A. Abstract (Sinopsis)
B. Sumber
Cerpen Cenning Rara diterbitkan dalam kumpulan cerpen seluruh Indonesia lengkap
dengan terjemahan bahasa Inggris oleh Dalang Publishing yang berbasis di Amerika
Serikat. Kumpulan itu diberi judul Footprints/ Tapak Tilas dan diterbitkan pada tahun
2022. “Cenning Rara” terlampir dalam bentuk scanned copy pdf pada bagian tulisan ini.
C. Wawancara
Dalam Bincang Sastra: Kisah Sulawesi untuk Dunia, penulis Cenning Rara, Umar
https://youtu.be/d9lo8v9jPPg?si=3z_7zL16jWXzzbEX
1
Saya mulai menulis sejak 1998. Kebanyakan menulis di koran. Mulai terilhami untuk
menulis novel sejak meninggalnya Bapak tahun 2015. Saya belajar menulis dari buku-
buku yang saya baca, teman-teman penulis, dan penyunting. Untuk menulis cerpen dan
novel, saya banyak belajar dari Ibu Lian.
Menulis sama seperti mengenang. Banyak kenangan akan hilang kalau tidak ditulis,
terutama kenangan tentang bagaimana orang-orang kecil berjuang untuk bertahan hidup.
Kenangan orang-orang kecil bukan khayalan, tetapi menjadi lebih nyata kalau diceritakan
dalam cerita khayalan. Sementara sejarah lebih banyak bercerita tentang kepahlawanan
orang-orang besar. Jangan sampai cerita rakyat malah menjadi cerita para raja yang
selama ini banyak kita baca dalam buku-buku yang berjudul cerita rakyat.
3. Apa alasan mengangkat cerita Cenning Rara apakah ada kaitannya dengan latar
belakang keilmuan Anda?
Pertanyan pertama: Alasan saya mengangkat cerita Cenning Rara adalah untuk
menyajikan masalah yang setiap hari kita temui, kelihatan sederhana di permukaan, tetapi
rumit ketika kita renungkan. Penyelesaiannya pun tidak semudah yang kita pikirkan.
Makanya dalam cerpen itu saya tidak menawarkan apa-apa, hanya membiarkan saja
cerita itu berkembang, dan saya yakin pembaca lebih cerdas untuk bisa menemukan jalan
keluar dari masalah yang saya ceritakan.
Pertanyaan kedua: Cerpen itu terkait dengan penelitian disertasi saya tentang bissu,
termasuk Cenning Rara yang merupakan mantra yang sering dibaca bissu saat
melaksanakan pekerjaannya sebagai indo botting, perias pengantin.
4. Apa tantangan yang Anda hadapi ketika menulis cerita Cenning Rara?
2
Tantangannya, saya harus bisa menyuarakan tokoh utama Cenning Rara, remaja
perempuan yang mengidap ayan. Saya punya teman perempuan yang menderita ayan
sewaktu saya masih bersekolah di SD dan SMP, tetapi ingatan saja tidak cukup. Saya
harus banyak membaca tentang kejiwaan anak yang menderita ayan. Saya harus bisa
mendalami perasaannya. Kalau tidak, percakapan dalam Cenning Rara terasa kering.
Pembaca tidak akan merasakan apa yang dirasakan Caya.