Anda di halaman 1dari 200

EVALUASI PEMBELAJARAN SISWA BERKEBUTUHAN

KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI

(Studi Kasus di MI Hidayatul Mubtadiin dan SDI Unggulan Asy

Syafiiyah At Tijanniyah Malang)

SKRIPSI

Oleh:

Sukma Dwi Meyrena

NIM. 17140094

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

April, 2021
HALAMAN JUDUL

EVALUASI PEMBELAJARAN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI

SEKOLAH INKLUSI

(Studi Kasus di MI Hidayatul Mubtadiin dan SDI Unggulan Asy Syafiiyah

At Tijanniyah Malang)

SKRIPSI

Untuk Menyusun Skripsi Pada Program Strata Satu (S-1) Jurusan Pendidikan

Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Oleh:

Sukma Dwi Meyrena

NIM. 17140094

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

April, 2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

EVALUASI PEMBELAJARAN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI


SEKOLAH INKLUSI (STUDI KASUS DI MI HIDAYATUL MUBTADIIN
DAN SDI UNGGULAN ASY SYAFIIYAH AT TIJANNIYAH MALANG)

ii
HALAMAN PENGESAHAN
EVALUASI PEMBELAJARAN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI

SEKOLAH INKLUSI (Studi Kasus di MI Hidayatul Mubtadiin dan SDI

Unggulan Asy Syafiiyah At Tijanniyah Malang)

SKRIPSI

Dipersiapkan dan disusun oleh Sukma Dwi Meyrena (17140094)

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 22 April 2021 dan dinyatakan

LULUS

Serta diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Strata Satu

Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S.Pd)

Panitia Penguji Tanda Tangan


Penguji Utama
Dr. Indah Aminatuz Zuhriyah, M.Pd :
NIP. 19790202 200604 2 003
Ketua Sidang
Roiyan One Febriani, M.Pd :
NIDT. 1993020120180201 2 141
Sekretaris Sidang
Ratna Nulinnaja, M.Pd.I :
NIDT. 1989121020180201 2 133
Pembimbing
Ratna Nulinnaja, M.Pd.I :
NIDT. 1989121020180201 2 133

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Dr. H. Agus Maimun, M.Pd


NIP. 19650817 199803 1 003

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan beribu nikmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
karya ilmiah skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kehadirat
baginda Rasulullah SAW. Karya ilmiah skripsi ini peneliti persembahkan kepada :

Keluarga

Terimakasih kepada keluarga besar peneliti khususnya kedua orang tua Bapak
Alm. Samono dan Ibu Paini yang selalu memberikan pengorbanan, doa dan
dukungan kepada peneliti, juga kepada kakak peneliti Sri Nuryani dan Sumali
yang telah ikut serta memberikan dorongan dan dukungan dalam segala aspek,
semoga selalu sehat, dan bahagia.

Guru dan Dosen

Terimakasih atas kesabaran, ketelatenan dan keikhlasan dalam membantu serta


membimbing peneliti semoga menjadi ilmu yang berkah di dunia dan akhirat.

Sahabat Tersayang

Terimakasih kepada seluruh rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

khususnya Ilham Ahmad Fauzi, Roshydatul, Fadhylatul, Dwi, Riza, Shofi, dan

Hilda yang selalu mendukung, dan membantu di setiap kesulitan. Terimakasih

banyak.

iv
MOTTO

۟ ٍ‫ٓأَيٰيُّها ٱلَّ ِذين ءامن ۟وا َٰل يسخر قٰ وم ِمن قٰ و‬


‫ْيا ِم ْن ُه ْم ٰوَٰل نِ ٰساأءٌ ِمن‬ ‫خ‬ ‫وا‬ ‫ن‬‫و‬ ‫ك‬
ُ
ًْ ٰ ُ ٰ ٓ ٰ ٰ ْ ‫ي‬ ‫ٰن‬‫أ‬ ‫ى‬‫أ‬ ‫س‬ ‫ع‬ ‫م‬ ٌ ْ ْ ٰ ْ ٰ ُٰ ٰ ٰ ٰ ٰ
ِ ِ ٓ ِ ۟ ۟ ِ ِ ْ ‫نِساأٍء ٰعس ٓأى أٰن ي ُك َّن ٰخ‬
‫س‬ٰ ‫ْيا م ْن ُه َّن ۖ ٰوَٰل تٰلْم ُزأوا أٰن ُف ٰس ُك ْم ٰوَٰل تٰنٰابٰ ُزوا ب ْٱْلٰلْ ٰقب ۖ ب ْئ‬
ً ٰ ٰ ٰ
‫ك ُه ُم ٱل ٓظَّلِ ُمو ٰن‬ ‫۟أ‬
ٰ ِ‫ب فٰأُوٓلٰئ‬ْ ُ‫ٱْليٰٓ ِن ۚ ٰوٰمن ََّّلْ يٰت‬
ِْ ‫سو ُق بٰ ْع ٰد‬
ُ ‫ٱس ُم ٱلْ ُف‬
ِ
ْ ‫ٱل‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela
dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.
Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.1

1
Q.S. Al Hujurat : 11

v
Ratna Nulinnaja, M.Pd.I
Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Sukma Dwi Meyrena Malang, 3 April 2021


Lam : 4 (Empat) Eksemplar

Yang Terhormat,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang
di
Malang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa,
maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di
bawah ini:
Nama : Sukma Dwi Meyrena
NIM : 17140094
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul : Evaluasi Hasil Pembelajaran Siswa Berkebutuhan Khusus di
Sekolah Inklusi (Studi kasus di MI Hidayatul Mubtadiin dan
SDIUnggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang)
Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah
layadiajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing,

Ratna Nulinnaja, M.Pd.I


NIP. 19891210201802012133

vi
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Sukma Dwi Meyrena
NIM : 17140094
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul : Evaluasi Hasil Pembelajaran Siswa Berkebutuhan Khusus di
Sekolah Inklusi (Studi kasus di MI Hidayatul Mubtadiin dan SDI
Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang)
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu
perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.

Malang, 3 April 2021


Yang telah menyatakan,

Sukma Dwi Meyrena


NIM. 17140094

vii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih, lagi Maha
Penyayang, dan segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam. Peneliti
mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas izin, rahmat, serta
hidayah-Nya penulisan skripsi yang berjudul “Evaluasi Pembelajaran Siswa
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi : Studi kasus di MI Hidayatul
Mubtadiin dan SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang” dapat
diselesaikan dengan baik. Serta tak lupa shalawat dan salam kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW. yang telah menuntun dari jaman kegelapan menuju jaman yang
terang benderang yakni ad Din al Islam
Skripsi ini disusun melalui hasil pengumpulan data, analisis, hingga
menyelesaikan penyusunan dilakukan peneliti sejak bulan November hingga
selesai. Skripsi ini diajukan sebagai syarat dalam memenuhi tagihan tugas akhir
Program Strata Satu (S-1) pada Jurusan Pendidikan Guru Madarasah Ibtidaiyah,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang.
Peneliti menyadari bahwa di dalam skripsi ini terdapat beribu khilaf dan
salah. Oleh karena itu, dengan besar hati peneliti menerima segala macam kritik
dan saran membangun yang dapat digunakan sebagai bahan introspeksi dan belajar
untuk memperbaiki karya ilmiah skripsi ini.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini tentu tidak terlepas dari dukungan secara
nyata dalam segala aspek oleh berbagai pihak. Dengan demikian, peneliti
menyadari bahwa sudah sepantasnya pada kesempatan ini peneliti menyampaikan
rasa terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Abdul Haris, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
2. Dr. H. Agus Maimun, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Dr. H. Ahmad Sholeh, M.Ag. dan Agus Mukti Wibowo, M.Pd. selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

viii
4. Ratna Nulinnaja, M.Pd.I selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan dukungan dan bimbingan kepada peneliti dalam melakukan
serta menyelesaikan penelitian ini.
5. Ida Nur Aini, S.Ag. dan Sukirman, S.Pd. selaku Kepala Sekolah dan Guru
Kelas 4 MI Hidayatul Mubtadi’in, serta guru-guru MI Hidayatul
Mubtadi’in yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk
melakukan penelitian.
6. Ali Mukhammad Abrori, M.Pd., Mila Kholifah, S.Pd., Nur Ajizah, S.Pd.,
Ratna Sasi Suci, S.Pd., selaku Kepala Yayasan, Kepala Sekolah, Guru
Kelas 2 dan Guru Kelas 1 SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah
Malang, serta guru-guru SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah
Malang yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk
melakukan penelitian.
7. Ahmad Muhklis, S.Psi, M.A. selaku dosen Psikologi Perkembangan yang
telah berkenan meluangkan waktunya untuk berdiskusi dan memberikan
ilmu serta wawasan mengenai topik yang peneliti bahas.
8. Bapak Samono (Alm), Ibu Paini, Mbak Sri Nuryani, Mas Sumali, selaku
keluarga yang telah memberikan dukungan dalam segala aspek dan doa
yang tiada henti kepada peneliti.
9. Ilham Ahmad Fauzi yang senantiasa memberikan dukungan dalam segala
aspek, doa, serta kritik dan saran kepada peneliti.
10. Sahabat-sahabat tercinta Mar’atus Sholihah, Annisa Nur Hanifah, Irva
Hilda, Fadhylatul Istiqomah, Roshydatul Istiqomah, Dwi Putri, Riza
Rizqiana, dan Shofiyatul Fuadah semoga selalu dilancarkan semua hajat
kita.
11. Seluruh teman-teman PGMI E angkatan 2017 yang selalu semangat,
saling mendoakan, dan memberikan dukungan.
12. Seluruh teman-teman jurusan PGMI Angkatan 2017
13. Seluruh manusia-manusia baik yang tidak dapat peneliti sebutkan satu
persatu dan yang telah membantu peneliti menyelesaikan penelitian ini

ix
dengan baik. Semoga kebaikan rekan-rekan dibalas dan segala urusan
dimudahkan oleh Allah SWT.
Akhir kata, peneliti berharap karya ilmiah skripsi ini dapat memberikan
manfaat di bidang penelitian dan pendidikan. Mohon maaf kiranya terdapat banyak
kesalahan di dalam karya ilmiah ini. Dengan kerendahan hati peneliti meminta
kritik dan saran yang dapat membangun karya ini untuk menjadi lebih baik.

Malang, 3 April 2021


Peneliti

Sukma Dwi Meyrena


NIM. 17140094

x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman

transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158 tahun 1987 dan No. 0543 b/U/1987 yang

secara garis besardapat diuraikan sebagai berikut:

Huruf

‫ا‬ = A ‫ز‬ = Z ‫ق‬ = Q

‫ب‬ = B ‫س‬ = S ‫ك‬ = K

‫ت‬ = T ‫ش‬ = Sy ‫ل‬ = L

‫ث‬ = Ts ‫ص‬ = Sh ‫م‬ = M

‫ج‬ = J ‫ض‬ = Dl ‫ن‬ = N

‫ح‬ = H ‫ط‬ = Th ‫و‬ = W

‫خ‬ = Kh ‫ظ‬ = Zh ‫ه‬ = H

‫د‬ = D ‫ع‬ = ، ‫ء‬ = ,

‫ذ‬ = Dz ‫غ‬ = Gh ‫ي‬ = Y

‫ر‬ = R ‫ف‬ = F

A. Vokal Panjang B. Vokal Diphthong

Vokal (a) panjang = â ْ‫أو‬ = Aw

Vokal (i) panjang = î ْ‫أي‬ = Ay

Vokal (u) panjang = û ْ‫أو‬ = ̂


U

ْ‫إي‬ = Î

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Orisinalitas Penelitian ...................................................................... .....15


Tabel 2.1 Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen ................................................28
Tabel 2.2 Kurikulum ..............................................................................................32

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir...............................................................................59

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian


Lampiran 2 : Surat Balasan Sekolah
Lampiran 3 : Bukti Konsultasi
Lampiran 4 : Matrik Penelitian
Lampiran 5 : Transkrip Wawancara
Lampiran 6 : Dokumen Foto
Lampiran 7 : RPP
Lampiran 8 : Soal Ujian
Lampiran 9 : Biodata Mahasiswa

xiv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv

MOTTO ................................................................................................................. v

NOTA DINAS PEMBIMBING........................................................................... vi

SURAT PERNYATAAN .................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xv

ABSTRAK ........................................................................................................ xviii

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Konteks Penelitian ............................................................................................... 1


B. Fokus Penelitian................................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 8
1. Manfaat teoritis .................................................................................... 9
2. Manfaat praktis ..................................................................................... 9
E. Orisinalitas Penelitian ....................................................................................... 10
F. Definisi Istilah .................................................................................................... 17
1. Evaluasi Pembelajaran ....................................................................... 17
2. Anak Berkebutuhan Khusus ............................................................... 17
3. Pendidikan Inklusi .............................................................................. 18

xv
G. Sistematika Pembahasan .................................................................................. 19
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 21

A. Perspektif Teori ................................................................................................. 21


1. Evaluasi Pembelajaran ....................................................................... 21
2. Anak Berkebutuhan Khusus ............................................................... 33
3. Pendidikan Inklusi .............................................................................. 48
B. Kerangka Berfikir .............................................................................................. 58
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 60

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...................................................................... 60


B. Kehadiran Peneliti ............................................................................................. 61
C. Lokasi Penelitian ............................................................................................... 62
D. Data dan Sumber Data ...................................................................................... 63
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 64
1. Observasi ............................................................................................ 64
2. Interview (wawancara) ....................................................................... 64
3. Dokumentasi....................................................................................... 65
F. Analisis Data ...................................................................................................... 65
1. Analisis data kasus individu ............................................................... 66
2. Analisis Data Lintas Kasus ................................................................ 68
G. Pengecekan Keabsahan Data ........................................................................... 68
H. Prosedur Penelitian ............................................................................................ 69
BAB IV. PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN .............................. 72

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................... 72


1. MI Hidayatul Mubtadiin Malang ....................................................... 72
2. SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang ........................ 75
B. Paparan Data ...................................................................................................... 78
1. Perencanaan Evaluasi Pembelajaran Pada Siswa Berkebutuhan
Khusus ................................................................................................ 78
2. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pada Siswa Berkebutuhan Khusus
............................................................................................................ 88
3. Tindak Lanjut Evaluasi Pembelajaran pada Siswa Berkebutuhan
Khusus .............................................................................................. 100

xvi
C. Hasil Penelitian ................................................................................................ 102
1. Perencanaan Evaluasi Pembelajaran pada Siswa Berkebutuhan Khusus
di MI Hidayatul Mubtadiin Malang dan SDI Unggulan Asy Syafiiyah
At Tijaniyyah Malang ...................................................................... 102
2. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran pada Siswa Berkebutuhan
Khusus di MI Hidayatul Mubtadiin Malang dan SDI Unggulan Asy
Syafiiyah At Tijaniyyah Malang ...................................................... 105
3. Tindak Lanjut Evaluasi Pembelajaran pada Siswa Berkebutuhan
Khusus di MI Hidayatul Mubtadiin Malang dan SDI Unggulan Asy
Syafiiyah At Tijaniyyah Malang ...................................................... 110
BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................. 112

A. Perencanaan Evaluasi Pembelajaran pada Siswa Berkebutuhan Khusus di


MI Hidayatul Mubtadiin Malang dan SDI Unggulan Asy Syafiiyah At
Tijaniyyah Malang .......................................................................................... 112
B. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran pada Siswa Berkebutuhan Khusus di
MI Hidayatul Mubtadiin Malang dan SDI Unggulan Asy Syafiiyah At
Tijaniyyah Malang .......................................................................................... 116
C. Tindak Lanjut Evaluasi Pembelajaran pada Siswa Berkebutuhan Khusus di
MI Hidayatul Mubtadiin Malang dan SDI Unggulan Asy Syafiiyah At
Tijaniyyah Malang .................................................................................. 125
BAB VI. PENUTUP .......................................................................................... 128

A. Kesimpulan....................................................................................................... 128
B. Saran .................................................................................................................. 130
DAFTAR RUJUKAN ....................................................................................... 132

LAMPIRAN ....................................................................................................... 134

xvii
ABSTRAK

Meyrena, Sukma Dwi. 2021. Evaluasi Pembelajaran Siswa Berkebutuhan Khusus


di Sekolah Inklusi (Studi kasus di MI Hidayatul Mubtadiin dan SDI
Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang). Skripsi, Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Pembimbing: Ratna Nulilnnaja, M.Pd.I.

Kata kunci : Evaluasi Pembelajaran, Siswa Berkebutuhan Khusus, Pendidikan


Inklusi
Peserta didik berkebutuhan khusus merupakan siswa yang memiliki
hambatan baik bersifat permanen ataupun temporer. Keadaan ini yang
mengakibatkan banyak dari peserta didik berkebutuhan khusus kesulitan untuk
diterima di sekolah umum. Dengan adanya program pendidikan inklusi, keberadaan
peserta didik berkebutuhan khusus dapat diakomodir.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti merumuskan tujuan penelitian dari
ini yaitu: 1) mendeskripsikan perencanaan evaluasi pembelajaran pada peserta didik
berkebutuhan khusus. 2) mendeskripsikan pelaksanaan evaluasi pembelajaran pada
peserta didik berkebutuhan khusus. 3) mendeskripsikan tindak lanjut evaluasi
pembelajaran pada peserta didik berkebutuhan khusus.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis studi kasus. Dengan
tujuan agar dapat menjelaskan lebih mendalam dan rinci perihal fenomena yang
diteliti. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu berupa wawancara,
observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dalam tiga tahapan yaitu
reduksi data, peyajian data dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data yang
digunakan yaitu triangulasi data meliputi triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) perencanaan evaluasi
pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum ada perbedaan dengan perencanaan
untuk peserta didik normal lainnya hal ini sesuai dengan konsep pendidikan inklusi
yaitu mensejajarkan dan menyetarakan peserta didik berkebutuhan khusus dengan
peserta didik normal. 2) pelaksanaan evaluasi pembelajaran kerap dilakukan
dengan melakukan penyesuaian baik penyesuaian cara ataupun penyesuaian waktu
sesuai dengan kebijakan guru masing-masing. 3) tindak lanjut dari evaluasi
pembelajaran yang telah dilakukan yaitu guru memberikan tambahan intensif
kepada peserta didik berkebutuhan khusus di luar jam pelajaran. Secara umum hasil
penelitian menunjukkan bahwa belum ada pedoman evaluasi yang pasti, sehingga
masing-masing guru memiliki cara evaluasi masing-masing. Meskipun begitu guru
tetap mendapatkan hasil evaluasi sesuai dengan apa yang diharapkan pada tujuan
pembelajaran.

xviii
ABSTRACT
Meyrena, Sukma Dwi. 2021. Learning Evaluation of Students with Special Needs
in Inclusive Schools (Case study at MI Hidayatul Mubtadiin and SDI
Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang). Thesis, Department of
Islamic Elementary School Teacher Education, Faculty of Tarbiyah and
Teacher Training, Maulana Malik Ibrahim State Islamic University of
Malang. Advisor: Ratna Nulilnnaja, M.Pd.I.

Keywords: Learning Evaluation, Students with Special Needs, Inclusive Education


Students with special needs are students who have obstacles, either
permanent or temporary. This situation causes many students with special needs to
find it difficult to be accepted in public schools. With the inclusive education
program, students with special needs can be accommodated.
Based on the explanation above, the researcher formulated the objectives of
this study, namely: 1) to describe the planning of learning evaluation for students
with special needs. 2) to describe the implementation of learning evaluation on
students with special needs. 3) to describe the follow-up learning evaluations for
students with special needs.
This research uses a qualitative approach to the type of case study. With the
aim of being able to explain in more depth and detail the phenomenon under study.
Data collection techniques used are in the form of interviews, observation and
documentation. The data analysis technique was carried out in three stages, namely
data reduction, data presentation and drawing conclusions. The data validity test
used was data triangulation including source triangulation and technical
triangulation.
The results of the study show that: 1) the planning for the evaluation of
learning carried out by the teacher has not been different from the planning for other
normal students, this is in accordance with the concept of inclusive education,
namely aligning and equalizing students with special needs with normal students.
2) the implementation of learning evaluation is often carried out by making
adjustments either by adjusting the method or adjusting the time according to the
policies of each teacher. 3) a follow-up to the learning evaluation that has been
carried out, namely the teacher provides intensive additions to students with special
needs outside of class hours. In general, the results of the study indicate that there
are no definite evaluation guidelines, so that each teacher has their own evaluation
method. Even so, the teacher still gets the evaluation results in accordance with
what is expected in the learning objectives.

xix
‫ملخص‬
‫مريينا‪ ,‬سوكما دوي‪ . 2021 .‬تقييم التعلم للطالب ذوي االحتياجات اخلاصة يف‬
‫املدارسةاخلاصة (دراسة احلالة املدرسة اإلبتدائية اإلسالمية هدية املبتدئني املدرسة‬
‫اإلبتدائية اإلسالمية الشيشفية التجانية) ‪ .‬البحث العلمي‪ .‬قسم إعداد املعلمي‬
‫املدرس اإلبتدائية‪ ,‬يف اجلامعة اإلسالمية احلكومية موالان مالك إبراهيم ماالنج‪.‬‬
‫املشرف‪ :‬راتنا نولنّاجا ‪ ،‬ماجستري الرتبية اإلسالمية‬

‫كلمة اْلساسية ‪:‬تقييم التعلم ‪ ,‬الطالب ذوي االحتياجات اخلاصة‪ ,‬التعليم الشامل‬
‫الطالب من ذوي االحتياجات اخلاصة هم الطالب الذين لديهم عقبات سواء‬
‫كانت دائمة أو مؤقتة‪ .‬هذا الوضع جيعل العديد من الطالب ذوي االحتياجات اخلاصة‬
‫جيدون صعوبة يف قبوهلم يف املدارس احلكومية‪ .‬مع برانمج التعليم الشامل ‪ ،‬ميكن استيعاب‬
‫الطالب ذوي االحتياجات اخلاصة‪.‬‬
‫وبناءً على الشرح أعاله صاغت الباحثة أهداف هذه الدراسة وهي‪ )1 :‬وصف‬
‫التخطيط لتقييم التعلم للطالب ذوي االحتياجات اخلاصة‪ )2 .‬وصف تنفيذ تقومي التعلم‬
‫على الطالب ذوي االحتياجات اخلاصة‪ )3 .‬صف تقييمات متابعة التعلم للطالب ذوي‬
‫االحتياجات اخلاصة‪.‬‬
‫يستخدم هذا البحث مقاربة نوعية لنوع دراسة احلالة‪ .‬هبدف التمكن من شرح‬
‫الظاهرة قيد الدراسة مبزيد من العمق والتفصيل‪ .‬تكون تقنيات مجع البياانت املستخدمة يف‬
‫شكل مقابالت ومالحظة وتوثيق‪ .‬مت تنفيذ تقنية حتليل البياانت على ثالث مراحل ‪ ،‬وهي‬
‫تقليل البياانت وعرض البياانت واستخالص النتائج‪ .‬كان اختبار صحة البياانت املستخدم‬
‫هو تثليث البياانت مبا يف ذلك تثليث املصدر والتثليث الفين‪.‬‬

‫‪xx‬‬
‫تظهر نتائج الدراسة أن‪ )1 :‬التخطيط لتقييم التعلم الذي قام به املعلم مل يكن‬
‫خمتل ًفا عن التخطيط لطالب عاديني آخرين ‪ ،‬وهذا يتوافق مع مفهوم التعليم اجلامع ‪ ،‬أي‬
‫حماذاة الطالب ومعادلتهم‪ .‬ذوي االحتياجات اخلاصة مع الطالب العاديني‪ )2 .‬غالبًا ما‬
‫يتم تنفيذ تقييم التعلم عن طريق إجراء تعديالت إما عن طريق تعديل الطريقة أو تعديل‬
‫الوقت وف ًقا لسياسات كل معلم‪ )3 .‬متابعة تقييم التعلم الذي مت إجراؤه ‪ ،‬أي يقوم املعلم‬
‫بتقدمي إضافات مكثفة للطالب ذوي االحتياجات اخلاصة خارج ساعات الدرس‪ .‬بشكل‬
‫عام ‪ ،‬تشري نتائج الدراسة إىل عدم وجود إرشادات تقييم حمددة ‪ ،‬حبيث يكون لكل معلم‬
‫طريقة تقييم خاصة به‪ .‬ومع ذلك ‪ ،‬ال يزال املعلم حيصل على نتائج التقييم وف ًقا ملا هو‬
‫متوقع يف أهداف التعلم‪.‬‬

‫‪xxi‬‬
BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Salah satu cita-cita bangsa Indonesia yang dituangkan dalam

pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yakni “mencerdaskan

kehidupan bangsa”. Hal ini menjadi sebuah pegangan utama bahwa negara

memiliki mimpi yang mulia yaitu menyerentakkan serta meratakan

pendidikan, seperti yang diketahui bersama bahwa pendidikan merupakan

salah satu aset dan aspek yang dapat membawa sebuah negara pada puncak

kejayaan atau bahkan kemunduran. Itulah mengapa perlunya pendidikan

yang baik sejak dini dimaksudkan untuk membentuk generasi-generasi

emas yang kelak membawa perubahan pada sebuah negara.

Dijelaskan pula pada batang tubuh UUD tahun 1945, tepatnya pada

pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “pendidikan merupakan hak warga negara”.

Hal ini semakin memperjelas bahwa mendapatkan pelayanan fasilitas

pendidikan yang layak adalah hak setiap warga negara dan tentunya tanpa

ada diskriminasi pada wilayah, ras, suku, agama, ataupun aspek lainnya.

Poin ini menegaskan bahwa menjadi sebuah kewajiban mutlak bagi

pemerintah untuk menjamin keterwujudan cita-cita negara yang telah

digagas oleh para perumus UUD 1945.

1
Adapun dalam bingkai Internasional komitmen mengenai urgensi

pendidikan untuk semua orang telah lama dibahas dalam konferensi PBB

pada tahun 1989 yang menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk

mendapatkan pendidikan tanpa deskriminasi apapun. Hal ini kemudian

ditindaklanjuti dalam sebuah deklarasi The Salamanca Statement and

Framework for Action on Special Needs Education atau dikenal dengan

Deklarasi Salamanca yang menegaskan bahwa setiap lembaga pendidikan

berkewajiban untuk memberikan akses dan fasilitas yang merata untuk

seluruh anak dalam mengemban pendidikan tidak terkecuali anak-anak

berkebutuhan khusus, berkelainan khusus, anak dengan bakat istimewa,

anak terlantar, anak-anak yang besar di jalanan, anak-anak yang menjadi

pekerja, bahkan anak yang termarjinalkan.

Berpijak pada hal itulah sejak tahun 2000 kemudian Indonesia mulai

ikut andil pelaksanaan Education for All dalam bungkus pendidikan

inklusi. Keberadaan sekolah inklusi di Indonesia semakin meningkat.

Dikutip dalam harian Surya Malang, kota Malang sendiri pada penerimaan

peserta didik baru tahun 2020/2021 menerima hampir 108 siswa inklusi

yang tersebar di masing-masing kecamatan. Pemerintah setempat

memberikan ruang kepada SDN terpilih untuk menerima paling banyak 4

orang siswa inklusi dan paling sedikit 1 orang. Sekolah inklusi sendiri

merupakan bentuk nyata dari tren inklusi yang telah digaungkan sejak

akhir abad 19 .

2
Namun dalam harian kompas justu dipaparkan sebuah pernyataan

yang cukup mencengangkan terkait pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus di Indonesia. Penuturuan Direktur Pendidikan Masyarakat dan

Pendidikan Khusus Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,

Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, Samto, ketika dihubungi di Jakarta pada hari Kamis 10

September 2020 mengatakan bahwa terdapat 60 kabupaten/kota yang

belum memiliki SLB, dan sekitar 60,29% termasuk daerah tertinggal,

terdepan, dan terluar. Adapun mengenai data sekolah inklusi, terdapat

29.315 sekolah inklusi dari total jumlah SD hingga SMA mencapai

217.866 sekolah.2

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pendidikan inklusi telah

digaungkan sejak akhir abad 19, namun dalam pelaksanaannya masih

belum terlalu optimal karena persebarannya yag belum merata. Dalam

konteks pelaksanaanya, sekolah inklusi menggabungkan antara siswa

regular dengan siswa berkebutuhan khusus ke dalam lembaga pendidikan

umum.

Keberadaan pendidikan inklusif dimaksudkan sebagai sistem

layanan penddikan yang mengakomodasi anak berkebutuhan khusus untuk

belajar dengan anak sebayanya di sekolah regular yang dapat dijangkau

dari tempat tinggalnya3. Namun, dari berbagai jenis anak berkebutuhan

2
https://www.kompas.id/baca/dikbud/2020/09/11/angka-partisipasi-sekolah-anak-
berkebutuhan-khusus-sangat-rendah/ diakses pada tanggal 4 November 2020 pukul 15.00 WIB
3
Wahyu Tiarni dan Dwi Rakhmawati, Konsep Sekolah Inklusi yang Humanis, (Yogyakarta :
Familia, 2013), hlm. 4

3
khusus, hanya anak dengan berkelainan dan berkebutuhan ringan saja yang

mampu diakomodasi oleh sekolah regular sedangkan anak dengan

kelainan berat disarankan untuk mendapatkan perlakuan khusus dengan

guru-guru pembimbing khusus.

Keberadaan sistem pendidikan inklusi menjadi sebuah tantangan

bagi lembaga pendidikan untuk melakukan rancangan terhadap kurikulum

bahkan sarana prasarana penunjang demi terlaksananya tujuan. Sekolah

inklusi hadir untuk memburamkan sekat antara sekolah umum dan sekolah

khusus, antara anak pada umumnya dan anak berkebutuhan khusus,

sehingga keberadaan anak-anak istimewa tersebut tidak menjadi sebuah

hal yang tabu dan terasingkan ketika berada di lingkungan. Dengan begitu

anak-anak berkebutuhan khusus mempunyai self esteem yang positif

ketika menyadari bahwa mereka sama dengan anak-anak pada umunya dan

dapat diterima di lingkungan dengan baik.

Samto juga menuturkan bahwa sekolah inklusi ada baiknya jika

memiliki fasilitas yang layak disabilitias khususnya yang mengakomodasi

peserta didik dengan gangguan fisik. Selain itu juga, iklim lingkungan juga

harus mendukung tumbuh kembang peserta didik, sehingga dapat

menerima peserta didik berkebutuhan khusus dengan baik. 4

Berkaitan dengan kurikulum saat ini, kurikulum yang umum

digunakan oleh SD/MI yakni kurikulum 2013 yang merupakan

4
https://www.kompas.id/baca/dikbud/2020/09/11/angka-partisipasi-sekolah-anak-
berkebutuhan-khusus-sangat-rendah/ diakses pada tanggal 4 November 2020 pukul 15.00 WIB

4
penyempurna kurikulum sebelumnya. Ciri khas yang ditekankan pada

kurikulum 2013 yaitu standar kompetensi lulusan berfokus pada 3 ranah

utama yakni pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan

(psikomotorik). Pun evaluasi pembelajaran yang dilakukan juga harus

mencakup 3 ranah tersebut.

Evaluasi ditujukan untuk memonitoring siswa yang berpartisipasi

langsung dalam proses belajar mengajar. Evaluasi bertujuan untuk

memberikan kesimpulan dalam bentuk nilai baik berupa angka ataupun

kata-kata yang selanjutnya dapat menjadi sebuah pijakan untuk guru yang

bersangkutan dan pemangku kebijakan agar mampu memberikan

pembelajaran yang lebih baik, sehingga dapat mencapai tujuan

pendidikan.

Evaluasi pembelajaran merupakan alat yang digunakan untuk

mengukur atau mengoreksi kegiatan pembelajaran yang telah terjadi atau

yang dilakukan selama proses belajar mengajar terjadi. Tujuan dari

evaluasi pembelajaran yaitu untuk menentukan efektifitas dan efisiensi

sistem pembelajaran yang baik pada tujuan, materi, metode, media,

sumber belajar, dan sistem penilaian itu sendiri. Adapun dalam melakukan

evaluasi pembelajaran pada siswa berkebutuhan khusus memerlukan hak

yang sama istimewa nya daripada melakukan evaluasi pembelajaran pada

siswa regular.

Topik serupa pada tahun 2019 telah disinggung oleh Frigitania

Zindy Isadona dalam pemenuhan tugas akhir S1 di Universitas Sanata

5
Dharma dengan judul Proses Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran

yang dilakukan pada ABK di Sekolah Dasar Inklusi : Studi Deskriptif.

Dalam penelitian tersebut, Frigitania fokus terhadap proses penilaian dan

evaluasi pembelajaran ABK yang dilakukan di sekolah inklusi terkhusus

kriteria ketuntasan minimal ABK, dan kondisi kesiapan anak dalam

melakukan penilaian. 5 Pada penelitian tersebut di jelaskan bahwa belum

adanya KKM yang khusus untuk siswa berkebutuhan khusus, selain itu

juga kemampuan guru sangat kurang dalam melakukan treatment

pembelajaran pada siswa berkebutuhan khusus. Dalam beberapa kasus

penelitian juga ditemukan hasil yang tidak jauh beda yakni dalam hal

kemampuan guru dalam menangani siswa berkebutuhan khsusu masih

terkendala dan belum adanya penyesuaian khusus baik dalam proses

pembelajaran ataupun dalam hal evaluasi pembelajaran siswa

berkebutuhan khusus sehingga hasil yang didapatkan oleh peserta didik

cenderung lebih rendah dari peserta didik regular.

MI Hidayatul Mubtadiin merupakan sebuah sekolah swasta yang

telah menerima siswa berkebutuhan khusus selama beberapa tahun

terakhir. Meskipun jumlahnya tidak banyak, namun sekolah ini telah

mampu meluluskan siswa berkebutuhan khusus yang pernah didampingi

oleh guru shadow atau guru pendamping khusus. Kemampuan MI

Hidayatul Mubtadiin dalam menghadirkan guru pendamping dan

5
Frigitania Zindy Isadona, “Proses Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran yang dilakukan pada
ABK di Sekolah Dasar Inklusi : Studi Deskriptif”, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, 2019, hlm
5

6
meluluskan siswa berkebutuhan khusus patut diteliti lebih dalam terutama

dalam hal perencanaan dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijanniyah Malang, meskipun usia

berdirinya belum genap 3 tahun, di sekolah tersebut terdapat dua orang

siswa yang berkebutuhan khusus dengan gangguan bicara dan hambatan

belajar serta hambatan perilaku. Namun saat ini di kedua sekolah tersebut

tidak ada yang memiliki guru pendamping khusus dan beberapa guru-guru

belum terlalu memahami mengenai pelaksanaan dan pengelolaan siswa

berkebutuhan khusus sehingga belum terlalu optimal dalam pembelajaran.

Oleh karena beberapa poin di atas akhirnya peneliti mengukuhkan

keputusan untuk meneliti perihal Evaluasi Pembelajaran Siswa

Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi : Studi Kasus di MI

Hidayatul Mubtadiin Dan SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijanniyah

Malang. Pada penelitian ini, peneliti berfokus pada perihal model evaluasi

yang digunakan oleh guru pada peserta didik berkebutuhan khusus

mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

B. Fokus Penelitian

Berpijak pada uraian latar belakang di atas peneliti akan

memfokuskan masalah yang akan menjadi acuan dalam melaksanakan

penelitian ini. Fokus dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana perencanaan evaluasi pembelajaran pada siswa

berkebutuhan khusus di SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijanniyah

Malang dan MI Hidayatul Mubtadiin Malang ?

7
2. Bagaimana pelaksanaan evaluasi pembelajaran pada siswa

berkebutuhan khusus di SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijanniyah

Malang dan MI Hidayatul Mubtadiin Malang ?

3. Bagaimana tindak lanjut evaluasi pembelajaran pada siswa

berkebutuhan khusus di SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijanniyah

Malang dan MI Hidayatul Mubtadiin Malang ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu :

1. Mendeskripsikan dan menganalisis perencanaan evaluasi

pembelajaran pada siswa berkebutuhan khusus di SDI Unggulan Asy

Syafiiyah At Tijanniyah Malang dan MI Hidayatul Mubtadiin

Malang

2. Mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan evaluasi

pembelajaran pada siswa berkebutuhan khusus di SDI Unggulan Asy

Syafiiyah At Tijanniyah Malang dan MI Hidayatul Mubtadiin

Malang

3. Mendeskripsikan dan menganalisis tindak lanjut dalam evaluasi

pembelajaran pada siswa berkebutuhan khusus di SDI Unggulan Asy

Syafiiyah At Tijanniyah Malang dan MI Hidayatul Mubtadiin

Malang

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini secara umum diharapkan mampu membantu

meningkatkan kualitas sekolah inklusi pada pendidikan dasar SD/MI di

8
Indonesia. Namun secara khususnya penelitian ini bertujuan untuk

memberikan manfaat teoritis dan praktis terkait pelaksanaan evaluasi

pembelajaran K-13 pada siswa berkebutuhan khusus :

1. Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi pedoman atau

acuan yang digunakan oleh para pelaku pendidikan dalam pelaksanaan

evaluasi pembelajaran K-13 pada siswa berkebutuhan khusus di

sekolah inklusi karena mengingat belum semua kota menerapkan

pendidikan layak anak, maka penelitian-penelitian terkait dapat

menjadi sebuah referensi untuk pelaksanaan.

2. Manfaat praktis

a) Bagi kepala sekolah, mendapatkan referensi tambahan terkait

pelaksanaan pembelajaran inklusif dan evaluasi hasil pembelajaran

khususnya dalam menangani pesertaa didik berkebutuhan khusus.

b) Bagi Kelompok Kerja Guru, mendapatkan informasi terkait

kebutuhan acuan atau teknik terkait model pembelajaran dan

penilaian pada peserta didik berkebutuhan khusus.

c) Bagi Pemerintah, mendapatkan informasi bahwa masih terdapat

sekolah yang membutuhkan perhatian pemerintah dalam hal

upgrading kemampuan guru dalam penanganan dan pemahaman

siswa berkebutuhan khusus.

d) Bagi peneliti selanjutnya, mendapatkan informasi terkait

pelaksanaan pendidikan inklusi dan termotivasi untuk

9
mengembangkan perangkat pembelajaran yang kompatibel untuk

siswa berkebutuhan khusus.

E. Orisinalitas Penelitian

Sebelum memutuskan untuk meneliti perihal evaluasi pembelajaran

k-13 pada siswa berkebutuhan khusus peneliti telah melakukan studi literasi

dan memperoleh beberapa penelitian pada tahun-tahun terdahulu yang

memiliki pembahasan serupa dan mencakup fokus yang digunakan dalam

penelitian ini. Adapun penelitian-penelitian tersebut yaitu :

1. Penelitian pertama yakni Skripsi oleh Ayu Nova Hidayati pada tahun

2020 , Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dalam judulnya

Evaluasi Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama

Islam di Sekolah Inklusi SD Anak Saleh Malang. Dalam penelitian

ini, fokus Ayu yakni pada perencanaan, pelaksanaan evaluasi, dan

tindak lanjut dari evaluasi pelajaran PAI pada siswa berkebutuhan

khusus, Adapun pendekatan yang digunakan yaitu mixed method

dengan model campuran tidak berimbang. Penelitian ini dilakukan di

SD Anak Saleh Malang yang telah dikenal sebagai salah satu sekolah

inklusi rujukan meskipun bersifat swasta namun SD ini dapat dikatan

unggul. Hasil dari penelitian ini, Ayu menyimpulkan bahwa dalam

melakukan evaluasi telah terdapat Program Pembelajaran Individu

yang dikhususkan untuk peserta didik yang bekebutuhan khusus. Dan

beberapa penilaian telah disamakan dengan siswa regular jika ABK

tersebut dirasa mampu memahami dan beradaptasi dengan tuntutan

10
siswa regular, jika terdapat ABK yang belum mampu mengikuti

tuntutan regular maka akan disesuaikan dan bahkan ada yang

membutuhkan guru pendamping khusus agar evaluasi tersebut berhasil.

Secara keseluruhan pada penelitian ini telah cukup lengkap namun

cakupan yang dianalisis hanya berfokus pada materi pembelajaran PAI

saja.

2. Penelitian kedua yaitu Skripsi oleh Laurenntius Beny Widya Ardika

pada tahun 2016, mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

dengan judul Evaluasi Belajar yang Digunakan Guru di Sekolah

Dasar Inklusi Se-Kabupaten Sleman. Dalam penelitian ini, Widya

menggunakan pendekatan kuantitatif sehingga data yang dihasilkan

tidak cukup detail dalam membahas evaluasi seperti yang telah

dilakukan oleh Ayu. Fokus pada penelitian Widya yaitu bentuk

penilaian evaluasi belajar yang dilakukan di sekolah dasar inklusi. Pada

penelitian tersebut Widya menyebutkan bahwa masih kurangnya

pengetahuan dan penguasaan guru-guru dalam mengelola evauasi

pembelajaran baik yang sifatnya tes ataupun non tes, serta guru juga

belum terlalu mampu untuk memahami kebutuhan-kebutuhan pada

siswa.

3. Penelitian ketiga yakni tesis oleh Fian Yulia Nur Fatimah mahasiswi

Magister PGMI di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul

Identifikasi dan Penilaian Autentik bagi Peserta Didik

Berkebutuhan Khusus di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

11
Tamansiswa Yogyakarta pada tahun 2019. Adapun pendekatan

penelitian yang digunakan oleh Fatimah yakni pendekatan kualitatif.

Hal ini sejalan dengan apa yang akan dilakukan oleh peneliti. Namun

Fatimah berfokus pada pelaksanaan identifikasi dan penilaian autentik

di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa. Seperti mayoritas

hasil penelitian pendidikan inklusi lainnya, hasil yang didapatkan oleh

Fatimah juga menggiring pada opini bahwa pemerintah belum terlalu

memberikan sebuah ketegasan pada pelaksanaan konsep pendidikan

inklusi ini. Hal ini dibuktikan oleh adanya fakta bahwa masih terdapat

guru yang belum teredukasi mengenai konsep perencanaan,

pelaksanaan dan pengelolaan konsep pendidikan inklusi sehingga

mempengaruhi kinerja dalam penanganan siswa berkebutuhan

khusus.Mengenai sistem penilaian yang digunakan, SD Taman Muda

Ibu Pawiyatan telah melakukan penyesuaian intrumen penilaian

sehingga lebih sederhana dibandingkan penilaian peserta didik regular.

Untuk peserta didik berkebutuhan khusus level ringan, disamakan

dengan penilaian peserta didik regular, namun disini yang menjadi

perhatian yaitu belum adanya penyesuaian penilaian ranah

psikomotorik pada peserta didik lumpuh layu.

4. Penelitian keempat yakni artikel oleh Bedha Tamela pada tahun 2020

yang dimuat dalam Journal of Environment and Management dengan

judul Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Anak Berkebutuhan

Khusus (Studi Multisitus di SDN 4 Palangka dan SDN 3 Langkai

12
Kota Palangka Raya). Dalam penelitian Tamela, pendekatan yang

digunakan yakni pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus. Hal ini

sejalan dengan apa yang direncanakan oleh peneliti. Tamela

memaparkan bahwa kedua sekolah tersebut memiliki persamaan yakni

dalam hal penyelenggara sekolah inklusi. Namun sarana prasarana dan

sumber dana yang dialokasikan untuk peserta didik berkebutuhan

khusus masih minim. Dalam hal pelaksanaan pendidikan inklusi SDN

4 selangkah lebih maju karena telah terdapat guru pendamping khusus

dan terdapt rencana pembelajaran individu bagi peserta didik

berkebutuhan khusus. Sedangkan di SDN 3 belum menerapkan dua

poin tersebut. Pembahasan dalam penelitian ini mencakup seluruh

aspek dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif anak berkebutuhan

khusus. Namun, secara umum penelitian Tamela menggiring pada

sebuah kesimpulan bahwa kesiapan pelaksanaan konsep pendidikan

inklusi masih perlu dikaji ulang, karena hamper seluruh aspek utama

belum terpenuhi dengan baik oleh pemerintah terutama dalam

penyediaan guru pendamping khusus. Adapun dalam proses

pembelajaran juga ABK kurang terakomodasi dengan baik sesuai

dengan jenis kelainan dan kemampuan mereka. Dalam kegiatan

evaluasi pun juga demikian, guru merasa kesulitan dalam memberikan

nilai karena tidak adanya pedoman baku sehingga penilaian akhir lebih

bersifat subyektif.

13
5. Penelitian kelima yakni dengan judul Views of Elementary School

Teachers Regarding to Inclusive Education oleh Bülent DÖŞ pada

tahun 2019 dalam Journal of Education Sciences Research. Dalam

penelitian ini juga menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan

untuk mengungkap pandangan guru yang memiliki siswa inklusif di

kelasnya. Dos memaparkan bahwa di Turki sendiri keluarga sangat

diharuskan untuk berkecimpung dalam mengontrol peserta didik

sehingga timbul kolaborasi positif antara guru dan keluarga. Hampir

mirip dengan hasil penelitian di Indonesia, dalam penelitian ini juga

memaparkan bahwa guru-guru di Turki pun juga belum memiliki buku

penunjang pengembangan professional, dan masih sangat

mengharapkan adanya kegiatan untuk pengembangan konsep

pendidikan inklusif. Karena hal-hal tersebut sangat diperlukan oleh

guru agar tidak salah penanganan dan pengelolaan.

Disamping karya-karya di atas, masih terdapat banyak sumber

meneliti topik yang sama. Persoalan utama yang akan peneliti kaji dalam

penelitian ini yaitu perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut dari evaluasi

pembelajaran dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik di SDI

Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyah Malang sebagai sampel sekolah baru

dan MI Hidayatul Mubtadiin Malang sebagai sekolah yang telah meluluskan

siswa berkebutuhan khusus. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

pendekatan kualitatif jenis studi kasus, dengan harapan untuk mendapat

14
informasi yang lebih mendalam dan detail terhadap evaluasi yang dilakukan

pada sekolah tersebut.

Tabel 1.1 Orisinalitas Penelitian

Nama Peneliti,
Judul, Bentuk, Orisinalitas
No Persamaan Perbedaan
Penerbit, dan Penelitian
Tahun Terbit
1 Ayu Nova Fokus Hanya meneliti Fokus pada
Hidayati, Evaluasi meneliti evaluasi perencanaan,
Pembelajaran perencanaan, pembelajaran pelaksanaan,
Pada Mata pelaksanaan pada mata dan tindak
Pelajaran evaluasi, dan pelajaran PAI lanjut dari
Pendidikan tindak lanjut dan evaluasi
Agama Islam di dari evaluasi menggunakan pembelajaran
Sekolah Inklusi pembelajaran metode pada siswa
SD Anak Saleh pada siswa penelitian mixed berkebutuhan
Malang, Skripsi, berkebutuhan method khusus dengan
UIN Maulana khusus pendekatan
Malik Ibrahim kualitatif studi
Malang, 2020 kasus
2 Laurenntius Beny Meneliti Hanya sekedar Fokus pada
Widya, Evaluasi bentuk mengetahui perencanaan,
Belajar yang evaluasi bentuk, tidak pelaksanaan,
Digunakan Guru pembelajaran terdapat dan tindak
di Sekolah Dasar pada siswa penjelasan lanjut dari
Inklusi Se- berkebutuhan mendalam evaluasi
Kabupaten khusus mengenai pembelajaran
Sleman, Skripsi, evaluasi yang pada siswa
Universitas dilakukan berkebutuhan
Sanata Dharma karena memang khusus dengan
Yogyakarta, 2016 bentuk pendekatan
pendekatan kualitatif studi
penelitian yang kasus
dilakukan
merupakan
kuantitatif.
3 Fian Yulia Nur Menggunakan Pada penelitian Fokus pada
Fatimah, pendekatan ini selain perencanaan,
Identifikasi dan kualitatif dan berfokus pada pelaksanaan,
Penilaian fokus penilaian juga dan tindak
Autentik bagi penelitian berfokus pada lanjut dari
Peserta Didik yaitu identifikasi bagi evaluasi
Berkebutuhan penilaian peserta didik pembelajaran

15
Nama Peneliti,
Judul, Bentuk, Orisinalitas
No Persamaan Perbedaan
Penerbit, dan Penelitian
Tahun Terbit
Khusus di SD berkebutuhan pada siswa
Taman Muda Ibu khusus. berkebutuhan
Pawiyatan khusus dengan
Tamansiswa, pendekatan
Tesis, UIN Sunan kualitatif studi
Kalijaga kasus
Yogyakarta, 2019
4 Bedha Tamela Menggunakan Dalam Fokus pada
at.all, pendekatan penelitian ini perencanaan,
Penyelenggaraan kualitatif studi seluruh aspek pelaksanaan,
Pendidikan kasus dan dalam dan tindak
Inklusif Anak berfokus pada penyelenggaraan lanjut dari
Berkebutuhan pendidikan pendidikan evaluasi
Khusus (Studi inklusi inklusif dibahas pembelajaran
Multisitus di SDN secara lengkap pada siswa
4 Palangka dan namun hanya berkebutuhan
SDN 3 Langkai sekilas khusus dengan
Kota Palangka pendekatan
Raya), Journal of kualitatif studi
Environment and kasus
Management,
Palangkaraya
2020.
5 Bülent DÖŞ , Menggunakan Dalam Fokus pada
Views of pendekatan penelitian ini perencanaan,
Elementary kualitatif dan yang dibahas pelaksanaan,
School Teachers berfokus pada yakni dan tindak
Regarding to pelaksanaan pengetahuan, lanjut dari
Inclusive pendidikan masalah, dan evaluasi
Education, inklusi di solusi yang guru pembelajaran
Journal of sekolah dasar miliki dalam pada siswa
Education menghadapi berkebutuhan
Sciences peserta didik khusus dengan
Research,Turki berkebutuhan pendekatan
2019 khusus. kualitatif studi
kasus

Perbedaan penelitian ini dengan beberapa referensi penelitian yang

telah disebutkan di atas yaitu pada penelitian ini peneliti berfokus pada

perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut dari evaluasi pembelajaran.

16
Pada penelitian-penelitian sebelumnya, beberapa peneliti berfokus pada

mata pelajaran-pelajaran tertentu, selain itu juga beberapa peneliti

berfokus pada evaluasi hasil pembelajaran saja. Sedangkan, meskipun

peneliti meneliti evaluasi namun cakupan nya meliputi evaluasi pada

proses pembelajaran dan evaluasi pada hasil pembelajaran peserta didik

berkebutuhan khusus.

F. Definisi Istilah

1. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi merupakan rangkaian lengkap yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan dan kemudian tindak lanjut dari sebuah

pembelajaran yang di dalamnya mencakup aspek pengetahuan,

keterampilan dan sikap.6

Maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran yakni

salah satu rangkaian penting dalam sebuah pembelajaran. Evaluasi

dapat dikatakan sebagai titik tolak pengembangan dan perbaikan, serta

menjadi bahan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dan

yang akan dilakukan kedepannya.

2. Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mempunyai

kebutuhas khusus baik yang sifatnya sementara ataupun permanen atau

6
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007) hlm. 147

17
tetap, sehingga dibutuhkan pelayanan yang khusus pula terlebih dalam

bidang pendidikan. Istilah anak berkebutuhan khusus bukanlah anak-

anak yang hanya memiliki kekurangan saja, lebih dari itu konsep dari

anak berkebutuhan khusus adalah semua anak yang memiliki

kebutuhan khas pada diri mereka baik pada kondisi fisik, mental,

ataupun emosional, baik yang datangnya dari internal karena kecacatan

atau kelainan ataupun hambatan dari eksternal seperti anak korban

bencana alam, pekerja anak, anak daerah terpencil, anak jalanan, anak

daerah, dan lain lain. 7

3. Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi merupakan sistem layanan pendidikan yang

mengakomodasi anak berkebutuhan khusus untuk belajar dengan anak

sebayanya di sekolah regular yang dekat dan dapat dijangkau dari


8
tempat tinggalnya. Maka, maksud dari peneliti terkait pendidikan

inklusi yaitu sistem pendidikan yang bernafaskan Education for All.

Dimana semua anak dapat belajar bersama dalam satu ruang dan

lingkup sehingga tercipta lingkungan yang mampu menerima

perbedaan satu sama lain. Keberadaan pendidikan inklusi sendiri

mampu memburamkan sekat yang telah lama hadir di tengah

masyarakat perihal kehadiran anak berkebutuhan khusus ketika

7
Wahyu Tiarni dan Dwi Rakhmawati, loc.cit
8
Takdir Illahi, Pendidikan Inklusi : Konsep dan Aplikasi, (Yogyakarta : Ar.Ruzz Media, 2013)
hlm. 26

18
berinteraksi di lingkungan. Dengan begitu pendidikan inklusi memberi

kesempatan siswa untuk anti diskriminasi terhadap anak berkebutuhan

khusus, memperoleh hak yang sama dalam pendidikan dan asas

keadilan di bawah naungan undang-undang.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan diperlukan oleh pembaca dan peneliti untuk

memudahkan dalam mengetahui isi dari proposal penelitian ini. Adapun di

dalam sistematika pembahasan yang peneliti susun telah disesuaikan oleh

ruang lingkup dan cakupan materi yang akan peneliti bahas.

BAB I Pendahuluan berisi Konteks Penelitian, Fokus Penelitian,

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Orisinalitas Penelitian, Definisi

Istilah, dan Sistematika Pembahasan

BAB II Perspektif Teori berisi Landasan Teori yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan diteliti dan Kerangka Berfikir yang dijadikan

pedoman peneliti untuk melakukan penelitian.

BAB III Metode Penelitian berisikan Pendekatan dan Jenis Penelitian,

Kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian, Data dan Sumber Data, Teknik

Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data,

dan Prosedur Penelitian.

BAB IV Paparan Data dan Hasil Penelitian,yaitu menguraikan data

yang berkaitan degan varabe penelitian ata data-datta yang digunakan untuk

menjawab fokus penelitian.

19
BAB V Pembahasan, yaitu jawaban atas masalah penelitiandan

tafsiran temuan penelitian yang berada pada bab empat yang digunakan

sebagai landasan dala menganalisis, sehingga ditemukan hasil dari apa yang

telah tercatat daa fokus penelitian.

BAB VI Penutup, yaitu terdiri dari kesimpulan dan saran yang

merupakan rangkuman dari hasil penelitian yang disajikan sebagai jawaban

pokok atas fokus penelitian.

20
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Perspektif Teori

1. Evaluasi Pembelajaran

Dalam mencapai sebuah keberhasilan tentunya perlu diadakan

sebuah refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Kegiatan

refleksi ini tentunya sangat memiliki andil yang sangat besar dalam

langkah selanjutnya yang akan diambil.

Dalam dunia pendidikan, upaya refleksi tersebut dikenal dengan

istilah evaluasi. Pembahasan mengenai evaluasi tentunya mencakup

segala aspek yang menjadi fondasi pelaksanaan pendidikan. Namun,

bentuk evaluasi yang sangat berkaitan dengan tercapainya tujuan

belajar yang telah disusun yakni evaluasi hasil belajar peserta didik.

Evaluasi hasil belajar menjadi hal yang penting bagi semua pihak.

Baik bagi orang tua, guru, peserta didik, ataupun pemangku kebijakan

di lembaga pendidikan. Salah satu tolok ukur keberhasilan guru dalam

mendidik dan keberhasilan siswa dalam belajar dapat dilihat dari

evaluasi hasil belajar peserta didik.

a. Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Kata evaluasi yang merupakan serapan dari bahasa Inggris

dengan kata evaluation sangat familiar digunakan dalam peyebutan

21
sebuah penilaian. Dalam ranah pendidikan kegiatan evaluasi

memiliki peranan penting dalam perwujudan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai. 9

Ralph Tyler dalam Muri Yusuf, 2015 mendefinisikan

evaluasi sebagai proses membandingkan data hasil kinerja dengan

tujuan yang lebih spesifik secara jelas . Dalam sumber yang sama

Thorndike & Hagen memaparkan bahwa evaluasi secara kasar

identik dengan pengukuran pendidikan.10 Berdasarkan dua

pendapat tersebut, konsep evaluasi dapat diartikan sebagai sebuah

proses sistematis dalam mengukur keberhasilan dan ketercapaian

tujuan pendidikan.

Evaluasi dalam dunia pendidikan bersifat makro dan

mikro.11 Dikatakan makro karena sasaran dalam evaluasi yaitu

sistem program pendidikan sedangkan mikro memiliki sasaran

yang lebih sempit dan mengerucut yakni pada lingkup kelas yang

menjadi otoritas guru kelas dalam mengolah dan mengendalikan

pembelajaran dan hasil belajar. Dalam penelitian ini peneliti

memfokuskan pada evaluasi dalam proses belajar dan hasil belajar

peserta didik berkebutuhan khusus.

9
Ina Magdalena, Evaluasi Pembelajaran SD : Teori dan Praktik, (Sukabumi : CV. Jejak 2020),
hlm. 9
10
Muri Yusuf, Asesmen dan Evaluasi Penddikan : Pilar Penyedia Informasi dan Kegiatan
Mutu Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2015), hlm. 18
11
Zulkifli Matondang, dll, Evaluasi Hasil Belajar, (Medan : Yayasan Kita Menulis, 2019),
hlm. 5

22
Berpijak pada konsep di atas maka evaluasi merupakan

sebuah proses secara sistematis yang digunakan untuk mengukur

dan menilai proses dan hasil belajar peserta didik sebagai upaya

dalam merefleksi proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru

dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

b. Fungsi Evaluasi Pembelajaran

Adapun fungsi dari evaluasi pembelajaran dalam Oemar

Hamalik yaitu mencakup 6 poin, yakni sebagai berikut :12

1) Fungsi Edukatif

Memiliki arti bahwa evaluasi bertujuan untuk mendapatkan

informasi mengenai keseluruhan sistem dalam pendidikan

sehingga dapat mengungkap perihal tersembunyi di dalamnya.

2) Fungsi Institusional

Memiliki arti bahwa evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan

data mengenai input dan output pembelajaran sehingga dapat

digunakan untuk memantau kemajuan peserta didik dalam

proses pembelajaran.

3) Fungsi Diagnostic

Memiliki arti bahwa evaluasi bertujuan untuk menganalisis

kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik sehingga

dapat ditemukan alternatif pemecahan masalah dari hal tersebut.

12
Oemar Hamalik, loc.cit

23
4) Fungsi Administratif

Memiliki arti bahwa tujuan dari evaluasi yakni untuk

menyediakan data mengenai hasil dari proses pembelajaran

yang kemudian dapat digunakan untuk studi lebih lanjut atau

jenjang kelas berikutnya.

5) Fungsi Kurikuler

Memiliki arti bahwa tujuan dari evaluasi yakni sebagai penyedia

informasi yang dapat digunakan sebagai pengembangan

kurikulum.

6) Fungsi Manajemen

Memiliki arti bahwa tujuan dari evaluasi yakni sebagai bahan

bagi pimpinan untuk membuat keputusan pada lembaga yang

dipimpin.

c. Syarat Evaluasi Pembelajaran

Adapun syarat-syarat pokok evaluasi pembelajaran yang baik

seyogyanya memenuhi hal-hal di bawah ini :13

1) Validitas

Validitas atau keshahihan merupakan syarat utama dalam alat

evaluasi. Validitas mewakili makna sejauh mana ketepatan dan

kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan

fungsi pengukurannya.

13
Mulyadi, Evaluasi Pendidikan : Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, (Malang : UIN-Maliki Press, 2014), hlm.36

24
2) Reliabilitas

Reliabilitas dapat diarktikan dapat dipercayanya suatu alat ukur

dan menunjukkan perubahan-perubahan yang berarti. Ketika

sebuah alat ukur menunjukkan hasil yang berubah dan tidak

tetap maka alat ukur tersebut tidak reliabel atau tidak dapat

dipercaya.

3) Objektivitas

Sebuah alat dalam evaluasi dikatakan objektif ketika pendapat

pemeriksa tidak andil dalam mengolah hasil evaluasi. Sebuah

evaluasi dikatakan objektif bilamana didapatkan hasil yang

sama ketika diperiksa oleh siapapun dan kapanpun.

d. Prinsip Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran yang baik selain memenuhi syarat juga

dapat diukur oleh prinsip-prinsip evaluasi yang dikemukakan oleh

Zainal Arifin yakni sebagai berikut :14

1) Kontinuitas

Memiliki arti dalam pelaksanaan evaluasi harus berkelanjutan

seiring masih berjalannya proses pembelajaran. Dalam

melakukan evaluasi tidak diperkenankan pada waktu-waktu

yang tidak tepat. Di dalam lingkup pendidikan evaluasi hasil

belajar baru dapat dilakukan ketika seluruh proses pembelajaran

dalam kurun waktu tertentu telah diselesaikan.

14
Ina Magdalena, op.cit, hlm. 19

25
2) Komprehensif

Dalam mengevaluasi harus berprinsip pada keseluruhan aspek

pada hal yang akan diteliti harus termuat di dalamya. Seperti

ketika mengevaluasi peserta didik, maka cakupan kognitif,

afektif dan psikomotorik anak harus dapat terangkum dalam

hasil evaluasi.

3) Adil

Prinsip keadilan harus sealu diterapkan oleh guru dalam

melakukan sebuah evaluasi. Hal ini dimaksudkan agar tidak

terjadi kecurangan sehingga hasil yang ada merupakan sebuah

rekayasa bukan yang sebenar-benarnya.

4) Kooperatif

Dalam melakukan evaluasi ada baiknya jika guru

mengikutsertakan pihak-pihak lain sehingga hasil evaluasi

transparan dan pihak lain merasa dihargai.

5) Praktis

Evaluasi dikatakan praktis jika dapat digunakan dengan baik

oleh penyusun ataupun oleh orang lain. Sehingga dalam

menyusun evaluasi pembelajaran perlu diperhatkan susunan

kata dan petunjuk yang digunakan sehingga tidak menimbulkan

kerancuan

26
e. Teknik Evaluasi Pembelajaran

Teknik dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran ada berbagai

macam. Dalam pemaparan ini peneliti akan menguraikan teknik

yang digunakan dalam pembelajaran anak berkebutuhan khusus dan

telah diatur dalam Pedoman Penilaian Pendidikan Khusus (2007)

yakni sebagai berikut :15

Tabel 2.1 Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen

No. Teknik Penilaian Bentuk Instrumen


1 Tes Tertulis a. Tes objektif (pilihan ganda,
benar salah, menjodohkan)
b. Tes subjektif (isian singkat dan
uraian)
2 Tes Kinerja a. Tes keterampilan menulis
b. Tes simulasi
3 Penugasan a. Tugas rumah
individual atau b. Proyek
kelompok
4 Tes lisan Daftar pertanyaan
5 Penilaian Lembar penilaian portfolio
Portfolio
6 Observasi Pedoman observasi
7 Jurnal Buku catatan jurnal
8 Inventori Pedoman inventori
9 Penilaian diri Kuesioner atau lembar penilaian
diri
10 Penilaian antar Lembar penilaian antar teman
teman
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa teknik

evaluasi pembelajaran dapat dilakukan melalui dua teknik yakni

teknik tes dan teknik non tes.

15
Dedy Kustawan, Penilaian Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta : Luxima,
2013) hlm. 54

27
Adapun teknik tes merupakan sebuah alat yang digunakan

unuk mengukur dan memperoleh data mengenai pemahaman siswa

terhadap pembelajaran yang telah dilakukan peserta didik bersama

guru. Teknik tes lazim digunakan guru untuk mengetahui sejauh

mana pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Teknik tes

sejauh ini menjadi teknik yang bersifat resmi karena selain guru

terkadang tes juga dibuat oleh negara atau sebuah lembaga dengan

soal yang telah terstandardisasi.

Sedangkan teknik non tes merupakan sebuah teknik evaluasi

dengan tujuan untuk memperoleh informasi mendalam mengenai

karakteristik dan sifat peserta didik.

f. Penyesuaian Penilaian Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

dalam Setting Pendidikan Inklusi

Dalam melakukan sebuah evaluasi pembelajaran atau

penilaian dalam setting pendidikan inklusi, guru dan pemangku

kebijakan sekolah tidak dapat serta merta menyamakan perlakukan

antara anak regular dengan anak berkebutuhan khusus. Hal ini

bukan karena tanpa alasan dan ingin kembali memberikan sekat,

namun hal ini ditujukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai

dengan baik.

Proses evaluasi anak berkebutuhan khusus memang tidak

semua harus diperlakukan secara khusus. Perlakuan-perlakuan

khusus tersebut dapat dimunculkan ketika peserta didik kesulitan

28
menerima materi dalam proses pembelajaran ataupun ketika

penilaian berlangsung.

Kustawan memaparkan penyesuaian-penyesuaian dalam

pembelajaran anak berkebutuhan khusus yang telah diatur dalam

Panduan Penialian Pendidikan Khusus (2007) sebagai berikut :16

1) Penyesuaian Waktu

Penyesuaian waktu diberilakukan pada peserta didik

berkebutuhan khusus yang benar-benar terbatas baik dari segi

fisik atau motorik seperti anak tunanetra dan tunadaksa,

sehingga dalam menyelesaikan soal memerlukan waktu yang

lebih lama dari siswa pada umumnya.

2) Penyesuaian Cara

Penyesuaian cara dapat diberlakukan pada peserta didik

berkebutuhan khusus jika mereka tidak dapat menyelesaikan

tes evaluasi karena hambatan yang mereka miliki. Seperti

ketika anak tunadaksa tidak akan mungkin menyelesaikan tes

evaluasi dengan cara menulis ketika tangan anak tersebut

memiliki gangguan dan keterbatasan gerak, sehingga guru

memodifikasi soal evaluasi menjadi tes lisan.

3) Penyesuaian Materi

Penyesuaian materi juga dapat diberlakukan pada peserta didik

berkebutuhan khusus jika mereka tidak dapat menyelesaikan

16
Ibid, hlm. 58

29
tes evaluasi karena memiliki hambatan yang berkaitan dengan

kemampuan kogntif dan intelektual anak. Seperti ketika anak

autis dan slow learner, tentunya materi yang diberikan harus

dibedakan dari anak pada umumnya karena kemampuan

mereka juga sangat terbatas. Begitupun tes evaluasi yang

diberikan juga harus diturunkan standard nya, dengan catatan

inti dari pembelajaran tetap tersampaikan.

Dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik

berkebutuhan khusus harus disesuaikan dengan jenis kurikulum

yang berlaku di sekolah tersebut, sehingga apa yang akan dievaluasi

akan sinkron dengan apa yang peserta didik dapatkan dalam proses

pembelajaran.17

Tabel 2.2 Kurikulum

Jenis
No Peserta Didik Evaluasi
Kurikulum
1 Kurikulum Peserta didik umum a. Tanpa modifikasi
Standar dan berkebutuhan b. Modifikasi
Nasional khusus yang disesuaikan
memiliki potensi dengan jenis
kecerdasan rata-rata gangguan dan
dan di atas rata-rata hambatan peserta
didik

2 Kurikulum Peserta didik Disesuaikan dengan


Akomodatif berkebutuhan jenis dan tingkat
khusus yang kemampuan
memiliki potensi
kecerdasan di bawah
rata-rata

17
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif (Sesuai Permendiknas No 70 Tahun
2009) DIREKTORAT PPK-LK PENDIDIKAN DASAR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN JAKARTA 2011, hlm. 29

30
g. Evaluasi Pembelajaran dalam Perspektif Islam

Seperti halnya definisi evaluasi pada umumnya, dalam bahasa

Arab evaluasi memiliki beragam istilah yakni Al qimah al tarbawiy

yang dapat diartikan sebagai penialaian dalam pendidikan atau qimat

al Ta’lim yakni penilaian pembelajaran. Keduanya memiliki tujuan

yang sama yakni menilai hasil proses pembelajaran.

Evaluasi sendiri dapat dilakukan terhadap individu ataupun

kelompok. Bentuk evaluasi dalam Islam juga dapat dikatakan

sebagai pengawasan, arahan, dan bimbingan. Begitupun

sebagaimana penjelasan Hadits yang diriwayatkan oleh Imam

Thabrani bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya

Allah mencintai orang yang jika melakukan suatu pekerjaan,

dilakukan secara itqan (tepat, terarah, dan tuntas)” (HR. Thabrani)

Selain dalam hadits di atas Adapun pelaksanaan evaluasi juga

telah dijelaskan dalam Al Quran sebagaimana firman Allah yang

berbunyi :

ِ ‫الس م‬
ِ ‫ٰر‬
ُ ‫ض ۚ ٰومٰ ا تُ غْ ِِن ْاْل َٰي‬
‫ت‬ ٰ ٰ َّ ‫قُ ِل ا نْظُ ُروا مٰ ا ذٰ ا ِِف‬
ْ ‫اوات ٰو ْاْل‬
‫ٰوال نُّ ُذ رُ عٰ ْن قٰ ْو ٍم َٰل يُ ْؤ ِم نُو ٰن‬
Artinya : Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di

bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul

yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".

(QS. Yunus : 101)

31
Pada ayat di atas dijelaskan bahwa manusia dianjurkan untuk

melakukan evaluasi atau muhasabah diri atas apa yang ada di sekitar

mereka, sehingga dapat mengambil ibrah atas apa yang ada dan

dianjurkan untuk mendayagunakan segala yang ada di atas muka

bumi dengan sebaik-baiknya.18

Oleh karena itulah, sebagai seorang guru menjadi sebuah

anjuran penting untuk selalu melihat dan mengamati keadaan atau

lingkungan belajar secara utuh, tidak terkecuali memperhatikan

peserta didik.

Ayat lain yang menjelaskan mengenai evaluasi yaitu, pada

Q.S. At Taubat ayat 105 yang berbunyi :

‫ُتد ُّْو ٰن‬ ِ ٓ ‫ٰوقُ ِل ا ْع ٰملُ ْوا فٰس ْٰيى‬


ُٰ ‫اّللُ ٰع ٰملٰ ُك ْم ٰوٰر ُس ْولُهٗ ٰوال ُْم ْؤمنُ ْو ٰن ٰو ٰس‬ ٰٰ
ۚ
١٠٥ - ‫ادةِ فٰ يُ نٰ بِئُ ُك ْم ِِبٰا ُك ْن تُ ْم تٰ ْع ٰملُ ْو ٰن‬ ِ ‫اِ ٓل عٓلِ ِم الْغْٰي‬
َّ ‫ب ٰو‬
ٰ ‫الش ٰه‬
Yang artinya : Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka

Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-

orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang

Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada

kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. At Taubat:105).

Pada ayat di atas mengandung makna bahwa setiap perbuatan

dan pekerjaan manusia tidak lepas dari pengawasan Allah, baik yang

terlihat ataupun tidak terlihat dan pada suatu hari perbuatan-

18
Waqiatul Masruroh, dkk, Kumpulan Ayat dan Hadits Tentang Pendidikan, (Pamekasan: STAIN
Pamekasan, 2012), hlm.88

32
perbuatan tersebut akan ditampakkan untuk sebuah

pertanggungjawaban.

Korelasi ayat tersebut dengan evaluasi hasil pembelajaran

yaitu, menjadi kewajiban setiap guru untuk melihat, mengawasi dan

menilai setiap apa yang dilakukan oleh peserta didik baik dalam

pembelajaran yang nampak seperti ranah pengetahuan dan

keterampilan ataupun pembelajaran yang tidak nampak seperti ranah

sikap. Dan pada suatu hari akan tiba sebuah hasil dari penilaian-

penilaian tersebut dalam bentuk laporan hasil evaluasi pembelajaran

agar dapat dijadikan pijakan oleh peserta didik, guru ataupun

orangtua untuk mengupayakan yang lebih baik ke depannya.

Oleh dasar itulah perlunya dilakukan evaluasi baik oleh

individu, kelompok atau bahkan lembaga pendidikan islam,

sehingga dapat diketahui hasil atas apa yang telah dicapai dalam

kegiatan pembelajaran sehingga dapat dipetik pelajaran atas

perbuatan sebelumnya dan melakukan perbaikan untuk ke depannya.

2. Anak Berkebutuhan Khusus

Paradigma mengenai anak berkebutuhan khusus di tengah

masyarakat semakin membaik. Hal ini dibuktikan dengan adanya

peningkatan pemahaman masyarakat dan dunia pendidikan mengenai

konsep anak berkebutuhan khusus.

33
Pergeseran pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep anak

berkebutuhan khusus ini tentunya membawa sebuah perubahan

sehingga menjadikan budaya baru yakni masyarakat inklusi.

Pada beberapa tahun silam, masyrakat tabu dengan anak

berkebutuhan khusus. Penyalahartian anak berkebutuhan khusus harus

ditempatkan di SLB atau di tempat khusus akhirnya melahirkan sebuah

satir yang sangat jelas sehingga keberadaan anak berkebutuhan khusus

menjadi asing dan sulit diterima di lingkungan.

a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

James David Smith dalam Irdamuni telah memaparkan bahwa

anak berkebutuhan khusus adalah anak memiliki dan mengalamai

penyimpangan baik secara fisik, emosi, intelektual, atau bahkan

social yang berbeda dengan anak-anak lain.

Ditinjau dari segi kesehatan, anak berkebutuhan khusus

merupakan anak yang memiliki kelainan, sehingga dalam

mencapai tujuan pendidikan diperlukan bantuan tenaga medis

untuk penyembuhan.19

Sedangkan dari segi hukum, anak berkebutuhan khusus

merupakan anak yang mempunyai hambatan dalam fisik atau pun

psikis yang pada dasarnya anak tersebut mempunyai hak yang

19
Irdamurni, PENDIDIKAN INKLUSI : Solusi dalam Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus
Edisi Pertama, (Jakarta : Kencana, 2020), hlm.33

34
sama dalam mendapatkan fasilitas dan layanan pendidikan yang

memadai.

Sedangkan dari segi psikologis, anak berkebutuhan khusus

merupakan anak yang memiliki gangguan, hambatan dan kelainan

dalam menyesuikan emosi dan intelegensi mereka pada

lingkungan, sehingga diperlukan bimbingan dari psikiater ataupun

guru pendamping khusus untuk menjaga ketstabilan emosi dan

intelegensi yang mereka miliki sehingga tujuan pendidikan dapat

tercapai.

Lain halnya dari segi sosiologis, anak berkebutuhan khusus

merupakan anak yang memiliki hambatan atau gangguan baik dari

psikis atau fisiknya sehingga mendapatkan anggapan negative dari

masyarakat dan berujung pada terganggunya penyesuaian diri

mereka terhadap lingkungan.

Kustawan memberikan pendapat yang berbeda mengenai

konsep anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus

bukanlah anak yang hanya memiliki gangguan atau kelainan secara

fisik, emosi, dan intelektual saja namun lebih luas dari itu

Kustawan mendefinisikan bahwa anak berkebutuhan khusus

adalah anak-anakyang karena ssesuatu hal khusus baik yang

sifatnya permanen ataupun temporer mempengaruhi kesempatan

35
mereka dalam mendapatkan pendidikan sehingga dibutuhkan

pelayanan yang khusus pula agar potensi mereka dapat optimal.20

Maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya seluruh anak

berhak mendapatkan jaminan pendidikan yang layak dari

pemerintah, termasuk anak berkebutuhan khusus atau anak-anak

yang memiliki gangguan, hambatan, atau bahkan kelaianan yang

bersifat permanen ataupun temporer yang dapat dilihat dalam

bentuk fisik atau psikis, emosi dan intelektual sehingga dalam

mencapai tujuan pendidikan dibutuhkan guru atau ahli yang khusus

menangani anak-anak tersebut.

b. Jenis Anak Berkebutuhan Khusus

Berdasarkan pemaparan Kustawan dalam bukunya anak

berkebutuhan khusus dibedakan menjadi 2 kelompok besar yakni

anak dengan kelainan atau gangguan yang sifatnya temporer dan

permanen.

1) Anak berkebutuhan khusus temporer

Anak berkebutuhan khusus temporer merupakan anak-anak

yang memiliki hambatan belajar sementara dan berasal dari

luar dirinya. Beberapa hal yang menyebabkan anak-anak

tersebut mempunyai kebutuhan khusus temporer yakni :

20
Dedy Kustawan, Pendidikan Inklusif dan Upaya Implementasinya, (Jakarta : Luxima, 2012),
hlm.23

36
a) Anak yang bertempat tinggal di daerah terbelakang,

terpencil, dan jauh dari jangkauan dalam mendapatkan

layanan pendidikan.

b) Anak yang berada di sebuah lingkungan adat yang secara

social terpisah dari masyarakat pada umumnya.

c) Anak yang tidak dapat melanjutkan pendidikan karena

terdampak suatu bencana alam.

d) Anak yang tidak dapat melanjutkan pendidikan karena

terdampak oleh bencana social di tempatnya dalam kurun

waktu tertentu.

e) Anak yang tidak dapat menempuh atau melanjutkan

pendidikan karena terhalang oleh biaya dan latar belakang

ekonomi keluarga yang kurang.

2) Anak Berkebutuhan Khusus Permanen

Anak berkebutuhan khusus permanen merupakan tipe

anak yang memiliki gangguan, kelaianan dan hambatan yang

berasal dari dalam dirinya dan biasanya bersifat permanen.

Adapun uraian mengenai abk jenis kedua yakni sebagai berikut:

a) Anak dengan Hambatan Penglihatan

Disebut anak tunanetra karena anak-anak ini

memiliki gangguan dan hambatan dalam penglihatan

sehingga tidak dapat optimal dalam melihat. Adapun

penggolongan dari gangguan tunanetra dibagi dalam dua

37
garis besar yakni buta total (total blind) dan penlihatan

lemah (low vision). 21

Perbedaan yang mencolok dari dua klasifikasi ini

yakni dalam hal ketajaman dan kemampuan dalam

melihat. Anak dengan gangguan buta total, sama sekali

tidak mampu menggunakan penglihatanya, sedangkan

anak dengan penglihatan lemah adalah anak yang mampu

menggunkan kemampuannya dalam melihat namun

ketajaman nya kurang.

Kedua gangguan ini sama-sama membutuhkan alat

bantu dan metode pengajaran yang spesifik sehingga

tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dibandingkan dengan

perbedaan yang ada, anak dengan gangguan penglihatan

memiliki banyak persamaan dengan anak-anak pada

umumnya, mereka memiliki kebutuhan keseharian yang

sama, memiliki perasaan takut, bahagia, sedih pun juga

kecewa. Adapun salah satu perbedaan yang ada yakni

dalam hal kebutuhan pendidikan. Lowenfeld dalam James

David Smith memaparkan prinsip yang dapat digunakan

dalam proses pendidikan anak tunanetra, yakni :22

21
Ibid, hlm.25
22
James David Smith, Inclusion : School for All Students, (Wadsworth Publishing Company,
1998), hlm.245

38
(1) Memberikan pengalaman konkret, dengan adanya

pengalaman konkret yakni berupa menyentuh

ataupun menggerakkan sesuatu, maka anak tunanetra

dapat memahami apa yang dimaksudkan oleh guru

dan dikaitkan dengan hal-hal yang ada di sekitar anak.

(2) Kesatuan pengalaman, mempunyai makna yaitu anak

dengan gangguan penglihatan juga mempunyai hak

untuk mengetahui sebuah kondisi dengan bantuan

indera orang lain. Missalnya, seorang anak tunanetra

tahu bahwa benda-benda seperti meja, kursi, papan

tulis, buku adalah benda yang ada di ruang kelas,

bukan benda yang ada di dapur.

(3) Belajar dengan melakukan atau learning by doing.

Memiliki makna yang hampir mirip dengan prinsip

pertama. Adapun prinsip ketiga ini dimaksudkan agar

anak mendapatkan pengalaman langsung dan mudah

untuk diingat.

Alat bantu yang dapat digunakan untuk anak dengan

gangguan penglihatan sangat beraneka ragam. Seperti

brailer, talking book, komputer dan lain sebaganya.

Anak dengan gangguan berat membutuhkan

pendampingan yang intensif, oleh karena itu diperlukan

39
guru pendamping khusus agar materi pembelajaran dapat

tersampaikan.

b) Anak dengan Hambatan Pendengaran

Disebut tunarungu karena anak-anak tersebut

memiliki gangguan dalam hal pendengaran. Anak-anak

dengan gangguan pendengaran cenderung akan memiliki

hambatan lebih berat dibandingkan anak-anak dengan

gangguan lain dalam hal pembentukan personal, social

ataupun akademis.

Gangguan pendengaran dapat diklasifikasikan

menjadi dua kelompok besar yakni kurang dengar (hard

of hearing) dan tuli (deaf). Adapun secara lebih khusus,

berdasarkan tingkat kehilangan pendengarannya yakni

dibedakan menjadi lima yakni gangguan pendengaran

sangat ringan yakni sebesar 27-40 dB, gangguan

pendengaran ringan sebesar 41-55 dB, gangguan

pendengaran sedang sebesar 56-70 dB, gangguan

pendengaran berat sebesar 71-90 dB, dan gangguan

pendengaran ekstrim di atas 91 dB. 23

Anak dengan gangguan pendengaran maka akan

berdampak pula pada kemampuan dalam berbicara, oleh

karena itu telah diatur secara internasional terkait isyarat

23
Dedy Kustawan, op.cit, hlm.26

40
yang digunakan, dan di Indonesia sendiri dikenal dengan

SIBI atau Sistem Isayrat Bahasa Indonesia.

Ada berbagai macam faktor penyebab munculnya

gangguan pendengaran, baik berupa bawaan ataupun

karena sebuah kecelakaan dan lingkungan. Oleh karena

adanya gangguan pada sistem pendengaran anak, maka

dalam pembelajaran pun juga diperluka treatment khusus

yang dapat menunjang proses pembelajaran. Misalnya,

penggunaan media-media pembelajaran yang interaktif

dengan isyarat, guru lebih fokus dan menekankan pada

kata-kata penting, dan tentunya guru juga harus

memahamkan pada peserta didik lain perihal gangguan

yang dialami oleh temannya.

c) Anak dengan Hambatan Berbicara

Anak dengan gangguan dan hambatan dalam

mengungkapkan pesan-pesan yang akan disampaikan

baik dari tingkat kefasihan, artikulasi pengcapan ataupun

yang lainnya.

Cara seseorang berucap dan berbicar dikatakan

memiliki gangguna jika pesan yang disampaikan tidak

dapat dipahami oleh orang lain. Kelainan berbicara dapat

disebabkan oleh tidak atau kurangberfungsinya

pendengaran, keterlambatan penerimaan bahasa, dan

41
kerusakan syaraf. Sehinga diantara mereka ada yang tidak

dapat berbicara sama sekali, ada yang dapat mengeluarkan

bunyi namun bukan berupa ucapan, ada yang mampu

berucap namun tidak dapat dipahami.

Dipaparkan dalam buku James David Smith bahwa

hambatan dalam berbicara menjadi kelainan yang kerap

ditemui di usia awal remaja. Baik berupa kelainan

artikulasi seperti penggantian, penghilangan, penambahan

dan penyimpangan bunyi. Sehingga anak-anak dengan

Kelainan ini perlu diberikan terapi wicara.24

Selain itu juga terdapat hambatan terhadap

kelancaran berucap. Seperti gagap dan berbicara terlalu

cepat sehingga mencampuradukkan antara ide dan kata-

kata. Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru

dalam menangani anak dengan hambatan berucap yaitu :25

(1) Menciptakan iklim kelas yang nyaman dan aktif,

sehingga anak-anak terpacu untuk berpartisipasi

dalam pembelajaran.

(2) Guru lebih banyak mencontohkan, bukan

menyalahkan.

24
James David Smith, op.cit, hlm.212
25
Ibid, hlm.215

42
(3) Memberikan perhatian penuh ketika peserta didik

sedang berbicara.

(4) Menghargai setiap apa yang mereka lakukan

sehingga mampu menciptakan self esteem positif

pada peserta didik.

d) Anak dengan Hambatan Fisik

Dikenal dengan istilah tunadaksa, yakni karena

anak-anak tersebut mempunyai gangguan dan hambatan

dalam gerak yang disebabkan oleh faktor bawaan sejak

lahir ataupun karena adanya sebuah faktor lain yang

mengakibatkan tidak dapat berfungsinya sistem gerak

tubuh seperti karena kecelakaan, atau karena sebuah

penyakit.

Anak-anak dengan hambatan fisik umumnya tidak

banyak berbeda dengan anak lain dalam belajar, bahkan

bisa jadi kemampuan kognisi anak berada di atas

kemampuan anak pada umumnya. Oeh karena itu dalam

segi kurikulum tidak ada hal-hal khusus. Hanya saja,

terdapat beberapa hal yang dikhususkan jika berkaitan

dengan aktivitas fisik.

Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam

menangani anak dengan hambatan fisik yaitu dengan

menciptakan iklim kelas yang kondusif dan nyaman

43
sehingga anak merasa diterima dengan baik di kelas,

menerapkan team teaching, belajar kelompok, dan

pengajaran terapi okupasi agar anak terbiasa melakukan

hal-hal tanpa mengandalkan orang lain. 26

e) Anak dengan Hambatan Tingkah Laku

Dikenal dengan sebutan tunalaras, karena anak-

anak tersebut memiliki gangguan dan hambatan dalam

pengendalian tingkah laku dan emosi sehingga sering

menyebabkan orang-orang disekitarnya tidak nyaman.

Anak dikatakan memiliki gangguan dalam emosi dan

tingkah laku bilamana respon yang diberikan terhadap

sebuah tekanan, keadaan dalam kehidupan tidak seperti

yang diharapkan.

Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab anak

memiliki gangguan tingkah laku dan emosi yakni adanya

kelainan syaraf sebagai faktor internal, dan tekanan dari

keluarga, masyarakat, dan lingkungan sebagai faktor

eksternal.

Jenis masalah yang dapat dikategorikan sebagai

gangguan perilaku dan emosi pada anak yaitu seperti

perilaku agresif,perilaku antisosial, kecemasan atau

menarik diri dari sebuah interaksi social, gangguan

26
Ibid, hlm.190

44
pemusatan perhatian, gangguan gerak, perilaku psikotik

atau aneh, dan autism.27

Pada tingkatan yang ekstrim, anak-anak dengan

gangguan perilaku perlu mendapatkan penanganan yang

tepat agar tidak berdampak pada jenjang kehidupan yang

selanjutnya.

Pendekatan yang dapat dilakukan dalam menangani

anak-anak tersebut yaitu dengan pendekatan biomedis

oleh tenaga kesehatan, pendekatan psikodinamik oleh

psikolog atau psikiater, dan pendektan perilaku oleh guru

dan orang tua.28 Pemantauan berkelanjutan perlu

diterapkan dalam menangani anak semacam ini untuk

melihat dan mencatat perkembangan. Adapun

pemantauan dapat dilakukan oleh keluarga, guru, guru

pendamping khusus, tenaga kesehatan dan psikiater.

f) Anak dengan Hambatan Kesulitan Belajar

Dikenal sebagai anak berkesulitan belajar, karena

anak-anak tersebut memiliki gangguan dan hambatan

pada satu atau lebih kemampuan dasar seperti pemahaman

dalam penggunaan bahasa, berbicara, berhitung, dan

menulis sehingga akan mempengaruhi kemampuan anak

27
Ibid, hlm.151
28
Ibid

45
dalam mendapatkan pendidikan. Menurut beberapa ahli,

anak-anak berkesulitan belajar meliputi jenis

permasalahan yang sangat kompleks.

Sama hal nya dengan anak-anak berkebutuhan pada

umumnya, anak dengan kesulitan belajar dalam

memperoleh pelayanan pendidikan memerlukan sebuah

observasi secara lebih mendalam agar guru mampu

menganalisa kekurangan dan kelebihan pada anak.

Gangguan dan hambatan yang kerap ditemui pada

siswa dengan kesulitan belajar yakni :

(1) Masalah bahasa dan membaca

Berkaitan dengan lambatnya kemampuan membaca

anak, rendahnya kemampuan anak dalam memahami

bacaan, sering salah dalam membaca. Anak dengan

gangguan dalam membaca disebut dengan disleksia.

(2) Masalah perhatian dan aktivitas

Masalah ini berkaitan dengan kemampuan anak

dalam mengendalikan aktivitas sehingga sering

dihubungkan dengan kurangnya perhatian. Gangguan

aktivitas dan perhatian dalam dunia anak yang sering

ditemui yaitu ADHD atau Attention

deficit/Hyperactivity Disorder.

46
(3) Masalah berhitung

Masalah ini berkaitan dengan kemampuan anak

komunikasi matematis. Beberapa anak sering

mengalami kesulitan dalam memahami sebuah

symbol matematis, mengoperasikan bilangan,

membedakan bilangan, membedakan bentuk bangun

geometri, dan kesulitan lain. Gangguan semacam ini

disebut dengan diskalkulia.

g) Anak dengan Hambatan Kemampuan Unggul

Anak dengan kemampuan lebih unggul

dibandingkan anak-anak pada umumnya juga

menciptakan sebuah hambatan bagi kelangsungan hidup

mereka. Baik dari sisi emosional, personal, dan bahkan

psikososial mereka pun dapat terdampak.

Anak dikatakan memiliki kemampuan unggul jika

anak tersebut memiliki kemampuan intelektual di atas

rata-rata anak pada umumnya. Selain itu, anak dikatakan

berkemampuan unggul jika anak terserbut memiliki bakat

istimewa dalam dirinya baik di bidang seni, olahraga,

ataupun bidang non akademik lainnya. 29

Maka dapat disimpulkan bahwa, anak berkebutuhan

khusus merupakan anak yang memiliki hambatan atau

29
Dedy Kustawan, op.cit, hlm.32

47
gangguan dalam dirinya sehingga dalam memperoleh

pembelajaran dibutuhkan perlakuan khusus baik dari

guru, orangtua, ataupun ahli lainnya.

Adapun klasifikasi dari anak berkebutuhan khusus

yakni dibedakan atas anak berkebutuhan khusus temporer

atau sementara dan anak berkebutuhan khusus permanen

atau tetap.

3. Pendidikan Inklusi

a. Pengertian Pendidikan Inklusi

Dalam Permendiknas No.70 Tahun 2009 Pasal 1 dituliskan

bahwa pendidikan inklusif merupakan sistem penyelenggara

pendidikan yang memberikan kesempatan kepada seluruh peserta

didik untuk mengikuti pembelajaran secara bersama-sama dengan

peserta didik pada umumnya baik yang memiliki kelainan khusus,

potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa. Sekolah inklusi

merupakan tempat di mana setiap anak dapat diterima, menjadi

bagian dari kelas tersebut.

Keberadaan dan lahirnya konsep pendidikan inklusi tentunya

bukan sebuah hal yang kebetulan. Konsep pendidikan ini muncul

karena ketidaktepatan paradigma pendidikan sebelumnya dan

akhirnya memberikan Batasan-batasan yang tidak hanya ketika

berada pada sistem pendidikan tersebut saja namun terbawa hingga

ke dalam sebuah interaksi di lingkungan masyarakat.

48
Dokumen internasional yang menegasakan perihal

pendidikan inklusi yakni dokumen Salamanca. Dalam dokumen

tersebut dtegaskan bahwa sekolah regular yang memiliki orientasi

inklusi adalah salah satu jalan yang dapat memberantas perilaku

tidak adil atau deskriminatif, mendorong masyarakat yang

memiliki pemikiran terbuka, dan mencapai pendidikan yang dapat

mengakomodasi semua komponen siswa. Singkatnya slogan yang

diusung dalam dokumen Salamanca yaitu berkaca pada pernyataan

UNESCO terkait “Education for All”. 30

Kustawan dalam bukunya juga menegaskan bahwa

pendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan terbuka yang

dapat mengakomodasi semua individu dengan berbagai latar

belakang dan kebutuhan. 31

Meskipun inklusi dapat mempunyai arti yang berbeda-beda,

pada dasarnya John David Smith dalam bukunya mempertegas

bahwa inti dari pendidikan inklusi yakni keterlibatan peserta didik

dalam kehidupan menyeluruh di sekolah tersebut, sehingga dapat

masuk dan diterima oleh lingkungan, kurikulum, dan visi misi

sekolah sehingga potensi pada peserta didik dapat

dimaksimalkan.32

30
Takdir Illahi, op.cit, hlm. 32
31
Dedy Kustawan, op.cit, hlm.7
32
James David Smith, op.cit, hlm.43

49
b. Tujuan Pendidikan Inklusi

Berdasarkan definisi dari pendidikan inklusi maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa keberadaan pendidikan inklusi

mempunyai tujuan utama untuk meratakan pendidikan di Indonesia

pada seluruh komponen masyarakat. Kustawan dalam bukunya

menyebutkan tujuan dari pendidikan inklusi yakni :

1) Memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh peserta

didik baik yang memiliki kelainan berupa fisik, emosi,

ataupun intelektual, pun peserta didik dengan kecerdasan dan

potensi bakat yang menonjol untuk mendapatkan layanan

pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

2) Ikut mewujudkan pendidikan yang menghargai keragaman

dan adil bagi seluruh peserta didik tanpa memandang

kelebihan ataupun kekurangan yang ada pada diri peserta

didik. 33

c. Manfaat Pendidikan Inklusi

Adapun keberadaan pendidikan inklusi tentunya membawa

manfaat bagi berbagai pihak seperti peserta didik, guru, orang tua,

sekolah, pemerintah dan masyarakat.34

33
Dedy Kustawan, op.cit, hlm.9
34
Ibid, hlm.10

50
1) Manfaat Pendidikan Inklusi bagi Peserta Didik

Bagi peserta didik pada umumnya, keberadaan

pendidikan inklusi akan menjadikan kepekaannya terhadap

perbedaan di dalam kebersamaan semakin meningkat.

Sebelum adanya konsep pendidikan inklusi, sekat antara

peserta didik regular dengan peserta didik yang

berkebutuhan khusus sangat jelas dan bahkan memunculkan

stigma negative, sehingga keberadaan anak berkebutuhan

khusus di lingkungan kurang dihargai.

Manfaat bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus

yakni, dengan adanya konsep Pendidikan inklusi tentunya

meningkatkan rasa kepercayaan dirinya karena mereka

merasa diterima dalam sebuah komunitas yang heterogen.

2) Manfaat Pendidikan Inklusi bagi Guru

Manfaat pendidikan inklusi bagi guru yakni tentunya

kompetensi guru akan meningkat, karena dengan sistem baru

sudah menjadi sebuah kepastian guru harus menantang

dirinya untuk belajar lebih jauh dalam mengakomodasi

keberagaman peserta didik di dalam kelas.

3) Manfaat Pendidikan Inklusi bagi Orang Tua

Manfaat pendidikan inklusi bagi orang tua yakni

mendapat kesempatan untuk dapat menangani dan

membimbing anak nya berdasarkan kebutuhan nya, mampu

51
meningkatkan rasa penghargaannya atas kekurangan anak,

dan tentunya berkesempatan untuk berkolaborasi dengan

sekolah dalam merencanakan bahkan menjalankan

pembelajaran yang cocok untuk anak.

4) Manfaat Pendidikan Inklusi bagi Sekolah

Manfaat pendidikan inklusi bagi sekolah yakni, nilai

sekolah tentunya akan meningkat, mengingat predikat

sekolah tersebut bukan hanya sekolah umum namun sekolan

inklusi yang sifatnya ramah terhadap setiap keunikan peserta

didik dan tentunya anti deskriminasi.

5) Manfaat Pendidikan Inklusi bagi Pemerintah

Manfaat pendidikan inklusi bagi pemerintah yakni

mendapat kepercayaan dari berbagai pihak khususnya pihak

Internasional dalam kesungguhannya dalam menjalankan

konsep pendidikan untuk semua yang diusung oleh

UNESCO, serta dengan adanya pendidikan inklusi

membantu pemerintah merelaisasikan program terkait

kewajiban belajar dan pemerataan pendidikan bagi seluruh

warga Indonesia.

6) Manfaat Pendidikan Inklusi bagi Masyarakat

Manfaat pendidikan inklusi bagi masyarakat yakni

dapat membantu masyarakat dalam memaksimalkan potensi

dalam diri dan menanamkan pemahaman perihal anak

52
berkebutuhan khusus juga berhak dan perlu mendapatkan

pendidikan layaknya anak pada umumnya.

d. Karakteristik Pendidikan Inklusi

Karakteristik pendidikan inklusi tidak lain berpijak pada

prinsip utama yakni keterbukaan. Takdir Illahi dalam bukunya juga

menegaskan bahwa keterbukaan adalah sebuah hal yang pokok

atau fundamen dalam pelaksanaan pendidikan inklusi karena

proyeksi dari pendidikan inklusi adalah pendidikan untuk semua

tanpa memandang Batasan-batasan yang ada pada diri peserta

didik.

Empat karakteristik pendidikan inklusi yang dipaparkan oleh

Takdir Illahi yakni :35

1) Proses pendidikan inklusi terus berjalan dengan upaya untuk

menemukan cara dalam merespon keberagaman dari setiap

individu

2) Fokus terhadap setiap hal yang mampu menjadi sebuah

penghambat peserta didik dalam menerima dan melakukan

pembelajaran

3) Memberikan pembelajaran bermakna pada peserta didik

4) Ditujukan pada seluruh anak namun secara lebih khusus

ditujukan untuk anak-anak dengan kebutuhan dan kelainan

yang bersifat temporer.

35
Takdir Illahi, op.cit, hlm. 44

53
e. Prinsip Dasar dan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi

Adapun prinsip dasar dari penyelenggaraan pendidikan

Inklusi berkaca ada dokumen Salamanca sebagai rujukan utama

yakni setiap anak memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam

menerima fasilitas dan layanan pendidikan tanpa memandanag

latar belakang dan kekurangan yang dimiliki.

Dengan begitu menjadi tanggung jawab sekolah dan

pemerintah bahwa ketika terdapat peserta didik yang

membutuhkan bantuan khusus dalam melakukan kegiatan belajar

mengajar harus mendapat bantuan sehingga potensi, minat, bakat,

dan kecerdasan anak tersebut dapat dimaksimalkan.36

Adapun prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusi sesuai

Permendiknas No.70 tahun 2009 dalam Irdamurni terdiri atas :37

1) Prinsip Pemerataan dan Peningkatan Mutu

Keberadaan pendidikan inklusi merupakan salah satu upaya

dalam memeratakan Pendidikan di Indonesia dan merupakan

strategi jitu dalam meningkatkan mutu pendidikan karena

metode belajar yang digunakan sangat variatif dan dapat

mengakomodasi seluruh perbedaan yang ada pada peserta

didik.

36
Ibid, hlm.49
37
Irdamurni, op.cit, hlm.11

54
2) Prinsip Kebutuhan Individual

Karena perbedaan dan kebutuhan peserta didik yang berbeda

satu sama lain, maka dalam menyelenggarakan pendidikann

inklusii harus menyesuaikan dengan kebutuhan masing-

masing anak.

3) Prinsip Kebermaknaan

Dengan mengusung pendidikan yang ramah dan terbuka, maka

keberadaan pendidikan inklusi tentu harus mampu

memberikan suatu hal yang bermakna terutama nilai

kepedulian dan kepekaan terhadap perbedaan.

4) Prinsip Keberlanjutan

Adapun dalam pelaksanaan penddikan inklusi juga harus

bersifat kontinutas agar semakin mendekatkan peserta didik

dengan impian masing-masing terutama impian di bidang

akademik.

5) Prinsip Keterlibatan

Dalam melaksanakan pendidikan inkulusi sekolah tidak dapat

berjalan sendiri, namun lebih kompleks dari itu sekolah perlu

berkolaborasi dengan orang tua, murid bahkan pemerintah

dalam mengatur kebijakan.

55
f. Model Pendidikan Inklusi

Dikutip dalam Irdamurni, pendaat Vaughn, Bos dan Schumn

menjelaskan perihal penempatan anank berkebutuhan khusus dapat

dilakukan dalam model-model berikut :

1) Kelas Regular Inklusi Penuh

Yakni kelas yang di dalamnya terdapat ABK dan anak normal

yang belajar bersamaan dengan kurikulum yang sama

2) Kelas Regular Dengan Cluster

Yakni kelas yang di dalamnya terdapat ABK dan anak normal

namun di dalamnya masih terdapat kelompok khusus

3) Kelas Regular Dengan Pull Out

Yakni kelas yang di dalamnya terdapat ABK dan anak normal

yang belajar seperti di kelas regular, tetapi dalam waktu-

waktu khusus ABK ditarik dari kelas untuk belajar dengan

guru pendamping khusus.

4) Kelas Regular Dengan Cluster Dan Pull Out

Yakni kelas yang di dalamnya terdapat ABK dan anak normal

namun di dalamnya masih terdapat kelompok khusus dan

dalam waktu-waktu khusus ABK ditarik dari kelas untuk

belajar dengan guru pendamping khusus.

56
5) Kelas Khusus dengan Berbagai Pengintegrasian

Yakni kelas yang di dalamnya khusus untuk ABK, namun

dalam bidang-bidang tertentu ABK dapat belajar bersama

dengan anak normal lainnya di kelas regular.

6) Kelas Khusus Penuh

Yakni kelas yang di dalamnya hanya khusus untuk ABK.

Adapun model-model di atas dapat dipilih oleh sekolah dengan

menyesuaikan sumber daya manusia yang ada di dalamnya dan

tergantung pada :

1) Jenis anak berkebutuhan khusus yang akan dilayani

2) Tingkatan dari kelainan anak

3) Ketersediaan tenaga pendidik

4) Sarana dan prasarana penunjang pembelajaran 38

Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusi adalah salah

satu jalan yang ditempuh oleh pemerintah guna meratakan pendidikan

yang ada di Indonesia. Selain itu, keberadaan pendidikan inklusi juga

merupakan upaya untuk menghapuskan jarak dan stigma negatif

terhadap anak yang berkebutuhan khusus baik secara fisik, psikis,

psikososial, intelektual dan lain sebagainya.

38
Ibid, hlm.21

57
B. Kerangka Berfikir

Gambar 2.1
Kerangka berfikir

Education for All

Konsep Pendidikan
Inklusi

Strategi Guru

Evaluasi
Pembelajaran

Perencanaan Pelaksanaan Tindak Lanjut


Evaluasi Evaluasi Evaluasi

Adapun sesuai dengan paparan pada bab sebelumnya peneliti

merumuskan kerangka berpikir yang akan digunakan untuk penelitian ini

yaitu berdasar pada gagasan mengenai Education for All yang kemudian

sistem pendidikan di Indonesia membungkus gagasan tersebut dengan

konsep pendidikan inklusi dengan tujuan yang sama yaitu menghilangkan

sekat dikrikimansi antara siswa regular dengan siswa berkebutuhan khusus

selain itu juga untuk mempercepat pemerataan pendidikan Indonesia.

Dalam penerapan pendidikan inklusi tentunya peran dan strategi guru

sangat besar terutama dalam memilih model evaluasi pembelajaran yang

tepat pada peserta didik berkebutuhan khusus, yang tentunya pasti akan ada

perbedaan dalam perencanaan ataupun pelaksanaan nya. Sehingga seiring

58
berjalannya waktu akan muncul kendala-kendala yang dihadapi oleh guru

dan pemangku kebijakan di sekolah sehingga mengharuskan mereka untuk

memberikan tindak lanjut atas pelaksanaan pendidikan inklusi yang lebih

baik kedepannya.

59
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penelti menggunakan pendekatan kualitatif metode

studi kasus multistus. Pendekatan penelitian kualitatif disebut penelitian

naturalistik atau penelitian yang didasarkan pada kondisi alamiah tanpa ada

campur tangan peneliti dalam mereka kejadian.39

Satu dari lima jenis metode dalam pendekatan kualitatif menurut

Creswell yaitu metode studi kasus. Adapun metode ini digunakan untuk

mendapatkan makna secara lebih mendalam terhadap kasus evaluasi hasil

pembelajaran pada siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusi dan

merupakan sarana utama bagi peneliti yang bersifat emik atau menyajikan hasil

penelitian berdasarkan pandangan subjek yang lebih luas. Sehingga, hasil dari

pemahaman terhadap kasus tersebut dapat dijadikan masukan atau informasi

baru bagi diri sendiri, kelompok, ataupun lembaga organisasi dalam mengatasi

masalah yang sama.40

Metode studi kasus diperkenalkan oleh Robert K. Yin. Untuk

menyelidiki gejala atau sebuah kasus yang terjadi dalam kehidupan nyata. Yin

39
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),
(Bandung : Alfabeta, 2018) hlm.17
40
JR. Raco, Metode Penelitian Kualitatif : Jenis, Karakteristik dan Keunggulan, (Jakarta :
Grasindo, 2010), hlm. 49

60
juga menegaskan bahwa studi kasus adalah jenis penelitian yang cocok untuk

menjawab pertanyaan “bagaimana” atau “mengapa”.41

Peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus karena di kedua lokasi

penelitian, peneliti menemukan sebuah kasus yang peneliti anggap tidak terlalu

lazim yaitu keberadaan peserta didik berkebutuhan khusus di tengah-tengah

sekolah dengan latar belakang guru non pendidikan khusus. Oleh karena itu

peneliti melakukan penelitian ini dengan fokus meneliti evaluasi pembelajaran

di kedua lokasi penelitian khususnya pada peserta didik berkebutuhan khusus.

Kerangka penelitian ini yaitu multisitus dimana studi penelitian ini

mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan yang jelas dan terperinci,

pengambilan data secara mendalam dan menyertakan semua sumber informasi

dari tempat yang memiliki ciri khas yang sama.

Pada penelitian ini, peneliti mengaitkan kasus dan subjek penelitian yang

dipandang memiliki karakteristik serupa. Sehingga dalam penelitian ini akan

diketahui dan digambarkan secara luas mengenai evaluasi hasil pembelajaran

siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusi SDI Unggulan Asy Syafiiyah At

Tijaniyah Malang dan MI Hidayatul Mubtadiin Malang.

B. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam proses penelitian merupakan sebuah keharusan

dan kewajiban selama penelitian berlangsung, dan bersifat tidak dapat

diwakilkan kepada pihak manapun. Hal ini dikarenakan dalam sebuah peneliti,

41
Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan Teologi, (Sulawesi Selatan :
Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2018), hlm. 71

61
peneliti adalah salah satu instrument penting terutama dalam penelitian

kualitatif yang menjadikan peneliti sebagai instrument utama.

Peneliti juga diharuskan memiliki kemampuan yang mumpuni dalam

melakukan komunikasi baik dua arah ataupun lebih. Keluwesan peneliti ini

sangat diperlukan agar tercipta iklim yang harmonis dan akrab sehingga proses

penelitian dapat berjalan dengan baik dan lancar.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di dua sekolah sekaligus karena metode

yang digunakan yaitu studi multisistus. Hal ini dikarenakan peneliti ingin

memperoleh data yang lebih dalam dan lebih banyak terkait evaluasi hasil

belajar pada siswa berkebutuhan khusus, khususnya pada sekolah-sekolah

swasta di Kota Malang. Lokasi pertama yang peneliti gunakan sebagai lokasi

penelitian yaitu MI Hidayatul Mubtadiin Malang yang berlokasi di Jl. KH.

Yusuf 174 Tasikmadu, Lowokwaru, Malang Jawa Timur, serta SDI Unggulan

Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang yang belokasi di Jl. Sidodadi Rt. 34 Rw.6

Kebonagung Malang Jawa Timur sebagai lokasi kedua.

Peneliti memilih MI Hidayatul Mubtadiin Malang sebagai lokasi

penelitian karena, di MI ini telah berhasil meluluskan 3 siswa berkebutuhan

khusus dengan salah satu siswa didampingi guru pendamping khusus dan saat

ini juga terdapat siswa berkebutuhan khusus yang belajar di sekolah tersebut.

Dengan rekam jejak yang cukup bagus tersebut, peneliti merasa fokus

penelitian peneliti akan tercapai dengan baik, dan MI Hidayatul Mubtadiin

62
memenuhi sampel sekolah yang berdiri cukup lama dan telah menerapkan

pendidikan berbasis inklusi lebih awal.

Sedangkan alasan peneliti memilih SDI Unggulan Asy Syafiiyah At

Tijanniyah Malang yakni dikarenakan di sekolah tersebut meskipun terhitung

baru berdiri sekitar 3 tahun namun telah mengakomodasi dua peserta didik

dengan gangguan bicara dan hambatan belajar serta perilaku. Dan tentunya

sekolah ini dapat dijadikan sampel pelaksanaan sekolah inklusi sebagai sekolah

baru.

D. Data dan Sumber Data

Jenis data yang diperlukan oleh peneliti baik di MI Hidayatul Mubtadiin

ataupun di SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang yakni terdiri

atas dua jenis data yakni data primer dan data sekunder. Data primer

merupakan data yang ditemukan dan dikumpulkan oleh peneliti dari sumber

pokok yang akan diolah. Data primer diperoleh dari kegiatan pengamatan,

wawancara dan catatan data lapangan dari narasumber utama yakni guru kelas

yang terdapat peserta didik berkebutuhan khusus.

Sedangkan data sekunder merupkaan data pendukung atau data tambahan

yang berasal dari narasumber seperti kepala sekolah, guru kelas sebelumnya,

serta data lapangan yang berupa dokumentasi, pengamatan dan publikasi yang

dapat peneliti gunakan sebagai tambahan informasi dalam penelitian ini.

Sumber data merupakan darimana data tersebut dihimpun. Sumber data

penelitian bersumber dari narasumber yang bepartisipasi langsung dalam

kejadian. Dalam hal ini sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah

63
manusia-manusia yang dapat menjadi informan yakni seperti kepala sekolah,

dan guru kelas. Sedangkan sumber data yang bersifat non manusia yakni

berupa foto, catatan yang berkaitan dengan penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan penelitian maka peneliti

dapat mengumpulkan data dengan teknik-teknik berikut :

1. Observasi

Observasi menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono merupakan

proses yang terdiri atas pengamatan dan mengingat. Mengamati segala

hal yang ada di lokasi penelitian dan mengingat segala hal yang

diterima dari informan ataupun mengingat hasil pengamatan.42

Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

observasi partisipan, dimana kehadiran dan keikutsertaan peneliti

sangat dibutuhkan dan berpengaruh terhadap proses penelitian ini.

Observasi ini dilakukan peneliti untuk mendapatkan data yang akurat

dan faktual.

2. Interview (wawancara)

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang

dilakukan oleh peneliti dan informan baik secara langsung dengan tatap

muka ataupun menggunakan alat. Adapun jenis wawancara yang

dilakukan yaitu wawancara tidak tersetruktur dengan pertanyaan

42
Ibid, hlm.203

64
terbuka. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar informasi yang

didapatkan bisa mendalam dan luas.

Wawancara dilakukan untuk menjawab pertanyaan yang ada di

fokus penelitian, serta memperkuat data penelitian. Wawancara

dilakukan dengan guru kelas, guru kepala sekolah, guru waka

kurikulum dan jika ada guru pendamping khusus.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakatan teknik pengumpulan data dengan

mencatat peristiwa-peristiwa yang telah berlalu baik berupa suara,

karya, tulisan ataupun gambar dari sebuah kejadian.

Dokumen yang diperlukan dalam penelitian yakni foto-foto saat

melakukan wawancara, observasi, suara rekaman, video pendek yang

berhubungan langsung dengan fokus penelitian.

F. Analisis Data

Tahap setelah mengumpulkan data yakni menganalisis data. Tujuan

dari analisis data yaitu menjawab pertanyaan yang terdapat pada fokus

penelitian. Menurut Bogdan dalam Sugiyono, analisis data merupakan

proses menyusun data secara sistematis yang telah didapatkan dari hasil

observasi, wawancara dan dokumentasi.43

Analisis data menjadi sebuah hal yang penting dalam penelitian,

karena seluruh data diolah melalui tahapan analisis sehingga menghasilkan

sebuah informasi yang lengkap dan tersusun sistematis. Miles dan

43
Sugiyono, op.cit, hlm. 319

65
Huberman (1984) mengemukakan bahwa analisis merupakan aktivitas

dalam mengolah data yang dilakukan secara berkelanjutan dan terus

menerus hingga data mencapai titik jenuh. Adapun teknik analisis data

yang digunakan yaitu meliputi dua tahap yakni 1) Analisis data kasus

individu, 2) Analisis data lintas kasus :

1. Analisis data kasus individu

Analisis data kasus individu diterapkan pada kedua objek

dalam hal ini SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah dan MI

Hidayatul Mubtadiin dengan tahap awal pengumpulan data

kemudian dianalisis sesuai dengan tahapan analisis Miles dan

Huberman. Adapun tahap analisis data menurut Miles dan

Huberman yakni sebagai berikut :44

a) Pengumpulan data

Pengumpulan data merrupakan tahapan pertama yang dilakukan

dalam analisis Miles dan Huberman. Dalam mengumpulkan

data dapat menggunakan teknik observasi, wawancara,

dokumentasi, serta teknik lain yang dapat menunjang

terkumpulnya informasi secara lengkap.

b) Reduksi data

Tahapan kedua setelah mengumpulkan data yaitu mereduksi

data. Tujuan dari reduksi data yaitu untuk meringkas, memilih

dan memilah data sehingga dapat dikelompokkan atau dikode

44
Ibid, hlm. 321

66
berdasarkan topik pembahasan. Pada tahap ini peneliti

melakukan pengecekan terhadap hasil observasi, wawancara

dan dokumentasi untuk mengetahui kelengkapan data.

Kemudian peneliti melakukan pengelompokkan hasil

penelitian sesuai dengan fokus penelitian. Setelah itu peneliti

memberikan kode-kode untuk membedakan data yang termasuk

data observasi, wawancara, ataupun dokumentasi.

c) Penyajian data

Setelah data direduksi maka selanjutnya yaitu penyajian

data. Maksud dari penyajian data yaitu untuk memberikan

gambaran dan penjelasan rinci data penelitian yang telah

disesuaikan dengan ruang lingkup topik pembahasan. Dalam

menyajikan data yang paling sering digunakan yaitu teks naratif.

Namun selain naratif data juga dapat disajikan dalam bentuk

began, hubungan antar kategori dan sejenisnya.45

Tahap penyajian data dilakukan dengan tujuan untuk

memudahkan peneliti dalam memahami hasil temuan setelah

data direduksi sehingga rencana kerja selanjutnya dapat

disiapkan dengan lebih baik.

d) Penarikan kesimpulan

Langkah terakhir dari tahap analisis Miles dan Huberman

yaitu penarikan kesimpulan. Dalam penarikan kesimpulan

45
Ibid, hlm.325

67
tujuan utama peneliti yaitu menjawab pertanyaan yang telah

tercantum pada rumusan masalah.

2. Analisis Data Lintas Kasus

Dalam analisis data lintas kasus ini, memberikan gambaran

mengenai perbandingan atas temuan yang didapatkan. Selain

membandingkan hal ini juga dimaksudkan untuk memadukan hasil

penelitian antar kasus.

Langkah yang dilakukan peneliti yakni dengan melakukan

proposisi data temuan penelitian dari MI Hidayatul Mubtadiin dan

SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang kemudian di

analisis secara naratif dengan menyusun kata-kata. Kemudian

pernyataan-pernyataan tersebut di analisis untuk menemukan

perbedaan karakter dari masing-masing kasus. Pada tahap akhir

yaitu analisis dengan tujuan untuk menyusun konsep yang

sistematis dari hasil temuan.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam menguji atau mengecek keabsahan data kualitatif terdapat

beberapa cara, namun dalam hal ini peneliti hanya menggunakan dua cara

yakni Triangulasi. Peneliti menggunakan triangulasi untuk mengecek

keabsahan data dengan mengaitkan dari berbagai hal seperti triangulasi

sumber yakni pengecekan data melalui sumber-sumber data yang berbeda

seperti guru kelas, kepala sekolah dan lain-lain. Kemudian triangulasi

68
teknik yakni pengecekan data melalui perbandingan data melalui teknik

observasi, wawancara dan dokumentasi.

H. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

yakni terdiri atas tiga tahapan yaitu sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Dalam mempersiapkan penelitian ini, peneliti telah

melakukan observasi dan wawancara secara personal kepada salah

satu guru pengampu di objek penelitian terkait topik yang akan

dibahas. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi awal

sehingga peneliti mengantongi data terkait hubungan topik

penelitian dengan objek.

Setelah melakukan observasi dan wawancara secara pribadi,

langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti yaitu

mengajukan surat permohonan ijin resmi pra lapangan kepada

admin Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang. Hal ini dimaksudkan agar kehadiran peneliti

dapat dibuktikan dengan surat resmi.

Kemudian, setelah perihal administrasi usai, peneliti mulai

merancang prosedur penelitian dan mempersiapkan segala hal

yang akan dijadikan pedoman dalam meneliti. Seperti garis besar

pedoman observasi, wawancara, dan hal lainnya.

69
2. Tahap pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap inti penelitian, karena dalam

tahapan ini peneliti diharapkan mampu menghimpun seluruh data

yang dibutuhkan sehingga selanjutnya dapat diolah dan

dipaparkan dalam bentuk hasil. Adapun yang dilakukan oleh

peneliti dalam tahap pelaksanaan yaitu :

a) Peneliti melakukan observasi langsung terkait topik evaluasi

pembelajaran pada peserta didik berkebutuhan khusus

dengan guru atau pemangku kebijakan di SDI Unggulan Asy

Syafiiyah At Tijanniyah Malang dan MI Hidayatul

Mubtadiin Malang.

b) Peneliti melakukan wawancara langsung dengan guru atau

pemangku kebijakan di SDI Unggulan Asy Syafiiyah At

Tijanniyah Malang dan MI Hidayatul Mubtadiin Malang.

c) Peneliti melakukan dokumentasi data lapangan untuk

menunjang hasil penelitian.

3. Tahap pengolahan data

Setelah data dikumpulkan selanjutnya yaitu tahap

pengolahan data. Tahap ini dilakukan agar terdapat kejelasan

dana pemaparan hasil temuan yang ringkas, padat, dan jelas.

4. Tahap penyajian data

Tahap keempat yang dilakukan yaitu, tahap menyajikan data.

Setelah mengolah data, maka peneliti menyajikan data hasil

70
penelitian dengan tujuan untuk menyimpulkan hasil temuan dan

menjawab rumusan masalah yang telah dibuat diawal.

71
BAB IV

PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. MI Hidayatul Mubtadiin Malang

a. Profil MI Hidayatul Mubtadiin Malang

Nama Sekolah/Madrasah : Mi Hidayatul

Mubtadi’in

Tasikmadu

Tahun, Bulan, Tanggal Berdiri : 10 OKTOBER 1989

Status Akreditasi : A ( Tahun 2018)

Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 111235730033

Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) : 60720783

Alamat Sekolah/Madrasah : Jl. K.H Yusuf 174

Tasikmadu

Nomor Telp Sekolah/Madrasah : 0341-417535

Nama Kepala Sekolah/Madrasah : Ida Nur Aini, S.Ag

Alamat Rumah : JL. K.H Yusuf RT. 03

RW 05 Tasikmadu

Lowokwaru Malang

Nomor Hand Phone (HP) : 081336229000

72
Nama Yayasan Sekolah/Madrasah : Hidayatul Mubtadi’in

Tasikmadu

Nama Ketua Yayasan/Madrasah : Nur Laila. S.Ag

b. Sejarah berdirinya MI Hidayatul Mubtadiin Malang

Madrasah Ibtidaiyah (MI) Hidayatul Mubtadiin Tasikmadu

berdiri sejak tahun 1989, didirikian oleh KH Agus Salim Mahfudz

Yusuf (Gus Fudz). Awal mula pendirian MI ini dilatar belakangi

keinginan KH Agus Salim Mahfudz Yusuf untuk menyediakan

sebuah lembaga pendidikan dalam rangka untuk memberikan

pengajaran bagi anak-anak usia sekolah yang ada di desa Tasikmadu,

terutama anak-anak yatim dan fakir miskin. Sebelum MI. Hidayatul

Mubtadiin menjadi lembaga formal dengan menggunakan

kurikulum dari departemen pendidikan dan departemen Agama,

pada awal mulanya MI Hidayatul Mubtadiin merupakan lembaga

pendidikan in formal yaitu Madrasah Diniyah tingkat Ibtidaiyah

yang memberikan pengajaran agama dan pengajian Al-Qur’an

kepada anak-anak usia sekolah, dengan tujuan setelah pulang dari

sekolah di SD maka anak-anak diberikan pengajaran agama dan

pembelajaran Al-Qur’an di Madrasah Diniyah.

Pada perkembangannya setelah melihat minat dari orang tua

yang tinggi dan dari perkembangan murid yang semakin banyak,

maka MI yang asal mulanya dari Madrasah Diniyah berkembang

menjadi Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan nama MI. Hidayatul

73
Mubtadi’in menyesuaikan dengan nama lembaga pendidikan yang

menaunginya yaitu Yayasan pendidikan Islam Hidayatul Mubtadi`in

Tasikmadu.

YPI Hidayatul Mubtadiin sendiri merupakan lembaga

pendidikan formal yang membawahi PAUD, RA, MI, MTs, MA dan

Pondok Pesantren, merupakan lembaga pendidikan yang bersifat

kholafi (perpaduan antara lembaga pondok pesantren salafi dan

lembaga pendidikan modern).

Saat ini MI. Hidayatul Mubtadiin menempati gedung milik

sendiri yang didirikan oleh Alm. KH Agus Salim Mahfudz Yusuf,

atas bantuan tanah wakaf dari ibu Hj Siti Maisaroh. Dari awal

berdirinya MI. Hidayatul Mubtadiin telah mengalami beberapa kali

pergantian kepala madrasah, kepala madrasah yang pertama adalah

ibu Siti Rukoyyah, beliau merupakan kepala sekolah pertama yang

diserahi tugas oleh pendiri untuk melaksanakan kegiatan pendidikan

dasar dengan menggunakan kurikulum dari Departeman Agama.

c. Visi, Misi, dan Tujuan MI Hidayatul Mubtadiin Malang

1) Visi

Terwujudnya insan yang kreatif, berprestasi, dan berakhlakul

karimah.

2) Misi

a) Membudayakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan

74
b) Mendorong peserta didik mengenali potensi diri

c) Menyediakan berbagai kegiatan akademik dan non akademik

d) Menciptakan lingkungan yang berkarakter Islam

3) Tujuan

a) Terciptanya budaya belajar dan bekerja yang kondusif

b) Terbinanya Siswa, Guru dan Karyawan

c) Terwujudnya Insan yang Berprestasi

d) Terciptanya lingkungan yang berkarakter Islam

2. SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang

a. Profil SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang

Nama Sekolah/Madrasah : SDI Unggulan Asy

Syafiiyah At

Tijaniyyah Malang

Tahun, Bulan, Tanggal Berdiri : 27 Maret 2019

Status Akreditasi :-

Alamat Sekolah/Madrasah : Jl. Sidodadi Sememek

No.23 Gg.7 RT.36

RW.06 Kebonagung

Kec. Pakisaji Kota

Malang

Nama Kepala Sekolah/Madrasah : Mila Kholifah, S.Pd

Nomor Hand Phone (HP) : 081336229000

75
Nama Yayasan Sekolah/Madrasah : Yayasan Pondok

Pesantren Asy

Syafiiyah At

Tijaniyyah

Nama Ketua Yayasan/Madrasah : Ali Mukhammad Al

Abror, M.Pd

b. Sejarah berdirinya SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah

Malang

Kararkter bangsa merupakan aspek terpenting karen akan

menentukan kemajuan suatu bangsa. Dan kualitas karakter bangsa

ini sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Oleh

karena itu, karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak

usia dini.

Dalam rangka mengemban amanah dan memnuhi tuntutan

era. SD Islam Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang

merupakan lembaga pendidikan di bawah naungan Pondok

Pesantren Tarbiyatut At Tijaniyyah Al Abror yang didirakan oleh 4

tokoh hebat yaitu Ali Mukhammad Al Abror, M.Pd. selaku

pengasuh Yayasan Pondok Pesantren Tarbiyatut At Tijaniyyah Al

Abror, Supriono , M.Ag, M.Pd selaku wakil kepala sekolah MTSN

2 Turen, Widiarno, S.Pd. selaku guru MIN 2 Malang, dan M.Farid

Ma’ruf, berorientasi dalam bidang pendidikan khusus tingkat

sekolah dasar untuk mengembangkan IMTAQ dan IMTEQ secara

76
seimbang, serta pembentukan karakter peserta didik yang

mempunyai kreatifitas tinggi dan mampu meraih prestasi dan

menjunjung tinggi nilai keagamaan agar siap menghadapi tuntutan

dan tantangan jaman. Untuk itu SD Islam Unggulan Asy Syafiiyah

At Tijaniyyah Malang akan berusaha semaksimal mungkin untuk

memberkan pelayanan pendidikan yang optimal agar peserta didik

dapat meraih prestasi, berorintasi dengan masyrakat sekitar dan bisa

lebih baik di jenjang pendidikan berikutnya, seta menciptakan iklim

pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

Kondisi geografis lokasi SD Islam Unggulan Asy Syafiiyah

At Tijaniyyah Malang berada di area pertaniandi pinggiran Kota

malang. Prospek pendaftar dan demografi anak usia seolah di

wilayah tersebut cukup tinggi karena lokasi sekolah berada diantara

dua kecamatan yakni Pakisaji dan Wagir. Keberadaan SD Islam

Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang dalam perspektif

ekologis cukup strategis karena mayoritas masyarakat musim berada

di wilayah tersebut sangat mendukung berdirinya sekolah berbasis

Islam, dengan harapan masyarakat tidak perlu jauh ke kota untuk

pendidikan putra putrinya, selain itu juga agar anak memiliki

karakter dan aqidah yang kokoh sejak dini.

77
c. Visi dan Misi SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah

Malang

1) Visi :

Terwujudnya peserta didik yang berakhlaqul karimah, cerdas,

terampil, mandiri dan berwawasan kebangsaan.

2) Misi :

a) Menanaman keimanan dan ketaqwaan melalui pengalaman

ajaran agama islam. Mengoptimalkan proses pembelajaran

dan keteladanan

b) Membina kemandirian peserta didik melalui kegiatan

pembiasaan dan pengembangan diri yang terecana dan

berkesinambungan

c) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada

seluruh warga madrasah. Menjalin Kerjasama yang

harmonis antar warga sekolah dan lembaga lain yang terkait.

B. Paparan Data

1. Perencanaan Evaluasi Pembelajaran Pada Siswa Berkebutuhan

Khusus

Dalam sebuah proses pembelajaran, keberadaan perencanaan menjadi

sebuah hal yang sangat penting dan patut untuk diperhatikan oleh setiap

guru. Dengan adanya sebuah perencanaan alur dari sebuah pembelajaran

akan berjalan dengan baik dan sesuai dengan rangkaian materi yang

seharusnya. Begitupula dalam pelaksanaan sebuah evaluasi pembelajaran,

78
guru pun juga memerlukan perencanaan yang tepat sehingga dapat

memperoleh data yang tepat pula dari peserta didik. Adapun perencanaan

evaluasi di MI Hidayatul Mubtadiin Malang dan SDI Unggulan Asy

Syafiiyah At Tijaniyyah Malang yakni sebagai berikut :

a. MI Hidayatul Mubtadiin Malang

Selain perencanaan pembelajaran, merencanakan evaluasi

hasil pembelajaran pun juga sama pentingnya. Hal ini dikarenakan

melalui evaluasi guru mampu mengukur sejauh mana kemampuan

dan pemahaman peserta didik dalam proses pembelajaran di dalam

kelas. Pernyataan ini sejalan dengan uraian Pak S mengenai definisi

evaluasi pembelajaran, selaku guru pengampu kelas 4 yang di

dalamnya terdapat seorang siswa disleksia, yaitu :

“Evaluasi pembelajaran itu kan yang pertama untuk


mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu pembelajaran
tersebut nah itu disebut evaluasi”46

Hal ini didukung oleh definisi evaluasi pembelajaran menurut Bu I

selaku Kepala Madrasah yakni :

“Evaluasi itu ya penilaian segala aspek mbak ya, penilaian


dari seluruh rangkaian pembelajaran yang telah disampaikan
dengan tujuan untuk mengukur keberhasilan tentunya. Ya
keberhasilan siswa nya, ya keberhasilan gurunya.”47

Adapun urgensi dari evaluasi pembelajaran sendiri menjadi sebuah

hal yang sangat tinggi di dalam menilai keberhasilan peserta didik

46
Hasil wawancara dengan Pak S Guru Kelas Ananda G MI HM, tanggal 6 Januari 2021 pada jam
10.00 WIB.
47
Hasil wawancara dengan Bu I Kepala Sekolah MI HM, tanggal 9 Januari 2021 pada jam 9.00
WIB.

79
dalam memahami pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pernyataan

Pak S yakni :

“Ya penting sekali, karena salah satu proses keberhasilan


dalam pembelajaran itu kan mengevaluasi pembelajaran
sesuai dengan target kita. Cara kita tahu sesuatu itu sudah
tercapai atau belum itu kan ya salah satunya dengan evaluasi
itu tadi, mengevaluasi apa yang sudah kita sampaikan pada
siswa selama pembelajaran.”48

Bu Ida pun juga mengatakan demikian dalam pernyataan nya :

“ Penting sekali, evaluasi itu untuk mengetahui sejauh mana


kompetensi diserap siswa, sudah berhasilkah guru dalam
pembelajaran, dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
profesionalitas guru-guru di madrasah.”49

Oleh karena keberadaan evaluasi pembelajaran menjadi sebuah hal

yang penting dalam mengukur keberhasilan dalam proses kegiatan

belajar, maka perlu adanya perencanaan yang tepat. Adapun

komponen-komponen yang perlu dipersiapkan dalam menyusun tes

evaluasi hasil belajar menurut penuturan Pak S yakni sebagai berikut

“Nah jadi gini, untuk mempersiapkan evaluasi tentunya yang


pertama kan tentunya menanyakan materi-materi yang sudah
kita ajarkan itu tadi dan itu sudah ada di dalam RPP, disana
dilampirkan. Jadi dari situ bisa untuk evaluasi pembelajaran
singkat untuk mengukur anak kira-kira sudah paham atau
belum. Kalo, untuk soal harian kalo proses pembelajaran itu
kan gak lepas dari soal harian KD nya seperti apa, materinya
seperti apa, setelah proses pembelajaran itu kan tahap
selanjutnya yang harus dilakukan seperti apa, nah jadi sesuai
alurnya seperti itu. Untuk PTS dan PAS, selalu ada kisi-kisi
yang di dalam nya itu sudah disusun sedemikian rupa
berdasarkan materi, KD , indikator yang telah diajarkan. Jadi

48
Hasil wawancara dengan Pak S Guru Kelas Ananda G MI HM, tanggal 6 Januari 2021 pada jam
10.00 WIB.
49
Hasil wawancara dengan Bu I Kepala Sekolah MI HM, tanggal 9 Januari 2021 pada jam 09.00
WIB.

80
kisi-kisi ini sebagai rel kita agar tetap sesuai dengan materi
seharusnya.” 50

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan evaluasi hasil


pembelajaran peserta didik menurut penuturan Pak S yakni :
“Nah, untuk penyusunan nya itu diserahkan kepada masing-
masing guru kelas, tapii sebelum menyusun soal baik itu PTS
atau PAS itu biasanya ada rapat dulu untuk ujian akhir dan
ujian tengah semester, disitu nanti ditentukan berapa materi
yang diujikan, bentuknya seperti apa, berapa soal yang
diberikan, kemudian nanti pelaksanaannya kapan.” 51

Terkait pihak penyusun perencanaan baik pembelajaran ataupun

evaluasi ini pun juga sesuai dengan pernyataan Bu I yakni :

“Guru kelas, jadi perencanaan ataupun hal-hal yang


menyangkut pembelajaran semua dikoordinir oleh guru
kelas masing-masing.” 52

Adapun penyusunan perencanaan evaluasi hasil pembelajaran ini

juga dilaksanakan pada waktu-waktu yang telah disepakati, seperti

penuturan Bu Ida yakni :

“Untuk evaluasi yang harian itu saat awal semester,


sekaligus penyusunan RPP. Ketika kenaikan kelas,
sebenarnya dibahasnya ya secara umum ndak yang khusus.
Ya membahas anak ini naik apa ndak, anak ini gini atau
gimana. Jadi setiap guru tau cara penanganan jika bertemu
dengan anak-anak tersebut.”53

50
Hasil wawancara dengan Pak S Guru Kelas Ananda G MI HM, tanggal 6 Januari 2021 pada jam
10.00 WIB.
51
Ibid
52
Hasil wawancara dengan Bu I Kepala Sekolah MI HM, tanggal 9 Januari 2021 pada jam 09.00
WIB.
53
Ibid

81
Sama halnya dengan penuturan Pak S, yakni :

“Untuk evaluasi PTS dan PAS ya sebelumnya itu pasti ada


rapat untuk membahas dan membuat soal itu tadi, kalo untuk
harian kan sudah ad aitu semua di RPP”54

Terkait pedoman yang digunakan dalam menyusun perencanaan


evaluasi, Pak S mengatakan yakni :
“Untuk soal harian itu kan yang tau ukurannya guru masing-
masing ya jadi kebijakan masing-masing guru, guru juga
harus bisa berbuat bijak jika dihadapkan dengan siswa-siswa
yang beragam. Kalo untuk soal PTS, PAS ya itu tadi
pedoman yang diikuti ada setelah dibahas dalam rapat
persiapan ujian itu. Dan secara umum pedoman yang diikuti
seperti halnya dalam membuat soal itu tadi.”55

Pernyataan ini sejalan dengan penuturan Bu I terkait


pedoman yang digunakan yakni :
“Pedoman yang digunakan sama seperti penyusunan
evaluasi pada umumnya. tidak ada perbedaan mbak.”56

Adapun perencanaan evaluasi sendiri di MI Hidayatul Mubtadiin

tidak terdapat perbedaan antara evaluasi untuk siswa regular dan

siswa berkebutuhan khusus, hal ini dinyatakan oleh Bu I dalam

keterangan yakni :

“Sebetulnya ya tidak ada, karena sekolah kita kan bukan


jenis sekolah yang khusus untuk anak-anak berkebutuhan
khusus. Jadi sekolah ndak boleh nolak, sekolah yang harus
menyamakan aturan yang ada jadinya yaa materinya yang
diturunkan. Jadi tidak ada hal khusus yang dibedakan hanya
itu tadi, modifikasi dan inovasi guru untuk mengukur
kemampuan anak dalam pembelajaran.”57

54
Hasil wawancara dengan Pak S Guru Kelas Ananda G MI HM, tanggal 6 Januari 2021 pada jam
10.00 WIB.
55
Hasil wawancara dengan Pak S Guru Kelas Ananda G MI HM, tanggal 6 Januari 2021 pada jam
10.00 WIB.
56
Hasil wawancara dengan Bu I Kepala Sekolah MI HM, tanggal 9 Januari 2021 pada jam 09.00
WIB.
57
Ibid

82
Hal ini pun selaras dengan penuturan Pak S yakni :

“Tidak ada mbak, karena konsepnya tidak boleh ada


perbedaan baik di KKM ataupun soal jadi disamakan
semuanya, yang menjadikan beda ya itu tadi kebijakan
masing-masing guru. Kan kalo untuk tematik diampu guru
kelas sendiri ya, nah untuk bahasa arab dan PJOK itu kan ada
guru masing-masing dan satu sama lain pasti ada kebijakan
sendiri-sendiri. Jadi, secara umum tidak ada yang dibedakan,
yang menjadikan beda ya treatment nya itu tadi. Yang jelas
guru itu harus tahu kemampuan siswa, kekurangan siswa ini
apa, jadi dari situ guru nanti bisa mencapai hal-hal sesuai
dengan target masing-masing. Seperti Galih, tidak bisa jika
dipukul rata anak ini bisa A bisa B, ndak bisa seperti itu. Jadi
harus memahami dulu kemampuan anak itu dari situ nanti
bisa tahu bagaimana cara yang tepat.”58
Adapun proses penyusunan perencanaan evaluasi sendiri seperti

penuturan Pak S yakni :

“Proses penyusunannya ya sama seperti di awal tadi, setiap


sebelum PTS dan PAS pasti ada kisi-kisi dimana kisi-kisi ini
difungsikan sebagai rel untuk melihat kesesuaian antara
materi yang diajarkan dengan materi yang diujikan. Dan
penyusunan nya pun juga tadi itu dibahas dalam rapat soal
nya berapa, bentuk nya gimana, materinya berapa, begitu.”59

Berdasarkan hasil dokumentasi apa yang dikatakan oleh Bu I

ataupun Pak S memiliki kesamaan dengan hasil wawancara, dimana

perencanaan pembelajaran untuk peserta didik berkebutuhan khusus

tidak dibedakan dengan peserta didik normal lainnya dikarenakan

ananda G sebagai peserta didik berkebutuhan khusus dengan

hambatan mengenal huruf dikategorikan masih mampu untuk

mengikuti pembelajaran seperti hal nya peserta didik lainnya.

58
Hasil wawancara dengan Pak S Guru Kelas Ananda G MI HM, tanggal 6 Januari 2021 pada jam
10.00 WIB.
59
Hasil wawancara dengan Bu I Kepala Sekolah MI HM, tanggal 9 Januari 2021 pada jam 09.00
WIB.

83
b. SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang

Evaluasi menjadi salah satu komponen yang penting dalam

rangkaian sebuah pembelajaran. Oleh dasar urgensi tersebut,

sebelum melaksanakan evaluasi pembelajaran, perlunya

perencanaan yang baik agar rangkaian evaluasi dapat mengukur

secara konkrit kondisi dan kemampuan pemahaman peserta didik

dalam proses pembelajaran. Keberadaan evaluasi hasil

pembelajaran dimaksudkan dapat menjadi sebuah patokan untuk

melakukan perbaikan dalam pembelajaran yang akan datang. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Bu R :

“Ya jelas nya supaya semakin baik ya. Adanya evaluasi itu
kan untuk melihat sudah pahamkah siswa, nah kalo ada hasil
evaluasi tertulisnya kan ada semacam patokan yang bisa
digunakan untuk berkaca dan semakin baik kedepannya.”60

Selain itu evaluasi hasil pembelajaran juga dapat digunakan untuk

mengukur keberhasilan peserta didik dalam mencapai kisi-kisi yang

telah disusun sebelumnya, hal ini sesuai dengan pernyataan Bu A :

“Evaluasi belajar itu mencakup keberhasilan siwa mencapai


kisi-kisi yang telah dikonsep sebelumnya. Jadi evaluasi hasil
itu lebih kepada uji kompetensi, baik berupa harian tengah
semester ataupun PAS.” 61

60
Hasil wawancara dengan Bu R Guru Kelas 1 SDI UAA, tanggal 30 Januari 2021 pada jam 09.00
WIB.
61
Hasil wawancara dengan Bu A Guru Kelas 2 SDI UAA, tanggal 11 Januari 2021 pada jam 09.00
WIB.

84
Oleh karena luasnya cakupan evaluasi pembelajaran dan sangat erat

dengan proses kegiatan belajar mengajar, menjadikan evaluasi

sebuah hal yang penting. Hal ini sejalan dengan pernyataan Bu A :

“Kalau menurut saya ya penting banget bu, ini berkaitan


dengan proses kegiatan belajar mengajar juga, nah untuk
mengetahui seberapa nyampeknya materi selama kegiatan
belajar mengajar di dalam kelas ya jadi penting sekali
diadakan evaluasi. Kalau ndak ada evaluasi guru tau dari
mana siswa itu sudah bisa atau belum, sudah paham atau
belum, begitu. Untung nya di sekolah sesuai dengan aturan
Yayasan masih diperbolehkan untuk melakukan proses
belajar mengajar di masa pandemi meskipun tidak full, jadi
pemantauan untuk evaluasi siswa masih bisa dilakukan
secara langsung.” 62

Di sisi lain, keberadaan evaluasi juga dimaksudkan untuk mencari

strategi pemecahan masalah yang tepat yang ditemukan selama

masa pembelajaran berlangsung. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Bu R ketika menghadapi siswa U :

“Evaluasi itu ya penting banget, karena itu kalo ndak ada


evaluasi kan ndak tau langkah ke depannya yang dibutuhkan
siswa dan yang harus dilakukan oleh guru supaya lebih baik
itu seperti apa. Contoh misalnya U, U itu kan sudah tak
berikan stimulus ya, respon nya ya seperti itu kurang, tapi
dia bagus di aspek satunya. Misal saya menargetkan 80 lah
untuk membaca, tapi nyatanya belum. Dia bagus di itung-
itungannya di matematika. Jadi saya kasih poin nya di situ,
sedangkan membaca nya saya lisankan. Nah, tujuan dari
evaluasi supaya untuk menemukan strategi baru dalam
memecahkan suatu permasalahan.” 63

Sebelum melaksanakan sebuah evaluasi, seorang guru perlu

mempersiapkan beberapa komponen yang dinilai penting dan akan

62
Ibid
63
Hasil wawancara dengan Bu R Guru Kelas 1 SDI UAA, tanggal 30 Januari 2021 pada jam 09.00
WIB.

85
mempengaruhi proses pelaksanaan evaluasi pembelajaran. Selain

mempersiapkan materi, guru patut untuk mengetahui kondisi dan

karakter dari peserta didik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bu R :

“Eem yang pertama kita harus tahu karakter siswa dulu, jadi
kita tahu evaluasi yang tepat untuk anak nya. Misal kita ndak
paham dengan karakter anaknya dan langsung memutuskan
untuk menggunakan evaluasi teks atau portofolio, nah U
ndak bisa seperti itu dengan kondisi dia yang ndak bisa
membaca atau menulis sendiri ya ndak bisa. Dia cuma bisa
hitung-hitungan. Jadi komponen utama ya guru harus tau
dulu karakter dari siswa, nah komponen selebihnya sama ya
materi dan lain-lain.”64

Pada dasarnya komponen evaluasi siswa berkebutuhan khusus yang

perlu direncanakan oleh guru di SDI Unggulan Asy Syafiiyah At

Tijaniyyah Malang tidak berbeda dengan komponen evaluasi siswa

regular hal ini sejalan dengan pernyataan Bu A :

“Untuk perencanaan belajar itu ya media, konsep, materi.


Kalau disini konsep itu terobosan tersendiri dari sekolah
yang tujuan nya lebih memudahkan siswa dalam memahami
isi atau muatan dari materi yang akan dipelajari. Kalau untuk
evaluasi nya sendiri, tidak ada perencanaan khusus karena
basic nya kami bukan sekolah khusus yang bagaimana-
bagaiamana ya bu. Hanya saja ya itu tadi dalam menyusun
evaluasi tentunya harus menyesuaikan konsep yang telah
diajarkan dan kemampuan dari masing-masing siswa.” 65

Dalam menyusun perencanaan evaluasi, sekolah menyerahkan

kebijakan tersebut kepada masing-masing guru kelas hal ini sejalan

dengan penuturan Bu A :

“Ini rencana evaluasi bu ya jadi diserahkan kepada masing-


masing guru kelas dalam pembuatan perencanaan itu tadi.
Namun juga dikomunikasikan dengan kepala sekolah dalam
64
Ibid
65
Hasil wawancara dengan Bu A Guru Kelas 2 SDI UAA, tanggal 11 Januari 2021 pada jam
09.00 WIB.

86
KKG mingguan. Kan rencana evaluasi harian itu kan juga
masuk ke rencana pembelajaran atau RPP.”66

Meskipun perencanaan evaluasi ini diserahkan pada guru kelas,

namun masih ada beberapa hal yang harus didasarkan pada

kesepakatan bersama antara guru dengan kepala sekolah. Adapun

penuturan Bu A terkait pedoman penyusunan perencanaan yakni

sebagai berikut :

“Kalau untuk pedoman perencanaan evaluasi, menyesuaikan


saja bu kalau niku. Pedoman yang digunakan sama seperti
penyusunan evaluasi pada umumnya. jadi kalau untuk harian
nya tetap ada evaluasi terstruktur dan tidak tersetruktur
mawon gitu.” 67

Pada dasarnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada

perencanaan evaluasi hasil pembelajaran di SDI Unggulan Asy

Syafiiyah At Tijaniyyah Malang, Adapun perbedaan yang

ditemukan yakni pada pelaksanaan evaluasi itu sendiri. Hal ini

sejalan dengan penuturan Bu A yakni :

“Secara umum ndak ada yang dibedakan bu karena untuk U


ya itu tadi kemampuan dia masih sama dengan siswa yang
lainnya hanya saja perlu bantuan guru dalam mengerjakan
soal-soalnya. Jadi untuk perencanaan tidak ada yang berbeda
yang dibedakan hanya saat pelaksanaanya saja. Kalau untuk
K jelas ada perbedaan evaluasi tapi tidak ada perencaan
evaluasi khusus untuk K karena status K sebagai siswa
mutase itu tadi dan kami disini masih dalam proses
pengamatan sambil belajar apa yang cocok untuk K. Karena
sejauh ini pihak sekolah juga bingung bu, dalam artian
kurang nya komunikasi dengan orangtua juga akhirnya
membuat langkah kami agak terbengkalai.” 68

66
Ibid
67
Ibid
68
Ibid

87
Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi, dalam perencanaan

pembelajaran ataupun perencanaan evaluasi hasil guru tidak

membedakan antara peserta didik berkebutuhan khusus dengan

peserta didik normal lainnya. Hal ini dengan alasan yang sama

seperti yang terjadi di MI HM yaitu, ananda U dikategorikan masih

mampu untuk mengikuti pembelajaran seperti pembelajaran normal

dengan teman-temannya.

2. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pada Siswa Berkebutuhan

Khusus

a. MI Hidayatul Mubtadiin Malang

Poin utama dalam sebuah tahapan terletak pada pelaksanaan.

Hal ini juga berlaku pada tahapan evaluasi. Pelaksanaan evaluasi

menjadi hal yang sangat penting. Tanpa adanya persiapan yang baik,

pelaksanaan evaluasi tentu tidak akan berjalan secara maksimal.

Adapun tujuan dari evaluasi sendiri yakni untuk mengukur sejauh

mana kemampuan dan pemahaman peserta didik dalam mengikuti

proses pembelajaran, serta sejauh mana keberhasilan guru dalam

memahamkan siswa terhadap konsep yang telah disusun. Dalam

melakukan evaluasi terhadap siswa berkebutuhan khusus ada

beberapa hal yang harus dijadikan sorotan, baik Pak S dan Bu I

memberikan pernyataan yang selaras yakni :

88
“Ya yang harus diinget ya paling utama ya kemampuan anak
sendiri.” 69

Hal ini didukung oleh Bu I dalam penuturan nya yakni :


“Yang jelas guru itu harus paham sama kondisi nya anak,
ketika guru sudah paham dengan kondisi anak jadi guru itu
tidak bingung cara ngatasi anak itu, dan yang utama guru
tidak memukul rata batas kemampuan anak satu dengan anak
yang lain” 70

Dengan adanya pemahaman mendasar mengenai kondisi dan

kemampuan peserta didik, guru akan terbantu baik dalam proses

pembelajaran ataupun dalam melakukan penilaian. Sesuai dengan

aturan yang berlaku, evaluasi dilakukan dalam tiga ranah utama

yakni, pengetahuan, sikap dan keterampilan. Adapun cara Pak S

dalam melakukan tes ranah pengetahuan pada G (siswa

berkebutuhan khusus) yakni :

“Untuk penugasan ini kita samakan dengan siswa lain, tapi


disini orang tua dan teman kita dorong untuk saling
membantu. Kan biasanya kalo teman-sama teman itu enak
selain untuk membantu G juga, itu juga menumbuhkan sikap
kepedulian antar teman. Jadi kalo untuk pengetahuan intinya
adanya kebijakan masing-masing guru. Intinya kebijakan
itu.” 71

Sedangkan pada ranah sikap, Pak S mengatakan :

“Kalo sikap ini malah cenderung lebih baik, kalo perilaku


malah cenderung lebih tinggi dibanding dengan teman-
teman yang lain. Kan di sekolah juga ada pembiasaan sholat
dhuha, dhuhur berjamaah dan lain lain nah itu juga masuk ke
dalam aspek sikap dan G cenderung baik dalam sikapnya.
Hanya saja ya itu pengetahuannya yang cenderung di bawah
69
Hasil wawancara dengan Pak S Guru Kelas Ananda G MI HM, tanggal 6 Januari 2021 pada jam
10.00 WIB.
70
Hasil wawancara dengan Bu I Kepala Sekolah MI HM, tanggal 9 Januari 2021 pada jam 09.00
WIB.
71
Hasil wawancara dengan Pak S Guru Kelas Ananda G MI HM, tanggal 6 Januari 2021 pada jam
10.00 WIB.

89
siswa lain. Kalo anak berkebutuhan khusus seperti G ini kan
mereka cenderung diam tidak yang neko-neko. Beda lagi
kalo yang beberapa tahun kebelakang itu anak nya hiper,
kalo anak hiper itu memang tingkah nya yang agak sulit
dikendalikan tapi kadang-kadang malah pengetahuannya
lebih tinggi dari teman-temannya. Nah kalo G ini yang
cenderung bagus sikap nya, hanya saja ya di pengetahuannya
yang agak tertinggal dari teman-temannya.” 72
Sedangkan pada ranah keterampilan Pak S mengatakan :

“Nah kalo keterampilan kan banyak yaa, tapi yang sering


sekali saya tekankan malah membaca nya jadi biar sambil
berlatih karena itu yang urgen seperti itu. itu prosentasenya
paling tinggi karena memang yang diperlukan ya itu. Kalo
untuk keterampilan yang lain tidak ada masalah, ya itu tadi
yang paling sering saya berikan latihan membaca.” 73

Adapun penugasan yang kerap dilakukan ketika di dalam kelas

menurut penuturan Pak S yakni :

“Ya itu tadi, kalo di harian itu menyesuaikan. Kadang ya


tulis kadang langsung lisan jadi balik lagi ke kebijakan
masing-masing guru.”74

Hal ini terjadi karena :

“Jadi kan anak di beri evaluasi A, B atau C itu kan intinya


untuk mengukur sejauh mana kemampuan anak. Jadi
menggunakan apapun selama itu bisa untuk melihat tingkat
ketercapaian target dari guru itu ya tidak apa-apa
digunakan.” 75

Dalam melaksanakan proses pembelajaran, sekitar 2 tahun lalu di

MI Hidayatul Mubtadiin terdapat shadow untuk mendampingi siswa

berkebutuhan khusus dengan hambatan hiperaktif. Namun

72
Ibid
73
Ibid
74
Ibid
75
Ibid

90
keberadaan shadow ini tidak ada andil dalam proses penilaian siswa,

hanya sekedar membantu siswa berkebutuhan khusus dalam proses

nya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bu I yakni :

“Tidak ada andil mbak, shadow hanya ditugaskan untuk


mendampingi proses belajar anak-anak ya biar anak nya
ndak ganggu dan terkontrol gitu intinya. Kalau penilaian
hanya guru yang melakukan. Jadi shadow hanya bertugas
untuk mengontrol siswa saat pembelajaran ya intinya
membantu siswa untuk lebih menata emosinya mbak, karena
anak yang didampingi shadow disini itu anak yang semacam
memiliki gangguan emosi seperti. Jadi ketika pensil sudah
dipegang atau digigit, itu belum dilepaskan kalau belum
sampai patah. Nah, untungnya orang tua bisa diajak
kerjasama dan koordinasi, ketika sekolah menyarankan anak
untuk diperiksakan baik ke psikolog atau semacamnya dan
hasil diagnosa keluar, orang tua mampu menerima bahwa
anaknya butuh pendampingan khusus. Karena ya itu tadi,
guru nya kewalahan mbak, karena basic kami juga bukan
dari background pendidikan khusus seperti itu”76

Keberadaan shadow sendiri juga atas hasil diagnosa tenaga ahli,

meskipun dalam kasus G tidak ada diagnose resmi namun Pak S

sendiri mengatakan telah melakukan konsultasi pribadi pada tenaga

ahli dalam pernyataannya :

“Nah kalo diagnosa, dalam beberapa tahun kebelakang


memang di sekolah ini ada tenaga shadow dan anak memang
sudah ada hasil diagnosa dari ahli, disini Kerjasama dengan
orang tua sangat penting. Namun karena finansial masing-
masing orang tua itu berbeda-beda jadi ya tidak semua bisa
disamakan. Jangankan shadow kadang-kadang bayar
membayar saja sudah kerepotan, tapi beberapa waktu ke
belakang itu saya pribadi pernah konsultasi dengan psikiater
terkait anak ini sempat omong-omongan, wa dan sebagainya
itu ya memang ada arah anak ini ke hambatan khusus
disleksia. Oleh karena itu disini kita aktifkan teman-

76
Hasil wawancara dengan Bu I Kepala Sekolah MI HM, tanggal 9 Januari 2021 pada jam 09.00
WIB.

91
temannya untuk membantu ketika di kelas, dan orang tua
ketika di rumah.”77

Dalam proses pembelajaran, guru pasti menemukan kendala-

kendala yang bisa diatasi ataupun masih menjadi pekerjaan rumah

untuk diselesaikan di hari kemudian. Berikut penuturan Pak S terkait

faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran

dan evaluasi hasil terhadap peserta didik berkebutuhan khusus :

“Jadi yang faktor pendukung itu yang jelas atmosfir kelas,


jadi guru harus bisa menciptakan atmosfir kelas yang saling
support ketika teman nya tidak bisa. Dan itu menjadi
pendukung karena itu akan meningkatkan motivasi belajar
G. Jadi kalo pas senggang itu temen-temennya saya gilir
untuk saling membantu G membaca. Selain itu juga
kesadaran orang tua terkait kondisi siswa, nah kalo orang
tuanya sudah sadar akan keterbatasan anaknya kan enak.
Kalo untuk penghambatnya sejauh ini tidak ada hambatan
yang cukup berarti, hanya saja ya itu, alangkah lebih baiknya
jika abk itu didampingi shadow, tapi karena alasan finansial
masing-masing orang berbeda, hal tersebut tidak dapat
dilaksanakan. Tapi sejauh ini alhamdulillah masih bisa
diatasi.” 78

Adapun pernyataan Bu I terkait faktor penghambat dan faktor

pendukung dalam pelaksanaan proses pembelajaran dan evaluasi

terhadap peserta didik berkebutuhan khusus yakni sebagai berikut :

“Iya itu tadi, karena kita berangkatnya juga bukan dari guru
inklusi atau khusus, makanya pengetahuan dan kemampuan
kita ya agak kurang jika dihadapkan dengan jenis anak yang
unik seperti itu. Sebetulnya guru yang sudah khusus itu kan
pastinya sudah punya tips dan trik untuk menangani anak-
anak itu. Kalau guru sd biasa ya hanya menggunakan buah
hasil pengalaman nya saja dari tahun-tahun sebelumnya.
Kalaupun guru ndak sanggup bener-bener mentok, ya

77
Hasil wawancara dengan Pak S Guru Kelas Ananda G MI HM, tanggal 6 Januari 2021 pada jam
10.00 WIB.
78
Hasil wawancara dengan Pak S Guru Ananda G MI HM, tanggal 6 Januari 2021 pada jam 09.00
WIB.

92
sekolah mengembalikan ke orang tua. Karena sejauh ini
tidak ada pembekalan kompetensi guru dalam mengahadapi
anak seperti itu, pernah ada pelatihan pun itu dulu sekali
jamannya Pak S tapi itu juga istilahnya sekedar pengenalan
permukaan saja, untuk bagaimana-bagaimana nya itu tidak
ada pembahasan mendalam. Bukan cara menangani, hanya
saja penekanan pada sekolah tidak boleh menolak jika ada
siswa berkebutuhan khusus yang mendaftar. Kalo faktor
pendukungnya ya, lebih ke kondisi anaknya sih mbak. Dan
pemahaman orang tua tentang kemampuan anak.
Kadangkala, orang tua kurang paham dengan kemampuan
anak, sehingga ingin memukul rata hasil yang didapatkan
anak mereka sama dengan anak pada umumnya. Namun satu
hal yang sangat berdampak dan menunjang terhadap
keberhasilan abk itu bagaimana pintar-pintar nya guru untuk
tetap menjaga sikon di dalam kelas agar tetap kondusif dan
tidak saling bully.” 79

Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi sejauh ini belum ada

perbedaan-perbedaan yang jadi pakem dari tahun ke tahun terkait

perlakuan terhadap evaluasi hasil belajar siswa berkebutuhan

khusus, modifikasi dan inovasi dalam pembelajaran dikembalikan

pada guru kelas dan guru maple masing-masing. Adanya

keterbatasan guru dalam melakasanakan pembelajaran dan evaluasi

pada siswa berkebutuhan khusus juga dikarenakan kurangnya

bimbingan teknis dari pemerintah, hal ini sejalan dengan pernyataan

Bu I :

“Sejauh ini belum pernah mbak, ya pas awal itu saja dulu
diwakili kepala sekolah untuk bimtek sekolah inklusi dan
seperti yang sudah dikatakan tadi, hanya pengenalan dan
penekanan saja bahwa sekolah tidak boleh menolak anak-
anak dengan kebutuhan khusus. Namun pada PPDB terakhir
kemarin, sempat kami ya istilahnya bukan menolak hanya
memberikan opsi pada orang tua calon siswa bahwa kondisi

79
Hasil wawancara dengan Bu I Kepala Sekolah MI HM, tanggal 9 Januari 2021 pada jam 10.00
WIB.

93
sekolah kami juga seperti ini, lingkungan belajarnya belum
inklusi jadi agar orang tua bisa mempertimbangkan, karena
kondisi anaknya juga berkaitan dengan abk fisik. Kalau
berkaitan dengan fisik kan ya agak mengkhawatirkan mbak,
harus dijaga juga apalagi disini juga belum ada ruangan
khusus inklusi dan Gedung nya juga masih 2 lantai.” 80

Pada pelaksanaan pembelajaran di MI Hidayatul Mubtadiin

dilaksanakan dengan mencampurkan peserta didik berkebutuhan

khusus dengan peserta didik normal. Hal ini dimaksudkan untuk

menghilangkan gap atau batas-batas sehingga dapat saling

menerima dan menghormati satu sama lain.

Dalam pelaksanaan evaluasi hasil MI Hidayatul Mubtadiin

melakukan penyesuaian, baik penyesuaian waktu dengan

memberikan tambahan waktu pada peserta didik berkebutuhan

khusus ketika evaluasi hasil ataupun penyesuaian cara yang

digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap peserta didik

berkebutuhan khusus. Hal ini dimaksudkan agar kemampuan siswa

tetap dapat diukur dan dinilai meskipun harus menggunakan

perlakuan yang berbeda dari yang lainnya. Meskipun begitu, pada

dasarnya substansi dari tiga ranah penilaian yang ada yakni

pengetahuan, sikap dan keterampilan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan.

80
Ibid

94
b. SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang

Berdasarkan observasi data lapangan, pelaksanaan evaluasi

pembelajaran didasarkan pada kebijakan masing-masing guru kelas.

Hal ini dilakukan karena kebutuhan dan target masing-masing guru

kepada setiap peserta didik berbeda satu sama lain. Oleh karena

itulah setiap guru diperbolehkan untuk melakukan modifikasi dan

inovasi untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam

pembelajaran. Hal ini sejalan dengan penuturan Bu A, yakni :

“Kalau untuk U disamakan dengan dengan anak-anak lain


bu, karena U sendiri juga hanya kurang di membaca dan
kontrol emosi saja. Jadi tidak ada perbedaan dengan anak-
anak lain. Mungkin kalau pelaksanaanya nah ini U perlu
treatment khusus yaitu dengan cara dibacakan. Guru yang
membacakan soal dan jawabannya, lalu dia memilih
jawabannya. Nah kalau untuk K, sejujurnya sampai detik ini
sekolah masih belum bisa memberi ketegasan pada model
pembelajaran K karena K sendiri statusnya juga siswa
mutasi, dan belum pernah ada pertemuan antara pihak
sekolah dengan orang tua. Jadi sejauh in kami menilai K
kalau sikap ya dari keseharian, kalau belajar ya dari hitung-
hitungan atau kosakata seperti itu. Jadi untuk K ini tidak bisa
disamakan dengan siswa lainnya di kelas 2 karena pertama,
dia sendiri juga merasa takut untuk ikut pembelajaran
bersama teman-teman di kelas apalagi ya namanya anak-
anak pasti ada yang ngejek-ngejek atau apa kayak gitu, lalu
yang kedua dari poin pertama itu tadi akhirnya sosial nya K
ya jenengan tau kayak gitu itu, lalu karena keterbatasan skill
kami untuk menangani siswa dengan kebutuhan khusus yang
bisa dikatakan level berat seperti K ini kami belum bisa
menyamakan materi yang diberikan pada siswa kelas 2
lainnya dengan K. Jadi untuk evaluasinya pun jelas sekali
sangat jauh berbeda.” 81

81
Hasil wawancara dengan Bu A Guru Kelas 2 SDI UAA, tanggal 11 Januari 2021 pada jam 09.00
WIB.

95
Kemampuan guru dalam memahami peserta didik menjadi sebuah

hal yang penting dan perlu diingat. Terutama jika terdapat peserta

didik berkebutuhan khusus. Hal ini diperlukan agar guru tidak

memukul rata seluruh kemampuan peserta didik. Adapun

pernyataan ini sesuai dengan penuturan Bu R :

“Karakter siswa, itu yang harus bener-bener diinget. Itu


sudah mencakup kemampuan nya juga ya, jadi kalo guru itu
sudah paham dengan karakter anaknya, dia bakal mudah
megang kendali dan menggali kemampuan si anak itu tadi.
Jadi guru gabisa menuntut kamu harus bisa A-Z, kamu harus
bisa ini, kamu harus bisa itu. Nah itu gabisa seperti itu. Jadi
guru harus tahu itu.”82

Dalam pelaksanaan evaluasi, guru melakukan pengukuran dan

penilaian pada 3 ranah sesuai dengan aturan yang berlaku, yakni

pada ranah pengetahuan, sikap dan keterampilan. Adapun dalam

ranah pengetahuan menurut penuturan Bu A yakni :

“Kalau untuk pengetahuan nya, U disamakan dengan siswa


yang lainnya, sedangkan untuk Keanu tidak bisa disamakan
dengan siswa lainnya karena belum bisa mengikuti dan
masih seputar pengenalan kosakata dan menghitung saja bu.
Ya kalo untuk U seringnya yang berbentuk lisan. Kalo untuk
siswa yang lainnya ya pada umumnya itu, multiple choice,
essay gitu. Kalau Zila KKM nya belum dicapai ya ada
remidinya tapi langsung lisan, dan biasanya langsung ngeh
ketika diberi pertanyaan secara lisan seperti itu.” 83

Adapun evaluasi ranah pengetahuan yang kerap dilakukan

oleh guru dalam proses pembelajaran menurut Bu A yakni :

“Secara umum untuk harian itu ada tugas testruktur dan tidak
terstruktur sebagai bahan evaluasi pembelajaran hariannya.

82
Hasil wawancara dengan Bu R Guru Kelas 1 SDI UAA, tanggal 30 Januari 2021 pada jam 09.00
WIB.
83
Hasil wawancara dengan Bu A Guru Kelas 2 SDI UAA, tanggal 11 Januari 2021 pada jam 09.00
WIB.

96
Kalau yang lain ya ada ulangan harian, PTS, PAS. Jadi ketika
di sekolah kami memberi tugas tidak terstruktur dan tugas
tidak terstrukturnya diberikan untuk bahan belajar karena
hari esoknya kan libur masuk lagi lusanya. Tapi ya namanya
anak pondok beberapa tugas tidak terstruktur itu ada yang
ndak dikerjakan karena lupa, ada yang bener-bener
dikerjakan dan ada juga yang dikerjakan pendamping di
pondoknya. Jadi pemberian tugas terstruktur dan tidak
terstruktur ini harus beriringan agar guru punya rekam jejak
dari siswa.” 84

Sedangkan dalam ranah sikap dalam peryataan nya Bu A yakni :

“Kalau untuk sikap kami memantau melalui keseharian, jadi


observasi yang dilakukan oleh Guru. Ketika siswa
berinteraksi dengan temannya, ketika dalam pembelajaran
dan sebagainya. Kurang lebih seperti itu.” 85

Menurut Bu R patokan penilaian sikap antara menilai U dengan

menilai siswa lain itu tidak bisa disamakan, Adapun pernyataan

beliau sebagai berikut :

“Enggeh, jadi kalo ke sikap itu ya contohnya ketika U marah-


marah ketika dia gak bisa melakukan apa yang dia mau kan
mesti bakal menyakiti diri sendiri kalo nggak orang lain kan,
nah ketika dia menyakiti orang lain saya pegang tangan nya
saya cuma mau ngontrol emosi dia sampek dia diem. Ketika
dia sudah mampu untuk menerima instruksi dari kita itu
sudah poin sendiri. Jadi ndak bisa disamakan manutnya U
dengan manutnya anak-anak lain itu beda. Dan kalo
penilaian sikap itu disini lebih ke hariannya ya. Sejauh ini
dibandingkan ketika di kelas 1 U ini sudah agak lumayan
untuk emosinya.”86

Seperti halnya evaluasi ranah pengetahuan, di ranah keterampilan

hampir tidak ada perbedaan dengan siswa lainnya. Seperti halnya

pernyataan Bu A yakni :

84
Ibid
85
Ibid
86
Hasil wawancara dengan Bu R Guru Kelas 1 SDI UAA, tanggal 30 Januari 2021 pada jam 09.00
WIB.

97
“Begitupun dengan keterampilan, juga disamakan untuk U.
Dia kalau urusan menyalin tulisan dari papan tulis ke buku
itu cepet dan rapi tapi kalau sudah membaca itu dia kurang.
Kemarin juga aktif dan mau untuk membuat prakarya itu.
Jadi kalau untuk U itu semua nya kita samakan, hanya saja
ya itu guru nya harus paham dan sadar akan karakter nya U
biar gimana caranya anak ini mau mengikuti apa yang kita
harapkan.”87

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran inklusi guru di SDI

Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang juga merasakan

beberapa hal yang menjadi hambatan baik dalam proses

pembelajaran ataupun dalam evaluasi hasil. Adapun pernyataan Bu

A terkait hal ini yaitu :

“Sejauh ini, karena sekolah juga baru berdiri 2 tahun belum


ada pendamping khusus bu. Meskipun seharusnya ada kalo
sudah menyangkut siswa yang kebutuhan nya level berat.
Kan guru disini dan background sekolah juga bukan sekolah
khusus bu ya makanya pengetahuan dan kemampuan kita ya
agak kurang jika dihadapkan dengan jenis anak yang unik
seperti itu bu. Kalau factor pendukung, jelas dari siswa nya
itu, ketika siswa aktif dan menunjukkan respon positif itu
sudah sangat mendukung dalam proses evaluasi.” 88

Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Bu R yakni sebagai berikut :

“Penghambatnya itu saya kekurangann strategi untuk


menghadapi keunikan-keunikan anak seperti U itu. Jadi
meskipun saya bisa mengontrol U, manut, tapi saya masih
gagal karena belum bisa menyentuh hatinya biar dia punya
kesadaran untuk bergerak sendiri kayak gitu. Kalo faktor
pendukungnya ya dari si anak nya sendiri, ketika U
menunjukkan respon positif terhadap instruksi saya itu sudah
sangat amat mendukung” 89

87
Hasil wawancara dengan Bu A Guru Kelas 2 SDI UAA, tanggal 11 Januari 2021 pada jam 09.00
WIB.
88
Hasil wawancara dengan Bu A Guru Kelas 2 SDI UAA, tanggal 11 Januari 2021 pada jam 09.00
WIB.
89
Hasil wawancara dengan Bu R Guru Kelas 1 SDI UAA, tanggal 30 Januari 2021 pada jam
09.00 WIB.

98
Adapun harapan yang disampaikan oleh Bu R yakni :

“Ya harus ada upgrading dari ahlinya, jadi semuanya. Mulai


dari awal perencanaan, pelaksanaan, caranya, hingga
evaluasi, formnya jadi complicated ya tapi y aitu yang kita
butuhkan dimana tantangan nya guru sekarang kan gitu,
apalagi swasta tidak boleh menolak anak tapi kondisi SDM
nya tidak disediakan tempat untuk upgrading.” 90

Secara garis besar adapun yang menjadi hambatan yakni

kemampuan guru dalam menangani siswa berkebutuhan khusus. Hal

ini pun juga salah satunya dikarenakan kurangnya sentuhan dari

pemerintah terkait teknis pelaksanaan sekolah inklusif sendiri, hal

ini mendorong opini bahwa keberadaan sekolah inklusif yang

cenderung instruksional.

Maka, dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi terhadap peserta didik

berkebutuhan khusus di SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah

Malang tidak terdapat banyak perbedaan dengan pembelajaran dan

evaluasi pada peserta didik normal lainnya. Hal ini dikarenakan

kondisi kebutuhan siswa tidak terlalu parah atau membutuhkan

pendampingan yang khusus, dan dikategorikan masih mampu untuk

belajar bersama dengan peserta didik lainnya. Hanya saja terdapat

penyesuaian waktu dan penyesuaian cara yang dilakukan oleh guru

dalam melakukan evaluasi. Sedangkan untuk siswa dengan

gangguan tunawicara, guru menjelaskan secara transparan bahwa

90
Ibid

99
masih belum adanya program atau model khusus yang digunakan

untuk menangani siswa tersebut. Hal ini berkaitan dengan

kemampuan guru dalam menangani siswa berkebutuhan khusus dan

latar belakang sekolah yang memang bukan sekolah khusus jadi

pada saat penelitian dilaksanakan, guru melakukan sebaik yang

mereka mampu untuk tetap mengaktifkan kemampuan baik dalam

segi pengetahuan, sikap dan psikomotorik siswa.

3. Tindak Lanjut Evaluasi Pembelajaran pada Siswa Berkebutuhan

Khusus

Dengan adanya perencanaan dan pelaksanaan yang telah

dipaparkan sesuai dengan data lapangan, kedua sekolah ini memiliki

jalan alternatif masing-masing sebagai tindak lanjut dari pembelajaran

dan evaluasi hasil pada peserta didik berkebutuhan khusus. Keberadaan

tindak lanjut ini dinilai penting karena untuk terus memperbaiki dan

mempertahankan mutu sekolah masing-masing.

a. MI Hidayatul Mubtadiin Malang

Dalam proses pembelajaran tentunya guru tidak selalu pasti

mendapatkan apa yang mereka harapkan dari peserta didik masing-

masing. Pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar MI HM

menerapkan tutor sebaya untuk saling membantu bilamana ada

teman yang belum fasih dalam belajar. Tidak terkecuali peserta

didik berkebutuhan khusus. Seperti penuturan Pak S berikut :

“Kalau untuk keseharian kami selalu memberi bimbingan


intensif untuk ananda G. Nah tapi saya memberlakukan tutor

100
sebaya. Kenapa? Jadi hal ini saya lakukan agar anak-anak
terlatih untuk mempunyai rasa empati terhadap sesama
teman yang mebutuhkan. Namun bukan dalam bentuk
materi, tapi juga ilmu. Jadi anak-anak di kelas itu saya
terapkan giliran dengan atas pantauan saya setiap istirahat itu
mereka bantu G untuk membaca. Dan ini menurut saya
efektif. 91
Bilamana evaluasi telah dilaksanakan dan nilai yang didapatkan

peserta didik belum mencapai batas yang telah ditetapkan. Guru

melakukan sebuah kebijakan secara internal, hal ini dinyatakan oleh

Pak S sebagai berikut :

“Nah, untuk yang siswa yang tentunya tidak sama dengan


siswa yang lain maka diambil kebijakan. Tetapi secara
umum KKM itu 75, tetapi disini diambil kebijakan secara
internal oleh guru. Jadi masing-masing guru itu kan punya
kebijakan ya, kalo saya dilihat dulu nilai ujian yang pertama,
kalo ini terlalu jauh dari KKM ini bisa kita remidi ulang
sampai mendekati atau pas KKM setidaknya 70, jadi disini
saya ambil kebijakan kalo sudah mepet KKM oke saya
cukupkan karena memang segitu kemampuannya. Remidi
bisa ujian tulis lagi dengan menurunkan bobot soal,
mengurangi jumlah soal, atau juga bisa by lisan.” 92

Berkaitan dengan tindak lanjut jangka panjang, pada dasarnya MI

Hidayatul Mubtadiin telah menjalin kerjasama dalam bidang

support finansial dengan salah satu SLB. Kedepannya, harapan

Kepala Madrasah yakni kerjasama tersebut dapat berubah menjadi

sebuah symbiosis dengan memberikan pelatihan terkait penanganan

siswa berkebutuhan khusus dan hal-hal lainnya.

91
Hasil wawancara dengan Pak S Guru Ananda G MI HM, tanggal 6 Januari 2021 pada jam 09.00
WIB.
92
Ibid

101
b. SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang

Seperti hal nya MI Hidayatul Mubtadiin, dalam pelaksanaan proses

pembelajaran dan pelaksanaan evaluasi pada siswa berkebutuhan

khusus, guru di SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang

juga menemui beberapa kendala. Keberadaan kendala ini salah

satunya yaitu ananda U yang belum mampu untuk membaca dan

mengenal huruf dengan lancar. Menurut hasil observasi guru SDI

Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang melakukan

bimbingan intensif kepada peserta didik yang belum mampu untuk

membaca dengan lancar. Bimbingan ini dilakukan setelah proses

pembelajaran selesai.

C. Hasil Penelitian

Berdasarkan temuan di lapangan, baik di MI Hidayatul Mubtadiin dan SDI

Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang, peneliti dapat menarik hasil

penelitian menjadi beberapa poin di bawah ini, yakni :

1. Perencanaan Evaluasi Pembelajaran pada Siswa Berkebutuhan

Khusus di MI Hidayatul Mubtadiin Malang dan SDI Unggulan Asy

Syafiiyah At Tijaniyyah Malang

Melalui hasil wawancara, dan observasi yang dilakukan oleh

peneliti, kedua sekolah memberikan pernyataan yang sama terkait

tujuan dari evaluasi hasil pembelajaran sendiri yakni untuk mengukur

sejauh mana keberhasilan peserta didik dalam memahami konsep

102
pembelajaran yang telah diajarkan dan keberhasilan guru dalam

menyampaikan materi ketika proses pembelajaran berlangsung.

Keberadaan evaluasi hasil pembelajaran dinilai sangat penting

dalam komponen pembelajaran, karena dengan adanya hasil evaluasi

tertulis guru dapat melakukan perbaikan dan memetakan langkah dan

strategi yang akan diambil pada pembelajaran selanjutnya.

Adapun beberapa komponen yang patut untuk dipersiapkan

dalam melakukan evaluasi pada siswa berkebutuhan khusus yang

paling utama yakni mengetahui kemampuan dasar dari peserta didik.

Hal ini menjadi sebuah fondasi utama dalam melakukan proses

pembelajaran dengan siswa berkebutuhan khusus karena dengan

adanya pengetahuan dan pemahaman dasar tentang kondisi peserta

didik dapat membantu guru dalam mempersiapkan model pembelajaran

dan teknik evaluasi yang tepat bagi peserta didik. Adapun beberapa

komponen lain yang harus dipersiapkan dalam perencanaan evaluasi

yakni Prota, Promes, KD, Indikator, RPP, bahkan kisi-kisi.

Bentuk perencanaan evaluasi di kedua sekolah tidak menekankan

adanya perbedaan antara perencanaan untuk siswa berkebutuhan

khusus dengan siswa regular. Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan.

Alasan utama kedua sekolah melakukan hal tersebut karena dirasa

peserta didik berkebutuhan khusus di lokasi masih bisa mengikuti

pembelajaran pada umumnya dengan catatan perlu adanya bantuan dari

guru dalam proses pelaksanaan baik pembelajaran ataupun evaluasi.

103
Hal lain yang menjadikan tidak adanya perbedaan perencanaan

evaluasi antara peserta didik berkebutuhan khusus dengan peserta didik

lainnya yaitu karena belum adanya tenaga ahli yang dikhususkan untuk

merencanakan dan melaksanakan pembelajaran khusus bagi siswa

berkebutuhan khusus.

Tabel 4.1

Hasil Penelitian Perencanaan Evaluasi

Perencanaan MI Hidayatul SDI Unggulan Asy


Evaluasi Mubtadiin Syafiiyah At Tijaniyyah

Komponen Materi yang Karakter peserta didik,


dalam diturunkan dari prota, prota, promes, silabus,
perencanaan promes, silabus, KD, KD, indikator, materi.
pembelajaran indikator, materi, kisi-
dan kisi dan karakter
perencanaan peserta didik
evaluasi
Penyusun Untuk RPP disusun Untuk RPP harian
oleh guru kelas disusun oleh guru kelas,
masing-masing namun namun untuk penilaian
untuk PTS dan PAS PAS dan PTS ikut
terdapat tim khusus dengan sekolah induk.
yang memberikan
penyuluhan terkait
jumlah materi yang
diujikan, bentuk soal,
dan waktu
pelaksanannya.
Waktu Untuk penilaian Untuk peniaian harian,
penyusunan harian telah diuraikan telah diuraikan beberapa
beberapa di RPP dan di dalam RPP yang
penyusunan nya saat dibahas setiap
awal semester. minggunya dalam forum
Sedangkan untuk PAS KKG.
dan PTS terdapat
waktu khusus yang
memang dialokasikan
untuk Menyusun soal
yakni beberapa

104
Perencanaan MI Hidayatul SDI Unggulan Asy
Evaluasi Mubtadiin Syafiiyah At Tijaniyyah

minggu sebelum ujian


dilaksnakan.
Pedoman Tidak ada pedoman Tidak ada pedoman
khusus yang diikuti. khusus yang diikuti.
Mengikuti pedoman Mengikuti pedoman pada
pada pelaksanaan pelaksanaan kuriulum 13
kuriulum 13
Perbedaan Tidak ada perbedaan, Tidak ada perbedaan
dengan hanya terdapat dengan perencanaan pada
perencanaan penyesuaian KKM siswa lainnya, hanya
dengan siswa yang indikator capaian terdapat perbedaan pada
normal nya dimodifikasi pelaksanaannya.
secara internal sesuai
kebijakan masing-
masing guru.

Pada kesimpulannya baik di MI Hidayatul Mubtadiin ataupun di

SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang dalam perencanaan

pembelajaran dan perencanaan evaluasi tidak terdapat perbedaan antara

peserta didik berkebutuhan khusus ataupun pserta didik normal. Hal ini

dikarenakan untuk mensejajarkan peserta didik berkebutuhan khusus

dengan peserta didik normal lainnya. Dengan catatan bilamana peserta

didik berkebutuhan khusus tersebut masuk dalam kategori peserta didik

yang bisa mengikuti pembelajaran normal dengan teman sebayanya.

2. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran pada Siswa Berkebutuhan

Khusus di MI Hidayatul Mubtadiin Malang dan SDI Unggulan Asy

Syafiiyah At Tijaniyyah Malang

Setelah menyusun perencanaan pembelajaran dan perencanaan

evaluasi bagi peserta didik, langkah selanjutnya yakni pelaksanaan.

105
Dalam hal ini, terdapat persamaan antara pelaksanaan pembelarajan

dan pelaksanaan evaluasi di MI Hidayatul Mubtadiin dan SDI

Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang yakni dengan

melakukan penyesuaian cara dan penyesuain waktu bagi peserta didik

berkebutuhan khusus.

Adapun evaluasi yang dilaksanakan pada kedua sekolah tersebut

mencakup tiga ranah sesuai dengan aturan pemerintah yakni ranah

pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Pada ranah pengetahuan, di MI Hidayatul Mubtadiin guru

melakukan penilaian awal disamakan dengan peserta didik lainnya.

Namun guru memberikan bantuan baik dengan memberikan tambahan

waktu ataupun cara yakni berupa pembacaan soal dan jawaban

kemudian peserta didik memilih jawaban yang ada. Hal ini dilakukan

karena peserta didik berkebutuhan khusus yang terdapat di MI

Hidayatul Mubtadiin mengalami hambatan dalam membaca dan

mengenal huruf.

Namun setelah dilaksanakan penilaian awal apabila peserta didik

tersebut belum mencapai KKM yang berlaku di sekolah, guru berhak

mengambil kebijakan secara internal untuk mengukur kemampuan

peserta didik. Sala satunya dengan melakukan penilaian ulang dengan

menurunkan indikator capaian, jumlah soal ataupun cara yang

sebelumnya dilakukan melalui tes tulis kemudian dilaksanakan melalui

tes lisan.

106
Sedangkan di SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Maang

melakukan penilaian pada ranah pengetahuan dengan langkah awal

yang sama dengan MI Hidayatul Mubtadiin yakni dengan menyamakan

soal namun saat pelaksanaan dengan bantuan guru untuk membacakan

soal dan jawaban kemudian peserta didik memilih jawaban yang benar.

Hal ini dilakukan juga dikarenakan peserta didik tersebut memiliki

hambatan pada pengenalan dan pemahaman mengenai huruf.

Pada peserta didik tunawicara dilakukan penilaian harian dengan

cara mencocokkan antara gambar dan tulisan yang sesuai atau menarik

garis, selain itu juga diberikan tes terhadap kemampuan numerik.

Penilaian harian antara peserta didik tunawicara dengan peserta didik

lainnya tidak dapat disamakan karena terdapat kesenjangan yang cukup

terkait kemampuan dasar peserta didik, sehingga diputuskan untuk

tidak disamakan dengan tingkatan kelas seharusnya yakni kelas 2.

Sedangkan penilaian PTS dan PAS untuk siswa berkebutuhan khusus

tunawicara tidak dapat dilaksanakan dengan maksimal karena belum

ada nya ahli yang menangani secara khusus peserta didik tersebut, oleh

sebab itu guru hanya melaksanakan penilaian harian saja dan status

peserta didik tersebut juga merupakan peserta didik mutase oleh sebab

itulah sekolah juga masih mencari pola ajar yang tepat bagi peserta

didik.

Dalam hal penilaian sikap kedua sekolah tersebut sama-sama

menitik beratkan pada pengamatan interaksi yang dibangun siswa

107
selama proses pembelajaran berlangsung dan pada kegiatan

pembiasaan. Secara khusus di MI Hidayatul Mubtadiin peserta didik

dengan kebutuhan khusus cenderung mempunyai sikap atau perilaku

yang diam dan tidak mengganggu karena peserta didik tersebut murni

hanya mengalami hambatan dalam mengenal dan memahami huruf.

Sehingga indikator penilaian sikap yang dilakukan pada peserta didik

tersebut tidak terdapat perbedaan dengan peserta didik lainnya.

Namun, lain halnya dengan peserta didik di SDI Ungglan Asy

Syafiiyah At Tijaniyyah Malang, guru melakukan modifikasi indikator

sikap karena peserta didik di sekolah tersebut selain memiliki gangguan

dalam pengenalan huruf juga mengalami hambatan dalam perilaku.

Sehingga indikator penilaian sikap antara peserta didik berkebutuhan

khusus dengan peserta didik lainnya perlu adanya penyesuaian dan

modifisikasi, misalnya pada aspek kepatuhan, kedisplinan ataupun

aspek sikap lainnya.

Pada aspek keterampilan, kedua sekolah tersebut sama-sama

menekankan bahwa tidak ada perbedaan indikator pada aspek

keterampilan. Hal ini dimaksudkan selain untuk menghindari

kecemburuan antar peserta didik juga dikarenakan peserta didik

berkebutuhan khusus dengan hambatan pengenalan huruf dikategorikan

masih mampu untuk mengikuti teman sebayanya. Adapun beberapa hal

yang menjadikan beda yakni adanya tambahan latihan membaca secara

intens. Di SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang latihan

108
dilakukan dengan dampingan guru secara langsung. Sedangkan di MI

Hidayatul Mubtadiin pelatihan membaca dan mengenal huruf

dilaksanakan dengan cara mengaktifkan tutor sebaya. Guru di MI

Hidayatul Mubtadiin memberlakukan bantuan teman sejawat dengan

alasan selain untuk melatih kemampuan membaca peserta didik

berkebutuhan khusus, juga dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa

empati dan jiwa sosial pada setiap peserta didik.

Dalam pelaksanaan evaluasi pun juga dalam penyusunan hasil

evaluasi pembelajaran tentunya guru memiliki berbaga macam faktor

yang dinilai dapat menjadi faktor penghambat pun juga menjadi faktor

pendukung. Kedua sekolah ini memiliki beberapa hambatan yang sama

terkait pelaksanaan evaluasi pembelajaran yakni pada kurangnya

pengetahuan dan kompetensi guru dalam menangani peserta didik

berkebutuhan khusus. Hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian

pemerintah terhadap teknis pelaksanaan sekolah inklusi sehingga di

lapangan guru banyak menemukan hal-hal yang seharusnya

mendapatkan pembekalan terlebih dahulu. Namun terlepas dari itu,

kedua sekolah tersebut tetap melaksanakan pelaksanaan sekolah inklusi

sesuai dengan kemampuan sekolah masing-masing.

Adapun faktor pendukung dalam pelaksnaaan evaluasi di kedua

sekolah tersebut yaitu adanya peran aktif dan timbal balik positif dari

peserta didik sehingga guru dapat melaksanakan penilaian sesuai

capaian yang telah ditargetkan dengan sebagaimana mestinya.

109
Faktor penghambat utama yakni belum adanya guru pendamping

khusus yang ditugaskan untuk menangani peserta didik berkebutuhan

khusus. Harapan guru di kedua sekolah tersebut dengan adanya guru

pendamping khusus atau sentuhan dari tenaga ahli dapat memberikan

dampak yang positif pada peserta didik berkebutuhan khusus ataupun

guru pengajar.

3. Tindak Lanjut Evaluasi Pembelajaran pada Siswa Berkebutuhan

Khusus di MI Hidayatul Mubtadiin Malang dan SDI Unggulan Asy

Syafiiyah At Tijaniyyah Malang

Tindak lanjut atas proses pembealajaran dan evaluasi hasil pada

peserta didik berkebutuhan khusus di kedua sekolah ini yaitu dengan

memberikan pendampingan di luar proses pembelajaran berlangsung.

Di MI Hidayatul Mubtadiin tambahan intensif dilakukan ketika jam

kosong atau waktu istirahat dengan menerapkan tutor sebaya, dengan

tujuan untuk menumbuhkan rasa empati pada diri setiap peserta didik

dan tentunya untuk mengasah kemampuan peserta didik berkebutuhan

khusus yang memiliki hambatan dalam mengenal huruf.

Sedangkan di SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah

Malang, guru menerapkan bimbingan intensif setelah pelajaran usai.

Hal ini dimaksudkan agar peserta didik tersebut tetap fokus.

Adapun tindak lanjut bilamana peserta didik belum memenuhi

standar KKM yang ditentukan sekolah yaitu diterapkan remidial

110
dengan melakukan tes lisan ataupun melakukan tes tulis dengan bobot

yang berbeda ataupun dengan jumlah yang berbeda dengan soal awal.

111
BAB V

PEMBAHASAN

A. Perencanaan Evaluasi Pembelajaran pada Siswa Berkebutuhan Khusus

di MI Hidayatul Mubtadiin Malang dan SDI Unggulan Asy Syafiiyah At

Tijaniyyah Malang

Dalam sistem pendidikan evaluasi menjadi sebuah tahapan yang dapat

digunakan untuk mengukur dan memperoleh informasi mengenai keberhasilan

suatu proses pembelajaran yang dilakukan baik yang dilakukan oleh guru

ataupun oleh peserta didik. Ralph Tyler dalam Muri Yusuf mendefinisikan

evaluasi sebagai proses membandingkan data hasil kinerja dengan tujuan yang

lebih spesifik secara jelas.93 Evaluasi sendiri dalam dunia pendidikan bersifat

makro dan mikro.94 Evaluasi yang diterapkan di sekolah sesuai dengan definisi

evaluasi mikro yaki memiliki sasaraan yang lebih sempit dan mengerucut yakni

pada lingkup kelas yang menjadi otoritas guru kelas dalam mengendalikan

pembelajaran dan hasil belajar. Pemahaman yang sama diuraikan oleh Bu I

selaku Kepala MI HM bahwa evaluasi merupakan penilaian segala aspek

mencakup seluruh rangkaian pembelajaran yang telah disampaikan dalam

93
Muri Yusuf, op.cit., hlm.18
94
Zulkifli Matondang, op.cit., hlm.5

112
proses pembelajaran dengan tujuan untuk mengukur keberhasilan baik guru

ataupun peserta didik.

Urgensi evaluasi pembelajaran dalam sebuah proses pembelajaran

dikarenakan tujuan dari evaluasi pembelajaran selain untuk mengetahui

tingkat penguasaan peserta diidk terhadap materi yang telah diberikan juga

untuk dapat dijadikan pijakan dalam memberikan bantuan atau bimbingan pada

pembelajaran yang akan mendatang. 95 Hal tersebut sejalan dengan pernyataan

Bu R sebagai wali kelas 1 di SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah

Malang bahwa keberadaan evaluasi sangat penting karena berkaitan dengan

proses kegiatan belalajar, selain untuk mengetahui seberapa tersampaikannya

materi pembelajaran juga untuk mengetahui langkah yang dibutuhkan

kedepannya dalam menghadapi peserta didik.

Sebelum terwujudnya sebuah hasil evaluasi belajar, maka perlu sistem

pelaksanaan dan perencanaan evaluasi yang sedemikian rupa karena dalam hal

ini yang dihadapi bukan hanya peserta didik pada umumnya namun juga

mencakup peserta didik berkebutuhan khusus.

Perencanaan dalam sebuah pembelajaran menjadi bagian yang cukup

vital. Hal ini dikarenakan tanpa adanya perencanaan yang baik, hasil yang

diharapkan besar kemungkinan tidak akan tercapai secara maksimal.

Perencanaan pembelajaran ataupun evaluasi harus dirumuskan secara jelas dan

spesifik, terurai dan komprehensif sehingga keberadaan perencanaan tersebut

95
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Direktorat Jendral Penddikan Islam Kementrian Agama :
2012) hlm. 23

113
dapat memberikan makna dan sebuah hasil yang dapat digunakan untuk

menentukan langkah selanjutnya. Adapun langah-langkah yang harus

dipersiapkan dalam merencanakan sebuah evaluasi hasil yakni :96

1. Menentukan tujuan tes

2. Mengidentifikasi hasil belajar yang akan diukur melalui tes

3. Merumuskan hasil belajar dalam bentuk perilaku spesifik yang dapat

diamati

4. Menyusun garis besar materi pelajaran yang akan diukur melalui tes

5. Menyiapkan suatu tabel yang spesifik atau kisi-kisi

6. Menggunakan tabel spesifik sebagai dasar untuk persiapan tes.

Peneliti menemukan beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam

menyususn perencanaan baik di MI Hidayatul Mubtadiin ataupun SDI

Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang yakni adanya pemahaman

dasar dari guru terkait kondisi peserta didik yang dinilai berkebutuhan khusus.

Selain itu hal-hal yang perlu dipersiapkan yaitu seperti materi, tujuan atau

target yang akan dicapai, kisi-kisi, dan juga RPP. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Pak S sebagai pengampu Guru Kelas 4 sekaligus Wali Kelas G

peserta didik dengan hambatan kesulitan belajar khusus yang mengatakan

bahwa dalam mempersiapkan evaluasi hal yang perlu dipersiapkan yakni

materi, RPP, untuk penilaian PAS dan PTS adanya penyusunan kisi-kisi yang

digunakan sebagai rel guru-guru dalam menyusun soal.

96
Zainal Arifin,op.cit, hlm.88

114
Kedua sekolah tersebut juga sama-sama memberikan tanggung jawab

kepada guru kelas masing-masing dalam penyusunan soal evaluasi. Adapun

untuk mata pelajaran tertentu di luar mata pelajaran tematik juga disusun oleh

masing-masing guru pengampu. Hal ini dimaksudkan agar tidak adanya

kekeliruan target capaian, karena masing-masing guru telah diberi hak untuk

mengambil kebijakan secara internal apabila evaluasi pada umumnya belum

mampu mencapai target yang diinginkan.

Adapun waktu dari perencanaan evaluasi mengenai evaluasi harian di MI

Hidayatul Mubtadiin memiliki alokasi waktu perencanaan yaitu di awal

semester, sedangkan di SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang

memiliki alokasi waktu perencanaan yakni perminggu yang kemudian

dialnjutkan dengan forum KKG Internal guru sekaligus membahas rancangan

pembelajaran. Mengenai alokasi perencanaan evaluasi mengenai PTS dan PAS

di MI Hidayatul Mubtadiin dilakukan pada minggu-minggu sebelum penilaian

dilakukan. Sedangkan di SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang

belum melakukan penyusunan soal PTS dan PAS mandiri, yakni masih

menggunakan soal dari sekolah induk.

Pada dasarnya, perencanaan evaluasi peserta didik berkebutuhan khusus

yang disusun oleh kedua sekolah ini tidak ada perbedaan dengan perencanaan

evaluasi peserta didik lainnya. Hal ini dikarenakan guru di kedua sekolah

tersebut mampu menerapkan beberapa penyesuaiaan atau modifikasi dalam

pelaksanaan evaluasi tanpa harus mengubah format evaluasi yang sudah ada.

Hal ini berlaku untuk peserta didik dengan hambatan khusus kesulitan belajar

115
yang meliputi membaca dan perilaku hiperaktif. Adapun untuk peserta didik

dengan gangguan tunawicara yang terdapat di SDI Unggulan Asy Syafiiyah At

Tijaniyyah Malang belum ada rencana khusus karena status peserta didik

tersebut bersifat mutasi sehingga guru-guru di sekolah tersebut masih

membutuhkan waktu untuk mampu memilih proses pembelajaran dan evaluasi

yang tepat bagi K (siswa tunawicara).

Sesuai dengan harapan adanya pendidikan inklusi ini diproyeksikan

untuk menstimulasi peserta didik agar mampu menghargai, dan menerima

teman sejawatnya yang memiliki kebutuhan khusus. Oleh karena itulah kedua

sekolah ini mensejajarkan perencanaan pembelajaran dan perencanaan

evaluasi dengan tujuan agar tidak terdapat kesenjangan yang jelas di dalam

sebuah pembelajaran pada kelas inklusi penuh.

B. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran pada Siswa Berkebutuhan Khusus

di MI Hidayatul Mubtadiin Malang dan SDI Unggulan Asy Syafiiyah At

Tijaniyyah Malang

Pada dasarnya pelaksanaan sekolah inklusi di MI Hidayatul Mubtadiin

dan SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang telah sesuai dengan

tujuan dari penyelenggaraan pendidikan inkusi yaitu :

1. Memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh peserta didik untuk

mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuannya masing-masing.

116
2. Ikut mewujudkan pendidikan yang menghargai keragaman dan adil bagi

seluruh peserta didik tanpa memandang kelebihan ataupun kekurangan yang

ada pada diri peserta didik. 97

Kedua poin ini telah diselenggarakan dengan baik oleh sekolah yang

dibuktikan dengan adanya porsi untuk peserta didik berkebutuhan khusus

menyelenggarakan pendidikan serta minimnya diskriminasi berupa bully an di

dalam lingkungan sekolah. Tujuan dari pendidika inklusi tersebut sepenuhnya

telah terlaksana di kedua lokasi penelitian.

Setelah menyusun perencanaan, pelaksanaan pembelajaran dan

pelaksanaan evaluasi menjadi hal yang pokok. Menurut Zainal Arifin

pelaksanaan evaluasi merupakan implementasi dari perencanaan yang telah

disusun sebelumnya98. Seperti yang telah dipaparkan pada subab-subab

sebelumnya bahwa evaluasi baik di MI Hidayatul Mubtadiin Malang ataupun

SDI Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang melakukan tiga buah

tahapan evaluasi yakni, evaluasi harian, PTS dan PAS.

Pelaksanaan evaluasi ini pun sejalan dengan Q.S. At Taubat ayat 105

yang berbunyi :

‫ُتد ُّْو ٰن اِ ٓل عٓلِ ِم‬ ِ ٓ ‫ٰوقُ ِل ا ْع ٰملُ ْوا فٰس ْٰيى‬


ُٰ ‫اّللُ ٰع ٰملٰ ُك ْم ٰوٰر ُس ْولُهٗ ۚ ٰوال ُْم ْؤمنُ ْو ٰن ٰو ٰس‬ ٰٰ
١٠٥ - ‫ادةِ فٰ يُ نٰ بِئُ ُك ْم ِِبٰا ُكنْ تُ ْم تٰ ْع ٰملُ ْو ٰن‬ َّ ‫ب ٰو‬
ٰ ‫الش ٰه‬ ِ ‫الْغْٰي‬
Yang artinya : Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan

melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan

97
Dedy Kustawan, op.cit, hlm.9
98
Zainal Arifin, op.cit, hlm.101

117
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang

nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S.

At Taubat:105).

Berpijak pada ayat tersebut, pengawasan, penilaian dan pelaporan

evaluasi hasil pembelajaran peserta didik dinilai penting dalam segala aspek

baik yang terlihat seperti aspek pengetahuan dan keterampilan ataupun yang

tidak terlihat yakni aspek sikap.

Sebelum melaksanakan evaluasi, guru di kedua sekolah tersebut

memiliki pemahaman yang sama dalam menghadapi peserta didik

berkebutuhan khusus yakni mengetahui kemampuan dasar dan keterbatasan

peserta didik. Bu R guru kelas 1 SDI UAA mengatakan bahwa karakter peserta

didik merupakan hal utama yang harus diingat. Karena dengan memahami

karakter peserta didik guru akan lebih mudah memahami alur berfikir dan cara

mengendalikan peserta didik tersebut. Hal serupa juga dituturkan oleh Bu I

selaku Kepala MI Hidayatul Mubtadiin bahwa pemahaman guru mengenai

kondisi peserta didik sangat penting untuk modal awal dalam menghadapi

peserta didik berkebutuhan khusus, hal ini agar guru tidak memukul rata

kemampuan anak satu dengan anak lainnya.

Evaluasi di kedua sekolah tersebut dilaksanakan dalam tiga aspek yakni

penilaian pengetahuan, penilaian sikap dan penilaian keterampilan. Pada

penilaian pengetahuan di MI Hidayatul Mubtadiin Pak S selaku guru Kelas 4

mengatakan bahwa dalam mengukur kemampuan pengetahuan G, penugasan

yang diberikan disamakan dengan peserta didik lain. Hal ini dilakukan agar

118
tidak terjadi kecemburuan sosial. Namun setiap guru berhak mengambil

kebijakan secara internal bilamana target belum tercapai. Penilaian dapat

berupa penilaian tes tertulis ataupun tes lisan. Dalam keseharian guru

memberlakukan tutor sebaya untuk membantu G dalam melancarkan

kemampuan membaca. Hal ini dilakukan oleh beliau agar muncul empati di

dalam diri peserta didik lain untuk saling membantu jika temannya mengalami

kesulitan. Adapun kebijakan yang dilakukan ketika pelaksanaan tes tulis yaitu

guru melakukan penyesuaian cara seperti membacakan soal dan jawaban

kemudian G memilih jawaban yang tepat. Pada umumnya KKM di MI

Hidayatul Mubtadiin 75 namun dalam hal ini Pak S memberikan remidi pada

G dengan menurunkan bobot soal ataupun jumlah soal hingga mencapai poin

yang mendekati KKM setidaknya yaitu 70.

Sedangkan untuk penilaian sikap Pak S mengatakan bahwa dalam

kesehariannya G tidak jauh berbeda dengan peserta didik lainnya bahkan

cenderung lebih baik karena G cenderung diam. Penilaian sikap dilakukan

melalui pengamatan keseharian di dalam kelas ataupun di luar kelas dengan

mengikuti pembiasaan-pembiasaan di ligkungan sekolah. Adapun dalam

penilaian keterampilan juga tidak terdapat perbedaan dengan yang lain, namun

khusus untuk G porsi keterampilan untuk membaca diberi prosentase yang

lebih banyak dengan tujuan agar dapat membantu terasahnya kemampuan

membaca.

Pada dasarnya penilaian dalam hal apapun baik tulis ataupun lisan jika

target atau tujuan penilaian dapat tercapai dengan cara apapun itu

119
diperbolehkan. G memiliki hambatan khusus dalam kemampuan membaca

level sedang-berat. Diagnosa ini memang tidak dilakukan oleh ahli langsung

karena keterbatasan biaya namun Pak S sebagai guru kelas aktif berkonsultasi

secara pribadi kepada Psikolog mengenai kondisi G. Biasanya, peserta didik

dengan hambatan khusus yang memerlukan bantuan lebih di MI HM

dianjurkan untuk menggunakan Shadow atau Guru Pendamping Khusus.

Namun karena adanya keterbatasan biaya maka guru kelas yang bertindak

langsung untuk menggerakkan seluruh anggota kelas dan keluarga Galih dalam

hal membantu G untuk meningkatkan kemampuan membaca.

Sedangkan penilaian pengetahuan di SDI Unggulan Asy Syafiiyah At

Tijaniyyah Malang Bu A selaku guru Kelas 2 mengatakan bahwa untuk U

(peserta didik dengan hambatan belajar dan perilaku) diberikan soal yang sama

dengan peserta didik lainnya. Hanya saja pada saat pelaksanaan evaluasi

biasanya guru melalukan penyesuaian cara seperti melisankan bacaan soal dan

jawaban yang ada kemudian peserta didik memilih jawaban yang dirasa paling

tepat. Untuk penugasan harian guru memberikan tugas terstruktur dan tidak

terstruktur dengan tujuan selain belajar di sekolah juga agar peserta didik

memiliki hal untuk dikerjakan di rumah atau pondok.

Lain hal nya dengan K (peserta didik dengan hambatan wicara) dalam

hal pengetahuan guru belum bisa memberikan soal yang sama karena

kemampuan K belum bisa untuk disamakan dengan kemampuan teman

sebayanya di kelas 2. Sehingga penilaian-penilaian yang dilakukan yakni

berupa mengeja kata ataupun menghitung bilangan. Hal ini dilakukan karena

120
status K yang merupakan peserta didik mutasi dan guru di sekolah tersebut

masih dalam tahap meraba-raba perlakuan yang tepat untuk K sehingga belum

ada ketegasan model pembelajaran yang pasti untuk K. Selain itu belum adanya

tenaga khusus yang dialokasikan untuk menangani peserta didik dengan

gangguan wicara. Oleh karena guru-guru di SDI UAA sebagian besar tidak

berasal dari latar belakang guru khusus anak berkebutuhan khusus.

Pada penilaian sikap, baik kepada U ataupun K guru di SDI UAA

melakukan penilaian sikap melalui observasi langsung dalam interaksi antar

peserta didik ataupun dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pernyataan Bu

R Indikator yang digunakan dalam menilai sikap U tidak dapat disamakan

dengan peserta didik lainnya. Seperti contohnya ketika U telah mampu

menerima instruksi dari guru pada saat ia emosi itu sudah menjadi poin. Hal

ini dilakukan karena U termasuk anak yang susah mengontrol emosi sehingga

indikator penilaian sikap U dengan anak lain memiliki target yang berbeda dan

hanya guru kelas sendiri yang paham dan mampu memodifikasi hal tersebut.

Begitupun dengan K, sikap diukur dengan sejauh mana K mampu mengikuti

instruksi atau isyarat yang diberikan oleh guru untuk mengerjakan atau tidak

melakukan sesuatau.

Sedangkan untuk penilaian keterampilan untuk U, guru menyamakan

penialain dengan peserta didik lain nya. Hal ini dikarenakan U mampu

mengikuti kemampuan yang diharapkan oleh guru. Seperti membuat sebuah

kerajinan tangan. Namun di sisi lain penilaian keterampilan lain yang hanya

didapatkan oleh U yaitu latihan membaca. Dimana beberapa tugas

121
keterampilan ditujukan agar kemampuan membaca U mengalami perbaikan

dari hari ke hari. Namun untuk porsi penilaian portofolio tidak diberikan dalam

jumlah yang banyak karena kecakapan peserta didik belum memungkinkan jika

diberi tugas portofolio.

Berdasarkan hasil pembahasan di kedua sekolah di atas baik di MI HM

ataupun SDI UAA, telah melakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan

tujuan pendidikan inklusi yakni dengan memberikan kesempatan yang sama

kepada seluruh peserta didik tanpa memandang kelebihan ataupun kekurangan

yang ada pada peserta didik terserbut.

Meskipun kedua sekolah tersebut merupakan sekoah swasa namun

kurikulum yang digunakan yaitu kurikulum nasional. Yang mana apabila di

sebuah sekolah inklusi menggunakan kurikulum nasional, model evaluasi yang

digunakan dapat berupa jenis yang sama dengan peserta didik reguler melalui

evaluasi tanpa modifikasi ataupun evaluasi yang dimodifikasi sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan peserta didik. 99

Namun kemudian hal inilah yang menjadi sebuah kerancuan jika

disandingkan dengan salah dua syarat evaluasi yaitu pada poin reliabel dan

objektif. Sebuah model evaluasi dianjurkan memenuhi poin reliabel dengan

patokan model evaluasi tersebut dapat diakukan oleh beberapa orang lainnya

dengan hasil yang tidak bias atau pasti sehingga hasil yang didapatkan berupa

99
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif (Sesuai Permendiknas No 70 Tahun
2009) DIREKTORAT PPK-LK PENDIDIKAN DASAR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN JAKARTA 2011, hlm. 29

122
100
skor dan predikat yang objektif. yang mana pada kenyataan di lapangan,

setiap guru memiliki cara evaluasinya masing-masing.

Dalam Panduan Penilaian Pendidikan Khusus, Kustawan memaparkan

bahwa terdapat tiga penyesuaian pembelajaran yang dapat dilakukan dalam

menghadapi peserta didik berkebutuhan khusus yakni, dengan melakukan

penyesuaian waktu, penyesuaian cara ataupun penyesuaian materi.101 Dan

kedua sekolah tersebut melakukan cara yang sama yakni dalam hal

penyesuaian cara yakni melalui modifikasi-modifikasi cara agar peserta didik

tetap mengerjakan soal sesuai kemampuannya meskipun mendapat bantuan

yaitu dengan dibacakan soal dan jawaban oleh guru. Penyesuaian cara tersebut

dilakukan untuk tetap fokus pada tujuan evaluasi pembelajaran yaitu untuk

mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran baik berupa tujuan,

materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan ataupun sistem penilaian

itu sendiri. 102

Adapun pennyesuaian lain yang kerap digunakan yakni penyesuaian

waktu, dimana pada saat-saat tertentu guru memberikan extra time pada peserta

didik berkebutuhan khusus. Oleh karena itu dengan adanya evaluasi hasil

pembelajaran tersebut diharapkan adanya perbaikan dan pengembangan baik

oleh sekolah, guru, peserta didik atau bahkan orang tua.

Terkait jenis teknik evaluasi, variasi yang kerap dilakukan yaitu pada

model evaluasi dalam proses pembelajaran ranah kognitif yaitu penugasan, tes

100
Mulyadi, op.cit, hlm.36
101
Dedy Kustawan, op.cit, hlm.58
102
Ina Magdalena, op.cit, hlm. 21

123
tulis dan tes lisan, pada ranah sikap yaitu melalui observasi atau pengamatan

harian, dan pada ranah keterampilan yaitu melalui unjuk kerja berupa

keterampilan membaca dan berbasis proyek.

Berdasarkan Pedoman Penilaian Pendidikan Khusus (2007) terdapat

beberapa teknik penilaian yang dapat dilakukan pada peserta didik

berkebutuhan khusus yakni sebagai berikut :103

1. Tes tertulis mencakup tes objektif dan subjektif

2. Tes kinerja mecakup tes keterampilan dan tes simulasi

3. Penugasan individu ataupun kelompok

4. Tes lisan

5. Penilaian portofolio

6. Observasi

7. Jurnal

8. Inventori

9. Penilaian diri dan

10. Penilaian antar teman

Keberagaraman teknik penilaian di atas dapat dijadikan acuan agar

pembelajaran lebih variatif. Sehingga data yang di dapatkan oleh guru juga

lebih lengkap dan menyeluruh.

103
Dedy Kustawan, op.cit, hlm. 54

124
C. Tindak Lanjut Evaluasi Pembelajaran pada Siswa Berkebutuhan Khusus

di MI Hidayatul Mubtadiin Malang dan SDI Unggulan Asy Syafiiyah At

Tijaniyyah Malang

Keberhasilan sebuah pembelajaran tidak terlepas dari adanya evaluasi

atau refleksi terhadap apa yang telah dilakukan di masa lalu kemudian

diperbaiki di masa yang mendatang. Dalam pembelajaran keberhasilan dapat

diukur dari proses belajar dan hasil belajar. Keberhasilan proses belajar

merupakan keberhasilan peserta didik selama mengikuti proses kegiatan

belajar mengajar104. Hal ini dapat diketahui melalui keaktifan peserta didik di

dalam kelas, kemampuan interaksi dan kerjasama, keberanian dalam proses

pembelajaran, bahkan kesulitan-kesulitan yang ditemukan dalam proses

pembelajaran. Keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran ini dapat

diukur dan dinilai melalui pengamatan setiap harinya. Baik dari segi kognitif,

afektif ataupun psikomotorik.

Setelah proses pembelajaran usai, berakhirnya proses pembelajaran akan

menghasilkan sebuah rekap data pembelajaran yakni berupa hasil belajar.

Kesuksesan hasil belajar ini dipengaruhi oleh berbagai hal, baik dari dalam diri

peserta didik itu sendiri ataupun dari luar peserta didik baik lingkungan,

ataupun sarana prasarana penunjang.

Hasil belajar yang optimal berasal dari proses pembelajaran yang sama

optimal nya. Upaya optimalisasi proses dan hasil pembelajaran dapat dilakukan

104
Zainal Arifin, loc.cit, hlm. 392

125
dengan merancang dan mengajukan beberapa alternatif pemecahan sesuai

dengan faktor-faktor yang mengiringi belum tercapainya hasil yang optimal

tersebut. salah satu upaya yang dapat dilakukan yakni dengan melakukan

remidial. 105

Berdasarkan tabel Endang Poerwanti 2008, terdapat beberapa perbedaan

antara pembelajaran remidial dengan pembelajaran reguler. Yakni sebagai

berikut :

Tabel 5.1

Perbedaan Pembelajaran Remidial dan Pembelajaran Reguler

Aspek-aspek Pembelajaran
No Pembelajaran Remidial
Pembelajaran Reguler
1 Subjek Seluruh peserta Peserta didik yang
didik belum tuntas
2 Materi pembelajaran Topik bahasan Konsep terpilih
3 Dasar pemilihan Rencana Analisis kebutuhan
materi pembelajaran (rencana pembelajaran
(RPP harian ) remidi)

Dalam pelaksanaanya, guru di kedua sekolah tersebut telah menerapkan

pembelajaran remidial dengan baik. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan

antara pembelajaran reguler dengan remidial. Baik dari segi bobot materi

ataupun jumlah soal serta teknik yang digunakan dalam penilaian remidial itu

sendiri.

105
Ibid, hlm 398.

126
Berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan inklusi sendiri, kedua sekolah

menerapkan jam tambahan di luar proses pembelajaran berlangsung. Hal ini

diproyeksikan untuk melatih kelancaran peserta didik dengan kebutuhan

khusus dalam membaca menulis.

Selain itu, rencana kerjasama dengan pihak ketiga yaitu Sekolah Luar

Biasa mulai dijadikan sebuah wacana bagi MI Hidayatul Mubtadiin untuk lebih

mengoptimalkan dan mengupgrade pengetahuan serta pemahaman terhadap

peserta didik berkebutuhan khusus.

127
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan dan pembahasan data penelitian, peneliti dapat

menyimpulkan sebagai beriku :

1. Keberadaan perencanaan pembelajaran merupakan hal yang sangat penting.

Hal ini dimaksudkan agar setiap guru yang mengajar baik guru kelas

ataupun guru mata pelajaran dapat dengan mudah memberikan perlakuan

yang seragam dan optimal untuk mendapatkan hasil evaluasi dari peserta

didik berkebutuhan khusus tersebut. Keberadaan perencanaan evaluasi hasil

pembelajaran juga menjadi hal yang cukup penting dalam mempersiapkan

apa yang seharusnya diukur dan dinilai sehingga ketika pengolahan data

hasil membuahkan hasil yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Perencanaan pembelajaran di kedua sekola tersebut tidak terdapat

perbedaan antara perencanaan untuk peserta didik reguler dengan peserta

didik berkebutuhan khusus. Hal ini dikarenakan, peserta didik berkebutuhan

khusus di kedua sekolah tersebut merupakan peserta didik yang

dikategorikan mampu untuk mengikuti pembelajaran bersama dengan

teman sejawatnya. Namun, meskipun kedua sekolah tersebut bukanlah

sekolah khusus untuk peserta didik inklusi alangkah baiknya jika

128
perencanaan evluasi hasil pembelajaran untuk peserta didik berkebutuhan

khusus diberi catatan tersendiri untuk lebih memudahkan dalam proses

pembelajaran.

2. Pelaksanaan evaluasi hasil pembelajaran pada peserta didik berkebutuhan

khusus di kedua sekolah tersebut sudah cukup baik. Dalam hal pelaksanaan

kedua sekolah tersebut telah melakukan beberapa penyesuaian-penyesuaian

seperti yang terdapat pada beberapa buku tanpa disadari. Salah satu

penyesuaian yang sering dilakukan yaitu penyesuaian cara, yakni ketika

dalam proses pembelajaran ataupun evaluasi pembelajaran peserta didik

kesulitan untuk memhaami konteks bacaan, guru membacakan maksud dari

teks tersebut dan peserta didik yang memilih jawabannya. Kedua sekolah

tersebut sama-sama memiliki peserta didik dengan hambatan belajar

membaca. Selain itu, guru juga beberapa kali melakukan penyesuaian waktu

yakni dengan memberikan tambahan waktu dalam pengerjaan. Kedua

sekolah tersebut sama-sama tidak terlalu sering menggunakan penyesuaian

materi, karena peserta didik dengan hambatan belajar tersebut bisa

mengikuti muatan pembelajaran seperti halnya peserta didik lainnya. Hanya

saja perlu adanya penyesuaian cara dan waktu seperti yang telah disebutkan.

Secara umum peserta didik berkebutuhan khusus di kedua sekolah tersebut

diperlakukan layaknya peserta didik normal dengan maksud agar tidak

timbul kecemburuan sosial di lingkup peserta didik, serta untuk mengurangi

kesenjangan yang terjadi sehingga memicu diskriminasi. Kendala dari

masing-masing sekolah yaitu belum adanya guru yang memiliki

129
kemampuan khusus untuk menangani dan mempersiapkan pembelajaran

yang semestinya bagi peserta didik berkebutuhan khusus. Selain itu juga

belum adanya guru pendamping khusus, hal ini dikarenakan adanya beban

finansial tambahan bagi orang tua jika dihadirkan guru pendamping khusus,

dan tidak semua orang tua berada dalam kondisi finansial yang baik. Secara

umum, kendala yang dirasakan oleh kedua sekolah ini yaitu instruksi

pelaksanaan pendidikan inklusi di sekolah terkesan menjadi sebuah perintah

yang intruksional tanpa adanya bimbingan teknis lanjutan dalam perihal

perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, hingga evaluasi

pembelajaran. Hal tersebut yang menjadikan beberapa guru melakukan

modifikasi-modifikasi berdasarkan pengalamana mengajar yang menurut

mereka dapat memberikan hasil yang optimal.

3. Tindak lanjut dari proses pembelajaran dan evaluasi hasil belajar peserta

didik berkebutuhan khusus yakni dengan menerapkan remidial serta

pembelajaan tambahan di luar proses belajar mengajar. Hal ini dimaksudkan

agar peserta didik fokus terhadap apa yang dipelajari. Di MI Hidayatul

Mubtadiin tambahan diberikan oleh teman sejawat melalui tutor sebaya

dengan bimbingan dan pantauan dari guru kelas. Sedangkan di SDI

Unggulan Asy Syafiiyah At Tijaniyyah Malang tambahan diberikan ketika

proses pembelajaran telah usai oleh guru kelas masing-masing.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran

yang telah peneliti rumuskan yang ditujukan kepada berbaagai pihak yaitu :

130
1. Kepada Kepala Sekolah

Melakukan upaya-upaya kerjasama dengan sekolah luar biasa di Kota

Malang dengan tujuan untuk saling memberikan keuntungan satu sama

lain, khususnya proses pembelajaran dan cara mengevaluasi yang tepat

pada peserta didik dengan kebutuhan khusus baik permanen ataupun

temporer.

2. Kepada Kelompok Kerja Guru (KKG)

Alangkah baiknya jika dalam sebuah kelompok kerja guru pada suatu

wilayah disepakati bersama terkait teknis model pembelajaran dan

evaluasi yang digunakan untuk mengukur dan menilai peserta didik

berkebutuhan khusus, yang mana telah dikotak-kotak ka sesuai kebutuhan

pada masng-masing peserta didik dengan model evaluasi yang tepat.

3. Kepada Pemerintah

Menjangkau serta memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan guru dalam

mengasah dan meningkatkan kemampuan mereka terutama dalam hal

pemahaman dan teknis pelaksanaan pendidikan inklusi.

4. Kepada Peneliti Selanjutnya

Mengembangkan suatu perangkat pembelajaran baik strategi belajar,

media ataupun soal evaluasi yang disesuaikan dengan kebutuhan

hambatan masing-masing peserta didik dan dapat digunakan untuk

meningkatkan serta mengukur kemampuan peserta didik berkebutuhan

khusus dengan lebih optimal.

131
DAFTAR RUJUKAN

Frigitania, Z. 2019. Proses Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran yang dilakukan

pada ABK di Sekolah Dasar Inklusi : Studi Deskriptif. Skripsi tidak terbitan.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Illahi,Takdir. 2013. Pendidikan Inklusi : Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta :

Ar.Ruzz Media

Irdamurni. 2020. PENDIDIKAN INKLUSI : Solusi dalam Mendidik Anak

Berkebutuhan Khusus Edisi Pertama. Jakarta : Kencana

Kustawan, Dedy. 2012. Pendidikan Inklusif dan Upaya Implementasinya. Jakarta :

Luxima

Kustawan, Dedy. 2013. Penilaian Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus.

Jakarta : Luxima

Magdalena, Ina. 2020. Evaluasi Pembelajaran SD : Teori dan Praktik. Sukabumi :

CV. Jejak

Matondang, Zulkifli, dkk. 2019. Evaluasi Hasil Belajar. Medan : Yayasan Kita

Menulis

Mulyadi. 2014. Evaluasi Pendidikan : Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan

Agama Islam di Sekolah. Malang : UIN-Maliki Press

Orin, O. 2015. Penilaian Hasil Belajar Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah

Penyelenggara Inklusif SDN 01 Limau Manis” (Penelitian Studi Kasus).

Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus Volume 4 Nomor 3 September

132
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif (Sesuai Permendiknas No

70 Tahun 2009) DIREKTORAT PPK-LK PENDIDIKAN DASAR

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA 2011

Raco, JR. 2010. Metode Penelitian Kualitatif : Jenis, Karakteristik dan

Keunggulan. Jakarta : Grasindo

Smith, J. David. 1998. Inclusion : School for All Student ( Inklusi Sekolah Ramah

Untuk Semua). editor: M.Sugiarmin, MIF Baihaqi, Nuansa, Bandung, 2009.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

dan R&D). Bandung : Alfabeta

Tiarni, Wahyu dan Dwi Rakhmawati. 2013. Konsep Sekolah Inklusi yang Humanis.

Yogyakarta : Familia

Wijaya, Hengki. 2018. Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan Teologi. Sulawesi

Selatan : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Waqiatul Masruroh, dkk, Kumpulan Ayat dan Hadits Tentang Pendidikan,

(Pamekasan: STAIN Pamekasan, 2012), hlm.88

Yusuf, Muri. 2015. Asesmen dan Evaluasi Penddikan : Pilar Penyedia Informasi

dan Kegiatan Mutu Pendidikan. Jakarta : Kencana

133
LAMPIRAN-LAMPIRAN

134
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian

135
136
Lampiran 2

Surat Balasan Penelitian

137
138
Lampiran 3
Bukti Konsultasi

139
Lampiran 4

MATRIK PENELITIAN

Teknik Pengumpulan
No Fokus Penelitian Pedoman
Data
1 Bagaimana perencanaan a. Guru menggunakan RPP khusus abk
evaluasi pembelajaran K-13 b. Guru mempunyai dan menggunakan panduan
Observasi
pada siswa berkebutuhan pembuatan tes evaluasi hasil pembelajaran khusus
khusus di SDI Unggulan Asy abk.
Syafiiyah At Tijanniyah a. Menurut bapak/ibu, apa itu evaluasi pembelajaran?
Malang dan MI Hidayatul b. Apa tujuan dari evaluasi pembelajaran?
Mubtadiin Malang ? c. Seberapa penting evaluasi pembelajaran dalam
Wawancara
sebuah proses belajar mengajar?
d. Komponen apa saja yang perlu dipersiapkan dalam
penyusunan perencanaan evaluasi pembelajaran?

140
e. Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan
perencanaan tersebut?
f. Kapan penyusunan perencanaan evaluasi
pembelajaran?
g. Adakah pedoman yang diikuti dalam penyusunan
perencanaan evaluasi pembelajaran tersebut?
h. Apakah terdapat perbedaan perencanaan evaluasi
pembelajaran antara siswa regular dengan siswa
berkebutuhan khusus?
i. Jika terdapat perbedaan, pada bagian apa saja hal-
hal yang perlu dijadikan perhatian dalam
penyusunan perencanaan evaluasi pembelajaran
tersebut?
j. Bagaimana proses penyusunan perencanaan
evaluasi pembelajaran di sekolah ini?
Dokumentasi a. RPP

141
a. Guru memberikan penugasan pada siswa
berkebutuhan khusus
Observasi
b. Guru melaksanakan penilaian pengetahuan, sikap
dan keterampilan pada siswa berkebutuhan khusus
Bagaimana pelaksanaan a. Apa saja yang perlu diingat dalam melakukan
evaluasi pembelajaran K-13 evaluasi pada siswa berkebutuhan khusus?
pada siswa berkebutuhan b. Bagaiamana cara guru melakukan tes ranah
2 khusus di SDI Unggulan Asy pengetahuan pada siswa berkebutuhan khusus?
Syafiiyah At Tijanniyah c. Bagaiamana cara guru melakukan tes ranah sikap
Malang dan MI Hidayatul Wawancara pada siswa berkebutuhan khusus?
Mubtadiin Malang ? d. Bagaiamana cara guru melakukan tes ranah
keterampilan pada siswa berkebutuhan khusus?
e. Evaluasi seperti apa yang kerap dilakukan oleh
guru ketika pembelajaran?
f. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?

142
g. Bagaimana jika KKM yang didapatkan oleh
peserta didik berkebutuhan khusus belum
terpenuhi?
a. Jika terdapat guru pendamping khusus, apa peran
guru tersebut? Dan apakah guru shadow juga ikut
andil dalam evaluasi terhadap siswa berkebutuhan
khusus?
b. Apa saja factor penghambat dan factor pendukung
yang dirasakan oleh guru kelas dalam
melaksanakan evaluasi terhadap siswa
berkebutuhan khusus?
a. Proses kegiatan belajar mengajar (opsional)
Dokumentasi b. Soal ujian
c. Hasil evaluasi pembelajaran/raport
Bagaimana tindak lanjut a. Adakah perbedaan perlakuan dari tahun-ke tahun
3 evaluasi pembelajaran K-13 Wawancara terhadap evaluasi hasil belajar siswa berkebutuhan
pada siswa berkebutuhan khusus?

143
khusus di SDI Unggulan Asy b. Upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi
Syafiiyah At Tijanniyah kebutuhan -kebutuhan dari peserta didik
Malang dan MI Hidayatul berkebutuhan khsus
Mubtadiin Malang ?

144
Lampiran 5
Transkrip Wawancara

Narasumber : Pak Sukir (Guru Kelas siswa G MI HM)


1. Menurut bapak/ibu, apa itu evaluasi pembelajaran?
Evaluasi pembelajaran itu kan yang pertama untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan suatu pembelajaran tersebut nah itu disebut evaluasi.
2. Apa tujuan dari evaluasi pembelajaran?
Ini evaluasi hasil pembelajaran ya, ya itu tadi salah satunya untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan suatu pembelajaran, nah cara evaluasinya bisa
ditanyakan langsung melalui lisan bisa juga melalui ujian tulis.
3. Seberapa penting evaluasi pembelajaran dalam sebuah proses belajar
mengajar?
Ya penting sekali, karena salah satu proses keberhasilan dalam pembelajaran itu
kan mengevaluasi pembelajaran sesuai dengan target kita. Cara kita tahu sesuatu
itu sudah tercapai atau belum itu kan ya salah satunya dengan evaluasi itu tadi,
mengevaluasi apa yang sudah kita sampaikan pada siswa selama pembelajaran
itu tadi.
4. Komponen apa saja yang perlu dipersiapkan dalam penyusunan
perencanaan evaluasi pembelajaran?
Nah jadi gini, untuk mempersiapkan evaluasi tentunya yang pertama kan
tentunya menanyakan materi-materi yang sudah kita ajarkan itu tadi dan itu
sudah ada di dalam RPP, disana dilampirkan. Jadi dari situ bisa untuk evaluasi
pembelajaran singkat untuk mengukur anak kira-kira sudah paham atau belum.
Kalo, untuk soal harian kalo proses pembelajaran itu kan gak lepas dari soal
harian KD nya seperti apa, materinya seperti apa, setelah proses pembelajaran
itu kan tahap selanjutnya yang harus dilakukan seperti apa, nah jadi sesuai
alurnya seperti itu.
Untuk PTS dan PAS, selalu ada kisi-kisi yang di dalam nya itu sudah disusun
sedemikian rupa berdasarkan materi, KD , indikator yang telah diajarkan. Jadi
kisi-kisi ini sebagai rel kita agar tetap sesuai dengan materi seharusnya.

145
5. Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan perencanaan tersebut?
Nah, untuk penyusunan nya itu diserahkan kepada masing-masing guru kelas,
tapii sebelum menyusun soal baik itu PTS atau PAS itu biasanya ada rapat dulu
untuk ujian akhir dan ujian tengah semester, disitu nanti ditentukan berapa
materi yang diujikan, bentuknya seperti apa, berapa soal yang diberikan,
kemudian nanti pelaksanaannya kapan.
6. Kapan penyusunan perencanaan evaluasi pembelajaran?
Untuk evaluasi PTS dan PAS ya sebelumnya itu pasti ada rapat untuk membahas
dan membuat soal.
7. Adakah pedoman yang diikuti dalam penyusunan perencanaan evaluasi
pembelajaran tersebut?
Untuk soal harian itu kan yang tau ukurannya guru masing-masing ya jadi
kebijakan masing-masing guru, guru juga harus bisa berbuat bijak jika
dihadapkan dengan siswa-siswa yang beragam. Kalo untuk soal PTS, PAS ya itu
tadi pedoman yang diikuti ada setelah dibahas dalam rapat persiapan ujian itu.
Dan secara umum pedoman yang diikuti seperti halnya dalam membuat soal itu
tadi.
8. Apakah terdapat perbedaan perencanaan evaluasi pembelajaran antara
siswa regular dengan siswa berkebutuhan khusus?
Tidak ada mbak, karena konsepnya tidak boleh ada perbedaan baik di KKM
ataupun soal jadi disamakan, yang menjadikan beda ya itu tadi kebijakan
masing-masing guru. Kan kalo untuk tematik diampu guru kelas sendiri ya, nah
untuk bahasa arab dan PJOK itu kan ada guru masing-masing dan satu sama lain
pasti ada kebijakan sendiri.
9. Jika terdapat perbedaan, pada bagian apa saja hal-hal yang perlu
dijadikan perhatian dalam penyusunan perencanaan evaluasi
pembelajaran tersebut?
Secara umum tidak ada yang dibedakan, yang menjadikan beda ya treatment nya
itu tadi. Yang jelas guru itu harus tahu kemampuan siswa, kekurangan siswa ini

146
apa, jadi dari situ guru nanti bisa mencapai hal-hal sesuai dengan target masing-
masing. Seperti Galih, tidak bisa jika dipukul rata anak ini bisa A bisa B ndak
bisa. Jadi harus memahami dulu kemampuan anak itu dari situ nanti bisa tahu
bagaimana cara yang tepat.
10. Bagaimana proses penyusunan perencanaan evaluasi pembelajaran di
sekolah ini?
Proses penyusunannya ya sama seperti di awal tadi, setiap sebelum PTS dan PAS
pasti ada kisi-kisi dimana kisi-kisi ini difungsikan sebagai rel untuk melihat
kesesuaian antara materi yang diajarkan dengan materi yang diujikan. Dan
penyusunan nya pun juga tadi itu dibahas dalam rapat soal nya berapa, bentuk
nya gimana, materinya berapa, begitu.
11. Apa saja yang perlu diingat dalam melakukan evaluasi pada siswa
berkebutuhan khusus?
Kemampuan anak..
12. Bagaiamana cara guru melakukan tes ranah pengetahuan pada siswa
berkebutuhan khusus?
Untuk penugasan ini kita samakan dengan siswa lain, tapi disini orang tua dan
teman kita dorong untuk saling membantu. Kan biasanya kalo teman-sama
teman itu enak selain untuk membantu Galih juga, itu juga menumbuhkan sikap
kepedulian antar teman. Jadi kalo untuk pengetahuan intinya adanya kebijakan
masing-masing guru. Intinya kebijakan itu.
13. Bagaiamana cara guru melakukan tes ranah sikap pada siswa
berkebutuhan khusus?
Kalo sikap ini malah cenderung lebih baik, kalo perilaku malah cenderung lebih
tinggi dibanding dengan teman-teman yang lain. Kan di sekolah juga ada
pembiasaan sholat dhuha, dhuhur berjamaah dan lain lain nah itu juga masuk ke
dalam aspek sikap dan Galih cenderung baik dalam sikapnya. Hanya saja ya itu
pengetahuannya yang cenderung di bawah siswa lain.
Kalo anak berkebutuhan khusus seperti Galih ini kan mereka cenderung diam
tidak yang neko-neko. Beda lagi kalo yang beberapa tahun kebelakang itu anak
nya hiper, kalo anak hiper itu memang tingkah nya yang agak sulit dikendalikan

147
tapi kadang-kadang malah pengetahuannya lebih tinggi dari teman-temannya.
Nah kalo Galih ini yang cenderung bagus sikap nya, hanya saja ya di
pengetahuannya yang agak tertinggal dari teman-temannya.”
14. Bagaiamana cara guru melakukan tes ranah keterampilan pada siswa
berkebutuhan khusus?
Nah kalo keterampilan kan banyak yaa, tapi yang sering sekali saya tekankan
malah membaca nya jadi biar sambil berlatih karena itu yang urgen seperti itu.
itu prosentasenya paling tinggi karena memang yang diperlukan y aitu.
15. Evaluasi seperti apa yang kerap dilakukan oleh guru ketika pembelajaran?
Ya itu tadi, kalo di harian itu menyesuaikan. Kadang ya tulis kadang langsung
lisan jadi balik lagi ke kebijakan masing-masing guru.
16. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Jadi kan anak di beri evaluasi A, B atau C itu kan intinya untuk mengukur sejauh
mana kemampuan anak. Jadi menggunakan apapun selama itu bisa untuk
melihat tingkat ketercapaian target dari guru itu ya tidak apa-apa digunakan.
17. Bagaimana jika KKM yang didapatkan oleh peserta didik berkebutuhan
khusus belum terpenuhi?
Nah, untuk yang siswa yang tentunya tidak sama dengan siswa yang lain maka
diambil kebijakan. Tetapi secara umum KKM itu 75, tetapi disini diambil
kebijakan secara internal oleh guru. Jadi masing-masing guru itu kan punya
kebijakan ya, kalo saya dilihat dulu nilai ujian yang pertama, kalo ini terlalu jauh
dari KKM ini bis akita remidi ulang sampai mendekati atau pas KKM setidaknya
70, jadi disini saya ambil kebijakan kalo sudah mepet KKM oke saya cukupkan
karena memang segitu kemampuannya. Remidi bisa ujian tulis lagi dengan
menurunkan bobot soal, mengurangi jumlah soal, atau juga bisa by lisan.
18. Apa saja faktor penghambat dan faktor pendukung yang dirasakan oleh
guru kelas dalammelaksanakan evaluasi terhadap siswa berkebutuhan
khusus?
Faktor penghambat
19. Adakah perbedaan perlakuan dari tahun-ke tahun terhadap evaluasi hasil
belajar siswa berkebutuhan khusus?

148
Nah ya itu tadi kalo sebelumnya kan agak meraba-raba
20. Apakah diagnosa terhadap siswa dilakukan oleh psikiater atau tenaga ahli?
Dan apakah orang tua sudah menyadari kekurangan siswa?
Iya sudah disini memang orang tua sudah menyadari jika anak kurang disini.
Itulah mengapa kerjasama dengan orangtua itu penting.
Nah kalo diagnosa, dalam beberapa tahun kebelakang memang di sekolah ini
ada tenaga shadow dan anak memang sudah ada hasil diagnosa dari ahli, disini
Kerjasama dengan orang tua sangat penting. Namun karena finansial masing-
masing orang tua itu berbeda-beda jadi ya tidak semua bisa disamakan.
Jangankan shadow kadang-kadang bayar membayar saja sudah kerepotan, tapi
beberapa waktu ke belakang itu saya pribadi pernah konsultasi dengan psikiater
terkait anak ini sempat omong-omongan, wa dan sebagainya itu ya memang ada
arah anak ini ke disleksia. Oleh karena itu disini kita aktifkan teman-temannya
untuk membantu ketika di kelas, dan orang tua ketika di rumah.

149
Narasumber : Bu Ida ( Kepala Madrasah MI Hidayatul Mubtadiin
Malang)

1 Menurut bapak/ibu, apa itu evaluasi hasil pembelajaran?


Evaluasi itu ya penilaian segala aspek mbak ya, penilaian dari seluruh
rangkaian pembelajaran yang telah disampaikan dengan tujuan untuk
mengukur keberhasilan tentunya. Ya keberhasilan siswa nya, ya keberhasilan
gurunya.
2 Apa tujuan dari evaluasi hasil pembelajaran?
Ya itu tadi, untuk mengukur keberhasilan dan sejauh mana daya serap siswa
terhadap materi yang telah disampaikan Selama proses belajar mengajar
berlangsung.
3 Seberapa penting evaluasi hasil pembelajaran dalam sebuah proses
belajar mengajar?
Penting sekali, evaluasi itu untuk mengetahui sejauh mana kompetensi diserap
siswa, sudah berhasilkah guru dalam pembelajaran, dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat profesionalitas guru-guru di madrasah.
4 Komponen apa saja yang perlu dipersiapkan dalam penyusunan
perencanaan evaluasi hasil pembelajaran?
Materi,
5 Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan perencanaan evaluasi
tersebut?
Guru kelas, jadi perencanaan ataupun hal-hal yang menyangkut pembelajaran
semua dikoordinir oleh guru kelas masing-masing.
6 Kapan penyusunan perencanaan evaluasi hasil pembelajaran?
Saat awal semester, sekaligus penyusunan RPP. Ketika kenaikan kelas,
sebenarnya dibahasnya ya secara umum ndak yang khusus. Ya membahas anak
ini naik apa ndak, anak ini gini atau gimana. Jadi setiap guru tau cara
penanganan jika bertmu dengan anak-anak tersebut.
7 Adakah pedoman yang diikuti dalam penyusunan perencanaan evaluasi
hasil pembelajaran tersebut?

150
Pedoman yang digunaknan sama seperti penyusunan evaluasi pada umumnya.
tidak ada perbedaan mbak
8 Apakah terdapat perbedaan perencanaan evaluasi hasil pembelajaran
antara siswa regular dengan siswa berkebutuhan khusus?
Sebetulnya ya tidak ada, karena sekolah kita kan bukan jenis sekolah yang
khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Jadi sekolah ndak boleh nolak,
sekolah yang harus menyamakan aturan yang ada jadinya yaa materinya yang
diturunkan.
9 Jika terdapat perbedaan, pada bagian apa saja hal-hal yang perlu
dijadikan perhatian dalam penyusunan perencanaan evaluasi hasil
pembelajaran tersebut?
Tidak ada hal khusus yang dibedakan hanya itu tadi, modifikasi dan inovasi
guru untuk mengukur kemampuan anak dalam pembelajaran
10 Bagaimana proses penyusunan perencanaan evaluasi hasil pembelajaran
di sekolah ini?
Penyusunan evaluasi dilakukan oleh guru kelas mbak ya, jadi bisa
dikomunikasikan dengan guru kelas masing-masing
11 Apa saja yang perlu diingat dalam melakukan evaluasi pada siswa
berkebutuhan khusus?
Yang jelas guru itu harus paham sama kondisi nya anak, ketika guru sudah
paham dengan kondisi anak jadi guru itu ndak bingung cara ngatasi anak itu,
dan yang utama guru tidak memukul rata batas kemampuan anak satu dengan
anak yang lain.
12 Jika terdapat guru pendamping khusus, apa peran guru tersebut? Dan
apakah guru shadow juga ikut andil dalam evaluasi terhadap siswa
berkebutuhan khusus?
Tidak ada andil mbak, shadow hanya ditugaskan untuk mendampingi proses
belajar anak-anak ya biar anak nya ndak ganggu dan terkontrol gitu intinya.
Kalau penilaian hanya guru yang melakukan. Jadi shadow hanya bertugas
untuk mengontrol siswa saat pembelajaran ya intinya membantu siswa untuk
lebih menata emosinya mbak, karena anak yang didampingi shadow disini itu

151
anak yang semacam memiliki gangguan emosi seperti.jadi ketika pensil sudah
dipegang atau digigit, itu belum dilepaskan kalau belum sampai patah. Nah,
untungnya orang tua bisa diajak Kerjasama dan koordinasi, ketika sekolah
menyarankan anak untuk diperiksakan baik ke psikolog atau semacamnya dan
hasil diagnose keluar, orang tua mampu menerima bahwa anaknya butuh
pendampingan khusus. Karena ya itu tadi, guru nya kewalahan mbak, karena
basic kami juga bukan dari background pendidikan khusus seperti itu.
13 Apa saja factor penghambat dan factor pendukung yang dirasakan oleh
guru kelas dalam melaksanakan evaluasi terhadap siswa berkebutuhan
khusus?
Iya itu tadi, karena kita berangkatnya juga bukan dari guru inklusi atau khusus,
makanya pengetahuan dan kemampuan kita ya agak kurang jika dihadapkan
dengan jenis anak yang unik seperti itu. Sebetulnya guru yang sudah khusus itu
kan pastinya sudah punya tips dan trik untuk menangani anak-anak itu. Kalau
guru sd biasa ya hanya menggunakan buah hasil pengalaman nya saja dari
tahun-tahun sebelumnya. Kalaupun guru ndak sanggup bener-bener mentok,
ya sekolah mengembalikan ke orang tua. Karena sejauh ini tidak ada
pembekalan kompetensi guru dalam mengahadapi anak seperti itu, pernah ada
pelatihan pun itu dulu sekali jamannya pak Sukir tapi itu juga istilahnya
sekedar pengenalan permukaan saja, untuk bagaimana-bagaimana nya itu tidak
ada pembahasan mendalam. Bukan cara menangani, hanya saja penekanan
pada sekolah tidak boleh menolak jika ada siswa berkebutuhan khusus yang
mendaftar. Kalo factor pendukungnya ya, lebih ke kondisi anaknya sih mbak.
Dan pemahaman orang tua tentang kemampuan anak. Kadangkala, orang tua
kurang paham dengan kemampuan anak, sehingga ingin memukul rata hasil
yang didapatkan anak mereka sama dengan anak pada umumnya.
14 Adakah perbedaan perlakuan dari tahun-ke tahun terhadap evaluasi hasil
belajar siswa berkebutuhan khusus?
Ndak ada yang khusus nya sih mbak, karena setelah meluluskan anak dengan
dampingan shadow sekitar 2 tahun yang lalu, baru ditemui lagi anak special ya
di kelas pak Sukir itu, sampai kelas 4 masih mengalami kurang konsentrasi dan

152
pemahaman terhadap huruf yang kurang. Jadi sejauh ini belum ada, hanya
mungkin itu tadi pinter dan kreatif nya wali kelas dalam menggali potensi anak.
15. Apakah sebelumnya guru di sekolah pernah mendapat bimbingan teknis
dari pemerintah terkait pelaksanaan sekolah inklusi?
Sejauh ini belum pernah mbak, ya pas awal itu saja dulu diwakili kepala
sekolah untuk bimtek sekolah inklusi dan seperti yang sudah dikatakan tadi,
hanya pengenalan dan penekanan saja bahwa sekolah tidak boleh menolak
anak-anak dengan kebutuhan khusus. Namun pada PPDB terakhir kemarin,
sempat kami ya istilahnya bukan menolak hanya memberikan opsi pada orang
tua calon siswa bahwa kondisi sekolah kami juga seperti ini, lingkungan
belajarnya belum inklusi jadi agar orang tua bisa mempertimbangkan, karena
kondisi anaknya juga berkaitan dengan abk fisik. Kalau berkaitan dengan fisik
kan ya agak mengkhawatirkan mbak, harus dijaga juga apalagi disini juga
belum ada ruangan khusus inklusi dan Gedung nya juga masih 2 lantai.
16. Apakah sekolah pernah menjalin Kerjasama dengan pihak sekolah
inklusi lainnya atau sejenis dengan itu?
Sejauh ini belum, eh sudah mbak hamper setiap tahun oh malah setahun dua
kali mbak. Jadi setiap semester itu pasti ada SLB ap aitu mengajak Kerjasama
namun lebih ke bantuan dana finansial nya mbak. Oiya mbak ya, saya baru
kepikiran. Mungkin nanti kedepannya, Kerjasama ini bisa berbuah symbiosis
agar pihak SLB memberikan semacam pengarahan atau pelatihan pada guru di
sekolah untuk menangani siswa berkebutuhan khusus. Kok ndak kepikiran
mbak yaa, kalo gak samean ingetkan tadi.

153
Narasumber : Bu Azizah (Guru Kelas 2 siswa U dan K SDI UAA)

1. Menurut bapak/ibu, apa itu evaluasi hasil pembelajaran?


Evaluasi hasil belajar itu mencakup keberhasilan siwa mencapai kisi-kisi
yang telah dikonsep sebelumnya. Jadi evaluasi hasil itu lebih kepada uji
kompetensi, baik berupa harian tengah semester ataupun PAS.
2. Apa tujuan dari evaluasi hasil pembelajaran?
Kalau tujuan ya jelas untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai
sebuah pembelajaran itu tadi bu, apakah mereka sudah paham dengan
konsep yang diajarkan, jadi sebagai pengamat sejauh apa kemampuan
mereka dalam menangkap materi dan konsep pembelajaran.
3. Seberapa penting evaluasi hasil pembelajaran dalam sebuah proses
belajar mengajar?
Kalau menurut saya ya penting banget bu, ini berkaitan dengan proses kbm
juga, nah untuk mengetahui seberapa nyampeknya materi kbm di dalam
kelas ya jadi penting sekali diadakan evaluasi. Kalau ndak ada evaluasi guru
tau dari mana siswa itu sudah bisa atau belum, sudah paham atau belum,
begitu. Untung nya di sekolah sesuai dengan aturan Yayasan masih
diperbolehkan untuk melakukan proses belajar mengajar meskipun tidak
full, jadi pemantauan untuk evaluasi masih bisa dilakukan oleh siswa
langsung.
4. Komponen apa saja yang perlu dipersiapkan dalam penyusunan
perencanaan evaluasi hasil pembelajaran?
Untuk perencanaan belajar itu ya media, konsep, materi. Kalau disini
konsep itu terobosan tersendiri dari sekolah yang tujuan nya lebih
memudahkan siswa dalam memahami isi atau muatan dari materi yang akan
dipelajari. Kalau untuk evaluasi nya sendiri, tidak ada perencanaan khusus
karena basic nya kami bukan sekolah khusus yang bagaimana-bagaiamana
ya bu. Hanya saja ya itu tadi dalam menyusun evaluasi tentunya harus
menyesuaikan konsep yang telah diajarkan dan kemampuan dari siswa.

154
5. Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan perencanaan tersebut?
Ini rencana evaluasi bu ya jadi diserahkan kepada masing-masing guru
kelas dalam pembuatan perencanaan itu tadi. Namun juga
dikomunikasikan dengan kepala sekolah dalam KKG mingguan
6. Kapan penyusunan perencanaan evaluasi hasil pembelajaran?
Perminggu bu kalau untuk perencanaan yang pembelajaran full, jadi di
setiap minggu kan di sini ada KKG atau semacam rapat internal guru dan
kepala sekolah, setiap minggunya guru Menyusun perencanaan itu tadi
yang mencakup perencanaan belajar dan evaluasi nya lalu
dikomunikasikan atau dibahas di dalam KKG itu tadi.
7. Adakah pedoman yang diikuti dalam penyusunan perencanaan
evaluasi hasil pembelajaran tersebut?
Kalau untuk pedoman perencanaan evaluasi, menyesuaikan saja bu kalau
niku. Pedoman yang digunaknan sama seperti penyusunan evaluasi pada
umumnya. jadi kalau untuk harian nya tetap ada evaluasi terstruktur dan
tidak tersetruktur mawon gitu.
8. Apakah terdapat perbedaan perencanaan evaluasi hasil pembelajaran
antara siswa regular dengan siswa berkebutuhan khusus?
Kalau untuk Ungzila disamakan dengan dengan anak-anak lain bu, karena
ungzila sendiri juga hanya kurang di membaca dan kontrol emosi saja. Jadi
tidak ada perbedaan dengan anak-anak lain. Mungkin kalau pelaksanaanya
nah ini ungzila perlu treatment khusus yaitu dibacakan. Guru yang
membacakan soal dan jawabannya lalu dia memilih jawabannya.
Nah kalau untuk Keanu, sejujurnya sampai detik ini sekolah masih belum
bisa memberi ketegasan pada model pembelajaran Keanu karena Keanu
sendiri statusnya juga siswa mutasi, dan belum pernah ada pertemuan antara
pihak sekolah dengan orang tua. Jadi sejauh in kami menilai Keanu kalau
sikap ya dari keseharian, kalau belajar ya dari hitung-hitungan atau kosakata
seperti itu. Jadi untuk Keanu ini tidak bisa disamakan dengan siswa lainnya
di kelas 2 karena pertama, dia sendiri juga merasa takut untuk ikut
pembelajaran bersama teman-teman di kelas apalagi ya Namanya anak-anak

155
pasti ada yang ngejek-ngejek atau apa kayak gitu, lalu yang kedua dari poin
pertama itu tadi akhirnya social nya Keanu ya jenengan tau kayak gitu itu,
lalu karena keterbatasan skill kami untuk menangani siswa dengan
kebutuhan khusus yang bisa dikatakan level berat seperti Keanu ini kami
belum bisa menyamakan materi yang diberikan pada siswa kelas 2 lainnya
dengan Keanu. Jadi untuk evaluasinya pun jelas sekali sangat jauh berbeda.
9. Jika terdapat perbedaan, pada bagian apa saja hal-hal yang perlu
dijadikan perhatian dalam penyusunan perencanaan evaluasi hasil
pembelajaran tersebut?
Secara umum ndak ada yang dibedakan bu karena untuk Ungzila y aitu tadi
kemampuan dia masih sama dengan siswa yang lainnya hanya saja perlu
bantuan guru dalam mengerjakan soal-soalnya. Jadi untuk perencanaan
tidak ada yang berbeda yang dibedakan hanya saat pelaksanaanya saja.
Kalau untuk Keanu jelas ada perbedaan evaluasi tapi tidak ada perencaan
evaluasi khusus untuk Keanu karena status Keanu sebagai siswa mutase itu
tadi dan kami disini masih dalam proses pengamatan sambil belajar apa
yang cocok untuk Keanu. Karena sejauh ini pihak sekolah juga bingung bu,
dalam artian kurang nya komunikasi dengan orangtua juga akhirnya
membuat langkah kami agak terbengkalai.
10. Apa saja yang perlu diingat dalam melakukan evaluasi pada siswa
berkebutuhan khusus?
Tentunya gurunya harus paham dengan kondisi siswa ya bu niku yang
utama, karena kalau guru nya ndak paham ya repot dan bingung sendiri. Jadi
malah ndak bisa menggali kemampuan anak. Apalagi kalau anaknya special
kan guru juga harus bisa memodifikasi oo anak ini kurang di bagian A tapi
dia unggul di bagian B jadi sebisa mungkin guru juga harus bisa mencari
value dari masing-masing siswa itu tadi dan tidak bisa disamaratakan.
11. Bagaiamana cara guru melakukan tes ranah pengetahuan pada siswa
berkebutuhan khusus?
Kalau untuk pengetahuan nya Ungzila disamakan dengan siswa yang
lainnya, sedangkan untuk Keanu tidak bisa disamakan dengan siswa lainnya

156
karena belum bisa mengikuti dan masih seputar pengenalan kosakata dan
menghitung saja bu.
12. Bagaiamana cara guru melakukan tes ranah sikap pada siswa
berkebutuhan khusus?
Kalau untuk sikap kami memantau melalui keseharian, jadi observasi yang
dilakukan oleh Guru. Ketika siswa berinteraksi dengan temannya, ketika
dalam pembelajaran dan sebagainya.
13. Bagaiamana cara guru melakukan tes ranah keterampilan pada siswa
berkebutuhan khusus?
Begitupun dengan keterampilan, juga disamakan untuk Ungzila. Dia kalau
urusan menyalin tulisan dari papan tulis ke buku itu cepet dan rapi tapi kalau
sudah membaca itu dia kurang. Kemarin juga aktif dan mau untuk membuat
prakarya itu. Jadi kalau untuk Ungzila itu semua nya kita samakan, hanya
saja y aitu guru nya harus paham dan sadar akan karakter nya Zila biar
gimana caranya anak ini mau mengikuti apa yang kita harapkan.
14. Evaluasi seperti apa yang kerap dilakukan oleh guru ketika
pembelajaran?
Secara umum untuk harian itu ada tugas testruktur dan tidak terstruktur
sebagai bahan evaluasi pembelajaran hariannya. Kalau yang lain ya ada
ulangan harian, pts, pas.
15. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Ya sebenarnya normalnya seperti itu bu ya, jadi ketika di sekolah kami
memberi tugas tidak terstruktur dan tugas tidak terstrukturnya diberikan
untuk bahan belajar karena hari esoknya kan libur masuk lagi lusanya. Tapi
ya Namanya anak pondok beberapa tugas tidak terstruktur itu ada yang ndak
dikerjakan karena lupa, ada yang bener-bener dikerjakan dan ada juga yang
dikerjakan pendamping di pondoknya. Jadi pemberian tugas terstruktur dan
tidak terstruktur ini harus beriringan agar guru punya rekam jejak buy a
istilahnya dari siswa.

157
16. Bagaimana jika KKM yang didapatkan oleh peserta didik
berkebutuhan khusus belum terpenuhi?
Kalau Zila KKM nya belum dicapai ya ada kok remidinya tapi langsung
lisan, dan biasanya langsung ngeh ketika diberi pertanyaan secara lisan
seperti itu.
17. Jika terdapat guru pendamping khusus, apa peran guru tersebut? Dan
apakah guru shadow juga ikut andil dalam evaluasi terhadap siswa
berkebutuhan khusus?
Sejauh ini, karena sekolah juga baru berdiri 2 tahun belum ada pendamping
khusus bu
18. Apa saja factor penghambat dan factor pendukung yang dirasakan
oleh guru kelas dalam melaksanakan evaluasi terhadap siswa
berkebutuhan khusus?
Kan guru disini dan background sekolah juga bukan sekolah khusus bu ya
makanya pengetahuan dan kemampuan kita ya agak kurang jika dihadapkan
dengan jenis anak yang unik seperti itu bu. Kalau factor pendukung, jelas
dari siswa nya itu, ketika siswa aktif dan menunjukkan respon positif itu
sudah sangat mendukung dalam proses evaluasi.
19. Adakah perbedaan perlakuan dari tahun-ke tahun terhadap evaluasi
hasil belajar siswa berkebutuhan khusus?
Belum ada, sejauh ini kami juga masih terus dan akan berusaha semaksimal
mungkin untuk menjadi lebih baik ke depannya. Sejauh ini kalau ditanya
apakah ada perbedaan belum, khususnya untuk siswa berkebutuhan khusus
kami sampai saat ini juga masih terus meraba-raba dan memberikan yang
terbaik yang kami bisa

158
Narasumber : Bu Ratna Sasi Suci (Guru Kelas 1 )

1. Menurut bapak/ibu, apa itu evaluasi hasil pembelajaran?


Evaluasi hasil pembelajaran, ya suatu hal yang dapat dijadikan patokan
perbaikan dimana 3 aspek itu sudah mencapai standar yang ditetapkan oleh
guru kelas atau belum. Kan ada ya aturan dari pemerintah, ketika turun ke
bawah guru juga harus bisa memodif itu atau menyesuaikan itu berdasar
kemampuan dari siswa nya. Misal KKM nya 70, tapi dia belum mampu 70
nah berarti kan harus ada penyesuaian grade entah dari soalnya atau dari
indikator yang harus dicapainya itu sendiri.
2. Apa tujuan dari evaluasi hasil pembelajaran?
Ya jelas nya supaya semakin baik ya. Adanya evaluasi itu kan untuk melihat
sudah pahamkah siswa, nah kalo ada hasil evaluasi tertulisnya kan ada
semacam patokan yang bisa digunakan untuk berkaca dan semakin baik
kedepannya.
3. Seberapa penting evaluasi hasil pembelajaran dalam sebuah proses
belajar mengajar?
Ya penting banget, karena itu kalo ndak ada evaluasi kan ndak tau langkah
ke depannya yang dibutuhkan siswa dan yang harus dilakukan oleh guru
supaya lebih baik itu seperti apa. Contoh misalnya Zila, Zila itu kan sudah
tak berikan stimulus ya, respon nya ya seperti itu kurang, tapi dia bagus di
aspek satunya. Misal saya menargetkan 80 lah untuk membaca, tapi
nyatanya belum. Dia bagus di itung-itungannya di matematika. Jadi saya
kasih poin nya di situ, sedangkan membaca nya saya lisankan. Nah, tujuan
dari evaluasi supaya untuk menemukan strategi baru dalam memecahkan
suatu permasalahan.
4. Komponen apa saja yang perlu dipersiapkan dalam penyusunan
perencanaan evaluasi hasil pembelajaran?
Eem yang pertama kita harus tahu karakter siswa dulu, jadi kita tahu
evaluasi yang tepat untuk anak nya. Misal kita ndak paham dengan karakter
anaknya dan langsung memutuskan untuk menggunakan evaluasi teks atau

159
portofolio, nah Zila ndak bisa seperti itu dengan kondisi dia yang ndak bisa
membaca atau menulis sendiri ya ndak bisa. Dia cuma bisa hitung-hitungan.
Jadi komponen utama ya guru harus tau dulu karakter dari siswa, nah
komponen selebihnya sama ya materi dan lain-lain.
5. Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan perencanaan tersebut?
Mmm kalo penyusunan RPP itu kepala sekolah mengkonsepkan boleh lebih
tidak boleh kurang, kan di RPP itu kan sudah mencakup semua ya dari mulai
apresepsi hingga evaluasi. Nah kalo itu RPP disusun guru sendiri, kita
mengembangkan lalu dibahas di setiap KKG mingguan itu bersama kepala
sekolah.
6. Kapan penyusunan perencanaan evaluasi hasil pembelajaran?
Setiap minggu ya, tapi kalo dulu itu masih belum tentu kadang bulanan
kadang mingguan karena di sin ikan juga kita masih meraba gitu ya.
7. Adakah pedoman yang diikuti dalam penyusunan perencanaan
evaluasi hasil pembelajaran tersebut?
Ada, jadi kita itu kemarin diberi konsep oleh kepala sekolah, diberi form
nya tugas tersruktur atau tugas untuk di rumah seperti ini, dan rpp satu
lembar. Tapi pada dasarnya kalo untuk tugas terstruktur itu kan dikerjakan
di rumah ya, nah untuk Zila itu diberikan tugas yang sama karena nanti di
pondok kan dia bisa dibantu oleh pendamping pondoknya.
8. Apakah terdapat perbedaan perencanaan evaluasi hasil pembelajaran
antara siswa regular dengan siswa berkebutuhan khusus?
Sejauh ini untuk tertulisnya itu disamakan, yang beda itu ketika pelaksanaan
di dalam kelasnya ya, jadi ketika Zila diharuskan untuk mengerjakan soal,
jenis soal yang diberikan tetap sama namun hanya treatment nya yang
dibedakan. Jadi disitu kita bantu bacakan dia yang memilh.
9. Jika terdapat perbedaan, pada bagian apa saja halhal yang perlu
dijadikan perhatian dalam penyusunan perencanaan evaluasi hasil
pembelajaran tersebut?
Tidak ada.

160
10. Apa saja yang perlu diingat dalam melakukan evaluasi pada siswa
berkebutuhan khusus?
Karakter siswa, itu yang harus bener-bener diinget. Itu sudah mencakup
kemampuan nya juga ya, jadi kalo guru itu sudah paham dengan karakter
anaknya, dia bakal mudah megang kendali dan menggali kemampuan si
anak itu tadi. Jadi guru gabisa menuntut kamu harus bisa A-Z, kamu harus
bis aini, kamu harus bisa itu. Nah itu gabisa seperti itu. Jadi guru harus
tahu itu.
11. Bagaiamana cara guru melakukan tes ranah pengetahuan pada siswa
berkebutuhan khusus?
Kalo untuk pengetahuan yang sering dilakukan untuk abk karena disini Zila
kurang nya di penguasaan huruf, jadi yang sering dilakukan ya bentuk lisan.
12. Bagaiamana cara guru melakukan tes ranah sikap pada siswa
berkebutuhan khusus?
Enggeh, jadi kalo ke sikap itu ya contohnya ketika Zila marah-marah ketika
dia gak bisa melakukan apa yang dia mau kan mesti bakal menyakiti diri
sendiri kalo nggak orang lain kan, nah ketika dia menyakiti orang lain saya
pegang tangan nya saya cuma mau ngontrol emosi dia sampek dia diem.
Ketika dia sudah mampu untuk menerima instruksi dari kita itu sudah poin
sendiri. Jadi ndak bisa disamakan manutnya Zila dengan manutnya anak-
anak lain itu beda. Dan kalo penilaian sikap itu disini lebih ke hariannya ya.
13. Bagaiamana cara guru melakukan tes ranah keterampilan pada siswa
berkebutuhan khusus?
Nah kalo untuk keterampilan, y aitu tadi Zila kan kurang ya dalam membaca
jadi kalo untuk keterampilan membaca dialihkan ke keterampilan lain sesuai
kemampuan dia. Jadi untuk penilaian keterampilannya Zila agar kebantu
dengan kemampuan lain. Kalo yang lainnya seperti membuat apa gitu itu
masih sama kayak yang lain.
14. Evaluasi seperti apa yang kerap dilakukan oleh guru ketika
pembelajaran?
Ya kalo untuk Zila seringnya yang berbentuk lisan. Kalo untuk anak normal
ya pada umumnya itu, multiple choice, essay gitu

161
15. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Itu terjadi karena guru berusaha menyesuaikan dengan kemampuan siswa,
jadi sebisa mungkin anak harus tetap digali potensi dan kemampuan nya
meskipun dengan cara yang berbeda-beda, dengan treatment yang beda
pula. Kan gak bisa tuh kalo guru memukul rata semua anak harus
mengerjakan multiple choice gak bisa kayak gitu. Ya kalaupun bisa, ketika
semua mendapatkan soal yang sama tetap pasti ad acara yang berbeda yaa
salah satunya dengan membacakan soal dan jawabannya kemudian anak
memilih.
16. Bagaimana jika KKM yang didapatkan oleh peserta didik
berkebutuhan khusus belum terpenuhi?
Ya ada remidi, jadi kalo untuk KKM itu ya mbak missal KKM nya disini
kan 70 nah zila disederhanakan jadi 60. Tapi dari 60 yang dimaksud ini di
rapor dia 80 dimana 80 itu sudah B B+ jadi setidak tidak mampunya dia, dia
dapet B B+. Jadi guru semacam ada penyerderhanaan atau modifikasi gitu.
17. Jika terdapat guru pendamping khusus, apa peran guru tersebut? Dan
apakah guru shadow juga ikut andil dalam evaluasi terhadap siswa
berkebutuhan khusus?
Belum, kita belum ada guru pendamping untuk saat ini.
18. Apa saja factor penghambat dan factor pendukung yang dirasakan
oleh guru kelas dalam melaksanakan evaluasi terhadap siswa
berkebutuhan khusus?
Penghambatnya itu saya kekurangann strategi untuk menghadapi keunikan-
keunikan anak seperti Zila itu. Jadi meskipun saya bisa mengontrol Zila,
manut, tapi saya masih gagal karena belum bisa menyentuh hatinya biar dia
punya kesadaran untuk bergerak sendiri kayak gitu. Kalo faktor
pendukungnya ya dari si anak nya sendiri, ketika Zila menunjukkan respon
positif terhadap instruksi saya itu sudah sangat amat mendukung.

162
19. Adakah perbedaan perlakuan dari tahun-ke tahun terhadap evaluasi
hasil belajar siswa berkebutuhan khusus?
Belum ada perlakuan khususnya karena memang kita juga sekolah baru
masih meraba-raba, tapi sebisa mungkin dari tahun ke tahun kita terus
memperbaiki diri menjadi lebih baik. Sekarang sudah lumayan itu Zila, dulu
lebih parah dari ini emosinya. Pokoknya sebisa mungkin kita memberikan
yang terbaik.
20. Apa yang harus dilakukan?
Ya harus ada upgrading dari ahlinya, jadi semuanya. Mulai dari awal
perencanaan, pelaksanaan, caranya, hingga evaluasi, formnya jadi
complicated ya tapi y aitu yang kita butuhkan dimana tantangan nya guru
sekarang kan gitu, apalagi swasta tidak boleh menolak anak tapi kondisi
SDM nya tidak disediakan tempat untuk upgrading.

163
Lampiran 6 Dokumen Foto

Gambar K saat proses pembelajaran

164
Gambar U ketika penilaian keterampilan

165
Gambar Laporan Hasil Belajar U

166
Gambar Laporan Hasil Belajar G

167
Gambar Laporan Hasil Belajar Bagian Sikap G

168
Gambar Laporan Hasil Belajar K

169
Lampiran 7 RPP

170
171
172
173
RPP MI HM

174
RPP SDI UAA

175
Lampiran 8 Soal Ujian

SOAL UJIAN SDI UAA

176
SOAL UJIAN MI HM

177
Lampiran 9
BIODATA MAHASISWA

Nama : Sukma Dwi Meyrena

NIM : 17140094

Tempat, tanggal lahir : Madiun, 8 Mei 1999

Fak/Jurusan : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/ PGMI

Email : sukmadm16@gmail.com

Jenjang Pendudukan Formal : 1. TK Islamiyah Rejomulyo (2005)

2. SDN 03 Klegen (2011)

3. SMPN 01 Madiun (2014)

4. SMA A. Wahid Hasyim Tebuireng (2015)

5. MAN 2 Madiun (2017)

6. S1 PGMI UIN Maulana Malik Ibrahim

Malang

178

Anda mungkin juga menyukai