Anda di halaman 1dari 5

Laporan Buku “ Rindu” Karya Tere Liye

Muhammad Reynaldi
1904819
Rekayasa Perangkat Lunak

A. Pendahuluan
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses memanusiakan manusia, yaitu menjadikan
manusia sebagai insan yang lebih sempurna dan berfungsi menjaga bumi ini. Pendidikan berperan
bukan hanya mempersiapkan masa depan saja, tetapi dapat menjadikan manusia dapat hidup guna
melaksanakan tugas kemanusiaannya yaitu mampu menemukan kesempurnaannya sebagai
manusia yang dianugerahkan oleh Tuhan.
Pendidikan menuntun kita untuk memahami segalanya, salah satunya adalah sifat toleransi
kepada sesama, karena pada dasarnya kita diciptakan berbeda – beda oleh Tuhan. Sebagai manusua
yang berjiwa social haruslah memiliki sifat saling menghormati dan menghargai
Di dalam kehidupan ini, kita membutuhkan adanya rasa kenyamanan, ketentraman,
kedamaian dalam keberlangsungan kehidupan dengan sesama manusia , karena sebuah perbedaan
merupakan sebuah warna dalam kehidupan dan sebuah perbedaan jangan sampai menimbulkan
sebuah pertikaian. Perlu ditanamkan didalam diri kita sendiri sifat tenggang rasa dan juga rasa
bersyukur kepada Tuhan. Dengan begitu buku Rindu karya Tere Liye ini bisa menjadi acuan.
Buku Rindu karya Tere Liye ini merupakan buku yang masih terbilang hangat. Buku ini
diterbitkan pada tahun 2014 oleh penerbit Republika . Buku berukuran 13,5 x 20,5 cm ini termasuk
buku yang masih banyak dicari oleh berbagai kalangan. Bisa terlihat dari beberapa kali cetakan
pada setiap tahunnya.
Buku Rindu karya Tere Liye terdiri atas 544 halaman dan 51 bab. Buku ini termasuk novel
pada umumnya, menyajikan cerita dari awal hingga akhir. Menyajikan tentang masa lalu yang
memilukan dalam sebuah perjalanan panjang kerinduan
Buku ini sangat banyak diminati, karena buku ini mengandung pesan yang tersirat maupun
tersurat yang disajikan dengan nuansa yang berbeda, membuat pembaca penasaran aka nisi novel
Rindu karya Tere Liye ini. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan pengkajian terhadap buku
tersebut yang hasilnya penulis susun dalam bentuk laporan buku.
B. Ringkasan Isi Buku
Buku berjudul “Rindu” karya Tere Liye terdiri atas 51 bab, pada setiap babnya disajikan
secara berurutan tentang perjalanan penuh kerinduan dengan sebuah kapal ke Tanah Suci yang tak
bias terlupakan. Secara lebih terperinci isi buku tersebut dapat penulis uraikan sebagai berikut.
Dari pelabuhan Kota Makassar, 1 Desember 1938 bertepatan dengan 9 syawal 1357 H
kapal Blitar Holland ini memulai perjalanan. Ditumpangi calon Jama’ah Haji yang berasal dari
seputaran Pulau Sulawesi seperti Kota Palu dan ada juga yang jauh-jauh datang dari Ternate
menunggu kapal ini. Bapak Andipati salah seorang penumpang. Dia adalah saudagar kaya,
pedagang rempah-rempah dan amat dermawan. Dia berhaji bersama istri dan kedua putrinya Anna
dan Elsa yang cantik, periang dan pintar. Bapak Andipati juga membawa seorang pembantu rumah
tangga yang dapat membantu keperluan keluarganya selama dikapal, misalnya memasak.
Namanya Ijah.
Adapula Bapak Ahmad Karaeng yang akrab dipanggil Gurutta, seorang kakek tua yang
jika melihat parasnya orang-orang akan keliru menafsir, disangka usianya kurang dari enam
puluh, padahal nyatanya sudah hamper tujuh puluh lima tahun. Kakek tua ini sudah sangat
terkenal didataran Makassar karena beliau adalah salah satu imam masjid di Katangka. Gurutta
belajar agama di Aceh. Lantas melanjutkan hingga ke Yaman dan Damaskus, Mengkaji agama
dari ahli tafsir dan pakar hadits terkemuka. Gurutta juga masih terbilang keturunan raja Gowa
pertama yang memeluk Islam, Sultan Alauddin. Dan juga beliau salah satu kerabat Syek Yusuf,
ulama besar yang di buang ke Srilangka, kemudian dibuang lagi ke Cape Town, Afrika Selatan,
tiga ratus tahun lalu.
Bonda Upe beserta suaminya yang juga penumpang kapal haji, mereka berasal dari
kotaPalu, menempuh perjalanan panjang hingga sampai di Kota Makassar untuk melanjutkan
perjalanan menuju tempat yang menjadi pusat mimpi-mimpi mereka. Bonda Upe belajar mengaji
di salah satu pesantren besar di Kota Palu. Gurutta mengenal pesantren itu karena pendiri
pesantren adalah teman Gurutta ketika belajar di Yaman. Dalam kapal Bonda Upe menjadi guru
mengaji anak-anak. Selama dalam kapal Bonda Upe hanya keluar kabin saat melaksanakan
shalat berjamaah di masjid kapal.
Dan seorang pria bernama Ambo Uleng seorang pelaut yang berpengalaman karena sejak
umurnya Sembilan tahun dia sudah sering membantu ayahnya yang juga seorang pelaut. Namun
ini pertama kali baginya berhadapan dengan kapal uap, dia menawarkan diri untuk bekerja
menjadi apapun dikapal ini walau tanpa digaji, bukan berniat ingin ke Mekkah dengan gratis tapi
dia hanya ingin pergi jauh meninggalkan kota kelahirannya Pare-Pare.
Kapal Blitar melakukan perjalanan dari pelabuhan Makassar menuju pelabuhan Surabaya,
Pelabuhan Semarang, Batavia, Lampung, Bengkulu, Banda Aceh, Kolombo, Sri Langka dan
barulah tiba di Jeddah. Pertanyaan pertama terbuka saat kapal berlabuh tiba di Batavia. Bonda
Upe beserta suaminya sudah beberapa kali mencoba bergabung dengan penumpang lain saat
jam makan, hari ini ketika kapal sandar di pelabuhan Batavia, Gurutta mengajak beberapa
penumpampang turun dari kapal untuk menikmati makanan di kota itu, termasuk Bonda Upe
dan suaminya. Bonda Upe tak ingin pergi ke Batavia karena hal itu akan membuat lukanya
kembali menganga, namun karena paksaan sang suami dan Anna salah satu murid mengajinya,
Bonda Upe berangkat dengan penuh ketakutan. Saat baru akan makan, seorang perempuan
bernama Asih dengan pakaian seksi dan dandanan lipstick dan bedak tebal yang berada di tempat
makan yang sama menegur Bonda Upe dengan nama Lingling, BondaUpe lari dan kembali
dan kembali ke kabin. Berhari-hari mengurumg diri di kabin tidak shalat berjamaah di masjid, dan
tidak makan di kantin. Di suatu hari suami Bonda Upe membujuknya untuk bertanya kepada
Gurutta terkait kisah masa lalunya yang sangat memilukan, masa lalu yang membuat Bonda Upe
merasa malu menemui orang-orang selama bertahun-tahun.

C. Pembahasan
Nurgiyantoro (2010: 10) mengemukakan bahwa novel merupakan karya fiksi yang
dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Novel juga
diartikan sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku
Kisah yang dituturkan dengan menggunakan gaya bahasa kekinian, membuat novel yang
berlatar jaman penjajahan ini tidak kaku. “Selalu menyakitkan saat kita membenci sesuatu.
Apalagi jika itu ternyata membenci orang yang seharusnya kita sayangi” (Rindu, 2014:372).
Nurgiyantoro (2009: 272) berpendapat bahwa “bahasa merupakan sarana pengungkapan yang
komunikatif dalam sastra”. Dari pendapat tersebut sebuah tulisan yang memiliki bahasa yang
komunikatif lebih mudah untuk dicerna dan juga mudah untuk memahami makna dan tujuannya.
Menurut Soekanto (Rindu 2014: 54), interaksi sosial merupakan kunci dari semua
kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Interaksi sosial ini dilihat dari interaksi antarindividu, antarkelompok, atau individu dengan
kelompok dalam masyarakat. Daeng Andipati, saudagar kaya yang berasal dari Makassar banyak
dikenal oleh kalangan kolonial Belanda. Semasa mudanya, Daeng Andipati pernah bersekolah di
Belanda. Hal tersebut menyebabkan Daeng Andipati fasih berbahasa Belanda dan sudah paham
bagaimana cara bergaul dengan orang Belanda. Kutipan berikut merupakan penggalan dari
peristiwa ketika Daeng Andipati bertemu dengan Kapten Phillips dan beberapa kelasi senior kapal
Blitar Holland. Kapten Phillips adalah nakhoda kapal Blitar Holland.
Pemimpin rombongan yang disapa Daeng Andipati itu menyapa dalam bahasa Belanda.
Terlibat percakapan beberapa saat, saling melempar pujian. Terlihat sekali ia amat terdidik dan
tahu cara bergaul dengan bangsa Eropa (Rindu, 2014: 12). Kutipan di atas menunjukkan tokoh
Daeng Andipati yang melakukan interaksi sosial dengan orang Belanda yang pada data disebut
dengan bangsa Eropa. Pada kutipan tersebut digambarkan Daeng Andipati bisa berbahasa Belanda
dan tahu cara bergaul dengan bangsa asing.
Nilai adalah suatu yang abstrak yang dijadikan pedoman serta prinsip-prinsip umum dalam
bertindak dan bertingkah laku. Sedangkan norma adalah wujud nyata dari nilai yang berupa
peraturan, kaidah, atau hukuman. Pada saat Gurutta menggelar pertemuan untuk menentukan
kegiatan-kegiatan apa aja yang bisa dilakukan selama berada di atas kapal. Salah satu ide yang
disampaikan Gurutta adalah kegiatan mengaji untuk anak-anak yang ikut orang tua mereka
menunaikan ibadah haji.
“Saya bersedia, Gurutta.” Akhirnya satu suara jamaah perempuan di belakang terdengar, “Saya
mengajar mengaji anakanak di pesantren Kota Palu. Akan menyenangkan jika bisa mengajar juga
di kapal ini.” (Rindu, 2014: 56). Kutipan pada data di atas menunjukkan nilai sosial yang dimiliki
oleh tokoh Bonda Upe. Dalam pertemuan menentukan agenda kegiatan kapal, salah satunya untuk
mengaji anak-anak, Bonda Upe menawarkan diri untuk menjadi tenaga pengajar dengan sukarela.
Novel ini mengandung beberapa pesan kehidupan yang bisa kita terapkan dalam kehidupan
sehari- hari . Ilmu pengetahuan yang disampaikan ada pada novel ini. Disamping itu terdapat pula
kelemahan dari novel ini yaitu ada pada cetakan yang mengakibatkan kesalahan pada penulisan
Menurut Pranoto (2004; 9) menulis berarti menuangkan buah pikiran kedalam bentuk
tulisan atau menceritakan sesuatu kepada orang lain melalui tulisan. Menulis juga dapat diartikan
sebagai ungkapan atau ekspresi perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan kata lain,
melalui proses menulis kita dapat berkomunikasi secara tidak langsung.Maka perlu dimengertinya
tulisan oleh pembaca karena akan sia –sia jika suatu tulisan tidak dimenehrti oleh pembaca.

D, Penutup
Berdasarkan uraian isi bab dan pembahasannya, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal
sebagai berikut. Novel merupakan sarana untuk menuangkan ide, gagasan yang ada dikepala kita
dikemas menjadi sebuah karya yang bisa kita dinikmati oleh banyak orang. Buku karya Tere liye
ini memiliki keunggulan utama adalah ada pada nilai – nilai kehidupan yang didapat setelah
memahami isi buku. Kelemahannya ada pada kesalahan penulisan buku sehingga sedikit sulit
dimengerti.
Novel ini kaya akan muatan sejarah, berupa kuatnya deskripsi situasi dan keadaan kota-kota
pelabuhan yang disinggahi kapal, novel Rindu ini juga banyak memunculkan peristiwa seru yang
tidak terduga yang menghubungkannya dengan pertanyaan lain dari para tokohnya. Peristiwa
mesin kapal rusak hingga mati, kejadian Mbah Putri meninggal mendadak hingga kejadian
perompakan kapal oleh bajak laut Somalia, semuanya terangkum untuk membuat pembaca tak
berhenti membaca dari awal hingga akhir.
Novel ini menyuguhkan pembelajaran tentang kehidupan, menyuguhkan pembelajaran
tentang masa lalu yang memilukan, tentang kebencian kepada sesorang yang seharusnya
disayangi, tentang kehilangan dan cinta sejati, tentang kemunafikan. Karena hal-hal itu sangat
dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.
Novel ini sangat layak untuk dibaca baik kalangan dewasa ataupun remaja. Novel ini juga bersifat
mendidik , dibuktikan dengan banyaknya variasi ilmu pengetahuan , serta dedikasi seorang guru
yang tidak kenal tempat dimanapun dan kapanpun dia akan tetap menjadi seorang guru.

Daftar Pustaka
Abidin,Yunus dkk. (2017), Kemahiran Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Liye,Tere.2014.Rindu.Jakarta:Republika

https://id.wikipedia.org/wiki/Tere_Liye_(penulis)
http://dedikbaihaqi.blogspot.com/2015/11/pengertian-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik-menurut-
para-ahli-dan-daftar-pustakanya.html

Anda mungkin juga menyukai