Anda di halaman 1dari 47

KOLA BO RASI!

BUKU KEDUA: JELAJAH

Jelajah berisi berbagai warna warni, gaya, dan tema kolaborasi interaksi puisi yang muncul di mailing list penyair (groups.yahogroups.com/penyair)

DAFTAR ISI

PENGANTAR .................................................... 4 NEON MELON ................................................ 6


NEON SIGN ......................................................... 6 MELON SIGN ...................................................... 7

LINTASAN KERETA KAPAL ........................... 8


MENGEJAR DETAK DI BESI ............................ 8 MENGEJAR DETAK DI BESI ............................ 9 LAUT LEPAS ...................................................... 10 LAUT LEPAS ...................................................... 12 LAUT LEPAS ...................................................... 13 LAUT LEPAS ...................................................... 14

PARADE KUPU ................................................ 15


KUPUKUPU KUPU KUNING .......................... 15 KUPU KUPU SELINGKUH .............................. 16 HINGGAPLAH DI RUMAHKU ....................... 17 KUPU KUPU ABU ABU..................................... 18 KUPU KUPU SEMUSIM BUNGA .................... 20

KIRIMAN PUISI .............................................. 21


SUDAH KAU TERIMA PUISIKU? ................... 21 SUDAH KAU TERIMA PUISIKU? ................... 22 SEKALI SAJA KUTERIMA ................................ 24 ARWAH PUISI .................................................... 25

DAFTAR ISI

MEDLEY NINA BOBOK ................................ 27


NINABOBOK ..................................................... 27 NINA MABOK .................................................... 28 MABOK MENENDANG MALAM ................... 29

MEDLEY GEMINTANG ................................. 30


LEWAT KILAP SEKEJAP .................................. 30 MENCARIMU .................................................... 31 AKU DI SINI DI CAHAYA KUBAH KELAM .. 32

NPPU-KG .......................................................... 35
PENGANTAR ..................................................... 35 Narasi Petarung Urban 1..................................... 36 NARASI PETARUNG URBAN 2 ....................... 40

PARA PEMAIN ................................................. 44

PENGANTAR
Dunia Cyberspace telah memberi banyak kemungkinan penyebaran, pertukaran dan interaksi ungkapan, mengatasi halangan ruang dan waktu. Hal ini membuka beberapa kemungkinan baru yang memberikan pertumbuhan yang lebih egaliter dan dinamis. Interaksi dan kolaborasi dalam berpuisi adalah salah satu kemungkinan yang ditawarkan oleh dunia cyberspace. Album ini berisi berbagai puisi kolaborasi dan interaksi dari para penyair yang kebanyakan berkiprah di dunia cyberspace. Bentuk bentuk kolaborasi itu sendiri beragam baik dari proses kreasi maupun struktur karyanya. Ada beberapa puisi yang merupakan karya tunggal ditulis bersama sama secara kolaboratif, baik baris per baris, maupun bait per bait, atau pun lebur dalam kesatuan puisi bersama. Ada pula bentuk di mana satu puisi utuh ditanggapi oleh puisi lain, menjadi jalinan seperti lagu medley, meniti suatu garis tema atau suasana. Dari segi proses penciptaan ada yang diciptakan secara interaksi live-realtime lewat media chatting, ada yang sekuensial lewat surat menyurat elektronik atau saling posting di mailing list Buku ini merupakan bagian dari trilogi buku, yaitu buku 1: hujan dan cinta, Buku 2: Jelajah dan Buku 3: duet kearsitekturan, Buku satu merupakan album medley dan duet dalam tema cinta yang muncul di kurun waktu pergantian tahun 2002-2003. Buku 2 yaitu buku ini memuat penjelajahan keragaman kolaborasi dari berbagai tema, bentuk dan penulis, Sedangkan Buku 3 merupakan suatu perangkat simponi duet 10 bagian secara sangat terstruktur. Kompilasi ini mencerminkan sebagian saja dari kuntum kuntum interaksi puisi yang tersebar di belantara sastra cyber. Masih banyak kolaborasi lain yang mungkin lebih menarik tapi tak

sempat tertangkap di kumpulan ini, dan masih akan muncul banyak lagi. Naskah dalam bentuk cetak kertas ini dibuat, agar karya karya tersebut yang bersemayam di dunia internet dapat juga dinikmati sekalipun tidak dihadapan komputer dan terhubung dengan internet, dengan demikian membuka peluang juga bagi pembaca yang (sedang) tidak terhubung ke komputer-internet. Seluruh puisi puisi di sini pernah dimuat di lingkungan cybersastra, yaitu website www.cybersastra.net, dan beberapa mailing list dalam rumpun cybersastra. Selamat menikmati

NEON MELON
NEON SIGN puisi ini tak seharusnya dituliskan pensil di atas kertas melainkan dengan neon di atas nyala langit seperti las vegas benderang dalam pendar pendar gas di liuk tabung tabung berwarna untuk segenap kota membaca lihatlah puisi kita! yang digores di atas cahaya cahaya neon kota tentang waktu yang gagal memaksa tentang kita yang tak mampu memecah langkah ke arah berbeda terpaku di sebuah silang atas nama cinta Idaman, Arwan, Ris kencana, Cecil, Sudaryanto, Aglisius 31 maret 2003, 23.34 tepian jalan kemang

NEON-MELON
MELON SIGN cinta ini tak seharusnya diterbangkan dengan B29 di atas 3500 kaki melainkan cukup dengan melon segar melebur di dalam gelas nyata melangit seperti kelas sastra benderang menenggelamkan pilar pilar tropis di liuk tebing tebing berwarna untuk menyingkap hati bicara lihatlah cinta kita! yang menggemas didalam gelas nyata tentang beku yang gagal memaksa tentang kita yang tak mampu menjajah tingkah kearah benda benda memaku diseribu simpang atas nama cinta kau tanyakan:"kenapa cinta ada luka dan airmata?" ku jawab:"karena cinta tak bir dingin dan kupukupu!" 31 maret 2003 Yono Wardito

LINTASAN KERETA KAPAL


MENGEJAR DETAK DI BESI saat pelintir jarum jam sudah tak mengarah kemana mana lagi kukejar kembali sebuah tunggu di atas garis besi sejajar dan membelah ke cakrawala berasal dari sejarah menuju tanda tanya mengelupasi siang yang tersesat di serak debu, gelagar baja dan sampah bertebar, menunggui puisi, di atas rel bernama kemarin, langit menjadi jemu, atap atap tak memantulkan puisi, kata kata tetap menggumpal di ujung nadi menagih maut dengan mesra di antara roda baja bersimbah darah dan daging tercincang tak ada prosa, hanya ada kerumunan termangu, setarik nafas dan kepala kampung menulis catatan, pickup kijang kepolisian, tak membawa sastra, hanya prosedur, kereta yang terlambat datang melindas paku sebelum sampai di teras akhir tak ada mantra pagi menguap, di terowongan tak berujung, hanya kaca memantulkan sisa pohonan, kutunggui lagi puisi, ku kejar lagi menerkam ke pintu bernama lapar, setasiun membubarkan diri bersama rencana, dan kereta berhenti di kandang terakhir dekat setasiun besar mematikan lampu, kelelawar bergelantungan di atap tua di atasnya menunggui puisi, menabung keluruhan, mengejar perebutan nafas, pada rel rel tua yang buntu ditumbuhi rumput tertimbun tanah, dan ranggas waktu, di peta yang keliru rancang tanpa menemu puisi sepanjang besi besi 4 juli 2003 13.20 idaman andarmosoko 8

LINTASAN KERETA KAPAL


MENGEJAR DETAK DI BESI Kemarin sepasang kekasih melepas nafas di atas rel kereta tak ada dawai yang mengantar kepergian mereka dalam dekapan hangat cinta malam pertama berganti dengan tangis, begitu pilu duka, sang titik tak menyampaikan makna. nyanyian jiwa tergantung diantara liang kubur, tangisan tak menghantarkan duka bila sekedar mengangis, rel kereta yang tak mengerti apa apa hanya diam membisu dan menjadi saksi bahwa sepasang kekasih telah bersimbah darah diatasnya.

1 Juli, 2003 15:21 husin fattah

LINTASAN KERETA KAPAL


LAUT LEPAS (buat Yono wardito) Periksa temali temali layar depan Periksa palka palka kedap air periksa tangki tangki air penyeimbang periksa frekuensi komunikasi gelombang radio frekuensi tinggi nyalakan antena immarsat tala sinkronisasi navigasi GPS Peta 214A, jalur teluk nibung teluk durian hindari jalur penyelundup solar, tiga puluh starboard! maju terus siang ini berlayar terus arung kodifikasi rahasia jagad yang menegakkan kita di atas segala peta tapi yang di depan kita hanya kini buih biru dan cakrawala mengalir kebelakang dalam kecepatan variatif 10 knot sampai 40 knot segerombolan ikan cakalang tidak perduli pada apung yang tak bawa jala tigaratus enampuluh derajat medan pandang biru dan ciprat air laut yang berusia ratusan abad serta kenangan semua pantai yang pernah hinggap di benak laut lepas jelang berangkat ole olang! arao na alajere! ole olang! alajere ke puisi !

10

LINTASAN KERETA KAPAL

tak ada bangkalan tak ada sumenep tak ada losari tak ada senggigi tak ada syahbandar tak ada sekunar hanya langit setua bumi hanya laut sedalam diri 18 april 2003 idaman andarmosoko *) Yon.. kangen laut euy!

11

LINTASAN KERETA KAPAL


LAUT LEPAS (buat Yono wardito) tak harus untuk Kemenangan tak harus untuk Kekalahan dan berlayarpun bukan untuk Bertahan ngana pe janji so laut perawan!

1 juli 2003, 17.44 Yono Wardito ** hehehe, kayak balada pelaut saja. thx mas idaman! hehe! **

12

LINTASAN KERETA KAPAL


LAUT LEPAS Laut lepas....lepaskan amarahku..... Laut lepas....lepaskan cemburuku..... Birunya buat hatiku tenang.... Buihnya buat jiwaku mengenang..... Aku rindu berlayar.... Aku rindu lepas sandar dari kijang...lalu.. Merapat di dermaga perak..... Hari ini...aku hanya bisa melihat birunya... namun tak dapat rasakan getarannya.... Oh...ombak...bawa marahku ke tengah.... Bawa tangisku..kedalamnya.... Agar punah derita..... Sobat.....aku juga rindu berlayar... Aku rindu berada di tengah laut lepas......namun... Aku hanya bisa menyentuh pasir dan ombak kecil di pinggir anse Intendance.... Seychelles, 01 Juli 03 iriana duchlun

13

LINTASAN KERETA KAPAL


LAUT LEPAS bawalah aku ke tatah gelombang layangkan aku ke badai tayangkan aku di langit biru tiada lagi kebebasanku hanya ikut arus alam aku tak lagi mengulang mabok tiada lagi pribadi aku hanya keheningan nan tenang!

ki dyoti terilham puisi iriana duchlun selasa 1 juni 2003, 20.43 wib

14

PARADE KUPU
KUPUKUPU KUPU KUNING aku ingin jadi kupu kupu kuning yang kabarkan datangnya musim hujan kepada para petani di lereng wonosari aku ingin jadi kupu kupu kuning yang hinggap di tampah bambu jemur tembakau di lapangan rumput dataran tinggi wonosobo aku ingin jadi kupu kupu kuning yang dikejar tak tertangkap oleh anak sekolah yang riang sebelum mereka dipanggil pulang makan siang oleh bundanya guratkan aku sebagai kupu kuning di kanvas atau kertasmu kupu kertas kupu kuning terbangkan aku ke jagad puisi 25 april 2003 idaman andarmosoko

15

PARADE KUPU KUPU


KUPU KUPU SELINGKUH bila engkau adalah kupukupu akan kuremas keluguanmu dengan secarik cerita pendek yang bebusa didalam botol cap kucing kuning : maukah kau menjadi selingkuhanku? 22 mei, 2003 19:49 yono wardito

16

PARADE KUPU KUPU


HINGGAPLAH DI RUMAHKU bila kau kupu-kupu hinggaplah di rumahku di tempatku ada banyak menu makanan ada senyum campur kedipan ada jabat tangan plus keakraban ada juga keisengan bila kau kupu-kupu hinggaplah di rumahku iman jrk 22 mei 2003 19.33

17

PARADE KUPU KUPU


KUPU KUPU ABU ABU aku ingin jadi kupu kupu abu yang kabarkan berita kematian kepada para hantu dari masa lalu aku ingin jadi kupu kupu abu yang sendiri menelan sepi menelan luka sendiri aku ingin jadi kupu kupu abu yang tak pernah tertangkap kecuali oleh para penjahat gariskan aku sebagai kupu kupu abu dalam matamu kupu abu kupu termangu kubur aku di batu batu 23 mei, 2003 24:49 wida waridah

18

PARADE KUPU KUPU


Kulihat kepakan kupu-kupu abu-abu. Sayapnya bergerak keatas dan kebawah. Seakan-akan mengusir kelamnya awan kelabu. Terbang menuju kilasan cahaya yang memerah. salam, hanto

19

PARADE KUPU KUPU


KUPU KUPU SEMUSIM BUNGA para hantu sudah mati tanpa jasa pembawa berita kuning abu-abu maupun jingga kupu-kupu hidup semusim bunga sebaliknya luka-luka terbuka terus menganga meneteskan darah jangan bawa air matamu pada luka kibaskan pada embun para lelembut maka ia akan menjadi laut ditelan bayang, diselendang malam biarlah pagi melupakan satu cerita saat lautnya merekah, dan hidup berkecipak di luasnya 22 mei 2003, 14.13 Shinta

20

KIRIMAN PUISI
SUDAH KAU TERIMA PUISIKU? berisi candu, dan kata-kata dalam langkah rokade, kuketuk sel abu-abu di otakmu. tetapi segala kabar berlarian menghindariku di tikungan, lolos disela jari-jariku. Lalu kita menjadi tua, menafsir senja di teras muka, mencari-cari kenangan yang tak pernah ada. februari 2003 tulus widjanarko *) puisi ini di in memoriamkan kepada: asep, cecil, pinang, dan ben abel.

21

KIRIMAN PUISI
SUDAH KAU TERIMA PUISIKU? : TW melankolia seorang pemadat. itulah kisah kita. ditulis oleh tangan yang sama, oleh uap nafas yang sama. tetapi di mana kita akan melacak ujung pena. di dalam otakku cuma ada jaringan kabel dan dongengan tentang rantai DNA. ingat pelajaran biologi? itulah puisi tetapi di setiap bilik segienam dalam otakku juga tersimpan lilin, juga setetes madu asam, terlalu lama diperam. mengertilah jika darinya hanya lahir kata-kata muram maka seorang kawan perjalanan terasa seperti lecet di sela jemari, tak mampu kita hindarkan nyeri, serentak mengingatkan: kita masih manusia biasa, tak hendak menjadi nabi. tetapi, begitu tinggikah nilai puisi? maka seorang kawan perjalanan menjadi sehangat selimut dini hari, atau seangkuk bubur nasi mungkin kita terlalu mengimani jemari seperti tafsir ayat-ayat suci, padahal di sana juga bermukim dengki, khianat ketika pasir hendak digenggam, atau air hendak ditimang. mata lebih pintar menyimpan air,limbang oleh kenangan, atau bimbang lalu pada angin kita menanyakan berita. koran sudah begitu lelah menulis telaah, terlalu banyak kisah dan foto-foto wajah yang resah. lumpur basah. kasur dan tas sekolah juga basah. puisi pun hanyut bersama sampah

22

KIRIMAN PUISI

sekelebat memang sempat kutangkap ada puisi menghampiri, tetapi udara begini pengap, dan angin begini ragu. maka tak penting lagi puisi siapa kubaca ini. mungkin puisimu, mungkin doa obituari kematian sendiri, mungkin resep nasi goreng keju la Bali tetapi sungguh, sekelebat tadi kulihat puisi melayang ke mari. ada jenazah memang. juga curiga pada air mata yang linang. tetapi puisi mungkin akan selalu begitu. mencoba menghampiri, tanpa mau dimengerti, seperti perigi yang menyejukkan airnya sementara ular naga bertapa di dasarnya TS Pinang Yogyakarta 18 februari , 2003 16:15

23

KIRIMAN PUISI
SEKALI SAJA KUTERIMA

kala menungku sendu bayangmu meragu pilu senyumku, senyummu berkali satu kembang musim dingin mengayun angin dingin lelahkan perasaan ingin dan kau tuang air ke telaga beku disitu memeras makna kutak ingin kata cinta sekali saja, kuterima selamanya 19 februari 2003 12:04 Ben Abel

24

KIRIMAN PUISI
ARWAH PUISI in memoriam kan kata nisan jalan perjalanan selagi candu rasa mengepul ngepul beringas in memoriamkan kematian ia manis sekali dalam ovasi kenang menyibak tirai panggung saat datang di setiap ketika disorot cahaya kata henti dan terbuka siklus gerbang penanda dibuka kunci satu persatu obituari, requiem, rumah semayam puisi maut tak berpita hitam tersenyum sayang di mangkukmu melimpah seperti jagung letup yang asin manis menanti giliran terkunyah satu persatu mati ketika lupa mati setiap terjaga mati ketika tak percaya mati ketika kehilangan cinta ketika ambigu ketika menunggu

25

KIRIMAN PUISI

ini ruang peti mati menanti lengkap seikat puisi disemat secarik malam in memoriam.. sembilan belas sekian sekian hingga duaribu sekian mati merasa tua juga mati dalam buai mumpung muda mati mengelupasi umbi lapis raga raga dan mati merekahi intisari sadar terjaga manafsir senja jiwa yang tak punya usia berapa kali ia mati dalam hitungannya? sesekali mendadak rindui stasis beku diantara kuntum kuntum nyawa kelopak aksara puisi mati pun tak pernah tak padam sukarela tutuplah peti jangan ketuk ketuk lagi arwah puisimu sudah diterima ia masuk ke surga 19 feb, 2003 8:55 cecil mariani

26

MEDLEY NINA BOBOK


NINABOBOK ninabobok untuk kekasihku dan aku. bertemu selaras dendang di degubmu kami seteru malam berebut cemburu mendekap erat dada lelap dari getar tabuhan senyap gumam dentam teredam kelam terekam pita malam lunak di bantal lelapmu aku dan ninabobok di bibirku Juli 2003 Cecil Mariani

27

MEDLEY NINA BOBOK


NINA MABOK ninamabok adalah kekasihku dan aku di ujung laras genderang derapmu kami berseru seketika malam menjemput ambigu terbekap serap dada tersilap di halilintar, tetabuhan lindap geram dentum mengendap kelam tak jua lelap merekam malam sejinak binal dipintal dekapmu adalah nina mabok didalam botol bir ku 24 juli 2003 Yono Wardito

28

MEDLEY NINA BOBOK


MABOK MENENDANG MALAM nina menendang tepian malam, ketika neon mengeriap bangun dari pejam bobok dan mabok tak perlu bubuk dan botol bir tatapku sudah cukup memabokkan kota dan menidurpulaskan dentam dentam resah gemeretak sini, malam masih muda, pulas akan datang pada saatnya, pasti nina, mereka memanggilku tapi asmara namaku, di tenggat waktu lihat tatapku, bukankan di situ tercermin degupmu mencari gerbang pulang ke dekap? seharusnya kau bisikkan namaku dalam dengus tak perlu huruf hanya nafas mengejar ruas terakhir perhentian hari luruh dalam lelap bulan telah menyampirkan jubah puisinya di beku waktu saat kau bahkan lupa menyenandungkan selamat malam tapi nina namaku, kau tahu sejak kau tak sadar mencuri sentuh lenganku jemarimu kikuk mengeja eja di meja asap rokok dan botol bir siapa namamu hai pelaut? kekasihkah namamu pada cacah waktu? waktu tak bernama di saat seperti ini tapi lain kali jangan biarkan pakaian berserak lipatlah rapi bersama berangkat berangkat kita ke laut takluk carimu dan ke tendang malamku 27 juli 2003 04.22 idaman andarmosoko 29

MEDLEY GEMINTANG
LEWAT KILAP SEKEJAP aku lewat, dalam kilap sekejap, mengintip sedikit rindu dari lubang kunci hatiku. aku lewat, dalam ingin yang begitu, dalam resah yang tak mampu kuurai bersama bintang di sudut bibir-bibirmu. aku gontai, menyaksikan rindu harus kurajam dulu malam ini, demi segaris damai puisi. salam sayang, randu. maaf, aku lewat malam itu dan hanya berjarak 3 meter dari kalian, tapi aku tidak mampir ke meja itu...

30

MEDLEY GEMINTANG
MENCARIMU aku mencarimu, berkalikali malam itu, menyisir hidukpikuk tak penting yang tibatiba hambur di langitku, menebak rasi mana kali ini kirakira tempatmu sembunyi. aku mencarimu, dalam harap yang tibatiba debu, binokuler tak setitikpun menangkap lokasimu, teleskop tak sejarumpun berhasil mencuri auramu. aku mendada, lensa perbesarankukah yang lemah hingga kau mengabut tipis serupa andromeda, atau cintamukah terlalu baja hingga rela mati tibatiba demi membiarkan cluster bintangbintang itu tak bernoda salam kangen sekali, indah ip rupanya waktu masih menguji kita. aku kecewa, tapi langkahmu keputusan paling indah sepanjang musim tak terpeta ini

31

MEDLEY GEMINTANG
AKU DI SINI DI CAHAYA KUBAH KELAM aku di sini meskipun aku di sini masih aku di sini tetap aku di sini meskipun kau cari aku di rembulan bernama neon kau sisir aku di kubah langit bernama payung warung makan kau cari aku di dalam diri bernama semesta kau gapai aku di silang tatap bernama tanya kau gelar aku di sapa sapa bernama pintu kau ketuk aku di dalam pola bernama mantra kau rapal aku di dalam mantra bernama puisi dalam perjumpaan yang tak pernah perlu diberi nama purnama telah mati tadi pagi saat hari menjadi lelah dilindas waktu oleh kuasa perputaran hidup demi datangnya hari yang baru membawakan ayun yang baru mengalahkan keputus-asaan 32

MEDLEY GEMINTANG

di pusaranya tumbuh kuntum kehidupan membongkar beku mengurai peristiwa membasuh seteru dan serapah dalam keniscayaan daur ulang alam dan irama semesta di mana kita terorbitkan dalam lintasnya puisi telah menguap bersama berangkat bersama rengkuh meninggalkan kaidah dan analisa serta aliran menyisakan titik menyala redup tak terpadamkan di rongga diri menjadi tenaga menyongsong hadap pada sang hidup menyelesaikan kebimbangan kita telah kembali di riungan meja yang tak terpeta kita menggelisut ke pojokan jadwal yang dinaungi kelam saat mentari telah pulang menyerahkan langit pada burung hantu 33

MEDLEY GEMINTANG
kita telah kembali di riungan hadap duduk mendaraskan sopan santun memunguti serpih rindu dan rasa menganyamnya jadi manik manik puisi menerbangkanya bersama layang layang dan kupu kupu meliukkannya dalam untai lagu rakakakukuk rakakakukuk burung hantu dan engkau telah datang mencuri tenggat waktu mengulur detak jemput memelarkan irama hidup menggeser tunggu menantang daya tahan raga menawar lelah di buncah buncah waktu di sini aku di sini masih aku di sini tetapi aku di sini selalu idaman andarmosoko 8 juni 2003

34

NPPU-KG
PENGANTAR (Cecil mariani) Narasi paralel petarung urban semula adalah sebuah kolaborasi puisi yang lagi lagi terpicu oleh perbincangan hidup dan interaktif di yahoo messenger. Namun dalam prosesnya kemudian ia gagal menjadi sebuah kolaborasi spontan yang lebur dikarenakan waktu pembuatan yang terhimpit di celah-celah pertarungan urban yang sesungguhnya. Kekhusyukannya dibuyar oleh meeting meeting mendadak dan tenggat yang tak teratur ritmenya. sehingga prosesnya harus dijeda cukup lama, dan sempat tidak lagi interaktif tetapi menjadi PR masing-masing yang dibawa pulang sehingga kemudian menimbulkan godaan untuk penyelesaian segera dan terburu bur u.Dalam kondisi demikian telah terjadi kegagalan mempertahankan fokus dan atmosfer yang semula terbangun. Awalnya Narasi paralel petarung urban akan dikembangkan dari dua monolog paralel kesadaran yang kemudian lebur dalam satu narasi seseorang yang tunggal, bukan lagi dua, namun setelah melalui prosesnya akhirnya kedua monolog itu berdiri sendirisendiri dengan alurnya sebagaimana penulisnya kemudian asyik sendiri sendiri dengan pertarungan urbannya masing masing. Dengan demikian kolaborasi ini telah gagal, karenanya kami kemudian mengekstrak mereka dari baris baris berkait menjadi puisi yang berdiri sendiri namun sebagai solist pun rasanya mereka tidak lengkap, karenanya kami memutuskan untuk tetap membaginya sebagai Narasi paralel petarung urban untuk dinikmati serpihannya sebagai kolaborasi yang gagal. semoga tidak hanya kolaborasi puisi yang berhasil yang selalu bisa dinikmati. Setelah ini saya dan mas Idaman saling berhutang kolaborasi di lain waktu, di kondisi yang lain. 35

NPPU- KG
Narasi Petarung Urban 1 (idaman andarmosoko) sepeda motor bebek yang kutumpangi melambat hampir berhenti, di simpang jalan protokol jakarta, di mana jembatan lintas baru sedang dibangun lagi, setelah tertunda beberapa lama, kini dengan APBN yang sudah berubah, dengan manajemen tata kota yang sudah beralih, yang yg berkas berkasnya ada di dalam tasku kota ini mulai merampas, rutinitas dan keteraturan rontok merenggutkan kesetiaanku pada catatan perjalanan, sekalipun di catatan itulah aku meneguhkan diri bahwa aku masih bertarung, dan belum hendak menyerah aku merindukanmu seperti aku merindukan segala kekuatanku yang saat ini sedang serasa tak ada padaku di samping kiri kanan, merek merek dan tipe mobil baru sebagian tak kukenali, bis kota tua bergetar berderit, aku pernah lewati jalan ini, simpang dengan tugu berpilar lengkung yang masih menjulang, sama dengan ketika kulewati, tiga puluh tahun yang lalu kakiku turun menapak sejenak, kuhela nafas, sebersit kelelahan menyelinap, rindu padamu melintas di benak 36

NPPU - KG

aku merindukanmu, saat aku mengayuh beberapa langkah gegasku, mengejar jadwal yang datang tak ter-ramalkan, bertebar di rapat di lima tempat, dan surat surat disposisi pimpinan proyek, serta janjian ketemu di jam aneh aku meraba saku celana, HP ku sudah seminggu hilang, aku bertumpu di sapa mu di akhir hari panjang langit pagi teduh tanpa hujan, melingkup jendela bis di mana kita duduk masih pagi ketika aku berjalan denganu melewati mall yang masih lengang seluruh lantai nampak, begitu datar hamparkan medan yang akan mengusik menantang eskalator masih membeku, bau industri belum merebak menghirup sarapan saji cepat ketika restoran baru buka sesekali menengok jam tanganmu, menjagai jam tugas pagimu lalu menjelajah kota dalam jalan pulang sendiri setelah melepasmu di jumpa yang sesaat

37

NPPU - KG

Jakarta berdandan marak dengan billboard bertebar bersaing, mencoba mengusik naluri warga yang lalu lalang pemasaran dan periklanan merajut rajut berlomba menyisipkan diri di sela keriuhan peluang kewiraswastaan menyembul dalam berbagai skala sampai ke siku siku pojok denah kota dan sampai ke sela sela tata perencanaan ruang publik menumpuk kelelahan pada yang menyusurinya Jakarta tak lebih adalah urban menyempit dalam rutinitas satuan gilir kerja delapan jam adalah satuan upah, atau per orang per bulan, per orang per hari atau per orang per jam pembukuan strata ketenaga kerjaan dalam arus kas periodik dalam rencana strategis tak lebih dari itu aku memandang peresmian jalur kereta urban baru di stasiun dekat jembatan besar kanal pengalih banjir tempat limbah sosial berlindung, setelah tergusur pemekaran aku menjadi orang asing, dan aneh, bersembunyi di suaka yang bertebar ditemani kesunyian panjang, yang menyamar dalam keriangan menggapai harapan yang dieja terbata dengan cara membagi tawa dalam perjumpaan

38

NPPU - KG

headline koran mengawali hari baru yang berjejeran panjang menembusi tahun menandai tahun tahun berliwatan monumen monumen tetap tegak sejak dibangun di jaman republik masih muda jakarta tegak menembus dekade sekalipun jelaga memeluki pilar pilarnya dan sampah menggunung merayapi datarannya aku berdiri menegak menepis peluh, menambat nurani yang kadang serasa samar rindu adalah bunga bunga pertarungan yang menyapa dalam setiap pukul yang hadir sekejap melintas tanpa pernah tertangkap, menghentikan segala kecamuk lalu detik akan menggandengnya pergi lagi dalam detak kejar pertarungan urban menembus dekade dalam satu garis cinta yang megah merambat di nadi dari sejak aku menyanyikan padamu negeri di sekolah dasar maret 2003 idaman andarmosoko

39

NPPU - KG
NARASI PETARUNG URBAN 2 (cecil mariani) sampai di ujung ngarai kata batu batu tergelincir tersepuh angin deras rindu membadai dalam bisu menggedor kekeluan nalar atas kosa kata di ujung ngarai kata.. tak lagi sepatah sanggup meruangkan resonan gaung-gaungnya menyelaras hausnya ngarai hampa di bingkai hari sunyi sekali lanskap lanskap itu. datar dalam riak warna berkerut meleleh dalam menunggu sekelebat denyut yang menyayatkan lagi debur nafas menderu riuh.. riuh jadi sangat hening rindu ruang tak terjamah di gelisah deru memburu ruang yang tak terisi di gemuruh roda hari hari ruang menyala tak tergilas seret serak belenggu belenggu tergelincir, tergelincir kerikil hari terhempas kandasku terputus mengerang bisu jadi karang karang wajahmu terselip dalam letih demi letih meraup ciprat merindu mandikan tubuh tubuh hati

40

NPPU - KG
aku telah merinduimu sebelum pagi jadi potret kenang tengah malam, merindui lelap rindumu lebih dari merindui jendela pagi memulangkan debur rindu yang tak pernah pergi ada 360 rindu dalam tiap jam lebih dari 8 jam 360 rindu sehari rindu tanpa daya memuai putus asa melampaui waktu menyublim lepas dari ruang lalu penat memadat sebelum basah jadi embun menetaskan gigil menguraikan sepi menuai detik detik berbulir.. membilang rindu demi rindu di dinding tembus yang dingin di mana medan medan itu? di mana pertarunganku? Selagi karam terpuruk di damparku pada pesisirmu debur pasang surut berkecamuk dalam tetes rindu, yang berkabut lembut di pucat pasi rembulan siang. Rinduku anak haram keletihan Atau rindu semata luap kejujuran ketika segala pertahanan roboh diluluh peluh menoreh carut memisah sayatmu dan sayatku lalu segera mengering lupa akan perih jadi lapis lapis kuat terserak mengembuni tiang tiang, menara berjaga di pendar optisnya menyusut di gemeriak persalinan untuk sepi payung teduhan pertarungan demi pertarungan yang kupilih naung hentian Pertarungan yang tak kupilih 41

NPPU - KG
Di antara bercak noda dan luka pertarungan Bermekar tunas tunas kerinduan sepi Tegar tidak rapuh terguyur cacian langit gerimis, Jadi amunisi hujan, Jadi amnesti Terik, Jadi rindu yang tertinggal sendiri.. terjaga lagi di kabut selubung kota ketika terang terkantuk kota yang tak pernah berkabut perjalanan berdesir menjenuh, pandirku hilangkan nyala berjalan dari kekosongan datar, jengah di tanah datar . merindukan rindu yang mati berguguran.. rindu hanyalah rindu Tak kurang dari sebuah rindu Tak lebih dari sebuah rindu Dalam datar atau goncangnya, mencair atau membatu Rindu hanya rindu segala beranjak dalam temaram garis waktu Pergi mengebaskan lepas paralel tunggu Atau bergerak berlalu memulai lagi lintas lintasan tak temu Regenerasi dari sunyi demi sunyi bersimbah waktu Umbi lapismu, umbi lapisku Telanjang pertarungan pertarunganku Pertarungan mu lebur satu 42

PARA PEMAIN
AGLISIUS email ARWAN Situs email http://www.cecilmariani.blogspot.com cecil@mweb.co.id

BEN ABEL Situs email CECIL Lahir di jkt, akif Situs email http://www.cecilmariani.blogspot.com cecil@mweb.co.id MARIANI jakarta 26 maret 1978 saat ini bekerja sebagai visual desainer di menulis di berbagai mailing list http://www.cecilmariani.blogspot.com kalamakara@yahoo.com

HENNY PURNAMA SARI Situs email http://sireum.blogspot.com anyasika@yahoo.com

HUSIN FATTAH Situs www.cybersastra.net email IDAMAN ANDARMOSOKO Lahir di jakarta 8 okt 1963, tinggal di jkt, kadang menulis puisi di berbagai milist dan di www.cybersastra.net Situs www.geocities.com/idaman_andarmosoko email Idaman_andarmosoko@yahoo.com

43

PARA PEMAIN
IMAN JRK Situs email http://www.titiknol.com

INDAH IRIANITA PUTRI lahir di Jayapura, 26 April 1977, arsitek di sebuah konsultan arsitektur, Jakarta, aktif menulis puisi di berbagai milist dan www.cybersastra.net Situs http://indahip.blogspot.com email IRIANA DUCHLUN Situs email KI DYOTI Situs email http://www.titiknol.com

PULUNG AMORIA KENCANA Situs email RANDURINI Alias Anastacia Dyah Ekarini, Lahir di Pati 11 juli 1971, aktif menulis di internet, tinggal di yogya, bekerja sebagai pengajar bahasa dan webdesigner, ia adalah webmaster www.cybersastra.net Situs http://randurini.blogspot.com email

PARA PEMAIN
SHINTA Situs email SUDARYANTO Situs email http://www.titiknol.com

TULUS WIDJANARKO Situs email http://www.titiknol.com

YONO WARDITO email TEGUH PINANG SETYAWAN Lahir di Pati 11 juli 1971, aktif menulis di internet, tinggal di yogya, bekerja sebagai pengajar bahasa dan webdesigner, ia adalah webmaster www.cybersastra.net Situs http://www.titiknol.com email

46

47

Anda mungkin juga menyukai