Anda di halaman 1dari 6

CERPEN KELAS XI

MENELADANI KEHIDUPAN DARI CERITA PENDEK


Tujuannya:
1. Mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan dari cerpen
a. Memahami informasi tentang nilai-nilai kehidupan dalam cerpen
b. Menemukan nilai-nilai kehidupan dalam cerpen.
2. Menganalisis unsur-unsur pembangun cerpen
Tokoh-tokoh dalam cerpen mempunyai sifat dan melakukan aktivitas seperti kehidupan manusia
sesungguhnya. Dengan kata lain, cerpen mengandung nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil dari
peran masing-masing tokoh dalam isi cerpen tersebut. Di dalam setiap karya sastra (termasuk
cerpen) terkandung beberapa nilai yang dapat diteladani atau dipetik hikmahnya. Nilai-nilai
kehidupan yang ada di dalam cerpen, antara lain:
1. Nilai moral atau etika, adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan norma-norma yang ada
dalam suatu masyarakat atau kelompok manusia tertentu. Jadi, ukuran nilai adalah baik
dan buruk yang bersifat lokatif atau berdasarkan tempat tertentu. Pesan moral
disampaikan dari pelaku para tokoh-tokohnya atau komentar langsung pengarangnya
dalam karya sastra.
Contoh   :   Minuman keras tentu bertentangan dengan nilai moral orang timur.
2. Nilai sosial, adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan masalah sosial dan hubungan
manusia dengan masyarakat. Jadi, berkaitan dengan interaksi social antarmanusia, baik
sebagai individu maupun kelompok.
Contoh   : Nilai gotong royong sesuai dengan nilai sosial masyarakat desa.
3. Nilai budaya, adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kebudayaan, adat istiadat,
ataupun kebiasaan suatu masyarakat.
Contoh  : Budaya sabung ayam Bali, budaya individualisme masyarakat metropolitan.
4. Nilai estetika atau keindahan, adalah nilai yang berkaitan dari segi bahasa,
penyampaian cerita, pelukisan alam, keistimewaan tokoh, dan lingkungan sekitar tokoh.
Contoh   : Rambutnya terurai selayak kilauan emas terkena mentari. Di sela-sela keindaha
matanya, terhias indah gumpalan berlian. Di kedua lesung pipinya, serta
manik-
manik indah terlihat indah di antara senyumnya.
5. Nilai religius, yaitu nilai-nilai yang berkaitan dengan ketuhanan atau kepercayaan.
Contoh  : Di antara kelaparan dan kehausannya masih juga ia menyebut nama Allah.

Ciri-ciri Cerpen:
1. Memiliki jumlah kata tidak lebih dari 10.000 kata.
2. Memiliki proporsi penulisan yang lebih singkat dibandingkan dengan Novel.
3. Kebanyakan mempunyai isi cerita yang menggambarkan kehidupan sehari-hari.
4. Tidak mencerminkan semua kisah tokohnya. Karena dalam cerpen yang dikisahkan hanyalah
intinya saja.
5. Tokoh yang diceritakan dalam cerpen mengalami sebuah konflik sampai pada tahap
penyelesaiannya.
6. Pemilihan katanya sederhana sehingga memudahkan para pembaca untuk memahaminya.
7. Bersifat Fiktif.
8. Menceritakan satu kejadian saja dan menggunakan alur cerita tunggal dan lurus.
9. Membacanya tidak membutuhkan waktu yang lama.
10. Memberikan pesan dan kesan yang sangat mendalam sehingga pembaca akan ikut merasakan
kesan dari cerita tersebut.

Unsur Intrinsik Cerpen


Cerpen memiliki dua unsur pembangun, diantaranya adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik.

1. Tema
Unsur intrinsik cerpen yang pertama adalah tema. Dalam sebuah cerpen tema merupakan ruh atau
nyawa dari setiap karya cerpen. Dengan kata lain tema merupakan ide atau gagasan dasar yang
melatarbelakangi keseluruhan cerita yang ada dari cerpen.
Tema memiliki sifat umum dan general yang dapat diambil dari lingkungan sekitar, permasalahan
yang ada di masyarakat, kisah pribadi pengarang sendiri, pendidikan, sejarah, perjuangan romansa,
persahabatan dan lain-lain.

2. Tokoh dan Penokohan


Tokoh atau penokohan adalah salah satu bagian yang wajib ada dalam sebuah cerpen.
Namun, yang perlu diketahui adalah tokoh dan penokohan merupakan dua hal yang berbeda dalam
sebuah penulisan cerpen.
Tokoh merupakan pelaku atau orang yang terlibat di dalam cerita tersebut.
Penokohan adalah penentuan watak atau sifat tokoh yang ada di dalam cerita. Watak yang diberikan
dapat digambarkan dalam sebuah ucapan, pemikiran dan pandangan dalam melihat suatu masalah.

Ada 4 jenis tokoh yang digambarkan dalam cerpen, antara lain:


 Protagonis: Tokoh yang yang menjadi aktor atau pemeran utama dan mempunyai sifat yang
baik.
 Antagonis: Tokoh ini juga menjadi pemeran utama yang menjadi lawan daripada tokoh
protagonis. Tokoh antagonis memiliki watak yang negatif seperti: iri, dengki, sombong, angkuh,
congkak dan lain-lain.
 Tritagonis: Tokoh ini adalah tokoh penengah dari protagonis dan antara antagonis. Tokoh ini
biasanya memiliki sifat yang arif dan bijaksana.
 Figuran: Tokoh ini merupakan tokoh pendukung yang memberikan tambahan warna dalam
cerita.

Penggambaran penokohan dalam sebuah cerpen dapat dipapartan:


a. Pendeskripsian secara langsung
Penggambaran tokoh secara langsung adalah penggambaran tokoh secara tersurat yang ada di
dalam sebuah cerita. Pengarang langsung menjelaskan sifat atau karakter tokoh-tokohnya,
misal rajin, pemalas, sombong, dermawan dan lain sebagainya. Teknik secara langsung dapat
dipahami oleh pembaca dalam memahami isi cerpen tersebut. Biasanya penulis akan
memberikan sifat-sifat para tokoh secara detail atau jelas di dalam alur ceritanya.

Contoh:
Eka memang sangat menarik. Dia cantik dengan rambut ikalnya yang
panjang. Hidungnya kecil dan lancip, matanya yang lebar dilengkapi dengan bulu mata
yang lebat dan lentik. Wajahnya disempurnakan dengan bibirnya yang merah, meski tak
memakai lipstik. Dia sangat supel sehingga disukai teman-temannya. Teman-temannya
pun beragam mulai dari kalangan ekonomi lemah sampai dengan ekonomi atas. Eka
sendiri berasal dari keluarga yang kaya, tetapi sangat mengedepankan kesederhanaan. Tak
heran kalau Eka terbiasa rajin dan rapi untuk urusan pribadinya.

b. Pendeskripsian secara  tidak langsung


Penggambaran tokoh secara tidak langsung atau sering disebut juga dengan teknik dramatik.
Teknik dramatik disebut juga penggambaran tokoh secara tersirat yang ada dalam sebuah
cerita. Ada beberapa cara pengarang dalam memberikan sifat-sifat para tokoh di dalam cerita
melalui teknik ini, diantaranya:
1) Melalui bentuk fisik secara lahir.
Contohnya:
Ayu adalah gadis hitam manis yang lembut dan ramah juga memiliki ukuran tubuh
yang lebih mungil dari teman-teman sebayanya ini, memiliki banyak teman dan salah
satunya adalah Lisa, yang merasa sangat nyaman berteman dengan Ayu karena
menurutnya, Ayu adalah teman yang baik untuknya.

2) Melalui jalan pikiran tokoh.

Contohnya:
Dina menatap wajah ibunya. “Ibuku memang cantik batinnya. Meski sudah lanjut
usia, kecantikan ibu masih terlihat jelas di wajahnya. Aku sangat menyayangi wanita
ini. Sikapnya yang tegas telah ikut membentuk karakterku. Kasih sayangnya padaku
tak pernah habis. Perhatiannya padaku juga sangat luar biasa. Meski sejak usiaku 10
tahun ayah sudah meninggal, tapi ibuku sampai kini tak menikah lagi. Ibu sangat kuat
dan tabah dalam menapaki hari-hari bersamaku, mendidikku, mengajariku,
membimbingku sendirian. Aku ingin sekali bisa sekuat dia,” begitu pikir Dina.

3) Melalui tindakan tokoh.


Contohnya:
Pulang sekolah tanpa mengetuk pintu, Tono langsung masuk rumah dan dibantingnya
pintu rumahnya dengan keras. Ibunya yang sedang berada di dapur sampai terkejut.
Begitu masuk, Tono langsung menuju meja makan, segera dibukanya tudung saji.
Ketika dilihatnya lauknya hanya itu-itu saja, dibantingnya tudung saji sampai gelas
yang ada di meja makan jatuh dan hancur berkeping-keping. Dengan muka masam ia
menuju ke kamarnya. Ditendangnya pintu kamarnya sampai terbuka, lalu masuk.
Dibantingnya pintu itu untuk menutup. Kemudian ia membantingkan badannya di
tempat tidur tanpa mencopot sepatu. Tangannya meraih tape recorder, lalu dia
menyetel lagu-lagu rock dengan volume maksimal.

4) Melalui lingkungan tokoh.

Contoh berdasarkan lingkungan tokoh:


Deni sedang tiduran di kamarnya yang luas. Ukurannya tak kurang dari 4 X 4 m.
Ranjangnya yang berukuran no. 1 terlihat acak-acakan. Spreinya sangat kusut. Diatas
tempat tidurnya tedapat buku-buku berserakan yang bercampur dengan baju seragam
yang baru dilepasnya. Sepatunya terlihat di ranjang tapi hanya yang sebelah kanan,
sedangkan sepatu yang sebelah kiri terlihat di sudut kamar di belakang pintu. Di
belakang pintu kamar itu terlihat terdapat kapstok yang dipenuhi pakain kotor. Di lantai
kamar terlihat berpasang-pasang kaos kaki dan pakaian yang entah sudah berapa hari
tidak dicuci. Televisi di kamar Deni juga tertutupi debu yang tebal. Di sana Dina
telentang dengan kaos kaki yang masih melekat di kakinya.

5) Melalui dialog antartokoh.

Rina   : “Sin, bagaimana sebenarnya Lita ya ?


Sinta  : “Ya bagaimana lagi ! Dia itu memang judes sich !
              Tapi sebenarnya dia baik juga lho …..”
Rina   : “Ya emang. Kemarin aku juga diajarin dia waktu aku kesulitan
mengerjakan PR matematika.”
Sinta  : “Itulah, biar saja dia sekarang marah. Sebentar lagi juga dia akan baik. Dia
itu nggak bakalan tahan kalau marah lama-lama. Lagian, kalau kamu nggak
nyinggung dia duluan, dia juga ndak mungkin semarah itu.”

3. Alur (Plot)
Alur adalah urutan jalan cerita dalam cerpen yang disampaikan oleh penulis. Dalam menyampaikan
cerita, ada tahapan-tahapan alur yang disampaikan oleh sang penulis. Diantaranya:
1) Tahap Perkenalan: Tahap ini merupakan pembukaan cerita atau sebuah informasi awal.
Tahapan ini bisa berbentuk pengenalan tokoh dan pengenalan latar. Dan tahapan ini
berfungsi untuk melandasi cerita yang akan disampaikan pengarang dalam tahapan
berikutnya.
2) Tahap Permunculan konflik: tahapan ini adalah tahap awal munculnya sebuah
permasalahan. Dan di sinilah pengarang memberikan gambaran awal tentang permasalah
dalam cerita yang dibuatnya.
3) Tahap Klimaks: Setelah melewati permunculan konflik tahap selanjutnya adalah
klimaks. Konflik-konflik yang diterima oleh tokoh utama akan memuncak pada tahapan
ini. Biasanya dalam tahapan ini tokoh utama mulai bingung dan sedih.
4) Tahap Peleraian: Konflik yang telah mencapai puncaknya mulai menurun pada tahapan
ini. Pengarang memberikan solusi atas permasalah yang ditimpakan kepada tokoh utama.
Cara pengarang memberikan solusi bisa dengan berbagai cara, misalnya dengan
memunculkan tokoh pembantu dam cerpen tersebut.
5) Tahap penyelesaian: Tahap ini merupakan Tahapan akhir dalam cerpen, yaitu
penyelesaian atas semua masalah dalam cerita. Dan biasanya tahapan ini merupakan
kemenangan bagi tokoh utama, yang berakhir dengan kesenangan atau kegembiraan.

Tahap-tahap alur tersebut harus ada di dalam sebuah cerita. Hal ini bertujuan agar cerita tidak
membingungkan orang yang membacanya.

Ada 2 macam alur yang kerapkali digunakan oleh para penulis, yakni:
 Alur maju. Alur ini menggambarkan jalan cerita yang urut dari awal perkenalan tokoh,
situasi lalu menimbulkan konflik hingga puncak konflik dan terakhir penyelesaian konflik.
Intinya adalah, pada alur maju ditemukan jalan cerita yang runtut sesuai dengan tahapan-
tahapannya.
 Alur mundur. Di alur ini, penulis menggambarkan jalan cerita secara tidak urut. Bisa saja
penulis menceritakan konflik terlebih dahulu, setelah itu menengok kembali peristiwa yang
menjadi sebab konflik itu terjadi.

4. Setting (Latar)
Setting atau latar mengacu pada waktu, suasana, dan tempat terjadinya cerita tersebut. Latar akan
memberikan persepsi konkret pada sebuah cerita pendek. Ada 3 jenis latar dalam sebuah cerpen
yakni latar tempat, waktu dan suasana.
1) Latar Waktu: Latar waktu yaitu sebuah keterangan tentang kapan terjadinya peristiwa
yang dialami oleh para tokoh dalam cerpen. Latar waktu juga untuk menggambarkan
tentang kapan terjadinya cerita dalam cerpen tersebut. Contoh latar waktu misalnya siang,
malam, pagi, masa lalu atau menunjukkan pukul berapa.
2) Latar Tempat: Latar tempat merupakan keterangan tentang tempat-tempat dalam sebuah
cerpen. Dan semua tempat yang disinggahi atau disebutkan penulis dalam cerita dapat
disebut sebagai latar tempat. Contoh latar tempat, misalnya di rumah, di kamar, di
sekolah dan semua hal yang menunjukkan tempat.
3) Latar Suasana: Latar suasana merupakan keterangan tentang suasana yang
tergambarkan dalam sebuah cerpen. Latar suasana tergambarkan oleh perasaan para
tokoh atau bisa juga dengan skenario pengarang. Contoh latar suasana seperti senang,
sedih, romantis, haru dan lain sebagainya.

5. Sudut Pandang
Sudut pandang yaitu kedudukan seorang pengarang dalam sebuah cerita. Atau bisa juga disebut
dengan, cara pengarang menyampaikan cerita tersebut. Adapun sudut pandang sendiri dibagi
menjadi dua macam. langsung saja macam-macam sudut pandang sebagai berikut.
1) Sudut pandang orang pertama: Adalah cara seorang pengarang menyampaikan cerita
dengan menggunakan kata ganti aku. Maksudnya tokoh utama cerita tersebut adalah
pengarang itu sendiri. Dan biasanya sudut pandang ini banyak digunakan untuk
menceritakan pengalaman pribadi.
2) Sudut pandang orang ketiga: Adalah cara seorang pengarang menyampaikan cerita
dengan menggunakan kata ganti dia. Maksudnya tokoh utama dalam cerpen terrsebut
adalah tokoh fiktif yang dibuat oleh pengarang itu sendiri.
.

6. Gaya bahasa
Gaya bahasa merupakan ciri khas sang penulis dalam menyampaikan tulisannya kepada publik. Baik
itu penggunaan majasnya, diksi dan pemilihan kalimat yang tepat di dalam cerpennya.

7. Amanat
Amanat (Moral value) adalah pesan moral atau pelajaran yang dapat kita petik dari cerita pendek
tersebut. Di dalam suatu cerpen, moral biasanya tidak ditulis secara langsung, melainkan tersirat dan
akan bergantung sesuai pemahaman pembaca akan cerita pendek tersebut, jadi prmbacalah yang
akan menyimpulkan pesan yang terkandung dalam cerpen tersebut.

Anda mungkin juga menyukai