Halaman Judul i
Bicaralah Rindu
Penulis :
Wisnu Trisetya
Halaman Judul
Halaman Judul i
Halaman Judul
Bicaralah Rindu
V, 81 hlm, 15 x 21 cm
Buku Umum, Isi Pembahasan 70 Halaman
ISBN : 978-623-88289-9-9
Penulis : Wisnu Trisetya
Tata Letak : Alma Fadilla Putri
Editor & Sampul : Rachmawati
Gambar : pngtree.com
Harga : Rp.50.000,-
Dapat diperoleh :
https://penerbityayasanfk.sekolahfastkhair.sch.id/202
3/10/18/bicaralah-rindu/
Wisnu Trisetya
Daftar Isi v
Tertahan ........................................................................ 35
Rindu Menyayat Hati .................................................... 36
Surat Rindu ................................................................... 37
Rindu Anakku ............................................................... 39
Mimpi Haru ................................................................... 40
Main Sajak .................................................................... 41
Bersua ........................................................................... 42
Jawaban Mimpi ............................................................. 43
Gatot Kaca .................................................................... 44
Tepi Hati ....................................................................... 46
Menunggu Saja ............................................................. 47
Sabar itu Budi ............................................................... 49
Layu .............................................................................. 50
Masak ............................................................................ 51
Menjemput .................................................................... 52
Kuasa............................................................................. 53
Teras Pagi...................................................................... 54
Sambil Lalu ................................................................... 55
Warna Mentari .............................................................. 56
Hilang............................................................................ 57
Orang Bijak ................................................................... 58
Merayu .......................................................................... 59
Prasangka ...................................................................... 61
Sore Semarang .............................................................. 62
Tempat Rehat ................................................................ 63
Kantuk ........................................................................... 64
Cinta Keropos ............................................................... 65
Demi .............................................................................. 66
Radio ............................................................................. 67
Kakak Adik ................................................................... 68
Terkurung ...................................................................... 69
Upacara ......................................................................... 70
1 Wisnu Trisetya
Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC 2)
Aku manusia
Bukan anak dewa,
Bisa sabar
Bisa kecewa
Bisa marah
Banyak syukur,
Jangan banyak dengkur.
Kalau hidup mu ditukar jadi aku
Kekasih hatiku
Masa berat.
Untuk kita bisa
Memberi pengertian dengan sabar dan tepat.
Karena virus menyebar begitu cepat.
Perlu tindakan nekat.
Kita negara hebat.
Yang kehidupannya sungguh bersahabat.
Orang nya hangat.
Tangan mudah menjabat.
Namun Membuat virus pindah tempat.
Masa berat,
Kita perlu berdoa dan usaha kuat.
Semoga wabah segera lewat.
Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat.
Ghibah oh gibah
Lebih ringan dari kulit gabah.
Bisa jadi dosa segede gajah.
Sungguh amal ibadah yang melimpah bisa
berpindah.
Hanya dari ujung lidah.
Impian punya istana surga yang megah bisa
sirna musnah.
Ghibah oh ghibah,
Kala cinta menjadi rendah.
Saling lempar anak panah.
Saudara seiman pada haus darah.
Ghibah oh ghibah.
Ramadhan pun jadi tumpah ruah.
Media sosial ahli fitnah.
Wahai diriku pelaku dan penikmat gibah.
Semoga dengan Ramadhan Allah merubahmu,
Menabur kata indah,
Membawa berkah,
Menguatkan ukhuwah,
Amin.
Selamat hari.....guru.
Sengaja ku terlambatkan.
Biar tak wajib kuucapkan.
Sebab lama kupikirkan.
Apalah arti ucapan tanpa pengorbanan...
Obrolan kita
Asal boncengan berdua
Cuci mata dalam kota
Diatas Yamaha
Daku berkata
"Malam sabtu biar kau milikku"
Hanya aku dan kamu,
Layaknya waktu dulu
Tanpa bocil,
Yang terjepit,
Antara kau dan aku.
Malam sabtu
Biar aku kau peluk
Main rangkul
Mencubit lemak lemak diperut.
Tanpa bocil
Yang tertidur nyenyak
Dilengan yg kesemutan.
Malam sabtu
Biar kita berdua saja
Tersebab malam lain
Jadi milik mereka
Ingin seperti masa muda
Sudah lagi tak bisa
Sebuah kesetian..
Terkubur dalam abu
Saya bayangkan perih itu.
Ketika ia menahan bara,
dan tubuh tiada kuasa.
Sebuah kesetian bicara.
Hidup ia lepaskn kembali pada Sang Pencipta.
Bersimpuh menahan peluh.
Kesetian bicara dan bercerita, lewat orang tua.
Lewat kaki gunung dan lereng.
Pada kehidupan yang mengabdi.
Temani kami,
Agar tak pergi dalam dunia maya
Mencari teman sehati
Dan membanggakan
Dunia akhirat.
Amin
Aku menggerutu,padaku
Diseret praduga menunggu waktu
Aku disiksa,padanya
Dipaksa prasangka tak berpunya
Antara cemasmu
Ada jembatan
Yang membentang
Menghubungkan ibu
Dengan anaknya
Yang sakit
Antara tawamu
Terlihat
Ada jembatan
Yang panjang
Yang tak habis jalan
Diatas sedih
Antara kita
Ada jembatan
Yang tak punya ujung
Tak bisa dilintasi
Dua arah.
Yang dijaga pasukan
Agar tak saling datang
Antara hujan
Dengan pagi
Ada jembatan
Yang kau pakai menuggu
Kabar terbaru
Dikirim mendung melalui
Air yang dingin.
Waktu dewasa
Aku pakai kata Sayang
Panggilan kesayangan
Kulafalkan bukan untuk ibu, Padahal ia yang
mengajari ku
Wahai diriku,
Kurasa kau lebih memerlukan nasihat itu.
Ketimbang kau hina dgn tulisan tanganmu.
Sungguh diriku,,,
Kau lebih butuh berubah daripada berulah.
Daripada sekedar mengadu saudara.
Wahai jiwaku, apakah kau lihat kitab di sisi
bahumu.
Atau kau sendiri yang menulisnya?.
Sekali kali tidak.
Melainkan disetiap sisi ada saksi dan penulisnya.
Wahai kekasihku, pemilik diriku.
Hari pahlawan.
Daku mengenang.
Pribadi pribadi penuh juang.
Dalam kata kupadu padan.
Yang tertahan,
Karena hujan,
Belum bisa pergi
Untuk pulang.
Meskipun rindu
Sudah kepayang.
Terjebak suasana,
Seperti mau pergi
Takut basah.
Tak pergi
Hati gelisah.
Hilang semangatku...
Tinggal lelahku.
Ikhlas di kalbu,--- masih kuramu.
Lunglai asaku..
Rindu anak-ku
Terasa hangatnya.
Senyum sang mentari.
Yang selalu ku tunggu di sini
Ditemani secangkir kopi.
Meski hanya sejenak dan
Berwarna merah jambu
Kami merayu-Mu,,
Wahai rabb maha perkasa,
Untuk bertahan dalam asa,
Karena ilmu kami sungguh terbatasnya,
Jalan keluar seperti tiada.
Kami merayu-Mu,,
Wahai rabb yang pengasih,
Dalam rasa yang fasih,
Karena kami sungguh hampir tersisih.
Dari perjalanan yang tertatih.
Dirayu kantuk
Untuk tidur
Meninggalkanmu
Dalam percakapan
Yang serius
Tentang canda
Roboh saja
Kau ego
Sudah keropos
Termakan cinta
Sekelumit mu jadi rapuh
Rumit terbelilit hal lain
Hal yang kusangsi
Dapat bertahan
Mana ku tahan
Penuh tangis
bongkar saja
Tumpukan sampah-sampah
Kenangan yang kau bangun
Aku muak
Terjerat
Makin erat
Wangi cinta
Kini sudah busuk