Volume 1
Kumpulan Puisi
Malam-Malam Insom Publishing
mempersembahkan
Volume 1
Kumpulan Puisi
Indra Afriza
SEBUAH TINJAUAN ATAS PUISI INDRA AFRIZA
DARI:
Bait kedua dari puisi yang berjudul "Kawin Lari" dari Udo Indra ini sudah menghentak dada kita
(pembaca), dari goresan pena nya menghasilkan karya-karya yang sangat kreatif dan sentuhan metafor-
metafor yang indah pada setiap puisinya membuat kita larut kedalam isi ceritanya. Puisi ini sangat
hidup, nyata seperti kehidupan yang terjadi di masyarakat dulu sampai sekarang.
Kata-kata yang di sajikan dalam puisinya mempunyai konsep yang rapi dan mempunyai makna
imajinatif.
Dari kumpulan-kumpulan puisi karya Udo yang saya baca ini, saya berharap sekali agar generasi muda
Indonesia semakin mencintai Puisi. Karya-karya hangat yang sangat dinanti, terasa manis seperti sajian
kopi di malam hari. Majulah sastra Indonesia.
Dalam rangka meneladani disiplin berkarya dari Leo Tolstoi, yang selalu menyempatkan diri untuk
menulis beberapa baris setiap harinya. Beberapa tahun yang lalu, saat saya masih bekerja di Slipi –
Jakarta, beberapa menit sebelum pulang ke rumah, saya sempatkan untuk menuliskan beberapa bait di
laptop kantor. Pada saat-saat senggang, saya coba merapihkan, dan jadilah… sekumpulan puisi hasil
tangkapan atas peristiwa batin dan apa yang terjadi di depan mata.
Ada sisi eksperimentasi dalam bentuk dan cara pengujaran, ada percobaan untuk mengenali
kesederhanaan, dan terutama sebuah perenungan. Kadang semua itu tercetus dalam rangkaian kalimat
banal dan mungkin sedikit binal. Namun kesemuanya didasari niat tulus untuk sebuah keterbukaan;
membuka diri, membuka hati, membuka mata…
Indra Afriza.
Contents
menangkap
dia meminta..
Aku berkeliaran di
sekitarnya;
Hanya mencoba
Hanya mengabarkan:
Chorus:
Kakak:
Adik-adik, dengarlah
Adik:
Chorus:
Aku mengenalimu,
Adalah diri
Meruak duri
Dalam keterdirian
Pula kesendirian
syukuri sunyi
Tuk menikahimu..
di pintu kacamu
dunia lain
*
Bu Satpam bilang: semua akan
Cenderung belok ke kanan;
Tapi aku terbawa belok ke kiri
Dan tanpa dinyana, tanpa rencana
Aku dipertemukan dengan
La Amore di Concilia.
*
Bu Batik bilang: semua batik
Selalu menawan di sisi kanan;
Tapi kulihat sakunya ada di kiri
Dalam repetisi nan menawan..
Bu Batik tersenyum, manis sekali
Meski tetap tak semanis
La Amore di Concilia.
*
Jangan coba cari di Googie translate
Atau kamus daring lainnya;
Jangan pula melihat hanya dari kanan
Kerna kau takkan menemukan
Arti sesungguhnya dari
La Amore di Concilia!
PERPISAHAN
Sekarang, aktivitas sehari-harinya terisi sebagai karyawan sebuah pabrik keramik di Cicadas, Gunung
Putri. Selain juga masih tetap menggeluti kegiatan kepenulisan. Sampai saat ini Indra masih mengasuh
sebuah ruangan untuk karya sastra di malam hari melalui rubrik Malam-Malam Insom (MMI) yang
digelar di Facebook (http://facebook.com/malam.insom ).
KOMENTAR DARI SAHABAT
“Di antara banyak puisinya yang ‘berani’ dan memukau, saya terpaku pada puisi singkat
berjudul ‘Perpisahan’. Singkat, padat, dan penyesalan itu terasa menyesakkan karena ‘ada
kamu di dalamnya...’ Saya suka puisi ini!
Udo sendiri saya kenal di suatu komunitas penulis. Udo banyak memberikan masukan tentang
puisi dan saya banyak belajar juga dari Udo. Jadi, secara kepiawaiannya, saya rasa tidak perlu
diragukan lagi. Istilah ‘kepanjangan nafas’ saya kenal dari Udo, juga penggunaan bahasa
simbolik yang mendominasi puisi membuat saya juga berusaha membuat puisi yang
bermetafora, ketimbang yang dulu saya lakukan: hanya menuliskan apa yang terlintas di kepala,
apa adanya, sebagaimana layaknya bentuk prosa yang biasa saya tuliskan sebagai spesialisasi
saya. Udo juga tidak pelit membagikan ilmunya dan puisinya pun indah…”
“Untaian kata yang terhimpun dalam setiap puisi Indra Afriza bukanlah hanya kata biasa namun kata
yang menyimpan segudang makna, sepintas memang sederhana namun setelah dicerna tidak
sesederhana kata-katanya. Seperti halnya dalam Kursus Hidup dan Jangan MALU-malu BERDADA,
dalam dua puisi ini syarat dengan pesan yang merupakan hasil dari permenungan yang tentunya tak
terlepas dari perjalanan hidup yang tersurat dalam judul-judul yang lainnya…”
[Elis Tating Bardiah, seorang guru SMA yang sedang belajar menulis]
“Ada banyak cara buat saya dalam mengenal seseorang, salah satunya melalui karyanya; dalam bentuk
tulisan-tulisan yang saya baca. Bicara tentang seorang Udo Indra, lewat salah satu puisinya yang bicara
tentang ' batik', membuat saya jadi tergelitik, karena menangkap sebuah ' kegilaan' dari buah pemikiran
yang tidak biasa. Sebagai Penyair, dalam mengekspresikan dirinya ada dua perpaduan yang expresif,
antara keluguan ( silahkan di artikan: ketulusan) dan keangkuhan. ( yang ini boleh di baca: kecerdikan)…”