Anda di halaman 1dari 17

TEKS CERPEN

KOMPETENSI DASAR
3.5 Mengidentifikasi unsur pembangun karya sastra dalam teks cerita
pendek yang dibaca atau didengar.
4.5 Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra dengan
bukti yang mendukung dari cerita pendek yang dibaca atau
didengar.

3.6 Menelaah struktur dan aspek kebahasaan cerita pendek yang


dibaca atau didengar.
4.6 Mengungkapkan pengalaman dan gagasan dalam bentuk cerita
pendek dengan memperhatikan struktur dan kebahasaan. 
PENGERTIAN CERPEN

Karangan pendek yang berbentuk prosa, yang


mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang
penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan dan
menyenangkan, serta mengandung pesan yang
tidak mudah dilupakan.
UNSUR-UNSUR CERPEN
1. Tema
2. Amanat
3. Latar
4. Tokoh
5. Penokohan
6. Sudut pandang
7. Alur
8. Nilai
1. Tema adalah:
Pokok masalah yang mendasari sebuah prosa atau
ide pokok masalah yang mendasari sebuah cerita.

2. Amanat adalah:
Pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang
melalui cerita, bisa tersurat atau tersirat.

3. Latar/ setting adalah:


Waktu, tempat, dan suasana. Kapan itu terjadi, di
mana itu terjadi, dan bagaimana keadaan/ situasi
terjadi peristiwa.
4. Tokoh/ pelaku adalah:
Tokoh yang bermain dalam cerita (tokoh utama dan tokoh
sampingan)

5. Penokohan/ karakter adalah:


Sikap batin yang memengaruhi segenap pikiran tingkah laku/
watak tokoh. Protagonis, antagonis, tritagonis (figuran)

6. Sudut Pandang adalah:


Cara pengarang mengisahkan atau menceritakan suatu cerita
(posisi pengarang dalam sebuah cerita)
JENIS-JENIS SUDUT PANDANG
a. Sudut pandang orang pertama pelaku utama: adalah pengarang terlibat langsung atau orang
pertama dalam cerita. Ditandai dengan penggunaan kata ganti orang aku atau saya menjadi tokoh
utamanya.
Contoh: Namaku Bibah, tapi teman-temanku memanggilku dengan sebutan Bebe. Aku anak terakhir
dari empat bersaudara dan aku satu-satunya wanita di keluargaku. Ayah dan ibuku sudah tak
bersamaku, begitu juga dengan kakak-kakakku.

b. Sudut pandang orang pertama pelaku sampingan: adalah pengarang masih terlibat dalam cerita
tetapi hanya sebagai pelaku sampingan. Ditandai dengan kata ganti aku atau saya menjadi tokoh
sampingannya.
Contoh : Aku melihat semburat air mata di mata Devi. Apakah dia bersedih? Aku pun memberanikan
diri untuk bertanya padanya. Dia pun menjawab pertanyaanku. Bukan lewat jawaban lisan, tetapi
lewat senyumnya yang ia paksakan.
c. Sudut pandang orang ketiga pelaku sampingan/ sebagai pengamat:
adalah pengarang tidak terlibat langsung dalam cerita. Pengarang hanya
menceritakan tingkah laku tokoh yang bisa dilihat tanpa menceritakan
pikiran/ perasaan tokoh. Ditandai dengan penggunaan kata ganti orang
seperti dia, mereka, dan sebagainya atau menggunakan nama tokoh.

Contoh: Pagi ini Lala pergi ke sekolah seperti biasanya, saat Lala berpamitan
dengan Ibunya, Ibu Lala menitipkan sebuah amplop yang berisi uang. “Oke,
Bu.” sahut Lala.

d. Sudut pandang orang ketiga pelaku utama/ serba tahu: adalah sama
dengan nomor 3, tetapi pengarang mengetahui segala pikiran/ perasaan
tokoh.
Contoh: Pagi ini Lala pergi ke sekolah seperti biasanya, saat Lala berpamitan
dengan Ibunya, Ibu Lala menitipkan sebuah amplop yang berisi uang. “Oke,
Bu.” sahut Lala. “Ini untuk bayaran sekolahku. Makasih ya, Bu,” ucap Lala
dalam hati.
7. Alur atau plot: adalah rangkaian kronologi peristiwa/
jalannya cerita. Alur dibedakan menjadi alur maju, alur
mundur, dan alur campuran.
 Alur maju adalah cerpen dengan peristiwa yang dimulai
dari perkenalan sampai penyelesaian.
 Alur mundur adalah cerpen dengan peristiwa yang
dimulai dari akhir cerita ke awal cerita. Alur mundur
disebut juga dengan istilah kilas balik/flashback
 Alur campuran adalah alur cerpen yang merupakan
gabungan antara alur maju dan alur mundur
8. Nilai-Nilai
a. Nilai moral: berkaitan dengan ahlak atau budi
pekerti baik dan buruk.
b. Nilai sosial: berkaitan dengan norma-norma
dalam kehidupan masyarakat (saling memberi,
saling menolong, tenggang rasa).
c. Nilai budaya: mengenai masalah dasar yang
sangat penting dan bernilai dalam kehidupan
manusia ( adat istiadat, kesenian, kepercayaan).
d. Nilai agama: berkaitan dengan ajaran agama
tertentu.
STRUKTUR CERPEN

1.
Orientasi: pengenalan cerita, baik itu berkenaan dengan tokoh/
pelaku maupun latar (waktu, tempat, suasana)
2.
Rangkaian peristiwa: konflik, mulai terjadi perselisihan antartokoh
3.
Komplikasi: klimaks, puncak permasalahan (fisik, batin)
4.
Resolusi: penyelesaian, cara pengarang mengakhiri cerita (bisa
berakhir bahagia atau berakhir sedih)
.
Contoh Cerpen

LALA
Orientasi
 Pagi ini Lala pergi ke sekolah seperti biasanya, saat Lala berpamitan dengan Ibunya, Ibu
Lala menitipkan sebuah amplop yang berisi uang. “Oke, Bu.” sahut Lala.

Rangkaian Peristiwa
 Lala sampai di sekolah menjalankan aktivitas normalnya. Di kelas, Lala bersahabat
dengan Rendy. Lala selalu bersama Rendy setiap saat. Waktu istirahat tiba, Lala pergi ke
kantin bersama Rendy. Mereka berbincang dan bercanda. Tiba-tiba Rendy bertanya
kepada Lala, “La, kamu sudah bayaran sekolah, belum?” “Oh, iya Ren! Untung kamu
bilang, tadi ibuku sudah menitipkan kepadaku. Ayo kita ambil di kelas!” kata Lala. “Ayuk,”
jawab Rendy.
• Sesampainya Lala dan Rendy di kelas, muka Lala berubah menjadi
cemas. “Ren, kok nggak ada amplopnya ya di tasku?” tanya Lala
cemas. “Seriusan kamu, La?” “Iya serius, aku ingat betul tadi pagi
ibuku memasukkannya ke dalam tasku,” kata Lala. “Coba cari yang
benar La, siapa tahu terselip di dalam buku-buku kamu,” kata Rendy
sambil berjalan mendekati Lala. “Tidak ada Ren, aku sudah
mencarinya.” “Coba sini aku carikan,” kata Rendy sambil mengambil
tas Lala dan mencarinya. Setelah dicari ternyata benar, amplopnya
tidak ada.
• “Iya La, nggak ada,” kata Rendy cemas. “Aduh, bagaimana ini Ren?”
tanya Lala. Rendi baru menyadari bahwa di kelas ada CCTV. “La, kita
liat CCTV saja,” jawab Rendy sambil menunjuk CCTV. “Iya, benar
Ren,” kata Lala.
Komplikasi
• Sesampainya Lala dan Rendy di ruang kepala sekolah untuk mengecek
CCTV ternyata amplop itu diambil oleh seseorang, Lala mengetahui
siapa yang mengambil amplop itu, Lala menghampiri orang itu dan
berkata, “Mengapa kamu mengambil amplop itu?” “Aku bukan
mengambil amplopmu, aku hanya meminjam saja. Karena aku sangat
membutuhkannya besok, aku akan kembalikan,” kata orang itu, ternyata
temannya Lala, Namanya Budi.
• “Mengapa kamu tidak bilang terlebih dahulu?” tanya Lala. “Tadi aku
sudah mencarimu tapi kamu tidak ada,” jawab Budi. “ Lain kali, kalau
kamu ingin meminjam uang kepada siapa pun, walau pemilik barang itu
tidak ada, jangan mengambil uang itu terlebih dahulu,” kata Lala
menasihati Budi. “ Lalu bagaimana, La?” tanya Budi. “ Kau kembalikan
dulu uang itu kepadaku karena itu uang untuk bayaran sekolah. Jika kau
ingin meminjam uangku, besok akan kuberikan,” jawab Lala.
Resolusi

“Baiklah La, terima kasih banyak ya. Aku berjanji


jika aku ingin meminjam uang, aku akan meminta
izin pada pemiliknya terlebih dahulu,” kata Budi.
Akhirnya mereka saling bersalaman. “Kita
bersahabat kalau ada kesulitan pasti saling bantu,”
kata Lala.
KEBAHASAAN TEKS CERPEN
1. Kalimat langsung adalah kalimat yang diucapkan secara langsung kepada orang
yang dituju.
Contoh: - “Ren, kok nggak ada amplopnya ya di tasku?” tanya Lala cemas.
- Lala berkata, “Kita bersahabat, kalau ada kesulitan pasti saling bantu.”

2.  Majas Litotes: pengungkapan yang bertujuan merendahkan diri.
Contoh: - Mampirlah ke gubuk kami. (padahal rumahnya besar dan mewah)
- Hanya kado kecil tak berharga ini yang bisa saya berikan. (padahal emas/
barang berharga)

3. Majas Hiperbola: pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan.
Contoh: - Kita berjuang sampai titik darah penghabisan.
- Pecah telingaku mendengarkan kamu bernyanyi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai