Disusun oleh:
Pitriyanti
C. Tujuan
1. Tema
Tema dari novel Anak Rantau ini adalah agama, pertemanan, adat istiadat, dan
keluarga. Novel ini menceritakan tentang sebuah keluarga yang berpisah antara anak
dengan bapaknya. Kemudian di dalam novel ini juga menceritakan tentang sisi agama
yaitu agama Islam. Di daerah Tanjung Durian di ranah Minang, Sumatera Barat. Di novel
ini diceritakan bahwa Hepi adalah anak yang diajak ayahnya pulang kampung halaman,
namun ia ternyata ditinggal di sana. Ia berjuang dengan bekerja untuk mencari uang agar
bisa kembali pulang ke Jakarta. Sedangkan sisi agama terlihat ketika Hepi tinggal di sana,
ia mendapatkan pelajaran agama dari kakeknya yang merupakan ulama di daerah sana.
Sempat juga ia beserta teman-temannya dan kakek neneknya tinggal di surau untuk
beberapa waktu. Kisah pertemanan juga terlihat antara Hepi, Zen, dan juga Attar.
2. Tokoh
Martiaz, Hepi, Dora, Kakek Hepi, Nenek Hepi, Attar, Zen, Bang Nopen, Mak Tuo
Ros, Pandeka Luko, Ibu Ibet, Bang Lenon, Datuk Pamenan, Pak Sinayan, Datuk Malano,
Inspektur Saldi, dan Datuk Mudo.
3. Penokohan
4. Latar
Rumah kakek, surau gudang,, sarang elang, lapau mak tuo Ros, Kantor Polisi
Rumah Lenon, Rumah Hitam, pagi hari, siang hari, malam hari, suasana mencekam,
menegeangkan, dan bahagia.
5. Sudut Pandang: Novel ini menggunakan sudut pandang persona ketiga ‘dia” mahatahu,
narator menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya; ia,
dia, dan mereka. Dan berpindah-pindah dari tokoh dia yang satu ke dia yang lain. “Pagi-
pagi, Martiaz menahan tangan Hepi yang sudah siap berlari untuk bermain.” (Anak
Rantau, 2017: 13). “Demi kebaikan mereka, biarlah dia menghinakan dirinya lagi. Dia
siap. Dia akan terima.” (Anak Rantau, 2017: 13).
6. Gaya Bahasa: Menggunakan gaya bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca.
Meskipun terdapat selipan bahasa Minang, tetapi pembaca bisa memahami karena
terdapat keterangan atau maksud dari kata atau kalimat tersebut.
7. Amanat: Menjadilah anak yang pandai dan nurut sama orang tua agar kita bisa
mendapatkan kebahagian apa yang dirasakan oleh orang tua kita. Jangan pernah membuat
orang tua kita marah dan kecewa kepada kita karena kesalahan yang pernah kita lakukan.
Lakukan segala sesuatu dengan ikhlas lahir dan batin tidak mengharapkan imbalan
semata, dan jangan lupa untuk selalu beribadah.
Kelebihan cerita Anak Rantau karya Ahmad Fuadi ini yaitu alur cerita yang menarik
dengan konflik yang ringan namun tidak membosankan untuk dibaca. Dalam cerita ini juga
terdapat banyak nilai-nilai dalam kehidupan yang patut dicontoh. Seperti bagaimana Attar da
Zen saling membantu Hepi agar terbiasa tinggal di kampung. Kekurangan dari cerita ini yaitu
penulis kurang penggambaran kehidupan di Minang secara detail. Selain itu dalam beberapa
kalimat penulis menggunakan lebih dari satu kata hubung.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Cerita merupakan tuturan atau karangan tentang suatu peristiwa atau kejadian.
2. Cerita anak adalah cerita yang khusus dibuat untuk anak-anak, dan dikarang oleh
orang dewasa, namun tidak menutup kemungkinan cerita tersebut juga dikarang
oleh anak-anak.
3. Cerita anak haruslah bersifat mendidik, karena anak sangat mudah terpengaruh
oleh hal-hal yang baru dijumpainya.
4. Untuk membedakan cerita anak dengan cerita dewasa tidaklah sulit walaupun
unsur-unsur yang ada dalam cerita dewasa dan anak-anak hampir sama. Yang
membedakan adalah isi dari cerita tersebut.
5. Cerita anak harus bermanfaat untuk mengembangkan daya pikir anak. Karena
masa anak-anak sangat mempegaruhi kehidupannya kelak.
B. Saran
Sebelum mengajarkan kepada anak didik, hendaklah sebagai pengajar harus bisa
menganalisis cerita mana yang pantas dan tidak pantas untuk diberikan kepada anak-
anak. Sehingga mereka tidak terpengaruh kepada hal-hal negatif yang akan
mempengaruhi pola pikirnya.