Anda di halaman 1dari 21

UNTUK MEMENUHI TUGAS SEMESTER MATA KULIA

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN


LAPORAN PRAKTEK KULIAH LAPANGAN
MANUSIA

DI SUSUN OLEH :
NAMA

: ALSRIANI SALOMI LAIRA

NIM

: 14532069

KELAS

:D

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
TAHUN 2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa yang telah melimpahkan rahmat,
berkat, dan Anugerah-Nya, kepada saya secara pribadi sehingga makalah ini bisa selesai
sesuai dengan syarat yang telah ditentukan.
Sebagai rasa syukur atas keberhasilan makalah ini, saya ingin mengucapkan terima kasih
yang sebanyak-banyaknya kepada pihak pihak yang secara langsung maupun tidak
langsung telah membantu membuat makalah ini :
1. Orang Tua,atas doa dan kasih sayang tiada terkira, dan yang telah mendanai sampai
selesainya pembuatan makalah ini.
2. Kakak dan Adik atas dukungan dan semangatnya.
3. Dosen dan Asisten Dosen atas kesempatan yang diberikan untuk pembuatan makalah
ini.
4. Teman-temanku tercinta yang telah menyemangati sampai selesainya makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kritik
dan saran dari berbagai pihak sangat dibutuhkan demi kemajuan penulis.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya.

Tondano, 24 November 2014


Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang...................................................................................................1
Perumusan Masalah...........................................................................................2
Tujuan................................................................................................................2
Manfaat..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Teori ...............................................................................................................3-7
B. Pandangan Alkitab........................................................................................8-15
C. Aplikasi Sosial.................................................................................................15
D. Waktu Pelaksanaan..........................................................................................16
E. Pertanyaan dan jawaban ..................................................................................16
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................17
B. Saran................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................18

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Pada dasarnya manusia adalah sebagai makhluk individu yang unik, berbeda
antara yang satu dengan yang lainnya. Secara individu juga, manusia ingin memenuhi
kebutuhannya masing-masing, ingin merealisasikan diri atau ingin dan mampu
mengembangkan potensi-potensinya masing-masing. Hal ini merupakan gambaran bahwa
setiap individu akan berusaha untuk menemukan jati dirinya masing-masing, tidak ada
manusia yang ingin menjadi orang lain sehingga dia akan selalu sadar akan
keindividualitasannya.
Pembicaraan tentang manusia adalah hal yang sangat pokok dan sentral dalam
kekristenan karena manusia adalah di pusat kehidupan beragama dan ada pada pusat
pengambilan keputusan etis.
Siapakah manusia? dalam arti apa hakikatnya menantang setiap masa atau
abad. Berbagai pihak apakah itu filosof, teolog, biolog, maupun sosiolog telah mencoba
menjawab pertanyaan itu dan masing-masing memberikan jawaban yang berbeda. Hal itu
sah-sah saja, karena memang setiap pihak berusaha memberikan jawaban dari
perspektifnya masing-msing. Pada dasarnya jawaban terhadap pertanyaan siapakah
manusia akan membawa dampak atau konsekuensi serius bagi berbagai aspek penting
terutama yang berkaitan dengan sikap dan perlakuan kita terhadap sesama maupun diri
sendiri. Misalnya, kalau manusia dianggap tak lebih dari makhluk ekonomis yang
menghasilkan barang dan jasa, maka nilai manusia tergantung pada produktivitasnya.
Begitu pula, kalau manusia tak lebih dari makhluk biologis, maka perhatian utamanya
adalah bagaimana memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat biologis dan kebutuhankebutuhan lain dianggap tak ada atau tak penting.
Agama Kristen pun melalui para teolognya sepanjang abad telah juga
memberikan jawaban terhadap pertanyaan tentang hakikat manusia. Ini tak berarti bahwa
pandangan para teolog Kristen bersifat seragam atau monolitik. Ada perbedaanperbedaan misalnya saja tentang arti sesungguhnya dari ungkapan Alkitab, bahwa
manusia diciptakan menurut gambar Allah.

B. Rumusan Masalah
1.

Apa yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah?

2. Apa yang dimaksud dengan manusia sebagai gambar Allah ?


3.

Bagaimana interaksi manusia dengan lingkungan ciptaan Allah ?

4. Bagaimana perilaku manusia terhadap era globalisasi?

C. Tujuan

D.

1.

Mengetahui apa yang dimaksud dengan manusia.

2.

Mengetahui karakteristik manusia dalam pandangan rohani.

3.

Mengetahui perilaku manusia di era globalisasi.

4.

Mengetahui interaksi manusia dengan lingkungan ciptaan Allah.

Manfaat
1.

Agar dapat mengetahui jati diri yang sebenarnya dari manusia itu sendiri.

2.

Agar kehidupan manusia semakin dekat dengan Tuhan dan jauh

dari

pergaulan dunia.
3.

Agar manusia dapat menyadari bahwa kehidupan ini adalah milik Allah.

4.

Agar manusia dapat menyesuaikan diri dalam hal yang positif dengan era
globalisasi saat ini.

BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI
1. Devinisi Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata manu (Sansekerta), mens (Latin),
yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu
menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep
atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau
seorang individu.
Manusia adalah mahluk yang luar biasa kompleks. Kita merupakan
paduan antara mahluk material dan mahlukspiritual. Dinamika manusia tidak
tinggal diam karena manusia sebagai dinamika selalu mengaktivisasikan dirinya.
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis,
rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia
diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (bahasa latin yang berarti manusia yang
tahu), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak
berkemampuan tinggi.
Dalam hal kerohanian, manusia dijelaskan menggunakan konsep jiwa
yang bervariasi dimana, dalam agama dimengerti dalam hubungannya dengan
kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos manusia juga seringkali
dibandingkan dengan ras lain.
Dalam antropologi kebudayaan, manusia dijelaskan berdasarkan
penggunaan bahasanya, organisasi manusia dalam masyarakat majemuk serta
perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk
membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta
pertolongan.
Manusia adalah makhluk yang luar biasa kompleks. Kita merupakan
paduan antara makhluk material dan makhluk spiritual. Dinamika manusia tidak
tinggal diam karena manusia sebagai dinamika selalu mengaktivisasikan dirinya.
Pengertian Manusia Menurut Para Ahli
Berikut ini adalah pengertian dan definisi manusia menurut beberapa ahli:

NICOLAUS D. & A. SUDIARJA


Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani
dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu
barang.
ABINENO J. I
Manusia adalah tubuh yang berjiwa dan bukan jiwa abadi yang berada
atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana.

UPANISADS
Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan
prana atau badan fisik.
SOKRATES
Manusia adalah mahluk hidup berkaki dua yang tidak berbulu dengan
kuku datar dan lebar
KEES BERTENS
Manusia adalah suatu mahluk yang terdiri dari 2 unsur yang kesatuannya
tidak dinyatakan.
I WAYAN WATRA
Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu
cipta, rasa dan karsa.
OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang
berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan,
akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya
dipengaruhifaktor keturunan dan lingkungan.
ERBE SENTANU
Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dibilang
manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan
mahluk yang lain.
PAULA J. C & JANET W. K
Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi,
mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu
serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan
berbagai kemungkinan.

Jadi kesimpulannya, manusia adalah sejumlah orang yang seluas-luasnya terikat


oleh kebudayaan, bahasa, dan kerohanian yang mereka anggap sama.
2. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Manusia adalah makhluk sosial yang hidup bermasyarakat. Keutuhan manusia
akan tercapai apabila manusia sanggup menyelaraskan perannya sebagai makhluk
ekonomi dan sosial.
Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak mungkin bisa memisahkan hidupnya
dengan manusia lain. Sudah bukan rahasia lagi bahwa segala bentuk kebudayaan, tatanan
hidup, dan sistem kemasyarakatan terbentuk karena interaksi benturan kepentingan antara
satu manusia dengan manusia lainnya.
Manusia juga merupakan makhluk sosial yang menunjukkan pada kenyataan
bahwa manusia itu tidak sendirian dan selalu dalam keterhubungannya dengan orang lain
dan berorientasi kepada sesamanya. (kej 2:18).
Kejadian 2 di atas menyatakan bahwa tak baik kalau manusia itu sendiri, dan
karena itu Allah menciptakan penolong yang sepadan. Hal ini tak hanya terbatas pada

manusia jenis kelamin yang lain, tetapi juga bahwa manusia sendirian adalah tidak baik.
Allah menghendaki manusia hidup dengan sesamanya, agar dapat turut berperan dalam
berbagai tindakan religius dan pertimbangan serta pengambilan keputusan etis.
Kita dipanggil untuk percaya secara individu, namun kita juga terpanggil untuk
menjadi orang percaya dalam kolektivitas yang kita sebut gereja. Kita perlu
memperhatikan pertumbuhan dan kepentingan individu, sebaliknya kita juga bertanggung
jawab untuk pertumbuhan bersama-sama.
Ayat-ayat refensi tentang manusia sebagai makhluk sosial :
Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum
Kristus. (Galatia 6:2).
Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada
semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman. (Galati 6:10).
Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban
yang demikian yang berkenan kepada Allah.
(Ibrani 13:16).
Anak-anakku marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi
dengan perbuatan dan dalam kebenaran.
( 1 Yohanes 3:18).
3. Manusia Sebagai Makhluk Rasional dan Berbudaya
Menurut Alkitab, Allah memberi perintah kepada manusia untuk memerintah,
menaklukkan alam semesta serta memeliharanya, menunjukkan adanya hubungan yang
tak terpisahkan antara manusia dengan alam semesta ini. Inilah yang biasanya disebut
sebagai tugas kemandatarisan manusia dalam arti pelaksana dan wakil Allah dalam
memerintah dan memelihara alam semesta ini. (kej 1:18).
Jadi berbudaya adalah perintah atau mandat yang kita sebut dengan mandat
kebudayaan. Tetapi mandat itu hanya bisa dilaksanakan karena Tuhan memperlengkapi
manusia dengan potensi rasional (kemampuan rasional) yang menjadi salah satu ciri khas
manusia dibandingkan dengan makhluk ciptaan yang lain, bahkan dengan binatang paling
cerdas sekalipun.
Potensi rasional ini sangat mengagumkan sehingga manusia bukan saja dapat
menciptakan teknologi modern, tetapi bahkan dapat memecahkan rahasia yang selama ini
belum terpecahkan termasuk bepergian ke planet yang lain. Selain kita memiliki potensi
rasional ini, kita juga harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan
kepemimpinannya di muka bumi, disamping tanggung jawab dan etika moral harus
dimiliki, kita pun harus menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan, dan tanggung
jawab agar bermakna bagi kemanusiaan. Selain itu manusia juga harus mendayagunakan
akal budi untuk menciptakan kebahagiaan bagi semua makhluk Tuhan.
Potensi rasional yang Allah berikan untuk kita ini bukan hanya sekedar kita
gunakan bagi diri kita sendiri dan sesama manusia ataupun dengan segala produk dan
hasilnya, tetapi perlu juga dipakai untuk mengasihi Allah.

Kaitan Manusia Dan Budaya


Manusia sebagai perilaku kebudayaan yakni dapat dipandang setara yang dinyatakan
sebagai dialektis, proses dialektis tercipta melalui tiga tahap:
1. Eksternalisasi, proses manusia mengekspresikan dirinya dalam membangun
dunianya
2. Obyektivitas, proses msyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu kenyataan yang
terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia
3.
Internalisasi, proses masyarakat disergap kembali oleh manusia, yakni manusia
yang mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dapat idup dengan baik.
Kedudukan Manusia Terhadap Kebudayaan
Manusia dan kebudayaan pada dasarnya memiliki hubungan yang sangant erat
kaitannya, karena hampir seluruh kegiatan manusia yang di kerjakaannya setiap saatnya
merupakan sebuah kebudayaan. Berikut ini adalah 4 kedudukan manusia terhadap
kebudayaan:
1) penganut kebudayaan,
2) pembawa kebudayaan,
3) manipulator kebudayaan, dan
4) pencipta kebudayaan.
HUBUNGAN ANTARA MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia
sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan
manusia. Tetapi apakah sesederhana itu hubungan keduanya ?
Dalani sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya
bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia
menciptakan kebudayaan, clan setclah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan
mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak baliwa keduanya akhimya
merupakan satu kesatuan.
Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan
peraturan-peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh
manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya hams patuh kepada
peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan
perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak
akan
jauh
menyimpang
dari
kemauan
manusia
yang
membuatnya.
Di sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara
dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis,
maksudnya saling terkait satu sama lain. Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap
yaitu :
1. Ekstemalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan
membangun dunianya.
Melalui ekstemalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia

2. Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu
kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan
demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan
membentuk perilaku manusia.
3. Intemalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia.
Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakamya sendiri agar dia
dapat hidup dengan .baik sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh
masyarakat.
Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan
menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam terjemahan M.Sastrapratedja, 1991; hal :
xv)
Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai
hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat
lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan. Analisa
terhadap keberadaan keduanya hams menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar
penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.
4. Manusia Sebagai Makhluk Etis
Kesadaran untuk membedakan yang baik dan yang jahat menunjuk kepada
hakikat manusia sebagai makhluk etis. Alkitab menggambarkanmanusia diberi Hukum
(Nomos) oleh Allah dengan melarang memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan
yang jahat (kej 2:17).
Tuhan menciptakan manusia untuk memiliki kesadaran etis : yaitu mampu
membedakan yang baik dan yang jahat. Manusia itu makhluk etis dalam arti : mampu
membedakan mana yang baik dan yang jahat, memiliki kebebasan etis: yaitu memiliki
secara bebas diantara pilihan yang diatas, memiliki pertanggung jawaban etis: yakni
bertanggung jawab atas pilihannya dalam arti mampu menanggung resikonya.
Oleh karena manusia juga adalah makhluk etis maka setiap dimensi hubungan
itu mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab etis. Ada tuntutan dan tanggung jawab
etis manusia dalam hubungannya dengan Allah, dengan sesama, diri sendiri, dan dalam
hubungannya dengan alam semesta.

B. PANDANGAN ALKITAB
APA KATA ALKITAB TENTANG MANUSIA?
Pdt. Stephen Tong pernah berkata : Nilai terbesar di dalam kebudayaan manusia
adalah manusia itu sendiri. Potensi terbesar di dalam sejarah manusia adalah manusia
itu sendiri. Bahaya terbesar di dalam masyarakat adalah manusia itu sendiri. Bukankah
manusia telah menjadi sasaran kasih yang paling mempesona manusia yang lain?
Manusia, siapakah manusia itu? (Peta dan Teladan Allah,hal. vii). Ya! Siapakah

manusia itu? Ini adalah salah satu pertanyaan yang paling penting di dalam dunia ini.
Pertanyaan ini bukan saja penting tetapi juga klasik sekaligus up to date.
Anthony Hoekema Manusia menjadi salah satu problem paling krusial pada
zaman kita. Para filsuf bergumul dengannya, para sosiolog mencoba untuk menjawabnya,
para psikolog dan psikiater tengah menghadapinya, pakar etika dan aktivis sosial
mencoba untuk memecahkannya. Bahkan para penulis novel dan dramawan juga
melibatkan diri dalam pertanyaan iniHampir setiap novel atau drama kontemporer
bergumul dengan pertanyaan, Apakah manusia itu? (Manusia : Ciptaan Menurut
Gambar Allah, hal. 2-3).
Secara historis, orang mulai berpikir tentang manusia sudah dari zaman yang
sangat lama. Protagoaras (480-411 SM), Socrates (469-399 SM), Aristoteles (384-322
SM), Mencius (371-288 SM), filsafat Tiongkok kuno maupun filsafat Indiakuno telah
membicarakan juga tentang manusia. Dan menjawab pertanyaan ini tidak mudah.
Mengapa? Dari sisi pertanyaan itu saja, karena subyek dan obyek dari pertanyaan ini
adalah satu/sama yakni MANUSIA. Siapa yang bertanya? Manusia! Kepada siapa
ditanyakan? Manusia! Tanya tentang apa? Manusia! Pertanyaan ini mirip dengan
pertanyaan Siapakah aku ini? Dalam pertanyaan ini subyek dan obyek satu yakni
AKU. Siapa yang bertanya? AKU! Kepada siapa ditanyakan? AKU! Tanya tentang
apa? AKU! Jadi subyek dan obyeknya sama. Yang bertanya adalah yang ditanya. Yang
mencari tahu adalah yang dicaritahu. Yang ingin mengetahui adalah yang ingin diketahui.
Stephen Tong Bukankah suatu hal yang lucu jika siapakah manusia itu
ditanyakan kepada manusia dan dijawab oleh manusia sendiri? (Peta dan Teladan
Allah, hal. vii).
Pertanyaannya adalah bagaimana manusia bisa bertanya Siapakah manusia
itu?Jawabannya adalah karena manusia adalah makluk yang bertanya. Manusia bertanya
tentang segala sesuatu di luar/di sekeliling dirinya (Biologi, Fisika, Kimia,
dll). Selanjutnya manusia bertanya segala sesuatu di dalam dirinya (Antropologi,
Psikologi). Dan akhirnya manusia bertanya tentang segala sesuatudi atas dirinya
(Teologi).
Note : Itu berarti bahwa teologia tingkatannya lebih tinggi dibandingkan dengan
semua ilmu yang lain karena semua ilmu yang lain hanya membahas tentang apa yang
ada DI SEKELILING DAN DI DALAM manusia tetapi teologia membahas tentang apa
yang ada DI ATAS manusia. Benarlah yang dikatakan orang bahwa teologia adalah The
Queen or the King of Science. (Ratu/Raja dari semua ilmu pengetahuan). Karena itu :
Yang belajar biologi, fisika, kimia jangan sombong dan menganggap remeh
orang yang belajar teologia. (Pada sekolah SMA zaman dulu para siswa yang
duduk di kelas A1 dan A2 menganggap remeh A3 dan A4. Itu salah!).

Orang yang belajar teologia tidak boleh minder terhadap orang-orang yang
belajar disiplin ilmu yang lain.

Kalau saudara sudah pakar di dalam ilmu yang lain, jangan cepat puas.
Carilah/belajarlah teologia karena ini adalah The Queen or the King of
Science. (Belajar teologia tidak berarti harus sekolah teologia. Saudara bisa
belajar teologia di gereja lewat khotbah-khotbah dan PA).

Kalau mau mempersembahkan anak untuk Tuhan (sekolah teologia), berilah


yang paling pintar karena dia akan menggeluti cabang ilmu yang paling tinggi.

Jangan berikan yang pintar-pintar untuk ilmu yang lain dan yang paling bodoh
untuk teologia.
Lalu bagaimana kita menjawab pertanyaan Siapakah manusia itu? Dapatkah
manusia menjawab pertanyaan Siapakah manusia itu? atau Siapakah aku ini? Di
balik pertanyaan siapakah aku ini? muncul banyak pertanyaan : Siapakah yang
bertanya? (AKU). Mengapa AKU bertanya? (Karena AKU mau mencari tahu).
Mengapa AKU mencari tahu? (Karena AKU tidak tahu).Tetapi AKU bertanya
pada siapa? Atau kepada siapa AKU mencari tahu? (Kepada AKU sendiri). Tapi
bukankah AKU tidak tahu dan sementara mencari tahu? Bagaimnana AKU bisa
memberi tahu? Kalau AKU sudah tahu seharusnya tak perlu mencari tahu lagi. Tapi
kalau AKU tidak tahu juga, lalu untuk apa mencari tahu pada yang tidak tahu? Jadi
AKU yang tidak tahu ternyata telah bertanya kepada AKU sendiri yang tidak tahu.
Lalu bagaimana bisa tahu? Tidak mungkin! Di sini kita bisa melihat bahwa sebenarnya
manusia dari dirinya sendiri tidak bisa menjawab dengan tuntas siapa dirinya sendiri.
Kalau begitu jawaban atas pertanyaan tsb tidak boleh datang dari diri manusia itu sendiri
tetapi dari luar/dari atas manusia sendiri yakni dari Tuhan Allah dalam hal ini adalah
firman-Nya. Jadi firman Allahlah yang dapat memberikan jawaban tuntas kepada
manusia tentang siapa dirinya.
Kalau kita memeriksa Firman Tuhan, maka Firman Tuhan memberitahukan
dengan jelas kepada kita bahwa sesungguhnya manusia itu adalah ciptaan Allah. (Man is
the Creation of God).
Kej 1:1, 27 (1) Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi(27) Maka
Allah menciptakan manusia itu"
Jadi manusia tidak berada dengan sendirinya. Dia dicipta oleh Allah / diadakan
oleh Allah. Kalau memang manusia diciptakan oleh Allah maka ada saat di mana manusia
tidak ada dan baru memperoleh keberadaannya pada suatu saat. Itu berarti bahwa
manusia membutuhkan Allah untuk menjadi ada. Tanpa Allah manusia tidak pernah
berada atau tidak pernah jadi ada. Selanjutnya, setelah dicipta, apakah manusia bisa
terlepas dari Allah? Tidak!
Kis 17:25,28 (25) Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala
sesuatu kepada semua orang. (28) Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita
ada
Ayub 12:9-10 (9) Siapa di antara semuanya itu yang tidak tahu, bahwa tangan
Allah yang melakukan itu (10) bahwa di dalam tangan-Nya terletak nyawa segala yang
hidup dan nafas setiap manusia?
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa setelah dicipta manusia terus bergantung pada
Allah. Manusia tidak pernah menjadi otonom / independen di dalam keberadaannya.
Anthony Hoekema kita berhutang kepada Allah atas setiap nafas kita, kita
bereksistensi hanya di dalam Dia, di dalam setiap gerakan yang kita lakukan, kita
bergantung kepada-Nya. Kita tidak akan mampu mengangkat satu jari pun di luar
kehendak Allah. (Manusia : Ciptaan Menurut Gambar Allah, hal. 8).
Inilah natur manusia! Manusia adalah ciptaan yang bergantung mutlak kepada
Allah. Maksudnya adalah manusia bergantung kepada Allah supaya berada dan terus
bergantung kepada Allah supaya tetap berada. Seorang anak yang lahir, seluruh hidupnya
bergantung pada orang tuanya, tetapi ada saat di mana ia menjadi mandiri dan tidak

bergantung pada orang tuanya lagi yakni pada saat dia sudah dewasa. Tetapi manusia
tidak demikian. Keberadaannya berasal dari Allah dan keberlangsungan keberadaannya
juga terus bergantung pada Allah. Tidak saat di mana manusia tidak bergantung pada
Allah. Paulus berkata dalam Kis 17:28 : Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak,
kita ada. Ini sama dengan ikan di dalam laut yang keberadaannya sangat bergantung
pada air laut. Sesaat saja keluar dari air, ia akan mati. Inilah konsekuensi dari status kita
sebagai ciptaan. Dan biarlah kita selalu mengingat ini. Sehebat apa pun kita, sepintar apa
pun kita, sekaya apa pun kita, kita adalah ciptaan yang sangat bergantung pada Allah.
Jangan menjadi sombong dan lupa diri karena kita tidak akan bisa menggerakkan 1 jari
pun tanpa Dia. Juga jangan suka protes pada Allah karena kita hanya ciptaan yang
bergantung pada Dia seperti yang dilakukan oleh Yunus.
Yun 4:4,9 (4) Tetapi firman TUHAN: "Layakkah engkau marah?" (9) Tetapi
berfirmanlah Allah kepada Yunus: "Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?"
Jawabnya: "Selayaknyalah aku marah sampai mati."
Bandingkan :
Rom 9:20 - Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang
dibentuk berkata kepada yang membentuknya: "Mengapakah engkau membentuk aku
demikian?
1. Manusia Adalah Makhluk Ciptaan Allah
Fakta yang pertama dari kesaksian Alkitab tentang manusia adalah bahwa
manusia ialah makhluk ciptaan Allah.
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar
Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. (kej 1:27).
Sebagai makhluk, pertama-tama, ia tergantung kepada Allah khaliknya dan
sumber kehidupannya. Namun sebagai makhluk ciptaan Allah, maka Allah berdaulat atas
hidup dan tujuan hidup manusia, karena itu manusia yang menerima kemakhlukkannya
akan menerima pula kedaulatan Allah atas hidup dan tujuan hidupnya. Itulah sebabnya
secara hakiki, manusia selalu mendambakan relasi dengan-Nya. Sebagai makhluk ia
bukan saja tergantung kepada Allah sebagai sumber hidup, tetapi bahwa Allah berdaulat
atas hidup dan tujuan hidup manusia.
Alkitab menggambarkan hubungan manusia dengan Allah pencipta-Nya, sebagai
tanah liat di tangan penjunan. Allah berhak dan berdaulat untuk tujuan apa benda-benda
atau peralatan tanah liat dibuat-Nya. Demikianlah manusia di tangan Allah pencipta,
tujuan hidup-nya ditentukan oleh khalik-Nya
Ada satu hal yang menyolok sewaktu manusia diciptakan oleh Allah yakni
penggunaan kata bentuk jamak yang menunjuk pada diri Allah yang muncul dalam Kej
1:26.
Kej 1:26 - Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan
rupa Kita, .
Penggunaan kata bentuk jamak ini menarik mengingat bahwa Alkitab dengan
tegas mengatakan bahwa Allah itu esa/satu.
Ul 6:4 - Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!

1 Raj 8:60 - supaya segala bangsa di bumi tahu, bahwa TUHANlah Allah, dan
tidak ada yang lain
Nah, jika Allah itu esa/satu, maka pada saat Ia menciptakan manusia, logis untuk
mengatakan Baiklah Aku menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Ku tetapi
yang nampak dalam Kej 1:26 tidaklah demikian melainkan menggunakan kata bentuk
jamak Kita. Kalau begitu, apa maksud kata Kita dalam ayat 26 ini? Sepanjang
sejarah penafsiran Alkitab, muncul beragam penafsiran :
a. Ada yang mengatakan bahwa ini adalah jamak kehormatan (Plural
Majestaticus).
Untuk memahami apa yang dimaksud dengan jamak kehormatan ini, perhatikan
penjelasan Stephen Tong berikut ini :
Stephen Tong Semua agama di Timur mempunyai kebiasaan memanggil dewa
mereka dengan istilah jamak, bukan tunggal. Bagi mereka istilah dalam bentuk tunggal
tidak cukup lengkap untuk menjelaskan mengenai dewa/ilah karena dewa/ilah lebih besar
dari manusia. Ilah itu begitu besar, sehingga manusia tidak boleh menyebutnya dengan
memakai kata benda tunggal, harus jamak. Meskipun hanya satu dewa, tetap tidak
diijinkan menyebutnya dengan singular form, harusplural form. Ini adalah bentuk bahasa
agama yang berlaku pada 1500 tahun sebelum Yesus lahir di Timur Tengah, yang disebut
sebagaimajestic pluralism. (Peta & Teladan Allah, hal. 8).
Karena itu mereka beranggapan bahwa kata Kita dalam Kej 1:26 hanyalah
sekedar sapaan penghormatan kepada Allah dalam tradisi religius orang Timur Tengah.
Tetapi ada 2 keberatan terhadap pandangan ini :

Jika tradisi ini benar sekalipun, itu harus tetap ditolak dalam kaitan dengan
Kej 1:26 karena tradisi itu merupakan cara panggilan manusia kepada Allah
sedangkan Kej 1:26 mengatakan bahwa Allahlah yang berbicara bukan
manusia yang berbicara tentang Allah.

Kej 1:26 - Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut


gambar dan rupa Kita, .

Selain itu kata ganti Kita ini juga muncul dalam Kej 3:22 yang dari
formula kalimatnya tak mungkin diartikan sebagai jamak kehormatan.
Kej 3:22 - Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah
menjadi seperti salah satu dari Kita, .
Dengan demikian pandangan tentang jamak kehormatan ini mesti ditolak.
b.

Ada yang mengatakan bahwa ini adalah bentuk pemuliaan diri sendiri.

Pandangan ini mengakui bahwa memang dalam ayat tersebut Allahlah yang
berbicara bukan sapaan manusia kepada Allah. Tetapi mereka lalu menafsirkan bahwa
penggunaan bentuk jamak oleh Allah sendiri menunjukkan bahwa Allah sementara
memuliakan diri-Nya sendiri. Tetapi Louis Berkhof menganggap bahwa ini adalah asumsi
yang tidak masuk di akal.
Louis Berkhof Mengapa harus ada pemuliaan diri sendiri dalam bentuk jamak
kecuali jika memang ada pluralitas dalam diri Allah. (Teologi Ssistematika Doktrin
Manusia, hal. 6)
c.
Ada yang mengatakan bahwa ini menunjuk pada Allah dan dewan surgawi (malaikatmalaikat-Nya).
Dikatakan bahwa Allah sementara mengajak malaikat-malaikat-Nya untuk turut
mencipta manusia. Keberatan untuk pandangan ini adalah :

Di seluruh Alkitab tidak pernah dikatakan bahwa malaikat menjadi pencipta


manusia.

Kalau ditafsirkan demikian maka berarti manusia juga dicipta dengan gambar
dan rupa malaikat. Ini jelas ajaran yang tidak Alkitabiah.

Jikalau malaikat juga mencipta manusia maka kedudukan malaikat akan menjadi
setara dengan Allah dan berhak atas penyembahan manusia. Padahal hal itu jelas dilarang
dalam Alkitab!

Perhatikan baik-baik :
Kej 1:26-27 (26) Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia
menurut gambar dan rupa Kita," (27) Maka Allah menciptakan manusia itu menurut
gambar-Nya, menurut gambarAllah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan
diciptakan-Nyamereka.
Jelas bahwa kata Kita dan Nya menunjuk kepada Allah sendiri.
Jelas terlihat bahwa semua penafsiran itu tidak masuk akal. Jika demikian
siapakah yang dimaksudkan dengan KITA dalam Kej 1:26 itu? Saya percaya ini
menunjuk pada Allah Tritunggal (Bapa, Anak dan Roh Kudus) yang memang adalah
Allah yang esa itu.

Stephen Tong mengapa Allah menyebut "Kita" adalah bahwa Allah adalah
Allah yang Tritunggal. Keesaan Allah yang di dalamnya ada Allah Bapa, Allah Anak,
Allah Roh Kudus, menciptakan suatu dialog di antara ketiga Oknum itu sendiri. Allah
dalam tiga Oknum ini sedang berdiskusi, merencanakan sesuatu bagi ciptaan teragung
sehingga ditulis demikian jelas proses dari penciptaan itu. (Peta dan Teladan Allah, hal.
9).
Fakta ini menarik karena di dalam penciptaan yang lain, hanya dikatakan bahwa
Allah berfirman dan semuanya jadi. Tetapi sewaktu menciptakan manusia tidak demikian
formulanya melainkan : Baiklah Kita menjadikan manusia (Kej 1:26). Kesan yang

ditangkap adalah bahwa untuk menciptakan manusia, terlebih dahulu telah terjadi
semacam perundingan atau rapat ilahi di antara oknum-oknum Tritunggal.
R. Soedarmo - Tuhan Allah waktu menjadikan makhluk-makhluk lain hanya
berfirman saja Jadilah ini dan Jadilah itu. Tetapi ketika Tuhan akan menjadikan
manusia, Ia bermusyawarah. (Ikhtisar Dogmatika, hal. 139).
Budi Asali - Allah berunding dulu sebelum menciptakan manusia (Kej 1:26-27).
Ini adalah perundingan ilahi, karena dilakukan antar pribadi-pribadi dalam Allah
Tritunggal. Ini tidak pernah Ia lakukan sebelumnya, pada waktu Ia menciptakan ciptaan
yang lain. (Eksposisi Kitab Kejadian, hal.9).
Stephen Tong Sebelum Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus
mencipta, Mereka berdiskusi dan Allah berkata, 'Mari Kita menciptakan manusia menurut
peta dan teladan Kita." (Peta dan Teladan Allah, hal. 9).
Semua ini menunjukkan bahwa manusia sangat berharga dan istimewa di hadapan
Allah.
Anthony Hoekema - Ini mengindikasikan bahwa penciptaan manusia memiliki
kelas tersendiri, karena ungkapan ini tidak dipakai untuk ciptaan lain yang mana pun.
Juga harus diperhatikan bahwa ada sebuah perencanaan yang mendahului penciptaan
manusia: "Marilah Kita menjadikan manusia...."Hal ini sekali lagi menunjukkan
keunikan dalam penciptaan manusia. Perencanaan ilahi seperti ini tidak pernah dikaitkan
dengan ciptaan lain. (Manusia : Ciptaan Menurut Gambar Allah, hal. 16-17).
Jika Allah saja begitu menghargai manusia dan menganggapnya begitu istimewa,
maka sudah seharusnya manusia sendiri memandang manusia itu sebagai sesuatu yang
berharga dan istimewa. Dalam hal ini :
a.

Manusia harus menghargai dirinya sendiri.


Seorang manusia harus belajar untuk menilai dirinya sebagaimana Allah
menilainya dan jikalau Allah sangat menghargai dan menganggap seorang manusia
begitu istimewa maka seorang manusia harus juga melihat dirinya demikian adanya.
Karena itu janganlah kita menjadi orang yang rendah diri hanya karena wajah tidak
secantik dan setampan orang lain.Janganlah kita menjadi orang yang rendah diri hanya
karena kulit tidak seterang orang lain. Janganlah kita menjadi orang yang rendah diri
hanya karena rambut tidak selurus orang lain. Janganlah kita menjadi orang yang rendah
diri hanya karena otak tidak sepintar orang lain. Janganlah kita menjadi orang yang
rendah diri hanya karena uang tidak sebanyak orang lain. Janganlah kita menjadi orang
yang rendah diri hanya karena nama tidak setenar orang lain. Janganlah kita menjadi
orang yang rendah diri hanya karena lidah tidak sefasih orang lain. Janganlah kita
menjadi orang yang rendah diri hanya karena kesehatan tidak sebaik orang lain,
dll.Rendah diri menunjukkan bahwa kita kurang menghargai diri kita sendiri
sebagaimana Allah menghargainya.

b.

Manusia harus menghargai orang lain.


Karena orang lain juga adalah manusia seperti kita maka kita juga harus belajar
untuk menghargai orang lain sebagaimana Allah juga menghargai mereka. Kita tidak
boleh menganggap remeh orang lain, memperlakukan mereka secara berbeda apalagi

menghina mereka hanya karena wajah mereka tidak secantik dan setampan kita, kulit
mereka tidak seterang kita, rambut mereka tidak selurus kita dan lain sebagainya. Saya
pernah mendengar ada orang berkomentar tentang seseorang. Ia berkata :Bayangkan
sudah hitam, kriting, hidup lagi!. Jadi menurut orang ini seharusnya orang hitam dan
kriting itu tidak boleh hidup. Ini jelas adalah penghinaan. Kita tidak boleh menganggap
remeh orang lain, memperlakukan mereka secara berbeda apalagi menghina
mereka hanyakarena otak mereka tidak sepintar kita, uang mereka tidak sebanyak uang
kita, nama mereka tidak setenar nama kita, lidah mereka tidak sefasih kita, kesehatan
mereka tidak sebaik kita, dan lain sebagainya. Ingat, anda adalah makhluk yang istimewa
dan berharga di mata Tuhan, demikian juga sesama manusia anda. Hargailah dirimu dan
orang lain juga!
2. Manusia Adalah Gambar Allah
Manusia juga selain dari makhluk ciptaan Allah, juga merupakan gambar Allah.
Manusia diciptakan sebagai gambar Allah berarti bahwa manusia diciptakan sedemikian
rupa untuk menjadi pihak lain dengan siapa Allah berkomunikasi.
Kenyataan bahwa Alkitab menyatakan bahwa Allah berfirman /memberi
perintah kepada manusia adalah bukti bahwa manusia dengan satu dan lain cara dapat
menyatakan hubungannya dengan Allah.
Penciptaan manusia sebagai gambar Allah memungkinkan terjadinya sesuatu
antara Allah dan manusia, yaitu makhluk dengan siapa Allah berhubungan dan kepada
siapa Ia berfirman. (kej 1:27).
Fenomena agama bisa mengalami kemerosotan, namun kesadaran religius
manusia dalam arti kesadaran akan adanya suatu kodrat ilahi di atas manusia yang penuh
dengan misteri yang tak dapat secara tuntas diselidiki dan dipahami oleh manusia.
Kesadaran akan adanya kodrat ilahi di atas manusia, dan yang tak terbatas ini,
mendorong manusia untuk selalu kagum, takjub, dan rendah hati sehingga mendorongnya
untuk beribadah kepadanya.
Karena manusia adalah gambar Allah maka, hendaklah kita pun akan sempurna
seperti Allah. Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga
adalah sempurna. (Mat 5:48).
3.Manusia Sebagai Pendosa
Manusia adalah makhluk yang baik dan mulia. Manusia diberikan Allah
kesadaran etis untuk mengusai dan mengagumi bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dapat mempercepat kehidupan manusia. Tetapi manusia salah menggunakan
kemajuan tersebut, mereka cenderung mengarah ke hal-hal yang bersifat duniawi itulah
yang dinamakan dosa atau lebih sering di sebut paradoks.
Dalam kekristenan paradoks ini disebabkan karena manusia jatuh ke dalam dosa
(kej 3). Dosa dipahami bukan sekadar pelanggaran moral, tetapi sikap memberontak
kepada Allah, yakni menolak otoritas Allah yang menentukan tujuan hidup manusia. Dan

karena hakekat manusia sebagai makhluk sosial maka dosa tidak dapat dibatasi hanya
sebagai dosa pribadi/individu, tetapi juga harus dipahami sebagai dosa sosial. Dosa dapat
mengambil bentuk secara sosial dan struktural. Tetapi oleh karena kasih karunia Allah
kita diselamatkan.
Alkitab juga menyaksikan bahwa ada pengharapan dan akan ada penyelamatan
dan pembaharuan Allah melalui Kristus dan Roh-Nya. Karena itu kita semua terpanggil
untuk dapat menciptakan kedamaian dan menolak segala bentuk dosa.
C. APLIKASI SOSIAL
1. Bpk. Agus, Umur 40 tahun, pekerjaan security:
Manusia dikawasan Megamas adalah manusia yang pergaulannya sudah sangat
memprihatinkan, manusia yang sebagai Ciptaan Allah sudah tak lagi memancarkan citra
Allah. Anak-anak muda sudah suka membentuk kelompok-kelompok yang mengganggu
suasana hidup manusia lain, yang mengakibatkan terjadinya tawuran.
2. Nona Tasya, umur 26 tahun, pekerjaan Kasir Megamall
Manusia dikawasan Megamas adalah manusia yang kehidupannya sudah sangat modern,
anak-anak yang masih kecil pun sudah menggunakan teknologi. Dan dengan teknologiteknologi yang sudah semakin canggih, manusia sudah salah menggunakannya, teknologi
digunakan sebagai kesombongan dalam hal balapan ataupun pameran teknologi.
3. Ibu Nisa, Umur 37 tahun, pembelanja di megamall
Ada banyak manusia yang mencintai kehidupan modernisasi, mencintai musik-musik
barat, dan mencintai pakaian-pakain yang sudah lebih modern. Tetapi ada juga manusi
pekerja keras, contohnya ada bnyak anak-anak yang tidak sekolah, mereka harus
berjualan apapun yang dapat di jual demi kebutuhan mereka, mereka inilah yang disebut
sebagai manusia-manusia yang pekerja keras.
D. WAKTU PELAKSANAAN
Sabtu, 15 November 2014 Minggu, 16 November 2014
Pukul 19.00-12.00 WITA
E. PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Bagaimana pendapat bapak tentang orang-orang yang ada disekitar Megamas ini?
Jawaban : orang-orang dikawasan megamas ini, suka membentuk kelompokkelompok untuk tawuran, gank-gank motor maupun mobil. Banyak orang-orang
yang telah menyalahgunakan teknologi sebagai media untuk kesombongan.
2. Bagaimana pandangan nona terhadap orang-orang di kawasan ini?
Jawaban : Kehidupan manusia dikawasan ini moralnya hari demi hari semakin
merosot, entah itu mulai dari anak-anak bahkan sampai kepada orang tua.
Teknologi yang sudah canggi membuat orang-orang lupa untuk membawa diri

mereka pada hal yang positif. Saking maraknya teknologi-teknologi telah


membuat orang-orang menjadi sombong akan hal itu.
3. Apa pendapat ibu mengenai masyarakat dikawasan megamas ini?
Jawaban : Ada banyak manusia yang mencintai kehidupan modernisasi, mencintai
musik-musik barat, dan mencintai pakaian-pakain yang sudah lebih modern. Cara
berpakaian yang sudah tidak wajar lagi, wanita- wanita yang berpakaian terlalu
seksi yang sangat tidak sopan dipandang mata. Tetapi ada juga manusi pekerja
keras, contohnya ada banyak anak-anak yang tidak sekolah, mereka harus
berjualan apapun yang dapat di jual demi kebutuhan mereka, mereka inilah yang
disebut sebagai manusia-manusia yang pekerja keras.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil praktek kulia lapangan yang telah dilakukan di Manado kawasan Megamas dan
hasilnya telah dibuat dalam bentuk makalah, maka saya menarik kesimpulan:

Manusia di kawasan megamas adalah manusia yang sebagian besar moralnya

sudah menurun, tabiat manusia yang tak memancarkan karakter Allah.


Manusia yang telah tergiur dengan kehidupan modernisasi, baik itu teknologi,

pakaian dan musik.


Manusia yang menggunakan teknologi sebagai kesombongan yang

membanggakan diri.
Manusia yang berusa keras untuk hidup mereka, bekerja keras demi
kebutuhan hidup.

B. SARAN
Tingkatkan keimanan dan selalu dekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tumbuhkan norma dan nilai-nilai sosial.
Hindari pergaulan bebas yang dapat menjurus ke dalam perilaku yang menyimpang,
seperti tawuran, dan lain-lain.
Janganlah terlalu tergiur dengan hal-hal yang baru atau barang-barang modern.
Janganlah menyalahgunakan teknologi yang sebenarnya itu ciptakan untuk
mempermudah kehidupan manusia.
Hargai mereka yang berusaha keras demi kehidupan mereka.
Belajar menjadi manusia yang sederhana, yang berkatakter mulia, dan memancarkan
kasih Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA
Alkitab.2005.Lembaga Alkitab Indonesia.Jakarta
Nangoi Wiesye.2014.Pendidikan agama kristen. Tondano. Icc
http://nudistaku.blogspot.com/2013/10/makalah-hubungan-manusia-dankebudayaan_6.html
http://wpcatur.wordpress.com/2012/11/20/pengertian-kebudayaan-unsurunsur-kebudayaan-dan-wujud-kebudayaan/
http://kamelia11.wordpress.com/tag/pengertian-manusia-menurut-para-ahli/
http://ikanurj.blogspot.com/2012/10/tugas.html
Mabriantama Wisastrio.2014.Pendidikan Agama Kristen. Siduarjo
Agus.2014. Kehidupan masyarakat kawasan megamas. Wawancara. Manado
Tasya .2014. Karakteristik manusia kawasan megamas. Wawancara.
Manado
Nisa.2014. Pergaulan orang-orang dikawasan megamas. Wawancara.
Manado

Anda mungkin juga menyukai