Anda di halaman 1dari 43

PENGARUH PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN

QOTHROTUL FALAH BAGI MASYARAKAT


DESA SUMUR BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar S1

Disusun oleh :
AGUNG RIZKI
NIM. 4322319030020

Di Susun Oleh:
AGUNG RIZKI
4322319030020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SETIA BUDHI RANGKASBITUNG
2023
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
APPOVAL SHEET OF SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN


QOTHROTUL FALAH BAGI MASYARAKAT
DESA SUMUR BANDUNG
Pembimbing I Tanggal
Tandatangan
Advisor I

Rian Fauzi, M,Pd


NIDN.
Pembimbing II Tanggal
Tandatangan
Advisor II

Samsu Bahri, M.Pd

NIDN.

Diketahui Oleh kerua Program Studi


Pendidikan Sejarah

Rian Fauzi, M.Pd

NIDN. 0423118801

Nama/ Name : Agung Rizki


NIM/ NIM : 432319030020
: Pendidikan sejarah
Program Studi/ Program
Study
LEMBAR PENGUJIAN SKRIPSI
EXAMINATION SHEET OF SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN
QOTHROTUL FALAH BAGI MASYARAKAT
DESA SUMUR BANDUNG
Sekripsi ini telah diuji pada seminar Proposan yang diselenggarakan
pada
tanggal……Juli 2023

TIM PENGUJI

EXAMINER TEAM

Pembimbing I Tanggal
Tandatangan
Advisor I

Rian Fauzi, M.Pd


NIDN. 0407128408
Pembimbing II Tanggal
Tandatangan
Advisor II
Samsu Bahri, M.Pd

NIDN.

Diketahui Oleh kerua Program Studi


Pendidikan Sejarah

Rian Fauzi, M.Pd

NIDN. 0423118801

Nama/ Name : Agung Rizki


NIM/ NIM : 432319030020
: Pendidikan sejarah
Program Studi/ Program Study

LEMBAR PENGUJIAN HASIL PERBAIKAN SKRIPSI


REVISEDAPPROVEAL SHEET OF SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN
QOTHROTUL FALAH BAGI MASYARAKAT
DESA SUMUR BANDUNG
Pembimbing I /Penguju I Tanggal Tanda
Tangan
Advisor I/Examiner I

Nama:
NIDN.
Pembimbing II /Penguji II Tanggal Tanda
Tangan
Advisor II/Examiner II

Nama:
NIDN:
Diketahui Oleh kerua Program Studi
Pendidikan Sejarah

Rian Fauzi, M.Pd


NIDN. 0423118801
Nama/ Name : Agung Rizki
NIM/ NIM : 432319030020
Program Studi/ Program Study : Pendidikan sejarah
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal

penelitian yang berjudul “pengaruh pendidikan pondok pesantren qothrotul falah

bagi masyarakat desa sumur bandung 2009-2020” tepat pada waktunya. Adapun

tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah untuk mempelajari cara

pembuatan skripsi pada Universitas Setua Budhi Rangkasbitung dan untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga

proposal penelitian ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan

kepada:

1. Kedua orangtua, Ayahanda Suyanto spd Dan Ibunda alm sutinah yang telah

memberikan do’a dan dukungan sekaligus sufort dan materi yang tiada hentinya

kepada penulis.

2. Bapak Dr., Suherman, M.Pd, Selaku Plt Rektor Universitas Setia Budhi

Rangkasbitung.

3. Bapak Rian Fauzi, M.Pd, selaku Ketua Prodi Pendidikan Sejarah Sekolah Tinggi

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Setia Budhi Rangkasbitung.

4. Bapak Samsul Bahri M.Pd Sekertaris Program Studi Pendidikan Sejarah

5. Pengasuh Pondok pesantren Qothrotul falah Bapak, KH. Achmad Syatibi Hambali

yang sudah mendukung berjalannya skripsi ini.

6. Keluarga dan Teman-teman yang memberikan semangat kepada penulis untuk

menyelesaikan penelitian ini.


Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik

mungkin, penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para

pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan proposal

penelitian ini. Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini berguna

bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Rangkasbitung 17 Juli 2023

Agung Rizki
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pondok pesantren merupakan sistem pendidikan agama Islam yang tertua

sekaligus merupakan ciri khas yang mewakili Islam tradisional Indonesia yang

eksistensinya telah teruji oleh sejarah dan berlangsung hingga kini. Pada mulanya

merupakan sistem pendidikan Islam yang dimulai sejak munculnya masyarakat

Islam di Indonesia. Munculnya masyarakat Islam di Indonesia berkaitan dengan

proses Islamisasi, dimana proses Islamisasi terjadi melalui pendekatan dan

penyesuaian dengan unsur-unsur kepercayaan yang sudah ada sebelumnya,

sehingga terjadi percampuran atau akulturasi.

Saluran Islamisasi terdiri dari berbagai cara antara lain melalui

perdagangan, perkawinan, pondok pesantren dan kebudayaan atau kesenian. Secara

definisi, pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk belajar

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran–ajaran agama Islam dengan

menekankan pentingnya moral agama sebagai pedoman hidup sehari-sehari dalam

masyarakat (Abawihda, 2002: 86). Di dalam lembaga pendidikan pesantren ini

terdapat seorang kiai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri dengan

sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut.

Selain itu juga didukung dengan adanya pondok yang merupakan tempat tinggal

para santri. Dengan demikian, santri tidak kembali ke rumah untuk beristirahat

setelah belajar, melainkan mereka kembali ke pondok (asrama) yang sudah

disediakan. Santri yang dimaksudkan di sini adalah sebutan bagi para pelajar yang

belajar di pondok pesantren (Hasbullah, 1999: 24). Pondok pesantren sebagai

lembaga pendidikan Islam mengalami perkembangan bentuk sesuai dengan


perubahan zaman serta adanya dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Akan tetapi, pondok pesantren tetap merupakan lembaga pendidikan agama Islam

yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat untuk masyarakat.

Pondok pesantren merupakan sarana pendidikan non formal dibidang

keagamaan dan tidak lepas dari ajaran agama Islam. Peran dari pondok pesantren

itu sendiri sangat luar biasa jika dilihat dari nilai-nilai kebaikan yang terkadung di

dalamnya, karena secara umum syarat berdirinya pondok pesantren yakni terdapat

Kyai sebagai pengasuh pondok pesantren, bangunan pesantren tempat para santri

mengemban ilmu, asrama sebagai tempat untuk santri istirahat, adanya santri di

dalam pondok pesantren, dan juga perlu ada masyarakat di sekitar pondok

pesantren.

Dari pengantar di atas, penulis ingin fokus membahas bagaimana

masyarakat menjadi objek karna pentingnya pondok pesantren tentunya terdapat

wilayah sebagai tempat berdirinya pesantren tersebut dan di dalam wilayah itu

terdapat masyarakat sekitar sebagai unsur esensial bagi pondok pesantren itu

sendiri. Secara kebetulan penulis ini seorang santri yang menuntut dan belajar ilmu

di pondok pesantren, kita sebut saja pesantren tersebut terdapat di daerah Sarang

Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah. Pondok Pesantren Al-Anwar 3 yang

berlokasi di Sarang Kabupaten Rembang ini telah berdiri sejak 2011 telah

memberikan sarana bagi para penuntut ilmu untuk belajar ilmu agama, terlebih lagi

terdapat manfaat yang berguna bagi masyarakat di sekitarnya dan berpengaruh

bagi peningkatan ekonomi masyarakat sekitar lingkungan pondok.

Setiap pondok pesantren tentunya memberikan manfaat bagi masyarakat di

sekitar lingkungannya baik itu secara ekonomi, pendidikan, dan nama baik wilayah

itu sendiri karenanya masyarakat selalu mendukung dengan adanya pesantren di


lingkungan tempat tinggalnya dapat memberikan keberkahan tersendiri untuk

masyarakat.

Kualitas peningkatan diri manusia ialah bagian yang menjadi sumber daya

untuk pembangunan merupakan menjadi prasyarat yang utama dalam memperbaiki

kesejahteraan rakyat. Tujuan utama ialah membangunan MDGs (Millenium

Development Goals) di Indonesia, memprioritaskan penanganan pada kemiskinan

merupakan tekad dalam kebijakan pemerintah yang harus adanya dukungan dari

instansi atau institusi pembangunan. Agar upaya tersebut berhasil secara baik dan

perlu didampingi secara pengembangan dan gerakan pemberdayaan bagi

masyarakat kemudian dapat dilaksanakan secara intensif (Suyono dan Haryanto

2009).

Gerakan pemberdayaan untuk masyarakat didukung dengan program

pendidikan yang dijalankan pemerintah, yaitu pendidikan karakter. Pendidikan

karakter tidak dipungkiri berupa pendidikan yang melaksanakan secara terus-

menerus selama 24 jam yang memberikan contoh atau bentuk pendidikan dari

berbagai aspek. Aspek itu meliputi ilmu pengetahuan, keterampilan/praktik, serta

ketauladanan (role model). Ketiga aspek pendidikan dapat dijalankan dengan pola

pendidikan berasrama. Pola pendidikan seperti itu di Indonesia telah ada yaitu pola

pendidikan di pondok pesantren. Pendidikan pondok pesantren merupakan

pendidikan yang asli dan tergolong tua di Indonesia. Eksistensinya dapat

dipertahankan, sehingga sanggup bertahan dari perkembangan ilmu pengetahuan,

budaya, sosial hingga sekarang walaupun diterpa oleh berbagai dinamika zaman.

Ciri khas yang sering ditonjolkan pada pesantren atau lembaga pendidikan

lainnya adalah adanya sistem pada pendidikan 24 jam, dengan mengkondisikan

santri di lokasi asrama bertujuan mempermudah untuk mengaplikasikan sistem


pendidikan dengan tujuan lebih totalitas (Siradj 2014). Pondok pesantren

mengikuti perkembangan yang sanggup mengikuti perubahan zaman, bahkan

menjadi agen perubahan bagi perkembangan masyarakat. Masyarakat (community)

adalah sekumpulan/kelompok orang yang mempunyai kesamaan dalam bahasa

yang secara bersama-sama, yang dapat mereka rasakan, termasuk yang berada

dalam kelompok-kelompok itu, ataupun yang memiliki bahasa yang sama.

Masyarakat Leuwiliang Kabupaten Bogor, khususnya di desa Leuwimekar

berdasarkan sensus ekonomi tahun 2015 terdapat keluarga penerima Kartu Jaminan

Sosial (KJS) berjumlah 315 kepala keluarga. Sementara yang termasuk kategori

warga miskin berjumlah 1350 orang dari jumlah penduduk desa Leuwimekar

sebanyak 3873 orang berdasarkan data tahun 2015.

B. Fokus dan Subfokus Penelitian

a. Fokus Penelitian

Berdasarkan latarbelakang yang sudah dituangkan di atas maka fokus

penelitian ini berfokus pada pengaruh pendidikan bagi masyarakat desa Sumur

bandung.

b. Subfokus Penelitian

Adapun Subfokus penelitian ini

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh sosial pondok pesantren Qothrotul Falah bagi masyarakat

Desa Sumur bandung?

2. Apa dampak pondok pesantren Qothrotul Falah bagi masyarakat Desa sumur

bandung?

3. Bagaimana hasil dari pembelajaran di pondok pesantren Qothrotul Falah?


D. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasiproses profil dan sejarah pondok pesantren qothrotul falah

didaerah cikulur?

2. Mengidentifikasi Bagaimana pembelajaran dan aturan tata tertib pondok

pesantren qothrotul falah?

3. Mengidentifikasi hasil dari pembelajaran di pondok pesantren qothrotul falah

untuk masyarakat kabupaten lebak?

E. Manfaat Penelitian

Khusus :

penelitian ini sangat bermanfaat bagi saya khususnya :

1. Untuk Mengidentifikasi profil dan sejarah pondok pesantren qotrotul falah

didaerah cikulur

2. Untuk Mengidentifikasi Bagaimana pembelajaran dan aturan tata tertib dicapai

pondok pesantren qothrotul falah?

3. Untuk Mengidentifikasi hasil pembelajaran di pondok pesantren qothrotul falah

untuk masyarakat kabupaten lebak

Umum :

Sebagai masyarakat yang tinggal di cikulur penilitian ini bermanfaat bagi saya

karena dengan cara inilah saya dapat mengetahui bagaimana cara pembelajaran

yang ada di qothrotul falah yang akan saya tuangkan dalam bentuk tulisan

sehingga nantinya akan dibutuhkan oleh generasi selanjutnya sebagai sarana

penambah pengetahuan dan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian

selanjutnya yang berhubungan dengan judul.


F. Fokus dan Subfokus Penelitian

a. Fokus Penelitian

Sesuai denga rumusan masalah yang sudah dituangkan di atas maka fokus

penelitian ini berfokus pada pengaruh pendidikan bagi masyarakat desa Sumur

bandung.

b. Subfokus Penelitian

Berdasarkan
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PENGARUH PENDIDIKAN

1. Pengaruh Pendidikan Ponpes bagi Masyarakat

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang selalu mengedepankan

semangat kebersamaan dalam bertindak dan bekerja sama dalam kemajuan.

Bersamaan dengan hal tersebut, sejak awal berdirinya bangsa Indonesia melalui

tokoh pendidikan dan pahlawan kemerdekaan telah mencetuskan terbentuknya

pendidikan non formal secara integratif. Usaha membangun manusia seringkali

dikaitkan dengan pendidikan, sehingga dalam banyak aktifitas selalu terdorong

semangat saling menasehati dengan hak dan sabar.

Pendidikan secara luas merupakan usaha membangun seseorang untuk lebih

dewasa, ataupun juga pendidikan adalah suatu proses transformasi anak didik agar

mencapai hal-hal tertentu sebagai akibat proses pendidikan yang diikutinya.

Sebaliknya menurut Jean Praget bahwa pendidikan berarti menghasilkan atau

mencipta walaupun tidak banyak, dan dapat juga diartikan segala situasi hidup

yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang

berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.

Pesantren sebagai agen pengembangan pendidikan agama Islam memiliki andil

dalam memanusiakan manusia dengan berbagai kegiatan proses pembelajaran yang

khas dan hanya dimiliki oleh bangsa Indonesia. Pengalaman belajar di pesantren

tentunya tidak terbatas usia dan waktu karena pada dasarnya tujuan pendidikan

pesantren adalah untuk mendalami ilmu agama Islam, sehingga lembaga ini tidak

membatasi jumlah santrinya, batasan materinya, keberagaman usia yang dirasa

cukup dan siap untuk belajar dan digembleng dengan mempraktekkan kegiatan
spiritual. Lembaga pendidikan ialah komponen pendidikan yang menjadi tempat

atau lingkungan pendidikan, yang menurut Ahmad Tafsir bahwa secara konseptual

lembaga pendidikan (sekolah) dibentuk untuk melakukan proses pendidikan dalam

mencapai tujuan pendidikan.

2. Sistem Pembelajaran

Tiga tujuan setidaknya ingin dicapai melalui sekolah yakni moralitas (akhlak),

civic (cinta tanah air), dan berpengetahuan. Penetapan tujuan lembaga pendidikan

Islam menjadi hal yang mutlak untuk ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan

bangsa. Melalui komponen pesantren, maka diharapkan tercipta suasana yang

kondusif dalam membentuk peserta didik yang memiliki moralitas yang baik yang

diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga wajar jika santri kerap

bersikap tawaddu (rendah diri) dalam bersikap, cinta tanah air yang diwujudkan

dalam solidaritas yang kuat dalam melaksanakan perintah sang Kyai, serta

pengetahuan agama yang cukup sebagai bekal mengisi dan membekali dirinya

menjadi orang yang berjiwa luhur. Wacana kelembagaan pendidikan Islam

khususnya pada masa-masa awal merupakan persoalan yang sangat menarik untuk

dikaji, hal ini setidaknya disebabkan oleh empat faktor. Pertama, lembaga

pendidikan merupakan sarana yang strategis bagi proses terjadinya transformasi

nilai dan budaya pada suatu komunitas sosial. Kedua, pelacakan eksistensi

lembaga pendidikan Islam tidak bisa dilepaskan dari proses masuknya Islam

Ketiga, kemunculan lembaga pendidikan Islam dalam sebuah komunitas, tidak

mengalami ruang hampa, tetapi senantiasa dinamis, baik dari fungsi maupun

sistem pembelajaranya. Keempat, kehadiran lembaga pendidikan Islam telah

memberikan spectrum tersendiri dalam membuka wawasan dan dinamika

intelektual Islam.
Posisi pesantren dalam pengembangan pendidikan Islam tampak pada perannya

dalam menjadi sarana transformasi nilai dan budaya yang diinternalisasikan dalam

unsur-unsur pesantren yang bergerak mengiringi tuntutan agama. Di satu sisi,

pesantren memiliki andil dalam ikut serta membawa kemerdekaan bangsa

Indonesia dalam rangka mengusir penjajah, sehingga ketaatan santri pada Kyai

inilah yang membawa motivasi tersendiri dalam menanamkan semangat

spiritualitas keagamaan serta semangat membela tanah air sebagaimana juga

dituntutkan dalam agama. Sejak berdirinya pesantren, para orang tua percaya

bahwa pesantren akan mampu membenahi moral dan akhlak putranya dengan

sekaligus membekalinya dengan pengetahuan agama yang cukup. Di samping itu,

para lulusan pesantren diharapkan dapat menjadi penerus orang tua dalam

berinteraksi di masyarakat serta menjadi panutan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, orang tua juga dituntut untuk mempersiapkan anaknya sebagai anggota

masyarakat yang baik, sebab masyarakat yang baik berasal dari individuindividu

yang baik sebagai anggota dari suatu komunitas masyarakat itu sendiri. Mengenai

hal ini, Allah Swt menegaskan dalam QS. Ar-Ra’du (13:11,) yaitu:

‫ُهۥ ُم َع ِّقَٰب ٌت ِّم ۢن َب ْي ِن َي َد ْيِه َو ِمْن َخ ْلِفِهۦ َي ْح َفُظ وَن ُهۥ ِمْن َأْم ِر ٱِهَّللۗ ِإَّن ٱَهَّلل اَل ُيَغ ِّيُر َم ا ِبَق ْو ٍم َح َّتٰى ُيَغ ِّيُرو۟ا َم ا ِبَأنُفِس ِه ْم ۗ َو ِإَذ ٓا َأَر اَد ٱُهَّلل‬

‫ِبَق ْو ٍم ُس ٓو ًءا َفاَل َمَر َّد َلُهۥۚ َو َم ا َلُهم ِّمن ُدوِنِهۦ ِمن َو ا‬

Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka

mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah

menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat

menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”(ArRa’du,

13:11)
Ayat di atas menjelaskan bahwa upaya membangun budaya masyarakat

harus dilakukan sejak dini, mengingat karakter manusia harus membiasakan apa

yang harus dilakukan, maka pembiasaan baik juga perlu dilaksanakan. Oleh karena

itu, pesantren memfasilitasi pembiasaan baik juga disiplin dalam mengikuti

pengajian dan mandiri dalam melakukan seluruh kegiatan dan kebutuhan santrinya.

Dengan demikian, individu yang baik akan muncul dari adanya pesantren ini juga

meminimalisir kebiasaan buruk yang mungkin dimiliki oleh santri.

B. Pengaruh lingkungan pondok perantren

Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau

pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa

agar anak didik menjadi dewasa, dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan

berarti usaha yang dijalankan oleh seorang atau sekelompok orang agar menjadi

dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti

mental.12 Dengan demikian pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam

pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan

rohaninya kearah kedewasaan. Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan

oleh orang tua dalam keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai

macam ilmu pengetahuan.

Perkembangan manusia dalam usaha mencapai kemajuan bagi dirinya

sangat berhubungan dengan proses belajar. Semua aktivitas menambah

keterampilan, pengetahuan, sikap apresiasi dan penalaran secara umum pada apa

yang disebut dengan belajar. Agar kegiatan belajar dapat dilakukan secara baik

sesuai dengan tujuan program pembelajaran yang telah dirancang, maka diperlukan

pemahaman yang menyeluruh tentang belajar. Gagne, menjelaskan bahwa belajar


adalah proses perubahan dalam disposisi manusia atau kapabilitas yang dicapai

selama satu waktu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan.

Perubahan tersebut adalah perubahan tingkah laku manusia. Perubahan

tingkah laku dapat direferensikan dengan membandingkan tingkah laku yang

ditujukan serta perlakuan. Perubahan dapat berupa sikap, minat dan nilai-nilai yang

dianutnya. Perubahan tersebut harus relatif tetap atau menetap untuk beberapa

periode. Budirahardjo dalam teori belajar conditioning, belajar adalah suatu proses

mengasosiasikan respon yang sudah dimilikinya dengan stimulus baru, atau

isyarat.

Implementasi pembelajaran dari teori tersebut adalah lebih menekankan

pada pengkondisian proses pembelajaran secara ketat sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai. Hubungan antara stimulus dan respon melalui

suatu refleks, sehingga reaksi yang terjadi adalah merupakan hasil conditioning.

Belajar adalah suatu proses atau penyesuaian dengan tingkah laku yang

progresif. Gagne dan Briggs, dalam teori Skinner berdasarkan pada teori psikologi

belajar perilaku (behavior) yang sangat dikenal dengan stimulusrespon. Teori

Skinner tersebut mendasarkan pada premis bahwa belajar adalah hasil pasangan

stimulus dan respon dan kemudian diadakan reinforcement yang terus menerus.

Reinforcement dimaksudkan untuk menguatkan tingkah laku yang diinternalisasi

dalam proses belajar.

Proses belajar adalah proses membentuk struktur dasar dari teori belajar

pengolahan informasi yang menjabarkan bahwa proses belajar sebagai suatu

gambaran sistem kerja syaraf pusat manusia. Karena mengacu pada proses

kognitif, maka proses neurofisiologi adalah penting bila menggambarkan teori


psikologi belajar kognitif. Selanjutnya dari teori belajar kognitif, belajar

merupakan sebagai suatu gambaran sistem kerja syaraf pusat manusia. Belajar itu

berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Sistem otak

manusia dipandang sebagai komputer raksasa yang melakukan kalkulasi komplek

yang dapat dipecah-pecah menjadi komputasi yang lebih sederhana.

Teori belajar kognitif mendasarkan pada bagaimana seseorang memperoleh

informasi dari sekitar lingkungannya dan sejauh mana informasi tersebut dapat

membentuk pengetahuan, bagaimana pengetahuan itu dapat disimpan, serta

bagaimana pengetahuan itu dapat disimpan serta bagaiman pengetahuan itu dapat

digunakan mendeskripsikan tingkah laku.

C. Hasil penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang relevan yang di lakukan di desa sumur

bandung menurut beberapa masyarakat yang mengetahui dan merasakan langsung

dampak dan manfaat dengan adanya pondok pesantren Qothrotul falah.

a. Unsur-Unsur Pondok Pesantren

Gambaran umum tentang pendidikan pondok pesantren terfokus pada dua

persoalan pokok, yaitu unsur-unsur fisik yang membentuk pesantren dan ciri-ciri

pendidikannya.

Menurut Prof. Dr. A. Mukti Ali, unsur-unsur fisik pesantren terdiri dari

Kyai yang mengajar dan mendidik, Santri yang belajar dari kyai, Masjid, tempat

untuk menyelenggarakan pendidikan, shalat berjamaah dan sebagainya, dan

pondok, tempat untuk tinggal para santri.

a. Kyai

Posisi paling sentral dan esensial dari suatu pondok pesantren di pegang

Kyai. Oleh karena itu Kyai memiliki kewenangan dan tanggung jawab penuh atas
pertumbuhan dan perkembangan pondok pesantrennya. Mengingat peranannya

yang begitu besar ini maka dapat dikatakan bahwa maju atau mundurnya pondok

pesantren tergantung pada kepribadian kyainya. Peranan ustadz/Kyai terhadap

santrinya sering berupa peranan seorang ayah. Selain sebagai guru, kyai juga

bertindak sebagai pemimpin rohaniyah keagamaan serta bertanggung jawab atas

perkembangan kepribadianmaupun kesejatan jasmaniah santri-santrinya. Dalam

kondisinya lebih maju kedudukan seorang Kyai dalam pondok pesantren sebagai

tokoh primer. Kyai sebagai pemimpin, pemilik dan guru yang utama, kerja sangat

berpengaruh di pesantren tapi juga berpengaruh terhadap lingkungan

masyarakatnya bahkan terdengar keseluruhan penjuru nusantara.

b. Santri

Istilah santri terdapat di pesantren sebagai pengejawentahan adanya haus

akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang memimpin sebuah

pesantren. Pesantren yang lebih besar, akibat struktur santri yang antar regional,

memiliki suatu arti nasional. Sedangkan pesantren yang lebih kecil biasannya

pengaruhnya bersifat regional karena santri-santrinya datang dari lingkungan yang

lebih dekat.

Dengan memasuki suatu pesantren, seorang santri muda menghadapi suatu

tatanan sosial yang pengaturannya lebih longgar, tergantung kepada kemauan

masing-masing untuk turut serta dalam kehidupan keagaaman dan pelajaran-

pelajaran di pesantren secara intensif.

Sedangkan berdasarkan tempat kediaman mereka, santri dibedakan menjadi

dua kelompok yaitu :

1) Santri Mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan

menetapkan di dalam kompleks pesantren.


2) Santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekitar pesantren

dan biasannya tidak menetap di dalam kompleks pesantren.

Pada awal perkembangan pondok pesantren, tipe ideal dari kegiatan

menurut ilmu tercermin dalam “santri kelana” yang berpindah-pindah dari satu

pesantren kepesantren lainnya guna memperdalam ilmu keagamaan pada kyai-kyai

terkemuka.

Dengan masuknya sistem madrasah kedalam pondok pesantren dan

ketergantungan santri pada ijazah formal, nampaknya belakangan ini tradisi santri

semakin memudar.

c. Masjid.

Di dalam tradisi Islam, masjid tidak dapat dipisahkan dari proses

pendidikan, sejak masa Nabi Muhammad Saw menyebarkan Agama Islam hingga

sekarang masjid tetap menjadi tempat diselenggarakannya pendidikan keagamaan.

Lembaga-lembaga pesantren, khusunya di pulau jawa, memegang teguh

tradisi ini. Ini dapat dilihat dari penyelenggaraan pendidikan di pondok pesantren

dimana kyai mengajar santri-santrinya di masjid dan menjadikannya pusat

pendidikan bagi pondok pesantren. Seorang kyai yang ingin membangun sebuah

pesantren langkah pertama yang dilakukannya biasanya adalah membangun masjid

didekat tempat tinggalnya.

Di dalam masjid inilah kyai tersebut menanamkan disiplin para santri

dalam melaksanakan shalat lima waktu, memperoleh pengetahuan Agama dan

kewajiban Agama lainya.

d. Pondok

Pondok adalah tempat tinggal bersama atau (asrama) para santri yang

merupakan ciri khas pondok pesantren yang membedakan dari model pendidikan
lainya. Fungsi pondok pada dasarnya adalah untuk menampung santri-santri yang

datang dari daerah yang jauh. Kecuali santri-santri yang berasal dari desa-desa

disekitar pondok pesantren, para santri tidak diperkenankan bertempat tinggal di

luar kompleks pesantren, dengan pengaturan yang demikian, memungkinkan kyai

untuk mengawasi para santri secara intensif, tradisi dan transmisi keilmuan di

lingkungan pesantren membentu tiga pola sebagai fungsi pokok pesantren.

Sebagaimana telah disebutkan diatas, tugas dan peranan kyai bukan hanya sebagai

guru, melainkan juga sebagai pengganti ayah bagi para santrinya dan bertanggung

jawab penuh dalam membina mereka. Besar kecilnya pondok tergantung dari

jumlah santri yang datang dari daerah-daerah yang jauh, dan keadaan pondok pada

umumnya mencerminkan kemerdekaan dan persamaan derajat.

Para santri biasanya tidur di atas lantai tanpa kasur dengan papan-papan

yang terpasang di atas dinding sebagai tempat penyimpanan barang-barang. Tanpa

membedakan status sosial ekonomi santri, mereka harus menerima dan puas

dengan keadaan tersebut. Pengajaran Kitab-kitab Islam Klasik Untuk masa yang

cukup lama, pengajaran kitab-kitab Islam klasik menandai pendidikan pesantren

pada umumnya.

Kitab-kitab yang diajarkan terutama karangan-karangan ulama yang

menganut faham syafi’I. Nurcholis majid mengemukakan kitab-kitab klasik yang

menjadi konsentrasi keilmuwan di pesantren meliputi cabang ilmu-ilmu

1) Fiqih misalnya safinah al-Najah, fath al-Qarib Sulam al-Taufiq, fathul al- wahab

2) Ilmu tauhid misalnya Aqqidah al-awam, bada’ula amal dan sanusiah

3) Ilmu tasawuf misalnya Al-Irsyadu, al-Ibad, tanbih al-ghafilin, alhikam

4) Ilmu nahu sharaf misal al-imriti, awamil, al-maqsud.


Dari keempat kelompok kitab-kitab tersebut di atas dikelompokkan lagi

menjadi tiga tingkatan yaitu :

1) Kitab-kitab dasar

2) Kitab-kitab tingkat menengah

3) Kitab-kitab besar.

Seperti yang telah diuraikan di muka sejak dibukanya terusan suez yang

melancarkan hubungan Islam dengan pusat Islam–mekah dan madinah,

perkembangan baru yang melanda kalangan muda muslim, khususnya di jawa,

banyak diantara mereka yang menuntut ilmu dan bermukim disana untuk bertahun-

tahun. Sekembalinya mereka ketanah air, pada umumnya membawa kitab-kitab

Islam. Hal ini mendorong terjadinya heterogenitas kitab-kitab yang diajarkan

dikalang pesantren hingga sekarang. Sekarang, meskipun sebagian besar pesantren

telah memasukkan pelajaran-pelajaran umum ke dalam kurikulum pengajaranya

dan bahkan memiliki ciri “modern”, namun pengajaran kitab-kitab Islam klasikal

masih tetap dipertahankan. Berdasarkan gambaran lahiriyah pesantren

sebagaimana di atas, nampak bahwa kehidupan di dunia pesantren memiliki

berbagai keunikan dibandingkan dengan lembanga-lembanga pendidikan lainya

bahkan dengan kehidupan rutin masyarakat sekitarnya. Selain itu, gambaran unik

pendidikan pesantren terlihat pula dalam metode pemberian materi pelajaran dan

aplikasi materi dalam metode pemberian santri sehari-hari. Pemberian materi

pelajaran pada umumnya menggunakan dua metode yaitu:

Metode weton/bondongan, sorogan, halaqoh, dan hafalan. Weton berasal

dari bahasa jawa yang berarti waktu, sebab pengajian itu diberikan pada waktu-

waktu tertentu yaitu sebelum/sesudah shalat fardhu, sorogan berasal dari kata sorog
(bahasa jawa) yang berarti menyodorkan, halaqoh berarti lingkaran murid, dan

metode hafalan diterapkan untuk menghafal kitab-kitab tertentu.

Dalam tahap perkembangannya, sejak tahun 1970-an bentuk-bentuk

pendidikan yang diselenggarakan di pesantren sudah sangat bervaruasi, bentuk itu

dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe, yaitu:

1) Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal yang menerapkan

kurikulum nasional, baik yang memiliki sekolah keagamaan (MTs, MA, dan

Pendidikan agama Islam)

2) Pesantren yang menyelenggarakan Pendidikan keagamaan dalam bentuk

madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu umum meski tidak menerapkan kurikulum

nasional

3) Pesantren yang mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk madrasah diniyah

(MD)

4) Pesantren yang hanya sekedar menjadi tempat pengajian.

b. Gambaran umum

ciri-ciri pendidikan pondok pesantren dalam tarap perkembangannya

(modern) adalah sebagai berikut:

1) Adanya hubungan akrab antara santri dengan kyainya

2) Kepatuhan terhadap kyai

3) Hidup sehat dan sederhana

4) Kemandirian

5) Mempunyai jiwa tolong menolong dan suasana persaudaraan (ukhuwah

Islamiyah)

6) Disiplin

7) Keperhatian untuk mencapai hidup mulia


8) Pemberian ijazah

Jenis-Jenis Pondok Pesantren Pondok pesantren mempunyai jenis-jenis

yang berbeda namun memiliki satu tujuan yang sama. Secara faktual, pesantren

dapat dipolakan pada dua jenis, yaitu berdasarkan bangunan fisik dan berdasarkan

kurikulum.

Menurut Bapak sarjufi 45, “kami sangat bangga dengan pondok pesantren

qothrotul falah ini karna dengan adanya pnpes ini anak-anak kami dapat belajar

dengan baik terkait penungkatan ilmu agama yang dapat dipelajari di ponpes

tersebut dengan baik dan mudah untujk di pahami loeh masyarakat setempat”

Posisi pesantren dalam pengembangan pendidikan Islam tampak pada

perannya dalam menjadi sarana transformasi nilai dan budaya yang

diinternalisasikan dalam unsur-unsur pesantren yang bergerak mengiringi tuntutan

agama. Di satu sisi, pesantren memiliki andil dalam ikut serta membawa

kemerdekaan bangsa Indonesia dalam rangka mengusir penjajah, sehingga ketaatan

santri pada Kyai inilah yang membawa motivasi tersendiri dalam menanamkan

semangat spiritualitas keagamaan serta semangat membela tanah air sebagaimana

juga dituntutkan dalam agama. Sejak berdirinya pesantren, para orang tua percaya

bahwa pesantren akan mampu membenahi moral dan akhlak putranya dengan

sekaligus membekalinya dengan pengetahuan agama yang cukup. Di samping itu,

para lulusan pesantren diharapkan dapat menjadi penerus orang tua dalam

berinteraksi di masyarakat serta menjadi panutan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, orang tua juga dituntut untuk mempersiapkan anaknya sebagai anggota

masyarakat yang baik,


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sumur Bandung Kecamatan Cikulur

Kabupaten Lebak Banten. Dengann judul penelitian “Pengaruh Pendidikan Pondok

Pesantren Qothrotul Falah Bagi Masyarakat Desa Sumur Bandung.”

B. Waktu Penelitia

Adapun weaktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 17 Juli – 27 Juli 2023 di

Desa Sumur Bandung Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak Banten. Penelitian

dilakukan setiap pukul 08:00-13:00 WIB.

C. Metode penelitian

Dalam penelitian terkait Penghasilan pertanian dengan judul Pengaruh

Pendidikan Pondok Pesantren Qothrotul Falah Bagi Masyarakat Desa Sumur

Bandung ini peneliti menggunakan metode Kualitatip karna peneliti ini bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subjeck penelitian,

Contohnya penelitian dengan pendekatan kualitatif di bidang sosiologi, maka akan

mengungkap makna sosial dari fenomena yang diperoleh subjek penelitian. Topik

ini biasanya diterima dari partisipan atau responden. Dengan cara ini, peneliti

dengan pendekatan ini kemudian berusaha menjawab bagaimana pengalaman

sosial budaya manusia terbentuk dan kemudian diberi makna.

Subjek penelitian dengan pendekatan kualitatif mencakup semua aspek atau

bidang kehidupan manusia, yakni manusia dan semua yang dipengaruhi olehnya.

Metode kualitatif tidak secepat dalam menganalisis data seperti halnya penelitian

kuantitatif. Dalam studi kuantitatif, data mentah dapat segera diproses. Namun,

data dalam studi kualitatif membutuhkan proses sistematis yang lebih dalam.
Contoh studi kuantitatif seperti menjawab pertanyaan mengapa beberapa orang

yang tinggal di lereng gunung berapi bersedia mengungsi jika gunung berapi

meletus. Sedangkan pada riset kualitatif akan menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang menyelidiki makna. Seperti membahas makna pegunungan-nya, bencana,

kehidupan, dan aspek lainnya tentang populasi tersebut yang memilih untuk tidak

mengungsi.

Lexy J. Moleong (2005:6) mengungkapkan metode kualitatif bertujuan

untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian. Termasuk dengan

menjelaskan tingkah laku, persepsi, motivasi, tingkah laku, dan lain-lain secara

keseluruhan, dari segi bahasa dan dalam konteks alam tertentu, dengan

menggunakan berbagai metode alam. Sugiyono (2009:15) mengungkapkan definisi

penelitian pendekatan kualitatif didasarkan pada filosofi post-positivis yang

digunakan oleh peneliti untuk mempelajari keadaan objek-objek alam utama

(bukan eksperimen). Sarana meliputi pengambilan sampel data yang ditargetkan

dari sumber data. Metode survei menggunakan triangulasi (kombinasi), analisis

data bersifat induktif atau kualitatif, dan temuan kualitatif berarti bukan

generalisasi. Saryono (2010) mengungkapkan bawah studi kualitatif dirancang

untuk menyelidiki, menemukan, menjelaskan, dan menjelaskan kualitas atau

keistimewaan dampak sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur, atau dijelaskan

dengan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian.

D. Data dan Sumber Data

1. Data Penelitian

Data penelitian ini adalah aspek sumberdaya alam dan sumberdaya

manusia yang berkaitan dengan pendidikan keagamaan dari pondok pesanten

Qothrotul Falah dan dampak yang ada di Desa Sumur Bandung. Selain hal itu
peneliti juga menggunakan berbagai jurnal referensi sebagai pendukung dan

penguatan data-data. Tidak hanya jurnal untuk penunjang dalam penelitian ini.

2. Sumber Data

Menurut Sugiyono (2013: 243), dalam penelitian kualitatif, data

diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data

bermacam- macam, dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.

Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data

tinggi sekali. Sumber data penelitian adalah Pengaruh Pendidikan Pondok

Pesantren Qothrotul Falah Bagi Masyarakat Desa Sumur Bandung

E. Subjek Penelitian

`Subjek penelitian menurut Suharsimi Arikonto tahun (2016: 26) memberi

batasan subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel

penelitian melekat, dan yang di permasalahkan. Dalam sebuah penelitian, subjek

penelitian mempunyai peran yang sangat strategis karena pada subjek penelitian,

itulah data tentang variabel yang penelitian amati. Pada penelitian kualitatif

responden atau subjek penelitian disebut dengan istilah informan, yaitu orang

memberi informasi tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan

penelitian yang sedang dilaksanakan.

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah informan kunci, yaitu Bapak

Budi setiawan sebagai Kepaladesa Desa Sumur bandung, dua informan ahli dalam

analisis pendidikan agama yaitu Bapak Bpk. Kh. Achmad Syatibi dan Bpk. Kh.

Hambali dan salah satu Masyarakat dari desa Sumur bandung.


Tabel 3.1

Tanggal wawancara

Bulan dan Tempat


No Nama
Tanggal Wawancara
1. 16 Maret Pondok
Bpk. Kh.
2023 Pesantren
Achmad Syatibi
Qotrotul falah
2. Bpk. Kh. 19 April Kediaman
Hambali 2023 Narasumber
3. Bpk. Aang 24 April Kediaman
Aburahman SE. 2023 Narasumber
4. Bpk. Ahmad 28 April Kediaman
Abdullah 2023 Narasumber
5. Bpk. Tanto 3 Mei Kediaman
Hariyano S.Si 2023 Narasumber
6. Bpk. Nurul H. 10 Mei Kediaman
Maarif MA. 2023 Narasumber

Memberi pengaruh keagaaman dan meningkatkan kesadaran untuk beribadah

bagi masyarakat tutur dari salah seorang masyarakat yang beliau ini kerap dipanggil

dengan sapaan “pa sarjupi”, ucap saya kepada pa sarjupi dalam obrolan singkat di

depan rumah yang tidak jauh dari wilayah pesantren itu sendiri adalah “apakah

keberadaan pondok pesantren ini memberikan dampak dan pengaruh positif?”. Jawab

pak sarjupi “tentunya dengan berdirinya pondok pesantren ini jadi sering di adakan

pengajian untuk ibu-ibu dan rutin di adakan pengajian surat yasin setiap malam jumat,

Memberi pengaruh yg baik bagi anak-anak di sekitar dan nama baik wilayah itu

sendiri, karna mereka jadi sering berbondong-bondong untuk solat berjamaah di

masjid, masyarakat selalu mendukung dengan adanya pesantren di lingkungan tempat

tinggalnya karna dapat memberikan keberkahan.


Peningkatan ekonomi dapat di rasakan sebagian besar masyarakat sekitar yg

memanfaatkan keberadaan nya untuk membuka lahan usaha. contohnya, membuka

warung, membuka lapak laundry atau jasa cuci pakaian dan lain sebagainya.

Dari situ maka sesuai dengan tutur dari salah seorang pembuka tempat warung

yang beliau ini kerap dipanggil dengan sapaan “om mahmud”, ucap saya kepada om

mahmud dalam obrolan singkat di kedai yang dibangun tidak jauh dari wilayah

pesantren itu sendiri adalah “apakah keberadaan pondok pesantren ini memberikan

dampak dan pengaruh positif?”. Jawab om mahmud “tentunya dengan berdirinya

pondok pesantren ini dan dengan para santri yang sangat antusias sekali dengan

adanya warung saya, menjadikan lahan usaha utama bagi saya dan juga untuk

menghidupi kebutuhan keluarga”.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Dan Sejarah Berdiri

Pesantren modern memiliki arti pesantren yang mengikuti perkembangan

zaman dan teknologi, serta tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam. Setiap

Pondok Pesantren memakai sistem yang berbeda-beda dalam proses

pembelajarannya. Baik kurikulum, sistem, metode dan kitab-kitab yang dipelajari.

Untuk memenuhi pendidikan keagamaan yang mampu mencetak kader-kader

ulama yang berdedikasi tingggi terhadap agama dan negara, berakhlak mulia dan

memiliki jiwa kepemimpinan amanah, sesuai harapan masyarakat Desa

Sumurbandung, Kec. Cikulur, Kab. Lebak, Prop. Banten,

Maka KH. Hanbali, seorang tokoh agama yang sangat kharismatik di

daerah itu, berupaya mewujudkannya dengan membentuk majlis mudzakarah

kecil-kecilan.Dalam majlis mudzakarah itu, KH. Hanbali mengajarkan kitab-kitab


sumber keagamaan dalam berbagai bidang, baik bidang fikih (Kifayah al-Akhyar,

I’anah al-Thalibin, Kasyifah al-Saja, Safinah al-Najah, Fath al-Wahhab, Fath al-

Mu’in, Riyadh al-Badi’ah, dll), bidang tauhid (Fath al-Majid, Kifayah al-‘Awwam,

dll), dan bidang tasawuf (Ihya’ Ulum al-Din, Bidayah al-Hidayah, Minhaj

al-‘Abidin, Kifayah al-Adzqiya’, Nashaih al-‘Ibad, Sullam al-Taufiq, dll).Kala

mengelola majlis mudzakarah itu, KH. Hanbali masih berstatus lajang dan baru

berumur 26 tahun. Umur yang relatif muda untuk seorang tokoh yang memiliki

“kelebihan” di bidang agama. KH. Hanbali yang pernah mendekam di penjara

Nippon sekitar 2 tahun, karena “pemberontakan”nya itu, semakin digandrungi oleh

masyarakat sekitar. Karenanya, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi

bulan, tahun demi tahun, kegiatan majlis mudzakarahnya kian ramai dikunjungi

orang-orang yang dahaga pengetahuan agama.Pada tahap selanjutnya, KH. Hanbali

yang beristrikan Hj. Uyung itu, berfikiran untuk mendirikan lembaga pendidikan

agama yang independen.

Dan pada 1961, KH. Hanbali yang semula hanya bermaksud mengamalkan

ilmu agamanya kepada sanak keluarga dan kerabatnya, lantas mendirikan Pondok

Pesantren Qothrotul Falah (Tetesan Kemenangan), disingkat Qi Falah. Pondok

pesantren itupun mulai menapaki sejarahnya.Pada 1972, KH. Hanbali menunaikan

rukun Islam ke-5 untuk kedua kalinya, beserta putera semata wayangnya, KH.

Achmad Syatibi Hanbali. Kesempatan menjadi tamu Allah Swt di Tanah Suci

dimanfaatkan KH. Hanbali untuk memperdalam ilmu agama. KH. Hanbali pun

mukim di sana untuk beberapa tahun, sementara putera beserta isterinya kembali

ke kampung halaman. Atas kehendak Allah Swt, KH. Hanbali meninggal di Tanah

Kelahiran Nabi Muhammad itu dan dikebumikan di sana.


Sepeninggal KH. Hanbali, Pondok Pesantren Qothrotul Falah dikelola oleh

putra satu-satunya, KH. Achmad Syatibi Hanbali, yang waktu itu usianya masih

relatif sangat muda, untuk ukuran pengasuh pondok pesantren. Karena kegigihan

dan keuletan Kiai Muda berusia 27 itu, Pondok Pesantren Qothrotul Falah mulai

berkembang dan dikenal masyarakat, bukan hanya oleh masyarakat Cikulur, tapi

juga oleh masyarakat di luar Kab. Lebak, bahkan di luar Propinsi Banten.Pada

1991, atas harapan dan desakan masyarakat pada lembaga pendidikan yang

berkualitas, KH. Achmad Syatibi Hanbali beserta sesepuh masyarakat yang

diwakili Drs. H. Achmad Djazuli (alm), mendaftarkan Pondok Pesantren Qothrotul

Falah ke Kantor Notaris Nuzwar SH, dengan No. 08, 31 Juli 1991, untuk dibuatkan

akte pendirian ponpes secara resmi. Ponpes ini membawahi pendidikan formal

(MTs dan SMA) dan pendidikan nonformal (salafiyah: kajian kitab kuning).

Pondok Pesantren Qothrotul Falah, dari tahun ke tahun, terus menuai

perkembangan pesat. Ini terlihat dari jumlah santri yang ingin nyantri salaf ataupun

menimba ilmu umum (MTs dan SMA) yang terus bertambah. Seiring kuantitas

santri yang kian bertambah itu, sarana pendidikanpun kian banyak. Gedung-

gedung asrama santri putra-putri dan pendidikan pun berdiri kokoh di sekitar

Ponpes.Berkaitan dengan sistem pengelolaan Pondok Pesantren Qohtrotul Falah,

baik pengelolaan pendidikan formal maupun nonformal, figur sentral seorang kiai

masih sangat dibutuhkan. Karena itu, KH. Achmad Syatibi Hanbali sebagai figur

sentral Ponpes harus pandai-pandai menyaring aneka usulan dari berbagai

kalangan. KH. Achmad Syatibi Hanbali tidak segan-segan dan sungkan-sungkan

berdialog dengan masyarakat dan para santri tentang apa-apa yang menjadi

kekurangan di Ponpesnya, agar kekurangan tersebut dapat diminimalkan.


B. Sistem Pengajaran dan Pembinaan

Sistem pengajaran di Pondok Pesantren Qothrotul Falah, pada awalnya,

sangat kental nuansa dan pendekatan salafi. Misalnya, pengajian kitab kuning

dilakukan dengan sistem sorogan (para santri membaca kitab di hadapan guru),

bandungan (guru membaca kitab di hadapan para santri), dan musyawarah a la

ponpes klasik.

Namun, seiring tuntutan zaman yang kian kompetitif, pihak pengelola mau

tidak mau, harus merespon tuntutan itu. Bentuk respon itu misalnya, pihak

pengelola memasukkan sistem pengajaran Bahasa Arab modern, Bahasa Inggris,

mendirikan pendidikan formal (MTs dan SMA), dan berbagai kegiatan ekstra

(meliputi hidup berorganisasi, kepramukaan, PMR, Paskibra, olah raga, drum

band, marawis, komputer, kesenian, muhadharah dan qira’ah al-Qur’an). Semua itu

diniatkan untuk memberikan bekal yang memadai pada para santri, untuk

menghadapi era yang semakin global. Disamping menguasai keilmuan salaf, para

santri juga dituntut menguasai keilmuan modern. Itulah idealitas yang seharusnya

dimiliki generasi muslim saat ini.

Selain itu, pihak pengelola juga melakukan berbagai pembinaan, baik

mental maupun ketrampilanan, dengan membentuk Organisasi Pondok Pesantren

Qothrotul Falah (OPPQ). Semua santri, baik santri salaf maupun semi salaf,

diharuskan terlibat dalam organisasi kesantrian itu. Adapun bidang-bidang garapan

yang ditangani OPPQ, meliputi:


Bidang Garapan Jenis Kegiatan

1. Keamanan Perijinan santri/piket

malam/penghukuman

2. Ta’lim Klasifikasi sorogan/kursus bahasa

(Arab/Inggris)

3. Da’wah Pengelompokan

da’wah/muhadharah

4. Qira’at Pengelompokan ngaji al-Qur’an

5. Kesenian Qosidah/kaligrafi

6. Keolahragaan Sepakbola/voly/basket/tenis meja

7. UKS P3K

8. K-3 Piket

kebersihan/pertamanan/pertanian

9. Peralatan Listrik/jet pump/sarana lainnya

10. Dan lain lain

Terkait kurikulum pengajaran, pengelola Ponpes menerapkan sistem

kurikulum terpadu; yaitu kurikulum dari Depdiknas/Depag dengan pengembangan

Kurikulum Pondok Pesantren. Untuk mewujudkan dan mensukseskan program

kurikulum terpadu itu, pengelola melibatkan berbagai tenaga pendidik yang

amanah, profesional, berdedikasi tinggi dan berkompeten di bidangnya.

Demi menunjang efektifitas belajar para santri, pengelola juga melengkapi

sarana pendidikan dengan mendirikan Gedung Belajar Permanen, Laboratorium

IPA, Ruang Perpustakaan, Gedung Serbaguna, lapangan olah raga, sarana ibadah,

work shop, pengadaan peralatan kesenian, dan sebagainya. Itulah keuntungan lain

yang diperoleh para santri, bila belajar di Pondok Pesantren Qothrotul Falah yang
terletak 20 km Barat Daya Kabuten Lebak itu. Para santri bisa konsen balajar,

karena ditunjang sarana dan prasarana yang memadai.

Harapannya, semoga Pondok Pesantren Qothrotul Falah bisa turut serta

membantu menciptakan insan-insan modern yang faqih fi al-din (menguasai ilmu

agama) dan bermanfaat secara luas bagi masyarakat. Amin.

C. Dampak Sosial

Masyarakat Desa sumur bandung secara umum dapat dikatakan masyarakat

tradisioanal. Sumur bandung merupakan contoh potret desa yang unik dan menarik,

lazimnya sebagai sebuah Desa sumur bandung tidak memiliki sawah. Di sana

kehidupan bisa dikatakan maju dari segi pendidikan karena memang sumur bandung

terkenal dengan sebutan “Kampung Santri.” 23 serta memiliki 44 pesantren dan lebih

dari 5 sekolahan madrasah. Untuk hitungan sebuah desa catatan ini sangatlah

mengagumkan. sebutan “Kampung Santri” sendiri bukan ada begitu saja melainkan

dari usaha-usaha para alim ulama Desa sumur bandung terdahulu. Secara sosiologis

Desa sumur bandung merupakan sebuah wilayah yang dihuni oleh penduduk yang

bercorak homogen, yang sebagian besar masyarakatnya memeluk dan meyakini ajaran

Islam sebagai dasar dalam perilaku hidup sehari-hari.

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sangat memegang norma-norma

sosial baik itu yang tertulis seperti yang dianjurkan dalam ajaran agama Islam atau

norma yang bersifat konvensional, seperti dilarang membuat keonaran dan mencoreng

nama baik desa dan leluhur. Dalam pelaksanaan norma-norma tersebut kesadaran

masyarakat lebih didorong oleh ketaatannya kepada kiyai yang memang dalam

penerapan sebuah kebijakan baik itu yang bersifat formal ataupun informal lebih

efektif dibanding birokrasi setempat. Segi kemasyarakatan masyarakat memiliki

toleransi, solidaritas, dan sifat gotong royong yang tinggi dan kehidupannya penuh
dengan kerukunan. Ikatan kerukunan masyarakat ini dapat dilihat melalui beberapa

kegiatan diantaranya tahlilan, muslimat, melayat kematian, kegiatan PKK, kegiatan

RT dan kegiatan lainnya yang mengikut sertakan masyarakat desa.

Meskipun demikian peneliti, juga tidak menyangkal terdapat perubahan yang

signifikan dalam tubuh struktur sosial masyarakat sumur bandung. Karna diketahui

sumur bandung sebagai poros Desa agamis sebutan “Kota Santri” menjadi magnet

yang luar biasa besarnya menyedot puluhan hingga ratusan dari berbagai penjuru

Nusantara, hal tesbut membawa dampak yang besar bagi masyarakat sumur bandung

dari adanya santri-santri yang memabawa buadaya, sosial dan latar belakang yang

berbeda-beda kemudian berkumpul jadi satu wadah berupa pondok pesantren, jika di

darik dalam lingkup desa tentunya terjadi peleburan budaya dan sosial dengan

masyarakat setempat yaitu Desa .

D. Pondok Pesantren di Desa sumur bandung

Kini Perkembangan pondok pesantren di Desa sumur bandung terbagi menjadi

dua, pertama perkembanagan secara fisik, kedua perekmbangan secara kuantitas,

dalam perkembangan fisik sudah jelas banyak sekali pondok pesantren di sumur

bandung sekarang ini mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi dan kokoh dengan

megahnya, sedangkan perkembangan kuantitas di Desa sumur bandung, dari tahun ke

tahun pesat sekali di lihat dari keangkaan jumlah pondok zaman dahulu dengan

sekarang sangat berbeda jauh,25 bila mana dulu jumlah pondok pesantren sampai

tahun 1960 jumlah pondok pesantren berkisar 12 pondok, sekarang samapi tahun

2017 berkembang dengan pesat menjadi 44 pondok pesantren, dan tersebar di

berbagai penjuru arah Desa sumur bandung. 1. Hubungan Pondok Pesantren dengan

Masyarakat Desa sumur bandung Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan

peneliti di lapangan, serta dari beberapa uraian tokoh-tokoh masyarakat di atas


menyimpulkan bahwa hubungan pesantren dengan masyarakat Desa sumur bandung

itu memang baik, tapi dalam hal urusan ekonomi bagi masyarakat Desa sumur

bandung, tetapi dalam segi sosial yang kaitanya bukan dengan ekonomi, sudah sangat

berkurang sekali dan bahkan lambat laun akan hilang, seperti ngaji bersama-sama,

tabligh, kerjabakti, dan lain-lain yang kaitanya bukan di bidang ekonomi. 2.

Hubungan pondok pesantren dengan pemerintah Desa sumur bandung Hubungan

pondok pesantren di Desa sumur bandung sendiri terbilang cukup baik, karna terdapat

hubungan yang intens dari kedua belah pihak dalam berbagai hal yang telah di

sebutkan di atas tadi, meskipun demikian yang namanya kehidupan kerap terjadi

silang pendapat dengan masyarakat setempat yang menyebabkan bisa terjadinya

konflik26 antar pesantren dengan masyarakat sekitar, disisni peran pemerintah Desa

sumur bandung juga sangat vital, karna ada beberapa kasus yang terjadi, kerap kali

pemerintah Desa sumur bandung menjadi penengah atau di jadikan penengah dalam

menyelesaiakn konflik yang dihadapi oleh pesantren dengan Masyarakt sumur

bandung, mapun dengan masyarakat di sekitar Desa Kajen.27

E. Dampak Pondok Pesantren Terhadap Kehidupan Sosial di Masyarakat Desa

sumur bandung

Dampak yang terjadi di Desa sumur bandung dengan menjamurnya pondok

pesantren di Desa sumur bandung terhadap kehidupan sosial, peneliti mengambil

kesimpulan dari bebrapa pengertian teori perubahan sosial, yang mana dalam teori

tersebut, dalam perubahan sosial yang terjadi di masyarakat Desa sumur bandung di

sebabkan oleh masuknya budaya-budaya baru yang di bawa oleh para santri-santri

pondok Kajen yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia kemudian masuk di

Desa Kajen, terjadi kontak sosial denganmasyarakat Desa sumur bandung hingga

meleburnya antar berbagai budaya yang ada, dalam hal ini sekurang-kurangnya
memberikan dampak yang signikan terhadap kehidupan sosial yang terjadi di

masyarakat Desa sumur bandung berupa struktur dan fungsi dalam sistem sosial

masyarakat, yang di dalamnya berdampak pada bebrapa aspek, yaitu aspek tradisi,

norma-norma, kesenjangan, dan pola tingkah laku masyarakat. Sebagaimana

dijelaskan berikut:

1. Aspek Tradisi

Tradisi merupakan salah satu bentuk kebudayaan dari masyarakat,

kebudayaan dan masyarakat merupakan dwi tunggal artinya antara masyarakat

dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan sebab ketika ada masyarakat pasti

memiliki sebuah kebudayaan dan setiap ada kebudayaan pasti ada masyarakat.28

Dalam aspek ini dampak yang di hadirkan oleh pondok pesantren berupa berupa

tradisi gotong royong antar masyarakat dengan pesantren sudah sangat berkurang,

padahal jika melihat sejarah desa, sumur bandung merupkan desa yang menjujung

tingi sifat kebersamaan.

2. Nilai-nilai

Kehidupan Dampak yang tejadi terhadap nilai-nilai kehidupan sosial yang

terjadi di Desa sumur bandung, berupa pengkikisan yang terjadi dikalangan

masyarakat sumur bandung, berupa penurunan akhlak yang didalamnya

mengandung nilai tawadu‟, haya’ (sifat malu), nilai husyu’ (bersunguh-

sunguh) sudah mulai menurun dikalangan masyarakat sumur bandung.

3. Kesenjangan.

Dari hasil wawancara peneliti dengan Bapak sarjupi mengukapkapkan

bahwa kesanjangan dengan adanya pondok di Desa sumur bandung,

sebenarnya terjadi di kalangan masyarakat sumur bandung namun hal itu tidak
terlalu terasa maupun difikirkan masyarakat sumur bandung secara luas,

kesenjangan itu terjadi setidaknya mencakup dua hal, yang pertama adalah

kesenjangan secara ilmu pengetahuan dan yang kedua kesenjangan

pembangunan.

4. Pola

tingkah laku Masyarakat sumur bandung pada zaman yang dulu itu dikenal

tertib, kemudian alim, meskipun dalam arti bukan Alimu Fi Ilmi, tetapi

memang karakternya masyarakat sumur bandung pendiam dan santun, tetapi

setelah adanya santri-santri yang jumlahnya ribuan ini menjadikan sumur

bandung menjadi kawasan metropolis, sekarang banyak anak-anak muda

sumur bandung yang suka nongkrong dan begadang sampai larut malam tanpa

ada kegiatan yang jelas, kemudian dalam segi berpakaian juga berbeda, jika

zaman dahulu masyarakat sumur bandung sering mengunakan sarung,

sekarang dapat dikatan susah mencari pemuda sumur bandung yang ke sana ke

mari memakai sarung untuk kegiatan sehari-hari. Dalam hal ini menurut

peneliti tidak lepas dari perkembangan zaman serta proses adanya simpati atau

identifikasi dari faktor eksternal dalam interaksi, yang mengubah pola tingkah

laku masyarakat Desa sumur bandung yang dihadirkan dari santrisantri

pondok pesantren.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pengaruh Pendidikan Pondok pesantren

Qothrotul Falah Di Desa Sumur Bandung sebagai berikut:

1. Deangan adanya pondok pesantren Qothrotul Falah ini dapat memberikan

Dampak Positif Terhadap masyarakat baik dari segi keagamaan maupun

kehidupan sosial Lainnya

2. Sistem dan peraturan Pondok Pesantren Qothrotul falah Ini sangat bagus sehingga

banyak diminati oleh masyarakat setempat

3. Dengan adanya Pondok pesantren Qothrotul Falah ini dapat meningkatkan

keagamaan masyarakat sehingga membuat masyarakat semakin rajin dalam

menjalankan ibadah keagamaan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendasikan berupa

saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi peneliti selanjutnya agar dilakukan penelitian lebih luas lagi mengenai

pengaruh pondok pesantren, Baik Pondok pesantren Qothrotul Falah ataupun

pondok pesantren lainnya.

2. Bagi masyarakat diharapkan lebih memahami dan lebih mengikuti ajaran agama

khususnya ilmu-ilmu yang di ajarkan oleh para guru yang ada di pondok pesantren

Qothrotul Falah
DAFTAR PUSTAKA

JURNAL

Zaenurrosyid, A. (2018). Pengaruh Pondok Pesantren Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat Desa
Kajen Kec. Margoyoso Kab. Pati. Islamic Review: Jurnal Riset Dan Kajian Keislaman, 7(1), 55-71.

Sugandi, A., Tanjung, H. B., & Rusli, R. K. (2017). Peran Pondok Pesantren (Ponpes) Modern Dalam
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Tadbir Muwahhid, 1(2), 99-115.

Efendi, M. (2021). Tanggapan Masyarakat terhadap Pondok Pesantren Darul Ilmi dalam perspektif
pendidikan.

Yordan, Y. Pengaruh Pondok Pesantren Darut Tafsir Al-Husaini Terhadap Masyarakat Bojongsari
Depok 1970-2015 (Bachelor's thesis, Jakarta: Fakultas Adab & Humaniora UIN Syarif Hidayatullah).

YORDAN, Yusuf. Pengaruh Pondok Pesantren Darut Tafsir Al-Husaini Terhadap Masyarakat
Bojongsari Depok 1970-2015. Bachelor's Thesis. Jakarta: Fakultas Adab & Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah.

Yordan, Yusuf. Pengaruh Pondok Pesantren Darut Tafsir Al-Husaini Terhadap Masyarakat Bojongsari
Depok 1970-2015. BS thesis. Jakarta: Fakultas Adab & Humaniora UIN Syarif Hidayatullah.

Najmudin, N., & Hasuri, H. (2019). PENGARUH PONDOK PESANTREN TERHADAP


PEMBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN DESA SEKITAR (Studi Pada Pondok Pesantren
Modern Assaadah Desa Dahu Kecamatan Cikeusal Serang Banten). Syiar Iqtishadi: Journal of
Islamic Economics, Finance and Banking, 3(2), 1-19.

Najmudin, N., & Hasuri, H. (2019). PENGARUH PONDOK PESANTREN TERHADAP


PEMBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN DESA SEKITAR (Studi Pada Pondok Pesantren
Modern Assaadah Desa Dahu Kecamatan Cikeusal Serang Banten). Syiar Iqtishadi: Journal of
Islamic Economics, Finance and Banking, 3(2), 1-19.

Ramdhani, F. B., Ibrahim, M. Y., Masruhen, M. B., & Fhadiyah, N. (2022). Pengaruh Literasi
Keuangan Syariah terhadap Perilaku Keuangan Masyarakat Binaan Pondok Pesantren Daarut Tauhid
Kabupaten Bogor. Al-Tasyree: Jurnal Bisnis, Keuangan dan Ekonomi Syariah, 14(02), 80-101.

Widayatullah, W. (2017). PENGARUH TA’ ZIR TERHADAP PENINGKATAN KEDISIPLINAN


SANTRI DI PONDOK PESANTREN (Penelitian di Pondok Pesantren Al-Musaddadiyah Garut). Jurnal
Pendidikan UNIGA, 6(1), 66-77.

MAHMUDAH, M. (2020). PENGARUH PONDOK PESANTREN KY AGENG GIRIKUSUMO


TERHADAP MASYARAKAT MRANGGEN KABUPATEN DEMAK (Doctoral dissertation, Universitas
Islam Sultan Agung Semarang).

Fauzy, T. O., Purwadi, A., & Hakim, R. (2019). Analisis pengetahuan tentang perbankan syariah
santri pondok pesantren Al-ittihad Mojokerto dan pengaruhnya terhadap minat menabung di bank
syariah. Iqtishodia: Jurnal Ekonomi Syariah, 4(2), 181-206.

Webset
https://www.kompasiana.com/hengkysukmaraga3730/63982afcd5af037db158d2e2/pengaruh-
pondok-pesantren-bagi-masyarakat-di-lingkungan-sekitarnya#google_vignette

https://www.google.com/search?
q=pendidikan+pondok+pesantren&oq=pendidikan+pondok+pesantren&aqs=chrome..69i57j0
i512l3j0i22i30l3j69i60.21735j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

https://core.ac.uk/download/pdf/333808798.pdf

Anda mungkin juga menyukai