SKRIPSI
Disusun oleh:
MUSLIKHUL A’MAL
NIM. 063311022
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
i
ABSTRAK
ii
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
Alamat: Prof. Dr. Hamka Kampus II Telp. 7601295 Fak. 7615387 Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Pembimbing I Pembimbing II
iii
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
Alamat: Prof. Dr. Hamka Kampus II Telp. 7601295 Fak. 7615387 Semarang
PENGESAHAN
Nama : Muslikhul A’mal
NIM : 063311022
Fakultas/Jurusan : Tarbiyah / KI
Judul Skripsi : Strategi Manajemen Humas Dalam Penerimaan Siswa
Baru di MTs Negeri Model Pemalang
Dewan Penguji
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Pembimbing I, Pembimbing II
iv
PERNYATAAN
Muslikhul A’mal
NIM. 063311022
v
MOTTO
“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu …”1 (Al Qashash: 77)
1
Departemen Agama RI, Al Qur‟an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 2002), hlm. 556
vi
PERSEMBAHAN
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiem.
Alhamdulillah segala puja dan puji syukur penulis panjatkan dengan penuh
khidmat kehadlirat Allah SWT yang selalu menganugerahkan rahmat, inayah dan
hidayah-Nya kepada kita, sehingga dengan rahmat dan ridla-Nya, penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Sholawat serta salam selalu kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa cahaya Ilahi penuh rahmatan lil „alamien, sehingga kita
dapat merasakan nikmat Islam dan iman.
Dengan selesainya skripsi yang berjudul “Strategi Manajemen Humas
dalam Penerimaan Siswa Baru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Model
Pemalang”, perasaan syukur bahagia penuh rasa bangga tertanam dalam sanubari
penulis. Namun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
tidak telepas dari bantuan, dukungan dan do’a berbagai pihak, oleh karenanya
perkenankanlah penulis ucapkan terima kasih sebagai penghargaan atas peran
sertanya dalam penyusunan skripsi ini, kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Suja’I M. Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang
2. Fahrurrozi, M.Ag. selaku Pembimbing I dan Drs. H. Jasuri, M.SI., selaku
Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
penulisan skripsi ini sejak awal perencanaan hingga selesai.
3. Bapak Drs. H. Sudar, M.Ag, selaku Kepala MTS Negeri Model Pemalang,
bapak Moh. Amiruddin, S.Pd dan bapak Parsikun, M.Pd yang telah berkenan
membimbing dan memberikan berbagai informasi maupun data untuk
keperluan skripsi ini, beserta para guru, staf TU dan seluruh keluarga besar
MTS Negeri Model Pemalang yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mengajarkan ilmunya dengan ikhlas kepada
penulis selama belajar di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
5. Kedua orang tua penulis, yang mulia Abah Muhammad Sholeh dan Umi
Afiyah yang selalu mengiringi penulis dengan ketulusan do’a, motivasi dan
viii
memberikan segala yang beliau miliki demi mengantarkan penulis menjadi
manusia seperti sekarang ini, serta adik tersayang, Fathimatuz Zahro.
6. Abah (KH. Ahmad Dimyati Mushtofa, BA.) beserta Umi (Hj. Sri Sumiyati)
atas do’a, motivasi dan segala yang beliau berikan kepada penulis.
7. Permata hati penulis, yang selalu menyemangati, mendampingi dan
mendoakan penulis sejak skripsi ini belum berbentuk apa-apa hingga sekarang
telah menjadi sebuah karya ilmiah.
8. Keluarga dan teman-teman yang selalu menemani penulis dalam keadaan
apapun.
Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan balasan apa-apa,
hanya serangkaian ucapan terima kasih dan do’a yang tulus jaza kumullahu
khairan katsiran, amien.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, karena itu saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis
harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca umumnya. Amin.
Penulis,
Muslikhul A’mal
NIM. 063311022
ix
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Penegasan Istilah ................................................................. 8
C. Rumusan Masalah ................................................................ 10
D. Tujuan Penelitian ................................................................ 10
E. Kajian Pustaka ..................................................................... 11
F. Metode Penelitian................................................................. 12
x
5. Evaluasi………………………………………………... 37
C. Strategi Humas dalam Penerimaan Siswa Baru .................. 37
1. Strategi Humas dengan publik intern... .......................... 38
2. Strategi Humas dengan publik ekstern………………... 39
3. Penerimaan Siswa Baru.................................................. 43
xi
B. Analisis Strategi dan Program Manajemen Humas MTs
Negeri Model Pemalang....................................................... 75
C. Analisis Hasil Penerimaan Siswa Baru MTs Negeri Model
Pemalang sebagai hasil dari strategi humasnya ................... 80
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan .............................................................................. 85
B. Saran .................................................................................... 87
C. Penutup................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Adpani, http://apong-indigo.blogspot.com/, diakses pada Selasa, 24 Agustus 2010
2
Khozin, Jejak-Jejak Pendidikan Islam di Indonesia – Rekonstruksi Sejarah untuk Aksi,
(Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2006) cet. 2, hlm.130
1
2
pendidikan "nomor dua".3 Hal ini diperkuat dengan survey yang menunjukkan
bahwa lembaga pendidikan di bawah naungan Departemen Agama ini
mendidik 4.717.263 siswa (12,41 %) dari keseluruhan siswa pada tingkat
pendidikan dasar (SD dan SLTP) yang berjumlah 37.981.227 siswa.4
Kewajiban madrasah untuk mengakomodir materi-materi dalam dua
perspektif dan dua metodologi sekaligus, tentu saja menjadi beban berat yang
sangat sulit dipikul. Beratnya beban yang diemban madrasah akan diwariskan
kepada para siswanya, yang pada gilirannya akan mengganggu dan
menghambat pengembangan potensi siswa. Secara demikian, tidak terlalu
berlebihan jika lulusan madrasah dinilai sebagai produk pendidikan yang
selum matang atau setengah-setengah.5
Berdasarkan asumsi tersebut, tentu akan berdampak kurang bagus
terhadap perkembangan madrasah itu sendiri, di mana masyarakat menjadi
kurang percaya akan kualitas hasil didikan madrasah. Padahal pengukuhan
madrasah sebagai sekolah umum berciri khas Islam, seharusnya bisa dijadikan
modal berharga dan tempat pijakan untuk mengembangkan madrasah sebagai
lembaga pendidikan alternatif yang distingsif dan memiliki daya tarik. 6
Oleh karena itulah, madrasah diharapkan untuk dapat memanfaatkan
keunggulan ini. Salah satu upaya untuk dapat memanfaatkan keunggulan
tersebut adalah dengan mengadakan komunikasi atau hubungan dengan
masyarakat luas. Komunikasi ini dimaksudkan untuk menginformasikan
bahwa sebenarnya madrasah memiliki keunggulan di banding sekolah umum,
namun selama ini belum dapat dioptimalkan, sehingga memerlukan bantuan
dari berbagai pihak untuk dapat memaksimalkan keunggulan madrasah
tersebut. Jadi komunikasi ini juga dapat diartikan sebagai sarana untuk
meminta dukungan dan kerja sama dengan masyarakat, guna perkembangan
dan kemajuan madrasah menjadi madrasah yang berkualitas.
3
Adpani, Op. Cit..
4
Choirul Fuad Yusuf (ed.), Potret Madrasah dalam Media Massa, (Jakarta: Puslitbang
Pendidikan Agama dan Keagamaan Depag RI, 2006), hlm.11
5
Khozin, Op. Cit, hlm. 132
6
Ibid, hlm. 133
3
7
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001),
cet. 3 hlm. 331
4
8
Markus Basuki, http://cor-amorem.blogspot.com/2010/01/manajemen-humas.html,
diakses pada 25 Juli 2010
9
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), cet.
5, hlm. 50
10
B. Suryosubroto, Humas dalam Dunia Pendidikan - Suatu Pendekatan Praktis,
(Yogyakarta: Mitra Gama Widya, 2001), hlm. 19-20
11
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Ciputat Press,
2005), hlm.272
5
12
lembaga itu tidak mudah punah atau mati. Hal ini berarti bahwa sekolah
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat. Hubungan serasi,
terpadu, serta timbal balik yang diciptakan dan dilaksanakan agar peningkatan
mutu pendidikan dan pembangunan dapat saling menunjang.13
Akan tetapi dalam pelaksanaannya, tugas kehumasan bukanlah
merupakan pekerjaan mudah. Humas harus dikerjakan oleh orang-orang yang
selalu berfikir kreatif dan inovatif untuk dapat menarik minat pelanggan.
Tugas pekerjaan seorang kahumas pelik dan luas. Karena itu, ia harus
mempunyai konsep dan harus selalu berpikir konseptual, dalam arti kata
metodologis, sistematis dan logis, agar dalam operasionalisasinya mencapai
tujuan dan sasaran. Dalam menyusun konsep kegiatan humas ia harus
menyusun suatu paparan singkat, jelas dan komprehensif, sebagai jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
- Apa fungsi humas itu?
- Apa tujuannya dan siapa sasarannya?
- Siapa pula yang dilibatkan?
- Bagaimana bentuknya mekanisme kerja?
- Sarana apa dan berapa biaya yang diperlukan?14
Supaya pelaksanaan humas dapat berjalan efektif dan efisien, dengan
kata lain dapat mencapai tujuan humas, yang diantaranya dapat dikenal oleh
masyarakat, mendapat simpati dan dukungan dari masyarakat, dengan waktu,
tenaga dan biaya yang tepat, maka diperlukan manajemen untuk
mengelolanya. Manajemen merupakan kiat untuk melaksanakan tujuan
seefektif dan seefisien mungkin dengan memaksimalkan sumber daya yang
ada. Dalam Nanang Fatah disebutkan bahwa dikatakan sebagai kiat oleh Follet
12
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia,( Jakarta: Bina Aksara, 1988), cet.1,
hlm. 189
13
Ary H.Gunawan, Administrasi Sekolah Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1996), cet. 1, hlm.187.
14
Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), cet. 3, ed. Revisi, hlm. 93-94
6
15
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004), cet. 7, hlm. 1
16
Wawancara dengan Kepala TU MTs Negeri Model Pemalang, Bapak Parsikun, dalam
survey pra riset, pada 6 Juli 2010
17
Ibid
7
18
Ibid
19
Rosady Ruslan, Aspek-Aspek Hukum dan Etika Dalam Aktifitas Public Relations
Kehumasan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995), hlm. 33.
8
B. Penegasan Istilah
Penegasan istilah di sini dimaksudkan untuk menyamakan maksud dan
persepsi agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam mempelajarinya. Istilah-
istilah yang perlu dijelaskan dari skripsi yang berjudul Strategi Manajemen
Humas dalam Meningkatkan Penerimaan Siswa Baru di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Model Pemalang adalah sebagai berikut:
1. Strategi
Pada mulanya strategi digunakan dalam dunia militer dan diartikan
sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan
suatu peperangan. Seorang yang berperang dalam mengatur strategi, untuk
memenangkan peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan
menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya, baik dari sisi
kuantitas maupun kualitas. Setelah semuanya diketahui, baru kemudian ia
akan menyusun tindakan yang harus dilakukan, baik tentang siasat
peperangan yang harus dilakukan, taktik dan teknik peprangan, maupun
waktu yang tepat untuk melakukan suatu serangan. Dengan demikian
dalam menyusun strategi perlu memperhitungkan berbagai faktor, baik
dari dalam maupun dari luar.20 Strategi adalah rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.21
Jadi strategi berarti siasat, taktik dan teknik yang telah
direncanakan, untuk mencapai sasaran yang dituju. Dalam konteks ini,
strategi yang dimaksud adalah siasat, taktik dan teknik humas untuk
meningkatkan penerimaan siswa baru.
2. Manajemen
Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari
tindakan-tindakan: perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan
pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-
sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia
20
Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta:
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijogo, 2009), hlm. 1
21
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1999), cet. 10, ed. 2, hlm. 964
9
22
Winardi, Asas-Asas Manajemen, (Bandung: Alumni, 1979), cet. 10, ed. 7, hlm. 4
23
Ibid, hlm. 3
24
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar Ruzz
Media, 2009), cet. 2, hlm. 201
25
Hendyat Soetopo dan Wasty Sumanto, Pengantar Operasional Adminitrasi
Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hlm. 119
26
Khozin, Op. Cit., hlm. 127
10
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keadaan awal strategi manajemen humas dan penerimaan
siswa baru MTs Negeri Model Pemalang?
2. Bagaimana strategi dan program manajemen humas MTs Negeri Model
Pemalang?
3. Bagaimana hasil penerimaan siswa baru MTs Negeri Model Pemalang
sebagai hasil dari strategi humasnya?
E. Kajian Pustaka
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian yang berkaitan dengan
manajemen humas ini, bukanlah penelitian yang pertama kali, artinya telah
banyak penulis-penulis lain yang mengambil inti permasalahan yang sama,
baik dalam skripsi, tesis maupun karya-karya ilmiah yang lain. Karya-karya
11
ilmiah yang telah menguraikan manajemen mutu terpadu antara lain sebagai
berikut:
Hery winarto, dalam skripsinya yang berjudul, ”Manajemen Humas
dalam Meningkatkan Pencitraan Publik di TK An Nur Tugurejo Semarang”,
yang di dalamnya mengungkapkan bahwa pengelolan humas yang dilakukan
TK An Nur Tugurejo Semarang menggunakan instrumen manajemen, yaitu
planning (perencanaan), organizating (pengorganisasian), actuating
(pelaksanaan) dan evaluating (evaluasi). Kemudian untuk pencitraan publik
yang diterapkan melalui manajemen humasnya, TK An Nur Tugurejo
Semarang lebih memfokuskan pada perbaikan yang bersifat internal, yakni
dengan cara meningkatkan kinerja para staff.27
Rokhimin, dengan judul skripsinya, ”Manajemen Strategi Kehumasan
dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat terhadap kegiatan Pendidikan di
MAN Demak”. Dalam penelitiannya ditemukan data bahwa MAN Demak
telah melaksanakan manejemen strategik kehumasan, yang meliputi fungsi
manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi.
Selanjutnya, masyarakat juga sudah ikut berperan serta dan mempunyai
tanggung jawab terhadap MAN Demak. Dalam menjalin humas, MAN Demak
menggunakan beberapa strategi dari yang bersifat usaha internal, maupun
usaha eksternal. Strategi itu meliputi strategi dalam menjalin hubungan antar
lembaga itu sendiri, strategi dalam menjalin hubungan dengan orang tua dan
strategi dalam menjalin hubungan dengan masyarakat luar.28
Andik Siswanto, yang mengambil judul skripsi, ”Manajemen
Pemasaran Jasa Pendidikan di Lembaga Pendidikan Tinggi Islam (Studi Kasus
di IAIN Walisongo Semarang)”. Dalam skripsinya menyebutkan fokus
penelitian lebih ke arah manajemen pemasaran IAIN Walisongo Semarang,
yang meliputi tentang bagaimana strategi dan sistem pemasaran (promosi)
27
Hery Winarto, Manajemen Humas dalam Meningkatkan Pencitraan Publik di TK An
Nur Tugurejo Semarang, (Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2010)
28
Rokhimin, Manajemen Strategik Kehumasan dalam Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat terhadap kegiatan Pendidikan di MAN Demak, (Semarang: IAIN Walisongo
Semarang, 2010)
12
F. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam
pengumpulan data dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab
persoalan yang sedang diselidiki atau diteliti.30
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data
yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka.31
Menurut Bagda dan Taylor, sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J.
Moleong, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.32
Sementara itu penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian
yang ditunjukkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-
fenomena yang ada baik fenomena alamiah maupun rekayasa manusia.33
Adapun tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat
pencandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan sifat
populasi atau daerah tertentu. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui
pelaksanaan manajemen humas dan strateginya dalam meningkatkan
jumlah calon siswa baru pada masa penerimaan siswa baru.
29
Andik Siswanto, Manajemen Pemasaran Jasa Pendidikan di Lembaga Pendidikan
Tinggi Islam (Studi Kasus di IAIN Walisongo Semarang), (Semarang: IAIN Walisongo Semarang,
2008)
30
Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2007), hlm. 39
31
Sudarwan Denim, Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan Metodologi, presentasi, dan
publikasi hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Penelitian pemula Bidang Ilmu Sosial,
Pendidikan dan Humaniora, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), Cet.I, hlm.51.
32
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002). Cet. 17, hlm.3.
33
Ibid, hlm. 17.
13
2. Sumber data
Adapun sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua,
yaitu:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukur atau alat
pengambil data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang
dicari.34 Adapun yang dimaksud sebagai sumber data primer adalah
kepala MTs Negeri Model Pemalang dan wakil kepala madrasah
bagian humas.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak
lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitian.35
Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan
yang telah tersedia. Sebagai data sekunder penulis mengambil dari
buku-buku atau dokumentasi yang berhubungan dengan penelitian ini.
Data-data yang diperoleh penulis dari sumber data di atas dengan
metode pengumpulan data tersebut dapat dirangkum dalam tabel berikut:
No. Data yang diperoleh Sumber Data Metode
1. Keadaan awal strategi manajemen Primer Interview
humas MTsN Pemalang Sekunder
2. Data hasil penerimaan siswa baru Primer Interview
MTsN Pemalang Sekunder Dokumentasi
3. Strategi dan program manajemen Primer Interview
humas MTsN Pemalang Sekunder Dokumentasi
4. Media humas MTsN Pemalang Primer Observasi
34
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hlm. 91.
35
Ibid, hlm 93
14
36
M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 11.
37
Imam Suparyogo, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2001), hlm. 167.
38
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rineke Cipta, 2000), hlm.
158.
39
Sutrisno Hadi, Metode Research, (Yogyakarta: Andi, 2004), jilid 2, hlm. 217.
15
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan pada subjek penelitian, maupun melalui
dokumentasi. Dalam melakukan dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, dokumen., notulen rapat,
catatan harian, dan sebagainya.40
Dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui data-data yang
berupa catatan atau dokumentasi dari strategi humas Negeri Model
Pemalang, perkembangan jumlah siswa yang mendaftar di MTs Negeri
Model Pemalang, piagam penghargaan atas prestasi yang diraih, profil
MTs Negeri Model Pemalang dan lain sebagainya yang diperlukan
dalam penelitian ini.
4. Metode analisis data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber
dengan menggunakan berbagai macam teknik pengumpulan data dan
dilakukan secara terus-menerus sampai datanya jenuh. Dengan
pengamatan yang terus menerus tersebut maka akan menghasilkan data
yang banyak sekali. Oleh karena itu, supaya data-data yang banyak
tersebut dapat sesuai dengan data-data yang diperlukan dan dapat
dipahami, maka diperlukan adanya analisis data.
Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa
“Data analysis is the process of systematically searching and arranging
the interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you
accumulate to increase your own understanding of them and to enable you
to present what you have discovered to others”. Analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat
mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya
40
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), Cet. 12, ed. revisi, hlm. 135.
16
41
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2007), cet. 3, hlm. 334.
42
Ibid, hlm. 336
43
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 1997) hlm. 66
44
Ibid, hlm. 338
17
45
Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), cet. 1,
hlm. 167.
BAB II
STRATEGI MANAJEMEN HUMAS DALAM PENERIMAAN
SISWA BARU
1
Ibid, hlm. 114
2
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2009) cet. 2, hlm. 201
3
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1997), cet. 14, hlm.
73
18
19
Artinya:
“… Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan permusuhan…”4 (QS. Al Ma‟idah: 2)
Sebenarnya masih banyak definisi humas yang dipaparkan oleh
para ahli public relations. Oleh karena begitu banyaknya definisi public
relations (humas), maka para pemratek public relations dari berbagai
dunia, yang terhimpun dalam organisasi yang bernama The International
Public Relations Association (IPRA), bersepakat untuk merumuskan
sebuah definisi dengan harapan dapat diterima dan dipraktekkan bersama.
Definisinya adalah sebagai berikut:
“Public relations is a management function, of a continuning and
planned character, through which public and priate organizations
and institutions seek to win and retain the understanding, sympathy
and support of those with whom they are or may be concerned – by
evaluating public opinion about themselves, in order to correlate,
as fat as possible, their own policies and procedurs, to achieve by
planned and widespread information more productive co-operation
and more eficient fulfilment of their common interest.”
Hubungan masyarakat adalah fungsi manajemen dari sikap budi
yang berencana dan bersinambungan, yang dengan itu organisasi-
organisasi dan lembaga-lembaga yang bersifat umum dan pribadi berupaya
membina pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang ada
kaitannya atau yang mungkin ada hubungannya – dengan jalan menilai
pendapat umum diantara mereka, untuk mengkorelasikan sedapat mungkin
kebijakan dan tata cara mereka, yang dengan informasi yang berencana
dan tersebar luas, mencapai kerja sama yang lebih produktif dan
pemenuhan kepentingan bersama yang lebih efisien.5
Dalam hubungan kerja sama sesama manusia, baik itu antar
perseorangan maupun kelembagaan, sangat diperlukan budi pekerti yang
baik dalam. Anjuran ini sesuai dengan hadits Nabi Muhammad yang
berbunyi:
4
Departemen Agama RI, Al Qur‟an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra: 2002),
hlm. 142
5
Onong Uchjana Effendy, Op. cit, hlm. 20
20
عي ابِ ر ّس جنذة بي جنبدة ًابَ عبذ الشّحوي هعبر ابي جبل سضِ االو عنيوب عي
سسٌل اهلل صلَّ اهلل علْو ًسلّن قبل اتّق اهلل حْثوب كنت ًاتبع السّّْئت الحسنت
)ُّ (سًاه التّشهز.توحيب ًخبلق النّبس بخلق حسي
Artinya:
“Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abdurrahman Mu‟adz bin
Jabal ra. Meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. Bersabda,
“Bertaqwalah pada Allah dimana dan kapanpun engkau berada.
Iringilah segera kejahatan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu
menghapusnya, dan pergaulilah sesama manusia dengan budi
pekerti yang baik.” ( Diriwayatkan oleh Tirmidzi).6
Apabila sekolah dapat menggandeng masyarakat dengan budi
pekerti yang baik, maka apa yang menjadi kebutuhan sekolah dari
masyarakat dapat diberikan secara suka rela oleh masyarakat.
Untuk definisi istilah „masyarakat‟, masyarakat sekolah mungkin
bisa dilukiskan sebagai kekotaan atau pedesaan, sebagai pertanian atau
non pertanian, sebagai industri atau pemukiman, sebagai kelas petengahan
atau bawahan. Jadi yang dihadapi oleh sekoah itu sebenarnya bukan satu
masyarakat yang memiliki kepentingan dan masalah yang sama, yaitu
pendidikan anak yang sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat.7
Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 54 (1) disebutkan bahwa
peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta
perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan
organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
pelayanan pendidikan.8 Oleh karena itu, dalam bidang humas, kepala
sekolah yang baik harus memahami unsur-unsur berikut:
6 6
Syaikh Imam Nawawi, Hadits Al Arba‟in An Nawawiyah, terj. Putri Yasmin, (Malang:
Putri Yasmin, 2002), hlm. 36-37
7
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan – Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional,
(Bandung: Angkasa, 1986), cet. 10, hlm. 144
8
Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Sisdiknas (UU RI No. 20 Th. 2003), (Jakarta
Sianar Grafika Offset, 2009), cet. 2, hlm. 35
21
Artinya:
“…Hai manusia! Sungguh Kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan
kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
mengenal.…”11 (QS. Al Hujurat: 13)
9
Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), cet. 2, hlm. 72
10
Hadari Nawawi, Op. cit, hlm.74
11
Departemen Agama RI, Op. cit, hlm. 745
22
12
Hadari Nawawi, Op. cit, hlm.74
23
13
Ibid, hlm. 74
14
Syaikh Imam Nawawi, Op. cit, hlm. 35-36
15
E. Mulyasa, Op. cit, hlm. 50
24
16
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995), cet. 7, hlm. 189
25
e. Mengembagkan kerja sama yang lebih erat antara keluarga dan sekolah
dalam mendidik anak-anak.17
3. Jenis-jenis hubungan sekolah dan masyarakat
Hubungan kerja sama sekolah dan masyarakat dapat digolongkan
menjadi tiga jenis hubungan, yaitu (1) hubungan edukatif, (2) hubungan
kultural dan (3) hubungan institusional.18
a. Hubungan edukatif
Hubungan edukatif yang dimaksud di sini adalah hubungan
kerja sama dalam hal menididik anak/murid, antara guru di sekolah
dan orang tua di dalam keluarga. Adanya hubungan ini dimaksudkan
agar tidak terjadi perbedaan prinsip atau bahkan pertentangan antara
guru di sekolah dan orang tua di rumah, yang mengakibatkan keragu-
raguan pendirian dan sikap pada diri anak/murid, baik dalam hal norma
atau nilai-nilai sosial maupun dalam bidang ilmu pengetahuan. Kerja
sama ini juga bisa dalam bentuk bantuan fisik, seperti bantuan
pengadaan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk belajar di sekolah
maupun di rumah.
b. Hubungan kultural
Hubungan kultural ini adalah usaha kerja sama antara sekolah
dan masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan
mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada.
Telah diketahui sebelumnya, bahwa sekolah merupakan suatu lembaga
yang seharusnya dapat dijadikan barometer bagi maju-mundurnya
kehidupan, cara berpikir, kepercayaan, kesenian, adat-istiadat, dsb.
Oleh karena itu diperlukan adanya kerja sama yang fungsional antara
kehidupan di sekolah dan kehidupan dalam masyarakat, sehingga
kegiatan-kegiatan kurikulum sekolah dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dan tuntutan perkembangan masyarakat, demikian pula
tentang pemilihan bahan pengajaran dan metode-metode mengajarnya.
17
Ibid, hlm. 190
18
Ibid, hlm. 194
26
c. Hubungan institusional
Hubungan institusional yaitu hubungan kerja sama antara
sekolah dengan lembaga-lembaga atau instansi-instansi resmi lain,
baik swasta maupun pemerintah, seperti instansi pemerintah daerah,
dinas kesehatan, dinas petanian dan dinas-dinas pemerintah lain, serta
perusahaan-perusahaan negara atau swasta, yang berkaitan dengan
perbaikan dan perkembangan pendidikan pada umumnya.19
4. Fungsi Manajemen Humas
Manajemen merupakan proses yang khas, yang terdiri dari
tindakan-tindakan: perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan
pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-
sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia
serta sumber-sumber lain.20
Manejemen hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan
seluruh proses kegiatan sekolah yang direncanakan dan diusahakan secara
sengaja dan sungguh-sungguh, serta pembinaan secara kontinyu untuk
mendapatkan simpati dari masyarakat pada umumnya, khususnya
masyarakat yang berkepentingan langsung dengan sekolah. Dengan
demikian, kegiatan operasional pendidikan, kinerja dan produktivitas
sekolah diharapkan semakin efektif dan efisien.21
Fungsi atau aktifitas atau suatu kegiatan dari organisasi adalah
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, menentukan struktur kerjanya
atas dasar kebutuhan-kebutuhan dalam mencapai tujuan.22 Secara umum,
fungsi manajemen yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penggerakan (actuating) dan evaluasi (evaluating).
Namun dalam manajemen humas, menurut Cutlip-Center-Broom,
praktisi humas profesional dalam melaksanakan program humas harus
19
Ibid, hlm. 194-196
20
Winardi, Asas-Asas Manajemen, (Bandung: Alumni, 1979), cet. 10, ed. 7, hlm. 4
21
E. Mulyasa, Op. cit, hlm. 164
22
H. Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2000),
hlm. 46
27
terdiri atas empat langkah kegiatan atau sering juga disebut dengan empat
langkah pemecahan masalah humas.23 Keempat langkah kegiatan inilah
yang menjadi fungsi manajemen humas itu. Keempat langkah itu yaitu,
menentukan masalah (defining the problem), perencanaan dan penyusunan
program (planning and programming), melakukan tindakan dan
berkomunikasi (taking action and communicating) dan evaluasi program
(evaluating the program).24
a. Menentukan masalah (defining the problem)
Tindakan pertama yang harus dilakukan praktisi humas
sebelum menyusun program kerjanya adalah memahami situasi atau
masalah yang ada. Langkah pertama ini meliputi kegiatan untuk
meneliti dan mengawasi pengetahuan, pendapat, sikap dan tingkah
laku masyarakat (pihak-pihak yang berkepentingan atau terpengaruh
oleh tindakan dan kebijakan organisasi).
Dalam tahap pertama ini diperlukan adanya penelitian terlebih
dahulu. Yang dimaksud dengan penelitian di sini adalah data
collecting (pengumpulan data) dan fact finding (pengkajian fakta).
Yang diteliti adalah aspek-aspek yang menyangkut hubungan
organisasi dengan publik.25 Praktisi humas dapat menyusun dan
menjawab serangkaian pertanyaan seperti: di mana posisi suatu
institusi berada, apa yang diketahui atau tidak diketahui masyarakat
mengenai institusi tersebut, apakah ada kesalahan dalam pandangan
mereka, dan sebagainya.
Data faktual yang sudah terhimpun merupakan keterangan
mentah yang harus diolah terlebih dahulu. Dalam kegiatan pengolahan,
kahumas melakukan perbandingan, pertimbangan dan penilaian,
sehingga akhirnya menjadi informasi yang akurat. Data yang sudah
matang, yang kemudian menjadi informasi itu, dipilih,
23
Morissan, Manajemen Public Relation: Strategi Menjadi Humas Profesional, (Jakarta:
Kencana, 2008), cet. 1, hlm. 108
24
Ibid, hlm. 108
25
Onong Uchjana Effendy, op. cit, hlm. 98
28
26
Ibid, hlm. 98
27
Morissan, op. cit., hlm. 108
28
Udin Syaefudin Sa‟ud, Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan - Suatu
Pendekatan Komprehensif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), cet. 3, hlm. 46.
29
Morissan, op. cit., hlm. 108-109
29
30
Ibid, hlm. 153-154
31
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Kegiatan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), cet. 1,
hlm. 195
32
Morissan, op. cit., hlm. 183
30
33
Ibid, hlm. 206
31
Kedua, efisiensinya, yaitu sampai seberapa jauh sumber yang ada atau
yang potensial yang telah digunakan secara baik untuk kepentingan
kegiatan hubungan masyarakat.34
Penilaian atau evaluasi ini dimaksudkan agar di kemudian hari,
jika suatu kegiatan yang sama dilakukan, tidak menjumpai lagi
hambatan yang sama. Berdasarkan hasil penilaian tersebut, kahumas
harus mengambil kebijaksanaan tertentu, yang pada gilirannya
melakukan penelitian, untuk kemudian mengadakan perencanaan, guna
selanjutnya menggiatkan pelaksanaan. Dengan demikian, proses
humas tidak berlangsung secara linear, melainkan circular atau
melingkar, dari evaluasi dialirkan umpan balik (feed back) ke
penelitian, yaitu menentukan masalah. Jelasnya, jika sudah dilakukan
kegiatan melalui tahap penelitian, perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian, hasil penilaian tersebut diteliti lagi, direncanakan lagii,
dilaksanakan lagi dan dinilai kembali.35
B. MANAJEMEN STRATEGIS
1. Pengertian Manajemen Strategis
Strategi berasal dari bahasa Yunani, strategos atau strategus
dengan kata jamak strategi, yang berarti cara.36 Menurut istilah, strategi
merupakan rencana yang mengandung cara komprehensif dan integratif
yang dapat dijadikan pegangan untuk bekerja, berjuang dan berbuat guna
memenangkan kompetisi.37
Dalam buku lain dijelaskan bahwa “Strategy is unified
comprehensive and integrated plan that relates the strategy advantages of
the firm to the challenges of the enterprise and achieve through proper
34
Soetjipto dan Raflis Kosasi, op. cit., hlm. 196
35
Onong Uchjana Effendy, op. cit, hlm. 104
36
Alex MA, Kamus, Ilmiah Populer Kontemporer, (Surabaya: Karya Harapan, 2005),
Hlm 457.
37
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2007), cet. 2, hlm 137.
32
38
Iwan Purwanto, Manajemen Strategi,(Bandung: CV.Yrama Widya, 2007), hlm 74.
39
Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan –
Dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan, (Jogjakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), cet. 3,
hlm. 147
40
Morissan, op. cit., hlm. 152
41
Indriana Usman, Manajemen Stratejik,, http://pustaka.ut.ac.id/website/
index.php?option=com_content&view=article&id=129:ekma-4414-manajemen-stratejik&Itemid=
73&catid=28:fekon , diakses pada tanggal 15112010
33
42
Akdon, Strategic Management for Educational Management (Manajemen Strategik
untuk Manajemen Pendidikan), (Bandung: Alfabeta, 2007), cet. 2. hlm. 106
43
Ibid, hlm. 111
44
Ibid, hlm. 111-112
34
Internal
Strengths (kekuatan) Weakness (kelemahan)
Eksternal
W-O
S-O
Opportunity Menanggulangi kelemahan
Memanfaatkan kekuatan
(peluang) dengan memanfaatkan
untuk peluang
peluang
S-T W-T
Threats
Menggunakan kekuatan Memperkecil kelemahan dan
(tantangan)
untuk menghadapi tantangan menghindari tantangan
Gambar 2.1: Tabel Analisis SWOT.
a. Strategi Strength-Opportunity (SO) merupakan strategi yang
menggunakan kekuatan lembaga untuk meraih peluang-peluang yang
ada di luar lembaga. Ketiga strategi yang lain dapat dilaksanakan
untuk menerapkan strategi SO ini. Sehingga jika pada hasil analisis
ternyata diketahui bahwa lembaga memiliki banyak kelemahan, mau
tidak mau lembaga harus mengatasi kelemahan tersebut agar menjadi
kuat. Sedangkan jika lembaga menghadapi banyak ancaman, maka ia
harus berusaha menghindarinya dan berusaha konsentrasi pada
berbagai peluang yang ada.
b. Strategi Weakness-Opportunity (WO) merupakan strategi yang
bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan lembaga dengan
memanfaatkan peluang-peluang. Bisa terjadi lembaga kesulitan
memanfaatkan peluang-peluang yang ada karena banyaknya
kelemahan internal pada lembaga tersebut.
c. Strategi Strength-Threat (ST) merupakan strategi di lembaga untuk
menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman.
35
45
Riza Abdul Qodir (3104024), Efektivitas Manajemen Strategik di Lembaga Pendidikan
Islam (Studi Kasus di SMP Nasima Semarang), Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,
(Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2009), hlm. 18.
46
Syaiful Sagala, Op. cit, hlm. 133
36
Visi adalah daya pandang yang jauh mendalam dan meluas yang
merupakan daya pikir abstrak, memiliki kekuatan yang dahsyat dan dapat
menerobos segala batas-batas fisik, waktu dan tempat. Visi sekolah adalah
tindakan, kekuatan, kecakapan atau kemampuan sekolah dalam memahami
gambaran keadaan sesuatu hal dalam suatu waktu mendatang yang dapat
menjadi kenyataan yang mengandung cita-cita, nilai, semangat motivasi,
niat yang jelas, wawasan dan keyakinan bagi individu maupun kelompok
dalam sekolah yang ingin dicapai. Visi sekolah merupakan sebuah agenda
tujuan sebagai prestasi yang harus dicapai dalam aktivitas sekolah. Proses
merumuskan visi dimulai dengan ide-ide kreatif atau dengan menciptakan
ide-ide baru dengan menggali dari tuntutan lingkungannya. Penetapan visi
harus pula melihat kemampuan dan keadaan internal organisasi.47
Sedangkan misi, misi adalah terma lain yang sering digunakan
untuk mengekspresikan tujuan organisasi. Walaupun terkadang ia mirip
dengan visi, namun misi biasanya lebih spesifik dalam mengekspresikan
nilai-nilai institusi, ia juga dianggap sebagai sarana untuk menerjemahkan
inspirasi ke dalam realitas.48
4. Pelaksanaan
Implementasi atau pelaksanaan strategi bertujuan mentransformasi
tujuan strategic ke dalam aksi, yaitu penyelenggaraan sekolah. Menurut
Schendel dan Hofer (dalam Syaiful Sagala, 2007: 139), implementasi
strategi dicapai melalui alat administrasi yang dapat dikelompokkan ke
dalam tiga kategori, yaitu:
a. struktur, yaitu siapa yang bertanggung jawab terhadap apa, kepala
sekolah bertanggung jawab kepada siapa.
b. proses, yaitu bagaimana tugas dan tanggung jawab itu dikerjakan
masing-masing personal, dan
47
Ibid, hlm. 134
48
Tony Bush, Marianne Coleman, Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan, terj.
Fahrurrozi, (Yogyakarta: IRCisod, 2008), cet. 2, hlm. 41
37
49
Iwan Purwanto, Op. cit, hlm 67-68.
38
lembaga.50 Sasaran humas meliputi dua hal, yaitu sasaran yang berupa publik
intern dan sasaran yang berupa publik ekstern.
Oleh karena itu, supaya strategi humas dapat efektif dan tepat sasaran,
maka dalam strategi humas ini perlu dibedakan pula strategi humas dengan
publik intern dan strategi humas dengan public ekstern.
1. Strategi humas dengan publik intern
Humas internal adalah hubungan yang dijalin diantara unsur-unsur
yang ada di sekolah. Humas internal meliputi:
a. Humas antara kepala sekolah dengan guru-guru.
b. Humas antara kepala sekolah dengan murid.
c. Humas antara kepala sekolah dengan pegawai TU
d. Humas antara guru-guru dengan murid.
e. Humas antara guru-guru dengan pegawai TU.
f. Humas antara murid-murid dengan pegawai TU. 51
Strategi humas dengan pelanggan internal dapat dilakukan dengan
dua metode atau kegiatan, yaitu dengan kegiatan langsung (tatap muka)
dan tidak langsung (melalui media tertentu).52
a. Kegiatan langsung, antara lain dapat berupa:
1) Rapat dewan guru.
2) Upacara sekolah.
3) Karya wisata/rekreasi bersama.
4) Penjelasan lisan pada berbagai kesempatan pertemuan.
b. Kegiatan tidak langsung, dapat berupa:
1) Penyampaian informasi melalui surat edaran
2) Penggunaan papan pengumuman di sekolah
3) Penyelenggaraan majalah dinding
50
H.A.W. Widjaja, Komunikasi – Komunikasi & Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), cet. 6, hlm. 59
51
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi, (Jakarta: Rajawali Press, 1990), cet.
1, hlm. 100
52
B. Suryo Subroto, Op. cit, hlm. 128
39
53
Asa S. Knowles and Associates, Handbook of Cooperative Education, (San Francisco:
Jossey-Bass, 1972), 2nd printing, p. 225
40
54
B. Suryo Subroto, op. cit, hlm. 77
55
E. Mulyasa, op. cit, hlm. 169
56
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, Administrasi Pendidikan,
(Malang: IKIP Malang, 1989), cet. 2, hlm. 233
41
57
Ary H. Gunawan, op. cit, hlm, 188-189
42
58
Ibid, hlm. 189-190
59
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, Op. Cit.,, hlm. 233
43
60
Ibid, hlm. 233
44
61
B. Suryo Subroto, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Bina
Aksara: 1984), cet. 2, ed. Revisi, hlm. 38
BAB III
STRATEGI MANAJEMEN HUMAS DALAM PENERIMAAN
SISWA BARU DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI
MODEL PEMALANG
1
Dokumentasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Pemalang
2
Hasil wawancara dengan Bp. Parsikun selaku staff TU, pada tanggal 19 Januari 2011
45
46
3
Dokumentasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Pemalang
49
f. Ruang Keterampilan
g. Lapangan Olahraga (Basket, tennis lapangan, tennis meja, sepak bola,
bola volley, sepak takraw dan badminton)
h. Gedung Olah Raga (GOR)
i. Koperasi siswa
j. Aula
k. Masjid
l. Asrama
m. Kantin Sekolah
n. Ruang Multimedia yang berisikan audio visual tentang pembelajaran.
4
Wawancara dengan Bp. Moh. Amiruddin, selaku waka humas MTsN Model Pemalang,
pada 13 Januari 2011
5
Hasil wawancara dengan Bp. Parsikun, selaku staff TU MTs Negeri Model Pemalang,
pada tanggal 19 Januari 2011
51
dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu, maka tugas humas yang
lebih penting adalah menjalin hubungan yang erat dan harmonis
dengan seluruh warga sekolah dan masyarakat sekitar (baik orang tua
siswa, tokoh masyarakat, lembaga pendidikan lain maupun pejabat
pemerintahan).
b. Kerja sama dengan SD Sekitar
Dari data perkembangan penerimaan siswa baru MTs Negeri
Model Pemalang diketahui bahwa terdapat beberapa SD yang
senantiasa menjadi mitra MTs dengan mendaftarkan tamatannya ke
MTs ini selama beberapa tahun hingga sekarang. SD-SD tersebut
diantaranya adalah sebagian besar SD di desa Asem Doyong, Kec.
Taman, Kab. Pemalang, dengan jarak tempuh ± 3 Km, serta sebagian
SD di kelurahan Mulyoharjo dan kelurahan Kebondalem, Kec.
Pemalang, Kab. Pemalang, yang berjarak 0,5 Km – 1 Km. Oleh karena
MTs telah mendapat pelanggan setia tersebut, maka tugas humas yang
mendapat perhatian lebih adalah menjaga hubungan yang baik dengan
SD-SD tersebut agar selalu terjalin hubungan yang harmonis, di
samping menjaga hubungan yang harmonis pula dengan pihak-pihak
lain, dari pada menyusun berbagai macam strategi untuk
memperkenalkan MTsN Pemalang ke masyarakat luas pada umumnya.
c. Persaingan dengan Sekolah Lain
Faktor lain yang menyebabkan pihak MTs kurang begitu
gencar melancarkan promosinya adalah belum terjadi persaingan yang
ketat dari sekolah-sekolah lainnya. Persaingan yang dimaksud adalah
pada waktu itu masih sedikit sekolah umum yang dianggap bermutu,
belum ada sekolah sederajat yang mendapat predikat Sekolah Standar
Nasional, apalagi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional seperti
sekarang ini, sehingga tanpa promosi berlebih pun keinginan
masyarakat memilih MTs masih tinggi.
d. Keberadaan MTsN Pemalang
52
6
Hasil wawancara dengan Bp. Parsikun, selaku staff TU MTs Negeri Model Pemalang,
pada tanggal 19 Januari 2011
7
Dokumentasi Data Perkembangan Penerimaan Peserta Didik Baru Madrasah
Tsanawiyah Negeri Pemalang
53
1000
800
600
Jumlah pendaftar
400 Jumlah yang Diterima
200
0
20
20
20
20
20
00
01
02
03
04
/2
/2
/2
/2
/2
00
00
00
00
00
1
5
Gambar 3.1: Grafik Hasil Penerimaan Siswa Baru Sebelum Diterapkan
Strategi Manajemen Humas
8
Wawancara dengan Bp. Moh. Amiruddin, selaku waka humas MTsN Model Pemalang,
pada 13 Januari 2011
9
Hasil wawancara dengan Bp. Sudar, selaku Kepala MTs Negeri Model Pemalang, pada
tanggal 16 Januari 2011
54
10
Hasil wawancara dengan Bp. Sudar, selaku Kepala MTs Negeri Model Pemalang, pada
tanggal 16 Januari 2011
55
Tabel 3.2. Program Kerja Waka Hubungan Masyarakat Tahun Pelajaran 2010/201111
PELAK SUMBER
No PROGRAM BENTUK KEGIATAN TARGET
SANAAN
WAKTU
DANA
KET
1 2 3 4 5 6 7 8
1 1. Konsolidasi antara 1. Meningkatkan hubungan yang harmonis antara Kepala, 1. Peserta 1. Semua Guru Disesuaikan Orang tua 1. Bersama-sama
Kepala, Guru, Pegawai, Guru, Pegawai, dan Karyawan MTsN Pemalang melalui Didik Wali Kelas dengan peserta didik orang tua
dan Karyawan Pembinaan setiap tgl 17, Halal Bi Halal, Pengajian Kelas VII 2. Semua orang jadwal yang dan MTsN peserta didik
2. Mengoptimalkan peran Keluarga. sampai tua peserta ada Pemalang membentuk
dan fungsi komite dalam 2. Membuat Forum Silaturrahim antara Wali Kelas dengan dengan didik
Forum
hal ini peran sebagai orang Tua Wali di kelas masing-masing. Kelas IX
mediator yang fungsinya 3. Dengan Guru Bimbingan dan Konseling memfasilitasi 2. Guru Silaturrahim
melakukan kerjasama orang tua peserta didik dalam membuat program kerja MTsN 2. Bersama-sama
dengan masyarakat (1.program belajar peserta didik, 2. problem belajar peserta Pemalang orang tua
3. Meningkatkan hubungan didik, 3. masalah yang biasa dihadapi diluar belajar peserta peserta didik
yang harmonis antara didik). membuat
orang tua peserta didik 4. Memfasilitasi program kurikulum dalam peningkatkan mutu rencana
dengan Kepala Madrasah, guru yang profesional yaitu mengikuti kegiatan meliputi 1) program kerja
Guru, Pegawai, dan Kegiatan pengembangan profesi, 2) Penelitian atau Forum
Karyawan MTsN pengkajian survey, 3) Menulis karya ilmiah, 4) Menulis Silaturrahim
Pemalang tulisan ilmiah populer di media massa, 5) Menulis makalah,
baik jangka
4. Menampung dan 6) Menulis Modul atau Diktat, 7) Menemukan teknologi
menganalisis aspirasi, ide, tepat guna, 8) Membuat alat peraga, 9) Menemukan Seni satu tahun ke
tuntutan, dan berbagai Monumental, 10) Mengikuti Kegiatan Seni Kurikulum. depan sampai
kebutuhan pendidikan 5. Dengan Waka Kesiswaan memfasilitasi bantuan dana dari tiga tahun.
yang diajukan oleh dunia usaha dan industri untuk biaya pembebasan uang
masyarakat sekolah bagi peserta didik yang berasal dari keluarga tidak
mampu.
11
Dokumen Waka Humas MTsN Model Pemalang
56
12
Wawancara dengan Bp. Moh. Amiruddin, selaku waka humas MTsN Model Pemalang,
pada 13 Januari 2011
13
Ibid
14
Hasil olahan penulis dari wawancara dengan Bp. Moh. Amiruddin, pada 13 Januari
2011
57
15
Wawancara dengan Bp. Moh. Amiruddin, selaku waka humas MTsN Model Pemalang,
pada 13 Januari 2011
58
16
Dokumen Waka humas MTs N Pemalang
60
17
Wawancara dengan Bp. Moh. Amiruddin, selaku waka humas MTsN Model Pemalang,
pada 13 Januari 2011
64
1) Metode langsung
a) Kunjungan Panitia Penerimaan Siswa Baru
Pada masa-masa penerimaan siswa baru, ada kepanitian
khusus dari panitia penerimaan siswa baru yang mendatangi
SD-SD sekitar untuk mempromosikan MTsN Pemalang. Dalam
kunjungannya ini, selain memperkenalkan MTsN Pemalang
kepada tamatan SD yang hendak mencari sekolah lanjutan, para
petugas tersebut juga menyampaikan berbagai keunggulan
madrasah, syarat-syarat pendaftaran dan fasilitas yang
disediakan bagi para siswa yang nantinya bersekolah di sana.
b) Mengundang SD terdekat
MTs mengundang SD-SD terdekat pada acara akhirus
sanah atau perpisahan kelas IX, yang diwakili oleh sebagian
siswa SD yang dibimbing oleh salah seorang gurunya.
Undangan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan MTs secara
langsung kepada siswa-siswa SD yang sebentar lagi akan
melanjutkan pendidikannya ke jenjang sekolah yang lebih
tinggi. Selain dapat dengan langsung menyampaikan informasi
tentang MTs kepada para siswa tersebut, dengan masuk ke
lingkungan kampus MTsN Pemalang, diharapkan siswa-siswa
SD ini tertarik untuk melanjutkan pendidikannya di sana,
karena dapat menyaksikan sendiri bangunan megah gedung
MTsN Pemalang dan kelengkapan sarana dan prasarananya.
2) Metode tidak langsung (melalui media cetak atau elektronik)
a) Brosur
Brosur merupakan sebuah lembaran yang biasa
digunakan menjadi alat untuk memperkenalkan sebuah
lembaga. Begitupun MTsN Pemalang, madrasah yang
berbangunan megah ini juga biasa menggunakan brosur untuk
mempromosikan dan memperkenalkan MTs kepada masyarakat
luas. Brosur yang biasanya diedarkan menjelang awal tahun
65
18
Wawancara dengan Bp. Moh. Amiruddin, selaku waka humas MTsN Model Pemalang,
pada 13 Januari 2011
67
20
20
20
20
20
05
06
07
08
09
10
/2
/2
/2
/2
/2
/2
00
00
00
00
01
01
6
Dari data tersebut, diketahui bahwa rata-rata per tahun calon siswa
yang mendaftar sebanyak 607 siswa, turun 133 siswa dari rata-rata per
tahun pada 5 (lima) tahun sebelumnya. Ternyata dengan semakin
bertambah dan bervariasinya strategi manajemen humas, MTs belum dapat
meningkatkan penerimaan siswa baru. Namun hal ini bukan berarti
strategi-strategi tersebut tidak berhasil, menurut Bapak Moh. Amiruddin,
selaku wakil kepala Humas MTsN pemalang, yang dulu juga pernah
menjabat sebagai panitia penerimaan siswa pada masa kepemimpinan
Bapak Drs. H. Sanuri Rahmat Syah, Bc. Hk, terdapat perbedaan situasi
19
Dokumentasi Data Perkembangan Penerimaan Peserta Didik Baru Madrasah
Tsanawiyah Negeri Pemalang
68
dan kondisi antara pada masa kepemimpinan Bapak Sanuri dulu dengan
Bapak Sudar yang dapat mempengaruhi penerimaan siswa baru.
Perbedaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Proses seleksi penerimaan siswa baru.
Pada masa kepemimpinan Bapak Drs. H. Sanuri Rahmat Syah,
(selama periode tahun 2000-2005) tidak ada seleksi lebih lanjut
mengenai calon siswa yang dapat diterima sebagai siswa MTsN
Pemalang. Pada waktu itu, semua tamatan SD/MI manapun dapat
menjadi siswa MTsN Pemalang apabila NEM-nya tinggi dan masih
memenuhi kuota yang dapat diterima berdasarkan rangking NEM.
Oleh karena itu, maka siapapun berani mendaftar di madrasah ini.
Namun keadaan berubah ketika kepemimpinan digantikan oleh
Bpk. Drs. H. Sudar, M.Ag. Pada masa dipimpin oleh Bapak Sudar,
beliau menginginkan calon siswa MTs N Pemalang adalah calon-calon
siswa yang berprestasi. Sehingga pada masa kepemimpinan Bapak
Sudar ini diadakan seleksi tambahan bagi calon siswa yang ingin
mengenyam pendidikan di MTsN Pemalang. Seleksi tersebut adalah
dengan mengadakan test wawancara (tes lisan) mengenai keahlian
dalam BTQ (Baca Tulis al Qur’an), tes kepribadian yang dinilai dari
cara berpakaian, tutur kata dan tingkah lakunya pada saat di dalam
ruang tes, serta tes minat mengenai motivasi mendaftar di MTsN
Pemalang yang juga dilakukan dengan tes wawancara.
Pada mulanya, tes tersebut mempengaruhi penerimaan siswa
baru. Jadi apabila seorang calon siswa memiliki NEM yang tinggi,
namun kurang menguasai BTQ, atau tingkah lakunya kurang sopan,
maka calon siswa tersebut belum tentu dapat diterima di MTsN
Pemalang. Namun hal ini ternyata membawa dampak bagi jumlah
penerimaan siswa baru, di mana calon siswa yang merasa kurang
mampu dalam BTQ takut mendaftar di madrasah ini.
Menyadari hal itu, maka pada tahun berikutnya pihak MTs
mengganti tes tersebut dengan interview atau wawancara penelusuran
69
Brosur
Kalender
Internet
Papan
Radio
Mengunjungi MTs
Kunjungan panitia
PPDB MTs
Orang tua siswa
Ekskul MTs
21
Wawancara dengan Bp. Moh. Amiruddin, selaku waka humas MTsN Model Pemalang,
pada 13 Januari 2001
BAB IV
ANALISIS DATA
Dari kajian teoritis dan hasil data lapangan yang telah penulis jabarkan,
maka langkah selanjutnya adalah melakukan penganalisisan terhadap data-data
tersebut, sehingga hasilnya dapat diketahui secara transparan. Mengingat bahwa
data-data yang terkumpul bersifat kualitatif, maka dalam menganalisa data
digunakan analisis deskriptif dengan mendeskripsikan dan mengkomparasikan
dengan konsep manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang ditemukan
dalam studi kepustakaan.
Dalam Bab IV ini, penulis berusaha menganisis data sesuai dengan
rumusan masalah pada Bab I, yaitu bagaimana keadaan awal strategi manajemen
humas dan penerimaan siswa baru MTs Negeri Model Pemalang? Bagaimana
strategi dan program manajemen humas MTs Negeri Model Pemalang? Dan
bagaimana hasil penerimaan siswa baru di MTs Negeri Model Pemalang sebagai
hasil dari strategi humasnya?
72
73
Pemalang pada waktu itu tergolong sangat sederhana, padahal banyak terdapat
strategi dan metode humas yang dapat dimanfaatkan untuk menarik animo
masyarakat seperti yang telah penulis paparkan pada bab II. Penyusunan
strategi tersebut tentunya disusun berdasarkan visi dan misi madrasah, analisis
lingkungan eksternal, analisis lingkungan internal, perumusan tujuan khusus
kemudian menetapkan strategi agar strategi tersebut efektif dan efisien.
Namun melihat situasi dan kondisi pada waktu itu yang memang
belum begitu diperlukan berbagai macam promosi, maka kebijakan yang
diambil Bapak Sanuri dapat dikatakan cukup tepat. Beliau berpandangan
bahwa tanpa berbagai strategi promosipun, minat masyarakat terhadap MTsN
Pemalang masih cukup tinggi, karena pada waktu itu MTs sudah mendapat
kerja sama yang baik dengan SD-SD sekitar, persaingan yang belum begitu
ketat, MTs yang sudah lama berdiri sehingga kemungkinan besar masyarakat
sudah mengenal MTs dan sebagainya. Selain itu, masih ada yang harus
mendapat perhatian lebih, khususnya dalam manajemen humas, yaitu
membangun hubungan yang sudah terjalin agar tetap harmonis, baik dengan
orang tua siswa, tokoh masyarakat, lembaga pendidikan lain maupun pejabat
pemerintahan.
Dari sini dapat diketahui bahwa Bapak Sanuri selaku kepala madrasah
menggunakan skala prioritas dalam menyusun strategi dan program-program
madrasah. Beliau melihat bahwa membangun hubungan dengan berbagai
lapisan masyarakat dan menjaga hubungan tersebut agar tetap harmonis lebih
utama dari pada menyusun berbagai promosi. Pada waktu itu MTs sudah
mendapat kerja sama dan kepercayaan yang bagus dari SD-SD sekitar, banyak
dari tamatan-tamatan SD tersebut melanjukan pendidikannya di MTsN
Pemalang. Hal ini berlangsung bertahun-tahun, sehingga yang perlu
diperhatikan adalah tetap menjaga hubungan yang baik, agar SD-SD tersebut
tetap menjadi “pelanggan setia” MTsN Pemalang.
Jadi strategi untuk meningkatkan penerimaan siswa baru pada waktu
itu adalah dengan menjaga hubungan yang sudah terjalin dengan baik antara
MTsN Pemalang dengan SD-SD sekitar, strategi promosi yang sederhana,
74
yaitu dengan brosur dan spanduk, serta mengadakan ekstra kurikuler unggulan
berupa marching band.
Hubungan yang sudah terjalin dengan baik antara MTsN Pemalang
dengan SD-SD sekitar merupakan suatu aset yang sangat penting dalam
perkembangan madrasah. Oleh karena itu, maka MTsN Pemalang harus selalu
menjaga hubungan agar SD-SD tersebut dapat menjadi mitra setia MTsN
Pemalang. Upaya menjaga hubungan dengan SD-SD tersebut bisa dengan
memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi perkembangan SD tersebut,
seperti yang dilakukan pada masa-masa sekarang, yaitu dengan mengirimkan
siswa pramuka MTsN Pemalang (kakak penggalang) ke SD-SD sekitar untuk
membimbing pramuka SD (tingkat siaga) ataupun program lain yang sifatnya
dapat menguntungkan SD-SD tersebut.
Dalam hubungan masyarakat, salah satu hal yang harus diperhatikan
juga adalah adanya prinsip simbiosis mutualisme (prinsip saling
menguntungkan). Apabila dilihat dari sudut pandang MTs, maka tidak dapat
dipungkiri bahwa MTs membutuhkan dukungan, baik dukungan moril,
finansial maupun simpati dari berbagai pihak, karena pada dasarnya sekolah
atau madrasah tidak dapat memisahkan diri atau terasing dari masyarakatnya.
Bagaimanapun, masukan siswa dan dana adalah berasal dari masyarakat.
Lebih dari itu, di satu sisi sekolah memerlukan masyarakat dalam menyusun
program yang relevan, sekaligus memerlukan dukungan dari masyarakat baik
berupa calon murid/pendaftar, maupun pembiayaan (SPP/DPP) dalam
melaksankan program sekolah, madrasah dan pesantren.1 Namun apabila
dilihat dari kaca mata masyarakat, masyarakat juga membutuhkan hasil
konkrit dari madrasah berupa kualitas lulusan madrasah yang lebih baik dari
sebelumnya. Secara lebih lengkap lagi, kebutuhan masyarakat dari madrasah
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama dalam
bidang mental-spiritual.
1
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Ciputat Press,
2005), hlm.272
75
2
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995), cet. 7, hlm. 194
76
3
Wawancara dengan Bp. Parsikun, selaku staf TU MTsN Pemalang, pada tanggal 19
Januari 2011
78
Internal
Strengths (kekuatan) Weakness (kelemahan)
Eksternal
S-O W-O
1. Memanfaatkan kelengkapan 1. Untuk mempermudah
sarana dan prasarana siswa dalam belajar, MTs
madrasah untuk menarik dapat menjalin kerja sama
minat masyarakat. dengan lembaga bimbel
2. Memanfaatkan ekstra atau memanfaatkan
Opportunity
kurikuler untuk semakin teknologi.
(peluang)
mempopulerkan MTs pada 2. MTs dapat meningkatkan
masyarakat. kerja sama dengan SD-SD
3. Mengadakan kerja sama sekitar dan masyarakat
dengan berbagai lapisan luas agar tidak menjadi
masyarakat untuk pilihan kedua.
memperkenalkan madrasah.
S-T W-T
1. Mempromosikan kepada 1. Memajukan keunggulan
masyarakat bahwa MTs yang sudah dimiliki MTs,
mempunyai muatan seperti kurikulum agama,
kurikulum agama yang lebih ekstra kurikuler dan
banyak dibandingkan memanfaatkan
sekolah umum lain. kelengkapan sarana dan
2. Memaksimalkan strategi dan prasarana dengan baik.
program humas untuk 2. Mengadakan penelitian
Threats menjelaskan bagaimana kepada masyarakat untuk
(tantangan) sebenarnya MTs Negeri mengetahui kebutuhan
Model Pemalang kepada atau apa yang diinginkan
masyarakat luas. oleh masyarakat dari
3. Menunjukkan prestasi MTs pendidikan.
kepada masyarakat luas
dengan memamerkan
langsung pada saat ada
pameran maupun melalui
media, seperti kalender,
internet, dsb.
Dari sedikit contoh hasil analisis yang sudah disusun dalam matriks di
atas, maka dapat disusun perencanaan strategis sebagai tindak lanjut dari
79
4
Zainal Muttaqien , Dunia Guru, Madrasah dan Tulisan Sekedar,
http://izaskia.wordpress.com/category/dunia-madrasah/, diakses pada tanggal 30 September 2010
80
5
Morissan, Manajemen Public Relation: Strategi Menjadi Humas Profesional, (Jakarta:
Kencana, 2008), cet. 1, hlm. 108
81
sebaliknya. Dari fakta ini berarti ada hal yang harus segera dibenahi agar
masyarakat kembali mendaftarkan putra-putrinya ke MTsN Pemalang, karena
pendaftar mempunyai peran penting dalam memajukan kualitas madrasah.
Dengan jumlah pendaftar yang banyak, maka pihak MTs dapat lebih leluasa
menyeleksi calon-calon siswa unggulan yang nantinya menjadi peserta didik
MTs ini. Apabila in put berupa masukan siswa baru yang bagus dan diproses
dengan bagus, maka dapat mengeluarkan out put yang berkualitas pula.
Kurang berhasilnya pihak MTsN Pemalang dalam merekrut jumlah
pendaftar disebabkan karena dalam penyusunan strategi dan program humas
belum melakukan analisis yang serius, sehingga belum diketahui dengan pasti
potensi dan peluang MTs yang dapat dioptimalkan untuk menarik minat, apa
yang diharapkan masyarakat dari pendidikan dan bagaimana persepsi
masyarakat tentang MTs, sehingga banyak dari masyarakat yang belum benar-
benar mengetahui tentang MTsN Pemalang.
Permasalahan lain yang dihadapi MTs dalam menarik minat
masyarakat diantaranya adalah masyarakat belum mengetahui dengan pasti
seperti apa sistem pendidikan, kualitas dan prospek dari madrasah yang
setingkat dengan SMP ini, sehingga seperti kata pepatah “tak kenal maka tak
sayang”, maka masyarakatpun tidak dapat langsung percaya dengan kualitas
MTs. Masalah ini ditambah dengan terjadinya persaingan yang semakin
kempetitif dari sekolah-sekolah umum lainnya yang terus memperbaiki
kualitasnya, sehingga tidak jarang masyarakat hanya memandang sebelah
mata pada madrasah.
Sebenarnya MTsN Pemalang sebagai sekolah berciri khas Islam
mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan sekolah umum biasa. Nilai lebih
ini berupa muatan kurikulum agama yang lebih banyak dibandingkan SMP
umum. Seharusnya kelebihan ini dapat menambah nilai jual dan daya saing
MTs dalam meningkatkan animo masyarakat apabila pihak MTs dapat
mempromosikan dengan baik tentang keunggulan tersebut, terlebih di zaman
sekarang yang semakin terjadi penurunan nilai-nilai keagamaan di tengah
masyarakat, maka peluang untuk menjaring minat masyakat pada MTs
82
6
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia,( Jakarta: Bina Aksara, 1988), cet.1,
hlm. 208
83
Tulis al Qur’an), tes kepribadian serta tes minat mengenai motivasi mendaftar
di MTsN Pemalang, merupakan strategi yang bagus untuk mendapatkan
calon-calon siswa yang tidak hanya cakap dalam ilmu umum tapi juga sudah
bisa membaca Al Qur’an dengan baik serta mempunyai sopan santun, karena
madrasah adalah lambang sekolah Islam.
Dari adanya seleksi penerimaan siswa baru di atas, dapat diketahui
bahwa MTs tidak lagi hanya menginginkan jumlah pendaftar yang banyak dari
segi kuantitas, tapi juga mengharapkan calon-calon siswa yang berkualitas.
Namun sayangnya, maksud baik dari MTs ini kurang mendapat dukungan
positif dari masyarakat. Hal ini terbukti setelah diadakaannya tes tersebut,
jumlah pendaftar semakin turun dari tahun ke tahun. Calon-calon siswa yang
merasa belum mampu dalam BTQ menjadi takut atau minder mendaftar di
MTsN Pemalang, sehingga urung mendaftar di MTsN Pemalang.
Menyadari hal itu, maka pada tahun berikutnya pihak MTs merubah
tes tersebut dengan penelusuran bakat dan minat yang juga masih berupa
wawancara. Wawancara ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan dasar
siswa dalam BTQ dan tidak mempengaruhi penerimaan siswa baru. Akan
tetapi pergantian sistem tersebut tidak serta merta membuat masyarakat
kembali berduyun-duyun mendaftar di MTsN Pemalang, karena masih adanya
persepsi dari masyarakat mengenai wawancara yang ikut menentukan dalam
penerimaan siswa baru, sehingga bagi mereka yang merasa belum menguasai
ilmu BTQ tidak berani mendaftar di MTs ini.
Di sinilah pentingnya tugas humas, humas harus dapat memberi
penerangan kepada masyarakat tentang segala sesuatu yang ada di MTs. Dari
kasus di atas berarti telah terjadi salah persepsi antara masyarakat dengan
MTs. Oleh karenanya, pihak humas MTsN Pemalang harus segera memberi
penjelasan yang sebenarnya mengenai program dari madrasah tersebut,
apalagi dengan adanya berbagai variasi strategi dan program manajemen
humas di MTs, maka dapat semakin memudahkan kinerja humas untuk
menyebarkan informasi MTsN Pemalang ke masyarakat luas, sehingga
harapan masyarakat kembali tertarik dengan MTsN Pemalang dapat terwujud.
84
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan tentang Strategi
Manajemen Humas dalam Meningkatkan Penerimaan Siswa Baru di MTs
Negeri Model Pemalang, dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Kondisi awal strategi manajemen humas yang berupaya untuk
meningkatkan penerimaan siswa baru pada mulanya masih sangat
sederhana, yaitu hanya dengan menggunakan promosi berupa brosur dan
spanduk sebagai alat untuk memperkenalkan MTs Negeri Model
Pemalang sekaligus menyampaikan informasi mengenai waktu dan syarat
pendaftaran kepada masyarakat serta memanfaatkan keunggulan madrasah
untuk menarik minat masyarakat berupa mengadakan ekstra kurikuler
yang belum dimiliki oleh sekolah manapun di Kab. Pemalang pada waktu
itu, yaitu marching band. Strategi yang sederhana ini menggunakan skala
prioritas, yaitu karena melihat kondisi pada waktu itu belum terdapat
persaingan yang ketat dari sekolah-sekolah sederajat lainnya, MTs telah
mendapat kerja sama yang bagus dari SD-SD sekitar serta mengingat MTs
adalah sekolah yang sudah berumur, sehingga memungkinkan madrasah
ini sudah dikenal oleh masyarakat. Jadi fokus tugas humas pada waktu itu
lebih cenderung pada menjalin hubungan yang harmonis antar warga
intern madrasah dan menjalin hubungan yang harmonis kepada SD-SD
sekitar dan masyarakat umum.
85
Strategi manajemen humas dikelompokkan menjadi dua, yaitu strategi
manajemen humas dengan publik intern dan strategi manajemen humas
86
86
3. Dari data hasil perkembangan penerimaan siswa baru pada saat sebelum
dan sesudah diterapkannya berbagai strategi dan program manajemen
humas, dapat diketahui bahwa strategi dan program manajemen humas di
MTsN Pemalang yang diterapkan selama kurun waktu 5 (lima) tahun
terakhir ini belum begitu berhasil dalam meningkatkan jumlah penerimaan
siswa baru dalam segi kuantitas. Hal ini dikarenakan karena dalam
penyusunan strategi dan program humas belum melakukan analisis yang
matang, sehingga belum diketahui dengan pasti potensi MTs yang dapat
dioptimalkan untuk menarik minat masyarakat, apa yang diharapkan
masyarakat dari pendidikan dan bagaimana persepsi masyarakat tentang
MTs. Namun penyebab lain mengapa MTs belum mendapat banyak
jumlah pendaftar seperti pada masa sebelumnya adalah karena telah terjadi
perbedaan situasi dan kondisi antara pada masa kepemimpinan Bapak
Sanuri dulu dengan Bapak Sudar yang dapat mempengaruhi penerimaan
siswa baru. Perbedaan tersebut adalah pada proses seleksi penerimaan
siswa baru yang pada masa kepemimpinan Bapak Sanuri tidak ada seleksi
masuk tambahan, sedangkan pada masa Bapak Sudar karena beliau
menginginkan calon siswanya merupakan calon-calon siswa yang
berkualitas, diadakan tes seleksi masuk yang berupa tes wawancara (tes
lisan) mengenai BTQ (Baca Tulis al Qur’an), tes kepribadian serta tes
minat mengenai motivasi calon siswa mendaftar di MTsN Pemalang.
Dengan adanya tes tersebut, banyak calon siswa yang tidak berani
mengikuti tes, sehingga tidak jadi mendaftar di MTsN Pemalang.
87
B. Saran
Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, dengan mendasarkan pada
penelitian yang peneliti lakukan, maka peneliti ingin memberikan saran yang
kiranya dapat bermanfaat bagi civitas MTs Negeri Model Pemalang, antara
lain sebagai berikut:
1. Dalam menyusun strategi atau program pendidikan, baik itu dari
manajemen humas maupun bidang lainnya, hendaknya dilakukan analisis
SWOT terlebih dahulu untuk menjadi acuan, selain juga harus sesuai
dengan visi, misi dan tujuan madrasah, agar strategi dan program-program
tersebut dapat tepat sasaran sekaligus dapat mewujudkan visi, misi dan
tujuan MTs Negeri Model Pemalang.
3. Hubungan yang sudah terbina dengan baik dengan SD-SD sekitar dan
dengan masyarakat luas hendaknya tetap dipertahankan dengan baik. Salah
88
satu upaya untuk tetap mendapat dukungan dan kerja sama yang baik
adalah dengan memberikan kontribusi positif kepada SD-SD tersebut dan
kepada masyarakat.
4. Upaya yang paling efektif dalam menarik minat masyarakat adalah dengan
memajukan pendidikannya. Oleh karena itu pihak humas harus bekerja
sama dengan bidang kurikulum, kesiswaan, bidang sarana prasarana dan
seluruh civitas madrasah untuk memajukan kualitas madrasah, baru
kemudian dipublikasikan kepada masyarakat luas.
C. Penutup
Puji syukur yang senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.
kini penulis haturkan kembali kehadiratNya Yang telah melimpahkan rahmat
dan inayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu proses pelaksanaan penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.
89
Semoga bantuan baik berupa do’a, materi maupun tenaga dan pikiran yang
telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dan dicatat sebagai amal
ibadah bagi Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan
adanya saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan karya tulis lain di
kemudian hari. Penulis juga meminta maaf apabila ada kata-kata yang kurang
berkenan di hati pihak-pihak tertentu.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat dan kontribusi positif bagi
penulis maupun siapa saja yang mau memetik ilmu, hikmah dan pengalaman
dari tulisan ini.
Akhirnya, tiada manusia yang sempurna, hanya kepada Allah SWT
penulis berserah diri dan hanya kepada-Nya penulis memohon segala
bimbingan dan pertolongan. Wa Allahu A’lam bi al-shawab.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Qodir, Riza (3104024). Efektivitas Manajemen Strategik di Lembaga Pendidikan Islam
(Studi Kasus di SMP Nasima Semarang). Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.
(Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah. 2009)
Akdon. Strategic Management for Educational Management (Manajemen Strategik untuk
Manajemen Pendidikan). (Bandung: Alfabeta. 2007). cet. 2
Alex MA. Kamus. Ilmiah Populer Kontemporer. (Surabaya: Karya Harapan. 2005)
Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah
Penerapan. terj. Yosal Iriantara. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005). cet. 2
Arikunto, Suharsimi. Organisasi dan Administrasi. (Jakarta: Rajawali Press. 1990). cet. 1
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta.
2002). Cet. 12. ed. revisi
Azwar. Saifuddin. Metode Penelitian. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1997)
B. Suryosubroto. Humas dalam Dunia Pendidikan - Suatu Pendekatan Praktis. (Yogyakarta:
Mitra Gama Widya. 2001)
Bush, Tony. Marianne Coleman. Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan. terj.
Fahrurrozi. (Yogyakarta: IRCisod. 2008). cet. 2
Daryanto. Administrasi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta. 2001). cet. 2
Denim. Sudarwan. Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan Metodologi. presentasi. dan publikasi
hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Penelitian pemula Bidang Ilmu Sosial. Pendidikan
dan Humaniora. (Bandung: CV. Pustaka Setia. 2002). Cet.I
Departemen Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahnya. (Semarang: Toha Putra: 2002)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai
Pustaka. 1999). cet. 10. ed. 2
Effendy. Onong Uchjana. Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis. (Bandung: Remaja
Rosdakarya. 1992). cet. 3. ed. Revisi
Fatah. Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004). cet. 7
Furchan. Arief. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2007)
Gunawan. Ary H. Administrasi Sekolah Administrasi Pendidikan Mikro. (Jakarta: PT. Rineka
Cipta. 1996). cet. 1
H.A.W. Widjaja. Komunikasi – Komunikasi & Hubungan Masyarakat. (Jakarta: Bumi Aksara.
2010). cet. 6
Hadi. Sutrisno. Metode Research. (Yogyakarta: Andi. 2004). jilid 2
Hasan. M. Iqbal. Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya. (Jakarta: Ghalia
Indonesia. 2002)
Hamruni. Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan. (Yogyakarta: Fakultas
Tarbiyah UIN Sunan Kalijogo. 2009)
Hery Winarto. Manajemen Humas dalam Meningkatkan Pencitraan Publik di TK An Nur
Tugurejo Semarang. (Semarang: IAIN Walisongo Semarang. 2010)
Hidayat, Ara. Imam Machali. Pengelolaan Pendidikan. (Bandung: Pustaka Educa. 2010). cet. 1
Khozin. Jejak-Jejak Pendidikan Islam di Indonesia – Rekonstruksi Sejarah untuk Aksi. (Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang. 2006) cet. 2
Knowles, Asa S. and Associates. Handbook of Cooperative Education. (San Francisco: Jossey-
Bass. 1972). 2nd printing
Mohammad Ali. Strategi Penelitian Pendidikan. (Bandung: Angkasa. 1993). cet. 1
Moleong. Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2002). Cet.
17
Morissan. Manajemen Public Relation: Strategi Menjadi Humas Profesional. (Jakarta: Kencana.
2008). cet. 1
Mulyasa. E. Manajemen Berbasis Sekolah. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003). cet. 5
Mulyono. Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan. (Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
2009). cet. 2
Nawawi, Hadari. Administrasi Pendidikan. (Jakarta: Gunung Agung. 1997). cet. 14
Nawawi, Hadari. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan – Dengan
Ilustrasi di Bidang Pendidikan. (Jogjakarta: Gadjah Mada University Press. 2005). cet. 3
Pidarta. Made. Manajemen Pendidikan Indonesia.( Jakarta: Bina Aksara. 1988). cet.1
Purwanto, M. Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya.
1995). cet. 7
Redaksi Sinar Grafika. Undang-Undang Sisdiknas (UU RI No. 20 Th. 2003). (Jakarta Sianar
Grafika Offset. 2009). cet. 2
Rokhimin. Manajemen Strategik Kehumasan dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat
terhadap kegiatan Pendidikan di MAN Demak. (Semarang: IAIN Walisongo Semarang.
2010)
Ruslan, Rosady. Aspek-Aspek Hukum dan Etika Dalam Aktifitas Public Relations Kehumasan.
(Jakarta: Ghalia Indonesia. 1995)
Sallis, Edward. Total Quality Management in Educatioan. terj. Ahmad Ali Riyadi dan
Fahrurrozi. (Jogjakarta: Ircisod. 2008). cet. 8
S. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. (Jakarta : Rineke Cipta. 2000)
Sagala, H. Syaiful. Administrasi Pendidikan Kontemporer. (Bandung: Alfabeta. 2000)
Sagala, Syaiful. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. (Bandung: Alfabeta.
2007). cet. 2.
Sa’ud, Udin Syaefudin dan Abin Syamsuddin Makmun. Perencanaan Pendidikan - Suatu
Pendekatan Komprehensif. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007). cet. 3
Siswanto. Andik. Manajemen Pemasaran Jasa Pendidikan di Lembaga Pendidikan Tinggi Islam
(Studi Kasus di IAIN Walisongo Semarang). (Semarang: IAIN Walisongo Semarang.
2008)
Soetjipto dan Raflis Kosasi. Profesi Kegiatan. (Jakarta: Rineka Cipta. 1999). cet. 1
Soetopo. Hendyat dan Wasty Sumanto. Pengantar Operasional Adminitrasi Pendidikan.
(Surabaya: Usaha Nasional. 1982)
Subroto, B. Suryo. Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah. (Jakarta: Bina Aksara:
1984). cet. 2. ed. Revisi
Sudarto. Metodologi Penelitian Filsafat. (Jakarta: Raja GrafindoPersada. 1997)
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif. Kualitatif. dan R&D.
(Bandung: Alfabeta. 2007). cet. 3
Suparyogo. Imam. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung : Remaja Rosdakarya. 2001)
Sutisna, Oteng. Administrasi Pendidikan – Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. (Bandung:
Angkasa. 1986). cet. 10
Syafaruddin. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. (Jakarta: PT. Ciputat Press. 2005)
Syafaruddin. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan – Konsep. Strategi dan Aplikasi.
(Jakarta: Grasindo. 2002). cet. I
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang. Administrasi Pendidikan.
(Malang: IKIP Malang. 1989). cet. 2
Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah. (Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2001). cet. 3
Winardi. Asas-Asas Manajemen. (Bandung: Alumni. 1979). cet. 10. ed. 7
Yusuf. Choirul Fuad (ed.). Potret Madrasah dalam Media Massa. (Jakarta: Puslitbang
Pendidikan Agama dan Keagamaan Depag RI. 2006)
REFERENSI INTERNET
Adpani. http://apong-indigo.blogspot.com/. diakses pada Selasa. 24 Agustus 2010
Markus Basuki. http://cor-amorem.blogspot.com/2010/01/manajemen-humas.html. diakses pada
25 Juli 2010
Usman, Indriana. Manajemen Stratejik.
http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?option=com_content&view=article&id=129:ek
ma-4414-manajemen-stratejik&Itemid= 73&catid=28:fekon. diakses pada tanggal
15112010
DAFTAR LAMPIRAN
Model Pemalang
6. Lampiran Jumlah Peserta Didik MTs Negeri Model Pemalang Tahun Ajaran
2010/2011
Pemalang
Kepala Sekolah
Drs. H. Sudar, M.Ag.
Sekretaris Bendahara
Komar, S.E. Sri Mujiastuti
Anggota
Anggota
Guru
Waka. Kurikulum Waka. Kesiswaan Waka. Humas Waka. Sarpras Koordinator BP/BK
Drs. Widodo, M.SI Sudirman, S.Pd. Moh. Amiruddin, S.Pd. Dra. Siti Fasichah Sarifudin Jaelani, S.Pd.
Anggota Guru
JUMLAH SISWA MTs NEGERI MODEL PEMALANG
TAHUN AJARAN 2010 / 2011
A. KURIKULUM
Struktur kurikulum yang diterapkan MTsN Pemalang adalah sebagai
berikut:
KELAS DAN ALOKASI WAKTU
KOMPONEN
VII VIII IX
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
a. Al Qur’an Hadits 2 2 2
b. Aqidah Akhlaq 2 2 2
c. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2 2
d. Fiqih 2 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 5 5
4. Bahasa Inggris 5 4 5
5. Bahasa Arab 3 3 3
6. Matematika 5 5 5
7. Pengetahuan Alam 5 5 5
8. Pengetahuan Sosial 4 4 4
9. Seni Budaya 2 2 2
10. Penjaskes 2 2 2
11. Teknologi Informasi&Komunikasi 2 2 2
12. BK (Bimbingan Konseling) 1 1 1
B. Muatan Lokal
1. Bahasa Jawa 1 1 1
2. Baca Tulis Qur’an 1 1 -
3. Amtsilati 1 - -
4. Bahasa Mandarin - 1 -
C. Pengembangan Diri
(Ekstrakurikuler)
Jumlah 46 46 46
B. EKSTRAKURIKULER
Untuk mengembangkan diri siswa-siswinya, MTsN Model Pemalang
mengadakan program bimbingan konseling dan ekstra kurikuler sebagai
berikut:
1) Kursus Komputer
2) Kursus Bahasa (Inggris, Arab, Mandarin)
3) Bimbingan Belajar
4) Pramuka
5) Menjahit
6) Olah raga (Karate, pencak silat, basket, tenis lapangan, tennis meja, sepak
bola, bola volley, sepak takraw, badminton, atletik)
7) Tilawatil Qur’an
8) Amtsilati (Cara balajar kitab kuning)
9) Patroli Keamanan Sekolah (PKS)
10) Palang Merah Remaja (PMR)
11) Marching Band
12) Seni Musik (Pop, dangdut, campur sari, qashidah)
13) Kaligrafi
14) Karya Ilmiah Remaja (KIR)
15) Jurnalistik / majalah dinding
16) Ramadhan in campuss
17) Keterampilan menenun.
DAFTAR PRESTASI MTs NEGERI MODEL PEMALANG
SELAMA LIMA TAHUN TERAKHIR
1. Prestasi Akademik
a. Tahun Pelajaran 2005/2006 lulus 94,7% dari jumlah 521 siswa
b. Tahun Pelajaran 2006/2007 lulus 99,7% dari jumlah 444 siswa
c. Tahun Pelajaran 2007/2008 lulus 100% dari jumlah 375 siswa
d. Tahun Pelajaran 2008/2009 lulus 100% dari jumlah 394 siswa.
2. Prestasi Non Akademik
a. Tingkat Propinsi
1) Lomba Olimpiade Matematika tingkat Propinsi di Yogyakarta Tahun
2009.
2) Lomba Olimpiade IPS tingkat Propinsi di UNNES Semarang tahun
2009.
3) Lomba MTQ tingkat Propinsi di Demak tahun 2009.
4) Juara 5 PMR tingkat Propinsi di Semarang tahun 2009.
b. Tingkat Kabupaten
1) Juara I (satu) lomba Perpustakaan Tingkat Kabupaten Pemalang dua
kali berturut-turut, 2006 dan 2007.
2) Juara I (satu) Lomba Wawasan Wiyata Mandala Tingkat Kabupaten
Pemalang.
3) Juara Tergiat I (satu) Lomba Perkemahan dalam rangka HUT Pramuka
dari tahun 2004-2006 tingkat Kabupaen.
4) Juara I (satu) Lomba MTQ Tingkat Kabupaten Pemalang.
5) Juara I (satu) Kelas A Putra Cabang Pencak Silat pada POPDA
Tingkat Kabupaten Pemalang tahun 2008.
6) Juara III (tiga) kelas F Putra Cabang Pencak Silat pada POPDA
Tingkat Karisedenan Pekalongan tahun 2009.
7) Juara I (satu) Lomba MTQ Putra tingkat Kabupaten Pemalang tahun
2009.
8) Juara I (satu) Lomba MTQ Putri tingkat Kabupaten Pemalang tahun
2009.
9) Juara I (satu) Paramanandi (Gitapati) tingkat Kabupaten Pemalang
tahun 2009.
10) Juara Tergiat III Perkemahan dalam rangka HUT Pramuka ke 48 tahun
2009.
11) Juara I Tartil tingkat Kabupaten Pemalang tahun 2009.
PEDOMAN WAWANCARA DAN ANGKET
A. Pedoman Wawancara
1. Kepada Kepala Madrasah
a. Bagaimana strategi dan program manajemen humas dalam
meningkatkan penerimaan siswa baru?
b. Siapa yang menggagas penerapan strategi manajemen humas tersebut?
c. Apa yang menjadi alasan pihak madrasah menyusun berbagai strategi
dan program manajemen humas tersebut?
d. Bagaimana hasil jumlah pendaftar pada masa penerimaan siswa baru
setelah diterapkan berbagai strategi dan program humas?
2. Kepada Wakil Kepala Hubungan Masyarakat
a. Apa saja program kerja manajemen humas MTsN Model Pemalang?
b. Bagaimana strategi dan program manajemen humas dalam
meningkatkan penerimaan siswa baru?
c. Bagaimana hasil strategi manajemen humas dalam meningkatkan
penerimaan siswa baru?
d. Bagaimana keadaan awal strategi manajemen humas dalam
meningkatkan penerimaan siswa baru? Dan bagaimana hasil
penerimaan siswa baru pada masa tersebut?
e. Mengapa terjadi penurunan setelah diterapkan berbagai strategi dan
program humas tersebut?
B. Pedoman Angket Kepada Peserta Didik
1. Dari mana kamu mengetahui MTsN Model Pemalang?
a. Brosur MTs e. Brosur MTs
b. Kalender MTs f. Kalender MTs
c. Internet g. Guru MTs
d. Papan penunjuk arah f. Ekstrakurikuler MTs, seperti marching
band, pramuka, OSIS dll.
2. Apa yang kamu suka dari MTsN Model Pemalang?
a. Pendidikan Agama Islamnya lebih banyak dari SMP umum
b. Sarana dan Prasarana yang lengkap
c. Gedung sekolahnya besar dan megah
d. Ekstrakurikulernya banyak
e. Prestasi sekolahnya bagus
f. Lainnya……………………
HASIL WAWANCARA DENGAN BAPAK Drs. H. SUDAR, M.Ag.
(KEPALA MTs NEGERI MODEL PEMALANG)
Hari : Sabtu
Tanggal : 16 Januari 2011
Waktu : 10.00-11.00
Tempat : Ruang Kepala Madrasah
Hari : Kamis
Tanggal : 13 Januari 2011
Waktu : 09.30-11.00
Tempat : Ruang Wakil Kepala MTs Negeri Model Pemalang
Muslikhul A’mal
NIM 063311022