Anda di halaman 1dari 80

STRATEGI GURU DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI

PESERTA DIDIK SDN 16 LIANGENG SOPPENG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd.) Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah

dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

NURUL MIFTAHUL JANNAH

NIM: 20100119002

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2023
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurul Miftahul Jannah

NIM : 20100119002

Tempat, Tgl Lahir : 24 April 2001

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Alamat : Btn Pao-pao Permai Blok G9 No 6

Judul : Strategi Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar


Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Peserta Didik
SDN 16 Liangeng Soppeng

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini

benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan

duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain atau seluruhnya, maka skripsi ini

dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Samata, 5 Januari 2023

Penyusun,

Nurul Miftahul Jannah


NIM: 20100119002

iii
KATA PENGANTAR

ِ‫الر ِح ِيم‬
َّ ‫ن‬ ِِ ‫الرحْ َم‬ َِِّ ‫ ِبس ِِْم‬.
َّ ‫َللا‬
َ ِ‫سالَم‬
َِ ‫ع‬
‫لى‬ َّ ‫صالَةِ َوال‬
َّ ‫ َوال‬،‫ين‬ ِِ ‫ع َلى أم‬
ِ ‫ور الدُِّْن َيا َوال ِد‬ َ ِ‫ َو ِب ِِه َن ْستَ ِعيْن‬، َ‫ب ْال َعالَ ِمين‬ َِِّ ِ ِ‫ْال َح ْمد‬
ِِ ‫لِل َر‬
ِ‫ِ أ َ َّما َب ْعد‬، َ‫صحْ ِب ِهِ أَجْ ـ َمـعِين‬
َ ‫لى آ ِل ِِه َو‬
َِ ‫ع‬
َ ‫س ِلينَِ َو‬ ِِ ‫أ َ ْش َر‬
َ ‫ف الـم ْر‬
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah Swt yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga penulis dapat


menyelesaikanِ skripsiِ iniِ denganِ judulِ “Strategiِ Guru dalam Meningkatkan Minat

Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Peserta Didik SDN 16 Liangeng

Soppeng”.ِ Shalawatِ danِ salamِ semogaِ tetapِ tercurahkanِ kepadaِ junjunganِ dan

uswatun hasanah kita, Rasulullah saw yang telah memberikan cahaya Islam dan

sebagai contoh teladan yang baik.

Salah satu kewajiban mahasiswa untuk meraih gelar sarjana (S1) yaitu adalah

melakukan penelitian yang disusun dalam bentuk Skripsi, oleh karena itu penulis

menyusun skripsi yang berjudul “Strategi Guru dalam Meningkatkan Minat

Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Peserta Didik SDN 16

Liangeng Soppeng”.

Penulis menyadari penyusunan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa

bantuan dari berbagai pihak di setiap tahapannya, baik itu bantuan yang diberikan

secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa bantuan tersebut proses penyusunan

skripsi ini tidak dapat diselesaikan. Terkhusus untuk ayahanda tercinta Busran dan

Ibunda Rahminah, penulis ucapkan terima kasih sebanyak-sebanyaknya atas jasa

yang tidak dapat dihitung dan kasih sayang yang tak pernah putus.

Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

iv
1. Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D. selaku Rektor UIN Alauddin

Makassar beserta Wakil Rektor I Prof. H. Dr. Mardan, M.Ag., Wakil Rektor II

Prof. Dr. H. Wahyuddin Naro, M.Hum., Wakil Rektor III Prof. Dr. H.

Darussalam Syamsuddin, M.Ag., dan Wakil Rektor IV Dr. H. Kamaluddin

Abu Nawas, M.Ag. yang telah memimpin UIN Alauddin Makassar dengan

berbagai kebijakan sehingga menjadi lingkungan yang kondusif untuk peneliti

memperoleh ilmu, baik dari segi akademik maupun non-akademik.


2. Dr. H. Marjuni, S.Ag., M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Alauddin Makassar beserta Wakil Dekan I Dr. M. Shabir U, M.Ag.,

Wakil Dekan II Dr. Muhammad Rusdi, M.Ag., dan Wakil Dekan III Dr. H.

Ilyas, M.Pd., M.Si., beserta seluruh stafnya, atas seluruh pelayanan yang

diberikan kepada peneliti selama menjadi mahasiswa.

3. Dr. H. Syamsuri, S.S., M.A. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

dan Dr. Muhammad Rusmin B, M.Pd.I. sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan

Agama Islam serta seluruh Stafnya, dengan segala fasilitas pelayanan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I. selaku Pembimbing I dan Drs.


Muhammad Yusuf Hidayat, M.Pd. sebagai Pembimbing II yang senantiasa

bersedia dan bersabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam

membimbing dan mengarahkan penulis mulai penyusunan skripsi ini sampai

selesai

5. Dr. H. Muzakkir, M.Pd.I. selaku Penguji I, dan Dr. H. Andi Achruh, M.Pd.I.

selaku Penguji II, yang telah bersedia dan bersabar meluangkan waktunya

dalam mengoreksi dan menguji layak tidaknya skripsi ini.

v
6. Segenap dosen, karyawan, dan karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Alauddin Makassar yang penuh ketulusan dan keikhlasan melayani dan

membantu mahasiswa.

7. Gumeri, S.Pd. Sebagai Kepala Sekolah SDN 16 Liangeng yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk meneliti di SDN 16 Liangeng

Soppeng. Para guru dan staf SDN 16 Liangeng Soppeng serta para peserta

didik di SDN 16 Liangeng Soppeng.


8. Terima kasih kepada Alfiana Mahar karena telah mendampingi peneliti dari

awal perkuliahan hingga mendapat gelar Sarjana Pendidikan.

9. Teman-teman dari jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2019 yang

tidak sempat saya sebutkan satu persatu, atas partisipasi dan solidaritasnya

selama menempuh proses perkuliahan.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu-satu yang telah

banyak memberikan sumbangsih kepada penulis.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh

dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap akan saran dan kritik demi

kesempurnaan skripsi ini. Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-
banyaknya untuk semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat untuk semua orang. Aamiin.

Samata, 5 Januari 2023

Penulis,

Nurul Miftahul Jannah


NIM: 20100119002

vi
DAFTAR ISI

SAMPUL ......................................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

ABSTRAK ...................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1-13

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ............................................. 5

C. Rumusan Masalah............................................................................ 7

D. Kajian Pustaka ................................................................................. 7

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 12

BAB II TINJAUAN TEORETIS .................................................................. 14-32

A. Strategi Guru ................................................................................... 14

B. Minat Belajar ................................................................................... 35

C. Pendidikan Agama islam dan Budi Pekerti ..................................... 39


BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 45-52

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ............................................................. 45

B. Pendekatan Penelitian ...................................................................... 46

C. Sumber Data .................................................................................... 46

D. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 47

E. Instrumen Penelitian ........................................................................ 48

F. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data ............................................ 49

vii
G. Pengujian Keabsahan Data .............................................................. 51

BAB IV STRATEGI GURU DALAM MENUMBUHKAN MINAT BELAJAR

PESERTA DIDIK DI SDN 16 LIANGENG SOPPENG .............. 53-60

A. Deskripsi Minat Belajar Peserta Didik di SDN 16 Liangeng

Soppeng ........................................................................................... 53

B. Strategi Guru dalam Menumbuhkan Minat Belajar Belajar

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Peserta didik


SDN 16 Liangeng Soppeng ............................................................. 54

C. Faktor-Faktor Yang Menghambat Minat Belajar Belajar Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti Peserta Didik di SDN16 Liangeng

Soppeng ........................................................................................... 59

D. Solusi dari Penghambat Minat Belajar Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti Peserta Didik di SDN 16 Liangeng Soppeng ..... 60

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 61-62

A. Kesimpulan ............................................................................... 61

B. Implikasi Penelitian .................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 63-64


LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

viii
DAFTAR TABEL

1.1 Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ....................................................... 5

ix
ABSTRAK
Nama : Nurul Miftahul Jannah
NIM : 20100119002
Jurusan/fakultas : Pendidikan Agama Islam/ Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi : Strategi Guru dalam Menningkatkan Minat Belajar
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Peserta Didik di
SDN 16 Liangeng Soppeng

Skripsi ini bertujuan : 1) untuk mendeskripsikan minat belajar Pendidikan


Agma Islam dan Budi Pekerti peserta didik di SDN 16 Liangeng Soppeng. 2) untuk
mendeskripsikan strategi guru dalam menumbuhkan minat belajar Pendidikan Agma
Islam dan Budi Pekerti peserta didik di SDN 16 liangeng Soppeng.3) untuk
mendeskripsikan faktor-faktor yang menghambat minat belajar Pendidikan Agma
Islam dan Budi Pekerti peserta didik di SDN 16 Liangeng Soppeng. 4) Untuk
Mendeskripsikan Solusi dari Minat Belajar Pendidikan Agma Islam dan Budi Pekerti
Peserta Didik di SDN 16 Liangeng Soppeng.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian Kualitatif yang mengambil lokasi
di SDN 16 Liangeng Soppeng. Sumber data dalam penelitian ini yaitu Kepala
Sekolah dan seluruh Pendidik di SDN 16 Liangeng. Metode pengumpulan datanya
yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen Penelitian
ini yaitu pedoman observasi, wawancara dan reduksi data.
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa Strategi guru dalam menumbuhkan
minat peserta didik di SDN 16 Liangeng Soppeng strategi yang dipakai oleh guru
pendidikan agama Islam dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu dengan
menggunakan metode yang sesuai dengan materi pembelajaran. Minat belajar
Pendidikan agama Islam peserta didik di SDN 16 Liangeng Soppeng cenderung
kurang. Namun guru menyiasati hal ini dengan berbagai cara di antaranya,
memerlukan dorongan dari orang tua serta memberikan motivasi semangat belajar
dan apresiasi atas apa yang dilakukan oleh peserta didik. Faktor-faktor yang
menghambat minat belajar Pendidikan agama Islam dan budi pekerti peserta didik di
SDN 16 Liangeng Soppeng yaitu kendala dari segi pembelajaran, masih banyak
peserta didik yang belum lancer mengaji dan juga menegtahui huruf hijaiyah, dan
juga penghambat selanjutnya yaitu kondisi listrik yang belum masuk di SDN 16
Liangeng.Untuk menghadapi kendala faktor penghambat dalam proses pembelajaran
yaitu dengan menggunakan buku pengghubung orang tua dan guru serta
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber bahan ajar, menggunakan media
yang real atau nyata dengan menggunakan karton sebagai medianya.
Implikasi penelitian ini yaitu tentang pembentukan sikap minat belajar
peserta didik, dimana dengan adanya strategi yang dilakukan oleh guru SDN 16
Liangeng, peserta didik mampu untuk mengembangkan perilaku yang baik dalam
kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan strategi dalam menumbuhkan minat belajar
peserta didik hendaknya di lakukan secara berkelanjutan. Hal ini perlu dilakukan agar
minat belajar peserta didik terbentuk secara maksimal dan sangat bermanfaat bagi
peserta didik dalam hal mengatur peserta didik. Guru harus terus menjadi contoh
yang baik kepada peserta didik, mendidik peserta didik untuk berakhlak yang mulia
dan mampu memberikan nilai-nilai budi pekerti yang baik.

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses upaya yang dilakukan secara sadar dan

sengaja untuk meningkatkan nilai perilaku seseorang atau masyarakat, dari keadaan

tertentu kesuatu keadaan yang lebih baik. Pendidikan sebagai prasarana


pembangunan sumber daya manusia yang berperan dalam pembentukan peserta didik

agar menjadi aset bangsa yang diharapkan, supaya menjadi manusia yang produktif.

Keberhasilan proses pembelajaran lebih ditekankan kepada perbaikan dengan

mengoptimalkan proses pembelajaran itu sendiri, terutama efisiensi, keefektifan, dan

produktivitasnya dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Pendidikan merupakan kebutuhan bagi orang banyak. Kebutuhan pendidikan

merupakan hak asasi manusia. Semua pihak perlu memikirkan bagaimana mutu

pendidikan setiap tahunnya agar meningkat. Oleh sebab itu, persoalan pendidikan

menjadi tanggung jawab bersama pemerintah, masyarakat, orang tua dan anak didik

itu sendiri.1 Keberhasilan dan peningkatan mutu pendidikan menjadi tujuan dan cita-

cita atau tujuan yang ingin dicapai harus dinyatakan secara jelas, sehingga semua
pelaksanaan dan sasaran pendidikan memahami atau mengetahui suatu proses

kegiatan seperti pendidikan.

Pendidik mempunyai peran yang penting dalam menentukan perkembangan

dan mewujudkan diri individu. Pendidik bertanggung jawab untuk mengembangkan

bakat dan kemampuan secara optimal sehingga anak dapat mewujudkan dirinya untuk

1
Isjoni, Saatnya Pendidikan Kita Bangkit (Yogyakarta: Pusaka, 2007), h. 1.

1
2

berfungsi sepenuhnya sesuai kebutuhan pribadi dan masyarakat. Sebagaimana yang

ُ ‫ه َّ ى ُ ه ِ ُ ْ ه ه‬
difirmankan dalam QS Ar-Ra’d/ 13:11,
‫ه‬ ُ ِ ‫ٱّلل هَل ُي هغ‬
ِ ‫ّي هما بِقو ٍم حّت يغ ِّيوا ما بِأنف‬
ۡۗ‫س ِهم‬
‫إ َّن َّ ه‬
ِ ِ
Terjemahnya:
Sesungguhnya allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.2

Tafsiran ayat di atas mengenai allah tidak akan mengubah nasib seseorang
kecuali dengan usaha dan jerih payahnya sendiri, menurut at-Thabari, maksud ayat di

atas menjelaskan bahwa semua orang itu dalam kebaikan dan kenikmatan. Allah tidak

akan mengubah kenikmatan-kenikmatan seseorang kecuali mereka mengubah

kenikmatan menjadi keburukan sebab perilakunya sendiri dengan bersikap zalim dan

saling bermusuhan kepada saudaranya.

ٓ‫هه ُ ههه ه ه ه‬ ُ ‫ه ه ُ ه ه ُ ه‬
Dan juga dalam QS Al-Isra’/ِ17:7,
ْ ُ ‫ه‬ ‫ه‬ ُ ‫ه‬ ‫ه‬ ُ
‫إِن أحسنتم أحسنتم ِِلنفسِكمۖۡ ِإَون أسأتم فلها ۚ فإِذا جاء وعد ٱٓأۡلخِرة ِ ل ِيسُٔٔوا‬
ً ‫ه ه ه ه ه ُ ُ ه َّ ه ه َّ ه ُ ه ِ ُ ْ ه ه ه ْ ه‬ ‫ُ ُ ْ ه‬ ‫ُ ُ ه ُ ه‬
٧ ‫جد كما دخلوه أول مرة ٖ و ِِلت ِّبوا ما علوا تتبِّيا‬ ِ ‫وجوهكم و ِِلهدخلوا ٱلمس‬
Terjemahnya:
Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan
jika kamu berbuat jahat maka kerugian kejahatan itu untuk dirimu sendiri.3
Dalam perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, salah satu yang sangat
penting sebelum mengajar yaitu strategi belajar, oleh karena itu guru harus memiliki

strategi pembelajaran yang baik yang dapat mengantarkan peserta didik untuk

mencapai tujuan yang diharapkan untuk menumbuhkan hasil belajar peserta didik,

oleh karena itu untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan berbagai macam

perangkat atau alat pendukung meningkatnya pembelajaran, dalam kegiatan belajar

2
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Surabaya: Halim, 2014), h. 250.
3
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 282.
3

menurut Roestiyah NK yang dikutip oleh Saiful Bahri Djamarah., guru harus

memiliki strategi agar anak didik dapat belajar efektif dan efisien, mengantar pada

tujuan yang diharapkan.4

Pengertian pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara (bapak pendidikan

nasional Indonesia) yang dikutip oleh Amin Kuneifi Elfachmi yaitu tuntunan hidup

didalam hidup tumbuhnya anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai

masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.5


Dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional menjelaskan bahwa:


“Pendidikanِ adalahِ usahaِ sadarِ danِ terencanaِ untukِ mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat,ِbangsa,ِdanِnegara”.6
Minat merupakan sumber motivasi yang mendorng orang untuk melakuakn

apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Dari pendapat Hurlock yang

dikutip oleh Try Gunawan Zebua mengatakan bahwa dapat kita simpulkan bahwa

suatu minat itu dapat menjadi sumber dari motivasi bila orang tersebut dalam kondisi

bebas dalam memilih sesuatu. Minat tersebut dapat mendorong orang untuk

melakukan apa yang mereka inginkan. Sehingga minat adalah motovasi, atau dengan
kata lain motivasi adalah minat Minat dapat tumbuh jika seseorang memiliki minat

pada suatu hal tertentu.7

4
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Cet. I, Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h. 84.
5
Amin Kuneifi Elfachmi, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Erlangga, 2016), h. 14.
6
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional bidang DIKBUD KBRI Tokyo, h. 1.
7
www.Guepedia.com diakses pada 15 januari 2023 pukul 22.40.
4

Dalam pendidikan, guru menduduki peran strategis dalam meningkatkan mutu

Pendidikan, sehingga diperlukan kelayakan untuk mengajar pada jenis dan jenjang

Pendidikan tertentu.8 Guru Profesional bukan hanya harus benar-benar menguasai

materi yang harus disampaikannya kepada peserta didik dan kaitannya dengan tujuan

Pendidikan nasional secara filosofis maupun praktis. Dia juga harus paham hal-hal

yang mendasar seperti prinsip belajar otak kiri dan kanan, pendekatan quantum

teaching and learning, pemahaman tentang multiple intelligences dan penerapannya


di kelas.9

Sisi lain guru penting memiliki kemampuan dan kecerdasan emosional dan

spiritual, sebagai pendekatan dalam memahami kesiapan mental belajar peserta didik.

Peserta didik dapat menumbuhkan minat belajarnya jika siap untuk belajar. Kesiapan

belajar peserta didik terlihat pada fokusnya mengikuti pembelajaran, dapat

berpartisipasi, rajin bertanya, menyimak penjelasan guru, dan seterusnya. Hal tersebut

menjadi kursus penting dalam penelitian ini sehingga dinilai sangat urgen dan relevan

untuk menemukan solusi bagi peningkatan kualitas pembelajaran.

Dalam hal ini, pada saat observasi mengenai bagaimana strategi guru dalam

menumbuhkan minat belajar peserta didik di SDN 16 Liangeng Soppeng yaitu


pertama, pendidik selalu menyampaikan tujuan pembelajaran terlebih dahulu sebelum

proses pembelajaran dimulai, kedua, memberikan motivasi belajar kepada peserta

didik, ketiga, guru selalu mengingatkan peserta didik untuk belajar belajar dan

belajar, karena dengan belajar maka semakin banyak juga ilmu yang ia dapatkan.

8
Ahmad Rizali, Dari Guru Konvensional Menuju Guru Profesional (Indonesia: Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2009), h. 22.
9
Ahmad Rizali, Dari Guru Konvensional Menuju Guru Profesional, h.19.
5

Berdasarkan observasi awal di SDN 16 Liangeng, pada hari Jum’at,ِ 22-30

Oktober 2021,10 setiap kali mengajar, kebanyakan pendidik menggunakan banyak

metode seperti metode ceramah, metode tanya jawab, diskusi, bahkan metode

pembelajaran penemuan (Discovery Learning), dan lain sebagainya.

Peserta didik di SDN 16 Liangeng ini minat belajarnya kurang antusias dan

semangat untuk belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti selama

berlangsungnya proses pembelajaran. Hal ini sangat relevan dengan judul yang
diangkatِ dalamِ penelitianِ iniِ yaitu:ِ “Strategi Guru dalam Meningkatkan Minat

Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Peserta Didik di SDN 16

Liangeng Soppeng”.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Berdasarkan hasil observasi di atas, maka dirumuskan fokus penelitian dan

deskripsi fokus sebagai berikut:

Tabel 1.1 Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

NO Fokus
Deskripsi Fokus
Penelitian

1 Strategi Guru Strategi Guru dalam menumbuhkan minat belajar

dalam peserta didik adalah cara atau metode yang

Meningkatkan digunakan oleh guru dalam pelaksanaan proses

Minat Belajar pembelajaran. Seperti yang biasa kita ketahui yaitu

Pendidikan bermain sambil belajar. Predikat Guru yang melekat

Agama Islam pada seseorang berdasarkan Amanah yang di

10
Observasi di SDN 16 LiangengِSoppeng,ِJum’at,ِ22-30 Oktober 2021, pukul 07.00 WITA
6

NO Fokus
Deskripsi Fokus
Penelitian

dan Budi Pekerti serahkan orang lain kepadanya. Guru memainkan

Peserta Didik peran penting dalam menciptakan suasana yang

bagus didalam kelas dimana peserta didiknya

memiliki ketertarikan dalam mengikuti pembelajaran

yang dilaksanakan dalam ruang kelas. Minat belajar

peserta didik akan meningkat jika peserta didik

memiliki ketertarikan, perhatian, keterlibatan dalam

proses pembelajaran, seperti penjelasan sebelumnya

dimana bermain sambal belajar, guru melakukan

proses pembelajaran didalam kelas dengan mengajak

peserta didik melakukan metode bermain sambal

belajar dimana peserta didik di ajak bernyanyi,

bermain kartu dan lainnya.

Faktor-faktor Beberapa faktor yang jadi penghambat minat


3
yang belajar seperti:

menghambat 1) media pembelajaran,

tumbuhnya 2) jaringan internet,

minat belajar 3) fasilitas pembelajaran,

peserta didik di 4) kualitas pembelajaran,

SDN 16 5) orangtua.

Liangeng
Soppeng
7

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dirumuskan beberapa

permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana minat belajar pendidikan agama Islam dan budi pekerti peserta

didik di SDN 16 Liangeng Soppeng?

2. Bagaimana strategi guru dalam menumbuhkan minat belajar pendidikan


agama Islam dan budi pekerti peserta didik di SDN 16 Liangeng

Soppeng?

3. Apa saja faktor-faktor yang menghambat dalam minat belajar pendidikan

agama Islam dan budi pekerti peserta didik di SDN 16 Liangeng

Soppeng?

4. Apa saja Solusi yang menghambat dalam tumbuhnya minat belajar

pendidikan agama Islam dan budi pekerti peserta didik di SDN 16

Liangeng Soppeng?

D. Kajian Pustaka

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti yang


berkaitan dengan penelitian ini:

1. Penelitian ini dilakukan oleh Muhammad Rezki Andhika pada tahun 2020,

dengan judul: Kreativitas guru dalam menumbuhkan minat belajar peserta

didik di MIN 8 Aceh Barat. Adapun kesimpulan hasil peneliti adalah

perkembangan pendidikan dasar di Indonesia masih banyak yang perlu

dibenahi, seperti kekurangan jumlah dan kualitas guru. Peran dan fungsi

guru dalam mencerdaskan peserta didik sangat dominan dan menentukan,


8

serta mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan dan

pertumbuhan kualitas pendidikan. Pendidikan yang berkualitas juga

ditentukan oleh kreativitas guru untuk meningkatkan minat belajar peserta

didik. Karena peserta didik terkadang bosan dan jenuh dengan pelajaran

yang tetap dan selalu sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa

saja bentuk kreativitas guru di MIN 8 Aceh Barat dalam menumbuhkan

minat belajar peserta didik. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan


dengan menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan melalui

observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan

kreativitas guru di MIN 8 Aceh Barat dalam menumbuhkan minat belajar

peserta didik terdiri dari: Penggunaan media belajar yang kreatif seperti

media audio, audio visual, media kartu kata dan media gambar, Penggunaan

strategi mengajar kreatif dan bervariasi seperti diskusi, kelompok, ceramah,

tanya jawab, penugasan dan strategi Reading Aloud, Pengelolaan kelas

yang kreatif seperti formasi leter-U dan berkelompok. Sementara penerapan

kreativitas guru diterima dengan baik. Dengan kata lain secara keseluruhan

penerapan kreativitas guru mendapatkan respon dari peserta didik, dan


menumbuhkan minat belajar peserta didik.11 Persamaan dalam penelitian

ini terdapat pada variabel yang diteliti yaitu menumbuhkan minat belajar

peserta didik. Perbedaannya terdapat pada tempat penelitian Muhammad

Rezki Andhika memilih tempat di MIN 8 Aceh Barat, sedangkan peneliti

meneliti di SDN 16 Liangeng Soppeng.

11
Muhammad Rezki Andhika, Kreativitas Guru dalam Menumbuhkan Minat Belajar Peserta
Didik di MIN 8 Aceh Barat. 2020.
9

2. Penelitian yang dilakukan oleh Wardah Rikhatul pada tahun 2021, dengan

judul: Kreativitas Guru PAI dalam Menumbuhkan Minat Belajar Siswa

Melalui Pembelajaran Daring di MTsN 1 Lamongan. Adapun kesimpulan

hasil penelitian adalah penelitian ini adalah penelitian lapangan (field

research) mengambil data dari lapangan, dengan penggunaan metode

kualitatif. Dengan Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara

dan dokumentasi. Tahap-tahap penelitian meliputi: a) Tahap perencanaan,


b) Tahap pelaksanaan, c) Tahap analisis data, d) Tahap pelaporan. Teknik

analisis datanya dengan mereduksi data, menyajikan data, dan memberi

kesimpulan. Hasil dari penelitian ini yaitu: 1) Guru sudah mengoptimalkan

kreativitasnya dalam mengembangkan strategi, metode, serta media yang

menarik untuk pembelajaran daring berbantu aplikasi seperti e-Learning,

whatsapp, aplikasi youtube ada juga yang menggunakan google form,

power point, dan pembelajaran bentuk proyek dengan berisikan konten-

konten video pembelajaran, 2) faktor pendukungnya adalah kesukaan guru

untuk membaca, melihat, mencari informasi terkait media dan metode

pembelajaran, adanya keaktifan guru dalam mengikuti pelatihan untuk guru


pendidikan agama Islam, kerjasama antar guru, 3) faktor penghambat

kreativitas dan solusinya ialah kemampuan yang dimiliki oleh guru,

kemampuan peserta didik yang berbeda-beda, susahnya jaringan internet

yang dimiliki peserta didik, keterbatasan tatap muka sehingga sulit

berinteraksi. Solusi untuk menghadapinya ialah mengikuti pelatihan guru,

memberi pembelajaran yang intensif untuk peserta didik yang

berkemampuan rendah, menghubungi teman yang dekat dengan rumahnya


10

untuk membantu temannya yang kesulitan, tetap memberikan pelayanan

yang terbaik untuk peserta didik.12 Persamaan penelitian ini pada sama-

sama meneliti cara guru dalam menumbuhkan minat belajar peserta didik.

Perbedaan ada pada tempat penelitian, dan variabel. Wardah Rikhatul

memilih tempat penelitian di MTsN 1 Lamongan, sedangkan peneliti

meneliti di SDN 16 Liangeng Soppeng, variabel yang diteliti yaitu

pembelajaran daring/virtual sedangkan saya pembelajaran luring/tatap


muka.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Anggun Firgianti pada tahun 2018, dengan

judul: Strategi Guru Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa di MIN

Rejotangan Tulung Agung.13 Adapun kesimpulan hasil penelitian ini adalah

penelitian ini membahas tentang keberhasilan guru dalam melaksanakan

strategi pembelajaran di kelas yaitu menggunakan strategi pembelajaran

kontekstual, strategi pembelajaran inkuiri, dan strategi pembelajaran

kooperatif yang dapat meningkatkan minat peserta didik dalam belajar.

Sehingga peserta didik selalu bersemangat dan aktif dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran. Pada penelitian yang saya lakukan terdapat perbedaan antara


penelitian sebelumnya dengan penelitian saya yaitu strategi guru dalam

menumbuhkan minat belajar peserta didik kelas IV MI Al-Ittifaqiah Indralaya

menggunakan metode pembelajaran penemuan (discovery learning).

Persamaannya terdapat pada penelitiannya yang sama-sama meneliti

12
Wardah Rikhatul, Kreativitas Guru PAI dalam Menumbuhkan Minat Belajar Peserta Didik
Melalui Pembelajaran Daring di MTsN 1 Lamongan. 2021.
13
Anggun Firgianti, Strategi Guru Dalam Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Di MIN
Rejotangan Tulung Agung. 2018.
11

bagaimana strategi guru dalam meningkatkan minat belajar peserta didik di

dalam kelas. Perbedaan ada pada tempat penelitian, dan variabel. Anggun

Firgianti memilih tempat penelitian di MI Al-Ittifaqiah Indralaya, sedangkan

saya meneliti di SDN 16 Liangeng Soppeng.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Fadhylatul pada tahun 2021, dengan

judul Strategi guru kelas dalam menumbuhkan minat belajar peserta didik di

kelas model SD Brawijaya Smart School pada masa pandemi Covid-


19. Adapun kesimpulannya yaitu strategi merupakan suatu garis-garis besar

haluan untuk bertindak dalam upaya untuk mencapai suatu tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan strategi pembelajaran yang dilakukan

oleh guru pasti relevan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap guru

dalam kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan. Adanya berbagai

perubahan pola belajar dan mengajar yang terjadi karena suatu kondisi pasti

tidak akan pernah terlepas dari peran seorang guru, termasuk perubahan pola

belajar ke pembelajaran daring yang terjadi dimasa pandemi Covid-19.

Perubahan pola mengajar tersebut membawa guru harus merubah tujuan

kegiatan pembelajaran, dan juga strategi pembelajaran yang digunakan.


Adapun persamaannya yaitu sama-sama meneliti tentang strategi guru dalam

menumbuhkan minat belajar. Perbedaan ada pada tempat penelitian,

Fadhylatul memilih tempat penelitian di kelas model SD Brawijaya Smart

School, sedangkan saya meneliti di SDN 16 Liangeng Soppeng.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Moch Yasyakur pada tahun 2016, dengan

judul: Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan


12

Kedisiplinan Beribadah Sholat Lima Waktu di SD EMISc14. Kegiatan sholat

merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilaksanakan di Sekolah Dasar

EMISc, sebagai langkah pembiasaan dalam berdisiplin melaksanakan sholat

lima waktu serta tambahan nilai pelajaran agama di kelas, untuk menanamkan

nilai-nilai disiplin beribadah kepada peserta didik. Kegiatan sholat berjamaah

ini merupakan salah satu cara yang dilakukan pihak sekolah sebagai

pembinaan disiplin beribadah. Sekolah sangat berharap bahwa kegiatan


tersebut akan membantu bidang studi pendidikan agama Islam dalam rangka

membentuk para peserta didik berkepribadian muslim yang taat dalam

melaksanakan ibadah terutama sholat lima waktu. Persamaan dalam penelitian

ini yaitu sama-sama meneliti tentang strategi guru, perbedaanya terdapat pada

variabel yang diteliti.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan hasil penjabaran yang telah dilakukan oleh penulis, berikut

merupakan tujuan penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini, antara lain:

a. Untuk mendeskripsikan minat belajar pendidikan agama Islam dan budi


pekerti peserta didik di SDN 16 Liangeng Soppeng.

b. Untuk mendeskripsikan strategi guru dalam menumbuhkan minat belajar

pendidikan agama Islam dan budi pekerti peserta didik di SDN 16

liangeng Soppeng.

14
Moch Yasyakur, Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan Kedisiplinan
Beribadah Shalat Lima Waktu, 2016.
13

c. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang menghambat dari minat

belajar pendidikan agama Islam dan budi pekerti peserta didik di SDN 16

Liangeng Soppeng.

d. Untuk mendeskripsikan solusi yang menghambat tumbuhnya minat

belajar pendidikan agama Islam dan budi pekerti peserta didik di SDN 16

Liangeng Soppeng.

2. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan hasil penjabaran yang telah dilakukan oleh penulis, berikut

merupakan kegunaan penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini, antara lain:

a. Untuk menambah pengalaman penelitian yang dilakukan oleh peneliti

sebagai bahan kajian dan referensi dalam pengembangan keilmuan dalam

bidang pendidikan.

b. Penelitian ini penting sebagai syarat formal bagi penulis menyelesaikan

studi pada program strata (S1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.

c. Dengan hasil penelitian diharapkan nantinya akan memberikan masukan

kepada guru dan Kepala Sekolah di SDN 16 liangeng Soppeng.


BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Strategi Guru
1. Pengertian Strategi

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or

activities designed to achieves a particular educational goal. Atau strategi

pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian

kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Secara umum

strategi juga mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak

dalam usaha mencapai tujuan.1

Mintzberg sebagaimana dikutip oleh Martinis Yamin mendefinisikan

bahwa strategi sebagai 5P, yaitu strategi sebagai perspektif, strategi sebagai posisi,

strategi sebagai perencana, strategi sebagai pola kegiatan, strategi sebagai

penipuan yaitu muslihat rahasia. Sebagai perspektif kepada semua aktivitas.

Sebagai posisi, dimana dicari pilihan untuk bersaing. Sebagai perencana, dalam

hal strategi menemukan tujuan performansi perusahaan. Sebagai pola kegiatan,

dimana dalam strategi dibentuk suatu pola, yaitu umpan balik dan penyesuaian.2

Beberapa pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa strategi adalah

suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan

kegiatan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan.

Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi

kegiatan, proses kegiatan dan sarana penunjang kegiatan.3

1
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Said, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2010), h. 5.
2
Martinis Yamin, Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran (Jakarta: GP Press
Group, 2013), h. 2.
3
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 5.

14
15

2. Pengertian Guru

Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.

Guru harus memiliki kualifikasi kompetensi intelektual, sosial operasional, dan

perilaku moral dan profesional. Guru profesional adalah guru yang memiliki

keahlian, dan tanggung jawab yang besar terhadap peserta didik.

Dalam bahasa Indonesia terdapat istilah guru disamping istilah pengajar

dan pendidik. Dua istilah tersebut merupakan bagian tugas terpenting dari seorang

guru, yaitu mengajar dan segaligus mendidik peserta didiknya. Walaupun antara

guru dan ustadz pengertiannya sama, namun dalam praktek khususnya di

lingkungan sekolah-sekolah Islam, istilah guru dipakai secara umum. Sedangkan

istilah ustadz dipakai untuk guru khusus, yaitu yang memiliki pengetahuan dan

pengalaman ajaran agama islam yang mendalam. Dalam wacana yang lebih luas.

Istilah guru bukan hanya nya sebatas Lembaga persekolahan atau Lembaga

perguruan semata.

Guru adalah pendidik Profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta

didik dalam jalur Pendidikan formal, Pendidikan dasar, dan Pendidikan

menengah. Guru adalah seorang tenaga kependidikan yang mempunyai tanggung

jawab besar dalam sebuah proses pembelajaran menuju keberhasilan Pendidikan,

khususnya untuk peserta didiknya dimasa yang akan datang.

Guru adalah tenaga Pendidikan yang memberikan sejumlah ilmu

pengetahuan kepada peserta didik di sekolah. Guru bertugas untuk menanamkan

nilai-nilai dan sikap kepada peserta didik agar memiliki kepribadian yang baik.

Dengan keilmuan yang dimiliki guru yang membimbing anak didik dalam

mengembangkan potensi yang dimilikinya. Guru adalah orang dewasa yang


16

bertanggungjawab memberikan pertolongan kepada anak didik dalam

perkembangan jasmani dan rohaninya agar mereka mencapai tingkat kedewasaan,

peserta didik mampu untuk berdiri sendiri memenuhi tingkat kedewasaannya,

mampu melaksanakan tugasnya sendiri.

Dalam konteks apapun tugas guru membutuhkan kemampuan komunikasi

dan berinteraksi dengan baik, termasuk menjalin hubungan dan

mengkomunikasikan program-program kelasnya terhadap komite sekolah, sekolah

atau orang tua maupun bekerjasama dengan masyarakat terkait dengan kegiatan
pembelajaran bagi pesertadidik serta lainnya. Oleh sebab itu guru harus

mengetahui teori-teori komunikasi dan interaksi efektif, karena tidak akan

bermanfaat ilmu yang dikuasai guru dengan baik, kalau dia sebagai guru yang

akan melaksanakan proses pembelajaran tidak mampu menjalin interaksi dan

mengkomunikasikan pada peserta didiknya secara baik, yaitu enak untuk diikuti

dan mudah untuk dipahami. Demikian juga tidak akan bermanfaat kreatifitas guru

dalam meningkatkan proses pembelajaran.4

Guru dinamakan juga pendidik profesional, sebab guru ikut menanggung

beban orang tua dalam mendidik anak. Dikatakan bahwasannya guru juga

merupakan orang yang memperoleh anggaran dasar (AD) dari pemerintah maupun

swasta untuk menjalankan tugasnya, oleh sebab itulah guru mempunyai hak serta

tugas dalam menjalankan aktivitas pembelajaran di sebuah instansi pendidikan

sekolah.5 Guru adalah peran yang sangat banyak bergaul serta berinteraksi pada

peserta didik. Peran seorang guru yakni merancang serta melakukan proses

pembelajaran, memperhitungkan hasil dari pembelajaran, melaksanakan

4
Siti Rukhayati, Strategi Guru PAI dalam Membina Karakter Peserta Didik SMK Al-Falah
Salatiga (Salatiga: LP2M IAIN Salatiga, 2020), h. 10-11.
5
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 23.
17

bimbingan, pelatihan, riset, serta pengkajian, serta menciptakan hubungan terbuka

dengan masyarakat sekeliling.6 Pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus

adalah guru. Personil yang tidak berspesialisasi dalam kegiatan atau bekerja

sebagai guru tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya. Profesi jadi guru butuh

persyaratan khusus, selaku guru yang profesional wajib memahami kompleksitas

pendidikan serta pembelajaran serta berbagai ilmu lainnya. Ilmu-ilmu tersebut

perlunya dibudidayakan serta ditingkatkan lewat periode pendidikan tertentu

ataupun pra jabatan.

Menurut Abidin Ibnu Rusn, ia mengambil pandangan Al-Ghazali yang

menunjukkan bahwasanya dibandingkan dengan profesi lain, profesi guru boleh

dibilang merupakan profesi yang paling mulia dan terbesar. Al-Ghazali berkata:

Seorang yang berilmu dan berpengetahuan, dan kemudian menggunakan

pengetahuan ini untuk bekerja, dialah yang disebut orang besar di bumi. Sama

seperti matahari menyinari orang lain, sedangkan dia pun juga bercahaya. Itu

seperti aroma minyak suri yang bisa dinikmati orang lain, begitu juga dirinya.7

Adapun kesimpulan menurut peneliti, Guru adalah pendidik yang

profesional, sebab ikut menanggung beban orang tua dalam mendidik anak. Guru

mempunyai hak serta tugas dalam menjalankan aktivitas pembelajaran di sebuah

instansi pendidikan sekolah. Seorang guru berperan dalam merancang serta


melakukan proses pembelajaran, memperhitungkan hasil dari pembelajaran,

melaksanakan bimbingan, pelatihan, riset, serta pengkajian, serta menciptakan

hubungan terbuka dengan masyarakat sekeliling.

6
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Bandung:
Alfabeta, 2016), h. 6.
7
Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), h. 63-64.
18

3. Fungsi dan Tugas Guru

Adapun fungsi dan tugas guru antara lain:

a. pendidik

Pendidik dalam undang-undang Sisdiknas no 20 tahun 2003 didefinisikan

dengan tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,

tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lainnya yang sesuai dengan

kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan Pendidikan. Pada

bab XI pasal 32 ayat 2 dikatakan bahwa guru sebagai pendidik adalah tenaga

professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,

menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta

melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Peran guru sebagai pendidik merupakan peran-peran yang berkaitan

dengan tugas-tugas pengawasan dan pembinaan serta tugas-tugas yang berkaitan

degan mendisiplikan anak agar aak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan

sekolah da norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Jadi tugas pertama guru

adalah mendidik murid-murid sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan

kepadanya. Sebagai seorang pendidik, ilmu adalah syarat utama. Membaca,

menulis, berdiskusi, mengikuti informasi sangat menunjang peningkatan kualitas


sebagai guru.

b. Pemimpin

Guru adalah pemimpin bagi siswa dalam pembelajaranya, bagi koleganya

atau teman-teman seprofesinya dan bagi dirinya sendiri. Guru adalah seorang

pemimpin ketika ia sedang melaksanakan pembelajarannya dikelasnya la adalah

pemegang kendali dan pengambil keputusan saat melaksanakan pembelajaran.


19

Karena itu ia harus bias menguasai, mengendalikan dan mengarahkan kelas

menuju tercapainya pembelajaran yangberkualitas. Sebagai seorang pemimpin,

guru juga harus dapat membaca potensi anak didiknya yang beragam dan mampu

menggunakan multi pendekatanya dalam mengajar. Seorang guru yang

professional akan mampu menjadi seorang yang berdiri didepan menunjukkan

bagaimana seharusnya menjadi guru yang berkualitas bagi guru-guru lainnya.8

4. Kode Etik Guru Indonesia

Kode etik guru di Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-


nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematik dalam

suatu sistem yang utuh. Kode etik guru Indonesia berfungsi sebagai landasan

moral dan pedoman tingkah laku setiap guru dalam menunaikan tugas

pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam

pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat. Dengan demikian, kode etik guru

Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap

profesional para anggota profesi keguruan.

Setiap halnya profesi lain, kode etik guru di Indonesia ditetapkan dalam

suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh utusan. Cabang dan pengurus daerah

PGRI dari seluruh tanah air, pertama dalam kongres ke XIII di Jakarta tahun 1973,

dan kemudian disempurnakan oleh kongres PGRI ke XVI tahun 1989 juga di

Jakarta.

Kode etik guru tertuang dalam keputusan Kongres XXI Persatuan Guru

Republik Indonesia Nomor: VI/Kongres/XXI/PGRI/2013 Tentang kode etik guru

Indonesia. Pada pasal 6 tentang kewajiban guru terhadap profesi berisi:


1) Menjunjung tinggi jabatan guru sebagai profesi.
2) Mengembangkan profesionalisme secara berkelanjutan sesuai kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan mutu pendidikan.

8
Siti Rukhayati, Strategi Guru PAI dalam Membina Karakter Peserta didik SMKAl-Falah
Salatiga (Salatiga: LP2M IAIN Salatiga, 2020), h.15.
20

3) Melakukan tindakan dan/mengeluarkan pendapat yang tidak


merendahkan martabat profesi.
4) Dalam melaksanakan tugas tidak menerima janji dan pemberian yang
dapat mempengaruhi keputusan atau tugas keprofesian.
5) Melaksanakan tugas secara bertanggung jawab terhadap kebijakan
pendidikan.9
Adapun kesimpulan menurut peneliti, Kode etik guru Indonesia berfungsi

sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru dalam menunaikan

tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta

dalam pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat.

5. Komponen Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja

diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan peserta didik.

Guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur

manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai

mediumnya. Di sana semua komponen pengajaran diperankan secara optimal

guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran

dilaksanakan.

Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk

menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan peserta didik ke

tujuan. Di sini tentu sajatugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang

menggairahkan dan menyenangkan bagi semua peserta didik. Suasana belajar


yang tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi peserta didik biasanya lebih

banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang tidak maksimal mencapai

tujuan pembelajaran.

Kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang

menunjukkan bahwa belajar mengajar adalah suatu sistem. Adapun komponen

tersebut adalah: tujuan,bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode,alat

9
Keputusan Kongres XXI Persatuan Guru Republik Indonesia Nomor:
VI/Kongres/XXI/PGRI/2013 Tentang Kode Etik Guru Indonesia.
21

dan sumber belajar, serta evaluasi. Penjelasan dari setiapkomponen tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Tujuan

Tujuan adalah suatu yang akan dituju/dituntut ketika kita melakukan

sesuatu. Tujuan dalam pembelajaran adalah tercapainya indikator pencapaian

kompetensi (IPK) yang akan dicapai peserta didik setelah dia mengikuti kegiatan

proses belajar mengajar.10 Tujuan adalah komponen yang dapat mempengaruhi

komponen pengajaran lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar,

pemilihan metode, alat, sumber,dan alat evaluasi. Semua komponen itu harus

bersesuaian dan didaya gunakan untuk mencapai tujuan selefektif dan efisien

mungkin. Bila salah satu komponen tidak sesuai dengan tujuan, maka pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar tidak akan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b. Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran adalah sesuatu yang dapat dipakai atau diperlukan untuk

tujuan tertentu, seperti untuk pedoman atau pegangan, untuk mengajar, memberi

ceramah. Bahan pelajaran merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan

belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk

dikuasai olehpeserta didik.

Karena itu,guru khususnya atau pengembang kurikulum umumnya, tidak


boleh lupa harus memikirkan sejauh mana bahan-bahan yang topiknya tertera

dalam silabus berkaitan dengan kebutuhan peserta didik akan dikembangkan

sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Maslow berkeyakinan bahwa minat

seseorang akan muncul bila sesuatu itu terkait dengan kebutuhannya. Jadi, bahan

10
Halim Simatupang, Strategi Belajar Mengajar Abad Ke-21 (Surabaya: CV. Cipta Media
Edukasi, 2019), h. 11.
22

pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik akan memotivasi peserta

didik untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik11.

c.Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pengajaran. Segala

sesuatu yang telah dirancang akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.

Kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran,

kegiatan belajar akan menentukan sejauh mana indicator pencapaian kompetensi

yang telah ditetapkan dapat dicapai.

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan peserta didik terlibat dalam

sebuah interaksi timbal balik dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam

interaksi itu peserta didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Guru hanya berperan

sebagai motivator dan fasilitator. Guru sebaiknya memperhatikan perbedaan

individual peserta didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual dan psikologis.

Karenanya, guru diharapkan memiliki keterampilan melayani perbedaan individu.

Kerangka berpikir demikian dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan

pendekatan kepada setiap peserta didik secara individual.

Peserta didik sebagai individu memiliki perbedaan dalam hal sebagaimana

disebutkan di atas. Pemahaman terhadap aspek tersebut akan menumbuhkan

hubungan harmonis antar guru dengan peserta didik, sehingga memudahkan


melakukan pendekatan mastery learning dalam mengajar.

d.Metode

Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu

pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang

bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan

yang ditentukan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru

11
Halim Simatupang, Strategi Belajar Mengajar Abad Ke-21, h. 12.
23

dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setalah

pengajaran berakhir.

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan

menggunakan satu metode, tetapi sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi

agar proses belajar mengajar tidak membosankan. Tujuannya agar peserta didik

berminat untuk mengikuti proses belajar mengajar. Akan tetapi, perlu diketahui

bahwa penggunaan metode yangbervariasi bisa juga tidak menguntungkan

kegiatan belajar mengajar, dalam hal ini bila penggunaannya tidak tepat dan tidak

sesuai dengan situasi yang mendukungnya, serta tidak melayani perbedaan

individu peserta didik.

e.Alat

Alat adalah benda yang dipakai untuk mencapai apa yang dimaksud. Alat

pembelajaran adalah setiap peralatan yang dapat menunjang efektivitas dan

efisiensi pembelajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam

mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi yaitualat sebagai

perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan

alat sebagai tujuan.

Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu pengajaran. Yang

dimaksud dengan alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan, dan sebagainya.
Sedangkan alat bantu pengajaran adalah berupa papan tulis, spidol, gambar,

diagram, slide, video, dan sebagainya.

f. Sumber Belajar

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan

kegiatan belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu

optimalisasi hasil belajar. Optimalisasi di sini tidak hanya berupa hasil belajar

namun ditinjau juga dari proses interaksi peserta didik dengan berbagai macam
24

sumber yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar dan mempercepat

pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajarinya. Untuk mendapatkan

gambaran apa-apa saja yang termasuk kategori sumber-sumber belajar, berikut

dikemukakan pendapat ahli mengatakan bahwa sumber-sumber belajar itu adalah:

1) Manusia (dalam keluarga, sekolah, dan masyakarat);

2) Buku/perpustakaan;

3) Masa media (majalah, surat kabar, radio, televisi, dan lain-lain);

4) Lingkungan;

5) Alat pengajaran (buku pelajaran, peta, gambar, CD, papan tulis, spidol,

proyektor dan lain-lain);dan

6) Museum, kebun binatang, dll.

g. Evaluasi

Istilah evaluasi adalah penilaian. Mengevaluasi adalah memberikan

penilaian. Dalam pengertian luas, evaluasi adalah suatu proses merencanakan,

memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat

alternatif-alternatif keputusan. Dalam kegiatan evaluasi, diperlukan berbagai

informasi atau data yang menyangkut objek yang sedang dievaluasi. Evaluasi

pembelajaran adalah proses pengumpulan data riel secara sistematis. Data ini akan

digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan atau tingkat perubahan

peserta didik.

Ketika evaluasi dapat memberikan manfaat bagi guru dan peserta didik

maka evaluasi mempunyai fungsi sebagai berikut:


25

1) Untuk memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar untuk

memperbaiki proses belajar mengajar, serta mengadakan perbaikan program

bagi peserta didik.

2) Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari

setiap peserta didik. Antara lain digunakan dalam rangka pemberian laporan

kemajuan belajar pesera didik kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas,

serta penentuan lulus tidaknya seorang peserta didik.

3) Untuk menentukan peserta didik di dalam situasi belajar mengajar yang

tepat,sesuai dengan tingkat kemampuan (dan karakteristik lainnya) yang

dimiliki oleh peserta didik.

4) Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik dan lingkungan) murid yang

mengalami kesulitan-kesulitan belajar, nantinya dapat dipergunakan sebagai

dasar dalam pemecahan kesulitan-kesulitan belajar yang timbul.12

6. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran

Adapun jenis-jenis strategi pembelajaran, meliputi:

a. Strategi Pembelajaran Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru
kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar peserta didik dapat

menguasai materi pelajaran secara optimal. Strategi pembelajaran ekspositori

merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru

(teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru

memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan

materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang

12
Halim Simatupang, Strategi Belajar Mengajar Abad Ke-21, h. 13-17.
26

disampaikan itu dapat dikuasai peserta didik dengan baik. Fokus utama strategi ini

adalah kemampuan akademik (academic achievement) peserta didik. Metode

pembelajaran dengan kuliah merupakan bentuk strategi ekspositori.13

Berdasarkan paparan tersebut dapat dipahami bahwa strategi pembelajaran

ekspositori adalah strategi pembelajaran langsung. Strategi pembelajaran

ekspositori merupakan strategi pembelajaran langsung karena di dalam strategi ini

materi pelajaran yang disampaikan secara langsung oleh guru. Peserta didik hanya

menerima materi pelajaran dari guru. Peserta didik tidak dituntut untuk mencari

materi itu.

b. Strategi Pembelajaran Inkuiri

Strategi pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan

menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran peserta didik

dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran,

sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik untuk

belajar. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran

yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan

menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses

berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan

peserta didik. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic,
yang berasal dari bahasa yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.14

Dari paparan tersebut dapat dipahami bahwa strategi pembelajaran inkuiri

adalah kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir peserta

didik untuk menemukan dan menganalisis jawaban dari suatu masalah yang

13
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
Kencana, 2006), h. 179.
14
Darmadi, Optimalisasi Strategi Pembelajaran (Lampung Tengah: Guepedia Publisher,
2018) h. 121-122.
27

dipertanyakan. Proses berpikir biasanya dilakukan tanya jawab antara guru

dengan peserta didik. Strategi pembelajaran inkuiri memiliki tujuan untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir sistematis, logis, dan

kritis. Strategi pembelajaran inkuiri adalah strategi pembelajaran yang berpusat

pada peserta didik (student centered approach).

c. Strategi Pembelajaran Kooperatif

Dalam dunia pendidikan, pembelajaran kelompok adalah rangkaian

kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok

tertentu untuk mencapai pembelajaran yang telah dirumuskan bersama. Salah satu

strategi model pembelajaran kelompok adalah strategi pembelajaran kooperatif

(cooperative learning).15 Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan prestasi belajar peserta didik sekaligus dapat meningkatkan

kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dari

orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Pembelajaran kooperatif dapat

merealisasikan kebutuhan peserta didik dalam belajar berpikir, memecahkan

masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.

Berdasarkan paparan tersebut dapat dipahami bahwa strategi pembelajaran

kooperatif adalah kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dengan

kelompok-kelompok kecil agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembagian


kelompok peserta didik dapat dibedakan berdasarkan minat dan bakat, latar

belakang kemampuan, serta campuran. Meskipun dibedakan menjadi beberapa

kelompok perlu diingat bahwa seorang guru harus tetap mempertimbangkan

tujuan dari pembelajaran tersebut. Pembelajaran kooperatif menekankan pada

kerjasama peserta didik dalam berkelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak

hanya di bidang akademik, akan tetapi juga dalam bidang sosial.

15
Chomaidi dan Salamah, Pendidikan dan Pengajaran:Strategi Pembelajaran Sekolah
(Jakarta: PT Grasindo, 2018), h. 249.
28

d. Strategi Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya

dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama

pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme (constructivism) bertanya

(questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community),

permodelan (modeling) dan penilaian autentik (authentic assessment).16

Berdasarkan paparan tersebut dapat dipahami bahwa pembelajaran

kontekstual adalah konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan

materi yang akan diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik sehingga

dapat mendorong peserta didik untuk membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Belajar

dalam konteks pembelajaran kontekstual adalah suatu proses pengalaman

langsung. Melalui proses tersebut peserta didik memiliki harapan untuk memiliki

perkembangan yang secara utuh. Peserta didik dapat berkembang pada bidang

afektif, kognitif, dan psikomotor.


e. Strategi Pembelajaran Berorientasi

Aktivitas Pembelajaran Peserta didik yang berorientasi pada aktivitas

peserta didik merupakan suatu pendekatan dalam sebuah pembelajaran yang

menekankan pada aktivitas peserta didik secara optimal dalam proses

pembelajaran untuk memperoleh suatu hasil belajar berupa perpaduan antara

aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor secara seimbang. Peserta

16
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual (Jakarta: Kencana, 2014), h.140.
29

didik berperan sebagai subjek pendidikan sedangkan guru berperan sebagai

penunjuk pada saat proses pembelajaran dan fasilitator dalam memanfaatkan

sumber belajar yang ada di sekolah.17

Berdasarkan paparan tersebut dapat dipahami bahwa tujuan utama dalam

suatu proses pembelajaran adalah strategi pembelajaran pada aktivitas peserta

didik ini menghendaki adanya hasil belajar peserta didik yang seimbang antara

kemampuan intelektual, sikap, dan keterampilan. Pada pembelajaran ini peserta

didik tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi yang didapatkan

saja, akan tetapi peserta didik juga dituntut untuk menerapkan informasi yang

telah didapatkan dalam kehidupannya

f. Strategi Pembelajaran Afektif

Strategi pembelajaran afektif adalah strategi pembelajaran yang bukan

hanya bertujuan untuk mencapai dimensi yang lainnya yaitu sikap dan

keterampilan afektif berhubungan dengan volume yang sulit diukur karena

menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam. Kemampuan sikap

afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berupa tanggung jawab,

kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang

lain dan kemampuan mengendalikan diri.18

Berdasarkan paparan tersebut dapat dipahami bahwa tujuan Pembelajaran


dapat tercapai jika pendidik memperhatikan karakteristik afektif peserta didik.

g. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran Berbasis Masalah adalah model pembelajaran yang

berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model PBM,

17
Danang Rico Setyo Nugroho, dkk, Implementasi Pendekatan Pembelajaran Berbasis
Aktivitas Peserta didik Untuk Melatih Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Penguasaan Konsep,
Jurnal Review Pendidikan Dasar: Jurnal, Vol 4, No 3, September 2018, h. 2.
18
Haudi, Strategi Pembelajaran (Sumatra Barat: Insan Cendekia Mandiri, 2021), h.106.
30

fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga peserta didik tidak

saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga

metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, peserta didik

tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi

pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan

dengan keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan

menumbuhkan pola berpikir kritis.19

Berdasarkan paparan tersebut dapat dipahami bahwa strategi pembelajaran

berbasis masalah memiliki tujuan agar peserta didik mampu untuk berpikir kritis

terhadap suatu masalah serta mampu untuk memecahkan masalah yang dihadapi

oleh peserta didik.

7. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran

Adapun konsep dasar strategi pembelajaran meliputi:

a. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku. spesifikasi dan

kualifikasi perubahan tingkah laku bagaimana yang diinginkan sebagai hasil

pembelajaran yang dilakukan itu. Sasaran yang dituju harus jelas dan terarah,

oleh karena itu tujuan pembelajaran harus jelas dan konkret, sehingga mudah

dipahami oleh peserta didik.

b. Memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan


hidup masyarakat. Memilih cara pendekatan pembelajaran yang dianggap

paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran.

c. Memilih metode dan teknik pembelajar. Metode dan teknik pembelajaran yang

dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh

pendidik dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.

19
Nur Afif, Pembelajaran Berbasis Masalah Perspektif Al-Qur’an (Tuban: Penerbit
Kalindo, 2019), h.12.
31

Mengartikan metode adalah cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar

tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.20 Terdapat beberapa metode

pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi

pembelajaran, diantaranya:

a) Metode Ceramah

Ceramah adalah setiap penyajian informasi secara lisan yang berlangsung

selama 45 menit maupun yang informasi dan hanya memakan waktu 5 menit.

Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi edukatif melalui penerangan dan

penuturan secara lisan oleh guru atau pendidik terhadap sekelompok pendengar

(pendidik). Suryobroto menjelaskan dengan mengutip pernyataan Sinarno bahwa

yang dimaksud dengan metode ceramah sebagai metode mengajar adalah

penerangan atau penuturan secara lisan oleh seorang pendidik terhadap

kelasnya.21 Penekanan metode ceramah dalam hubungannya atau interaksinya

pendidik kepada peserta didik adalah berbicara. Metode ceramah dianggap

sebagai metode konservatif dengan menyatakan pengenalan metode lain dengan

melemahkan metode ceramah. Tidak selamanya metode ceramah itu tidak bagus

karena peran pendidik yang sekaligus sebagai motivator akan menjelaskan

berbagai suatu konsep yang hendak dimengerti peserta didik.


Penggunaan metode ceramah menjadikan peserta didik sebagai yang

dididik bertugas mendengarkan dengan cermat dan mencatat poin yang

dikemukakan pendidik. Identifikasi metode ceramah dapat terlihat ketika pendidik

menyampaikan fakta atau kenyataan, menghendaki berbicara yang membawa

20
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
Kencana, 2008), h. 147.
21
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), h.
155.
32

stimulus motivasi kepada anak untuk mengerjakan sesuatu, menyimpulkan materi

yang telah dipelajari, memperkenalkan hal yang baru.22

b) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran dimana peserta didik

dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan

yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.23 Metode

diskusi adalah metode yang bertujuan untuk memecahkan masalah atau

menentukan solusi masalah yang ditemukan dalam peserta didik dalam materi

pembelajaran. Masalah adalah kesenjangan atau perbedaan antara yang diinginkan

dengan kenyataan yang terjadi. Masalah dapat berupa pertanyaan apa, kenapa,

bagaimana, dimana dan kapan. Melalui metode diskusi dapat menentukan

jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Salah satu syarat untuk metode

diskusi adalah sebagian besar peserta didik harus mempunyai pengetahuan dan

wawasan terhadap topik atau masalah materi yang didiskusikan.24

Metode diskusi melibatkan langsung peserta didik dalam menyelesaikan

masalah. Metode diskusi menghendaki peserta didik untuk berbicara atau

mengungkapkan solusi yang ditawarkan agar permasalahan yang diberikan dapat

terselesaikan. Tak lupa pula pendidik tetap harus mengarahkan jika dalam proses

diskusi terjadi kesalahpahaman antar peserta didik.


Metode diskusi adalah metode belajar yang sangat erat hubungannya

dengan belajar memecahkan masalah (problem solving).

22
Eliyyil Akbar, Metode Belajar Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana, 2020), h. 30.
23
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka, 2006), h. 87.
24
Lufri, dkk., Metodologi Pembelajaran: Strategi, Pendekatan, Model, Metode
Pembelajaran (Malang: CV IRDH, 2020), h. 51.
33

c) Metode Tugas dan Resitasi

Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru

memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar.25

Berikut langkah-langkah metode resitasi:

(1) Tujuan yang akan dicapai,

(2) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga peserta didik mengerti apa

yang ditugaskan tersebut,

(3) Ada petunjuk atau sumber yang membantu pekerjaan peserta didik,

(4) Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas.

d) Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok adalah suatu metode mengajar dengan membagi

peserta didik menjadi beberapa kelompok dan mereka bekerja sama dengan

memecahkan masalah atau melaksanakan tugas tertentu dan berusaha mencapai

tujuan pengajaran yang telah ditentukan oleh guru.

e) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan

terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat

yang sama terjadi dialog antara guru dan peserta didik.26 Guru bertanya peserta

didik menjawab, atau peserta didik bertanya dan guru yang menjawab. Dalam
komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru

dan peserta didik. Metode ini termasuk metode paling tua di samping metode

ceramah, namun efektivitasnya lebih besar dari metode lain sebab dengan metode

tanya jawab, pengertian dan pemahaman dapat diperoleh lebih mantap sehingga

segala bentuk kesalahpahaman dan kelemahan daya tangkap terhadap pelajaran

25
Syaiful Bahri Djamarah, , Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka, 2006), h. 85.
26
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 78.
34

dapat dihindari semaksimal mungkin.27 Jadi metode tanya jawab adalah cara

menyajikan pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama

pendidik ke peserta didik atau dapat juga sebaliknya.

Penerapan norma dan kriteria keberhasilan kegiatan pembelajaran,

Menerapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai

pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana

keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya.

8. Komponen-komponen Strategi

Adapun komponen-komponen yang dimiliki oleh suatu strategi, yakni:

a. Tujuan, khususnya dalam bidang pendidikan, baik dalam bentuk instrucional

effect (hasil yang segera dicapai) maupun nurturant effect (hasil jangka

panjang).

b. Peserta didik melakukan kegiatan belajar, terdiri dari peserta latihan yang

sedang dipersiapkan untuk menjadi tenaga profesional.

c. Materi pelajaran, yang bersumber dari ilmu atau bidang studi yang telah

dirancang dalam garis-garis program pembelajaran (GBPP) dan sumber

masyarakat.

d. Logistik, sesuai dengan kebutuhan bidang pengajaran, yang meliputi waktu,

biaya, alat, kemampuan guru dan sebagainya yang relevan dengan usaha
pencapain tujuan pendidik.28

Menurut peneliti, strategi pembelajaran adalah rangkaian kegiatan yang

didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran.

27
Halid Hanafi, Dkk., Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2019), h. 234.
28
Oemar Hamalik, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran (Bandung: PT. Trigenda
Karya, 1993), h. 79-80.
35

B. Minat Belajar

1. Definisi Minat Belajar

Minat belajar meliputi dua kata, minat serta belajar, yang memiliki arti

berbeda. Untuk itu akan ditafsirkan satu persatu. Minat dapat dimaknai sebagai

keinginan memberikan empati dan simpati terhadap orang, kegiatan ataupun

kondisi yang jadi objek dari minat ini memiliki perasaan yang menyenangkan.

Dapat dipahami dalam bahasa tersebut bahwa yang menarik ialah fokus pada

subjek, ada upaya untuk menguasai, memiliki, mendekati, mengetahui, ataupun

yang terkait subjek yang dilaksanakan dengan perasaan yang menyenangkan apa

daya tariknya suatu objek. 29

Para ahli mengomentari mengenai definisi minat, adalah:

a. Muhibbin Syah dalam karyanyaِ “Learning Psychology", bahwa minat adalah

tren atau kesenangan suatu hal, dan ketinggian atau antusiasme yang besar

terhadap sesuatu. 30

b. Definisi Crow and Crow yang dikutip oleh Afi Parnawi, minat mengacu pada

suatu kekuatan yang dapat digunakan sebagai kekuatan pendorong untuk

membuat individu memperhatikan seseorang atau aktivitas tertentu.31

Penalaran minat di atas, dapat diketahui beberapa aspek-aspek psikologis

yang paling penting dari minat adalah kejiwaan seseorang. Bagian dari aspek
psikologi seseorang yang diwujudkan dalam berbagai gejala, berupa kesenangan,

perhatian, kemauan, kegemaran, antusiasme, kesadaran serta rasa ingin tahu

mengenai suatu hal, serta keikutsertaan merupakan makna dari minat.

Sebaliknya, belajar adalah tingkah laku serta perilaku peserta didik yang

kompleks selaku suatu tindakan. Kata belajar mengacu pada perubahan sikap yang

29
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Raja grafindo, 2003), h. 136.
30
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar h. 135.
31
Afi Parnawi, Psikologi Belajar (Jakarta: Deepublish, 2019), h. 19.
36

diakibatkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya akibat

pengalaman dan latihan. Hanya peserta didik yang dapat belajar sendiri. Peserta

didik adalah faktor penentu dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran

berlangsung berkat peserta didiknya yang sudah memperoleh sesuatu di

lingkungannya. Lingkungan tempat peserta didik belajar berupa kondisi alam,

benda-benda, hewan, tumbuhan, manusia ataupun perihal yang selaku bahan

pembelajaran.32

Menurut Abu Ahmadi, proses pengajaran merupakan aspek dari

lingkungan sekolah yang teratur. Lingkungan belajar yang bagus adalah

lingkungan yang memacu serta menginspirasi peserta didik untuk belajar, aman

serta kepuasan, dan memenuhi tujuan yang diinginkan.33 Sementara hakim dalam

Fathurrohman menerangkan, belajar adalah sebuah proses peralihan di dalam

personalitas manusia yang diperlihatkan berbentuk kemajuan kualitas serta

kuantitas sikap berupa kemajuan kemahiran, kebiasaan, pengetahuan,

keterampilan, daya pikir serta lainnya.

2. Fungsi Minat Belajar

Minat memiliki peran selaku perangsang yang besar di dalam memenuhi

prestasi serta minat juga bisa menaikkan kegembiraan dalam seluruh yang

dikerjakan oleh seseorang. Berikut sejumlah fungsi minat terkait dengan


pelaksanaan pembelajaran, sebagai berikut:

a. Membuat konsentrasi ataupun perhatian dalam belajar

b. Meningkatkan kegembiraan dalam belajar

c. Memperkuat ingatan peserta didik mengenai pelajaran yang sudah

diajarkan guru

32
Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2014)
33
Abu Ahmadi & Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia,
2013), h. 33.
37

d. Menciptakan sikap belajar yang positif serta konstruktif

e. Meminimalisir kejenuhan peserta didik terhadap pelajaran34

Minat dapat terkait dengan daya gerak yang mendukung kita lebih tertarik

pada orang, benda, aktivitas serta dapat seperti pengalaman yang efektif yang

distimulasi oleh aktivitas tersebut. Aktivitas belajar akan lebih lancar, apabila

minat orang yang belajar tinggi terhadap bahan pengajaran pada khususnya.

Selanjutnya, guru perlu mengerti dan memaksimalkan minat peserta didiknya.

Sebab minat adalah elemen krusial di dalam kehidupan pada dasarnya di dalam

pendidikan maupun pengajaran.

3. Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Minat belajar peserta didik sangat menentukan keberhasilannya dalam

proses belajar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat belajar, antara lain

sebagai berikut:

a. Faktor dalam diri peserta didik (internal)

Faktor dalam diri peserta didik merupakan faktor yang mempengaruhi

minat belajar peserta didik yang berasal dari peserta didik itu sendiri.

Faktor dari dalam diri peserta didik terdiri dari:

1) Aspek Jasmaniah

Aspek jasmaniah mencakup kondisi fisik atau kesehatan jasmani


dari individu peserta didik. Kondisi fisik yang prima sangat

mendukung keberhasilan belajar dan dapat mempengaruhi minat

belajar. Namun jika terjadi gangguan kesehatan pada fisik terutama

indra penglihatan dan pendengaran, otomatis dapat menyebabkan

berkurangnya minat belajar pada dirinya.

34
Abu Ahmadi & Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar. h. 36.
38

2) Aspek Psikologis (kejiwaan)

Aspek psikologis menurut sardiman faktor psikologis meliputi

perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, bakat,

dan motif. Pada pembahasan berikut tidak semua faktor psikologis

yang dibahas tetapi hanya sebagian saja yang sangat berhubungan

dengan minat belajar.

b. Faktor dari luar peserta didik (eksternal)

Faktor dari luar meliputi:

1. Keluarga

Keluarga memiliki peran yang besar dalam menciptakan minat

belajar bagi anak. Seperti yang kita tahu, keluarga merupakan

lembaga pendidikan yang pertama bagi anak. Cara orang tua dalam

mengajar dapat mempengaruhi minat belajar anak. Orang tua harus

selalu siap sedia saat anak membutuhkan bantuan terlebih terhadap

materi pembelajaran yang sulit ditangkap oleh anak. Peralatan

belajar yang dibutuhkan anak, juga perlu diperhatikan oleh orang

tua. Dengan kata lain, orang tua harus terus mengetahui

perkembangan belajar anak pada setiap hari. Suasana rumah juga

harus mendukung anak dalam belajar, kerapian, ketenangan


didalam rumah perlu dijaga. Hal tersebut bertujuan agar anak

merasa nyaman dan mudah dalam membentuk konsentrasinya

terhadap materi yang dihadapi.

2. Sekolah

Faktor dari dalam sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum,

sarana dan prasarana, sumber-sumber belajar, media pembelajaran,

hubungan peserta didik dengan temannya, guru-gurunya dan staf


39

sekolah serta berbagai kegiatan kurikuler. Pengetahuan dan

pengalaman yang berkesan melalui sekolah harus dilakukan

dengan proses belajar mengajar yang baik. Pendidik

menyelenggarakan pendidikan dengan tetap memperhatikan

kondisi anak didiknya. Dengan demikian, anak tercipta situasi yang

menyenangkan dan tidak membosankan dalam proses

pembelajaran.

3. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat meliputi hubungan dengan teman bergaul,

kegiatan dalam masyarakat, dan lingkungan tempat tinggal.

Kegiatan akademik, akan lebih baik apabila diimbangi dengan

kegiatan diluar sekolah. Banyak kegiatan di dalam masyarakat

yang dapat menumbuhkan minat belajar anak, seperti kegiatan

karang taruna, anak dapat belajar berorganisasi di dalamnya. Tapi,

orang tua perlu memperhatikan kegiatan anaknya di luar rumah dan

sekolah. Sebab kegiatan yang berlebih akan menurunkan

semangatnya di sekolah.35

Menurut peneliti, minat belajar adalah keinginan dalam diri pribadi untuk

melakukan sesuatu yang dapat membuat diri tertarik atau senang dalam
melakukan suatu hal tertentu.

C. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

a. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu mata pelajaran yang

sangat penting untuk menyiapkan peserta didik dalam hal memahami,

35
Al Fuad Zaki. "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Peserta didik Kelas I
SDN 7 Kute Panang." Jurnal Tunas Bangsa (2016), h. 42-54.
40

menghayati, dan mengimani hingga mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran, dan latihan. Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar

bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar dapat memahami apa yang

terkandung dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta

tujuannya, dan dapat mengamalkannya. Pendidikan agama Islam adalah suatu

usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat

memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh. Lalu peserta didik menghayati

tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai

pandangan hidup.

Menurut Propenas 2000-2004 (UU No. 25 Tahun 2000) menyatakan

bahwa PAI di sekolah umum (TK, SD, SMP, SMA) bertujuan untuk

meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,

penghayatan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam dan budi pekerti

sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,

ketaqwaan serta pembinaan akhlak manusia dan budi pekerti luhur.

Pendidikan agama Islam yakni upaya pendidikan agama Islam atau ajaran

Islam dan nilai-nilainya agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup)

seseorang. Pengertian ini dapat berwujud :

1. Segenap kegiatan yang dilakukan seseorang untuk membantu seorang atau


sekelompok peserta didik dalam menanamkan atau

menumbuhkembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya untuk dijadikan

sebagai pandangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan

dikembangkan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari;

2. Segenap fenomena atau peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih

yang dampaknya ialah tertanamnya atau tumbuhkembangnya ajaran Islam

dan nilai-nilainya pada salah satu atau beberapa pihak.


41

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan

agama Islam dan budi pekerti adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh

peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran agama Islam secara

menyeluruh.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Adapun Omar Muhammad Attoumy Asy-Syaebani tujuan pendidikan

agama Islam dan budi pekerti ada 4 ciri pokok:

1. Sifat dan corak agama dan akhlak

2. Sifat keseluruhan yang mencakup segala aspek pribadi peserta didik dan

semua aspek perkembangan masyarakat

3. Sifat keseimbangan, keselarasan, tidak adanya pertentangan antara unsur-

unsur dan cara pelaksanaannya

4. Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yang

dikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan

Tujuan umum pendidikan agama Islam dan budi pekerti lebih bersifat

empirik dan realistik. Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf

pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan

kepribadian peserta didik sehingga mampu menghadirkan dirinya sebagai sebuah

pribadi yang utuh.


Untuk mencapai tujuan umum tersebut tidak akan dapat dicapai sekaligus,

akan tetapi membutuhkan proses dan waktu yang panjang dengan tahap-tahap

tertentu, sedangkan tiap tahap yang dilalui juga mempunyai tujuan tertentu yang

disebut dengan tujuan khusus. Adapun tujuan khusus pendidikan agama Islam dan

budi pekerti bersifat relatif sehingga memungkinkan untuk diadakannya

perubahan dimana sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan. Adapun tujuan

pendidikan agama Islam dan budi pekerti tersebut adalah sebagai berikut:
42

1. Peserta didik bergairah beribadah

2. Peserta didik mampu membaca Al-Qur’an

3. Penanaman rasa agama pada peserta didik

4. Menanamkan rasa cinta pada Allah dan Rasul-Nya

5. Memperkenalkan ajaran Islam yang bersifat global seperti rukun Islam,

rukun iman dan lain-lain merupakan materi pokok

6. Membiasakan peserta didik berakhlak mulia, melatih peserta didik untuk

mempraktikan ibadah yang praktis dan membiasakan contoh teladan yang

baik

Jadi tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti adalah

untuk membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah serta

memiliki pengetahuan yang luas tentang Islam dan berakhlakul karimah.

c. Ruang Lingkup Pendidikan Islam dan Budi Pekerti

Ruang lingkup pendidikan Islam dan budi pekerti tidak mengenal batas

umur dan perbedaan jenis kelamin bahkan tempat dan masa. Pendidikan sebagai

ilmu, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas karena di dalamnya banyak

segi-segi atau pihak-pihak yang ikut terlibat baik langsung maupun tidak

langsung. Adapun segi-segi dan pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan Islam

sekaligus menjadi ruang lingkup pendidikan Islam adalah:


1. Perbuatan mendidik itu sendiri. Maksud dari perbuatan mendidik di sini

adalah seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan dan sikap yang dilakukan

oleh pendidikan sewaktu menghadapi atau mengasuh peserta didik. Dalam

perbuatan mendidik ini sering disebut dengan istilah tahdzib.

2. Dasar dan tujuan pendidikan Islam. Landasan yang menjadi fundamen

serta sumber dari segala kegiatan pendidikan Islam. Semua hal yang

masuk dalam proses pendidikan harus bersumber dan berlandaskan dasar


43

tersebut. Dengan dasar dan sumber ini, peserta didik akan dibawa dengan

sesuai dasar dan sumbernya.

3. Peserta didik. Pihak yang merupakan objek terpenting dalam pendidikan.

Hal ini disebabkan karena segala tindakan pendidikan diarahkan pada

tujuan dan cita-cita pendidikan Islam.

4. Pendidik. Secara singkat dapat dikatakan sebagai subjek pelaksana proses

pendidikan. Pendidik akan dapat membawa suatu pendidikan pada baik

dan buruknya, sehingga peranan pendidik dalam keberhasilan pendidikan

sangat menentukan.

5. Materi dan kurikulum pendidikan Islam. Bahan-bahan atau pengalaman-

pengalaman pendidikan, yang sudah tersusun secara sistematis dan

terstruktur untuk disampaikan dalam proses pendidikan kepada peserta

didik.

6. Metode pendidikan Islam. Cara dan pendekatan yang dirasa paling tepat

dan sesuai dalam pendidikan untuk menyampaikan bahan dan materi

pendidikan kepada peserta didik. Metode ini digunakan untuk mengolah,

menyusun, dan menyajikan materi pendidikan, supaya materi dapat dengan

mudah diterima peserta didik sesuai dengan karakteristik dan tahapan

peserta didik.
7. Evaluasi pendidikan Islam. Cara-cara yang digunakan untuk menilai hasil

pendidikan yang sudah dilakukan. Pada pendidikan Islam, umumnya

tujuan tidak semuanya dapat dicapai seketika dan sekaligus, melainkan

melalui proses tahapan tertentu.

8. Alat-alat pendidikan Islam. Alat-alat yang digunakan selama proses

pendidikan dilaksanakan, agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan

tepat.
44

9. Lingkungan pendidikan Islam. Keadaan-keadaan dan tempat-tempat yang

ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta keberhasilan suatu pendidikan.

Pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti yang dipelajari di

sekolah berperan sangat penting dalam memberikan pemahaman terhadap peserta

didik, sehingga setelah mereka mengetahui dan memahami materi yang diberikan

diharapkan mereka mampu menerapkannya dalam kehidupan nyata. Mengingat

pentingnya peranan pendidikan Islam dalam kehidupan nyata, maka sekolah perlu

meningkatkan berbagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.36

Jadi menurut peneliti, pendidikan agama Islam dan budi pekerti adalah

pendidikan yang ditujukan untuk dapat merealisasikan, menselaraskan, dan

menyeimbangkan antara iman, Islam, dan ihsa.

36
Yulianti, Hesti, Cecep Darul Iwan, and Saeful Millah. "Penerapan Metode Giving
Question And Getting Answer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam." Jurnal Penelitian Pendidikan Islam,[SL] 6.2 (2018): 197-
216.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.

Pengertian penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya terbatas pada usaha

mengungkapkan suatu masalah dan keadaan bagaimana adanya, sehingga hanya

merupakan penyingkapan fakta semata. Penelitian kualitatif merupakan penelitian

yang dimaksudkan untuk memahami sebuah fenomena berkaitan dengan apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya pelaku, persepsi, tindakan, motivasi dan

lainnya.1

Penelitian deskriptif adalah penelitian untuk membuat gambaran mengenai

situasi atau kejadian, sehingga penelitian ini berkehendak mengadakan akumulasi

data dasar belakang.2 Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya

eksperimen) yaitu peneliti sebagai instrumen kunci. Melainkan sumber data,

karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi

tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan populasi, tetapi ditransferkan

ke tempat lain pada situasi sosial tertentu.


Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian

kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memahami suatu pada

subjek secara alamiah dan suatu penelitian yang mengungkap secara keseluruhan

1
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),
h. 6.
2
Moh. Nasir, Metodologi Penelitian (Jakarta: Balai Aksara, 1988), h. 64.

45
46

dengan mendeskripsikannya melalui bahasa non numeric yakni tidak dapat

dimanipulasi secara sistematis.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah letak dimana penelitian dilakukan untuk

memperoleh data atau informasi yang diperlukan dan berkaitan dengan

permasalahan penelitian. Adapun lokasi penelitian ini terletak di SDN 16

Liangeng Soppeng, tepatnya Dusun Liangeng, Desa Umpungeng, Kecamatan

Lalabata, Kabupaten Soppeng. Alasan saya mengambil lokasi ditempat tersebut

karena belum ada peneliti yang melakukan penelitian di tempat tersebut.

B. Pendekatan Penelitian

Penggunaan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fenomenologi,

yang merupakan penelitian yang didasari dari pengalaman subjektif atau

fenomenologikial yang dialami pada diri individu, melalui pendekatan

fenomenologi dapat memungkinkan untuk mengungkapkan konsep religiusitas

yang seharusnya ada dalam diri individu. Fenomenologi diartikan pula sebagai

pandangan berfikir yang menegaskan pada fokus pengalaman-pengalaman dan

cerita subjektif manusia dan interpretasi atas pelaksanaan didunia.

C. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif yang dikutip Lexy J.


Moleong ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu, pada bagian jenis ini datanya

dibagi kedalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, dan foto.3 Adapun

sumber data peneliti ini dibagi menjadi dua yaitu:

3
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000),
h. 112.
47

1. Sumber data primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari

objek penelitian di lapangan dalam memperoleh data ini, peneliti berhadapan

langsung dengan informan untuk mendapatkan data yang akurat, agar peneliti

dalam melakukan pengelolaan data tidak mengalami kesulitan.

Dalam penelitian ini dilakukan wawancara oleh peneliti yaitu Guru

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan Kepala Sekolah di SDN 16

Liangeng Soppeng, dan wawancara tersebut mengenai strategi guru dalam

menumbuhkan minat belajar peserta didik serta faktor-faktor yang menghambat

tumbuhnya minat belajar peserta didik di SDN 16 Liangeng Soppeng.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yang dimaksud adalah data yang mendukung data

primer yang dapat diperoleh di luar objek penelitian, yang meliputi: buku, jurnal,

dan referensi yang relevan dengan masalah yang menjadi fokus penelitian yang

berkaitan dengan judul skripsi.

D. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah ketepatan cara-cara digunakan untuk

mengumpulkan data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh

peneliti sebagai berikut:


1. Observasi

Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan atau data yang dilakukan

dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.4

4
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1995), h. 76.
48

Metode observasi ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai

strategi guru dalam menumbuhkan minat belajar peserta didik yang dilakukan

oleh guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti SDN 16 Liangeng Soppeng.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan

dalam penelitian kualitatif. Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang

digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Kegiatan

wawancara merupakan salah satu metode penggalian data penelitian dengan jalan

tanya jawab yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara dan yang

diwawancarai untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan yang

berhubungan dengan permasalahan peneliti yang sesuai dengan instrumen peneliti

yang telah dirancang sebelumnya. Tujuan wawancara ini untuk mengetahui

strategi apa yang digunakan, bagaimana hasil belajar, dan faktor-faktor yang

menjadi penghambat selama pembelajaran berlangsung.

3. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang barang-barang tertulis.5

Dokumentasi disini merupakan pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian berupa foto-foto, surat-surat isi penelitian, berupa fakta dan data yang

tersimpan dalam bentuk dokumen yang berkaitan dengan penelitian yang


digunakan untuk menggambarkan secara visual kondisi yang terjadi selama proses

pembelajaran berlangsung.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih oleh peneliti untuk

membantu mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi tertata dan

dipermudah. Dengan demikian, instrumen harus relevan dengan masalah yang

5
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rajawali
Pers, 2010), h. 158.
49

diteliti untuk memperoleh data yang akurat.6 Maka dari itu, adapun instrumen

penelitian yang diambil oleh peneliti sebagai berikut:

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi dalam penelitian ini merupakan pedoman yang

digunakan untuk mengamati objek penelitian di lapangan melalui lembar

pengamatan, pengamatan yang dimaksud adalah pengamatan terkait fokus

penelitian. Peneliti mengamati gerak gerik, mimik dan semua perkataan yang

terkait dengan strategi guru dalam menumbuhkan minat belajar peserta didik di

SDN 16 Liangeng Soppeng. (Pedoman Observasi Terlampir)

2. Pedoman Wawancara

Untuk mendapatkan data, Peneliti melakukan wawancara individual

mengenai strategi guru dalam menumbuhkan minat belajar peserta didik

pelaksanaan penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan wawancara

terstruktur, yaitu wawancara yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang

dipersiapkan oleh peneliti. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh informasi

mendalam tentang strategi guru dalam menumbuhkan minat belajar peserta didik.

(Pedoman Wawancara Terlampir)

3. Dokumentasi

Peneliti mengumpulkan data-data yang telah ada saat wawancara dan


dokumen-dokumen seperti foto-foto pada saat penelitian berlangsung yang

berhubungan dengan skripsi ini. (Terlampir)

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengelolaan data berkaitan dengan analisis data. Penelitian kualitatif, data

penelitian kualitatif, data yang diperoleh dari berbagai sumber dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi),

6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h. 172.
50

yang dilakukan secara terus menerus hingga data yang diinginkan tercapai.

Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang

diperoleh lalu dikembangkan menjadi hipotesis.7

Proses pengolahan data mengikuti teori Miles dan Huberman, proses

pengolahan data melalui tiga tahap yaitu redaksi data (data reduction). Penyajian

data (data display), menarik kesimpulan dan verifikasi (conclusion

drawing/verification). Data dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis dengan

langkah-langkah berikut:

1. Reduksi Data (data reduction)

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan

pada hal-hal penting, mencari tema dan polanya. Penelitian reduksi data adalah

memilih dan merangkum beberapa data penting berkaitan dengan strategi guru

dalam menumbuhkan minat belajar pendidikan agama Islam dan budi pekerti

peserta didik. Setelah melakukan reduksi pada data, kemudian data disajikan

dalam bentuk teks yang bersifat narasi dalam laporan penelitian. Dengan

demikian, data yang telah diperoleh adalah data yang yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data selanjutnya, dan bila

diperlukan.

2. Penyajian Data (data display)


Penyajian data yang dimaksud adalah penyajian data yang sudah disaring

dan diorganisasikan secara keseluruhan dalam bentuk tabulasi dan terorganisasi.

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penelitian

kualitatif, penyajian data biasanya dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori dan sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman dalam

7
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 199-200.
51

bukunya Sugiyono, yang paling sering digunakan dalam menyajikan data dalam

penelitian kualitatif dalam bentuk tes yang bersifat naratif.

Penyajian data yang diperoleh peneliti adalah data langsung melalui

informan yang telah ditentukan, kemudian dibahas dan dianalisis kebenaran data

tersebut dan disajikan dalam bentuk deskriptif naratif yang berupa uraian detail.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verification)

Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Menarik kesimpulan (concluting drawing) yaitu

melakukan verifikasi secara terus menerus sepanjang proses penelitian

berlangsung, yaitu sejak awal memasuki lokasi dan selama proses pengumpulan

data. Peneliti berusaha menganalisa data yang ada kemudian diwujudkan dalam

suatu kesimpulan yang bersifat tentative, dengan bertambahnya data selama

penelitian berlangsung, maka pada setiap kesimpulan dilakukan verifikasi secara

terus menerus.8

G. Pengujian Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data dalam penelitian, setiap hal temuan harus dicek

keabsahannya, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi

merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data, yang memanfaatkan sesuatu yang

lainnya, di luar data itu untuk keperluan pengecekan dengan kata lain sebagai
pembanding terhadap sebuah data.9 Dalam penelitian kualitatif, teknik triangulasi

digunakan sebagai pengecekan keabsahan data yang peneliti dapatkan atau

temukan dari hasil wawancara peneliti dengan informan lainnya yang kemudian

peneliti mengkonfirmasikan dengan studi dokumentasi yang kaitannya dengan

8
Afifuddin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 156.
9
Sugiyono, Metodologi Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 330.
52

penelitian juga hasil pengamatan di lapangan sehingga keabsahan datanya

terjamin.10

Triangulasi teknik berarti mengunakan pengumpulan data yang berbeda-

beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang sama. Pada penelitian ini

peneliti menggunakan triangulasi teknik yaitu menggunakan observasi

pastisipasif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang

sama secara serempak.

Peneliti menggunakan teknik triangulasi, sebagai pemeriksaan melalui

sumber lainnya, dalam pelaksanaannya peneliti melakukan pengecekan data yang

berasal dari hasil wawancara guru dan kepala sekolah di SDN 16 Liangeng

Soppeng.

10
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan Kualitatif
(Jakarta: Press, 2009), h. 230-231.
BAB IV

STRATEGI GURU DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI PESERTA

DIDIK DI SDN 16 LIANGENG SOPPENG

A. Deskripsi Minat Belajar Peserta Didik di SDN 16 Liangeng

Kejenuhan peserta didik adalah hal biasa dan kerap terjadi ketika proses

belajar mengajar berlangsung. Hal ini sangat wajar karena peserta didik masih

dalam usia bermain. Oleh sebab itu, guru harus mempelajari metode yang sesuai

dengan karakter masing-masing peserta didik. Seorang guru juga harus memiliki

strategi belajar mengajar yang tepat. Dalam pembelajaran minat belajar

merupakan salah satu hal yang penting. Karena ketika minat dari peserta didik

telah muncul, maka proses pembelajaran akan lebih menyenangkan. Terkadang

anak didik bisa kurang fokus ketika pembelajaran berlangsung, hal ini dapat

disebabkan oleh kurang adanya minat yang terlihat ketika peserta didik mengikuti

pembelajaran.

Minat memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan peserta

didik dan mempunyai dampak yang besar terhadap sikap peserta didik. Peserta

didik yang berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha lebih keras

dibandingkan siswa yang kurang berminat dalam belajar. Menurut Djamarah yang
dikutip oleh Fuziah menyatakan bahwa minat senantiasa berpindah-pindah namun

demikian ia menghendaki keaktifan.1 Minat kerap kali mendasarkan kegiatan-

kegiatannya atas pilihannya sendiri dan dapat lebih suka mengusahakan sesuatu

tertentu dari pada yang lainnya. Menurut Purwanto yang dikutip oleh Rusmiati

mengatakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku

1
Fauziah.ِ2017.ِ“HubunganِAntara Motivasi Belajar dengan Minat Belajar Siswa Kelas IV
SDN PorisِGagaِ05ِKotaِTangerang”.ِJurnal JPSD. Vol 4 No.1. h.49.

53
54

dimana perubahan tersebut dapat mengarah kepada tingkah laku lebih baik, tetapi

juga ada kemungkinan mengarah kepada tingah laku lebih buruk.2

B. Strategi Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti Peserta Didik SDN 16 Liangeng Soppeng

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti

maka peneliti menemukan ada beberapa strategi yang di lakukan oleh guru dalam

menumbuhkan minat belajar peserta didik di SDN 16 Liangeng Soppeng

sebagaimana terdapat pada hasil wawancara di bawah ini:

1. Bagaimana persiapan bapak/ibu guru dalam mempersiapkan

pelaksanaan pembelajaran sebelum pembelajaran dimulai?

Berdasarkan wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti SDN 16 Liangeng Soppeng, Wahyuddin sebagaimana hasil pada kutipan

wawancara berikut ini:


Sebelum memulai pembelajaran tentunya kita menyediakan media atau alat
apa yang akan diajarkan, kami juga mengajak peserta didik berbaris di
depan kelas untuk meningkatkan ingatan peserta didik mengenai
pembelajaran sebelumnya dan menjelaskan K.I dan K.D serta Tujuan
Pembelajaran yang akan di ajarkan saat proses pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti dapat

disimpulkan bahwa persiapan yang dilakukan oleh bapak ibu guru dalam

melakukan pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan menyediakan perangkat


pembelajaran seperti modul dan media pembelajaran lain yang digunakan. Selain

itu guru biasanya juga mengajak peserta didik untuk melakukan tanya jawab

materi sebelumnya untuk meningkatkan ingatan peserta didik mengenai

pembelajaran sebelumnya.

2
Rusmiati.ِ 2017.ِ “Pengaruhِ Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Bidang Studi
Ekonomi Siswa MA AL Fattah Sumbermulyo”.ِJurnal Ilmiah Pendidikan dan Ekonomi.Volume 1
No.1. h. 21-36.
55

2. Bagaimana proses pembelajaran yang bapak/ibu lakukan?

Berdasarkan wawancara dengan guru Pendidikan agama Islam dan budi

pekerti SDN 16 Liangeng Soppeng, Wahyuddin sebagaimana hasil pada kutipan

wawancara berikut ini:


Dengan melakukan pengelolaan kelas seperti menata tempat duduk, persepsi
yaitu mengaitkan pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik
berdasarkan pengalamannya, saat proses pembelajaran itu adalah termasuk
proses penguasaan materi, melakukan pengenalan materi yang akan
diajarkan, dan menjelaskan tujuan akan materi yang akan diajarkan, saya
juga melihat bagaimana peserta didik, peserta didiknya suka dengan
pembelajaran yang seperti apa, bagaimana cara kita mengajar peserta didik
dengan memompa semangatnya dalam belajar dan tidak kaku dalam
mengajar, supaya saat anak-anak menerima pembelajaran, dia tidak merasa
terbebani dalam menerima materi.3

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa

proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru Pendidikan agama Islam dan budi

pekerti. Diantaranya yaitu memberikan pemahaman tentang pembelajaran melalui

pengalaman peserta didik itu sendiri, juga menjelaskan secara langsung tujuan

pembelajaran itu, peserta didik juga diberikan semangat terlebih dahulu sebelum

memulai proses pembelajaran agar lebih semangat menerima materi.

3. Strategi apa yang dipakai dalam pelaksanaan pembelajaran?

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah SDN 16 Liangeng

Soppeng, Gumeri sebagaimana hasil pada kutipan wawancara berikut ini:


Pertama kita sendiri harus menguasai pembelajaran yang akan diajarkan
sebelum mengajarkan kepada peserta didik, Strategi yang dipakai yaitu
dengan menggunakan metode yang sesuai dengan materi, melakukan
pengelompokan, dan diskusi kelompok.4

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan

bahwa strategi yang dipakai oleh guru pendidikan agama Islam dalam

pelaksanaan pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode yang sesuai dengan

materi pembelajaran.

3
Wahyuddin, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, 24 November 2022.
56

4. Media apa yang dipakai dalam proses pembelajaran?

Berdasarkan wawancara dengan Guru pendidikan Agama Islam dan budi

pekerti SDN 16 Liangeng Soppeng, Wahyuddin sebagaimana hasil pada kutipan

wawancara berikut ini:


Media yang dipakai sesuai dengan materi ajar, seperti halnya dalam
pembelajaran agama lebih banyak praktek, beda halnya dalam pembelajaran
lain, kita tidak bisa menjelaskan media yang dipakai, kecuali ada hal
terkhusus bahwa kita mengajarkan tentang suatu hal maka kita bisa
mengetahui media yang dipakai ada, karena banyak media yang bisa
dipakai, termasuk hp, koran, buku, dan lain sebagainya karena media itu
adalah alat bantu dalam mengajar.5

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan

bahwa media yang digunakan oleh guru Pendidikan agam Islam dalam proses

pembelajaran sesuai dengan materi yang akan di ajarkan karena dalam

pembelajaran agama Islam lebih banyak praketnya kecuali ada hal yang

mengharuskan kita mengajarkan tentang suatu hal maka kita bisa menggunakan

banyak media yang bisa dipakai, termasuk hp, koran, buku, dan lain sebagainya

karena media itu adalah alat bantu dalam mengajar

5. Apakah dengan media yang dipakai dapat memudahkan untuk

memahami materi?

Berdasarkan wawancara dengan Guru pendidikan Agama Islam dan budi

pekerti SDN 16 Liangeng Soppeng, Wahyuddin sebagaimana hasil pada kutipan


wawancara berikut ini:
Dengan media yang dipakai guru dapat mempermudah untuk
menyampaikan materi dengan menerapkan materi yang diajarkan oleh guru.
Sumber belajar yang saya gunakan itu hp, koran, buku, jadi tentunya itu
membantu saya, hp dapat kita pakai dalam mencari bahan ajar dengan
menggunakan internet, dengan Media yang dipakai tentunya yang dapat
memudahkan dalam memahami pembelajaran yang diajarkan dalam setiap
pemebelajaran.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan

bahwa media yang digunakan dalam proses pembelajaran ini memudahkan dalam

5
Wahyuddin, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, 24 November 2022.
57

memahami materi. Hal ini disebabkan karena media-media ini lebih cepat diakses

dan penggunaannya yang lebih praktis.

6. Sumber belajar apakah yang digunakan pada saat pembelajaran?

Berdasarkan wawancara dengan Guru pendidikan Agama Islam dan budi

pekerti SDN 16 Liangeng Soppeng, Wahyuddin sebagaimana hasil pada kutipan

wawancara berikut ini:


Sumber belajar yang dipakai bersumber dari buku, koran, laptop tentunya
dan juga Hp yang dipakai untuk mencari materi dari internet.6

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan

bahwa sumber belajar yang digunakan lebih banyak menggunakan internet karena

dapat dengan mudah diakses melalui HP atau Laptop yang digunakan oleh guru.

7. Bagaimana pelaksanaan yang dilakukan pada saat ujian tengah

semester dan ujian akhir semester?

Berdasarkan wawancara dengan Guru pendidikan Agama Islam dan budi

pekerti SDN 16 Liangeng Soppeng, Wahyuddin sebagaimana hasil pada kutipan

wawancara berikut ini:


Dilakukan sesuai dengan jadwal berdasarkan kalender Pendidikan.
Namun sebelumnya kita melakukan uji coba atau Latihan dari materi yang
perna kita ajarkan sebelum mengadakan mid atau tengah semester, soal-
soalnya kan berpatokan dengan soal KKG dan kelompok kerjanya itu untuk
membuat soal, namun untuk saya pribadi menyesuaikan dengan proses
pembelajarannya , karena proses pembelajaran yang ada di kota dan di
liangeng itu berbeda, dan saya memfilter soal-soal yang akan saya bagikan.7
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan UTS/UAS mengikuti kalender Pendidikan dan

sebelum pelaksanaan ulangan guru melakukan tes terlebih dahulu kepada peserta

didik agar peserta didik tidak kaget nantinya saat diberikan soal-soal ujian.

6
Wahyuddin, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, 24 November 2022.
58

8. Bagaimana kemampuan peserta didik dalam memahami materi

pembelajaran?

Berdasarkan wawancara dengan Guru pendidikan Agama Islam dan budi

pekerti SDN 16 Liangeng Soppeng, Wahyuddin sebagaimana hasil pada kutipan

wawancara berikut ini:


Kemampuan peserta didik masih di bawah tahap, karena peserta didik
merasa bahwa pembelajaran terlalu sulit, peserta didik rata-rata muda
menanggapi namun ada juga yang tidak baik dalam proses pemahamannya,
ada juga peserta didik yang paham untuk materinya, dan untuk
perkembangan kemajuan tentunya mengalami kemajuan.8
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada guru Pendidikan

agama Islam dan budi pekerti, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa

peserta didik yang belum maksimal dalam memahami materi, ada beberapa yang

lainnya mengalami kemajuan perkembangan mengenai pembelajaran.

9. Bagaimana bapak/ibu mengamati perkembangan kemajuan masing-

masing peserta didik?

Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru pendidikan agama Islam dan

budi pekerti SDN 16 Liangeng Soppeng, Wahyuddin sebagaimana hasil pada

kutipan wawancara berikut ini:


Pengamatan kami dari segi perkembangan peserta didik itu ada peningkatan
sedikit demi sedikit namun tidak terlalu pesat, karena setiap anak dalam
setiap pembelajaran pasti ada pengetahuan baru yang didapatkan, meskipun
perkembangannya tidak seperti peserta didik yang ada di kota, kalau di SDN
16 liangeng alhamdulillah peserta didik cepat menanggapi.9
Berdasarkan hasil observasi peneliti dapat menyimpulkan bahwa peserta

didik mengalami perkembangan setiap belajar tentang hal yang baru namun

perkembangan itu tidak terlalu pesat.

10. Apa bentuk motivasi dalam menumbuhkan minat pembelajaran

peserta didik?

8
Wahyuddin, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, 24 November 2022.
9
Wardiman, Guru Kelas III, Wawancara, 24 November 2022.
59

Berdasarkan wawancara dengan Guru pendidikan Agama Islam dan budi

pekerti SDN 16 Liangeng Soppeng, Wahyuddin sebagaimana hasil pada kutipan

wawancara berikut ini:


Karena tidak terlalu tinggi keinginan peserta didik dan butuh dorongan dari
orang tua maka kami memberikan motivasi dan apresiasi, anak-anak
menjawab pertanyaan maka saya memberikan tepuk tangan dan
memberikan kata-kata motivasi mengenai semangat belajar dan memberikan
apresiasi seperti bagus sekali dan lain sebagainya.
Berdasarkan Observasi yang dilakukan oleh peneliti dapat menyimpulkan

bahwa bentuk motivasi dalam menumbuhkan minat belajar peserta didik dengan

melakukan lomba, memerlukan dorongan dari orang tua serta memberikan

apresiasi dan motivasi atas apa yang dilakukan oleh peserta didik.

11. Bagaimana menghadapi peserta didik yang kehilangan semangat?

Berdasarkan wawancara dengan Guru pendidikan agama Islam dan budi

pekerti SDN 16 Liangeng Soppeng, Wahyuddin sebagaimana hasil pada kutipan

wawancara berikut ini:


Saya dekati dengan memanggil ke depan kelas untuk menanyakan
kondisinya, sebelum proses pembelajaran saya menanyakan kondisinya
pada hari tersebut, siap atau tidak mengikuti pembelajaran, saya panggil
secara pribadi untuk menanyakan bagaimana keadaannya pada hari itu,
setelah itu dilakukan pendekatan.
Berdasarkan Observasi yang dilakukan oleh peneliti dapat menyimpulkan

bahwa untuk menghadapi kehilangan semangat peserta didik dengan mendekati

peserta didik dan menanyakan kesiapannya dalam mengikuti pembelajaran.


C. Faktor -faktor Yang Penghambat dari Minat Belajar Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti Peserta Didik di SDN 16 Liangeng Soppeng

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti

maka peneliti menemukan ada faktor-faktor menghambat minat belajar peserta

didik di SDN 16 Liangeng Soppeng sebagaimana terdapat pada hasil wawancara

dengan Guru pendidikan Agama Islam dan budi pekerti SDN 16 Liangeng

Soppeng, Wahyuddin sebagaimana hasil pada kutipan wawancara berikut ini:


60

Yang menjadi faktor penghambat biasanya karena pemahaman anak


terlambat untuk memahami karena dilihat dari gaya bahasa yang tidak
sesuai dengan tempat kita, apalagi dilihat dari segi pembelajaran agama,
menghambat karena peserta didik bisa dinilai tinggi pembelajaran
sedangkan peserta didik belum pandai mengaji atau dengan kata lain belum
mengetahui huruf hijaiyah.dan juga penghambat lainnya yaitu listrik, karena
kalau yang lainnya, peserta didiknya bagus, ramah, guru juga bagus-bagus,
yang kurang itu dari listriknya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, dapat

disimpulkan bahwa faktor penghambat pada proses pembelajaran yaitu kendala

dari segi pembelajaran, masih banyak peserta didik yang belum lancer mengaji

dan juga menegtahui huruf hijaiyah, dan juga penghambat selanjutnya yaitu

kondisi listrik yang belum masuk di SDN 16 Liangeng.

D. Solusi dari Penghambat Minat Belajar Peserta Didik di SDN 16 Liangeng

Soppeng

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti

maka peneliti menemukan solusi yang menghambat minat belajar peserta didik di

SDN 16 Liangeng Soppeng sebagaimana terdapat pada hasil wawancara dengan

Guru pendidikan Agama Islam dan budi pekerti SDN 16 Liangeng Soppeng,

Wahyuddin sebagaimana hasil pada kutipan wawancara berikut ini:


Dalam menghadapi kendala tersebut kita menggunakan buku penghubung
orang tua dan guru untuk memberikan informasi, bekerja sama agar anaknya
bisa dibantu untuk mempelajari tentang pelajaran tersebut, seperti peserta
didik yang tidak pandai mengaji agar mendapat dorongan dari orang tuanya.
Kalau menghadapi itu, listrik itu kan sarana yang listrik dimana saya kalau
proses pembelajaran itu menampilkan video tidak menggunakan lcd,
bagaimana saya membawa sendiri laptop dan menonton langsung di laptop
namun itu tidak bisa terlalu sering dilakukan karena laptop sering kurang
casnya. Selanjutnya itu untuk mengatasi permasalahan dengan membuat
media yang real atau nyata, contohnya membuat media dari karton.
Berdasarkan hasil wawancara pada saat observasi, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa untuk menghadapi kendala faktor penghambat dalam

proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan buku pengghubung orang tua dan

guru serta memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber bahan ajar.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Strategi guru dalam menumbuhkan minat peserta didik di SDN 16 Liangeng

Soppeng strategi yang dipakai oleh guru pendidikan agama Islam dalam

pelaksanaan pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode yang sesuai

dengan materi pembelajaran.

2. Minat belajar Pendidikan agama Islam peserta didik di SDN 16 Liangeng

Soppeng cenderung kurang. Namun guru menyiasati hal ini dengan berbagai

cara di antaranya, memerlukan dorongan dari orang tua serta memberikan

motivasi semangat belajar dan apresiasi atas apa yang dilakukan oleh peserta

didik

3. Faktor-faktor yang menghambat minat belajar Pendidikan agama Islam dan

budi pekerti peserta didik di SDN 16 Liangeng Soppeng yaitu kendala dari segi

pembelajaran, masih banyak peserta didik yang belum lancer mengaji dan juga

menegtahui huruf hijaiyah, dan juga penghambat selanjutnya yaitu kondisi

listrik yang belum masuk di SDN 16 Liangeng.


4. Untuk menghadapi kendala faktor penghambat dalam proses pembelajaran

yaitu dengan menggunakan buku pengghubung orang tua dan guru serta

memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber bahan ajar, menggunakan

media yang real atau nyata dengan menggunakan karton sebagai medianya.

61
62

B. Implikasi Penelitian

Setelah penulis mengemukakan kesimpulan diatas, maka berikut ini

penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai harapan yang ingin dicapai

sekaligus sebagai kelengkapan dalam penyusunan skripsi ini sebagai berikut:

1. Penelitian ini membahas tentang pembentukan sikap minat belajar peserta

didik, dimana dengan adanya strategi yang dilakukan oleh guru SDN 16

Liangeng, peserta didik diharapkan mampu untuk lebih mengembangkan

perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pelaksanaan strategi dalam menumbuhkan minat belajar peserta didik

hendaknya di lakukan secara berkelanjutan. Hal ini perlu dilakukan agar

minat belajar peserta didik terbentuk secara maksimal dan sangat

bermanfaat bagi peserta didik dalam hal mengatur peserta didik. Guru

harus terus menjadi contoh yang baik kepada peserta didik, mendidik

peserta didik untuk berakhlak yang mulia dan mampu memberikan nilai-

nilai budi pekerti yang baik.


DAFTAR PUSTAKA

Afif, Nur. Pembelajaran Berbasis Masalah Perspektif Al-Qur’an. Tuban: Penerbit


Kalindo, 2019.
Afifuddin. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia, 2012.
Ahmadi, Abu & Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka
Setia, 2013.
Akbar, Eliyyil. Metode Belajar Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana, 2020.
Andhika, Muhammad Rezki. kreativitas guru dalam menumbuhkan minat belajar
peserta didik di MIN 8 Aceh Barat, 2020.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rajawali Pers, 2010.
Chomaidi dan Salamah. Pendidikan dan Pengajaran: Strategi Pembelajaran
Sekolah. Jakarta: PT Grasindo, 2018.
Dakir dan Sardimi. Pendidikan ISLAM & ESQ: Komparasi-Integratif Upaya
Menuju Stadium Insan Kamil. Semarang: Rasail Media Group, 2014.
Darmadi. Optimalisasi Strategi Pembelajaran. Lampung Tengah: Guepedia
Publisher, 2018.
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2014.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Said. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2010.
Djamarah, Syaiful Bahri. Strategi Belajar Mengajar. Cet. I. Jakarta: Rineka Cipta,
1995.
Djamarah, Syaiful Bahri. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka, 2006.
Elfachmi, Amin. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Erlangga, 2016.
Firgianti, Anggun. Strategi Guru Dalam Meningkatkan Minat Belajar Peserta
didik Di MIN Rejotangan Tulunagung, 2018.
Hamalik, Oemar. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: PT.
Trigenda Karya, 1993.
Hanafi, Halid, Dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: CV Budi Utama, 2019.
Haudi. Strategi Pembelajaran. Sumatera Barat: Insan Cendekia Mandiri, 2021.
Isjoni. Saatnya Pendidikan Kita Bangkit. Yogyakarta: Pustaka, 2007.
Iskandar. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: Press, 2009.
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan. Surabaya: Halim, 2014.
Keputusan Kongres XXI Persatuan Guru Republik Indonesia Nomor:
VI/Kongres/XXI/PGRI/2013 Tentang Kode Etik Guru Indonesia.
Lufri, dkk. Metodologi Pembelajaran: Strategi, Pendekatan, Model, Metode
Pembelajaran. Malang: CV IRDH, 2020.
Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013.

63
64

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rejaka


Rosdakarya, 2014.
Nasir, Moh. Metodologi Penelitian. Jakarta: Balai Aksara, 1988.
Nugroho, Danang Rico Setyo, dkk. Implementasi Pendekatan Pembelajaran
Berbasis Aktivitas Peserta didik Untuk Melatih Keterampilan Berpikir
Kreatif Dan Penguasaan Konsep, Jurnal Review Pendidikan Dasar: Jurnal
Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian e-ISSN: 2460-8475, Vol 4, No 3,
September, 2018.
Parnawi, Afi. Psikologi Belajar. Jakarta: Deepublish, 2019.
Rikhatul, Wardah. Kreativitas Guru PAI dalam Menumbuhkan Minat Belajar
Peserta Didik Melalui Pembelajaran Daring di MTsN 1 Lamongan. 2021.
Rizali Ahmad, Dari Guru Konvensional Menuju Guru Profesional. Indonesia:
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009.
Rusn, Abidin Ibnu, Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009.
Saebani, Beni Ahmad Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Sagala, Syaiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: Alfabeta, 2016.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana, 2006.
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1995.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009.
Sugiyono. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2015.
Suprihatiningrum, Jamil. Guru Profesional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.
Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineke Cipta,
2009.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja grafindo, 2003.
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,
Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: Kencana, 2014.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional bidang DIKBUD KBRI Tokyo.
Yamin, Martinis. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: GP
Press Group, 2013.
Yasyakur, Moch. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan
Kedisiplinan Beribadah Sholat Lima Waktu, 2016.
Yulianti, Hesti, Cecep Darul Iwan, and Saeful Millah. "Penerapan Metode Giving
Question And Getting Answer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta
Didik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam." Jurnal Penelitian
Pendidikan Islam,[SL] 6.2, 2018.
Zaki, Al Fuad. "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Peserta didik
Kelas I SDN 7 Kute Panang." Jurnal Tunas Bangsa 3.2, 2016.
LAMPIRAN- LAMPIRAN
DOKUMENTASI

STRUKTUR PENDIDIK
Wawancara dengan Bapak Gumeri (Kepala Sekolah)

Poto Bersama Kepala Sekolah


Wawancara dengan Wahyuddin (Guru
Pendidikan Agama Islam)
Proses Belajar Mengajar di Kelas 3

Kondisi Sekolah SDN 16 Liangeng


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nurul Miftahul Jannah, lahir di soppeng tepatnya dusun

Liangeng pada tanggal 24 April 2001. Merupakan anak pertama

dari dua bersaudara dari pasangan bapak Busran dan ibu

Rahminah . Penulis memulai jenjang Pendidikan di SDN 16

Liangeng pada tahun 2008, kemudian melanjutkan Pendidikan

di MTsN 1 Soppeng pada tahun 2011, kemudian melanjutkan ke jenjang

madrasah Aliyah yaitu MAN 1 Soppeng daan lulus pada tahun 2019, dikarenakan

cita -cita dari sd ingin mengikuti jejak guru pendidikan agama islam maka saya

melanjutkan sekolah di perguruan tinggi dan mengambil Jurusan pendidikan

agama Islam pada Fakultas tarbiyah dan Keguruan, UIN Alauddin. Saat ini sedang

aktif di beberapa organisasi yaitu himpunan mahasiswa jurusan Pendidikan agama

Islam, Lembaga Dakwah Fakultas, dan juga Pramuka.

Anda mungkin juga menyukai