Sore ini Nadya sedang duduk santai di dalam kamarnya. Memandang keadaan luar rumahnya dari balik jendela kamarnya. Angin sepoi-sepoi menyapa kesendirian Nadya. Dia tidak hanya sedang melamunkan keadaan melainkan dia sedang asyik mendengarkan podcast influencer idolanya. Podcast kali ini membahas akan pentingnya kebermanfaatan untuk orang lain, itulah kebahagiaan yang sejati katanya. Nadya mulai memikirkan apa yang sedang dia ingin lakukan, dan akhirnya dia tersenyum sambil memandang kondisi sore ini yang indah. “Perpustakaan Merah Jingga”,dia ingin memanfaatkan ruangan kosong yang ada di rumahnya untuk disulap menjadi sebuah bangunan yang dia harapkan bisa lebih bermanfaat nantinya. “Ayah, ibu, Nadya ingin buka perpustakaan mini ya di ruangan kosong itu, boleh?” kata Nadya sambil memasang wajah penuh harap. “Seriusan? Tidak akan mengganggu waktu kerjamu kan ka? Nanti yang akan menjaga perpustakaan siapa?” tanya ibu dengan suara lembutnya. “Tenang bu, itu sudah Nadya pikirkan, insyaAllah nantinya akan kerjasama dengan beberapa teman kuliah kaka dulu, lalu untuk yang menjaga kemungkinan akan mencari anak kuliah atau anak SMA yang ingin mencari kerja sambilan, jadi nantinya kita bisa membantu mereka juga” jawab Nadya dengan raut muka bahagia. “Anak ibu memang luar biasa ya idenya. Iya nanti ibu juga akan bantu memantau dari rumah ya, biar perpustakaannya lebih aman terkendali” kata ibu sambil mengacungkan kedua jempolnya. “Terima kasih banyak Ayah dan Ibu, kalian berdua memang luar biasa” kata Nadya sambil memeluk kedua orang tuanya. Perpustakaan Merah Jingga sudah mulai dipersiapkan oleh Nadya mulai minggu ini. Dia sudah menghubungi teman-temannya untuk bisa ikut serta menyumbangkan buku-buku yang sudah tidak terpakai namun masih layak untuk dipergunakan. Kardus-kardus yang berisikan buku mulai berdatangan ke rumahnya. Nadya mulai kerepotan untuk mulai menyampuli buku-buku dan memberikan penanda di setiap bukunya. “Siang ka Nadya, sepertinya akhir-akhir ini banyak sekali mobil yang lalu lalang ke rumah kaka? Kaka dan tante juga sibuk sekali sepertinya?” Tanya Hilda dengan raut wajah penuh tanya. Hilda adalah anak SMA yang tinggal tepat di sebelah rumah Nadya. Mereka berdua memang mempunyai hubungan yang dekat selayaknya kakak beradik. “Iya nih Da, kaka pengin buat perpus di ruangan depan yang kosong. Lalu kaka minta tolong teman-teman untuk menyumbangkan bukunya, dan Alhamdulillah ternyata antusias mereka luar biasa” jawab Nadya sambil tetap sibuk merapikan tumpukan bukunya. “Hilda boleh bantuin engga nih ka? Kalau butuh bala bantuan tenang kak, aku bisa hubungin teman-teman aku juga. InsyaAllah pasti mereka mau bantu” jawan Hilda dengan nada semangat. “Wah seriusan nih Da? Mau banget dong dibantuin, apalagi ditambah bala bantuan dari teman-temanmu, I’m so happy” jawab Nadya dengan raut wajah bahagia. “Oke besok kita bisa mulai kumpul jam berap nih ka?” tanya Hilda “Sorean aja sepertinya, selesai kalian pulang sekolah, dan kaka pulang dari kantor” jawab Nadya dengan memberikan simbol tangan oke. Keesokan sorenya rumah Nadya sudah ramai dengan kedatangan Hilda bersama teman-temannya. Mereka sedang duduk-duduk di serambi rumah sambil ditemani oleh ibunya. Nadya pun mulai memasukan motornya kedalam gerbang. Kemudian dia mulai mengambil beberapa sampul dan penanda buku. “Oke guys, maaf ya udah lama nunggu ya? Maklum ada tugas numpuk nih dari kantor, jadi baru bisa balik” kata Nadya sambil meletakan sampul dan penanda buku di antara mereka. “Tenang aja ka, kita juga belum lama ko, dan tante juga dari tadi nemenin kita nih disini. Oh iya ka kenalin ya ini teman-teman aku. Ada Tata, Zea, Amir, Arsya. Kenalin ya guys ini namanya ka Nadya tetangga aku yang super canggih deh pokoknya” kata Hilda sambil memperkenalkan teman-temannya kepada Nadya. “Salam kenal ya, apaan sih Da, super canggih? Dikira aku gadget kali” kata Nadya sambil menahan tawa. “Iya, Hilda banyak cerita tentang ka Nadya. Kapan-kapan aku ingin banyak ngobrol deh sama kakak mengenai masa depan nih ka” kata Tata dengan penuh perhatian. “Kenapa harus kapan-kapan. Sekarang juga boleh kok. Aku malah senang sekali bisa berdiskusi dengan kalian, aku merasa kembali muda” kata Nadya sambil tertawa. “Kak Nadya bisa saja deh, jadi apa nih kak yang bisa kita bantu sekarang?” tanya Tata dengan antusias. “Oh iya sampai lupa tujuan utamanya, jadi ini ada sampul dan penanda buku. Nanti tiap bukunya diberikan tanda ini, tempelkan di bagian pojok kiri lalu di sampul deh. Nanti disetiap kardus udah aku kategorikan jenis bukunya. Tinggal ikuti saja ya, tapi karena kardusnya berat kita bisa langsung sampulin di ruang perpusnya saja ya” kata Nadya sambil mempraktekan setiap langkahnya di depan anak-anak. “Oke siap kak” jawab mereka dengan serentak. “Bismillahirrohmanirrohim semoga lancar ya hari ini, semangat guys” kata Nadya sambil mengepalkan tangannya ke atas. Mereka tampak sibuk mulai menyampuli dan memberikan tanda di setiap bukunya. Kardus-kardus di ruangan itu memang cukup banyak. Namun berkat Hilda dan teman- temannya pekerjaan Nadya jadi lebih cepat untuk diselesaikan. Setelah buku-buku sudah selesai tersampul rapi, Nadya meletakkan di rak-rak dengan sangat hati-hati. Kemudian menghiasi dinding dengan ornament-ornamen literasi yang bisa menarik perhatian setiap pembaca yang berkunjung ke perpustakaannya. Waktu berjalan begitu cepat, pekerjaan sudah hampir selesai dan tak terasa sore sudah berganti menjadi malam. Ibu Nadya mengetuk pintu perpustakaan dan membawakan beberapa kotak makanan dan juga beberapan minuman dingin. “Ayo anak-anak waktunya istirahat, isi energi dulu nih. Sudah tante bawakan makanan” ajak Ibu Nadya dengan nada semangat. “Siap tante dan terima kasih banyak untuk makanannya” jawab mereka serentak dan penuh semangat. Persiapan untuk launching perpustakaan Merah Jingga pun sudah hampir 90%. Nadya kini tinggal mempersiapkan hal-hal kecil lainnya. Acara direncanakan akan dilakukan besok lusa tepat di hari Minggu pagi. Mimpi kecilnya kini sebentar lagi akan menjadi kenyataan membuat perpustakaan yang dapat bermanfaat untuk orang disekelilingnya. Acara peresmian perpustakaan Merah jingga berjalan dengan lancar. Kini ruang kosong yang tidak terpakai berubah menjadi ruang baca anak-anak sekolah di sekitar tempat tinggalnya. Perasaan yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Nadya memang sengaja membuat konsep perpustakaan yang akrab dengan anak-anak sekolah. Dia berpikiran generasi seperti merekalah yang akan selanjutnya menggantikan pemimpin-pemimpin yang ada sekarang. Merekalah yang harus dipersiapkan akan keberadaaanya. Nadya banyak mengisi perpustakaannya dengan buku-buku pengetahuan, tentang kondisi dunia dan beberapa keadaan negara yang pasti jauh berbeda dengan Indonesia. Dia ingin anak-anak berani untuk bermimpi dan mulai merangkai masa depannya tanpa kata tapi. Hilda dan teman-temannya adalah anggota perpustakaan yang rajin mengunjunginya. Sekedar mampir sebentar atau bahkan hampir setengah hari mereka di sana. Mereka menganggap perpustakaan Merah Jingga adalah basecamp ternyaman. Nadya pun merupakan sosok yang baik untuk dijadikan mentor bagi mereka. Nadya bisa diajak berdiskusi atau bahkan sesekali mengarahkan kebingungan akan jurusan kuliah yang akan mereka pilih nantinya. “Kak, lagi sibuk engga? Aku mau konsul dong?” kata Zea sambil memasang wajah cemberut. “Ya ampun bahasanya macam aku guru aja buat dikonsulin. Aku hari ini free kok Zea, gimana kamu mau tanya apa?” kata Nadya sambil meledek Zea. “Iya nih kak, aku bingung mau ngambil jurusan apa. Aku pengin sekali bisa ke luar negeri, tapi sepertinya orang tua masih memberatkan aku untuk kuliah di luar. Sedangkan aku sangat penasaran akan kondisi di luar negeri kak, tentang pendidikannya budayanya, kebiasaanya” kata Zea sambil menunjuk buku favoritnya. “Semangatmu udah sangat bagus Zea, kamu ingin mengexplore diri. Bahasa inggrismu pun sudah bagus. Kakak Cuma saran apapun itu impianmu panjangkan niatnya ya supaya diridhoi oleh Allah dan bisa bermanfaat untuk banyak orang” kata Nadya sambil mengusap rambut Zea. “Nah itu ka, aku juga bingung. Makanya sekarang aku curhat dengan kak Nadya” kata Zea sambil menahan dagunya dengan tangan. “Mungkin sastra bisa jadi pilihanmu. Sastra kan banyak pilihannya tuh ada Sastra Inggris,Jepang, Korea. Atau ini aja hubungan internasional, nanti disana kamu akan banyak belajar tentang diplomatik gitu. Kamu bisa berhubungan dengan negara lain dan mewakili negara kita” kata Nadya dengan antusias “Oh gitu ya kak, itu kuliahnya bahas apa aja?” tanya Zea dengan mimik wajah penasaran. “Sebentar, kamu baca buku ini aja nih, sepertinya temen aku pernah ngasih buku tentang hubungan internasional deh” kata Nadya sambil mencari buku di rak-rak. Ketika dia sibuk mencari buku, tiba-tiba datanglah Hilda dan Tata ke perpustakaan. Mereka membawa tas dan sebuah notebook berwarna abu-abu. “Kak Nad, curhat dong” kata Hilda dan Tata bebarengan. “Ini kenapa kalian sedang kompak begini sih, pasti mau curhat soal jurusan kuliah” kata Nadya sambil mengarahkan telunjuk kearah mereka. Ketika mereka mulai membuat lingkaran untuk berdiskusi, datanglah Amir dan Arsya. Mereka pun datang dengan mimik wajah lesu dan bingung. Harap maklum mereka kini duduk di kelas 12, dan itu memang waktunya mereka untuk mulai memikirkan jurusan kuliah apa yang akan mereka daftari. Selain itu masa-masa ini memang penuh dengan banyak dilema antara keinginan, kemampuan diri dan ridho orang tua. Mereka semua berkumpul dan mulai menyimak setiap perkataan dari Nadya. Perkataan Nadya bagaikan desiran air di pegunungan, dingin dan menyejukkan. Banyak pesan dan nasehat yang disampaikan oleh Nadya agar mereka tetap bisa memperjuangkan impian dan bermanfaat untuk orang banyak. “Jadi intinya begini guys, apapun impian kalian perjuangkan selama itu positif. Berusaha semaksimal mungkin dan jangan lupa minta izin ke orang tua kalian. Panjangkan niat kalian tidak hanya ingin membuat diri kalian bahagia, melainkan jadilah seseorang yang selamanya akan tetap disayang sama Allah. Jadilah seseorang yang membuat kemudahan untuk orang lain sehingga niat kalian akan kekal insyaAllah. Jangan pernah membandingkan diri kalian dengan orang lain tapi bandingkan diri kalian dengan yang dahulu. Apakah ada suatu perubahan atau malah mengalami kemunduran” kata Nadya sambil menatap mereka satu-persatu. Kini mereka sedang sibuk membuka buku-buku yang ada di perpustakaan. Melihat setiap lembarnya tentang suatu ilmu yang baru. Dunia ini luas dan unik kalau kalian ingin mempelajarinya. Menjadi bagian dari dunia itu pasti tapi menjadi suatu agen perubahan dan perdamaian yang ada itulah yang diharapkan dari setiap individunya. Nadya banyak berharap kepada mereka, dan dia sangat optimis bahwa mereka semua akan menjadi individu yang akan bermanfaat nantinya. “Kak Nadya, bolehkah aku bertanya sesuatu lagi?” tanya Amir dengan muka penuh tanya. “Iya gimana Mir, ada apa?” kata Nadya dengan ramah. “Orang tua saya tetap menginginkan saya untuk memperdalami agama, karena mereka berharap banyak akan pesantren yang ada di Bandung. Mereka berharap saya akan bisa membantu mengurusnya kelak, namun saya sangat ingin belajar sesuatu yang baru di luar negeri. Apalagi setelah saya melihat buku-buku yang ada disini, sungguh rasa penasaran saya semakin menjadi ka” kata Amir dengan sedikit menundukan kepala. “Hey Amir, siapa bilang kalau kita belajar agama tidak bisa mengikuti perkembangan jaman, justru ketika kamu melihat di Turkey, peradaban islam disana luar biasa indah dan cantik. Kamu juga bisa belajar banyak di Mesir disana terkenal dengan sistem pendidikan yang baik” kata Nadya sambil mengembalikan rasa percaya diri Amir lagi. “Lalu bagaimana, saya harus mengatakan kepada mereka? Yang mereka tahu pesantren di daerah Jawa Timurlah yang terbaik untuk saya kunjungi” tanya Amir dengan rasa keinginan tahuannya. “Berbicaralah dengan sopan dan penuh kelembutan Amir. Kalau kamu bisa menjelaskan dengan baik maka InsyaAllah mereka akan selalu mendukungmu. Makanya sekarang kamu harus mempelajari itu semua agar kamu paham dan bisa menjelaskan kepada orang tua kamu” jawab Nadya dengan bijaksana. Akhirnya waktu terus berjalan, dan kini mereka harus mempersiapkan ujian untuk kelulusan mereka. Intensitas kedatangan mereka ke perpustakaan memang jauh berkurang namun terkadang mereka tetap mengirim pesan kepada Nadya. Berdirinya perpustakaan Merah Jingga memang membuat hubungan Nadya dan mereka berlima semakin dekat. Sepuluh tahun berlalu, perpustakaan Merah Jingga mengalami perubahan yang cukup signifikan. Kini bangunan perpustakaan itu menjadi megah dan juga terdapat café disebelahnya. Selain itu Nadya ternyata sudah membuka 2 perpustakaan lainnya. Impiannya melebihi dari semua ekspetasinya. Dukungan suami Nadya memang sangat luar biasa untuk hal ini. Sekarang Nadya sudah dikaruniai 2 orang anak yang sangat pintar dan menggemaskan. Hilda mulai menuliskan pesan di grup Pancawarna, grup yang berisikan Tata, Zea, Amir dan Arsya. Dia menuliskan akan kerinduannya kepada mereka semua dan mengajak mereka untuk reuni di basecamp andalannya, perpustakaan Merah Jingga. Ternyata kerinduan ini pun dirasakan juga oleh teman-teman yang lainnya. Akhirnya mereka berencana untuk berkumpul di perpustakaan Merah Jingga dan turut mengajak kak Nadya kesana. Raut wajah yang penuh dengan kebahagiaan melihat mereka semua berkumpul. Apalagi Nadya sebagai kakak yang selama ini menjadi pendengar setia akan kegalauan mereka, merasa bangga akan keberhasilan masing-masing dari mereka. Hilda kini sedang mengambil magister kedokteran dengan spesialisasi anak, karena ingin melihat anak-anak Indonesia tumbuh baik dan sehat. Tata sedang belajar di Australia dan ingin menjadi dosen untuk bisa memberikan pendidikan yang baik untuk Indonesia nantinya. Zea menjadi diplomat di Jepang dan banyak bersyukur bisa banyak belajar dari sana serta juga bisa mempromosikan negara Indonesia. Arsya sedang mengembangkan pertanian yang ada di Indonesia agar nantinya negara ini bisa mensejahterakan para petani dan mengekspor hasil pertanian Indonesia. Lalu yang terakhir Amir, kini dia tetap menjadi penerus di pesantren keluarganya, dengan bekal belajar di Mesir beberapa tahun yang lalu, membuka pemikirannya bahwa dunia ini luas dan kita bisa menjadi agen perubahan yang baik untuk dunia ini. Biodata Penulis Nama : Yunitta Muassas Sari Nomor telpon : 085726508305 Email : yunittamuassas@gmail.com