Anda di halaman 1dari 134

1

Implementasi Kurikulum Muatan Lokal Pada Mata


Pelajaran Bahasa Inggris dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan
(Studi Kasus di Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman (MIJS) Malang)

SKRIPSI

Oleh:
Taqwa Nur Ibad

07140060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU


MADRASAH IBTIDA’IYAH (PGMI) JURUSAN PENDIDIKAN
GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH (PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
April, 2009
2

Implementasi Kurikulum Muatan Lokal Pada Mata


Pelajaran Bahasa Inggris dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan
(Studi Kasus di Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman (MIJS) Malang)

SKRIPSI

Diajukan Kepada:
Dekan Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang (UIN) Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:
Taqwa Nur Ibad

07140060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU


MADRASAH IBTIDA’IYAH (PGMI) JURUSAN PENDIDIKAN
GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH (PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
April, 2009
3

LEMBAR PERSETUJUAN
Implementasi Kurikulum Muatan Lokal Pada Mata
Pelajaran Bahasa Inggris dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan
(Studi Kasus di Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman (MIJS) Malang)

SKRIPSI

Oleh:
Taqwa Nur Ibad
07140060

Telah disetujui oleh:


Dosen pembimbing

Moh. Samsul Ulum, M.Ag


NIP. 150 302 561

Tanggal, 3 April 2009


Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Dra. Hj. Sulalah, M. Ag


NIP. 150 267 279
4

HALAMAN PENGESAHAN

Implementasi Kurikulum Muatan Lokal Pada Mata


Pelajaran Bahasa Inggris dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan
(Studi Kasus di Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman (MIJS) Malang)

SKRIPSI

Dipersiapkan dan Disusun Oleh


Taqwa Nur Ibad (07140060)
Telah Dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 15 April 2009
dan Telah Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan
Untuk Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Pada Tanggal 22 April 2009

Panitia Ujian
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Marno, M. Ag Samsul Ulum, M. Ag


NIP. 150 321 639 NIP. 150 302 561

Penguji Utama, Pembimbing,

Dr. Wahid Murni, M. Pd, Ak Samsul Ulum, M. Ag


NIP. 150 303 049 NIP. 150 302 561

Mengetahui dan Mengesahkan,


Dekan Fakultas Tarbiyah

Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony


NIP. 150 042 031
5

PERSEMBAHAN
Dengan rahmat dan syukur kehadirat ilahi rabbi serta hormat dan kasih sayang
kupersembahkan karya kecil ini untuk

Ayahanda Sukandar (alm) dan Ibundaku Sudarsih (alm)

Yang tak pernah lelah mencurahkan kasih sayangnya dan selalu membimbingku
dalam menuntut ilmu,

walaupun kini beliau telah berada di alam sana

Semua keluarga & saudara-saudara ku tercinta (Ahmad Syhawabi, Abdah Ilahi,


Arifa Qur’an, Mulyana Taqwallah, Fadilah Taqwa, Hamidah Taqwa, Taqwa
Nur Rijal, Taqwa Diyakini Negara Zikni Ilma dan Iparku Riyadi, Hos,
Madun, Im dan Saipol) yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis
dalam proses penulisan skripsi ini.

Calon pendamping hidupku adinda Yekti Rahayu Ningtyas yang tiada henti-

hentinya memberikan motivasi dan dukungannya

Teman-teman seperjuanganku (Huda, Sugeng, maula, hamidi, Abi, teman-teman

PKLI dan teman-teman PGMI semuanya)

yang penuh duka cita tawa & gembira. Terimakasih atas segala dukungan &

sarannya dalam penulisan skripsi ini.


6

MOTTO

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih


bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal. (QS. Ali-Imron: 190)
7

Moh. Samsul Ulum M.Ag


Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING


Hal : Skripsi Taqwa Nur Ibad Malang, 1 April 2009
Lamp : 4 (Empat) Eksemplar

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
di
Malang

Assalamu ‘Alaikum Wr. Wb.


Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa
maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa yang tersebut
di bawah ini:
Nama : Taqwa Nur Ibad
NIM : 07140060
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul Skripsi : Implementasi Kurikulum Muatan Lokal Pada Mata
Pelajaran Bahasa Inggris dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan.

maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak
diajukan untuk diujikan.
demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb.

Pembimbing,

Moh. Samsul Ulum, M.Ag


NIP. 150 302 561
8

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 03 April 2009

Taqwa Nur Ibad


9
10

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ‘alamin wala ‘udwana illa ‘aladhzalimin, wala haula

wala quwata illa billahil ‘aliyyil adhzim, karena hanya dengan rahmat serta

hidayahnya penulisan skripsi yang berjudul “ Implementasi Kurikulum Muatan

Lokal Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris (Studi Kasus di MIJS Malang)”

dapat diselesaikan dengan curahan cinta kasihnya, penuh kedamaian dan

ketenangan.

Dengan segala daya dan upaya serta bantuan, bimbingan maupun

pengarahan dan hasil diskusi dari berbagai pihak dalam proses penulisan skripsi

ini, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima

kasih yang tiada batas kepada :

1. Kedua orang tua atas do’a restu dan cinta kasihnya yang selalu mengiringi

irama jantung dan langkah ananda.

2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam

Negeri (UIN) Malang.

3. Bapak Prof. Dr. H.M. Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri Malang.

4. Ibu Dra. Hj. Sulalah, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Malang.


11

5. Bapak Moh. Samsul Ulum, M.Ag sebagai Dosen Pembimbing, yang telah

banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan arahan

sehingga selesainya penulisan skripsi ini.

6. Bapak Suyanto, M.KPd, selaku Kepala MIJS, beserta guru-guru dan

karyawan yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian di

MI Jenderal Sudirman Malang

7. Ibu Umi Hanifah Suryani S.Pd, selaku Waka Kurikulum di MI Jenderal

Sudirman Malang, yang senantiasa memberikan pengarahan kepada

penulis penulis dalam melaksanakan penelitian dari awal sampai selesai di

MI Jenderal Sudirman Malang

8. Ibu Tri S.Pd, selaku guru bidang studi Bhs Inggris kelas kecil di MI

Jenderal Sudirman Malang, yang senantiasa membantu penulis dalam

melaksanakan penelitian dari awal sampai selesai di MI Jenderal Sudirman

Malang

9. Ibu Fatma S.Pd selaku guru bidang studi Bhs Inggris kelas besar di MI

Jenderal Sudirman Malang, yang senantiasa membantu penulis dalam

melaksanakan penelitian dari awal sampai selesai di MI Jenderal Sudirman

Malang

10. Seluruh Dosen beserta staf pengajar Fakultas Tarbiyah yang telah

memberikan bimbingan, pengetahuan dan wawasan kepada penulis selama

mengikuti studi di UIN Malang.

Dalam penyusunan skripsi ini tentunya masih jauh dari sempurna,

meskipun penulis telah berusaha semaksimal mungkin memberikan yang terbaik.


12

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik sebagai tambahan

pengetahuan dan penerapan disiplin ilmu pada lingkungan yang luas.

Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga dengan skripsi

yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan kepada

pembaca pada umumnya.

Malang, 03 April 2009

Penulis
13

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... 2

HALAMAN PERSETUJUAN . .................................................................... 3

HALAMAN PENGESAHAN. ...................................................................... 4

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... 5

HALAMAN MOTTO .................................................................................. 6

HALAMAN NOTA DINAS ......................................................................... 7

HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... 8

KATA PENGANTAR ................................................................................... 9

DAFTAR ISI ................................................................................................ 13

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ 17

ABSTRAK .................................................................................................... 18

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 20


B. Rumusan Masalah ...................................................................... 25
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 25
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 26
E. Ruang Lingkup Pembahasan ....................................................... 27
F. Sistematika Pembahasan ............................................................. 27

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Kurikulum Muatan Lokal ............................................................ 30


1. Pengertian Kurikulum ........................................................... 30
2. Peranan Kurikulum ............................................................... 35
14

3. Pengertian Muatan Lokal ....................................................... 36


4. Dasar Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal......................... 37
5. Tujuan Kurikulum Muatan Lokal........................................... 39
6. Kedudukan Kurikulum Muatan Lokal.................................... 43
7. Implementasi Kurikulum Muatan Lokal................................. 45

B. Kurikulum Muatan Lokal SD................................................... 48


1. Implementasi Kurikulum Muatan Lokal SD ......................... 48
2. Mata Pelajaran Muatan Lokal SD.......................................... 49
3. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran
Muatan Lokal Mata Pelajaran Muatan Lokal SD................... 50

C. Mutu Pendidikan....................................................................... 51
1. Pengertian Pendidikan .......................................................... 51
2. Dasar Pendidikan ................................................................. 54
3. Tujuan Pendidikan ............................................................... 55
4. Pengertian Mutu.................................................................... 56
5. Prinsip-Prinsip Mutu Pendidikan........................................... 57
6. Mutu Pendidikan................................................................... 61
7. Tujuan Peningkatan Mutu Pendidikan................................... 64

D. Pembelajaran Bahasa Inggris ................................................... 66


1. Pengertian Bahasa ................................................................ 66
2. Pengenalan Bahasa Inggris Sejak Dini .................................. 66
3. Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Bahasa Inggris ................................................ 68

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .............................................. 73


B. Kehadiran Peneliti ................................................................... 76
15

C. Lokasi Penelitian ..................................................................... 76


D. Sumber Data ........................................................................... 76
E. Prosedur Pengumpulan Data .................................................... 77
F. Analisis dan Interpretasi Data ................................................. 80
G. Metode Pemeriksaan Keabsahan Data ..................................... 82
BAB IV : PAPARAN DATA

A. Latar Belakang Objek ................................................................. 85


1. Sekilas Tentang MIJS ............................................................ 85
2. Visi dan Misi ......................................................................... 87
3. Tujuan ................................................................................... 87
4. Sistem Manejemen Pengelola MIJS ....................................... 89
5. Prestasi MIJS Malang ............................................................ 96
6. Orientasi Pengembangan ....................................................... 97

B. Penyajian Data............................................................................ 98
1. Implementasi Kurikulum Muatan Lokal di MI
Jenderal Sudirman Malang.................................................... 99

2. Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas


Pembelajaran Bahasa Inggris ................................................ 109

3. Kurikulum Muatan Lokal dan Mutu Pendidikan di


Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman................................ 112

BAB V : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Implementasi Kurikulum Muatan Lokal Pada mata


pelajaran Bhs Inggris (Fokus pada mata pelajaran Bhs

Inggris kelas kecil) di MIJS Malang............................................ 116

B. Upaya Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Koalitas


Pembelajaran Bahasa Inggris di MI Jenderal Sudirman
16

Malang ....................................................................................... 120

C. Kurikulum Muatan Lokal dan Mutu Pendidikan di MI


Jenderal Sudirman Malang.......................................................... 121

BAB VI : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 123


B. Saran .......................................................................................... 124

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
17

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Penelitian

2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

3. Bukti Konsultasi

4. Pedoman Wawancara

5. Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bhs Inggris

6. Silabus Bhs Inggris

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bhs Inggris

8. Ketuntasan Minimal

9. Daftar Nilai

10. Dokumentasi Penelitian


18

ABSTRAK

Nur Ibad, Taqwa. 2009. Implementasi Kurikulum Muatan Lokal pada Mata
Pelajaran Bahasa Inggris dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi
Kasus di Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman Malang). Skripsi, Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam
Negeri Malang. Dosen Pembimbing: Muhammad Syamsul Ulum, M.Ag.

Kata Kunci: Implementasi, Kurikulum Muatan Lokal, Bahasa Inggris, Mutu

Pendidikan.

Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses pendidikan merupakan


bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan di sekolah perlu
memberikan wawasan yang luas pada peserta didik tetntang karakteristik dan
kekhususan yang ada di lingkungannya

Implementasi Kurikulum muatan lokal adalah suatu konsep yang


menekankan pada isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan
alam, lingkungan sosial, serta lingkungan budaya dan kebutuhan daerah,
sedangkan anak didik di daerah wajib mempelajarinya. sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh siswa, yang berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi
tertentu. Oleh karena itu peneliti sekaligus penulis berusaha mengungkap
Implementasi kurikulum muatan lokal terutama pada mata pelajaran Bhs Inggris.
fokus dari penelitian ini adalah (1) bagaimana Implementasi kurikulum muatan
lokal pada mata pelajaran Bhs Inggris di MIJS Malang, (2) bagaimana Upaya
Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Bhs Inggris di MI
Jenderal Sudirman Malang

Pelaksanaan penelitian tentang Implementasi kurikulum muatan lokal ini


menggunakan paradigma devinisi sosial dengan pendekatan kualitatif, karena
manusia adalah aktor yang kreatif dari realitas sosialnya untuk mengetahui
Implementasi kurikulum muatan lokal pada mata pelajaran Bhs Inggris. Adapun
rancangan penelitiannya menggunakan pendekatan studi kasus, dan analisis
datanya menggunakan teknik deskriptif kualitataif. Sedangkan informan kunci
adalah Kepala sekolah, waka kurikulum dan guru Pendidikan Bhs Inggris.
Mengenai instrumen dalam penelitian ini adalah penulis sendiri, karena penulis
adalah merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data
dan pada akhirnya penulis juga yang menjadi pelapor hasil penelitian.
19

Dari rancangan penelitian sebagaimana dijelaskan, peneliti memperoleh


hasil data yaitu (1) Implementasi kurikulum muatan lokal pada mata pelajaran Bhs
Inggris, untuk mewujudkannya ada tiga tahapan yang harus dilalui diantaranya
Pertama, melakukan Persiapan/Perencanaan yang Disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik, kondisi sekolah, kesiapan guru yang akan mengajar,
menentukan guru mata pelajaran Bhs Inggris, dan sumber dana. Kedua,
melakukan pelaksanaan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru Bhs
Inggris, serta mempersiapkan penilaian yang disesuaikan dengan ketuntasan
minimal. Ketiga tindak lanjut yang dilakukan oleh guru setelah proses
pembelajaran dengan melakukan remidi kepada siswa yang belum mencapai
standar nilai yang telah ditentukan oleh MIJS Malang. (2) Upaya Kepala
Madrasah dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Bhs Inggris di MI Jenderal
Sudirman Malang bahwasannya yang paling penting dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran Bhs Inggris yang menjadi kebijakan kepala sekolah adalah
mengedepankan metodologi pembelajaran dalam penerapannya meliputi Super
Memory System, Mind Mapping, Brain Gym, dan Ice Breaker.
20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Millenium Development Goals adalah era pasar bebas atau era

globalisasi, sebagai era persaingan mutu atau kualitas, siapa yang berkualitas

dialah yang akan maju dan mampu mempertahankan eksistensinya. Oleh

karena itu, pembangunan sumber daya manusia (SDM) berkualitas merupakan

suatu keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Hal tersebut mutlak

diperlukan, karena akan menjadi penopang utama pembangunan nasional yang

mandiri dan berkeadilan, good governance and clean governance; serta

menjadi jalan keluar bagi bangsa Indonesia dari multidimensi krisis,

kemiskinan, dan kesenjangan ekonomi1

Percepatan arus informasi dalam era globalisasi dewasa ini menuntut

semua bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan, dan

strateginya agar sesuai dengan kebutuhan, dan tidak ketinggalan zaman.

Penyesuaian tersebut secara langsung mengubah tatanan dalam system makro,

meso, maupun mikro, demikian halnya dalam system pendidikan. System

pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan

dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global2

Salah satu komponen penting dari system pendidikan tersebut adalah

kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang


1
E. Mulyasa, 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung, PT Remaja
Rosdakarya Offset, hlm 2
2
Ibid., hlm.3
21

dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun

penyelenggara; khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Dalam hal ini,

kurikulum dibuat oleh pemerintah pusat secara sentralistik. Karena kurikulum

dibuat secara sentralistik, setiap satuan pendidikan diharuskan untuk

melaksanakan dan mengimplementasikannya sesuai dengan petunjuk

pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) yang disusun oleh

pemerintah pusat menyertai kurikulum tersebut. Dalam hal ini, setiap sekolah

tinggal menjabarkan kurikulum tersebut disekolah masing-masing, dan

biasanya yang banyak berkepentingan adalah guru. Tugas guru dalam

kurikulum yang sentralistik ini adalah menjabarkan kurikulum yang dibuat

oleh pusat (pusat kurikulum/puskur, sekarang Badan Standar Nasional

Pendidikan/BSNP) ke dalam satuan pelajaran sesuai dengan mata pelajaran

masing-masing.

Kurikulum, kegiatan pembelajaran, dan tujuan pendidikan adalah tiga

sistem yang saling berhubungan untuk meingkatkan pendidikan yang

berkwalitas, proses kurikulum tidak hanya sebagai draf mata pelajaran namun

kurikulum adalah semua komponen yang berlangsung dalam kegiatan

pembelajaran yang didesain dengan pendidikan pada lembaga pendidikan

tertentu.

Secara umum kurikulum merupakan rangkaian semua program

kegiatan yang telah di rencanakan dan diterapkan oleh masing-masing

lembaga pendidikan baik sekolah dasar maupun perguruan tinggi, pada

pengertian yang bersifat makro ini maka kurikulum tidak hanya berbentuk
22

draf mata palajaran/mata kuliah yang kemudian disajikan kepada peserta

didik, malainkan semua aktivitas dalam pendidikan adalah kurikulum,

kurikulum harus memuat sejumlah sistem yang saling mempengaruhi antara

satu dengan yang lainya, mislanya kurikulum KTSP yang menekankan siswa

yang aktif, maka pada dataran ini kegiatan pembelajarannya harus bersifat

student orented, kemudian sarana apa saja yang dibutuhkan dalam pengejaran

terkait dengan kurikulum tersebut untuk mencapai sebuah cita-cita ideal yang

diinginkan oleh tujuan pendidikan dan tujuan institusi/lembaga pendidikan

(dari semua sistem yang disebutkan diatas semuanya adalah bermakana

kurikulum) dengan demikian kurikulum tidak hanya difahami sebagai draf

mata kuliah/silabus mata kuliah tapi lebih dari itu kurikulum adalah aktivitas

kegiatan, yang ada dalam kelas/lembaga, hal ini sesuai dengan apa yang

dikemukakan oleh Robert Zaiz "curriculum is a resourse of subject matters to

be mastered 3"

Dengan demikian indikasi yang muncul adalah: salah satu komponen

yang sering menjadi penyebab menurunnya mutu pendidikan adalah

kurikulum, kesan yang muncul di tengah-tengah masyarakat adalah setiap

ganti menteri pasti ganti kurikulum; padahal kurikulum yang terdahulu masih

belum merata, tiba tiba diganti dengan hal yang baru4, namun pandangan yang

optimis menganggap bahwa kurikulum dipandang perlu direkonstruksi ulang

dalam jangka yang tidak terlalu lama, agar sesuai dengan perkembangan dan

3
Robert S. Zaiz, 1976, Curricuum Principles and Fundation, Harper & Row Publisher,
hlm 71
4
Muhaimin,2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
Madrasah, dan Perguruan Tinggi, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, hlm 334
23

kemajuan ilmu pengetahuan, karena memang pada dasarnya kurikulum yang

merupakan alat dalam pendidikan, pendidikan tidak pernah lepas dari tatanan

perkembangan kehidupan sosial.

Keberadaan kurikulum baik secara makro atau mikro menempati posisi

sentral dalam pendidikan, karena segala kegiatan yang berlangsung dalam

sebuah lembaga pendidikan dikenal dengan kurikulum. Kurikulum dilembaga

pendidikan adalah sebuah proses panjang untuk meningkatkan mutu

pendidikan yang baik dan berkwalitas. Mengingat pentingnya peranan

kurikulum dalam pembelajaran, serta dalam pembentukan kompetensi dan

pribadi peserta didik dan dalam kehidupan bermasyarakat pada umumnya,

maka pembinaan dan pengembangan kurikulum tidak dapat dilakukan

sembarangan, tetapi memerlukan landasan yang kuat berdasarkan hasil-hasil

pemikiran dan penelitian yang mendalam. Demikian halnya dalam

pengembangan kurikulum muatan lokal yang pada dasarnya dilandasi oleh

kenyataan bahwa Indonesia memiliki beraneka ragam adat istiadat, kesenian,

tata cara, tata krama pergaulan, bahasa, dan pola kehidupan yang diwariskan

secara turun temurun dari nenek moyang bangsa Indonesia. Hal tersebut

tentunya perlu dilestarikan dan dikembangkan, agar bangsa Indonesia tidak

kehilangan ciri khas dan jati dirinya. Upaya menjaga ciri khas bangsa

Indonesia harus dimulai sedini mungkin pada usia pra sekolah kemudian

diintensifkan secara formal di sekolah dasar, di sekolah menengah sampai

perguruan tinggi.
24

Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses pendidikan merupakan

bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan di sekolah perlu

memberikan wawasan yang luas pada peserta didik tetntang karakteristik dan

kekhususan yang ada di lingkungannya. Pengenalan dan pengembangan

lingkungan melalui pendidikan diarahkan untuk menunjang peningkatan

kualitas sumber daya manusia, dan pada akhirnya diarahkan untuk

meningkatkan kemampuan peserta didik. Dalam rangka inilah perlunya

dikembangkannya kurikulum muatan lokal.

Penentuan isi dan bahan pelajaran muatan lokal didasarkan pada

keadaan dan kebutuhan lingkungan, yang dituangkan Dalam mata pelajaran

dengan alokasi waktu yang berdiri sendiri. Adapun materi dan isinya

ditentukan oleh satuan pendidikan, yang dalam pelaksanaannya merupakan

kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang sesuai dengan

keadaan dan kebutuhan daerah. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan

mutu pendidikan nasional, sehingga pengembangan dan implementasi

kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi KTSP.

Secara umum muatan lokal bertujuan untuk memberikan bekal

pengetahuan, keterampilan dan sikap hidup kepada peserta didik agar

memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungan dan masyarakat sesuai

dengan nilai yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan

pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Untuk itulah peranan

kurikulum muatan lokal sangat urgen dalam mengembangkan potensi yang

dimiliki oleh tiap-tiap daerah dan keadaan, serta mendukung tercapainya


25

pendidikan. Karena pada dasarnya kurikulum muatan lokal merupakan satu

kesatuan utuh yang tak terpisahkan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP)5.

Dengan demikian pendekatan tentang kurikulum tersebut sangat

menarik untuk dikaji dan diangkat dalam skripsi dengan judul

”Implementasi Kurikulum Muatan Lokal Pada Mata Pelajaran Bahasa

Inggris (Studi Kasus di Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman

Malang)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi Kurikulum Muatan Lokal Pada Mata Pelajaran

Bhs Inggris dalam meningkatkan mutu pendidikan di MI Jenderal

Sudirman Malang?

2. Bagaimana Upaya Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran Bhs Inggris di MI Jenderal Sudirman Malang?

C. Tujuan Penelitian

Berangkat dari rumusan masalah di atas, maka penelitian secara umum

bertujuan untuk :

5
E. Mulyasa, 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung, PT Remaja
Rosdakarya Offset, hlm 271
26

1. Mendeskripsikan Implementasi Kurikulum Muatan Lokal Pada Mata

Pelajaran Bhs Inggris dalam meningkatkan mutu pendidikan di MI

Jenderal Sudirman Malang.

2. Mendeskripsikan Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran Bhs Inggis.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah

wacana keilmuan terutama mengenai Implementasi kurikulum muatan lokal

pada mata pelajaran Bhs Inggris dan Upaya Kepala sekolah dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran Bhs Inggris baik lembaga pendidikan

Madrasah Ibtidaiyah maupun Sekolah Dasar

Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat mengeluarkan

sumbangan pemikiran baru, terutama tentang Implementasi kurikulum muatan

lokal pada mata pelajaran Bhs Inggris dan Upaya Kepala sekolah dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran Bhs Inggris. Adapun manfaat dan

kegunaan dari penelitian ini, yaitu

1. Manfaat Bagi Pengembangan Teoritis Ilmu

a. Manfaat temuan yang berupa kesimpulan-kesimpulan subtantif yang

berkaitan dengan Implementasi kurikulum muatan lokal pada mata

pelajaran Bhs Inggris dan Upaya Kepala sekolah dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran Bhs Inggris baik lembaga

pendidikan Madrasah Ibtidaiyah maupun Sekolah Dasar


27

b. Menjadikan sumbangan pemikiran baru tentang Implementasi

kurikulum muatan lokal pada mata pelajaran Bhs Inggris dan Upaya

Kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Bhs

Inggris baik lembaga pendidikan Madrasah Ibtidaiyah maupun

Sekolah Dasar

2. Manfaat Praktis Bagi Sekolah Dasar Madarasah Ibtidaiyah (MI) Jenderal

Sudirman Jl. Soekano Hatta No.1 Malang.

a. Dapat memberikan pengetahuan tentang Implementasi kurikulum

muatan lokal pada mata pelajaran Bhs Inggris dan Upaya Kepala

sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Bhs Inggris baik

lembaga pendidikan Madrasah Ibtidaiyah maupun Sekolah Dasar.

b. Dapat digunakan sebagai sumber informasi tentang Implementasi

kurikulum muatan lokal pada mata pelajaran Bhs Inggris dan Upaya

Kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Bhs

Inggris baik lembaga pendidikan Madrasah Ibtidaiyah maupun

Sekolah Dasar.

E. Ruang Lingkup Pembahasan

Adapun yang menjadi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini

adalah:

1. Implementasi kurikulum muatan lokal yang dalam hal ini fokus

penelitiannya pada penerapan mata pelajaran Bhs. Inggris kelas kecil

dalam meningkatkan mutu pendidikan di MI Jenderal Sudirman.


28

2. Upaya Kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Bhs

Inggris kelas kecil di MI Jenderal Sudirman Malang.

F. Sistematika Pembahasan

Dalam menyusun skripsi tentang Implementasi kurikulum lokal pada

mata pelajaran bahasa Inggris dalam meningkatkan mutu pendidikan di MI

Jenderal Sudirman Jl. Sukarno Hatta No 1 Malang” akan dibagi menjadi

enam bab, dimana masing-masing bab disusun berdasarkan dan rincian sesuai

dengan alur penelitian ini.

Adapun sistematika pembahasan dan penulisannya adalah sebagai

berikut:

Bab I: Pendahuluan. Dalam bab pendahuluan ini berisikan paparan

tentang latar belakang masalah yang menjadi objek penelitian, rumusan

masalah, manfaat penelitian, landasan teoritis dan sistematika pembahasan.

Bab II: Kajian Teori. Dalam kajian ini peneliti menggunakan landasan

teori yang berkenaan dengan latar belakang masalah sebagaimana yang

menjadi penelitian dalam Skripsi ini, adapun landasaan teori tersebut antara

lain: kurikulum muatan lokal, kurikulum muatan lokal SD atau MI Mutu

Pendidikan, dan Pembelajaran Bhs Inggris.

Bab III: Metode penelitian. Pada metodologi penelitian meliputi

pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber

data, prosedur pengumpulan data, tehnik analisis dan interpretasi data, dan

metode pemeriksaan keabsahan data.


29

Bab IV: Paparan Data. Bab ini akan membahas tentang paparan data

penelitian baik yang berbentuk observasi, dokumentasi dan wawancara.

Adapun pembahasan tersebut berkenaan dengan, deskripsi singkat

Implementasi kurikulum muatan lokal pada mata pelajaran Bhs Inggris kelas

kecil, pengembangan kurikulum muatan lokal pada mata pelajaran Bhs Inggris

kelas kecil, dan peningkatan mutu pendidikan.

Bab V: Pembahasan Temuan Penelitian. Bab ini berisi tentang

analisis temuan penelitian yang disesuaikan dengan landasan teori.

Bab VI: Penutup. Bab ini berisikan kesimpulan secara abstrak,

Implikasi penelitian dan saran-saran.


30

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kurikulum Muatan Lokal

1. Pengertian Kurikulum

Secara etimologi kurikulum berasal dari kata Currere (=latin), yang

bermakna berlari cepat, maju dengan cepat, menjelajahi, merambat,

mengelilingi lapangan, gelanggang perlombaan dan sejenisnya. Jadi

curriculum diartikan ”Jarak” yang harus “ ditempuh” oleh pelari. Pada

mulanya kata ini lazim digunakan dalam bidang atletik, namun dalam

perkembangan lebih lanjut diadopsi sebagai perbendaharaan umum di dunia

pendidikan. Kata ”Currere” yakni cucere yang berubah menjadi kata benda

curriculum. Kurikulum, jamaknya curicula, yang pertama kali dipakai

dalam dunia atlantik.

Secara terminologi kurikulum dalam kehidupan sehari-hari seringkali

dipersepsikan macam-macam. Keragaman persepsi yang timbul dalam

kehidupan sehari-hari tersebut tidak lepas dari sudut pandang berbeda.

Dalam terminology yang lain kurikulum bagi kebanyakan orang awam

diipersiapkan sebagai seperangkat mata pelajaran yang harus dipelajari anak

didik. Bagi pelajar, kurikulum diartikan sebagai tugas-tugas pelajaran,

latihan-latihan atau isi buku teks yang harus mereka baca, hafalkan dan

pelajari. Bagi orang tua, kurikulum mungkin dipersepsikan sebagai latihan-

latihan atau pekerjaan runa. Sedangkan bagi guru, kurikulum dapat


31

diasosiakan dengan dokumen yang berisi keterangan atau pedoman tentang

teknik mengajar, atau buku tek yang harus mereka ajarkan. yang harus

dipelajari anak didik Pada mulanya kata ini lazim digunakan dalam bidang

atletik, namun dalam perkembangan lebih lanjut diadopsi sebagai

perbendaharaan umum di dunia pendidikan6

Kurikulum dalam arti sempit adalah " a course, esp a specific fixed

course of study, as in school or college, as one leading to a degree.7"

kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran di sekolah atau di perguruan

tinggi yang harus di tempuh untuk mendapatkan ijazah atau naik tingkat.

Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat

penting untuk mencapai titik akhir dari sautu pelajaran dan ditandai oleh

perolehan ijazah tertentu. Kurikulum secara umum adalah rangkaian semua

program kegiatan yang telah di rencanakan dan diterapkan oleh masing-

masing lembaga pendidikan baik sekolah dasar maupun perguruan tinggi,

pada pengertian yang bersifat makro ini maka kurikulum tidak hanya

berbentuk draf mata palajaran/mata kuliah yang kemudian disajikan kepada

peserta didik, malainkan semua aktivitas dalam pendidikan adalah

kurikulum, kurikulum harus memuat sejumlah sistem yang saling

mempengaruhi antara satu dengan yang lainya, misalnya kurikulum KTSP

yang menekankan siswa yang aktif, maka pada dataran ini kegiatan

pembelajarannya harus bersifat student orented, kemudian sarana apa saya

yang dibutuhkan dalam pengejaran terkait dengan kurikulum tersebut untuk


6
M. Efendi, Sadarudin, Mardiah Moenir, Pengantar Ke Arah Pengembangan Kurikulum
dan Pembelajaran (Universitas Negeri Malang; 2006), hlm 1
7
S. Nasution, 1982, Asas-Asas Kurikulum, Jemmars, hlm 7
32

mencapai sebuah cita-cita ideal yang diinginkan oleh tujuan pendidikan dan

tujuan institusi/lembaga pendidikan (dari semua sistem yang disebutkan

diatas semuanya adalah bermakana kurikulum) dengan demikian kurikulum

tidak hanya difahami sebagai draf mata kuliah/silabus mata kuliah tapi lebih

dari itu kurikulum adalah aktivitas kegiatan yang ada dalam kelas/lembaga,

hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Robert Zaiz "curriculum

is a resourse of subject matters to be mastered 8"

Sedangkan pengertian kurikulum dalam arti luas, Ronald Doll

mengemukakan bahwa kurikulum adalah:

…all the experiences which are offered to learnes under the


auspices or direction of the school. Kurikulum adalah semua
pengalaman yang disajikan kepada murid di bawah naungan atau
bimbingan sekolah, berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh
William B. Ragan mengartikan kurikulum …all the experiences of
childler for which the school accepts respobility 9 kurikulum
adalah segala pengalaman murid dibawah naungan tanggung
jawab sekolah.

Sementara Oemar Hamalik mengatakan bahwa10: Istilah ”kurikulum”

memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh para pakar dalam bidang

pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini, yang merujuk

secara etimologi ”kurikulum” adalah berasal dari kata latin ”curriculae”,

artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada pemahaman ini

8
Robert S. Zaiz, 1976, Curriculum Principles and Fundation, Harper & Row Publisher,
hlm 71
9
William B. Ragan, 1960, Modern Elementry Curriculum, Holt Renehart and winston
Inc., hlm 4
10
Oemar Hamalik, 1994. Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta; PT Bumi Aksara), hlm
16
33

kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa

yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.

Sementara para ahli yang memahami secara berbeda mengenai

kurikulum yang menekankan pada Rencana Pembelajaran. Kurikulum

adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan

siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar,

sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai

dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain sekolah

menyediakan lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar.

Itu sebabnya kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut

dapat tercapai dengan baik. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata

ajaran saja, melainkan meliputi semua yang dapat memberikan

perkembangan siswa seperti gedung sekolah, alat pelajaran, perlengkapan,

siswa, halaman sekolah; yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan

belajar secara efektif. Semua yang berkenaan dengan perkembangan siswa

harus direncanakan melalui kurikulum, sebagaimana yang dikemukakan

oleh Oemar Hamalik:

The curriculum is as broad and varied as the clid’s school


environment. Broadly conceived, the curriculum embraces not
only subject matter but also various of the physical and sosial
environment. The school brings the with his impelling flow of
experiences into an envirinment consisting of school facilities.
Subject metter, other clildren, and teachers. From interaction or
the child with these elements learning results. (Douglass,.........11)

11
Ibid., hlm 17
34

Hal ini berarti, semua hal dan semua orang yang terlibat dalam

memberikan bantuan kepada siswa termasuk kurikum, mengenai Isi dan

Materi Pelajaran dalam kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yagn

harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah

pengetahuan. Mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman

orang tua atau orang-orang pandai masa lampau yang telah disusun secara

sistematis dan logis. Misalnya berkat pengalaman dan penemuan-penemuan

masa lampau maka diadakan pemilihan dan selajutnya disusun secara

sistematis, artinya menurut urutan tertentu; logis, artinya dapat diterima oleh

akal dan pikiran.

Kurikulum sebagai pengalaman belajar, lebih menekankan bahwa

kurikulum merupakan serangkaian pengalaman belajar. Salah satu

pendukung dari pandangan ini menyatakan sebagai berikut:

Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses,


activities, and experiences which pupils have under direction of
the school, whether in the classroom or not (Romine, 1945, h.
14)12

Dengan demikian indikasi yang muncul adalah: salah satu komponen

yang sering menjadi penyebab menurunnya mutu pendidikan adalah

kurikulum, kesan yang muncul di tengah-tengah masyarakat adalah setiap

ganti menteri pasti ganti kurikulum; padahal kurikulum yang terdahulu

masih belum merata, tiba tiba diganti dengan hal yang baru13, namun

pandangan yang optimis menganggap bahwa kurikulum dipandang perlu

12
Ibid., hal 18
13
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah,
dan Perguruan Tinggi. ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2005), hlm 334
35

direkonstruksi ulang dalam jangka yang tidak terlalu lama, agar sesuai

dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan, karena memang

pada dasarnya kurikulum yang merupakan alat dalam pendidikan,

pendidikan tidak pernah lepas dari tatanan perkembangan kehidupan sosial.

Pendidikan, kurikulum, dan pengajaran merupakan tiga konsep yang

saling kait satu sama lain. Jika pendidikan sebagai usaha dan kegiatan

manusia dewasa terhadap manusia yang belum dewasa, bertujuan untuk

menggali potensi-potensi tersebut menjadi aktual. Dengan begitu,

pendidikan adalah alat untuk memberikan rangsangan agar potensi-potensi

manusia tersebut dapat berkembang sesuai dengan dengan apa yang

diharapkan. Dengan perkembangan itulah maka manusia akan menjadi

manusia

2. Peranan Kurikulum

Peranan kurikulum pada dasarnya sebagai bagian dari penunjang

berlangsungnya pembelajaran dalam dunia pendidikan. Hal ini sangat

relevan sekali dengan realita yang ada pada lembaga pendidikan formal,

hampir semua komponen yang ada di lingkungan sekolah tidak lepas dengan

perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian yang semuanya itu merupakan inti

dari kurikulum. Selanjutnya, Oemar hamalik mengatakan dalam bukunya

yang berjudul Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum setidaknya ada

peranan kurukulum yang sangat penting, yakni Peranan konservatif,


36

peranan kritis, atau evaluatif, dan peranan kreatif. Ketiga peranan ini sangat

penting dan perlu dilaksanakan secara seimbang.untuk mencapai tujuan

3. Pengertian Muatan Lokal

Muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media

penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, serta

lingkungan budaya dan kebutuhan daerah, sedangkan anak didik di daerah

wajib mempelajarinya. Dengan demikian, kita harus benar-benar

memperhatikan karakteristik lingkungan dan juga kebutuhan daerah tersebut

dalam proses perencanaan kurikulum.

Yang dimaksud lingkungan alam alamiah yang ada di sekitar kita,

berupa benda-benda mati yang terbagi dalam empat kelompok lingkungan,

yaitu: (1) pantai, (2) dataran rendah termasuk di dalamnya daerah aliran

sungai, (3) dataran tinggi, dan (4) pegunungan atau gunung. Dengan kata

lain, lingkungan alam adalah lingkungan hidup dan tidak hidup tempat

makhluk hidup tinggal dan membentuk ekosistem.

Sedangkan lingkungan sosial adalah lingkungan dimana terjadi

interaksi orang perorang dengan kelompok sosial atau sebaliknya, dan antara

kelompok sosial dengan kelompok lain. Pendidikan sebagai lembaga sosial

dalam sistem sosial dilaksanakan di sekolah, keluarga, dan masyarakat, dan

itu perlu dikembangkan di daerah masing-masing. PP No.28/1990

menunjukkan perlunya perencanaan kurikulum lokal yang bermuara pada


37

hal yang berkaitan dengan tujuan pendidikan nasional dan pembangunan

bangsa.

Selanjutnya, lingkungan budaya adalah daerah dalam pola kehidupan

masyarakat yang berbentuk bahasa daerah, seni daerah, adat istiadat daerah,

serta tatacara dan tatakrama khas daerah. Lingkungan ini dalam pola

kehidupan daerah berbentuk lembaga-lembaga masyarakat dengan

peraturan-peraturan yang ada dan berlaku di daerah itu di mana sekolah dan

peserta didik berada.

4. Dasar Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal

Muatan lokal merupakan kebijakan baru dalam bidang pendidikan

yang berkenaan dengan kurikulum sekolah. Arti kebijakan itu sendiri adalah

hasil pemikiran manusia yang harus didasarkan pada hukum-hukum tertentu

sebagai landasan. Abdullah Idi mengatakan dalam bukunya yang berjudul

pengembangan kurikulum teori dan praktik bahwasannya muatan kurikulum

lokal mempuyai landasan sebagai berikut:

a. Landasan Idiil

Landasan idealnya adalah UUD 1945, Pancasila dan Tap MPR

Nomor II/1988 tentang GBHN dalam rangka mewujudkan tujuan

pembangunan nasional dan tujuan pendidikan nasional seperti terdapat

dalam UUSPN pasal 4 dan PP.28/1990 pasal 4, yaitu bertujuan

mencerdaskan bangsa dan membangun manusia Indonesia seutuhnya.


38

b. Landasan Hukum

Landasan hukumnya adalah Keputusan Mendikbud No.0412

tahun 1987, yaitu untuk Pendidikan Dasar dan Menengah

No.173/C/Kep/M/1987, tanggal 7 Oktober 1987 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Penerapan Muatan Lokal, UUSPN No.2 tahun 1989 pasal

13 ayat 1; pasal 37, 38 ayat 1 dan pasal 39 ayat 1, serta PP. No.28/1990

pasal 14 ayat 3 dan 4; pasal 27. UU No. 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 ayat 1 dan

pasal 38 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19

tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

c. Landasan Teori

Landasan teori pelaksanaan muatan kurikulum lokal adalah:

1) Tingkat kemampuan berpikir siswa adalah dari yang kongkrit ke

yang abstrak. Oleh karena itu, dalam penyampaian bahan ajar kepada

siswa harus diawali dengan pengenalan hal yang ada di sekitarnya.

Teori Ausubel (1969) dan konsep asimilasi Jean Peaget (1972)

mengatakan bahwa sesuatu yang haruslah dipelajari berdasarkan apa

yang telah dimiliki oleh peserta didik. Penerimaan gagasan baru

dengan bantuan gagasan atau pengetahuan yang telah dikemukakan

oleh John Friedrich Herbert yang dikenal dengan istilah apersepsi.

2) Pada dasarnya anak-anak usia sekolah memiliki rasa ingin tahu yang

sangat besar akan segala sesuatu yang terjadi di lingkungan


39

sekitarnya. Oleh karena itu, mereka selalu gembira bila dilibatkan

secara mental, fisik dan sosial dalam mempelajari sesuatu. Mereka

akan gembira bila diberi kesempatan unutuk mempelajari lingkungan

sekitarnya yang penuh sumber belajar. Jadi, dengan menciptakan

situasi belajar, bahan kajian dan cara belajar mengajar yang

menantang dan menyenangkan, aspek kejiwaan mereka yang berada

dalam proses pertumbuhan akan dapat ditumbuhkembangkan dengan

baik.

d. Landasan Demografik

Indonesia adalah Negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan

memiliki beraneka ragam adat istiadat, tatacara dan tatakrama pergaulan,

seni dan budaya serta kondisi alam dan sosial yang juga beraneka ragam.

Hal itu perlu diupayakan kelestariannya agar tidak musnah. Upaya

pelestarian tersebut dilakukan dengan cara melaksanakan pendidikan

yang bertujuan untuk menjaga kelestarian akan karakteristik daerah

sekitar siswa, baik yang berkaitan dengan lingkungan alam, sosial dan

budaya peserta didik sedini mungkin.

5. Tujuan Kurikulum Muatan Lokal

Setiap lembaga pendidikan formal pada umumnya dan sekolah dasar

atau madrasah ibtida’iyah pada khususnya memiliki tujuan untuk

meningkatkan kwalitas atau mutu pendidikan, salah satunya adalah dengan

menerapkan dan mengembangkan kurikulum muatan lokal di lembaga


40

tersebut, sehingga potensi ataupun kondisi yang ada pada lingkungan sekitar

sekolah dapat dikembangkan melalui penerapan muatan lokal tersebut. Hal

ini senada dengan pandangan E, Mulyasa yang mendeskripsikan tujuan

kurikulum. Beliau mengatakan , secara umum muatan lokal bertujuan untuk

memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap hidup kepada

peserta didik agar memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungan dan

masyarakat sesuai dengan nilai yang berlaku di daerahnya dan mendukung

kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional.14 Lebih

lanjut dikemukakan, bahwa secara khusus pengajaran muatan lokal

bertujuan agar peserta didik:

a. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan

budayanya;

b. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan

mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan

masyarakat pada umumnya;

c. Memiliki sikap perilaku yang serius dengan nilai-nilai/aturan-aturan

yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan

nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang

pembangunan nasioanal15.

Sementara itu, Abdullah Idi mengatakan tentang tujuan dari

diadakannya program muatan lokal setidaknya ada dua, yaitu:

14
E, Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), hlm. 274
15
Ibid..
41

a. Tujuan Langsung

1) Bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid

2) Sumber belajar di daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk

kepentingan pendidikan;

3) Murid dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang

dipelajarinya untuk memecahkan masalah yang ditemukan di

sekitarnya;

4) Murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial dan

lingkungan budaya yang terdapat di daerahnya.

b. Tujuan Tak Langsung

1) Murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya;

2) Murid diharapkan dapat menolong orang tuanya dan menolong

dirinya sendiri dalam rangkan memenuhi kebutuhan hidupnya;

3) Murid menjadi akrab dengan lingkungan dan terhindar dari

keterasingan terhadap lingkungan sendiri (Depdikbud, 1992: 79)16

Dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, besar

kemungkinan murid dapat mengamati dan melakukan percobaan kegiatan

belajar sendiri. Belajar mencari, mengolah, menemukan informasi sendiri,

dan menggunakan informasi untuk memecahkan masalah yang ada di

lingkungannya merupakan pola dasar dari belajar. Belajar tentang

lingkungan mempunyai daya tarik tersendiri bagi seorang anak. Jean peaget

16
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik Ar-ruzz Media, (Jogjakarta;
2007), hlm 262-264.
42

(1958) mengatakan bahwa makin banyak seorang anak melihat dan

mendengar, makin ingin ia melihat dan mendengar17

Lingkungan secara keseluruhan mempunyai pengaruh terhadap cara

belajar seorang. Menegaskan bahwa lingkungan sebagai kondisi, daya, dan

dorongan eksternal dapat memberikan suatu sitiuasi kerja di sekitar murid.

Karena itu, lingkungan secara keseluruhan dapat berfungsi sebagai daya

untuk membentuk dan memberi kekuatan atau dorogan eksternal untuk

belajar pada seseorang18.

Namun demikian, aplikasi program muatan lokal tersebut dapat

tercapai dengan baik jika pendidik dan kepala sekolah dapat

mengembangkannya sesuai dengan asas-asas pengembangan kurikulum

yang berlaku dan dapat mengikutsertakan masyarakat sekitar dalam

pelaksanaan program tersebut. Pelaksanaan muatan lokal di sekolah ini tidak

akan dapat berjalan lancar apabila tidak didukung oleh semua pihak yang

ikut bertanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan, karena dalam

pelaksanaan muatan lokal, ada beberapa hal yang tidak mungkin dapat

dilaksanakan sendiri oleh pihak di sekolah, misalnya sarana-prasarana,

narasumber, dan juga biaya. Karenanya, keikutsertaan masyarakat dalam

pelaksanaannya sangatlah diharapkan.19

Paradigma para pakar kurikulum mengenai tujuan kurikulum

muatan lokal yang telah diformulasikan di atas merupakan indikasi

tercapainya sebuah tatanan lembaga pendidikan yang melahirkan siswa


17
Ibid., hlm 263
18
Ibid..
19
Ibid., hlm 264
43

proaktif terhadap lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, hal ini secara

langsung ataupun tidak mengakibatkan pengembangan sekolah, masyarakat,

serta bangsa.

6. Kedudukan Kurikulum Muatan Lokal

Pada dasarnya setiap hal yang ada di muka bumi ini memiliki

kedudukan masing-masing. Manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan

yang semuanya adalah satu rangkaian yang berkaitan antara satu dengan

yang lainnya. Begitu pula dalam dunia pendidikan yang memiliki komponen

untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan dan setiap masing-

masing komponen itu sendiri memiliki kedudukan yang tentunya berbeda-

beda, akan tetapi tujuannya adalah sama yaitu sebagai alat untuk menjadikan

manusia seutuhnya dalam arti, manusia yang memiliki keluasan ilmu,

keagungan akhlaq, dan kedalaman spiritual sehingga mendukung

peningkatan mutu pendidikan nasional.

Salah satu komponen pendidikan yang dalam hal ini akan dipaparkan

secara ringkas oleh E, Mulyasa dalam bukunya yang berjudul kurikulum

tingkat satuan pendidikan bahwasannya,

Kurikulum muatan lokal merupakan satu kesatuan utuh yang tak


dapat terpisahkan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Kurikulum muatan lokal merupakan upaya agar penyelenggaraan
pendidikan di daerah dapat disesuaikan dengan keadaan dan
kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya
peningkatan mutu pendidikan nasional, sehingga pengembangan dan
44

Implementasi kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi


KTSP. mengenai kedudukannya adalah kurikulum muatan lokal20

Uraian di atas sangatlah jelas, bahwa salah satu dari penunjang

dalam peningkatan mutu pendidikan nasional adalah kurikulum muatan

lokal yang merupakan bagian dan tak dapat dipisahkan dari kurikulum

tingkat satuan pendidikan. Oleh karena itu, peranan dari Implementasi dan

pengembangan kurikulum muatan lokal ini sangatlah Urgen yang tak dapat

dihilangkan. Boleh jadi, apabila ditiadakannya kurikulum muatan lokal yang

merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan nasional, tentunya

hasil yang diperoleh adalah rapuhnya pendidikan nasional menuju

pendidikan yang tak berkuwalitas atau tidak bermutu. Untuk itulah

kedudukan kurikulum muatan lokal adalah bagian dari kurikulum tingkat

satuan pendidikan (KTSP) yang dapat mengantarkan ke arah pendidikan

yang bermutu.

Muatan lokal diberikan secara terpadu dengan muatan inti atau

nasional. Dalam mata pelajaran tertentu, seperti kesenian, pendidikan

olahraga dan kesehatan, serta pendidikan keterampilan, muatan lokal dapat

diberikan sebagai bagian dari matapelajaran itu denagn menggunakan waktu

yang telah disediakan bagi matapelajaran yang bersangkutan.21

Muatan lokal dalam kurikulum dapat menjadi mata pelajaran yang

berdiri sendiri atau menjadi bahan kajian suatu mata pelajaran yang telah

ada. Sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, muatan lokal mempunyai

20
E, Mulyasa, Op Cit, 2007, hlm 274-275
21
Abdullah Idi, loc. cit.
45

alokasi waktu tersendiri. Tetapi sebagai bahan kajian mata pelajaran, muatan

lokal bisa sebagai tambahan bahan kajian yang telah ada. Karena itu, muatan

lokal bisa mempunyai alokasi waktu sendiri dan bisa juga tidak. Muatan

lokal sebagai matapelajaran bahasa daerah, pendidikan kesenian, dan

pendidikan keterampilan.

Demikian pula muatan lokal sebagai bahan kajian tambahan dari

bahan kajian yang telah ada atau sebagai satu pokok bahasan atau lebih yang

dapat diberikan alokasi waktunya. Tetapi muatan lokal sebagai bahan kajian

yang merupakan penjabaran yang lebih mendalam dari pokok bahasan dan

subpokok bahasan yang telah ada, sukar untuk diberikan alokasi waktu jam

pelajaran tersendiri. Bahkan muatan lokal berupa disiplin di sekolah, sopan

santun, berbuat dan berbicara, kekebersihan serta keindahan sangat sukar,

bahkan tidak mungkin diberikan alokasi waktu22.

7. Implementasi Kurikulum Muatan Lokal

Implementasi diartikan “pelaksanaan; penerapan23 Implementasi atau

pelaksanaan kurikulum muatan lokal tentunya dilakukan oleh guru atau

tenaga edukatif lainnya yang mungasai bahan ajar muatan lokal itu sendiri.

Lebih lanjut pelaksanaan kurikulum muatan lokal dapat dijabarkan dalam

tiga tahap untuk penerapannya, antara lain sebagai berikut:

22
Ibid., hlm 265-266
23
Pius A Parto, M. Dahlan Albarry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya; Arkola, 1994),
hlm 247
46

a. Persiapan,

Beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru, kepala sekolah,

dan tenaga kependidikan lain di sekolah pada tahap persiapan ini adalah

sebagai berikut:

1) Menentukan mata pelajaran muatan lokal untuk setiap tingkat

kelas yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, kondisi

sekolah, dan kesiapan guru yang akan mengajar.

2) Menentukan guru. Guru muatan lokal sebaiknya guru yang ada di

sekolah, tetapi bisa juga menggunakan nara sumber yang lebih

tepat dan professional. Misalnya untuk keseshatan menggunakan

tenaga kesehatan, pertanian menggunakan penyuluhan pertanian,

dan kesenian memanfaatkan seniman yang ada di lingkungan

sekitar sekolah. Kehadiran mereka bias part time, hanya

membantu guru, tetapi bias juga full time, langsung memegang

dan bertanggung jawab terhadap matapelajaran muatan lokal

tertentu. Keigatan ini bias dikoodinir oleh kepala sekolah atau

wakil kepala sekolah bidang akademis, bekerja sama dengan

komite sekolah.

3) Sumber dana dan sumber belajar. Dana untuk pembelajaran

muatan lokal dapat menggunakan Dana BOS (Bantuan


47

operasional sekolah), tetapi bias juga mencari sponsor atau kerja

sama dengan pihak lain yang relevan.24

Tiga hal penting untuk diperhatikan oleh sekolah yang telah

dipaparkan di atas mendukung pelaksanan pembelajaran muatan lokal.

Hal inilah yang menjadi peranan yang tidak bisa diabaikan oleh sekolah,

karena apabila persiapan yang kurang matang atau bahkan ditiadakan

sama sekali, maka kemungkinan besar hal tersebut akan menjadi

penghambat pelaksanaan pembalajaran muatan lokal.

b. Pelaksanaan Pembelajaran, dan

Pelaksanaan pembelajaran muatan lokal sebenarnya hampir sama

dengan mata pelajaran lainnya, yang garis besarnya adalah sebagai

berikut:

1) Mengkaji silabus

2) Menyusun RPP

3) Mempersiapkan penilaian.

c. Tindak lanjut.

Tindak lanjut adalah langkah-langkah yang akan dan harus diambil

setelah proses pembelajaran muatan lokal. Tindak lanjut ini erat

kaitannya dengan hasil penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran.

Bentuk tindak lanjut ini, bisa berupa perbaikan terhadap proses

24
E, Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), hlm. 279-281
48

pembelajaran, tetapi juga bisa merupakan upaya untuk mengembangkan

lebih lanjut hasil pembelajaran, misalnya dengan membentuk kelompok

belajar, dan group kesenian. Tindak lanjut ini bisa juga dengan

melakukan kerja sama dengan masyarakat, misalnya untuk memasarkan

pembelajaran muatan lokal.

B. Kurikulum Muatan Lokal SD/MI

1. Implementasi Kurikulum Muatan Lokal SD

Implementasi atau pelaksanaan kurikulum muatan lokal merupakan

integral dari struktur kurikulum. Muatan lokal ini diberikan mulai kelas I

sampai dengan kelas VI dengan pengaturan waktu dan mata pelajaran yang

ditentukan. Pelaksanaan muatan lokal disusun berdasarkan SKL dan SK dan

KD mata pelajaran muatan lokal. Misalnya dengan ketentuan sebagai

berikut.

a. Kurikulum ini memuat 4 mata pelajaran, yaitu pendidikan lingkungan

hidup (PLH), Bahasa Daerah, Bahasa Inggris, dan Komputer seperti

tertera pada Tabel Mata Pelajaran Kurikulum Muatan Lokal.

b. Muatan PLH pada kelas 1-3 ditekankan pada praktik dan pengamatan

langsung.

c. Pendekatan pembelajaran pada kelas I s.d III dilaksanakan dengan

”Pendekatan Tematik”, sedangkan pada kelas IV sampai dengan kelas

VI menggunakan ”Pendekatan Mata Pelajaran”.

d. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit


49

e. Proses pembelajaran Muatan Lokal menekankan praktik langsung dan

fungsional

f. Alokasi waktu

Setiap kegiatan dilakukan selama 2 jam pelajaran

g. Penilaian

Penilaian Muatan Lokal dilakukan melalui ujian SD/MI25

2. Mata Pelajaran Muatan Lokal SD

Mata pelajaran muatan lokal yang dikembangkan misalnya sesuai

dengan Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur dan Surat Keputusan

Walikota/Bupati tentang Penetapan Mulok sebagai berikut:

a. Bahasa daerah (Jawa) sebagai upaya mempertahankan nilai-nilai

budaya (jawa) masyarakat setempat dalam wujud komunikasi dan

apresiasi sastra. (diberikan di kelas 3-6, wajib diikuti oleh setiap

siswa).

b. Pendidikan lingkungan hidup (PLH) sebagai upaya menanamkan

rasa cinta lingkungan hidup dalam bentuk kegiatan pembelajaran

pola hidup bersih dan menjaga keseimbangan ekosistem. (diberikan

di kelas 1-3, wajib diikuti oleh setiap siswa).

c. Pendidikan bahasa inggris sebagai upaya untuk mengenalkan

berbagai bahasa dalam masyarakat global (diberikan pada kelas 4-6.

bias pilihan bagi siswa dengan muatan lain yang ditawarkan).

25
Ibid., hlm 240
50

d. Pendidikan komputer sebagai upaya untuk mengenalkan pentingnya

mengenal dan menggunakan alat teknologi computer dalam abad

global (diberikan pada kelas 5-6 bisa pilihan bagi siswa dengan

muatan lokal yang ditawarkan).26

Mengenai batasan mata pelajaran muatan lokal pada dasarnya tidak

terbatas pada empat mata pelajaran saja ynag telah disebutkan diatas, tetapi

hal-hal yang dianggap artinya setiap sekolah dapat memilih dan

melaksanakan muatan lokal sesuai dengan karakteristik peserta didik,

kondisi masyarakat, serta kemampuan dan kondisi sekolah daerah masing-

masing.27

3. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Muatan Lokal

Satuan pendidikan harus mengembangkan SK dan KD untuk setiap

jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Misalnya:

a. Bahasa Inggris SD/MI

Standar Kompetensi lulusan Bahasa Inggris Muatan Lokal di

SD/MI adalah:

1) Mendengarkan

Memahami instruksi, informasi dan cerita sangat sederhana

yang disampaikan secara lisan dalam konteks kelas, sekolah, dan

lingkungan sekitar dalam bahasa Inggris.

26
Muhaimin, dkk. Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
pada Sekolah & Madrasah (Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2008), hlm 233-234
27
E, Mulyasa, loc cit..
51

2) Berbicara

Mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana

interpersonal dan transaksional sangat sederhana dalam bentuk

instruksi dan informasi dalam konteks kelas, sekolah, dan

lingkungan sekitar dalam bahasa inggris.

3) Membaca

Membaca nyaring dan memahami makna dalam instruksi,

informasi, teks fungsional pendek, dan teks deskriptif bergambar

sangat sederhana yang disampaikan secara tertulis dalam konteks

kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar dalam bahasa Inggris

4) Menulis

Menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional pendek

sangat sederhana dengan ejaan dan tanda baca yang tepat dalam

bahasa Inggris

b. Bahasa Daerah SD/MI

c. Standar kompetensi dan kompetensi dasar muatan lokal (SK-KD

Mulok).28

C. Pembelajaran Bahasa Inggris

1. Pengertian Bahasa

Bahasa adalah suatu sistim dari suara, kata, pola yang digunakan oleh

manusia untuk berkomunikasi melalui pikiran dan perasaan (Oxford

28
Ibid..
52

Advanced Learner Dictionary). Melalui bahasa manusia mengemukakan

pikiran dan gagasannya baik melalui bahasa lisan maupun bahasa tulisan.

Bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa internasional yang digunakan

dalam bahasa pergaulan, perdagangan dan juga pendidikan memiliki peran

yang sangat strategis dalam kesuksesan seseorang. Di Indonesia, bahasa

Inggris dikenal sebagai bahasa asing (foreign language) dan hanya sekedar

dipelajari di bangku sekolah atau kursus bahasa Inggris sehingga

orientasinya lebih pada akademik29.

2. Pengenalan Bahasa Inggris Sejak Dini

Para ahli anak usia dini mengatakan sangat baik bagi seorang anak

untuk belajar bahasa keduanya sebelum dia berusia 10 tahun, artinya

kemampuan belajar bahasa kedua anak akan lebih baik jika dia belajar

sebelum usia 10. Permasalahannya adalah bagaimana mengajarkan bahasa

Inggris tersebut kepada anak usia dini. Tentunya dengan tetap menggunakan

prinsip belajar anak usia dini yakni bermain sambil belajar dengan mengacu

pada DAP (Developmental Appropriate Practice) yakni pembelajaran harus

disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.

Ada 5 (lima) penekanan yang dikemukakan oleh Asher agar anak

memiliki pemahaman bahasa yang disebut sebagai pendekatan pemahaman

(Comprehension Approach) yaitu :

29
http://www.bpplsp-reg-1.go.id/buletin/read.php?id=34&dir=1&idStatus=0. diakses pada
tanggal 17 April 2009
53

a. Kemampuan pemahaman diikuti dengan keahlian produktif dalam

belajar bahasa.

b. Pengajaran berbicara harus ditunda dulu sebelum kemampuan

pemahaman anak sudah terbangun.

c. Keahlian didapat melalui mendengar yang ditransfer kepada keahlian

lain.

d. Pengajaran harus menekankan arti daripada bentuk dan

e. Pengajaran harus meminimalkan kadar stres pembelajar.

Penekanan pada pemahaman (comprehension) dan menggunakan

gerakan fisik dalam mengajar bahasa asing pada level pengenalan

(introductory level) sebenarnya merupakan suatu tradisi yang

dilakukan sejak lama dalam pembelajaran bahasa yang biasa disebut

sebagai “Action based teaching strategy” atau “English through

Actions” yang kemudian berkembang menjadi metode Total Physical

Respons (TPR). contoh pembelajaran dengan metode ini adalah

sebagai berikut: ketika mengenalkan kata “stand up (berdiri)” semua

anak ikut berdiri sambil mendengarkan (listening) kata “stand up” dan

mengucapkan (speak) kata “stand up” tersebut. Disini kita tidak perlu

menekankan pada pengenalan bahasa tulis (written language)

walaupun kita bisa sekali-sekali menuliskan kata tersebut tapi tidak

menjadi keharusan. Kemudian kita bisa menguatkan pengenalan kata

tersebut sambil bernyanyi dan sambil bergerak sesuai perintah lagu


54

“Every body sit down, sit down, sit down

Every body sit down just like me….”

“Every body stand up, stand up, stand up

Every body stand up, just like me….”

Kegiatan pengenalan Bahasa Inggris dengan metode ini diharapkan

dapat berlangsung secara terus menerus dan bertahap apalagi dengan

pembelajaran dengan cara menarik sehingga anak bisa senang dan ceria akan

bisa memaksimalkan kemampuan belajar bahasa kedua anak sehingga akan

muncul anak-anak Indonesia ke depan yang mampu dan fasih berbahasa

Inggris

3. Upaya Kepala Sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

Bahasa Inggris

Kepala Sekolah memegang peranan yang sangat penting dalam proses

peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses

yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia

itu sendiri yang dalam hal ini menjadi objek adalah siswa atau peserta didik.

Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia,

maka kepala sekolah berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui

berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas melalui

pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan

sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta

pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi kenyataan


55

belum cukup dalam meningkatkan kualitas pendidikan, untuk itu kepala

sekolah memperhatikan penerapan muatan lokal sebagai penunjang

peningkatan mutu pendidikan dengan menyiapkan siswa untuk siap bersaing

dalam gelanggang persaingan kualitas pendidikan. Salah satu cara dengan

mengenalkan bahasa Inggris sedini mungkin, sedangkan metode

penyampaiannya setidaknya lebih menekankan pada multiple intelegent

yang meliputi listening, writing, reading dan speaking.

Selain itu, membentuk komite sekolah yang bertujuan untuk

meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Hal ini berarti peran serta

masyarakat sangat dibutuhkan dalam peningkatkan mutu pendidikan, bukan

hanya sekadar memberikan bantuan berwujud material saja, namun juga

diperlukan bantuan yang berupa pemikiran, ide, dan gagasan-gagasan

inovatif demi kemajuan suatu sekolah.30 Adapun fungsi Komite Sekolah,

sebagai berikut: Pertama, Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen

masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Kedua,

Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/ dunia

usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan

pendidikan yang bermutu. Ketiga, Menampung dan menganalisis aspirasi,

ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh

masyarakat. Keempat, Memberikan masukan, pertimbangan, dan

rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai:

30
http://re-searchengines.com/trimo80708.html diakses pada tangal 17 April 2009
56

1) kebijakan dan program pendidikan

2) rencana anggaran pendidikan dan belanja sekolah (RAPBS)

3) kriteria kinerja satuan pendidikan

4) kriteria tenaga kependidikan

5) kriteria fasilitas pendidikan, dan

6) hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan

Kelima, Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam

pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.

Keenam, Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Ketujuh, Melakukan

evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan,

dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.31

D. Mutu Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan.

Dalam pengertian yang sederhana dan umum, makna pendidikan

adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan

potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan

nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan.32

Ada beberapa konsep pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh

para ahli, antara lain sebagai berikut:

31
http://re-searchengines.com/trimo80708.html diakses pada tangal 17 April 2009
32
Indar Djumberansyah, Filsafat Pendidikan, Abditama, Surabaya, 1994, hal. 16
57

a. Tim Dosen IKIP Malang menyimpulkan pengertian pendidikan

sebagai :

1) Aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya

dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya yaitu rohani

(fikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani) dan jasmani (panca indra

serta keterampilan-keterampilan).

2) Lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan)

pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan. Lembaga-

lembaga ini meliputi : keluarga, sekolah dan masyarakat (negara).

3) Hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan

usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya.

b. Sebagaimana yang dikutip oleh Djumberansyah Indar dalam bukunya

Freeman Butt yang berjudul Cultural History of Western Education,

bahwa:

1) Pendidikan adalah kegiatan menerima dan memberikan

pengetahuan sehingga kebudayaan dapat diteruskan dari generasi

ke generasi berikutnya.

2) Pendidikan adalah seuatu proses. Melalui proses ini individu

diajarkan kesetiaan dan kesediaan untuk mengikuti aturan. Melalui

cara ini pikiran manusia dilatih dan kembangkan.

3) Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan. Dalam proses ini

individu dibantu pengembangan kekuatan, bakat, kesanggupan dan

minatnya.
58

4) Pendidikan adalah rekontruksi dan reorganisasi pengalaman yang

menambah arti serta yang menambah kesanggupan untuk

memberikan arah bagi pengalaman selanjutnya.

5) Pendidikan adalah suatu proses. Melalui proses ini seseorang

menyesuaikan diri dengan unsur-unsur pengalamannya yang

menjadi kepribadian modern sehingga dapat mempersiapkan diri

bagi kehidupan masa dewasa yang berhasil.33

Berdasarkan beberapa pengertian pendidikan tadi, maka terdapat

beberapa ciri atau unsur umum dalam pendidikan yang dapat disimpulkan

sebagai berikut:

a) Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu

individu yang kemampuan-kemampuan dirinya berkembang

sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai

seorang individu, maupun sebagai warga negara atau warga

masyarakat.

b) Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan

usaha yang disengaja dan terencana untuk memilih isi (bahan

materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai.

c) Kegiatan tersebut dapat diberikan dilingkungan keluarga,

sekolah dan masyarakat berupa pendidikan jalur sekolah

(formal), dan pendidikan jalur luar sekolah (informal dan non

formal).

33
Ibid, hlm. 19-20
59

2. Dasar Pendidikan

Dasar pendidikan adalah landasan tempat berpijak atau sandaran

daripada dilakukannya suatu perbuatan. Dengan demikian, yang dijadikan

landasan atau sandaran suatu perbuatan itu sudah ada dan mempunyai

kekuatan hukum. Oleh karenanya tidaklah dapat dibenarkan

pertanggungjawaban suatu tindakan atau usaha yang berpijak pada landasan

yang dicari-cari alasannya untuk kepentingan diri atau golongan.34

Adapun dasar pendidikan itu sendiri dapat ditinjau dari beberapa

segi, diantaranya :

a. Dasar dari segi yuridis atau hukum adalah dasar-dasar pelaksanaan

agama yang berasal dari peraturan perundang-undangan, baik langsung

maupun tidak langsung yagn mana hal ini dapat dijadikan pegangan

dalam pelaksanaan pendidikan baik di lembaga formal maupun non

formal.

b. Dasar religius yaitu dasar yang berdasarkan dari ajaran agama Islam

yang tertera dalam ayat al-Quran dan Al-Hadits menurut ajaran agama

Islam bahwa pelaksanaan pendidikan adalah wajib.

c. Dasar sosial psikologi yaitu manusia membutuhkan suatu pegangan

hidup yaitu agama, dan dalam kenyataannya agama merupakan bagian

yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Dan pada

34
Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, jakarta, 1991, hal. 190
60

hakekatnya masyarakat akan merasa aman, tenang, dan tentram hatinya

apabila bisa mendekatkan dirinya kepada Tuhannya.35

3. Tujuan Pendidikan

Sebagaimana yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto dalam bukunya

Langeveld yang berjudul Beknopte Theoretische Paedagogiek,

mengutarakan macam-macam tujuan pendidikan sebagai berikut:

a. Tujuan umum

Tujuan umum disebut juga tujuan sempurna, tujuan akhir atau

tujuan bulat. Tujuan umum ialah tujuan di dalam pendidikan yang

seharusnya menjadi tujuan orang tua atau lain-lain pendidik, yang telah

ditetapkan oleh pendidik dan selalu dihubungkan dengan kenyataan-

kenyataan yang terdapat pada anak didik itu sendiri dan dihubungkan

dengan syarat-syarat dan alat-alat untuk mencapai tujuan umum itu.

b. Tujuan-tujuan tak sempurna

Yang dimaksud dengan tujuan tak sempurna atau tak lengkap ini

ialah tujuan-tujuan yang mengenai segi-segi kepibadian manusia yang

tertentu yang hendak dicapai dengan pendidikan itu. Yaitu segi-segi yang

berhubungan dengan nilai-nilai hidup yang tertentu seperti keindahan

kesusilaan, keagamaan, kemasyarakatan dll.

35
Zuhairini et.al, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Ramadhani, Solo, 1983, hal 31.
61

c. Tujuan-tujuan sementara

Tujuan sementara ini merupakan tempat-tempat perhentian

sementara pada jalan yang menuju ke tujuan umum. Untuk mencapai

tujuan-tujuan sementara itu di dalam praktek harus mengingat dan

memperhatikan jalannya perkembangan pada anak. Untuk itu diperlukan

psikologi perkembangan.

d. Tujuan-tujuan perantara

Tujuan ini ditentukan tergantung pada tujuan-tujuan sementara

e. Tujuan Insidental

Tujuan ini hanya sebagai kejadian-kejadian yang merupakan saat-saat

yang terlepas pada jalan yang menuju kepada tujuan umum.36

Dengan memperhatikan tujuan-tujuan di atas dan hubungannya satu

sama lain, mempermudah usaha kita hendak mengerti pekerjaan mendidik,

dan memungkinkan kita meminjau apa yang dianjurkan oleh aliran-aliran

modern atau aliran-aliran kuno dalam pendidikan. Sedangkan tujuan umum

itu bermuara dalam pandangan hiduap yang mendukung sebagai batu

dasarnya.

4. Pengertian Mutu

Apakah mutu itu? Mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk

memperbaiki keluaran yang dihasilkan. Mutu bukanlah benda magis atau

36
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Remaja Karya CV,
Bandung, 1988, hal. 24-28
62

sesuatu yang rumit. Mutu didasarkan pada akal sehat37. Menurut filosofis

manajemen mutu W. Edward Deming dikembangkan berdasarkan kebutuhan

untuk memperbaiki kondisi kerja bagi setiap pegawai. Saat W. Edward

Deming memulai kariernya pada tahun 1920-an, seorang pekerja dapat

bekerja sepanjang hari tanpa memperoleh upah lembur karena tidak

menghasilkan produk yang dapat dipasarkan. Dengan menggunakan

metodologi mutu, setiap sistem kerja dapat dibagi kedalam serangkaian

proses kerja

5. Prinsip-prinsip Mutu Pendidikan

Mutu merupakan topik penting dalam diskusi tentang pendidikan

sekarang ini. Dalam diskusi tersebut boleh jadi muncul gagasan berbeda

mengenai mutu sebanyak jumlah sekolah yang ada. Mutu menciptakan

lingkungan bagi pendidik, orang tua, pejabat pemerintah, wakil-wakil

masyarakat dan pemuka bisnis untuk bekerja bersama guna memberikan

kepada para siswa sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk memeuhi

tantangan masyarakat, bisnis dan akademik sekarang dan masa depan.

Dibawah ini terdapat bagan yang akan memaknai mutu secara umum.

37
Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata
Langkah Penerapan, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2007), hlm75
63

Orang tua Masyarakat

Pendidikan Bisnis

Bagan 8.2. Korelasi orang tua, masyarakat, pendidikan dan bisnis sebagai

penunjang mutu

Diagram di atas menggambarkan bahwa dalam meningkatkan mutu

pada diri seseorang adalah dengan adanya factor eksternal yang dijadikan

sebagai penunjang. Begitu pula dalam dunia pendidikan, antara kurikulum,

baik kurikulum pusat maupun lokal, tenaga edukatif, sarana dan prasarana,

siswa sendiri sebagai objek pembelajaran serta factor lain yang nantinya

mendukung tercapainya mutu sebuah pendidikan.

Sementara itu, Menurut Dr. W. Edwrd Deming dalam menerapkan

prinsip-prinsip mutu pendidikan ada 14 perkara yang dikaitkan dengan

kelangsungan hidup bisnis. Pada mulanya banyak pendidikan berupaya

menerapkan batir-butir dari Dr. Edrward Deming itu dalam pendidiakn tanpa

mempertimbangkan kendala aturan poliutik dan budaza yang unik dalam


64

pendidikan, dan 14 perkara itu biasanya disebut hakikat mutu dalam

pendidikan.

Pertama, menciptakan konsistensi tujuan, menciptakan konsistensi

tujuan untuk memperbaiki layanan dan siswa, dimaksudkan untuk

menjadikan sekolah sebagai sekolah yang kompetitif dan berkelas dunia.

Kedua, mengadopsi kebutuhan pengujian. Mengurangi kebutuhan

pengujian dan inpeksi yang berbasis produksi massal dilakukan dengan

mengambangkan mutu dalam layanan pendidikan.

Keempat, memperbaiki mutu dan produktifitas dan mengurangi biaya

Kelima, relajar sepanjang hayat, dengan cara relajar terus menerus,

dimanapun dan kapanpun di warnai dengan relajar maka mutu pendidikan

akan tercapai.

Keenam, menilai bisnis sekolah dengan cara baru, nilailah bisnis

sekolah dengan meminimalkan biaya total pendidikan. Bekerjalah bersama

orang tua siswa dan berbagai lembaga untuk memperbaiki mutu siswa untuk

menjadi bagian sistem.

Ketujuh, kepemimpinan dalam pendidikan, dalam meningkatkan

mutu kepala sekolah mempunyai peran penting, karena kepala sekolah

merupakan orang yang mempunyai otoritas paling tinggi di antara yang

lanilla. Kebijakan kepala sekolah di perlukan untuk peningkatan mutu

pendidiakn

Kedelapan, mengeliminasi rasa takut, dalam meningkatkan mutu

pendidikan hendaknya menghilangkan perasaan takut, karena dengan


65

perasaan takut maka pencapaian mutu tidak akan berhasil, jangn pernah

takut mengeluarkan pendapat untuk perbaikan mutu.

Kesembilan, mengelimingasi hambatan keberhasilan, dalam

pencapaian mutu berusahalah untuk membuang atau menghindari hambatan-

hambatan dalam pencapaian keberhasilan, untuk mengetahui hambatan-

hambatan apa yang akan datang dalam upayanya meningkatkan mutu

pendidikan harus Heli dalam membaca situasi, terutama situasi pendidikan

yang terjadi pada saat ini.

Kesepuluh, menciptakan budaya mutu, untuk meningkatkan mutu

pendidikan, ciptakanlah budaza mutu. Jangan biarkan menjadi bergantung

pada seseorang atau sekelompok orang, ciptakanlah budaya mutu yang

mengembangkan tanggung jawab pada setiap orang.

Kesebelas, perbaikan proses, tidak ada proses yang sempurna, oleh

karenanya carilah cara terbaik, proses terbaik tetapkan, tanpa pandang bulu,

menemukan sulusi harus di dahulukan bukan mencari-cari kesalahan,

hargailah orang atau kelompok yang mendorong terjadinya perbaikan.

Keduabelas, membantu siswa berhasil, hilangkanlah rintangan yang

merampok hak siswa, hendaklah guru atau adminstrator memberi

penghargaan terhadap hasil verja siswa, dengan penghargaan yang siswa

pwroleh, siswa akan berusaha untuk mencapai prestasi yang lkebih baik.

Ketigabelas, komitmen, artinya bahwa dalam meningkatkan mutu

pendidikan hendaklah mempunyai kemauan untuk mendukung

memperkenalkan cara baru dalam mengerjakan sesuatu dalam sistem


66

pendidikan, perbaruilah cara lama dengan cara baru yang lebih mengarah

pada perbaikan mutu pendidikan.

Keempatbelas, tanggung jawab, untuk meningkatkan mutu

pendidikan tanggung jawab sangat dibutuhkan, karena tanpa tanggung jawab

mutu pendidikan tidak akan tercapai, yang dimaksud semua elemen yang

ada dalam sekolah itu harus bertanggung jawab dalam peningkatan mutu

pendidikan.38

6. Mutu Pendidikan

Pendidikan, merupakan alat untuk mengembangkan potensi manusia,

baik pada ranah intelektual, emosional maupun spiritual yang mapan untuk

itulah pendidikan menjadi pilar penting yang harus ditempuh oleh manusia

pada umumnya baik pendidikan formal, informal, ataupun non formal..

Adapun hal-hal yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas atau mutu

pendidikan antara lain :

a. Peningkatan Profesionalisme Guru

Untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam pendidikan

agama, perlu ditingkatkan melalui cara-cara antara lain:

1) Mengikuti Penataran

Menurut para ahli: “Penataran adalah semua usaha

pendidikan dan pengalaman untuk meningkatkan keahlian guru

dan pegawai guna menyelaraskan pengetahuan dan

38
Jaramo S, Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah
Penerapan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2005)hlm 85-89
67

keterampilan mereka dengan kemajuan dan perkembangan

ilmu pengetahuan dalam bidangnya masing-masing”39

Sedangkan kegiatan penataran itu sendiri ditujukan

“Pertama, Mempertinggi mutu petugas dalam bidang

profesinya masing-masing. Kedua, Meningkatkan efisiensi

kerja menuju arah tercapainya hasil yang optimal

Perkembangan kegairahan kerja dan Ketiga, peningkatan

kesejahteraan”40

2) Mengikuti Kursus-Kursus Kependidikan

Hal ini untuk menambah wawasan terutama guru agama.

Adapun kursus-kursus biasanya meliputi pendidikan bahasa

(Arab dan Inggris), komputer dan lain sebagainya.

3) Memperbanyak Membaca

Menjadi guru yang profesional tidak hanya menguasai atau

berpedoman hanya pada satu atau beberapa buku. Akan tetapi,

sebagai guru pofesional harus banyak membaca berbagai

macam buku untuk menambah bahan materi yang akan

disampaikan.

4) Mengadakan Kunjungan Ke Sekolah Lain

Adalah hal yang sangat penting bagi seorang guru

mengadakan kunjungan ke sekolah lain. Dalam hal ini bias

dilakukan dengan melakukan studi banding, bertukar pikiran


39
I.Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV.
Ilmu, 1975) hlm. 115
40
Ibid..
68

dan bertukar informasi sehingga akan menambah dan

melengkapi pengetahuan yang dimilikinya.

b. Peningkatan Materi

Adapun usaha-usaha yang mungkin dilakukan adalah :

1) Menambah Jam Pelajaran

Alokasi waktu pelajaran Islam merupakan kendala. Sebab

materi yang disampaikan sangat banyak berdasarkan rumusan

kurikulum yang ada.

Penambahan jam ini dimaksudkan, pertama: agar materi

yang disampaikan dapat terpenuhi, kedua: guru memiliki waktu

yang cukup sehingga dapat menerangkan materi yang ada

secara jelas dan gamblang.

2) Pengorganisasian Materi

Banyaknya materi yang akan disampaikan kepada peserta

didik, maka diperlukan adanya pengorganisasian materi.

Sehingga materi tersebut akan tersampaikan seluruhnya.

Dengan pernyataan Dra. Roestiyah N.K, bahwa: “Materi

pendidikan tidak mungkin dapat asal saja, tetapi harus disusun

sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti oleh siswa dengan

baik. Tujuan pengorganisasian pelajaran adalah agar guru lebih

memperhatikan urutan (sequence) dari materi yang akan

diberikan sesuai tujuan instruksional yang telah dituangkan.”41

41
Roestiyah Nk, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, Bina Aksara, Jakarta, 1982, hal 63
69

3) Menyesuaikan tingkat materi pendidikan dengan kemampuan

siswa serta waktu yang tersedia.

Hal ini dilakukan karena materi pendidikan bukan

merupakan bahan jadi yang tinggal diberikan kepada siswanya,

tetapi perlu pengolahan yang sedemikian rupa sehingga

mempermudah siswa untuk menerimanya.

c. Peningkatan Pemakaian Metode

Pemakaian metode ini hendaknya bervariasi sesuai dengan materi

yang akan disampaikan, sehingga siswa tidak akan pernah merasa bosan.

Untuk itulah dalam menyampaikan metode, guru harus memperhatikan

hal-hal sebagai berikut:

1) Selalu berorientasi pada tujuan.

2) Tidak hanya terikat pada satu alternatif saja.

3) Sering mengkombinasikan berbagai metode.

4) Sering berganti-ganti dari satu metode ke metode lainnya.42

d. Peningkatan Sarana

“Sarana adalah alat, metode dan teknik yang dipergunakan dalam

rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi edukatif

antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di

sekolah.”43

Dalam upaya peningkatan sarana tersebut perlu diperhatikan hal-hal

sebagai berikut:
42
Tiem didaktik metodik kurikulum IKP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik
Kurikulum PBM, Rajawali, Jakarta, 1989, hal 39
43
Roestiyah Nk, Op. Cit, hal 67
70

1) Mengerti secara mendalam tentang fungsi atau kegunaan media

pendidikan.

2) Mengerti penggunaan media pendidikan secara tepat dalam

interaksi belajar mengajar.

3) Pembuatan alat-alat media harus mudah dan sederhana.

4) Memilih media yang tepat sesuai dengan tujuan dan isi materi

yang diajarkan.44

e. Membangkitkan Motivasi Belajar

Motivasi adalah sebagai pendorong bagi siswa dalam

menumbuhkan dan menggerakkan bakat mereka secara integral dalam

dunia belajar.

Dalam hal ini guru dapat menggunakan bermacam-macam

motivasi agar murid-murid giat dalam belajar. Adapun motivasi yang

dapat diberikan kepada siswa, antara lain :

1) Pemberian hadiah

2) Mengadakan persaingan atau kompetisi

3) Selalu mengadakan appersepsi dan evaluasi

4) Memberikan tugas sesuai dengan kemampuan

5) Pemberian pujian

6) Pemberian minat belajar

7) Pemberian hukuman

8) Adanya suasana belajar yang menyenangkan.45

44
Ibid, hal 69
71

7. Tujuan Peningkatan Mutu Pendidikan

Tujuan utama pendidikan dalam peningkatan mutu adalah

melahirkan manusia yang mampu melakuka hal-hal baru, tidak sekedar

mengulang apa yang dilakukan generasi sebelumnya, tujuan yang lain

tentang pendidikan yang bermutu adalah untuk membentuk jiwa yang

mampu bersikap kritis, tidak menerima saja apa yang diberikan kepadanya

tanpa terlebih dahulu membuktikan kebenarannya.

Selain itu peningkatan mutu bertujuan mendirikan atau

memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan, keluwesan dan

sumberdaya untuk meningkatkan mutu pendidikan atau sekolah. Tujuan

peningkatan mutu adalah pembentukan manusia seutuhnya bagi umat

muslim, profil manusia seutuhnya secara filosofis sesuai dengan petunjuk

Allah SWT. Yaitu sosok insan ulul albab Sementara itu, peningkatan mutu

pendidikan di dalam Islam sudah dijelaskan sebagai mana firman Allah

dalam surat Ali-Imron ayat 190:

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan


silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal.

45
S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jemmars, Bandung, 1986, hal 81
72

Sosok insan ulul albab mempunyai karakteristik, pertama beriman

dan bertaqwa kepada Allah SWT, kedua memiliki ilmu pengetahuan dan

teknologi, ketiga, memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk

kepentingan manusia, keempat selalu berpegang kepada petunjuk Allah

karena takut azab neraka.46 Sebagaimana tercantum dalam surat Ali-Imran

ayat 191:

Artinya: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil


berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha
Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Sosok insan ulul albab adalah sosok manusia seutuhnya karena ia

memiliki nilai-nilai dan taqwa (afektif) memiliki ilmu dan teknologi

(kognitif) dan mampu mengamalkan dalam kehidupannya (motorik). Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang bermutu adalah

pendidikan yang mempunyai tujuan merubah peserta didik/siswa menjadi

manusia seutuhnya.

46
Hari Sudrajat, Manajemen Berbasis Madrasah (MPBS), (Bandung: CV. Cipta Cekas
Grafika, 2005), hlm. 3
73

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian

ini, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan memakai

bentuk studi kasus (case study). Menurut Bogdan dan Taylor dalam

Moleong, menyatakan maksud dari penelitian kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.47

Penelitian kualitatif dapat digunakan untuk menemukan dan

memahami apa yang tersembunyi di balik fenomena yang kadangkala

merupakan sesuatu yang sulit untuk diketahui atau dipahami. Penelitian

kualitatif juga diharapkan mampu memberikan suatu penjelasan secara

terperinci tentang fenomena yang sulit disampaikan dengan metode

kuantitatif.

Adapun paradigma yang dipakai dalam penelitian ini adalah

paradigma definisi social. Menurut Ritzer ada tiga teori yang termasuk

dalam paradigma ini, yaitu teori aksi, interaksional simbolis, dan

fenomenologis.48

Ketiga teori ini memiliki persamaan dalam ide besarnya, yaitu bahwa

manusia merupakan actor yang kreatif dari realitas sosialnya. Realitas social

47
Moleong, J. Lexy, 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda Karya. hal. 3
48
George Ritzer. 1985. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Terj.
Alimandan. Jakarta: CV. Rajawali, hal. 49
74

bukan merupakan alat yang statis dari paksaan fakta social. Tindakan

manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh norma-norma, kebiasaan-

kebiasaan, nilai-nilai, dan sebagainya, yang kesemuanya itu tercakup dalam

fakta sosial. Manusia mempunyai cukup banyak kebebasan untuk bertindak

di luar batas control dari fakta sosial itu.

Berdasarkan paradigma ini, peneliti memiliki asumsi bahwa subjek

penelitian adalah orang yang ahli dalam persoalan yang diteliti, sehingga

nantinya diharapkan informasi-informasi yang diperoleh dapat sejalan

dengan proses dan prosedur serta hasil yang diinginkan.

Pada umumnya, dalam penelitian telah dijelaskan bahwa terdapat

dua jenis penelitian, yang pertama mencakup penelitian yang berdasarkan

pada perhitungan prosentase, rata-rata, dan perhitungan satatistik lainnya.

Kedua, penelitian yang tidak mengadakan perhitungan, tetapi digambarkan

dengan kata-kata atau kalimat (diskriptif) terhadap data yang diperoleh guna

mendapatkan suatu kesimpulan. Untuk itulah, penulis menggunakan jenis

penelitian kedua yang disebut dengan penelitian kualitatif, hal ini

disebabkan karena di dalam karya ini memaparkan Implementasi dan

pengembangan kurikulum muatan lokal dalam meningkatkan mutu

pendidikan.

Sedangkan para ahli memberikan karakteristik yang berbeda-beda

dalam penelitian kualitatif. Dari perbedaan tersebut kemudian Dr. Lexy J.

Moleong mengemukakan adanya 11 karakteristik. Namun dalam penelitian


75

ini penulis hanya akan menggunakan beberapa saja yang dipandang relevan

dengan pembahasan yaitu :

1. Latar alamiah, yakni Implementasi dan pengembangan kurikulum

muatan lokal dalam meningkatkan mutu pendidikan di MI Jenderal

Sudirman.

2. Manusia sebagai alat (instrumen), yakni peneliti sendiri akan mengkaji

dan menggali berbagai data yang dibutuhkan.

3. Metode kualitatif, yakni yang sesuai dengan jenis penelitian ini.

4. Analisis secara induktif, yakni mengadakan analisis dari hal-hal yang

bersifat khusus, kemudian diambil kesimpulan secara umum mengenai

keadaan di obyek penelitian.

5. Teori dari dasar, yakni penyusunan teori berdasarkan data yang

terkumpul setelah diadakan analisis.

6. Deskriptif, yakni data yang terkumpul berupa kata-kata atau keterangan.

7. Lebih mementingkan proses daripada hasil, yakni data-data yang telah

terkumpul terlebih dahulu diproses untuk menemukan hasilnya.

8. Adanya batas yang ditentukan dalam fokus, yakni dalam menghadapi

kenyataan ganda perlu adanya fokus/ruang lingkup sebagai titik

perhatian.

9. Ada kriteria khusus untuk keabsahan data, yakni derajat kepercayaan,

keteralihan, ketergantungan dan kepastian.1

1
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Rosdakarya, 2002), hal. 4
76

B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus

sebagai pengumpul data. Sedangkan instrument selain manusia dapat pula

digunakan namun fungsinya tersebut sebagai pendukung dan pembantu

dalam penelitian. Menurut Moleong “kedudukan peneliti dalam penelitian

kualitatif sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data,

analisis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi tempat penelitian ini adalah " Sekolah Dasar

Madarasah Ibtidaiyah (MI) Jenderal Sudirman Jl. Soekano Hatta No 1

Malang yang mana Lembaga Pendidikan Dasar tersebut merupakan lembaga

pendidikan yang utama dalam mendidik siswa-siswi pada tingkatan dasar.

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah,

waka kurikulum, ketua yayasan, para guru, beserta elemen yang ada dalam

lembaga pendidikan tersebut.

D. Sumber Data

Dalam bukunya Suharsimi Arikunto di sebutkan bahwa yang

dimaksud sumber data disini adalah subyek darimana data dapat diperoleh.2

Dari pengertian tersebut, maka yang menjadi sumber data dalam penelitian

ini adalah kepala sekolah dan guru. Dan sumber-sumber tersebut disebut

2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta : Rineka
Cipta, 1991), hal. 102
77

dengan responden penelitian, sedangkan data lainnya akan diperoleh dari

dokumentasi yakni data yang berhubungan dengan Implementasi dan

Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal di MI Jenderal Sudirman Malang.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulis

menggunakan beberapa metode sebagai berikut :

1. Metode Observasi

Metode abservasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan

sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.7 Fenomana-fenomena

yang dimaksud disini adalah hal-hal yang berhubungan dengan

Implementasi dan pengembangan kurikulum muatan lokal dalam

meningkatkan mutu pendidikan di MI Jenderal Sudirman. Dari

pengamatan inilah penulis mencatat secara sistematis fenomena-

fenomena yang timbul di permukaan.

Dr. Lexy J. Moleong mengutip pendapat Guba dan Lincoln yang

mengemukakan beberapa manfaat penggunaan metode pengamatan

(observasi) dalam penelitian kualitatif, diantaranya adalah:

a) Metode pengamatan didasarkan atas pengamatan secara langsung.

b) Metode pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati

sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana

yang terjadi pada keadaan sebenarnya.

7
Sutrisno Hadi, Metodologi Research I (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Andi Offest, 1987),
hal. 136.
78

c) Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam

situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun

pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.

d) Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data

yang dijaringnya itu ada yang menceng atau bias. Jalan yang

terbaik untuk mengecek kepercayaan data tersebut ialah dengan

jalan memanfaatkan pengamatan.

e) Metode pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami

situasi-situasi yang rumit dan untuk perilaku yang kompleks.

Dalam kasus-kasus tertentu, dimana metode komunikasi lainnya

tidak dimungkinkan, pengamatan akan menjadi alat yang

bermanfaat. 8

Dengan pendapat tersebut akan memperkuat kedudukan

seorang peneliti dalam penelitian kualitatif yang dikatakan sebagai alat

(instrument) penelitian, dimana peneliti tidak hanya mengamati dan

mencatat data yang direncanakan sebelumnya, akan tetapi juga data

lain yang muncul kepermukaan dapat dijaring untuk kepentingan

penelitian ini.

2. Metode Interview

Metode interview (wawancara) adalah cara mengumpulkan data

melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data dengan

8
Lexy J. Moleong, Op. Cit, hal. 125-126.
79

sumber data yang direncanakan sebelumnya.9 Jadi metode ini

menghendaki adanya komunikasi langsung antara peneliti dengan

sumber data berupa responden.

Dr. Lexy J. Moleong mengutip pendapatnya Patton yang

membagi metode interview ini menjadi tiga bagian yakni : interview

pembicaraan informal, pendekatan menggunakan petunjuk umum

interview (wawancara), dan interview baku terbuka. 10

Dalam interview pembicara informal, dimana pertanyaan yang

diajukan sangat tergantung pada spontanitasnya dalam mengajukan

pertanyaan kepada yang diwawancarai. Proses interview ini berjalan

dalam nuansa biasa, wajar dan santai seperti pembicaraan biasa sehari-

hari sehingga terkadang yang diinterview tidak mngetahui atau

menyadari kalau ia sedang diinterview. Sedangkan interview yang

menggunakan petunjuk umum interview, mengkhususkan penginterview

membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang ditanyakan dalam

proses interview. Adapun interview baku terbuka, dimana seperangkat

pertanyaan baku telah disusun sebelumnya sehingga pertanyaan

pendalaman sangat terbatas.

Dari ketiga bentuk interview tersebut, yang paling banyak

digunakan dalam penelitian ini adalah interview pembicaraan informal,

disamping jenis kedua dan ketiga sebagai pelengkapnya. Dan metode

interview ini peneliti gunakan untuk memperoleh data tentang sejarah


9
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Jogjakarta : Gajah Mada University
Press, 1990) hal. 110.
10
Lexy J. Moleong, Op. Cit, hal. 135
80

berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman Malang dan

Implementasi kurikulum muatan lokal beserta pengembangannya.

Sebagai responden adalah kepala sekolah dan guru.

3. Metode Dokumenter

Metode dokumenter adalah suatu penyelidikan pada penguraian

dan penjelasan apa yang telah lalu ditulis melalui sumber-sumber

dokumen.11 Jadi metode ini menunjukkan bahwa data yang diperlukan

akan diperoleh dari dokumen-dokumen, baik dokumenyang

berhubungan dengan peningkatan kompetensi guru maupun yang

berhubungan dengan proses belajar mengajar.

Dibandingkan dengan metode pengumpulan data lainnya,

dimana metode ini memiliki beberapa kelebihan, yakni bila ada

kekeliruan maka dapat dicek kembali dengan mudah karena sumbernya

masih tetap dan stabil, sehingga dokumen tadi dapat dikatakan memiliki

sifat alamiah dan stabil. Maka Metode dokumenter ini peneliti gunakan

untuk memperoleh data mengenai kondisi guru, baik ditinjau dari

pengalaman pendidikan, jurusan yang ditempuh ketika sekolah dan

lamanya mengajar. Metode ini juga digunakan untuk memperoleh data

tentang Kurikulum Muatan Lokal yang diterapkan di MI Jenderal

Sudirman Malang.

11
Winarno Surachmad, Dasar dan Tekhnik Research Pengantar Metodologi Ilmiah
(Bandung: Tarsito, 1978), hal. 113.
81

F. Analisis dan Interpretasi Data

Sebagaimana diketahui bahwa, penelitian diskriptif tidak hanya

terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan

interpretasi tentang arti data itu.

Analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian

dasar, sedangkan interpretasi data adalah memberikan arti yang signifikan

terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara

dimensi-dimensi uraian.

Dalam menganalisis data ini peneliti akan memproses setiap catatan

lapangan, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian

dasar mengenai Implementasi dan pengembangan kurikulum muatan lokal

dalam meningkatkan mutu pendidikan di MI Jenderal Sudirman, guna

mengambil suatu kesimpulan berdasarkan pikiran dan intuisi peneliti. Jadi

dalam menganalisis data ini harus menelaah seluruh kategori agar jangan

sampai ada yang terlupakan.

Oleh karena penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif serta

data yang dikumpulkan juga berbentuk kualitatif, maka dalam menganlisis

data ini juga dilakukan secara kualitatif pula. (deskriptif kualitatif) yakni

digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut

kategori data penelitian guna mendapatkan suatu kesimpulan, gambaran

dengan kata-kata atau kalimat ini dilakukan dengan cara induktif sebagai

salah satu ciri penelitian kualitatif.


82

G. Metode Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam hal ini untuk mendapatkan kriteria keabsahan data terdapat

beberapa teknik antara lain :

1. Teknik pemeriksaan derajat kepercayaan (credibility).

Teknik ini dapat dilakukan dengan jalan :

a. Perpanjangan keikutsertaan, dimana keikutsertaan peneliti sebagai

instrumen (alat) tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi

memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar

penelitian, sehingga memungkinkan peningkatan derajat

kepercayaan data yang dikumpulkan.

b. Ketekunan pengamatan, bermaksud menemukan ciri-ciri dan

unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan

yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal

tersebut secara rinci. Dengan demikian perpanjangan keikutsertaan

menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan

kedalaman.

c. Trianggulasi, yakni teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding dan teknik yang paling

banyak digunakan ialah pemeriksaan terhadap sumber-sumber

lainnya.
83

d. Kecukupan referensi, yakni bahan-bahan yang tercatat atau

terekam dapat digunakan sebagai patokan untuk menguji atau

menilai sewaktu diadakan analisis dan interpretasi data.

2. Teknik pemeriksaan keteralihan dengan cara uraian rinci.

Teknik ini menuntut peneliti agar melaporkan hasil fokus

penelitian, dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang

menggambarkan konteks tempat penelitian diadakan. Uraiannya harus

mengungkapkan secara khusus segala sesuatu yang dibutuhkan oleh

pembaca agar ia dapat memahami penemuan-penemuan yang

diperoleh.

3. Teknik pemeriksaan kebergantungan dengan cara auditing

Teknik ini tidak dapat dilaksanakan bila tidak dilengkapi dengan

catatan-catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi.

Pencatatan itu diklasifikasikan dari data mentah hingga informasi

tentang pengembangan instrument sebelum auditing dilakukan agar

mendapatkan persetujuan resmi antara auditor dengan auditi.

4. Teknik pemeriksaan kepastian dengan cara audit kepastian.

Teknik ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Auditor perlu memastikan hasil penemuan yang berasal dari data.

b. Auditor berusaha membuat keputusan secara logis, kesimpulan itu

ditarik dan berasal dari data.


84

c. Auditor perlu melakukan penilaian terhadap derajat ketelitian

jangan sampai ada kemencengan.

d. Auditor menelaah kegiatan peneliti dalam melaksanakan

pemeriksaan keabsahan data.


85

BAB IV

PAPARAN DATA

A. Latar Belakang Objek

Latar belakang obyek penelitian merupakan hal yang sangat penting

untuk dikemukakan dalam penelitian ini. Obyek penelitian merupakan tempat

pusat informasi data yang diambil peneliti dalam menyelesaikan penyusunan

Skripsi Oleh karena itu, dalam hal ini penulis akan mengemukakan hasil atau

temuan penelitian berdasarkan realita yang ada di lapangan. Mengenai latar

belakang obyek tersebut, maka secara umum akan dibicarakan tentang

keberadaan MI Jenderal Sudirman Malang dan memaparkan secara garis besar

mengenai:

1. Sekilas tentang MI Jenderal Sudirman

Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman (MIJS) Malang merupakan

lembaga pendidikan Islam swasta yang didirikan atas aspirasi para calon

wali murid. Pada dasarnya mereka menginginkan agar anak mereka bisa

mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Pada awal berdirinya tahun

1987, MI Jenderal Sudirman masih menempati gedung MIN Malang I,

sehingga MI Jenderal Sudirman pada saat itu disebut-sebut sebagai

fillialnya MIN Malang I. Semakin lama murid MIN Malang I sendiri

semakin banyak sehingga tidak lagi bisa menampung murid MI Jenderal

Sudirman Malang. Hal ini membuat MI Jenderal Sudirman harus berhijrah

sebanyak 3 kali ke tempat lain, yang pertama di jalan Sigura-gura 19,


86

yang kedua pindah lagi di SMA Panjura di jalan Kelud, akhirnya pada

tahun 1998 MI Jenderal Sudirman bisa menempati gedung milik sendiri di

kawasan jalan Soekarno Hatta Malang. Seluruh gedung dan fasilitas yang

ada di sini merupakan sumbangan dari para wali murid, dan pihak-pihak

lainnya. Jadi kepemilikan sekolah ini tidak bisa diklaim sebagai milik

perseorangan tetapi merupakan milik umat dan tanggung jawab bersama.

Lembaga ini berdiri di atas lahan seluas 1800 m2 yang

pengelolaannya di bawah naungan Yayasan Panglima Besar Jendral

Sudirman Malang. Pengelola atau pengurus yayasan ini bekerja

selayaknya pengurus takmir masjid yang tidak digaji sepeserpun. Untuk

itu ruhul jihad dan dedikasi yang tinggi sangat mewarnai kinerja mereka.

Dalam perkembangan selanjutnya MI Jenderal Sudirman Malang

melakukan berbagai langkah terobosan terutama yang berkaitan dengan

inovasi pembelajaran. Karenanya guru dan karyawan harus kreatif, kaya

ide dan gagasan. Dari tahu ke tahun, manajemen pendidikan di MI

Jenderal Sudirman Malang selalu melakukan pembenahan untuk

peningkatan kualitas (Continuous Quality Improvement) sebagai respon

terhadap dinamika era globalisasi yang dituntut untuk membekali ilmu dan

life skill yang memadai pada pribadi setiap siswa.

Pada bula Mei 2005 MI Jenderal Sudirman Malang berhasil

mengantongi Akreditasi A (Unggul) berdasarkan pada Piagam Akreditasi

yang bernomor A / Kw. 13.4 / MI / 870 / 2005. Kemudian pada akhir

tahun 2005 lembaga ini berhasil meraih penghargaan berupa juara I


87

Lomba Madrasah berprestasi tingkat Jawa Timur dan sebagai juara II

Lomba Madrasah Berprestasi tingkat Nasional berdasar pada Surat

Keputusan Menteri Agama Pusat No. 2 tahun 2006 yang dikeluarkan pada

tanggal 2 Januari 2006.

2. Visi dan Misi

Visinya adalah : Membangun generasi yang berilmu dan berkepribadian

Misinya adalah :

a) Membina potensi diri menuju generasi yang unggul dalam IMTAQ

b) Mengasah potensi akademik dan non akademik menuju generasi

yang unggul dalam IPTEK

c) Mengembangkan dakwah Islamiyah dalam setiap kegiatan sekolah

d) Membentuk SDM yang aktif, kreatif, inovatif yang berciri khas ke

Indonesiaann

e) Membina SDM yang sehat dan tangguh

f) Membentuk pribadi yagn memiliki wawasan lingkungan dalam

mengemban misi Khalifah fil ardi sebagai rahmatan lil alamin

g) Membangun citra positif sebagai amanah masyarakat

3. Tujuan

a) Terwujudnya kesadaaran siswa untuk taat melaksanakan kewajiban

ibadah shalat
88

b) Terwujudnya perilaku yang islami dan berakhlaq mulia (Islamic

cultur) dalam segala aspek kehidupan siswa di sekolah, di rumah

dan di masyarakat

c) Terwujudnya kerjasama yang baik sekolah dan orang tua siswa

dalam membimbing putra-putrinya menjadi sholeh dan sholehah

d) Tercapainya prestasi akademik optimal yang berorientasi pada

pendidikan ramah anak (student friendly) dan berpusat pada siswa

(student centered oriented)

e) Tercapapinya prestasi non akademik yang optimal melalui kegiatan

ekskul dan pengembangan diri yang terprogram dengan baik

f) Terwujudnya siswa yang aktif, kreatif, inovatif dan berani tampil

di depan umum dengan tetap berpedoman pada budaya Indonesia

g) Terwujudnya kesiapan mental dan pengetahuan siswa untuk

melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi

h) Terwujudnya siswa yang memiliki kecakapan hidup (life skill)

dengan mengembangkan multiple intelegeney siswa

i) Terwujudnya school culture yang Islami bagi warga sekolah

sebagai perwujudan dakwah

j) Terwujudnya siswa yang tumbuh dengan sehat jasmani dan

tangguh menghadapi perubahan musim

k) Terwujudnya kesadaran siswa dalam ikut serta memelihara dan

meningkatkan mutu lingkungan

l) Menjadi rujukan bagi lembaga lain dalam segala bidang.


89

4. Sistem Manejemen Pengelola MI Jenderal Sudirman

Di bawah naungan Yayasan Panglima Besar Jendral Sudirman,

Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman (MIJS) terus menerus

mewujudkan kualitas dan mutu pendidikan.

Berikut ini profile pengelola MI Jenderal Sudirman :

Ketua YPBJS : Hamdan, SH

Kepala Madrasah : Suyanto, M.KPd (Trainer Konsorsium

Pendidikan Islam/KPI Surabaya)

Waka I : Umi Hanifah Suryani, S.Pd

Waka II : Dwi Rifiani, M.Ag

Waka III : Enny Kurniyawati, S.Si

Berdasarkan pengelolaan di atas, maka penyelenggaraan

pendidikan yang tersistem di MI Jenderal Sudirman Malang terbagi

menjadi 3 bagian manejemen :

1. Manejemen Kurikulum dan Pengajaran.

2. Manejemen Administrasi, Personalia, dan Keuangan.

3. Manejemen Kesiswaan dan Humas.

Pada Manejemen Kurikulum dan Pengajaran : Struktur Kurikulum

MI Jenderal Sudirman memadukan kurikulum Departemen Agama/Diknas

yang mengacu pada Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan kurikulum khas MI Jenderal Sudirman dengan

pendekatan pembelajaran Student Centre serta pengembangan Multiple

Intelligence.
90

Berikut ini adalah Struktur Kurikulum MI Jenderal Sudirman yang

digunakan :

SRUKTUR KURIKULUM
(Rincian Alokasi Waktu Pelajaran)

MADRASAH IBTIDAIYAH JENDERAL SUDIRMAN MALANG

KELAS DAN ALOKASI WAKTU

NO MATERI (PELAJARAN) 1 2 3 4 5 6

STD MIJS STD MIJS STD MIJS STD MIJS STD MIJS STD MIJS

A Mata Pelajaran Agama Islam :

1.a Al Qur'an Hadits (QH) 2 2 2 2 2 2 2 2 2

1.b Aqidah Akhlak (AA) 2 2 2 2 2 2 2 2 2

1.c Fiqih (FQ) 2 2 2 2 2 2 2 2 2

1.d Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) 2 2 2 2 2 2 2

1.e Bahasa Arab (BA) 2 2 2 2 2 2

B Mata Pelajaran Umum :

2 PKn 2 2 2 2 2 2 2 2 2
TEMATIK

TEMATIK

TEMATIK

3 Bahasa Indonesia (BI) 5 4 4 5 6 5 6 5 6

4 Matematika (Mat) 5 4 4 5 6 5 6 5 6

5 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 3 3 3 4 4 4 4 4 4

6 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 3 3 3 3 3 3 3 3 3

7 Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK) 2 2 2 4 4 4 4 4 4

Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan


8
Kesehatan (PJORK) 2 2 2 4 2 4 2 4 2

C Muatan Lokal : 2 2 2

9.a Bahasa Daerah 2 2 2 2 2 2


91

9.b Bahasa Inggris 2 2 2 2 2

9.c Komputer (Ingklut SBK)

D Pengembangan Diri

D.1 Bina Sholat dan Al Qur’an (BSQ)/BS 1 1 1 2 2 2 2 2 2

D.2 Leadership 1 1

D.3 UPC/Forum Kelas 1 1 1 1 1 1

D.4 Baca Tulis Al Qur'an (BTQ) k k k

JUMLAH 33 33 34 42 42 42

TOTAL 99 99 102 126 126 126

Pelaksanaan pembelajaran (KBM) di mulai dari pukul 06.50 s/d

pukul 13.00 WIB (kecuali kelas 1 dan 2), hari efektif belajar teralokasi

waktu masing-masing 8 jam pelajaran/JP (kecuali hari jum’at ada 6 JP dan

sabtu ada 4 JP) dan untuk 1 jam pelajaran/JP = 40 menit.

Ada Learning Support Program antara lain : program remidi jam 0

(nol) untuk kelas 5 dan 6, jam sore untuk kelas 6, remidi tuntas standar

nilai untuk memenuhi SKBM (Standar Ketuntasan Belajar Minimal),

kenaikan dan kelulusan, dan pembinaan siswa berprestasi. Metodologi

Pembelajaran yang diterapkan adalah kelas 1 dan 2 masing-masing dibina

2 orang guru (Team Teaching), pendekatan Quantum Teaching and

Learning, Contextual Teaching and Learning, PAKEM, Learning by

Playing and Skill Processing, Learning Support Program,

menginterprestasikan IQ, EQ, dan SQ, Multiple Intelligence, Super

Memory System, Mind Mapping, Brain Gym, Ice Breaker, baca tulis Al
92

Qur’an (BTQ) untuk kelas 1dan 2, dan Bina Sholat Al Qur’an (BSQ)

untuk kelas 3, 4, 5 dan 6.

Didukung dengan program-program kegiatan akademik antara lain:

Learning Motivation Training (LMT), Field Trip, Funduq Imtihan Akhir

(FIA), Ujian-Ujian Madrasah (TO, UAS, UPM, UAM), Wisuda dan

Rapor Komputerisasi. Dan ditunjang dengan sarana – sarana pembelajaran

terhimpun dalam Pusat Sumber Belajar, seperti: IT, Internet/Speedy,

Perpustakaan Digital, Laboratorium Multimedia, Laboratorium Komputer,

Laboratorium IPA dan kebun IPA, alat-alat peraga matematika, BI, IPS,

Agama, dan multimedia pembelajaran (LCD, Audio, VCD/DVD dll).

Untuk pelakasanaan semua program dilakukan monitoring dan

evaluasi (MONEV) secara rutin serta pendataan secara tertib.

Pada Manejemen Administrasi, Personalia, dan Keuangan, MI

Jenderal Sudirman Malang menerapkan pada semua unit kerja dengan

sistem komputerisasi. Hal ini untuk memudahkan segala bentuk

administrasi yang dilakukan dan kedepan akan dibangun sistem jaringan

network. Personalia di MI Jenderal Sudirman ada 35 guru terlatih berlatar

belakang pendidikan S1 dan S2 baik agama maupun umum, dan ada 15

orang karyawan. Sedangkan dalam proses perekrutannya disesuaikan

dengan kapabilitas dan intelektualitas masing-masing, selain itu personalia

dituntut harus mempunyai komitmen dan kompetensi menuju

profesionalitas etos kerja yang baik.


93

Pembinaan dan Pemberdayaan Personalia khususnya guru

dilakukan supervisi, pengiriman duta guru untuk mengikuti pelatihan-

pelatihan/Diklat/Loka Karya/Seminar dari luar, sedangkan dari intern

diadakan setiap akhir semester 1 dan 2. Dilakukan juga Pemberdayaan

Rumpun Bidang Studi dan Imbas Pengalaman Guru yang bertujuan untuk

berbagi pengalaman, sekaligus sharing untuk memperbaiki dan

meningkatkan kinerja kerja. Disamping itu ikut aktif dalam Kelompok

Kerja Guru (KKG) atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran ditingkat

masing – masing koordinasi kepengawasan. Memberi kesempatan seluas

– luasnya kepada semua personalia untuk berkreasi dan berinovasi di

dalam bekerja dan berkarya.

Untuk keuangan MI Jenderal Sudirman murni diperoleh dari wali

siswa (orang tua siswa) dalam bentuk Dana Pengembangan (DP) sebagai

sumber pertama yang didapatkan dari Penerimaan Siswa Baru (PSB) dan

mutasi siswa pindahan ke dalam MI Jenderal Sudirman. Dana

pengembangan ini dikelola untuk pembangunan madrasah baik berupa

bangunan fisik maupun fasilitas – fasilitas penunjang lainnya. Adapun

sarana dan prasarana yang dimiliki MI Jenderal Sudirman adalah gedung 2

lantai dengan luas 1408 m2 terdiri dari : 19 lokal kelas, 1 lokal

perpustakaan, 1 lokal laboratorium komputer, 1 lokal laboratorium

multimedia, 1 lokal UKS, 1 lokal ruang guru, 1 lokal musholla, 13 lokal

kamar mandi/WC, 1 lokal ruang kesenian, 2 lokal ruang gudang, 1 lokal

ruang tata usaha, 1 lokal ruang pimpinan madrasah, 1 lokal ruang tamu, 1
94

ruang penjaga sekolah, 1 ruang koperasi, 1 ruang kantin, dan unit antar

jemput siswa. Sedangkan bentuk kedua adalah infaq bulanan yang biasa

disebut SPP, dana ini dipergunakan untuk berlangsungnya

penyelenggaraan pendidikan MI Jenderal Sudirman berdasarkan RAPBM

yang telah dirancang. Dana – dana yang lainnya diperoleh dari Diknas atau

Depag Malang (seperti : BOS, BKG, dll), sedangkan untuk kegiatan sosial

madrasah diperoleh dengan menggali sponsor bekerja sama dengan

banyak pihak dan untuk kegiatan keagamaan digali dengan mengadakan

program amal jum’at yang dilaksanakan rutin setiap hari jum’at.

Program – program kerja berkaitan dengan manejemen

Administrasi, Personalia, dan Keuangan antara lain : PSB, Raker, Studi

Banding, Outbond , dan Penerimaan Pegawai. Semua sistem di

manejemen Administrasi, Personalia, dan Keuangan ditata dan dimenej

dengan baik menurut prosedural yang telah diberlakukan.

Perekrutan siswa baru selalu diikuti banyak peminat sehingga terus

meningkat dan dilakukan dengan dua macam tes yaitu seleksi skholastik

dan seleksi psikologi. Seleksi skholastik meliputi materi tes umum yaitu

baca tulis latin dan numeracy, materi agama meliputi baca tulis huruf

Arab, hafalan do’a – do’a harian dan surat pendek serta akidah. Seleksi

psikologi diadakan untuk mengetahui kematangan dan kesiapan anak

secara psikologis untuk bisa menyerap dan memahami materi disesuaikan

dengan perkembangan anak Dalam melaksanakan tes psikologi ini MI

Jenderal Sudirman Malang bekerja sama dengan team Psikolog dari


95

Universitas Airlangga Surabaya. Daya tampung calon siswa hanya

sebanyak 3 kelas paralel dan setiap kelas diisi 32 siswa.

Pada Manejemen Kesiswaan dan Humas, MI Jenderal Sudirman

memiliki siswa sebanyak 666 siswa terbagi ke dalam 19 kelas, di mana

setiap kelas mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 5 memiliki 3 paralel

(A,B,C), dan kelas 6 ada 4 paralel (A,B, C, D). Program – program di

manejemen ini adalah ekstrakurikuler siswa, Usaha Kesehatan Madrasah

(UKM), Islamic School Culture (budaya madrasah), Kegiatan Non

Akademik (seperti : PHBN dan PHBI, Pentas Seni, Kreatifitas Anak

Muslim (KAM), Kepramukaan), Bimbingan Konseling, dan Humas. Jenis

ekstrakurikuler siswa MI Jenderal Sudirman sangatlah beragam mulai dari

ekstrakurikuler wajib yaitu : Pramuka Siaga dan Penggalang, dan

ekstrakurikuler pilihan yaitu : Tilawatil Qur’an, Perisai Diri, Renang

PA/PI, Sepak Bola, Tenis Lapangan, Tiwisada (dokter kecil), Bina Kreasi

(Mewarna, melukis, kaligrafi), Tari, Bina Bahasa (Pidato, Puisi,

Mendongeng, MC, drama), Komputer Aktif, Bina Musika (Band/alat

musik, vokalia, hadrah/albanjari), dan Marching Band. Di kegiatan usaha

kesehatan Sekolah ada pelayanan kesehatan rutin, imunisasi, pemeriksaan

gigi, pelayanan makanan/minuman bergizi, dan KMSS. Sedangkan di

HUMAS menjalin kerjasama untuk pendanaan kegiatan non akademik

berkaitan sponsorship, kunjungan tamu studi banding, kegiatan sosial

masyarakat, forum keluarga besar MI Jenderal Sudirman, dan publikasi

baik lewat media massa maupun elektronik serta mendokumentasikan dari


96

setiap penyelenggaraan kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan mulai dari

awal tahun pelajaran sampai akhir tahun pelajaran.

Semua bentuk pengelolaan dan penyelengaraan sistem pendidikan

MI Jenderal Sudirman yang terprogram ini berangkat dari Musyawarah

Raker yang diselenggarakan setiap 1 tahun sekali, disosialisasikan,

diplenokan, dan diprogramkan sesuai skedul jadual yang ditetapkan

sekaligus menjadi pijakan untuk menentukan RAPBM MI Jenderal

Sudirman Malang.

5. Prestasi MI Jenderal Sudirman Malang

Mengenai prestasi yang diraih oleh siswa-siswi MI Jenderal

Sudirman dan sekolah itu sendiri terdidiri dari:

a) Prestasi Akademik, antara lain :

1) Juara II lomba Bahasa Arab tingkat Jawa Timur

2) Juara harapan III lomba bidang studi agama tingkat Jawa Timur

3) Juara I lomba bidang studi agama Kota Malang.

4) Juara II lomba bidang studi umum Kota Malang

5) Juara I lomba bidang studi IPA tingkat Kecamatan

6) Juara I lomba bidang studi Matematika tingkat Kecamatan

7) Juara I lomba bidang studi IPS tingkat Kecamatan

8) Juara I lomba mengarang dan sinopsis tingkat kecamatan

9) Juara I lomba pidato bahasa Arab tingkat Kecamatan

10) Juara I lomba pidato bahasa Inggris tingkat Kecamatan


97

11) Juara I siswa berprestasi (putra) tingkat kecamatan

12) Juara II siswa berprestasi (putri) tingkat kecamatan.

13) Juara III lomba pidato bahasa Indonesia tingkat kecamatan.

b) Prestasi Non Akadmik, antara lain :

1) Juara II Madrasah berprestasi Nasional waktu masih MIJS

2) Juara II renang gaya bebas estafet tingkat nasional

3) Juara II Lomba lingkungan sekolah sehat tingkat jawa timur

4) Juara I mendongeng tingkat Kota Malang

5) Juara I bulu tangkis tingkat Kota Malang

6) Juara I puisi tingkat Kota Malang

7) Juara I paduan suara tingkat Kota Malang

8) Juara I lomba lari 1.000 meter tingkat Kota Malang

9) Juara I catur tingkat Kota Malang

10) Juara I voli tingkat Kota Malang

11) Juara I senam tingkat Kota Malang

12) Juara I tartil tingkat Kota Malang

13) Juara I melukis tingkat Kota Malang

14) Juara I pidato agama tingkat Kota Malang

6. Orientasi Pengembangan

a. Pembinaan dan pengembangan potensi sumber daya manusia seluruh

komponen madrasah yang memiliki keluhuran moral, kecerdasan

intelektual,dan kesadaran sebagai warga negara yang berbudaya.


98

b. Pemberdayaan dan peningkatan kualitas akademik dan pelayanan

publik secara profesional dan optimal.

c. Pembaharuan sistem pendidikan menuju integrasi keilmuan,

keislaman, keindonesiaan, dan wawasan global sebagai pusat

keunggulan dn rujukan bagi lembaga pendidikan lain dalam berbagai

bidang.

d. Memberikan kontribusi positif dengan mengembangkan dan

menyebarluskan ilmu pengetahuan umum dan agama serta

mengimplementasikannya untuk meningkatkan taraf kehidupan

generasi penerus dengan menampilkan pendidikan islam yang modern,

rasional, dan kompatibel dengan perkembangan zaman dan social

demand.

e. Aktif menggunakan dan mengikuti perkembangan Teknologi

Informasi (TI) dalam mendukung semua sistem pelayanan publik dan

publikasi.

B. Penyajian Data

Sesuai dengan masalah dan tujuan yang telah penulis rumuskan, maka

penyajian data ini penulis kelompokkan menjadi dua hal, yaitu :

1. Implementasi Kurikulum Muatan Lokal yang Fokus Pembahasannya

Pada mata pelajaran Bhs Inggris kelas kecil di MI Jenderal Sudirman

Malang
99

2. Upaya Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran

Bahasa Inggris di MIJS Malang.

Untuk lebih jelasnya dari kedua pembahasan tersebut diatas, berikut ini

penulis sajikan data yang sudah penulis ambil dari berbagai metode

pengumpulan data.

1. Implementasi Kurikulum Muatan Lokal di MI Jenderal Sudirman

Malang

Implementasi atau penerapan kurikulum muatan lokal di MI

Jenderal Sudirman menerapkan tiga mata pelajaran yang berdiri sendiri,

yaitu Bhs Inggris, komputer dan Bhs Daerah. Hal ini sesuai dengan apa

yang disampaikan oleh Ibu Umi selaku Waka Kurikulum, Beliau

menyampaikan:

Disini itu mas, muatan lokalnya ada tiga mata pelajaran yang
masuk di dalam kurikulum muatan lokal ada Bhs Inggris, komputer
dan ada juga Bhs Daerah. Selain itu mas, madrasah ini menerapkan
pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) yang masuk pada
pengembangan diri tujuannya untuk menunjang anak-anak dalam
pembelajaran Al-Qur’an Hadits dan Bina Shalat Qur’an (BSQ)
yang bertujuan untuk membiasakan anak-anak untuk shalat dan
membaca Al-Qur’an. Dalam pelaksanaannya mas, untuk BTQ, kita
mendatangkan pengajar dari luar yang memang bidangnya mas dan
kegiatan ini biasanya dalam pelaksanaanya bertempat di masjid
milik Yayasan dan terkadang bertempat di ruang kelas satu atau
dua, dan ini ada hubungannya mas ketika anak-anak mulai belajar
Al-Qur’an Hadits, anak-anak mudah mengikuti pembelajaran
tersebut terutama ketika membaca ayat Al-Qur,an dan menulis
beberapa ayat atau hadits pada saat pembelajaran Al-Qur’an Hadits
sedang berlangsung. Sedangkan untuk Pembinaan Shalat dan
Alqur’an yang dikenal dengan istilahnya kalau disini mas BSQ,
nah untuk Shalatnya mas kita memberikan pembinaan-pembinaan
melalui kewajiban bagi siswa-siswi kelas tiga sampai kelas enam
untuk Shalat Dhuha dan ini dilakukan secara bergiliran, misalnya
100

hari senin kelas tiga dan seteurnya mas, sedangkan untuk


pembinaan Qur’an pada anak-anak kelas 3 sampai kelas 6 kita
membiasakan membaca Al-Qur’an misalnya ngaji Yasin gitu mas!!
Ini biasanya dilaksanakan pada saat sebelum dimulainya jam
pertama. Semua ini dilakukan untuk memberikan pembinaan
kepada siswa untuk senantiasa membiasakan shalat sunnah dan
membaca Alqur’an secara tepat dan benar mas49

Sementara itu, Bpk Suyanto selaku Kepala Sekolah menyampaikan

hal senada dengan pernyataan Ibu Umi, bahwa;

ada tiga mata pelajaran yang diterapkan dan masuk dalam muatan
lokal adalah Bhs Inggris, Komputer, dan Bhs Daerah. tiga mata
pelajaran tersebut yang lebih dikedepankan adalah mata pelajaran
Bhs Inggris, dengan alasan karena Bhs Inggris merupakan Bhs
Internasional yang nantinya mampu mengantarkan anak-anak
menghadapi tantangan global50.
Oleh karena fokus permasalah pada Implementasi pembelajaran

Bhs Inggris kelas kecil di MI Jenderal Sudirman, maka dalam hal ini

penulis sekaligus peneliti akan memaparkan Implementasi mata pelajaran

Bahas Inggris kelas kecil yang dalam hal ini ada tiga tahapan yang harus

dilalui untuk mewujudkannya, diantaranya adalah:

a. Persiapan / Perencanaan

Persiapan yang dilakukan di MIJS dalam menentukan mata

pelajaran Bhs Inggris untuk kelas kecil adalah

1) Disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, kondisi

sekolah dan kesiapan guru yang akan mengajar, sesuai

wawancara peneliti terkait persiapan penetapan pelajaran Bhs

49
Wawancara dengan Ibu Umi (waka kurikulum) pada pukul 09. 05 hari senin tanggal 17
Maret bertempat di ruang Guru.
50
Wawancara dengan Bpk Suyanto (Kepala Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman)
bertempat di ruang tamu.
101

Inggris yang disesuaikan dengan keadaan siswa bahwa

sebagian besar dari siswa kelas kecil senang dengan bhs

Inggris daripada Bhs daerah, hal ini sesuai dengan pernyataan

Ibu Umi selaku waka kurikulum, menurutnya:

Sebenarnya mas anak-anak kelas satu, dua dan tiga


banyak yang senang dengan bhs Inggris daripada Bhs
Daerah, sehingga Madrasah menentukan mata pelajaran
Bhs Inggris untuk kelas kecil sebagai mata pelajaran
yang berdiri sendiri melalui persetujuan ketua
yayasan..51

Sedangkan mengenai kondisi Madrasah menurut hasil

pengamatan penulis bahwa pada dasarnya Madrasah

Ibtidaiyah Jenderal Sudirman sudah layak menentukan mata

pelajaran Bhs Inggris sebagai Mata Pelajaran yang berdiri

sendiri untuk kelas kecil dikarenakan adanya sarana seperti

buku paket yang ada di perpustakaan dan hasil karya siswa

berupa puisi Bhs Inggris di Mading.

Sementara pihak madrasah dalam mempersiapkan guru

Bhs Inggris adalah dengan cara mengkursuskan guru yang

nantinya akan ditetapkan sebagai guru Bhs Inggris kelas kecil

walaupun guru yang ditunjuk merupakan bidang mata

pelajaran Bhs Inggris, namun hal tersebut sangat menunjang

kinerja guru. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Umi

selaku waka kurikulum, menurutnya:

51
Wawancara dengan Ibu Umi (waka kurikulum) pada pukul 09. 05 hari senin tanggal 17 Maret
bertempat di ruang Guru
102

Sebelumnya mas ya, saya sampaikan sebenarnya MI


Jenderal Sudirman ini sudah mengkursuskan Bhs
Inggris kepada segenap dewan guru yang ada di sini,
terutama untuk guru yang akan mengajar Bhs Inggris
untuk kelas kecil. Hal ini bertujuan untuk membantu
mempermudah dewan guru berkomunikasi bhs Inggris
dalam sehari-hari di sekolah dengan siswa, baik di kelas
ataupun di luar kelas. Alhamdulillah mas berjalan
dengan baik ketika program ini mulai diterapkan52.

2) Menentukan guru mata pelajaran Bhs Inggris, dalam hal ini

di MIJS Guru yang ditetapkan sebagai guru Bhs Inggris kelas

kecil adalah guru tetap sekaligus guru kelas kecil yang

tentunya sudah mengenal karakteristik anak-anak kelas kecil

sehingga mempermudah guru dalam proses pembelajaran.

3) Sumber dana, mengenai sumber dana diperoleh murni dari

Penerimaan Siswa Baru (PSB) dan mutasi siswa pindahan ke

dalam MI Jenderal Sudirman.

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwasannya

persiapan yang telah dilakukan oleh pihak madrasah dalam

menentukan mata pelajaran Bhs Inggris sebagai salah satu muatan

lokal untuk kelas kecil sudah terlaksana tanpa ada kendala.

52
Wawancara dengan Ibu Umi (waka kurikulum) pada pukul 12.15 hari senin tanggal 17 Maret
bertempat di depan kelas 1 C
103

b. Pelakasanaan dalam Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran Bhs Inggris di Madrasah

Ibtidaiyah Jenderal Sudirman Malang bukan hanya diberikan pada

kelas empat sampai kelas enam, akan tetapi mulai kelas satu sampai

kelas tigapun sudah dikenalkan materi Bhs Inggris. Hal ini bertujuan

untuk mempermudah siswa ketika memasuki kelas besar yang wajib

diikuti oleh seluruh siswa, sehingga dengan adanya penerapan

pembelajaran Bhs Inggris pada kelas kecil MI Jenderal Sudirman

diharapkan akan mampu untuk mengembangkan potensi berbahasa

pada anak. Walaupun belum ada acuan dari Diknas, tentang

pengembangan Bhs Inggris yang nantinya akan diterapkan pada

kelas kecil, namun MI Jenderal Sudirman Berupaya mengembangkan

sendiri dan menerapkannya dengan memberikan materi ajar yang

sangat mudah untuk diketahui.

Mengenai pelaksanaan pembelajaran Bhs Inggris untuk kelas

kecil di Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman yang dilakukan oleh

guru Bhs Inggris Kelas kecil adalah

1) Mengkaji silabus

Dalam mengkaji silabus guru yang bersangkutan

melihat materi yang ada di buku paketnya siswa kelas kecil,

hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ibu Tri

selaku guru mata pelajaran Bhs Inggris Kelas kecil,

menurutnya:
104

Untuk kelas 1, 2 dan 3 itu sebetulnya belum ada acuan


kurikulumnya. Jadi kita menyesuaikan dengan materi
yang ada di buku anak-anak. Untuk ketentuannya
belum ada kurikulumnya. Kita membuat sendiri
khusus kelas satu, dua dan tiga.Kita membuat sendiri,
jadi kita menentukan sendiri eeee,,, misalnya Number
gitu ya,,!! Number itu kita batasi untuk kelas satu
misalnya dari satu sampai sepuluh untuk kelas dua
paling banyak sampai 20 untuk kelas tiga sampai 30.
kita-kita membatasi karena memang batasan untuk
kurikulumnya tidak ada dan memang ga ada. Jadi
kita batasi pemberian materinya. Kita menggunakan
buku paketnya anak-anak, kita ambil yang
sesederhana mungkin untuk anak-anak, kalau
materinya ada. Mengenai silabusnya mas Kita juga
membuatnya. Kita bagi, untuk kelas kecil saya untuk
kelas besar itu bu Fatma. Kita membuat silabus tetap
sederhana. Diharapkan nanti kita mengenalkan untuk
kelas kecil53

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa guru

Bhs Inggris kelas kecil menyusun sendiri silabus mata

pelajaran Bhs Inggris untuk kelas kecil dengan berpedoman

pada materi yang ada di dalam buku paket siswa kelas kecil,

untuk contoh silabusnya dapat dilihat pada lampiran 5.

2) Menyusun RPP

Demikian pula halnya dalam menyusun RPP menurut

Bu Tri adalah

Dalam menyusun RPP, kita mengembangkan Standar


Kompetensi dan Kompetensi dasar yang ada dalam
silabus yang sudah saya buat.54

53
Hasil wawancara dengan Ibu Tri (guru bhs Inggris kelas kecil) bertempat diruang kelas
2 C pada pukul 09.00 tanggal 01 april 2009
54
Hasil wawancara dengan Ibu Tri (guru bhs Inggris kelas kecil) bertempat diruang kelas
2 C pada pukul 09.20 tanggal 01 april 2009
105

Dengan penyusunan RPP tersebut, maka dapat

mepermudah guru dalam melakukan proses kegiatan belajar

mengajar (KBM) didalam kelas, untuk contoh RPP nya dapat

dilihat pada lampiran 6.

3) Mempersiapkan penilaian

Mengenai persiapan penilaian yang dilakukan oleh

guru mata pelajaran Bhs Inggris kelas kecil adalah mengacu

pada KKM atau Ketuntasan Minimal hal ini sesuai dengan

pernyataan Ibu Umi selaku waka kurikulum MIJS

Kalau sampaian pengen tahu soal penilaian andek


kelas siji loro telu yo, sampaian takok’o nang bu
tri’mas, tapi sa’elengku ketuntasan minimal untuk
mata pelajaran Bhs Inggris dengan nilai tujuh puluh
mas. Coba’sampaian takok’oo nang bu tri!!!!!!55

Selanjutnya menurut Bu Tri selaku Guru Bhs Inggris

kelas kecil menyampaikan bahwa;

Tiga kelas itu eee nilai minimalnya tujuh puluh, Kalau yang
kemarin yang kelas satu, karena kelas satu kan mereka
masih rancu dengan Bhs Indonesia, mereka masih belajar
menulis jadi apa yang mereka dengar itu kan yang mereka
tulis. Misalnya “book” mereka masih menulisnya “buk”
karena bhs Indonesia buk itu bunyinya kan buk dan
penulisannyapun juga buk, tapi banyak juga ank-anak yang
sudah bisa, jadi ada sebagian yang tidak mencapai KKM
yang diharapkan oleh Madrasah ini mas.56

55
Hasil Wawancara dengan Ibu Umi (Waka Kurikulum) pada pukul 12.00 hari rabu
tanggal 01 april di depan kantin.
56
Hasil wawancara dengan Ibu Tri (guru bhs Inggris kelas kecil) bertempat diruang UKS
pada pukul 11.00 tanggal 01 april 2009
106

Mengenai ketuntasan minimal untuk Bhs Inggris

Kelas kecil dapat dilihat pada lampiran

Sedangkan untuk hasil penilaian siswa yang diperoleh

dari proses pembelajarannya dapat dilihat pada lampiran 8.

c. Tindak Lanjut

Mengenai tindak lanjut yang dilakukan oleh guru setelah

proses pembelajaran menurut Bu Tri selaku Guru Bhs Inggris adalah;

Selama ini kita ya sama, ada persiapan, kemudian kita


laksanakan,kemudian kita melakukan penilaian, Karena kelas
dua itu tematik, maka nilai-nilainya itu biasanya itu per
periode, jadi misalnya setelah satu bulan itu baru ada
penilaian, seperti kemarin itu selama seminggu anak-anak
ulangan jadi selama satu minggu itu ulangan, kemudian untuk
anak-anak yang nilainya kurang, kan ada anak-anak yang
nilainya kurang itu tentu saja harus ada remidi supaya bisa
mencap[i nilai yang kita harapkan, inilah yang dilakukan
dalam tindak lanjut dalam pembelajaran. Gitu kan mas!!!!57

Data diatas menunjukkan bahwa di Madrasah Ibtidaiyah

Jenderal Sudirman (MIJS) menerapkan Bhs Inggris untuk kelas

kecil, walaupun tidak ada acuan dari pusat namun guru mendesain

silabus sesuai dengan melihat materi yang ada di buku paket anak-

anak sesuai dengan hasil koordinasi antara waka kurikulum, kepala

sekolah dan guru yang bersangkutan. Adapun untuk kelebihannya

dari penerapan Bhs Inggris untuk kelas kecil menurut Bu Tri adalah:

57
Hasil Wawancara dengan Bu Tri (Guru Bhs Inggris Untuk Kelas Kecil) pada pukul
10.00 hari Senin tanggal 17 maret, bertempat di ruang kelas dua A
107

Tentu sajalah sangat membantu dan menguntungkan mas,


karena anak kecil sudah tahu sudah kenal jadi paling tidak
target untuk kelas kecil anak-anak sudah bisa mengucapkan.
Diharapkan kelas tiga suda bisa menulis dan kelas empat
tinggal melanjutkan58.

Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran Bhs

Inggris pada kelas kecil sangat menguntungkan untuk mengenalkan

materi Bhs Inggris dan mempersiapkan anak pada kelas yang lebih

tinggi, untuk itulah MIJS mengenalkan pembelajaran Bhs Inggris

mulai kelas satu. Adapun untuk membedakan proses pembelajaran

Bhs Inggris di MIJS dengan Madrasah Ibtidaiyah yang lain menurut

Bu Tri adalah:

Selama ini saya belum pernah membandingkan mungkin


untuk sekolah lain setahu saya itu paling tidak e misalnya
fruit ya nama-nama buah itu tahu gitu tapi tidak ada
penekanan untuk pelafalan dan ini kebetulan disini juga ada
pengembangan diri dan kita menggunakan istilah bhs Inggris.
Jadi betul-betul kita aplikasikan misalnya ketika bernyanyi
anak-anak itu berhitung itu kreatif kadang-kadang hari ini
kita gunakan bhs Jawa lain waktu gamenya kita buat bhs
Inggris, bahkan kemarin itu dikelas 2A itu dijadikan nama
kelompok. Betul–betul kita mengaplikasikannya di
kesehariannya anak-anak59

Data di atas diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan

guru mata pelajaran Bhs Inggris bertempat di ruang kelas 2A pada

saat guru tersebut selesai mengajar.

58
Hasil Wawancara dengan Bu Tri (Guru Bhs Inggris Untuk Kelas Kecil) pada pukul
10.00 hari Senin tanggal 17 maret, bertempat di ruang kelas dua A
59
Hasil Wawancara dengan Bu Tri (Guru Bhs Inggris Untuk Kelas Kecil) pada pukul
10.00 hari Senin tanggal 17 maret, bertempat di ruang kelas dua A
108

Selain itu, penulis sekaligus peneliti dalam hal ini mengamati

proses pembelajaran yang dilakukan di kelas, adapun yang diperoleh

dari hasil pengamatan penulis adalah;

Sebelum melaksanakan proses pembelajaran guru


mengucapkan salam (Assalamu’alaikum) dan menyapa anak-
anak dengan menggunakan kalimat Bhs Inggris, good
morning!!! Kemudian anak-anak dengan serentak menjawab
good morning, setelah itu guru mengelompokkan anak-anak
menjadi empat kelompok, setiap kelompok diberi nama
masing-masing dan nama tersebut diambil dari nama-nama
buah yang mudah dikenal siswa. Guru kemudian
menanyakan kepada tiap-tiap kelompok, misalnya pada
kelompok satu, “kalian suka buah apa?” sebagian dari
anggota kelompok suka sama buah apel, sebagian lagi suka
buah jeruk, setelah itu guru memberi nama kelompok apple
and fruite.

Pada pertemuan selanjutnya penulis mengamati proses

pembelajaran yang dilakukan di kelas dua adalah;

Pada saat guru memulai pembelajaran guru mengucapkan


salam, kemudian guru mengkaitkan materi pembelajaran
dengan nama hari yang pada waktu itu adalah hari Jum’at.
Kemudian guru bertanya kepada siswa hari ini hari apa?
Serentak siswa menjawab, ”hari Jum’at bu” kemudian guru
bertanya kembali Bhs Inggrisnya hari Jum’at apa? friday bu”.

Dengan demikian, dalam Implementasi kurikulum muatan

lokal pada mata pelajaran Bhs Inggris untuk kelas kecil layak untuk

diterapkan yang nantinya dijadikan bagian dalam peningkatan mutu

pendidikan, menurut Kepala Sekolah terkait dengan Implementasi

Muatan Lokal pada Mata Pelajaran Bhs Inggris kelas kecil ini

beranggapan;

Bahwa Semua yang dilakukan di sini ini setidak-tidaknya


mengandung nilai kualitas atau mutu mas, misalnya Bhs
109

Inggris ya, dengan cara apa madrasah ini dapat dikatakan


berkualitas!!! Paling tidak mulai kelas kecil anak-anak harus
dikenalkan Bhs Inggris mas, sedangkan untuk ukuran
madrasah ini berkualitas atau tidak, yaaa kita gunakan
parameter normal saja mas, yang diakui oleh orang banyak.
Salah satu contoh misalnya, ada beberapa tanggapan dari wali
murid bahwa madrasah ini bermutu karena sebagian besar
Out putnya anak-anak bisa berbahasa Inggris, nilai ujiannya
juga sesuai dengan Standart Kompetensi lulusan, kelas satu
sudah diajrkan Bhs Inggris. Nah,,,, dengan seperti ini kan
madrasah secara tidak langsung mendapat pengakuan dari
masyarakat bahwa madrasah ini bermutu, iya kan mas???60

2. Upaya Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran Bahasa Inggris di MIJS Malang.

Peneliti dalam hal ini mencari informasi tentang Upaya Kepala

Madrasah dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Bahasa Inggris di

di MI Jenderal Sudirman melalui teknik wawancara. Sebelum penulis

memaparkan keterangan mengenai Upaya Kepala Madrasah dalam

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Bahasa Inggris yang disampaikan

oleh informan, maka dalam hal ini penulis akan memaparkan secara

singkat tentang sifat kurikulum muatan lokal menurut Kepala Sekolah MI

Jenderal Sudirman;

Kalau saya memahami mas, kurikulum muatan lokal itu


mempunyai dua sifat, pertama bersifat kedaerahan misalnya ada
Bhs Inggris, Bhs Daerah, dan Komputer,. Kedua bersifat sekolah.
Kalau disini mas, ada dua mata pelajaran tapi tidak tercantum
dalam kurikulum muatan lokal, jadi masuk pada pengembangan
diri, diantaranya mas, ada baca tulis Al Qur’an (BTQ) untuk kelas
1 dan 2, dan Bina Sholat Al Qur’an (BSQ) untuk kelas 3, 4, 5, dan
6. selain itu, ada mata pelajaran Bhs Inggris untuk kelas kecil (1, 2,

60
Wawancara dengan Bpk Suyanto (Kepala Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman) di
ruang tamu pada jam 09.30 tanggal 22 maret 2009.
110

dan 3) yang masuk dalam kurikulum muatan lokal. Ini semua


sebagai upaya dalam meningkatkan mutu pembelajaran .61

Upaya Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran Bahasa Inggris disajikan oleh peneliti adalah Bhs Inggris

untuk kelas kecil sesuai dengan ruang lingkup pembahasan. Mengenai

Upaya Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kualitas mata pelajaran

Bhs Inggris kelas kecil di Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman (MIJS)

dikembangkan sesuai dengan potensi daerah atau madrasah, hal ini dapat

diamati melalui letak berdirinya Madrasah tersebut yang berada di wilayah

perkotaan pada umumnya mempunyai kompetensi dalam pengembangan

mata pelajaran Bhs Inggris untuk kelas kecil walaupun tanpa ada acuan

dari pusat, baik itu dari Depag ataupun Diknas. menurut Ibu Umi selaku

Waka Kurikulum menyampaikan bahwa:

Pada dasarnya dalam mengembangkan Bhs Inggris untuk kelas


kecil yang terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga disesuaikan dengan
letak berdirinya madrasah ini mas dan keadaan anak-anak,
madrasah ini kan terletak di kota sehingga mempermudah proses
pembelajarannya lebih-lebih kota malang adalah kota pariwisata
dan pendidikan mas, yang tak jarang kita temukan wisatawan-
wisatawan asing yang berkunjung ke tempat-tempat pariwisata
yang ada di kota malang ini, sehingga Bhs Inggris sangat perlu
dikenalkan untuk kelas kecil. Selain itu mas, mayoritas wali murid
perekonomiannya menengah keatas, yang nantinya menjadi
penunjang pelaksanaan pembelajaran Bhs Inggris di sekolah, salah
satunya banyak murid terutama kelas tiga yang les private diluar
jam pelajaran. Bukan berarti saya menyepelekan lingkungan desa
ataupun kondisi perekonomiannya, akan tetapi semua itu hanyalah
faktor penunjang saja.62

61
Hasil wawancara dengan Bpk Suyanto (Kepala Sekolah MI Jenderal Sudirman) pada
hari Sabtu tgl 14 maret 2009 di depan kantor TU (tata usaha)
62
Wawancara dengan Ibu Umi (Waka Kurikulum) pada pukul 11.00 hari selasa tanggal
31 maret di depan kelas satu C.
111

Adapun mengenai peranan Kepala Sekolah sendiri sebagai

penggerak lembaga madrasah memegang peranan yang sangat penting

terhadap kualitas pembelajaran Bhs Inggris, hal tersebut disampaikan oleh

Bpk Suyanto selaku Kepala Sekolah MIJS Malang, menurut

pernyataannya:

Sebenarnya mas, dalam proses peningkatan kualitas sumber daya


manusia adalah merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan
proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri yang
dalam hal ini, menjadi objek adalah siswa atau peserta didik.
Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya
manusia, maka kitapun berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui
berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas
melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi,
perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi
ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya, salah
satu contoh mas, saya sebagai kepala sekolah memperhatikan
penerapan muatan lokal sebagai penunjang peningkatan mutu
pendidikan salah satu cara dengan mengenalkan bahasa Inggris sedini
mungkin, sedangkan metode penyampaiannya setidaknya lebih
menekankan pada multiple intelegent yang meliputi listening, writing,
reading dan speaking. Yang paling penting mas, di madrasah ini dalam
setiap pembelajarannya harus mengutamakan siswa sebagai objek,
karena yang menjadi unggulan dari MIJS ini terletak pada metodologi
pembelajarannya menggunakan Super Memory System, Mind
Mapping, Brain Gym, Ice Breaker sehingga mempermudah siswa
untuk mengenal, mengetahui, memahami dan bisa jadi mereka
menyadari pentingnya penggunaan Bhs Inggris sebagai Bhs
Internasional karena diawali oleh pembelajaran yang menyenangkan63.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwasannya yang paling

penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Bhs Inggris yang

menjadi kebijakan kepala sekolah adalah mengedepankan metodologi

pembelajaran dalam penerapannya, sehingga mempermudah siswa untuk

63
Hasil wawancara dengan Bpk Suyanto (Kepala Sekolah MI Jenderal Sudirman) pada
pukul 10. 20 hari Sabtu tgl 18 April 2009 di Ruang Tamu
112

mengenal, mengerti, memahami dan menyadari akan pentingnya Bhs Inggris

sebagai Bhs Internasional.

Sementara faktor penunjang lainnya yang nantinya menjadikan

pembelajaran Bhs Inggris dapat berkualis adalah;

Melakukan relasi dengan pihak komite sekolah yang bertujuan untuk


meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di MIJS ini. Hal ini berarti peran serta
masyarakat sangat dibutuhkan dalam peningkatkan mutu pendidikan,
bukan hanya sekadar memberikan bantuan berwujud material saja,
memang rata-rata wali murid disini masuk kategori ekonomi kelas
menengah ke atas mas, namun juga diperlukan bantuan yang berupa
pemikiran, ide, dan gagasan-gagasan yang bersifat inovatif mas64.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pihak madrasah melakukan relasi

dengan masyarakat sekitar sebagai pendukung peningkatan-peningkatan

kualitas pembelajaran Bhs Inggris, karena boleh jadi melalui ide, gagasan,

pikiran dan kontribusi laiinya dari masyarakat inilah yang dapat memberikan

inovatif pembelajaran Bhs Inggris pada khususnya dan pelajaran-pelajaran

lainnya pada umumnya.

3. Kurikulum Muatan Lokal dan Mutu Pendidikan di Madrasah

Ibtidaiyah Jenderal Sudirman

a) Pengertian Mutu

Mutu yang menjadi tujuan dari setiap lembaga pendidikan pada

umumnya dan pada khususnya Madrasah Ibtidaiyah yang dalam hal ini

64
Hasil wawancara dengan Bpk Suyanto (Kepala Sekolah MI Jenderal Sudirman) pada
hari Sabtu tgl 18 April 2009 di Ruang Tamu
113

di MIJS, mengenai pengertian mutu menurut Bpk Suyanto selaku

Kepala Madrasah adalah:

Mutu menurut asumsi saya ya mas, merupakan tujuan dari setiap


kegiatan, artinya dimana ada proses kegiatan baik itu kegiatan
formal, informal, maupun non formal semuanya tidak lepas
dengan tujuan bagaimana sekiranya kegiatan itu bermutu, untuk
mencapai mutu tentunya didukung oleh banyak faktor sehingga
mutu yang diharapkan dapat tercapai, dan ukuran atau yang
menjadi parameter bermutu atau tidaknya sebuah kegiatan tentu
ada penilaiannya, baik dari proses ataupun melihat hasil.
Demikian pula halnya pada lembaga pendidikan tidak lepas
dengan banya faktor untuk mencapai sebuah mutu yang ingin
dicapai. Salah satu penunjang dalam pencapaian mutu adalah
penerapan muatan lokal ataupun pengembangan diri.65

Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pada hakikatnya

mutu di lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal menjadi

tujuan dasar dari sebuah pendidikan, adapun sebagai penunjang dari

peningkatan mutu pendidikan adalah dengan menerapkan muatan lokal

dan pengambangan diri tanpa menghilangkan pentingnya pelajaran

lainnya. Sementara dalam mengukur lembaga tersebut dikatakan

berkualitas adalah dengan melihat proses dan hasil penilaiannya.

b) Hubungan Kurikulum Muatan Lokal dan Mutu

Oleh karena objek yang menjadi kajian dalam penelitian ini

adalah MI Jenderal Sudirman, maka penulis memlakukan wawancara

terpimpin, jadi penulis menyiapkan beberapa pertanyaan terkait

65
Hasil wawancara dengan Bpk Suyanto (Kepala Sekolah MI Jenderal Sudirman) pada
pukul 8. 05 hari Jum’at tgl 17 April 2009 di Ruang Tamu
114

dengan Mutu Pendidikan di MI Jenderal Sudirman, dan Hubungannya

dengan Kurikulum muatan lokal Menurut Bpk Suyanto;

Mutu adalah kwalitas dik!!!Untuk mendesain/memanej mutu di


MIJS ini program yang jelas dik, dan tetap mengacu pada Visi
dan Misi MIJS adapun factor yang dapat mempengaruhi mutu
adalah sarana dan prasarana, SDM yang tinggi, dan layanan guru
yang kreatif dalam pembelajaran, serta kurikulum yang
dikembangkan dan tentunya juga penerapan muatan lokalnya dik,
disamping itu pula setiap program yang kita laksanakan itu harus
maksimal dengan layanan yang sangat baik dan dukungan dari
pihak luar sekolah dan disesuaikan dengan kurikulum dan
kemajuan teknologi sedangkan faktor dari luar adalah kita
melakukan kerjasama dengan pihak lain misalnya Diknas,
Depag, LSM, dan perguruan tinggi, yang terlibat dalam
pengembangan mutu madrasah ini Semua tenaga edukatif / Guru
yang ada di Madrasah ini sekaligus penanggung jawab. Kalau
untuk mengukur lembaga ini bermutu atau tidaknya adalah Kita
menggunakan parameter normal saja dik, yang diakui oleh orang
banyak. Salah satu pandangan sekolah bermutu Out putnya anak-
anak bisa berbahasa Inggris, kita juga bisa melihat nilainya anak-
anak dik. Selain itu dik, strategi yang paling evektif
pengembangan mutu adalah pertama, tentang metodologi
pembelajrannya, dan yang kedua melakukan komunikasi dengan
media / publikasinya di semua kegiatan disini merupakan sistem
yang nantinya dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
mas, sedangkan hubungan kurikulum muatan lokal dengan
peningkatan mutuu pendidikan sangant jelas ada hubungannya
mas, karena setiap yang dilakukan dimadrasah ini harus
mengandung nilai mutu.66

Pernyataan diatas dapat dijabarkan bahwa yang disebut mutu itu

adalah kualitas lembaga itu sendiri ukuran atau penilaian sekolah

bermutu atau tidak dapat dilihat melalui parameter normal yang diakui

oleh banyak orang salah satu contoh lulusan dari MI jenderal sudirman

ini harus bisa Bhs Inggris, dan dari sekian banyak siswa hampir 90%

66
Wawancara dengan Bpk Suyanto (Kepala Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman) di
ruang tamu pada jam 09.30 tanggal 22 maret 2009.
115

yang bisa berbahasa Inggris, jadi dengan melihat out put anak-anak

itulah dapat disimpulkan bahwasannya madrasah ini bermutu.

Adapun dalam mengembangkan mutu madrasah adalah setiap

program yang dilaksanakan itu harus maksimal dengan layanan yang

sangat baik dan dukungan yang disertai arus perkembangan teknologi.

Selain itu, faktor dari luarpun sangat penting sebagai penunjang

kualitas madrasah, dan penerapan muatan lokal yang akan menyiapkan

peserta didik siap menghadapi tantangan global. Selain itu, mengenai

hubungan dari peningkatan kualitas atau mutu pendidikan Madrasah

dengan penerapan Bhs Inggris ini Bu tri selaku Guru Bhs Inggris kelas

kecil menyampaikan bahwa hubungannya adalah;

Eee jelas ada hubungannya mas, eee kalaupun kita,,, gini, kita
tidak bisa memungkiri bahwa orang tua itu ketika ingin
memasukkan anaknya, mendaftarkan anaknya kesebuah sekolah
akan melihat apa sih yang akan diajarkan disana, iya kan!!!!!
Nah,, salah satu nilai plus dari MIJS itu kita mengajarkan Bhs
Inggris kelas kecil, jadi ada pembelajaran Bhs Inggris mulai
kelas satu, nah itu yang jadi nilai plusnya yang menjadikan
madrasah ini bermutu yang punya nilai tawar di masyarakat,
sehingga tentu saja akan menarik minat, ooo disini kan di TK kan
sudah ada, kalau misalkan di SD itu dari kelas kecil gak ada,
orang langsung berfikir lagi, iya kan!!!!!! Jadi, ee Kalau ada
pembelajaran bhs inggris dari awal,,, kelas satu saya kira orang
tua akan bilang Oooo di situ sudah ada pembelajaran Bhs Inggris
mulai kelas awal. Gitu mas67

Pernyataan guru Bhs Inggris di atas dapat menjadi asumsi bahwa

penerapan Bhs Inggris kelas kecil dapat menunjang peningkatan mutu

pendidikan.

67
Hasil wawancara dengan Ibu Tri (guru bhs Inggris kelas kecil) bertempat diruang UKS
pada pukul 11.00 tanggal 01 april 2009
116

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Implementasi Kurikulum Muatan Lokal Pada Mata pelajaran Bhs

Inggris (Fokus pada mata pelajaran Bhs Inggris kelas kecil) di MI

Jenderal Sudirman Malang

Seperti yang telah dipaparkan pada Bab sebelumnya, dalam

Implementasi pembelajaran Bhs Inggris kelas kecil di MI Jenderal

Sudirman ada tiga tahapan yang harus dilalui untuk mewujudkannya,

diantaranya adalah:

Pertama, Persiapan / Perencanaan yang Disesuaikan dengan

karakteristik peserta didik, kondisi sekolah, kesiapan guru yang akan

mengajar, menentukan guru mata pelajaran Bhs Inggris untuk kelas kecil,

dan sumber dana. Mengenai karakteristik anak-anak mulai kelas awal di

Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman banyak yang senang dengan bhs

Inggris daripada Bhs Daerah, sehingga Madrasah menentukan mata

pelajaran Bhs Inggris kelas kecil yang berdiri sendiri melalui persetujuan

ketua yayasan., sedangkan untuk kondisi Madrasah pada dasarnya Madrasah

Ibtidaiyah Jenderal Sudirman sudah layak menentukan mata pelajaran Bhs

Inggris sebagai Mata Pelajaran yang berdiri sendiri untuk kelas kecil

dikarenakan adanya sarana seperti buku paket yang ada di perpustakaan dan

hasil karya siswa berupa puisi Bhs Inggris di Mading. Sementara itu, pihak

madrasah dalam mempersiapkan guru Bhs Inggris adalah dengan cara


117

mengkursuskan guru yang nantinya akan ditetapkan sebagai guru Bhs

Inggris kelas kecil walaupun guru yang ditunjuk merupakan bidang mata

pelajaran Bhs Inggris, namun hal tersebut sangat menunjang kinerja guru,

selain itu dalam

Menentukan guru mata pelajaran Bhs Inggris, di MIJS Guru yang

ditetapkan sebagai guru Bhs Inggris kelas kecil adalah guru tetap sekaligus

guru kelas kecil yang tentunya sudah mengenal karakteristik anak-anak

kelas kecil sehingga mempermudah guru dalam proses

pembelajaran.Sumber dana, mengenai sumber dana diperoleh murni dari

Penerimaan Siswa Baru (PSB) dan mutasi siswa pindahan ke dalam MI

Jenderal Sudirman.

Kedua, Pelakasanaan dalam Pembelajaran. Mengenai pelaksanaan

pembelajaran Bhs Inggris untuk kelas kecil di Madrasah Ibtidaiyah Jenderal

Sudirman yang dilakukan oleh guru Bhs Inggris Kelas kecil adalah

Mengkaji silabus, Menyusun RPP, dan mempersipakan penilaian

Dalam mengkaji silabus guru yang bersangkutan melihat materi yang

ada di buku paketnya siswa kelas kecil dengan cara sesederhana mungkin,

misalnya ”Number” itu dibatasi untuk kelas satu misalnya dari satu sampai

sepuluh untuk kelas dua paling banyak sampai 20 untuk kelas tiga sampai

30.

Dalam menyusun RPP guru yang bersangkutan mengembangkan

Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar yang ada dalam silabus yang

sudah dibuat, sedangkan untuk Mempersiapkan penilaiannya dilakukan oleh


118

guru mata pelajaran Bhs Inggris kelas kecil adalah mengacu pada KKM atau

Ketuntasan Minimal

Ketiga, Tindak Lanjut. Mengenai tindak lanjut yang dilakukan oleh

guru setelah proses pembelajaran adalah melakukan remidi atau ujian ulang

selama satu minggu untuk memperbaiki nilai dan kompetensi yang

diharapkan oleh madrasah menurut Bu Tri selaku Guru Bhs Inggris adalah;

Diskripsi diatas dapat diperkuat dengan beberapa pandangan teoritik

misalnya: pelaksanaan kurikulum muatan lokal dapat dijabarkan dalam tiga

tahap untuk penerapannya, antara lain Persiapan, Pelaksanaan dalam

Pembelajaran, dan Tindak lanjutnya.68 Dengan demikian, dalam

menentukan mata pelajaran mulok untuk kelas kecil harus memperhaitkan

tiga pokok sebagai pijakan untuk Implementasi mata pelajaran Bhs Inggris

kelas kecil yang nantinya masuk kedalam kurikulum muatan lokal.

Mengenai hubungan dari peningkatan kualitas atau mutu pendidikan

Madrasah dengan penerapan Bhs Inggris kelas kecil ini, bahwasannya, di

MIJS sudah menerapkan mata pelajaran Bhs Inggris untuk kelas kecil,

adapun Bhs Inggris ini merupakan Bhs Internasional yang mana Bahasa

merupakan sarana dalam menyampaikan informasi, untuk itulah MIJS mulai

mengenalkan Bhs Inggris sejak dini agar siswa memiliki kompetensi daerah

yang diharapkan oleh guru dan orang tuanya, sehingga dengan demikian

penerapan Bhs Inggris di MIJS yang masuk pada kurikulum muatan lokal

dapat menjadi bagian dalam meningkatkan mutu pendidikan, hal ini sesuai

68
E, Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), hlm. 279-281
119

dengan pendapat pakar kurikulum, bahwa Muatan lokal dimaksudkan untuk

mengembangkan potensi daerah sebagai bagian dari upaya peningkatan

mutu pendidikan di sekolah/madrasah69

Adapun kebijakan dari kepala madrasah dalam melihat kualitas

madrasah tersebut Bahwa Semua yang dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah

ini setidak-tidaknya mengandung nilai kualitas atau mutu, misalnya Bhs

Inggris ya, dengan cara apa madrasah ini dapat dikatakan berkualitas,

setidaknya mulai kelas kecil anak-anak harus dikenalkan Bhs Inggris,

kebijakan kepala sekolah ini sangat penting sekali dalam meningkatkan

mutu pendidikan di madrasah yang dikelolanya. Secara teoritis memang

peran kepala sekolah sangat penting dalam peningkatan-peningkatan mutu

pendidikan. Menurut Jaramo S, Arcaro, dalam meningkatkan mutu kepala

sekolah mempunyai peran penting, karena kepala sekolah merupakan

orang yang mempunyai otoritas paling tinggi di antara yang lainnya.

Kebijakan kepala sekolah di perlukan untuk peningkatan mutu

pendidikan70

Dengan melihat pembahasan diatas maka, dalam hal ini penulis

sekaligus selaku peneliti dapat mengambil sebuah kesimpulan

bahwasannya Implementasi kurikulum muatan lokal pada mata pelajaran

Bhs Inggris untuk kelas kecil merupakan bagian dalam peningkatan mutu

pendidikan.

69
Muhaimin, dkk. Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
pada Sekolah & Madrasah (Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2008), hlm 94
70
Jaramo S, Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata
Langkah Penerapan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2005)hlm 85-89
120

B. Upaya Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran

Bahasa Inggris di MI Jenderal Sudirman Malang

Mengenai peranan Kepala Sekolah sebagai penggerak lembaga

madrasah memegang peranan yang sangat penting terhadap kualitas

pembelajaran Bhs Inggris bahwasannya yang paling penting dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran Bhs Inggris yang menjadi kebijakan

kepala sekolah adalah mengedepankan metodologi pembelajaran dalam

penerapannya melliputi Super Memory System, Mind Mapping, Brain Gym,

Ice Breaker, sehingga mempermudah siswa untuk mengenal, mengerti,

memahami dan menyadari akan pentingnya Bhs Inggris sebagai Bhs

Internasional.

Sementara faktor penunjang lainnya yang nantinya menjadikan

pembelajaran Bhs Inggris di MIJS dapat berkualis adalah; Melakukan relasi

dengan pihak komite sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan tanggung

jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di

MIJS ini. Hal ini berarti peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam

peningkatkan mutu pendidikan, bukan hanya sekadar memberikan bantuan

berwujud material saja. Ini sesuai dengan pandangan pakar tentang upaya

Kepala sekolah sebagai penunjang peningkatan kualitas pembelajaran

Bahasa Inggris bahwa salah satu cara upaya kepala sekolah adalah

mengenalkan bahasa Inggris sedini mungkin, sedangkan metode


121

penyampaiannya setidaknya lebih menekankan pada multiple intelegent

yang meliputi listening, writing, reading dan speaking71

C. Kurikulum Muatan Lokal dan Mutu Pendidikan di Madrasah

Ibtidaiyah Jenderal Sudirman

a) Hubungan Kurikulum Muatan Lokal dan Mutu

Mutu adalah kwalitas, untuk mendesain/memanej mutu di MIJS

adalah program yang jelas dan tetap mengacu pada Visi dan Misi MIJS

adapun faktor yang dapat mempengaruhi mutu adalah sarana dan

prasarana, SDM yang tinggi, dan layanan guru yang kreatif dalam

pembelajaran, serta kurikulum yang dikembangkan dan tentunya juga

penerapan muatan lokalnya, disamping itu pula setiap program yang

dilaksanakan itu harus maksimal dengan layanan yang sangat baik dan

dukungan dari pihak luar sekolah dan disesuaikan dengan kurikulum

dan kemajuan teknologi sedangkan faktor dari luar adalah melakukan

kerjasama dengan pihak lain misalnya Diknas, Depag, LSM, dan

perguruan tinggi, yang terlibat dalam pengembangan mutu madrasah

ini Semua tenaga edukatif / Guru yang ada di Madrasah ini sekaligus

penanggung jawab.

Sementara untuk mengukur MIJS ini bermutu atau tidaknya

adalah menggunakan parameter normal saja, yang diakui oleh orang

banyak. Salah satu pandangan sekolah bermutu Out putnya anak-anak

bisa berbahasa Inggris, juga bisa melihat nilainya anak-anak.

71
Depdiknas, 2001:2
122

Strategi yang paling evektif pengembangan mutu adalah

pertama, tentang metodologi pembelajarannya, dan yang kedua

melakukan komunikasi dengan media / publikasinya di semua kegiatan

yang nantinya dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

Mengenai hubungan kurikulum muatan lokal dengan

peningkatan mutu pendidikan ada hubungannya, karena setiap yang

dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman harus

mengandung nilai mutu.

BAB VI

PENUTUP
123

A. Kesimpulan

Pada bab ini, penulis akan memaparkan secara umum mengenai

ringkasan dari penelitian yang telah dilakukan sekaligus menjadi jawaban

dari rumusan masalah yang telah peneliti sebutkan di atas. Adapun

kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Implementasi kuikulum muatan lokal pada mata pelajaran Bhs

Inggris di MIJS Malang ada tiga tahapan yang harus dilalui untuk

mewujudkannya diantaranya pertama, melakukan Persiapan /

Perencanaan yang Disesuaikan dengan karakteristik peserta didik,

kondisi sekolah, kesiapan guru yang akan mengajar, menentukan

guru mata pelajaran Bhs Inggris untuk kelas kecil, dan sumber dana.

Kedua, melakukan pelaksanaan dalam pembelajaran yang dilakukan

oleh guru Bhs Inggris dengan mengkaji silabus dalam penyusun

RPP, serta mempersiapkan penilaian yang disesuaikan dengan

ketuntasan minimal. Ketiga tindak lanjut yang dilakukan oleh guru

setelah proses pembelajaran dengan melakukan remidi kepada siswa

yang belum mencapai standar nilai yang telah ditentukan oleh MIJS

Malang.

2. Upaya Kepala Sekolah sebagai penggerak lembaga madrasah

memegang peranan yang sangat penting terhadap kualitas

pembelajaran Bhs Inggris bahwasannya yang paling penting dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran Bhs Inggris yang menjadi


124

kebijakan kepala sekolah adalah mengedepankan metodologi

pembelajaran dalam penerapannya melliputi Super Memory System,

Mind Mapping, Brain Gym, Ice Breaker, sehingga mempermudah

siswa untuk mengenal, mengerti, memahami dan menyadari akan

pentingnya Bhs Inggris sebagai Bhs Internasional. Sementara faktor

penunjang lainnya, melakukan relasi dengan pihak komite sekolah

yang bertujuan untuk meningkatkan tanggung jawab dan peran serta

masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di MIJS ini.

B. Saran

Ada beberapa saran peneliti yang diharapkan dapat mendukung

peningkatan kualitas Madrasah Ibtidaiyah ataupun Sekolah Dasar pada

umumnya dan Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman Malang pada

khususnya, di antaranya adalah

1. Implementasi kurikulum muatan lokal terutama Bhs Inggris

hendaknya mendapatkan perhatian penuh dari seluruh elemen

yang ada di dalam lembaga pendidikan dasar atau Madrasah

Ibtidaiyah itu sendiri untuk menghadapi tantangan global.

2. Upaya meningkatkan pembelajaran Bhs Inggris sebaiknya bukan

hanya menjadi wewenang Kepala Sekolah saja, namun semua

komponen yang ada di lembaga madrasah atau sekolah pada

khususnya Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah sehingga


125

diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran

Bhs Inggris.
126

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik, (Jogjakarta; Ar-ruzz


Media 2007).

Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991)

Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV.
Ilmu, 1975)

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya 2007).

George Ritzer. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Terj.


Alimandan. (Jakarta: CV. Rajawali1985).

H. Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta; PT Rineka


Cipta, 2004)

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Jogjakarta : Gajah Mada


University Press, 1990)

Hari Sudrajat, Manajemen Berbasis Madrasah (MPBS), (Bandung: CV. Cipta


Cekas Grafika, 2005).

http://re-searchengines.com/trimo80708.html

http://www.bpplsp-reg-1.go.id/buletin/read.php?id=34&dir=1&idStatus=0.

Indar Djumberansyah, Filsafat Pendidikan, (Surabaya: Abditama, 1994)

Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu Prinsip-prinsip Perumusan dan


Tata Langkah Penerapan, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2007)
127

M. Efendi, Sadarudin, Mardiah Moenir, Pengantar Ke Arah Pengembangan


Kurikulum dan Pembelajaran (Universitas Negeri Malang; 2006)

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Remaja Karya CV,
Bandung, 1988.

M. Zainudin, Muhammad walid, Pedoman Penulisan Skripsi (Fakultas Tarbiyah


UIN Malang: Agvenda 2009)

Moleong, J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosda


Karya, 2000)
Muhaimin, dkk. Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) pada Sekolah & Madrasah (Jakarta: PT Rajagrafindo persada,
2008)

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,


Madrasah, dan Perguruan Tinggi. ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
2005)

Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,


Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Amir 2005)

Oemar Hamalik,. Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta; PT Bumi Aksara1994)

Pius A Parto, M. Dahlan Albarry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya; Arkola,


1994).

Robert S. Zaiz, Curricuum Principles and Fundation (Harper & Row


Publisher1976).
128

Roestiyah Nk, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara 1982)

S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, ( Jemmars: 1982).

S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Bandung: Jemmars 1986)

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta :


Rineka Cipta, 1991).

Sutrisno Hadi, Metodologi Research I (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Andi


Offest, 1987)

Tiem didaktik metodik kurikulum IKP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik


Kurikulum PBM, (Yakarta: Rajawali, 1989)

William B. Ragan, Modern Elementry Curriculum, (Holt Renehart and winston


Inc: 1960).

Winarno Surachmad, Dasar dan Tekhnik Research Pengantar Metodologi Ilmiah


(Bandung: Tarsito, 1978)

Zuhairini et.al, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Solo: Ramadhani, 1983)


129

DEPARTEMEN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Gajayana 50 Malang Telp. (0341) 551354 Fax. (0341) 572533

Nomor : Un. 3.1/TL.00/296/2008 Malang, 03 Januari 2009


Lampiran : 1 berkas
Perihal : Penelitian

Kepada
Yth. Kepala MI Jenderal Sudirman Malang
di-
Malang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan ini kami mengharap dengan hormat agar mahasiswa di bawah


ini:
Nama : Taqwa Nur Ibad
NIM : 07140060
Semester/th. Ak : VIII/ 07
Judul Skipsi : Implementasi Kurikulum Muatan Lokal dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi Kasus di
MI Jenderal Sudirman Malang).
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir/menyusun skipsinya, yang
bersangkutan mohon diberi izin/kesempatan untuk mengadakan
penelitian di lembaga/instansi yang menjadi wewenang Bapak/ Ibu.

Demikian atas perkenan dan kerjasama Bapak/ Ibu disampaikan terima


kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Dekan

Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony


NIP. 150 042 031
130

DEPARTEMEN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Gajayana 50 Malang Telp. (0341) 551354 Fax. (0341) 572533

BUKTI KONSULTASI
Nama :Taqwa Nur Ibad
NIM/Jurusan :07140060 / Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Dosen Pembimbing :Moh. Samsul Ulum, M. Ag
Judul Skripsi : Implementasi Kurikulum Muatan Lokal dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi Kasus di MI
Jenderal Sudirman Malang).
Tanggal Hal yang Tanda
No. Dikonsultasikan Tangan
1. 23 Konsultasi Proposal
Februari
2009
2. 02 Konsultasi Bab I
Maret
2009
3. 09 Revisi Bab I
Maret
2009
4. 12 Konsultasi Bab II
Maret dan III
2009
5. 19 Revisi Bab II dan III,
Maret
2009
6. 23 Konsultasi Bab
Maret IV,V,VI
2009
7 01 April Revisi Bab I, IV, V,
2009 VI
8 02 April Revisi Bab VI
2009
9 03 April ACC Keseluruhan
2009 Skripsi

Malang, 03 April 2009


Mengetahui,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

Prof. Dr. H.M. Djunaidi Ghony


NIP. 150 042 031
131

Suasana Pembelajaran Bahasa Inggris Kelas Kecil


132

Peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Umi selaku waka kurikulum


133

PRESTASI SISWA – SISWI MIJS MALANG DALAM LOMBA PIDATO


BAHASA INGGRIS
134

Anda mungkin juga menyukai