Anda di halaman 1dari 18

Indra Afriza

Volume 1

Kumpulan Puisi
Malam-Malam Insom Publishing
mempersembahkan

Volume 1

Kumpulan Puisi

Indra Afriza
SEBUAH TINJAUAN ATAS PUISI INDRA AFRIZA
DARI:

ROBY FUZI APRIANSYAH


(Penyair muda berbakat, adik angkat Udo di Facebook)

Lantas pelarian menjadi tabir untuk kesunyian


Kala puncak bergetar di gersang kebodohan
tanganmu menetak dadaku, mengingatkan:
'Pertemuan ini begitu melelahkan..'

Bait kedua dari puisi yang berjudul "Kawin Lari" dari Udo Indra ini sudah menghentak dada kita
(pembaca), dari goresan pena nya menghasilkan karya-karya yang sangat kreatif dan sentuhan metafor-
metafor yang indah pada setiap puisinya membuat kita larut kedalam isi ceritanya. Puisi ini sangat
hidup, nyata seperti kehidupan yang terjadi di masyarakat dulu sampai sekarang.

Kata-kata yang di sajikan dalam puisinya mempunyai konsep yang rapi dan mempunyai makna
imajinatif.

Dari kumpulan-kumpulan puisi karya Udo yang saya baca ini, saya berharap sekali agar generasi muda
Indonesia semakin mencintai Puisi. Karya-karya hangat yang sangat dinanti, terasa manis seperti sajian
kopi di malam hari. Majulah sastra Indonesia.

salam hangatku, RFA

(Profile FB: http://www.facebook.com/profile.php?id=1806860751 )


CERITA PENYAIR MENGENAI KARYANYA

Dalam rangka meneladani disiplin berkarya dari Leo Tolstoi, yang selalu menyempatkan diri untuk
menulis beberapa baris setiap harinya. Beberapa tahun yang lalu, saat saya masih bekerja di Slipi –
Jakarta, beberapa menit sebelum pulang ke rumah, saya sempatkan untuk menuliskan beberapa bait di
laptop kantor. Pada saat-saat senggang, saya coba merapihkan, dan jadilah… sekumpulan puisi hasil
tangkapan atas peristiwa batin dan apa yang terjadi di depan mata.

Ada sisi eksperimentasi dalam bentuk dan cara pengujaran, ada percobaan untuk mengenali
kesederhanaan, dan terutama sebuah perenungan. Kadang semua itu tercetus dalam rangkaian kalimat
banal dan mungkin sedikit binal. Namun kesemuanya didasari niat tulus untuk sebuah keterbukaan;
membuka diri, membuka hati, membuka mata…

Sembari mengulurkan jabat hangat salam perkenalan.

Indra Afriza.
Contents

SEBUAH TINJAUAN ATAS PUISI INDRA AFRIZA ............................................................................................. 3


Dari: ROBY FUZI APRIANSYAH ................................................................................................................... 3
CERITA PENYAIR MENGENAI KARYANYA ...................................................................................................... 4
Jangan MALU-malu berDADA ....................................................................................................................... 6
Adik Ketemu Besar ........................................................................................................................................ 7
Kembara Ingin Pulang ................................................................................................................................... 8
IKLIM TANPA SENYUM KUSIR ....................................................................................................................... 9
CERITA DAERAH .......................................................................................................................................... 10
KAWIN LARI ................................................................................................................................................. 11
KURSUS HIDUP ............................................................................................................................................ 12
MENGGEBET GEBETANKU........................................................................................................................... 13
PINTU KACA................................................................................................................................................. 14
La Amore Di Concilia ................................................................................................................................... 15
PERPISAHAN ................................................................................................................................................ 16
BIODATA PENYAIR ....................................................................................................................................... 17
KOMENTAR DARI SAHABAT ........................................................................................................................ 18
Jangan MALU-malu berDADA

Dia jatuh waaaaa.. aku tak kuasa

menangkap

Selain tubuhnya sementara kejatuhan

melahap dia seutuhnya

Penyejuk udara mati ruangan pengap psstt..

dia meminta..

Mudah pas, katanya yaaaa.. mudah copot;

Aku berkeliaran di

sekitarnya;

Semua orang menganggap kami menista,

Mereka tahu apa?

Sementara dalam obrolan mereka, duhai..

Hanya hasrat yang tertahan,

Ah, begitu cepat sebuah kesimpulan.

Aku sudah coba semua, syukur tak larut

Tak harus tenggelam, toh?

Hanya mencoba

Aku mesti tahu.

Pengetahuan adalah segalanya.


Adik Ketemu Besar

Ya, tentu saja dik abang tak keberatan

Seperti saat kau melancung pada kebuasan kemarin hari

Abang merasa ringan kerna..

Itu semua berpulang padamu

Sudah, kuras dia sampai kering

Dia senang, selama dia bisa bergoyang

Hanya ingat saja:

Dia adalah perwujudan dirimu juga

Bayangannya melekat pada wajahmu,

Langkahmu dan tentu.. ooohh, tentu

Dia menjelaskan pilihan dan kebutuhanmu.

Sudah kukucup semua dada putih sampai gersang

Semua betis mbunting padi

Alun kuajak bergelinjang

Namun hanya padamu

Hisapanku, kecupanku, remasanku berarti lain, sebab

Hanya darimu kudapat panggilan: Abang

Padahal, kau bukan adikku.


Kembara Ingin Pulang

Dalam keterpaduan antara api, asap dan abu

Kau lihat di mataku, masih bersemayam ragu

Lelah berbuat, lelah mengabari

Pingin istirahat di empuk dada bidari sejati

Lelah mataku melihat

Anak-anak putih kelabu

Terpajang di etalase bersemir minyak Pomade

Berdenyit, berdecit, lalu menjerit syahdu

Di parkiran pojok dalam kerlip silau Charade

Lelah mataku lihat semua itu

Pelirku masih selamat, sampai kapan ku tak tahu

Dalam keterpojokan atas api, asap, mengabu

Kau lihat langkahku, masih terlenggang ragu.


IKLIM TANPA SENYUM KUSIR

Saya melantun dalam ketersahajaan cuaca

Biar di seberang ada angin ribut, biar

Di sini langit cerah sahaja

Ada petir sesekali, tapi itu biasa

Awan hitam menggantung hujan di pelipisnya

Tak jatuh-jatuh sedari kemarin

Hanya mengabarkan:

Mungkin besok tanah akan basah

Oleh air, asam, atau darah.

Musim di sini tak jua berganti

Kekeringan kemarin masih berlanjut sampai luput

Untuk diamati, hingga lupa

Bahwa bumi seharusnya berputar

Seperti bulan atau roda yang menempel di pedati

Dengan kusir yang tersenyum manis

Di sini banyak pedati, lapuk dan berkarat

Meski tak ada senyum manis

Hanya ada para penarik beban

Yang cuma bisa meringis dan menatap sadis.


CERITA DAERAH

Chorus:

Pating pecotot, ndilalah.. ciblek-ciblek akih nang kene.. (Suara 1)

Aya nu montok dan mantap kang…? (Suara 2)

Kakak:

Adik-adik, dengarlah

Jangan kau patuhi desakan desah

Tirulah Raja Sulaiman , yang

Bisa bicara bahasa binatang

Hingga dia bisa melatih dan mengatur

Para buaya dan ayam agar menjual rujak cingur.

Adik:

Kakak-kakak, kalianlah yang menatap cabul

Sambil mengacung-acungkan si kepala gundul

Main rayu, kalau tak hasil, terus paksa

Sambil iming-imingi kami dengan semangkuk laksa.

Chorus:

Lha, piye ki jal? (Suara 1)

Kumaha deui, atuh? (Suara 2)


KAWIN LARI

Riuh-rendah suara bertingkah dalam kotak

Aku mengenalimu,

menatapmu dan temukan sandaran langkah

Riuh-rendah suara mengepung kita di tiap arah

Lantas pelarian menjadi tabir untuk kesunyian

Kala puncak bergetar di gersang kebodohan

tanganmu menetak dadaku, mengingatkan:

'Pertemuan ini begitu melelahkan..'


KURSUS HIDUP

Adalah pelajaran ketetapan yang memantapkan

Tanpa membuat kaku dalam keterpakuan

Lentur merajut angin

Setia dalam hangat maupun dingin

Adalah diri

Meruak duri

Dalam keterdirian

Pula kesendirian

Menjadi terus menjadi

Dari lahir sampai mati.


MENGGEBET GEBETANKU

Aku melayang di atas karpet hijau rumahmu

Kamu gelarkan sebuah konser akbar untukku

Seperti lapangan rumput di musim penghujan

Dengan kerumunan yang menari-nari kegirangan

Kita di pojok situ menanti sepi

Namun pesta baru usai saat kita

syukuri sunyi

Aku terkapar di sofa ruang tamu

Kau berselancar di lautan jamu

Tak ada yang salah memang, tak ada kebebasan juga

Semua berada pada hamparan udara yang sama

Lupa pahala dan dosa

Maka bersama kita kan ke sorga

Aku melayang, lalu jatuh dan terkapar

Kau tergelar, coba bertahan, sampai menggelepar

Kucuri jamuan awet muda dari lemari obatmu

Kau pingsan , mengutuk, dan menuntutku

Tuk menikahimu..

Aku tertawa-tawa dengan lugu

Kamu kini tampak sangat lucu.


PINTU KACA

Bersama detak yang hampir terluput

Wajah bersalut debu ini mengetuk

di pintu kacamu

Bibirku kering diselusupi hawa beku

menggumam pelan menanda jarak

dan kau menyambutnya dengan senyum

dunia lain

yang begitu jauh

Sekerjapan mimpi masa lalu

yang kini mengiris-iris nadiku.


La Amore Di Concilia

‘warning: puisi ini kekiri-kirian…’

*
Bu Satpam bilang: semua akan
Cenderung belok ke kanan;
Tapi aku terbawa belok ke kiri
Dan tanpa dinyana, tanpa rencana
Aku dipertemukan dengan
La Amore di Concilia.
*
Bu Batik bilang: semua batik
Selalu menawan di sisi kanan;
Tapi kulihat sakunya ada di kiri
Dalam repetisi nan menawan..
Bu Batik tersenyum, manis sekali
Meski tetap tak semanis
La Amore di Concilia.
*
Jangan coba cari di Googie translate
Atau kamus daring lainnya;
Jangan pula melihat hanya dari kanan
Kerna kau takkan menemukan
Arti sesungguhnya dari
La Amore di Concilia!
PERPISAHAN

Sebuah keputusan telah kuambil

Kembali, perpisahan telah terjadi

Satu hal kusesali: ada kamu di dalamnya.


BIODATA PENYAIR

Indra Afriza Arsad. Lahir di Citeureup, 17 April 1978. Dibesarkan di keluarga


yang semuanya senang membaca. Beragam pustaka berkumpul di rumah,
beberapa bahkan belum sempat dibaca. Mulai menulis puisi saat bersekolah
di SDN Citeureup IV, menulis lakon drama absurd saat menjadi murid SMPN
1 Citeureup, meneruskan jejak Jim Morrison untuk membawa puisi dalam
musik rock bersama band-nya di SMAN 1 Cibinong, aktif mengujungi acara
seni dan sastra di Taman Ismail Marzuki saat berkuliah di Universitas Gunadarma. Sempat juga
mendirikan Komunitas Utan Tua, dan mementaskan teater puisi, dengan anak-anak SMP sebagai
pelakon.

Sekarang, aktivitas sehari-harinya terisi sebagai karyawan sebuah pabrik keramik di Cicadas, Gunung
Putri. Selain juga masih tetap menggeluti kegiatan kepenulisan. Sampai saat ini Indra masih mengasuh
sebuah ruangan untuk karya sastra di malam hari melalui rubrik Malam-Malam Insom (MMI) yang
digelar di Facebook (http://facebook.com/malam.insom ).
KOMENTAR DARI SAHABAT

“Di antara banyak puisinya yang ‘berani’ dan memukau, saya terpaku pada puisi singkat
berjudul ‘Perpisahan’. Singkat, padat, dan penyesalan itu terasa menyesakkan karena ‘ada
kamu di dalamnya...’ Saya suka puisi ini!
Udo sendiri saya kenal di suatu komunitas penulis. Udo banyak memberikan masukan tentang
puisi dan saya banyak belajar juga dari Udo. Jadi, secara kepiawaiannya, saya rasa tidak perlu
diragukan lagi. Istilah ‘kepanjangan nafas’ saya kenal dari Udo, juga penggunaan bahasa
simbolik yang mendominasi puisi membuat saya juga berusaha membuat puisi yang
bermetafora, ketimbang yang dulu saya lakukan: hanya menuliskan apa yang terlintas di kepala,
apa adanya, sebagaimana layaknya bentuk prosa yang biasa saya tuliskan sebagai spesialisasi
saya. Udo juga tidak pelit membagikan ilmunya dan puisinya pun indah…”

[Fonny Jodikin, Penulis, Ibu Rumah Tangga , Vietnam]


Profile FB: http://www.facebook.com/fonny.jodikin

“Untaian kata yang terhimpun dalam setiap puisi Indra Afriza bukanlah hanya kata biasa namun kata
yang menyimpan segudang makna, sepintas memang sederhana namun setelah dicerna tidak
sesederhana kata-katanya. Seperti halnya dalam Kursus Hidup dan Jangan MALU-malu BERDADA,
dalam dua puisi ini syarat dengan pesan yang merupakan hasil dari permenungan yang tentunya tak
terlepas dari perjalanan hidup yang tersurat dalam judul-judul yang lainnya…”

[Elis Tating Bardiah, seorang guru SMA yang sedang belajar menulis]

Profile FB: http://www.facebook.com/profile.php?id=1730138771

“Ada banyak cara buat saya dalam mengenal seseorang, salah satunya melalui karyanya; dalam bentuk
tulisan-tulisan yang saya baca. Bicara tentang seorang Udo Indra, lewat salah satu puisinya yang bicara
tentang ' batik', membuat saya jadi tergelitik, karena menangkap sebuah ' kegilaan' dari buah pemikiran
yang tidak biasa. Sebagai Penyair, dalam mengekspresikan dirinya ada dua perpaduan yang expresif,
antara keluguan ( silahkan di artikan: ketulusan) dan keangkuhan. ( yang ini boleh di baca: kecerdikan)…”

[ Luwidya Kinash; penulis dan pebisnis tangguh ]

Profile FB: http://www.facebook.com/profile.php?id=100001237773446

Anda mungkin juga menyukai