Anda di halaman 1dari 6

DARING 3

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : XII TKRO

KD 3.3 Menganalisis informasi yang mencakup orientasi, rangkaian kejadian yang saling berkaitan,
komplikasi dan resolusi dalam cerita sejarah lisan atau tulis
KD 3.4 Menganalisis kebahasaan cerita atau novel sejarah

A. Pengertian dan Jenis Cerita Sejarah

Cerita sejarah secara umum merupakan karangan atau cerita yang menyajikan suatu peristiwa atau
kejadian yang berlangsung berdasarkan urutan waktu. Peristiwa itu bisa benar-benar terjadi (sejarah),
bisa juga hanya sebagai khayalan, seperti novel, roman, dan sejenisnya.

Jenis cerita sejarah

1. Berdasarkan peristiwa, terdiri dari :


a. Cerita sejarah yang benar-benar terjadi
b. Cerita sejarah yang berupa khayalan, seperti novel, cerpen, dan sejenisnya
2. Berdasarkan tujuan, terdiri dari :

a. Cerita sejarah ekspositoris


Jenis ini bertujuan untuk memperluas pengetahuan pembaca. Tahapan-tahapan dalam suatu proses
disampaikan menggunakan bahasa yang informatif dengan titik berat pada penggunaan kata denotatif.

Contoh :
Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, Pr. (lahir di Ambarawa, Kabupaten Semarang, 6 Mei 1929-meninggal di
Jakarta, 10 Februari 1999 pada umur 69 tahun), dikenal sebagai rohaniwan,budayawan, arsitek, penulis,
aktivis, dan pembela wong cilik (bahasa jawa untuk rakyat kecil). Ia juga dikenal dengan nama popular
Rama Mangun (dibaca Romo Mangun dalam bahasa Jawa). Romo Mangun adalah anak sulung dari 12
bersaudara pasangan suami istri Yulianus Sumadi dan Serafin Kamdaniyah. Romo Mangun dikenal
melalui novelnya yang berjudul Burung-burung Manyar. Mendapatkan penghargaan sastra se-Asia
Tenggara Ramon Magsaysay pada tahun 1996. Ia banyak melahirkan kumpulan novel, di antaranya Ikan-
ikan Hiu, Ido, Homa, Roro Mendut, Durga/Umayi, dan Burung-Burung Manyar. Esai-esainya tersebar di
berbagai surat kabar di Indonesia. Buku sastra dan Religiositas yang ditulisnya mendapat penghargaan
buku nonfiksi terbaik tahun 1982.
b. Cerita sejarah sugestif
Cerita ini bertujuan merangsang daya khayal pembaca. Tujuannya memberi makna atas peristiwa atau
kejadian sebagai suatu pengalaman. Bahasa yang digunakan lebih bersifat kiasan dengan menggunakan
kata-kata konotatif.

Contoh :
Sejam lagi matahari akan terbenam. Dari tempat persembunyiannya, dia dapat melihat barisan bukit itu.
Baginya, darah merah dari luka-luka yang mewarnai tanah mempunyai arti simbolis darah ibu yang
melahirkan anak. Dia ingin suatu waktu mengarang cerita tentang itu. Dia masih belum tahu dari mana
hendak memulai cerita itu.belum tahu dari mana hendak memulai cerita itu.

B. Struktur cerita sejarah


1. Orientasi
Orientasi adalah bagian yang menunjukkan awal kejadian cerita atau latar belakang terjadinya peristiwa.
Orientasi terletak pada paragraf pertama yang berupa penjelasan awal yang terdiri dari perkenalan
tokoh, situasi, dan, pengantar cerita selanjutnya.

2. Komplikasi
Komplikasi adalah pertikaian mulai timbul antara tokoh utama dan tokoh yang lain. Komplik ini
perlahan-lahan naik sampai klimaks.

3. Solusi
Solusi merupakan kondisi konpliks yang mulai menurun dan mengarah pada tuntutan terhadap suatu
hal, terutama dari pelaku utama. Pada bagian ini, pelan-pelan tiap pihak/ pelaku menyadari perannya
hingga mengarah pada penyelesaian.

4. Reorientasi
Reorientasi biasanya berisi opini atau komentar penulis tentang peristiwa yang diceritakan dalam teks.
Reorientasi terkadang memuaskan pembaca, terkadang mengecewakan, atau bahkan menyisakan
pertanyaan.

C. Kaidah Kebahasaan Cerita atau Novel Sejarah


Kaidah-kaidah cerita atau novel sejarah :
1. Menggunakan kata benda atau kata ganti tertentu
Contoh : kepulauan Nusantara, pohon apel, anak laki-laki, dan lain-lain.

2. Menggunakan tokoh sentral


Maksudnya menerangkan pelaku utama
Contoh : dalam cerita Siti Nurbaya, tokoh sentralnya adalah Siti Nurbaya karena tokoh tersebut
diceritakan dari awal hingga akhir cerita.
3. Menggunakan kata sifat yang menjelaskan frasa nominal.
Maksudnya, dalam kalimat tersebut terdapat kata sifat yang menjelaskan gabungan kata (frasa) yang
inti di dalamnya berupa kata benda (nomina).
Contoh : raja adil, gadis cantik, rumah mewah, dan lain-lain.

4. Menggunakan kata hubung atau konjungsi


Misalnya yang menyatakan keterangan waktu : pada, ketika, suatu hari, sementara, kemudian, setelah
itu. Yang menyatakan keterangan tujuan : untuk, kepada, dan lain-lain.
5. Menggunakan kata yang menggambarkan kejadian masa lampau (keterangan waktu masa lampau).
Contoh : pada zaman dahulu, dahulu kala

6. Menggunakan frasa adverbial


Frasa ini digunakan untuk menunjukkan lokasi kejadian/peristiwa.
Contoh : sekembali dari kerajaan, setelah melewati hari yang melelahkan.

Contoh Analisis Struktur dan Kaidah Kebahasaan Cerita Sejarah


Emak dan Calon Perantau

Sehari sebelum berangkat ke perantauan, Bang Akib datang ke rumah. Badannya tidak kurus lagi dan
sekarang penampilannya jauh lebih bersih daripada dahulu. Wajahnya mencerminkan suatu kemauan
dan keberanian untuk hidup di negeri orang. Ema menjamunya makan dan bapak berdoa sebelum mulai
makan. Ketika hendak pulang, Bang Akib mencium tangan ema dan Bapak berulang-ulang. Dia menangis
sesenggukan bagai hendak berpisah dengan orang tuanya sendiri.

“Akib, sudahlah jangan larut dalam dalam kesedihan,” kata emak. Padahal suaranyan sendiri terdengar
parau tanda sedih. “Pandang emak. Kau tahu kan, sekarang kau telah lulus ujian Tuhan. Dia melihat
betapa kau telah bekerja dan belajar keras untuk menyiapkan dirimu mampu merantau. Kemampuan ini
kau miliki tidak hanya dengan doa, tetapi karena usaha juga. Usaha inilah yang merupakan doa yang
sangat dihargai-Nya, doa berisi dari orang-orang yang tegar, bukan doa yang hampa dari orang yang
cengeng. Jadi, Tuhan tidak pernah meninggalkan kau seperti yang dulu kau sangka. Akib, yang dulu-
dulu kau alami itu ternyata bukanlah takdir, tetapi nasib. Nanti di perantauan, Tuhan akan tetap
menyertaimu dalam usahamu memperbaiki nasib.”

Kami pun sebenarnya merasa kehilangan Bang Akib, bukan hanya dia yang merasa kehilangan kami
dengan kepergiannya itu. Dia memang tidak pernah tinggal serumah dengan kami . Namun, keterlibatan
semua dengan intensif dalam membantu memecahkan masalah hidupnya selama ini membuat dia
merasa sebagai bagian dari kehidupan kami

sendiri. Kami, anak-anak,menitikkan air mata dan termangu-mangu setelah dia pergi. Kukira ema dan
bapak menangis dalam hati.
Menurut rencana, dia berangkat malam ini dengan perahu dari kampong Labuhan di muara Sungai Deli
menuju Malaya. Pada malam keberangkatannya itu, seperti biasa, kami duduk-duduk di serambi depan.
Sejak makan malam tadi, pengalaman kontak pribadi kami masing-masing dengan diri Bang Akib
mendominasi pembicaraan. Ada cerita lucu, aneh, haru, dan gembira. Ketika angin malam terasa
berhembus, kami saling berpandangan.

(sumber: Emak, Daoed Joesoef)

A. Struktur cerita sejarah tersebut adalah :

1. Orientasi
Sehari sebelum berangkat ke perantauan, Bang Akib datang ke rumah. Badannya tidak kurus Sehari lagi
dan sekarang penampilannya jauh lebih bersih daripada dahulu. Wajahnya mencerminkan suatu
kemauan dan keberanian untuk hidup di negeri orang. Ema menjamunya makan dan bapak berdoa
sebelum mulai makan. Ketika hendak pulang, Bang Akib mencium tangan ema dan Bapak berulang-
ulang. Dia menangis sesenggukan bagai hendak berpisah dengan orang tuanya sendiri.

2. Komplikasi
“Akib, sudahlah jangan larut dalam dalam kesedihan,” kata emak. Padahal suaranyan sendiri terdengar
parau tanda sedih. “Pandang emak. Kau tahu kan, sekarang kau telah lulus ujian Tuhan. Dia melihat
betapa kau telah bekerja dan belajar keras untuk menyiapkan dirimu mampu merantau. Kemampuan ini
kau miliki tidak hanya dengan doa, tetapi karena usaha juga. Usaha inilah yang merupakan doa yang
sangat dihargai-Nya, doa berisi dari orang-orang yang tegar, bukan doa yang hampa dari orang yang
cengeng. Jadi, Tuhan tidak pernah meninggalkan kau seperti yang dulu kau sangka. Akib, yang dulu-
dulu kau alami itu ternyata bukanlah takdir, tetapi nasib. Nanti di perantauan, Tuhan akan tetap
menyertaimu dalam usahamu memperbaiki nasib.”

3. Solusi
Kami pun sebenarnya merasa kehilangan Bang Akib, bukan hanya dia yang merasa kehilangan kami
dengan kepergiannya itu. Dia memang tidak pernah tinggal serumah dengan kami . Namun, keterlibatan
semua dengan intensif dalam membantu memecahkan masalah hidupnya selama ini membuat dia
merasa sebagai bagian dari kehidupan kami sendiri. Kami, anak-anak,menitikkan air mata dan termangu-
mangu setelah dia pergi. Kukira ema dan bapak menangis dalam hati.

4. Resolusi
Menurut rencana, dia berangkat malam ini dengan perahu dari kampong Labuhan di muara Sungai Deli
menuju Malaya. Pada malam keberangkatannya itu, seperti biasa, kami duduk-duduk di serambi depan.
Sejak makan malam tadi, pengalaman kontak pribadi kami masing-masing dengan diri Bang Akib
mendominasi pembicaraan. Ada cerita lucu, aneh, haru, dan gembira. Ketika angin malam terasa
berhembus, kami saling berpandangan.
B. Kaidah Kebahasaan cerita sejarah tersebut adalah :

1. Menggunakan kata benda atau kata ganti tertentu


Bang Akib, rumah, negeri orang, dan lain-lain (paragraf kesatu)
Emak, kau, takdir (paragraf kedua)
Kami, dia, masalah, dan lain-lain (paragraf ketiga)
Perahu, angin malam, Muara sungai Deli, dan lain-lain (paragraf keempat)

2. Menggunakan tokoh sentral


Bang Akib

3. Menggunakan kata sifat yang menjelaskan frasa nominal


Orang tuanya sendiri (paragraf kesatu)
Dalam hati (paragraf ketiga)
Cerita lucu (paragraf keempat)

4. Menggunakan kata hubung (konjungsi)


Dan, ketika, bagai, daripada (paragraf kesatu)
Tetapi, karena (paragraf kedua)
Namun, setelah (paragraf ketiga)
Seperti, sejak, dengan (paragraf keempat)

5. Menggunakan kata yang menggambarkan kejadian masa lampau/penunjuk waktu lampau/yang telah
terjadi
Dahulu (paragraf kesatu)
Dulu-dulu (paragraf kedua)

6. Menggunakan frasa adverbial


Sehari sebelum berangkat ke perantauan (paragraf kesatu)

UJI MATERI
Carilah satu teks sejarah dari internet,salin teks sejarah tersebut kemudian jelaskan struktur
dan kaidah kebahasaannya seperti contoh di atas!

Anda mungkin juga menyukai