Anda di halaman 1dari 43

PERANAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGGULANGI

KESULITAN BELAJAR SISWA TIDAK BERPRESTASI DI SMP NEGERI 3


PARINGIN KABUPATEN BALANGAN

SKRIPSI

OLEH
ARIP HIDAYAT
NPM. 09.22.0567

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN ( UNISKA )


MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARY
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANJARMASIN
2013
PERANAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGGULANGI
KESULITAN BELAJAR SISWA TIDAK BERPRESTASI DI SMP NEGERI 3
PARINGIN KABUPATEN BALANGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Program


Sarjana (S1) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Bimbingan dan
Konseling

OLEH
ARIP HIDAYAT
NPM. 09.22.0567

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN ( UNISKA )


MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARY
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANJARMASIN
2013
Skripsi oleh Arip Hidayat disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji
Prestasi Akademik Pendidikan Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan UNISKA Muhammad Arsyad-Al Banjary Banjarmasin
Disetujui Tanggal, ….Nopember 2013
Pembimbing :
1. Dr. H. MUSTATUL ANWAR M.M.Pd, M.Kes :.................................
NIK. 068 710 029

2. Dra.Hj. ANI WARDAH M.Pd :...............................


NIK. 060 005 205

Mengetahui,
Kepala Jurusan / Program Studi
Bimbingan dan Konseling

FARIAL, S,Psi,M.M.Pd
NIK. 060 610 311
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Allah SWT menciptakan manusia untuk menjadi pemimpin di dunia
dengan dilengkapi segenap organ tubuh dan kesempurnaan yaitu : akal, emosi,
hawa nafsu dan kelengkapan lainnya. Berbagai kelengkapan tubuh itu yang
menjadikan manusia lebih mulia dari mahluk Allah lainnya apabila manusia
mampu memfungsikan segala potensi sesuai dengan proporsinya. Akan tetapi
apabila manusia menyalah gunakan kelengkapan dan potensi yang diberikan Allah
itu manusia dapat menjadi mahluk yang rendah dan bahkan lebih rendah dari
binatang sekalipun.

Potensi yang ada pada manusia, selayaknya difungsikan dan ditumbuh


kembangkan sesuai dengan proporsinya, manusia akan mampu menjalankan
fungsi kepemimpinannya apabila membekali diri dengan ilmu pengetahuan,
sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya :“Menuntut ilmu itu
wajib bagi setiap muslim.”( Ahdjad Nadjih, 1995 : 330).
Dari nash tersebut dapat dipahami bahwa Agama Islam sangat menghargai
menuntut ilmu pengetahuan dan pentingnya pendidikan yang menekankan
perlunya orang belajar membaca dan menulis serta mengembangkan pengetahuan.
Dengan berbekal ilmu pengetahuan manusia akan mendapat derajat yang
tinggi dan kedudukan yang mulia baik menurut pandangan Allah SWT maupun
manusia, dan hal ini dapat diperoleh cara beriman kepada Allah SWT dan
memperbanyak serta memperluas ilmu pengetahuan. Allah SWT dalam firman-
Nya mengungkapkan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang
beriman dan berilmu beberapa derajat. Firman Allah dalam surat Al-Mujaadalah
ayat 11 yang artinya :
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu
dan orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat.” (QS. Al
Mujaadalah : 11)
Dalam kaitannya dengan menuntut ilmu tersebut, maka seiring dengan
kemajuan zaman yang kian pesat, proses belajar tersebut semakin maju dan
masalah yang sangat kompleks dan urgen. Salah satu dari kekomplekannya, dapat
dilihat dari konteks kekinian baik mulai dari tantangan dan hambatan pendidikan
ataupun tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan itu sendiri.
Untuk merealisasikan tujuan pembangunan nasional, yang termaktub
dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yaitu :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung.

Sebagaimana yang dikemukakan pada tujuan pendidikan tersebut diatas, yang


paling berperan adalah sekolah, sebagaimana tujuannya agar berakhlak mulia,
melaksanakan ibadah seperti dengan tuntunan Nabi Besar Muhammad SAW,
maka sekolah dapat mengarahkan kepada siswa, untuk melatih kecakapan,
kreatifitas, dan kemandirian.
Guru sebagai pendidik, bersama-sama siswa akan melakukan dinamisasi
dalam proses pembelajaran merupakan sarana untuk mengembangkan diri dan
meraih ilmu pengetahuan, sikap maupun akhlaq. Hanya saja proses belajar tersebut
tidak selamanya berjalan tanpa hambatan. Hambatan atau rintangan akan
senantiasa muncul setiap waktu baik itu kesulitan mengajar guru, kesulitan belajar
siswa dan sebagainya. Sehingga dengan beberapa hambatan tersebut diharapkan
guru dan siswa yang bersangkutan akan lebih dinamis dan inovatif.
Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah yang berperan untuk
membantu siswa yang mengalami hambatan dalam berbagai hal, terutama masalah
kesulitan belajar harus senantiasa mendapat perhatian yang serius agar kesulitan
belajar tersebut dapat segera teratasi. Dari sini peranan bimbingan dan konseling di
sekolah mulai diperlukan dan bukan saja untuk mengatasi kesulitan belajar siswa
akan tetapi juga membantu guru dalam mengenal siswanya secara lebih dalam
sehingga bimbingan dan konseling lebih sistematis dan bermutu.
Bimbingan dan konseling yang keberadaannya semakin dibutuhkan dalam
dunia pendidikan merupakan suatu badan yang mempunyai fungsi sangat penting.
Dengan kata lain bimbingan dan konseling mempunyai peran dalam mencarikan
jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran.
Bimbingan dan konseling berfungsi untuk membantu kelancaran pendidikan dan
pengajaran di sekolah, artinya dengan adanya bimbingan dan konseling di sekolah,
secara intensif akan memberi dampak baik secara langsung maupun secara tidak
langsung yang akhirnya akan kembali pada keberhasilan pendidikan.
Perlu diketahui keberadaan bimbingan dan konseling, untuk
pengembangan diri siswa antara lain. Pertama : Pengembangan kepribadian,
diharapkan siswa bisa menemukan dirinya, sehingga karakter prilaku siswa dapat
diterima dilingkungan sekolah, keluarga dan masyarakatnya. Kedua :
Pengembangan sosial, diharapkan siswa mampu dalam memahami dan menilai
serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan
teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
Ketiga : Pengembangan kemampuan belajar, diharapkan siswa mampu
mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah
dan belajar secara mandiri. Keempat : Pengembangan karir, diharapkan siswa
mampu dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil
keputusan karir.
Berdasarkan pada pemikiran tersebut di atas, peranan bimbingan dan
konseling di sekolah, khususnya di SMP Negeri 3 Paringin, dalam pengamatan
sementara ini peranan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut belum
maksimal, untuk mengetahui kebenaran asumsi tersebut perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui bagaimana peranan bimbingan dan konseling
mengantarkan siswa kemasa depan. Untuk itu judul penelitian ini “Peranan guru
bimbingan dan konseling dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa tidak
berprestasi di SMP Negeri 3 Paringin.”

B. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah


1. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
permasalahan yang dapat dirumuskan adalah :
a. Apa saja peranan bimbingan dan konseling dalam menanggulangi kesulitan
belajar siswa tidak berprestasi di SMPN 3 Paringin?
b. Apa saja kendala dalam melaksanakan bimbingan dan konseling dalam
menanggulangi kesulitan belajar siswa tidak berprestasi di SMPN 3 Paringin ?
c. Bagaimana mengatasi kendala dalam melaksanakan bimbingan dan konseling
dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa tidak berprestasi di SMPN 3
Paringin ?

2. Pembatasan Masalah
Agar masalah dalam penelitian ini tidak terlalu jauh atau terlalu luas
maka perlu dibatasi pada :
a. Peranan bimbingan dan konseling dalam menanggulangi kesulitan belajar
siswa tidak berprestasi di SMPN 3 Paringin.
b. Kendala bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan menanggulangi
kesulitan belajar siswa tidak berprestasi di SMPN 3 Paringin.
c. Cara mengatasi kendala dalam melaksanakan bimbingan dan konseling dalam
menanggulangi kesulitan belajar siswa tidak berprestasi di SMPN 3 Paringin.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian di dalam karya ilmiah merupakan target yang
hendak dicapai melalui serangkaian aktivitas penelitian, karena segala yang
diusahakan pasti mempunyai tujuan tertentu yang sesuai dengan
permasalahannya.
Sesuai dengan persepsi tersebut dan berpijak pada rumusan masalah
yang telah disebutkan, maka penelitian ini mempunyai tujuan :
a. Ingin mengetahui peranan bimbingan dan Konseling dalam menanggulangi
kesulitan belajar siswa tidak berprestasi di SMPN 3 Paringin.
b. Ingin mengetahui kendala dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling
dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa dengan bimbingan di SMPN 3
Paringin.
c. Ingin mengetahui cara mengatasi kendala dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa dengan bimbingan di
SMPN 3 Paringin.

4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang terkait utamanya bagi pihak-pihak berikut ini :

a. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan dalam mengambil kebijaksanaan yang tepat
dan memberikan/menambah sarana dan prasarana dalam rangka memberikan
gairah dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu dan prestasi
belajar siswa, sekaligus meningkatkan mutu pendidikan.
b. Bagi Guru
Sebagai sarana untuk mengambil inisiatif dalam rangka
penyempurnaan program proses belajar mengajar sehingga antara guru
sebagai pendidik di sekolah dan siswa sebagai pihak yang perlu dididik bisa
saling melengkapi dan bekerja sama dengan baik, sehingga prestasi belajar
siswa akan selalu meningkat.
c. Bagi siswa
Dengan adanya penelitian ini, kesalahan dan kesulitan dalam proses
pembelajaran (baik strategi, teknik, konsep, dan lain-lain) akan dengan cepat
dapat dianalisis dan didiagnosis, sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut
tidak akan berlarut-larut. Jika kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki,
maka pembelajaran akan mudah dilaksanakan, menarik, dan hasil belajar
siswa yang tidak berprestasi sebelumnya diharapkan akan meningkat.
d. Bagi Penelitian
Sebagai bahan informasi untuk penelitian lanjutan yang lebih
mendalam tentang bimbingan dan konseling yang ada di lembaga SMPN 3
Paringin.

D. Definisi Operasional
1. Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna yaitu seperangkat
tingkat diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat.
( www.google.com/20 juni 2013 ) “ peranan adalah bagian tugas utama yang
harus dilaksanakan.”
2. Bimbingan diartikan sebagai “petunjuk (penjelasan) cara mengerjakan
sesuatu.”( www.google.com/20 juni 2013 )
3. Konseling adalah “pemberian bimbingan oleh yang ahli kepada seseorang
dengan menggunakan metode psikologis. Konseling juga bisa diartikan
sebagai “pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli sedemikian rupa
sehingga pemahaman terhadap diri sendiri meningkat dalam memecahkan
berbagai masalah.”( www.google.com/20 juni 2013 )
4. Menanggulangi antara lain diartikan “Mengatasi.” ( www.google.com/20 juni
2013 )
5. Kesulitan belajar yang didefenisikan oleh The United States Office of
Education (USOE) yang dikutip oleh Abdurrahman (2003 : 06) “menyatakan
bahwa kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari
proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa
ajaran atau tulisan.”
6. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996:186) “Prestasi adalah hasil
yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”. Sedangkan Tidak
berprestasi adalah hambatan siswa yang tidak mampu memperoleh hasil yang
baik dalam belajar.
Jadi yang dimaksud dengan peranan guru bimbingan dan konseling
dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa tidak berprestasi di SMP Negeri
3 Paringin adalah pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling
yang dilakukan oleh guru BK dalam rangka membimbing siswa untuk
mengatasi permasalahan kesulitan belajar yang dialami siswa. Sehingga siswa
mampu untuk dapat bersaing di era modern ini demi meniti masa depan yang
lebih baik.
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Teori yang Mendasari

Dalam belajar ada yang tidak mempunyai masalah dan ada yang
bermasalah, tidak mempunyai masalah akan mudah untuk siswa mengikuti
kegiatan belajar dan hasilnya mereka pun berprestasi, tapi yang bermasalah akan
sulit belajar dan pada akhirnya tidak mampu untuk berprestasi. Agar mereka yang
bermasalah dapat berprestasi perlu mendapat bimbingan, akan tetapi kalau timbul
suatu masalah maka yang dibutuhkan ialah konseling.
Untuk aktivitas tersebut diatas sudah ada tenaga BK di sekolah. Peranan
guru BK di sekolah tersebut, dituntut untuk menanggulangi kesulitan belajar siswa
yang bermasalah dan atau tidak berprestasi.

B. Konsep Dasar
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah “ Proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan
dan perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar bila disebabkan oleh
pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti keluhan.”( Made
Pujangga, 2006: 18 )
Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-
fisik menuju keperkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit,
belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang
merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Pengertian dan pemahaman seseorang tentang sesuatu pastilah didapatkan
melalui belajar dengan ulet dan sungguh-sungguh.

8
Dalam hal ini yang dimaksud dengan belajar berarti usaha mengubah
tingkah laku. Jadi belajar akan membawa perubahan pada individu-individu
yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu
pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian,
harga diri, minat, watak, serta penyesuaian diri.

2. Pendidikan, Bimbingan dan Konseling


Guru sangat memiliki peranan penting untuk mencerdaskan anak-anak
bangsa. Terlebih lagi untuk guru BK harus mampu untuk memberikan sesuatu
pendidikan yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku agar semua siswa
bisa mencapai hasil yang maksimal.
Pentingnya keberadaan guru BK di sekolah, karena dengan hadirnya
guru BK, pengawasan tentang proses perkembangan pembelajaran siswa akan
lebih terorganisir hingga ini dapat mempermudah untuk wali kelas dan lainya
untuk mengembangkan secara potimal segala potensi yang dimiliki siswa, dan
ini jelas dapat mempermudah untuk meningkatkan dan mengatasi kesulitan
belajar siswa yang masih kurang berprestasi.
Adapun beberapa bentuk bimbingan yang dapat diupayakan konselor
dalam membantu dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa tidak
berprestasi.
a. Membina Komunikasi
Sebagai konselor harus menyempatkan dirinya untuk menjalin
komunikasi dengan siswa, karena dengan menjalin komunikasi yang baik
antara konselor dan siswa akan tercipta hubungan yang hangat dan penuh
kasih sayang. Oleh karena adanya keakraban antara konselor dan siswa maka
siswa tidak akan sungkan untuk meminta nasehat kepada konselor, dan
konselor sebagai pembimbing harus mampu memberikan solusi atas masalah
belajar yang dihadapi siswa.
b. Menciptakan suasana aman dan tentram
Agar dalam hal belajar tercipta suasana yang baik perlu
memperhatikan lingkungan tempat belajar, karena lingkungan mempengaruhi
terhadap pembentukan kepribadian dan intelegensi dari siswa, apabila
lingkungannya yang bising akan kurang memungkinkan melaksanakan
kegiatan belajar dengan aman dan tentram, yang dapat membawa belajar
kepada suatu keberhasilan yang diinginkan dalam memahami pelajaran yang
diperoleh di sekolah.
c. Membantu mengatasi kesulitan belajar siswa
Siswa biasanya memiliki kelemahan terhadap mata pelajaran
tertentu. Hendaknya konselor turut membantu dalam mengatasi permaslahan
tersebut, namun perlu diingat bantuan tersebut jangan sampai berlebihan yang
akan mengakibatkan siswa tidak mandiri dan selalu bergantung kepada
konselor.
d. Memberi petunjuk cara belajar yang baik
Kita sering melihat siswa kurang serius dalam mengikuti pelajaran,
tingkah laku seperti ini sudah menjadi kebiasaan dan tentu dapat
mempengaruhi prestasi peserta didik. Sebagai seorang guru harus bisa
mengarahkan siswanya supaya lebih serius dalam mengikuti pelajaran. Cara
belajar yang baik harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, disiplin dan
konsentrasi. Siswa yang mendapat petunjuk tentang cara belajar yang baik
akan mendapatkan hasil yang memuaskan dan hasil belajar yang baik.
e. Memberikan nasehat untuk kelancaran belajar
Guru hendaknya jangan pernah merasa bosan dalam memberikan
nasehat kepada siswa, karena nasehat merupakan alat paling ampuh dalam
segala hal dan tindakan yang dianggap guru kurang baik. Nasehat yang
diberikan oleh guru kepada siswa berupa etika kesopanan agar siswa dapat
mengamalkannya kepada orang tua saat dirumah.
3. Bimbingan dan Konseling serta Kendala Dalam Proses Belajar
Istilah bimbingan dan Konseling dipandang dari segi terminologi
berasal dari bahasa asing yaitu bimbingan dari Guidance dan konseling dari
Counseling.
a. Bimbingan

Bimbingan menurut Prayitno adalah :

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh


orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik
anak - anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang di bimbing
dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri
dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan
dapat dikembangkan berdasarkan norma - norma yang berlaku.
(Prayitno , 2004 : 99)

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan


bimbingan adalah suatu usaha bantuan yang dilakukan oleh seseorang yang
mempunyai keahlian dan pengalaman dalam memberikan bantuan atau
pertolongan kepada individu tersebut dapat mengembangkan potensi yang
dimiliki, mengenal dirinya dan dapat bertanggung jawab.
b. Konseling

Konseling adalah proses bantuan yang lebih bersifat hubungan


individual yang hangat, akrab, empatik, dan profesional dalam rangka
memfasilitasi klien untuk mangatasi permasalahan yang dihadapi,
mengembangkan pemahaman diri baik segi positif maupun negatifnya,
dan keterampilan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
dilakukan tidak hanya sebatas berlatar sekolah tetapi juga masyarakat
luar sekolah. (Abdul Hayat, 2010 : 2).

Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah harus mendapatkan


perhatian istimewa terhadap generasi muda. Karena manfaatnya adalah sangat
besar bagi pemantapan hidup bagi generasi muda kita dalam berbagai bidang
yang menyangkut ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental generasi
muda. Apalagi mengingat bahwa generasi muda perlu dibina secara intensif
sesuai dengan cita-cita yang terkandung dalam Garis-Garis Besar Haluan
Negara yang menyatakan bahwa generasi muda harus dibina agar menjadi
generasi pengganti dimasa mendatang yang harus lebih baik, lebih
bertanggung jawab dan lebih mampu mengisi serta membina kemerdekaan
Bangsa.
Dengan adanya bimbingan dan konseling di sekolah diharapkan
generasi muda menjadi generasi yang mampu bermanfaat baik bagi dirinya
sendiri maupun bagi masyarakat serta bagi bangsa dan negara. Untuk menjadi
generasi yang mampu bermanfaat baik dirinya sendiri maupun bagi
masyarakat serta bagi bangsa dan negara, maka perlu kiranya diperkenalkan
kepada anak didik seperangkat ajaran yang mewajibkan kita untuk senatiasa
belajar, khususnya dalam bidang agama, sebagaimana Firman Allah SWT
dalam surat At-Taubah ayat 122 :
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya
(ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu
dapat menjaga diri. (QS. At-Taubah, 122)

Ayat tersebut memberikan gambaran tentang pentingnya pembahasan


terhadap agama yang kita peroleh dalam proses pembelajaran, baik lewat
pendidikan di sekolah dan masyarakat.
Secara ekspisit ayat tersebut juga mengisyaratkan perintah langsung
kepada konselor untuk memberikan konseling yang baik kepada siswa-
siswanya. Sebab seperti yang pernah kita jelaskan di atas, baik keberadaan
bimbingan kepada siswa untuk pemantapan hidup dalam berbagai bidang.
Konselor yang keberadaannya disamping sebagai badan yang bertugas
memberikan bimbingan kepada siswa juga sebagai guru yang memberikan
pendidikan dan pengajaran yang baik kepada siswa. Sehingga, tanggung
jawab konselor menjadi ganda dan variatif atau sebagai pengajar mata
pelajaran dan sebagai pendidik agama dan akhlak yang baik.

c. Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Konseling

Pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan di sekolah


mempunyai dua tujuan yaitu :
Tujuan bimbingan dapat dibedakan atas tujuan sementara dan tujuan
akhir.Tujuan sementara adalah supaya orang bersikap dan bertindak
seperti dalam situasi hidupnya sekarang ini. Sedangkan tujuan akhir
adalah supaya orang mampu mengatur kehidupannya sendiri,
mengambil sikapnya sendiri dan menangung sendiri resiko dari
tindakan-tindakannya (Winkel, 1991: 17).

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa tujuan dari bimbingan dapat
dibedakan atas tujuan sementara dan tujuan akhir. Tujuan sementara adalah
supaya orang bersikap dan bertindak sendiri dalam situasi hidupnya sekarang
ini, misalnya melanjutkan sekolah, mengambil sikap dan pergaulan,
mendaftarkan diri pada fakultas Perguruan Tinggi tertentu. Tujuan akhir
adalah supaya orang mampu mengatur kehidupannya sendiri, mempunyai
pandangan sendiri dan menanggung sendiri konsekuensi atau resiko dari
tindakannya sendiri.

1. Cara-cara Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling

Pelaksanaan Bimbingan di sekolah terwujud dalam program


bimbingan, yang mencakup keseluruhan pelayanan bimbingan. Konselor
selain harus sehat fisik maupun psikisnya juga mendapatkan pendidikan
khusus bimbingan dan konseling, secara ideal berijazah sarjana FKIP, jurusan
BK, atau program yang sederajat. Di samping itu seorang pembimbing harus
mempunyai pengalaman maupun pengetahuan yang cukup, baik yang bersifat
praktis maupun teoritis, sesuai dengan pendapat Bimo Walgito : “Agar supaya
seorang pembimbing dapat menjalankan fungsi atau pekerjaannya dengan
sebaik-baiknya, seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang
cukup luas baik segi yang bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis.”
(Walgito,1989 : 17)
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwasanya pengetahuan tentang
bimbingan dan konseling merupakan syarat yang paling penting bagi seorang
pembimbing, baik dari segi teoritis maupun praktisnya.
Dasar dari pada pelaksanaan program bimbingan dan konseling di
sekolah tidak lepas dari dasar pendidikan pada umumnya, dan pendidikan
pada khususnya.
Dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling perlu
diperhatikan batas-batas sampai dimana kemungkinan kegiatan bimbingan
dan konseling itu boleh dilaksanakan. Bimbingan dan konseling di sekolah
dilakukakan untuk siswa-siswi, untuk membantu siswa-siswi dalam membuat
rencana belajar dan mengambil keputusan sendiri. Bimbingan dilakukan
dengan melibatkan personal lain dalam memberikan bantuan pada siswa.
Bimbingan dilakukan dalam batas-batas kemampuan yang dimiliki oleh staf
pembimbing (tenaga ahli bimbingan, guru konselor atau guru pembimbing)
dan program bimbingan sekolah berpusat pada pencegahan kesulitan belajar
di kelas yang dilakukan atas dasar kesepakatan bersama antara konselor dan
siswa.

2. Sifat Bimbingan dan Konseling

Masalah bimbingan dan konseling mengacu pada situasi masa


pemberian bantuan yang dilihat dari segi proses penampakan hal atau
kesulitan yang dihadapi siswa. Dengan kata lain pemberian bantuan dapat
dilakukan sebelum ada kesulitan, selama ada kesulitan, dan setelah ada
kesulitan yang dihadapi siswa. Sifat bimbingan menurut Andi Mapiere dibagi
menjadi empat yaitu :
a. Sifat pencegahan (prefentif) yaitu pemberian bantuan (terutama)
kepada murid, sebelum murid menghadapi kesulitan atau
persoalan yang serius.
b. Sifat pengembangan (development) yaitu usaha bantuan yang
diberikan pada murid dengan mengiringi perkembangan
mentalnya; yang dimaksudkan terutama untuk menetapkan jalan
berfikir dan bertindaknya murid sehingga dapat berkembang
secara optimal.
c. Sifat penyembuhan (curatif) yaitu usaha bantuan yang diberikan
pada murid selama atau setelah siswa mengalami persoalan serius,
dengan maksud agar murid terbebas dari kesulitan.
d. Sifat pemeliharaan (Treatment) yaitu usaha bantuan yang
dimaksudkan terutama unuk memupuk dan mempertahankan
kesehatan mental siswa yang bersangkutan bertahan dalam
kesembuhan, setelah menjalani proses penyembuhan.
(Mapiere ,1989 : 211)

3. Jenis-Jenis Bimbingan dan Konseling

a. Penyelenggaraan kartu pribadi

Bimo Walgito mengemukakan tentang kartu pribadi yaitu :


“Kartu pribadi atau disebut juga daftar pribadi merupakan suatu daftar
yang memuat semua aspek diri anak.Daftar pribadi ini memuat
perseorangan sehingga masing-masing anak mempunyai daftar sendiri-
sendiri.” (Walgito , 1989 : 79)
Kartu pribadi ini berfungsi sebagai langkah awal bila suatu saat
akan membimbing, karena sesudah diketahui sebelumnya pangkal
tolaknya.
b. Penyelenggaraan papan bimbingan
Penyelenggaraan papan bimbingan adalah merupakan suatu aspek
untuk merealisasikan bimbingan konseling di sekolah. Karena pada papan
bimbingan anak-anak akan dapat melihat yang perlu diketahui oleh
dirinya.
Pada papan bimbingan ini bisa ditulis peraturan sekolah dan cara
belajar yang baik.
c. Penyelenggaraan kotak masalah
Mengenai kotak masalah ini Bimo Walgito mengemukakan
sebagai berikut : “Kotak masalah sering pula disebut kotak tanya. Dasar
pemikiran penyelenggaraan kotak masalah ini adalah untuk menampung
masalah atau pertanyaan yang dihadapi oleh anak-anak yang lain dalam
sekolah.” (Walgito , 1989 : 79)
Penyelenggaraan kotak masalah ini disamping bersifat kuratif juga
bersifat prefentif serta bersifat korektif. Sehingga permasalahan yang
timbul segera dapat dicarikan penyelesaiannya.
d. Penyelenggaraan Kelompok Belajar

Menurut (Walgito,1989 : 143 ) “Kelompok belajar adalah bahwa


kegiatan-kegiatan digolongkan kedalam tiga golongan utama secara
hakiki. Ialah kegiatan-kegiatan yang bersifat individual. Kegiatan yang
bersifat sosial dan kegiatan yang bersifat Ketuhanan.”
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa seseorang harus
memiliki sosial yang baik, bekerja sama dengan lingkungannya serta
mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi atau
golongan.
Secara nyata dapat dikemukakan bahwa peranan dari bimbingan
dan konseling dalam lembaga pendidikan di sekolah adalah memberikan
bantuan kepada siswa yang mempunyai permasalahan untuk dibimbing
agar siswa yang bersangkutan mampu menyelesaikan kesulitan yang
dihadapi baik pada saat sekarang maupun pada masa yang akan datang.
Bantuan atau bimbingan yang diberikan kepada siswa ada dua
macam yaitu : bimbingan yang bersifat prefentif (pencegahan) dan
bimbingan yang bersifat kuratif (penyembuhan).
1) Bimbingan yang bersifat prefentif
Bimbingan yang bersifat prefentif (pencegahan) adalah
pemberian bantuan kepada siswa sebelum menghadapi kesulitan atau
persoalan yang serius. Cara yang ditempuh bermacam-macam, antara
lain : memelihara situasi yang baik dan menjaga situasi itu agar tetap
baik. Dalam hal ini hubungan siswa dengan guru dan staf yang lain
harus dijaga sebaik mungkin. Saling mengerti kedudukannya sehingga
satu dengan yang lainnya tidak saling membenci. Demikian juga guru
dalam menyampaikan materi harus disesuaikan dengan keadaan anak.
Minat anak dan guru berusaha semaksimal mungkin menimbulkan
semangat anak agar tidak merasa bosan terhadap guru dan materi yang
diberikan.
Selanjutnya bimbingan prefentif ini bisa dengan cara
penggunaan waktu senggang. Jenis bimbingan ini membantu siswa
dalam menggunakan waktu senggang dengan mengisi kegiatan-
kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain atau
lingkungan.
Dengan bimbingan jenis ini diharapkan siswa mampu
memanfaatkan waktu senggang dengan mengisi kegiatan-kegiatan
belajar, bekerja atau rekreasi yang membawa manfaat.
Menggunakan waktu senggang untuk kegiatan produktif,
seperti ; kegiatan OSIS, kepramukaan, organisasi keagamaan, olah
raga dan kesenian yang dapat mengembangkan bakat dan potensi yang
dimiliki siswa sehingga selalu merasa diliputi dalam kesibukan. Hal
ini membuat mereka terhidar dari hal-hal yang tidak baik dan
menjurus pada kegiatan amoral.
Adapun bimbingan yang bersifat pencegahan adalah tata tertib,
menanamkan kedisiplinan, memberikan motivasi, dan memberikan
nasehat.
2) Bimbingan yang bersifat kuratif (Penyembuhan)
Bimbingan yang bersifat kuratif yaitu usaha bantuan yang
diberikan pada siswa selama atau setelah mengalami persoalaan serius.
Dengan maksud utama agar siswa yang bersangkutan terbebaskan dari
kesulitan.
Dalam rangka pemberian bantuan yang diberikan secara
sistematis kepada klien digunakan berbagai langkah dan teknik agar
orang yang bersangkutan mampu untuk memecahkan segala problem
yang dihadapi, apakah itu yang bersifat pribadi yang mengganggu
perasaan, frustasi dan menghadapi untuk menentukan pilihan yang
tepat sesuai dengan kemampuannya.
Menurut Hafi Anshari “Bimbingan yang bersifat kuratif berupa
pemberitahuan, peringatan, hukuman dan ganjaran.”
(Anshari,1991:67)
d. Tinjauan tentang Peranan Bimbingan dan Konseling dalam
Menanggulangi Kesulitan Belajar Siswa.
Tujuan pendidikan nasional berlaku bagi semua jenis sekolah dan
dilaksanakan dengan ciri-ciri khas dari setiap jenjang pendidikan sekolah.
Dengan kata lain, tujuan institusional harus diselaraskan dengan tujuan
pendidikan nasional dan merupakan suatu konsentrasi yang harus membawa
tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Untuk mencapai tujuan pendidikan siswa perlu mendapat bimbingan
agar mereka mendapat sebanyak mungkin pengalaman di sekolah. Akan tetapi
kemampuan guru dalam membimbing siswa terbatas, sedangkan masalah
yang dihadapi siswa semakin hari semakin kompleks. Dari kondisi inilah
peranan bimbingan dan konseling diperlukan, dalam rangka meminimalisasi
kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Tujuan akhir pelayanan bimbingan ini
sama dengan tujuan pendidikan di sekolah, tetapi cara untuk sampai pada
tujuan itu berbeda dengan yang digunakan dalam bidang-bidang pendidikan
sebagaimana yang dikemukakan oleh W.S. Winkel:
Bimbingan di sekolah menengah merupakan bidang khusus dalam
keseluruhan pendidikan sekolah yaitu memberikan pelayanan yang
ditangani oleh ahli-ahli yang telah disiapkan untuk itu. Ciri khas dari
pelayanan ini terletak dalam hal memberikan bantuan mental atau
psikologis kepada murid dalam membulatkan perkembangannya.
Tujuan dari pemberian bimbingan ialah supaya setiap murid
berkembang sejauh mungkin untuk mengambil manfaat sebanyak
mungkin dari pengalamannya di sekolah, mengingat ciri-ciri
pribadinya dan tuntunan kehidupan dalam masyarakat sekarang.
(Winkel ,1991 : 28)

Dengan adanya peranan bimbingan tersebut diharapkan semua persoalan yang


dihadapi siswa dapat diantisipasi sedini mungkin. Dari uraian tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa peranan dari pada bimbingan dan konseling sangat
diperlukan oleh siswa dalam rangka untuk mencapai tujuan dari pada pendidik
dan pengajaran.

e. Kajian Tentang Menanggulangi Kesulitan Belajar

Di depan telah dijelaskan bahwa kata penanggulangan diambil dari asal


kata menanggulangi yang dalam kamus Bahasa Indonesia antara lain diartikan
dengan mengatasi. (www.google.com/20 Juni 2013)
Sedangkan kesulitan berarti: keadaan yang sulit, sesuatu yang sulit,
kesukaran. (www.google.com/20 Juni 2013)
Belajar menurut Qomar Hamalik adalah : “sesuatu bentuk pertumbuhan
atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah
laku yang baru, berkat pengalaman dan pelatihan” (Hamalik, 1990 : 2)
Pemecahan kesulitan belajar ada beberapa tahapan dalam melakukannya,
yaitu : menelaah status siswa, memperhatikan sebab-sebab kesulitan belajar dan
proses pemecahan kesulitan belajar.
1. Menelaah status siswa
Menelaah status siswa adalah usaha meneliti hasil belajar siswa atau
murid untuk mengetahui sampai sejauh mana pelajaran yang mereka terima dan
kesulitan-kesulitan apa yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran.
2. Mengidentifikasi dan klasifikasi sebab-sebab kesulitan belajar siswa
Mengidentifikasi kasus merupakan langkah yang pertama dilakukan
oleh konselor atau guru dalam rangka mencetak atau mengecek eksistensi
status siswa. Mengidentifikasi dimaksudkan untuk mengetahui hakekat dan
luasnya kesulitan belajar yang dialami atau yang dihadapi oleh siswa.
Langkah identifikasi adalah langkah pemula dalam pemecahan
problematika yang ada. Oleh karena itu perlu adanya penetapan yang sesuai
dan tindak lanjut adalah mengklasifikasikan kasus yang ada sehingga
memudahkan untuk menentukan kasus mana yang didahulukan
penyelesaiannya dan bentuk apa terapinya. Sebagaimana telah diterangkan di
atas, bahwa identifikasi perlu diluruskan pada pengklasifikasian gejala-gejala
kesulitan yang dihadapi oleh siswa.
Sedangkan menurut Qomar Hamalik faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kesulitan belajar siswa, yaitu:
a) Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri
b) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah
c) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga
d) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat
(Hamalik , 1990 : 117)

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penyebab dari


kesulitan belajar siswa yang satu dengan yang lain adalah berbeda, ini berarti
upaya mengetahui sebab kesulitan belajar siswa yang penting dalam rangka
usaha memberikan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh
siswa.
Luas dan kompleknya kesulitan belajar yang dialami oleh siswa
memerlukan kontiunitas proses bimbingan dan konseling secara berkala
sehingga tidak terjadi ketimpang tindihan problem itu. Melihat macam-macam
sebab kesulitan belajar di atas, pembimbing perlu mengadakan klasifikasi
sebab-sebab kesulitan belajar.
Dari berbagai sebab kesulitan belajar tersebut, maka timbullah
kesulitan belajar yang ditandai dengan sikap dan tingkah laku sebagai berikut:
a. Hasil belajar rendah, dibawa rata-rata kelas
b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan
c. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, suka menentang, dusta dan
sebagainya.
d. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan (suka mengganggu, mengisolir diri,
tak mau mencatat dan sebagainya).
e. Menunjukkan gejala emosional diri yang tidak wajar (mudah tersinggung,
melamun, pemarah dan sebagainya.
3. Memberikan Diagnosa terhadap kesulitan belajar siswa dan pemecahannya.
Pada penentuan jenis bimbingan, seorang pembimbing harus punya
data yang sudah matang dari hasil diagnosa yang dilakukan sebelumnya agar
tidak salah dalam menentukan jenis bantuan kepada siswa yang bersangkutan,
maksudnya adalah pembimbing paham betul tersebut siswa yang akan diberi
bantuan mengenai sebab-sebab dan latar belakang kesulitan belajar. Kemidian
pada tahap selanjutnya adalah melakukan pemecahan atau pelaksanaan
bimbingan.
I. Djumhur P. dan M. Surya mengatakan bahwa terapi adalah
“Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan.” (Ahmadi ,1990 : 103).
Langkah di atas adalah pelaksanaan dari pemecahan kesulitan belajar
siswa yaitu kegiatan bimbingan secara kesinambungan atau kontinue dan
sistimatis serta membutuhkan adanya pengamatan yang cermat, sehingga
pembimbing bisa mendeteksi apakah ada kemajuan kearah positif atau masih
tetap seperti semula. Metode terapi ini pembimbing bisa memilih sesuai
dengan situasi dan kondisi serta eksistensi dari konsele.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Menurut Wiradi “Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus
dikerjakan) yang tersusun secara sistematis.”( www.google.com/20 juni 2013).
Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif
Menurut ( Nana Syaodih Sukmadinata, 2010 : 94 ) metode kualitatif
adalah “Penelitian yang bertolak dari filsafat konstruktivisme yang beramsusi
bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran sosial
yang diinterpretasikan oleh individu-individu.”
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat gambaran
atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-
sifat serta peranan bimbingan dan konseling dalam menanggulangi kesulitan
belajar siswa tidak berprestasi.

B. Tempat,Obyek dan Subyek Penelitian


1. Tempat Penelitian
Peneliti memilih tempat penelitian di SMPN 3 Paringin Jln.Raya
Paringin-Tanjung Km.8 Desa Dahai Kecamatan Paringin Kabupaten
Balangan. Alasan saya memilih tempat tersebut, karena letak sekolah masih
berdekatan dengan tempat tinggal peneliti dan ini tentu akan mempermudah
bagi saya, dan tidak banyak memerlukan biaya yang terpenting data yang
akan digali di sekolah tersebut ada.
2. Obyek Penelitian
Adapun obyek penelitian adalah peranan guru bimbingan dan
konseling dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa tidak berprestasi
kelas VIIIA dan VIIIB.
22
3. Subyek Penelitian
Adapun untuk subyek penelitian adalah siswa SMPN 3 Paringin
kelas VIIIA dan VIIIB.

C. Populasi dan Sampel penelitian


1. Populasi penelitian
Populasi menurut Suharsimi Arikunto adalah “keseluruhan subyek
penelitian”(Suharsimi Arikunto ,1993 : 102). Jadi populasi itu bersifat umum
dan meliputi berbagai keadaan, sehingga yang menjadi populasi adalah
seluruh personel yang ada di SMPN 3 Paringin.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas VIII
A&B di SMPN 3 Paringin.

Tabel Populasi
Populasi Penelitian di SMPN 3 Paringin
No. Kelas Populasi
1. VIII A 16
2. VIII B 17
Jumlah 33

2. Sampel Penelitian
Sampel menurut Suharsimi Arikunto adalah “sebagian atau wakil
populasi yang diteliti.”(Suharsimi Arikunto 1993 : 102)
Adapun jenis sampel yang digunakan dalam penelitian ini,
menggunakan proporsional sampel.
Proporsional sampel, jika populasi terdiri dari beberapa sub populasi
yang tidak homogen dan tiap-tiap sub populasi akan diwakili dalam
penyelidikan, maka pada prinsipnya ada dua jalan yang ditempuh :
1. Mengambil sampel dari tiap-tiap sub populasi tidak memperhitungkan besar
kecilnya sub populasi, atau
2. Mengambil sampel dari tiap-tiap sub populasi dengan memperhitungkan
besar kecilnya sub-sub populasi itu.”
Untuk mengumpulkan data peneliti harus menentukan responden
yang akan diteliti. Responden merupakan penjawab dari pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Data-data tersebut bisa menjadi data
primer ataupun data sekunder menurut kualitas data yang diberikan oleh
responden tersebut.

Tabel Sampel Penelitian di SMPN 3 Paringin


No. Kelas Jumlah
1. VIII A 3 orang
2. VIII B 3 orang
Jumlah 6 orang

D. Teknik Pengumpulan data


1. Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu teknik untuk memperoleh data
dengan menggunakan pengamatan (gejala-gejala) yang diselidiki.
Berdasarkan pendapat-pendapat dapat dikemukakan bahwa
Observasi adalah merupakan tekhnik atau metode untuk mengadakan
penelitian dengan cara mengamati langsung terhadap kejadian, baik di
sekolah maupun di luar sekolah dan hasilnya dicatat secara sempurna.

Dengan metode ini peneliti mengadakan pengamatan secara


langsung terhadap obyek penelitian, dalam hal ini yang diamati adalah
lokasi atau letak penelitian. Dari sana dapat diketahui beberapa data yang
dibutuhkan dalam kegiatan penelitian ini.
2. Metode Interview
Metode ini disebut juga dengan wawancara adalah sebuah dialog
yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari
terwawancara.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara yang


bersifat tidak langsung, yaitu wawancara yang dilakukan dengan 1 guru
bimbingan dan konseling, wali kelas, dan 6 orang siswa SMPN 3 Paringin.

3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan transkrip, agenda dan sebagainya.
Peneliti menggunakan metode ini adalah untuk memperoleh data
tentang SMPN 3 Paringin Kabupaten Balangan.

E. Teknik Pengumpulan dan Analisa Data


1. Validitas
Validitas sebuah tes menyangkut apa yang diukur tes dan seberapa
baik tes itu bisa mengukur. Validitas sebuah tes memberitahu kita tentang
apa yang bisa kita simpulkan dari skor-skor tes. Menilai validitas adalah
penting bagi peneliti karena sebagian besar instrumen yang digunakan
dalam penyelidikan pendidikan dan psikologis dirancang untuk mengukur
konstruksi hipotetis.Pada dasarnya, semua prosedur untuk menentukan
validitas tes berkaitan dengan hubungan antara kinerja pada tes dan fakta-
fakta lain yang dapat diamati secara independent tentang ciri-ciri prilaku.
2. Realibilitas
Reliabilitas berarti konsistensi tes mengukur apa yang seharusnya
diukur. Realibilitas tes perlu, tetapi tidak memadai sebagai syarat validitas
tes.Agar supaya tes valid, maka dia harus reliabel.Namun demikian tes
yang reliabel belum tentu valid.
Reabilitas merujuk pada konsitensi skor yang di capai oleh orang
yang sama ketika mereka diuji-ulang dengan tes yang sama pada
kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen
(equivalent items) yang berbeda, atau di bawa kodisi pengujian yang
berbeda. Konsep reliabilitas ini mendasari perhitungan kesalahan
pengukuranatas skor tunggal, yang bisa kita pakai untuk memprediksi
kisaran fluktuasi yang mungkin muncul dalam skor individual sebagai hasil
dari faktor-faktor peluang yang tak diketahui atau irrelevan.
Dalam pengertian yang paling luas, reliabilitas tes menunjukkan
sejauh mana perbedaan-perbedaan individual dalam skor tes dapat
dianggap sebagai disebabkan oleh perbedaan yang sesungguhnya dalam
karateristik yang dipertimbangkan dan sejauh mana dapat dianggap
disebabkan oleh kesalahan peluang. Untuk menempatkannya dalam istilah
yang lebih teknis, ukuran-ukuran reliabilitas tes memungkinkan untuk
memperkirakan berapa proporsi dari varians total skor-skor tes yang
merupakan varians kesalahan.
BAB IV
TEMUAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Dalam penelitian ini peneliti mengadakan penelitian di SMP Negeri 3
Paringin. SMP ini beralamat Jln. Raya-Paringin – Tanjung km.08 di Desa Dahai,
Kecamatan Paringin, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan. Waktu
penyelenggaraan sekolah pada pagi hari sampai siang hari. Adapun keadaan
lingkungan intern dan ekstern sekolah adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan intern
a. Sejarah singkat berdirinya SMP Negeri 3 Paringin
SMP Negeri 3 Paringin adalah salah satu sekolah yang berstatus
sekolah negeri, sekolah ini sudah berdiri sejak tahun 2008 dengan dana
bantuan dari program USAID yaitu program kerja sama antara australia dan
indonesia.
Bentuk fisik bangunan SMP Negeri 3 Paringin adalah merupakan
bangunan yang permanen dengan luas 1.088 m² di atas tanah seluas 7.978
m². Kondisi di lingkungan sekolah SMP Negeri 3 Paringin sangat
mendukung dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, karena letak
sekolah yang jauh dari keramaian kota dan jauh dari lingkungan pemukiman
warga serta SMP ini sudah dilengkapi dengan sarana pagar sekolah yang
mengelilinginya dan dilengkapi dengan adanya penjaga sekolah. Dengan
demikian siswa siswi tidak dapat keluar masuk secara bebas terutama pada
waktu istirahat atau pada waktu kegiatan lainnya. Sehingga ketertiban dan
kedisiplinan baik guru, karyawan dan siswa siswi sudah berjalan cukup tertib
dan lancar.

27
Keadaan kebersihan sekolah terutama di kelas menjadi tanggung
jawab dari siswa siswi yang terjadwal pada piket kebersihan yang sudah
dilaksanakan dengan baik dan rasa tanggung jawab yang tinggi.
Keadaan kerindangan di sekitar kelas dan di depan kelas terawat
dan terpelihara dengan baik, hal ini di karenakan kesadaran yang tinggi dari
siswa siswi dan personil sekolah.
Sedangkan sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar
mengajar di SMP Negeri 3 Paringin sangat mendukung dalam mewujudkan
upaya meningkatkan mutu pendidikan di SMP Negeri 3 Paringin sesuai
dengan visi SMP Negeri 3 Paringin menjadikan anak didik SMP Negeri 3
Paringin: Terwujudnya Insan Yang Berwawasan Iptek, Serta Berbudaya
Bersih Lingkungan Berdasarkan Iman dan Taqwa, Antara lain:
1) Ruang belajar
Jumlah ruang belajar dipergunakan sebanyak 6 ruangan kelas masing-
masing 2 ruangan kelas VII, kelas VIII, kelas IX.
Disamping itu juga terdapat ruang belajr lainnya yang terdiri dari 1 ruang
laboraturium IPA, satu ruang laboraturium komputer, satu ruang
perpustakaan, satu ruang serba guna, satu ruang UKS, satu ruang
kantor,satu ruang staf TU dan satu ruang ibadah/musholla.
Kegiatan pendukung lainnya yang dilaksanakan di SMP Negeri 3
Paringin adalah kegiatan ekstrakurikuler yang terdiri dari kegiatan
pramuka, PMR, menari dan olahraga.
2) Sarana media pembelajaran
Sarana pendukung yang berupa media belajar di SMP Negeri 3 Paringin
banyak dipergunakan oleh bapak/ibu guru serta murid, buku di
perpustakaan, demikian juga sarana kegiatan praktik IPA yang cukup
memadai.
3) Koperasi sekolah
Koperasi di SMP Negeri 3 Paringin mempunyai peran untuk melayani
siswa siswi atau guru untuk memenuhi kebutuhan jasmani.
Pengelolaannya diserahkan kepada bagian koperasi, hasil penjualan
pengelolaan di serahkan untuk kepentingan koperasi sekolah. Koperasi
sekolah ini tidak ada penjaganya khusus, bisa dikatakan sebagai koperasi
kejujuran.
Untuk lebih jelasnya keadaan sarana prasarana yang dimiliki SMP
Negeri 3 Paringin dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 4
Data Sarana dan Prasarana Umum yang Dimiliki SMP Negeri 3
paringin
No Jenis Jumlah
1 Ruang kepala sekolah 1
2 Ruang guru 1
3 Ruang staf tata usaha 1
4 Ruang BP/BK 1
5 Ruang perpustakaan 1
6 Ruang Lab. IPA 1
7 Ruang Lab. Komputer 1
8 Ruang serbaguna 1
9 Ruang OSIS 1
10 Ruang UKS 1
11 Ruang kelas 6
12 Tempat ibadah 1
13 Ruang koperasi 1
14 Kamar mandi/WC guru 2
15 Kamar mandi/WC murid 4
16 Tempat parkir guru 1
17 Tempat parkir murid 1
18 Lapangan sekolah 1
b. Periode kepemimpinan
Berdasarkan wawancara diperoleh data bahwa SMP Negeri 3
Paringin belum pernah mengalami pergantian kepemimpinan yang berarti
dari tahun 2008 sampai saat ini yang pernah menjabat sebagai kepala
sekolah hanya 1 orang.
2. Lingkungan ekstern
Keadaan SMP Negeri 3 Paringin terletak di daerah yang lumayan jauh
dari keramaian dan pemukiman yaitu berada dilingkungan perkantoran yang
sekitarnya ditumbuhi pohon-pohon dan perkebunan karet.
Hubungan dengan lingkungan sekitar berjalan dengan baik. Komunikasi
siswa dengan guru dan orang tua murid juga selalu terbuka dan penuh
keakraban.
Setiap permasalahan di sekolah selalu dikoordinasikan dengan komite
sekolah, guru dan orang tua murid yang mendukung perkembangan sekolah dan
instansi terkait lainnya.
Adapun jumlah siswa SMP Negeri 3 Paringin pada tahun pelajaran
2012/2013 berjumlah 104 orang, yang terdiri dari 46 siswa laki-laki dan 59
siswa perempuan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 5
Keadaan Siswa SMP Negeri 3 Paringin Tahun Pelajaran 2012/2013
Jenis kelamin
No Kelas
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 VII 21 18 39
2 VIII 11 22 33
3 IX 13 19 32
Jumlah 104
Yang di bagi dalam 6 kelas yaitu 2 kelas ruang belajar untuk kelas VII,
2 kelas ruang belajar untuk kelas VIII dan 2 kelas ruang belajar untuk kelas
IX. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel. 5
Penjabaran Keadaan Siswa Smp Negeri 3 Paringin Tahun Pelajaran
2012/2013
Jenis kelamin
No Kelas Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 VII A 10 11 20
2 VII B 11 7 21
3 VIII A 6 10 22
4 VIII B 5 12 22
5 IX A 7 9 13
6 IX B 6 10 19
104
Jumlah

Sedangkan tenaga pengajar/guru dan pegawai di SMP Negeri 3


Paringin berjumlah 18 orang termasuk kepala sekolah, satu orang staf tata
usaha, dan satu penjaga sekolah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel. 7
Keadaan Guru Dan Pegawai SMP Negeri 3 Paringin Tahun Pelajaran 2012/2013
No Nama NIP Jabatan Ket.
1 H. Alpan Nasuki, S.Pd 19630215 198403 1 009 Kepala sekolah
2 Rasada, S.Sos 19701017 200501 2 006 Wakasek/guru
3 Rahmatinah, S.Pd 19650612 198803 2 015 Guru
4 Saudah, S.Pd 19800819 200604 2 011 Guru
5 Siti Jaleha, S.Pd 19751012 200904 2 002 Guru
6 Erida Fitriani, S.Pd 19800417 200904 2 001 Guru
7 Dian Rosalina, S.Pd 19801008 200904 2 003 Guru
8 Meina Noriyana, S.Si 19820503 200904 2 003 Guru
9 Ledy Sagita . A, S.Si 19831205 200904 2 004 Guru
10 Marwiyah, S.Pd 19840806 200904 2 005 Guru
11 Khairunisa, S.Pd 19850206 200904 2 002 Guru
12 Ririn Adiyati, S.Pi Guru
13 Melly Yani, S.Pd Guru
14 M. Zulfikri Arif, S.Pd Guru
15 Budi Irawan, S.Pd Guru
16 Cici Murniati, S.P Staf TU
17 Mastoni Penjaga
Sekolah

B. Temuan Khusus Penelitian


1. Kebijakan dan Program Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam
Menanggulangi Kesulitan Belajar Siswa tidak Berprestasi di SMP Negeri 3
Paringin.
Perencanaan bimbingan dan konseling pada peranan guru BK dalam
menanggulangi kesulitan belajar mereka yang tidak berprestasi ialah dengan
membuat program kegiatan, dimana dengan acuan tersebut yang sudah ditanda
tangani kepala sekolah, menjadi sebuah pedoman untuk memberikan layanan
bimbingan dan konseling kepada siswa yang kurang berprestasi.
2. Pelaksanaan Program Layanan Bimbingan dan Konseling dalam
Menanggulangi Kesulitan Belajar Siswa yang tidak Berprestasi di SMP Negeri
3 Paringin.
a. Pelaksanaan bimbingan dan konseling pada peranan guru BK dalam
mengatasi permasalahan kesulitan belajar siswa yang kurang berprestasi,
kami temukan adanya program guru BK yang bersangkutan yang sudah
ditanda tangani kepala sekolah. Dan jelas program ini teramat sangat penting
untuk mengevaluasi bimbingan belajar yang diberikan.
b. Dilaksanakan layanan bimbingan dan konseling dalam membantu mengatasi
permasalahan belajar siswa tentunya memiliki berbagai kendala yang
dihadapi oleh guru BK. Diantara kendala tersebut ialah waktu yang
disediakan pihak sekolah untuk memberikan arahan kepada siswa belum
cukup, selain itu kesadaran siswa/siswi yang bermasalah tersebut belum
menyadari arti pentingnya belajar, dan ini semua memang butuh kesabaran
yang lebih dari seorang guru BK untuk memberikan arahan agar mereka
lebih giat lagi dalam menuntut ilmu pengetahuan.
c. Cara mengatasi kendala dalam melaksanakan bimbingan dan konseling
dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa tidak berprestasi di SMP
Negeri 3 Paringin, meliputi : 1. Memfokoskan program Bk yang ada,
sehingga kendala yang ada dapat di atasi dengan secepatnya, kemudian juga
terus memberikan pengertian kepada siswa yang kurang berprestasi agar
mereka menyadari pentingnya belajar, 2. Selalu mengadakan evaluasi setiap
semesternya dan hasilnya dilaporkan kepada kepala sekolah.
C. Interpretasi
Dari temuan tersebut di atas dapat di interpretasikan sebagai berikut :
1. Kebijakan dan program pelaksanaan bimbingan dan konseling pada peranan
guru BK dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa tidak berprestasi di SMP
Negeri 3 Paringin, berdasarkan data yang diperoleh dapat di interprestasikan,
bahwa guru BK di SMP Negeri 3 Paringin telah membuat program layanan
bagi siswa yang memiliki kesulitan dalam belajar, dimana kegiatan tersebut
masuk dalam sub layanan bimbingan belajar bagi siswa. Adapun tujuannya agar
siswa mampu menyelesaikan permasalahan belajar yang dihadapinya hingga
pada akhirnya prestasi meningkat.
2. Pelaksanaan bimbingan dan konseling pada peranan guru BK dalam
menanggulangi kesulitan belajar siswa tidak berprestasi di SMP Negeri 3
Paringin, berdasarakan temuan yang saya peroleh memang memiliki kendala
salah satunya waktu yang diberikan kepada guru BK masih dirasa belum cukup
untuk memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa, selain itu siswa
yang memiliki maslah dalam belajar masih belum menyadari pentingnya
belajar.
3. Perlunya dilaksanakan layanan bimbingan dan konseling pada peranan guru BK
dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa tidak berprestasi di SMP Negeri 3
Paringin, seperti yang tadi saya kemukakan memiliki kendala. Sebagai solusi
untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan berupaya semaksimal mungkin agar
program kerja BK dapat terlaksana, selain itu guru Bk sebaiknya berdiskusi
dengan kepala sekolah agar diberi waktu yang lebih untuk memberikan layanan
bimbingan dan konseling.
D. Pembahasan
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengadakan wawancara dan
pengisisan oleh responden terhadap format wawancara yang terlebih dahulu
diserahkan kepada responden. dan alhamdulillah hari itu juga pengumpulan
data dapat diselesaikan. Dari data yang sudah terkumpul hasil temuan penelitian
berupa :
a. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terhadap peranan guru BK
dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa tidak berprestasi di SMP Negeri 3
Paringin, yaitu guru BK ada membuat program kegiatan yang ditanda tangani
kepala sekolah. Dan dari program ini guru BK dapat menganalisa
perkembangan semua siswa setiap semester, lalu memberikan bantuan kepada
siswa yang di anggap kurang berprestasi di sekolah.
b. Kendala dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, dimana waktu
yang diberikan kepada guru BK untuk mengadakan bimbingan masih belum
cukup, kemudian kesadaran siswa juga masih rendah dalam mengartikan
pentingnya belajar.
c. Cara mengatasi kendala dalam mengatasi kesulitan belajar siswa ialah dengan
memantapkan dan memfokoskan program yang sudah ada kemudian
berkonsultasi dengan kepala sekolah tentang minimnya waktu yang diberikan
dalam melakukan bimbingan.
2. Pengolahan Data
Dari hasil pengumpulan data yang terkumpul mengenai, (1) Peranan
guru BK dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa tidak berprestasi, (2)
mengetahui kendala dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam
menanggulangi kesulitan belajar siswa tidak berprestasi, (3) cara mengatasi
kendala dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam menanggulangi
kesulitan belajar siswa tidak berprestasi. Kemudian melakukan langkah
selanjutnya :
a. Validitas, yaitu data dipilah lalu dikelompokkan sesuai dengan pedoman
observasi dan wawancara, selanjutnya dirangkum dengan sistematis agar
mendapat gambaran yang komplit akan hasil yang didapat.
b. Display data, yaitu setelah display terkumpul untuk menampilkan data
secara keseluruhan agar memudahkan memahami permaslahan dari data
yang didapat.
3. Analisis Data
Berdasarkan hasil wawancara dengan para siswa, wali kelas, dan
konselor dapat ditarik suatu analisa sebagai berikut :
a. Peranan guru BK dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa tidak
berprestasi di kelas VIII A dan VIII B di SMP Negeri 3 Paringin telah
terlaksana, dimana guru Bk memiliki peran yang sangat penting untuk
meningkatkan prestasi siswa, terlebih terhadap siswa yang mengalami
kesulitan belajar.
b. Kendala yang dihadapi guru BK dalam usaha untuk mengatasi kesulitan
belajar siswa tidak berprestasi di kelas VIII A dan VIII B di SMP Negeri 3
Paringin adalah belum cukupnya waktu yang disediakan untuk mengadakan
bimbingan kepada siswa secara langsung, dan kurangnya masih kesadaran
siswa untuk belajar lebih rajin lagi.
c. Cara mengatasi kendala yang dihadapi guru BK dalam usaha untuk
mengatasi kesulitan belajar siswa tidak berprestasi di kelas VIII A dan VIII
B di SMP Negeri 3 Paringin adalah telah membuat program bimbingan dan
konseling, kemudian mengkonsultasikan permasalahan dengan kepala
sekolah, kemudian terus tanpa lelah bersama kepala sekolah dan seluruh
dewan guru untuk memotivasi mereka agar belajar dengan tekun.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan para responden dan kajian
pustaka, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Peranan guru BK dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa tidak
berprestasi di kelas VIII A dan VIII B di SMP Negeri 3 Paringin telah
terlaksana, dimana guru BK memegang peranan yang sangat penting kemudian
didukung oleh kepala sekolah dan seluruh dewan guru yang ada, hingga usaha
bantuan kepada siswa yang kurang berprestasi dapat maksimal dilakukan.
2. Kendala yang dihadapi guru BK dalam usaha untuk mengatasi kesulitan belajar
siswa tidak berprestasi di kelas VIII A dan VIII B di SMP Negeri 3 Paringin
adalah guru BK menilai waktu yang tersedia untuk melakukan bimbingan
masih belum cukup, kemudian siswa juga belum menyadari tentang pentingnya
ilmu pengetahuan.
3. Cara mengatasi kendala yang dihadapi guru BK dalam usaha untuk mengatasi
kesulitan belajar siswa tidak berprestasi di kelas VIII A dan VIII B di SMP
Negeri 3 Paringin adalah telah membuat program bimbingan dan konseling,
kemudian mengkonsultasikan permasalahan dengan kepala sekolah, kemudian
terus tanpa lelah bersama kepala sekolah dan seluruh dewan guru untuk
memotivasi mereka agar belajar dengan tekun.

B. Implikasi
1. Peranan guru BK dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa yang tidak
berprestasi kelas VIII A dan VIII B SMP Negeri 3 Paringin telah terlaksana,
dimana guru BK memegang peranan yang sangat penting kemudian didukung
oleh kepala sekolah, sehingga program yang ada bisa terlaksana secara cukup
maksimal.
37
2. Kendala yang dihadapi guru BK dalam usaha untuk mengatasi kesulitan belajar
siswa tidak berprestasi di kelas VIII A dan VIII B di SMP Negeri 3 Paringin
yaitu belum cukupnya waktu yang diberikan kepada guru BK untuk
memberikan bimbingan kepada siswa, serta kesadaran siswa yang masih rendah
dalam belajar.
3. Cara mengatasi kendala yang dihadapi guru BK dalam usaha untuk mengatasi
kesulitan belajar siswa tidak berprestasi di kelas VIII A dan VIII B di SMP
Negeri 3 Paringin adalah dengan lebih memperbanyak metode baru yang lebih
inovatif dalam memberikan arahan kepada siswa, hingga mereka dengan
sendirinya menyadari manfaat dari belajar.

C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, maka peneliti dapat
memberikan rekomendasi sebagai berikut :
1. Bagi kepala sekolah, beliau memiliki peran strategis dalam menentukan
kebijakan yang berkaitan dengan program bimbingan dan konseling di sekolah
baik yang berkaitan dengan fasilitas dan lain sebagainya. terutama memberikan
guru BK sedikit waktu untuk memaksimalkan program BK.
2. Bagi guru BK, guru BK memiliki peran yang sangat penting dalam
menanggulangi kesulitan belajar siswa. Maka dari itu hendaknya sebagai
seorang guru BK agar lebih kreatif dan inovatif dalam memberikan bimbingan
kepada siswa, menggunakan metode yang baru yang membangkitkan
ketertarikan siswa untuk mengikuti program BK.
3. Bagi siswa, hendaknya selalu mengikuti arahan dan nasehat guru BK dalam
meningkatkan prestasi belajar yang masih rendah.
4. Bagi penelitian, bisa dijadikan bahan rujukan penelitian guna perbaikan metode
dalam membantu siswa mengatasi rendahnya prestasi belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Hayat, Abdul.2010. Teori dan Teknik Pendekatan konseling. Banjarmasin:


Lanting Media Aksara.
Prayitno, dan Amti, Erman. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto,Suharsimi, 1993. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta : Rineka Cipta.
Nadjih, Ahdjad. 1995 Terjemahan al-Jami’ush Shaghir Jilid II. Jakarta : PT
Bina Ilmu.
Sukmadinata, Syaodih nana, 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.
Sudrajat, Enang, 2007. Al-qur’an dan Terjemahnya. Bogor : PT Sygma
Examedia Arkanleema.
Walgito, Bimo. 1995. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogkayarta :
Andi Offset.

Mapiare, Andi. 1989. Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah,


Surabaya : Usaha Nasional

Hamalik, Oemar, 1990, Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar.


Bandung : Tarsito

Partowisastro, Koestoer. 1984. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar,


Jakarta : Erlangga.

Winkel. 2006 . Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta :


Gramedia
http://belajarpsikologi.com/pengertian-bimbingan-dan-konseling/.

http://www.sarjanaku.com/2011/01/kesulitan-belajar-siswa.html

http://carapedia.com/pengertiandefinisipopulasiinfo2016.html

http://kamus.sabda.org/kamus/penanggulangan

http://merlitafutriana0.blogspot.com/p/validitas-dan-reliabilitas.html

Anda mungkin juga menyukai