Anda di halaman 1dari 21

Terjun Bebas Menulis Bacaan Anak #1 Sebuah Ide, Sebuah Awal

Beberapa hari lalu saya sempat ngobrol di messenger dengan Tari. Satu hal yang pertama ditanyakan adalah ide. Sebenarnya ini klise, dan tergantung pada banyak penulis. Tapi kalau boleh berbagi pengalaman, saya selalu menekankan bahwa ide yang harus saya kembangkan harus unik (ya, nggak, Ali?) Lalu gimana ngedapetinnya? Saya kemudian meminta Tari menyebutkan sebuah benda. Apa saja yang didekatnya. "Bros," ketik Tari. Yup, bros. Lalu saya tanya balik, bros biasanya dipakai oleh siapa? Betul, wanita dan orang kaya/mampu. Nah kalau kita bercerita tentang bros dipakai wanita yang kaya/mampu, itu jadi nggak unik idenya. Maka kita harus putarbalikkan kenyataan itu. Saya, tawarkan kepada Tari, gimana kalau bros itu dipunyai/dipakai oleh bocahkecil yang miskin atau anak jalanan. Pasti dong orang akan heran. Dan dari keheranan itu, akan timbul pertanyaan yang akan menggali ide dasar kita. Kenapa bros mahal itu dipakai si bocah kecil. Apa si bocah mencurinya. Atau memang bros itu warisan dari ibunya, yang dulu orang kaya. Dari sinilah sebuah ide bisa berkembang dan kemudian diarahkan sesuai dengan taste kita. (Kalau saya lebih suka mengembangkannnya sebagai sebuah cerita suspense/misteri). Kalo untuk menulis cerpen saja, kita nggak perlu terlalu dalam menggalinya. Oh, iya... ada baiknya kita juga punya buku/ atau mungkin melihat ensiklopedia yang berhubungan dengan bros. Mungkin istilahnya, jenis batuannya, bedanya dengan liontin, dll.... semua itu bisa disisipkan dalam cerita kita. Apalagi kalau yang kita buat bukan sekedar cerpen (novel misalnya). Nantinya, buku kita juga dikenang pembacanya bukan cuma sekedar buku cerita saja, tapi juga buku ilmu pengetahuan tentang bross. Cara-cara penulisan ini juga sudah cukup umum di buku anak-anak. Saya pernah menemukannya ketika mengdeit buku-buku terjemahan dari Jepang, lho. Cuma.... ya jangan terlalu teks book aja bahasanya. Nanti malah bikin boring. Oke itu saja untuk Ide. Mungkin yang lain punya proses kreatif yang berbeda untuk sebuah ide. Mari kita berbagi!

Terjun Bebas Menulis Bacaan Anak #2 Dongeng : Cerita Tanpa Batas


Di awal saya menulis, mengarang dongeng bukanlah pekerjaan gampang. Beberapa kali naskah dongeng yang saya buat, batal saya kirimkan ke majalah. Saya pikir, kok karya saya tidak sefantastis dongeng-dongeng yang ada... Kemudian, saya memilah-milah sendiri bentuk-bentuk dongeng yang dipublikasikan, yakni: 1. Dongeng asal-usul : ini bentuk dongeng yang sejak kecil saya suka. Di Indonesia, dongeng seperti ini banyak sekali. Mulai dari Sangkuriang, Dana Toba, Malin Kundang.... rasanya hampir semua dongeng di Indonesia berlatar asal-usul,

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

entah itu suatu benda, tempat atau suatu nama. Oh, iya.... saya juga pernah membuat sendiri dongeng asal-usul ini. Judulnya Nyi Koneng, tentang asal-usul tanaman kunyit yang banyak manfaat itu, dengan setting tanah pasundan. 2. Fairy Tale : ini dongeng dengan kisah peri di dalamnya. Bagi yang pernah bisa membaca Cinderella, pasti bisa memilah mana dongeng yang bergenre seperti ini. Saya menyebutnya sebagai dongeng keajaiban. Soalnya di sini segala keajaiban bisa saja terjadi. Kadang negeri yang dilukiskan bisa dibuat sendiri oleh pengarangnya. Ya, di dongeng memang segala hal bisa dibuat tanpa memikirkan logika. Maklum.... kata Khahlil Gibran juga.... fantasi anak-anak tidak memiliki batas. Mereka bisa berimajinasi kemana saja dia suka.... Nah, baangga kan kalo sebagai pengarang justru bisa menggiring imajinasi anak-anak yang liar itu. Nama-nama pengarang jenis dongeng ini adalah HC Andersen, Grim Bersaudara. 3. Fabel : Yang ini dongeng dengan tokoh-tokoh binatang. Dongeng jenis ini memang jauh lebih menarik kalau dalam bentuk cergam. Banyak gambarnya. Maklum... misi tersembunyi dalam fabel sebenarnya adalah mendekatkan anak-anak pada dunia satwa.... Saya hanya beberapa kali membuat cerita Fabel ini. Satu dongeng yang pernah dipublikasikan berjudul Kodi dan Komal, tentang dua ekor katak bersaudara yang punya sifat bertentangan. Untuk jenis cerita ini .... Walt Disney nggak ada saingannya.... hehehe. Kalo Di Indonesia ... Mbak Renny Yaniar (Mbak kesumawijaya)... juga lihay lho... 4. Dongeng Kontemporer: Dongeng jenis ini merupakan perpaduan cerpen ( baca: cerita realita) dengan keajaiban. Salah satu karya yang spektakuler pernah saya baca adalah Pipi si Kaus kaki panjang. Banyak menginspirasi saya menulis. Salah satu tulisan yang pernah saya buat berjudul : Prita dan pohon kenari. Cerita tentang persahabatan Prita dengan pohon kenari yang akan ditebang dari sebuah taman. 5. Tentu saja ada jenis dongeng lainnya.... di Indonesia ada Babad, kisah-kisah Panji. Beberapa juga menyebut mythos-mythos Yunani/Roma itu berupa dongeng. Tips ringan membuat dongeng: 1. Tentukan dulu jenis dongeng yang ingin dibuat. 2. Pikirkan setting waktu dan tempat. untuk meramaikan dunia dongeng Indonesia, saya sarankan untuk mengambil setting di Indonesia. Dengan latar budaya di Indonesia yang jumlahnya banyak ini... 3. Baru buat jalan cerita. Keajaiban yang ingin ditonjolkan (tapi gak selalu harus)... 4. O, iya.... buat beberapa penulis baru. perhatikan EYD. tanda Baca apalagi. Di toko buku, buku pedoman EYD ada yang murah kok... heuheuheu

Terjun Bebas Menulis Bacaan Anak #3

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

Dongeng: Menulis ulang, menerjemahkan, mengadaptasi, & karya sendiri


Ketika hasrat saya untuk menulis dongeng muncul, saya agak kebingungan untuk memulai. Masalahnya, saya kerap melihat bahwa pada title pengarang, beraneka ragam bentuknya. Oleh seorang teman, saya diberitahukan tips soal penulisan dongeng tersebut. Di bawah ini beberapa hal yang saya ingat: 1. Menulis Ulang Dongeng yang kita buat, bukan karya kita orisinal. Umumnya diambil dari cerita rakyat yang sudah sulit dilacak pengarangnya. Contohnya saja legenda Sangkuriang. Kita boleh-boleh saja menulis kembali dongeng tersebut, dengan versi yang mungkin lebih baik. 2. Menerjemahkan Dongeng yang kita buat merupakan hasil terjemahan dari karya-karya asing. Bagi penulis pemula, menerjemahkan merupakan titik awal yang baik. Dari sini mereka bisa mempelajari berbagai hal, termasuk penggalian ide. selama dongeng itu baik dan belum banyak beredar, biasanya majalah/tabloit anak-anak mau menampung karyakarya terjemahan. 3. Mengadaptasi Bagi sebagian penulis dongeng, sekedar menerjemahkan begitu saja mungkin kurang puas. Maka sebuah dongeng dari negeri China, bisa saja berubah di tangan penulis ini. Dengan memindahkan seting ke tanah jawa, mengganti nama dan tokoh yang berbau jawa.... maka lahirlah sebuah dongeng adpatasi. Tentu saja si penulis tetap dituntut kejujurannya menulis sumber aslinya. 4. Karya sendiri Jika dongeng itu benar-benar orisinal muncul dari kepala kita, maka menjadi hak kita untuk mencamtumkan nama kita begitu saja. Tanpa embel-embel ; dikisahkan kembali oleh, diterjemahkan oleh, diadaptasi dari.... Memang kadang redaksi agak ragu. Apalagi kalau dongeng yang kita buat mengambil seting di negara-negara nun jauh di sana. Untuk itu, di surat pengantar, kita boleh meyakinkan para dewan redaksi bahwa dongeng itu memang asli karya kita sendiri. Lalu bagaimana dengan tokoh-tokoh dongeng yang sudah jadi milik publik? Sehingga setiap orang merasa bebas menulis tentang si tokoh itu... Lihatlah, dongeng si Kabayan, Abunawas, dan tokoh-tokoh cerdik lainnya. Nah, kalau untuk yang satu ini, sebaiknya kita kembalikan pada diri si penulis. Terserah dia mau menganggapnya sebagai apa..... Dikembangkan oleh si X atau diakui saja memang karyanya.

Terjun Bebas Menulis Bacaan Anak #4 Cerpen di Majalah Anak-anak

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

Assalammualaikum.wr.wb Cerita pendek memang senantiasa menarik untuk dikonsumsi anak-anak. karena isinya yang variatif, terkadang jalan cerita merupakan refleksi aktualisasi dari anak-anak penikmatnya. Sehingga mereka seolah membaca cerita dunia mereka. Kadang, cerpen juga memberikan solusi atas problema anak-anak yang belum terpecahkan. Karena beragamnya bentuk cerpen di majalah yang ada di Indonesia, berikut saya bagi dalam beberapa jenis (mungkin bisa berkembang): 1. Cerpen Realis : ini cerpen yang paling banyak ditulis dan menjadi induk bagi ganre jenis cerpen anak berikutnya. Bercerita soal kehidupan anak-anak sehari-hari. Baik di lingkungan keluarga, tetangga, pertemanan, sekolah, atau tepat les, tempat liburan, dlll. Cerpen ini mudah dibuat untuk pemula karena formulanya juga bisa dibuat sederhana, yakni : pembukaan, konflik, penyelesaian konflik (biasanya dengan melibatkan tokoh teladan ; guru, ortu, dll). Misalnya saja Seorang anak yang suka iseng menukar isi tas teman- temannya di kala istirahat, ia kemudian dimusuhi (knflik), tp ia tetap melakukannya. Sampai kemudian anak-anak mencari tahu bintang yng ditakutinya. Lalu ketika si bandel ini menukar isi tas temannya, tiba-tiba di dalamnya ada kodok.... ia menjerit ketakutan, pucat! Bahkan pingsan. Penyelesaian konflik? Belum.... Si guru bisa terlibat... menangahi, bahwa menjahili teman ada batasnya, baik bagi si takut kodok maupun teman-temannya... (ssst, cerpen ini belum saya tulis. Jangan dijiplak, ya!) 2. Cerpen misteri/ Detektif-detektifan: cerpen ini juga digemari, karena mengundang rasa penasaran. Namun demikian kasus yang dipecahkan bukan sesuatu yang besar, ambil saja misalnya: hilangnya serutan di kelas, pencuri di rumah sebelah, bayangan di malam hari, dll. Karena keterbatasan halaman, pengarang harus memiliki trik untuk mengatur cerpen agar tetap menarik. Umumnya cerpen ini langsung dibuka oleh konflik (kasusnya), kemudian penyidikan, pengungkapan, dan penangkapan si pelaku. 3. Cerpen misteri/horor: cerpen ini juga menarik minat dan punyakavling khusus di beberapa media anak-anak (di fantasi ataupun Ino). Ceritanya kadang agak tidak logis dan bebrabau mistis. Namun saya tetap beranggapan bahwa cerita misteri jenis ini sebisa mungkin menghindari hal yang berbau klenik dari anak-anak. Pembaca dapat kita giring melalui sudut pandang metafisika yang memiliki penguraian lebih masuk akal. 4. Cerpen Komedi: Ini cerpen yang dibumbui cerita-cerita berbau komedia. Kadang terslip unsur fantasi berbau dongeng. Jujur saja, saya sendiri agak kesulitan menulis cerpen jenis ini. 5. Cerpen futuristik dari namanya kita bisa tahu bahwa cerpen ini mengambil setting waktu masa depan.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

Untuk pengenalan teknologi, cerpen-cerpen ini baik sekali untuk dikembangkan. Kendala dalam menggarap cerpen ini adalah cara menuangkan ide-ide teknologi ke dalam bahasa yang mudah dimengerti anak-anak. 6. Cepen momentum: ini cerita berhubungan dengan momen tertentu, misalnya cerpen tentang puasa, cerpen lebaran, cerpen agustusan, dll. Untuk jenis ini sebaiknya kita membuat tanda khusus do sudut kanan atas halaman muka cerpen yang dibuat, misalnya "Cerpen Hari Kartini". Sehingga sang Redaksi bisa segera mengetahui bahwa cerpen kita, cerpen momentum hari Kartini. Jangan mengirim cerpen momentum terlalu mepet. Usahakan paling tidak 3 bulan sebelumnya. Ya, begitu dulu pengantar ke cerpen di majalah anak-anak... ada beberapa tips dari saya kalau mau membuat cerpen anak-anak dan mengirimkannya ke media cetak : 1. Pelajari dulu cerpen-cerpen yang dimuat di majalah yang akan kita kirim. Dengan demikian kita bisa tahu selera pembacanya dan selera redaksinya. Termasuk jumlah halaman yang harus kita buat. 2. Kirimkanlah beberapa cerpen sekaligus dalam satu amplop, dengan cerita yang bervariasi, baik seting maupun jenis ceritanya. 3. Jangan pernah menunggu cerpen dimuat, baru mengirim lagi. Antrian cukup panjang. Dan banyak penulis cerpen anak yang bermutu. 4. Yakinkan kita punya copy cerpen, karena beberapa kali saya menemukan naskah yang hilang... Sebaiknya kita tuliskan dalam surat pengantar, bila dalam setahun cerpen kita tak ada kabar, maka kita akan mencabut cerpen tersebut. Selanjutnya bisa kita lempar ke media cetak lainnya. 5. Ikutilah lomba-lomba yang diselenggarakan majalah tersebut, karena membuka peluang nama kita dikenal oleh Redaksi. Ya.... tak kenal ama tak sayang... 6. Tetap semangaaaaat! Terjun Bebas Menulis Bacaan Anak #5 Bermain Dengan Setting Saya mau memaparkan sekilas mengenai pengalaman bermain dengan setting saat menulis bacaan anak. Pada awal menulis anak, saya sejujurnya agak bingung. Kok, dari 8 cerita yang dibuat semua mengambil setting (lokasi) di sekolah dan di rumah, ya? Hehehe, maklum... waktu itu masih 3 SMP, jadi yang melekat dalam referensi pengalaman melulu hanya sekolah dan rumah. Karena ingin ada variasi dalam cerita yang saya buat, maka saya mulai membaca dengan seksama buku-buku cerita anak yang mengabil setting lokasi , selain di sekolah dan rumah. Wah, ternyata banyak sekali pilihannya. Akhirnya saya mulai 'melirik' setting yang lainnya. Di trem yang ada di negeri Paman Sam, lorong-lorong kota, pasar, jembatan, tempat les, kolam renang, tujuan wisata... biasanya saya paling suka dengan setting out door. Alasannya, saya pengen si pembaca ikut tertarik bergerak juga (soalnya anak kutu buku stereo type sebagai anak yang nggak suka olah raga, gak

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

suka bermain, anti sosial). Makin lama saya jadi terbiasa bermain-main dengan setting lokasi untuk variasi cerita bacaan anak. Ada beberapa trik yang biasa saya lakukan saat bermain dengan setting lokasi ini: 1. Menentukan setting lokasi kemudian mencari cerita yang sesuai: misalnya saya ingin menulis cerita berseting air terjun.... saya mulai merunut pada hal yang terkait dengan lokasi tersebut. Misalnya saja anak-anak asongan di lokasi air terjun, lalu mencari konflik. Seperti, si anak asongan menemukan barang berharga milik pengunjung, dan seterusnya. 2. Mencari cerita kemudian menempelkan pada setting: misalnya saja saya ingin menulis cerita tentang kebiasaan buruk anak, seperti mencela orang lain. Karena yang seperti ini bisa terjadi dimana saja, maka saya bisa menempelkannya pada lokasi yang jarang saya garap, misalnya di lokasi studio iklan karena si tokoh kebetulan bintang iklan. 3. Setting yang umum: saya jarang mendeskripsikan secara detail setting lokasi yang umum, seperti sekolah, pasar, rumah sakit, dan sejenisnya. Ada beberapa masalah yang sering kita temui jika menulis dengan detail: a. saya ingin membebaskan fantasi anak. mungkin si anak akan memayangkan figur sekolahnya sendiri, atau pasar di dekat rumahnya. b. ruang yang terbatas untuk menuliskan deskripsi. c. kadang ilustarsi yang dibuat tidak sesuai teks cerita. 4. Setting khusus: untuk lokasi tertentu seperti candi borobudur, pesawat ruang angkasa, justru saya selalu berusaha membuat deskripsi dengan rinci. Karena tidak semua anak tau setting tersebut, sehingga kita bisa membantu menggiring fantasi mereka dengan kata-kata.

Terjun Bebas Menulis Bacaan Anak #6 Menyiasati Menyisip Pesan Moral


Assalammualaikum Ada hal penting sebagai penulis bacaan anak, yang saya anggap sebagai suatu tanggung jawab kepada pembaca.Yakni upaya menyampaikan pesan moral. Cuma yang jadi masalah, pembaca tentunya tidak mau digurui atau diceramahi melalui tulisan yang kita buat.Karena saya selalu berusaha menyiasati cara menyisipi pesan moral, agar si anakanak yang membaca tidak merasa jengah karena diceramahi. Ada beberapa catatan yang saya pegang sampai sekarang: 1. Pesan moral sebaiknya dalam cerita yang dibuat tidak berupa dialog nasehat dari tokoh-tokoh keseharian yang memang sudah sering menasehati. Cerita model 'kena batunya', akan lebih mengena untuk menyisipkan pesan moral, ketimbang nasehat panjang. 2. Pesan moral yang diberikan sebaiknya jangan mengulang yang sudah sering disampaikan. Seperti jangan membolos, jangan mencuri.... anak-anak yang membaca

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

akan tidak tertarik membacanya.Mencari pesan moral berdasarkan penggalian terhadap pengalaman pribadi. Coba deh diingat-ingat.Banyak lho.Misalnya, doa buruk terhadap guru agar sakit sehingga lepas dari rencana ulanganbesok. 3. Hati-hati dengan tokoh anak-anak, yang tiba-tiba jadi serba tahu dan 'sok tua'. Kecualikalau memang itu sidah jadi karakter yang membangun cerita. 4. Dalam memberi nasehat, efek ganjaran (seperti menakut-nakuti) memang sering mengena. Namun sebaiknya juga jangan terlalu berlebihan. Misalnya, karena sekali mencuri seorang tokoh kemudian tangannya buntung. Nah, gitu dulu yah. Kurang lebih. Maklum nih. Masih susana bulan Madu. Terimakasih buat greeting atas pernikahan sayadan istri. Yang mau kasih kado, masih boleh kok.

Terjun Bebas Menulis Bacaan Anak #7 Judul yang Nyundul


Teman-temin, maaf nih kalo baru sekarang bisa nulis lagi, serial terjun bebas. Lagi nyari bahan yang enak buat didiskusikan. Tiba-tiba saya teringat teman di milis ini yang cukup antusias bernama Lestari. Satu hal yang sering dikeluhkan adalah kesulitan menemukan judul yang pas untuk ceritanya. Begitulah hal yang juga terjadi pada saya ketika awal menjadi penulis. Rasanya susah payah mencari judul yang bisa, menyundul hari redaktur dan pembaca. Permnah suatu kali saya menetapkan suatu judul, setelah cerita dibuat saya gonta-ganti mencari judul, eh, taunya malah cocok dengan judul yang pertama. Ini ada beberapa tips yang saya ambil berdasarkan pengalaman saya menulis cerita anak-anak. 1. Jangan terlalu pusing dengan judul: Kalau memang sudah punya ide cerita, sebaiknya garap saja dulu ceritanya. Mungkin agak kurang enak melihatnya kalau belum dikasih judul. Maka berilah judul yang gampang misalnya Si X (nama tokoh di cerita). Asal tahu saja, Redaktur biasanya akan mencarikan judul yang pas dan mengena bagi pembaca bila memang kita kurang piawai dengan pemilihan judul. Terus terang saja pada Redaktur bila kita tidak keberatan kalau dalam pemuatan cerita, judul yang kita pakai itu nantinya diganti. Memang pada beberapa pengarang, kadang terasa sakit hati kalau judul yang susah payah dicari dan dianggap bagus, ternyata diganti. Tapi percayalah, Redaktur selain memang punya wewenang, juga punya pengalaman dalam memilih judul yang mengena pada pembaca. 2. Tapi kalau memang ngotot untuk menjual judul sendiri, ini ada trik yang mudah diikuti: a. Judul berdasarkan nama tokoh cerita: Beberapa cerita yang saya buat sengaja saya berikan judul berdasarkan nama tokohnya, misalnya: Aji Pendekar Tempe, Sang Peramal Istana, Sepupu Supi, Luki Temanku, Tante Mia, Ary dan Arie,dll. b. Judul berdasarkan benda yang menjadi obyek cerita: Jika dalam cerita yang kita

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

buat ada benda yang menjadi obyek cerita, jadikan saja itu sebuah judul. Tentunya dikemas dengan menarik. Beberapa cerita saya yang mengikuti cara ini, antara lain: Guci Ajaib Palsu, Pensil Ajaib, Hantu Pohon Jamblang, Golek Usep, dll. c. Judul dari kutipan dialog: Jika dalam cerita ada dialog yang cukup menarik, maka tidak ada salahnya kalau hal itu kita jadikan judul cerita kita. Misalnya saja: Awas, Ini Rahasia! ; Maafkan Irin, Nek... dll. d. Judul dari pesan cerita: Yang ini kita ambil jika kita ingin membantu pembaca mengambil pesan dari cerita yang kita buat. Beberapa judul yang saya pernah buat antara lain: Menunda Itu Masalah, Jera Membolos, Kalau Saja Terus Terang, Pamrih, dll. 3. Sebenarnya untuk mempermudah kerja membuat judul, ada baiknya kita mengkoleksi beberapa kosakata yang memang menarik minat pembaca anak-anak. Misalnya saja untuk cerita berbau misteri, saya menyiapkan beberapa kosakata, seperti: Misteri, rahasia, misterius, teka-teki, selubung, perangkap, penyamaran, petaka, penculikan, hilangnya, dll. Sehingga kelak ketika menemukan judul saya tinggal mencari padanannya saja. 4. Sebagai penulis, kita bisa berkreasi apa saja untuk menentukan judul. Jangan ragu misalnya kita ingin memodifikasi suatu judul yang populer, Misalnya Si Doel Anak Betawi, lalu kita ingin membuat cerita dengan judul modifikasi, Si Doel Bukan Anak Betawi. Asalkan isi ceritanya bukan memodifikasi yang sudah ada. 5. Judul yang berirama akan lebih menarik minat. Misalnya saja, yang pernah saya buat: Gara-gara Agar-agar. 6. Jika kita sudah menjadi pengarang hebat, judul memang bukan lagi maslah. Kita beri judul cerita kita, Ah.... pun Redaktur akan tahu kualitas isinya. Nah, teman-temin itu saja hal yang bisa saya bagi saat ini. Kalau ada yang ingin menambahkan atau mendiskusikan topik ini di millis, dipersilahkan dengan senang hati.

Terjun Bebas Menulis Bacaan Anak #8 Membuat Deskripsi, Hati-hati!


Teman-temin, saya mau berbagi cerita sedikit soal membuat deskripsi pada cerita anak yang kita buat. Bahwa menulis deskripsi pada cerita anak harus lebih banyak pertimbangannya. Hal ini saya petik setelah mengalami beberapa kejadian: 1. Saya pernah suatu kali membuat deskripsi secara detail tentang si tokoh. Berambut ikal dengan pita, dan sebaginya. Ternyata ketika diberi ilustrasi untuk cerita itu (gambar) kok jadinya tidak sesuai dengan yang kita uraikan. Kecewa sudah pasti, biarpun honor sudah pasti kita dapat karena cerita kita dimuat. Karenanya saya selalu menghindari penulisan deskripsi yang berlebihan. Biasanya saya tulis yang universal. Dalam cerita pendek, hal ini dapat dengan mudah kita

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

akali. Tapi kalau menulis novele/novelet, mungkin untuk lebih membuat padat tulisan, kita akan lebih sering bermain dalam deskripsi ini. Ya, syukur-syukur kalau ilustartornya benar-benar membaca naskah kita, sehingga tidak ada kekeliruan kelak. 2. Saya pernah pula bertanya pada anak-anak tentang deskripsi dalm sebuah cerita. Wah, ternyata mereka nggak begitu suka dengan deskripsi yang kelewat panjang. Jadi, saya selalu berhati-hati juga menyusun paragraf untuk deskripsi ini. Lebih dari dua paragraf hanya untuk mendeskripsikan sesuatu, yakinlah... anak-anak akanmelompatinya. Tentu saja kalau kita bisa memilih kata-kata yang mengundang minat untuk membacanya, lain soal. 3. Buatlah deskripsi sesuatu jika memang penting benar. Misalnya pasar, toko, jalan raya... semua kan sudah tahu, bahwa pasar itu ramai, bau amis, becek.... jadi tak usah terlalu detail. Kecuali kalau kita mendeskripsikan rumah kita di planet Venus. itu saja yang bisa saya uraikan, sedikit ini. Mudah-mudahan teman-temin yang lain mau berbagi pengalaman proses kreatifnya. ayo dooooooong!

Terjun Bebas Menulis Bacaan Anak #9 Trik Menggali Ide Cerita


Banyak beberapa teman yang baru memulai menulis cerita anak memberi contoh cerpennya. Beberapa menyodorkan tema yang umum, datar, dan nyaris tanpa konflik. Padahal tema cerita sangat penting lho. Terus, gimana dong caranya? Pada teman-teman, saya akan sedikit memberi trik...: 1. Mulailah mencari ide dengan konflik. Hal ini akan memudahkan kita mencari greget cerpen yang kita buat. Sebagai contoh: a. Apa yang terjadi kalau kita melihat bayangan di rumah kosong depan rumah kita? b. Bagaimana rasanya jadi orang bodoh di kelas? c. Gimana ngatasi problem, saat menjelang pesta ultah kita, tiba-tiba tetangga meninggal dunia? Ingat, konflik itu mentah. Jadi kita bisa gali lagi, dengan mencari sebab konflik itu.... lalu penyelesaiannya. Misalnya: a. Rumah kosong itu sudah lama ditinggal. Si tokoh penasaran. Mungkin mebangunkan kakaknya, atau langsung tidur, dll... b. Orang itu jadi bodoh, karena ia merasa pandai, dan merasa bisa mengalahkan anak kelas di atasnya. tapi ketika diminta duduk sehari di kelas enam, ia bingung. Karena semua memang harus lewat proses... misalnya c. Bisa saja pesta ultahnya diundurin, atau tidak jadi... dll 2. Mencari ide dengan mengamati benda (pernah saya kemukakan juga). a. Lihat benda di sekitar kita. Ambil contoh misalnya sepeda. b. Pandang sepeda itu dari sudut terbalik. Biasanya yang pakai sepeda kan orang sederhana atau kelas bawah. nah, sekarang kita bayangkan, kok ada bapak kaya tapi hobi setiap sore naik sepeda kumbang butut.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

c. Kembangkan dengan berbagai piihan: Oh, ternyata si bapak itu punya kenangan khusus, karena sepeda itu dulu pemberian temannya. Atau si Bapak memang berjanji sama anaknya untuk memakai sepeda itu, karena tidak menepati janjinya berhenti merokok di rumah. Atau lain-lainnya... 3. Ide biasa tapi tak basi. Banyak sekali pengulangan tema di cerpen anak. Misalnya saja tentang kebiasaan mencontek. Nah, biar tidak basi ide itu... maka kita harus berusha mengemasnya dari sudut pandang yang berbeda. jadi ide yang biasa itu tidak jadi basi. Misalnya, biasanya ada anak bodoh mencontek lalu kethuan dan dihukum. Sudah biasa. Gimana kalau ada anak pintar mencontek, dan ketahuan. Apa perlakuan guru sama? Tidak, misalnya.

Terjun Bebas Menulis Bacaan Anak #10 Logika; sebatas mana?


Teman-temin masih sering bertanya, sampai batas mana logika dapat kita buat dalam menulis fiksi anak... Apa wajar anak-anak menyamar? wajarkah anak 5 sd menyelidiki kisah detektif? apa mungkin kita buat cerita dengan tokoh pohon kaktus yang bisa menyanyi? Saya hanya berpatokpada syair khalil gibran, bahwa fantasi anak-anak itu bisa melompat kemana-mana, tanpa batas. Sejak itu sayamakin menyukai penulisan cerita anak. Soalnya bisa menulis apa saja yang saya mau, meski kadang 'nggak masuk akal'. Cuma, untuk membuat cerita kita 'jadi masuk akal', kita harus bikin yang namanya landasan cerita yang kuat.Misalnya Deni manusia ikan yang bisa ngomong ama ikan, lantaran sejak bayi tinggal di laut. Ini buat cerita yang bukan dongeng. Kalau dongeng sih, yah....buat sajasebebas-bebasnya. Kita bisa bikin kakek-kakek berumur 600 tahun dengan keriput tiga lipat di dahinya saja dan masih punya daya ingat pentium4. Nah, jadi ga usah ragu berfantasi.Soal logik, kalo kita punya dasar,alasan, pendukung yang kuta.... ga perlu ragu....

Terjun Bebas Menulis Bacaan Anak #11 Acuan Tema Bagi Penulis Anak
Teman-temin, Dalam menulis bacaan untuk ank-anak, kita kerap bingung dengan misi kita. Nah, dari pada pada bingung, kita bisa berpatok pada nilainilai di bawah ini.... 31 Hak Anak dalam Konvensi Hak Anak : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Hak untuk kelangsungan hidup dan berkembang. Hak untuk mendapatkan nama. Hak untuk mendapatkan kewarganegaraan. Hak untuk mendapatkan identitas. Hak untuk mendapatkan standar hidup yang layak. Hak untuk mendapatkan standar kesehatan yang paling tinggi. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam konflik bersenjata.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

8. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika mengalami konflik hukum. 9. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika mengalami eksploitasi sebagai pekerja anak. 10. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika mengalami eksploitasi dalam penyalahgunaan obat-obatan. 11. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum jika mengalami eksploitasi seksual dan penyalahgunaan seksual. 12. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus dari penculikan, penjualan dan perdagangan anak-anak. 13. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika mengalami eksploitasi sebagai anggota kelompok minoritas atau masyarakat adat. 14. Hak untuk hidup dengan orang tua. 15. Hak untuk tetap berhubungan dengan orang tua bila dipisahkan dengan salah satu orang tua. 16. Hak untuk mendapatkan pelatihan ketrampilan. 17. Hak untuk berekreasi. 18. Hak untuk bermain. 19. Hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan seni dan budaya. 20. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam situasi yang genting. 21. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus sebagai pengungsi. Hak untuk bebas beragama. 22. Hak untuk bebas berserikat. 23. Hak untuk bebas berkumpul secara damai. 24. Hak untuk mendapatkan informasi dari berbagai sumber. 25. Hak untuk mendapatkan perlindungan pribadi. 26. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari siksaan. 27. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari perlakuan kejam, hukuman dan perlakuan tidak manusiawi. 28. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari penangkapan yang sewenang-wenang. 29. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari perampasan kebebasan. 30. Hak untuk mendapatkan pendidikan dasar secara cuma-cuma.

Terjun Bebas Menulis Bacaan Anak #12 Merajut Cerita dalam Novel
Hi teman-temin, Ini saya mau berbagi pengalaman ketika pertama menulis novel. Bukan apa-apa, sebelumnya kan saya cuma menulis cerpen. Nah, butuh perjuangan tuh dari biasanya nulis cuma 3 lembar jadi berpuluh-puluh lembar. Akhirnya, saya menemukan satu triks setelah emngamati beberapa serial teve semacam friends dan sex and the city. Bukan ceritanya, tapi gayanya. Gaya yang saya masuk adalah ala patchwork. Maksudnya gini. Perhatikan deh yang namanya selimut. Kebanyakan selimut dibuat dari satu kain, hanya motifnya yang kemudian diramaikan. Tapi ada juga selimut yang dibuat dari kain perca. Bentuknya tak kalah indah, dan menurut saya cenderung lebih menarik. Begitu pun dengan menulis

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

novel, kita bisa membuat selimut novel dengan berbagai perca cerita pendek. Semua tergantung dengan kejelian kita menjalin perca cerita itu hingga menjadi selimut novel yang menarik. Keunggulan novel dengan gaya penulisan macam ini adalah: 1. Lebih bervariasi isinya; karena multi konflik dan multi ending. 2. Karakter tokoh lebih banyak tergali. Tidak sekedar tempelan. 3. Lebih mudah menggarapnya. Teman-teman yang kesulitan membuat novel dengan singel konflik, bisa mencoba gaya ini. caranya: 1. Buat kerangka dulu cerita yang akan dibuat untuk novel. 2. Kumpulkan perca konflik, cerpen yang pernah kita buat bisa kita manfaatkan. 3. Pilih satu konflik yang paling menarik dan kuat. Jadikan konflik ini sebagai benang merah. 4. Buat pembaban dengan baik. Misalnya 3-1. Dalam bab kita masukkan, satu 3 konflik. Satu konflik kita akhiri, satu konflik untuk bab berikutnya, satu lagi merupakan benang merah. Seterusnya perbab, hingga bab terakhir hanya satu bab yang kita tutup konfliknya. 5. Buat penokohan dengan sistem grup. Misalnya 5 sahabat di kantor, 4 sekawan kost, 4 sahabat sekelas, trio anggota band, dll. 6. Langsung bukan awal tulisan dengan konflik kecil. Kalo teman-teman membaca novel-novel saya, maka akan menemukan contoh langsung teknik penulisan yang saya sebutkan ini. Artinya, baca dulu yah....

Terjun Bebas Menulis Bacaan Anak #13 *Menjadi Penulis Fiksi Anak Profesional*
Hari gini bercita-cita jadi penulis fiksi anak profesional, mungknkah? Kenapa nggak? Memang, memiliki profesi sebagai penulis saja sudah anek. Lalu disempitkan menjadi penulis fiksi, dan penulis fiksi anak. Kayaknya kok pede banget yah. Langkah-langkah untuk mendapat gelar penulis fiksi anak profesional tentu saja tidak mudah. Kalu dari maka terminologi, maka harus ada syarat yang dipenuhi: 1. Mengandalkan dunia menulis fiksi anak sebagai mata pencaharian pokok (sampingannya sebagai selebritis, guru atau mungkin direktur). 2. Produktif menghasilkan karya fiksi anak (tapi bukan buat di simpen di hardisk lho). 3. Mampu membuat karya yang bermutu tinggi (minimal tembus media, getu lho. Sukur-sukur dapat penghargaan IKAPi atau malah Nobel). 4. Terampil (sampai hal-hal kecil dikuasai. Istilahnya, nggak salah menempatkan koma dan titik). 5. Mampu memilih tema dan bentuk tulisan fiksi anak yang menarik pasar. 6. Memiliki sarana yang lengkap (nggak nebeng di temen atau ke rental tiap hari). 7. Keterampilan bernegoisasi ( dengan media cetak atau penerbit). Dalam hal ini, dia mampu juga membina links. Lantas, apa aja yang perlu dilakukan untuk menuju ke arah sana? Mungkin di bawah ini bisa dijadikan acuan: 1. Jangan pernah mengirimkan naskah yang tidak memiliki nilai jual.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

Ingat, imej penting banget lho. Jadi tiap naskah yang kita kirim, mestinya yang terbaik. 2. Aktif mengelola diri. Jangan cuma mengirim naskah, lalu ditungguin terus. Cobalah berdiskusi dengan beberapa penulis Fiksi Anak, dus mencari celah diskusi dengan para editor media cetak atau penerbitan. Bukan untuk KKN, tapi mencari kelemahan diri dan menambah skill. Hm, jadi mungkinkah kita mengandalkan hidup dari menulis Fiksi Anak? Hahahahah, tergantung gaya hidup kita semua tentunya. Juga produktifitas menulis yang bermutu. Tapi buat pemicu, ini ada sedikit gambaran: 1. Banyak media cetak anak-anak/punya halaman anak yang membuka peluang bagi penulis anak luar. Sebut aja BOBO (terbit tiap minggu), Ino, Tabloid Fantasi, Kompas Minggu, Anak Saleh, Mombi, dll. sekedar gambaran: honor di Bobo dan Kompas Minggu Rp 250.000,- perjudul. 2. Penerbit buku kini tengah menggandrungi menerbitkan cerita anak. Antara lain, DAR! Mizan, Beranda, Zikrul Hakim, Grasindo, Bentang, dll. Rata-rata memberi royalti 8-10 %. Ada juga yang dengan sistem putus. Royalti biasanya dibayarkan per 4 bulan atau 6 bulan (tergantung penerbit). 3. Sedikit yang serius mendalami fiksi anak. 4. Menjadi nilai lebih jika penulis fiksi anak juga punya keahlian menjadi ilustrator. Jadi, jika bisa menembus satu naskah di tiap media, lalu satu buku setiap bulan, maka bersiaplah memantapkan karir sebagai penulis fiksi anak. Siapa mau ikutan?

Terjun Bebas Menulis Bacaan Anak #14 *Memikat dengan Kesederhanaan*


Sudah termotivasi menulis fiksi anak? Mungkin masih bingung untuk memulai, karena terlalu terbebani teori. Makanya, menulis saja dulu, teori belakangan. Hehehehe. Seperti kata Teh Pipiet, sebenarnya menulis fiksi anak lebih sederhana. Tp justru karena sederhana itu, barangkali jd semakin sulit untuk sementara orang. Atau malah, kurang menantang? Hakikinya, kesederhanaan cerita anak sangatlah kompleks, yang ditandai standar baku, tidak ruwet dan komunikatif. Artinya, fiksi anak berbicara tentang kehidupan anak-anak menyangkut segala aspek, termasuk yang mempengaruhi mereka. Tak ubahnya fiksi secara umum, fiksi anak pun dibangun oleh unsur-unsur berikut: 1. Tema: Sebuah tema yang tepat untuk fiksi anak adalah yang menghibur, mendidik dan inspiratif. - Menghibur karena anak-anak akan lebih mudah tertarik untuk membaca, menghibur juga bisa menjadikan anak-anak memiliki hobi membaca dan menulis. - Mendidik di sini bukan sebagai buku teks/pelajaran, tapi mendidik yang secara halus. Agar tak jengah, anak-anak sebaiknya jangan dicekoki bacaan yang berceramah. Tema-tema jangan membolos, jangan begini, jangan begitu sudah kelewat usang. Jika sempat, mungkin teman-teman bisa membaca buku

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

kumpulan cerpen saya 'Gara-gara Nama' (penerbit Dar! Mizan). Di sana, sebagian besar adalah kehidupan anak saya alami sendiri dulu, tanpa ceramah. Misalnya saja bagaimana cara menyelesaikan pertengkaran temen di kelas karena adanya nama kembar, yakni Arie dan Ary (Cowok dan cewek). Sebenarnya bagi orangtua itu bukan masalah berat, tp bagi teman yang menyandang nama jadi masalah. Atau yang lebih sederhana tapi cukup memikat adalah ketika nama kita dijadikan nama hewan piaraan (monyet/anjing). Gimana coba Inspiratif berarti memberi kesan yang mendalam sehingga si anak tergerak melakukan hal yang secara tersembunyi disisipkan si penulis. Misalnya, di cerpen kita bercerita tentang profesi arkeolog. Si anak yang semula nggak tau, akhirnya punya cita-cita jd arkeolog.

2. Penokohan Untuk fiksi anak, jumlah tokoh jangan terlalu banyak. Mungkin kita bisa batasi dengan 1-4 tokoh utama, dan 5 pendukung. Saya sempat membaca cerita Sapta Siaga (Enid Blyton) dulu. Aduh, bingungnya menghapal nama-nama si tokoh. Tokoh utama harus digambarkan dengan jelas, meliputi fisik, karakter, termasuk lingkungannya. Tak jarang juga, di fiksi anak dimunculkan sosok antagonis sebagai pemikat cerita. 3. Alur Bacaan yang mengasikkan adalah yang alur ceritanya mengalir. Untuk mengalir, biasanya pengarang membangun peristiwa satu ke peristiwa yang lain berkaitan hingga akhir cerita. Dalam alur, kita akan menemukan pembukaan, konflik, klimaks, anti klimaks. Begitu seterusnya. Saya sendiri ketika menulis fiksi anak (novel) lebih suka yang memberi klimaks di setiap babnya. Itu sebabnya, selalu ada multiplot di dalam novel saya, sehingga plot-plot kecil bisa dituntaskan dalam setiap bab. Alur juga bisa dibuat mundur (flashback) atau mau (foreshadowing). Bisa juga kombinasi keduanya agar lebih memikat. 4. Setting Latar atau setting fiksi anak barangkali hal yang paling luas di dunia fiksi. Dengan imajinasi yang luas, fiksi anak nyaris tak memberi batasan. Kita bisa membuat dongeng tentang kehidupan mahkluk di bawah air terjun, dll. Selain latar tempat, latar waktu juga bisa kita akali. Walau pada kenyataannya, fiksi anak Indonesia lebih banyak menggunakan setting modern dan sekolah (faktor memikat dengan kedekatan geologis dan waktu/aproximity). 5. Trik Setiap penulis pada akhirnya harus memiliki style/gaya, mampu memahami membuat trik bercerita, sehingga cerita dengan tema sesederhana apa pun emnarik untuk dibaca. Dengan mencermati beberapa karya penulis fiksi anak ternama (Enid, Wendo, Astrid, dll), kita akan dengan mudah menemui triks mereka bercerita hingga bisa memikat. Dus, dengan banyak melatih menulis, trik bercerita akan makin terasah dan tertanam.

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

Keempat unsur di atas saling mengikat. Memilah-milahnya, atau menganak emaskan salah satu unsur akan membuat fiksi anak yang kita bangun jadi doyong/freak/anek. Ada yang termotivasi?

Terjun Bebas Menulis Bacaan Anak #15 Memahami Genre Buku Cerita Anak
Bila Anda bergelut dalam penciptaan karya-karya bermedium buku dengan target pembaca anak-anak, hal ini sudah tentu menjadi kendala tersendiri dalam berkreasi. Lebih luas lagi, kesalahan pemilihan buku dapat berdampak negatif pada minat anak untuk membaca dan upaya penanaman budaya cinta buku secara umum. Dengan demikian, pemahaman yang benar dan mendalam terhadap genre buku cerita bergambar merupakan suatu pengetahuan yang selayaknya diketahui masyarakat luas. Pada kesempatan ini, saya ingin berbagi informasi tentang genre dan ciri-ciri definitif dari buku cerita anak. Meskipun diilhami dari literatur asing dengan sampel buku-buku anak di Amerika, tapi tak menjadi hambatan untuk dapat menyesuaikannya dengan kondisi di Tanah Air. Namun sebelumnya, kita samakan terlebih dahulu pemahaman kita tentang definisi buku cerita (bergambar) anak secara umum, yakni sebagai "sebuah bentuk buku yang ilustrasinya berperan penting dalam keseluruhan alur cerita". Bersandar pada pegangan tersebut, dapat dibedakan beberapa genre buku cerita bergambar. 1. Baby books. Untuk bayi dan batita (bawah tiga tahun). Kebanyakan materinya berupa pantun dan nyanyian sederhana (lullabies and nursery rhymes), permainan dengan jari, atau sekadar ilustrasi cerita tanpa kata-kata sama sekali (sepenuhnya mengandalkan ilustrasi serta kreativitas orang tua dan anak untuk berimajinasi). Panjang cerita dan formatnya beragam, disesuaikan dengan isi materi. Buku-buku untuk batita biasanya berupa cerita sederhana berisi kurang dari 300 kata. Ceritanya terkait erat dengan keseharian anak, atau bermuatan edukatif tentang pengenalan warna, angka, bentuk, dan lain-lain. Jumlah halaman sekitar 12 dan banyak yang berbentuk board books (buku yang kertasnya sangat tebal, seperti karton), pop-ups (buku yang halamannya berbentuk tiga dimensi), lift-the flaps atau buku-buku khusus (buku-buku yang dapat bersuara, memiliki format unik atau dengan tekstur tertentu). Sepengetahuan saya, belum ada penerbit Indonesia yang menggarap serius buku anak genre ini, tapi Anda dapat melihat contohnya pada produk-produk yang didistribusikan oleh PT Tiga Raksa. 2. Picture books. Pada umumnya berbentuk buku setebal 32 halaman untuk anak usia 48 tahun. Naskahnya bisa mencapai 1.500 kata, namun rata-rata 1.000 kata saja. Plotnya masih sederhana, dengan satu karakterutama yang seutuhnya menjadi pusat perhatian dan menjadi alat penyentuh emosi dan pola pikir anak. Ilustrasi memainkan peran yang sama besar dengan teks dalam penyampaian cerita. Buku anak pada genre ini bisa

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

menggunakan lebih dari 1.500 kata, biasanya sebagai persiapan bagi pembaca yang memasuki masa-masa puncak di spektrum usianya. Buku genre ini sudah membicarakan topik serta menggunakan gaya penulisan yang luas dan beragam. Cerita nonfiksi dalam format ini dapat menjangkau sampai usia 10 tahun, dengan tebal sampai 48 halaman, dan berisi hingga 2.000 kata dalam teksnya. 3. Early picture books. Sebentuk dengan picture books, namun dilengkapi sedemikian rupa untuk usia-usia akhir di batas 4 hingga 8 tahun. Ceritanya sederhana dan berisi kurang dari 1.000 kata. Banyak buku genre ini yang dicetak ulang dalam format board book untuk melebarkan jangkauan pembacanya. The Very Hungry Caterpillar (Philomel Publishing) karya Eric Carle salah satu contohnya. Easy readers. Juga dikenal dengan sebutan easy-to-read, buku-buku genre ini biasanya untuk anak-anak yang baru mulai membaca sendiri (usia 68 tahun). Masih tetap ada ilustrasi berwarna di setiap halamannya, tapi dengan format yang sedikit lebih "dewasa": ukuran trim per halaman bukunya lebih kecil dan ceritanya dibagi dalam bab- bab pendek. Tebal buku biasanya 3264 halaman dan panjang teksnya beragam antara 2001.500 kata, atau paling banyak 2.000 kata. Cerita disampaikan dalam bentuk aksi dan percakapan interaktif, menggunakan kalimat-kalimat sederhana (satu gagasan per kalimat). Biasanya ada 2 5 kalimat di tiap halaman. Seri I Can Read yang diterbitkan Harper Trophy merupakan contoh terbaik buku genre ini. 4. Transition books. Kadang disebut juga sebagai "chapter books tahap awal", untuk anak usia 69 tahun. Merupakan jembatan penghubung antara genre easy readers dan chapter books. Gaya penulisannya persis seperti easy readers, namun lebih panjang (naskah biasanya sebanyak 30 halaman, dipecah menjadi 23 halaman per bab), ukuran trim per halamannya lebih kecil lagi, serta dilengkapi dengan ilustrasi hitam- putih di beberapa halaman. Serial The Kids of the Polk Street School karya Patricia Reilly Giff (Dell Young Yearling Publishing) dan seri Stepping Stone Books yang diterbitkan Random House masuk dalam kelompok genre ini. 5. Chapter books. Untuk usia 710 tahun, terdiri dari naskah setebal 45 60 halaman yang dibagi dalam tiga hingga empat halaman per bab. Kisahnya lebih padat dibanding genre transition books, walaupun tetap memakai banyak ramuan aksi petualangan. Kalimatkalimatnya mulai sedikit kompleks, tapi paragraf yang dipakai pendek (rata-rata 24 kalimat). Tipikal dari genre ini adalah cerita di akhir setiap bab dibuat menggantung di tengah-tengah sebuah kejadian agar pembaca penasaran dan terstimulasi untuk terus membuka bab-bab selanjutnya. Serial Herbie Jones karangan Suzy Kline (Puffin Publishing) dan Ramona karya Beverly Cleary (Morrow Publishing) dikatakan masuk dalam genre buku anak ini. 6. Middle grade. Untuk usia 812 tahun, merupakan usia emas anak dalam membaca. Naskahnya lebih panjang (100150 halaman), ceritanya mulai kompleks (bagian-bagian sub-plot

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

menampilkan banyak karakter tambahan yang berperan penting dalam jalinan cerita), dan tema-temanya cukup modern. Anak-anak di usia ini mulai tertarik dan mengidolakan karakter dalam cerita. Hal ini menjelaskan keberhasilan beberapa seri petualangan yang terdiri dari 20 atau lebih buku dengan tokoh yang sama. Kelompok fiksinya beragam mulai dari fiksi kontemporer, sejarah, hingga science-fiction atau petualangan fantasi. Sementara yang masuk kelompok nonfiksi antara lain biografi, iptek, dan topik-topik multibudaya. 7. Young adult. Naskahnya antara 130200 halaman, genre ini untuk anak usia 12 tahun ke atas. Plot ceritanya bisa sangat "ruwet" dengan banyak karakter utama, meskipun tetap ada satu karakter yang difokuskan. Tema-tema yang diangkat seringnya relevan dengan kehidupan remaja saat ini. Buku The Outsiders karya S.E. Hinton menjadi tonggak sejarah buku cerita anak di genre ini yang menceritakan permasalahan remaja saat itu ketika pertama kali diterbitkan pada tahun 1967. Kategori new-age (usia 1014 tahun) perlu diperhatikan, terutama untuk buku-buku kelompok nonfiksi remaja. Buku-buku di kelompok ini sedikit lebih pendek dibanding untuk kelompok usia 12 tahun ke atas, serta topiknya (fiksi dan nonfiksi) lebih cocok untuk anak-anak yang telah melewati buku genre middle grade, tetapi belum siap membaca buku-buku fiksi atau belum mempelajari subjek nonfiksi yang materinya ditujukan untuk pembaca di kelas sekolah menengah. Demikian pembagian genre buku cerita anak menurut usia, jumlah kata, serta kompleksitas cerita dan topik yang dikembangkan. Semoga menjadi acuan berguna dalam memberi bacaan yang tepat untuk putra-putri Anda. ciptanti putri

Terjun Bebas Menulis Bacaan Anak #16 Berikan Warna Ceria Pada Buku Anak
Tremans... Saya mau bagi-bagi sedikit tips lagi nih. Tips ini bertujuan memberi warna pada cerita anak yang tengah kita buat, berdasarkan pengamatan pada beberapa buku karya penulis asing dan sudah saya terapkan. Karena keterbatasan pemehaman linguistik anak-anak, saat menulis cerita anak kadang kita tak leluasa membuat gaya bahasa seperti layaknya karya sastra orang dewasa. Karenanya pemilihan kata untuk anak mesti dicermati, sehingga kesederhanaan kalimat sering kita tampilkan. Tapi kesederhananaan tentu saja harus berbobot. Ada trik yang saya petik dari beberapa bacaan yang kadang membuat saya tertawa geli. Bisa dipakai untuk cerpen, tapi juga bisa banget buat novel. 1. Membuat perumpamaan dengan kacamata anak-anak: contoh dari saya: - Rida paling tidak suka melihat Tante Lina berpakaian. Tempo hari, Tante Lina sangat mirip terong raksasa yang bisa berjalan. Dari topi sampai

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

sepatunya berwarna ungu tua. Iiiiih, padahal Rida paling malas melihat yang namanya terong. (kebayang kan gimana terong ungu berjalan?) Muka Doni pucat. Tiwi langsung ingat udang goreng yang disediakan ibu semalam di meja makan.

2. Mendefinisikan istilah dengan polos: contoh saya tulis ulang dari buku Konrad (tp saya garap lebih singkat): Kak Wita tadi bercerita soal pelajaran barunya di kelas pada Ibu. Katanya, ada pelajaran tentang akar-akaran. Tapi yang kudengar bukan akar tumbuhan, tapi akar angka. Katanya, akar 16 itu 4, akar 100 itu 10. Aku bingung. Kalau akar sejuta mungkin pohonnya besar sekali. contoh dari saya: "Paparazi itu siapa sih, Om? Pasti indo ya? Namanya aneh. Trus, istrinya dipanggil Mama Razi ya?" Nah itu dulu yah... kalao kebanyakan, nanti susah diterapkan dalam tulisan. Yuk, kita perkaya tulisan kita dengan warna gaya bahasa.

Terjun Bebas Menulis Bacaan Anak #17 Alternatif Pencarian Ide untuk Cerita
Saya bukannya ahli soal ini, hanya ingin berbagi pengalaman saat masih sekolah setingkat SD akhir+SMP. (Waktu itu ayah saya beruntung diberi kesempatan melanjutkan sekolah di Inggris sehingga keluarganya dibawa serta.) 1. Daftar Kata Dulu adik saya tiap pekan selalu diberi tugas mengarang fiksi (pendek). Gurunya memberi daftar kata yang harus dimuat cerita itu (sekitar 8-10 kata). Contohnya nih: gajah, sampah, coklat, menangis, dll. Kata-kata tersebut tidak saling berhubungan, jadi asyiknya ya merangkai cerita agar kata-kata tersebut ada semua. Saya senang sekali melihat-lihat kata minggu ini, dan coba-coba bikin juga. Malah kadang PR adik saya tersebut, saya yang mengerjakan (sekarang nyesellll ... saya baru sadar itu tidak mendidik) Kalau ingin mencoba silakan ambil kata acak dari buku/kamus. Kalau memungkinkan, minta teman yang memilihkan. Soalnya ga asik kalo kita sendiri yang milih katanya. 2. Metode First Line

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

Ambil kalimat pertama dari buku manapun (tapi yang belum dibaca), atau minta bikinin kalimat sama teman, dan coba karang sendiri lanjutannya. Nah, saya pernah dapat tugas sekolah membuat Bab 1 Novel, dengan kalimat pertama yang sudah disediakan. Waktu itu pilihan kalimatnya ada 3, yang pertama tentang negeri di awan (lupa persisnya), yang kedua tentang seorang tokoh anak yang terkejut saat ice-skating di danau karena tiba-tiba melihat tangan manusia dalam es, dan yang ketiga lupa (cerita sehari-hari). Nah, saya milih yang kedua, dan ngarang cerita action/petualang anak-anak (macam 5 sekawan). Kalau dipikir-pikir, padahal ceritanya ngeri banget karena ada pembunuhan segala, tapi ga tau ya dulu ga mikir soal itu. Nulisnya semangat banget, seenak hati masukin apa aja (soalnya mikirnya kan cuma Bab 1, tidak usah pusing nyari endingnya). Dimintanya cuma 3 halaman folio bergaris, tapi ngumpulnya berlembar-lembar. Teman yang lain juga begitu. 3. Judul Seperti no 2. Lihat-lihat judul buku di perpustakaan atau toko buku. Coba tulis cerita berdasarkan judul yang menarik perhatian (tanpa tahu isinya). Semoga bermanfaat... Terima kasih, wassalam, Fatma

Terjun Bebas Menulis Bacaan Anak #18 Alternatif Pencarian Ide untuk Cerita
Ketika memulai menulis fiksi anak dulu, semasa SMP-SMA, saya menemukan formula paling mudah membuat cerpen anak. Susunan cerpen itu, kurang lebih seperti berikut ini: konflik si tokoh dengan seseorang - pergulatan batin si tokoh - datan si ibu/kakak/ kakek/guru - dinasehati - minta maaf/janji tak mengulangi, dll. Formula ini sangat manjur untuk menembus media anak. saya tinggal mengganti-ganti pesan moralnya aja. Misalnya: enak mana jadi anak perempuan atau lelaki, menunda tugas sekolah, dll. Untuk variasi, saya tinggal ganti setting. Misalnya cerita A di sekolah, B di rumah, C di sanggar balet, D di rumah paman, dll. Tapi lama-lama saya kok bosen sendiri dengan formula itu. nggak ada tantangan. Salau saya berusaha memerkaya ddengan unsur diksi, dialog hidup, dan lain-lain. maka konsep saya kemudian menulis dengan unsur suspense. Saya sisipkan pesan moran secara

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

tipis. Tidak topdown. Maka jadilah cerita-cerita semi dtektif cilik. Setelah puas, sekarang saya lebih suka menulis dengan sitem sketsa. Artinya menulis aja apa yang pernah saya alami dengan gaya tutur yang lebih ringan. Syukur-syukur yang kocak begitu. nggak usah ada pesan moral juga nggak apa-apa. Malah isiya lebih sering mengkritik orang dewasa. bukan lagi pesan moral yang umum. Tapi, misalnya: ngapain sih mama harus rebonding kalo rambut keriting lebih cantik? Atau, membuat mobil papa jadi centil dengan menempel stiker, dll. Saya lebih suka menyampikan semacam tips gitu dalam cerita, bukan menggurui. Misalnya, gimana caranya nyampei kritik sama orang yang lebih tua. Atau hal-hal kecil lainnya. Jadi udah nggak ada tuh dalam pikiran ssaya bikin cerita: jangan membolos, jangan berbohong, jangan mencuri mangga tetangga, jangan tidur kemalaman nonton TV, jangan malas belajar ... (kesia anak-anak, uddah dinasehatin Bu Guru, Mamaya, eh... baca buku isiya uga nasehat ...:P) terimakasih, abinya akhtar

Terjun Bebas Menulis Bacaan Anak #19 Penokohan


Rutinitas saya di kantor memang bukan mengerjakan naskah-naskah anak- anak (tapi teenlit :P). Namun, di kala senggang saya sering membaca naskah-naskah fiksi anak yang masuk ke DAR!Mizan. Saya tidak bertanggungjawab untuk meloloskan atau menolak naskah di sana. Sebatas menikmati aja. Banyak faktor yang membuat tumpukan naskah itu akhirnya harus ditolak. Selain cerita klise (ini faktor paling banyak)ada beberapa hal yang sebanarnya sangat mendasar, dan semestinya sudah dikuasai penulis sejak awal. Misalnya saja soal penokohan. Dalam cerita-cerita di naskah2 yang masuk tersebut, kebanyakan penulis mengabaikan soal penokohan. Misalnya, siapa tokoh utama dan tokoh pelengkap. Seberapa jauh kita mengenalkan tokoh utama dan tokoh pelengkap. Kadang, ada penulis memaparkan panjang lebar satu sosok, padahal dia hanya tokoh figuran,yang tak terkait banyak dengan cerita. Penokohan pun banyak yang digarap tanpa eksplorasi. Misalnya, tokoh utama sangat biasa-biasa saja. Padahal, cerita yang menarik mestinya menampilkan hal yang unik, termasuk penokohannya. Dan kadang emosi tokoh utama tidak jelas/kentara. Buat pengarang yang sulit mengeksplorasi penokohan, saya sarankan untuk menulis dengan tokoh 'Aku'. Dan, silakan baca buku-buku referensi yang menggunakan 'aku'. Ada beberapa kemudahan menulis dengan tokoh 'aku', karena penulis nggak usah terlalu bingung menceritakan tokoh lainnya. Penulis juga bisa mewakilkan sudut pandangnya lewat tokoh aku itu. Kelemahan lainnya, dalam penokohan adalah, tidak konsistennya watak yang kita buat untuk si tokoh. Misalnya dia keras kepala, tomboy, tapi penakut ... atau tiba-tiba di bab berikutnya, cerita yang dipaparkan malah menggambarkan kebalikan wataknya. Saya juga kerap menemukan ketidaklancaran penulis dana mendeskripsikan

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

pengenalan tokoh (umumnya di bab 1). Banyak yang tidak jelas, kadang bertele-tele, atau hanya dasar-dasarnya saja. Padahal deskripsi pengenalan tokoh sejak awal sudah bisa jadi bagian cerita, atau malah kekuatan tersendiri. Bandingkan: "Putri berkulit hitam manis.Di bawah bibirnya ada tahi lalat kecil. Rambutnya dikepang setiap ke sekolah...." dengan "Putri berkulit gelap, tapi kata Nenek sih manis. Apalagi dengan tahi lalat di bawah bibirnya itu. Maniiiiis ... banget! Yang bikin Putri tambah manis lagi, rambutnya itu selalu dikepang dua dengan tujuh simpul yang rapi." Masih banyak lagi yang bisa saya contohkan. Kalo ada yang bisa didiskusikan soal penokohan, saya seneng banget. Terimakasih, benny rhamdani

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

Anda mungkin juga menyukai