Anda di halaman 1dari 108

PELAKSANAAN KONSELING KESEHATAN

REPRODUKSI REMAJA DALAM UPAYA


PENANGGULANGAN SEKS BEBAS PADA REMAJA
DI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN
PEMALANG

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Oleh:
Priyo Atmono
71111026

FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
NOTA PEMBIMBING

Lamp : 5 (lima) Eksemplar


Hal : Persetujuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.
Dekan Fakultas
Dakwah
IAIN Walisongo
Semarang
Di Semarang

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan sebagaimana
mestinya, maka kami menyatakan bahwa skripsi saudara :
Nama : Priyo Atmono
Nim : 071111026
Fakultas/Jurusan : Dakwah / BPI
Judul Skripsi : Pelaksanaan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja
dalam Upaya Penanggulangan Seks Bebas Pada
Remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang
Telah saya setujui dan mohon agar segera diujikan. Demikian atas perhatiannya
diucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 13 Juni 2012

Pembimbing,
Bidang Substansi Materi Bidang Metodologi dan Tata tulis

Dra. Maryatul Qibtiyah, M.Pd Safrodin Halimi, M.Ag


NIP. 19680113 199403 2 001 NIP. 19751203 200312 1 002

ii
SKRIPSI
PELAKSANAAN KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
DALAM UPAYA PENANGGULANGAN SEKS BEBAS PADA REMAJA
DI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG

Disusun oleh
Priyo Atmono
071111026

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Pada tanggal 21 Juni 2012
Dan dinyatakan Lulus memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji

Ketua Dewan Penguji I/ Anggota Penguji II


Dekan/Pembantu Dekan

Dr. Muhammad Sulthon, M.Ag H. Abdul Sattar, M.Ag


NIP. 1962082719920301001 NIP. 197308141998031001

Anggota Penguji III Anggota Penguji IV

Yuli Nur Khasanah, M.Hum, S.Ag Wening Wihartati, S.Psi, M.Si


NIP. 197107291997032005 NIP. 197711022006042004

iii
MOTTO

         
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
(Q.S Al Insyirah :5-6)

iv
PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :


 Kedua orangtua saya, Bapak Sunarto dan Ibu Ruyati, yang senantiasa
memberikan do’a dan kasih sayangnya.
 Kakak-kakakku (Mbak Sri, Mbak Puji Mbak Tio, Kang Khur dan Mas
Syarif), kalian semua kusayangi dan kucintai, serta Aby dan Zunu, raihlah
cita-citamu.
 Secara khusus di dedikasikan untuk almameter dan civitas akademika
IAIN Walisongo Semarang, Bapak/Ibu dosen, karyawan, aktifis lembaga
kemahasiswaan (intra/ekstra kampus) yang telah memberikan warna
tersendiri bagi penulis.
 Keluarga besar masyarakat Ringinwok, khususnya keluarga besar Bapak
Rochman yang senantiasa memberikan bimbingan, pengajaran, pelajaran
dan cara bermasyarakat.
 Teman-teman Fakultas Dakwah, khususnya BPI 2007 yang telah
memberikan dukungan hingga terselesaikannya skripsi ini.
 Sahabat terbaikku, terima kasih untuk support, perhatian, dan
pengertiannya.

Penulis

Priyo Atmono

v
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya
sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga pendidikan
lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum
atau tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dari daftar pustaka.

Semarang, 30 Juni 2012

Priyo Atmono
NIM. 071111026

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta Alam yang
selalu memberikan rahmat dan hidayahnya kepada hambanya.
Shalawat dan salam semoga selalu terucapkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, yang menjadikan dunia ini penuh dengan pengetahuan dan ke
ilmuan.
Hanya nikmat dan rahnat Allah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Sebagaimana luapan semua rasa gembira dengan terselesaikannya penyusunan
skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN KONSELING KESEHATAN
REPRODUKSI REMAJA DALAM UPAYA PENANGGULANGAN SEKS
BEBAS PADA REMAJA DI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN
PEMALANG”, yang disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Program studi Strata Satu (S.I) dalam ilmu dakwah
di Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang Jurusan Bimbingan Penyuluhan
Islam (BPI).
Penulis merasa yakin skripsi ini tidak dapat diselesaikan secara baik tanpa
pertolongan dan hidayah dari Allah SWT. Terselesainya penyusunan skripsi ini,
penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, saran-saran serta motivasi dari
berbagai pihak. Suatu keharusan bagi pribadi penulis untuk menyampaikan terima
kasih yang tiada terhingga kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.
2. Bapak Dr. Muhammad Sulthon, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang beserta para pembantunya.
3. Ibu Hj. Mahmudah, S.Ag, M.Pd dan Bapak Safrodin Halimi M.Ag, selaku
ketua dan sekretaris jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas
Dakwah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan izin penulisan
skripsi ini.

vii
4. Ibu Dra. Maryatul Qibtiyah, M.Pd dan Bapak Safrodin Halimi M.Ag, selaku
dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
untuk memberi bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, atas
segala kesabaran dan keikhlasannya untuk memberikan ilmu-ilmunya kepada
kami. Seluruh karyawan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, terima
kasih atas pelayanannya.
6. Pemerintah Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang yang telah mengizinkan
penulis untuk melakukan penelitian di tempat tersebut dan telah bersedia
memberikan data untuk kepentingan penulis skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan untuk cepat
menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Sahabat-sahabat BPI 2007, serta keluarga besar IMPP Komisariat Walisongo
Semarang, teruslah bersemangat dalam mengasah kemampuan dan keahlian
dalam berbagai bidang.
Penulis berdo’a semoga Allah SWT selalu menerima amal shaleh dan
membalas dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini terlalu masih jauh
dari kesempurnaan, baik dalam segi bahasa, analisis, maupun materi kajian,
maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif
demi sempurnanya skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua, terutama dalam bidang Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI).

Semarang, 30 Juni 2012

Priyo Atmono
NIM. 071111026

viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii
MOTTO .............................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................... v
PERNYATAAN ................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
TRANSLITERASI .............................................................................................. xii
ABSTRAKSI ...................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 7
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 8
E. Kerangka Teoritik ............................................................................. 12
F. Metode Penelitian ............................................................................. 16
G. Sistematika Penulisan Skripsi ........................................................... 21

BAB II KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DAN


BIMBINGAN KONSELING ISLAM ................................................. 22
A. Kesehatan Reproduksi ......................................................................... 22
B. Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ........................................... 26
C. Bimbingan dan Konseling Islam .......................................................... 28
D. Remaja ................................................................................................. 45
E. Seks Bebas ........................................................................................... 48

ix
BAB III PELAKSANAAN DAN DAMPAK KONSELING KESEHATAN
REPRODUKSI REMAJA DI KECAMATAN ULUJAMI
KABUPATEN PEMALANG ............................................................. 52
A. Gambaran Umum Kabupaten Pemalang ........................................ 52
B. Gambaran Umum Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja di
Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang .................................... 54
C. Pelaksanaan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja di
Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang .................................... 59
D. Dampak Pelaksanaan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja
di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang ................................ 68

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DAN DAMPAK KONSELING


KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KECAMATAN
ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG ......................................... 71
A. Analisis Pelaksanaan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja
di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang ............................. 71
B. Analisis Dampak Pelaksanaan Konseling Kesehatan
Reproduksi Remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten
Pemalang ..................................................................................... 77

BAB V PENUTUP ............................................................................................ 81


A. Kesimpulan .................................................................................... 81
B. Saran .............................................................................................. 80
C. Penutup .......................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA

x
DAFTAR TABEL

TABEL 1 Angka Kasus Seks Bebas di Kabupaten Pemalang Tahun 2008-2011


........................................................................................................... 54
TABEL 2 Daftar Konselor Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja di
Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang .................................... 62
TABEL 3 Daftar Klien Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja di
Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang .................................... 63
TABEL 4 Daftar Klien Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja di
Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang .................................... 64
TABEL 5 Angka Kasus Seks Bebas di Kecamatan Ulujami Kabupaten
Pemalang Tahun 2008-2011 .......................................................... 70
TABEL 6 Matrik Analisis SWOT ................................................................... 75

xi
TRANSLITERASI

Transliterasi dimaksudkan pengalih-hurufan dari abjad yang satu ke abjad yang

lain. Transliterasi Arab-Latin disini ialah penyalinan huruf-huruf Arab dengan

huruf-huruf latin berserta perangkatnya. Pedoman transliterasi tersebut meliputi:

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama


‫ﺍ‬ alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
‫ﺏ‬ ba b b
‫ﺖ‬ ta t te
‫ﺚ‬ tsa ṡ s (dengan titik di atas)
‫ﺝ‬ jim j j
‫ﺡ‬ ha ḥ h (dengan titik di bawah)
‫ﺥ‬ kha kh k dan h
‫ﺩ‬ dal d d
‫ﺫ‬ zal ż z (dengan titik di atas)
‫ﺭ‬ ra r r
‫ﺯ‬ zai z z
‫ﺱ‬ sin s s
‫ﺵ‬ syin sy s dan y
‫ﺹ‬ sad ṣ s (dengan titik di bawah)
‫ﺽ‬ dad ḍ d (dengan titik di bawah)
‫ﻁ‬ ta ṭ t (dengan titik di bawah)
‫ﻅ‬ za ẓ z (dengan titik di bawah)
‫ﻉ‬ ‘ain …..‘ koma terbalik di atas
‫ﻍ‬ gain g g
‫ﻑ‬ fa f f
‫ﻕ‬ qaf q q
‫ﻙ‬ kaf k k
‫ﻝ‬ lam l l
‫ﻡ‬ mim m m
‫ﻥ‬ nun n n
‫ﻭ‬ wau w w
‫ﻩ‬ ha h h
‫ﺀ‬ hamzah …..’ apostrof
‫ﻱ‬ ya y Y

xii
ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul“Pelaksanaan Konseling Kesehatan Reproduksi


Remaja Dalam Upaya Penanggulangan Seks Bebas Pada Remaja di
Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang”, tujuan skripsi ini adalah
untuk mengetahui, bentuk dan metode serta dampak konseling kesehatan
reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang serta
dampaknya terhadap remaja.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif, yaitu penelitian yang lebih
menekankan analisinya pada data-data lapangan. Adapun metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan
teknik analisis SWOT sebagai teknik untuk menganalisa data tentang
pelaksanaan dan dampak konseling kesehatan reproduksi remaja di
Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.
Angka kasus seks bebas di Kecamatan Ulujami adalah yang
tertinggi di Kabupaten Pemalang, oleh karena itu untuk menekan angka
tersebut Pemerintah Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang
melaksanakan konseling kesehatan reproduksi. Konselor kesehatan
reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang berasal
dari kalangan tokoh masyarakat yang sebelumnya mendapat pelatihan
dari BKKBN tentang keilmuan konseling dan kesehatan reproduksi
remaja. Pendekatan yang digunakan dalam konseling kesehatan
reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang adalah
konseling Islam.
Itulah mengapa peneliti sangat tertarik untuk membahas
pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan
Ulujami Kabupaten Pemalang yang digunakan sebagai langkah preventif
seks bebas pada remaja.
Pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan
Ulujami Kabupaten Pemalang dilakukan di sekolah menengah umum
dan sekolah menengah pertama serta remaja masjid di Kecamatan
Ulujami Kabupaten Pemalang.
Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan konseling kesehatan
reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang berjalan
kurang maksimal, karena dalam usaha preventif seks bebas remaja tidak
cukup dengan konseling Islam tetapi dibutuhkan juga peran serta seluruh
anggota masyarakat dalam membentengi perilaku remaja agar tidak
terjerumus pada pergaulan seks bebas.

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa dalam

peralihan atau di atas jembatan goyang, yang menghubungkan masa kanak-

kanak yang penuh kebergantungan dengan masa dewasa yang matang dan

berdiri sendiri (Daradjat, 2005: 85). Masa remaja merupakan masa transisi

dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan berbagai

perubahan baik fisik, psikis, maupun sosial. Berbagai perubahan tersebut

dapat menimbulkan persoalan-persoalan yang kemungkinan dapat

mengganggu perkembangan remaja selanjutnya. Diantara persoalan tersebut

yang dihadapi remaja adalah masalah kesehatan reproduksi.

Menurut beberapa penelitian yang dihimpun Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dari waktu ke waktu ternyata

permasalahan kesehatan reproduksi yang di hadapi remaja semakin meningkat

baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Berbagai jenis Penyakit Menular

Seksual (PMS) makin banyak terjadi pada remaja. Bahkan perilaku hubungan

seksual sebelum menikahpun makin sering dilakukan oleh para remaja, dan

sangat disayangkan tidak sedikit remaja yang melakukan tindakan aborsi atau

pengguguran kandungan yang mencapai angka 28,4% dari kasus aborsi yang

ada (BKKBN, 2008: 1)


2

Keadaan tersebut menunjukkan bahwa betapa remaja membutuhkan

bantuan guna menyelesaikan permasalahan-permasalahan kesehatan

reproduksi yang dihadapinya melalui pengambilan keputusan yang tepat

sehingga tidak merugikan dirinya maupun masa depannya. Salah satu upaya

yang dapat dilakukan untuk membantu remaja menyelesaikan masalah-

masalah kesehatan reproduksi yang dihadapinya adalah melalui konseling.

Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan

masalah kehidupannya dengan wawancara dan dengan cara yang sesuai

dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan

hidupnya (Walgito, 2005: 7). Melalui proses konseling diharapkan dapat

membantu remaja agar memiliki informasi yang memadai tentang masalah

kesehatan reproduksi, sehingga mereka mampu mengambil keputusan yang

tepat tanpa tekanan dan paksaan.

Dalam upaya membantu remaja memiliki pengetahuan, sikap dan

perilaku yang bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya, maka

kegiatan konseling sebagai bagian dari operasional program kesehatan

reproduksi remaja merupakan kegiatan yang sangat strategis.

Seperti diketahui bahwa remaja merupakan masa labil yang akan

mengalami perubahan psikologis, dari menghadapi masalah-masalah ringan

saat masih kanak-kanak beralih ke masalah-masalah yang lebih rumit ketika

menginjak masa remaja. Oleh karena itu remaja harus mendapatkan pelayanan

konseling kesehatan reproduksi remaja, khususnya dalam menghadapi

keadaan psikologisnya yang labil.


3

Konseling kesehatan reproduksi remaja merupakan suatu bentuk

komunikasi dua arah antara konselor dan klien dalam memecahkan masalah

kegiatan kesehatan reproduksi remaja yang dihadapi. Konseling kesehatan

reproduksi remaja bertujuan untuk membantu remaja dengan menggali kondisi

dan permasalahan yang dihadapinya, sehingga remaja mampu mengambil

keputusan yang tepat dalam memecahkan permasalahannya.

Di wilayah Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang remaja

mengikuti kegiatan konseling kesehatan reproduksi remaja yang dilaksanakan

di sekolah maupun remaja masjid. Sebagai langkah preventif, pelaksanaan

disekolah dilakukan satu kali setiap satu semester, sedangkan pada remaja

masjid dilaksanakan satu bulan sekali. Konselor pada konseling kesehatan

reproduksi remaja ini adalah para guru, tokoh agama dan tokoh masyarakat

yang diorganisir oleh Pemerintahan Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.

Sebelum menjadi konselor, terlebih dahulu mereka mengikuti pelatihan

mengenai konseling dan kesehatan reproduksi remaja yang dilakukan Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pemalang. Adapun klien

konseling kesehatan reproduksi remaja adalah remaja dengan batasan usia 10-

19 tahun dan belum menikah sesuai dengan batasan usia remaja oleh Depkes

RI.

Pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di wilayah

Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang dilakukan dengan model konseling

kelompok. Konseling kelompok adalah layanan konseling yang mengikutkan

sejumlah peserta dalam bentuk kelompok, dengan konselor sebagai pemimpin


4

kegiatan kelompok. Konseling kelompok mengaktifkan dinamika kelompok

untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan diri dan

pemecahan masalah individu yang menjadi peserta kegiatan konseling

kelompok (Prayitno, 2004: 1).

Topik yang diangkat dalam konseling kesehatan reproduksi remaja di

wilayah Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang adalah topik yang bersifat

umum dan khusus. Topik umum merupakan topik yang menjadi kepedulian

bersama anggota kelompok seperti bahaya dari seks bebas, sedangkan topik

khusus adalah masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota

kelompok seperti permasalahannya dengan teman atau pacar. Baik topik

umum maupun topik khusus dibahas melalui suasana dinamika kelompok

yang intensif dan konstruktif yang diikuti oleh semua anggota kelompok di

bawah panduan konselor.

Dalam pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di wilayah

Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang, konselor tidak hanya memberikan

pelayanan kepada remaja berdasarkan keilmuan konseling dan psikologisnya

saja tetapi juga mengikutsertakan konsep-konsep Islam yang bertujuan untuk

membentuk remaja yang berakhlak mulia.

Apresiasi Islam mengenai seks salah satunya terdapat pada surat Ar-

Rum: 21

ً‫وَ ِهيْ ءَايَاتِهِ َأىْ خَلَقَ لَكُن ِهيْ أًَفُسِكُنْ أَزْوَاجًا لِتَسْكٌُُىا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيٌَْكُن هَىَّدَة‬

}١٢{ َ‫َورَحْوَتً ِإىَ فِي ذَِلكَ ألَيَاثٍ ِلقَ ْىمٍ يَ َتفَكَرُوى‬


5

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan


untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” (Depag, 1971:
366)

Dari ayat diatas dijelaskan bahwa manusia diciptakan berpasang-


pasangan untuk kemudian terjalin dalam ikatan pernikahan. Pernikahan
mempunyai tujuan sebagai proses kelangsungan generasi serta menghindari
perzinaan.
Dalam penerapan konsep Islam, tentang menutup aurat, larangan

berdua-duan antara pria dan wanita selain muhrim, menggunakan parfum yang

menyengat, percampuran dalam pemandian umum merupakan beberapa hal

yang harus dilaksanakan dalam sistem pendidikan Islam sebagai langkah

preventif dalam menghindari seks bebas. Hal ini mengacu pada firman Allah

surat Al-Isra’: 32

{۲١}‫وَالَ َتقْرَبُىا السًَِى إًَِهُ كَاىَ فَاحِشَتً وَسَآءَ سَبِيال‬


Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” (Depag,
1971: 258)

Zina adalah hubungan seksual antara pria dengan wanita yang tidak

terikat oleh perkawinan yang sah yang dilakukan secara sengaja (Dahlan,

1996: 2026). Walaupun demikian, tetapi segala perbuatan yang mendekati

zina merupakan hal mutlak yang harus dipahami umat Islam agar tidak

terperangkap dalam pemahaman yang salah mengenai seksualitas manusia

yang menyimpang dari ajaran Islam. Dengan ungkapan janganlah berbuat

zina, yang berarti pelarangan zina bukan sekedar koitus yang tidak sah tetapi

segala hal yang mendekatinya juga dilarang.


6

Penelitian ini menjelaskan pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi

remaja yang dilakukan konselor yang dikoordirnir oleh Pemerintah

Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang sebagai upaya preventif seks bebas

serta dampaknya pada remaja.

Peneliti memilih Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang sebagai

tempat pelaksanaan pemilihan karena di wilayah ini sering terjadi kasus seks

bebas pada remaja dan terdapat tempat porstitusi yang beberapa pelakunya

berusia remaja.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih

lanjut mengenai pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja dalam

upaya penanggulangan seks bebas pada remaja di Kecamatan Ulujami

Kabupaten Pemalang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil pokok

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang?

2. Bagaimanakah dampak konseling kesehatan reproduksi remaja bagi

remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang?


7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berangkat dari pokok permasalahan tersebut diatas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi

remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.

2. Untuk mendeskripsikan dampak konseling kesehatan reproduksi remaja

bagi remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan sumbangan khasanah

ilmiah yang berkaitan dengan Bimbingan dan Penyuluhan Islam,

khususnya masalah pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang serta menjadi pedoman atau

panduan pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan konseling kesehatan

reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.

2. Penelitian ini dapat diaplikasikan bagi konselor dalam pelaksanaan

konseling kesehatan reproduksi remaja dan juga diharapkan dapat

memberikan informasi seksual berdasarkan tuntunan Islam dalam

pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami

Kabupaten Pemalang.
8

D. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka dapat

diambil tinjauan pustaka yang ada relevansinya dengan penelitian ini,

diantaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, skripsi Faisal Khasib (2009) dengan judul “Implementasi

Pendidikan Kesehatan Reproduksi Di Pondok Pesantren Miftahussaadah

Mijen Semarang (Studi Kasus Upaya Mencegah Penyimpangan Reproduksi)”.

Penelitian ini menjelaskan pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi yang

dilakukan oleh Lembaga Informasi dan Konsultasi Islam Miftahussa’adah

(eLIKIS MIFSA). Lembaga ini didirikan sebagai respon terhadap

perkembangan zaman yang kian hari semakin banyak permasalahan yang

ditimbulkan khususnya terhadap remaja, tidak terkecuali santri, di antaranya

masalah reproduksi, narkoba, HIV/ AIDS, dan lain-lain. Salah satu solusinya

dengan memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada para santri.

Implementasi pendidikan kesehatan reproduksi di pondok pesantren

Miftahussa’adah Mijen Semarang dapat terlaksana dengan baik, hal ini karena

adanya keterkaitan antara komponen-komponen pengajaran yang terlihat pada

waktu proses belajar mengajar tersebut berlangsung. Adapun komponen-

komponen tersebut adalah tujuan, materi, metode, media dan evaluasi

pendidikan. Walaupun sudah berjalan dengan baik, tetapi masih ada beberapa

kendala dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi di pondok

pesantren Miftahussa’adah, di antaranya keterbatasan alokasi waktu,

terbatasnya sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan pendidikan


9

kesehatan reproduksi, terbatasnya pemahaman para ustadz mengenai

kesehatan reproduksi dan masih adanya sikap yang menganggap tabu untuk

mempelajari persoalan reproduksi (seks) sebagian ustadz dan santri.

Pendidikan kesehatan reproduksi oleh Lembaga Informasi dan Konsultasi

Islam (eLIKIS) merupakan suatu upaya mencegah penyimpangan reproduksi

bagi para santri pondok pesantren Miftahussa’adah Mijen Semarang.

Dari tinjauan pustaka diatas, hal yang membedakan dengan penelitian

yang peneliti susun terletak pada objek dan tujuan penelitan. Dalam penelitian

diatas objek penelitiannya adalah santri pondok pesantren yang relatif

memiliki pengetahuan agama Islam yang sama, sehingga memudahkan

konselor jika menggunakan konseling dengan pendekatan Islam dan tujuan

dari konseling tersebut adalah untuk mencegah penyimpangan reproduksi,

dimana penyimpangan reproduksi tersebut masih bersifat universal, yaitu

meliputi onani, masturbasi, lesbian dan homoseksual. Hal ini berbeda dengan

objek dan tujuan dari penelitian yang peneliti susun, objek penelitiannya ialah

remaja yang mengikuti pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang yang relatif memiliki pengetahuan

keislaman yang berbeda-beda sehingga membutuhkan usaha yang keras bagi

konselor dalam melaksanakan konseling dengan pendekatan Islam, sedangkan

tujuannya adalah untuk mencegah perilaku seks bebas pada remaja.

Kedua, skripsi Syaiful Mustaqim (2009) dengan judul “Model

Penanggulangan Penyimpangan Reproduksi di MA Walisongo Pecangaan

Jepara (Sebuah Alternatif Pendidikan Kesehatan Reproduksi Berbasis


10

Madrasah)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model

penanggulangan penyimpangan reproduksi dan model pendidikan kesehatan

reproduksi di MA Walisongo Pecangaan Jepara. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa model penanggulangan penyimpangan reproduksi di MA

Walisongo Pecangaan Jepara dilakukan dengan cara menyatukan dengan mata

pelajaran Fiqih utamanya yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Pada

prakteknya model yang dilaksanakan di MA Walisongo Pecangaan tersebut

mendapatkan respon yang positif dari peserta didik utamanya saat kegiatan

belajar mengajar Fiqih.

Dalam tinjauan pustaka diatas, hal yang membedakan dengan

penelitian yang peneliti susun terletak pada model dan tujuan dari pemberian

informasi mengenai kesehatan reproduksi. Dalam penelitian diatas metode

pemberian informasi mengenai kesehatan reproduksi dilakukan dengan cara

kegiatan belajar mengajar, dan tujuan dari pemberian informasi tersebut

adalah untuk mencegah penyimpangan reproduksi, dimana penyimpangan

reproduksi tersebut masih bersifat universal, yaitu meliputi onani, masturbasi,

lesbian dan homoseksual. Hal ini berbeda dengan model dan tujuan dari

penelitian yang peneliti susun, model yang digunakan ialah konseling yang

bertujuan untuk mencegah perilaku seks bebas pada remaja.

Ketiga, skripsi Mualim (2005) yang berjudul “Pendidikan Kesehatan

Reproduksi dalam Kitab-kitab Fiqih Pesantren”. Penelitian ini mengkaji

masalah pendidikan kesehatan reproduksi dalam kitab-kitab fiqih. Secara

normatif pendidikan kesehatan alat-alat reproduksi sudah ada dalam Islam


11

hanya saja include dalam wacana fiqih. Fiqih sebagai tuntunan dan pedoman

umat Islam dalam berperilaku dan bermasyarakat dipandang dari sudut hukum

memiliki dimensi pendidikan kesehatan, khususnya kesehatan alat-alat

reproduksi. Selanjutnya pendidikan kesehatan alat-alat reproduksi dalam

kitab-kitab fiqih pesantren lebih bersifat preventif seperti larangan perzinaan,

larangan hubungan seksual saat isteri sedang haid, dan lainnya. Selain itu

pendidikan kesehatan alat-alat reproduksi dalam kitab-kitab fiqih pesantren

juga bersifat promotif (upaya meningkatkan kesehatan alat-alat reproduksi)

antara lain berupa perintah mandi, khitan, dan lainnya. Sasaran pendidikan

kesehatan alat-alat reproduksi adalah perilaku setiap muslim. Sebab perilaku

merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Fiqih

melakukan intervensi terhadap perilaku orang yang sudah mukallaf dengan

cara, pertama, tekanan atau paksaan (enforcement), menetapkan hukum wajib-

haram (law enforcement) serta menetapkan sanksi bagi yang melanggarnya.

Selain itu juga menempuh cara edukatif yakni dengan persuasif, himbauan,

ajakan dan memberikan informasi, penyuluhan dan pendidikan. Disamping

perilaku ajaran-ajaran fiqih berdampak baik terhadap alat-alat reproduksi

kesehatan, adanya balasan pahala kelak di akhirat merupakan bentuk persuasif

fiqih dalam pendidikan kesehatan, khususnya pendidikan kesehatan alat-alat

reproduksi.

Penelitian diatas sangat berbeda dengan penelitian yang peneliti susun,

penelitian diatas merupakan penelitian pustaka yang membahas kitab-kitab

fiqih yang berisi tuntunan dan pedoman umat Islam dalam berperilaku dan
12

bermasyarakat dalam dimensi kesehatan reproduksi. Sedangkan penelitian

yang penulis susun merupakan penelitian lapangan yang mendeskripsikan

pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi sebagai langkah preventif

penanggulangan seks bebas.

E. Kerangka Teoritik

Kerangka teoritik berusaha memberikan suatu teori yang relevan

dengan penelitian, sebagai landasan untuk menjawab permasalahan penelitian.

Berikut ini adalah penegasan istilah yang di dalamnnya berisi teori-teori yang

relevan dengan penelitian ini:

1. Konseling

Shertzer dan C. Stone (1966: 168) mendefinisikan konseling

sebagai berikut:

“Counseling was defined professional relationship between a


trained counselor and a client. This relationship is usually
person-to person, although it may sometimes involve more than
two people. It is designed to help clients to understand and
clarify their views of their life space, and to learn to reach
their self-determined goals through meaningful, well-informed
choices and through resolution of problems of an emotional or
interpersonal nature.”

Definisi diatas menjelaskan bahwa konseling merupakan hubungan

profesional antara konselor dan klien, baik secara perorangan maupun

kelompok. Konseling berusaha membantu klien dalam menghadapi,

memahami dan mengambil keputusan atas masalah yang dihadapinya,

sehingga tujuan yang diinginkan tercapai yaitu teratasinya masalah yang

dihadapi klien.
13

Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan

melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu

yang sedang mengalami masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya

masalah yang dihadapi klien (Prayitno dan Erman Amti, 1995: 105).

Menurut Jung dalam Komarudin dkk (2008: 50), manusia dibekali

psikoseksual, psikososial dan psikospiritual. Jung sebagai peletak dasar

psikospiritual mengatakan bahwa setiap orang akan berhubungan dengan

masalah spiritual termasuk dalam hal menghadapi dan menyelesaikan

masalah.

Berpijak pada psikospiritual tersebut, beberapa sumber ajaran

Islam baik Al-Qur’an dan Hadits dapat dijadikan sebagai landasan untuk

membangun konseling Islam. Untuk bisa membangun konseling Islam,

seorang konselor di samping memahami teori dan praktik konseling secara

umum, juga harus memahami tentang Islam itu sendiri, yaitu sebagai

agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menjadi

penerang bagi umat manusia. Allah mewahyukan Islam dalam nilai

kesempurnaan tertinggi yang meliputi segi fundamental tentang duniawi

dan ukhrawi guna mengantarkan manusia kepada kebahagiaan lahir batin

di dunia dan akhirat. Atas dasar ini, keberadaan aktifitas konseling sangat

mungkin diintegrasikan dengan aktifitas dakwah Islam (Komarudin, dkk,

2008: 55). Menurut Arifin (1977: 17) dakwah adalah suatu kegiatan ajakan

baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang

dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang


14

lain baik secara individual maupun secara kelompok agar supaya timbul

dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan, serta

pengamalan terhadap ajakan agama sebagai pesan yang disampaikan

kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan. Hakikat dakwah

adalah segala upaya untuk menyebarluaskan Islam kepada orang lain

dalam segala lapangan kehidupan manusia untuk mendapat kebahagiaan

dunia dan akhirat (Jumantoro, 2001: 17)

Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap

individu agar menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk

Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah,

sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akherat (Musnamar,

1992: 5).

2. Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan

sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi,

serta fungsi dan prosesnya (Manuaba, 1999: 17).

Kesehatan reproduksi menurut WHO (Mahfiana, 2009: 38) adalah

keadaan sehat yang menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental dan social

dan bukan sekedar tidak adanya penyakit atau gangguan di segala hal yang

berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya maupun proses reproduksi

itu sendiri.
15

Salah satu ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus

kehidupan adalah kesehatan reproduksi remaja. Tujuan dari program

kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja agar

memahami dan menyadari ilmu tersebut, sehingga memiliki sikap dan

perilaku sehat serta bertanggung jawab kaitannya dengan masalah

kehidupan reproduksi (Widyastuti, dkk, 2009: 5).

3. Remaja

Remaja adalah masa transisi oleh adanya perubahan fisik, emosi

dan psikis (Panuju, 1999: 22). Menurut Depkes RI batasan usia remaja

adalah antara usia 10-19 tahun dan belum menikah (Widyastuti, dkk,

2009: 11).

Menurut Walgito (1978: 7) remaja adalah masa transisi dari kanak-

kanak menuju dewasa.

Remaja dikatakan memiliki reproduksi yang sehat apabila

memiliki indikator sehat secara fisik, sosial dan rohani. Sehat secara fisik

adalah alat-reproduksinya sudah matang sehingga siap untuk menjalankan

fungsi reproduksinya yaitu melanjutkan keturunan. Sehat secara sosial

adalah siap untuk hidup bermasyarakat, dengan demikian ketika sudah

menikah akan mudah untuk beradaptasi dalam kehidupan sosialnya dan

lingkungannya akan mudah menerimanya. Sehat secara rohani adalah

jiwa, emosi, dan kehidupan spiritualnya siap untuk mendukung proses

reproduksi yang sehat (BKKBN, 2000: 27).


16

4. Seks Bebas

Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan diluar sistem

regulasi seks yang ada dalam masyarakat, yaitu dilakukan diluar ikatan

pernikahan, baik suka sama suka atau dalam dunia prostitusi (Kartono,

2009: 231).

Sejalan dengan itu, menurut Hawari (1998: 91) seks bebas

merupakan kebebasan bergaul, dimana hubungan seks tanpa didahului

pernikahan.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang

langkah-langkah sistematis dan logis dalam mencari data yang berkenaan

dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan

selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. Metode penelitian dalam skripsi ini

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

jenis penelitian kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang penekanan

analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada

analisis terhadap dinamika hubungan antarfenomena yang diamati dengan

menggunakan logika ilmiah (Azwar, 1998: 5). Adapun penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Maret dan April 2012.


17

2. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan usaha untuk memperjelas ruang

lingkup dalam penelitian ini. Selain itu Definisi operasional digunakan

menjadi dasar dalam pengumpulan data sehingga tidak terjadi bias

terhadap data apa yang diambil. Dalam pemakaian praktis, definisi

operasional dapat berperan menjadi penghilang bias dalam mengartikan

suatu ide atau maksud yang biasanya dalam bentuk tertulis

(http://staff.ui.ac.id. Di akses pada tanggal 28 Maret 2012).

a. Konseling Kesehatan Reproduksi

Konseling kesehatan reproduksi merupakan suatu bentuk

komunikasi dua arah yang dilakukan antara dua pihak. Pihak pertama

adalah konselor, membantu pihak lainnya yaitu klien dalam

memecahkan masalah kesehatan reproduksi yang dihadapinya

(BKKBN 2009: 3).

Konseling kesehatan reproduksi bertujuan memberikan

informasi tentang kesehatan reproduksi secara benar dan proposional.

Selain itu, konseling kesehatan reproduksi menghasilkan perubahan

kebiasaan dan perilaku yang bertanggung jawab dan mengajarkan

keterampilan membuat keputusan (Perkumpulan Keluarga Berencana

Indonesia, 2009: 6).

b. Remaja

Remaja adalah individu baik baik perempuan maupun laki-

laki yang berada pada usia antara anak-anak dan dewasa. Menurut
18

klasifikasi World Health Organization (WHO) remaja berada pada

kisaran usia 10-19 tahun, sementara itu menurut United Nations (UN)

menyebutnya sebagai anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun

(BKKBN, 2003: 19). Batasan usia remaja dalam penelitian ini ialah

remaja berusia antara 10-19 tahun.

c. Seks Bebas

Menurut WHO yang dimaksud seks bebas ialah perilaku

kissing, necking, petting dan intercourse atau yang lebih dikenal

dengan berciuman, berpelukan, saling meraba bagian tubuh lawan

jenis dan berhubungan seksual diluar pernikahan

(www.wikipedia.co.id diunduh pada 22 Juni 2012). Dengan demikian

yang disebut pelaku seks bebas adalah mereka yang melakukan

kissing, necking, petting dan intercourse.

3. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah hasil pengukuran yang dapat menggambarkan suatu

keadaan.

a. Observasi

Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu

obyek dengan menggunakan seluruh panca indra (Arikunto, 1998: 67).

Dalam hal ini peneliti mengamati secara langsung pelaksanaan

konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami

Kabupaten Pemalang. Pelaksanaannya dilakukan di sekolah dan

lingkungan remaja masjid. Untuk pelaksanaan di sekolah kliennya


19

adalah siswa-siswi sekolah di wilayah Kecamatan Ulujami Kabupaten

Pemalang baik SMP maupun SMA yang di setiap sekolah dilakukan

dua kali setiap satu semester, sedangkan pelaksanaan di lingkungan

remaja masjid kliennya adalah remaja masjid di wilayah Kecamatan

Ulujami Kabupaten Pemalang yang dilakukan sebulan sekali pada

setiap masjid. Metode konseling yang digunakan adalah konseling

individu dan kelompok dengan pendekatan islami.

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,

melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang

lainnya dengan tujuan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan

tujuan tertentu (Mulyana, 2005: 180).

Pengumpulan data melalui tanya jawab langsung terhadap

pihak-pihak yang sengaja dipilih dengan maksud dan tujuan agar dapat

memberikan informasi yang diperlukan dan dapat dipertanggung

jawabkan kebenarannya. Metode ini digunakan untuk memperoleh

data secara rinci tentang pelaksanaan dan dampak konseling kesehatan

reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.

Untuk memperoleh data mengenai pelaksanaan konseling

kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten

Pemalang dan dampaknya pada remaja peneliti melakukan wawancara

kepada konselor, klien dan orang tua klien konseling kesehatan

reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.


20

c. Dokumentasi

Dalam arti yang sempit dokumen diartikan sebagai kumpulan

data verbal yang berbentuk tulisan. Sedangkan dalam arti luas

dokumen juga meliputi foto dan sebagainya (Koentjoroningrat, 1981:

24). Dalam hal ini peneliti mengambil materi, jadwal pelaksanaan

konseling dan jumlah peserta konseling dalam proses konseling

kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten

Pemalang.

4. Teknik Analisis Data

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis SWOT yaitu suatu alat analisa yang bertujuan untuk

mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam merumuskan

suatu strategi yang didasarkan pada logika dengan cara memaksimalkan

kekuatan dan peluang yang ada secara bersamaan dan meminimalkan

kelemahan dan ancaman yang ada secara bersamaan. Pada penelitian ini,

analisa SWOT dimaksudkan untuk mengkaji pelaksanaan dan dampak

konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten

Pemalang.

Adapun langkah langkah peneliti gunakan dalam menganalisis data

adalah sebagai berikut:

- Peneliti mendeskripsikan data yang telah diperoleh, data tersebut hasil

dari wawancara, observasi dan dokumentasi dari pelaksanaan


21

konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami

Kabupaten Pemalang.

- Setelah mendeskripsikan, tahap selanjutnya adalah menganalisis data

deskriptif dengan berpijak pada kerangka teoritik yang memiliki fungsi

mencari dan menjelaskan pelaksanaan dan dampak konseling

kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten

Pemalang.

B. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk mencapai kesimpulan terakhir seperti yang diharapkan, peneliti

akan memberikan sistematika penulisan skripsi yang merupakan suatu cara

untuk menyusun dan mengolah hasil penelitian dari data dan bahan yang

disusun menurut urutan sehingga menjadi susunan skripsi yang sistematis.

Bab I pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

Bab II landasan teori mengenai konseling kesehatan reproduksi dan

bimbingan konseling Islam.

Bab III pelaksanaan dan dampak konseling kesehatan reproduksi

remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.

Bab IV analisis pelaksanaan dan dampak konseling kesehatan

reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.

Bab V penutup, meliputi kesimpulan, saran, daftar pustaka dan

lampiran-lampiran.
22

BAB II

KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI DAN BIMBINGAN

KONSELING ISLAM

A. Kesehatan Reproduksi

1. Pengertian Kesehatan Reproduksi

Konferensi Internasional tentang wanita dilaksanakan di Beijing

tahun 1995, di Haque tahun 1999, di New York tahun 2000, menyepakati

definisi kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental,

dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta

fungsi dan prosesnya (Widyastuti dkk, 2009: 1).

Kesehatan reproduksi secara umum didefinisikan sebagai kondisi

sehat dari sistem, fungsi dan proses alat reproduksi. Pengertian tersebut

tidak semata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga

sehat secara mental serta sosial-kultural (Depkes, 2001: 3).

Dari pengertian diatas dapat penulis simpulkan definisi kesehatan

reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial-kultural

secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi

dan prosesnya

2. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi

Secara garis besar, ruang lingkup kesehatan reproduksi (BKKBN,

2001: 6) meliputi:
23

a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir

b. Kesehatan reproduksi remaja

c. Pencegahan dan penanggulangan pada penyimpangan seksual dan

napza yang dapat berakibat pada HIV/AIDS

d. Kesehatan reproduksi pada usia lanjut

Uraian ruang lingkup kesehatan reproduksi remaja berdasarkan

pada pendekatan siklus kehidupan, yakni memperhatikan kekhususan

kebutuhan penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta

kesinambungan antar fase kehidupan tersebut. Ini dikarenakan masalah

kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, maka

apabila tidak ditangani dengan baik maka akan berakibat buruk bagi masa

kehidupan selanjutnya. Tahapan dalam siklus hidup adalah sebagai

berikut:

KONSEPSI
USIA BAYI &
LANJUT ANAK

USIA REMAJA
SUBUR

Salah satu ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus

kehidupan adalah kesehatan reproduksi remaja. Tujuan dari program

kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja agar


24

memahami kesehatan reproduksi, sehingga remaja memiliki sikap dan

perilaku sehat serta bertanggung jawab kaitannya dengan masalah

kehidupan reproduksi (Widyastuti dkk, 2009: 5).

3. Pandangan Islam tentang Kesehatan Reproduksi

Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dalam bentuk

sebaik-baiknya, yang mempunyai keutamaan dibanding makhluk lain.

Keutamaan tersebut adalah akal, nafsu dan agama. Akal membedakan

manusia dari binatang, nafsu membedakan manusia dengan benda dan

agama membedakan manusia sebagai insan mulia.

Apresiasi Islam pada seks salah satunya terdapat pada surat Ar-

rum: 21

          

          
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” (Depag, 1971: 366)

Dari ayat diatas dijelaskan bahwa manusia diciptakan berpasang-

pasangan untuk kemudian terjalin dalam ikatan pernikahan. Pernikahan

mempunyai tujuan sebagai proses kelangsungan generasi umat manusia di

dunia.

Allah SWT menciptakan hasrat seksual (syahwat) pada manusia.

Syahwat sama normalnya dengan nafsu makan dan minum. Seperti hasrat-
25

hasrat lain yang Allah ciptakan pada manusia, hasrat seksual sangatlah

kuat dan dapat menguasai manusia yang lemah. Allah SWT berfirman

dalam al-Qur’an surat Ali Imran: 14

        

         

       


Artinya: ”dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada
apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta
yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga).”(Depag, 1971: 47)

Hasrat seksual, sebagaimana nafsu makan dan minum, dapat

dipenuhi dengan cara yang halal maupun yang haram. Adalah haram untuk

memuaskan hasrat seksual diluar ikatan perkawinan, sesama jenis, dengan

hewan ataupun dengan orang mati . Firman Allah SWT surat al-A’raf: 81

          

 
Artinya: ”Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan
nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu
ini adalah kaum yang melampaui batas.”(Depag, 1971: 146)
26

B. Konseling Kesehatan Reproduksi

1. Pengertian Konseling Kesehatan Reproduksi

Konseling kesehatan reproduksi adalah proses pemberian bantuan

dari kepada seorang individu atau sekelompok orang yang memiliki

masalah kesehatan reproduksi. Isi percakapan konseling disesuaikan

dengan umur dan permasalahan, perkembangan fisik dan mentalnya,

misalnya masalah pacaran, perilaku seksual, penyakit menular seksual dan

kehamilan yang tidak diinginkan (Perkumpulan Keluarga Berencana

Indonesia, 2009: 5).

Menurut BKKBN (2009: 3) konseling kesehatan reproduksi

merupakan suatu bentuk komunikasi dua arah yang dilakukan antara dua

pihak. Pihak pertama adalah konselor, membantu pihak lainnya yaitu klien

dalam memecahkan masalah kesehatan reproduksi yang dihadapinya.

Konseling kesehatan reproduksi berorientasi pada klien atau yang

lebih dikenal dengan client centered. Hal ini menekankan peran klien

sendiri dalam proses konseling sampai pengambilan keputusan. Teori ini

berpijak pada keyakinan dasar martabat manusia bahwa bila klien

mengalami masalah maka yang dapat menyelesaikan masalah tersebut

adalah inidividu tersebut (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia,

2009: 3).

Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat penulis simpulkan bahwa

konseling kesehatan reproduksi remaja adalah komunikasi dua arah antara

konselor dan klien tentang masalah kesehatan reproduksi.


27

2. Tujuan Konseling Kesehatan Reproduksi

Secara umum tujuan konseling kesehatan reproduksi ialah

memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi secara benar dan

proposional. Konseling kesehatan reproduksi juga membantu klien

memperoleh identitas dirinya dalam pilihan perilaku dan orientasi seks,

meningkatkan pengetahuan seksualitas yang benar serta mengurangi

kecemasan yang dialami klien berkaitan dengan perilaku dan orientasi

seksnya. Selain itu, konseling kesehatan reproduksi menghasilkan

perubahan kebiasaan dan perilaku yang bertanggung jawab dan

mengajarkan keterampilan membuat keputusan (Perkumpulan Keluarga

Berencana Indonesia, 2009: 6).

3. Prinsip Dasar Konseling Kesehatan Reproduksi

Menurut Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (2009: 7)

prinsip dasar konseling kesehatan reproduksi meliputi:

a. Pemahaman bahwa mendapatkan mendapatkan informasi kesehatan

reproduksi adalah kebutuhan dan hak klien.

b. Informasi kesehatan reproduksi yang diberikan lengkap, benar, jujur,

dan bertanggung jawab.

c. Mendampingi pengambilan keputusan berdasarkan konsekuensi atas

pilihan yang diambil.

d. Empati dan tidak menghakimi.


28

2. Proses Konseling Kesehatan Reproduksi

Berikut ini adalah tahapan proses pelaksanaan konseling kesehatan

reproduksi dengan klien individu maupun kelompok (Perkumpulan

Keluarga Berencana Indonesia, 2009: 8):

a. Pembukaan, perkenalan antara konselor dan klien.

b. Rapport atau pendekatan kepada klien untuk mencairkan suasana

sehingga klien merasa nyaman dalam mengemukakan masalah.

c. Penggalian masalah, meliputi latar belakang, situasi konflik, nilai-nilai

yang dianut, pandangan terhadap konflik, dan usaha pemecahan

masalah yang sudah maupun sedang dipertimbangkan untuk dilakukan.

d. Mendiskusikan alternatif solusi, yang diusahakan muncul dari klien

dengan bantuan konselor, memberikan informasi mengenai kesehatan

reproduksi sesuai dengan kebutuhan klien.

e. Mengajak klien memilih alternatif solusi yang terbaik.

f. Penutup, merangkum hasil diskusi dengan klien, mengajak klien

menentukan rencana selanjutnya dan memberikan dukungan bahwa

klien mampu mengatasi masalahnya.

C. Bimbingan dan Konseling Islam

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling secara bahasa memiliki akar kata yang

berbeda. Istilah bimbingan berasal dari kata guidance yang berasal dari

kata kerja to guide, yang berarti “membimbing” atau “menunjukkan”.


29

Sementara istilah konseling menurut asal kata dari bahasa latinnya, berasal

dari kata consilium yang berarti “dengan” atau “bersama yang dirangkai

dengan “menerima” atau “memahami” (Komarudin dkk, 2008: 46).

Secara terminologi bimbingan mempunyai beberapa pengertian di

antaranya, menurut Shretzer dan Stone (1966: 143) bimbingan diartikan

sebagai the process of helping individuals to understand themselves and

their world. Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004: 99), istilah tersebut

diartikan sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang

ahli terhadap seseorang atau beberapa individu, baik anak-anak, remaja,

maupun dewasa, agar orang yang dibimbing tersebut dapat

mengembangkan kemampuan dirinya sendiri secara mandiri dengan

memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada serta dapat

mengembangkannya berdasarkan norma-norma yang berlaku. Djumhur

dan Surya (1975: 15) juga berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu

proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada

individuu untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Adapun konseling menurut Shretzer dan Stone (1966: 168) adalah

an interaction prosess which facilitate meaningful understanding of self

and environment and result in the establishment, and or clarification of

goals dan values for future behaviour. Menurut Prayitno dan Erman Amti

(2004: 105) istilah konseling tersebut diartikan sebagai proses pemberian

bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang

sedang mengalami masalah (klien), yang bermuara teratasinya masalah


30

yang dihadapi oleh klien tersebut. Menurut Winkel (2005: 34)

mendefinisikan konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari

bimbingan untuk membantu klien secara tatap muka dengan tujuan agar

klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai

persoalan.

Dari beberapa pengertian bimbingan dan konseling yang

dikemukakan oleh para ahli diatas, dapat penulis kemukakan bahwa

bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada

individu yang dilakukan oleh seorang konselor, dengan tujuan agar

individu memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri

dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi

dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan

masyarakat.

2. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Hakekat bimbingan dan konseling Islam adalah upaya membantu

individu belajar mengembangkan fitrah atau kembali kepada fitrah,

dengan cara memberdayakan iman, akal, dan kemauan yang dikaruniakan

oleh Allah (Sutoyo, 2007: 24). Dengan demikian bahwa bimbingan dan

konseling Islam adalah aktifitas yang bersifat membantu, dikatakan

membantu karena pada hakekatnya individu sendirilah yang perlu hidup

sesuai dengan tuntunan Allah agar mereka selamat dunia dan akhirat. Oleh

karena itu, karena konselor bersifat membantu maka konsekuensinya

individu sendirilah yang harus aktif belajar dan memahami sekaligus


31

menjalankan tuntunan Allah (Al-Qur’an dan Assunah-Nya) (Sutoyo, 2007:

27).

Menurut Amin (2010: 23) bimbingan dan konseling Islam adalah

proses pemberian bantuan terarah, kontinu, dan sistematis kepada setiap

individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang

dimiliki secara optimal, dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang

terkandung di dalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW kedalam diri

klien, sehingga dia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-

Qur’an dan Hadits.

Bimbingan di dalam agama Islam merupakan kegiatan dari dakwah

Islamiah, karena dakwah yang terarah ialah memberikan bimbingan

kepada umat Islam untuk betul-betul mencapai dan melaksanakan

keseimbangan hidup dunia dan akhirat. Adapun konseling dalam Islam

merupakan salah satu dari berbagai tugas manusia dalam membina dan

membentuk manusia ideal. Bisa dikatakan bahwa konseling merupakan

amanat yang diberikan Allah kepada semua rasul dan Nabi-Nya. Dengan

adanya amanat konseling, maka mereka menjadi demikian berharga dan

bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam urusan agama, dunia,

pemenuhan kebutuhan, pemecahan masalah, dan lain sebagainya.

Konseling akhirnya menjadi satu kewajiban bagi individu muslim,

khususnya para alim ulama (Zahrani, 2005: 16).

Dari beberapa pengertian dapat penulis kemukakan bahwa

bimbingan dan konseling Islam adalah proses komunikasi dua arah antara
32

konselor dan klien yang bertujuan klien dapat hidup selaras dan sesuai

dengan petunjuk Allah untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akherat.

3. Landasan Bimbingan dan Konseling Islam

Seluruh umat Islam sepakat bahwa al-Qur’an dan al-Hadits

merupakan pedoman bagi umat Islam, untuk menjalankan seluruh

aktifitasnya sepanjang rentang kehidupannya. Termasuk untuk urusan

yang bersifat privasi pun al-Qur’an memberikan pedoman, untuk diikuti

oleh umat Islam dengan tanpa paksaan agar hidupnya bahagia di dunia dan

akhirat. Allah berfirman dalam Surat al-Baqarah 208:

         

      


Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” (Depag,
1971: 30)

Nabi juga mengatakan:

ُ‫عَنْ مَانِك أَّنَهُمْ بَهَغَهُمْ أَّنَ رَسُىلَ هللِ صَهًَ اهللُ عَهَيْهِ وَسَهَّمَ قَالَ تَرَ ْكت‬
ِ‫فِيكُمْ أَمْرَيْنِ نَنْ َتضِهُىااَبَدًامَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اهللِ وَسُّنَتَ ّنَبِيِه‬
Artinya: “Dari Malik sesungguhnya Rasulullah bersabda: Aku tinggalkan
untuk kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat salama-
lamanya, selama kalian berpegang teguh kepadanya, kitabullah
dan sunnah rasul.”(HR. Muslim, 1975: 35)

Sumber naqliyah tersebut memberikan sumber normatif ideal bagi

pelaksanaan dakwah Islam, yakni berupa petunjuk moral tentang

bagaimana seharusnya dakwah Islam itu dilaksanakan dan


33

diimplementasikan. Ketika aktualisasi dan realisasi dakwah telah

mengalami perkembangan ke arah penggunaan model dan pendekatan

tertentu, keberadaan al-Qur’an dan al-Hadits tetap menjadi pedoman

utamanya. Salah satu realisasi dakwah, ketika kondisi mad’u yang

dihadapi berupa person individu atau sekelompok kecil individu yang

relatif homogen, adalah dengan menggunakan pendekatan bimbingan dan

konseling. Hal ini, dilakukan untuk efektifitas pelaksanaan dakwah serta

untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan terukur.

Di dalam al-Qur’an dan al-Hadits, banyak ditemukan ayat-ayat

yang secara substansial terkait erat dengan prinsip-prinsip mendasar dari

nilai, filosofi dan pelaksanaan bimbingan dan konseling. Misalnya saja

tentang pembimbing atau konselor, proses dan metode pelaksanaan

bimbingan dan konseling Islam serta klien.

Pemberian bimbingan sendiri, secara normatif sangat sejalan

dengan dari al-Qur’an dan tugas kenabian Nabi Muhammad SAW.

Keberadaan al-Qur’an bagi manusia, salah satu fungsinya adalah sebagai

hudan li al-nas (petunjuk bagi manusia) (Komarudin dkk, 2008: 87).

Hal ini ditegaskan dalam al-Qur’an Surat an-Nahl: 89 sebagai

berikut:

             

          

 
34

Artinya: “(dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-
tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan
Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh
umat manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al
Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta
rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri.” (Depag, 1971: 250)

Fungsi lain dari al-Qur’an adalah sebagai al-mau’dhah (nasehat)

dan al-syifa (obat atau penawar), sebagaimana firman Allah surat al-Isra’:

82

            

 
Artinya: “dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian.” (Depag, 1971: 262)

Berdasarkan ayat al-Qur’an diatas sejalan dengan fungsi

bimbingan dan konseling Islam yaitu untuk memberikan bantuan kepada

orang lain berupa nasehat, pendapat atau petunjuk agar dirinya mampu

menyembuhkan masalah yang bersarang di dalam jiwanya.

Adapun Hadits yang berkaitan dengan bimbingan ialah tentang

metode bimbingan dengan pembelajaran langsung, yakni mengungkapkan

kesalahan yang dilakukan dengan pemberian nasehat yang baik dan arahan

yang sederhana dan mengena (Az-Zahrani, 2005: 38).

‫إذَا أَكَمَ أَحَدُ كُمْ فَهْيَأْ كُمْ بِيَمِيّنِهِ فَإِّنَ انّشَيْطَاّنَ يَأْكُمُ بِّشِمَانِه‬

Artinya: “Apabila seorang dari kalian hendak makan, maka makanlah


dengan tangan kanannya. Sesungguhnya setan makan dengan
tangan kirinya.” (HR. Muslim, 679: 35)
35

Tidak setiap individu memiliki kemampuan untuk menyelesaikan

persoalan yang dihadapi. Ada kalanya seseorang sama sekali tidak

mengerti apa yang harus dilakukan agar mampu keluar dari setiap

permasalahan-permasalahannya. Dalam kondisi seperti inilah, maka

bantuan dari orang lain yang lebih ahli sangat diperlukan dan sangat

membantu dirinya. Allah pun menyarankan agar manusia bertanya kepada

ahlinya, jika diri sendiri tidak memiliki pengetahuan yang cukup terhadap

suatu persoalan (Komarudin dkk, 2008: 93) . Allah berfirman dalam surat

an-Nahl: 43-44

             

           

    


Artinya: “dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang
lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah
kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui, keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab.
dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu
menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka dan supaya mereka memikirkan” (Depag, 1971:
245)

Selain beberapa ayat diatas, terdapat juga dalam hadits tentang

metode konseling dengan pukulan atau hukuman.

‫هلل صَهًَ اهللُ عَهَيْهِ وَسَهَمَ مُرُواأَوْنَادَكُمْ بِانّصَهَاةِ وِهُ ْم‬ ِ ‫قَالَ رَسُىلُ ا‬
ْ‫أَبّْنَاءُسَبْعِ سِّنِينَ وَاضْرِبُىهُمْ عَهَيْهَا وَهُمْ أَبّْنَاءُ عَّشْرٍ َوفَ ّرِقُىا بَيّْنَهُم‬
‫فِيي‬
ِ‫انْ َمضَاجِع‬
36

Artinya: “Perintahkan anak-anakmu untuk menunaikan shalat di di saat


mereka berumur tujuh tahun. Pukullah mereka apabila mereka
tidak mau mengerjakannya disaat mereka berumur sepuluh
tahun serta pisahkanlah tempat tidur diantara mereka (laki-laki
dan perempuan). (HR. Muslim, 389: 46).

Metode ini bukan berarti seorang pendidik harus selalu

menggunakan cara kekerasan apabila dirasa cara yang lebih ringan sudah

cukup mendidik. Sesungguhnya cara kekerasan bertentangan dengan tabiat

manusia. Cara pukulan atau hukuman ini baru bisa digunakan apabila

tidak ada lagi cara yang efektif. Islam menetapkan metode ini dengan

membuat batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar. Tidak memukul

pada tempat yang sensitif, pukulan tidak boleh menyakiti serta jangan

memukul secara berlebihan (Az-Zahrani, 2005: 38)..

Al-Qur’an dan Hadits merupakan landasan utama bimbingan

konseling Islam yang merupakan landasan naqliyah, maka landasan lain

yang dipergunakan oleh bimbingan dan konseling islami yang sifatnya

aqliyah adalah filsafat dan ilmu, dalam hal ini filsafat Islam dan ilmu atau

landasan ilmiah yang sejalan dengan ajaran Islam.

Landasan filsafat Islam yang penting artinya bagi bimbingan dan

konseling Islam antara lain adalah:

a. Falsafah tentang dunia manusia (citra manusia)

b. Falsafah tentang dunia dan kehidupan

c. Falsafah tentang pernikahan dan keluarga

d. Falsafah tentang pendidikan

e. Falsafah tentang masyarakat dan hidup kemasyarakatan


37

f. Falsafah tentang kerja

Dalam gerak dan langkahnya, bimbingan dan konseling Islam

berlandaskan pula pada berbagai teori yang telah tersusun menjadi ilmu.

Ilmu-ilmu tersebut adalah: ilmu jiwa; ilmu hukum Islam; dan ilmu-ilmu

kemasyarakatan (Musnamar, 1992: 6).

4. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling Islam

Telah disebutkan diatas bahwa bimbingan dan konseling Islam

berlandaskan pada al-Qur’an dan Hadits serta landasan filsafat dan ilmu.

Berdasarkan landasan-landasan tersebut, Musnamar (1992: 20-39)

menjabarkan asas-asas atau prinsip-prinsip pelaksanaan bimbingan dan

konseling Islam sebagai berikut:

a. Asas kebahagiaan dunia dan akhirat

Bimbingan konseling Islam tujuan akhirnya adalah membantu

klien mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat yang senantiasa

didambakan oleh setiap Muslim.

b. Asas fitrah

Manusia sebagai hamba Allah diciptakan dengan membawa

fitrah, yaitu berbagai kemampuan bawaan dan juga kehendak yang

memungkinkan dirinya mampu menjalankan fungsi sebagai khalifah fi

al-ardh. Bimbingan konseling Islam membantu klien untuk mengenal

dan memahami fitrahnya itu, serta menghayatinya, sehingga dengan

demikian akan mampu mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat

karena mampu bertingkah laku sesuai dengan fitrahnya.


38

c. Asas lillahi ta’ala

Bimbingan dan konseling Islam diselenggarakan semata-mata

karena Allah. Konsekuensinya konselor melakukan tugasnya dengan

penuh keikhlasan dan tanpa pamrih, sementara klien pun meminta

bimbingan dan konseling dengan ikhlas dan rela pula, karena semua

pihak merasa bahwa semua yang dilakukan adalah karena dan untuk

pengabdian kepada Allah semata, sesuai dengan fungsi dan tugasnya

sebagai makhluk Allah yang senantiasa mengabdi kepada-Nya.

d. Asas bimbingan seumur hidup

Manusia hidup betapapun tidak akan ada yang sempurna dan

selalu bahagia. Dalam kehidupannya mungkin saja manusia akan

menjumpai berbagai kesulitan dan kesusahan. Oleh karena itulah maka

bimbingan dan konseling Islam diperlukan selama hayat masih

dikandung badan.

e. Asas kesatuan jasmaniah-rohaniah

Bimbingan dan konseling Islam memperlakukan kliennya

sebagai makhluk jasmaniah-rohaniah, tidak memandang sebagai

makhluk biologis semata, atau makhluk rohaniah semata. Bimbingan

dan konseling Islam membantu individu untuk hidup dalam

keseimbangan jasmaniah dan rohaniah tersebut.

f. Asas keseimbangan rohaniah


39

Rohaniah manusia memiliki unsur daya kemampuan pikir,

merasakan atau menghayati dan kehendak atau hawa nafsu, serta juga

akal. Kemampuan ini merupakan sisi lain kemampuan fundamental

potensial untuk mengetahui, menganalisis dan menghayati.

Bimbingan dan konseling Islam menyadari keadaan kodrati manusia

tersebut, dan dengan pada berpijak landasan naqliyah, membantu klien

memperoleh keseimbangan diri dalam segi mental rohaniah tersebut.

g. Asas eksistensi individu

Bimbingan dan konseling Islam memandang seorang individu

merupakan suatu eksistensi tersendiri. Individu mempunyai hak,

perbedaan individu dari yang lainnya, dan mempunyai kemerdekaan

pribadi sebagai konsekuensi dari haknya dan kemampuan fundamental

potensial rohaniahnya.

h. Asas sosialitas manusia

Manusia merupakan makhluk sosial. Hal ini diakui dan

diperhatikan dalam bimbingan konseling Islam. Pergaulan, cinta kasih,

rasa aman, penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain, rasa

memiliki dan dimiliki, semuanya merupakan aspek-aspek yang

diperhatikan di dalam bimbingan konseling Islam, karena merupakan

ciri hakiki manusia.

i. Asas kekhalifahan manusia

Menurut Islam, manusia diberi kedudukan yang tinggi

sekaligus tanggung jawab yang besar, yaitu sebagai pengelola alam


40

semesta (khalifah fi al-ardh). Dengan kata lain, manusia dipandang

sebagai makhluk berbudaya yang mengelola alam sekitar sebaik-

baiknya. Sebagai khalifah, manusia harus memelihara keseimbangan

ekosistem, sebab problem-problem kehidupan kerap kali muncul dari

ketidakseimbangan ekosistem tersebut yang diperbuat oleh manusia itu

sendiri.

j. Asas keselarasan dan keadilan

Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan,

keserasian, dalam segala segi. Dengan kata lain, Islam menghendaki

manusia berlaku adil terhadap hak dirinya sendiri, hak orang kain, hak

alam semesta serta hak Allah.

k. Asas pembinaan akhlaqul karimah

Manusia, menurut pandangan Islam, memiliki sifat-sifat yang

baik, sekaligus mempunyai sifat-sifat lemah. Sifat-sifat yang baik

merupakan sifat yang dikembangkan oleh bimbingan dan konseling

Islam. Bimbingan konseling Islam membantu klien memelihara,

mengembangkan, menyempurnakan sifat-sifat yang baik tersebut.

l. Asas kasih sayang

Setiap manusia memerlukan cinta dan kasih sayang dari orang

lain. Rasa kasih sayang ini dapat mengalahkan dan menundukkan

banyak hal. Bimbingan dan konseling Islam dilakukan dengan

berlandaskan kasih dan sayang, sebab hanya dengan kasih sayanglah

bimbingan dan konseling akan berhasil.


41

m. Asas saling menghargai dan menghormati

Dalam bimbingan konseling Islam kedudukan konselor dengan

klien pada dasarnya sederajat, perbedaannya terletak pada fungsinya

saja, yakni konselor memberikan bantuan dan klien menerima bantuan.

Hubungan yang terjalin antara konselor dengan klien merupakan

hubungan yang saling menghormati sesuai dengan kedudukan masing-

masing sebagai makhluk Allah.

n. Asas musyawarah

Bimbingan dan konseling Islam dilakukan dengan asas

musyawarah, artinya antara konselor dan klien terjadi dialog yang

baik, satu sama lain tidak saling mengdiktekan, tidak ada perasaan

tertekan dan menekan.

o. Asas keahlian

Bimbingan dan konseling Islam dilakukan oleh orang-orang

yang memang memiliki kemampuan keahlian di bidang tersebut, baik

keahlian dalam metedologi dan teknik-teknik bimbingan dan

konseling, maupun dalam bidang yang menjadi permasalahan (objek

garapan/materi) bimbingan dan konseling.

5. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Usaha dan aktifitas dari bimbingan dan konseling mempunyai arah

untuk mencapai suatu nilai tertentu dan cita-cita yang hendak dicapai yang
42

menjadi tujuannnya. Tujuan dari bimbingan dan konseling secara umum

adalah memberikan pelayanan kepada klien, agar mampu mengaktifkan

potensi fisik dan psikis yang ada di dalam dirinya, untuk menghadapi dan

mencegah kesulitan-kesulitan hidup yang menghalangi atau menghambat

perkembangan lebih lanjut (Wahyu,1996: 210).

Menurut Musnamar (1992: 34), secara garis besar, tujuan

bimbingan dan konseling Islam adalah membantu individu mewujudkan

dirinya sebagai manusia yang seutuhnya, yaitu mewujudkan diri sesuai

dengan hakekatnya sebagai manusia yang selaras denga fungsi dan

kedudukannya sebagai makhluk Allah, makhluk individu, makhluk sosial,

dan sebagai makhluk berbudaya agar mencapai kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat.

Adapun secara singkat, tujuan bimbingan dan konseling Islam

dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Tujuan umum

Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya

agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

b. Tujuan khusus

- membantu individu agar mampu mengahadapi masalah

- membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya

- membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan

kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi
43

lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi

dirinya dan orang lain.

6. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

Dengan memperhatikan tujuan umum dan khusus bimbingan dan

konseling Islam tersebut diatas, dapat dirumuskan fungsi dari bimbingan

dan konseling Islam sebagai berikut (Musnamar, 1992: 90):

a. Fungsi preventif; yakni membantu individu menjaga atau mencegah

timbulnya masalah bagi dirinya.

b. Fungsi kuratif; yakni membantu individu memecahkan masalah yang

sedang dihadapinya.

c. Fungsi reservatif; yakni membantu individu memelihara keadaan yang

telah baik tidak menjadi tidak baik kembali.

d. Fungsi developmental; yakni membantu individu memelihara dan

mengembangkan keadaan yang telah baik agar tetap baik atau menjadi

lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab

munculnya masalah baginya.

7. Dakwah Melalui Bimbingan dan Konseling Islam

Menurut HM. Arifin (2000) dalam Komarudin dkk (2008: 95)

bimbingan dan konseling Islam adalah usaha pemberian bantuan kepada

seseorang yang mengalami kesulitan, baik lahiriah, maupun batiniah, yang

menyangkut kehidupannya di masa kini dan di masa mendatang. Bantuan

tersebut berupa pertolongan di bidang mental dan spiritual, agar orang


44

yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada

pada dirinya maupun dorongan dari kekuatan iman dan takwa kepada

Allah.

Proses pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam tersebut tidak

dapat dilepaskan dari prinsip-prinsip etika berdakwah dalam Islam, yakni

mengacu pada landasan etika berdakwah bi al-hikmah, al-mauidhah al-

hasanah, dan al-mujadalah bi allati hiya ahsan.

Landasan etika bi al-hikmah dalam konteks pemberian layanan

bimbingan dan konseling Islam adalah aktivitas relasi antara manusia yang

arah kegiatannya dimaksudkan untuk membantu individu atau kelompok

individu muslim agar menyadari eksistensinya sebagai makhluk beragama

yang harus senantiasa berpegangan pada nilai-nilai agama yang diyakini.

Adapun landasan etika al-mauidhah al-hasanah dalam konteks bimbingan

dan konseling Islam dapat direalisasikan dalam bentuk penerapan metode

konseling. Selain itu dapat diwujudkan dalam proses komunikasi yang

sehat dan kondusif antara konselor dan klien. Sedangkan landasan etika al-

mujadalah bi allati hiya ahsan dapat diimplementasikan dalam bentuk

pemberian tanggapan, penilaian, sikap dan respon terhadap pendapat-

pendapat klien yang lebih baik atau yang membuat klien itu sendiri

menjadi sadar atas kekeliruan dirinya, tanpa melalui paksaan (Komarudin

dkk, 2008: 96).

Dengan demikian, dakwah Islam dengan menggunakan pendekatan

bimbingan dan konseling Islam dinilai sangat tepat karena antara konselor
45

agama dan klien dapat bertemu dan bertukar pikiran secara langsung, hal

ini akan memberikan dampak yang positif bagi klien karena dapat

mengungkapkan segala macam masalah yang sedang dihadapi (Wahyu,

1996: 219).

D. Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja merupakan awal dewasa atau sudah sampai usia untuk

menikah (KBBI, 2005: 944). Remaja adalah individu baik baik perempuan

maupun laki-laki yang berada pada usia antara anak-anak dan dewasa.

Batasan usia dalam hal ini adalah usia 10-19 tahun menurut klasifikasi

World Health Organization (WHO), sementara itu menurut United Nations

(UN) menyebutnya sebagai anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun

(BKKBN, 2003: 19).

Menurut Daradjat (2005: 85) remaja adalah masa yang penuh

kegoncangan jiwa, masa berada dalam peralihan yang menghubungkan

masa kanak-kanak yang penuh kebergantungan, dengan masa dewasa yang

matang dan berdiri sendiri. Masa remaja merupakan masa transisi yang

ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis (Widyastuti dkk,

2009: 11).

Pada masa remaja akan terjadi perubahan-perubahan yang meliputi

perubahan fisik, perubahan emosional yang tercermin dalam sikap dan

tingkah laku. Perkembangan kepribadian pada masa ini dipengaruhi tidak


46

saja oleh orangtua dan lingkungan keluarga, tetapi juga lingkungan

sekolah, ataupun teman-teman pergaulan di luar sekolah (Jusuf, 2006: 1)

Dari beberapa pendapat ahali diatas, dapat penulis kemukakan

remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa dimana

terjadi perubahan fisik, emosional dan tingkah laku.

2. Ciri-Ciri Perkembangan Remaja

Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa remaja dibagi

dalam tiga tahap (Widyastuti dkk, 2009: 11), yaitu:

a. Masa remaja awal (10-12 tahun)

- merasa lebih dekat dengan teman sebaya

- merasa ingin bebas

- lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir

yang khayal

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun)

- mencari identitas diri

- ketertarikan pada lawan jenis

- timbul perasaan cinta yang mendalam

- kemampuan berpikir khayal semakin berkembang

- berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual

c. Masa remaja akhir

- menampakkan pengungkapan kebebasan diri

- lebih selektif dalam mencari teman sebaya

- memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya


47

- dapat mewujudkan perasaan cinta

3. Tugas Perkembangan Remaja

Sesuai dengan tumbuh dan berkembangnya suatu individu, dari

masa anak-anak sampai dewasa, inidividu memiliki tugas masing-masing

pada setiap tahapannya. Tugas perkembangan yang dimaksud adalah

bahwa setiap tahapan usia, individu tersebut mempunyai tujuan untuk

mencapai suatu kepandaian, ketrampilan, pengetahuan, sikap dan fungsi

tertentu sesuai dengan kebutuhan pribadi.

Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (1966) dalam

Panuju dan Umami (1999: 26) adalah sebagai berikut:

a. Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman sebaya, baik

dengan teman sejenis maupun dengan beda jenis kelamin.

b. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin

masing-masing.

c. Menerima realitas jasmaniah serta menggunakannya seefektif mungkin

dengan perasaan puas.

d. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa

lainnya.

e. Mencapai kebebasan ekonomi.

f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan

g. Mempersiapkan diri untuk hidup berumah tangga.


48

h. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang

diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat.

i. Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat

dipertanggungjawabkan.

j. Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakan-

tindakannya dan sebagai pandangan hidup.

Dari tugas perkembangan tersebut, menunjukkan hubungan yang

sangat erat antara lingkungan kehidupan sosial dan tugas-tugas yang harus

diselesaikan remaja dalam hidupnya.

E. Seks Bebas

1. Pengertian Seks Bebas

Definisi seks bebas menurut Kartono (2009: 231) adalah hubungan

seksual yang dilakukan diluar sistem regulasi seks yang ada dalam

masyarakat, yaitu dilakukan diluar ikatan pernikahan, baik suka sama suka

atau dalam dunia prostitusi. Sementara itu menurut Hawari (1998: 91) seks

bebas merupakan kebebasan bergaul, dimana hubungan seks tanpa

didahului pernikahan.

Menurut WHO seks bebas yang dimaksud adalah bukan hanya

koitus saja tetapi juga termasuk berciuman, berpelukan serta berduaan di

tempat sepi dengan lawan jenis diluar hubungan pernikahan, karena

perilaku tersebut dapat mengarahkan pelakunya kepada hubungan seksual

(www.wikipedia.co.id diunduh pada 22 Juni 2012).


49

Dari beberapa pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa laki-

laki dan perempuan yang melakukan kissing, necking, petting dan

intercourse atau yang lebih dikenal dengan berciuman, berpelukan, saling

meraba bagian tubuh lawan jenis dan berhubungan seksual diluar

pernikahan adalah pelaku seks bebas.

2. Faktor-faktor Penyebab Seks Bebas

Menurut ketua Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia

(PKBI) menyatakan bahwa pada tahun 2011 15% remaja Indonesia yang

berusia 10-24 tahun telah melakukan hubungan sexual diluar nikah.

Sementara itu United Nation Population Fund (UNPF) dan Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mensinyalir jumlah

kasus aborsi di Indonesia mencapai 2,3 juta pertahunnya, dengan 20%

diantaranya dilakukan oleh para remaja (Jusuf, 2006: 14)

Menurut (Surbakti, 2009: 133) ada beberapa faktor penyebab

perilaku seks bebas pada remaja adalah sebagai berikut:

a. Pengaruh negatif media massa

b. Lemahnya keimanan

c. Tidak adanya pendidikan seks yang benar, tepat dan dilandasi nilai-nilai

agama

d. Lemahnya pengawasan orang tua.

e. Salah dalam memilih teman

3. Pandangan Islam tentang Seks Bebas


50

Dalam masyarakat masa kini interaksi antara laki-laki dan wanita

yang bukan muhrim sulit dihindari. Kedua jenis kelamin dalam

penampilan dan tingkah lakunya dapat merangsang nafsu seksual. Hal ini

dapat menggiring kepada perilaku seks bebas.

Dalam penerapan konsep Islam, tentang menutup aurat, larangan

berdua-duan antara pria dan wanita selain muhrim, menggunakan parfum

yang menyengat, percampuran dalam pemandian umum merupakan

beberapa hal yang harus dilaksanakan dalam sistem pendidikan Islam

sebagai langkah preventif dalam menghindari seks bebas. Hal ini mengacu

pada firman Allah surat Al-Isra’: 32

         


Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”
(Depag, 1971: 258)

Zina adalah hubungan seksual antara pria dengan wanita yang

tidak terikat oleh perkawinan yang sah yang dilakukan secara sengaja

(Abdul Aziz Dahlan, 1996: 2026). Tetapi segala perbuatan yang

mendekati zina merupakan hal mutlak yang harus dipahami umat Islam

agar tidak terperangkap dalam pemahaman yang salah mengenai

seksualitas manusia yang menyimpang dari ajaran Islam. Dengan

ungkapan janganlah berbuat zina, yang berarti pelarangan zina bukan

sekedar koitus yang tidak sah tetapi segala hal yang mendekatinya juga

dilarang. Hal ini dipertegas pada surat al-Ahzab: 59.


51

         

             
Artinya: “Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena
itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”(Depag, 1971: 285)

Dari beberapa ayat diatas mengindikasikan bahwa perlunya langkah

preventif untuk menghindari seks bebas. Hal ini sejalan dengan kaidah

fiqih:

ِ‫اَن َّف َررُ يُدْ فَعُ ِبقَ ْد رِ اِل ْمكَ ّن‬


“kemadlaratan itu harus dihindarkan sedapat mungkin.”

Yang dimaksud dari kaidah ini adalah kewajiban menghindarkan

terjadinya suatu kemadlaratan, atau dengan kata lain, kewajiban

melakukan usaha-usaha preventif agar jangan terjadi suatu kemadlaratan

dengan segala daya upaya yang mungkin dapat diusahakan (Mu’in dkk,

1986: 200). Dalam hal ini segala hal yang mendekati seks bebas harus di

hindari.
52

BAB III

PELAKSANAAN DAN DAMPAK KONSELING KESEHATAN

REPRODUKSI REMAJA DI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN

PEMALANG

A. Gambaran Umum Kabupaten Pemalang

1. Kondisi Geografis Kabupaten Pemalang

Kabupaten Pemalang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi

Jawa Tengah yang terletak di pantai utara Pulau Jawa. Secara astronomis

Kabupaten Pemalang terletak antara 1090 17′ 30″ – 1090 40′ 30″ BT dan

80 52′ 30″ – 70 20′ 11″ LS.

Dari Semarang (Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah), Kabupaten

Pemalang berjarak kira-kira 135 Km ke arah barat, atau jika ditempuh

dengan kendaraan darat memakan waktu lebih kurang 2-3 jam. Kabupaten

Pemalang memiliki luas wilayah sebesar 1.115,30 km2. Wilayah ini di

sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, di sebelah Selatan berbatasan

dengan Kabupaten Purbalingga dan di sebelah Timur berbatasan dengan

Kabupaten Pekalongan dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten

Tegal.

2. Kondisi Topografis Kabupaten Pemalang

Jumlah penduduk Kabupaten Pemalang, berdasarkan hasil

pencacahan Sensus Penduduk 2011 adalah 1.262.013 orang, yang terdiri


53

dari 625.642 laki-laki dan 636.371 perempuan dengan kepadatan

11.32/Km2.

Secara administratif Kabupaten Pemalang terdiri atas 14

kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat

pemerintahan berada di Kecamatan Pemalang, kecamatan-kecamatan

tersebut adalah Pemalang, Taman, Petarukan, Bantarbolang,

Randudongkal, Moga, Warungpring, Belik, Pulosari, Watukumpul,

Ampelgading, Bodeh, Comal, dan Ulujami (www.kabpemalang.go.id

diunduh pada 11 April 2012). Dari 14 kecamatan tersebut, Kecamatan

Ulujami memiliki angka kasus seks bebas tertinggi, Kecamatan Ulujami

sendiri terbagi dalam 18 desa/kelurahan, meliputi: Sukorejo, Botekan,

Rowosari, Ambowetan, Pagergunung, Wiyorowetan, Samong, Tasikrejo,

Bumirejo, Kaliprau, Kertosari, Pamutih, Padek, Blendung, Ketapang,

Limbangan, Mojo, dan Pesantren (www.kabpemalang.go.id diunduh pada

11 April 2012).
54

Berikut ini adalah angka kasus seks bebas tahun 2008-2011:

Tabel. 1
KECAMATAN KASUS
Pemalang 13
Taman 11
Petarukan 13
Bantarbolang 3
Randudongkal 9
Moga 5
Warungpring 4
Belik 3
Pulosari 4
Watukumpul 4
Ampelgading 9
Bodeh 10
Comal 14
Ulujami 16
Sumber: Bapermas Pemalang

B. Gambaran Umum Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja di

Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang

1. Sejarah Singkat Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja di Kecamatan

Ulujami Kabupaten Pemalang.

Berawal dari keprihatinan semakin maraknya perilaku seks bebas

pada remaja, maka pada tahun 2004 atas inisiatif Kusdiono Camat Ulujami

bekerja sama dengan berbagai instansi di wilayah Kecamatan Ulujami,

mengadakan kegiatan konseling kesehatan reproduksi remaja. Kerjasama

ini dijalin dengan puskesmas, UPKB, KUA dan desa di wilayah

Kecamatan Ulujami.

Konselor yang diambil berasal dari kalangan tokoh masyarakat,

guru, alim ulama serta tokoh pemuda di setiap desa di Kecamatan


55

Ulujami. Terlebih dahulu konselor tersebut mendapat pelatihan dari

BKKBN tentang keilmuan konseling dan kesehatan reproduksi. Konseling

kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang

ini dilaksanakan sebagai upaya preventif perilaku seks bebas remaja

(wawancara dengan Rokhila, 16 April 2012).

2. Dasar dan Tujuan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja di Kecamatan

Ulujami Kabupaten Pemalang

Setiap kegiatan selalu memiliki dasar dan tujuannya, agar kegiatan

tersebut berjalan dan mencapai tujuan yang direncanakan. Adapun yang

menjadi dasar konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan

Ulujami Kabupaten Pemalang adalah sebagai berikut:

a. UU No.4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

b. UU No.10 Tahun 1992 tentang Pengembangan Kependudukan dan

Keluarga Sejahtera.

c. UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

d. InPres 1997 tentang Penyelenggaraan Pembinaan dan Pengembangan

Kualitas Anak.

e. Permenkes No.433/Menkes/SK/1998 tentang Pembentukan Komisi

Kesehatan Reproduksi

f. UU No.25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi

sebagai Daerah Otonom, pasal 3 angka II bidang sosial huruf a. yang

berbunyi mendukung upaya pengembangan pelayanan sosial.


56

g. Perda No.7 Tahun 2001 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas

Pokok, Fungsi dan Susunan Organisasi Masyarakat Kesejahteraan

Sosial Propinsi Jawa Tengah.

h. Perda No.7 Tahun 2002 tentang Pembentukan, Kedudukan, Fungsi dan

Susunan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Daerah Kesejahteraan

Sosial Propinsi Jawa Tengah.

Adapun tujuan dari konseling kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Ulujami adalah sebagai berikut:

a. Mencegah perilaku seks bebas remaja.

b. Terpenuhinya pengetahuan dan pemahaman remaja tentang kesehatan

reproduksi.

c. Membentuk sikap bertanggung jawab dan berperilaku sehat pada

remaja kaitannya dengan masalah kesehatan reproduksi (Dokumentasi

Kecamatan Ulujami, 2005).

3. Tugas dan Fungsi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja di

Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang

Tugas konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan

Ulujami adalah memberikan konseling kesehatan reproduksi remaja pada

remaja usia 10-19 tahun. Sasaran konseling kesehatan reproduksi remaja

di Kecamatan Ulujami adalah agar seluruh remaja dan keluarganya

memiliki pengetahuan, kesadaran sikap dan perilaku kesehatan reproduksi

sehingga menjadikan remaja dan keluarga yang berkualitas.


57

Adapun fungsi dari konseling kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Ulujami adalah:

a. Sebagai pusat pelayanan konseling kesehatan reproduksi remaja.

b. Sebagai pusat informasi kesehatan reproduksi remaja.

c. Sebagai pelayanan pendidikan ketrampilan praktis (Dokumentasi

Kecamatan Ulujami, 2005).

4. Struktur Organisasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja di Kecamatan

Ulujami Kabupaten Pemalang

Struktur organisasi konseling kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang:

Penasehat:

1. Camat Ulujami

2. Muspika Kecamatan Ulujami

Pembina:

1. Sekcam Kecamatan ulujami

2. Koordinator PKB

3. Penyuluh KB

4. Puskesmas

5. KUA

6. UPP Kecamatan Ulujami


58

Struktur Pengurus

1. Ketua : Maskur

2. Wakil Ketua : Tamaria

3. Sekretaris : Fathana

4. Bendahara : Masrurotun

5. Seksi Humas : subhan

7. Seksi Konseling : Muslih

Visi dan misi konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan

Ulujami Kabupaten Pemalang.

VISI:

Menciptakan remaja yang berprestasi dan berperilaku hidup sehat yang

bebas dari narkoba serta tidak berperilaku seks bebas.

MISI:

1. Menciptakan remaja yang berprestasi di segala bidang

2. Menciptakan remaja yang berperilaku sehat

3. Menciptakan remaja yang tidak berperilaku seks bebas (Dokumentasi

Kecamatan Ulujami, 2005).


59

C. Pelaksanaan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja di Kecamatan

Ulujami Kabupaten Pemalang

1. Subjek Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja di Kecamatan Ulujami

Kabupaten Pemalang.

Konselor pada konseling kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Ulujami adalah para guru, tokoh agama, tokoh masyarakat dan

toko pemuda di setiap desa di Kecamatan Ulujami. Sebelum menjadi

konselor, terlebih dahulu mereka mengikuti pelatihan mengenai konseling

dan kesehatan reproduksi remaja pada Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) Pemalang.

Adapun kualifikasi untuk menjadi konselor konseling kesehatan

reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami sebagaimana diungkapkan

Maskur (15 April 2012) adalah sebagai berikut:

a. Usia 18 s.d 59 tahun.

b. Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan bidang kesejahteraan sosial,

khususnya konseling kesehatan reproduksi remaja.

c. Adanya minat untuk mengabdi dan bekerja di bidang kesejahteraan

sosial atas dasar sukarela, rasa terpanggil dan kesadaran sosial.

d. Sebagai tokoh atau ditokohkan masyarakat.

e. Pendidikan sekurangnya SLTP.

f. Adanya sumber penghidupan yang memadai .

Sebagaimana telah dijelaskan diatas, bahwa konseling kesehatan

reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami menggunakan pendekatan


60

bimbingan dan konseling Islam, menurut Tabrani (17 April 2012) seorang

konselor harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Aspek spiritual, yakni memiliki keimanan, kemakrifatan dan

ketauhidan yang berkualitas.

b. Aspek moralitas, yakni aspek yang memperhatikan nilai-nilai sopan

santun, etika dan tata karma, misalnya mendoakan, memelihara

pandangan mata serta menggunakan kata-kata yang baik dan terpuji.

c. Aspek keilmuan dan skill, yakni konselor memiliki ilmu pengetahuan

yang cukup luas tentang kesehatan reproduksi remaja dan

persoalannya serta mampu menguasai ketrampilan dalam konseling.

Konseling kesehatan reproduksi remaja secara umum bertujuan

untuk membantu kliennya dengan menggali kondisi dan permasalahan

klien serta memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja yang tepat

dan benar, agar klien mampu mengenali dan memahami kondisi serta

permasalahan konseling kesehatan reproduksi yang sedang dihadapinya,

sehingga klien mampu mengambil keputusan yang tepat dalam

memecahkan permasalahannya.

Menurut Rokhila (17 April 2012), berikut ini adalah kemampuan

yang dimiliki konselor konseling kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Ulujami untuk mencapai tujuan tersebut:

a. Menjadi pendengar yang aktif.

Untuk menjadi pendengar yang aktif, hal-hal yang dilakukan konselor

adalah: menerima klien apa adanya, tanpa memberikan penilaian;


61

melakukan observasi terhadap semua gerak, sikap dan ekspresi wajah

dan nada bicara klein selama percakapan berlangsung; memberikan

empati kepada klien dengan mengerti dan dapat merasakan apa sedang

dialami klien.

b. Bersikap atentif.

Selama proses konseling berlangsung konselor mampu bersikap

atentif, yaitu dengan menunjukkan minat dan perhatian kepada klien,

misalnya dengan menyapa klien dengan sopan, melakukan kontak

mata dengan klien, tidak memotong pembicaraan, tidak melakukan

kegiatan lain saat proses konseling. Tingkah laku yang atentif ini dapat

mengakrabkan hubungan antara konselor dan klien, sehingga klien

merasa aman dan bebas mengemukakan masalah.

c. Menggunakan teknik bertanya yang tepat

Dalam proses konseling konselor menggunakan teknik bertanya yang

tepat, yaitu lebih banyak menggunakan pertanyaan terbuka daripada

tertutup.

- Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang memerluksn jawaban

yang singkat atau bisa dijawab dengan “ya” atau “tidak”, biasanya

digunakan pada awal percakapan untuk menggali informasi dasar

atau identitas klien, misalnya: “sudah pernah pacaran?”, “berapa

usia anda?”.

- Pertanyaan terbuka merupakan pertanyaan yang dapat mendorong

klien untuk bercerita lebih panjang sambil mengekspresikan


62

perasaan dan pikirannya, misalnya: “bagaimana perasaan anda saat

pertama kali datang kerumah pacar?”

d. Mampu memberikan informasi yang jelas dan benar sesuai dengan

kebutuhan klien khususnya tentang kesehatan reproduksi remaja.

Daftar konselor konseling kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang:

Tabel. 2
PENDIDIKAN
NO NAMA ALAMAT PEKERJAAN
TERAKHIR
1 Achmad Sofyan Sukorejo Wiraswasta SLTA
2 Marzuki Sukorejo Guru Diploma
3 Nok Domah Botekan Guru Diploma
4 Fuad Hasan Botekan Pemuka Agama SLTA
5 Siti Barokah Rowosari Wiraswasta SLTA
6 Rusdiono Rowosari Wiraswasta SLTA
7 M. Irham Ambowetan Wiraswasta SLTA
8 Sulis Widianto Ambowetan Wiraswasta SLTA
9 Misrinah Ambowetan Guru Sarjana
10 Ratna Arum Sari Wiyorowetan Bidan Diploma
11 Abdul Ghoni Samong Guru Sarjana
12 M. Zaenudin Samong Guru Diploma
13 Masrurotun Tasikrejo Penyuluh KB SLTA
14 Nurjanah Bumirejo Bidan Diploma
15 Muslih Bumirejo Penyuluh KB Diploma
16 Mashuri Kaliprau Guru Diploma
17 Firdaus Kertosari Pemuka Agama Sarjana
18 Fathana Kertosari Guru SLTA
19 Tamaria Pamutih Bidan Diploma
20 Darwati Padek Guru Diploma
21 Maskur Blendung Perangkat Desa Sarjana
22 Tabrani Blendung Pemuka Agama Sarjana
23 Ruyati Blendung Penyuluh KB SLTP
24 Taruno Ketapang Pemuka Agama SLTA
25 Suwarni Limbangan Guru Diploma
26 Sriyati Mojo Penyuluh KB SLTA
27 Rozikin Pesantren Pemuka Agama SLTA
28 Subhan Pagergunung Penyuluh KB Diploma
(Dokumentasi, 2010)
63

2. Objek Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja di Kecamatan Ulujami.

Klien konseling kesehatan reproduksi remaja adalah remaja dengan

batasan usia 10-19 tahun dan belum menikah sesuai dengan batasan usia

remaja oleh Depkes RI. Remaja yang menjadi klien konseling kesehatan

reproduksi remaja di kecamatan Ulujami terbagi dalam remaja masjid dan

siswa-siswa SLTA dan SLTP se-kecamatan Ulujami. Berikut ini adalah

rinciannya:

Tabel.3
NO MASJID ALAMAT PESERTA
1 Masjid Assyuhada Sukorejo 12
2 Masjid Al-Azhar Botekan 15
3 Masjid Baiturochman Rowosari 19
4 Masjid Nurul Huda Ambowetan 13
5 Masjid Al Ikhsan Pagergunung 15
6 Masjid At-Taqwa Bumirejo 10
7 Masjid Nurul Islam Wiyorowetan 12
8 Masjid Baituttaqwa Samong 21
9 Masjid Nurul Iman Tasikrejo 16
10 Masjid Darussalam Kaliprau 15
11 Masjid At-Taqwa Kertosari 15
12 Masjid Al-Azhar Blendung 12
13 Masjid Baitussalam Pamutih 18
14 Masjid Miftahkhul Huda Padek 17
15 Masjid Al-Ikhlas Ketapang 14
16 Masjid Baiturahman Limbangan 12
17 Masjid Al-Hidayah Mojo 19
18 Masjid At-Taqwa Pesantren 20
(Dokumentasi, 2010).
64

Tabel.4
NO SEKOLAH ALAMAT PESERTA
1 SMA N 1 Ulujami Pamutih 30
2 SMK Muhammadiyah Ulujami Rowosari 12
3 SMP N 1 Ulujami Ambowetan 26
4 SMP N 2 Ulujami Pamutih 25
5 SMP N 3 Ulujami Limbangan 20
6 SMP N 4 Ulujami Tasikrejo 18
7 SMP N 5 Ulujami Botekan 15
8 SMP Muhammadiyah Kaliprau Kaliprau 15
9 SMP Muhammadiyah Ulujami Rowosari 18
10 SMP PGRI Ulujami Ambowetan 12
11 Mts Nurul Ulum Blendung Blendung 10
12 MTs Walisongo Ulujami Ambowetan 18
(Dokumentasi, 2010).

3. Metode Konseling kesehatan Reproduksi Remaja di Kecamatan Ulujami

Kabupaten Pemalang

Pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan

Ulujami dilakukan dengan model konseling kelompok, dimana metode

yang digunakan adalah metode langsung kelompok, yaitu konselor

melakukan percakapan langsung dengan setiap anggota kelompok

(wawancara Maskur, 17 April 2012).

Adapun konseling kelompok adalah layanan konseling yang

mengikutkan sejumlah peserta dalam bentuk kelompok, dengan konselor

sebagai pemimpin kegiatan kelompok. Konseling kelompok mengaktifkan

dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi

pengembangan diri dan pemecahan masalah individu yang menjadi peserta

kegiatan konseling kelompok (Prayitno, 2004: 1).

Topik yang diangkat dalam konseling kesehatan reproduksi remaja

di wilayah Kecamatan Ulujami adalah topik yang bersifat umum dan


65

khusus. Topik umum merupakan topik yang menjadi kepedulian bersama

anggota kelompok seperti bahaya dari seks bebas, sedangkan topik khusus

adalah masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota

kelompok seperti permasalahannya dengan teman atau pacar. Baik topik

umum maupun topik khusus dibahas melalui suasana dinamika kelompok

yang intensif dan konstruktif yang diikuti oleh semua anggota kelompok di

bawah panduan konselor.

Dalam mengarahkan suasana dinamika kelompok yang intensif dan

konstruktif, maka terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Pembentukan kelompok dari sekumpulan peserta (terdiri atas 8-10

orang), sehingga terpenuhi syarat-syarat kelompok yang mampu secara

aktif mengembangkan dinamika kelompok, yaitu:

- Terjadinya hubungan yang akrab diantara anggota-anggota

kelompok

- Tumbuhnya tujuan bersama diantara anggota kelompok

- Berkembangnya itikad dan tujuan bersama mencapai tujuan

kelompok

- Terbinanya kemandirian pada diri setiap anggota kelompok,

sehingga setiap anggota kelompok mampu berpendapat

b. Penstrukturan.

Dalam langkah ini dilakukan pembahasan bersama anggota kelompok

apa, mengapa, dan bagaimana layanan konseling kelompok yang


66

dilaksanakan. Penentuan permasalahan khusus atau umum tentang seks

bebas dilakukan dalam langkah ini.

c. Kegiatan konseling kelompok.

Pada langkah ini dilakukan kegiatan inti untuk membahas

permasalahan seputar seks bebas yang sebelumnya sudah ditentukan.

d. Penilaian segera hasil layanan konseling kelompok.

Tahapan ini untuk mengetahui masalah dan solusi apa yang telah

dikemukakan oleh setiap anggota kelompok untuk kemudian solusi

tersebut dipertegas kembali oleh konselor.

e. Tindak lanjut layanan.

Apabila suatu masalah dari anggota kelompok dianggap berat dan

tidak bisa dipecahkan melalui konseling seperti depresi dan hal yang

berkaitan dengan medis, maka akan dilakukan reveral ke psikiater

ataupun dokter (wawancara dengan Rokhila, 17 April 2012).

Beberapa masjid dan sekolah di Kecamatan Ulujami memiliki

jumlah peserta konseling lebih dari 10 orang, untuk hasil konseling

kelompok yang efektif maka jumlah peserta dibagi atas beberapa

kelompok sehingga setiap satu kelompok memiliki 8-10 orang peserta

konseling.

Sebagai langkah preventif perilaku seks bebas remaja, pelaksanaan

konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami dilakukan

di sekolah satu kali setiap satu semester, sedangkan pada remaja masjid

dilaksanakan satu bulan sekali.


67

Dalam pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Ulujami, konselor tidak hanya memberikan pelayanan kepada

remaja berdasarkan keilmuan kesehatan reproduksi, konseling dan

psikologisnya saja, tetapi juga mengikutsertakan konsep-konsep Islam

yang bertujuan untuk membentuk remaja berperilaku seksual yang sehat.

Dalam hal ini konselor bisa memposisikan diri sebagai juru dakwah.

Konselor menginformasikan dan menuntun klien untuk memahami dan

meyakini iman ke dalam hati sanubari klien. Iman dipelihara bahkan

dikembangkan sebab iman itu dapat berkembang dan berkurang. Iman

yang kuat dapat membawa pemiliknya taat menjalankan perintah Allah

dan menjauhi larangan-larangannya, sebaliknya iman yang lemah dapat

membawa pemiliknya mudah meninggalkan perintah Allah dan melanggar

larangan-larangannya. Hal ini dilakukan konselor dengan cara

menunjukkan dampak negatif perilaku seks bebas.

Secara medis perilaku seks bebas akan menyebabkan timbulnya

permasalahan seperti kehamilan yang tidak dinginkan bahkan lebih

ekstrim bisa menyebabkan penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS.

Dampak psikologis yang dialami pelaku seks bebas adalah kecemasan dan

tekanan batin karena telah melakukan perbuatan yang melanggar norma

susila dan norma agama yang berakibat dikucilkannya pelaku seks bebas

dari lingkungan sekolah dan masyarakat (wawancara dengan Firdaus, 19

April 2012).
68

D. Dampak Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja Bagi Remaja di

Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang

Dampak pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang sangat beragam bagi remaja.

Beberapa remaja di Kecamatan Ulujami terbukti dapat lepas dari pergaulan

seks bebas setelah mengikuti konseling kesehatan reproduksi remaja. Hal ini

seperti diungkapkan oleh Risqon (23 April 2012) siswa SMK Muhammadiyah

Ulujami, menurutnya pemahaman yang diperolehnya dalam konseling

kesehatan reproduksi tentang ancaman dosa dan penyakit menular seksual

yang membuatnya menjauhi pergaulan seks bebas, sebelumnya dia kerap kali

melakukan ciuman dengan pacarnya. Hal senada juga diungkapkan oleh Yanto

(25 April 2012) siswa SMA N 1 Ulujami, diakuinya semenjak mengikuti

konseling kesehatan reproduksi, dorongan naluri seksualnya dapat

dikendalikan dan menyalurkannya menjadi kegiatan yang positif, seperti

olahraga dan kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Menurut Toiyah (22 Juni

2012), Ibunda Yanto, mengungkapkan bahwa setelah mengikuti konseling

kesehatan reproduksi Yanto lebih sering menghabiskan waktunya dengan

belajar dan berolahraga dari pada pergi berduaan dengan pacarnya.

Informasi yang diberikan dalam konseling kesehatan reproduksi

dapat menjadi rambu-rambu bagi remaja agar selalu waspada dalam bergaul

dengan lawan jenis dan menjauhi seks bebas. Disamping itu konseling

kesehatan reproduksi merupakan pembekalan tentang kiat-kiat untuk

mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental dalam


69

menghadapi godaan, seperti ajakan melakukan hubungan seksual dari lawan

jenis. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Rini, remaja berusia 19 tahun ini

memutuskan hubungan dengan teman laki-lakinya karena sering diajak

melakukan perbuatan mengarah pada hubungan seksual (wawancara dengan

Rini, 29 April 2012).

Beberapa informan diatas, yakni Rizqon dan Yanto sebelumnya

berada pada pergaulan seks bebas, dimana keduanya sering melakukan kissing

dan necking dengan pacarnya. Setelah mengikuti konseling kesehatan

reproduksi dan takut akan ancaman dosa bagi pelaku seks bebas, keduanya

memutuskan untuk tidak lagi melakukan ciuman dan pelukan dengan lawan

jenisnya.

Namun demikian ada beberapa remaja yang perilaku seksualnya

tetap tidak terkontrol setelah mengikuti konseling kesehatan reproduksi. Hal

ini terjadi karena pergaulan remaja tersebut tetap berada pada lingkungan yang

didalamnya terdapat orang-orang yang berperilaku negatif. Disamping itu

kemudahan dalam mengakses pornografi, disertai lemahnya iman dan

kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak-anaknya menjadi faktor

pendukung remaja tidak mampu mengontrol dorongan seksualnya. Menurut

Dani (21 April 2012) orang tuanya sangat sibuk dengan pekerjaan dan hampir

tidak pernah bertanya mengenai kegiatan Dani di luar sekolah. Pengawasan

orang tua yang kurang ini memberikan kesempatan kepada Dani untuk

mengajak teman perempuannya berkunjung kerumahnya dan mengajaknya

berciuman bahkan berpelukan.


70

Lebih ekstrim seperti yang dialami Susi, bukan nama sebenarnya,

remaja berusia 17 tahun yang duduk di kelas tiga di sebuah sekolah menengah

atas di Kecamatan Ulujami ini tengah hamil akibat perilakunya dengan teman

laki-lakinya. Susi tinggal bersama nenek dan adiknya karena orang tuanya

merantau di Jakarta, Susi bebas melakukan kegiatan yang disukainya termasuk

kegiatan yang mengarah pada seks bebas. Disamping itu teman laki-lakinya

kerap mengajaknya melakukan hubungan seksual. Hal ini yang menyebabkan

Susi tidak mampu mengendalikan naluri seksualnya sehingga berujung

kehamilan dan kehilangan masa depan karena Susi di drop out dari sekolah

(wawancara dengan Susi 21 April 2012). Menurut Slamet (22 April 2012),

pacar Susi, hubungan seksual yang dilakukannya dengan Susi disebabkan oleh

kemudahan dia dalam mengakses pornografi serta kondisi rumah Susi yang

sering sepi sehingga muncullah niat untuk berhubungan seksual dengan Susi.

Menurut Karsi (21 April 2012), nenek Susi, dirinya kurang mampu

mengontrol pergaulan Susi karena dirinya sibuk dengan pekerjaan, sedangkan

orang tua Susi hidup di Jakarta sehingga Susi teramat bebas untuk melakukan

hal-hal yang disenanginya, termasuk perilaku seks bebas.

Berikut ini data angka seks bebas di Kecamatan Ulujami Kabupaten

pemalang tahun 2008-2011:

Tabel.5
TAHUN KASUS
2008 4
2009 5
2010 4
2011 3
Sumber: Bapermas Pemalang
71

BAB IV

ANALISIS PELAKSANAAN DAN DAMPAK KONSELING

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA BAGI REMAJA DI

KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG

A. Analisis Pelaksanaan Konseling kesehatan reproduksi Remaja di

Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.

Dari pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang, maka peneliti akan menganalisanya

menggunakan analisis SWOT untuk mengetahui sejauh mana keefektifan

pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami

Kabupaten Pemalang tersebut.

Metode analisis SWOT adalah merupakan suatu alat analisa yang

bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam

merumuskan suatu strategi yang didasarkan pada logika dengan cara

memaksimalkan kekuatan dan peluang yang ada secara bersamaan dan

meminimalkan kelemahan dan ancaman yang ada secara bersamaan.

Metode ini telah dikembangkan sejak tahun 1920 disekolah bisnis

Harvard dari pelajaran Bisnis Policy yang kemudian dipopulerkan oleh Albert

Humphrey pada tahun 1970 sebagai analisis SWOT yang terdiri atas factor

internal berupa kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), dan factor

eksternal yang berupa peluang (opportunity), dan ancaman (threat)

(www.wikipedia.co.id diunduh tanggal 24 April 2012).


72

Pada penelitian ini, analisa SWOT dimaksudkan untuk mengkaji

potensi dan kendala yang ada pada pelaksanaan konseling kesehatan

reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. Analisa

SWOT dijelaskan sebagai berikut:

1. Faktor Internal (Internal strategic factor analysis summary, IFAS), yaitu

Faktor strategis yang berasal dari dalam pelaksanaan konseling kesehatan

reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami yang berupa:

a. Strength (kekuatan, potensi)

Strength merupakan faktor yang dianggap sebagai kekuatan

yang ada dalam pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang, baik dari segi keunikan,

kekhasan dan sarana prasarana yang merupakan faktor-faktor potensial

dalam upaya preventif perilaku seks bebas remaja. Kekuatan yang ada

pada pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang adalah sebagai berikut:

- Terdapat konselor di masing-masing desa di Kecamatan Ulujami.

Hal ini akan memudahkan pelaksanaan konseling kesehatan

reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami yang dilakukan di

sekolah dan masjid di Kecamatan Ulujami.

- Pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan

Ulujami Kabupaten Pemalang menggunakan pendekatan

bimbingan dan konseling Islam sehingga sanggup menggetarkan


73

keimanan klien untuk selalu menjalankan perintah Allah dan

menjauhi larangan-Nya.

b. Weakness (kelemahan)

Weakness adalah faktor yang diperkirakan dapat menghambat

pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan

Ulujami Kabupaten Pemalang. Kelemahan ini berupa sumber daya

manusia serta sarana dan prasarana. Kelemahan tersebut antara lain:

- Kurangnya pemahaman konselor terhadap keadaan psikologis klien

sehingga dalam melakukuan proses konseling kurang mudah untuk

dicerna klien.

- Kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang dalam

pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan

Ulujami Kabupaten Pemalang.

- Kurang terencananya agenda pelaksanaan konseling kesehatan

reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami. Tidak adanya

pengaturan agenda yang baik akan sangat menghambat

kelangsungan kegiatan tersebut kepada remaja di Kecamatan

Ulujami.

- Kurangnya pengetahuan keislaman pada diri konselor sehingga

menyulitkan dalam melakukan konseling dengan pendekatan

islami.

Menurut Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (2009:

8) proses pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja harus


74

didahului dengan rapport atau pendekatan kepada klien untuk

mencairkan suasana sehingga klien merasa nyaman dalam

mengemukakan masalah. Namun dalam pelaksanaannya rapport tidak

dilakukan sehingga dalam proses konseling tidak ada kedekatan antara

konselor dan klien serta tidak ada rasa kepercayaan pada diri klien

terhadap konselor.

2. Faktor Eksternal (external strategic factor analysis summary, EFAS), yaitu

Faktor strategis yang berasal dari luar pelaksanaan konseling kesehatan

reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami, yang berupa:

a. Opportunity (peluang)

Opportunity adalah faktor yang berasal dari luar lingkup

pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan

Ulujami yang diperkirakan dapat mendukung kegiatan tersebut.

Peluang tersebut adalah semua remaja di Kecamatan Ulujami

beragama Islam sehingga memudahkan pelaksanaan konseling

kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami dengan

menggunakan pendekatan bimbingan dan konseling Islam.

b. Threath (ancaman)

Threath adalah faktor yang berasal dari luar lingkup

pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan

Ulujami yang diperkirakan dapat menghambat kegiatan tersebut.

Ancaman tersebut ialah semakin terpuruknya moral remaja di

Kecamatan Ulujami.
75

Faktor internal dan eksternal yang telah dirinci berdasarkan

potensi yang ada dalam pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi

remaja di Kecamatan Ulujami tersebut kemudian disusun menjadi matrik

SWOT seperti pada tabel berikut:

Tabel.5
IFAS Strenght (S) Weakness (W)
EFAS
Opportunity (O) Strategi S-O Strategi W-O
Threat (T) Strategi S-T Strategi W-T

Keterangan: IFAS (internal strategic factor analysis summary)

EFAS (external strategic factor analysis summary)

Dari matrik SWOT pada tabel dapat dirumuskan kerangka strategi

sebagai berikut:

1. Strategi S-O

Strategi S-O yakni strategi dengan memanfaatkan seluruh kekuatan

untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Konseling

kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami memiliki kekhasan

dalam pendekatan yang digunakan, yakni pendekatan bimbingan dan

konseling Islam. Konseling dapat berjalan maksimal dan mencapai sasaran

karena semua klien konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan

Ulujami beragama Islam.

2. Strategi S-T

Strategi S-T adalah strategi dengan menggunakan kekuatan yang

dimiliki untuk mengatasi ancaman. Kekuatan yang ada pada pelaksanaan


76

konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami digunakan

untuk mengatasi ancaman yang ada. Ancaman semakin tepuruknya moral

remaja di Kecamatan Ulujami dapat teratasi dengan memanfaatkan

kekuatan yaitu dengan menggunakan pendekatan bimbingan dan konseling

Islam dalam pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Ulujami. Pendekatan bimbingan dan konseling Islam ini

dilakukan dengan memberikan materi tentang akidah dan akhlak. Materi

ini bertujuan pada kesadaran pribadi bahwa segala perilaku dan amal

perbuatannya tidak terlepas dari pengawasan Allah, dengan demikian

diharapkan remaja di Kecamatan Ulujami mampu menjaga perilakunya

agar senantiasa sesuai dengan petunjuk Allah.

3. Strategi W-O

Strategi W-O merupakan strategi yang diterapkan berdasarkan

pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan

yang ada. Semua remaja yang menjadi klien beragama Islam, sehingga

memudahkan pelaksanaan konseling dengan menggunakan pendekatan

agama Islam. Disamping itu memudahkan pengaturan agenda pelaksanaan

konseling karena terkoordinir oleh remaja masjid pada masing-masing

desa.

4. Strategi W-T

Strategi W-T didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif

(bertahan) dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta

menghindari ancaman. Strategi ini digunakan apabila kelemahan dan


77

ancaman tidak dapat diatasi dengan menggunakan kekuatan dan peluang

yang ada. Misalnya pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Ulujami tetap berjalan, meskipun berjalan ditengah ancaman

terpuruknya moral remaja di Kecamatan Ulujami serta tidak didukung

sarana dan prasarana yang memadai.

B. Analisis Dampak Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja Bagi Remaja

di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.

Dari dampak pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja

bagi remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang, maka peneliti akan

menganalisisnya menggunakan analisis SWOT untuk mengetahui sejauh mana

dampak pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan

Ulujami Kabupaten Pemalang tersebut. Analisis SWOT dijelaskan sebagai

berikut:

1. Faktor Internal (Internal strategic factor analysis summary, IFAS), yaitu

faktor strategis yang ada pada dampak konseling kesehatan reproduksi

remaja bagi remaja di Kecamatan Ulujami yang berupa:

a. Strength (kekuatan, potensi)

Strength merupakan faktor yang dianggap sebagai kekuatan

yang ada pada dampak konseling kesehatan reproduksi remaja bagi

remaja di Kecamatan Ulujami. Kekuatan tersebut adalah kesadaran

remaja bahwa perilaku seks bebas merupakan perilaku yang dapat

berakibat buruk bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Akibat


78

buruk tersebut dapat berupa dosa, penyakit menular seksual,

dikucilkan dalam pergaulan, serta dikucilkan dalam pergaulan.

b. Weakness (kelemahan)

Weakness adalah faktor yang diperkirakan dapat

menyebabkan dampak buruk bagi remaja dalam pelaksanaan

konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami.

Kelemahan tersebut adalah lemahnya fondasi iman remaja. Iman yang

kokoh akan menjadikan perilakunya sesuai dengan ketentuan norma

agama dan norma susila, begitu juga sebaliknya iman yang lemah

dapat mendorong perbuatan amoral dan melanggar ketentuan Allah.

2. Faktor Eksternal (external strategic factor analysis summary, EFAS), yaitu

faktor strategis yang berasal dari luar yang menyebabkan dampak

konseling kesehatan reproduksi remaja bagi remaja di Kecamatan Ulujami

Kabupaten pemalang, yang berupa:

a. Opportunity (peluang)

Opportunity adalah faktor yang berasal dari luar diri remaja

yang diperkirakan dapat menjadikan dampak baik dalam pelaksanaan

konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami.

Peluang tersebut adalah dukungan dari Pemerintah Kecamatan

Ulujami Kabupaten Pemalang dengan mengadakan konseling

kesehatan reproduksi remaja.


79

b. Threath (ancaman)

Threath adalah faktor yang berasal dari luar diri remaja yang

diperkirakan dapat menjadikan dampak negatif dalam pelaksanaan

konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami.

Ancaman tersebut adalah kemudahan remaja dalam mengakses

pornografi serta pergaulan dengan lingkungan yang negatif.

Dari faktor internal dan eksternal yang telah dirinci berdasarkan

potensi yang ada dalam dampak pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi

remaja di Kecamatan Ulujami tersebut dapat dirumuskan kerangka strategi

sebagai berikut:

1. Strategi S-O

Strategi S-O yakni strategi dengan memanfaatkan seluruh kekuatan

untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Dalam hal

ini kesadaran remaja akan bahaya seks bebas digunakan untuk

memanfaatkan dukungan dari Pemerintah Kecamatan Ulujami Kabupaten

Pemalang yang mengadakan konseling kesehatan reproduksi remaja.

2. Strategi S-T

Strategi S-T adalah strategi dengan menggunakan kekuatan yang

dimiliki untuk mengatasi ancaman. Kesadaran remaja tentang bahaya seks

bebas dapat digunakan sebagai pengendalian diri untuk tidak mengakses

pornografi dan menjauhi diri dari pergaulan yang negatif.


80

3. Strategi W-O

Strategi W-O merupakan strategi yang diterapkan berdasarkan

pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan

yang ada. Konseling kesehatan reproduksi remaja dengan pendekatan

islami diharapkan mampu memberikan fondasi keimanan yang kuat pada

diri remaja sehingga tidak terjerumus pada seks bebas.

4. Strategi W-T

Strategi W-T didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif

(bertahan) dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta

menghindari ancaman. Strategi ini digunakan apabila kelemahan dan

ancaman tidak dapat diatasi dengan menggunakan kekuatan dan peluang

yang ada. Di tengah lemahnya iman remaja dan ancaman kemudahan

dalam mengakses pornografi diharapkan remaja di Kecamatan Ulujami

tetap mampu mengontrol dan menjaga perilaku seksualnya dengan cara

mengikuti konseling kesehatan reproduksi remaja.


81

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dan analisis data yang

sudah penulis lakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam rangka upaya penanggulangan seks bebas remaja agar tidak

semakin masuk ke dalam pergaulan seks bebas yang lebih jauh, maka di

Kecamatan Ulujami dilaksanakan konseling kesehatan reproduksi remaja.

Pendekatan yang digunakan dalam konseling kesehatan reproduksi remaja

di Kecamatan Ulujami adalah pendekatan bimbingan dan konseling Islam.

Adapun bentuk kegiatannya adalah dengan bentuk konseling kelompok.

Konselor konseling kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami

adalah Konselor pada konseling kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Ulujami adalah para guru, tokoh agama dan tokoh masyarakat

yang sebelumnya mendapat pelatihan tentang keilmuan psikologi,

konseling dan kesehatan reproduksi yang diselenggarakan oleh BKKBN

Kabupaten Pemalang. Adapun klien konseling kesehatan reproduksi

remaja di Kecamatan Ulujami adalah remaja dengan batasan usia 10-19

tahun dan belum menikah sesuai dengan batasan usia remaja oleh Depkes

RI yang terbagi dalam remaja masjid dan siswa-siswa SLTA dan SLTP se-

Kecamatan Ulujami.

2. Dampak dari pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Ulujami sangat beragam. Konseling kesehatan reproduksi


82

remaja mampu menanggulangi seks bebas remaja agar tidak semakin

masuk ke dalam pergaulan seks bebas yang lebih jauh, namun beberapa

remaja ada yang masih cenderung semakin masuk lebih jauh ke dalam

pergaulan seks bebas. Hal ini dikarenakan pelaksanaan konseling

kesehatan reproduksi remaja belum cukup dalam menyadarkan pelaku

seks bebas tanpa didukung peran serta dari semua anggota masyarakat.

B. Saran

Setelah mengadakan penelitian pelaksanaan konseling kesehatan

reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami, maka melalui kesempatan ini

penulis ingin menyumbangkan buah pikiran atau saran-saran yang sekiranya

bermanfaat. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan kualitas para konselor di masing-masing desa yang

berada di Kecamatan Ulujami hendaknya para konselor lebih sering

melakukan pelatihan-pelatihan yang diadakan BKKBN Kabupaten

Pemalang agar lebih maksimal dalam memberikan konseling kesehatan

reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.

2. Peran aktif keluarga, sekolah dan masyarakat agar selalu memberikan

dukungan positif dalam rangka menanggulangi seks bebas pada remaja di

Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.

3. Bagi remaja, agar meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah

SWT pada diri remaja, serta menjauhi segala perbuatan yang dapat

mengerah pada seks bebas.


83

4. Bagi peneliti selanjutnya, agar mampu memberikan kontribusi yang

maksimal dalam pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang sehingga dapat menjauhkan

remaja dari perilaku seks bebas.

C. Penutup

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT, akhirnya

dengan semangat serta untaian do’a, terselesaikan juga tugas penyusunan

skripsi ini. Penulis meyakini ada banyak kekurangan dalam penelitian ini, baik

dalam segi penulisan maupun analisisnya. Oleh karenanya, dengan segala

kerendahan hati, penulis sangat menerima kritik dan saran yang konstruktif

demi kemajuan di masa mendatang.

Selain itu ucapan terima kasih tak luput penulis sampaikan kepada

seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Atas

semua bantuan tersebut, skripsi dengan judul Pelaksanaan konseling kesehatan

reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang ini dapat ada

dihadapan pembaca sekalian. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan

yang diberikan oleh mereka.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa segala kealpaan adalah milik

penulis dan segala kebenaran adalah milik Allah. Harapan penulis, semoga

skripsi ini membawa manfaat bagi kita semua. Amin ya robbal alamin.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, Jakarta: AMZAH, 2009


Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Jakarta: PT Bulan Bintang,
1997
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 1998
Aziz Dahlan, Abdul, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru van Houve,
1996
Azwar, Saifudin, Metode penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007
Az-Zahrani, Musfir bin Said, Konseling Terapi, Jakarta: Gema Insani, 2005
BKKBN, Buku Panduan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), 2000
BKKBN, Buku Pedoman Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), 2008
BKKBN, Remaja Menganal Dirinya, 2003
Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005
Depag, Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta, 1971
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002
Depkes, Yang Perlu Diketahui Petugas Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi,
United Nations Population Found, 2001
Faisal Khasib, Implementasi Pendidikan Kesehatan Reproduksi Di Pondok
Pesantren Miftahussaadah Mijen Semarang (Studi Kasus Upaya
Mencegah Penyimpangan Reproduksi) (Tidak dipublikasikan, Skripsi,
IAIN Walisongo, 2009)
Geldard, Kathryn dan David Geldard, Konseling Remaja, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010
Hawari, Dadang, Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,
Yogyakarta: PT Dana Bhakti Primayasa, 1998
Jumantoro, Totok, Psikologi Dakwah, Jakarta: Penerbit Amzah, 2001
Kartono, Kartini, Patologi Sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002
Jusuf, Ahmad Aulia, Bahaya Seks Bebas Pada Remaja, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2006
Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia,
1981
Komarudin, dkk, Dakwah dan Konseling Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra,
2008
J. Moleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009
Mahfiana, Layyin, Elfi Yuliani Rohma dan Retno Widyaningrum, Remaja dan
Kesehatan Reproduksi, Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009
Manuaba, Ida Bagus Gde, Memahami Kesehatan Reproduksi, Jakarta: Arcan,
1998
Mualim, Pendidikan Kesehatan Reproduksi dalam Kitab-kitab Fiqih Pesantren
(Tidak dipublikasikan, Skripsi, IAIN Walisongo, 2005)
Mulyana, Dedy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2004
Musnamar, Tohari, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam,
Yogyakarta: UII PRESS, 1992
Mu’in dkk, Ushul Fiqh (Qaidah-Qaidah Istinbath dan Ijtihad), Jakarta: Ditjen
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1986
Panuju, Panut, Psikologi Remaja, Yogyakarta: CV Tiara Wacana Yogyakarta,
1999
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), Pedoman Layanan
Konseling Kesehatan Reproduksi Untuk Profesional, Jakarta: 2009
Prayitno, Layanan Bimbingan Konseling Kelompok, Padang: Jurusan Bimbingan
dan Konseling Universitas Negeri Padang, 2004
Prayitno dan Erman Anti, Dasar-Dasar Bimbingan Konseling, Jakarta: Rineka
Cipta, 1995
Shertzer, Bruce dan Shelley C. Stone, Fundamentals of Guidances, Boston:
Houghton Mifflin Company, 1966
Surbakti, E.B, Kenali Anak Remaja Anda, Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
2009
Surya, Moh, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung : CV Ilmu, 1975
Sutoyo, Anwar, Bimbingan dan Konseling Islami, Semarang: CV Cipta Prima
Nusantara, 2007
Syaiful Mustaqim, Model Penanggulangan Penyimpangan Reproduksi di MA
Walisongo Pecangaan Jepara (Sebuah Alternatif Pendidikan Kesehatan
Reproduksi Berbasis Madrasah) (Tidak dipublikasikan, Skripsi, IAIN
Walisongo, 2009)
Wahyu, Triatmo Agus, dkk, Dakwah Islam Antara Normative dan Kontekstual,
Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 1996
Walgito, Bimo, Bimbingan dan Konseling, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005
____________, Kenakalan Remaja, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas
Psikologi UGM, 1978
Widyastuti dkk, Yani, Kesehatan Reproduksi, Yogyakarta: Fitramaya, 2009
Winkel, W.S, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta:
Gramedia, 2005
www.kabpemalang.go.id
www.wikipedia.co.id
INSTRUMEN WAWANCARA

1. Sifat Penelitian : Kualitatif Deskriptif

2. Subjek Penelitian : Konselor dan klien (remaja) konseling kesehatan

reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami

Kabupaten Pemalang

3. Objek Penelitian : Pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi

remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten

Pemalang

4. Lokasi Penelitian : Kecamatan Ulujami Kabupaten pemalang

5. Waktu Penelitian : 22 Maret – 28 April 2012

Wawancara dengan konselor konseling kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang

1. Bagaimana Anda bisa menjadi konselor kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang?

2. Bagaimana keadaan umum perilaku seks remaja di Kecamatan Ulujami

Kabupaten Pemalang?

3. Remaja usia berapa yang biasanya menjadi klien konseling kesehatan

reproduksi remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang

4. Dimana dan kapan saja Anda melakukan konseling kesehatan reproduksi

remaja di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang?


5. Metode konseling apa yang Anda gunakan?

6. Bagaimana proses pelaksanaannya?

7. Apakah dalam konseling tersebut menggunakan pendekatan Islami?

8. Menurut Anda, apakah pelaksanaan konseling ini sudah maksimal dan

sesuai tujuan yang diinginkan?

9. Apa saja faktor penghambat dan pendukungnya?

10. Bagaimana perkembangan perilaku seksual remaja setelah mengikuti

konseling?

Wawancara dengan klien konseling kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang

1. Apa yang Anda ketahui tentang kesehatan reproduksi?

2. Sebelum mengikuti konseling kesehatan reproduksi remaja apakah sudah

memahami apa itu kesehatan reproduksi?

3. Menurut Anda, apakah pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi

remaja sangat menarik untuk diikuti?

4. Manfaat apa saja yang anda peroleh dari konseling kesehatan reproduksi

remaja?

5. Menurut Anda, apakah konseling kesehatan reproduksi remaja dapat

mencegah seks bebas remaja?


Wawancara dengan orang tua klien konseling kesehatan reproduksi remaja

di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang

1. Apakah Anda mengetahui hal apa yang dilakukan anak Anda dengan

pacarnya ketika berpacaran?

2. Hal apa saja yang Anda lakukan dalam membentengi perilaku anak Anda

agar tidak terjerumus pada seks bebas?

3. Apakah Anda mendukung kegiatan konseling kesehatan reproduksi remaja

sebagai upaya penanggulangan seks bebas remaja? Kenapa?

4. Perubahan perilaku seperti apa pada anak Anda setelah mengikuti

konseling kesehatan reproduksi remaja?

5. Setelah mengikuti konseling kesehatan reproduksi remaja, apakah anak

anda lebih banyak menghabiskan waktu dengan belajar atau kegiatan

positif lainnya dari pada menghabiskan waktu dengan pacarnya?


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Priyo Atmono

NIM : 071111026

TTL : Pemalang, 10 Desember 1989

Alamat : No.34 RT. 01/ RW. 01 Desa Blendung Kecamatan Ulujami

Kabupaten Pemalang

Email : atmonopriyo@yahoo.co.id

No. HP : 08 161 161 401

Pendidikan :

1. SD Negeri 02 Blendung 1996-2001)

2. SMP Negeri 2 Ulujami (2001-2004)

3. MA Negeri 2 Pekalongan (2004-2007)

4. IAIN Walisongo Semarang Fakultas Dakwah Jurusan BPI (2007-2012)

Pengalaman Organisasi:

1. BEM-J BPI 2008-2009, 2009-2010

2. Ikatan Mahasiswa Pelajar Pemalang (IMPP) Komisariat Walisongo

Semarang

Anda mungkin juga menyukai