Anda di halaman 1dari 4

Karya Imajinatif Seorang Dee

Oleh : Fitria Handayani Herdana Judul Buku Pengarang Penerbit Editor Tahun Terit Cetakan Tebal Buku : Madre : Dewi Lestari (Dee) : Yogyakarta:Bentang Pustaka : Sitok Srengenge : 2011 : 1(Pertama) : xiv + 162 halaman ; 20 cm

Dewi Lestari, yang juga dikenal dengan nama pena Dee, merupakan salah satu penulis perempuan terbaik di Indonesia. Dewi Lestari lahir di Bandung pada 1976. Tak hanya menghibur khalayak Indonesia lewat suara emasnya, dia juga piawai menulis. Beberapa novelnya mendapat banyak pujian, antara lain Supernova dan Perahu Kertas. Kini, dia kembali hadir dengan karya terbarunya, Madre. Madre merupakan kumpulan karya Dee selama lima tahun terakhir. Ini merupakan kumpulan cerpen ketiga dari Dee, setelah Filosofi Kopi (2006) dan Retcoverso (2008). Madre berisi tentang 13 cerita yang disuguhkan dalam bentuk istimewa. Ada yang berupa cerita pendek, puisi, ada pula curahan hati penulis, meski cerita pendeknya hanya Madre, Rimba Amniotik, Have you Ever, Semangkok Cinta untuk Cinta dan Tuhan, Guruji ,dan Menunggu Layanglayang. Cerita yang dibawakan tak melulu kisah cinta seorang pria dan wanita, tapi juga mengisahkan cinta antara seorang ibu dengan calon anaknya, cerita tentang kepahlawanan, juga cerita tentang biang roti, Madre. Di dalam buku ini terdapat sebuah cerpen yang mengesankan berjudul Menunggu Layanglayang. Dikisahkan bagaimana dua orang sahabat, laki-laki dan perempuan , Starla dan Christian atau yang disapa dengan Che. Starla selalu berkeluh kesah kepada Che. Starla, seorang perempuan dengan perpaduan pas, cantik, gaul, mapan, pintar, selalu bercerita tentang apapun pada Che . Mereka saling mengisi kesendirian mereka dengan berbeda cara. Sang wanita mengisi kekosongan dengan mencari dan menggonta ganti kekasih dan sang pria mengisi kekosongan hidupnya dengan mengikuti rutinitas yang selalu dia lakukan dari Senin ke Minggu dari bulan kebulan, tahun ke tahun, hingga suatu saat mereka menyadari bahwa mereka adalah dua orang yang ditakdirkan bersama. Namun, pengingkaran dalam hati seringkali muncul. Ya sesungguhnya inilah yang seringkali dirasakan kebanyakan orang,

jauh-jauh mencari pasangan tapi sesungguhnya pasangannya ada di tempat yang seringkali tidak kita sadari. Aku ingin jadi layang-layang Layang-layang itu bebas di langit. Tapi tetap ada benang yang mengikatnya di bumi. Jangan lepasin aku Che. (hlm 152). Dee menuliskan tiap ceritanya dengan gaya bahasanya yang mebuat orang terhanyut disetiap katanya. Dee tak hanya piawai dalam bercerita dan mengolah bahasa. Kepekaannya menyimak dan meyikapi masalah krusial dalam hubungan antarmanusia-pun tak perlu diragukan. Lebih menarik lagi sebagaimana terlukis dalam cerpen berjudul Madre, judul cerpen yang kemudian diangkat sebagai judul buku ini, memang lebih menarik dibandingkan dengan cerpen yang lain. Madre mengisahkan bagaimana sejarah hidup seorang laki-laki berubah dalam sehari hanya dengan sebuah kunci lemari es yang berisi Madre. Kemudian Madre ini pun yang mengubah nasib dan arah masa depannya dan akhirnya dapat menghidupkan toko kue tua yang telah lama mati suri. Berawal dari kematian seorang kakek keturunan Tionghoa yang memberikan warisan kepada cucu laki-laki yang tak mengenalinya bernama Tansen, setoples Madre yang tak lain adalah adonan roti. Tansen datang jauh dari Bali, tempatnya menetap karena permintaan seorang pengacara, namun ia tetap tak mengerti apa-apa, karena sebelumnya ia memang tak mengenal kakeknya itu. Setelah kepergian kakeknya itu, Tansen akhirnya mengetahui sejarah hidupnya selama ini, ternyata Tansen memiliki seperempat darah tionghoa dari kakeknya dan seperempat darah india dari neneknya. Dan dia juga baru mengetahui bahwa kakek dan neneknya adalah tukang roti dan keduanya meninggalkan sebuah Madre. Sang kakek memberikan warisan Madre kepada Tansen karena ia yakin, hanya keturunan langsungnyalah yang dapat menghidupkan toko kue tradisional bernama Tan De Bakker yang digarapnya pada tahun 1943 silam. Madre berasal dari kata spanyol yang berarti 'ibu' dan dalam hal ini merupakan biang roti yang sangat tua. Saya cari di Google, kata Madre itu ternyata berasal dari bahasa Spanyol, artinya Ibu. Madre, Sang Adonan Biang, lahir sebelum ibu kandung saya. Dan dia bahkan sanggup hidup lebih panjang dari penciptanya. (hlm 19). Tansen merupakan pekerja serabutan di Bali dengan segala kebebasannya dan melampiaskan semua kebebasannya itu di blog pribadinya. Pada awalnya Tansen menyepelekan dan menganggap remeh keberadaan Madre, namun akhirnya ia memilih untuk mengubah masa depannya dan memajukan toko kue milik kakek neneknya tersebut. Dee mampu menceritakan seorang tokoh utama yang justru belum bahkan tidak akan pernah menjadi dirinya dengan baik. Dengan selera humor yang khas, Dee mampu membuat pembaca sesekali tertawa. Sejenak aku berharap adonan yang dipanggil biang Madre itu akan berubah jadi bidadari cantik atau minimal menyapa selamat pagi. Namun ia tetap diam membeku sebagaimana harusnya benda mati. Ludahku tertelan macam sebutir peria. Telah kuseberangi pulau, demi seseorang yang tak ku kenal, yang mewariskanku......adonan ? harus ku tarik semua otot humorku agar bisa mengapresiasi kelucuan ini. Dan rasanya tetap tak lucu.(hlm 9) Tentu saja cerita tidak berhenti sampai sini, dengan gemulai dan lincah, Dee mengajak pembacanya berimajinasi tentang pentingnya sebuah biang roti dalam usaha toko roti. Era sosial media diterjemahkan Dee lewat Tansen yang berkenalan dengan Mei, penggemar setia blog Tansen, yang juga merupakan pengusaha toko kue. Mei adalah seorang gadis Cina yang berniat membeli Madre senilai 100juta rupiah. Alih-alih ingin membeli Madre, Mei malah menjadi partner bisnis 2

Tansen. Kejayaan Tan De Bakker kemudian terulang berkat duet Tansen dan Mei, dan dengan tekad yang kuat akhirnya toko kue tradisional itupun kembali hidup dan menghidupi semua karyawan yang seusia kakek neneknya. Kata-kata Dee mampu mebuat berpikir tanpa merasa kesulitan mencerna setiap bait-bait tulisannya. Gaya bahasa Dee yang menjadi ciri khas dari tulisannya membawa pembaca masuk pada alur cerita Madre. Selain Madre sebagai cerita inti, Dee juga menyertakan beberapa sajak, lirik, dan cerita lainnya, tapi Madre adalah yang paling berkesan dari semua bagian kumpulan cerita Madre Madre bukan sekedar cerita tentang perjuangan sejumlah tokoh fiktif demi membangkitkan kembali sebuah pabrik roti yang mati suri. Karakter-karakternya layak dipandang sebagai presentasi dan keberadaan suku, agama, budaya, kelas sosial, gaya hidup, yang bersatu dan bahu-membahu mewujudkan kekompakan demi kesejahteraan bersama. Harmoni di dalam Madre adalah miniatur Indonesia yang ideal. Menghargai keragaman dan menghormati perbedaan adalah keniscayaan yang berakar kuat dalam ranah sejarah, bisa menjadi modal yang sangat berharga bagi upaya perwujudan hidup yang kaya dan indah. Madre juga menekankan pentingnya kreativitas dan kerjasama, sebab itulah yang akan membuat sebuah bangsa dikenang lebih hormat dan lebih lama. Dicerita ini Dee juga mengungkapkan bagaimana menjadi produsen roti, bagaimana sebuah biang sangatlah penting. Sama seperti sentilan Dee tentang Indonesia, Dee dengan apik menyentil bagaimana pun Indonesia sekarang lihatlah akar budaya yang tidak pernah mati itu. Jika kau membunuh biang atau akar budaya itu, matilah Indonesia. Kumpulan cerita yang berjudul Madre ini menghadirkan kisah yang menarik dan patut dibaca oleh semua golongan, terlebih bagi yang telah mengikuti tiap judul karya Dee. Pesan moral yang padat dan alur cerita yang menarik membuat cerita di setiap judulnya tidak membosankan untuk dibaca. Sayang sekali, buku yang diklaim sebagai kumpulan cerita ini, tidak punya konsep kuat. Madre tidak berisi cerita-cerita yang secara kualitas dan kuantitas seimbang bobotnya. Dalam kumpulan cerita ini, hanya ada satu cerita yang mendominasi cerita yang lain. Dan dominasi itu terjadi dalam arti yang begitu nyata, satu cerita itu memakan halaman yang begitu banyak, sementara cerita lain hanya memakan dua atau tiga halaman. Tidak semua tulisan dalam buku ini bahkan bisa disebut sebagai cerita yang utuh. Sebagian di antara isi buku ini, hanyalah semacam puisi dan curahan hati Dee. Namun demikian, jalan cerita yang menarik dan alur yang unik mampu menutupi kekurangan tersebut. Madre terbitan tahun 2011 bersampul dengan warna orange dengan gambar sketsa bangunan bertuliskan Madre 1979. Warna orange dan sketsa tadi ditumpuk dengan gambar yang menyerupai pita berwarna krem, dan di atasnya bertuliskan Madre, dengan lambang kunci yang menggantikan huruf D. Kunci merupakan penjelasan bahwa Madre itu merupakan kata kunci dari kumpulan cerita di dalamnya. Kerangka buku dimulai dari halaman (i) memuat judul buku, (ii) berisi peringatan Undang-Undang Hak Cipta, (iii) berisi judul buku, pengarang, dan penerbit. Pada halaman (iv) tercantum keterangan mengenai cetakan dan saku buku. Halaman (v) memuat catatan penulis. Halaman (vii) mencantumkan daftar isi. Halaman (ix) sampai dengan (xi) berisikan komentar editor, dan halaman (xiii) berisikan kata pengantar dari penulis. Isi cerita dimuat dari halaman 1 hingga halaman 160, dan terdiri dari 13 Bab dengan judul yang berbeda-beda. Akhir buku memuat biografi singkat penulis. Pada sampul luar halaman belakang tertera sinopsis Madre. Secara keseluruhan, Madre adalah salah satu karya sastra yang patut diacungi jempol. Pesan moral yang digunakan penulis cenderung lebih berbau humanis, corak yang hampir mewarnai setiap 3

karya-karyanya. Dee mencoba mencari sisi kemanusiaan dalam setiap peristiwa dan setiap obyek. Sekali lagi, Kepekaan Dee menyimak dan meyikapi masalah krusial dalam hubungan antarmanusi tak perlu diragukan. Dee selalu kaya akan pilihan katanya, selalu unik akan rangkaian kata. Pilihan kata yang begitu rupa membuat setiap kisahnya selalu mempesona. Dee, menembus batas imajinasi, melampaui logika manusiawi. Seperti prosa pendek yang kesannya terasa begitu singkat, Dee dengan Madre-nya membawa pembaca ke dunia khayal yang teramat menakjubkan dengan tempo yang begitu singkat saat membaca kisah demi kisahnya dalam jilid sederhana ini. Dengan tangkas Dee berdongeng dengan cara khasnya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai