Anda di halaman 1dari 115

PENDIDIKAN ANAK DALAM KANDUNGAN

(Studi Kasus Ibu Hamil di Desa Doudo Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik)

SKRIPSI

Oleh:

Nur ‘Aini
NIM: 05110001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
April, 2009

i
PENDIDIKAN ANAK DALAM KANDUNGAN
(Studi Kasus Ibu Hamil di Desa Doudo Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN)


Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:
Nur ‘Aini
NIM: 05110001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
April, 2009

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

PENDIDIKAN ANAK DALAM KANDUNGAN


(Studi Kasus Ibu Hamil di Desa DoudoKecamatan Panceng Kabupaten Gresik)

Oleh:

Nur ‘Aini
NIM : 05110001

Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing

Drs H. Suaib H. Muhammad. M.Ag


NIP : 150 215 375

Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Drs. Moh. Padil, M.PdI.


NIP : 150 267 235

iii
HALAMAN PENGESAHAN

PENDIDIKAN ANAK DALAM KANDUNGAN


(Studi Kasus Ibu Hamil di Desa Doudo Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik)

SKRIPSI

Oleh :

Nur ‘aini
NIM : 05110001

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Sekripsi


dan Diterima sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Tanggal, 14 April 2009

Susunan Penguji (Tanda Tangan)

1. M. Asrori Alfa, M Ag ( )
(Penguji Utama)

2. Dra. Siti Annijat Maimunah, M. Pd ( )


(Sekretaris)

3. Drs. H. Suaib. H Muahmmad, M. Ag ( )


(Pembimbing/Ketua sidang)

Mengesahkan
Dekan Fakultas Tarbiyah
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony


Nip. 150 042 031

iv
MOTTO

          

           
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Q.S at-Tahrim: 6)

v
PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji hamba panjatkan kepada Allah

SWT. Shawalat serta salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Atas

ridho dan karunia-nya pula hamba bisa menyelesaikan buah karya ini yang

kupersembahkan kepada insan-insan tercinta:

Ayah dan Ibunda tercinta, kakak-kakakku (Ipul dan Iwan) serta adik-

adikku (Ulfah dan Wahyu) dan kakak-kakak iparku (Ka Ida n K Yuli) dan adikku

tersayang (D’ Haikal) yang tanpa henti memberikan semangat dan tak pernah

lelah untuk mendengarkan setiap keluhan yang penulis hadapi, sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan.

Saudara Ikma Baraya UIN Malang Khususnya 8 Serangkai (A Aril, A

Ecep, A Irwan, A Neo {qSh} dan T Enung, T Ratna’, T Imas, dan T Armila)

terima kasih atas kasih sayang kalian.

Saudara-saudara khayalku, Fara, Kabo, Nu2, Byba, Dekil, terima kasih,

sudah setia menemaniku, saat lelah dan butuh sandaran. Kalian bantal-bantalku

yang the best.

Sahabat-sahabat kelasku, dari awal sampai akhir, khususnya ‘Ijo Lumut’

You are My Best Friends.

Teman-teman Cosan. Thanks for all.

Kalian memberikan warna kehidupan baru dalam rentetan perjalanan

hidupku yang penuh misteri,

vi
Drs H. Suaib H. Muhammad. M.Ag Malang, 04 April 2009
Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING


Hal : Skripsi Nur ‘Aini
Lamp : 5 (lima) exemplar

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
Di

Malang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa,

maupun tekhnik penulisan, dan setelah membaca skrpisi mahasiswa tersebut di

bawah ini:

Nama : Nur ‘Aini


NIM : 05110001
Jurusan : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Judul Skripsi : Pendidikan Anak Dalam Kandungan (Studi Kasus
Ibu Hamil di Desa Doudo Kecmatan Panceng
Kabupaten Gresik)
maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak
diajukan untuk diujikan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing,

Drs H. Suaib H. Muhammad. M.Ag


NIP: 150 215 375

vii
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Malang, 01 April 2009

Nur ‘aini

viii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis mampu

melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan tepat

waktu.

Shalawat serta salam penulis haturkan keharibaan pendidik yang paling

mulia, guru sekalian umat Islam, Muhammad Rasulullah SAW, serta para sahabat,

tabi’in dan orang-orang yang senantiasa berjalan dalam risalah-Nya.

Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih teriring do’a

kepada seluruh pihak yang telah membantu, mendukung dan memperlancar

terselesaikannya skripsi ini, khususnya penulis sampaikan terima kasih kepada

yang terhormat:

1. Ayah dan Ibunda tercinta, kakak-kakakku (Ipul dan Iwan) serta adik-adikku

(Ulfah dan Wahyu) dan kakak-kakak iparku (Ka Ida dan K Yuli), Adikku

tersayang (Haikal), dan Fara yang tanpa henti memberikan semangat sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan, terima kasih.

2. Yang terhormat, Bapak Prof. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas

Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

3. Yang terhormat, Bapak Prof. Dr. Djunaidi Ghony selaku Dekan Fakultas

Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

4. Yang terhormat, Bapak Drs. Moh. Padil, M. Pd I selaku kepala jurusan

Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik

Ibrahim Malang

ix
5. Yang terhormat, Bapak Drs H. Suaib H. Muhammad. M.Ag selaku dosen

pembimbing yang senantiasa membimbing dan membantu dalam penyelesaian

skripsi ini dengan baik dan lancar.

6. Segenap Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim

Malang yang telah banyak memberikan sumbangan kelimuan, semoga apa

yang telah diberikan bermanfaat bagi penulis dalam menjalankan kehidupan

ini.

7. Bapak Sutomo selaku Kepala Desa Doudo, dan pegawai desa Doudo yang

telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan seluruh

warga Desa Doudo Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik, terutama (Ibu

Khoirotun, Ibu Muhayatin, Ibu Iswatun, Ibu Nur Hidayatie dan Ibu Nur

Kholifah) dan khusus untuk keluarga besar Pa’ Harsih, terima kasih atas

tumpangan selama melaksanakan penelitian.

8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim

Malang, yang telah banyak memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Selain nama-nama yang penulis sebutkan di atas, penulis juga berterima

kasih kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis mengakui masih banyak

kekurangan dan kekeliruan pada laporan ini. Oleh karena itu penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sehingga dapat dijadikan perbaikan

pada masa mendatang. Harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak. Amin Ya Robbal Alamin.

Penulis,

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Contoh Senam Ibu Hamil


Lampiran 2 : Foto Semua Kegiatan, Stiker yang ditempel didepan Rumah Ibu
Hamil, Buku dari Puskesmas untuk Tiap Ibu Hamil Desa Doudo
Lampiran 3 : Struktur Kepengurusan Desa Doudo
Lampiran 4 : Buku/Pedoman yang Digunakan Ibu Hamil Desa Doudo dalam
Menerapkan Pendidikan Anak Dalam Kandungan
Lampiran 5 : Denah Desa Doudo dan Foto Ibu-ibu hamil yang menerapkan
pendidikan anak dalam kandungan di Desa Doudo
Lampiran 6 : Pedoman Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi
Lampiran 7 : Surat Pengantar Penelitian
Lampiran 8 : Surat Keterangan Penelitian

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN .............................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... iv

HALAMAN MOTTO .......................................................................v

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................ vi

NOTA DINAS ................................................................................... vii

SURAT PERNYATAAN .................................................................. viii

KATA PENGANTAR ....................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xi

DAFTAR ISI ..................................................................................... xii

ABSTRAK ......................................................................................... xv

BAB I: PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

b. Rumusan Masalah ................................................................... 7

c. Tujuan Penelitian .................................................................... 7

d. Manfaat Penelitian ................................................................... 8

e. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 8

f. Definisi Operasional ................................................................ 9

g. Sistematika Pembahasan .......................................................... 9

BAB II: LANDASAN TEORI

A. Dasar Pendidikan Anak dalam Kandungan ........................ 12

B. Peran Ibu Mendidik Anak dalam Kandungan ..................... 16

xii
C. Cara Ibu Mendidik Anak dalam Kandungan ...................... 24

D. Tujuan Ibu Mendidik Anak dalam Kandungan ................... 35

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ......................................... 40

B. Kehadiran Peneliti ............................................................. 41

C. Lokasi Penelitian ............................................................... 42

D. SumberData ....................................................................... 42

E. Prosedur Pengumpulan Data .............................................. 43

F. Analisis Data ..................................................................... 44

G. Pengecekan Keabsahan Data .............................................. 45

H. Tahap-tahap Peneltian ....................................................... 47

BAB IV: HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Lokasi
1. Profil Desa Doudo Kecamatan Panceng Kabupaten

Gresik

a. Asal Usul Desa Doudo .............................................. 48

b. Mayoritas Pekerjaan .................................................. 49

c. Jumlah Penduduk ...................................................... 51

d. Kegiatan ................................................................... 52

e. Fasilitas .................................................................... 53

f. Struktur Kepengurusan ............................................. 56

B. Paparan Hasil Penelitian


1. Bagaimana cara ibu hamil menerapkan konsep

pendidikan anak dalam kandungan di Desa Doudo? .. 56

2. Mengapa ibu hamil merasa perlu mendidik anak

xiii
dalam kandungan di Desa Doudo? ............................ 67

3. Kendala-kendala apa yang dialami ibu hamil selama

mendidik anak dalam kandungan di Desa Doudo? ..... 70

BAB V: PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ............................. 79

BAB VI: PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 89

B. Saran ................................................................................. 94

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiv
ABSTRAK

Nur ’Aini, Pendidikan Anak dalam Kandungan (Studi Kasus pada di Desa
Doudo Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik). Skripsi, Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana
Malik Ibrahim Malang. Drs H. Suaib H. Muhammad. M.Ag.

Kata kunci: Pendidikan, anak dalam kandungan


Judul skripsi ini diangkat dari keprihatinan penulis terhadap banyaknya
orang tua yang memulai pendidikan pada anak-anaknya saat ia telah lahir kedunia,
yang seharusnya pendidikan itu dimulai dalam kandungan. Dengan orang tua
menerapkan pendidikan anak dalam kandungan, orang tua telah menyiapkan
keturunan yang berkualitas. Karena pendidikan anak itu tidak bisa dilepaskan
pada masa sebelumnya yang telah diawali dari sejak persiapan atau pemilihan
jodoh dan waktu melakukan hubungan seksual. Dari itulah, awal pendidikan anak
dalam kandungan merupakan masa yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak pada masa akan datang.
Kajian teoritis yang berupa literatur-literaur sangat dibutuhkan untuk
kelancaran penulisan skripsi ini hingga sesuai dengan judul yang telah penulis
tentukan. Dalam hal literatur yang dibutuhkan adalah meliputi: Dasar pendidikan
anak dalam kandungan, peran Ibu mendidik anak dalam kandungan, cara Ibu
mendidik anak dalam kandungan, dan tujuan Ibu mendidik anak dalam
kandungan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, dengan
menekankan pada kekuatan analisis data dan sumber-sumber data yang ada,
sehingga hasil penelitian tidak berupa angka-angka melainkan berupa wawancara
mendalam, pengamatan berperan serta dan studi dokumentasi. Sedangkan data
yang terkumpul dari ketiga tekhnik tersebut diperiksa keabsahannya dengan
menggunakan triangulasi data.
Hasil penelitian ini ditemukan cara yang dilakukan Ibu hamil di Desa
Doudo untuk mendidik anak dalam kandungan. Bila ibu melakukannya sendiri
tanpa bantuan, dengan memakai kertas yang dibuat seperti cerobong, sebagai alat
interaksi antara janin dan ibu, dan bila langsung dengan suami, suami bisa
langsung menempelkan pipi keperut Ibu untuk berinteraksi langsung kepada janin.
Bahkan saat melakukan hubungan Seksual, yaitu dengan secara seks Islami. Dan
sambil bermunajah kepada Allah SWT, agar dikaruniai anak yang
shaleh/shalehah, menjadi teladan bagi umat, berbakti kepada Allah SWT, dan
dijauhkan dari setan yang menakutkan, dan lain-lain. Adapun kendala-kendala
yang dialami ibu hamil selama mendidik anak dalam kandungan, antara lain:
Emosi sudah mulai labil. Gejolak emosi seperti wanita menjelang menstruasi,
seperti: mudah tersinggung, cengeng, tidak rasional, dengan mood (suasana hati)
yang berubah-ubah. Terkadang bergairah, terkadang loyo, terkadang penuh
imajinasi, terkadang hampa. Yang semua itu akan berakibat akan kegiatan-
kegiatan berlangsung.
Hasil penelitian ini, peneliti berharap semoga penelitian ini dijadikan
khsanah yang konstruktif dalam kaitannya dengan dunia pendidikan anak. Yang

xv
seharusnya dimulai memberikan pendidikan dalam kandungan, dan mampu
menghasilkan keturunan yang berkualitas.

xvi
47

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia merupakan makhluk yang paling banyak memiliki kelebihan dibanding

dengan makhluk yang lain, dan karena kelebihan inilah akhirnya Allah

menjadikannya khalifah di muka bumi ini. Malaikat, jin dan syetan merupakan

makhluk Allah, namun semuanya tidak ada yang mampu mengungguli manusia

sekalipun ia diciptakan dari suatu yang hina yaitu tanah yang berbeda dengan

penciptaan jin yang dari api dan malaikat dari cahaya.

Manusia memiliki banyak kelebihan. Ia memiliki potensi-potensi yang tidak

dimiliki oleh makhluk lain. Diantaranya potensi atau fitrah agama, intelektual (akal),

sosial, ekonomi, dan fitrah-fitrah yang lainnya1. Dan potensi-potensi ini akan

menjadi bermanfaat ketika dikembangkan dan dipergunakan oleh hal-hal yang

positif bukan hal-hal yang sifatnya madorot.

Pendidikan anak sebagai amanat yang diemban terutama oleh para orang tua,

memang menuntut eksplorasi, kreativitas, dan inovasi yang tak kenal henti. Dunia

terus berkembang dalam skala kemajuan yang cenderung tak terprediksi. Maka

mendidik anak pun bermakna menyiapkan anak untuk sebuah masa depan yang

lebih maju seoptimal mungkin. Lompatan kemajuan dunia ini tak seorang pun dapat

memberi estimasi yang cukup persis. Karena itu, paradigma dalam mendidik anak

cenderung pada bagaimana olah potensi anak dapat berlangsung seoptimal mungkin,

1
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar
Operasionalnya (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm. 159.
48

sekaligus sedini mungkin. Sebab waktu sangatlah berharga dalam upaya melahirkan

SDM unggul. Asumsinya, semakin dini olah potensi anak dapat dilangsungkan,

semakin berkualitas outcome-nya, sehingga semakin siap pulalah dia menghadapi

kompetensi dalam hirup-pikuk dunia di masa depan.2

Potensi manusia hanya bisa dikembangkan dengan pendidikan, karena dengan

pendidikan akan ada proses belajar dari manusia tersebut, akan ada proses transfer

ilmu dari manusia yang lebih tahu kepada manusia yang belum tahu. Maka potensi

atau fitrah yang ada harus dikembangkan seoptimal mungkin, seperti yang diuraikan

oleh Zaini dan Muhaimin bahwa fitrah yang dimiliki manusia harus diusahakan dan

dikembangkan agar menjadi aktual dan kuat, karena dengan fitrah yang kuat

tersebut maka tugas hidup manusia akan dapat dijalankan dengan sukses dan segala

tantangan hidup dan kehidupan akan dapat diatasi dengan baik.

Fitrah yang dimiliki manusia, itu merupakan suatu hal yang mendukung bahkan

suatu hal yang sangat penting dalam pendidikan. Dan apabila kita melihat program

pendidikan sebagai usaha untuk menumbuhkan daya kreatifitas anak, melestarikan

nilai-nilai Ilahiyah dan Insani serta membekali seorang anak dengan kemampuan

produktif. Maka dapat kita katakan, potensi dapat mengantarkan pada tumbuhnya

daya kreatifitas dan produktifitas serta komitmen terhadap nilai-nilai Ilahi dan

Insani, hal tersebut dapat dilakukan sejak sedini mungkin dalam kandungan.3 Oleh

karena itu, manusia dalam kehidupannya sangat membutuhkan pendidikan, yang

mana pendidikan menurut Baihaqi adalah usaha sadar yang bentuk bimbingan

2
Ubes Nur Islam, Mendidik Anak dalam Kandungan (Optimalisasi Potensi Anak Sejak Dini) (Jakarta:
Gema Insani, 2003), hlm. 1.
3
Sjahminan Zaini dan Muhaimin, Belajar Sebagai Sarana Pengembangan Fitrah Manusia Sebagai
Tinjauan Psikologi (Jakarta: Kalam Mulia, 1986), hlm. 63.
49

pengajaran atau pelatihan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka

meningkatkan manusia kearah peningkatan harkat dan martabatnya yang lebih

tinggi, jadi pendidikan itu bertujuan untuk memanusiakan manusia, maka

pendidikan itu sangat penting dalam kehidupan manusia.

Betapa pentingnya pendidikan bagi manusia, maka manusia itu seharusnya

mendapatkan pendidikan sejak belum lahir (pendidikan prenatal), manusia itu telah

dilengkapi dengan alat-alat potensial dan potensi-potensi dasar yang harus

diaktualkan dan atau ditumbuh kembangkan dalam kehidupan nyata di dunia ini.

Melalui proses pendidikan untuk selanjutnya dipertanggung jawabkan dihadapan-

Nya kelak di akhirat.4 Pendidikan itu dimulai dari dalam kandungan, dianjurkan

mengingat dan memuji Allah SWT.

Pendidikan anak dalam kandungan, menurut Baihaqi adalah pendidikan untuk

mendidik anak yang masih dalam kandungan. Dan pendidikan anak dalam rahim ini

diutamakan pada prespektif Islam, karena Islam pun telah membicarakan soal

pendidikan anak di dalam kandungan.

Menciptakan anak pintar sejak dalam Kandungan, bukanlah hal yang aneh,

bahwa seorang anak dapat dididik dan dirangsang kecerdasannya sejak masih dalam

kandungan. Malah, sejak masih janin, orang tua dapat melihat perkembangan

kecerdasan anaknya, bakat anak menjadi bodoh, nakal atau pemberang justru

terletak dari bagaimana orang tua memberikan awal kehidupan pada anak tersebut.5

4
Taljab, dkk. Dasar-dasar Kependidikan Islam Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan Islam (Surabaya:
Karya Aditama, 1996), hlm. 37.
5
Harian Global, Menciptakan anak dalam kandungan, (http:www.yahooo.com, diakses Sabtu 02 Juni
2008).
50

Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan bidang pendidikan anak

dalam kandungan, juga telah banyak melakukan riset baru dan riset ulang secara

kontinu dengan membuat langkah-langkah dan metode baru mengenai praktek

pendidikan pralahir. Mereka telah menemukan banyak hal, mengenai keistimewaan

pendidikan pralahir ini, diantaranya adalah: peningkatan kecerdasan otak bayi,

keyakinan lestari pada diri anak saat tumbuh dan berkembang dewasa nanti,

keseimbangan komunikasi lebih baik antara anak (yang telah mengikuti program

pendidikan pralahir) dengan orang tuanya, anggota keluarganya dan atau dengan

lingkungannya dibanding dengan teman-temanya yang tidak mengikuti program

pendidikan pralahir.

Menurut F. Rene Van de Carr, dkk., bahwa The Prenatal Enrichment Unit di

Hua Chiew General Hospital, di Bangkok Thailand, yang dipimpin Dr. C.

Panthuraamphorn, telah melakukan penelitian terhadap bayi pralahir, dan hasilnya

disimpulkan bahwa bayi yang diberi stimulasi pralahir cepat mahir bicara,

menirukan suara, menyebutkan kata pertama, tersenyum secara spontan, mampu

menoleh ke arah suara orang tuanya, lebih tanggap terhadap musik, dan juga

mengembangkan pola sosial lebih baik saat ia dewasa.6

Agama Islam pun telah menerangkan bagaimana mendidik anak sejak masih

dalam kandungan. Dalam Al-Qur`an ada banyak ayat yang menyerukan keharusan

orang tua untuk selalu menjaga dan mendidik seluruh anak-anaknya, termasuk anak

yang masih dalam kandungannya (sang istri). Seperti yang ditegaskan dalam surah

at-Tahrim ayat 6:

6
Muslim Babi Names, Nama Islami (http:www.yahoo.com, diakses Senin, 10 September 2008).
51

           

          
“Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka, di mana (neraka) itu bahan bakunya berasal dari manusia dan batu-
batuan.” 7

Menjaga dan mendidik anak yang masih dalam kandungan dengan persepsi ayat

tersebut memberikan pemahaman yang sangat luas dan fleksibel, yaitu memberi

perhatian maksimal dengan melakukan stimulasi edukatif yang berorientasikan

kepada peningkatan potensi daya intelektual, sensasi perasaan/psikis, menguatkan

daya fisik/jasmani, memberi makanan dan minuman yang thayyibah, halal dan

bergizi tinggi, dan aktivitas-aktivitas lainnya yang bermanfaat bagi anak dalam

kandungan. Serta menghindarkan bayi yang dalam kandungan dari mara bahaya

yang berdampak pada fisik maupun psikisnya. 8

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Jihanta Mandasari

dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Ibu Hamil dengan Usia

Kehamilan”, dapat dipahami bahwa dalam memberikan pendidikan anak harus

dimulai saat anak berada dalam kandungan. Karena dengan memberikan pendidikan

anak dalam kandungan, orang tua telah sejak dini memberikan kehidupan yang

layak saat ia dewasa nantinya, seperti dengan membeli buku-buku tentang

kehamilan dan permasalahan-permasalahnnya, dengan mengikuti kegiatan yang

bermanfaat bagi kesehatan diri ibu hamil dan perkembangan bayi yang berada

dalam kandungan, makan-makanan yang bergizi dan halal, mengontrol emosi saat

7
Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: PT Syamil Cipta Media, 2004), hlm. 560
8
Muslim Babi Names, Nama Islami (http:www.yahoo.com, diakses Rabu, 06 Juni 2008).
52

hamil, senam ibu hamil, dan selalu berdo’a untuk mendapatkan keturunan yang

sholeh/sholehah.9

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jihanta Mandasari tersebut, dapat

diketahui dengan jelas bahwa:

“Pendidikan anak, harus dimulai saat berada dalam kandungan, penelitian

pendidikan pralahir yang sudah dimulai oleh Dr. Van De Carr pada tahun 1979

dalam bukunya Cara Baru Mendidik Anak sejak dalam Kandungan ini menunjukkan

bahwa kehidupan anak kelak akan menjadi bahagia atau sengsara itu akan

tergantung dengan bagaimana ibu mendidik anak atau tidaknya sewaktu dalam

kandungan. Karena kebiasaan anak nanti itu akibat atas apa yang ibu perbuat selama

kehamilan.”10

Menurut Zakiyah Daradjat pendidikan agama Islam adalah usaha berupa

bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya

dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya

sebagai way of life.11

Masa kehamilan memiliki peran penting terhadap masa depan anak. Masa itu

merupakan masa jerih payah seorang ibu. Seorang wanita selama sembilan bulan

kehamilannya, akan mendapat pahala seperti orang yang berjihad di jalan Allah dan

membela Islam pada garis depan medan pertempuran. Begitu pentingnya seorang

wanita hamil yang menjaga/memelihara anaknya pada saat mengandung. 12

9
Jihanta Mandasari, “Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Ibu Hamil dengan Usia Kehamilan” Skripsi,
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, 2005, hlm. 66.
10
F. Rene Van De Carr dan Marc Lehrer, Cara Baru Mendidik Anak sejak dalam Kandungan (Bandung:
Kaifa, 1999), hlm. 15-16.
11
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 86.
12
Mazhahiri Husain. Pintar Mendidik Anak (Jakarta: Lentera, 1999), hlm. 67-68.
53

Dengan keadaan seperti itu, mendorong penulis ingin mengetahui pembelajaran

dengan mengamati secara teliti dan sistematis melalui penelitian. Pembelajaran

pendidikan pada anak dalam kandungan yang diterapkan pada Ibu hamil di Desa

Doudo, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik dengan judul: “Pendidikan Anak

dalam Kandungan (Studi Kasus Ibu Hamil di Desa Doudo Kecamatan Panceng

Kabupaten Gresik)”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini diarahkan untuk menjawab

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara ibu hamil menerapkan konsep pendidikan anak dalam

kandungan?

2. Mengapa ibu hamil merasa perlu mendidik anak dalam kandungan?

3. Kendala-kendala apa yang dialami ibu hamil selama mendidik anak dalam

kandungan?

C. TUJUAN PENELITIAN

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tiga

tujuan, yaitu:

1. Untuk mengetahui cara ibu hamil menerapkan konsep pendidikan anak dalam

kandungan.

2. Untuk mengetahui mengapa ibu hamil merasa perlu mendidik anak dalam

kandungan.
54

3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dialami ibu hamil selama mendidik

anak dalam kandungan

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Sebagai masukan yang berharga bagi para calon ibu/ibu dalam mendidik

anaknya semenjak dalam kandungan.

2. Sebagai media informasi untuk para calon ibu/ibu yang ingin mengetahui

bahwasannya terdapat pendidikan anak sejak dalam kandungan.

3. Untuk peneliti dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman yang

lebih mendalam. Dan juga sebagai pengetahuan, jika nanti peneliti menjadi

calon ibu.

E. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan secara rinci dan detail tentang

wilayah penelitian dan ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti. Untuk

memperoleh gambaran yang jelas mengenai penelitian ini dan agar tidak terjadi

pelebaran dalam pembahasan maka peneliti memfokuskan pembahasan pada:

Bagaimana cara ibu hamil menerapkan konsep pendidikan anak dalam kandungan.

Mengapa ibu hamil merasa perlu mendidik anak dalam kandungan. Dan Kendala-

kendala apa yang dialami ibu hamil selama mendidik anak dalam kandungan.
55

F. Definisi Operasional

1. Pendidikan: Menurut Dr. Baihaqi seorang ahli paedadogik Islam, pendidikan

adalah usaha sadar yang diselenggarakan berdasarkan nilai tertentu (nilai Islam)

untuk membimbing, mengajar, melatih, dan membina peserta didik agar ia dapat

meningkatkan, mengembangkan dan menyalurkan dengan benar segenap potensi

jasmani, rohani, akal pikiran, dan hawa nafsunya sehingga ia dapat hidup lebih

puas dan baik, produktif dan bertanggung jawab secara moral dalam rangka

memenuhi kebutuhan dirinya, keluarganya, dan secara luas, masyarakat, bangsa,

dan negaranya kelak.13

2. Anak dalam Kandungan : Sebagaimana yang dikutip Dr. Baihaqi dari Anton

Moelono dkk., yaitu: “Anak adalah sebagai keturunan kedua setelah ayah dan

ibunya. Sedangkan anak dalam kandungan (diungkap dalam satu istilah) adalah

anak yang masih berada di dalam perut ibunya atau anak yang masih belum

lahir.”14

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan ini bertujuan agar dapat diperoleh gambaran yang

mudah dimengerti dan menyeluruh mengenai isi skripsi ini secara umum. Selain itu,

dengan adanya sistematika pembahasan ini, maka skripsi dapat lebih tersistematis

dan terarahkan.

13
Ubes Nur Islam, op.cit., hlm. 9.
14
Ibid., hlm. 10.
56

BAB I PENDAHULUAN

Membahas tentang pendahuluan yang meliputi tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang

lingkup pembahasan, definisi operasional, dan sistematika pembahasan. BaB

I ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum tentang isi

keseluruhan tulisan.

BAB II KAJIAN TEORITIS

Membahas tentang kajian teoritis yang meliputi, pengertian, dasar, peran ibu,

konsep pendidikan, alasan menerapkan pendidikan anak dalam kandungan,

dan Kendala-kendala apa yang dialami ibu hamil selama mendidik anak

dalam kandungan

BAB III METODE PENELITIAN

Membahas tentang metodologi yang digunakan dalam penelitian meliputi,

pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber

data, prosedur, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap

penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN

Merupakan pemaparan hasil penelitian yang menjelaskan kondisi lokasi,

yang meliputi: asal usul Desa Doudo, struktur kepengurusan, mayoritas

pekerjaan, kegiatan, fasilitas, jumlah penduduk. Selanjutnya juga terkait

dengan pemaparan hasil penelitian, yang meliputi: bagaimana cara ibu hamil

menerapkan pendidikan dalam kandungan di Desa Doudo, mengapa ibu

hamil merasa perlu mendidik anak dalam kandungan di Desa Doudo, dan
57

kendala-kendala apa yang dialami ibu hamil selama mendidik anak dalam

kandungan di Desa Doudo

BAB V Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bab ini disajikan penemuan-penemuan hasil penelitian yang merupakan

tujuan dari penelitian ini.

Bab VI Penutup

Bab ini adalah bab terakhir. Adapun bagian dari bab ini meliputi: kesimpulan

dan saran.
58

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Dasar Pendidikan Anak dalam Kandungan

Menurut Dr. Baihaqi seorang ahli paedadogik Islam, pendidikan adalah usaha

sadar yang diselenggarakan berdasarkan nilai tertentu (nilai Islam) untuk

membimbing, mengajar, melatih, dan membina peserta didik agar ia dapat

meningkatkan, mengembangkan dan menyalurkan dengan benar segenap potensi

jasmani, rohani, akal pikiran, dan hawa nafsunya sehingga ia dapat hidup lebih puas

dan baik, produktif dan bertanggung jawab secara moral dalam rangka memenuhi

kebutuhan dirinya, keluarganya, dan secara luas, masyarakat, bangsa, dan negaranya

kelak.

Kemudian, pengertian anak dalam kandungan, sebagaimana yang dikutip Dr.

Baihaqi dari Anton Moelono dkk., yaitu: “Anak adalah sebagai keturunan kedua

setelah ayah dan ibunya. Sedangkan anak dalam kandungan (diungkap dalam satu

istilah) adalah anak yang masih berada di dalam perut ibunya atau anak yang masih

belum lahir.”

Maka jika dihubungkan pengertian pendidikan seperti yang diuraikan diatas,

maka pendidikan anak dalam kandungan adalah usaha secara sadar orang tua

(suami istri) ataupun keluarga untuk mendidik anaknya yang masih dalam

kandungan istri.15

15
Ibid., hlm. 9-10.
59

Psikologi memandang begitu penting masalah pendidikan anak dalam

kandungan yang mana pada masa itu merupakan proses dasar bagi perkembangan

bayi yang akan dilanjutkan sesudahnya, dalam arti akan dilanjutkan pada saat ia

dilahirkan kedunia, sesuai dengan pernyataan Elizabeth:

The Heredity endowment, wich serve as the foundation for later development, is
fixed at the time. Thi is true not only of obysical and mental traits but also of the
individuals sex.16

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa perawatan dan perilaku yang mendidik

terhadap anak dalam kandungan merupakan tahap awal dalam proses pendidikan

anak, sehingga lazim kalau tahapan ini akan menentukan pendidikan dan

perkembangan pada tahap berikutnya. Proses yang dilakukan oleh orang tua baik

secara sadar atau tidak sadar akan mempengaruhi perkembangan si janin. Oleh

karena itu, ibu harus selalu memelihara kandungan dengan cara memeriksa

kandungannya dan makan makanan yang bergizi, jika ingin menjaga kesehatannya

selama hamil dan melahirkan bayi yang sempurna. Hal ini cukup beralasan kalau

kita mengingat bahwa janin yang sedang tumbuh memperoleh makanan dari aliran

tubuh ibunya, melalui tali pusar.

Fitrah kasih sayang kepada anak yang tertanam dalam diri setiap orang tua

senantiasa mendorong mereka untuk melakukan segala usaha yang diperkirakannya

baik dalam upaya meningkatkan taraf hidup anaknya agar menjadi lebih baik dan

sejahtera.

Untuk mencapai maksud ini orang tua melatih dan mengajar anaknya berbagai

keterampilan dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya yang pada mulanya hal ini

16
Paul Henry Mussen, Perkembangan dan Kepribadian Anak (Jakarta: Erlangga, 1998), hlm. 55.
60

mereka lakukan dengan meniru dan mengalami. Setelah mereka memasuki kondisi

yang lebih maju, cara meniru dan mengalami tersebut berubah sesuai dengan hasil-

hasil pemikiran atau penemuan-penemuan ilmiah yang kian berkembang.

Semua agama mengenal kewajiban mendidik anak meskipun sebagiannya hanya

terbatas pada kewajiban moral atau akhlak saja. Agama Islam yang merupakan

agama terakhir dan penutup, mewajibkan pemeluknya untuk mendidik generasi

muda, khususnya anak, agar dapat hidup lebih sejahtera dan makmur di dunia ini

dan di akhirat nanti.

Berkenaan dengan kewajiban memelihara dan mendidik anak tersebut, ada

beberapa dasar yang menjadi latar belakang atau prinsip dasar mengenai adanya

eksistensi pendidikan ini. Dalam Al-Qur’an ada banyak ayat yang menyerukan

keharusan orang tua terutama ibu untuk selalu menjaga dan mendidik seluruh anak-

anaknya, termasuk anak yang masih dalam kandungannya (sang istri). Seperti yang

ditegaskan dalam surat at-Tahrim: 6

          

           

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”17

17
Al-Qur’an dan Terjemahannya, op.cit., hlm. 560
61

Menjaga dan mendidik anak yang masih dalam kandungan dengan persepsi ayat

tersebut memberikan pemahaman yang sangat luas dan fleksibel, yaitu memberi

perhatian maksimal dengan melakukan stimulasi edukatif yang berorientasikan

kepada peningkatan potensi daya intelektual, sensasi perasaan/ psikis, menguatkan

daya fisik/jasmani, memberi makanan dan minuman yang thayyibah, halal dan

bergizi tinggi, dan aktivitas-aktivitas lainnya yang bermanfaat bagi anak dalam

kandungan. Serta menghindarkan bayi yang dalam kandungan dari mara bahaya

yang berdampak pada fisik maupun psikisnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW,

bersabda:

(‫اﻟَﺸﱠﻘِﻲﱡ ﻣَﻦْ ﺷَﻘﱠﻰ ﻓِﻰ ﺑَﻄْﻦِ اُﻣﱢﮫِ )رواه اﻟﺒﺨﺎري واﺑﻦ أﺣﻤﺪ‬

“Anak yang sengsara adalah anak yang telah mendapatkan kesengsaraan


semenjak ia masih dalam kandungan ibu-nya”. (HR. Al-Bukhari dari Ibnu
Ahmad)18

Kata ‘asy-syaqiyu’ adalah mengandung makna umum, yang artinya, penyiksaan

yang dilakukan sengaja untuk si bayi dalam rahim, tidak mendapatkan kehidupan

yang layak, atau pembunuhan janin, melakukan penyiksaan kepada orang tua hamil

yang dapat berdampak pada bayi, atau melakukan kesalahan dalam hal makanan

atau minuman atau penerimaan udara yang dihirup si ibu hamil, dan atau lain-

lainnya yang berakibat fatal kepada kelangsungan hidup dan kehidupan sang bayi

dalam kandungan.19

18
Shahih Al-Bukhari dan Ibnu Ahmad, Al-‘Adab, no. 5629.
19
Ubes Nur Islam, op.cit., hlm. 12-14.
62

Keadaan proses permulaan pelaksanaan pralahir ini dapat diperkuat dengan

sebuah ayat yang jelas dari Allah, antara lain dalam surah al-Hijr ayat 29 dan surah

as-Sajadah ayat 9:

         

“Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan Telah meniupkan


kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud.” (QS. Al-Hijr: 29)20

               

 
“Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh
(ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (QS. As-Sajdah: 9)21

Ayat pertama di atas memberikan pemahaman kepada kita bahwa anak dalam

kandungan sangat patuh dan tunduk menerima intruksi-intruksi dari sang pendidik

(dalam hal ini orang tua). Sementara, ayat kedua memberikan pemahaman bahwa

anak dalam kandungan sangat potensial mampu mengikuti ajakan-ajakan dan saran

intruksi dari sang pendidik.

Dengan demikian, dua ayat tersebut membuktikan adanya anak dalam kandungan

sudah mampu menerima stimulus atau sensasi yang cukup baik dari alam luar

rahim, terutama dari ibunya. Maka pemberian stimulus atau sensasi ini sangat

penting dilakukan, terutama dalam upaya membangun dan menciptakan formula

20
Al-Qur’an dan Terjemahannya, op.cit., hlm. 263
21
Ibid., hlm. 415
63

superioritas kecerdasan otak anak serta membangun keseimbangan emosional anak

sejak dini.22

Dan akan lebih nyata lagi manakala kita amati sebuah realitas historis yang selama

ini tertuang dalam nash Al-Qur’an yaitu praktik pendidikan pralahir. Fakta historis

yang sarat dengan nuansa religiusitas yang dilakukan oleh Nabi Zakaria a.s.

sebagaimana diisyaratkan dalam surah Maryam ayat 10-11:

              

           
“Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, berilah Aku suatu tanda". Tuhan
berfirman: "Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap
dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat". “Maka ia keluar
dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka;
hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.” (QS. Maryam: 10-11
)23

Ayat tersebut memberikan deskriptif konkret bahwa Nabi Zakaria betul-betul

melakukan pendidikan anak dalam kandungan, yaitu dengan melakukan ibadah

khusus, seperti puasa dari makan dan minum, puasa tidak bicara dengan manusia

lainnya selama tiga hari tiga malam dan sambil melakukan ibadah ritual lainnya

(seperti bertasbih, bertahmid, bertakbir, berdo’a, dan ibadah madhah lainnya).

Sepanjang siang dan malam, selama tiga hari tiga malam tersebut.24

22
Ubes Nur Islam. op.cit., hlm. 15-16.
23
Al-Qur’an dan Terjemahannya, op.cit., hlm. 305
24
Ubes Nur Islam, Ibid., hlm. 17.
64

B. Peran Ibu Mendidik Anak dalam Kandungan

Fungsi keluarga dalam hubungannya adalah bagaimana mengembangkan

peranan orang tua dalam upaya membentuk kepribadian anak, mengembangkan

potensi akademik melalui olah rasio, potensi religius dan moral setelah anak itu lahir

kedunia. Kedekatan orang tua dengan anak, jelas memberikan pengaruh yang paling

besar dalam proses pembentukan, dibanding pengaruh yang diberikan oleh

komponen pendidikan lainnya. Dalam hadits yang populer biasa dikatakan:

ْ‫ﺣَﺪﱠﺛَﻨَﺎ ﻣُﺤَﻤﱠﺪُ ﺑْﻦُ ﯾَﺤْﯿَﻰ اﻟْﻘُﻄَﻌِﻲﱡ اﻟْﺒَﺼْﺮِيﱡ ﺣَﺪﱠﺛَﻨَﺎ ﻋَﺒْﺪُ اﻟْﻌَﺰِﯾﺰِ ﺑْﻦُ رَﺑِﯿﻌَﺔَ اﻟْﺒُﻨَﺎﻧِﻲﱡ ﺣَﺪﱠﺛَﻨَﺎ اﻟْﺄَﻋْﻤَﺶُ ﻋَﻦ‬

ِ‫أَﺑِﻲ ﺻَﺎﻟِﺢٍ ﻋَﻦْ أَﺑِﻲ ھُﺮَﯾْﺮَةَ ﻗَﺎلَ ﻗَﺎلَ رَﺳُﻮلُ اﻟﻠﱠﮫِ ﺻَﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﮫُ ﻋَﻠَﯿْ ِﮫ وَﺳَﻠﱠﻢَ ﻛُﻞﱡ ﻣَﻮْﻟُﻮدٍ ﯾُﻮﻟَﺪُ ﻋَﻠَﻰ اﻟْﻤِﱠﻠﺔ‬

‫ﻓَﺄَﺑَﻮَاهُ ﯾُﮭَﻮﱢدَاﻧِﮫِ أَوْ ﯾُﻨَﺼﱢﺮَاﻧِﮫِ أَوْ ﯾُﺸَﺮﱢﻛَﺎﻧِﮫِ ﻗِﯿﻞَ ﯾَﺎ رَﺳُﻮلَ اﻟﻠﱠﮫِ ﻓَﻤَﻦْ ھَﻠَﻚَ ﻗَﺒْﻞَ ذَﻟِﻚَ ﻗَﺎلَ اﻟﻠﱠﮫُ أَﻋْﻠَﻢُ ﺑِﻤَﺎ‬

‫ﺣﺪﱠﺛَﻨَﺎ وَﻛِﯿﻊٌ ﻋَﻦْ اﻟْﺄَﻋْﻤَﺶِ ﻋَﻦْ أَﺑِﻲ‬


َ ‫ﻛَﺎﻧُﻮا ﻋَﺎﻣِﻠِﯿﻦَ ﺑِﮫِ ﺣَﺪﱠﺛَﻨَﺎ أَﺑُﻮ ﻛُﺮَﯾْﺐٍ وَاﻟْﺤُﺴَﯿْﻦُ ﺑْﻦُ ﺣُﺮَﯾْﺚٍ ﻗَﺎﻟَﺎ‬

َ‫ﺻَﺎﻟِﺢٍ ﻋَﻦْ أَﺑِﻲ ھُﺮَﯾْﺮَةَ ﻋَﻦْ اﻟﻨﱠﺒِﻲﱢ ﺻَﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﮫُ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢَ ﻧَﺤْﻮَهُ ﺑِﻤَﻌْﻨَﺎهُ وَﻗَﺎلَ ﯾُﻮﻟَﺪُ ﻋَﻠَﻰ اﻟْﻔِﻄْﺮَةِ ﻗَﺎل‬

‫أَﺑُﻮ ﻋِﯿﺴَﻰ ھَﺬَا ﺣَﺪِﯾﺚٌ ﺣَﺴَﻦٌ ﺻَﺤِﯿﺢٌ وَﻗَﺪْ رَوَاهُ ﺷُﻌْﺒَﺔُ وَﻏَﯿْﺮُهُ ﻋَﻦْ اﻟْﺄَﻋْﻤَﺶِ ﻋَﻦْ أَﺑِﻲ ﺻَﺎﻟِﺢٍ ﻋَﻦْ أَﺑِﻲ‬

‫ھُﺮَﯾْﺮَةَ ﻋَﻦْ اﻟﻨﱠﺒِﻲﱢ ﺻَﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﮫُ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢَ ﻓَﻘَﺎلَ ﯾُﻮﻟَﺪُ ﻋَﻠَﻰ اﻟْﻔِﻄْﺮَةِ وَﻓِﻲ اﻟْﺒَﺎب ﻋَﻦْ اﻟْﺄَﺳْﻮَدِ ﺑْﻦِ ﺳَﺮِﯾ ٍﻊ‬

(‫ اﻟﺘﺮﻣﺬي‬:‫)رواه‬

“Telah bercerita kepada kita Muhammad bin Yahya Qut’I al-Bashri telah
bercerita kepada kita Abdul Aziz bin Rabi’ah al-Bunani, telah bercerita kepada
kita al-A’masy dari Abi Sholeh dari Abi Hurairah telah berkata, telah bersabda
Rasulullah SAW, Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang
tuanyalah yang membuat Yahudi, Nasrani, atau Majusi telah dikatakan wahai
Rasulullah barangsiapa yang telah merusak sebelum itu (dilahirkan) maka
Allah telah berfirman: Allah lah yang Maha Mengetahui dengan pa ayng telah
kalian lakukan, telah bercerita kepada kita Abu Kuraib dan Husen bin Hurais
mereka berkata telag bercerita kepada kita Waki dari al-A’masy dari Abi Sholih
dari Abi Hurairah dari Nbai SAW, tentang hal itu (dilahirkan) dengan
maknanya dan telah bersabda Nabi SAW dilahirkan dalam keadaan suci, telah
berkata Abu ‘Isa hadits ini adalah benar shahih, dan telah meriwayatkan hadits
ini sekelompok golongan dari A’masy dari Abi Sholih dari Abi Hurairah dari
65

Nabi SAW dilahirkan dalam keadaan suci dan dalam bab dari Awad bin Sari’.”
(HR. At-Tirmidzi)25

Mencermati hadits tersebut, berarti kedua orang tua memiliki peran yang sangat

strategis bagi masa depan anak, yaitu kemampuan membina dan mengembangkan

potensi dasar (Fitrah) anak. Penafsiran kata Abawah (Kedua orang tua anak) dalam

teks itu adalah dalam konteks diluar diri si anak atau faktor eksternal, yang berarti di

samping orang tua, adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan

masyarakat. 26

Kewajiban ayah dan ibu dalam mendidik anak-anaknya tidak menuntut untuk

memiliki profesionalitas yang tinggi, karena kewajiban tersebut berjalan dengan

sendirinya, sehingga tidak hanya orang tua yang beradab dan berilmu tinggi yang

dapat melakukan kewajiban mendidik, tetapi juga orang tua yang pendidikannya

masih dalam taraf yang paling minim, atau bahkan tidak sama sekali. Hal tersebut

karena kewajiban mendidik anak merupakan “naluri paedagogis” bagi setiap

individu yang menginginkan agar anaknya lebih baik dari pada keadaan dirinya,

sehingga perilaku pendidik itu adalah sebagai akibat “naluri” untuk melanjutkan dan

mengembangkan keturunannya.

Pendidikan pralahir juga membantu anggota keluarga agar ikut berperan dalam

membina hubungan yang positif dengan sang bayi. Dengan pendidikan anak dalam

kandungan, yakin bahwa kesadaran intim yang dihasilkan dari membina hubungan

dengan bayi sejak dalam kandungan dapat mempererat hubungan kekeluargaan dan

mendorong apresiasi yang lebih dalam terhadap keajaiban hidup. Dengan

25
At-Tirmidzi dan Abdu Rahman, No. 2064.
26
Kauman Fuad dan Nipan, Membimbing Istri Mendampingi Suami (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999),
hlm. 19-20.
66

menerapkan pendidikan anak dalam kandungan, setiap anggota dalam keluarga akan

selalu menjaga kesehatan baik ibu hamil atau janin sendiri, agar selalu sehat dan

terpantau akan setiap perkembangannya.

Setiap suami yang telah mengetahui istrinya hamil haruslah berupaya membuat

istrinya senang, tentram, bahagia, supaya anak yang masih dalam kandungannya

merasa senang, tentram, dan bahagia pula, sehingga akan lahir


27
bayi yang sehat, cerdas, dan unggul sesuai dengan harapan kedua orang tuanya.

ketika ibu sehat, maka anak menjadi sempurna.

Begitu pentingnya pengaruh pendidikan anak sejak dalam kandungan,

sehingga orang tua harus menyadari tanggung jawab terhadap anaknya.

Tanggung jawab yang dilakukan orang tua terangkum dalam:

1. Memelihara dan membesarkannya, tanggung jawab ini merupakan dorongan

alami yang harus dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum,

dan perawatan agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.

2. Melindungi dan menjamin kesehatannya, orang tua bertanggung jawab

terhadap perlindungan anak sejak dalam kandungan, termasuk menjamin

kesehatannya baik secara jasmani dan rohani dari berbagai penyakit atau

bahaya lingkungan yang dapat membahayakan.

3. Mendidik dengan berbagai ilmu, orang tua memiliki tanggung jawab besar

terhadap pendidikan anak, yang dimulai sejak dalam kandungan. Orang tua

membekali anaknya dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang

berguna bagi kehidupan anaknya setelah lahir, sehingga pada masa

27
Mansur, Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2006), hlm. 126
67

dewasanya mampu mandiri dan bermanfaat bagi kehidupan sosial, bangsa,

dan agamnya, atas pendidikan yang telah diberikan oleh orang tuanya sejak

dalam kandungan.

4. Membahagiakan kehidupan anak, karena kebahagiaan anak menjadi

kebahagiaan orang tua. Oleh sebab itu, orang tua harus senantiasa

mengupayakan kebahagiaan anak dalam kapasitas pemenuhan kebutuhan

sesuai dengan perkembangan usianya, yang diiringi dengan memberikan

pendidikan agama dan akhlak yang baik.28

Dengan demikian tanggung jawab yang harus dipikul oleh orang tua terhadap

anak-anaknya adalah merawat, mendidik anak sejak dalam kandungan, dan terutama

peran ibu adalah sangat berpengaruh bagi pembentukan generasi Qur’ani yang

dilandasi keimanan dan ketaqwaan. 29 Jadi, bukan hanya cinta kepadanya, melainkan

hal itu juga merupakan amanat dari Allah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya

sesuai dengan yang dikehendaki-Nya dan tanggung jawab orang tua terhadap anak-

anaknya bukanlah hanya sewaktu di dunia melainkan sejak masih ada dalam

kandungan ibu, bahkan sampai nanti di akhirat kelak.30

Begitu besarnya peran orang tua terutama ibu dalam membentuk kepribadian

yang terpuji dan menjadikannya anak yang shaleh/shalehah di dalam keluarga.

Karena keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan

perkembangan anak, anak akan selalu berada dekat kepada seorang ibu, sewaktu

dalam kandungan, ia berada dalam rahim ibu, dan sewaktu lahir pun ia akan selalu

28
Zainuddin, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 40-41.
29
Saefudin, “Kiprah dan Perjuangan Perempuan Shalehah”, dalam Membincang Feminisme, Diskursus
Gender Perspektif Islam (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), hlm. 69.
30
Mansur, op.cit., hlm. 127.
68

berada di samping ibunya, maka yang pertama kali dikenal oleh anaknya adalah

ibunya, sewaktu dalam kandungan ibu selalu menjaga dan memberikan sentuhan-

sentuhan yang lembut diiringi dengan do’a yang tulus ikhlas agar anaknya kelak

menjadi anak yang shaleh/shalehah dan lain sebagainya. Ibu adalah teman pertama

dalam hidupnya. Dengan Ibu mendidik anak sejak dalam kandungan dengan baik,

maka akan lahir anak yang sempurna pula. Anak akan meniru perbuatan dan

perangai kepada ibunya. Oleh karena itu, bila ibu itu baik sewaktu mendidiknya

dalam kandungan, maka anak itu akan tumbuh dengan baik, akan tetapi bila dari

pendidikan atau kondisi dalam keluarga saat itu berperangai jelek, maka tidak

menutup kemungkinan bahwa anak itu akan jelek perangainya. Perilaku yang akan

ditampakkan anak kelak, itu bisa jadi akibat perbuatan yang dilakukan ibu sewaktu

hamil. Seorang ibu mengatur keluarganya bagaimana supaya rumah bisa menjadi

surga bagi kehidupan anaknya yang masih dalam kandungan ataupun keluargaya,

karena janin pun bisa merasakan akan suasana yang sedang terjadi pada

keluarganya. 31 Oleh karena itu, maka dalam keluarga diperlukan ibu atau istri yang

baik dan shalehah, supaya ketentraman dan kedamaian bisa terlaksana. Secara rinci

peranan ibu dalam keluarga dalam memberikan kehidupan yang baik kepada

anaknya adalah:

1. Memenuhi kebutuhan Fisiologis dan Psikis

Sering dikatakan bahwa ibu adalah jantung keluarga. Jantung dalam tubuh

merupakan alat yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Apabila jantung

berhenti, maka orang itu tidak bisa melangsungkan kehidupannya. Dalam hal ini

31
Singgih D Gunarsa dan Yulia D Gunarsa, Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga (Jakarta:
Gunung Mulia, 1991), hlm. 31.
69

ibu perlu sadar akan perananya yaitu memenuhi kebutuhan anak. Ibu harus

menjaga, merawat dan memberikan pendidikan sejak dalam kandungan agar

anak bisa melangsungkan kehidupannya kelak, selain itu juga memenuhi

kebutuhan-kebutuhan lainnya, yaitu kebutuhan sosial, kebutuhan psikis, yang

bila tidak dipenuhi bisa mengakibatkan suasana keluarga tidak optimal.

2. Peranan ibu dalam merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra dan

konsisten.

Peranan ibu disini adalah mempertahankan hubungan-hubungan dalam keluarga,

menciptakan suasana yang mendukung kelancaran pertumbuhan dan

perkembangan anak dan seluruh kelangsungan keberadaan unsur keluarga

lainnya. Seorang ibu yang sabar menanamkan sikap-sikap, kebiasaan pada anak

sejak dalam kandungan, dan tidak mengahadapi gejolak yang berarti di dalam

maupun di luar diri anak yang masih dalam kandungan, akan memberikan rasa

tenang dan rasa tertampunya unsur-unsur keluarga.

3. Peranan ibu sebagai pendidik yang mampu mengatur dan mengendalikan anak.

Ibu juga sangat berperan dalam mendidik anak sejak dalam kandungan untuk

mengembangkan kepribadiannya. Pendidikan juga menuntut ketegasan dan

kepastian dalam melaksanakannya. Biasanya seorang ibu sudah lelah dari

pekerjaan rumah tangga setiap hari, sehingga dalam keadaan tertentu, cara

mendidiknya dipengaruh oleh emosi yang kita sebut dengan kendala yang

dialami oleh ibu hamil. Dalam hal ini ibu memberikan ajaran dan pendidikan

harus konsisten, tidak boleh berubah-ubah.


70

4. Ibu sebagai contoh yang teladan

Dalam mengembangkan kepribadian dan membentuk sikap-sikap anak yang

masih dalam kandungan, seorang ibu perlu memberikan contoh dan teladan yang

dapat diterima. Dalam mengembangkan kepribadian, anak belajar melalui

peniruan terhadap ibunya. Seringkali tanpa disadari, ibu ataupun anggota

keluarga yang lainnya memberi contoh dan teladan yang sebenarnya tidak

diinginkan. Mislanya: ibu ataupun anggota yang lain memberikan perintah

kepada anggota yang lain dengan suara yang keras, bentakan, dan tidak bisa

diharapkan untuk bicara dengan lemah lembut. Karena itu dalam menanamkan

kelembutan, sikap ramah, anak membutuhkan contoh dari ibu yang lemah

lembut dan ramah.

5. Ibu sebagai manajer yang bijaksana

Seorang ibu menjadi manajer di rumah, ibu mengatur kelancaran rumah tangga

dan menanamkan rasa tanggung jawab pada anak yang masih dalam kandungan.

Anak pada masa itu sebaiknya sudah mengenal adanya disiplin dalam keluarga,

karena itu akan memudahkan pergaulan di masyarakatnya kelak.

6. Peran ibu sebagai istri

Biasanya bila dalam suatu keluarga sudah bertambah banyak, dengan ditambah

anak yang masih dalam kandungan, maka peran ibu sebagai istri mulai terdesak.

Kesibukan ibu merawat dan menjaga anak yang masih dalam kandungan cukup

menguras tenaga dan mengahabiskan waktu, pagi, siang, sore, dan malam,

sehingga tidak ada waktu untuk suami. Seorang suami yang penuh pengertian

akan turut mengambil bagian tugas-tugas istri sebagai ibu. Maka jelaslah bahwa
71

dalam menciptakan suasana keluarga dan hubungan antara anggota keluarga

yang harmonis, dibutuhkan peran suami dan istri yang saling memberikan

dorongan dan semangat untuk menjaga dan merawat anak yang masih dalam

kandungan dengan baik. 32

C. Cara Ibu Mendidik Anak dalam Kandungan

Apakah anak dalam kandungan benar-benar dapat belajar atau mempelajari kata-

kata yang diucapkan oleh sang pendidik atau orang tuanya? Seperti yang dikatakan

oleh F. Rene Van de Carr, M.D. jawabannya ”Ya”, tetapi tidak dengan cara seperti

orang dewasa. Jika ia mempelajari sebuah kata-kata, maka ia dapat mengulanginya

kembali atau dituangkannya dalam tulisan. Lain halnya dengan anak dalam

kandungan, cara belajarnya jauh lebih mendasar. Ketika orang tuanya (khususnya

sang ibu) mengajarkan kata-kata kepada bayi dalam kandungannya, ia hanya dapat

mendengarkan bunyinya sambil mengalami sensasi tertentu. Misalnya, tatkala si ibu

mengucapkan kata tepuk sambil dibarengi menepuk perutnya, maka anak dalam

kandungan pun akan mendengarkan kata ”t-e-p-u- dan k”. Kombinasi bunyi dan

pengalaman ini memberi kesempatan pada anak dalam kandungan untuk belajar

memahami hubungan tentang bunyi dan gerakan.33

Keistimewaan menerapkan pendidikan anak dalam kandungan (anak pralahir)

merupakan hasil dari proses yang sistematis dengan merangkaikan langkah, metode,

32
Ibid., hlm. 32-35.
33
Ubes Nur Islam, op.cit., hlm. 2.
72

dan materi yang dipakai oleh orang tuanya dalam melakukan pendidikan (stimulasi

edukatif) dan orientasi serta tujuan ke mana keduanya mengarahkan dan mendidik.34

Bahkan dalam Islam, pendidikan pralahir dengan tujuan untuk mendapatkan

anak yang pintar, cerdas, trampil dan berkepribadian baik (shaleh/shalehah), itu

harus diperhatikan pada saat pemilihan calon baik istri ataupun suami. Karena dalam

Islam pun memberikan berbagai syarat dan ketentuan dalam pembentukan keluarga,

dan selanjutnya waktu awal pembuahan (proses nutfah) yaitu dari persiapan dalam

memulai dan melakukan hubungan biologis secara sah dan baik serta berdo’a

kepada Allah SWT.

Pada saat pemilihan jodoh pun itu menjadi hal-hal penting yang bersangkutan

sebelum melahirkan untuk mendapatkan anak yang pintar, cerdas, terampil dan

berkepribadian baik (shaleh dan shalehah). Dalam Al-Qur’an telah dijelaskan dalam

surah al-Baqarah ayat 221:

              

             

             

  

”Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka


beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita
musyrik, walaupun dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan
orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia
menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga

34
Ibid., hlm. 3
73

dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya


(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.”
(QS. Al-Baqarah: 221)35

Dan dalam surah An-Nisa ayat 1 dinyatakan:

            

              

  


”Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu
dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)36

Ayat tersebut menjelaskan bahwa semua manusia dianjurkan untuk memilah-

milih terlebih dahulu sebelum hendak melaksanakan pernikahan dan ayat yang

kedua menggambarkan bagaimana asal mula terbentuknya keluarga dan perintah

untuk memelihara hubungan silaturrahmi antar anggota keluarga terutama istri.

Karena perkawinan itu merupakan ikatan seksual yang disahkan secara sosial dan

perkawinan dapat bertimbal balik antara pasangan yang menikah dan antara

pasangannya dan anak-anaknya.37 Ayat di atas juga mengisyaratkan terbentuknya

anak yang shaleh/shalehah, adalah merupakan amanat dan tanggung jawab orang tua

sejak masih dalam proses penciptaan di dalam kandungan ibunya. Kepada kaum

35
Al-Qur’an dan Terjemahannya, op.cit., hlm. 35
36
Ibid., hlm. 77
37
Jalaludin Ramat, Islam Alternatif (Bandung: Moizan, 1998), hlm. 126.
74

ibulah Allah menitipkan janin yang lembut dan lemah di saat-saat

perkembangannya. 38

Pelayanan yang sangat baik untuk masa anak dalam kandungan adalah

memberikan stimulus pendidikan, yang akan bermanfaat tidak saja pada

perkembangan fisik, pertumbuhan mental (psikis) tetapi juga meningkatkan

kecerdasan otak dan sensitifikasi emosional positif sang anak yang berada dalam

kandungan. Seperti dengan makan-makanan yang bergizi dan halal baik sebelum

dan selama kehamilan, menciptakan lingkungan yang sehat, untuk mengurangi

aktivitas yang terlalu menguras tenaga, mengurangi stress akibat pekerjaan atau pun

konflik bila sedang terjadi, dan lain-lain.

Sebelum melangsungkan perkawinan terlebih dahulu melihat entah akhlaknya

(agama), keturunannya, dalam bahasa Jawa (bibit, bobot, bebet) untuk pertimbangan

dalam perkawinan.

Sesuatu yang diharapkan dari pernikahan adalah mendapat keturunan yang

shaleh/shalehah. Anak adalah amanah Allah yang dititipkan melalui rahim ibu,

maka seorang ibu haruslah berhati-hati dalam mengemban amanah yang diberikan

Allah, berupa anak yang masih dalam kandungan, jangan disia-siakan apalagi

ditelantarkan. Dan oleh karenannya, alangkah baiknya orang tua mengembalikkan

alam fitrah bayi ke dalam suasana yang asli, yaitu alam Tauhidullah, alam tempat

bayi pernah dibaiat Allah SWT, dengan baiat keimanan dan keIslaman yang pebuh

kejujuran. Dan untuk itu, kegiatan orang tua yang paling baik saat itu adalah

38
Koerstoer Purtowisastra, Dinamika Psikologi Sosial (Jakarta: Airlangga, 1983), hlm. 50.
75

melakukan program pendidikan anak pralahir yang berprinsip pada ajaran-ajaran

Allah dan Rasul-Nya, yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabawiyyah.

Dalam tahapan persiapan ini, orang tua (calon ayah/ibu) lebih ditekankan untuk

merencanakan suatu cita-cita dan keinginan yang suci, yaitu keinginan

kehadiran dan kelahiran sang anak. Artinya, pada tahap ini tidak dapat dipisahkan

pula dengan Planning memilih calon pasangan sebagai elemen yang turut

melaksanakan tanggung jawab peribadahan sebagai hamba-hamba Allah SWT.

Berangkat dari niat suci inilah, cita-cita dan keinginan suci di atas, yaitu kehadiran

sang anak akan menjadi sebuah keberkahan.

Dengan demikian, jelaslah bahwa konsep dalam Islam begitu lengkap mengenai

pendidikan anak dalam kandungan, di mana pendidikan secara tak langsung sudah

dimulai sejak saat-saat memilih pasangan hidup, dan bila terdapat kekurang yakinan

di hati seorang baik laki-laki atau perempuannya. Disarankan untuk melakukan

shalat Istikharah, dengan menyerahkan segala keputusan pada yang Maha Adil,

maka kita tidak akan salah dalam mengahadapinya.39

Setelah memilih jodoh yang baik. Maka selanjutnya akan dibahas tentang

Gambaran salah satu langkah atau proses aplikasi pendidikan anak dalam

kandungan. Yaitu:

1. Waktu melakukan hubungan Seksual, yaitu dengan melakukan secara seks

Islami, lakukanlah hubungan seks/biologis dengan baik, yaitu hubungan yang

bertanggung jawab dan berakhlak. Dan waktu Pembuahan (mulai sperma

memasuki ovum sampai menjadi nutfah amsyaj dan nutfah telah menjadi Janin).

39
Zakiyah Darajat, op.cit., hlm. 182.
76

Dengan melakukan Do’a dan shalat hajat, dan dengan bermunajah kepada Allah

agar diberikan keturunan yang di cita-citakan oleh orang tua (calon ayah/ibu),

seperti ingin dikaruniai anak yang shaleh/shalehah, menjadi teladan bagi umat,

berbakti kepada Allah SWT, dan dijauhkan dari setan yang menakutkan, dan

lain-lain. Ataupun dengan membaca do’a yang terdapat dalam Al-Quran, seperti:

surah Al-Anbiyaa’: 89, Ali-Imran: 35, 36 dan 38, Ash-Shaffaatat: 100, Al-

Ahqaf: 15 dan lain-lain. Bacalah do’a sebelum melakukan hubungan seksual:

( ‫ اَﻟﻠﱠﮭُﻢﱠ ﺟَﻨِﺒْﻨِﺎ اﻟﺸﱠﯿْﻄَﺎنَ وَﺟَﻨﱢﺐِ اﻟﺸﱠﯿْﻄَﺎنَ ﻣَﺎرَزَﻗْﺘَﻨَﺎ‬.ِ‫) ﺑِﺴْﻢِ اﷲ‬

“Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari gangguan


setan, dan jauhkanlah setan itu dari apa yang hendak Engkau berikan kepada
kami.” (HR. Bukhori dan Muslim)40

2. Ketika usia janin sudah memasuki usia 18-20 minggu (4 bulan, waktu ruh

ditiupkan) dan seterusnya sampai usia 33 minggu (menjelang saat kelahiran),

barulah sijanin mulai dapat diberikan pendidikan materi sesuai dengan

keinginan Ibu/Ayah terhadap salah satu disiplin ilmu atau kecerdasan atau

kepandaian tertentu, pada saat anak dewasa nanti, tetapi sebaiknya lebih

ditekankan kepada pendidikan agama, karena dengan pendidikan agama

diharapkan anak tersebut nantinya dapat menjalani kehidupan yang diRidhoi

oleh-Nya, seperti pada materi ibadah (do’a-doa) dan adzan. Bila ibu

melakukannya sendiri tanpa bantuan, bisa dengan memakai kertas yang dibuat

seperti cerobong (megaphone), sebagai alat interaksi antara janin dan ibu, dan

bila langsung dengan suami, suami bisa langsung menempelkan pipi keperut Ibu

40
Shahih Bukhari, Juz 1, no. 6847, hlm. 244.
77

untuk berinteraksi langsung kepada janin. Dan pendidikan yang diberikan bisa

bermacam-macam. Seperti:

a. Dengan materi Ibadah

a) Do’a-do’a dan Dzikir b) Shalat dan Wudhu

c) Adzan dan iqamah f) Dan lain-lain,

Contoh Dzikir:

Dengan sering membaca surah-surah pendek, seperti Al-Fatihah, An-Naas,

Al-Ihlas, ayat Kursi atau dengan sering membaca kalimah-kalimah

thayyibah dan lain sebagainya.

d) Dengan bahasa

a. Kosa kata dasar gerakan (kata bangun, jalan, dan lain lain),

b. Sentuhan (tepuk, usap, tekan, guncang, belai, ketuk, dan lain-lain)

c. Suara (keras, bising, lembut, batuk, bersin, tawa, tangis, cegukkan,

musik, dan lain-lain)

d. Suhu (panas, dingin)

e) Al-Qur’an. Dengan sering membaca ayat-ayat Al-Qur’an, janin akan terasa

tenang, dan itu akan berdampak pada kesempurnaan ibu dan janin. Membaca

Al-Quran, tidak terbatas pada salah satu surah saja, tetapi mungkin bisa lebih

sering dengan membaca surah Yusuf dan Maryam, dengan tujuan agar

mendapatkan keturunan seperti Nabi Yusuf dan Maryam

f) Akidah (keimanan), Akhlaq (sosial), bisa diajarkan dengan memperkenalkan

Asma2 Allah dan diajarkan misalkan dengan mengajak bayi melakukan

perbuatan baik, seperti bersedakah atau menengok saudara yang sedang


78

sakit, ajaklah selalu bayi dalam kandungan untuk mengikuti segala kegiatan

yang dilakukan oleh ibu.

g) Keilmuan. Baik seperti dari ilmu umum atau ilmu agama, seperti ada

pelajaran sejarah, kita bisa menceritakan anak dalam kandungan dengan

cerita tokoh-tokoh Islam atau pahlawan dengan cara seperti ibu yang sedang

mendongeng dengan bahasa yang sederhana untuk bisa dimengerti sambil

mengusap-usap perut ibu tepat di kepala bayi, dengan usapan lembut dan

penuh kasih sayang. Atau mengajarkan pada seni, seperti dari bentuk

shalawatan. Murotal, qira’at, syair, nasyid dan lain-lain atau pada ilmu olah

raga seperti pada gerak jalan bayi atau pada senam pernapasan dan biasanya

kegiatan ini dilakukan menjelang detik-detik kelahiran (harus dengan ijin

dokter). Biasanya detik-detik kelahiran bayi tidak hanya menendang, tapi

mulai berputar. Dari itu ibu bisa melakukan, dengan menemukan pantat bayi

dan katakana “Nak… jalan, jalan, jalan dan terus jalan” ataupun dengan kata

dorong. Sambil menepuk perut ibu tepat di pantat bayi. Setelah itu barulah

dilakukan senam pernafasan (Diperingatkan untuk ibu hamil untuk tidak

menahan nafas) dikhawatirkan akan berakibat kepada bayi dalam

kandungan.

Dari berbagai materi yang peneliti paparkan di atas, yaitu dengan menggunakan

cara/proses sama, bila pada materi Al-Qur’an, bisa diterapkan dengan tape recorder

atau mungkin bisa dengan memakai cerobong yang di buat dari kertas yang bisa

digunakan oleh ibu sendiri keperut ibu, dan bila janin tersebut, sudah mulai nampak

bentuk tubuhnya, si ibu bisa dengan mencari kepala bayi untuk memberikan
79

stimulus edukatif berupa suara ayat-ayat Al-Qur’an dengan suara sedang. Atau

dengan materi lain yang ibu/ayah ingin terapkan pada anak dalam kandungan

tersebut.

Dengan materi seperti itu, diharapkan ibu dapat mengikutsertakan janin untuk

ikut melaksanakan atas ajakan si ibu.

Dalam menjaga kondisi janin dalam kandungan, seorang ibu pun harus sering

kali memeriksa akan kondisi kandungannya kepada dokter kandungan. Seperti

berkonsultasi tentang anjuran mengkonsumsi makanan saat hamil, saran tentang

berolahraga sewaktu hamil, dan lain sebagainya untuk mendukung saat melahirkan

yang sehat.

1. Anjuran Mengkonsumsi Makanan Saat Hamil

Zat besi yang masuk ke dalam tubuh serta cadangan makanan yang ada pada

tubuh wanita hamil, akan sangat berguna untuk aktivitas dan metabolisme ibu,

proses pembentukan ASI dan menentukan kualitas ASI ini sendiri, untuk wanita

hamil dibutuhkan tambahan 285 kalori dari kondisi tidak hamil.

Secara global zat yang dibutuhkan oleh wanita hamil adalah sebagai berikut:

a. Makanan yang banyak mengandung zat tenaga, misalnya nasi, ubi, kentang

b. Makanan yang banyak mengandung zat pembangun, misalnya: daging, ikan,

tahu, telur, tempe

c. Makanan yang banyak mengandung zat pengatur, misalnya: sayur-sayuran,

kacang-kacangan dan buah-buahan.

Adapun contoh menu makanan wanita hamil sebagai berikut:

a. Minum susu 500-750 ml setiap hari.


80

b. Memakan daging, ikan dan yang lainnya 60-120 gram.

c. Memakan makanan yang membangkitkan tenaga seperti: nasi, gula,

karbohidrat dan lain sebagainya.

d. Memakan sayur-sayuran hijau, setidak-tidaknya 3 kali seminggu.

e. Memakan buah-buahan dan jangan makan makanan yang sekiranya dapat

menimbulkan efek pada diri anda serta janinnya. 41

Dan bila seorang wanita hamil ingin melakukan puasa. Sebetulnya puasa

bagi seorang wanita hamil tidaklah berbahaya asal waktu makan sahur dan buka

teratur dengan baik. Bayi bisa menyesuaikan diri dengan pola makan ibu yang

berubah. Namun agar tidak membuat kegelisahan sebaiknya ibu hamil

menghubungi dokter untuk mengkorfirmasikan kelayakan wanita hamil untuk

melakukan puasa. Tetapi, jika wanita hamil yang sedang berpuasa dan

mendapati rasa mual, pusing, bahkan muntah-muntah, sebaiknya membatalkan

pusanya.42

2. Saran tentang olahraga sewaktu hamil

Secara fisiologis, wanita hamil mempunyai keadaan yang berbeda dengan

wanita yang tidak hamil, misalnya daya tahan berkurang, otot perutnya melemah

dan lain-lainnya.

Olahraga (jika mendapat ijin dokter) akan sangat membantu menjaga

kesehatan jasmani, yang nantinya akan berguna untuk mempersiapkan tubuh

untuk menghadapi persalinan. Kegunaan lain dari berolahraga adalah untuk

memperbaiki peredaran darah.


41
Ma’ruf Ma’sum, Bayi (Panduan Lengkap Sejak dalam Kandungan hingga Mearawat Bayi) (Solo:
Smart Media, 2007), hlm. 24-26.
42
Ibid., hlm. 29.
81

Di samping itu olahraga selama kehamilan akan dapat mengatasi gangguan

yang menyerang antara lain: rasa saikt pada punggung bawah (low back pain),

varises kaki, kaki bengkak, kejang-kejang dan lain-lainnya. Latihan olahraga

juga dapat menambah kemampuan otot-otot perut menyangga beban yang sangat

berat (kandungan yang berisi bayi yang semakin membesar).

Anjuran dokter:

a. Konsultasilah dengan dokter. Dokter tentu akan memberi ijin untuk

melakukan latihan olahraga, seandainya keadaan ibu hamil tersebut tidak

mengidap suatu penyakit atau gangguan kehamilan lain.

Olahraga bagi wanita yang mengidap kontra indiksi absolut misalnya

mengidap penyaklit jantung, sering mengalami prematur dan lain-lainnya,

jelas tidak diperbolehkan dokter untuk melakukannya.

Jika telah mendapat ijin dokter. Maka konsulatasikanlah seputar gerakan-

gerakan apa saja yang diperbolehkan atau dilarang untuk dilakukan (seiring

dengan kondisi kehamilan yang semakin menua). Sebaiknya senam

dilakukan di dalam rumah.

b. Latihan hendaknya dilakukan secara teratur 20-30 menit dengan 5 menit

pendinginan.

c. Jangan melakukan secara berlebih-lebihan, jika latihan menimbulkan rasa

sakit, segeralah dihentikan.

d. Jangan makan sebelum latihan. Karena bayi dalam kandungan akan terus

menggeser tempat lambung dan usus, sehingga menimbulkan rasa kurang

enak, jika lambung dalam keadaan penuh.


82

e. Bernafaslah secara teratur sewaktu latihan, jangan sekali-kali menahan nafas.

Contoh senam hamil yang baik dan tidak berbahaya terhadap kesehatan akan

terlampir pada bagian lampiran. (Lampiran 1)43

D. Tujuan Mendidik Anak dalam Kandungan

Dalam prespektif Islam, menurut Abu Amr Ahmad Sulaiman, tujuan pendidikan,

secara umum adalah usaha mencapai keridhoan Allah SWT, dan usaha untuk

mendapatkan surga-Nya, keselamatan dari neraka-Nya, serta mengharap pahala dan

balasan-Nya. Oleh karena itu, pendidikan anak dalam kandungan harus mendorong

semua aspek tersebut kearah keutamaan serta pencapaian semua kesempurnaan

hidup berdasarkan nilai-nilai Islam. Dan begitu juga dalam program dan langkah-

langkah pendidikan anak dalam kandungan hendaklah diarahkan kepada tujuan,

antara lain:

1. Mereflesikan nilai-nilai ajaran agama, sosial, budaya dan ilmu pengetahuan yang

dimiliki orang tuanya dan sekaligus mengajak bersama anak dalam

kandungannya melakukan refleksasi nilai-nilai tersebut.

2. Melatih kecendrungan anak dalam kandungan tentang nilai-nilai tersebut di atas,

dan sekaligus melatih keterampilan amaliah sesuai yang diajarkannya, setelah ia

dilahirkan dan dewasa nanti.

3. Melatih kekuatan dan potensi fisik dan psikis anak dalam kandungan

4. Membangun prakesadaran bahasa dan komunikasi (antara anak dalam

kandungan dan orang di luar rahim/ orang tua atau lainnya)

43
Ibid., hlm. 30-33.
83

5. Meningkatkan rentang konsentrasi, kepekaan, dan kecerdasan anak dalam

kandungan.44

Bagi umat Islam Al-Qur’an adalah imam yang harus diikuti. Ia adalah pedoman

hidup pertamanya, dan al-Hadits adalah yang keduanya. Anak dalam kandungan

direspon untuk mendengarkan bacaan-bacaan Al-Qur’an agar ia terbina dan terlatih

pada kondisi suasana keIslaman atau bersifat qurani. Atau, menimbulkan kecintaan

pada materi Al-Qur’an dan al-Hadits setelah ia menjadi anak yang tumbuh dan

berkembang (masa kanak-kanak, remaja sampai tingkat dewasa) nanti.

Salah satu terobosan dampak melahirkan anak sholeh adalah dengan mengajar

bayi dengan membaca Al-Qur’an sejak dalam kandungan. Apakah bisa? Insya Allah

bisa! hanya membutuhkan kemauan, ketekunan, dan kesabaran. Sebagai bagian dari

rasa syukur. Terdapat contoh, bagaimana keberhasilan sebuah keluarga yang

menerapkan pendidikan Al-Qur’an dalam kandungan, “Dengan Anak-anak kami

hasil eksperimen program sekolah Al-Qur’an sejak dalam kandungan menunjukkan

hasil yang sangat menggembirakan. Maryam Arrosikha, empat tahun dapat

membaca Al-Qur’an. empat bulan kemudian, dia dapat membaca cerita, buku, dan

majalah berhuruf latin, bahkan di TK, ia khatam Al-Qur’an 30 juz. Aisyah

Mujahida, adiknya, khatam membaca Al-Qur’an dan lancar membaca tulisan latin

ketika di TK. Faqih Abdullah, anak kami yang ketiga sejak berusia 13 bulan,

Alhamdulillah menunjukkan kesenangan membaca yang sangat tinggi. Dari

pengalaman itu, kami menginginkan agar setiap bayi mendapatkan pelajaran Al-

Qur’an, sejak dalam kandungan. Insya Allah sangat bermanfaat. Tugas seorang bayi

44
Ubes Nur Islam, op.cit., hlm. 10-11.
84

bukanlah sekadar mami tipis (makan, minum, tidur, dan pipis (ngompol). Ajaklah

anak bermain. Janganlah biarkan ia kesepian, nganggur, dan bengong. Ajaklah ia

belajar membaca sambil mengenal Tuhannya. Ikutilah metode pendidikan turunnya

Al-Qur’an wahyu pertama. Ajarilah anak Anda membaca Al-Qur’an sejak dalam

kandungan.” Ungkap keluarga Drs. Mustofa yang menerapkan pendidikan anak

dalam kandungan, yang lebih menitikkan pada pelajaran agama yaitu Al-Qur’an.45

Para ilmuwan bidang pendidikan anak dalam kandungan telah banyak

melakukan riset baru dan riset ulang secara kontinu dengan membuat langkah-

langkah dan metode baru mengenai praktik pendidikan pralahir. Mereka telah

menemukan banyak hal, mengenai keistimewaan pendidikan pralahir ini,

diantaranya adalah peningkatan kecerdasan otak bayi, keyakinan lestari pada diri

anak saat tumbuh dan berkembang dewasa nanti, keseimbangan komunikasi lebih

baik antara anak (yang mengikuti program pendidikan pralahir) dengan orang

tuanya, anggota keluarganya dan atau dengan lingkungannnya, dibanding dengan

teman-temannya yang tidak mengikuti program pralahir. Berikut ini beberapa

laporan yang sangat menggembirakan bagi dunia pendidikan anak khususnya dari F.

Rene Van de Carr, M.D. dan Marc Lehrer, Ph.D. bahwa The American Assocation

of the Advancement of Science pada tahun 1996 telah merangkum hasil penelitian

sejumlah ilmuwan dalam bidang stimulasi paralahir dan bayi, antara lain sebagai

berikut:

1. Dr. Craig dari University of Alabama menunjukkan bahwa program-program

stimulasi dini meningkatkan nilai tes kecerdasan dalam pelajaran utama pada

45
Arif, Pembelajaran Al-Qur’an sejak dalam kandunga (http:www.yahoo.com, diakses Rabu, 03 Juli
2007)
85

semua anak yang diteliti dari masa bayi hingga usia 15 tahun. Anak-anak

tersebut mencapai kecerdasan 15 hingga 30 persen lebih tinggi.

2. Dr. Marion Cleves Diamond dari Univresity of California, Berkeley, AS

melakukan eksperimen bertahun-tahun dan mendapatkan hasil yang sama

berulang-ulang bahwa tikus yang diberi stimulasi tidak hanya mengembangkan

pencabangan sel otak lebih banyak dan daerah kortikal otak yang tebal, tetapi

juga lebih cerdas dan lebih terampil bersosia-lisasi dengan tikus-tikus lain.

Selain itu, menurut F. Rene Van de Carr, dkk, bahwa The Prenatal Enrichment

Uint di Hua Chiew General Hospital, di Bangkok Thailand yang dipimpin oleh Dr.

C. Panthura-amphorn, telah melakukan penelitian yang sama terhadap bayi pralahir,

dan hasilnya disimpulkan bahwa bayi yang diberi stimulus pralahir cepat mahir

bicara, menirukan suara, menyebutkan kata pertama, tersenyum secara spontan,

mampu menoleh ke arah suara orang tuanya, lebih tanggap terhadap musik, dan juga

mengembangkan pola sosial lebih baik saat ia dewasa.

F. Rene Van de Carr, M.D., dkk., telah lama melakukan penelitian ini, kurang

lebih sejak 22 tahun yang lalu. Menurut pandangannya, penelitian tersebut

menunjukkan beberapa hal berikut ini pada bayi-bayi yang mendapatkan stimulus

pralahir.

1. Tampaknya ada suatu masa kritis dalam perkembangan bayi yang dimulai pada

sekitar usia lima bulan sebelum dilahirkan dan berlanjut hingga dua tahun ketika

stimulasi otak dan latihan-latihan intelektual dapat meningkatkan kemampuan

bayi.
86

2. Stimulasi pralahir dapat membantu mengembangkan orientasi dan keefektifan

bayi dalam mengatasi dunia luar setelah ia dilahirkan.

3. Bayi-bayi yang mendapat stimulus pralahir dapat lebih mampu mengontrol

gerakan-gerakan mereka. Selain itu, mereka juga lebih siap menjelajahi dan

mempelajari lingkungan setelah dilahirkan.

4. Para orang tua yang telah berpartisipasi dalam program pendidikan pralahir

menggambarkan anak mereka lebih tenang, waspada dan bahagia. 46

46
Ubes Nur Islam, op.cit., hlm. 3-4.
87

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian, maka penelitian ini merupakan penelitian yang

bertujuan untuk mengungkapkan keadaan, peristiwa ataupun kejadian pada subjek

penelitian. Dalam hal ini, keadaan, peristiwa atau kejadian yang dimaksud adalah

bagaimana cara, tujuan dan kendala-kendala yang dialami Ibu Hamil dalam mendidik

anak dalam kandungan. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian

Deskriptif Kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus (Case Study).

Pengertian penelitian kualitatif, sebagaimana yang diungkapkan oleh Nana Syaodih

Sukamadinata dalam Metode Penelitian Pendidikan bahwa “Dalam penelitian deskrpitif

ini peneliti tidak memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap objek penelitian,

semua kegiatan atau peristiwa berjalan seperti apa adanya.”47

Sedangkan pengertian metode kualitatif sebagaimana yang dikemukakan oleh Kirk

dan Miller yang dikutip oleh Lexy J. Moleong yaitu

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena


tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah..48

Sedangkan dalam bukunya Introduction to Qualitatif yang diterjemahkan oleh Arief

Furqon, “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data diskripsi baik

47
Nana Syaodih Sukamadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2006), hlm. 18.
48
Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 6.
88

ucapan maupun tulisan dan perilaku yang dapat diambil dari orang-orang atau subyek

itu sendiri.”49

Dapat diambil kesimpulan bahwa dalam penelitian ini, menggunakan penelitian

deskripstif kualitatif, yaitu penelitian yang menggunakan bukan berbentuk angka-angka

tetapi menggunakan bentuk kata atau tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain.

B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus sebagai

pengumpul data. Sedangkan instrumen selain manusia dapat pula digunakan sebagai

pendukung dan pembantu dalam penelitian. Menurut Lexy J. Moleong, “Kedudukan

peneliti dalam penelitian kualitatif sekaligus merupakan perencana, pelaksana

pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil

penelitian.”50

Selama di lapangan, peneliti terjun secara langsung pada komunitas subjek

penelitian. Dalam merealisasikan perannya dan melakukan pengamatan berperan serta

dan berdialog dengan pihak-pihak yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian,

sebagaimana didefinisikan oleh Bogdan yang dikutip Lexy J. Moleong, bahwa:

“Pengamatan berperan serta sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang

memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek,

49
Robert Bagdan Steven J Taylor, Introduction to Qualitatif Methode, Terj., Arif Furkon (Surabaya:
Usaha Nasional, 1992), hlm. 21-22.
50
Ibid., hlm. 121.
89

dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan

berlaku tanpa gangguan.”51

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan pada Ibu hamil di Desa Doudo Kecamatan

Panceng Kabupaten Gresik. Adapun alasan peneliti memilih Desa tersebut, yaitu:

1. Tidak semua Desa melaksanaan pendidikan anak dalam kandungan pada Ibu

hamil.

2. Peneliti telah cukup mengetahui situasi dan kondisi Desa Doudo Kecamatan

Panceng Kabupaten Gresik secara umum.

D. Sumber Data

Dalam rangka pencarian data, terlebih dahulu yang harus ditentukan adalah sumber

data “subjek dari mana data dapat diperoleh”52 penelitiannya. Menurut Lofland

sebagaimana yang dikutip oleh Moleong, “Sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain”. 53

Berdasarkan pemaparan tersebut, dalam penelitian ini, terdapat dua sumber, yaitu

sumber data primer dan data sumber sekunder.

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan

oleh peneliti dari sumber utama Dalam penelitian ini sumber data primer adalah

51
Lexy J. Moleong, op.cit., hlm. 117.
52
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002),
hlm. 107.
53
Lexy J. Moleong, op.cit., hlm. 112.
90

lima Ibu hamil yang menerapkan pendidikan anak dalam kandungan, Ibu Haryatie

selaku bidan dan Bapak Sutomo selaku kepala Desa Doudo.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data pelengkap yang berfungsi

melengkapi data yang di perlukan oleh data prime, yaitu: buku-buku, majalah, foto

dan dokumen terkait dengan pembahasan tentang pendidikan anak dalam

kandungan.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian, proses mengumpulkan data adalah proses yang sangat penting.

Sehingga pemilihan teknik pengumpulan data haruslah dilakukan dengan sebaik

mungkin. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 (tiga) metode

dalam proses pengumpulan data yang dibutuhkan oleh peneliti. Ketiga metode ini

diperlukan agar data yang diperoleh peneliti dapat lebih utuh dan menyeluruh. Ketiga

metode yang digunakan ini adalah:

1. Dokumentasi

Dokumen merupakan cara mengambil dari bagian penelitian yang terdiri dari

pengambilan catatan, transkrip, buku, majalah, media elektronik yang berhubungan

dengan permasalahan yang terkait dengan Pendidikan anak dalam kandungan.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai: profil Desa Doudo, cara,

tujuan dan kendala-kendala yang dialami ibu hamil di Desa Doudo.


91

2. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara

(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara. 54

Dalam wawancara ini dilakukan langsung kepada lima Ibu hamil yang

menerapkan pendidikan anak dalam kandungan, Ibu Haryatie selaku bidan dan

Bapak Sutomo selaku kepala Desa Doudo. Jadi tidak dilakukan secara purposif atau

acak, karena itu dapat mengurangi kevalidan data.55

3. Observasi

Menurut Sutrisno Hadi, observasi adalah ”metode ilmiah yang diartikan sebagai

pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang

diselidiki.”56

Sehingga dengan menggunakan metode ini, maka akan diperoleh data mengenai

cara, tujuan dan kendala-kendala yang dialami ibu hamil di Desa Doudo Kecamatan

Panceng Kabupaten Gresik. Selain itu, dengan menggunakan metode observasi ini,

peneliti akan dapat melihat secara langsung bukti cara dan kendala-kendala yang

dialami ibu hamil di Desa Doudo Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik.

F. Analisis Data

Data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak akan ada gunanya jika tidak

dinalisa. Data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan

masalah penelitian. 57

54
Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 136.
55
Sutrisno Hadi, Metodologi Research II (Jogjakarta: Andi Offset, 1991), hlm. 193.
56
Ibid., hlm. 136.
57
Moh. Nasir, Metode Penelitian ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hlm. 405.
92

Menurut Neong Muhajir, analisis deskriptif adalah “usaha untuk mengumpulkan dan

menyusun suatu data, kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut.” Pendapat

tersebut diperkuat oleh Lexy J. Moleong, bahwa analisa data deskrptif adalah:

Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari
dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. 58

Langkah-langkah analisis data kualitatif yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

adalah berdasarkan dengan proses analisis data kualitatif sebagaimana yang telah

dijelaskan oleh Seiddel. Menurut Seiddel, sebagaimana yang telah dikutip oleh

Moleong, mengungkapkan tiga langkah dalam proses analisis data kualitatif. Adapun

langkah-langkah tersebut, yaitu:

1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar
sumber datanya tetap dapat ditelusuri,
2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat
ikhtisar, dan membuat indeksnya,
3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna,
mencari dan menemukan pola dan buhungan, dan membuat temuan-temuan
umum.59

G. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data penting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan, dengan

pengecekan keabsahan data, maka data yang didapatkan melalui penelitian ini dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Adapun teknik yang digunakan untuk

menetukan keabsahan data dalam penelitian ini, yaitu teknik Triangulasi.60

Sebagai mana yang dikutip oleh Pawito menyatakan bahwa setidaknya ada 4

(empat) macam teknik triangulasi, yaitu:

58
Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 131.
59
Lexy J. Moleong. op.cit., hlm. 248.
60
Ibid., hlm. 330.
93

1. Triangulasi Data.
2. Triangulasi Metode
3. Triangulasi Teori
4. Triangulasi Peneliti.61

Triangulasi yang peneliti gunakan pada penelitian ini adalah triangulasi data dan

triangulasi metode. Teriangulasi data atau yang juga disebut sebagai triangulasi sumber

adalah ”menunjuk pada upaya peneliti untuk mengakses sumber-sumber yang lebih

bervariasi guna memperoleh data berkenaan dengan persoalan yang sama.” 62

Triangulasi data ini peneliti gunakan untuk mengetahui konsistensi data yang peneliti

dapatkan. Dalam hal ini, peneliti membandingakan antara pemaparan informasi yang

bersumber dari Ibu-ibu hamil di Desa Doudo, Ibu Haryatie selaku bidan Desa Doudo,

sehingga kesimpulan yang didapatkan dapat memberikan gambaran yang lebih

memadai.

Sedangkan triangulasi metode adalah ”menunjuk pada upaya peneliti

membandingkan temuan data yang diperoleh dengan menggunakan suatu metode

tertentu dengan data yang diperoleh dengan menggunakan metode lain mengenai suatu

persoala.”63 Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan antara data yang didapatkan

melalui metode observasi dengan data yang didapatkan melalui metode dokumentasi.

Hal ini penting untuk dilakukan sehingga data yang dihasilkan dalam penelitian ini akan

dapat mendeskripsikan secara utuh cara, tujuan dan kenadala-kendala yang dialami ibu

hamil di Desa Doudo kecamatan Panceng Kabupaten Gresik.

61
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: LkiS, 2007), hlm. 99.
62
Ibid., hlm. 99.
63
Ibid., hlm. 99.
94

H. Tahap-tahap Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan melalui 3 tahapan. Yaitu:

1. Tahap pra lapangan

Pada tahap ini peneliti memulai dengan membuat proposal penelitian, setelah

proposal disetujui oleh dosen pembimbing dilanjutkan dengan mengurus

perizinan kepada Desa Doudo agar diberikan izin melakukan penelitian pada

desa tersebut selaku obyek penelitian.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini peneliti mencari sumber data seakurat mungkin dengan

melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi.

3. Tahap Penyelesaian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah kegiatan penulisan laporan

penelitian yang dibuat sesuai dengan format pedoman penulisan skripsi yang

berlaku di lingkungan Fakultas Tarbiyah UIN Malang.


95

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Lokasi

1. Profil Desa Doudo Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik

a. Asal Usul Desa Doudo

Doudo, jika kata ini diucapkan maka akan banyak arti yang didapat

sesuai dengan tingkat pergaulan dan pengalaman dari masing-masing

individu, tetapi kata Doudo identik dengan nama yang indah yang semua

orang ingin melihatnya. Doudo banyak diterjemahkan kepada kata indah

karena Doudo identik dengan kata UDOH (Bahasa Jawa) yang mempunyai

arti telanjang.

Doudo kali ini adalah nama sebuah desa yang terletak di kecamatan

Panceng Kabupaten Gresik Jawa Timur dengan jumlah penduduk 619 laki-

laki dan perempuan 629 perempuan, luas wilayah 102 Ha dengan topografi

daerah kering.

Rahasia dibalik pemberian nama desa Doudo sampai saat ini belumlah

diketahui dengan pasti karena tidak adanya cerita dari pelaku sejarah

maupun tidak ditemukannya babad tanah Doudo, akan tetapi ada beberapa

viksi dan atau Tutur dari orang-orang desa Doudo, dan itu pun kelihatannya

dihubungkan dengan kosa kata maupun topografi dan kondisi sosial

masyarakat.
96

Viksi Pertama

Doudo berasal dari kata DUDO yang mempunyai arti orang yang

pertama yang melakukan babad desa, beliau adalah seseorang yang bertipe

jujur, dan setia pada pasangannya, dan masih menurut cerita pendiri desa ini

setelah ditinggal pasangannya beliau berjanji tidak akan menikah lagi dan

senantiasa tingga di dekat pemakaman istrinya. (Cerita ini dihubungkan

dengan adanya pepunden desa)

Viksi Kedua

Doudo berasal dari kata DODO (Dada) cerita ini dihubungkan dengan

geografis desa Doudo, di mana desa Doudo merupakan daerah kering akan

tetapi di desa dulu ini terdapat mata air yang tidak pernah kering meskipun

terjadi kemarau panjang.

Viksi yang ketiga

Doudo berasal dari kata DUDAH (Membuka Bekal), cerita ini

dihubungkan dengan karakteristik dan sifat dari desa Doudo yang tidak

berlebih-lebihan dalam menghadapi kebutuhan hidup (Sak anane ae),

sehingga kesan yang ada adalah adem ayem, tidak neko-neko, tidak mau di

depan (Jadi Pemimpin).

Sesungguhnya dibalik arti pemberian nama Doudo yang tiada tahu, akan

tetapi kedamaian dan ketentraman di desa ini yang dirasakan, (Hanya Allah-

lah yang tahu).


97

Dipakai untuk sebuah nama desa dikarenakan yang melakukan babad

desa Doudo adalah seorang duda desa diberikan berasal dari asal-usul desa.

b. Mayoritas Pekerjaan

Mayoritas pekerjaan atau mata pencaharian pokok masyarakat Desa

Doudo Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik 2008, yaitu:

No Profesi Jumlah Banyak Orang

1 Petani 194 Orang

2 Buruh Tani -

3 Buruh/swasta -

4 Pegawai Negeri -

5 Perajin 7 Orang

6 Pedagang 18 Orang

7 Peternak 5 Orang

8 Nelayan -

9 Montir 11 Orang

10 Dokter 1 Orang

11 Guru 38 Orang

12 Jasa 8 Orang

13 TKI 229 Orang

14 Supir -
51

c. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Desa Doudo Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik 2008, yaitu:

No Keterangan RT RW RT RW TOTAL

1A 1B 2 1 3 4 5 11

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Jumlah Rumah 47 46 51 144 57 41 45 143 287

2 Jumlah KK 74 50 53 177 56 57 61 174 351

3 Jumah Jiwa 206 195 217 618 264 178 188 630 1248

4 Jumlah laki-laki 98 88 113 299 135 88 97 320 619

5 Jumlah Perempuan 108 107 104 319 129 90 91 310 629


52

d. Kegiatan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Doudo yang

terangkum dalam PKK, telah mengadakan kegiatan-kegiatan yang terus-

menerus dilaksanakan pada setiap hari besarnya, yaitu:

1) Mengadakan pelantikan TIM penggerak PKK Desa Doudo setahun

sekali.

2) Pertemuan rutin PKK Desa Doudo tiap bulannya.

3) Pembinaan PKK desa Doudo oleh TP PKK pusat Kecamatan Panceng 1

tahun 3X.

4) Pengajian agama rutin dalam rangka memperingati PHBI

5) Kegiatan kelompok lansia dengan membuat sirup dan abon jambu mete

(tetapi untuk sekarang, pemasukannya sudah sangat berkurang, dan

hanya bisa dikosumsi sendiri)

6) Kegiatan simulasi BKB oleh kader BKB 3 bulan sekali.

7) Kegiatan kelompok usaha bersama (KBU) dengan produknya

8) Kegiatan permainan APE untuk balita yang berada di desa Doudo

9) Kegiatan lomba busana kartini dalam rangka memperingati PHBN

10) Kegiatan lomba membuat makanan kudapan dalam rangka memperingati

PHBN

11) Kegiatan senam sehat, yang dilakukan setiap hari jum’at sore hari

12) Kegiatan jalan sehat dalam rangka HUT RI

Dan kegiatan untuk mencanangkan anak sehat oleh desa Doudo

Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik 2008. Puskesmas tersebut telah


53

bekerja sama dengan Rumah Sakit pusat atas pencanangan Gerakan Nasional

Pemantauan Kembang Anak dengan mengadakan program P3K yaitu:

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi. “Dengan adanya

program tersebut diharapkan, dapat mengurangi hal-hal yang tidak

diinginkan terjadi pada anak tersebut.” Tutur Ibu Haryatie sebagai salah

satu bidan di Desa Doudo. Contoh Stiker yang ditempel di setiap rumah

yang terdapat ibu hamil, dan Buku yang menjadi pegangan untuk Ibu hamil

agar selalu dibawa setiap melakukan pemeriksaan. Karena dibuku tersebut,

diterangkan berbagai saran dan informasi yanng berguna untuk kesehatan

ibu dan anak. Dan tentang kegiatan Posyandu yang lebih terarah pada

kegiatan Ibu hamil,

Semua kegiatan, buku dan stiker akan terlampir pada bagian lampiran

(Lampiran 2)

e. Fasilitas

Untuk mememuhi kebutuhan masyarakat dalam membantu setiap

kegiatan yang ada pada desa Doudo tersebut, maka pihak pengurus setempat

berupaya semaksimal mungkin untuk melengkapi fasilitas/perlengkapan.

Diantaranya:

1) Terdapat 2 buah Puskesmas (Anggrek dan Matahari)

2) Terdapat 2 Mushalla,

3) Terdapat 2 bangunan sekolah yang terdiri dari SD, SMP dan SMA

4) Terdapat lapangan olahraga yang terletak disamping gedung Balai Desa


54

5) Terdapat bangunan gedung Balai Desa yang terdiri dari gedung

pertemuan warga, yang berada diluar gedung bersebelahan dengan

lapangan olahraga, dan 1 ruangan besar untuk kegiatan pengurus desa

Doudo dan apabila terdapat pengaduan dari masyarakat setempat. Dll

Di Desa tersebut terdapat puskesmas yang selalu siap membantu untuk

masalah-masalah kesehatan yang dihadapi oleh penduduk desa Doudo

setempat. Bekerjasama dengan rumah sakit PKO Muhammadiyah dan

pemerintahan setempat. Salah satu pelayanan kesehatan yaitu, bagi ibu-ibu

hamil yang berada di desa Doudo, mereka mendapat buku pedoman “Buku

Kesehatan Ibu dan Anak” yang diberikan kepada pihak puskesmas kepada

ibu-ibu yang sedang hamil. Di dalam buku kesehatan ibu dan anak tersebut,

dijelaskan berbagai bagai macam pembahasan, seperti:

1) Bagian Ibu

a) Identitas Keluarga

b) Ibu Hamil

c) Ibu Bersalin

d) Ibu Nifas

e) Catatan Pelayanan Kesehatan Ibu

(1) Ibu Hamil

(2) Ibu Bersalin

(3) Ibu Nifas

f) Keterangan Lahir

2) Bagian Anak
55

a) Identitas Anak

b) Bayi Baru Lahir (Bayi Kurang dari 1 Bulan)

c) Bayi dan Anak (Umur 1 Bulan sampai 5 Tahun)

(1) Umur 1-6 bulan

(2) Umur 6-12 bulan

(3) Umur 1-2 tahun

(4) Umur 2-3 tahun

(5) Umur 3-5 tahun

(6) Umur 5-6 tahun

d) Bagaimana menangani penyakit yang sering diderita anak di rumah?

e) Apa saja tanda bahaya pada anak sakit?

f) Kapan anak harus segera dibawa kembali ketempat pelayanan?

g) Apa saja obat pertolongan pertama yang perlu di sediakan di rumah?

h) Bagaimana mencegah anak mengalami kecelakaan?

i) Kartu menuju sehat (KMS)

j) Catatan Pelayanan Kesehatan Anak

(1) Catatan penyakit dan masalah perkembangan

(2) Pemeriksaan bayi baru lahir (Kurang dari 1 bulan)

(3) Pemberian imunisasi

(4) Pemberian vitamin A

k) Anjuran pemberian rangsangan perkembangan dan nasihat pemberian

makan
56

Dengan buku tersebut, memberikan gambaran kepada ibu, suami, dan

anggota keluarga atas segala informasi yang sangat berguna untuk kesehatan

ibu dan anak, dan bisa menjadi pedoman untuk menjaga keluarga untuk

selalu sehat., buku Kesehatan Ibu dan anak tersebut yang diberikan kepada

setiap masyarakat desa Doudo tersebut dan buku tersebut harus dibawa

setiap kali ke Posyandu, Polindas, Puskesmas, bidan/dokter praktek swasta

dan rumah sakit untuk terus dipantau akan perkembangannya.

2. Struktur Kepengurusan (Lampiran 3)

B. Paparan Hasil Penelitian

1. Bagaimana Cara Ibu Hamil Menerapkan Konsep Pendidikan Anak dalam

Kandungan di Desa Doudo Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik

Peneliti mengambil lima contoh Ibu hamil yang ada di Desa Doudo yang

menerapkan konsep pendidikan anak dalam kandungan. Yang terdiri dari

keluarga Ibu Nurhidayatie, Keluarga Ibu Khoirotun, Keluarga Ibu Iswatun,

keluarga Ibu Muhayatin, dan keluarga Ibu Nur Kholifah, mereka adalah lima Ibu

hamil yang berada di Desa Doudo Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik yang

menerapkan pendidikan anak dalam kandungan.

Anak shaleh adalah dambaan setiap pasangan suami istri. Untuk memiliki

anak yang shaleh, pasangan suami istri pun harus menjadi Shaleh/shalehah

terlebih dahulu. Segala perilaku ibu dan bapak akan dicontoh putra-putrinya.

Untuk itu, semua ibu dan bapak harus menjadi teladan anak-anaknya.
57

Setiap pasangan suami istri yang merindukan anak yang shaleh wajib

memperbanyak amal mulia, makan dan minum yang halal saja, menjaga

shalatnya, indah akhlaknya, lembut hatinya, semangat bekerja, berlaku taqwa,

dan terus-menerus berdzikir, wirid serta membaca do’a.

Islam mengajarakan barangsiapa lahirnya generasi unggulan. Ia hendaknya

menyiapkan sejak memilih pasangan. Ini artinya dari pasangan suami istri yang

shaleh/shalehah akan lahir generasi yang shaleh/shalehah pula. Anak yang

shaleh bukan hasil kerja yang instant!

Segala sesuatu tergantung pada pendidikan. Ibu dan bapak adalah guru

pertama dan utama. Keluarga adalah pusat pendidikan yang sebenarnya. Al-

Qur’an adalah materi pertama yang harus diberikan sebelum yang lainnya.

Jangan menunggu anak mencapai usia enam tahun, atau empat tahun. Mulailah

sedini mungkin. Mulailah sejak dalam kandungan. Mulailah segera salah satu

terobosan dalam melahirkan anak shaleh adalah mengajar bayi anda membaca l-

Qur’an sejak dalam kandungan. 64

Berikut ini adalah gambaran tentang mengajar bayi belajar Al-Qur’an sejak

dalam kandungan:

a. Masa Emas Belajar

Seorang ibu tidak boleh melewatkan masa emas belajar anaknya. Masa emas

atau masa paling produktif tetapi sering diabaikan itu ada tiga yaitu:

1) Waktu dalam kandungan

2) Sejak hari pertama bayi lahir kedunia

64
Mustofa, Panduan Mengajar Bayi Anda Membaca Al-Qur’an Sejak dalam Kandungan (Seri
Merindukan Anak Shaleh) (Ambarawa: PGTQA Indonesia, 2001), hlm. 12.
58

3) Sejak bayi berumur lima bulan

b. Materi

1) Kosa kata dasar

2) Kalimat-kalimat thayyibah

3) Do’a sehari-hari, surah-surah pendek

4) Adzan dan iqamat, senandung Islami

c. Tekhnik dan Metode

1) Untuk bayi yang masih dalam kandungan Bapak mengajarkan materi

yang telah disiapkan dengan cara seperti yang tertera pada materi di atas.

Pipi Bapak menempel diperut ibu. Jika ibu yang mengajar, ia sebaliknya

menggunakan megaphone kertas (yang dibuat seperti bentuk cerobong).

Materi apakah yang bisa dan sebaiknya diajarkan kepada bayi dalam

kandungan? Kapan waktu yang tepat untu mengajar bayi dalam kandungan?

Siapakah yang mengajar bayi dalam kandungan? Dimanakah program ini

dilaksanakan? Mengapa bayi di dalam kandungan diajar belajar al-Qur’an? Dan

bagaimanakah cara mengajarkan Al-Qur’an kepada bayi dalam kandungan?

Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai salah satu cara mengajar bayi

sejak dalam kandungan. Untuk memudahkan kajian ini akan dibahas melalui

5W+1H dalam bentuk Tanya jawab:

a. What?/ Apa?

Tanya : Materi apakah yang bisa dan sebaiknya diajarkan kepada bayi

dalam kandungan?
59

Jawab : Materinya adalah kosa kata dasar, kalimah tahayyibah, surah

pendek, seperti; Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, Al-

Ashr, Al-Kautsar, Al-Kafirun, ditambah adzan dan iqamat atau

ilmu yang ingin lebih ditekankan oleh orang tua tersebut.

b. Who?/Siapa?

Tanya : Siapa yang mengajar bayi dalam kandungan?

Jawab : Guru-gurunya adalah ibu, bapak, dan kakak-kakaknya ataupun

keluarga.

c. When?/kapan?

Tanya : Waktu yang tepat untu mengajar bayi dalam kandungan?

Jawab : Ketika bayi berumur 18 minggu atau memasuki bulan kelima

kehamilan.

d. Where?/Dimana?

Tanya : Dimanakah program ini dilaksanakan?

Jawab : Tempatnya adalah rumah, Rumah adalah pusat pendidikan

sejati. Atau, dimana saja, asalkan, kamar/ruang tempat

pelaksanaan program ini nyaman, sehat, bersih, dan jauh dari

segala gangguan.

e. Why?/Mengapa?

Tanya : Mengapa bayi di dalam kandungan diajar belajar al-Qur’an?

Jawab : kepada jiwa yang suci, hendaknya diperdengarkan irama yang

suci pula. Al-Qur’an adalah bahan ajar terbaik bagi bayi yang

didambakan menjadi generasi paling baik. Dan keindahan


60

irama Al-Qur’an jauh melampui keindahan musik klasik

manapun.

f. How?/Bagaimana?

Tanya : Bagaimanakah cara mengajarkan Al-Qur’an kepada bayi

dalam kandungan?

Jawab : langkah-langkahnya seperti yang telah terlampir pada bab II

pembahasan sebelumnya. 65

Berdasarkan hasil penelitian pada ibu hamil di Desa Doudo yang

menerapkan pendidikan anak dalam kandungan mereka mengatakan hal yang

senada, karena mereka menggunakan buku/pedoman yang sama dengan

berbagai tambahan buku/pedoman dengan membelinya secara individu atau pun

dari cerita dan pengalaman yang didapat dari keluarga. Berawal dari keluarga

ibu Khoirotun yang mengenal akan adanya ilmu pendidikan anak sejak dalam

kandungan yang menggandakan buku panduan tersebut, atas karangan Drs.

Mustafa A. Y dengan judul Panduan Mengajar Bayi Anda Membaca Al-Qur’an

Sejak dalam Kandungan kepada Ibu hamil yang lain untuk ikut menerapkan

pendidikan anak dalam kandungan.

Menurut Ibu Khoirotun selaku ibu yang menerapkan pendidikan anak dalam

kandungan bahwa:

Pendidikan anak itu harus dimulai sejak dalam kandungan. Awalnya, saya
pun tidak mengetahui akan adanya pendidikan anak dalam kandungan.
Tetapi saya diberitahu oleh teman seprofesi (guru) saya yang menerapkan
pendidikan ini, akhirnya saya ikut menerapkan. Usia kandungan saya 3
bulan, saya sudah mulai menerapkan pendidikan ini, ketika usia kandungan
saya 1 bulan. Di buku yang saya baca yaitu: karangan Drs. Mustafa A. Y

65
Ibid., hlm. 16-17.
61

dengan judul Panduan Mengajar Bayi Anda Membaca Al-Qur’an Sejak


dalam Kandungan, berawal dari kita melakukan hubungan, di buku itu ada
do’a yang disarankan untuk dibaca sebelum melakukannya. Y, saya baca
do’a itu:

‫ﺑِﺴْﻢِ اﷲِ اَﻟﻠﱠﮭُﻢﱠ ﺟَﻨﱢﺒْﻨَﺎ اﻟﺸﱠﯿْﻄَﺎنَ وَﺟَﻨﱢﺐِ اﻟﺸﱠﯿْﻄَﺎنَ ﻣَﺎ رَزَﻗْﺘَﻨَﺎ‬

“Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah hindarkanlah diriku dari godaan


syetan, dan jauhkanlah pula anak turunanku dari tipu dayanya.” (HR.
Bukhori dan Muslim).
Dan dengan seperti sering membaca do’a-doa, seperti doa memohon anak
shaleh/shalehah:

      


“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk
orang-orang yang saleh (QS. Ash-Shoffat: 100).66
Ataupun membaca pada surah-surah pendek seperti Al-Fatihah, An-Naas,
Al-Ikhlas, Al-Falaq, Yusuf (Bila menginginkan anak laki-laki) dan surat
Maryam (Bila menginginkan anak perempuan). Saya membaca Al-Qur’an
tidak dijadwal, ketika saya ada waktu luang, Y, saya baca, ketika saya selesai
mengajar, sebisa mungkin saya isi waktu luang di sekolah dengan membaca
Qur’an. Y dari pada ngegosip Mba, nanti anak saya jadi suka gosip, saya
nda’ mau itu Mba, mungkin hanya sekitar 15-20 menitan. Ataupun dengan
sering membaca Asmaul-Husna dan dzikir-dzkir dengan kalimah Thayyibah
yang biasanya hanya waktu shalat saja, sekarang diperbanyak, dalam
keadaan apa pun, saya selalu berusaha untuk selalu berdzikir. Dengan
menyetel lagu-lagu Islami waktu pagi dan sore hari sambil melakukan
kegiatan-kegiatan sehari-hari sebelum berangkat atau pun pulang mengajar.
Dengan mendengarkan lagu-lagu tersebut, dari diri saya pun merasa tenang,
dan saya yakin itu pun akan terasa pada anak saya didalam kandungan.67

Menurut Ibu Muhayatin yang menerapkan pendidikan anak dalam

kandungan bahwa:

Menerapkan pendidikan anak sejak dalam kandungan itu penting, bahkan


sejak awal, waktu melakukan hubungan suami istri. Saya mengetahui ilmu
ini dari Ibu Khoirotun, saya diberi buku tentang menerapkan pendidikan
anak sejak dalam kandungan, karangan Drs. Mustafa A.Y dengan judul
Panduan Mengajar Bayi Anda Membaca Al-Qur’an Sejak dalam
Kandungan, karena saya satu profesi dengan Ibu Khoirotun yaitu Guru. Usia

66
Al-Qur’an dan Terjemahannya, op.cit., hlm. 449.
67
Wawancara dengan keluarga Ibu Khoirotun, ibu yang menerapkan pendidikan anak dalam kandungan,
tanggal 1 Maret 2009, pukul 10.00.
62

kandungan saya saat ini 5 bulan, saya mulai menerapkan pendidikan anak
dalam kandungan itu ketika usia kandungan saya 3 bulan, tetapi, waktu saya
melakukan hubungan suami istri, saya juga membaca do’a dan itu kan juga
termasuk pendidikan, seperti do’a:

‫ﺑِﺴْﻢِ اﷲِ اَﻟﻠﱠﮭُﻢﱠ ﺟَﻨﱢﺒْﻨَﺎ اﻟﺸﱠﯿْﻄَﺎنَ وَﺟَﻨﱢﺐِ اﻟﺸﱠﯿْﻄَﺎنَ ﻣَﺎ رَزَﻗْﺘَﻨَﺎ‬

“Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah hindarkanlah diriku dari godaan


syetan, dan jauhkanlah pula anak turunanku dari tipu dayanya.” (HR.
Bukhori dan Muslim). Di buku dijelaskan, apa yang harus saya ajarkan
kepada anak saya sejak dalam kandungan. Dan tentunya ditunjang dengan
makan-makanan yang bergizi dan halal, dan datang ke puskesmas kalau
terjadi perkembangan atau permasalah yang saya alami, awal bulan pertama
hamil saya hanya memeriksa sebulan sekali, dan mendekati persalinan saya
akan tambah sering melakukannya yaitu 1 minggu sekali. Pendidikan yang
saya berikan lebih khusus kepasa ilmu agama, saya lebih sering membaca
surat-surat pendek atau pun dengan bacaan-bacaan tasbih. Waktu pagi atau
sore hari, saya pasti menyempatkan dengan menyetel musik, seperti musik
dari nasyid-nasyid atau murotal-murotal. Sewaktu hamil, saya jadi lebih
sering melakukan sedekah dan selalu berdo’a, saya punya do’a yang biasa
saya baca, Tapi sekarang sudah hilang kertasnya, itu dikasih oleh orang tua
saya, tapi sekarang saya lupa. Yang penting, saya selalu berdo’a agar anak
saya kelak menjadi anak yang shaleh/shalehah. Dalam sehari saya baca
Qur’an setiap selesai shalat, itu sebisa mungkin saya lakukan, dan masalah
surahnya. Saya tidak mengkhususkan surah apa yang harus saya baca,
biasanya, saya memulainya dengan membaca Al-Fatihah lalu surah Yasin
lalu dilanjutkan dengan surah selanjutnya yang akan saya baca.68

Menurut Ibu Iswatun yang menerapkan pendidikan anak dalam kandungan

bahwa:

Setiap pasangan suami istri pastinya mendambakan anak yang


shaleh/shalehah, begitu juga dengan saya dan suami saya, yang ingin
memiliki putra/putri yang shaleh/shalehah. Merencanakannya mulai dari
waktu melakukan hubungan suami istri dengan membaca do’a dan
mengaharap keturunan yang di Ridhoi-Nya. Dengan do’a:

‫ﺑِﺴْﻢِ اﷲِ اَﻟﻠﱠﮭُﻢﱠ ﺟَﻨﱢﺒْﻨَﺎ اﻟﺸﱠﯿْﻄَﺎنَ وَﺟَﻨﱢﺐِ اﻟﺸﱠﯿْﻄَﺎنَ ﻣَﺎ رَزَﻗْﺘَﻨَﺎ‬


“Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah hindarkanlah diriku dari godaan
syetan, dan jauhkanlah pula anak turunanku dari tipu dayanya.” (HR.
Bukhori dan Muslim), dengan bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga, saya
menajdi punya banyak waktu luang untuk lebih focus pada pendidikan anak

68
Wawancara dengan keluarga Ibu Muhayatin, ibu yang menerapkan pendidikan anak sejak dalam
kandungan, tanggal 1 Maret 2009, pukul 08.30.
63

ini, lalu saya mencoba menerapkan pendidikan anak sejak dalam kandungan,
dan menurut saya itu sangat penting. Untuk mewujudkan keinginan itu, saya
dan suami saya menambah dzikiran kalimat-kalimat Thayyibah, baca surat-
surat pendek, baca Al-Qur’an setiap selesai shalat sekitar 20-25 menit, saya
tidak mengkhususkan surat apa yang akan saya baca, atau pun dengan
menambah memperbanyak shalat-shalat sunnah. Seperti pada keluarga yang
lain. Dari setiap kegiatan yang dilakukan itu hampir sama dengan keluarga
lain yang menerapkan pendidikan anak dalam kandungan. Saya sering
bertanya kepada ibu bidan yang ada di Puskesmas sana, setiap ada yang saya
kurang mengerti dari perkembangan kandungan saya waktu itu. Waktu usia
kandungan saya nanti menginjak 8 bulan nanti, saya di sarankan untuk sering
sujud, manfaatnya nanti waktu melahirkan menjadi mudah. Selama hamil,
saya disarankan untuk melakukan senam hamil, makan vitamin dan lain
sebagainya, sama seperti ibu-ibu hamil yang lain pun seperti itu. Saya
Seperti misalnya: waktu saya sedang duduk-duduk santai, saya menerapkan
pendidikan itu, dengan mencari posisi kepala bayi, untuk mengawalinya saya
ucapkan Assalamu’alaikum… ni Ibu, dengan menggunakan kertas yang
digulung mirip dengan bentuk cerobong, atau pun Bapaknya yang memberi
pelajaran, yang langsung pipi Bapak menempel diperut saya seperti
mengajarkan pada kosa kata dasar, kalimat-kalimat thayyibah, surat-surat
pendek secara bertahap atau Bapaknya sering mengumandangkan adzan atau
iqamat waktu Maghrib, Isya dan Subuh saja, waktu Ashar dan Djuhur saya
setel dengan tape recorder. Karena yang lainnya, bapaknya kerja. Dan dalam
masalah sedekah atau amal-amalan yang lain, itu pasti saya lakukan. Di
waktu senggang, selalu saya gunakan untuk ngobrol kepada anak saya yang
masih dalam kandungan itu, saya ajak ia belajar tentang rukun iman, rukun
Islam, ataupun pelajaran-pelajaran yang lain yang masih berhubungan
dengan agama, saya selalu berkata kepada anak saya yang masih dalam
kandungan, “Nak…ni Ibu, Ibu selalu berdo’a, kamu menjadi anak yang
shaleh/shalehah dan menjadi orang yang sukses dan kamu nantinya bisa
hidup bahagia” sambil mengelus-elus perut saya. Kadang, setelah saya
mengelus tepat dikepalanya, dalam beberapa detik, ia akan membalasnya
dengan sedikit tendangan dari kaki mungilnya itu. Usia kandungan saya
sekarang 6 bulan, dan saya mulai menerapkan pendidikan ini saat usia 4
bulan. Dan semua itu menjadi penyemangat bagi saya untuk terus menjaga
dan menjadikannya orang yang berhasil dan selamat, dan bisa melahirkan
dengan selamat dan sehat. Amien.69

69
Wawancara dengan keluarga Ibu Iswatun, ibu yang menerapkan pendidikan anak dalam kandungan,
tanggal 2 Maret 2009, pukul 13.30.
64

Sedangkan menurut Ibu Nur Hidayatie yang menerapkan pendidikan anak

dalam kandungan bahwa:

Dengan diterapkannya pendidikan anak dalam kandungan itu mempunyai


dampak yang berbeda dengan anak yang hanya diberi pelajaran setelah lahir
kedunia. Anak saya yang kedua ini saya terapkan pendidikan itu, dan saya
bisa merasakan perbedaan, dari anak yang sudah diterapkan pendidikan anak
dalam kandungan dengan yang tidak, walaupun anak yang kedua ini belum
lahir, dari tidaknya waktu saya mengurusnya. Saya tahu ilmu itu dari Ibu
Khoirotun, saya juga satu profesi dengan Ibu Khoirotun guru, dia
menyarankan saya untuk menerapkan pendidikan anak sejak dalam
kandungan. Dia menyarankan untuk mengamalkan dari buku/pedoman yang
dia kasih, yaitu buku Drs. Mustafa A. Y dengan judul Panduan Mengajar
Bayi Anda Membaca Al-Qur’an Sejak dalam Kandungan. Buku itu sangat
bermanfaat untuk saya, suami dan juga keluarga. Dari penjelasan yang ada
pada buku tersebut, saya amalkan. Seperti dengan memberi pelajaran kosa
kata dasar, kalimat-kalimat thayyibah, ataupun pada surah-surah pendek.
Sewaktu melakukan hubungan suami istri, do’a apa yang harus saya baca,
seperti:
‫ِﺳْﻢِ اﷲِ اَﻟﻠﱠﮭُﻢﱠ ﺟَﻨﱢﺒْﻨَﺎ اﻟﺸﱠﯿْﻄَﺎنَ وَﺟَﻨﱢﺐِ اﻟﺸﱠﯿْﻄَﺎنَ ﻣَﺎ رَزَﻗْﺘَﻨَﺎ‬

“Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah hindarkanlah diriku dari godaan


syetan, dan jauhkanlah pula anak turunanku dari tipu dayanya.” (HR.
Bukhori dan Muslim), Itu semua saya amalkan dengan petunjuk yang ada
dibuku tersebut. Usia kandungan saya sekarang 5 bulan, dan saya mulai
menerapkan pendidikan ini saat usia 3 bulan Dan saya pun selalu pergi ke
Puskesmas untuk bertanya atau memeriksa bila ada kejanggalan yang saya
rasakan sewaktu hamil. Ibu bidan Haryatie selaku bidan Desa kami, selalu
siap membantu bila saya ada masalah dalam kesehatan kehamilan saya. Dan
saya pun disarankan olehnya untuk selalu makan-makanan yang bergizi,
minum susu, olah raga atau senam untuk ibu hamil, dengan memberikan CD
yang saya bisa praktekkan di rumah. Dalam buku itu terdapat beberapa do’a
yang selalu saya dan suami saya amalkan, yaitu:

‫رَﺑﱠﻨَﺎ ھَﺐْ ﻟَﻨِﺎ ﻣِﻦْ اَزْوَاﺟِﻨَﺎ وَذُرﱢﯾَﺘِﻨَﺎ ﻗُﺮﱠةَ اَﻋْﯿُﻦٍ وﱠاﺟْﻌَﻠْﻨَﺎ ﻟِﻠْﻤُﺘﱠﻘِﯿْﻦَ اِﻣَﺎﻣًﺎ‬

“Wahai Tuhan kami, karuniakanlah kami dan istri-istri kami dan dari
keturunan-keturunan kami penyenang hati dan jadikanlah kami pemimpin
bagi orang-orang yang bertaqwa.”
Diwaktu senggang, atau saat selesai shalat, biasanya saya lanjutkan dengan
membaca Al-Qur’an, hanya 15-20 menitan, dan waktu senggang yang lain,
biasanya saya gunakan untuk mendengarkan musik, baik dari tape recorder
yang saya pakai dengan menggunakan head set, yang untuk bagian kanan
saya pakai untuk diri saya, dengan maksud untuk menjaga agar suara musik
tidak terlalu keras, dan yang bagian kiri, saya tempelkan diperut saya, tepat
65

dikepala bayi, waktu pagi hari biasanya saya setelkan dengan murotal agar
hari-hari saya dan anak saya selalu diawali dengan bacaan-bacaan ayat suci
Al-Qur’an dan sore harinya saya setelkan dengan musik-musik nasyid
ataupun klasik agar bertambah suasana sejuk baik dari luar atau pun dalam.
Sebelum saya tempelkan head set tersebut, saya beritahukan dulu kepada
anak saya. “Nak…. Ibu tempelkan head set ke kepala bayi, ibu setelkan
murotal surah-surah pendek… (Al-Fatihah) misalnya, atau ibu setelkan
nyanyian nasyid Islami” setelah beberapa detik, langsung saya putarkan
murotal atau nasyid tersebut. Hal tersebut selalu saya lakukan berulang kali,
dengan mengganti berbagai materi kalau saya merasa sudah cukup pada
materi sebelumnya. Di sela-sela pekerjaan saya selain menjadi guru saya pun
sebagai ibu rumah tangga, waktu membersihkan rumah, masak, dan lain-
lain, biasanya saya sambil diselingi dzkir dalam hati, kalimat-kalimat
Thayyibah. Di setiap kegiatan yang saya lakukan selama mengandung, saya
selalu berusaha mengikut sertakan anak saya untuk ikut dalam kegiatan itu.70

Sedangkan menurut Ibu Nur Kholifah yang menerapkan pendidikan anak

dalam kandungan bahwa:

Usia kandungan saya sekarang 4 bulan, saya mulai menerapkan pendidikan


anak dalam kandungan ketika uisa kandungan saya 2 bulan. Saya diberitahu
ilmu itu oleh Ibu Nur (Ibu Nur Hidayatie), saya dikasih copyan buku
karangan Drs. Mustafa A. Y dengan judul Panduan Mengajar Bayi Anda
Membaca Al-Qur’an Sejak dalam Kandungan. Kata Ibu Nur, di buku itu
diterangkan bagaimana ibu hamil bisa menerapkan pendidikan anak dalam
kandungan, tidak nanti setelah lahir. Sebenarnya, saya telah menerapkan
pendidikan ini, tetapi saya dan suami tidak sadar. Kalau membaca do’a
sewaktu melakukan hubungan suami istri itu merupakan langkah awal
mendidik anak dalam kandungan, dan dengan baca Qur’an yang saya
lakukan setiap selesai shalat sekitar 15-20 menit, biasanya saya lebih
memperbanyak dengan surah Yusuf dan Maryam, saya pernah lihat acara di
Televisi, acara ceramah. Disitu dijelaskan, untuk ibu yang sedang hamil,
disarankan untuk lebih sering membaca surah Yusuf dan Maryam selain
dengan surah-surah yang lain, dzikiran baik setelah selesai shalat atau
diwaktu senggang, mendengarkan musik yang biasa saya lakukan diwaktu
sore hari, seperti murotal atau musik-musik Islami, selalu berdo’a untuk
dapat anak yang shaleh/shalehah, biasanya saya baca do’a, tetapi biasanya
saya baca do’anya memakai bahasa Indonesia, tidak dengan bahasa Arab,
saya tidak tahu. Tetapi setelah saya baca buku yang dikasihkan oleh Ibu Nur
Hidayatie, disitu dijelaskan, bahwa yang saya lakukan selama ini adalah
termasuk mendidikan anak dalam kandungan. Saya jadi lebih bersemangat

70
Wawancara dengan keluarga Ibu Nur Hidayatie, ibu yang menerapkan pendidikan anak sejak dalam
kandungan, tanggal 4 Maret 2009, pukul 18.30.
66

untuk melakukannya secara terus-menerus dan ditambah dengan membaca


do’a dengan bahasa Arab, dibuku itu terdapat do’a yang menggunakan
bahasa Arab, seperti:

      


“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk
orang-orang yang saleh (QS. Ash-Shoffat: 100).71
Do’a itu yang biasa saya baca, selain do’anya tidak terlalu panjang, jadi

mudah saya hafal. Suami saya juga biasanya berdo’a seperti itu, tetapi memakai

bahasa Indonesia.72

2. Mengapa ibu hamil merasa perlu mendidik anak dalam kandungan di Desa

Doudo Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik.

Dalam dunia pendidikan dikatakan bahwa pendidikan dan perkembangan

anak itu perlu mendapatkan perhatian tidak hanya setelah lahir (postnatal),

tetapi pendidikan dan perkembangan itu dimulai sejak anak masih dalam

kandungan. Menurut pernyataan Cassimir bahwa bayi yang masih dalam

kandungan kurang lebih sembilan bulan itu telah dapat diselidiki dan dididik

melalui ibunya. 73 Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa perilaku-perilaku ibu

waktu hamil menggambarkan anak dalam kandungan, jika sang ibu berperilaku

mendidik dirinya dan anaknya dalam kandungan, maka anak dalam kandungnya

sampai lahir kedunia akan melanjutkan pendidikan dan perkembangannya

dengan baik.

71
Al-Qur’an dan Terjemahannya, op.cit., hlm. 449.
72
Wawancara dengan keluarga Ibu Nur Kholifah, ibu yang menerapkan pendidikan anak sejak dalam
kandungan, tanggal 5 Maret 2009, pukul 16.00.
73
Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama diLingkungan Sekolah dan Keluarga (Jakarta:
Bulan Bintang), hlm. 47.
67

Mengingat betapa pentinya pendidikan anak di masa depan sebagai investasi

unggul untuk melanjutkan kelestarian peradaban sebagai penerus bangsa. Untuk

memperoleh investasi unggul pada anak-anak maka perlu diperhatikan

pendidikan dan perkembangan anak sejak dalam kandungan. Dengan demikian

diharapkan ibu-ibu hamil agar selalu memperhatikannya, sebab masa dalam

kandungan atau sebelum lahir (prenatal) adalah merupakan perkembangan dasar

untuk perkembangan selanjutnya (postnatal). Seorang ibu yang sedang hamil

merupakan pusat pertumbuhan bayi, dengan demikian, seorang ibu memegang

peranan penting terhadap pertumbuhan anak tersebut.

Namun tidak semua ibu yang sedang hamil selalu memperhatikan peranan

penting itu, yakni memperhatikan bayi yang sedang dalam kandungannaya.

Dalam upaya menjaga keselamatan ibu dan anak di samping melalui upaya lahir,

seperti memelihara gizi makanan dan kesehatan juga melalui upaya psikis dan

spiritual. Upaya spiritual itu ada yang bernafaskan keagamaan, ada juga yang

bernafaskan tradisi (kejawen). Upaya tersebut tentu sedikit banyak dipengaruhi

oleh persepsi atau pandangan hidupnya, yang tentu saja tidak terlepas dari

pengalaman hidupnya atau pendidikannya. 74

Berikut ini adalah gambaran tentang tujuan mengajar bayi belajar sejak

dalam kandungan:

a. Tujuan

Tujuan edukatif mengajar bayi sejak dalam kandungan adalah:

1) Memupuk fitrah Iman Islam anak

74
Mansur, op.cit., hlm. 59-60.
68

2) Merangsang saraf otak, telinga, dan mata

3) Membiasakan hidup Islami

4) Menanamkan cinta Al-Qur’an sejak dini

5) Mengenalkan budaya baca

Adapun tujuan psikologisnya adalah mengkondisikan situasi batin ibu,

ayah, kakak, dan seluruh anggota keluarga yang lain sehubungan dengan

akan adanya anggota baru sehingga hubungan antara mereka semua terjalin

dengan baik.

Menurut Ibu Khoirotun tujuan mendidik anak dalam kandungan bahwa:

Sewaktu saya mengandung, saya lebih sering membaca surat Yusuf dan
surah Maryam. Saya punya keinginan mempunyai anak seperti Nabi Yusuf:
Pintar, ganteng, putih, shaleh dan nurut, dan kalau nanti anak saya
perempuan. anak saya akan seperti Maryam. Amien, didalam buku itu pun
dijelaskan, bahwa apabila anak sudah mulai di didik dalam kandungan, nanti
setelah lahir anak itu sudah cepat untuk belajar akan ilmu-ilmu selanjutnya
dengan baik, berbeda dengan anak yang baru diberi pendidikan setelah ia
lahir, ia baru memulai pendidikannya.

Ungkapan Ibu Khoirotun, sesuai dengan pendapatnya Cassimir, Menurut

pernyataan Cassimir bahwa “bayi yang masih dalam kandungan kurang lebih

sembilan bulan itu telah dapat diselidiki dan dididik melalui ibunya”.

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa perilaku-perilaku ibu waktu hamil

menggambarkan anak dalam kandungan, jika sang ibu berperilaku mendidik

dirinya dan anaknya dalam kandungan, maka anak dalam kandungannya sampai

lahir kedunia akan melanjutkan pendidikan dan perkembangannya dengan baik.


69

Menurut Ibu Muhayatin tujuan mendidik anak dalam kandungan bahwa:

Saya selalu berdo’a dalam hati semoga dikaruniai anak yang shaleh dan
waktu persalinannya lancar. Karena saya lebih mendidik anak kepada
pendidikan agama, saya ingin sekali anak saya nanti menjadi seorang tokoh
agama didesa ataupun di desa-desa yang lain.

Menurut Ibu Iswatun tujuan mendidik anak dalam kandungan bahwa:

Setiap orang tua, pasti ingin mendapatkan anak yang shaleh/shalehah, begitu
juga saya dan suami saya. Ingin mendapatkan anak yang shaleh/shalehah,
dengan saya mempunyai anak yang nurut, berbakti dengan saya dan
Bapaknya sebagai orang tuanya, itu akan menjadi penyemangat untuk hidup
saya, anak itu kan amanat dari Allah, kalau saya bisa mendidik anak saya
dengan baik, hidup saya pun akan menjadi bahagia. Apalagi, saya sudah
mendidik anak ini dalam kandungan, saya yakin anak ini akan menjadi
kebanggaan saya, suami saya, keluarga, desa dan pastinya agama dan
Negara. Itu yang saya harapkan dari anak saya dengan saya mendidik anak
saya dalam kandungan.

Menurut Ibu Nur Hidayatie tujuan mendidik anak dalam kandungan bahwa:

Suatu sore, saya pergi kerumah tetangga, saat itu, tetangga saya sedang
menyetel murotal anak kecil, melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an yang
dihafalnya begitu indah. Saat itu juga, saya ingin sekali mempunyai anak
seperti anak kecil yang saya lihat tadi. Makanya, setiap sore, saya setel
dengan bacaan-bacaan murotal surah-surah pendek, biar nanti sewaktu sudah
lahir, anak saya bisa menjadi tahfidz Qur’an seperti yang saya lihat di CD
tetangga saya. Dengan dia bisa baca Qur’an, lancar, mengerti hukum-
hukumnya dan hafal dengan tiap arti yang ia baca, dengan sendirinya ia akan
mengerti, apa yang harus ia perbuat dan apa yang harus ia tinggalkan. Dan
pastinya akan menjadikannya anak yang shaleh/shalehah. Amien,

Menurut Ibu Nur Kholifah tujuan mendidik anak dalam kandungan bahwa:

Sebagai suami istri yang diberi amanah berupa anak yang masih dalam
kandungan, saya pun bertanggung jawab pada pendidikannya, karena
menurut saya, dengan orang tua membekali pendidikan yang baik, maka
kehidupan anak itu akan baik, dengan saya dan suami saya berusaha menjadi
orang tua yang shaleh dan shalehah. Dengan begitu, anak saya pun nanti
akan menjadi anak yang shaleh/shalehah dengan bekal pendidikan yang saya
beri waktu dalam kandungan. Amien
70

3. Kendala-kendala apa yang dialami ibu hamil selama mendidik anak dalam

kandungan di Desa Doudo Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik

Apa yang terjadi pada seorang perempuan ketika menyadari dirinya positif

hamil, terutama pada kehamilan pertama? Kejadiannya akan sama seperti yang

diungkapkan oleh Jack Canfield dkk, dalam bukunya, Cickhen Soup for the

Expectant Mother’s Soul, hlm.xviii:

Segala sesuatunya tidak akan sama lagi. Tubuh kita akan mengalami
perubahan-perubahan drastis, sementara emosi akan berganti-ganti antara
antisipasi dan rasa takjub ketika merasakan getar-getar kehidupan yang
pertama kali dalam tubuh seorang wanita, sampai pada kecemasan
membayangkan saat melahirkan dan kesanggupan kita untuk menjadi orang
tua. Mulai dari rasa mual sampai eforia, kehamilan benar-benar merupakan
pengalaman mendebarkan.75

Bagaimana rasanya mengalami perubahan-perubahan dramatis tersebut?

Semua itu adalah termasuk kendala-kendala yang akan ibu hamil alami.

Perubahan mencolok yang segera terlihat itu adalah yang bersifat lahiriah,

seperti: membesarnya bentuk tubuh, perasaan mual, seringnya harus ke toilet,

dan suasana hati pun akan semakin tidak menentu. Perubahan itulah yang terjadi

sewaktu hamil, dan kadangkala perubahan itu yang menjadi kendala, apabila

wanita tersebut kurang bisa menerima dan menghabiskan waktu hanya untuk

memikirkan perubahan tersebut, yang seharusnya bisa menerimanya dan

memikirkan akan perkembangan janinnya. Dan gejolak suasana hati (emosi)

mungkin saja berlangsung selama 40 minggu, tetapi mungkin saja tidak, yang

jelas, ada masa-masanya tersendiri untuk setiap gejolak-gejolak emosi yang

timbul ketika hamil. Akan dibagi menjadi tiga tahap yang menjadi kendala

75
M. Shodiq Mustika, Panduan Spritual Kehamilan (Kado Terindah Untuk Muslimah Hamil
(Yogyakarta: Qudsi Media, 2008), hlm. 59.
71

khususnya pada emosi itu sendiri, karena dari emosi itu akan berakibat pada

kegiatan-kegaitan sehari-hari, yaitu:

a. Kendala pada Triwulan I

Tahap triwulan pertama ini, emosi sudah mulai labil. Gejolak emosi seperti

wanita menjelang menstruasi, seperti: mudah tersinggung, cengeng, tidak

rasional, dengan mood (suasana hati) yang berubah-ubah. Terkadang

bergairah, terkadang loyo, terkadang penuh imajinasi, terkadang hampa.

Pada tahap pertama ini, karena seringnya mengalami letih dan mual, maka

akan mengalami penurunan kemauan untuk melakukan hubungan seksual.

Dan pada tahap ini pula, sudah mulai memikirkan bayi yang sedang

dikandungnya. Terkadang merasa was-was, takut, dan sekaligus gembira.

Yang terpenting apabila seorang wanita hamil terlintas pikiran seperti itu,

maka baik wanita itu sendiri, suami, ataupun keluarga yang mengetahui hal

tersebut, harus segera membelokkan pikiran negatif seperti itu kepada

pikiran yang positif, misalkan, dengan selalu berdo’a untuk mendapatkan

anak yang shaleh/shalehah, cerdas, dan lain sebagainya.

b. Kendala pada Triwulan II

Tahap triwulan kedua ini, akan sudah merasakan kehadiran si buah hati,

akan merasakan gerakan-gerakannya. Terutama setelah bulan kelima. Akan

terlintas dipikiran, seraya berkata dalam hati. “Sedang merasakan apa ya dia?

Kenapa bergerak-gerak? Apakah anak ini melonjak-lonjak karena gembira

ataukah karena protes kepada ku yang kurang perhatian kepadanya?


72

Apakah… (bla bla bla)” akan banyak pertanyaan yang timbul secara tiba-tiba

yang membuat menjadi bingung dan penasaran dengan semua itu.

Pada tahap ini, sudah mulai memikirkan kesejahteraan bayi, agar nanti lahir

dengan selamat. Akibatnya, bisa saja berakibat menjadi cemas, dari

timbulnya pikiran cemas tersebut, akan timbul lagi beberapa pertanyaan

yang mungkin menurutnya bisa berakibat kurang baik kepada anak yang

dikandungnya. Segala pikiran buruk yang selama ini tidak terpikirkan, tiba-

tiba saja timbul begitu saja. Akan tetapi, walaupun timbul pikiran buruk

seperti itu, pada tahap ini emosi sudah mulai stabil bila dibandingkan pada

tahap triwulan pertama. Tetap berpikiran selalu positif, gunakanlah

pernyataan-pernyataan yang terdapat di benak menjadi penyemangat untuk

seorang ibu menjaga anak yang masih dalam kandungannya untuk selalu

sehat. Karena yang kita ketahui sistem kekebalan tubuh yang dikaruniai oleh

Allah SWT kepada anak itu, mampu mengalahkan berbagai bibit penyakit.

Yang ibu itu perlukan hanyalah menjaga gizi, istirahat yang cukup, dan

selalu berpikiran positif.

c. Kendala pada Triwulan III

Tahap terakhir ini, perasaan akan semakin campur aduk. Bersatu padulah

rasa gembira telah berhasil menjaga anak yang masih dalam kandungan itu

dari triwulan pertama, kedua sampai triwulan ketiga ini, tetapi rasa takut pun

akan lebih menyerang karena persalinan akan semakin dekat. Selain

memikirkan masa persalinan yang semakin dekat, akan terpikir pula tugas
73

baru nanti sebagai seorang ibu, tugas mulai yang menantang. Seorang ibu

yang akan menentukan masa depan anak tersebut.

Dari tahap triwulan pertama sampai pada triwulan yang ketiga itu terdapat

masing-masing kendala yang harus dihadapi oleh wanita hamil. Sebenarnya

semua gejala atau kendala yang ibu hamil alami itu semua adalah gejala yang

lazim selama kehamilan. Semua wanita yang hamil pasti mengalaminya, tidak

hanya satu atau dua orang wanita hamil. Karena perubahan dari emosi atau

psisik itu adalah merupakan perubahan hormon yang terjadi selama kehamilan

berlangsung. Bersamaan dengan perubahan hormonal yang terjadi di dalam

tubuh, maka bergejolaklah emosi yang terjadi pada wanita hamil tersebut.

Gejolak yang terjadi sebenarnya berguna bagi keseimbangan seorang wanita

hamil tersebut, lahir batin. Kala hati bergejolak semasa hamil, cukuplah

menerimanya sebagai cara alamiah untuk menjaga keseimbangan seorang wanita

hamil tersebut.76 Dan kalaupun emosi itu sudah melampui batas kewajaran

menurut wanita hamil tersebut. Yaitu dengan cara peliharalah rasa senang hati

dan emosi-emosi positif lainnya. Teruslah memelihara senyum, rasa bergairah,

menjaga emosi positif itu sangat penting karena dengan kita terus menjaga

emosi positif akan membuat hidup semakin menjadi baik, mengingat Allah SWT

dan berdo’a kepada-Nya memohon kasih sayang dan kemudahan untuk

menghadapi segala macam kendala-kendala yang terjadi sewaktu hamil ataupun

sesudahnya. Do’a pun harus disertai dengan ikhtiar untuk bisa menikmati

perubahan-perubahan yang terjadi sewaktu hamil, yaitu:

76
Ibid., hlm. 59-69.
74

1) Cari informasi tentang kehamilan, entah dari buku, majalah, Koran, tabloid,

atau situs kehamilan di internet. Disitu akan dapat banyak sekali informasi,

tetapi tidak harus semuanya dibaca, sesuaikan saja dengan kebutuhan saat

itu.

2) Lakukan pemeriksaan rutin kehamilan, agar bisa bertanya pada dokter

mengenai perubahan yang sedang dialami. Pemeriksaan yang rutin ini akan

memastikan perubahan berlangsung normal, dokter bisa mengatasinya sedini

mungkin.

3) Bicarakanlah dengan suami apa yang sedang dirasakan, suamilah yang

paling berkepentingan dengan perubahan yang terjadi. Diharapkan suami

bisa berempati dan mampu memberikan dukungan psikologis yang

dibutuhkan sang istri.

4) Perhatikanlah kesehatan. Tubuh yang sehat akan lebih kuat menghadapi

berbagai perubahan, termasuk perubahan psikis. Sebaliknya, tubuh yang

sakit-sakitan dapat membuat tubuh lebih tertekan.

5) Lakukan aktivitas yang dapat meredakan gejolak perubahan psikis. Caranya

bisa dengan berwudhu, shalat, menyimak lantunan ayat-ayat Al-Qur’an,

membaca karya-karya sastra, menjahit, melukis, bermain musik, atau apa

pun aktivitas yang baik yang dapat menyenangkan jiwa.

6) Bila ingin mendapatkan perasaan yang lebih rileks, bisa mengatasinya

dengan mendengarkan musik lembut, berupaya memusatkan perhatian

sambil mengatur napas, senam, dan bentuk relaksasi lainnya 77

77
Ibid., hlm. 78-79.
75

Berdasarkan hasil penelitian. Kendala yang dihadapi oleh ibu hamil di Desa

Doudo pun tidak berbeda dengan bahasan di atas, kebanyakan mereka berawal

dari emosi yang bisa berakibat kepada semua kegiatan yang terjadi.

Kendala yang dialami Ibu Khoirotun waktu mendidik anak dalam

kandungan:

Pada usia kehamilan yang masih muda ini, saya sering mempunyai perasaan
yang sering tidak menentu, kadang pengennya marah-marah, takut, khawatir,
dan rasa mual yang kadang saya tidak tahan. Minggu awal, diwaktu
kehamilan saya, saya merasakan, rasa mual, malas dan tidak bergairah sama
sekali untuk melakukan kegiatan, sampai saya meminta ijin kepada pihak
sekolah, saya tidak mengajar. Tetapi, setelah saya baca-baca buku dan
meminta saran kepada Ibu bidan, bahwa perasaan seperti itu wajar dialami
oleh setiap ibu hamil di usia kehamilan yang masih muda, dan Ibu bidan pun
menyarankan untuk tidak terlalu mengikuti akan perasaan yang saya rasakan
saat itu, untuk mengalihkan perasaan dari negatif kepada positif, tetapi
jangan terlalu banyak kegiatan yang bisa membuat saya terlalu lelah, karena
usia 1-4 bulan kehamilan, itu masih masa rawan. Setelah saya fikir, itu ada
benarnya juga, karena saya pun mempunyai tanggung jawab sebagai seorang
guru, saya harus tetap menjalankan segala aktivitas seperti biasanya, yang
mungkin sedikit saya kurangin.

Kendala yang dialami Ibu Muhayatin waktu mendidik anak dalam

kandungan:

Hampir sama kendala yang dialami oleh Ibu Muhyatin dengan Ibu
Khoirotun, dan juga dengan ibu-ibu hamil yang peneliti teliti. Walaupun Ibu
Muhayatin termasuk usia trimester ke-2 kehamilannya, yang seharusnya
sudah bisa stabil dengan perasaan yang dialaminya, Ibu Muhayatin tetap
merasa mual, lemes, males melakukan segala kegiatan (termasuk mendidik
anak dalam kandungan). Tetapi sama seperti dengan Ibu Khoirotun, karena
satu profesi sebagai guru, mau tidak mau, saya harus tetap menjalankan
aktivitasn sebagai guru. Dengan semangat yang tinggi untuk menjadikan
anak yang masih dalam kandungannya menjadi anak yang shaleh/shalehah,
jadi anak kebanggan orang tua, desa, bangsa dan agama, dan waktu
melahirkan bisa lancar. Walaupun perasaan itu bisa mengganggu, tetapi tetap
dijalankan dengan baik.
76

Kendala yang dialami Ibu Iswatun waktu mendidik anak dalam kandungan:

Kendala yang saya alami mungkin lebih parah dari ibu-ibu hamil yang lain,
selain saya pun merasakan lemes, males, mual, pusing, saya juga merasakan
tidak nafsu makan dari awal usia kandungan saya sampai bulan ke-4,
mungkin bisa dikatakan jarang sekali saya makan nasi ataupun minum susu,
dan yang lainnya. Setiap saya mencoba untuk makan dan minum susu
ataupun hanya air putih, selalu saja keluar lagi. Saya hanya bisa melakukan
kegiatan yang ringan-ringan saja, seperti masalah mencuci, nyetrika, masak
dan yang lain-lain, saya serahkan kepada suami, dan ibu saya, kebetulan
rumah ibu saya bersebelahan, badan saya lemes sekali, karena tidak ada
tenaga sama sekali, saya sudah tanya dengan Ibu Bidan tentang masalah saya
ini, dan ibu Bidan pun sudah memberikan saya vitamin sampai suntikan
yang mengandung nafsu makan, tapi tetap aja, rasa mual yang lebih. Tetapi,
walaupun saya lemes, dan malas untuk melakukan kegiatan, tetapi saya
selalu berusaha untuk tetap melakukan pendidikan anak saya sejak dalam
kandungan, karena menurut saya itu sangat penting, dan kata Ibu Bidan pun
saya tidak boleh terlalu menuruti akan perasaan ini, tetapi dengan istirahat
yang cukup pula. Dengan baca-baca do’a sambil tiduran dan lain sebagainya,
yang bisa saya lakukan dengan senyaman mungkin.

Kendala yang dialami Ibu Nur hidayatie waktu mendidik anak dalam

kandungan:

Rasa mual, males untuk melakukan segala kegiatan yang ada, itu juga
berakibat rasa males saya untuk melanjutkan mendidik anak dalam
kandungan, tetapi saat usia kandungan saya 3 bulan, saya mulai mendidik
anak saya dalam kandungan, awalnya dengan saya baca buku yang saya
sebutin tadi, disitu dijelasin, walaupun terjadi kendala-kendala itu, saya
diharuskan untuk tetap melakukan aktivitas atau kegiatan sehari-hari yang
biasa saya lakukan, mungkin sedikit saya kurangi, dari kegiatan saya
sebelumnya.

Kendala yang dialami Ibu Nur Kholifah waktu mendidik anak dalam

kandungan:

Hampir setiap wanita hamil, akan merasakan rasanya mual dan gejala
perasaan yang tidak menentu. Itu wajar dialami oleh wanita hamil, karena itu
semua akibat perubahan hormon yang terjadi selama kehamilan berlangsung.
Itu kata Bidan Hariati, saat saya bertanya tentang masalah mual saya itu.
Dari penjelasan itu, walaupun saya merasakan mual dan perasaan yang
berubah-ubah, tetapi saya tetap berusaha menjalankan aktivitas sehari-hari
saya, setiap pagi, saya harus menyiapkan sarapan untuk suami dan keluarga,
77

karena adik-adik saya ikut tinggal dirumah, lalu saya lanjutkan dengan
pekerjaan-pekerjaan yang lain, dan saya tetap menajalankan kegiatan sore
saya seperti biasa, saya mengajar TPQ.

Buku/pedoman yang dipakai ibu hamil yang berada di Desa Doudo akan

terlampir (Lampiran 5)
78

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Mendidik anak dalam kandungan merupakan pekerjaan yang sangat besar yang

membutuhkan motivasi yang kuat, pemikiran, ketelatenan, pengorbanan, dan

kesungguhan yang nyata dari pihak pendidiknya, yaitu orang tua, terutama Ibu. Cara

mendidik anak dalam kandungan, sebenarnya telah lama dipraktikkan melalui

pelaksanaan ritual-ritual ibadah, namun secara formal pendidikan ini baru dikenal

dekade belakangan ini, tepatnya pada awal tahun delapan puluhan.

Mendidik anak dalam kandungan, bukan berarti mendidik anak tersebut agar pandai

terhadap apa yang diajarkan oleh pendidiknya, yaitu orang tuanya terutama ibunya dan

mendapat peringkat tertinggi di kelasnya. Melainkan sekedar memberikan stimulus

yang diproses secara edukatif kepada anak yang masih dalam kandungan melalui ibunya

untuk kehidupan nyata di dunia. Karena pada hakikatnya, pendidikan anak dalam

kandungan adalah hal-hal yang berkaitan dengan anak di dalam kandungan, hal tersebut

meliputi serangkaian proses aktivitas manusia yang merupakan kerangka dasar konsep

pendidikan anak dalam kandungan, hal tersebut tidak bisa dipisahkan pada masa

sebelumnya yang telah di awali dari sejak persiapan atau pemilihan jodoh dan

perkawinan, sampai pada masa kehamilan. “Pendidikan anak dalam kandungan

merupakan masa yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak

pada masa akan datang.” Dan agama Islam pun jelas, sangat memperhatikan akan

masalah tersebut, sebagaimana pada ayat Al-Qur’an dan hadits pada pembahasan

sebelumnya.
79

Tujuan akhir pendidikan anak dalam kandungan adalah menghasilkan perubahan-

perubahan pada janin dan bayi yang akan membuat mereka lebih siap menghadapi

lingkungan sehingga mereka lebih berbahagia dan produktif dalam kehidupan.

Lebih jauh lagi, pendidikan anak dalam kandungan dapat membantu seorang ibu

untuk menjadi orang tua yang lebih memiliki kasih sayang, responsif, santai dan

memberikan dukungan emosional, yang merupakan salah satu faktor dalam

meningkatkan kemampuan bayi. Program pendidikan anak dalam kandungan ini

menyediakan suatu forum, untuk mengenal, memahami dan mengajar bayi sebelum dan

setelah kelahiran dalam suatu lingkungan yang penuh kasih sayang, dan akan menjadi

patokan untuk seumur hidupnya.

Jadi, hubungan awal antara anak dalam kandungan dengan orang tuanya memiliki

efek besar baik bagi individu maupun masyarakat luas.

Kesimpulan wawancara, usia dan bagaimana cara Ibu hamil menerapkan

pendidikan anak dalam kandungan, yang peneliti buat berbentuk bagan:

No Nama USIA

Usia Kandungan Usia Menerapkan

1 Ibu Khoirotun 3 Bulan 1 Bulan

2 Ibu Muhayatin 5 Bulan 3 Bulan

3 Ibu Iswatun 6 Bulan 4 Bulan

4 Ibu Nur Hidayatie 5 Bulan 3 Bulan

5 Ibu Nur Kholifah 4 Bulan 2 Bulan


80

No Nama Cara/Proses

1 Ibu Khoirotun Berawal dari melakukan hubungan, saya baca do’a


itu:
‫ﺑِﺴْﻢِ اﷲِ اَﻟﻠﱠﮭُﻢﱠ ﺟَﻨﱢﺒْﻨَﺎ اﻟﺸﱠﯿْﻄَﺎنَ وَﺟَﻨﱢﺐِ اﻟﺸﱠﯿْﻄَﺎنَ ﻣَﺎ رَزَﻗْﺘَﻨَﺎ‬
“Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah
hindarkanlah diriku dari godaan syetan, dan
jauhkanlah pula anak turunanku dari tipu dayanya.”
(HR. Bukhori dan Muslim).
Dan dengan seperti sering membaca do’a-doa, seperti
doa memohon anak shaleh/shalehah:
     
“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang
anak) yang termasuk orang-orang yang saleh (QS.
Ash-Shoffat: 100).78
Ataupun membaca pada surah-surah pendek seperti
Al-Fatihah, An-Naas, Al-Ikhlas, Al-Falaq, Yusuf
(Bila menginginkan anak laki-laki) dan surat Maryam
(Bila menginginkan anak perempuan). Saya
membaca Al-Qur’an mungkin hanya sekitar 15-20
menitan. Ataupun dengan sering membaca Asmaul-
Husna dan dzikir-dzkir yang biasanya hanya waktu
shalat saja, sekarang diperbanyak, dalam keadaan apa
pun, saya selalu berusaha untuk selalu berdzikir.
Dengan menyetel lagu-lagu Islami waktu pagi dan
sore hari sambil melakukan kegiatan-kegiatan sehari-
hari sebelum berangkat atau pun pulang mengajar.
2 Ibu Saya mulai menerapakannya, tetapi, waktu saya
melakukan hubungan suami istri, membaca do’a,
Muhayatin seperti do’a:
‫ﺑِﺴْﻢِ اﷲِ اَﻟﻠﱠﮭُﻢﱠ ﺟَﻨﱢﺒْﻨَﺎ اﻟﺸﱠﯿْﻄَﺎنَ وَﺟَﻨﱢﺐِ اﻟﺸﱠﯿْﻄَﺎنَ ﻣَﺎ رَزَﻗْﺘَﻨَﺎ‬
“Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah
hindarkanlah diriku dari godaan syetan, dan
jauhkanlah pula anak turunanku dari tipu dayanya.”
(HR. Bukhori dan Muslim). Dengan makan-makanan
yang bergizi dan halal, dan datang ke puskesmas
kalau terjadi perkembangan atau permasalah yang
saya alami, awal bulan pertama hamil saya hanya
memeriksa sebulan sekali, dan mendekati persalinan
saya akan tambah sering melakukannya yaitu 1
minggu sekali. Pendidikan yang saya berikan lebih
khusus kepasa ilmu agama, saya lebih sering
membaca surat-surat pendek atau pun dengan

78
Al-Qur’an dan Terjemahannya, op.cit., hlm, 449
81

bacaan-bacaan tasbih. Waktu pagi atau sore hari, saya


pasti menyempatkan dengan menyetel musik, seperti
musik dari nasyid-nasyid atau murotal-murotal.
Sewaktu hamil, saya jadi lebih sering melakukan
sedekah dan selalu berdo’a, Dalam sehari saya baca
Qur’an setiap selesai shalat, itu sebisa mungkin saya
lakukan, dan masalah surahnya. Saya tidak
mengkhususkan surah apa yang harus saya baca,
biasanya, saya memulainya dengan membaca Al-
Fatihah lalu surah Yasin lalu dilanjutkan dengan
surah selanjutnya yang akan saya baca.
3 Ibu Iswatun Mulai dari waktu melakukan hubungan suami istri
dengan membaca do’a dan mengaharap keturunan
yang di Ridhoi-Nya. Dengan do’a:
‫ﺑِﺴْﻢِ اﷲِ اَﻟﻠﱠﮭُﻢﱠ ﺟَﻨﱢﺒْﻨَﺎ اﻟﺸﱠﯿْﻄَﺎنَ وَﺟَﻨﱢﺐِ اﻟﺸﱠﯿْﻄَﺎنَ ﻣَﺎ رَزَﻗْﺘَﻨَﺎ‬
“Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah
hindarkanlah diriku dari godaan syetan, dan
jauhkanlah pula anak turunanku dari tipu dayanya.”
(HR. Bukhori dan Muslim), saya dan suami saya
menambah dzikiran, baca surat-surat pendek, baca
Al-Qur’an setiap selesai shalat sekitar 20-25 menit
dan saya tidak mengkhususkan surat apa yang akan
saya baca, atau pun dengan menambah
memperbanyak shalat-shalat sunnah. Saya sering
bertanya kepada ibu bidan yang ada di Puskesmas
sana, setiap ada yang saya kurang mengerti dari
perkembangan kandungan saya waktu itu. Waktu usia
kandungan saya nanti menginjak 8 bulan nanti, saya
di sarankan untuk sering sujud, manfaatnya nanti
waktu melahirkan menjadi mudah. Selama hamil,
saya disarankan untuk melakukan senam hamil,
makan vitamin dan lain. Saya Seperti misalnya:
waktu sedang duduk-duduk santai, saya menerapkan
pendidikan itu, dengan mencari posisi kepala bayi,
untuk mengawalinya saya ucapkan
Assalamu’alaikum… ni Ibu, dengan menggunakan
kertas yang digulung mirip dengan bentuk cerobong,
atau pun Bapaknya yang memberi pelajaran, yang
langsung pipi Bapak menempel diperut saya seperti
mengajarkan pada kosa kata dasar, kalimah-kalimah
thayyibah, surat-surat pendek secara bertahap atau
Bapaknya sering mengumandangkan adzan atau
iqamat waktu Maghrib, Isya dan Subuh saja, waktu
Ashar dan Djuhur saya setel dengan tape recorder.
Karena yang lainnya, bapaknya kerja. Dan dalam
masalah sedekah atau amal-amalan yang lain, itu
82

pasti saya lakukan. Di waktu senggang, selalu saya


gunakan untuk ngobrol kepada anak saya yang masih
dalam kandungan itu, saya ajak ia belajar tentang
rukun iman, rukun Islam, ataupun pelajaran-pelajaran
yang lain yang masih berhubungan dengan agama,
saya selalu berkata kepada anak saya yang masih
dalam kandungan, “Nak…ni Ibu, Ibu selalu berdo’a,
kamu menjadi anak yang shaleh/shalehah dan
menjadi orang yang sukses dan kamu nantinya bisa
hidup bahagia” sambil mengelus-elus perut saya.
Kadang, setelah saya mengelus tepat dikepalanya,
dalam beberapa detik, ia akan membalasnya dengan
sedikit tendangan dari kaki mungilnya itu.
4 Ibu Nur Sewaktu melakukan hubungan suami istri
do’a yang saya baca:
Hidayatie ‫ِﺳْﻢِ اﷲِ اَﻟﻠﱠﮭُﻢﱠ ﺟَﻨﱢﺒْﻨَﺎ اﻟﺸﱠﯿْﻄَﺎنَ وَﺟَﻨﱢﺐِ اﻟﺸﱠﯿْﻄَﺎنَ ﻣَﺎ رَزَﻗْﺘَﻨَﺎ‬
“Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah
hindarkanlah diriku dari godaan syetan, dan
jauhkanlah pula anak turunanku dari tipu dayanya.”
(HR. Bukhori dan Muslim).
Dan saya pun selalu pergi ke Puskesmas untuk
bertanya atau memeriksa bila ada kejanggalan yang
saya rasakan sewaktu hamil selalu makan-makanan
yang bergizi, minum susu, olah raga atau senam
untuk ibu hamil do’a yang selalu saya dan suami saya
amalkan, yaitu:
‫رَﺑﱠﻨَﺎ ھَﺐْ ﻟَﻨِﺎ ﻣِﻦْ اَزْوَاﺟِﻨَﺎ وَذُرﱢﯾَﺘِﻨَﺎ ﻗُﺮﱠةَ اَﻋْﯿُﻦٍ وﱠاﺟْﻌَﻠْﻨَﺎ ﻟِﻠْﻤُﺘﱠﻘِﯿْﻦَ اِﻣَﺎﻣًﺎ‬
“Wahai Tuhan kami, karuniakanlah kami dan istri-
istri kami dan dari keturunan-keturunan kami
penyenang hati dan jadikanlah kami pemimpin bagi
orang-orang yang bertaqwa.”
Diwaktu senggang, atau saat selesai shalat, biasanya
saya lanjutkan dengan membaca Al-Qur’an, hanya
15-20 menitan, dan waktu senggang yang lain,
biasanya saya gunakan untuk mendengarkan musik,
baik dari tape recorder atau walkman yang saya pakai
dengan menggunakan head set, waktu pagi hari
biasanya saya setelkan dengan murotal. Sebelum saya
tempelkan head set tersebut, saya beritahukan dulu
kepada anak saya. “Nak…. Ibu tempelkan head set ke
kepala bayi, ibu setelkan murotal surah-surah
pendek… (Al-Fatihah) misalnya, atau ibu setelkan
nyanyian nasyid Islami” setelah beberapa detik,
langsung saya putarkan murotal atau nasyid tersebut.
Hal tersebut selalu saya lakukan berulang kali,
dengan mengganti berbagai materi kalau saya merasa
83

sudah cukup pada materi sebelumnya. Di sela-sela


pekerjaan saya sebagai ibu rumah tangga, waktu
membersihkan rumah, masak, dan lain-lain, biasanya
saya sambil diselingi dzkir dalam hati, kalimah-
kalimah Thayyibah. Di setiap kegiatan yang saya
lakukan selama mengandung, saya selalu berusaha
mengikut sertakan anak saya untuk ikut dalam
kegiatan itu.
5 Ibu Nur Mengawalinya dengan membaca do’a sewaktu
melakukan hubungan suami istri itu merupakan
Kholifah langkah awal mendidik anak dalam kandungan, dan
dengan baca Qur’an yang saya lakukan setiap selesai
shalat sekitar 15-20 menit, biasanya saya lebih
memperbanyak dengan surah Yusuf dan Maryam,
saya pernah lihat acara di Televisi, acara ceramah.
Disitu dijelaskan, untuk ibu yang sedang hamil,
disarankan untuk lebih sering membaca surah Yusuf
dan Maryam selain dengan surah-surah yang lain,
dzikiran baik setelah selesai shalat atau diwaktu
senggang, mendengarkan musik yang biasa saya
lakukan diwaktu sore hari, seperti murotal atau
musik-musik Islami, selalu berdo’a untuk dapat anak
yang shaleh/shalehah, biasanya saya baca do’a,
seperti:
     
“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang
anak) yang termasuk orang-orang yang saleh (QS.
Ash-Shoffat: 100)79
Do’a itu yang biasa saya baca, selain do’anya tidak
terlalu panjang, jadi mudah saya hafal. Suami saya
juga biasanya berdo’a seperti itu, tetapi memakai
bahasa Indonesia. Dengan berdo’a agar dikaruniai
anak yang shaleh/shalehah dan berbakti kepada orang
tua.

Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan. Bahwa hampir rata-rata mereka

mulai menerapkan pendidikan dari awal mereka melakukan hubungan suami istri,

walaupun ada sebagian yang baru mengerti bahwa apa yang mereka baca dan lakukan,

itu semua adalah awal yang harus dilakukan setiap pasangan yang ingin memiliki anak

79
Ibid., hlm. 449.
84

yang shaleh/shalehah, berbakti dan lain sebagainya. Dalam menerapkan pendidikan

anak dalam kandungan. Memang seharusnya berawal dari saat membaca do’a

melakukan hubungan suami istri atau bahkan saat pemilihan jodoh. Karena semua itu,

akan berdampak pada hasil keturunannya. Dengan membaca do’a dan mengharapkan

keridhoa-Nya untuk mendapatkan keturunan yang shaleh/shalehah berbakti dan lain

sebagainya. Mendidik anak dalam kandungan tidak harus berpatok pada satu metode,

materi ataupun tujuan. Karena, baik dari metode, materi dan tujuan semua itu,

tergantung bagaimana Ibu hamil itu menginginkan seperti apa anak yang masih dalam

kandungan. Karena dengan menerapkan pendidikan anak dalam kandungan, orang tua

telah memberikan pendidikan sesuai dengan apa yang orang tua harapkan pada masa

depan anak tersebut.

Kesimpulan wawancara Mengapa Ibu hamil merasa perlu mendidik anak dalam

kandungan, yang peneliti buat berbentuk bagan:

No Nama Tujuan/Alasan

1 Ibu Khooirotun Buku karangan Drs. Mustafa A. Y dengan judul


Panduan Mengajar Bayi Anda Membaca Al-
Qur’an Sejak dalam Kandungan, menjadi buku
yang menuntun saya dalam mendidik anak dalam
kandungan. Saya punya keinginan mendapat anak
seperti Nabi Yusuf: Pintar, ganteng, putih, shaleh
dan nurut, dan kalau nanti anak saya putri. Anak
saya akan seperti Maryam. Amien, didalam buku
itu pun dijelaskan, bahwa apabila anak sudah
mulai di didik dalam kandungan, nanti setelah
lahir anak itu sudah cepat untuk belajar akan
ilmu-ilmu selanjutnya dengan baik, berbeda
dengan anak yang baru diberi pendidikan setelah
ia lahir, ia baru memulai pendidikannya. Dengan
mendengarkan lagu-lagu tersebut, dari diri saya
pun merasa tenang, dan saya yakin itu pun akan
85

terasa pada anak saya didalam kandungan waktu


itu.
2 Ibu Muhayatin Buku karangan Drs. Mustafa A. Y dengan judul
Panduan Mengajar Bayi Anda Membaca Al-
Qur’an Sejak dalam Kandungan. Yang saya baca,
dan buku-buku tentang Ibu hamil yang lain. Saya
selalu berdo’a dalam hati semoga dikaruniai anak
yang shaleh dan waktu persalinannya lancar, saya
ingin sekali anak saya nanti menjadi seorang
tokoh agama didesa ataupun di desa-desa yang
lain.
3 Ibu Iswatun Saya ingin mendapatkan anak yang
shaleh/shalehah, dengan saya mempunyai anak
yang nurut, berbakti dengan saya dan Bapaknya
sebagai oran tuanya, itu akan menjadi
penyemangat untuk hidup.
4 Ibu Nur Hidayatie Anak saya bisa menjadi tahfidz Qur’an. Dengan
dia bisa baca Qur’an, lancar, mengerti hukum-
hukumnya dan hafal dengan tiap arti yang ia
baca, dengan sendirinya ia kan mengerti, apa
yang harus ia perbuat dan apa yang harus ia
tinggalkan. Dan pastinya akan menjadikannya
anak yang shaleh/shalehah
5 Ibu Nur Kholifah Anak saya nanti akan menjadi anak yang
shaleh/shalehah

Dari penjelasan di atas data dijelaskan bahwa tujuan pendidikan anak dalam

kandungan di Desa Doudo, karena suasana tempat tinggal mereka masih kental pada

suasana religi. Maka pantas kalau mereka lebih tertarik untuk menjadikan anaknya nanti

lebih banyak mempunyai bekal ilmu agama, menjadi anak yang shaleh/shalehah,

penurut, rajin beribadah, hafal Qur’an, bahkan Ibu Khoirotun menginginkan anak

seperti Nabi Yusuf atau Maryam, dan ada yang beranggapan. “Dengan anak bisa baca

Qur’an, lancar, mengerti hukum-hukumnya dan hafal dengan tiap arti yang ia baca,

dengan sendirinya ia akan mengerti, apa yang harus ia perbuat dan apa yang harus ia

tinggalkan. Dan pastinya akan menjadikannya anak yang shaleh/shalehah.”


86

Dalam menjalankan sebuah konsep, sudah barang tentu ibu hamil tersebut

mempunyai target yang ingin dicapai, begitu juga dengan ibu hamil yang berada di Desa

Doudo yang mempunyai target yang ingin dicapai dari penerapan pendidikan anak

dalam kandungan itu, sesuai dengan pendapat F. Rene Van de Carr, dkk, bahwa The

Prenatal Enrichment Uint di Hua Chiew General Hospital, di Bangkok Thailand yang

dipimpin oleh Dr. C. Panthura-amphorn, telah melakukan penelitian yang sama

terhadap bayi pralahir, dan hasilnya disimpulkan bahwa bayi yang diberi stimulus

pralahir cepat mahir bicara, menirukan suara, menyebutkan kata pertama, tersenyum

secara spontan, mampu menoleh ke arah suara orang tuanya, lebih tanggap terhadap

musik, dan juga mengembangkan pola sosial lebih baik saat ia dewasa, dengan kata lain

setiap ibu hamil selalu menginginkan anaknya nanti menajdi anak yang shaleh/shalehah,

berbakti kepada orang tua dan berguna bagi keluarga, masyarakat, agama, dan

negaranya kelak.

Kesimpulan wawancara kendala-kendala yang dialami Ibu hamil dalam mendidik

anak dalam kandungan, yang peneliti buat berbentuk bagan:

No Nama Kendala

1 Ibu Khorotun Perasaan yang sering tidak menentu, kadang


pengennya marah-marah, takut, khawatir, dan rasa
mual yang kadang saya tidak tahan.
2 Ibu Muhayatin Merasa mual, lemes, males melakukan segala
kegiatan (termasuk mendidik anak dalam
kandungan)
3 Ibu Iswatun Merasakan lemes, males, mual, pusing, juga
merasakan tidak nafsu makan dari awal usia
kandungan saya sampe bulan ke-4, mungkin bisa
dikatakan jarang sekali saya makan nasi ataupun
minum susu, dan yang lainnya. Setiap mencoba
untuk makan dan minum susu ataupun hanya air
putih, selalu saja keluar lagi.
87

4 Ibu Nur Rasa mual, males untuk melakukan segala kegiatan


yang ada, Males melanjutkan mendidik anak dalam
Hidayatie kandungan.

5 Ibu Nur Merasakan rasanya mual dan gejala perasaan yang


tidak menentu.
Kholifah

Berdasarkan hasil penelitian, dalam bentuk bagan akan kendala-kendala yang

dialami ibu hamil selama mendidik anak dalam kandungan. Hampir semua berawal dari

perasaan yang tidak menentu, mual, pusing-pusing, males, lemes dan lain sebagainya.

Yang semua itu akan berakibat akan kegiatan-kegiatan berlangsung, seorang yang

sedang mengandung, itu dilarang untuk bekerja terlalu letih, dan mempunyai waktu

istirahat yang cukup. Apalagi saat usia kandungan 1-4 bulan, karena sesuai yang

disarankan Ibu Hariati selaku bidan di Desa Doudo, usia kandungan saat itu, masih

terlalu rawan untuk bahaya keguguran.

Sebaiknya dalam diri ibu hamil itu, harus ditanamkan perasaan “Gejolak pasti

berlalu”, maksudnya, berbagai gejolak perubahan yang ibu hamil alami itu hanya

sebentar saja, kekurang-nyaman ibu hamil itu takkan berlangsung lama. Hanya beberapa

bulan, kalau Ibu hamil tidak mencemaskannya, rasa mengandung itu hanyalah waktu

yang sebentar, dan kendala-kendala yang terjadi itu tidak akan berarti untuk Ibu hamil,

dan rasanya akan serasa semenit saja.

Kalaupun terasa agak lama, sadarilah bahwa hamil adalah peristiwa biasa bagi

wanita, begitu pun dengan kendala-kendala yang terjadi akan perubahannya. Hadapilah

berbagai kendala perubahan semasa hamil ini dengan bersikap lembut kepada diri

sendiri.
88

Jika ibu hamil bersikap keras pada diri sendiri, akan ketidak nyamanan ibu hamil

lantaran kelabilan emosional dan fisik ini, justru semakin bertambah kekurang

nyamanan anak dalam kandungan, karena apa yang ibu rasakan itu akan berdampak

kembali pada anak, dan kalau ingin nyaman, hanya ada satu cara, yaitu buat nyamanlah

ibu hamil itu sendiri “apa adanya”!


89

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti paparkan pada bab sebelumnya,

maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

4. Cara ibu hamil menerapkan konsep pendidikan anak dalam kandungan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada ibu hamil di desa Doudo

mengenai cara menerapkan pendidikan anak dalam kandungan. Bahwa beragam

cara yang bisa digunakan oleh Ibu hamil yang ingin menerapkan pendidikan

dalam kandungan. Dapat disimpulkan, meliputi:

a. Awal Plann pilih jodoh

b. Melakukan hubungan seksual secara Islami

c. Sering membaca Al-Qur’an

d. Sering shalat hajat

e. Selalu berdo’a agar dikaruniai anak yang shaleh/shalehah, dll

f. Dengan membuat kertas yang dibentuk seperti cerobong sebagai alat

pemberian pengetahuan baik agama atau umum

g. Mendengarkan musik seperti dengan memakai Tape Recorder

h. Pemberian nutrisi (Vitamin, Kalsium, Folan, DHA, Folat, protein, air)

i. Menjaga lingkungan agar tetap sehat

j. Tetap menjaga ikatan keluarga yang harmonis

k. Menajaga kelahiran orientasi (keselamatan bayi dan ibu)


90

Pendidikan anak dalam kandungan bukan sekedar memberikan sensasi-

sensasi kepada janin dalam kandungannya, melainkan usaha yang disengaja

secara sadar memberikan stimulus edukatif, pemberian nutrisi (makanan

bergizi), lingkungan sehat, hubungan ikatan kekeluargaan yang harmonis, dan

bimbingan orientatif (keselamatan ibu dan bayi). Seperti program yang telah

dilaksanakan oleh masyarakat desa Doudo. Dengan adanya program P3K, dan

yang telah diresmikan oleh Presiden SBY bertempat di Jakarta tanggal, 24 Juli

2005 tentang Gerakan Nasional Pemantauan Tumbuh Kembang Anak. Dengan

demikian, pendidikan anak dalam kandungan merupakan sebuah sistem

pendidikan yang terprogram bagi ibu yang sedang hamil dan untuk anak dalam

kandungannya.

5. Tujuan ibu hamil merasa perlu mendidik anak dalam kandungan

a. Dengan harapan anak lebih banyak mempunyai bekal ilmu pengetahuan,

terutama akan ilmu agama dan menjadikannya, penurut, rajin beribadah,

hafal Qur’an, dan telah mempunyai dasar pendidikan untuk bekal di

kehidupan nyata,

b. Menginginkan anak seperti Nabi Yusuf atau Maryam,

c. Dengan adanya pendidikan anak dalam kandungan yaitu memberikan

sensitifikasi nuansa atau orientasi nilai-nilai ajaran agama sesuai dengan

yang diberikan oleh orang tuanya sedini mungkin, dan mengoptimalisasikan

potensi intelegensi dan melestarikan keseimbangan emosi sang bayi dalam

kandungan, yang pada akhirnya, pendidikan ini memberikan kesempatan


91

kepada bayi untuk memperoleh informasi yang lebih leluasa dan mendapat

pembinaan edukatif yang lebih baik dari orang tuanya sendiri, dengan

motivasi tinggi yang dimiliki ibu dari suami ataupun keluarga terdekat, maka

akan berhasil segala tujuan yang ingin dicapai.

d. Walaupun dengan berbagai macam cara yang digunakan dalam mendidik

anak dalam kandungan, tetapi tujuannya tetap menjadikan anak yang shaleh

dan shalehah.

Berdasarkan hasil penelitian di atas tujuan yang ingin dicapai oleh ibu hamil

di desa doudo sesuai dengan teori apa yang telah dikemukakan oleh Para

ilmuwan bidang pendidikan anak dalam kandungan telah banyak melakukan

riset baru dan riset ulang secara kontinu dengan membuat langkah-langkah dan

metode baru mengenai praktik pendidikan pralahir. Mereka telah menemukan

banyak hal, mengenai keistimewaan pendidikan pralahir ini, diantaranya adalah

peningkatan kecerdasan otak bayi, keyakinan lestari pada diri anak saat tumbuh

dan berkembang dewasa nanti, keseimbangan komunikasi lebih baik antara anak

(yang mengikuti program pendidikan pralahir) dengan orang tuanya, anggota

keluarganya dan atau dengan lingkungannnya, dibanding dengan teman-

temannya yang tidak mengikuti program pralahir.

Menurut Dr. Craig dari University of Alabama menunjukkan bahwa

program-program stimulasi dini meningkatkan nilai tes kecerdasan dalam

pelajaran utama pada semua anak yang diteliti dari masa bayi hingga usia 15

tahun. Anak-anak tersebut mencapai kecerdasan 15 hingga 30 persen lebih

tinggi.
92

Dan Menurut F. Rene Van de Carr, dkk, bahwa The Prenatal Enrichment

Uint di Hua Chiew General Hospital, di Bangkok Thailand yang dipimpin oleh

Dr. C. Panthura-amphorn, telah melakukan penelitian yang sama terhadap bayi

pralahir, dan hasilnya disimpulkan bahwa bayi yang diberi stimulus pralahir

cepat mahir bicara, menirukan suara, menyebutkan kata pertama, tersenyum

secara spontan, mampu menoleh ke arah suara orang tuanya, lebih tanggap

terhadap musik, dan juga mengembangkan pola sosial lebih baik saat ia dewasa.

6. Kendala-kendala yang dialami ibu hamil selama mendidik anak dalam

kandungan

a. Kendala pada Triwulan I

Pada tahap triwulan pertama ini, emosi sudah mulai labil. Gejolak emosi

seperti wanita menjelang menstruasi, seperti: mudah tersinggung,

cengeng, tidak rasional, dengan mood (suasana hati) yang berubah-ubah.

Terkadang bergairah, terkadang loyo, terkadang penuh imajinasi,

terkadang hampa.

Pada tahap pertama ini, karena seringnya mengalami letih dan mual,

maka akan mengalami penurunan kemauan untuk melakukan hubungan

seksual. Dan pada tahap ini pula, sudah mulai memikirkan bayi yang

sedang dikandungnya. Terkadang merasa was-was, takut, dan sekaligus

gembira. Yang terpenting apabila seorang wanita hamil terlintas pikiran

seperti itu, maka baik wanita itu sendiri, suami, ataupun keluarga yang

mengetahui hal tersebut, harus segera membelokkan pikiran negatif


93

seperti itu kepada pikiran yang positif, misalkan, dengan selalu berdo’a

untuk mendapatkan anak yang shaleh/shalehah, cerdas, dan lain

sebagainya.

b. Kendala pada Triwulan II

Pada tahap triwulan kedua ini, akan sudah merasakan kehadiran si buah

hati, akan merasakan gerakan-gerakannya. Terutama setelah bulan

kelima. Akan terlintas dipikiran, seraya berkata dalam hati. “Sedang

merasakan apa ya dia? Kenapa bergerak-gerak? Apakah anak ini

melonjak-lonjak karena gembira ataukah karena protes kepada ku yang

kurang perhatian kepadanya? Apakah… (bla bla bla)” akan banyak

pertanyaan yang timbul secara tiba-tiba yang membuat menjadi bingung

dan penasaran dengan semua itu.

Pada tahap ini, sudah mulai memikirkan kesejahteraan bayi, agar nanti

lahir dengan selamat. Akibatnya, bisa saja berakibat menjadi cemas, dari

timbulnya pikiran cemas tersebut, akan timbul lagi beberapa pertanyaan

yang mungkin menurutnya bisa berakibat kurang baik kepada anak yang

dikandungnya. Segala pikiran buruk yang selama ini tidak terpikirkan,

tiba-tiba saja timbul begitu saja. Akan tetapi, walaupun timbul pikiran

buruk seperti itu, pada tahap ini emosi sudah mulai stabil bila

dibandingkan pada tahap triwulan pertama.

c. Kendala pada Triwulan III

Pada tahap terakhir ini, perasaan akan semakin campur aduk. Bersatu

padulah rasa gembira telah berhasil menjaga anak yang masih dalam
94

kandungan itu dari triwulan pertama, kedua sampai triwulan ketiga ini,

tetapi rasa takut pun akan lebih menyerang karena persalinan akan

semakin dekat. Selain memikirkan masa persalinan yang semakin dekat,

akan terpikir pula tugas baru nanti sebagai seorang ibu, tugas mulai yang

menantang. Seorang ibu yang akan menentukan masa depan anak

tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian dari kendala-kendala yang dihadapi oleh ibu

hamil di desa Doudo, sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh Jack

Canfield dkk, dalam bukunya, Cickhen Soup for the Expectant Mother’s Soul,

hlm.xviii:

“Segala sesuatunya tidak akan sama lagi. Tubuh kita akan mengalami
perubahan-perubahan drastis, sementara emosi akan berganti-ganti antara
antisipasi dan rasa takjub ketika merasakan getar-getar kehidupan yang
pertama kali dalam tubuh seorang wanita, sampai pada kecemasan
membayangkan saat melahirkan dan kesanggupan kita untuk menajdi
orangtua. Mulai dari rasa mual sampai eforia, kehamilan benar-benar
merupakan pengalaman mendebarkan.”

B. Saran

Atas dasar kesimpulan tersebut, maka di bawah ini disampaikan beberapa saran:

1. Sudah saatnya untuk menciptakan generasi-generasi penerus yang berkualitas

dalam rangka menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi di era

global. Karena begitu pentingnya pendidikan anak dalam kandungan, oleh

karena itu, agar calon orang tua dapat sedini mungkin mempersiapkan diri untuk

mendidik anak terutama sejak dalam kandungan dan sejak plann pemilihan

jodoh, karena semua itu akan berdampak pada keturunan nantinya. Baik dari
95

materi, tekhnik/metode dan tujuan yang ingin dicapai dalam menerapkan

pendidikan anak dalam kandungan.

2. Diharapkan agar calon orang tua proaktif terhadap perilaku-perilaku edukatif

secara fisik dan psikis dalam rangka mempersiapkan anak yang shaleh/shalehah.

Di samping itu faktor keturunan dan lingkungan juga mempunyai peranan dalam

menentukan keberhasilan seseorang, karena dengan persiapan yang intensif

diharapkan akan ada peningkatan kualitas sifat-sifat keturunan. Oleh karena itu,

kajian ini dapat menambah khazanah keilmuan pada umumnya dan khususnya

orang tua terhadap pendidikan anak dalam kandungan.

3. Perubahan mencolok yang segera terlihat yang terjadi pada ibu hamil itu adalah

yang bersifat lahiriah, seperti: membesarnya bentuk tubuh, perasaan mual,

seringnya harus ke toilet, dan suasana hati pun akan semakin tidak menentu.

Alihkan pikiran negatif yang terjadi saat hamil menjadi pikiran yang positif dan

penyemangat untuk lebih menjaga kondisi janin dan ibu hamil sendiri.
96

DAFTAR RUJUKAN

Al-Qur’an dan Terjemahannya. 2004. Bandung: PT Syamil Cipta Media.

Arifin. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan

Keluarga. Jakarta: Bulan Bintang.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Mustofa. 2001. Panduan Mengajar Bayi Anda Membaca Al-Qur’an Sejak dalam

Kandungan (Seri Merindukan Anak Shaleh). Ambarawa: PGTQA Indonesia.

Carr, F. Rene Van De dan Marc Lehrer. 1999. Cara Baru Mendidik Anak sejak dalam

Kandungan. Bandung: Kaifa.

Daradjat, Zakiyah. 1992, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Singgih, D. Gunarsa. dan D. Gunarsa Yulia. 1991. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan

Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.

Fuad, Kauman dan Nipan. 1999. Membimbing Istri Mendampingi Suami. Yogyakarta:

Mitra Pustaka.

Hadi, Sutrisno. 1991. Metodologi Research II. Jogjakarta: Andi Offset.

Harian Global. Menciptakan Anak dalam Kandungan.htm. 02 Juni 2007.

Mussen, Paul Henry. 1998. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Jakarta: Erlangga.
97

Mandasari, Jihanta. 2005. ”Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Ibu Hamil dengan

Usia Kehamilan”. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Mansur. 2006. Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Ma’sum, Ma’ruf. 2007. Bayi (Panduan Lengkap Sejak dalam Kandungan hingga

Mearawat Bayi). Solo: Smart Media.

Mazhahiri, Husain. 1999. Pintar Mendidik Anak. Jakarta: Lentera.

Muhaimin dan Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan

Kerangka Dasar Operasionalnya. Bandung: Trigenda Karya.

Moleong, Lexy J. 2003. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Muslim Babi Names. Nama Islami.com. 10 September 2007

_________________.______________. 06 Juni 2007

Nasir, Moh. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Islam, Ubes Nur. 2003. Mendidik Anak dalam Kandungan (Optimalisasi Potensi Anak

Sejak Dini). Jakarta: Gema Insani.

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif Yogyakarta : LkiS.

Pembelajaran Al-Qur’an Sejak dalam Kandungan.com. 03 Juli 2007.


98

Purtowisastra, Koerstoer. 1983. Dinamika Psikologi Sosial. Jakarta: Airlangga.

Ramat, Jalaludin. 1998. Islam Alternatif. Bandung: Moizan.

Taylor, Robert Bagdan Steven J. 1992. Introduction to Qualitatif Methode, Terj. Arif

Furkon. Surabaya: Usaha Nasional.

Saefudin. 1996. “Kiprah dan Perjuangan Perempuan Shalehah”, dalam Membincang

Feminisme, Diskursus Gender Perspektif Islam. Surabaya: Risalah Gusti.

Shahih Al-Bukhori dan Ibnu Ahmad. Al-‘Adab. No. 5269.

Shahih Al-Bukhori. Juz 1. No. 6847.

Shodiq, Mustika M. 2008. Panduan Spritual Kehamilan (Kado Terindah Untuk

Muslimah Hamil. Yogyakarta: Qudsi Media.

Sukamadinata. Syaodih Nana. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya.

Taljab, dkk. Tanpa tahun. Dasar-Dasar Kependidikan Islam Suatu Pengantar Ilmu

Pendidikan Islam. Surabaya: Karya Aditama.

Zaini, Sjahminan dan Muhaimin. Belajar Sebagai Sarana Pengembangan Fitrah

Manusia Sebagai Tinjauan Psikologi. Jakarta: Kalam Mulia.

Zainuddin. 1991. Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai