Anda di halaman 1dari 3

Disuntik di Puskesmas?

Judul Cerpen
: Lilin-Lilin Kecil
Penulis
: Nana Tedja
Penerbit
: Esensi Erlangga Group
Percetakan
: PT Gelora Aksara Pratama
Kota Tempat Tinggal
: Jalan H. Baping Raya Nomor
100,
Ciracas, Jakarta
Tahun Terbit
: 2007
Harga
: Rp 37.600,00
Halaman cerpen
: 19 halaman
Halaman Buku
: 176 halaman

egara ini terdiri dari

yang bergerak, berkembang secara

berbagai daerah yang

dimanis dalam keseluruhan cerita.

memiliki ciri khas


tersendiri dan

***
Cerpen dibuka dengan

pemikiran yang berbeda-beda. Dalam

pemaparan yang kurang menarik akan

cerpen ini menceritakan tentang kisah

kekesalan Dini terhadap murid-murud

seorang guru kota yang bertugas di

perempuannya yang berhari-hari tidak

daerah pedalaman. Masyarakat di

berangkat sekolah tanpa keterangan.

daerah tersebut sangat kurang

Ini benar-benar keterlaluan, ucap

pengetahuan dan kepedulian akan

Dini lirih seraya membolak-balik buku

pentingnya suatu pendidikan bagi

absen kelas yang diajarnya. Dini yang

anak-anak perempuannya. Anak-anak

masuk kantor guru ditanyai oleh temen

perempuan mereka dipekerjakan

seprofesinya yaitu Intan Ada apa Bu

menjadi seorang pelacur hingga

Dini? Kok pagi-pagi sudah sewot?

terkadang tidak masuk sekolah sampai

Entahlah, Bu Intan sudah berkali-kali

berhari-hari.

belasan murud perempuan di kelas

Keadaan inilah yang dipilih


penulis Nana Tedja untuk
mengungkapkan lika-liku perjuangan

saya selalu saja membolos tanpa


keterangan yang jelas.(hlm 33).
Anehnya, guru-guru yang

seorang guru yag bernama Dini. Dan

mengajar di sekolah dasar tersebut

daerah pedalaman yang dipilih penulis

termasuk si kepala sekolah tidak kaget

menjadi unsur pokok pencipta suasana,

dengan keluhan Dini akan anak-anak

didiknya, mereka menanggap hal itu

bertubuh kekar dan menyeret Dini dan

sudah biasa dan bukan hal tabih lagi.

Sigit keluar dari puskesmas tersebut.

Akan tetapi, disinilah Nana

Hari mulai larut malam dengan

Tedja meramu masalahnya. Dengan

rasa kepenasaran Dini, ia mengajak

pemulaan, Dini sangat terkejut dengan

Sigit untuk tetap bertahan di

sikap dan respon para guru dan kepala

Puskesmas tepatnya di sebuah warung

sekolah yang sangat tak peduli dengan

bakso, berjaga-jaga jika beberapa

hal tersebut hingga membuat Dini

murud perempuannya datang lagi

untuk mencari tahu alasan temen-

untuk periksa. Beberapa menit, muncul

temennya bersikap seperti itu.

beberapa murid perempuannya menuju

Bu, kenapa sih Bu Dini dari

puskesmas didampingi dua orang

tadi pagi cemberut terus? seorang

dewasa. Setelah mereka keluar dari

murid yang bertanya saat main

puskesmas dengan sigap Dini dan Sigit

kerumah Dini yang bernama Sigit.

langsung membuntutinya (hlm 40).

Ah enggak, Ibu Cuma capek aja.

Disinilah kunggulan Nana yaitu

Sudah berhari-hari, beberapa teman

memunculkan resolusi sekaligus

selekasmu bolos nggak ada kabar?

memunculkan masalah baru. Dini tahu

Kira-kira kamu tahu nggak kenapa

bahwa alasan para murud-murid

mereka begitu?.

perempuannya mengapa mereka tak

Mereka sakit Bu, mereka sering

berangkat sekolah. Anak-anak yang

disuntik di Puskemas.

baru menginjak masa remaja tersebut

Disuntik? Di Puskesmas? Bisakah

ternyata menjadi seorang pelacur dan

kamu mengantar Ibu Git??.

Dini tak habis pikir mengapa para

Bisa, Bu(hlm 37).

murid-muridnya seperti itu. Apa orang

Saat di puskesmas kegundahan makin

tua mereka tak melarang hal yang

dialami Dini. Nana Tejda dengan

menjijikkan tersebut?

inspirasinya memunculkan masalah

Dengan tak pantang menyerah

dengan makin berkembang dengan

Dini mencari informasi kepada para

cara sebelas murid Dini yang satu per

warga dan guru akan hal yang telah ia

satu keluar masuk ruang pemeriksaan

lihat dengan mata kepala sendiri. Dan

yang diantarkan oleh para lelaki. Ia

hanya satu orang yang mau

berusaha masuk ruang pemeriksaan

memberikan informasi yaitu Ibunda

untuk mengetahui apa yang mereka

Sigit. Daerah ini memang begini Bu,

lakukan tetapi sayang pintu dalam

hal seperti itu sudah hal yang biasa

pemeriksaan dijaga oleh lelaki yang

saya dulu juga seperti itu sehingga

Sigit tak tau siapa bapaknya. Pernah

Nana Tedja mengungkapkan

sekali dokter yang mengadukan ke

cerita ini dengan bahasa yang kasar.

pemerintah pusat tapi malah

Dan hanya mengedepankan nilai moral

diusir(hlm 41). Selain Bu Sarni, tak

saja. Selain bahasa yang digunakan

ada lagi yang mau memberi informasi.

kasar, ia mengungkapkan ceritanya

Dari kepiawaian Nana Tedja

dengan jelas dan singkat dan membuat

meramu sebuah masalah, cerita ini

para pembacanya mudah paham. Dan

menjadi semakin menegangkan dengan

se akan-akan pembaca ikut menjadi

kegigihan Dini untuk mengadukan

bagian dari cerita tersebut. Cerita ini

masalah ini kepada pemerintah pusat

akan lebih menrik apabila penulis

dengan megirimkan berlembar-lembar

melanjutkan cerita tersebut dengan

surat aduan. Akibat hal ini ia

paparan Bagaimana tanggapan

dikucilkan di daerah tersebut. Hingga

pemerintah terhadap pengaduan Dini?

akhirnya ia di datangi oleh

Dan Bagaimana kondisi daerah

segerombolan orang bertopeng dan

tersebut setelah tragedi pembunuhan

berbaju hitam. Dini diperkosa

guru yang sangat berjasa di daerah

kemudian di bunuh dengan ditusuk

tersebut? dalam arti cerita ini

perutnya menggunakan pisau tajam

menggantung.

kemudia rumah yang dihuni Dini


dibakar oleh segerombolan orang
tersebut yang merupakan suruhan
orang yag tidak menyukai sikap Dini
(hlm 50).

***

Anda mungkin juga menyukai