Anda di halaman 1dari 87

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

PENINGKATAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL


SISWA KELAS IX DI SMP MODERN AL-RIFA’IE
GONDANGLEGI

SKRIPSI

OLEH:
ARSY JAYA DIMAS
NPM. 21801011337

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2023
UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
PENINGKATAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL
SISWA KELAS IX DI SMP MODERN AL-RIFA’IE
GONDANGLEGI

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Malang Untuk Memenuhi Salah Satu


Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Program
Studi Pendidikan Agam Islam

Oleh:
Arsy Jaya Dimas
NPM. 21801011337

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2023

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi yang disusun oleh Arsy Jaya Dimas ini


Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing untuk diuji

Malang, 22 September 2023


Pembimbing 1,

Prof. Dr. Maskuri, M.Si.


NPP. 1930200010

Malang, 22 September 2023


Pembimbing 2,

Moh. Eko Nasrullah, M.PdI


NPP. 163006198932134
PENGESAHAN
TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi oleh Arsy Jaya Dimas ini telah diujikan


di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang
dan diterima untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Satu (S1)
Dewan Penguji,

Ketua, Sekertaris,

Prof. Dr. Maskuri, M.Si. Moh. Eko Nasrullah, M.PdI


NPP. 1930200010 NPP. 163006198932134

Penguji Utama,

Mengetahui, Mengesahkan,
Ketua Prodi PAI Dekan Fakultas Agama Islam

Dr. Muhammad Sulistiono, M.Pd. Drs. H. Anwar Sa’dullah, M.PdI


NPP. 132112198232126 NPP. 1910200036

Program Studi Pendidikan Agama Islam


Malang, 22 September 2023
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Arsy Jaya Dimas

NPM : 21801011337

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul Penelitian : Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Peningkatan

Kecerdasan Emosional dan Spiritual Siswa Kelas IX di SMP


MODERN AL- RIFA’IE

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar – benar
tulisan saya, dan bukan merupakan plagiasi/falsifikasi/fabrikasi baik sebagian atau
seluruhnya.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil
plagiasi/falsifikasi/fabrikasi, baik sebagian atau seluruhnya, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 22 September
2023
Yang membuat pernyataan,

Arsy Jaya Dimas

NPM. 2180101133
7

ABSTRAK
Arsy Jaya Dimas. NIM. 21801011337, 2023. Upaya Guru Pendidikan Agama
Islam Dalam Peningkatan Kecerdasan Emosional dan Spiritual Siswa
Kelas IX Di DMP Modern Al-Rifa’ie Skripsi, Jurusan Agama Islam,
Fakultas Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Malang.
Pembimbing I, Drs. Sami’uddin, M.Si. Pembimbing II, Drs. Junaidi,
M.Pd.I.
Kata Kunci: Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dan Peningkatan Kecerdasan
Emosional dan Spiritual.
Pendidikan Agama Islam merupakan bagian pendidikan yang amat penting
yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan
keagamaan. Kecerdasan emosional adalah sebuah kemampuan yang dimiliki oleh
sesorang dalam mengendalikan emosi dengan baik untuk enjalankan interaksi
dengan orang lain. Kecerdasan spiritual sebagai bagian dari psikologi memandang
bahwa seseorang taat beragama belum tentu memiliki kecerdasan spiritual.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengangkat upaya guru Pendidikan


agama islam sebagai judul penelitian yang bertujuan untuk 1) Untuk
mendeskripsikan dan menganalisis perencanaan yang dilakukan guru pendidikan
agama Islam dalam peningkatan kecerdasan emosional pada peserta didik di SMP
Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi, 2) Untuk mendeskripsikan dan menganalisis
proses pelaksanaan guru pendidikan agama Islam dalam peningkatan kecerdasan
Spiritual pada peserta didik, 3) Untuk mendeskripsikan dan menganalisis hasil dari
upaya guru pendidikan agama Islam dalam peningkatan kecerdasan emosional dan
spiritual pada peserta didik.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis


penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti melakukan proses pengumpulan data dengan
menggunakan teknik pengamatan terlibat, wawancara mendalam dan dokumentasi.

Hasil dari penelitian tersebut peran guru PAI dalam meningkatkan


kecerdasan emosional dan spiritual siswa kelas IX di SMP Modern Al-Rifa’ie
sangat banyak memberikan pengaruh terhadap siswa melalui kegiatan keagamaan
dan akademik lainnya.
8

MOTTO

‫جالس أهل الصدق والوفاء‬

“ Bergaullah dengan Orang-Orang yang Jujur dan Menepati janji”.

‫إذا صدق العزم وضح السبيل‬


“Jika ada kemauan yang sungguh-sungguh, pasti terbukalah jalannya”

ALLAH Memberikan Apa Yang Kita Butuhkan Bukan Apa Yang Kita Inginkan.

Maka Belajarlah Terus Untuk Bersyukur Dan Bersabar

(Tere Liye)
9

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan basmallah dan hamdallah, rasa syukur kepada sang khalik
Allah SWT atas segala nikmat dan kesehatan yang telah diberikan sehingga penulis
mampu menyelesaikan tugas akhir ini. Salawat serta salam kami haturkan kepada
baginda kita Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Terimakasih tak terhingga kepada kedua orang tua Bapak Hariyadi Ibu Umrotul
Mufidah yang telah mendidik, membimbing, mengawasi, menasehati,
memfasilitasi, mendoakan dan meridhoi setiap langkah dan perjuanganku, serta
telah mencurahkan daya dan upayanya demi pendidikanku, begitupun dengan
tetesan keringat yang telah menghidupi saya dan adik-adik, semoga karya kecil ini
bisa membuat beliau berdua tersenyum bahagia dan mampu mewujudkan sedikit
dari banyaknya harapanku.

Teruntuk saudara-saudara dan semua keluarga terimakasih telah memotivasi dan


memberikan semangat pada setiap langkah dan prosesku dalam menuntut ilmu,
semoga skripsi ini bisa memotivasi adik-adik dan saudara-saudaraku yang besar
harapan ingin merasakan bangku perkuliahan, semoga Allah selalu memudahkan
harapan besar kalian semua agar menjadi manusia yang bermanfaat dan barokah
dunia dan akhirat.

Dan untuk seluruh teman- teman, hanya do’a dan harapan yang terucap pada benak
ini, semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan kalian, Jazakumullah
khoiron kastiron. Semoga segala harapan dan cita-cita senantiasa Allah wujudkan
dan ridhoi disetiap langkah dan perjuangan kita sebagai hamba Allah yang dapat
bermanfaat bagi agama, umat, bangsa dan negara. Aamiin.
10

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT tuhan sekalian alam yang

menguasai semua makhluk dengan segala kebesaran-Nya, Tuhan yang senantiasa

melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunianya, sehingga penulis mampu

menyelesaikan penyusunan skripsi ini

Shalawat serta salam semoga senantiasa tersenandungkan diantara doa-doa

para hamba-Nya, kepada Nabi Muhammad Saw, penyeru Umat yang dijuluki

sebagai Rahmatan lil ‘alamin. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi

sebagian syarat dalam rangka menyelesaikan studi pada Fakultas Agama Islam

Jurusan Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Malang.

Banyak bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak dalam rangka

menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan

rasa hormat serta ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada;

1. Dr. KH. Ahmad Muflih Zamascary, S.E., M.M. selaku pengasuh Pondok

Modern Al-Rifa’ie 2 yang telah membimbing dan mendidik kami selama di

Pondok Modern Al-Rifa’ie 2.

2. Abah dan Umiku tercinta yang dengan penuh ketulusan hati memberikan

dorongan serta pengorbanan materil maupun spiritual demi keberhasilan

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Maskuri, M.Si selaku Rektor Universitas Islam Malang.


11

4. Bapak Drs. Anwar Sa’dullah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Islam Malang.

5. Bapak Moh. Sulistiono, S.PdI, M.Pd selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Malang.

6. Dosen pembimbing yang dengan ketelitian, keikhlasan dan kesabaran

meluangkan waktu dan tenaga guna membimbing dan mengarahkan penulis

dan menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen Universitas Islam Malang yang telah memberikan

ilmunya selama 4 tahun.

8. Dr. H. Syaiful Alim, Lc., M.Pd., M.H. selaku Kepala SMP Modern Al-

Rifa’ie telah memberikan izin kepada penulis untuk meneliti di sekolah.

9. Teman-teman seperjuanganku yang telah banyak memberikan bantuan

kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Semoga segala bantuan yang telah disumbangkan kepada penulis tercatat

sebagai amal sholeh yang diterima oleh Allah SWT.

Penulis menyadari akan kekurangan dan kelemahan penulis dalam

menyusun sehingga keberadaan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karenanya kritik dan saran sangat penulis harapkan dari segenap budiman dan

ilmuwan guna memperbaiki penulis selanjutnya.

Akhirnya, semoga Allah memberikan kemanfaatan penulisan skripsi ini,

Amin.
12

DAFTAR ISI

Halaman sampul...................................................................................................... i
Halaman judul .......................................................................................................... ii
Halaman persetujuan pembimbing ........................................................................... iii
Halaman Pengesahan ................................................................................................ iv
Halaman Pernyataan Keaslian .................................................................................. v
Abstrak ...................................................................................................................... vi
Halaman Moto dan Persembahan ............................................................................. vii
Kata Pengantar .......................................................................................................... vii
Daftar Isi ................................................................................................................... ix
Daftar Lampiran ........................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Konteks Penelitian......................................................................................... 1
B. Fokus Penelitian............................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian........................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian......................................................................................... 5
E. Definisi Istilah................................................................................................ 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................... 8
A. Guru Pendidikan Agama Islam...................................................................... 8
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam.............................................. 8
2. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam..................................................... 9
3. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam..................................................... 11
B. Kecerdasan Emosional................................................................................... 14
1. Pengertian Kecerdasan Emosional........................................................... 14
2. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional............................................................... 14
3. Manfaat Kecerdasan Emosional............................................................... 16
4. Faktor-Faktor yang Mampu Mempengaruhi Kecerdasan Emosional...... 17
5. Kecerdasan Emosional Dalam Bentuk Kecerdasan Pribadi..................... 19
C. Kecerdasan Spiritual...................................................................................... 22
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual.............................................................. 22
2. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual.................................................................. 23
13

3. Manfaat Kecerdasan Spiritual.................................................................. 25


4. Cara Menguji Kecerdasan Spiritual......................................................... 25
D. Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa......... 27
E. Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa............ 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 30


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian..................................................................... 30
B. Kehadiran Peneliti.......................................................................................... 31
C. Lokasi Penelitian............................................................................................ 31
D. Sumber Data................................................................................................... 31
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................................. 32
F. Analisis Data.................................................................................................. 33
G. Pengecekan Keabsahan Data.......................................................................... 35

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN.................................... 36

A. Paparan Data.................................................................................................. 36
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Modern Al-Rifa’ie.............................. 36
2. Visi dan Misi SMP Modern Al-Rifa’ie.................................................... 36
3. Profil Sekolah SMP Modern Al-Rifa’ie................................................... 37
4. Struktur Organisasi SMP Modern Al-Rifa’ie.......................................... 38
6. Guru dan Karyawan................................................................................. 38
7. Sarana dan Parasarana SMP Modern Al-Rifa’ie...................................... 40
B. Hasil Penelitian.............................................................................................. 41
1. Bentuk Pelaksanaan Peningkatan Kecerdasan Emosional dan Spiritual. 41
2. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Kecerdasaan
Spiritual dan Emosional Siswa di SMP Modern Al-Rifa'ie Gondanglegi
..............................................................................................................45
3. Evaluasi Pelaksanaan Peningkatan Kecerdasan Emosional dan Spiritual di
SMP Modern Al-Rifa'ie Gondanglegi Malang........................................ 47
4. Hasil Pelaksanaan Peningkatan Kecerdasan Emosional dan Spiritual di
SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang........................................ 49
14

BAB V PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN............................................. 51


A. Bentuk Pelaksanaan Peningkatan Kecerdasan Spiritual di SMP Modern Al-
Rifa'ie Gondanglegi Malang.......................................................................... 51
1. Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan............................................................... 51
2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran Dalam Kelas............................................ 54
B. Peran Guru PAI Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional dan Spiritual Siswa di
SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang.................................................... 55
BAB VI PENUTUP.................................................................................................. 58

A. Kesimpulan.................................................................................................... 58
B. Saran............................................................................................................... 59

DAFTAR RUJUKAN............................................................................................... 38
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi SMP Modern Al-Rifa’ie, Daftar Guru dan


Karyawan, Sarana dan Prasarana
Lampiran 2 Instrumen dan Hasil Wawancara
Lampiran 3 Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian
16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Dalam kamus besar bahasa indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar

“didik” (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran) mengenai

akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian

proses pengubahan dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses

perluasan, dan cara mendidik. Pendidikan adalah sebuah terobosan untuk anak

agar dapat menjalankan kehidupan bermasyarakat dengan baik dan mampu

beradaptasi dan bersosialisasi sesuai dengan zamannya.

Selama manusia hidup, tanpa adanya pendidikan maka dalam menjalani

kehidupan manusia tidak akan dapat berkembang. Dengan demikian,

pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang

berkualitas yang mampu bersaing, memiliki budi pekerti yang luhur, dan moral

yang baik. Pendidikan yang terencana, terarah, dan berkesinambungan dapat

membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya secara

optimal. Dalam mencapai tujuan pendidikan perlu diupayakan suatu system

pendidikan yang mampu membentuk kepribadian dan keterampilan peserta

didik yang unggul.

Dalam pendidikan, yang berperan penting adalah seorang guru. Guru

adalah pendidik, yang menjadi tokoh panutan dan identifikasi bagi para peserta

didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas
17

pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan

disiplin. Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui serta

memahami nilai norma, moral, dan sosial serta berusaha berperilaku dan

berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut.

Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam

pembelajaran di sekolah dan dalam kehidupan bermasyarakat. Berkenaan

dengan wibawa, guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai

spiritual, emosional, moral, sosial, dan intelektual dalam pribadinya serta

memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

sesuai dengan bidang yang dikembangkan.

Pendidikan Agama Islam merupakan bagian pendidikan yang amat

penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak

dan keagamaan. Oleh karena itu pendidikan agama juga menjadi tanggung

jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pendidikan agama Islam banyak

membicarakan ibadah, moral, sosial, akhlak dan kecerdasan. Salah satunya

yang akan kita bahas di adalah tentang kecerdasan emosional dan spiritual.

Kecerdasan emosional adalah sebuah kemampuan yang dimiliki oleh

sesorang dalam mengendalikan emosi dengan baik untuk enjalankan interaksi

dengan orang lain. Dengan kata lain, kecerdasan ini lebih dibutuhkan untuk

mengenali perasaan yang ada dalam diri sendiri, agar lebih mudah dalam

berinteraksi dengan orang lain.

Kecerdasan emosional mencakup kesadaran diri, motivasi, empati dan

keterampilan sosial. Kesadaran diri berarti mengetahui apa yang kita rasakan
18

pada suatu saat dan menggunkannya untuk memandu pengambilan keputusan

diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan

kepercayaan diri yang kuat.

Kecerdasan emosional, di dalam perspektif sufistik unsur-unsur

kecerdasan emosional itu juga ada di dalam tasawuf. Seperti contoh kesadaran

diri dalam tasawuf disebut muhasabah. Muhasabah berarti melakukan

perhitungan, yaitu perhitungan terhadap diri sendiri mengenai perbuatan baik

dan buruk yang pernah dilakukan. Tujuannya adalah mengurangi atau kalau

bisa menghilangkan perbuatan buruk dan meningkatkan perbuatan baik.

Kecerdasan spiritual sebagai bagian dari psikologi memandang bahwa

seseorang taat beragama belum tentu memiliki kecerdasan spiritual. Acapkali

mereka memiliki sikap fanatisme, ekslusivisme, dan intoleransi terhadap

pemeluk gama lain, sehingga mengakibatkan permusuhan dan peperangan.

Namun sebaliknya, bisa jadi seseorang yang humanis-agamis memiliki

kecerdasan spiritual yang tinggi, sehingga sikap hidupnya inklusif, setuju

dalam perbedaan dan penuh toleran. Hal itu menunjukkan bahwa makna

“spirituality” (keruhanian) disini tidak selalu berarti agama atau bertuhan.

Begitu juga dengan SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi, sebagai

sekolah yang berbasis agama Islam di mana para siswa memerlukan bimbingan

dan arahan melalui penanaman keyakinan atas prinsip ajaran Islam,

pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari sangat diperlukan agar mereka tidak

terjerumus di jalan yang salah, serta dapat mengontrol diri mereka sendiri dan

dapat memberikan makna pada setiap perbuatan yang dilakukannya. Alasan

saya memilih tempat penelitian di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi adalah


19

karena di sekolah ini sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian tentang

peran guru Pendidikan agama Islam dalam mengembangkan kecerdasan

emosional dan spiritual siswa. Kemudian yang menarik dari sekolah ini adalah

sekolah berbasis islami dan banyak melakukan kegiatan keagamaan, dan juga

SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi merupakan sekolah yang mengalami

peningkatan mutu dari tiap tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

prestasi yang didapat oleh para siswa. Berdasarkan beberapa pemikiran di atas

maka penulis mencoba mengamati tentang “Upaya Guru Pendidikan Agama

Islam Dalam Peningkatan Kecerdasan Emosional dan Spiritual Peserta Didik di

SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian yang telah peneliti deskripsikan diatas,

maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan terhadap apa yang dilakukan guru pendidikan

agama Islam dalam peningkatan kecerdasan emosional dan Spiritual pada

peserta didik di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi?

2. Bagaimana proses pelaksanaan guru pendidikan agama Islam dalam

peningkatan kecerdasan Emosional dan Spiritual pada peserta didik di SMP

Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi?

3. Bagaimana hasil dari upaya guru pendidikan agama Islam dalam

peningkatan kecerdasan emosional dan spiritual pada peserta didik di SMP

Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi?


20

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan konteks dan fokus yang peneliti uraikan diatas, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis perencanaan yang dilakukan guru

pendidikan agama Islam dalam peningkatan kecerdasan emosional pada

peserta didik di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi.

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis proses pelaksanaan guru

pendidikan agama Islam dalam peningkatan kecerdasan Spiritual pada

peserta didik di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi.

3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis hasil dari upaya guru pendidikan

agama Islam dalam peningkatan kecerdasan emosional dan spiritual pada

peserta didik di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan menjadi pengetahuan dan menambah wawasan

mengenai upaya guru pendidikan agama Islam dalam peningkatan

kecerdasan emosional dan spiritual pada peserta didik di SMP Modern

Al-Rifa’ie Gondanglegi.

b. Menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis sebagai calon guru

pada khususnya, dan dapat memberi informasi tentang pentingnya

membina kecerdasan emosional dan spiritual siswa bagi guru yang

lainnya.
21

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi perhatian guru untuk

meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa.

b) Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah beberapa referensi yang

sesuai dengan kajian penelitian.

c) Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan lebih

memperdalam pengetahuan mengenai upaya guru dalam meningkatkan

kecerdasan emosional dan spiritual siswa.

E. Definisi Istilah

Dalam penelitian yang berjudul Upaya Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam Peningkatan Kecerdasan Emosional Dan Spiritual Peserta Didik Di

SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi, ada beberapa istilah yang perlu

dijelaskan untuk menghindari multitafsir dalam memahami proposal penelitian

ini.

1. Upaya Guru

Upaya guru sebagai pendidik merupakan peranan yang berkaitan

dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter),

pengawasan, dan pembinaan (supervisor) yang berkaitan dengan

mendisiplinkan anak agar anak tersebut menjadi patuh terhadap aturan

sekolah maupun di lingkungan masyarakat dan keluarga serta

memberikan anak pemahaman yang baik.


22

Oleh karena itu, guru sebagai sosok yang sangat dibutuhkan oleh

siswa dalam hal melakukan kegiatan khususnya di kelas dan umumnya di

luar yang akan mereka terapkan dikehidupan sehari-harinya.

2. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana untuk

menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan

latihan. PAI yang pada hakikatnya adalah sebuah proses bagi siswa atau

peserta didik di sekolah maupun di perkuliahan, juga sebuah

pembelajaran yang akan diterapkan seterusnya dan sebagai pedoman

dikehidupannya nanti.

3. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional adalah bentuk kesadaran diri, motivasi,

empati dan keterampilan sosial. Kesadaran diri berarti mengetahui apa

yang kita rasakan pada suatu saat dan menggunkannya untuk memandu

pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas

kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.

Dengan kecerdasan emosional, manusia mampu untuk bersosialisasi

dengan baik dihadapan masyarakatnya dan akan bermanfaat baginya

ketika menjadi pemimpin dimasa mendatang.

4. Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual (SQ) adalah fakultas dimensi non material jiwa

manusia. Ibaratkan seperti intan yang belum terasah, yang dimiliki oleh
23

manusia. Setiap individu harus mengenalinya sehingga mengkilap

dengan tekad yang besar dan menggunakannya untuk memperoleh

kebahagiaan abadi.

Kecerdasan spiritual dapat membantu manusia untuk memahami

arti kehidupannya bahwa bagaimanapun keadaan yang sedang

menimpanya, semuanya perlu diperjuangkan dan dipertahankan bahkan

jika bisa dikembangkan.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Guru merupakan komponen penting dalam proses pendidikan. Guru

memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengantarkan peseta didik kearah

tujuan pendidikan yang telah di cita-citakan. Secara umum pendidik adalah

mereka yang memilih untuk mendidik. Mereka adalah manusia dewasa yang

karena hak dan kewajibannya melaksanakan proses Pendidikan (Suharto, 2011).

Manusia secara hakikatnya adalah makhluk yang Allah berikan beban yang

harus dijalani oleh masing-masing individu, salah satunya adalah mengajar atau

menyampaikan ilmu pengetahuan dan agama kepada orang lain disekitarnya.

Dalam istilah pendidikan, guru adalah orang dewasa yang bertanggung

jawab memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa dalam

perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu

melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT, khalifah di muka bumi,

sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk individu, yang sanggup berdiri sendiri

(Hamdani & Ihsan, 2001).

Pendidikan agama berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu

menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan antar umat beragama. Secara

umum Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan,

pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam

sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah

SWT.

9
10

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional bab 1 ayat 6 menjelaskan bahwa pendidik adalah tenaga

kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,

widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan

kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan Pendidikan (UU

Pendnas, 2003).

2. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam

Guru memiliki banyak tugas yang harus dilaksanakan, baik dalam rangka

pengembangan diri, tugas yang bersifat administratif, serta tugas untuk

mengembangkan diri siswa. Ada beberapa tugas yang sejak dulu memang lekat

disandingkan dengan keberadaan seorang guru, contohnya tugas untuk mendidik,

mengajar, dan melatih.

Drs. Bukhari Muslim mendefinisikan guru sebagai pendidik adalah orang

yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan upaya

mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik dari potensi afektif (rasa),

kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa) (Umar, 2004).

Beberapa lagi tugas guru yang lain adalah :

a. Tugas guru dalam bidang profesi

Menurut Imam Al-Ghazali yang dikutip oleh Ngainun Naim dalam

bukunya menyebutkan bahwa setidaknya ada beberapa hal yang harus

diperhatikan oleh seorang guru yang juga sebagai seorang pendidik, yaitu:

1) Harus menaruh kasih sayang terhadap anak didik, dan memperlakukan

mereka seperti perlakuan terhadap anak sendiri.

2) Tidak mengharap balas jasa atau ucapan terimakasih.

3) Memberikan nasihat kepada anak didik setiap kesempatan.

4) Mencegah anak didik dari suatu akhlak yang tidak baik.


11

5) Berbicara kepada anak didik sesuai dengan bahasa dan kemampuan

mereka.

6) Jangan menimbulkan rasa benci pada anak didik mengenai cabang ilmu

yang lain (tidak fanatic pada bidang studi).

7) Kepada anak didik dibawah umur, diberikan penjelasan yang jelas dan

pantas buat dia, dan tidak perlu disebutkan padanya rahasia-rahasia yang

terkandung didalamnya dan dibelakang sesuatu, supaya tidak

menggelisahkan pikirannya.

8) Pendidik harus mengamalkan ilmunya dan jangan berlainan kata dengan

perbuatannya (Naim, 2011).

b. Tugas Kemanusiaan

Guru harus mampu menjadi orang tua kedua pengganti orang tua

yang berada dirumah. Tugas ini berkaitan erat dengan tugas guru yang

seharusnya mampu melihat peserta didik sebagai makhluk beriman, makhluk

remaja, dan sebagai makhluk yang berpikir (dewasa).

c. Tugas Bidang Kemasyarakatan

Posisi guru di masyarakat memiliki tempat tersendiri, kaena

masyarakat berangapan bahwa guru adalah orang terpercaya agar bisa

mendapatkan ilmu. Menurut Al-Ghazali tugas guru yang utama adalah

menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membimbing hati

manusia untuk lebih dekat dengan Allah SWT. Pentingnya seorang pendidik

bahkan dikatakan oleh Rasulullah SAW bahwa ilmunya lebih berharga

daripada darah seorang syuhada’ (Naim, 2011).

Dengan begitu, guru adalah orang yang selalu tahu terhadap

perkembangan anak didiknya seperti anaknya sendiri yang tujuannya bisa


12

menjadi maksimal dalam pelaksanaan Pendidikan yang diharapkan oleh

syari’at agama islam.

3. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam

Guru selalu berupaya dalam proses Pendidikan pada peserta didik yang

selalu menjadi pendamping bagi peserta didiknya. Guru juga membantu peserta

didik dalam menentukan tujuan kehidupan dimasa mendatang dengan membantu

menemukan bakat, mengarahkan minat dan menggali potensi yang telah

dimilikinya.

Menurut Syaiful Bahri dalam bukunya yang berjudul “Guru dan Anak

Didik dalam Interaksi Edukatif” menulis bahwa guru memiliki peranan sebagai

berikut:

a. Korektor, artinya guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik, dan

mana nilai yang buruk.

b. Inspirator, dalam artian guru harus bisa memberikan ilham yang baik

terhadap kemajuan belajar siswa.

c. Informator, yaitu guru harus memberikan informasi dalam perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

d. Organisator, yaitu guru harus bisa mengelola kegiatan pembelajaran

akademik dan manyusun tata tertib.

e. Inisiator, yaitu guru sebaiknya memiliki kemampan untuk mencetuskan ide-

ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran (Djamarah, 2000).

Dalam sebuah Pendidikan, guru sangat besar peran dan kontribusi bagi

peserta didik, karena guru menjadi panutan bagi peserta didiknya yang selalu

dianut dan diikuti. Oleh karen itu, guru juga harus mempunyai kemampuan dalam
13

keilmuan yang mumpuni dibidang keagaamaan khususnya dan akademik pada

umumnya.

Adapun menurut Supardi, guru memiliki peran yang sangat penting

dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan yang dihasilkan

tergantung dengan kualitas yang dimiliki oleh guru. Menurut Supardi, guru

memiliki tiga belas peran, yaitu:

a. Guru adalah seorang pendidik, yaitu panutan, teladan, dan tokoh yng akan

diidentifikasi oleh peserta didik.

b. Guru sebagai pengajar, artinya guru adalah fasilitator dan mediator dalam

melaksanakan pembelajaran.

c. Guru sebagai pembimbing, yaitu guru mendampingi dan memberikan arahan

kepada siswa berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan diri siswa

meliputi aspek kognitif, afetif, dan psikmotorik.

d. Guru sebagai pelatih, yaitu memberikan latihan kepada siswa agar

kompetensi dasar dapat tercapai.

e. Guru sebagai penasehat, artinya seorang guru sebaiknya mampu

memberikan konseling terhadap masalah-masalah yang tengah dihadapi oleh

siswa.

f. Guru sebagai model atau teladan, artinya guru harus bisa menjadi contoh

untuk para siswanya dalam hal berperilaku, berbicara, maupun

berpenampilan.

g. Guru sebagai korektor, artinya guru harus mampu membedakan mana yang

baik dan manan yang buruk.

h. Guru sebagai organisator, yaitu mampu mengelola kegiatan akademik, serta

membuat dan melaksanakan program pembelajaran.


14

i. Guru sebagai motivator, dimaksudkan agar dapat mendorong siswa dalam

belajar.

j. Guru sebagai fasilitator, artinya seorang guru sebaiknya dapat memberikan

fasilitas yang dapat memudahkan siswa dalam belajar.

k. Guru sebagai pengelola kelas, agar kegiatan pembelajaran berjalan secara

efektif dan kondusif.

l. Guru sebagai mediator, artinya guru sebagai media dalam menyalurkan

pemahaman kepada peserta didik tentang ilmu yang akan disampaikan.

m. Guru sebagai evaluator, yaitu mengevaluasi setiap kegiatan pembelajaran,

menganalisis faktor pendukung dan penghambat, serta merevisi agar

pembelajaran selanjutnya berjalan lebih baik (Supriadi, dkk, 2009).

B. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional mengajarkan tentang integritas kejujuran,

komitmen, kreativitas, ketahanan mental, kebijaksanaan, dan penguasaan diri.

Kecerdasan Emosi adalah kemampuan untuk membaca dan memahami orang

lain dan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan untuk mempengaruhi

orang lain melalui pengaturan dan penggunaan emosi (Hidayati, 2013). Jadi,

kecerdasan emosi dapat diartikan tingkat kecemerlangan seseorang dalam

menggunakan perasaannya untuk merespon keadaan perasaan dari diri sendiri

maupun dalam menghadapi lingkungannya.

Kecerdasan emosional yang dimiliki seseorang, sangat membantu untuk

berkomunikasi dengan baik terhadap orang lain yang ada disekitarnya dengan

bijak dan santun Ketika berhadapan dengan siapapun yang berada didepannya.

2. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional


15

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk

mengatur dan mengatasi emosinya atas suatu keadaan tertentu. Pada lingkungan

kerja ataupun pergaulan tidak hanya dibutuhkan kecerdasan intelektual saja,

melainkan dibutuhkan juga kecerdasan emosional yang baik.

Kecerdasan emosional juga mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Kendali diri. Kendali diri adalah pengendalian tindakan emosional yang

berlebihan. Tujuannya adalah keseimbangan emosi, bukan menekannya,

karena setiap perasaan mempunyai nilai dan makna tertentu bagi kehidupan

manusia.

b. Empati. Menurut Goleman, Empati adalah memahami perasaan dan masalah

orang lain, berpikir dengan sudut pandang orang lain dan menghargai

perasaan orang mengenai berbagai hal. Empati dibangun berdasarkan

kesadaran diri, semakin terbuka kepada emosi diri sendiri maka makin

terampil kita membaca perasaan orang lain.

c. Pengaturan diri. Goleman mengatakan bahwa, “Pengaturan diri adalah

menangani emosi kita sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas,

peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum

tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi”.

d. Motivasi. Motivasi adalah menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk

menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran, membantu kita

mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, serta untuk bertahan

menghadapi kegagalan dan frustasi.

e. Keterampilan sosial. Keterampilan sosial adalah menangani emosi dengan

baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca

situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan

keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah serta


16

menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerjasama dan bekerja dalam tim

(Goleman, 2010).

3. Manfaat Kecerdasan Emosional

Ketercapaian kecerdasan emosional harus bisa dilakukan oleh seseorang

dalam mengkombinasikan antara pikiran dan perasaan. Jika mereka mampu

mengendalikan emosinya, maka mereka memiliki kecerdasan emosional.

Beberapa manfaat seseorang yang memiliki kecerdasan emosional:

a. Mengatasi stres. Stres merupakan tekanan yang timbul akibat beban hidup

dan dapat dialami oleh siapa saja. Toleransi terhadap stres merupakan

kemampuan untuk bertahan terhadap peristiwa buruk dan situasi penuh

tekanan. Orang yang cerdas secara emosional mampu menghadapi kesulitan

hidup dengan kepala tegak, tegar dan tidak hanyut oleh emosi yang

kuat.mengendalikan dorongan hati (menahan diri).

b. Mengelola suasana hati. Merupakan kemampuan emosional yang meliputi

kecakapan untuk tetap tenang dalam suasana apapun, menghilangkan gelisah

yang timbul, mengatasi kesedihan atau berdamai dengan sesuatu yang

menjengkelkan. Menurut Aristoteles, marah itu mudah akan tetapi untuk

marah kepada orang yang tepat, tingkat yang tepat, waktu, tujuan dengan

cara yang tepat hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang cerdas secara

emosi.
17

c. Merupakan karakteristik emosi untuk menunda kesenangan sesaat untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik. Mengendalikan dorongan hati

merupakan salah satu seni bersabar dan menukar rasa sakit atau kesulitan

saat ini dengan kesenangan yang jauh lebih besar dimasa yang akan dating.

d. Dapat memotivasi diri. Orang yang mampu memotivasi dirinya akan

cenderung sangat produktif dan efektif dalam hal apapun yang dihadapi. Ada

begitu banyak cara dalam memotivasi diri sendiri antara lain dengan banyak

membaca buku atau artikel-artikel positif, tetap fokus pada impian,

mengevaluasi diri, dan terus melakukan intropeksi diri.

e. Mampu memahami orang lain. Menyadari dan menghargai orang lain adalah

hal terpenting dalam kecerdasan emosi. Hal ini disebut dengan empati.

Keuntungan yang didapatkan dari memahami orang lain adalah kita lebih

banyak pilihan tentang cara bersikap dan memiliki peluang lebih baik untuk

berkomunikasi dan menjalin hubungan baik dengan orang lain.

f. Memiliki kemampuan sosial. Orang yang cerdas secara emosi mampu

menjalin hubungan sosial dengan siapa saja. Seseorang yang memiliki

kemampuan sosial dapat bergaul, menyenangkan dan tenggang rasa terhadap

orang lain.

4. Faktor-Faktor yang Mampu Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Dalam sebuah kemampuan diri yang dimiliki oleh seseorang, seperti

kecerdasan emosional juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yang

selalu berkaitan dengan dirinya sendiri, yaitu:

a. Usia

Kematangan emosi seseorang sangat dipengarhi oleh tingkat

pertumbuhan dan kematangan fisiologis seseorang. Seiring bertambahnya

usia maka bentuk pengelolaan emosi dari yang bersifat interpersonal (lebih

dipengaruhi oleh faktor eksternal) menjadi lebih bersifat intrapersonal


18

(bersifat internal, dilakukan secara mandiri baik instrumental maupun

kognitif).

b. Jenis Kelamin

Terdapat perbedaan emosi diantara laki-laki dan perempuan yang

diakibatkan oleh keadaan hormonal dan kondisi fisiologis. Dalam bukunya,

Coon telah mengutip pendapat Fischer mengenai perbedaan gender dalam

mengekspresikan emosi. Dalam hal ini perempuan mengekspresikan

emosinya untuk menjaga hubungan interpersonal dan membuat mereka

tampak lemah dan tidak berdaya sehingga mereka dapat melakukan

pengelolaan emosi marah dan rasa bangga. Sedangkan laki-laki lebih

mengekpresikan rasa bangga untuk menunjukkan dominasi, sehingga

mereka mampu mengelola emosi takut, sedih, dan cemas.

c. Aspek Sosial

Thomspson dan Mayer berpendapat bahwa pengelolaan emosi dapat

dipengaruhi oleh teman sebaya dan keluaraga. Teman sebaya memiliki peran

penting dalam mengembangkan pengelolaan emosi diluar rumah.

Sedangkan kualitas hubungan keluarga menjadi dasar utama yang

berpengaruh pada pengelolaan emosi. Anak yang memiliki hubungan baik

dalam keluarga cenderung sadar diri, menerima pemahaman emosi yang

lebih besar dan mengembangkan kapasitas untuk mengatur emosi

dilingkungan setempat.

d. Norma dan Budaya

Pengelolaan emosi terjadi melalui pengstrukturan situasi sosial dan

dinamika interaksi sosial, usaha orang terdekat untuk memodifikasi situasi

individu yang bersangkutan. Aspek budaya berpengaruh untuk menjaga

hubungan yang baik dengan orang lain (Kumara, dkk), 2019).

e. Pembawaan
19

Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang

dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan yakni dapat tidaknya

menyelesaikan suatu masalah.

f. Pembentukan

Pembentukan merupakan segala keadaan diluar diri manusia yang

mempengaruhi perkembangan intelegensi yang mana pembentukan ini bisa

bersifat disengaja seperti di sekolah atau pembentukan yang bersifat tidak

sengaja seperti pengaruh lingkungan.

g. Kebebasan

Manusia dapat memilih cara tertentu untuk memecahkan suatu

masalah sesuai dengan kebutuhanya (Purwanto, 2011).

5. Kecerdasan Emosional Dalam Bentuk Kecerdasan Pribadi

Kecerdasan emosional yang harus dimiliki oleh seorang guru lebih

spesifiknya dalam bentuk kecerdasan pribadi. Goelman telah membagi lima

wilayah kecerdasan pribadi dalam bentuk emosional, yaitu:

a. Mengenali Emosi Diri

Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional. Karena

seseorang mampu mengenali emosi atau perasaanya ketika muncul.

Seseorang dapat dikatakan mampu mengenali emosinya sendiri jika ia

memiliki kepekaan yang tajam atas apa yang ia rasakan dan mampu

mengambil sebuah keputusan secara matang, akurat, tanpa adanya sebuah

resiko. Mengenali emosi dapat diartika sebagai kesadaran diri (Tokan, 2016)

Dalam islam hal ini sering disebut dengan Muraqabah yaitu suatu

proses dalam diri manusia saat mengawasi amal perbuatannya dengan mata

yang tajam, dan Muhasabah yaitu menilai dan menimbang kebaikan serta

keburukan yang telah diperbuat oleh diri. Hal ini menjadi ladang koreksi diri
20

untuk memperbaiki amal ibadah di masa depan. Keduanya sangat penting

bagi kehidupan seorang muslim karena sebagai alat untuk mengetahui baik

buruknya perbutan (Hamda, 2017).

b. Mengelola Emosi

Kemampuan ini dapat diartikan sebagai cara seseorang dalam

mengendalikan perasaan yang ada dalam diri individu tersebut yang mana

dapat mempengaruhi perilakunya secara baik dan benar. Seperti contoh

seseorang yang mampu mengendalikan sendiri ketika marah. Jika seseorang

tersebut berhasil melakukannya maka tidak akan ada akibat yang harus ia

sesali di kemudian hari (Tokan 2016).

Dalam Islam, kemampuan mengendalikan emosi dan menahan

diri disebut sabar. Orang yang paling sabar adalah orang yang paling tinggi

dalam kecerdasan emosionalnya. Ia dapat mengendalikan emosinya dalam

keadaan apapun. Dalam mengendalikan emosinya islma mengajarkan untuk

mengingat Allah SWT seperti dalam QS. Ar-Ra’du ayat 28: (Hamda, 2017).

‫ِبِذ ّٰلِه ِبِذ ّٰلِه‬ ‫ِذ‬


‫اَّل ْيَن ٰاَم ُنْو ا َو َتْطَم ِٕى ُّن ُقُلْو ُبُه ْم ْك ِر ال ۗ َااَل ْك ِر ال َتْطَم ِٕى ُّن اْلُقُلْو ُب‬

Artinya : “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi


tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram (Kemenag, 2014).

Dari ayat diatas menjelaskan bahwa salah satu cara yang diajarkan

dalam islam untuk mengelola emosi dalam diri yaitu dengan mengingat

Allah (berdzikir). Berdzikir mampu membantu seseorang yang sedang

marah, sedih, maupun kecewa hati nya menjadi lebih tenang. Jika hati dan

pikiran tenang maka emosi tersebut mampu berubah menjadi hal yang lebih

positif, bahkan sebaliknya jika tidak ada ketenangan maka emosi yang ada

dalam diri akan berubah menjadi negatif. Allah sangat menyukai orang-
21

orang yang mengingatNya dan Allah juga akan memberikan jalan keluar

bagi setiap permasalahan yang dihadapi seseorang.

c. Memotivasi Diri

Kemampuan seseorang dalam memotivasi diri dapat memberikan

semangat untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan bermanfaat. Unsur

yang ada dalam memotivasi diri adalah sebuah harapan dan optimisme.

Dengan demikian seseorang akan memiliki kekuatan dan semangat untuk

melakukan aktivitas dan mencapai tujuanya (Kemenag, 2014).

d. Mengenali Emosi Orang Lain (Empati)

Kemampuan ini bertujuan untuk mengetahui perasaan dan kebutuhan

orang lain sehingga orang itu akan merasa senang karena orang lain

memahami perasanya. Kemampuan ini disebut dengan kemampuan

berempati karena hanya dimiliki oleh orang yang mampu menangkap pesan

nonverbal atau berupa tindakan dari orang lain (Tokan, 2016).

Rasulullah menganjurkan kepada kaum muslimin untuk merasakan

apa yang dirasakan oleh orang lain layaknya mereka dalam satu tubuh.

Berikut ini hadits yang diriwayatkan Muslim dan Ahmad yang menyatakan

hal tersebut: ”Perumpamaan orang- orang mukmin dalam hal saling rasa

cinta dan kasih sayang mereka adalah seperti satu tubuh yang apabila ada

salah satu anggotanya yang mengeluh sakit, maka anggota-anggota tubuh

lainnya ikut merasa sakit.” Anjuran diatas sesungguhnya merupakan nasihat

kepada manusia untuk berempati saat berhubungan dengan orang lain.

e. Membina Hubungan

Kemampuan membina hubungan adalah kemampuan yang dimiliki oleh

seseorang dalam mengelola emosi sehingga bertujuan untuk menciptakan


22

keterampilan bersosialisasi yang tinggi dan membuat pergaulan menjadi

lebih luas, sehingga dalam menjalin hubungan lebih baik dan memiliki

integritas yang tinggi dihadapan orang lain (Tokan, 2016).

C. Kecerdasan Spiritual

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual

Secara konseptual kecerdasan spiritual terdiri dari dua gabungan kata

yaitu kecerdasan dan spiritual. Kecerdasan spiritual adalah sebuah kecerdasan

yang dimiliki oleh semua orang sejak manusia dilahirkan sehingga manusia dapat

menjalankan kehidupannya dengan makna, selalu mendengarkan suara hati, serta

tidak pernah merasa sia-sia. Jadi, kecerdasan spiritual dapat membantu seseorang

untuk membangun dirinya secara utuh.

Sehingga segala sesuatu yang dijalani tidak hanya tentang rasio saja, melainkan

berdasarkan hati nurani.

Orang yang memiliki kecerdasan spiritual adalah orang yang mampu

mengaktualisasikan nilai-nilai ilahi sebagai manifestasi dan aktifitasnya sehari-

hari serta berupaya dalam mempertahankan keharmonisan dan keselarasan dalam

hidupnya sebagai wujud dari pengalaman terhadap tuntuatan fitrahnya sebagai

makhluk yang memiliki ketergantungan terhadap kekuatan yang berada di luar

jangkauan dirinya, yaitu Sang Maha Pencipta (Umiarso, 2011).

Kecerdasan spritual merupakan kecerdasan tertinggi yang dimiliki

manusia dan sebuah kecerdasan yang dapat menghasilkan sebuah kreatifitas dan

karya diberbagai bidang kehidupan karena adanya usaha manusia yang suci

bertemu dengan sebuah inspirasi ilahi.

2. Ciri-Ciri Kecerdasan Spiritual


23

Kecerdasan spiritual termasuk tolak ukur yang paling mendasar dari

kecerdasan lainnya, karena hal ini menjadi sumber mudahnya bimbingan pada

seseorang untuk kecerdasan yang lainnya.

Berikut adalah ciri-ciri kecerdasan spiritual:

a. Kesadaran diri

b. Menjalani hidup dengan ketulusan dan kerendahan hati.

c. Mencintai tanpa mengharapkan balasan.

d. Percaya pada kebijaksanaan kehidupan.

e. Mudah memaafkan.

f. Memberi tanpa mengharapkan balasan.

g. Mereka memiliki kedamaian hati dalam kesusahan.

h. Merangkul semua yang hadir dengan rasa syukur.

i. Membersihkan diri dari keterikatan pada dunia.

Menurut Khavari terdapat tiga bagian yang dapat kita lihat untuk menguji tingkat

kecerdasan spritual seseorang:

a. Spiritual Keagamaan

Dalam pandangan ini, bisa diketahui sejauh mana tingkat hubungan

spiritual kita dengan sang pencipta dan dalam hal ini tolak ukur yang dijadikan

sebagai barometer adalah hubungan, komunikasi maupun intensitas seseorang

dengan tuhannya. Semuanya bisa dilihat dari kehidpan keseharian kita yang

berhubungan dengan sang pencipta, mulai dari cinta, doa, syukur kepada Nya.

b. Sosial-Keagamaan

Pandangan ini, melihat konsekuensi psikologis spritual- keagamaan terhadap

sikap sosial yang menekankan segi kebersamaan dan kesejahteraan sosial.

Kecerdasan spiritual akan tercermin pada ikatan kekeluargaan antar sesama,


24

peka terhadap kesejahteraan orang lain dan makhluk hidup lain, bersikap

dermawan. Perilaku marupakan manifestasi dari keadaan jiwa, maka

kecerdasan spritual yang ada dalam diri individu akan termanifestasi dalam

perilakunya.

c. Etika-Sosial

Pandangan ini, sebagai gambaran tolak ukur seberapa baik tingkat etika sosial

dari kualitas kecerdasan spiritual yang dimiliki. Dikatakan bahwa, semakin

tinggi tingkat kecerdasan spritualnya semakin tinggi pula etika sosialnya. Hal

ini tercermin dari ketaatan seseorang pada etika dan moral, jujur, dapat

dipercaya, sopan, toleran, dan anti terhadap kekerasan. Dengan kecerdasan

spritual maka individu dapat menghayati arti dari pentingnya sopan santun,

toleran, dan beradap dalam hidup (Djaenudin, Djudjun & Artike, 2014).

3. Manfaat Kecerdasan Spiritual

Pada penelitian Deacon, menunjukkan bahwa kita membutuhkan

perkembangan otak di bagian frontal lobe supaya kita bisa menggunakan bahasa.

Perkembangan pada bagian ini memungkinkan kita menjadi kreatif, visioner dan

fleksibel. Kecerdasan spiritual ini digunakan pada saat:

a. Ketika kita berhadapan dengan masalah eksistensi, seperti pada saat terkena

masalah atau masa lalu kita sebagai sebuah kesedihan.

b. Kesadaran kita pada masalah eksistensi dan menjadikan kita mampu

menyelesaikan masalah tersebut dan disinilah kecerdasan spiritual

memberikan kita suatu rasa yang berkaitan dengan perjuangan hidup dalam

sebuah masalah harus diselesaikan dengan sebuah solusi.

c. Semua orang membutuhkan kecerdasan spiritual (SQ) untuk mencapai

perkembangan dirinya agar lebih baik dan utuh.


25

4. Cara Menguji Kecerdasan Spiritual

Menguji kecerdasan spiritual lebih sulit dilakuakan dibanding menguji kecerdasan

kecerdasan emosional. Namun, ada beberapa tanda yang dapat dirasakan ketika

kecerdasan spiriual sesorang berkembang dengan baik, antara lain:

a. Kemampuan bersikap fleksibel, artinya seseorang mampu bertahan dan

menempatkan dirinya dalam keadaan apapun.

b. Memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi, artinya seseorang dapat

menyadari dirinya sendiri. Ia bertekad untuk melakukan kegiatan sehari- hari

yang dapat meningkatkan komunikasi dengan dirinya sendiri. Selain itu hal

yang terpenting tentang kesadaran diri adalah di saat seseorang mengetahui

batas wilyah nyaman pada dirinya.

c. Kemampuan untuk menghadapi penderitan, hal ini berarti seseorang

menyadari bahwa suatu penderitaan yang dialami akan menjadikannya lebih

kuat di kemudian hari.

d. Kemampuan untuk menghadapi rasa sakit, artinya ia menyadari bahwa rasa

sakit yang ia derita saat ini adalah akbat dari apa yang dilakukan sebelumnya.

Rasa sakit akan membuat seseorang lebih hati-hati dalam bertindak.

e. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, artinya seseorang yang

mmiliki kecerdasan spiritual akan menentukan tujuan hidupnya dengan jelas

serta memperhatikan nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupannya.

f. Menjadi sebagai seseorang apa yang disebut para psikolog sebagai “bidang-

mandiri”, artinya memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi

(Zohar & Marshall, 2000).

Seseorang yang mempunyai sebuah kecerdasan spiritual biasanya menjadi

sesorang yang lebih bertanggung jawab. Dia selalu melakukan sesuatu sesuai

dengan visi dan nilai yang lebih tinggi untuk orang lain. Dalam hal ini bisa
26

dikatakan bahwa seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi

dapat menjadi inspirasi bagi orang yang lainnya.

D. Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa

Upaya dalam meningkatkan kecerdasan emosi anak dapat dilihat dari

pendapat John Gottman. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

Langkah pertama: menyadari emosi anak. Dalam langkah ini orang tua atau

guru sadar terhadap emosi mereka sendiri sehingga memiliki kepekaan terhadap emosi

anak atupun siswa. Langkah kedua: mengakui semosi sebagai kesempatan. Disini

guru melihat situasi sebagai kesempatan untuk menjalin dan membantu memecahkan

sebuah masalah. Langkah ketiga: mendengarkan dengan empati. Guru sebagai

pendengar dengan empati mengguankan mata mereka untuk mengamati dan hati

mereka untuk merasakan emosi yang diarasakan siswa, Sehingga menghasilkan

sikap yang penuh perhatian (Nggermanto, 2015).

Langkah keempat: mengungkapkan nama emosi. Guru berusaha membantu

mereka memberi nama emosi yang telah dirasakan. Semakin siswa dapat

mengungkapkan perasaan lewat kata- kata maka akan semakin baik mereka

memahami emosi yang dirasakan. Misal, apabila siswa sedang marah bisa jadi mereka

merasakan kecewa atau bingung. Langkah kelima: membantu menemukan solusi.

Guru membantu siswa dalam proses pemecahan masalah sehingga siswa tidak merasa

kesulitan dalam mencari solusi. Langkah keenam: jadilah teladan. Guru harus bisa

menjadi teladan bagi para siswanya karena keteladanan dapat mempengaruhi perilaku

tanpa banyak kata dan siswa lebih suka melihat teladan dari pada harus

mendengarkan ceramah dari guru (Nggermanto), 2015).

Beberapa cara untuk mengasah kecerdasan emosional pada siswa:

a. Membiasakan anak menentukan perasaan: anak mampu mengungkapkan segala

kegundahan yang dialaminya baik suka maupun duka. Misalnya di sekolah anak
27

mengikuti ulangan, apapun hasil yang dicapai dari ulangan anak akan

mengungkap perasaanya apakah itu senang, susah, atau malah biasa-biasa saja.

b. Mengajak anak menyatakan kebutuhan emosinya: emosi yang tersalurkan

dengan baik akan membewakan energi yang positif.

c. Mengajak anak menunjukkan empati, seperti: memberi kasih sayang yang cukup,

contoh yang baik, melatih anak bermasyarakat, selalu mendengarkan empatinya.

d. Mengajak anak mampu memecahkan masalah yang terjadi: seorang anak remaja

yang menemui permasalahan akan mencari solusi yang tepat untuk dilakukan dan

hendaknya diberi ruang dan mengawasi dari jarak jauh, dan dapat mendekat ketika

anak merasa tidak ada jalan keluar.

e. Mengajak anak mementingkan hubungan dengan orang lain: anak diberi kesadaran

bahwa manusia sebagai makhluk sosial hendaknya peduli kepada semua orang.

Karena hubungan sosial sangat berpengaruh kepada perkembangan emosi seperti:

trampil berkomuniskasi, bergaul, berbagi rasa dan sebagainya (Tridhonanto,

2010).

E. Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa

Upaya guru dalam meningkatkan kecerdasan spiritual ialah memiliki serta

mengaplikasikan tiga sifat spiritual berikut ini yaitu:

a. Tawakkal

Tawakal berarti sikap penyerahan diri secara total kepada kebenaran. Namun

penyerahan diri secara total tersebut tetap menuntut dukungan berupa upaya

memadai. Karena itu, pemilik sifat spiritual tawakal benar yakin bahwa kebenaran

adalah jalan hidup yang tepat. kebenaran adalah kemenangan.

b. Ikhlas

Ihklas merupakan sikap tulus karena Allah swt. Sikap spiritual ikhlas yang benar

tentu saja harus di dasarkan pada pengetahuan dan pemikiran yang benar, dan
28

kekuatan menolak kejahatan sekaligus mampu memalingkan seseorang dari

kemungkaran.

c. Taqwa

Makna takwa secara spiritual di sini yaitu rasa takut akan kehilangan cinta kepada

Allah swt, rasa dengan Allah swt dan cinta Allah swt. Orang yang bertakwa pada

tingkat ini manaati perintah peritah Allah swt dengan senang., bukan karna akan

hukumannya. Robert Frager menerjemahkan takwa pada tingkatan ini sebagi

“awarenes of god” (menyadari kehadiran tuhan). Dalam banyak ayat, al-Quran

juga menegaskan bahwa orang bertakwa akan sukses dan berhasil serta

memeroleh rahmat dari Allah swt. Kesuksesan dan keberhasilan itu memiliki dua

bentuk, yakni pertama: kesuksesan dan keberhasilan fisik duniawi; dan kedua:

kesuksesan dan keberhasilan dan keberhasilah ukhrawi (Nafis, 2006). )


BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

yaitu jenis penelitian yang menggambarkan atau meguraikan atas suatu keadaan sejernih

mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti (Kontur, 2009).

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Penelitian merupakan kegiatan pencarian, dan percobaan secara alamiah

dalam suatu bidang tertentu untuk mendapakan fakta- fakta atau pinsip-prinsip baru

yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu

serta teknologi (Margono, 2002).

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, metode

kualitatif merupakan metode yang berdasarkan pada filsafat postositivisme,

sedangkan untuk meneliti pada objek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai

instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara triangulasi

(gabungan). Analisis data bersifat induktif atau kualitatif dan hasil penelitian lebih

menekankan makna dariada generalitas. Kriteria pengumpulan data dalam

penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang

sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar terihat, terucap,

tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan terucap tersebut

(Sugiono, 2006).

Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif yaitu

peneltian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti

dari subyek berupa individu, organisasi, industri, atau perspektif yang

lain.

32
33

Tujuan dari pendekatan deskriptif ini adalah untuk mejelaskan aspek-aspek

yang relevan dengan fenomena yang diamati, menjelaskan karakteristik masalah

yang ada. Pada umumnya penelitian deskriptif tidak membutuhkan hipotesis terlebih

dahulu. Dengan jenis penelitian kualitatif menggunakan pendekatan deskriptif,

penelitian ini diharapkan mampu menganalisis dan mendeskripsikan tentang

upaya guru PAI dalam meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual peserta

didik di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi.

B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif kedudukan peneliti adalah sebagai instrument

kunci. Peneliti berperan sebagai perencana, pelaksana pengumpul data, analisis,

penafsiran data, dan juga sebagi pelapor hasil penelitian. Karena tugas yang sangat

kompleks tersebut, peneliti akan menempuh langkah-langkah sebagai berikut: (1)

Sebelum datang ke lapangan, peneliti akan menyiapkan surat izin resmi dari

UNISMA kemudian diserahkan kepada pihak SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi;

(2) Peneliti datang ke lapangan untuk memperkenalkan diri kepada pihak sekolah

serta menyampaikan maksud dan tujuan dari kedatangan peneliti; (3) Menyiapkan

segala keperluan penelitian yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian; (4)

Menentukan jadwal penelitian sesuai kesepakatan antara pihak peneliti dan juga

pihak yang diteliti; (5) Melaksanakan penelian untuk mengumpulkan data sesuai

jadwal yang telah disepakati melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi yang

berada di Jl. Raya Ketawang No.02 Gondanglegi Kab. Malang.

Beberapa alasan peneliti untuk melaksanakan penelitian di SMP Modern Al-

Rifa’ie Gondanglegi adalah sebagai berikut: (1) SMP Modern Al-Rifa’ie

Gondanglegi adalah lembaga dibawah naungan yayasan pondok modern Al-Rifa’ie 2

yang merupakan lembaga pendidikan yang berkomitmen dalam membenahi akhlak


34

dan karakter siswa agar menjadi lebih baik lagi; (2) Di SMP Modern Al-Rifa’ie

Gondanglegi terdapat beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka

meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual yang dilalui dari keteladanan para

guru serta kegiatan pembiasaan dalam ubudiyahnya.

D. Sumber Data

Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2011).

Ada dua jenis data dalam penelian kualitatif, yaitu data primer dan datat sekunder.

Data primer adalah adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti melalui

sumber utama. Dalam hal ini data primer yang digunakan adalah hasil observasi dan

wawancara yang terkait dengan peningkatan kecerasan spiritual di SMP Modern Al-

Rifa’ie Gondanglegi. Adapun data sekunder adalah data penunjang dari dari data

primer sebagai pelengkap yang biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-

dokumen, misalya mengenai demografis suatu daerah, data mengenai produktivitas

suatu lembaga, dan lain-lain. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai data

sekunder adalah literatur yang berhubungan dengan objek penelitian serta dokumen-

dokumen yang ada di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupkan salah satu tahap penting dalam sebuah penelitian.

Oleh karena itu peneliti harus benar-benar memahami berbagai hal yang berkaitan

dengan pengumpulan data, terutama paradigma dan jenis-jenis penelitian yang sedang

dilakukan (Suprayogo & Tobroni, 2003).

Oleh karen aitu untuk mengumpulkan data yang diperlukan, peneliti

menggunakan beberapa metode sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah metode yang digunakan sebagai pengamatan dan

pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang diteliti (Hadi,


35

2003). Dalam hal ini, peneliti melakukan pengamatan serta turut serta dalam

kegiatan atau situasi yang dilakukan observasi. Hal yang perlu diperhatikan

dalam melakukan observasi terhadap penelitian ini adalah apa yang dilakukan

dan apa yang didengar di lokasi penelitian. Penelti meggunakan metode

observasi dalam pengumpulan data untuk mengetahui secara langsung hal-hal

yang menjadi fokus penelitian.

2. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, sehingga

melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari orang lain dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana,

2010).

Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan

wawancara dalah sebagai berikut: (1) Menetapkan informan; (2) Menyiapkan

pokok masalah yang menjadi bahan wawancara; (3) Mebuka alur wawancara;

(4) Melakukan wawancara; (5) Mengkonfirasi ikhtisar hasil wawancara; (6)

Menulis hasil wawancara ke dalam catatan lapangan; dan (7) Mengidentifikasi

tindak lanjut terhadap hasil wawacara yang diperoleh.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai variable berupa

catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, leger, agenda

(Arikunto, 2011).

Adapun data yang ingin diperoleh melalui metode ini antara lain adalah

letak geografis atau keadaan sekolah SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi,

aktvitas atau kegiatan-kegiatan keagamaan dan symbol islam di sekolah, serta

berbagai kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan penigkatan kecerdasan

spiritual. Dalam proses dokumentasi juga dilakukan dengan cara pengambian


36

foto-foto kegiatan penelitian, juga gambar-gambar yang menunjukkan kondisi

dari objek penelitian.

F. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga

mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugioni,

2006). Dengan demikian analisis data dilakukan dengan cara mengorganisasikan

data, membaginya ke dalam unit-unit, kemudian melaukan sintesa, lalu menyusunnya

ke dalam pola, memilah mana yang penting dan perlu dipelajari, dan terakhir adalah

membuat kesimpulan sehingga dapat diinformasikan kepada oang lain.

Penelitian ini menggunakan tiga macam teknik analisis data, yaitu:

1. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan cara mencatat dari

wawancara yang dilakukan kepada pihak kesiswaan dan sampel dari beberapa

siswa yang berkaitan dengan pokok penelitian. Wawancara yang dilakukan

berdasarkan hasil dari pihak kesiswaan dan siswa itu sendiri.

2. Kondensasi Data

Kondensasi data menurut Miles dan Huberman (2004) yaitu dalam

kondensasi data merujuk pada proses seleksi, fokus, penyederhanaan,

pengabstraksi dan tranformasi data yang terdapat pada catatan lapangan maupun

transkip dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

a) Selecting

Menurut Miles dan Huberman (2004) peneliti harus bertindak selektif, yaitu

mrnrntukan dimensi mana yang lebih penting, hubungan-hubungan mana

yang mungkin bermakna dan sebagai konsekuensinya, informasi apa yang

dapat dikumpulkan dan dianalisis.

b) Focusing
37

Miles dan Huberman menyatakan bahwa memfokuskan merupakan bentuk

pra analisis. Pada tahap ini, peneliti memfokuskan pada data yang

berhubungan dengan rumusan masalah penelitian.

c) Abstracting

Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan

pernyataan yang perlu dijaga, sehingga teteap berada di dalamnya.

3. Penyajian Data

Dalam penelitian ini langkah kedua dari proses analisis data adalah

penyajian data. Dalam hal ini Miles dan Huberman mengatakan bahwa hal yang

paling sering digunakan dalam menyajikan data adalah dengan teks yang bersifat

naratif (Sugiono, 2006). Penyajian data bertujuan untuk mengorganisasikan data

yang telah direduksi. Maka setelah direduksi dan diorganisasikan, data

memungkinkan daya penarikan kesimpulan (verivikasi) terhadap peran guru

Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kecerdasan emosional dan

spiritual di SMP Modern Al-Rofa’ie Gondanglegi

4. Verifikasi (Penarikan Kesimpulan)


Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini adalah memberi arti dan
memakai data yang diperoleh. Dalam hal ini kesimpulan bertujuan untuk
memberi makna terhadap data-data yang diperoleh. Makna-makna yang muncul
harus diuji kebenarannya. Sehinga mendapatkan kesimpulan yang tepat dan
benar.

Pengumpulan Data Penyajian Data


38

Kondensasi Data Penyimpulan

G. Pengecekan Keabsahan Data


Pengecekan keabsahan atau validitas dilakukan dengan tujuan pembutian

bahwa data yang ditemukan dari penelitian yang telah dilakukan merupakan

kebenaran. Teknik yang dgunakan dalam mnguji keabsahan temuan adalah:

1. Triangulasi

Triangulasi merupakan cara untuk melihat suatu fenomena dari berbagai

sudut, melakukan pembuktian terhadap data temuan dari berbagai sumber

informasi dan teknik. Misalnya adalah melihat hasil observasi dihubungkan

dengan hasil wawancara, serta melihat dengat cermat hubungan dari berbagai

data yang telah ditemukan.

2. Penggunaan Bahan Reverensi

Menggunakan bahan-bahan reverensi yang daat digunakan untuk

membuktikan keabsahan suatu data.


BAB IV

PAPARAN DATA DAN DESKRIPSI DATA

A. Paparan data

1. Sejarah Singkat berdirinya SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi

SMP Modern Al-Rifa’ie berdiri pada tahun 2012 di bawah naungan

Yayasan Pondok Modern Al-Rifa’ie 2 yang dipimpin oleh Dr.KH. Ahmad

Muflih Zamachsyari, SE., MM. merupakan Lembaga kedua yang berdiri setelah

SMK Modern Alrifa’ie. Di awal berdirinya masih membuka untuk santri putri

saja yang berjumlah 48 santri SMP hingga data terbaru tahun ajaran 2022/2023

jumlah santri putra maupun putri adalah 1131 santri.

Sekolah yang di kepalai oleh H. Syaiful Alim, Lc., M.Pd., M.H. ini

merupakan kurikulum 2013 untuk jenjang kelas 8 dan 9, kurikulum merdekan

untuk jenjang kelas 7 serta sejak awal berdiri sudah diintegrasikan dengan

kurikulum diniyah. Dengan demikian, dalam 1 hari peserta didik dapat memiliki

jadwal mata pelajaran diniyah dan formal secara berurutan

2. Visi dan Misi SMP Modern Al-Rifa’ie

Adapun visi dan misi dari SMP Modern Al-Rifa’ie adalah sebagai berikut:

Visi

Sukses, Mandiri, Religius dan Terampil

Misi

a) Melaksanakan kegiatan yang berbasisk PAIKEM (Pembalajaran Aktif,

Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan

b) Melaksanakan kegiatan co kurikeler dan ekstrakurikuler

c) Menyediakan alokasi waktu untuk pembinaan life skill

d) Menjalin kerjasama dengan koperasi sekitar sekolah

38
39

e) Melaksanakan shalat berjama’ah

f) Melaksanakan kajian rutin keagamaan

g) Menciptakan budaya berbahasa asing

h) Membentuk komunitas Bahasa

3. Profil Sekolah SMP Modern Al-Rifa’ie

SMP Modern Al-Rifa’ie merupakan sekolah swasta yang berada di

Kawasan Desa Ketawang Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang dibawah

naungan Yayasan Pondok Modern Al-Rifa’ie 2. SMP Modern Al-Rifa’ie yang

telah berdiri sejak tahun 2012 dengan tanda diterimanya izin operasional dengan

bukti NPSN 69820144 dan NSS 202051814008 dan telah mendapatkan

pengakuan akreditasi A (unggul) pada tahun 2021.

SMP Modern Al-Rifa’ie di komando oleh Dr. H. Syaiful Alim, Lc.,

M.Pd., M.H yang lahir di Sidoarjo pada tanggal 6 Juli 1984 dengan jenjang

Pendidikan terakhir S3 di UIN Malang dan berdomisili di Jl. Suropati 1/39 RT.

14 RW. 04 Bululawang Kab. Malang.


40

B. Hasil Penelitian

1. Perencanaan Penelitian Dalam Pelaksanaan Peningkatan Kecerdasan

Emosional dan Spiritual Siswa Kelas IX

Langkah peneliti dalam sebuah penelitian pada upaya guru Pendidikan agama

islam dalam peningkatan kecerdasan emosional dan spiritual pada tahapan

perencanaan sebelum observasi adalah sebagai berikut:

a. Peneliti terlebih dahulu melakukan diskusi dengan guru pendidikan agama

islam dan para guru lainnya tentang kegiatan dan keadaan personal siswa

kelas IX saat proses belajar mengajar di sekolah dan di asrama, karena siswa

SMP Modern Al-Rifa’ie secara keseluruhan bermukim di asrama dengan

model boarding school. Dari diskusi tersebut peneliti dapat mengetahui

keadaan siswa dan kegiatan yang dilaksanakan oleh para guru siswa kelas IX

dengan detail sehingga menjadi tolak ukur berhasil dan tidaknya guru

Pendidikan agama islam dalam meningkatkan kecerdasan emosional dan

spiritual siswa kelas IX di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang.

b. Peneliti melakukan observasi terjun lapangan untuk melihat beberapa

kegiatan siswa didalam kelas dan diluar kelas dengan tujuan mencari

informasi yang lebih konkrit dalam sebuah pelaksanaan kegiatan sebagai

proses peningkatan kecerdasan emosional dan spiritual siswa.

c. Setelah melakukan observasi secara langsung, peneliti melakukan

wawancara kepada informan dari guru Pendidikan agama islam, staf sekolah

dan beberapa sampel siswa untuk mencari informasi tentang penelitian yang

dilakukan.

2. Proses Pelaksanaan Upaya Guru Dalam Peningkatan Kecerdasan Emosional

dan Spiritual Siswa Kelas IX

Dalam sebuah proses pelaksanaan, peneliti terlebih dahulu melakukan

wawancara kepada para informan guna menapatkan informasi sebelum


41

melakukan observasi lapangan. Tahapan wawancara menjadi 3 sesi agar lebih

mudah mendeskripsikan hasil penelitian yang telah dilakukan. Berikut hasil

wawancara yang dialakukan oleh peneliti:

a. Sesi I

Peneliti melakukan pengamatan dan pengambilan data mengenai

perkembangan kecerdasan spiritual dan emosional yang dimiliki siswa-siswi

kelas IX SMP Modern Al-Rifa'ie. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara

sebagai berikut :

Peneliti melakukan wawancara kepada waka kesiswaan kelas IX

SMP Modern Al-Rifa'ie Gondanglegi Malang Bpk. Sofiyulloh, S.Pd tanggal

13 Agustus 2023, yaitu :

"Upaya kami dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa-siswi

SMP Modern Al-Rifa'ie, adalah dengan mengadakan beberapa kegiatan

religius berupa Shalat Dhuha berjamaah sebelum masuk kelas, bimbingan

membaca al-qur'an untuk kelas VII dan membaca doa bersama sebelum

masuk kelas yang diharapkan dapat membangun kecerdasan siswa dalam

bentuk sikap dan akhlak yang baik untuk masa depan mereka"

Dalam hal ini, peneliti juga mewawancarai kesiswaan kelas VIII

SMP Modern Al-Rifa'ie Gondanglegi Bpk. Fathul Ulum, S.Pd pada tanggal

13 Agustus 2023, yaitu :

"Memang dalam sebuah pendidikan perlu diberikan nilai-nilai

religius dalam diri siswa agar memberikan pengaruh kepada perilaku dan

sikap siswa-siswi. Oleh karena itu, sekolah mewajibkan seluruh siswa-siswi

untuk melaksanakan kegiatan yang bernilai islam seperti shalat Dhuha,

membaca do'a, dan sebagainya. Di SMP Modern Al-Rifa’ie juga melatih


42

karakter dan leadership untuk siswa-siswi yang dimulai dengan pengarahan

dan motivasi saat apel pagi yang dilakukan setiap hari. ".

Bersamaan dengan perihal kegiatan, yang bernilai religius, peneliti

juga mewawancara Bpk. Thoriqul Aziz selaku kesiswaan kelas VII SMP

Modern Al-Rifa'ie pada tanggal 14 Agustus 2023, yaitu :

"Kegiatan di SMP Modern Al-Rifa'ie, memang akhir-akhir ini

diberlakukan lebih spesifik dalam penanaman moral dan sikap agar lebih

baik. Setiap pagi kami selaku guru yang diamanahi menangani siswa

menunggu para siswa didepan gerbang untuk mengawasi jalannya kegiatan

dan mengajari siswa untuk bersaliman dengan kami. Semua ini kami

harapkan dapat memberikan pengaruh baik bagi akhlak dan sikap mereka,

terutama kepada guru-gurunya. Dalam beberapa tahun ini kami menemukan

siswa-siswi yang beberapa mempunyai kecerdasan emosional yang luar biasa

dan ada juga yang low. Nah, yang low dan over ini nanti akan masuk dalam

penanganan untuk penyelesaian supaya tidak melenceng. Kan kecerdasan

emosional itu memang sangat diperlukan oleh setiap individu dan itu salah

satu yang mendukung kesuksesan seseorang ".

Beliau juga menambahkan :

"Kecerdasan emosional disini itu bagaimana anak tanggap dan ini

nanti ada keterkaitannya dengan beberapa kegiatan seperti organisasi,

kelompok, yang dapat mempengaruhi situasi dan kondisi kelas dalam

mengahadapi suatu permasalahan dan disitulah nanti emosional akan

muncul. Dan yang dimaksud kecerdasan emosional kan suatu pengendalian

dia bisa atau tidak menempatkan emosinya pada tempatnya ".


43

Setelah itu peneliti melanjutkan wawancara kepada Ustadz Abdul

Haris, S.PdI selaku guru PAI, pada tanggal 15 Agustus 2023, dengan hasil

wawancara yang diperoleh adalah sebagai berikut:

"Salah satu bentuk ikhtiyar kami untuk meningkatkan kecerdasan spiritual

siswa dengan melaksanakan kesunnahan seperti Shalat Dhuha, tetap dalam

keadaan bersuci, sebelum masuk gerbang sekolah siswa bersalim kepada

guru yang menjaga dari kesiswaan atau kurikulum atau guru piket agar siswa

terbiasa dan mempunyai rasa hormat kepada guru sehingga dapat

membangun nilai spiritual mereka. Di asrama pun kami juga mewajibkan

siswa untuk membaca do'a-doa yang sudah di ijazah kan oleh Kyai".

Peneliti juga melakukan wawancara kepada Ust. Solihin selaku guru

kajian kitab kuning pada tanggal 17 Agustus 2023, dengan hasil sebagai

berikut:

"Siswa SMP Modern Al-Rifa'ie, memang diharapkan selalu

meningkatkan minat dan daya baca untuk memahami agama melalui Kitab

kuning. Program sekolah mengadakan kegiatan ekstrakurikuler wajib berupa

pembelajaran diniyah yang dimulai dengan belajar membaca Kitab, yang

harapannya dapat memberikan wawasan keilmuan agama. Karena menurut

kami, kecerdasan spiritual dapat dibangun bisa melalui pemahaman siswa

ketika membaca Kitab klasik, seperti fiqih, tasawwuf dan yang lainnya.

Salah satu cara meningkatkan kecerdasaan spiritual adalah dengan belajar

agama, ketika sudah banyak tahu tentang ilmu agama, maka mereka akan

terbiasa melakukan kebaikan, terutama ibadah sunnah yang nantinya akan

berpengaruh pada pola pikir terutama kecerdasan mereka".


44

Sebagai penguat data tentang kecerdasan emosional siswa-siswi, peneliti

juga mewawancarai Bpk. Akhmad Musfin Nadir, Lc selaku guru Diniyah

yang dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2023, yaitu:

"Dalam pengamatan saya, anak-anak itu insyaallah sudah baik dalam

hal kecerdasan emosional nya, terbukti pada baiknya pergaulan mereka

dengan sesama temannya, dan saat mereka menerima punisment dari saya

selaku pembina mereka. Kalau kecerdasan emosional anak kan selalu

berproses, apalagi seusia mereka masih selalu berproses dan masih belum

matang. Untuk kecerdasan emosional nya kami anggap sudah bagus, kami

mengukurnya ketika dikelas ketika menerima pelajaran, kemudian

bagaimana dia bisa menyelesaikan masalah yang dia hadapi dan ini menurut

kami sudah baik dan menjadi catatan hasil dari pembelajaran mereka

semenjak di sekolah ini.".

Peneliti juga mewawancarai guru olahraga dan ekstrakurikuler

Bpk. Fanani, S.Pd pada tanggal 21 Agustus 2023 sebagai bentuk informasi

bentuk penguat kecerdasan emosional siswa-siswi, yaitu :

"Siswa SMP Modern Al-Rifa'ie kami berikan beberapa wadah untuk

menjalankan minat dan bakat siswa dalam hal olahraga, kesenian dan

keterampilan. Dalam hal ini, kami mencoba memberikan peluang siswa-

siswi untuk mengikuti beberapa lomba dan alhamdulillah banyak

mendapatkan juara di tahun terakhir ini. Dengan ini kami bisa memberikan

motivasi dan masukan kepada siswa, agar mereka selalu semangat dalam

belajar selalu optimistis dalam menjalankan kehidupan, itu yang selalu

kami sampaikan kepada mereka. Disamping itu, kami juga selalu membuka
45

peluang bagi siswa-siswi untuk memberikan kontribusi kegiatan organisasi,

mengadakan lomba serta kegiatan lainnya yang melibatkan OSIS dan

beberapa siswa-siswi lainnya. Karena menurut kami itu akan menjadi awal

pembuka yang baik untuk meningkatkan kecerdasan emosional mereka ".

Peneliti juga melakukan wawancara kepada 3 siswa SMP Modern

Al-Rifa'ie Gondanglegi bernama Sulthon, Syahrul dan Yazid pada tanggal

23 Agustus 2023.

Terkait dengan peningkatan kecerdasan spiritual dan emosional yang ada di

sekolah dalam bentuk kegiatan pendidikan, peneliti mendapatkan informasi

sebagai berikut :

"Sebenarnya saya lebih suka pelajaran Kitab, karena Kitab itu

menarik pembahasan nya dan cara penyampaiannya juga mudah dipahami.

Ketika saya mulai belajar di SMP Modern Al-Rifa’ie, saya mulai lebih

senang mengkaji kitab kuning terutama nahwu dan shorrof karena menurut

saya sangat membantu dalam proses memahami kitab" disampaikan oleh

Sulthon.

"Kalau saya pelajaran PAI senang, karena ada praktek yang ada di

kegiatan belajar dan tidak mudah bosan belajar dikelas. Saya lebih suka pada

kegiatan yang ada prakteknya dari pada selalu materi yang ada" disampaikan

oleh Syahrul.

"Kalau saya Ustadz lebih suka futsal, karena memang saya hobi

sepakbola dan saya diikutkan lomba dan sparing antar sekolah. Saya sangat

senang sekali diberikan kesempatan untuk berprestasi disini " disampaikan

oleh Yazid.
46

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, bentuk peningkatan

kecerdasan spiritual dan emosional dilakukan melalui kegiatan keagaaman,

belajar dikelas dan pendidikan jasmani. Bentuk kegiatan keagaaman di

sekolah berupa sholat Dhuha serta mengaji Al-Quran dan kitab. Bentuk

kegiatan jasmani dikemas dalam kegiatan ekstrakurikuler berupa futsal,

basket dan lainnya, sehingga siswa yang merasa senang pada pelajaran atau

materi tertentu, lebih semangat dalam belajar dan menuntut ilmunya.

Sedangkan dalam kegiatan belajar mengajar yang ada dikelas guru

diharuskan mengembangkan metode belajarnya supaya lebih menarik dan

mudah dipahami oleh siswa-siswi.

b. Sesi II

Peran guru pendidikan agama islam dalam meningkatkan

kecerdasaan spiritual dan emosional siswa di SMP Modern Al-Rifa'ie

Gondanglegi Malang adalah melalui kegiatan yang bersifat keagaaman yang

dilaksanakan dalam setiap hari. Dari beberapa pihak yang mempunyai peran

penting dalam pelaksanaan ini adalah guru Pendidikan Agama Islam, karena

yang banyak memberikan pengaruh adalah guru yang sering memberikan

kajian keagamaan berupa istiqomah membimbing siswa dalam keseharian

mereka.

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode observasi,

wawancara dan dokumentasi, kemudian peneliti juga memperoleh data dari

kegiatan keagaaman dan pembelajaran yang berkaitan dengan peran guru

dalam meningkatkan kecerdasaan spiritual dan emosional siswa di SMP

Modern Al-Rifa'ie Gondanglegi Malang.

Hasil observasi peneliti melihat bahwa guru Pendidikan Agama

Islam memang selalu memberikan bimbingan terhadap siswa terutama dalam


47

pelaksanaan kegiatan keagaaman yang ada di sekolah. Guru PAI juga

memberikan motivasi ketika hendak memulai pelajaran dikelas, bahkan

pembina apel juga selalu memberikan motivasi agar para siswa-siswi selalu

semangat dalam menjalankan hari-harinya dengan penuh manfaat.

Peneliti juga melakukan wawancara kepada Waka Kurikulum SMP

Modern Al-Rifa'ie Gondanglegi Malang, Bpk Fanani, S.Pd. Dari hasil

wawancara tersebut adalah :

"Dari beberapa peran guru PAI dalam meningkatkan kecerdasaan

spiritual memang banyak memberikan pengaruh yang positif, karena beliau

memposisikan diri sebagai motivator, pendamping siswa serta memberikan

uswah yang baik kepada siswa, baik dalam kegiatan maupun diluar kegiatan

sekolah ".

" Peran pembina apel juga memberikan pengaruh besar kepada siswa

dalam meningkatkan kecerdasaan emosional mereka, karena setiap pagi

selalu mengadakan apel yang dimulai 15 menit sebelum bel masuk

sekolah, memotivasi siswa dalam berbagai macam perihal keseharian.

Terlebih jika kita melihat istiqomah yang dilakukan beliau dalam

pelaksanaan apel, dapat memberikan mindset siswa untuk selalu disiplin

serta menghargai waktu. Semua kegiatan apel dan pelaksanaannya banyak

diusulkan oleh guru PAI kami yang sudah berinisiatif mengisi beberapa

kegiatan motivasi dan pengarahan agar siswa-siswi diberikan kekuatan

dalam belajar. Setelah pelaksanaan apel, guru PAI dan Kesiswaan kami

juga menunggu siswa masuk gedung sebelum KBM dimulai dengan

bersalaman dengan siswa guna melatih smosional dan spiritual siswa ".
48

Sebagai penguat data, peneliti juga mewawancarai guru

ekstrakurikuler dalam meningkatkan kecerdasaan emosional siswa. Hasil

wawancara yang dilakukan oleh Bpk. Thoriq Aziz, S.Pd selaku guru

ekstrakurikuler futsal adalah sebagai berikut :

"Siswa kami berikan wadah untuk mengekspresikan keinginan

mereka, memberikan peluang untuk menampung minat dan bakat mereka

melalui ekstra futsal. Dengan adanya kegiatan ini, beberapa siswa merasa

apa yang selama ini telah mereka inginkan mulai terealisasi, sehingga

emosional mereka selalu tertata dengan baik. Disinilah maksud dari program

sekolah yang selama ini menjadi salah satu target utama dalam

pengembangan baik siswa maupun sekolah itu sendiri ".

Peneliti juga menanyakan perihal catatan rekam jejak siswa dalam

perilaku sehari-hari, mulai dari yang kurang baik dan yang baik. Dari hasil

wawancara berikutnya adalah sebagai berikut :

"Di SMP Modern Al-Rifa'ie, selalu beriringan antara punishment

dan reward. Karena itu sangat berpengaruh kepada psikis maupun emosional

siswa-siswi itu sendiri. Ketika ada anak yang melanggar peraturan, maka

akan mendapatkan poin sesuai dengan ketentuan tatib yang berlaku, yang

penanganan nya secara bertahap, mulai dari nasehat, pemanggilan orang tua

maupun pembinaan dari kepala maupun pengasuh. Tapi jika siswa ada yang

berprestasi dan memberikan hal yang positif untuk diri siswa itu sendiri dan

bahkan untuk sekolah, maka kami memberikan reward bagi mereka dalam

berbagai bentuk".
49

c. Sesi III

Bentuk pelaksanaan peningkatan kecerdasan emosional dan spiritual

siswa yang dilaksanakan melalui agenda kegiatan keagaaman dan non

keagamaan yang didukung oleh para guru serta pendampingan oleh para

waka sekolah, agar menjadi perhatian khusus dalam pengembangan pola

hidup dan pembelajaran yang mereka peroleh untuk masa depan mereka

masing-masing.

Beberapa evaluasi peningkatan kecerdasan emosional dan spiritual

siswa SMP Modern Al-Rifa’ie, peneliti melakukan wawancara kepada wakil

kepala bagian kurikulum Bpk. Fanani, S.Pd yang hasil wawancaranya

sebagai berikut:

“Dalam pelaksanaan kegiatan yang dalam lingkup peningkatan

kecerdasan emosional dan spiritual untuk siswa SMP Modern Al-Rifa’ie

mendapatkan beberapa kendala dan hambatan. Hal ini karena berbagai

macam latar belakang orangtua siswa yang berasal dari kalangan kaum

awwam dan intelektual. Beberapa kendala itu termasuk dalam

pengkondisian siswa yang latar belakang orangtua yang awwam dan tidak

mengerti perihal pendidikan dan cara mendidik, sehingga kami seringkali

mendapatkan komplain dari orangtau siswa karena punishment yang

diberikan kepada anak didik setelah melakukan kesalahan guna

mendapatkan efek jera dan berubah lebih baik lagi. Dalam pelaksanaan

tidak ada kendala teknis, karena tersedianya sarana untuk pelaksanaan

beberapa kegiatan keagamaan dan non keagamaan yang dekat dengan

asrama siswa sendiri, sehingga waktu lebih efisien. Tapi itu bukan menjadi

kendala bagi kami melainkan sebuah evaluasi bagi semua program-

program yang kami canangkan.


50

Selanjutnya wawancara yang dilakukan peneliti kepada Bapak Saiful

Anwar, S.Pd sebagai berikut:

“Siswa disini terkadang ada beberapa siswa yang beralasan tidak

biasa melaksanakan kegiatan keagamaan, seperti shalat Dhuha, Tahajjud dan

kegiatan keagamaan lainnya karena di rumah tidak pernah diajarkan untuk

melaksanakannya. Namun karena kegiatan ini bersifat wajib, maka kami

memberikan pemahaman kepada mereka untuk mengikuti seluruh rangkaian

kegiatan tersebut agar menjadi kebiasaan positif yang tertanam dalam diri

mereka masing-masing, sehingga terjadi peningkatan kecerdasan emosional

dan spiritual dengan sendirinya.

Peneliti juga menanyakan perihal perubahan yang dialami siswa

setelah melakukan kegiatan yang diagendakan oleh sekolah. Berikut hasil

wawancara dengan Sulthon:

“Alhamdulillah saya merasa lebih baik dan istiqomah dalam belajar

dan menjalankan ibadah yang lainnya dan sekarang tidak lagi merasa berat

melaksanakan kewajiban yang sebelumnya saya seakan terasa terpaksa

melaksanakan itu semua. Saya juga merasa lebih nyaman dan lebih

diperhatikan oleh guru dan orang yang ada di lingkungan sekolah karena

setiap hari diberikan nasehat saat apel pagi dan diarahkan dalam kegiatan

sehari-harinya”

Berikut hasil wawancara dengan Syahrul:

“Pertama kali merasa terpaksa melaksanakan kegiatan ini karena

ketiak di rumah jarang melakukan sholat Dhuha dan ibadah Sunnah lainnya,

tetapi Alhamdulillah karena rutin melakukan itu semua ketika di asrama,

semuanya terasa baik dan ringan.”


51

Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dipaparkan, maka

dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan peningkatan kecerdasan emosional

dan spiritual di SMP Modern Al-Rifa’ie, memiliki kesenjangan dalam

pemahaman siswa yang dari latar belakang orangtua yang berbeda-beda dan

siswa baru tidak semuanya pernah mengenyam pendidikan agama di rumah

mereka msing-masing. Kesulitan lainnya adalah orangtua yang tidak terima

terhadap hukuman yang diberikan oleh pihak sekolah kepada anak mereka

masing-masing.

Dalam kegiatan yang sifatnya wajib tersebut, pihak sekolah

mendapatkan beberapa keuntungan dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan

kecerdasan emosinal dan spiritual yang belum dimiliki sebelumnya termasuk

jarak yang normal antara asrama, kelas dan tenpat ibadah dan kegiatan

keagamaan serta non keagamaan lainnya.

3. Hasil Pelaksanaan Peningkatan Kecerdasan Emosional dan Spiritual Siswa

Kelas IX di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang

Berdasarkan hasil wawancara diatas, peneliti menyimpulkan bahwa siswa

yang berada dalam lingkup pengawasan, pemantauan dan pembinaan merasakan

bahwa dirinya lebih nyaman dan lebih baik setelah beberapa hari kemudian

melakukan kegiatan keagamaan maupun non keagamaan, seperti sholat Dhuha,

Tahajjud dan kegiatan rutin lainnya yang bersifat pembinaan dan pengarahan

guru kepada siswa-siswanya.

Ada juga beberapa hasil temuan yang ada di lapangan terkait pelaksanaan

peningkatan kecerdasan emosional yaitu siswa yang awalnya sering berbuat tidak

baik kepada teman sebayanya lalu setelah beberapa bulan sudah berkurang dan

bahkan hampir hilang budaya itu. Begitu pula dalam pelaksanaan peningkatan

kecerdasan spiritual yaitu siswa yang dalam kelas tidak mengerti tentang manfaat
52

belajar untuk masa depannya, tidak mengerti tentang berbakti kepada orangtua

dan guru, malas dalam beribadah, lalu setelah melakukan kegiatan yang

dilaksanakan oleh sekolah sudah semakin mengerti tentang arti semua itu dengan

bukti sudah muncul sifat kedewasaannya sebagai siswa atau santri yang

semestinya dan menjadi siswa yang teladan di lingkungan kelas dan sebagian di

sekolah.
BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan penelitian menggunakan

metode observasi, wawancara serta dokumentasi, peneliti akan memberikan penjelasan

dari hasil penelitian tentang "Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan

Kecerdasaan Spiritual dan Emosional di SMP Modern Al-Rifa'ie Gondanglegi Malang"

sebagai berikut :

1. Bentuk Pelaksanaan Peningkatan Kecerdasan Emosional dan Spiritual di SMP

Modern Al-Rifa'ie Gondanglegi Malang

Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penelitian, ada

beberapa bentuk pelaksanaan untuk meningkatkan kecerdasaan spiritual siswa di

SMP Modern Al-Rifa'ie, yaitu melalui kegiatan keagamaan yang dilaksanakan

secara rutin di lingkungan sekolah, baik didalam maupun diluar pelajaran.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, berikut penjelasannya :

a. Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan

Kegiatan keagamaan adalah salah satu kegiatan yang diikuti oleh semua

siswa-siswi SMP Modern Al-Rifa'ie, baik dilingkungan sekolah maupun

dilingkungan asrama. Jadi, semua siswa-siswi SMP Modern Al-Rifa'ie wajib

tinggal di asrama dan menetap sebagai santri di Pondok Modern Al-Rifa'ie 2.

Beberapa kegiatan tersebut meliputi Mengaji Al-Quran di waktu shubuh,

shalat dhuha berjamaah, shalat wajib berjamaah dan memperingati hari besar

islam.

Berikut bentuk pelaksanaan kegiatan keagamaan:

1) Shalat Fardhu Berjamaah

51
52

Sholat merupakan pondasi bagi semua umat manusia dan menjadi

barometer seorang hamba dalam kehidupan nya. Kegiatan wajib siswa

yang berupa sholat fardhu berjamaah merupakan salam satu cara

menanamkan pola pikir siswa dalam kedisiplinan, rasa gotongroyong dan

saling nasehat menasehati kepada sesama yang nantinya diharapkan dapat

menciptakan lingkungan yang rukun dan sejahtera antara sesama.

2) Mengaji Al-Qur’an

Kegiatan tersebut dilaksanakan di masjid setelah sholat shubuh

berjamaah. Para siswa pada saat shubuh melaksanakan 2 ibadah sekaligus,

yakni sholat shubuh berjamaah lalu dilanjutkan mengaji Al-Quran dengan

bentuk kelompok belajar.

Kegiatan shubuh ini memiliki beberapa manfaat bagi siswa itu

sendiri, yakni menjaga kedisiplinan siswa, karena dengan itu para siswa

bisa terlatih untuk bangun tepat waktu dan mengatur waktu rutin mereka

dalam kegiatan keseharian.

Mengaji Al-Quran juga sebagai cara yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan kecerdasaan spiritual siswa dan dengan kebiasaan mengaji

Al-Quran para siswa akan selalu ingat kepada Allah SWT, dengan begitu

muncullah kesadaran bahwa manusia itu hanya hamba Allah yang selalu

diketahui gerak gerik dan tingkah lakunya. Dalam hal ini pula siswa

semakin menjadi lebih berhati-hati dalam bertindak karena merasa segala

sesuatu yang dilakukan akan selalu diawasi oleh-Nya.

3) Sholat Dhuha Berjamaah

Sholat dhuha dilakukan oleh semua siswa-siswi SMP Modern Al-

Rifa'ie dan guru pendamping. Kegiatan ini dilakukan setelah mengaji Al-

Quran dan sebelum masuk kelas dan kegiatan ini diakhir dengan motivasi

dari beberapa guru secara bergantian.


53

Shalat dhuha dapat meningkatkan kecerdasaan spiritual karena

dengan ini siswa dapat menyadari bahwa Allah Dzat yang memberikan

pertolongan, sehingga manusia tidak merasa one men show dalam

melakukan apapun, melainkan membutuhkan pertolongan Nya.

4) Apel Pagi

Siswa SMP Modern Al-Rifa'ie setiap pagi sebelum masuk kelas,

melaksanakan kegiatan apel pagi yang dikoordinir oleh kesiswaan guna

memberikan motivasi dan arahan.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

kecerdasaan emosional siswa adalah dengan memberikan arahan dan

pengertian tentang hidup sosial, karena siswa-siswi tinggal bersama dalam

satu atap dan lingkungan, sehingga arahan dan motivasi tersebut dapat

menggugah kesadaran siswa untuk selalu berperilaku baik dalam keadaan

dan situasi apapun yang diharapkan dapat mengontrol emosi dirinya.

5) Bersalaman Sebelum Masuk Gedung Sekolah

Kegiatan ini diberlakukan guna melatih siswa untuk terbiasa dalam

menghormati guru dan juga terdapat kesan baik yang akan dibaca oleh

siswa, bahwa guru bersalaman dengan siswanya menandakan ada rasa

kasih sayang sehingga siswa merasa ada yang melindungi mereka selama

dilingkungan pondok dan sekolah.

b. Pelaksanaan Proses Pembelajaran Dalam Kelas

Proses meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual pada siswa melalui

pembelajaran di dalam kelas merupakan cara yang tepat dan efektif dikarenakan

beberapa faktor tertentu antara lain:


54

1) Jumlah siswa lebih sedikit daripada kegiatan lainnya seperti sholat dhuha

berjamaah dan apel pagi yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan

dengan seluruh siswa.

2) Melalui pelajaran pendidikan agama islam yang dirancang oleh kurikulum,

guru lebih efektif dan sistematis dalam menyampaikan pelajaran dan

pemahaman agama yang meliputi materi dan praktik. Hal ini juga

mempermudah guru dalam memberikan pemahaman sesuai dengan usia

siswa, sehingga apabila banyak ilmu yang diserap oleh mereka, maka lebih

mudah bagi mereka dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

3) Pembelajaran di kelas merupakan tempat yang baik dalam penyampaian

materi karena menjadikan para siswa fokus terhadap pembelajaran dan

pandangan tidak menimpang kearah yang lainnya.

2. Upaya Guru PAI Dalam Peningkatan Kecerdasan Emosional dan Spiritual

Siswa Kelas IX di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang

Pada Proses pembelajaran guru memiliki peran yang sangat sentral yang

tidak dapat digantikan oleh siapapun selain guru itu sendiri, oleh karena itu proses

dilaksanakan jika ada interaksi antara guru dan siswa. Selain itu tugas guru adalah

menyampaikan materi yang telah disampaikan oleh bidang kurikulum sekolah guna

tersampaikannya ilmu tersebut dan guru mempunyai metode dan strategi tertentu

dalam penyampainnya agar siswa bisa mengikuti pembelajaran lebih efektif dan

efisien saat guru menyampaikan materi.

Pelaksanaan peningkatan kecerdasan emosional dan spiritual yang

dilaksanakan di SMP Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang yang kegiatan

tersebut dilaksanakan setiap hari, mulai dari kegiatan keagamaan diluar dan di
55

dalam kelas, maka peran guru agama islam disini sangat diperlukan untuk

mensupport semua kegiatan tersebut. Peran guru agama islam dalam hal ini adalah:

a. Pengajar

Mengajar merupakan tugas dasar dari seorang guru dimana pengajar

memiliki beban tanggungjawab besar dalam memberikan ilmu pengetahuan

dan keterampilan kepada siswanya. Dengan begitu seorang pengajar dituntut

untuk memahami materi yang akan diajarkannya agar tidak terjadi salah

pemahaman terhadap ilmu khususnya ilmu agama.

Peran guru disini dalam meningkatkan kecerdasan emosional dan

spiritual di SMP Modern Al-Rifa’ie yaitu melalui kegiatan membaca Al-

Qur’an, pembelajaran di dalam kelas dan motivasi ketika apel. Dalam kegiatan

membaca Al-Qur’an guru mengajarkan cara membaca Al-Qur’an yang baik.

Dalam kegiatan didalam kelas guru memberikan materi pendidikan agama

islam yang baik tentang hukum islam dan tatakrama kepada sesama manusia

yang bertujuan agar siswa dapat menguasai materi sehingga dapat

memberikan manfaat dalam kehidupan mereka ketika sudah dewasa nanti.

b. Pembimbing

Guru pendidikan agama islam memiliki peran untuk membina siswa untuk

meningkatkan kecerdasan spiritual dan emosional para siswa melalui nasehat,

pengarahan, saran terhadap pemecahan masalah, membangun lingkungan

yang baik dan juga memperhatikan perkembangan setiap siswa yang

dibimbing.

Pada peran guru sebagai pembimbing dilaksanakan dalm bentuk kegiatan dan

pembelajaran disekolah. Secara tidak langsung guru juga membimbing siswa

agar paham dan terbiasa terhadap tugas dan kewajiban mereka di sekolah dan

memberikan arahan jika mereka melakukan kesalahan dalam bertindak.

c. Motivator dan Teladan


56

Peran guru sebagai motivator untuk membantu siswa dalam

pengembangan pola pikir dan perilaku yang sesuai dengan ajaran syariat

islam. Guru juga berperan sebagai motivator dalam pengembangan bakat dan

minat siswa dan mewadahinya untuk mereka dalam bentuk pelaksanaan

ekstrakurikuler dan lomba. Dalam hal ini sekolah juga menerapkan sistem

poin dalam sebuah pelanggaran dan reward bagi siswa yang berprestasi.

Peran guru sebagai teladan untuk memberikan contoh kepada siswa

dalam semua hal, mulai dari sikap, perilaku dan cara bertutur kata karena

istilah guru (di gugu dan di tiru) akan selalu melekat pada seorang guru yang

akan dijadikan panutan oleh siswanya. Oleh karena itu, teladan baik harus

dimiliki oleh seorang guru khususnya guru agama islam dalam peningkatan

kecerdasan emosional dan spiritual siswa di SMP Modern Al-Rifa’ie

Gondanglegi Malang.

Dalam wawancara yang dilakukan bersama guru agama islam, beliau bergerak

membina siswa bersama guru-guru yang lainnya dalam hal memberikan teladan yang

baik dengan memberikan materi menggunakan bahasa yang baik dan santun,

berkomunikasi dengan siswa menggunakan bahasa yang baik sopan. Hal ini bertujuan

agar siswa terbiasa mendengarkan dan berinteraksi dengan sesama menggunakan bahasa

yang baik seperti yang dicontohkan oleh guru mereka di sekolah. Dengan demikian,

siswa mendapatkan bimbingan dan arahan yang baik dan benar sehingga mampu

meningkatkan kecerdasan emoisonal dan spiritual siswa secara tidak langsung.

Guru agama islam selalu berusaha memberikan teladan dan contoh bagi siswa

dilihat dari cara beninteraksi dengan siswa didalam kelas dan diluar kelas yang langsung

diamati oelh peneliti saat observasi terjun lapangan. Perilaku teladan guru akan selalu

menjadi tolak ukur berhasil dan tidaknya sebuah pendidikan dan proses pembentukan

karakter siswa di masing-masing lembaga pendidikan.


57
58

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Paparan data, analisis dan hasil temuan sebelumnya perihal peran guru

pendidikan agama islam dalam meningkatkan kecerdasan siswa di SMP Modern

Al-Rifa’ie Godanglegi Malang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perncanaan yang dilakukan peneliti sebelum melakukan penelitian terhadap

upaya guru dalam meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa

kelas IX di SMP Modern Al-Rifa’ie adalah melakukan diskusi dengan guru

agama islam dan beberapa guru pembina untuk memperoleh data sementara

lalu melakukan observasi terjun lapangan dan dilanjutkan wawancara kepada

informan terkait.

2. Pelaksanaan peningkatan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di SMP

Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang dilakukan dalam bentuk kegiatan

keagamaan, di dalam dan di luar kelas. Kegiatan keagamaan seperti sholat

dhuha berjamaah dan mengaji Al-Qur’an, kegiatan didalam kelas berupa

pembelajaran materi dan praktik oleh guru agama islam serta kegiatan di luar

kelas berupa apel pagi dan ekstrakurikuler yang dilakukan setiap hari. Bentuk

peningkatan kecerdasan emosional dan spiritual selama proses pembelajaran

di dalam dan luar kelas dilakukan dengan cara memberikan pengarahan,

bimbingan dan motivasi kepada para siswa sehingga secara tidak langsung

dapat memberikan pengaruh yang positif bagi mereka.

3. Peran guru agama islam dalam peningkatan kecerdasan emosional dan

spiritual siswa adalah sebagai pengajar yang memberikan materi secara

mendalam serta praktiknya, sebagai pembimbing yang memberikan arahan,

xii
59

nasehat serta mengingatkan siswa ketika ditemukan tindakan yang tidak sesuai

dengan nilai-nilai dan norma agama islam dan sebagai motivator yang

memberikan semangat kepada siswa dalam keadaan apapun sesuai dengan

umur masing-masing siswa itu sendiri. Peran guru agama islam dalam

peningkatan kecerdasan emosional dan spiritual di SMP Modern Al-Rifa’ie

Gondanglegi Malang merupakan langkah efektif dalam proses pembelajaran

siswa selama belajar di sekolah itu sendiri, karena kegiatan yang dilakukan

berupa bimbingan dan pembinaan.

B. Saran

1. Kepada Kepala Sekolah

Kegiatan yang dilaksanakan di sekolah merupakan proses peningkatan

kecerdasan emosional dan spiritual siswa yang harus ditingkatkan dan selalu

dilaksanakan dalam setiap proses belajar mengajar di sekolah dan untuk

program yang sudah efektif harus dipertahankan.

2. Kepada Guru Agama Islam

Untuk selalu mendorong, mengajak dan memotivasi siswa selama proses

pembelajaran khususnya dan diluar kelas agar siswa selalu merasa

diperhatikan oleh pamnutan dan motivatornya, sehingga dapat memberikan

pengaruh positif untuk para siswa.

3. Kepada Siswa

Untuk siswa diharapkan selalu mengikuti semua peraturan sekolah dan selalu

taat kepada guru serta selalu menjaga nilai-nilai islam khususnya adab

kepesantrenan yang sudah dibiasakan.

4. Kepada Pembaca

Diharapkan memberikan masukan dan saran untuk peneliti agar dapat

mengembangkan penelitian menjadi lebih baik lagi.

xii
60

DAFTAR RUJUKAN

Al. Tridhonanto. (2010). Meraih Sukses dengan Kecerdasan Emosional, Jakarta: Kompas

Gramedia.

xii
61

xii
62

Lampiran 1

1. Struktur Organisasi SMP Modern Al-Rifa’ie

NO NAMA JABATAN
1 H. SYAIFUL ALIM, Lc., M.Pd., M.H. KEPALA SEKOLAH
2 SYAHRUL FANANI, S.Pd. WAKA KURIKULUM
3 SAIFUL ANWAR, S.Pd. WAKA SARANA DAN PRASARANA
4 JAMILATUL LAILI, M.Pd. WAKA KESISWAAN PUTRI
5 KHALISHAH DYAH CAPRATIN, S.Pd. STAF WAKA KESISWAAN
6 MUHAMMAD THORIQ AZIZ, S.Pd., M.Pd. WAKA KESISWAAN PUTRA
7 M. SOFIYULLOH, S.Pd. WAKA KESISWAAN PUTRA
8 FATCHUL ULUM, S.Si WAKA KESISWAAN PUTRA
9 LISANA SIDQIN ALIYYA, S.Pd. BENDAHARA SEKOLAH
10 ARIF ACHMAD SYAIKHU, S.Pd. KEPALA ADMINISTRASI

2. Daftar Guru dan Karyawan

MATA
NO NAMA
PELAJARAN

1 Dr. NYAI Hj. LULUK ZAHRATUL M., M.Pd. Akhlak

2 H. SYAIFUL ALIM, Lc., M.Pd., M.H. Tarikh

3 SYAHRUL FANANI, S.Pd. Penjaskes

4 TRI RIAWATI, S.Pd. Pkn

5 NOOR LAILA AZIZAH. M.Pd. Bahasa Arab

Muhafadzah &
6
HILYAH MAWADDAH, S.Pd. PAI

7 KHALISHAH DYAH CAPRIATIN, S.Pd. Fikih & PAI

8 MAKHYUDIN KHANIF KURNIAWAN, S.Pd. Seni Budaya

9 AKHMAD ALI ROFI, S.S Bahasa Inggris

10 JAMILATUL LAILI, M.Pd. IPA

11 SAIFUL ANWAR, S.Pd. Matematika

12 Drs. H. KASIJAT Penjaskes

13 ANIS MUFLIKHATIN NUR FAIZAH, S.Psi Tarikh


63

Bahasa
14
LISANA SIDQIN ALIYYA, S.Pd. Indonesia

15 IRFAN SHOFIYULLOH Akhlak

16 HJ. HANINUR IZZAH, S.Pd.I Tauhid

Bahasa
17 M. SOFIYULLOH, S.Pd.
Indonesia

18 FATCHUL ULUM, S.Si. IPA

19 MUHAMMAD THORIQ AZIZ, S.Pd., M.Pd. BK

20 AINOL HADI, S.Pd., M.M IPS

21 MUHAMMAD SHOLIKIN Nahwu

22 ANDRIK SLAMET RAHARJO, S.Pd. Matematika

23 AKHMAD ULUL ALBAB, S.Pd. Seni Budaya

24 MUHAMMAD RIDUAN, S.Pd. Bahasa Arab

25 M.ATHO' ULLOH, S.Pd. Tarikh

26 MURTADLO HADI WAHYUDIN Shorrof

27 RIZQI MUHAMMAD RUNNING AL HAKIIM, S.E.I Bahasa Arab

28 SILVIA ARTHA MERVIAN, S M Informatika

29 ABDUL HARIS, S.Pd.I. PAI & Nahwu

30 ALFIN CHASANUDIN Shorrof

31 AHMAD INDRA MASDEVA Penjaskes

32 DICKY YOGA BAGUS SAPUTRA, S.Pd. Bahasa Inggris

English
33
THUFEIL ABDUL QODIR, S.S. Conversation

34 MOHAMMAD ISHAR ANIS, S.Pd. Matematika

35 ACH. FAUZI, S.Pd. Bahasa Inggris

English
36
RIZKI BA'DA MAULUDIYAH, S.Pd., GR. Conversation
64

37 ANA ROSIDA, S.Pd. IPA

38 FARIDA MASLUCHAH, S.Si Matematika

Bahasa
39
SUPADI NOVAL EKA PRASETYO, S.Pd. Indonesia

40 NUR HAYATI, S.Pd. Bahasa Inggris

41 M. AMIRUDDIN Muhafadzah

42 ROMI ITTAQI ROBBY, S.H AlQuran

43 M.SHOLEHUDDIN ARIF Fikih & Nahwu

Muhafadzah &
44 MUKHAMMAD IMAM TURMUDZI
Nahwu

45 MUHAMMAD HILMI SASMITO ADJI, S.Si Matematika

46 NUROTUZ ZAKIYAH MQK

47 HIDAYATI DWI RAMADHANI Muhafadzah

48 MUHAMMAD JAZULI, S.Pd. IPA

49 MUHAMMAD IFDOL USARIF AlQuran

50 PUJI SANTOSO, S.T. Informatika

MQK &
51 MUHAMMAD RIJALULLOH AL KAROMI
Muhafadzah

52 TASYA ANNISA, S.Pd. Tauhid

53 DIMAS FAJAR TRIS TIAWAN AlQuran

54 SYIFAUZZAHRO, S.Psi. BK

Bahasa
55
HERMIN KUSTIANINGSIH, S.Pd. Indonesia

56 RYAN SOFIAN SEBASTIAN, S.Pd. PKn

57 ISNA ADILLA HAFSHOH, S.Pd. Nahwu & Tauhid

58 MUHAMMAD HIZBULLAH MQK

59 MUHAMMAD NASIK, S.Pd. Fikih & Tauhid

60 CALISTA DHEA SALSABILA, S.Pd. IPA


65

61 SAFIRATUL FITRIYA, S.Pd. Seni Budaya

62 AHMAD YUNUS, S. Pd. Bahasa Inggris

63 AHMAD DHURAFI RUSDA, S.Pd., IPS

64 JAMIL MIBROR, S.Pd. IPS

65 ANISAH PUTRI HARDANI Fikih

66 ITSNA MAZRO'ATUN NADHIFAH, S. Psi Akhlak

67 ALKAH FAIQOTUL HIMMAH AlQuran

68 M. JOVAN GALUH MAFINSKY Shorrof

69 MUHAMAT ZAINUL YAKIN, S.Pd. BK

70 FAKHITA RUQAYYATUL AWALI MQK

71 M. FADLLI ARWANI, S.Pd. AlQuran

72 JUHOIRIYAH, S.Pd. AlQuran

3. Sarana dan Prasarana

No Jenis Barang Jumlah Kondisi


1 Proyektor 20 Baik
2 Meja 500 Baik
3 Ruang Komputer 2 Baik
4 Masjid 1 Baik
5 Kursi 1000 Baik
6 Ruang kelas 15 Baik
8 Ruang kepala sekolah 1 Baik
9 Lab biologi 1 Baik
10 Lab kimia 1 Baik
11 Lab bahasa 1 Baik
12 Lab computer 1 Baik
13 Ruang OSIS 1 Baik
14 Ruang dewan guru 1 Baik
15 Ruang Tata Usaha 1 Baik
16 Gudang 1 Baik
66

Lampiran 2

Instrumen dan Hasil Wawancara

Instrumen
No. Hasil Wawancara
Wawancara
Bagaimana cara Upaya kami dalam meningkatkan kecerdasan
sekolah spiritual siswa-siswi SMP Modern Al-Rifa'ie,
adalah dengan mengadakan beberapa kegiatan
meningkatkan
religius berupa Shalat Dhuha berjamaah sebelum
kecerdasan siswa masuk kelas, bimbingan membaca al-qur'an untuk
1. di SMP Modern kelas VII dan membaca doa bersama sebelum
masuk kelas yang diharapkan dapat membangun
Al-Rifa’ie?
kecerdasan siswa dalam bentuk sikap dan akhlak
yang baik untuk masa depan mereka.

Bagaimana peran Salah satu bentuk ikhtiyar kami untuk


dan upaya anda meningkatkan kecerdasan spiritual siswa dengan
melaksanakan kesunnahan seperti Shalat Dhuha,
sebagai guru PAI
tetap dalam keadaan bersuci, sebelum masuk
untuk gerbang sekolah siswa bersalim kepada guru yang
2. meningkatkan menjaga dari kesiswaan atau kurikulum atau guru
piket agar siswa terbiasa dan mempunyai rasa
kecerdasan siswa ?
hormat kepada guru sehingga dapat membangun
nilai spiritual mereka. Di asrama pun kami juga
mewajibkan siswa untuk membaca do'a-doa yang
sudah di ijazah kan oleh Kyai.

3. Bagaimana cara Siswa SMP Modern Al-Rifa'ie, memang


anda sebagai guru diharapkan selalu meningkatkan minat dan daya
baca untuk memahami agama melalui Kitab
kajian kitab
kuning. Program sekolah mengadakan kegiatan
kuning dalam ekstrakurikuler wajib berupa pembelajaran diniyah
pengembangan yang dimulai dengan belajar membaca Kitab, yang
harapannya dapat memberikan wawasan keilmuan
kecerdasan siswa?
agama. Karena menurut kami, kecerdasan spiritual
dapat dibangun bisa melalui pemahaman siswa
ketika membaca Kitab klasik, seperti fiqih,
tasawwuf dan yang lainnya. Salah satu cara
meningkatkan kecerdasaan spiritual adalah dengan
belajar agama, ketika sudah banyak tahu tentang
67

ilmu agama, maka mereka akan terbiasa melakukan


kebaikan, terutama ibadah sunnah yang nantinya
akan berpengaruh pada pola pikir terutama
kecerdasan mereka

Bagaimana Dalam pengamatan saya, anak-anak itu insyaallah


pandangan anda sudah baik dalam hal kecerdasan emosional nya,
terbukti pada baiknya pergaulan mereka dengan
sebagai guru
sesama temannya, dan saat mereka menerima
diniyah dalam punisment dari saya selaku pembina mereka. Kalau
perkembangan kecerdasan emosional anak kan selalu berproses,
apalagi seusia mereka masih selalu berproses dan
4. peningkatan
masih belum matang. Untuk kecerdasan emosional
kecerdasan nya kami anggap sudah bagus, kami mengukurnya
emosional siswa? ketika dikelas ketika menerima pelajaran,
kemudian bagaimana dia bisa menyelesaikan
masalah yang dia hadapi dan ini menurut kami
sudah baik dan menjadi catatan hasil dari
pembelajaran mereka semenjak di sekolah ini..

Bagaimana upaya Siswa SMP Modern Al-Rifa'ie kami berikan


anda untuk beberapa wadah untuk menjalankan minat dan
bakat siswa dalam hal olahraga, kesenian dan
meningkatkan
keterampilan. Dalam hal ini, kami mencoba
kecerdasan memberikan peluang siswa-siswi untuk mengikuti
emosional siswa beberapa lomba dan alhamdulillah banyak
mendapatkan juara di tahun terakhir ini. Dengan ini
selaku guru
kami bisa memberikan motivasi dan masukan
ekstrakurikuler? kepada siswa, agar mereka selalu semangat dalam
5. belajar selalu optimistis dalam menjalankan
kehidupan, itu yang selalu kami sampaikan kepada
mereka. Disamping itu, kami juga selalu membuka
peluang bagi siswa-siswi untuk memberikan
kontribusi kegiatan organisasi, mengadakan lomba
serta kegiatan lainnya yang melibatkan OSIS dan
beberapa siswa-siswi lainnya. Karena menurut
kami itu akan menjadi awal pembuka yang baik
untuk meningkatkan kecerdasan emosional mereka

Lampiran 3

Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian


68

Kegiatan Shalat Dhuha Berjamaah

Kegiatan Mengaji Ba’da Shubuh

Wawancara Dengan Waka Kurikulum SMP Modern Al-Rifa’ie Sekaligus Guru

Ekstrakurikuler Ustadz Fanani, S.Pd


69

Wawancara Dengan Guru PAI (Ustadz Abdul Haris, S.Pd.I

Wawancara Dengan Waka Kesiswaan SMP Modern Al-Rifa’ie (Ustadz Thoriq

Aziz, M.Pd, Ustadz Sofiyulloh, S.Pd, Ustadz Fathul Ulum, S.Pd


70

Bersalaman Dengan Guru Sebelum Masuk Gedung Bersama Kesiswaan


71

Wawancara Dengan Guru Diniyah/Kajian Kitab (Ustadz A Musfin Nadir, M.Pd)

RIWAYAT HIDUP
72

Arsy Jaya Dimas merupakan nama penulis skripsi ini, dilahirkan di

Denpasar-Bali pada tanggal 12 Januari 2000, merupakan anak pertama dari dua

bersaudara. Dan bertempat tinggal di Jl. Kebo Iwa Utara Gg VI desa Ubung

kecamatan Denpasar Utara kabupaten Denpasar provinsi Bali. Penulis menempuh

pendidikan dimulai taman kanak-kanak di RA Al – Ma’ruf Bali (tamat pada tahun

2004), kemudian melanjutkan di MI Al – Ma’ruf Bali (tamat pada tahun 2012),

tamat dari sekolah dasar penulis melanjutkan pendidikan menegah di SMP Al –

Kautsar Banyuwangi (tamat pada tahun 2015), kemudian dilanjutkan di SMA

Modern Al-Rifa’ie Malang.(tamat pada tahun 2018). Dan melanjutkan di

Universitas Islam Malang Fakultas Agama Islam pada Progam Studi Pendidikan

Agama Islam. Peneliti menyelesaikan Pendidikan strata satu (S1) pada tahun

2023.
73

Setelah lulus SMA peneliti melanjutkan pengabdian di Yayasan Pondok

Modern Al-Rifa’ie 2 Gondanglegi Malang, berkat petunjuk dan pertolongan Allah

SWT, usaha disertai doa dalam menjalani akademik di perguruan tinggi

Universitas Islam Malang, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

dengan mengabdi di Pondok Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang

Anda mungkin juga menyukai