Penyelesaian:
Antiklimaks
“Rani, mau sampai kapan kamu begitu sama Laras? Sudahlah, akui saja
perbuatanmu! Bukan begini caranya untuk bersaing dengan seseorang!” Ujar
Siska, teman akrab Rani. Namun Rani bergeming; tidak mengucap
sepatah kata pun. Padahal, isi hatinya kini tengah kalut dijejajali oleh rasa sesal.
Perasaan senang yang semula memuncak di hatinya, kini semakin surut dan
berganti rasa sesal. Bukan karena perkataan Siska yang dia lontarkan kepadanya,
melainkan karena kejadian buruk yang menimpa adiknya, Raisa. Adik dari Rani
itu mendapat tuduhan dari teman-teman sekelasnya, bahwa dia telah mencuri
uang salah satu temannya. Dua lembar 50 ribu rupiah pun ditemukan oleh teman-
temannya di dalam Tas Raisa. Berkali-kali Raisa menampik dan membela diri,
namun tuduhan miring kepadanya tidak kunjung surut.
Karena Raisa tidak punya bukti dan saksi kalau ia tidak bersalah, maka Raisa pun
harus rela diskors selama seminggu oleh pihak sekolahnya. Hukuman itu tak
hanya membuat Raisa terpukul, namun Rani sang kakak pun turut merasakan hal
yang dirasakan oleh adiknya itu. Malah, rasa terpukul yang dirasakan Rani dua
kali lebih menyakitkan dibanding Raisa. Rasa sakit yang berlipat itu membuat
perasaan sesal bertumbuh di dadanya, dan pikirannya pun tiba-tiba melayang ke
beberapa waktu yang lalu; waktu di mana dia melakukan rencana jahatnya
kepada Laras.
Klimaks
Pada suatu waktu, Rani yang mempunyai niat jahat kepada Laras meminta
bantuan Siska untuk melancarkan niat jahatnya itu. Dia meminta Siska untuk
memastikan bahwa Laras tidak ada di kelas saat istirahat sekolah. Setelah Siska
memastikan Laras sedang tidak ada di dalam kelas, rencana jahat Rani pun
dilancarkannya dengan baik. Ada gurat senyum yangjahat di wajah Rani setelah
melakukan perbuatan jahatnya itu kepada Laras. Rasain kamu Ras, habis ini satu
kelas dan sekolah akan memusuhimu! pekik Rani di dalam hati.
“Kamu serius ngelakuin hal itu ke Laras?” Tanya Siska ke Rani.
“Apa aku ada tampang main-main?” Timpal Rani.
“Aku nggak nyangka kamu bisa sejahat itu sama Laras. Salah dia ke kamu itu
apa sih? Jangan-jangan kamu iri ya sama dia, karena dia banyak sukai banyak
siswa?” Tanya Siska lagi.
“Sejak kapan kamu jadi banyak tanya begini? Sudahlah, aku mau kembali ke kelas
dulu,” ujar Rani agak ketus.
Bel masuk pun berbunyi. Dan satu ruang kelas tempat Laras belajar pun gempar.
Bagaimana tidak, sebungkus rokok yang terbuka dan menyisakan beberapa batang
lagi itu tiba-tiba tergeletak begitu saja di meja Laras. “Laras, kamu merokok?
Kita nggak nyangka ya,” ujar teman-temannya. Sontak, Laras pun menampik hal
tersebut. Namun apa daya, tuduhan negatif pada dirinya kini sudah tidak
terbendung lagi.
Muka Laras kian memucat. Dia tak habis pikir, siapa orang yang telah melakukan
hal jahat itu kepadanya. Berkali-kali sudah dia menampik bahwa rokok di
mejanya itu bukanlah miliknya. Namun, tetap saja kecurigaan dan tudingan yang
dilemparkan kepadanya tidaklah berkurang. Laras panik, dan ia pun menangis
sembari berharap kepada-Nya, agar dia terbebas dari hujan tuduhan yang begitu
deras menghujamnya.
Kemunculan Konflik
Di kelas, Rani masih tersenyum riang setelah rencana jahatnya berhasil. Rencana
itu dia buat lantaran dia sangat iri dan cemburu melihat perhatian para siswa
kepada Laras. Ia merasa bahwa perhatian mereka kepada salah satu siswi
berprestasi itu terlalu berlebihan. Dan dia juga merasa, bahwa dia layak untuk
mendapat perhatian yang sama.
Pengenalan
Rani dan Laras sendiri adalah dua siswi yang berprestasi di sekolahnya. Rani
berprestasi di bidang akademik dan selalu menjadi rangking 1 di kelasnya,
sedangkan Laras berprestasi di bidang olahraga voli dan berhasil membwa tim
voli sekolah juara lomba tingkat daerah. Maka tak heran jika perhatian para
siswa (dan juga para siswi) tertuju kepada Laras. Sikap ramah dan murah senyum
yang dimiliki Laras pun menjadi nilai tambah lainnya yang membuat segala
perhatian kepada Laras pun tidak pernah berkurang.
Untuk artikel kali ini, akan diberikan contoh cerpen alur campuran, di mana contoh
cerpen tersebut adalah sebagai berikut.
Klimaks: paragraf 1.
Pengenalan Masalah: paragraf 2.
Pengenalan/pembukaan: paragraf 3.
Antiklimaks: paragraf 4.
Penyelesaian: paragraf 5.