Anda di halaman 1dari 151

PERAN FASILITATOR DALAM

PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN


STUDI KASUS PADA KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE)
“AMANAH BERSAMA” KELURAHAN SANDUBAYA
KECAMATAN SELONGKABUPATEN LOMBOK TIMUR

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Sekolah Tinggi
Ilmu Administrasi (STIA) Muhammadiyah Selong
Lombok Timur

OLEH:

PUTRI AYU LASMEINI


NIM: 7214108/PA

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI (STIA)


MUHAMMADIYAH SELONG
2019
Halaman Persetujuan Pembimbing

PERAN FASILITATOR DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN


STUDI KASUS PADA KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE)
“AMANAH BERSAMA” KELURAHAN SANDUBAYA
KECAMATAN SELONG KABUPATEN LOMBOK TIMUR

SKRIPSI

Disusun Oleh:
PUTRI AYU LASMEINI
NIM. 7214108/PA

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. MULYANTO TEJO KUSUMO, SH, M,AB NOVA HARI SHANTI S.Pd, M.M
NUPN. 990804191 NIDN. 0805118902

Mengetahui,

KETUA STIA MUHAMMADIYAH SELONG

Drs. H. MOH. JUHAD M.AP


NIP. 19631231 198601 1 095
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : PERAN FASILITATOR DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA


MISKIN STUDI KASUS PADA KELOMPOK USAHA BERSAMA
(KUBE) AMANAH BERSAMA KELURAHAN SANDUBAYA
KECAMATAN SELONG KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Nama : PUTRI AYU LASMEINI

NIM : 7214108/PA

Jurusan : ADMINISTRASI PUBLIK

Telah dipertahankan dihadapan Sidang Penguji Skripsi pada tanggal 12 Juli 2019 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai kelengkapan guna memperoleh
gelar sarjana Administrasi Publik pada Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA)
Muhammadiyah Selong.

Selong, 14 Juli 2019

Tim Penguji

1. Ir. MULYANTO TEJO KUSUMO, SH, M,AB ( )

2. NOVA HARI SHANTI S.Pd, M.M ( )

3. SALMI YUNIAR BAHRI,S.Pd.ME ( )

Mengetahui,
KETUA STIA Muhammadiyah Selong

(Drs. H.MOH JUHAD, M.AP)


NIP. 19631231 198601 1 095
HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur ku panjatkan ke rabbku…………… Allah SWT atas limpahan rahmat,


karunia,cinta, dam hidayahnya yang begitu indah. Kepada junjunganku Nabi
Muhammad SAW……. berkatnyalah kami bisa merasakan indahnya dinul Islam

Kepada Ibuku tercinta

Takkan ada suatu apapun yang bisa membalas dan menandingi cinta, kasih sayang,
do’a, serta pengorbanan yang telah ibu berikan………semoga Allah SWT senantiasa
memberikan keridhaannya. Mudah-mudahan kami menjadi anak yang soleh dan
solehah serta menjadi manusia yang berguna kelak.

Kepada Alm. Ayah tercinta dan tersayang

Kepada kakak-kakak dan adikku sayang…..terima kasih telah memotivasi dan


menyemangatiku selama ini.

Sahabat-sahabat ku yang selalu membantu dan mendukungku,,,, terima kasih atas


semua yang telah kalian berikan padaku selama ini.

Almamater yang kubanggakan


MOTTO

JANGAN TUNDA SAMPAI BESOK APA YANG BISA DIKERJAKAN


HARI INI KARENA HARI INI HARUS LEBIH BAIK DARI HARI
KEMARIN DAN HARI ESOK ADALAH HARAPAN
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena izin dan ridha-Nya penulis
dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “PERAN FASILITATOR DALAM
PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN STUDI KASUS PADA KELOMPOK
USAHA BERSAMA (KUBE) “AMANAH BERSAMA” KELURAHAN
SANDUBAYA KECAMATAN SELONG KABUPATEN LOMBOK TIMUR”.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
Nabi akhir zaman dan pembawa rahmat bagi mahluk seluruh alam. Dalam penulisan ini,
penulis menyadari masih jauh dari kata sempurna. Hal ini terlepas dari keterbatasan
penulis sebagai manusia dengan segala kekurangan dan kekhilafan. Tidak ada kata yang
pantas saya ungkapkan kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses pembuatan
skripsi ini, terkecuali terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. H. Moh. Juhad M.AP, selaku Ketua STIA MUHAMMADIYAH
Selong.
2. Bapak Ir. H. R. Mulyanto Tejo Kusumo, SH.M,AB selaku pembimbing I yang telah
dengan sabar memberikan petunjuk dan bimbingan, pengarahan dan motivasi
sehingga memperlancar penyusunan skripsi ini dengan baik.
3. Ibu Nova Hari Shanti S.Pd, M.M selaku pembimbing II yang telah dengan sabar
memberikan petunjuk dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan Proposal
Skripsi ini dengan baik.
4. Bapak/Ibu Dosen STIA Muhammadiyah Selong yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada peneliti.
5. Ibuku tercinta atas kasih sayang, untaian doa yang tulus dan tiada hentinya,
bimbingan, nasehat, dukungan serta kepercayaan yang diberikan dalam meniti masa
depan.
6. Saudara-saudara ku yang selalu memberikan do’a, dan dukungan yang tiada
hentinya selama ini.
7. Ibu Laely Mustika Sari selaku Fasilitator pada Kelompok Usaha Bersama.

1
8. Teman-teman penulis yang ikut memberikan motivasi selama menempuh studi,
khususnya dalam proses penyusunan Skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu.
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan
yang lebih dari mereka berikan. Dengan semua kemampuan yang ada, penulis berusaha
menyajikan skripsi ini dalam bentuk sebaik mungkin, namun penulis menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan-kekurangan.. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya
hanya kepada Allah SWT saya berharap, semoga apa yang tertulis di skripsi ini bisa
bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.

Selong, 2019

Penulis

2
PERNYATAAN

Skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya untuk memenuhi salah satu persyaratan

guna memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA)

Muhammadiyah Selong. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah

saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di STIA Muhammadiyah

Selong.

Selong, 2019

PUTRI AYU LASMEINI


NIM. 7214108/PA

3
PERAN FASILITATOR DALAM PEMBERDAYAAN
KELUARGA MISKIN
STUDI KASUS PADA KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE)
“AMANAH BERSAMA” KELURAHAN SANDUBAYA
KECAMATAN SELONG KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Oleh
Putri Ayu Lasmeini, NIM 7214108/PA
Jurusan Administrasi Publik

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui peran fasilitator dalam


pemberdayaan keluarga miskin di Kelompok Usaha Bersama (KUBE), 2) mengetahui
strategi fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin di Kelompok Usaha Bersama
(KUBE), 3)mengetahui kondisi keluarga miskin yang ada di Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) setelah memperoleh dana bantuan dan adanya fasilitator. Subjek penelitian
adalah anggota Kelompok Usaha Bersama (KUBE) sebanyak 11 orang yang terdiri dari
1 fasilitator pendamping dan seluruh anggota KUBE. Objek penelitian adalah peran
fasilitator, strategi fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin serta melihat kondisi
dari keluarga miskin setelah memperoleh dana bantuan dan adanya fasilitator KUBE
“Amanah Bersama” Kelurahan Sandubaya. Metode penelitian ini menggunakan
kualitatif. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) peran fasilitator pada tahap
perencanaan sudah optimal ditandai dengan strategi membuat team kerja yang solid dan
melakukan pembinaan sekaligus evaluasi berkala sehingga keberadaan fasilitator dalam
pemberdayaan keluarga miskin sangat dibutuhkan, 2) strategi fasilitator dalam
pemberdayaan keluarga miskin sudah tepat karna menggunakan pendekatan partisipasif,
dengan demikian strategi yang digunakan bisa dikatakan telah mensukseskan program
pemberdayaan keluarga miskin, 3) dengan adanya dana bantuan dan fasilitator dalam
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) kondisi dari keluarga miskin mengalami perubahan
diantaranya dengan meningkatknya kualitas hidup ditandai oleh: anggota KUBE
mendapatkan kesempatan kerja, adanya income/ pendapatan anggota, dan hubungan
sosial terjalin dengan baik.

Kata Kunci: Peran Fasilitator, Pemberdayaan Keluarga Miskin, KUBE

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. iii

MOTTO .................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................. v

PERNYATAAN ....................................................................................... viii

ABSTRAK ................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................................ x

DAFTAR TABEL .................................................................................... xiv

DAFTAR GRAFIK.................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1.Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2.Identifikasi Masalah ......................................................................... 7

1.3.Rumusan Masalah ............................................................................ 7

1.4.Tujuan Penelitian ............................................................................. 8

1.5.Manfaat Penelitian ........................................................................... 9

1.5.1. Manfaat Teoritis ..................................................................... 9

1.5.2. Manfaat Praktis ....................................................................... 9

1.6.Sistematika Penulisan....................................................................... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................. 12

5
2.1. Kajian Pustaka ................................................................................. 12

2.1.1. Peran....................................................................................... 12

2.1.2. Fasilitator................................................................................ 13

2.1.3. Pemberdayaan ........................................................................ 15

1. Pengertian Pemberdayaan ................................................... 15

2. Strategi Pemberdayaan ....................................................... 16

3. Tahapan Pemberdayaan ...................................................... 17

2.1.4. Keluarga Miskin ..................................................................... 19

1. Pengertian Keluarga Miskin ............................................... 19

2. Indikator Keluarga Miskin .................................................. 22

2.1.5. Kelompok Usaha Bersama ..................................................... 25

1. Pengertian Program KUBE................................................. 25

2. Landasan Hukum Pelaksanaan KUBE-FM ........................ 26

3. Media KUBE ...................................................................... 27

4. Kategorisasi KUBE ............................................................ 29

5. Indikator keberhasilan KUBE ............................................. 30

6. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan KUBE ............... 31

2.2. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 32

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 37

3.1. Jenis Penelitian ................................................................................ 37

3.2. Lokasi Penelitian ............................................................................. 37

3.3. Fokus Penelitian .............................................................................. 38

3.4. Instrumen Penelitian........................................................................ 39

6
3.5. Objek dan Subjek Penelitian ........................................................... 40

3.6. Data dan Sumber Data .................................................................... 41

a. Data Primer................................................................................... 41

b. Data Sekunder .............................................................................. 41

3.7. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 42

1. Observasi ...................................................................................... 42

2. Wawancara ................................................................................... 42

3. Dokumentasi ................................................................................ 43

3.8. Teknik Analisis Data ....................................................................... 43

a. Pengumpulan Data ....................................................................... 44

b. Reduksi Data ................................................................................ 45

c. Display Data ................................................................................. 45

d. Penarikan Kesimpulan ................................................................. 45

3.9. Keabsahan Data ............................................................................... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................... 48

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian.............................................................. 48

4.1.1. Gambaran umum Kelurahan Sandubaya .................................... 48

4.1.2. Gambaran KUBE “Amanah Bersama” ....................................... 56

4.2. Hasil Penelitian ................................................................................ 66

1. Peran Fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin ............. 66

a. Sosialisasi Program .............................................................. 67

b. Penggalian Potensi Usaha .................................................... 69

2. Strategi Fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin .......... 71

7
a. Membuat tim kerja yang solid ............................................... 71

b. Melakukan pembinaan secara berkala ................................... 73

3. Kondisi keluarga miskin pada KUBE setelah memperoleh bantuan pendanaan

dan adanya fasilitator................................................................... 75

a. Adanya pendapatan .............................................................. 76

b. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan ........................ 78

4.3. Pembahasan ...................................................................................... 79

1. Peran Fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin ............. 80

2. Strategi Fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin.......... 81

3. Kondisi keluarga miskin pada KUBE setelah memperoleh bantuan pendanaan

dan adanya fasilitator................................................................... 82

BAB V PENUTUP ................................................................................... 85

5.1.Kesimpulan ..................................................................................... 85

5.2.Saran ................................................................................................ 86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

8
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Luas wilayah menurut pemanfaatannya di Kelurahan Sandubaya 50

Tabel 2: Jumlah Penduduk Kelurahan Sandubaya 2017 ........................... 52

Tabel 3: Kepadatan Penduduk Kelurahan Sandubaya 2017 ...................... 53

Tabel 4: Tingkat Perkembangan Pendidikan Kelurahan Sandubaya 2017 54

Tabel 5: Mata Pencaharian Masyarakat Kelurahan Sandubaya 2017 ....... 55

Tabel 6: BNBA Data Keluarga Binaan Sosial Program Pemberdayaan Fakir Miskin

melalui Kelompok Usaha Bersama Tahun 2018 ......................... 64

Tabel 7: Rincian Dana KUBE “Amanah Bersama” .................................. 65

Tabel 8: Piket jaga KUBE “Amanah Bersama” ........................................ 66

9
DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1: Perubahan Fungsi Lahan di Kelurahan Sandubaya 2017........... 51

Grafik 2: Jumlah Penduduk Kelurahan Sandubaya 2017 .......................... 52

Grafik 3: Kepadatan Penduduk Kelurahan Sandubaya 2017 .................... 53

10
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1: Struktur Organisasi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama”

....................................................................................................... 60

11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan UUD 1945 Pasal 34 ayat 1 menjelaskan bahwa “Fakir miskin

dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh Negara”1. Artinya pemerintah

mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menangani permasalahan fakir miskin

atau kemiskinanan di negara ini.

Hal ini juga berkaitan dengan Undang-Undang No 13 Tahun 2011 pasal 1

Ayat 1 tentang Penanganan Fakir Miskin yang menjelaskan bahwa “Fakir Miskin

merupakan seseorang atau penduduk yang tidak memiliki sumber mata pencaharian

dan atau memiliki sumber mata pencaharian tetapi tidak memiliki kemampuan

untuk memenuhi kebutuhan layak bagi kehidupan dirinya dan atau keluarganya 2.

Penanganan fakir miskin termasuk dalam program pemberdayaan sosial dari

pemerintahan yang ditangani oleh Kementerian Sosial.

Kementerian Sosial menetapkan kriteria fakir miskin sebagai dasar untuk

melaksanakan penanganan fakir miskin dalam hal pemberdayaan sosial. Menteri

berkoordinasi dengan kementrian dan lembaga terkait yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang kegiatan statistik untuk melakukan pendataan.

Seorang fakir miskin yang belum terdata dapat secara aktif mendaftarkan diri

kepada lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis di tempat tinggalnya 3.

Oleh karenanya Pemerintah dan Pemerintah Daerah memiliki tanggung jawab

1
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 34 Ayat 1
2
Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin
3
Ibid BAB Kedua Pendataan Fakir Miskin Pasal 8 dan 9

1
mengembangkan potensi diri bagi perseorangan, keluarga, kelompok dan atau

masyarakat melalui bimbingan mental, spritiual, dan keterampilan.

Ini dibuktikan dari adanya Peraturan Menteri Sosial Rebublik Indonesia No.

25 Tahun 2015 tentang Kelompok Usaha Bersama pasal 1 ayat 3 dan 4

menyebutkan bahwa “pemberdayaan sosial adalah semua upaya yang diarahkan

untuk menjadikan warga negara yang mengalami masalah sosial mempunyai daya,

sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Penanganan Fakir Miskin adalah

upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah,

Pemerintah Daerah, dan atau masyarakat dalam bentuk kebijakan, program,

kegiatan pemberdayaan, pendampingan serta fasilitasi untuk memenuhi kebutuhan

dasar kesejahteraan anggotanya 4.

Untuk menghindari penyalahgunaan kewenangan dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial (Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 11 tahun 2009

Tentang Kesejahteraan Sosial), Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk dapat

mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat. Diantaranya adalah,

Pemerintah berusaha untuk mengefektifkan jalannya pemerintahan supaya

dapat langsung menyentuh masyarakat sehingga dapat memahami berbagai

kebutuhan masyarakat, maka pemerintah memberikan kewenangan untuk

pemerintah daerah untuk lebih berperan dalam penyelenggaraan pemerintahan

didaerahnya masing-masing, melalui otonomi daerah5.

Terkait dengan hal tersebut, maka dalam Undang-Undang No. 11 tahun

2009 tentang kesejahteraan sosial menyatakan bahwa

4
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Sosial Nomor 25 Tahun 2015 Tentang Kelompok Usaha Bersama
5
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial

2
“Pemerintah Daerah turut ambil bagian dan bertanggung jawab dalam upaya

pengentasan kemiskinan (Pasal 27), berikutnya Pasal 20 mengatakan bahwa,

penanggulangan kemiskinan ditujukan untuk: a). Untuk meningkatkan kapasitas

dan mengembangkan kemampuan dasar serta kemampuan berusaha masyarakat

miskin; b). Memperkuat peran masyarakat miskin dalam pengambilan

kebijakan publik yang menjamin penghargaan, perlindungan dan pemenuhan

hak-hak dasar; c). Mewujudkan kondisi dan lingkungan ekonomi, politik dan sosial

yang memungkinkan masyarakat miskin dapat memperoleh kesempatan seluas-

luasnya dalam pemenuhan hak-hak dasar dan peningkatan taraf hidup secara

berkelanjutan; dan memberikan rasa aman bagi kelompok masyarakat miskin dan

rentan”.

Berdasarkan berbagai hal tersebut, maka dibutuhkan peran yang lebih

maksimal dari Negara melalui pemerintah untuk dapat menurunkan angka

kemiskinan yang ada di negara Indonesia. Dilihat dari data Badan Pusat Statistik

yang menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret

2017 mencapai 26,58 juta orang (10,12%), dan jumlah penduduk Nusa Tenggara

Barat pada Maret 2017 mencapai 793,78 ribu orang (16,07%). Adapun dari jumlah

penduduk NTB tersebut, Kabupaten Lombok Timur merupakan kabupaten dalam

jumlah penduduk miskin yang terbanyak dari kabupaten yang lainnya yakni

mencapai 215,81 ribu orang (18,28%)6.

6
“Persentase Penduduk Miskin”, http://www.bps.go.id, (diakses pada tanggal 3 Januari 2019

3
Data ini menunjukkan bahwa masih adanya warga negara yang belum

terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh

pelayanan sosial dari negara. Akibatnya, masih ada warga negara yang mengalami

hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan

secara layak dan bermartabat. Terkait dengan hal tersebut, maka tanggung jawab

untuk mengentaskan kemiskinan juga tidak terlepas dari peranan pemerintah

daerah7.

Oleh karena itu peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pengentasan

kemiskinan wajib dilakukan khususnya bagi keluarga miskin, karena kondisi yang

menunjukkan beban hidup yang harus ditanggung keluarga miskin semakin

meningkat saja. Dalam hal ini pemerintah khususnya Kementrian Sosial telah

merancang dengan mengadakan program-program yang dapat menekan tingginya

angka kemiskinan di Indonesia mulai dari Bantuan Langsung Tunai (BLT) seperti

Program Beras Sejahtera (rastra) yang dulu disebut beras miskin (raskin), Program

Keluarga Harapan (PKH), Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Kelompok

Usaha Bersama (KUBE), Kartu Indonesia Sehat (KIS)8.

Salah satu dari program ini adalah program pengembangan ekonomi melalui

Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

merupakan salah satu bentuk pemberdayaan yang dilakukan dengan membentuk

kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki berbagai aktivitas positif. Aktivitas

positif tersebut dapat berbentuk kegiatan pelatihan, kegiatan usaha ekonomi

7
Andi Azhar Mustafa, 2015. “Efektivitas Program Kelompok Usaha Bersama Fakir Miskin (KUBE-FM) di Kota
Makassar”. Skripsi. Universitas Hasanuddin
8
Ibid hal. 7

4
produktif, kegiatan perkumpulan dan kegiatan lainnya. Adanya kelompok atau

organisasi masyarakat diharapkan dapat membantu terwujudnya masyarakat yang

mandiri dan berdaya saing dalam berbagai bidang. Selain itu, “tujuan akhir dari

adanya KUBE adalah memperbaiki tingkat kesejahteraan sosial keluarga” 9.

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Amanah Bersama yang ada di

Kelurahan Sandubaya, Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur merupakan

kelompok pemberdayaan dibidang usaha sembako yang berdiri pada tahun 2018

dengan jumlah anggota 11 orang. Anggota KUBE Amanah Bersama ini merupakan

keluarga yang tergolong keluarga miskin dan keluarga yang memiliki usaha

rumahan. Pengembangan kelompok ini didasarkan adanya bantuan dari Kementrian

Sosial yang dibawahi Dinas Sosial. Program ini ditujukan untuk meningkatkan

motivasi keluarga miskin untuk lebih maju, meningkatkan kerjasama melalui

kelompok dan memperkuat budaya kewirausahaan.

Pembentukan KUBE Amanah Bersama ini dilatarbelakangi karna masih

adanya keluarga yang mengalami kemiskinan, ini ditandai dari belum berjalannya

fungsi ekonomi keluarga, kurangnya modal usaha masyarakat, masih adanya para

ibu yang hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga atau ia memiliki waktu luang

namun belum bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin serta banyaknya

masyarakat yang memiliki usaha namun kurang dapat berjalan dengan optimal

akibat terkendala oleh keterbatasan kemampuan dalam menjalin jaringan

pemasaran.

9
Siti Wahyu Iryani. 2010: Kontribusi KUBE dalam meningkatkan kesejahteraan Sosial Keluarga Miskin. Jurnal
Penelitian Kesejahteraan Sosial Volume IX Nomor 32 hal. 55

5
Oleh karena itu, KUBE adalah salah satu program yang dicanangkan

pemerintah khususnya Kementrian Sosial RI sebagai pendekatan dalam penanganan

kemiskinan, maka perlu dikaji apakah pendekatan tersebut mampu meningkatkan

kesejateraan sosial mereka? Jawabannya adalah berhasil atau tidaknya pendekatan

ini tidak terlepas pula dari adanya peran Pembina Lapangan yang mendampingi

keluarga miskin. Berdasarkan Peraturan Kementrian Sosial menjelaskan bahwa

Pendamping desa/kelurahan bertugas mengoordinasikan koordinator dalam wilayah

kabupaten/kota. Pendamping KUBE berasal dari tenaga kesejahteraan sosial

kecamatan, pekerja sosial masyarakat, karang taruna, pengurus lembaga, dan tokoh

pemuda10. Pendamping atau seorang fasilitator bertugas mendampingi dengan

dukungan anggaran dari APBD tersebut. Sehingga dengan adanya pendamping

dapat membantu kelompok dalam memecahkan masalah dan membantu agar

kelompok usaha bersama tersebut dapat tumbuh dan berkembang.

Fasilitator adalah pemandu yang mempunyai pengaruh besar terhadap

segala kegiatan aktifitas Kelompok Usaha Bersama. Oleh sebab itu keberhasilan

dalam penanganan permasalahan dalam pemberdayaan keluarga miskin mutlak

diperlukan fasilitator yang menguasai disiplin ilmu kesejahteraan social. Kondisi ini

menunjukkan bahwa fasilitator baik di pusat maupun di daerah harus mampu untuk

meningkatkan taraf hidup keluarga miskin untuk tujuan pemberdayaan masyarakat

untuk mengurangi angka kemiskinan di Indonesia.

Berdasarkan masalah diatas diperlukan penelitian apakah fasilitator sudah

berperan secara optimal dalam pemberdayaan keluarga miskin guna terciptanya

10
Peraturan Menteri Sosial Nomor 25 Tahun 2015 pasal 8 dan 9 Tentang Kelompok Usaha Bersama

6
kesejahteraan sosial. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut

dengan judul “PERAN FASILITATOR DALAM PEMBERDAYAAN

KELUARGA MISKIN STUDI KASUS PADA KELOMPOK USAHA

BERSAMA “AMANAH BERSAMA” KELURAHAN SANDUBAYA

KECAMATAN SELONG KABUPATEN LOMBOK TIMUR”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, dapat

diidentifikasi permasalah sebagai berikut:

1. Belum berjalannya fungsi ekonomi dan tugas keluarga menyebabkan tidak

terpenuhnya kebutuhan-kebutuhan dalam keluarga

2. Masih banyaknya jumlah penduduk miskin di Lombok Timur

3. Banyaknya masyarakat yang memiliki usaha namun kurang dapat berjalan

dengan optimal

4. Belum maksimalnya pengembangan potensi diri dan lingkungan

1.3.Rumusan Masalah

Berdasarkan berbagai uraian didalam latar belakang, maka persoalan yang

akaditeliti adalah :

1. Bagaimana peran fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin di

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama” Kelurahan Sandubaya

Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur ?

7
2. Apa saja strategi fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin di Kelompok

Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama” Kelurahan Sandubaya

Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur ?

3. Bagaimana kondisi keluarga miskin yang ada di Kelompok Usaha Bersama

(KUBE) “Amanah Bersama” setelah memperoleh dana bantuan dan adanya

fasilitator di Kelurahan Sandubaya Kecamatan Selong Kabupaten Lombok

Timur ?

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui peran fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin di

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama” Kelurahan Sandubaya

Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur.

2. Untuk mengetahui strategi fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin di

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama” Kelurahan Sandubaya

Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur.

3. Untuk mengetahui kondisi keluarga miskin yang ada di Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) “Amanah Bersama” setelah memperoleh dana bantuan dan

adanya fasilitator di Kelurahan Sandubaya Kecamatan Selong Kabupaten

Lombok Timur

8
1.5. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini diselesaikan, diharapkan dapat memberikan manfaat

yang positif bagi penulis sendiri dalam memperkaya wawasan maupun pihak lain

yang berkepentingan dalam penelitian ini. Adapun manfaat penelitian yang

diharapkan adalah sebagai berikut:

1.4.1. Manfaat Teoritis

Dilihat dari dimensi teoritis, penelitian ini bermanfaat sebagai referensi

yang dapat menunjang untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya untuk

memperkaya khasanah ilmu di bidang administrasi publik dan sebagai bahan

masukan atau referensi untuk penelitian-penelitian yang akan datang.

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan

bagi fasilitator yang ada di Lembaga Pemerintahan maupun Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) dalam mengaplikasikan ilmu pembangunan khususnya

dalam pemberdayaan masyarakat.

1.6. Sistematika Penulisan

Sebagaimana pedoman kerja dalam penelitian untuk mempermudah

mengikuti pembahasan dalam proposal ini perlu diketahui sistematia pembahasan

sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

9
Dalam pendahuluan ini penulis mengemukakan secara singkat latar

belakang pemilihan judul, identifikasi masalah, rumusan

masalah,tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Dalan tinjauan pustaka ini penulis mencoba menjelaskan teori tentang

pengertian dari Peran, Pengertian Fasilitator, Teori tentang

Pemberdayaan, Teori tentang Keluarga Miskin, dan Teori tentang

Kelompok Usaha Bersama serta terdiri dari Penelitian Terdahulu.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam metode penelitian ini berisikan tentang Jenis Penelitian, Fokus

Penelitian, Lokasi Penelitian, Subyek dan Obyek Penelitian,

Instrumen Penelitian, Informan Penelitian, Sumber Data, Teknik

Pengumpulan Data, Analisis Data, Uji Analisis Data dan Keabsahan

Data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis mencoba memberikan gambaran umum lokasi

penelitian. Profil Kelurahan Sandubaya, Profil Kelompok Usaha

Bersama, Pembahasan tentang peran fasilitator, strategi fasilitator

dalam pemberdayaan keluarga miskin dan membahas mengenai

kondisi keluarga miskin setelah memperoleh dana bantuan dan adanya

fasilitator.

BAB V : PENUTUP

10
Dalam bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan atas hasil

penelitian dengan memberikan sumbangsih saran-saran yang mungkin

bermanfaat bagiFasilitator dan seluruh anggota KUBE “Amanah

Bersama” serta lembaga pengguruan tinggi Sekolah Tinggi Ilmu

Adminstrasi (STIA) Muhammadiyah Selong.

11
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Peran

Peran dan kedudukan tidak bisa dipisahkan dengan yang lain, tak ada peran

tanpa kedudukan dan kedudukan tanpa peran. Sebagaimana halnya peran berasal

dari kata peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status) apabila

seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya. Peran juga mempunyai dua arti

yaitu setiap orang mempunyai macam-macam peran yang berasal dari pola-pola

pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peran menentukan apa yang

diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan apa yang diberikan oleh

masyarakat kepadanya.

Peran yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam

pergaulan masyarakat yang lebih banyak merujuk pada fungsi, penyesuaian diri dan

sebagai masyarakat serta menjalankan suatu peran. Peran mencakup tiga hal11

yakni:

1. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan rangkaian peran-

peran yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

11
Gunawan Sumodiningrat, 2009: Kesejahteraan Sosial, Jakarta, Media Kompotindo. hal. 106

12
2. Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu

dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peran juga dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur

social masyarakatnya.

Peran yang digunakan dalam penelitian ini adalah peran yang meliputi norma-

norma yang dihubungkan dengan posisi tempat seseorang dalam masyarakat karena

seseorang yang mempunyai kedudukan dalam struktur masyarakat dapat

mempertanggung jawabkan tugas dan fungsinya dengan baik. Seseorang yang

mempunyai peran bekerja hanya untuk memberikan pelayanan dan dapat

membangun komunikasi dengan menghormati martabat dan harga diri masyarakat.

2.1.2. Fasilitator

Fasilitator merupakan salah satu strategi yang sangat menentukan keberhasilan

program pemberdayaan masyarakat. Seorang fasilitator seringkali mewujudkan

kapasitasnya sebagai pendamping, bukan sebagai penyembuh atau pemecah

masalah (problem solver) secara langsung. Oleh karena itu fasilitator sebagai agen

perubah yang turut terlibat membantu memecahkan masalah persoalan dalam

pemberdayaan masyarakat12.

Fasilitator adalah orang yang menjalin relasi social antara pendampingan

dengan masyarakat sekitarnya, dalam rangka memecahkan masalah, memperkuat

dukungan, mendayagunakan berbagai sumber atau potensi dalam pemenuhan

kebutuhan hidup masyarakat. Fasilitator dipersiapkan dengan baik agar memiliki

kemampuan untuk memfasilitasi anggota binaan dengan baik.

12
Isbandi Rukmanto 2003: Panduan Operasional Program Pemberdayaan bagi Fasilitator, Departemen Sosial RI

13
Agar menjadi terarah dalam pemberdayaan masyarakat perlu adanya tujuan

yang sebagaimana dikemukakan oleh para ahli pemberdayaan masyarakat salah

satu nya yakni, tentang tujuan fasilitator13, antara lain:

1. Meningkatkan motivasi kemampuan dan peran anggota dalam mencapai

kualitas dan kesejahteraan anggota binaannya.

2. Meningkatkan kemampuan potensi sumber daya social dan ekonomi yang ada

dilingkungannya.

3. Meningkatkan kemampuan dalam hal merencanakan, melaksanakan,

mengevaluasi usaha ekonomi produktif, termasuk dalam penyusunan proposal

pengembangan usaha.

4. Meningkatkan kemampuan dalam mempertanggung jawabkan pemanfaatan

dana bantuan untuk usaha ekonomi produktif dengan membuat pembukuan

sederhana dalam meningkatkan akses keuangan.

Dalam hal ini, fasilitator mengajak untuk bekerja bukan berdasarkan kebutuhan

apa yang dirasakan oleh fasilitator itu sendiri, tetapi diawali dari kebutuhan apa

yang memang masyarakat butuhkan.

Rusmin dalam Rukminto (2003) mengemukakan empat fungsi utama

pendamping atau fasilitator kegiatan pemberdayaan masyarakat yaitu:

1. Narasumber,

Fasilitator sebagai narasumber (resource person) karena keahliannya berperan

sebagai sumber informasi sekaligus mengelola, menganalisis dan

mendesiminasikan dalam berbagai cara atau pendekatan yang dianggap efektif.

13
Isbandi Rukminto, 2003: Panduan Operasional Program Pemberdayaan bagi Fasilitator, Departemen Sosial RI

14
2. Pelatih,

Fasilitator sebagai pelatih (trainer) melakukan tugas pembimbingan, konsultasi

dan penyampaian materi untuk peningkatan kapasitas dan perubahan perilaku

pembelajar. Tugas fasilitator sebagai pelatih sangat menonjol dalam setiap

kegiatan training, seminar dan diskusi. Penguasaan terhadap pola perubahan

perilaku baik pengetahuan keterampilan dan sikap menjadi penting untuk

menentukan proses (metodologi) dan hasil dari suatu pembelajaran.

3. Mediator,

Peran mediator dilakukan ketika terjadi ketegangan dan konflik antar kelompok

yang berlawanan. Peran mediasi akan dilakukan oleh fasilitator untuk

menjembatani perbedaan dan mengoptimalisasikan berbagai sumber daya yang

mendukung terciptanya perdamaian.

4. Penggerak,

Fasilitator sebagai penggerak lebih berperan sebagai pihak yang memberikan

dorongan atau motivasi kerja kepada kelompok untuk berpartisipasi dalam

pembangunan14.

2.1.3. Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan diartikan sebagai upaya peningkatan profesionalisme dan

kinerja pelaku pembangunan di daerah, termasuk aparatur, organisasi sosial

kemasyarakatan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dunia usaha, dan anggota

14
Ibid.

15
masyarakat untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi serta merealisasikan

aspirasi dan harapan masyarakat untuk mewujudkan peningkatan kualitas hidup dan

kesejahteraan masyarakat15.

Mengamati kenyataan pada masa lalu sampai sekarang, ternyata potensi yang

dimiliki oleh masyarakat belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga hasil-hasil

pembangunan yang dilaksanakan belum optimal pula, maka program-program

pembangunan yang dilaksanakan selama ini tidak memberikan manfaat nasional.

Pemberdayaan masyarakat merupakan konsep/strategi pembangunan yang

melibatkan peran serta sumberdaya manusia dan sumber-sumber daya lainnya

(seperti sarana, modal, kelembagaan, kepemimpinan, dan lainnya). Pelibatan

sumber daya manusia dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat memerlukan

dukungan keterampilan, kepedulian, kesediaan, bekerja sama dan berkorban,

motivasi dan semangat yang kuat, dan lainnya16.

2. Strategi Pemberdayaan

Strategi pemberdayaan dalam memperdayakan masyarakat secara konseptual

pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Menurut Edi Suharto

(2015:h.66) dalam konteks pekerjaan social pemberdayaan dapat dilakukan melalui

tiga tingkat17 yaitu :

a. Tingkat mikro

Pemberdayaan dilakukan terhadap anggota secara individu melalui

bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuannya

15
Rahardjo Adisasmita, 2011: Manajemen Pemerintah Daerah, Yogyakarta, Graha Ilmu hal. 110
16
Ibid
17
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika Aditama: 2015) hal. 66

16
adalah membimbing atau melatih anggota dalam menjalankan tugas-tugas

kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada

tugas (task centered approach).

b. Tingkat mezzo

Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok anggota. Pemberdayaan

dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi,

pendidikan, pelatihan, dinamika kelompok. Biasanya digunakan sebagai

strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, ketermapilan dan sikap-

sikap anggota agar memilih kemampuan memecahkan permasalahan yang

dihadapinya.

c. Tingkat makro

Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi system besar (large system

strategi). Karena sasaran perubahan diarahkan pada system lingkungan yang

lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan social, aksi social.

3. Tahapan Pemberdayaan Keluarga

Pemberdayaan sebagai suatu proses yang panjang dan berkesinambungan akan

berlangsung selama masyarakat atau komunitas masih memiliki keinginan untuk

memberdayakan dirinya sendiri. Menurut Hogan dalam Permata Ika (2015) proses

pemberdayaan digambarkan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan 18,

yaitu:

1) Memunculkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak

memberdayakan

18
Febrianan Permata Ika, Pemberdayaan Keluarga Melalui Kelompok Usaha Bersama Srikandi. Skripsi. (Universitas
Yogyakarta, 2015) hal. 29

17
2) Mendiskusikkan alasan-alasan terjadinya pemberdayaan dan

penidakberdayaan

3) Mengidentifikasi suatu masalah

4) Mengidentifikasi basis daya yang bermakna untuk melakukan perubahan

5) Mengembangkan rencana tindakan dan melaksanakannya.

Siklus Hogan tersebut menggambar bahwa proses pemberdayaan tidak berhenti

pada suatu titik tertentu, dan pemberdayaan dalam keluarga perlu dilakukan secara

berkesinambungan untuk meningkatkan keberdayaan keluarga. Peningkatan

keberdayaan keluarga tersebut berkaitan dengan meningkatnya taraf hidup dari

suatu tingkatan ke tingkatan yang lebih baik, sehingga tercapai tujuan keluarga

yang bahagia dan sejahtera19.

Menurut Teguh Ambar dalam Permata Ika (2015) 20 pemberdayaan tidak

bersifat selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampu untuk mandiri,

dan kemudian dilepas untuk mandiri. Pendapat tersebut berarti bahwa

pemberdayaan merupakan proses belajar agar individu atau kelompok mencapai

kemandirian. Proses belajar dalam rangka pemberdayaan akan berlangsung secara

bertahap.

Tahapan-tahapan pemberdayaan yang harus dilalui tersebut meliputi:

1) Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan

peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri

19
Ibid hal.30
20
Ibid hal. 32

18
2) Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan

keterampilan agar terbuka wawasa dan memberikan keterampilan dasar

sehingga dapat mengambil peran dalam pembangunan

3) Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan keterampilan

sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk

mengantarkan kepada kemandirian.

Pemberdayaan keluarga adalah bagian dari pemberdayaan dalam masyarakat,

karena keluarga merupakan salah satu unsur dari masyarakat. Oleh karena itu,

tahap-tahap pemberdayaan ini dapat digunakan dalam pemberdayaan keluarga.

Upaya pemberdayaan ini melalui tahap-tahap yaitu (1) penyadara, (2) identifikasi

masalah, (3) perencanaan tindakan, (4) pelaksanaan proses belajar, dan (5)

evaluasi tindakan.

2.1.4. Keluarga Miskin

1. Pengertian Keluarga Miskin

Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat.

Dalam konsep sosiologi keluarga adalah unit terkecil yang menjadi pendukung dan

pembangkit lahirnya bangsa dan masyarakat. Selain itu, keluarga adalah umat kecil

yang memiliki pimpinan serta anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja,

serta memiliki hak dan kewajiban bagi masing-masing anggotanya. Keluarga

memiliki fungsi ekonomi, artinya bagi kelangsungan hidupnya, keluarga harus

mengusahakan penghidupannya 21.

21
Drs. H. Hartomo, dan Dra. Arnicun Aziz, ”Ilmu Sosial Dasar”, ( Jakarta, Bumi Aksara, 2008) hal 46

19
Masalah kemiskinan yang ada di Indonesia merupakan masalah sosial yang

senantiasa relevan untuk di kaji terus menerus. Ini bukan saja karena masalah

kemiskinan telah ada sejak lama dan masih hadir di tengah-tengah kita saat ini,

tetapi karena kini gejalanya semakin meningkat sejalan dengan krisis

multidimensional yang masih di hadapi oleh Indonesia. Hal ini juga dikarenakn

indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dengan jumlah

penduduk yang terus meningkat setiap tahun, sehinga tingkat kesejahteraan

rakyatnya masih jauh di bawah tingkat kesejahteraan negara-negara maju22.

Sedang miskin menggambarkan akibat dari keadaan diri seseorang atau

sekelompok orang yang lemah. Penjelasan kebahasaan tentang pengertian miskin

menggambarkan akibat dari keadaan diri seseorang atau sekelompok orang yang

lemah. Ketika, seseorang itu tidak berhasil mengembangkan potensi dirinya secara

optimal, yakni potensi kecerdasan, mental dan keterampilan maka keadaan itu akan

berakibat langsung pada kemiskinan, yakni ketidakmampuan mendapatkan,

memiliki dan mengakses sumber-sumber rezeki sehingga tidak memiliki sesuatu

apapun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dalam kaitan dengan pengertian kemiskinan, banyak ahli membahas hal ini

salah satunya adalah Mellor23, yang menyatakan:

Keluarga miskin adalah seseorang atau penduduk dalam pengeluaran tidak

mampu memenuhi kecukupan konsumsi makanan setara 2100 kalori perhari

ditambah pemenuhan kebutuhan pokok minimum non makanan berupa perumahan,

pakaian, kesehatan dasar, pendidikan dasar, transportasi dan aneka/jasa. Atau


22
Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, ( Bandung, Refika Aditama, 2015) hal. 131
23
J.W. Mellor, “Ekonomics of Agricultural Development” (Cornell University Press. Pulished December 6.2013) hal
266

20
keluarga miskin adalah seseorang kepala keluarga yang sama sekali tidak

mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak mempunyai kemampuan untuk

memenuhi kebutuhan pokok atau orang yang mempunyai akan tetapi tidak dapat

memenuhi kebutuhan pokok keluarga yang layak bagi kemanusiaan.


24
Menurut Yesmil, dkk mengklasifikasikan kemiskinan ke dalam empat

bentuk, dimana masing-masing bentuk mempunyai arti tersendiri. Keempat bentuk

tersebut, yaitu kemiskinan absolut, kemiskinan relative, kemiskinan struktural dan

kemiskinan kultural.

1. Kemiskinan absolut yaitu apabila tingkat pendapatannya di bawah garis

kemiskinan, atau sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan minimum, antara lain kebutuhan pangan, sandang, kesehatan,

perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.

2. Kemiskinan relative, adalah kondisi di mana pendapatannya berada pada posisi

di atas garis kemiskinan, namun relative lebih rendah dibanding pendapatannya

masyarakat sekitarnya.

3. Kemiskinan structural adalah kondisi atau situasi miskin karena pengaruh

kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat sehingga

menyebabkan ketimpangan pada pendapatan

4. Kemiskinan kultural karena mengacu kepada persoalan sikap seseorang atau

masyarakat yang disebabkan oleh factor budaya, seperti tidak mau berusaha

untuk memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemborosan, tidak kreatif meski

ada usaha dari pihak luar untuk membantunya

24
Anwar Yesmil, dkk. “Sosiologi untuk Universitas”. (Bandung. PT. Refika Aditama. 2013) hal. 264

21
2. Indikator Keluarga Miskin

Timbulnya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun

1997, menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk yang hidup dibawah garis

kemiskinan. Factor peningkatan ini dipengaruhi oleh meningkatnya indeks

pengeluaran makanan dan non makanan yang digunakan sebagai garis kemiskinan

dari BPS.

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan

memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan,

kemiskinan pedesaan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk

memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang di ukur dari konsep

Garis Kemiskinan pada tahun 2015-201725.

1. Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan dan

Garis Kemiskinan Non Makanan. Penduduk yang memiliki rata-rata

pengeluaran perkapita perbulan di bawah Garis Kemiskinan yakni Rp. 377.333

dikategorikan sebagai penduduk miskin.

2. Garis Kemiskinan Makanan merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum

makanan yang disetarakan dengan 2100 kilo kalori perkapita perhari atau sama

dengan pengeluaran Rp. 255.798/bulan. Paket komoditi kebutuhan dasar

makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan,

daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan

lemak, dll)

25
“Konsep Kemiskinan”, http://www.ntb.bps.go.id, (diakses pada tanggal 15 Juli 2019)

22
3. Garis Kemiskinan Non Makanan adalah kebutuhan minimum untuk perumahan,

sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non

makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi perkotaan dan 47 jenis komoditi di

pedasaan, sisi pengeluaran seseorang yaitu Rp. 81.535/bulan.

Selain itu, adapun indikator dari keluarga miskin menurut Badan Pusat Statistik

dalam Jurnal terdahulu26 adalah:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m 2 per orang

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah

3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu, kayu berkualitas rendah atau

tembok tanpa diplester

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga

lain

5. Sumber penerangan rumah tidak menggunakan listrik

6. Sumber air minum berasal dari sumur atau mata air tidak terlindungi/

sungai/air hujan.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar

8. Hanya mengkonsumsi daging/ayam/susu satu kali dalam seminggu

9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun

10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesma/ poliklinik

26
Diah Ayu Ningrum, “Peran KUBE dalam menangani Kemiskinan di KUBE Sejahtera Desa Giripurno Temanggung”,.
Skripsi. (Universitas Negeri Yogyakarta, 2017) hal. 27

23
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani, buruh tani, nelayan,

buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan

pendapatan di bawah Rp. 600.000 perbulan.

13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga; tidak sekolah/tidak tamat

SD/hanya SD.

14. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan nilai Rp.

500.000,- seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor

atau barang modal lainnya.

Berdasarkan tingkat kerentanan kemiskinan, maka menurut BPS27 masalah

kemiskinan dapat dibagi menjadi:

1. Hampir Miskin

Seseorang atau rumah tangga yang masuk kategori hampir miskin apabila

memenuhi sebanyak 6 s/d 9 variabel dari indikator diatas.

2. Miskin

Seseorang atau rumah tangga yang masuk kategori miskin apabila memenuhi

sebanyak 9 s/d 12 variabel dari indicator diatas.

3. Sangat miskin / masyarakat miskin

Seseorang atau rumah tangga yang masuk sangat miskin/ masyarakat apabila

sebanyak 12 s/d 14 variabel dari indicator diatas.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa indicator kemiskinan sesuai dengan

data Badan Pusat Statistik (BPS), dan macam kemiskinan itu berupa kemiskinan

yang sudah terjadi sejak lama dan turun temurun. Dan kemiskinan karna adanya

27
Ibid hal 28-29

24
permasalahan pada saat itu seperti KUBE yang jika dengan usaha dan bantuan dari

pihak lain meerka dapat bangkit dari kemiskinan, kemiskinan ini hanya sementara 28.

2.1.5. Kajian tentang Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

1. Pengertian Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Kelompok Usaha Bersama yang disebut KUBE merupakan kelompok keluarga

miskin yang dibentuk, tumbuh dan berkembang atas prakarsanya dalam

melaksanakan usaha ekonomi produktif untuk meningkatkan pendapatan keluarga.

KUBE bertujuan untuk memberdayakan masyarakat miskin, mengembangkan

pelayanan sosial dasar, meningkatkan pendapatan, kapasitas individu, dan

kemampuan berusaha anggota kelompoknya sehingga mampu memenuhi

kebutuhannya secara mandiri serta meningkatkan kesetiakawanan sosial 29.

KUBE dilaksanakan secara kelompok dengan jumlah anggota paling sedikit 5

dan paling banyak 15 kepala keluarga. KUBE memiliki struktur organisasi terdiri

atas ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota. Kepengurusan KUBE dipilih

berdasarkan hasil musyawarah atau keputusan anggota kelompok30.

Sasaran program ini adalah keluarga fakir miskin yang tidak mempunyai

sumber pencaharian atau memiliki mata pencaharian tetapi sangat tidak mencukupi

untuk memenuhi kebutuhan dasar (pangan, sandang, air bersih, kesehatan dan

pendidikan).

28
Ibid hal 29
29
Republik Indonesia, “Peraturan Menteri Sosial Nomor 25 Tahun 2015” Bab I Ketentuan Umum Pasal 1
30
Ibid

25
Menurut Permensos RI tahun 2015 yang menjelaskan kriteria yang menjadi

kelompok sasaran program KUBE31 adalah antara lain;

1. Kepala keluarga atau anggota keluarga yang mewakili keluarga fakir miskin,

2. Berdomisili tetap dan memiliki identitas diri,

3. Telah menikah dan atau berusia 18 tahun sampi dengan 60 tahun dan masih

produktif

4. Memiliki potensi dan keterampilan

5. Memiliki surat keterangan tidak mampu dari kelurahan/desa/nama lain sejenis

atau pemegang kartu penerima bantuan sosial.

2. Landasan Hukum Pelaksanaan KUBE

Landasan hukum pelaksanaan program bantuan sosial fakir miskin melalui

program KUBE yang dijelaskan oleh Kementerian Sosial meliputi:

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin

3. Peraturan Pemerintah RI No. 42 tahun 1981 tentang Pelayanan Kesejahteraan

Sosial Bagi Fakir Miskin

4. Peraturan Pemerintah No. 39 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Kesejahteraan Sosial

5. Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Upaya

Penanganan Fakir Miskin melalui Pendekatan Wilayah

6. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementrian Negara

7. Peraturan Presiden No. 46 Tahun 2015 tentang Kementrian Sosial

31
Republik Indonesia, “Peraturan Menteri Sosial Nomor 25 Tahun 2015” Bab II Pembentukan KUBE Pasal 5

26
8. Peraturan menteri Sosial No. 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementrian Sosial

3. Media KUBE

Mengenai kelembagaan KUBE telah dijelaskan oleh Kementerian sosial

melalui buku pedoman KUBE 32, terkait pembentukan KUBE didasarkan pada

kriteria sebagai berikut:

a. Kedekatan tempat tinggal

b. Jenis usaha dan keterampilan anggota

c. Ketersediaan sumber daya, kondisi geografis, kondisi social budaya

d. Kesamaan motivasi

e. Diprioritaskan pada kelompok-kelompok masyarakat yang sudah tumbuh

berkembang sebelumnya.

Lebih lanjut mengenai pembentukan dan manajemen KUBE-FM33,

kelembagaan KUBE-FM ditandai dengan:

1. Kepengurusan KUBE-FM

a. Pada hakekatnya KUBE-FM dibentuk dari, oleh dan untuk anggota

kelompok. Jumlah anggota KUBE-FM yaitu diawali oleh pembentukan

kelompok-kelompok yang terdiri dari 5-10 orang. Satu kelompok KUBE-FM

dapat memilih anggotanya yang bukan termasuk kategori fakir miskin

(poorest), namun masih termasuk kategori miskin (poor) atau hampir miskin

(near poor) dan mempunyai kemampuan serta potensi;

32
Republik Indonesia, “Pedoman Pelaksanaan Penanganan Fakir Miskin Perkotaan melalui Bantuan Stimulan Usaha
Ekonomi Produktif KUBE”, (Kementrian Sosial, 2016) hal. 6
33
Andi Azhar Mustafa, “Efektivitas Program Kelompok Usaha Bersama Fakir Miskin di Kota Makasar”. Skripsi.
(Universitas Hasanuddin, 2015)

27
b. Kepengurusan KUBE-FM terdiri dari Ketua, Sekretaris dan bendahara.

Pengurus KUBE-FM dipilih dari anggota kelompok yang mau dan mampu

mendukung pengembangan KUBE-FM, memiliki kualitas seperti kesediaan

mengabdi, rasa keterpanggilan, mampu mengorganisasikan dan

mengkoordinasikan kegiatan anggotanya,mempunyai keuletan, pengetahuan

dan pengalaman yang cukup serta yang penting adalah merupakan hasil

pilihan dari anggotanya.

2. Keanggotaan KUBE-FM

a. Anggota KUBE-FM adalah penyandang masalah kesejahteraan sosial

(PMKS) sebagai sasaran program yang telah disiapkan. Jumlah anggota untuk

setiap KUBE-FM berkisar antara 5 sampai 10 orang / KK sesuai dengan jenis

PMKS.

b. Khusus untuk Pembinaan Masyarakat Terasing dan Rehabilitasi Sosial

Daerah Kumuh pembentukan KUBE-FM berdasarkan unit pemukiman sosial,

artinya suatu unit pemukiman sosial adalah satu KUBE-FM.

c. Ikatan pemersatu, yaitu kedekatan tempat tinggal, jenis usaha atau

keterampilan anggota, ketersediaan sumber, latar belakang kehidupan budaya,

memiliki motivasi yang sama, keberadaan kelompok masyarakat yang sudah

tumbuh berkembang lama;

3. Administrasi KUBE-FM

Untuk dapat berjalan dan berkembangnya KUBE-FM dengan baik, maka

pengurus atau pengelola KUBE-FM perlu memiliki catatan atau administrasi yang

baik, yang mengatur keanggotaan, organisasi, kegiatan, keuangan, pembukuan dan

28
lain sebagainya. Adapun catatan dan administrasi KUBE-FM meliputi antara lain

buku anggota, buku peraturan KUBE-FM, pembukuan keuangan / pengelolaan

hasil, daftar pengurus dan sebagainya.

4. Kategorisasi KUBE

Pada dasarnya KUBE dikategorikan ke dalam tiga tingkatan, yaitu KUBE

tumbuh, KUBE berkembang, dan KUBE mandiri. Masing-masing kategori

memiliki kriteria penilaian34. Kriteria tersebut:

1) KUBE Tumbuh

KUBE Tumbuh adalah kelompok usaha bersama yang baru dibentuk oleh

masyarakat maupun pemerintah. Kriteria KUBE Tumbuh yaitu:

a. Sudah ada pengadministrasian kegiatan

b. Memiliki struktur organisasi

c. Jangkauan pemasaran terbatas

d. Asset terbatas

e. Usia KUBE kurang dari setahun (Kemensos, 2011)

2) KUBE Berkembang

KUBE Berkembang adalah kelompok usaha bersama yang sudah mengalami

perkembangan dalam segala bidang. Kriteria KUBE berkembang yaitu:

a. Administrasi lengkap

b. Berkembangnya organisasi

c. Bertambahnya jangkauan pemasaran

d. Berkembangnya akses

34
Kementrian Sosial RI. Indonesia. 2011. Pedoman Kelompok Usaha Bersama. Jakarta. Kemensos.

29
e. Berkembangnya asset (Kemensos, 2011)

3) KUBE Mandiri

KUBE Mandiri adalah kelompok usaha bersama yang telah mengalami

kemajuan diberbagai bidang. Kriteria KUBE Mandiri yaitu :

a. Administrasi lengkap

b. Berkembangnya organisasi

c. Bertambahnya jangkauan pemasaran

d. Berkembangnya asset

e. Dapat mengakses lembaga keuangan

f. Membentuk lembaga keuangan mikro atau koperasi35

5. Indikator Keberhasilan KUBE

Kementrian Sosial RI (2016:120) dalam menyatakan indicator keberhasilan

KUBE adalah : (a) Meningkatnya taraf pendapatan keluarga miskin, (b)

Meningkatnya kemandirian usaha social-ekonomi keluarga miskin, (c)

Meningkatnya aksebilitas keluarga miskin terhadp pelayanan social dasar dan

fasilitas pelayanan public, (d) Meningkatnya kepedulian dan tanggung jawab social

masyarakat dan dunia usaha dalam penanggulangan kemiskinan meningkatnya

ketahanan social masyarakat dalam mencegah masalah kemiskinan, (e)

Meningkatnya kualitas manajemen pelayanan kesejahteraan social bagi keluarga

miskin36.

35
Ibid
36
Kementrian Sosial Republik Indonesia, “Pedoman Pelaksanaan Penanganan Fakir Miskin Perkotaan Melalui
Bantuan Stimulan Usaha Ekonomi Produktif KUBE, (Jakarta, Kemensos, 2016)

30
KUBE sebagai kelompok usaha yang dikelola secara bersama-sama oleh

masyarakat (anggota KUBE) dapat dikatakan berhasil apabila memenuhi indicator

sebagai berikut: (1) Secara umum keberhasilan KUBE dapat ditunjukkan dengan

meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat disekitarnya terutama anggota

KUBE, (2) Secara khusus perkembangan KUBE ditunjukkan dengan

berkembangnya kerjasama baik antara anggota, antar KUBE, maupun masyarakat

sekitar, kematangan usaha KUBE, dan berkembangnya jenis kegiatan KUBE,

meningkatnya pendapatan KUBE, dan berkembangnya kesadaran dan rasa

tanggung jawab sosial dalam diri anggota KUBE 37.

Lebih lanjut, menurut Warto dkk, 2013 dalam (Permata Ika, 2015)

keberhasilan KUBE juga tercermin pada bidang kegiatan kelembagaan, bidang

kegiatan sosial, dan bidang kegiatan ekonomi telah berjalan sesuai dengan harapan.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam KUBE

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) merupakan pusat kegiatan kelompok

warga dalam bidang ekonomi produktif dan sosial. KUBE dibentuk dengan

menyesuaikan potensi masyarakat dan lingkungan local. Keberhasilan KUBE

diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Menurut Eni Hardianti dalam Permata Ika (2015) keberhasilan pelaksanaan

KUBE dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu minat membentuk KUBE,

partisipasi dan pemanfaatan sumber dan potensi38.

1) Minat membentuk KUBE

37
Diah Ayu Ningrum, Peran KUBE dalam Menangani Kemiskinan di Kube Sejahtera Desa Giripurung Temanggung”.
Skripsi. (Universitas Negeri Yogyakarta, 2017) hal.23
38
Ibid hal. 39

31
Pembentukan KUBE merupakan kehendak bersama sebagai upaya

meningkatkan pendapatan melalui kerjasama secara berkelompok, bukan

merupakan paksaan untuk membentuk dan mengikuti program KUBE.

2) Partisipasi

Partisipasi berhubungan dengan kemauan, kesediaan, dan kesertaan dalam

melakukan atau menjalankan tugas dengan baik.

3) Pemanfaatan Sumber dan Potensi

Keberhasilan KUBE dapat dilihat apabila anggota KUBE mampu

memanfaatkan sumber dan potensi ke arah yang lebih berdaya guna serta dapat

memanfaatkannya secara optimal.

Dari pendapat tersebut dapat dilihat bahwa factor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan KUBE berasal dari sumber daya manusia yang ada dalam kelompok.

KUBE akan dikatakan berhasil apabila anggota mampu memanfaatkan sumber dan

potensi lingkungannya, mengembangkan usahanya, dan mampu menjalin

kesetiakawanan antar anggota dengan tujuan akhir peningkatan kesejahteraan

keluarga anggota KUBE.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan dalam melakukan penelitian

sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji

penelitian yang dilakukan. Dari peneliti terdahulu, penulis mengangkat beberapa

penelitian sebagai refrensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis.

32
Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa penelitian yang terakhir

dengan penelitian yang dilakukan penulis.

Berikut ini hasil penelitian terdahulu yang meliputi Nama Peneliti, Tahun dan

Judul Penelitian, Metode Penelitian, Hasil Penelitian serta persamaan dan

perbedaan antara Penelitian terdahulu dengan Penelitian sekarang, yakni sebagai

berikut:

1. Andi Azhar Mustafa (2015) mengenai Efektivitas Program Kelompok Usaha

Bersama Fakir Miskin (KUBE-FM) di Kota Makassar. Penelitian ini

merupakan penelitian yang menggunakan teori pendekatan Kualitatif dengan

tingkat analisis deskriptif. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program Kelompok Usaha Bersama Fakir

Miskin (KUBE-FM) di Kota Makassar kurang efektif. Hal ini dapat dilihat dari

tujuh indicator untuk menilai efektivitas pelaksanaan program KUBE ada lima

yang tidak efektif pelaksanaannya, yaitu proses sosialisasi, penyaluran bantuan

usaha, kesesuaian bantuan, penyuluhan keterampilan, serta proses

pendampingan usaha tidak berjalan sebagaiamana mestinya. Sedamglam

Bantuan anggaran dan kelompok sasaran sudah berjalan efektif.

Adapun persamaan dan perbedaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian

ini adalah :

1) Persamaannya adalah memiliki teori pendekatan yang sama yakni

pendekatan Kualitatif dan memiliki teknik pengumpulan data yang sama

meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi.

33
2) Perbedaannya adalah

a. Objek penelitiannya yang dimana penelitian terdahulu melakukan

penelitian di Kota Makassar sedangkan penelitian sekarang di

Kelurahan Sandubaya Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur.

b. Memiliki variabel yang berbeda, dimana penelitian terdahulu meneliti

mengenai efektivitas program KUBE sedangkan penelitian sekarang

meneliti mengenai Peran pendamping KUBE.

2. Diah Ayu Ningrum (2017) mengenai Peran Kelompok Usaha Bersama

(KUBE) dalam Menangani Kemiskinan di Kube Sejahtera Desa Giripurno,

Ngadirejo, Temanggung. Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif

dengan jenis deskriptif. Subyek peneltian ini adalah KUBE Sejahtera, dan

informannya adalah pengelola, anggota dan tokoh masyarakat. Metode

pengambila data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan

dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, display

data, dan penarikan kesimpulan.

Adapun hasil penelitiannya adalah bahwa (1) KUBE dalam menangani

kemiskinan berupa peningkatan kemampuan intelektual, social psikolgi,

keterampilan dan taraf kesejahteraan masyarakat yan berwujud aanya

peningkatan pendapatan, ada pertukaran informasi, pemberian motivasi dan

adanya hubunga dengan berbagai pihak. (2) Faktor pendukungnya ytiu selalu

berperan aktif dan adanya kerjasama dan dukungan dari tokoh masyarakat.

34
Sedangkan factor penghambat yaitu rendahnya tingkat pendidikan anggota,

belum terbiasa dengan hal baru, adanya sikap iri.

Adapun persamaan dan perbedaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian

ini adalah :

1) Persamaannya adalah memiliki teori pendekatan yang sama yakni

pendekatan Kualitatif dan memiliki teknik pengumpulan data yang sama

meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi serta teknik analisis data

yang sama.

2) Perbedaannya adalah

a. Objek penelitiannya yang dimana penelitian terdahulu melakukan

penelitian di KUBE Sejahtera Temanggung sedangkan penelitian

sekarang di Kelurahan Sandubaya Kecamatan Selong Kabupaten

Lombok Timur.

b. Memiliki variabel yang berbeda, dimana penelitian terdahulu meneliti

mengenai peran dari anggota KUBE sedangkan penelitian sekarang

meneliti mengenai Peran pendamping KUBE.

3. Muhammad Afrizal (2014)mengenai Pemberdayaan Masyarakat melalui

Wirausaha Kerajinan Panel Bambu di Koperasi Kasongan Usaha Bersama

(KUB Kalipucang, Bangunjiwo, Bantul”. Penelitian ini merupakan penelitian

yang menggunakan teori pendekatan Kualitatif. Adapun hasil penelitiannya

adalah melalui program ini dapat meningkatkan dan memberikan keterampilan

pada masyarakat yang berdampak pada peningkatan status ekonomi. Adanya

Koperasi Kasongan Usaha Bersama (KUB) masyarakat dapat meningkatkan

35
kemampuan keterampilannya, pengetahuan serta kesadarannya akan

pentingnya berinovasi.

Adapun persamaan dan perbedaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian

sekarang adalah:

1) Persamaannya adalah memiliki teori pendekatan yang sama yakni pendekatan

Kualitatif.

2) Perbedaannya adalah objek penelitiannya yang dimana penelitian terdahulu

melakukan penelitian di Bantul Jawa Barat sedangkan penelitian sekarang

adalah di Kelurahan Sandubaya Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur.

36
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu penelitian yang

dilakukan terhadap variabel mandiri atau satu variabel yaitu tanpa perbandingan, atau

menghubungkan dengan variabel yang lainnya. Dan dengan menggunakan pendekatan

Kualitatif yang berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi

tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif penelitian sendiri 39.

Sugiyono dalam Pasolong, (2013) menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif

adalah metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana

peneliti sebagai instrument kunci. Data yang terkumpul pada penelitian kualitatif bukan

berupa angka-angka melainkan berupa kata-kata ataupun gambar.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa metode penelitian kualitatif

dilakukan secara intensif, peneliti juga dapat berpartisipasi dilapangan, mengamati serta

mencatat apa yang terjadi, melakukan analisis terhadap berbagai data maupun dokumen

yang ditemukan dilapangan dan membuat laporan secara detail.

3.2. Lokasi Penelitian

Suatu penelitian memerlukan tempat yang dijadikan ajang untuk memperoleh data

yang berguna untuk mendukung terciptanya tujuan penelitian.

39
Dr. Harbani dan Pasolong M.Si, “Metode Penelitian Administrasi Publik” (Bandung, Alfabeta, 2013)

37
Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi penelitian di Kelompok Usaha Bersama

(KUBE) “Amanah Bersama” Kelurahan Sandubaya Kecamatan Selong Kabupaten

Lombok Timur dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Pada tempat tersebut terdapat data yang diperlukan oleh peneliti

2. Lokasi penelitian mudah dijangkau, sehingga menghemat waktu dan tenaga

sehingga mempermudah ketika melakukan penelitian.

3.3. Fokus Penelitian

Agar penulisan ini menjadi terarah dan mempunyai titik focus yang jelas, maka

penulis membatasi penelitian ini yang meliputi:

a. Indikator yang bisa diukur dari peran-peran fasilitator yaitu Peran fasilitator

dalam perencanaan seperti Sosialisasi Program dan Penggalian Potensi Usaha

b. Indikator yang bisa diukur dari strategi fasilitator dalam pemberdayaan keluarga

miskin antara lain membuat tim kerja yang solid dan melakukan pembinaan

berkala

c. Indikator yang bisa diukur dari kondisi keluarga miskin setelah memperoleh

dana bantuan dan adanya fasilitator antara lain adanya pendapatan (income) dan

meningkatan keterampilan

38
3.4.Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena

sosial maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau

dinamakan dengan membuat laporan dari melakukan penelitian. Peneliti kualitatif

sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih

informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,

analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya40.

Dalam penelitian yang menggunakan kualitatif, peneliti adalah “key

instrument” atau alat peneliti utama. Oleh karena itu dalam penelitian ini sebagai

instrument penelitian adalah peneliti sendiri yang secara langsung menggali

data/informasi, baik data primer maupun data sekunder yang mendasarkan pada

aspek-aspek penelitian yang berkaitan dengan peran fasilitator dalam

pemberdayaan keluarga miskin pada Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Amanah

Bersama Kelurahan Sandubaya Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). 41

Adapun sebagai pendukungnya, peneliti melakukan penelitian dibantu dengan

data-data (dokumentasi), sedangkan untuk menngali informasi peneliti

mengadakan pertemuan yang bertatap muka secara langsung dan melakukan

wawancara kepada informan dibantu pedoman wawncara untuk memudahkan


42
dalam penggalian data dan informasi yang di perlukan dalam penelitian.

40
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan”, (Bandung, Alfabeta, 2012) hal. 115
41
Ibid hal.
42
Ibid hal 116

39
3.5.Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian adalah masalah atau tema yang sedang diteliti. Dalam hal ini

objek penelitian adalah peran fasilitator, strategi fasilitator dalam pemberdayaan

keluarga miskin serta melihat kondisi dari keluarga miskin setelah memperoleh dana

bantuan dan adanya fasilitator KUBE “Amanah Bersama” di Kelurahan Sandubaya

Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur.

Subjek penelitian adalah individu yang dijadikan sumber informasi yang

dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Dalam hal ini subjek penelitian

berjumlah 11 (sebelas) orang yang terdiri dari 1 fasilitator/ pendamping dan seluruh

anggota KUBE “Amanah Bersama” di Kelurahan Sandubaya.

Menurut Hendarsono dalam Suyanto (2005), informan penelitian ini meliputi

tiga macam43yaitu:

1. Informankunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki

berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Dalam hal ini yang

menjadi informan kunci dalam penelitian yaitu : Pendamping/ Fasilitator

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Amanah Bersama.

2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi

sosial yang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah pengurus KUBE

Amanah Bersama antara lain Ketua, Sekretaris, Bendahara dan tujuh anggota.

3. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun

tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

43
Suyanto Bagong. “Metode Penelitian Sosial”. (Jakarta: Kencana Prenada. Media Group, 2005) hal. 171-172

40
Berdasarkan uraian di atas, maka informan ditentukan dengan teknik purposive

yaitu penentuan informan tidak didasarkan pedoman atau berdasarkan perwakilan

populasi, namun berdasarkan kedalaman informasi yang dibutuhkan, yaitu dengan

menemukan informan kunci yang kemudian akan dilanjutkan dengan informan lainnya

dengan tujuan mengembangkan dan mencari informasi sebanyak-banyaknya yang

berhubungan dengan masalah penelitian.

3.6. Data dan Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer adalah data dalam bentuk kata-kata, tindakan subjek, gambaran

ekspresi, sikap dan pemahaman subjek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan

interpretasi data. Pengambilan data dilakukan dengan bantuan catatan lapangan, foto

atau bantuan rekaman suara tape recorder dan observasi mendalam oleh peneliti 44. Data

primer dalam penelitian ini diperoleh dengan secara langsung dari sumber asli yaitu data

dari fasilitator, tentang peran fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin.

b. Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data dalam bentuk buku-buku literature, internet, majalah,

jurnal ilmiah, arsip, dokumen pribadi, data statistic dan dokumen resmi lembaga-

lembaga yang terkait dengan penelitian45. Data sekunder ini peneliti peroleh dari profil

Kelurahan Sandubaya tentang jumlah keluarga miskin yang tergabung dalam Kelompok

Usaha Bersama (KUBE).

44
Dr.Drs. Sugeng dan Pujileksono, M.Si. “Metode Penelitian Administrasi Publik”. (Bandung: Alfabeta, 2013)
45
Dr.Drs. Sugeng dan Pujileksono, M.Si. “Metode Penelitian Administrasi Publik”. (Bandung: Alfabeta, 2013)

41
3.7.Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan

informasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Observasi

Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan

sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti. Observasi dilakukan sebelum

dan selama penelitian ini berlangsung meliputi gambaran umum, suasana

kehidupan sosial, kondisi fisik, kondisi ekonomi, dan kondisi sosial yang terjadi 46.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi

yakni lembar yang digunakan untuk mengetahui batasan-batasan pengamatan

tentang kondisi dari lokasi usaha dan memahami, serta mencari bukti atas

bagaimana peran fasilitator dalam KUBE Amanah Bersama dalam pemberdayaan

keluarga miskin di KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya.

b. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan tanya jawab antara dua orang atau lebih secara

langsung. Wawancara secara langsung merupakan pembicaraan dua arah yang

dilakukan oleh pewawancara terhadap responden atau informan, untuk menggali

informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Wawancara langsung bisa

dilakukan secara informal (tidak terstruktur) yang hanya mengingat pertanyaan

kunci yang digunakan atau formal (terstruktur) yang berpedoman pada daftar

pertanyaan/ kuesioner yang telah disediakan terlebih dahulu.

46
Ibid

42
Instrumen yang digunakan dalam teknik ini adalah wawancara terstruktur

yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan permasalahan penelitian

mengenai peran fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin di Kelompok

Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama” Kelurahan Sandubaya.

c. Dokumentasi

Informasi / data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dari studi

dokumentasi. Sebelum penelitian lapangan, peneliti telah melakukan telaah

terhadap buku literature, majalah, jurnal, hasil seminar, artikel dalam media on-line

(internet) maupun yang ada di perpustakaan47.

Instrument ini juga menggunakan kamera untuk merekam data lisan dan

mendokumentasi apa yang terjadi pada waktu pengambilan data.

3.8.Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis dekriptif-kualitatif.

Analisis data dilakukan pada saat semua data telah selesai dikumpulkan, data yang

terkumpul melalui pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dari

berbagai sumber, dari wawancara dengan informan atau responden, dokumentasi dan

observasi.

Menurut Miles dan Huberman (2014) teknik analisis data dijelaskan melalui

beberapa langkah, yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data dan penarikan

kesimpulan48.

a) Pengumpulan data
47
Ibid
48
Miles, Matthew dan Huberman, Michael. “Analisis Data Kualitatif , (Jakarta: UI-Press, 2014) hal. 15-21

43
Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dicatat

dalam catatan lapangan. Data tersebut terdiri dari dua aspek yaitu deksripsi dan

refleksi. Catatan deskripsi adalah data yang berisi tentang apa yang dilihat, dirasakan,

dan disaksikan serta dialami sendiri oleh peneliti tanpa adanya pendapat dan

penafsiran dari peneliti tentang fenomena yang dijumpai di lapangan. Sedangan

catatan refleksi memuat kesan, komentar, tafsiran oleh peneliti tentang temuan yang

dijumpai di lapangan dan merupakan bahan rencana pengumpulan untuk tahap

berikutnya49.

Tabel: Teknik Pengumpulan Data


No. Aspek Sumber Data Teknik
1. Profil KUBE Amanah Pengurus Wawancara,
Bersama meliputi: KUBE dokumentasi
Letak geografis, Sejarah
berdiri, Visi dan misi. Struktur
organisasi, BNBA Data
Keluarga Binaan Sosial, dan
Pendanaan
2. Peran fasilitator dalam Pengurus, Wawancara,
pemberdayaan KUBE Amanah anggota serta Observasi dan
Bersama pada tahap pendamping dokumentasi
perencanaan meliputi; KUBE
Sosialisasi program dan
Penggalian potensi usaha
3. Strategi fasilitator dalam Pengurus, Wawancara,
pemberdayaan KUBE Amanah anggota serta dan
Bersama meliputi : pendamping dokumentasi
Membuat team kerja dan KUBE
Pembinaan dan evaluasi
berkala
4. Kondisi Keluarga KUBE Pengurus dan Wawancara
Amanah Bersama setelah anggota KUBE dan
memperoleh dana bantuan dan dokumentasi
adanya fasilitator meliputi:
Pendapatan dan Keterampilan

49
Ibid

44
b) Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses memilih, memusatkan perhatian pada

penyederhanaan, dan mengabstrakan data hasil penelitian. Menurut Sugiyono (2014)

reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan polanya dan menyisihkan yang tidak perlu. Peneliti

secara umum dalam hal ini melakukan seleksi terhadap data-data yang dilakukan

secara manual50.

c) Display Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data (display

data). Miles dan Huberman menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Penyajian data akan mempermudah peneliti dalam melihat hasil penelitian.

d) Penarikan Kesimpulan

Langkah berikutnya setelah diplay data, menurut Miles and Huberman adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya, tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten

saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel 51. Proses penyimpulkan

merupakan proses yang membutuhkan pertimbangan yang matang agar tidak terjadi

kesalahan dalam menyimpulkan atau menafsirkan data.

50
Sugiyono, 2014: “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”, (Bandung, Alfabeta, 2014) hal 340
51
Ibid hal. 345

45
3.9.Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, setelah data terkumpul tahapan selanjutnya adalah

melakukan pengujian terhadap keabsahan dan dengan menggunakan teknik

triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah

ada52. Tujuan dari triangulasi data ini adalah untuk mengetahui sejauh mana

temuan-temuan lapangan benar-benar representatif. Selain itu untuk memperkaya

data, sehingga dari penelitian benar-benar valid.

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini dapat dilakukan dari berbagai

sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian triangulasi

sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Triangulasi sumber dilakukan dengan

cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber 53. Sedangkan

triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama

dengan teknik yang berbeda.

Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil

pengamatan dan mengecek informasi data hasil yang diperoleh dari :

1. Wawancara dengan hasil observasi, demikian pula sebaliknya.

2. Membandingkan apa yang dikatakan pendamping KUBE dan anggota KUBE.

3. Membandingkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang berkaitan

dengan penelitian.

52
Ibid hal 330
53
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan”, (Bandung, Alfabeta, 2012) hal. 127

46
Dengan demikian tujuan akhir dari triangulasi adalah dapat membandingkan

informasi tentang hal yang sama, yang dipeoleh dari beberpa pihak agar ada

jaminan kepercayaan data dan menghindari subjektivitas dari peneliti serta

mengkroscek data di luar subjek54.

54
Ibid hal 128

47
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1.1. Gambaran Umum Kelurahan Sandubaya

A. Sejarah Singkat Kelurahan Sandubaya

Pada awalnya Kelurahan Sandubaya merupakan salah satu Lingkungan yang

termasuk kedalam wilayah Kelurahan Selong, dimana Kelurahan Selong memiliki

Luas 7,50 km2 dengan jumlah penduduk 19.592 jiwa dan jumlah kepala Keluarga

(KK) 3.915 orang yang terdiri dari 13 Kepala Lingkungan, 52 RT dan 20 RW.

Masing-masing lingkungan tersebut antara lain:

- Lingkungan Sandubaya

- Lingkungan Reban Tebu

- Lingkungan Kebun Baru

- Lingkungan Rekat Lauq

- Lingkungan Kampung Seruni

- Lingkungan Karang Sukun

- Lingkungan Embung Papak

- Lingkungan Banjar Kemuning

- Lingkungan Embung Basari

- Lingkungan Anyar

- Lingkungan Kampung Baru

- Lingkungan Dasan Ketangga

48
- Lingkungan Dasan Erot

Namun di dalam perkembangannya, terdapat tuntutan masyarakat yang

semakin komplek, sehingga Kelurahan yang ada di Kecamatan Selong termasuk yang

salah satunya Kelurahan Selong direalisasikan untuk dimekarkan.

Berdasarkan surat Keputusan Mentri dalam Negeri Nomor : 148/1702/PUOD

tanggal 24 Juni 1997, telah memberi persetujuan Pendifinitifan Kelurahan Sandubaya

Kecaman Selong Kabupaten Lombok Timur dengan surat keputusan Gubernur Kepala

Daerah Nusa Tenggara Barat Nomor : 125 Tahun 1997 tanggal 17 Agustus 1997

tentang Penetapan Kelurahan Sandubaya hasil pemecahan Kelurahan Selong

Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur menjadi Kelurahan Difinitif yang

diresmikan pada tanggal 04 September 1997.

Adapun yang menjadi wilayah dari kelurahan sandubaya adalah:

1. Lingkungan Sandubaya

2. Lingkungan Reban Tebu

3. Lingkungan Kebun Baru

4. Lingkungan Rekat Lauk

B. Letak Geografis dan Luas Wilayah

1) Letak Geografis

Wilayah Kelurahan Sandubaya merupakan wilayah yang berada di

Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat yang

terletak pada 8,6482o S / 116,53561o E pada ketinggian 149 m dpl. Kelurahan

Sandubaya memiliki luas wilayah 1,94 km2 dengan batas-batas diantaranya :

Sebelah Utara : Desa Bagik Payung dan Desa Kerongkong

49
Sebelah Selatan : Kelurahan Selong

Sebelah Timur : Kelurahan Kelayu Utara

Sebelah Barat : Kelurahan Pancor dan Sekarteja

2) Luas Wilayah

Luas wilayah Kelurahan Sandubaya Kecamatan Selong Kabupaten Lombok

Timur adalah 194,03 Ha. Mengingat Kelurahan Sandubaya adalah salah satu

kelurahan yang berada di pusat Kota Kabupaten Lombok Timur, maka sebagian besar

tutupan lahan merupakan bangunan baik perkantoran, fasilitas umum maupun

pemukiman.

Selain pemukiman, yang menjadi dominasi tutupan lahan di Kelurahan

Sandubaya berupa perkebunan yang sebagian besar merupakan perkebunan kelapa.

Dari jumlah luas lahan tersebut adapun rincian penggunaan lahan meliputi sawah

seluas 1,00 Ha, kebun/tegalan seluas 102,62 Ha, selebihnya adalah dimanfaatkan

untuk pemukiman dan untuk fasilitas umum lainnya dengan luas 42,21 Ha. Berikut

table luas wilayah menurut penggunaannya :

Table 1.Luas wilayah menurut pemanfaatannya di Kelurahan Sandubaya

PEMANFAATAN LUAS (Ha)

Pemukiman 48,20

Persawahan 1,00

Perkebunan 102,62

Prasarana Umum lainnya 42,21

Total Luas lahan 194,03

Sumber data Kecamatan Selong Dalam Angka (BPS)

50
Dalam perkembangannya, proporsi penggunaan lahan setiap tahun

mengalami perubahan karena perubahan status. Sebagian besar perubahan alih fungsi

lahan di Kelurahan Sandubaya adalah dari lahan perkebunan menjadi pemukiman,

pembuatan jalan dan lain-lain.

Grafik 1. Perubahan Fungsi Lahan di Kelurahan Sandubaya Tahun 2017

2017
120

100

80

60
2017
40

20

0
Sawah Kebun Pemukiman Prasarana Umum
Lainnya

Sumber data : Kecamatan Selong Dalam Angka (BPS)

C. Kependudukan

Penduduk merupakan subyek dan obyek dari pembangunan, sehingga

ketersediaan data dan informasi kependudukan yang akurat dan lengkap sangat

diperlukan.

1) Jumlah Penduduk

Kelurahan Sandubaya Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur, sampai

dengan akhir tahun 2017 tercatat memiliki jumlah penduduk sebanyak 6.375 jiwa.

Jumlah penduduk ini terdiri dari 3.176 jiwa laki-laki dan 3.199 jiwa perempuan.

51
Sedangkan untuk jumlah Kepala Keluarga yang ada di Kelurahan Sandubaya yang

tercatat hingga tahun 2017 tercatat sebayak 2.760 KK.

Dari jumlah tersebut, 10,39% adalah tergolong usia 0 - 5 Tahun, 13,24% usia 6

- 10 Tahun, 19,58% usia 11 - 25 Tahun, 57,96% usia 25 - 60 Tahun dan sisanya

5,75% adalah usia lanjut (> 60 Tahun).

Table 2 Jumlah Penduduk Kelurahan Sandubaya 2017

Tahun KK Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Ratio

2017 2.760 3.176 3.199 6.375 100,73

Sumber data : Kecamatan Selong Dalam Angka (BPS)

Grafik 2. Jumlah Penduduk Kelurahan Sandubaya 2017

7000

6000

5000

4000

3000

2000

1000

0
Kepala Keluarga Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Ratio

2017

Sumber data :Kecamatan Selong Dalam Angka (BPS)

2) Kepadatan Penduduk

Wujud percepatan atau pertambahan jumlah penduduk Kelurahan Sandubaya

Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur apabila ditinjau dari berbagai sudut

52
membawa berbagai konsekwensi dalam tatanan kehidupan social, ekonomi dan

budaya masyarakat.

Laju pertumbuhan penduduk merupakan bagian yang mempengaruhi kondisi

demografi suatu wilayah. Pola pertumbuhan dimaksud bagaimanapun harus

dijadikan sebagai dasar penyusunan program pengendalian serta penetapan target

pencapaian sebuah program yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan pada

masyarakat di setiap periode pembangunan.

Dalam kurun waktu dua tahun terakhir (2016 dan 2017). Jumlah penduduk

meningkat sekitar 0,54%. Peningkatan jumlah penduduk tersebut tentu saja

berbanding terbalik dengan ketersediaan lahan pemukiman, sehingga setiap

tahunnya kepadatan penduduk di Kelurahan Sandubaya semakin meningkat.

Tabel 3. Kepadatan Penduduk Kelurahan Sandubaya 2017

Tahun Luas (Km2) Penduduk Kepadatan Per Km2

2017 1,94 6.375 3.286

Sumber Data : Kecamatan Selong Dalam Angka (BPS)

Grafik 3. KepadatanPenduduk Kelurahan Sandubaya 2017


Luas (Km2) Penduduk Kepadatan Per Km2

6.375

3.286
1.94

2017
Luas (Km2) 1.94
Penduduk 6.375
Kepadatan Per Km2 3.286

Sumber data : Kecamatan Selong dalam Angka (BPS)

53
D. Tingkat Pendidikan

Pada tahun 2017 jumlah penduduk di Kelurahan Sandubaya sebanyak 6.375

jiwa. Dengan komposisi Penduduk Usia Sekolah dan Penduduk usia sekolah yang

sedang bersekolah sebagai berikut : Penduduk usia 0-3 tahun (belum sekolah)

sebanyak 393 orang. Jumlah penduduk Usia PAUD usia 3-6 tahun sebanyak 278

orang dengan 242 orang (85,6%) diantaranya sedang menempuh pendidikan PAUD

sedangkan sebanyak 101 orang (14,4%) belum bisa mengikuti pendidikan PAUD.

Penduduk Usia SD usia 7-12 tahun sebanyak 832 orang (100%) dan seluruhnya

sedang menempuh pendidikan di Sekolah Dasar. Jumlah penduduk usia 13-15

tahun sebanyak 736 orang, seluruhnya 694 orang sedang duduk dibangku SMP

sederajat. Jumlah penduduk usia 16-18 tahun sebanyak 963 orang, seluruhnya 1253

orang (100%) sedang duduk dibangku SMA sederajat.

Berdasarkan data di atas, maka tingkat perkembangan pendidikan penduduk

Kelurahan Sandubaya tahun 2017 dijelaskan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4. Tingkat Perkembangan Pendidikan Kelurahan Sandubaya Tahun 2017

JUMLAH
NO TINGKAT PENDIDIKAN
TAHUN 2017

1 Jumlah penduduk buta huruf 0 jiwa

2 Penduduk usia sekolah PAUD/TK 278 jiwa

3 Jumlah penduduk yang tamat dan tidak 1958 jiwa

tamat SD

5 Jumlah penduduk tamat SLTP/sederajat 1.935 jiwa

6 Jumlah penduduk tamat SLTA/sederajat 1.928 jiwa

54
7 Jumlah penduduk tamat D1 12 jiwa

8 Jumlah penduduk tamat D2 25 jiwa

9 Jumlah penduduk tamat D3 160 jiwa

10 Jumlah penduduk tamat S1 204 jiwa

11 Jumlah penduduk tamat S2 44 jiwa

12 Jumlah penduduk S3 5 jiwa

Sumber : Kantor Lurah Sandubaya

Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar pendidikan

masyarakat Kelurahan Sandubaya adalah di tingkat Sekolah Dasar yaitu sebesar

1.958 jiwa. Jadi masyarakat Kelurahan Sandubaya belum memenuhi program

pemerintah wajib belajar 9 tahun.

E. Kondisi Ekonomi

Jenis mata pencaharian masyarakat Kelurahan Sandubaya bermacam-macam

dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 5. Mata pencaharian Masyarakat Kelurahan Sandubaya Tahun 2017

NO MATA PENCAHARIAN JUMLAH

1 Petani 239 jiwa

2 PNS 275 jiwa

3 TNI/POLRI 162 jiwa

4 Montir / Sopir 23 jiwa

5 Swasta 368 jiwa

6 Tukang Kayu / Batu 185 jiwa

7 Pedagang 201 jiwa

55
8 Guru Honor 242 jiwa

9 Pensiunan 152 jiwa

10 Lain - lain 385 jiwa

Sumber : Kelurahan Sandubaya

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa masih banyaknya jumlah

penduduk di Kelurahan Sandubaya yang memiliki mata pencaharian sebagai petani

yakni dengan jumlah 239 jiwa. Kondisi seperti ini mencerminkan kehidupan sosial

ekonomi masyarakat Kelurahan Sandubaya masih terbilang belum sejahtera karena

masih adanya masyarakat dengan pendapatan dibawah rata-rata/ menengah ke

bawah.

Adapun jumlah Rumah Tangga Sangat Miskin (RSTM) di Kelurahan

Sandubaya sebanyak 96 RSTM dengan jumlah bantuan sebesar Rp. 38.000.000

yang diberikan dalam bentuk bantuan Program Keluarga Harapan (PKH).

Sedangkan jumlah Rumah Tangga Sangat Miskin (RSTM) yang ikut dalam

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) ini sebanyak 20 KK. Di mana diantara 20 KK

tersebut ada 75 jiwa yang telah diberdayakan dengan adanya fasilitator.

4.1.2. Gambaran Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama”

A. Profil Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama”

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama” Kelurahan

Sandubaya Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur berdiri pada tahun 2018

yang dibentuk oleh Dinas Sosial Kabupaten Lombok Timur. Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) “Amanah Bersama” ini bergerak dibidang usaha sembako dan

56
dibentuk dengan latar belakang ingin meningkatkan ekonomi kerakyatan dan tarap

hidup serta kesejahteraan masyarakat, karena begitu banyaknya ibu-ibu rumah

tangga yang masih belum punya pekerjaan atau pengangguran yang hanya berdiam

diri dan mengakibatkan kemiskinan.

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama” didirikan berawal

dari keluhan masyarakat karna tidak adanya sembako di daerah tersebut dan karna

akses pembelian terlalu jauh dari rumah mereka sehingga pada tahun 2018 muncul

ide untuk membuat toko sembako dalam bentuk kelompok usaha. Sehingga pada

saat itu ada program bantuan dari Dinas Sosial Kabupaten Lombok Timur, dan

dibentuklah Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama” dengan

jumlah anggota sebanyak 10 orang

Sehingga Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama”

Kelurahan Sandubaya dapat memberdayakan warga masyarakat setempat yang

tidak mempunyai penghasilan tetap agar mendapatkan penghasilan dan mengangkat

taraf status kehidupan sosial keluarga.

B. Visi dan Misi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama”

Suatu program atau organisasi agar berjalan dengan lancar harus

mempunyai visi dan misi yang berguna untuk program tersebut sehingga menjadi

terarah. Adapun visi dan misi dari KUBE ini adalah sebagai berikut:

Visi antara lain:

1. Sebagai usaha tambahan yang dikelola sungguh-sungguh diharapkan mampu

menambah pendapatan keluarga para anggota

57
2. Mendidik masyarakat untuk belajar berwirausaha khususnya dalam bidang

usaha.

3. Sebagai wahana dan prahara para anggota kelompok Kube serta masyarakat

dalam mempererat tali silaturrahmi dan persaudaraan.

4. Mengurangi angka kemiskinan atau rantai kemiskinan dan pengangguran serta

Urbanisasi.

5. Menambah ilmu pengetahuan dalam berwirausaha dan kemandirian serta

pendapatan para anggota KUBE.

Sedangkan misi antara lain:

Sasaran yang ingin dicapai dalam pembentukan kelompok Usaha Ekonomi

Produktif melalui Kube ini adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan pendapatan yang lebih dan menjadikan KUBE ini menjadi usaha

ekonomi produktif bagi masyarakat yang dapat meningkatkan pendapatan

keluarga. Pengenalan sistem usaha sembako secara terpadu di harapkan melalui

usaha bersama ini para anggota dapat memperluas pengetahuan dan teknik

pembangunan usaha Sembako.

2. Membuka lapangan pekerjaan, dengan terlaksanya Program Pemerintah

melalui Kemensos ini diharapkan dapat membantu Program Pemerintah

dengan penyediaan lapangan kerja serta mengurangi pengangguran sehingga

daya beli masyarakat dapat meningkat.

3. Menjadikan masyarakat lebih kreatif lagi dalam berusaha demi tercapainya

kesejahteraan dalam keluarga. Memberikan wawasan dan kesadaran terhadap

58
masyarakat akan pentingnya bantuan dari pemerintah yang kedepannya nanti

bisa di optimalkan dengan baik dan terarah.

C. Tujuan Pendirian

Tujuan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama” diarahkan

kepada upaya menangani permasalahan kemiskinan melali :

a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota terutama dibidang

perdagangan

b. Meningkatkan kesejahteraan anggota

c. Mengatasi kemiskinan anggota dengan peningkatan penghasilan atau

pendapatan

d. Meningkatkan kepedulian dan kesetiakawanan sosial antara para anggota

KUBE dan masyarakat

e. Meningkatkan minat berwirausaha pada anggota dan masyarakat

f. Menjadi wadah bagi anggota dan masyarakat untuk mengembangkan diri.

59
D. Struktur Organisasi

Gambar 1. Struktur Organisasi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah

Bersama” Kelurahan Sandubaya

KETUA KELOMPOK

MUSNI

SEKRETARIS BENDAHARA

JAMIAH MAEMANAH

ANGGOTA

SAHMAN MISNAH SULISTIANI NURHAYATI

SITI KHADIJAH MAHRAH MAHYUNI

Sumber : Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama” Kelurahan

Sandubaya

60
E. Profil Masing-Masing Anggota KUBE “Amanah Bersama”

1. Nama : MUSNI

Alamat : Kebun Baru RT. 011

Umur : 43 tahun

Pendidikan terakhir : SD

Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga

2. Nama : JAMIAH

Alamat : Kebun Baru Sandubaya RT.010

Umur : 51 tahun

Pendidikan terakhir : SMP

Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga

3. Nama : MAEMANAH

Alamat : Kebun Baru RT.010

Umur : 45 tahun

Pendidikan terakhir : SD

Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga

4. Nama : SAHMAH

Alamat : Kebun Baru RT.011

Umur : 40 tahun

Pendidikan terakhir : SD

Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga

5. Nama : SITI KHADIJAH

Alamat : Kebun Baru RT.010

61
Umur : 29 tahun

Pendidikan terakhir : SMP

Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga

6. Nama : MAHRAH

Alamat : Kebun Baru RT.010

Umur : 46 tahun

Pendidikan terakhir : SD

Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga

7. Nama : MAHYUNI

Alamat : Kebun Baru RT.010

Umur : 44 tahun

Pendidikan terakhir : SD

Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga dan Berdagang

8. Nama : MISLAH

Alamat : Kebun Baru RT.010

Umur : 43 tahun

Pendidikan terakhir : SMP

Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga

9. Nama : SULISTIANI

Alamat : Kebun Baru RT.010

Umur : 38 tahun

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga

62
10. Nama : NURHAYATI

Alamat : Kebun Baru RT.010

Umur : 43 tahun

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga dan membuka usaha kuliner

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar anggota KUBE

“Amanah Bersama” tamatan Sekolah Dasar (SD), sedangkan yang tamatan Sekolah

Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas masing-masing berjumlah 2 orang.

Selain itu, ada 2 Ibu Rumah Tangga yang memiliki keuangan tambahan dari

usahanya dan ada 8 Ibu Rumah Tangga yang hanya mengurus rumah tangga saja yang

di mana keuangan keluarga ditanggung oleh suami saja.

63
Tabel 6. BNBA Data Keluarga Binaan Sosial Program Pemberdayaan Fakir Miskin Melalui KUBE Tahun 2018
NAMA Jabatan dalam DATA KELUARGA ANGGOTA
NO NOMOR BDT /KIS Nomor KK
KUBE KELOMPOK Kelompok KUBE
1.Zainuddin (Suami)
2.Zaini
1 MUSNI Ketua 3.Zainun 5203070011000686 5203072110070487
4.Zailani
5.Mariani
1.Mahurun (Suami)
2 JAMIAH Sekretaris 2.Sawaludin 5203070011000137 5203071412110028
3.Muh.Zafarudin Asri
1.Wawan (Suami)
3 MAEMANAH Bendahara 2.M.Harman Maulana 5203070011000648 5203072310070248
3.M.Ilanda Riski
1.Musiruddin (Suami)
4 SAHMAH Anggota 2.Khaerol Ahsir 5203070011000069 5203072210070182
3.Muhammad Fathul Islam
1.Sobirin
2.Muhamad Nurul Ihsan
5 MISLAH Anggota 3.Anisa Sapitri
5203070011000477 5203072811110028
AMANAH 4.Muhamad Zainul Arifin
BERSAMA 1.Muhsan (Suami)
KELURAHAN 2.Maulida Gifani
6 SANDUBAYA SULISTIANI Anggota 3.Rudi Cahyadi Putra Agustian 5203070011000295 5203072903110003
4.Rszki Maulana
KECAMATAN 5.Nina Adini Rizki
SELONG 1.Pihirudin 9Suami)
2.M. yusro
7 NURHAYATI Anggota 3.M.Khairus SAni 5203070011000068 5203072210070304
4.M.Hayyul Farihan
1.Wilsan Habibi (Suami)
8 SITI KHADIJAH Anggota 2.Fahruzian Maulana Arzam 5203070011000199 5203071211140005
3.Wiliya Zahira
1.Samiun (Suami)
2.Muhammad Zainudin
9 MAHRAH Anggota 3.pathul Aziz
5203070011000306 5203070512110039
4.Samilatun Hazaniyah
1.Umar Syamsuddin 9Suami)
2.Nurman Hadi
10 MAHYUNI Anggota 3.Hidayatul Hikmah 5203070011000656 5203070706110079
4, Ahmad Holili
5, Zainul Majidi

64
F. Pendanaan

Sumber dana untuk pelaksanaan kegiatan KUBE didapat dari hasil

pengajuan proposal program Kelompok Usaha Bersama yang berjumlah 20 juta.

Rincian dana tersebut yaitu sebagai berikut:

Table 7. Rincian Dana

No Nama Barang Harga (Rp) Volume Jumlah (Rp)


1 Beras Rp 10,000 10 kwintal Rp 10,000,000
2 Minyak Rp 12,400 50 kg Rp 620,000
3 Gula Rp 12,500 100 kg Rp 1,250,000
4 Tepung Rp 10,000 100 kg Rp 1,000,000
5 Sabun Rp 4,000 50 Buah Rp 200,000
6 Rokok Rp 17,000 50 Bungkus Rp 850,000
7 Indomie Rp 65,000 30 Dus Rp 1,950,000
8 Susu Rp 12,000 40 Kaleng Rp 400,000
9 Pepsodent Rp 6,000 50 Buah Rp 300,000
10 Telur Rp 35,000 30 Tre Rp 1,050,000
11 Kopi Rp 36,000 20 Kg Rp 720,000
12 Rinso Rp 24,000 10 Kg Rp 240,000
13 Snack Rp 6,000 50 Renteng Rp 300,000
14 Kopi sachet Rp 10,000 20 Renteng Rp 200,000
15 Susu sachet Rp 9,000 20 Renteng Rp 180,000
16 Agar-agar Bubuk Rp 24,000 10 Kotak Rp 240,000
17 Nutrijel Bubuk Rp 30,000 10 Kotak Rp 300,000
18 Tepung Hunkwe Rp 20,000 10 Bungkus Rp 200,000
Jumlah Rp 20,000,000
Sumber: KUBE " Amanah Bersama"
Dana yang diterima sejumlah 20 juta, digunakan untuk membeli barang-barang

sembako yang dibutuhkan. Sedangkan untuk tempat/ lokasi serta peralatan dagang itu

adalah swadaya dari salah satu anggota KUBE.

65
G. Jadwal piket jaga Kios Sembako “Amanah Bersama”

Kegiatan penjualan sembako ini, setiap harinya anggota memiliki jadwal

dalam menjaga kios “Amanah Bersama”. Untuk medisiplinkan dalam

menjalankan piket, jika tidak melaksanakan piket di denda Rp. 10.000/piket.

Kegiatan yang dilakukan adalah piket rutin menjaga kios dan ada hari dimana

semua hadir karna itu dijadikan pertemuan untuk membahas perkembangan hasil

penjualan barang/ sembako di kios “Amanah Bersama” dan apa saja

permasalahan yang dihadapi selama proses jual beli. Dapat dilihat pada tabel 8:

Tabel 8. Piket jaga


HARI NAMA
Musni
Senin
Mahyuni
Jamiah
Selasa
Mahrah
Maemanah
Rabu
Hadijah
Sahman
Kamis
Nurhayati
Misnah
Jum’at
Sulistiani
Musni , Jamiah , Maemanah , Sahman , Misnah
Sabtu , Sulistiani , Nurhayati , Hadijah , Mahrah ,
Mahyuni
Sumber: Arsip Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama”

4.2. HASIL PENELITIAN

1. Peran fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin

Seorang fasilitator mempunyai peran yang sangat besar dalam mempengaruhi

berjalannya Kelompok Usaha Bersama (KUBE) untuk pengembangan dalam

pemberdayaan keluarga miskin. Fasilitator di sini yang membantu masyarakat untuk

66
memikirkan bagaimana kegiatan bisa terlaksana dengan baik dan program Kelompok

Usaha Bersama (KUBE) dapat aktif dan berkembang untuk mendapatkan hasil yang

baik mengingat fasilitator memiliki fungsi yakni sebagai narasumber, pelatih,

mediator, dan penggerak.

Peran fasilitator mengajak masyarakat untuk bekerja berdasarkan kebutuhan

apa yang dirasakan oleh masyarakat. Fasilitator tidak dapat memaksakan untuk

melibatkan masyarakat pada sesuatu yang mereka belum siap. Di sinilah peran

fasilitator sebagai pendamping dalam pemberdayaan keluarga miskin. Hal ini yang

akan dilakukan fasilitator sebagai alat agar masyarakat mampu membangun

kehidupannya, selayaknya manusia pada umumnya.

Peran fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin pada Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) “Amanah Bersama” di Kelurahan Sandubaya dapat dilihat dari

bagaimana fasilitator melakukan perencanaannya yang meliputi sosialisasi program

dan penggalian potensi usaha sebagai berikut :

a. Sosialisasi Program

Sosialisasi merupakan kegiatan fasilitator untuk menginformasikan program

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) kepada para ibu rumah tangga yang ingin

meningkatkan pendapatan dan membantu perekonomian rumah tangga.

Sasaran sosialisasi program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dalam hal ini

dimulai dari Kepala Dusun/ Lingkungan dan Ketua RT untuk menyampaikan

kepada masyarakat dan memberikan pengertian bahwa mulai tahun 2018 akan

dibentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan dikoordinir oleh Dinas Sosial

67
Kabupaten Lombok Timur salah satunya melalui Ibu Laely Mustika Sari S.Pd

selaku fasilitator.

”Sosialisasi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dalam bentuk tatap


muka yang dilakukan langsung oleh Kepala Dinas Sosial beserta dua
pegawai nya yaitu pada bulan Juni 2018, sosialisasi itu dimulai dari Kepala
Lingkungan Kebun Baru, Ketua RT 10 dan 11 dengan mengundang
penduduk untuk datang ditempat yang telah disediakan kemudian
menjelaskan adanya program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di
Kelurahan Sandubaya.
Selain itu, sosialisasi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang
langsung di koordinir oleh saya sendiri selaku fasilitator sebanyak dua kali
yang dilaksanakan di Kantor Dinas Sosial dan Loka Latihan Kerja (LLK)
Selong. Sosialisasi ini mengundang seluruh KUBE Kecamatan Selong
beserta fasilitator nya.
Sosialisasi ini bertujuan agar semua pihak yang terlibat dapat
mengetahui dan memahami apa yang menjadi tugas dalam mengembangkan
KUBE agar dapat berhasil sebagai upaya dalam meningkatkan taraf
kehidupan keluarganya masing-masing. Selain dengan adanya KUBE
diharapkan agar usaha yang dijalani mampu berkembang dari tahun ke
tahun dan benar-benar dimanfaatkan baik itu dari perkembangan produksi,
perkembangan peningkatan penghasilan bahkan peningkatan mitra usaha.
Sehingga dana yang disalurkan dari pemerintah untuk Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) ini dapat berguna secara efektif dan bermanfaat”.55

Untuk lebih meyakinkan peneliti tentang sosialisasi program yang

dilaksanakan fasilitator apakah memang benar ada atau tidak maka peneliti

melakukan wawancara ke tiap anggota KUBE dan dari kesimpulan hasil

wawancara tersebut peneliti mengambil jawaban dari salah satu anggota KUBE

yaitu Ibu “SI” yakni sebagai berikut :

“Pernah mbak, sosialisasinya itu dua kali mbak. Kita kan pergi
bersama fasilitatornya. Disana juga yang ngumpul bukan anggota kami saja
tapi anggota yang dari kampung lain juga ikut karna itu sosialisasi untuk
semua KUBE.
Sembari kami mendapat sosialisasi tersebut, bu Laely juga memberi
kami gambaran mengenai KUBE agar kami lebih paham, ia menjelaskan
bahwa KUBE merupakan kelompok sebagai tempat belajar untuk mencari

55
Laely Mustika Sari selaku Pendamping KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya, (pada Hari Jum’at, 5 April
2019)

68
pengetahuan dan keterampilan yang selanjutnya bisa digunakan untuk
bekerja, dan hasil dari bekerja dapat digunakan untuk kelangsungan hidup.”56

Hal serupa yang diungkapkan oleh Ibu “JH” selaku sekretaris mengenai

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yaitu:

“KUBE ini kan wadah untuk mencari ilmu atau pengetahuan yang nantinya
bisa digunakan untuk bekerja bahkan bisa untuk buka usaha sendiri jadi
kehidupan bisa lebih maju dari sekarang.”57

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dilihat bahwa sebelum memulai

kegiatan pemberdayaan keluarga sebagai tahap awal adalah proses sosialisasi

program. Sosialisasi ini merupakan tahap awal diberikannya penyadaran dengan

cara memotivasi anggota KUBE “Amanah Bersama”. Tujuannya adalah agar

anggota memiliki semangat untuk mengembangkan diri dan mampu menggali

potensi yang dimilikinya.

b. Penggalian Potensi Usaha

Setelah melakukan sosialisasi program maka untuk pembentukan Kelompok

Usaha Bersama (KUBE) yang dilakukan adalah tahap penggalian potensi dimana

fasilitator mewawancarai masing-masing peserta terhadap potensi yang dimiliki

peserta. Oleh karena itu, anggota Kelompok Usaha Bersama (KUBE) harus

didukung dengan tindakan-tindakan yang nyata dan berkelanjutan dalam

mengembangkan usaha skala kecil dan rumah tangga seperti yang diungkapkan Ibu

Laely selaku fasilitator :

“ya, dengan cara bertanya ke tiap anggota, potensi/ kemampuan apa


yang dimliki. Dalam rangka mengembangkan diri sebagai seorang
wirausahawan yang potensial, kita perlu mengenali siapa diri kita sebenarnya
dan bagaimana orang lain menilai diri kita. Untuk menilai diri sendiri,
seseorang dituntut untuk memiliki kemampuan dan melakukan penilaian
56
Sulistiyani selaku anggota KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya, (pada hari Selasa, 4 April 2019)
57
Jamiah selaku sekretaris KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya, (pada hari Senin, 8 April 2019)

69
terhadap beberapa kelemahan dan kekuatan pada diri sendiri dan potensi yang
dimiliki. Manusia juga dianugrahi intelektual dan modal kemanusiaan yang
tidak terbatas tergantung manusia itu sendiri yang mengembangkannya.
Jadi, sebelum memulai usaha, mereka harus mengetahui kemampuan
diri masing-masing anggota karna dari kemampuan tersebut mereka akan
mengetahui usaha apa yang cocok untuk dikembangkan di daerah mereka.” 58

Selanjutnya indikator yang dapat diambil dari peran fasilitator dalam

perencanaan adalah penggalian potensi para anggota Kelompok Usaha Bersama

(KUBE). Dan satu-satunya pihak yang dapat mengukur hasil kerja seorang

fasilitator adalah anggota yang dibina itu sendiri. Seperti yang diungkapkan Ibu

“MH” selaku bendahara :

“Sebelum memulai usaha, Ibu Laely memberi saya arahan usaha yang pas
adalah usaha yang memang memiliki peluang besar di daerah ini dan tidak
susah untuk dikelola nantinya dan menurut saya usaha itu adalah sembako.”59

Hal lain yang senada diungkapkan oleh Ibu “JH” selaku anggota KUBE

“Amanah Bersama” bahwa:

“Jika melihat kemampuan dari anggota dan lingkungan sekitar mungkin yang
cocok itu sembako mbak, mengingat warung yang ada disekitaran sini
barangnya gak ada yang lengkap mbak.”60

Ibu “SN” selaku anggota Kelompok Usaha Bersama (KUBE) juga

mengungkapkan hal yang senada :

“Sembako mbak, biar warga belanjanya gak jauh, di sini ada yang jual
sembako juga tapi barangnya tidak lengkap mbak.”61

Penggalian potensi usaha merupakan modal utama untuk menjalankan suatu

program pemberdayaan keluarga, karena diharapkan dengan adanya penggalian

potensi ini mampu menyadarkan anggota mengenai usaha yang tepat mereka

58
Laely Mustika Sari selaku Pendamping KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya, (pada Hari Jum’at, 5 April
2019)
59
Maemanah selaku bendahara KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya, (pada Hari Selasa, 9 April 2019)
60
Jamiah selaku sekretaris KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya, (pada Hari Senin, 8 April 2019)
61
Sahman selaku anggota KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya, (pada Hari Rabu, 10 April 2019)

70
kembangkan agar program yang dilakukan tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan

yang diharapkan.

2. Strategi fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin

Strategi fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin diterapkan dalam proses

kegiatan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) ini. Strategi fasilitator yang diterapkan

harus menyentuh permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat., baik

pada sisi internal maupun eksternal.

Para anggota kegiatan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dituntut untuk secara

konsisten menciptakan dan membina kebersamaan sehingga dampaknya bukan hanya

pada pemberdayaan posisi masyarakat lapisan bawah namun lebih jauh juga pada

penguatan sendi-sendi perekonomian negara secara keseluruhan. Agar nantinya

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) ini berkembang. Dibutuhkan dua strategi yaitu

membentuk tim kerja yang solid dan melakukan pembinaan/bimbingan secara berkala

kepada anggota KUBE.

Strategi fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin pada Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) “Amanah Bersama” di Kelurahan Sandubaya dapat dilihat dalam

indikator-indikator sebagai berikut :

a. Membuat tim kerja yang solid

Tim kerja kelompok yang solid dapat membantu peserta guna memecahkan

masalah melalui pembentukan tim kerja kelompok sesuai dengan uraian tugas yang

disepakati oleh anggota Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Tim kerja kelompok

71
hanya dapat bekerja efektif jika dikelola dengan baik oleh pihak fasilitator dengan

melibatkan para anggota tim yang bersangkutan untuk melakukan kerja sama dengan

semua anggota Kelompok Usaha Bersama (KUBE) seperti yang diungkapkan oleh

Ibu Laely selaku fasilitator :

“Kepengurusan KUBE pada hakekatnya dibentuk dari oleh dan untuk


anggota kelompok. Pengurus KUBE dipilih dari anggota kelompok yang mau
dan mampu mendukung pengembangan KUBE, memiliki kualitas seperti
kesediaan mengabdi, rasa keterpanggilan, mampu mengorganisasikan dan
mengkoordinasikan kegiatan anggotanya, mempunyai keuletan pengetahuan
dan pengalaman yang cukup serta yang penting adalah peran Ketua KUBE
yang harus bisa mengatur anggotanya.
Dan ketua kelompok ini adalah seseorang yang dipilih dari
kelompoknya sendiri karena memiliki kelebihan-kelebihan tertentu, dan
selanjutnya diberi tugas untuk memimpin anak buahnya untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan oleh kelompok. Agar suatu pekerjaan bisa dilakukan
dengan sangat baik dan tidak memerlukan waktu yang sangat lama.
Selain itu juga, untuk membuat team kerja yang kuat/ solid adalah
dengan tetap memberi motivasi seperti melakukan mediasi dan negoisasi,
serta memberi dukungan dengan cara memberikan mereka gambaran
mengenai bagaimana menjadi pedagang yang sukses. Dan jika terjadi
masalah internal maupun eksternal tidak lupa saya mengumpulkan mereka
dan mengajak untuk melakukan musyawarah.”62

Ibu “MI” selaku Ketua KUBE “Amanah Bersama” juga mengungkapkan

mengenai strategi nya dalam membangun team yang solid:

“Menurut saya sih, selain dari tugas yang dilakukan fasilitator yakni
membimbing kelompok yang dibina, adanya team yang solid itu juga
dikarenakan dari kerjasama team yang tidak iri-irian artinya yang selalu
mendukung apa yang menjadi tujuan dari kelompok usaha ini. Selain itu juga
saya tetap memotivasi anggota biar semangat, entah itu dengan iming-iming
hasil yang nantinya didapat. Soalnya, namanya orang kalau soal pendapatan
yang banyak kan pasti senang dan nanti akan jadi semangat.”63

Hal ini dibuktikan dari ungkapan anggota KUBE yakni Ibu “ML” yang

mengungkapkan bahwa:

62
Laely Mustika Sari selaku Pendamping KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya, (pada Hari Jum’at, 5 April
2019)
63
Musni selaku Ketua KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya, (pada Hari Minggu, 7 April 2019)

72
“Geh, musni tetep ye ngembeng ite semangat”. Mun ne erek anggota sik

males-malesan langsung wah iye negur.”64

Hal lain yang senada diungkapkan oleh Ibu “JH” selaku sekretaris KUBE

“Amanah Bersama” bahwa:

“ya, berawal dari anggota nya sendiri mbak, kalau anggotanya mau dan
mampu mendukung KUBE biar berkembang maka akan terbentuk KUBE
yang solid. Yang jelas ibu Laely itu tetap kasih motivasi dan arahan untuk
para anggota.”65

Ibu “SN” selaku anggota Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah

Bersama” juga mengungkapkan hal yang senada:

“tetap dibimbing terus diajak untuk mengikuti pelatihan. Selain itu juga selalu
menanamkan sifat yang tidak iri-irian dibuatin jadwal tugas jadi nanti kalau
ada yang melanggar dikenai denda, intinya tetap ada bimbingan lah.”66

b. Melakukan pembinaan dan evaluasi secara berkala

Dalam hal ini, fasilitator tetap mengedepankan pembinaan dan evaluasi untuk

bisa melaksanakan program dengan semestinya. Pembinaan ini bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan anggota kelompok, baik pengetahuaannya,

keterampilannya maupun sikapnya sehingga menjadi pengusaha yang tangguh.

Adapun pembinaan yang dilakukan oleh fasilitator sendiri sebanyak satu kali

sebulan, seperti diungkapkan oleh Ibu Laely :

“Pembinaan yang rutin sekaligus melakukan evaluasi dilakukan yakni


pembinaan perbulan dan triwulan dengan tujuan agar usaha yang dibangun ini
tetap terkontrol mengingat usaha ini tidak dijalankan oleh satu orang saja
melainkan kelompok, jadi harus benar-benar dibina seperti dari segi
pengelolaan administrasi keuangan nya dan memberikan solusi jika mereka
memiliki keluhan atau masalah, entah masalah usahanya atau masalah dari

64
Mahyuni selaku anggota KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya, (pada Hari Kamis, 11 April 2019)
65
Jamiah selaku sekretaris KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya, (pada Hari Senin, 8 April 2019)
66
Sahman selaku anggota KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya, (pada Hari Rabu, 10 April 2019)

73
kepengurusan anggota nya. Selain bulanan ada juga evaluasi tahunan, ini
dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan program pemberdayaan secara
menyeluruh. Evaluasi ini akan dijadikan acuan untuk program pemberdayaan
selanjutnya.
Selain pembinaan dan evaluasi rutin tersebut, saya selaku fasilitator
juga pernah mengajak anggota untuk mengikuti pelatihan sebanyak dua kali
yang diadakan oleh Dinas Koperasi dan Kementrian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak mengenai Peningkatan Produktivitas
Barang. Dengan adanya pembinaan dan pelatihan ini saya berharap anggota
mampu mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam menjalankan
usahanya sehingga keluarga bisa sejahtera.” 67

Hal senada yang diungkapkan dari Ibu “MI” selaku Ketua KUBE “Amanah

Bersama” bahwa:

“sekali sebulan mbak, disana bu Laely bukan hanya memberi bimbingan saja
tetapi sekaligus memberikan evaluasi dari hasil kerja anggota, apa yang sudah
dilakukan, apa kendalanya dan mencari solusi bersama-sama. Selain itu,
pernah ada bimbingan dalam bentuk pelatihan, itu dari Dinas Koperasi dan
Pemberdayaan Perempuan. Dari pusat juga pernah datang empat kali untuk
melakukan evaluasi sekaligus dibina mbak.”68

Hal lain yang senada diungkapkan oleh Ibu “SI” selaku anggota KUBE

“Amanah Bersama” yang mengungkapkan bahwa:

“satu kali sebulan mbak, dan kalau dari Dinas Sosial sini bersama team pusat
kayaknya sudah empat kali mbak. Di sana dari hasil kerja yang kurang
maksimal baru dibina mengenai administrasi keuangan dan memberi motivasi
agar kelompok tetap harus kompak karna jika tidak maka akan menimbulkan
masalah kedepannya. Selain itu juga adanya pelatihan dua kali mbak.”69

Ibu “MA” selaku anggota Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah

Bersama mengungkapkan hal senada:

“sekali sebulan mbak untuk rutinnya, tapi kadang kalau ada masalah sedikit
disini ya mbak laely datang, jadi kadang datang dua kali, tergantung dari kita
nya juga mbak, yang jelas sejauh ini beliau tetap membimbing bahkan
memberikan pelatihan.”

67
Laely Mustika Sari selaku Pendamping KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya, (pada Hari Jum’at, 5 April
2019)
68
Musni selaku ketua KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya, (pada Hari Minggu, 7 April 2019)
69
Sulistiyani selaku anggota KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya, (pada Hari Selasa, 9 April 2019)

74
Dari pernyataan diatas bahwa pembinaan dan pelatihan yang sekaligus evaluasi

yang dilakukan oleh fasilitator ke anggota KUBE sudah terlaksana dengan baik karna

fasilitator tetap melakukan dengan rutin. Antara lain: 1) adanya pembinaan dan

evaluasi bulanan, 2) adanya pelatihan peningkatan produktivitas barang dan

pengelolaan managemen administrasi keuangan Dengan adanya kegiatan-kegiatan

baik pelatihan atau yang lainnya diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

keterampilan bagi anggota sehingga dimanfaatkan untuk mengembangkan kegiatan

usaha dan meningkatkan pendapatan dari kegiatan usaha sembako dan dengan tujuan

akhir peningkatkan kesejahteraan keluarga.

3. Kondisi keluarga miskin pada Kelompok Usaha Bersama (KUBE) setelah

memperoleh bantuan pendanaan dan adanya fasilitator

Dengan adanya program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) ini, maka upaya

untuk pengentasan kemiskinan di Kelurahan Sandubaya dapat dikatakan sebagai upaya

untuk menuju kemandirian. Wujud kemandirian tercermin dari tingkat partisipasi

masyarakat yang mengikuti program ini dan mampu memberikan dampak bagi

perbaikan maupun perubahan hidup yang lebih baik bagi anggota Kelompok Usaha

Bersama (KUBE).

Kondisi keluarga miskin pada Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah

Bersama” di Kelurahan Sandubaya setelah memperoleh bantuan pendanaan dan adanya

fasilitator dapat dilihat dalam indikator-indikator sebagai berikut :

75
a. Adanya pendapatan

Hubungan fasilitator dengan para anggota Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

merupakan salah satu yang tidak bisa dipisahkan dalam proses perubahan sosial di

Kelurahan Sandubaya. Hal ini dilakukan agar masyarakat mampu membangun

kehidupannya sendiri tanpa harus mengharapkan belas kasih orang lain untuk

memperoleh pendapatan keluarga.

Wujud kemandirian anggota Kelompok Usaha Bersama (KUBE) terlihat dari

tingkat kebutuhan keluarga yang bisa diatasi dengan hasil dari penjualan sembako

yang sudah laku terjual, seperti diungkapkan Ibu “SI” selaku anggota Kelompok

Usaha Bersama (KUBE) berikut ini :

“ada perubahan mbak dari awalnya nganggur dan sekarang gak lagi.
Pendapatan juga lumayan mbak. Hasil penjualan ini dibagi dua bulan sekali,
walaupun hasilnya belum maksimal kemarin Rp.100.000,00 per anggota, tapi
adalah hasilnya. Bisa untuk tambah kebutuhan sehari-hari. Selain itu juga
saya dapat pengetahuan dari kegiatan binaan dan pelatihan. ”70

Ibu “JH” selaku sekretaris Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah

Bersama” mengungkapkan bahwa:

“Saya kan cuman Ibu Rumah Tangga yang kerjanya mengurus Rumah dan
anak, jadi pasti perbedaan itu ada yang awalnya pendapatan tidak ada jadi
sekarang ada. Kemarin yang hasil pertama dapat seratur ribu per anggota
lumayanlah mbak untuk jajan anak.”71
Hal lain yang senada diungkapkan oleh Ibu “MH” selaku bendahara KUBE

“Amanah Bersama” bahwa:

“nggih nambah mbak, jadi punya penghasilan juga, ya lumayan untuk


nambah uang makan keluarga di rumah. Dan kalau dilihat dari pembagian
nya untung dibagi dua bulan sekali dari keuntungan bersih. Adapun total
keuntungan bersih di bulan pertama itu sekitar lima ratus ribuan. Jadi
500.000 dibagi untuk 10 anggota yakni 50.000/bulan. Tapi kalau ada

70
Sulistiyani selaku anggota KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya, (pada Hari Selasa, 9 April 2019)
71
Jamiah selaku sekretaris KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya, (pada Hari Senin, 8 April 2019)

76
anggota yang butuh uang bisa kok diambil tiap bulan. Jadi tergantung
anggota nya juga mbak.”72

Ibu “NI” selaku anggota KUBE “Amanah Bersama” yang sebelumnya

sudah membuka usaha dagang mengungkapkan bahwa:

“Perbedaannya sih pasti ada mbak, ya walaupun tidak begitu terasa, tapi
tetap ada pengaruh.”73
Hal lain yang senada diungkapkan oleh Ibu “MI” selaku anggota KUBE

“Amanah Bersama” bahwa:

“Kalau masalah peningkatan pendapatan sih gak mbak, karna pendapatan


saya sebelumnya kan lebih dari sekarang mbak, saya kan usaha jajan dan
pendapatan nya itu sekitar Rp.100.000,-per bulan. cuman lebihnya itu kalau
kelompok usaha ini saya bisa nambah teman, dan nambah pengetahuan
karna ada pelatihannya juga.”74

KUBE Amanah Bersama ini termasuk salah satu KUBE yang masuk dalam

kategori KUBE Tumbuh yang merupakan kelompok usaha bersama yang baru

dibentuk oleh masyarakat75 yakni pada bulan Juli 2018 dan mendapatkan dana

bantuan dari pemerintah pada tanggal 28 Agustus 2018.

Program pemberdayaan keluarga melalui kelompok usaha bersama Amanah

Bersama ini memberikan manfaat bagi anggota bahkan keluarga dari kelompok.

Manfaat tersebut salah satunya dari segi ekonomi diantaranya mampu membuat

anggota memiliki income atau penghasilan. Ini dibuktikan dari data Laporan Laba

Rugi KUBE Amanah Bersama yang menjelaskan pada bulan pertama mereka

membuka usaha yakni pada tangal 30 Agustus s/d 30 September 2018 mendapat

laba sebesar lima puluh ribu rupiah per anggota dari total laba Rp 500.100. Ini

72
Maemanah selaku bendahara KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya, (pada hari Selasa, 9 April 2019)
73
Nurhayati selaku anggota KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya, (pada Hari Rabu, 10 April 2019)
74
Mahyuni selaku anggota KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya, (pada Hari Kamis, 11 April 2019)
75
Kementrian Sosial RI. Indonesia. 2011. Pedoman Kelompok Usaha Bersama. Jakarta:Kemensos.

77
sangat membantu keluarga, terlebih anggota KUBE yang awalnya hanya menjadi

ibu Rumah Tangga saja, yang dimana tidak memiliki pendapatan sama sekali karna

menganggur dirumah. Sehingga dengan adanya KUBE ini mampu membuat ibu RT

memanfaatkan waktu luang yang dimiliki sebaik mungkin.

b. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan

Selanjutnya dari segi peningkatan keterampilan berkaitan dengan pembinaan

kemampuan para anggota, oleh karena itu pembinaan kemampuan dapat dikatakan

sebagai kegiatan yang bersifat produktif. Melalui kegiatan pembinaan kemampuan

anggota Kelompok Usaha Bersama (KUBE) para anggota dapat menyampaikan ide

dan apa saja yang dirasakan dan dapat mengungkapkan kemauan dan keinginan

membagikan pengalaman yang diperoleh kepada anggota lainnya.

Peningkatan keterampilan yang dalam pembelajarannya lebih berorientasi pada

praktek, memiliki kecendrungan yang sesuai dengan kebutuhan anggota. Apalagi

dalam peningkatan keterampilan yang menekankan keterlibatan anggota maka akan

membuat anggota secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran seperti

diungkapkan Ibu “MI” selaku ketua Kelompok Usaha Bersama (KUBE) berikut ini:

“Sejak saya jadi ketua kelompok usaha ini, saya pribadi sih merasa ada
sedikit peningkatan keterampilan seperti mengatur teman-teman yakni
bagaimana membuat mereka tetap aktif dan antusias dalam menjalin
kerjasamanya untuk membuat barang dagangan ini tetap laku habis
terjual.”76

Disisi lain juga, Ibu “MH” selaku bendahara mengungkapkan bahwa :

“syukur alhamdulillah setelah mendapat pembinaan dalam kelompok usaha


ini saya bisa mengatur keuangan dengan baik dan benar sehingga usaha ini
bisa tetap berjalan dengan semestinya. Biasanya tidak pernah ketemu teman

76
Musni selaku Ketua KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya, (pada Hari Minggu, 7 April 2019)

78
sekarang jadi sering ketemu waktu piket atau pas pertemuan ruti. Ya, jadi
kegiatan KUBE juga mempererat silaturrahmi kami.”77

Hal lain juga diungkapkan oleh Ibu “SI” selaku anggota Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) “Amanah Bersama” bahwa:

“setiap usaha kan pasti memberikan manfaat, dan saya ngerasa ada
tambahan ilmu diantaranya jadi tahu bagaimana cara melayani pelanggan,
dan bagaimana cara promosi barang. Selain itu adanya kelompok ini
menjadikan ibu-ibu mempunyai kekeluargaan yang tinggi dan kuat.”78

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa adanya program

pemberdayaan keluarga yang dilakukan oleh KUBE “Amanah Bersama” telah

memberikan manfaat bagi masyarakat khususnya anggota KUBE “Amanah

Bersama” baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun ekonomi. Angota

kelompok saat ini sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat

dimanfaatkan untuk mengembangkan usahanya. Selain itu, adanya kelompok ini

menjadikan masyarakat khususnya antar anggota KUBE “Amanah Bersama”

terjalin rasa kekeluargaan yang erat dan menjadi wadah sosialisasi antar

masyarakat.

4.3.PEMBAHASAN

Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) merupakan program

penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Dalam penelitian ini,

peneliti ingin membuktikan peran fasilitator dalam program tersebut secara fakta di

lapangan. Dalam mengukur peran fasilitator dalam Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

dilihat dari beberapa hal, antara lain tahap perencanaan dan bimbingan. Berjalannya

77
Maemanah selaku bendahara KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya, (pada Hari Selasa, 9 April 2019)
78
Sulitstiyani selaku anggota KUBE Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya, (pada Hari Selasa, 9 April 2019)

79
tahap ini dibutuhkan fasilitator yang berperan sebagai narasumber, pelatih, mediator,

dan penggerak, dimana masyarakat sebagai pemeran utama dalam pembangunan.

Secara umum Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Kelurahan

Sandubaya Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur terbukti efektif. Hal ini dapat

dilihat dari persepsi masyarakat miskin pada tahap perencanaan, tahap pembimbingan,

serta perubahan pendapatan masyarakat menjadi baik. Program Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (masyarakat

miskin), dengan adanya program tersebut masyarakat memiliki keterampilan sesuai

bidangnya. Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dapat meningkatkan

keswadayaan masyarakat dalam mendukung program pembangunan, sehingga

pembangungan di Kelurahan Sandubaya menjadi lebih baik demi sarana penunjang

dalam kehidupannya. Selain itu dapat memperluas kesempatan kerja. Masyarakat

miskin yang berpartisipasi dalam Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) memiliki

pendapatan tambahan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin.

Hasil penelitian Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) berdasarkan pada

penelitian ini dapat dijelaskan pada sub bab sebagai berikut

1. Peran-peran fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin

Dalam tahap pemberdayaan, sebuah program dirancang dengan melihat

kebutuhan dan kondisi dari masyarakat khususnya anggota KUBE serta

menyesuaikan dengan potensi yang ada di lingkungan sekitar. Seperti menurut

Hogan dalam Permata Ika (2015) proses pemberdayaan digambarkan sebagai suatu

80
siklus yang terdiri dari lima tahapan, antara lain adalah berusaha mengidentifikasi

masalah (kebutuhan), juga sumber daya yang dimiliki anggota dan lain-lain.79

Berdasarkan hasil penelitian bahwa peran fasilitator dalam tahap perencanaan

sudah terwujud ini dibuktikan dari sosialisasi program yang diadakan dari Dinas

Sosial sebanyak tiga kali dan yang termasuk fasilitator didalam nya sebanyak dua

kali, adapun lokasi nya antara lain Kantor Dinas Sosial, Loka Latihan Kerja (LLK)

Selong dan di rumah Ketua RT Kebun Baru, untuk sasaran nya adalah seluruh

masyarakat Kebun Baru yang ingin mengikuti program bantuan pemerintah yakni

Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

Selain itu para pengurus dan anggota sudah memahami maksud dan tujuan dari

adanya program pemberdayaan keluarga miskin melalui pendekatan Kelompok

Usaha Bersama (KUBE) ini dibuktikan dari peran fasilitator dalam menggali potensi/

kemampuan yang dimiliki tiap anggota sehingga terbentuk Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) Amanah Bersama.

2. Strategi fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin

Menurut Suharto (2005) strategi pemberdayaan keluarga miskin dimulai dari

melakukan bimbingan atau melatih anggota dalam menjalankan tugas-tugas

kehidupannya.80 Jadi dari teori ini, hasil penelitian strategi fasilitator dalam

pemberdayaan keluarga miskin telah terwujud dengan langkah membuat tim kerja

yang solid, dan melakukan pembinaan sekaligus evaluasi secara berkala yang

dilakukan tiap bulan. Di mana strategi ini dapat membantu anggota Kelompok
79
Febrianan Permata Ika, Pemberdayaan Keluarga Melalui Kelompok Usaha Bersama Srikandi, Skripsi. (Universitas
Yogyakarta, 2015) hal. 29
80
Edi Suhat=rto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika Aditama, 2015) hal. 66

81
Usaha Bersama (KUBE) untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan dapat

meningkatkan hasil jual barang dagangan tersebut.

Pada penelitian ini terlihat bahwa strategi yang digunakan fasilitator dalam

pemberdayaan keluarga miskin mempunyai pengaruh yang signifikkan dan sudah

tepat dalam Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Amanah Bersama, ini dibuktikkan

dari strategi fasilitator yang meliputi; Membuat team kerja yang solid dan

Melakukan pembinaan sekali sebulan guna mengembangkan potensi anggota

dalam hal pengelolaan adminitrasi keuangan. Selain pembinaan, fasilitator juga

melakukan evaluasi diantaranya evaluasi/ monitoring yang juga melibatkan Dinas

Sosial dan Kemensos, ini berlangsung selama empat kali artinya dilakukan tiga

bulan sekali.

3. Kondisi keluarga miskin pada Kelompok Usaha Bersama (KUBE) setelah

memperoleh dana bantuan dan adanya fasilitator

Program pemberdayaan keluarga di KUBE “Amanah Bersama” adalah salah

satu media pemberdayaan yang dibentuk, tumbuh, dan berkembang

atas prakarsanya dalam melaksanakan usaha ekonomi produktif untuk

meningkatkan pendapatan keluarga. KUBE bertujuan untuk memberdayakan

masyarakat miskin, mengembangkan pelayanan sosial dasar, meningkatkan

pendapatan, kapasitas individu, dan kemampuan berusaha anggota kelompoknya

82
sehingga mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri serta meningkatkan

kesetiakawanan social81.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa keberdayaan anggota

kelompok terbentuk dari kegiatan pemberdayaan yakni pelatihan-pelatihan yang

diadakan seperti pelatihan peningkatan produktivitas barang dan pengelolaan

managemen administrasi keuangan. Dari aktivitas tersebut setiap anggota kelompok

memperoleh pengetahuan baru yang menunjang kegiatan usahanya.

Aktivitas tersebut secara langsung dapat meningkatkan keberdayaan anggota

salah satunya dari segi ekonomi, mengingat delapan dari sepuluh anggota KUBE

Amanah Bersama ini berprofesi sebagai ibu Rumah Tangga yang di mana

pendapatan mereka hanya diperoleh dari suami saja namun dengan adanya KUBE

mampu membantu keuangan walau tidak signifikkan. Ini dibuktikan dari data

Laporan Laba Rugi KUBE Amanah Bersama yang menjelaskan pada bulan pertama

mereka membuka usaha yakni pada tangal 30 Agustus s/d 30 September 2018

mendapat laba sebesar lima puluh ribu rupiah per anggota dari total laba Rp

500.100. Sehingga berdasarkan dari Peraturan Badan Pusat Statistik (BPS) 2017

yang mengeluarkan garis kemiskinan Rp. 377,333;-per kapita per bulan

membuktikan bahwa dengan income tersebut sudah memberikan pengaruh

keuangan walaupun tidak signifikkan.

Selain manfaat ekonomi, adanya program pemberdayaan keluarga melalui

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama” juga memberikan manfaat

secara sosial bagi anggota kelompok. Adanya KUBE “Amanah Bersama”

81
Republik Indonesia, “Peraturan Menteri Sosial Nomor 25 Tahun 2015” Bab I Ketentuan Umum Pasal 1

83
menjadikan masyarakat khususnya antar anggota KUBE “Amanah Bersama”

terjalin rasa kekeluargaan yang erat dan menjadi wadah sosialisasi antar

masyarakat.

Jadi dapat diketahui bahwa dengan adanya program pemberdayaan keluarga

melalui KUBE “Amanah Bersama” ini dapat memberdayakan anggota dalam

bentuk antara lain: 1) memperoleh income atau penghasilan dari pembagian hasil

usaha sembako sebagai pemasukan tambahan untuk ekonomi keluarga, 2)

peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang menunjang kegiatan usaha dan

pengembangannya, 3) terjalinnya rasa kekeluargaan dan keakraban sosial baik antar

anggota kelompok maupun masyarakat sekitar.

84
BAB V

PENUTUP

5.1.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian peran fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin

dapat peneliti simpulkan bahwa:

a. Peran fasilitator pada tahap perencanaan sudah optimal dalam Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) dibuktikan dari adanya pengaruh secara langsung dari fasilitator

yakni sosialisasi yang telah dilaksanakan sebanyak tiga kali dan dilakukannya

penggalian potensi usaha yang ada pada tiap anggota membuktikan bahwa

keberadaan fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin telah terwujud

b. Strategi fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin sudah tepat karna

menggunakan pendekatan partisipasif yaitu mengikutsertakan seluruh anggota

dalam manajemen kegiatan mulai dari merencanakan sampai pada evaluasi untuk

mencapai tujuan bersama. Dengan demikian strategi yang digunakan bisa dikatakan

telah mensukseskan program pemberdayaan keluarga miskin dalam bentuk jual beli

sembako.

c. Dengan adanya dana bantuan dan fasilitator dalam Kelompok Usaha Bersama

(KUBE) kondisi dari keluarga miskin mengalami perubahan diantaranya dengan

meningkatnya kualitas hidup ditandai oleh: anggota KUBE mendapatkan (1)

kesempatan kerja, (2) hubungan sosial terjalin dengan baik dan (3) memperoleh

income atau pendapatan yang di mana delapan dari sepuluh anggota yang

berprofesi sebagai ibu Rumah Tangga mampu membantu keuangan keluarga,

dibuktikan dari data Laporan Laba Rugi KUBE Amanah Bersama yang

85
menjelaskan pada bulan pertama mereka membuka usaha yakni pada tangal 30

Agustus s/d 30 September 2018 mendapat laba sebesar lima puluh ribu rupiah per

anggota dari total laba Rp 500.100.

5.2.SARAN

Berdasarkan pada pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka

saran yang perlu disampaikan adalah :

a. Keberadaan fasilitator dalam Kelompok Usaha Bersama (KUBE) perlu diadakan di

setiap desa agar mampu menekan angka kemiskinan yang ada. Sehingga

peningkatan jumlah fasilitator dilaksanakan secara kontinyu setiap tahunnya.

b. Strategi yang diterapkan harus diikuti dengan peningkatan kualitas sumber daya

manusia melalui metode yang lain sebagai pelengkap metode pembelajaran

partisipatif agar anggota lebih aktif dan kreatif. Karena strategi merupakan salah

satu unsur dalam memantapkan program pemberdayaan keluarga miskin itu sendiri.

c. Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama” ini telah sesuai

dengan keinginan masyarakat. Dan untuk menambah kemandirian anggota

masyarakat, maka perlu diadakan kembali program-program lain untuk

pemberdayaan keluarga miskin seperti dalam bentuk produksi makanan atau

minuman, membuat kerajian dan lain sebagainya.

86
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2011. Manajemen Pemerintah Daerah. Yogyakarta:Graha Ilmu

Badan Pusat Statistik. 2017. Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota. Lombok
Timur:CV. Nario Sari

Drs. H. Hartomo, dan Dra. Arnicun Aziz. 2008. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta:Bumi
Aksara

Kementrian Sosial Republik Indonesia. 2016. Pedoman Pelaksanaan Penanganan


Fakir Miskin Perkotaan Melalui Bantuan Stimulan Usaha Ekonomi Produktif
KUBE. Jakarta:Kemensos

Kementrian Sosial RI. Indonesia. 2011. Pedoman Kelompok Usaha Bersama.


Jakarta:Kemensos.

Miles, Matthew dan Huberman, Michael. 2014. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-
Press

Andi Azhar Mustafa. 2015. Efektivitas Program Kelompok Usaha Bersama Fakir
Miskin (KUBE-FM) di Kota Makassar. Skripsi. Universitas Hasanuddin.

Diah Ayu Ningrum. 2017. Peran Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dalam Menangani
Kemiskinan di Kube Sejahtera Desa Giripurno, Ngadirejo, Temanggung. Skripsi.
Universitas Negeri Yogyakarta.

Pasolong, M.Si, Dr. Harbani. 2013. Metode Penelitian Administrasi Publik.


Bandung:Alfabeta

Peraturan Menteri Sosial Nomor 25 Tahun 2015 Tentang Kelompok Usaha Bersama

Febriana Permata Ika. 2015. Pemberdayaan KUBE Srikandi di Dusun Gamol Desa
Balecatur Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Pujileksono, M.Si, Dr.Drs. Sugeng. 2016. Metode Penelitian Komunikasi.


Malang:Intrans Publishing
Rukminto, Isbandi. 2003. Panduan Operasional Program Pemberdayaan bagi
Fasilitator. Departemen Sosial RI

Rukminto, Isbandi. 2013. Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat. Jakarta:


Gramedia Pustaka.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suharto, Edi. 2015. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat.


Bandung:Refika Aditama.

Sumodiningrat, Gunawan. 2009. Kesejahteraan Sosial. Jakarta:Media Kompotindo

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan


Sosial.

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan


Fakir Miskin.

Siti Wahyu Iryani. 2010. Kontribusi KUBE dalam meningkatkan kesejahteraan Sosial
Keluarga Miskin. Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial Volume IX Nomor 32

Yesmil, Anwar, dkk. 2013. Sosiologi untuk Universitas. Bandung:PT. Refika Aditama.

Sumber lain:

Badan Pusat Statistik. 2019. Persentase Penduduk Miskin NTB di https://ntb.bps.go.id.


Diakses pada tanggal 3 Januari 2019 pukul 21.00 WITA dan 15 Juli 2019 pukul
14.00 WITA.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
PEDOMAN OBSERVASI PENELITIAN
PERAN FASILITATOR DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN
STUDI KASUS KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) “AMANAH BERSAMA”
KELURAHAN SANDUBAYA KECAMATAN SELONG KABUPATEN LOMBOK
TIMUR

No Aspek Deskripsi
1 Letak lokasi penelitian
2 Kondisi bangunan dan fasilitas tempat penelitian
3 Struktur kepengurusan
4 Bentuk kegiatan program KUBE
5 Pelaksanaan kegiatan KUBE
6 Pendanaan
PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN
PERAN FASILITATOR DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN
STUDI KASUS KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) “AMANAH BERSAMA”
KELURAHAN SANDUBAYA KECAMATAN SELONG KABUPATEN LOMBOK
TIMUR

Jumlah
No Variabel Sub Variabel
Item
1 Peran Fasilitator dalam pemberdayaan a. Sosialisasi program
keluarga miskin pada tahap b. Penggalian potensi 5
perencanaan usaha
2 Strategi Fasilitator dalam a. Membuat tim kerja yang
pemberdayaan keluarga miskin solid
8
b. Melakukan pembinaan
berkala
3 Kondisi keluarga setelah memperoleh a. Peningkatan pendapatan
dana bantuan dan adanya fasilitator b. Peningkatan 3
keterampilan
PEDOMAN WAWANCARA (INTERVIEW GUIDE)
Pedoman Wawancara Fasilitator Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah
Bersama” mengenai Peran Fasilitator dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin
1. Identitas diri
Nama : Laely Mustika Sari S.Pd
Alamat : Pancor
Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Pendamping Pemberdayaan Keluarga Miskin di Dinas


Sosial Kabupaten Lombok Timur

Jabatan dalam KUBE : Fasilitator/ Pendamping KUBE “Amanah Bersama”

2. Pertanyaan Penelitian
a. Peran fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin pada tahap perencanaan
1. Berapa kali sosialisasi program dilakukan pada Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) “Amanah Bersama” Kelurahan Sandubaya?
2. Bagaimana cara fasilitator dalam menggali potensi yang ada pada tiap
anggota Kelompok Usaha Bersama?

b. Strategi fasilititator dalam pemberdayaan keluarga miskin


1. Bagaimana metode yang digunakan fasilitator sehingga bisa terbentuk
KUBE “Amanah Bersama” yang solid?
2. Bagaimana cara / metode yang digunakan fasilitator dalam membina
KUBE dalam mempertahankan kepercayaan antar anggota?
3. Bagaimana fasilitator dan anggota menjaga hubungan baik di Kelompok
Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama”?
4. Berapa kali fasilitator mengontrol/ melakukan pembinaan sekaligus
evaluasi pada KUBE “Amanah Bersama”?
PEDOMAN WAWANCARA (INTERVIEW GUIDE)

Pedoman Wawancara Anggota Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama”


mengenai Peran Fasilitator dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin
1. Identitas diri
Nama :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Jabatan dalam KUBE :
2. Pertanyaan Wawancara
a. Peran fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin pada tahap perencanaan
1. Pernahkah anda mendapatkan sosialisasi program dari Dinas Sosial
maupun fasilitator mengenai KUBE ini dan berapa kali?
2. Apakah anggota paham dan mengerti apa yang harus dilakukan di
Kelompok Usaha Bersama (KUBE)?
3. Kira-kira usaha apa yang cocok untuk dikembangkan di daerah ini?
b. Strategi fasilititator dalam pemberdayaan keluarga miskin
1. Bagaimana sistem yang digunakan fasilitator sehingga bisa terbentuk
KUBE “Amanah Bersama” yang solid?
2. Bagaimana cara / teknik yang digunakan fasilitator dalam membina KUBE
dalam mempertahankan kepercayaan antar anggota?
3. Bagaimana fasilitator dan anggota menjaga hubungan baik di Kelompok
Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama”?
4. Berapa kali fasilitator mengontrol / melakukan pembinaan sekaligus
evaluasi pada KUBE “Amanah Bersama”?
c. Kondisi KUBE setelah memperoleh dana bantuan dan adanya fasilitator
1. Bagaimana perbedaan perekonomian dalam keluarga setelah dan sebelum
ibu menjalankan usaha ini?
2. Bagaimana sistem pembagian hasil keuntungan tiap anggota dari KUBE
“Amanah Bersama” ini?
3. Keterampilan dan manfaat apa yang ibu dapat setelah mengikuti program
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama” ini? Dan manfaat
apa yang ibu dapat dari program ini?
PEDOMAN DOKUMENTASI

A. Berupa catatan tertulis

1. Profil Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama”

2. Struktur kepengurusan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah

Bersama”

3. BNBA Data Keluarga Binaan Sosial Program Pemberdayaan Fakir Miskin

Melalui Kelompok Usaha Bersama Tahun 2018

4. Catatan keuangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama”

B. Berupa foto kegiatan

1. Lokasi penjualatan/ kegiatan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah

Bersama”

2. Anggota dan fasilitator Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah

Bersama”

3. Kegiatan pembinaan dan pelatihan yang dilakukan oleh fasilitator

4. Kegiatan tanya jawab peneliti dengan fasilitator, dan anggota KUBE

“Amanah Bersama”
HASIL OBSERVASI

PERAN FASILITATOR DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN


STUDI KASUS KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) “AMANAH BERSAMA”
KELURAHAN SANDUBAYA KECAMATAN SELONG KABUPATEN LOMBOK
TIMUR

No Aspek Deskripsi
1 Letak lokasi penelitian Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
“Amanah Bersama” terletak di
Kelurahan Sandubaya, Kecamatan
Selong, Kabupaten Lombok Timur
2 Kondisi bangunan dan fasilitas Kondisi bangunan masih baik , dengan 1
tempat penelitian ruang kios yang di dalamnya meliputi: 3
etalase, 3 meja, 1 blender, 1 timbangan,
1 kursi, dan 2 tikar.
3 Struktur kepengurusan Dalam struktur kepengurusan KUBE
“Amanah Bersama” dimulai dari Ketua
Kelompok, Sekretaris, Bendahara dan
diikuti anggota
4 Bentuk kegiatan program Bentuk kegiatan program KUBE
KUBE “Amanah Bersama” yaitu menjual
sembako dan adanya pelatihan
5 Pelaksanaan kegiatan KUBE Pelaksanaan kegiatan KUBE “Amanah
Bersama” dimulai dari hari senin s/d
sabtu
6 Pendanaan Sumber dana berasal dari Dinas Sosial
Kabupaten Lombok Timur . Dana
tersebut digunakan untuk membiayai
kegiatan seperti membeli perlengkapan
dan barang-barang yang akan di jual.
HASIL WAWANCARA (INTERVIEW GUIDE)
Pedoman Wawancara Fasilitator Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Amanah
Bersama” mengenai Peran Fasilitator dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin
3. Identitas diri
Nama : Laely Mustika Sari S.Pd
Alamat : Pancor
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pendamping Pemberdayaan Keluarga Miskin di Dinas Sosial Kab. Lotim
Jabatan : Fasilitator/ Pendamping KUBE “Amanah Bersama”

4. Pertanyaan Penelitian
c. Peran fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin pada tahap perencanaan
3. Berapa kali sosialisasi program dilakukan pada Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
“Amanah Bersama” Kelurahan Sandubaya?
Jawab :
Sosialisasi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dalam bentuk tatap muka yang
dilakukan langsung oleh Kepala Dinas Sosial beserta dua pegawai nya yaitu pada bulan
Juni 2018, sosialisasi itu dimulai dari Kepala Lingkungan Kebun Baru, Ketua RT 10
dan 11 dengan mengundang penduduk untuk datang ditempat yang telah disediakan
kemudian menjelaskan adanya program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di
Kelurahan Sandubaya. Selain itu, sosialisasi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang
langsung di koordinir oleh saya sendiri selaku fasilitator sebanyak dua kali yang
dilaksanakan di Kantor Dinas Sosial dan Loka Latihan Kerja (LLK) Selong. Sosialisasi
ini mengundang seluruh KUBE Kecamatan Selong beserta fasilitator nya. Sosialisasi
ini bertujuan agar semua pihak yang terlibat dapat mengetahui dan memahami apa yang
menjadi tugas dalam mengembangkan KUBE agar dapat berhasil sebagai upaya dalam
meningkatkan taraf kehidupan keluarganya masing-masing. Selain dengan adanya
KUBE diharapkan agar usaha yang dijalani mampu berkembang dari tahun ke tahun
dan benar-benar dimanfaatkan baik itu dari perkembangan produksi, perkembangan
peningkatan penghasilan bahkan peningkatan mitra usaha. Sehingga dana yang
disalurkan dari pemerintah untuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE) ini dapat berguna
secara efektif dan bermanfaat”.
4. Bagaimana cara fasilitator dalam menggali potensi yang ada pada tiap anggota
Kelompok Usaha Bersama?
Jawab :
Ya, dengan cara bertanya ke tiap anggota, potensi/ kemampuan apa yang dimliki.
Dalam rangka mengembangkan diri sebagai seorang wirausahawan yang potensial, kita
perlu mengenali siapa diri kita sebenarnya dan bagaimana orang lain menilai diri kita.
Untuk menilai diri sendiri, seseorang dituntut untuk memiliki kemampuan dan
melakukan penilaian terhadap beberapa kelemahan dan kekuatan pada diri sendiri dan
potensi yang dimiliki. Manusia juga dianugrahi intelektual dan modal kemanusiaan
yang tidak terbatas tergantung manusia itu sendiri yang mengembangkannya. Jadi,
sebelum memulai usaha, mereka harus mengetahui kemampuan diri masing-masing
anggota karna dari kemampuan tersebut mereka akan mengetahui usaha apa yang cocok
untuk dikembangkan di daerah mereka.”

d. Strategi fasilititator dalam pemberdayaan keluarga miskin


5. Bagaimana metode yang digunakan fasilitator sehingga bisa terbentuk KUBE “Amanah
Bersama” yang solid?
Jawab :
Kepengurusan KUBE pada hakekatnya dibentuk dari oleh dan untuk anggota
kelompok. Pengurus KUBE dipilih dari anggota kelompok yang mau dan mampu
mendukung pengembangan KUBE, memiliki kualitas seperti kesediaan mengabdi, rasa
keterpanggilan, mampu mengorganisasikan dan mengkoordinasikan kegiatan
anggotanya, mempunyai keuletan pengetahuan dan pengalaman yang cukup serta yang
penting adalah peran Ketua KUBE yang harus bisa mengatur anggotanya. Dan ketua
kelompok ini adalah seseorang yang dipilih dari kelompoknya sendiri karena memiliki
kelebihan-kelebihan tertentu, dan selanjutnya diberi tugas untuk memimpin anak
buahnya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh kelompok. Agar suatu pekerjaan
bisa dilakukan dengan sangat baik dan tidak memerlukan waktu yang sangat lama.

6. Bagaimana cara/ metode yang digunakan fasilitator dalam membina KUBE dalam
mempertahankan kepercayaan antar anggota?
Jawab :
a. Tetap memberi motivasi seperti melakukan mediasi dan negoisasi, serta memberi
dukungan
b. Berikan model tentang cara menjadi pedagang yang sukses
c. Jika terjadi masalah internal maupun eksternal maka harus dikumpulkan dan
mengajak untuk melakukan musyawarah.
d. Memberikan tugas kepada Ketua agar mampu mengatur anggota nya

7. Bagaimana fasilitator dan anggota menjaga hubungan baik di Kelompok Usaha


Bersama (KUBE) “Amanah Bersama”?
Jawab :
Dengan cara tetap mengunjungi KUBE, ya sekaligus mengontrol administrasi
keuangannyadan memberikan solusi jika mereka memiliki keluhan atau masalah entah
masalah usahanya atau masalah dari kepengurusan anggota nya

8. Berapa kali fasilitator mengontrol/ melakukan pembinaan sekaligus evaluasi pada


KUBE “Amanah Bersama”?
Jawab :
Pembinaan yang rutin sekaligus melakukan evaluasi dilakukan yakni pembinaan
perbulan dan triwulan dengan tujuan agar usaha yang dibangun ini tetap terkontrol
mengingat usaha ini tidak dijalankan oleh satu orang saja melainkan kelompok, jadi
harus benar-benar dibina seperti dari segi pengelolaan administrasi keuangan nya dan
memberikan solusi jika mereka memiliki keluhan atau masalah, entah masalah
usahanya atau masalah dari kepengurusan anggota nya. Selain bulanan ada juga
evaluasi tahunan, ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan program pemberdayaan
secara menyeluruh. Evaluasi ini akan dijadikan acuan untuk program pemberdayaan
selanjutnya. Selain pembinaan dan evaluasi rutin tersebut, saya selaku fasilitator juga
pernah mengajak anggota untuk mengikuti pelatihan sebanyak dua kali Dengan adanya
pembinaan dan pelatihan ini saya berharap anggota mampu mengembangkan
kemampuan dan keterampilan dalam menjalankan usahanya sehingga keluarga bisa
sejahtera.
Reduksi, Penyajian dan Kesimpulan Hasil Wawancara

PERAN FASILITATOR DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN

STUDI KASUS KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) “AMANAH BERSAMA”

KELURAHAN SANDUBAYA KECAMATAN SELONG KABUPATEN LOMBOK


TIMUR

1. Peran fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin pada tahap perencanaan


a. Pernahkah anda mendapatkan sosialisasi program dari Dinas Sosial maupun fasilitator
mengenai KUBE dan berapa kali?
MI : Kalau dari Dinas Sosial pernah dua kali, itu kalau gak salah di LLK Selong dan
di Kantor Dinas Sosial. Tapi kalau sosialisasi dari fasilitator yang mengundang
Kepala Lingkungan dan RT itu gak pernah mbak. Jadi kami dapat informasi
awal dari Dinas Sosial melalui perantara Ketua RT.
JH : Pernah mbak, waktu itu di LLK sama di Dinas Sosial. Itu sosialisanya sama
KUBE yang lain juga, soalnya itu tentang perkenalan KUBE dan verifikasi,
validasi data mbak untuk pencairan dana nya.
MH : arak due kali mbak,
MA : Pernah mbak kayaknya dua kali, tapi tanggal nya saya lupa soalnya dah
lumayan lama mbak, itu sosialisasinya tentang dana yang akan keluar dan
tentang KUBE juga.
SK : Sosialisasinya itu awalnya di rumah Pak RT dan yang hadir itu Kepala Dinas
Sosial langsung dan 2 pegawainya, tapi waktu itu belum ada bu’ Laely karna
kita juga kan belum jadi Kelompok masih pengumpulan berkas. Setelah
kelompok di bentuk baru bu Laely mendampingi dan nyuruh kita untuk datang
sosialisasi di Dinas sama LLK Gelang.
NI : Pernah mbak, tapi saya lupa itu berapa kali, saya ingatnya itu dulu pernah di
LLK
ML : Mun tiang ndek salak jak arak dua kali ino, lek Kantor Dinas bareng lek LLK
Gelang lek samping SMA 2
SI : Sosialisanya itu dua kali mbak. Kita kan pergi sama fasilitatornya mbak. Disana
juga yang ngumpul bukan anggota kami saja tapi anggota yang dari kampung
lain juga ikut . Itu kan sosialisasi untuk semua KUB beserta pendampingnya.
MI : Geh pernah dua kali mbak, itu sosialisasi mengenai KUBE sama pencairan dana
nya itu. Jadi waktu sosialisasi pencairan dana di chek dulu data / anggota kita itu
masuk di daftar BDT atau tidak. Kalau ada anggota yang tidak terdaftar maka
dana nya tidak dikeluarkan dari pusat mbak
SN : Itu sosialisanya antara dua atau tiga kali mbak. Yang pertama di Dinsos kedua
di LLK terus yang ketiga di rumah Ketua RT tapi waktu di rumah pak RT saya
gak liat bu Laely cuman ada kepala Dinas Sosial itu namanya Pak tejo sama 2
orang juga
Kesimpulan : Sosialisasi program yang diadakan dari Dinas Sosial sebanyak tiga kali dan
yang termasuk fasilitator didalam nya sebanyak dua kali, adapun lokasi nya
antara lain Kantor Dinas Sosial, Loka Latihan Kerja (LLK) Selong dan di
rumah Ketua RT Kebun Baru, untuk sasaran nya adalah seluruh masyarakat
Kebun Baru yang ingin mengikuti program bantuan pemerintah yakni
Kelompok Usaha Bersama (KUBE).
b. Apakah anggota paham dan mengerti apa yang harus dilakukan di Kelompok Usaha
Bersma (KUBE) ?
MI : Tentu daja paham mbak. KUBE ini kan merupakan kelompok sebagai tempat
belajar membuka usaha. Jadi dari KUBE ini kita dapat pengetahuan dan
keterampilan sehingga dapat kesempatan kerja
JH : KUBE ini kan wadah untuk mencari ilmu atau pengetahuan yang nantinya bisa
digunakan untuk bekerja bahkan bisa untuk buka usaha sendiri. Jadi kehidupan
bisa lebih maju dari sekarang
MH : Kelompok ini kan wadah atau tempat untuk mencari pengetahuan yang
selanjutnya bisa digunakan untuk bekerja sehingga mampu meningkatkan taraf
hidup masyarakatnya
MA : Menurut saya, KUBE ini adalah sebuah kelompok yang dibentuk bersama untuk
melakukan kegiatan belajar dan mencapai tujuan bersama yaitu mencapai
masyarakat yang berkualitas
SK : Kelompok ini kan tujuannya untuk membuka usaha bersama. Dan dari KUBE
ini kita bisa mendapat penghasilan
NI : KUBE ini kan bertujuan untuk memberikan pengetahuan ke tiap anggota
bagaimana cara untuk membuka usaha ekonomi yang produktif
ML : KUBE ine kan kelompok usaha sik te bangun bareng-bareng, tujuanne agen te
tao minek usaha sendiri
SI : KUBE ini kan tempat untuk mencari pengetahuan yang selanjutnya bisa dipakai
untuk bekerja, dan hasil dan bekerja bisa dipakai untuk kelangsungan hidup
sehari-hari nya
MI : Sebuah kelompok yang dibentuk bersama untuk melakukan kegiatan belajar dan
mencapai tujuan bersama yaitu mencapai masyarakat berkualitas
SN : Membangun usaha bersama dengan tujuan meningkatkan taraf hidup
Kesimpulan : Kelompok Usaha Bersama (KUBE) merupakan kelompok yang dibentuk
bersama untuk mendapatkan pengetahuan dan penghasilan yang bertujuan
menjadikan keluarga menjadi keluarga yang sejahtera dan berkualitas
c. Kira-kira usaha apa yang cocok untuk dikembangkan di daerah ini?
MI : Di sini usaha yang cocok itu apa saja mbak, cuman kita kan melihat potensi dari
anggota yang lain. Karena diantara anggota itu ada yang pernah berdagang. Ya,
kita putusin untuk usaha sembako mbak, dan yang anggota pun setuju karena di
sini juga lokasi nya agak pedalaman jadi cocok juga untuk dagang.
JH : Jika melihat kemampuan dari anggota dan lingkungan sekitar mungkin yang
cocok itu sembako mbak, mengingat warung yang ada di sekitaran sini
barangnya gak ada yang lengkap mbak
MH : Sebelumnya kan ibu Laely memberi saya arahan usaha yang pas adalah usaha
yang memang memiliki peluang besar di daerah ini dan tidak susah untuk
dikelola nantinya dan menurut saya usaha itu adalah sembako
MA : Jika melihat kemampuan dari anggota dan lingkungan sekitar mungkin yang
cocok itu sembako mbak,karena warung disini itu barangnya tidak lengkap
SK : Kalau ditanya usaha yang cocok saya kurang tahu mbak, yang jelas untuk saat
ini sembako itu usaha yang tidak terlalu membutuhkan keterampilan yang ribet.
Jadi, mungkin sembako juga cocok
NI : Sembako mbak awalnya, cuman kalau diliat kesini kayaknya jahit atau produksi
makanan lebih cocok dah mbak, kalau usaha yang kayak gitu jadi bisa
dikembangin sendiri dirumah, jadi untungnya juga lebih banyak....
ML : Sembako ine kan ...
SI : Sebelumnya kan ibu Laely memberi arahan usaha yang cocok adalah usaha
yang memang memiliki peluang besar di daerah ini dan tidak susah untuk saya
dan teman-teman kelola nantinya. Dan menurut saya usaha itu adalah sembako
MI : Menurut saya sih jahit mbak, cuman karna teman yang lainbanyak milih
sembako jadi saya ngikut aja lah mbak, itung-itung nambah ilmunya juga mbak
SN : Sembako mbak, biar warga belanjanya gak jauh, disini ada yang jual sembako
juga tapi barangnya tidak lengkap mbak
Kesimpulan : Sebagian besar anggota memilih sembako adalah usaha yang cocok di
bangun di daerah ini, alasannya adalah karna sembako merupakan usaha
yang tidak susah untuk dikelola bersama dan sebagian besar anggota
menganggap bahwa di daerahnya banyak toko sembako tapi barang tidak
lengkap sehingga itu yang membuat konsumen secara tidak langsung
memilih toko yang lebih jauh.

2. Strategi fasilitator dalam pemberdayaan keluarga miskin


a. Bagaimana sistem yang digunakan fasilitator sehingga bisa terbentuk KUBE “Amanah
Bersama” yang solid?
MI : Menurut saya sih, maaf mbak karna ibu Laely memberikan saya tugas untuk
mengatur anggota saya, jadi adanya team yang solid itu dikarenakan dari
kerjasama team yang tidak iri-irian artinya selalu mendukung apa ang menjadi
tujuan kelompok usaha ini. Selalu memberi semangat seperti iming-iming ke
mereka mengenai hasil yang nantinya akan di dapat
JH : Ya, berawal dari anggotanya sendiri mbak, kalau anggota nya mau dan mampu
mendukung KUBE biar berkembang maka akan terbentuk KUBE yang solid.
Yang jelas ibu Laely itu tetap kasih motivasi dan arahan untuk para anggota
MH : Menggunakan partisipasi mbak, jadi setiap anggota diikutsertakan dalam
pengambilan keputusan dan mendorong anggotanya agar menjalankan tugas
sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing. Dan adanya Ketua juga
sangat membantu untuk kerja sama team yang solid, karena Ibu Laely kan gak
tiap hari disini jadi Ketua yang mengkoordinir
MA : Ya, berawal dari anggotanya sendiri mbak, kalau anggotanya mau dan mampu
mendukung KUBE biar berkembang maka akan terbentuk KUBE yang solid.
Yang jelas ibu Laely itu tetap kasih motivasi dan arahan untuk para anggota
SK : Tetap dikasih semangat dan bimbingan dari Ibu Laely dan juga terkadang dari
ketua nya mbak.
NI : Dengan metode partisipasi. Jadi adanya kerja sama team yang baik itu berawal
dari keikutsertaan tiap anggota dalam mengemban tanggungjawab sesuai
dengan tugas masing-masing
ML : Geh, musni tetep ye ngembeng ite semangat. Mun ne erek anggota sik males
langsung wah iye negur
SI : Menurut saya sih, metode yang digunakan fasilitator adalah partisipatif yang
dimana metode ini mendorong keikutsertaan setiap individu di dalam suatu
proses kelompok sesuai dengan tanggng jawabnya masing-masing yang sudah
ditentukan oleh KUBE tersebut
MI : Tetap memberi motivasi dan bimbingan bahwa KUBE yang solid itu diawali
dari diri masing-masing anggota KUBE
SN : Tetap di bimbing terus diajak untuk ikut Pelatihan
Kesimpulan : Strategi fasilitator dalam membentuk KUBE yang solid adalah dengan
metode partisipasi atau kerjasama team yang kompak, tidak iri-irian
artinya selalu mendukung apa yang menjadi tujuan kelompok usaha
bersama ini. Selain itu fasilitator memberikan pelatihan ke anggota nya
dan menugaskan ketua KUBE agar tetap memberikan semangat ke
anggotanya.
b. Bagaimana cara atau tehnik yang digunakan fasilitator dalam membina KUBE dalam
mempertahankan kepercayaan diri antar anggota?
MI : Selalu memberi motivasi dan kalau ada masalah tetap dikasih solusi
JH : Dikasih motivasi, bimbingan dan solusi
MH : Adanya motivasi dan bimbingan
MA : Dikasih motivasi, semangat dan bimbingan
SK : Ya, tetep dibimbing lah mbak
NI : Tetap memberi semangat
ML : Tetep ne arak motivasi no
SI : Selalu memberikan motivasi atau semangat dan selalu setia hadir di pertemuan
akhir pekan kami mbak
MI : Selalu datang untuk kasih motivasi mengenai kerjasama team yang baik
SN : Selalu menanamkan sifat yang tidak iri-irian di buatin jadwal tugas jadi nanti
kalau ada yang melanggar dikenai denda, intinya tetap ada bimbingan lah
Kesimpulan : Fasilitator tetap memberikan bimbingan di akhir pekan dengan cara
memberikan semangat, memberikan solusi jika anggota mengalami
masalah dan memberikan ketegasan di masing-masing anggota.
c. Bagaiamana fasilitator dan anggota menjaga hubungan baik di Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) “Amanah Bersama”?
MI : Tetap berkunjung ke KUBE, itu Laely tidak pernah cuek atau hilang ketika kami
ada masalah mbak. Ibu Laely juga tetap ngecheck tugas kita masing-masing
JH : Membangun komunikasi yang baik
MH : Komunikasi yang baik mbak
MA : Membangun komunikasi yang baik
SK : Kalau kita lagi butuh, ibu tika langsung datang mbak. Jadi ngerasa di perduliin
gitu
NI : Mempertahankan hubungan yang baik dengan jalan komunikasi yang tetap baik
ML : Dengan tetep memperhatiyang komunikasi sik bagus. Marak anggota sik
ngalamin kesulitan pendamping tetep iye ngembeng ite solusi
SI : Dengan tetap mempertahankan komunikasi yang baik seperti ketika anggota
mengalami kesulitan pendamping selalu memberikan solusi dan arahan
MI : Komunikasi yang baik
SN : Membangun komunikasi yang baik
Kesimpulan : Cara yang digunakan fasilitator dan anggota dalam menjaga hubungan
baik adalah dengan membangun komunikasi yang baik seperti ketika
anggota mengalami masalah fasilitator tetap ada untuk memberikan solusi
atau arahan.
d. Berapa kali fasilitator mengontrol atau melakukan pembinaan selama sebulan?
MI : sekali sebulan mbak, disana bu Laely bukan hanya memberi bimbingan saja
tetapi sekaligus memberikan evaluasi dari hasil kerja anggota, apa yang sudah
dilakukan, apa kendalanya dan mencari solusi bersama-sama. Selain itu, pernah
ada bimbingan dalam bentuk pelatihan, itu dari Dinas Koperasi dan
Pemberdayaan Perempuan. Dari pusat juga pernah datang empat kali untuk
melakukan evaluasi sekaligus dibina mbak.
JH : Sebulan sekali, ya ada pelatihan juga tentang peningkatan produktivitas barang
dan mengenai cara mengelola keuangan.
MH : Geh, ibu laely tetep iye dateng ngunjungi usaha ine kadang sekali sebulan,
kadang due kali sebulan
MA : Sebulan sekali untuk rutin nya, tapi kadang kalau misalkan ada masalah sedikit
disini ya mbak laely datang, jadi kadang datang dua kali, tergantung dari kita
nya juga mbak, yang jelas sejauh ini beliau tetap membimbing.
SK : Satu kali sebulan mbak
NI : Satu kali sebulan mbak, ya sekitar empat kalian kalau yang dari pusat mbak,
jadi bimbingannya mengenai administrasi dan mengenai kerjasama teamnya
supaya tetap kompak
ML : Sekali sebulan
SI : 1x sebulan mbak dan empat kali yang dari pusat, pembinaan sekaligus evaluasi
itu bukan hanya mengenai keuangan tapi jelasin bagiamana cara kami tetap
menjalin kerjasama yang solid jangan ada yang menghilang karna ini usaha
bersama yang dimana keuntungan dibagi rata. Jadi kalau ada yang tidak kompak
maka akan menimbulkan masalah kedepannya
MI : 1x dalam sebulan yang dari fasilitator nya sendiri kalau yang dari Dinas
sosialnya mungkin sudah sekitar empat kalian kunjungan itu sekaligus
mengecheck pembukuan kita
SN : sekali sebulan
Kesimpulan : sekali sebulan untuk pembinaan sekaligus evaluasi yang dilakukan
fasilitator, pembinaan itu mengenai pengelolaan adminitrasi keuangan,
meningkatkan kerjasama team yang solid dan tetap mempertahankan
kepercayaan diri tiap anggota. Sedangkan pembinaan dari Dinas Sosial
dan Kemensos sekitar empat kalian mengenai kunjungan untuk melihat
pembukuan dan kelengkapan anggota KUBE dan jika ada kesalah akan
dibina.

3. Kondisi Keluarga KUBE setelah memperoleh dana bantuan dan adanya fasilitator
a. Bagaimana perbedaan perekonomian dalam keluarga setelah dan sebelum ibu
menjalankan usaha ini?
MI : Kalau masalah perbedaan, pasti ada mbak saya kan awalnya cuman ngurus
rumah dan penghasilan tidak ada. Jadi dengan adanya KUBE ini saya ada
penghasilan. Syukur alhamdulillah bisa bantu suami juga dari segi ekonomi
JH : Saya kan cuman Ibu Rumah Tangga yang kerjanya mengurus Rumah dan anak,
jadi pasti perbedaan itu ada yang awalnya pendapatan tidak ada jadi sekarang
ada. Kemarin yang hasil pertama dapat seratur ribu per anggota lumayanlah
mbak untuk jajan anak.”
MH : nggih nambah mbak, jadi punya penghasilan juga, ya lumayan untuk nambah
uang makan keluarga di rumah. Dan kalau dilihat dari pembagian nya untung
dibagi dua bulan sekali dari keuntungan bersih. Adapun total keuntungan bersih
di bulan pertama itu sekitar lima ratus ribuan. Jadi 500.000 dibagi untuk 10
anggota yakni 50.000/bulan. Tapi kalau ada anggota yang butuh uang bisa kok
diambil tiap bulan. Jadi tergantung anggota nya juga mbak.”
MA : Saya kan cuman Ibu RT yang kerjaannya mengurus rumah dan anak, jadi pasti
ada perbedaan mbak dari penghasilan itu
SK : Beda dong mbak, sekarang saya jadi punya pendapatan
NI : Perbedaannya sih pasti ada mbak, ya walaupun tidak begitu terasa, tapi tetap ada
pengaruh.
ML : Mun ne masalah pendapatan jak nambah, kan jak ite nganggur lek bale
sebelumne, tengurus anak doang mbak jori erek penghasilante nengke. Endah
tetep ite bedait kence batur-batur KUBE jori ndek te bosan
SI : Ada perubahan mbak dari awalnya nganggur dan sekarang gak lagi. Pendapatan
juga lumayan mbak. Hasil penjualan ini dibagi dua bulan sekali, walaupun
hasilnya belum maksimal kemarin Rp.100.000,00 per anggota, tapi adalah
hasilnya. Bisa untuk tambah kebutuhan sehari-hari. Selain itu juga saya dapat
pengetahuan dari kegiatan binaan dan pelatihan.
MI : Kalau masalah peningkatan pendapatan sih gak mbak, karna pendapatan saya
sebelumnya kan lebih dari sekarang mbak, saya kan usaha jajan dan pendapatan
nya itu sekitar Rp.100.000,-per bulan. cuman lebihnya itu kalau kelompok usaha
ini saya bisa nambah teman, dan nambah pengetahuan karna ada pelatihannya
juga.
SN : Perbedaan pastinya ada mbak dulu kan saya ngurus RT saja, sekarang saya
punya penghasilan mbak yang awalnya penghasilan cuman dapat dari suami
saja

Kesimpulan : Dengan adanya kelompok usaha ini, anggota merasa pendapatan keluarga

mereka meningkat walau tidak begitu besar, tetapi program pemberdayaan

yang dilakukan oleh KUBE “Amanah Bersama” sudah lebih

meningkatkan pendapatan keluarga, terlebih anggota KUBE yang awalnya

hanya menjadi ibu Rumah Tangga saja.


b. Bagaimana sistem pembagian hasil keuntungan tiap anggota dari KUBE “Amanah
Bersama” ini?
MI : Dibagikan dua bulan sekali, tapi kalau ada yang butuh uang bisa dikasih duluan
mbak, artinya uang dalam sebulannya itu bisa diambil dulu
JH : Dua bulan sekali mbak, jadi sekitar seratus ribuan ya minimal dapat dua puluh
ribuan per dua bulan mbak
MH : Kalau pembagiannya dua bulan sekali dalam sebulan keuntungan bersih sekitar
lima ratus ribuan jadi lima ratus ribu dibagi sepuluh sekitar 50 ribu/ bulan. Jadi
total pendapatan tiap anggota 100ribu/dua bulan. Tapi kalau ada anggota yang
butuh uang bisa kok diambil tiap bulan. Jadi tergantung anggotanya juga mbak
MA : Keuntungan dibagikan dua bulan sekali. Jadi sekitar seratus ribuan ya
SK : Setiap dua bulan sekali
NI : Dua bulan satu kali mbak
ML : Dua bulan sekali mbak
SI : Pembagiannya itu dua bulan sekali mbak, alasannya biar yang didapat agak
banyak gitu mbak
MI : Pembagiannya itu dua bulan sekali
SN : Keuntungannya dibagi satu kali dua bulan. Itu sekitar seratus ribuan mbak.
Itupun kalau penghasilannya tetap mbak. Ya, terkadang kalau penghasilan dikit
otomatis pembagian hasil keuntungan juga dikit minimal sepuluh ribuan/bulan.
Kesimpulan : pembagian hasilnya dibagikan dua bulan sekali, dan untuk keuntungan di
bulan pertama sebesar seratu ribu dan ketika penghasilan yang didapat
sedikit maka minimal yang didapat sekitar duapuluh ribuan.
c. Keterampilan dan manfaat apa yang di dapat setelah mengikuti program Kelompok
Usaha Bersama (KUBE) “Amanah Bersama”? dan manfaat apa yang di dapat dari
program ini?
MI : Sejak saya jadi ketua kelompok usaha ini, saya pribadi sih merasa ada sedikit
peningkatan keterampilan seperti mengatur teman-teman yakni bagaimana
membuat mereka tetap aktif dan antusias dalam menjalin kerjasamanya untuk
membuat barang dagangan ini tetap laku habis terjual
JH : Bagi saya manfaatnya memberika saya penghasilan mbak. Kalau keterampilan
itu ya bisa tau harga barang-barang sembako kalau mau dijual terus tau gimana
cara mengelola keuangan, cara promosiinnya, terus bisa tau bagaimana
pelayanan yang harus digunakan agar pembeli itu tidak bosan beli disini
MH : Syukur alhamdulillah setelah mendapat pembinaan dalam kelompok usaha ini
saya bisa mengatur keuangan dengan baik dan benar sehingga usaha ini bisa
tetap berjalan dengan semestinya. Biasanya tidak pernah ketemu teman
sekarang jadi sering ketemu waktu piket atau pas pertemuan ruti. Ya, jadi
kegiatan KUBE juga mempererat silaturrahmi kami.
MA : Memberikan penghasilan. Kalau keterampilan ya bisa tau harga barang harga
jual dan belinya terus bagaimana mengelola hasil dagangnya mbak
SK : Lebih ke pengetahuan mbak bukan keterampilan jadi ada limu tamahanuntuk
mengurus /ngelola keuangan kayak buat Laporan laba Rugi dan tahu harga
barang-barang juga
NI : Manfaatnya nambah pendapatan, teman dan pengalama dan keterampilan yang
didapat itu ya cara promosi dan melayani pembeli.
ML : Nambah pengalaman dan penghasilan
SI : Setiap usaha kan pasti memberikan manfaat, dan saya ngerasa ada tambahan
ilmu diantaranya jadi tahu bagaimana cara melayani pelanggan, dan bagaimana
cara promosi barang. Selain itu adanya kelompok ini menjadikan ibu-ibu
mempunyai kekeluargaan yang tinggi dan kuat.
MI : Bisa nambah teman, nambah kegiatan dan tentunya dari kegiatan bimbingan dan
pelatihan tersebut mampu memberikan pengetahuan yang sebelumnya tidak bisa
diperoleh dari usaha sendiri seperti cara meningkatkan produktivitas baang, dan
lain-lain
SN : Manfaat bagi saya, sekarang saya bukan penganguran lagi mbak, sudah
mendapatkan pekerjaan. Keterampilan nya bisa buka usaha sembako sendiri
kalau modalnya ada mbak
Kesimpulan : Anggota kelompok saat ini sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan usahanya. Selain itu,
adanya kelompok ini menjadikan masyarakat khususnya antar anggota
KUBE “Amanah Bersama” terjalin rasa kekeluargaan yang erat dan
menjadi wadah sosialisasi antar masyarakat.
CATATAN LAPANGAN DALAM MELAKUKAN WAWANCARA
Catatan lapangan dan verbtim subjek !
Nama interview : Laely Mustika Sari Nama interviewer : Putri Ayu Lasmeini
Umur : 27 Tahun Kode Interview : AL/050419
Kode Interview : LI/050419 Waktu Wawancara : 18.30-20.30
Status : Pendamping KUBE

CATATAN LAPANGAN
Deskripsi Konteks Tahapan Wawancara adalah interviewer menemui seorang fasilitator atau pendamping Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya untuk mendapatkan informasi tentang program
pemberdayaan keluarga miskin yang ada di KUBE Amanah Bersama dalam mengurangi angka kemiskinan di
Kecamatan Selong. Sebelum melakukan wawancara intrviewer bertanya kepada kerabat yang bekerja di Dinas
Sosial mengenai tempat tinggal Ketua KUBE Amanah Bersama, dan kerabat itu memberi informasi kepada
peneliti bahwa Ketua KUBE tinggal di daerah Pancor Lauk Masjid dan kerabat memberikan nomor handphone
pendamping. Peneliti sempat berkenalan melalui handphone dan menanyakan apakah pendamping memiliki
waktu luang. Setelah peneliti bertemu dengan Pendamping KUBE, peneliti langsung masuk dan meminta izin
atau memberikan informasi lanjutan mengenai tujuan peneliti datang yakni ingin meneliti peran
fasilitator/pendamping KUBE dalam memberdayakan Kelompok Usaha Bersama Amanah Bersama Kelurahan
Sandubaya sekaligus melakukan wawancara.
Deskripsi Subjek Subjek 1 memiliki tinggi badan 151 cm dengan postur badan agak kurus dan kulit putih. Pada saat wawancara
subjek 1 memakai baju kaos berwarna hitam dan hijab berwarna kuning telur. Selain melakukan tugas sebagai
Pendamping KUBE, subjek juga bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Deskripsi perilaku Dalam proses wawancara, subjek menjawab semua pertanyaan dengan nada lembut dan cukup jelas, wawancara
dilakukan di ruang tamu rumahnya dengan menggunakan bahasa indonesia, subjek kadang serius kadang
bercanda juga saat di wawancara.

KODE VERBATIM ANALISIS AWAL OPEN CODING


AL/050419 Assalamual’aikum warahmatullahi wabarakatuh
LI/050419 Wa’alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
AL/050419 Maaf mbak menganggu, sebelumnya kan saya pernah menghubungi mbak
mengenai tujuan saya datang kesini untuk melakukan wawancara mengenai
penelitian saya yakni mengenai peran fasilitator dalam pemberdayaan KUBE
Amanah Bersama, apakah mbak ada waktu dan bersedia?
LI/050419 Oh iya silahkan
AL/050419 Berapa kali mbak melakukan sosialisasi program pada KUBE Amanah
Bersama ini?
LI/050419 Sosialisasi KUBE yang dilakukan langsung oleh Kepala Dinas Sosial beserta Subjek menjelaskan Lokasi atau tempat
dua pegawai nya yaitu pada bulan Juni 2018, sosialisasi itu dimulai dari alur dari sosialisasi yang didatangi dalam
Kepling Kebun Baru, Ketua RT 10 dan 11 dengan mengundang penduduk program dalam melakukan sosialisasi
untuk datang ditempat yang telah disediakan kemudian menjelaskan adanya pemberdayaan KUBE program KUBE dan
program KUBE di Kelurahan Sandubaya. Selain itu, sosialisasi KUBE yang total dari banyak
langsung di koordinir oleh saya sendiri selaku fasilitator sebanyak dua kali sosialisasi yang sudah
yang dilaksanakan di Kantor Dinas Sosial dan LLK Selong. Sosialisasi ini terlaksana sebanyak 3
mengundang seluruh KUBE Kecamatan Selong beserta fasilitator nya. kali.
Sosialisasi ini bertujuan agar semua pihak yang terlibat dapat mengetahui
dan memahami apa yang menjadi tugas dalam mengembangkan KUBE agar
dapat berhasil sebagai upaya dalam meningkatkan taraf kehidupan
keluarganya. Sehingga dana yang disalurkan dari pemerintah untuk KUBE
ini dapat berguna secara efektif dan bermanfaat”..
AL/050419 Apa metode yang mbak gunakan dalam menggali potensi yang ada pada tiap
anggota KUBE?
LI/050419 Ya, dengan cara bertanya ke tiap anggota, kemampuan apa yang dimliki. Subjek menjelaskan Dengan cara bertanya
Dalam rangka mengembangkan diri sbg wirausahawan potensial, kita perlu mengenai metode ke anggota kemampuan
mengenali siapa diri kita sebenarnya dan bagaimana orang lain menilai diri yang digunaka dalam dan usaha apa yang
kita. Untuk menilai diri sendiri, seseorang dituntut untuk melakukan menggali potensi yang sekiranya cocok
penilaian terhadap beberapa kelemahan dan kekuatan pada diri sendiri dan ada di tiap anggot dikembangkan di
potensi yang dimiliki. Manusia juga dianugrahi intelektual dan modal wilayah tersebut.
kemanusiaan yang tidak terbatas tergantung manusia itu sendiri yang Anggota juga dituntut
mengembangkannya. utk memiliki
kemampuan untuk
menilai diri sendiri
terhadap kelemahan dan
kekuatan yang mereka
miliki karna manusia
dibekali modal
intelektual yang tidak
terbatas.
AL/050419 Bagaimana metode yang digunakan fasilitator sehingga bisa terbentuk
KUBE yang solid?
LI/050419 Kepengurusan KUBE pada hakekatnya dibentuk dari oleh dan untuk anggota Subjek menjelaskan Dengan menunjuk
kelompok. Pengurus KUBE dipilih dari anggota kelompok yang mau dan mengenai langkah Ketua KUBE untuk
mampu mendukung pengembangan KUBE, memiliki kualitas seperti dalam membuat mengkoordinir anggota
kesediaan mengabdi, rasa keterpanggilan, mampu mengorganisasikan dan anggota menjadi solid , karna ketua adalah
mengkoordinasikan kegiatan anggotanya, mempunyai keuletan pengetahuan dan kompak seorang yang diberi
dan pengalaman yang cukup serta yang penting adalah peran Ketua KUBE kepercayaan oleh
yang harus bisa mengatur anggotanya. Dan ketua kelompok ini adalah anggotanya sehingga
seseorang yang dipilih dari kelompoknya sendiri karena memiliki kelebihan- ketua harus memimpin
kelebihan tertentu, dan selanjutnya diberi tugas untuk memimpin anak anak buahnya untuk
buahnya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh kelompok. Agar suatu mencapai tujuan yang
pekerjaan bisa dilakukan dengan sangat baik dan tidak memerlukan waktu diinginkan dan
yang sangat lama. pekerjaan bisa
dilakukan dengan baik
dan tidak memakan
waktu yang lama.
AL/050419 Oh iya mbak bagaimana cara yang digunakan fasilitator dalam membina
KUBE dalam mempertahankan kepercayaan antar anggota?
LI/050419 Tetap memberi motivasi seperti melakukan mediasi dan negoisasi, serta Subjek menjelaskan Dengan memberi
memberi dukungan, berikan model tentang cara menjadi pedagang yang mengenai metode motivasi, jika terjadi
sukses, Jika terjadi masalah internal maupun eksternal maka harus untuk meningkatkan masalah di Kelompok
dikumpulkan dan mengajak untuk melakukan musyawarah, memberikan kepercayaan antar maka harus diadakan
tugas kepada Ketua agar mampu mengatur anggota nya anggota musyawarah dan
memberikan tugas ke
Ketua untuk mengatur
anggotanya.
AL/050419 Bagaimana fasilitator dan anggota menjaga hubungan baik di KUBE
Amanah Bersama?
LI/050419 Dengan cara tetap mengunjungi KUBE, ya sekaligus mengontrol Subjek menjelaskan Dengan mengunjungi
administrasi keuangannya dan memberikan solusi jika mereka memiliki mengenai cara yang KUBE untuk
keluhan atau masalah entah masalah usahanya atau masalah dari dilakukannya untuk mengontrol dan
kepengurusan anggota nya mempertahankan memberi solusi ketika
hubungan baik pada mereka memiliki
KUBE kendala dalam kegiatan
usahanya.
AL/050419 Berapa kali fasilitator mengontrol/ melakukan pembinaan sekaligus evaluasi
?
LI/050419 Pembinaan yang rutin sekaligus melakukan evaluasi dilakukan yakni Subjek menjelaskan Pembinaan rutin
pembinaan perbulan dan triwulan dengan tujuan agar usaha yang dibangun mengenai jumlah sebanyak sekali sebulan
tetap terkontrol mengingat usaha tidak dijalankan oleh satu orang saja dalam melakukan dan triwulan. Selain itu
melainkan kelompok, jadi harus benar-benar dibina seperti dari segi pembinaan dan ada juga pembinaan
pengelolaan administrasi keuangan nya dan memberikan solusi jika mereka evaluasi sekaligus evaluasi
memiliki keluhan atau masalah, entah masalah usahanya atau masalah dari tahunan ini dilakukan
kepengurusan anggota nya. Selain bulanan ada juga evaluasi tahunan, ini untuk mengetahui
dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan program pemberdayaan secara pelaksanaan program
menyeluruh. Evaluasi ini akan dijadikan acuan untuk program pemberdayaan pemberdayaan secara
selanjutnya. Selain pembinaan dan evaluasi rutin tersebut, saya selaku meyeluruh.
fasilitator juga pernah mengajak anggota untuk mengikuti pelatihan
sebanyak dua kali Dengan adanya pembinaan dan pelatihan ini saya berharap
anggota mampu mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam
menjalankan usahanya sehingga keluarga bisa sejahtera.
AL/050419 Owh gitu bu, berarti kelompok ini memiliki pengaruh yang besar untuk
kelangsungan hidup artinya bisa bantu keuangan dirumah bu ya.
Oke sudah bu, hanya itu sekira nya yang saya tanyakan, terima kasih banyak
atas waktu yang sudah diluangkan untuk saya , maaf ya bu ganggu aktivitas
ibu hari ini, saya mohon pamit, assalamualikum warahmatullahi
wabarakatuh
LI/050419 Iya, sama-sama, wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh
Catatan lapangan dan verbtim subjek !

Nama interview : Musni Nama interviewer : Putri Ayu Lasmeini


Umur : 47 Tahun Kode Interview : AL/070419
Kode Interview : MI/070419 Waktu Wawancara : 16.00-17.30
Status : Ketua KUBE

CATATAN LAPANGAN
Deskripsi Konteks Tahapan Wawancara adalah interviewer menemui seorang Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Amanah
Bersama Kelurahan Sandubaya untuk mendapatkan informasi tentang program pemberdayaan keluarga miskin
yang ada di KUBE Amanah Bersama dalam mengurangi angka kemiskinan di Kecamatan Selong. Sebelum
melakukan wawancara intrviewer bertanya kepada Fasilitator atau pendamping untuk bertanya mengenai
keberadaan Ketua KUBE Amanah Bersama, dan mbak Laely memberi informasi kepada peneliti bahwa Ketua
KUBE tinggal di daerah Kebun Baru dan bersedia mengantarkan peneliti ke rumah Ketua tersebut. Setelah
peneliti bertemu dengan Ketua KUBE, mbak Laely langsung meninggalkan peneliti, peneliti langsung masuk
dan meminta izin atau memberikan informasi mengenai tujuan peneliti datang yakni ingin meneliti peran
fasilitator/pendamping KUBE nya sekaligus melakukan wawancara.
Deskripsi Subjek Subjek 2 memiliki tinggi badan 158 cm dengan postur badan agak gemuk dan kulit sawo matang. Pada saat
wawancara subjek 2 memakai baju kotak-kotak dan tidak menggunakan baju putih dan hijab berwarna abu
sambil menggendong anak yang masih bayi. Selain melakukan tugas sebagai Ketua KUBE, subjek juga bekerja
membantu suami untuk menerima jahitan.
Deskripsi perilaku Dalam proses wawancara, subjek menjawab semua pertanyaan dengan cukup jelas, wawancara dilakukan di
teras rumah Ketua KUBE Amanah Bersama dengan menggunakan bahasa indonesia dan sasak, subjek kadang
serius kadang bercanda juga saat di wawancara.

KODE VERBATIM ANALISIS AWAL OPEN CODING


AL/070419 Assalamual’aikum warahmatullahi wabarakatuh bu
MI/070419 Wa’alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
AL/070419 Maaf bu menganggu waktu ibu, apakah ibu ada waktu sebentar,
saya mau bertanya mengenai peran fasilitator dalam membimbing
KUBE ibu?
MI/070419 Oh iya silahkan
AL/070419 Pernahkah ibu mendapat sosialisasi program mengenai KUBE dari
Dinas Sosial dan kira-kira usaha apa yang cocok dikembangkan
disini bu?
MI/070419 Kalau dari Dinas Sosial pernah dua kali, itu kalau tidak salah di Subjek menjelaskan alur Lokasi atau tempat yang
LLK Selong dan di Kantor Dinas Sosial. Tapi kalau sosialisasi dari sosialisasi program didatangi dalam melakukan
dari fasilitator yang mengundang Kepala Lingkungan dan RT itu dan penggalian potensi sosialisasi program KUBE
tidak pernah mbak. Jadi kami dapat informasinya dari Dinas Sosial usaha dalam dan total dari banyak
melalui perantara Ketua RT. pemberdayaan KUBE sosialisasi yang sudah
Tentu saja paham mbak, KUBE ini kan merupakan kelompok terlaksana. Serta menjelaskan
sebagai tempat belajar membuka usaha. Jadi dari KUBE ini kita mengenai potensi yang tepat
dapat pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat kesempatan untuk dikembangkan anggota
kerja. Dan berbicara mengenai usahanya.. yaa usaha yang cocok di daerah sandubaya tersebut
untuk dikembangkan adalah jual beli sembako ini. yakni jual beli sembako.
AL/070419 Strategi apa saja yang digunakan fasilitator sehingga bisa
terbentuk KUBE Amanah Bersama yang solid seperti sekarang ini
bu?
MI/070419 Menurut saya sih, maaf mbak karena ibu Laely memberikan saya Subjek menjelaskan Dengan metode partisipatif
tugas untuk mengatur anggota saya, jadi adanya team yang mengenai strategi yang atau kerjasama team artinya
kompak ini karna dari kerjasama team yang tidak saling irian digunakan fasilitator fasilitator memberikan tugas
artinya selalu mendukung apa yang menjadi tujuan kelompok dalam membentuk anggota kepada Ketua untuk
usaha ini. Selalu memberi semangat seperti iming-iming ke menjadi solid mengorganisir atau mengatur
mereka mengenai hasil yang nantinya akan didapat. Selain itu juga anggota agar tidak muncul
memberi motivasi dan tetap berkunjung ke KUBE kami. sifat iri dan selalu bekerja
sama dalam menjalankan
tugas. Selain itu, strategi
fasilitator yang lain adalah
dengan tetap mengunjungi
anggota untuk memberikan
motivasi atau saran.
AL/070419 Masih berbicara mengenai strategi bu, selain metode partisipatif
kan ibu bilang fasilitator selalu mengunjungi , itu kunjungan nya
berapa kali ya bu? Terus itu membahas tentang apa saja?
MI/070419 Kalau kunjungan, ibu laely sih sekali sebulan mbak, pernah itu Subjek menjelaskan Pembinaan sekaligus evaluasi
bimbingannya dalam bentuk pelatihan dari dinas koperasi, pernah mengenai jadwal dilakukan 1x dalam sebulan
juga datang yang dari pusat untuk ngecheck pembukuan sama pembinaan sekaligus
kelengkapan anggota. evaluasi dari fasilitator
AL/070419 Oh iya bu kalau untuk manfaat yang ibu dapatkan setelah adanya
usaha ini apa ya? Mungkin dari segi keuangan atau yang lainnya
MI/070419 Kalau masalah manfaat sih, ada mbak, saya kan awalnya cuman Subjek menjelaskan Manfaatnya antara lain
ngurus rumah dan penghasilan tidaka ada. Jadi dengan adanya mengenai manfaat dari mendapatkan penghasilan
KUBE ini saya ada penghasilan. Syukur alhmadulillah bisa bantu adanya kelompok usaha
suami juga dari segi ekonomi. bersama (KUBE) Amanah
Bersama
AL/070419 Kalau untuk pembagian hasil dari keuntungannya tiap anggota
gimana bu?
MI/070419 Dibagikan dua bulan sekali, tapi kalau ada yang butuh uang bisa Subjek menjelaskan Dibagikan dua bulan sekali
dikasih duluan mbak, artinya uang dalam sebulannya itu bisa system pembagian hasil
dambill dulu keuntungan tiap anggota
AL/070419 Ow ya bu, kalau untuk manfaat nya apakah hanya dari segi
keuangan saja?
MI/070419 Gak sih mbak, sejak saya jadi ketua kelompok usaha ini, saya Subjek menjelaskan Manfaat yang didapat dari
pribadi sih merasa ada sedikit peningkatan keterampilan seperti tentang manfaat lain dari segi keterampilan
mengatur teman-teman yakni bagaimana membuat mereka tetap adanya usaha KUBE memanagemen anggota dan
aktif dan antusias dalam menjalin kerjasamanya untuk membuat Amanah Bersama terjalin kerjasama yang baik.
barang dagangan ini tetap laku habis terjual.
AL/070419 Owh gitu bu, berarti kelompok ini memiliki pengaruh yang besar
untuk kelangsungan hidup artinya bisa bantu keuangan dirumah bu
ya.
Oke sudah bu, hanya itu sekira nya yang saya tanyakan, terima
kasih banyak atas waktu yang sudah diluangkan untuk saya , maaf
ya bu ganggu aktivitas ibu hari ini, saya mohon pamit,
assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh
Iya, sama-sama, wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh
Catatan lapangan dan verbtim subjek !

Nama interview : Jami’ah Nama interviewer : Putri Ayu Lasmeini


Umur : 51 Tahun Kode Interview : AL/080419
Kode Interview : JH/080419 Waktu Wawancara : 16.15-18.30
Status : Sekretaris KUBE

CATATAN LAPANGAN
Deskripsi Konteks Tahapan Wawancara adalah interviewer menemui Sekretaris Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Amanah
Bersama Kelurahan Sandubaya untuk mendapatkan informasi tentang program pemberdayaan keluarga miskin
yang ada di KUBE Amanah Bersama dalam mengurangi angka kemiskinan di Kecamatan Selong. Sebelum
melakukan wawancara interviewer bertanya kepada Ketua KUBE dan bertanya mengenai keberadaan sekretaris
KUBE Amanah Bersama, dan Ketua memberi informasi untuk langsung saja datang kerumahnya karna
kebetulan sekretaris ada di rumah ketua. Setelah peneliti bertemu dengan Ketua dan Bendahara KUBE, ketua
langsung meninggalkan peneliti karna anaknya nangis dan setelah itu peneliti langsung melakukan wawancara
dengan bendahara.
Deskripsi Subjek Subjek 3 memiliki tinggi badan 140 cm dengan postur badan kurus dan kulit sawo matang. Pada saat
wawancara subjek 3 memakai hijab berwarna ungu dan bawahannya menggunakan sarung bermotif. Selain
melakukan tugas sebagai Sekretaris KUBE, subjek juga bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Deskripsi perilaku Dalam proses wawancara, subjek menjawab semua pertanyaan dengan nada lembut dan cukup jelas, wawancara
dilakukan di halaman rumah Sekretaris KUBE Amanah Bersama dengan menggunakan bahasa indonesia,
subjek kadang serius kadang bercanda juga saat di wawancara.

KODE VERBATIM ANALISIS AWAL OPEN CODING


AL/080419 Assalamual’aikum warahmatullahi wabarakatuh bu
JH/080419 Wa’alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
AL/080419 Maaf bu menganggu waktu nya bu, apakah ibu ada waktu
sebentar, soalnya kedatangan saya kesini untuk menanyakan
mengenai peran fasilitator dalam membimbing KUBE ibu?
JH/080419 Oh KUBE, iya silahkan
AL/080419 Pernahkah ibu mendapat sosialisasi program mengenai KUBE dari
Dinas Sosial dan kira-kira usaha apa yang cocok dikembangkan
disini bu?
JH/080419 Pernah mbak, waktu itu di LLK sama di Dinas Sosial. Itu Subjek menjelaskan Lokasi atau tempat yang
sosialisanya sama KUBE yang lain juga, soalnya itu tentang alur dari sosialisasi didatangi dalam
perkenalan KUBE dan verifikasi, validasi data mbak untuk program dan melakukan sosialisasi
pencairan dana nya. Dan mengenai usaha yang cocok jika melihat penggalian potensi program KUBE. Serta
kemampuan dari anggota dan lingkungan sekitar mungkin yang usaha dalam menjelaskan mengenai
cocok itu sembako mbak, mengingat warung yang ada di sekitaran pemberdayaan KUBE potensi yang tepat untuk
sini barangnya gak ada yang lengkap mbak dikembangkan anggota di
daerah sandubaya
tersebut yakni jual beli
sembako.
AL/080419 Strategi apa saja yang digunakan fasilitator sehingga bisa
terbentuk KUBE Amanah Bersama yang solid seperti sekarang ini
bu?
JH/080419 Ya, berawal dari anggotanya sendiri mbak, kalau anggota nya mau Subjek menjelaskan Dengan metode
dan mampu mendukung KUBE biar berkembang maka akan mengenai strategi yang partisipatif atau
terbentuk KUBE yang solid. Yang jelas ibu Laely itu tetap kasih digunakan fasilitator kerjasama team artinya
motivasi dan arahan untuk para anggota. Selain itu dikasih dalam membentuk kesolidan kelompok itu
motivasi, bimbingan dan solusi serta membangun komunikasi anggota menjadi solid berasal dari anggotanya
yang baik mbak. sendiri seperti saling
mendukung tugas dan
. tangung jawab serta tetap
menjalin komunikasi
yang baik sesama
anggota dan tentunya
dengan pendamping juga.
AL/080419 Kalau untuk kunjungan mbak laely atau pendampingnya itu
berapa kali ya bu? Terus itu membahas tentang apa saja?
JH/080419 Sebulan sekali, ya ada pelatihan juga tentang peningkatan Subjek menjelaskan Pembinaan dilakukan 1x
produktivitas barang dan mengenai cara mengelola keuangan. mengenai jadwal dalam sebulan dengan
pembinaan dari mengadakan beberapa
fasilitator pelatihan
AL/080419 Oh iya bu kalau untuk manfaat yang ibu dapatkan setelah adanya
usaha ini apa ya? Mungkin dari segi keuangan atau yang lainnya
JH/080419 Kalau masalah manfaat sih, ada mbak, saya kan cuman Ibu Rumah Subjek menjelaskan Manfaatnya antara lain
Tangga yang kerjanya mengurus Rumah dan anak, jadi pasti mengenai manfaat dari mendapatkan
perbedaan itu ada yang awalnya pendapatan tidak ada jadi adanya kelompok penghasilan dan
sekarang ada. Kemarin yang hasil pertama dapat seratur ribu per usaha bersama keterampilan mejalankan
anggota lumayanlah mbak untuk jajan anak. Selain itu, mendapat (KUBE) Amanah usaha jual beli sembako
keterampilan seperti tau harga barang-barang sembako kalau mau Bersama
dijual terus tau gimana cara mengelola keuangan, cara
promosiinnya, terus bisa tau bagaimana pelayanan yang harus
digunakan agar pembeli itu tidak bosan beli disini
AL/080419 Kalau untuk pembagian hasil dari keuntungannya tiap anggota
gimana bu?
JH/080419 Dua bulan sekali mbak, jadi sekitar seratus ribuan ya minimal Subjek menjelaskan Dibagikan dua bulan
dapat dua puluh ribuan per dua bulan mbak system pembagian sekali
hasil keuntungan tiap
anggota
AL/080419 Owh gitu bu, berarti kelompok ini memiliki pengaruh yang besar
untuk kelangsungan hidup artinya bisa bantu keuangan dirumah
bu ya.
Makasih banyak sebelumnya bu atas informasi nya sekali lagi
maaf ya bu ganggu aktivitas ibu hari ini, saya mohon pamit,
assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh
JH/080419 Iya, sama-sama, wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh
Catatan lapangan dan verbtim subjek !

Nama interview : Maemanah Nama interviewer : Putri Ayu Lasmeini


Umur : 50 Tahun Kode Interview : AL/090419
Kode Interview : MH/090419 Waktu Wawancara : 16.30-18.30
Status : Sekretaris KUBE

CATATAN LAPANGAN
Deskripsi Konteks Tahapan Wawancara adalah interviewer menemui seorang pengurus KUBE yang menjabat sebagai bendahara
nya. Interviewer sebelumnya menanyakan kepada Ketua KUBE dimana tempat tinggal bendahara tersebut.
Setelah peneliti datang keesokan harinya peneliti bertanya kepada warga yang berada disekitaran tempat tinggal
nya. Dan akhirnya peneliti bertemu dengan bendahra KUBE, peneliti langsung masuk dan meminta izin
sekaligus memberi informasi mengenai tujuan peneliti datang yakni ingin meneliti peran pendamping KUBE
nya sekaligus melakukan wawancara.
Deskripsi Subjek Subjek 4 memiliki tinggi badan 141 cm dengan postur badan agak gemuk dan kulit sawo matang. Pada saat
wawancara subjek 4 memakai baju berwarna ungu polos dan menggunakan hijab berwarna ungu muda. Selain
melakukan tugas sebagai bendahara KUBE, subjek juga bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Deskripsi perilaku Dalam proses wawancara, subjek menjawab semua pertanyaan dengan nada lembut dan cukup jelas, wawancara
dilakukan di halaman rumah bendahara KUBE Amanah Bersama dengan menggunakan bahasa indonesia dan
sasak, subjek kadang serius kadang bercanda juga saat di wawancara.

KODE Verbatim Analisis awal Open coding


AL/090419 Assalamual’aikum warahmatullahi wabarakatuh
MH/090419 Wa’alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
AL/090419 Maaf bu ganggu waktunya, apakah ibu ada waktu sebentar, saya
mau bertanya mengenai peran fasilitator dalam membimbing KUBE
Amanah Bersama?
MH/090419 Oh iya silahkan, tadi sudah dibilang sama ketua nya juga
AL/090419 Pernahkah ibu mendapat sosialisasi program mengenai KUBE dari
Dinas Sosial dan kira-kira usaha apa yang cocok dikembangkan
disini bu?
MH/090419 dua kali mbak, dan sebelumnya kan ibu Laely memberi saya arahan Subjek menjelaskan alur Total dari banyak
usaha yang pas adalah usaha yang memang memiliki peluang besar dari sosialisasi program sosialisasi yang
di daerah ini dan tidak susah untuk dikelola nantinya dan menurut dan penggalian potensi sudah terlaksana.
saya usaha itu adalah sembako usaha dalam Serta menjelaskan
pemberdayaan KUBE mengenai potensi
yang tepat untuk
dikembangkan
anggota
AL/090419 Strategi apa saja yang digunakan fasilitator sehingga bisa terbentuk
KUBE Amanah Bersama yang solid seperti sekarang ini bu?
MH/090419 Menggunakan partisipasi mbak, jadi setiap anggota diikutsertakan Subjek menjelaskan Dengan metode
dalam pengambilan keputusan dan mendorong anggotanya agar mengenai strategi yang partisipatif atau
menjalankan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya masing- digunakan fasilitator kerjasama team
masing. Adanya Ketua juga sangat membantu untuk kerja sama team dalam membentuk seperti tetap
yang solid, karena Ibu Laely kan gak tiap hari disini jadi Ketua yang anggota menjadi solid menjalin
mengkoordinir. Adanya motivasi dan bimbingan serta tetap menjalin komunikasi dengan
komunikasi yang baik baik

AL/090419 Masih berbicara mengenai strategi bu, selain metode partisipatif


pastinya mbak laely pernah datang untuk kunjungan ya bu, kalau
boleh tahu itu kunjungan nya berapa kali ya bu?
MH/090419 Geh, ibu laely tetep iye dateng ngunjungi usaha ine kadang sekali Subjek menjelaskan Pembinaan
sebulan, kadang due kali sebulan mengenai jadwal dilakukan 1x dalam
pembinaan sebulan
AL/090419 Oh iya bu kalau untuk manfaat yang ibu dapatkan setelah adanya
usaha ini apa ya? Mungkin dari segi keuangan atau yang lainnya
MH/090419 nggih nambah mbak, jadi punya penghasilan juga, ya lumayan untuk Subjek menjelaskan Manfaatnya antara
nambah uang makan keluarga di rumah. Dan kalau dilihat dari mengenai manfaat dari lain mendapatkan
pembagian nya untung dibagi dua bulan sekali dari keuntungan adanya kelompok usaha penghasilan
bersih. Adapun total keuntungan bersih di bulan pertama itu sekitar bersama (KUBE) 50.000/bulan
lima ratus ribuan. Jadi 500.000 dibagi untuk 10 anggota yakni Amanah Bersama
50.000/bulan. Tapi kalau ada anggota yang butuh uang bisa kok
diambil tiap bulan. Jadi tergantung anggota nya juga mbak.”
AL/090419 Kalau untuk pembagian hasil dari keuntungannya tiap anggota
gimana bu?
MH/090419 Kalau pembagiannya dua bulan sekali dalam sebulan keuntungan Subjek menjelaskan Dibagikan dua
bersih sekitar lima ratus ribuan jadi lima ratus ribu dibagi sepuluh system pembagian hasil bulan sekali sebesar
sekitar 50 ribu/ bulan. Jadi total pendapatan tiap anggota 100ribu/dua keuntungan tiap anggota 100.000/2bulan
bulan. Tapi kalau ada anggota yang butuh uang bisa kok diambil tiap
bulan. Jadi tergantung anggotanya juga mbak
AL/090419 Ow ya bu, kalau untuk manfaat nya apakah hanya dari segi keuangan
saja?
MH/090419 Syukur alhamdulillah setelah mendapat pembinaan dalam kelompok Subjek menjelaskan Manfaat yang
usaha ini saya bisa mengatur keuangan dengan baik dan benar tentang manfaat lain dari didapat antara lain
sehingga usaha ini bisa tetap berjalan dengan semestinya. Biasanya adanya usaha KUBE mampu
tidak pernah ketemu teman sekarang jadi sering ketemu waktu piket Amanah Bersama memanagemen
atau pas pertemuan ruti. Ya, jadi kegiatan KUBE juga mempererat keuangan dengan
silaturrahmi kami. baik dan benar

AL/090419 Owh gitu bu, berarti kelompok ini memiliki pengaruh yang besar
dari segi ekonomi dan pengetahuan ya bu. Ya dah bu saya pamit
dulu, makasih atas waktunya ya bu dan makasih banyak juga ama bu
musni karna sudah mempermudah proses wawancara ini , sekali saya
mohon pamit, assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh
MH/090419 Iya, sama-sama, wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh
Catatan lapangan dan verbtim subjek !

Nama interview : Sulistiani Nama interviewer : Putri Ayu Lasmeini


Umur : 38 Tahun Kode Interview : AL/090419
Kode Interview : SI/090419 Waktu Wawancara : 19.15-21.00
Status : Anggota KUBE

CATATAN LAPANGAN
Deskripsi Konteks Tahapan Wawancara adalah interviewer menemui seorang anggota Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya untuk mendapatkan informasi tentang program pemberdayaan keluarga
miskin melalui pendekata pada KUBE Amanah Bersama dalam mengurangi angka kemiskinan di Kecamatan
Selong. Wawancara kali ini peneliti datang bersama fasilitator atau pendamping KUBE nya. Setelah peneliti
bertemu dengan anggota KUBE, peneliti dan pendamping langsung masuk dan meminta izin atau memberikan
informasi mengenai tujuan peneliti datang yakni ingin meneliti peran fasilitator/pendamping KUBE nya
sekaligus melakukan wawancara.
Deskripsi Subjek Subjek 5 memiliki tinggi badan 158 cm dengan postur badan agak gemuk dan kulit putih. Pada saat wawancara
subjek 5 memakai baju kotak-kotak dan tidak menggunakan hijab. Subjek bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Deskripsi perilaku Dalam proses wawancara, subjek menjawab semua pertanyaan dengan nada lembut dan cukup jelas, wawancara
dilakukan di ruang tamu rumah anggota KUBE Amanah Bersama dengan menggunakan bahasa indonesia,
subjek kadang serius kadang bercanda juga saat di wawancara.

Kode Verbatim Analisis awal Open coding


AL/090419 Assalamual’aikum warahmatullahi wabarakatuh
SI/090419 Wa’alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
AL/090419 Maaf bu menganggu waktu ibu, kedatangan saya kesini ingin
bertanya mengenai peran fasilitator dalam membimbing KUBE ibu?
SI/090419 Oh iya silahkan
AL/090419 Pernahkah ibu mendapat sosialisasi program mengenai KUBE dari
Dinas Sosial dan kira-kira usaha apa yang cocok dikembangkan
disini bu?
SI/090419 Sosialisanya itu dua kali mbak. Kita kan pergi sama fasilitatornya Subjek menjelaskan Total dari banyak
mbak. Disana juga yang ngumpul bukan anggota kami saja tapi alur dari sosialisasi sosialisasi yang sudah
anggota yang dari kampung lain juga ikut . Itu kan sosialisasi untuk program dan terlaksana. Serta
semua KUBE beserta pendampingnya. Kalau penggaliannya sih kan penggalian potensi menjelaskan mengenai
ibu Laely memberi arahan usaha yang cocok kan mbak ya yakni usaha dalam potensi yang tepat
usaha yang memang memiliki peluang besar di daerah ini dan tidak pemberdayaan KUBE untuk dikembangkan
susah untuk saya dan teman-teman kelola nantinya. Dan menurut anggota
saya usaha itu adalah sembako
AL/090419 Strategi apa saja yang digunakan fasilitator sehingga bisa terbentuk
KUBE Amanah Bersama yang solid seperti sekarang ini bu?
SI/090419 Menurut saya sih, metode yang digunakan fasilitator adalah Subjek menjelaskan Dengan metode
partisipatif yang dimana metode ini mendorong keikutsertaan setiap mengenai strategi yang partisipatif atau
individu di dalam suatu proses kelompok sesuai dengan tanggng digunakan fasilitator kerjasama team
jawabnya masing-masing yang sudah ditentukan oleh KUBE dalam membentuk dengan melaksanakan
tersebut. Selalu memberikan motivasi atau semangat dan selalu setia anggota menjadi solid tugas sesuai dengan
hadir di pertemuan akhir pekan kami mbak. tupoksinya. Selain itu
memberikan motivasi
dan semangat ke
.
anggotanya
AL/090419 Masih berbicara mengenai strategi bu, kalau untuk bimbingan atau
kunjungan mbak laeli nya berapa kali ya bu? Terus itu membahas
tentang apa saja?
SI/090419 1x sebulan mbak dan empat kali yang dari pusat, pembinaan Subjek menjelaskan Pembinaan sekaligus
sekaligus evaluasi itu bukan hanya mengenai keuangan tapi jelasin mengenai jadwal evaluasi dilakukan 1x
bagiamana cara kami tetap menjalin kerjasama yang solid jangan ada pembinaan sekaligus dalam sebulan dan
yang menghilang karna ini usaha bersama yang dimana keuntungan evaluasi dari fasilitator empat kali dari pusat.
dibagi rata. Jadi kalau ada yang tidak kompak maka akan
menimbulkan masalah kedepannya
AL/090419 Oh iya bu kalau untuk manfaat yang ibu dapatkan setelah adanya
usaha ini apa ya? Mungkin dari segi keuangan atau yang lainnya
SI/090419 Banyak mbak, seperti ada perubahan mbak dari awalnya nganggur Subjek menjelaskan Manfaatnya antara lain
dan sekarang gak lagi. Pendapatan juga lumayan mbak. Hasil mengenai manfaat dari mendapatkan
penjualan ini dibagi dua bulan sekali, walaupun hasilnya belum adanya kelompok penghasilan dan
maksimal kemarin Rp.100.000,00 per anggota, tapi adalah hasilnya. usaha bersama mendapatkan ilmu
Bisa untuk tambah kebutuhan sehari-hari. Selain itu juga saya dapat (KUBE) Amanah tambahan dari
pengetahuan dari kegiatan binaan dan pelatihan. Bersama kegiatan pelatihan
yang diikuti
AL/090419 Kalau untuk pembagian hasil dari keuntungannya tiap anggota
gimana bu?
SI/090419 Pembagiannya itu dua bulan sekali mbak, alasannya biar yang Subjek menjelaskan Dibagikan dua bulan
didapat agak banyak gitu mbak system pembagian sekali
hasil keuntungan tiap
anggota
AL/090419 Ow ya bu, kalau untuk manfaat nya apakah hanya dari segi keuangan
saja?
SI/090419 Setiap usaha kan pasti memberikan manfaat, dan saya ngerasa ada Subjek menjelaskan Manfaat yang didapat
tambahan ilmu diantaranya jadi tahu bagaimana cara melayani tentang manfaat lain dari segi keterampilan
pelanggan, dan bagaimana cara promosi barang. Selain itu adanya dari adanya usaha yakni mengetehaui
kelompok ini menjadikan ibu-ibu mempunyai kekeluargaan yang KUBE Amanah ilmu usaha yang baik
tinggi dan kuat. Bersama dan benar seperti cara
promosi dan lain-lain.
AL/090419 Berarti adanya KUBE ini sangat membantu keuangan dan menambah
pengetahuan ya bu, ya dh bu makasih ya bu atas waktunya mlm ini,
saya mohon pamit, assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh
SI/090419 Iya, sama-sama, wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh
Catatan lapangan dan verbtim subjek !

Nama interview : Sahman Nama interviewer : Putri Ayu Lasmeini


Umur : 48 Tahun Kode Interview : AL/100419
Kode Interview : SN/100419 Waktu Wawancara : 15.00-16.00
Status : Anggota KUBE

CATATAN LAPANGAN
Deskripsi Konteks Tahapan Wawancara adalah interviewer menemui seorang anggota Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Amanah Bersama Kelurahan Sandubaya untuk mendapatkan informasi tentang program pemberdayaan keluarga
miskin melalui pendekata pada KUBE Amanah Bersama dalam mengurangi angka kemiskinan di Kecamatan
Selong. Wawancara kali ini peneliti datang langsung ke lokasi KUBE Amnah Bersama yang berada di
Lingkungan Kebun Baru. Setiba di lokasi, peneliti melihat anggota sedang melayani konsumen yang membeli
beras dan minyak goring. Peneliti menunggu sampai anggota tidak sibuk lagi. Selang beberapa menit, peneliti
langsung menghampiri anggota dan memberi tahu maksud dan tujuan peneliti datang. Dan ternyata anggota
sudah tau karna sudah di beritahu sebelumnya dari anggota yang lain. Wawancara pun langsung di mulai
Deskripsi Subjek Subjek 6 memiliki tinggi badan 158 cm dengan postur badan sedang dan kulit putih. Pada saat wawancara
subjek 6 memakai gamis dan menggunakan hijab berwarna abu-abu. Subjek bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Deskripsi perilaku Dalam proses wawancara, subjek menjawab semua pertanyaan dengan nada lembut dan cukup jelas, wawancara
dilakukan di lokasi KUBE Amanah Bersama dengan menggunakan bahasa indonesia, subjek agak serius saat di
wawancara.

KODE Verbatim Analisis awal Open coding


AL/100419 Assalamual’aikum warahmatullahi wabarakatuh
SN/100419 Wa’alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
AL/100419 Maaf bu menganggu, kedatangan saya kesini ingin bertanya
mengenai peran fasilitator dalam membimbing KUBE ini?
SN/100419 iya silahkan
AL/100419 Pernahkah ibu mendapat sosialisasi program mengenai KUBE dari
Dinas Sosial dan kira-kira usaha apa yang cocok dikembangkan
disini bu?
SN/100419 Itu sosialisanya antara dua atau tiga kali mbak. Yang pertama di Subjek menjelaskan Total dan lokasi dari
Dinsos kedua di LLK terus yang ketiga di rumah Ketua RT tapi alur dari sosialisasi sosialisasi yang sudah
waktu di rumah pak RT saya gak liat bu Laely cuman ada kepala program dan terlaksana. Serta
Dinas Sosial itu namanya Pak tejo sama 2 orang juga. Ini mbak, penggalian potensi menjelaskan mengenai
sembako biar warga belanjanya gak jauh, disini ada yang jual usaha dalam potensi yang tepat
sembako juga tapi barangnya tidak lengkap mbak pemberdayaan KUBE untuk dikembangkan
anggota

AL/100419 Strategi apa saja yang digunakan fasilitator sehingga bisa terbentuk
KUBE Amanah Bersama yang solid seperti sekarang ini bu?
SN/100419 Tetap di bimbing terus diajak untuk ikut Pelatihan, selalu Subjek menjelaskan Dengan tetap
menanamkan sifat yang tidak iri-irian di buatin jadwal tugas jadi mengenai strategi yang membimbing seperti
nanti kalau ada yang melanggar dikenai denda, intinya tetap ada digunakan fasilitator memananamkan sifat
bimbingan lah dan membangun komunikasi yang baik dalam membentuk tidak iri-irian dan
. anggota menjadi solid memberi pelatihan
serta memberikan
jadwal tugas kepada
.
anggota
AL/100419 Masih berbicara mengenai strategi bu, kalau untuk bimbingan atau
kunjungan mbak laeli nya berapa kali ya bu?
SN/100419 sekali sebulan Subjek menjelaskan Pembinaan dilakukan
mengenai jadwal 1x dalam sebulan
pembinaan dari
fasilitator
AL/100419 Oh iya bu kalau untuk perbedaan sebelum dan sesudah adanya
KUBE ini ada tidak ?
SN/100419 Perbedaan pastinya ada mbak dulu kan saya ngurus RT saja, Subjek menjelaskan Antara lain
sekarang saya punya penghasilan mbak yang awalnya penghasilan mengenai perbedaan mendapatkan
cuman dapat dari suami saja kehidupan dari adanya penghasilan
kelompok usaha
bersama (KUBE)
Amanah Bersama
AL/100419 Kalau untuk pembagian hasil dari keuntungannya tiap anggota
gimana bu?
SN/100419 Keuntungannya dibagi satu kali dua bulan. Itu sekitar seratus ribuan Subjek menjelaskan Dibagikan dua bulan
mbak. Itupun kalau penghasilannya tetap mbak. Ya, terkadang kalau system pembagian sekali yakni seratur
penghasilan dikit otomatis pembagian hasil keuntungan juga dikit hasil keuntungan tiap ribu rupiah dan
minimal sepuluh ribuan/bulan. anggota minimal penghasilan
sempat sepuluh ribu
sebulan
AL/100419 Ow ya bu, kalau untuk manfaat nya apakah hanya dari segi keuangan
saja?
SN/100419 Manfaat bagi saya, sekarang saya bukan penganguran lagi mbak, Subjek menjelaskan Manfaat yang didapat
sudah mendapatkan pekerjaan. Keterampilan nya bisa buka usaha tentang manfaat lain dari segi keterampilan
sembako sendiri kalau modalnya ada mbak dari adanya usaha yakni mengetehaui
KUBE Amanah ilmu usaha yang baik
Bersama dan benar seperti cara
promosi dan lain-lain.
AL/100419 Berarti adanya KUBE ini sangat membantu untuk perubahan di
keluarga khusunya di ibu sendiri ya, ya dh bu makasih ya bu atas
waktunya mlm ini, sekali lagi maaf mengganggu bu, saya mohon
pamit, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
SN/100419 Iya, sama-sama, wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh
DOKUMENTASI DALAM PENGAMBILAN DAN PENGUMPULAN DATA

Gambar 2. Kondisi lokasi Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Gambar 3. Fasilitator dan para anggota Kelompok Usaha Bersama (KUBE)


Gambar 4. Suasana Kegiatan Pembinaan sekaligus Evaluasi KUBE Amanah Bersama
Gambar 5. Pelatihan program Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Gambar 6. Suasana tanya jawab dengan Fasilitator KUBE “AMANAH BERSAMA”


Gambar 7. Suasana tanya jawab dengan Pengurus dan Anggota KUBE “AMANAH BERSAMA”
Wawancara bersama Bendahara KUBE Amanah Bersama

Wawancara bersama Anggota KUBE Amanah Bersama


Wawancara bersama Sekretaris KUBE Amanah Bersama

Wawancara bersama Anggota KUBE Amanah Bersama


Tabel 9. Laporan Laba Rugi dari Usaha Sembako KUBE “Amanah Bersama” untuk perbulan (dalam ribuan rupiah) yakni
dilihat dari tanggal 30 Agustus 2018 s/d 30 September 2018

Nama Barang Harga Beli Harga Jual Jumlah Awal Terjual Sisa stock Kas Masuk Laba

Beras Rp 10,000 Rp 11,500 10 kwintal 90 kg 910 kg Rp 1,035,000 Rp 135,000


Minyak Rp 12,400 Rp 13,000 50 kg 20 kg 30 kg Rp 260,000 Rp 30,000
Gula Rp 12,500 Rp 13,500 100 kg 18 kg 82 kg Rp 243,000 Rp 18,000
Tepung Rp 10,000 Rp 11,500 100 kg 4 kg 96 kg Rp 46,000 Rp 6,000
Sabun Rp 4,000 Rp 5,000 50 Buah 5 buah 45 buah Rp 25,000 Rp 5,000
Rokok Rp 17,000 Rp 22,000 50 Bungkus 45 bungkus 5 bungkus Rp 990,000 Rp 225,000
Indomie Rp 65,000 Rp 70,000 30 Dus 1 dus 29 dus Rp 70,000 Rp 5,000
Susu Rp 12,000 Rp 12,500 40 Kaleng 3 Kaleng 37 Kaleng Rp 37,500 Rp 1,500
Pepsodent Rp 6,000 Rp 10,600 50 Buah 6 buah 44 buah Rp 63,600 Rp 27,600
Telur Rp 35,000 Rp 40,000 30 Tre 4 tre 26 tre Rp 160,000 Rp 20,000
Kopi Rp 36,000 Rp 40,000 20 Kg 1 kg 19 kg Rp 40,000 Rp 4,000
Rinso Rp 24,000 Rp 25,000 10 Kg 2 kg 8 kg Rp 50,000 Rp 2,000
Snack Rp 6,000 Rp 6,500 50 Renteng 8 renteng 42 renteng Rp 52,000 Rp 4,000
Kopi sachet Rp 10,000 Rp 12,000 20 Renteng 7 renteng 13 renteng Rp 84,000 Rp 14,000
Susu sachet Rp 9,000 Rp 10,000 20 Renteng 2 renteng 18 renteng Rp 20,000 Rp 2,000
Agar-agar Bubuk Rp 24,000 Rp 25,000 10 Kotak 1 kotak 9 kotak Rp 25,000 Rp 1,000
Nutrijel Bubuk Rp 30,000 Rp 36,000 10 Kotak 0 10 kotak Rp - Rp -
Tepung Hunkwe Rp 20,000 Rp 25,000 10 Bungkus 0 10 bungkus Rp - Rp -
Jumlah 640 217 423 Rp 3,201,100 Rp 500,100.00

Anda mungkin juga menyukai