Penulis:
17 Penulis Nasional
Alamat:
Copyright 2023
ii
Daftar Isi
iii
11. M. Haykal Mushafa
Dari Dilupakan Menjadi Presiden …………………………. 84
12. Muhammad Arief, S.Pd. SD.
Cinta Pertama …………………………………….……………………. 90
13. Rinawati Jaya Official
Ayah ……………………………………………………………………….100
14. Risa Nifshu Aminah
Kisah Perjalanan Alam dan Senja diantara Detak
dan Letak ………………………………………………………………..110
15. Wegig Prasasti
Saat Itulah Aku Berhenti Percaya …………………………….130
16. Yudi Subekti
The Lucky Lucky ……………………………………………………..152
17. Deri Ardian
Dibawah Deretan Langit ………………………………..………. 166
iv
Ucapan Terima Kasih
Tim Penerbit
v
Minat dan Bakat yang Terpendam
Achmad Hidayat
2
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
dilarang oleh orangtuanya dikarenakan selalu tidak boleh
melakukan hal hal yang mau lakukan oleh anakanya.Dan
seorang anak itu bernama Randy yang selalu tidak boleh
sama kedua orang tua nya tidak boleh melakukan apaapa ,
jadi. Setiap keluar rumah itu randi tersebut merasakan
introvert yang luar biasa.
3
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
untuk bisa mendapatkan seorang teman, teman ngobrol,
dan lain lainnya .
4
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
5
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Kisah Cinta di Tengah Perjalanan
Agus Holid
6
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Saat Maya kebingungan mencari taksi di stasiun kereta,
Rian dengan rela hati memberikan bantuan padanya. Maya
merasa senang dan terkesan dengan kebaikan hati Rian.
Kedua, Rian adalah sosok pria yang cerdas, kreatif dan
memiliki semangat untuk mengejar impiannya sebagai
seniman. Maya merasa terkesan dan bersemangat ketika
Rian menceritakan tentang passion-nya dalam membuat
karya seni. Ketiga, Maya merasakan adanya chemistry
antara dirinya dan Rian. Mereka sama-sama dapat
merasakan kecocokan dan kenyamanan saat bersama.
Semua hal ini membuat Maya yakin bahwa Rian adalah
orang yang tepat dan dapat membuat hidupnya lebih
bermakna dan berwarna-warni.
7
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Ketiga, Rian seringkali memberikan hadiah kecil pada
Maya dan membuatkan sarapan atau makan malam
romantis untuk mereka berdua. Hal ini menunjukkan
bahwa Rian peduli dan ingin memanjakan Maya agar selalu
merasa bahagia.
8
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Rian dan Maya memiliki beberapa kesamaan dalam hal
pandangan hidup dan nilai-nilai yang mereka anut. Salah
satu kesamaan tersebut adalah semangat untuk meraih
impian dan berkembang dalam karir. Keduanya sama-sama
bekerja keras dan memiliki keahlian di bidang yang
berbeda, sehingga mereka saling menginspirasi dan
mendukung satu sama lain dalam meraih impian masing-
masing.
9
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Rian dan Maya mendukung impian satu sama lain
dengan cara saling memberikan dukungan dan inspirasi
dalam meraih impian masing-masing. Pertama, mereka
saling mendengarkan dan memberikan feedback yang
membangun terkait ide-ide atau proyek yang sedang
mereka kerjakan. Hal ini juga membantu mereka untuk
melihat perspektif lain dan mempertajam ide-ide mereka.
10
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
dan siap mendukung mereka setiap saat. Tentu saja, sebagai
pasangan yang berbeda latar belakang dan kepribadian,
Rian dan Maya pasti pernah mengalami perbedaan
pendapat dalam meraih impian. Perbedaan pendapat ini
bisa berkaitan dengan metode yang digunakan untuk
mencapai impian, prioritas yang harus ditetapkan, atau
bahkan tujuan yang hendak dicapai. Namun, meskipun
perbedaan pendapat muncul, mereka selalu berusaha untuk
saling mendengarkan dan mencari solusi yang terbaik bagi
kedua pihak. Mereka berbicara terbuka dan jujur tentang
perasaan dan pemikiran mereka serta mencoba mencari
titik temu yang bisa membuat keduanya merasa nyaman.
Perbedaan pendapat ini malah menjadi peluang untuk
saling memahami, memahami kebutuhan pasangan dan
merencanakan bagaimana meraih impian mereka bersama.
Dalam hubungan, Rian dan Maya belajar untuk saling
menghargai pendapat satu sama lain dan saling mengisi,
sehingga memberi ruang bagi peningkatan hubungan
mereka.
11
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
tugas pekerjaannya sementara Rian harus tetap di Bandung
untuk mengelola studio seninya.
12
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Dengan berkomunikasi teratur, mereka saling update akan
keadaan dan aktivitas yang sedang dijalani masing-masing
dan menjaga keterbukaan dalam membagikan pemikiran
dan perasaan.
13
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Seperti pasangan lainnya, Rian dan Maya juga pernah
mengalami konflik selama jarak memisahkan. Konflik ini
muncul ketika keduanya mengalami hambatan dan
kesulitan dalam menjalankan tugas atau proyek masing-
masing, hingga saling menyalahkan satu sama lain.
14
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
baik apabila pasangan saling mendukung dan memahami
satu sama lain.
15
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
berbicara tentang cara untuk mencegah atau
menghindarinya agar masalah serupa tidak terjadi lagi.
16
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
dapat sampai pada solusi yang bisa
dipertanggungjawabkan.
17
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
merencanakan aktivitas yang membuat keduanya merasa
senang dan terpenuhi secara individu maupun sebagai
pasangan.
18
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
pasangan tetap terpenuhi, sementara menjaga kebutuhan
pribadi.
19
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Kedua, cari tahu apa yang menjadi permintaan
pasangan. Dalam situasi ketidakseimbangan, mungkin ada
kebutuhan yang perlu dipenuhi oleh pasangan. Cari tahu
permintaan pasangan dan cobalah untuk menemukan cara
untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
20
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
mendukung, berbicara terbuka dan jujur, serta saling
memberi secara seimbang, pasangan dapat melewati situasi
sulit dan memperkuat hubungan mereka.
21
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Keempat, membuat kompromi yang adil. Solusi yang
tepat dalam hubungan seringkali memerlukan kompromi
yang adil. Keduanya harus mempertimbangkan
kepentingan satu sama lain, dan mencari cara untuk
memenuhi kebutuhan masing-masing tanpa mengorbankan
kepentingan pasangan.
22
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
23
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Ibuku Mentariku
Aning Widianingsih
24
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Wanita hebat itu menjadi inspirasi bagi anak-anaknya.
Siapa lagi kalau bukan seorang ibu? Tidak hanya andal
dalam urusan rumah tangga, ibu juga bisa menjadi
pengganti seorang ayah. Bagiku, ibu adalah segalanya.
25
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Yang tak pernah menyerah berusaha menyekolahkan anak-
anaknya untuk menjadi seorang sarjana.
26
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Ibu adalah cinta pertama seorang anak yang tumbuh
semenjak masih dalam perutnya.
27
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Ibuku Hebat
Aning Widianingsih
28
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
menungguku pulang sekolah, ibu selalu saja menyambutku
dengan senyumnya yang hangat itu bagaikan hangat
mentari pagi
29
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Ibuku Sahabatku
Aning Widianingsih
30
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Memang Ibu adalah sumber inspirasi kehidupan kita,
dengan Ibu semua dapat terselesaikan tanpa ragu, bersama
Ibu semua dapat merasakan kebahgiaannya di setiap waktu.
31
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Kebanyakan orang menganggap bahwa
kesuksesan dan kegagalan sebagai dua
hal yang berlawanan, tetapi tidakkah
mereka tahu bahwa keduanya adalah
produk dari sebuah proses yang sama.
32
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
33
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Janji yang Tak Terpenuhi:
Nasib Pohon yang Mati
Aryanto Toabnani
34
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
pupuk di sekitar akar tanaman dan berdoa agar tanaman
dapat menyerapnya dan tumbuh lebih kuat.
35
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Nasib pohon yang sekarat mungkin tragis, namun hal
ini memberi Rain pelajaran penting tentang kekuatan cinta
dan dedikasi. Hal ini menunjukkan kepadanya bahwa
terkadang, upaya kita tidak selalu memberikan hasil
langsung, namun tetap layak untuk dilakukan karena
berpotensi menciptakan efek riak yang dapat mengubah
dunia menjadi lebih baik.
36
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
37
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Sebuah Mimpi
Eri Kurnia
15 menit kemudian…..
38
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Terakhir No.5 itu merupakan sekolah yang memiliki
citra baik di mata masyarakat Kampung Sama
Warna.Sekolah itu banyak menggaet prestasi
akademik maupun non akademik dalam berbagai
perlombaan,baik siswa maupun guru dan staf.Sekolah
itu memiliki fasilitas yang lengkap serta guru dan staf
disana memiliki kualitas kerja yang patut diacungi
jempol.Selain itu,sekolah itu juga mengedepankan
kebersihan serta kesehatan ruangan dan penghuninya.
Tak heran,banyak warga yang menyekolahkan anak-
anak mereka di sekolah itu.
39
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
merapikan rambutnya.Ia meletakkan tasnya,lalu
duduk di samping Aini. “San, untung kamu udah
sampai. Kamu sudah selesai mengerjakan PR IPS? Aku
belum mengerjakannya.”, tanya Aini bingung. “Aku
sudah mengerjakannya kemarin malam.”,kata Sania
lalu mengambil buku PR IPS miliknya. Aini dengan
wajah memelas berkata,”Sania, kita sudah lama
berteman, bahkan sekarang kita sahabatan. Boleh aku
lihat bukumu? Hanya sekali saja.”.
40
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Akhirnya, beberapa menit sebelum guru
masuk,Sania berkata,”Baiklah, aku akan membantumu
kali ini. Buka bukunya.”.Aini sumringah dan langsung
membuka bukunya. Ia menyalin setiap kata yang
keluar dari Sania dan ia selesai tepat 15 detik sebelum
guru masuk.Sania segera kembali ke bangkunya dan
tersenyum. Aini mengambil nafas lega. Fuuh, kali ini
aku aman, batinnya. Kemudian guru masuk dan
pelajaran dimulai.
Kriiing Kriiing
41
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
terjatuh?”.Sania segera menjawab,”Tidak Bu, saya
hanya melihat pintu di dinding sana.”.Bu Nadia dengan
lembut berkata,”Ooh, pintu itu. Tidak ada apapun di
baliknya. Kamu mau minum? Kamu pasti lelah
membantu Ibu.”. “Boleh,kalau Ibu tidak keberatan”,
ucap Sania, lalu mereka keluar dari gudang itu.
“Assalaamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh. Ibu, Ayah,”,ucap Sania. Dari arah dapur
terdengar sahutan ibunya,”Wa’alaikumsalam
Warahmatullahi Wabarakatuh Nak. Alhamdulillah
kamu sudah pulang. Ganti pakaianmu dan makan siang
ya.”. “Iya Bu,”,ucap Sania lalu pergi ke kamarnya, ganti
pakaian dan pergi menuju ruang makan. Saat ia sampai
di meja makan,ia melihat ayahnya sudah
mendahuluinya mengambil piring. Bu Sri yang selesai
42
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
menaruh semangkuk sayur lodeh berkata dengan nada
menyindir,”Nak, lihat ayahmu. Dalam keadaan demam
pun ia masih semangat makan sayur lodeh.”.Pak Yudha
yang merasa tersindir membalas,”Tentu saja Ayah
semangat,sayur lodeh buatan ibumu itu lezatnya
setara masakan restoran bintang lima.”.Bu Sri
memasang raut wajah sebal,sedangkan Sania terkikik
sedikit lalu mengambil piring dan ikut makan bersama
ayahnya.
43
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
menyelesaikan tugas sekolahnya.Malam harinya,ia
makan malam bersama kedua orang tuanya,mencuci
piring,dan beranjak tidur.
Tengah malam…..
44
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Karena sulit memahami perkataannya, Sania pun
asal menjawab,”Namaku Sania, dan aku tidak tau
kenapa aku berada di sini.”.Wanita itu mengangguk
sekali, lalu berkata,”Idaj utigeb ay,uka itregnem.”.Sania
yang masih tidak mengerti bertanya,”Kamu sendiri
siapa? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya.”.
45
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
setelahnya.Wabah yang tidak diketahui melanda kota
itu.Semua orang mendadak jatuh sakit.Tempat
pengobatan pun segera penuh oleh pasien dengan
keluhan yang sama. Disaat yang sama,semua
tumbuhan,kecuali apel emas,mulai mati dan
membusuk.Hal ini menyebabkan stok makanan
menipis dan kelaparan juga melanda bersama wabah
aneh ini.Melihat apel emas sebagai satu-satunya buah
yang tersisa,penduduk kota mulai memperebutkan
buah itu. Awalnya hanya satu atau dua orang,namun
akhirnya semua penduduk kota mulai saling bunuh
dan saling menghancurkan untuk mendapatkan apel
emas itu,yang berujung pada kosongnya kota itu.
46
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
sekelompok orang berbaju hitam yang ia lihat tadi
siang telah mengikutinya secara diam-diam.
47
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
langsung bertanya, “Apa maksud perkataanmu?
Apakah kalian ada hubungannya dengan Luna?”.
Kelompok berbaju hitam mulai mempersempit ruang
gerak Sania, namun orang dengan buku bersampul
hitam memberi isyarat kepada mereka untuk tidak
bergerak lebih dekat. Tak lama, ia bertanya, “Kau
sudah mengetahuinya, bukan? Tentang Golden Fruit.”.
Sania menjawab, “Aku tau hal itu. Tapi itu hanya ada di
masa lalu, kan?”.
Sania mengangguk.
48
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“Wabah itu disebabkan oleh eksistensi Golden
Fruit itu sendiri. Buah emas itu menyerap sebagian
besar nutrisi dari alam untuk tetap hidup, sehingga
membuat tanaman lain yang ditanam di sana
kekurangan nutrisi dan mati kekeringan. Tidak hanya
itu, penduduk kota juga terkena energi negatif dari
buah emas itu, sehingga memicu penyakit fisik dan
keinginan yang kuat untuk memiliki buah itu. Pasca
perang massal selama 5 hari demi memperebutkan
buah itu, tidak ada yang tersisa kecuali Luna yang
waktu itu masih remaja dan sedang sakit. Ia memakan
buah emas itu dan mendapatkan kekuatan melampaui
batas ruang dan waktu. Itu sebabnya ia dapat
menemuimu walaupun jarak waktu diantara kalian
berdua sangat jauh.”.
49
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
lalu mengeluarkan sebuah apel dari dalam koper. Sania
keheranan, untuk apa mereka membawa apel dalam
kondisi seperti ini? tanyanya dalam batin.
50
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Tuan Dialz membuka buku bersampul hitam,
mulai menggumam dengan nada pelan, diikuti dengan
gumaman dari kumpulan orang berbaju hitam di
belakangnya. Ketakutan, Sania berusaha untuk tenang,
walaupun jantungnya masih berdegup kencang. Tak
lama berselang, muncul kerlip cahaya putih yang
berkumpul dan membentuk wujud wanita dengan
pakaian serba putih di hadapan mereka. Sania yang
melihat sosok wanita tersebut langsung mengenalinya
dan segera berteriak, “Luna! Tolong aku!”. Namun
Tuan Dialz segera menutup mulut Sania dengan kain
dan di depan Luna, ia berkata, “Luna, berikan kekuatan
buah emas itu kepadaku!”. Luna yang mendengar
permintaan itu segera mendorong Tuan Dialz dengan
pukulan tidak terlihat, membuatnya terpental ke
dinding. Kumpulan orang berbaju hitam mulai rusuh,
namun Tuan Dialz memberikan perintah, “Tangkap
wanita putih itu!”.
51
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
dengan kekuatan buah emasnya. Sania yang telah lepas
dari tali itu langsung berlari ke arah Luna dan meraih
tangannya, ia merasa sangat senang karena Luna telah
membebaskannya dari Tuan Dialz. Namun, tak lama
berselang, Tuan Dialz kembali bangkit, amarah telah
menguasai tubuh dan kesadarannya. Dengan tatapan
tajam, ia berkata, “Aku tidak akan membiarkan kalian
hidup setelah memperlakukanku seperti ini! Tidak
akan!”.
52
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Sania kebingungan, lalu bertanya, “Apa yang kau
katakan, Luna?”.
53
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
melihat pertarungan antar keduanya, sebelum terjadi
ledakan energi dan ia memejamkan matanya kembali.
Keesokan Paginya….
54
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
memutuskan untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Di
sela-sela belajar, ia menulis satu nama di samping
namanya.
Luna
Selesai
55
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
56
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
57
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Setelah Kepergianmu, Ayah
Haora
58
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Untaian kalimat itu terus berputar di pikiranku sejak
kemarin sore setelah kedatangan jenazah Ayah ke rumah
dari rumah sakit. Perasaanku campur aduk saat kakakku
mengabari jika aku jangan pergi ke mana-mana karena
sore itu aku harus pergi ekskul. Meski dia tidak terus
terang, tapi mendengar suaranya yang bergetar menahan
tangis aku tahu jika Ayah menyerah pada penyakitnya.
59
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
setelah kehilangan sosok yang begitu sayang dan sangat
peduli denganku?
60
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
merasa di kucilkan atau bahkan di bully. Mereka adalah
orang-orang terbaik yang Tuhan kirimkan padaku untuk
menggantikan peran Ayah.
61
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
masih tersisa tiga hari lagi. Uang itu tidak ke mana-mana
dan pasti masuk ke dalam biaya sekolahku.
62
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Berganti semester, ternyata tidak selamanya kita
akan dibuat susah. Di semester ini aku banyak sekali
mendapat bantuan ekonomi. Di mulai dari pihak sekolah
yang memberikanku reward dengan sejumlah uang
karena aku berhasil mendapat peringkat pertama di
kelas, lalu aku mendapat tambahan reward lagi karena
aku dan teman-teman satu tim basketku menjuarai salah
satu event bola basket paling bergengsi di tempatku.
Semua reward itu aku masukkan ke dalam biaya sekolah
agar tidak terlalu memberatkan ibu. Belum lagi aku
mendapat bantuan-bantuan dari pemerintah dan
santunan anak yatim yang sering di lakukan beberapa
orang setiap bulannya sehingga membuatku tidak
kekurangan sedikitpun.
63
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
lagi pada rencana Tuhan. Saat aku sedang di buat kalang
kabut, ternyata aku di panggil oleh pihak sekolah untuk
segera pergi melaksanakan Praktek Kerja Industri
(PRAKERIN) di sebuah perusahaan industri. Aku
melakukan prakerin selama enam bulan dan selama itu
juga uang saku yang di berikan oleh perusahaan aku bagi-
bagi untuk keperluanku selama praktek, lalu membayar
uang sekolah, juga aku sisihkan untuk ibu. Perlahan
pandemi juga semakin berkurang.
64
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
bangku kuliah dan memilih bekerja saja untuk membantu
ibuku. Mungkin orang-orang sekitarku akan menganggap
aku bodoh karena tidak melanjutkan sekolah karena bisa
di bilang aku mempunyai IQ yang lumayan jadi sayang
jika tidak dilanjutkan. Namun kembali lagi, orang-orang
tidak tahu bagaimana situasi ekonomi seseorang. Mereka
bilang banyak beasiswa sekarang, tapi mereka lupa jika
banyak yang mengincar beasiswa itu jadi
kemungkinannya hanya kecil.
65
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Namun aku kembali tersadar. Tidak boleh banyak
mengeluh, seharusnya aku senang dapat membantu ibu
dan lebih semangat lagi agar mimpi Ayah dapat aku
wujudkan. Sekarang aku sudah mulai bekerja di salah
satu perusahaan industri yang terbilang cukup besar
dengan gaji yang lumayan. Semoga dengan ini aku dapat
melunasi semua hutang ibu juga dapat mengumpulkan
biaya untuk melanjutkan kuliah.
66
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
67
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
GOOFY-KU
Edelweiss
68
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Yang jelas, aku tidak mau Ge eR, karena memang
tak pernah ada ungkapan apa pun di antara kita. Yang
ada hanya kebersamaan, canda tawa, dan senda gurau.
Kekosongan hariku, membuatku Kembali
membuka album kenanganku. Album foto dan buku
harianku. Lembar foto tentang dirimu yang kupunya
tak banyak. Itu pun tak utuh atau jelas. Hanya terlihat
punggung saja, terlihat sebatas leher ke atas saja,
bahkan separoh wajahmu yang tersenyum lebar. Dari
lembar demi lembar diary-ku justru kenangan
tentangmu kembali bangkit. Memaksaku untuk
memutar kembali kenangan masa lalu.
Aku merasa payah, di sisi lain aku dikenal sebagai
seorang pengingat ulung,…..ternyata ingatan tentang
kenanganku sendiri banyak yang tak kuingat.
Untungnya, waktuku cukup luang, hingga aku bisa
secara perlahan dan berulang membaca sambil
mengingatnya.
Adalah Goofy, panggilan tenarmu. Kita kenal dari
kegiatan kampus yang sama-sama kita ikuti. Awalnya
biasa saja, namun akhirnya pun juga tetap biasa
(hehehe….). Kebersamaan kita mulai terasa saat kita
sama-sama sebagai panitia sebuah event. Dari saling
bahu membahu hingga kemudian mengobrol dengan
akrab. Ach,…kamu memang pantas dipanggil Goofy.
Senyum lebarmu itu lho…..ditunjang dengan postur
tinggi tubuhmu yang terkadang terkesan meliuk-liuk
69
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
seperti pohon yang ditiup angin (??!.....). Belum lagi
semua obrolanmu selalu mengundang gelak tawa,
gelak tawaku maksudnya. Bahkan aku pun akan tetap
tergelak meskipun terkadang leluconmu terkesan agak
garing.
Kamu memang selalu bikin aku tersenyum Goof,
bahkan baru melihat wajahmu saja aku bisa tersenyum
lebar. Kamu bilang,…kamu memang orang yang
pantang sedih. Tak ada sedih bahkan tangis dalam
kamus hidupmu, yang ini justru bertolak belakang
dengan kepribadianku yang lemah, sensitive, gampang
terbawa emosi, dan menangis.
Pernah suatu waktu aku lagi bete sepulang kuliah.
Aku langkahkan kakiku menuju pos tempat kita
biasanya ngumpul bareng teman-teman. Kebetulan
kamu sudah ada di situ lebih dulu kar’na kuliahmu
cuman sampai jam 9 saja hari itu. Sedangkan aku
kebetulan ada jeda dan baru harus kuliah lagi
jam 11 nanti.
Melihat ke-bete-anku, tingkah lucu dan jiwa
jahilmu mulai memberontak dan berusaha
melancarkan serangan padaku. Hanya dengan kerling
nakalmu saja dan mimik wajah lucumu itu, belum 5
menit aku sudah harus melambaikan bendera putih.
Aku menyerah karena aku mesti ketawa ngakak.
Yach,….Goofy, setiap seperti ini jiwa gemesku pun
bergolak. Kucubit kedua pipimu dengan gemas seakan
70
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
marah kenapa harus bikin aku ngakak di saat aku
pengen bete? Cacing di perutku pun ikutan protes
karena terkejut akibat terguncang dan terombang-
ambing. Alhasil, kita pun panggil Cak To untuk meracik
gado-gado jualannya buat kami santap karena tertawa
tergelak pun membuatku jadi lapar.
Dari sekian cerita yang aku baca ulang di diary-ku,
ada satu baris kalimat yang membuatku tercengang,
merasa lucu, dan hampir tak percaya bahwa aku
pernah mengalaminya bersamamu. Suer……. Mau
tahu? Sebenarnya agak malu juga diungkapkan.
Ternyata…..kita pernah “bersepeda berdua mengelilingi
kampus”. Sepeda BMX yang kita pinjam dari teman kita.
Dengan sepeda yang tidak ada boncengannya ini,
jadinya, kamu yang kayuh pedalnya, sementara aku
meringkuk miring di bagian framenya. Sesekali aku
mendongak kar’na musti bercakap denganmu dan
kamu pun sesekali menunduk ‘tuk timpali obrolanku.
Ach…… berasa bak Galih & Ratna.
Ratna sich enak, duduknya di sadel dengan
nyaman dan bisa berpegangan erat di pinggang Galih.
Lha ini duduknya di gagang besi yang keras pula, kedua
tanganku pun berpegang erat di setir bagian dalam
karna takut jatuh. Tapi yang jelas………saat itu hati ini
bagai melayang dan berbunga-bunga. Andai saja
bunga-bunga itu gugur di sepanjang jalan yang kita
lalui, aku yakin para petugas kebersihan itu akan
71
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
kuwalahan menyapu dan mengumpulkan bunga-bunga
itu. (Habisnya ,….emang petugasnya lagi nggak bawa
sapu, makanya kuwalahan).
Tak terasa, semalaman aku tersenyum-senyum
sendiri sambil terus mengingat apa saja yang kualami
bersamamu. Terkadang sempat terpingkal sendiri
tanpa bersuara, kar’na pingkalku hanya ingin
kunikmati sendiri. Dan hampir pasti bahwa semua-
muanya yang kudapati bersamamu hanyalah senyum
dan tawa, yang tak bisa kudapatkan di masa-masa
tanpamu. Goofy,…… och Gooofy…….
Satu yang hingga kini tak pernah kumengerti, kita
dulu berpisah seperti apa? Bagaimana kita loss
contact? Aku tidak ingat. Benar-benar tak ingat. Dan
sayangnya,..…ini tak tertuang di diary-ku. Ada
apa?......Kenapa?.......
Aku bukan type orang yang lupa menuliskan
momen-momenku. Tapi momen ini benar-benar tak
kujumpai di tulisan tanganku. Apa ada di lembar yang
kutulis dengan spidol itu ya?.... yang akhirnya tak bisa
terbaca karena lembab dan memudar. Atau ada hantu
yang sengaja menghapus apa yang telah kutulis?
Entahlah…..
Biar saja tetap menjadi misteri tentang ini.
Hingga detik ini, aku belum pernah lagi bertemu
denganmu. Jangankan bertemu,….khabar tentangmu
saja aku tak tahu. Akankah kamu mengingatku
72
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
sedangkan kita tak pernah berjanji untuk saling…….
Kita memang gak pernah berkomitmen apa-apa dan
tidak pernah punya ikatan apa-apa. Dan harusnya
bukanlah masalah ketika akhirnya kita tak lagi
saling…….. Namun,….di tengah kesendirianku,….tak
urung bayangmu akan mengusikku. Masih dengan
tawa lebarmu yang seolah-olah muncul di sisi kanan,
kiri, depan, belakang, samping kepalaku. Seolah kamu
menari sambil melompat-lompat mengelilingi
tubuhku, terkadang sambil menjulurkan lidahmu.
Iiich…… berkali-kali kugeleng-gelengkan kepalaku,
kukibas-kibas tanganku untuk mengusir semua
bayangmu itu,….. namun nihil saja. Bahkan beralih
muncul tepat di depan mata dan wajahku.
Duch Goofy……ach Goofy…..ich Goofy……Where are
you? I miss you,……Goofy-KU.
73
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Orang yang berbakat mampu mencapai
target yang tidak dapat dicapai orang
lain. Sementara orang yang jenius
mampu mencapai target yang tidak
dapat dilihat orang lain.
- Arthur Schopenhauer
74
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
75
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Sebelah Terbelah
Lutiari Fahtona
76
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Nabila mulai berjalan memasuki area perumahan
sembari sesekali mengecek ponselnya apa ada balasan
lagi dari saudara perempuannya. Dia memutuskan
menunggu di pojok kiri depan masjid dekat salah satu
rumah, cukup lama menunggu hingga membuatnya
kesal.
77
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
dengan jantung berdetak kencang dan napas
memburu, pikirannya sudah tidak karuan ingin sekali
berteriak hingga akhirnya ke sekian kali baru datang
saudara perempuannya menggunakan motor
berwarna merah.
78
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
junior, tentu saja senior seperti itu tidak pantas diberi
hormat sudah mengusik terlebih dahulu. Nabila
merasa lega sudah melepaskan hasrat yang sedari tadi
terpendam di dalam hatinya. Senior tidak tahu sopan
santun biar tahu rasa dan bisa lebih menghargai yang
lebih muda setidaknya jangan usil sama orang lain.
Nabila dan kakaknya tiba di rumah, gadis itu masuk ke
kamar untuk melepas jilbab serta tasnya.
79
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
tetangganya mengamuk kayak orang kesetanan.
Banyak sekali kata-kata kasar terucap sampai tidak
terhitung berapa yang sudah keluar.
80
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Nabila berharap ini semua mimpi, bahkan tidak
menyadari mama Dilla sudah ikut terlibat malah
seperti mengompori dan mengatainya. "Nabila juga
wajahnya tengil padahal sebagai adik kelas Kak Dilla."
81
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
memutuskan masuk terlebih dahulu dan tetangganya
pulang. Saudara perempuannya dilihat ada di kamar
sedari tadi malah datang menghampiri dirinya ketika
sudah selesai, padahal sejak tadi menunggu
kedatangannya untuk membantu menjelaskan konflik
tersebut, tetapi malah tidak keluar juga.
82
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
"Yaudah dijadiin pelajaran aja. Buat sukses biar
mereka bungkam," ucap kakaknya sebelum
meninggalkan adiknya seorang diri di kamar.
83
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
sekaligus takut dengan kejadian tadi, bahkan wajahnya
sampai pucat. Biarkan tetangga di sebelahnya menjadi
terbelah atau terpisah sendiri dengan tetangga yang
lainnya, setidaknya sudah berusaha menjadi orang
baik walaupun tidak diberi balasan baik pula.
Sebenarnya waktu orang tuanya merenovasi rumah
sempat di maki tukang bangunannya dengan berbagai
kata kotor oleh mamanya Dilla, diikuti juga dengan
Dilla dan ketiga anak lainnya yang melihat dengan
tatapan sinis serta julid.
84
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
85
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Dari Dilupakan Menjadi Presiden:
Kisah Suatu Keajaiban
Muhamad Haykal Mushafa
86
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Dengan bimbingan politisi tersebut, Adi semakin
yakin bahwa mimpinya bukanlah hal yang mustahil.
Dia belajar dengan giat, mengasah kepemimpinannya,
dan berkembang menjadi individu yang cerdas dan
peduli terhadap lingkungannya. Namun, perjalanan
menuju kepresidenan tidaklah mudah. Adi harus
menghadapi berbagai rintangan dan cobaan yang
membentang di depannya.
87
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
misinya untuk membangun negara yang adil dan
makmur bagi semua warganya. Masyarakat semakin
yakin bahwa Adi adalah pemimpin yang mereka
butuhkan. Dukungan pun terus mengalir deras untuk
Adi.
88
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
dia tahu betapa sulitnya hidup ketika merasa
dilupakan oleh masyarakat.
89
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
tetapi juga bahwa kesungguhan dan kerja keras akan
membawa seseorang menuju kesuksesan. Dengan
kisah ini, kita diingatkan bahwa tak ada kata terlambat
untuk meraih impian, asal kita tidak pernah berhenti
berjuang.
90
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
91
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Cinta Pertamaku
Muhammad Arief, S.Pd. SD.
92
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
membanggakan kedua orang tua. Akhirnya untuk
tingkat SMA aku melanjutkan pendidikan ke Madrasah
Aliyah 2 ( MAN 2 ) di kota Payakumbuh.
93
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
terlihat rasa sedih dan kecewa di wajah ibuku. Ibuku
selalu tersenyum dan mengucapkan suatu kalimat
kepadaku untuk memotivasiku dalam hidup ini. Rif,
nanti kamu harus jadi orang sukses dan harus sayang
kepada istrimu, jangan seperti ayahmu. Itulah kata –
kata yang tak pernah hilang dalam ingatanku.
94
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
sekolah ketika itu ibu Amsuniar ( almh ) menugaskan
kepadaku untuk masuk kuliah tersebut.
95
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Diploma II ( D-II ) telas selesai. Aku tidak ikut dalam
proses wisuda tersebut karena kegiatannya
dilaksanakan di UT Pusat yang beralamatkan di
Tangerang Selatan, Banten. Tiga bulan setelah prosesi
wisuda dilaksanakan di UT Pusat, akhirnya ijazahku
pun keluar dan diambil di UPBJJ-UT Padang. Dengan
mengucapkan Alhamdulillah kepada Allah, perjuangan
yang selama ini berbuah manis, dengan telah
diterimanya ijazah kuliah Diploma- II ( D-II ). Tak
berapa lama setelah ijazah di tangan, pendidikan D-II
untuk guru dihapuskan. Dengan kata lain, menjadi
seorang guru harus berpendidikan minimal Sarjana
( S-1 ) sesuai dengan UU Guru dan Dosen.tahun 2005.
96
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
wisuda aku ikuti di Universitas Terbuka pusat. Itulah
pengalaman pertamaku naik pesawat dan juga
pertamaku menginjakkan kaki di ibukota Jakarta.
Lebih kurang satu minggu kami di Jakarta, mulai dari
keberangkatan sampai kembali ke tempat masing –
masing. Berjuta kenangan dan pengalaman didapat
selama di sana. Alhamdulillah, kembali mengucap
syukur kepada Yang Maha Kuasa.
97
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
gadis yang sangat cantik, Mardhiati. Buah hati dari
pasangan ibu Kasnel dan Bapak Martunis. 13 Juni 2014
menjadi tanggal terpenting didalam kehidupan
baruku. Mengikat janji setia dihadapan penghulu
nikah. Ijab qabul diucapkan dengan satu hela nafas,
kedua orang saksi menyaksikan dengan khidmat dan
seluruh tamu undangan di dalam mesjidpun ikut
merasakan apa yang sedang aku rasakan. Ketika saksi
mengucapkan “ sah “, aku menangis terharu karena
sekarang diriku bukanlah seorang bujangan lagi
melainkan seorang imam yang akan mengimami
istriku kelak. Acara resepsi digelar dengan sangat
meriah oleh ibu dan saudaraku. Aku tak tau tahu dari
mana ibuku mendapatkan uang untuk resepsi
pernikahanku itu. Setelah kubertanya kepada ibuku, ia
menjawab “ ibu akan lakukan apapun demi
kebahagiaan anak – anaknya “. Kembali air mata ini
menetes, seakan tidak bisa berhenti. Sebegitu
besarnya rasa cinta dan pengorbanan ibuku
terhadapku. Memang betul kata pepatah “ kasih ibu
sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah “.
Ternyata untuk kebagiaanku waktu itu, ibuku telah
mempersiapkan jauh – jauh hari dengan menabung.
Aku tak dapat berkata apa – apa, aku hanya terpaku
dan langsung memeluk ibuku sambal menangis di
pangkuannya. “ Ibu, terimakasih atas segala yang telah
engkau berikan kepadaku dan mohon maaf atas
98
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
kesalahan yang telah aku perbuat kepadamu ”, kalimat
itu aku ucapkan dengan terbata – bata. Ibuku juga
menangis seraya menjawab “ Rif, apa yang ibu lakukan
ini hanyalah untuk kebahagiaanmu, dan ibu juga
berpesan jangan pernah kau sakiti hati istrimu kelak”.
Kalimat yang sangat dalam dan penuh makna yang
harus aku amalkan dalam kehidupan berkeluarga.
99
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
13 bulan sudah umur Shakila, semua seperti
mimpi. Baru kemarin rasanya Shakila lahir,
Alhamdulillah kembali Allah mempercayai kami untuk
membesarkan putri kedua dari buah cinta kami.
Tanggal 4 Julli 2016 Najma Annasya Fitri lahir kedunia.
Semua menyambutnya dengan penuh suka cita,
apalagi kelahiran putri kedua kami ini pada waktu 2
hari menjelang Idul Fitri. Bertambah sempurna
rasanya hidup ini, setelah Allah menitipkan anak –
anak yang sangat cantic kepada kami. Tak bisa kami
mengucapkan kata – kata, selain bersyukur kepadaNya
dengan ucapan Alhamdulillahirobbil Aalamiin.
100
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
101
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Ayah
Rina Jaya
102
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
menghabiskan waktu bersama ketika sore tiba. Selalu
duduk di depan TV sambil menikmati masakan dan
cemilan buatan ibuku. Tidak mewah dan mahal, namun
nikmat dan penuh cinta. Kami selalu bercanda gurau,
Ibuku yang selalu memantau pekerjaanku dan
pertemananku, sedangkan Ayahku yang selalu
menanyakan apakah hariku bahagia, apakah ada yang
menyakitiku. Itulah hari-hari yang selalu kami
habiskan bertiga. Semua berubah ketika sebuah
penyakit komplikasi singgah di tubuh ibuku, badannya
yang dulu segar dan cantik dalam sekejap waktu
berubah hanya tinggal tulang dan kulit. Betapa
bodohnya kami waktu itu, menganggap badan yang
tidak pernah sakit selalu sehat. Namun kenyataannya
penyakit bisa dengan cepat dan mudah masuk ke
tubuh manusia dengan mudah. Itulah yang dialami
Ibuku, dan kami merasa menyesal. Dua minggu
lamanya Ibuku dirawat di rumah sakit, segala upaya
selalu dilakukan baik medis, materi, dan semuanya.
Ibuku tidak bisa tertolong, tepat 29 September 2018 ia
menghembuskan napasnya di sampingku dan ayahku.
Hanya raut wajah berseri dan senyum indah yang ia
tinggalkan sebelum pergi. Tidak ada lagi yang lain.
Ayahku hanya bisa menenangkanku dan memandangi
wajah ibuku. Kita berdua saling menguatkan.
103
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Aku anak perempuan berusia dua puluh tahun,
yang belum sepenuhnya berjiwa dewasa dan mandiri.
Aku masih anak perempuan kecil di mata Ayahku, yang
selalu tidak ingin apa yang aku miliki pergi begitu saja
meninggalkanku, seperti kepergian ibuku dalam
hidupku. Ayahku, yang terlihat tetap tegar, ia berhasil
menyembunyikan kesedihan di depanku dan keluarga.
Aku tak melihat air matanya jatuh ketika di dekatku,
aku melihatnya selalu diam dan tegar, itulah Ayahku.
104
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
udara segar. Itu Aku lakukan untuk menghibur
Ayahku, juga menghibur diriku sendiri.
105
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
mengikuti pelatihan di luar kota, tiba-tiba dering
handphoneku berbunyi. Bibiku. Ia meneleponku dan
mengabari bahwa Ayahku masuk rumah sakit. Kakiku
seketika melemah, jantung dan otak seakan berperang
siapa yang paling cepat, dan aku terbangun di atas
kasur entah siapa yang membawaku.
106
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Dua jam perjalananku dari tempat pelatihan ke
rumah sakit. Aku melihat kejadian yang sama dua
tahun lalu. Terbaring. Lemah. Kurus. Dan sayu. Aku
mulai berpikiran yang tidak seharusnya terlintas
dipikiranku. Namun, itu spontan dan Aku tidak ingin
itu terlintas. Kematian. Satu kata yang tidak ingin lagi
aku dengar, meski aku tahu bahwa kematian pasti akan
datang di kehidupan manusia, kita tidak akan pernah
tahu.
107
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
meninggalkanku sendiri. Bisikan-bisikan berseliweran
di telingaku mereka semua mengucapkan kata-kata
yang tidak ingin aku ucapkan untuk Ayahku. Aku tidak
ingin menyesal, Aku mendekati Ayahku. Ia melihatku
dengan mulut terbuka dan tidak bersuara. Seakan
mengatakan maafkan Ayah, bantu Ayah, antar Ayah. Di
samping Ayahku, kupegangi jemari tangannya, ku usap
keningnya, kubisikan kalimat syahadat di daun
telinganya. Dengan menahan air mataku, aku ucapkan
perlahan. Ayahku mengikutinya dengan lirih.
"Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna
muhammadar rasuulullah". Napas dan suara Ayahku
menghilang, ia memejamkan matanya. Dokter
memeriksa, perawat mencatat 25 Januari 2020 Pukul
09.09 WIB waktu kematian. Aku menangis sejadi-
jadinya, tidak peduli ada siapa dan bagaimana, air mata
yang coba aku pendam akhirnya meluap dan jatuh tak
tertahankan. Teriakan dan tangisan menghiasi
ruangan kecil tempat Ayahku. Aku tidak rela, benar-
benar tidak rela. Aku tidak ingin hidup seorang diri.
Aku benar-benar belum ikhlas. Luka kehilangan Ibuku
belum sepenuhnya sembuh, dan sekarang takdir
seakan memilihku kembali untuk mendapatkan luka
yang sama.
108
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
lamanya, Aku sendiri. Orang-orang berkumpul di
rumahku, mereka mengantarkan Ayahku ke
pemakaman. Bibiku dan anaknya mengantarkanku ke
pemakaman, mereka tidak ingin aku menyesal, mereka
ingin aku menyaksikan Ayahku di rumah barunya.
Pemakaman telah selesai, air mataku tidak mau
berhenti. Aku yang dulu sangat sulit untuk menangis,
hari ini dengan mudahnya mengeluarkan air mata. Aku
pandangi makam Ayahku, di sebelahnya ku lihat nama
Ibuku tertulis di dekat makam Ayahku. Ya, cinta Ayah
dan Ibuku benar-benar sejati, dua tahun terpisah
menyatukan mereka kembali di dunia yang sama.
Sekarang rumahnya bersampingan dengan rumah
Ibuku. Mereka kini telah tinggal di dunia yang sama.
Dunia yang tak bisa lagi aku datangi, dunia yang tak
bisa lagi aku jamah, dan dunia yang hanya bisa
kuberikan dengan doa-doa. Aku bukanlah perempuan
kuat, bukan perempuan tegar, bukan perempuan
sabar, dan bukan perempuan sempurna. Aku hanyalah
anak perempuan yang masih merindukan kehadiran
Ayah dan Ibunya. Aku anak perempuan yang belum
siap menghadapi kerasnya dunia seorang diri. Aku
anak perempuan manja dan usil bagi Ayah dan Ibuku.
Aku berharap takdir bahagia akan menjadi pengganti
kesedihanku. Ayah Ibu.
109
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Kamu tidak akan pernah bisa mengubah
hidupmu sampai berhasil mengubah
sesuatu yang kamu lakukan setiap hari.
- Mike Murdock
110
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
111
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Kisah Perjalanan : “Alam dan Senja
Diantara Detak dan Letak”
Risa Nishfu
112
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
kesedihan dan beban dalam hidupku, mendengarkan
sebuah keluh dari dalam dalam hatiku yang terdalam
dengan bersamaan nasib yang menyelundup jiwaku
ketika aku berdirikan semangat sebagai kekuatanku.
Namaku adalah Ana Tinanti, selengkapnya Arella
Karisa Ana Tinanti. Ana adalah nama panggilanku.
Wanita yang terlahir dari budaya Jawa bercirikan
identitas yang terkandung di dalam nama sebuah diri.
Aku tidak begitu memperhatikan makna dari namaku
sendiri. Aku meneguk mineral dalam botol,
memandangi suasana sekeliling, di dalam mobil kami
sekawanan petualang yang haus akan perjalanan telah
sepakat memilih destinasi wisata menuju pantai
dengan sejuta kenangan dan simbolik di Kabupaten
Kebumen, Jawa Tengah. Masih berbicara tentang
perjalanan, aku bukanlah penyair yang selalu siap
dengan semua keadaan ketika menempati hal-hal yang
baru, suasana yang baru dan iringan musik yang baru.
Sepanjang perjalanan dan kecintaanku pada liburan
membuat aku memiliki keinginan yang sangat besar
untuk selalu menikmati momen indah ini. Khafid,
adalah salah satu pemandu vlog diantara kami
berempat, kebetulan saat itu aku, Khafid, Roni, Andre
adalah salah satu peserta mahasiswa baru dalam satu
fakultas, yaitu fakultas teknik dan ilmu komputer
universitas sains al-qur’an. kami adalah mahasiswa
baru satu tahun yang lalu. Berbeda dengan Khafid,
113
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Roni dan Andre, aku mengambil program studi Teknik
Informatika kelas karyawan atau ekstensi sedangkan
mereka bertiga mengambil program studi teknik sipil
kelas reguler. Awalnya hanya aku yang diajak untuk
mengikuti kegiatan berlibur seperti pada saat hari
libur biasanya, namun kali ini aku memberanikan diri
untuk jalan bersama dengan mereka bertiga, meski
pada kenyataannya aku seperti sedang dikerjai oleh
mereka. “Oke sobat, rencana mau kemana ini jadinya?”,
tanya Andre tiba-tiba mengagetkan tidurku. “Gunung
Kidulnya batal, jadinya ke Pantai Menganti”, Jawab
Khafid meyakinkan. Aku merasa seolah bahwa
perjalanan ini termasuk juga sebuah ide yang jitu,
manakala aku dan pikiranku sedang tidak baik-baik
saja saat itu. Aku mendapati berbagai kegagalan dalam
hidup dimana selayaknya sebuah janji yang tak
kusimpan dengan bait waktu. Aku merasakan sesak
sejak saat membuka kehidupan baru dimana aku dan
masalalu terus selalu membayangi kekhawatiranku.
Permulaan ini berawal dari sebuah kisah yang
membelenggu kehidupanku. Namaku adalah separuh
kasih dan kisah yang memadukan antara aku dan
kerinduan terhadap ayahku. Ayahku adalah bagian
dari bayang yang tak redup, namun juga tak terang
dalam setiap nafasku yang menderu. Aku menjatuhkan
sisa dari kesedihan menjadi sebuah harapan yang tak
kunjung usai karena kegagalanku menjadi seorang
114
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
wanita. Digambarkan sesosok wanita hebat adalah dia
yang mampu melanjutkan hidupnya dengan berdiri
diatas kaki sendiri tanpa banyak rasa menyerah.
Mungkin aku belum sepenuhnya disebut sebagai
wanita yang hebat sampai dengan saat ini. Perjalanan
sudah memakan waktu 3 jam setengah, kurang lebih
selama 1 jam 20 menit lagi akan segera sampai di
Pantai Menganti, Kebumen, Jawa Tengah. Aku
meneguk mineral di tasku kemudian, seraya melihat
jam di tangan yang menujukkan pukul 12.30. Waktu
sholat dhuhur sudah tiba, aku dan kawanan bertiga
kembali melanjutkan perjalanan dan setibanya di
Masjid daerah kota, kami beristirahat sejenak sambil
menunaikan ibadah. Saat sedang hujan, aku berbisik
pada khayal, dengan ditemani sekilas ungkapku pada
dunia, bahwa tak seorangpun dapat menggenggam
sebuah tangan yang sulit untuk dikembangkan
menjadi nada. Siang itu, mengusik diantara penat dan
gairah turunlah sebuah rintik hujan yang akan basahi
semua sabda pada nirwana menuju lrmbsnyung
petang. “Gaiss, hujan nih, gimana?”, Andre yang sedari
tadi tidur mendengkur tiba-tiba terbangun. “Udah mau
sampai kok, justru kalau sambil hujan ditemani pasir
yang memutih itu indah buat vibes nya gaiss, seolah
kita sedang berdamai dengan alam yang membuat
semakin tenang”, jelas Roni bak seorang pujangga yang
menyairkan suasana. Aku hanya menahan tawa
115
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
mendengar ucapannya itu. Aku mendengarkan bunyi
hujan yang semenenangkan di hatiku, sekitar setengah
jam perjalanan sudah kami lalui dengan berbagai
suasana yang tak kalah menarik memikat di hati.
Meskipun aku pernah berkunjung ke Pantai Menganti,
Kebumen saat sebelum menjadi seorang mahasiswa,
aku tetap merasakan adanya efek yang tidak pernah
membuatku bosan akan perjalanan kali ini, setibanya
kami menuju ke gapura yang bertuliskan “Welcome To
Menganti Beach”, tepatnya dari arah ke kiri menuju
jalan masuk Pantai Menganti disebelah kanan Pantai
Suwuk yang bersejajarkan ring road utama alun-alun
Kota Kebumen, setelah itu mobil kami menuju ke arah
reservasi untuk pemesanan tiket dan pembayaran
retribusi tempat parkir. Siang itu, baik wisatawan
maupun pengunjung terlihat hanya sedikit yang
memadati Pantai Menganti, beberapa ada yang
memilih mengambil gambar di wilayah bebatuan
dekat pantai, ada juga yang memilih untuk bersantai
sambil membuat tenda kecil diantara hamparan pasir
dengan ditemani es degan dan cemilan khas lainnya,
ada juga yang tidak berani kearah pantai karena takut
basah terkena air, dan ada juga yang sedang
menikmatinya dengan santai dengan postur dan
pengambilan foto dilakukan oleh personal fotografer
unik. “Sayang sekali, kita sampai disini vibes nya
kurang dehh, tapi tak mengapa, lagipula bisa diambil
116
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
foto yang terbaik dari Handphone nya Ana”. Aku tahu
benar apa yang dimaksudkan Khafid, “Makai
punyaku?, nggak salah nih?”, aku menjawabnya
dengan pura-pura tidak tahu. “Aylah rell, kita bertiga
lupa tidak bawa kamera, hehehe”, aku tahu sebenarnya
maksud mereka bertiga mengajakku liburan, ternyata
aku memendam tertawa kecil yang sebelumnya sudah
aku rasa sejak awal. “Okelah siaap, jadi sekarang aku
yang jadi fotografernya yaa, dasar rombongan anak
teknik sipil memang selalu punya banyak cara untuk
membuat rencana, meskipun menurutku sedikit
memanfaatkan situasi seperti membuatku menjadi
fotografer. “Iya dong”, ucap Andre yang sedikit melirik
panas kearahku seraya merapikan rambutnya yang
tidak berantakan. Memang seperti itulah, kita sebagai
wanita hanyalah bisa menikmati setiap perjalan yang
indah. Di dalam kehidupan, ada kalanya setiap orang
memiliki persepsi dan prinsip hidup masing-masing,
kita melakukan setiap agenda sesuai dengan yang telah
direncanakan dan bersifat tentatif tanpa harus
menunggu kesimpulan yang tidak jelas. Diantara
semua aktivitas yang kulalui sebelum aku duduk di
bangku perkuliahan, aku mencoba untuk
meningkatkan kualifikasi diriku untuk bersosialisasi
terhadap dunia sekitar. Seperti yang dikisahkan
didalam kisah macapat (tembang jawa) atau dalam
bahasa indonesianya adalah lagu Jawa yang turun
117
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
temurun. Tembang macapat muncul sekitar akhir
masa kepemimpinan kerajaan Majapahit dan mulai
disebarkan dan dipopulerkan oleh Walisongo saat
berdakwah agama. Tembang yang merupakan salah
satu karya kesusastraan Jawa kuno di masa Mataram
Baru biasanya ditulis menggunakan metrum macapat,
yakni berbentuk prosa atau gancaran. Lagu ini
mengisahkan prosedural kehidupan, seperti
perjuangan seorang ibu dalam melahirkan anaknya,
anak yang tumbuh dan bergaul dengan sesama dan
lingkungan, peran pemuda, kisah cinta, tirakad, amalan
usia tua, serta manusia yang digambarkan pada saat
meninggalkan duniawi. Aku memandangi sekeliling
dengan saksama, manusia selalu membuat jalannya
masing-masing, adapun aku sudah beranjak dewasa
dan lebih mengenal kehidupan pada umumnya.
Seorang wanita yang memiliki kesederhanaan lebih
dikaitkan didalam sebuah kisah perjalanan. Aku
menghembuskan nafas dengan hangat, seperti seusai
waktu siang yang melelahkan, aku hanya berjalan-
jalan mengelilingi tepi pantai dengan handphone di
tanganku, dengan selembar kertas yang akan aku
tuliskan harapan di dalam indahnya Pantai Menganti
ini. Aku melihat dari kejauhan Khafid, Roni dan Andre
yang sedang asyik bermain ombak, seraya aku
mengambil gambar dan video sekilas, aku memanglah
tidak sepandai fotografer pada umumnya, sesaat aku
118
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
juga belajar dari kisah perjalanan ini, antara detak
yang bermaknakan ciri khas kita setiap waktu, dimana
waktu adalah detak dari perjalanan dan letak adalah
raga dari kehidupan, aku mengerti bahwasannya
manusia diciptakan adalah dengan tujuan menerapkan
detak dan letak mereka di dalam gema kehidupan.
119
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
menghinggapi setiap rimba sebagai temaram untuk
jalan pulangnya. Bermimpikan nasehat yang orang
berikan sebelum akhirnya kita menjadi asing, aku
mengingat dengan jelas bahwasannya aku dengannya
adalah bagaikan sebuah kepahitan yang harus aku
hindarkan. Aku merasa bahwa ketika disini hatiku
semakin mengenang betapa bahagianya bila aku
dijauhkan dengan orang-orang yang tidak gila akan
materi. Sesungguhnya setiap materi yang kita
tuangkan adalah selayaknya benda titipan yang
bersifat fana, seperti juga perasaan yang dingin
dikenang oleh keadaan. Waktu semakin berjalan cepat
laksana angin yang selalu beterbangan setiap waktu
dengan gerak jemarinya. Aku melihat jam
menunjukkan pukul 14.30 dan kami masih enggan
untuk bergegas pulang karena suasana di Pantai
Menganti ini bagai sebuah kebebasan untuk jiwa anak
rumahan seperti kami bertiga. Khafid, mahasiswa
Teknik Sipil yang sama sekali belum menikmati dunia
kerja waktu itu terlihat sangay ceria dari biasanya,
sama seperti saat perkenalan kita pertama kalinya.
120
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
bertahta dalam belenggu nestapa. Pantai yang indah,
dimana harapanku bersama dengan waktu yang telah
lampau akan hilang dengan sendirinya namun aku
lupakan. Aku merasakan perubahan yang magis dalam
diriku. Terkait luka yang telah lama aku kuras beserta
dengan lengan yang menjadi tumpuanku selama ini.
Aku pernah berkata pada diri yang semakin hilang di
kala sedang menawan, aku mengadah pada sejenis
luka yang tak seengganku membawa rasa semu. Aku
hanya menikmati sekilas dan air laut tampak tenang,
meski tidak biru seperti kala siang hari, namun pantai
itu seolah menyisakan sebuah kerinduan bagi para
penikmat semesta. Aku mengurai beberapa kalimat
dimana sebuah kekecewaan tidaklah terlihat jelas di
kalangan manusia-manusia pada umumnya seketika
aku melempari sebuah makna yang tidaklah diketahui
kenyataannya oleh seseorang yang mengedepankan
dengan benar arti cinta sesungguhnya.
121
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
kita jauh meninggalkan perasaan dan meninggikan
logika dari seluruh nya. "Nggak mau main juga ta, sini
lah ikut kamu saja mumpung masih jam 2 An", kata
Andre seraya memercikkan air kearahku, kurasa
waktu sudah hampir mendekati sore hari, perutku
terasa agak sedikit lapar dan tak karuan, aku
memandangi wajah ketiga temanku itu bak pemuda
yang kepanasan dan letih. "nggak Fid, aku kan nggak
bawa baju ganti, nanti malah repot lho, udah aku
bagian motoin kalian bertiga saja deh, coba lihat nih,
koreksinya ya kalau sekiranya kurang bagus nanti aku
edit lagi", aku tersenyum sambil menjelaskan
maksutku seraya memperlihatkan galeri yang ada di
handphone ku. Aku banyak mengambil video dan
gambar mereka bertiga, aku menuliskan kisah mereka
bertiga sebagai petualang sang pengembara,
diceritakan pada kisah ini ketiga orang sahabatku
menyusuri setapak demi setapak panorama Pantai
Menganti dengan begitu menakjubkan, aku sebagai
pemandu pengelana membuat berbagai macam
pemikiran akan sebuah perjalanan, selebihnya kisah
ini berlangsung singkat sesingkat detik bergemuruh di
dalam angkasa, semenakjubkan nya cakrawala
melintasi nirwana dikala hujan tiba, aku melukiskan
betapa indah dan mulia sang pencipta. Ada setiap luka
yang tidak perlu di tumpahkan pada batu, ada sebuah
gelinang air mata yang tidak perlu disampaikan
122
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
kepada hujan, ada sebuah keikhlasan yang tidak perlu
diungkapkan pada langit dan awan, ada pula
penyesalan yang tidak perlu disampaikan pada
samudera. Kita perlu belok kearah pantai, dengan
kesungguhan yang tidak usang untuk terus di gapai.
"Bagus ini video dan fotonya, boleh kirim nanti di grub
buat modal kami edit di komunitas kelas, emm....
Makasih ya An, kamu memang juara xixixixi.. ", belum
sempat Roni melanjutkan, aku berkata, "biasa aja deh,
makasih juga selebihnya aku dibolehin nih ikut kalian,
jadinya di rumah nggak bosan", aku mencoba
menjawab dengan ledekan dan sedikit canda tawa. Ah,
sungguh aku bisa mengerti tentang dunia luar,
selebihnya sebelum aku berniat melanjutkan jenjang
pendidikan strata 1, aku banyak sekali berpikiran yang
terus menerus menentangku dan entah apakah yang
membuatku sembuh dari setiap luka yang tak hentinya
bersinggah di jiwaku. Luka memang adalah senjata
yang habis menggores setiap elemen dalam hati dan
sejenisnya, namun tak ada niscaya yang
menjauhkannya dari sebuah keikhlasan yang sejati. Di
dalam perjalanan ini aku mengerti tentang cinta,
persahabatan dan kebersamaan. Cinta tak selalu
tentang perasaan sayang dan 2 hati yang tenggelam
dalam hasrat, persahabatan tak selalu soal materi, raga
dan irama, dan kebersamaan bukanlah sebuah ambisi
untuk dapat menjadi yang utama diantara sesama. Aku
123
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
akan mengusahakan agar diriku terlihat baik-baik saja
diantara mereka bertiga. Kini aku haruslah tetap
berfokuskan pada tujuan dan cita-citaku di masa
depan. Aku teringat akan semboyan Jawa yang tertulis
di dalam Kitab Clokantara “Tiga Ikang abener lakunya
ring loka/ iwirnya/ ikang iwah/ ikang udwad/ ikang
janmasri// yen katelu/ wilut gatinya// yadin pweka
nang istri hana satya budhinya/ dadi ikang tunjung
tumuwuh ring cila//” yang artinya “Tiga yang tidak
benar jalannya di bumi yaitu sungai, tanaman melata,
dan wanita. Ketiganya berjalan berbelit-belit. Jika ada
wanita yang lurus budinya akan ada bunga tunjung
tumbuh di batu”. Adapun aku sebagai wanita yang
dilahirkan dari keluarga yang tak lengkap, meski
beberapa masalah namun tetap kuat dan tanpa ringkih
sekalipun diuji dengan setiap kesedihan silih berganti,
seperti semboyan “Perempuan Jawa punya kekuatan
cinta yang luar biasa walau kadang tidak tampak di
permukaan. Sebagai kaum pria anda juga harus tahu
bahwa wanita itu adalah mahluk yang misterius.
Wanita bisa menyembunyikan benci dibalik cinta atau
sebaliknya bisa menyembunyikan cinta dibalik benci”.
Hari mulai petang, senja yang mulai perlahan
memperlihatkan jingga nya begitu juga dengan awan
yang semakin mengirimkan tanda keabu-abuannya,
serta bayangan fatamorgana yang melejitkan bias
124
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
warna pelangi yang menyerupai disetiap detak jalanan
yang ramai itu.
125
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“Kita makan disana saja yukk, gaiss”, aku berseru
sambil mengajak mereka bertiga menikmati hidangan
di warung makan Bu Erni “Special Seafood and Fried
Rice”, tak terasa sedari tadi perutku tidak kondusif,
pandanganku juga mulai kabur dengan perasaanku
akan tubuhku yang bergetar dan agak sedikit cemas
jika belum makan. “Okay, gass aja deh, aku juga udah
mulai lapar nih, bakalan asyik kalau makan di warung
Bu Erni deh, boleh deh An, kamu ambil daftar menunya
ya”. Aku mengangguk pelan, kurasa mereka bertiga
juga mengalami hal yang sama saat merasakan lapar.
“Pilihin nih, yang cocok buat selera makan Andre,
hhihihi”. Seperti biasa saat Khafid dan Andre sedang
bercanda, aku sedikit tertawa, sambil melihat daftar
menu, Roni mengambil topik pembicaraannya
kemudian, “Gaiss, besok hari pertama kuliah persiapan
udah pada beres belum yahh?”, tanya Roni sebagai
driver yang tidak lupa akan persiapan mahasiswa baru
pada Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas
Sains Al-Qur’an. Si Andre yang paling cerewet dan pasif
memberikan komentarnya, “ahh, jangankan persiapan,
aku nih nyari bahan yang dipersiapkan aja belum ada
yang dapat, hhihihi”, jawabnya seraya memoncongkan
bibir menahan tawa. Khafid menoleh kearahku dan
tersenyum sinis. Aku pun menjawab dengan santai,
“Semangat bagi pejuang kelas teknik reguler, aku sih,
PKKMB nya online, beda dengan kalian dan dianggap
126
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
paling spesial...”, aku menahan tawa seketika saat
mereka bertiga saling memandangi satu sama lainnya.
Aku hanya terdiam sambil menuliskan pilihan menu
mereka. Setelah 15 menit kemudian aku memberikan
selembar kertas daftar menu kepada kasir untuk
memroses transaksi dan menyiapkan hidangannya.
Aku kembali ke meja makan tempat kami berempat
duduk, tepatnya di meja nomor 14. Aku kembali
melanjutkan perbincangan kami mengenai PKKMB
dimana PKKMB itu sendiri adalah sebuah kegiatan
yang berisikan perkenalan kehidupan kampus bagi
mahasiswa baru, dan kami berempat adalah salah satu
mahasiswa baru dan masuk ke Tahun Akademik
secara bersamaan, yakni Tahun 2022/2023. Kegiatan
PKKMB antara kelas reguler seperti yang akan
dilaksanakan oleh Khafid, Andre dan Roni adalah
kegiatan yang harus dilaksanakan dan bersifat wajib
sebagai pengenalan kampus dengan tujuan sebagai
mahasiswa baru tidak kesulitan dalam bertatap muka,
kontrak kuliah, sistem akademik, sistem perkuliahan,
maupun ketatausahaan dan administrasi selama
menjadi mahasiswa Universitas Sains Al-Quran di
Wonosobo. Adapun pelaksanaan PKKMB bagi kelas
karyawan/ekstensi, seperti kelas yang aku ambil
bersifat tidak wajib diikuti karena memandang
kesibukan mahasiswa yang sudah bekerja di luar
kampus, dan begitulah yang diharapkanku ketika
127
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
melaksanakan sistem perkuliahan di kampus, karena
waktu yang juga terkadang bertabrakan dengan jadwal
kuliah. Aku meneguk mineral yang ada di meja dan
sudah tersedia, sambil menunggu pesanan menu yang
sudah dikirim, aku dan mereka bertiga kembali
menceritakan pengalaman kami saat sebelum masuk
ke dunia perkuliahan. Aku tahu semuanya pasti
memiliki cerita dan pengalaman yang berbeda, sama
seperti aku pun yang memiliki kisah dan pengalaman
dalam hidup selayaknya sebuah ukiran yang tidak
akan pernah terungkapkan sebelumnya. Kami
berempat bukanlah close friend yang sangat akrab
dalam berbaur tetapi didalam kisah ini kami sudah
saling dewasa dan apa yang menjadi pengalaman baik
di masa lalu, maupun masa sekarang adalah hal yang
patut di ikhlaskan dengan segenap kelapangan hati.
128
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
apabila kita sebagai penikmat alam menikmati
anugerah yang telah diciptakan oleh Tuhan Yang Maha
Kuasa. Setelah menikmati hidangan bersama, kami
berempat segera membersihkan diri bersiap untuk
menunaikan ibadah sholat magrib berjamaah
sekaligus melanjutkan perjalanan pulang. Sejatinya, di
dalam kehidupan yang fana inilah, kita harus menuju
rumah untuk tetap bersinggah untuk memadamkan
jiwa yang semakin rapuh akibat dari ambisi yang tak
kunjung nyata.
129
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Perjalanan ribuan kilometer selalu
dimulai dari satu langkah kecil.
- Anonim
130
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
131
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Saat Itulah Aku Berhenti Percaya
Wegig Panji Prasasti
Kring…kring…kring…
132
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
secara tidak langsung orang tua yang membawa anak
di dunia ini.
133
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
hal yang harus disesuaikan termasuk emosiku yang
harus lebih sabar dalam menghadapi mereka. Mereka
pun mulai memilih hewan atau tumbuhan yang akan
mereka amati. Dengan mode serius mereka menilik
satu per satu bentuk dan bahkan cara berjalan dari
beberapa hewan yang mereka temukan terutama
serangga. Bermacam hal yang mereka tanyakan mulai
dari nama tumbuhan atau hewan yang akan mereka
amati sampai mengapa hewan tidak doyan bakso.
134
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
sampai terkecoh mereka berlagak diam tetapi
menyimpan ribuan cerita unik untuk dikupas.
Pembelajaran pagi itu berjalan dengan santai dan
menyengkan. Siswa berebut untuk maju menjawab
pertanyaan yang ada di papan tulis.
Kring…kring…kring
135
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“Begini mbak, ini ada lomba fragment. Mbak bisa
membimbing anak-anak tidak? Waktunya hanya satu
pekan”
136
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
dari masing-masing kelas yang aku ajar. Aku pun mulai
menyusun naskah untuk fragmen itu karena dengan
asums bahwa anak-anak akan kesulitan untuk
membuat naskah sendiri dengan waktu yang demikian
singkat.
137
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
sepeda motor saat di bawah umur, tidak memiliki SIM
dan menerobos lampu merah.
138
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
tidak tahu bagaimana mekanisme meminta dana untuk
mengikuti lomba. Yah nanti juga diganti pikirku.
139
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“Nah, ini saat yang ditunggu-tunggu. Juara
pertama diraih oleh … apakah ada yang tahu siapa
juara pertama?” tanya pewara.
140
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“Ah, iya terima kasih Bu. Saya tidak menyangka
meski baru dapat berita sepekan sebelumnya,” ucapku
sambil menerima salam Ibu itu.
141
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
peringkat satu lomba fragment tingkat kabupaten,”
ucap wakil kepala sekolah.
142
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
menutup kemungkinan akan terjadi kembali. Apa yang
bisa kulakukan untuk mencegah hal itu? Apa atau siapa
yang bisa membantuku? Membantu mengatasi
ketidakadilan ini? Bagaimana mungkin Bu Tisi yang
mendapatkan pengakuan sedangkan aku yang bekerja
keras dengan waktu yang sangat mepet itu?
Bagaimana? Bagaimana?
143
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Memang apa yang bisa kusampaikan selain itu?
Aku juga tidak memiliki jawaban dari pertanyaa
mereka. Bahkan aku juga tidak memiliki jawaban dari
pertanyaanku. Aku sama sekali tidak habis pikir. Apa
yang terjadi sebenarnya? Penghianatan? Ah itu terlalu
hiperbola untuk kejadian ini. Apapun itu aku hanya
bisa menyeringai melihat Bu Tisi tersenyum penuh
bangga dengan segala ucapan selamat yang ia terima.
Aku sendiri juga tidak ingin mencari keributan ya
sudah biarkan saja begitu setidaknya pikirku saat itu.
144
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
yang semena-mena terhadapku seorang guru muda
yang bisa dimanfaatkan semau hati. Akhirnya aku pun
memutuskan untuk menceritakan hal yang aku alami
kepada wakil kepala sekolah.
145
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“Iya mbak, saya akan bicarakan dengan kepala
sekolah,” jawab Bu Utami
146
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“Begini Bu Asti, kemarin saya dengar kalau
misalnya Ibu ada masalah dengan salah satu guru ya?”
tanpa basa-basi Pak Ponari membuka percakapan
dengan dialog yang luar bisa membuatku kaget.
147
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
berharap ada kejelasan dari kalimat-kalimat Pak
Ponari.
148
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
keinginan untuk berseteru dengan rekan sesame guru.
Saya juga tidak pernah mengungkapkan bahwa saya
harus diberi SK, jika tidak maka saya tidak mau untuk
mengajar. Saya hanya ingin menyampaikan curhatan
saya bahwa saya ingin mendapatkan legalitas
kedudukan sebagai Pembina lomba dengan SK. Dengan
begitu perilaku yang mengambil kredit atas kerja saya
bisa dihindari. Hanya seperti itu Bapak tidak lebih dan
tidak juga kurang” jelasku panjang lebar.
149
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
orang lain. Kecewa jelas, marah pasti dan apa yang aku
rasakan saat ini tidak bisa aku membedungnya. Tidak
bisa aku menahan air mata yang perlahan keluar dari
sisi mataku. Aku hanya bisa menahannya karena aku
harus mengajar kembali. Kuseka air mata yang hampir
mengalir itu dan masuk ke dalam kelas dengan ceria
untuk menutupi emosiku saat itu.
150
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
peduli aku sakit hati, aku menangis seperti ini. Tidak
mereka tidak tahu dan juga tidak peduli. Hanya
perasaan Lelah dan sakit hati saja yang kuterima
sedangkan orang lain tidak akan ikut merasa.
151
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Ketika kamu merasa kehilangan
harapan, ingat bahwa Tuhan telah
menciptakan rencana terindah untuk
hidup kita.
152
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
153
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
The Lucky Lucky
Yadi Subekti, SH.
154
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
meninggalkan mereka dengan tatapan mata nanar dan
pikiran hampa
155
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
kowe teko kampusmu,’’ ujar lelaki paruh baya itu
dengan logat Jawa yang medok seraya menyerahkan
surat tersebut. Dan lelaki kharismatik yang baru saja
pensiun dari kantornya yang bergerak di bidang
ekspedisi muatan kapal laut (EMKL) itupun langsung
meninggalkan Bram sendirian
156
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
tersebut kepada ibunya. ‘‘Oala, Le yo wes ora popo yen
kudu ngunu nasibmu,’’ ujar ibunya sambil mengeluis
kepala Bram dengan penuh kelembutan
157
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
mengambil mata kuliah yang mendapat nilai E dan D,
plus skripsi sehingga nantinya mereka begitu lulus
bisa langsung ikut wisuda,’’ jelas Dekan. Selain itu,
lanjut Pak Dekan, pihaknya juga akan memberikan
insentif berupa uang 100 ribu per mahasisiwa sebagai
biaya untuk mencari bahan- bahan pembuatan skripsi
nantinya
158
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Pada malam hari Bram dengan semangat empat
lima mengerjakan skripsi dengan dibantu ayah
tercintanya yang mengetik tulisan Bram lewat mesin
ketik jadul. Ayah Bram pun ikut semangat melihat
anaknya menggebu-gebu mengerjakan skripsi
159
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
tidaklah lama, hanya seumur jagung karena Yantie
harus menerima pinangan laki-laki pilihan ayah
ibunya
160
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Bram sangat energik. Dia kebetulan ditempatkan
di bidang budaya seni dan entertainment. Itu adalah
dunianya Bram, karena Bram sangat menyukai musik,
olah raga dan budaya, makanya tulisannya di bidang
tersebut sangat bagus. Dan hal itu ternyata diamati
oleh Rahayu yang dirinya ditempatkan di bidang
ekonomi dan keuangan.
161
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
mengelap cucuran keringat Bram yang menetes di dahi
dan pipi Bram. Dunia seperti milik berdua. Dan setelah
ganti busi vespa pun bisa dinaiki lagi dan berdua
mereka menuju kantor untuk menulis berita yang
telah mereka dapatkan sepanjang pagi hingga
menjeang sore hari.
162
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
jurnalis di Sby Post, seminggu kemudian Ayuk pun
tidak krasan dan ia pun juga undur diri dari Sby Post
dengan melamar kerja di tempat lain.
163
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
perkawinan bisu tersebut, sehingga tanpa pamit ia pun
langsung menuju Harian Suara Indonesia, sebuah
harian bisnis yang waktu itu berlokasi jalan Sumatera,
dan Bram pun lagi-agi langsung diterima sebagai
jurnalis di harian tersebut.
164
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Uniknya lagi, kedekatan Bram dengan Nurani
terjadi karena pada waktu itu, antara Nurani dengan
pacarnya terjadi perselisihan, Nurani minta kepada
pacarnya itu kalau kamu serius kamu harus segera
melamar. Namun jawaban pacarnya ia masih butuh
waktu katanya.
165
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Tidak ada istilah gagal dalam hidup,
yang ada hanya sukses dan belum
berhasil.
166
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
167
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Dibawah Deretan Langit
Deri Adrian
168
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Inilah kisah nada yang berusaha mengejar langit
wijaya raja putra.
169
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“iya nek siap hehe,hmm makasih ya nek udah
ngurus aku dari dulu tanpa ada kata kata lelah dari
nenek” nada merasa berhutang banyak kepada nenek
asri yang telah mengurus di dari kecil
“iya hati hati ya nda jalan nya” ucap nenek sri saat
nada akan keluar rumah
170
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Saat sedang asik berjalan dan memandang
langit,nada mendengar suara motor yang tidak asing
bagi nya saat melihat motor tersebut akam melintas
dengan jail nada menghalagi jalan motor tersebut.
171
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“yah langit mah padahal kita ga pernah berangkat
bareng” ucap nada dengan wajah memelas.
172
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“ih..lu ko gak kaget sih, ini kan berita hott buat lo”
ucap sera dengan nada gereget
“ya kan bisa aja gitu, soalnya gue liat hawa hawa
muka langit kaya lebih bahagia gitu “
173
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Ucap sok tau
“hehe iya bu, lagian ibu kaya setan aja tiba tiba
dateng” ceplos nada dengan nada polos, yang membuat
sera yang berada di samping nya ketar ketir
174
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“eh buset ni anak ceplas ceplos mulu dah bisa
bahaya inimah,kebiassan nih anak” gumam sera
ketarketir
175
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
sama dia nya nad ayolah sadar dia tuh bener bener
nolak lu dari apapun” ucap sera perihatin dengan
teman nya yang gigih ini
176
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“tuhkan gue bilang apa pasti mereka udah jadian
ga biasanya anggi ikut ke kanting bareng tuh pangeran
kodok” ucap sera curiga
177
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“ iyaa gabung aja kebetulan banyak tempat kosong
disini” ucap arjun, kedua peria itu adalah sahabat
langit dari kelas 10 sma,langit yang melihat itupun
agak risih dengan kedatangan nada,beda dengan anggi
yang tersenym menatap nada yang sedang bergembira
178
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“nada mau makan? Kenapa ga dibuka ayo bareng
bentar lagi juga makanan kita nyampe” tanya anggi
menyuruh nada untuk membuka kotak makan nya
179
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
yang berada di meja itupun sangat terkejut dengan
perlakuan langit yang menurut mereka eamng sangat
tajam
BRAK....
180
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“sera udah gapapa mungkin emang langit gasuka
sama makan nya jadi di buang” ucap nada
menenangkan sera yang skarang lagi emosi
181
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“selamat ulangtahun langit semoga doa kamu
terkabulkan,dan apapun yang kamu kejar tercapai,aku
janji kalo emang udah waktunya aku bakal jauhin
kamu” ucap nada dengan sedih dan menyayat hati bagi
semua orang
182
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“tapi engga gitu juga buat buktiin nya lang” ucap
anggi sedikit emosiboby yang melihat itupun hanya dia
tanpa berkomentar apapun dia takut salah bicara
183
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“tuhan semoga langgit bisa sama aku trus dia ga bis
lepas sama aku biar kita bareng bareng trus sama dia
ya tuhan,langit biru tolong ya sampein doa aku ke
tuhan biar di kabulin” nada berdoa semoga semua doa
yang dia panjatkan akan menjadi kenyataan dan
terkabul.
184
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Filomedia Publisher akan terus
bertransformasi untuk menjadi media
penerbitan dengan visi memajukan
dunia literasi di Indonesia. Kami
menerima berbagai naskah untuk
diterbitkan.
------------------------------------------------
----------------------------
------------
185
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional