Anda di halaman 1dari 92

Negeri

Puisi
Pelajar, Alumni dan Guru MA. Mahida Ngagel

i
Sanksi PelanggaranPasal 72 Undang-Undang RI Nomor
19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak


melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1)
dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan
dan /atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00
(satu juta), atau pidana penjara paling lama 7
(Tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan,
memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil
pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun, atau dikenakan denda paling banyak
Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak
memperbanyak penggunaan diperuntukkan
kepentingan komersial Program Komputer
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Dilarang keras mengutip, memperbanyak


sebagian atau seluruh isi buku ini serta
memperjualbelikannya tanpa seizin penerbit
dan penulis.

ii
Negeri
Puisi
Pelajar, Alumni dan Guru MA. Mahida Ngagel

iii
Katalog Dalam Terbitan (KDT) Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia
Negeri Puisi
Pelajar, Alumni dan Guru MA. Mahida Ngagel

ISBN: 978-602-50465-3-7
Cetakan: I, November 2017
Tebal: 21 x 14 cm, x + 82 Halaman
Hak cipta dilindungi undang-undang
All rights reserved

Prakata: Kepala MA. Manahijul Huda (MAHIDA) Ngagel


Penulis: Pelajar, Alumni dan Guru MA. MAHIDA Ngagel
Penyunting: Alfiriz Nadhira dan Hamidulloh Ibda
Desain Sampul: Dimas El-Paroni

Diterbitkan: CV. Pilar Nusantara


Jl. Soekarno Hatta No. 131 Pedurungan, Kota Semarang,
Jawa Tengah.
Telepon: (024) 76423442 / 081329040665
Email : pilarnusapress@gmail.com
Website : www.pilarnusa.net
Didistribusikan: Syakira Press

iv
SAMBUTAN
Kepala MA. MAHIDA Ngagel

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillahi Robbil’alamin, puji dan juga


syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya
kepada kita semua. Selawat serta salam semoga
selamanya dicurahkan dan limpahkan kepada Idola
kita, junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, dan para sahabatnya. Semoga kita
semua dalam menjalani hidup dan kehidupan di
dunia ini mendapat rida dan magfiroh Allah SWT.

Alhamdulillah, para peserta didik, alumni,


dan guru MA. MAHIDA YAPIM terutama peserta
didik yang ikut bergabung di LPS CENDEKIA
MAHIDA periode 2016/2017 ini telah mampu
menerbitkan atau meluncurkan buku antologi puisi
berjudul “Negeri Puisi”. Ini adalah merupakan
sebuah karya yang dibuat untuk mengapresiasi
sastra, khususnya puisi. Di dalam antologi ini, kita
akan temukan berbagai hal, seperti cita-cita, cinta
dan kasih sayang, hidup dan kehidupan, manusia
dan kemanusian. Melalui buku antologi puisi ini,

v
para peserta didik dapat semakin memaknai
berbagai hal dalam kehidupan, serta semakin
menguatkan kemampuan para peserta didik di
dalam menghasilkan karya sastra, sebagai suatu
bidang ilmu yang bersentuhan dengan hati nurani
manusia, yang akhir-akhir ini sudah banyak
manusia yang jauh bahkan hilang sebagian besar
hati nuraninya.

Saya selaku orang yang dituakan di MA.


MAHIDA YAPIM, mohon dan penuh harap, buku ini
bukan hanya menjadi bacaan ringan bagi siapa saja,
tapi juga dapat memperluas khazanah keilmuan
dan pustaka para peserta didik, khususnya bagi MA
MAHIDA YAPIM Ngagel, Dukuhseti, Pati. Saya juga
berharap dengan terbitnya buku Antologi puisi ini,
para peserta didik MA. MAHIDA bisa dan mampu
mengembangkan tradisi budaya literasi menulis
buku. Karena hal ini dapat semakin membuktikan
bahwa Madrasah Aliyah tidak lagi hanya dianggap
sebagai institusi pendidikan pinggiran, yang hanya
dapat mencetak pengangguran atau “kaum
sarungan” atau paling-paling calon “modin”, tetapi
Madrasah Aliyah akan dianggap sebagai lembaga
pendidikan yang mempunyai andil dan kontribusi
besar dalam pembangunan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang unggul, berprestasi, berkarakter, dan
bertakwa. Karena sebenarnya Madrasah Aliyah
adalah jembatan emas untuk masa depan yang

vi
lebih baik dan yang lebih bermanfaat di dunia dan
di akhirat.

Akhirnya, saya memohon kepada Allah


semoga buku antologi puisi ini bermanfaat dan
saya sangat berterima kasih kepada semua pihak
yang telah mendukung penerbitan buku ini. Saya
berharap ini dapat menjadi penyemangat siswa dan
guru yang lain untuk dapat membuat karya-karya
lain yang lebih baik dan menarik. Atau di tahun
yang akan datang, akan ada lagi antologi-antologi
puisi yang lebih cemerlang. Ingat kata orang bijak,
“Aku ada karena aku menulis”, dan camkan kata-
kata ini “satu peluru hanya bisa menembus satu
kepala, tapi satu tulisan mampu menembus ribuan
kepala”. Semoga kalimat penyemangat ini bisa
menjadi pelecut kita semua terutama peserta didik
MA MAHIDA YAPIM Ngagel untuk terus menulis
dan juga mengajak orang-orang untuk menulis.

Wassalamu’aliku Warahmatullahi Wabarokatuh.

Pati, 3 November 2017


Kepala MA Manahijul Huda
H. Baidlowi Ahmad, S.Pd.I

vii
DAFTAR ISI

Sambutan Kepala MA. MAHIDA Ngagel - v


Daftar Isi - viii

Negeri Palsu (Aksa Ananta, M.H) - 1


Tanah Airku (M. Taufiq Hidayatullah) - 2
Negeri(ku?) (Sahrozi) – 4
Pertiwi (Muhammad Shobaruddin) – 5
Nusantara Berbalut Senja (Nusrotul Millah) – 7
Aku Tidak Tahu (Ahmad Khoirurrozikin) – 8
Kaisar Pengganti Tuhan (Zaenal Arifin) – 9
Siapakah Aku? (Khoirul Anwar) – 11
Negeriku (Siti Musfiroh) – 12
Kamu (Epha) – 14
Alam Bisu (Siti Mu'annifah) – 16
Aku Dengar (Laily Indah M) – 17
Di Sini lah Aku Terlahir (Faa Ulfa) – 18
Sampah Berdasi (M. Hilal Ansori) – 19
Indonesia Tercinta (Fasiha Nurfatin) – 20
Negeri atas Awan (Laili Noor Alfisyhr) – 21
Kugenggam Dunia (Fitrotul Muntamah) – 22
Negeriku yang Makmur (Ah. Khoironi) – 24
Negeri Kebanggaanku (Tami Rosidah) – 25
Negeriku Tercinta (Muhammad Sholeh) – 26
Indonesia di Mana (Mana) (Alfiriz Nadhira) – 27
Aku (Desi Mellianawati) – 28
Kita untuk Negeri Kita (Nur Lailatin Nisfah Tin) – 30
Deskripsi Negeriku (Anggustu Muhammad) – 31
Cerita Dalam Negeri (Dewi Nuria Septiani) – 32
Indahnya Negeriku (Moh. Nasikhun Amin) – 33
Negeriku, yang Katanya Tanah Surga
(Alfiyaturrohmah) – 35

viii
Jayalah Negeriku (Mishwarotul Hasanah) – 37
Suara Hati untuk Negeriku (Arrifna Fuada Zuka) – 39
Tanah Airku (Isna Aryani) – 41
Suara Rakyat Negeri (Nur Lailatin Nisfah El) – 42
Impian (Aima Yeoja Asviana) – 43
Ini lah Negeriku (Shofiana Mariana) – 44
Kamu Kaya (Rofiatul Himmah) – 45
Indahnya Indonesia (Meliana Dwi Hidayah) – 46
Negeriku Indonesiaku (Yanti Yuliana) – 47
Pesona Negeriku (M Afif Libasut Takwa) – 48
Tapak Jejakku (Vika Vironika) – 49
Ubah Negeriku (Ah. Aslih Amami) – 50
Jayalah Indonesiaku (Muhammad Ibrahim Musa) – 52
Negeriku (Widya Lestari) – 55
Tangisan Negeriku (Eri Nur Hidayat) – 56
Tanah Airku yang Kucinta (Fitaria Nurul Marisa) – 57
Jaya Indonesiaku (M Zidan Afroh) – 58
Berjaya lah Negeriku (Indah fitriani) – 59
Apa Jadinya? (Finaul Hikmah) – 60
Tanah Surga Katanya (Julikah) – 61
Sang Merah Putih Di Penghujung Senja (Najla
Alfiana) – 62
Aku Ingin Itu (Muh. Hisamuddin) – 63
Mimpi Anak Negeri (Muhammad Yusron Roza) – 64
Tangisan Negeri (Laily Ni’matul Ulya) – 65
Negeri Surga Katanya (Nur Hidayah) – 66
Negeriku (Isnatul Fitri) – 67
Coretan Pena Untuk Negeriku (Lilik Qurroatul
Ayun) – 68
Yang Kecil Tak Boleh Bersuara (Nilati Dzakiya) – 69
Negeriku (Inarotul Laila) – 70
Bumiku (Widayatin, S.Pd) – 71
Negeri Bagi Ayahku (Mahmudah, SH., S.Pd) - 72

ix
(Yang Katamu) Tercinta (Barorotul Ulfah Arofah) - 74
Negeri Puisi (Moden Enka) – 75
Gaduh Kemplotak (Muh. Husnul Asfa) - 77
Negeri yang Cemas (Hamidulloh Ibda) - 79
Negeriku Nan Elok (H. Baidlowi Ahmad, S.Pd.I) - 81

x
NEGERI PALSU
Oleh Aksa Ananta M.H
Alumni MA Mahida 2005

Pagi ini
Ku eja dan ku hafal lagi tanah negeri ini
Negeri yang rautnya dihiasi biru langit warna
pelangi
Negeri yang eloknya bumi tak bisa dijabarkan
dengan sejuta kata
Itu katanya..
Ini negeri impian bak surga kuasa
Ah.. ini hanya cerita atau tinggal cerita
Atau hanya hafalan nyanyian lagu sedu sedan
belaka
Tidakkah mereka tau?
Negeriku merintih menahan perih
Kala anak bangsa menelan lara
Layaknya di atas panggung sandiwara
Paras cantik namun berbungkus nista perilaku
penguasa
Anak bangsa dimuliakan dengan pujian kepalsuan
Duhai negeriku..
Aku hanya mampu mendengar pekikan nyaring
nurani bangsa
Lalu Ku tulis dalam bait-bait puisiku
Kalaupun harus mati bangsa ini
Tak ingin ku mengukir nisan
dalam pahatan seniman-seniman nafsu adami
Namun begitu aku masih saja berhasrat
Tertoreh pena sejarah seperti masa lalu
Dengan cerita-cerita indah dalam lembaran
nusantara baru

1
TANAH AIRKU

Oleh M. Taufiq Hidayatullah


Alumni MA Mahida 2009

Aku hafal betul lagu ini, kawan


Lagu yang sering kita nyanyikan penuh kerinduan
Rindu masa kecil nanpolos
Berlarian menuju surau di pojok kampong untuk
sembahyang
Mengaji, mendengarkan ceramah dari pak kiyai
Tak melulu agama, juga lakon pejuang di bumi
pertiwi
Lagu ini selalu penuyup cerita pak kiyai
“Tanah airku tidak kulupakan
Yang terkenang selama hidupku
Biarpun saya perg ijauh
Tidakkan hilang dari kalbu
Tanahku yang kucintai, engkau kuhargai"
Tanahku yang kucintai, tanah merdeka
Tanah istimewa
Tanah yang menyimpan banyak cerita
Suka, duka, canda, dantawa
Alam, manusia, pun budayanya
Berabad- abad berpeluh darah dan air mata
Tak pandang suku, ras, dan agama
Demi apa?
Demi tanah yang merdeka
Indonesia...
Aku masih sangat hafal lagu ini, kawan

Lagu yang sering kita nyanyikan dengan penuh


kebanggaan

2
“Walaupun banyak negeri kujalani
Yang mahsyur permai dikata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Di sanalahku rasa senang"

Tapi kini, entah kenapa


Tanahku tak lagi ramah
Korupsi melimpah
Kejujuran tinggal sejarah
Ribut dan rusuhmenhal lumrah
Masing-masing beradu kencan gurat leher, penuh
amarah
Demi apa? entah...
Tanah ini semakin menyeramkan
Pesan dama ipara Agamawan semakin jarang
berkumandang
Mereka menjelma palu hakim, bahkan serupa
algojo
Di Masjid khotbah "bunuh!"
Di televisi berkata "bunuh!"
Di media social menyebar "bunuh!"
Di pinggir jalanpun teriak "bunuh!"
Demi apa?
Demi apa?
Aku masih sangat hafal lagu iini, kawan
Meski tanah ini telah demikian adanya
Tapi keyakinan harus selalu ada
Bahwa nanti, anak cucu kita
Kembali menyanyikan lagu ini dengan rasa rindu
dan penuh kebanggaan...
”Tanah kutak kulupakan...
Engkau kubanggakan"

3
NEGERI(KU?)

Oleh Sahrozi
Alumni MA Mahida 2010

Pantaskah kusematkan kata (ku) dibalik kata


negeri itu.
Aku takut, aku hanya mengaku-aku saja.
Ikan yang kuambil dari lautnya, durinya kulempar
ke jalan.
Kayu yang kurampas dari hutannya, rantingnya
kubuang ke kali.
Minyak yang kugali, hasilnya kujual ke tetangga.
Padi yang kutanam, beras tetangga yang kumakan.
Lalu, itu kah aku? Yang kataku negeri(ku?)
Kalau bukan (ku) lalu negeri siapa?
Negeri(kita?) Ah, itupun aku tak pantas.
Karena masih ada aku di -kita- kalau bukan (kita)
lalu negeri siapa?
Negeri(mu?) Di mana aku?
Kalau bukan (mu) lalu negeri siapa?
Negeri (mereka?) Siapa mereka itu?
Di mana kita?
Lalu, ini negeri siapa?

4
PERTIWI
Oleh Muhammad Shobaruddin
Alumni MA Mahida 2011

Pertiwi,
kau begitu mempesona dan menawan
Balutan jubah hijau yang indah, menguntai di
Kalimantan hingga Sumatera
Selendang biru dari sutra yang menawan,
membentang luas dari selatan hingga utara
Mahkota emas yang megah, menjulang di Papua.
Semua perhiasan yang kau kenakan, tampak
anggun dan mempesona

Pertiwi,
Namun, nasibmu kini sungguh malang,
Jubah hijaumu dibakar dan dijarah untuk
diperdagangkan
Selendang biru sutramu dicuri oleh perompak
Dan mahkota emas mu dieksploitasi oleh segelintir
orang tamak
Dulu kau memang mempesona, namun kini kau
hampir kehilangan segalanya

Pertiwi,
Ke mana anak-anakmu, saat kehormatanmu dicuri
oleh mereka
Ooooooh...
Rupanya mereka terlena
Terlena oleh sosial media yang membuatnya lupa
daratan
Terlena oleh kenikmatan semu dari perilaku
hedonis

5
Terlena oleh ‘gaya’ demi prestise

Pertiwi,
Semoga Tuhan lekas menyadarkan anak-anakmu
Mengembalikan jubah hijau, selendang sutra biru,
dan mahkota emas yang terjarah.

6
NUSANTARA BERBALUT SENJA

Oleh Nusrotul Millah


Alumni MA Mahida 2011

Kini daun hijaumu berbalut abu-abu


Bahkan abu
Tapal batas semakin terbatas
Paru-paru dunia bak senja
Nusantara, Jamrud khatulistiwa
Kini tinggal nama
Entahlah ? tanggan serakah menjamah

Birokrat liar
Daging, gula, beras, kayu, aspal, beserta punggawa
bercengkrama
Delik kuasa di atas kuasa
Jas hitam, kemeja licin, sepatu mengkilat, bersua
Balutan jas orange menyerupakan panggung
sandiwara

Menuju surga nestapa bertuliskan “tahanan KPK”

7
AKU TIDAK TAHU

Oleh Ahmad Khoirurrozikin


Alumni MA mahida 2012

Perlukah kau tahu dari mana asalku


Dan seperti apa negeri tempat tinggalku

Begitu pentingkah harus kujelaskan


Sampai aku tulis banyak ungkapan
Mereka bilang kesadaran adalah awal
pembentukan
Dan candu dalam keputusan menegaskan
keberedaan

Benar, sulit untuk ditegaskan maksudnya


Karena aku tidak lagi mengenalnya
Entah, seperti apa penghuninya
Kupikir mereka masih membendung tanya

Seperti apa masa depan negeriku


Akankah mampu bersatu padu

Mungkin ini hanya waktu yang berulah


Hingga air hujan memadatakan tanah

Jangan tanyakan lagi tentang negeriku


Kupukir itu seperti mimpi masa lalu
Bukan karena aku tidak mau tahu
Hanya saja, memikirkannya membuatku pilu

8
KAISAR PENGGANTI TUHAN

Oleh Zaenal Arifin


Alumni MA Mahida 2012

Dunia ini ibarat kapas yang terbakar.


Manusia -manusia sombong mengakui diri mereka
dengn sebutan: Tuhan.
Api dendam seraya berkobar untuk menghabisi
saudara mereka sendiri.
Kertas hanyalah curahan tinta hitam yang menjadi
saksi kemunafikan.
Gunung - gunung tempat bersendawa,
Mereka jadikan pusat nuklir dan narkoba.
Sampah - sampah penghalang,
Mereka biarkan bergelimpangan di jalan.
Gedung - gedung pencakar langit,
Mereka jadikan mengiba atas segala keringatnya.
Gereja dan Masjid,
Bukan lagi tempat untuk berdoa
melainkan tempat berfoya - foya.

Malam dan siang,


Hanyalah tumpukan waktu yang tak mampu
mereka artikan.
Pusat nuklir dan militer yang mereka dirikan ,
Hanyalah penguat daulah kholifah mereka.

Mereka seraya berkata:


Kami adalah Tuhan
Kaki kami adalah baja.
Tangan kami adalah besi.
Jantung kami adalah pesawat tempur.

9
Pilot kami adalah nuklir.
Lalu sampah - sampah yang tersisa,
Menobatkan diri mereka sebagai hamba.
Mata mereka lebam oleh peluru dan granat.
Mereka tak lagi punya malaikat untuk menurunkan
firman Tuhan mereka.
Lalu gadis mereka adalah persembahan untuk
nafsu tuhan mereka.

Dunia telah rata dengan tanah.


Uturan tata negara, telah terganti oleh aturan
kaisar yang mengaku Tuhan tertinggi diantara
mereka.

Bumi pun menangis:


Hidupku adalah tarikan nafasmu.
Laut dan gunung adalah kemasyhuranmu.
Lalu mengapa kau ambil darah dagingku sebagai
tumbal segala kekuasaanmu?
Kaulah makhluk paling durjana pengganti Tuhan,
padahal Tuhan telah melaknatmu.

10
SIAPAKAH AKU?

Oleh Khoirul Anwar


Alumni MA Mahida 2013

Siapakah aku
Diriku yang sangat menawan
Diriku yang penuh keramahan
Diriku yang penuh dengan kehijauan

Siapakah aku...
Aku yang elok gagah perkasa
Aku yang dipuja sepanjang masa
Aku yang mempuanyai ribuan bahasa
Aku yang mempunyai beragam agama

Siapakah aku...
Aku juga terlalu indah untuk dilukiskan
Aku dengan penuh keberagaman disetiap suku
Aku penuh dengan kekayaan yang melimpah
Pantai kuta dan sanur dibali ialah milikku..

Siapakah aku...
Lingkungan yang begitu bersih makanan yang
begitu lezat semua lahir dariku

Siapakah aku...
Aku lah INDONESIA...

11
NEGERIKU

Oleh Siti Musfiroh


Aluimni MA Mahida 2013

Negeriku
Katanya kau negara yang indah
Tapi mengapa rakyat kian resah
Ngeriku, sumber daya alammu yang melimpah
Tapi masih banyak orang mengambil sisa makanan
disampah
Mengapa masih banyak yang merasa payah
Masih banyak yang tak mampu sekolah
Negeriku
Kau terkenal zamrud khatulistiwa
Laksana surganya dunia
Kau kaya akan segalanya
Tapi, mengapa kami harus menderita
Mengapa banyak yang sengsara

Negeriku.....
Katanya kamu menjunjung tinggi etika
Kehidupannmu berlandaskan norma
Tapi, mengapa banyak yang dalam penjara
Banyak yang bertemu membuang muka
Seolah mereka tiada merasa
Bahwa kita dalam satu bangsa
Satu bahasa, senasib bersama

Negeriku
Kau memiliki orang orang hebat
Dikaruniai orang orang yang berbakat
Tapi mengapa kemajuanmu tersendat

12
Negeriku
Negara yang menjunjung tinggi peraturan
Tapi rakyatmu tak karuan
Hidupnya penuh kenastapaan
Penuh dengan kecurangan
Curang yang tiada pernah ada batasan
Curang yang berkepanjangan
Kejahatan yang terselimuti
Semua laksana dalam mimpi
Tiada yang mengerti
Kapan kejahatan itu terhenti
Ke mana wakil rakyatmu selama ini
Kami rindu keadilanmu
Kami rindu ketegasanmu
Rindu keberanianmu
Rindu kejujuranmu
Kangen akan segala kebaikanmu

13
KAMU

Oleh Epha
Alumni MA Mahida 2015

Kamu, iya kamu


Tiada perlu kau tolah toleh jika hitammu terang
sudah

Kamu, iya kamu


Tak perlu lagi kau tengak tengok jika borokmu
menguar gerah
Teruslah kau berceloteh tentang manisnya madu
yang kau janjikan di hutan sana
Tapi nyata jiwamu masih tenggelam di asin lautan
Bagaimanalah kau terbangkan debu jika tanah
terus kau siram dengan air terkutuk
Sudahlah, tidakkah itu percuma?

Wahai kamu, iya kamu


Tidakkah kau malu
Kau tanami berhektar sawah, tapi tanganmu masih
mengemis beras mereka
Kau ternakkan berjuta sapi, namun kau bilang
“dagingnya tidak cukup.., masih kurang..”
Kau jahit baju sendiri tapi memakai pun kau tak
sudi

Apa mau kamu, iya kamu


Kurang bagaimanalah bumi yang setiap hari kau
kencingi namun tiada henti membanjirimu dengan
rubi

14
Kau jual dengan harga murah namun kau beli
dengan harga tinggi
Di manakah isi kepala yang kau banggakan selama
ini?
Hancurkanlah negeri ini dengan mentalmu yang
basi
Lokal disingkirkan, impor digembar-gembor
Malu lah aku mengikuti langkahmu yang tak
berjuntrung

Kamu, iya kamu


Sebenarnya saya sudah malas memanggil kamu
Mobil kau impor, jelas
Motor kau impor, wajar
Laptop, komputer, harus
Handphone kau impor, maklum lah yau
Mana sanggup kau buat macam itu
Tapi jika sampai garam yang kau kecap setiap
harinya harus kau beli dari mereka juga
Maka tunggulah Indonesia ini akan memenggal
kepalanya sendiri demi mengenyangkan perutmu!
Hanya satu yang tidak impor dari negeri surga
impor
Pencopet dan Koruptor

Kamu, iya kamu


Kamu yang dicintai tapi tak pernah membalas cinta
tulus dari Indonesiaku

15
ALAM BISU

Oleh Siti Mu’annifah


Alumni MA Mahida 2015

Yang terbang tinggi tak pernah sampai


Tampak langit hanya sebanyak ilusi
Yang kumuh tak bernoda
Biar lah terhalang dinding samudra
Biar lah…
Biar lah hukum bercinta dengan kekuasaan
Lengan berbintang terbudak
Biar lah alam bisu tak berpalu
Tumbuh beranggap tanaman liar
Setelah gelap membutakan matamu
Kau diam menunduk seperti batu
Seakan senyum musnah tersapu debu
Melawan kecepatan peluru dengan sepucuk bambu
Biar tubuh bersisik duri
Biar lah mati tak bergaji
Dengan darah ia kembali suci
Penuh bangga tersenyum pada negeri
Walau dianggap bukan perang bersejarah
Langit runtuh di atas kepala penjajah
Setelah tumbang dengan bendera di genggamanmu
Ku persembahkan merah putih di nisanmu
Aku: Aku yang tetap menmisteri
Biar cacing tanah yang mengukir nama ini

16
AKU DENGAR

Oleh Laily Indah M


Alumni MA Mahida 2015

Kudengar, engkau dijajah beratus ratus tahun.


Kudengar, engkau diperjuangkan mati matian
hingga nyawa taruhan.
Kudengar, engkau banyak menghasilkan kekayaan .
Kudengar dan kudengar, entah berapa kali yang
kudengar.
Sekarang engkau telah merdeka.
Tapi apa??

Engkau masih saja dijajah.


Dijajah dari banyak arah.
Kekayaan yang melimpah ruah membuat kami
terlena.
Hingga sebagian dari kami tak henti henti untuk
mengeksploitasi.
Sampai engkau mengeluarkan kemarahan yang tak
lain adalah bentuk dari kesakitan.
Oh bumi pertiwi, maafkan kami yang lupa untuk
mewarisi anak cucu kami.
Doakan kami semoga tak menyakitimu lagi.
Engkau tetap di hati kami.
Tempat berlindung kami sampai akhir hayat nanti.

17
DI SINI LAH AKU TERLAHIR

Oleh Faa Ulfa


Alumni MA Mahida 2016

Di sini lah aku terlahir


Oleh sepasang orang terkasih
Di sini lah aku terlatih
Oleh segerombolan orang yang terdidik Negeriku
sayang..
Aku mengenalimu sebagai pusakaku Indonesiaku
tercinta...
Aku ingin engkau mendengar bagaimana aku
memohon padamu
Tak ada ruang tuk mewakili
Aku terlahir sepi
Dalam ketidak adilan bangsa ini
Semua hanyalah ilusi
Jika aku mampu membahagiakanmu sampai saat
ini ahh..
Bukan lagi Aku memuji seseorang yang mampu
menegakkan bangsa ini
Lagi ku mencintainya dengan seribu keadilan Jika
itu memang harus !

18
SAMPAH BERDASI

Oleh M. Hilal Ansori


Alumni MA Mahida 2016

Negeriku
Negerimu
Negeri kita semua
Negeri nan tanah surga
Banyak suku, pulau nan budaya
Negeri ini tanah surga
Gunungnya, pantainya, alamnya begitu mempesona
Namun..
Negeri ini kotor akan tikus tikus kantor
Dialah sampah akan sampah, sampah berdasi
Akan sampah-sampah berprestasi
Hingga pantas untuk dicaci maki
Hingga pantas untuk dimusnahkan
Negeriku
Negeri merah putih yang rupawan
Negeri yang melambangkan kesucian
Kini remuk karna sampah-sampah berdasi
Negeriku negri yang ku cinta

19
INDONESIA TERCINTA

Oleh Fasiha Nurfatin


Alumni MA Mahida 2016

Ku memandang jauh di sana lautan luas


Yang amat mempesona beribu pulau berjajar
gunung sawah dan lautan
Semua kaya akan hasil alam Indonesiaku...
Negeri dengan sejuta estetika yang penuh cerita
tentang budaya
Negeri nan indah akan potensinya
Ku berdiri dengan bangga bahwa negeriku indah
elok bijaksana

Tanah airku...
Tanah tumpah darahku cinta kasihku kuberikan
untukmu
Untaian doa terselip namamu hingga tersimpan
dalam lubuk hatiku
Meski ku harus pergi jauh darimu tanah
kelahiranku
Tetap memenuhi otakku negeriku Indonesia...
Bendera berkibar di atas tiangnya garuda terbang
tinggi bentangkan sayapnya
Saatnya kami generasi muda membawa Indonesia
lebih sejahtera
Agar jaya selamanya Indonesia kami tercinta

20
NEGERI ATAS AWAN

Oleh Laili Noor Alfisyhr


Alumni MA Mahida 2016

Ku susuri hingga ke pelosok negeri


Untuk mengenali ibu pertiwi
Dari penjudi yang rela mati
Hingga membebas lubung hati
Ku temukan tanah muara batua
Di ujung utara pulau Jawa
Bukan Jakarta atau Surabaya
Bukan pula sepenggal kisah di Batavia
Ku lihat senyum membela lembu
Ada juga tarian pemeras sagu
Mereka teriak mereka negeriku
Kami kenyang di pundakmu
Di sini tampak mentari penuh warna
Terlukis cantik, langit di hamparan samudra
Ku tengok ke bawah dari atas sampan
Aku seperti hidup di negeri atas awan
Angin hentikan lajumu
Sampaikan pesan pada leluhurku
Takkan pernah hilang wajah syukurku
Masa menyanjung negeriku takkan barakhir
Layak sampan abadi di atas air
Dari tujuh lembar langit
Akan kutulis tentang istimewanya negeriku

21
KUGENGGAM DUNIA

Oleh Fitrotul Muntamah


Alumni MA Mahida 2017

Menggenggam dunia pena usang bercerita,


Tentang perjuangan seorang pemuda
Yang mengabdikan dirinya pada bangsa
Membiarkan dirinya berlayar pada samudera cita-
cita
Semangat yang kini dirasa,
Takkan mampu tuk dilalui apapun
Tidak juga titanic
Meski samudera terbentang luas, badai topan
melanda
Dan meluluh lantahkan apa yang dilewatinya
Hembusan yang menerpa tak akan mampu tandingi
semangat pemuda
Takkan ia biarkan gelombang dalam hatinya surut
begitu saja
Karena ia tahu kenapa ia harus pertahankan
gelombang semangatnya
Gelombang itu yang membuatnya,
Selalu haus akan ilmu-ilmu-Nya
Gelombang itu yang membuatnya,
Selalu bernaungan iman dan takwa
Gelombang itu yang membuatnya
Melangkah selalu diiringi doa
Gelombang itu yang membuatnya
Meraung-raung karena haus akan rida-Nya
Tak akan biarkan dirinya digerogoti gelapnya
kebodohan

22
Ia akan terus berjuang
Hingga ia berlabuh di dermaga kesuksesan
Menggenggam dunia di tangannya
Hanya untuk negeri tercinta Tanah Air Indonesia.

23
NEGERIKU YANG MAKMUR

Oleh Ah. Khoironi


Alumni MA Mahida 2017

Negeriku dulu bernama pasir luhur


Tanahnya menluas dan subur
Rakyatnya teratur hidupnya makmur
Hidupnya rukun tiada terukur
Negeriku………..
Kurelakan nyawaku untukmu
Demi negeri menyongsong pagi
Tiada lelah tiada putus asa
Aku anak Indonesia
Semangat juang para pahlawan
Harum namamu di kandung badan
Dan tak terlupakan
Negeriku……….
Andai aku bisa menambah negeri ini
Akan kuubah negeri ini semakmur negeri surga
Dan menyejahterakan rakyatnya

24
NEGERI KEBANGGAANKU

Oleh Tami Rosidah


Alumni MA Mahida 2017

Kawan, coba lah lirik kemanusiaan di negeri


seberang
Korban kecelakaan dibiarkan ditengah jalan tanpa
pertolongan
Kawan, coba lah lirik keadilan di negeri seberang
Yang berbeda keyakinan diberantas tanpa belas
kasihan
Kawan, coba lah lirik gotong-royong di negeri
seberang
Tiap tetes keringat adalah uang
Kawan, coba lah lirik moral di negeri seberang
Berbusana bebas tanpa aturan
Bukan aku merendahkan negerimu
Bukan pula menyombongkan negeriku
Tapi aku bersyukur kepada Tuhan
Sebab terlahir di negeri yang indah tanpa
gundukan sampah dan limbah
Negeri yang berkemanusiaan
Tanpa pembunuhan dan pelecehan
Negeri yang adil tanpa ada kesenjangan sosial
Negeri yang bermoral dan berpendidikan
Tanpa korupsi dan tawuran antar pelajar
Wahai kebanggaanku
Aku yakin bahwa kau pasti mampu bangkit dari
keterpurukanmu

25
NEGERIKU TERCINTA

Oleh Muhammad Sholeh


Alumni MA Mahida 2017

Indonesiaku
Ini lah negeriku
Negeriku tercinta
Tanah tumpah darahku
Ini lah negeriku, negeriku tercinta
Yang penuh sejarah seribu rupa
Menanam biji api dan bara
Di setiap titik kota
Hijau alam raya
Samudra yang tersenyum mesra
Dalam luas yang tidak terkira
Memuat anugerah illahi yang tak terhitung
jumlahnya
Di negeri ini pula hadir jiwa-jiwa pahlawan
Kelaparan di tengah lumbung makanan
Kehausan di dalam air yang jernih
Kehujanan di area gedung bertingkat
Kedinginan di antara mutiara selimut
Bulannya bisu melawan realitas
Tapi semua telah habis
Dalam tarikan perlawanan tanpa akhir
Tinggi keluar dari keterpurukan ini
Dalam cita-cita kemanusiaan yang abadi
Ini lah keadaan di negeriku tercinta ini

26
INDONESIA DI MANA (MANA)

Oleh Alfiriz Nadhira


Alumni MA Mahida 2017

Ada Indonesia dalam secangkir kopi


Yang seduhannya bisa membuat lupa diri
Ada Indonesia dalam secangkir kopi
Yang aroma teduhnya membekas hingga ke hati
Ada Indonesia dalam secangkir kopi
Yang bekas kenikmatannya
Merasuk hingga dalam mimpi
Ada Indonesia dalam bincang mendung dan hujan
Yang dikata hebatnya penuh dengan pujian
Ada Indonesia dalam bincang siang dan malam
Yang dikata jatuh bangunnya selalu ingin dikenang
Ada Indonesia dalam bincang elang dan dahan
Yang dikata mimpi dan harapannya begitu tinggi
menjulang
Ada Indonesia dalam cinta yang kau berikan
Ada Indonesia dalam tulisan yang kau ciptakan
Ada Indonesia dalam lirik yang kau hafalkan
Ada Indonesia dalam mimpi yang kau lukiskan
Ada Indonesia dalam tangis sendu yang kau
lagukan
Ada Indonesia dalam doa yang kau panjatkan
Ada Indonesia dalam caci maki yang kau ucapkan
Ada Indonesia dalam narasi benci yang kau
tularkan
Ada Indonesia dalam umpatanmu yang penuh
kekesalan
Juga, ada Indonesia dalam ketiadaan
Ada Indonesia di mana (mana)

27
AKU

Oleh Desi Mellianawati


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Aku
Aku sudah terlalu lama diam
Kubiarkan kalian berbuat sesuka kalian
Aku
Aku mungkin terlalu lama terbungkam
Tiada hal, yang dapat kulakukan
Pernahkah, terbesit dalam hati kalian?
Hai kalian? Hai??
Takkah kalian pernah memikirkanku?
Takkah kalian mau mendengarkanku?
Kuberikan semua yang kau mau
Kusediakan semua kebutuhanmu
Tapi,
Hah, menengokku saja, kalian tak ,mau
Apa kalian tau siapa aku?
Tiada waktu untuk mengenalku
Apalagi menjaga, merawat, hah tiada mungkin
Aku, aku, aku
Aku adalah negerimu
Negeri yang telah memberimu tempat
Bukan, bukan, bukan
Aku, tapi aku hanyalah sebongkah tanah
Yang telah diberi amanat oleh sang illahi
Sebagai tempat hidup sekejap kalian
Meskipun begitu,
Pernahkah kalian berterimakasih?
Hhehehemmm
Aku , tidak ingin kalian berterimakasih

28
Cukuplah, kalian menjaga, merawat, menyayangi,
mencintaiku
Jangan kau bakar wajahku,
Panas itu telah menghanguskanku
Jangan kau membenciku
Jangan kau buang sampah-sampah itu,
Aku bisa menangis,
Banjir itu bagai tangisanku
Maka, jadilah kalian penyelamat bumi
Tancapkan, sebatang pohon kehidupan
Selamatkan bumi dari penjamah, tak bermoral
Jangan biarkan satwa, hayati negeri ,
Musnah begitu saja
Aku tak akan pernah marah
Selagi kau mau menghargaiku
Aku adalah negerimu

29
Kita Untuk Negeri Kita

Oleh Nur Lailatin Nisfah Tin


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Dalam anganku bertanya


Adakah masa untuk negeri kita
Negeri yang miskin
Salah, bukan miskin
Tapi berkembang kata mereka
Terserah apa kata mereka
Miskin ataupun berkembang sama saja
Untuk para wakil rakyat
Coba lah dengarkan suara kami sekejap
Lalu pahamilah, renungkan lah
Kami bukanlah permen karet
Saat sudah hambar kalian membuangnya
Begitu pula saat pesta demokrasi
Kalian menyuruh kita berdemokrasi semu
Dan betapa bodohnya kita,
Mau menboneka demokrasi semu
Mungkin saatnya kita terbangun
Dari tidur panjang dan mimpi manis
Bangun lah dan singkirkan keangkuhan
Mari berdiri bersama
Untuk membangun negeri kita

30
DESKRIPSI NEGERIKU

Oleh Anggustu Muhammad


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Negeri yang banyak kekayaan alamnya


Pastinya, engkau tahu negeriku ini
Negeri yang sangat indah nan kaya
Tapi mengapa negeriku ini slalu disibukkan dengan
masalah-masalah
Mulai dari masalah ekonomi, korupsi, hingga
lainnya
Tak usai pula masalah itu selesai
Tapi nyatanya slalu bertambah pula
Wahai negeriku
Apakah engkau tak sadar bahwa kita dijajah???
Dari ufuk timur sana yang kekayaaannya melimpah
Dirampas begitu saja
Tapi nyatanya kita tak berdaya
Malahan warga di sana banyak yang kekurangan
Oh negeriku
Dari masa kemasa negeri ini tak tambah baik
Melainkan kedukaan yang mendalam
Namun, sedikit orang yang tahu dengan ini
Tapi memang aneh di negeriku

31
CERITA DALAM NEGERI

Oleh Dewi Nuria Septiani


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Seberkas cahaya menyapa dariku


Kicauan burung yang mengalun merdu
Pepohonan yang mengalun
Seolah sedang berseru
Kepadamu negeriku
Oh negeriku…
Kau begitu berarti bagiku
Semua kisah tentangmu
Masih terngiang ditelingaku
Andai aku bisa kembali ke masa lalu
Melihat kejadian semua itu
Cerita tentang negeriku
Dulu mereka memperjuangkanmu
Namun kami menghancurkanmu
Kau menangis, menderita karena ulah kami
Disatu sisi hutan kami mengundul
Disisi lain lautan tercemar limbah
Di sana hewan kehilangan rumah
Di sini ikan menmusnah
Andai aku tahu lebih dulu
Tentang cerita dalam negeriku

32
INDAHNYA NEGERIKU

Oleh Moh. Nasikhun Amin


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Betapa indahnya negeriku


Tak ada yang dapat menyaingi negeriku
Sungguh indah negeriku
Membentang dari timur kebarat
Berjajar pulau-pulau yang indah
Nan damai
Indahnya laut-lautku
Tersimpan banyak kehidupan didalamnya
Yang begitu indah nan sunyi
Bersatu padu dengan kehidupan didalamnya
Menambah keindahan negeriku
Oh……negeriku
Engkau semakin indah setiap harinya
Tetapi kami?????
Para anak-anak bangsamu
Anak negeri ini
Anak Indonesia
Tidak memperindah dirimu
Tidak lagi membuatmu cantik
Anakmu ini telah melupakanmu
Menghancurkanmu
Meninggalkanmu
Mencaci maki dirimu
Bahkan menginjak-injak harga dirimu
Mengapa?
Mengapa mereka melakukan itu padamu
Dan kaupun harus menerima rasa sakit itu

33
Begitu tajamnya duri-duri yang tertancap padamu
Hingga tak terhitung jumlahnya
Engkaupun melupakan kemarahanmu
Merekapun menangisi kesalahan-kesalahnnya
Tapi mereka cepat lupa
Wahai Indonesiaku
Aku tak kuasa jika harus menjadi
Seperti dirimu
Kau begitu kokoh menahan semua
Duri anak bangsamu
Sungguh tak bisa kubayangkan
Rasa sakit yang kau terima
Berkali-kali engkau beri peringatan
Kepada mereka
Berkali-kali pula mereka
Mengabaikanmu
Mereka seolah-olah tak memiliki dosa
Mereka berbangga-bangga dengan dosa
Yang mereka lakukan
Seperti cinta bertepuk sebelah tangan
Kau limpahkan kebaikanmu kepada mereka
Mereka tak jua membalas kebaikanmu

34
NEGERIKU, YANG KATANYA TANAH SURGA

Oleh Alfiyaturrohmah
Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Negeriku…
Negeri kaya akan sumber daya alam melimpah
Negeri di mana lumbung emas berada
Terdapat ribuan pulau, suku, ras, bahasa, juga
agama
Hijau mengalun disukma
Biru laut merasuk didalam jiwa
Orang bilang tanah kita tanah surga
Namun, itu sekadar nyanyian belaka
Negeriku..
Batu, emas, dan logam mulia
Diambil untuk diekspor ke mana-mana
Hutan dibakar hanya untuk membuka lahan
Lalu, bagaimanakah nasip para hewan ?
Yang tak punya tempat tinggal

Jikalau kapal asing jalan-jalan


Ikan-ikan diambil tanpa sepengetahuan
Kata Bu Menteri Kelautan dan Perikanan, ledakkan
juga tenggelamkan !
Pengeboran minyak terus dilakukan
Untuk memenuhi kebutuhan
Korupsi uang negara denda dan hukuman penjara
Namun, hanya kedok belaka
Di manakah keadilan negara ?
Kasih uang habis perkara
Status sebagai tahanan
Tapi bisa jalan-jalan

35
Harapan anak bangsa terancam keberadaanya
Teguran dari guru, lapor orang tua
Orang tua tak terima
Gurupun tersangka

Akan kau bawa ke mana negeri ini


Rakyat berteriak kesana-sini
Meminta harga sembako diturunkan
Katanya, lumbung padi
Masih juga impor luar negeri
Daging, kentang, cengkeh, teh, hngga jagung
Masih impor luar negeri
Karya anak negeri tak diapresiasi
Lebih bangga dengan made in luar negeri
Ini lah warna-warni negeri ini
Rakyat kecil menderita
Aparat negara foya-foya

36
JAYALAH NEGERIKU

Oleh Mishwarotul Hasanah


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Waktu demi waktu terus berlalu


Mengiringi sejarah perjalanan negeriku
Karena sejarah tak pernah turkubur oleh waktu
Begitu juga tentang Indonesia-ku
Tak terasa, 71 tahun sudah usia Indonesia-ku
71 tahun sudah Indonesia merdeka
Merdeka setelah pahlawan dan bangsa kita
berjuang
Berjuang bertaruhkan nyawa

Tapi, itu dahulu


Ketika Indonesia masih Di bawah naungan penjajah
Kini Indonesia telah bebas
Bebas dari cengkraman para penjajah itu
Indonesia telah merdeka
Wahai saudara –saudaraku
Bersyukurlah kita terlahir setelah Indonesia
merdeka

Kita tak merasakan pahitnya dijajah


Wahai saudara-saudaraku, bangkitlah !
Teruskan perjuangan pahlawan kita
Teruskan dengan terus membangun negeri kita
Karena sebenarnya Indonesia bangsa yang kaya
Kaya akan alam, suku bangsa, adat, dan budaya
Makmurkan lah bangsa Indonesia
Sejahterakan lah bangsa Indonesia
Cerdaskan lah bangsa Indonesia

37
Kokohkan lan negeri kita bersama- sama
Jadikan lah Indonesia bangsa yang hebat
Satukan lah tekad, membangun bangsa Indonesia
Tunjukkan pada dunia ,Indonesia bisa!

38
SUARA HATI UNTUK NEGERIKU

Oleh Arrifna Fuada Zuka


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Negeriku
Tanah airku
Jembatan hidupku
Aku tak bisa berkhianat darimu
Oh negeriku
Aku akan tetap setia untukmu
Biar peluru menembus dadaku
Tapi, aku akan tetap bernafas untukmu
Oh negeriku
Walau diterjang ombak diterpa angin
Tetapi, kobaran semangat ini,
Tak akan runtuh sedikitpun
Negeriku
Kaki ini siap melangkah untukmu
Tangan ini siap membawa sejuta harapanmu
Jiwa raga hanya untukmu jua
Aku belajar hanya untukmu
Di sini lah aku merajut semua cita-cita
Di sini lah aku menangis dan tertawa
Dan di sini lah aku mengukir keberanian
Negeriku
Buah manisku
Tempat kenyamananku
Tempat aku dilahirkan dan dibesarkan
Di mana roda-roda kehidupan berputar mengikuti
arah jalan
Meskipun banyak negeri

39
Tapi aku tak akan berpaling darimu
Sepanjang hidupku akan tetap bersamamu
Oh Negeriku
Pertiwiku

40
TANAH AIRKU

Oleh Isna Aryani


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Indonesia oh Indonesia
Tanah airku tercinta
Tak akan pernah aku lupakan
Dan selalu terkenang
Dalam hidupku...
Walaupun aku pergi jauh
Engkau tak akan pernah hilang
Dari kalbu....
Walau banyak negeri
Yang pernah aku temui
Namun...
Tanah airku yang paling indah
Menyenangkan hati
Serta pikiranku...
Engkau lah negeriku
Engkau lah yang selalu
Aku banggakan
Ohh... negeriku

41
SUARA RAKYAT NEGERI

Oleh Nur Lailatin Nisfah El


Peserta Didik MA Mahida Program IPA
Terheran aku
Saat mendengar berita itu
Di mana janjimu dulu
Untuk membangun negriku
Kini, tau sudah aku bahwa uang hidupmu
Adalah uang pajakku Kau pejabat !
Aku rakyat Kau kaum atas Aku kaum melarat
Seharusnya kau ingat
Membangun negara bermartabat Bukannya
untungmu menpejabat
Negeri tragis Negrei ini bersuara
Dengan letusan gunung apinya
Negri ini menangis
Sampai hujan tak hanya gerimis
Negri ini berontak
Gempa bumi sampai tanah retak ada apa gerangan
ini ?
Negrimu yang bungkam Kau hidupkan dengan
kejam
Kau hidup dengan alamnya
Tapi kau rusak hutannya
Kau senang panoramanya
Tapi kau hancurkan keindahannya Sungguh !
Negerimu yang tenang
Kau usik seenaknya
Tanpa pola pikir panjang
Jika saat negrimu hidup tragis
Apakah engkau masih sanggup tersenyum manis?

42
IMPIAN

Oleh Aima Yeoja Asviana


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Beribu detik telah kulewati


Senja kini berganti
Saatnya berkicau di pagi hari
Mentari yang tersenyum suci
Mulailah berjuang menemani mentari
Untuk masa depan kini
Tak pernah lelah kubelajar
Hanya untuk memajukan cendekia
Tak kuhiraukan asa atau masa
Apalagi deraian air hujan yang menetes
Semoga cita dan cinta
Akan selalu berada di jiwa
Harapanku akan mennyata
Selamanya

43
INI LAH NEGERIKU

Oleh Shofiana Mariana


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Membaca situasi ini


Anak negeri mensaksi
Bagi keprihatinan sendiri
Yang mereka alami
Indonesia….
Oooooh Indonesia
Negeri yang selalu kucinta dan kurindu
Di sini lah tempatku menuntut ilmu
Tempat berlindung dan hidup di hari tuaku
Oooh, negeriku Indonesia
Kau negeri yang begitu indah
Kekayaan alam yang tiada batas
Dan kau memiliki sumber daya alam yang
berlimpah
Tapi
Mengapa rakyatmu menderita
Mereka sungguh kelaparan dan kehausan
Dan kau harus bangkit dan bangun
Agar rakyatmu bangga

44
KAMU KAYA

Oleh Rofiatul Himmah


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Kamu kaya, tapi


Kenapa kamu gunakan untuk pribadimu?
Sadarlah, lihatlah ke bawah
Ada dia yang masih kekurangan
Kamu kaya, tapi
Kenapa kamu dapat dari perbuatan jelekmu
Ingat lah….
Kamu slalu diawasinya
Kamu yang kaya, yang di atas
Yang semena-mena
Tak peduli dengan dia yang Di bawah
Seakan-akan kamu selalu benar
Kaya…….
Negeri ini memang kaya, tapi
Kamu buang kekayaannya
Kamu buat menjelek
Sungguh tega kamu…

45
INDAHNYA INDONESIA

Oleh Meliana Dwi Hidayah


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Lautan yang biru itu


Indah nan bersih
Pantai yang putih itu...
Indah, menghiasi panorama lautan
Ikan-ikan yang melimpah
Di bawah karang-karang indah itu ikan
bersembunyi
Mutiara-mutiara yang dihasilkannya
Sebagai hasil bumi negeriku
Burung-burung yang berkicau itu
Mereka seakan menyayi...
Menikmati betapa indahnya negeri ini
Di atas sayuran-sayuran gelombang laut
Bahkan, matahari itu seakan tersenyum padaku
Dengan wajahnya yang merah,keoren-orenan
Hingga, kini sang raja siang
Telah digantikan oleh penguasa malam
Langit, yamg dulunya sepi
Kini, sudah mulai dihiasi oleh para bintang
Angin yang berhembus pelan
Seakan sebagai pengiring,pergantian siang dan
malam

46
NEGERIKU INDONESIAKU

Oleh Yanti Yuliana


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Kata orang negeriku tanah surga


Subur, makmur nan sejahtera
Kata orang,
Negeriku ini kaya
Kaya akan alam, suku, bangsa dan budaya
Negeriku
Negeri kepulauan yang terbentang luas
Dari Sabang sampai Merauke
Kepulauan terpisah-pisah oleh lautan
Namun tetap di bawah satu naungan
Naungan Indonesia raya
Negeriku
Negeri yang terdiri dari berbagai suku
Berbagai tradisi dengan adatnya yang berbeda
Budayanya yang beraneka ragam
Turut menkhas tersendiri
Negeriku Indonesia
Dengan segala perbedaan dan keragaman
Di dalamnya
Suku, agama, dan budaya dan segalanya yang
kutahu
Membuat negeriku kaya akan keanekaragamannya

47
PESONA NEGERIKU

Oleh M Afif Libasut Takwa


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Kaulah negeriku
Negeri yang makmur
Negeri yang menyimpan rahasia
Keindahan nan mengagumkan
Sepanjang hayat kehidupan
Syukurku takkan pernah terhenti
Kepadamu sang dzat maha sempurna
Bahkan ketika aku membuka mata
Hamparan sawah yang menguning
Hijaunya dedaunan di pagi hari
Matahari yang menyinari pegunungan
Hembusan angin yang menyejukkan hati
Tetesan embun di sayup-sayup dedaunan
Mataku tak mampu ku alihkan
Kaulah negeriku
Negeriku yang subur
Berbagai tumbuhan yang hijau
Lautan biru yang membentang luas
Gunung yang menjulur tinggi
Perbukitan yang indah menawan
Pulau yang berjajar rapi
Harta melimpah ruwah di sini
Dengan menjaga alammu ini
Kau akan selalu bisa menebarkan pesonamu

48
TAPAK JEJAKKU

Oleh Vika Vironika


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Kau sambut diriku dengan sinarmu


Ku telusuri jalan lembut berbatu
Hanya hempasan angin yang menemaniku
Anganku datang untuk menjaga keindahanmu
Namun bayangan itu hilang seketika
Kulihat air mata menyasat pipi itu
Kuterus bertanya
Apa yang terdengan negaraku
Mengapa harus ini yang terjadi
Kau biarkan semua hancur dari hadapanku
Kini jejakku telah hilang terbawa embun
Akankah ini yang harus kulewati
Terbesit di hati kata negeriku
Neegri yang dulu pernah dengan canda tawa
Kini telah menkenangan tak berguna
Apakah tiada kata harapan
Kerut senyuman di kelopak mata yang mulai
memudar
Terganti dengan tangisan kehancuran
Terhenti sudah langkahku
Tiada guna kaki ini melangkah lebih jauh

49
UBAH NEGERIKU

Oleh Ah. Aslih Amami


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Kau adalah negeriku yang kaya


Yang menyimpan emas dan batu mulia
Hamparan laut mengelilingimu
Tanah yang subur di kakimu
Hutan yang luas sebagai paru-paru dunia
Sumber minyak yang laku mahal
Rempah-rempah sebagai penghasilan

Tetapi mengapa rakyat banyak yang menderita


Walaupun kau memiliki segalanya
Mengapa rakyat banyak yang tak punya rumah
Hanya tinggal di kolong jembatan
Minimnya kerja dan pengobatan
Membuat yang sakit menderita
Karena tak punya uang
Dan tak punya kerjaan
Sedangkan koruptor hidup dengan kemuliaan
Bergelimpangan harta
Dan hidup dengan penuh gembira
Karena mencuri kekayaan negeri

Yang dialakukan secara berulang-ulang


Para penegak hukum yang terlihat garang
Nyatanya hanya terbungkam
Karena dikasih segepok uang
Sungguh miris negeriku
Rubahlah perilakumu

50
Agar kamu mennegara yang maju
Berbuat amal ma’ruf nahi munkar
Tinggalkan yang batal
Agar negerimu tidak sial
Tanamkan kejujuran
Agar datang kemakmuran

51
JAYALAH INDONESIAKU

Oleh Muhammad Ibrahim Musa


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Ohh Indonesia Engkau lah negeriku


Tak ada tanah seindah dirimu
Tak ada air sebening hatimu
Tak ada tempat seindah negeriku
Karena engkau tanah airku
Negeri Indonesiaku.....
Warnamu mencerminkan rakyatmu
Merahmu membawa semangat dalam hidupku
Dan putihmu memberi kedamaian padaku
Semua cintaku hanya kuberikan kepadamu
Engkau adalah kebanggaanku
Budaya nan rupawan mencermin hatiku
Beragam suku, tetap bersatu padu
Karena Bhinneka Tunggal Ika itu semboyanku
Kau hadir ketika aku sedih
Ketika gelap gulita menyelimuti diriku
Terasa sepi tak tahu ke mana arah jalanku
Seperti tertusuk jantungku
Teriris perih jantungku
Tak kuasa ku menahan rasa sakitku
Kulihat dirimu, yang saat ini bagai lentera
Disitu keluar segala rasa sakitku
Sedikit demi sedikit mengalir keluar tubuhku
Dan kau masuk ke dalam tubuhku
Menyinari diriku
Seperti terdengar bisikan di telingaku

52
Merdeka...
Merdeka...
Merdeka...
Sampai terisi penuh semangat
Dalam diriku
Cahaya itu terang benderang
Itulah cahaya yang kucari
Cahaya kebenaran
Cahaya dari segala cahaya
Indonesiaku... oh negeriku...
Kaulah keluargaku
Kaulah guruku
Engkualah Ibu pertiwiku
Jayalah negeriku
Indonesiaku...
Namun kebanggaan itu mulai rapuh
Hati ini mulai bersih melihat
Dirimu yang sebenarnya
Hijau mu mulai gersang
Sejuk mu mulai hilang
Biru mu mengumpalan hitam
Kedamaianmu mulai terganggu
Oleh tangan-tangan jahat anak
Bangsa mu sendiri
Tak lagi mereka menghargaimu
Mereka mulai tidak menghormatimu
Melupakan jasa-jasamu
Tak ingin mereka mengenang sejarahmu
Akupun mulai bersedih
Tak bisa kubayangkan apa yang ternanti
Hancur sudah negeriku Indonesiaku...
Kau pun meluapkan isi perutmu
Sebagai peringatan kepada mereka

53
Tapi tetap saja mengabaikanmu
Walalupun begitu...
Kau bagaikan hujan, yang selalu kembali
Meski telah jatuh berkali-kali
Namun tetaplah tersenyum Indonesia
Indonesiaku... Tanah airku..
Walaupun ragamu telah tersakiti
Engkau tetap memberikan cahayamu
Sungguh bangga diriku..
Terima kasih Indonesiaku...

54
NEGERIKU

Oleh Widya Lestari


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Indonesia...
Ini lah negeriku...
Negeri yang indah, subur, nan permai...
Tanah airku tercinta...
Kan kujaga bumi pertiwi ini
Kujaga dari tangan-tangan jahil
Yang ingin merusak negeriku
Dan yang ingin mengotori negeri ini
Ku kan terus berjuang
Ku kan menunjukkan pada dunia
Betapa hebat dan suburnya negeri ini
Juga betapa indah nan permainya negeriku ini
Aku yakin dan percaya
Tikus-tikus yang berkeliaran
Yang merampas uang rakyat
Pasti mampu dimusnahkan
Alamku yang sempat menapi unggun
Akan kurubah mensyurga
Syurga yang harus dijaga
Untuk masa depan bangsa

55
TANGISAN NEGERIKU

Oleh Eri Nur Hidayat


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Negeriku
Yang subur mutiara khatulistiwaku
Yang kini tak seindah dulu
Kini menangis pilu
Diterpa arus globalisasi
Bagaikan gerimis penderitaan anak manusia
Andaikan kubisa kembali kemasa lalu
Hidupku kan bahagia selalu
Melihat negeriku yang bertaburan qolbu
Rasa syukurku pada sang illahi
Payung negeri payung keadilan
Menyapa berubah diterpa majunya zaman
Oh haruskah kita biarkan merajalela
Haruskah wahai generasi muda
Oh generasi penerus bangsa
Jagalah negeri ini
Dengan jiwa dan raga yang ada di seluruh negeri

56
TANAH AIRKU YANG KUCINTA

Oleh Fitaria Nurul Marisa


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Tanah airku yang kucinta


Kini gelapmu hilang sudah melayang
Hari surammu telah pergi
Sekarang cahaya sudah datang
Kehidupan kan normal kembali
Beta bangga padamu
Semangat yang berkibar di masa lalu
Kini semua terbayar sudah
Dengan kembalinya tanah airku
Ah, beta tak boleh lengah
Dengan tenang yang menghanyutkan
Siap mendobrak semangat jiwa
Menghadang rintangan yang mengancam
Atur barisan setiap waktu
Disambut kobaran api semangat yang membara
Semua demi tanah airku tercinta
Menuju kedamaian selamanya
Kemerdekaan yang abadi

57
JAYA INDONESIAKU

Oleh M Zidan Afroh


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Negeriku amat lah indah


Dengan alammu yang luas
Negeriku yang amat kaya
Indonesialah nama negeriku
Kau bagaikan kelinci yang menraja
Kau akan ditakuti negara-negara besar
Di saat kau telah sukses dan jaya
Sebab,
Sumber dayamu yang menghidupiku
Jayalah negeriku
Ku mengharapkan kejayaanmu
Kalahkan negeri-negeri besar di luar
Dengan kekuatan sumber dayamu

58
BERJAYA LAH NEGERIKU

Oleh Indah fitriani


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Oh, negeriku
Alangkah indahnya dirimu
Bagaikan mentari pagi
Menyinari seluruh alam dipagi hari
Jiwa ku, ragaku
Kan selalu tertancap dipilar-pilarmu
Kan kupalingkan wajahku
Atas keindahan negeri orang yang semu
Kupandang negeriku dengan tatapan tak percaya
Engkau bagai mawar dengan duri-durinya
Yang cantik, nan elok
Akan tetapi, banyak terselip tangan-tangan nakal
Aku bersedih, aku taktahan
Engkau selalu diusik dan tersiksa
Kan kuperjuangkan negeriku, bagiku, bagi mereka
Juga bagi generasi yang akan datang

59
APA JADINYA?

Oleh Finaul Hikmah


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Apa jadinya negeri ini?...


Jika kau masih dalam keburukan.
Kebodohan yang menmomok.
Emosi yang kalian dahulukan.

Kami lahir di tengah-tengah kemerdekaan.


Dengan berbagai perbedaan ini.
Bukan untuk bermusuhan.
Melainkan untuk kedamaian.

Bumi pertiwi yang dilupakan.


Oleh pemuda yang terjebak dalam rusaknya moral.
Kuingin negeri ini baik-baik saja.
Semoga bumi pertiwi diberkati Tuhan.

60
TANAH SURGA KATANYA

Oleh Julikah
Peserta Didik MA Mahida Program Keagamaan

Berapa banyak orang yang bersyukur hari ini?


Berapa banyak orang yang kufur hari ini?
Entahlah...
Orang bilang tanah kita, tanah surga.
Orang bilang tanah kita,gemah ripah lohjinawi.
Orng bilang tanah kita, penuh karya.
Orang bilang tanah kita,tanah inspirasi.
Tetapi...
Mengapa banyak yg korupsi?
Mengapa banyak yg poligami? M
engapa bnyak yg tidak mengsiasati?
Hai para pejabat..
Di mana rasa ibamu terhadap para kaum melarat...
Tanah yg dulunya subur makmur...
Laut yg dulunya jernih mengalir..
Manusia yg dulunya clear..
Kini menamburadul...
Karena ulah tanganmu...
Oh Indonesiaku..
Apakah ini yg disebut negriku?
Negeri yang dulunya penuh filosofi..
Namun...
Sekarang hilang entah ke mana..

61
SANG MERAH PUTIH DI PENGHUJUNG SENJA

Oleh Najla Alfiana


Peserta Didik MA mahida Program Keagamaan

Warna merahmu yang melambangkan keberanian,


Putihmu yang melambangkan kesucian,
Dua warna yang didalamnya terkandung makna
pengorbanan
Keberanian dan kesucian para pahlawan

Goresan luka membekas di tubuhnya,


Bahkan mereka rela bersimbah darah
Hanya demi berkibarnya sang merah putih

Teriakan nyawa dari lobang tenggorok


Seakan menggema diakhir jantung
Sang merah putih
Teruslah berkibar
meski kehadiran mentari tergantikan dengan
hadirnya senja

Jangan tinggalkan langkah tanpa jejak


Jejak-jejak di atas tanah tak berhenti hingga
diujung harap
Biar badan sirna
Namun nama tetap abadi selamanya
Merah putih tetap terindah
Aku jatuh hati pada pesonamu.

62
AKU INGIN ITU

Oleh Muh. Hisamuddin


Peserta Didik MA Mahida Program Keagamaan

Negeri itu,
yang terkadang terkenang pada malamku
Negeri itu,
yang terkadang terbawa pada mimpiku
Negeri yang terlahir dari perjalanan panjang
Penuh dengan perasaan susah maupun senang
Yang bagaimana perjalanan itu akan selalu
terkenang
Ternyata, Aku lah Penghuni negri itu
Aku akan berpikir sejenak
Aku akan merenung sejenak
Bagaimana aku bisa memberikan sesuatu yang
lebih indah untuk negri itu
Negeri di mana pertama kali aku terbangun
Negeri di mana terakhir kali aku tertidur
Yang tidak akan pernah bisa membayangkan
Kenangan indah dalam negri
Pemberian indah dari negri
Dari aku terbangun sampai aku tertidur kembali
Maka sekali untuk negri itu
Aku akan berkarya

63
MIMPI ANAK NEGERI

Oleh Muhammad Yusron Roza


Peserta Didik MA Mahida Program Keagamaan

Negeriku,
Kau memang yang terindah
Tempat di mana aku berpijak
Sawah terbentang luas
Gunung menjulang tinggi
Kekayaan alam tiada batas

Enam puluh tahun sudah kau merdeka


Tapi penderitaan belum usai
Belenggu kemiskinan masih mendera
Kita dijadikan kuli-kuli oleh orang asing
Mereka berkuasa,
Sedangkan kita menderita

Reformasi membuat kita bingung


Negara menkacau
Korupsi terdi mana-mana
Tawuran merajalela

Wahai Negeriku,
Ku ingin kau menNegara yang makmur
Bebas dari segala belenggu
Wahai Negeriku,
Ku ingin kau menNegara yang damai
Aku rela berkorban demimu
Aku rela mati untuk kemakmuranmu
Semua bersatu untuk Indonesia

64
TANGISAN NEGERI

Oleh Laily Ni’matul Ulya


Peserta Didik MA Mahida Program Keagamaan

Derai air mata masih mengalir


Suka dan duka
Mengalir tiada tara
Impian dan angan
Perlahan mulai sirna
Hanya tersisa wajah suram di masa depan
Dengarlah para pemuda !!!
Impian dan harapan negara
Berada di tangan kalian
Masa depan Indonesia
Di tangan pemudanya
Karya anak bangsa
Yang mulai diakui dunia
Budaya dan sejarah bangsa
Mulai pudar seiring masa
Cirri khas negeri hilang tak berarti
Bagaikan api yang padam oleh air

65
NEGERI SURGA KATANYA

Oleh Nur Hidayah


Peserta Didik MA Mahida Program IPS

Negeriku
Negeri Surga katanya
Lautan yang luas mengelilingimu
Tak salah orang menyebutmu negeri surga
Aku bangga bisa memilikimu
Kau negeri yang subur diantara yang lainnya
Kenapa tidak?
Semua tumbuhan hidup subur dinegerimu
Terlebih lagi, berbagai rempah-rempah
Kau produksi
Negeriku
Negeri surga katanya
Kau bagai permadani yang indah
Kau tak akan pernah terlupakan
Kau akan selalu kukenang sepanjang hidupku
Negeriku
Negeri surga katanya
Kau tanah yang kucintai
Tak terasa kau semakin tua, termakan oleh
Masa
Tapi semoga kau tetap jaya, hiduplah
Negeriku

66
NEGERIKU

Oleh Isnatul Fitri


Peserta Didik MA Mahida Program IPS

Hamparan laut yang biru


Hamparan hutan yang hijau
Bagai permadani yang indah
Menyejukkan hati setiap orang yang melihatmu
Negeriku
Alammu yang bermanfaat bagi setiap orang
Mentempat kami berteduh
Tempat kami melepas dahaga dan lapar
Negeriku
Kini kau semakin tua
Dan alammu semakin rusak oleh orang yang
serakah
Tapi kau selalu memberikan apa yang mereka
inginkan
Negeriku
Maafkan atas kesalahan kami
Yang tak bisa menjagamu
Tak bisa merawatmu

67
CORETAN PENA UNTUK NEGERIKU

Oleh Lilik Qurroatul Ayun


Peserta Didik MA Mahida Program IPA

Wahai negeriku
Apakah kau tak bosan dengan tingkahku?
Jika kau bosan, mengapa kau tak acuhkanku
Jika aku salah, mengapa kau tak menegurku
Jika aku berontak, kau selalu diam
Jika aku ingin menang, mengapa kau selalu
mengaslah
Wahai lenteraku
Kau beri kekayaan alammu untukku
Tapi balasanku, dengn merusak alammu
Kau memberi kepercayaaan untuk melindungiku
Tapi aku berpikir, bahwa aku bisa berlindung
tanpamu
Kau selalu berseru untuk membenarkan sikapku
Tapi aku tak pernah menghiraukan apa kata-
katamu
Wahai pusakaku
Aku merasa bersalah padamu
Karena aku tak bisa merawat, menjagamu
Bahkan tak menghiraukan seruanmu
Apalah artinya aku untukmu
Aku hanyalah manusia kecil
Yang bisa membuatmu menangis
Maafkanlah aku atas semua dosa-dosaku
Dan aku berjanji untuk mencintaimu bagaikan aku
mencintai dirikku

68
YANG KECIL TAK BOLEH BERSUARA

Oleh Nilati Dzakiya


Peserta Didik MA Mahida Program Keagamaan

Suaraku tak pernah kau dengar


Suaraku kau anggap sebagai pemberontakan
Aku tak pernah ingin menseperti raja
Aku hanya ingin suaraku kau dengarkan
Dengarkanlah......
Dengarlah bagaimana hidup dalam ruang sempit
Merasa terkekang dirumah kami sendiri
Kalian ini bagaimana..???
Kalian dulu meminta suara kepada kami
Kini ketika suara kami mulai berseru
Kalian semua mengabaikan suara-suara kami
Dan ketika kami sudah lelah kami hanya menjerit
Karna ketidak berdayaan kami
Kapan suara ini akan didengarkan..?
Kapan hidup seperti ini akan berakhir..?
Kekuasaan telah menutup pendengaran kalian
Kekuasaan telah menutup penglihatan kalian
Rumah kami kalian kotori dengan racun
Racun yang tak pernah kalian sadari
Rumah kami kaya
Ibu pertiwi menjaga rumah ini supaya kami tidak
hidup nista
Tapi kini, kalian telah merongrong kekayaan kami
Kalian telah dibodohi oleh musuh yang mengaku
teman
Sekarang kami hidup dalam kemiskinan
Sampai kapan kebodohan ini akan berhenti

69
NEGERIKU

Oleh Inarotul Laila


Peserta Didik MA Mahida Program Keagamaan

Kesetiaanku masih untukmu


Jati diriku masih membutuhkanmu
Kini tak ada kata tidak, lelah
Maupun putus asa demi negeriku
Negeriku...ohh... negeriku
Masih adakah sekerlip untuk harapan anak
bangsamu
Kau selimutku, dalam kedinginanku
Bagaikan atap dalam kehidupanku
Hujan, panas, dan badai tak akan melunturkan
keinginanku
Negeriku .....
Banyak anak bangsamu yang berjuang untukmu
Belajar, belajar, dan belajar
Maju , maju, untuk masa depan
Lari, lari, mencari penerangan untuk meraih
prestasi
Akan aku kenang selalu negeriku
Di mana aku dilahirkan, dibesarkan, dididik, dan
tempat untuk mencari ilmu
Negeriku my love, Negeriku my heart
I love negeriku

70
Bumiku

Oleh Widayatin, S.Pd


Guru Bahasa Indonesia MA Mahida

Bumiku….
Dahulu langitmu tampak biru
Wajahmu tampak hijau
Kini keadaanmu semakin tak menentu
Engkau gersang
Engkau garang
Engkau resah
Kini keadaan makin kejam
Oh… bumiku
Indahmu telah pergi
Ceriamu pun telah berpaling
Embun hitam menghampiri
Oh tuhan semesta alam
Ampuni keserakahan hamba-mu
Cukupkan ujian bagi dunia
Damaikan hidup kami

71
NEGERI BAGI AYAHKU

Oleh Mahmudah, SH. S.Pd


Guru Bahasa Inggris MA Mahida

Ayah...masih kuingat caramu mencintai dan


menghargai negerimu
Masih kuingat semangatmu menyambut Hari Ulang
Tahun Kemerdekaan bangsamu
Masih kurasakan betapa cintamu pada pahlawan
dan para syuhada'
yang telah berkorban nyawa untuk negeri ini
Ayah...betapa berartinya negeri ini bagimu
Betapa berartinya mengingat kembali perjuangan
saat itu
Betapa berartinya mengenang jasa para pejuang
Betapa berartinya menghias gapura rumah dan
mengibarkan bendera saat tujuh belasan tiba
Betapa berartinya mendoakan para syuhada' bumi
pertiwi tercinta
Ayah...kisah cintamu pada negerimu, kan kujadikan
kisah cintaku pada negeriku
Kan kuajarkan pada anakku cara mencintai
negerinya
Seperti engkau mengajariku cara mencintai
negeriku
Dan seperti engkau mencintai negerimu.
Ayah... ku tulis puisi ini dengan berlinang airmata.
Bahwa mencintai tidaklah cukup dengan kata-kata.
Bahwa mencintai itu perlu bukti bukan sekadar
janji.
Bahwa mencintai itu tulus ikhlas dari dalam hati.
Bahwa mencintai itu....

72
Aku cinta negeriku seperti aku mencintaimu.
Terimakasih ayah....... telah engkau ajari aku untuk
mencintai negeri ini.
Cinta yang sangat sederhana untuk diungkapkan
Namun sangat indah untuk dirasakan.
Bagimu ayahku...
Bagimu negeriku ...Ini lah cintaku

73
(YANG KATAMU) TERCINTA

Oleh Barorotul Ulfah Arofah


Guru Biologi MA Mahida

Demi Negeri ada beberapa orang yang berusaha


memperbaiki dari 'pinggir'.
Mereka menyebutnya 'Revolusi dari pinggir'
Tapi tetap ada yg menghancurkan dari segala arah
'Demi Negeri', katanya (Katanya) cinta ...
Jangan mengatasnamakan cinta jika masih belum
merasa 'diberi sedikit merasa banyak,
memberi banyak merasa sedikit'
Jangan mengaku cinta jika masih mengharapkan
imbalan dengan mengambil semua harta negeri
Apalagi mengambilnya dengan mengatasnamakan
'Negeri yang Tercinta'
Cinta?
Bulsyit... Tidak ada cinta tanpa perlawanan
Sedangkan kita?
Dijajah pun tetap diam, atau pura-pura tidak tahu,
atau tidak peduli hingga tidak tahu,
atau bahkan malah mendukung penjajahan itu
Sebenarnya siapa yang cinta?
(Si)apa yang tercinta? Masih tetap mengaku cinta?

74
NEGERI PUISI

Oleh Moden Enka


Sastrawan Pati dan Guru MA Mahida

Di antara serak kata, frasa dan prosa


Indonesia adalah puisi
Yang dititahkan Tuhan dengan selaksa cinta
Agar dunia percaya bahwa surga bukan fiksi

Sebagaimana puisi, negeri ini begitu dicinta


Pembacanya berlomba-lomba
mendeklamasikannya
Suaranya lantang dibakar semangat
Menyampaikan amanat yang teramat keramat

Di tangan mereka tergenggam surat sakti legalisasi


Untuk menafsir, menakwil dan mensyarahi
Hingga tiap lekuk ceruk hurufnya
Lantas dengan keras bersuara: "Kami lah yang
paling Indonesia!"

Negeri puisi dibangun dari bongkah-bongkah diksi


Dibohongi, pribumi dan korupsi
Dari sara, hoax sampai narkoba
Hingga jurang senjang dan kenakalan remaja

Di negeri puisi setiap kata bisa menjadi tersangka


Lirik-lirik saling lirik
Bahkan larik-larik dalam lirik
Saling bersekutu menyusun intrik

75
Diantara serak kata, frasa, prosa dan diksi
Indonesia adalah kata yang dikutuk menjadi puisi

76
GADUH KEMPLOTAK

Oleh Muh. Husnul Asfa


Alumni MA. MAHIDA tahun 2008

Moral-moral beterbangan
Meninggalkan pondasi diri
Diujung cakar mencakar
Di tengah beradu kicau
Di atas pelukan, jabat tangan erat mesra
Seakan tak ada sandiwara

Dasar-dasar kita dihilangkan


Fondasi dan tiang dihancurkan
Malu dikata tak mutu
Peduli dikata ingin tahu
Gila dikata banyak ilmu
Bejat dikata seharusnya begitu

Dunia kita genggam


Tapi sengaja kita redupkan
Batu-batu berjalan sendirinya
Pohon-pohon menari disko
Dan air sekarang terbang mengitari dunia
Jari berkata, mulut tak bersua
Akar-akar dicabut
Dedaunan kering keriput
Menggali dengan jari-jari
Otak masih kokoh, sayang tubuh tak kuat lagi
Sistem kotak
Sistem bundar
Atas nama visi misi
Mengikis eratnya tali sapu lidi

77
Pemuda pemberani
Kita kobarkan negeri
Dengan genggaman silaturrahmi
Akhlaq, Ilmu duniawi dan ukhrowi

78
NEGERI YANG CEMAS

Oleh Hamidulloh Ibda


Jebolan MA. MAHIDA Ngagel tahun 2006-2007

Siapa yang tak cemas hidup di negeri ini?


Rakyat cemas, khawatir tak kuat beli beras
Tukang rosok juga cemas takut tak dapat barang
bekas
Kaum sosialita dihimpit kecemasan, takut tak bisa
berhias dan beli emas
Penjahit juga cemas, takut tak dapat orderan baju
untuk dijahit dan diobras
Tukang batu bata juga cemas, takut esok hari hujan
deras tak ada panas
Tukang masak pun cemas, takut kehabisan kayu
bakar dan gas
Pegawai bank juga cemas, takut kondisi tak
seimbang pada valas
Petani cemas, tanamannya dirusak hama ganas
Nelayan, sangat cemas jika pendapatannya ngepas
Pengantin juga ikut-ikutan, takut tak bisa bayar
tukang rias
Pelajar cemas, takut tak naik kelas
Guru cemas, takut pelajarnya tak bernas
Mahasiswa cemas, takut uang kosnya amblas
Dosen cemas, ragu mahasiswanya tak cerdas
Santri cemas, takut tak bisa menghafal yang pas
Kiai pun cemas, takut santrinya ngaji tak ikhlas
Tentara dan polisi cemas, takut anak buahnya
malas
Mandor tukang batu pun ikut cemas, takut anak
buahnya lemas

79
Politisi cemas, takut kondisi politik memanas
Pejabat cemas, karena takut digelas
Ah, semua serba tak jelas dan cemas
Saat negeri ini mencemaskan, siapa yang masih
bisa bertahan?
Di tengah kepungan kepentingan, masih kah ada
yang berpikir kemajuan?
Apa cukup dengan menghimpun logos, patos dan
etos untuk keluar dari kecemasan itu?
Apa cukup menghimpun kecemasan dan keluar
dari negeri yang penuh enigma ini?
Apa Anda hanya diam, ketika hidup di negeri
sableng, gendeng, dan membuat Anda cemas?
Aku tak tahu, sampai kapan negeri ini tak lagi
cemas
Tak kutemukan kunci Jawaban, yang ada justru
ratapan
Tapi, aku yakin ketika anak-anak muda mulai
cerdas
Ketika guru-guru mulai menyembuhkan yang gila
jadi waras
Ketika dosen-dosen menjebol sains yang ganas
Ketika manusia, bisa membedakan mana yang jujur
dan yang culas
Di situ lah, negeri ini akan bisa keluar dari rezim
yang menelurkan kecemasan
Dan, belai lah kecemasan itu dengan kelembutan
Masalahnya, sampai kapan Anda percaya bahwa
kecamasan bukan lah sebuah peradaban?

Semarang, 23 Oktober 2017

80
NEGERIKU NAN ELOK

Oleh H. Baidlowi Ahmad, S.Pd.I


Kepala Madrasah Aliyah Manahijul Huda Ngagel

Eloknya alam negeriku


Sejuk netra memandang merasuk kalbu
Ada kebahagiaan dalam pelukan alamku
Membangkitkan arti nafas hidupku
Seiring lajunya putaran waktu

Hamparan pelangi negeriku


Tiada kata terangkai terucap di langit biruku
Hanya bisu penuh seribu makna di ronamu
Menjejali pada setiap syaraf dan deyut nadiku
Meski terkadang sirna terkikis oleh egoku

Wajah negeriku Tampak cerah merona


Tiada lisan mampu mengungkapkan rasa
Penapun tiada fungsi menggores kata
Karena rasa tiada perlu tinta
Hanya kelembutan kasih Yang Maha Kuasa

Ketika kurengkuh keindahan alam


Kucoba merangkai kata-kata pujian
Ribuan kertas berserakan tanpa tulisan
Meniti jalan hidup hanya dengan impian
Bersyukur jiwa ini mampu terjaga dari kegelapan
Teringat pada eloknya Sang Pencipta sinar harapan

Benih cinta negeriku indah tertanam


Bersemi kala gerimis kemakmuran menyiram
Berbuah kala hujan keberkahan dan keadilan

81
Pelan tapi pasti untaian syukur terucapkan
Alhamdulillah….wassyukrulillah….
Hidup dan menikmati segala karya Tuhan

Bunga cinta negeriku erat tergenggam


Semerbak harum meresap pada sendi kehidupan
Menyusup, menguak wanginya pada tabir
kepalsuan
Siaga menjaga sampai darah penghabisan
Tak rela terjamah oleh kotornya tangan

Cahaya cinta negriku nan elok


Merasuk kedalam menembus sanobari
Menggetarkan detak segenap jantung insani
Menyatukan gejolak jiwa, raga penggapai mimpi
Berteriak semangat… “NKRI harga mati”

Cahaya cintaku ternyata kian memudar


Seiring usia senjaku yang kian menjelang
Gemertak tulang rapuhku yang kian nyaring
Sesaat hanya mampu berzikir dan…
Bertafakkur seraya memohon ampunan

82

Anda mungkin juga menyukai