Anda di halaman 1dari 81

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Halaman Judul i

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Halaman Judul i


Nayla Amalliya

Mimpi
Kala itu..

Y A Y A S A N
FASTABIQUL KHAIRAT

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Halaman Judul i


Halaman Judul
Mimpi Kala Itu…..

Cetakan Pertama, November 2021


Viii, 75 hlm, 15 x 21 cm
ISBN : 978-623-94283-9-6

Penulis : Nayla Amalliya


Siswi Kelas 7 Khawarismi
Editor & Sampul : Rachmawati
Penata Letak : Rachmawati
Gambar : Lovepik.com

Diterbitkan pada tahun 2021 oleh Yayasan Fastabiqul


Khairat Samarinda

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Isi buku ini, menjadi tanggungjawab penulis, baik
sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit,
kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan
penulisan artikel atau karangan ilmiah.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Halaman Judul i


Sambutan

Puji syukur kehadirat Allah


SWT, akhirnya Nayla bisa
menyelesaikan penulisan buku
ini.

Kegiatan yang padat


sebelum pandemi, berubah
menjadi hari-hari tanpa kegiatan
di rumah. Jam sekolah yang tidak
seperti biasa, les yang terhenti
karena keterbatasan untuk
bertatap muka, akhirnya banyak
waktu luang di rumah. Melihat anak-anak muda yang
sudah berhasil di usia 20 tahunan, yang merintis cita-
citanya sejak dini akhirnya terucap pertanyaan pada
dua anak perempuan saya “Apa yang mau kalian
lakukan di masa depan nanti, harus kalian persiapkan
dari sekarang. Ayo, kalian mau apa? Jangan Cuma
diam di rumah tidak produktif. Ayo menghasilkan
sesuatu yang positif.” Dan akhirnya dari Nayla
mengatakan “Ma, Nay mau menulis cerpen”.

Saat Nayla masih kelas 6 di SD Fastabiqul


Khairat, dan karena keterbatasan kami tentang
literasi, akhirnya kami meminta bantuan Yanda Yono
salah satu guru di SD Fastabiqul Khairat untuk
membantu. Dengan bantuan beliau, beliau
mengatakan Nayla bisa, hanya masih perlu bimbingan
dalam teknik penulisan. Melalui beliau, kami di
kenalkan dengan Bunda Patmi salah satu kawan

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Sambutan ii


beliau untuk memberikan les menulis untuk Nayla.
Hingga akhirnya Nayla melanjutkan sekolah ke SMP
Fastabiqul Khairat. Melalui wali kelas 7 Al Khawarizmi,
Bapak Mahfud saya menceritakan tentang Nayla, dan
akhirnya di arahkan ke Bunda Rahma, hingga
akhirnya tercetus untuk membuat sebuah buku karya
tulisan Nayla. Melalui bantuan Yanda dan Bunda,
akhirnya buku ini bisa diselesaikan dan diterbitkan.

Semoga buku pertama ini adalah awal untuk


Nayla untuk terus berkarya membuat buku-buku
selanjutnya yang akan menjadi bahan bacaan yang
bermanfaat bagi banyak orang.

Terimakasih banyak kepada Yanda dan Bunda


yang sudah membantu Nayla hingga buku ini bisa
diterbitkan.

Siti Rahmah
Ibunda Nayla Amalliya

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Sambutan iii


Sekapur Sirih

Puji syukur kita panjatkan


kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunianya, sehingga buku
ini hadir kehadapan para pembacanya.
Buku ini merupakan salah satu bentuk
inovasi pembelajaran untuk memahami
secara mendalam tentang arti penting”
Literasi” .
LITERASI adalah satu kata yang
saat ini sedang familiar di telinga kita.
Meski terkadang orang masih tak
paham dengan konsep utuh literasi.
Literasi diartikan sebagai kemampuan membaca, menulis,
serta menangkap ide-ide dan gagasan-gagasan secara
visual. Untuk itu, budaya literasi harus terus digemakan
dan dibumikan di negeri tercinta Indonesia.
Tanpa literasi masyarakat kita akan terus tertinggal
dari negara-negara maju lainnya di dunia. Hanya dengan
budaya literasi, Indonesia kelak sanggup mengepakkan
sayap menjadi bangsa yang cerdas dan disegani oleh
dunia.
Semoga buku ini dapat menjadi langkah awal bagi
anak-anak menjadi generasi cerdas dan literat kelak
dikemudian hari. Salam harmoni.
Suparjono, M.Ed
Kepala Sekolah SMP Fastabiqul Khairat

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Sekapur Sirih iv


Pengantar Redaksi
Memotifasi dan mengajak anak berkecimpung dalam
dunia literasi bukanlah hal yang mudah. Pantang
menyerahlah yang akan membuahkan hasil. Dibantu
dukungan Luar biasa ibunda Nayla dan perpustakaan sekolah
bak gayung bersambut menjadi penyemangat penyusun
untuk mewujudkan buku ini hadir dihadapan pembacanya.
Berawal dari mencari informasi proses penerbitan buku
melalui wali kelas 7 Al-khawarizmi, hingga mendapatkan
kontak penyusun yang dilanjutkan dengan komunikasi via
Whatsapp.
Komunikasi pengiriman tulisan di tiap bab kami
lakukan melalui whatsapp, dimana setiap Nayla menuntaskan
1 bab maka bunda Naya akan mengirimkan ke redaksi untuk
diproses editing.
Bab perbab setiap minggu Nayla tuntaskan sehingga
perlahan tapi pasti terwujudlah buku dengan judul Mimpi Di
waktu itu yang merupakan judul pada salah satu bab yang
ada di dalam buku ini. Hadir di depan para pembacanya.
Tahapan pembuatan selanjutnya adalah tahap
editing, tulisan yang masuk, tata bahasanya di bakukan
berikut penulisan tanda baca pada buku ini. Hingga buku ini
bisa rampung di bulan kedua yaitu bulan oktober 2021.
Target terbit di bulan November 2021 Alhamdulillah dapat
terwujud.
Perlahan tapi pasti penyusun berharap semua anak
disekolah SMP Fatsabiqul Khairat memiliki kreatifitas menulis
yang tinggi. Karena bukan tak mungkin jika kelak salah satu
di antara mereka nantinya jadi penulis ternama di tanah air
bahkan ke mancanegara.” Semua pasti Bisa, karena dimana
ada kemauan disitu ada jalan”

Rachmawati
Penyusun/Editor

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Pengantar Redaksi v


DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................... i


Sambutan ........................................................... ii
Sekapur Sirih ................................................... iv
Pengantar Redaksi ............................................v
DAFTAR ISI ...................................................... vi

Pertemuanku dan Sahabatku ........................ 1


Kehidupan Fara ...............................................13
Sekolahku ..........................................................23
Mimpi Kala Itu .................................................34
Pesan dan Kesan Fara ....................................44
Kenangan Terindah ........................................53
Rahasia Fara.....................................................61
Profil Penulis ................................................... vii

Ditulis oleh Nayla Amalliya | DAFTAR ISI vi


Pertemuanku dan Sahabatku

Namaku Chayra Safiya. Aku biasa dipanggil


Safiya. Aku memiliki seorang sahabat bernama
Serena Faranisa dia bisa dipanggil Fara. Saat masih
TK aku hanya tinggal bertiga bersama kedua
orangtuaku. Orangtuaku setiap hari biasa bekerja
hingga malam. Hanya saja ibuku libur dihari minggu.

Saat aku kelas 1 SD aku bertemu dengan


seseorang. Dia berdiri di depan rumahku. Hari itu
adalah hari minggu. ibuku sedang dirumah dan
seperti sore-sore sebelumnya ibu selalu membaca
buku. Tanpa berpikir panjang aku langsung
menghampiri dan menyapa nya.

“Sedang apa kau disini?” Tanyaku padanya.

“Aku tidak memiliki tempat tinggal. Bolehkah


aku tinggal bersamamu?” Tanyanya. Aku sangat
senang dengan keinginannya.

“Tunggu disini sebentar ya.” Ucapku. Aku


berlari ke dalam rumah untuk menemui ibu.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Pertemuanku dan Sahabatku 1


“Ibu! Ada seorang anak di luar rumah Bu. Dia
tidak memiliki tempat tinggal. Dia bilang ingin
tinggal disini. Boleh tidak Bu?.” Tanyaku.

“Tentu saja. ajak dia masuk ke dalam ya.”


Ucap ibu. Aku langsung mengajak anak itu masuk ke
dalam rumahku. Saat aku menemui ibu bersama
anak itu ibu terlihat kebingungan. Ibu bertanya
dimana anak yang kumaksud. Padahal anak itu
berdiri di sampingku. Ibu bilang dia tidak
melihatnya, lalu terkekeh.

“Aku boleh bermain dengannya?” Tanyaku


pada ibu. Ibu hanya mengangguk. Ketika aku
berjalan menuju kamarku ibu langsung menyalakan
handphonenya. Sepertinya dia menelepon
seseorang. Sebelum bermain aku berkenalan
dengannya.

“Siapa namamu?” Tanyaku.

“Namaku Serena Faranisa. Kamu boleh


memanggilku Fara.” Ujarnya. Aku benar-benar
senang dengan kedatangannya dirumah ini. Aku jadi
memiliki teman bermain dan ngobrol. Keesokan
harinya aku mengajak Fara ke sekolah. tapi Fara
menolak ajakkanku. Dia bilang sekolah

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Pertemuanku dan Sahabatku 2


membutuhkan biaya yang besar. Sedangkan dia
tidak memiliki apapun.

Aku juga tidak bisa memaksakan keinginanku


padanya. Akhirnya aku memutuskan untuk
berangkat ke sekolah tanpanya. Tapi saat jam
pulang sekolah aku melihat Fara berdiri di dekat
jendela kelasku. Dia duduk di atas rak sepatu
kelasku. Sepertinya dia menungguku. Akupun
langsung menghampirinya.

“Kau menungguku disini ya?” Tanyaku. Tiba-


tiab semua pandangan tertuju padaku. Fara
mengangguk.

“Kenapa semua orang melihat ke arah kita?”


Tanyaku pada Fara.

“Sudahlah. Ayo pulang. Aku akan menyusulmu


nanti.” Ucap Fara.

“Lihatlah anak itu. sangat aneh. Kenapa dia


berbicara pada rak sepatu.” Orang-orang
mengatakan itu sambil berbisik pada teman nya
yang lain.

“Mungkin dia tidak memiliki teman.” Ucap


yang lainnya. Aku tidak mengerti apa yang mereka

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Pertemuanku dan Sahabatku 3


bicarakan. Aku mendengar semua yang mereka
katakan, tapi aku mengacuhkannya. Aku
menghampiri ibuku yang sudah menunggu. Saat aku
masuk ke mobil Fara melambaikan tangannya
padaku.

“Fara tidak ikut dengan kita ya bu?, Padahal


kita bisa pulang bersama.” Ucapku. Ibu hanya
menganggukkan kepalanya.

“Mungkin Fara tidak bisa naik mobil.” Ucap


ibu. Saat sampai di rumah aku masuk ke kamarku
dan mengeluarkan buku tugasku.

“Ibu akan pulang lebih cepat hari ini. Jangan


lupa kunci pintu ya.” Ucap ibu yang bersiap untuk
pergi bekerja lagi. Tak lama kemudian Fara kembali.

“Fara. Apakah kau bisa membantuku


mengerjakan tugas sekolahku?” Tanyaku. Fara
menganggukkan kepalanya. Ternyata Fara adalah
anak yang pintar. Dia bisa menjawab banyak
pertanyaan di tugasku. Saat jam 6 sore ada yang
memencet bel rumahku. Aku berjalan keluar untuk
membuka pintu. Karena kupikir itu adalah ibu.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Pertemuanku dan Sahabatku 4


“Jangan dibuka. Dia bukan Ibumu. Coba lihat
dari jendela.” Ucap Fara. Aku mengintip ke arah
jendela. Tapi aku melihat seorang pria yang
membawa tas dan duduk membelakangi pintu. Tas
yang dibawanya mirip dengan tas milik ayahku.

“Itu Ayah. Dia sepertinya pulang lebih awal.”


Ucapku.

“Jangan dibuka. Apa kau yakin itu Ayahmu.


Kau belum melihat wajahnya kan?” Ucap Fara lagi.

“Tidak apa-apa lihatlah tas itu. mirip sekali


dengan milik Ayahku.” Ucapku. aku membuka kunci
pintu. Orang itu membalikkan badannya. Ternyata
benar perkataan Fara. itu bukan Ayah. Itu adalah
orang asing. Aku langsung berlari ke dalam kamar
ibuku. cepat-cepat menelepon polisi. untungnya ibu
meninggalkan salah satu teleponnya.

“Cepat sembunyi disini.” Ucap Fara


menarikku masuk ke dalam lemari ibuku yang lebih
besar.

“Jika dia hanya merampok barang tidak apa-


apa. Tapi jangan sampai dia menyakiti kita!” Ucap
Fara lagi. aku menganggukkan kepalaku. Tak lama

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Pertemuanku dan Sahabatku 5


kemudian polisi datang. Para polisi bilang orang yang
kulihat tadi belum pernah mereka lihat sebelumnya.
Tak lama kemudian ibuku pulang.

“Ada apa ini?” Tanya ibu pada salah satu


polisi.

“Anak Ibu bilang dia melihat ada orang asing


yang ingin masuk ke dalam rumahnya. Dia pikir itu
Ayahnya. Jaga dia baik-baik ya Bu. Sekarang
banyak orang asing yang berbaur dengan kita.
Jangan tinggalkan dia sendiri di rumah. apalagi di
daerah yang sepi seperti ini.” Ucap pak polisi.

“Baiklah. Terimakasih Pak. Maaf sudah


merepotkan.” Ucap ibu.

“Kami akan memeriksa rumah ini sekali lagi.


untuk memastikan bahwa orang tadi sudah benar-
benar pergi.” Ucap pak polisi. Ibu mengangguk.

“Kau tidak apa-apa kan Safiya?” Tanya ibu.

“Iya Bu. Aku tidak apa-apa. Padahal tadi Fara


sudah melarangku untuk membukakan pintu tapi aku
tetap membukanya.” Ucapku.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Pertemuanku dan Sahabatku 6


“Begitu ya. Minta maaflah pada Fara. Katakan
terimakasih juga dia sudah membantumu bukan.
Sampaikan terimakasih pada Fara dari Ibu ya.”
Ucap ibu. Aku menoleh pada fara yang berdiri di
sampingku.

“Ibu sampaikan saja sendiri. Fara ada


disampingku.” Ucapku.

“Ibu tidak bisa menyampaikannya langsung.


Kau saja yang menyampaikannya ya.” Ucap ibu lagi.

“Eh? Baiklah Bu.” Ucapku. Malamnya aku


menceritakan hal yang tadi terjadi pada ayah. Saat
ingin tidur aku tidak lupa menyampaikan permintaan
ibu pada Fara.

“Ibu bilang terimakasih padamu. Aku juga


berterimakasih ya Fara.” Ucapku pada Fara. Fara
hanya tersenyum mendengarkan perkataanku.
Keesokan harinya aku kembali sekolah seperti
biasa. Hari ini Fara juga menungguku di sekolah.
sama seperti kemarin, orang-orang menjadikanku
sebagai bahan pembicaraan.

Aku tak pernah memberitahukan hal itu pada


ibuku. Karena mungkin mereka hanya salah paham

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Pertemuanku dan Sahabatku 7


tentangku. Hingga suatu hari ada seorang kakak
kelas yang memberitahu hal itu pada ibu. Kakak
kelas ini terkenal karena kenakalannya.

“Hei! Apa kau tau, minggu lalu anakmu


berbicara dengan rak sepatu di depan kelasnya?
Sangat aneh bukan? Apa sebaiknya anak ibu dibawa
ke psikolog?” Ucap kakak kelas itu.

“Aku tidak tahu hal itu terjadi tapi jika


kalian terus mengejeknya maka kalian akan tahu
balasannya.” Ucap ibuku lalu mengambil tanganku
dan mengajakku pulang. Sesampainya di rumah aku
menghampiri ibu.

“Bu maaf ya karena aku, Ibu malah diejek


juga.” Ucapku.

“Tidak apa-apa. Kau hanya berbicara pada


temanmu kan?” Tanya ibu.

“Iya. Waktu itu aku hanya mengobrol dengan


Fara. Tidak salah bukan?” Tanyaku.

“Tidak apa-apa. Jaga dirimu ya. Ibu ingin


membeli makan malam dulu.” Ucap ibu lalu pergi
keluar. Semenjak hari kedua kedatangan Fara ibu
mulai bekerja di rumah. Aku sangat senang karena

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Pertemuanku dan Sahabatku 8


ada ibu yang menemani. Tapi tetap saja aku hanya
bermain bersama Fara seharian.

Hari sabtu pagi ibu mengajakku pergi jalan-


jalan ke taman. Dia bilang kebetulan hari ini dia
libur. Aku langsung bersiap untuk pergi. Setelah
bersiap aku mencari Fara. Ternyata dia berada di
halaman belakang rumahku. Aku memanggilnya.

“Fara. Apa kau ingin ikut denganku ke


taman?” Tanyaku. Fara mengangguk. Sesampainya di
taman aku melihat banyak sekali orang disana.
Biasanya di hari sabtu pagi taman sangat sepi.
Mungkin karena hari ini banyak orang yang libur.
Fara berjalan menjauh dariku. Dia menghampiri
seorang laki-laki di dekat patung taman. Laki-laki
itu sedari tadi hanya duduk sendiri sambil melihat
sekitar.

“Ibu. Fara berbicara dengan siapa?” Tanyaku.

“Dimana Fara?” Tanya ibu.

“Di dekat patung tengah taman itu Bu.”


Ucapku sambil menunjuk ke patung taman. Ibuku
menyipitkan matanya.

“Tidak ada orang disana.” Ucap ibu.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Pertemuanku dan Sahabatku 9


“Ada Bu. Fara sedang berbicara dengan
seorang laki-laki disana.” Ucapku.

“Bagaimana ciri-ciri laki-laki tersebut?”


Tanya ibu.

“Dia lebih tinggi dibandingkan daripada Fara.


Tapi sepertinya usianya tidak terlalu jauh.
Sepertinya anak kelas 3 SMP. Dia terlihat sangat
ramah.” Jelasku.

“Oh begitu ya. Sebaiknya kita tunggu saja


dulu dia disini.” Ucap ibu.

“Ya, sepertinya ada yang mereka bicarakan.


Mereka pasti jarang sekali bertemu.” Ucapku. Tak
lama kemudian Fara kembali.

“Siapa dia?” Tanyaku padanya.

“Teman lamaku.” Ucap Fara.

“Oh begitu ya. Baiklah ayo kita kembali ke


rumah.” Ucapku. sebelum kembali ke rumah aku
berfoto bersama Fara. sesampainya dirumah aku
ingin melihat fotoku bersama Fara di taman tadi.

“Aduh, sepertinya tidak sengaja terhapus


dari handphone Ibu. Maaf ya, lain kali kita foto

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Pertemuanku dan Sahabatku 10


bersama lagi.” Ucap ibu. Aku mengangguk dan pergi
ke kamar. Aku baru ingat aku diberi tugas untuk
mengarang cerita. Aku memutuskan untuk
menceritakan pertemananku dengan Fara.

Aku sangat senang karena bisa memberitahu


guruku soal pertemananku dengan Fara. Saat aku
memperlihatkannya dengan fara dia bertanya.

“Siapa gurumu yang meminta untuk menulis


ini?” Tanya Fara.

“Kalau tidak salah namanya Bu Qonita. Dia


bisa dipanggil Bu Nita. Dia sangat baik.” Ucapku.

“Oh begitu ya.” Ucap Fara lalu


mengembalikan kertas yang kuberikan padanya.

“Memangnya ada apa? Apa ada yang ingin kau


sampaikan padanya?” Tanyaku.

“Tidak. Sampaikan padanya aku minta maaf.”


Ucap Fara.

“Kenapa kau meminta maaf?” Tanyaku.

“Tidak apa-apa kok. Lain kali akan


kuceritakan.” Ucap Fara.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Pertemuanku dan Sahabatku 11


“Baiklah. Akan kusampaikan nanti.” Ucapku.
hari senin saat pelajaran aku mengumpulkan tugas
menulisku pada bu Nita.

“Kau menulis tentang temanmu ya?” Tanya bu


Nita. Aku menanggukan kepala. Bu Nita membaca
hasil tulisanku. Setelah dia membacanya dia
tersenyum.

“Ceritamu bagus sekali. Nanti setelah pulang


sekolah Ibu ingin bicara denganmu. Silahkan duduk
kembali ya.” Ucap bu Nita.

“Oh ya Bu. Teman saya ini bilang dia minta


maaf pada Ibu. Apa ada masalah?” Ucapku.

“Eh? Iya, terimakasih. tidak apa-apa.” Ucap


bu Nita. Aku kembali duduk di tempatku. Saat
pulang sekolah aku menghampiri bu Nita.

“Tolong berikan surat ini pada Fara. Minta


dia untuk membalasnya. Nanti berikan lagi pada Ibu
ya. itu saja,” Ucap bu Nita.

“Baik Bu akan saya berikan pada Fara. saya


pulang dulu.” Ucapku lalu pergi keluar kelas.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Pertemuanku dan Sahabatku 12


Kehidupan Fara

Sudah sekitar 3 tahun aku tinggal bersama


Fara. Sekarang aku sudah kelas 4 SD, sebentar lagi
ujian kenaikan kelas. Keseharianku masih seperti
biasa. Menghabiskan waktu bersama Fara. Hari ini
adalah hari sabtu. Biasanya aku mengajak Fara
untuk jalan-jalan. tapi tidak untuk kali ini.

“Hari ini aku banyak tugas untuk persiapan


ujian. Jadi setelah aku ujian mungkin kita akan
jalan-jalan lagi.” Ucapku pada Fara.

“Tentu.” Ucap Fara. hari ini sedang hujan.


Ketika aku masuk ke semester dua kelas 4, ibu
mulai bekerja di kantornya lagi.

“Ibu perccaya kau bisa menjaga dirimu. Hati-


hati di rumah. nanti akan Ibu pesankan makanan
juga.” Ucap ibu setiap sebelum dia pergi ke
kantornya. Tapi semenjak ibu kembali bekerja di
kantornya aku juga mulai belajar memasak. Agar ibu
tidak perlu membeli makanan setiap hari.

Aku selalu membantu ibu ketika menyiapkan


makan malam. Jadi aku sedikit mengerti caranya

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Kehidupan Fara 13


memasak. Setiap aku memasak Fara selalu
memperhatikanku. Aku sempat bertanya padanya.
Dia bilang dulu dia juga sering memasak bersama
ibunya. Setelah mendengar itu aku memutuskan
untuk memberikan alat masak pada Fara. tapi Fara
menolaknya.

Dihari sabtu ini aku ingin menyelesaikan


semua tugasku. Agar aku bisa santai nantinya. Aku
juga meminta bantuan Fara untuk membantuku
menjawab tugasku. Fara lebih pintar dari yang
kupikirkan. Mungkin karena dia sering menungguku
di depan kelas. jadi dia juga mendengarkan
pembahasan guru di kelas.

Sore harinya akhirnya aku menyelesaikan


semua tugasku. Aku berjalan pergi ke dapur. Disana
ada beberapa makanan sisa sarapan tadi pagi.
Karena sudah sore tidak perlu masak. Karena aku
akan masak lagi nanti malam. Aku memutuskan
untuk pergi keluar rumah. Ternyata di hari itu ada
beberapa orang yang pindah ke daerah rumahku.
Aku keluar untuk menghampiri mereka.

“Kau baru saja pindah kesini?” Tanyaku.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Kehidupan Fara 14


“Iya. Kau tinggal di sini juga ya? Salam kenal
aku Masumi Akiko aku bisa dipanggil Sumi. Aku
pindah dari luar negri. Nanti kita ngobrol lagi ya.
Aku ingin merapikan barangku dulu.” Ujarnya.

“Iya. Rumahku ada di seberang rumahmu.”


Ucapku.

“Wah ternyata dekat. Baiklah aku masuk dulu


ya.” Ucap Sumi. Aku kembali masuk ke rumahku.
Saat aku masuk kembali ke rumah Fara bertanya
padaku.

“Siapa dia? Tetangga baru?” Tanya Fara.

“Iya. Dia baru saja pindah.” Ucapku.

“Siapa namanya?” Tanya Fara lagi.

“Masumi Akiko. Dia pindah dari luar negri.”


Ucapku. Keesokan harinya aku duduk di depan
rumah untuk beristirahat. Beberapa hari sebelum
ujian aku selalu tidak bisa tenang. Tak lama
kemudian Sumi keluar dari rumahnya. Dia
melambaikan tangannya padaku.

“Hai. Ada yang ingin kutanyakan.” Ucap Sumi.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Kehidupan Fara 15


“Sekolah yang bagus di sini ada dimana ya?”
Tanya Sum.

“Kelas berapa?” Tanyaku.

“Kelas 2 SMP.” Ujarnya. Ternyata usianya


sangat jauh dariku.

“Kau lebih tua dariku ya. Kalau tidak salah di


dekat sekolahku ada satu SMP bagus. Mau lihat
kesana dulu?” Tanyaku.

“Boleh saja.” Ucap Sumi.

“Oh ya. kau kelas berapa?” Tanya Sumi lagi.

“Aku kelas 4 SD. Harusnya aku panggil kau


menggunakan „Kak‟ bukan?” Tanyaku.

“Panggil saja aku sesukamu. Tidak masalah.”


Ucap kak Sumi.

“Baiklah. Aku izin ke Ibu ku dulu ya. tunggu


sebentar.” Ucapku. aku cepat-cepat masuk ke
dalam dan menghampiri ibu. Ibu sepertinya sedang
banyak kerjaan.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Kehidupan Fara 16


“Ibu, ada tetangga baru kita yang ingin
mencari sekolah. Aku ingin mengajaknya keliling
SMP di dekat sekolahku boleh kan Bu?” Tanyaku.

“Tentu saja. Hati-hati ya,” Ucapku.

“Fara kau ingin ikut?” Tanyaku. fara


mengangguk. Aku segera kembali keluar.

“Ibu bilang boleh. Ayo kita pergi.” Ucapku.

“Baiklah, aku ambil tas ku dulu.” Ucap kak


Sumi. Setelah itu kami berjalan ke sekolah. Selama
di perjalanan kak Sumi terus melihat ke sampingku.

“Shafiya. Kau punya sahabat baik ya?” Tanya


kak Sumi.

“Iya. Dia Fara,” Ucapku.

“Tapi entah kenapa oranglain yang biasanya


mengobrol denganku tidak ingin mengobrol dengan
Fara. padahal Fara sangat baik. Dia bahkan
membantuku mengerjakan tugas-tugasku.” Jelasku.

“Nanti kau pasti tau alasannya. Tapi tidak


sekarang.” Ucap kak Sumi.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Kehidupan Fara 17


“Eh?” Aku kebingungan dengan apa yang
dikatakan kak Sumi. dua bulan berlalu dengan cepat.
Selama itu juga aku selalu pergi jalan-jalan bersama
kak Sumi dan Fara. suatu hari dimana aku sudah
kelas 5 SD. Biasanya kak Sumi mengajakku pergi ke
taman, mall, ataupun ke rumah temannya. Tapi kali
ini dia mengajakku ke rumahnya. Ini adalah pertama
kalinya aku menginjakkan kaki di rumah kak Sumi.

“Ada apa Kak? Biasanya Kakak ingin


mengajakku jalan-jalan keluar.” Ucapku.

“Ada yang ingin Kakak beritahu. Tapi kamu


harus berjanji jangan terkejut. Bagaimanapun itu.
kau janji?” Tanya kak Sumi.

“Itu tergantung dengan apa yang Kakak


beritahukan. Aku tidak bisa janji.” Ucapku.

“Baiklah kalau begitu usahakan untuk tidak


terkejut ya.” Ucap kak Sumi. hari ini Fara tidak
ikut denganku. Dia bilang ingin bertemu dengan
teman lamanya.

“Kakak sudah rekam apa yang ingin Kakak


sampaikan. Jika kau ingin bertanya tanyakan ketika

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Kehidupan Fara 18


rekaman Kakak sudah selesai ya.” Ucap kak Sumi.
aku mengangguk.

Dulu saat kak Sumi duduk di kelas 6 SD dia


memiliki sahabat. Dia sangat baik. Suatu hari
sahabatnya itu bertemu dengan seorang laki-laki.
Itu adalah teman dekatnya dari kecil. Mereka
sudah seperti saudara. Tapi orangtua anak laki-laki
itu meninggal. Akhirnya orangtua sahabat kak Sumi
mengadopsinya. Mereka akhirnya menjadi saudara.

Kami bertiga bersahabat baik. kami selalu


berangkatsekolah dan pulang sekolah bersama. aku
sangat senang karena bisa bersahabat dengan
mereka. Sangat jarang sekali aku menemukan orang
seperti mereka. kami bersahabat sekitar 3 bulan.
Tapi tiba-tiba aku mendapat kabar bahwa mereka
kecelakaan. Waktu itu mereka dalam perjalanan ke
kota dimana aku tinggal.

Sahabat kak Sumi yang perempuan sedikit


pendek. lalu yang laki-laki lebih tinggi dari kak
Sumi. Perbedaan tinggi mereka sangat jauh. Hanya
satu orang yang selamat dari kecelakaan itu. satu
penumpang di tempat duduk paling belakang. Dia
adalah pembantu keluarga sahabat kak Sumi.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Kehidupan Fara 19


diketahui dia sekarang bekerja sebagai guru
disebuah sekolah.

Nama dari sahabat kak sumi yang laki-laki


adalah Aito Kenzo. Dia bisa dipanggil Ken. Ken
menggunakan kacamata dan suka mengenakan jaket.
Sedangkan yang perempuan namanya Serena
Faranisa. Dia bisa dipanggil Ren. Yang kak Sumi
ketahui hanya nama sahabat kak Sumi dan juga
pembantunya.

Nama pembantunya itu adalah Qonita. Dia


bisa dipanggil bu Nita. Dia sangat baik dan ramah.
Dia juga mudah bergaul dengan banyak orang.
apalagi dengan para anak-anak. Maka dari itu
orangtua Ken dan Ren menerima bu Nita sebagai
pembantu di rumahnya.

“Ada yang ingin kau tanyakan?” Tanya kak


Sumi.

“Ada Kak.” Ucapku.

“Baiklah. Kakak akan coba untuk


menjawabnya.” Ucap kak Sumi.

“Apakah Ren yang Kak Sumi maksud itu


Fara?” Tanyaku.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Kehidupan Fara 20


“Apakah saat kau bertemu pertama kali
dengannya dia mengenalkan dirinya?” Tanya kak
Sumi. aku mengangguk.

“Ya. kalau tidak salah namanya Serena


Faranisa. Dia bilang dia bisa dipanggil Fara.”
Ucapku.

“Ya. dia adalah Fara. dari awal kau


mengenalkannya padaku aku sudah mendunganya.”
Ucap kak Sumi.

“Oh ya. waktu itu aku juga bertemu dengan


seorang laki-laki yang Fara bilang dia adalah
sahabat Fara.” Ucapku. aku langsung mengajak kak
Sumi untuk menemui Fara. ternyata benar, Fara
sedang bersama Ken yang dulu bersahabat dengan
kak Sumi.

“Ren, Ken. Lama tidak bertemu,” Ucap kak


Sumi. fara tersenyum pada kak Sumi.

“Hisashiburi Aki, (lama tidak bertemu Aki).”


Ucap kak Ken.

“Aki? Siapa itu?” Tanyaku.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Kehidupan Fara 21


“Aki adalah panggilanku ketika aku belum
pindah kesini. Kami dulu tinggal di Jepang bersama.”
Ucap kak Sumi.

“Fara, kenapa kau tidak memberitahuku


bahwa kau sudah tiada. Orang-orang menganggapku
aneh karena berbicara denganmu yang tidak bisa
mereka lihat.” Ucapku.

“Maaf ya.” Ucap Fara.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Kehidupan Fara 22


Sekolahku

Suatu hari saat aku ingin pergi ke sekolah


aku bertemu dengan kak Sumi di depan rumah.
semenjak kak Sumi menceritakan soal Fara, Fara
tidak lagi tinggal bersamaku. Sekarang dia tinggal
bersama kak Sumi.

“Hai. Sepertinya Fara merasa bersalah. Dari


kemarin dia tidak ingin keluar rumah.” Ucap kak
Sumi.

“Oh begitu ya.” Ucapku.

“Oh ya. ada yang ingin kutanyakan.” Ucapku


lagi.

“Ada apa?” Tanya kak Sumi.

“Kenapa Fara bisa datang kesini?” Tanyaku.

“Kakak juga tidak tahu pasti. Nanti akan


Kakak tanyakan pada Fara. hati-hati di jalan ke
sekolah ya.” Ucap kak Sumi.

“Iya Kak.” Ucapku. sesampainya di sekolah


aku melihat banyak sekali murid yang berdiri di
lapangan. Awalnya aku tidak terlalu peduli. Aku

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Sekolahku 23


langsung masuk ke kelas dan meletakkan tasku. Tapi
sekitar 10 menit semua murid langsung berlarian
masuk ke kelas. padahal jam pelajaran akan dimulai
15 menit lagi.

Aku melihat ke arah ketua kelas. Biasanya


dia sangat ceria. Entah kenapa sekarang wajahnya
sedikit ketakutan. Aku langsung bertanya pada
seorang anak yang duduk di belakangku. Dia
sepertinya sedikit ketakutan juga.

“Ada apa?” Tanyaku. dia menggelengkan


kepalanya. aku mengintip keluar kelas melewati kaca
di pintu. Semua pintu kelas tertutup. Begitu juga
dengan kelas kami. aku sangat kebingungan apa yang
sebenarnya terjadi. aku bangkit dari tempat
dudukku lalu berjalan mendekati pintu.

Biasanya anak-anak nakal di kelasku akan


mengejekku ketika aku melewati mereka. tapi tidak
untuk kali ini. aku benar-benar heran. Apa yang
sebenarnya terjadi di luar sana. Aku berjalan
menghampiri ketua kelas yang berdiri di depan
papan tulis.

“Sebenarnya ada apa ini?” Tanyaku.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Sekolahku 24


“Kau lihat saja sendiri keluar sana.” Ucap
ketua kelas. Aku berjalan keluar kelas. Di luar aku
tidak melihat apapun. Aku melihat ke dalam kelas
lain. mereka sepertinya sangat terkejut.

“Tidak ada apa-apa.” Ucapku dari luar kelas.

“Coba kau lihat keluar.” Ucap ketua kelas. aku


berjalan keluar sekolah. Aku melihat disana ada
seorang anak berdiri di tengah lapangan. Dia
menundukkan kepalanya. Aku berjalan
menghampirinya.

“Ada apa? Kau tidak masuk ke kelas? apakah


kau anak baru?” Tanyaku. dia mengangkat
kepalanya. Dia kelihatan sedih. Aku mengajaknya
duduk di kursi pinggir lapangan. Dia mengikutiku.

“Kau sepertinya sedih. Apa kau sedang ada


masalah?” Tanyaku. dia menganggukkan kepalanya.

“Ceritakan saja.” Ucapku. aku menunggunya


untuk menceritakan masalahnya padaku. tapi dia
tidak berbicara sama sekali.

“Apa kau tidak bisa berbicara?” Tanyaku. dia


menggelengkan kepalanya.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Sekolahku 25


“Lalu ada apa?” Tanyaku.

“Dulu aku pernah dibully oleh teman


sekelasku. Saat sekolah dulu aku adalah anak yang
sangat aktif. Apalagi di kelas bahasa. Aku termasuk
anak yang sedikit cerewet.” Ujarnya.

“Lalu?” Tanyaku.

“Banyak guru yang senang dengan itu.


mungkin teman-temanku tidak menyukai hal itu.
Karena itulah mereka mem-bullyku. Sekolah ini
sudah berdiri sekitar 15 tahun. Dulu SD ini juga
digabung dengan SMP. Aku terakhir bersekolah
disini hingga kelas 1 SMP.

“Kenapa hanya hingga 1 SMP? Kau


dikeluarkan dari sekolah? apa itu karena tuduhan?”
Tanyaku. dia menggelengkan kepalanya.

“Suatu hari sekolah mengadakan acara ulang


tahun sekolah yang ke 12. Aku dan murid
berprestasi lainnya diperintahkan untuk mengisi
acara itu. Tapi saat pagi hari sekolah mendapat
informasi dari orang tua murid bahwa mereka
menghilang entah kemana. Aku datang lebih pagi

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Sekolahku 26


hari itu. tapi itu tidak ada hubungannya dengan
hilangnya murid-murid di sekolah.” Ujarnya.

“Kemana mereka menghilang?” Tanyaku.

“Kami tidak tahu. Beberapa anak lainnya yang


berada di peringkat bawah mungkin mengetahui
penyebab hilangnya mereka. ada yang bilang bahwa
mereka pergi dari kota karena tidak ingin tampil.
Tapi menurutku itu tidak mungkin. Karena banyak
sekali murid yang sangat ingin ikut mengisi acara
sekolah.” Lanjutnya.

“Akhirnya yang mengisi acara ada anak yang


tersisa, dan juga anak peringkat bawah. Beberapa
hari setelah acara itu diadakan lomba oleh sekolah.
aku mencoba untuk mengikuti lomba tersebut.
murid yang mem-bullyku juga ikut serta dalam
lomba itu.” Ujarnya lagi.

“Lalu? Apakah kau memenangkannya?”


Tanyaku.

“Ya, aku memenangkannya. Para anak yang


mem-bullyku itu tidak menerima kemenanganku.
Lalu, beberapa hari setelah aku memenangkan
lomba itu dikabarkan lagi ada anak yang menghilang.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Sekolahku 27


Padahal anak yang menghilang sebelumnya sudah
ditemukan. Tapi kali ini hanya satu anak yang
menghilang.” Ujarnya.

“Siapa dia?” Tanyaku.

“Aku akan memberitahumu nanti. atau kau


juga bisa mencari tahunya sendiri.” Aku
kebingungan kenapa dia tidak ingin memberitahu
siapa orang itu.

“Saat anak-anak yang hilang ditemukan


ternyata mereka sudah tiada. Butuh waktu 2
minggu untuk menemukan 6 anak. Tapi untuk anak
yang terakhir menghilang hingga sekarang belum
ditemukan.” Ujarnya.

“Begitu ya. Oh ya, siapa namamu?” Tanyaku.

“Namaku Evelina. Kau bisa memanggilku Evel.”


Ujarnya.

“Aku Safiya. Salam kenal ya.” Ucapku.

“Oh ya. apa kau memiliki tempat yang paling


kau suka dan paling kau benci?” Tanyaku.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Sekolahku 28


“Ada, pertama yang kusuka adalah sekolah
ini. Lalu tempat yang paling kubenci adalah sungai.”
Ucap Evel.

“Kenapa kau membenci sungai. Bukankah


sungai itu adalah tempat yang sangat indah. Aku
pernah pergi ke sebuah sungai. Sungai itu sangat
indah. Sangat bersih.” Ucapku. evel terdiam
sejenak.

“Oh, aku sudah harus pergi. Nanti akan


kuceritakan lagi. Dah,” Ucap Evel. Dia melambaikan
tangannya padaku sambil pergi dari sekolah. saat
aku kembali ke kelas guru sudah datang dan semua
murid sudah duduk di tempatnya masing-masing.
Aku cepat-cepat duduk di kursi ku. ketika jam
istirahat aku keluar sekolah. berharap bertemu
dengan Evel lagi.

Aku dengan santai keluar kelas. Tapi aku


sedikit kebingungan. Biasanya semua teman-
temanku akan keluar kelas ketika jam istirahat.
Tapi kali ini tidak. Mungkin mereka sekali-sekali
ingin menghabiskan waktu di dalam kelas. Ketika
aku ingin keluar sekolah ada seorang guru yang

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Sekolahku 29


memanggilku dari kejauhan. Ternyata itu adalah bu
Odellia. dia melambaikan tangan padaku.

“Ada apa ya Bu?” Tanyaku sambil berjalan


menghampiri bu Odellia.

“Kau ingin keluar kan? Bisa tolong pergi ke


kantin untuk memberikan ini pada panjaga kantin
tidak?” Tanya bu Odellia.

“Bisa Bu.” Ucapku.

“Terimakasih banyak ya Safiya.” Ucap bu


Odellia. aku pergi keluar sekolah dan pergi ke
kantin. Biasanya kantin sangat ramai. Tapi hari ini
hanya ada beberapa murid yang ada. Kebanyakan
adalah anak kelas 2 dan kelas 3. Aku menghampiri
penjaga kantin dan memberikan kantung yang
dititipkan oleh bu Odellia.

“Ini ada titipan dari bu Odellia.” Ucapku.

“Terimakasih ya.” Ujarnya. Aku segera pergi


ke dekat lapangan sekolah. Di sana benar-benar
tenang. Biasanya banyak suara ribut murid lain. hari
ini cuaca sedikit sejuk. Padahal hari-hari
sebelumnya cuaca sangat panas. Sekitar 20 menit

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Sekolahku 30


kemudian aku mendengar suara bel untuk pelajaran
selanjutnya. Aku cepat-cepat kembali ke kelas.

Saat jam pulang sekolah aku bertemu dengan


Evel lagi. Sebagian besar murid sudah pulang. Aku
sedikit telat pulang karena piket kelas.

“Hai.” Ucapku.

“Oh ya. Mungkin aku akan memberitahu


lanjutan kisahku sekarang.” Ucap Evel.

“Benarkah? baiklah,” Ucapku. aku duduk di


kursi yang ada di dekat sana.

“Aku menulisnya. Kau bisa membacanyakan?”


Tanya Evel sambil memberikan sebuah kertas yang
ia lipat. Aku mengangguk dan mengambil kertas itu.
di kertas itu ada nama Evelina.

Anak hilang yang diceritakan Evel


sebvelumnya belum ditemukan hingga tahun
kemarin. Anak kelas 1 SMP itu ditemukan disebuah
sungai yang indah. Dulunya anak itu pernah berkata
jika dia sangat menyukai sungai. Setelah para anak
yang mem-bullynya itu mengetahui itu. mereka
mengajak anak ini pergi ke sungai tersebut.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Sekolahku 31


Mereka pergi ke sungai itu bukan hanya
untuk berwisata. Anak hilang ini diketahui tidak
bisa berenang. Sungai itu sangatlah dalam. Para
pem-bully itu mendorong anak ini hingga terjatuh
ke sungai tersebut. Tapi ternyata anak itu memiliki
surat di meja belajarnya.

Di surat itu dia menuliskan bahwa dia


menyukai semua tempat indah. Tapi semua tempat
indah itu akan menjadi tidak indah lagi. ketika dia
mengetahui bahwa ada korban di tempat itu. Di
mata oranglain tempat itu terlihat indah. Tapi
dimatanya itu sangat menyeramkan dan kotor.

Lalu, di ujung kertas yang diberikan Evel ada


sebuah tanggal.

“Tanggal apa ini?” Tanyaku pada Evel.

“Itu tanggal cerita di kertas itu dibuat.”


Ucap Evel. Di kertas itu tertulis 29/4/2027. Yaitu,
tanggal dua puluh Sembilan bulan april tahun 2027.
Itu tepat ditulis tahun lalu. Lama-lama aku
mengerti. Ternyata yang dimaksud „anak‟ ini di
cerita itu adalah Evel. Itu artinya Evel adalah
makhluk yang sama seperti Fara.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Sekolahku 32


“Siapa yang menuliskan surat ini?” Tanyaku.

“Tentu saja aku.” Ucap Evel.

“Apa kau yakin? Aku yakin bukan kau yang


membuat cerita ini?” Tanyaku.

“Kakakku yang menuliskan itu. Hanya dia yang


mengetahui jalan hidupku. Bisakah kau pergi ke
alamat ini untuk menemui Kakakku? Katakan
padanya bahwa aku sudah tenang dan bahagia.
Kulihat selama ini dia masih sangat sedih.” Ucap
Evel.

“Tentu saja. Aku akan melakukan apapun itu.”


Ucapku. Hari minggu aku pergi ke alamat yang
dibarikan oleh Evel. Aku menemui kakak Evel. Aku
menyampaikan semua yang disampaikan Evel padaku.
kakaknya terlihat sedih. Tapi dia msih bisa
tersenyum. Setelah itu Evel tidak pernah kembali
lagi.

Semua teman-temanku di sekolah jugha


sudah kembali seperti biasa. Aku baru mengetahui
cerita tentang sekolahku. Walaupun aku sudah
bersekolah di sini selama 4 tahun. Ternyata Evel
selama 4 tahun ini juga memperhatikanku.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Sekolahku 33


Mimpi Kala Itu

Safiya mimpi pergi ke masa depan dimana dia ama


Fara ama Ken bakal pisah. Fara ama Ken udah bakal
balek ke alam バカ (alam baka maksudnya).

Eiiiiiiiiiiitss. Belum selesai. Terus lanjut…..

Saat Shafiyah terbangun. Disampingnya


Fara sedang berdiri sedangkan Ken dan kak Sumi
duduk di dekat ranjang. “Shafiyah, Ken dan Fara
mau ngucapin perpisahan padamu.” . aku mengangguk
dan sudah pasti sedih tentunya.

Sudah sekitar tiga minggu aku tidak bertemu


Fara. Hari sabtu pagi aku bersiap untuk pergi ke
sekolah. Hari ini ada kegiatan klub petualang.
Ternyata hari itu Fara ikut dengan kak Sumi.

“Kak Sumi ingin pergi kemana?” Tanyaku.

“Hari ini teman Kakak mengajar di klub


petualang di sebuah sekolah. Kakak juga diminta
untuk membantu.” Ucap kak Sumi.

“Oh begitu ya. Hari ini aku juga ada kegiatan


di sekolah.” Ucapku.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Mimpi Kala Itu 34


“Baiklah aku duluan ya.” Ucap kak Sumi lalu
pergi meninggalkanku. Ini adalah pertama kalinya
klub ini dimulai. Lalu di hari pertama ini kami
mengadakan kemah di lapangan sekolah. Aku
memastikan semua barang yang kubutuhkan sudah
ada di tas. Setelah itu aku berjalan menuju sekolah.

Mulai sekarang aku tidak pernah diantar oleh


ibu. Karena ibu juga harus pergi kerja lebih pagi.
lagipula aku bisa menjaga diri. sesampainya di depan
gerbang sekolah aku melihat kak Sumi dengan Fara
di lapangan.

“Eh? Ternyata ini teman Kak Sumi?” Tanyaku.

“Safiya sedang apa disini?” Tanya kak Sumi.

“Melakukan kegiatan klub. Kakak lupa kalau


ini sekolahku?” Tanyaku.

“Ya, aku memang orang yang pelupa.” Ucap


kak Sumi.

“Kami sudah menyiapkan tenda untuk kalian.


Nanti kalian akan dibagi beberapa kelompok. Satu
kelompok minimal 4 orang dan maksimal 6 orang.
sekarang kalian bisa pilih sendiri siapa yang akan
sekelompok dengan kalian.” Ucap pemandu.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Mimpi Kala Itu 35


Namanya Anara, dia bisa dipanggil Nara. Semuanya
sudah memilih kelompoknya masing-masing. Tapi aku
belum tahu siapa yang ingin sekelompok denganku.

“Safiya siapa kelompokmu?” Tanya kak Sumi.

“Yah… Tidak tahu. Aku belum mendapat


kelompok.” Ucapku. Aku melihat ke setiap
kelompok. Semua kelompok sudah diisi dengan 6
orang.

“Semua kelompok sudah penuh. bagaimana?”


Tanyaku.

“Tunggu sebentar ya.” Ucap kak Sumi lalu


pergi menghampiri kak Nara. Aku berjalan
menghampiri mereka berdua.

“Kelompok ini hanya untuk sementara. Karena


ada murid yang belum bisa hadir hari ini. Jadi kau
mau di tenda sendiri atau bersama kami?” Tanya
kak Nara.

“Aku sendiri saja juga tidak apa-apa kok.”


Ucapku.

“Baiklah. Sumi ambilkan tenda di gudang.


Nanti aku yang akan merakitnya.” Ucap kak Nara.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Mimpi Kala Itu 36


Setelah semua tenda siap kami memasukkan tas
kami ke dalam tenda. Hari sudah siang. Aku pergi ke
tengah lapangan untuk menemui kak Sumi dan kak
Nara. Kupikir tadi Fara bersama dengan kak Sumi.
ternyata dia berada di dalam tenda.

“Kak. Apa Kakak pernah mimpi buruk?”


Tanyaku.

“Aku cukup sering. Sekarang aku sudah akan


lulus kelas 3 SMA. mimpi yang sering kudapatkan
adalah ketika aku pergi bersama teman-teman dan
mereka ingin meminjam uangku.” Ucap kak Nara.

“Hahaha! Ya, mungkin itu bisa dibilang mimpi


buruk sih.” Ucap kak Sumi.

“Bagaimana dengan kak Sumi?” Tanyaku.

“Kakak pernah mimpi buruk. Di mimpi itu aku


baru masuk SD. Aku bermimpi bahwa aku di-bully.
Tapi ternyata tidak.” Ucap kak Sumi.

“Kau terlalu khawatir dengan masa depan.


Jangan pernah ragu dengan kemampuanmu dong!”
Ucap kak Nara.

“Iya deh iya!” Seru kak Sumi.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Mimpi Kala Itu 37


“Lalu? Apa kau pernah mimpi buruk?” Tanya
kak Nara padaku.

“Untuk sekarang tidak pernah.” Ucapku.

“Asyik ya anak kecil. Tidak perlu memikirkan


masalah hidup mereka.” Ucap kak Nara.

“Jangan bilang begitu dong! Belum tentu


semua anak seperti itu kan?” Ucap kak Sumi. aku
hanya bisa terkekeh melihat mereka berdua.
Malamnya aku membantu kak Sumi dan kak Nara
untuk menyiapkan makan malam. Waktu itu aku lupa
meemberitahu ibu soal ekskul ini. dia datang ke
sekolah dengan keadaan panik.

“Maaf Bu aku tidak bilang aku ikut ekskul.


Tadi pagi Ibu buru-buru sekali sih.” Ucapku.
Setelah makan malam aku mengobrol bersama kak
Sumi dan kak Nara. Ketika sudah waktunya tidur
aku masuk ke tendaku. Ini bukan pertama kalinya
aku tidur sendiri. tapi saat aku ingin tidur aku
mendengar suara yang lain masih mengobrol di
tendanya.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Mimpi Kala Itu 38


Aku tidak peduli apapun yang mereka
bicarakan. Jika mereka membicarakanku aku harus
apa. tidak mungkin juga aku menegur mereka.

“Apa nanti saat aku sudah besar seperti Kak


Sumi dan Kak Nara aku juga akan mendapat mimpi
buruk ya?” Tanyaku dalam hati.

“Sudahlah. Itu tidak perlu dipikirkan.”


Gumamku. Aku mencoba untuk tidur. Tapi tidak
bisa. tak lama kemudian ada yang memanggil namaku
dari luar. Aku membuka tendaku. Ternyata itu
adalah Fara.

“Ada apa? kau tidak dicari oleh Kak Sumi?”


Tanyaku.

“Ssttt, kau tidak perlu mengeluarkan suara


jika ingin membicara denganku. kau cukup bicara
dalam hati saja. aku akan mengetahui apa yang kau
bicarakan. Aku sudah izin dengan Kak Sumi kok.”
Ucap Fara.

“Masuklah.” Ucapku berbisik.

“Kau tidak perlu berbisik juga kok.” Ucap


Fara lagi.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Mimpi Kala Itu 39


“Aku tidak terbiasa.” Ucapku pelan. Aku
mengobrol dengan Fara. Dia menceritakan banyak
hal tentang dirinya yang belum kuketahui. Sekitar
setengah jam aku mengobrol dengan Fara. akhirnya
aku merasa mengantuk.

“Aku kembali ke tempat Kak Sumi dulu ya.


tidurlah, besok kau harus bangun pagi.” Ucap Fara.
Aku mengangguk dan tersenyum padanya. awalnya
kupikir aku akan mimpi indah setelah mengobrol
dengan Fara. tapi ternyata malam itu aku mendapat
mimpi buruk. Jam 5 pagi aku menyadari kak Sumi
dan kak Nara sudah terbangun dan sedang
merapikan barang di luar.

“Kak Sumi aku ingin bicara dengan Kakak


bisa?” Tanyaku.

“Tentu saja. kau tunggu disini Nara.” Ucap


kak Sumi. aku mengajaknya untuk pergi ke dalam
tendaku.

“Tadi malam Kakak mimpi indah ya?” Tanyaku.

“Aku tidak memimpikan apapun tadi malam.”


Ucap kak Sumi.

“Aku mendapat mimpi buruk.” Ucapku.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Mimpi Kala Itu 40


“Eh? Benarkah? Apa kau ingin
menceritakannya pada Kakak?” Tanya kak Sumi. aku
menganggukkan kepalaku. Murid yang lain masih
belum terbangun.

Di mimpi tadi malam menceritakan ketika aku


naik ke kelas 5 SD. Aku sangat senang karena saat
itu banyak murid dulu yang pindah. Lalu digantikan
oleh murid baru yang sangat ramah dan baik.
Setengah dari mereka berasal dari luar negri. Tapi
mereka sudah lama sekali tinggal di Indonesia.

Di hari itu Fara masih tinggal dengan kak


Sumi. Tapi dia setiap hari selalu datang ke rumahku.
Fara juga sering membantuku melakukan hal yang
tidak kumengerti. Akan tetapi di suatu hari saat
aku ingin pergi ke sekolah Fara ikut denganku.
Semenjak aku kelas 3 Fara tidak pernah
mengantarku ke sekolah. tapi hari ini dia
menemaniku pergi ke sekolah.

Fara juga menungguku di sekolah. Aku tidak


tahu apa yang terjadi pada dirinya. Begitu juga
dengan hari berikutnya. Tapi di hari kedua tidak
menungguku. Saat aku sampai di rumah kak Sumi
sudah menungguku di dalam rumah. kak Sumi

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Mimpi Kala Itu 41


mengajakku untuk pergi ke rumahnya. Di rumah kak
Sumi ada kak Ken dan Fara. Kak Ken dan Fara juga
mengatakan sesuatu.

Mereka bilang bahwa mereka akan kembali ke


alam mereka.

“Waktu itu aku menghampirimu karena


melihatmu kesepian. Aku tidak menyangka kau akan
mengajakku tinggal di rumahmu. Sekarang kau
sudah memiliki banyak teman baru. berbaurlah
dengan mereka.” Ucap Fara.

“Mata au made Aki-Chan (Aki, sampai


bertemu lagi).” Ucap kak Ken pada kak Sumi.

“Mata ne, (Sampai bertemu lagi),” Ucap kak


Sumi.

“Begitulah mimpiku.” Ucapku setelah


menjelaskan bagaimana mimpiku.

“Itu hanya mimpi kan?” tanya kak Sumi.

“Bagaimana jika itu menjadi nyata. Aku


sedikit keberatan berpisah dengan Fara. Kak Sumi
juga tidak ingin berpisah dengan teman-teman
Kakak kan?” tanyaku.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Mimpi Kala Itu 42


“Kakak sudah lama sekali berpisah dengan
mereka. Jadi jika itu terjadi, mungkin aku bisa
merelakannya.” Ucap kak Sumi.

Ternyata sedari tadi Fara mendengarkan


perkataanku. Tapi dia bersikap seolah-olah dia
tidak mendengar itu. Jika harus berpisah pasti
sangat sedih. Akan tetapi aku bisa apa, jika memang
sudah itu keputusan Fara, aku tidak bisa
melarangnya.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Mimpi Kala Itu 43


Pesan dan Kesan Fara

Seminggu berlalu setelah aku mendapat


mimpi itu. selama itu aku pikir aku bisa bermain
bersama Fara seperti biasa. Tapi ternyata tidak.
Fara tidak kelihatan keluar rumah kak Sumi selama
seminggu. Karena itu akhirnya aku memutuskan
untuk pergi ke rumah kak Sumi.

“Fara ada tidak Kak?” Tanyaku pada kak


Sumi.

“Ada, masuk saja.” Ucap kak Sumi.

“Fara. tumben sekali kau tidak ada keluar


rumah seminggu ini.” Ucapku.

“Aku sedang menyiapkan sesuatu.” Ucap Fara.


sepertinya dia sangat serius.

“Oh ya. besok aku libur sekolah. Mau pergi ke


rumah ku tidak?” Tanyaku.

“Aku tidak bisa janji. Tapi akan kuusahakan


untuk datang.” Ucap Fara.

“Baiklah. Kak Sumi aku kembali dulu ya.”


Ucapku lalu pergi keluar dan kembali ke rumahku.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Pesan dan Kesan Fara 44


Rasanya sangat bosan karena tidak melakukan apa-
apa. akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke
sekolah. Di sana hanya ada guru-guru dan beberapa
murid yang berkepentingan.

Aku berjalan menyusuri lorong dan pergi ke


kelasku. Tiba-tiba aku bertemu seseorang. Aku
belum pernah melihatnya sebelum ini. dia terus
melihat ke arahku. Aku tersenyum padanya. dia
berjalan menghampiriku.

“Hai.” Ujarnya.

“Ya, hai juga.” Ucapku.

“Kenalkan namaku Kartika. Kau bisa


memanggilku Ika atau Tika.” Ujarnya.

“Hai Ika. Namaku Chayra Safiya. Kau bisa


memanggilku Safiya.” Ucapku.

“Oh ya sedang apa kau di sini? Apakah kau


murid baru?” Tanyaku. dia menganggukkan
kepalanya.

“Aku pergi dulu ya. nanti kita bertemu lagi.”


Ucap Ika lalu pergi. Aku melambaikan tanganku
padanya. Ini pertama kalinya anak seumuranku

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Pesan dan Kesan Fara 45


menyapaku terlebih dahulu. Biasanya aku yang
harus menyapa mereka. kuharap kami bisa menjadi
teman baik.

Keesokan paginya Fara datang kerumahku.


Aku melakukan banyak hal dengannya. Fara bilang
dia akan ikut denganku besok saat ke sekolah.
sekarang sangat jarang sekali Fara ikut denganku
ke sekolah. besok pagi Fara datang ke rumahku.
Sesampainya di sekolah aku bertemu dengan Ika.

Sepertinya dia sedang kebingungan. Aku


segera menghampirinya. Ternyata dia tidak
mengetahui dimana kelasnya berada. Aku
mengajaknya untuk pergi ke kelasku juga. Saat
sampai di kelas dia meletakkan tasnya di sampingku.

“Kenapa kau meletakkannya disini?” Tanyaku.

“Karena ini kelasku.” Ucap Ika.

“Wah, ternyata kita sekelas.” Ucapku. saat


jam istirahat aku mengajak Ika untuk pergi ke
depan sekolah.

“Oh ya Ika. Beberapa hari lagi kan sudah


ujian naik kelas. kenapa kau tidak pindah saat kelas
5 saja?” Tanyaku.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Pesan dan Kesan Fara 46


“Benar juga sih. Tapi tidak apa-apa. Aku akan
belajar semaksimal mungkin.” Ucap Ika.

Ketika sudah waktunya ujian naik kelas aku


sangat gugup. Walaupun ini bukan ujian yang
pertama kalinya. Ujian berlangsung selama
seminggu. Ketika hasilnya keluar aku sangat sennag.
Aku mendapat peringkat 4 diantara semua murid.
Sebelum masuk ke kelas 5 ada liburr selama 2
minggu.

“Ika. Mau main kerumahku tidak?” Tanyaku


sebelum pulang sekolah.

“Boleh saja. Dimana alamat rumahmu?” Tanya


Ika. Aku menuliskannya di kertas dan
memberikannya kepada Ika.

“Baiklah. Apa bisa besok siang aku pergi


kesana?” Tanya Ika lagi.

“Tentu saja. Aku selalu di rumah.” Ucapku.


Besok paginya aku izin pada ibu bahwa Ika akan
datang nanti siang. Untungnya ibu mengizinkan.

“Jika ingin keluar rumah jangan lupa kunci


pintu. Kunci nya bisa kau bawa atau kau titipkan
pada Kak Sumi ya.” Ucap ibu.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Pesan dan Kesan Fara 47


“Baik Bu.” Ucapku. sekitar jam setengah
satu siang Ika datang kerumahku. Saat itu aku
sedang mengobrol dengan kak Sumi di depan rumah.

“Hai Safiya.” Ucap Ika.

“Hai juga.” Ucapku.

“Oh ya. kita mau melakukan apa setelah ini?”


Tanyaku pada Ika.

“Sebenarnya aku ingin keliling kota sebentar.


Apa kau tidak keberatan?” Tanya Ika.

“Tentu saja tidak, aku akan ikut. Tunggu


sebentar ya, aku bersiap dulu.” Ucapku. aku berlari
ke dalam rumah dan bersiap-siap. Tak lupa aku
membawa uang yang sudah diberikan ibu untukku.

“Kak Sumi. Apa aku bisa titipkan kunci


rumahku?” Tanyaku pada kak Sumi saat sudah
keluar rumah.

“Bisa. Nanti panggil saja kalau sudah


kembali.” Ucap kak Sumi.

“Terimakasih Kak. Kita pergi dulu ya,”


Ucapku.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Pesan dan Kesan Fara 48


“Iya. Hati-hati di jalan.” Ucap kak Sumi. Aku
pergi menemani Ika pergi mengelilingi kota. Ini
pertama kalinya aku pergi jalan-jalan bersama
teman sekolahku. Kami bersenang-senang seharian.
Tanpa sadar ternyata sekarang sudah jam setenagh
4 sore. sudah waktunya kami pulang ke rumah
masing-masing.

Ika juga sudah di jemput oleh orangtuanya.


Aku sekarang juga harus kembali ke rumah. Saat di
perjalanan pulang aku melihat seseorang yang tidak
asing dimataku. Ketika orang itu membalikkan badan
aku berlari ke arah nya. ternyata itu ibu. Hari ini
ibu sepertinya pulang lebih cepat.

“Hari ini Ibu pulang cepat ya Bu?” Tanyaku.

“Iya. Pekerjaan hari ini lebih sedikit.” Ucap


ibu.

“Mau bantu Ibu masak tidak?” Tanya ibu.

“Tentu Bu.” Ucapku. Sesampainya di rumah


aku mengganti bajuku dan membantu ibu untuk
memasak makan malam. Setelah itu aku mencari
Fara. Kupikir dia masih disini. Ternyata dia kembali
ke rumah kak Sumi.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Pesan dan Kesan Fara 49


Malamnya ketika aku selesai makan malam
aku melihat Fara di depan rumahku. aku berjalan ke
depan rumah dan mengajaknya masuk. Dia membawa
sebuah kertas. Aku tidak tahu apa yang ingin dia
lakukan.

“Kenapa kau membawa kertas?” tanyaku.

“Aku ingin membuat sebuah tantangan


untukmu. Kau harus menuliskan perasaanmu di
kertas itu. setelah kau menceritakan perasaanmu
lalu kau juga harus menulis perasaanku sekarang.
Kau tebak saja.” Ucap Fara.

“Ini seperti sebuah permainan ya.” Ucapku.

“Iya.” Ucap Fara.

“Baiklah.” Ucapku lalu menuliskan apa yang


ada di otakku. Setelah selesai mendeskripsikan
perasaanku aku harus menulis perasaan Fara. tapi
aku tidak tahu bagaimana perasaannya sekarang.

“Oh ya. aku hanya harus menebaknya.”


Ucapku dalam hati. Aku melihat ke wajah Fara. dari
ekspresinya aku tidak bisa melihat perasaannya.
Walaupun wjahanya tersenyum dia seperti tidak
sedang tersenyum. Tapi ada satu perasaan yang

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Pesan dan Kesan Fara 50


tidak pernah kupikirkan pernah dirasakan oleh
Fara.

“Nih sudah selesai.” Ucapku. Fara membaca


tulisan di kertas itu.

“Safiya. Kenapa kau berpikir sekarang ini aku


sedang sedih?” Tanya Fara.

“Aku hanya menebaknya. Selain itu, kupikir


kau benar-benar bahagia. Tapi aku berpikir lagi,
mungkin dibalik senyumanmu kau sedang sedih
bukan?” Tanyaku.

“Iya, aku sangat sedih. Ketika pertama


bertemu denganmu aku sangat sedih. Karena aku
tau bahwa aku akan tinggal bersamamu hanya
sementara.” Ucap Fara.

“Oh ya. Aku juga ingin menyampaikan sesuatu


padamu. Selain perasaan sedih itu, aku juga senang
karena bisa bertemu denganmu. Aku sangat
berterimakasih karena dulu kau mau menerimaku.”
Ucap Fara.

“Eh? Tidak apa-apa kok. Lagian membantu itu


sudah menjadi kewajiban kita kan?” Tanyaku.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Pesan dan Kesan Fara 51


“Aku berpesan. Jangan pernah ragu untuk
membantu orang lain. Lakukan semua tanggung
jawabmu.” Ucap Fara lagi.

“Kenapa kau berkata seperti itu?” Tanyaku.


tak lama kemudian kak Ken dan kak Sumi datang.

“Ada apa kalian datang kesini?” Tanyaku.

“Modoro jikandesu Ren,(Saatnya untuk


kembali),” Ucap kak Ken pada Fara.

“Terimakasih ya Safiya. Jaga dirimu baik-


baik.” Ucap Fara. Mereka berdau pergi keluar
kamarku. Saat aku melihat keluar. Mereka sudah
tidak ada.

“Safiya, sabar ya.” Ucap kak Sumi. Aku


menganggukan kepalaku.

“Ya, ini pertama kalinya aku kehilangan


seseorang yang benar-benar kusayang.” Ucapku.

Aku sedih karena berpisah dengan Fara. tapi


aku juga senang karena akhirnya Fara bisa kembali
ke alamnya. Pasti, kapanpun itu kami pasti akan
bertemu lagi. kami akan bermain bersama dan
melakukan banyak hal bersama lagi nanti.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Pesan dan Kesan Fara 52


Kenangan Terindah

Sudah kurang lebih 3 bulan berlalu. Aku


sangat susah bergaul dengan orang-orang. tapi
akhirnya Ika membantuku untuk berteman dengan
yang lainnya. Dia sangat ramah dan ceria. Nilainya
ditiap pelajaran juga bagus. Sangat jarang ada
orang seperti dia di sekolah. kebanyakan orang
pintar di sekolah kmai pendiam.

“Ika. Terimakasih ya, sudah mau membantuku


berteman dengan yang lain.” Ucapku.

“Eh? Apa sebelum ini kau tidak ada


mengobrol atau berteman dengan mereka?” Tanya
Ika.

“Tidak. Aku sedikit susah bergaul dengan


orang lain. dulu aku juga sering di-bully.” Ucapku.

“Oh begitu ya. Tapi sekarang kau bisa


berteman dengan mereka kan?” Tanya Ika.

“Ya. Itu juga berkat bantuanmu.” Ucapku.

Ketika waktunya pulang sekolah aku sangat


senang. Hari ini ibu tidak pergi bekerja. Dia sangat

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Kenangan Terindah 53


sering lembur di kantornya. Jadi pekerjaan-
pekerjaannya sudah selesai. hanya perlu menunggu
pekerjaan berikutnya diberikan. Saat sampai di
rumah aku langsung mengganti baaju dan
menghampiri ibu di halaman belakang rumah.

Biasanya ibu menyiram tanaman jika ada


waktu luang. Tanaman yang dikoleksi oleh ibu sangta
banyak.

“Safiya, lihatlah. Ibu baru saja membeli


tanaman baru.” Ucap ibu.

“Eh Ibu beli tanaman baru lagi.” Ucapku.

“Tidak apa-apa kan?” tanya ibu.

“Tidak apa-apa kok Bu.” Ucapku. Aku


mengelilingi halaman. Tiba-tiba aku teringat
sesuatu. aku harus mengerjakan sebuah tugas yang
sangat penting. Tugas ini harus dikumpulkan besok
pagi.

“Ibu, aku pergi kerjakan tugas dulu ya.”


Ucapku lalu pergi ke kamarku.

“Iya,” Ucap ibu. aku membongkar isi tasku.


Tapi kertas tugas itu tidak ada di sana. Aku baru

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Kenangan Terindah 54


ingat, kertasku tertinggal di loker sekolah. aku
pamit pada ibu lalu pergi ke sekolah. Suasana
sekolah sudah sepi. Tapi aku melihat Ika yang
sedang duduk di pinggir lapangan dengan sebuah
kucing.

“Ika, kau belum pulang?” Tanyaku.

“Aku harus menunggu Ayahku menjemputku.


Aku tidak tahu jalan disini.” Ucap Ika.

“Safiya juga sedang apa kesini?” Tanya Ika.

“Aku lupa, tadi aku belum memasukkan


kertas tugasku ke dalam tas. Jadi aku harus
mengambilnya lagi.” Ucapku.

“Oh ya. tadi aku baru selesai memberishkan


kelas. Aku meletakkan kertas itu di meja guru di
kelas.” Ucap Ika.

“Begitu ya. Terimakasih ya Ika.” Ucapku lalu


pergi ke kelas. setelah mengambil kertas itu aku
bergegas keluar. Ternyata Ika juga baru saja
dijemput.

“Safiya. Lain kali main ke rumahku ya.” Ucap


Ika dari dalam mobilnya.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Kenangan Terindah 55


“Iya,” ujaku. Aku segera kembali ke rumah
dan mengerjakan tugas itu. Saat kuperhatikan, di
belakang kertas itu ada sebuah nomor. Aku tidak
tahu itu nomor siapa. Aku memutuskan untuk
meminjam handphone ibu untuk menelepon nomor
itu. Tapi sayangnya tidak tersambung.

Keesokan harinya aku menceritakan hal itu


pada Ika. Ternyata dia yang menuliskan nomor itu.
Itu adalah nomor handphone Ika. Biasanya Ika
menggunakan handphone ketika dia pergi les.

“Oh ya. Mau main ke rumahku tidak? Aku


baru saja membeli sesuatu.” Ucap Ika.

“Baiklah. Setelah pulang sekolah aku akan


izin pada ibuku dulu.” Ucapku.

“Baik.” Ucap Ika. Sepulang sekolah aku


pulang ke rumah dan meminta izin pada ibu. Tak
lama kemudian Ika datang. Aku melihat ke arah
meja belajarku. Aku baru menyadari. Di atas meja
itu ada barang yang bukan milikku. Tapi aku pernah
melihatnya.

Itu adalah sebuah gelang. Di gelang itu


tertulis sebuah nama di bagian dalamnya. Yaitu,

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Kenangan Terindah 56


Serena Faranisa. Gelang ini adalah milik Fara. Aku
segera keluar dan menghampiri kak Sumi yang
waktu itu juga ingin pergi keluar bersama teman-
temannya.

“Kak Sumi. Apakah ini gelang milik Fara. Di


dalamnya ada nama Fara.” Ucapku. Kak Sumi
tersenyum.

“Ya, ini gelang milik Fara. Kakak juga


memilikinya. Kakak juga menggunakan milik Kak
Ken.” Ucap kak Sumi.

“Ini Kak.” Ucapku sambil memberikan gelang


itu pada kak Sumi.

“Kau saja yang menggunakannya.” Ucap kak


Sumi.

“Kenapa?” Tanyaku.

“Fara pasti meninggalkannya disana


untukmu.” Ucap kak Sumi.

“Benarkah.” Ucapku. Kak Sumi mengangguk


sambil tersenyum.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Kenangan Terindah 57


“Baiklah. Aku pergi dulu ya Kak.” Ucapku.
Sangat jarang sekali aku bisa menaiki mobil. Rumah
Ika sangat besar.

“Kau tidak memiliki teman di rumah sebesar


ini?” Tanyaku.

“Iya,” ujarnya.

“Oh ya. Dulu aku memiliki seorang teman. Dia


sangat baik. Namanya Akemi. Akemi selalu datang
ke rumahku setiap hari minggu. Tapi suatu hari dia
pulang kembali ke rumahnya di luar negri. Hingga
sekarang aku belum pernah bertemu dengannya lagi.
Aku sangat berharap bisa bertemu dengannya lagi.”
Ucap Ika.

“Kalian pasti akan dipertemuakn lagi nanti.”


Ucapku.

“Kalau Safiya memiliki teman di rumah?”


Tanya Ika.

“Aku memiliki seorang teman. Dia pintar dan


juga baik. Hingga suatu hari kami harus berpisah
karena suatu hal. Kami sudah berteman sangat

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Kenangan Terindah 58


lama. Tapi dengan perpisahan bukan berarti
pertemanan kita sudah tidak ada.” Ucapku.

“Benar juga ya.” Ucap Ika.

Seketika aku teringat sesuatu. Ketika aku


dan Fara pergi menemui tetangga ketika aku masih
kelas 3 SD. Dia tidak berhenti menanyaiku soal
tetanggaku itu. Karena hal itu akhirnya aku
mengajaknya untuk kembali ke rumah saja. Kami
bermain bersama di halaman belakang. Hingga
memecahkan sebuah pot bunga milik ibu.

Untungnya ibu tidak masalah dengan itu. Ibu


selalu memprioritaskan keselamatanku. Setelah itu
aku langsung masuk ke kamarku dan melanjutkan
bermain bersama Fara. Moment itulah yang selalu
kuingat. Walaupun Fara hanya diberikan untuk
sementara. Tapi aku mendapatkan penggantinya.

“Hei. Kau belum makan siang kan? Ayo kita


makan siang bersama.” Ucap Ika. Aku mengangguk
dan mengikutinya keluar kamar.

“Oh ya. Orangtua kamu dimana Ika?”


Tanyaku saat sampai di ruang makan.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Kenangan Terindah 59


“Mereka bekerja di ruangannya masing-
masing. Kami hanya bisa makan malam bersama.”
Ucap Ika.

“Oh begitu ya.” Ucapku. Setelah makan siang


Ika mengajakku untuk pergi ke halaman belakang
rumahnya. Di sana banyak sekali bunga. ternyata ibu
Ika juga sangat suka mengoleksi bunga. Halaman
rumahku memang tidak luas seperti halaman rumah
Ika.

Tapi di halaman kecil itu terdapat sebuah


kenangan yang sangat indah. Di tempat itu aku
melakukan banyak hal bersama Fara. Bermain
bersama, belajar bersama. Meski Fara sudah pergi.
Tapi semua hal yang kita lakukan tidak akan
menghilang.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Kenangan Terindah 60


Rahasia Fara

Sudah 5 bulan sejak kepergian Fara aku


memutuskan untuk mengubah letak kamarku.
Agar tidak terlihat penuh, aku memutuskan
untuk memilah barang yang sudah tidak
kuperlukan. Saat aku melihat-lihat album foto
aku melihat buku yang sangat lucu. Aku tidak
tahu itu buku milik siapa itu. Tapi karena
penasaran akhirnya aku membukanya. Di halaman
awal hanya ada foto.

“Eh? Buku milik siapa ini?” Tanyaku pada


diriku sendiri.

“Apa aku tanya Ibu saja ya,” Ucapku lalu


pergi keluar kamar mencari ibu. Aku baru ingat
sekarang ibu sedang pergi belanja. Akhirnya aku
keluar untuk menemui kak Sumi. Karena ku lihat
dari tadi dia sedang di luar rumahnya.

“Hai Safiya. Ada apa?” Tanyaku padanya.

“Apa ini buku milik Kak Sumi? Aku belum


pernah membeli buku seperti ini.” ujarku.

“Sepertinya bukan. Kau sudah tanya Ibu


kamu?” Tanya kak Sumi.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Rahasia Fara 61


“Bukannya Kak Sumi tadi lihat Ibu pergi
keluar. Sekarang ibu sedang belanja.” Ucapku

“Coba tanya dia saja nanti.” Ucar kak Sumi.

“Iya ya,” ujarku. Tak lama kemudian ibu


datang. Aku langsung menanyakannya pada ibu.
Tapi ibu bilang dia tidak tahu. Benar juga. Ibu
tidak pernah membawa pulang buku. Semua buku
ibu dia tinggalkan di tempat kerjanya. Aku
memutuskan untuk melihat isi buku itu bersama
kak Sumi.

Aku baru sempat membaca 3 halaman


pertama. Di halaman itu hanya terdapat foto.
Aku tidak mengenal siapa yang ada di foto itu.
Sebelum ini aku tidak pernah melihatnya. Di
halaman berikutnya ada beberapa tulisan.
Mungkin tulisan itu menceritakan tentang foto-
foto yang ada di buku itu. Aku juga tidak
mengerti.

Setelah cerita itu selesai dilanjut lagi oleh


foto yang benar-benar banyak dan menumpuk.
Tapi rasanya aku tidak asing dengan orang yang
ada di foto itu. Rasanya aku pernah bertemu
dengannya sebelum ini. Tapi aku tidak tahu
dimana dan siapa dia.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Rahasia Fara 62


“Kak Sumi pernah melihat mereka tidak?”
Tanyaku pada kak Sumi.

“Kakak juga tidak tahu. Kakak merasa tidak


asing dengan orang yang ada di dalam buku ini.”
Ucap kak Sumi. setelah foto-foto itu ada lagi
cerita di baliknya. Ketika kami berdua selesai
membacanya aku masih tidak mengerti.

“Oh ya. Aku belum selesai membereskan


kamarku. Aku akan mencoba membacanya lagi
nanti malam.” Ucapku.

“Iya,” Ucap kak Sumi. Aku langsung pergi ke


kamar dan meletakkan buku itu di atas kasurku.
Aku segera lanjut membereskan kamarku. Aku
berusaha membuat kamarku seunik apapun. Jika
saja Fara masih di sini dia pasti sangat senang
bermain di sini.

Malamnya kak Sumi datang ke rumah. Dia


bilang ada yang ingin dia bicarakn denganku. Aku
juga tidak tahu apa yang ingin dia bicarakan.
Biasanya dia akan menemuiku pagi atau sore.
Jarang sekali dia datang malam.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Rahasia Fara 63


“Hari ini teman-teman Kakak banyak
kegiatan. Kakak dari kemarin sudah mengerjakan
tugas duluan.” Ucap kak Sumi.

“Jadi apa yang ingin Kakak bicarakan?”


Tanyaku.

“Boleh Kakak pinjam buku tadi siang untuk


dibaca lagi. Kakak masih penasaran.” Ucap kak
Sumi.

“Tentu saja boleh Kak. Ayo kita baca


bersama.” Ucapku mengambil buku yang
kuletakkan di kasurku tadi. Aku membawanya ke
meja belajarku. Kami membacanya bersama. Kami
baru menyadari bahwa di halaman belakang ada
sebuah tulisan. Jika dilihat itu seperti alamat
email. Kami segera membuka email.

Ternyata kak Sumi mendapat sebuah pesan


dari email itu. Kak Sumi kurang tahu itu siapa.
Biasanya dia juga mendapat email dari orang yang
tidak dia kenal. Orang itu mengirimkan kak Sumi
sebuah video. Awalnya kak Sumi ragu untuk
membukanya. Tapi akhirnya dia mau membuka
video itu.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Rahasia Fara 64


Di sana ada seorang anak yang berlarian di
sebuah taman. Aku benar-benar menunggu anak
itu membalikkan kepalanya. saat dia membalikkan
kepalanya aku melihat wajah yang mirip dengan
Fara. Saat itu dia sedang bersama keluarganya.
Semua kegiatan di video itu sepertinya di
deskripsikan di buku ini. Aku melihat di bagian
ujung video tertera dua huruf

“Itu huruf untuk apa? „SF‟, siapa itu?”


Tanyaku pada kak Sumi.

“Kakak tidak tahu. Kakak benar-benar tidak


tahu soal ini.” Ucap kak Sumi. Aku tidak terlalu
mengerti isi video itu. Tapi sepertinya itu adalah
video lama. Di akhir video ada sebuah tulisan.
Aku segera membacanya.

“Teruntuk temanku yang sekarang menonton


ini. Kau pasti sudah bahagia tanpa aku. Aku
menyembunyikan banyak rahasia darimu selama
ini. Aku benar-benar minta maaf.” Ucapnya. Lalu
berlanjut tulisan lain.

“Yang selama ini kusembunyikan darimu


adalah kehidupan asliku. Sebenarnya aku sudah
tahu bahwa kehidupanku akan menjadi seperti
sekarang ini. Tapi aku tidak akan menyesali

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Rahasia Fara 65


semua yang telah kupilih. Maka dari itu kau tidak
perlu khawatir soal aku lagi.” Lanjutku.

“Baiklah Kakak pulang dulu ya. Kakak akan


mencoba memahami maksud dari semua ini.” Ucap
kak Sumi.

“Eh? Iya Kak. Besok aku libur.” Ucapku.

“Baiklah besok pagi Kakak datang.” Ucap


kak Sumi. Aku segera mengantar kak Sumi
keluar. Aku mencoba memahami maksud dari
video yang tadi. Sekitar dua puluh menit
kemudian aku mendapat telepon dari kak Sumi.

“Ya Kak. Ada apa?” Tanyaku.

“Kakak tahu apa yang dimaksud dari video


dan buku itu. Bisa Kakak datang lagi?” Tanya kak
Sumi.

“Tentu Kak,” Ucapku lalu pergi keluar


rumah. Ternyata kak Sumi sudah berada di luar
rumahnya. Aku mengajak kak Sumi ke kamarku.

“Jadi bagaimana Kak?” Tanyaku.

“Awalnya Kakak tidak yakin ingin


membertahumu. Karena kau pasti sedih harus
mengingat Fara. Ternyata selama ini Fara

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Rahasia Fara 66


menyembunyikan seseuatu dari kita. Kau melihat
wajah anak kecil dibuku tadi bukan? Dia mirip
dengan Fara. Tapi dia tidak seperti Fara. Tapi
ternyata itu adalah Fara.” Ucap kak Sumi.

“Apa itu benar? Bagaimana bisa?” Tanyaku.

“Dia mengubah dirinya. Sebenarnya dia


adalah anak yang dicari oleh penjaga rumah sakit
beberapa tahun sebelum dia tiada. Fara
mengidap penyakit. Dia bilang dia tidak ingin
meninggalkan dunia di dalam rumah sakit. Tapi
dia juga merasa bersalah karena melarikan diri
dari rumah sakit.” Jelas kak Sumi.

“Lalu?” Tanyaku.

“Dia sebenarnya tahu bahwa dia akan tiada


ketika di perjalanan menuju kesini. Tapi dia pergi
meninggalkan dunia ini bersama keluarganya.”
Lanjut kak Sumi.

“Kasihan sekali. Aku memang sedikit kecewa


ketika mengetahui bahwa Fara sudah tiada. Tapi
aku juga sedih. Semoga mereka tenang di sana
bersama.” Ucapku.

“Tapi bukannya ini sedikit berbeda dengan


yang diceritakan Fara?” Tanyaku pada kak Sumi.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Rahasia Fara 67


“Dia mengarang semua itu.” Ucap kak Sumi.

“Kenapa Fara tidak menceritakan yang


sebenarnya ya.” ujarku.

“Tapi sekarang kau sudah tahu kan?” Tanya


kak Sumi. Aku menganggukkan kepalaku. Besok
pagi kak Sumi meneleponku lagi. Akhirnya aku
pergi menemuinya. Di dalam kamarnya banyak
sekali album foto. Dia bilang ingin membagikan
foto-foto nya padaku.

Aku sedikit keberatan. Karena itu pasti


sangat berharga. Tapi kak Sumi bilang dia masih
memiliki banyak foto yang sama.

“Kakak ingin mengurangi barang di rumah.


Jadi kau mau menyimpannya kan?” Tanya kak
Sumi.

“Tentu saja Kak.” Ujarku. Setelah kak Sumi


memberikan foto-foto itu aku segera kembali ke
rumah. Aku menyusun beberapa foto itu di meja
belajarku.

Rasanya sudah lama sekali tidak bertemu


dengan Fara. Tapi sekarang aku juga memiliki
seorang teman di sekolah. Mungkin dia dikirimkan
untuk menggantikan Fara.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Rahasia Fara 68


Semua pertemuan pasti akan diakhiri oleh
perpisahan. Walau kami sudah bersama sejak
kecil kami akan tetap berpisah nantinya. Ketika
aku kesepian dan tidak memiliki teman kau
datang. Sekarang ketika aku sudah bertemu
seorang teman, kau pergi meninggalkanku. Hari-
hari yang kita lalui bersama. Akan selalu ku ingat.

Aku tidak tahu bagaimana harus


berterimakasih pada Fara. Fara sudah
menemaniku satu tahun lebih. Banyak hal yang
bisa kulakukan ketika bersamanya. Fara juga
menolongku. Aku sangat senang karena Fara
datang ke kehidupanku. Walaupun hanya
sementara.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Rahasia Fara 69


Profil Penulis

Nayla Amalliya, anak ke 2


dari 3 bersaudara
merupakan putri dari
pasangan Rahman
Rabiullah Julpansyah dan
Siti Rahmah. Lahir di
Samarinda pada 23
Januari 2009. Sejak kecil
kreatifitasnya sudah
terlihat. Kesukaanya sejak
kecil adalah menggambar,
mewarnai dan berhitung.
Di TK beberapa kali menang lomba mewarnai. Di SD
Fastabiqul Khairat tergabung dalam Math Club dan
di SMP Fastabiqul Khairat juga bergabung dalam
ekskul Math Champion.

Mulai menulis saat pandemi, dimana kegiatan yang


padat berubah menjadi banyak waktu luang di
rumah. Nayla merupakan anak yang ceria,
penyayang, perhatian dengan anggota keluarga, tapi
terkadang keras juga usil.

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Profil Penulis vii


Tamat

Ditulis oleh Nayla Amalliya | Profil Penulis viii


Ditulis oleh Nayla Amalliya | Profil Penulis ix

Anda mungkin juga menyukai