Anda di halaman 1dari 44

Tanpa Batas #1 1

Tanpa Batas #1 2

DAFTAR ISI
Dewan Redaksi Tanpa Batas #1, 2018
Eka Ugi Sutikno
Mukaddimah Tanpa Batas 3
Yudi Damanhuri
Aksan Taqwin Embe
Dody Kristianto
Dody Kristianto
Esai
Editor Yudi Damanhuri
Ade Fitri
Membentuk Karakter Melalui Dongeng 4
Tata Letak
Dodi Brintik Prosa
Firda Rastia
Pemasaran
Trah 8
Gaya Almeerah

Keuangan Puisi
Mojangyud Dery Saba 20
Dedy Tri Riyadi 22
Produksi & Distribusi
Mongane Wally Serote 24
Anisatul Farihah
Thoni Mukkarom I.A 27
Alamat Redaksi W Haryanto 29
Jl. Arjuna No 17E Komp. Pemda
(belakang SD Cinanggung) Kel.
Prosa
Kaligandu Kec. Serang Kota Serang,
Dadang Ari Murtono
Banten 42116
Kafir 31
Surel
buletin.tanpabatas@gmail.com Kajian Film
Telp +6289627907773
Rahmat Hidayat Mustamin
Diterbitkan oleh Eiffel... I’m in Love Tidak Perlu Ada Sekuel 36
Kabe Gulbleg atas kerjasama
Penerbit Gambang Esai
Abdul Aziz Rasjid
Redaksi menerima tulisan
Duka Cinta Amir Hamzah 40
berupa prosa, puisi, esai, ulasan, dan
sketsa
Tanpa Batas #1 3

MUKADDIMAH TANPA BATAS


Dody Kristianto

Buletin Sastra Tanpa Batas merupakan buletin yang terlahir di tengah kebanalan
teks-teks sastra yang berseliweran di dunia maya. Buletin ini pun juga berada di
tengah rutinitas para penggawanya. Entah, disadari atau tidak, mungkin buletin ini
mencoba menjadi semacam sarana eksperimen sekaligus rekreasi di tengah
kebanalan arus “Kerja, Kerja, dan Kerja!” Tentu saja buletin ini terbit tanpa ada
tendensi untuk menyuarakan revolusi secara vulgar.
Berada di antara era mengambang seperti sekarang, tidak ada lagi pembatasan
antara sastra serius atau popular. Semua berdiri dengan jati dirinya sendiri merayu
pembaca. Melubernya teks sastra maupun yang menyaru, pun disastra-sastrakan
adalah rahmat, bahkan mungkin bencana, yang harus kita syukuri pun kita ratapi. Di
era seperti ini, segalanya begitu terbuka. Teks yang dikatakan sebagai sampah mau
tak mau tiba-tiba muncul bak zombie dan tampil dengan kemasan mengesankan.
Tanpa Batas ingin menjembatani segala kemungkinan eksplorasi teks. Tentu ada
secercah kebahagiaan saat menemukan teks yang menawarkan sedikit kebaruan.
Tanpa harus berestimasi terlalu tinggi, menjadi wadah bagi kreativitas yang tak
tertampung media-media kanon cukup memberikan kebahagiaan yang tak terperi.
Pastilah harapan tersebut juga tak mutlak sebab kreativitas sekarang sudah bisa
dimunculkan sekaligus dibaca dari berbagai tempat.
Akhirnya, selamat mengabaikan mukadimah semenjana ini.
Selamat membaca. Itu saja.
Tanpa Batas #1 4

ESAI
Yudi Damanhuri

MEMBENTUK KARAKTER
MELALUI DONGENG

Sebagaimana kita tahu, dongeng Bagi orang-orang yang gemar
bisa berpengaruh pada perkembangan membaca, pasti mengenal H.C.
fisik, intelektual, bahkan mental seorang Andersen. Ia dikenal sebagai salah satu
anak. Dongeng juga bisa dijadikan cara sastrawan Eropa abad ke-19. Di negara
lain orang tua untuk mendekati anak kita, ia lebih dikenal sebagai penulis
karena rutinitas kesibukan kerja yang cerita anak dengan kisah-kisahnya yang
padat. Tetapi, banyak sekali orangtua indah dan populer hingga saat ini.
yang mengaku tidak punya waktu Kehebatannya membentuk sebuah
mendongeng untuk anaknya. Padahal, cerita tidak akan lepas dari serangkaian
mendongeng tidak perlu terlalu rumit. pengalaman batin masa kecilnya.
Hanya saja, cerita yang disajikan dengan Terutama saat-saat di mana ia
hati akan sampai pula ke hati. bersinggungan dengan sang ayah, Hans
Tanpa Batas #1 5

Andersen. Dalam otobiografinya, The secara efektik dalam menyampaikan


True Story of My Life (1846), Hans pesan kepada anak. Hanya saja
menulis, “Seolah ayah hanya hidup bermodal usaha, imajinasi dan kemauan
untukku. Setiap minggu ia membuat dari orangtua.
gambar-gambar dan menceritakan Ada pula berbagai penelitian
dongeng-dongeng.” Dalam pada itu, menyebutkan, bahwa dongeng dapat
ibunya banyak mengenalkan cerita- mengembangkan kecerdasan
cerita rakyat. intelektual, emosional, spiritual, dan
Andersen dilahirkan bukanlah dari ketahanan mental anak. Kisah-kisah yang
sebuah keluarga yang modern dan didengar anak dari mulut orangtua akan
harmonis. Ia lahir pada 1805 di kawasan mengaktifkan simpul saraf dan membuat
kumuh Kota Odense, Denmark. Ayahnya otak lebih aktif, hingga berimbas pada
seorang pembuat sepatu yang buta kecerdasannya kelak.
huruf, sedangkan ibunya hanyalah se- Mendongeng tidak perlu dibuat
orang buruh cuci yang kemudian men- susah dan tidak harus dibacakan
jadi pemabuk. Andersen sendiri malah menjelang tidur. Mendongeng bisa
tidak bersekolah. kapanpun dan di manapun orangtua
“Hanya pada saat-saat seperti itulah lakukan. Selain akses yang bisa dengan
aku melihat ia begitu riang, karena mudah kita dapatkan di toko buku
sesunguhnya ia tidak pernah bahagia terdekat, saat ini marak pula Taman
dalam kehidupannya sebagai pembuat Bacaan Masyarakat yang bisa dijadikan
sepatu.” Tutur Andersen tentang alternatif untuk mengajak anak
kebiasaan mendongeng ayahnya. Dari membaca sambil bermain atau dipinjam
kekayaan batinnya, kini dunia untuk dibawa pulang.
mengenang Andersen lewat karya-karya Tapi jika benar-benar kita, sebagai
abadi seperti The Thin Brave Soldier orangtua sulit mendapatkan bahan,
(Prajurit Kecil Berkaki Satu), The Ugly segala hal yang bersinggungan dan ada
Duckling (Itik Kecil Buruk Rupa), atau di sekitar anak, bisa kita jadikan bahan
Little Match Seller (Gadis Penjual Korek cerita. Jangan hanya terpaku pada
Api). cerita-cerita yang ada dalam buku atau
Tujuan orangtua mendongeng tentu cerita-cerita yang terus didadarkan
saja bukan untuk mencetak anak- orangtua zaman dulu. Segala benda atau
anaknya menjadi sastrawan. Kisah yang manusia di sekeliling kita sesungguhnya
baru saja penulis ceritakan hanyalah bisa dijadikan sumber bahan yang tiada
sebuah contoh bahwa mendongeng habisnya.
bisa menjadi aktivitas berkomunikasi Misalnya, kita membuat cerita seperti
dengan anak secara mudah dan murah, ini: Ada sebuah mangkuk yang cantik
Tanpa Batas #1 6

sekali. Dia selalu senang bangun pagi hindari kata-kata atau penceritaan yang
untuk dicuci lalu amat bahagia ketika tidak pantas. Misalkan, kekerasan, atau
bubur tersaji di atasnya. Setelah hinaan kepada objek tertentu.
terhidang dan ditambahkan segala Permasalahan yang akan didapatkan
macam bahan yang ditaburi di atas oleh seorang anak, ketika mendapatkan
bubur panas pada mangkuk cantik itu, cerita yang dianjurkan penulis untuk
aromanya akan mengharumkan seisi dihindari, ia akan berimajinasi dan
ruangan dapur. Membuat seluruh gelas, membuat gambaran tentang tokoh-
teko, dan piring jadi iri melihatnya. tokoh yang diceritakan. Misalkan,
Orang-orang jadi senang
menyantap bubur yang
tersaji di mangkuk cantik
itu.
Cerita tersebut
menyampaikan pesan,
bahwa bangun pagi hari
dan mandi, membuat
semua orang senang.
Sebuah pesan tentang
kedisiplinan dan
kerajinan yang disajikan
dengan sangat mudah.
Jika sedang buntu ide,
orangtua bisa bercerita
tentang pekerjaannya di
kantor atau cerita
pengalaman ibu yang
baru pulang dari salon,
arisan, atau sepulang
dari belanja ke pasar.
Banyak hal positif yang
bisa diceritakan dalam
bahasa anak yang
mudah.
Meskipun banyak hal
yang dapat kita
ceritakan, perlu kita
Tanpa Batas #1 7

menjadi sosok mangkuk yang cantik maksud sang pendongeng akan lebih
yang hidup dalam kisah tadi, perlahan- tertangkap dan mudah dicerna oleh
lahan seorang anak akan anak-anak dari pada hanya sekedar
mengidentifikasi diri sebagai mangkuk membacakan buku cerita dengan
yang dimaksud. Saat mereka memahami, intonasi suara yang datar-datar saja.
pesan dari orangtua akan tersampaikan. Ketika menceritakan tokoh badak
Dalam pada itu, yang sangat fatal melompat karena menghindari lubang,
ketika bercerita, orangtua dimohon misalnya, pendongeng bisa melompat.
untuk tidak menyampaikan pesan Ditambah ekspresi yang mendukung
dengan cara menuntut. Si anak harus dan suara yang tersengal atau sedikit
begini atau begitu, kebanyakan anak ngos-ngosan. Niscaya anak akan masuk
akan cepat bosan dalam mendengarkan dalam imajinasi tokoh badak tersebut.
cerita, dan yang lebih parah, jika mereka Agar lebih menarik lagi, upayakan
merasa digurui atau dipermalukan oleh membedakan suara-suara tokoh dalam
orangtuanya sendiri. sebuah dongeng. Hal tersebut akan
Mendongeng akan lebih menarik mengaktifkan indera pendengaran anak.
dengan sedikit sentuhan atraktif dari Satu formula utama yang harus
sang pendongeng. Misalkan, dari diperhatikan dalam mendongeng yaitu
ekspresi wajah, gerakan badan, atau suasana hati. Semua harus disampaikan
memainkan intonasi suara. Walhasil, dengan kasih sayang, karena anak dapat
dongeng akan terkesan memukau dan merasakan seandainya kita
seakan hidup. Anak akan tertarik dan mendongeng dengan kesal hati atau
menyimak menggunakan seluruh hal-hal yang membuat
inderanya untuk larut ke dalam cerita. ketidakmenarikkan mendongeng bagi
Bagi yang belum terbiasa, mungkin anak. Jadi, kapan kita akan memulai
akan sedikit sulit. Tapi hal tersebut mendongeng untuk anak kita? []
bukanlah momok yang perlu dipikirkan.
Kebutuhannya hanya akting sederhana.
Dengan akting sederhana tersebut

Yudi Damanhuri adalah pengajar di SMA Pesantren Unggul Al Bayan Anyer.


Menulis Puisi dan Naskah Drama. Bergiat di Kubah Budaya.

Tanpa Batas #1 8

PROSA
Firda Rastia

TRAH

Setiap kali melihat petang, aku membatu serupa kertas lecak yang
melukis wajahmu di antara awan-awan, kumal dan tulisannya hampir pudar.
di antara oranyenya langit, atau di antara Kamu serupa buku tua yang rapuh.
kerumunan kuntul yang pulang ke Namun di saat yang sama, aku melihat
sarangnya. Bau petang masih sama. tubuhku membayang. Bayangannya
Masih seperti saat kamu menungguku di begitu hitam dan pekat. Bayanganku
bawah pohon mangga tetangga. serupa sekumpulan tinta yang tumpah
Sepuluh langkah sebelum aku sampai ke dan membentuk lekuk-lekuk tubuhku
arahmu, aku melihat betapa kecil yang tak kalah kecilnya darimu. 
tubuhmu di bawah awan petang, di Aku lebih kecil darimu, tentunya,
bawah langit oranye, dan di bawah tetapi kenapa kamu terlihat lebih
pohon mangga. Wajahmu yang kasihan. Kamu terlihat lebih layu serupa
Tanpa Batas #1 9

bunga kertas di halaman rumah yang tidak lagi bisa kukenali, seperti manusia
telah lama mati. Ah, toh, itu hanya dari planet lain yang tidak
bayanganku saja. Bayangan seorang mengacuhkan  keberadaanku. Saat kau
adik yang melihat abangnya begitu kecil berubah seperti itu adalah saat-saat aku
dan papa di bawah pohon mangga membenci rumah, tetapi membencimu
tetangga. Sebelum bayanganku yang adalah tabu bagiku. 
jadi semakin liar dan berusaha Kau tahu, sebagai adik ingin sekali
menggeliati pikiranku, aku berlari tak aku menceritakan kepada orang-orang
segan ke arahmu, memanggil namamu, betapa pentingnya keberadaanmu.
dan menyambut uluran tanganmu yang Namun aku sangat takut, takut kalau aku
ternyata lebih dulu membuyarkan menceritakan tentang dirimu pada
bayanganku. orang-orang, pada semuanya, pada
Sepanjang perjalanan menuju dunia. Aku takut kalau kau bukan lagi
rumah, kau tak banyak bicara. milikku dan suatu ketika yang tak
Sebaliknya, kau mempersilakanku untuk kuketahui, kau menjadi miliki mereka.
terus mengoceh. Jadilah, sepanjang Kalau itu terjadi, aku tidak akan rela.
perjalanan itu aku yang banyak bicara Tidak akan pernah rela sebagai
dan kau hanya tersenyum sambil perempuan.
sesekali menggunakan "hm", "oh", Suatu ketika yang lain, saat petang
"begitu", atau "begini". Tapi, itulah tak memberi kesempatan, saat pohon
caramu untuk menjaga agar ceritaku mangga milik tetangga tak penting lagi
tidak berhenti sebelum kita benar-benar buatku (atau juga buatmu), saat hujan
sampai di rumah.  mengguyur dan saat tubuh kita terkuci
Rumah selalu menjadi tempat yang pada suatu ruang yang tak terkatakan,
paling kauinginkan saat liburan. Katamu, saat itulah aku ingin mengutuk dunia
tak ada yang lebih nyaman selain di yang menciptakan ikatan tentang kita.
rumah. Namun bagiku, rumah terkadang ***
menjadi tempat mengerikan, apalagi Suatu ketika yang lain:
saat semua  yang kaubayang dan Di meja makan, tak ada seorang pun
inginkan tak seperti pada nyatanya. Saat yang berani bersuara. Kecuali denting
itu terjadi, kau berubah menjadi monster sendok-garpu yang beradu pada piring
yang menakutkan, yang bisa menyerang beling. Sesekali terdengar riuh air yang
kapan saja. Meskipun kau tidak pernah dituangkan dari teko. Sementara suara
berani memukul atau membentakku, kau musik di radio masih asik menemani
lebih terlihat mengerikan saat diam. Aku kami makan, ayah sesekali
lebih suka bila kau melampiaskannya menggerakkan garpunya seolah ia
padaku. Kau seperti manusia es yang adalah komposer yang menemani
Tanpa Batas #1 10

makan malam kami. Ayah begitu terlihat menyeramkan bagiku. Namun,


menikmati santapan malam ini. Abang Abang selalu membenarkan
juga demikian. Sementara aku tidak penilaiannya bahwa ibu memang cantik.
peduli dengan masakannya, baik bentuk Dan sepanjang aku hidup, hanya kepada
atau rasa. Aku hanya memikirkan ibulah Abang mengatakannya.
perutku. Aku merasa makan banyak Ayah tak kuasa menahan tawa. Aku
sekali, tetapi tidak sedikit pun aku memperhatikan wajahnya yang
merasa kenyang. Aku melirik ke arah ibu. memerah. Suara seraknya membuatku
Seperti biasanya, ia selalu memasang semakin muak. Nafsuku terhadap
wajah dingin. Makan, bagi ibu,  adalah puding jadi hilang. Aku perhatikan
suatu ritual yang membutuhkan Abang, lalu ibu. Mereka saling pandang.
konsentrasi. Tak ada dari kami yang Aku tak bisa menangkap maksudnya,
menganggu ibu, kecuali musik di radio tapi Abang tersenyum pada ibu dan
yang semakin lama semakin terdengar wajah dingin ibu membalasnya sedikit.
rintihan orang-orang kelaparan. Aku merasa dipojokkan. Aku merasa
Suasana tidak berubah sampai hanya aku yang tidak mengerti situasi
makanan penutup tiba di meja. Ayah yang janggal ini. Abang jelas tidak
tiba-tiba saja berkata pada ibu bahwa menyukai ayah. Namun, Abang terlalu
lipstik yang dikenakannya hari ini tidak berlebihan membela ibu. Sementara ibu
cocok dengan wajahnya. Aku merasa boleh merasa senang karena ada yang
atmosfer ruang tiba-tiba menjadi warna melindungi. Dan aku, hanya sekadar
merah. Aku melihat ketegangan. Terlebih figuran dalam cerita mereka yang
di wajah ibu. Aku khawatir dan aku yakin absurd. 
Abang pun setuju denganku. Ibu Musik berhenti dan makan malam
bergeming dan seperti tidak ada niat kali ini serupa pertunjukan bagiku. Ayah,
membalas komentar ayah. Sambil ibu, dan Abang adalah aktor utama.
mengemut dan menikmati manis puding Sementara  aku hanya penonton yang
cokelat di mulutnya, ayah terus menatap tak mengerti jalan cerita. Aku muak
wajah ibu. Terlihat bibirnya yang dengan ayah, aku benci pada ibu, tapi
menyinggung penuh penghinaan. Aku aku tidak bisa mengabaikan Abang. 
yang menyaksikan kejanggalan ini mulai ***
merasa muak melihat tingkah ayah. Aku Dari sekian banyak hari yang aku
yakin Abang pun sependapat hitung, Minggu adalah hari yang
denganku.  meluangkan waktunya untukku dan
"Ibu sangat cantik malam ini."  Abang. Hanya ada aku dan Abang. Ayah
Itu benar. Ibu memang cantik. Dan sudah pasti ke tempat ibadah dan ibu
karena kecantikannya itu, ibu justru rutin menghadiri perjamuan minum teh
Tanpa Batas #1 11

setiap Minggu. Sementara Minggu Abang memilih tempat di dekat


adalah waktu untuk membuka banyak jendela, di lantai dua gedung
hal terkhusus aku dan Abang.  perpustakaan. Ia bilang tidak ingin ada
Perpustakaan kota menjadi tempat keramaian di hari Minggunya. Lantai satu
mengasikkan dari sekian banyak tempat. sudah penuh dengan orang-orang dan
Mengunjungi perpustakaan adalah hal terlalu bising untuk  dinikmati. Urusan
paling agung yang kalau sekali saja tidak tempat, aku sangat setuju dengan
mengunjunginya di hari Minggu, dosa Abang. Abang sudah membawa buku
besar sedang menunggumu dan siap untuk dibaca dan ia pun memilihkan
menghantui kapan saja. Keberadaan untukku. 
perpustakaan di kota seperti surga. Di "Ceritanya tentang seorang
dalamnya, menawarkan banyak perempuan yang memutuskan untuk
kesenangan. Sekali kau bersentuhan menjadi vegetarian karena mimpi. Kamu
dengan apa yang tersimpan di akan nyaman bacanya. Ceritanya
dalamnya, kau seperti menikmati memang suram, tapi kalau kamu yang
kebahagiaan surga dan abadi. baca, kesuraman itu akan jadi nikmat
Barangkali seperti inilah yang dirasakan buatmu." 
manusia pertama saat pertama kali Abang menyodorkan sebuah buku
bersentuhan dengan buah larangan: yang belakang aku tahu bahwa
bahagia dan abadi.  pengarangnya dari Korea Selatan. Buku
berwarna merah muda, hitam, dan ungu
itu memiliki judul seperti yang
disebutkan Abang: Vegetarian. 
Aku selalu menyukai apa yang Abang
tawarkan padaku, termasuk soal buku.
Kalau Abang bilang buku ini bisa
kubaca, aku percaya. Pun kalau Abang
bilang sebuah buku tak patut dibaca
karena ceritanya yang biasa atau
berlebihan, aku akan tetap baca. Aku
ingin tahu seberapa tidak menariknya
buku itu di mata Abang. Dan seberapa
membosankan ceritanya hingga ia
memutuskan untuk tidak menyukai buku
itu. Seburuk apa pun bagi Abang, buku-
buku yang buruk itu pastilah pernah
Tanpa Batas #1 12

dibaca Abang dan aku harus Buku itu juga bercerita tentang seorang
membacanya.  anak yang membunuh ayahnya lewat
Aku membaca sinopsis dan mimpi. Ada juga tokoh yang kehilangan
beberapa komentar pembaca yang kecerdasannya. Karena suatu peristiwa,
tertera di bagian belakang sampul buku. tokoh itu jadi bodoh. Tokoh Kafka
Kemudian aku membaca biodata singkat mencintai ibunya." 
penulis yang termaktub di halaman Aku menceritakan semua hal yang
terakhir. Buku ini ternyata memenangkan aku ingat tentang buku itu. Aku
sebuah penghargaan yang menceritakannya dengan penuh
mengalahkan sejumlah sastrawan dunia keyakinan dan semangat seorang bocah
lainnya. Namun, lebih dari itu, aku yang antusias bercerita. Aku seperti anak
penasaran dengan jalan ceritanya yang kecil yang meminta perhatian seorang
ternyata terdiri atas tiga sudut pandang. kakak. Dan sepersekian detik aku sadar
Aku penasaran seperti apa buku ini bahwa aku memang sedang mencari
dapat memengaruhi Abang.  perhatian Abang. 
Aku tidak langsung membacanya
saat itu juga. Minatku tertuju pada
Bulan semakin menyembunyikan diri
Abang, pada buku-buku lainnya yang
dan langit makin suram. Angin-angin
hendak ia baca. Ada tiga buku di
tangannya. Satu di antaranya aku malam berembus menakutkan.
pernah membacanya. Dengan
***
saksama, Abang membaca sinopsis satu
Dulu sekali, sewaktu pohon mangga
per satu buku itu. 
milik tetangga masih leluasa kami panjat,
"Buku itu bagus." 
Abang selalu bercerita tentang seorang
Sebelum Abang membaca sinopsis 
anak kecil yang sekolah di gerbong
di buku selanjutnya, aku beri komentar
kereta. Saat itu, Abang bilang kalau ia
pada buku yang pernah aku baca. Aku
juga ingin sekolah di sana. 
harap komentarku memberi kesan
"Kalau sekolah di gerbong kereta,
bahwa buku yang sedang dipegangnya
kita bebas memilih tempat duduk. Kita
layak untuk dibaca. Namun, Abang tidak
juga bebas memilih pelajaran. Setiap
menggubris komentarku. Ia terlalu serius
hari ada cerita baru. Kita juga bisa punya
membaca sinopsis dan kiranya
pohon sendiri dan enggak harus
komentarku hanya omong kosong
numpang di pohon tetangga. Kalau aku
belaka. 
punya pohon sendiri, nanti aku undang
"Salah satu bagiannya bercerita
kamu ke pohon. Kalau sekolah di
tentang hujan ikan. Tokohnya diambil
gerbong kereta, setiap hari ibu pasti
dari salah satu prosais ternama: Kafka.
akan membekali kita dengan 'sesuatu
Tanpa Batas #1 13

yang ada di laut atau sesuatu yang ada perlahan menyerap ke kepalaku, aku
darat'. Ibu juga tidak perlu pusing soal mulai memikirkan soal nikmat hidup
pelajaran. Kamu juga bisa masuk sekolah yang seolah menjadi niscaya bagiku:
itu walaupun kamu masih kecil. Nanti kita bebas. 
berangkat dan pulang sama-sama, ya. ***
"Karena senangnya Abang saat itu, Saat petang tiba, aku selalu berjalan
segera saja aku ajak Abang ke sekolah dan berjaga kalau-kalau Abang sudah
gerbong kereta. Tapi, kata Abang berdiri di bawah pohon mangga milik
sekolah itu sangat jauh. Kalau pergi jauh- tetangga. Saat itu, aku selalu berkata dan
jauh, ibu pasti marah saat makan malam.  meyakininya bahwa pohon itu bukan lagi
"Tapi, kita bisa ke sana, kan?" bukan pohon tetangga, tapi pohon itu
tanyaku seraya meyakinkan Abang. Apa sudah resmi jadi milik kami. Entah kapan
pun yang dikatakan ibu, Abang selalu klaim itu mulai ada. Namun, aku tak mau
mempertimbangkannya. Segala mimpi, lagi repot-repot mengatakan pada
imajinasi, dan putusan kalah oleh ragu Abang bahwa pohon mangga yang
karena ibu. Ibu, ibu, dan ibu. Abang usianya tidak kami ketahui adalah milik
selalu memikirkan tetangga. Pohon itu
tentang ibu, milikku, milik Abang,
Laki-laki yang kukira sedari
memikirkan tak ada yang lain,
tadi menungguku di bawah
perkataan ibu. Kalau kecuali kami. 
tidak boleh ya tidak
pohon mangga tetangga Petang itu, Abang
boleh, selama ibu melayangkan senyumnya berdiri di bawahnya
senang apa boleh seperti biasa. mengenakan kaus
buat.  putih berbalut jaket
Namun, Saat itu  imajinasiku denim biru lusuh, celana jeans, dan
mengalahkan segalanya. Mengalahkan sneaker putih. Sepuluh langkah sebelum
keraguan Abang, mengalahkan ego ibu, aku sampai, aku memperhatikan Abang.
sementara egoku mulai memberontak. Aku melihat tubuhnya semakin hari
Barangkali saat itu aku mulai semakin tumbuh. Punggungnya yang
memendam batu di dada. Batu yang kekar, rambutnya yang lurus acak-
ditanam oleh ibu melalui Abang. Batu acakan, rahangnya yang memancarkan
yang akan terus mengeras, bahkan pesona laki-laki dewasa, dan wajahnya
sampai detik ini. Cerita Abang tentang yang selalu datar. Nun jauh di alam
sekolah gerbong kereta akan terus bawah sadarku, aku sedang meyakinkan
tertanam dalam ingatan. Seiring waktu diri bahwa aku sedang
meyeretku lebih dalam, aku berpikir memperhatikannya sebagai seorang
bahwa saat itu, saat cerita Abang
Tanpa Batas #1 14

kakak; seorang kakak laki-laki yang Sekilas ada yang menyelundup diam-
sedang menunggu adiknya.  diam dalam diriku.Sesuatu seperti
*** perasaan takut. Tanganku secara refleks
Sekali waktu, manusia perlu tahu menggenggam erat bagian dada. Aku
rasanya ditampar agar kelak  ia dapat memeganginya dan merasa seperti ada
menghormati rasanya nikmat. Seperti sesosok tubuh lain yang bersemayam
seorang penulis pernah berkata padaku dalam diriku. Diriku yang lain memberi
'bersedihlah dengan nikmat' dan aku tanda waspada dan mengatakan dalam
sedang memeluk kenikmatan itu sampai kepala bahwa bersikap tenang dan
seekor kucing hitam lewat di hadapanku. seolah tak ada apa-apa adalah satu-
Aumannya seperti berbicara pada diriku satunya jalan keluar. Aku menurutinya
yang lain. Sementara diriku yang lain dan ketika Abang menyapa, aku
menyeretku ke alam sadar. Saat itu, aku memperlakukannya seperti biasa.
berpikir bahwa aku sedang ditipu oleh Seperti ketika Abang menungguku. 
alam tak berdasar itu.  "Kami akan pergi cukup lama. Kamu
Laki-laki yang kukira sedari tadi makan malam saja tanpa kami. Ibu sudah
menungguku di bawah pohon mangga katakan pada Maryam. Jangan harapkan
tetangga melayangkan senyumnya ayahmu pulang malam ini, ya. Kamu tahu
seperti biasa. Seperti pada petang- kan dia seperti apa?" 
petang sebelumnya. Sepuluh langkah Aku melihat wajah ibu. Bibirnya
jarakku antara dirinya akan kupercepat dipolesi warna pink cerah, serasi dengan
menjadi setengahnya. Namun belum gaun dan tasnya. Namun, semakin lama
sampai setengah langkah, aku melihah diperhatikan, semakin kejijikanku
sebongkah batu besar yang menyeret tumbuh. Aku memulai kemuakanku hari
hingga ribuan kilometer jarak antara aku itu pada bibir ibu. 
dan Abang. Batu yang sudah sejak lama Lalu aku menatap Abang. Wajah
tertanam dan semakin lama semakin Abang sama sumringahnya dengan ibu.
tumbuh kuat dalam diriku. Ibu.  Ia merasa seperti ibu adalah ibu terhebat
Aku tahu itu ibu. Gaun putih, sepatu di dunia baginya dan itu membuatku
hak setinggi 5 cm, tas tangan hitam, sungguh tak nyaman. 
wajah yang dipoles, dan senyum yang "Apakah Abang juga tidak makan
menawan. Itu adalah ibu.Benar-benar malam di rumah?" Aku bertanya dengan
ibu. Ibu menggandeng lengan Abang sedikit menyimpan harapan. Berharap
dengan mesra, dengan wajah yang Abang mengerti maksudku dan
sumringah pun Abang tampak sama mengatakan "Tidak" atas pertanyaanku. 
bahagianya.  "Aku ikut dengan ibu. Ini semacam
pertemuan sekelompok ibu dengan
Tanpa Batas #1 15

anak laki-lakinya dan aku harus Dunia masih saja ingar bingar dan
menemani ibu. Maafkan aku. Aku seterusnya akan demikian. Menarik diri
menyimpan sesuatu di kamarmu agar adalah salah satu cara untuk
tidak bosan."  menanggalkannya sementara. Namun,
Cukup jawab "tidak bisa" tidak seberapa kuat semesta mendukung,
masalah bagiku. Kata "maaf" semakin dunia akan kembali menarikku. Bahkan,
membuatku merasa aneh. Mengapa lebih kuat. Konsep ini barangkali yang
harus Abang yang meminta maaf? coba ditawarkan Newton saat pertama
Mengapa Abang ingin  sekali pergi kali dirinya melihat apel jatuh. Aku
bersama ibu? Mengapa Abang terlihat sedang membayangkan ia sedang
bahagia? Mengapa mereka begitu menarik diri dari tuntutan dunia.
bahagia? Semua prasangka atas Sejatinya, ia sedang memikirkan cara
perlakuan mereka sore itu seperti untuk bertahan hidup. Barangkali saat
mengolok-olok harga diriku.  itu, sedalam apa pun  ia ingin menuju
"Bersenang-senanglah."  ruang keterasingan, mencari damai, dan
Aku mengatakannya dengan mencipta sepi, ia akan kembali ditarik
setengah tulus. Aku pikir kata-kata itu dalam pusaran keramaian. Dan kita tahu,
hanya suatu bentuk formal. Sebabnya, ia pula yang membuat keramaian atas
aku tidak ingin  berlama-lama melihat dirinya sendiri. Pada akhirnya, aku hanya
mereka. Aku hanya ingin segera pulang membayangkan saja. Semua hal tentang
dan mengunci diri di kamar.  dunia, keriuhan, Newton, apel, dan
Sepanjang sisa perjalanan ke rumah, keterasingan hanya sebatas bayangan
aku menyanyikan "little star" di kepala. yang sengaja aku ciptakan di kepalaku. 
Sambil menendang-nendang kerikil- Aku memikirkan Newton karena ia
kerikil kecil di jalanan dan itu ampuh yang muncul pertama kali dalam
menghapus sementara bayangan ibu sekelebat ingatanku. Seorang guru
dan Abang.  pelajaran fisika menjelaskan Newton dan
"Aku tidak butuh ibu, aku tidak butuh hukum gravitasinya, sementara aku lebih
Abang. Aku hanya butuh bintang," tertarik pada apel dan pohonnya. Apel
kutukku dalam hati.  dan pohon yang memayungi Newton
Angin sore menamparku dengan saat itu. Sampai pada suatu ketika aku
wajar, riuh suara anak-anak mengolokku menyadari bahwa aku sebenarnya hanya
dengan lembut, dan samar suara ibu dan menyukai apelnya saja. Dan suatu ketika
Abang menuntunku ke neraka secara yang lain,aku lebih tertarik lagi pada
perlahan.  apel yang dimakan Christie di atas bak
*** mandinya, serta secangkir wine yang
menemaninya. Sungguh, hanya buah
Tanpa Batas #1 16

apel yang membunuh segala hal tentang bagi kami, terkhusus bagiku untuk
Abang dan ibu di suatu ketika di sore malam ini. 
hari, yang anginnya tak aku kenal lagi.  "Ini enak dan aku suka." 
Adakah aku membaca buku yang Aku memujinya lantaran rasa
Abang sarankan saat itu? Aku lupa. Aku hormatku terhadap orang yang lebih tua.
terlalu asik memikirkan soal Newton, Sejujurnya, aku lebih memilih hormat
apel, dan Christie. Namun di atas pada bibi Maryam, daripada aku harus
segalanya, semangkuk sup tomat buatan hormat pada ibu. Terlebih memuji
bibi Maryamlah yang menenggelamkan keindahan dirinya, aku sungkan sekali.
kekecewaan atas kemuakanku terhadap Bibi tetaplah pelayan ia tak bisa
Abang dan ibu.  dikatakan sebanding denganku. Karena
Bibi menyajikan sup tomat di atas rentang jarak yang jauh itulah aku lebih
mangkuk putih lengkap dengan alasnya merasa nyaman dan merasa terlindungi. 
yang semuanya terbuat dari porselen. Itu "Bibi, sup tomat ini warnanya
salah satu dari sekian banyak mangkuk sungguh tak wajar. Semakin lama aku
yang ibu koleksi. Namun, agaknya memakannya, semakin aku memikirkan
mangkuk itu bukan mangkuk yang sesuatu yang aneh. Sesuatu yang
terlalu spesial karena masih diizinkan membangkitkan hasrat." 
beradar di dapur untuk keperluan Bibi Maryam cukup tersentak
sehari-hari, menyajikan sup tomat ini, dengan pernyataanku. Aku tidak peduli.
misalnya. Aku tidak peduli dengan Aku tahu ini aneh. Aku merasakan
mangkuknya juga mangkuk-mangkuk sesuatu yang aneh dalam diriku. Untuk
lain koleksi ibu. Malam itu, aku mengurangi ketegangan di wajah bibi,
menikmati sup tomat buatan bibi aku menyeruput sup dengan nikmat. Pun
Maryam.  aku sedang memikirkan ulang kata-
"Sup tomat untuk tuan putri. Ini akan kataku. Bibi tidak bertanya juga tidak
membantu menghilangkan penat. memberi tanggapan. Aku memahami
Makanlah selagi hangat. Bibi hanya situasi bibi. Aku menghabiskan sebagian
membuatkan satu untukmu."  sup tomatnya. Rasanya nikmat, tetapi aku
Perkataan bibi Maryam terdengar tidak merasa kenyang. Aku juga tidak
seperti perhatian seorang nenek. ingin  menghabiskan sup ini. Aku tidak
Namun, bukan berarti aku mau kehilangan warna merahnya. 
memperlakukannya spesial malam itu. "Apa mau menambah?" 
Aku tetap sadar akan batas antara aku "Tidak. Ini cukup." 
dan bibi Maryam. Seberapa besar jasa "Nona Elsie tidur saja duluan.
bibi atas rumah ini, bibi Maryam tetaplah Kemungkinan nyonya dan tuan muda
asisten rumah tangga sekaligus pelayan akan pulang larut." 
Tanpa Batas #1 17

"Apa mereka akan pulang? Apa malam itu tampak kacau, bajunya
mereka akan benar-benar pulang?"  bersimbah darah merah segar seperti
"Tentu saja."Bibi Maryam manusia serigala yang baru saja
menambahkan senyum di antara menyerang musuhnya. 
jawabannya. Wajahnya menyimpan "Ini mimpi."Aku menekan kata itu
kekhawatiran seorang pengasuh sedalam-dalamnya. Meyakinkan diri
terhadap bayi malang yang ditinggal ibu bahwa Abang yang aku lihat dalam
dan Abangnya. "Tentu saja" adalah keremangan, masihlah Abang yang
jawaban paling praktis dan pas untuk kukenal. 
menjawab pertanyaan yang Bulan semakin menyembunyikan diri
meresahkan.  dan langit makin suram. Angin-angin
Aku menghabiskan sisa sup, sambil malam berembus menakutkan.
memutar "little star" sekali lagi di Desirannya mengeluarkan bunyi serupa
kepalaku. Aku merasakan suasana yang lirih suara hantu. Sosok Abang masih
mencekam. Aku membayangkan Abang asik menemani dalam mimpi tak
dan ibu yang tak pernah pulang atau berkesudah malam ini. Ini malam
ayah datang dengan kabar yang paling sungguh terasa lama bagiku. Tangannya
buruk yang tidak ingin aku dengar. Aku yang dingin menyentuh kulit pipiku. Bau
hanya berharap dan setelah benar-benar amis darah ditubuhnya sama sekali tak
menghabiskan hidangan terakhir, aku  membuatku mual. Sebaliknya, aku ingin
segera membuka jendela. Bintang- lari dalam pelukan Abang. Menangis
bintang di langit dengan curang sejadi-jadinya, berteriak sekencang-
menggambarkan wajah Abang yang kencangnya dan mengutuk dirinya, juga
lesu, melukis wajah ayah yang sayu, dan ibu. Tapi tubuhnya serasa ditimpa batu
wajah ibu yang semakin membatu.  yang sangat besar. Malam itu, aku
*** seperti terjebak di tengah hutan dan ... .
Cahaya bulan di luar jendela Suara ketukan membangunkanku
meredup. Angin berembus kencang dan tepat pukul 07.00. Dingin sisa semalam
bintang-bintang sedang enggan terasa sekali di tubuhku. 
bersahabat pada langit. Sosok yang Dalam sadarku yang masih
muncul dalam mimpiku lebih setengah, derit pintu membawa Abang
menyerupai Abang. Bahunya yang masuk perlahan. 
tegap, sebentuk dadanya yang bidang, "Selamat pagi," ucapnya dalam nada
mata sayunya yang tampak dalam datar. 
remang, rambutnya yang halus jatuh Aku lihat ia masih mengenakan
menutupi mata, dan bau  keringat yang pakaian yang sama seperti kemarin. Baru
lekat dan khas ditubuhnya. Wajah Abang pulang rasa-rasanya. Bau tubuhnya
Tanpa Batas #1 18

masih sama. Masih seperti laki-laki yang mantra, tapi aku tak yakin apa yang
kukenal.  dikatakannya. 
Ia merebahkan tubuhnya di samping
tubuhku. Ia memasukkan tubuhnya
dalam selimutku. 
Aku tak yakin apa akan Abang
lakukan dan di antara kami pagi itu,
hanya ada kebisuan. Aku tidak peduli.
Terpenting saat ini, kami berada dalam
satu selimut yang sama. Aku tidak
mengerti apa yang sedang dirasakan
Abang, tapi keberadaannya
menciptakan hangat yang tak
terkatakan. 
***
Sepanjang hari kami habiskan waktu.
Berdua saja. Di bawah selimut yang
menghangatkan tubuh kami, Abang
bercerita tentang seorang anak laki-laki
yang jatuh cinta pada ibunya. Kubilang
itu adalah ceritaku. Cerita yang aku
ceritakan padanya, tempo lalu di
perpustakaan. Abang tak mendengarku.
Ia memberikan isyarat supaya aku dia.
Aku menurut.
“Seorang laki-laki yang merasakan
Abang menutup pintu dan sejuknya ranjang di antara pekatnya
menguncinya;  menghampiri tubuhku malam, aku tidak tahu apakah
yang masih asik bertahan di kasur. Ia sebenarnya itu bisa dikatakan sejuk. Tapi,
memegang pipiku dengan tangannya aku hanya tahu dan merasakan bahwa
yang dingin. Kubayangkan adegan laki-laki itu bukan merasakan sejuk,
mimpi semalam. Hanya pagi ini tidak ada melainkan dingin yang menusuk. Aku
bau darah ditubuhnya. Ia membelai tahu, Elsie. Aku harap kamu bisa
rambutku dengan mesra, semesra merasakan ceritaku. Laki-laki itu, pada
seperti biasanya. Ia juga mengecup suatu ketika yang tidak ia ketahui
keningku dan membisikkan sesuatu tepatnya, jatuh cinta pada ibunya. Ia
yang tak jelas. Kedengarannya seperti menyimpan suka yang dalam. Bukan
Tanpa Batas #1 19

hanya karena cantiknya, melainkan Laki-laki itu, Elsie, sudah


karena ibunya adalah seorang membangun imajinasinya sedemikian
perempuan yang kerap muncul dalam rupa untuk menyatakan (atau sekadar
mimpi erotisnya. Ibunya adalah menceritakan) perasaannya itu pada
perempuan pertama yang membuat ibunya. Namun, naas Elis. Naas sekali.
jantung berdegup sangat kuat. Laki-laki itu melihat laki-laki lain selain
Suatu ketika yang lain, laki-laki itu tak dirinya (atau mungkin dirinya yang lain)
sengaja melihat ibunya sedang di sekitaran ibunya.
memolesi bibirnya dengan lipstik merah Kau tahu betapa hancurnya aku,
merona. Saat itu, dunianya terasa Elsie?”
berhenti. Ia, laki-laki itu, dirundungi Waktu itu hujan turun dan tak satu
perasaan aneh tak terkatakan. Oh, Elsi, pun dari kami berani melepaskan
katakan padaku kalau itu bukan cinta. selimut. Abang masih mengenakan
Tapi, aku merasakannya begitu kuat. bajunya semalam. Kami berpelukan
Perasaan laki-laki itu seperti kilat yang mesra. Ini kali pertama aku merasa
menyambar dan memberi efek kejut sebagai seorang perempuan dan sosok
yang tak biasa. Atau, seperti kau yang aku lihat sekarang bukanlah
menuruni tanjakan yang curam. Teraduk- seorang kakak laki-laki yang selalu
aduk dalam gelombang atau seperti saat menungguku di bawah pohon mangga
kau berputar-putar selama ratusan kali. milik tetangga. Ia adalah seorang laki-
Seperti itulah aku merasakan apa yang laki yang memberi kehangatan di antara
laki-laki itu rasakan. deru derasnya hujan. 


Firda Rastia, alumnus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Sampai saat ini masih
mengagumi karya-karya Agatha Christie dan 1Q84-nya Murakami. 

Tanpa Batas #1 20

PUISI
Derry Saba

Belakangan Ini
Belakangan ini
Puisi-puisiku pusing tujuh keliling
Seperti koruptor yang bau pesing
Rupiah ditempel di kening
Dan harta dibawa saat kencing

Bagaimana tak pening


Di dalam kepala, persoalan dalam negeri seperti berkeliling
Mulai dari Kalijodo yang digiling
Sampai artis yang isap penis kencing

Teman kadang jadi lawan tanding


Dengan kopi, saling bunuh tanpa kerling
Sianida yang disuling bikin usia jadi keriting
Mautpun datang seperti maling

Sayangku, ‘E'
Puisi-puisiku sedang pening
Janganlah kau main-main di dekat kening
Nanti kita bisa dipisah tebing

Kupang, 2018

Telkomsel
I/
Nomor yang Anda hubungi sedang sibuk
Cobalah beberapa saat lagi

Ah, Tuhan...
Tanpa Batas #1 21

Kau masih sibuk rupanya

II/
Nomor yang Anda hubungi sedang tidak aktif
Atau berada di luar jangkauan
Cobalah beberapa saat lagi

“Saudara-saudaraku, Tuhan sudah mati,” Nietzche berteriak senang

Kupang, 2018

Tamu
Selamat subuh.
Mari masuk.
Ah, jangan dilepas sendalnya. Dingin lantainya.
Silahkan duduk di situ, dan tunggu sebentar.
Akan kubuatkan teuh melati kesukaanmu

2 (3 menit kemudian)

Ini minumnya.
Maaf, tak ada pisang goreng.
Ubi rebus pun baru saja habis

(teh melati diteguk sekali)

Baiklah!
Ngomong-ngomong,
Apa yang membuatmu pagi-pagi begini
Datang ke dalam kepalaku, ‘E’?

Kupang, 2018

Derry Saba adalah calon Pastor asal Keuskupan Atambua. Setelah menyelesaikan
studi Filsafat di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, kini ia sedang belajar
Teologi di Seminari Tinggi St. Mikhael, Penfui-Kupang. Bergiat di Komunitas Sastra
Leko Kupang dan Komunitas Sastra Filokalia. Telah menerbitkan dua buku kumcer:
Nyanyian Hati (2010) dan Ingatan Adalah Belati (2016).
Tanpa Batas #1 22

PUISI
Dedy Tri Riyadi


Dalam Kabut Lembah hijau limpah pukau.

I hear and I forget. Ia menggambar bahasa di jendela.


I see and I remember.
I do and I understand. Kau mengira basah biasa dari tubuh
Confucius embun.
Ada yang mendesir seperti rindu.
Ia meraba wajahmu dengan dingin Namun yang tampak – hanya kelabu.
gerimis.
Dalam kabut, kau tarik lagi
Kau akan merasa – hanya halimun. lebar selimut.
Selebihnya pohonan ngungun.
2017
Tanpa Batas #1 23

Tiga Bait Upaya Sampah


Menjadi Badut
“Jika garam itu menjadi tawar,
Truth, like light, blinds. dengan apakah ia diasinkan? Tidak
Falsehood, on the contrary, ada lagi gunanya selain dibuang
is a beautiful twilight dan diinjak orang.”
that enhances every object. ~ Matius 5:13
--- Albert Camus
Belum apa-apa…
Hidup sudah lama jadi sirkus, Meski ia telah dicaci,
tapi ia sendiri di ruang rias dilucuti, lalu dilecut
siapkan tawa paling pertama. berkali-kali.

Ingin ia ledakkan gelak tulus, Masih belum menjadi…


dan teriak kanak paling keras, Meski mekar mawar duri,
agar dunia tahu – susahnya bahagia. meski pudar kain kirmizi.

Karena hidup bukan hanya soal fulus Sampai tubuhnya


& jadi kurus, ia coba terjemah kutuk tergantung di salib pun,
keras masih lah sampah…
untuk seburuk-buruknya wujud manusia.
Bahkan, ia belum punya arti,
2017 jika kau belum beri hati.

2017


Dedy Tri Riyadi adalah seorang pekerja iklan. Ia tinggal di Jakarta dan bergiat di
Paguyuban Sastra Rabu Malam (PaSaR Malam).
Tanpa Batas #1 24

PUISI
Mongane Wally Serote

Untuk Kita Yang Mencipta Musik


(untuk jonas gwangwa)

di mula pagi kami berjalan ketika anjing-anjing telah lelah menggonggong


jejak langkah kami,
tersesat di jalanan menit yang berdetik
membawa kami kemana saja di tempat yang tidak pernah ingin kami
maksud,
ingat bagaimana menit menekur pada tapak sepatu
dan di sanalah darah kami tertinggal
daging kami, terjebak di bawah tapak sepatu hingga menjadi tanah
darah juga daging menjadi lumpur
Tanpa Batas #1 25

sebuah jam, seperti kebanyakan tepuk-tangan kami tahu juga dengar


menyatakan pada kami akan semut-semut yang dipersiapkan untuk kuku binatang
lantas tengah malam yang letih telah menggenggam kami
dan jalanan hampa yang menatap kami bersama lampu-lampu mereka
lagi, sekali lagi, di atas tempat tidur kami masih hidup
seperti ranjang panas yang memanggang cacing
ah
pencipta music, satu hari ketika bulu-bulumu rusak
dan kemahiran berbicaramu sirna seperti kepingan salju yang jatuh di atas
bumi
ingat
kau mengendarai waktu seperti maut mengendarai kehidupan

New York, 1975

Isyarat Bayang: Bra-Zeke Mphahlele

1
bagaimana caranya kita belajar dari apa yang kita katakan
dan dari apa yang kita dengar
bagaimana caranya kita belajar
bahwa ketika sebuah mata tercongkel keluar
apa yang tersisa adalah lubang
yang ruangnya terpekosa ini
tidak akan pernah sama lagi
yang lubangnya tersisa seperti rahim
bersama ingatan ia berdenyut

2
mata,
bersama gerak tapak kaki yang tergesa
masih saja ketika ia beristirahat, seperti sungai yang menghela napas
tapi menyebar dalam gerak
kita membaca apa yang ditulis kedua mata
seperti
kedua mata dapat hancur seperti ranting yang diisi buah
Tanpa Batas #1 26

3
sejak tidak adanya pilihan
seperti
kedua mata melihat apa yang mereka lihat
membiarkan lubah berdenyut
goresan momen di mana pernah kami miliki
seperti
satu bersama satu kaki mesti bergerak mesti bergerak terus

Barkeley, California, 1975

Mongane Wally Serote adalah penyair dan novelis kelahiran Sophiatown, Afrika
Selatan, tanggal 8 Mei 1944. Beberapa puisi di atas dialihbahasakan oleh Eka Ugi
Sutikno dari antologinya yang berjudul ‘Behold Mama, Flowers’ penerbit AD Donker
tahun 1978.
Tanpa Batas #1 27

PUISI
Thoni Mukarrom I.A.

Pada Purnama yang Lain

pada purnama lain aku duduk


di tepi pantai memandang
deburan ombak sambil
menyeruput kopi. sebongkah
karang tak bergerak diterjang
ombak setiap hari. sampah
plastik menumpuk dengan
bangkai tikus menghasilkan
aroma gelisah. perahu
terombang-ambing
gelombang —menampar-
nampar bayangan bulan.

aku duduk menunggu. jalan


semakin berlubang, berliku,
menanjak. kuyakin hanya
kamu rumah segala lelah
istirah. aku masih menunggu
waktu berbaik hati memecah
rindu —menetaskan kamu.

Menjenguk Teman Sakit

Sengaja aku tak membawa buah atau roti. Kubawa ponsel kamera saja biar bisa
kuabadikan ia yang sedang tergolek lemah di atas ranjang. Siapa tahu ia terhibur saat
kufoto. Siapa tahu penyakitnya takut melihat lampu kilat ponselku. Siapa tahu ia
Tanpa Batas #1 28

segera segar lagi. Siapa tahu ia segera bisa kembali tertawa. Tak lupa segera ku
upload ke media sosial biar teman yang lain tahu kalau ia dan aku sedang sakit.

Bunga dalam Pot

bunga kering dalam pot plastik hitam merunduk membungkuk meringkuk kesepian
tiada seorang pun peduli. tak ada tetes air untuk sekadar membasahi tanah kering.
daun jatuh ke lantai. rindu jauh ke pantai. laut pasang angin kencang kita pincang
berjalan tanpa sepasang cinta.

pohon kering di atas bukit. air tak lagi ditampung tanah, sebab tanah telah habis
dikeruk tangan anak kecil yang asyik bermain pasir.

aku juga ingin membuat istana pasir di tepi pantai lalu kulubangi pinggirnya kukasih
buaya biar tak ada yang ganggu.

namun karena cinta sudah lama buta akhirnya kita berjalan sendiri menuju senja yang
tak pernah ada.

sebenarnya aku ingin memelukmu seperti pagi mencairkan embun pada ranting
kering pohon dalam pot depan rumahmu.

Berita Duka

Pagi ini aku membaca berita duka di koran. Banyak yang mengucapkan, dari partai
politik sampai toko swalayan. Tak lupa ada sisipan iklan. Kasihan, sang poto terduka
dihimpit logo si pengucap. Dua halaman penuh. Karangan bunga berhimpit pula di
rumahnya. Di balik air mata, mereka seperti ingin berpesta. Atau aku salah baca.

Thoni Mukarrom I.A., lahir pada 15 Agustus di Tuban, Jawa Timur. Beberapa tulisanya
sempat diumumkan media lokal dan nasional dan beberapa antologi bersama. Aktif
bergiat di Grup Sastra Malam Minggu Tuban, dan Komunitas Sanggar Sastra.
Tanpa Batas #1 29

PUISI

W Haryanto

Cerita Dari Ciputat-8 Cerita Dari Ciputat-9

Telah datang pada kami Andai hujan datang


Gelombang ketakutan Tangkaplah sebutir airnya
Kampanye, dan pemimpin palsu Taruh di telapakmu. Dan biarkan ia pergi
Yang memindahkan kuntilanak Ke dalammu
Dari perpustakaan. Membakar
Mawar hitam yang disembah para (Ciputat, 2017)
penyair
Dan penyihir

(Ciputat, 2017)
Tanpa Batas #1 30

Cerita Dari Ciputat-10

andai kelak aku pulang, kupu-kupu tak lagi


memutari bekas cumbumu di tengkukku
sendiri, aku memecah akar pohon, tapi kenangan lama
tertinggal dalam gerimis, andai kelak aku pulang
pintu hatimu hanya syair yang terasing
yang mengucap tanpa sebab, tanpa jawab

(2017)

O
Cerita Dari Ciputat-11

masih terkenang, batas gunung dan awan


pantulan air yang jernih, burung-burung yang
berlagu, roh-roh pohon yang menyimak hujan
mimpi kami—bunga-bunga mekar, kupu-kupu
yang menggeser detak waktu seperti jalan-jalan sihir

(2017)


W Haryanto, penyair, esais, penulis naskah drama, dan sutradara teater. Buku puisi
terbarunya Cerita Dari Ciputat (2017).

Tanpa Batas #1 31

CERPEN
Dadang Ari Murtono

ORANG KAFIR

Aku bertemu dengan Nul untuk tipis, dan bau keringat yang menyengat.
pertama kalinya di sebuah warung di Namun bukan itu yang menarik
pinggiran Surabaya. Ia muncul dengan perhatianku, melainkan sebuah peti
segala yang menandakan keletihan: baju dengan empat roda di bagian bawah
kumal, celana robek-robek, muka kusut, yang ia seret-seret. Ia segera
rambut panjang tak terawat, sandal jepit mengingatkanku pada cerita Panji
Tanpa Batas #1 32

Tengkorak yang mengembara dengan semestinya tinggal tulang belulang.


sebuah peti mati berisi jenazah Nesia. Namun untuk Yanti, aku bahkan bisa
Aku menawarkan untuk membayar melihat pipinya yang masih merona
makan dan minum yang ia pesan. Ia merah, seperti orang yang sedang malu.
menatapku selama sepuluh detik Bibirnya beku dalam senyum yang
sebelum mengangguk. Ia menyantap cantik. Dan bagaimana aku akan berpikir
hidangannya seperti orang kesurupan. bila ia tak lebih dari seonggok mayat bila
Selanjutnya, ia mengatakan bahwa ia Nul, alih-alih membungkusnya dengan
berasal dari sebuah kampung di lereng tujuh lembar kain kafan, justru
Welirang. “Orang-orang menyebutku menyempurnakan penampilan Yanti
kafir,” katanya, yang membuat dengan daster bermotif kembang-
pengunjung warung lain menoleh dan kembang yang membuat pesona
menatap kami dengan pandangan aneh. alaminya kian terpancar?
Aku tidak tahu apa yang ia maksudkan, Yanti, kata Nul, mati begitu saja pada
namun kemudian ia mengajakku melihat suatu pagi, ketika mereka menyesap
isi petinya. Dan begitulah aku berjumpa kopi, setelah tiga kali terbatuk. Tanpa
dengan Yanti yang menakjubkan, sang sakit tanpa apa. Ia mati karena memang
Putri Tidur yang menanti seorang ia harus mati. Nul menangis selama
pangeran mengecup bibirnya dan ia setengah jam sebelum ia teringat ia
akan bangun dengan segala mesti mengabarkan hal itu kepada
keanggunannya. tetangga dan keluarga mereka hanya
untuk menerima kekecewaan dan
kesedihan yang lebih besar dari
kesedihan ditinggal mati oleh Yanti. Alih-
alih segera pergi untuk menggali
kuburan dan memperlakukan jenazah
sebagaimana mestinya, mereka hanya
tertawa dan berkata, “akhirnya mampus
juga itu anak.”
“Sudah berapa lama ia tidur?” Nul berusaha mengerti bagaimana
tanyaku. respon seaneh itu yang mesti ia terima.
“Ia tidak tidur. Ia mati,” Nul Dan ia, pada akhirnya, memang
menjawab seraya mencungkil serat mengerti. Yanti, bagaimanapun,
daging ayam di giginya. “Sejak lima bukanlah orang yang normal dalam
tahun yang lalu,” tambahnya yang pandangan masyarakat di mana mereka
membuat aku semakin terpukau. Orang tinggal. Ia terlahir dari keluarga baik-baik
yang sudah mati selama lima tahun sebagai seorang laki-laki, namun
Tanpa Batas #1 33

tumbuh dengan menunjukkan tanda- ludruk Budaya Jaya. Ia tak peduli lakon
tanda keperempuanan. Ia, misalnya, apa yang dimainkan, selama Yanti yang
lebih suka bermain pasar-pasaran dan bermain, ia akan menatap panggung
mengenakan daster ketimbang main dengan keterpukauan yang sama dan
topeng atau memakai celana. Menjelang mata yang hampir-hampir tak berkedip.
umur tujuh belas tahun, ia memutuskan Dan ia senantiasa menunggu hingga
bergabung dengan kelompok ludruk pentas buyar, hanya demi menemui Yanti
Budaya Jaya sebagai tandak sekaligus di krombongan untuk memberikan
menerima keputusan keluarganya untuk sekuntum mawar merah. “Aku bukan
memutus ikatan darah di antara mereka. lelaki pertama yang memberikannya
Ia segera mendapatkan ketenarannya kembang. Tapi jelas, aku satu-satunya
lantaran kemampuan tak tergantikannya
dalam memerankan Simbok dari Sarip
Tambak Oso yang mampu “Masyarakat, kata Nul, bersikap
membangkitkan si anak dari mendua terhadap para pelaku
kematiannya, hanya dengan selarik ludruk, khususnya pada tandak,
atau wedokan, atau tranvesti.”
teriakan.
Nul adalah salah satu dari sekian
banyak penggemar Yanti. Ia
lelaki yang selama tiga belas hari
menyaksikan Yanti pertama kali ketika
memberikannya kembang, satu kuntum
ludruk Irama Budaya nobong di kawasan
tiap harinya. Satu-satunya hari di mana
Gedeg. “Ia terlihat seperti sekuntum
aku tidak memberinya sekuntum mawar
mawar,” kata Nul. Pilihan kata yang ia
adalah hari di mana aku pertama kali
gunakan benar-benar basi dan itu
melihatnya. Dan itu membuatnya
membuatku hampir tertawa. Namun cara
membuka pintu hatinya. Dan begitulah
dia mengatakannya, serta pancaran sinar
kemudian kami memutuskan hidup
matanya, membawa kalimat klise itu ke
bersama.”
suatu dimensi yang berbeda, suatu
Ada dua kondisi yang membuat
dimensi yang hanya bisa dimengerti
orang awam sekalipun bisa berubah
oleh orang-orang yang pernah
menjadi filosof atau penyair. Pertama,
merasakan bagaimana rumitnya jatuh
berada dalam kungkungan cinta. Dan
cinta. “Dan sejak itu, aku tahu dengan
yang kedua, terjebak dalam penderitaan.
siapa aku mesti menghabiskan sisa
Nul dan Yanti mengalami keduanya.
hidupku,” lanjutnya.
Kepadaku, Nul yang sebelumnya hanya
Nul datang ke tobong itu selama
mampu mengeluarkan kalimat klise
empat belas kali dari empat belas kali
untuk menggambarkan pertemuan
pertunjukan yang digelar oleh kelompok
pertamanya dengan Yanti, tiba-tiba bisa
Tanpa Batas #1 34

berkata indah untuk melukiskan para tranvesti itu, bagaimana pun,


kehidupan mereka setelah memutuskan adalah orang-orang penuh dosa dan
untuk tinggal bersama: cinta memang bakal mempercepat kiamat.”
tampak seperti segalanya, tapi “Tapi kalian bisa hidup bersama dan
kehidupan, ternyata, tidak lantas menjadi masyarakat mengizinkannya,” kataku.
mudah karenanya. “Keluargaku “Sudah kubilang, masyarakat
memintaku memilih antara mereka atau bersikap mendua. Mereka mengizinkan
Yanti. Dan aku, pada akhirnya, bernasib kami hidup bersama di antara mereka
sama seperti Yanti; dibuang keluarga tapi tidak mengizinkan Yanti dikubur di
sendiri,” lanjutnya. kuburan desa. Ketika aku berkeras,

Masyarakat, kata Nul, bersikap mereka mulai mengatakan aku kafir


mendua terhadap para pelaku ludruk, seraya mengungkit-ungkit apa yang
khususnya pada tandak, atau wedokan, telah aku dan Yanti lakukan. Mereka
atau tranvesti. “Mereka memujanya di mengatakan aku umat Luth. Dan pada
atas panggung. Beberapa laki-laki akhirnya, aku terpaksa pergi. Aku
bahkan terang-terangan ingin tidur mencari tempat di mana orang-orang
dengan mereka. Namun di lain pihak, bakal mengizinkan aku menguburkan
mereka juga menyebut para tranvesti itu, Yanti. Tapi setelah lima tahun, aku tetap
banci-banci itu, sebagai sampah tak menemukan tempat itu.”
masyarakat. Mereka mengatakan bahwa “Dan Yanti tidak membusuk?”
Tanpa Batas #1 35

“Dan Yanti tidak membusuk.” menyebutnya kafir serta merasa


“Itu keajaiban.” berkewajiban untuk buru-buru
“Mungkin bagimu itu keajaiban. mengusirnya.
Namun bagi banyak orang, itu Pada hari kedelapan, Nul
merupakan bukti bahwa bahkan Tuhan memutuskan pergi setelah mengatakan
pun menolak Yanti kembali ke haribaan- bahwa ia mesti meneruskan perjalanan
Nya. Sebuah penegas bahwa Yanti dalam rangka mencari tempat untuk
memang kafir. Dan secara otomatis, menguburkan jenazah Yanti. Aku
mengingat hubunganku dan segala melepasnya dan berpesan bahwa ia bisa
yang kulakukan untuknya, aku juga kafir.” kembali ke rumahku kapan pun ia mau.
Seharian itu aku bersama Nul. Aku Namun ia tak pernah kembali dan aku
membantunya menyeret peti berisi Yanti tak lagi mendapatkan kabarnya. Aku
ke mana-mana. Ketika malam menjelang, hampir melupakan Nul dan Yanti sampai
aku menawarinya menginap di rumahku. beberapa hari yang lalu, sewaktu aku
Dan ia menerimanya. Tujuh hari kami membaca berita yang dipacak salah satu
tinggal bersama dan ia menceritakan kawanku di beranda Facebooknya yang
segala pengalamannya. Ia orang yang mengabarkan bahwa di Jakarta
jujur, sejauh pengamatanku. Kejujuran sekelompok masyarakat menolak
yang menyebabkan ia selalu menguburkan jenazah dari seseorang
mengatakan seluruh yang terjadi atas yang dituduh kafir meski sesungguhnya
dirinya kepada orang yang baru ia kenal. mereka menyembah Tuhan yang sama
Dan itu sesungguhnya menyusahkannya, namun menempuh jalan yang berbeda
alih-alih memudahkan urusannya. dalam memilih kepala daerah, aku
Menurutku, dengan melihat jenazah kembali teringat mereka. Sudah dua
Yanti, orang tak akan menduga kalau ia puluh tahun berlalu dan aku merasa
adalah seorang banci. Yanti tampak pesimis kalau Nul sudah berhasil
seperti seratus persen perempuan. menemukan tempat untuk mengubur
Namun setelah mendengar ceritanya, Yanti.
alih-alih simpati, orang-orang justru
menjauhinya dan ikut-ikutan

Dadang Ari Murtono, lahir dan tinggal di Mojokerto, Jawa Timur. Bukunya yang
sudah terbit antara lain Ludruk Kedua (kumpulan puisi, 2016) dan Samaran (novel,
2018). Saat ini bekerja penuh waktu sebagai penulis dan terlibat dalam kelompok suka
jalan.
Tanpa Batas #1 36

KAJIAN FILM
Rachmat Hidayat Mustamin

FILM EIFFEL… I’M IN LOVE


TIDAK PERLU ADA SEKUEL
REVIEW FILM EIFFEL… I’M IN LOVE 2 (RIZAL
MANTOVANI, 2018)

Lima belas tahun lalu ketika film dari Sidrap ke Parepare. Masa itu saya
Eiffel… I’m In Love (Nasri Cheppy, 2003) ingat betul, saya baru menontonnya
tayang di bioskop, saya masih kelas 3 setahun atau dua tahun kemudian
SD. Tepat ketika saya baru saja pindah setelah ditayangkan di salah satu televisi
Tanpa Batas #1 37

swasta. Itu pun di hari libur nasional. Casino Kings Part 2 (Anggy Umbara,
Biasanya film ini akan ditayangkan 2016), Langit Terbelah di Langit Amerika
secara bergantian dengan film 2 (Rizal Mantovani, 2016), Ada Apa
Petualangan Sherina (Riri Riza, 2000) Dengan Cinta? 2 (Riri Riza, 2016), Surga
atau film dari Iran, Children of Heaven yang Tak Dirindukan 2 (Hanung
(Majid Majidi, 1997). Bramantyo, 2017), Warkop DKI Reborn:
Akibat film Eiffel itulah, saya Jangkrik Boss! Part 2 (Anggy Umbara,
mengamini apa yang Andrei Tarkovsky 2017), Filosofi Kopi 2: Ben & Jodi (Angga
katakan dalam Sculpting In Time: Dwimas Sasongko, 2017) dan Ayat-Ayat
Reflections on The Cinema, “I think that Cinta 2 (Guntur Soehardjanto, 2017).
what a person normally goes to the Entah ada fenomena apa yang terjadi?
cinema for is time: for time lost or spent Barangkali para pembuat film ingin
or not yet had.” Penonton ingin, tidak mengembalikan nuansa-nuansa masa
sekadar hadir sebagai penonton, tetapi lalu kepada penonton.
mereka ingin mengalami dan merasakan Saya berkesempatan menonton film
suatu kejadian yang belum pernah Eiffel… I’m In Love 2 (Rizal Mantovani,
mereka tempuh sebelumnya. Kalau 2018). Saya tidak berekspektasi banyak
dalam bahasa Afrian Purnama dalam sebelum menontonnya. Saya hanya
tulisannya berjudul, Jangkau, berharap masuk ke dalam ruang gelap
“mendapatkan pengalaman bathiniah dan menikmati suguhan filmnya. Saya
yang belum pernah dicapai oleh juga tidak berharap banyak pada cerita.
penonton sebelumnya”. Saya hanya ingin menyaksikan
Tiba-tiba hampir semua remaja ingin bagaimana cerita ini diceritakan, how
pergi ke Paris dan jatuh cinta. Tante saya  they tell the story. Saya duduk bersama
— — yang masih kelas 3 SMA pada saat itu sekiranya tidak lebih dari tiga puluh
ingin melanjutkan kuliah di Prancis. orang. Hampir semuanya kisaran umur
Kakak saya membeli banyak poster dan 22–40 tahunan. Saya hanya menduga,
miniatur menara Eiffel akibat film ini lagi-lagi, penonton ingin merasakan
kemudian memasangnya di tiap sudut romansa masa lalu?
rumah. Film memang memiliki kuasa Sebetulnya saya sudah terganggu
yang begitu dahsyat kepada bagaimana film ini dibuka. Pada suatu
penontonnya. pesta pernikahan, Tita (Shandy Aulia)
Beberapa hari lalu, sekuel film ini sedang duduk dan disamper oleh
dirilis dengan judul yang sama. Mesti beberapa orang (temannya?). Tiba-tiba
diingat, dua tahun terakhir, ada salah satu dari mereka langsung
beberapa film-film sekuel yang meminta nomor telfon setelah saling
diproduksi, di antaranya, Comic 8: menyapa. Apakah tidak perlu ada basa-
Tanpa Batas #1 38

basi yang santai sebelum langsung kapan menikah. Hal ini menjadi
meminta nomor telfon? Tentu saja problematis ketika Adit, rupanya belum
informasi itu penting dalam memandu siap menikahi Tita dalam waktu dekat.
sekuen cerita ini, bahwa Tita belum Tita rapuh dan meminta putus.
punya ponsel sebab masih tidak Muncullah sosok Adam (Marthino
dibolehkan oleh Ibunya. Sementara itu, Lio), pria serba baik dan rela memberika
di suatu sudut kota Paris, Adit (Samuel ipad kepada Tita secara cuma-cuma di
Rizal) telah bekerja dan masih menjalani hari ulang tahunnya. Ketika Adam
hubungan jarak jauhnya dengan Tita. mengetahui bahwa Tita putus dengan
Adit, Adam menyusul Tita ke Paris dan
melamarnya. Sederhana saja ceritanya.
Film ini tidak menarik. Dialog-dialog
yang menampung banyak informasi
tidak dikemas dengan baik. Informasi-
informasi selama 12 tahun seperti
menyumbat kuping penonton.
Hubungan Tita dengan keluarganya
tidak terasa hangat, tampak seperti
orang-orang asing yang baru
dipertemukan kembali, lalu berpura-
pura atau mengira diri mereka keluarga.
Ketidakintiman ini tampak jelas terlihat
pada suasana ketika Tita merayakan
ulang tahunnya bersama keluarga.
Sebagai penonton, saya menikmati
warna-warna yang ditawarkan film ini.
Tampak manis dan segar. Tetapi sebagai
penonton yang berpikir, saya menebak
film ini, sekali lagi hanya menebak, film
ini hanya mengambil adegan-adegan
Karena suatu alasan, keluarga Tita eksterior di Paris. Itupun tidak banyak.
pindah ke Paris. Tentu keputusan ini Tentu saja untuk menghemat budget
membuat Tita bahagia. Ia akan bertemu produksi, tetapi struktur rumah Adit yang
dengan Adit, kekasihnya yang lama tak ditinggali keluarga Tita selama beberapa
ia temui. Ia berharap akan dilamar hari, tampak seperti struktur rumah Tita
secepatnya. Tita merasa tertekan oleh di Jakarta.
banyak pertanyaan temannya perihal
Tanpa Batas #1 39

Jikapun toh banyak interior juga keaktifan dan kepasifan, penampakan


yang dikerjakan di Paris, tapi kok yah dan realitas, penglihatan dan
rasanya masih rasa Jakarta. Keluarga Tita pengetahuan..”
sudah pindah ke Paris, tetapi baunya Dugaan-dugaan yang saya sebutkan
masih bau Jakarta. Belum lagi ketika di atas tidak akan pernah terbesit di
keluarga Tita keluar dari pintu kepala saya jika tidak berangkat dari
kedatangan, di sana sudah ada supir bidikan-bidikan kamera. Sebagai
Adit menunggu. Supir Adit yang dikenal penonton, sebetulnya saya berdialog
baik oleh keluarga Tita masih butuh dengan hasil bidikan itu. Sebagai
“papan nama” yang harus menutupi penonton yang memiliki kuasa
wajahnya. Jika Anda mengamati betul menimbang dan ‘mengemansipasi’, film
adegan ini, sangat tidak sehat dan tidak ini tidak memiliki orientasi yang jelas.
hangat. Kikuk. Krik. Krik. Jika film Eiffel… I’m In Love 2 ingin
Lalu apakah film ini masih bisa mengembalikan romansa-romansa masa
dinikmati? Tentu saja masih bisa. lalu, saya rasa energi film ini tidak
Bergantung apa yang Anda cari dalam mencapai kesitu. Jika film ini hanya
film ini. Anda masih bisa melihat sekadar melanjutkan cerita antara Tita
pertengkaran-pertengkaran kecil antara dan Adit dan meraup sebanyak-
Adit dan Tita yang membuat banyak dari banyaknya penonton, saya kok malah
penonton cekikikan. Anda masih bisa ragu.
menikmati Adit dan Tita ciuman seperti Suatu kali sutradara Joko Anwar
di film pertamanya. Tetapi jika Anda pernah menulis di akun twitternya,
menonton film ini hanya ingin Mendukung film Indonesia tidak
menyaksikan sebuah ciuman, Anda bisa harus dengan menonton semua film
ke Youtube atau Instagram. Indonesia.
Tak dipungkiri sejak Saya setuju. Sangat setuju setelah
perkembangannya, sinema, melalui menonton film ini. Memang ada jenis
anatomi-anatomi audio-visualnya, selalu film yang harusnya berakhir pada film
punya kemampuan untuk berdialog pertama belaka. Tidak perlu ada sekuel.
dengan penontonnya. Akbar Yumni Kalau dipaksakan, jadinya malah terasa
dalam artikelnya, Performativitas atas receh. Jika bisa menyimpulkan, film ini
Kehadiran dan Waktu, pada katalog hanyalah respon dangkal mengenai
Arkipel edisi Social/Kapital, bahwa jusktaposisi fenomena LDR dan kebelet
“sinema selalu memungkinkan nikah yang kian marak. Selebihnya tidak
‘emansipasi’ intelektual karena selalu ada.

menghadirkan tegangan antara
Tanpa Batas #1 40

Rachmat Hidayat Mustamin adalah film maker, penyair, Emerging Writers Indonesia
2017

ESAI
Abdul Aziz Rasjid

DUKA CINTA AMIR HAMZAH



Suatu malam di tahun 1930-an,
murid-murid Algamene Middelbare
School (AMS) Sala, Jurusan Sastra Timur,
menggelar sandiwara bertajuk Sitti
Nurbaya. Pertunjukan itu disutradarai
oleh Armyn Pane, diangkat dari roman
berjudul sama karya Marah Rusli.
Panggung ditata seumpama malam
purnama, Amir Hamzah berperan
sebagai Samsulbahri, sedang Ilik Sundari
menjadi Sitti Nurbaya.
Adegan pertama dimulai ketika
Samsu menyatakan cinta pada Nurbaya
sebelum ia berangkat ke Batavia
meneruskan pendidikan di Sekolah
Kelak, Amir Hamzah akan menulis
Dokter Jawa. Amir dan Ilik mesti
puisi-puisi yang memanfaatkan kaidah
menjiwai dua insan yang memendam
pantun ―berima akhir a-a-a-a atau a-b-a-
cinta. Sebenarnya, dalam lubuk hati
b, larik terdiri dari 8-14 kata―dan
masing-masing, keduanya
bercerita pula tentang pedihnya
mengutarakan kenyataan batin. Lalu,
perpisahan. Dalam puisi bertajuk
berpantunlah Amir Hamzah dengan
“BuahRindu III” (terkumpul dalam Buah
penuh penghayatan: Bulan terang bulan
Rindu. 1941) semisal, Amir menulis:
purnama/ nagasari disangka daun/
Hatiku rindu bukan kepalang/ Dendam
Jangan dikata bercerai lama/ bercerai
beralik berulang-ulang/ Air mata
sehari rasa setahun.
bercucuran selang-menyelang/
Mengenangkan adik Kekasih abang
Tanpa Batas #1 41

Murid-murid AMS Sala yang menjadi kedaerahan yang berbeda, membuat


penonton malam itu, bertahun-tahun Amir giat mempropagandakan
kemudian akan tetap mengenang pentingnya kesatuan antarsuku yang
pengucapan intonasi dialog, pantun kerap disuarakannya dalam rapat-rapat
bersahut yang diutarakan penuh gerakan pemuda. Sebagai penyair, visi
penghayatan. Mereka juga kesatuan itu terpola dalam cara Amir
membanggakan sepasang kekasih yang Hamzah memperlakukan bahasa, ketika
melambangkan kesatuan dua suku ―Ilik menulis puisi dalam bahasa Melayu yang
perempuan Jawa dan Amir pemuda dipadu dengan kata-kata Jawa.
Sumatra. Lambang gema semangat Menghikmati puisi-puisi Amir
kesatuan Nasional yang saat itu gencar Hamzah dalam Buah Rindu, Nh. Dini
digelorakan pada rapat-rapat menilai kata Maskumambang yang
pergerakan pemuda. merupakan nama tembang Jawa pada
Malam itu, tak ada satu pun puisi “Kenang-kenangan” atau kata
penonton yang mengira, jalan cerita Sitti Sekarsuhun yang merupakan motif
Nurbaya yang romantic namun berakhir gerak tari pada puisi “Dalam Matamu”
tragik; bertahun-tahun kemudian berhasil memperkuatsuasana pilu aku
menjadi kenyataan hidup bagi lirik sehingga berpotensi membuat hati
percintaan Amir dan Ilik. pendengar menjadi terhanyut. Sedang
dalam puisi-puisi Amir yang terkumpul
*** dalam Nyanyi Sunyi, Ajip Rosidi dalam
Kenangan peristiwa serta kesan- Puisi Indonesia Modern (Pustaka Jaya:
kesan penonton atas sandiwara tersebut 1987) mengutarakan kecenderungan
ditulis Nh. Dini dalam buku bertajuk Amir Hamzah memakai kata-kata Jawa
Amir Hamzah Pangeran dari Seberang. atau Kawi serta sisispan um atau in yang
Nh. Dini bercerita bahwa benih-benih tak terdapat lagi dalam bahasa Melayu
cinta yang tumbuh antara Amir dan Ilik, selain akibat perkenalannya dengan
bermula saat membentuk kelompok puisi Jawa diindikasikan didorong oleh
belajar bersama. Amir mempelajari rasa cinta Amir pada Ilik.
kemahiran berbahasa Jawa pada Ilik, Amir pun kerap menyebut Ilik
sedang Ilik mempelajari bahasa Arab sebagai teja dalam puisi-puisinya. Teja
pada Amir. adalah kata Jawa yang berarti sinar.
Bagi Amir Hamzah, Ilik Sundari, Ketika Amir dan Ilik pada akhirnya mesti
sosok perempuan yang berpisah, dalam puisi “Teluk Jayakatera”,
menginspirasinya membayangkan sinar itu menderu dalam benak: Teja
gagasan persatuan nasional bagi ningsun buah hatiku/ Lihatlah limbur
bangsanya yang terjajah. Latar mengusap gelombang/ Ingatlah tuan
Tanpa Batas #1 42

masa dahulu/ Adik guring di pangkuan tak mampu melunasi hutang. Kenyataan
abang? hidup Amir Hamzah, diakibatkan
Seperti nasib yang dialami Samsu inisiaitifnya menikah dengan Tengku
dan Nurbaya, pangkal perpisahan Amir Kamaliah. Keputusan Amir disebabkan
dan Ilik berawal ketika Amir harus pergi dua hal: membalas budi kebaikan
ke Batavia untuk melanjutkan Sultan langkat (ayah Kamelia) yang telah
pendidikan di Sekolah Hakim Tinggi. membiayai pendidikan Amir di Sekolah
Perpisahan di satu sisi menjadi babak Hakim Tinggi Batavia, dan
baru tentang rindu yang terekspresikan menyelamatkan kesejahteraan Kerajaan
lewat komunikasi surat-menyurat. Langkat dari ancaman kolonial Belanda
Sedang di sisi lain jarak lantas yang hendak mengurangi bagi hasil
mempertautkan babak duka dengan pendapatan minyak bumi bila Amir terus
akhir mereka berdua berpisah selama- bergiat dalam pergerakan nasionalisme
lamanya. di Batavia.
Jika pada Sitti Nurbaya, pokok utama Keputusan Amir Hamzah
cinta yang tak sampai diakibatkan melepaskan cinta pribadinya, dinilai
inisiatif Sitti Nurbaya menikah dengan Sutan Takdir Alisjahbana dalam Amir
Datuk Meringgih untuk menyelamatkan Hamzah, Penyair Besar antara Dua
ayahnya yang hendak dipenjara akibat Zaman dan Uraian Nyanyi Sunyi (Dian
Tanpa Batas #1 43

Rakyat: 1979) sebagai lambing Langkat gagap membaca perubahan


kekalahan seseorang yang telah berjiwa zaman, tak akomodatif dan adaptif
kebudayaan modern. Kekalahan ini dengan dinamika perkembangan
sebab Amir memilih tunduk pada adat- masyarakat yang kala itu terus
istiadat hutang budi, kepatuhan yang bergejolak mengupayakan
muda pada yang tua, yang rendah kemerdekaan bangsa.
kepada yang tinggi. Atau kemenangan Ketika “revolusi sosial” terjadi di
bagi kebudayaan Melayu lama, terutama Langkat, segolongan masyarakat
kebudayaan feodal. menuntut penyamarataan kedudukan
Bagi saya, Amir Hamzah yang dan beranggapan keluarga kerajaan
melepaskan cintanya itu, lebih sebagai perlu disingkirkan. Sebagaimana akhir
korban dari watak relasi kekuasaan lokal kisah Sitti Nurbaya yang ditutup
―Kerajaan Langkat― yang ingin tetap terbunuhnya Samsulbahri dalam perkara
permanen menjaga keberlangsungan Belasting. Perkara “revolusi sosial”
eksisistensi kekuasaan dan pola menjadi alur kematian tragis bagi Amir
kesejahteraan dengan menggantungkan Hamzah.
diri pada eksistensi kekuasaan kolonial.
Ketergantungan membuat Kerajaan

Abdul Aziz Rasjid, Jurnalis dan penulis esai. Bergiat di Aliansi Jurnalis Independen
(AJI) Kota Purwokerto
Tanpa Batas #1 44

Anda mungkin juga menyukai