Anda di halaman 1dari 47

STRATEGI GURU ASRAMA DALAM PEMBINAAN AKHLAK

SANTRI DI PONDOK PESANTREN TARBIYAH ISLAMIYAH


KECAMATAN MUKO-MUKO BATHIN VII

KABUPATEN BUNGO

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi sebagian Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

OLEH

MUHAMMAD AJRIN

NIM/NIRM. PI.01.217.4308/13004-1117-22457
STRATEGI GURU ASRAMA DALAM PEMBINAAN AKHLAK SANTRI
DI PONDOK PESANTRENTARBIYAH ISLAMIYAH KECAMATAN
MUKO-MUKO BATHIN VII
KABUPATEN BUNGO

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi dengan permasalahan pada santri yang ada di
Pondok Pasantren Tarbiyah Islamiyah Tanjung Agung Kecamatan Muko-Muko
Bathin VII Kabupaten Bungo. Peneliti ini menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Penelitian ini terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan
verifikasi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) Penyelenggaraan
pembinaan akhlak santri di Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah, guru asrama
dituntut untuk menjalankan peranannya dengan maksimal. (2) Kendala yang
dihadapi Guru asrama dalam Pembinaan akhlak Santri yaitu bebasnya wewenang
pemberian izin dan kurangnya kerjasama antar sesama guru/guru asrama. (3)
Adapun upaya yang dilakukan oleh pengasuh asrama dalam pembinaan akhlak
santri adalah menentukan satu orang yang bertanggung jawab dalam pemberian
izin, membangun kerjasama sesama guru asrama/pengasuh asrama, dan membuat
peraturan/kode etik santri.

Kata kunci: Strategi, Guru Asrama, Pembinaan Akhlak Santri

i
DORMITORY TEACHER STRATEGY IN GUIDING SANTRI MORALS
AT TARBIYAH ISLAMIYAH ISLAMIC BOARDING SCHOOL
TANJUNG AGUNG, MUKO-MUKO BATHIN VII DISTRICT, BUNGO
REGENCY

ABSTRACT

This research is motivated by the problems of the students in the Pondok


Pesantren Tarbiyah Islamiyah Tanjung Agung, Muko-Muko Bathin VII
Subdistrict, Bungo Regency. This researcher uses a descriptive qualitative
approach. Data collection techniques by means of observation, interviews, and
documentation. This research consists of data reduction, data presentation, and
withdrawal of verification. The results of this study conclude that (1) In carrying
out the moral development of students at Tarbiyah Islamic Boarding School,
dormitory teachers are required to carry out their roles to the fullest. (2) Obstacles
faced by dormitory teachers in the development of Santri morals are the free
authority to grant permits and the lack of cooperation between fellow teachers /
dormitory teachers. (3) The efforts made by dormitory caregivers in fostering the
morals of students are to determine one person who is responsible for granting
permits, building cooperation among dormitory teachers/dorm caretakers, and
making regulations/codes of ethics for students.

Keywords: Strategy, Dormitory Teacher, Santri Moral Development

ii
LEMBAR PENGESAHAN

YAYASAN NURUL ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) MUARA BUNGO
STATUS TERDAFTAR DAN TERAKREDITASI
Jl. Lintas Sumatra,KM. 04 Sungai Binjai,Kec Bathin III,Kab
Bungo,Prov Jambi Kode Pos.37211| Hp.0852 66 74 70 41 Email:
info@Staiyasnibungo.ac.id| website :www.staiyasnibungo.ac.id

Skripsi atas nama Muhammad Ajrin Nim.PI.01.217.4308 Program Studi


Pendidikan Agama Islam telah di munaqasyahkan oleh sidangInstitut Agama
Islam (IAI) Yasni Muara Bungo dan telah di terima sebagian dari syarat-syarat
yang harus di penuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.I) dalam
Ilmu Pendidikan.
Muara Bungo, Agustus 2021
Sekretaris Sidang Ketua

NIDN: NIDN:
Penguji 1 Pembimbing 1

Riftiyanti Safitri, M.Pd.I


NIDN: NIDN:2003127302
Penguji II Pembimbing II

Alrudi yansah, M.Pd.I


NIDN: NIDN:2105068901

iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Muara Bungo, Agustus 2021


Pembimbing I : Riftiyanti Safitri, M.Pd.I
Pembimbing II: Alrudi yansah, M.Pd.I
Alamat : Institut Agama Islam (IAI) Yasni Bungo Jalan Lintas
Sumatra Km. 4 Arah Padang Kel. Sei Binjai Kec.
Batin III
Kepada
Yth. Rektor IAI Yasni Bungo
Di Muara Bungo
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami berpendapat
bahwa skripsi saudara/I: MUHAMMAD AJRIN yang berjudul:
“STRATEGI GURU ASRAMA DALAM PEMBINAAN AKHLAK SANTRI
DI PONDOK PESANTREN TARBIYAH ISLAMINYAH TANJUNG
AGUNG KECEMATAN MUKO-MUKO BATHIN VII KABUPATEN
BUNGO” telah dapat diajukanuntuk dimunaqasyahkan guna melengkapi tugas-
tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
pada IAI Yasni Bungo.
Maka dengan ini kami ajukan skripsi tersebut dapat diterima dengan baik.
Demikianlah, kami ucapkan terima kasih, semoga bermanfaat bagi kepentingan
agama, nusa dan bangsa.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Riftiyanti Safitri, M.Pd.I Alrudi yansah, M.Pd.I


NIDN:2003127302 NIDN:2105068901

iv
iv
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : MUHAMMAD AJRIN
NIM/NIRM : PI.01.217.4308/13004-1117-22457
Tempat, Tanggal Lahir : Bukit Kemang, 13 Juli 1999
Program Studi : Strata Satu (S.1)
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya skripsi yang berjudul
”Strategi Guru Asrama Dalam Pembinaan Akhlak Santri Di Pondok
Pesantren Tarbiyah Islamiyah Tanjung Agung Kecamatan Muko-Muko
Bathin VII Kabupaten Bungo”. Adalah benar karya asli saya, kecuali kutipan
yang disebut sumbernya. Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam Skripsi
ini maka sepenuhnya merupakan tanggung jawab saya sebagai penulis/
peneliti.Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Muara Bungo, Agustus 2021
Penulis

Muhammad Ajrin
PI.01.217.4308

v
PERSEMBAHAN

Alhamdulillahhirobbil’alamin dengan menyebut nama Allah Swt yang maha

pengasih lagi maha penyayang. Puji syukur kepada sang maha kuasa yang telah

memberikan kekuatan dan membekali ilmu kepada saya, atas karunia dan

kemudahan yang engkau berikan akhirnya Skripsi ini dapat saya selesaikan pada

waktunya. Selawat dan salam selalu terlimpahkan untuk baginda Rasulluah Saw.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada bapak Samsul Bahar dan Ibu

Hermawati serta adik saya Dia Ramadhani dan Dela Shawalni seluruh keluarga

besar saya. Terima kasih atas kasih sayang yang berlimpah dari mulai saya lahir

hingga saya sudah sebesar ini, terima kasih juga atas limpahan doa dan dukungan

yang tak berkesudahan serta semua hal yang telah kalian lakukan, semua yang

terbaik.

vi
MOTTO

Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, menyuruh (berbuat) yang makruf, ”
dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera (mengerjakan) berbagai
kebijakan. Mereka termasuk orang-orang yang saleh” ( ali’imran :144)

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat

serta karunia-Nya kepada kita semua. Selawat dan salam kita hadiahkan

pahalanya kepada Nabi Muhammad Saw yang telah berhasil menegakkan kalimat

tauhid lailahaillallah dimuka bumi ini. Berkat partisipasi dan kerjasama dari

semua pihak, peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“Strategi Guru Asrama Dalam Pembinaan Akhlak Santri Di Pondok

Pesantren Tarbiyah Islamiyah Tanjung Agung Kecamatan Muko-Muko

Bathin Vii Kabupaten Bungo”.

Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi sebagian syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) bagi mahasiswa Program Studi

Pendidikan Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam (IAI) Yasni

Bungo. Selama proses penyusunan skripsiini dari awal sampai akhir tidak terlepas

dari peran dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

peneliti dengan rendah hati mengucapkan terima kasih kepada.

1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, Ph D., selaku koordinator Kopertais

Wilayah XIII Jambi.

2. Bapak Drs. H. Idham Kholid, ME., selaku Ketua Yayasan Nurul Islam Muara

Bungo.

viii
3. Bapak Dr. Muhammad Solihin, S.Ag, M.Pd.I., selaku Rektor Institut Agama

Islam (IAI) Yasni Bungo.

4. Bapak Dr. Muhammad Zaki, M.Pd.I., selaku wakil rektor I, Ibu Dra. Hj.

Nurbedah, M.Pd., selaku wakil rektor II, dan Bapak Sungkowo, M.Pd.I selaku

wakil rektor III.

5. Ibu Sri Yani, M.Pd.I., selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

6. Bapak Muhammad Sabli, M.Pd.I., selaku ketua Program Studi PAI Institut

Agama Islam (IAI) Yasni Bungo.

7. Ibu Riftiyanti Safitri, M.Pd.I., selaku Pembimbing I.

8. Bapak Alrudi yansah, M.Pd.I., selaku Pembimbing II.

9. Bapak/Ibu Dosen Institut Agama Islam (IAI) Yasni Bungo.

10. Pimpinan, beserta guru asrama dan santri pondok pesantren Tarbiyah

Islamiyah Tanjung Agung.

Muara Bungo, Agustus 2021

Penulis

Muhammad Ajrin

NIM : PI.01.217.4308

ix
DAFTAR ISI

ABSTRAK...............................................................................................................i

ABSTRACT.............................................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI......................................................iv

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI....................................v

HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................vi

MOTTO................................................................................................................vii

KATA PENGANTAR........................................................................................viii

DAFTAR ISI...........................................................................................................x

DAFTAR TABEL................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. latar Belakang Masalah ...............................................................................1

B. Fokus Penelitian...........................................................................................6

C. Rumusan Masalah........................................................................................6

D. Tujuan Penelitian.........................................................................................7

E. Manfaat Penelitian.......................................................................................8

BAB II KAJIAN TEORITIK................................................................................9

A. Guru Asrama................................................................................................9

B. Pondok Pesantren.......................................................................................12

C. Akhlak........................................................................................................21

x
D. Penelitian yang Relevan.............................................................................24

E. Kerangka Berpikir......................................................................................26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................29

A. Pendekatan Penelitian................................................................................29

B. Setting dan Subjek Penelitian.....................................................................30

C. Jenis Dan Sumber Data..............................................................................31

D. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................32

E. Teknik Analisis Data..................................................................................34

F. Teknik Pengujian Keabsahan Data............................................................37

G. Rencana dan Waktu Penelitian..................................................................38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................40

A. Hasil Penelitian..........................................................................................40

B. Pembahasan................................................................................................49

BAB V PENUTUP................................................................................................64

A. Kesimpulan................................................................................................64

B. Saran...........................................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................66

LAMPIRAN..........................................................................................................69

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Keadaan Guru........................................................................................44

Tabel 4.2 Keadaan Siswa.......................................................................................47

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana.............................................................................48

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir..............................................................................28

YGambar 4.1 Struktur Organisasi...........................................................................43

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

YLampiran 1 Pedoman Wawancara........................................................................69

Lampiran 2 Dokumentasi Wawancara...................................................................76

Lampiran 3 Dokumentasi Sarana dan Prasarana....................................................78

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah Swt dengan fungsi dan bentuk

yang sangat sempurna jika dibandingkan dengan makhluk Allah yang lainnya.

Manusia merupakan makhluk yang perlu dididik, sebab manusia itu dilahirkan

dalam keadaan yang suci seperti kertas putih. Maka dari itu Allah mewajibkan

umatnya untuk berpendidikan formal maupun non formal. Manusia juga

diwajibkan untuk memahami pendidikan agama islam.

Apabila manusia tidak mengetahui apapun yang ada disekelilingnya,

maka Allah sangat mencelanya dan tugas hidupnya tidak akan dilaksanakan

karena tidak mungkin orang yang tidak mengetahui apa-apa akan menjadi

seorang khalifah dimuka bumi. Cita-cita hidupnya akan mustahil untuk dapat

dicapai, Allah menyatakan, jika manusia itu hanya ahli sunnatullah (hukum

alam) saja, sedang dinullah (hukum agama Allah) tidak mengerti, seperti hewan

saja.1

Manusia adalah makhluk yang sempurna dan mulia, dan setiap tingkah

laku manusia mempunyai nilai karena manusia disebut sebagai makhluk

bersusila. Jika akhlaknya baik berarti mereka telah mampu mempertahankan

harkat martabatnya sebagai manusia yang sempurna dan mulia.

1
Syaminan Zaini, Arti Anak Bagi Seorang Muslim. (Surabaya), h. 122

1
Jika sebaliknya, maka seseungguhnya mereka telahmenjatuhkan

martabatnya seperti binatang bahkan lebih hina dari pada binatang. 2

2
Abdurrohim, Usman, Neork Aenul Latifah, Akidah Akhlak. (Jakarta, Kementerian Agama, 2014),
h. 28

1
2

Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam islam, sehingga

setiap aspek dari ajaran agama islam ini selalu berorientasi pada pembentukan

dan pembinaan akhlak yang mulia, yang disebut al-akhlak al-kharimah. Akhlak

yang mulia memang harus dimiliki oleh semua peserta didik di semua lembaga

dengan tujuan supaya generasi mendatang bukan saja hanya memiliki ilmu

pengetahuan dan keterampilan tetapi diharapkan juga mempunyai sikap prilaku

mulia atau dalam islam disebut dengan akhlak terpuji. Hal ini sesuai dengan misi

nabi Muhammad SAW yang diterangkan dalam sebuah hadits sebagai berikut :

ُ ُ ‫اِنَّ َما بُ ِع ْث‬


ِ ‫ار َم اأْل َ ْخاَل‬
)‫ق (رواه مسلم‬ ِ ‫ت أِل تَ ِّم َم َم َك‬

Artinya“Sesungguhnya aku diutus kepermukaan bumi ini untuk

menyempurnakan akhlak”. (HR. Muslim) 3 .

Seorang santri dituntut mempunyai akhlak, termasuk memuliakan ilmu

dan guru yang mengajarnya. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa antara

akhlak, etika, moral dan budi pekerti memiliki persamaan, yaitu berbentuk

perilau yang sifatnya netral.

Sebab akhlak itu sendiri adalah perilaku. Oleh karena itu, semua

tergantung kepada setiap orang/individu. Jika watak, karakter, kebiasaan dan

tabiat itu mengarah dan diarahkan kepada hal yang baik-baik, maka merka akan

menjadi akhlak terpuji.

3
HR. Al-Bukhari al-Adabul Mufrada no. 273 (shahiihah Adabul Mufrad no. 207) Ahmad (11/381
dan al-Hakim (11/613), dari Abu Hurairah r.a. dishahihkan oleh Syaikh al-Albani (no. 45).
3

Sebaliknya, jika semua itu diarahkan kepada hal-hal yang jelek maka

meraka akan menjadi akhlak tercela. Karena itulah pembinaan akhlak itu sama

dengan perilaku.4 Namun, jika kita melihat kondisi seperti sekarang ini,

masyarakat sedang mengalami dekadensi moral. Lingkungan yang buruk,

pengaruh negatif perkembangan teknologi dan pergaulan yang cenderung bebas,

semakin menguatkan pandangan bahwa pembinaan kualitas akhlak dan

peningkatan kualitas pendidikan islam itu penting dilakukan agar terbentuk

akhlak mulia dan terpuji.

Menanamkan akhlak pada setiap anak, orang tua tidak bekerja sendiri,

melainkan membutuhkan orang-orang yang lebih mengerti agama, seperti (kyai,

ustad/ustazah) dengan memasukan anak tersebut ke pondok pesantren agar bisa

mendidik anak tersebut lebih mudah di pantaukan melalui ajaran-ajaran di

pondok pesantren. Karena orang tua tentu menaruh harapan yang lebih kepada

anaknya.

Anak juga menjadi salah satu aset negara yang harus dijaga supaya anak

tidak salah dalam pergaulan sehari-harinya. Peran orang tua disini sangat

dibutuhkan untuk membentuk kepribadian yang baik bagi anak. Karena anak

merupakan amanah dari Allah yang harus dijaga.

Pada hakekatnya lingkungan anak itu sangat mempengaruhi watak

seorang anak. Maka dari itu, tugas dari orang tuanya berusaha menenamkan

akhlakul karimah dan menpatkan anaknya di suatu lingkungan yang bisa

mempengaruhi hal-hal yang positif.

4
Ibit, h. 32-34
4

Seperti pondok pesantren yang akan siap menjaga dan memelihara serta

mendidik anak tersebut dengan mengajarkan mereka bukan sekedar pendidikan

umum melainkan juga pendidikan agama islam yang insya Allah bisa

menanamkan akhlak pada santri-santrinya. Sebagai umat umat muslim wajib

kita memelihara akhlak.

Kehadiran kerajaan Bani Umaiyah menjadikan pesatya ilmu

pengetahuan, sehingga anak-anak masyarakat islam tidak hanya belajar dimasjid

melainkan juga di kuttab (pondok pesantren) yang merupakan Lembaga

Pendidikan Islam. Hingga pada tahap selanjutnya, pondok pesantren mulai

menapakkan eksistensiya sebagai Lembaga Pendidikan Islam yang didalamnya

didirikan sekolah, baik formal maupun norformal.5

Pondok pesantren tarbiyah islaminyah adalah lembaga pendidikan islam

swasta yang didirikan pada tahun 1987 oleh tokoh ulama besar di tanjung agung.

Pondok pesantren tarbiyah islaminyah berupaya untuk mencetak manusia

tafaqquh fiddin untuk menjadi kader pemimpin umat bangsa.

Pasantren itu selalu mengupayakan terciptanya pendidikan santri yang

memiliki jiwa keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah islamiyah,

kebebasan berpikir dan berprilaku atas dasar al-quran dan sunnah rasulullah Saw

untuk meningkatkan taqwa kepada allah Saw.

Santri harus memuliakan guru dengan cara mengikuti segala aturan yang

baik. Namun, di pasantren ini masih ada santri yang berbicara kotor/ yang tidak

baik. Hal inipun menjadi masalah dan tanggung jawab guru di asrama.

5
Rahmat Hidayat, Ilmu Pendidikan Islam, (Medan, 2016), h. 71
5

Berdasarkan informasi yang ditemukan penulis ketika observasi awal di

Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Tanjung Agung manunjukkan bahwa

strategi guru asrama dalam suatu Lembaga Pendidikan Islam yang dikenal

dengan pondok pesantren sangatlah urgen.

Guru asrama sudah menjalankan strateginya dalam pembinaan akhlak

pada santri, hanya saja masih terdapat guru asrama yang belum maksimal

membina akhlak santri tersebut. Hal ini berdampak pada akhlak santri yang

kurang terbina dan kurang mendapatkan keteladanan yang baik. Ditemukan

banyak sekali santri putra melakukan pelanggaran diantaranya kabur dari

asrama, tidak masuk jam pelajaran, mencuri, berkelahi, berkata kotor dan lain-

lain.6

Pondok pesantren Tarbiyah Islamiyah Tanjung Agung strategi guru

asrama sangatlah penting dalam menerapkan akhlak kepada santri, dikarenakan

berjalannya kedisiplinan santri itu tegantung dengan pergerakan kepengurusan

guru asrama selama santri diluar jam sekolah.

Guru asrama bertujuan untuk membimbing santri pada kegiatan-kegiatan

seperti halnya semua pendidikan yang ada disekolah. Namun bagimana strategi

guru asrama dalam pembinaan akhlak santri yang baik selama diasrama dan

menerapkan pada setiap aktivitas santri. Berdasarkan permasalahan di atas

penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Strategi Guru

Asrama dalam Pembinaan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Tarbiyah

Islamiyah Tanjung Agung”.

6
Data Pelanggaran Santri Putra di Asrama, diambil pada buku pelanggaran santri putri , Tanggal
01januari 2021.
6

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penelitian ini difokuskan

pada aspek-aspek diantaranya sebagai berikut.

1. Bagaimana strategi guru asrama dalam pembinaan akhlak santri di asrama

ibnu sina di Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Tanjung Agung

Kecamatan Muko-Muko Bathin VII.

2. Apa Kendala guru asrama dalam pembinaan akhlak santri di asrma ibnu sina

di Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Tanjung Agung Kecamatan Muko-

Muko Bathin VII.

3. Apa Upaya guru asrama dalam pembinaan akhlak santri di asrama ibnu sina

di Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Tanjung Agung Kecamatan Muko-

Muko Bathin VII.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian di atas maka rumusan masalah diantaranya

sebagai berikut.

1. Apakah strategi guru asrama dalam pembinaan akhlak santri di asrama ibnu

sina di Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Tanjung Agung Kecamatan

Muko-Muko Bathin VII?

2. Apakah kendala guru asrama dalam pembinaan akhlak santri di asrama ibnu

sina di Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Tanjung Agung Kecamatan

Muko-Muko Bathin VII?


7

3. Apakah upaya guru asrama dalam pembinaan akhlak santri di asrama ibnu

sina di Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Tanjung Agung Kecamatan

Muko-Muko Bathin VII?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiannya adalah

untuk memperoleh gambaran tentang strategi guru asrama di Pondok Pesantren

Tarbiyah Islamiyah Tanjung Agung Kecamatan Muko-Muko Bathin VII dalam

membina akhlak dan prilaku santrinya. Secara khusus, penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui informasi diantaranya sebagai berikut.

1. Strategi guru asrama dalam pembinaan akhlak santri di asrama ibnu sina

Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Tanjung Agung Kecamatan Muko-

Muko Bathin VII.

2. Kendala guru asrama dalam pembinaan akhlak santri di asrama ibnu sina

Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Tanjung Agung Kecamatan Muko-

Muko Bathin VII.

3. Upaya guru asrama dalam pembinaan akhlak santri di asrama ibnu sina

Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Tanjung Agung Kecamatan Muko-

Muko Bathin VII.


8

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini menghasilkan dua macam manfaat, yaitu manfaat

teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan, khususnya dalam bidang pendidikan akhlak, baik bagi peneliti

maupun bagi pembaca.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

peningkatan akhlak dan optimalisasi peran guru asrama dalam pembinaan akhlak

santri di Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Tanjung Agung Kecamatan

Muko-Muko Bathin VII. Selain itu penelitian ini juga sebagai salah satu

persyaratan bagi peneliti dalam menyelesaikan program sarjana Strata Satu (S.1)

di Institut Agama Islam (IAI) Yasni Bungo.


BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Guru Asrama
1. Pengertian Guru Asrama
Berdasarkan sejarahnya, guru asrama juga dikatakan sebagai

kepengasuhan yang merupakan sebuah alat penyampaian pesan kepada anak

mengenai nilai-nilai sehingga menjadi suatu variasi antar budaya dalam

masyarakat. Awal abad 20 pengasuhan masih dianggap mudah dikarenakan

masyarakat pada saat itu memiliki keyakinan bahwa salah satu tujuan hidup

manusia adalah untuk melayani tuhan dan mengikuti ajaran agama yang berlaku.

Sebelum lebih lanjut memahami mengenai pengasuhan maka harus

mengatahui pengertian dan konsep dari pengasuhan itu sendiri. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia, pengasuhan sering disebut pula sebagai child-rearing

yaitu pengalaman, keterampilan, kualitas, dan tanggung jawab sebagai orangtua

dalam mendidik dan merawat anak.7

Pengasuhan atau disebut juga parenting adalah pengetahuan,

pengalaman, keahlian dalam melakukan pemeliharaan, perlindungan, pemberian

kasih sayang dan pengarahan kepada anak.8 Selain itu pengertian yang lain dari

pengasuhan adalah saat dimana orangtua memberikan sumberdaya paling dasar

kepada anak.

Pemenuhan kebutuhan anak, kasih sayang, memberikan  perhatian dan

mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada anak.

7
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), hlm,56.
8
Brooks Parenting(Bandung: CV. Pustaka setia, 2000), hlm.28.

9
10

Sedangkan dalam buku Berns R.M yang berjudul Child, Family, School,

Community Social and Support dijelaskan bahwa Jerome Kagan seorang

psikolog perkembangan Jerman.

Menyebutkan bahwa pengasuhan merujuk pada serangkaian

implementasi dari berbagai keputusan tentang sosialisasi pada anak apa yang

harus dilakukan orangtua untuk menjadikan anak sebagai individu yang

bertanggung jawab dan mampu memberikan kontribusi terhadap masyarakat,

serta apa yang terbaik dilakukan orangtua dalam menghadapi beragam sifat anak

ketika menangis, agresif, berbohong, marah.9

2. Tujuan Pengasuh

Pengasuh memiliki beberapa tujuan tertentu, dimana tujuan pengasuhan

pada masa kanak-kanak berbeda dengan tujuan pegasuhan pada masa remaja,

kuliah ataupun dewasa. Pengasuhan pada masa anak-anak lebih berfokus pada

kondisi fisiknya. Pada usia remaja pengasuhan berfokus pada keterampilan

motorik yang berhubungan dengan kegiatan akademi dan non akademis.

Sedangkan pada usia kuliah serta dewasa pengasuhan lebih bertujuan

untuk kegiatan pekerjaan dan sosial. Selain tujuan-tujuan yang telah dijabarkan

di atas adalah untuk meningkatkan kompetensi fisik, gizi, dan keehatan anak.

Selain itu juga untuk meningkatkan kompetensi intelektual, emosi, sosial, dan

moral serta kepercayaan diri anak.

9
Berns, Child, Family, School, Community Social and Support.,(Jakarta: DivaPustaka, 2003),
hlm. 102-105.
11

3. Strategi Pengasuh

Buku Parenting karangan J.B. Brooks chapter 2 hanya terdapat strategi

pola pengasuhan untuk orangtua, dimana terdapat 6 dimensi, yaitu boding,

proteksi, sensitive, respon, pendidikan, dan kedisiplinan.10 Bonding sangat

penting setelah masa kecil selesai tetapi akan dihentikan pada masa remaja.

Proteksi, respon, sensitivesangat penting sama dengan sikap, pendidikan dan

disiplin lebih jauh dibawah usia anak. Selain itu para orangtua juga harus

mempersiapkan beberapa keahlian seperti keahlian fisik, intelektual, emosi,

sosial, dan moral. Tidak hanya itu para orangtua juga harus memiliki peran

pengasuhan otoritatif, serta adanya pengaruh budaya dan sosial ekonomi

terhadap pengasuhan.

Sedangkan dalam chapter 1 orangtua membawa latar belakang dan pola

hidup masing-masing dalam proses pengasuhan. Ketika menjadi orangtua sudah

seharusnya mengadaptasi kualitas individu terhadap aturan hidup yang

baru.Interaksi orangtua dan anak sangat dibutuhkan karena anak belajar dari

berbagai macam interaksi yang dilakukannya dengan orangtua. Rose Parke dan

Raymond Buriel menyatakan, orangtua memiliki harapan dalam proses interaksi

untuk membangun sosialisasi dan pertumbuhan anak-anaknya yang terangkum

dalam tiga hal, pertama sebagai partner yang interaktif terhadap anak-anaknya.

Kedua, sebagai instruktur atau guru yag membimbing secara langsung

anak-anaknya. Ketiga, dapat melengkapi kebutuhan dalam mentimulasi

pertumbhan anak.

10
Brooks Parenting(Bandung: CV. Pustaka setia, 2000), hlm.19.
12

Orangtua dan masyarakat saling membantu dalam  proses pengasuhan anak.

Dalam konteks masyarakat sosial, terdapat tiga hal yang diperhatkan dalam

proses pengasuhan anak.

Pertama, interaksi anak dengan lingkungan sekitarnya. Kedua, berbagai

bentuk pengaruh sosial terhadap pengasuhan, dan faktor perlindungan dan faktor

risiko dalam konteks sosial. Interaksi dengan lingkungan seperti yang dikatakan

oleh Bronfenbenner bahwa perkembangan anak diengaruhi oleh stimulasi

lingkungan. Pola interaksi yang biasa dilakukan oleh anak dengan orangtua,

pengasuh, guru, dan sebagainya termasuk kedalam lingkungan mikro.

Lingkungan meso merupakan interaksi antara orangtua dan orang lain

yang juga turut memberikan pengasuhan terhadap anak, seperti hubungan

orangtua dengan guru di sekolah. Lingkungan ekso meliputi ligkungan atau

institusi yang dapat mempengaruhi pengasuhan anak, namun tidak berperan

secara langsung, seperti lingkungn kerja orangtua, dan pemerintahan.

Lingkungan makro adalah konteks kultural yang melingkupi interaksi antara

anak, oragtua, institusi, dan sebagainya. Lingkungan yang terakhir adalah

lingkungan krono, yang mempengaruhi perkembangan karena pubertas,

pernikahan, dan sebagainya.

B. Pondok Pesantren

1. Pengertian Pesantren

Pondok pesantren yaitu suatu lembaga pendidikan islam yang

didalamnya terdapat seorang kiai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para
30

santri (peserta didik) dengan sarana masjid yang digunakan untuk

menyelenggarakan pendidikan
13

tersebut serta didukung adanya pemondokan atau asrama sebagai tempat tinggal

para santri.11

Menurut pendapat para ilmuwan istilah pondok pesantren merupakan dua

istilah “pondok” atau “pesantren”sering pila menyebut sebagai pondok

pesantren. Istilah pondok barangakali berasal dari pengertian asrama-asrama

para santri yang disebut pondok atau tempat tinggal yang terbuat bambu atau

barangkali berasal dari bahasa Arab “punduq” artinya asrama besar yang di

sediakan untuk persinggahan. Sekarang lebih dikenal dengan nama pondok

pesantren. Sumatra barat dikenal nama surau sedangkan di Aceh dikenal dengan

nama rangkang.12

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengatakan bahwa pesantren diartikan

sebagai asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar mengaji.

Sedangkan secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan islam, yang

didalamnya ada para santri tinggal di pondok (asrama) dengan materipengajaran

kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum. Bertujuan untuk menguasai ilmu

agama islam secara detail serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup

keseharian, dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan

bermasyarakat.

2. Tujuan Pendidikan Pesantren

Tujuan pendidikan pesantren menurut Mastuhu adalah untuk

menciptakan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa

11
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Penada Media), 2006, hlm. 234-235.
12
Yasmadi, modernisasi pesantren, (Jakarta:ciputat press,2002), hlm.62
30

kepada tuhan, berakhlak mulia bermanfaat bagi masyarakat atau berhikmat

kepada masyarakat
14

dengan jalan menjadi abdi masyarakat yang mampu berdiri sendiri, bebas, dan

teguh dalam kepribadiannya.

Menyebarkan agama atau menegakkan islam dan kejayaan umat islam di

tengah-tengah masyarakat. Mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan

kepribadian dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian,

idealnya pengembangan kepribadian mukhsin, bukan sekedar muslim.13

Tujuan pendidikan untuk bagian terpadu dari faktor-faktor pendidikan.

Tujuan termasuk kunci keberhasilan dalam proses pendidikan. Dapat dipahami

bahwa tujuan pendidikan pesantren sama dengan dasar-dasar penetapan tujuan

pendidikan islam, karena pesantren bagian yang tidak bisa terpisahkan.

Muzayyin arifin menjelaskan bahwa tujuan pendidikaan islam tidak lain adalah

untuk merealisasikan idealitas islami. Sedangkan idealitas islami itu sendiri pada

hakikatnya adalah mengandung nilai prilaku manusia yang didasari oleh iman

dan takwa kepada Allah sebagai sumber kekuasaan mutlak yang harus ditaati.14

Perumusan tujuan pendidikan ini menjadi penting bagi proses

pendidikan, karena dengan adanya tujuan yang jelas, maka arah proses itu akan

jelas pula.Tujuan pendidikan islam dengan jelas mengarah kepada terbentuknya

insan kamil yang berkepribadian muslim, yaitu merupakan perwujudan manusia

seutuhnya, takwa cerdas, baik budi pekertinya, tampil kuat kepribadiannya,

berguna bagi diri sendiri, agama, keluarga, masyarakat dan Negara.15

13
Sulthon Masyhud dan Khusnurdilo,manajemen pondok pesantren,(Jakarta: Diva
Pustaka,2003),hlm.92-93
14
Muzayyin Arifin,Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara,2010),hlm.108
15
Soebahar Abdul Halim, wawasan baru pendidikan islam,(Jakarta: kalam mulia, 2002),hlm.21
15

3. Karakteristik Pesantren

Karakteristik atau ciri-ciri umum pondok pesantren adalah sebagai berikut.

a. Adanya kiai

b. Adanya santri

c. Adanya masjid

d. Adanya pondok atau asrama

Adapun penampilan pendidikan pesantren sekarang yang lebih beragam

merupakan akibat dinamika dan kemajuan zaman yang telah mendorong

terjadinya perubahan terus-menerus sehingga lembaga tersebut melakukan

berbagai adopsi dan adaptasi sedemikian rupa.Tetapi pada masa sekarang ini,

pondok pesantren kini mulai menampakan eksistensinya sebagai lembaga

pendidikan islam yang mumpuni, yaitu didalamnya didirikan sekolah baik

formal maupun nonformal. Tranformasi kultur, sistem, dan nilai yang ada di

pondok pesantren maka kini pondok pesantren yang dikenal dengan salafiyah

(kuno) kini telah berubah menjadi khalafiyah (modern).

Transformasi tersebut sebagai jawaban atas kritik-kritik yang diberikan

pada pesantren dalam arus transformasi ini sehingga dalam sistem dan kultur

pesantren terjadi perubahan yang drastis diantaranya sebagai berikut.

a. Perubahan sistem pengajaran dari perseorangan atau sorogan menjadi sistem

klasikal yang kemudian kita kenal dengan istilah madrasah (sekolah).

b. Pemberian pengetahuan umum, disamping masih mempertahankan

pengetahuan agama dan bahasa arab.


16

c. Bertambahnya komponen pendidikan pondok pesantren, misalnya

keterampilan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat kesenian

yang islami.

d. Lulusan pondok pesantren diberikan syahadah (ijazah) sebagai tanda tamat

dari pesantren tersebut dan ada sebagian syahadah tertentu yang nilainya

sama dengan ijazah negeri.

4. Tipologi Pesantren

Seiring dengan perkembangan masyarakat maka pendidikan pesantren

baik tempat, bentuk, hingga substansi telah jauh mengalami perubahan.

Pesantren tidak lagi sederhana seperti apa yang digambarkan seseorang, akan

tetapi pesantren dapat mengalami perubahan sesuai dengan pertumbuhan dan

perkembangan zaman.Menurut Yacub ada beberapa pembagian tipologi pondok

pesantren yaitu.

a. Pesantren Salafi, yaitu pesantren yang tetap mempertahankan pelajaran

dengan kitab-kitab klasik dan tanpa diberikan pengetahuan umum. Model

pengajarannyapun sebagaimana yang lazim diterapkan dalam pesantren

salaf, yaitu dengan metode sorogan dan weton

b. Pesantren Khalafi, yaitu pesantren yang menerapkan sistem pengajaran

klasikal (madrasi) memberikan ilmu umum dan ilmu agama serta juga

memberikan pendidikan keterampilan.

c. Pesantren Kilat, yaitu pesantren yang berbentuk semacam training dalam

waktu relatif singkat dan biasa dilaksanakan pada waktu libur sekolah.

Pesantren ini menitik beratkan pada keterampilan ibadah dan kepemimpinan.


17

d. Sedangkan santri terdiri dari siswa sekolah yang dipandang perlu mengikuti

kegiatan keagamaan dipesantren kilat.

e. Pesantren terintegrasi, yaitu pesantren yang lebih menekankan pada

pendidikan vocasional atau kejuruan sebagaimana balai latihan kerja di

Departemen Tenaga Kerja dengan program yang terintegrasi. Sedangkan

santri mayoritas berasal dari kalangan anak putus sekolah atau para pencari

kerja.16

Secara garis besar pondok pesantren dapat dikategorikan dalam tiga

bentuk yaitu.

a. Pondok Pesantren Salafiyah

Salaf artinya “lama, dahulu atau tradisonal’’. Pondok pesantren salafiyah

adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan pembelajaran dengan sistem

tradisonal. Penjenjangan tidak didasarkan pada satuan waktuakan tetapi

berdasarkan tamatnya kitab yang dipelajari.

b. Pondok Pesantren Khalafiyah (‘Ashriyah)

Khalaf artinya “kemudian atau belakang’’, sedangkan ashri artinya

“sekarang atau modern’’. Pondok pesantren khalafiyah adalah pondok (MI,

MTs, MA atau MAK), maupun sekolah (SD, SMP, SMU dan SMK), atau nama

lainnya, tetapi dengan pendekatan klasikal.

c. Pondok Pesantren Campuran/Kombinasi

16
Khosin, Tipologi Pondok Pesantren, (Jakarta: diva Pustaka,2006), hlm. 101.
18

Pondok pesantren salafiyah dan khalafiyah dengan penjelasan diatas

adalah salafiyah dan khalafiyah dalam bentuknya yang ekstrim. Barangkali,

kenyataan dilapangan tidak ada atau sedikit sekali pondok pesantren salafiyah

atau khalafiyah dengan pengertian tersebut. Sebagian besar yang ada sekarang

adalah pondok pesantren yang berada di antara rentangan dua pengertian di

atas.17

5. Sistem Pendidikan Pesantren

Sistem pengajaran di pondok pesantren merupakan bagian dari struktur

internal pendidikan islam di Indonesia yang di selenggarakan secara tradisonal

menjadikan islam sebagai cara hidup. Sebagai bagian struktur internal

pendidikan islam Indonesia, terutama dalam fungsinya sebagai institusi

pendidikan, disamping sebagai lembaga dakwah, bimbingan kemasyarakatan,

dan bahkan perjuangan.

Abdurrohman mengidentifikasikan beberapa pola umum pendidikan

islam tradisonal sebagai berikut.

a. Adanya hubungan yang akrab antra kiai dan santri

b. Tradisi ketundukan dan kepatuhan seorang santri terhadap kiai

c. Pola hidup sederhana (zuhud)

d. Kemandirian atau indenpendensi

e. Berkembangnya iklim dan tradisi tolong menolong dan suasana

persaudaraan

f. Disiplin ketat

17
Departemen Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah, (Jakarta: Departemen
Agama, 2003).hlm. 29-30.
19

g. Kehidupan dengan tingkat relagiusitas yang tinggi 18

Adapun metode yang lazim digunakan dalam pendidikan pesantren

adalah wetonan, sorogan, dan hafalan. Metode wetonan merupakan metode

kuliah dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk disekeliling kiai.

Santri menyimak kitab masing-masing dan mencatat jika perlu.

Metode sorogan sedikit berbeda dari metode weronan, santri menghadap

guru dengan membawa kitab yang dipelajari sendiri. Kiai membacakan dan

menerjemahkan kalimat demi kalimat, kemudian menerangkan maksudnya atau

kiai cukup menunjukan cara membaca yang benar tergantung materi yang

diajukan dan kemampuan santri.

Adapun metode hafalan berlangsung dengan cara santri menghafal teks

atau kalimat tertentu dari kitab yang dipelajarinya. Materi hafalan biasanya

dalam bentuk syair atau nazham. Sebagai pelengkap metode hafalan sangat

efektif untuk memelihara daya ingat memorizing santri terhadap materi yang

dipelajarinya, karena dapat dilakukan baik didalam maupun diluar kelas.

Sedangkan jenjang pendidikan dalam pesantren tidak dibatasi seperti

dalam lembaga pendidikan yang memakai sistem klasikal. Umumnya, kenaikan

tingkat seorang santri didasarkan isi mata pelajaran tertentu yang ditandai

dengan tamat dan bergantinya kitab yang dipelajarinya. Apabila seorang santri

telah menguasai satu kitab atau beberapa kitab dan telah lulus ujian (imtihan)

yang diuji oleh kiainya, maka akan berpindah pada kitab lain yang lebih tinggi

tingkatannya.

18
Abdurrahman mas’ud dkk. Dinamika pesantren dan madrasah(Yogyakarta:pustaka
belajar,2002).hlm.14
20

Penjenjangan pendidikan pesantren tidak berdasarkan usia, tetapi

berdasarkan penguasaan kitab-kitab yang telah ditetapkan dari paling rendah

sampai paling tinggi. Seiring dengan perkembangan zaman, kini pondok

pesantren banyak yang menggunakan sistem klasikal, yaitu ilmu yang dipelajari

tidak hanya agama saja melainkan ilmu yang lainnya.

6. Pengelolaan Pondok Pesantren

Usaha meningkatkan mutu madrasah dan pondok pesantren agar mampu

berperan lebih positif dalam mencerdaskan bangsa dan membangun masyarakat

sekitar. Maka dari itu pemerintahan Departemen Agama bersama-sama

mengambil langkah untuk meningkatkan mutu pendidikan yang ada di dalam

kedua lembaga pendidikan tersebut.

Langkah tersebut telah dilandasi dengan keputusan bersama tiga menteri,

yaitu Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Dalam

Negeri No.6 Tahun 1975 (Agama), No. 037/U/1975 (P dan K) dan No. 36 Tahun

1975 (Dalam Negeri) tanggal 24 Maret 1975. SKB ini berlaku untuk madrasah

semua jenjang baik negeri maupun swasta, baik madrasah yang ada di dalam

lingkungan pondok pesatren maupun diluar pondok.19

7. Kurikulum atau manhaj

Madrasah atau sekolah yang diselenggarakan oleh pondok pesantren

menggunakan kurikulum yang sama dengan sekolah lain yang telah dibakukan

oleh Departemen Agama atau Departemen Pendidikan Nasional.

19
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009,) hlm. 219-
220.
21

Lembaga pendidikan formal lain yang diselenggarakan oleh pondok pesantren

selain madrasah atau sekolah, kurikulumnya disusun oleh penyelenggara pondok

pesantren yang bersangkutan.

C. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Secara terminologis akhlak atau khuluq adalah sifat yang tertanam dalam

jiwa manusia. Sehingga akan muncul secara spontan tanpa memerlukan

pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu serta membutuhkan dorongan dari

luar.20

Baik kata akhlak atau khuluq kedua-keduanya dapat dijumpai dalam Al-

Qur’an sebagai berikut.

ٍ ُ‫ك لَ َعلَ ٰى ُخل‬


‫ق َع ِظ ٍيم‬ َ َّ‫َوإِن‬
Artinya : “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang

agung”(QS Al-Qalam{68}:4).21

Menurut Imam Abu Hamid al-ghazali sebagaimana dikutip Ali Abdul

Ilham Mahmud kata al-khalq’fisik’ dan alkhuluq ‘akhlak’ adalah dua kata yang

sering dipakai bersamaan. Seperti redaksi bahasa arab, fulaan husnu al-khalq wa

al-khuluq yang artinya ‘si fulan baik lahirnya juga batinnya’. Sehingga yang

dimaksud dengan kata al-khalq adalah bentuk lahirnya sedangkan al-khuluq

adalah bentuk batinnya.22

20
Abudin Nata, Akhlak tasawuf,(Jakarta: Rajab Rafindo,2002),Hlm. 154
21
Al-qur’an Surah Al-Qalam[68]:4
22
Ali Abdul Halim Mahmud,Akhlak Mulia.( Jakarta: Gema Isani Press, 2004), Hlm.28
22

Hal itu karena manusia tersusun dari fisik yang dapat dilihat dengan

mata, kepala, dan dari ruh yang dapat ditangkap dari mata batin. Masing-masing

dari keduanya itu mempunyai bentuk gambaran ada yang buruk dan ada pula

yang baik. Ruh yang ditangkap oleh mata batin itu lebih tinggi nilainya dari fisik

yang ditangkap dengan penglihatan mata.

Kedua defenisi diatas dapat dipahami bahwa akhlak berasal dari dalam

diri anak dan juga dapat berasal dari lingkungannya. Secara umum akhlak

bersumber dari dua hal tersebut yang dapat berbentuk akhlak baik dan buruk

tergantung pembiasaannya. Jika anak membiasakan perbuatan baik, maka akan

menjadi akhlak baik bagi dirinya dan begitupun sebaliknya.

Akhlak yang dimaksud adalah akhlak yang berlandaskan pada Al-Qur’an

dan Sunah sebagai pedoman. Akhlak yang seharusnya ada pada setiap anak

asuh, karena akhlak yang baik akan mempengaruhi karakter serta prestasi anak

itu sendiri. Sebagai contoh akhlak yang diterapkan oleh Rasulullah Saw, seperti

saling membantu, bekerja sama, berkata benar, amanah, jujur, menjaga

kebersihan, dan memiliki semangat yang tinggi dalam dirinya.

2. Perbedaan Akhlak, Moral dan Etika

Akhlak berasal dari bahasa arab “khuluqun” yang berarti perangai, tabiat,

adat atau “khalqun” yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Secara sosiologis di

Indonesia kata akhlak sudah mengandung konotasi baik jadi orang yang

berakhlak berarti orang yang berbudi baik.23

23
M. Iqbal hasan,pokok-pokok materi metodologi penelitian daan aplikasinya(Jakarta:Ghalia
Indonesia,2002),hlm.1
23

Secara umum akhlak islam dibagi menjadi dua, yaitu akhlak mulia dan

akhlak tercela. Akhlak mulia harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

sedangkan akhlak tercela harus dijauhi jangan sampai dipratikkan dalam

kehidupan sehari-hari.

Kata moral berasal dari bahasa latin mores, kata jamak dari mos yang

berarti adat atau kebiasaan.24 Menurut Gillingan dalam Lawrence A. blum,

moral memiliki keterkaitan dengan kepedulian seseorang dengan yang lainnya.

Moral tidak hanya berhubungan dengan tingkah laku namun juga mengarahkan

seseorang untuk dapat berbuat baik kepada orang lain. Moral juga melibatkan

jalinan emosi, kognisi dan tindakan yang tidak dapat dipisahkan.25

Istilah moral juga sering pula dikaitkan dan dihubungankan dengan

kesadaran hingga menjadi istilah kesadaran moral. Kesadaran moral merupakan

faktor yang harus dimiliki seseorang sehingga memungkinkan tindakan

seseorang selalu bermoral, berprilaku susila, dan selalu sesuai dengan norma-

norma yang berlaku di masyrakat.26

Kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos dan ethikos. Ethos yang

berarti sifat, watak, adat, kebiasaan, tempat yang baik. Kata “etika” dibedakan

dengan kata “etik”dan “etiket”. Kata etik berarti kumpulan atau nilai yang

berkenaan dengan akhlak atau nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu

golongan atau masyarakat.

24
Rosihin Anwar, Akhlak Tasawuf(Bandung: Pustaka Setia,2010), hlm. 17.
25
Lawrence A. Blum, Gillingan and Kohlberg, Implications for Moral Theory, Chicago jurnal
2009, 474-476,(diakses pada tanggal 27 Januari 2021).
26
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia(Jakarta: Rjawali Press,2014), hlm. 78-79.
24

Adapun kata etiket berarti tata cara atau adat, sopan, santun dalam

masyarakat beradab dan memilihara hubungan baik sesama manusia. 27

Sementara itu Amin Abdulullah mengemukakan tentang perbedaan dan

persamaan antara etika dan akhlak. Etika pada umumnya di identikkan dengan

moral yang lebih bercondong pada pengertian tentang nilai baik dan buruk dari

setiap perbuatan manusia itu sendiri.

Maka etika berarti ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk,

dengan demikian dapat disimpulkan etika berfungsi sebagai teori dari perbuatan

baik dan buruk (ethics atau ilmu al-akhlak), dan moral (akhlak) adalah

pratiknya.28 Selain perbedaan dari segi bahasa maupun dari objek pembahasan

antara moral, etika, dan akhlak terdapat pula perbedaan diantara ketiganya. Etika

dan moral bersumber dari adat istiadat, aturan-aturan, atau norma yang

digunakan masyarakat sedangkan akhlak bersumber dari al-qur’an dan hadist.

D. Penelitian yang Relevan

Kajian penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis yang

mendukung penelitian yang berkaitan. Kajian penelitian yang relevan ini

merupakan penelitian terdahulu yang dijadikan pendukung relevan sesuai

dengan masalah yang sedang diteliti, dalam penelitian ini penulis menelaah

beberapa buku, jurnal dan skripsi.

27
Abd Haris, Pengantar Etika Islam( Sidoarjo: Al-Afkar,2007), hlm.3
28
Amin Abdullah, filsafat etika islam(Bandung: Mizan, 2001), hlm.15
25

Berikut adalah penelitian terdahulu yang dijadikan pendukung relevan

sesuai dengan masalah yang diteliti.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Wiwin pada tahun 2015 dengan judul skripsi:

Peran ibu asrama dalam membina akhlak santri di pondok pesantren Nurul

Islam sungai mengkuang”.29Adapun hasil dari penelitian ini ada upaya

pembinaan akhlak santri yang dilakukan oleh ibu asrama dengan lebih baik

lagi akhlak mereka setelah dilakukan beberapa upaya. Penelitian di atas

memiliki kesamaan dengan yang penulis lakukan yaitu sama sama meneliti

tentang pembinaan akhlak santri di asrama dan penelitian di atas lebih

khusus kepada ibu asrama. Sedangkan perbedaan nya terletak pada subjek

penelitian yang cakupannya adalah guru asrama putra dan putri.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Salamudin pada tahun 2015 dengan judul

skripsi” Peran pimpinan pondok pesantren Nurul Haq dalam meningkatkan

Kualitas tenaga pendidik”.30

Hasilnya adalah, guru lebih optimal lagi dalam bekerja. Adapun kesamaan

dengan judul di atas adalah tempat penelitian sama-sama di kawasan

pondok pesantren. Sedangkan perbedaannya penelitian terdahulu meneliti

pimpinan pondok itu sendiri sedangkan penulis bersama dengan guru

asrama yang jabatannya di bawah pimpinan.

29
Skripsi, Wiwin (2015)”Peran ibu asrama dalam membina akhlak santri di pondok pesantren
Nurul Islam sungai mengkuang”(STAI Yasni Muara Bungo).
30
Skripsi, Salamudin (2015)”Peran pimpinan pondok pesantren Nurul Haq dalam meningkatkan
Kualitas tenaga pendidik”(STAI Yasni Muara Bungo).
26

3. Penelitian yang dilakukan oleh Riska Wati pada tahun 2019 dengan judul

skripsi “Peran Guru Asrama dalam Pembinaan Akhlak Santri di Pondok

Pasantren Modren Darussalam Sungai Mancur”. 31

Adapun kesamaan dengan judul skripsi yang penulis lakukan sama-sama

membahas Guru Asrama dalam Pembinaan Akhlak Santri di Pondok

Pasantren. Sedangkan untuk perbedaannya yaitu terdapat pada peran dan

strategi.

E. Kerangka Berpikir

Kedisiplinan adalah prilaku seseorang yang sesuai dengan tata tertib atau

aturan yang berlaku baik yang muncul dari kesadaran diri kegiatannya maupun

karena adanya sanksi atau hukuman. Sedangkan disiplin adalah sikap patuh

siswa dalam belajar yang ditunjukan dengan perbutan mematuhi tata tertib

berlaku ditempat itu berada. Baik di sekolah maupun dirumah sehingga mampu

membuktikan bahwa mereka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya

untuk membentuk watak yang baik dan selalu bergerak kearah yang lebih maju

sehingga dapat tercapainya prestasi belajar yang memuaskan.

Kedisplinan sangat penting diterapkan pada setiap anak. Hal ini pun

menjadi strategi yang sangat penting bagi guru asrama.

Guru asrama harus mampu mempengaruhi dan menggerakkan semua santri putra

dengan baik sehingga berjalannya kedisiplinan santri putra dengan baik selama

24 jam di lingkungan pondok pesantren.

31
Skripsi, Riska Wati (2019) “Peran Guru Asrama dalam Pembinaan Akhlak Santri di Pondok
Pasantren Modren Darussalam Sungai Mancur” ”(STAI Yasni Muara Bungo).
27

Strategi guru asrama adalah selalu memastikan tiga hal yaitu peraturan,

pelanggaran, dan sanksi. Disiplin menjadi prasyaratan bagi pembentukan sikap,

prilaku, dan tata kehidupan berdisiplin yang akan mengantar seorang siswa

sukses dalam belajar.

Ada beberapa fungsi disiplin, diantaranya menata kehidupan bersama,

membangun kepribadian, melatih kepribadian, pemaksaan hukuman, dan

lingkungan hidup.
28

Anda mungkin juga menyukai