Kelompok 4:
1. Nasywa Yesischa Putri
2. Rahma Putri Aliska
3. Sabila Nurrohmah
4. Syahira Almas
MAN 3 BOGOR
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirabbil ‘aalamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
‘KUMPULAN CERPEN DAN PUISI BESERTA UNSUR INTRINSIKNYA’ ini. Tugas ini kami
buat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diampu oleh bapak Muhidin,
S. Pd.
Kami meminta maaf apabila terdapat kesalanhan penulisan yang terdapat pada klip ini,
kritik dan saran yang membangun akan selalu kami terima demi kebaikan tugas klip ini sehingga
dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Penulis
2
DAFTAR PUSTAKA
3
KUMPULAN PUISI
Unsur intrinsik:
1. Tema: Ketuhanan
2. Nada dan Suasana: puisi “Doa” tersebut bernada sebuah ajakan agar pembaca menyadari
bahwa hidup ini tidak bisa berpaling dari ketentuan Tuhan. Karena itu, dekatkanlah diri
kita dengan Tuhan. Hayatilah makna hidup ini sebagai sebuah “pengembaraan di negeri
asing”.
3. Perasaan: Dalam puisi ”Doa” gambaran perasaan penyair adalah perasaan terharu dan
rindu.
4. Amanat: Puisi ”Doa” ini berisi amanat kepada pembaca agar menghayati hidup dan selalu
merasa dekat dengan Tuhan. Agar bisa melakukan amanat tersebut, pembaca bisa
merenung (termenung) seperti yang dicontohkan penyair
4
HAMPA
Ketika tembulan telah nampak.
Aku terdiam tanpa sebuah kata.
Dengan tetes air mata.
Aku teringat akan cintamu.
Unsur intrinsik:
1. Tema: Tema dari puisi diatas adalah kerinduan seorang kekasih. Dimana sang kekasih
sedang menunggu kedatangan kekasihnya untuk kembali seperti yang dulu.
2. Nada dan Suasana: Adapun rasa yang terkandung dalam puisi tersebut adalah sabar,
pasrah, dan sedih. Sebab itu terlihat dari kata “Dengan tetes air mata” dan “Aku teringat
akan dirimu”
3. Amanat: Amanat yang terkandung dalam puisi tersebut adalah ditujukan untuk seorang
kekasih yang sedang menjalin sebuah hubungan. Maksudnya adalah jangan pernah pergi,
jika tidak sanggup untuk kembali.
4. Perasaan: Dalam puisi “Hampa” gambaran perasaan penyair adalah perasaan sedih dan
kesepian
5
BERDIRI AKU
Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepis buih
Melayah bakau mengurai puncak
Berjulang dating ubur terkembang
Unsur Intrinsik:
1. Tema : Tema dari puisi ini adalah kesedihan
2. Perasaan : Dalam sajak berdiri aku tergambar sikap pesimis penyair dalam
mengadapi permasalahan hidupnya, sikap pesimis
3. Amanat : Amanat puisi ini adalah ingin menyampaikan ide dan pemikiranya untuk
yang membacanya supaya menyerahkan hidupnya kepada Tuhan karena hanya dialah
yang mampu memberi kepastian dalam kehidupan di dunia ini.
6
CUT NYAK DHIEN
Wahai pahlawanku
Jiwa juangmu tak layu
Wanita tak jadi pantangan ungukmu
Kau berjuang agar Negeri ini tak dijajah bangsa itu
Wahai Pahlawanku
Kau berlari kencang dengan ronceng ditanganmu
Kini usiamu telah senja
Namun semangatmu masih menggelora
Unsur intrinsik :
1. Tema : Pahlawan Indonesia
2. Perasaan : Tangis Haru
3. Amanat : Penginspirasi generasi muda yang sedang mencari jati diri
7
Sembagi Arutala Pahlawan
Pahlawan menginspirasi
Mencipta jati diri bangsa ini
merah putih berkibar hingga kini
Di langit ibu pertiwi
Demi Merdeka
Sang Pahlawan yang perkasa
Rela berjuang dengan semangat yang menggelora
Pancarkan keberanian sang runcing jadi senjata
Unsur intrinsik :
1. Tema : Pahlawan Indonesia
2. Perasaan : Tangis Haru
3. Amanat : Penginspirasi generasi muda yang sedang mencari jati diri
8
KUMPULAN CERPEN
9
aku berjalan-jalan di taman ini sekian lama. Ah, apapun itu, yang jelas aku akan menikmati
suasana menyenangkan ini
Unsur Instrinsik
Tema : Liburan
Tokoh dan penokohan:
Aku : Pendiam, berbakti pada orangtua
Ibu : Tega, sabar, telaten, peduli
Ayah : Sabar, penyayang, pekerja keras
Alur: Maju
Latar:
Latar tempat : Rumah, ruang makan, taman kota, kamar
Latar waktu : Pagi hari, sore hari Latar suasana: sepi,
Gaya bahasa : Lugas
Sudut pandang : orang pertama
Amanat : Melatih anak untuk belajar mandiri itu sangat penting, serta memberitahu
secara tidak langsung kepada anak jika liburan di rumah saja itu tidak buruk dan
memberi manfaat.
10
Pengembara dan Sekantong Uang
Ada dua orang pengembara berjalan bersama di suatu jalan. Tiba-tiba salah satu pengembara
tersebut menemukan sebuah kantung yang penuh berisikan uang.
"Betapa beruntungnya saya!" katanya, "Saya telah menemukan sebuah kantung berisi uang. Saya
rasa kantung ini pasti penuh dengan uang emas."
"Jangan bilang SAYA telah menemukan sekantung uang," ancam temannya.
"Lebih baik kamu mengatakan KITA telah menemukan sekantung uang. Pengembara selalu
berbagi rasa dengan pengembara lainnya, baik itu dalam susah maupun senang."
"Tidak!," kata pengembara yang menemukan uang, dengan marah. "SAYA menemukannya dan
SAYA akan menyimpannya sendiri."
Saat asyik berdebat, ada teriakan di belakang mereka "Berhenti, pencuri!" kata sekumpulan
orang yang terlihat marah dan membawa pentungan kayu dan tongkat. Mereka berlari ke arah
kedua pengembaraan. Pengembara yang menemukan uang tadi langsung menjadi ketakutan.
"Celakalah kita jika mereka melihat kantung uang ini ada pada kita," katanya dengan ketakutan.
"Tidak, tidak." jawab pengembara yang satu, "kamu tidak mengatakan 'KITA' sewaktu
menemukan sekantung uang, sekarang tetaplah menggunakan kata "SAYA, kamu seharusnya
berkata "celakalah SAYA".
Unsur intrinsik
Tema : keserakahan
Tokoh dan penokohan:
Pengembara penemu uang serakah: Pembohong, licik
Pengembara dua: Kritis, cerdas
Sekumpulan orang: Marah, tegas, anarkis
Alur : Maju
Latar:
Latar tempat: Hutan, jalan
Latar waktu: Siang hari
Latar suasana: Sepi, mencekam
Gaya bahasa: Formal
Sudut pandang : Orang kedua jamak
Amanat : Jangan menjadi orang yang serakah, saling berbagilah apalagi jika saling
membutuhkan, ambil apa yang merupakan hakmu. Sesungguhnya karma itu datangnya cepat.
11
Impian Anak Desa
Bermimpilah selagi langit masih sanggup menampung mimpimu. Kata-kata itulah yang selalu
membuatku semangat. Orang sering mengatakan bahwa 'Bermimpilah setinggi langit", aku
sempat mempertanyakan hal tersebut pada guruku. Kenapa harus bermimpi setinggi langit?
Emang gak boleh kalo mau mimpi setinggi pohon kecambah.
Ya kini baru kusadari bahwa langit itu sangat tinggi jadi wajar saja kalo orang mengatakan untuk
bermimpi setinggi langit bukan setinggi pohon kecambah. Maklum saja pertanyaan itu terlontar
dari mulutku saat usiaku menginjak 5 tahun.
Angan-anganku dulu mengatakan bahwa pohon kecambah jauh lebih tinggi dari pada langit, dulu
saja aku tak tau yang mana namanya kecambah. Setelah bertanya pada ibuku ternyata kecambah
itu nama lain dari toge. Cukup bahas tentang mimpi, langit, atau toge.
Namaku Dino usiaku saat ini 13 Tahun. Sekarang aku telah duduk di kelas 1 SMP. Aku adalah
seorang anak desa yang tak pernah henti untuk bermimpi. Bagiku mimpi itu hak setiap orang.
Mau dia bermimpi jadi Astronot. Mau jadi Ilmuwan, Mau jadi Psikolog, Mau jadi Guru bahkan
sama sepertiku yang ingin menjadi seorang Arkeolog
Tetanggaku sering mengatakan padaku untuk apa bermimpi jadi Arkeolog, disini kan enggak ada
yang namanya universitas. Tapi itu bukan halangan bagiku, menurutku ada tidak adanya sebuah
universitas itu bukan halangan. Sekarang aku harus giat membaca buku untuk menambah ilmu.
Pagi ini aku mulai melakukan penelusuran untuk menambah ilmuku. Aku melewati jalan kecil
yang diapit sawah, setelah menempuh perjalanan yang panjang dan jauh akhirnya aku sampai
diperpustakaan desaku. Aku mengambil sebuah buku.
Saat tengah asyik membaca aku dikejutkan dengan sebuah suara yang muncul tiba-tiba.
"Mau jadi Arkeolog ya?" Tanya orang tersebut padaku sambil melemparkan seulas senyuman
yang indah.
Aku pun menganggukkan kepalaku yang menandakan bahwa aku memang ingin menjadi
seorang Arkeolog.
la nampak memperhatikan diriku. Aku hanya memandangnya dengan heran. Tapi aku tak terlalu
mempersalahkannya karena aku yakin dia orang yang baik.
"Kenapa mau jadi Arkeolog?" Dia mengeluarkan kata-katanya lagi.
"Arkeolog itu keren kak, kita bisa tau keadaan masa lampau. Kita juga bisa tau bahasa apa saja
dipakai mereka. Kita juga tau tentang zaman azoikum, megalitikum, paleolitikum dan
neolitikum. Kita bisa nemuin fosil dan benda-benda berharga masa lampau lainnya" Aku
menjawab pertanyaannya dengan jawaban yang cukup panjang. Namun, ia masih tetap setia
mendengarkan semua jawaban yang keluar dari mulutku.
12
Ia tersenyum sambil memperlihatkan gigi putihnya.
"Kamu tau aku siapa?" Aku memperhatikan orang ini dengan sangat detail, aku melihat dia dari
atas sampai bawah dan mengulanginya lagi. Setelah lelah memperhatikan orang ini, aku pun
menutup buku yang ada digenggaman ku
"Aku tidak tau kak" Jawabku yang akhirnya menyerah, toh aku memang tidak mengenal nya.
Ia merogoh saku bajunya dan mengeluarkan satu kertas kecil lalu memberikannya padaku. Aku
membaca kertas yang diberikannya padaku itu. Seketika senyumku langsung mengembang
bagaikan bunga yang layu disiram air langsung mekar kembali.
"Wahhh kakak Arkeolog ya?" Ucapku dengan nada yang sangat antusias. Dia pun tersenyum lalu
mengangguk kan kepalanya seolah berkata "iya".
"Kalo besar nanti aku pasti bisa jadi seperti kakak" Jawabku sambil melihat ke atas seolah ada
bayanganku ketika aku besar nanti.
"Haha teruslah bermimpi dan belajar karena kakak kecil dulu sama sepertimu. Kakak selalu
bermimpi bisa jadi Arkeolog tapi kakak sadar mimpi saja tidak cukup kakak juga harus berusaha
ya salah satu caranya kakak harus rela menghabiskan waktu hanya untuk membaca, membaca
dan membaca. Kakak juga di sekolah selalu bertanya pada guru tentang sejarah dan
alhamdulillah berkat usaha kakak selalu ini serta diiringi doa dari kedua orangtua kakak, Kakak
bisa seperti sekarang" Jawab dia dengan ucapan yang sangat panjang. Ucapannya seperti
penyemangat baru bagiku. "Baiklah kak, aku yakin suatu saat kita bertemu nanti kita ada dalam
sebuah profesi yang sama yaitu sebagai Arkeolog" Tuturku sambil berdiri dan tersenyum
padanya.
Akhirnya ia pun pamit pulang denganku. Karena, ia ingin kembali ke kotanya untuk
melaksanakan tugas selanjutnya. Aku melangkahkan kaki sambil tersenyum pada hamparan
sawah serta burung-burung yang berterbangan. Aku yakin bahkan sangat yakin bahwa suatu saat
nanti aku akan menjadi seorang seperti yang aku impikan selama ini.
Waktu begitu cepat berlalu, aku yang dulu masih kecil sekarang telah dewasa. Desaku yang dulu
belum ada perubahan, sekarang telah menjadi sebuah kota. Perpustakaan yang dulu sebagai
tempatku mencari ilmu sekarang menjadi tambah besar dan bagus. Tak ku pungkiri ini semua
akibat adanya globalisasi yang terjadi dalam kehidupan. Sekarang aku sedang duduk di dalam
perpustakaan ini lagi membaca buku sejarah yang pernah ku baca saat umurku tiga belas tahun
lalu. Terlintas sebuah kenangan saat aku bertemu dengan kak Zaky seorang Arkeolog yang
pernah aku temui di perpustakaan ini. Aku merindukan dia sebagai seorang kakakku sendiri. Aku
telah mencoba mencari keadaanya tapi aku tak pernah menemukan dirinya.
"Dino" Merasa namaku di panggil lantas aku menoleh kebelakang. Dan saat aku melihat ke
belakang betapa terkejutnya aku. Ia dia kakak Arkeolog itu. Datang menghampiriku.
"Kak Zaky?" Ucapku sambil mengajaknya untuk duduk.
13
"Iya, apa kabar kamu?" Ucap kak Zaky sambil memperhatikan diriku. "Seperti yang kakak lihat,
aku baik-baik saja. Kakak kemana saja, aku telah mencari kakak tapi aku tak menemukan kakak.
Dan sekarang kakak datang sendiri padaku" Ucapku pada kak Zaky. Kak Zaky pun langsung
tertawa, entahlah apa yang ada dalam benaknya hingga membuat ia tertawa mendengar ucapanku
tadi.
"Tingkahmu sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Maafkan aku, aku sibuk bekerja di luar
negeri. Bagaimana dirimu sudah jadi Arkeolog?" Ucap kak Zaky sembari mempertanyakan hal
tersebut padaku.
Aku pun mengeluarkan sebuah kertas sama seperti yang kak Zaky lakukan padaku dulu. Ia pun
memberikan seluas senyuman dan selamat padaku. Aku telah menempati janjiku dahulu, saat aku
bertemu dengan kak Zaky kembali aku telah menjadi seorang Arkeolog.
Unsur intrinsik
Tema : Cita-cita
Tokoh dan penokohan:
-Aku, Dino : Rajin, pantang menyerah, kutu buku, ramah, baik
-Kak Zacky : Ramah, sabar, baik
Alur: maju
Latar:
Latar tempat: perpustakaan desa
Latar waktu: pagi hari
Latar suasana: sepi, ramai
Gaya bahasa : Lugas
Sudut pandang : Orang pertama tunggal
Amanat : Teruslah bermimpi setinggi langit, tetapi jangan hanya sekedar “mimpi”
tanpa adanya usaha. Jadikanlah usaha sebagai “jalan” agar mimpimu tercapai.
14
Baik Luar Dalam
Di suatu hari yang cerah, terdapat dua orang gadis bernama Dian dan Lisa yang tengah
mengerjakan tugas sekolah di rumahnya Dian. Mereka berdua mengerjakan tugas sekolah
dengan serius dan suasananya pun nampak hening.
Kemudian datanglah teman Dian yang bernama Tyas di depan rumahnya. Namu Dian sendiri
seolah tidak memperhatikan kehadiran Tyas tersebut.
“Dian, itu di depan rumah ada Tyas sedang nungguin kamu, buruan temui dia, kasian sudah sejak
tadi dia nungguin kita.” Ujar Lisa yang tengah mengerjakan tugas di rumah Dian
“Bi, bilangin ke Tyas yang ada di depan rumah kalau aku sedang pergi atau bilang gak ada gitu
ya.” Pinta Dian kepada Bibi yang bekerja sebagai pembantu di rumahnya.
“Baik non, Bibi sampaikan.” Jawab si Bibi.
“Eh Dian, kenapa kamu seperti itu sama Tyas? Padahal kan dia pastinya sudah datang jauh-jauh,
kenapa kamu usir, gak enak kan. Kasian dia, dia juga anak yang baik Yan.” Ujar Lisa yang coba
menasehati Dian.
“Kamu itu gak tau Tyas apa Lis, dari luarnya memang dia orang yang baik, ramah dan juga
manis.
Tetapi masa kamu hanya mengukur sifat dan sikap seseorang hanya dengan begitu saja, dia itu
hanya manis di luar tapi dalamnya pahit tahu.” Jawab Dian dengan sinis.
“Loh, pahit gimana maksudnya Yan?” Balas Lisa yang masih bingung dengan jawaban Dian.
“Tahu gak sih kamu Lis, Tyas itu sering banget membicarakan keburukan orang lain.
Bahkan dia sering membicarakan keburukan teman sendiri di belakangnya. Pokoknya banyak
banget deh kalo harus jelasinnya.” Jawab Dian dengan setengah sinis.
“Dia itu beda banget sama kamu Lis, kamu itu judes, ceplas ceplos kalo ngomong sama aku,
tetapi setidaknya kamu mempunyai hati yang tulus Lis, bukannya sahabat yang baik di luarnya
saja tapi dalamnya busuk.
Dalam menjalin pertemanan, aku tidak membutuhkan tampilan luar dari seseorang Lis” Jelas
Dian panjang lebar kepada Lisa.
15
Menemukan Dompet
Selama berbulan-bulan ini aku bingung mencari kerja. Berkas lamaran kerja yang sudah aku
masukkan ke beberapa perusahaan masih belum ada jawaban.
Hari-hariku terasa hambar, tiap hari hanya luntang lantung tidak jelas. Setiap hari aku
kebingungan, mau mencoba usaha, tetapi modal belum ada.
Pada suatu hari yang cerah, aku janjian dengan teman lamaku untuk menceritakan permasalahanku
ini. Ketika aku sedang dalam perjalanan ke rumah temanku, samar-samar aku melihat dompet
berwarna hitam di samping jalan, tepatnya di trotoar. Karena penasaran, aku pun memastikannya
dan ternyata memang benar sebuah dompet berwarna hitam. Kemudian aku pun membuka isi dari
dompet itu.
Alangkah terkejutnya diriku mendapati dompet tersebut berisikan SIM, KTP, surat-surat penting,
kartu ATM, kartu kredit serta sejumlah uang yang lumayan banyak. “Wah rejeki nomplok nih.”
Ujarku dalam hati. Akan tetapi aku berubah pikiran dan berinisiatif untuk mengantarkan dompet
itu ke pemilik dalam KTP tersebut. Setelah itu aku pun melanjutkan perjalanan ke rumah temanku
dan menceritakan semua problem masalahku. Setelah urusan dengan temanku selesai, aku
langsung berangkat menuju alamat dalam KTP tersebut untuk mengembalikan dompet.
Aku pun mencari-cari alamat serta nama dari pemilik dompet sesuai dengan KTP. Setelah sampai
dengan alamat yang dimaksud dalam KTP aku pun memberanikan diri untuk masku dan bertanya
ke dalam. “Permisi pak, mau nanya. Apa benar ini rumahnya pak Handy?” Tanyaku pada orang di
halaman rumah itu.
“Iya benar mas, anda siapa ya dan ada keperluan apa?” Jawab tukang kebun dan ditimpali
pertanyaan buatku
“Oh perkenalkan, saya Angga, saya ingin bertemu dengan bapak Handy, ada urusan yang sangat
penting dengan beliau” Jawabku setelah memperkenalkan diri.
Kebetulan sekali ternyata pak Handy ada di rumah dan aku diminta untuk masuk ke dalam rumah.
Lalu aku pun duduk sambil sedikit kagum dengan keindahan rumahnya. Kemudian aku
mengatakan maksud dan tujuanku sambil menyerahkan dompet yang aku temukan di jalan,
lengkap dengan isinya.
Karena penasaran denganku beliau pun bertanya: “Kamu tinggal dimana nak? Lalu kerja dimana?”
“Saya tinggal di komplek Sido Makmur pak dan kebetulan saya masih menganggur. Masih
menunggu panggilan kerja tetapi sudah beberapa bulan gak ada kabar pak. Jawabku dengan jujur.
“Memangnya kamu lulusan apa?” Tanya pak Handy kepadaku
“S1 jurusan Manajemen Bisnis Syariah pak” Jawabku.
“Kalau begitu, besok kamu datang saja ke perusahaan saya nak, kebetulan perusahaan sedang
membutuhkan staff administrasi. Ini kartu nama saya, jika tertarik besok datang saja ke kantor dan
bilang kalo saya yang nyuruh” Jawab Pak Handy
16
“Wah beneran ini pak?” Tanyaku yang seakan masih tidak percaya.
“Iya nak, saya sangat membutuhkan karyawan yang jujur dan juga penuh dedikasi seperti kamu,
kalau kamu mau pasti uang dalam dompet saya sudah kamu ambil lalu tinggal buang dompetnya.
Tetapi kamu lebih memilih mengembalikannya kepadaku”. Pungkas pak handy.
“Kalau begitu terima kasih banyak pak, kalau begitu besok saya akan datang ke perusahaan bapak
dan menyiapkan surat-surat lamarannya.” Jawabku dengan haru.
Aku pun pamit pulang untuk menyiapkan segala kebutuhan untuk besok. Aku sendiri masih tidak
percaya dan yakin kalau ini merupakan suatu keajaiban.
Unsur Intrinsik
Tema : Kehidupan Bersosial
Tokoh : Angga dan Pak Handy
Alur : Maju
Latar : Trotoar, Rumah Pak Handy, Sedih, Bahagia
Gaya Bahasa : Lugas
Sudut Pandang : Orang Pertama
Amanat :Kejujuran merupakan suatu sifat yang sangat muliayang jujur akan
memperoleh balasan tersendiri
17