Anda di halaman 1dari 4

Kawan Bukan Lawan

Namaku Larasati Cantika Putri. Anak kedua dari keluarga yang cukup berada,
aku tidak perlu menyebutkan detailnya. Saat ini merupakan tahun keduaku di sekolah
menengah atas. Aku selalu berusaha yang terbaik untuk setiap hal yang kulakukan. Aku
juga memiliki tekad yang kuat untuk mencapai tujuanku di masa depan.

Teman dan guruku bilang bahwa aku merupakan anak yang patut untuk ditiru.
Kata mereka, meski aku anak berkecukupan namun tetap rajin dan tekun serta mau
berteman dengan siapapun. Iya, itu memang benar karena keyakinanku haruslah
bersikap baik pada sesama. Mungkin ini juga berkat ajaran ayah dan ibu yang mendidik
sopan santu sejak dari aku kecil.

Hampir setiap hari, teman-teman sekolah sering meminta bimbingan dariku


dalam mata pelajaran, sama seperti siang ini saat jam istirahat sekolah. “Laras, tolong
bantu jelaskan Matematika sin cos tan dong” ujar Santi yang langsung duduk dibangku
sebelahku. “Iya Ras, kamu kan pinter nih bagi-bagi ilmunya yak” timpal Nanda. Aku
selalu bersedia mengajari mereka hingga benar-benar memahami materi.

Makin hari, perlakuan teman dan guru bertambah baik kepadaku. Santi dan
Nanda juga menjadi teman baikku. Mereka kadang memberikan banyak makanan
ringan atau mentraktirku saat selessai memberi bimbingan pelajaran. Aku merasa
senang karena dapat menyenangkan orang lain juga. Aku juga senang sekaligus bangga
karena dianggap murid yang rendah hati dan pintar.

Siang itu, saat kebetulan aku berjalan menuju kamar mandi sekolah, tiba-tiba
saja ada sebongkah kertas yang didalamnya berisi batu dilemparkan kearahku. Aku
benar-benar terkejut, untung saja tidak mengenai kepalaku. Dengan masih berbekal rasa
was-was, aku memungut kertas tersebut dan membukanya. Disana tertulis “LIHAT
SAJA, KAU PASTI KALAH!”. Aku sebenarnya tidak mengerti maksud kertas
ancaman ini. Aku berusaha mengabaikan pesan tersebut dan membuang kertas itu pada
tempat sampah.

Hari-hari berlalu, aku berusaha untuk terus mengabaikan pesan tersebut dengan
dalih ‘hanya orang iseng’. Aku juga tetap berinteraksi normal seperti biasanya. Hingga
akhirnya UTS tiba. Aku masih membaca buku di dalam kelas karena untuk
mempersiapkan materi. Namun tanpa disangka ada bel pengumuman yang
memberitahukan bahwa semua siswa kelas XI harus berkumpul di aula sekolah.

“Yuk segera ke aula” ajak Nanda disusul Santi yang menggandeng tanganku.
Sesampainya di aula, Pak Ranto menyuruh para siswa untuk berbaris dengan rapi.
“Kalian tahu mengapa dikumpulkan? Karena kunci jawaban UTS telah dicuri. Kami
harus menindak tegas siapapun itu” jelas Pak Ranto.Murid-murid pun terkejut
mendengar keterangan Pak Ranto. Beberapa saat kemudian namau disebut untuk maju
ke depan.

“Ada yang melaporkan bahwa kamu mencuri flashdisk kunci jawaban UTS.
Sekarang saya akan menggeledah kelasmu” Pak Ranto langsung saja menyeretku dan
membongkar tas milikku. Flashdisk itu ternyata memang didalam tasku, tapi bukan aku
yang mengambil. “Jadi begini kelakuan anak pintar dan teladan ya?” Pak Ranto segera
menyeretku lagi ke aula sambil mengacung-acungkan flashdisk. Bu Rista, wali kelasku,
yang sedari tadi menunggu di lapangan mendekati kami dan berkata “Pak Ranto,
bukankah ini agak keterlaluan? Belum ada bukti kalau Laras mencurinya” namun
perkataan Bu Rista tidak dihiraukan.

Aku melepaskan genggaman tangan Pak Ranto dan segera mengambil mic diatas
panggung. Aku tidak takut karena memang bukan aku pelakunya. “Maaf Pak Ranto,
apakah ini cara seorang guru yang terhormat memperlakukan siswanya? Bahkan
siswanya belum terbukti bersalah sudah diperlakukan seperti binatang jalanan.
Bukankah tugas seorang guru itu mendidik dan memberi contoh, apakah perbuatan
Bapak patut dikatakan sebagai guru? Saya yakin seribu persen tidak bersalah”. Pak
Ranto geram dan hampir menamparku namun dicegah oleh Pak Budi, kepala sekolah.
“Jika dipikir perbuatan Pak Ranto memang keterlaluan namun kami harus
membuktikan kebenarannya. Sekarang para siswa lainnya silakan kembali ke kelas”
ucap Pak Budi dengan tegas.

Aku akhirnya berdiskusi dengan para guru dan berjanji akan membuktikan
bahwa diriku tidak bersalah. Aku juga sangat bersyukur karena Nanda dan Santi tetap
mempercayaiku sepenuhnya. Mereka membantuku dalam mengecek cctv sekolahan.
Kebenaran perlahan mulai terbongkar. Aku tahu yang melaporkan adalah Dini dan
Rani, si kembar bersaudara yang memang jarang bergaul di kelas namun pintar. Dalam
tayangan cctv juga tertangkap bahwa si kembarlah yang bekerja sama untuk memfitnah
diriku.

Siang itu saat jam istirahat, dibantu Nanda dan Santi, kami mengungkap
kebenaran. Kami tunjukkan bukti rekaman cctv kepada Dini dan Rani. Mereka
ketakutan namun lama-lama menjadi marah. “Sial, kamu memang cewek sialan! Kami
itu juga pintar, kenapa hanya kamu yang disanjung?” ucap Dini dengan nada
melengking. “Iya, kami juga mati-matian belajar tapi selalu kamu yang unggul. Kami
benci iyu!” timpal Rani. Aku terkejut dan tidak menyangka bahwa alasan perbuatan
busuk mereka atas dasar iri hati. Mereka juga tidak meminta maaf sedikitpun padaku.

Segera kubawa bukti rekaman ke ruang guru. Para guru terkejut dan segera
meminta maaf padaku. Rani dan Dini juga dipanggil untuk diberi nasehat serta
mendapat hukuman skors selama satu minggu. Aku, Nanda dan Santi sangat lega telah
berhasil menuntaskan masalah kali ini.

Seminggu kemudian, Dini dan Rani sudah mulai masuk sekolah. Pagi itu,
mereka datang padaku dan meminta maaf sambil menyesal. Aku memaafkan mereka
sekaligus menasehati agar lebih membuka diri kepada kawan-kawan lainnya. Akhirnya,
segala kekacauan yang terjadi padaku belakangan ini dapat terselesaikan dengan damai.
Karena kami kawan bukan lawan.

No Tokoh Penokohan Karakter


1 Laras Protagonis (Tokoh Pemberani, Percaya Diri,
Utama) Senang Bergaul
2 Nanda Protagonis Setia Kawan, Pengertian
3 Santi Protagonis Setia Kawan, Pengertian
4 Dini Antagonis Tidak Mau Kalah, Licik
5 Rani Antagonis Tidak Mau Kalah, Licik
6 Pak Ranto Tritagonis Mudah Emosi, Ringan Tangan,
Mau Mengakui Kesalahan
7 Pak Budi Protagonis Bijaksana, Sabar, Tegas
8 Bu Rista Protagonis Bijaksana, Bertanggungjawab

Anda mungkin juga menyukai