Anda di halaman 1dari 6

TUGAS AKHIR

MATA KULIAH KONSEP DASAR BAHASA & SASTRA INDONESIA SD

RESENSI BUKU CENDERAWASIH: CERITA RAKYAT PAPUA KARYA

DANIEL ISWAHYUDI

NAMA : FENI SETIORINI

NIM : 18108244090

KELAS : 1G

Judul : Legenda Burung Cenderawasih

Penulis : Daniel Iswahyudi

Penerbit : PT. Happy Holy Kids

Tahun : 2014

Halaman : 35 halaman

Ukuran : 19 x 26 cm

Sampul : Latar hijau, cokelat, dan kuning

Bahasa : Indonesia Gambar 1.


Sampul buku
Sumber
http://www.bukabuku.com/browses/product/978
6027893689/hhk-legenda-cenderawasih-(-
cerita-rakyat-papua-).html (Diakses pada
tanggal 5 Januari 2019)
Buku cerita yang berjudul Cenderawasih: Cerita rakyat Papua ditulis oleh Daniel
Iswahyudi atau biasanya dikenal sebagai kak Yudi. Beliau lahir pada tanggal 18 Mei dan
sekarang tinggal di Jakarta. Kak Yudi adalah seorang sarjana lulusan salah satu perguruan
tinggi di Jakarta yaitu Institut Theologia dan Keguruan Indonesia (ITKI). Sekarang ia
menjabat sebagai CEO di Rajawali Kecil yang merupakan sebuah lembaga pelayanan
masyarakat yang difokuskan kepada anak-anak dan remaja, termasuk juga guru-guru. Selain
sebagai CEO di Rajawali Kecil, kak Yudi juga menjabat sebagai Menejer di PT. Happy Holy
Kids yang merupakan Publishing House, Production House dan Trading berbagai produk
anak. Kak Yudi juga pernah bekerja sebagai guru di SMK Multi Media Legok dari tahun
2009 hingga tahun 2012.

Dalam kariernya, kak Yudi dikenal sebagai seorang penulis cerita anak, pencipta lagu
anak, pendongeng, pengkhotbah, dan pembicara seminar. Sebagai seorang penulis, kak Yudi
sangat aktif dalam menulis buku cerita anak-anak. Menurutnya anak pandai dan berkarakter
tidak turun dari langit, tetapi harus di didik secara benar sejak usia dini. Oleh karena itu,
melalui karya-karyanya ia ingin membantu anak-anak Indonesia agar memiliki karakter dan
moral yang baik. Karena pada zaman modernisasi ini memiliki arus modernisasi yang akan
berdampak pada krisisnya moral dan akhlak generasi bangsa.

Buku cerita anak yang berjudul Cenderawasih: Cerita rakyat Papua ini merupakan
dokumentasi dari sebuah cerita rakyat nusantara yang khususnya berada di daerah Papua.
Buku ini termasuk ke dalam suatu karya sastra anak berupa karya fiksi. Buku ini mengangkat
tema kekeluargaan, yang cocok sekali untuk dikonsumsi pada kalangan anak-anak dari usia
7-12 tahun. Pada buku ini, cerita yang disampaikan dikemas dengan gaya cerita yang
menarik, sederhana dan mudah dipahami oleh anak-anak, hal tersebut juga didukung dengan
penyampaian cerita yang menggunakan ilustrasi gambar yang menarik. Tidak hanya isinya
saja yang dikemas menggunakan ilustrasi gambar yang bagus dan menarik, namun pada
sampul bukunya juga sudah dikemas menggunakan ilustrasi gambar yang akan memikat
anak-anak untuk membacanya.

Dengan bantuan ilustrasi gambar dalam penyampaian cerita tersebut, anak-anak tidak
akan merasa bosan dan dapat merubah paradigma anak-anak mengenai cerita rakyat yang
tidak menarik atau membosankan ketika membacanya. Selain itu, dengan adanya ilustrasi
gambar tersebut dapat membantu anak dalam proses mengembangkan imajinasinya. Di
dalam buku ini juga terkandung nilai-nilai moral kehidupan yang tentunya bertujuan agar
nilai-nilai moral yang disampaikan dapat terealisasikan dikehidupan nyata.

Buku ini menceritakan kehidupan seorang perempuan setengah baya yang hidup bersama
seekor anjing betinanya di pegunungan Bumberi, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat.
Dalam kesehariannya, ia dan anjingnya mencari persediaan makanan di hutan, dan ketika
sedang mencari persediaan makanan di hutan ia sampai di sebuah tempat yang dipenuhi oleh
buah pandan yang berwarna merah, kemudian ia membawa pulang buah tersebut
kerumahnya lalu memberikan buah tersebut ke anjing betinanya yang sedang kelaparan.
Setelah anjing betina itu memakan buah pandan tersebut, tiba-tiba perut anjing betina
tersebut membesar dan beberapa jam kemudian anjing betina itu melahirkan seekor anak
anjing. Melihat kejadian itu, si perempuan setengah baya tertarik untuk mencoba memakan
buah itu, ia berpikir bahwa jika ia memakan buah itu ia juga akan mengandung seorang anak.
Setelah memakan buah tersebut, perut perempuan itupun membesar dan setelah beberapa jam
berlalu ia melahirkan seorang anak yang berjenis kelamin laki-laki dan ia beri nama Kweiya.

Kweiya tumbuh sebagai seorang anak yang sayang dan patuh kepada ibunya. Kweiya
berniat untuk membuat sebuah ladang sayuran, dan untuk membuat ladang sayuran itu ia
harus menebang pohon dengan menggunakan alat sederhana yang ia buat sendiri yaitu
berupa batu berbentuk pahat. Tentunya dengan menggunakan alat yang sederhana itu, dalam
sehari Kweiya hanya mampu untuk menebang satu pohon saja. Suatu hari, ada seorang laki-
laki paruh baya menghampiri Kweiya dan menanyakan alasan Kweiya menebang pohon-
pohon. Setelah mendengarkan penjelasan Kweiya, laki-laki paruh baya itu tersentuh lalu
memberikan sebuah kapak besi kepada Kweiya. Dengan menggunakan alat tersebut,
pekerjaan Kweiya untuk menebang pohon dapat dilakukan dengan cepat. Bersyukur atas hal
tersebut, Kweiya berniat untuk berterimakasih kepada laki-laki paruh baya itu dengan cara
membawanya kerumah lalu mengenalkan laki-laki paruh baya itu kepada ibunya. Setelah
mengenalkan laki-laki paruh baya itu kepada ibunya, Kweiya memohon kepada ibunya agar
laki-laki itu menjadi bapaknya. Permintaan tersebut pun disetujui oleh ibu Kweiya.
Beberapa tahun kemudian, keduanya memiliki tiga anak yaitu dua anak laki-laki dan
seorang anak perempuan. Kweiya senang memiliki adik dan ia sangat menyayangi adik-
adiknya. Namun, itu hanya sebentar. Beberapa tahun berikutnya, kedua adik laki-laki Kweiya
iri kepadanya. Hal ini membuat ikatan persaudaraan di antara mereka sedikit renggang.
Ketika orang tua mereka sedang dikebun, kedua adik laki-lakinya lantas berkomplot untuk
mengeroyok Kweiya. Perkelahian tidak seimbang itu membuat tubuh Kweiya terluka. Untuk
menghindarinya, Kweiya bersembunyi di atas sebuah pohon di dekat rumahnya. Di sana, ia
memintal tali dari kulit binatang yang nantinya akan ia buat sebagai sayap. Ketika ibu
Kweiya menyadari bahwa Kweiya tidak ada dirumah, ia langsung mencari dan memanggil
Kweiya. Tiba-tiba dari sudut rumah terdengar suara, "ek ek ek ek ek ek". Suara itu adalah
sebuah jawaban dari Kweiya yang menampakkan dirinya. Pada saat itu, Kweiya sudah
berubah menjadi seekor burung yang amat indah.

Semua hanya bisa bengong menyaksikan kejadian tersebut. Tapi, ibu Kweiya menangis
sedih karenanya. Dia pun bertanya kepada Kweiya, adakah tali pintal tersisa untuknya.
Kweiya yang telah berubah menjadi burung mengatakan bahwa tali itu ada pada koba-koba
(payung tikar) di sudut rumah. Ibu Kweiya segera mencari tapi-tapi pintal itu. Setelah
ketemu, tali pintal itu dibuat membentuk sayap lalu disisipkan di ketiaknya. Setelah itu ibu
Kweiya pun berubah menjadi seekor burung juga. Lalu melompat ke atas pohon bersama
Kweiya. Setelah berkicau, mereka berdua pergi jauh. Namun, tetap di tanah Papua. Karena,
di tanah itulah mereka lahir dan dibesarkan.

Tidak berakhir disitu, kedua adik laki-laki Kweiya saling menyalahkan atas kejadian
yang terjadi, hingga mereka saling melemparkan abu tungku. Dan seketika itu pula, mereka
berubah menjadi burung yang kurang menarik warnanya, tidak seindah seperti warna pada
Kweiya dan ibunya. Itulah sebabnya, hutan rimba di Kabupaten Fakfak, Papua Barat, juga
banyak dihuni oleh beragam burung yang kurang menarik, selain burung Cenderawasih.

Dalam buku ini, banyak sekali kelebihan yang ada. Yaitu sampulnya dapat membuat
anak-anak tertarik untuk membacanya, karena pada sampul buku ini di desain sangat
menarik. Tidak hanya itu, cerita yang dikandung dalam buku ini disajikan dengan
menggunakan bahasa yang baku sehingga memudahkan pembacanya dalam memahami isi
cerita tersebut dan memperoleh informasi maupun wawasan melalui cerita tersebut, dan juga
pada buku cerita tersebut terdapat glosarium yang membantu anak-anak mengetahui arti dari
kata asing yang tertera pada cerita. Selain ceritanya yang dikemas menarik dan mudah di
pahami, buku ini di dukung oleh ilustrasi gambar yang menarik dan bagus baik pada bagian
sampul buku maupun isi dalam buku, pewarnaan gambarnya juga sangat bagus sehingga
membuat pembaca seolah-olah larut dalam ceritanya. Dan melalui ilustrasi gambar tersebut,
pembaca dapat memahami dengan mudah pesan moral yang ingin disampaikan oleh penulis.
Tidak hanya itu, keunggulan dari buku cerita ini adalah ceritanya disusun secara sistematis
sehingga tidak membingungkan anak-anak dalam membacanya, dan juga huruf bacaan yang
tertera di dalam buku tersebut dapat dibaca oleh anak-anak karena disajikan dengan huruf
yang cukup besar.

Dengan banyaknya kelebihan yang ada, buku cerita ini tidak luput dari suatu kekurangan.
Kekurangan pada buku cerita ini adalah karakter-karakter tokoh pendukung tidak dijelaskan
secara mendalam sehingga membutuhkan waktu untuk menafsirkan karakter tokoh yang ada
dan akhir dari ceritanya menggantung, karena tidak dijelaskan bagaimana nasib bapak dan
adik perempuan Kweiya yang telah ditinggalkan oleh Kweiya, ibunya, serta kedua adik laki-
lakinya. Namun, dengan adanya kekurangan ini tidak menutupi kelebihan yang ada.

Buku cerita ini termasuk ke dalam kategori karya sastra anak fiksi. Hal tersebut
dikarenakan isi cerita pada buku ini menceritakan tentang cerita rakyat yang terjadi di
wilayah nusantara khususnya daerah Papua Barat. Buku cerita rakyat sendiri bertujuan agar
pembaca bisa mengetahui asal-usul suatu tempat atau kejadian di suatu tempat yang terdapat
dalam cerita rakyat, dan dapat mengetahui budaya lokal yang ada di daerah yang dituju pada
cerita rakyat tersebut, serta menambah wawasan pembaca. Cerita rakyat juga mampu
mengembangkan potensi kogntif, afektif, dan psikomotor anak. Melalui cerita rakyat, anak
terlatih untuk memiliki perasaan peka sehingga dapat meningkatkan kepekaan
empatinya.Perasaan peka tersebut dapat diteladani dari pesan moral yang salah satunya
tergambar melalui karakter tokoh. Sebagaimana Nurgiyantoro (2010: 193) menyatakan
bahwa pesan moral yang ingin disampaikan tidak saja terdapat dalam karakter tokoh-tokoh,
tetapi juga pada alur cerita yang berisi gagasan-gagasan abstrak tertentu yang berkaitan
dengan persoalan kehidupan manusia.
Buku cerita ini sangat cocok dan layak dikonsumsi oleh kalangan anak-anak dari usia 7-
12 tahun. Dikarenakan pada buku ini terdapat pesan moral yang disampaikan oleh penulis
dan melalui pesan moral tersebut penulis berharap agar pesan moral yang disampaikan dapat
terealisasikan di kehidupan nyata sehingga dapat membantu dalam membentuk moral dan
akhlak yang baik pada anak-anak di kehidupan sehari-hari. Usaha kak Yudi dalam mendidik
dan membangun moral anak melalui buku cerita rakyat ini perlu di apresiasi, karena dengan
tersampainya pesan moral yang terkandung dalam cerita itu dan dapat terealisasikan di
kehidupan nyata, maka anak-anak atau generasi penerus bangsa tidak akan mengalami krisis
moral akibat derasnya arus moderenisasi dan globalisasi.

Anda mungkin juga menyukai