Anda di halaman 1dari 17

PERINGATAN

(Oleh : Wiji Thukul)

Jika rakyat pergi


Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa

Kalau rakyat sembunyi


Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar

Bila rakyat tidak berani mengeluh


Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang


Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!

(Solo,1986)

Puisi yang berjudul “Peringatan” adalah salah satu puisi yang paling populer dari puisi-puisi
karya Wiji Thukul. Bernyali dan berani, itulah suasana yang ada dalam puisi tersebut. Puisi yang
mampu menggerakkan massa untuk ikut serta bergerak dalam melawan penindasan Hak Asasi
Manusia yang dilakukan oleh rezim orde baru.

Profil Wiji Thukul


Wiji Thukul, lahir dengan nama asli Wiji Widodo. Lahir di Surakrata, Jawa Tengah pada tanggal
26 Agustus 1963. Sampai saat ini keberadaan Wiji Thukul masih menjadi misteri. Semenjak
tanggal 27 Juli 1998 ia menghilang tanpa kabar pada usia 34 tahun. Sejak hari itu keberadaannya
tidak diketahui. Ia adalah seorang sastrawan yang mendedikasikan hidupnya menjadi seorang
aktivis hak asasi manusia di Indonesia. Keberadaan dan sepak terjangnya menjadi musuh
tersendiri bagi pemerintahan orde baru. Ia menentang keras pelanggaran hak asasi manusia pada
zaman pemerintahan soeharto. Ia merupakan salah satu tokoh yang ikut melawan penindasan
yang dilakukan oleh rezim orde baru. Sejak tahun 1998 ia tidak diketahui keberadaannya. Dia
dinyatakan hilang, diperkirakan diculik oleh militer.
Penyebab hilangnya Wiji Thukul bermula ketika terjadi kerusuhan pada Mei 1998. Ia menjadi
salah satu tokoh yang diburu oleh Kopassus Mawar atau lebih dikenal dengan Tim Mawar.
Diantara para aktivis-aktivis yang menjadi daftar pencarian aparat Tim Mawar adalah aktivis dari
Partai Rakyat Demokratik, Parati Demokrasi Indonesia, Partai Persatuan Pembangunan, Jakker,
pengusaha, mahasiswa, dan para aktivis-aktivis lain yang melakukan perlawanan terhadap rezim
orde baru pada saat itu. Hilangnya mereka terhitung dari bulan april hingga juli 1998. Sebelum
dinyatakan menghilang, Wiji Thukul sempat dikabarkan melakukan pelarian di beberapa tempat
yaitu di Pontianak Kalimantan Barat. Ia menyamar dengan nama samaran Paul, ia berhasil lolos
jari kejaran aparat militer. Dalam pelariannya di Pontianak Wiji Tukul tetap menulis dan
menghasilkan puisi yang berjudul “Topi Caping”. Pada pelariannya tersebut ia sering
mengenakan topi caping di kepalanya. Ia lebih dikenal sebagai tukang bakso yang bangkrut dan
frustasi dan beberapa orang mengenalnya sebagai seorang sopir yang dipecat majikannya dari
Solo. Setelah dari Pontianak, Wiji Thukul bersembunyi di Priok Jakarta Utara, hingga kini kabar
keberadaannya pun tidak di ketahui.

Berikut ini adalah kumpulan puisi Wiji Thukul yang tak lakang olah zaman

#1 Puisi Berjudul “Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu”

DI BAWAH SELIMUT KEDAMAIAN PALSU

jangan terus tindas rakyat yang membisu

jika demikian..
kalian seperti membangun bendungan yang bakal jebol
arus menggasak
hingga tamatlah kekuasaanmu

jangan jadikan rumahmu gudang penuh


barang mewah dan timbunan bahan makanan
jangan sanak familimu kaya karena bintang bintang
pangkatmu/
jika demikian..
kalian telah melahirkan musuh bagi anak cucumu

janganlah rampas tanah rakyat


jangan abaikan kepentingannya
sebab tanah adalah bumi tempat ibadah kepada tuhannya
tempat memuliakan dirinya dengan kerja
jika itu kau lakukan..
berarti telah kau tabur sendiri

iman kekacauan di negeri ini

jangan redam pikiran rakyat dengan paksa


jangan coba bikin ketentraman dengan penuh dengan
ancaman
jika demikian..
berarti kalian telah menggugah
raksasa yang tidur di bawah
selimut kedamaian palsu

maka pada saat itulah


sejarah akan kembali membacakan
kisah kisah tirani: Yang Harus Diturunkan!

#2 Puisi berjudul “Sajak Suara”

SAJAK SUARA

sesungguhnya suara itu tak bisa diredam


mulut bisa dibungkam
namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku
suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diamaku
siapkan untukmu: pemberontakan!

sesungguhnya suara itu bukan perampok


yang ingin merayah hartamu
ia ingin bicara
mengapa kau kokang senjata
dan gemetar ketika suara-suara itu
menuntut keadilan?
sesungguhnya suara itu akan menjadi kata
ialah yang mengajari aku bertanya
dan pada akhirnya tidak bisa tidak
engkau harus menjawabnya
apabila engkau tetap bertahan
aku akan memburumu seperti kutukan

#3 Puisi Berjudul “Bunga dan Tembok”

BUNGA DAN TEMBOK

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanah

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besi

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri

Jika kami bunga


Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!

Dalam keyakinan kami


Di manapun – tirani harus tumbang!

#4 Puisi Berjudul “Sukmaku Merdeka”

SUKMAKU MERDEKA

Tidak tergantung kepada Departemen Tenaga Kerja


Semakin hari semakin nyata nasib di tanganku
Tidak diubah oleh siapapun
Tidak juga akan dirubah oleh Tuhan Pemilik Surga
Apakah ini menyakitkan? entahlah !
Aku tak menyumpahi rahim ibuku lagi
Sebab pasti malam tidak akan berubah menjadi pagi
Hanya dengan memaki-makiWaktu yang diisi keluh akan berisi
keluh
Waktu yang berkeringat karena kerja akan melahirkan
Serdadu-serdadu kebijaksanaan
Biar perang meletus kapan saja
Itu bukan apa-apa
Masalah nomer satu adalah hari ini
Jangan mati sebelum dimampus takdirSebelum malam mengucap
selamat malam
Sebelum kubur mengucapkan selamat datang
Aku mengucap kepada hidup yang jelata
M E R D E K A..!!!!

#5 Puisi Berjudul “Sehari Saja Kawan”

SEHARI SAJA KAWAN

Satu kawan bawa tiga kawan


Masing-masing nggandeng lima kawan
Sudah berapa kita punya kawan

Satu kawan bawa tiga kawan


Masing-masing bawa lima kawan
Kalau kita satu pabrik bayangkan kawan

Kalau kita satu hati kawan


Satu tuntutan bersatu suara
Satu pabrik satu kekuatan
Kita tak mimpi kawan!

Kalau satu pabrik bersatu hati


Mogok dengan seratus poster
Tiga hari tiga malam
Kenapa tidak kawan

Kalau satu pabrik satu serikat buruh


Bersatu hati
Mogok bersama sepuluh daerah
Sehari saja kawan
Sehari saja kawan

Sehari saja kawan


Kalau kita yang berjuta-juta
Bersatu hati mogok
Maka kapas tetap terwujud kapas
Karena mesin pintal akan mati

Kapas akan tetap berwujud kapas


Tidak akan berwujud menjadi kain
Serupa pelangi pabrik akan lumpuh mati

Juga jalan-jalan
Anak-anak tak pergi sekolah
Karena tak ada bis
Langit pun akan sunyi
Karena mesin pesawat terbang tak berputar
Karena lapangan terbang lumpuh mati

Sehari saja kawan


Kalau kita mogok kerja
Dan menyanyi dalam satu barisan
Sehari saja kawan
Kapitalis pasti kelabakan!!

(12-11-94)

#6 Puisi Berjudul “Buruh-buruh”

BURUH-BURUH

Di batas desa
Pagi – pagi
Dijemput truk
Dihitung seperti pesakitan
Diangkut ke pabrik
Begitu seterusnya

Mesin terus berputar


Pabrik harus berproduksi
Pulang malam
Badan loyo
Nasi dingin

Bagaimana kalau anak sakit


Bagaimana obat
Bagaimana dokter
Bagaimana rumah sakit
Bagaimana uang
Bagaimana gaji
Bagaimana pabrik? mogok?
Pecat! mesin tak boleh berhenti
Maka mengalirlah tenaga murah
Mbak ayu kakang dari desadisedot
Sampai pucat

PUISI UNTUK ADIK


apakah nasib kita akan terus seperti

sepeda rongsokan karatan itu?

o… tidak, dik!

kita akan terus melawan

waktu yang bijak bestari

kan sudah mengajari kita

bagaimana menghadapi derita

kitalah yang akan memberi senyum

kepada masa depan

jangan menyerahkan diri kepada


ketakutan

kita akan terus bergulat

apakah nasib kita akan terus seperti

sepeda rongsokan karatan itu?

o… tidak, dik!

kita harus membaca lagi

agar bisa menuliskan isi kepala

dan memahami dunia

#8 Puisi Berjudul “Hari Itu Aku Akan Bersiul”

HARI ITU AKU AKAN BERSIUL

pada hari coblosan nanti

aku akan masuk ke dapur

akan kujumlah gelas dan sendokku


apakah jumlahnya bertambah

setelah pemilu bubar?

pemilu oo… pilu, pilu

bila hari coblosan tiba nanti

aku tak akan pergi ke mana-mana

aku ingin di rumah saja

mengisi jambangan

atau menanak nasi

pemilu oo… pilu, pilu

nanti akan kuceritakan kepadamu

apakah jadi penuh karung beras

minyak tanah

gula

atau bumbu masak

setelah suaramu dihitung

dan pesta demokrasi dinyatakan selesai

nanati akan kuceritakan kepadamu

pemilu oo… pilu, pilu

bila tiba harinya

hari coblosan

aku tak akan ikut berbondong-bondong

ke tempat pemungutan suara


aku tidak akan datang

aku tidak akan menyerahkan suaraku

aku tidak akan ikutan masuk

ke kotak suara itu

pemilu oo… pilu, pilu

aku akan bersiul-siul

memproklamasikan kemerdekaanku

aku akan mandi

dan bernyanyi sekeras-kerasnya

pemilu oo… pilu, pilu

hari itu aku akan mengibarkan hakku

tinggi, tinggi

akan kurayakan dengan nasi hangat

sambel bawang dan ikan asin

pemilu oo… pilu, pilu

sambel bawang dan ikan asin

#9 Puisi Berjudul “Ongkos”

ayo keluar keliling kota


tak perlu ongkos tak perlu biaya
masuk toko perbelanjaan tingkat lima
tak beli tak apa
lihat-lihat sajakalau pingin durian
apel-pisang-rambutan-anggur
ayo..
kita bisa mencium baunya
mengumbar hidung cuma-cuma
tak perlu ongkos tak perlu biaya
di kota kita
buah macam apa
asal mana saja
adakalau pingin lihat orang cantik
di kota kita banyak gedung bioskop
kita bisa nonton posternya
atau ke diskotik
di depan pintu
kau boleh mengumbar telinga cuma-cuma
mendengarkan detak musik
denting botol
lengking dan tawa
bisa juga kau nikmati
aroma minyak wangi luar negeri
cuma-cuma
aromanya sajaayo..
kita keliling kota
hari ini ada peresmian hotel baru
berbintang lima
dibuka pejabat tinggi
dihadiri artis-artis ternama ibukota
lihat
mobil para tamu berderet-deret
satu kilometer panjangnyakota kita
memang makin megah dan kayatapi hari
sudah malam
ayo kita pulang
ke rumah kontrakan
sebelum kehabisan kendaraan
ayo kita pulang
ke rumah kontrakan
tidur berderet-deret
seperti ikan tangkapan
siap dijual di pelelanganbesok pagi
kita ke pabrik
kembali bekerja
sarapan nasi bungkus
ngutang
seperti biasa
18 november 96

#10 Puisi Berjudul “Nyanyian Akar Rumput”

NYANYIAN AKAR RUMPUT

jalan raya dilebarkan


kami terusir

mendirikan kampung

digusur

kami pindah-pindah

menempel di tembok-tembok

dicabut

terbuangkami rumput

butuh tanah

dengar!

Ayo gabung ke kami

Biar jadi mimpi buruk


presiden!

#11 Puisi Berjudul “Sajak Kepada Bung Dadi”

SAJAK KEPADA BUNG DADI

ini tanahmu juga

rumah-rumah yang berdesakan

manusia dan nestapa

kampung halaman gadis-gadis muda

buruh-buruh berangkat pagi pulang sore

dengan gaji tak pantas

kampung orang-orang kecil

yang dibikin bingung

oleh surat-surat izin dan kebijaksanaan


dibikin tunduk mengangguk

bungkuk

ini tanah airmu

di sini kita bukan turis

solo-sorogenen, malam pemilu 87

#12 Puisi Berjudul “Sajak Ibu”

SAJAK IBU

ibu pernah mengusirku minggat dari


rumah

tetapi menangis ketika aku susah

ibu tak bisa memejamkan mata

bila adikku tak bisa tidur karena lapar

ibu akan marah besar

bila kami merebut jatah makan

yang bukan hak kami

ibuku memberi pelajaran keadilan

dengan kasih sayang

ketabahan ibuku

mengubah rasa sayur murah

jadi sedap

ibu menangis ketika aku mendapat susah

ibu menangis ketika aku bahagia

ibu menangis ketika adikku mencuri


sepeda

ibu menangis ketika adikku keluar


penjara

ibu adalah hati yang rela menerima

selalu disakiti oleh anak-anaknya

penuh maaf dan ampun

kasih sayang ibu

adalah kilau sinar kegaiban tuhan

membangkitkan haru insan

dengan kebajikan

ibu mengenalkan aku kepada tuhan

solo, 1986

#13 Puisi Berjudul “Sajak Bagong”

SAJAK BAGONG

bagong namanya

tantanglah berkelahi

kepalamu pasti dikepruk batu

bawalah whisky

bahumu pasti ditepuk-tepuk gembira

ajaklah omong

tapi jangan khotbah

ia akan kentut

bagong namanya
malam begadang

subuh tidur bangun siang

sore parkir untuk makan

awas jangan ngebut di depan matanya

engkau bisa dipukuli

lalu ditinggal pergi

ya, ya.. bagong namanya

pemilu kemarin besar jasanya

bagong ya bangong

tapi bagong sudah mati

pada suatu pagi

mayatnya ditemukan orang

di tepi rel kereta api

setahun yang lalu

ya, ya.. setahun yang lalu

Demikianlah kumpulan puisi sang penyair yang sampai saat ini tidak diketahui keberadaanya.
Seorang penyair yang begitu mendambakan reformasi dan terwujudnya arti demokrasi yang
sesungguhnya. Kini cita-citanya tersebut telah menjadi kanyataan. Reformasi telah tercapai,
namun jejak sang penyair sampai saat ini masih menjadi misteri. Ia telah dinyatakan menghilang
pada juli 1998. Semoga dengan membaca dan menghayati puisi di atas dapat membangkitkan
kesadaran dan semangat anda dalam mewujudkan apa yang anada cita-citakan. Puisi yang penuh
makna dan mampu menggerakan masa pada saat untuk turut bergerak melawan rezim orde baru,
serta melawan penindasan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia. Demikianlah 13 Kumpulan Puisi
Wiji Thukul yang Tak Lekang Oleh Zaman. Sekian yang dapat mimin sampaikan pada artikel
kali ini semoga bermanfaat.
SAJAK SUARA

sesungguhnya suara itu tak bisa diredam


mulut bisa dibungkam
namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku
suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diamaku
siapkan untukmu: pemberontakan!

sesungguhnya suara itu bukan perampok


yang ingin merayah hartamu
ia ingin bicara
mengapa kau kokang senjata
dan gemetar ketika suara-suara itu
menuntut keadilan?
sesungguhnya suara itu akan menjadi kata
ialah yang mengajari aku bertanya
dan pada akhirnya tidak bisa tidak
engkau harus menjawabnya
apabila engkau tetap bertahan
aku akan memburumu seperti kutukan

BUNGA DAN TEMBOK

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanah
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besi

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri

Jika kami bunga


Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!

Dalam keyakinan kami


Di manapun – tirani harus tumbang!

TENTANG SEBUAH GERAKAN


.
Tadinya aku pingin bilang
aku butuh rumah
tapi lantas kuganti
dengan kalimat
SETIAP ORANG BUTUH TANAH
ingat: Setiap orang
.
aku berpikir
tentang sebuah gerakan
tapi mana mungkin
aku nuntut sendirian
.
aku bukan orang suci
yang bisa hidup dari sekepal nasi
dan air sekendi
aku butuh celana dan baju
untuk menutup kemaluanku
.
aku berpikir
tentang sebuah gerakan
tapi mana mungkin
kalau diam
___

NYANYIAN AKAR RUMPUT


jalan raya dilebarkan
kami terusir
mendirikan kampung
digusur
kami pindah-pindah
menempel di tembok-tembok
dicabut
terbuang

kami rumput
butuh tanah
dengar!
Ayo gabung ke kami
Biar jadi mimpi buruk presiden!

Anda mungkin juga menyukai