Anda di halaman 1dari 19

Irma Khairunnisa 11150140000026 4A

Resensi Buku (Tugas Akhir)

1. Write out a descriptive summation of the book. Be sure to describe all the
characters, themes, and issues. (2-3 Paragraph)
2. Attach a picture of individual book
3. Explain where were you able to locate the book, e.g., Gramedia PI, Perpus
kemendikbud, koleksi pribadi, koleksi teman (state the owner).
Calung Si Kriwil

Penulis: Ammar Fauzi

Penerbit: Penerbit Libri

PT. BPK Gunung Mulia

Tahun: 2017

Tema: Teks Informasional tentang Music

Buku adalah gudang ilmu begitulah kata pepatah, tapi bagi anak-anak zaman
sekarang buku dirasa sangat jarang di baca apalagi dengan anak-anak kecil. Karena
perkembangan tekhnologi, anak-anak sering menghabiskan waktunya didepan layar
ponsel seluler untuk bermain game atau untuk sekedar bermain sosial media. Setelah
membaca buku ini, menurut pendapat saya, buku Calung Si Kriwil ini mengajarkan
anak-anak kebiasaan gemar membaca dengan cara yang menyenangkan serta
mengenalkan mereka akan keberagaman budaya Indonesia. Buku Calung Si Kriwil
seri membumi ini menjadi salah satu buku yang cocok untuk dibacakan kepada anak-
anak. Buku terbitan Libri ini berkisahkan tentang kaka yang membuatkan Calung; alat
musik tradisional Jawa barat untuk adiknya. Setelah Calung itu dibuat dan dimainkan
oleh adiknya, tiba-tiba temannya merebut dan Calungnya patah. Kemudian dia
membuatkan Calung yang bisa dimainkan oleh adiknya dan temannya.

Selain mengenalkan alat musik tradisional dari Jawa Barat yaitu Calung, buku
ini juga mengajarkan nilai-nilai kasih sayang antar teman dan saudara. Karakter utama
pada buku ini adalah Anto dan Kriwil. Anto adalah kakak dari Kriwil yang ingin
membuatkan Calung untuknya lalu dia mencari sendiri bambu yang bersuara nyaring
serta cocok dijadikan Calung. Setelah itu Calungnya berhasil Anto buat dan diberikan
kepada Kriwil tetapi Bumi dan Kriwil memperebutkan Calungnya hingga patah. Kriwil
marah kepada Bumi yang telah merusak Calung miliknya serta dia marah kepada Anto
karena Anto ingin membuatkan lagi Calung yang sama untuk Bumi.
Pada halaman ini, anak-anak diajak merasakan jika mereka di posisi Kriwil,
apakah mereka akan marah seperti Kriwil atau mereka lebih memilih memaafkan Bumi
dan Anto. Kemudian setelah itu Anto meminta nasihat dari Abahnya atau ayahnya dan
memutuskan untuk membuatkan satu Calung yang bisa dimainkan oleh Kriwil dan
Bumi. Buku ini juga mengenalkan anak-anak dengan bahasa Jawa Barat yaitu bahasa
Sunda seperti kalimat pada halaman diatas yaitu Kriwil henteu kenging kitu yang
berarti Kriwil tidak boleh begitu. Bagian ini sekaligus mengajarakan anak-anak untuk
tidak mendendam dan selalu memaafkan.
Dibagian ini, anak-anak atau pembaca diajarkan untuk mengatasi masalah
dengan adil dan tidak memihak jadi mereka bisa meniru apa yang dilakukan oleh Anto
membuat Calung yang bisa dimainkan untuk dua orang yaitu untuk adik dan teman
adiknya. Setelah itu Kriwil memainkan Calung buatan Anto dengan Bumi, dan mereka
berbaikaan. Tidak hanya diajarkan bahasa serta alat musik khas Jawa Barat, di dalam
buku ini anak-anak juga dikenalkan dengan lagu tradisional dari Jawa Barat yaitu
Tokecang dengan cara Kriwil dan Bumi memainkan Calungnya dengan menyanyikan
lagu tersebut.
Buku ini juga menyediakan Glosarium di bagain belakang bukunya. Pada
awalnya saya tidak mengerti dialog yang terdapat bahasa sundanya karena saya berasal
dari keluarga Jawa, tetapi setelah membaca bagian Glosarium di belakang buku ini saya
jadi mengerti karena terdapat list kosa kata bahasa sunda yang digunakan pada buku ini.
Selain list kosa kata bahasa Sunda, pada bagian Glosarium juga terdapat pengenalan
singkat mengenai alat musik Calung dan lagu Tokecang yang berasal dari Jawa Barat
ini.

Saya merasa buku ini sangat bagus untuk anak-anak tetapi menurut saya, pada
halaman 21 saat Bumi menangis dan Anto mencoba menenangkan itu terlalu banyak
dialog yang dimuat dalam satu kolom jadi menurut saya anak-anak akan susah fokus,
bisa saja dialog tersebut dibagi kedalam dua kolom diatas dan dibawah jadi tidak terlalu
menumpuk, tetapi bahasa dan tujuan dari buku ini menurut saya sangat tersampaikan
yaitu mengajarkan anak-anak kesenian daerah serta menumbuhkan sikap saling
memaafkan.

Saya mendapatkan buku ini di Gramedia Depok. Sebelum saya mudik atau
pulang kampung, saya sempatkan mencari buku tugas ini di Toko buku terdekat karena
waktu yang saya miliki sangat terbatas untuk mencarinya. Saya berangkat dari rumah
setelah sholat isya dan tiba disana sekitar pukul delapan malam. Setelah itu saya
langsung mencari buku cerita sesuai kriteria yang diminta, tetapi mencari buku tersebut
tidak semudah yang saya bayangkan. Saya menghabiskan waktu sekitar sepuluh menit
untuk membaca sekilas lalu memutuskan buku mana yang saya pilih. Saya tidak bisa
membeli semua buku yang saya inginkan maka dari itu saya hanya bisa memfotonya
seizin teman saya yang bekerja di Gramedia Depok. Setelah mendapat dua buku saya
langsung pulang kerumah dan bersiap untuk berangkat mudik.
Indahnya Berbagi Bersama Teman

Penulis: Eviliana Elsiva dan Tsabita El Khansa

Penerbit: Bee Media Pustaka

Anggota IKAPI

Tahun: 2016

Tema: Teks Informasional tentang Isu sosial

Masa balita atau anak-anak adalah masa yang sempurna untuk membentuk
kepribadian mereka menjadi pribadi yang baik dengan mengajarkan mereka berbagai
hal dan mengajak mereka mengerjakannya. Apabila anak diajarkan sedari dini nilai
kebaikan, niscaya anak bisa tumbuh dengan berakhlak baik. Tetapi bagaimana
mengajarkan mereka dengan cara yang menyenangkan? Orang tua bisa membaca keras
buku cerita untuk mereka atau mereka membaca sendiri. Selain membacakan buku
cerita, orang tua juga bisa memperlihatkan gambar yang ada di buku tersebut agar
mereka bisa lebih merasakan apa yang karakter dalam buku itu alami. Untuk buku anak-
anak pemula, buku Indahnya Berbagi Bersama Teman karya Eviliana Elsiva dan
Tsabita El Khansa ini dirasa sangat cocok. Buku ini mengajarkan anak-anak untuk
membantu teman dan sesamanya yang sedang membutuhkan dengan penyampaian
bahasa yang mudah dimengerti dan gambar yang menarik pada setiap halamannya.

Karakter utama pada buku ini adalah Icha dan Rara. Pada waktu masuk sekolah,
Bu guru menanyakan Icha kemana Rara tidak masuk sekolah tapi Icha tidak tahu
akhirnya Icha dan Adit pergi kerumah Rara. Pada bagian ini, anak-anak secara tidak
langsung diajarkan untuk saling peduli terhadap temannya dan merasa khawatir bila
temannya tidak masuk sekolah begitupun yang dilakukan oleh Icha dan Adit. Setelah
Icha dan Adit mengunjugi rumah Rara, Rara bercerita jika ibu nya sakit dan tidak
mempunyai biaya untuk berobat maka dari itu dia menemani ibunya yang sedang
sakit.Ibu Rara sehari-hari berjualan nasi, tapi karena sakit warungnya tutup. Melihat
kondisi itu Icha merasa prihatin dan juga sedih mendengar cerita dari Rara, tetapi dia
tidak menunjukkannya didepan Rara.
Setelah pulang dari rumah Rara, Icha bercerita kepada ibunya tentang kondisi
Ibunya Rara kemudian dia mengambil celengan yang uangnya ia tabung untuk membeli
sepatu. Icha bilang kepada ibunya ia mau menyumbangkan uangnya untuk membantu
Ibunya Rara yang sedang sakit dan mengurungkan niatnya membeli sepatu dan ibunya
membolehkan. Pada halaman ini anak-anak diajak untuk menolong temannya yang
sedang membutuhkan seperti yang dilakukan Icha, dia rela tidak membeli sepatu demi
membantu uang berobat ibu Rara.

Setelah itu, Icha dan ibunya pergi kerumah Rara untuk memberikan uang Icha.
Rara dan ibunya sangat senang karena Rara bisa membawa ibunya berobat. Keesokan
harinya Rara sudah masuk sekolah seperti biasa dan Icha pun senang karena Ibu Rara
sudah sembuh. Pada bagian ini, anak-anak diajarkan betapa senangnya bisa berbagi
kepada teman atau orang yang membutuhkan. Karena kebaikan hati Icha, ibunya pun
membelikan Icha sepatu yang dia inginkan karena telah membantu temannya dan
mempunyai hati yan baik. Anak-anak pun bisa mengambil pelajaran bahwa semua
kebaikan pasti akan ada balasannya, entah itu dari Tuhan atau dari orang lain jadi anak-
anak diharapkan untuk menanamkan nilai kebaikan di dalam dirinya dan selalu
membantu orang yang sedang membutuhkan bantuan. Menurut saya buku ini
mengajarkan nilai kebaikan yang bisa di contoh oleh anak-anak, akan tetapi bahasa
yang digunakan kurang konsisten apakah buku ini menggunakan bahasa formal atau
informal. Jadi mungkin penulis bisa mempertimbangkan ingin menggunakan bahasa
formal atau informal semua karena sebagai pembaca saya rasa itu kurang enak dibaca
dan juga bagi anak-anak alangkah baiknya bila menggunakan bahasa formal supaya
anak-anak tahu dari dini bagaimana kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Sama seperti saya mendapatkan buku Calung si Kriwil, saya juga mendapatkan
buku ini di Gramedia Depok. Untuk buku ini saya tidak mengambil waktu lama untuk
memilih buku ini karena dari judul bukunya saya langsung bisa menyimpulkan bahwa
buku ini sangat cocok untuk anak-anak dengan nilai sosial. Saya mengerjakan semua
tugas ini di kampung halaman saya karena setelah saya pulang dari toko buku, saya
langsung berangkat mudik.
Pawai Sampah

Penulis: Watik Ideo dan Diah Fitriana

Penerbit: PT. Bhuana Ilmu Populer

Tahun: 2015

Tema: Teks Informasional Lingkungan

Sampah adalah masalah yang sangat serius dan sangat sulit diatasi oleh manusia. Bila
dibiarkan, sampah yang menumpuk bisa menjadi sarang penyakit dan kuman. Penting nya
menjaga kelestarian lingkungan harus ditanam sedari dini didalam diri anak-anak agar kelak
mereka bisa menjaga lingkungan sekitarnya bersih dan terbebas dari sampah. Lalu bagaimana
bila sampah itu sendiri bisa berbicara?. Di dalam buku Kisah Kota Kita terdapat banyak cerita
yang berkaitan dengan kota yang bisa orangtua baca keras untuk anak-anak mereka atau
anak-anak pun bisa membacanya sendiri karena menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
dan juga lugas. Namun saya tertarik dengan salah satu cerita didalam buku tersebut yang
berjudul Pawai Sampah. Didalam cerita ini, sampahsampah dan truk sampah berbicara
layaknya manusia yang bisa merasakan sakit maupun kotor.

Karakter yang menonjol pada cerita ini tentunya adalah sampah-sampah yang merasa
bahwa mereka adalah barang yag tidak berguna dan menyebabkan lingkungan kota menjadi
kotor yang dikatakan oleh truk-truk dan tong sampah yang bisa berbicara layaknya mansia.
Mereka mengkritik ulah manusia yang tidak pernah membersihkan kota dan menumpuk
sampah organik dan non organik dalam satu tumpukan seperti gunung besar. Dari hal
tersebut, penulis ingin menyampaikan bahwa pentingnya pengelolaan sampah dan
pembuangan sampah pada tempatnya berimbas kepada lingkungan sekitar. Anak-anak yag
membaca cerita ini atau setelah orangtua membacakannya untuk anak-anak mereka, anak-
anak diharapkan mengetahui akibat membuang sampah sembarangan dan juga pengelolaan
sampah agar dipisahkan antara sampah organik dan non organik agar sampah organik bisa di
daur ulang yang diceritakan pada halaman selanjutnya.
Setelah anak-anak membaca bagian ini, anak-anak dibuat penasaran akan diapakan
sampah-sampah tersebut? Padahal sampah adalah benda yang sudah tidak terpakai dan
dibuang, lantas untuk apa manusia-manusia di dalam cerita tersebut mengambil mereka
kembali? Begitu mungkin pemikiran anak-anak. Setelah itu sampah-sampah diambil dan dibuat
menjadi berbagai macam kerajinan lucu dan bermanfaat lagi untuk manusia. Lalu anak-anak
dikenalkan bahwa sampah tidak hanya menjadi benda tidak berguna dan hanya dibuang,
tetapi bila diolah dengan kreativitas, samopah-sampah juga bisa berguna kembali seperti saya
dan nenek saya mendaur ulang bungkus kopi sachet menjadi tas kecil lalu bisa saya jual.
Terbukti apabila sampah dikelola dengan baik bisa menghasilkan manfaat juga bagi manusia
tidak hanya merusak lingkungan dan mengeluarkan bau tidak sedap. Maka dari itu saya rasa
buku ini sangat cocok untuk dibaca keras oleh orangtua atau dipilihkan orangtua untuk anak-
anak mereka agar mereka semakin mencintai lingkungan sekitar dan membuang sampah pada
tempatnya serta bisa mendaur ulang barang yang masih bisa terpakai dengan cara yang
menyenangkan karena gambar dan cerita didalam buku ini sangat menarik, penuh warna dan
seperti gambar sendiri menggunakan crayon. Hanya saja meskipun karakter yang menonjol
adalah sampah, tetapi saya sulit untuk bisa membedakan mana karakter utamanya karena
semua karakter didalam cerita ini mempunyai peran yang sama pentingnya.
Saya mendapat buku ini di lokasi berbeda dari kedua buku sebelumnya. Kalau buku
Calung Si Kriwil dan Indahnya berbagi saya mencari di Gramedia Depok, kalau buku Kisah Kota
Kita saya mendapatkannya di Gramedia Genteng, Banyuwangi karena kebetulan saya sedang
mudik. Saya sudah mendapat dua buku tetapi saya masih kurang satu buku lagi, maka dari itu
saya langsung bergegas mencari toko buku terdekat yang berjarak 40 menit dari desa saya di
Banyuwangi menggunakan motor. Awalnya saya bertanya kepada saudara saya dimana taman
bacaan terdekat, tetapi saudara saya bilang disini tidak ada taman bacaan, anak-anak hanya
membaca disekolah dan buku pelajaran saja bahkan untuk bimbingan belajar disini masih sepi
peminat. Lalu saya berfikir bahwa kebanyakan orang-orang di desa saya belum mempunyai
kecintaan membaca. Maka saya bergegas mencari toko buku terdekat yang ada hanya
Gramedia dan itu pun dengan jarak yang lumayan jauh.
Saat Aku Marah

Penulis: Noor H Dee

Penerbit: Noura Book Publishing

Tahun: 2017

Tema: Teks Informasional tentang pelajaran sosial

Setiap anak kecil pasti pernah marah terhadap kakak atau orang tuanya, lalu
bagaimana bila mereka membaca buku tentang sikap anak yang sedang marah? Buku
Saat Aku Marah karya Noor H. Dee ini menceritakan mimik, gerakan tubuh serta
bagaimana seorang anak yang bernama Naura bila sedang marah.
didalam buku ini diilustrasikan Saat marah, wajag Naura memerah,
jantungnya berdebar hebat, napasnya memburu cepat. Ketika anak membaca halaman
tersebut, lalu anak-anak seakan bercermin kepada dirinya sendiri, apakah setiap marah
mereka selalu seperti Naura yang muka nya memerah dan jauntungnya berdebar hebat?
Atau mereka mempunyai gaya tersendiri bila mereka marah. Orang tua yang
mendampingi anak mereka membaca buku ini atau membacakannya untuk anak mereka
juga bisa belajar dari halaman ini ciri-ciri anak yang sedang marah, jadi mereka tahu
apabila anak mereka mempunyai ciri-ciri seperti Naur, itu tandanya mereka sedang
marah.
Pada halaman ini anak-anak masih disuguhkan ilustrasi bila anak
marah, biasanya mereka ingin melakukan sesuatu yang bisa meredakan amarahnya.
Tetapi menurut saya bagian ini dirasa kurang pas untuk disampaikan kepada anak-anak
karena apabila mereka mencontoh Naura ketika marah mereka akan berfikir lebih baik
melampiaskan kekesalan mereka dengan memukul, menendang atau melempar sesuat
yang bisa membentuk kebiasaan untuk mereka. Tetapi buku ini menjelaskan semua hal
yang biasa dilakukan anak-anak ketika sedang marah, jadi setelah membaca buku ini
anak bisa berpikir, apakah ketika marah mereka juga seperti Naura? Jika mereka merasa
demikian, mereka akan malu dan setelah membaca buku ini anak-anak diharapkan bisa
sedikit mengendalikan amarah atau emosi mereka.
Pada halaman ini, Naura menjelaskan kepada ibunya mengapa dia marah itu
karena kakaknya; Nabil telah memakai krayon Naura tanpa izin terlebih dahulu, jadi
Naura berpikir bahwa kakaknya merebut krayon miliknya dan dia jadi marah, tetapi
setelah ibunya bertanya kepada Nabil dan Nabil sudah izin kepada Naura, Naura tidak
marah lagi. Pada halaman ini anak-anak diajarkan bahwa setiap kita ingin meminjam
atau memakai barang orang, kita harus izin terlebih dahulu, jangan sampai orang
tersebut salah paham dan berpikiran buruk terhadap kita, sama seperti yang dilakukan
Nabil. Nabil harusnya izin terlebih dahulu kepada Naura untuk meminjam krayonnya
jadi Naura tidak salah paham.
Saya pikir buku ini cukup menarik karena mengajarkan anak untuk berbuat baik
dan tidak cepat marah, buku ini juga mengenalkan kosa- kata baru untuk anak; seperti
Krayon, dan mengentak-entak. Selain ceritanya yang menarik , buku ini juga memiliki
ilustrasi yang sangat menarik untuk anak-anak dan simple serta memiliki pewarnaan
yang soft jadi apabila anak-anak berlama-lama membaca buku ini mata mereka tidak
mudah lelah atau sakit. Tetapi seperti apa yang sudah saya katakan diatas, pada bagian
Naura ingin melampiaskan kekesalannya dengan menendang, memukul sesuatu itu tidak
pantas disampaikan oleh anak-anak karena anak-anak bisa saja berpikir bahwa itu salah
satu cara yang mudah dan menarik untuk menghilangkan kekesalan mereka.

Sama seperti buku ketiga, saya mendapatkan buku ini di Gramedia kampung
halaman saya yaitu Genteng, Banyuwangi.

Anda mungkin juga menyukai