Anda di halaman 1dari 190

ir Alam

KALA HUJAN DI BULAN


NOVEMBER

Penulis:
17 Penulis Nasional
Alamat:

Penata Letak: Jl. Otto Iskandar Dinata, Kel. Bojong Herang,


Tim Filomedia Kec. Cianjur, Jawa Barat 46182
Telp. +62 895-4061-05129

Pendesain Sampul: Email: filomediapublisher@gmail.com


Tim Filomedia
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

Diterbitkan oleh: Cetakan Pertama Desember 2023


Filomedia Publisher

Copyright 2023

ii
Daftar Isi

Daftar Isi ……………………..………………………………..……….. iii


Ucapan Terima Kasih ……………………………….v
1. Achmad Hidayat
Minat dan Bakat yang Terpendam …………………….. 2
2. Agus Holid
Kisah Cinta di Tengah Perjalanan ……………………….6
3. Aning Widianingsih
Ibuku Mentariku ……………………………………………………… 24
4. Aning Widianingsih
Ibuku Hebat ……………………….……………………………. 28
5. Aning Widianingsih
Ibuku Sahabatku ………………………………………………. 30
6. Aryanto Toabnani
Janji yang Tak Terpenuhi ……………………………………34
7. Eri Kurnia
Sebuah Mimpi ………………………………………………….. 38
8. Haora Ola
Setelah Kepergianmu Ayah …………………………………56
9. Hartiwi Murtiningsih
Goofy-Ku ………………………………………………………….. 66
10. Lutiari Fahtona
Sebelah Terbelah …………………………………………………. 74

iii
11. M. Haykal Mushafa
Dari Dilupakan Menjadi Presiden …………………………. 84
12. Muhammad Arief, S.Pd. SD.
Cinta Pertama …………………………………….……………………. 90
13. Rinawati Jaya Official
Ayah ……………………………………………………………………….100
14. Risa Nifshu Aminah
Kisah Perjalanan Alam dan Senja diantara Detak
dan Letak ………………………………………………………………..110
15. Wegig Prasasti
Saat Itulah Aku Berhenti Percaya …………………………….130
16. Yudi Subekti
The Lucky Lucky ……………………………………………………..152
17. Deri Ardian
Dibawah Deretan Langit ………………………………..………. 166

iv
Ucapan Terima Kasih

Ribuan ucapan terima kasih kami ucapkan kepada


17 Penulis Nasional atas support dan doanya yang
telah mendedikasikan serta mengirimkan karya
nya untuk di terbitkan menjadi sebuah buku yang
mana pada akhirnya buku ini dapat di publish dan
dapat di nikmati oleh jutaan Masyarakat di
Indonesia.

Kami berharap dengan terbitnya buku ini dapat


menjadi sumber inspirasi dan motivasi agar
menjadi sumber semangat untuk para penulis,
baik penulis yang baru bergabung maupun yang
sudah lama mengarungi dunia kepenulisan.

Tim Penerbit

v
Minat dan Bakat yang Terpendam
Achmad Hidayat

Penjelasan berjudul minat dan bakat yang terpendam


itu tidak baik kalua punya bakat dan minat kalua dipedam
dan kalua disebut itu disembunyi perassaan kepada
keranat tercinta , seperti keluarga , saudara , dan temean .
jadi kalua teman kenapa mukamu murung terus ada
masalah yah . jadi kita kalua ada maslaah bilang aja kepada
teman , guri n, dan saudara yang bias dan paham untuk
diceritakan untuk sharing dan dapat solusi untuk
melakukan aktivitas minat dan bakat yang kita miliki itu
harus diasah dengan baik atau latihan setiap hari untuk bias
mencapaikan kesuksesan dengan minant dan bakat seperti
bermain bola , melukis , dengar lagu untuk bisa tercapai cita
cita untuk kedepannya,

Dan kita harus dilakukan dan latihan terus untuk


mecapaian harapan yang kita bayangkan atau juga pikiran
kita reflek untuk membangun harapan kita untuk bisa hal
hal yang positife. Apa pun juga bisa tercapai untuk bisa
dicapai.

Berjudul minat dan bakat yang terpendam

Pertama tama saya akan menjelaskan tentang kenapa


harus berjudul minat dan bakat yang terpendam , jadi.
Setiap orang tuh punya minat dan bakat tetapi selalu

2
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
dilarang oleh orangtuanya dikarenakan selalu tidak boleh
melakukan hal hal yang mau lakukan oleh anakanya.Dan
seorang anak itu bernama Randy yang selalu tidak boleh
sama kedua orang tua nya tidak boleh melakukan apaapa ,
jadi. Setiap keluar rumah itu randi tersebut merasakan
introvert yang luar biasa.

Jadi, kalau randi keluar kerumah itu selalu kurang


beradaptasi di ruang lingkup atau lingkungan kehidupan
sehari hari randi tersebut.

Dan randy itu mulai kurangnya berinteraksi sama


temen temen nya di lingkungan rumah sehingga menjadi
tidak betah kalau bermain atau ajakan oleh temen untuk
bermain bola semisalnya untuk bergaul dengan teman
sebaya ataupun teman seumur hidup.

Seandainya randy bisa mudah bergaul sama temen


temennya ( gumam dalam hati suara randi)

Dan kalau gitu randi menolak ajakan dari temeannan


nya untuk bermain diluar rumah dikarenakanan rasa gugup
dan tegang mulaiu berpengaruhi tubuh tubuh si randi
terbut.

Jadi randi tidak bisa mengendalikan tubuh randi


sendiri dikarenkan rasa introvert yang penuh untuk jarang
ketemu dengan teman teman nya yang seumuran di
kampung atau lingkungan randi tersebut.

Dan kini randi ingin sekali untuk bisa berkomunikasi


kepada semua orang untuk melakukan menyampaian pesan

3
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
untuk bisa mendapatkan seorang teman, teman ngobrol,
dan lain lainnya .

Seorang introvert juga butuh liburan dengan cara


menghibur dengan dirinya sendiri dengan mendengarkann
music , melukis dan menulis untuk meningkatkan
mempengaruhi oleh seorang randi atau dipanggil andi juga
kalau disebut oleh keluarga didalam rumah.

Dan kini waktu demi waktu randi juga berlatih


berkomunikasi di depan kaca supaya meningkatkan
kepercayaan diri nya meninggkat dan memperoses
mencuat. filomediapublisher@gmail.com

seorang randi juga menginginkan seorang teman untuk


membutuhkan temen ngobrol untuk komunikasi saling
menukarkan informasi di lingkungan rumah, sekolah dan
pengajian. Dll.

Kesimpulan dari achmad ke cerpen ini adalah karena


minat dan bakat itu susah di pisahkan seperti cinta yang
keduanya saling menyanyangi seperti contoh pacar ,
pasutri , dll. Dan kita harus memberanikan diri untuk bisa
memilah dan memilih waktu untuk bisa melakukan
beraktivitas seperti main futsal, basket, karate, bulu tangkis
itulah olahraga minat dan bakat cewek atau cowok.

Dan juga kalua wanita juga minat dan bakat nya


banyak.

Sekian terima kasih semoga bisa di baca dengan


dipahami.

4
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
5
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Kisah Cinta di Tengah Perjalanan
Agus Holid

Tokoh utama dalam cerita ini adalah seorang wanita


bernama Maya. Ia merupakan seorang perempuan muda
yang sedang bekerja sebagai marketing di suatu
perusahaan di Jakarta. Maya adalah seorang wanita yang
mandiri dan ambisius, tetapi dalam hal cinta ia masih
merasa kesulitan. Ia merasa hidupnya kurang berwarna dan
belum menemukan pasangannya. Suatu hari, Maya harus
melakukan perjalanan bisnis ke kota Bandung, dan di
sinilah kisah cintanya dimulai.

Pasangan Maya dalam kisah ini adalah seorang pria


bernama Rian. Rian adalah seorang seniman muda yang
sedang mengejar mimpinya dengan membuka studio seni di
Bandung. Ia adalah orang yang cerdas, berbakat, dan juga
pekerja keras seperti Maya. Namun, Rian juga termasuk
orang yang terbuka dan santai dalam menjalani hidupnya.
Maya bertemu dengan Rian di stasiun kereta api di Bandung
saat Maya mencari taksi. Maya terkesan dengan kebaikan
hati Rian yang rela membantunya, dan saat itulah keduanya
saling tertarik satu sama lain. Dari sinilah cinta mereka
mulai berkembang.

Maya jatuh cinta pada Rian karena banyak alasan.


Pertama-tama, Rian adalah sosok pria yang baik dan sopan.

6
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Saat Maya kebingungan mencari taksi di stasiun kereta,
Rian dengan rela hati memberikan bantuan padanya. Maya
merasa senang dan terkesan dengan kebaikan hati Rian.
Kedua, Rian adalah sosok pria yang cerdas, kreatif dan
memiliki semangat untuk mengejar impiannya sebagai
seniman. Maya merasa terkesan dan bersemangat ketika
Rian menceritakan tentang passion-nya dalam membuat
karya seni. Ketiga, Maya merasakan adanya chemistry
antara dirinya dan Rian. Mereka sama-sama dapat
merasakan kecocokan dan kenyamanan saat bersama.
Semua hal ini membuat Maya yakin bahwa Rian adalah
orang yang tepat dan dapat membuat hidupnya lebih
bermakna dan berwarna-warni.

Ada beberapa hal yang membuat Maya yakin bahwa


Rian juga mencintainya. Pertama, Rian memberikan
perhatian yang besar kepada Maya dan selalu
mendengarkan cerita dan pendapat Maya dengan penuh
perhatian. Hal ini pula membuat Maya merasa diterima dan
dicintai oleh Rian tanpa perlu berpura-pura menjadi orang
yang lain.

Kedua, Rian selalu menjaga kesehatan Maya dan


memastikan bahwa Maya selalu merasa nyaman ketika
bersama dengannya. Misalnya, ketika mereka melakukan
perjalanan untuk menemui klien bisnis di luar Bandung,
Rian selalu memperhatikan keadaan kesehatan Maya dan
memastikan bahwa Maya selalu merasa nyaman selama
perjalanan.

7
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Ketiga, Rian seringkali memberikan hadiah kecil pada
Maya dan membuatkan sarapan atau makan malam
romantis untuk mereka berdua. Hal ini menunjukkan
bahwa Rian peduli dan ingin memanjakan Maya agar selalu
merasa bahagia.

Terakhir, ketika Maya perlu pulang ke Jakarta karena


urusan bisnis yang mendesak, Rian rela melepas Maya
dengan berat hati namun tetap mendukung dan
memberikan semangat agar Maya dapat menyelesaikan
tugasnya di Jakarta. Dari semua tindakan dan perhatian
yang diberikan Rian pada Maya, Maya merasa yakin bahwa
Rian juga mencintainya dan merasa beruntung dapat
bertemu dengan seorang pria yang begitu peduli dan
perhatian seperti Rian.

Setelah mengenal lebih dekat dengan Rian, Maya mulai


merasa bahwa Rian memang cocok menjadi pasangannya.
Selain memiliki sifat yang baik dan perhatian, Rian juga
memiliki sifat-sifat yang sama dengan Maya seperti
semangat untuk meraih impian, keinginan untuk hidup
mandiri dan berkembang dalam karir, dan juga memiliki
kepedulian tinggi terhadap lingkungan. Maya merasa
bahwa Rian dapat menemani dirinya dalam hal-hal yang ia
sukai dan juga dapat menemukan kebahagiaan yang sama
dalam sebuah hubungan. Dengan adanya rasa saling
menghargai dan saling mendukung di antara mereka, Maya
yakin bahwa hubungan mereka memiliki potensi untuk
langgeng dan bahagia.

8
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Rian dan Maya memiliki beberapa kesamaan dalam hal
pandangan hidup dan nilai-nilai yang mereka anut. Salah
satu kesamaan tersebut adalah semangat untuk meraih
impian dan berkembang dalam karir. Keduanya sama-sama
bekerja keras dan memiliki keahlian di bidang yang
berbeda, sehingga mereka saling menginspirasi dan
mendukung satu sama lain dalam meraih impian masing-
masing.

Kemudian, mereka juga sama-sama memiliki


kepedulian terhadap lingkungan dan alam. Maya yang
bekerja sebagai marketing di perusahaan tempatnya
bekerja juga memiliki tanggung jawab untuk
mengembangkan produk yang ramah lingkungan.
Sementara itu, Rian sebagai seniman mencoba
menghasilkan karya seni yang dapat memberikan dampak
positif bagi lingkungan.

Selain itu, kedua tokoh juga memiliki pandangan yang


sama dalam hal pentingnya keluarga dan berkumpul
dengan orang-orang terdekat. Keduanya punya keluarga
yang dekat dan saling mendukung dalam setiap langkah
yang mereka ambil.

Dengan adanya kesamaan-kesamaan yang dimiliki,


Rian dan Maya dapat lebih mudah memahami satu sama
lain dan saling mendukung dalam menjalani hubungan.
Mereka juga dapat tumbuh bersama dan mengembangkan
nilai-nilai yang mereka anut menjadi lebih baik seiring
berjalannya waktu.

9
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Rian dan Maya mendukung impian satu sama lain
dengan cara saling memberikan dukungan dan inspirasi
dalam meraih impian masing-masing. Pertama, mereka
saling mendengarkan dan memberikan feedback yang
membangun terkait ide-ide atau proyek yang sedang
mereka kerjakan. Hal ini juga membantu mereka untuk
melihat perspektif lain dan mempertajam ide-ide mereka.

Kedua, mereka saling mendorong dalam menghadapi


tantangan. Ketika satu dari mereka mengalami kegagalan,
mereka sama-sama membangkitkan semangat dan
memberikan motivasi serta dukungan agar bisa bangkit
kembali dan mencoba lagi.

Ketiga, Rian dan Maya turut serta membantu dalam


mengejar impian satu sama lain. Misalnya, ketika Rian
memerlukan bantuan dalam menggelar pameran seni, Maya
membantu untuk memasarkan dan mempromosikan
pameran tersebut. Sebaliknya, Rian juga membantu Maya
dalam proyek pemasaran yang sedang ia kerjakan.

Selain itu, mereka juga selalu meluangkan waktu untuk


saling mendukung dan berkumpul bersama. Keduanya
sama-sama sibuk dalam pekerjaan mereka, namun mereka
berusaha mencari waktu untuk berkumpul dan berbagi
pengalaman serta ide-ide baru. Dengan saling mendukung
impian satu sama lain, Rian dan Maya dapat membangun
hubungan yang kuat dan bermakna. Mereka juga dapat
meraih impian-impian mereka dengan lebih mudah dan
menyenangkan karena memiliki pasangan yang selalu ada

10
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
dan siap mendukung mereka setiap saat. Tentu saja, sebagai
pasangan yang berbeda latar belakang dan kepribadian,
Rian dan Maya pasti pernah mengalami perbedaan
pendapat dalam meraih impian. Perbedaan pendapat ini
bisa berkaitan dengan metode yang digunakan untuk
mencapai impian, prioritas yang harus ditetapkan, atau
bahkan tujuan yang hendak dicapai. Namun, meskipun
perbedaan pendapat muncul, mereka selalu berusaha untuk
saling mendengarkan dan mencari solusi yang terbaik bagi
kedua pihak. Mereka berbicara terbuka dan jujur tentang
perasaan dan pemikiran mereka serta mencoba mencari
titik temu yang bisa membuat keduanya merasa nyaman.
Perbedaan pendapat ini malah menjadi peluang untuk
saling memahami, memahami kebutuhan pasangan dan
merencanakan bagaimana meraih impian mereka bersama.
Dalam hubungan, Rian dan Maya belajar untuk saling
menghargai pendapat satu sama lain dan saling mengisi,
sehingga memberi ruang bagi peningkatan hubungan
mereka.

Seiring berjalannya waktu, mereka makin ahli dalam


merawat dan memperkuat hubungan, bahkan dalam
menghadapi perbedaan pendapat yang ada. Hal ini
menunjukkan bahwa keduanya sungguh-sungguh ingin
menciptakan hubungan yang berhasil dan bermakna.

Masalah terbesar yang dihadapi Rian dan Maya adalah


jarak. Setelah menjalani hubungan selama beberapa bulan,
Maya mulai merasa cemas dengan jarak yang memisahkan
mereka. Maya harus kembali ke Jakarta untuk menjalankan

11
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
tugas pekerjaannya sementara Rian harus tetap di Bandung
untuk mengelola studio seninya.

Meskipun mereka tetap berusaha untuk menjaga


komunikasi dan membuat jadwal agar bisa bertemu satu
sama lain, jarak membuat mereka merasa semakin
menjauhkan. Maya merasa sering tidak bisa mendukung
dan membantu Rian sepenuhnya dalam usahanya,
sementara Rian merasa jarak membuat hubungan mereka
semakin rumit dan sulit dipertahankan.

Masalah jarak ini menjadi ujian yang cukup besar bagi


hubungan mereka. Namun, Rian dan Maya berusaha untuk
tetap berkomunikasi dan saling mendukung satu sama lain
walaupun secara fisik terpisah. Mereka berbicara secara
teratur melalui telepon dan video call, serta mengambil
waktu untuk bertemu setiap kali kesempatan muncul.
Kemudian mereka mencari jalan tengah untuk mengatasi
jarak seperti membagi rencana dan tujuan satu sama lain
demi kepentingan hubungan mereka dan mencari jadwal
yang cocok bagi keduanya untuk bertemu. Meskipun
memang jarak menguji hubungan mereka, Rian dan Maya
belajar banyak tentang cara berkomunikasi dan bekerja
sama dalam menghadapi situasi sulit seperti ini. Dalam
akhirnya, jarak tidak membuat hubungan mereka kandas,
malah semakin memperkuat cinta dan kepercayaan satu
sama lain. Rian dan Maya melakukan beberapa cara untuk
menjaga kepercayaan satu sama lain selama jarak
memisahkan. Pertama, mereka selalu berkomunikasi secara
teratur melalui telepon, pesan singkat, atau video call.

12
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Dengan berkomunikasi teratur, mereka saling update akan
keadaan dan aktivitas yang sedang dijalani masing-masing
dan menjaga keterbukaan dalam membagikan pemikiran
dan perasaan.

Kedua, Rian dan Maya saling memberikan ruang


pribadi masing-masing. Meskipun dalam hubungan,
keduanya tetap memiliki kehidupan dan aktivitas sendiri.
Hal ini penting agar masing-masing tetap merasa terhormat
dan dihargai dalam menjalani kehidupan yang mereka
jalani.

Ketiga, mereka saling mengajak untuk membuka diri


satu sama lain. Rian dan Maya bercerita satu sama lain
mengenai kehidupan masing-masing, baik yang sedang
bahagia maupun yang sedang mengalami masalah. Hal ini
membantu mereka merasa saling memahami dan merasa
diterima dalam hubungan ini.

Keempat, mereka berusaha untuk tetap memberikan


dukungan dan motivasi satu sama lain dalam meraih impian
masing-masing. Ketika satu pihak mengalami kegagalan
atau sedang dilanda suasana yang buruk, pihak lain selalu
siap mendukung dan memberikan motivasi. Dukungan ini
membuat Rian dan Maya merasa aman dan nyaman dan
membantu membangun kepercayaan yang lebih kuat satu
sama lain.

Dengan melakukan hal-hal tersebut, Rian dan Maya


menjaga kepercayaan satu sama lain dan hubungan mereka
tetap aman dan kuat meskipun jarak memisahkan.

13
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Seperti pasangan lainnya, Rian dan Maya juga pernah
mengalami konflik selama jarak memisahkan. Konflik ini
muncul ketika keduanya mengalami hambatan dan
kesulitan dalam menjalankan tugas atau proyek masing-
masing, hingga saling menyalahkan satu sama lain.

Namun, mereka selalu berusaha untuk segera


menyelesaikan konflik tersebut sebelum membesar dan
memperburuk situasi. Keduanya belajar untuk saling
mendengarkan dan mencari solusi bersama dengan cara
tetap berkomunikasi secara jujur dan terbuka. Mereka juga
selalu mencari cara untuk memperbaiki situasi dan mencari
jalan tengah agar keduanya dapat merasa terpenuhi dalam
hubungan.

Salah satu kunci untuk membawa hubungan ini


menjadi lebih baik ketika mereka mengalami konflik adalah
dengan tetap saling menghargai dan berusaha untuk
memahami perspektif masing-masing. Keduanya juga
belajar untuk meredakan emosi dan menghindari bertindak
impulsif, serta menjaga komunikasi terbuka agar masalah
yang timbul bisa segera ditangani dengan baik.

Konflik yang mereka alami justru membawa mereka


belajar lebih banyak untuk memperkuat hubungan. Dari
situ, mereka belajar untuk bekerja sama dalam menghadapi
kesulitan dan terus tumbuh bersama melalui setiap situasi
yang sulit. Hal ini merupakan bukti bahwa setiap konflik
dalam hubungan bisa dihadapi dan diatasi dengan cara yang

14
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
baik apabila pasangan saling mendukung dan memahami
satu sama lain.

Setelah mengalami konflik, Rian dan Maya selalu


berusaha untuk memperbaiki situasi dengan cara berikut
ini:

Pertama, mereka saling menghormati pendapat dan


perasaan satu sama lain. Keduanya menyadari nilai dari
penghormatan dan pengakuan dalam sebuah hubungan.
Dengan saling menghargai dan mendengarkan, mereka
dapat menangani masalah dengan tenang dan terpenuhi.

Kedua, mereka berusaha mencari jalan tengah dalam


menyelesaikan masalah. Masing-masing berusaha untuk
memahami perspektif pasangan sehingga dapat mencari
solution yang paling adil agar keduanya merasa dihargai
dan merasa puas dengan hasilnya.

Ketiga, mereka berbicara secara terbuka untuk


menyelesaikan masalah tersebut. Keduanya
memperlihatkan ke jujuran dan kejujuran dalam berbicara.
Dalam komunikasi terbuka tersebut, keduanya
membicarakan masalah dengan tenang dan tidak menuduh
satu sama lain, sehingga mereka dapat mencari solusi
dengan akal sehat.

Keempat, mereka menerima kesalahan dalam diri


masing-masing. Keduanya berusaha keras untuk berbicara
dengan kebenaran, mengakui kesalahan sendiri di depan
pasangannya. Setelah kesalahan telah diakui, mereka

15
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
berbicara tentang cara untuk mencegah atau
menghindarinya agar masalah serupa tidak terjadi lagi.

Kelima, keduanya selalu mencari cara untuk kembali


saling membangun kepercayaan satu sama lain. Mereka
berkomitmen untuk memperbaiki situasi dan merestorasi
segala kemungkinan kerusakan yang telah terjadi pada
hubungan mereka.

Dengan cara-cara di atas, Rian dan Maya dapat


mengatasi masalah yang muncul dalam hubungan mereka
dan memperbaiki situasi. Walaupun konflik dapat terjadi,
mereka selalu berusaha untuk menanganinya dengan cara
yang terbaik untuk kepentingan hubungan mereka. Rian
dan Maya memastikan masalah serupa tidak terulang
kembali dengan melakuk beberapa cara, di antaranya

Pertama, mereka mempelajari penyebab dari konflik


yang terjadi dan mencari cara untuk menghindari hal
tersebut terjadi di masa yang akan datang. Dalam
menghadapi konflik itu, mereka mencoba untuk
mengidentifikasi titik-titik kritis dan belajar dari kesalahan
yang telah dilakukan agar dapat memperbaiki issuenya di
masa depan.

Kedua, mereka meningkatkan komunikasi dan


transparansi dalam hubungan mereka. Keduanya sepakat
untuk selalu berbicara dengan terbuka, jujur, dan
memperlihatkan respek dan penghargaan pada satu sama
lain. Mereka berbicara terkait masalah kecil, hingga
masalah yang lebih kompleks, sehingga keduanya selalu

16
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
dapat sampai pada solusi yang bisa
dipertanggungjawabkan.

Ketiga, mereka mencari waktu untuk berkumpul dan


mengevaluasi hubungan mereka secara teratur. Keduanya
mengadakan "date" untuk berkumpul dan menghabiskan
waktu bersama, membicarakan masalah yang ada dalam
hubungan dan mencari jalan keluar yang tepat.

Keempat, mereka memberikan waktu dan ruang


pribadi satu sama lain. Selain saling mendukung dan
menghargai satu sama lain, keduanya menjamin ruang
pribadi yang sehat dalam hal-hal yang mereka jalani. Dalam
waktu sendiri tersebut mereka berusaha untuk stabil dalam
membahas dan menangani konflik secara efektif, tanpa
kekhawatiran pasangannya.

Dari cara-cara di atas, Rian dan Maya tidak hanya


memastikan masalah tidak terulang kembali, tetapi juga
meningkatkan hubungan dan meningkatkan kepercayaan
satu sama lain secara alami. Dengan begitu, hubungan
mereka kian erat, harmoni dan berhasil.

Rian dan Maya mencoba menyeimbangkan kebutuhan


pribadi dan kebutuhan pasangan dengan cara berikut:

Pertama, mereka belajar untuk saling mengerti.


Keduanya memperhitungkan kebutuhan pribadi dan
pasangan saat membuat jadwal dan merencanakan
aktivitas. Pasangan saling mendukung dan bekerja sama
dalam menyeimbangkan waktu yang tersedia dan

17
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
merencanakan aktivitas yang membuat keduanya merasa
senang dan terpenuhi secara individu maupun sebagai
pasangan.

Kedua, mereka saling memahami. Keduanya terus


berbicara dan membahas cara untuk mengatasi
ketidakseimbangan dalam hubungan mereka. Jika salah
satu dari mereka mengalami kesulitan, maka pasangan lain
akan mencari cara untuk membantu mengatasinya, dan
sebaliknya. Dengan cara ini, mereka saling memberi
dukungan dan merasa terpenuhi dalam kebutuhan mereka
sebagai pribadi, serta memastikan bahwa kebutuhan
pasangan juga terpenuhi.

Ketiga, mereka memberikan ruang privasi pribadi


masing-masing. Keduanya saling memberikan waktu dan
ruang pribadi untuk melakukan hal yang disukai secara
individual tanpa campur tangan pasangan. Hal ini penting
agar keduanya merasa terhormat dan memiliki kesempatan
untuk merawat diri sendiri dan menjalankan kegiatan yang
menjadi hobi masing-masing.

Keempat, mereka bersedia melakukan kompromi. Jika


satu pasangan ingin melakukan sesuatu yang mungkin akan
menimbulkan ketidakseimbangan dalam kebutuhan
pasangan, maka keduanya berbicara untuk mencari
kompromi yang akan membuat keduanya merasa
terpenuhi. Kompromi adalah kunci dalam menjaga
seimbang dalam hubungan, memastikan bahwa kebutuhan

18
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
pasangan tetap terpenuhi, sementara menjaga kebutuhan
pribadi.

Kelima, mereka saling memperhatikan dan


memberikan prioritas dalam hal kepentingan tertentu.
Misalnya, jika salah satu pasangan memiliki kesibukan pada
jadwal kerja atau akademik yang membutuhkan perhatian
lebih, maka mereka akan fokus pada hal tersebut dengan
cara bersama untuk membantu mencapai tujuan.

Dengan cara-cara di atas, Rian dan Maya menjaga


keseimbangan antara kebutuhan pribadi dan kebutuhan
pasangan. Mereka juga menghindari kekurangan dan
kelebihan ketika menjalankan aktivitas serta memastikan
bahwa setiap keputusan diambil dengan merujuk pada
kebutuhan pasangan. Dalam akhirnya, hubungan mereka
tumbuh dan berkembang dengan seimbang dan harmonis.

Ketidakseimbangan dalam sebuah hubungan dapat


muncul ketika salah satu pasangan memerlukan perhatian
lebih, atau ketika prioritas dan kebutuhan kedua pasangan
tidak sejalan. Berikut adalah beberapa cara untuk
mengatasi situasi ketidakseimbangan dalam hubungan:

Pertama, bicarakan masalah dengan pasangan secara


terbuka dan jujur. Salah satu langkah penting dalam
mengatasi ketidakseimbangan dalam hubungan adalah
bicara secara terbuka dengan pasangan tentang apa yang
dirasakan dan apa yang dimaksud. Ini menunjukkan bahwa
pasangan saling mendukung dan peduli pada kepentingan
masing-masing.

19
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Kedua, cari tahu apa yang menjadi permintaan
pasangan. Dalam situasi ketidakseimbangan, mungkin ada
kebutuhan yang perlu dipenuhi oleh pasangan. Cari tahu
permintaan pasangan dan cobalah untuk menemukan cara
untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Ketiga, cari solusi bersama. Pencarian solusi yang tepat


adalah hal yang sangat penting dalam mengatasi
ketidakseimbangan dalam hubungan. Jangan mengambil
keputusan yang terlalu cepat atau terburu-buru. Diskusikan
bersama dan carilah solusi yang membuat keduanya
merasa terpenuhi.

Keempat, berikan perhatian dan upaya yang sama.


Pastikan bahwa pasangan merasa dihargai dan penting.
Memberikan usaha yang seimbang dari kedua belah pihak
dalam menjalani aktivitas dan dalam memenuhi kebutuhan
masing-masing, ini dapat membantu menjaga
keseimbangan dalam hubungan.

Kelima, kesepakatan dan kompromi.


Ketidakseimbangan dalam hubungan dapat diselesaikan
melalui kesepakatan dan kompromi, dan bertujuan dalam
mencari jalan keluar yang paling tepat untuk kedua
pasangan. Keputusan bersama yang diambil akan menjadi
solusi yang tepat untuk mengatasi ketidakseimbangan
dalam hubungan.

Dalam akhirnya, mengatasi ketidakseimbangan dalam


hubungan memerlukan usaha timbal balik yang
terkoordinasi antara kedua pasangan. Dengan saling

20
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
mendukung, berbicara terbuka dan jujur, serta saling
memberi secara seimbang, pasangan dapat melewati situasi
sulit dan memperkuat hubungan mereka.

Menentukan solusi yang tepat dalam hubungan


membutuhkan kerjasama dan kompromi dari kedua
pasangan. Berikut adalah beberapa cara untuk menentukan
solusi yang tepat:

Pertama, saling mendengarkan dan memahami


perspektif satu sama lain. Dalam membahas solusi,
keduanya harus saling mendengarkan dan mencoba untuk
memahami perspektif satu sama lain. Ini akan membantu
keduanya melihat masalah dari sudut pandang yang
berbeda, sehingga lebih mudah menemukan solusi yang
terbaik.

Kedua, mengevaluasi kepentingan pribadi dan


pasangan. Keduanya juga harus mengevaluasi kepentingan
pribadi dan pasangan dalam mencari solusi. Ini
memungkinkan keduanya harus meraba-raba secara hati-
hati dan bijaksana apakah kepentingan yang di berikan
dapat hitung kasar dapat mencakup kebutuhan pribadi dan
pasangan.

Ketiga, mempertimbangkan opsi yang ada. Keduanya


akan mengevaluasi berbagai opsi yang mungkin ada dalam
mencari solusi. Pastikan untuk mempertimbangkan
kelebihan dan kekurangan dari setiap opsi yang ada, serta
memilih opsi yang menyeimbangkan kepentingan pribadi
dan pasangan.

21
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Keempat, membuat kompromi yang adil. Solusi yang
tepat dalam hubungan seringkali memerlukan kompromi
yang adil. Keduanya harus mempertimbangkan
kepentingan satu sama lain, dan mencari cara untuk
memenuhi kebutuhan masing-masing tanpa mengorbankan
kepentingan pasangan.

Kelima, bersikap positif dan terbuka. Sikap positif


membantu melewati situasi sulit dalam hubungan. Pastikan
untuk menyampaikan pendapat dengan baik dan terbuka.
Berusaha keras mendapatkan kesepakatan yang terbaik
dan menerima dengan baik jika solusi yang diambil kurang
memuaskan secara personal.

Dengan cara-cara di atas, keduanya dapat menentukan


solusi yang tepat dalam menghadapi situasi sulit dalam
hubungan, menghargai kebutuhan individu dan menjaga
kesetimbangan antara kepentingan pribadi dan pasangan.

22
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
23
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Ibuku Mentariku
Aning Widianingsih

Aku ingin sedikit menceritakan tentang ibuku. Tentu


kalian pasti punya ibu yang luar biasa. Aku tidak bisa
membayangkan bagaimana hidupku tanpa ibu. Bagiku ibu
mempunyai peranan penting dalam hidupku karena hidup
aku sangat bergantung padanya. Contohnya ketika kegiatan
sekolahku sangan padat, dengan ikhlas ia mencucikan
pakaian pakaian kotorku. Sebelum berangkat sekolah ia
juga selalu menyiapkan bekalku dan juga sarapanku.

Wanita yang mulia dan memang sudah sepatutnya


dimuliakan. Lewati rintang demi rintang untuk anakmu
terkasih. Jasamu tiada terkira dan terhenti oh Ibu. Engkau
terus melangkah hanya berandalkan bersandarkan
kekuatan do'a kepada Ilahi. Mengajarkan tiap anakmu
berbelas kasih dan tegap berdiri

Ibu adalah malaikat dari golongan manusia, yang


memberikan kasih sayang, menaburkan cinta, memeluk
kita.

Ibu adalah orang yang paling mengerti kapan aku


bersedih, gembira, bahkan saat menyimpan sebuah rahasia.

24
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Wanita hebat itu menjadi inspirasi bagi anak-anaknya.
Siapa lagi kalau bukan seorang ibu? Tidak hanya andal
dalam urusan rumah tangga, ibu juga bisa menjadi
pengganti seorang ayah. Bagiku, ibu adalah segalanya.

Aku terlahir dari ibu yang sangat hebat. Bagaimana


tidak hebat, segala urusan rumah tangga diatur oleh ibu.
Mulai dari urusan memasak, mengurus suami, merawat dan
membimbing anak-anak, sampai membersihkan rumah.
Tak hanya itu, banyak seorang ibu pun rela bekerja untuk
membantu kehidupan keluarga keluarga. berjualan kue
kering, juga kerja pabrik ,Semua itu bisa dilakukan oleh
sosok ibuku

Seperti ibuku ini , ia menjadi buruh pabrik di salah satu


pabrik garmen. Saat aku masih tertidur, ibu selalu bangun
lebih awal dari anggota keluarga lain untuk memasak. Hal
itu selalu dilakukan sebelum berangkat bekerja. Ibu rela
merangkap pekerjaan menjadi ibu rumah tangga juga
menjadi buruh pabrik yang gajihnya di bayar harian karena
namanya butuh harian lepas .

Ibu selalu memberi nasihat kepadaku. Katanya, “Kalau


ibu kerjanya di pabrik, kamu harus bisa kerja di kantoran
atau menjadi orang terhormat seperti Guru , Kalau ibu cuma
bisa lulus SMP, kamu pasti bisa lulus sarjana,” Kata-kata
yang selalu ku ingat dan menjadi penyemangatku. Saat aku
merasa putus asa, aku selalu ingat sosok ibu yang hebat.

25
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Yang tak pernah menyerah berusaha menyekolahkan anak-
anaknya untuk menjadi seorang sarjana.

Tidak hanya menasihati untuk bisa menjadi seorang


sukses. Seorang ibulah yang menjadi panutan bagi anak-
anaknya. Mengajarkan segala hal untuk selalu berbuat baik.
Pada siapa pun, kapan pun, harus selalu berbuat baik. Kata
ibu sekecil atau sedikit apa pun rezeki yang ku punya,
berbagilah. Karena dari rezeki yang ku miliki ada sebagian
rezeki orang lain juga.

Ibu adalah wanita yang tak kenal lelah merawat anak-


anaknya; bangun di waktu malam, menemani waktu sakit,
mendengarkan celotehan, dan menghantarkan mereka ke
masa depan.

Ibulah yang menjadi tempatku mencurahkan segala isi


hati. Ibu adalah pendengar yang baik. Selalu setia
mendengarkan segala keluhan, kegembiraan, dan
kesedihan anak-anaknya. Kadang jika aku bercerita tentang
orang-orang yang menghina kepadaku, ibu selalu
menanggapinya dengan lembut. Katanya, biarkan orang lain
membenci pasti ada saja orang yang tidak menyukai kita,
tapi kita tidak boleh membalas dengan kebencian lagi.
Sungguh mulia hatimu, Bu.

Aku yakin, seorang ibu di mana pun berada pasti tidak


ada yang jahat dan tega meninggalkan anaknya.

26
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Ibu adalah cinta pertama seorang anak yang tumbuh
semenjak masih dalam perutnya.

Sekalipun anaknya berbuat kejahatan atau masalah,


ibu tidak akan meninggalkan anaknya sendirian.
Percayalah, ibu adalah orang yang sangat tulus menyayangi
anaknya. Ibu juga yang akan menjadi tempat pertama
mendengarkan keluh kesah anak-anaknya.

Ibu ibarat telaga yang menenangkan, meneduhkan, dan


tempat pulang bagi anak anaknya.

Entah terbuat dari apa hati seorang ibu. Sudah mau


menjadi ibu rumah tangga, bekerja, dan menjadi panutan
yang baik. Ibu memang malaikat tanpa sayap. Sosok yang
sangat berarti bagiku. Mengajarkanku begitu banyak hal
tentang arti hidup. Terima kasih atas segala jasamu, Bu. Kau
adalah segalanya. Aku bangga memiliki ibu sepertimu.

Ibu kau adalah segalanya bagiku. Matahariku,


sungaiku, hutanku, pohonku, dedaunanku, taman bungaku.

Kita menyebut malaikat untuk hal-hal yang sangat baik.


Yang menakjubkan hati. Yang kebaikannya tak bisa
dipungkiri. Seperti seorang ibu. Memang bukan malaikat. Ia
memiliki kesalahan, kekurangan, dan jauh dari
kesempurnaan.

27
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Ibuku Hebat
Aning Widianingsih

Jika berbicara tentang orang tua, terutama Ibu tak akan


ada habisnya. Sejak anak berada di dalam kandungan, selalu
terlihat tegar. Ketulusan cinta, kasih sayang dan
pengorbanannya yang tak lekang oleh waktu untuk
anaknya. Itu yang aku terima dari seseorang yang disebut
‘Ibu’. Bagiku, Ibu adalah malaikat tak bersayap, sesosok
yang teramat luar biasa hebat

Tentang sebuah kisah yang mengubah aksara menjadi


cerita. 280 hari…lebih tepatnya 9 bulan hari-hari dikala
seorang ibu yang menunggu kita untuk lahir didunia. Rusuk
ibu yang tak mudah di patahkan, tetesan keringatnya adalah
tanda dari perjuangan ibu saat melahirkanku kedunia, yang
fana ini

Saya Anida anak dari seorang ibu hebat,yang bisa


membimbing dan mendukung semua pilihan yang kubuat,
hingga aku bisa menyelesaikan cerita ini. Cerita yang
berawal dari sebuah ingatan saat aku kecil ketika sang fajar
masih belum terlihat. Ketika aku masih berada dalam
mimpiku, ibu yang telah bangun demi membuatkanku
sarapan, ibu yang berdiri di depan pintu rumah demi

28
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
menungguku pulang sekolah, ibu selalu saja menyambutku
dengan senyumnya yang hangat itu bagaikan hangat
mentari pagi

Ibu juga selalu menjadi teman curhat bagiku,tempat


dimana aku bisa cerita sepuasnya tanpa khawatir. Ibu selalu
saja menjadi temanku,bukan hanya teman,ibu bisa
berperan sebagai apapun,tetapi apapun tidak dapat
menggantikan peran dari ibu. Ketika aku sakit ibulah yang
merawatku hingga aku sembuh,bukan hanya aku. Saat
semua keluargaku sakit, ibulah yang menggantikan peran
seorang dokter.

Dalam setiap ceritaku selalu saja ada ibu, ibu tidak


pernah terlewatkan dalam setiap ingatanku,bagaikan
bagian jiwa dalam diriku,aku tidak bisa sampai sekarang
tanpa seorang ibu. Terima kasih karna engkau telah
melahirkanku didunia ini,bahkan didunia yang kejam
ini,aku bisa bangkit berkat pengorbananmu ibu.

Untuk cinta dan kasih sayangmu ibu, ini cerita yang


kutulis untukmu. Bahkan dunia mengakui setiap ibu
didunia ini adalah wanita hebat, maka dunia menandai hari
ibu sedunia yang bertepatan di tanggal 22 Desember, hal
yang sederhana ini sudah cukup untuk memberi tahu
kepada semua orang bahwa semua ibu adalah orang
hebat.Ini cerita yang kutulis tulus dari dalam hatiku
untukmu,ibu. ILOVE YOU ibu" "selamat hari ibu."

29
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Ibuku Sahabatku
Aning Widianingsih

Sembilan bulan Ibu mengandung, tak heran kalau


beliau paham betul apa yang kita mau dan apa yang kita
rasa. Tak pernah terbersit sedikit pun untuk mengeluh
beban beratnya hidup yang dirasakan, selalu ada solusi buat
apa saja yang dihadapi. Duka jadi suka, lara jadi gembira,
bahkan masakan biasa pun jadi istimewa. Doa dan
harapannya selalu tercurah di setiap sepertiga malam
terakhirnya.

Tidak semua Ibu bisa dekat dengan anaknya.


Sebaliknya tidak semua anak ingin dekat dengan Ibunya.
Banyak anak lebih memilih cerita kepada temannya. Tetapi
pada dasarnya anak selalu membutuhkan Ibu untuk berbagi
cerita disaat dia mengalami hal-hal yang menyenangkan
atau tidak menyenangkan.

Sejak kecil aku banyak menghabiskan waktu di rumah


dengan Ibu. Karena Bapak yang harus bekerja dan kakak
yang sibuk dengan urusannya. Aku menjadi sangat terbuka
dengan Ibu. Ibu selalu membuatku merasa nyaman karena
memahami dan mengertiku.

30
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Memang Ibu adalah sumber inspirasi kehidupan kita,
dengan Ibu semua dapat terselesaikan tanpa ragu, bersama
Ibu semua dapat merasakan kebahgiaannya di setiap waktu.

Wahai Ibu..dimanapun..selagi punya waktu


bercengkeramalah dengan putra putrimu,
bersendaguraulah dengan mereka, ajak mereka bicara
tentang warna-warni kehidupannya, jadikan dia insan yang
selalu punya solusi dalam setiap hal yang dilaluinya.
Semoga keberkahan NYA selalu menyelimuti kehidupan
kita. Aamiin. Barokallah

31
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Kebanyakan orang menganggap bahwa
kesuksesan dan kegagalan sebagai dua
hal yang berlawanan, tetapi tidakkah
mereka tahu bahwa keduanya adalah
produk dari sebuah proses yang sama.

- Roger Von Oech

32
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
33
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Janji yang Tak Terpenuhi:
Nasib Pohon yang Mati
Aryanto Toabnani

Pada suatu ketika, di sebuah desa kecil yang terletak di


kaki gunung yang hijau subur, hiduplah seorang gadis muda
bernama Rain. Rain dikenal karena kecintaannya pada alam
dan kecintaannya pada menanam pohon. Dia sering
menghabiskan waktu berjam-jam berkeliaran di hutan,
mengagumi keindahan pepohonan dan memimpikan
sebuah dunia di mana setiap inci tanahnya ditutupi
tanaman hijau.

Suatu hari, Rain menemukan sekelompok pohon yang


sekarat. Daun-daunnya layu dan ranting-rantingnya gundul.
Rain tahu bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk
menyelamatkan mereka. Dia memutuskan untuk berjanji
kepada pohon-pohon itu bahwa dia akan merawatnya
sampai mereka sehat kembali.

Rain memulai misinya dengan menyirami pepohonan


setiap hari. Dia akan menyanyikan lagu-lagu manis untuk
mereka, berharap mereka akan mendengarkannya dan
berterima kasih atas usahanya. Dia juga menyebarkan

34
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
pupuk di sekitar akar tanaman dan berdoa agar tanaman
dapat menyerapnya dan tumbuh lebih kuat.

Hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan.


Dedikasi Rain tidak pernah goyah. Dia terus merawat
pohon-pohon tersebut, namun sayangnya, pohon-pohon
tersebut terus mati. Rain patah hati. Dia telah berjanji pada
pohon-pohon itu bahwa dia akan menyelamatkan mereka,
tetapi dia gagal.

Suatu hari, saat Rain duduk di bawah pepohonan yang


sekarat, dia mendengar sebuah suara berbisik di telinganya.
Itu adalah suara pohon tua yang mengawasinya dari jauh.
Pohon itu memberi tahu Rain bahwa dia telah melakukan
segala daya untuk menyelamatkan mereka, namun
terkadang, alam memiliki jalannya sendiri. Pohon itu
berterima kasih kepada Rain atas usahanya dan
memberitahunya bahwa kecintaannya terhadap alam
sudah cukup untuk membuat perbedaan di dunia.

Rain menyadari bahwa pohon itu benar. Dia mungkin


tidak bisa menyelamatkan setiap pohon yang mati, tapi dia
bisa terus menanam pohon baru dan menyebarkan
kesadaran tentang pentingnya melestarikan alam. Sejak
saat itu, Rain menjadi pendukung pelestarian lingkungan,
menginspirasi orang lain untuk bergabung dan membuat
perbedaan dengan cara mereka sendiri.

35
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Nasib pohon yang sekarat mungkin tragis, namun hal
ini memberi Rain pelajaran penting tentang kekuatan cinta
dan dedikasi. Hal ini menunjukkan kepadanya bahwa
terkadang, upaya kita tidak selalu memberikan hasil
langsung, namun tetap layak untuk dilakukan karena
berpotensi menciptakan efek riak yang dapat mengubah
dunia menjadi lebih baik.

36
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
37
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Sebuah Mimpi
Eri Kurnia

Di pagi yang cerah…

“Sania, sarapan sudah siap. Mari makan,” ucap Bu


Sri di ruang tamu.Sania keluar dari kamarnya dan
sarapan bersama Ibunya. Sania heran saat menyadari
Ayahnya tidak ada di meja makan.” Bu,Ayah mana?
Kenapa Ayah tidak sarapan bersama kita?” tanya Sania.
Bu Sri dengan lembut menjawab.” Ayah sedang demam
karena kehujanan saat mencari rotan.Sekarang Ayah
ada di kamarnya,mungkin sudah tidur.”, lalu lanjut
sarapan. Setelah sarapan, Sania mengambil tas
sekolahnya lalu memakai sepatu. “Bu, Sania berangkat
sekolah dulu. Assalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh”,ucap Sania sambil mencium tangan
Ibunya. “Iya Nak, Wa’alaikum Salam Warahmatullahi
Wabarakatuh.Hati-hati di jalan.”,balas Bu Sri. “Iya
Bu.”,kata Sania.

15 menit kemudian…..

Sania tiba di depan gerbang SMP 02 Kampung


Sama Warna.Sekolah yang beralamat di Jalan Harapan

38
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Terakhir No.5 itu merupakan sekolah yang memiliki
citra baik di mata masyarakat Kampung Sama
Warna.Sekolah itu banyak menggaet prestasi
akademik maupun non akademik dalam berbagai
perlombaan,baik siswa maupun guru dan staf.Sekolah
itu memiliki fasilitas yang lengkap serta guru dan staf
disana memiliki kualitas kerja yang patut diacungi
jempol.Selain itu,sekolah itu juga mengedepankan
kebersihan serta kesehatan ruangan dan penghuninya.
Tak heran,banyak warga yang menyekolahkan anak-
anak mereka di sekolah itu.

Sania termasuk salah satu siswi berprestasi di SMP


itu.Selain menjadi juara kelas,ia juga telah
memenangkan berbagai perlombaan,baik intra
sekolah maupun mewakili sekolah.Walaupun ia di atas
angin,namun ia bersikap tanah.Ia sering memotivasi
teman-temannya agar belajar dengan tekun untuk
mencapai cita-cita mereka dan juga membantu mereka
yang kesulitan memahami materi pelajaran.Oleh
karena itu,ia disukai oleh guru,staf,dan siswa di SMP
itu.

Kriiing Kriiing Kriiing

Bel masuk sudah berbunyi.Sania dengan cepat


masuk ke pintu gerbang dan berjalan menuju
kelas.Sesampainya di kelas,ia melihat Aini sedang

39
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
merapikan rambutnya.Ia meletakkan tasnya,lalu
duduk di samping Aini. “San, untung kamu udah
sampai. Kamu sudah selesai mengerjakan PR IPS? Aku
belum mengerjakannya.”, tanya Aini bingung. “Aku
sudah mengerjakannya kemarin malam.”,kata Sania
lalu mengambil buku PR IPS miliknya. Aini dengan
wajah memelas berkata,”Sania, kita sudah lama
berteman, bahkan sekarang kita sahabatan. Boleh aku
lihat bukumu? Hanya sekali saja.”.

Sania dengan tegas menjawab,”Aini,aku tau kita


itu sahabat,tapi kamu tidak boleh melakukan ini. Kamu
kan tau efeknya jika kamu terus begini.”.Aini dengan
wajah sedih dibuat-buat bertanya,”Boleh ya San?
Kamu kan pintar, baik hati, pokoknya terbaik
deh.”,namun Sania teguh dengan pendiriannya.
Akhirnya Aini menyerah dan bergumam,”Ya udah
deh,aku nggak jadi minta tolong ke kamu.”.Sania
merasa serba salah. Di satu sisi, ia ingin membantu
Aini, apalagi ia tahu betul Aini adalah sahabatnya.
Namun di sisi lain, ia ingat Aini selalu seperti itu
terlambat minta tolong. Ia sudah berulang kali
menawarkan Aini untuk belajar bersama di rumahnya,
namun Aini selalu menolaknya dengan halus. Ia
berdalih ia tidak ingin membuat sahabatnya kesulitan,
namun tak jarang Sania mendapatinya dihukum oleh
guru karena tidak mengerjakan PR.

40
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Akhirnya, beberapa menit sebelum guru
masuk,Sania berkata,”Baiklah, aku akan membantumu
kali ini. Buka bukunya.”.Aini sumringah dan langsung
membuka bukunya. Ia menyalin setiap kata yang
keluar dari Sania dan ia selesai tepat 15 detik sebelum
guru masuk.Sania segera kembali ke bangkunya dan
tersenyum. Aini mengambil nafas lega. Fuuh, kali ini
aku aman, batinnya. Kemudian guru masuk dan
pelajaran dimulai.

Kriiing Kriiing

Jam istirahat tiba.Sania langsung menuju


perpustakaan,tempat favoritnya di sekolah itu.Ia
sering datang ke perpustakaan untuk sekedar
membaca novel atau mengerjakan tugas.Saat ia selesai
mengisi absensi perpustakaan dan berjalan menuju
meja baca,ia melihat Bu Nadia membawa beberapa
kotak berisi buku.Tanpa basa basi ia langsung
menawarkan bantuannya dan Bu Nadia
menyetujuinya.Mereka membawa kotak-kotak itu
menuju beberapa rak,menyusun buku,dan membawa
kotak yang sudah kosong ke gudang.

Saat mereka menyusun kotak-kotak itu,Sania tak


sengaja melihat sebuah pintu tua di dinding gudang.Bu
Nadia yang baru saja selesai menyusun kotak itu
bertanya,”Sania,kamu lihat apa? Apakah kotak itu

41
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
terjatuh?”.Sania segera menjawab,”Tidak Bu, saya
hanya melihat pintu di dinding sana.”.Bu Nadia dengan
lembut berkata,”Ooh, pintu itu. Tidak ada apapun di
baliknya. Kamu mau minum? Kamu pasti lelah
membantu Ibu.”. “Boleh,kalau Ibu tidak keberatan”,
ucap Sania, lalu mereka keluar dari gudang itu.

Kriiing Kriiing Kriiing Kriiing

Semua siswa telah pulang ke rumah masing-


masing,termasuk Sania.Ia berjalan tenang melewati
perumahan warga dan jalan setapak di pinggir
hutan.Sesaat sebelum ia sampai di rumahnya,dari
kejauhan ia melihat sekelompok orang berbaju hitam
berada di hutan,membawa sebuah koper yang cukup
besar.Terlintas niatnya untuk mengikuti
mereka,namun ia urungkan niatnya dan segera masuk
ke rumahnya.

“Assalaamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh. Ibu, Ayah,”,ucap Sania. Dari arah dapur
terdengar sahutan ibunya,”Wa’alaikumsalam
Warahmatullahi Wabarakatuh Nak. Alhamdulillah
kamu sudah pulang. Ganti pakaianmu dan makan siang
ya.”. “Iya Bu,”,ucap Sania lalu pergi ke kamarnya, ganti
pakaian dan pergi menuju ruang makan. Saat ia sampai
di meja makan,ia melihat ayahnya sudah
mendahuluinya mengambil piring. Bu Sri yang selesai

42
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
menaruh semangkuk sayur lodeh berkata dengan nada
menyindir,”Nak, lihat ayahmu. Dalam keadaan demam
pun ia masih semangat makan sayur lodeh.”.Pak Yudha
yang merasa tersindir membalas,”Tentu saja Ayah
semangat,sayur lodeh buatan ibumu itu lezatnya
setara masakan restoran bintang lima.”.Bu Sri
memasang raut wajah sebal,sedangkan Sania terkikik
sedikit lalu mengambil piring dan ikut makan bersama
ayahnya.

Selesai makan dan mencuci piring,Sania berjalan


menuju kamarnya untuk beristirahat.Ia berbaring di
atas kasur dan mengatur nafasnya.

Hmm… Kira kira apa yang dilakukan oleh orang-


orang berbaju hitam itu? Dan apa isi koper itu? Mereka
kelihatan seperti sebuah kelompok rahasia
misterius.Dan… eh! Kenapa aku memikirkan mereka?
Aku bahkan tidak mengenal mereka.Baiklah,aku rasa
aku akan mengerjakan tugas sekolah yang tadi belum
selesai.

Sania beranjak dari kasur,meraih tasnya,dan


memeriksa tugas sekolahnya.Cukup lama ia berkutat
dengan buku-buku itu,hingga azan Ashar
berkumandang dan ia menutup buku-bukunya.Ia
mengambil wudhu,memakai mukena,dan sholat Ashar
dengan khusyuk.Selesai sholat,ia kembali

43
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
menyelesaikan tugas sekolahnya.Malam harinya,ia
makan malam bersama kedua orang tuanya,mencuci
piring,dan beranjak tidur.

Tengah malam…..

Sania membuka matanya dan mendapati dirinya


terbaring di hutan.Ia bangun dan melihat
sekitarnya,hutan itu belum pernah ia kunjungi
sebelumnya.Ia pun menyusuri hutan itu untuk mencari
jalan keluar.Sejauh matanya memandang,ia hanya
melihat pohon-pohon tinggi dimana-mana dan langit
yang menakutkan.Ia pun meneruskan perjalanannya
hingga ia sampai di sebuah reruntuhan kuno.

Saat ia ingin mendekati reruntuhan tersebut,ia


melihat seorang wanita yang berpakaian serba putih
berdiri tidak jauh darinya.Wanita itu mulai
mendekatinya dan bertanya,”Apais umak? Apanek
umak asib ada id inis?”.Sania yang tidak mengerti
pekataan wanita itu bertanya,”Maaf,bisakah kamu
mengulang perkataanmu? Aku tidak
mengerti.”.Wanita itu kembali berkata,”Apais umak?
Apanek umak asib ada id inis?”.Sania terduduk
lemas,ia sama sekali tidak memahami perkataan
wanita itu.

44
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Karena sulit memahami perkataannya, Sania pun
asal menjawab,”Namaku Sania, dan aku tidak tau
kenapa aku berada di sini.”.Wanita itu mengangguk
sekali, lalu berkata,”Idaj utigeb ay,uka itregnem.”.Sania
yang masih tidak mengerti bertanya,”Kamu sendiri
siapa? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya.”.

Wanita itu berkata,”Ukaman Luna.Uka halada


gnaro rihkaret irad nahutnurer onuk ini.Uka agajnem
tapmet ini amales 03 atuj nuhat aynamal. Uka agajnem
adneb rihkaret irad uknadabarep,utiay Golden Fruit.”

“Golden Fruit? Apa maksudnya itu?”,tanya Sania.

Sesaat setelah ia menanyakan hal itu,tiba-tiba ia


mendapat penglihatan.Dalam penglihatan itu,ia
melihat sebuah kota kuno yang besar dan tertata rapi
dengan beberapa pohon raksasa dan tumbuhan
lainnya tumbuh di setiap titik di kota.Setiap pohon
raksasa menghasilkan buah yang sama,apel
perak.Tetapi berbeda dengan pohon raksasa yang
tumbuh di pusat kota,pohon itu menghasilkan apel
emas.Buah itu dikenal dengan nama “Golden Fruit”
oleh masyarakat kota itu.

Keberadaan apel emas itu awalnya dianggap baik


oleh masyarakat kota itu,tidak ada sesuatu yang aneh
terjadi.Namun semuanya mulai memburuk pada 3 hari

45
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
setelahnya.Wabah yang tidak diketahui melanda kota
itu.Semua orang mendadak jatuh sakit.Tempat
pengobatan pun segera penuh oleh pasien dengan
keluhan yang sama. Disaat yang sama,semua
tumbuhan,kecuali apel emas,mulai mati dan
membusuk.Hal ini menyebabkan stok makanan
menipis dan kelaparan juga melanda bersama wabah
aneh ini.Melihat apel emas sebagai satu-satunya buah
yang tersisa,penduduk kota mulai memperebutkan
buah itu. Awalnya hanya satu atau dua orang,namun
akhirnya semua penduduk kota mulai saling bunuh
dan saling menghancurkan untuk mendapatkan apel
emas itu,yang berujung pada kosongnya kota itu.

Penglihatan itu berakhir, digantikan oleh


reruntuhan kuno yang ia lihat sekarang. Sania
keheranan, Bagaimana aku bisa melihat semua itu?,
pikirnya. Seolah tau isi pikirannya, Luna berkata,”Uka
gnay halet nakirebmem natahilgnep uti.”.Sania
bertanya,”Apa yang kamu katakan,Luna?”.Luna
diam,mematung. Tak lama berselang, Luna
menghilang tanpa bekas. Sania yang mulai ketakutan
bergegas pergi dari tempat itu, meskipun ia sempat
tersandung beberapa kali. Setelah beberapa saat
berlari, ia memutuskan untuk berhenti dan duduk di
depan sebatang pohon rindang. Tanpa ia sadari,

46
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
sekelompok orang berbaju hitam yang ia lihat tadi
siang telah mengikutinya secara diam-diam.

Saat Sania masih mengatur nafasnya, salah


seorang dari kelompok berbaju hitam menyelinap ke
belakang pohon dan mulai melilit tubuhnya dengan
tali. Sania yang terkejut berusaha melepaskan diri dari
tali yang mengikat tubuhnya, namun orang itu
memperkuat ikatan talinya, membuat Sania semakin
kesulitan untuk lepas dari tali itu. Setelah memastikan
gadis itu terikat seluruhnya, satu per satu orang
berbaju hitam keluar dari persembunyian dan
mengelilinginya. Sania yang sudah panik berusaha
melepaskan tali yang mengikat tubuhnya, namun tetap
gagal meskipun telah mencobanya berulang kali.

Orang berbaju hitam dengan sebuah buku


bersampul hitam keluar dari kegelapan malam dan
menatap wajah Sania dengan tatapan serius. Ia
bergumam dengan nada pelan, lalu terdiam. Sania
memberanikan diri dan bertanya, “Siapa sebenarnya
kalian? Kenapa kalian berada di sini? Dan kenapa
kalian menangkapku?”. Orang tadi masih diam, tidak
menggubris pertanyaan Sania. Kemudian, ia berkata,
“Jadi kau memberitahukannya kepada gadis ini ya,
Luna.”. Sania tersentak, Luna adalah wanita berjubah
putih yang tadi ia temui di reruntuhan kuno. Ia

47
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
langsung bertanya, “Apa maksud perkataanmu?
Apakah kalian ada hubungannya dengan Luna?”.
Kelompok berbaju hitam mulai mempersempit ruang
gerak Sania, namun orang dengan buku bersampul
hitam memberi isyarat kepada mereka untuk tidak
bergerak lebih dekat. Tak lama, ia bertanya, “Kau
sudah mengetahuinya, bukan? Tentang Golden Fruit.”.
Sania menjawab, “Aku tau hal itu. Tapi itu hanya ada di
masa lalu, kan?”.

Orang dengan buku bersampul hitam berkata,


“Kau benar, buah itu hanya ada di masa lalu, persis
seperti yang telah disampaikan oleh Luna. Namun aku
akan memberitahumu sesuatu tentang buah itu.”.
Tanpa memperdulikan Sania yang kebingungan, orang
itu meneruskan perkataannya, “Penglihatan yang kau
dapatkan ketika bertemu dengan Luna memang benar-
benar terjadi di masa lalu, lebih tepatnya sekitar 30
juta tahun yang lalu di pusat kota Nezriem. Penduduk
Nezriem, termasuk Luna, memiliki kebiasaan
berbicara dengan kata-kata terbalik. Suatu hari, wabah
aneh melanda kota itu, menyebabkan persediaan
makanan menipis dan penduduk di sana jatuh sakit. Itu
yang Luna perlihatkan padamu, bukan?”

Sania mengangguk.

48
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“Wabah itu disebabkan oleh eksistensi Golden
Fruit itu sendiri. Buah emas itu menyerap sebagian
besar nutrisi dari alam untuk tetap hidup, sehingga
membuat tanaman lain yang ditanam di sana
kekurangan nutrisi dan mati kekeringan. Tidak hanya
itu, penduduk kota juga terkena energi negatif dari
buah emas itu, sehingga memicu penyakit fisik dan
keinginan yang kuat untuk memiliki buah itu. Pasca
perang massal selama 5 hari demi memperebutkan
buah itu, tidak ada yang tersisa kecuali Luna yang
waktu itu masih remaja dan sedang sakit. Ia memakan
buah emas itu dan mendapatkan kekuatan melampaui
batas ruang dan waktu. Itu sebabnya ia dapat
menemuimu walaupun jarak waktu diantara kalian
berdua sangat jauh.”.

“Lalu apa yang akan kalian lakukan terhadapku?


Jika kalian memang menginginkan Luna, jangan
melibatkanku!”, sahut Sania. Ia masih ketakutan, bisa
jadi orang-orang ini akan melakukan sesuatu yang
buruk terhadapnya. Salah satu dari kumpulan orang
berbaju hitam yang mengelilinginya memberikan
sebuah koper kepada orang yang memegang buku
bersampul hitam, lalu kembali ke posisi semula. Sania
semakin ketakutan melihat koper yng sama dengan
koper yang ia lihat saat ia pulang sekolah. Orang
dengan buku bersampul hitam membuka koper itu,

49
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
lalu mengeluarkan sebuah apel dari dalam koper. Sania
keheranan, untuk apa mereka membawa apel dalam
kondisi seperti ini? tanyanya dalam batin.

“Aku tau kau akan bertanya tentang apel ini, Gadis


muda.” ucap orang dengan buku bersampul hitam.
“Tapi aku tidak akan banyak mengatakan hal yang
tidak perlu. Bawa gadis ini ke reruntuhan kuno, kalian
semua!” perintah orang itu. Kumpulan orang berbaju
hitam pun membawa Sania kembali ke reruntuhan
kuno. Sania berusaha memberontak, namun ia masih
dalam kondisi terikat, sehingga ia tidak bisa berbuat
banyak. Setelah beberapa saat, mereka tiba di
reruntuhan kuno dan meletakkan tubuh Sania di atas
monumen batu.

“Perintahmu sudah kami laksanakan, Tuan Dialz.”


ucap salah satu orang berbaju hitam kepada orang
dengan buku bersampul hitam. Orang yang dipanggil
Tuan Dialz pun memberikan isyarat kepada mereka
untuk mundur beberapa langkah dan meletakkan apel
di atas tubuh Sania yang masih terikat. Sania mulai
menyadari posisinya sekarang, ia akan dijadikan
sebagai media untuk memanggil Luna. Ia kembali
memberontak, namun ikatan tali di tubuhnya sudah
diperkuat, sehingga pergerakannya benar-benar
terbatas.

50
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Tuan Dialz membuka buku bersampul hitam,
mulai menggumam dengan nada pelan, diikuti dengan
gumaman dari kumpulan orang berbaju hitam di
belakangnya. Ketakutan, Sania berusaha untuk tenang,
walaupun jantungnya masih berdegup kencang. Tak
lama berselang, muncul kerlip cahaya putih yang
berkumpul dan membentuk wujud wanita dengan
pakaian serba putih di hadapan mereka. Sania yang
melihat sosok wanita tersebut langsung mengenalinya
dan segera berteriak, “Luna! Tolong aku!”. Namun
Tuan Dialz segera menutup mulut Sania dengan kain
dan di depan Luna, ia berkata, “Luna, berikan kekuatan
buah emas itu kepadaku!”. Luna yang mendengar
permintaan itu segera mendorong Tuan Dialz dengan
pukulan tidak terlihat, membuatnya terpental ke
dinding. Kumpulan orang berbaju hitam mulai rusuh,
namun Tuan Dialz memberikan perintah, “Tangkap
wanita putih itu!”.

Kumpulan orang berbaju hitam mulai menyerang


Luna, namun mereka berakhir terpental oleh kekuatan
tak terlihat milik Luna. Tuan Dialz yang mulai gentar
mengeluarkan sebuah pisau perak, berniat menikam
Luna dari belakang. Luna menyadari hal itu dan segera
melumpuhkan Tuan Dialz dalam sekali serang. Pisau
terlepas dari tangan Tuan Dialz dan Luna mengangkat
tangannya, melepaskan tali yang melilit tubuh Sania

51
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
dengan kekuatan buah emasnya. Sania yang telah lepas
dari tali itu langsung berlari ke arah Luna dan meraih
tangannya, ia merasa sangat senang karena Luna telah
membebaskannya dari Tuan Dialz. Namun, tak lama
berselang, Tuan Dialz kembali bangkit, amarah telah
menguasai tubuh dan kesadarannya. Dengan tatapan
tajam, ia berkata, “Aku tidak akan membiarkan kalian
hidup setelah memperlakukanku seperti ini! Tidak
akan!”.

Luna berdiri di depan Sania, bersiap untuk


melindungi Sania dari bahaya. “Nagnaj ritawahk, Sania.
Uak naka nama amales adareb malad
uknagnudnilrep.”, ucap Luna, berusaha meyakinkan
Sania untuk tetap tenang. Sania tersenyum dan
berkata, “Baiklah, akan aku ingat itu.”. Tuan Dialz yang
sangat marah menggumam dengan nada pelan, kali ini
intonasinya lebih cepat dari biasanya. Setelah selesai
menggumam, sebuah aura gelap keluar dari tubuhnya
dan menyelimuti reruntuhan kuno bersama
keseluruhan isi hutan. Sania ketakutan, sedangkan
Luna semakin waspada. Aura gelap semakin
menyebar, memperparah keadaan. Luna menatap
Sania dengan tatapan serius, lalu berkata, “Sania, uka
naka nakanuggnem hurules uknaupmamek kutnu
aynnahanem. Mulebes uti, ada gnay nigni nakatakuk
umadap.”.

52
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Sania kebingungan, lalu bertanya, “Apa yang kau
katakan, Luna?”.

Sesaat setelah Sania menanyakan hal itu, ia


kembali mendapatkan penglihatan. Dalam penglihatan
itu, ia melihat Luna yang masih remaja berdiri di atas
tumpukan tubuh penduduk kota Nezriem yang tewas
pasca perang. Ia menangis sedih, dan berjalan
sendirian. Saat ia sampai di pohon buah emas, ia
melihat buah emas itu rontok dan jatuh ke tangannya.
Karena merasa lapar, ia pun memakan buah emas itu.
Tak lama kemudian, ia mulai merasakan kekuatan
yang luar biasa banyak mengalir di dalam tubuhnya
dan ia berubah menjadi wanita berpakaian serba
putih, sama persis dengan yang Sania lihat.

Penglihatan berakhir dan Sania kembali


berhadapan dengan Luna. Seolah tau apa yang ada di
pikiran Luna, Sania mengangguk pelan. Ia berkata,
“Aku mengerti sekarang, Luna. Terimakasih.”. Luna
mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya ke arah
Tuan Dialz yang masih mengamuk. Ia mengeluarkan
cahaya emas dari tubuhnya, berusaha untuk
menembus aura gelap milik Tuan Dialz. Terjadi
bentrokan dahsyat antara cahaya milik Luna dan
kegelapan milik Tuan Dialz. Sania hanya bisa terpaku

53
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
melihat pertarungan antar keduanya, sebelum terjadi
ledakan energi dan ia memejamkan matanya kembali.

Keesokan Paginya….

Sania membuk matanya, seketika melompat dari


tempat tidurnya. Ia masih tidak menyangka bahwa ia
benar-benar larut di dalam mimpinya tadi malam.
Setelah sarapan dan beres-beres rumah, ia iseng
bertanya kepada ibunya, “Bu, menurut Ibu apakah
buah emas itu nyata?”. Mendengar pertanyaan
mendadak dari anaknya, Bu Sri dengan tenang
menjawab, “Buah emas itu tidak nyata, itu hanya
sebatas dongeng yang disampaikan oleh leluhur Ibu
dulu.”. Merasa tidak puas dengan jawaban sang ibu,
Sania kembali membalas, “Tapi itu bukan dongeng, Bu.
Aku pernah melihat buah emas itu tepat di depan
mataku.”. Bu Sri tersenyum, lalu menimpali, “Mungkin
kamu lihat buah emas yang ada di Google, Nak.
Kalaupun buah emas itu nyata, pasti banyak yang beli
kan?”. Sania mengangguk, perkataan ibu ada benarnya.
Ia pun masuk ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya.

Saat ia masih memikirkan mimpi itu, ia mendengar


sayup-sayup suara yang mengatakan, “Apa yang kamu
lihat di dalam mimpimu, lebih baik simpan untuk
dirimu sendiri. Tidak ada yang bisa menjelaskan isinya
kecuali dirimu sendiri.”.. Sania mengangguk, lalu

54
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
memutuskan untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Di
sela-sela belajar, ia menulis satu nama di samping
namanya.

Luna

Selesai

55
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
56
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
57
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Setelah Kepergianmu, Ayah
Haora

Siklus kehidupan tentang orang-orang yang datang


dan pergi itu nyata ya. Mau sekuat apapun kita
menahannya untuk menetap dan tinggal, tapi jika takdir
dan waktunya sudah habis mau tidak mau, ikhlas tidak
ikhlas kita harus merelakan kepergiannya walau
terpaksa. Sama seperti yang pernah aku alami beberapa
tahun silam.

Namaku Aluna Maheswari, orang-orang biasa


memanggilku Luna. Usiaku saat itu baru lima belas tahun
dan baru saja memulai sekolah di salah satu SMK swasta
di daerahku. Aku menatap nanar dan sendu sebuah
gundukan tanah di depanku yang masih basah dan
banyak ditaburi bunga. Beberapa kali aku membaca
ulang nama yang tertera di batu nisan itu, berharap ini
semua hanya mimpi. Namun kenyataan kembali
menyadarkanku bahwa di dalam pusara itu adalah raga
Ayahku yang beberapa menit lalu baru saja selesai
dikebumikan.

‘Jadi ini nyata, ya?’

58
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Untaian kalimat itu terus berputar di pikiranku sejak
kemarin sore setelah kedatangan jenazah Ayah ke rumah
dari rumah sakit. Perasaanku campur aduk saat kakakku
mengabari jika aku jangan pergi ke mana-mana karena
sore itu aku harus pergi ekskul. Meski dia tidak terus
terang, tapi mendengar suaranya yang bergetar menahan
tangis aku tahu jika Ayah menyerah pada penyakitnya.

Saat mobil ambulan sampai rumah dan tubuh Ayah


yang sudah tak bernyawa diangkat keluar menuju dalam
rumah, rasanya sangat aneh ketika orang-orang sekitarku
menangis, aku belum pernah merasakan situasi semacam
ini sebelumnya. Aku seperti orang linglung, seperti hidup
tapi mengambang. Aku bingung ingin
mengungkapkannya bagaimana sampai akhirnya aku ikut
menangis karena tidak kuat menahan sesak didada dan
yang membuatku semakin sedih adalah hanya aku yang
tidak ada di detik-detik kepergian Ayah.

Aku menatap sekeliling, satu persatu orang-orang


meninggalkan pemakaman ini. Sedari tadi aku hanya
diam mematung melihat pusara Ayahku. Aku tidak
sendiri, ada teman-teman dekatku yang sejak kemarin
setia menemaniku. Mereka lebih perhatian dibanding
kakak-kakakku bahkan ibuku sendiri. Mungkin mereka
berpikir karena aku selalu diam, menangis tanpa suara,
mereka kira aku tidak se-terpukul itu. Padahal tidak
seperti itu. Bagaimana mungkin aku tidak bersedih

59
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
setelah kehilangan sosok yang begitu sayang dan sangat
peduli denganku?

Nyatanya menangis tanpa suara lebih terasa sakit


dan sesak dari pada menangis sampai meraung-raung.

Besoknya aku terbangun dari tidurku, rasanya sangat


asing dan aneh. Padahal baru satu hari Ayah pergi
meninggalkan kami, tapi kekosongan di dalam rumah
sudah sangat terasa. Setelah kepergian Ayah juga banyak
yang berubah, terutama sifat dan sikap orang-orang di
sekitar.

“Mau makan apa?” tanya ibu padaku yang baru saja


pulang sekolah.

Kini ibu menjadi lebih perhatian padaku. Mulai dari


menanyakan setiap kegiatan yang aku lakukan, selalu
menyuruhku untuk makan padahal sebelumnya tidak
pernah. Sikap acuh ibu mendadak hilang setelah satu
bulan kepergian Ayah. Begitu juga dengan kedua kakak
perempuanku yang selalu memberi uang saku untuk
sekolah, kadang mereka juga sering membantu
membiayai sekolahku karena aku bersekolah di sekolah
swasta.

Aku kira setelah kehilangan Ayah hidupku akan


berantakan dan tak tentu arah, nyatanya tidak se-
menyeramkan itu. Aku masih punya ibu, kakak, dan
teman-teman yang baik sekali padaku. Tidak pernah aku

60
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
merasa di kucilkan atau bahkan di bully. Mereka adalah
orang-orang terbaik yang Tuhan kirimkan padaku untuk
menggantikan peran Ayah.

Tapi satu yang tidak bisa kami hindari, yaitu tentang


perekonomian keluarga. Mungkin bukan hanya aku, pasti
semua orang akan berada di fase kesulitan ekonomi.
Sekarang ibu harus banting tulang sendiri untuk
membiayai sekolahku dan melunasi hutang-hutang dari
bank keliling. Bukan tanpa alasan, ibu meminjam uang
pada mereka sudah pasti untuk modal usaha berdagang.
Meski kakakku juga membantu, tapi mereka tidak
sepenuhnya dapat mereka bantu sebab mereka sudah
menikah dan banyak keperluan untuk anak-anak mereka
juga.

Sering kali aku terlambat membayar SPP karena


jualan ibu sepi dan itu berdampak pada sekolahku.
Terlebih jika akan ujian, maka kartu peserta milikku akan
di tahan di ruang Tata Usaha dan harus melunasi dulu
SPP sampai tengah semester.

“Ini kartu pesertanya. Pulang sekolah nanti


kembalikan lagi ke sini ya,”

“Baik, bu, terimakasih.”

Aku baru saja mengambil kartu peserta ujianku


dengan membayar sebesar lima puluh ribu rupiah untuk
sekali ujian, sedangkan sekarang baru hari kedua dan

61
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
masih tersisa tiga hari lagi. Uang itu tidak ke mana-mana
dan pasti masuk ke dalam biaya sekolahku.

“Besok cari uang kemana lagi ya, Na? Pasti mamaku


udah gak punya uang lagi.” Ucap Devi dia adalah salah
satu teman terdekatku.

Aku tertawa pelan, lalu mengangkat kedua bahu


pertanda tak tahu. “Aku juga bingung, Dev. Kasihan juga
lihat orang tua cari pinjaman ke sama, ke mari buat biaya
sekolah.” balasku sambil menendang baru kerikil. Meski
sering kesulitan, tapi setiap aku meminta uang untuk
biaya sekolah pasti besoknya selalu ada. Ternyata benar
ya, rasa kasih sayang orang tua itu tidak pernah ada
batasnya. Mereka akan mengusahakan apapun untuk
mewujudkan apa yang di minta maupun diinginkan sang
anak.

Pulang sekolah aku kembali berbicara pada ibu


tentang biaya sekolah. Dan apa yang terjadi? Ibu
memberikan sejumlah uang untuk membayar SPP ku
sampai tengah semester. Entah dari mana ibu
mendapatkannya, yang jelas aku sangat bersyukur dan
banyak berterima kasih pada ibu juga pada Tuhan. Tuhan
itu sangat adil bukan? Dia yang memberi ujian, tapi dia
juga yang memberi jalan keluar. Dan aku semakin yakin
jika seorang anak memang sudah mempunyai rezeki
masing-masing.

62
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Berganti semester, ternyata tidak selamanya kita
akan dibuat susah. Di semester ini aku banyak sekali
mendapat bantuan ekonomi. Di mulai dari pihak sekolah
yang memberikanku reward dengan sejumlah uang
karena aku berhasil mendapat peringkat pertama di
kelas, lalu aku mendapat tambahan reward lagi karena
aku dan teman-teman satu tim basketku menjuarai salah
satu event bola basket paling bergengsi di tempatku.
Semua reward itu aku masukkan ke dalam biaya sekolah
agar tidak terlalu memberatkan ibu. Belum lagi aku
mendapat bantuan-bantuan dari pemerintah dan
santunan anak yatim yang sering di lakukan beberapa
orang setiap bulannya sehingga membuatku tidak
kekurangan sedikitpun.

Namun itu semua tidak bertahan lama sebab sebuah


virus penyakit mematikan menyerang seluruh dunia
hingga membuat semua aktivitas belajar-mengajar,
bekerja, dan sebagainya harus berhenti total. Kini semua
keluarga merasakan ekonominya berantakan akibat
pandemi ini. Semua gedung kantor dan bangunan
sekolah di tutup total, tidak ada aktivitas apapun di
seluruh kota dan semuanya terlihat seperti kota mati.

Kini aku bersekolah secara online dengan melakukan


zoom meeting setiap ada mata pelajaran. Meski tidak
datang ke sekolah langsung, tapi biaya sekolah tetap
berjalan seperti semestinya. Sontak itu membuatku
kembali bingung dan banyak berpikir. Namun kembali

63
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
lagi pada rencana Tuhan. Saat aku sedang di buat kalang
kabut, ternyata aku di panggil oleh pihak sekolah untuk
segera pergi melaksanakan Praktek Kerja Industri
(PRAKERIN) di sebuah perusahaan industri. Aku
melakukan prakerin selama enam bulan dan selama itu
juga uang saku yang di berikan oleh perusahaan aku bagi-
bagi untuk keperluanku selama praktek, lalu membayar
uang sekolah, juga aku sisihkan untuk ibu. Perlahan
pandemi juga semakin berkurang.

Hingga dua tahun berlalu, virus itu sudah hilang total


di semua negara. Semua aktivitas sudah kembali normal
seperti dua tahun lalu. Mungkin yang membedakan
adalah beberapa orang sudah kehilangan orang-orang
tercintanya yang kembali pada sangat pencipta karena
wabah virus ini. Dan sekarang bukan hanya aku yang
merasa kehilangan, sekarang banyak sekali orang-orang
yang bernasib sama sepertiku. Bahkan keadaan mereka
lebih sulit dibandingkan denganku.

“Lun, besok aku mau pergi tes di perusahaan


otomotif. Do’ain aku ya semoga semuanya lancar,” ucap
Devi

“Ih, sama dong. Besok aku juga mau tes perusahaan!


Semoga kita bisa lolos sama-sama ya, Dev.” Balasku
semangat.

Sudah dua tahun berlalu, kini aku sudah lulus


sekolah. Tapi aku tidak melanjutkan pendidikanku ke

64
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
bangku kuliah dan memilih bekerja saja untuk membantu
ibuku. Mungkin orang-orang sekitarku akan menganggap
aku bodoh karena tidak melanjutkan sekolah karena bisa
di bilang aku mempunyai IQ yang lumayan jadi sayang
jika tidak dilanjutkan. Namun kembali lagi, orang-orang
tidak tahu bagaimana situasi ekonomi seseorang. Mereka
bilang banyak beasiswa sekarang, tapi mereka lupa jika
banyak yang mengincar beasiswa itu jadi
kemungkinannya hanya kecil.

Lagi pula anak mana yang tidak mau membanggakan


orang tuanya dengan mempunyai gelar? Semua orang
juga ingin berkuliah. Hanya saja situasi dan waktunya
tidak mendukung.

‘Jika Ayah masih ada, pasti Ayah juga akan


menyuruhku berkuliah ‘kan?’

‘Ayah pernah bilang kalau Ayah ingin melihatku


berkuliah dan menjadi Sarjana ‘kan?’

Kalimat itu terus aku ucapkan setiap malam jika


sedang melihat ponsel di mana anak-anak se-usiaku lolos
SBMPTN dan masuk universitas favorit mereka. Sering
kali aku merasa iri dengan anak-anak lain yang masa
depannya sudah terjamin dan teratah oleh orang tuanya.
Mengapa mereka bisa seberuntung itu, sementara aku
harus bekerja keras dulu untuk mewujudkan keinginan.

65
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Namun aku kembali tersadar. Tidak boleh banyak
mengeluh, seharusnya aku senang dapat membantu ibu
dan lebih semangat lagi agar mimpi Ayah dapat aku
wujudkan. Sekarang aku sudah mulai bekerja di salah
satu perusahaan industri yang terbilang cukup besar
dengan gaji yang lumayan. Semoga dengan ini aku dapat
melunasi semua hutang ibu juga dapat mengumpulkan
biaya untuk melanjutkan kuliah.

Ayah, begitulah kisah singkat kehidupan kami


setelah Ayah pergi. Sedikit kewalahan, tapi aku, ibu, dan
kakak-kakak mencoba tetap kompak sampai di titik ini.
Sekarang aku sudah ikhlas akan kepergianmu walau
masih sesekali teringat dan merindu. Terimakasih waktu
singkatnya, semoga kita kembali bertemu dan berkumpul
di kehidupan selanjutnya.

Karawang, 28 November 2023

66
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
67
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
GOOFY-KU
Edelweiss

Kembali….kuingat keberadaanmu di putaran


cerita hidupku. Ingat senyum nakalmu, tawa renyahmu
serenyah kerupuk sebelum masuk kuah seblak, dan
jahil jarimu bak aksi tukang sulap yang kehilangan
tongkatnya, bergantian menari di sekeliling benakku.
Sejenak kau terhapus dari memoryku, kar’na momen
lain yang memang memaksa bahwa kamu harus
tereliminasi dari benakku. Dan aku pun yakin bahwa
aku sama sekali tak akan mungkin ada di memory-mu.
Ach……puluhan tahun bukanlah sejenak melainkan
berjenak-jenak. Dan entah mengapa, aku berusaha
untuk mengumpulkan semua memory yang terserak
tentangmu.
Ternyata, kita pernah merasa special, yang
jelas..…aku yang merasa special berada di dekatmu.
Aku pun tidak tahu pasti apakah aku special di matamu
kala itu. Aku pernah merindukanmu, pernah merasa
kehilanganmu, dan pernah tertawa bersamamu,
namun hingga sekarang pun aku juga tak tahu apakah
kau dulu juga pernah merindukanku?

68
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Yang jelas, aku tidak mau Ge eR, karena memang
tak pernah ada ungkapan apa pun di antara kita. Yang
ada hanya kebersamaan, canda tawa, dan senda gurau.
Kekosongan hariku, membuatku Kembali
membuka album kenanganku. Album foto dan buku
harianku. Lembar foto tentang dirimu yang kupunya
tak banyak. Itu pun tak utuh atau jelas. Hanya terlihat
punggung saja, terlihat sebatas leher ke atas saja,
bahkan separoh wajahmu yang tersenyum lebar. Dari
lembar demi lembar diary-ku justru kenangan
tentangmu kembali bangkit. Memaksaku untuk
memutar kembali kenangan masa lalu.
Aku merasa payah, di sisi lain aku dikenal sebagai
seorang pengingat ulung,…..ternyata ingatan tentang
kenanganku sendiri banyak yang tak kuingat.
Untungnya, waktuku cukup luang, hingga aku bisa
secara perlahan dan berulang membaca sambil
mengingatnya.
Adalah Goofy, panggilan tenarmu. Kita kenal dari
kegiatan kampus yang sama-sama kita ikuti. Awalnya
biasa saja, namun akhirnya pun juga tetap biasa
(hehehe….). Kebersamaan kita mulai terasa saat kita
sama-sama sebagai panitia sebuah event. Dari saling
bahu membahu hingga kemudian mengobrol dengan
akrab. Ach,…kamu memang pantas dipanggil Goofy.
Senyum lebarmu itu lho…..ditunjang dengan postur
tinggi tubuhmu yang terkadang terkesan meliuk-liuk

69
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
seperti pohon yang ditiup angin (??!.....). Belum lagi
semua obrolanmu selalu mengundang gelak tawa,
gelak tawaku maksudnya. Bahkan aku pun akan tetap
tergelak meskipun terkadang leluconmu terkesan agak
garing.
Kamu memang selalu bikin aku tersenyum Goof,
bahkan baru melihat wajahmu saja aku bisa tersenyum
lebar. Kamu bilang,…kamu memang orang yang
pantang sedih. Tak ada sedih bahkan tangis dalam
kamus hidupmu, yang ini justru bertolak belakang
dengan kepribadianku yang lemah, sensitive, gampang
terbawa emosi, dan menangis.
Pernah suatu waktu aku lagi bete sepulang kuliah.
Aku langkahkan kakiku menuju pos tempat kita
biasanya ngumpul bareng teman-teman. Kebetulan
kamu sudah ada di situ lebih dulu kar’na kuliahmu
cuman sampai jam 9 saja hari itu. Sedangkan aku
kebetulan ada jeda dan baru harus kuliah lagi
jam 11 nanti.
Melihat ke-bete-anku, tingkah lucu dan jiwa
jahilmu mulai memberontak dan berusaha
melancarkan serangan padaku. Hanya dengan kerling
nakalmu saja dan mimik wajah lucumu itu, belum 5
menit aku sudah harus melambaikan bendera putih.
Aku menyerah karena aku mesti ketawa ngakak.
Yach,….Goofy, setiap seperti ini jiwa gemesku pun
bergolak. Kucubit kedua pipimu dengan gemas seakan

70
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
marah kenapa harus bikin aku ngakak di saat aku
pengen bete? Cacing di perutku pun ikutan protes
karena terkejut akibat terguncang dan terombang-
ambing. Alhasil, kita pun panggil Cak To untuk meracik
gado-gado jualannya buat kami santap karena tertawa
tergelak pun membuatku jadi lapar.
Dari sekian cerita yang aku baca ulang di diary-ku,
ada satu baris kalimat yang membuatku tercengang,
merasa lucu, dan hampir tak percaya bahwa aku
pernah mengalaminya bersamamu. Suer……. Mau
tahu? Sebenarnya agak malu juga diungkapkan.
Ternyata…..kita pernah “bersepeda berdua mengelilingi
kampus”. Sepeda BMX yang kita pinjam dari teman kita.
Dengan sepeda yang tidak ada boncengannya ini,
jadinya, kamu yang kayuh pedalnya, sementara aku
meringkuk miring di bagian framenya. Sesekali aku
mendongak kar’na musti bercakap denganmu dan
kamu pun sesekali menunduk ‘tuk timpali obrolanku.
Ach…… berasa bak Galih & Ratna.
Ratna sich enak, duduknya di sadel dengan
nyaman dan bisa berpegangan erat di pinggang Galih.
Lha ini duduknya di gagang besi yang keras pula, kedua
tanganku pun berpegang erat di setir bagian dalam
karna takut jatuh. Tapi yang jelas………saat itu hati ini
bagai melayang dan berbunga-bunga. Andai saja
bunga-bunga itu gugur di sepanjang jalan yang kita
lalui, aku yakin para petugas kebersihan itu akan

71
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
kuwalahan menyapu dan mengumpulkan bunga-bunga
itu. (Habisnya ,….emang petugasnya lagi nggak bawa
sapu, makanya kuwalahan).
Tak terasa, semalaman aku tersenyum-senyum
sendiri sambil terus mengingat apa saja yang kualami
bersamamu. Terkadang sempat terpingkal sendiri
tanpa bersuara, kar’na pingkalku hanya ingin
kunikmati sendiri. Dan hampir pasti bahwa semua-
muanya yang kudapati bersamamu hanyalah senyum
dan tawa, yang tak bisa kudapatkan di masa-masa
tanpamu. Goofy,…… och Gooofy…….
Satu yang hingga kini tak pernah kumengerti, kita
dulu berpisah seperti apa? Bagaimana kita loss
contact? Aku tidak ingat. Benar-benar tak ingat. Dan
sayangnya,..…ini tak tertuang di diary-ku. Ada
apa?......Kenapa?.......
Aku bukan type orang yang lupa menuliskan
momen-momenku. Tapi momen ini benar-benar tak
kujumpai di tulisan tanganku. Apa ada di lembar yang
kutulis dengan spidol itu ya?.... yang akhirnya tak bisa
terbaca karena lembab dan memudar. Atau ada hantu
yang sengaja menghapus apa yang telah kutulis?
Entahlah…..
Biar saja tetap menjadi misteri tentang ini.
Hingga detik ini, aku belum pernah lagi bertemu
denganmu. Jangankan bertemu,….khabar tentangmu
saja aku tak tahu. Akankah kamu mengingatku

72
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
sedangkan kita tak pernah berjanji untuk saling…….
Kita memang gak pernah berkomitmen apa-apa dan
tidak pernah punya ikatan apa-apa. Dan harusnya
bukanlah masalah ketika akhirnya kita tak lagi
saling…….. Namun,….di tengah kesendirianku,….tak
urung bayangmu akan mengusikku. Masih dengan
tawa lebarmu yang seolah-olah muncul di sisi kanan,
kiri, depan, belakang, samping kepalaku. Seolah kamu
menari sambil melompat-lompat mengelilingi
tubuhku, terkadang sambil menjulurkan lidahmu.
Iiich…… berkali-kali kugeleng-gelengkan kepalaku,
kukibas-kibas tanganku untuk mengusir semua
bayangmu itu,….. namun nihil saja. Bahkan beralih
muncul tepat di depan mata dan wajahku.
Duch Goofy……ach Goofy…..ich Goofy……Where are
you? I miss you,……Goofy-KU.

73
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Orang yang berbakat mampu mencapai
target yang tidak dapat dicapai orang
lain. Sementara orang yang jenius
mampu mencapai target yang tidak
dapat dilihat orang lain.

- Arthur Schopenhauer

74
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
75
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Sebelah Terbelah
Lutiari Fahtona

Nabila mengetik pesan whatsapp di ponsel dengan


lihai untuk kakaknya agar menjemput di depan
perumahan yang bertepatan dengan seberang jalan
sekolah. Teman sebangkunya mengajak pulang sebab
sudah selesai salat zuhur, kali ini tidak akan jalan
menuju ke depan karena teman gadis itu membawa
motor. Jarak ditempuh cukup lumayan jauh jika jalan,
apalagi di tengah terik matahari menyengat kulit.
Gadis tertubuh mungil aneh kenapa bisa sedikit saja
terkena panas matahari membuat tubuh yang terpapar
secara langsung akan menjadi cepat gelap, padahal
buat memutihkan lagi butuh waktu tidak sedikit. Oleh
sebab itu sangat penting menggunakan tabir surya
agar bisa terlindungi.

"Makasih ya," ucap Nabila sambil melambaikan


tangan ketika turun dari motor matic berwarna hitam
milik temannya.

"Sama-sama. Aku duluan ya," balasnya sebelum


meninggalkan pinggir jalan di depan gang sekolahnya.

76
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Nabila mulai berjalan memasuki area perumahan
sembari sesekali mengecek ponselnya apa ada balasan
lagi dari saudara perempuannya. Dia memutuskan
menunggu di pojok kiri depan masjid dekat salah satu
rumah, cukup lama menunggu hingga membuatnya
kesal.

Suara merundung serta ejekan terdengar dari dua


perempuan kakak kelas 11 cukup jelas di telinga
Nabila. Dia langsung melihat, alangkah terkejut
mendapati salah satunya ada anak tetangga sebelah
rumahnya yang tidak akur dengan tetangga lain
mengusiknya sehingga dirinya memberi julukan
sebelah terbelah. Sebelum ini gadis itu sudah ingin
buru-buru kakaknya datang menjemput tidak ingin
bertemu mereka, bahkan sampai mencoba
bersembunyi walaupun tetap kelihatan.

Entah kenapa darahnya menjadi mendidih


merasakan keberadaan kedua orang itu yang malah
memperlambat laju jalannya sambil menyindir keras
dengan berbagai perkataan. Ingin sekali menyamperi
mereka dengan rasa di hati kian mendongkol, tetapi
diurungkan sebab bisa kalah dikeroyok gadis mungil
itu, dua lawan satu tidak sebanding. Nabila berusaha
bersabar seraya terus menghubungi kakaknya yang
tidak kunjung kelihatan. Amarah semakin memuncak

77
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
dengan jantung berdetak kencang dan napas
memburu, pikirannya sudah tidak karuan ingin sekali
berteriak hingga akhirnya ke sekian kali baru datang
saudara perempuannya menggunakan motor
berwarna merah.

Nabila mengeluh menunggu lama sejak tadi dan


menceritakan kejadian tadi kepada kakaknya,
berharap bisa mendapat masukan yang baik. "Yaudah
nanti balas aja lagi," kata perempuan berambut pendek
melajukan mesin motornya. Gadis itu menyetujuinya
sembari mengangguk merapikan jilbab berwarna
putih yang sedikit miring. Sepanjang perjalanan tidak
bisa mengendalikan dirinya sendiri yang sudah seperti
terbakar api emosi, dia melihat kedua perempuan itu
ternyata sudah berjalan cukup jauh. Kakaknya
menekankan motor ketika bersebelahan dengan
mereka.

"Kalau ngomong dipikir dulu," ucap Nabila


menggerakkan tangan ke arah kepala sesuai dengan
perkatannya. Beberapa kali diulangi sebelum kakak
beradik itu menjauh.

Gadis berseragam SMA sempat melihat


keterkejutan di wajah keduanya, mungkin kaget
mendapatkan balasan atau serangan mendadak. Di
pikir mereka tidak akan berani dia melawan sebagai

78
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
junior, tentu saja senior seperti itu tidak pantas diberi
hormat sudah mengusik terlebih dahulu. Nabila
merasa lega sudah melepaskan hasrat yang sedari tadi
terpendam di dalam hatinya. Senior tidak tahu sopan
santun biar tahu rasa dan bisa lebih menghargai yang
lebih muda setidaknya jangan usil sama orang lain.
Nabila dan kakaknya tiba di rumah, gadis itu masuk ke
kamar untuk melepas jilbab serta tasnya.

Suara teriak beberapa orang terdengar begitu


memekakkan siapa saja yang mendengarnya. Itu
berasal dari depan rumah Nabila. Awalnya dia ingin
pura-pura tidak mendengarnya karena panik sudah
feeling pasti tetangga sebelah, sebab sebelumnya
pernah adiknya bermain kelereng mengenai dinding
pertengahan antara rumah keluarganya dengen
tetangga sebelahnya, ternyata langsung datang seperti
melabrak.

"Siapa itu yang teriak-teriak?" tanya ayahnya baru


menyadari setelah tadi menonton televisi.

"Nggak tau, sebelah kali," jawab Nabila ragu, jika


berkata jujur takut ayahnya akan marah.

Tidak puas dengan jawaban anak keduanya, lelaki


paruh baya memutuskan menuju ke luar rumah dan
benar saja terlihat perempuan yang menjadi teman

79
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
tetangganya mengamuk kayak orang kesetanan.
Banyak sekali kata-kata kasar terucap sampai tidak
terhitung berapa yang sudah keluar.

"Ada apa ini?" tanya ayahnya kaget sekaligus


bingung dengan situasi panas memilih membuka
gerbang rumah.

"Pokoknya nggak terima gue! Gue lapor polisi!"


teriak orang bernama Amel. Dia terus melontarkan
berbagai kata-kata pedas sambil menunjuk ke arah
Nabila serta rumah keluarganya yang baru ada di sana.
Perkataan ayahnya sampai tidak digubris orang yang
tidak punya sopan santun tersebut, malah melengos
pergi begitu saja keluar yang cewek itu teman
tetangganya. Jujur, wajah putih dan cantik dari fisik
terlihat jelas di diri orang tersebut, tetapi sayang sekali
kelakuan malah berbanding terbaik.

Di sana masih ada Dilla yang menjadi anak


tetangga dan membawa mamanya juga. Tentu saja
sebelumnya ketiga perempuan itu menyerang secara
bertubi-tubi yang membuat Nabila hanya bisa diam.
Jika dia berbicara sekalipun percuma saja, bukan
menyelesaikan masalah malah memperkeruh keadaan
sehingga lebih baik bungkam seribu bahasa walau
hatinya menjerit.

80
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Nabila berharap ini semua mimpi, bahkan tidak
menyadari mama Dilla sudah ikut terlibat malah
seperti mengompori dan mengatainya. "Nabila juga
wajahnya tengil padahal sebagai adik kelas Kak Dilla."

Itu saja yang bisa terdengar Nabila, lainnya seolah-


olah sudah menghilang. Ayahnya berusaha menengahi
dengan kesalahpahaman yang terjadi, malah
menyuruh putri keduanya meminta maaf terlebih
dahulu.

"Tapi bukan aku duluan yang mulai, Yah." Nabila


memohon agar ayahnya membatalkan ucapannya.
Gadis itu tidak ada pilihan lain setelah melihat gurat
amarah muncul di wajah laki-laki paruh baya tersebut.
Dengan berat hati dia mengulurkan tangan sembari
mengatakan permintaan maafnya, sedangkan lawan
bicaranya menyilangkan kedua tangan melihat ke arah
lain.

"Kak Dilla, nggak boleh gitu." Mama Dilla


menasihati anaknya, karena sudah merasa puas dan
menang dengan tindakan Nabila mengakui
kekalahannya.

Agak lama tangan kanan gadis mungil itu seperti


bertepuk sebelah tangan hingga disambut dengan
sangat cepat lalu dilepas lagi. Setelahnya Nabila

81
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
memutuskan masuk terlebih dahulu dan tetangganya
pulang. Saudara perempuannya dilihat ada di kamar
sedari tadi malah datang menghampiri dirinya ketika
sudah selesai, padahal sejak tadi menunggu
kedatangannya untuk membantu menjelaskan konflik
tersebut, tetapi malah tidak keluar juga.

Nabila tidak bisa menahan air mata seketika


langsung luruh. Ayahnya masih tidak mengerti dengan
kejadian tadi karena memang benar lebih banyak
teriakan tidak jelas dari pada membahas inti
permasalahannya sehingga terus bertanya sedangkan
perasaan dia sudah hancur terlebih dahulu tidak ingin
berkata lagi hanya tangisan yang pecah di kamarnya,
pun sama dengan kakaknya tidak ingin menjelaskan.

"Padahal bukan aku yang salah duluan. Ayah suruh


aku minta maaf duluan," lirih Nabila di tengah
sesenggukan mengingat kembali kejadian keributan
tadi. Andai saja dia tahu akan menjadi seperti ini,
mungkin akan menahan sekuat tenaga agar tidak
meledak amarahnya yang membuat menjadi semakin
rumit. Namun, di sisi lain juga lega sudah minta maaf
terlebih dahulu karena sangat mulia seseorang yang
mengakui kesalahannya dan meminta maaf terlebih
dahulu, walau sekalipun bukan dia penyebab mulanya.

82
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
"Yaudah dijadiin pelajaran aja. Buat sukses biar
mereka bungkam," ucap kakaknya sebelum
meninggalkan adiknya seorang diri di kamar.

Nabila menangis semakin menjadi-jadi,


merasakan dadanya sakit antara sesak dan pilu. Dia
masih tidak habis pikir kenapa bisa mamanya Dilla ikut
campur urusan anaknya, sudah begitu seperti
mengadu domba dan membuat semakin rumit
keadaan. Entah bagaimana ceritanya Amel juga yang
diketahui olehnya ikut organisasi keagamaan di
sekolah bisa beraninya mendatangi rumah orang
sambil berteriak sampai satu blok perumahannya
sudah tahu dari mendengar suara bising tersebut. Jika
diingat salah satu orang tua tetangganya mengkritik
dirinya tengil, tidak sadar anaknya sendiri memiliki
wajah judes dan jutek yang terbukti dari perkataan
temannya waktu pertama masuk di SMA ada
mempertunjukkan ekstrakurikuler karate di sana Dilla
salah satunya di tunjuk oleh temannya yang hanya
mempunyai wajah seperti itu tidak ramah.

Memang benar, kejadian ini perlu dijadikan


pelajaran bagi diri Nabila sendiri, lebih baik dipikirkan
terlebih dahulu sebelum dilepaskan sehingga tidak
akan pernah terjadi lagi hal serupa. Hanya Allah SWT
yang tahu siapa yang salah, tetapi gadis itu cukup kaget

83
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
sekaligus takut dengan kejadian tadi, bahkan wajahnya
sampai pucat. Biarkan tetangga di sebelahnya menjadi
terbelah atau terpisah sendiri dengan tetangga yang
lainnya, setidaknya sudah berusaha menjadi orang
baik walaupun tidak diberi balasan baik pula.
Sebenarnya waktu orang tuanya merenovasi rumah
sempat di maki tukang bangunannya dengan berbagai
kata kotor oleh mamanya Dilla, diikuti juga dengan
Dilla dan ketiga anak lainnya yang melihat dengan
tatapan sinis serta julid.

Dari situ cukup tahu dan berharap semoga tidak


akan terlibat lagi dengan orang seperti itu karena akan
sangat tidak baik maupun tidak sehat untuk hati,
pikiran, dan juga tindakannya. Oleh karenanya, Nabila
sekarang harus fokus dengan belajarnya, berusaha
semaksimal mungkin memperbaiki diri lebih baik lagi
agar menjadi orang sukses kelak. Kemudian juga bisa
memaafkan segala kejadian buruk yang telah
menimpanya hari ini, begitu juga dengan keluarganya.
Semoga Allah SWT selalu melindungi diri Nabila dan
seluruh keluarga besarnya di manapun berada.
Aamiin.

84
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
85
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Dari Dilupakan Menjadi Presiden:
Kisah Suatu Keajaiban
Muhamad Haykal Mushafa

Di sebuah desa kecil yang terpencil, hiduplah


seorang anak laki-laki bernama Adi. Adi adalah anak
yatim piatu yang tinggal bersama neneknya. Meskipun
hidup dalam kemiskinan, Adi memiliki impian besar,
yaitu suatu hari menjadi presiden negaranya. Namun,
dalam kenyataannya, Adi seringkali merasa dilupakan
oleh semua orang di desanya. Satu-satunya yang
percaya pada Adi adalah neneknya yang penuh kasih
sayang.

Adi memiliki semangat dan tekad yang kuat untuk


meraih mimpinya meskipun keadaan terlihat tidak
mungkin. Suatu hari, sebuah keajaiban datang dalam
hidup Adi. Seorang politisi terkemuka yang sedang
berkunjung ke desa Adi, secara tak terduga bertemu
dengannya dan terpesona dengan semangat dan
tekadnya. Politisi tersebut memutuskan untuk
membantu Adi dengan memberikan bimbingan dan
dukungan untuk mengejar mimpinya menjadi seorang
pemimpin negara.

86
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Dengan bimbingan politisi tersebut, Adi semakin
yakin bahwa mimpinya bukanlah hal yang mustahil.
Dia belajar dengan giat, mengasah kepemimpinannya,
dan berkembang menjadi individu yang cerdas dan
peduli terhadap lingkungannya. Namun, perjalanan
menuju kepresidenan tidaklah mudah. Adi harus
menghadapi berbagai rintangan dan cobaan yang
membentang di depannya.

Waktu demi waktu berlalu, Adi tumbuh menjadi


pemuda yang dihormati dan dicintai oleh warga
desanya. Dia aktif dalam kegiatan sosial dan terus
belajar untuk menjadi pemimpin yang memimpin
bukan hanya dengan kekuasaan, tetapi dengan hati
yang penuh empati dan kebijaksanaan. Dengan
dedikasi dan kerja keras, Adi berhasil memenangkan
kepercayaan banyak orang di sekitarnya.

Ketika Adi memutuskan untuk mencalonkan diri


sebagai presiden, banyak orang ragu akan
kemampuannya. Namun, dukungan dari warga
desanya dan politisi yang membimbingnya membuat
semangat Adi berkobar. Kampanye Adi pun dimulai,
dan dia berkeliling desa-desa untuk bertemu dengan
masyarakat dan mendengarkan aspirasi mereka.

Melalui perjalanan kampanye yang panjang, Adi


berhasil menginspirasi banyak orang dengan visi dan

87
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
misinya untuk membangun negara yang adil dan
makmur bagi semua warganya. Masyarakat semakin
yakin bahwa Adi adalah pemimpin yang mereka
butuhkan. Dukungan pun terus mengalir deras untuk
Adi.

Akhirnya, hari pemilihan presiden pun tiba. Semua


mata tertuju pada Adi, dan ketika hasil akhirnya
diumumkan, keajaiban pun terjadi. Adi berhasil
memenangkan pemilihan presiden dengan mayoritas
suara. Desa tempat dia dilupakan, kini memandangnya
dengan bangga. Adi, anak yatim piatu yang tidak
pernah kehilangan harapan, telah menjadi presiden
seperti yang dia impikan.

Dengan pengucapan sumpah presiden, Adi


bersumpah untuk melayani negaranya dengan setia
dan adil. Dia bertekad untuk tidak pernah melupakan
akarnya di desa kecilnya dan akan terus berjuang
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
terutama mereka yang seringkali dilupakan oleh
pemerintah

Sebagai presiden, Adi mengimplementasikan


kebijakan-kebijakan pro-rakyat dan berusaha untuk
memperbaiki sistem pendidikan dan kesehatan di
negaranya. Dia juga memberikan perhatian khusus
pada para anak yatim piatu dan orang miskin, karena

88
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
dia tahu betapa sulitnya hidup ketika merasa
dilupakan oleh masyarakat.

Kisah Adi menjadi inspirasi bagi banyak orang,


terutama untuk generasi muda. Pesannya sederhana,
bahwa dengan tekad yang kuat, kerja keras, dan
kepercayaan pada diri sendiri, impian apapun bisa
terwujud. Adi menjadi bukti bahwa keajaiban bisa
terjadi ketika seseorang tidak pernah menyerah dan
terus berjuang untuk meraih cita-citanya.

Dari Dilupakan Menjadi Presiden: Kisah Suatu


Keajaiban adalah bukti bahwa kehidupan Adi adalah
cerminan dari kebesaran hati dan semangat yang tak
tergoyahkan. Kisah Adi mengajarkan kepada kita
semua bahwa keberhasilan tidak selalu datang dari
latar belakang atau status sosial, tetapi dari tekad yang
kuat dan kebaikan hati yang tulus. Dengan adanya
keajaiban tersebut, kita semua diingatkan bahwa
setiap orang memiliki potensi untuk menjadi
pemimpin yang dapat membuat perubahan yang
positif bagi dunia ini.

Dari kehidupan yang dulunya dilupakan, Adi kini


menjadi inspirasi bagi banyak orang. Dia membawa
harapan bagi mereka yang merasa tidak diakui dan
dilewati oleh sistem. Kisah Adi bukan saja
menunjukkan bahwa impian bisa menjadi kenyataan,

89
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
tetapi juga bahwa kesungguhan dan kerja keras akan
membawa seseorang menuju kesuksesan. Dengan
kisah ini, kita diingatkan bahwa tak ada kata terlambat
untuk meraih impian, asal kita tidak pernah berhenti
berjuang.

90
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
91
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Cinta Pertamaku
Muhammad Arief, S.Pd. SD.

Terlahir dari keluarga yang sangat sederhana


sekali. Memiliki lima orang bersaudara. Dialah ibuku,
Nurana.namanya. Ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa
menikah dengan seorang lelaki yang sangat tampan,
Aswad. Buah cinta mereka lahirlah putra putri
berjumlah lima orang. Asnawati, Umi Sofiati, Ikrar,
Betti Yalni dan aku ( Muhammad Arief ).

Aku merupakan anak bungsu dari lima


bersaudara. Tinggal berdua dengan ibu karena
saudaraku ada yang sudah menikah dan ada yang pergi
merantau. Ayahku menikah lagi dengan perempuan
pujaan hatinya. Akhirnya aku ditinggal pergi bersama
ibuku. Tapi semua itu tak menyurutkan semangat
ibuku untuk menyekolahkanku.

Enam tahun aku sekolah di Sekolah Dasar Negeri


25 Tanjung Atas Taram Kecamatan Harau Kabupaten
Lima Puluh Kota dengan nilai ijazah terbaik. Setelah itu
aku melanjutkan ke sekolah Tsanawiyah ( setingkat
SMP ) di kota Payakumbuh, Alhamdulillah
dipenghujung ujian juga dapat nilai yang baik dan

92
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
membanggakan kedua orang tua. Akhirnya untuk
tingkat SMA aku melanjutkan pendidikan ke Madrasah
Aliyah 2 ( MAN 2 ) di kota Payakumbuh.

Hari – hari aku lalui bersama ibuku. Setiap hari ibu


pergi keladang dan ke sawah mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan kami berdua walaupun ayah
masih memberikan belanja tetapi tidak mencukupi.
Ibuku tidak pernah marah dan kecewa atas semua
yang telah dilakukan oleh ayahku. Ketika ayah pulang
kerumah, ibuku tetap melayani ayah sebagaimana
sang istri melayani suaminya. Pagi hari ibu
menyiapkan sarapan pagi, siang nanti ibu bertanya
“ apa sambal yang akan dibuat untuk makan nanti,
yah ? “. Begitu besar cintanya ibuku kepada ayahku
walaupun ayah telah membagi cintanya kepada wanita
lain. Ibuku tetap sabar dalam menjalani semuanya.
Dalam waktu satu bulan terkadang ayah cuma datang
ke rumah untuk satu atau dua hari. Itupun terkadang
tanpa membawa uang yang akan diberikan kepada
ibuku.

Melihat situasi dan kondisi seperti itu, aku tak tega


terhadap ibuku. Terkadang aku sering meneteskan air
mata di dalam kamar. Merenungi nasib keluargaku.
Kenapa ibuku harus mengalami kisah hidup seperti
ini ? Tanyaku di dalam hati. Walau demikian tak ada

93
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
terlihat rasa sedih dan kecewa di wajah ibuku. Ibuku
selalu tersenyum dan mengucapkan suatu kalimat
kepadaku untuk memotivasiku dalam hidup ini. Rif,
nanti kamu harus jadi orang sukses dan harus sayang
kepada istrimu, jangan seperti ayahmu. Itulah kata –
kata yang tak pernah hilang dalam ingatanku.

Setelah aku menamatkan kuliah satu tahun di


Pekanbaru, aku kembali pulang ke Taram, kampung
halamanku. Sesampai di rumah ada tawaran untuk
mengajar di SD tempat aku menuntut ilmu waktu itu.
Tanpa pikir panjang, aku langsung ambil tawaran
tersebut dan mengajar dengan penuh semangat karena
sedri dulu aku memang becita – cita ingin menjadi
seorang pendidik. Pendidik yang dicintai dan
disenangi oleh para siswaku.

Satu tahunpun telah berlalu, datang surat dari


Cabdin ( Cabang Dinas ) Kecamatan Harau ke sekolah
– sekolah memerintahkan guru honor atau guru
sukarela untuk melanjutkan pendidikan kejenjang
yang lebih tinggi. Kuliah di Universitas Terbuka
dengan jurusan PGSD ( Pendidikan Guru Sekolah
Dasar ). Kuliah disini tidak mengganggu kepada
kedinasan dan tugasku sebagai seorang guru karena
waktu kuliahnya hanya Sabtu dan Minggu. Kepala

94
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
sekolah ketika itu ibu Amsuniar ( almh ) menugaskan
kepadaku untuk masuk kuliah tersebut.

Sesampai di rumah, aku langsung bercerita kepada


ibuku, iapun langsung memberikan respon positif dan
mengizinkan aku untuk kuliah. Ibu bertambah
semangat dalam mencari uang untuk kuliahku.
Disamping itu pun, aku menabungkan uang gaji
honorku demi mencapai semua cita – citaku. Selain itu,
aku juga membuka tempat belajar ( les ) di rumah
sepulang sekolah. Alhamdulillah kegiatan les yang aku
adakan direspon baik oleh wali murid. Banyak wali
murid yang mengantarkan belajar tambahan di rumah
sepulang sekolah. Mulai dari kelas 1 yang ingin belajar
calistung, sampai siswa kelas enam yang ingin belajar
tambahan dan juga menyelesaikanpekerjaan
rumahnya ( PR ). Semua uang yang di dapat dari
mengajar les, aku tabungkan sebagian karena aku
yakin untuk biaya kuliah nanti, ibuku pasti akan
kewalahan karena ibuku hanyalah seorang buruh tani
yang mendapatkan gaji yang kecil dari pekerjaannya,
sehingga aku juga harus mencari peluang untuk
mendapatkan uang lebih demi kelangsungan
pendidikanku.

Semester demi semester pun telah berlalu, tiba


saatnya untuk proses wisuda, tanda pendidikan

95
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Diploma II ( D-II ) telas selesai. Aku tidak ikut dalam
proses wisuda tersebut karena kegiatannya
dilaksanakan di UT Pusat yang beralamatkan di
Tangerang Selatan, Banten. Tiga bulan setelah prosesi
wisuda dilaksanakan di UT Pusat, akhirnya ijazahku
pun keluar dan diambil di UPBJJ-UT Padang. Dengan
mengucapkan Alhamdulillah kepada Allah, perjuangan
yang selama ini berbuah manis, dengan telah
diterimanya ijazah kuliah Diploma- II ( D-II ). Tak
berapa lama setelah ijazah di tangan, pendidikan D-II
untuk guru dihapuskan. Dengan kata lain, menjadi
seorang guru harus berpendidikan minimal Sarjana
( S-1 ) sesuai dengan UU Guru dan Dosen.tahun 2005.

Hatiku menangis dan bersedih, semua rasa


bercampur menjadi satu karena sia – sia rasanya
usahaku selama ini. Kemudian semua peristiwa itu aku
ceritakan kepada ibuku. Tak menyangka, ibu langsung
menyuruhku untuk melanjutkan kulianku ke jenjang S-
I. “ kamu harus melanjutkan kuliahmu, demi cita –
citamu”. Aku langsung semangat lagi untuk
melanjutkan kuliah demi menggapai cita – citaku.
Registrasi segera dilakukan agar namaku tercatat di
universitas tempat aku menuntut ilmu. Waktu berjalan
dengan sendirinya, semesterpun berlalu dengan
penuh tantangan. September 2011, gelar sarjana
melekat di namaku, Muhammad Arief,S.Pd.SD. Prosesi

96
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
wisuda aku ikuti di Universitas Terbuka pusat. Itulah
pengalaman pertamaku naik pesawat dan juga
pertamaku menginjakkan kaki di ibukota Jakarta.
Lebih kurang satu minggu kami di Jakarta, mulai dari
keberangkatan sampai kembali ke tempat masing –
masing. Berjuta kenangan dan pengalaman didapat
selama di sana. Alhamdulillah, kembali mengucap
syukur kepada Yang Maha Kuasa.

Sesampai dirumah, rutinitaspun kembali


dilakukan. Mengajar di sekolah sebagai seorang guru
honorer. Tapi kali ini aku tidak lagi memikirkan tugas
kuliah karena sudah selesai menjalankan semua
proses perkuliahan. Secara otomatis, pikiranku fokus
kepada proses mengajar dan mendidik siswa dan siswi
di sekolah. Bertahun sudah aku menjadi seorang guru
honorer. Mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun
2014.

2014 menjadikan tahun yang sangat berarti


bagiku dan keluargaku. Setelah mengikuti proses tes
CPNS, April 2014 aku dinyatakan sebagai CPNS di
Kabupaten Lima Puluh Kota. Proses panjang yang aku
alami sekarang diberikan kado terindah oleh Yang
Maha Kuasa.

Di tahun yang sama kembali Allah tunjukkan


kebesaranNya. Aku dipertemukan dengan seorang

97
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
gadis yang sangat cantik, Mardhiati. Buah hati dari
pasangan ibu Kasnel dan Bapak Martunis. 13 Juni 2014
menjadi tanggal terpenting didalam kehidupan
baruku. Mengikat janji setia dihadapan penghulu
nikah. Ijab qabul diucapkan dengan satu hela nafas,
kedua orang saksi menyaksikan dengan khidmat dan
seluruh tamu undangan di dalam mesjidpun ikut
merasakan apa yang sedang aku rasakan. Ketika saksi
mengucapkan “ sah “, aku menangis terharu karena
sekarang diriku bukanlah seorang bujangan lagi
melainkan seorang imam yang akan mengimami
istriku kelak. Acara resepsi digelar dengan sangat
meriah oleh ibu dan saudaraku. Aku tak tau tahu dari
mana ibuku mendapatkan uang untuk resepsi
pernikahanku itu. Setelah kubertanya kepada ibuku, ia
menjawab “ ibu akan lakukan apapun demi
kebahagiaan anak – anaknya “. Kembali air mata ini
menetes, seakan tidak bisa berhenti. Sebegitu
besarnya rasa cinta dan pengorbanan ibuku
terhadapku. Memang betul kata pepatah “ kasih ibu
sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah “.
Ternyata untuk kebagiaanku waktu itu, ibuku telah
mempersiapkan jauh – jauh hari dengan menabung.
Aku tak dapat berkata apa – apa, aku hanya terpaku
dan langsung memeluk ibuku sambal menangis di
pangkuannya. “ Ibu, terimakasih atas segala yang telah
engkau berikan kepadaku dan mohon maaf atas

98
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
kesalahan yang telah aku perbuat kepadamu ”, kalimat
itu aku ucapkan dengan terbata – bata. Ibuku juga
menangis seraya menjawab “ Rif, apa yang ibu lakukan
ini hanyalah untuk kebahagiaanmu, dan ibu juga
berpesan jangan pernah kau sakiti hati istrimu kelak”.
Kalimat yang sangat dalam dan penuh makna yang
harus aku amalkan dalam kehidupan berkeluarga.

Setahun telah berlalu, kebagiaan demi


kebahagiaan Allah berikan kepada keluarga kami.
Tepat tanggal 2 Juni 2015, lahirlah buah hati pertama
kami yang kami beri nama Adiba Shakila Zahra.
Kelahiran putri pertama kami ini membuat suasana
baru di dalam keluarga. Ada canda, tawa, sedih dan
bahagia. Semuanya menjadi satu.

Hari – hariku berubah, kegiatanku bertambah.


Mulai dari memandikan sikecil, ganti popoknya,
menidurkannya dan semua kegiatan yang
berhubungan dengan sikecil. Semua dapat
dilaksanakan dengan baik karena aku sudah latihan
sebelumnya dengan anak saudara perempuanku
( keponakanku ). Kembali aku berfikir, inilah yang
dihadapi dan dikerjakan ibuku dulu terhadapku. Aku
harus kuat dan aku harus bisa mencontoh ibuku
tentang kesabaran dan ketelatenannya dalam
membesarkan anak-anaknya.

99
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
13 bulan sudah umur Shakila, semua seperti
mimpi. Baru kemarin rasanya Shakila lahir,
Alhamdulillah kembali Allah mempercayai kami untuk
membesarkan putri kedua dari buah cinta kami.
Tanggal 4 Julli 2016 Najma Annasya Fitri lahir kedunia.
Semua menyambutnya dengan penuh suka cita,
apalagi kelahiran putri kedua kami ini pada waktu 2
hari menjelang Idul Fitri. Bertambah sempurna
rasanya hidup ini, setelah Allah menitipkan anak –
anak yang sangat cantic kepada kami. Tak bisa kami
mengucapkan kata – kata, selain bersyukur kepadaNya
dengan ucapan Alhamdulillahirobbil Aalamiin.

Waktu begitu cepat berlalu, sekarang putri


pertamaku sudah duduk di kelas III SD dan putri
keduaku di kelas I SD. Ibuku sudah berpulang Januari
2023 kemarin sedangkan ayahku sudah 6 tahun yang
lalu. Semua nasihat yang pernah ibuku ucapkan akan
selalu aku ingat supaya keluarga kami kelak menjadi
keluarga yang sakinah mawaddah warahmah sampai
akhir hayat nanti. Ibu terima kasih atas semua cerita
cintanya karena engkau adalah cinta pertamaku.

100
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
101
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Ayah
Rina Jaya

Udara pagi itu begitu sesak di dadaku, ketika aku


dan ayahku sudah berbeda dunia, Aku tidak bisa lagi
menyapa atau bergurau seperti dulu. Aku yang kini
harus berjuang dengan hidup di dunia yang fana, dan
Ayahku yang telah menyerah untuk tetap tinggal
bersamaku. Waktu itu akan selalu aku ingat sebagai
tanggal,bulan,dan tahun yang menyakitkan bagiku.
Aku harus bertahan seorang diri, aku harus
melanjutkan apa yang selama ini diinginkannya, dan
aku harus selalu tampil kuat ditengah terpaan badai
kehidupan yang singgah.

Keluargaku bukanlah keluarga kaya, kami hanya


keluarga sederhana yang selalu menomorsatukan
kepentingan keluarga. Dulu, ketika ibuku masih hidup,
aku, ayahku, dan ibuku tinggal bertiga di sebuah desa
yang tidak terlalu luas. Kami hidup sederhana dan apa
adanya. Orang tuaku yang tidak pernah menikmati
sekolah sampai bangku SMP, namun mereka selalu
menomorsatukan pendidikan untuk anaknya, hingga
Aku sarjana. Aku adalah anak perempuan satu-satunya
untuk ayah dan ibuku. Kami bertiga selalu

102
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
menghabiskan waktu bersama ketika sore tiba. Selalu
duduk di depan TV sambil menikmati masakan dan
cemilan buatan ibuku. Tidak mewah dan mahal, namun
nikmat dan penuh cinta. Kami selalu bercanda gurau,
Ibuku yang selalu memantau pekerjaanku dan
pertemananku, sedangkan Ayahku yang selalu
menanyakan apakah hariku bahagia, apakah ada yang
menyakitiku. Itulah hari-hari yang selalu kami
habiskan bertiga. Semua berubah ketika sebuah
penyakit komplikasi singgah di tubuh ibuku, badannya
yang dulu segar dan cantik dalam sekejap waktu
berubah hanya tinggal tulang dan kulit. Betapa
bodohnya kami waktu itu, menganggap badan yang
tidak pernah sakit selalu sehat. Namun kenyataannya
penyakit bisa dengan cepat dan mudah masuk ke
tubuh manusia dengan mudah. Itulah yang dialami
Ibuku, dan kami merasa menyesal. Dua minggu
lamanya Ibuku dirawat di rumah sakit, segala upaya
selalu dilakukan baik medis, materi, dan semuanya.
Ibuku tidak bisa tertolong, tepat 29 September 2018 ia
menghembuskan napasnya di sampingku dan ayahku.
Hanya raut wajah berseri dan senyum indah yang ia
tinggalkan sebelum pergi. Tidak ada lagi yang lain.
Ayahku hanya bisa menenangkanku dan memandangi
wajah ibuku. Kita berdua saling menguatkan.

103
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Aku anak perempuan berusia dua puluh tahun,
yang belum sepenuhnya berjiwa dewasa dan mandiri.
Aku masih anak perempuan kecil di mata Ayahku, yang
selalu tidak ingin apa yang aku miliki pergi begitu saja
meninggalkanku, seperti kepergian ibuku dalam
hidupku. Ayahku, yang terlihat tetap tegar, ia berhasil
menyembunyikan kesedihan di depanku dan keluarga.
Aku tak melihat air matanya jatuh ketika di dekatku,
aku melihatnya selalu diam dan tegar, itulah Ayahku.

Seusai pemakaman Ibuku, tinggalah Aku dan


Ayahku yang menjadi penghuni rumah sederhana
kami. Sunyi, hampa, kosong, dan tak bernyawa, itulah
rumah sederhana kami. Rumah yang dulu penuh
kehangatan, kini berubah menjadi dingin. Ayahku
selalu merenung, diam, bahkan ia hanya bicara
seperlunya. Candaan dan ejekan kecil selalu ku berikan
untuk menghiburnya,tidak mampu mengembalikan
kehangatan rumah. Ayahku hanya menerima
candaanku seadanya, bahkan enggan meladeniku. Ya,
Ayahku bukanlah ayah yang dulu aku kenal. Ayahku
bukan lagi laki-laki tegar dan suka bercanda seperti
dulu. Ia berubah menjadi pendiam dan tidak terlalu
suka menghabiskan waktu di luar. Hari-harinya
dihabiskan dengan bekerja di ladang dan di rumah.
Aku selalu mengajaknya memasak,bercanda, dan
bahkan ke luar untuk sekadar jalan-jalan mencari

104
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
udara segar. Itu Aku lakukan untuk menghibur
Ayahku, juga menghibur diriku sendiri.

Satu tahun berlalu, Aku dan Ayahku sudah bisa


mulai menerima kepergian Ibuku. Terlebih Ayahku, ia
mulai berinteraksi kembali di luar rumah, bercanda
gurau dengan tetangga dan temannya. Aku selalu
mencoba tegar dan menutupi kesedihan di hadapan
orang lain, terlebih di depan Ayahku. Kita
menghabiskan hari-hari berdua, selalu bercerita
pekerjaan masing-masing dan berkeliling desa
menaiki motor hanya sekadar menghilangkan
kejenuhan. Aku dan Ayahku, kita merakit kembali
bahagia tanpa kehadiran Ibuku lagi,

29 September untuk yang kedua kalinya, kita


selalu mengingatnya. Aku dan Ayahku. Kita selalu
berdoa untuk Ibuku di surga. Kita bercerita tentang
Ibu, bercanda, dan membuka album kenangan bertiga
hingga larut malam. Keesokan harinya, Aku
berpamitan untuk bekerja di luar kota, karena
memang pekerjaanku yang mengharuskan aku
terkadang mengikuti seminar atau pelatihan di luar
kota. Dengan raut muka keriput yang terlihat, ia
memberiku uang saku dan doa, serta memberiku
semangat untuk menjalani hari-hari. Hal sama yang ia
lakukan ketika Ibuku masih ada. Dua hari Aku

105
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
mengikuti pelatihan di luar kota, tiba-tiba dering
handphoneku berbunyi. Bibiku. Ia meneleponku dan
mengabari bahwa Ayahku masuk rumah sakit. Kakiku
seketika melemah, jantung dan otak seakan berperang
siapa yang paling cepat, dan aku terbangun di atas
kasur entah siapa yang membawaku.

“Apakah kamu tidak apa-apa?” tanya perempuan


bertubuh tinggi dan besar. Ia memberikan pertanyaan
kepadaku dengan wajah panik.

“Aku di mana?” tanyaku dengan sedikit pusing dan


bingung

“Kamu di kamarku, aku menemukan kamu


tergeletak di depan kamarku.” jawab perempuan
tersebut. Ada masalah apa? aku melihatmu bertelepon
kemudian pingsan? tanyanya lagi dengan lembut.

Aku tersadar tadi Bibiku menelepon dan


mengatakan bahwa Ayahku masuk rumah sakit.

“Aku harus segera pulang, Ayahku sakit, masuk


rumah sakit. Terima kasih telah menolongku Bu.”
Jawabku dengan bergegas dari tempat tidur

“Baiklah, hati-hati. Semoga Ayahmu segera


sembuh.” kata wanita tadi

106
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Dua jam perjalananku dari tempat pelatihan ke
rumah sakit. Aku melihat kejadian yang sama dua
tahun lalu. Terbaring. Lemah. Kurus. Dan sayu. Aku
mulai berpikiran yang tidak seharusnya terlintas
dipikiranku. Namun, itu spontan dan Aku tidak ingin
itu terlintas. Kematian. Satu kata yang tidak ingin lagi
aku dengar, meski aku tahu bahwa kematian pasti akan
datang di kehidupan manusia, kita tidak akan pernah
tahu.

Kudekati Ayahku, kupegang tangannya yang


panas, kupandangi matanya yang sayu dan Ayahku
menahan air mata. Ia memang pandai
menyembunyikan air mata supaya tidak jatuh,
mungkin itu salah satu sifat yang ia turunkan
kepadaku. Hati-hati, Bahagialah, Belajarlah, Selalu
ingat keluarga, dan tetap semangat. Kata-kata yang ia
ucapkan setelah memandangiku dengan mata
sayunya. Maafkan Ayah, Ayah ingin bertemu Ibu.
Kalimat terakhir yang ia ucapkan sebelum para dokter
dan perawat rumah sakit mengerumuninya. Bibi yang
selalu menemaniku mencoba menenangkan dan
menarikku untuk mempermudah tenaga medis
menangani Ayahku. Kritis. Dokter mendekatiku,
dengan nada rendah ia menyuruhku mendampingi dan
menuntun kepergian Ayahku. Bodoh. Apakah Aku
sebodoh itu, menuntun dan menyuruh Ayahku pergi

107
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
meninggalkanku sendiri. Bisikan-bisikan berseliweran
di telingaku mereka semua mengucapkan kata-kata
yang tidak ingin aku ucapkan untuk Ayahku. Aku tidak
ingin menyesal, Aku mendekati Ayahku. Ia melihatku
dengan mulut terbuka dan tidak bersuara. Seakan
mengatakan maafkan Ayah, bantu Ayah, antar Ayah. Di
samping Ayahku, kupegangi jemari tangannya, ku usap
keningnya, kubisikan kalimat syahadat di daun
telinganya. Dengan menahan air mataku, aku ucapkan
perlahan. Ayahku mengikutinya dengan lirih.
"Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna
muhammadar rasuulullah". Napas dan suara Ayahku
menghilang, ia memejamkan matanya. Dokter
memeriksa, perawat mencatat 25 Januari 2020 Pukul
09.09 WIB waktu kematian. Aku menangis sejadi-
jadinya, tidak peduli ada siapa dan bagaimana, air mata
yang coba aku pendam akhirnya meluap dan jatuh tak
tertahankan. Teriakan dan tangisan menghiasi
ruangan kecil tempat Ayahku. Aku tidak rela, benar-
benar tidak rela. Aku tidak ingin hidup seorang diri.
Aku benar-benar belum ikhlas. Luka kehilangan Ibuku
belum sepenuhnya sembuh, dan sekarang takdir
seakan memilihku kembali untuk mendapatkan luka
yang sama.

Rumahku hancur, tak bertiang lagi. Kedua tiang


rumahku telah pergi, Ibu dan Ayahku pergi selama-

108
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
lamanya, Aku sendiri. Orang-orang berkumpul di
rumahku, mereka mengantarkan Ayahku ke
pemakaman. Bibiku dan anaknya mengantarkanku ke
pemakaman, mereka tidak ingin aku menyesal, mereka
ingin aku menyaksikan Ayahku di rumah barunya.
Pemakaman telah selesai, air mataku tidak mau
berhenti. Aku yang dulu sangat sulit untuk menangis,
hari ini dengan mudahnya mengeluarkan air mata. Aku
pandangi makam Ayahku, di sebelahnya ku lihat nama
Ibuku tertulis di dekat makam Ayahku. Ya, cinta Ayah
dan Ibuku benar-benar sejati, dua tahun terpisah
menyatukan mereka kembali di dunia yang sama.
Sekarang rumahnya bersampingan dengan rumah
Ibuku. Mereka kini telah tinggal di dunia yang sama.
Dunia yang tak bisa lagi aku datangi, dunia yang tak
bisa lagi aku jamah, dan dunia yang hanya bisa
kuberikan dengan doa-doa. Aku bukanlah perempuan
kuat, bukan perempuan tegar, bukan perempuan
sabar, dan bukan perempuan sempurna. Aku hanyalah
anak perempuan yang masih merindukan kehadiran
Ayah dan Ibunya. Aku anak perempuan yang belum
siap menghadapi kerasnya dunia seorang diri. Aku
anak perempuan manja dan usil bagi Ayah dan Ibuku.
Aku berharap takdir bahagia akan menjadi pengganti
kesedihanku. Ayah Ibu.

109
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Kamu tidak akan pernah bisa mengubah
hidupmu sampai berhasil mengubah
sesuatu yang kamu lakukan setiap hari.

- Mike Murdock

110
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
111
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Kisah Perjalanan : “Alam dan Senja
Diantara Detak dan Letak”
Risa Nishfu

Pagi yang cerah. Sepanjang jalan yang


menceritakan kicau burung dengan hiasan cemara
yang menghijau diantara pandang jauh kerinduan, aku
mendengarkan musik dalam isian flashdisk yang
ditancapkan pada audio mobil avanza black metalic
mini itu. berjudul “Penjaga Hati” dengan vokalis
ternama Nadhif Basalamah yang semakin
membangkitkan suasana menenangkan dibalik hiruk
pikuk keramaian yang memadati jalan raya kali ini.
Aku menatap sekeliling dengan berbagai hamburan
daun jatuh yang membuat jalan terasa berbicara pada
angin kala siang hari yang mencari jati para muda yang
bertajukkan luka. Aku meneguk mineral dalam ransel
ku, perjalanan baru akan dimulai, siang itu langit
terlihat tampak lebih membiru dari biasanya, awan
yang bercorak khas putih yang mencerminkan
ketulusan sebuah hikayat dan indera. Aku menatap
masa dengan yang pernah dirasakan oleh keinginanku
mencapai tujuan. Sebenarnya aku hanyalah wanita
yang hanya terlahir untuk kekuatan mengurangi

112
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
kesedihan dan beban dalam hidupku, mendengarkan
sebuah keluh dari dalam dalam hatiku yang terdalam
dengan bersamaan nasib yang menyelundup jiwaku
ketika aku berdirikan semangat sebagai kekuatanku.
Namaku adalah Ana Tinanti, selengkapnya Arella
Karisa Ana Tinanti. Ana adalah nama panggilanku.
Wanita yang terlahir dari budaya Jawa bercirikan
identitas yang terkandung di dalam nama sebuah diri.
Aku tidak begitu memperhatikan makna dari namaku
sendiri. Aku meneguk mineral dalam botol,
memandangi suasana sekeliling, di dalam mobil kami
sekawanan petualang yang haus akan perjalanan telah
sepakat memilih destinasi wisata menuju pantai
dengan sejuta kenangan dan simbolik di Kabupaten
Kebumen, Jawa Tengah. Masih berbicara tentang
perjalanan, aku bukanlah penyair yang selalu siap
dengan semua keadaan ketika menempati hal-hal yang
baru, suasana yang baru dan iringan musik yang baru.
Sepanjang perjalanan dan kecintaanku pada liburan
membuat aku memiliki keinginan yang sangat besar
untuk selalu menikmati momen indah ini. Khafid,
adalah salah satu pemandu vlog diantara kami
berempat, kebetulan saat itu aku, Khafid, Roni, Andre
adalah salah satu peserta mahasiswa baru dalam satu
fakultas, yaitu fakultas teknik dan ilmu komputer
universitas sains al-qur’an. kami adalah mahasiswa
baru satu tahun yang lalu. Berbeda dengan Khafid,

113
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Roni dan Andre, aku mengambil program studi Teknik
Informatika kelas karyawan atau ekstensi sedangkan
mereka bertiga mengambil program studi teknik sipil
kelas reguler. Awalnya hanya aku yang diajak untuk
mengikuti kegiatan berlibur seperti pada saat hari
libur biasanya, namun kali ini aku memberanikan diri
untuk jalan bersama dengan mereka bertiga, meski
pada kenyataannya aku seperti sedang dikerjai oleh
mereka. “Oke sobat, rencana mau kemana ini jadinya?”,
tanya Andre tiba-tiba mengagetkan tidurku. “Gunung
Kidulnya batal, jadinya ke Pantai Menganti”, Jawab
Khafid meyakinkan. Aku merasa seolah bahwa
perjalanan ini termasuk juga sebuah ide yang jitu,
manakala aku dan pikiranku sedang tidak baik-baik
saja saat itu. Aku mendapati berbagai kegagalan dalam
hidup dimana selayaknya sebuah janji yang tak
kusimpan dengan bait waktu. Aku merasakan sesak
sejak saat membuka kehidupan baru dimana aku dan
masalalu terus selalu membayangi kekhawatiranku.
Permulaan ini berawal dari sebuah kisah yang
membelenggu kehidupanku. Namaku adalah separuh
kasih dan kisah yang memadukan antara aku dan
kerinduan terhadap ayahku. Ayahku adalah bagian
dari bayang yang tak redup, namun juga tak terang
dalam setiap nafasku yang menderu. Aku menjatuhkan
sisa dari kesedihan menjadi sebuah harapan yang tak
kunjung usai karena kegagalanku menjadi seorang

114
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
wanita. Digambarkan sesosok wanita hebat adalah dia
yang mampu melanjutkan hidupnya dengan berdiri
diatas kaki sendiri tanpa banyak rasa menyerah.
Mungkin aku belum sepenuhnya disebut sebagai
wanita yang hebat sampai dengan saat ini. Perjalanan
sudah memakan waktu 3 jam setengah, kurang lebih
selama 1 jam 20 menit lagi akan segera sampai di
Pantai Menganti, Kebumen, Jawa Tengah. Aku
meneguk mineral di tasku kemudian, seraya melihat
jam di tangan yang menujukkan pukul 12.30. Waktu
sholat dhuhur sudah tiba, aku dan kawanan bertiga
kembali melanjutkan perjalanan dan setibanya di
Masjid daerah kota, kami beristirahat sejenak sambil
menunaikan ibadah. Saat sedang hujan, aku berbisik
pada khayal, dengan ditemani sekilas ungkapku pada
dunia, bahwa tak seorangpun dapat menggenggam
sebuah tangan yang sulit untuk dikembangkan
menjadi nada. Siang itu, mengusik diantara penat dan
gairah turunlah sebuah rintik hujan yang akan basahi
semua sabda pada nirwana menuju lrmbsnyung
petang. “Gaiss, hujan nih, gimana?”, Andre yang sedari
tadi tidur mendengkur tiba-tiba terbangun. “Udah mau
sampai kok, justru kalau sambil hujan ditemani pasir
yang memutih itu indah buat vibes nya gaiss, seolah
kita sedang berdamai dengan alam yang membuat
semakin tenang”, jelas Roni bak seorang pujangga yang
menyairkan suasana. Aku hanya menahan tawa

115
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
mendengar ucapannya itu. Aku mendengarkan bunyi
hujan yang semenenangkan di hatiku, sekitar setengah
jam perjalanan sudah kami lalui dengan berbagai
suasana yang tak kalah menarik memikat di hati.
Meskipun aku pernah berkunjung ke Pantai Menganti,
Kebumen saat sebelum menjadi seorang mahasiswa,
aku tetap merasakan adanya efek yang tidak pernah
membuatku bosan akan perjalanan kali ini, setibanya
kami menuju ke gapura yang bertuliskan “Welcome To
Menganti Beach”, tepatnya dari arah ke kiri menuju
jalan masuk Pantai Menganti disebelah kanan Pantai
Suwuk yang bersejajarkan ring road utama alun-alun
Kota Kebumen, setelah itu mobil kami menuju ke arah
reservasi untuk pemesanan tiket dan pembayaran
retribusi tempat parkir. Siang itu, baik wisatawan
maupun pengunjung terlihat hanya sedikit yang
memadati Pantai Menganti, beberapa ada yang
memilih mengambil gambar di wilayah bebatuan
dekat pantai, ada juga yang memilih untuk bersantai
sambil membuat tenda kecil diantara hamparan pasir
dengan ditemani es degan dan cemilan khas lainnya,
ada juga yang tidak berani kearah pantai karena takut
basah terkena air, dan ada juga yang sedang
menikmatinya dengan santai dengan postur dan
pengambilan foto dilakukan oleh personal fotografer
unik. “Sayang sekali, kita sampai disini vibes nya
kurang dehh, tapi tak mengapa, lagipula bisa diambil

116
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
foto yang terbaik dari Handphone nya Ana”. Aku tahu
benar apa yang dimaksudkan Khafid, “Makai
punyaku?, nggak salah nih?”, aku menjawabnya
dengan pura-pura tidak tahu. “Aylah rell, kita bertiga
lupa tidak bawa kamera, hehehe”, aku tahu sebenarnya
maksud mereka bertiga mengajakku liburan, ternyata
aku memendam tertawa kecil yang sebelumnya sudah
aku rasa sejak awal. “Okelah siaap, jadi sekarang aku
yang jadi fotografernya yaa, dasar rombongan anak
teknik sipil memang selalu punya banyak cara untuk
membuat rencana, meskipun menurutku sedikit
memanfaatkan situasi seperti membuatku menjadi
fotografer. “Iya dong”, ucap Andre yang sedikit melirik
panas kearahku seraya merapikan rambutnya yang
tidak berantakan. Memang seperti itulah, kita sebagai
wanita hanyalah bisa menikmati setiap perjalan yang
indah. Di dalam kehidupan, ada kalanya setiap orang
memiliki persepsi dan prinsip hidup masing-masing,
kita melakukan setiap agenda sesuai dengan yang telah
direncanakan dan bersifat tentatif tanpa harus
menunggu kesimpulan yang tidak jelas. Diantara
semua aktivitas yang kulalui sebelum aku duduk di
bangku perkuliahan, aku mencoba untuk
meningkatkan kualifikasi diriku untuk bersosialisasi
terhadap dunia sekitar. Seperti yang dikisahkan
didalam kisah macapat (tembang jawa) atau dalam
bahasa indonesianya adalah lagu Jawa yang turun

117
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
temurun. Tembang macapat muncul sekitar akhir
masa kepemimpinan kerajaan Majapahit dan mulai
disebarkan dan dipopulerkan oleh Walisongo saat
berdakwah agama. Tembang yang merupakan salah
satu karya kesusastraan Jawa kuno di masa Mataram
Baru biasanya ditulis menggunakan metrum macapat,
yakni berbentuk prosa atau gancaran. Lagu ini
mengisahkan prosedural kehidupan, seperti
perjuangan seorang ibu dalam melahirkan anaknya,
anak yang tumbuh dan bergaul dengan sesama dan
lingkungan, peran pemuda, kisah cinta, tirakad, amalan
usia tua, serta manusia yang digambarkan pada saat
meninggalkan duniawi. Aku memandangi sekeliling
dengan saksama, manusia selalu membuat jalannya
masing-masing, adapun aku sudah beranjak dewasa
dan lebih mengenal kehidupan pada umumnya.
Seorang wanita yang memiliki kesederhanaan lebih
dikaitkan didalam sebuah kisah perjalanan. Aku
menghembuskan nafas dengan hangat, seperti seusai
waktu siang yang melelahkan, aku hanya berjalan-
jalan mengelilingi tepi pantai dengan handphone di
tanganku, dengan selembar kertas yang akan aku
tuliskan harapan di dalam indahnya Pantai Menganti
ini. Aku melihat dari kejauhan Khafid, Roni dan Andre
yang sedang asyik bermain ombak, seraya aku
mengambil gambar dan video sekilas, aku memanglah
tidak sepandai fotografer pada umumnya, sesaat aku

118
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
juga belajar dari kisah perjalanan ini, antara detak
yang bermaknakan ciri khas kita setiap waktu, dimana
waktu adalah detak dari perjalanan dan letak adalah
raga dari kehidupan, aku mengerti bahwasannya
manusia diciptakan adalah dengan tujuan menerapkan
detak dan letak mereka di dalam gema kehidupan.

Sehelai daun akan berlayang ke tepian

Merajut buih hingga menembus nestapa serpihan

Anila yang menari menjadi saksi

Mengangkat beban kala dinginnya kabut


menghampiri aksa

Lalu, kemana aku mencari-Mu kala hati selalu


gamang

Mengungkap nestapa, dengan nyata yang selalu


hadirkan bhawa

Hati kian penuh janardhana dan gundah

Aku menulis kerinduan pada sehelai kertas yang


tak sengaja aku mengungkap pada air yang
bergelinangan dalam putihnya pasir yang eksotis. Aku
berandaikan bahwa tak semestinya aku harus
merindukan sesuatu. Di dalam pengharapanku yang
semakin tajam akan masa lalu membuatku harus

119
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
menghinggapi setiap rimba sebagai temaram untuk
jalan pulangnya. Bermimpikan nasehat yang orang
berikan sebelum akhirnya kita menjadi asing, aku
mengingat dengan jelas bahwasannya aku dengannya
adalah bagaikan sebuah kepahitan yang harus aku
hindarkan. Aku merasa bahwa ketika disini hatiku
semakin mengenang betapa bahagianya bila aku
dijauhkan dengan orang-orang yang tidak gila akan
materi. Sesungguhnya setiap materi yang kita
tuangkan adalah selayaknya benda titipan yang
bersifat fana, seperti juga perasaan yang dingin
dikenang oleh keadaan. Waktu semakin berjalan cepat
laksana angin yang selalu beterbangan setiap waktu
dengan gerak jemarinya. Aku melihat jam
menunjukkan pukul 14.30 dan kami masih enggan
untuk bergegas pulang karena suasana di Pantai
Menganti ini bagai sebuah kebebasan untuk jiwa anak
rumahan seperti kami bertiga. Khafid, mahasiswa
Teknik Sipil yang sama sekali belum menikmati dunia
kerja waktu itu terlihat sangay ceria dari biasanya,
sama seperti saat perkenalan kita pertama kalinya.

Aku menempuh jalan dimana raga dan batinku


selalu terluka dan kembali disakiti oleh sebuah
harapan, aku merana diujung genggaman tangan yang
menyisakan tekanan. Aku memandang jauh dari
panorama Pantai Menganti yang semakin indah dan

120
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
bertahta dalam belenggu nestapa. Pantai yang indah,
dimana harapanku bersama dengan waktu yang telah
lampau akan hilang dengan sendirinya namun aku
lupakan. Aku merasakan perubahan yang magis dalam
diriku. Terkait luka yang telah lama aku kuras beserta
dengan lengan yang menjadi tumpuanku selama ini.
Aku pernah berkata pada diri yang semakin hilang di
kala sedang menawan, aku mengadah pada sejenis
luka yang tak seengganku membawa rasa semu. Aku
hanya menikmati sekilas dan air laut tampak tenang,
meski tidak biru seperti kala siang hari, namun pantai
itu seolah menyisakan sebuah kerinduan bagi para
penikmat semesta. Aku mengurai beberapa kalimat
dimana sebuah kekecewaan tidaklah terlihat jelas di
kalangan manusia-manusia pada umumnya seketika
aku melempari sebuah makna yang tidaklah diketahui
kenyataannya oleh seseorang yang mengedepankan
dengan benar arti cinta sesungguhnya.

Terkadang, ada kalanya kita belajar dari hujan,


yang alirannya membasahi kekeringan, kita berusaha
menjadi deras dalam setiap panas api yang membara,
terkadang kita juga perlu belajar dari api, dimana api
bersifat memurnikan segala ketidakberdayaan dan
pelampiasan, api yang bersifat panas yang mampu
membakar setiap kegelisahan, berfikir layaknya
seperti mantra, yang tanpa perasaan selalu menggema,

121
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
kita jauh meninggalkan perasaan dan meninggikan
logika dari seluruh nya. "Nggak mau main juga ta, sini
lah ikut kamu saja mumpung masih jam 2 An", kata
Andre seraya memercikkan air kearahku, kurasa
waktu sudah hampir mendekati sore hari, perutku
terasa agak sedikit lapar dan tak karuan, aku
memandangi wajah ketiga temanku itu bak pemuda
yang kepanasan dan letih. "nggak Fid, aku kan nggak
bawa baju ganti, nanti malah repot lho, udah aku
bagian motoin kalian bertiga saja deh, coba lihat nih,
koreksinya ya kalau sekiranya kurang bagus nanti aku
edit lagi", aku tersenyum sambil menjelaskan
maksutku seraya memperlihatkan galeri yang ada di
handphone ku. Aku banyak mengambil video dan
gambar mereka bertiga, aku menuliskan kisah mereka
bertiga sebagai petualang sang pengembara,
diceritakan pada kisah ini ketiga orang sahabatku
menyusuri setapak demi setapak panorama Pantai
Menganti dengan begitu menakjubkan, aku sebagai
pemandu pengelana membuat berbagai macam
pemikiran akan sebuah perjalanan, selebihnya kisah
ini berlangsung singkat sesingkat detik bergemuruh di
dalam angkasa, semenakjubkan nya cakrawala
melintasi nirwana dikala hujan tiba, aku melukiskan
betapa indah dan mulia sang pencipta. Ada setiap luka
yang tidak perlu di tumpahkan pada batu, ada sebuah
gelinang air mata yang tidak perlu disampaikan

122
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
kepada hujan, ada sebuah keikhlasan yang tidak perlu
diungkapkan pada langit dan awan, ada pula
penyesalan yang tidak perlu disampaikan pada
samudera. Kita perlu belok kearah pantai, dengan
kesungguhan yang tidak usang untuk terus di gapai.
"Bagus ini video dan fotonya, boleh kirim nanti di grub
buat modal kami edit di komunitas kelas, emm....
Makasih ya An, kamu memang juara xixixixi.. ", belum
sempat Roni melanjutkan, aku berkata, "biasa aja deh,
makasih juga selebihnya aku dibolehin nih ikut kalian,
jadinya di rumah nggak bosan", aku mencoba
menjawab dengan ledekan dan sedikit canda tawa. Ah,
sungguh aku bisa mengerti tentang dunia luar,
selebihnya sebelum aku berniat melanjutkan jenjang
pendidikan strata 1, aku banyak sekali berpikiran yang
terus menerus menentangku dan entah apakah yang
membuatku sembuh dari setiap luka yang tak hentinya
bersinggah di jiwaku. Luka memang adalah senjata
yang habis menggores setiap elemen dalam hati dan
sejenisnya, namun tak ada niscaya yang
menjauhkannya dari sebuah keikhlasan yang sejati. Di
dalam perjalanan ini aku mengerti tentang cinta,
persahabatan dan kebersamaan. Cinta tak selalu
tentang perasaan sayang dan 2 hati yang tenggelam
dalam hasrat, persahabatan tak selalu soal materi, raga
dan irama, dan kebersamaan bukanlah sebuah ambisi
untuk dapat menjadi yang utama diantara sesama. Aku

123
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
akan mengusahakan agar diriku terlihat baik-baik saja
diantara mereka bertiga. Kini aku haruslah tetap
berfokuskan pada tujuan dan cita-citaku di masa
depan. Aku teringat akan semboyan Jawa yang tertulis
di dalam Kitab Clokantara “Tiga Ikang abener lakunya
ring loka/ iwirnya/ ikang iwah/ ikang udwad/ ikang
janmasri// yen katelu/ wilut gatinya// yadin pweka
nang istri hana satya budhinya/ dadi ikang tunjung
tumuwuh ring cila//” yang artinya “Tiga yang tidak
benar jalannya di bumi yaitu sungai, tanaman melata,
dan wanita. Ketiganya berjalan berbelit-belit. Jika ada
wanita yang lurus budinya akan ada bunga tunjung
tumbuh di batu”. Adapun aku sebagai wanita yang
dilahirkan dari keluarga yang tak lengkap, meski
beberapa masalah namun tetap kuat dan tanpa ringkih
sekalipun diuji dengan setiap kesedihan silih berganti,
seperti semboyan “Perempuan Jawa punya kekuatan
cinta yang luar biasa walau kadang tidak tampak di
permukaan. Sebagai kaum pria anda juga harus tahu
bahwa wanita itu adalah mahluk yang misterius.
Wanita bisa menyembunyikan benci dibalik cinta atau
sebaliknya bisa menyembunyikan cinta dibalik benci”.
Hari mulai petang, senja yang mulai perlahan
memperlihatkan jingga nya begitu juga dengan awan
yang semakin mengirimkan tanda keabu-abuannya,
serta bayangan fatamorgana yang melejitkan bias

124
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
warna pelangi yang menyerupai disetiap detak jalanan
yang ramai itu.

Aku, Khafid, Roni dan Andre segera bergegas


menuju ke warung makan di dekat Pantai Menganti
tepat di pinggiran halaman parkir setelah seusainya
kami menunaikan sholat ashar di mushola. Aku
melihat ada salah satu warung makan Bu Erni “Special
Seafood and Fried Rice”, untuk menyambut suasana
hangat meskipun waktu telah mendekati petang hari,
kami merasa begitu bersemangat untuk perjalanan
kali ini dan tidak ada sebuah beban sama sekali
didalam pemikiran kita, sempat aku berlari untuk
melihat setiap wahana luar kota dengan harapan untuk
lebih meningkatkan kualitas diriku, iyaa, aku hanya
senang menikmati perjalanan, dibalik kisah yang
begitu menguras kegelisahan, namun tidaklah berarti
apa-apa sebuah impian yang akan terukir kala aku
bersama dengan tarian ombak, sejuknya udara yang
berbicara dengan nayanika, serta kebersamaan yang
mengandung nilai kepahlawanan. Aku tak hanya
mendapati orang yang aku cinta saja ketika membuat
sebuah kisah seperti romansa, dan keunikan yang
khas, namun dari perjalanan inilah yang membuatku
merasakan kenyamanan ketika berinteraksi dengan
alam yang mampu meningkatkan inspirasi akan
toleransi.

125
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“Kita makan disana saja yukk, gaiss”, aku berseru
sambil mengajak mereka bertiga menikmati hidangan
di warung makan Bu Erni “Special Seafood and Fried
Rice”, tak terasa sedari tadi perutku tidak kondusif,
pandanganku juga mulai kabur dengan perasaanku
akan tubuhku yang bergetar dan agak sedikit cemas
jika belum makan. “Okay, gass aja deh, aku juga udah
mulai lapar nih, bakalan asyik kalau makan di warung
Bu Erni deh, boleh deh An, kamu ambil daftar menunya
ya”. Aku mengangguk pelan, kurasa mereka bertiga
juga mengalami hal yang sama saat merasakan lapar.
“Pilihin nih, yang cocok buat selera makan Andre,
hhihihi”. Seperti biasa saat Khafid dan Andre sedang
bercanda, aku sedikit tertawa, sambil melihat daftar
menu, Roni mengambil topik pembicaraannya
kemudian, “Gaiss, besok hari pertama kuliah persiapan
udah pada beres belum yahh?”, tanya Roni sebagai
driver yang tidak lupa akan persiapan mahasiswa baru
pada Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas
Sains Al-Qur’an. Si Andre yang paling cerewet dan pasif
memberikan komentarnya, “ahh, jangankan persiapan,
aku nih nyari bahan yang dipersiapkan aja belum ada
yang dapat, hhihihi”, jawabnya seraya memoncongkan
bibir menahan tawa. Khafid menoleh kearahku dan
tersenyum sinis. Aku pun menjawab dengan santai,
“Semangat bagi pejuang kelas teknik reguler, aku sih,
PKKMB nya online, beda dengan kalian dan dianggap

126
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
paling spesial...”, aku menahan tawa seketika saat
mereka bertiga saling memandangi satu sama lainnya.
Aku hanya terdiam sambil menuliskan pilihan menu
mereka. Setelah 15 menit kemudian aku memberikan
selembar kertas daftar menu kepada kasir untuk
memroses transaksi dan menyiapkan hidangannya.
Aku kembali ke meja makan tempat kami berempat
duduk, tepatnya di meja nomor 14. Aku kembali
melanjutkan perbincangan kami mengenai PKKMB
dimana PKKMB itu sendiri adalah sebuah kegiatan
yang berisikan perkenalan kehidupan kampus bagi
mahasiswa baru, dan kami berempat adalah salah satu
mahasiswa baru dan masuk ke Tahun Akademik
secara bersamaan, yakni Tahun 2022/2023. Kegiatan
PKKMB antara kelas reguler seperti yang akan
dilaksanakan oleh Khafid, Andre dan Roni adalah
kegiatan yang harus dilaksanakan dan bersifat wajib
sebagai pengenalan kampus dengan tujuan sebagai
mahasiswa baru tidak kesulitan dalam bertatap muka,
kontrak kuliah, sistem akademik, sistem perkuliahan,
maupun ketatausahaan dan administrasi selama
menjadi mahasiswa Universitas Sains Al-Quran di
Wonosobo. Adapun pelaksanaan PKKMB bagi kelas
karyawan/ekstensi, seperti kelas yang aku ambil
bersifat tidak wajib diikuti karena memandang
kesibukan mahasiswa yang sudah bekerja di luar
kampus, dan begitulah yang diharapkanku ketika

127
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
melaksanakan sistem perkuliahan di kampus, karena
waktu yang juga terkadang bertabrakan dengan jadwal
kuliah. Aku meneguk mineral yang ada di meja dan
sudah tersedia, sambil menunggu pesanan menu yang
sudah dikirim, aku dan mereka bertiga kembali
menceritakan pengalaman kami saat sebelum masuk
ke dunia perkuliahan. Aku tahu semuanya pasti
memiliki cerita dan pengalaman yang berbeda, sama
seperti aku pun yang memiliki kisah dan pengalaman
dalam hidup selayaknya sebuah ukiran yang tidak
akan pernah terungkapkan sebelumnya. Kami
berempat bukanlah close friend yang sangat akrab
dalam berbaur tetapi didalam kisah ini kami sudah
saling dewasa dan apa yang menjadi pengalaman baik
di masa lalu, maupun masa sekarang adalah hal yang
patut di ikhlaskan dengan segenap kelapangan hati.

Tak lama kemudian, pesanan makanan dan


minuman kami sudah diantarkan oleh salah seorang
karyawan di warung makan Bu Erni dengan ramah dan
khas budaya Kebumen untuk melayani pembeli. Kami
segera menikmati hidangan dengan secukupnya dan
ku lihat mereka bertiga sangatlah lahap menikmatinya,
tak terkecuali aku yangs edari tadi menunggu
hidangan bak tahanan yang sedang di buat kelaparan
dalam sel penjara. Hari ini sungguh terasa melelahkan,
namun sebuah perjalanan akan selalu bermakna

128
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
apabila kita sebagai penikmat alam menikmati
anugerah yang telah diciptakan oleh Tuhan Yang Maha
Kuasa. Setelah menikmati hidangan bersama, kami
berempat segera membersihkan diri bersiap untuk
menunaikan ibadah sholat magrib berjamaah
sekaligus melanjutkan perjalanan pulang. Sejatinya, di
dalam kehidupan yang fana inilah, kita harus menuju
rumah untuk tetap bersinggah untuk memadamkan
jiwa yang semakin rapuh akibat dari ambisi yang tak
kunjung nyata.

Kisah dengan beribu genggam

Melantunkan iringan do’an yang bergema

Tak engganku mengusaikan kelam

Kala hati yang menderu dibiaskan oleh pujangga

129
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Perjalanan ribuan kilometer selalu
dimulai dari satu langkah kecil.

- Anonim

130
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
131
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Saat Itulah Aku Berhenti Percaya
Wegig Panji Prasasti

Kring…kring…kring…

Bel tiga kali menandakan bahwa pembelajaran di


kelas akan dimulai. Aku menghela napas untuk
memulai kegiatan pembelajaranku sebagai guru
bahasa Indonesia. Hari ini genap sebulan aku
menjalani profesi baruku sebagai seorang guru.
Sebelumnya aku adalah seorang asisten dosen di salah
satu universitas negeri tekenal di Malang, Aku sendiri
tinggal indekos yang dekat dengan kampusku. Akan
tetapi, ibuku ingin aku mengabdi di sekolah yang dekat
dengan rumahku. Awalnya aku menolak karena aku
merasa nyaman dengan status dan privilege yang aku
miliki di kampus tetapi yah mau bagaimana lagi. Tugas
utama seorang anak harus menuruti keinginan orang
tua bukan. Apalagi sebagai seseorang yang tumbuh
dan dibesarkan di Jawa. Ini adalah tanggung jawabku
sebagai seorang anak yang berbakti kepada orang tua.
Dumading sira iku lantaran anane bapa biyung ira,
mungkin istilah itu yang cocok dengan situasiku bahwa
seorang anak harus menghormati orang tua karena

132
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
secara tidak langsung orang tua yang membawa anak
di dunia ini.

Suasana riuh anak SMP begitu kental mewarnai


pagi itu. Pak Yus sebagai guru tatib begitu telaten
menggiring anak-anak untuk segera masuk ke kelas
mereka. Tentu ini adalah pemandangan yang berbeda
di kampus yang mana setiap mahasiswa pasti sudah
tahu kapan dan di mana kelas mereka. Benar sekali jika
ada istilah bahwa semua manusia itu berproses yang
penting bagaimana jalan masing-masing.

“Bersiap, memberi salam” suara ketua kelas


membuyarkan pandanganku di lapangan. Aku pun
kembali fokus pada tugasku sebagai seorang guru
bukan lagi asisten dosen.

“Selamat pagi anak-anak. Bagaimana kabar kalian


hari ini? Siap belajar dan bersemangat?” aku menyapa
siswa di kelasku dengan penuh semangat agar mereka
bisa mengimbangi energiku pada pagi itu.

“Hari ini kita akan jalan-jalan ke luar kelas untuk


mencari hewan atau tumbuhan yang akan diobservasi
ya!”

Pembelajaranku pun dimulai dengan penuh


hiruk pikuk bisingnya siswa SMP kelas VII. Maklum
saja sebab mereka baru lulus dari SD sehingga banyak

133
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
hal yang harus disesuaikan termasuk emosiku yang
harus lebih sabar dalam menghadapi mereka. Mereka
pun mulai memilih hewan atau tumbuhan yang akan
mereka amati. Dengan mode serius mereka menilik
satu per satu bentuk dan bahkan cara berjalan dari
beberapa hewan yang mereka temukan terutama
serangga. Bermacam hal yang mereka tanyakan mulai
dari nama tumbuhan atau hewan yang akan mereka
amati sampai mengapa hewan tidak doyan bakso.

Aku hanya bisa tertawa geli melihat tingkah laku


mereka. Apalagi ini dikerjakan secara kelompok tentu
akan banyak tantangan yang dihadapi oleh mereka.
Dari bermacam karakter dan kepribadian harus bisa
menjadi satu dan mencapai tujuan pembelajaran.
Melihat mereka yang aktif dan comel seperti itu
membuatku kembali menghela napas. Aku menerima
pekerjaanku sebagai seorang guru. Menjadi guru
adalah cita-citaku sedari kecil. Jadi bagaimana pun juga
aku tetap menyukai pekerjaanku sebagai pengajar
entah itu anak SMP atau mahasiswa sekali pun.

Tidak terasa bel pelajaran pertama selesai. Aku


pun menyudahi pelajaranku di kelas itu. Kulangkahkan
kakiku dengan mantab menuju kelas berikutnya yakni
kelas IX. Di kelas ini memang lebih tenang
dibandingkan dengan kelas VII. Akan teapi, jangan

134
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
sampai terkecoh mereka berlagak diam tetapi
menyimpan ribuan cerita unik untuk dikupas.
Pembelajaran pagi itu berjalan dengan santai dan
menyengkan. Siswa berebut untuk maju menjawab
pertanyaan yang ada di papan tulis.

Kring…kring…kring

Bel kali ini menandakan bahwa istirahat telah


dimulai. Aku pun pamit untuk mengakhiri pelajaran di
kelas itu. Lelah yang kurasa tak sebanding dengan
melihat senyuman mereka yang berebut untuk
mencium tanganku. Di kotaku itu disebut dengan salim
yang artinya menghormati orang yang lebih tua atau
guru dengan mencium tangan.

Aku pun kembali berjalan ke ruang guru untuk


beristirahat. Sekedar duduk dan minum air putih
sudah cukup untuk mengobati lelahku. Saat aku
sedang duduk santai dan membaca buku Bu Tisi
menghampiriku.

“Mbak, saya bisa bicara sebentar?” tanya Bu Tisi.

“Iya Bu, ada apa ya?” tanyaku sambil


memposisikan dudukku agar sejajar dengan Bu Tisi.

135
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“Begini mbak, ini ada lomba fragment. Mbak bisa
membimbing anak-anak tidak? Waktunya hanya satu
pekan”

Aku pun kaget bagaimana mungkin membina


lomba fragment hanya diberi waktu satu pekan dan
juga tidak semua hari anak-anak bisa latihan bukan
begitu pikirku.

“Kok mendadak sekali ya Bu, biasanya kan kalau


lomba seperti ini diberi waktu sekitar satu bulan”
tanyaku

“Iya mbak, saya juga baru dapat pengumumannya”


jawab Bu Tisi dengan meyakinkan.

“Anda kan masih muda Mbak, jadi harus banyak


pengalaman ini adalah salah cara untuk mencari
pengalaman itu” jelas Bu Tisi kembali.

“Uh iya Bu tapi kan…” belum sempat aku


melanjutkan kalimatku Bu Tisi kemudian beranjak
dari duduknya tanpa mengatakan apa-apa. Bu Siti
meninggalkanku begitu saja terpaku dengan perintah
yang baru saja aku terima.

Aku tidak tahu harus mulai dari mana yang


penting harus bisa mencoba bukan. Aku pun
mengumpulkan anak-anak yang aku anggap mampu

136
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
dari masing-masing kelas yang aku ajar. Aku pun mulai
menyusun naskah untuk fragmen itu karena dengan
asums bahwa anak-anak akan kesulitan untuk
membuat naskah sendiri dengan waktu yang demikian
singkat.

Perjalanan untuk latihan lomba fragmen pun


dimulai. Penuh dengan segela keruwetan persiapan,
penyiapan mental mereka, pemilihan musik latar
cerita, kostum, dan bahkan seperti mengingat dialog
mereka masing-masing. Tidak mudah mengatur anak
SMP tetapi tidak juga begitu sulit mereka begitu patuh
dengan apa yang aku arahkan. Mereka juga
bersemangat saat mendengar kata lomba tingkat
kabupaten ini. Tentu saja sasaran mereka ada
sertifikat yang ditandatangani oleh kepala dinas yang
bisa digunakan untuk mendaftar di SMA atau SMK.

Tidak terasa hari lomba pun tiba. Anak-anak


begitu antusias dan juga gugup. Aku menguatkan
mereka bahwa kalah menang itu tidak menjadi
masalah yang penting kalian sudah berusaha untuk
bisa menampilkan yang terbaik. Apa pun kemungkinan
yang terjadi aku pun siap menerimanya. Mereka pun
menampilkan cerita mengenai polisi yang menilang
anak sekolah karena berbonceng tiga, mengendarai

137
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
sepeda motor saat di bawah umur, tidak memiliki SIM
dan menerobos lampu merah.

Riuh penonton mewarnai penampilan dari


anak-anak. Mereka tertawa dan juga bertepuk tangan
melihat penampilan mereka. Aku tersenyum bangga
melihat penampilan mereka yang begitu gemilang.
Mereka membawakan fragment itu dengan penuh
totalitas dan rasa percaya tinggi yang tinggi.

“Bu Asti, bagaimana penampilan kami? Bagus kan


Bu?”

“Kalian keren sekali, hebat! Ayo kita foto dulu”


ujarku sembari mengeluarkan ponsel untuk
berswafoto Bersama mereka.

“Sekarang ngapain Bu?” tanya Dini salah seorang


pemain

“Sekarang kalian makan dulu sudah saya siapkan


nasi di sana” ujarku sambil menunjuk tumpukan nasi
kotak yang ada di atas meja.

Mereka pun lahap sekali memakan ayam


goreng krispi itu dengan nasi. Tidak heran mereka
pasti kelaparan setelah menunggu lama giliran mereka
dan menampilkan pertunjukan. Aku menyiapkan uang
makan siang mereka dengan uangku sendiri sebab aku

138
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
tidak tahu bagaimana mekanisme meminta dana untuk
mengikuti lomba. Yah nanti juga diganti pikirku.

Tibalah saat yang ditunggu-tunggu. Setelah


penantian panjang dan istirahat kami kembali ke aula
untuk mendengarkan pengumuman dari dewan juri.
Siapa saja pemenang lomba fragmen tingkat
kabupaten ini. Deg degan sekali rasanya menunggu
pengumuman tetapi aku tetap berusaha santai dan
tenang supaya anak-anak tidak merasakan gugup yang
kurasakan.

“Saya umumkan dulu dari juara ketiga ya!” suara


pewara mengangetkan lamunanku. Ini dia saat yang
ditunggu-tunggu.

“Juara ketiga dari SMP 1 Budi Pekerti,” ucap


pewara.

Riuh dan siulan penonton membuatku semakin


gugup. Apakah kami juara satu atau dua atau bahkan
tidak juara begitu pikirku.

“Juara kedua diraih oleh SMP 2 Merdeka,” kata


pewara.

Semakin riuh tepuk tangan penonton. Jika kami


tidak menang tidak masalah yang penting aku sudah
berusaha.

139
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“Nah, ini saat yang ditunggu-tunggu. Juara
pertama diraih oleh … apakah ada yang tahu siapa
juara pertama?” tanya pewara.

Teriakan-teriakan nama sekolah menjadi situasi


semakin meriah karena setiap orang berharap sekolah
mereka yang menang. Aku pun putus asa karena tidak
mungkin aku menang, aku pun hanya tertunduk lemas.

“Juara pertama diraih oleh SMP 1 Bhintarajasa”


seruan pewara mengagetkanku.

Tidak kusangka bahwa kami menang. Anak-anak


pun melompat dan berteriak kegirangan.

“Bu Asti kita menang juara satu Bu” teriak


Angkasa. Aku pun hanya bisa tertegun karena tidak
percaya. Aku pun segera meminta Angkasa untuk maju
ke panggung dan menerima hadiah beserta sertifikat
mereka.

Lega sekali rasanya. Ini adalah salah satu


prestasi yang luar biasa menurutku apalagi dengan
waktu yang sangat singkat. Aku kagum dengan anak-
anak.

“Selamat ya Bu, sudah juara pertama” ucap


seorang guru yang kemudian menyodorkan tangannya
untuk bersalaman.

140
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“Ah, iya terima kasih Bu. Saya tidak menyangka
meski baru dapat berita sepekan sebelumnya,” ucapku
sambil menerima salam Ibu itu.

“Lho, ini kan sudah diumumkan dari tiga bulan lalu


Bu. Bagaimana mungkin Ibu menerima berita dari
sepekan yang lalu?”

Pertanyaan yang menggelitik sekaligus


membuatku bingung. Bagaimana bisa pengumuman
lomba yang diberikan tiga bulan lalu hanya diterima
oleh Bu Tisi sepekan yang lalu. Aku pun tidak terlalu
memikirkan hal itu.

Keesokan harinya aku memberi tahu Bu Tisi


mengenai hasil dari lomba tersebut. “Wah selamat ya,
hari Senin nanti penyerahan hadiah dari kepala
sekolah untuk anak-anak setelah upacara bendera,”
jelas Bu Tisi.

“Baik Bu, terima kasih,” ucapku

Hari Senin setelah selesai upacara wakil kepala


sekolah pun mengumumkan pemenang lomba
fragment. Aku pun bersiap untuk maju begitu namaku
dipanggil sebagai Pembina lomba.

“Prestasi yang sangat membanggakan dari teman-


teman kalian karena sudah berhasil menjuarai

141
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
peringkat satu lomba fragment tingkat kabupaten,”
ucap wakil kepala sekolah.

“Inilah juara 1 dan pembinanya yang hebat Ibu Tisi


Nursanah”.

Bagai disambar petir aku kaget mendengar nama


Bu Tisi yang dipanggil dan bukan aku. Bagaimana
mungkin Bu Tisi yang mendapat ucapan selamat dari
kepala sekolah. Aku sama sekali tidak percaya. Satu hal
yang lebih menyebalkan Bu Tisi tersenyum menerima
ucapan selamat dari kepala sekolah seaakan-akan
memang dia yang memang menjadi Pembina lomba
itu. Ia sama sekali tidak mengonfirmasi bahwa akulah
Pembina lomba itu. Aku juga yang menyiapkan anak-
anak dalam waktu yang sangat mepet itu padahal
seharusnya pengumuman itu diterima tiga bulan lalu.

Aku hanya bisa terbelalak tidak percaya. Akan


tetapi, apa boleh buat. Mungkin karena status guru
honorer yang melekat padi diriku sedangkan Bu Tisi
adalah seorang PNS sehingga dia bisa berbuat seperti
ini. Entahlah aku tidak tahu. Satu hal yang pasti aku
hanya bisa bersabar dengan ujian ini.

Hanya saja, bagaimana jika hal ini kembali terjadi?


Apakah aku akan terus mendapatkan perilaku tidak
adil ini? Jika orang itu bisa melakukannya maka tidak

142
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
menutup kemungkinan akan terjadi kembali. Apa yang
bisa kulakukan untuk mencegah hal itu? Apa atau siapa
yang bisa membantuku? Membantu mengatasi
ketidakadilan ini? Bagaimana mungkin Bu Tisi yang
mendapatkan pengakuan sedangkan aku yang bekerja
keras dengan waktu yang sangat mepet itu?
Bagaimana? Bagaimana?

Pertanyaan demi pertanyaan meramaikan otakku.


Aku yang memberi pertanyaan aku juga yang tidak
bisa menjawabnya. Aku marah dan juga pasrah. Aku
ingin berteriak kencang dan juga mengonfirmasi
tentang kejadian ini. Akan tetapi, sekali lagi apakah itu
mungkin. Aku yang seorang guru baru dan memiliki
status honorer akan melawan guru PNS senior dan
memiliki jabatan sebagai pembina OSIS, hahaha
sepertinya tidak mungkin.

“Bu Asti, kok Namanya Bu Tisi yang disebut? Kok


Bu Tisi yang dapat ucapan selamat Bu? tanya anak-
anak. Tentu saja anak-anak bingung karena Bu Tisi
sama sekali tidak memiliki kontribusi apa-apa pada
mereka.

“Iya sudah biarkan saja yang penting kalian sudah


mendapatkan juara kan,” ucapku sambil menenangkan
mereka.

143
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Memang apa yang bisa kusampaikan selain itu?
Aku juga tidak memiliki jawaban dari pertanyaa
mereka. Bahkan aku juga tidak memiliki jawaban dari
pertanyaanku. Aku sama sekali tidak habis pikir. Apa
yang terjadi sebenarnya? Penghianatan? Ah itu terlalu
hiperbola untuk kejadian ini. Apapun itu aku hanya
bisa menyeringai melihat Bu Tisi tersenyum penuh
bangga dengan segala ucapan selamat yang ia terima.
Aku sendiri juga tidak ingin mencari keributan ya
sudah biarkan saja begitu setidaknya pikirku saat itu.

Akan tetapi, ternyata kejadian yang sama terulang


kembali. Aku membawa anak-anak untuk
berpartisipasi dalam omba mendongeng dan membaca
puisi keduanya begitu luar bisa dan berhasil
mendapatkan juara satu. Begitu pun dengan kejadian
sebelumnya. Bu Tisi yang maju untuk mendapatkan
ucapan selamat dan penghargaan dari kepala sekolah.
Aku pun muak dan jengkel melihatnya. Begitu busuk
sekali perangai Bu Tisi, masih bisa tertawa dan
tersenyum serta berfoto bersama anak-anak dan
kepala sekolah.

Menyebalkan, jahat, dan banyak sekali ajektiva


negatif yang tidak bisa aku sebutkan satu per satu. Aku
merasa apa yang dia lakukan sangat keterlaluan aku
harus menghentikannya. Menghentikan perilakunya

144
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
yang semena-mena terhadapku seorang guru muda
yang bisa dimanfaatkan semau hati. Akhirnya aku pun
memutuskan untuk menceritakan hal yang aku alami
kepada wakil kepala sekolah.

“Bu Utami, permisi saya ingi membicarakan


sesuatu apakah Ibu sedang sibuk?”

“Oh Mbak Asti, tidak mbak silakan mau cerita


apa?” tanya Bu Utami.

“Begini Bu, saya ingin curhat masalah Bu Tisi. Saya


ditunjuk Bu Tisi untuk menjadi pembina lomba anak-
anak. Saya bersyukur anak-anak dapat juara Bu. Akan
tetapi, masalahnya adalah yang mendapat pengakuan
dan ucapan selamat itu Bu Tisi Bu. Saya tidak dapat
apa-apa. Bahkan uang makan juga tidak diganti Bu”
keluhku pada Bu Utami.

“Oh gitu mbak, terus saya harus gimana mbak?”


tanya Bu Utami.

“Kalau bisa saya ingin minta SK Bu supaya


menguatkan posisi saya sebagai pembina. Dengan
begitu semua tahu bahwa saya yang bertanggung
jawab sesuai dengan SK tersebut begitu Bu,” pintaku
pada Bu Utami.

145
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“Iya mbak, saya akan bicarakan dengan kepala
sekolah,” jawab Bu Utami

“Iya Bu, terima kasih”

Perasaan lega membenamkan hatiku. Aku


berharap bahwa apa yang aku sampaikan bisa
membawa dampak baik padauk. Aku sudah merasa
Lelah dengan perilaku Bu Tisi yang seenak hatinya.
Aku harap dengan adanya SK itu aku bisa memiliki
posisi legal bahwa memang aku yang bekerja dan
bertanggung jawab.

Keesokan paginya kepala sekolah memanggilku


untuk bertemu dengan beliau di ruangannya. Semoga
Pak Ponari bersedia dan memberikan solusi atas
masalahku begitu pikirku. Aku pun melangkah mantab
menuju ruangan Pak Ponari, kepala sekolahku.

“Permisi Pak, izin menghadap. Pak Ponari


memanggil saya?” aku masuk ruangan sambil
mengetuk pintu terlebih dahulu.

“Oh iya, silakan masuk Bu Asti. Silakan duduk ya”


jawab Pak Ponari.

Aku pun duduk tegak menghadap beliau sambil


menyilangkan kedua kakiku dan meletakkan tanganku
di atas pahaku.

146
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“Begini Bu Asti, kemarin saya dengar kalau
misalnya Ibu ada masalah dengan salah satu guru ya?”
tanpa basa-basi Pak Ponari membuka percakapan
dengan dialog yang luar bisa membuatku kaget.

“Hah, maaf maksudnya bagaimana ya? saya tidak


paham?” tanyaku bingung

“Yah, saya dengar kalau Bu Asti ini sedang ada


masalah dengan guru lain. Sebaiknya jangan begitu Bu.
Anda harus bisa menjaga hubungan baik dengan orang
lain apalagi karena masalah sepele seperti ini ya kan”
seloroh Pak Ponari

“Pak, saya tidak paham apa yang disampaikan


Bapak? Siapa yang tidak menjaga hubungan baik Pak?”
tanyaku bingung.

“Ya tidak apa-apa kalau Anda tidak paham tapi


jangan sampai Anda melalaikan kewajiban sebagai
seorang guru hanya karena tidak ada SK,” kata Pak
Ponari

Aku yang semakin bingung dengan pernyataan-


pernyataan tidak masuk akal dari kepala sekolahku
hanya bisa memutar mataku.

“Maksudnya tidak ada SK bagaimana Pak? Saya


kok tambah bingung ya?” ucapku bingung dan

147
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
berharap ada kejelasan dari kalimat-kalimat Pak
Ponari.

“Enggak mungkin kalau Bu Asti tidak tahu kan.


Saya dengar sendiri kalau Bu Asti tidak mau membina
anak-anak lomba kalau tidak pakai SK. Saat ini juga Ibu
berseteru dengan salah seorang guru senior kan? Itu
tidak baik lho Bu. Apalagi Ibu itu hanya seorang
honorer dan beliau itu adalah seorang PNS yang
berpengalaman,” jelas Pak Ponari.

Aku yang sedari tadi bingung luar biasa langsung


bisa mengurutkan benang merah yang kusut. Ternyata
apa yang disampaikan oleh Pak Ponari itu berdasarkan
ceritaku pada Bu Utami kemarin. Entah bagaimana
caranya bisa menjadi versi sinetron “Jeritan Hati
Seorang Anak Tiri” yang biasa ditayangkan melalui
stasuin TV lokal. Aku yang akhirnya bisa menangkap
maksud bahwa curhatanku pada Bu Utami diputar-
putar bak iklan jajanan Oreu. Aku sama sekali tidak
habis pikir. Bagaimana mungkin seorang kepala
sekolah bisa menggunakan kalimat-kalimat seperti itu.

Dengan menarik napas panjang akhirnya aku pun


merespon pernyataan dari kepala sekolahku.

“Sebelumnya maaf Bapak, saya hanya ingin


klarifikasi bahwa saya tidak pernah memiliki niat atau

148
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
keinginan untuk berseteru dengan rekan sesame guru.
Saya juga tidak pernah mengungkapkan bahwa saya
harus diberi SK, jika tidak maka saya tidak mau untuk
mengajar. Saya hanya ingin menyampaikan curhatan
saya bahwa saya ingin mendapatkan legalitas
kedudukan sebagai Pembina lomba dengan SK. Dengan
begitu perilaku yang mengambil kredit atas kerja saya
bisa dihindari. Hanya seperti itu Bapak tidak lebih dan
tidak juga kurang” jelasku panjang lebar.

Aku berharap bahwa apa yang aku sampaikan bisa


sedikit menggugah kesalahpahaman yang dimiliki oleh
kepala sekolahku. Akan tetapi, sudahlah aku tidak
berani berharap banyak. Aku hanya lemas karena
kalimat yang kusampaikan begitu berbeda 360°.

“Yah, sudah saya tidak ingin membahasnya lagi.


Intinya sebagai seorang guru harus bisa professional
dan berhubungan baik dengan sesama guru. Anda juga
tidak boleh memikirkan hanya bekerja berdasarkan
SK. Itu saja Bu Asti,” ujar Pak Ponari.

Aku hanya bisa terdiam dan teguncang. Entah


bagaimana caranya aku menjelaskan pada Pak Ponari
tetapi aku juga tidak berharap bahwa beliau akan
mengerti. Aku yang begitu Lelah dan syok keluar dari
ruang kepala sekolah dengan langkah gontai. Ingin
rasanya aku menangis tetapi aku malu jika dilihat

149
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
orang lain. Kecewa jelas, marah pasti dan apa yang aku
rasakan saat ini tidak bisa aku membedungnya. Tidak
bisa aku menahan air mata yang perlahan keluar dari
sisi mataku. Aku hanya bisa menahannya karena aku
harus mengajar kembali. Kuseka air mata yang hampir
mengalir itu dan masuk ke dalam kelas dengan ceria
untuk menutupi emosiku saat itu.

Aku pulang ke rumah dengan perasaan campur


aduk tidak percaya. Inginku curhat dan memperbaiki
keadaan malah menjadi boomerang bagi diriku
sendiri. Aku pun menangis di kamar sendirian. Tak
kusangkan Ibuku masuk dan membelai rambutku dan
bertanya dengan sabar tetang apa yang aku alami
hingga aku menjadi seperti ini. Aku pun menceritakan
dengan sesegukan rangkaian kejadian awal hingga
siang tadi.

“Untuk apa kamu menangis seperti ini? kamu


marah? kamu kecewa? sayangnya tidak ada yang tahu
bahwa kamu seperti ini. Tidak ada dari mereka yang
peduli terhadap perasaanmu tetapi dengan kamu
menangis hati ibu yang terasa perih. Sudah Nak, jangan
menangis karena kamu hanya akan lelah tanpa ada
orang yang peduli terhadapmu,”

Kalimat ibuku rasanya seperti menamparkan


sebuah fakta kepadaku. Benar sekali, mereka tidak

150
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
peduli aku sakit hati, aku menangis seperti ini. Tidak
mereka tidak tahu dan juga tidak peduli. Hanya
perasaan Lelah dan sakit hati saja yang kuterima
sedangkan orang lain tidak akan ikut merasa.

Aku pun memeluk ibuku dan berjanji tidak akan


menangis lagi. Aku harus kuat siap menghadapi segala
halangan rintangan. Yah, ini adalah dunia yang kejam
dan aku harus bertahan. Aku tidak ingin hidup dengan
biasa maka aku akan siap menghadapi segala kesulitan
ini dengan kepala tegak dan bahu yang kuat.

Aku paham bahwa tidak semua orang bisa menjadi


orang yang dipercaya. Aku juga mengerti bahwa
percaya pada orang lain tanpa jaminan hanya akan
membawa rasa sakit. Yah, rasa sakit yang bahkan tidak
bisa dijelaskan karena aku tidak tahu perasaan apa
yang membuatku begitu sakit dan sesak di dadaku. Aku
hanya tahu satu hal bahwa jangan mudah percaya pada
orang lain. Berdasarkan apa yang kualami aku tahu
bahwa saat itulah aku berhenti percaya pada siapa
pun.

151
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Ketika kamu merasa kehilangan
harapan, ingat bahwa Tuhan telah
menciptakan rencana terindah untuk
hidup kita.

152
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
153
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
The Lucky Lucky
Yadi Subekti, SH.

Dengan langkah gontai Lucky Bramantyo, sosok


lelaki dengan perawakan gagah berkumis tipis berkulit
bersih putih meninggalkan rumah Cyntia Nirmala Sari
perempuan yang telah dipacarinya selama lebih dari
lima tahun

‘’Maafkan aku Bram, kita sepertinya harus


mengakhiri hubungan ini karena mungkin kita
memang belum jodoh,’’ tutur Mala, demikian panggilan
perempuan bertubuh sintal itu datar tanpa ekspresi
penyesalan. Entah mengapa Bram pun hanya terdiam
saja, tanpa membantah sepatah kata pun, Bram sadar
kalau kisah cintanya dengan perempuan yang
dipacarinya sejak mereka duduk di bangku SMA itu
mungkin terlalu lama dan bisa jadi karena ayah dan
ibunya Mala ingin segera momong cucu

‘’Ini cincin tunangannya aku kembaikan lagi


padamu,’’ ujar Mala lirih. Dan dengan lunglai Bram pun
menerima cincin tunangan tersebut. Lalu setelah
berpamitan dengan ayah ibunya Mala, Bram pun

154
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
meninggalkan mereka dengan tatapan mata nanar dan
pikiran hampa

Dalam perjalanan pulang Bram ditemani vespa


bututnya yang sangat antik, sebuah vespa klasik
keluaran 1963 warna biru laut. Cocok dengan suasana
hatinya yang lagi gundah gulana. Bram terlihat seperti
seekor anak ayam yang tengah kehilangan induknya,
tak tahu harus berbuat apa

Sepanjang perjalanan pulang Bram berandai-


andai kalau kuliahnya cepat selesai dan tepat waktu,
pasti hal ini tidak bakal terjadi. ‘’Namun nasi sudah jadi
bubur. Aku memang yang salah harusnya aku tidak
boleh santai dalam menuntut ilmu. Aku harus bisa
buktikan kalau aku bisa lulus jadi sarjana hukum dan
cari kerja. Aku sungguh malu dilecehkan seperti ini,’’
gumam Bram masih tak percaya kalau
pertunangannya dengan kekasihnya itu harus berakhir
tragis

Sesampainya di rumah ia pun tidak bisa


memejamkan matanya yang memang tidak lagi
ngantuk ‘’Iya aku sadar gara-gara kuliahku nggak
kelar-kelar makanya Mala minta putus,’’ gumamnya
lagi. Tiba-tiba, Suwirjo Sukarto, ayah Bram
menghampirinya,’’ Lho, Le awakmu wes mole to,
kebeneran Iki lho mau bapak nompo surat kanggo

155
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
kowe teko kampusmu,’’ ujar lelaki paruh baya itu
dengan logat Jawa yang medok seraya menyerahkan
surat tersebut. Dan lelaki kharismatik yang baru saja
pensiun dari kantornya yang bergerak di bidang
ekspedisi muatan kapal laut (EMKL) itupun langsung
meninggalkan Bram sendirian

‘’Nggeh bapak maturnuwun,’’ jawab Bram seraya


menerima surat tersebut lalu dibacanya surat itu yang
ternyata isinya besok Senin Bram harus datang ke
kampus dengan orang tuanya menghadap Dekan
Fakultas Hukum Unair.

Hati Bram benar-benar dag dig dug karena


biasanya yang dipanggil itu cukup mahasiswa
bersangkutan saja, namun ini kok juga mengundang
orang tuanya juga. Bram bertanya-tanya dalam hati.
Ada apakah gerangan? Semalaman Bram tidak bisa
tidur

Keesokan harinya ia pun memberanikan diri


menceritakan kepada kedua orang tuanya, Siti
Rukmini dan Suwiryo Sukarto kedua orang tua Bram ,’’
Bapak Ibu saya mohon maaf kalau harus melibatkan
bapak ibu harus datang menghadap dekan sekarang
dan yang kedua Bram mau ngasih info kalau
hubunganku sama Mala sudah berakhir, ini cincinnya,’
ujar Bram seraya menyerahkan cincin tunangan

156
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
tersebut kepada ibunya. ‘‘Oala, Le yo wes ora popo yen
kudu ngunu nasibmu,’’ ujar ibunya sambil mengeluis
kepala Bram dengan penuh kelembutan

‘’Tak dungakno awakmu mene oleh jodoh seng


luweh apik,’’ ujar ibunya. ‘’nggeh, bu, matur nuwun,’’
ujar Bram

Lalu Bram mengajak ibundanya menghadap


Dekan FHUA. Sesampainya di sana ternyata bukan
hanya Bram yang dipanggil oleh Dekan, melainkan
banyak juga temannya yang juga dipanggil dekan.
Ternyata mereka yang dipanggil adalah yang
kuliahnya sudah lebih dari enam tahun tidak kunjung
kelar dan terancam drop out harus menghadap Dekan
FHUA , Bpk. Djoko Sumadyo

Pak Djoko ternyata orangnya cukup bijak. Setelah


menjelaskan mengapa sampai memanggil mahasiswa-
mahasiswa yang nota bene terancam drop out
tersebut, lalu Pak Djoko pun memberikan iming-iming
kepada semua mahasiswa tersebut termasuk Bram.’’
Bapak ibu sekalian saya sengaja mengundang bapak
ibu beserta putra- putri bapak- ibu kemari karena
mohon maaf putra- putri bapak ibu karena batas
kuliahnya hampir habis, makanya saya memberikan
dispensasi kepada mereka mengambil sistem kredit
semeter (SKS) sebanyak-banyaknya, khususnya

157
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
mengambil mata kuliah yang mendapat nilai E dan D,
plus skripsi sehingga nantinya mereka begitu lulus
bisa langsung ikut wisuda,’’ jelas Dekan. Selain itu,
lanjut Pak Dekan, pihaknya juga akan memberikan
insentif berupa uang 100 ribu per mahasisiwa sebagai
biaya untuk mencari bahan- bahan pembuatan skripsi
nantinya

Bram pun langsung semangat. Ia pun langsung


membuat outline skripsinya dan langsung menemui
dosen walinya. Dan untunglah dosen walinya langsung
menyetujui outline skripsi Bram. Dan Bram pun
langsung mencari bahan-bahan skripsinya dengan
langsung terbang ke Jakarta selama seminggu ke
kantor departemen luar negeri dengan membawa
outline yang sudah disetujui dosen pembimbing

Sepulang dari Jakarta Bram pun langsung


bergerak cepat, pada pagi hari dia pun aktif kuliah
mulai pukul 07.00 hingga pulang ke rumah pukul
21.00. Itu dilakukannya hampir setiap hari karena
Bram mengambi 40 SKS plus Skripsi. Bahkan, karena
banyaknya mata kuliah yang harus diambil maka tak
jarang dalam jam yang sama kuliahnya harus bareng
dengan mata kuliah yang lain, sehingga ia pun harus
nitip absen kepada adik kelas agar nantinya bisa tetap
ikut ujian semester

158
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Pada malam hari Bram dengan semangat empat
lima mengerjakan skripsi dengan dibantu ayah
tercintanya yang mengetik tulisan Bram lewat mesin
ketik jadul. Ayah Bram pun ikut semangat melihat
anaknya menggebu-gebu mengerjakan skripsi

Dan dalam waktu pas sebulan penuh skripsi Bram


kelar bersamaan dengan kelarnya ujian akhir semester
dan alhamdulillah ke 40 SKS plus Skripsi tersebut
semuanya lulus meski dengan nilai yang sangat pas-
pasan ,’‘Nggak papa yang penting lulus nggak sampai
kena DO,’’ ujar Bram teriak bangga seraya memeluk
erat ayah ibunya sekaligus memohon maaf bila selama
ini ia telah membuat mereka malu karena harus
dipanggil dekan beberapa waktu yang lalu Karena
seringnya nitip absen kepada adik-adik kelasnya saat
kuliah yang berbarengan dulu itu ternyata ada adik
kelas yang terang-terangan menyukai Bram, namanya
Yanti Kumala, mahasiswi 4 tingkatan di bawah Bram.
Karena Bram lagi jomblo ia pun menyambut adik kelas
itu dengan suka cita

Dan pada saat wisuda, Yanti pun turut


mendampingi Bram bersama kedua orang tua Bram,
sehingga hati Bram sudah bisa move on dari Cyntia
cinta pertama Bram yang telah meninggalkannya dulu.
Namun sayang kebersamaan Bram dengan Yanti pun

159
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
tidaklah lama, hanya seumur jagung karena Yantie
harus menerima pinangan laki-laki pilihan ayah
ibunya

Sedikit banyak Bram pun agak merasa kehilangan


juga, namun Bram sudah pernah mengalaminya
sehingga ia pun sudah bisa belajar dari
pengalamannya tersebut, Ia tidak lagi lunglai seperti
saat kehilangan Mala dulu. Ia sudah terbiasa

Tampil sebagai fresh graduate nampaknya dengan


mudah bagi Bram untuk diterima bekerja di
perusahaan yang ia pilih. Ternyata Bram pun akhirnya
lolos seleksi dengan menjadi jurnalis di Harian Sore
Surabaya Post. Tercatat ada 23 orang calon jurnalis di
harian yang cukup terkenal di Surabaya tersebut. Dari
23 orang tersebut 20 adalah laki- laki dan 3
perempuan

Dan dari 3 perempuan tersebut ada satu yang


paling cantik bernama Rahayu Suryani. Saat acara
perkenalan terlihat sekali betapa semua laki-laki saling
berlomba untuk merebut perhatian Rahayu, Namun
Bram tenang-tenang saja. Dia tidak seagresif kawan-
kawan laki-lakinya yang lain. Ia sangat yakin kalau
Rahayu pasti akan jatuh ke pelukannya nanti.’’Aku
harus menjadi pemenang,’’ gumamnya

160
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Bram sangat energik. Dia kebetulan ditempatkan
di bidang budaya seni dan entertainment. Itu adalah
dunianya Bram, karena Bram sangat menyukai musik,
olah raga dan budaya, makanya tulisannya di bidang
tersebut sangat bagus. Dan hal itu ternyata diamati
oleh Rahayu yang dirinya ditempatkan di bidang
ekonomi dan keuangan.

‘Hei Bram tulisanmu tentang seni dan musik


sangat bagus, lho, aku suka,’’ ujar Ayuk begitu
panggilan gadis cantik berkulit kuning langat itu
menyapa Bram. ,’’ Bahkan para senior pun juga banyak
yang suka, mereka terkadang nanya aku, Ayuk kamu
kenal yang nulis musik di seni budaya? Lalu aku jawab
ya,’’ jelas Ayuk yang yang disambut dengan senyum
manis Bram.

Akhirnya seiring dengan berjalannya waktu Ayuk


pun bisa semakin lengket dengan Bram, Ini terjadi
karena Ayuk ke mana-mana selalu minta diantar Bram
dengan vespa bututnya yang antik itu. Bahkan
suasananya semakin romantis manakala vespa butut
Bram mogok dan Bram pun menyuruh Ayuk untuk
meninggalkannya sendirian karena dia harus segera ke
kantor untuk menulis berita, namun Ayuk tidak
mau,’’Nggak, aku ingin bersamamu sampai motormu
bisa kita naiki bersama lagi,’’ jawab Ayuk seraya

161
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
mengelap cucuran keringat Bram yang menetes di dahi
dan pipi Bram. Dunia seperti milik berdua. Dan setelah
ganti busi vespa pun bisa dinaiki lagi dan berdua
mereka menuju kantor untuk menulis berita yang
telah mereka dapatkan sepanjang pagi hingga
menjeang sore hari.

Rupa-rupanya kemesraan antara Bram dan Ayuk


membuat hampir seluruh kantor ramai. Hingga saat
ada gathering di sebuah pulau kecil di daerah Gresik,
SBY Post menyewa kapal laut menuju pulau tersebut.
Sepanjang perjalanan Bram dan Ayuk semakin lengket
seperti perangko Bram yang jago gitar mengiringi
Ayuk yang jago nyanyi, sehingga hal ini semakin
membuat mereka khususnya lelaki semakin iri dengan
kemesraan mereka berdua.

Sepulang dari pulau tersebut ternyata ada berita


buruk untuk Bram. Dia dinyatakan tidak lolos seleksi
per tiga bulan, hal ini membuat kaget Bram, karena
selama ini Bram sering membantu Ayuk membuat
berita ekonomi dan keuangan, tanpa melalaikan
tugasnya sendiri di bidang seni dan budaya.

Namun, Bram pun harus menerima kenyataan


pahit itu. Ia pun yakin kalau keputusan ini tidak fair
hanya karena Ayuk lebih memilih dirinya dibanding
laki-laki lain. Dan setelah Bram tidak lagi menjadi

162
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
jurnalis di Sby Post, seminggu kemudian Ayuk pun
tidak krasan dan ia pun juga undur diri dari Sby Post
dengan melamar kerja di tempat lain.

Dan di saat itu pula Ayuk harus menuruti kedua


orang tuanya menerima pinangan dari laki-laki pilihan
orang tuanya. Namun sekali lagi Bram pun sudah teruji
mentalitasnya. Dia pun sadar dan harus menerima
kenyataan pahit ini.

Life must go on. Begituah kata pepatah, Bram tidak


boleh terbuai oleh masa lalu yang meski kelam tapi
juga memberikan kenangan yang tak terlupakan, ‘’Aku
harus mencari pekerjaan yang lain,’’ gumam Bram. Ia
pun kemudian melamar di Majalah Liberty. Dan
nasibnya juga lagi hoki, ia pun diterima oleh Redaksi
Pelaksananya, Koesnan Sukandar. Bram langsung
ditugaskan untuk meliput pengantin bisu. Dan tanpa
banyak omong Bram pun langsung pergi ke
Probolinggo menemui sepasang pengantin bisu dan
menjadikannya sebagai tulisan yang sangat menarik.

Rupa-rupanya sang redaktur pelaksana sangat


terkesan dengan tulisan Bram. Lalu tulisan Bram pun
ditaruh di halaman depan sehingga oplah majalah
Liberty naik tajam. Namun, Bram ternyata kurang
menyukai dunia adventure yang membuatnya harus ke
sana kemari meliput berita yang aneh-aneh seperti

163
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
perkawinan bisu tersebut, sehingga tanpa pamit ia pun
langsung menuju Harian Suara Indonesia, sebuah
harian bisnis yang waktu itu berlokasi jalan Sumatera,
dan Bram pun lagi-agi langsung diterima sebagai
jurnalis di harian tersebut.

Di sinilah akhirnya nanti Bram menemukan


jodohnya, sebenarnya ada dua wanita yang menarik
perhatian Bram saat itu, satu wanita tersebut adalah
sekretaris redaksi yang sepanjang hari duduk manis di
meja redaksi, namanya Winarti, sementara satunya
lagi adalah wartawati yang cukup senior ia adalah
Nurani.

Sebagai new comer di harian tersebut, ternyata


tulisan Bram sangat disukai oleh para senior apalagi
saat Bram menulis masalah seni dan budaya, terlebih
masalah musik sehingga menjadikan oplah harian
tersebut naik terlebih lagi saat Bram ditugaskan juga
untuk menjual tulisan yang bersponsor.

Sama saat seperti di Sby post dulu, di suara


indnesia Bram dan Nurani pun menjadi buah bibir
karena seperti perangko, Nurani yang kalau ke mana-
mana harus naik angkot, maka semenjak ada Bram
maka dia pun langsung minta Bram mengantarnya

164
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Uniknya lagi, kedekatan Bram dengan Nurani
terjadi karena pada waktu itu, antara Nurani dengan
pacarnya terjadi perselisihan, Nurani minta kepada
pacarnya itu kalau kamu serius kamu harus segera
melamar. Namun jawaban pacarnya ia masih butuh
waktu katanya.

Dan ketika Bram ada di antara mereka Nurani pun


langsung mengenalkan Bram kepada kedua orang
tuanya dan Bram pun langsung diminta melamar
Nurani, Dan Bram pun langsung mengiyakan saja.
Setelah bekerja di Harian Suara Indonesia cukup lama
tiba- tiba Bram dan Nurani dipanggil the big boss dan
kata the big boss Bram atau Nurani yang harus keluar.

Mengingat Nurani lebih senior daripada Bram


maka Bram lah yang harus keluar. Namun untunglah
Bram namanya cukup dikenal sehingga kawan dan
relasinya banyak sehingga ia pun bisa langsung
diterima di sebuah resto pizza dan menjabat sebagai
HRD dan Humas, dan hampir setiap hari Bram ketika
menjemput kekasihnya itu selalu membawakan pizza
untuk Nurani dan the big Boss juga, Dan the big boss
sangat berterima kasih karena hampir setiap hari
dibawakan pizza.

165
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Tidak ada istilah gagal dalam hidup,
yang ada hanya sukses dan belum
berhasil.

166
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
167
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Dibawah Deretan Langit
Deri Adrian

Mernceritakan perjalanan seorang gadis yang


menyukain apapun tentang langit, langit yang berada
di atas sana dan langit yang berada di dalam
hatinya,perkisahan cinta yang unik terbentuk di sini
dimana seseorang berjuang untuk mendapatkan hati
seorang yang sedang mengejar oraang lain.

Ini kisah nada nawang putri seorang gadis


penyuka langit,seorang yang meyakini bahwa seberat
apapun cobaan dalam hidup jika dia masih bisa melihat
langit maka cobaan itu bukan hal yang berat baginya.
Nada yang ceria,penyayang,petakilan dan polos,dia
menyukai langit wijaya raja putra adalah teman nada
dari kecil tetapi dia tidak pernah bisa dekat dengan
langit karna dia sangat pendiam dan dingin kepada
teman gadis termasuk nada tetapi dia tidak pernah
dingin kepada anggi juan winata,yang masih termasuk
teman kecil dari nada,anggi adalah gadis yang di idam
idamkan langit untuk menjadi pasangan tanpa melihat
nada yang selalu berada di sampingnya setiap saat.

168
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Inilah kisah nada yang berusaha mengejar langit
wijaya raja putra.

Di pagi hari yang cerah seorang gadis masih


tertidur di kasur nya yang menurut dia sangat nyaman
dan empuk,tibalah sesorang yang masuk kedalam
kamarnya.

“nada bangun nak udah pagi kamu kan mau ke


sekolah, ayo bangun”ucap orang itu sembari mengusap
rambut nada dengan perlahan dan lembut

“hmm, iya nek bentar 2 menit lagi okee” nada


dengan suara serak khas bangun tidur “iya,cepet ya
setelah mandi langsung ke bawah buat makan”ucap
nenek,setelah itu di pergi

Nada bangun dan bergegas untuk mandi ,setelah


10 menit di kamar mandi nada pun memakai baju
dengan rapih tidak lupa dia memakai kaca mata bulat
nya diapun bergegas menuju ruang makan untuk
sarapan dan dia mengambil sesuatu di dalam kulkas
dan memasukan nya ke dalam tas gendong nya

“sarapan yang banyak ya biar belajar nya


semangat” ucap nenek asri orang yang telah menemani
nada dari kecil,lebih tepat nyaa menemani nada saat ke
dua orang tuanya meninggal saat kecelakaan 10 tahun
yang lalu

169
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“iya nek siap hehe,hmm makasih ya nek udah
ngurus aku dari dulu tanpa ada kata kata lelah dari
nenek” nada merasa berhutang banyak kepada nenek
asri yang telah mengurus di dari kecil

“iya,nenek iklas sekali mengurus nada dari


kecil,nenek malah seneng ada nada di sini jadii nenek
gak kesepian karna ada nada”ucap nenek asri
membuat perasaan nada sangat bahagia

“ayo mening skarang kita makan nenek udah


laper,hahahah” ucap nenek asri dengan tawanya

Setelah selesai sarapan nada berpamitan kepada


nenek sri untuk berangkat kesekolah “nek aku
berangkat yah”ucap nada sembari bersaliman kepada
nenek

“iya hati hati ya nda jalan nya” ucap nenek sri saat
nada akan keluar rumah

“ihhh indah banget langit skarang aku suka


banget,kaya rasa cinta aku ke langit hehe”ucap nada
yang sedang asik sendiri saat berjalan menuju ke
sekolah yang emang sudah kebiasaanya berjalan
menuju skolah setiap hari, kebetulan sekolah nya tidak
terlalu jauh dari dari rumah nya.

170
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Saat sedang asik berjalan dan memandang
langit,nada mendengar suara motor yang tidak asing
bagi nya saat melihat motor tersebut akam melintas
dengan jail nada menghalagi jalan motor tersebut.

Di lain sisi seorang pemuda yang sedang


mengendaerakan motor nya kaget saat ada seseorang
yang menghalangi jalan nya dengan cepat dia
mengerem motor nya, saat sudah berhenti dia melihat
orang yang telah menghalangi jalan nya, ya dia nada
orang yang tidak asing bagi dia.

“lo apa apaan sih ngehalangi jlan gue lu mau


mati?,gimana coba kalo gue tadi telat rem”ucap
pemuda itu sedikit emosi atas perilaku nada barusan

“hehe maapin nada langit,nada cuma mau nebeng


bolehgak nada liat jok belakang langit kosong” ucap
nada dengan nada bicara tanpa rasa bersalah

Yang di hentikan oleh nada adalah langit wijaya


raja putra,pria yang sedang di cintai oleh nada secara
brutal.

“gak bisa gue mau jemput anggi, bentar lagi juga lu


nyampe jangan manja deh,awas gue mau lewat” ucap
langit sembari menyalakan mesin motor nya

171
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“yah langit mah padahal kita ga pernah berangkat
bareng” ucap nada dengan wajah memelas.

Tepat setelah nanda mengatakan itu kendaraan


langit melesat dengan cepat meninggalakan nada
dengan persaan sedih.

Saat sudah berada di sekolah nada langsung


masuk ke dalam kelas nya,saat nada akan menuju
tempat duduk nya tiba tiba seorang perempuan
berteriak cukup kencang memanggil nya.

“NADAAAAAA!”Teriak seorang perempuan yang


setiap hari nya bersama nada,siapa lagi kalau bukan
sera teman sebangku sekaligus sahabat satu satunya
nada

“ih apa sih sera,pagi pagi udah teriak teriak aja


kaya orang gila”ucap nada gamblang, sera yang
mendengar itupun kaget

“heh semabarangan, eh tapi lo tau gak tadi gue liat


langit dateng bareng sama anggi” ucap sera menggebu
gebu, seakan akan bahwa berita yang dia bawakan
akan membuat nada terkejut

“terus?...” Ucap nada dengan tampang watados nya


membuat sera gereget sendiri.

172
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“ih..lu ko gak kaget sih, ini kan berita hott buat lo”
ucap sera dengan nada gereget

“langit kan emang sering gitu, kalo ga sendiri pasti


bareng anggi dateng ke sekolah nya”ucap
nada,sembari berjalan dan duduk di kursiya yang
membuat sera mengikuti langkah nya dan duduk di
samping nada

“tapi ini beda WOYY..” Uap sera gereget “beda nya


apa?” Ucap nada bingung

“biasanya nih ya kalo gue liat mereka dateng


bareng tuh jaga jarak gituloh naik motor nya, trusa
anggi nya tuh ga pernah pegangan atau meluk gitu ke
langit” cerita sera dengan serius

“tapi tadi pas gue liat mereka datang bareng gue


liat anggi meluk langit dari belakang pas dateng pake
motor tadi pagi,trus mimik muka wajah langit juga
kaya bahagia gitu” cerita sera dengan serius

“jangan jangan mereka udah jadian” ucap sera


dengan nada yang seakan akan kaget “masa sih mereka
jadian “ uacap nada dengan nada kecewa

“ya kan bisa aja gitu, soalnya gue liat hawa hawa
muka langit kaya lebih bahagia gitu “

173
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Ucap sok tau

“tapi gapapa mereka kan blom nikah jadi aku


masih punya kesempatan” ucap nada menyemangati
dirinya sendiri

“sebelum janur kuning melengkuh masih bisa aku


nikah hin hahahahahah” ucap nada dengan gelak tawa

“gila nih anak,prasaan tadi dia bilang gila ke gue


dah knapa skarang jadi dia yang gila,cinta memang
buta “ monolog nada berguman tapi masih bisa di
dengar oleh nada

“heh... Kalian berdua, kalian ga denger apa ketua


kelas udah nyuruh berdoa masih aja ngobrol “ ucap
guru yang tidak tau datang kapan tiba tiba sudah di
kelas

“hehe maaf bu kirain gada guru yang masuk


soalnya saya ga liat ibu masuk kelas,sama ga denger
kalo di suruh doa sebelum belajar maaf bu” ucap sera
dengan nada sopan nan lembut mengunakan mode
kalem nya

“hehe iya bu, lagian ibu kaya setan aja tiba tiba
dateng” ceplos nada dengan nada polos, yang membuat
sera yang berada di samping nya ketar ketir

174
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“eh buset ni anak ceplas ceplos mulu dah bisa
bahaya inimah,kebiassan nih anak” gumam sera
ketarketir

“ouh jadi kamu nyamain saya sama setan GITU


HMM!” Ucap sang guru geram “ eh ga gitu ko bu” ucap
nada dengan nada bersalah

“Sudah skarang cepet berdoa jangan ribut atau


mengobroll” ucap sang guru

Kegiatan pun berlanjut ke pelajaran mencatat


sampai suara bel jam istirahat berbunyi

Saat bel istirahat berbunyi semua murid pun


keluar untuk mengisi perut nya yang kelaparan
sehabis belajar, berbeda dengan gadis berkacamata
yang sedang sibuk mengeluarkan kotak makan yang
ada di tas nya.

“tunggu tunggu jangan bilang ini buat langit” ucap


siapa lagi kalo bukan sera

“hehe iya,semoga langit mau makan makan nya


soalnya ini spesial banget” jawab nada dengan nada
gembira

“aduh, lu blum kapok apa? Setiap makanan yang


lukasih pasti di makan nya itu sama temen nya bukan

175
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
sama dia nya nad ayolah sadar dia tuh bener bener
nolak lu dari apapun” ucap sera perihatin dengan
teman nya yang gigih ini

“hehe gapapa ko asalkan ga langit buang makanan


nya sayang soalnya,kata nenek kalo makanan kita di
terima tapi ga di makan dan malah di kasih keorang
lain itu gapapa asalka jangan di buang nanti makanan
nya nangis”ucap nada sembari melihat kotak makanan
yang akan di berikan kepada pujaan htinya itu

“terserah deh kayanya lo emang kebal banget


sama penolakan pangeran kodok lo itu” ucap sera
jengah

“hehe yaudah yu kita kantin pasti langit ada di sana


sama temen temen nya,pasti sera juga mau ketemu
boby kan,pangeran beruang sera hahahaa? “ ucap nada
dengan gelak tawa sembari berjalan keluar kelas

“ ih apasihhhh, gelay bangett” ucap sera mengikut


nada jalan bersamingan

Saat sudah berada di kantin mata nada mencari


cari langit dan ternyata ada dia bersamateman teman
nya dan ada seorang perempuan di samping dia,siapa
lagi kalo buakn anggi.

176
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“tuhkan gue bilang apa pasti mereka udah jadian
ga biasanya anggi ikut ke kanting bareng tuh pangeran
kodok” ucap sera curiga

“ayo sera ke sana “ ucap nada dengan semangat


dan berusa menarik sera agak ikut dengan nya

“bentar bentar lu yakin mau ke sana nanti kalo


orang orang berpikir macem macem gimana,gatau tiba
tiba perasaan gue ga eanak” ucap sera jujur karna
perasaan dia tidak enak

“gapapa ayo,itu cuma prasaan sera doang ko” ucap


nada meyakinkan

Nada dan sera berjalan ke arah sekumpulan orang


yang sedang asik mengobroll itu tanpa pikir panjang
nada langsung menya mereka

“hey... Boleh gabung gak” ucap nada dengan nada


gembira yang membuat orang orang yang sedang
duduk disa pun menoleh ke arah nya

“boleh ko boleh duduk aja sini deket


babang“ bukan langit yang yang menjawab tetapi boby
lah yang menjawab dengan nada menggoda dengan
menaik turunkan alis nya

177
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“ iyaa gabung aja kebetulan banyak tempat kosong
disini” ucap arjun, kedua peria itu adalah sahabat
langit dari kelas 10 sma,langit yang melihat itupun
agak risih dengan kedatangan nada,beda dengan anggi
yang tersenym menatap nada yang sedang bergembira

“makasih ya arjun, boby” ucap nada yang duduk


dan menarik sera juga duduk dan pas banget
bersebelahan dengan bobi, boby yang melihat itu dia
menggeser duduk ke arah sera yang membuat sera
kaget

“eh eh beruang hutan jangan deket dekket sama


gue ya,kebetulan gue lagi alergi sama yang berbau
hutan” ucap sera dengan mata yang menatap nya tajam

“gitu bnget sih ayang sera,nanti kalo kita punya


anak trus anak nya sering main di hutan gimana” ucap
boby randem

“ih apasih ga jelas, amit amit amit amit” ucap sera


menggetukan tangan nya ke meja dan ke dahi, yang
membuat juna dan anggi tetrtawa melihat nasib teman
nya yang randem itu

Kembali kepada nada yang karang sedang


menatap langit yang sedang pokus menatap hp nya

178
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“nada mau makan? Kenapa ga dibuka ayo bareng
bentar lagi juga makanan kita nyampe” tanya anggi
menyuruh nada untuk membuka kotak makan nya

“ha..? Engga ini buat langit hehe, aku ke sini


nganter sera soalnya mau beli makan disini trus di
makan nya di kelas” ucap nada agfak grogi sebab langit
benar benar sangt cuek skarang

“ouh..eh ngit tuh ada yang mau ngasih makan ke


kamu “ ucap anggi memanggil langgit yang sedang
pokus pada hp nya

“gak gue gamau ,gue udah pesen makanan” ucap


langit cuek,tanpa menengok sedikitpun kepada nanda

“gapapa ko langit,soalnya ini bisa di makan kapan


aja,mau ya ya” ucap nada dengan nada memohon

“lu mau gue terima itu “ ucap langit menatap nada


dengan tatapan dingin “ iya...soalnya ini buat langit”
jawab nada dengan senang

Langit pun mengambil kota makan yang berada di


tangan nada,yang membuat nada senang stengah mati
tetapi itu tidak bertahan lama,nada sangat terkejut
saat saat tiba tiba kotak makan itu di lempar oleh
langgit ke dalam tong sampah yang membuat nada
menatap perlakuan langit dengan sedih,orang orang

179
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
yang berada di meja itupun sangat terkejut dengan
perlakuan langit yang menurut mereka eamng sangat
tajam

“la_langit ko makan nya di buang,langit ga suka ya”


ucap nada dengan mata yang berkaca kaca menahan
tangis

“lo kan ngasih itu ke gue jadi bebas sama gue di


apain aja termasuk ngebuang nya”ucap langit dengan
perkataan dingin dan menyakitkan, sera yang geram
dengan pemandangan itupun berdiri dan menggebrak
meja

BRAK....

“EH PANGERAN KODOK,KALO LO EMANG GA MAU


SAMA TU MAKANAN JANGAN DI BUANG JUGA KALI LO
JAHAT BANGET TAUGAK,SAHABAT GUE CAPE CAPE
BUAT TUH MAKANAN BUAT LO SE ENGGAK NYA LU
HARGAI TU MAKANAN KASIH KE SIAPA KE,BEGO
BNGET “ teriak

Sera sangat emosi dengan perlakuan


langit,penghuni kantin yang melihat itu seketika
sangat hening tidak ada yang bersuara

180
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“sera udah gapapa mungkin emang langit gasuka
sama makan nya jadi di buang” ucap nada
menenangkan sera yang skarang lagi emosi

“nan ayolah jangan bego karna lu suka sama nih


kodok,dia udah nginjek nginjek harga diri lu dia udah
ngerendahin lo” ucap sera memberi peringatan

“tapikan emang temen lo tuh murahan, ngapain


coba dia ngejar ngjar cowo kaya gada harga diri aja
“ ucap langit dingin sangat menohok hati nada,yang
membuat semua orang termasuk anggi yang berada di
sampingnyapun terkejut

“EH JAGA YA OMONGAN LU” ucap sera dengan


emosi

“maaf ya langit kalo selamaini aku ganggu kamu


tapi aku bener bener suka sama kamu,lain kali aku
bakal masakin masakan yang enak biar langit mau
makan masakan nya” ucap nada yang membuat semua
orang di sana memandang nya kasihan ada juga yang
memandang nya rendahan

“nad-” ucapan sera terpotong karna nada


melanjutkan bicara nya yang membuat teman teman
yang berada di meja itu terkejut

181
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“selamat ulangtahun langit semoga doa kamu
terkabulkan,dan apapun yang kamu kejar tercapai,aku
janji kalo emang udah waktunya aku bakal jauhin
kamu” ucap nada dengan sedih dan menyayat hati bagi
semua orang

Langit yang medengar itu terkejut nada mengingat


hari ulang tahun nya sedangkan orang tua dan teman
teman nya ataupun anggi tidak mengingat ulangtahun
nya yang membuat rasa bersalah di hati langit semakin
terasa,setelah mengatakan itu nada pergi dengan air
mata yang terus keluar setiap henkan kaki nya

“nada” ucap sera mengejarnya

“ lu keterlaluan lang, harus nya lu jangan gitu ke


nada dia cuma mau dapat perhatian dari lu,sori tapi
kali ini emang lu kaya cowo berengsek” ucap arjun
yang tiba tia berdiri,setelah tu dia berjalan keluar
untuk mengejar nada

“langit..ga seharus nya kamu bilang gitu, dia temen


kita dari kecil loh kamu harus nya udah ngerti sama
sifat nada” ucap anggi menasehati langit

“tapi aku ga suka gi dia ganggu aku banget,aku


juga mau buktiin ke kamu kalo aku serius ke kamu”
ucap langit menatap mata anggi dengan serius

182
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“tapi engga gitu juga buat buktiin nya lang” ucap
anggi sedikit emosiboby yang melihat itupun hanya dia
tanpa berkomentar apapun dia takut salah bicara

Nada berada di taman belakang dia menangis


dengan persaan yang hancur dia tidak menyangka
ternyata langit bisa berkaat seperti tu kepadanya,kata
kata yang emang sangat merendahkan nya.

Nada menyenderkan punggung nya di kursi taman


yang dia duduki dan matanya menatap langit yang
emang cuacanya sangat cerah skrang meskipun
cuacanya sangat panas nada tetap suka dengan
pemandangan langit yang indah menurut dia.

“ langit biru tau gak langit jahat banget sama aku,


masa tadi dia bilang aku murahan padahalkan yang
murahan itu plastik di pasar aku kan bukan plastik
masa di sebut murahan,apa karna aku ga cantik
ya?....ihhh pokonya aku sumpahin tuh langit biar cepet
suka sama aku trus bucin ga bisa lepas dari aku lihat
aja” ucap nada seakan akan curhat kepada langit yang
biru di atas sana

“nanti kalo udah ucin trus nikah trus punya anak


yang banyak deh sama langit hihi biar seru gak kaya
aku sendiri doang” ucap nada ngaco

183
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
“tuhan semoga langgit bisa sama aku trus dia ga bis
lepas sama aku biar kita bareng bareng trus sama dia
ya tuhan,langit biru tolong ya sampein doa aku ke
tuhan biar di kabulin” nada berdoa semoga semua doa
yang dia panjatkan akan menjadi kenyataan dan
terkabul.

184
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional
Filomedia Publisher akan terus
bertransformasi untuk menjadi media
penerbitan dengan visi memajukan
dunia literasi di Indonesia. Kami
menerima berbagai naskah untuk
diterbitkan.

Silakan kunjungi web filomedia.com


untuk info lebih lanjut

------------------------------------------------
----------------------------
------------

185
Kala Hujan di Bulan November 17 Penulis Nasional

Anda mungkin juga menyukai