Anda di halaman 1dari 16

Sejarah dan Asal-usul Kata Bantimurung

Sebelum berbicara lebih jauh tentang kawasan wisata Bantimurung atau Taman Nasional Bantimurung -
Bulusaraung, ada baiknya kita tengok sedikit sejarah dan asal usul kata Bantimurung.

Sejarah dan asal usul kata Bantimurung dimulai sejak masa Perjanjian Bungaya I dan II (1667-1669) saat
Maros ditetapkan sebagai daerah yang dikuasai langsung oleh Belanda. Ketika itu, wilayah kerajaan
Maros diformulasikan dalam bentuk Regentschaap yang dipimpin oleh penguasa bangsawan lokal
bergelar Regent (setingkat bupati).

Setelah itu, Maros berubah menjadi Distrik adat Gemeschaap yang dipimpin oleh seorang kepala distrik
yang dipilih oleh bangsawan lokal dengan gelar Karaeng Arung atau Gallarang. Kerajaan Simbang
merupakan salah satu distrik adat Gemenschaap yang berada dalam wilayah kerajaan Maros. Distrik ini
dipimpin oleh seorang bangsawan lokal bergelar "karaeng."

Pada sekitar tahun 1923, Patahoeddin Daeng Paroempa, diangkat menjadi Karaeng Simbang. Dia mulai
mengukuhkah kehadiran kembali Kerajaan Simbang dengan melakukan penataan dan pembangunan di
wilayahnya. Salah satu program yang dijalankannya ialah dengan melaksanakan pembuatan jalan
melintas Kerajaan Simbang agar mobilitas dari dan ke daerah-daerah sekitarnya menjadi lancar.

Pembuatan jalan ini, rencananya akan membelah daerah hutan belantara. Sayangnya, pekerjaan
tersebut terhambat akibat terdengarnya bunyi menderu dalam hutan yang menjadi jalur pembuatan
jalan tersebut.

Saat itu, para pekerja tidak berani melanjutkan pekerjaan pembuatan jalan, karena suara gemuruh
tersebut begitu keras. Karaeng Simbang yang memimpin langsung proyek ini lalu memerintahkan
seorang pegawai kerajaan untuk memeriksa ke dalam hutan belantara dan mencari tahu dari mana
suara bergemuruh itu berasal.

Setelah melakukan perjalanan singkat ke dalam kawasan hutan untuk mencari tahu dari mana suara
bergemuruh berasal, pegawai kerajaan langsung kembali melapor kepada Karaeng Simbang. Namun
sebelum melapor, Karaeng Simbang terlebih dahulu bertanya.

“Aga ro merrung?,” tanyanya. (Bahasa Bugis; yang berarti: "apa itu yang bergemuruh?")

“Benti, puang (air, tuanku)," jawab sang pegawai kerajaan. (Benti adalah bahasa bugis halus atau tingkat
tinggi untuk air)

Merasa penasaran, Karaeng Simbang mengajak seluruh anggota rombongan untuk melihat langsung air
bergemuruh tersebut. Sesampainya di tempat asal suara, Karaeng Simbang langsung terpana dan takjub
menyaksikan luapan air begitu besar merambah batu cadas yang mengalir jatuh dari atas gunung.

“Makessingi kapang narekko iyae onroangnge' diasengi benti merrung! (mungkin ada baiknya jika
tempat ini dinamakan air yang bergemuruh)," ujar Karaeng Simbang, Patahoeddin Daeng Paroempa.
Berawal dari kata benti merrung itulah kemudian berubah bunyi menjadi bantimurung. Penemuan air
terjun tersebut membuat rencana pembuatan jalan tidak dilanjutkan. Malahan, daerah di sekitar air
terjun dijadikan sebagai sebuah perkampungan baru dalam wilayah Kerajaan Simbang. Kampung ini
dikepalai oleh seorang Kepala Kampung bergelar "Pinati Bantimurung." (bersambung)

Bantimurung, The Kingdom of Butterfly


Jauh sebelum Karaeng Simbang, Patahoeddin Daeng Paroempa, menemukan dan memberikan nama
untuk kawasan wisata air terjun Bantimurung, seorang naturalis, penjelajah, pengembara, ahli
antropologi, dan ahli biologi dari Britania Raya, bernama Alfred Russel Wallace (lahir 8 Januari 1823 –
meninggal 7 November 1913 pada umur 90 tahun), telah berkunjung dan sempat menetap di kawasan
wisata Bantimurung (diperkirakan antara tahun 1856-1857).

Wallace banyak melakukan penelitian lapangan, dimana untuk pertama kalinya dilakukan di sungai
Amazon pada tahun 1846 saat ia masih berusia 23 tahun, dan kemudian di Kepulauan Nusantara yang
sekarang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia (antara tahun 1854 hingga 1862).

Selama ekspedisinya di Nusantara, diperkirakan dia telah menempuh jarak tidak kurang dari 22.500
kilometer, melakukan 60 atau 70 kali perjalanan terpisah, dan mengumpulkan 125.660 spesimen fauna
meliputi 8.050 spesimen burung, 7.500 spesimen kerangka dan tulang aneka satwa, 310 spesimen
mamalia, serta 100 spesimen reptil. Selebihnya, mencapai 109.700 spesimen serangga, termasuk kupu-
kupu yang paling disukainya.

Wallace tentu saja tidak menyebut nama Bantimurung dalam buku atau catatannya, karena nama
Bantimurung baru ada puluhan tahun setelah dirinya meninggalkan kawasan wisata tersebut. Namun
berdasarkan catatan dan buku yang ditulisnya, kawasan hutan yang sekarang menjadi kawasan wisata
Bantimurung itulah yang dijuluki Alfred Russel Wallace sebagai "The Kingdom of Butterfly" atau Kerajaan
Kupu-kupu. Wallace bahkan menyebutkan bahwa di lokasi tersebut (Bantimurung) terdapat sedikitnya
250 spesies kupu-kupu.

Hingga kini, Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung memang menonjolkan kupu-kupu sebagai daya
tarik utamanya. Di tempat ini sedikitnya ada 20 jenis kupu-kupu yang dilindungi pemerintah dan
ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 7/1999.

Beberapa spesies unik bahkan hanya terdapat di Sulawesi Selatan, yaitu Troides Helena Linne, Troides
Hypolitus Cramer, Troides Haliphron Boisduval, Papilo Adamantius, dan Cethosia Myrana.
-------------
Wallace menyebut Bantimurung sebagai "The Kingdom of Butterfly" atau Kerajaan Kupu-kupu. Wallace
bahkan menyebutkan bahwa di lokasi tersebut (Bantimurung) terdapat sedikitnya 250 spesies kupu-
kupu. (Foto: Saiful Bachri)

---------------

Kupu-kupu ini pula yang menjadi salah satu titik tolak penyelenggaraan konservasi kawasan. Tahun
2010, berfokus di Kawasan Wisata Bantimurung, ditemukan 133 spesies kupu-kupu. Pengamatan ini
dilakukan sepanjang tahun, guna menggali lebih dalam tentang perbedaan kemunculan jenis kupu-kupu
setiap bulannya.

Tahun 2011-2012, kegiatan yang sama juga dilaksanakan namun mencakup wilayah pengamatan yang
lebih luas, yaitu beberapa wilayah di Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep. Berdasarkan hasil
identifikasi tersebut, jenis kupu-kupu yang ditemukan berjumlah 222 jenis, yaitu 200 jenis teridentifikasi
pada tingkat spesies, 5 jenis teridentifikasi pada tingkat sub famili, 13 jenis pada tingkat famili, dan 4
jenis pada tingkat super family.

Saat ini ada empat jenis yang mendapat perlindungan khusus di Taman Nasional Bantimurung -
Bulusaraung, yaitu troides hypolitus, troides helena, troides holipron, dan chetosia
myrina. (bersambung)

Bantimurung, Surga Bagi Para Petualang

Oleh: Asnawin
(Wartawan, Penulis, Dosen)

Tidak dapat dimungkiri, Bantimurung hingga kini masih menjadi primadona wisata alam di
Sulawesi Selatan. Sebagai objek wisata andalan, Bantimurung menyodorkan beragam atraksi
wisata menarik. Air terjun yang mengalir deras, aliran sungai dengan tepian berbatu yang diapit
kokohnya tebing terjal, serta sejuknya hawa menjadi suguhan yang mengundang banyak
pengunjung.

Pemerintah Kabupaten Maros dan Balai Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung (TN
Babul) mengembangkan berbagai sarana dan prasarana wisata. Di sekitar air terjun terdapat
beberapa gazebo sebagai tempat wisatawan beristirahat. Tak hanya itu, mushallah, toko souvenir,
kolam renang anak, baruga pertemuan, toilet, area parkir, dan penginapan pun telah tersedia
untuk mendukung kenyamanan berwisata.

Bantimurung pun dikenal hingga ke mancanegara sebagai “The Kingdom of Butterfly”. Sebuah
julukan yang diberikan oleh Alfred Russel Wallace pada sekitar tahun 1857.
Karena keanekaragaman dan kelimpahan kupu-kupunya ini pulalah yang mendasari Taman
Nasional (TN) Bantimurung - Bulusaraung mengembangkan penangkaran kupu-kupu yang
diusung dalam konsep Taman Kupu-kupu. Selain untuk kepentingan konservasi jenis, Taman
Kupu-kupu ini berfungsi sebagai wahana pendidikan konservasi bagi masyarakat umum.

Beragam aktivitas dapat dilakukan di kawasan wisata Bantimurung. Kesegaran air terjun
mengundang para pengunjung untuk berwisata tirta. Atraksi kupu-kupu beterbangan beraneka
warna, menambah semaraknya suasana.

Keindahan panorama pun dapat dinikmati dari atas ketika kita melayang menggunakan flying
fox. Pengunjung juga dapat menyusuri keindahan aliran sungai hingga ke hulunya, di Danau
Kassi Kebo. Danau ini dikelilingi oleh tebing terjal dan dihiasi hamparan pasir putih di
tepiannya. Danau inilah yang menjadi habitat utama kupu-kupu Bantimurung.

Di dekat danau terdapat Gua Batu yang menyajikan juntaian stalagtit (jenis speleothem atau
mineral sekunder yang menggantung dari langit-langit gua kapus) dan tonjolan stalagmit
(susunan batu kapur berbentuk kerucut berdiri tegak di lantai gua), serta keindahan ornamen gua
lainnya. Di sisi sungai lainnya terdapat pula Gua Mimpi dengan ornamen yang tak kalah
indahnya.

Ekosistem Hutan

Berdasarkan tipe ekosistem hutan yang ada (mengikuti Sastrapradja dkk dan Whitten et al),
kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung dibagi ke dalam tiga tipe ekosistem utama.
Pertama, ekosistem hutan di atas batuan karst (forest over limestone/hutan di atas batu gamping)
atau lebih dikenal dengan nama ekosistem karst. Kedua, ekosistem hutan hujan non
dipterocarpaceae pamah. Ketiga, ekosistem hutan pegunungan bawah.

Batas ketiga tipe ekosistem ini sangat jelas karena hamparan batuan karst yang berdinding terjal
dengan puncak menaranya yang relatif datar, sangat berbeda dengan topografi hutan hujan non
dipterocarpaceae pamah yang mempunyai topografi datar sampai berbukit, serta kondisi
ekosistem hutan pegunungan yang ditandai oleh bentuk relief yang terjal atau terkadang
bergelombang.

Pada kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, terdapat dua lokasi ekosistem karst
yang saling terpisah, yaitu di wilayah Maros - Pangkep pada bagian barat taman nasional, dan di
ujung utara, yakni di wilayah Mallawa.

Para ahli geologi membedakan kedua kelompok karst ini, yakni yang pertama dikenal dengan
kelompok Pangkajene dan yang kedua disebut kelompok pegunungan bagian Timur. Kedua
lokasi ini merupakan wilayah penyebaran vegetasi bukit karst (vegetasi bukit kapur) dan lainnya
merupakan areal penyebaran vegetasi hutan dataran rendah.
Geomorfologi karst Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung berbentuk karst menara (pada
beberapa referensi disebut sebagai The Spectacular Tower Karst), yang merupakan satu-satunya
di Indonesia dan berbeda dengan tempat-tempat lain yang pada umumnya berbentuk karst
kerucut (conicall hill karst) atau peralihan antara karst menara dan kerucut.

Seperti pada umumnya kawasan karst, ekosistem karst Taman Nasional Bantimurung
Bulusaraung memiliki sangat banyak gua dengan ornamen stalagtit dan stalagmit serta ornamen
endokarst lainnya.

Karst yang di dalamnya mengalir sungai-sungai bawah tanah sepanjang puluhan kilometer ini
menjadi tempat bergantung bagi banyak orang. Di kaki-kaki tebing, banyak muncul mata air
yang digunakan sebagai sumber air bersih, air yang tidak pernah kering meskipun kemarau
datang.

Karst Maros-Pangkep tidak hanya tentang pemandangan dan bentang alam dengan gua-guanya
yang spektakuler, tetapi juga tentang tempat hidup berbagai jenis fauna, khususnya fauna gua.

Surga Bagi Petualang

Kawasan Karst Maros-Pangkep seluas ± 40.000 Ha merupakan kawasan karst terluas dan
terindah kedua di dunia setelah Cina, dan seluas ± 20.000 ha menjadi bagian dari ± 43.750 ha
kawasan konservasi Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Kawasan ini merupakan surga
bagi para petualang.

Bagi Anda yang mengaku seorang petualang tidak lengkap kalau tidak mencoba melakukan
petualangan dan menjelajahi Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, karena Anda akan
menemukan petualangan yang sangat menantang dan memacu adrenalin. Deretan tebing-tebing
karst, koridor karst dan gua horisontal dan vertikal serta daerah pegunungan telah menunggu
Anda untuk segera ditaklukkan.

Aksesibilitas

Kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung dapat dicapai dari beberapa sisi, yaitu dari
sisi Selatan (Bantimurung) dan dari sisi Barat (Balocci).

Sisi Selatan atau tepatnya obyek wisata Air Terjun Bantimurung berjarak ± 40 Km dari Kota
Makassar, Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Jarak ini dapat ditempuh selama ± 60 menit.

Untuk pengunjung yang berasal dari luar provinsi atau pengunjung manca negara, kawasan
Bantimurung berjarak ± 21 Km dari Bandar Udara Internasional Hasanuddin atau dapat dicapai
dalam waktu ± 30 menit. Tersedia banyak fasilitas angkutan umum untuk dapat mencapai lokasi
ini sepanjang hari.
Sarana dan Prasarana

Sarana prasarana pengelolaan dan pemanfaatan kawasan pada Taman Nasional Bantimurung
Bulusaraung hingga saat ini masih sangat terbatas. Untuk kebutuhan perlindungan dan
pengamanan kawasan hanya tersedia sebuah pondok kerja berukuran 70 M2, serta tiga buah pos
jaga berukuran 20 M2.

Untuk keperluan wisata pada Blok Bantimurung, telah tersedia beberapa fasilitas wisata yang
memadai untuk wisatawan lokal, namun belum representatif untuk wisatawan mancanegara.
Seluruh fasilitas wisata yang telah tersedia pada Blok Bantimurung juga adalah investasi
Pemerintah Kabupaten Maros dan dikelola secara langsung oleh pemerintah setempat bersama
masyarakat sekitar.

Pada Blok Pattunuang telah tersedia loket karcis, beberapa shelter dan MCK, serta jalan trail
namun belum dilengkapi dengan fasilitas wisata penunjangnya, terutama jalan untuk akses
mencapai loket, tempat parkir serta pengenal kawasan atau biasanya berbentuk pintu gerbang.

Pada kawasan Pattunuang juga tersedia fasilitas demplot penangkaran kupu-kupu, namun
kondisinya tidak lagi menarik karena kurangnya pemeliharaan sejak dibangun pada tahun 1998.
Pada Blok Bantimurung, tersedia sebuah demplot penangkaran Kupu-kupu yang cukup diminati
oleh berbagai kalangan, baik untuk keperluan penelitian, pendidikan, serta untuk kegiatan wisata
bagi kalangan tertentu.

Untuk keperluan operasional pengelolaan kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung,


sampai saat ini hanya tersedia dua unit kendaraan roda empat dan lima unit kendaraan roda dua,
serta sebuah kantor berukuran 800 m2 yang belum dilengkapi dengan sarana meubelair yang
memadai.

Sampai saat ini, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah yang masing-masing berkedudukan
di Balocci Kabupaten Pangkep, dan Camba Kabupaten Maros, belum memiliki gedung kantor
tersendiri. (bersambung)

Tujuh Keajaiban Objek Wisata di Bantimurung

Oleh: Asnawin
(Wartawan, Penulis, Dosen)

Mungkin berlebihan kalau pengelola Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung menggunakan


istilah "The Seven Wonders" atau tujuh keajaiban dari tujuh objek wisata alam di Bantimurung,
tetapi itulah wujud semangat mereka untuk mengembangkan sekaligus menduniakan objek
wisata yang berada di daerah Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi
Selatan.
Tujuh Keajaiban Dunia biasanya menunjuk ke Tujuh Keajaiban Dunia Kuno. Pencetus awal
daftar ini adalah Antipater Sidon, yang membuat daftar struktur dalam sebuah puisi (sekitar 140
SM).

Belakangan, muncul istilah Tujuh Keajaiban Dunia Baru, yaitu proyek yang berupaya
mengembalikan konsep Tujuh Keajaiban Dunia dengan daftar keajaiban modern. Pemilihan
disusun oleh Yayasan New 7 Wonders, dengan pemenang diumumkan pada tanggal 7 Juli 2007,
di Lisbon, Portugal.

Secara kebetulan ada tujuh kawasan wisata di Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung,
maka pengelola taman nasional tersebut mengait-ngaitkannya dengan istilah Tujuh Keajaiban
atau The Seven Wonders.

Ke-7 kawasan wisata itu terdiri atas lima objek berada di Kabupaten Maros dan dua objek wisata
di Kabupaten Pangkep.

Lima kawasan wisata yang berada dalam wilayah Kabupaten Maros, yaitu kawasan wisata
Bantimurung, kawasan prasejarah Leang-leang, kawasan wisata Pattunuang Asue, kawasan
pengamatan satwa Karaenta, dan kawasan gua vertikal Leang Puteh.

Dua kawasan wisata dalam wilayah Kabupaten Pangkep, yaitu kawasan wisata Pegunungan
Bulusaraung, dan kawasan Permandian Alam Leang Londrong.

Visi-Misi

Pengembangan tujuh kawasan wisata tersebut sejalan dengan visi dan misi Balai Taman
Nasional Bantimurung Bulusaraung yang merupakan organisasi pelaksana teknis pengelolaan
taman nasional setingkat Eselon IIIA pada Kementerian Kehutanan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam.

Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung memang didirikan pada November 2006, tetapi
baru beroperasi secara efektif pada April 2007. Dalam tahap prakondisi, Balai Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung telah menetapkan visi dan misi pengelolaan jangka panjang.

Visi yang diusung yaitu "Terwujudnya Pengelolaan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung
yang Mantap, Serasi, dan Seimbang dengan Dukungan Kelembagaan yang Efektif."

Guna mencapai visi tersebut, Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung menetapkan
empat misi, yaitu (1) memantapkan status kawasan dan pengelolaan sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya; (2) mengoptimalkan perlindungan hutan dan penegakan hukum; (3)
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan prinsip
kelestarian; serta (4) mengembangkan kelembagaan dan kemitraan dalam rangka pengelolaan
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Kawasan Wisata Bantimurung

Sekarang mari kita lihat ketujuh objek wisata atau kawasan wisata yang ada di Balai Taman
Nasional Bantimurung Bulusaraung.

Yang pertama dan paling terkenal yaitu Kawasan Wisata Bantimurung (1). Berikutnya
ada Taman Prasejarah Leang-leang (2), Kawasan Wisata Pattunuang Asue (3), Kawasan
Pengamatan Satwa Karaenta (4), Kawasan Gua Vertikal Leang Puteh (5), Kawasan Wisata
Pegunungan Bulusaraung 96), dan Kawasan Permandian Alam Leang Londrong.

Kawasan Wisata Bantimurung, inilah salah satu primadona wisata alam Sulawesi Selatan.
Sebagai objek wisata andalan, Bantimurung menyodorkan beragam atraksi wisata menarik. Air
terjun yang mengalir deras, aliran sungai dengan tepian berbatu yang diapit kokohnya tebing
terjal, serta sejuknya hawa menjadi suguhan yang mengundang banyak pengunjung.

Bantimurung pun dikenal hingga ke mancanegara sebagai “The Kingdom of Butterfly”. Sebuah
julukan yang diberikan oleh Alfred Russel Wallace (1857). Karena keanekaragaman dan
kelimpahan kupu-kupunya ini pulalah yang mendasari Taman Nasional (TN) Bantimurung
Bulusaraung mengembangkan penangkaran kupu-kupu yang diusung dalam konsep Taman
Kupu-kupu. Selain untuk kepentingan konservasi jenis, Taman Kupu-kupu ini berfungsi sebagai
wahana pendidikan konservasi bagi masyarakat umum.

Beragam aktivitas dapat dilakukan di kawasan wisata Bantimurung. Kesegaran air terjun
mengundang para pengunjung untuk berwisata tirta. Atraksi kupu-kupu beterbangan beraneka
warna menambah semaraknya suasana. Keindahan panorama ini pun dapat dinikmati dari atas
ketika kita melayang menggunakan flying fox.

Pengunjung pun dapat penyusuri keindahan aliran sungai hingga ke hulunya, di Danau Kassi
Kebo. Danau ini dikelilingi oleh tebing terjal dan dihiasi hamparan pasir putih di tepiannya.
Danau inilah yang menjadi habitat utama kupu-kupu Bantimurung.

Di dekat danau terdapat Gua Batu yang menyajikan juntaian stalagtit (jenis speleothem atau
mineral sekunder yang menggantung dari langit-langit gua kapus) dan tonjolan stalagmit
(susunan batu kapur berbentuk kerucut berdiri tegak di lantai gua), serta keindahan ornamen gua
lainnya.
Di sisi sungai lainnya terdapat pula Gua Mimpi dengan ornamen yang tak kalah indahnya.

Pemerintah daerah Kabupaten Maros dan Balai TN. Bantimurung Bulusaraung mengembangkan
berbagai sarana dan prasarana wisata. Di sekitar air terjun terdapat beberapa Gazebo sebagai
tempat wisatawan beristirahat. Tak hanya itu, mushallah, toko souvenir, kolam renang anak,
baruga pertemuan, toilet, area parkir, dan penginapan pun telah tersedia untuk mendukung
kenyamanan berwisata.

Lokasi Kawasan Wisata Bantimurung sangat strategis bisa dijangkau dari berbagai jurusan dan
dilintasi oleh jalan lintas Kabupaten Maros-Bone menjadikan lokasi ini semakin menarik untuk
dikunjungi. Objek wisata ini tak jauh dari Ibu Kota Provinsi. Dari Makassar hanya berjarak ± 42
km dan dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin pun hanya berjarak ± 24 km dan dapat
ditempuh dalam waktu ± 1 jam dengan menggunakan kendaraan roda empat.
----------------

-----------
LEANG-LEANG. Pemandangan batuan dan tebing karst di Taman Prasejarah Leang-Leang
berdiri tegak memesona dan karya seni rupa purbakala yang menakjubkan di gua-gua
prasejarah. (Foto: Taufik Ismail)
-----------

Kawasan Prasejarah Leang-Leang

Taman Prasejarah Leang-leang menawarkan wisata sejarah budaya peradaban manusia purba.
Tapak kehidupan manusia jaman prasejarah dapat ditelusuri di lokasi wisata ini. Lukisan telapak
tangan manusia dan babi rusa yang terpampang di dinding-dinding gua serta beragam artefak
menjadi bukti kehadiran manusia prasejarah di daerah ini.

Panorama alam objek wisata ini pun sungguh menawan. Gugusan tebing batu dengan bentuk
yang khas dan unik, serta gunung-gunung batu yang kokoh menjulang menampilkan panorama
khas landscape karst.
Selain menambah pengetahuan tentang peradaban manusia purba, berbagai aktivitas pun dapat
dilakukan di sini. Di atas hamparan rumput yang hijau atau di tepian sungai yang mengalir jernih
di pinggiran tebing, pengunjung pun bisa bersantai menikmati asrinya suasana. Lokasi ini pun
cocok untuk kegiatan out bound.

Demi menambah kenyamanan pengunjung, di area ini telah dilengkapi dengan rumah adat,
baruga, shelter, toilet, jalur tracking, papan interpretasi, serta loket penjagaan.

Lokasi ini berada tak jauh dari Kawasan Wisata Bantimurung, hanya berjarak ± 9 km. Jika
ditempuh dari Maros, maka ± 3 km sebelum Kompleks Wisata Bantimurung, perjalanan
berbelok ke arah utara sejauh ± 6 km dari jalan poros Maros-Bone.
--------

----------------
Sungai Pattunuang yang berbatu dan berair jernih. Beragam aktivitas petualangan yang
menantang dapat dilakukan di kawasan wisata Pattunuang, antara lain panjat tebing di dinding
karst yang menjulang terjal, camping, tracking, hiking, atau hanya sekedar menikmati indahnya
panorama alam. (Foto: Kamajaya Shagir)
------------------

Kawasan Wisata Pattunuang Asue

Inilah Surga Para Petualang. Beragam aktivitas petualangan yang menantang dapat dilakukan di
sini. Pengunjung disuguhi banyak pilihan kegiatan alam bebas: panjat tebing di dinding karst
yang menjulang terjal, susur gua di gua-gua vertikal maupun horizontal, susur sungai yang
berbatu dan berair jernih, camping menikmati kehidupan alam bebas, tracking sepanjang jalur di
dalam hutan, hiking di perbukitan batuan karst, atau hanya sekedar menikmati indahnya
panorama alam.

Beraneka jenis tumbuhan dan satwa liar yang berkeliaran di habitat aslinya menambah serunya
petualangan di alam bebas. Pattunuang adalah habitat bagi hewan unik dan langka, Tarsius
fuscus. Pattunuang juga merupakan rumah bagi puluhan jenis burung. Jika beruntung,
pengunjung dapat melihat atraksi Soa-soa (Hydrosaurus amboinensis) yang berjemur di bebatuan
tepian sungai.

Adanya legenda “Biseang Labboro” atau perahu terbalik yang membantu di tepian sungai
Pattunuang, menambah daya tarik objek wisata ini.

Fasilitas pengunjung yang telah tersedia berupa shelter, toilet, jalur tracking, papan interpretasi,
dan loket penjagaan. Aksesibilitas menuju objek wisata ini cukup mudah. Letaknya tak jauh dari
Bantimurung. Hanya tinggal melanjutkan perjalananan ke arah Bone sejauh ± 3 km, lalu dari
jalan poros Maros-Bone dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh ± 500 m menuju gerbang masuk
Pattunuang.
------------

--------
CAGAR ALAM KARAENTA adalah laboratorium alam yang menawarkan beragam ilmu,
pengetahuan, dan pengalaman yang menarik. Kekayaan jenis flora dan fauna serta keunikan
landscape karst-nya sangat menarik untuk dieksplorasi. (int)
-----------

Kawasan Pengamatan Satwa Karaenta

Karaenta adalah laboratorium alam yang menawarkan beragam ilmu, pengetahuan, dan
pengalaman yang menarik. Kekayaan jenis flora dan fauna serta keunikan landscape karst-nya
sangat menarik untuk dieksplorasi.

Bagi para pecinta lingkungan atau peneliti yang ‘haus’ akan ilmu alam, Karaenta merupakan
tempat yang cocok untuk dikunjungi. Disini terdapat sekelompok monyet hitam Sulwesi
(Macaca maura). Dengan keahlian khusus petugas, kelompok kera hitam tersebut dapat
berkumpul dan menjadi atraksi satwa di habitat alaminya.

Gugusan Eboni (Diospyros celebica) atau kayu hitam yang merupakan jenis kayu langka dan
bernilai tinggi masih banyak dijumpai.

Lokasi ini dapat dicapai dari Makassar dengan kendaraan roda empat sejauh ± 56 km atau hanya
sekitar 2 jam perjalanan. Lokasinya yang melewati Bantimurung dan Pattunuang menjadikan
lokasi ini cukup strategi untuk dikunjungi.
------------
------------
GUA VERTIKAL LEANG PUTEH. Bagi para pecinta tantangan ekstrim, Leang Puteh
menawarkan petualangan paling menantang di TN. Bantimurung Bulusaraung. Gua vertikal
yang menganga lebar dan dalam memacu adrenalin para petualang. (int)
-----------

Kawasan Gua Vertikal Leang Puteh

Bagi para pecinta tantangan ekstrim, Leang Puteh menawarkan petualangan paling menantang di
TN. Bantimurung Bulusaraung. Gua vertikal yang menganga lebar dan dalam memacu adrenalin
para petualang.

Dengan lebar 50 – 80 m dan kedalaman ± 273 m, Leang Puteh sebagai gua single pitch terdalam
di Indonesia. Uniknya lagi, pada bagian dasar, gua ini menyambung dengan Gua Dinosaurus
yang terletak tak jauh dari mulut Gua Leang Puteh.

Namun, untuk saat ini petualangan menyusuri kedua gua ini hanya diperuntukkan bagi para
petualang yang memiliki stamina, keberanian, keahlian, dan peralatan khusus.

Untuk menuju lokasi ini dibutuhkan stamina yang baik. Dusun Pattiro berjarak ± 80 km dari
Makassar, sedangkan dari Dusun Pattiro, pengunjung masih harus menyusuri jalan setapak
sejauh ± 2 km menuju mulut gua.

Kawasan Wisata Pegunungan Bulusaraung

Desa Wisata Tompobulu menawarkan suasana pedesaan yang asri, berhawa sejuk, lingkungan
yang terawat, dan budaya masyarakat yang ramah. Adat budaya masyarakat Bugis-Makassar
masih kuat melekat pada kehidupan masyarakatnya.

Bahasa keseharian yang digunakannya pun cukup unik, yaitu Bahasa Dentong, yang merupakan
perpaduan antara Bahasa Bugis dan Makassar.

Beragam upacara dan kebiasaan masih sering dilaksanakan, seperti Tudang Sipulung
(musyawarah desa), Mappadendang (syukuran pasca panen), Tari Mappepe-pepe (tarian sakral
para pemuda desa), Ma’raga-raga (ketangkasan Bola Raga), Tari Kalabbirang (tari persembahan
pada raja), Tari Makkampiri (tari wujud syukur pasca panen kemiri), Upacara Appalili (upacara
pra masa tanam padi), serta Upacara Kotto Boko (ritual pasca panen padi).

Suasana budaya Bugis dapat semakin terasa, jika pengunjung meluangkan waktu untuk
menginap di rumah-rumah warga yang juga difungsikan sebagai homestay.

Masyarakat pun telah berinisiatif membentuk Kelompok Ekowisata Dentong yang senantiasa
siap mendampingi pengunjung.

Desa ini terletak tepat di kaki Gunung Bulusaraung. Pengunjung dapat melanjutkan perjalanan
ke puncak Bulusaraung yang tidak terlalu tinggi, hanya ± 1.353 mdpl dengan jalur pendakian ± 2
km. Di sepanjang jalur tersebut terdapat 9 pos pendakian yang telah dilengkapi dengan shelter.

Menara pengawas di Pos 8 dan Camping ground di Pos 9. Berbagai jenis satwa dapat dijumpai di
daerah ini. Jika beruntung, maka disepanjang jalur tracking tersebut, dapat dijumpai musang,
tarsius, serta berbagai jenis burung dan kupu-kupu.

Untuk menuju desa ini tidaklah terlalu jauh. Desa ini hanya berjarak ± 70 km dari Makassar atau
± 20 km dari Pangkep.
------------

--------
PERMANDIAN ALAM LEANG LONDRONG. Daya tarik utama objek wisata ini adalah
aliran air sungai yang mengalir dari gua Leang Lonrong (2.300 m). Gua ini berada di bawah
tebing karst yang menjulang terjal mengelilingi aliran sungai. Sungai yang mengalir sepanjang
tahun ini sangat cocok untuk berwisata tirta. (int)
--------

Kawasan Permandian Alam Leang Londrong

Daya tarik utama objek wisata ini adalah aliran air sungai yang mengalir dari gua Leang Lonrong
(2.300 m). Gua ini berada di bawah tebing karst yang menjulang terjal mengelilingi aliran
sungai. Sungai yang mengalir sepanjang tahun ini sangat cocok untuk berwisata tirta. Kekayaan
flora dan fauna di sekitarnya pun cukup menarik untuk dinikmati.

Pada dini hari atau menjelang senja, beberapa ekor Tarsius (Tarsius fuscus) biasa berkeliaran di
celah bebatuan.

Untuk mendukung kenyamanan pengunjung, di lokasi ini telah tersedia shelter, jembatan dan
jalur tracking. Lokasi ini dapat dijangkau dari Makkasar dengan kendaraan roda empat setelah
menempuh perjalanan sejauh ±53 km atau hanya ±1 jam.

Wisata Alam Bantimurung Maros


2 Abdhi Griffindors Friday, March 6, 2015

Wisata Alam Bantimurung Maros, Kec.Bantimurung Kab.Maros Provinsi Sulawesi Selatan,


Indonesia.

Wisata Alam Kampung Lolai Toraja Utara

Wisata Alam Celebes Canyon Barru

Wisata Alam Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Bombana

Wisata Alam Bantimurung Maros - Bantimurung adalah wisata alam yang menyediakan pemandangan
yang sangat indah dan sangat menakjubkan. Bantimurung adalah Wisata alam yang terletak di
Kec.Bantimurung, Kab.Maros dan Provinsi Sulawesi Selatan, dan tentunya tempat wisata alam ini terdapat
di negara kita yang tercinta yaitu Indonesia.

Bantimurung merupakan destinasi wisata maros yang menjadi andalan, karena di bantimurung kita bisa
melihat indahnya alam dan kesegaran dari perbukitan, karena disini kita bisa menemukan batu kars yang
sangat panjang membentang, air terjun yang sangat segar dan juga pusat penangkaran kupu-kupu yang
juga merupakan terbesar di Indonesia.
Di bantimurung terdapat banyak spesies unik dan langkah dari kupu-kupu, maka dari itu bantimurung juga
mendapat julukan sebagai The Kingdom Of Butterfly karena di kawasan ini terdapat lebih dari 250 spesies
kupu-kupu yang sangat bagus.

Selain spesies kupu-kupu di bantimurung juga kita bisa menemukan banyak pohon-pohon hutan,dan juga
kita bisa melihat monyet secara langsung bergelantungan,bermain di keindahan alam bantimurung.
Admin Blog Aneka Wisata Nusantara Berpose Di Salah Satu Spot Wisata Alam Bantimurung Maros

Selain binatang dan pohon-pohon dibantimurung anda bisa menikmati goa-goa yang sangat bagus, dan
sangat indektik dengan alam terbuka,seperti goa-goa pada umumnya, goa yang paling terkenal dikawasan
bantimurung adalah goa mimpi, dan goa batu.

Bantimurung sangat cocok dijadikan destinasi wisata untuk keluarga,dimana kita bisa mempererat
hubungan kebersamaan dengan keluarga, bagus juga digunakan untuk berwisata bersama dengan teman-
teman sekolah , dan juga untuk menghabiskan akhir pekan , mandi di air terjun yang sangat segar.

Anda mungkin juga menyukai