Dalam lirik sebuah lagu maupun syair puisi, tak salah bila subjektivitas ditonjolkan. Tentu
dengan harapan pendengar atau pembaca bisa masuk kedalam lirik lagu atau bait sajak puisi:
dengan simpati, empati sampai antipati sekalipun. Suka atau kesal, rindu dan benci, dll. Tak ada
namanya kesedihan tak berujung ataupun kebahagiaan tak berujung. Hanya ada keadaan yang
retak. Keadaan retak yang berarti membutuhkan pemakanaan, pola pikir, cara pandang
permasalahan. Seperti melihat gelas setengah berisi atau setengah kosong, memaknai hidup
dengan berselancar di zona pemaknaan keretakan itu: melihatnya bangunan itu masih bisa utuh
atau sudah pasti hancur. (Arrgh, ngebir yuk!)