Anda di halaman 1dari 78

1

PENERAPAN METODE LANGSUNG DALAM PEMBELAJARAN


KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA ARAB SISWA KELAS XI
MA AL-IKHLASHIYAH PERAMPUAN LOMBOK BARAT
TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Oleh

ABDUL FALAQ
NIM. 15.1.12.2.080

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
TAHUN 2017
2

PENERAPAN METODE LANGSUNG DALAM PEMBELAJARAN


KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA ARAB SISWA KELAS XI
MA AL-IKHLASIYAH PERAMPUAN LOMBOK BARAT
TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan Kepada UIN Mataram Untuk Melengkapi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
ABDUL FALAQ
NIM. 15.1.12.2.080

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
TAHUN 2017
3
4
5
6
7

MOTTO

KarenauntukBerbicara Orang HarusLebihduluMendengarkan,

BelajarbicaradenganMendengarkan.1

1
Jalaluddin Rumi, Rumi’s Daily secrets, penerjemah: H.B. Jassin, (Bandung: Mizan,
2000), hlm. 60
8

PERSEMBAHAN

Denganucapansyukur Alhamdulillah, skripsiinisayapersembahkan:

1. Untuk kedua orang tuaku ayahandaku (ABDUL AZIZ) dan ibundaku (ST.
RUKAYAH) tercinta yang senatiasa mendo’akan kesuksesanku disetiap
sujudnya, sang ayah yang selalu memotivasiku dan semangat dalam
membimbingku dengan penuh kesabaran. terimakasih ayah semoga ayah
bahagia di sana. Untuk sang ibu yang selalu mempercayaiku dan lembut hati
menanyakan skripsiku, yang rela meneteskn air matanya, bercucuran
keringat, menguras segenap jiwa dan raga dengan keikhlasan yang bungkusi
hatinya untuk selalu berjuang dan berdo’a demi cita-cita yang sangat mulia
untuk putranya. Terima kasih tak terhingga Ananda ucapkan kepadamu.
Semoga Allah selalu melindungimu.
2. Kakak kandungku tercinta (Mahfud, St Faridah, Masjudin, Yadin, Amrullah,
Amrin, Naswati), Dan kakak Iparku (M said, ina afrijal, St Isyah, dan Nisa,
yang ikhlas dan siap memberikan bantuan materi serta kasih sayang serta
bersabar dalam membimbingku, memberikan harapan baru disaat
keputusanku untuk melanjutkan skripsi ini, terimakasih banyak saudaraku
tercinta semoga Allah selalu melindungimu.
3. Ponaan-ponaan tercinta (Akrabin, iis wahdatul islamiyah, Erik puspitasari,
Andi khairurrahman, Angga Muhaimin) beserta, Teman Hidupku tersayang
(Surya Hardianti dan Keluarga) yang selalu menginspirasiku dan selalu
meyakinkanku untuk berjuang dan juga keponakan-keponakanku tersayang,
terima kasih atas dukungan kalian selama ini baik itu berupa materil maupun
moril.
4. Sahabat karibku tercinta Abdul Kadirjailani, Sri HaryaniPuasa, Samsuddin,
Makrawan,fijratun. Jihadil Akbar, supratman, OmpuBoyka, ismailuki,
Mukhtasyimin,Arrijal, IrfanAnsori, Terima kasih atas kebersamaan kita
selama ini, saya harap persahabatan ini tidak berakhir di sini saja.
5. Teman-teman seperjuangan di PBA C angkatan 2012 yang tidak bisaku
sebutkan satu persatu namun kalian terrekam jelas di memoriku tentang
kebersamaan kita selama ini, terima kasih karena kalian telah banyak melukis
kenangan-kenangan indah bersamaku.
6. IbukosTersayang (FuriahDamayanti) dananak-anakkos “TanteYanti” yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih yang setulus-tulusnyaatas
kebaikandanguyonan sertakebersamaannyaselamaini.
7. Almamaterku tercinta.
9

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr.Wb.
Segalapujibagi Allah SWT yang telahmemberikanpetunjukkepadakita
semuauntuk segalaurusandan kepayahan.Tanpa petunjuk-Nyatidak mungkin
urusandankepayahanseseorangmendapatkanpertolongandan kemudahan.
Semoga rahmat-Nya Allah SWT, istigfarnya para Malaikat dan do’a kita
semua kaum Muslimin dan Muslimat selalu tercurahkan kepada junjungan alam
Nabi besar Muhammad SAW, yang telah berjuang memerangi kebodohan dan
menanam benih-benih ilmu kepada pengikutnya.
Bukanlah suatu hal yang mudah bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi
ini, karena terbatasnya pengetahuan dan sedikitnya ilmu yang dimiliki peneliti.
Akan tetapi berkat rahmat Allah SWT dan dukungan serta bantuan dari berbagai
pihak, maka skripsi ini dapat diselesaikan.Oleh karena itu, penelitidengan tulus
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Fathul Maujud, SAg. M.,Ag selaku dosen pembimbing I dan
Bapak Ahmad Khalakul KhairiM.Ag selaku dosen pembimbing II yang telah
banyak meluangkan waktu dan kesibukannya untuk memberikan arahan dan
bimbingan kepada peneliti dari awal penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. H. Fathul Maujud, SAg. M.,Ag dan Muhammad Nurman,
M.Pdselaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan PBA yang telah
memberikan kemudahan dan keterbukaan dalam melayani peneliti dalam
penyelesaian skripsi ini.
3. Dr. Hj. Ibu Lubna ,M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Mataram atas keterbukaan dalam melayani dan memberikan kemudahan
kepada peneliti dari awal penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Dr. H. Mutawali, M.Ag selaku rektor UIN Mataram beserta jajaran
civitas akademika UIN Mataram yang telah memberikan kemudahan kepada
peneliti dari awal penyusunan skripsi ini.
5. BapakdanIbudosen yang telahbanyakmemberikan bimbingandan ilmu
pengetahuan kepadapenelitiselamamelakukanstudi di UIN Mataram.
10

6. BapakSahdanS.pd, selaku Kepala MA Al-


ikhlashiyahPerampuandanBapakBurhanuddin safari S.pd.Iselaku guru bahasa
Arab atas kesediaannya memberikan data informasi yang dibutuhkan peneliti
dalam rangka penyusunan skripsi.
7. Ayahanda Abdul azis dan Ibunda Siti Rukayahtercinta
besertakeluargabesarku yangtakhenti-
hentinyamemberikandanmencurahkandoasehinggamemberikaninspirasidanm
otivasibagipenelitidalammenyelesaikanstudiini.
8. Kakak-kakakkutersayang yang selalu
memberikanmotivasiuntukmenyelesaikanskripsiini.
Peneliti sadar bahwa dalam penelitian ini masih banyak sekali
kekurangannya, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktifdemi penyempurnaanskripsi ini. Semoga Allah
membalassemuaamaldanjasabaiksemuapihakdenganbalasan yang setimpal.
Sebagai akhir, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti
khususnya dan para pembaca pada umumnya, semoga kita selalu mendapat ridho
dari Allah SWT.

Mataram, ………….2017

Penulis

ABDUL FALAQ
11

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i


HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii
NOTA DINAS PEMBIMBING ................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
DAFTAR ISI................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv
ABSTRAK ................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. KonteksPenelitian ............................................................................ 1
B. FokusPenelitian ............................................................................... 7
C. TujuandanManfaatPenelitian ........................................................... 7
1. TujuanPenelitian ........................................................................ 8
2. ManfaatPenelitian ...................................................................... 8
D. RuangLingkupdanSettingpenelitian ................................................ 9
1. RuangLingkupPenelitian ........................................................... 9
2. Setting Penelitian ....................................................................... 10
E. TelaahPustaka .................................................................................. 10
F. KajianPustaka .................................................................................. 12
1. Metodelangsung ......................................................................... 12
2. KeterampilanBerbahasa Arab .................................................... 16
G. MetodePenelitian ............................................................................ 23
1. PendekatanPenelitian ................................................................. 23
2. KehadiranPeneliti ...................................................................... 24
3. SumberdanJenis Data ................................................................ 25
12

4. ProsedurPengumpulan Data ...................................................... 26


5. TeknikAnalisis Data .................................................................. 28
6. PengecekanKeabsahan Data ...................................................... 30
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ............................................. 32
A. Paparan Data .................................................................................... 32
1. GambaranUmumLokasiPenelitian ............................................ 32
a. SejarahSingkat MA Al-ikhlashiyahperampuan ................... 32
b. LetakGeorafis ...................................................................... 32
c. IdentitasSekolah .................................................................. 33
d. VisidanMisi ......................................................................... 33
e. Keadaan Guru danSiswa MA Al-ikhlashiyah ..................... 34
f. KeadaanSaranadanPrasarana… ........................................... 39
g. Struktur Organisasi Kepengurusan MA. Al-
ikhlasiyahPerampuan .......................................................... 39
h. Tata Tertib siswa MA.Al-ikhlashiyahperampuan. .............. 40
2. Penerapan Metode Langsung Dalam
PembelajaranKeterampilan Berbicara Bahasa Arab Siswa
Kelas XI MAAl-ikhlashiyahPerampuan Lombok Barat ........... 43
3. Kelebihan Penerapan Metode langsung TerhadapKemampuan
Berbicara Siswa Kelas XI MA Al-ikhlasiyah Perampuan ........ 46
B. TmuanPenelitian .............................................................................. 49
1. PenerapanMetodeLangsungDalamPembelajaranKeterampilan
BerbicaraBahasa Arab SiswaKelas XI MA Al-
ikhlashiyahPerampuan. .............................................................. 49
2. KelebihanPenerapanMetodelangsungTerhadapKemampuanBe
rbicaraSiswaKelas XI MA Al-ikhlasiyahPerampuan. ............... 52
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................... 56
A. Penerapan Metode Langsung Dalam Pembelajaran Keterampilan
Berbicara Bahasa Arab siswa kelas XI di MA. Al-ikhlasiyah
Perampuan ....................................................................................... 56
13

B. Kelebihan Penerapan Metode Langsung Dalam Pembelajaran


Keterampilan berbicara siswa kelas XI MA Al- ikhlasiyah
Perampuan ....................................................................................... 58
BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 61
A. Kesimpulan ...................................................................................... 61
B. Saran ................................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA
14

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Data TenagaPengajar/Guru MA Al-ikhlashiyahTahun 2017.. 36


Tabel 2.2 JumlahSiswa-Siswi MA Al-ikhlashiyah .................................. 38
Tabel 2.3 SaranadanPrasaranaMA. Al-ikhlashiyahPerampuan ............... 39
15

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 StrukturOrganisasi MA Al-ikhlashiyahPerampuan ................. 40


16

ABSTARAK

Abdul Falaq,NIM151.122.080.Penerapan Metode Langsung dalam Pembelajaran


Keterampilan Berbicara Bahasa Arab SiswaKelasXI MAAl Ikhlashiyah Perampu
Lombok Barat TahunPelajaran 2017/2018. Pembimbing IDr. H. FathulMaujud,
SAg. M.,Ag Pembimbing II Ahmad Khulakul Khairi, M.Ag

Penelitian ini dilator belakangi oleh pentingnya penggunaan metode langsung dala
m pembelajaran keterampilan berbicara Bahasa Arab yang harus dimiliki
olehSiswa.Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penerapan
metode langsung pada siswa kelas X1 MA Al-Ikhlashiyah Perampuan dan apa
saja kelebihan penerapan metode langsung dalam pembelajaran keterampilan
berbicara siswa kelas XI MA Al-Ikhlashiyah Perampuan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus model
kualitatif, dimana penulis merupakan instrument utama untuk mendapatkan data
secara mendalam. Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru Bahas
Arab dan 13 orang siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian didapatkan bahwa penggunaan metode langsung
dalam pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas XI MA Al-Ikhlasiyah
Perampuan masih kurang evektif dalam melatih siswa untuk memiliki
keterampilan berbicara karna masih terdapat sebagian siswa yang kurang
membiasakan diri ,untuk berbicara, mengungkapkan kuasa kata arab, atau karna
factor lingkungan dan kesadaran dari siswa yang kurang percaya diri. Selain itu
juga, penggunaan metode langsung yang meniadakan bahasa ibu selama dalam
pembelajaran Bahasa Arab maka akan sedikit membosankan bagi siswa apabila
mereka kurang memahami apa yang di ungkapkan dengan bahasa arab. Jika
peserta didik sulit memahami yang di ungkapkan maka guru memberikan solusi
kepada siswa setiap waktu serta memberikan motivasi, bimbingan dan hadiah
kepada siswa yang baik sehingga siswa termotivasi untuk berbicara Bahasa Arab.
Saran bagi madrasah, kepala sekolah, dan guru Bahas Arab adalah selalu bekerja
sama, membina dan mengawasi siswa dalam proses pembelajaran serta guru di
harapkan dapat menciptakan lingkungan berbahasa.

Key Words: MetodeLangsung, Keterampilanberbicara, Bahasa Arab.


17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Pendidikan sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan


diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.2

Pendidikan sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan

manusia, karena bersifat mutlak baik dalam kehidupan individu, keluarga,

masyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan.

Sedangkan wadah pelaksanaannya pendidikan formal pada sekolah dan

perguruan tinggi. Oleh karena itu, sebagai salah satu harapan besar negeri

maka harus bisa bangkit dan mampu berkompetisi dalam era global. Dalam

hal ini bangsa sangat mengharapkan lahirnya output-output yang

berintelektual, berdisiplin, beriman, dan bertakwa karena di pundak merekalah

kejayaan bangsa ini dipertaruhkan. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan

Nasional dalam Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional)

No. 20 tahun 2003 yang merumuskan tujuan pendidikan sebagai berikut:

Untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang


beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
luhur, berkepribadian, bekerja keras, tangguh, tanggung jawab, mandiri,
cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Di samping itu

2
Nuril Furkan, Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah, (Yogyakarta: Magnum
Pustaka Utama, 2013), h. 13.

1
18

juga, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjdi manusia yang
beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
berdemokratis serta bertanggung jawab.3

Salah satu tujuan yang harus dicapai untuk dapat mencapai tujuan

pendidikan nasional adalah tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran.

Tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran adalah tujuan pendidikan yang

ingin dicapai pada tingkat pengajaran. Hasil pencapaiannya berwujud anak

didik yang secara bertahap berbentuk wataknya, kemampuan berpikir, dan

keterampilan teknologinya. Tujuan pembelajaran ini dirumuskan dari bahan

pelajaran/pokok bahasan atau subpokok bahasan (topik-topik atau subtopik)

yang akan diajarkan oleh guru.

Tujuan pembelajaran dap at tercapai karena adanya proses belajar


mengajar. Proses belajar-mengajar merupakan inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan
utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung secara edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.
Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang luas,
tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berinteraksi
edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi
pelajaran melainkan pemahaman sikap dan nilai pada diri siswa yang
sedang belajar.4

Proses pembelajaran dikatakan sedang berlangsung, apabila ada


aktivitas siswa dan siswi di dalamnya. Seorang guru di dalam proses
belajar mengajar perlu melaksanakan metode pembelajaran yang telah

3
RI, Undang-Undang. Nomor 20 tahun 2003, SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional)
Dan Penjelasannya, (Bandung:Fermana,2006), h. 68.
4
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011), h. 4.
19

direncanakan sebelumnya, sehingga jalannya proses belajar mengajar


dapat dilakukan secara tertib dan efektif.5

Demikian pula proses belajar mengajar bahasa Arab dimana

diharapkan siswa yang telah mempelajari, mampu menerapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Artinya proses belajar mengajar dapat menjadi suatu

perubahan yang baik dari pada sebelumnya, yaitu proses belajar yang dapat

menguatkan pemahaman bahasa Arab peserta didik dalam berinteraksi

dengan pendidik dan lainnya.

Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa internasional sejak dahulu


kala, sehingga bahasa Arab dipandang penting untuk dipelajari sebagai
alat untuk melakukan interaksi atau berkomunikasi, khususnya di
negara-negara Arab. Banyak faktor yang mengharuskan kita untuk
mempelajari bahasa Arab, salah satunya bahasa Arab adalah bahasa Al-
Qur’an Al-Karim dan Al-hadits yang menjadi dua sumber hukum
pedoman hidup ummat Islam untuk menafsirkan setiap perkara yang
terjadi di sekitarnya. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk tidak
mempelajari bahasa Arab.6

Namun, meskipun bahasa Arab sudah masuk dalam mata pelajaran

tersendiri di sekolah-sekolah, tidak semudah membalikkan telapak tangan

siswa dapat menyerap, memahami, serta menguasai materi bahasa Arab yang

telah diajarkan. Banyak siswa yang merasa kesulitan dalam menyerap dan

memahami, apalagi menguasai materi bahasa Arab yang telah diajarkan oleh

gurunya. Bahkan banyak diantara mereka yang menganggap bahasa Arab

sebagai momok yang menakutkan karena terlalu dibebani dengan sederet

hafalan-hafalan teks berbahasa Arab. Jadi yang dipermasalahkan sekarang

adalah bagaimana meningkatkan kualitas berbahasa Arab yang masih

5
Roestiyah NK, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h.1.
6
Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: offset, 2009) , h. 87.
20

dianggap oleh siswa sebagai bahasa yang sulit atau bahkan dipandangnya

sebagai momok yang menakutkan.

Hal ini merupakan tantangan yang segera harus diupayakan

pemecahannya. Di sini, peranan guru atau pendidik dan pakar bahasa Arab

sangat dinantikan. Adapun kurang berhasilnya pembelajaran bahasa Arab

banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam

diri siswa itu sendiri maupun faktor yang dipengaruhi oleh guru yang kurang

memahami arti penting ketepatan pemberian materi dan penggunaan metode

serta strategi yang produktif, aktif dan menyenangkan.

Mata pelajaran bahasa Arab merupakan salah satu mata pelajaran yang

didalamnya mencakup beberapa keterampilan bahasa yaitu keterampilan

menulis, membaca, berbicara dan mendengar, di samping keempat

keterampilan tersebut pembelajaran bahasa Arab hendaknya diamalkan dalam

kehiduapn sehari-hari, tetapi dalam kenyataannya yang ada mata pelajaran

bahasa Arab saat ini masih sangat minim karena belum mencapai target yang

diingin secara memadai. Hal ini disebabkan oleh kesulitan siswa dalam

memahami materi yang sulit diterima, di samping itu juga cara mengajar guru

yang tidak tepat terutama dalam hal pemilihan metode mengajar yang tidak

sesuai dengan kemampuan murid-murid, sehingga murid-murid akan sulit

menjangkau apa yang disampaikan oleh guru.

Metode mengajar merupakan cara yang dipergunakan guru dalam


mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat
untuk menciptakan proses mengajar dan belajar. Dengan metode ini
diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan
dengan kegiatan mengajar guru. Dalam interaksi ini guru berperan
21

sebagai penggerak dan pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai


penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik
kalau siswa banyak aktif dibandingkan dengan guru. Oleh karenanya
metode mengajar yang baik adalah metode yang tepat menumbuhkan
kegiatan belajar siswa.7

Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab, pemberian pelajaran


bahasa Arab sekarang ini tidak hanya diajarkan di pondok-pondok
pesantren saja tetapi sudah dikembangkan dalam lembaga pendidikan
formal bahkan dicantumkan dalam mata pelajaran tersendiri di sekolah-
sekolah khususnya yang berada di bawah naungan yayasan Islamiyyah.
Seperti MI (Madrasah Ibtidaiyyah) untuk tingkat dasar yang setarA
dengan SD, MTs (Madrasah Tsanawiyah) yang setara dengan SMP,
MA (Madrasah Aliyah) yang setara dengan SMA dan untuk Perguruan
Tinggi contohnya adalah STAIN.8

Adapun tujuan dari mata pelajaran bahasa Arab pada umumnya


sebagai alat bantu untuk memahami ilmu-ilmu agama yang ditulis
dalam bahasa Arab. Pembelajaran bahasa Arab sebagai tujuan
menekankan pada kemampuan dan keterampilan peserta didik dalam
menguasai bahan baik dari sisi unsur bahasa maupun keterampilan
berbahasanya.9

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 03 April 2017 menunjukkan

bahwa” kegiatan pembelajaran bahasa Arab pada siswa kelas XI MA Al-

ikhlasiyah Perampuan Lombok Barat belum menunjukkan penggunaan

metode pembelajaran yang relevan dengan karakteristik siswa. Hal ini terbukti

dari tingkat kemampuan siswa bervariasi. Akan tetapi pendidik tetap berusaha

untuk tidak menggunakan satu metode, tetapi harus menggunakan metode

yang bervariasi agar jalannya proses belajar mengajar tidak membosankan

tetapi menarik perhatian peserta didik terutama dalam pengajaran bahasa

Arab yang mencakup keempat keterampilan berbahasa, metode yang

7
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1995), h. 87.
8
Fathul Maujud, Manejemen Pembelajarn Bahasa Arab, (Mataram: IAIN Mataram,
2015), h. 21.
9
Ibid., h. 22.
22

digunakan berisi alternatif antara lain dengan metode demonstrasi, praktik,

tanya jawab, ceramah dan metode langsung. Disamping itu juga interaksi

pembelajaran kurang aktif yang dapat dilihat dari sedikitnya siswa yang

bertanya maupun mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

penerapan metode langsung akan diikuti dengan praktik. Guna untuk melatih

siswa menghadapi kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran bahasa Arab

terutama dalam keterampilan berbicara akan sangat membutuhkan

penggunaan metode langsung ataupun praktik. pada pembelajaran bahasa

Arab, ditemukan bahwa masih terdapat beberapa orang siswa yang tidak

mengerjakan tugas, yang tidak terbiasa untuk mengucapkan kata-kata dalam

berbahasa Arab ketika berbicara, terlambat masuk kelas bahkan membolos,

serta masih dijumpai siswa yang kurang menghormati gurunya”.10

Melihat kenyataan di atas, maka salah satu cara untuk mengatasi

masalah tersebut adalah dengan menggunakan metode langsung. Metode

langsung merupakan metode model pengajaran langsung yaitu salah satu

pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar

siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan

prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola

kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Model ini paling sesuai

untuk mata pelajaran yang berorientasi pada penampilan atau kinerja seperti

menulis, membaca, berbicara dan pada pelajaran yang bersifat praktik.

10
Hasil observasi awal pada tanggal 27 Februari 2017.
23

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis terdapat ketertarikan

untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Metode Langsung

dalam pembelajaran keterampilan Berbicara Berbahasa Arab Siswa Kelas XI

MA Al-ikhlasiyah Perampuan Lombok Barat Tahun Pelajaran 2017/2018”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian diatas tentang penerapan metode

lansung dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Arab siswa, maka

dapat disimpulkan bahwa fokus penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan metode langsung dalam pembelajaran

keterampilan berbicara siswa kelas XI MA Al-ikhlasiyah Perampuan

Lombok Barat tahun pelajaran 2017/2018?

2. Apa Kelebihan Penerapan Metode Langsung Dalam Pembelajaran

Keterampilan berbicara Bahasa Arab siswa kelas XI MA Al- ikhlasiyah

PerampuanLombok Barat tahun pelajaran 2017/2018?

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian yang dilakukan harus sejalan dengan fokus penelitian

yang diteliti yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode langsung dalm

pembelajran keterampilan berbicara siswa kelas XI MA Al-ikhlasiyah

Perampuan Lombok Barat tahun pelajaran 2017/2018.


24

2. Untuk Mengetahui Apa kelebihan penerapan metode langsung dalam

pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Arab siswa kelas XI MA Al-

ikhlasiyah Perampuan Lombok Barat tahun pelajaran 2017/2018.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat bersifat Teoritis

a. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terkait dengan peran

metode langsung dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa

Arab siswa kelas XI MA Al-ikhlasiyah Perampuan Lombok Barat.

b. Sebagai salah satu syarat, guna mendapat gelar S1 Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Mataram.

c. Diharapkan untuk peneliti berikutnya bisa menjadi sumbangan

pemikiran dan tolak ukur kajian untuk meningkatkan mutu

pendidikan yang berkaitan dengan penerapan metode langsung dalam

pembelajaran keterampilan berbicara.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan masukan yang efektif dan efisien

kepada MA Al-ikhlasiyah Perampuan Lombok Barat agar lebih dapat

mempertahankan dan meningkatkan kegiatannya.

b. Bagi Guru

Penelitian ini dapat dijadikan rujukan agar guru meningkatkan

kompetensinya dalam menjalankan tugasnya baik merancang


25

pembelajaran maupun memberikan pelajaran kepada peserta didik agar

pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

c. Bagi Siswa

Menambah wawasan dan cara berfikir siswa, khususnya yang

mengikuti pendidikan di MA Al-ikhlasiyah Perampuan Lombok Barat.

d. Bagi penulis

Memperluas wawasan dan memperoleh pengalaman berpikir

dalam memecahkan persoalan khususnya mengenai Penerapan metode

langsung dalam mencapai kemampuan berbicara bahasa Arab siswa.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian merupakan salah satu unsur terpenting

dalam sebuah penelitian karya ilmiah. Ruang lingkup penelitian dalam

penelitian karya ilmiah dimaksudkan untuk memperjelas judul dalam

karya ilmiah yang akan ditulis. Jika istilah yang terdapat dalam judul karya

ilmiah tersebut masih membutuhkan penjelasan secara utuh sebagai

batasan makna agar dapat dipahami oleh pembaca, sekalipun untuk

memperjelas cakupan fokus penelitian.

Adapun ruang lingkup penelitian ini meliputi:

a. Bagaimanakah penerapan metode langsung dalam pembelajaran

keterampilan berbicara bahasa Arab siswa kelas XI di MA Al-

ikhlasiyah Perampuan Lombok Barat.


26

b. Apa Kelebihan Penerapan metode langsung dalam pembelajaran

keterampilan berbicara bahasa Arab siswa kelas XI di MA Al-

ikhlasiyah Perampuan Lombok Barat tahun pelajaran 2017/2018.

2. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MA Al-ikhlasiyah.Alasan mengapa

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di lokasi tersebut karena

interaksi pembelajaran kurang aktif yang dapat dilihat dari sedikitnya

siswa yang bertanya maupun mencoba menjawab pertanyaan yang

diberikan oleh guru. Ataupun masih ditemukan siswa-siswi yang kurang

memiliki kecakapan dalam berbicara bahasa Arab dan masih terpengaruh

akan bahasa ibu. Dalam pembelajaran bahasa Arab ditemukan bahwa

masih ada beberapa orang siswa yang tidak mengerjakan tugas, yang

tidak terlatih untuk mengucapkan bahasa Arab ketika berbicara, terlambat

masuk kelas bahkan membolos, serta masih dijumpai siswa yang kurang

menghormati gurunya.

E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka adalah penelusuran terhadap studi dan karya-karya

terdahulu, yang terkait untuk menghindari duplikasi, plagiasi, repetisi serta

menjamin keaslian dan keabsahan penelitian yang dilakukan. Adapun hasil

penelitian terdahulu yang pernah dilakukan antara lain:

1. Skripsi yang berjudul “Pengaruhn metode langsung terhadap hasil belajar

bahasa Arab” (studi siswa kelas VIII di MTs Ushuluddin NW Ubung Desa

Ubung Kecamatan Jonggat Tahun Pelajaran 2011/2012)” oleh Naharudin .


27

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada Pengaruh metode langsung

terhadap hasil belajar bahasa Arab pada siswa kelas VIII di MTs

Ushuluddin NW Ubung Desa Ubung Kecamatan Jonggat Tahun Pelajaran

2011/2012. Selanjutnya penelitian sebelumnya dilaksanakan di MTs

Ushuluddin NW Ubung Desa Ubung Kecamatan Jonggat sedangkan yang

sekarang bertempat di MA Al-ikhlasiyah Perampuan Lombok Barat.

2. Skripsi yang berjudul “Pengaruh metode langsung terhadap keaktifan

dalam menggunakan bahasa Arab dalam berkomunikasi (pada siswa kelas

XI di MAN 2 Praya Tahun Pelajaran 2012/2013)” oleh Dimyati .

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada Pengaruh metode langsung

terhadap keaktivan dalam menggunakan bahasa Arab dalam

berkomunikasi pada siswa kelas XI di MAN 2 Praya Tahun Pelajaran

2012/2013. Selanjutnya penelitian sebelumnya dilaksanakan di MAN 2

Praya Sedangkan yang sekarang ini bertempat di MA Al-ikhlasiyah

Perampuan Lombok Barat.

3. Skripsi yang berjudul “Efektifitas Pelajaran Muhadatsah (Berbicara)

Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Berbahasa Arab di MTs.

Dakwah Islamiyah Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri Lombok Barat

Tahun Pelajaran 2014” oleh Serijudin Mustafa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Pembelajaran

Muhadatsah (Berbicara) Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa

Berbahasa Arab. Penelitian sebelumnya dilakasanakan di MTs. Dakwah


28

Islamiyah Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri Lombok Barat sedangkan

yang sekarang bertempat di MA Al-ikhlasiayah Perampuan Lombok Barat.

F. Kajian Pustaka

1. Metode Langsung

a. Pengertian

Metode Langsung (Ath-thariiqah Al-mubaasyirah/ direct


method) dikembangkan oleh Carles Berlitz, seorang ahli dalam
pengajaran bahasa, di Jerman menjelang abad ke-19. Faktor
kemunculannya dilatarbelakangi oleh penolakan atau
ketidakpuasan terhadap metode tata bahasa dan terjemah. Pada
saat itu memang metode tata bahasa dan terjemah merupakan
metode pengajaran bahasa kedua dan asing yang popular. Akan
tetapi di tengah kepopulerannya muncul banyak ketidakpuasan
dibanyak kalangan, sehingga muncullah kritik bahkan
penolakan terhadap metode ini. Meskipun metode langsung
merupakan reaksi kuat terhadap metode tata bahasa dan
terjemah, namun orang-orang telah lebih dulu menggunakan
dalam mengajarkan bahasa asing. Nababan menyebutkan
bahwa penggunaanya telah berlangsung sekitar abad ke-15
ketika pemuda romawi diberikan pelajaran bahasa yunani oleh
guru-guru bahasa yunani. Namun penggunaan metode pada
saat itu tidak benar-benar sebagai metode langsung,
“kelangsunganya” dapat dikatakan tidak murni seratus porsen,
sebab beberapa hal masih menggunakan bahasa ibu dan kedua.
Baru mulai tahun 1920-an, beberapa ahli pengajaran yang
secara terpisah menggunakan metode langsung secara murni
dan sistimatis.11

Jadi metode mubasyarah adalah suatu cara menyajikan materi

pelajaran bahasa Asing, dimana guru langsung menggunakan bahasa

Asing tersebut sebagai bahasa pengantar, dan tanpa menggunakan

bahasa anak didik sedikitpun dalam mengajar. Selain itu juga bahwa

metode langsung berpijak dari pemahaman bahwa proses belajar

11
Acep Hermawan, Metodologoli Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2014), h. 175-176.
29

bahasa Asing sama dengan belajar bahasa ibu, belajar bahasa sasaran

lebih ditekankan pada kemampuan menyimak dan berbicara. Oleh

karena itu, pembelajar bahasa Asing harus dibiasakan berkomunikasi

dan berpikir dalam bahasa sasaran dan penggunaan bahasa pertama

harus dihindari.

b. Ciri-ciri metode langsung.

1) Materi pelajaran pertama-tama diberikan kata demi kata,


kemudian struktuk kalimat.
2) Gramatika diajarkan hanya bersifat sambil lalu, dan siswa
tidak dituntut menghafal rumus-rumus gramatika, tapi
yang utama adalah siswa mampu mengucapkan bahasa
asing secara baik.
3) Proses pengajaran senantiasa menggunakan alat bantu
(peraga) baik alat peraga langsung, tidak langsung (benda
tiruan) maupun peragaan melalui symbol-simbol ataupun
gerakan-gerakan tertentu.
4) Setelah masuk kelas, peserta didik benar-benar
dikondisikan untuk menerima dan bercakap-cakap dalam
bahasa asing dan dilarang menggunakan bahasa lain.12

Dalam proses pengajaran dengan metode langsung, secara

langsung siswa diajarkan untuk dapat menghubungkan makna dalam

bahasa sasaran, kata-kata atau frase baru diartikan dengan

menggunakan alat peraga, mendemonstrasikan atau menggambarkan

tanpa menggunakan bahasa pertama. Pada prinsipnya, metode

langsung berorientasi pada kemampuan penguasaan bahasa sasaran

secara lisan, agar dapat berkomunikasi dan berpikir dalam bahasa

sasaran.

12
Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Humaniora, 2009),
h. 87.
30

c. Kelebihan-Kelebihan Metode Langsung

Metode langsung mempunyai kelebihan-kelebihan yaitu:

1) Pelajar terampil menyimak dan berbicara. 2) Pelajar


menguasai pelaalan dengan baik seperti atau mendekati
penutur asli, 3) Pelajar mengetahui banyak kosa kata dan
pemakaiannya dalam kalimat, 4) Pelajar memiliki keberanian
dan spontanitas dalam berkomunikasi, 5) Pelajar menguasai
tatabahasa secara fungsional tidak sekedar teoritis, artinya
berfungsi untuk mengontrol kebenaran ujarannya.13

Dari segi efektivitas metode langsung ini sangat utama dalam

belajar bahasa Asing, karena melalui metode ini siswa dapat langsung

melatih keterampilan berbahasa lisan tanpa menggunakan bahasa ibu.

d. Karakteristik Metode Langsung

Ada beberapa karakteristik metode langsung, terkait dengan

metode pembelajaran bahasa arab, karakteristik yang di maksud adalah

sebagai berikut:

1) Memberi prioritas yang tinggi terhadap keterampilan


berbicara sebagai ganti keterampilan membaca, menulis dan
terjamah.
2) Basis pembelajaranya terfokus kepada tehnik demonstratif;
menirukan dan menghafal langsung, dimana peserta didik
merepetasi kata, kalimat, dan percakapan melalui asosias,
konteks serta definisi yang di ajarkan secara induktif, yaitu
berangkat dari contoh-contoh kemudian di ambil
kesimpulan.
3) Menghindari penggunaan bahasa ibu.
4) Kemampuan komunikasi lisan di latih secara cepat melalui
tanya jawab terencana dalam pola interaksi variatif.
5) Interaksi antara pendidik dan peserta didik terjalin
komukatif, di mana pendidik berperan sebagai simulisator
memeberikan contoh-contoh, sedangkan peserta didik hanya

13
Ahmad Fuad Effendy, Metode Pembelajaran Bahasa Arab, (Jakarta: Aneka Ilmu,
2005), h. 35.
31

merespons dalam bentuk menirukan, menjawab pertanyaan


dan mendemonstrasikannya.14

e. Kekuatan dan kelemahan Metode Langsung

Metode langsung memiliki kekuatan dan kelemahan. Adapun

kekuatan metode langsung yaitu :

1) Perhatian dan partisipasi peserta didik dalam aktivitas


pembelajaran bahasa Arab besar sekali, dibandingkan
dengan menggunakan metode gramatika-tarjamah.
2) Peserta didik sangat antusias untuk aktif berbicara bahasa
Arab yang dipelajari.
3) Peserta didik dapat mengucapkan fonem yang dipelajari
dengan baik, dibandingkan dengan bila menggunakan
metode gramatika-tarjamah.
4) Metode ini sangat menghindari bahasa ibu.
5) Materi yang digunakan, ada relevansinya dengan budaya
Arab.15
Adapun kelemahan metode langsung adalah :

1) Tidak semua kosa kata dapat dijelaskan terjemahannya.


2) Tidak ada sistem terjemah karna menghabiskan waktu.
3) Peserta didik cenderung terjebak struktur bahasa Indonesia
ketika berbicara bahasa Arab.
4) Metode ini melarang peserta didik untuk menggunakan
bahasa ibu, di samping tidak menjelaskan proses seleksi
bahan ajar.
5) Dalam proses pembelajaran, tidak memerhatikan perbedaan
individu.
6) Metode ini membutuhkan pendidik yang relatif lancar
berkomunikasi bahasa Arab, sehingga tidak terpaksa
menggunakan bahasa ibu.16

Jadi dengan adanya kelebihan dan kekurangan pada metode

langsung merupakan dua sisi yang perlu diperhatikan oleh seorang

guru dalam menerapkan metode langsung. Dengan mengetahui batas-

batas kelebihan dan kekurangn metode yang akan dipergunakan, akan

14
Zulhanan, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif, (Jakarta: Pt RajaGrafindo
Persada, 2015), h. 37.
15
Ibid., h. 38.
16
Ibid., h. 38.
32

memudahkan penyajian metode langsung yang lebih efektif dan

efisien.

2. Keterampilan Berbicara Bahasa Arab

a. Pengertian keterampilan berbicara

Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan

bunyi- bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran

berupa ide, pendapat, keinginan, atau perasaan kepada mitra

berbicara.17 Pada hakikatnya, kemahiran berbicara merupakan

kemahiran menggunakan bahasa rumit. Dalam hal ini, kemahiran ini

berkaitan dengan pengutaraan buah pikiran, perasaan dengan kata-kata

dan kalimat yang benar serta tepat. Jadi, kemahiran berbicara berkaitan

dengan masalah buah pikiran atau pemikiran tentang apa yang harus

dikatakan. Selain itu, kemahiran juga berkaitan dengan sikap

kemampuan mengatakan apa yang telah dipikirkan dan dirasakan

dengan bahasa yang baik dan benar serta tepat. Jadi, kemahiran

berkaitan erat dengan kemampuan system leksikal, gramatika,

temantik, dan tata bunyi.18

Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan

bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran

berupa ide, pendapat, keinginan atau perasaan kepada lawan bicara.19

Secara ringkas kemampuan berbicara dapat diartikan sebagai suatu

17
Acep Hermawan, Metodologi pembelajaran Bahasa Arab, h.135.
18
Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, h. 138.
19
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, h. 135.
33

kemampuan untuk berkomunikasi secara langsung dalam bentuk

percakapan atau berdialog dengan baik dan benar.

Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan

berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern

termasuk bahasa Arab. berbicara merupakan sarana utama untuk

membina saling pengertian, komunikasi timbale balik, dengan

menggunakan bahasa sebagai medianya. Kegiatan berbicara di dalam

kelas bahasa mempunyai aspek komunikasi dua arah, yakni antara

pembicara dengan pendengarnya secara timbale balik. Dengan

demikian latihan berbicara harus terlebih dahulu didasari oleh:

1) Kemampuan mendengarkan.

2) Kemampuan mengucapkan.

3) Penguasaan (relative) kosa kata yang diungkapkan kemungkinan

siswa dapat mengkomunikasikan maksud atau pikiran.20

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa latihan berbicara ini

merupakan kelanjutan dari latihan menyimak dan mendengar yang

di dalam kegiatannya juga terdapat latihan mengucapkan.

b. Tujuan Pembelajaran Berbicara

Tujuan pembelajaran berbicara adalah sarana berinteraksi


dengan orang lain dan memahami apa yang diinginkan penutur.
Pembelajaran ini dimulai setelah siswa mengetahui bunyi huruf-
huruf bahasa Arab, mengetahui perbedaan antara bunyi huruf
satu dengan lainnya yang berbeda.21 Adapun secara umum

20
Sulis Hidayati, Skripsi, Penerapan Metode Suggestopedia Dalam Meningkatkan
Kemampuan Berbicara Bahasa Arab Siswa Kelas 1V MI Islahul Muta allim Karang Genteng kota
Mataram Tahun Pelajaran 2011/2012, h. 22.
21
Wahab Rosidi, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN
Maliki Press, 2012), h. 90.
34

tujuan latihan berbicara untuk tingkat pemula dan menengah


ialah agar siswa dapat berkomunikasi lisan secara sederhana
dalam bahasa Arab.22

Tujuan dari sebuah pembelajaran khususnya berbicara tidak

lepas dari kebutuhan siswa yang ingin di penuhi oleh guru, baik

kebutuhan siswa untuk mampu membedakan huruf ataupun agar siswa

mampu berbicara dalam bahasa Asing (bahasa Arab).

c. Prinsip-prinsip Pengajaran Keterampilan Berbicara (Kalam)

Agar pembelajar kalam baik bagi non Arab, maka perlu


diperhatikan hal-hal berikut:
1) Hendaknya guru memiliki kemampuan yang tinggi tentang
keterampilan ini.
2) Memulai dengan suara-suara yang serupa antara dua bahasa
(bahasa pembelajar dan bahasa Arab).
3) Hendaknya pengarang dan pengajar memperhatikan
tahapan dalam pengajaran kalam, seperti memulai dengan
lafadz-lafadz mudah yang terdiri dari satu kalimat, dua
kalimat dan seterusnya.
4) Memulai dengan kosa kata yang mudah.
5) Memfokuskan pada bagian keterampilan berbicara, yaitu:
a) Cara mengucapkan bunyi dari makhrajnya dengan baik
dan benar.
b) Membedakan pengucapan harakat yang panjang dan
pendek.
c) Mengungkapkan ide-ide dengan cara yang benar
dengan memperhatikan kaidah tata bahasa yang ada.
d) Melatih siswa bagaimana cara memulai dan mengakhiri
pembicaraan dengan benar.
6) Memperhatikan latihan-latihan, seperti latihan membedakan
pengucapan bunyi, latihan mengungkapkan ide-ide, dsb.23

d. Ciri-ciri Aktivitas Keterampilan berbicara yang Berhasil.

Diantara ciri-ciri aktivitas kalam yang berhasil adalah sebagai

berikut:
22
Ahmad Fuad Effendi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2003),
h. 111
23
Abd. Wahab Rosyidi dan Mamluʾatul Niʾmah, Memahami Konsep Dasar
Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN Maliki Press, 2012), h. 90.
35

1) Siswa berbicara banyak.


2) Partisipasi aktif dari siswa.
3) Memiliki motivasi tinggi.
4) Bahasa yang dipakai adalah bahasayang diterima.

e. Masalah dan Aktivitas Keterampilan Berbicara (kalam).

Beberapa masalah dalam aktivitas keterampilan kalam antara

lain:

1) Siswa grogi berbicara karena:


a) Khawatir melakukan kesalahan
b) Takut dikritik
c) Khawatir kehilangan muka
d) Sedikit malu
2) Tidak ada bahan untuk dibicarakan
a) Tidak bisa berpikir tentang apa yang mau dikatakan.
b) Tidak ada motivasi untuk mengungkapkan apa yang
dirasakan.
3) Kurang atau tidak ada partisipasi dari siswa lainnya, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa siswa yang cenderung
mendominasi, yang lain sedikit berbicara.
4) Penggunaan bahasa ibu, merasa tidak biasa berbicara
bahasa asing

Penny Ur memberikan alternatif solusi bagi guru dalam


menghadapi permasalah atau problematika tersebut di atas,
yaitu:
1) Bentuk kelompok. Dengan membentuk kelompok akan
mengurangi rasa grogi pada siswa yang tidak ingin maju di
depan kelas.
2) Pembelajaran yang diberikan didasarkan aktivitas yang
menggunakan bahasa yang mudah desngan menyesuaikan
level bahasa yang digunakan oleh siswa.
3) Guru harus memilih topik dan tugas yang menarik atau
membuat tertarik.
4) Guru memberikan instruksi.
5) Guru tetap mengusahakan siswa untuk menggunakan
bahasa target yang dipelajari
a) Guru berada diantara mereka.
b) Guru selalu memonitor.
c) Guru selalu mengingatkan.
d) Modeling.24

24
Ibid., h. 91-92.
36

f. Langkah-langkah Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara

Ada beberapa langkah yang bisa digunakan oleh seorang guru

ketika mengajarkan keterampilan berbicara antara lain:

1) Untuk pembelajar pemula (mubtadi’)


a) Guru mulai melatih bicara dengan memberi pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa.
b) Pada saat bersamaan siswa diminta untuk belajar
mengucapkan kata, menyusun kalimat dan
mengungkapkan pikiran.
c) Guru mengurutkan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab
oleh siswa sehingga berakhir membentuk sebuah tema
yang sempurna.
d) Guru menyuruh siswa untuk menjawab latihan-latihan
syafawiyah, menghafal percakapan atau menjawab
pertanyaan yang berhubungan dengan isi teks yang telah
siswa baca.

2) Bagi pembelajar lanjut (mutawassith)


a) Belajar berbicara dengan bermain peran.
b) Berdiskusi tentang tema tersebut.
c) Bercerita tentang peristiwa yang dialami oleh siswa.
d) Bercerita tentang informasi yang telah didengar dari
televisi, radio atau lainnya.

3) Bagi pembelajar tingkat lanjut (mutaqoddim)


a) Guru memilihkan tema untuk berlatih kalam.
b) Tema yang dipilih hendaknya menarik berhubungan
dengan kehidupan siswa.
c) Tema harus jelas dan terbatas.
d) Mempersilahkan siswa memilih dua tema atau lebih
sampai akhirnya siswa bebas memilih tema yang
dibicarakan tentang apa yang mereka ketahui.

g. Petunjuk Umum Pembelajaran Keterampilan Berbicara (kalam)

1) Belajar kalam yakni berlatih berbicara.


2) Hendaknya siswa mengungkapkan tentang pengalaman
mereka.
3) Melatih siswa memusatkan perhatian.
4) Hendaknya guru tidak memutus percakapan dan sering
membenarkan.
5) Bertahap.
37

6) Kebermaknaan tema, siswa akan lebih termotivasi untuk


berbicara jika temannya berhubungan dengan hal yang
bernilai dalam kehidupan mereka. 25

h. Tahapan-tahapan Latihan Keterampilan Berbicara

1) Dimulai dengan ungkapan pendek. Hendaknya dilakukan


dalam kondisi yang senyata mungkin setelah itu
ungkapannya ditinggalkan menjadi lebih panjang.
2) Harus dimotivasi untuk berkomunikasi dengan temannya
dalam bahasa keseharian yang pendek saja, kemudian
secara perlahan ditingkatkan.
3) Siswa diminta sering melihat dan mendengar percakapan
melalui media elektronik sehingga mereka terbiasa dengan
lahjah dan dialek penutur aslinya. 26

Berikut ini diuraikan beberapa model latihan berbicara:

1) Latihan Asosiasi dan Identifikasi.


Latihan ini terutama dimaksudkan untuk melatih
spontanitas siswa dan kecepatannya dalam mengidentifikasi
dan mengasosiasikan makna ujaran yang didengarnya.
Bentuk latihannya antara lain:
a) Guru menyebut satu kata, siswa menyebutkan kata lain
yang ada hubungannya dengan kata tersebut.
b) Guru menyebutkan satu kata benda (isim), siswa
menyebut kata sifat yang sesuai.

2) Latihan Pola Kalimat (pattien practice).


Secara garis besar, latihan pola kalimat dapat dibedakan
menjadi tiga jenis:
a) Latihan mekanis
b) Latihan bermakna
c) Latihan komunikatif

3) Latihan Percakapan
Latihan percakapan ini terutama mengambil topic tentang
kehidupan sehari-hari atau kegiatan-kegiatan yang dekat
dengan kehidupan siswa. Dalam kegiatan ini juga diajarkan
macam-macam ucapan selamat (tahiyyat) dan juga
ungkapan basa-basi yang banyak sekali fariasinya.
Beberapa contoh model latihan percakapan:

25
Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajarn Bahasa Arab, h. 139.
26
Ibid., h. 94.
38

a) Tanya Jawab
Tanya jawab ini dapat berbentuk dialog atau
pertanyaan berantai.
b) Menghafalkan Model Dialog
Dialog-dialog yang diberikan kepada siswa
disesuaikan dengan tingkat kemahiran siswa dan
jenjang pendidikannya yang bersifat situasional.
Materinyapun hendaknya disesuaikan dengan
kehidupan sehari-hari siswa.
c) Percakapan Terpimpin
Dalam percakapan terpimpin ini, guru yang
menentukkan teks dan situasinya dan siswa yang
mengembangkan imajinasi dan kreatifitasnya dengan
lawan bicaranya sesuai dengan tema yang telah
ditentukan.
d) Percakapn bebas
Dalam latihan percakapan bebas ini, guru hanya
memberikan topik pembicaraan. Siwa diberi
kesempatan secara bebas untuk melakukan percakapan
atau pembicaraan tentang topic tersebut.
4) Latihan Bercerita
Dalam hal ini, guru diharapkan memperhatikan
asas keefektifan berbicara dan variasi inti cerita
sehingga dapat menghindari kejenuhan bagi para
pendengar cerita.
5) Diskusi
Ada beberapa model diskusi dalam latihan
berbicara, antara lain: diskusi kelas dua kelompok
berhadapan, diskusi kelas bebas dan diskusi kelompok.
6) Wawancara
7) Drama
8) Berpidato
Kegiatan ini butuh waktu dan persiapan yang
matang serta dilakukan setelah siswa mempunyai cukup
pengalaman dalam percakapan, bercerita, wawancara,
diskusi dan lain-lain.27
Jadi, setiap tahapan akan dibedakan untuk pemula sebaliknya,

beban dari setiap tahapan disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan

siswa.

27
Ibid., h.98.
39

G. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah yang

dilakukan untuk mendapatkan sebuah data dengan tujuan dan kegunaan

tertentu. Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk menghasilkan

sesuatu yang di inginkan. Suatu penelitian tidak mungkin dapat dilakukan

tanpa metode, karena dari metode tersebut penelitian akan menjadi terarah dan

dilakukan secara sistematis, dengan demikian sebuah penelitian akan dapat

menghasilkan data yang diinginkan.

Penelitian adalah merupakan proses ilmiah yang mencakup sifat formal


dan intensif. Karakter formal dan intensif karna mereka terikat dengan
aturan, urutan, maupun cara penyajiannya agar memperoleh hasil yang
diakui dan barmanfaat bagi kehidupan manusia. Intensif dengan
menerapkan ketelitian dan ketepatan dalam melakukan proses
penelitian agar memperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan,
memecahkan problem melalui hubungan sebab dan akibat, dapat
diulang kembali dengan cara yang sama dan hasil sama.28

7. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif. Penelitian ini merupakan suatu konsep secara menyeluruh yang

didalamnya terdapat metode atau cara kerja tertentu. Menurut Stauss dan

Corbin seperti yang dikutip oleh Nusa Putra mendefinisikan istilah

penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai “jenis penelitian yang

temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan

lainnya”.29 Jadi penelitian kualitatif merupakan hasil dari pengamatan

28
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2014), h. 4.
29
Nusa Putra, Nining Dwilestari, Penelitian Kualitatif: Pendidikan Anak Usia Dini,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 66.
40

peneliti yang dituangkan kedalam bentuk kata atau kalimat yang disusun

secara sistematis dan menjadi satu kesatuan yang utuh.

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah


penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif dapat
diartikan sebagai “prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau
objek penelitian (seorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya”.30

Alasan mengapa peneliti menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif adalah supaya dapat memahami dan menguraikan informasi yang

disampaikan oleh responden ke dalam bentuk kata-kata atau kalimat-

kalimat yang pada akhirnya akan menghasilkan sebuah kesimpulan yang

menggambarkan keadaan sekolah, guru serta peserta didik atau siswanya,

dan lebih memerlukan pengamatan dari peneliti serta untuk lebih dekat

dengan responden sehingga ketika mengumpulkan informasi lebih mudah

dan tidak terlalu mendapatkan kesulitan.

8. Kehadiran Peneliti

Penelitian kualitatif ini memiliki ciri dimana peneliti merupakan

instrumen kunci, jadi dapat dipahami bahwasanya keberhasilan penelitian

dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini sangat didukung oleh

kehadiran atau keberadaan si peneliti itu sendiri di dalam lapangan tempat

ia meneliti. Disini peneliti langsung terjun kelapangan tanpa campur

tangan dari orang lain. Adapun peran peneliti yang dikatakan sebagai

instrument kunci adalah peneliti melakukan penelitian secara langsung

30
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada
University, 1998), h. 63.
41

tanpa bantuan orang lain, mengumpulkan data, kemudian setelah data

terkumpul maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi atau

mengelompokkan data, dan menjadi penentu penelitian di lapangan.

Kenapa di sini perlu kehadiran peneliti secara langsung di lapangan, bukan

karena untuk mempengaruhi subyek, akan tetapi supaya mendapatkan data

yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, karena pendekatan

penelitian kualitatif ini lebih mengutamakan si peneliti untuk berbicara

langsung kepada orang-orang yang dianggap menjadi bahan untuk di teliti.

Jika peneliti kurang berpartisipasi dalam lapangan, maka tidak akan bisa

mendapatkan informasi yang akurat, karna jika peneliti hanya melakukan

wawancara sekali saja informasi yang diberikan oleh responden belum

tentu dapat langsung diterima, karena bisa jadi dihari berikutnya informasi

yang diberikan oleh responden akan berbeda tergantung dari situasi dan

kondisi yang terjadi di lapangan. Oleh karena itu, kehadiran peneliti sangat

mendukung keberlangsungan serta keberhasilan penelitian tersebut. Maka

dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi, interview

(wawancara) dan dokumentasi.

9. Sumber dan Jenis Data

Sumber data merupakan tempat ditemukannya data-data yang akan

ditulis. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah: (1) data primer

yaitu data yang diperoleh dari sumber utama. Disini yang menjadi sumber

utama adalah guru bahasa Arab, dan (2) data sekunder yaitu data yang

diperoleh dari sumber kedua atau ketiga. Data ini dapat diperoleh dengan
42

cara mengumpulkan dokumen-dokumen atau informasi yang berkaitan

dengan fokus yang diteliti yaitu penerapan metode langsung untuk

mencapai kemampuan berbicara bahasa Arab siswa MA Al-ikhlasiyah

Perampuan Lombok Barat Tahun Pelajaraan 2017/2018.

10. Prosedur Pengumpulan Data

a. Observasi atau pengamatan

Observasi adalah “melakukan pengamatan secara langsung

terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki, baik itu pengamatan

yang dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun situasi buatan

yang sengaja diadakan”.31 Observasi ada dua macam: “(1) observasi

partisipatif (langsung) yaitu peneliti terlibat langsung dan mengambil

bagian dalam situasi dari orang-orang yang di observasi, (2) observasi

non partisipatif (tidak langsung) yaitu peneliti tidak terlibat langsung

dalam situasi yang di observasi, tetapi hanya sebagai penonton”.32

Sehubungan dengan data yang dicari adalah data tentang

bagaimana keefektifan cara mengajar atau pelaksanaan pembelajaran

yang dilakukan oleh guru dalam kelas maka disini peneliti lebih

menggunakan jenis observasi non partisipatif, alasannya karna peneliti

ingin secara langsung melihat bagaimana proses pelaksanaan

pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Artinya peneliti

melakukan pengamatan di dalam dan di luar kelas, dimana ketika

peneliti melakukan pengamatan di dalam kelas, peneliti hanya


31
Ahmad Usman, Mari Belajar Meneliti, (Yogyakarta: Indonesia, 2008), h. 283.
32
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2014), h.
227-228.
43

mengamati saja tidak untuk ikut mengajar, hal ini dilakukan untuk

mendapatkan informasi atau gambaran yang akurat tentang data yang

dicari, dan juga data-data yang ingin diperoleh adalah situasi dan

kondisi di kelas XI MA Al-ikhlasiyah Perampuan Lombok Barat,

sejarah singkat berdirinya, letak geografis, keadaan guru dan siswa,

keadaan sarana dan prasarana.

b. Interview (wawancara)

Interview merupakan “alat pengumpul informasi dengan cara

mengajukan sejumlah pernyataan secara lisan untuk dijawab secara

lisan pula. Ciri utama dari interview adalah kontak langsung dengan

tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber

informasi (interviewe)”.33

Interview atau wawancara terdiri dari beberapa jenis yaitu

“wawancara terstruktur, wawancara semiterstruktur dan wawancara

tak berstruktur”. 34
Jadi disini sehubungan dengan data yang dicari

adalah data tentang penggunaan metode langsung dalam pelaksanaan

pembelajaran maka peneliti menggunakan jenis wawancara tak

berstruktur. Sebelumnya telah dilakukan observasi non partisipatif

yaitu peneliti melakukan pengamatan baik di dalam maupun di luar

kelas, sebagai pendukung data yang telah di dapatkan dari hasil

observasi tersebut dilakukanlah wawancara yang jenisnya tak

berstruktur, jenis wawancara ini dipilih karna peneliti turun


33
Amirul Hadi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: pustaka Setia, 2005),
h.135.
34
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D…, h. 233.
44

kelapangan dengan tidak membawa pertanyaan yang telah di susun

sebeumnya, akan tetapi setelah melihat situasi dan kondisi tempat

penelitian itu berlangsung akan dengan sendirinya pertanyaan itu

muncul. Jadi disini peneliti tidak membuat pertanyaan terlebih dahulu

akan tetapi pertanyaan itu akan sesekali muncul setelah dilakukan

pengamatan.

c. Dokumentasi

Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa metode dokumentasi

adalah “suatu cara atau teknik pengumpulan data untuk menyelidiki

benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, catatan

harian dan lain-lain sebagainya”.35 Jadi dalam hal ini, peneliti

mengambil data-data yang dibutuhkan seperti sejarah berdirinya,

struktur organisasinya, keadaan guru, siswa dan lain-lain.

11. Teknik Analisis Data

Setelah melakukan berbagai prosedur atau langkah-langkah dalam

pengumpulan data, maka selanjutnya adalah menganalisis data-data yang

telah diperoleh dari berbagai cara yang telah digunakan dalam proses

pengumpulan data. Analisis dibutuhkan untuk menyusun data yang telah

diperoleh secara sistematis sehingga mudah untuk dipahami dan

dipertanggungjawabkan.

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis


data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

35
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), (Jakarta: PT.
Bina Aksara, 1986), h. 48.
45

ketegori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,


menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.36

Dalam menganalisis data peneliti menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,


untuk itu maka perlu di catat secara teliti dan rinci. Seperti telah
dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah
data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu
segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi
data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan kepada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan
peralatan elektronik seperti computer mini, dengan memberikan
kode pada aspek-aspek tertentu.37

b. Penyajian data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah


pemaparan atau penyajian data. Dalam penelitian kualitatif,
pemyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan, dan sejenisnya. Pemaparan data yang
dilakukan dalam penelitian ini berupa teks naratif. Sistematika
pemaparan data mengikuti urutan fokus penelitian dan dengan
memperhatikan teknik analisis yang dipergunakan.38

c. Verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan


Huberman adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan
yang ditemukan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti
36
Sugiyono, Metode Penelitian, h. 244.
37
Ibid., h. 247.
38
Sugiyono, Metode Penelitian, h. 246.
46

yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke palangan


mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.39

12. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data yang telah diperoleh maka

peneliti menggunkan beberapa teknik antara lain:

a. Triangulasi

Triangulasi adalah “teknik pemeriksaan atau pengecekan


keabsahan data dengan menggunakan banyaknya sumber data,
banyak metode/teknik pengumpulan untuk konfirmasi data,
banyak waktu dan banyak penyidik atau investigator”.40

Berikut akan dipaparkan beberapa jenis triangulasi, sebagai

berikut:

1) Triangulasi Sumber berarti membandingkan dan mengecek


balik informasi atau data yang diperoleh dari
sumber/informan yang berbeda.
2) Triangulasi metode berarti membandingkan dan mengecek
kembali informasi atau data yang diperoleh dari metode
pengumpulan data yang berbeda-beda.
3) Triangulasi teknik berarti membandingkan data dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara,
lalu di cek dengan observasi, dokumentasi atau kuesioner.41

Jadi dari ketiga jenis triangulasi ini, peneliti menggunakan dua

saja yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Alasannya adalah

karna dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa sumber oleh

karnanya peneliti akan membandingkan sumber yang telah di gunakan

dengan sumber-sumber yang lain. Selanjutnya dalam penelitian ini

39
Ibid., h. 252.
40
Nurul Ulfatin, Metode Kualitatif di Bidang Pendidikan: Teori dan Aplikasinya,
(Malang: Bayumedia Publishing, 2013), h. 271.
41
Sugiyono, Metode Penelitian, h. 274.
47

peneliti menggunakan prosedur pengumpulan data dengan observasi,

wawancara dan dokumentasi, jadi dari ketiga ini peneliti akan

mengecek atau membandingkan masing-masing data yang diperoleh

dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi tersebut.

b. “Kecukupan referensi adalah bukti-bukti sebagai bukti pendukung

untuk membuktikan data yang ditemukan peneliti”.42 Bahan tersebut

antara lain catatan di lapangan, transkrip wawancara, alat bantu

perekam dan lain-lain.

42
Sugeng Pujilaksono, Metode Penelitian Komunikasi Kualitattif, (Malang: Kelompok
Intrans Publishing, 2015), h. 274.
48

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN DATA

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah singkat MA Al-Ikhlashiyah Perampuan

MA Al-Ikhlashiyah perampuan Labuapi Lombok barat merupakan

Madrasah Aliyah yang berada d bawah yayasan Al-ikhlashiyah. Pada

tahun 1999 Yayasan AL-Ikhlashiyah mendirikan pendidikan Formal yaitu

Pendidikan Madrasah Aliyah dengan izin operasional dari Departemen

Agama Propinsi Nusa Tenggara Barat pada tanggal 01 september 2000.

Madrasah aliyah berdiri di atas tanah seluas 1500 m2, tanah tersebut

merupakan tanah milik Yayasan. Bangunan madrasah ini luasnya 800 m2

atau pemanfaatan lahan sebesar 4 are dengan empat lokal ruang belajar

dan satu lokal ruang guru.43

2. Letak Geografis MA Al-ikhlashiyah

MA Al-ikhlashiyah yang terletak di perampuan labuapi Lombok

barat memiliki letak geografis yang sangat startegis yaitu :

a. Sebelah barat : MTs AL-ikhlashiyah

b. Sebelah Timur : Rumah masyarakat

c. Sebelah selatan : Rumah Masyarakat

d. Sebelah Utara : Rumah Masyarakat

43
Dokumentasi MA .Al-ikhlashiyah, di kutip pada jam 09.15 hari jumaat tanggal 16
September 2017

32
49

3. Identitas Sekolah

Nama Madrasah : Madrasah Aliyah Al-Ikhlashiyah

Desa : Perampuan

Kecamatan : Labuapi

Kabupaten : Lombok Barat

Jenjang Akreditasi : Terakreditasi

NIM/ NPSN : 131252010032/50222431

Tahun Didirikan : 1999

Tahun Beroprasi : 1999

Status Tanah : Wakaf/Milik Yayasan.

Luas tanah : 10 M2

4. Visi dan Misi

a. Visi

“Membentuk Lulusan MANTAB ( Mandiri, Amanah, Terampil,

dan Berdaya Saing ) Berdasarkan Nilai-nilai Luhur Al-Qur’an dan Al-

Hadist“

b. Misi

1) Membentuk peserta didik yang berakhlak dan berbudi pekerti luhur

2) Menyelenggarakan proses pembelajaran berbasis Life Skill

sehingga terwujudnya lulusan yang terampil dan mandiri.

3) Menciptakan hubungan yang harmonis antara Madrasah dengan

Masyarakat sehingga terbentuk peserta didik yang amanah dalam

syi’ar Madrasah.
50

4) Meningkatkan mutu proses pembelajaran, fasilitas penunjang, serta

tenaga pendidik sehingga terwujud lulusan yang mampu berdaya

saing di masyarakat.

5) Mengamalkan nilai-nilai luhur Al-qur’an dan Al-Hadist melalui

kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler.

6) Berikhtiar bersama mewujudkan Al-Ikhlashiyah MANTAB.44

5. Keadaan Guru dan Siswa

a. Keadaan Guru Dan siswa

Sebagaimana diketahui dalam pendidikan guru memegang

peranan yang sangat penting didalam menentukan keberhasilan siswa-

siswi didiknya. Adapun keadaan guru-guru di MA Al-ikhlasiyah

perampuan yaitu:

1) Kepala Madrasah

Kepala madrasah bertugas dan berkewajiban sebagai

pendidik, manager, pengelola, administrator, pengayom,

pembimbing, penyusun rencana pembelajaran, dan berbagai

macam program madrasah, membina kesiswaan dan melaksanakan

hubungan kerjasama dengan masyarakat sekitar.

Nama Lengkap : SAHDAN, S. Pd.

NIGS : 52017954801

Pendidikan Terakhir : S-1 (STRATA 1)

Jurusan : PKn (F-KIP)

44
Dokumentasi MA Al-ikhlahiyah perampuan, dikutip tanggal 16 September 2017
51

2) Guru-guru

Guru memberikan peranan penting dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa, selain itu juga guru merupakan figur dalam

dunia pendidikan yang akan dicontoh dan diteladani. Oleh karena

kedudukan guru untuk selalu mengembangkan dan meningkatkan

mutu pendidikan sesuai bidang studi masing-masing.

Guru bertugas mengelola pembelajaran, bertanggung jawab

kepada kepala madrasah dan melaksanakan tugas belajar mengajar

secara efektif dan efesien, guru bertugas untuk menyusun program

pembelajaran/pendidikan siswa untuk mencapai target kurikulum

yang sudah ditentukan.

Guru adalah faktor utama yang menyebabkan suatu

program pendidikan dapat berlangsung. Tanpa adanya kehadiran

seorang guru, proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan

baik, karena tidak akan mungkin siswa dapat belajar sendiri tanpa

bimbingan dari seorang guru.

Kesadaran akan tanggung jawab sebagai guru yaitu

pendidik dan pengajar sangat diperhatikan dan dipegang teguh.

Guru-guru di Madrasah Aliyah Al-Ikhlashiyah Perampuan,

memiliki kompetensi dan kemampuan yang sangat bagus. Baik

dalam hal mengajar yaitu memberikan ilmu pengetahuan maupun

memberikan didikan dan bimbingan bagaimana supaya anak didik

mereka menjadi manusia cerdas dan berakhlak mulia.


52

Dukungan guru-guru yang begitu besar dalam

meningkatkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh

anak didik mereka. Memberikan kesempatan kepada anak didiknya

untuk berprestasi di berbagai bidang sekaligus ikut menyediakan

wadah untuk mengekspresikan berbagai talenta yang dimilki para

siswa-siswinya.

Guru-guru sangat mendukung semua kegiatan yang

dilakukan oleh siswa-siswinya yang bisa meningkatkan

kemampuannya di berbagai bidang. Baik itu dalam bentuk

dukungan materi, saran, masukan, ide, dan kesempatan.

Tanggung jawab sebagai pendidik dan pengajar yang begitu

besar sangat dijunjung tinggi. Hal ini terlihat dari guru-guru yang

rajin masuk, mereka mengajarkan kepada siswa-siswinya untuk

taat kepada peraturan madrasah untuk datang tepat waktu dan

tentunya pulang pada saat jam sudah selesai.

Table 2.1
Keadaan Guru MA Al-Ikhlashiyah Perampuan 45

Matapelajaran
yang diajarkan
Ijazah Bidang Sesuai Tidak
No Nama Guru
Tertinggi Studi/Jurusan dengan sesuai
ijazah dengan
ijazah
1 Sahdan, S.Pd. S1 KWN/Sosiologi √ -
2 Mukarramah, S.E. S1 Ekonomi/ √ -
Georafi
3 Suharto hafidz SLTA Alqur’an Hadits - √

45
Dokumentasi MA. Al--ikhlashiyah, dikutip tanggal 16 September 2017
53

4 Emi Rohayati,S.E S1 Akuntansi/Sosi √ -


ologi
5 Djono DS SLTA Seni Budaya √ -
6 Burhanuddin Safari, S1 Bahasa Arab √ -
S.Pd.I.
7 Yuni Hikmarini, S1 Bahasa Inggris √ -
S.IP., S.Pd.
8 Sayadi FS, S.E. S1 Akidah Akhlaq - √
9 Sunaenah,S.Ag. S1 Fiqih - √
10 Anna Nurlailah, S.H. S1 Sejarah - √
11 Dewi Iryani M, S.Pd. S1 Biologi - √
12 Bq. Purnawati, S. Pd. S1 Bahasa √ -
Indonesia
13 Bq. Sujannah, S.Pd. S1 Matematika/ √ -
Fisika
14 Saparwadi,S.Pd S1 Penjaskes √ -
15 Hadijah, S.Pd. S1 Kimia √ -
16 Saniah SLTA Tata Usaha √ -
17 Ahmad, S.Pd. S1 TIK/SKI √ -
18 Edi Eswaren SLTA MULOK - √
19 Endang Mariana SLTA Keterampilan √ -
20

b. Keadaan siswa-siswi di MA Al-ikhlasiyah Perampuan

Proses belajar mengajar siswa menduduki peranan yang sangat

penting karena dalam proses belajar mengajar siswa yang akan

menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar.

Oleh karena itu keberadaan dan peranan siswa mutlak diperlukan

dalam proses pembelajaran. Untuk lebih jelasnya keadaan siswa di

MA. Al-ikhlasiyah Perampuan tahun pelajaran 2017 dapat dilihat pada

tabel berikut:
54

Tabel 2.2
Jumlah Siswa-Siswi di MA AL-Ikhlashiyah Perampuan. 46

KELAS L/P JUMLAH


X L 5 14
P 9
XI L 13
P 13 26
XII L 2
P 24 26
JUMLAH 66

Dari tabel di atas dapat disimpulkan diketahui jumlah siswa siswi

yang ada di MA AL-ikhlashiyah perampuan pada saat ini adalah 66 orang

dengan perincian sebagai berikut:

1) Kelas X siswanya berjumlah 14 orang, terdiri dari 5 orang siswa

laki-laki dan 9 orang siswa perempuan.

2) Kelas XI siswanya berjumlah 26 orang, terdiri dari 13 siswa laki-

laki dan 13 siswi perempuan.

3) Untuk kelas XII siswanya berjumlah 26 orang, terdiri dari 2 siswa

laki-laki dan 24 siswi perempuan.

6. Keadaan Sarana dan Prasaran

Sarana/prasarana yang ada pada madrasah ini bisa dikatakan sudah

memadai di mana ruang belajarnya terdiri dari empat ruang belajar, ruang

Kepala Madrasah, dan Tata Usaha terdiri dari satu ruangan, ruang guru,

dan perpustakaan juga terdiri dari satu ruangan, dan tempat parkir

kendaraan di halaman madrasah. Madrasah Aliyah Al-Ikhlashiyah juga

46
Dokumentasi MA. Al-ikhlashiyah, dikutip pada jam 09.15 hari saptu tanggal 16
September 2017
55

belum memiliki ruangan laboraturium, yang mana ruangan yang dimaksud

masih dalam tahap perencanaan.

Table 2.3
Sarana dan Prasarana M A Al-Ikhlashiyah Perampuan47

Kelas/Ruang Jumlah Luas (m2) Kondisi


Belajar 3 168 Baik
Laboratorium - - -
Perpustakaan 1 42 Rusak Ringan
Ruang Guru 1 56 Baik
Ruang TU - - -
Gudang 1 20 Rusak Ringan

Berdasarkan data diatas, dapat dikatakan bahwa keadaan sarana

dan prasarana yang tersedia di MA Al- ikhlasiyah Perampuan kurang

lengkap dalam kegiatan belajar mengajar.

7. Struktur Organisasi Kepengurusan MA Al-ikhlasiyah Perampuan

Stuktur organisasi merupakan sebuah bagan untuk menggambarkan

garis koordinasi dan garis komando yang ada pada madrasah tersebut,

yaitu dimulai dari Komite Madrasah, Kepala Madrasah, Wakil Kepala

Madrasah, Guru, BP, Staf Tata Usaha, hingga kepada siswa-siswi. Adapun

struktur organisasi yang terdapat di madrasah ini, yaitu sebagai berikut :

47
Dokumentasi MA. Al-ikhlashiyah perampuan , dikutip pada jam 09.15 hari saptu tanggal
16 september 2017
56

Struktur Organisasi MA Al-ikhlasiyah Perampuan.48

Komite Madrasah Kepala Madrasah

Wakil Kepala Madrasah

Pengelola Pengelola LAB Tata Usaha


Perpustakaan Media Belajar

UR Kurikulum UR Kesiswaan UR Sarana UR Hubungan


dan Prasarana Masyarakat

Wali Kelas VII Wali Kelas VIII Wali Kelas IX

Guru Mata Pelajaran

SISWA

Keterangan garis
--------------------- : Kordinasi
: Komando

8. Tata Tertib di MA Al-ikhlasiyah Perampuan

1) Setiap siswa/i diwajibkan untuk memelihara iman dan islam serta


menjalankan segala yang diperintahkan oleh Allah dan Rasulnya dan
menjauhkan apa yang dilarangnya.
2) Setiap siswa/i diharuskan mengucapkan salam kepada bapak/ibu guru
dan semua petugas, baik di lingkungan maupun diluar lingkungan
Madrasah.
3) Setiap siswa/i diwjibkan memelihara nama baik almamater/Madrasah
baik dilingkungan maupun di luar lingkungan Madrasah
4) Setiap siswa/i diwajibkan untuk memelihara ketertiban dan keamanan
dikelas maupun dilingkungan madrasah,maka oleh karean itusiswa
dilarang :
a) Membuat gaduh dikelas;
b) Main-main dalam kelas padasaat jam pelajaran berlangsung;
c) Ijin kekamar kecil disesuaikan dengan lokasi masing-masing;

48
Dokumentasi MA Al-ikhlasiyah Perampuan, dikutip tanggal 16 september 2017
57

d) Nongkrong disekitar kamar kecil (WC), mushalla, masjid, kantin,


atau tempat-tempat lainnya
5) Setiap siswa/i harus berpakaian yang rapi sesuai dengan ketentuan


yang berlaku:
BATIK – ABU;

a) Pada hari senin dan selasa
PUTIH – ABU;

b) Pada hari rabu dan kamis
c) Pada hari jum’at dan sabtu PRAMUKA;
d) Untuk siswa laki-laki wajib memakai peci dan memasukkan baju.
6) Setiap siswa/i harus berpenampilan rapi. Tidak diperkenanakan :
Untuk laki-laki
a) Berambut panja ng/gondrong, dan mewarnai rambut;
b) Memelihara kuku panjang;
c) Memakai gelang tangan maupun kaki, anting-anting, serta kalung.
Untuk perempuan
a) Tidak diperkenankan memakai perhiasan dan memakai make up ;
b) Memelihara
7) Setiap siswa/i dilarang berkelahi dengan teman sekolah atau dengan
siswa sekolah lain maupun dengan warga masyarakat.
8) 15 ( lima belas )menit sebelum jam pelajaran dimulai, kelas harus
sudah bersih dan dipersiapkan segala yang di butuhkan untuk
membantu kelancaran proses belajar mengajar (oleh setiap komisaris).
9) Setiap siswa/i wajib berprilaku yang baik, sopan dan member salam
kalau bertemu dengan semua warga MA Al-ikhlashiyah perampuan
baik sedang berada di lingkungan maupun diluar lingkungan
Madrasah.
10) Setiap siswa/i wajib keluar masuk melalui pintu gerbang yang telah di
tentukan dan tidak diperkenankan melalui belakang.
11) Kalau ada permasalahan yang menganggu jalannya ketertiban,
keamanan, di lingkungan Madrasah harus segera melaporkan ke guru
piket, wali kelas, atau BK.
12) Setiap siswa/i dilarang Merokok, Meminum Minuman Keras,
Membawa Senjata Tajam, Obat-Obatan Terlarang, Gambar Porno, HP
dan sejenisnya yang dapat mengganggu jalannya proses belajar
mengajar
13) Setiap siswa/i wajib memelihara kebersihan kelas,lingkungan
Madrasah dan halaman madrasah. Utuk itu dilarang :
a) Membuang sampah sembarangan tempat;
b) Membuang sampah lewat jendela;
c) Mencoret-coret tembok, menulis kursi atau meja.
d) Mencabut bunga ditaman maupun dimuka kelas.49

49
Dokumentasi MA. Al-ikhlashiyah perampuan, dikutip pada jam 09.15 hari saptu tanggal
16 saptu 2017
58

B. Temuan Penelitian

Setelah mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dan

dokumentasi dengan kepala sekolah, guru bahasa Arab dan siswa, maka di

peroleh data dan temuan sebagi berikut:

1. Penerapan Metode Langsung Dalam Pembelajaran Keterampilan

Berbicara Bahasa Arab Siswa Kelas XI MA Al-ikhlashiyah Perampuan.

Dalam proses pengajaran dengan metode langsung, secara

langsung siswa diajarkan untuk dapat menghubungkan makna dalam

bahasa sasaran, kata-kata atau frase baru diartikan dengan menggunakan

alat peraga, mendemonstrasikan atau menggambarkan tanpa menggunakan

bahasa pertama. Metode ini, merupakan metode langsung praktek yaitu

sebuah metode yang menekankan pada kemampuan penguasaan bahasa

sasaran secara lisan, agar dapat berkomunikasi.50

Berdasarkan Interview dari Bapak Burhanuddin sebagai Guru

bahasa Arab di MA Al-ikhlasiyah mengatakan:

“penerapan metode mubasyarah dalam pembelajaran bahasa Arab


untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa, saya rasa akan
sangat mendukung sekali untuk memperoleh keterampilan
berbicara siswa, karena dalam penerapan metode mubasyarah
memberikan praktek langsung kepada siswa untuk berbicara
menggunakan bahasa Arab itu sendiri, dan sebelum saya
mengajarkan materi yang diajarkan, saya biasanya menggunakan
bahasa Arab kepada siswa agar terbiasa berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Arab. di pelajaran berlangsung saya juga
sering membiasakan siswa untuk mengungkapkan kembali apa
yang disampaikan oleh saya sebagai seorang guru bahasa Arab
dalam penerapan metode mubasyarah supaya siswa terbiasa untuk
menggunakan bahasa Arab dan langsung berbicara bahasa Arab.

50
Observasi, Pada Siswa Kelas XI MA Al-ikhlasiyah pada jam 09.15 hari senin tanggal 18
september 2017.
59

disini juga saya kekurangan media elektronik yaitu LCD guna


untuk menguatkan siswa melihat contoh-contoh praktek yang biasa
digunakan. Tetapi Insyaallah saya sebagai guru bahasa Arab akan
sekuat tenaga untuk menerapkan metode mubasyarah ini untuk
membiasakan siswa berkomunikasi langsung dengan bahasa
Arab.51

Berdasarkan interview pada murid di MA Al-ikhlasiyah Perampuan

yaitu:

Ahmad sandi mengatakan:

“Ia kak penerapan metode langsung setiap kali pertemuan tentunya


dilakukan setiap kali jam pelajaran bahasa Arab. penggunaan
metode langsung yang diberikan sangatlah besar pengaruhnya
dalam proses pembelajaran bahasa Arab. Dalam setiap pertemuan
tentunya kita tetap diberikan latihan-latihan kosa kata baik latihan
di dalam kelas berupa latihan praktek seperti melakukan
percakapan, berbicara di depan kelas serta latihan tugas berupa
penghafalan kosa kata bahasa Arab dalam bentuk kelompok tetapi
dengan tugas yang berbeda-beda guna untuk menunjang
keterampilan berbicara bahasa Arab siswa”.52

Fita wati mengatakan:

“ Kadang-kadang ketika guru bahasa Arab berbicara dengan bahasa


Arab sebagian dari kami juga kurang memahami artinya maka
kami merasa jenuh akan tetapi jika tetap diulang kembali ataupun
guru bahasa Arabnya mempraktekannya maka kami akan cepat
mengingatnya.”.53

Kadir jaelani mengatakan:

“iya kak, kalau untuk metode langsung sudah sering dilakukan


tanpa ada batasan waktu dalam arti setiap kali pertemuan
menggunakan metode langsung sehingga kebanyakan dari kami
juga mengalami kesulitan dalam memahami karena mungkin
sebagian dari kami ada yang bosan juga jika diterapkan dalam

51
Burhannudin, Guru Bahasa Arab MA. AL-ikhlashiyah, Wawancara pada hari senin
tanggal 18 september 2017
52
Ahmad sandi, Siswa Kelas XI MA Al-ikhlasiyah, Wawancara pada jam 10.50 hari saptu
tanggal 16 April, 2017.
53
Fita wati, Siswa Kelas XI MA Al-ikhlasiyah, Wawancara pada jam 08.20 hari selasa
tanggal 19 september, 2017.
60

waktu yang lama ataupun sering dilakukan serta sebagian dari


kami merupakan alumni Smp walaupn kami sudah kelas XI MA
tetap saja kami kesulitan.54

Siswa lain juga mengatakan:

“ dalm penerapan metode langsung sangat tercipta lingkungan


berbahasa di dalam kelas akan tetapi setelah di jam pelajaran yang
laina ataupun diluar kelas lingkungan berbahasa kurang
mendukung karena hanya guru bahasa Arab yang selalu
menerapkan bahasa Arab di luar jam kelas . oleh karena itu untuk
meminimalisir kesulitan kami sebagai peserta didik maka guru
bahasa Arab kebanyakan memberikan latihan menghafal mufradat
karena kebanyakan dari kami sulit memiliki keterampilan
berbicara disebabkan karena sebagian kami grogi tuk
mengungkapakan ,kurang percaya diri karena tidak terbiasa dan
pada dasarnya kami melihat pengajaran di MA ini lebih
mengedepankan pada pembinaan akhlaknya kami”.

Kemudian pada wawancara berikutnya Bapak Sahdan selaku

kepala sekolah mengatakan bahwa:

“Metode langsung merupakan sebuah metode yang membutuhkan


Skill dan penguasaan yang cukup tinggi, maka sebagai guru
sebelumnya menerapkan metode langsung pada siswa haruslah
lebih siap terlebih dahulu baik dari segi materi dan soal-soal yang
akan dilatihkan, tidak secara spontanitas saja memberikan latihan
atau menerapkan metode tersebut. Sehingga waktu mengadakan
evaluasi terhadap hasil penerapan metode langsung melalui latihan
praktek segera guru dapat melihat segi-segi kemajuan anak didik,
diantaranya daya tangkap, keterampilan, dan ketepatan berpikir
tiap-tiap anak didik yang diberi tugas latihan. Selain itu juga,
terdapat kendala ataupun hambatan yang terjadi dalam penerapan
metode merupakan hal yang wajar dalam sebuah proses
pembelajaran. Akan tetapi usaha guru-guru tuk meminimalisir
kendala-kendala yang terjadi yaitu dengan melakukan kegiatan
rutinitas yaitu murojaʾah”.55

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti

mengungkapkan bahwasanya penerapan meode langsung pada siswa

54
kadir jaelani, siswa kelas XI MA Al-ikhlashiyah perampuan, wawancara pada jam 9.10
hari selasa tanggal 19 september, 2017
55
Sahdan , Kepala Sekolah MA. Al-ikhlashiyah, Wawancara pada jam 08.20 hari rabu
tanggal 20 september 2017
61

tetap diterapkan akan tetapi siswa tetap mengalami kesulitan dalam

mengungkapkan karena siswa kurang memiliki perbendaharaan kosa

kata, kurang percaya diri dalam mengungkapkan selain itu juga

pembelajaran keterampilan berbicara hanya dilakukan dalam kelas

ataupun kurang terciptanya lingkungan berbahasa Arab.

2. Kelebihan Penerapan Metode langsung Terhadap Kemampuan Berbicara

Siswa Kelas XI MA Al-ikhlasiyah Perampuan

Metode langsung merupakan sebuah metode yang membutuhkan

Skill dan penguasaan yang cukup tinggi, maka sebagai guru sebelumnya

dalam menerapkan metode langsung haruslah lebih siap terlebih dahulu

terutama dari latihan-latihan lisan yang diberikan dan tidak secara

spontanitas saja menerapkan metode tanpa bekal kesiapan terlebih dahulu.

Kesiapan guru dalam menggunakan metode langsung dapat dilihat

dengan cara guru menyampaikan pembelajaran kepada siswa seperti cara

guru membuka pembelajaran yang dapat menyenangkan siswa sehingga

siswa senang dengan metode yang digunakan oleh guru. Contohnya,

sebelum memulai pelajaran, hal pertama yang dilakukan adalah

membangun siswa untuk berbicara dimulai dengan ungkapan yang

sederhana sbb:

‫ م هوايتك ؟‬: ‫أ‬

‫ هوايتي الق اء ي أست ذ‬:

‫ م هوايتك ؟‬, ‫ وأنت ي فو ي‬: ‫أ‬

‫ ي أست ذ‬,‫ هواي الط خ‬:


62

Selain itu juga, ketika pendidik mengadakan evaluasi melatih siswa

memiliki keterampilan berbicara segera guru dapat melihat segi-segi

kemajuan anak didik, diantaranya daya tangkap, keterampilan, dan

ketepatan berpikir tiap-tiap anak didik yang diberi tugas latihan. Ini

disebabkan karena karena penggunaan metode langsung untuk pengajaran

bahasa Arab bisa mengarahkan sebuah usaha untuk keberhasilan anak

didik serta dapat mendorong kerjasama dalam kegiatan belajar mengajar

antara pendidik dengan anak didik56

Bapak Sahdan mengatakan bahwa:

“Terdapat kelebihan metode langsung pada pembelajaran bahasa


Arab sangatlah menunjang usaha siswa untuk memiliki
keterampilan berbahasa diantaranya keterampilan mendengarkan
dan berbicara. Seseorang yang terampil berbicara akan mampu
melahirkan tutur atau ujaran yang komunikatif, jelas, mudah
dipahami dan menjadi terlatih untuk berkomunikasi dengan pihak
lain. Namun, harus diakui secara jujur keterampilan berbicara
dikalangan murid MA Al-ikhlasiyah Perampuan masih jauh dari
yang diharapkan yaitu dimana sebagian siswa lamban dalam
berbicara bahasa Arab karna dipengaruhi oleh bahasa Ibu, dan dari
teman sebayanya maupun lingkungannya”.57

Bapak Burhan mengatakan bahwa:

“Dengan adanya metode langsung siswa memperoleh kecakapan


motorik khususnya dalam pembelajaran bahasa Arab materi
pelajaran yang memerlukan gerakan atau praktek lisan
mengungkapkan kalimat-kalimat berbahasa Arab selain itu juga,
siswa memperoleh kecakapan mental karena berbahasa Arab
memerlukan latihan praktek khususnya dalam ke empat
keterampilan mendengarkan, berbicara, menulis dan membaca”.58

56
Observasi, pada MA. Al-ikhlashiyah perampuan , pada jam 09.15 hari rabu tanggal 20
september 2017.
57
Sahdan Kepala Sekolah MA Al-ikhlashiyah., Wawancara pada jam 08.20 hari rabu
pada tanggal 20 september 2017
58
Burhannudin, Guru Bahasa Arab MA. Al-ikhlashiyah perampuan, Wawancara pada hari
rabu tanggal 20 september 2017.
63

Marlina mengatakan:

“iya kak, bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode


langsung seringkali melatih kami untuk mengulang kembali apa
yang diajarkan sehingga kami jarang untuk tidak belajar setiap
tugas yang diberikan. Seperti yang kakak lihat tadi ketika guru
kami berbicara menggunakan bahasa Arab kemuadian kami tidak
memahami apa yang di ungkapkan maka guru kami akan
mempraktekannya melalui gerakan ataupun melalui gambar sampai
kami memahami apa yang dicerikan tanpa memberikan jawaban
melalui bahasa ibu.”59

Fathullah mengatakan:

“iya kak, sebagian dari kami kurang berani untuk berbicara ataupun
ada yang takut salah mengungkapkan. Maka dari itu dengan adanya
metode langsung secara terus menerus paling tidak sebagian dari
kami ada yang terlatih untuk berbicara walaupun kadang-kadang
harus dipaksakan karena guru kami hanya berbicara menggunakan
bahasa Arab dan dapat mempengaruhi sebagian dari teman kami
untuk berani mengungkapkan sehingga kami memperoleh
kecakapan berbicara dengan bahasa Arab”.60

Dari beberapa pendapat siswa tersebut peneliti dapat

menyimpulkan: Apabila suatu kegiatan dilakukan secara terus menerus

walaupun secara dipaksakan pada awalnya agar siswa bisa berbicara

ataupun sungguh-sungguh maka dapat memperkuat daya ingat siswa

dalam menguasai pelajaran dengan terampil terutama dalam penggunaan

metode langsung pada pembelajaran keterampilan berbicara siswa yang

melatih siswa memperoleh kecakapan motorik dan melatih mental siswa.

Selain itu juga, berkaitan dengan metode langsung siswa harus memiliki

pengetahuan kosa kata yang banyak terutama kosa kata yang berkaitan

59
Marlina , Siswa Kelas XI MA. Al-ikhlashiyah perampuan, Wawancara pada hari a rabu
tanggal 20 september 2017.
60
Fathullah , Siswa Kelas XI MA. Al-ikhlashiyah , Wawancara pada hari rabu tanggal 20
september 2017.
64

dengan sekelilingnya. Selain itu juga siswa harus berani mengungkapkan

apa yang diungkapkan oleh pendidik serta mengurangi anggapan tentang

pembelajaran bahasa Arab yang terkesan sulit dan membosankan.


65

BAB III

PEMBAHASAN

A. Penerapan Metode Langsung Dalam Pembelajaran Keterampilan

Berbicara Bahasa Arab siswa kelas XI di MA. Al-ikhlasiyah Perampuan.

Untuk mengaplikasikan metode langsung pengajaran bahasa Arab, kita

perlu melihat konsep dasar metode ini sebagaimana di jelaskan diatas.

Aplikasi berikut ini hanya contoh umum saja, tidak merupakan kemestian,

maka penggunaan selanjutnya diserahkan kepada pengajar sesuai situasi dan

kondisi, dengan catatan tidak bertentangan dengan konsep dasar metode ini.61

Secara umum langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pendahuluan, memuat berbagai hal yang berkaitan dengan materi yang

akan disajikan baik berupa appersepsi, atau tes awal tentang materi, atau

yang lainnya.

2. Guru memberikan materi berupa dialog-dialog pendek yang rileks,

dengan bahasa yang biasa digunakan sehari-hari secara berulang-ulang.

Materi ini mula-mula disajikan secara lisan dengan gerakan-gerakan,

isyarat-isyarat, dramatisasi-dramatisasi, atau gambaran-gambaran. Jika

sudah mantap bisa dikembangkan kedalam tulisan. Misalnya

‫ م ه ا ؟‬:‫أ‬

‫ ه ا قلم‬:

‫ من اين تشت ه ا قلم ؟‬:‫أ‬

‫ من مكتبة تج ية‬:

61
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), H. 184.

49
66

‫ م ه ه؟‬:‫أ‬

‫ ه ه حقيبة‬:

Untuk memakai kata qalamun, guru dapat menunjukkan pena,

untuk memakai haqibah, guru bisa memperagakan pekerjaan membeli,

dan untuk memaknai kata maktabah tijariyyah, jika tidak memungkinkan

pelajar dibawa ketoko buku, cukup dengan gambar toko buku.

3. Pelajar diarahkan untuk disiplin menyimak dialog-dialog tersebut, lalu

menirukan dialog-dialog yang disajikan lancar.

4. Para pelajar dibimbing menerapkan dialog-dialog dengan teman-temannya

secara bergiliran. Pelajar yang sudah maju diberikan kesempatan untuk

mengadakan dialog lain yang dianalogikan dengan contoh yang diberikan

oleh guru.62

Dalam proses pengajaran dengan metode langsung, secara langsung

siswa diajarkan untuk dapat menghubungkan makna dalam bahasa sasaran,

kata-kata atau frase baru diartikan dengan menggunakan alat peraga,

mendemonstrasikan atau menggambarkan tanpa menggunakan bahasa

pertama. Pada prinsipnya, metode langsung berorientasi pada kemampuan

penguasaan bahasa sasaran secara lisan, agar dapat berkomunikasi dan

berpikir dalam bahasa sasaran.

1. Materi pelajaran pertama-tama diberikan kata demi kata, kemudian


struktuk kalimat.
2. Gramatika diajarkan hanya bersifat sambil lalu, dan siswa tidak
dituntut menghafal rumus-rumus gramatika, tapi yang utama
adalah siswa mampu mengucapkan bahasa asing secara baik.

62
Ibid, h. 185.
67

3. Proses pengajaran senantiasa menggunakan alat bantu (peraga)


baik alat peraga langsung, tidak langsung (benda tiruan) maupun
peragaan melalui symbol-simbol ataupun gerakan-gerakan
tertentu.
4. Setelah masuk kelas, peserta didik benar-benar dikondisikan untuk
menerima dan bercakap-cakap dalam bahasa asing dan dilarang
menggunakan bahasa lain.63

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya penerapan

metode langsung tidak menggunakan bahasa pertama atau bahasa ibu

sedikitpun.jika siswa tidak bisa memahami maka pendidik cenderung

memerlukan media atau alat peraga yang dapat menarik perhatian siswa agar

tidak terkesan membosankan guna sebagai penyampai pesan kepada siswa.

Selain itu juga metode ini memerlukan kualitas guru yang bisa dalam

memenuhi siswa memperoleh keterampilan berbicara.

B. Kelebihan Penerapan Metode Langsung Dalam Pembelajaran

Keterampilan berbicara siswa kelas XI MA Al- ikhlasiyah Perampuan.

Pembelajaran bahasa harus bermula dari pengenalan benda-benda dan

prilaku yang berada disekeliling pembelajar, misalnya benda-benda yang ada

di dalam kelas. Ketika proses belajar berlangsung pembelajar

mengkomunikasikan apa yang dilihatnya dengan menggunakan bahasa kedua

(bahasa Arab).

Dalam pembelajaran tentunya memerlukan metode yang bermacam-

macam seperti metode langsung yang berasumsi bahwa belajar bahasa yang

baik adalah belajar langsung menggunakan bahasa target secara intensif dalan

komunikasi. Metode ini, disebut metode langsung karena selama

63
Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Humaniora, 2009),
h. 87.
68

pembelajaran langsung menggunakan bahasa Asing yang diajarkan,

sedangkan bahasa pelajar sedapat mungkin tidak boleh digunakan, yaitu

dengan menciptakan lingkungan bahasa. Untuk menjelaskan arti suatu kata

atau kalimat digunakan gambar-gambar atau peragaan.64

Adapun Kelebihan dari Metode langsung yaitu:

1) Pelajar terampil menyimak dan berbicara. 2) Pelajar menguasai


pelaalan dengan baik seperti atau mendekati penutur asli, 3)
Pelajar mengetahui banyak kosa kata dan pemakaiannya dalam
kalimat, 4) Pelajar memiliki keberanian dan spontanitas dalam
berkomunikasi, 5) Pelajar menguasai tatabahasa secara fungsional
tidak sekedar teoritis, artinya berfungsi untuk mengontrol kebenaran
ujarannya.65

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa, metode langsung

ini sangat utama dalam belajar bahasa Asing, karena melalui metode ini siswa

dapat langsung melatih keterampilan berbahasa lisan tanpa menggunakan

bahasa ibu.

64
Iskandarwassid dan dadang sunendar, strategi pembelajaran bahasa, bandung remaja
rosdakarya,2008 h.59.
65
Ahmad Fuad Effendy, Metode Pembelajaran Bahasa Arab, (Jakarta: Aneka Ilmu,
2005), h. 35.
69

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan data dan pembahasan yang telah peneliti

kemukakan sebelumnya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan dari

penelitian ini sebagai berikut:

1. Penerapan metode langsung dalam pembelajaran keterampilan berbicara

siswa kelas XI MA Al-ikhlasiyah Perampuan yaitu dapat dilihat dari

penggunaannya pada siswa. Penggunaan metode langsung dalam

pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas XI MA Al-ikhlasiyah

Perampuan belum efektif karena masih terdapat sebagian siswa yang

kurang memiliki keterampilan berbicara disebabkan oleh faktor kesulitan

dari siswa itu sendiri yang minim kosa kata bahasa Arab dan tidak

berusaha menghilangkan pandangan tentang pembelajaran bahasa Arab

yang terkesan sulit dan membosankan selama penggunaan metode

langsung yang menghendaki agar peserta didik langsung diajak

menggunakan bahasa yangbersangkutan sebagaimana anak mempelajari

bahasa ibunya. selain itu juga kurang efektifnya penerapan metode

langsung kurang didukung oleh sekolah yang tidak memiliki prasarana

yang memadai seperti halnya laboratorium bahasa yang menunjang siswa

memiliki keterampilan berbahasa Arab.

2. Kelebihan dari Penerapan metode langsung dalam pembelajaran

keterampilan berbicara siswa kelas XI MA Al-ikhlasiyah Perampuan

53
70

yaitu: Metode langsung sangatlah penting dalam pembelajaran

keterampilan berbicara karena metode ini melatih siswa dalam

membiasakan diri untuk melatih konsentrasi siswa dengan karakteristik

metode ini yaitu latihan praktek lisan agar bisa berbicara atau siswa

memperoleh kecakapan mental dan mengsampingkan pelajaran gramatika

terjemah.

B. Saran

Dengan tersimpulnya masalah-masalah yang ada dalam penelitian ini,

maka saran-saran demi mengatasi permasalahan siswa antara lain:

1. Bagi Siswa

Bagi siswa diharapkan untuk selalu membiasakan diri dan

termotivasi untuk melatih, membiasakan diri untuk berbicara

menggunakan bahasa arab baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Dan

siswa-siswi MA Al-ikhlasiyah juga harus mengikuti pembelajaran dengan

baik karena suatu pembiasaan pada setiap diri individu siswa dapat

meningkatkan kualitas pendidikan siswa.

2. Bagi MA. Al-ikhlashiyah perampuan

Hendaknya MA. Al-ikhlasiyah Perampuan dapat membina siswa

untuk berkomunikasi dengan bahasa Arab dan menekankan siswa untuk

belajar berbahasa serta lebih memotivasikan siswa untuk memiliki

keterampilan berbicara, agar siswa dapat memperoleh pengetahuan

berbicara menggunakan bahasa Arab ke jenjang berikutnya.


71

3. Bagi Pendidik

a. Diharapkan agar pendidik dapat menerapkan metode yang cocok atau

menciptakan metode yang tepat bagi peserta didik agar mendapatkan

pemahaman dengan cepat dan mudah mengingat semua pelajarn yang

diberikan oleh pendidik tanpa mempersulit peserta didik.

b. Pendidik harus pandai-pandai menciptakan suasana belajar agar

peserta didik dapat belajar dengan mudah tanpa adanya kejenuhan.

c. Pendidik juga harus bisa mengkondisikan para peserta didik agar

mengerjakan semua kewajibannya tanpa keluhan.

d. Menjalin hubungan yang baik dengan peserta didik

e. Menciptkan suasana belajar yang kondusif agar proses belajar

mengajar lancar dan tercapainya tujuan.

4. Peneliti Lain

Bagi peneliti lain diharapkan untuk melanjutkan penelitian yang serupa.


72

DAFTAR PUSTAKA

Nuril Furkan. Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah. Yogyakarta:


Magnum Pustaka Utama, 2013.

Moh. Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2011.

Roestiyah NK. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2012.

Winarno Surachmad. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars,


1986.

Abd. Wahab Rosyidi dan Mamluʾatul Niʾmah. Memahami Konsep Dasar


Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN Maliki Press, 2012.

Abu Ahmadi. Perencanaan Pembelajaran. Surabaya: SIC, 2009.

Acep Hermawan. Metodologoli Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya Offset, 2014.

Ahmad Izzan. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Humaniora,


2009.

Ahmad Fuad Effendy. Metode Pembelajaran Bahasa Arab. Jakarta: Aneka Ilmu,
2005.

Ahmad Muhtadi Anshor. Pengajaran Bahasa Arab. Yogyakarta: offset, 2009.

Ahmad Usman. Mari Belajar Meneliti. Yogyakarta: Indonesia, 2008.

Amirul Hadi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: pustaka Setia, 2005.

Djumiran. Psikologi Pendidikan. Bandung: CV. Wacana Prima, 2008.

Fathul Maujud. Manajemen Pembelajaran Bahasa Arab. Mataram: IAIN


Mataram, 2015.

Hadari Nawawi. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada


University, 1998.

Mulyanto Sumardi.Keterampilan Berbahasa Arab. Surabaya: SIC, 1997.

Musthafa Al-Ghalayaini. Sejarah Bahasa. Jakarta: Usaha Nasional, 1997.

Musthafa Al-Ghalayaini. Sejarah Bahasa. Surabaya: SIC, 2009.


73

Nana Sudjana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru


Algensindo, 1995.

Nurul Ulfatin. Metode Kualitatif di Bidang Pendidikan: Teori dan Aplikasinya.


Malang: Bayumedia Publishing, 2013.

Nusa Putra, Nining Dwilestari. Penelitian Kualitatif: Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Purwanto. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Usaha Nasional, 2003.

RI Undang-Undang. Nomor 20 tahun 2003. SISDIKNAS (Sistem Pendidikan


Nasional) dan Penjelasannya. Bandung:Fermana,2006.

Sri utari. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama,1994.

Sugeng Pujilaksono. Metode Penelitian Komunikasi Kualitattif. Malang:


Kelompok Intrans Publishing, 2015.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta, 2014.

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta:


PT. Bina Aksara, 1986.

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:


Bumi Aksara, 2014.

Uril Bahruddin. Metode Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: CV. Wacana


Prima, 2009.

Zulhanan. Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif. Jakarta: Pt RajaGrafindo


Persada, 2015.
74
75
76
77
78

Anda mungkin juga menyukai