Anda di halaman 1dari 4

Resensi Novel Tere Liye, Rindu

Data buku

Judul resensi : perjalanan panjang kerinduan

Judul novel : Rindu

Pengarang : Darwis Tere Liye

Penerbit : Republika

Tahun terbit : 2014

Tebal buku : 544 halaman

Pembukaan
MEMPERKENALKAN PENGARANG
Darwis Tere Liye
Latar Sosio-historis Pengarang Tere Liye mempunyai nama asli Darwis yang lahir
pada tanggal 21 Mei 1979 di Palembang, Sumatera Selatan. Beliau lahir di dekat
Bukit Barisan, Sumatera bagian Selatan. Namun, beliau selalu lebih senang
dikatakan Melayu. Beliau tinggal di kampung yang dikelilingi hutan, dilingkari
sungai, dibentengi bukit dan gunung. Beliau dibesarkan dalam sebuah keluarga
yang sangat sederhana. Ayahnya bernama Syahdan (telah meninggal dunia
beberapa tahun yang lalu) dan ibunya bernama Nurmas. Beliau menikah dengan
Riski Amelia dan dikarunia seorang putra bernama Abdullah Pasai (Purwoto,
2013). Riwayat pendidikan Tere Liye alias Darwis adalah SDN 2 dan SMPN 1
Kikim Sumatera Selatan, SMUN 9 7 Bandar Lampung dan meneruskan kuliah di
Universitas Indonesia dengan mengambil Fakultas Ekonomi (Mutakin, 2013).
Purwoto (2013) menyatakan, berikut beberapa karya-karya Tere Liye sampai saat
ini. Cintaku Antara Jakarta dan Kuala Lumpur (Penerbit AddPrint, 2005). Mimpi-
Mimpi Si Patah Hati (Penerbit AddPrint, 2005). Rembulan Tenggelam di Wajahmu
(Grafindo 2006 & Republika 2009). Hafalan Shalat Delisa (Penerbit Republika,
2007). Moga Bunda Disayang Allah (Penerbit Republika, 2007) Bidadari-bidadari
Surga (Penerbit Republika, 2008). Senja Bersama Rosie (Penerbit Grafindo,
2008). Burlian Serial Anak-anak Mamak (Penerbit Republika, 2009). Pukat Serial
Anak-anak Mamak (Penerbit Republika, 2010). Daun yang Jatuh tak Pernah
Membenci Angin (Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2011). The Gogons
Series : James & Incridible Incodents (Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
2011). Sang Penandai (Penerbit Serambi, 2011). Ayahku (bukan) Pembohong
(Penerbit PT Gramedian Pustak Utama, 2011). Eliana Serial AnakAnak Mamak
(Penerbit Republika, 2011). Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah (Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama, 2012). Negeri para Bedebah (Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama, 2012). Negeri di Ujung Tanduk (Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama, 2013). Rindu (Penerbit Republika, 2014). Ciri Khas Kesusasteraan
Pengarang. Pertama. Hampir di setiap buku Tere Liye itu ada bagian cerita yang
menceritakan tentang kesedihan dan keharuan. Kedua. Tere Liye sering
menggunakan alur wktu maju mundur dalam ceritanya. Misalnya di awal
diceritakan kisah saat ini. Di bagian selanjutnya tiba-tiba saja setting cerita
tersebut flash back ke beberapa tahun silam. Ketiga. Buku-buku Tere Liye tidak
diterbitkan hanya dari satu penerbit.
Pengarang beberapa novel contohnya Rindu. Rindu adalah persembahan Tere
Liye di tahun 2014 yang betul-betul dirindukan. Rindu merupakan buku ke-20
karya pengarang produktif tersebut. Semua karya-karyanya memiliki ciri khas
dan cita rasa yang berbeda. Namun bagi saya, Rindu adalah karya yang tak pernah
terbayangkan. Saya tidak habis pikir, lagi-lagi Tere Liye menyuguhkan tema yang
tidak biasa. Menurut saya, ide penulisan novel Rindu belum pernah ada di dunia
perbukuan Indonesia. Sederhana, tidak muluk-muluk, tapi segar. Novel ini
tentang perjalanan panjang jamaah haji Indonesia tahun 1938. Tentang kapal uap
Blitar Holland. Tentang sejarah nusantara. Dan tentang pertanyaan-pertanyaan
seputar masa lalu, kebencian, takdir, cinta, dan kemunafikan.

KEUNIKAN
Mempunyai nilai moral yaitu kejujuran, kesediaan untuk bertanggung jawab,
kemandirian moral, keberanian moral, dan kerendahan hati. Kejujuran
berhubungan dengan ketulusan hati dan kelurusan hati
MERUMUSKAN TEMA BUKU
Tema Novel Rindu karya Tere mempunyai tema kerinduan.

TUBUH RESENSI
Sinopsis

Apalah arti memiliki, ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?

Apalah arti kehilangan, ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya
indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci
dan tidak menuntut apapun?

Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tak terbilang
keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis
benang saja.

Novel ini bercerita tentang perjalanan panjang sebuah kerinduan. Perjalanan kerinduan
yang membawa banyak hal yang terbeban di hati. Mulai dari bagaimana ia menghadapi
perjalanan dengan penuh dosa di masa lalu. Lalu seseorang yang melakukan perjalanannya
dengan penuh kebencian. Ada punya dia yang kehilangan cintanya menjadi sebab mengapa
ia melakukan perjalanan ini.

Cerita berlatar waktu pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Yakni pada masa ketika
Belanda masih menduduki Indonesia. Pada masa itu, pemerintah Hindia Belanda
memberikan layanan perjalanan haji untuk rakyat pribumi yang memiliki cukup uang.
Perjalanan dilakukan lewat laut yakni menggunakan kapal uap besar yang merupakan
perkembangan teknologi transportasi tercanggih pada masa itu. Salah satu kapal yang
beroperasi untuk melakukan perjalanan haji ini adalah Blitar Holland. Di kapal besar
inilah segala kisahnya dimulai.

Tere Leye meracik cerita dengan begitu menarik. Belum lagi dengan nuansa latar yang
berbeda seperti kehidupan di atas kapal uap besar. Di atas kapal juga terjadi interaksi
sosial antar penumpang kapal. Juga terdapat fasilitas-fasilitas umum seperti kantin,
masjid, dan tukang jahit kapal.

Diceritakan mengenai keluarga Daeng Andipati yang terdiri orang tua, seorang pembantu
rumah tangga, serta dua anak yang mengikut perjalanan haji ini, yakni Anna dan Elisa.
Mereka menjalani lamanya waktu perjalanan haji dengan riang gembira. Seakan tidak
pernah mengerti tentang apa yang terpendam di hati Daeng, ayah mereka.

Ada pula tokoh yang bernama Ambo Uleng. Dia adalah seorang pelaut. Hampir seluruh
hidupnya dihabiskan di atas lautan. Ambo Uleng rupanya menuruni sifat ayahnya yang
seorang pelaut juga. Ia menaiki kapal Blitar Holland tidak dengan tujuan apapun. Tidak
untuk bekerja, mengumpulkan uang, atau apapun. Ia hanya ingin pergi sejauh-jauhnya
meninggalkan tanah Makassar yang ia jalani melalui kisah pilunya.
Di sisi lain, ada seorang keturunan Cina. Ia sering mengajari ngaji anak-anak di mushola
kapal sepanjang perjalanan haji. Anak-anak biasa memanggilnya Bonda Upe. Bonda Upe
ini rupanya sedang memendam masa lalunya sebelum memeluk Islam. Hingga tiap malam
ia selalu menangisi dosa-dosanya yang dulu.

Dari sini pula diceritakan Gurutta Ahmad Karaeng, ulama tersohor asal Makassar yang
mengikuti perjalanan haji. Beliau rutin melaksanakan solat berjamaah bersama
penumpang lain. Secepat itu pula Gurutta meminta izin kepada kapten untuk mengadakan
pengajian di atas kapal. Beliau adalah sosok yang selalu memberikan jawaban terbaik
atas pertanyaan orang-orang. Namun ternyata ia sendiri telah memendam lama sebuah
pertanyaan yang tak mampu seorang pun menjawab

KELEBIHAN NOVEL
Dalam novel ini, terdapat kata-kata indah yang juga mampu menjawab beberapa
pertanyaan yang ada dihati kita. Isi pesan-pesan yang disampaikan sangat baik ditambah
dengan kata-kata yang mudah dipahami. Ulasan kisah sejarah dalam cerita juga sangat
menarik, membuat pembaca mengingat lagi sejarah perjuangan Indonesia sebelum
merdeka. Akhir kisah yang Indah tentang sebuah kerinduan.

KEKURANGAN NOVEL
Novel sangat panjang dan beberapa ceritanya mudah di tebak. Novel terlalu banyak
tentang menceritakan tentang Anna dan Elsa. Sehingga beberapa cerita berulang tentag
mereka yang ceritanya sama dengan sebelumnya perlu di kurangi. Di akhir cerita juga
tidak lagi dibahas tentang si Tukang Cukur yang akan didoakan oleh gurutta.

Anda mungkin juga menyukai