam Negeri,
dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang telah meratifikasi program
Adiwiyata.
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah berisi penegasan mengenaipertanyaan-pertanyaan yang
hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Di dalamnya tercakup keseluruhan
ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan
masalah. Rumusan masalah hendaknya singkat, padat, jelas dan dituangkan dalam
bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan mencerminkan variabel-
variabel yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut dan
subyek penelitian. Selain daripada itu, rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara
empiris, dalam arti memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan (STAIN Salatiga, 2008: 15).
Perumusan masalah memuat tentang rumusan masalah yang ingin diteliti.
Langkah-langkah yang dapat dijadikan referensi untuk menuliskan tentang rumusan
masalah dengan cara menguraikan pendekatan dan konsep untuk menjawab masalah
yang diteliti, hipotesis yang akan diuji atau dugaan yang akan dibuktikan. Dalam
perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi
batasan penelitian. Uraian perumusan masalah tidak harus dalam bentuk kalimat
tanya. Contoh rumusan masalah dapat diperhatikan di bawah ini:
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana melakukan
akselerasi program Adiwiyata Pratama bagi MAN Kota Salatiga?. Rumusan masalah
tersebut dapat diperinci ke dalam sejumlah pertanyaan berikut:
1. Bagaimana pengembangan kebijakan peduli dan berbudaya lingkungan di MAN
Salatiga?;
2. Bagaimana pengembangan kurikulum berbasis lingkungan?;
3. Bagaimana pengembangan kegiatan lingkungan berbasis masyarakat?;
4. Bagaimana pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan
berbudaya lingkungan?; dan

207
5. Faktor apa yang menghambat MAN Kota Salatiga untuk mendapatkan
penghargaan Sekolah Adiwiyata Pratama?.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan pernyataan sasaran yang ingin dicapai
dalampenelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada rumusan masalah.
Perbedaannya terletak pada bentuk keilmuannya dalam rumusan masalah, kalimatnya
berbentuk pertanyaan, maka dalam tujuan penelitian berbentuk kalimat pernyataan
(STAIN Salatiga, 2008: 16).
Tujuan Penelitian memuat tentang pernyataan singkat mengenai tujuan
penelitian. Penelitian dapat bertujuan untuk menjajaki, menguraikan, menerangkan,
membuktikan atau menerapkan suatu gejala, konsep atau dugaan, atau membuat suatu
prototipe. Contoh tujuan penelitian ini dapat diperhatikan di bawah ini:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang:
1. Pengembangan kebijakan peduli dan berbudaya lingkungan;
2. Pengembangan kurikulum berbasis lingkungan;
3. Pengembangan kegiatan lingkungan berbasis masyarakat;
4. Pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan berbudaya
lingkungan; dan
5. Faktor penghambat MAN Kota Salatiga untuk mendapatkan penghargaan Sekolah
Adiwiyata Pratama.
D. Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
Landasan tori memuat tentang teori yang dijadikan sebagai landasan dasar
untuk melakukan penelitian, sedangkan tinjauan pustaka memuat tentang uraian
pokok tentang hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya yang memiliki
kemiripan dari berbagai sudut pandang.
Menuliskan landasan teori dan tinjauan pustaka usahakan dengan memilah dan
memilih pustaka terbaru, relevan, dan asli. Langkah yang harus diikuti dengan
memberikan referensi dengan cara menguraikan dengan jelas kajian pustaka yang
menimbulkan gagasan dan mendasari penelitian yang akan dilakukan.
Contoh landasan teori dan tinjauan pustaka/telaah pustaka dapat diperhatikan
di bawah ini:
Landasan Teori
1. Pendidikan Lingkungan Hidup
208
a. Kebijakan UNESCO dan Implikasisinya di Indonesia
Sesuai dengan rekomendasi hasil Lokakarya Pendidikan Lingkungan di
Berado, Yogaslavia sejak tahun 1970 pendidikan lingkungan tidak hanya
terbatas pada pemberian pengetahuan lingkungan, akan tetapi juga
mengembangkan sikap dan nilai yang menggambarkan pengembangkan
kesadaran terhadap lingkungan di sekitarnya dan memiliki tanggung jawab
dalam berbuat untuk memecahkan isu dan persoalan lingkungan (UNESCO),
1985). Hal senada diulangi lagi pada konferensi antar Pemerintah tentang
pendidikan Lingkungan di Tribilisi Uni Sofyet yang menekankan pada
masyarakat Internasional agar mempertimbangkan untuk memasukkan nilai-
nilai etik ke dalam pendidikan lingkungan dan agar dalam mengembangkan
kreativitas dan nilai diarahkan pada peningkatan kualitas hidup (UNESCO,
1985) dalam Farikhah (2011: 79).
Mochizuki (2010: 37) memberikan penjelasan bahwa program education
for sustainable development ESD yang di dalamnya ada unsur pendidikan
lingkungan sangat penting untuk mewujudkan program MDGs. Berikut
Tulisan keterangan Mochizuki (2010: 45) One aspect is the idea that
education for sustainable development (ESD)supplements forerunning global
education campaigns of EFA and the UN Literacy Decade (UNLD), and the
other aspect is the notion of ESD as the umbrella term which supplements
various ‘adjectival education’ programmes. For example, DESD International
Implementation Scheme (IIS) emphasises the importance of basic education
and contributing to MDGs and the EFA movement as well as of ‘building upon
the learning from years of environmental, health, peace, economic, human
rights and development education networks around the world that for many
years have used innovation to deliver valuable services in difficult situations’.
Topik yang berkaitan dengan program lingkungan oleh UNESCO
sebagaimana dikutip oleh Yoko Mochizuki (2010: 46) antara lain
Environmental perspective, natural resources (water, energy, agriculture,
biodiversity), climate change, rural transformation, sustainable urbanisation,
disaster prevention and mitigation.

Lingkungan hidup yang disemaikan melalui dunia pendidikan tidak


harus menjadi mata pelajaran tersendiri, tetapi disajikan lintas mata pelajaran
melalui pokok-pokok bahasan yang relevan. Dengan kata lain, lingkungan
hidup tidak cukup hanya menjadi tanggung jawab guru Geografi, IPA,
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) saja, misalnya, tetapi harus menjadi
tanggung jawab semua guru mata pelajaran (integrated). Sebagaimana
dipaparkan oleh Mochizuki (2010: 52) bahwa, masyarakat diminta untuk turut
berpartisipasi pada program pendidikan lingkungan tanpa meresahkan dana
dari pemerintah, berikut paparannya:
“The mainstream discourse of ESD celebrates school-community
partnerships as the ‘panacea’ and exhorts the community to provide
supplementary resources voluntarily to public schools, without giving serious
209
thought to the diminished role of the state in financing education-formal
education (including higher education) as well as what Asaoka (2005a) called
‘formal social education’ (i.e., Kōminkan education)”.

Budaya cinta lingkungan hidup penting dikembangkan melalui dunia


pendidikan, dengan alasan jutaan anak bangsa kini tengah gencar menuntut
ilmu di bangku pendidikan. Merekalah yang kelak akan menjadi penentu
kebijakan tentang penanganan dan pengelolaan lingkungan hidup agar
menjadai sustainable. Kondisi terhadap krisis lingkungan harus disampaikan
oleh guru di sekolah, sebagaimana dikonsepkan oleh Pant (tt: 1) berikut
paparan yang dapat dicermati:
The earth’s environment is in crisis mainly because it is being abused
beyond its capacity by human beings. The present paper examines the need for
environmental education and awareness in the present times. Teachers and
educators to spread awareness about environmental issues and problems. The
emphasis is on sensitizing the student community through their teachers who
can play a pivotal role in transmitting the requisite knowledge, skills, attitudes
and values, essential to restore or at least arrest the irreversible damage being
caused to the environment. Lebih lanjut disampaikan oleh Hema Pant (tt: 1)
bahwa The concept of environment education emerged only in the seventies
which was called as the decade of environmental education. During that
period the world realized that environmental concerns and awareness could
be spread only through a mass environment education program. The concept
of environment education emerged from the Stockholm Conference organized
by the United Nation in 1972.

Menanamkan nilai-nilai budaya cinta lingkungan hidup kepada anak-


anak bangsa melalui bangku pendidikan sama saja menyelamatkan lingkungan
hidup dari kerusakan yang makin parah. Hal itu harus dimulai sekarang juga.
Sebagaimana dikonsepkan oleh Hema Pant (tt: 2) bahwa guru merupakan
transmitter untuk memberikan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan.
Berikut paparannya:
“Teacher’s can play a pivotal role in transmitting knowledge and
creating awareness about the environment and help to tackle the local and
global environmental issues. The teacher’s community should be motivated
and committed to the cause of realizing the goals of environment education
and should take initiatives in designing the program of environment education.
However for teachers to succeed in their enterprise and endeavor for
spreading environmental awareness, it is important that the educational
institutions should provide conditions conducive for it. It is essential that
teachers should be properly trained themselves on environment concepts and
skills to impart training to learners. Teachers should be well equipped with the
knowledge method and teaching learning, material to inculcate the right
210
understanding of and attitude towards environment in the learners. To create
a workforce and community of environmentally aware and concerned citizens,
technology can play a vital role”.

Kementerian Pendidikan Nasional yang memiliki wewenang untuk


menentukan kebijakan harus secepatnya “menjemput bola” agar dunia
pendidikan kita mampu melahirkan generasi masa depan yang peduli
lingkungan dan memiliki kepekaan terhadap persoalan lingkungan yang
dihadapi masyarakat dan negaranya.
b. Kebijakan Pemerintah Melalui Kementerian Negara Lingkungan Hidup
dan Pendidikan Nasional.
Sebagaimana dalam kesepakatan bersama antara Menteri Negara
Lingkungan Hidup dengan Menteri pendidikan Nasional nomor
003/MENLH/02/2010, Nomor 01/II/KB/2010 tentang Pendidikan Lingkungan
Hidup. Pada nota kesepakatan tersebut menimbang bahwa:
“Pelaksanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan, memerlukan
sumber daya manusia yang sadar dan mampu memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup, bahwa pengetahuan, nilai, sikap, perlaku dan wawasan
mengenai lingkungan hidup perlu diberikan sejak dini kepada seluruh lapisan
masyarakat dan peserta didik pada semua satuan, jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan, bahwa penguatan dan pemberdayaan lembaga dan masyarakat
pelaku dan pemerhati lingkungan hidup perlu ditingkatkan”. Disebutkan pada
pasal 4 bahwa Menteri Pendidikan Nasional sebagai pihak kedua bertanggung
jawab untuk menetapkan kebijakan, pedoman dan program pendidikan
lingkungan hidup; dan membina, mengembangkan, mengintegrasikan,
menetapkan materi dan sarana/prasarana pendidikan serta pelatihan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada sistem pendidikan
nasional, meningkatkan kapasitas peserta didik, pendidikan dan tenaga
kependidikan, masyarakat, pemangku kebijakan pendidikan pusat dan daerah,
dan melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pendidikan lingkungan
hidup.

Kesepakatan Bersama antara Menteri Negara Lingkungan Hidup


dengan Menteri Pendidikan Nasional nomor 03/MENLH/02/2010. Nomor
01/II/KB/2010 tentang Pendidikan Lingkungan Hidup bertujuan
menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, perilaku, dan
wawasan, serta kepedulian lingkungan hidup peserta didik dan masyarakat;
dan meningkatkan mutu sumber daya manusia sebagai pelaksana
pembangunan berkelanjutan dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Ruang
lingkup berdasarkan Kesepakatan bersama tersebut meliputi:
211
Pengembangan pelaksanaan pendidikan untuk pembangunan
berkelanjutan (education for sustainable development/ESD) termasuk
pendidikan lingkungan hidup yang dilaksanakan pada semua jalur, jenjang dan
jenis pendidikan sebagai wadah/sarana menciptakan perubahan pola pokir,
sikap, serta perilaku manusia yang berbudaya lingkungan hidup. Koordinasi
dan sinergi dalam penyusunan program pendidikan lingkungan hidup jangka
pendek, menengah, dan panjang sebagai bagian dari ESD. Revitalisasi
penelitian dan pengembangan dalam bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Pemberian penghargaan kepada individu, lembaga dan
masyarakat yang peduli berjasa dan/atau berprestasi dalam bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, peningkatan kapasitas,
komitmen, dan peran serta masyarakat, pemangku kebijakan pendidikan pusat
dan daerah, serta pendidikan dan tenaga kependidikan untuk berperan aktif
menjaga dan melestarikan fungsi lingkungan hidup.

2. Program Adiwiyata
a. Sejarah Adiwiyata
Adiwiyata adalah sebuah program yang dicanangkan KLH pada
tanggal 21 Februari 2006 yang bertujuan untuk mendorong dan membentuk
sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan, yang mampu berpartisipasi dan
melaksanakan upaya pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan
bagi kepentingan generasi sekarang maupun yang akan datang (Juknis, 2010:
1).
b. Pengertian
Adiwiyata adalah sekolah yang baik dan ideal sebagai tempat
memperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang
dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan cita-
cita pembangunan berkelanjutan PP nomor 2 tahun 2009 pasal 1 (1). Program
Adiwiyata adalah salah satu program kerja berlingkup nasional yang dikelola
oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mewujudkan
pengembangan pendidikan lingkungan hidup (PP nomor 2 tahun 2009 pasal 1
(1) dan (2)
Sebagai program yang dicanangkan oleh Kementerian Negara
Lingkungan Hidup pada tanggal 21 Februari 2006, Adiwiyata berasal dari
berasal dari dua kata Sanskerta Adi dan Wiyata. Adi bermakna besar, agung,
baik, ideal, atau sempurna. Wiyata mempunyai makna tempat di mana
seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan, norma, dan etika dalam kehidupan
sosial. Perpaduan dua kata tersebut bermakna tempat yang baik dan edial di
mana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika
yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup

212
kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan (Juknis
Adiwiyata, 2010: 2).

c. Tujuan
Tujuan Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah
untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga
di kemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam
upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan
(Juknis Adiwiyata, 2010: 2).

d. Kegiatan Utama Adiwiyata


Kegiatan utama Adiwiyata adalah mewujudkan kelembagaan sekolah
yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di
Indonesia (Juknis Adiwiyata, 2010: 2).
e. Norma Dasar Adiwiyata
Norma-norma dasar Adiwiyata meliputi norma kebersamaan,
keterbukaan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
sumber daya alam.
f. Prinsip-prinsip Dasar Program Adiwiyata
Prinsip-prinsip dasar program Adiwiyata adalah partisipatif dan
berkelanjutan (Juknis Adiwiyata, 2010: 3).
g. Keuntungan Mengikuti Porgram Adiwiyata
Keuntungan mengikuti program Adiwiyata sebagaimana dituangkan
dalam (Juknis Adiwiyata, 2010: 3) adalah: meningkatkan efisiensi dalam
pelaksanaan kegiatan operasional sekolah dan penggunaan berbagai sumber
daya, meningkatkan penghematan sumber dana melalui pengurangan
konsumsi berbagai sumber daya dan energi, meningkatkan kondisi belajar
mengajar yang lebih nyaman dan kondusif bagi semua watga sekolah,
menciptakan kondisi kebersamaan bagi semua warga sekolah, meningkatkan
upaya menghindari berbagai risiko dampak lingkungan negatif di masa yang
akan datang, menjadi tempat pembelajaran bagi generasi muda tentang nilai-
nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar,
mendapatkan penghargaan Adiwiyata.
h. Indikator dan Kriteria Program Adiwiyata
Indikator dan Kriteria Program Adiwiiyata berdasarkan Juknis
Adiwiyata, (2010: 3-5) antara lain pengembangan kebijakan sekolah peduli
dan berbudaya lingkungan, pengembangan kurikulum berbasis lingkungan,
pengembangan kegiatan lingkungan berbasis patisipatif, pengembangan dan
atau pengelolaan sarana pendukung sekolah.
i. Pemberian Penghargaan
213
Penghargaan Adiwiyata yang dilaksanakan melalui Program Adiwiyata
merupakan salah satu bentuk penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah
kepada lembaga pendidikan formal yang dinilai berjasa dalam
mengembangkan pendidikan lingkungan hidup (PP nomor 2 tahun 2009).

3. Akselerasi Program Adiwiyata


Akselerasi program Adiwiyata meliputi pengembangan kebijakan peduli
dan berbudaya lingkungan, pengembangan kurikulum berbasis lingkungan,
pengembangan kegiatan lingkungan berbasis masyarakat, pengembangan dan
pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan berbudaya lingkungan, Faktor
menghambat upaya sekolah untuk mendapatkan penghargaan Sekolah Adiwiyata
Pratama.
Kajian Pustaka/Telaah Pustaka
Sudarwanto. Tesis. 2009. UNS Surakarta. Judul Kajian Pendidikan
Lingkungan Hidup (LH) di SD, SMP terhadap Pembentukan Perilaku Siswa dalam
Rangka Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan di Kab. Demak. Hasil penelitian
Pendidikan lingkungan hidup yang diajarkan di SD dan SMP di Kabupaten Demak
dilakukan melalui pendekatan monolitik dan integratif, pelaksanaan pendidikan LH di
SD dan SMP di Kabupaten Demak dilakukan dengan struktur kurikulum dan
penilaian yang baik. Perilaku siswa di sekolah sudah turut serta dalam pengelolaan
lingkungan.
Hanna Lestari. Tesis. 2004.UNS Surakarta. Judul Kajian Perencanaan
Pengajaran Mata Pelajaran Kepedulian pada Diri dan Lingkungan Tingkat SD di
Kota Semarang. Hasil penelitian Perencanaan pengajaran mata Pelajaran Kepedulian
pada Diri dan Lingkungan Tingkat SD di Kota Semarang telah dilakukan meskipun
tidak sempurna, pelaksanaan pengajaran mapel Kepedulian pada Diri dan
Lingkungan (KPDL) tingkat SD di kota Semarang tidak sesuai dengan perencanaan,
karena alasan mapel KPDL digunakan untuk mengejar materi mata pelajaran, materi
pelajaran KPDL yang ada masih kurang tepat.
Syahdian, Tesis/2000. UNS Surakarta. Hubungan Pelaksanaan Pendidikan
Kependudukan dan Lingkungan Hidup dengan Partisipasi Siswa SMU dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tebing Tinggi. Hasil penelitian Hubungan
Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup dengan Partisipasi
214
Siswa SMU dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tebing Tinggi Kondisi
sosial guru yang baik seperti pengalaman mengajar, kesejahteraan, terjalinnya
komunikasi dengan orangtua siswa, pengarahan dan pengawasan kepala sekolah,
pengadaan literatur yang berhubungan dengan PKLH dan penataran PKLH
menunjukkan pengaruh positif terhadap partisipasi siswa dalam pengelolaan
lingkungan hidup.
Ketiga Tesis tersebut mengambil subyek penelitian siswa terhadap kepedulian
diri dan lingkungan, pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup yang
dilaksanakan di lembaga pendidikan formal. Persamaan dengan penelitian terdahulu
adalah topik tentang pendidikan lingkungan hidup di lembaga pendidikan formal.
Perbedaannya pada penelitian yang akan dilaksanakan adalah tentang akselerasi
program Adiwiyata Pratama dengan subyek penelitian kepala sekolah, waka
kurikulum, waka kesiswaan, waka sarana dan prasarana, dan guru yang membidangi
mata pelajaran serupa.
E. Hipotesis Penelitian
Penelitian kuantitatif biasanya mengajukan hipotesis penelitian sebagai
jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian yang akan dibuktikan secara
empirik. Rumusan hipotesis hendaknya bersifat definitif atau direksional. Artinya,
dalam rumusan hipotesis tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan
antara variabel, melainkan telah ditunjukkan sifat hubungan atau keadaan perbedan
itu. Suatu hipotesis dianggap baik apabila menyatakan keterkaitan hubungan antara
dua variabel atau lebih dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan, dirumuskan
secara secara ringkas, padat, dan jelas, dan dapat diuji secara empirik (STAIN
Salatiga, 2008: 16). Dengan demikian, hipotesis hendaklah menyatakan pertautan
antara dua variabel atau lebih, hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat
deklaratif atau pernyataan, hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat,
hipotesis hendaklah dapat diuji, artinya hendaklah orang memungkinkan
mengumpulkan data menguji kebenaran hipotesis itu.
Contoh hipotesis ada hubungan positif dan signifikan antara kedisiplinan orang
tua terhadap ketaatan beribadah.
F. Definisi Operasional
Definisi oprasional dimaksudkan untuk menghindari kekurangjelasan atau
pemahaman yang berbeda antara pembaca dengan peneliti mengenai istilah-istilah
215
yang terdapat dalam judul penelitian. Istilah yang perlu diberi penegasan adalah
istilah-istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terdapat di dalam
skripsi. Kriteria bahwa suatu istilah mengandung konsep pokok adalah jika istilah
tersebut terkait erat dengan masalah yan diteliti atau variabel penelitian (STAIN
Salatiga, 2008: 17)
Definisi operasional dirumuskan berdasarkan atas sifat-sifat hal yang
didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi), definisi operasional yang berdasar atas
kegiatan-kegiatan (operations) yang harus dilakukan agar yang didefinisikan itu
terjadi, dan definsi operasional yang berdasar atas bagaimana hal yang didefinisikan
itu nampaknya (seringkali menunjuk kepada alat pengambil datanya).
Definisi operasional variabel tidak menjelaskan definisi variabel secara istilah
seperti dalam kamus, tetapi menjelaskan definisi atau pengertian variabel yang
dikehendaki oleh peneliti. Misalnya, jika ada variabel hasil belajar siswa maka
definisi operasional variabel yang dikehendaki peneliti adalah skor tes harian siswa,
skor tes semester siswa dan lain-lain.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan pisau bedah untuk mengetahui permasalahan
yang diajukan dalam penelitian. Metode Penelitian memuat tentang metode yang
digunakan dalam penelitian secara rinci. Penelitian yang menggunakan metode
kuantitatif harus menguraian tentang jenis penelitian yang digunakan, pendekatan
penelitian, populasi dan sampel, waktu, tempat, teknik pengumpulan data, dan analisis
data, cara penafsiran dan penyimpulan hasil penelitian.
Teknik pengumpulan data diuraikan dengan jelas dan tepat nilai guna dan tepat
waktu serta tepat untuk mendapatkan data yang ada. teknik pengumpulan data yang
disebutkan dalam penelitian antara lain observasi, interview, dan dokumentasi.
Rancangan penelitian yang akan dilakukan harus jelas memberikan gambaran tentang
teknik pengumpulan data. Contoh teknik pengumpulan data dengan wawancar, maka
harus disebutkan tentang subyek dan obyek penelitian, serta ditunjukkan dengan jelas
model wawancara yang dipilih, apakah wawancara terbuka atau tertutup. Di samping
itu juga harus menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data yang sudah ditentukan
untuk mendapatkan data tetang apa. Demikian juga berlaku pada penelitian berjenis
kuantitatif, harus dengan jelas memberikan langkah-langkah yang akan dilakukan,
sebagai contoh penetapan tentang teknik pengumpulan data, deskripsikan tentang cara
216
yang akan dilakukan serta bagaimana angket itu diberikan apakah langsung atau tidak,
terbuka atau tertutup, skala yang digunakan, teknik pengukuran yang akan digunakan
dengan menuliskan rumus-rumus yang digunakan. Dengan demikian, dalam bab-bab
berikutnya tidak serta muncul tanpa diawali pada bab yang mendeskripsikan tentang
teknik pengumpulan datanya. Teknik analisis data juga demikian halnya, yaitu dengan
menuliskan rumus-rumus yang akan digunakan dalam menganalisa hasil penelitian
yang dilakukan. Contoh metode penelitian dapat dicermati di bawah ini:
Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan field research dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Menurut Milles dan Michael (1992: 2) penelitian kualitatif akan
mendapatkan data kualitatif yang sangat menarik, memiliki sumber dari deskripsi
yang luas dan berlandasan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses
yang terjadi dalam lingkup setempat. Peneliti dapat memahami alur peristiwa
secara kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran orang-orang
setempat, dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat, serta dapat
memperoleh penemuan-penemuan yang tidak diduga sebelumnya untuk
membentuk kerangka teoretis baru.

2. Subyek Penelitian
Menurut Mulyana (2004: 187) Subyek penelitian yang biasa digunakan
dalam penelitian kualitatif adalah dengan nonprobability sampling yaitu teknik
purposive sampling (sampel bertujuan). Menurut Nasution, (2007: 98) sampling
purposive yaitu dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih betul oleh
peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu. Tentang jumlah
subyek penelitian menurut Mulyana (2004: 182) bahwa peneliti yang
menggunakan penentuan sampel purposive sampling dengan mewawancarai
sampel acak dari suatu kelompok yang diteliti, tidak ada kriteria baku mengenai
berapa jumlah responden yang harus diwawancarai. Sebagai aturan umum,
peneliti berhenti melakukan wawancara sampai data menjadi jenuh, artinya
peneliti tidak menemukan aspek baru dalam fenomena yang diteliti. Berdasarkan
teori di atas, maka peneliti menentukan subyek secara sampling purposive yang
meliputi kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, waka sarana dan
prasarana, dan guru yang membidangi mata pelajaran serupa.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di MAN Kota Salatiga

217
4. Sumber Data
Sumber data dengan tiga (3) P, yaitu person, paper, dan place (Arikunto,
1998: 107). Person terdiri dari kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan,
waka sarana dan prasarana, dan guru yang membidangi mata pelajaran serupa.
Paper dengan meneliti tentang administrasi kurikulum, dan place yaitu tempat di
MAN Kota Salatiga.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara
mendalam (in-depth) secara terbuka dan Observasi. Wawancara adalah bentuk
komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh
informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2004: 180). Wawancara yang akan
dilakukan dengan menggunakan dua tahap, pertama peneliti melakukan deskripsi
dan orientasi awal tentang masalah dan subyek yang dikaji. Kedua melakukan
wawancara mendalam sehingga menemukan informasi yang lebih banyak dan
penting sampai menemukan titik jenuh. Wawancara yang digunakan dengan
model wawancara terbuka, artinya informan dapat mengungkapkan beberapa
upaya yang dilaksanakan dan gagasan beserta starategi yang akan dilaksanakan
serta hambatan yang diprediksikan. Meskipun demikian, peneliti tetap
menggunakan kisi-kisi wawancara yang berisi tentang pengembangan kebijakan
peduli dan berbudaya lingkungan, pengembangan kurikulum berbasis lingkungan,
pengembangan kegiatan lingkungan berbasis masyarakat, pengembangan dan
pengelolaan sarana pendukung sekolah peduli dan berbudaya lingkungan. Untuk
membantu mendapatkan data penting, maka peneliti menggunakan tape recorder.
Data yang diperoleh dibuat verbatim wawancara yang memuat daftar wawancara,
koding dan interpretasi. Dalam wawancara dapat dideskripsikan situasi, kondisi,
dan identitas informan, termasuk pengantar wawancara hingga materi wawancara
tentang topik yang diteliti semua dicatat dalam verbatim. Koding dengan cara
membuat kode-kode berdasarkan hasil wawancara. Hasil membuat kode tersebut
dibuat secara deskriptif berupa persepsi yang dapat disimpulkan secara sementara.
Observasi yang dilakukan dengan observasi terbuka. Menurut Sukardi
(2005: 79) Observasi terbuka kehadiran peneliti dalam menjalankan tugasnya di
tengah-tengah kegiatan responden diketahui secara terbuka, sehingga antara
218
responden dengan peneliti terjadi hubungan atau interaksi secara wajar. Observasi
dilakukan untuk mendapatkan data tentang pengembangan kegiatan lingkungan
berbasis masyarakat, pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah
peduli dan berbudaya lingkungan.
6. Teknik Analisis Data
Data are broken down into discrete parts, closely examined, compare for
similarities and differences, and questions are asked about the phenomena as
reflected in the data. Through this process, one’s own and others assumtions
about phenomena are questioned or explored, leading to new discoveries Strauss
and Corbin dalam Salim (2006: 21).

Data diteliti, dibandingkan untuk diketahui persamaan dan perbedaan, dan


fenomena yang tercermin dalam data. Melalui proses ini, diharapkan dapat
mengarah ke penemuan-penemuan baru. Teknik analisis data yang digunakan
adalah Interpretasi. Menurut Bekker dan Ahmad Kharis Zubair, (1990: 94),
interpretasi berusaha untuk membaca dari data kebudayaan dan fenomena,
konsepsi filosofisnya, yaitu konsepsi terdalam tentang hakikat manusia, alam, dan
Tuhan, yang memberi inspirasi dan menjiwai kehidupan masyarakat
Proses analisis data sebagaimana penelitian kualitatif, maka digunakan
teknik analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Reduksi
data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan pada penyederhanaan,
abstraksi dan transformasi data kasar yang diperoleh di lapangan. Penyajian data
(data disply) yaitu deskripsi kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan
untuk melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penarikan
kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and ferification) dari permulaan
pengumpulan data, periset kualitatif mencari makna dari setiap gejala yang
diperoleh di lapangan, mencatat keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi
yang mungkin ada, alur akusalitas, dan proposisi (Salim, 2006: 22-23).
7. Pengecekan Keabsahan Data
Mengikuti teori Moleong (2000: 173) Pengecekan keabsahan data yang
digunakan didasarkan pada empat kriteria yaitu derajat kepercayaan (credibility),
keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian
(confirmability). Uji derajat kepercayaan (credibility) dilakukan dengan cara
melakukan pembuktian apakah yang diamati oleh peneliti benar-benar sesuai
dengan apa yang sesungguhnya terjadi secara wajar di lapangan. Untuk
219
melakukan uji kepercayaan (credibility) ini dilakukan observasi secara terus
menerus. Keteralihan (transferability) membuat uraian laporan atas data yang
ditemukan secara khusus dengan jelas ditulis sehingga dapat dipahami oleh
pembaca. Kebergantungan (dependability) dilakukan untuk mengurangi
kesalahan-kesalahan dalam mengumpulkan, menginterpretasi temuan dan laporan
hasil penelitian dengan cara menentukan dependent auditor (konsultan peneliti).
Kepastian (confirmability) dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh memenuhi obyektifitas atau tidak. Untuk melakukan uji confirmability
ini dilakukan dengan cara melakukan konfirmasi apakah pandangan, pendapat,
dan penemuan seseorang juga telah disepakati oleh orang lain secara obyektif.
Oleh karena itu, data yang sudah dikumpulkan dikonfirmasikan dengan para ahli
yang membidanginya.

8. Jadwal
Menuliskan jadwal pelaksanaan penelitian memiliki fungsi untuk
mendapatkan perencanaan penelitian yang matang, sehingga penelitian yang
dilaksnaakan itu tidak serampangan. Oleh karena itu, proposal penelitian sebagai
sebuah rancangan penelitian harus memuat jadwal waktu yang dapat dilaksanan.
Jadwal yang sudah direncanakan bukan sekedar untuk mengisi format yang ada,
tetapi benar-benar dipatuhi oleh peneliti.
Jadwal penelitian yang direncanakan meliputi kegiatan persiapan,
pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian dalam bentuk bar-chart. Jadwal
pelaksanaan mengacu pada metode Penelitian yang ada. Jadwal penelitian dibuat
sesuai dengan karakteristik jenis penelitian yang direncanakan. Contoh jadwal
penelitian dapat diperhatikan dalam bar chart sebagai berikut:
Tabel Jadwal Penelitian
KEGIATAN BULAN KE
NO
1 2 3 4 5 6
1 Perizinan X
2 Studi Kelayakan X
3 Penyempurnaan Rencana Penelitian X
4 Klasifikasi dan Inventarisasi Data X

220
5 Pembuatan Pedoman Wawancara X
6 Wawancara dengan Key Person X
7 Analisis Data Awal X
8 Seminar dengan Pakar X
9 Analisis Data Lanjutan X
10 Pembuatan dan Penyusunan Laporan X
11 Penggandaan dan Pendistribusian X
Laporan

E. Uji Kejujuran Peneliti dalam Menyusun Proposal


Menyusun proposal penelitian memerlukan kejujuran, penyusunan proposal yang
tidak dijiwai nilai-nilai kejujuran, bukan tidak mungkin akan berhenti di jalan sebelum
penelitian itu selesai dilakukan. Beberpa uji kejujuran bagi peneliti dalam melakukan
penelitian antara lain diawali dengan beberapa pertanyaan dari beberpa komponen
penting, antara lain:
1. Minat Pribadi Peneliti:
Apakah topik yang ditentukan merupakan topik pilihan sendiri? Anda benar-
benar meminati topik itu?. Melakukan penelitian memiliki kompleksitas masalah baik
dari segi kepemilikan teori, metodologi, dan minat yang menonjol. Jika topik
penelitiannya bukan berasal dari peneliti sendiri, sangat mungkin peneliti mersa tidak
tertearik, tidak menguasai, kurang baik, kurang bergengsi dan lain sebagainya.
Apabila kondisi ini melingkupi seorang peneliti, maka disarankan untuk memilikih
tipik yang memang berasal dari diri penetliti sendiri.
2. Kemampuan dan pendidikan peneliti
Tidak ada satu orang pun yang mau menjamin bahwa dengan ijazah yang
dimiliki dapat menjadikan seseorang menguasi bebragai macam ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, pertanyaan yang bisa diajukan adalah apakah saya memiliki
kompetensi terhadap pilihan topiknya?. Jangan mencurangi diri sendiri, karena
peneliti sendiri yang akan merugi, mengakui keterbatasan bukan kegagalan tetapi
memanfaatkan potensi yang tersedia.
a. Situasi sosial peneliti:
Situasi sosial peneliti juga perlu dipertimbangkan, kepribadian, kemampuan
berinteraksi, reputasi, profesi, integrasi kelembagaan, dapat menentukan
221
keberhasilan penelitian. Kalau peneliti memiliki hambatan ini, maka hindari
pengumpulan data dengan wawancara, tetapi akan memilih angket yang cukup
disampaikan untuk diisi dan dikumpulkan kepada peneliti.
b. Sumber daya materiil peneliti
Sumber daya materiial peneliti juga memiliki daya yang dapat
menguatkan hasil penelitian yang dilakukan, introspeksi tersbut antara lain
ketercukupan dana untuk melakukan penelitian, melakukan perjalanan, membeli
peralatan? Tersediakah rujukan yang Anda perlukan? Laik (feasible) telitikah
topik Anda? Berapa waktu yang dapat Anda alokasikan untuk penelitian ini?.
Kalau peneliti hanya memiliki finansial yang terbatas, maka hindari pilihan-
pilihan topik yang dapat menguras kantong.

222
BAB XIII
BAGIAN AWAL dan AKHIR NASKAH KARYA ILMIAH

A. Prawacana
Naskah karya ilmiah memuat bagian awal, isi, dan akhir. Bagian awal dan akhir
naskah seringkali kurang mendapatkan perhatian serius dari peneliti untuk melaporkan
hasil penelitiannya. Laporan hasil penelitian sebagai karya ilmiah tidak sekadar memuat
hasil laporan yang berupa teks, tetapi juga diikuti dengan tata tulis dan ketentuan-
ketentuan lain. Sebagai bagian dari laporan naskah karya ilmiah, maka harus memenuhi
kriteria dalam penulisan karya ilmiah.
Bagian awal naskah karya ilmiah biasanya memuat daftar sampul, halaman judul,
orisinalitas, nota pembimbing, motto dan persembahan, pengesahan, kata pengantar,
halaman pernyataan persetujuan publikasi, abstrak, daftar isi, daftar tabel, gambar, dan
lampiran. Bagian akhir memuat tentang daftar pustaka/referensi dan lampiran lain yang
diperlukan. Bagian awal dan akhir naskah karya ilmiah agar memenuhi kriteria penulisan
ilmiah, maka perlu diatur tersendiri oleh masing-masing lembaga.
B. Bagian Awal
Bagian awal dari tugas akhir terdiri atas halaman sampul, halaman Judul, halaman
pernyataan orisinalitas, halaman nota pembimbing, halaman motto dan persembahan,
halaman pengesahan, kata Pengantar/ucapan terima kasih, halaman pernyataan
persetujuan publikasi karya ilmiah untuk kepentingan akademis, abstrak (dalam bahasa
Indonesia dan Inggris), daftar isi, daftar tabel (jika diperlukan), daftar gambar (jika
diperlukan), daftar rumus (jika diperlukan), daftar notasi (jika diperlukan), daftar lain
(jika diperlukan), daftar lampiran (jika diperlukan).
1. Sampul
Sebagai halaman terdepan yang pertama terbaca dari suatu karya ilmiah,
halaman sampul hendaknya dapat memberikan informasi secara singkat, jelas dan
tidak bermakna ganda (ambigu) kepada pembaca tentang karya ilmiah tersebut.
Halaman sampul memuat judul, jenis karya ilmiah (skripsi/tesis/disertasi), identitas
peneliti, institusi, dan tahun pengesahan.
Semua huruf dicetak dengan dengan spasi tunggal (line spacing = single),
jenis huruf times new roman. Judul ditulis dengan menggunakan huruf besar dengan
font 14 dan 16 atau ketentuan lain sesuai dengan ketentuan masing-masing lembaga.
Sampul laporan penelitian dapat dicermati pada contoh berikut ini:
223
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATA PELAJARAN
AL-QURAN HADITS MELALUI METODE DRILL PADA
SISWA KELAS II MI ARROSYIDIN
PAYAMAN MAGELANG
TAHUN 2012

(FONT 16)

SKRIPSI
(FONT 16)

(berdiameter 5 cm)
OLEH
MUHAMMAD FARIS SAFARAZ
NIM: 11108012
(FONT 14)

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
(FONT 14)
2. Halaman Judul
Secara umum informasi yang diberikan pada halaman judul sama dengan
halaman sampul, tetapi pada halaman judul, dicantumkan informasi tambahan berupa
tujuan dan dalam rangka apa karya ilmiah itu dibuat. Sebagai contoh untuk
mendapatkan gelar sarjana ilmu pendidikan Islam, magister pada program ilmu
lingkungan, doktor ilmu lingkungan atau tujuan yang lain.
224
Semua huruf dicetak dengan dengan spasi tunggal (line spacing = single),
jenis huruf times new roman. Judul ditulis dengan menggunakan huruf besar dengan
font 14 atau ketentuan lain sesuai dengan ketentuan masing-masing lembaga dengan
bentuk simetris. Contoh judul yang dibuat tidak simetris (sebagai pembanding, lihat
halaman judul di atas).

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATA PELAJARAN


AL-QURAN HADITS MELALUI METODE DRILL PADA
SISWA KELAS II MI ARROSYIDIN PAYAMAN MAGELANG
TAHUN 2012
(FONT 16)

SKRIPSI
(FONT 16)

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan Islam
(FONT 14)

OLEH
MUHAMMAD FARIS SAFARAZ
NIM: 11108012
(FONT 14)

JURUSAN TARBIYAH
PRGORGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA (FONT 14)

225
3. Halaman Orisinalitas
Halaman pernyataan orisinalitas berisi pernyataan tertulis dari peneliti bahwa
tugas akhir yang disusun adalah hasil karyanya sendiri dan ditulis dengan mengikuti
kaidah penulisan ilmiah. Apabila terdapat kutipan dari orang lain akan ditandai
dengan citasi, dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari
ternyata pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia untuk menerima sanksi
hukum berupa pencabutan gelar yang sudah melakat pada nama saya. Pernyataan ini
ditandatangani di atas materai Rp 6.000 (atau dengan mengikuti ketentuan yang
berlaku).
Semua huruf dicetak dengan dengan spasi tunggal (line spacing = single),
jenis huruf times new roman. Judul ditulis dengan menggunakan huruf besar dengan
font 14 pada posisi center text atau ketentuan lain sesuai dengan ketentuan masing-
masing lembaga. Pernyataan orisinalitas dapat dilihat dalam contoh berikut:
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
yang bertanda tangan di bawah ini, Saya:
Nama : MUHAMMAD FARIS SAFARAZ
NIM : 11108012
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam

menyatakan bahwa, skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 19 Oktober 2010
Yang menyatakan

MUHAMMAD FARIS SAFARAZ


NIM: 11108012
4. Halaman Nota Pembimbing
Halaman nota pembimbing memuat tentang pengantar dari pembimbing
skripsi, tesis, atau disertasi bahwa mahasiswa dengan nomor induk tertentu, judul
penelitian telah memenuhi syarat penulisan tugas akhir.
226
Semua huruf dicetak dengan dengan spasi tunggal (line spacing = single),
jenis huruf times new roman font 12. Penulisan halaman nota pembimbing ditulis kop
nama lembaga, ditulis nama kota, tanggal, tahun, nama dan gelar akademik, serta
dibubuhkan tanda tangan di atasnya. Nota pembimbing dapat dilihat pada contoh
berikut ini:
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:
Nama : Muhammad Faris Safaraz
NIM : 11108012
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul : PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATA
PELAJARAN AL-QURAN HADITS MELALUI
METODE DRILL PADA SISWA KELAS II MI
ARROSYIDIN PAYAMAN MAGELANG TAHUN
2012

telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 13 Pebruari 2012


Pembimbing

Prof. Dr. H. Budi Pekerti Luhur, M.Si


NIP: 19720529 199903 1 001

5. Halaman Motto dan Persembahan


a. Halaman Motto
Halaman motto di bagian awal naskah skripsi untuk lembaga tertentu
seperti STAIN Salatiga menyediakan halaman tersendiri bagi peneliti untuk
menuliskan motto. Motto dituliskan oleh peneliti dengan maksud untuk
memberikan semangat kepada peneliti sendiri dan orang lain untuk mencapai
maksud tertentu. Motto yang ditulis peneliti hendaknya sesuai dengan topik
227
penelitian yang dilakukan. Dengan demikian, tidak disarankan menuliskan motto
pada topik penelitian tentang motivasi belajar dan prestasi belajar siswa, motto
yang dituliskan jihadlah demi agamamu! atau untukmulah agamamu dan
untukkulah agamaku. Contoh lain, kesalahan orang lain menjadi guru yang baik
bagi kita atau lebih baik belajar dari kesalahan orang lain daripada melakukan
kesalahan dari diri kita sendiri atau orang yang tidak pernah bersyukur tidak
pernah merasa kemenangan dalam dirinya. Motto yang mungkin sesuai dengan
topik penelitian tersebut adalah sesuatu yang besar tidak mungkin dicapai tanpa
motivasi yang besar atau dua kekuatan utama untuk meraih kesuksesan adalah
prestasi dan relasi.
b. Persembahan
Persembahan memuat nama orang yang memiliki kedekatan tertentu
dengan peneliti. Fungsi ruang persembahan adalah untuk memberikan kesempatan
kepada peneliti untuk menuliskan persembahan kepada orang-orang yang
memberikan sumbangan kepada peneliti baik dalam sejarah hidupnya maupun
sumbangsih dalam menyelesaikan skripsi.
Persembahan biasanya ditujukan kepada orang-orang yang ada di
sekeliling peneliti yang memiliki hubungan emosional secara dekat. Sebagai
contoh ibu, bapak, suami, istri, kakak, adik, kemenakan, atau bahkan calon suami
atau istri. Persembahan ditulis nama dan harapan yang diinginkan dari nama
orang-orang yang telah ditulis dalam persembahan tersebut. Sebagai contoh,
persembahan untuk Bapak dan Ibu, Ibuku Hj. Muslikhah dan Ayahandaku
H.Jamzuri Naawai, engkau adalah pelita hidupku dalam sadar dan mimpiku.
Semoga Engkau selalu ada dalam rahmat Allah swt, dan seterusnya.
STAIN Salatiga memang tidak menetapkan dalam buku pedoman
penulisan skripsi tentang teknik penulisan yang perlu diikuti oleh mahasiswa,
sehingga mahasiswa seringkali menuliskan dalam naskah skripsinya sesuai
dengan selera mahasiswa. Berdasarkan pengamatan peneliti pada waktu menguji
skripsi mahasiswa teknik penulisan sangat bervariatif, baik jenis tulisan, font
maupun margin yang dipakai untuk menulis persembahan tersebut. Oleh karena
itu, penulis menyarankan kepada pembaca untuk menuliskan persembahan dengan
jenis huruf times new roman font 12 dengan spasi tunggal (line spacing = single)
pada margin centre.
228
6. Halaman Pengesahan
Halaman pengesahan berfungsi untuk menjamin keabsahan karya ilmiah atau
pernyataan tentang penerimaannya, khususnya skrispi, tesis, dan disertasi, yang
ditanda tangani oleh sejumlah pejabat dalam sidang ujian skripsi, penguji dan
pembimbing/promotor. Pada fakultas tertentu akan menambahkan dengan beberapa
pernyataan seperti lolos uji laboratorium atau uji etik penelitian. Halaman
pengesaham biasanya memuat tentang judul penelitian, nama mahasiswa, nomor
induk mahasiswa, ketua sidang diikuti nama dan gelar akademik, sekretaris sidang
diikuti nama dan gelar akademik, pembimbing (disertasi promotor/co promotor)
diikuti nama dan gelar akademik, penguji diikuti nama dan gelar akademik, ketua
program studi diikuti nama dan gelar akademik atau bahkan nama pejabat tertinggi
pada lembaga yang ada (sesuai dengan ketentuan lokal yang berlaku).
Semua huruf dicetak dengan dengan spasi tunggal (line spacing = single),
jenis huruf times new roman font 12. Dituliskan nama kota, tanggal, bulan, tahun dan
ditanda tangani oleh ketua sidang, sekretaris sidang, ketua program studi atau pejabat
lain, dan dewan penguji. Lembar pengesahan dapat dilihat pada contoh berikut:

KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Alamat: Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga 50271
Website: http/www.stainsalatiga.ac.id. email:adminstrasi@stainsalatiga.ac.id

SKRIPSI
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MEALUI METODE
BERMAIN PADA SISWA KELAS II SDN PAYAMAN 2 KECAMATAN SECANG
KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012

DISUSUN OLEH
MOHAMMAD AZMAN HAMMAM
NIM: 11507013
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Kependidikan Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 19 Pebruari 2012 dan
telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana SI Kependidikan Islam
229
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dr. Imam Sutomo, M.Ag
Sekretaris : Suwardi, M.Pd
Penguji I : Winarno, S.Si, M.Pd
Penguji II : Hj. Maslikhah, S.Ag.,M.Si
Penguji III : Peni Susapti, M.Si

Saltiga, 11 Pebruari 2013


Ketua STAIN Salatiga

Dr. Imam Sutomo, M.Ag


NIP. 195808271983031002

7. Halaman Kata Pengantar


Halaman kata pengantar memuat pengantar singkat atas karya ilmiah.
Pengantar singkat biasanya memuat tentang rasa syukur dan sholawat, ucapan terima
kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penyelesaian tugas akhir tersebut.
Sebaiknya, ucapan terima kasih atau penghargaan tersebut juga mencantumkan
bantuan yang mereka berikan, misalnya bantuan dalam memperoleh masukan, data,
sumber informasi, serta bantuan dalam menyelesaikan tugas akhir. Penulisan
pengantar yang memuat ucapan terima kasih hindari kelompok dalam jumlah banyak
dan terlampau jauh jangkauannya, sebagai contoh, terima kasih kepada muslimin
muslimat di seluruh dunia. Hal ini menjadikan sesuatu yang ditulis dalam karya
ilmiah tersebut menjadi tidak logis. Contoh kata pengantar dapat dicermati di bawah
ini:
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil a’lamin, peneliti menyampaikan rasa syukur yang mendalam atas


nikmat yang Allah swt anugerahkan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan hasil
penelitian dengan judul PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATA

230
PELAJARAN AL-QURAN HADITS MELALUI METODE DRILL PADA SISWA
KELAS II MI ARROSYIDIN PAYAMAN MAGELANG TAHUN 2012 dengan baik.
Penelitian dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan beberapa pihak. Oleh karena
itu, peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga
2. Suwardi, M.Pd selaku kepala Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
3. Prof. Dr. H. Muh Zuhri, M.Ag selaku pembimbing skripsi.
4. Mohammad Akma Luthfan, M.Ag sebagai Kepala MI Arrosyidin Payaman Secang
Magelang.
5. Dewan Guru di MI Arrosyidin Payaman Secang Magelang.
Mudah-mudahan Allah berkenan untuk membimbing dan memberikan hidayah dalam
setiap langkah hidupnya.

Salatiga, 9 Pebruari 2013

MOHAMMAD FARIS SAVARAZ


NIM: 11507013

6. Halaman Pernyataan Persetujuan Publiksi


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi mendesak karya-
karya ilmiah perguruan tinggi dapat dipubliksikan pada dunia maya seperti internet.
Oleh karena itu, sebuah karya penelitian agar dapat dimanfaatkan dalam jangkauan
yang lebih luas, maka perlu untuk dipublikasikan melalui media internet. Untuk
mengantisipasi beberapa hal yang tidak diinginkan, maka dalam skripsi, tesis,
disertasi disertakan halaman pernyataan persetujuan publiksi karya ilmiah tersebut.
Halaman pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah untuk kepentingan
akademis berisi pernyataan dari mahasiswa penyusun tugas akhir yang memberikan
kewenangan kepada lembaga untuk menyimpan, mengalih-media/format-kan,
merawat, dan memublikasikan tugas akhirnya untuk kepentingan akademis. Artinya,
lembaga yang berwenang dapat mempublikasikan suatu tugas akhir hanya untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, sedangkan hak cipta tetap pada
peneliti.

231
Surat pernyataan sebagai bagian pernyataan yang akan mengikat secara hukum,
maka surat pernyataan ini dibubuhkan tanda tangan di atas materai Rp 6.000,- atau
yang berlaku. Degan demikian, surat pernyataan tersebut memiliki kekuatan hukum
apabila terjadi keberatan-keberatan berupa tindakan yang berada di luar surat
pernyataan tersebut.
7. Halaman Abstarak
Abstrak/Abstract merupakan ikhtisar suatu tugas akhir yang memuat
permasalahan, tujuan, metode penelitian, hasil, dan kesimpulan. Abstrak dibuat untuk
memudahkan pembaca mengerti secara cepat isi tugas akhir untuk memutuskan
apakah perlu membaca lebih lanjut atau tidak (Keputusan Rektor UI nomor
628/SK/R/UI/2008). Secara rinci dapat disampaikan bahwa, abstrak merupakan
ringkasan/rangkuman isi naskah, bersifat informatif, berdiri sendiri satu alinea, tanpa
tabel, rumus, gambar dan acuan pustaka, menarik, serta mengandung informasi yang
menimbulkan minat pembaca untuk membaca keseluruhan naskah. Surtiati (2010)
Menulis abstrak bukanlah menyalin kalimat-kalimat dari artikel, melainkan menyusun
tulisan runtut dan padu yang berisi tujuan penelitian, metode penelitian (pengumpulan
dan analisis data), hasil dan simpulan penelitian. Panjang abstrak artikel antara 100
dan 150 kata bergantung pada panjang artikel. Sementara itu, abstrak monografi, tesis,
disertasi dapat mencapai 400 kata asalkan tertera pada satu halaman saja.
Abstrak tersusun tidak lebih dari 200-250 kata dengan spasi tunggal tidak lebih
dari dua lembar. Bahasa yang digunakan minimal bahasa Indonesia dan Inggris dan
berlaku sebaliknya untuk karya tulis dalam bahasa Inggris. Di Universitas Indonesia,
apabila karya tulis/penelitian dari fakultas non bahasa Asing, maka menggunakan
bahasa Indonesia dan Inggris, tetapi apabila dari fakultas bahasa Jepang, Jerman dan
lainnya minimal menggunakan bahasa fakultas tersebut dan bahasa Indonesia serta
Inggris.
Penulisannya diawali dengan nama peneliti ditulis dengan huruf kapital, tahun
pengesahan, judul karya tulis, jenis karya tulis (seperti skripsi, tesis, dan disertasi),
nama kota, nama lembaga, nama jurusan, dan nama pembimbing (untuk skripsi dan
tesis) dan nama promotor dan co promotor (untuk disertasi).
Abstrak juga dilengkapi dengan kata kunci atau key words biasanya terletak di
bawah abstrak ditulis paling sedikit tiga kata kunci atau key words yang relevan
dengan isi karya tulis atau di bawah identitas karya tulis. Kata kunci atau key words
232
harus benar-benar merupakan kata kunci dari isi makalah yang dibahas, berguna
untuk pembuatan indeks atau data base. Contoh kata kunci prestasi belajar dan
motivasi belajar, kompetensi guru dan prestasi belajar, kedisiplinan dan perilaku
beragama, metode demonstrasi dan prestasi belajar, kewibawaan guru dan percaya
diri anak, dan lain sebagainya. Contoh abstrak dapat dicermati di bawah ini:

Abstrak

Maslikhah dan Erawati, M. (2010). Analisa Respon dan Peran Orangtua Siswa Sekolah
Dasar Negeri Sidorejo Lor 03 Salatiga dalam Menghadapi Ujian Akhir Semester Berstandar
Nasional (UASBN). Laporan Penelitian, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Salatiga. Konsultan: Dr. Adang Kuswaya, M.Ag.

Studi ini dilatarbelakangi pada keprihatinan atas berbagai fenomena sosial yang
muncul akibat kebijakan ujian nasional sebagai tolok ukur kelulusan siswa sekolah termasuk
sekolah dasar di Indonesia. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana respon,
cara sekolah dalam melibatkan, upaya spiritual, dan peran orangtua siswa menghadapi
pelaksanaan UASBN.
Tujuan riset ini adalah untuk menganalisis respon orangtua siswa, memetakan cara-
cara sekolah melibatkan orangtua, mengungkap upaya spiritual, dan menganalisis peran
orangtua untuk meraih keberhasilan putera-puterinya dalam UASBN.
Penelitian merupakan kajian deskriptif dengan metode kualitatif sebagai pendekatan
dan teknik analisis. Informan terdiri dari tujuh ibu, dua bapak, dan tiga siswa SD N 03
Sidorejo Lor Salatiga yang tinggal di wilayah Kecamatan Sidorejo Lor, Kota Salatiga dan
Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Teknik pengumpulan data dengan Wawancara
semi terstruktur.
Analisis data menunjukkan bahwa orangtua siswa di SD N 03 yang berkategori
sebagai sekolah dasar nasional standar nasional memiliki beragam respon dan upaya,
termasuk laku prihatin. Sebagian besar orangtua terlibat secara mendalam dengan kemajuan
sekolah anaknya. Mereka memiliki kerjasama yang baik dengan sekolah karena sekolah
terlihat berusaha membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan walimurid.
Dengan demikian maka, orangtua memainkan peran yang penting bagi keberhasilan anaknya
dalam ujian nasional. Temuan selengkapnya dan implikasinya didiskusikan lebih lanjut
dalam pembahasan.

Kata Kunci: ujian akhir semester berstandar nasional (UASBN), sekolah dasar, peran
orangtua.

Abstract

Maslikhah and Erawati, M. (2010). The analysis of responses and roles of students’ parents
in Public Elementary School of Sidorejo Lor 03 in Salatiga City to prepare their child into
national final examination. Research Report, State Islamic High School of Salatiga.
Consultant: Dr. Adang Kuswaya, M.Ag.

233
This study had begun with concerns of social phenomenon which caused by the
government policy of national final examination as the only standard for students graduation,
particularly in elementary education in Indonesia. Several questions were drawn to this
research, how parents respond, how school involved parents, what spiritual effort parents
did, and what parents’ role in order to prepare their child to face final national examination?
The aims of this study were to analyze parents’ responses, to map school strategy to involve
parents, to reveal spiritual effort, and to analyze parents’ role to reach successfulness of
national final examination.
Descriptive qualitative was used as approach and analysis technique. The informans
were consisted of seven mothers, two fathers, and three students of Public Elementary School
03 Sidorejo Lor of Salatiga Regency who stay in Sidorejo Subdistrict of Salatiga City and
Tuntang Subdistrict of Semarang Regency. Semi-structured interview was conducted to
reveal data.
Data analysis showed that students’ parents have various responses and strategies,
including solicitude practices. Most of them involved deeply with child’s school progress.
They had a good cooperation with school because the school seem always try to develop
mutual relationship with parents. So, parents played an important role to prepare their child
in order to succeed in national final examination. The whole findings and implications were
discussed later.

Password: national final examination, elementary school, parent involvement

8. Daftar Isi
Daftar isi memuat semua bagian tulisan beserta nomor halaman masing-masing,
yang ditulis sama dengan isi judul skripsi yang bersangkutan. Biasanya, agar daftar isi
ringkas dan jelas, subbab derajat ke dua dan ke tiga tidak ditulis. Penulisan Bab
dengan menggunakan huruf kapital (misal, A. PENDAHULUAN) dikuti dengan sub
bab dengan subbab derajat pertama dengan menggunakan angka satu dan huruf a kecil
(dan seterusnya) dan dicetak tebal. Contoh daftar isi dapat dicermati di bawah ini:
DAFTAR ISI

Pengesahan ........................................................................................................... ii
Surat Pernyataan ................................................................................................... iii
Kata Pengantar ..................................................................................................... iv
Abstrak ................................................................................................................. vi
Daftar Isi ............................................................................................................... vii
Daftar Lampiran .................................................................................................. viii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 9
D. Signifikansi Penelitian ......................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 10


A. Landasan Teori
234
1. Pendidikan Lingkungan Hidup .......................................................... 10
2. Sekolah Adiwiyata ............................................................................ 23
3. Akselerasi Program Adiwiyata bagi Madrasah ................................... 36
B. Telaah Pustaka .......................................................................................... 36
1. Sudarwanto ........................................................................................ 36
2. Hanna Lestari ..................................................................................... 37
3. Syahdian ............................................................................................. 37
4. Untung Wahyuhadi ............................................................................ 37

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 42


A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .............................................................. 42
B. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 42
C. Sumber Data ............................................................................................. 45
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 45
E. Teknik Analisis Data ................................................................................ 47
F. Pengecekan Keabsahan Data .................................................................... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 51


A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 51
B. Pembahasan .............................................................................................. 62

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 73


A. Kesimpulan ............................................................................................... 73
B. Saran ......................................................................................................... 74
C. Rekomendasi ............................................................................................ 74

DAFTAR PUSTAKA

9. Daftar Tabel, Grafik, Gambar, dan Lampiran


Daftar tabel, grafik, gambar, dan daftar lampiran digunakan untuk memuat nama
tabel, gambar, dan lampiran yang ada dalam tugas akhir. Penulisan nama tabel,
gambar, dan lampiran apabila lebih dari 5 tabel, gambar, dan atau lampiran. Jika tabel,
gambar dan lampiran tidak lebih dari 5 macam, maka cukup dibuatkan dalam satu
halaman saja. Dengan demikian, daftar tabel yang hanya memuat kurang dari 5
macam cukup dituliskan daftar tabel, grafik, gambar, dan lampiran. Contoh penulisan
daftar tabel sebagai berikut:

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Daftar nama tenaga pengajar di SMP Ihsaniyah Tegal tahun 2012, hlm 23
Tabel 2 Daftar nama siswa di SMP Ihsaniyah Tegal tahun 2012, hlm 24
Tabel 3 Daftar nama pengurus Komite Sekolah di SMP Ihsaniyah tahun 2012, hlm 40
Tabel 4 Daftar inventaris Sekolah di SMP Ihsaniyah tahun 2012, hlm 50

235
Tabel 5 Daftar Prestasi Sekolah di SMP Ihsaniyah tahun 2012, hlm 55
Dan seterusnya.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Konseptual Penelitian, hlm 15
Gambar 2 Peta lokasi penelitian, 30., hlm 25
Gambar 3 Stuktur Organisasi Sekolah di SMP Ihsaniyah tahun 2012, hlm 39.
Gambar 4 Bagan Alur Kegiatan Siswa Sekolah di SMP Ihsaniyah tahun 2012,
hlm 43
Gambar 5 Foto kegiatan siswa di SMP Ihsaniyah tahun 2012, hlm 60

C. Bagian Akhir
1. Daftar Referensi/Daftar Pustaka
Daftar referensi atau secara lazimnya orang lebih familiar dengan istilah daftar
pustaka. Mahasiswa sering pula menyingkatnya dengan istilah dapus, yang berarti
daftar pustaka. Apapun orang menyebutnya, daftar pustaka merupakan referensi atau
acuan dasar dalam membuat suatu karangan ilmiah.
Daftar pustaka merupakan daftar bacaan yang menjadi sumber, atau referensi
atau acuan dan dasar penulisan tugas akhir. Daftar referensi ini dapat berisi buku,
buku yang memuat beberapa pengarang (bunga rampai), artikel jurnal ilmiah nasional
atau bahkan internasional, makalah yang disajikan dalam pertemuan ilmiah, makalah
ilmiah dalam prosiding, laporan penelitian, majalah, atau surat kabar, wawancara,
pustaka unduhan dari internet, undang-udang atau peraturan pemerintah lainnya, dan
sebagainya. Dianjurkan agar 70% daftar referensi yang digunakan merupakan terbitan
terbaru (minimal terbitan 2 tahun terakhir).
Contoh daftar pustaka dapat dilihat di bawah ini:

DAFTAR PUSTAKA
Casanova, P.F., Garcia-Linares,M.C., Torre, M.J.d.l., dan Carpio, M.d.l.V. (2005).
Influence of family and socio-demographic variables on students with low
academic achievement. Educational Psychology, 25, 423-435.

Dumka, L.E., Gonzales, N.A., Bonds, D.D., dan Millsap, R.E. (2008). Academic
success of Mexican origin adolescent boys and girls: The role of mothers’ and
fathers’ parenting and cultural orientation. Sex Roles, 10, 1-12.

236
Irmawati. (2009). Peranan Psikologi Dalam Menjawab Fenomena Psikologis
Masyarakat Indonesia. Orasi Ilmiah, disampaikan dalam upacara Dies Natalis
ke-57 Universitas Sumatera Utara pada 20 Agustus.

Jeynes, W.H. (2007).The relationship between parental involvement and urban


secondary school student academic achievement: A meta-analysis. Urban
Education, 42, 82-110.

Kim, U. (1995). Individualism and Collectivism: A Psychological, Cultural, and


Ecological Analysis. Denmark : NIAS.

King, V. dan Sobolewski, J.M. (2006). Nonresident fathers’ contribution to


adolescent well-being. Journal of Marriage and Family, 68, 537-557.

Krippendorff, K. (2004). Content Analysis; An Introduction to Its Methodology.


Thousand Oaks, Ca: Sage Publication.

Poerwandari, E.K. (1998). Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta:


Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia.
Smith, E.P. dan Prinz, R.J. (2001). Latent Models Of Family Processes In African
American Familie: Relationships To Child Competence, Achievement, And
Problem Behavior. Journal of Marriage and Family, 63, 967-980.
Sim, N.T. (2003). The father-adolescent Relationship in the Context of the Mother-
adolescent Relationship: Exploring Moderating Lingkages in Late-adolescent
Sample in Singapore. Journal of Adolescent Research, 18, 383-404.

Suizzo, M-A. (2004). French Andamerican Mothers’ Childrearing Beliefs


Stimulating, Responding, And Long-Term Goals. Journal of Cross-Cultural
Psychology, 35, 606-626.

Tilaar, HAR 2006, Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis, Jakarta:
Rineka Cipta.

Zevalkink, J., Riksen-Walraven, J.M., dan Bradley, R. H. (2008). The quality of


children’s Home Environment and Atachment Security in Indonesia. The
Journal of Genetic Psychology, 169, 72-91.

2. Lampiran-lampiran
Lampiran merupakan data atau pelengkap atau hasil olahan yang menunjang
penulisan tugas akhir, tetapi tidak dicantumkan di dalam isi tugas akhir, karena akan
mengganggu kesinambungan pembacaan. Lampiran yang perlu disertakan
dikelompokkan menurut jenisnya, antara lain biodata peneliti, jadwal, tabel, daftar
pertanyaan, gambar, grafik, desain, nota pembimbing, surat ijin penelitian, surat
keterangan telah melaksanakan penelitian dari lembaga yang dijadikan obyek
penelitian, lembar konsultasi, dokumentasi berupa foto-foto kegiatan penelitian yang
237
dilaksanakan. Pengelompokan lampiran disesuaikan dengan kebijakan fakultas.
Contoh penulisan daftar lampiran dapat dilihat di bawah ini:
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti, 55.
Lampiran 2 Daftar Prestasi Akademik, 56.
Lampiran 3 Surat Nota Pembimbing, 58.
Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian, 59.
Lampiran 5 Surat Keterangan Penelitian, 60.
Lampiran 6 Lembar Konsultasi, 61.
Lampiran 7 Catatan Observasi, 63.

238
DAFTAR PUSTAKA

Al-Halwari, Aba Firdaus 2001, Pesan Buat Ukhti Muslimah: Selamatkan dirimu
dari Tabarruj, Jogjakarta: LeKPIM dengan Mitra Pustaka. Cetakan ke 4.

Amir, 2009. Dasarr-dasar Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: UNS Press.


Arifin, Zaenal E. 2006. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah, Jakarta: PT.
Grasindo.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.

Bekker, Anton dan Ahmad Kharis Zubair. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat,
Jogjakarta: Kanisius.

Borg, Walter R. & Gall, Meredith Damien Gall. Educational Research: An


Introduction, Fifth Edition. New York: Longman.

Brotowidjoyo, M. D. 1995. Penulisan Karangan Ilmiah. Edisi Kedua. Akademika


Pressindo. Jakarta.

DePorter, Bobbi. 2009. Quantum Writer: Menulis dengan Mudah, Fun, dan Hasil
Memuaskan.Penerjemah Lovely. Judul Asli Quantum Writer: Write Easily,
less Steress, Better Result. Bandung: Mizan Pustaka.

Djuroto, Totok dan Bambang Suprijadi. 2002. Menulis Artikel dan Karya Ilmiah.
Bandung: Rosdakarya.

Fadjar, Malik. 2005. Holistika Pemikiran Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo


Persada.

Farikhah, 2011. Madrasah dan Pelestarian Lingkungan (Sumbanngan Konseptual


dan Strategi Aksi). Bunga Rampai. Salatiga: STAIN Press.

Gibaldi. Joseph. 1999. MLA Handbook of Writers of Research Papers. New York:
The Modern Language Association, h. 30–34.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/02/28/02415341

http://www.dakwatuna.com/2012/03. Diakses 9 Maret 2012.


Joseph M.Kizza. 2009. Technology and Academic Dishonesty – Part II: A Focus
on Academicians and Other Researchers. International Journal of

1
Computing and ICT Research, Vol. 3, No. 2, pp. 7-11.
http://www.ijcir.org/volume3-number2/article1.pdf.
Julianne, East. 2006. The Problem Of Plagiarism In Academic Culture. La Trobe
University International Journal for Educational Integrity Australia. Vol. 2
No. 2 December 2006 pp. 16-28 ISSN 1833-2595.

Keputusan Rektor UI nomor 628/SK/R/UI/2008 tentang pepdoman teknis


Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Universitas Indonesia.

Leonhardt, Mary. 2000. 99 Cara Menjadikan Anak Anda Keranjingan Membaca.


penterjemah Alwiyah Abdurrahman. Judul Asli 99 Ways to Get Kids to
Love Reading and 100 Books the’ll Love. Bandung: Kaiffa.

Lestari, Hanna. Kajian Perencanaan Pengajaran Mata Pelajaran Kepedulian


pada Diri dan Lingkungan Tingkat SD di Kota Semarang. Tesis.
2004.UNS Surakarta.
Mansurudin, Susilo. 2010. Mozaik Bahasa Indonesia: Materi Bahan Ajar
Bernuansa ‘Ulul Albab’. Malang: UIN Maliki Press.

Milles, Mattew B dan Michael Hubberman.1992. Analisis Data Kualitatif: Buku


Sumber tentang Metode-metode Baru. Penterjemah. Tjetjep Rohendi
Rohidi. Jakarta: UI Press. Cetakan Pertama.

Mochizuki, Yoko 2010. Global Circulation and Local Manifestations of


Education for Sustainamble Development with a Focus on Japan.
International Journal Environment and Sustainable Development,Vol. 9,
Nos. 1/2/3, 2010.

Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.


Cet. 16.
Brotosudjono, Mukayat. 2009. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

Mulyana, Dedi. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu


Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung: Rosdakarya. Cetakan
Keempat.

Nasution, 2007. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.


Pant, Hema. Environment Education Of Teachers Through Technology Mediated
Open And Distance Learning. Indira Gandhi National Open University,
International Journal. Regional Centre Delhi-1, New Delhi, India.

Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Jogjakarta: Tiara
Wacana.

2
Soerjono Soekanto, 1982, Teori Sosial tentang Pribadi dalam Masyarakat,
Jakarta: Ghalia Indonesia, Cetakan Pertama.

Soeseno, S. 1984. Teknik Penulisan Ilmiah Populer. PT Gramedia, Jakarta.


Stuart. 2002. Plagiarism, Norms, and the Limits ofTheft Law: Some Observations
on theUse of Criminal Sanctions in Enforcing Intellectual Property Rights.
Hastings Law International Journal [Vol. 54. 12/18/02.

Sudarwanto. 2009. Kajian Pendidikan Lingkungan Hidup (LH) di SD, SMP


terhadap Pembentukan Perilaku Siswa dalam Rangka Pengelolaan
Lingkungan Berkelanjutan di Kab. Demak. Tesis. UNS Surakarta.

Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya.


Jakarta: Bumni Aksara. Cetakan ketiga.

Sukino. 2010. Menulis itu Mudah: Panduan Praktis Menjadi Penulis Handal.
Jogjakarta: Pustaka Populer LKiS.

Sumanto, 2002, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan: Aplikasi Metode


Kualitatif dan Statistika dalam Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia,
Cetakan Ketiga.

Suranto. 2011. Panduan Penulisan Disertasi: Program Pasca Sarjana Universitas


Sebelas Maret Surakarta. Surakarta: Program Pasca.

Surtiati, Rahayu Hidayat. 2010. Mengutip tanpa Menjiplak, Materi Short Course
Penelitian Keagamaan Berbasis Gender. Universitas Indonesia. Jakarta.

Suryabrata, Sumadi. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Sutrisno Hadi, 1986, Metodologi Research, Jogjakarta, UGM Press.

Suwarto, Wawancara pendahuluan, Direktur Trukajaya, Salatiga.

Syahdian, Hubungan Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan


Hidup dengan Partisipasi Siswa SMU dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup di Kota Tebing Tinggi Tesis/2000. UNS Surakarta.

Syahabuddin, Syed. 2009. Plagiarism in Academia. International Journal of


Teaching and Learning in Higher Education 2009.Volume 21. Number 3.
353.359. Central Michigan University.

Thomas F O'Dea, 1992, Sosiologi Agama: Suatu Pengantar Awal, Jogjakarta:


Rajawali Press. Cetakan keempat.

3
Wardhana, 2010. Dampak Pemanasan Global: Bencana Mengancam Umat
Manusia, Sebab Akibat Dan Penanggulangannya. Jogjakarta: Andi Offset.
Winarto, Yunita T. dkk. 2004. Karya Tulis Ilmiah Sosial, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

Yoko Mochizuki. 2010. International Journal Environment and Sustainable


Development, Global Circulation and local manifestations of education
for Sustainamble Development with a focus on Japan. Vol. 9, Nos. 1/2/3,
2010.

Zuchdi, 2007. Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca: Peningkatan


Komprehensi. Jogjakarta: UNY Press.

Lemlit Sunan Ampel. 2002. Panduan Penelitian Kiat Merebut Peluang. Surabaya:
Sunan Ampel Press.

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 2008. Pedoman


Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Salatiga: STAIN Salatiga Press.

TIM Fakultas Tarbiyah. 2010. Pedoman Penulisan Skripsi: Program Peningkatan


Kualifikasi S1 Guru Madrasah dan PAI di Sekolah melalui Dual Mode
System PTAI Induk IAIN Walisongo Semarang tahun 2010. Semarang:
Tarbiyah Press.

Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup. Jakarta: Sekretaris Negara.

Peraturan Pemerintah nomor 02 tahun 2009 tentang Penghargaan Adiwiyata.

Surat Kesepakatan Bersama Kementerian Negara Lingkungan Hidup dengan


Kementerian Pendidikan Nasional. Nomor 03/MENLH/02/2010 dan
nomor 01/II/KB/2010 tentang Pendidikan Lingkungan Hidup.

Kementerian Pendidikan Nasional, 2010. Juknis Sekolah Peduli dan Berbudaya


Lingkungan. Jakarta. Kementerian Pendidikan Nasional.

Solopos.com 24/11/11 diakses 9 Maret 2012

http://www:ustadbaba.blog diakses 9 Maret 2012

http://wikipedia.org.alzheimer, diakses 16 Maret 2012

http://id.wikipedia.org/wiki/ensiklopedia, diakses 9 Maret 2012.

http://situsbahasa.info. Diakses 8 Maret 2012

4
www.scrib.com/doc diakses 8 Maret 2012.
http://id.wikipedia.org/wiki/sintesis. diakses 8 Maret 2012

www.waining indo.com, AD. Eridani, HIV di Lembaga Pemasyarakatan.

www.pikiranrakyat.com, Kawasan Bali Terjangkit HIV, tanggal 10 Mei 2004

www.hukumonline.com. Menyoroti Sisi Gelap Child Trafficking di Indramayu,


tanggal 26 September 2005.

www.suarakarya.online.com oleh Dev nugroho, Aktivitas Seks Kilat.

www.suaramerdeka.online.

www.pemantauperadilan.com. Pengadilan Anak, tanggal 24 Pebruari 2005.

www.balipos.co.id. Jangan ada Kata Permisif untuk Berantas Prostitusi.

5
Biodata dan Teks untuk Punggung Buku

Hj. Maslikhah, S.Ag.,M.Si, lahir dari ibu Hj Muslikhah H. Abdul Ghoni dan H. Jamzuri
Nawawi di desa Bandasari Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal tanggal 29 Mei 1970.
Sekarang ia tinggal di Payaman Magelang bersama suami Ir. H. Saifudin Ashari dan dua putri
belahan jiwa, Aisya Tsaaqiba Ashari dan Arava Izza Ashari. Kedua putri itu sekarang duduk
di bangku Madrasah Ibtidaiyah Arrosyidin Payaman Kecamatan Secang Kabupaten
Magelang.
Riwayat pendidikan penulis adalah TK Masyitoh Bandasari Tegal (1977), SD Negeri
Bandasari Tegal (1983), SMP Ikhsaniyah Tegal (1986), SMA Negeri 3 Tegal (1989), S1
IAIN Walisongo Fakultas Tarbiyah Salatiga (1994), S2 Ilmu Lingkungan UNS Surakarta
(2002), tahun 2011 mulai menempuh pendidikan program doktor Ilmu Lingkungan UNS
Surakarta pada Program Studi Manajemen Sumber Daya.
Organisasi yang diikuti penulis di STAIN Salatiga sebagai sekretaris Pusat Studi
Pengembangan Pendidikan Islam (PSPPI) (2002-2006), direktur PSPPI (2006-2010), direktur
Pusat Studi Gender dan Keluarga (2010 hingga 20014 dan 2014 hingga awal 2015), dan
Pengurus Dharma Wanita Persatuan STAIN Salatiga (2010 s.d 2014), Sekretaris Lembaga
Penjaminan Mutu IAIN Salatiga (2015 s.d sekarang). Organisasi selama menjadi mahasiswa
di IAIN Walisongo Fakultas Tarbiyah Salatiga adalah sebagai pengurus Racana Pramuka dan
Ketua Racana putri selama dua periode.
Organisasi yang diiktui penulis di luar STAIN Salatiga antara lain tim penyuluh agama
dari Kementerian Agama Kota Salatiga (dulu Depag) selama dua tahun, ketua Yayasan
Perempuan Peduli Lingkungan (YPPL) Salatiga, wakil ketua Wanita Salatiga Peduli Air
(WASPA) Salatiga, bendahara Karang Taruna Indonesia (KTI) Kota Salatiga, dan anggota
Forum Masyarakat Peduli Lingkungan Salatiga (Formalisa) Salatiga, ketua Penggerak PKK
Desa Payaman Periode 2007 s.d 2014 dan 2014 s.d sekarang.

Teks untuk Cover Buku

Nutrisi bagi seorang penulis adalah membaca, baik membaca teks maupun konteks.
Seseorang yang membaca buku bagaikan gelas (kosong atau berisi), kalau gelas tetap
tertutup, maka gelas itu tidak akan pernah terisi, apalagi penuh. Selama seseorang masih
belum siap untuk membuka diri dengan alur pikir orang lain, maka selama itu pula seseorang
tetap tidak akan bisa menerima sesuatu yang baru dari orang lain.
Menulis merupakan satu hal yang masih sulit menjadi budaya di masyarakat,
termasuk bagi mahasiswa dan dosen sekalipun. Masyarakat tetap mengelu-elukan bahasa
lisan, padahal bahasa lisan cepat hilang terbawa angin. Seorang penulis dengan kebiasaan
membaca dengan cepat melihat dan berfikir, berfikir dan mengerti, mengerti dan memberikan
kesan mendalam, berkesan dan bereaksi terhadap fenomena yang mucul dan berkembang,
bereaksi dan berinterpreneur, serta memberikan sesuatu yang berharga bagi orang lain.
Prinsip kerja seorang arsitektur adalah bekerja dengan design, tidak pernah bekerja
dengan konsep yang masih abstrak. Semua garis-garis dalam konstruksi bangunan yang akan
didirikan ditulis sesuai dengan perhitungan yang matang untuk menghasilkan bangunan yang
diinginkan. Demikian juga dengan membuat karya ilmiah dalam berbagai macam bentuknya
merupakan sesuatu yang harus dirancang dengan baik untuk menghasilkan rancangan dan
laporan karya ilmiah agar memenuhi kualifikasi yang ditetapkan. Buku ini hadir untuk
membantu mahasiswa, dosen, penulis, dan peneliti untuk menyusun rancangan yang baik
sebagaimana arsitektur mengawali bekerja.
Beberapa buku yang telah diterbitkan oleh STAIN Salatiga Press antara lain:
Harmonisasi dan Humanisasi Lingkungan Hidup, Quo Vadis Pendidikan Multikultur:
Rekonstruksi Sistem Pendidikan Berbasis Kebangsaan, Melacak Ilmu Alamiah Dasar dalam
Islam, Ensiklopedia Pendidikan, Modul Pembelajaran Aqidah Akhlak Madrasah
Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Program Dual Mode System (DMS), Konsep Dasar Pendidikan
Pramuka, Madrasah dan Pelestarian Lingkungan (Sumbangan Konseptual dan Strategi Aksi),
Menelisik Jender dalam realitas Konstruksi Sosial. Beberapa buku yang telah diterbitkan oleh
Mitra Cendekia antara lain Harmonisasi dan Humanisasi Lingkungan Hidup dan modul Ilmu
Alamiah Dasar.

Anda mungkin juga menyukai