Anda di halaman 1dari 222

1

IMPLEMENTASI METODE COOPERATIVE LEARNING DALAM


MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PELAJARAN
AQIDAH AKHLAK KELAS VII MTS NEGERI LAWANG MALANG

SKRIPSI

Oleh:
IZAH ULYA QADAM
06110125

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Juli, 2010
2

IMPLEMENTASI METODE COOPERATIVE LEARNING DALAM


MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PELAJARAN
AQIDAH AKHLAK KELAS VII MTS NEGERI LAWANG MALANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri


Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Strata Satu Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Oleh:
IZAH ULYA QADAM
06110125

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Juli, 2010
3

HALAMAN PERSETUJUAN

IMPLEMENTASI METODE COOPERATIVE LEARNING DALAM


MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PELAJARAN
AQIDAH AKHLAK KELAS VII MTS NEGERI LAWANG MALANG

SKRIPSI

Oleh:
IZAH ULYA QADAM
06110125

Telah Disetujui
Pada tanggal 09 Juli 2010
Oleh:
Dosen Pembimbing

Dr. H. Nur Ali, M.Pd


NIP. 19650403 199803 1 002

Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Drs. H. Moh. Padil, M.Pd.I


NIP. 19651205 199403 1 003
4

HALAMAN PENGESAHAN

IMPLEMENTASI METODE COOPERATIVE LEARNING DALAM


MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PELAJARAN
AQIDAH AKHLAK KELAS VII MTS NEGERI LAWANG MALANG

SKRIPSI

Dipersiapkan dan disusun oleh


Izah Ulya Qadam (06110125)
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 30 Juli 2010
dengan nilai: A
Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan
Untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Pada tanggal:

Panitia ujian
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Dr. H. Nur Ali, M.Pd Dr. H. M. Mujab, M.A


NIP. 19650403 199803 1 002 NIP. 19661121200212 1 001

Penguji Utama, Pembimbing,

Dr. Hj. Sulalah, M. Pd Dr. H. Nur Ali, M.Pd


NIP. 1961112199403 2 002 NIP. 19650403 199803 1 002

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Dr. H. M. Zainuddin, MA
NIP. 19620507 199503 1 001
5

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:


Seluruh keluarga Bani Choiron (khususnya Abah, Ibu, dan Adikku). Yang telah
mencurahkan kasih sayang, keagungan doa, motivasi, inspirasi dan segala
perhatiannya. Semoga adinda menjadi putri yang sholehah dan berguna bagi nusa
dan bangsa kelak. Amieen..

Seluruh sahabat-sahabatku khususnya penggodokan PM11 Rayon”kawah”


Chondrodimuko Sunan Ampel UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
6

HALAMAN MOTTO

            

             
)11 : ‫(سىزة انسعد‬

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu

kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada

diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki

keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang

dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi

mereka selain Dia.”

(QS. Ar-Ra’d : 11)

Sumber : Al-Qur‟an dan terjemahannya juz 1-15 (Kudus : Toko Kitab

Mubarokatan Toyyibah, 2004), hal. 250


7

Dr. H. Nur Ali, M.Pd


Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Izah Ulya Qadam Malang, 09 Juli 2010


Lamp : 4 (empat) Eksemplar

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Di
Malang

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa
maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi tersebut di bawah ini:

Nama : Izah Ulya Qadam


NIM : 06110125
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : “Implementasi Metode Cooperative Learning
Dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam
Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII MTs Negeri
Lawang Malang”

Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah


layak diajukan untuk diujikan.
Demikian mohon dimaklumi adanya.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Pembimbing,

Dr. H. Nur Ali, M.Pd


NIP. 19650403 199803 1 002
8

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 09 Juli 2010

Izah Ulya Qadam


9

KATA PENGANTAR

   

Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
serta ucapan Alhamdulillaahhirobbil„aalamiin, akhirnya dengan izin Allah SWT
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Implementasi Metode
Cooperative Learning Dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam
Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII MTs Negeri Lawang Malang” sebagai
salah satu persyaratan guna mendapatkan gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan
Islam di Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang membawa cahaya kebenaran, sehingga mengeluarkan umat manusia
dari zaman kegelapan ke masa yang terang benderang yaitu agama Islam.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah memberi informasi dan inspirasi, sehingga dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1. Abah (Drs. H. Ahmad Choiron, M.Ag), ibu (Hj. Masru‟ah, S.Ag) yang dengan
ketulusan hati membesarkan, mendidik, merawat, dan senantiasa mencurahkan
segalanya baik tenaga, dukungan maupun iringan do‟a yang tiada putus. Dan
adikku (Husni Mubarok) yang tanpa henti memberi semangat dan dukungan
kepada penulis.
2. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang.
3. Dr. H. M. Zainuddin, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah.
4. Drs. H. Moh. Padil, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan PAI.
5. Dr. H. Nur Ali, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar dan
tulus memberikan bimbingan dan arahan serta masukan-masukan yang sangat
berarti kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
10

6. Dr. H. Mudjab, M.Ag selaku dosen wali selama kuliah yang dengan butiran-
butiran kalimat yang bermakna dan berinpirasi hingga penulis dapat menyusun
skripsi ini.
7. H. Achmad Said, M.Ag selaku kepala MTs Negeri Lawang Malang yang telah
memberikan izin bagi peneliti untuk melakukan penelitian di Mts Negeri
Lawang Malang.
8. Bapak Wardi, S.Ag, selaku guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak yang telah
memberi kesempatan dan kepercayaan bagi penulis untuk melakukan
penelitian di kelas VII D
9. Siswa dan siswi kelas VII D MTs Negeri Lawang Malang yang telah
menerima peneliti dengat hangat dan penuh cinta kasih dan juga memberikan
masukan-masukan yang nantinya sangat bermanfaat di hari kemudian
khususnya dalam proses belajar mengajar.
10. Teman-teman seperjuangan di PAI angkatan 2006 atas kebersamaan, semangat
dan kerjasamanya selama 4 tahun ini.
11. Seluruh sahabat-sahabati PM11 khususnya ”Kawah” Chondrodimuka yang
telah memberikan banyak inspirasi dan inovasi serta sejuta keilmuan sehingga
penulis seperti ini dan tetap bersemangat. Jazakunnallah atas semuanya.
12. Seluruh warga ”Wisma Catalonia”, khususnya Inoeng, Bonche, Yuyun dan
Vin-Toot, thank for all. Jazakumullah khoirul jaza‟.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membagi
banyak pengalaman berharga bagi penulis.
Semoga Allah SWT membalas semua amal ibadah yang telah dilakukan
dengan ikhlas atas bantuan dan bimbingan pihak-pihak tersebut selama penulisan
skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Akhir
kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Malang, 09 Juli 2010

Penulis
11

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi

HALAMAN NOTA DINAS .......................................................................... vii

HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii

ABSTRAK ..................................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 12

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 13

D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 14

E. Definisi Operasional ..................................................................... 14

F. Sistematika Penelitian ................................................................. 16


12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 18

A. Metode Cooperative Learning ...................................................... 18

1. Pengertian Metode Cooperative Learning ............................ 18

2. Unsur Penting Dalam Pembelajaran Cooperative

Learning ................................................................................. 22

3. Jenis-Jenis Cooperative Learning ......................................... 25

4. Langkah-langkah Cooperative Learning ............................... 36

5. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Cooperative

Learning ................................................................................. 38

B. Kreativitas ..................................................................................... 40

1. Pengertian Kreativitas ............................................................ 40

2. Ciri-Ciri Kepribadian Kreatif ................................................ 49

3. Hambatan-Hambatan Kreativitas .......................................... 53

4. Kreativitas Dalam Dunia Pendidikan .................................... 55

C. Bidang Studi Aqidah Akhlak ....................................................... 62

1. Pengertian Aqidah Akhlak .................................................... 62

2. Metode Pencapaian Aqidah Akhlak ..................................... 62

3. Prinsip-Prinsip Aqidah Akhlak .............................................. 64

D. Cooperative Learning dan Kreativitas dalam Perspektif Islam .... 66

E. Implementasi Cooperative Learning Dalam Meningkatkan


Kreativitas Siswa Dalam Pelajaran Aqidah Akhlak ..................... 70

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 73


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................... 73
13

B. Kehadiran Peneliti ......................................................................... 80

C. Lokasi Penelitian ........................................................................... 80

D. Sumber Data .................................................................................. 81

E. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 81

F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 83

G. Pengecekan Keabsahan Data ......................................................... 84

H. Tahapan Penelitian ........................................................................ 84

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN .......................... 94


A. Deskripsi Lokasi Peneltian ............................................................. 94

1. Sejarah Berdirinya Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang .. 94

2. Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang ............ 96

3. Struktur Organisasi ................................................................. 97

B. Observasi Awal sebelum Tindakan .............................................. 100

1. Pemeriksaan di Lapangan ..................................................... 100

2. Rencanaan Tindakan ............................................................. 101

3. Pelaksanaan Tindakan ........................................................... 102

4. Observasi ............................................................................... 103

5. Refleksi .................................................................................. 103

C. Paparan Data dan Hasil Penelitian ................................................. 104

1. Paparan Data dan Temuan Penelitian Pada Siklus I ............. 104

a. Perencanaan Tindakan Siklus I .................................... 104

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I .................................... 105

c. Observasi Tindakan Siklus I ........................................ 107


14

d. Refleksi Tindakan Siklus I .......................................... 108

2. Paparan Data dan Temuan Penelitian Pada Siklus II ........... 109

a. Perencanaan Tindakan Siklus II .................................. 109

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ................................... 109

c. Observasi Siklus II ....................................................... 111

d. Refleksi Pelaksanaan Tindakan Siklus II .................... 113

3. Paparan Data dan Temuan Penelitian Pada Siklus III .......... 113

a. Perencanaan Tindakan Siklus III ................................. 113

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III ................................. 114

c. Observasi Siklus III ..................................................... 116

d. Refleksi Pelaksanaan Tindakan Siklus III ................... 117

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ...................................... 120

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 128


A. Kesimpulan ................................................................................. 128

B. Saran ............................................................................................ 129

Daftar Rujukan ............................................................................................. 131

Lampiran-Lampiran .................................................................................... 134


15

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Empat Pendekatan Dalam Pembelajaran

Kooperatif ........................................................................................ 25

Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran cooperative learning ..................... 37

Tabel 3.1 Perbedaan PTK dan non-PTK ......................................................... 79


16

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Tahapan atau Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ............. 76
17

DAFTAR LAMPIRAN

Kalender Pendidikan......................................................................................... 68

Pekan Efektif ..................................................................................................... 6

Program Tahunan) ........................................................................................... 68

Program Semester ............................................................................................. 68

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ..................................................... 68

Modul Pembelajaran ........................................................................................ 68

Presensi Siswa ................................................................................................. 68

Lembar Observasi Kreativitas ......................................................................... 68

Perhitungan Skor Peningkatan Nilai Kreativitas ............................................. 68

Daftar Nilai Pre Test ........................................................................................ 68

Rekap daftar nilai............................................................................................... 68

Lembar Observasi Hasil Belajar Pre Test.......................................................... 68

Kunci Jawaban Pre Test .................................................................................... 68

Soal-soal Pada Siklus I ..................................................................................... 68

Soal-soal Pada Siklus II ................................................................................... 68

Soal-soal Pada Siklus III .................................................................................. 68

Kunci Jawaban Siklus I ................................................................................... 68

Kunci Jawaban Siklus II .................................................................................. 68

Kunci Jawaban Siklus III .................................................................................. 68

Pedoman Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak ............... 68

Pedoman Wawancara dengan Kepala MTs Negeri Lawang ........................... 68

Pedoman Wawancara dengan Waka Madrasah Urusan Kurikulum ................ 68


18

Pedoman Wawancara dengan Siswa Kelas VII D MTs Negeri Lawang ........ 68

Data Guru dan Karyawan MTs Negeri Lawang ............................................... 68

Data Siswa MTs Negeri Lawang ..................................................................... 68

Data siswa kelaas VII D MTsNegeri Lawang ................................................. 68

Sarana dan Prasarana MTs Negeri Lawang ..................................................... 68

Dokumentasi berupa Foto-Foto Pembelajaran ................................................. 68

Surat Izin Penelitian dari Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim

Malang .................................................................................................. 68

Surat Keterangan Penelitian dari MTs Negeri Lawang Malang........................ 68

Biodata Penulis (Riwayat Hidup) .................................................................... 68


19

ABSTRAK

Qadam, Izah Ulya. 2010. Implementasi Metode Cooperative Learning Dalam


Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Pelajaran Aqidah Akhlak
Kelas VII MTs Negeri Lawang Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang. Dr. H. Nur Ali, M.Pd

Kata Kunci: Cooperative Learning, Kreativitas, dan Aqidah Akhlak

Fenomena pendidikan di Indonesia dewasa ini lebih banyak pada


pembelajaran yang bersifat kompetitif dan individualitis. Dalam sistem
pembelajaran ini siswa harus berjuang untuk memperoleh sebuah nilai yang bagus
sebagai akhir dari perjuangannya. Para siswa pun harus saling berkompetisi,
bahkan siswa terkadang tidak sehat dalam keikutsertaan dalam kompetisi ini.
Ketika keadaan seperti ini masih berkelanjut, maka individualitis berkembang
tanpa ada hubungan sosial dan kerjasama dalam meraih prestasi siswa. Sehingga
kreativitas peserta didik tidak berkembang dengan baik dan bahkan bisa
mematikan kreativitas siswa. Untuk menghindari hal-hal tersebut pembelajaran
Cooperative learning sebagai tawaran alternatif karena dapat mengarahkan siswa
untuk meningkatkan motivasi, kreativitas, imajinatif, dan etos keilmuan serta
berkembangnya potensi anak yang belum dapat dilaksanakan sepenuhnya.
Sehingga nilai-nilai Islami dalam proses belajar terwujud dengan motode yang
manusiawi, menyenangkan dan mengarahkan anak didik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan proses
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dengan implementasi metode
Cooperative learning dalam meningkatkan kreativitas siswa dalam pelajaran
Aqidah Akhlak kelas VII MTs Negeri Lawang Malang.
Metode penelitian yaitu menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK).
Tahapan penelitian ini berupa siklus yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengann
menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun data yang
bersifat kuantitatif dianalisis dengan menggunakan rumus presentase:

Post Rate - Base Rate


P= X 100%
Base Rate

Hasil penelitian membuktikan bahwa implementasi metode Cooperative


learning dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam pelajaran Aqidah Akhlak
kelas VII MTs Negeri Lawang Malang. Hasil observasi di lapangan menunjukkan
bahwa kreativitas mengalami peningkatan dari pre test ke post test yang semula
perolehan nilai skor 13 menjadi 25 skor. Atau berdasarkan hasil perhitungan skor
penilaian nilai kreativitas berdasarkan indikator dalam lembar observasi
20

menunjukkan bahwa pada siklus I penilaian sebesar 38%, sikus II sebesar 76%,
dan siklus III sebesar 92% , jadi peningkatan sebesar 54% point. Dan juga
perolehan nilai belajar siswa terjadi peningkatan juga dengan perolehan pada
siklus I nilai rata-rata 71,5, siklus II nilai rata-rata 74,9, dan pada siklus III nilai
rata-rata 81,2. Jadi, peningkatan sebesar 9,7 point. Indikator peningkatan ditandai
siswa dapat mengungkapkan ide atau pendapatnya, memiliki rasa ingin tahu yang
besar terhadap pembelajaran Aqidah Akhlak, siswa berani untuk mengkritisi
terhadap permasalahan dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak, dan lain-lain.
Saran yang disampaikan peneliti bersifat konstruktif yang dapat diberikan
demi terwujudnya dan berkembangnya pembelajaran di kelas. Pertama, Bagi guru
dapat mengimplementasikan implementasi metode Cooperative learning dapat
meningkatkan kreativitas siswa dengan mengemasnya dalam pembelajaran yang
menarik dan menggunakan strategi atau model yang bervariasi. Kedua, Bagi siswa
ciptakan suasana belajar lebih hidup, inovatif dan kreatif. Ketiga, Perlu diadakan
penelitian serupa yang mengkaji metode Cooperative learning dalam
meningkatkan kreativitas siswa pada jenjang pendidikan yang berbeda.
21

ABSTRACT

Qadam, Izah Ulya. 2010. Implementation of Cooperative Learning Method In


Improving Student Creativity And Books Lessons of Virtue In Class VII
The State MTs Lawang Malang. Thesis, Department of Islamic Religious
Education, Faculty of Tarbiyah, The State Islamic University of Malang
Maulana Malik Ibrahim. Dr. H. Nur Ali, M. Pd

Keywords: Cooperative Learning, Creativity, and the Aqidah of Virtue

The phenomenon of adult education in Indonesia is more competitive on


the learning and individual. In this learning system students have to struggle to get
a good value as the end of the struggle. Students also must compete with each
other, sometimes not even healty for student participation in this competition.
When things like this still continuous, then individual developed without any
social relations and cooperation in student achievement. So that the creativity of
learners do not develop properly and can even turn off the creativity of students.
To avoid those things that Cooperative learning as an alternative bid because it
can lead students to improve motivation, creativity, imaginative, and the ethos of
science and the development potential of children who can not be executed fully.
So that Islamic values in the learning process of human existence with methods,
fun and direct the students.
The purpose of this study was to describe the process of planning,
implementation and assessment of the implementation of cooperative learning
methods in enhancing student creativity in classroom lesson Virtue VII Aqidah
Akhlak the state MTs Lawang Malang.
The research method that is using the class-action research (CAR). Stages
of this research is a cycle that includes planning, execution, observation, and
reflection documentation. The quantitative data were analyzed using a percentage
formula:

Post Rate - Base Rate


P= X 100%
Base Rate

The research proves that the implementation of cooperative learning


methods can improve the creativity of students in classes VII Moral lessons
Aqidah the state MTs Lawang Malang. Field observation results indicate that
creativity has increased from pre test to post test score grades initially 13 to 25
score. Or based on the calculation of the value of creativity assessment score
based on the indicators in the observation sheet shows that in the first cycle the
average value of cycle rating of 38%, the second cycle the average value of 76%,
and the average value of III cycles of 92%, so an increase of 54% points. And also
22

the acquisition value of student learning also increased with the acquisition in the
first cycle the average value of 71.5, the second cycle the average value of 74.9,
and in cycle III, the average value of 81.2. Thus, an increase of 9.7 points.
Indicators marked increase in students can express ideas or opinions, have a great
curiosity towards learning Aqidah of Virtue, the students dared to criticize the
problems in the subject Aqidah of Virtue, and others.
Suggestions submitted by researchers as constructive that can be given for
realization and development of classroom learning. First, teachers can implement
for the implementation of cooperative learning methods can enhance students'
creativity with an attractive packaging in the learning and use strategies or models
that vary. Second, create an atmosphere for students to learn more vibrant,
innovative and creative. Third, similar studies should be conducted to assess the
cooperative learning method in enhancing the creativity of students at different
educational levels
23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu dengan yang

lain. Karena sifanya yang individual maka manusia yang satu membutuhkan

manusia yang lainnya sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus

menjadi makhluk sosial, makhluk yang membutuh interaksi dengan makhluk

disekitarnya. Pembelajaran dengan model pengelompokan atau dalam bahasa

ilmiahnya Cooperative learning merupakan pembelajaran yang secara sadar

dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antara satu siswa

dengan sesama siswa yang lainnya.

Sebagai manusia yang mengharapkan kesempurnaan dalam hidup

maka salah satunya kita saling membantu satu dengan yang lainnya.

Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan

sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

sebagai satu kelompok atau satu tim.1

Pendidikan di Indonesia dewasa ini, kalau kita perhatikan lebih

banyak pada pembelajaran yang bersifat kompetitif dan induvidualitis. Bahkan

proses belajar yang seperti itupun kerap terjadi dalam fenomena pendidikan di

Indonesia. Akan tetapi, bukan berarti belajar secara kompetitif dan

individualitif merupakan belajar yang buruk. Jika disusun dan ditata sebaik

1
Isjoni, Cooperative Learning : Efektifitas Pembelajaran Kelompok (Bandung :
Alfabeta, 2009), hal. 15
24

mungkin akan menjadi belajar yang sangat efektif. Dalam buku “Mendesain

Model Pembelajaran Inovatif Progresif”, menyatakan bahwa belajar secara

individualities dan kompetitif jika disusun dengan baik, maka belajar tersebut

akan efektif dan merupakan cara memotivasi siswa untuk melakukan yang

terbaik. Meskipun demikian, terdapat beberapa kelemahan pada belajar

kompetitif dan individualitif seperti kompetisi siswa yang kadang tidak sehat.

Untuk menghindari hal-hal tersebut dan agar siswa dapat membantu siswa

yang lain untuk mencapai sukses, maka jalan keluarnya adalah dengan belajar

kooperatif.2

Di Indonesia adalah Negara dengan kuantitas penduduknya

beragama Islam. Yang seharusnya pendidikan agama Islam menjadi sebuah

primadona bagi masyarakat Indonesia. Seperti orang tua, peserta didik, dan

lain-lain. Dan yang seharusnya pendidikan agama Islam menjadi sebuah

momok pendidikan yang penting. Karena dalam pendidikan agama Islam,

banyak sekali uraian-uraian yang berhaluan atas berdasarkan al-Qu‟an dan al-

Hadist yang menjadi pegangan hidup seorang muslim sampai liang kubur dan

akan mendapatkan syafa‟atnya sampai kapan pun. Akan tetapi, daya tarik

masyarakat Indonesia sedikit sekali untuk memasukkan penerus keturunan

hidupnya ke lembaga-lembaga pendidikan Islam.

Kurang tertariknya masyarakat untuk memilih lenbaga-lembaga

pendidikan Islam sebenarnya bukan karena terjadi pergeseran nilai atau ikatan

keagamaannya yang mulai pudar, melainkan karena sebagai besar kurang


2
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif (Jakarta: kencana, 2009),
hal. 55
25

menjajikan masa depan dan kurang responsive terhadap tuntunan dan

permintaan saat ini maupun mendatang. Padahal, paling tidak ada tiga hal

yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam memilih lembaga pendidikan,

yaitu nilai (agama), status social dan cita-cita. Masyarakat yang terpelajar

akan semakin beragam pertimbangannya dalam memilih pendidikan bagi

anak-anaknya. Hal ini berbeda dengan kondisi tempo dulu yang masih serba

terbatas dan terbelakang. Tempo dulu, pendidikan lebih merupakan model

untuk pembentukan maupun pewarisan nilai-nilai keagamaan dan tradisi

masyarakat. Artinya, kalau anaknya sudah mempunyai sikap positif dalam

beragama dan dalam memelihara tradisi masyarakatnya, maka pendidikan

dinilai sudah menjalankan misinya. Tentang seberapa jauh persoalan

keterkaitan dengan kepentingan ekonomi, ketenagakerjaan dan sebagainya

merupakan persoalan yang kedua. Akan tetapi, bagi masyarakat yang sudah

semakin terdidik dan terbuka, pada umunya lebih rasional, pragmatis, dan

berfikir jangka panjang dan karenanya pula, ketiga aspek tersebut (nilai, status

social, cita-cita) dijadikan pertimbangan secara bersama-sama, bahkan dua

pertimbangan terakhir (status social dan cita-cita) cenderung lebih dominan.3

Menuju pendidikan Islam pertama adalah niscaya bahwa kehadiran

lembaga pendidikan Islam yang berkualitas dalam berbagai jenis dan jenjang

pendidikan itu sesungguhnya sangat diharapkan oleh berbagai pihak, terutama

umat Islam. Bahkan kini terasa sebagai kebutuhan yang sangat mendesak

terutama bagi kalangan muslim kelas menengah ke atas yang secara kuantitatif

3
Malik Fajar, Quo Vadis Pendidikan Islam “Pengembangan Pendidikan Islam Yang
Menjajikan Masa Depan” (Malang : UIN-Malang Press, 2006), hal. 11-12
26

terus meningkat belakangan ini. Fenomena social yang sangat menarik ini

mestinya bisa dijadikan tema sentral kalangan pengelola lembaga pendidikan

Islam melakukan pembaharuan dan pengembangan.4

Pendidikan agama Islam merupakan kebutuhan manusia, karena

sebagai makhluk paedagogis, manusia dilahirkan dengan membawa potensi

dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi, serta

pendukung dan pemegang kebudayaan.5

Salah satu pesan dalam pendidikan agama Islam adalah

menjadikan pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran yang dapat

memacu siswa rajin dan pintar serta kreatif dan inovatif.6 Karena dalam logika

al-Qur‟an manusia memiliki segala kelebihan yang potensial dan mereka

harus mengarahkan diri mereka sendiri untuk menerapkan kecenderungan-

kecenderungan baik itu dalam perintis tindakan.7 Karena agama Islam selain

mengajarkan norma-norma, agama juga mendorong manusia berfikir dan

bertindak kretif. Allah SWT selalu mendorong manusia untuk berfikir.8

Sebagaimana firman Allah SWT :

       

4
Ibid., hal. 10
5
Abdul Majid dan Dian Andani, Pendidikan Agama Islam Kompetensi Konsep dan
Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 130
6
Muhaimin, Arah Baru Pendidikan Islam, Pemberdayaan Kurikulum Hingga
Refidinasi Islamisasi Pengetahuan (Bandung : Yayasan Nuansa Cendekia, 2003), hal. 185
7
Rifaat Syauqi Nawawi, dkk, Metodologi Psikologi Islam (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2002), hal. 15
8
Fuad Nashori dan Diana Mucharam, Mengembangkan Kreatifitas dalam Perspektif
Psikologi Islam (Yogyakarta : Menara Kudus, 2002), hal. 27
27

Artinya :

“Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu

berfikir.” (Q.S. Al-Baqoroh : 219).9

Menengok dari firman Allah SWT diatas bahwasanya manusia di

Bumi ini banyak sekali permasalah-permasalahan yang mana hanya ada satu

kunci untuk membukanya yaitu berfikir untuk memecahkan suatu masalah.

Dan Islam adalah agama rahmat lil „alamin bagi umatnya yang tidak hanya

berfikir secara rasio saja tetapi juga hati nurani dalam menyelesaikan

persoalan-persoalan didepannya.

Kreativitas merupakan salah satu kemampuan intelektual atau

berfikir manusia. Meski tidak menjamin seseorang untuk bertindak kreatif,

namun dengan dasar-dasar suatu pengetahuan, maka seseorang dapat

melengkapi atau mengembangkan sistem pengetahuan yang ada, membuat

analogi-analogi untuk merencanakan pemecahan suatu masalah atau

mentransformasikan ke dalam situasi yang baru.10

Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan

aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagi interaksi dan

pengalaman belajar. Namun dalam hal pelaksanaannya yang dilaksanakan

justru menghambat aktivitas dan kretivitas peserta didik.11

Pengembangan kreativitas dalam sistem pendidikan sangat penting

karena sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan pembangunan dari segala

9
Al-Qur‟an dan Terjemahan Juz 1-15 (Kudus : Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah,
2004), hal. 34
10
Suharnan, Psikologi Kognitif, (Surabaya: Srikandi, 2005), hal. 392-393
11
E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kretifitas dan
Menyenangkan (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 164
28

bidang yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan keterampilan serta dapat

sekaligus meningkatkan produktivitas, kreativitas, mutu, dan efisiensi kerja. 12

Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993

menekankan bahwa “Pendidikan nasional bertujuan meningkatkan kualitas

manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan

Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju,

tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, professional,

bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani”. Selanjutnya

ditekankan pula bahwa “Iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan

rasa percaya diri dan budaya belajar dikalangan masyarakat terus

dikembangkan agar tumbuh sikap dan perilaku yang kreatif, inovatif, dan

keinginan untuk maju.” Dalam GBHN 1993 dinyatakan bahwa pengembangan

kreatifitas (daya cipta) hendaknya dimulai pada usia dini, yaitu di lingkungan

keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dan dalam pendidikan pra-

sekolah. Secara eksplisit dinyatakan pada setiap tahap perkembangan anak

pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan pra-sekolah sampai di

perguruan tinggi, bahwa kretifitas perlu dipupuk, dikembangkan dan

ditingkatkan, disamping mengembangkan kecerdasan dan ciri-ciri lain yang

menunjang pembangunan.13

Dalam interaksi edukatif guru harus berusaha agar anak didik aktif

dan kreatif secara optimal. Guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing

12
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah (Jakarta :
Gramedia Widiasarana, 1992), hal. 46
13
Ibid., hal. 17
29

sedangkan anak aktif dan kreatif dan belajar.14 Dewasa ini, muncul bermacam-

macam keanekaragaman jenis belajar. Namun diantara berbagai jenis kegiatan

belajar tersebut tidak tercantum belajar kreatif. Demikian pula ragam

pemecahan masalah, tidak mencakup pemecahan masalah secara kreatif.15

Sampai sekarang ini, masih banyak kecenderungan dalam masyarakat kita,

bahwa anak yang baik adalah anak yang patuh dan memiliki disiplin kuat.

Begitu pula dalam pendidikan, proses pendidikan bukan mendorong anak

didik pada penemuan jati diri, kreativitas melainkan wawasan yang dekat ke

proses domestifikasi subyek didik.16

Agar kreativitas dapat tumbuh pada diri peserta didik, maka dalam

proses pendidikan harus melibatkan peserta didik secara aktif. Karena anak

didik merupakan subyek utama dalam pendidikan. Dialah yang belajar setiap

saat.17 Menurut teori pengajaran, keikutsertaan secara aktif dari peserta didik

dalam kegiatan belajar mengajar merupakan konsekuensi logis dari pengajaran

yang sebenarnya. Bahkan merupakan faktor penting dalam hakikat kegiatan

belajar mengajar. Sebab, suatu pengajaran tidak akan berlangsung dengan

berhasil tanpa keaktifan peserta didik.18

Oleh karena itu, para peserta didik untuk mengubah paradigma

dalam proses pembelajaran, dari yang bersifat “teacher centered” menjadi

14
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta :
Rineka Cipta, 2000), hal. 62-63
15
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004), hal.
VII
16
Abdullah Ahmad Ni‟am, dkk, Pemikiran Islam Kontemporer (Yogyakarta : Jendela,
2007), hal. 12
17
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hal. 46
18
Subadijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum (Jakarta : PT. Raja Grafindo,
1996), hal. 32
30

“student centered instruction”. Dimana dalam sistem pengajaran ini peranan

dan partisipasi yang tinggi dari peserta didik sangat ditonjolkan.19 Dan salah

satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah metode cooperative

learning. Dengan menggunakan metode cooperative learning selain siswa

dituntut untuk mengembangkan kreativitasnya juga dituntut memiliki

solidaritas sosial.

Bila kita cermati pendidikan di Indonesia selama ini, proses

pembelajaran yang dilakukan sebagian guru termasuk guru pendidikan agama

Islam adalah menggunakan sistem pembelajaran kompetitif dan individual.

Mulai dari yang paling dasar sampai perguruan tinggi pun, peserta didik

belajar dalam nuansa kompetitif dan individual, dan itu pun harus

diperjuangkan untuk memperoleh sebuah kemenangan. Tempat pembelajaran

secara tidak langsunng telah mendidik anak untuk memperoleh nilai atau hasil

yang sangat memuaskan dengan segala cara pun dihalalkan. Kemudian, ketika

keadaan seperti itu masih berlanjut, maka kreativitas peserta didik tidak

berkembang dengan baik dan bahkan bisa mematikan kreativitas anak. Allah

SWT berfirman :

..           ……

19
Syaifuddin Nurdin, Guru Professional dan Implementasi Kurikulum (Jakarta :
Ciputat Press, 2002), hal. 115-116
31

Artinya :
“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka

merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra‟d : 11)20

Jika dilihat dari firman Allah SWT diatas bahwasanya, kita bisa

merubahnya dengan salah satu satu model pembelajaran sebagai alternatif

utama yaitu dengan model pembelajaran cooperative learning. Istilah

Cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal dengan

sebutan pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin cooperative learning adalah

suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur

kelompok heterogen.21 Model ini didasari falsafah homo homini socius, yang

menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang berkecenderungan

untuk hidup bersama.22 Model pembelajaran kooperatif yang bertujuan agar

peserta didik dapat belajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan

cara saling menghargai pendapat dan memberi kesempatan kepada orang lain

untuk menggemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka

secara berkelompok.23 Dengan demikian, hubungan kerjasama antar siswa

dengan siswa yang lainnya merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting.

Model ini bisa diterapkan dalam pembelajaran, termasuk dalam mata pelajaran

pendidikan Islam, salah satunya pendidikan agama Islam dalam mata

pelajaran Aqidah Akhlak. Selama ini, proses belajar mengajar dalam pelajaran

20
Al Qur‟an dan Terjemahannya Juz 1-15, Op. Cit., hal. 250
21
Isjoni, Op.Cit., hal. 12
22
Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit, hal. 17
23
Isjoni, Op.Cit., hal. 21
32

ini, begitu monoton dan siswa pasif, bosan, jenuh, bahkan terhambat

kreativitasnya ketika seorang guru mengajar. Sehingga siswa kurang kepekaan

sosial, dan sering kali hanya mencakup dataran kognitif saja, tanpa sentuhan

afektik apalagi psikomotorik, sehingga sangat menghambat kreativitas peserta

didik.

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Wakhidah Nurul

Milati, tahun 2007, dengan judul skripsinya “Implementasi Cooperative

Learning Metode Jigsaw dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP 13 Malang”. Menyimpulkan

bahwa peningkatan belajar siswa semula nilai rata-rata pada pre tes sebesar

6,9 pada siklus I sebesar 7,6 meningkat 10%, siklus II sebesar 8,8 meningkat

27%.24 Sedangkan, tinjauan penelitian terdahulu dalam kreativitas dengan

hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh M. Syamsun Ni‟am tahun 2009,

dengan judul skripsi “Implementasi Pembelajaran Berbasis Multiple

Intelligences Dalam Meningkatkan Kreativitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada

Mata Pelajaran ,Pendidikan Agama Islam Kelas III Di MIN Beji Pasuruan”.

Hasil penelitian membuktikan bahwa implementasi pembelajaran berbasis

kecerdasan majemuk dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa

pada pelajaran PAI di MIN Beji Pasuruan. Hasil observasi di lapangan

menunjukkan bahwa kreativitas mengalami peningkatan dari pre test ke post

test yang semula nilai rata-rata sebesar 1,33 meningkat menjadi 3,22 atau

24
Wakhidah Nurul Milati, Implementasi Cooperative Learning Metode Jigsaw dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP 13
Malang, Skripsinya, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam
Negeri Malang, 2007, Abstrak
33

sebesar 71,3%, sedangkan hasil belajar juga mengalami peningkatan yang

semula nilai rata-rata pada pre test sebesar 60 meningkat menjadi 84,6 atau

sebesar 41%. Indikator peningkatan ditandai siswa menjadi lebih kreatif dalam

memecahkan masalah suatu permasalahan dan kreatif dalam membuat sesuatu

yang baru.25

Dengan adanya pembelajaran cooperative learning diharapkan

dapat memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran pendidikan agama

Islam terutama pelajaran Aqidah Akhlak yang bisa dikatakan condong pada

pembelajaran tradisional. Kemudian, dengan model pembelajaran ini, dapat

mengarah untuk meningkatkan motivasi, kreativitas, imajinatif, dan etos

keilmuan serta berkembangnya potensi anak yang belum dapat dilaksanakan

sepenuhnya. Sehingga nilai-nilai Islami yang seharusnya diterapkan dalam

proses belajar mengajar belum terwujud. Metode pendidikan yang Islami

adalah metode yang yang manusiawi, menyenangkan dan menggarahkan anak

didik.26

Di lain pihak, kreativitas dan performasi guru menunjukkan

perbaikan yang berarti baik dalam menyusun perencanaan, penggunaan

teknologi pembelajaran, pelaksanaan maupun pengembangan sistem evaluasi

yang dilakukan. Kualitas pembelajaran yang sesuai dengan rambu-rambu

25
M. Syamsu Ni‟am, Implementasi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Dalam
Meningkatkan Kreativitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran ,Pendidikan Agama
Islam Kelas III Di MIN Beji Pasuruan, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Tarbiyah, Universitas Islam Negeri maulana malik ibrahim Malang, 2009, Abstrak
26
Abuddin nata, Manajemen Pendidikan : Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia (Bogor : Kencana Prenada Media, 2003), hal. 184-185
34

pendidikan agama Islam dipengaruhi pula oleh sikap yang kreatif untuk

memilih dan melaksanakan berbagai pendekatan dan metode pembelajaran.

Proses pembelajaran yang dilaksanakan sebelum peneliti

melaksanakan penelitian tindakan kelas di MTs Negeri Lawang Malang,

terkhususkan dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak. Guru pelajaran Aqidah

Akhlak disana masih menggunakan metode pembelajaran dengan model

ceramah. Dalam proses pembelajaran ini, cenderung bersifat kompetitif dan

individualitis yang mana peran siswa selama pembelajaran saling

berkompetisi dan juga individualitis berkembang tanpa ada hubungan sosial

dan kerjasama dalam meraih prestasi siswa. Sehingga kreativitas peserta didik

tidak berkembang dengan baik dan bahkan bisa mematikan kreativitas siswa.

Peneliti memilih pelajaran Aqidah Akhlak sebagai pelajaran yang akan diteliti

dalam penelitian tindakan kelas, karena pelajaran ini memuat tentang Aqidah

dan juga pelajaran pendidikan moral agama Islam. Setelah meninjau dan

menelaah permasalahan diatas, maka peneliti mengambilan keputusan dan

menyakini untuk memilih dengan judul “Implementasi Metode Cooperative

Learning Dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Pelajaran

Aqidah Akhlak Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah proses perencanaan dengan menggunakan cooperative

learning dalam meningkatkan kreativitas siswa dalam pelajaran Aqidah

Akhlak kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang?


35

2. Bagaimanakah proses pelaksanaan dengan menggunakan cooperative

learning dalam meningkatkan kreativitas siswa dalam pelajaran Aqidah

Akhlak kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang?

3. Bagaimanakah penilaian dengan menggunakan cooperative learning

dalam meningkatkan kreativitas siswa dalam pelajaran Aqidah Akhlak

kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai

adalah :

1. Untuk mengetahui proses perencanaan dengan menggunakan

cooperative learning dalam meningkatkan kreativitas siswa dalam

pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri

Lawang.

2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan dengan menggunakan

cooperative learning dalam meningkatkan kreativitas siswa dalam

pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri

Lawang.

3. Untuk mengetahui penilaian dengan menggunakan cooperative

learning dalam meningkatkan kreativitas siswa dalam pelajaran Aqidah

Akhlak kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang.


36

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk:

1. Peserta didik, agar dapat termotifasi sehingga mereka dapat belajar

dengan menyenangkan dan sekreatif mungkin.

2. Para pendidik di lembaga-lembaga pendidikan Islam agar dapat

menggunakan karya ini, khususnya pendidik yang membimbing mata

pelajaran Aqidah Akhlak, agar dapat menambah pengetahuan dalam

strategi pembelajaran.

3. Lembaga pendidikan, khususnya untuk lebih meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah.

4. Para pembaca, diharapkan dapat memahami dan bermanfaat sebagai

bahan pedoman untuk dalam kegiatan pendidikan terutama mata

pelajaran pendidikan agama Islam.

5. Peneliti, diharapkan semoga karya yang akan dibuat menjadi sarana

belajar, dan semoga di lain kesempatan agar lebih memperdalam kajian

hasanah keilmuan.

E. Definisi Operasional

Untuk menjaga dan sebagai antisipasi timbulnya kesalah pahaman serta

pengaburan pemahaman makna dan sekaligus memberikan arah kepada penulisan

skripsi ini, maka sebelum membahas lebih lanjut tentang skripsi ini, maka

ditegaskan dahulu definisi operasional yang terdapat dalam judul skripsi

“Implementasi Metode Cooperative Learning Dalam Meningkatkan


37

Kreativitas Siswa Dalam Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII Madrasah

Tsanawiyah Negeri Lawang”.

1. Cooperative Learning

Pembelajaran dengan menggunakan metode cooperative learning

merupakan pembelajaran secara bersama-sama satu dengan yang lainnya

untuk mencapai keberhasilan suatu pembelajaran. Dalam hal ini siswa

lebih ditekankan dalam keaktifan, tidak hanya guru saja yang yang

menjadi sentralnya.

2. Kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan untuk berkreasi dengan sebuah ide-

ide yang baru yang merupakan esensial dalam pemecahan masalah.27

Dalam hal ini, kemampuan siswa untuk berfikir secara secara mandiri

dengan kemampuan ide masing-masing untuk memperoleh suatu karya

atau hasil untuk tercapainya sebuah gagasan baru.

3. Pelajaran Aqidah Akhlak

Pelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah satu pelajaran agama

Islam yang hanya dapat diperoleh di lembaga-lembaga pendidikan yang

berasaskan Islam, seperi Madrasah, sekolah Islam, pesantren, dan lain-

lainnya. Isi kandungan yang terdapt dalam mata pelajaran ini adalah

tentang Aqidah dan juga Akhlak yaitu tentang budi pekerti ala Islamiyah

tang berdasarkan atas Al-Qur‟an dan Al-Hadits.

27
Made wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional (Jakarta Timur : Bumi Aksara, 2009), hal. 138
38

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

menjadi beberapa bab, yang mana setiap babnya sendiri terdiri dari beberapa

sub bab yaitu :

Bab I pendahuluan. Dalam bab pendahuluan ini, akan memaparkan

ringkasan gambaran secara singkat apa yang terdapat dalan keseluruhan

penulisan ini. Pembahasan bab ini meliputi : Latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, definisi operasional, batasan

masalah, dan sistematika bahasan.

Bab II kajian teori. Bab ini berisi tentang teori-teori yang terkait

mengenai permasalahan dalam penelitian, yaitu meliputi : Kajian tentang

Cooperative Learning, dan teori tentang Kreativitas Siswa

Bab III metode penelitian. Pada bab ini memaparkan tentang

bagaimana penelitian dilakukan, meliputi : Jenis dan pendekatan penelitian,

kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data,

teknik analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahapan penelitian.

Bab IV laporan hasil penelitian. Bab ini berisi tentang hasil penemuan-

penemuan yang diperoleh oleh peneliti selama mengadakan penelitian.

Bab V pembahasan hasil penelitian. Bab ini berisi tentang : a) Proses

perencanaan dengan menggunakan cooperative learning dalam meningkatkan

kreativitas siswa dalam pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII Madrasah

Tsanawiyah Negeri Lawang, b) Proses pelaksanaan dengan menggunakan

cooperative learning dalam meningkatkan kreativitas siswa dalam pelajaran


39

Aqidah Akhlak kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang, c) penilaian

dengan menggunakan cooperative learning dalam meningkatkan kreativitas

siswa dalam pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri

Lawang.

Bab VI kesimpulan dan saran. Bab ini berisikan tentang uraian

keseluruhan bab yang disimpulkan dalam penutup yang berisikan kesimpulan,

kritik dan saran.


40

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Cooperative Learning

1. Pengertian Metode Cooperative Learning

Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya

mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama

lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.28 Slavin mengemukakan, “In

cooperation learning method, students work together in four member teams to

master material initially presented by the teacher (dalam metode

pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok

yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang akan

disampaikan oleh guru).29

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berkelompok

untuk memecahkan suatu permasalah dengan cara saling membantu sesama

anggotanya agar masalah tersebut terpecahkan dengan didampingi oleh guru.

Menurut Isjoni dalam bukunya cooperative learning mengutip

pendapat Slavin menyebutkan bahwa cooperative learning merupakan model

pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru

mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan

tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching).

28
Isjoni, Op. Cit., hal. 15
29
Robert E. Slavin, Cooperative Learning : Theory, Research, Practice (London :
Allymand Bacon, 2005), (terjemahan, cooperative learning : Teori, Riset dan Praktik (Bandung:
Penerbit Nusa Media, 2009), hal. 8
41

Dalam melakukan proses belajar mengajar guru tidak lagi mendominasi

seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagai

informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama

mereka.30

Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam

kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan

keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik

didalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, berdiskusi, dan

sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang

berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan. Selama bekerja dalam

kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang

disajikan guru dan saling membantu diantara teman sekelompoknya untuk

mencapai ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika salah satu anggota

kelompok ada yang belum menguasai materi pelajaran.31

Cooperative learning ini bukan bermaksud untuk menggantikan

pendekatan kompetitif (persaingan). Nuansa kompetitif dalam kelas akan

sangat baik bila diterapkan secara sehat. Pendekatan kompetitif ini adalah

sebagai alternatif pilihan dalam mengisi kelemahan kompetisi, yakni hanya

sebagaian siswa saja yang akan bertambah pintar, sementara yang lainnya

semakin tenggelam kompetisi, yakni hanya lainnya semakin tenggelam dalam

ketidak tahuannya. Tidak sedikit siswa yang kurang pengetahuannya merasa

malu bila kekurangannya diekspose. Kadang-kadang motivasi persaingan akan

30
Isjoni, Op. Cit., hal. 17
31
Trianto, Op.Cit., hal. 56-57
42

menjadi kurang sehat bila tidak mampu, katakanlah dalam menjawab soal

yang diberikan guru. Sikap mental inilah yangn dirasa perlu untuk mengalami

improvement (perbaikan).32

Dengan pendekatan kelompok diharapkan dapat ditumbuh

kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina

untuk mengendalikan rasa egoisme dalam diri mereka masing-masing,

sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas. Mereka sadar bahwa

hidup ini saling ketergantungan seperti ekosistem dalam mata rantai

kehidupan. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa

keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari tidak

disadari, makhluk lain ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.33

Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok,

akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang

mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu yang kekurangan.

Sebaliknya yang kekurangan dengan rela hati mau belajar dari yang

berlebihan, tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi di kelas

dalam rangka untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Inilah yang

diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan mandiri.34

Model pembelajaran ini akan membantu anak/siswa dalam

pembelajaran atau materi yang belum dikuasainya. Dengan adanya saling

bantu membatu anak/ siswa yang mempunyai kelebihan dalam dirinya dapat

32
Isjoni, Op. Cit., hal. 18
33
Syaiful Bahri Djamrah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta :
Rineka Cipta, 2000), hal. 7
34
Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta : Rineka
Cipta, 1997), hal. 63
43

membantu temanya yang mempunyai kekurangan dalam memahami pelajaran

atau ketika guru memberikan suatu permasalahan materi dan diajak untuk

memecahkan materi sangat lamban.

Beberapa ahli menyatakan bahwa model cooperative learning tidak

hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi

juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berfikir kritis, bekerja

sama, dan membantu teman. Dalam cooperative learning, siswa terlibat aktif

pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap

kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa

untuk meningkatkan prestasi belajarnya.35

Dalam model cooperative learning, terdapat beberapa ciri dari

cooperative learning :36

a. Setiap anggota memiliki peran.

b. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.

c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan

juga teman sekelompoknya.

d. Guru membantu keterampilan-keterampilan interpersonal

kelompok.

e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Pelaksanaan model cooperative learning membutuhkan partisipasi dan

kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Cooperative learning dapat

meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong

35
Ibid, hal 13
36
Isjoni, Op.Cit, hal. 20
44

menolong dalam perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model belajar

mengajar cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara

berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai

pendapat dan memperbaiki kesempatan kepada orang lain untuk

mengemukakan pendapat mereka secara berkelompok.37

Dalam pembelajaran kooperatif yang pada dasarnya untuk membantu

dalam menyelesaikan masalah secara bersama-sama, maka tanpa disadari pada

diri anak/siswa sebenarnya mereka melakukan suatu hubungan interaksi sosial

dalam pembelajaran hal itu ditandai adanya saling menghargai hasil pemikiran

atau pendapat setiap siswa dengan teman-temannya.

Berdasarkan pemahaman ini, maka peranan guru di kelas haruslah

jelas tampak. Misalnya, dalam menjamin terlaksananya pembelajaran

kooperatif seyogyanya guru harus membantu siswa memahami dinamika

dalam bekerja sama dalam kelompok, membantu siswa agar memahami

bahwa mereka menghadapi kepentingan serta tujuan sama, terampil untuk

berpartisipasi atau berbagi tugas, bertanggung jawab dan saling menghargai

dalam pembelajaran kooperatif.38

2. Unsur Penting Dalam Pembelajaran Cooperative Learning

Menurut Anita Lie dalam bukunya Cooperative Learning:

Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas mengutip

pendapatnya roger dan david Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja
37
Ibid, hal. 21
38
Isjoni, dkk, Pembelajaran Visioner : Perpaduan Indonesia-Malaysia (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2007), hal. 68
45

kelompok bisa dianggap cooperative learning.39 Oleh karena itu, ada beberapa

unsur-unsur dalam pembelajaran cooperative learning.

Menurut Isjoni mengutip pendapatnya menurut Lundgren, unsur-unsur

dasar dalam cooperative learning adalah sebagai berikut : 40

a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau

berenang bersama”.

b. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain

dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri

sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.

c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki

tujuan yang sama.

d. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama

besarnya diantara anggota kelompok.

e. Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang

akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota

kelompok.

f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

keterampilan bekerja sama selama belajar.

g. Para siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara

individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

39
Anita Lie, Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-
Ruang Kelas (Jakarta : PT Grasindo, 2004), hal. 31
40
Ibid,.
46

Sedangkan menurut Johnson&Johnson dan Sutton dalam bukunya

Trianto “Mendesaian Model Pembelajaran Inovatif Progresif”, terdapat lima

unsur penting dalam belajar kooperatif:41

1. Pertama, Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa.

Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang

bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama

lain. Seoranng tidak akan sukses kecuali semua anggota

kelompoknya sukses.

2. Kedua, Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar

kooperatif akan meningkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi

dalam hal seoranng siswa akan membantu siswa lain untuk sukses

sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan

berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam

kelompok memengaruhi suksesnya kelompok.

3. Ketiga, Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual

dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam

hal :

a. Membantu siswa yang membutuhkan bantuan.

b. Siswa tidak hanya sekedar “membonceng” pada hasil

kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.

4. Keempat, Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam

belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang

41
Trianto, Op. Cit., hal. 60
47

diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana

berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya.

5. Kelima, Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan

berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika

anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan

mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang

baik.

3. Jenis-Jenis Model Cooperative Learning

Jenis-jenis model pembelajaran kooperatif, sangat banyak sekali dan

bervariasi. Dalam bukunya Trianto menjelaskan bahwa ada beberapa variasi

dari model pembelajaran kooperatif. Yaitu : STAD, JIGSAW, Investigasi

Kelompok (Teams Games Tournaments atau TGT), dan Pendekatan Struktural

yang meliputi Think pair Share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT).

Berikut ini mengikhtisarkan dan membandingkan empat pendekatan dalam

pembelajaran kooperatif :42

STAD JIGSAW Investigasi Pendekatan

Kelompok Struktural

Tujuan Informasi Informasi Informasi Informasi

Kognitif akademik akademik akademik akademik

sederhana sederhana tingkat tinggi sederhana

&

42
Ibid., hal. 67-68
48

keterampilan

inkuiri

Tujuan Kerja Kerja Kerja sama Keterampilan

Sosial kelompok kelompok dan dalam kelompok &

dan kerja kerja sama kelompok keterampilan

sama kompleks sosial

Struktur Kelompok Kelompok Kelompok Bervariasi,

Tim belajar belajar belajar berdua,

heterogen heterogen heterogen bertiga,

dengan 4-5 dengan 5-6 dengan 5-6 kelompok

orang orang anggota orang anggota dengan 4-5

anggota menggunakan homogen orang

pola anggota

kelompok

„asal‟ &

kelompok

„ahli‟

Pemilihan Biasanya Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya

Topik guru guru

Tugas Siswa dapat Siswa Siswa Siswa

Utama Menggunaka Mempelajari menyelesaikan menerjakan

n lembar materi dalam Inkuiri Tugas-tugas

kegiatan & kelompok kompleks yang


49

saling „ahli‟ diberikan

membantu kemudian secara sosial

untuk membantu dan kognitif

menuntaskan anggota

materi kelompok asal

belajarnya mempelajari

materi itu

Penilain Tes Bervariasi Menyelesaikan Bervariasi

mingguan dapat berupa proyek dan

tes mingguan menulis

laporan, dapat

menggunakan

tes essay

Pengakuan Lembar Publikasi lain Lembar Bervariasi

pengetahuan pengakuan &

& publikasi publikasi lain

lain

Table 2.1 Perbandingan Empat Pendekatan Dalam Pembelajaran Kooperatif

Sedangkan dalam bukunya Isjoni, menyebutkan bahwa dalam

cooperative learning terdapat beberapa model yang dapat diterapkan, yaitu

diantaranya : Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Group


50

Investigation (GI), Rotating Trio Exchange, dan Group Resume, berikut

penjelasannya :43

1. Student Team Achievement Division (STAD)

Pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD

melalui lima tahapan yang meliputi :

a. Tahap penyajian materi, yang mana guru memulai dengan

menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan

memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan

dipelajari.

b. Tahap kegiatan kelompok, pada tahap ini setiap siswa diberi

lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja

kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu

memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok

dapat memahami materi yang akan dibahas, dan satu lembar

dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok.

c. Tahap tes individual, yaitu untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara

individual, mengenai materi yangn akan dibahas.

d. Tahap penghitungan skor perkembangan individu,

dimaksudkan untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai

dengan kemampuannya. Perhitungan skor kelompok

dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing

43
Isjoni, Op. Cit.,, hal. 50
51

perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai

jumlah anggota kelompok.

e. Tahap pemberian penghargaan kelompok, berdasarkan

perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi

kelompok baik, kelompok hebat, kelompok super.

Dari tinjauan pembelajaran kooperatif tipe STAD menunjukkan bahwa

pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang sederhana. Hal ini

adanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat dengan

pembelajaran model konvensional. Hal ini terbukti adanya tahap pertama pada

tipe STAD yaitu tahap penyajian materi. Hanya saja perbedaanya terletak pada

adanya pemberian penghargaan kelompok.

2. Jigsaw

Dalam jigsaw ini setiap anggota kelompok ditugaskan untuk

mempelajari materi tertentu. Kemudian siswa-siswa atau perwakilan

dan kelompoknya masing-masing bertemu dengan anggota-anggota

dan kelompok lain yang mempelajari materi yangn sama. Selanjutnya

materi tersebut didiskusikan mempelajari serta memahami setiap

masalah yang dijumpai sehingga perwakilan tersebut dapat

memahami dan menguasai materi tersebut. Lalu, masing-masing

perwakilan tersebut kembali kekelompok masing-masing atau

kelompok asalnya. Selanjutnya masing-masing anggota tersebut

menjelaskan pada teman atau kelompoknya sehingga teman satu

kelompoknya dapat memahami materi yang ditugaskan guru.


52

Dalam tipe Jigsaw ini keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator saja

yang bertugas untuk mengarahkan dan juga memotivasi siswa untuk belajar.

Guru bukan lagi menjadi pusat kegiatan kelas, tetapi disini siswa yang

menjadi pusat kegiatan kelas atau lebih aktif dari pada guru.

3. Group Investigation (GI)

Pada model ini siswa dibagi kedalam kelompok yang

beranggotaka 4-5 orang. Kelompok dapat dibentuk berdasarkan

perkawanan atau berdasarkan pada keterkaitan akan sebuah materi

tanpa melanggar ciri-ciri cooperative learning. Pada model ini siswa

memilih sub topik yang ingin mereka pelajari dan topik yang biasanya

telah ditentukan guru, selanjutnya siswa dan guru merencanakan

tujuan, langkah-langkah belajar berdasarkan sub topik dan materi

yang dipilih.

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang

sangat komplek dan paling sulit unttuk diterapkan. Berbeda degan STAD dan

Jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan

bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan model group

investigation memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit dari pada

pendekatan yang lebih terpusat pada guru. Pendekatan ini memerlukan

mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik.

4. Rotating Trio Exchange

Pada model ini, kelas dibagi kedalam beberapa kelompok yang

terdiri dari 3 orang, kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat
53

kelompok lainnya di kiri dan di kanannya, berikan pada setiap trio

tersebut pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setelah selesai

berilah nomor untuk setiap anggota trio tersebut. Lalu berikan

pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan, tambahkanlah sedikit

tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa seusai setiap pertanyaan

yang telah disiapkan.

Rotating Trio Exchange ini hampir sama dengan Jigsaw hanya saja

model ini setiap kelompok hanya terdiri dari 3 orang saja kemudian adanya

pertukaran dengan kelompok lain kemudian guru memberikan pertanyaan-

pertanyaan yang berbeda dari sebelumnya. Dan ini akan mengakibatkan

adanya timbul trio baru.

5. Group Resume

Model ini akan menjadikan interaksi antar siswa lebih baik, kelas

dibagi kedalam kelompok-kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-6

orang siswa. Berikan penekanan bahwa mereka adalah kelompok yang

bagus, baik bakat atau pun kemampuannya di kelas. Biarkan

kelompok-kelompok tersebut membuat kesimpulan yang didalamnya

terdapat data-data latar belakang pendidikan, pengetahuan akan isi

kelas, pengalaman kerja, kedudukan yang dipegang sekarang,

keterampilan, hobby, bakat dan lain-lainnya. Kemudian setiap

kelompok diminta untuk mempresentasikan kesimpulan kelompok

mereka.
54

Group resume ini merupakan pendekatan model yang mengidentifikasi

dan menunjukkan kelebihan yang dimiliki kelas dengan cara membuat resume

kelompok, yang mana resume tersebut harus mencakup informasi yang dapat

menarik kelompok secara keseluruhan.

Agus Suprijono dalam bukunya “Cooperative Learning Teori Dan

Aplikasi Paikem”, menyatakan bahwa metode – metode pembelajaran

kooperatif terdiri dari 12 (dua belas) macam, yaitu :44

a. Jigsaw, yaitu pembelajaran yang diawali dengan pengenalan topik

yang akan dibahas oleh guru. Selanjutnya guru membagi kelas

menjadi kelompok lebih kecil. Kemudian siswa-siswa atau

perwakilan dan kelompoknya masing-masing bertemu dengan

anggota-anggota dan kelompok lain yang mempelajari materi

yangn sama. Selanjutnya materi tersebut didiskusikan mempelajari

serta memahami setiap masalah yang dijumpai sehingga

perwakilan tersebut dapat memahami dan menguasai materi

tersebut. Lalu, masing-masing perwakilan tersebut kembali

kekelompok masing-masing atau kelompok asalnya. Selanjutnya

masing-masing anggota tersebut menjelaskan pada teman atau

kelompoknya sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami

materi yang ditugaskan guru.

b. Think pair share, yaitu pembelajaran yang diawali dengan guru

mengajukan pertanyaan, kemudian guru meminta peserta didik

44
Agus suprijono, Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi Paikem (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2010) hal. 89
55

berpasang-pasangan untuk berdiskusi, setelah itu hasil dari diskusi

intersubyektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan

pasangan seluruh kelas.

c. Numbered head together, yaitu pembelajaran yang diawali dengan

numbering. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok

kecil. Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah

konsep yang dipelajari. Jika jumlah peserta didik dalam satu kelas

terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi 5 kelompok berdasarkan

jumlah konsep yang dipelajari, maka tiap-tiap kelompok diberi

nomer 1-8. Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus

dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Lalu, guru memberi kesempatan

kepada tiap-tiap kelompok untuk menemukan jawaban dengan cara

berdiskusi dari pertanyaan yang diajukan guru. Langkah

selanjutnya, guru memanggil siswa yang memiliki nomor yang

sama dari tiap-tiap kelompok untuk maju kedepan (hal ini

dilakukan terus menurus hingga semua siswa dengan nomor yang

sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan

jawaban atas pertanyaan guru).

d. Group investigation, yaitu pembelajaran yang dimulai dengan

pembagian kelompok. Dilanjutkan dengan memilih topik-topik

yang akan dibahas oleh guru beserta peserta didik. Setelah itu

menentukan metode penelitian yang dikembangkan untuk


56

memecahkan masalahnya. Langkah selanjutnya adalah presentasi

hasil diskusi masing-masing kelompok.

e. Two stay two stray, yaitu metode dua tinggal dua tamu.

Pembelajaran ini diawali dengan pembagian kelompok selajutnya

memberi tugas yang harus didiskusikan jawabanya. Setelah itu

guru meminta setiap perwakilan 2 orang dari masing-masing

kelompok untuk meninggalkan kelompoknya untuk berdiskusi ke

kelompok yang lain. Sedangkan 2 orang yang tidak bertugas

menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada 2 orang dari dari

kelompok lain (tamu).

f. Make a match, hal-hal yang yang perlu disiapkan dalam

pembelajaran ini adalah kartu. Kartu-kartu tersebut diberi

pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya diberi jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan tersebut.

g. Listening team, pembelajaran ini diawali dengan pemaparan materi

pembelajaran oleh guru. Selanjutnya guru membentuk kelas

menjadi 4 kelompok. Kelompok pertama, bertugas sebagai

kelompok penanya. Kelompok kedua, merupakan kelompok orang

yang menjawab berdasarkan perspektif tertentu. Kelompopk

ketiga, kumpulan orang yang menjawab dengan perspektif yang

berbeda dengan kelompok kedua. Sementara kelompok keempat,

kelompok yang bertugas untuk mereview dan membuat

kesimpulan dari hasil diskusi.


57

h. Inside – outside circle, pembelajaran ini diawali dengan

pembentukan kelompok. Jika dalam kelas terdapat 40 siswa, maka

dibentuk menjadi 2 kelompok besar. Tiap-tiap kelompok besar

terdiri menjadi 2 kelompok lingkaran dalam dengan jumlah

anggota 10 orang dan kelompok lingkaran luar terdiri dari 10

orang. Kemudian atur sedemikian rupa pada masing-masing

kelompok besar yaitu anggota kelompok ligkaran dalam berdiri

melingkar menghadap keluar dan anggota kelompok lingkaran luar

berdiri menghadap kedalam. Setelah itu, diberikan tugas kepada

pasangan asal yang sesuai dengan indikator-indikator pembelajaran

yang telah dirumuskan. Selanjutnya beri kesempatan untuk

berdikusi tiap-tiap pasangan. Setelah itu anggota kelompok

lingkaran dalam bergerak berlawanan arah dengan anggota

kelompok lingkaran luar. Setiap pergerakan itu akan terbentuk

pasangan-pasangan baru. Pasangan-pasangan ini wajib

memberikan informasi berdasarkan hasil diskusinya.

i. Bamboo dancing, pembelajaran dengan metode ini serupa dengan

metode inside outside circle.

j. Point counter point, metode pembelajaran ini dipergunakan untuk

mendorong peserta didik berfikir dalam berbagai perspektif. Jika

metode pembelajaran ini dikembangkan, maka yang harus

diperhatikan adalah materi pembelajaran.


58

k. The power of two, seperti pada pembelajaran kooperatif lainnya,

praktik pembelajaran dengan metode the power of two diawali

dengan mengajukan pertanyaan. Diharapkan pertanyaan yang

dikembangkan adalah pertanyaan yang membutuhkan pemikiran

kritis.

l. Listening team, dalam pembelajaran ini ada beberapa langkah

yaitu; bagilah peserta didik menjadi 4 tim dan berilah tim-tim ini

dengan tugas-tugas (penanya, pendukung, penentang, dan penarik

kesimpulan), dan setelah itu penyaji memaparkan laporan hasil

penelitiannya, setelah beri waktu kepada tiap kelompok untuk

menyelesaikan tugas sesuai dengan perannya masing-masing.

4. Langkah-langkah Pembelajaran Cooperative Learning

Pembelajaran dengan menggunakan metode cooperative learning,

aktivitas yang akan dilakukan oleh guru selama mengajar adalah melakukan

beberapa langkah. Pembelajaran kooperatif ini terdapat 6 langkah utama di

dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Adapun

langkah-langkah pembelajaran cooperative learning adalah sebagai berikut :

NO FASE TINGKAH LAKU GURU

1. Fase-1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran

Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut

dan motivasi siswa dan memotivasi siswa belajar


59

2. Fase-2 Guru menyajikan informasi kepada siswa

Menyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan

bacaan

3. Fase-3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

Mengorganisasikan siswa caranya membentuk kelompok belajar dan

kedalam kelompok membantu setiap kelompok agar melakukan

kooperatif transisi secara efisien

4. Fase-4 Guru membimbing kelompok-kelompok

Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

bekerja dan belajar mereka

5. Fase-5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

Evaluasi materi yang telah dipelajari atau masing-

masing kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya

6. Fase-6 Guru mencari-cari cara untuk menghargai

Memberikan baik upaya maupun hasil belajar individu dan

penghargaan kelompok

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Cooperative Learning45

Dalam fase pertama, guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran

dalam materi yang akan dibahas lalu, guru juga memotivasi siswa yang ada

hubungannya dengan materi yang akan dibahas. Fase kedua, guru

menginformasi kepada siswa atau mentranser keilmuannya kepada siswa

45
Trianto, Op.Cit., hal. 66-67
60

tentang memateri yang dibahas melalui beberapa sumber bacaan. Fase

ketiga, guru menjelaskan kepada siswa terkait masalah pembentukan

kelompok belajar dan juga bagaimana berdiskusi dalam hal ini yaitu transisi

efisien. Fase keempat, yaitu guru membimbing dan juga mengarahkan siswa

dalam mengerjakann tugas atau dalam memecahkan masalah yang harus

dipecahkan bersama-sama dengan satu dan lainnya dalam kelompok belajar.

Fase kelima, yaitu guru mengevaluasi siswa dengan tujuan untuk mengetahui

seberapa jauh pemahaman atau kawasan mereka dalam menguasai materi

pelajaran atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi atau

hasil belajar bersama mereka. Fase keenam, yaitu guru memberikan

penghargaan kepada siswa. Dalam hal ini guru mencari- banyak cara untuk

menghargai hasil kerja kelompok siswa. Penghargaan dapat bervariasi,

diantaranya penghargaan berupa nilai, penghargaann berupa sanjungan,

penghargaan berupa hadiah.

5. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Cooperative Learning

Setiap segala sesuatu pasti ada kelebihan dan juga kekurangan.

Termasuk model pembelajaran, seperti model pembelajaran dengan metode

pembelajaran cooperative learning ini, mempunyai kelebihan dan juga

kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan cooperative learning :


61

a. Kelebihan cooperative learning

Jarolimek & Parker dalam bukunya Isjoni, mengatakan keunggulan

yang diperoleh dalam pembelajaran ini adalah: 46

1) Saling ketergantungan yang positif,

2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu,

3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas,

4) Suasana kelas rileks dan menyenangkan,

5) Terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa

dengan guru,

6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan

pengalaman serta emosi yang menyenangkan.

b. Kekurangan cooperative learning

Menurut Isjoni, kelemahan atau kekurangan cooperative learning

bersumber dari dua faktor yaitu dari dalam (intern) dan faktor dari luar

(ekstern).47 Akan tetapi, dalam hal ini Isjoni hanya menyebutkan faktor

dari dalam saja. Berikut keterangannya :

1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,

disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan

waktu,

2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka

dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup

memadai,

46
Isjoni, Op.cit., hlm 24
47
Ibid., hlm. 25
62

3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada

kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas

sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan,

4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini

mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

B. Kreativitas

1. Pengertian Kreativitas

Penjelasan mengenai pengertian kretivitas banyak sekali oleh para

ahli mengidentifikasikan dan mengembangkan kreativitas bahwa ada begitu

banyak definisi tentang kretifitas, tetapi tidak ada satu definisi pun yang dapat

diterima secara universal. Mengingat kompleksitas dari konsep kreatifitas,

agaknya hal ini tidak mungkin dan juga tidak perlu, karena kreatifitas dapat

ditinjau dari berbagai aspek, yang kendatipun berbeda-beda. Rhodes

menyebutkan adanya enpat jenis definisi tentang kreativitas sebagai “Four P‟s

of creativity : person, process, press, and product”(empat P kretivitas : pribadi,

proses, dorongan dan produk).

Kebanyakan definisi kreatifitas berfokuskan pada salah satu dari

empat P ini yang saling berkaitan : pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam

proses kreatif, dan dengan dukungan dan dorongan (press) dari lingkungan
63

menghasilkan produk kreatif. Adapun definisi tentang kreatifitas yang

berdasarkan empat P, menurut para pakar :48

a. Definisi pribadi

Definisi (teori) yang lebih baru tentang kreatifitas diberikan

dalam “three-facet model of creativity” oleh Sternberg, bahwa

kreatifitas merupakan titik pertemuan yang khas antara atribut

psikologis : inteligensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi.

Bersama-sama ketiga segi dari alam pikiran ini membantu

memahami apa yang melatar belakangi individu yang kreatif.

b. Definisi proses

Definisi proses yang terkenal adalah definisi Torrance tentang

kreativitas yang pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam

metode ilmiah, yaitu definisi yang meliputi seluruh proses kreatif

dan ilmiah mulai dari menemukan masalah sampai dengan

menyampaikan hasil. Sedangkan menurut wallas, langkah-langkah

proses kreatif yang sampai sekarang masih banyak diterapkan dalam

pengembangan kreatifitas, meliputi tahap persiapan, inkubasi,

iluminasi, dan verifikasi.

c. Definisi produk

Definisi yang terfokus pada produk kreatif menekankan

orisinalitas, seperti defenisi dari Barron yang menyatakan bahwa

kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau mencipakan

48
Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, (Jakarta : PT Rineka
Cipta, 2009), hal. 19-20
64

sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele, kreatifitas adalah

kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang

mempunyai makna social. Sedangkan menurut Roger

mengemukakan kriteria untuk produk kretif yaitu :

1. Produk harus nyata (observable).

2. Produk itu harus baru.

3. Produk itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam

interaksi dengan lingkungannya.

d. Definisi press

Kategori keempat dari definisi dan pendekatan terhadap

kreatifitas menekankan faktor “press” atau dorongan, baik dorongan

internal (dari diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta

atau bersibuk diri secara kretif) maupun dorongan eksternal dari

lingkungan sosial psikologi. Kretifitas juga tidak berkembang dalam

kebudayaan yang terlalu menekankan konformitas dan tradisi, dan

kurang terbuka terhadap perubahan atau perkembangan baru.

Made Wena berpendapat bahwa kretifitas adalah kemampuan untuk

berkreasi dengan sebuah ide-ide yang baru yang merupakan esensial dalam

pemecahan masalah. Bagaimana meningkatkan kreativitas yang masih

terpendam dalam diri siswa? Menurut Wankat dan Oreovoc, meningkatkan

kreativitas siswa dapat dilakukan dengan :49

a. Mendorong siswa untuk kreatif (tell student to be creative)

49
Made wena, Op.Cit,, hal. 138
65

b. Mengajari siswa beberapa metode untuk menjadi kreatif (teach

student some creativity methods), dan

c. Menerina ide-ide kretif yang dihasilkan siswa (accept the result

of creative exercises)

Dengan mengutip pemikiran Gibbs, E. Mulyasa (2003) mengemukakan

hal-hal yang perlu dilakukan agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam

belajarnya, adalah:50

1. Dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan

mengurangi rasa takut;

2. Memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk

berkomunikasi ilmiah secara bebas terarah; aktivitas,

kreativitas, dan motivasi siswa

3. Melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan

evaluasinya;

4. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak

otoriter;

5. Melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses

pembelajaran secara keseluruhan.

Sementara itu, Widada (1994) mengemukakan bahwa untuk

meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa, guru dapat menggunakan

pendekatan sebagai berikut :51

1. Self esteem approach; guru memperhatikan pengembangan self


50
http//www.google.com// Pengelolaan Kelas Dalam Meningkatkan Aktivitas,
Kreativitas, Dan Motivasi Siswa.html. 17 November 2009
51
Ibid,.
66

esteem (kesadaran akan harga diri) siswa.

2. Creative approach; guru mengembangkan problem solving, brain

storming, inquiry, dan role playing.

3. Value clarification and moral development approach; guru

mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan holistik dan

humanistik untuk mengembangkan segenap potensi siswa menuju

tercapainya self actualization, dalam situasi ini pengembangan

intelektual siswa akan mengiringi pengembangan seluruh aspek

kepribadian siswa, termasuk dalam hal etik dan moral.

4. Multiple talent approach; guru mengupayakan pengembangan

seluruh potensi siswa untuk membangun self concept yang

menunjang kesehatan mental.

5. Inquiry approach; guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menggunakan proses mental dalam menemukan konsep atau prinsip

ilmiah serta meningkatkan potensi intelektualnya.

6. Pictorial riddle approach; guru mengembangkan metode untuk

mengembangkan motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok

kecil guna membantu meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan

kreatif.

7. Synetics approach; guru lebih memusatkan perhatian pada

kompetensi siswa untuk mengembangkan berbagai bentuk metaphor

untuk membuka inteligensinya dan mengembangkan kreativitasnya.

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan yang tidak rasional,


67

kemudian berkembang menuju penemuan dan pemecahan masalah

secara rasional.

Dalam kondisi seperti ini seorang guru mendorong dan membiarkan

anak/siswa untuk bebas mengekspresikan dirinya dalam memgemukakan

gagasan, saran, ide-ide baru, dengan membiarkan mereka untuk berkreasi

dengan dirinya sendiri tanpa ada rasa kurang diri dan rasa takut untuk

berkomunikasi. Seorang guru memberikan banyak materi dan mendorong

kepada anak/siswa untuk bekerja bersama bila mungkin dan perlu, tetapi

tidak menekankan bahwa setiap anak mempunyai kreatifitas dan kekuatannya

sendiri-sendiri.

Dalam buku psikologi kognitif menyatakan bahwa kreatifitas

(creativity) adalah salah satu kemampuan intelektual manusia yang sangat

penting, dan oleh kebanyakan ahli psikologi kognitif kedalam kemampuan

memecahkan masalah. Kreatifitas sering juga disebut dengan berfikir kreatif

(creative thinking). Kreatifitas dapat didefinisikan sebagai aktifitas kognitif

atau proses perfikir untuk menghasilkan gagasan-gagasan yang baru dan

berguna atau new ideas and useful.52

Proses kretif dianggap menyerupai proses pemecahan masalah oleh

para ahli psikologi kognitif, kecuali pada aspek baru di dalam permasalahan

atau pemecahan yang dihasilkan. Menurut perspektif ini, berfikir kreatif

melibatkan proses mengidentifikasi masalah, memutuskan pentingnya

masalah, perumusan pokok masalah, dan pencapaian suatu cara baru bagi

52
Suharnan, Op.Cit., hal. 373
68

pemecahan masalah. Menurut Wallas dalam buku kognitif, menyatakan bahwa

langkah-langkah berfikir kreatif sebagai berikut:53

1. Persiapan

Pada tahap ini, seseorang berusaha untuk mengumpulkan

berbagai macam informasi yang relevan dengan permasalahan yang

sedang dihadapi. Informasi secara lengkap sangat dibutuhkan agar

seseorang dapat lebih memahami pokok permasalahan dan hal-hal

yang berkaitan dengan permasalahan itu.

2. Inkubasi

Pada tahap inkubasi seseorang dengan sengaja untuk sementara

waktu tidak memikirkan masalah yang tengah dicari pemecahan itu.

Meski demikian, sebenarnya di dalam pikiran tidak sadar orang itu

tetap berlangsung proses pencarian pemecahan. Dalam tahap ini,

seseorang dapat melakukan aktifitas-aktifitas misalnya pergi keluar

kota untuk melihat pemandangan, membaca majalah, atau

menyelesaikan tugas lain yang tidak berhubungan dengan masalah

yang dihadapi.

3. Iluminasi

Suatu gagasan atau rencana pemecahan telah ditemukan.

Namun, gagasan ini biasanya masih berupa gagasan pokok atau garis

besar. Tahapan ini sering disebut tahapan munculnya ilham secara

tiba-tiba, berupa kilatan imajinasi yang melahirkan jawaban atas

53
Ibid., hal. 382
69

permasalahan.

4. Verifikasi

Pada tahap akhir proses berfikir kreatif adalah melaksanakan

gagasan yang ditemukan itu untuk telah berhasil maka proses berfikir

kreatif selesai. Namun, jika ternyata gagal memecahkan masalah,

sambil dievaluasi bagaimana hasil-hasilnya. Jika, maka

kemungkinan orang itu akan kembali pada tahap awal (merumuskan

kembali pokok permasalahan) dan diikuti oleh langkah-langkah

selanjutnya yaitu menghasilkan suatu gagasan, eksplorasi, dan juga

evaluasi.

Ketika berfikir kreatif disamakan dengan pemecahkan masalah maka

seharusnya ada prinsip-prinsip umum yang dapat diterapkan terhadap lintas

bidang pengetahuan. Dalam berfikir kreatif setiap manusia mempunyai proses

yang berdeba dalam berkreasi untuk memecahkan masalah. Meskipun terdapat

perbedaan, namun mereka semua harus menemukan dan menghasilkan

pemecahan-pemecahan yang mungkin terhadap masalah dan melakukan

eksplorasi ruang masalah, mencari dan menemukan jalan keluar yang dapat

menjembatani antara situasi yang dihadapi dengan tujuan yang diinginkan.

Ketika gagal memecahkan masalah perlu adannya evaluasi dalam proses

berfikir kreatif. Evaluasi yang efektif diperlukan untuk memastikan bahwa

proses kreatif telah selesai atau belum, atau apakah seseorang perlu

merumuskan kembali permasalahan dan pencapaian suatu cara baru untuk

pemecahan masalah.
70

Terkait erat dengan mitos tentang pribadi kreatif adalah keyakinan yang

terlanjur mendarah daging bahwa kreatifitas adalah cermin kemampuan

intelektual. Terlalu banyak orang menganggap bahwa kreativitas “sejati”

adalah hak khusus orang-orang yang dikaruniai bakat. Namun, hal ini juga

merupakan pikiran penghambat yang mampu memangkas potensi kreatif.

Sebenarnya, riset membuktikan bahwa kita semua mempunyai daya untuk

menjadi kreatif dalam banyak bidang. Menurut Howard Gardner dari

Universitas Harvard dalam bukunya Frames of Mind dan dipopulerkan oleh

Thomas Armstrong dalam bukunya Seven Kinds of Smart, kita diberkahi tidak

hanya satu jenis kecerdasan umum, namun tujuh.54 Dalam hal ini, bahwa ada

tujuh jenis kreativitas, yaitu:

a. Verbal/linguistic : kemampuan memanipulasi kata secara lisan atau

tertulis.

b. Matematis/logis : kemampuan memanipulasi sistem nomor dan

konsep logis.

c. Spasial : kemampuan melihat dan memanipulasi pola dan

mendesaian.

d. Musical : kemampuan mengerti dan memanipulasi konsep music,

seperti ; nada, irama dan keselarasan.

e. Kinestetis-tubuh : kemampuan memanfaatkan tubuh dan gerakan,

seperti ; dalam olahraga atau tari.

f. Intrapersonal : kemapuan memahami perasaan diri sendiri, gemar


54
Jordan E. Ayan, Bengkel Kreatifitas : 10 Cara Menemukan Ide-Ide Pamungkas Melalui
Pergaulan, Lingkungan, Perjalanan, Permainan, Alam Bawah Sadar, Seni, Teknologi, Berfikir,
Bacaan, Jiwa Kreatif., (Bandung : Penerbit Kaifa, 2002), hal. 39
71

merenung dan berfilsafat.

g. Interpersonal : kemampuan memahami orang lain, pikiran, serta

perasaan mereka.

Pribadi kreatif yang dibawa anak sejak lahir pada diri individu, tidak

hanya terpacu pada bidang kemampuan kecerdasan atau intelektualnya saja.

Namun dapat dilihat dari keseluruhan dalam diri individu, Dalam suasana

seperti ini kepribadian sebenarnya dimungkinkan untuk timbul, untuk

diekspresikan dalam bentuk-bentuk baru dalam hubungannya dengan

lingkungannya. Inilah pada dasarnya yang disebut memupuk kreativitas.

Memberikan kesempatan pada individu untuk bebas mengekspresikan secara

simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. Dalam hal ini individu

anak/siswa akan memangkas potensi kreatif dan juga memberikan individu

kebebasan dalam berpikir atau merasa sesuai dengan apa yang ada dalam

dirinya. Ekspresi dalam bentuk tindakan agresif tidak selalu dimungkinkan,

namun tindakan-tindakan konstruktif kearah kreatif hendaknya dimungkinkan.

2. Ciri-Ciri Kepribadian Kreatif

Pribadi yang kreatif biasanya lebih terorganisir dalam tindakan dan

rencana inovatif serta produk orisinalnya telah dipikirka matang-matang

terlebih dahulu, dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul

dan implikasinya.55

55
Utami Munandar, Kreativitas & Keberbakatan “Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif
& Bakat” (Jakarta : PT Gramedia, 2002), hal. 54
72

Ciri-ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang memberikan

sumbangan kretif yang menonjol terhadap masyarakat digambarkan sebagai

berikut : berani dalam pendirian/keyakinan, melit (ingin tahu), mandiri dalam

berfikir dan mempertimbangkan, bersibuk diri terus menerus dengan kerjanya,

intuitif, ulet, tidak bersedia menerima pendapat dari otoritas begitu saja.

Kenyataan menunjukkan, bahwa guru dan orang tua lebih menginginkan

perilaku sopan, rajin, dan patuh dari anak, ciri-ciri yang tidak berkaitan

dengan kretifitas.56

Bagaimana pandangan di Indonesia tentang ciri-ciri pribadi yang

kreatif disatu pihak dan ciri-ciri yang diinginkan pendidik pada anak dilain

pihak? Peringkat dari 10 ciri-ciri pribadi yang diperoleh dari kelompok pakar

psikologi (30 orang) adalah sebagai berikut:57

1. Imajinatif.

2. Mempunyai prakasa.

3. Mempunyai minat luas.

4. Mandiri dalam berfikir.

5. Melit.

6. Senang berpetualangan.

7. Penuh energi.

8. Percaya diri.

9. Bersedia mengambil resiko.

10. Berani dalam pendirian dan keyakinan.

56
Utami Munandar, Op.Cit, hal. 36
57
Ibid., hal. 36-37
73

Bandingkan ciri-ciri tersebut dengan peringkat ciri siswa yang paling

diinginkan oleh guru sekolah dasar dan menengah (102 orang):

1. Penuh energi.

2. Mempunyai prakarsa.

3. Percaya diri.

4. Sopan.

5. Rajin.

6. Melaksanakan pekerjaan pada waktunya.

7. Sehat.

8. Berani dalam berpendapat.

9. Mempnyai ingatan baik.

10. Ulet.

Melihat dari ciri-ciri diatas bahwa kreatifitas yang dikatakan suatu

keadaan ilmiyah seorang anak terutama siswa, apa yang terjadi di jalan

menuju suatu kedewasaannya. Ketika kreatifitas menyala-nyala bagai darah

panas dan kobaran api, suatu keterampilan akan berpadu dengannya.

Semuanya terasa harmonis, menyatu, dan mudah.

Seseorang dikatakan kreatif tentu ada indikator-indikator yang

menyebabkan seseorang itu disebut kreatif. Indikator yang sebagai ciri dari

kreativitas dapat diamati dalam dua aspek yakni aspek aptitute dan

nonaptitute. Ciri-ciri aptitute adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan

kognisi atau proses berpikir, sedangkan ciri-ciri nonaptitute adalah ciri-ciri

yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan. Berdasarkan hasil penelitian
74

yang menunjukan indikator kreativitas dikemukan oleh Munandar, S. C. U,

sebagai berikut :58

1. Dorongan ingin tahu besar

2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik

3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah

4. Bebas dalam menyatakan pendapat

5. Mempunyai rasa keindahan

6. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak

mudah terpengaruh oleh orang lain.

7. Rasa humor tinggi

8. Daya imajinasi kuat

9. Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan,

karangan, dan sebagainya; dalam pemecahan masalah

menggunakan cara-cara orisinal, yang jarang diperlihatkan anak-

anak lain)

10. Dapat bekerja sendiri

11. Senang mencoba hal-hal baru

12. Kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan

(kemampuan elaborasi).

Dari uraian mengenai ciri-ciri kreativitas diatas maka dapat dipahami

bahwa seseorang dikatakan kreatif apabila dalam interaksinya dengan

lingkungan ciri-ciri dari kreativitas mendominasi dalam aktivitas

58
Eko Susanto//http://konselingcenter.co.cc// Ciri-Ciri Dan Faktor Yang Mempengaruhi
Kreativitas.html. 8 Januari 2010
75

kehidupannya, dan melakukan segalanya dengan cara-cara yang unik. Semua

ciri-ciri tersebut secara konstruktif dapat dimunculkan dalam diri setiap

individu, sebab setiap individu memiliki potensi kreatif.

3. Hambatan-Hambatan Kreatifitas

Menurut Utami Munandar, hambatan-hambatan dalam

mengembangkan kreatifitas meliputi :59

a. Hambatan yang bersifat eksternal

1) Pola kebudayaan tertentu (lingkungan makro)

2) Kendala lingkungan dekat, sosial, dan fisik.

b. Hambatan yang bersifat internal

1) Kendala kultural

Setiap masyarakat mengembangkan pola-pola budaya yang

amat mempengaruhi mereka yang hidup dalam masyarakat

tersebut. Beberapa contoh dari kendala cultural terhadap

kreatifitas menurut Adams dalam bukunya Isjoni, yaitu ; a)

berkhayal atau melamun adalah membuang-buang waktu, b)

suka atau sikap bermain hanyalah cocok untuk anak-anak, c)

kita harus berfikir logis, kritis, analitis, dan tidak

mengandalkan pada perasaan dan firasat, d) setiap masalah

dapat dipecahkan dengan pemikiran ilmiah dan dengan uang

banyak, e) keterikatan pada tradisi, dan f) adanya atau

59
Utami Munandar, Op.Cit, hal. 231
76

berlakunya tabu.

2) Kendala lingkungan dekat

Termasuk lingkungan dekat ialah lingkungan keluarga dan

lingkungan kerja.

3) Kendala perseptual

Kendala persepsual dapat berupa ; a) kesulitan untuk

mengisolasi masalah, b) kecenderungan untuk terlalu

membatasi masalah, c) ketidak mampuan untuk melihat suatu

masalah dari berbagai sudut padang, d) melihat apa yang

diharapkan akan melihat, e) kejenuhan, sehingga tidak peka

lagi dalam pengamatan, dan f) ketidak mampuan untuk

menggunakan semua masukan sensorik.

4) Kendala emosional

Kendala emosional mewarnai dan membatasi bagaimana kita

melihat, dan bagaimana kita berfikir tentang suatu masalah.

5) Kendala imajinasi

Hal ini menghalangi kebebasan dalam menjajaki dan

memanipulasi gagasan-gagasan.

6) Kendala intelektual

Hal ini timbul bila informasi dihimpun, dirumuskan, atau

diolah secara tidak benar.

7) Kendala dalam ungkapan

Kendala dalam ungkapan, misalnya ; a) keterampilan bahasa


77

yang kurang untuk mengungkapkan gagasan, b) kelambanan

dalam ungkapan secara tertulis.

Hambatan-hambatan dalam kreatifitas dapat menunda individu untuk

berpikir kreatif, lalu kendala-kendala yang harus mendapat perhatian khusus

oleh guru. Hendaknya guru dalam pembelajaran dapat mencapai

keseimbangan antara materi kurikulum baku dan merupakan pembaharuan,

antara evaluasi eksternal dan evaluasi oleh siswa sendiri, antara penyesuaian

terhadap aturan dan norma kelas dengan memberikan kebebasan kepada siswa

yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas siswa bebas dari berbagai

kendala.

4. Kreatifitas dalam Dunia Pendidikan

Sistem pendidikan tinggi muncul pada masa terhadap realita-realita

sosial dan kebutuhan yang berbeda-beda dan ketika gelar kesarjanahan

merupakan tanda kehormatan dan prestasi dalam pendidikan. Visi dalam

pendidikan saat ini harus difokuskan pada relevansinya terhadap profesi yang

spesifik atau beragam ketrampilan yang bisa ditransfer berdasarkan

kemampuan untuk beradaptasi pada berbagai kebutuhan yang baru dan terus

berubah. Ini merupakan sebuah tantangan yang hanya bisa dipecahkan oleh

institusi-institusi pendidikan jika mereka mau “berfikir di luar kotak” dan

menerapkan konsep kreatifitas dan adaptibilitas.60

60
Alan J. Rowe, Creative Intelligence ,(Bandung: Kaifa, 2005), hal. 132
78

Ken Robinson, seorang pendidik ternama, dikenal karena

kontribusinya dalam dunia pendidikan. Dia membuat sejumlah rekomendasi,

yang tidak satupun menjawab pertanyaan dimana siswa akan menggunakan

pengetahuan mereka. Saat ini, perusahaan-perusahaan umumnya mencari

karyawan yang percaya diri, yang mampu berfikir secara intuitif,

berkomunikasi secara efektif, serta imajinatif, fleksibel, dan mampu bekerja

secara tim. Namun, sistem pendidikan tidak dirancang untuk menghasilkan

lulusan dengan keterampilan-keterampilan ini. Untuk mengatasi masalah ini,

para pendidik harus meningkat standar, meskipun tidak perlu mengubah

secara drastis kurikulum yang berlaku saat ini.61

Seorang guru mempunyai dampak yang besar tidak hanya pada

prestasi pendidikan anak, tetapi juga pada sikap anak terhadap sekolah dan

terhadap belajar pada umumnya. Namun, guru juga dapat melumpuhkanrasa

ingin tahu (kemelitan) alamiah anak, merusak motivasi, harga diri, dan

kreatifitas anak. Bahkan guru-guru yang sangat baik (atau yang sangat buruk)

dapat mempengaruhi anak lebih kkuat dari pada orang tua. Karena guru lebih

banyak kesempatan untuk merangsang atau menghambat kreativitas anak dari

pada orang tua. Guru mempunyai tugas mengevaluasi pekerjaan, sikap, dan

perilaku anak .62

Dalm buku “pengembangan kreativitas anak berbakat”, menyatakan

bahwa diakui atau tidak bahwa dalam kenyataannya seorang guru tidak dapat

mengajarkan kreativitas, tetapi ia dapat memungkinkan kretivitas muncul,

61
Ibid., hal. 132
62
Utami Munandar,Op.Cit., hal. 109
79

memupuknya, dan merangsang pertumbuhannya. Diantaranya yaitu:63

1. Sikap guru

Cara yang paling baik untuk mengembangkan kreatifitas

siswa, adalah dengan mendorong motivasi intrinsic. Semua anak

harus belajar semua keterampilan di sekolah dan banyak anak

memperoleh keterampilan kreatif melalui model-model berfikir dan

bekerja kreatif, tetapi sedikit sekalli anak yang dapat

mempertahankan motivasi intrinsic di sekolah dengan system yang

diterapkan.

Motifasi intrinsik akan tumbuh, jika guru memungkinkan

anak untuk bisa diberi otonomi sampai batas tertentu di kelas.

Beberapa peneliti menugaskan anak membaca teks ilmu

pengetahuan social dengan tiga cara instruktif yang berbeda,

diantaranya tidak diarahkan (non-directed), tidak diawasi tetapi

diarahkan (non-controlling but directed), dan diawasi plus

diarahkan (controlling and directed).

2. Falsafah mengajar

Falsafah mengajar yang mendorong kreativitas anak secara

keseluruhan, adalah sebagai berikut:

a. Belajar adalah sangat penting dan sangat menyenangkan.

b. Anak patut dihargai dan disayangi sebagai pribadi yang

unik.

63
Ibid., hal. 109
80

c. Anak hendaknya menjadi pelajar yang aktif.

d. Anak perlu merasa nyaman dan dirangsang didalam kelas.

e. Anak harus merasa memiliki dan kebanggaan didalam

kelas.

f. Guru merupakan narasumber, bukan polisi atau dewa.

g. Guru memang kompeten, tetapi tidak perlu sempurna.

h. Anak perlu merasa bebas untuk mendiskusikan masalah

secara terbuka baik dengan guru maupun dengan teman

sebaya.

i. Kerjasama selalu lebih daripada kompetisi.

j. Pengalaman belajar hendaknya dekat dengan pengalaman

dari dunia nyata.

Untuk meningkatkan kreatifitas seseorang anak/siswa dalam

pendidikan, pembelajaran akan sangat menyenangkan ketika tempat

pembelajaran juga dirasa perlu diperhatikan. Semisal masalah pengaturan

ruang kelas. Dimana, ruang kelas juga akan merangsang daya fikir anak/siswa

secara kreatif.

Ruang kelas hendaknya merangsang secara visual, tanpa mengganggu

perhatian.ruang kelas penuh dengan berbagai produk hasil karya siswa yang

beragam. Ada lukisan, foto, karangan, patung, dan karya-karya lain. Siswa

boleh memilih karyanya yang mana akan dipamerkan dan boleh diganti sesuai

keinginannya. Anak-anak dapat mengusahakan bahan-bahan untuk kelas

mereka. Mereka dapat membawa objek-objek dari rumah atau berbagai


81

material. Pengatura ruang yang luwes dan tidak konvensional merupakan

tatntangan bagi siswa untuk mewujudkan bakat dan kemampuan secara

kreatif. 64

Dalam pengaturan ruang kelas, pada umumnya adakalanya

pembelajaran dilakukan dikelas yang terbuka dan tertutup. Kelas terbuka

dilakukan diluar ruang kelas, sedangkan kelas tertutup dilakukan didalam

ruangan kelas.

Dalam bukunya Utami Munandar, bahwa kelas terbuka mempunyai

struktur yang tidak kaku, kurang ada tekanan terhadap kinerja siswa dan lebih

banyak pada perhatian individual. Gerakan kelas terbuka yang diprakarsai

seputar tahun 1960 dinyatakan sebagai cara yang baik untuk memupuk belajar

yang bermakna kreatifitas pada anak. Manfaat yang penting dari kelas terbuka

adalah penekanannya pada pembelajaran yang individualized. Anak akan

belajar lebih baik jika tingkat dan kecepatan kurikulum disesuaikan dengan

kekuatan dan kelemahan anak. Gaya belajar anak pun berbeda-beda.65

Pengaturan ruang kelas tidak sepenuhnya ada ditangan guru, akan

tetapi anak/siswa juga punya hak juga untuk menentukan kelas yang

menyenangan. Dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari dapat juga

dibentuk sebuah strategi yan mana dapat meningkat kretivitas anak/siswa.

Adapun sejumlah strategi mengajar khusus yang ditawarkan dalam

upaya meningkatkan kretifitas anak/siswa, dalam buku “Kreativitas &

64
Ibid., hal. 112
65
Ibid., hal. 112
82

Keberbakatan (Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat)” bahwa :66

1. Penilaian

Menurut Amabile,67 penilaian terhadap murid mungkin

merupakan pembunuhan kreativitas paling besar. Lalu, apa yang

dapat dilakukan guru? Pertama, memberikan umpan balik yang

berarti daripada evaluasi yang abstrak dan tidak jelas. Kedua,

melibatkan siswa dalam menilai pekerjaan mereka sendiri dan

belajar dari kesalahan mereka. Ketiga, penekanan hendaknya pada

“Apa yang telah kamu pelajari?” dan bukan pada “Bagaimana

kamu melakukannya?”

2. Hadiah

Anak senang menerima hadiah dan kadang-kadang

melakukan sesuatu untuk dapat memperolehnya dan itu

masalahnya. Cukup banyak penellian yang menunjukkan bahwa

jika perhatian anak /siswa terpusat untuk mendapat hadiah sebagai

untuk melakukan sesuatu, maka motivasi intrinsic dan kretivitas

mereka akan menurun.

Hadiah yang diberikan hendaknya berkaitan erat dengan

kegiatannya, misalnya mendaklamasikan sajak yang dibuat dengan

baik, sehingga meningkatkan motivasi intrinsik dan kreativitas

anak/siswa.

66
Utami Munandar, Op.Cit., hal. 161
67
Ibid., (dikutip dari buku Utami Munandar, Kreativitas & Keberbakatan “Strategi
Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat” (Jakarta : PT Gramedia, 2002)) hal. 113
83

3. Pilihan

Kretivitas tidak akan berkembang jika anak/siswa hanya

dapat melakukan sesuatu dengan satu cara. Anak/siswa sebaiknya

diberi kegiatan belajar yang bersifat bebas dalam batas struktur

tertentu. Semisal, memberikan kesempatan pada anak/siswa untuk

menentukan atau memilih topik atau kegiatan belajar sampai batas

tertentu (setelah minimal yang dipersyaratkan sudah tercapai).

Dalam kelas merupakan tempat untuk menunjang siswa untuk

berkreativitas. Guru yang bertugas sebagai fasilitator dalam menilai seorang

anak/siswa hendaknya menghindari dari ucapan yang negatif. Yang penting

adalah bahwa siswa memahami kesalahan . kemudian dari sebuah kesalahan

itu mereka akan belajar. Seyogyanya anak pun jangan menutupi atau

menyembunyikan kesalahan-kesalahan bahkan merasa terganggu karena.

Kemudian pemberian reward kepada anak/siswa dalam hal ini sanngat

diperhatikan, jika tidak dapat menyebabkan kreativitas anak/siswa mati.

Kreatifitas tidak akan berkembang jika anak/siswa hanya dapat melakukan

satu cara atau satu jalan saja. Mereka memerlukan batasan dan garis besar

dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Tetapi, di dalam batas-batas ini,

hendaknya mereka dimungkinkan untuk membuat suatu pilihan.


84

C. Bidang Studi Aqidah Akhlak

1. Pengertian Aqidah Akhlak

Aqidah adalah bentuk masdar dari kata “aqada, ya‟qidu, „aqdan-

„aqidatan yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian, dan kokoh.

Sedangkan secara teknis aqidah berarti iman, kepercayaan, dan keyakinan, dan

tumbuhnya kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga yang dimaksud

aqidah adalah kepercayaan yang menghujam atau simpul di dalam hati.68

Pengertian akhlah secara etimologi berasal dari kata khuluk dan

jamaknya akhlak yang barati budi pekerti, etika, dan moral. Sedangkan

etimologis, akhlak berarti character, disposition, dan moral constitution. Al-

gozali berpendapat bahwa manusia memiliki citra lahiriyah yang disebut

dengan khalaq, dan citra batiniyah yang disebut dengan khuluq. Khalaq

merupakan citra psikis manusia. Berdasarkan kategori ini, maka khuluq secara

etimologi memiliki arti gambaran atau kondisi kejiwaan seseorang tanpa

melibatkan unsur lahirnya.69

2. Metode Pencapaian Aqidah Akhlak

Untuk pencapaian aqidah Islam, maka dibutuhkan metode pencapaian

yang khusus, mengingat aqidah Islam tidak hanya dapat dimengerti dengan

pendekatan empiris tetapi juga menggunakan pendekatan supra-empiris.

Karena itu metode pencapaian aqidah dapat dilakukan dengan cara :70

68
Muhaimin, dkk, Kawasan dan Wawasan Studi Islam (Jakarta : Kencana, 2005), hal.
259
69
Ibid., hal. 262
70
Ibid., hal. 265-267
85

a. Doktrin yang bersumber dari wahyu Ilahi yang disampaikan

melalui Rasul-Nya dan pesan Tuhan tersebut diabaikan dalam satu

kitab al-Qur‟an yang secara operasional dijelaskan sabda Nabi-

Nya.

b. Melalui hikmah (filosofis) di mana Tuhan mengarahkan

kebijaksanaan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk

mengenal adanya Tuhan dengan cara memerhatikan fenomena

yang diambil sebagai bukti-bukti adanya Tuhan melalui

perenungan (kontemplasi) yang mendalam.

c. Melalui metode ilmiah, dengan memerhatikan fenomena alam

sebagai bukti adanya Allah SWT.

d. Irfani‟ah, yakni metode yang menekankan pada instuisi dan

perasaan hati seseorang setelah melalui upaya suluk (perbuatan

yang biasa dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu). Metode ini

membagi alam dalam dua kategori yaitu ; 1) alam nyata yang dapat

diobservasi dan dieksperimen oleh ilmu pengetahuan modern

dengan metode dieksperimen oleh ilmu pengetahuan modern

dengan metode ilmiah, dan 2) alam intuisi yang berkaitan dengan

jiwa yang tidak bisa ditundukkan dengan pengalaman atau analogi.

Metode yang dipergunakan dalam pendakian akhlak terdapat 3 cara,

yaitu:71

a. Takhalli, yakni mengkosongkan diri dari sifat-sifat yang tercela dan

71
Ibid., hal. 267-268
86

maksiat lahir batin. Para ahli menyatakan dengan “al takhalli bi al

akhlak al sayyiah” (mengkosongkan diri dari sifat tercela).

b. Tahalli, yakni mengisi diri dengan sifat-sifat mahmudah (terpuji)

secara lahir batin. Para ahli mengatakan dengan “al tahalli bi al

akhlah al hasanah” (mengisi dari sifat-sifat baik).

c. Tajalli, yakni merasa akan keagungan Allah SWT. Para ahli

menyatakan dengan “al tajalli ila rabb al bariyyah” (merasa akan

mengagungkan Allah Tuhan manusia).

Dalam pencapaian Aqidah Akhlak seseorang harus berusaha untuk

mencapainya dengan cara mendekatkan diri dengan Allah (Taqor al robb

Allah). Akhlak merupakan suatu aspek dalam kepribadian manusia dalam

sistem norma yang mengatur hubungannya dengan Allah (Hablum min Allah),

hubungannya dengan manusia (Hablum min al Nas), dan hubungannya dengan

alam (Hablum min al Alam). Hal tersebut harus tertanam dalam jiwa seorang

muslim dengan begitu kebahagian dunia akhiratnya dengan mudah

didapatkannya setelah pencapain tersebut ada dalam pribadinya.

3. Prinsip-prinsip Aqidah Akhlak

Dalam Islam aqidah merupakan masalah asasi yang merupakan misi

pokok yang dibantu oleh para Nabi, baik tidaknya seseorang ditentukan dari

aqidahnya, mengingat amal saleh merupakan pancaran dari akidah yang

sempurna karena aqidah merupakan masalah asasi, maka dalam kehidupan

manusia perlu ditetapkan prinsip-prinsip dasar aqidah Islamiyah agar dapat


87

menyelamatkan kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Prinsip aqidah

yang dimaksud adalah:72

a. Aqidah didasarkan atas tauhid yakni mengesakan Allah dari segala

dominasi yang lain.

b. Aqidah harus dipelajari terus menerus dan diamalkan sampai akhir

hayat kemudian selanjutnya diturunkan atau diajarka kepada orang

lain.

c. Scope pembahasan aqidah tentang Tuhan dibatasi dengan larangan

membicarakan atau memperdebatkan tentang eksistensi dzat Tuhan,

sebab dalam satu hal ini manusia tidak akan mampu menguasainya.

d. Akal dipergunakan manusia untuk memperkuat aqidah, bukan untuk

mencari aqidah, karena aqidah Islamiyah sudah jelas tertuang dalam

al-Qur‟an dan al-sunnah.

Sedangkan dalam akhlak prinsip-prinsip yang dipergunakan adalah :73

a. Akhlak yang benar dan baik harus didasarkan atas al-Qur‟an

atau al-sunnah, bukan dari tradisi atau aliran-aliran tertentu

yang sudah tampak tersesat.

b. Adanya keseimbangan antara berakhlak kepada Allah, sesama

manusia, dan kepada Allah.

c. Pelaksanaan akhlak harus bersamaan dengan akidah dan

syari‟ah, karena ketiga unsur diatas merupakan bagian internal

dari syar‟ah Allah SWT.

72
Ibid., hal. 269-273
73
Ibid., hal. 273-275
88

d. Akhlak dilakukan semata-mata karena Allah, walaupun objek

akhlak adalah pada makhluk.

e. Akhlak dilakukan menurut proporsinya, misalnya seorang anak

harus lebih hormat kepada orang tuanya daripada kepaada

orang lain.

Berbicara mengenai prinsip tentang Aqidah Akhlak yang mana harus

berdasarkan Al-Qur‟an dan Al-Hadits. Dengan begitu manusia dapat

mengaplikasikannya dalam kehidupan dijalan yang lurus karena berdasarkan

dua pegangan tersebut dan menghindar dari perbuatan yang dilarang dari Al-

Qur‟an dan Al-Hadits. Dengan begitu kehidupan manusia perlu menerapkan

prinsip-prinsip tersebut agar dapat menyelamatkan dirinya dalam kehidupan

dunia dan akhirat.

D. Cooperative Learning dan Kreativitas dalam Perspektif Islam

Pembelajaran kooperatif bisa dikatakan sebagai pembelajaran yang

membutuhkan kerjasama antara satu sama lainnya dalam menemukan sebuah

pemikiran atau ide yang membutuhkan banyak personel untuk

memecahkannya. Di dalam Al-Qur‟an menyebutkan adanya pembahasan

tentang adanya kerjasama dalam memecahkan seuatu dengan cara bersama-

sama. Yakni terdapat dalam surat As-Syura ayat 38 :

         
89

 

Artinya :

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan

mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat

antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami

berikan kepada mereka.” (Q.S. Asy-Syuura : 38)74

Dalam ayat diatas dapat dijelaskan bahwa ada anjuran untuk

mengadakan musyawarah dalam segala urusan untuk memperoleh suatu

keputusan dari hasil musyawarah dalam mencari mufakat secara bersama-

sama, termasuk di dalamnya dalam urusan belajar atau mencari ilmu.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran secara bersama-sama,

sudah tentu terjadi suatu proses musyawarah untuk mencari suatu pemecahan

masalah secara bersama-sama antar satu sama lainnya.

Kreatifitas dalam kehidupan manusia sangat penting untuk melibatkan

segala aktifitas keseharian. Kreatifitas sangat bermanfaat untuk memecahkan

masalah persoalan-persoalan yang setiap hari menghadang kehidupan

manusia.

Agama diciptakan Tuhan agar kehidupan manusia menjadi lebih baik.

Islam misalnya dilahirkan agar menjadi petunjuk bagi alam semesta

74
Al Qur‟an dan Terjemahannya Juz 16-30, Op. Cit., hal. 487
90

(rahmatan lil „alamin). Agama mendorong manusia berfikir dan bertindak

kreatif. Allah Azza wa jalla selalu mendorong manusia untuk berfikir. 75

        

Artinya:

“Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu

berfikir”. (Q.S. Al-Baqarah : 219)76

Kreatifitas manusia terbentang luas, terutama oleh adanya kenyataan

bahwa problem-problem manusia akan terus datang dan salah satu jalan

adalah memecahkannya. Kretifitas manusia didukung dan didorong oleh

agama agar kehidupan manusia menjadi lebih baik. Agama memberikan

kelapangan pada manusia untuk berkreasi dengan akal pikirannya dan dengan

hati nuraninya dalam menyelesaikan persoalan-persoalan hidup yang

alaminya. Dalam agama Islam dikatakan bahwa Tuhan hanya akan mengubah

nasib manusia jika manusia melakukan usaha untuk memperbaikinya. Allah

berfirman :77

            

      

75
Fuad dan Diana, Mengembangkan Kreatifitas Dalam Perspektif Psikologi Islam
(Yogyakarta: Menara kudus, 2002), hal. 54
76
Al Qur‟an dan Terjemahannya Juz 1-15, Op. Cit., hal. 34
77
Ibid., hal. 55
91

Artinya:

“(Siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali

tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada

suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka

sendiri dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

(QS. Al-Anfal : 53).78

Dalam ayat lain Allah berfirman dalam surat Ar-Ra‟d ayat 11

               

          

Artinya:

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka

merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah

menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat

menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS.

Ar-Ra‟d : 11).79

Usaha yang berhasil biasanya melibatkan pemikiran dan kretifitas.

Dengan demikian agama sangat mendukung dan mendorong pengembangan

kretifitas.

78
Al Qur‟an dan Terjemahannya Juz 1-15, Op. Cit., hal. 184
79
Ibid,, hal. 250
92

E. Implementasi Metode Cooperative Learning Dalam Meningkatkan

Kreativitas Siswa Dalam Pelajaran Aqidah Akhlak

Pesan-pesan dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) salah satunya

adalah menjadikan Pendidikan Agama Islam termasuk Aqidah Akhlak sebagai

salah satu rumpun mata pelajaran pendidikan Agama Islam. Sebagai mata

pelajaran yang dapat memacu siswa untuk menjadi rajin dan pintar serta

kretatif, kritis, dan inovatif.80 Dalam agama selain mengajarkan norma-norma

agamajuga mendorong manusia berfikir dan bertindak kreatif.81

Hal ini sesuai ddengan prinsip penyelunggara pendidikan dalam UU

sisdiknas Bab II pasal 4 ayat 4 yang berbunyi, “pendidikan diselenggarakan

dengan memberi keteladanan, membangun kemamuan dan mengembangkan

kreativitas peserta didik dalamm proses pembelajaran”.82

Sebagai pendidikan keagamaan, maka Pendidikan Agama Islam

bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang

memahami, mengembangkan, dan mengamalkan ajaran dan nilai-nilai

keagamaan Islam. Dengan demikian pembelajaran Pendidikan Agama Islam

di sampinng didekati secara keagamaan juga di dekati secara keilmuan.

Pendekatan keagamaan mengasumsikan perlunya pembinaan perilaku agama

Islam yang memiliki komitmen loyalitas terhadap masalah keagamaan dan

dedikasi demi tegaknya ajaran dan nilai-nilai Islam sebagai pandangan hidup

muslim. Sedangkan pendekatan keilmuan mengasumsikan perlunya kajian

80
Muhaimin, Arah Baru Pendidikan Islam, Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum
Hingga Redefinisi Pengetahuan (Bandung, : Yayasan Nuansa Cendekia), hal. 85
81
Fuad Nashori dan Rachmi Diana Mucharam, Op.Cit, hal. 27
82
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), hal.9
93

historis, rasional, objektivitas, empirik, dan universal terhadap masalah

keagamaan Islam. Kedua pendekatan tersebut memerlukan dukungan

komitmen akademis, religious atau personal dan professional religius para

penggalak dan pembinanya untuk tidak terjebak pada ketertindasan antara satu

dengan lainnya.83

Sehingga, jika pendidikan berhasil dengan baik sejumlah orang

kretaif akan lahir. Karena tugas utama pendidikan adalah menciptakan orang-

orang yang mampu melakukan sesuatu yang baru, tidak haya mengulang apa

yang telah dikerjakan oleh generasi lain. Oleh karena itu, secara umum guru

diharapkan menciptakan kondisi yang baik, yang memungkinkan setiap

peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya, antara lain dengan teknik

kerja kelompok kecil, penegasan dan mensponsori pelaksanaan proyek.84

Dengan menggunakan teknik kerja kelompok kecil dalam

pembelajaran, interaksi sosial menjadi salah satu faktor penting bagi

perkembangan mental yang baru peserta didik. Disinilah pembelajaran

kooperatif memainkan perannya dalam memberikan kebebasan kepada peserta

didik untuk berfikir secara analitis, praktis, kreatif, reflektif, dan produktif.

Karena pengajaran yang terkesan akan menghasilkan pembelajaran yang

diinginkan sehingga sekolah selain mempunyai fungsi tradisional untuk

membekali anak didik dengan keterampilan-keterampilan dasar dan muatan-

muatan informasi, sekolah yang mampu membina peserta didik agar

mempunyai kemampuan untuk berfikir kritis kreatif, kemampuan


83
Muhaimin, Op. Cit., hal. 190
84
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi
(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 126-128
94

berkomunikasi, dan berkehidupan sosial.85

85
Anita lie, Op.Cit., hal. 16
95

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dilihat dari segi tema atau judul yang diangkat, penelitian ini temasuk

dalam pendekatan penelitian bentuk kuantif atau mix methods. Dengan

penerapan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Untuk penelitian tindakan

kelas lebih banyak menggunakan pendekatan kualitatif dari pada pendekatan

kuantitatif adapun hipotesis dalam penelitian tindakan kelas adalah hipotesis

tindakan.86

Penelitian tindakan kelas berasal dari dari istilah bahasa Inggris

Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada

sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu

subyek penelitian di kelas tersebut. Pertama kali penelitian tindakan kelas

diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya

dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave

Ebbutt dan lainnya. Pada awalnya penelitian tindakan kelas menjadi salah satu

model penelitian yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana

peneliti melakukan pekerjaannya, baik dibidang pendidikan, kesehatan

maupun pengelolaan sumber daya manusia.87

86
Nizar Alam Hamdani, Dody Hermana, Classroom Action Research : Teknik Penulisan
Dan Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK), ( Kudus: Rahayasa Research and
Training, 2008), hal. 40
87
Ibid, hal. 42
96

Suharsimi Arikunto menjabarkan tiga pengertian penelitian tindakan

kelas (PTK), sebagai berikut :88

1. Penelitian, kegiatan mencermati objek dengan menggunakan cara

dan aturan metodologi tertentu utuk memperoleh data atau informasi

yang bermanfaat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan, gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan

tertentu. Dalam penelitian berupa siklus kegiatan untuk siswa.

3. Kelas, sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima

pelajaran yangn sama dari guru yang sama pula.

Dari tiga pengertian di atas disimpulkan penelitian tindakan kelas

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah

tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara

bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau arahan dari guru yang

dilakukan siswa. 89

Heidi Watt mengemukakan definisi action search dikutip dalam bukunya

Nizar Alam Hamdani dan Dody Hermana, bahwa :90

Action research is a process in which participants their own

education practice systematically and carefully using the techniques

of research. It is based on the following assumptions :

a. Teacher and principals work and then consider ways of

identified for themselves.

88
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hal. 2-3
89
Ibid., hal 3
90
Nizar Alam Hamdani, Dody Hermana, Op.Cit., hal. 44
97

b. Teacher and principals become more affective when

encouraged to examine and assess their own work and then

consider ways of working differently.

c. Teacher and principals help each other by working

collaboratively.

d. Working with colleagues help teacher and principals in

their professional development.

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian

tindakan merupakan merupakan proses yang mengevaluasi kegiatan proses

belajar mengajar yang dilaksanakan secara sistematik dan menggunakan

teknik-teknik yang relevan. Adapun kegunaan penelitian tindakan adalah

untuk memecahkan masalah yang teridentifikasi, meningkatkan tingkat

efektivitas dalam proses pembelajaran, prinsip kemitraan dan meningkatkan

profesionalisme guru.91

Dalam penelitian tindakan kelas, ada beberapa model penelitian

tindakan kelas yang diterapkan oleh beberapa para ahli. Minimal ada empat

model PTK. Dalam pemilihan model tergantung kebutuhan serta kemampuan

peneliti memahami model PTK.

Dari keempat model tersebut umumnya memiliki kesamaan. Secara

garis besar keempat model tersebut memiliki bentuk seperti gambar dibawah

ini : 92

91
Ibid., hal. 44
92
Ibid., hal 52
98

PELAKSANAAN

PERENCANAAN SIKLUS I PENGAMATAN

REFLEKSI

PELAKSANAAN

PERENCANAAN SIKLUS II PENGAMATAN

REFLEKSI

SIKLUS
SELANJUTNYA

Gambar 3.1 Tahapan atau Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)93

Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,

termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat

pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh

peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta

93
Ibid., hal 52
99

mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya pengajaran

kontekstual model pengajaran berbasis masalah.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil

atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar

pengamatan yang diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari

pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan

pada siklus berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga siklus, yaitu siklus 1, 2, dan seterusnya,

dimana masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama)

dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan adanya

kekreativitas siswa di akhir masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan

dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

Penelitian tindakan kelas berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan

kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas.94 Di ruang kelas, menurut

Wiriatmadja dalam bukunnya Nizar Alam Hamdani dan Dody Hermana,

bahwa penelitian tindakan kelas berfungsi sebagai :95

a. Alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam

situasi pembelajaran di kelas.

b. Alat pelatihan dalam jabatan, membekali guru dengan

keterampilan, metode baru dan mendorong timbulnya kesadaran

diri, khususnya melalui pengajaran sejawat.

94
Ibid., hal. 45
95
Ibid., hal. 45-46
100

c. Alat untuk memasukkan ke dalam sistem yang ada (secara alami)

pendekatan tambahan atau inovasi.

d. Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara

guru dan peneliti.

e. Alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subyektif,

impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas.

f. Alat untuk mengembangkan keterampilan guru yang bertolak dari

kebutuhan untuk menaggulangi berbagai permasalahan

pembelajaran aktual yang dihadapi di kelasnya.

Secara garis besar bahwa tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah

untuk mengubah perilaku pengajaran guru, perilaku peserta didik di kelas,

peningkatan proses pembelajaran sehingga dapat menciptakan guru yang

professional dan lulusan yang memiliki daya saing. Dengan adanya penelitian

tindakan kelas dapat meningkatkan kepercayaan guru dan dapat meningkatkan

kreatifitas melalui hasil-hasil penelitian tindakan kelas yang memiliki inovatif

value.96

Penelitian tindakan kelas mempunyai karakteristik atau ciri dalam

tindakan kelas sebagai berikut :97

a. Mengkaji permasalahan situasional dan kontekstual.

b. Adanya tindakan.

c. Adanya evaluasi terhadap tindakan.

d. Pengkajian terhadap tindakan.

96
Ibid., hal. 46
97
Ibid., hal. 47
101

e. Adanya kerjasama.

f. Adanya refleksi.

Penelitian tindakan kelas mempunyai suatu perbedaan dengan penelitian

formal. Perbedaan esensi adalah keterlibatan guru dengan tujuan memperbaiki

proses belajar mengajar. 98

NO PENELITIAN PTK

NON-PTK

1. Dilakukan oleh orang dari luar Dilakukan oleh guru

2. Selalu memperhatikan populasi  Tidak kenal istilah populasi

dan sampel dan sampel

 Kurang memperhatikan

ukuran/kerepresentatifan

sampel

3. Validitas & realibilitas instrument Instrumen cukup memiliki

harus dikembangkan dan diuji validitas isi

4. Menuntut penggunaan analisis Tidak digunakan analisis analisis

statistik yangn kompleks statistik

5. Sering memerlukan pembanding Tidak memerlukan kelas control

atau kelas control sebagai pembanding

keberhasilan

6. Mempersyaratkan hipotesis Tidak selalu menggunakan

penelitian hipotesis penelitian (kecuali

98
Ibid., hal. 48
102

yang terkait dengan uji teori)

7. Tujuannya untuk : Tujuannya untuk :

 Menggembangkan pengetahuan  Memperbaiki praktik

umum (teori) pembelajaran secara langsung

 Tidak langsung memperbaiki  Memperbaiki mutu proses

praktik pembelajaran, tetapi pembelajaran

melalui RDD

Table 3.1 Perbedaan PTK dengan Non-PTK99

B. Kehadiran Peneliti

Peran peneliti dalam kehadirannya untuk penelitian tindakan kelas

bertindak sebagai partisipan aktif.100 Dalam hal ini, peneliti mempunyai

keterlibatan aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, pengumpula data,

menganalisis di kelas dan juga melaporkan hasil penelitian.

C. Lokasi Penelitian

Peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VII D

yang berlokasi di Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang, yang beralamat di Jl.

Mandiri No. 9, Telp. (0341) 425401, Fax. 422910 Kecamatan Lawang

Kabupaten Malang, yang merupakan sekolah Negeri dibawah naungan

99
Ibid., hal. 49
100
Paul Suparno, Riset Tindakan Untuk Pendidik (Jakarta : Grasindo, 2007), hal. 45
103

Kementrian Agama Kota Malang Provinsi Jawa Timur Indonesia. Email :

mtsn_lawang1@yahoo.co.id, Web : mtsnlawang.com.

D. Sumber Data

Secara garis besar data dalam penelitian tindakan kelas ini dapat

dikategorikan menjadi dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

Sumber data pada penelitian tindakan kelas dibedakan menjadi dua macam :101

1. Data kulitatif, yaknni data abstrak (intangible).102 Data ini diperoleh

dari bentuk informasi yang berupa kalimat untuk memperoleh

gambaran lebih mendalam yang diperoleh dari observasi,

dokumentasi, dan interview.

2. Data kuantitatif, yakni data yang konkrit (tangible).103 Data ini

diperoleh dari hasil pembelajaran yang dapat diketahui dari

penilaian, dimana akan diungkapkan persoalan di lapangan dalam

hal ini adalah MTs Negeri Lawang.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian yang dilaksanakan di kelas VII D MTs Negeri Lawang

Malang ini menggunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data selama

proses penelitian berlangsung diantaranya sebagai berikut :

101
Supardi, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hal. 131
102
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Publik Relation dan Komunikasi, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2004), hal. 28
103
Ibid., hal 29
104

1. Metode Observasi

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara pengamatan

terhadap obyek dengan cara ini peneliti akan memperoleh data

secara obyektif karena obyek tidak mengetahui bahwa dirinya

sedang diteliti. Untuk memantau aktivitas setiap siswa selama

pembelajaran peneliti mengamati, mencatat dan juga terjun

langsung ke tempat lokasi tersebut terutamanya kelas VII D MTs

Negeri Lawang Malang.

2. Pendekatan Partisipatif

Pendekatan ini digunakan untuk lebih menjadikan suasana

dalam kegiatan belajar mengajar lebih hidup, sehingga peneliti

terlibat secara langsung atau berpartisipasi dalam hal pengumpulan

yang diinginkan dan terkadang pula mengarahkan tindakan atau

arahan yang mengarah kepada data yang di inginkan oleh peneliti.

3. Interview (wawancara)

Interview ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data

melalui tanya jawab dengan obyek penelitian, sehingga data akan

lebih valid karena langsung diperoleh dari sumbernya.

4. Dokumentasi

Dokumentasi di sini untuk mengumpulkan data secara

tertulis dan tidak tertulis. Data ini berupa tulisan dan foto.
105

F. Teknik Analisis Data

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti, meliputi dua data

yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Pertama, data yang bersifat kualitatif

terdiri dari hasil observasi dan dokumentasi dianalisis secara deskriptif

kualitatif. Tahapan teknik analisis deskriptif, yaitu:104

1. Reduksi data, dengan memilah-milah data mana saja yang sekiranya

bermanfaat dan mana yang diabaikan, sehingga data yang terkumpul

dapat memberikan informasi yang bermakna.

2. Memaparkan data bisa ditampilkan dalam bentuk narasi, grafik, tabel

untuk menguraikan informasi tentang sesuatu yang berkaitan dengan

variabel yang satu dengan yang lain.

3. Menyimpulkan, yaitu menarik intisari atas sajian data dalam bentuk

pemaparan yang singkat dan padat.

Kedua, data yang bersifat kuantitatif dianalisa dengan analisa

deskriptif kuantitatif, didapatkan dari hasil pembelajaran dan perhitungan skor

penilaian nilai kreativitas yang dapat diketahui dari penilaian dengan

rumus:105

Post Rate - Base Rate


P= X 100%
Base Rate

104
Susilo, Paduan PTK (Yogyakarta: Pustaka Book Peblisher, 2007), hal. 12-13
105
M. Syamsun Ni‟am, Op.Cit.., Abstak
106

Keterangan:

P = Persentase peningkatan

Post rate = Nilai rata-rata sesudah tindakan

Base rate = Nilai rata-rata sebelum tindakan

G. Pengecekan Keabsahan Data

Peneliti dalam mengecek keabsahan data menggunakan teknik

triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data tersebut.106 Dalam triangulasi ini menggunakan

beberapa sumber dan metode.

H. Tahapan Penelitian

Tahapan dalam penelitian tindakan kelas yaitu :

1. Perencanaan Tindakan

Dalam penelitian tindakan kelas ini akan dipakai model siklus yang

dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan, sehingga diharapkan

semakin lama akan semakin menunjang hasil yang ingin dicapai.

Langkah-langkah kegiatan yang harus dipersiapkan dalam

penelitian tindakan kelas ini adalah :

a. Observasi

b. Konsultasi dengan guru pamong

106
Lexy .J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rosdakarya, --), hal. 178
107

c. Identifikasi permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar

d. Merumuskan metode strategi yang sesuai dengan pembelajaran

e. Melakukan pemilihan metode atau strategi yang sesuai

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 4 kali pertemuan

dengan mulai observasi awal sebelum tindakan sampai dari siklus I, siklus II,

dan siklus III di kelas VII D MTs Negeri Lawang Malang yang dimulai pada

hari Senin 5 April 2010 – hari Senin 3 Mei 2010.

2. Implementasi Tindakan

Adapun kegiatan atau tindakan yang dilaksanakan di kelas selama

pertemuan sebagai berikut :

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran

b. Mengelompokkan siswa menjadi 10 kelompok dalam Siklus I

kemudian dalam siklus II dan siklus III menjadi 5 kelompok.

c. Menyampaikan materi secara garis besar

d. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode cooperative

learning (dengan menggunakan Two Stay Two Stray dan

Numbered Heads Together)

e. Memberi arahan yang berkaitan dengan tugas-tugas yang akan

dibebankan pada siswa

f. Memberi tugas kepada siswa sesuai dengan materi pembelajaran


108

3. Observasi dan Interpretasi

Dalam kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan

dengan pengambilan data hasil belajar dan kinerja siswa. Hal tersebut

antara lain :

a. Aktivitas Siswa

 Siswa terbentuk menjadi beberapa kelompok

 Siswa diberi kesempatan untuk menjawab atau

menanggapi pertanyaan temannya.

 Siswa diberi kesempatan untuk bertanya.

 Siswa melaksanakan tugas yang di perintahkan oleh guru.

b. Interaksi guru dengan siswa

Hubungan sangat komunikatif baik dalam kegiatan proses

belajar mengajar maupun di luar kelas.

c. Interaksi siswa dengan siswa

Hubungan antara siswa satu dengan siswa lain saling

kekeluargaan baik di dalam kelas maupun di luar kelas dan

kooperatif.

4. Analisis dan Refleksi

Data yang diperoleh dari tindakan kelas yang telah dilaksanakan

akan dianalisis untuk memastikan bahwa pencatatan dengan

menggunakan pembelajaran dengan model cooperative learning dalam

meningkatkan kreativitas siswa dalam pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII

MTs Negeri Lawang Malang.


109

Dalam menganalisis data akan digunakan prosedur dan tehnik yang

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, yakni memberikan kesempatan pada

masing-masing kelompok untuk menemukan pengetahuan-pengetahuan baru

dan juga untuk mengungkapkan gagasan ide-idenya yang bertujuan untuk

meningkatkan kreativitas siswa khususnya mata pelajaran Aqidah Akhlak.

5. Siklus Penelitian

Siklus penelitian tindakan kelas dipersiapkan untuk 3 kali

pertemuan yang semuanya dibentuk dalam skenario pembelajaran atau

dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dan waktu proses

belajar mengajar dalam mata pelajaran Akidah Akhlah selama 2 X 40

menit.

Adapun tahap penelitian tiap siklus sebagai berikut :

a. Siklus I (1x pertemuan)

1) Kegiatan awal :

a) Peneliti (sebagai pengajar) memberi salam dan memulai

pelajaran dengan doa.

b) Peneliti memperkenalkan diri kepada siswa dan sekaligus

menyampaikan maksud dalam kehadirannya.

c) Peneliti mengabsen siswa sambil berkenalan.

d) Peneliti memberikan gambaran apa saja yang akan mereka

dapatkan dalam pelajaran Akidah Akhlak.

e) Peneliti memberikan ilustrasi pelajaran yang akan dibahas

adalah tentang akhlak tercela kepada Allah SWT


110

2) Kegiatan inti :

a) Menjelaskan materi tentang pengertian Riya‟.

b) Guru membuat kesepakatan bahwa selama pelajaran

berlangsung proses pembelajaran dengan model belajar

bersama-sama atau kelompok (cooperative learning).

c) Guru membagi siswa menjadi 10 kelompok (jumlah kelas VII

D ada 40 siswa, tiap kelompok berjumlah 4 siswa).

d) Kemudian, guru memberi nama kelompok tiap masing-

masing kelompok.

e) Guru meminta masing-masing kelompok untuk berdiskusi

mencari contoh tentang Riya‟ Jali dan Riya‟ Khafi.

f) Lalu, guru meminta setiap perwakilan 2 orang dari masing-

masing kelompok untuk meninggalkan kelompoknya untuk

berdiskusi ke kelompok yang lain. Sedangkan 2 orang yang

tidak bertugas menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada 2

orang dari dari kelompok lain (tamu).

3) Kegiatan akhir :

a) Guru meminta kepada masing-masing kelompok mengajukan

pertanyaan kepada guru apabila ada pelajaran atau hal-hal

yang tidak dipahami dari pelajaran hari ini.

b) Guru mereview kegiatan pembelajaran, mengecek

pemahaman siswa dengan memberikan tugas kepada siswa

untuk mengerjakan soal-soal sebanyak 15 soal pilihan ganda


111

dan isian melalui lembaran soal yang sudah dibuat oleh

peneliti sendiri.

c) Guru memberikan penghargaan kepada seluruh siswa atas

partisipasi aktifnya dalam belajar, selanjutnya guru

menyimpulkan pelajaran hari ini, yaitu materi tentang Riya‟.

d) Guru meminta siswa mempelajari materi tentang Nifaq untuk

pertemuan berikutnya.

e) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam.

b. Siklus II (1x pertemuan)

1) Kegiatan awal :

a) Guru membuka pelajaran dengan salam dan do‟a.

b) Guru sedikit menanyakan keadaan mereka.

2) Kegiatan inti :

a) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai Nifaq.

b) Siswa diminta menjawab secara individu.

c) Guru menjelaskan materi yang akan dibahas (mengenai

Nifaq)

d) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok (tiap kelompok

berjumlah 8 siswa). Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap

kelompok diberi nomor 1-8.

e) Kemudian, guru memberi nama kelompok tiap masing-

masing kelompok.
112

f) Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab

oleh tiap-tiap kelompok. Lalu, guru memberi kesempatan

kepada tiap-tiap kelompok untuk menemukan jawaban

dengan cara berdiskusi dari pertanyyan yang diajukan guru.

g) Langkah selanjutnya, guru memanggil siswa yang memiliki

nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok untuk maju

kedepan (hal ini dilakukan terus menurus hingga semua siswa

dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok

mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan

guru).

h) Siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari

guru.

i) Guru meminta kepada masing-masing kelompok mengajukan

pertanyaan kepada guru apabila ada pelajaran atau hal-hal

yang tidak dipahami dari pelajaran hari ini.

3) Kegiatan akhir :

a) Guru menyimpulkan pelajaran hari ini, yaitu materi tentang

Nifaq.

b) Guru mereview kegiatan pembelajaran, mengecek

pemahaman siswa dengan memberikan tugas kepada siswa

untuk mengerjakan soal-soal sebanyak 15 soal pilihan ganda

dan isian melalui lembaran soal yang sudah dibuat oleh

peneliti sendiri.
113

c) Guru memberikan penghargaan kepada seluruh siswa atas

partisipasi aktifnya dalam belajar, selanjutnya guru

menyimpulkan pelajaran hari ini, yaitu materi tentang Nifaq.

d) Guru meminta siswa mempelajari nilai-nilai negatif akibat

perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam fenomena kehidupan untuk

pertemuan berikutnya.

e) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam.

c. Siklus III (1x pertemuan)

1) Kegiatan awal :

a) Guru membuka pelajaran dengan salam dan do‟a.

b) Guru sedikit menanyakan keadaan mereka.

2) Kegiatan inti :

a) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai nilai-

nilai negatif akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam

fenomena kehidupan.

b) Siswa diminta menjawab secara individu.

c) Guru menjelaskan materi yang akan dibahas (mengenai nilai-

nilai negatif akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam

fenomena kehidupan).

d) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok (tiap kelompok

berjumlah 8 siswa). Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap

kelompok diberi nomor 1-8.


114

e) Kemudian, guru memberi nama kelompok tiap masing-

masing kelompok.

f) Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab

oleh tiap-tiap kelompok. Lalu, guru memberi kesempatan

kepada tiap-tiap kelompok untuk menemukan jawaban

dengan cara berdiskusi dari pertanyan yang diajukan guru.

g) Langkah selanjutnya, guru memanggil siswa yang memiliki

nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok untuk maju

kedepan (hal ini dilakukan terus menurus hingga semua siswa

dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok

mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan

guru).

h) Siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari

guru.

3) Kegiatan akhir :

a) Guru meminta kepada masing-masing kelompok mengajukan

pertanyaan kepada guru apabila ada pelajaran atau hal-hal

yang tidak dipahami dari pelajaran hari ini.

b) Guru mereview kegiatan pembelajaran, mengecek

pemahaman siswa dengan memberikan tugas kepada siswa

untuk mengerjakan soal-soal sebanyak 15 soal pilihan ganda

dan isian melalui lembaran soal yang sudah dibuat oleh

peneliti sendiri.
115

c) Guru memberikan penghargaan kepada seluruh siswa atas

partisipasi aktifnya dalam belajar, selanjutnya guru

menyimpulkan pelajaran hari ini selanjutnya guru

menyimpulkan pelajaran hari ini, yaitu nilai-nilai negatif

akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam fenomena

kehidupan.

d) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam.


116

BAB IV

PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang

MTsN Malang III Fillial di Lawang semula adalah Madrasah

Tsanawiyah “AlMaarif” Lawang yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1983

atas prakarsa Bapak H. M. Farchan Ketua Lembaga Pendidikan AlMaarif

Lawang. Prakarsa tersebut dilimpahkan kepada Bapak Drs. Masyhudi Ahmad

dengan modal sebesar Rp 10.000,- modal tersebut digunakan untuk segala

sesuatu yang berkenaan dengan persiapan tahun ajaran baru 1983/1984.

Alhamdulillah Madrasah Tsanawiyah AlMaarif Lawang dapat berdiri dengan

murid tahun pertama berjumlah 24 orang, menempati gedung Sekolah Dasar

Islam Jalan Untung Suropati 530 Lawang. Kepala Sekolahnya adalah Drs.

Masyhudi Ahmad, Wakil Kepala Sekolah Bapak H.M. Farchan dibantu oleh

staf pengajar : Ibu Kus Mardiyah, Bapak Mohammad Su‟ud, Bapak N.

Chanafi M., Ibu Masyitah, Bapak Iman Aruman, Bapak Rahmat Suyono,

Bapak H. Achmad Hadi (Kepala Kelurahan Kec. Lawang), Bapak Mundzir

Ma‟ruf, BA (Kepala KUA Kec. Lawang), Bapak Achmad Ramelan dan staf

Tata Usaha yaitu Ibu Fitriyatul Masruro. Mereka semua dengan ikhlas

mengabdikan dirinya bersama-sama demi tegak dan bangunnya Madrasah.107

107
Company Profile MtsN Lawang, Tahun 2008
117

Pada tahun ajaran 1984/1985 murid kelas 1 berjumlah 30 orang, pada

tahun ini pemerintah memberi kepercayaan kepada Madrasah bagaimana

kalau sekiranya dinegerikan. Setelah melalui pertemuan Dewan Guru,

Pengurus Yayasan dan tokoh-tokoh masyarakat mereka sepakat menerima

penawaran tersebut. Setelah diadakan pemeriksaan oleh Team Penjajakan

persiapan Fillial Kanwil. Depag. Prop. Jawa Timur, maka dinyatakan

memenuhi syarat dan ditetapkan sebagai Madrasah Tsanawiyah Persiapan

Fillial Negeri Lawang.108

Pada tahun ajaran 1985/1986 murid kelas 1 berjumlah 49 orang,

keadaan Madrasah makin lama makin berkembang dengan dibantu oleh

Pengurus BP3 antara lain : Bapak Moh. Naim, Bapak Achmad Subandi,

Bapak Serma Saimin, Bapak Kasiyan dan Ibu Arbaniyah.

Pada tahun ajaran 1986/1987 Madrasah dinyatakan resmi menjadi

Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang III Fillial di Lawang dengan murid

kelas 1 berjumlah 106 orang, sehingga murid keseluruhan akhir tahun ajaran

1986/1987 tercatat berjumlah 166 orang.109

Kemudian pada tahun 1993/1994 Madrasah Tsanawiyah Negeri

Malang III Fillial di Lawang dinyatakan resmi menjadi Madrasah Tsanawiyah

Negeri Lawang dengan SK Menteri Agama Republik Indonesia Nomor : 244

Tanggal 25 Oktober 1993 tentang Pembukaan dan Penegrian Madrasah hingga

108
Ibid.,
109
Ibid.,
118

sampai sekarang tahun 2003/2004 dengan jumlah murid kelas 1 = 206, kelas 2

= 197, kelas 3 = 190, sehingga jumlah keseluruhan menjadi 593.110

2. Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, bahwa Madrasah ini

mempunyai visi dan misi yang sangat mendukung terselenggaranya Madrasah.

Adapun visi dan misinya sebagai berikut :111

a. Visi Madrasah :

Unggul Prestasi Berdasarkan Iman dan Taqwa

1. Unggul dalam pembinaan keagamaan Islam.

2. Unggul dalam peningkatan prestasi UNAS.

3. Unggul dalam prestasi Bahasa Arab.

4. Unggul dalam prestasi Bahasa Inggris.

5. Unggul dalam prestasi Olahraga.

6. Unggul dalam prestasi Kesenian.

7. Memiliki lingkungan Madrasah yang nyaman dan kondusif untuk

belajar.

8. Mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.

b. Misi Madrasah :

1. Menumbuh kembangkan sikap dan amaliah keagamaan Islam.

110
Ibid.,
111
Ibid.,
119

2. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif,

sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai

dengan potensi yang dimiliki.

3. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada

seluruh warga Madrasah baik dalam prestasi akademik maupun

non akademik.

4. Menciptakan lingkungan Madrasah yang sehat, bersih dan indah.

5. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi

dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara lebih optimal.

6. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh

warga Madrasah dan Komite Madrasah.

3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang merupakan

jajaran penyelenggara, pengelolaan, pengembangan dan keberhasilan dalam

mencapai visi dan misinya, adapun struktur organisasi MTsN Lawang

sebagai berikut :
120

KEPALA SEKOLAH
H. ACHMAD SAID, M. AG
KOMITE SEKOLAH TATA USAHA
Drs. H. QISMUL HADI LAILI AVIATI

WAKA MADRASAH
Urusan Sarpras Urusan Kurikulum Urusan Hub. Kerjasama Masy.
Drs. Trijahyono Dra. Diyah Tiyas Untoyo, S.Pd
Budiharjo Suryaningsih

Kordinator MGMP Kordinator MGMP Kordinator MGMP Kordinator MGMP Kordinator


Matematika Sosiologi Agama IPA MGMP IPS
Kewarganageraan
Dra. Diyah Jauhardi, S. Pd Nurul Proklamasinta, Drs. Wardi
Suryaningsih Tiyas Untoyo, S.Pd
S. Pd

Kordinator MGMP B. Kordinator MGMP Wali Guru Mata Guru Tenaga Kependidikan
Indonesia B. Inggris Kelas Pelajaran Pembimbing (BP) Lainnya
Drs. Imam Hujali Rokhana Idayani, S. Pd

SISWA
Gambar 4.1 Struktur Organisasi MTsN Lawang Tahun Pelajaran 2009/2010112

112
Ibid.,
121

Selanjutnya adalah deskripsi tentang struktur organisasi tata usaha Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang sebagai berikut :

KEPALA SEKOLAH
H. ACHMAD SAID, M. AG

KAUR TATA USAHA


LAILI AVIATI

BENDAHARA GAJI BENDAHARA KMT INVENTARIS PRESENSI


Drs. SUTITO ERNA FIDIYAH, BA MAX DJAJAPRAWIRA KOMARIA ULFAH

ADM. SURAT OPERATOR KOMPUTER PERPUSTAKAAN SECURITY


KHOIRUL BANYAH IMAM BASORI Drs. SASI EKANI W. MU’ASIM

KEBERSIHAN
IRVAN AGUNG MARETNO

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Tata Usaha MTsN Lawang Tahun Ajaran 2009/2010113

113
Ibid.,
cxxii

B. Observasi Awal Sebelum Tindakan

1. Pemeriksaan di Lapangan

Peneliti sebelum melaksanakan penelitian langkah awal yang

dilakukan adalah observasi terlebih dahulu sebagai langkah awal untuk

melaksanakan penelitian. Jauh sebelum melaksanakan penelitian, pada hari

Jum‟at tanggal 26 Maret 2010 peneliti bersilaturrami terlebih dahulu kepada

pihak Madrasah yang pada waktu itu oleh Bapak Achmad Said, M.Ag selaku

Kepala Sekolah MTsN Lawang memberikan kesempatan kepada peneliti

untuk melakukan penelitian di Sekolah MTsN Lawang tanpa adanya surut

Rekomendasi langsung dari Kementrian Keagamaan Malang. Kemudian pada

hari senin tanggal 29 Maret 2010 peneliti mengirim surat izin resmi dari

Fakultas yang diajukan kepada Kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri

Lawang.

Pada hari senin tanggal 29 Maret 2010, peneliti dipertemukan langsung

oleh guru mata pelajaran Aqidah Akhlak yaitu Bapak Wardi, S.Ag (guru mata

pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII, VIII, dan IX) dan juga Waka Madrasah

Urusan Kurikulum yaitu Ibu Dra. Diyah Suryaningsih. Kemudian peneliti

menemui guru Aqidah Akhlak kelas VII, Bapak Wardi, S.Ag untuk meninta

izin sekaligus bimbingan beliau selama penelitian tindakan kelas berlangsung

di kelas VII. Peneliti diberi kesempatan oleh guru Aqidah Akhlak untuk

melakukan penelitian tindakan kelas di kelas VII D.

Pada tanggal hari Senin tanggal 5 April 2010 peneliti melaksanakan

observasi awal. Pelaksanaan pembelajaran di kelas VII D menggunakan model

cxxii
cxxiii

belajar konvensional. Dari hasil observasi ternyata dalam pembelajaran

dengan model belajar konvensional kurang cocok diterapkan pada

pembelajaran Aqidah Akhlak. Karena dengan model belajar konvensional

tersebut menyebabkan rendahnya kreativitas siswa kelas VII D MTsN

Lawang.

2. Rencana Tindakan

Sebagai langkah awal dari pelaksanaaan Pre Test. Peneliti melakukan

beberapa persiapan untuk melaksanakan Pre Test antara lain :

a. Mengadakan rundingan atau berdiskusi terlebih dahulu dengan guru

mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII D.

b. Guru mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII D bersedia untuk

membimbing peneliti selama proses penelitian berlangsung dan jika

dibutuhkan ketika setelah penelitian yang menyangkut dengan

penelitian.

c. Peneliti membuat instrumen penelitian berupa lembar observasi

kreativitas, hasil belajar dan membuat pedoman wawancara.

d. Peneliti membuat RPP.

e. Peneliti menyiapkan modul pembelajaran serta menyusun soal-soal

yang akan diberikan ketika kegiatan mengajar berlangsung.

f. Peneliti membagi siswa dalam kelompok heterogen.

cxxiii
cxxiv

3. Pelaksanaan Tindakan

Pre Test dilaksakan pada hari Senin tanggal 5 April 2010 dengan

menggunakan pembelajaran konvensional yaitu dengan metode ceramah

seperti yang dilakukan pengajar sebelumnya.

Diawal pembelajaran peneliti datang bersama dengan guru mata

pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII D yaitu Bapak Wardi untuk masuk kelas

tersebut. Kemudian Bapak Wardi mengenalkan peneliti dengan siswa kelas

VII D, selanjutnya Bapak Wardi mempersilahkan peneliti untuk

memperkenalkan diri secara pribadi. Peneliti memperkenalkan diri kepada

seluruh siswa kelas VII D mulai dari nama, alamat, tanggal lahir, dan lain-lain.

Setelah itu memberitahukan tujuan dan maksud kedatangan peneliti di kelas

VII D. Peneliti memberitahukan bahwa tujuan kedatangannya di kelas ini

untuk melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran cooperative

learning yang mana hasilnya nanti diharapkan dapat meningkatkan kreativitas

siswa.

Kemudian peneliti/guru menjelaskan materi tentang Riya‟ dan Nifaq,

lalu guru membentuk kelompok secara homogen untuk membahas tentang

Riya‟ dan Nifaq. Guru menunjuk seseorang dalam setiap kelompok untuk

menjadi pemimpin dalam kelompoknya dan ketika diskusi berjalan guru

membiarkan atau tidak ada pemantauan terhadap siswa untuk berdikusi saat

belajar kelompok sedang berlangsung.

Pada akhir proses pembelajaran, guru mengadakan pre test dengan

membagi-bagikan soal yang sudah dibuat oleh guru kepada siswa dan

cxxiv
cxxv

dikerjakan selama kurang lebih 20 menit. Tujuan diadakan pre test ini untuk

mengetahui efektifitas dari pembelajaran konvensional. Dalam mengerjakan

soal pre test siswa tampak kurang kreatif dan nilainya pun rendah. Kemudian

peneliti dalam hal ini sebagai guru mengakhiri pembelajaran dengan doa dan

mengucapkan salam.

4. Observasi

Pada observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana

kondisi kelas VII D selama proses pembelajaran sebelumnya. Selain itu juga

untuk mengetahui seberapa besar tingkat kreativitas siswa kelas VII D MTsN

Lawang Malang. Kemudian, dari hasil pre test dalam lembar observasi

kreativitas bahwa siswa kurang antusias dan juga kurang kreatif dalam mata

pelajaran Aqidah Akhlak. Hal ini dapat diamati juga pada hasil belajar siswa

melalui pre test yang dilakukan peneliti untuk siswa kelas VII D di akhir

pembelajaran. Siswa kelas VII D dalam hal ini cenderung banyak diam

daripada bertanya, pasif, dan juga mereka takut untuk bertanya dan

mengungkapkan pendapat/idenya. Indikator lain menunjukkan bahwa

rendahnya kreatifitas siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah siswa

kurang berani untuk mengekspresikan pikiran-pikiran mereka dan juga dalam

menggungkapkan pendapatnya mereka belum berani bahkan mereka

cenderung malu.

5. Refleksi

Berdasarkan dari hasil pre test yang peneliti lakukan dapat diambil

kesimpulan bahwa pembelajaran konvensional dengan model ceramah dan

cxxv
cxxvi

pembentukan kelompok secara konvensional kurang cocok diterapkan pada

mata pelajaran Aqidah Akhlak. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran

ini kurang dapat meningkatkan keativitas siswa kelas VII D di MTsN Lawang

Malang.

Pembelajaran model konvensional dalam hal ini kurang cocok

diterapkan di kelas VII D karena dapat mengakibatkan siswa menjadi kurang

kreatif dan juga menghambat para siswa kelas VII D yang berbeda satu sama

lain. Lalu dalam pembelajaran ini, kurang dapat membangkitkan kreativitas

siswa kelas VII D sehingga hasil belajar mereka dalam mata pelajaran Aqidah

Akhlak kurang maksimal.

C. Paparan Data dan Hasil Penelitian

1. Paparan Data dan Temuan Penelitian pada Siklus I

a. Perencanaan Tindakan Siklus I

Pada tahap perencanaan tindakan pada siklus I ini peneliti

menerapkan metode cooperative learning dengan model two stay two

stray. Hal-hal yang perlu disiapkan dalam pembelajaran siklus I yaitu :

1. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2. Menyiapkan materi tentang Akhlak tercela kepada Allah SWT

yang terangkum dalam modul pembelajaran siswa.

3. Menyiapkan sumber belajar lain, seperti Al-Qur‟an dan

Terjemahan, buku paket, dan lembar kerja siswa.

4. Menyusun soal-soal serta lembar jawaban.

cxxvi
cxxvii

5. Menyusun lembar observasi kreativitas.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I (Senin, 12 April 2010)

Pada pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari senin

tanggal 12 April 2010 pada jam 11.10 sampai jam 12.30 WIB (2JP x 40

Menit), dengan menggunakan metode cooperative learning model Two

Stay Two Stray. Adapun dalam pelaksanaan tindakan siklus I yaitu :

1) Kegiatan Pendahuluan (10 menit):

a) Guru mengucapkan salam dan memulai pelajaran dengan doa.

b) Guru mengabsen siswa.

c) Guru memberikan gambaran apa saja yang akan mereka

dapatkan dalam pelajaran Aqidah Akhlak.

d) Guru memberikan ilustrasi pelajaran yang akan dibahas adalah

tentang akhlak tercela kepada Allah SWT.

2) Kegiatan Inti (50 menit):

a) Guru menjelaskan materi tentang pengertian Riya‟.

b) Guru membuat kesepakatan bahwa selama pelajaran

berlangsung proses pembelajaran dengan model belajar

bersama-sama atau kelompok (cooperative learning).

c) Guru membagi siswa menjadi 10 kelompok (jumlah kelas VII

D ada 40 siswa, tiap kelompok berjumlah 4 siswa).

d) Kemudian, guru memberi nama kelompok tiap masing-masing

kelompok.

cxxvii
cxxviii

e) Guru meminta masing-masing kelompok untuk berdiskusi

mencari contoh tentang Riya‟ Jali dan Riya‟ Khafi.

f) Lalu, guru meminta setiap perwakilan 2 orang dari masing-

masing kelompok untuk meninggalkan kelompoknya untuk

berdiskusi ke kelompok yang lain. Sedangkan 2 orang yang

tidak bertugas menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada 2

orang dari dari kelompok lain (tamu).

3) Kegiatan Penutup (20 menit):

a) Guru meminta kepada masing-masing kelompok mengajukan

pertanyaan kepada guru apabila ada pelajaran atau hal-hal

yang tidak dipahami dari pelajaran hari ini.

b) Guru mereview kegiatan pembelajaran, mengecek pemahaman

siswa dengan memberikan tugas kepada siswa untuk

mengerjakan soal-soal sebanyak 15 soal pilihan ganda dan

isian melalui lembaran soal yang sudah dibuat oleh peneliti

sendiri.

c) Guru memberikan penghargaan kepada seluruh siswa atas

partisipasi aktifnya dalam belajar, selanjutnya guru

menyimpulkan pelajaran hari ini, yaitu materi tentang Riya‟.

d) Guru meminta siswa mempelajari materi tentang Nifaq untuk

pertemuan berikutnya.

e) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam.

cxxviii
cxxix

c. Observasi Tindakan Siklus I (Senin, 12 April 2010)

Diawal pembelajaran pada siklus I siswa kelas VII D, dimulai pada

jam 11.10-12.30 WIB. Selama penelitian pada siklus I peneliti (sekaligus

guru) menerapkan pembelajaran cooperative learning dengan model Two

Stay Two Stray. Dalam hal ini siswa dibagi menjadi 10 kelompok (jumlah

kelas VII D ada 40 siswa, tiap kelompok berjumlah 4 siswa). Kemudian,

guru memberi nama kelompok tiap masing-masing kelompok. Adapun

nama kelompok sebagai berikut :

1. Nabi Adam as

2. Nabi Muhammad SAW

3. Nabi Isa as

4. Nabi Ibrahim as

5. Nabi Nuh as

6. Nabi Huud as

7. Nabi Musa as

8. Nabi Yusuf as

9. Nabi Idris as

10. Nabi Sholeh as

Dalam pelaksanaan penerapan pembelajaran ini, peningkatan

kreativitas pada siklus I mengalami peningkatan. Hal ditunjukkan adanya

siswa kelas VII D menyukai hal-hal baru dan memilliki rasa ingin tahu

yang cukup besar terhadap pelajaran Aqidah Akhlak.

cxxix
cxxx

Pada lembar observasi, menunjukkan kreativitas siswa mulai

meningkat sebesar 5 point dengan perolehan nilai skor 18 dari observasi

pertama dengan perolehan nilai skor 13. Kemudian perolehan nilai siswa

kelas VII D terjadi peningkatan juga. Perolehan nilai dari observasi awal

dengan nilai rata-rata kelas 68,9 menjadi 71,5 pada siklus I. Jadi,

meningkat sebesar 2,6 (secara lengkap dapat dilihat pada lampiran I, III

dan IV).

d. Refleksi Tindakan Siklus I (Senin, 12 April 2010)

Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I diketahui adanya

peningkatan kreativitas siswa kelas VII D dengan perolehan nilai skor 18

dari perolehan nilai skor 13. Akan tetapi pada siklus I antusiasme siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran belum begitu terlihat. Mereka

terlihat belum bisa untuk diajak belajar secara cooperative. Dan juga

kreativitas siswa kelas VII D belum maksimal. Adapun faktor-faktor

kendala pada siklus I dari hasil obsevasi adalah :

1. Siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran cooperative

learning.

2. Peneliti masih sulit untuk memancing siswa agar dapat

berkreatif dalam mata pembelajaran Aqidah Akhlak sehingga

harus diberi banyak rangsangan.

Sehingga peneliti perlu adanya revisi pembelajaran dalam upaya

terus meningkatkan kreativitas siswa pada siklus-siklus berikutnya.

cxxx
cxxxi

2. Paparan Data dan Temuan Penelitian pada Siklus II

a. Perencanaan Tindakan Siklus II

Pada tahap perencanaan tindakan pada siklus I ini peneliti

menerapkan metode cooperative learning dengan model Numbered Heads

Together. Hal-hal yang perlu disiapkan dalam pembelajaran siklus II yaitu:

1. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2. Menyiapkan materi tentang Akhlak tercela kepada Allah SWT

yang terangkum dalam modul pembelajaran siswa.

3. Menyiapkan sumber belajar lain, seperti Al-Qur‟an dan

Terjemahan, buku paket, dan lembar kerja siswa.

4. Menyusun soal-soal serta lembar jawaban.

5. Menyusun lembar observasi kreativitas.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II (Senin, 26 April 2010)

Pada pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari senin

tanggal 26 April 2010 pada jam 11.10 sampai jam 12.30 WIB (2JP x 40

Menit), dengan menggunakan metode cooperative learning model

Numbered Heads Together. Adapun dalam pelaksanaan tindakan siklus II

yaitu :

1) Kegiatan awal (10 menit):

a) Guru membuka pelajaran dengan salam dan do‟a.

b) Guru sedikit menanyakan keadaan mereka.

2) Kegiatan inti (50 menit):

a) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai Nifaq.

cxxxi
cxxxii

b) Siswa diminta menjawab secara individu.

c) Guru menjelaskan materi yang akan dibahas (mengenai

Nifaq)

d) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok (tiap kelompok

berjumlah 8 siswa). Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap

kelompok diberi nomor 1-8.

e) Kemudian, guru memberi nama kelompok tiap masing-

masing kelompok.

f) Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab

oleh tiap-tiap kelompok. Lalu, guru memberi kesempatan

kepada tiap-tiap kelompok untuk menemukan jawaban

dengan cara berdiskusi dari pertanyyan yang diajukan guru.

g) Langkah selanjutnya, guru memanggil siswa yang memiliki

nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok untuk maju

kedepan (hal ini dilakukan terus menurus hingga semua siswa

dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok

mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan

guru).

h) Siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari

guru.

i) Guru meminta kepada masing-masing kelompok mengajukan

pertanyaan kepada guru apabila ada pelajaran atau hal-hal

yang tidak dipahami dari pelajaran hari ini.

cxxxii
cxxxiii

3) Kegiatan akhir (20 menit):

a) Guru menyimpulkan pelajaran hari ini, yaitu materi tentang

Nifaq.

b) Guru mereview kegiatan pembelajaran, mengecek

pemahaman siswa dengan memberikan tugas kepada siswa

untuk mengerjakan soal-soal sebanyak 15 soal pilihan ganda

dan isian melalui lembaran soal yang sudah dibuat oleh

peneliti sendiri.

c) Guru memberikan penghargaan kepada seluruh siswa atas

partisipasi aktifnya dalam belajar, selanjutnya guru

menyimpulkan pelajaran hari ini, yaitu materi tentang Nifaq.

d) Guru meminta siswa mempelajari nilai-nilai negatif akibat

perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam fenomena kehidupan untuk

pertemuan berikutnya.

e) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam.

c. Observasi Tindakan Siklus II (Senin, 26 April 2010)

Pada pembelajaran disiklus II siswa kelas VII D MTsN Lawang

Malang, dimulai pada jam 11.10-12.30 WIB. Selama penelitian pada

siklus II peneliti (sekaligus guru) menerapkan pembelajaran cooperative

learning dengan model Numbered Heads Together. Dalam hal ini peneliti

membagi siswa menjadi 5 kelompok (tiap kelompok berjumlah 8 siswa).

Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap kelompok diberi nomor 1-8. Kemudian,

cxxxiii
cxxxiv

peneliti memberi nama kelompok tiap masing-masing kelompok. Adapun

nama-nama kelompok tersebut adalah :

1. Malaikat Jibril

2. Malaikat Isrofil

3. Malaikat Izrofil

4. Malaikat Munkar

5. Malaikat Nakir

Dalam pelaksanaannya peneliti menerapkan metode cooperative

learning dengan model numbered heads together. Peneliti merubah

metode cooperative learning dengan model two stay two stray kedalam

metode cooperative learning dengan model numbered heads together

karena siswa kelas VII D mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Maka

peneliti merubahnya, dan hasilnya cukup memuaskan. Hal ini dikarenakan

ada peningkatan kreativitas pada siklus II dari siklus I. Bukti menunjukkan

bahwa siswa kelas VII D MTsN Lawang Malang sudah mulai berani untuk

mengungkapkan ide atau pendapatnya dan juga mereka mampu untuk

menyesuaikan diri dengan kelomopoknya dan juga menyukai hal-hal baru

dan memilliki rasa ingin tahu yang cukup besar terhadap pelajaran Aqidah

Akhlak.

Pada lembar observasi, menunjukkan kreativitas siswa mulai

meningkat sebesar 5 point dengan perolehan nilai skor 23 dari siklus I

dengan perolehan nilai skor sebanyak 18. Kemudian perolehan nilai siswa

kelas VII D MTsN Lawang Malang terjadi peningkatan juga. Perolehan

cxxxiv
cxxxv

nilai dari siklus I dengan nilai rata-rata kelas 71,5 disiklus II nilai rata-

ratanya adalah 74,9. Jadi, meningkat sebesar 3,4 (secara lengkap dapat

dilihat pada lampiran I, III dan IV).

d. Refleksi Tindakan Siklus II (Senin, 26 April 2010)

Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus II menunjukkan adanya

peningkatan kreativitas siswa kelas VII D dengan perolehan nilai skor 23

dari siklus I dengan perolehan nilai skor 18. Siswa VII D MTsN Lawang

Malang dalam pembelajaran Aqidah Akhlak sudah berani mengungkapkan

ide atau pendapatnya dan juga mereka mampu untuk menyesuaikan diri

dengan kelomopoknya dan juga menyukai hal-hal baru dan memilliki rasa

ingin tahu yang cukup besar dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak.

Dalam hal ini sudah mengalami peningkatan yang baik dan kepedulian

mereka untuk bekerjasama dengan kelompoknya sudah mulai nampak

dibanding pada siklus I. Akan tetapi meskipun sudah ada peningkatan

minat dalam belajar yang baik, peneliti belum merasa puas. Sehingga

peneliti perlu adanya merevisi kembali seperti pada siklus I agar

pembelajaran Aqidah Akhlak dalam upaya terus meningkatkan kreativitas

siswa dapat meningkat.

3. Paparan Data dan Temuan Penelitian pada Siklus III

a. Perencanaan Tindakan Siklus III

Pada tahap perencanaan tindakan pada siklus III ini peneliti

menerapkan metode cooperative learning dengan model Numbered Heads

cxxxv
cxxxvi

Together. Hal-hal yang perlu disiapkan dalam pembelajaran siklus III

yaitu :

1. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2. Menyiapkan materi tentang Akhlak tercela kepada Allah SWT

yang terangkum dalam modul pembelajaran siswa.

3. Menyiapkan sumber belajar lain, seperti Al-Qur‟an dan

Terjemahan, buku paket, dan lembar kerja siswa.

4. Menyusun soal-soal serta lembar jawaban.

5. Menyusun lembar observasi kreativitas.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III (Senin, 03 Mei 2010)

Pada pelaksanaan tindakan siklus III dilaksanakan pada hari senin

tanggal 03 Mei 2010 pada jam 11.10 sampai jam 12.30 WIB (2JP x 40

Menit), dengan menggunakan metode cooperative learning model

Numbered Heads Together. Adapun dalam pelaksanaan tindakan siklus III

yaitu :

1) Kegiatan awal (10 menit):

a) Guru membuka pelajaran dengan salam dan do‟a.

b) Guru sedikit menanyakan keadaan mereka.

2) Kegiatan inti (50 menit):

a) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai nilai-

nilai negatif akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam

fenomena kehidupan.

b) Siswa diminta menjawab secara individu.

cxxxvi
cxxxvii

c) Guru menjelaskan materi yang akan dibahas (mengenai nilai-

nilai negatif akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam

fenomena kehidupan).

d) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok (tiap kelompok

berjumlah 8 siswa). Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap kelompok

diberi nomor 1-8.

e) Kemudian, guru memberi nama kelompok tiap masing-masing

kelompok.

f) Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab

oleh tiap-tiap kelompok. Lalu, guru memberi kesempatan

kepada tiap-tiap kelompok untuk menemukan jawaban dengan

cara berdiskusi dari pertanyaan yang diajukan guru.

g) Langkah selanjutnya, guru memanggil siswa yang memiliki

nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok untuk maju kedepan

(hal ini dilakukan terus menurus hingga semua siswa dengan

nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat

giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru).

h) Siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari

guru.

3) Kegiatan akhir (20 menit):

a) Guru meminta kepada masing-masing kelompok mengajukan

pertanyaan kepada guru apabila ada pelajaran atau hal-hal

yang tidak dipahami dari pelajaran hari ini.

cxxxvii
cxxxviii

b) Guru mereview kegiatan pembelajaran, mengecek pemahaman

siswa dengan memberikan tugas kepada siswa untuk

mengerjakan soal-soal sebanyak 15 soal pilihan ganda dan

isian melalui lembaran soal yang sudah dibuat oleh peneliti

sendiri.

c) Guru memberikan penghargaan kepada seluruh siswa atas

partisipasi aktifnya dalam belajar, selanjutnya guru

menyimpulkan pelajaran hari ini selanjutnya guru

menyimpulkan pelajaran hari ini, yaitu nilai-nilai negatif

akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam fenomena kehidupan.

d) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam.

c. Observasi Tindakan Siklus III (Senin, 03 Mei 2010)

Pada pembelajaran disiklus III siswa kelas VII D MTsN Lawang

Malang, dimulai pada jam 11.10-12.30 WIB. Selama penelitian pada

siklus III peneliti (sekaligus guru) menerapkan pembelajaran cooperative

learning dengan model Numbered Heads Together lagi seperti yang

dilakukan pada siklus II. Dalam hal ini peneliti membagi siswa menjadi 5

kelompok (tiap kelompok berjumlah 8 siswa). Tiap-tiap orang dalam tiap-

tiap kelompok diberi nomor 1-8. Kemudian, peneliti memberi nama

kelompok tiap masing-masing kelompok. Adapun nama-nama kelompok

tersebut adalah :

1. Al-Ghozali

2. Jalaluddin ar-Rumi

cxxxviii
cxxxix

3. Al-Farobi

4. Abdul Qodir Jaelani

5. Ibnu Sina

Dalam pelaksanaannya peneliti menerapkan metode cooperative

learning dengan model numbered heads together sama halnya pada siklus

II. Pada siklus III dapat diketahui bahwa penerapan cooperative learning

dapat lebih mengoptimalkan proses pembelajaran Aqidah Akhlak kelas

VII D MTsN lawang Malang. Hal ditunjukkan bahwa siswa kelas VII D

sudah berani untuk mengungkapkan ide atau pendapatnya dan juga mereka

mampu untuk mengkritisi pendapat kelompok lain ketika presentasi dan

juga mereka menyukai hal-hal baru dan memilliki rasa ingin tahu yang

cukup besar terhadap pelajaran Aqidah Akhlak.

Pada lembar observasi, menunjukkan kreativitas siswa meningkat

sebesar 2 point dengan perolehan nilai skor 25 dari siklus II dengan

perolehan nilai skor 23. Kemudian perolehan nilai siswa kelas VII D

MTsN Lawang Malang terjadi peningkatan juga. Perolehan nilai dari

siklus II dengan nilai rata-rata kelas 74,9 pada siklus III nilai rata-ratanya

adalah 81,2. Jadi, meningkat sebesar 6,3 (secara lengkap dapat dilihat pada

lampiran I, III dan IV).

d. Refleksi Tindakan Siklus III (Senin, 03 Mei 2010)

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada siklus III,

menyatakan bahwa ada peningkatan kreativitas siswa kelas VII D MTsN

Lawang Malang. Hal ini ditunjukkan adanya peningkatan mulai dari siklus

cxxxix
cxl

I yang dimulai pada hari Senin tanggal 12 April 2010 sampai siklus III

pada hari Senin tanggal 03 Mei 2010 pada lembar observasi dengan nilai

skor 25 dari perolehan nilai skor 18 dengan peningkatan sebesar 7 point.

Lalu perolehan skor peningkatan nilai kreativitas pada siklus I sebesar

38%, siklus II sebesar 76%, dan siklus III sebesar 92% dengan

peningkatan sebesar 54%. Dan juga dalam penilaian hasil belajar siswa

kelas VII D mengalami peningkatan. Pada siklus I dengan perolehan nilai

rata-rata 71,5, pada siklus II nilai rata-rata 74,9, dan pada siklus III nilai

rata-rata 81,2. Dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan dalam setiap

siklus dengan perolehan sebesar 9,7 (secara lengkap dapat dilihat pada

lampiran I, II, III dan IV).

Adapun indikator-indikator dalam keberhasilan tersebut adalah :

1. Siswa memiliki semangat dan ketarikatan dalam mengikuti mata

pelajaran Aqidah Akhlak.

2. Adanya kerjasama yang bagus dalam pembelajaran cooperative

learning.

3. Siswa dapat mengungkapkan ide atau pendapatnya, memiliki rasa

ingin tahu yang besar terhadap pembelajaran Aqidah Akhlak, siswa

berani untuk mengkritisi terhadap permasalahan dalam mata

pelajaran Aqidah Akhlak, dan lain-lain.

4. Perhitungan skor penilaian nilai kreativitas berdasarkan indikator

dalam lembar observasi menunjukkan bahwa pada siklus I

cxl
cxli

penilaian sebesar 38%, sikus II sebesar 76%, dan siklus III sebesar

92% , jadi peningkatan sebesar 54% point.

5. Rata-rata kelas siswa berdasarkan penilaian setiap siklus

mengalami peningkatan. Pada siklus I dengan perolehan nilai rata-

rata 71,5, pada siklus II nilai rata-rata 74,9, dan pada siklus III nilai

rata-rata 81,2. Jadi, peningkatan sebesar 9,7 point.

Untuk itu peneliti merasa cukup untuk melakukan penelitian

karena penerapan metode cooperative learning dalam meningkatkan

kreativitas siswa kelas VII D sudah mengalami peningkatan.

cxli
cxlii

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan di kelas VII D Madrasah

Tsanawiyah Negeri Lawang Malang yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Siklus I

dilaksanakan dalam satu kali pertemuan yaitu pada hari Senin, 12 April 2010,

siklus II satu kali pertemuan dilaksanakan pada hari Senin, 26 April 2010, dan

siklus III dilaksanakan dalam satu kali pertemuan pada hari Senin, 03 Mei 2010.

Pada jam 11.10 WIB sampai jam 12.30 WIB.

Peneliti sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas terlebih dahulu

mengadakan observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi

kelas VII D selama proses pembelajaran sebelumnya yang dilakukan oleh guru

Aqidah Akhlak yaitu Bapak Wardi, S.Ag. Selain itu juga untuk mengetahui

seberapa besar tingkat kreativitas siswa kelas VII D MTsN Lawang Malang.

Dalam observasi awal dapat diketahui bahwa selama ini guru Aqidah

Akhlak hanya menerapkan pembelajaran konvensional dengan model ceramah

dan pembentukan kelompok secara konvensional kurang cocok diterapkan pada

mata pelajaran Aqidah Akhlak. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran ini

kurang dapat meningkatkan keativitas siswa kelas VII D di MTsN Lawang

Malang. Dalam hal ini, kondisi siswa cenderung banyak diam daripada bertanya,

pasif, dan juga mereka takut untuk bertanya dan mengungkapkan

pendapat/idenya. Indikator lain menunjukkan bahwa rendahnya kreatifitas siswa

pada mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah siswa kurang berani untuk

cxlii
cxliii

mengekspresikan pikiran-pikiran mereka dan juga dalam menggungkapkan

pendapatnya mereka belum berani bahkan mereka cenderung malu.

Setelah mengetahui kondisi awal di kelas VII D MTsN Lawang Malang,

peneliti pada siklus I langsung menerapkan pembelajaran dengan metode

cooperative learning dengan model two stay two stray. Dalam hal ini kelas

dibentuk menjadi 10 kelompok (jumlah kelas VII D ada 40 siswa, tiap kelompok

berjumlah 4 siswa). Kemudian, guru memberi nama kelompok tiap masing-

masing kelompok. Lalu, guru meminta masing-masing kelompok untuk berdiskusi

mencari contoh tentang Riya‟ Jali dan Riya‟ Khafi. Kemudian, guru meminta

setiap perwakilan 2 orang dari masing-masing kelompok untuk meninggalkan

kelompoknya untuk berdiskusi ke kelompok yang lain. Sedangkan 2 orang yang

tidak bertugas menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada 2 orang dari dari

kelompok lain (tamu).

Pada siklus I antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

belum begitu terlihat. Mereka terlihat belum bisa diajak belajar secara

cooperative. Dan juga kreativitas siswa kelas VII D belum maksimal. Adapun

kendala-kendalanya yaitu siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran

cooperative learning dan peneliti masih sulit untuk memancing siswa agar dapat

berkreatif dalam mata pembelajaran Aqidah Akhlak sehingga harus diberi banyak

rangsangan. Oleh karenanya peneliti sekaligus guru perlu adanya revisi

pembelajaran dalam upaya untuk terus meningkatkan kreativitas siswa.

cxliii
cxliv

Menurut Wankat dan Oreovoc, meningkatkan kreativitas siswa dapat

dilakukan dengan :114

a. Mendorong siswa untuk kreatif (tell student to be creative)

b. Mengajari siswa beberapa metode untuk menjadi kreatif (teach student

some creativity methods), dan

c. Menerina ide-ide kretif yang dihasilkan siswa (accept the result of

creative exercises)

Dengan mengutip pemikiran Gibbs, E. Mulyasa (2003) mengemukakan

hal-hal yang perlu dilakukan guru agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam

belajarnya, adalah:115

1. Dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan mengurangi rasa

takut;

2. Memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk berkomunikasi

ilmiah secara bebas terarah; aktivitas, kreativitas, dan motivasi siswa

3. Melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan evaluasinya;

4. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter;

5. Melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses

pembelajaran secara keseluruhan.

Hasil perhitungan skor penilaian nilai kreativitas berdasarkan indikator

dalam lembar observasi menujukkan bahwa pada siklus I penilaian sebesar 38%,

Pada lembar observasi, menunjukkan kreativitas siswa mulai meningkat dengan

skor 5 dengan perolehan nilai skor 18 dari observasi pertama dengan perolehan
114
Made wena, Op. Cit., hal. 138
115
http//www.google.com// Pengelolaan Kelas dalam meningkatkan aktivitas, kreativitas,
dan motivasi siswa.html. 17 November 2009

cxliv
cxlv

nilai skor 13. Kemudian perolehan nilai siswa kelas VII D terjadi peningkatan

juga. Perolehan nilai dari observasi awal dengan nilai rata-rata kelas 68,9 menjadi

71,5 pada siklus I. Jadi, meningkat sebesar 2,6.

Menindak lanjuti dari pelaksanaan dari siklus I peneliti melanjutkan

penelitian ketahap selanjutnya yaitu pada siklus II yang dilaksanakan pada tanggal

26 April 2010 pada jam 11.10 WIB-12.30 WIB. Peneliti menggunakan metode

cooperative learning dengan model numbered heads together. Peneliti merubah

metode cooperative learning dengan model two stay two stray kedalam metode

cooperative learning dengan model numbered heads together karena siswa kelas

VII D mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Maka peneliti merubahnya, dan

hasilnya cukup memuaskan. Dalam hal ini peneliti membentuk kelas menjadi 5

kelompok (tiap kelompok berjumlah 8 siswa). Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap

kelompok diberi nomor 1-8. Kemudian, peneliti memberi nama kelompok tiap

masing-masing kelompok.

Pada siklus II antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

sudah mulai terlihat. Siswa sudah berani untuk mengungkapkan ide atau

pendapatnya dan juga mereka mampu untuk menyesuaikan diri dengan

kelompoknya dan juga menyukai hal-hal baru dan memilliki rasa ingin tahu yang

cukup besar terhadap pelajaran Aqidah Akhlak. Dalam hal ini mereka sudah

mengalami peningkatan yang baik dan kepedulian untuk bekerja sama dengan

kelompoknya sudah mulai nampak.

Dalam pembelajaran kooperatif yang pada dasarnya untuk membantu

dalam menyelesaikan masalah secara bersama-sama, maka tanpa disadari pada

cxlv
cxlvi

diri anak/siswa sebenarnya mereka melakukan suatu hubungan interaksi sosial

dalam pembelajaran hal itu ditandai adanya saling menghargai hasil pemikiran

atau pendapat setiap siswa dengan teman-temannya. Pembelajaran dengan model

cooperative learning merupakan pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk

mengembangkan pemahaman dan sikapnya yang sesuai dengan kehidupan nyata

di masyarakat. Sehingga dengan kerjasama diantara anggota kelompok akan

meningkatkan kreativitas dan juga minat belajar. Dalam surat Al-Imron : 159,

               

              

   

Artinya :

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap

mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka

menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah

ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.

kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada

Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-

Nya.” (Q.S. Al-Imron : 159)116

116
Al-Qur‟an dan Terjemahan Juz 1-15 (Kudus : Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah,
2004), hal. 71

cxlvi
cxlvii

Berdasarkan hasil perhitungan skor penilaian nilai kreativitas berdasarkan

indikator dalam lembar observasi menujukkan bahwa pada siklus II penilaian

sebesar 76%. Jadi meningkat menjadi 38% dari siklus I yaitu 38%. Pada lembar

observasi, menunjukkan kreativitas siswa mulai meningkat dengan nilai skor 5

dengan perolehan nilai skor 23 dari siklus I dengan perolehan nilai skor 18.

Kemudian perolehan nilai siswa kelas VII D MTsN Lawang Malang terjadi

peningkatan juga. Perolehan nilai dari siklus I dengan nilai rata-rata kelas 71,5

disiklus II nilai rata-ratanya adalah 74,9. Jadi, meningkat sebesar 3,4 (secara

lengkap dapat dilihat pada lampiran I, II, III dan IV).

Menindak lanjuti dari pelaksanaan dari siklus II peneliti melanjutkan

penelitian ketahap selanjutnya yaitu pada siklus terakhir yaitu siklus III yang

dilaksanakan pada Senin, 03 Mei 2010 pada jam 11.10 WIB-12.30 WIB. Pada

tahap perencanaan tindakan pada siklus III ini peneliti menerapkan metode

cooperative learning dengan model Numbered Heads Together.

Pada siklus III dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran dengan

model cooperative learning dapat lebih mengoptimalkan proses pembelajaran

Aqidah Akhlak kelas VII D MTsN Lawang Malang. Hal ini ditunjukkan adanya

siswa kelas VII D sudah berani untuk mengungkapkan ide atau pendapatnya dan

juga mereka mampu untuk mengkritisi pendapat kelompok lain ketika presentasi

dan juga mereka menyukai hal-hal baru dan memilliki rasa ingin tahu yang cukup

besar terhadap pelajaran Aqidah Akhlak.

Berdasarkan hasil perhitungan skor penilaian nilai kreativitas berdasarkan

indikator dalam lembar observasi menujukkan bahwa pada siklus III penilaian

cxlvii
cxlviii

sebesar 92%. Jadi meningkat menjadi 16% dari siklus II yaitu 76%. Pada lembar

observasi, menunjukkan kreativitas siswa meningkat 2 point dengan perolehan

nilai skor 25 dari siklus II dengan perolehan nilai skor 23. Kemudian perolehan

nilai belajar siswa kelas VII D MTsN Lawang Malang terjadi peningkatan juga.

Perolehan nilai dari siklus II dengan nilai rata-rata kelas 74,9 pada siklus III nilai

rata-ratanya adalah 81,2. Jadi, meningkat sebesar 6,3 point (secara lengkap dapat

dilihat pada lampiran I, II, III dan IV).

Dalam pelaksanaan siklus I, siklus II, dan siklus III tampak terjadi

perubahan yang signifikan pada proses pembelajaran Aqidah Akhlak. Siswa lebih

aktif dan bersemangat dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak. Hal ini

ditunjukkan dengan antusisme siswa dalam mengikuti pembelajaran dan juga

kreativitas siswa tidak hanya dalam hal bertanya tetapi juga dilihat dari nilai-nilai

mereka baik yang sesuai dengan materi. Indikator pencapaian yang lalin adalah

mereka menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi dan juga roman muka tampak

senang dan berseri-seri dalam mengerjakan tugas yang peneliti (sekaligus guru)

memberi tugas kepada mereka.

Hasil wawancara peneliti yang dilakukan pada tanggal 03 Mei 2010 pada

jam 13.32 WIB yang dikatakan oleh salah satu siswa yang bernama Eka Hanny

Islamiyah, ketika ditanya bagaimana perasaanmu setelah belajar cooperative

learning? Dia menjawab, “waaaah….seneng banget bu, jarang-jarang malah gak

pernah kita belajar kayak gini. Tiap kali belajar mesti laporan (presentasi), anak-

anak lain juga seneng bu…. Bu….ngajar disini ja, anak-anak seneng kalo diajar

ibu kayak gitu (cooperative learning)”.

cxlviii
cxlix

Peneliti sangat gembira bahkah senang sekali, ternyata antusisme siswa-

siswa kelas VII D MTsN Lawang Malang dalam pembelajaran Aqidah Akhlak

sangat baik. Bahkan penelitian tindakan kelas ini telah cukup berhasil dalam

meningkatkan kreativitas siswa. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil

perhitungan skor penilaian nilai kreativitas berdasarkan indikator dalam lembar

observasi menunjukkan bahwa pada siklus I penilaian sebesar 38%, sikus II

sebesar 76%, dan siklus III sebesar 92% , jadi peningkatan sebesar 54% point.

Dan juga perolehan nilai belajar siswa terjadi peningkatan juga dengan perolehan

pada siklus I nilai rata-rata 71,5, siklus II nilai rata-rata 74,9, dan pada siklus III

nilai rata-rata 81,2. Jadi, peningkatan sebesar 9,7 point (secara lengkap dapat

dilihat pada lampiran I, II, III dan IV).

cxlix
cl

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama proses

observasi dan pelaksanakan dalam tiga siklus, hasil seluruh pembahasan serta

analisis yang telah dilakukan dapat peneliti simpulkan sebagai berikut :

1. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode

cooperative learning dalam upaya untuk meningkatkan kreativitas

siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang Malang

dalam pelajaran Aqidah Akhlak, peneliti menyiapkan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan materi tentang

Akhlak tercela kepada Allah SWT yang terangkum dalam modul

pembelajaran siswa, menyiapkan sumber belajar lain, seperti Al-

Qur‟an dan Terjemahan, buku paket, dan lembar kerja siswa,

menyusun soal-soal serta lembar jawaban, menyusun lembar

observasi kreativitas.

2. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode cooperative

learning dalam upaya untuk meningkatkan kreativitas siswa kelas

VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang Malang dalam pelajaran

Aqidah Akhlak, dalam hal ini peneliti menerapkan metode

cooperative learning dengan dua model yaitu model numbered heads

together dan model two stay two stray. Dalam pelaksanaannya disini

cl
cli

peneliti (sekaligus guru) menempatkan posisinya sebagai

pembimbing dan fasilitator.

3. Penilaian kreativitas dan hasil belajar dalam pembelajaran dengan

menggunakan metode cooperative learning dalam upaya untuk

meningkatkan kreativitas siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah

Negeri Lawang Malang dalam pelajaran Aqidah Akhlak, terjadi

perubahan yang signifikan pada proses pembelajaran Aqidah

Akhlak. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil perhitungan skor

penilaian nilai kreativitas berdasarkan indikator dalam lembar

observasi menunjukkan bahwa pada siklus I penilaian sebesar 38%,

sikus II sebesar 76%, dan siklus III sebesar 92% , jadi peningkatan

sebesar 54% point. Dan juga perolehan nilai belajar siswa terjadi

peningkatan juga dengan perolehan pada siklus I nilai rata-rata 71,5,

siklus II nilai rata-rata 74,9, dan pada siklus III nilai rata-rata 81,2.

Jadi, peningkatan sebesar 9,7 point.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses

belajar mengajar pendidikan Agama Islam terutamanya mata pelajaran Aqidah

Akhlak agar lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa,

maka disini peneliti dengan rendah hati akan mengemukakan saran-saran yang

sekiranya bermanfaat, adapun saran-saran sebagai berikut:

cli
clii

1. Peserta didik, agar lebih belajar dan terus belajar dengan sesuka hati,

sekreatif mungkin dan juga buatlah belajar menjadi menyenangkan

dengan jalan yang tidak melanggar syari‟at Islam. Teruslah berkarya.

2. Para pendidik di lembaga-lembaga pendidikan Islam agar dapat

menggunakan karya ini, khususnya pendidik yang membimbing mata

pelajaran Aqidah Akhlak, agar dapat menambah pengetahuan dalam

strategi pembelajaran. Masih banyak model-model pembelajaran dalam

rangka meningkatkan kreativitas dan prestasi siswa.

3. Lembaga pendidikan, khususnya untuk lebih meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah.

4. Para pembaca, diharapkan dapat memahami dan bermanfaat sebagai

bahan pedoman untuk dalam kegiatan pendidikan terutama mata

pelajaran pendidikan agama Islam.

5. Peneliti, diharapkan semoga karya yang akan dibuat menjadi sarana

belajar (khususnya pembelajaran dengan model cooperative learning)

dan semoga di lain kesempatan agar lebih memperdalam kajian hasanah

keilmuan. Peneliti adalah manusia dengan segala kekurangan dan

tempatnya salah dan lupa, yang mengharapkan menjadi manusia ulil

albab dan insan kamil, mengharap kepada siapa saja yang membaca

sekripsi ini untuk memberikan saran dan kritiknya kepada para peneliti.

Supaya dalam penyusunan sekripsi ini lebih bermanfaat bagi kami

maupun bagi para pembaca, Amien.

clii
cliii

DAFTAR RUJUKAN

Ahmad, Abdullah Ni‟am, dkk. 2007. Pemikiran Islam Kontemporer. Yogyakarta :


Jendela

Alam, Nizar Hamdani dan Dody Hermana. 2008. Classroom Action Research :
Teknik Penulisan Dan Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Kudus: Rahayasa Research and Training

Al-Qur‟an dan Terjemahan Juz 1-15. 2004. Kudus : Toko Kitab Mubarokatan
Toyyibah

Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara

Bahri, Syaiful Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif
Jakarta : Rineka Cipta

Bahri, Syaiful Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

-------, Aswan Zain. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Company Profile MtsN Lawang, Tahun 2008

Eko Susanto//http://konselingcenter.co.cc// Ciri-Ciri Dan Faktor Yang


Mempengaruhi Kreativitas. html. 8 Januari 2010

Fajar, Malik. 2006. Quo Vadis Pendidikan Islam “Pengembangan Pendidikan


Islam Yang Menjajikan Masa Depan”. Malang : UIN-Malang Press

Fuad, Diana. 2002. Mengembangkan Kreatifitas Dalam Perspektif Psikologi


Islam. Yogyakarta: Menara kudus

http//www.google.com// Pengelolaan Kelas dalam meningkatkan aktivitas,


kreativitas, dan motivasi siswa.html. 17 November 2009

Isjoni. 2010. Cooperative learning efektifitas pembelajaran kelompok. Bandung :


Alfabeta

-------, dkk. 2007. Pembelajaran Visioner : Perpaduan Indonesia-Malaysia.


Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Jordan E. Ayan. 2002. Bengkel Kreatifitas : 10 Cara Menemukan Ide-Ide


Pamungkas Melalui Pergaulan, Lingkungan, Perjalanan, Permainan,
Alam Bawah Sadar, Seni, Teknologi, Berfikir, Bacaan, Jiwa Kreatif.
Bandung : Penerbit Kaifa

cliii
cliv

Lexy, J Moleong. Tanpa Tahun. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:


Rosdakarya

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning


Di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT Grasindo

Majid, Abdul dan Dian Andani. 2004. Pendidikan Agama Islam Kompetensi
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung : Remaja
Rosdakarya

Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran


Kretifitas dan Menyenangkan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Muhaimin. 2003. Arah Baru Pendidikan Islam, Pemberdayaan Kurikulum Hingga


Refidinasi Islamisasi Pengetahuan. Bandung : Yayasan Nuansa
Cendekia

-------, dkk. 2005. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta : Kencana

Munandar, Utami. 1992. mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah.


Jakarta : Gramedia Widiasarana

-------. 2009. Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta : PT Rineka


Cipta

-------. 2002. Kreativitas & Keberbakatan “Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif


& Bakat”. Jakarta : PT Gramedia

Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan


Implementasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Nashori, Fuad dan Diana Mucharam. 2002. Mengembangkan Kreatifitas dalam


Perspektif Psikologi Islam. Yogyakarta : Menara Kudus

Nata, Abuddin. 2003. Manajemen Pendidikan : Mengatasi Kelemahan


Pendidikan Islam di Indonesia. Bogor : Kencana Prenada Media

Nurdin, Syaifuddin. 2002. Guru Professional dan Implementasi Kurikulum


Jakarta : Ciputat Press

Nurul, Wakhidah Milati. 2007. Implementasi Cooperative Learning Metode


Jigsaw dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP 13 Malang. Skripsinya,
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam
Negeri Malang.

cliv
clv

Robert E. Slavin.. 2005. Cooperative Learning : Theory, Research, Practice.


London : Allymand Bacon. Terjemahan, 2009. Cooperative Learning :
Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Penerbit Nusa Media

Ruslan, Rosady. 2004. Metode Penelitian Publik Relation dan Komunikasi.


Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Subadijah. 1996. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta : PT. Raja


Grafindo

Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi

Suparno, Paul. 2007. Riset Tindakan Untuk Pendidik. Jakarta : Grasindo

-------. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara

Susilo. 2007. Paduan PTK. Yogyakarta: Pustaka Book Peblisher

Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Syamsu, M. Ni‟am. 2009. Implementasi Pembelajaran Berbasis Multiple


Intelligences Dalam Meningkatkan Kreativitas Dan Hasil Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran, Pendidikan Agama Islam Kelas III Di MIN Beji
Pasuruan, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Syauqi, Rifaat Nawawi, dkk. 2002. Metodologi Psikologi Islam. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:


Kencana

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. 2006. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu


Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta Timur : Bumi Aksara

clv
clvi

clvi
clvii

ANALISIS BANYAKNYA PEKAN EFEKTIF DALAM KALENDER


PENDIDIKAN
TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Nama Sekolah : MTs Negeri Lawang


Mata Pelajaran : Aqidah Akhlak
Kelas : VII
Tahun Akademik : 2009/2010

Jumlah Pekan Efektif dalam Semester Genap

Jumlah Pekan Tidak


No Bulan Pekan Efektif
Pekan Efektif
1 Januari - - -
2 Pebruari 4 - 4
3 Maret 5 - 5
4 April 4 2 2
5 Mei 4 - 4
6 Juni 4 - 4
7 Juli - - -
Jumlah 21 2 19

Jumlah Pekan efektif : (Jumlah pekan – pekan tidak efektif) = 19 Pekan

Jumlah jam efektif : (Jumlah pekan efektif x JP)= 19 x 2JP = 38 JP

1 JP : 40 Menit

clvii
clviii

PROGRAM TAHUNAN

Nama sekolah : MTs Negeri Lawang


Mata pelajaran : Aqidah Akhlaq
Kelas/semester : VII / Genap
Tahun Pelajaran : 2009/2010

SMT No Standar Kompetensi/ Materi Alokasi Ketera-


Kompetensi Dasar pokok Waktu ngan
II 4. Memahami asma‟ul husna 6 1 JP = 40
4.1 Menguraikan 10 asma‟ul husna (al-‟Aziz, al- 2 Menit
Gaffar, al-Fattah, al-Basit, al-‟Adl, al-Gafur, al-
Qayyum, al-Barru, ar-Ra‟uf, al-Nafi‟)
4.2 Menunjukkan bukti kebenaran tanda-tanda 2
kebesaran Allah melalui pemahaman terhadap 10
asma‟ul husna
4.3 Menunjukkan perilaku orang yang mengamalkan 1
10 asma‟ul husna
4.4 Meneladani sifat-sifat Allah yang terkandung 1
dalam 10 asma‟ul husna
5. Meningkatkan keimanan kepada malaikat- 6
malaikat Allah SWT
5.1 Menjelaskan pengertian malaikat Allah SWT 1
5.2 Menjelaskan sifat-sifat malaikat Allah SWT 1
5.3 Menjelaskan tugas-tugas malaikat Allah SWT 2
5.4 Menunjukkan dalil naqli tentang adanya malaikat 1
Allah SWT
5.5 Menerapkan perilaku beriman kepada malaikat 1
Allah SWT
6. Meningkatkan keimanan kepada adanya makhluk 4
gaib selain malaikat
6.1 Menjelaskan pengertian alam jasmani dan alam 1
rohani
6.2 Menunjukkan dalil naqli tentang alam jasmani dan 1
alam rohani
6.3 Menjelaskan pengertian jin, iblis/setan 1
6.4 Menunjukkan dalil naqli tentang jin, iblis/setan 1
7. Menghindari akhlaq tercela kepada Allah 6
7.1 Menjelaskan pengertian riya‟, kufur, syirik, dan 2
nifaq
7.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh-contoh 2
perbuatan riya‟, kufur, syirik, dan nifaq
7.3 Menunjukkan nilai-nilai negatif akibat perbuatan 1
riya‟, kufur, syirik, dan nifaq
7.4 Membiasakan diri menghindari perilaku riya‟, 1
kufur, syirik, dan nifaq dalam kehidupan sehari-

clviii
clix

hari
Ulangan Harian 8
Ujian Tengah Semester 2
Remidi / Pengayaan 2
Cadangan 2
Ujian Semester 2
Jumlah JP 38

clix
clx

PROGAM SEMESTER GENAP

SEKOLAH : MTsN Lawang KELAS : VII


MATA PELAJARAN : AQIDAH AKHLAQ TAHUN PELAJARAN : 2009-2010

N Standar Kompetensi / Alokasi Diberikan pada minggu ke-


o Kompetensi Dasar Waktu Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
4 Menguraikan 10 asma’ul 2
husna (al-’Aziz, al-Gaffar,
al-Fattah, al-Basit, al-
2
’Adl, al-Gafur, al-
Qayyum, al-Barru, ar-
Ra’uf, al-Nafi’)
Menunjukkan bukti
kebenaran tanda-tanda
kebesaran Allah melalui 2 2
pemahaman terhadap 10
asma’ul husna
Menunjukkan perilaku
orang yang mengamalkan 1 1
10 asma’ul husna
Meneladani sifat-sifat
Allah yang terkandung 1 1
dalam 10 asma’ul husna
Ulangan Harian 2 2
5 Menjelaskan pengertian 1
1
malaikat Allah SWT

clx
clxi

N Standar Kompetensi / Alokasi Diberikan pada minggu ke-


o Kompetensi Dasar Waktu Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Menjelaskan sifat-sifat
malaikat Allah SWT 1 1 2

Menjelaskan tugas-tugas
2
malaikat Allah SWT 2
Menunjukkan dalil naqli
tentang adanya malaikat 1 1
Allah SWT
Menerapkan perilaku
beriman kepada malaikat 1 1
Allah SWT
Ulangan harian 2 2
6 Menjelaskan pengertian
alam jasmani dan alam 1 1
rohani
. Menunjukkan dalil naqli
tentang alam jasmani 1 1
dan alam rohani
Menjelaskan pengertian
jin, iblis/setan 1 1

Menunjukkan dalil naqli


1
tentang jin, iblis/setan 1

clxi
clxii

No Standar Kompetensi / Alokasi Diberikan pada minggu ke-


Kompetensi Dasar Waktu Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
7 Menjelaskan
pengertian riya’, kufur, 2 2
syirik, dan nifaq
Mengidentifikasi
bentuk dan contoh-
2
contoh perbuatan riya’, 2
kufur, syirik, dan nifaq
Menunjukkan nilai-nilai
negatif akibat
1
perbuatan riya’, kufur, 1
syirik, dan nifaq
Membiasakan diri
menghindari perilaku
riya’, kufur, syirik, dan 1 1
nifaq dalam kehidupan
sehari-hari
Ulangan Harian 2 2
Ujian Tengah Semester 2 2
Remidi / Pengayaan 2 2
Cadangan 2 2
Ujian Semester 2 2
Jumlah JP 38

clxii
clxiii

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Nama Madarasah : MTsN Lawang


Mata Pelajaran : Aqidah Akhlak
Kelas/Semester : VII/2
Alokasi Waktu : 6 x 2 Jam Pelajaran (3 x Pertemuan), 1JP = 40 Menit)

A. STANDAR KOMPETENSI
Menghindari Akhlak Tercela Kepada Allah SWT

B. KOMPETENSI DASAR
1. Menjelaskan pengertian Riya‟ dan Nifaq
2. Mengidentifikasi bentuk dan contoh-contoh perbuatan Riya‟ dan Nifaq
3. Menunjukkan nilai-nilai negatif akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam
fenomena kehidupan.
4. Membiasakan diri menghindari perilaku perbuatan tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.

C. INDIKATOR HASIL BELAJAR


1.1. Menjelaskan tentang pengertian Riya‟.
1.2. Menjelaskan tentang pengertian Nifaq.
2.1. Menyebutkan bentuk-bentuk perbuatan Riya‟ dan Nifaq.
2.2. Menyebutkan contoh-contoh dari perbuatan Riya‟ dan Nifaq.
3.1. Menyebutkan nilai-nilai negatif akibat perbuatan Riya‟ dalam
fenomena kehidupan.
3.2. Menyebutkan nilai-nilai negatif akibat perbuatan Nifaq dalam
fenomena kehidupan.
4.1. Menyebutkan kerugian-kerugian dari akibat yang ditimbulkan karena
sifat Riya‟.

clxiii
clxiv

4.2. Menyebutkan kerugian-kerugian dari akibat yang ditimbulkan karena


sifat dan Nifaq.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah selesai proses pembelajaran, diharapkan siswa dapat :
1. Menjelaskan pengertian Riya‟ dan Nifaq serta macam-macam dan
tingkatannya.
2. Mengidentifikasi bentuk dan contoh-contoh perbuatan Riya‟ dan Nifaq
3. Menunjukkan nilai-nilai negatif akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam
fenomena kehidupan.
4. Membiasakan diri menghindari perilaku perbuatan tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.

E. MATERI PEMBELAJARAN
Riya‟ dan Nifaq

F. METODE PEMBELAJARAN
Metode cooperative learning dengan model two stray two stay dan
numbered head together.

G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Pertemuan ke-1
4) Kegiatan awal (10 menit):

f) Peneliti (sebagai pengajar) memberi salam dan memulai pelajaran

dengan doa.

g) Peneliti memperkenalkan diri kepada siswa dan sekaligus

menyampaikan maksud dalam kehadirannya.

h) Peneliti mengabsen siswa sambil berkenalan.

clxiv
clxv

i) Peneliti memberikan gambaran apa saja yang akan mereka

dapatkan dalam pelajaran Akidah Akhlak.

j) Peneliti memberikan ilustrasi pelajaran yang akan dibahas adalah

tentang akhlak tercela kepada Allah SWT

5) Kegiatan inti (50 menit):

g) Menjelaskan materi tentang pengertian Riya‟.

h) Guru membuat kesepakatan bahwa selama pelajaran berlangsung

proses pembelajaran dengan model belajar bersama-sama atau

kelompok (cooperative learning).

i) Guru membagi siswa menjadi 10 kelompok (jumlah kelas VII D

ada 40 siswa, tiap kelompok berjumlah 4 siswa).

j) Kemudian, guru memberi nama kelompok tiap masing-masing

kelompok.

k) Guru meminta masing-masing kelompok untuk berdiskusi mencari

contoh tentang Riya‟ Jali dan Riya‟ Khafi.

l) Lalu, guru meminta setiap perwakilan 2 orang dari masing-masing

kelompok untuk meninggalkan kelompoknya untuk berdiskusi ke

kelompok yang lain. Sedangkan 2 orang yang tidak bertugas

menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada 2 orang dari dari

kelompok lain (tamu).

6) Kegiatan akhir (20 menit):

clxv
clxvi

f) Guru meminta kepada masing-masing kelompok mengajukan

pertanyaan kepada guru apabila ada pelajaran atau hal-hal yang

tidak dipahami dari pelajaran hari ini.

g) Guru mereview kegiatan pembelajaran, mengecek pemahaman

siswa dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan

soal-soal sebanyak 15 soal pilihan ganda dan isian melalui

lembaran soal yang sudah dibuat oleh peneliti sendiri.

h) Guru memberikan penghargaan kepada seluruh siswa atas

partisipasi aktifnya dalam belajar, selanjutnya guru

menyimpulkan pelajaran hari ini, yaitu materi tentang Riya‟.

i) Guru meminta siswa mempelajari materi tentang Nifaq untuk

pertemuan berikutnya.

j) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam.

Pertemuan ke-2

4) Kegiatan awal (10 menit):

c) Guru membuka pelajaran dengan salam dan do‟a.

d) Guru sedikit menanyakan keadaan mereka.

5) Kegiatan inti (50 menit):

j) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai Nifaq.

k) Siswa diminta menjawab secara individu.

l) Guru menjelaskan materi yang akan dibahas (mengenai Nifaq)

clxvi
clxvii

m) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok (tiap kelompok

berjumlah 8 siswa). Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap kelompok

diberi nomor 1-8.

n) Kemudian, guru memberi nama kelompok tiap masing-masing

kelompok.

o) Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh

tiap-tiap kelompok. Lalu, guru memberi kesempatan kepada tiap-

tiap kelompok untuk menemukan jawaban dengan cara berdiskusi

dari pertanyyan yang diajukan guru.

p) Langkah selanjutnya, guru memanggil siswa yang memiliki nomor

yang sama dari tiap-tiap kelompok untuk maju kedepan (hal ini

dilakukan terus menurus hingga semua siswa dengan nomor yang

sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan

jawaban atas pertanyaan guru).

q) Siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari guru.

r) Guru meminta kepada masing-masing kelompok mengajukan

pertanyaan kepada guru apabila ada pelajaran atau hal-hal yang

tidak dipahami dari pelajaran hari ini.

6) Kegiatan akhir (20 menit):

f) Guru menyimpulkan pelajaran hari ini, yaitu materi tentang Nifaq.

g) Guru mereview kegiatan pembelajaran, mengecek pemahaman

siswa dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan

clxvii
clxviii

soal-soal sebanyak 15 soal pilihan ganda dan isian melalui

lembaran soal yang sudah dibuat oleh peneliti sendiri.

h) Guru memberikan penghargaan kepada seluruh siswa atas

partisipasi aktifnya dalam belajar, selanjutnya guru menyimpulkan

pelajaran hari ini, yaitu materi tentang Nifaq.

i) Guru meminta siswa mempelajari nilai-nilai negatif akibat

perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam fenomena kehidupan untuk

pertemuan berikutnya.

j) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam.

Pertemuan ke-3

4) Kegiatan awal (10 menit):

c) Guru membuka pelajaran dengan salam dan do‟a.

d) Guru sedikit menanyakan keadaan mereka.

5) Kegiatan inti (50 menit):

i) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai nilai-nilai

negatif akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam fenomena

kehidupan.

j) Siswa diminta menjawab secara individu.

k) Guru menjelaskan materi yang akan dibahas (mengenai nilai-nilai

negatif akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam fenomena

kehidupan).

clxviii
clxix

l) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok (tiap kelompok

berjumlah 8 siswa). Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap kelompok

diberi nomor 1-8.

m) Kemudian, guru memberi nama kelompok tiap masing-masing

kelompok.

n) Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh

tiap-tiap kelompok. Lalu, guru memberi kesempatan kepada tiap-

tiap kelompok untuk menemukan jawaban dengan cara berdiskusi

dari pertanyan yang diajukan guru.

o) Langkah selanjutnya, guru memanggil siswa yang memiliki nomor

yang sama dari tiap-tiap kelompok untuk maju kedepan (hal ini

dilakukan terus menurus hingga semua siswa dengan nomor yang

sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan

jawaban atas pertanyaan guru).

p) Siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari guru.

6) Kegiatan akhir (20 menit):

e) Guru meminta kepada masing-masing kelompok mengajukan

pertanyaan kepada guru apabila ada pelajaran atau hal-hal yang

tidak dipahami dari pelajaran hari ini.

f) Guru mereview kegiatan pembelajaran, mengecek pemahaman

siswa dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan

soal-soal sebanyak 15 soal pilihan ganda dan isian melalui

lembaran soal yang sudah dibuat oleh peneliti sendiri.

clxix
clxx

g) Guru memberikan penghargaan kepada seluruh siswa atas

partisipasi aktifnya dalam belajar, selanjutnya guru menyimpulkan

pelajaran hari ini selanjutnya guru menyimpulkan pelajaran hari

ini, yaitu nilai-nilai negatif akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam

fenomena kehidupan.

h) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam.

H. ALAT/BAHAN/SUMBER BELAJAR
a. Kertas HVS
b. Nomor urut
c. Al-Qur‟an dan Terjemahannya
d. Hidayat, Junaidi, dkk. 2009. Ayo Memahami Akidah dan Akhlak; Untuk
MTs/SMP Islam Jilid I Kelas VII. Jakarta: Erlangga
e. Supiatun, Siti, dkk. 2009. LKS “Insan Cendekia” Akidah Akhlak MTs
& SMP Plus; Berorientasi Pada Kurikulum 2006 (KTSP) Untuk Kelas 7
Semester Genab. Malang: Citra Mentari
I. PENILAIAN
a. Penilaian sikap, perilaku, serta wawasan yang luas.
b. Tes tulis dan kerjasama dalam kelompok.
c. Keaktifan siswa dalam bertanya dan menyampaikan pendapat atau ide-
ide.

clxx
clxxi

Lembar Pertanyaan Kinerja Kelompok


No Sifat Hati Apakah kalian memilikinya Bukti Solusi
Ya Kadang- Tidak
kadang
1. Dusta
2. Ingkar janji
3. Tepat janji
4. Khianat
5. Amanat

Lembar Penilaian Kinerja Kelompok

PENILAIAN KINERJA (DISKUSI)


Nama Kelompok :
Kompetensi : Diskusi

No. Aspek / Kriteria yang dinilai Tingkat Kemampuan


1 2 3 4
1. Memahami Tujuan Diskusi.
2. Mampu merumuskan tujuan diskusi.
3. Aktif menyampaikan gagasan.
4. Gagasannya disampaikan dengan cara dan
bahasa yang santun.
5. Menghargai pendapat teman
6. Melakukan kerjasama dengan temannya
dalam kelompok.
7. Keterampilan mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya.

clxxi
clxxii

Keterangan :
1. Isikan tanda cek pada kolom tingkat kemampuan, dengan penjelasan
sebagai berikut :
2. 1 = Jika kemampuan siswa memahami dan melaksanakan aspek/kriteria
kegiatan kurang.
3. 2 = Jika kemampuan siswa memahami dan melaksanakan aspek/kriteria
kegiatan cukup.
4. 3 = Jika kemampuan siswa memahami dan melaksanakan aspek/kriteria
kegiatan baik.
5. 4 = Jika kemampuan siswa memahami dan melaksanakan aspek/kriteria
kegiatan sangat baik.

Skala penskoran :
A (amat baik) : 22-28
B (baik) : 15-21
C (cukup) : 8-14
D (kurang) : 7 atau kurang

Rubrik :
A (amat baik), jika semua aspek/ kriteria kemampuan berdiskusi, dilakukan siswa
dengan amat baik dan mengesankan, dengan tidak memerlukan bimbingan atau
bantuan guru.
B (baik), jika terdapat satu aspek/kriteria kemampuan berdiskusi yang tidak dapat
dilakukan dengan baik oleh siswa, tetapi ia tidak memerlukan bimbingan atau
bantuan dari guru.
C (cukup), jika siswa belum menguasai dua aspek/kriteria berdiskusi, sehingga ia
masih memerlukan bimbingan atau bantuan oleh guru.
D (kurang), jika banyak (lebih dari dua) aspek/kriteria berdiskusi, sehingga ia
banyak memerlukan bimbingan atau bantuan oleh guru.

clxxii
clxxiii

MODUL MATA PELAJARAN


AQIDAH AKHLAK

AKHLAK TERCELA
KEPADA
ALLAH SWT

UNTUK MTs/SMP ISLAM

KELAS VII

SEMESTER II

By :
IZAH ULYA QADAM

clxxiii
clxxiv

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an dan Terjemahannya

Hidayat, Junaidi, dkk. 2009. Ayo Memahami


Akidah dan Akhlak; Untuk MTs/SMP Islam Jilid
I Kelas VII. Jakarta: Erlangga

Supiatun, Siti, dkk. 2009. LKS “Insan Cendekia”


Akidah Akhlak MTs & SMP Plus; Berorientasi
Pada Kurikulum 2006 (KTSP) Untuk Kelas 7
Semester Genab. Malang: Citra Mentari

clxxiv
clxxv

Pelajaran 6

AKHLAK TERCELA
KEPADA ALLAH SWT

           

      


“ Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". dan (katakanlah):
"Luruskanlah muka (diri)mu di Setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan
mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. sebagaimana Dia telah menciptakan kamu
pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepadaNya)"
(Q.S. Al-A‟raaf : 29)

Standar Kompetensi

Menghindari Akhlak Tercela Kepada Allah SWT

Kompetensi Dasar

Menjelaskan pengertian Riya‟ dan Nifaq.

Mengidentifikasi bentuk dan contoh-contoh perbuatan Riya‟ dan

Nifaq.

Menunjukkan nilai-nilai negatif akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq

dalam fenomena kehidupan.

clxxv
clxxvi

Membiasakan diri menghindari perilaku perbuatan tersebut

dalam kehidupan sehari-hari.

Abstraksi
1
Akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang

dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika

tindakan spontan tersebut baik menurut pandangan agama maka akhlak

disebut akhlak mahmudah. Akan tetapi jika tindakan itu berupa

perbuatan jelek maka disebut akhlak madzmumah. Akhlak tercela

banyak sekali ragamnya diantaranya adalah riya‟ dan nifaq.

2 Pembahasan

A. Riya’ )‫(رياء‬

Disamping kekurangannya, setiap orang pasti mempunyai

suatu kelebihan yang membanggakan. Biasanya kebanggaan itu

diekspresikan dengan memperlihatkan kita didepan orang lain, baik

dengan perkataan atau perbuatan, dengan harapan mendapatkan

pujian dari orang lain, sehingga terjebak dalam sikap riya‟.

Secara bahasa, riya‟ berasal dari kata )‫(زأي ـ يسي ـ زؤيت ـ وزياء‬

yang artinya melihat. Maksudnya adalah berbuat kebaikan agar

kebaikann itu dilihat dan dipuji oleh orang lain. Hal yang sama

adalah sum‟ah )‫ (سمعت‬yaitu berbuat kebaikan itu didengar orang lain

dan dipujinya, walaupun kebaikan itu berupa amal ibadah kepada

Allah SWT. Misalnya, seseorang melaksanakan sholat di masjid pada

clxxvi
clxxvii

Allah SWT, atau bersedekah agar dikatakan sebagai dermawan, dan

sebagainya.

Riya‟ termasuk perbuatan syirik kecil yang sangat

berbahaya. Disebut demikian, karena dalam beribadah tidak

menyandarkan keikhlasan kepada Allah SWT, melainkan kepada

orang lain. Riya‟ dapat dihapus amal kebaikan yang telah dilakukan,

sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT :

         

           

          

        

Terjemahannya :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan


(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia
tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada
tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah
Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak

clxxvii
clxxviii

memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Q.S. Al-


Baqarah : 264)

Ayat diatas diperkuat dengan sabda Rasulullah SAW :

)‫ال تقبم عز و جم عمال فيً مخقال ذزة مه زياء (انحديج‬


Terjemahannya :

“Allah SWT tidak akan menerima suatu amal yang didalamnya


terdapat riya‟ sekalipun sekecil biji sawi”, (Al-Hadits)

Tanda-tanda sifat riya‟ adalah :

sifat-sifat yang melekat pada diri seseorang, seperti suka

menampakkan sifat-sifat mulia dan hal-hal yang baik pada

dirinya. Hal-hal yang cenderung dipamerkan itu meliputi keelokan

dirinya, pakain dan perhiasan, atau kecakapan berbicara.

Keengganan melakukan ibadah sendirian, namun merasa riang dan

senang bila ada yang melihatnya.

Yang lebih tersembunyi adalah menolak riya‟ dan terus

beribadah tanpa sedikit pun disertai dengan riya‟, tetapi begitu

ada orang lain mengetahui amal ibadah dan amal salehnya, dia

sangat bahagia dan makin menambah ibadahnya.

Riya‟ dibagi menjadi dua yaitu : Poin penting!


Riya‟ ada dua;
1. Riya‟ Jali, yaitu ibadah atau Riya‟ Jali,

kebaikan yang disengaja melakukan kebaikan


demi pujian orang
dilakukan didepan orang lain lain.
dengan tujuan tidak untuk Riya‟ Khafi,
melakukan kebaikan
mengagungkan Allah SWT,
sembunyi-sembunyi
demi dihormati
clxxviii
orang lain.
clxxix

melainkan demi untuk mencari

pujian orang lain, untuk

kebanggan, atau tujuan lain

selain Allah SWT.

2. Riya‟ Khafi, yaitu melakukan ibadah atau kebaikan secara

tidak terang-terangan, tapi dengan maksud agar ia dihormati

dan dimulyakan oleh masyarakat. Riya‟ khafi merupakan

penyakit hati yang sangat halus dan samar, yang ujungnya

sama dengan riya‟ jail, yaitu mengharap pujian dan sanjungan

dari orang lain.

Namun, riya‟ tidak boleh dijadikan alasan keengganan kita

untuk beribadah dan beramal sholeh. Artinya, seseorang

menghindari dari berbuat kebaikan karena takut dianggap riya‟.

Anggapan semacam itu merupakan godaan setan yang halus dan

tersamarkan.

B. Nifaq )‫(النفاق‬

Secara bahasa nifaq berasal dari kata )‫ (وفك – يىفك – وفاق‬yang

artinya habis. Dalam istilah syari‟at Islam, nifaq mempunyai arti

perbuatan menyembunyikan kekafiran dalam hatinya dan

menampakkan keimanannya dengan ucapan dan tindakan. Perilaku

seperti ini pada hakikatnya adalah kesesuaian antara keyakinan,

perkataan, dan perbuatan. Atau dengan kata lain, tindakan yang

selalu dilakukan adalah kebohongan, baik terhadap hati nuraninya,

terhadap Allah SWT maupun sesama manusia. Orang yang

clxxix
clxxx

melakukan perbuatan nifaq disebut munafiq. Allah SWT

mencotohkan melalui firman-Nya :

           

    


Terjemahannya :

“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman,


mereka mengatakan: "Kami telah beriman". dan bila mereka
kembali kepada syaitan-syaitan mereka[25], mereka
mengatakan: "Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu,
Kami hanyalah berolok-olok." (Al-Baqarah : 14)

Perbuatan nifaq dapat dikategorikan menjadi dua menjadi :

1. Nifaq I‟tiqadi, melakukan perbuatan yang menyatakan dirinya

beriman kepada Allah SWT, sedangkan dalam hatinya tidak

ada keimanan sama sekali. Dia sholat, sedekah, dan beramal

sholeh lainnya, namun tindakan itu tanpa didasari keimanan

dalam hatinya. Allah SWT melukiskan sifat nifaq I‟tiqadi ini

dalam Al-Qur‟an :

         

         
Terjemahannya :

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan


Allah akan membalas tipuan merekadan apabila mereka
berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka

clxxx
clxxxi

bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan


tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (An-
Nisa‟ : 142)

2. Nifaq „Amali, yaitu mengingkari kebenaran dalam bentuk

perbuatan. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :

‫ اذا حدث كرب و اذا وعد أخهف و اذا ائتمه خان (زواي انبخازي‬: ‫ايت انمىفقيه حالث‬
)‫و مسهم‬
Terjemahanya :

“ Tanda-tanda orang munafiq itu ada tiga, yaitu apabila


berkata selalu berdusta, apabila berjanji selalu tidak
ditepati, dan apabila dipercaya selalu selalu menghianati.”
(H.R. Bukhori Muslim)

Sebagai muslim, kita mampu menghindari diri dari perbuatan

nifaq. Orang Islam tidak boleh berdusta, berkhianat, dan

mengingkari janji. Sebab perbuatan-perbuatan tersebut termasuk

akhlak tercela yang dapat mendatangkan akibat buruk di dunia dan

di akhirat. Akibat buruk di dunia berupa ketidak percayaan dari

masyarakat sekitarnya, dan akibat buruk di akhirat yaitu Allah

SWT akan menempatkan mereka di tempat paling bawah dalam

neraka (darkil asfali). Sebagaimana firman Allah :

           

clxxxi
clxxxii

Terjemahannya :
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada
tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali
tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (Q.S.
An-Nisa‟ : 145)

C. Menunjukkan Nilai-Nilai Negatif Akibat Perbuatan Riya’ dan

Nifaq dalam Fenomena Kehidupan

1. Kerugian dari akibat yang ditimbulkan karena sifat riya‟

diantaranya adalah sebagai berikut :

Tidak diperdulikan Allah SWT, karena seorang yang

riya‟ meka terputuslah apa yang ada di antara dirinya

dan Allah SWT.

Terungkap kejelekannya di dunia dan akan mendapatkan

siksaan di akhirat.

Amalannya batal dan tidak mendapatkan pahala.

Akan dikucilkan dalam kehidupan masyarakat.

Terjerumus kedalam perbuatan syirik kecil.

2. Kerugian dari akibat yang ditimbulkan karena sifat nifaq

diantaranya adalah sebagai berikut :

Dapat membayakan kedamaian dan keutuhan

masyarakat.

Hidupnya penuh kebimbingan yang dapat menjadi

mengurangi keimanan.

Akan dikucilkan dalam kehidupan masyarakat.

clxxxii
clxxxiii

Tidak dipercaya lagi oleh masyarakat.

Akan menjadi penghuni neraka paling bawah.

D. Membiasakan diri menghindari perilaku perbuatan tersebut

dalam kehidupan sehari-hari

Akhlak tercela merupakan penyakit hati yang harus diobati.

Apabila, jika akhlak tercela tersebut berhubungan langsung dengan

Allah SWT dan bentuk kedurhakaan kepada-Nya. Secara langsung

melalui firman-Nya, Allah SWT telah mengisyaratkan obat unutuk

terapi penyakit hati. Firman Allah SWT dalamm surat Yunus ayat :

57, yaitu :

          

   


Terjemahannya :

“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran


dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-
orang yang beriman.” (Q.S. Yunus : 57).

Adapun perilaku-perilaku untuk membiasakan diri dalam

menghindari sifat riya‟ dan nifaq diantaranya sebagai berikut :

1. Berpegang teguh kepada Al-Qur‟an, dengan cara membaca

dan merenungkan.

2. Memahami bahaya yang ditimbulkan akibat penyakit hati.

3. Merasa akan adanya penyakit hati dalam diri kita.

clxxxiii
clxxxiv

4. Sering bergaul dan berinteraksi dengan orang sholeh.

5. Memperbanyak dzikir, do‟a, memohon ampun dan senantiasa

mengingat keberadaan Allah dimanapun kita berada.

6. Dengan jalan muraqobah (mengawasi diri sendiri) dan sikap

lawamah (berani menegur diri sendiri).

7. Segera melakukan taubah dan istighfar dengan sungguh-

sungguh apabila gejala-gejala riya‟ dan nifaq mulai muncul.

3 Tafakur

Menjauhkan sifat riya‟ dari hati adalah usaha untuk ikhlas

beribadah kepada Allah SWT.

Keikhlasan beribadah akan mendapatkan pujian dari Allah SWT.

Pujian Allah SWT akan mendapatkan ridho-Nya. Dengan ridho-

Nya, akan kita raih kasih sayang dan kebahagian dunia akhirat.

Mengamalkan makna syahadat berarti mengamalkan ikrar itu

dalam kehidupan nyata, yaitu dengan tidak menghadirkan Tuhan

selain Allah SWT dalam hati, lisan, dan perbuatan, walaupun

menghadapi kesulitan hidup.

Gajah matimeninggalkan gading, harimau mati meninggalkan

belang dan manusia mati meninggalkan nama. Akhlak terpuji akan

selalu terkenang sepanjang masa dan akhlak buruk akan selalu

membawa malu sepanjang masa.

clxxxiv
clxxxv

Kekuatan iman dan amal sholeh karena mengharap ridho Allah

SWT akan menghindari kita dari perbuatan nifaq.

4 Intisari

Riya‟

Riya‟ adalah berbuat kebaikan agar kebaikann itu dilihat dan

dipuji oleh orang lain. Disebut sebagai syirik kecil karena dalam

beribadah tidak menyandarkan keikhlasan kepada Allah SWT,

sehingga dapat menghapus pahala ibadah itu.

Riya‟ ada dua yaitu riya‟ Jali dan riya‟ Khofi. Riya‟ Jali yaitu

melakukan kebaikan demi pujian orang lain. Riya‟ Khafi yaitu

melakukan kebaikan sembunyi-sembunyi demi dihormati orang

lain.

Amal kebaikan yang dilakukan karena ridho Allah SWT, dengan

tujuan mengajak orang mau meniru merupakan riya‟ yang baik dan

tidak merusak pahala ibadah.

Takut riya‟ tidak boleh dijadikan alasan seseorang untuk enggan

beribadah dan beramal sholeh.

clxxxv
clxxxvi

Nifaq

Nifaq adalah perbuatan menyembunyikan kekafiran dalam

hatinya dan menampakkan keimanannya dengan ucapan dan

tindakan.

Nifaq ada dua yaitu nifaq I‟tiqodi dan nifaq „Amali. Nifaq I‟tiqodi

yaitu melakukan perbuatan yang menyatakan dirinya beriman

kepada Allah SWT, sedangkan dalam hatinya tidak ada keimanan

sama sekali. Sedangkan, Nifaq „Amali yaitu mengingkari

kebenaran dalam bentuk perbuatan.

Sifat utama yang melekat pada orang munafiq adalah berdusta,

tidak menempati janji, dan berkhianat.

SELAMAT BELAJAR

clxxxvi
clxxxvii

PRESENSI SISWA KELAS VII D


MTs N Lawang Malang
Tahun Ajaran 2009/2010
Tanggal KBM
NO NAMA SISWA 12 Apr 26 Apr 03 Mei
2010 2010 2010
1 AGUNG WICAKSONO SURASNO v v v
2 AHMAD MISBAKHUL MUNIR v v v
3 AHMAD SAHRUL HIDAYAT v v v
4 ALIF AKBAR ANUGRAH A. v v v
5 AMIRUL MUKMININ v v v
6 ANJAS RAHASTA KHIRANA v v v
7 ASROL UKAMA v v v
8 ATIYAH ARIFIANAH v v v
9 DEWI MASITOH v v v
10 DICKY APRIANTONI v v v
11 DICKY MARGA BUDI KUSUMA v v v
12 EKA HANNY ISLAMIYAH v v v
13 ENI KURNIATI HANINGTIAS v v v
14 FAIZ NUR IHSAN ARIF v v v
15 FANDHI YUDHA SAPUTRA v v v
16 FARWA NUR ANNISA v v v
17 FATIMATUZ ZAHRO v v v
18 FATIN TRI SEPTI v v v
19 HANIF v v v
20 INSYIYAH FAJRIYATI v v v
21 IZZATUL MUFIDAH v v v
22 LAILATUL MUHIMMATUS S. v v v
23 LILIS SURYANI v v v
24 MOCH. LUKMAN ADI SAPUTRA v v v
25 MUHAMMAD YUSUF AHSANI v v v
26 MAFATIKHUR ROKHMAH v v v
27 MAUDY QOMARIYAH v v v
28 MAULIDA VINA ROKHMATIKA v v v
29 NABILLA YANUAR ISNAYNI v v v
30 NADA WAHYUNINGSIH v v v
31 NADILA YUNIAR SAFIRA v v v
32 NEVRILA MANDALA v v v
33 OKTAVIAN BUDI LAKSONO v v v
34 PRESTI ANGGILIANA v v v
35 RAMADHAN ARDINATA v v v
36 RIZAH AMELIA ANWAR v v v
37 SUCI EKASARI v v v

clxxxvii
clxxxviii

38 SYLVIAH INDAYANI v v v
39 VANDY ARDA PRATAMA v v v
40 ZULDA SALENA NUR ADHA v v v

LAMPIRAN I

LEMBAR OBSERVASI KREATIVITAS

Sub Observasi
Indikator Siklus I Siklus II Siklus III
Variabel Awal
a. Memiliki rasa
ingin tahu yang
besar terhadap 2 2 3 3
pembelajaran
Aqidah Akhlak
b. Menyukai hal-
hal yang baru
1 2 2 2
dalam
pembelajaran
Inovatif
c. Mampu
mengungkapkan
1 2 3 3
gagasan yang up
to date
d. Mampu
menunjukkan
bermacam- 1 2 2 3
macam hasil
karya

clxxxviii
clxxxix

a. Lebih terbuka
terhadap
perbedaan-
2 3 2 3
perbedaan
pendapat yang
Flexibel
muncul
b. Mampu
menyesuaikan
3 3 3 3
diri dengan
kelompok
a. Semangat pada
1 2 3 3
setiap KBM
b. Lebih bebas
Exspresif mengungkapkan 1 1 2 2
pendapat/ide
c. Kritis terhadap
1 1 3 3
permasalahan
Jumlah 13 18 23 25

Keterangan :

4 : Sangat baik

3 : Baik

2 : Cukup

1 : Kurang

clxxxix
cxc

LAMPIRAN II
PERHITUNGAN SKOR PENINGKATAN NILAI KREATIVITAS

Peningkatan Siklus I :
Post Rate - Base Rate
P= X 100%
Base Rate

18 - 13
= X 100%
13
5
= X 100%
13
= 0, 38 X 100% = 38%

Peningkatan Siklus II :
Post Rate - Base Rate
P= X 100%
Base Rate

23 - 13
= X 100%
13
10
= X 100%
13
= 0, 76 X 100% = 76%

Peningkatan Siklus III :


Post Rate - Base Rate
P= X 100%
Base Rate
25 - 13
= X 100%
13

cxc
cxci

12
= X 100%
13
= 0, 92 X 100% = 92%

LAMPIRAN III
Daftar Nilai Pre Test Siswa Kelas VII D MTsN Lawang Malang

NILAI
NO NAMA SISWA
Pre Test
1 AGUNG WICAKSONO SURASNO 62
2 AHMAD MISBAKHUL MUNIR 70
3 AHMAD SAHRUL HIDAYAT 68
4 ALIF AKBAR ANUGRAH A. 68
5 AMIRUL MUKMININ 65
6 ANJAS RAHASTA KHIRANA 67
7 ASROL UKAMA 86
8 ATIYAH ARIFIANAH 70
9 DEWI MASITOH 72
10 DICKY APRIANTONI 69
11 DICKY MARGA BUDI KUSUMA 67
12 EKA HANNY ISLAMIYAH 62
13 ENI KURNIATI HANINGTIAS 74
14 FAIZ NUR IHSAN ARIF 70
15 FANDHI YUDHA SAPUTRA 68
16 FARWA NUR ANNISA 65
17 FATIMATUZ ZAHRO 75
18 FATIN TRI SEPTI 68
19 HANIF 68
20 INSYIYAH FAJRIYATI 61
21 IZZATUL MUFIDAH 67
22 LAILATUL MUHIMMATUS S. 68
23 LILIS SURYANI 71
24 MOCH. LUKMAN ADI SAPUTRA 68
25 MUHAMMAD YUSUF AHSANI 70
26 MAFATIKHUR ROKHMAH 70
27 MAUDY QOMARIYAH 65
28 MAULIDA VINA ROKHMATIKA 72
29 NABILLA YANUAR ISNAYNI 72
30 NADA WAHYUNINGSIH 70
31 NADILA YUNIAR SAFIRA 65

cxci
cxcii

32 NEVRILA MANDALA 74
33 OKTAVIAN BUDI LAKSONO 68
34 PRESTI ANGGILIANA 75
35 RAMADHAN ARDINATA 70
36 RIZAH AMELIA ANWAR 65
37 SUCI EKASARI 70
38 SYLVIAH INDAYANI 65
39 VANDY ARDA PRATAMA 68
40 ZULDA SALENA NUR ADHA 68
JUMLAH 2756
RATA-RATA 68.9

LAMPIRAN IV
Daftar Nilai Siswa Kelas VII D MTsN Lawang Malang
NILAI
NO NAMA SISWA
Siklus I Siklus II Siklus III
1 AGUNG WICAKSONO SURASNO 62 70 82
2 AHMAD MISBAKHUL MUNIR 70 73 85
3 AHMAD SAHRUL HIDAYAT 70 73 78
4 ALIF AKBAR ANUGRAH A. 70 75 87
5 AMIRUL MUKMININ 68 78 80
6 ANJAS RAHASTA KHIRANA 69 71 87
7 ASROL UKAMA 85 85 80
8 ATIYAH ARIFIANAH 76 79 81
9 DEWI MASITOH 81 81 81
10 DICKY APRIANTONI 74 74 78
11 DICKY MARGA BUDI KUSUMA 67 75 82
12 EKA HANNY ISLAMIYAH 70 74 80
13 ENI KURNIATI HANINGTIAS 77 79 81
14 FAIZ NUR IHSAN ARIF 69 78 72
15 FANDHI YUDHA SAPUTRA 76 76 79
16 FARWA NUR ANNISA 68 76 79
17 FATIMATUZ ZAHRO 69 73 75
18 FATIN TRI SEPTI 75 75 79
19 HANIF 70 73 83
20 INSYIYAH FAJRIYATI 68 68 82
21 IZZATUL MUFIDAH 61 68 81
22 LAILATUL MUHIMMATUS S. 67 80 82
23 LILIS SURYANI 70 70 81
24 MOCH. LUKMAN ADI SAPUTRA 68 77 86
25 MUHAMMAD YUSUF AHSANI 69 73 85

cxcii
cxciii

26 MAFATIKHUR ROKHMAH 70 72 75
27 MAUDY QOMARIYAH 74 74 81
28 MAULIDA VINA ROKHMATIKA 67 72 87
29 NABILLA YANUAR ISNAYNI 71 68 80
30 NADA WAHYUNINGSIH 70 78 81
31 NADILA YUNIAR SAFIRA 89 87 90
32 NEVRILA MANDALA 70 71 86
33 OKTAVIAN BUDI LAKSONO 68 77 87
34 PRESTI ANGGILIANA 80 79 81
35 RAMADHAN ARDINATA 70 69 78
36 RIZAH AMELIA ANWAR 65 74 76
37 SUCI EKASARI 67 77 74
38 SYLVIAH INDAYANI 72 76 88
39 VANDY ARDA PRATAMA 72 67 74
40 ZULDA SALENA NUR ADHA 87 83 83
JUMLAH 2861 2998 3247
RATA-RATA 71.5 74.9 81.2

cxciii
cxciv

LEMBAR OBSERVASI HASIL BELAJAR


PRE TEST

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar !


1. Jelaskan pengertian riya‟ dan nifaq !
2. Berapakah macam-macam riya‟ ? Sebutkan !
3. Sebutkan ciri-ciri orang munafiq !
4. Tulislah contoh-contoh perbuatan riya‟ ?
5. Tulislah dalil Al-Qur‟an tentang nifaq, beserta terjemahannya !

cxciv
cxcv

KUNCI JAWABAN PRE TEST

1. Riya‟ adalah memperlihatkan amal kebajikan, agar dilihat dan dipuji orang
lain atau disebut juga pamer. Nifaq adalah ucapan, perbuataan atau sikap
yang sesungguhnya bertentangan dengan apa yang tersembunyi dalam
hati.
2. Macam-macam riya‟ ada 2. Yaitu riya‟ jali dan riya‟ khafi.
3. Ciri-ciri orang munafiq ada 3:
a. Apabila berkata selalu berdusta.
b. Apabila berjanji tidak ditepati.
c. Apabila dipercaya selalu menghianati
4. Contoh-contoh perbuatan riya‟;
a. Membicarakan tentang amal perbuatan yang baik.
b. Beribadah dengan khusuk karena ada wanita/laki-laki yang disukai.
c. Selalu mengingat-ingat pemberian atau bantuan darinya.
d. Menyombongkan kekayaannya, kepandaiannya, keelokan darinya,
dan lain-lain.
5. Dalil Al-Qur‟an tentang nifaq;

            

   

Artinya :
“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka
mengatakan: "Kami telah beriman". dan bila mereka kembali kepada
syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya Kami
sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok." (Al-Baqoroh :
14)

cxcv
cxcvi

SOAL-SOAL PADA SIKLUS I

I. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling benar !
1. Memperlihatkan kelebihan kita didepan orang lain dengan maksud ingin
dipuji termasuk sifat …
a. Kufur c. Syirik
b. Riya‟ d. Tawaduk
2. Sifat yang sama dengan riya‟ adalah …
a. Syirik c. Sum‟ah
b. Nifaq d. Kufur
3. Melakukan kebaikan terang-terangan dengan bermaksud riya‟ dinamakan …
a. Riya‟ khafi c. Riya‟ Jali
b. Riya‟ khauf d. Riya‟ Jani
4. Melakukan kebaikan sembunyi-sembunyi, demi kehormatan orang lain
dinamakan riya‟ …
a. Riya‟ khafi c. Riya‟ Jali
b. Riya‟ khauf d. Riya‟ Jani
5. Kekuatan iman dan amal sholeh, akan menghindarkan kita dari, kecuali …
a. Riya‟ c. Muhsin
b. Nifaq d. Musyrik
6. Riya‟ dua macam yaitu …
a. Ashgor dan Akbar c. Khafi dan Jali
b. I‟tiqodi dan „Amali d. I‟tiqodi dan Khafi
7. Ayat dibawah ini terdapat pada surat …

          

        

a. An-Nisa‟ : 142 c. Al-Maidah : 124


b. Al-Baqoroh : 142 d. At-Taubah : 124

cxcvi
cxcvii

8. Akhlak yang tercela juga disebut akhlak …


a. Mahmudah c. Madzmumah
b. Karimah d. Ahsan
9. Akhlak madzmumah adalah akhlak …
a. Terpuji c. Tercela
b. Termulya d. Terindah
10. Yang termasuk akhlak tercela kepada Allah SWT adalah …
a. Kufur c. Nifaq
b. Riya‟ d. Semua benar

II. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singat dan tepat !


1. Jelaskan pengertian riya‟ dan sebutkan ciri-ciri orang riya‟!
2. Apa istilah lain dari perbuatan riya‟? Jelaskan !
3. Sebutkan macam-macam riya‟!
4. Jelaskan pengertian riya‟ khafi !
5. Jelaskan maksud Hadits dibawah ini !
)‫ال تقبم عز و جم عمال فيً مخقال ذزة مه زياء (انحديج‬

cxcvii
cxcviii

SOAL-SOAL PADA SIKLUS II


I. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling benar !
1. Secara bahasa nifaq berarti …
a. Habis c. Khianat
b. Bohong d. Ingkar
2. Orang yang melakukan perbuatan nifaq disebut …
a. Fasik c. Murtadin
b. Munafiq d. Mujtahidin
3. Ciri-ciri orang munafiq antara lain, kecuali …
a. Khianat c. Tidak menepati janji
b. Dusta d. Curang
4. Kerugian yang didapat apabila melakukan perbuatan syirik yaitu …
a. Tidak diampuni dosanya oleh Allah SWT
b. Dibenci masyarakat
c. Mengurangi pahala kebaikan
d. Menambah keimanan
5. Nifaq ada dua macam yaitu …
a. Ashgor dan Akbar c. I‟tiqodi dan Ashgor
b. „Amali dan I‟tiqodi d. Azali dan „Amali
6. ...‫إن انمىفقيه نكربىن‬
Arti potongan ayat diatas adalah sesungguhnya orang-orang … itu benar-
benar orang pendusta.
a. Riya‟ c. Syirik
b. Kufur d. Munafiq
7. Perbuatan mengingkari kebenaran dalam bentuk perbuatan disebut …
a. Nifaq „Amali c. Nifaq Khofi
b. Nifaq I‟tiqodi d. Nifaq Khasanah
8. Akhlak mahmudah adalah akhlak …
a. Tercela c. Madzmumah
b. Terpuji d. Musyrik
9. ).( ‫إن انمىافقيه في اندزك انسفم مه انىاز و نه تجد نهم وصيسا‬

cxcviii
cxcix

Ayat diatas menjelaskan bahwa …


a. Orang munafiq adalah orang yang tercela
b. Orang munafiq akan bertempat di neraka paling bawah
c. Orang munafiq merupakan salah satu penghuni neraka.
d. Benar semua
10. Perbuatan menyekutukan Allah SWT dengan makhluknya adalah perbuatan

a. Kufur c. Syirik
b. Riya‟ d. Nifaq

II. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singat dan tepat !


1. Jelaskan pengertian nifaq secara bahasa dan istilah !
2. Berapakah macam-macam nifaq ? Sebutkan !
3. Sebutkan ciri-ciri orang munafiq !
4. Jelaskan pengertian dari nifaq I‟tiqodi !
5. Tulislah Hadits tentang ciri-ciri orang munafiq !

cxcix
cc

SOAL-SOAL PADA SIKLUS III


I. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling benar !
1. Akhlak tercela juga disebut dengan ...
a. Akhlak Mahmudah c. Akhlak Madzmumah
b. Akhlak Karimah d. Akhlak Ahsan
2. Yang termasuk akhlak tercela kepada Allah SWT adalah …
a. Kufur c. Nifaq
b. Riya‟ d. Semua benar
3. Ada dua macam riya‟ yaitu …
a. Ashgor dan Akbar c. Khafi dan Jali
b. I‟tiqodi dan „Amali d. I‟tiqodi dan Khafi
4. Melakukan kebaikan terang-terangan dengan bermaksud riya‟ dinamakan …
a. Riya‟ khafi c. Riya‟ Jali
b. Riya‟ khauf d. Riya‟ Jani
5. Sifat yang sama dengan riya‟ adalah …
a. Syirik c. Sum‟ah
b. Nifaq d. Kufur
6. Perbuatan menampakkan keimanan dalam ucapan dan tindakan tetapi
menyembunyikan kekafiran dalam hati, disebut …
a. Nifaq c. Riya‟
b. Kufur d. Jaly
7. Ciri-ciri orang munafiq antara lain, kecuali …
a. Khianat c. Tidak menepati janji
b. Dusta d. Curang
8. Nifaq ada dua macam yaitu …
a. Ashgor dan Akbar c. I‟tiqodi dan Ashgor
b. „Amali dan I‟tiqodi d. Azali dan „Amali
9. ‫إن انمىافقيه في اندزك انسفم مه انىاز و نه تجد نهم وصيسا‬
Ayat diatas menjelaskan bahwa …
a. Orang munafiq adalah orang yang tercela
b. Orang munafiq akan bertempat di neraka paling bawah

cc
cci

c. Orang munafiq merupakan salah satu penghuni neraka


d. Benar semua
10. )‫ال تقبم عز و جم عمال فيً مخقال ذزة مه زياء (انحديج‬
Hadits diatas menjelaskan bahwa …
a. Allah SWT tidak akan menerima suatu amal yang di dalamnnya
terdapat riya‟
b. Allah SWT akan menerima suatu amal yang didalamya terdapat riya‟
jika sekecil biji sawi
c. Allah SWT akan menerima suatu amal yang di dalamnnya terdapat
riya‟
d. Allah SWT tidak akan menerima suatu amal yang didalamya terdapat
riya‟ walaupun sekecil biji sawi

II. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singat dan tepat !


1. Jelaskan pengertian riya‟ dan nifaq !
2. Perbuatan riya‟ dibagi menjadi berapa macam ? Sebutkan dan jelaskan !
3. Perbuatan nifaq dibagi menjadi berapa macam ? Sebutkan dan jelaskan !
4. Tuliskan satu dalil yang menjelaskan tentang riya‟ dan nifaq !
5. Sebutkan perilaku-perilaku untuk membiasakan diri dalam menghindari sifat
riya‟ dan nifaq !

cci
ccii

KUNCI JAWABAN SIKLUS I

GANDA
1. B 6. C
2. C 7. A
3. C 8. C
4. A 9. C
5. C 10. D

ISIAN
1. Riya‟ adalah memperlihatkan amal kebajikan, agar dilihat dan dipuji orang
lain atau disebut juga pamer.
Ciri-ciri orang riya‟:
a. Sifat-sifat yang melekat pada diri seseorang, seperti suka
menampakkan sifat-sifat mulia dan hal-hal yang baik pada dirinya.
b. Keengganan melakukan ibadah sendirian, namun merasa riang dan
senang bila ada yang melihatnya.
c. Yang lebih tersembunyi adalah menolak riya‟ dan terus beribadah
tanpa sedikit pun disertai riya‟, tetapi begitu ada orang lain mengetahui
amal ibadah dan amal sholehnya, dia sangat bahagia dan makin
menambah ibadahnnya.
2. Sum‟ah. Yaitu berbuat kebaikan agar kebaikan itu didengar orang lain dan
dipujinya, walaupun kebaikan itu berupa amal ibadah kepada Allah SWT.
3. Riya‟ khafi dan Riya‟ jaly.
4. Riya‟ khafi adalah Melakukan kebaikan terang-terangan dengan
bermaksud riya‟.
5. Allah SWT tidak akan menerima suatu amal yang didalamya terdapat riya‟
walaupun sekecil biji sawi.

ccii
cciii

KUNCI JAWABAN SIKLUS II

GANDA
1. A 6. D
2. B 7. A
3. D 8. B
4. A 9. B
5. B 10. C

ISIAN
1. Bahasa : Habis.
Istilah : Ucapan, perbuataan atau sikap yang sesungguhnya bertentangan
dengan apa yang tersembunyi dalam hati.
2. Ada 2. Yaitu nifaq I‟tiqodi dan nifaq „Amali.
3. Ciri-ciri orang munafiq ada 3:
a. Apabila berkata selalu berdusta.
b. Apabila berjanji tidak ditepati.
c. Apabila dipercaya selalu menghianati
4. Nifaq I‟tiqodi adalah melakukan perbuatan yang menyatakan dirinya
beriman kepada Allah SWT, sedangkan dalam hatinya tidak ada keimanan
sama sekali.
5. )‫ اذا حدث كرب و اذا وعد أخهف و اذا ائتمه خان (زواي انبخازي وانمسهم‬: ‫ايت انمىفقيه حالث‬

cciii
cciv

KUNCI JAWABAN SIKLUS III

GANDA
1. C 6. D
2. D 7. C
3. C 8. B
4. C 9. B
5. C 10. D

ISIAN
1. Riya‟ adalah memperlihatkan amal kebajikan, agar dilihat dan dipuji orang
lain atau disebut juga pamer.
Nifaq adalah ucapan, perbuataan atau sikap yang sesungguhnya
bertentangan dengan apa yang tersembunyi dalam hati.
2. Ada 2 macam. Yaitu riya‟ jali dan riya‟ khafi.
3. Ada 2 macam. Yaitu nifaq I‟tiqodi dan nifaq „amali.
4. Dalil tentang riya‟
)‫ال تقبل عز و جل عمال فيه مثقال ذرة من رياء (الحديث‬
Artinya :
Allah SWT tidak akan menerima suatu amal yang didalamya terdapat riya‟
walaupun sekecil biji sawi

Dalil tentang nifaq;

            

   


Artinya :
“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka
mengatakan: "Kami telah beriman". dan bila mereka kembali kepada
syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya Kami

cciv
ccv

sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok." (Al-Baqoroh :


14)
5. Perilaku-perilaku untuk membiasakan diri dalam menghindari sifat riya‟
dan nifaq :
8. Berpegang teguh kepada Al-Qur‟an, dengan cara membaca dan
merenungkan.
9. Memahami bahaya yang ditimbulkan akibat penyakit hati.
10. Merasa akan adanya penyakit hati dalam diri kita.
11. Sering bergaul dan berinteraksi dengan orang sholeh.
12. Memperbanyak dzikir, do‟a, memohon ampun dan senantiasa
mengingat keberadaan Allah dimanapun kita berada.
13. Dengan jalan muraqobah (mengawasi diri sendiri) dan sikap
lawamah (berani menegur diri sendiri).
14. Segera melakukan taubah dan istighfar dengan sungguh-sungguh
apabila gejala-gejala riya‟ dan nifaq mulai muncul.

ccv
ccvi

PEDOMAN WAWANCARA

DENGAN GURU MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran Aqidah Akhlak yang selama ini

anda terapkan/gunakan ?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak yang selama ini

anda terapkan/gunakan ?

3. Bagaimana penilain pembelajaran Aqidah Akhlak yang selama ini anda

terapkan/gunakan ?

4. Bagaimana menurut anda dengan pembelajaran dengan model cooperative

learning ?

5. Bagaimana anda mengembangkan kreativitas siswa dalam pelajaran

Aqidah Akhlak ?

ccvi
ccvii

PEDOMAN WAWANCARA

DENGAN KEPALA MTsN LAWANG

1. Bagaimana kepemimpinan/perilaku anda dalam perencanaan selama

periode ini, kedepan di MTsN Lawang?

2. Bagaimana tindakan anda dalam memantau kegiatan dan lingkungan yang

ada di MTsN Lawang ?

3. Bagaimana anda mengevaluasai selama kepimimpinan yang anda jalani

selama ini ?

4. Bagaimana sarana prasarana yang ada di MTsN lawang untuk menunjang

dalam proses pembelajaran di sekolah ini?

5. Bagaimana proses pembelajaran pendidikan agama Islam, khususnya mata

pelajaran Aqidah Akhlak ?

ccvii
ccviii

PEDOMAN WAWANCARA

DENGAN WAKA MADRASAH URUSAN KURIKULUM

1. Bagaimana kurikulum yang ada di MTsN Lawang ini ?

2. Bagaimana perencanaan dalam pengembangan kurikulum di MTsN

Lawang ?

3. Bagaimana pelaksanaan dalam pengembangan kurikulum kurikulum di

MTsN Lawang ?

4. Bagaimana mengevaluasi kurikulum dalam pengembangan kurikulum di

MtsN Lawang ?

5. Bagaiman proses pembelajaran pendidikan agama Islam, terutamanya

mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTsN Lawang ini?

ccviii
ccix

PEDOMAN WAWANCARA

DENGAN SISWA KELAS VII D MTSN LAWANG

1. Bagaimana perasaan kamu setelah mengikuti pembelajaran cooperative

learning ?

2. Menurut kamu, kamu lebih senang belajar dengan cooperative learning

atau dengan cara ceramah dan pemberian tugas secara individu tanpa

kelompok ?

3. Menurut kamu, selama ini bagaimana pelaksanaan pembelajaran Aqidah

Akhlak selama ini ?

4. Bagaimana selama ini guru Akidah Akhlak mengevaluasi pembelajaran


Akidah Akhlak ?

ccix
ccx

DATA GURU DAN KARYAWAN


MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI LAWANG
TAHUN PELAJARAN 2009/2010

GELAR JENIS
NO NAMA LENGKAP AKADEMI KELAMI NIP (BAGI PNS)
K N
1954051319790310
1 ACMAD SAID M.Ag L
02
1968070119930320
2 WARSI Dra. P
03
ROKHANA 1962022319870320
3 S.Pd P
IDAYANI 03
1969050619980310
4 SAADIH SIDIK S.Pd L
02
5 DEWI MASITAH Dra. P 150384486

6 SRI MASDIENI S.Pd P 150392667


DIYAH 1969042319950320
7 Dra. P
SURYANINGSIH 01
1961122319890310
8 TIYAS UNTOYO S.Pd L
01
ULUMIN 1963042719920320
9 Dra. P
NADHIROH 01
10 SIH WIAJENG S.Pd P 132136012
NURUL 1971081719951220
11 S.Pd P
PROKLAMASINTA 01
ERNAWATI 1971121819970320
12 S.Pd P
WAHYU NURDIA 07
1969070319940310
13 ASMU'I Drs. L
05

ccx
ccxi

1967051119950310
14 SUTITO Drs. L
01
1959120419870320
15 ERNA FIDIAH S.Pd P
02
EMY 1967031219941220
16 S.Pd P
DWISTYOWATI 04
1964082520031210
17 IMAM HUJALI Drs. L
01
1972080620031220
18 INDAH AFIFA S.Pd P
01
19 UMI KULSUM S.Ag P -

20 RUSMIATI S.Pd P -
SASI EKANI
21 Dra. P -
WARDATININGSIH
TRI TJAHJONO 1966090419940310
22 Drs. L
BUDI RAHARDJO 02
23 SAIPUL HADI S.Pd L 132160062
HIMYATUL 1978060920050120
24 S.Pd P
AMANAH 06
25 WARDI S.Ag L 150398471
1975043020071020
26 MAHMIYAH S.Pd P
01
27 AHMAD SUNYOTO S.Ag L -

28 SUPRAYITNO S.Ag L -
AHMAD
29 S.Pd L -
BAHAUDIN
HILMATUL AZZAH
30 S.Hum P -
TSANIYATI
31 ENY SETIYOWATI A.Md P -

ccxi
ccxii

1962042119910320
32 LAILI AVIATI Dra. P
03
MAX 1966042419890310
33 - L
DJAJAPRAWIRA 03
34 KOMARIA ULFAH - P 150402720

35 IMAM BASORI - L

36 MU'ASIM - L
IRVAN AGUNG
37 - L
MARETNO
KHAIRUL
38 - P
BARIYAH
IDA LAILATUL
39 - P
FITRIYAH
M. CHOIRUL
40 - L
ANWAR

Adapun data jumlah guru dan karyawan di Madrasah Tsanawiyah


Negeri Lawang pada tahun pelajaran 2009/2010 adalah 40 orang dengan perincian
sebagai berikut :

PNS PNS
GTT PT PTT JUMLAH
KEMENAG DIKNAS
L P L P L P L P L P L P

11 14 0 3 1 2 1 2 4 2 17 23

25 3 3 3 6 40

ccxii
ccxiii

DATA SISWA MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI LAWANG


TAHUN PELAJARAN 2009/2010

KELAS IX KELAS VIII KELAS VII JUMLAH

L P L P L P L P

100 101 104 97 102 139 306 337

201 201 241 643

ccxiii
ccxiv

DATA SISWA KELAS VII D


MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI LAWANG
TAHUN PELAJARAN 2009/2010

JENIS ASAL
NO NAMA SISWA
KELAMIN DAERAH
1 AGUNG WICAKSONO SURASNO L Malang
2 AHMAD MISBAKHUL MUNIR L Malang
3 AHMAD SAHRUL HIDAYAT L Malang
4 ALIF AKBAR ANUGRAH AL-IMANI L Malang
5 AMIRUL MUKMININ L Malang
6 ANJAS RAHASTA KHIRANA P Malang
7 ASROL UKAMA L Malang
8 ATIYAH ARIFIANAH P Malang
9 DEWI MASITOH P Malang
10 DICKY APRIANTONI L Malang
11 DICKY MARGA BUDI KUSUMA L Malang
12 EKA HANNY ISLAMIYAH P Malang
13 ENI KURNIATI HANINGTIAS P Malang
14 FAIZ NUR IHSAN ARIF L Malang
15 FANDHI YUDHA SAPUTRA L Malang
16 FARWA NUR ANNISA P Malang
17 FATIMATUZ ZAHRO P Pasuruan
18 FATIN TRI SEPTI P Malang
19 HANIF L Malang
20 INSYIYAH FAJRIYATI P Malang
21 IZZATUL MUFIDAH P Malang
22 LAILATUL MUHIMMATUS S. P Malang
23 LILIS SURYANI P Malang
24 MOCH. LUKMAN ADI SAPUTRA L Malang

ccxiv
ccxv

25 MUHAMMAD YUSUF AHSANI L Malang


26 MAFATIKHUR ROKHMAH P Malang
27 MAUDY QOMARIYAH P Malang
28 MAULIDA VINA ROKHMATIKA P Malang
29 NABILLA YANUAR ISNAYNI P Malang
30 NADA WAHYUNINGSIH P Malang
31 NADILA YUNIAR SAFIRA P Malang
32 NEVRILA MANDALA P Malang
33 OKTAVIAN BUDI LAKSONO L Malang
34 PRESTI ANGGILIANA P Malang
35 RAMADHAN ARDINATA L Malang
36 RIZAH AMELIA ANWAR P Malang
37 SUCI EKASARI P Malang
38 SYLVIAH INDAYANI P Purwosari
39 VANDY ARDA PRATAMA L Malang
40 ZULDA SALENA NUR ADHA P Malang

ccxv
ccxvi

SARANA DAN PRASARANA


MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI LAWANG
TAHUN AJARAN 2009/2010

No Fasilitas Jumlah Kondisi


1 R. Kepala Madrasah 1 Baik
2 R. Guru 1 Baik
3 R. Tata Usaha 1 Baik
4 R. BK 1 Baik
5 R. Kelas 16 Baik
6 Perpustakaan 1 Baik
7 Lab. Bahasa 1 Baik
8 Lab. IPA 1 Baik
9 Lab. Komputer 1 Baik
10 R. OSIS 1 Baik
11 R. UKS 1 Baik
12 R. PMR/ Pramuka 1 Baik
13 R. Kesenian 1 Baik
14 Tempat Ibadah 1 Baik
15 Koperasi 1 Baik
16 Kantin 2 Baik
17 Tempat Parkir 1 Baik
18 KM Guru 4 Baik
19 KM Siswa 13 Baik
20 Lapangan 1 Baik
21 Rumah Penjaga 2 Baik
22 Dapur 1 Baik
23 Gudang 1 Baik

ccxvi
ccxvii

FOTO-FOTO HASILPENELITIAN

A. Proses Belajar Mengajar Dengan Model Cooperative Learning

ccxvii
ccxviii

ccxviii
ccxix

B. Foto-foto Wawancara

a. Wawancara dengan Bapak Wardi, S,Ag (Guru Aqidah Akhlak kelas

VII D MTsN Lawang Malang)

ccxix
ccxx

b. Wawancara dengan Ibu Dra. Diyah Suryaningsih (Waka Madrasah

Urusan Kurikulum MTsN Lawang Malang)

ccxx
ccxxi

C. Wawancara dengan Bapak H. Achmad Said, M.Ag (Kepala Sekolah

MTsN Lawang Malang)

D. Wawancara dengan Eka Hanny Islamiyah (Siswa Kelas VII D MTsN

Lawang Malang)

ccxxi
ccxxii

BIODATA MAHASISWA

Nama : Izah Ulya Qadam


NIM : 06110125
Tempat Tanggal Lahir : Pati, 09 Juni 1988
Fak/Jur : Tarbiyah, Pendidikan Agama Islam
Tahun Masuk : 2006
: Jl. Anugrah IV/No. 1 Winong Pati Kota Pati
Alamat Rumah
Jawa Tengah Indonesia
No. Hp : 081390632088

Malang, 09 Juli 2010

Izah Ulya Qadam


NIM. 06100125

ccxxii

Anda mungkin juga menyukai