Anda di halaman 1dari 148

TESIS

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM MODERAT


DALAM MEMBENTUK KARAKTER SANTRI
DI PESANTREN SUNAN DRAJAD PACIRAN LAMONGAN

OLEH
MIFTAHUR ROHMAH
NIM:188905083
NIRM: 019.01.04.0031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA
INSTITUT KEISLAMAN ABDULLAH FAQIH GRESIK
MARET 2022
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM MODERAT
DALAM MEMBENTUK KARAKTER SANTRI
DI PESANTREN SUNAN DRAJAD PACIRAN LAMONGAN

TESIS
diajukan kepada
Institut Keislaman Abdullah Faqih
Gresik Untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Dalam Menyelesaikan
Program Magister Pendidikan Agama
Islam

OLEH
MIFTAHUR ROHMAH
NIM:188905083
NIRM: 019.01.04.0031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA
INSTITUT KEISLAMAN ABDULLAH FAQIH GRESIK
MARET 2022
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Miftahur Rohmah


NIM 188905083
NIRM : 019.01.04.0031

Program Magister : Pendidikan Agama Islam

Institusi : Institut Keislaman Abdullah Faqih

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi saya ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan tesis saya ini adalah asli hasil karya atau penelitian sendiri

dan bukan plagiasi dari karya atau penelitian orang lain.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Gresik, 22 Maret 2022


yang menyatakan,

Miftahur Rohmah
NIRM2014.4.089.0310.1.000435

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ْ l ْ َ l َ
‫ذ لك ج ع ل ن ك م‬ ِ ‫وك‬
َ
‫ا‬
َ
َ َ َ ُ ُ ْ َ s ً َ َّ ً ّ
‫م ة و س طا ِ ل تك و نوا ش ه داۤ ء ع لى‬
َ
‫ال‬
َ ْ َ ّ
‫نا ِس و يك و ن‬
َ‫ال‬
َ ُ
ْ ْ ْ ُ
‫ع ل يك م‬ ‫ّر س و ل‬
ً ْ
‫ي ۗدا‬ ‫ش ِه‬
dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil
dan pilihan (umat Islam dijadikan umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan
menjadi saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik di
dunia maupun di akhirat.) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan
agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.
(al-Baqarah: 143).

Tesis ini penulis persembahkan kepada keluarga besar, khususnya kepada


dua orang yang tercinta yaitu Bapak dan Ibu yang selalu ada di hatiku.
Terimakasih atas Do’a yang selama ini Bapak dan Ibu panjatkan untukku semoga
Allah senantiasa memberikan kesehatan jasmani dan rohani amin. serta Adik
tercinta, Trimakasih atas dukungan, kekuatan, semangatnya, serta Do’a yang adek
panjatkan.
Almamaterku, Institut Keislaman Abdullah Faqih.
Kepada Guru-guruku yang tak henti membimbing penulis dalam segala
Hal. Kepada rekan dan kawan yang sama-sama berjua ng dalam dunia pendidikan
semoga tak henti berjuang, berbakti serta mengabdi.

iv
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan kasih

sayang-Nya, atas pertolongan serta limpahan karunia-Nya, tesis ini dapat

terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam kami semoga tersampaikan kepada

Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan sahabatnya. Penulisan tesis ini tentu

melibatkan banyak pihak yang turut berperan selama proses penyelesaiannya.

Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih dan

penghormatan yang tinggi kepada:

1. Sahib al-Fadhilah wa al-Sa’adah, KH. Masbuhin Faqih, selaku pengasuh PP.

Mamba’us Sholihin atas segala keikhlasan dan ridho membimbing penulis

secara lahir dan bathin.

2. Rektor Institut Keislaman Abdullah Faqih, Muhammad Majduddin, Lc., MA.,

Direktur Pascasarjana, Dr. H. Muhammad Najib, MA., Ketua Program Studi

Pendidikan Agama Islam, Dr. Saeful Anam, M.Pd.I, Semua jajaran Rektorat,

Dekanat, dan Civitas Akademika yang telah mendidik dan membimbing

penulis selama menempuh studi di lembaga tercinta.

3. Dosen pembimbing, Dr. Muhammad Makinuddin, M.Pd.I yang dengan sabar

membantu dan mengarahkan penulis dalam menyusun tesis ini sampai selesai.

4. Kedua orang tuaku, Bapak dan Ibu yang selalu membantu moril maupun

materil, dan selalu memberi motivasi, semangat, do’a, restu dan kasih saying

yang tak pernah berhenti mengalir. Adik yang selalu siap dilibatkan di balik

layar. Serta segenap keluarga yang senantiasa mensupport dan memberikan

v
do’a untuk kebaikan dan kesuksesan penulis. jasa kalian semua tidak akan

pernah kami lupakan sampai kapanpun.

5. Seluruh teman-teman seperjuangan angkatan kedua, teman-teman pengabdian

di “kantor central mambaus sholihin” yang sampai saat ini telah menemani

dalam suka dan duka dengan memberi motivasi atas terselesainya tesis ini.

semoga kita semua tetap semangat mengemban amanah dari Murabbi Ruhina

dengan ikhlas dhahir dan bathin.

6. Sahabat, teman-teman saya diluar sana yang memberikan dukungan dan

dorongan. Serta seluruh pihak yang turut membantu selama proses kepenulisan

yang tidak bisa kami sebut satu-persatu. Terimakasih telah menginspirasi dan

memberikan motivasi, kami haturkan ribuan terimakasih.

Penulis hanya dapat berdoa Jazakum Allah Ahsan al-Jaza’ kepada ini

bermanfaat bagi kita semua. Penulis juga menyadari akan kelemahan dan

kekurangan diri, sehingga saran dan kritik selalu penulis harapkan. Semoga karya

ini mendapatkan ridho-Nya.

Gresik, 22 Maret 2022

Penulis

vi
RIWAYAT HIDUP
Miftahur Rohmah anak pertama dari dua bersaudara yang lahir di kota
lamongan pada tanggal 16 Desember 1995 dari pasangan bapak moh. Busro dan
ibu sulastri.
Sejak kecil ia mengenyam pendidikan formal, taman kanak-kanak dan
madrasah ibtidaiyah mambaul ulum di dagan sebagai tempat yang dipercayai oleh
kedua orang tua. Usai menamatkan masa belajar di lembaga pendidikan yang ada
di desanya, ia meneruskan belajar agama di pondok pesantren Mambaus Sholihin
suci manyar gresik, masuk jenjang MTs Mambaus Sholihin sejak tahun 2008
selesai pada tahun 2011, melanjutkan jenjang MA Mambaus Sholihin hingga lulus
pada tahun 2014, sampai tamat strata 1 di institut keislaman Abdullah faqih pada
tahun 2018.
Selama menjadi siswi dan mahasiswi ia aktif di berbagai kegiatan
organisasi, bendahara organisasi santri daerah asalnya, bendahara osis devisi
keputrian dan bendahara pondok wizaroh nisa’. Saat mahasiswi ia aktif di DPM
dan BEM, baginya pengabdian adalah jiwanya.

vi
ABSTRAK

Rohmah, Miftahur. 2022. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Moderat dalam Membentuk


Karakter Santri di Pesantren Sunan Drajad Paciran Lamongan. Tesis,
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Institut Keislaman
Abdullah Faqih Gresik. Pembimbing: Dr. Muhammad Makinuddin,
M.Pd.I.

Kata Kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Moderat, Membentuk Karakter Santri,


Pesantren.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan nilai-nilai


pendidikan Islam moderat dalam membentuk karakter santri di pesantren Sunan
Drajad Paciran Lamongan. Sebagai lembaga pendidikan islam tradisional,
pesantren sudah tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat muslim
Indonesia, yang kemudian membuat penulis untuk melakukan sebuah penelitian di
pondok pesantren Sunan Drajad dengan beberapa focus permasalahan
diantaranya:(1) Bagaimana proses implementasi nilai-nilai pendidikan islam
moderat dalam membentuk karakter santri di pesantren sunan drajad?, (2)
Bagaimana output yang dimiliki dalam proses nilai-nilai pendidikan islam
moderat dalam membentuk karakter santri di pesantren Sunan Drajad?
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian
lapangan. Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah pondok pesntren sunan
drajad paciran lamongan yang difokuskan pada santri putri. Pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara wawancara, observasi serta dokumentasi. Dalam
menganalisis data, peneliti menggunakan model miles and Huberman dengan
langkah yang pertama yakni: mereduksi data, kemudian data disajikan dan yang
terakhir penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian yang telah di lakukan menunukkan bahwa ada beberapa
hasil diantaranya bentuk nilai-nilai pendidikan islam moderat dalam membentuk
karakter santri terbagi menjadi empat bentuk yakni: tauhid atau keimanan, ibadah,
akhlak, dan sosial. Adapun strategi penerapannya menggunakan teladan,
pengawasan, pembiasaan, dan hukuman. Adapun outputnya adalah dengan
menanamkan sikap disiplin, bertanggung jawab, jujur, religius, sopan, sabar,
ikhlas dan berkemauan keras.

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
PERNYATAAN KEASLIAN iii
HALAMAN PERSETUJUAN iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN v
UCAPAN TERIMA KASIH vi
ABSTRAK viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 8

C. Tujuan Penelitian 9

D. Kegunaan Penelitian 9

E. Penelitian Terdahulu 10

BAB II : KAJIAN TEORI

A. Definisi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Moderat 14

1. Pengertian Nilai 14

2. Pengertian Pendidikan 27

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam 20

4. Nilai-Nilai Pendidikan Islam 21

B. Islam Moderat 24

1. Pengertian Islam Moderat 24

2. Nilai-Nilai Islam Moderat 27

ix
C. Pengertian Pesantren 31

D. Implementasi dalam Membentuk Karakter Santri 33

1. Strategi Pembentukan Karakter 36

2. Pilar-Pilar dalam Membentuk Karakter Santri 41

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter Santri 46

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 48

B. Kehadiran Peneliti 48

C. Lokasi Penelitian 49

D. Sumber Data 49

E. Teknik Pengumpulan Data 50

F. Teknik Analisi Data 52

G. Pengecekan Keabsahan Data 53

H. Tahap-Tahap Penelitian 54

BAB IV : HASIL PENELITIAN

A. Profil Pondok 56

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren 56

2. Visi dan Misi Pondok Pesantren 58

3. Struktur Organisasi..............................................................................60

4. Program Kegiatan 64

5. Sarana Prasarana 65

B. Pemaparan Data dan Hasil Penelitian 65

x
1. Proses Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Moderat dalam

Membentuk Karakter Santri di Pesantren Sunan Drajad 65

2. Output yang dimiliki dalam Proses Implementasi Nilai-Nilai

Pendidikan Islam Moderat dalam Membentuk Karakter Santri di

Pesantren Sunan Drajad 75

BAB V : PEMBAHASAN

A. Proses Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Moderat dalam

Membentuk Karakter Santri di Pesantren Sunan Drajad 81

B. Output yang dimiliki dalam Proses Implementasi Nilai-Nilai

Pendidikan Islam Moderat dalam Membentuk Karakter Santri di

Pesantren Sunan Drajad 87

BAB VI : PENUTUP

A. Simpulan 95

B. Saran 96

xi
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1.1 Originalitas Penelitian..........................................................................14
2.1 Program Kegiatan.................................................................................64

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
5.1 Bentuk nilai-nilai pendidikan islam moderat dalam membentuk karakter
santri di Pesantren Sunan Drajad........................................................83
5.2 Strategi penerapan nilai-nilai pendidikan islam moderat dalam
membentuk karakter santri yang diterapkan di Pesantren Sunan Drajad
87
5.3 Nilai-nilai pendidikan islam moderat dalam membentuk karakter santri
di Pesantren Sunan Drajad..................................................................91
5.1 Skema proses membentuk karakter santri di Pesantren Sunan Drajad.93

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nilai merupakan satu prinsip umum yang menyediakan berbagai

ukuran atau standard untuk membuat nilai dan pilihan mengenai tindakan

dan cita-cita tertentu. Nilai adalah konsep suatu pembentukan mental yang

ditinjau dari tingkah laku manusia. Nilai adalah persepsi yang sangat

penting, baik dan dihargai.1

Aspek yang paling penting dalam pendidikan adalah nilai yang

memiliki arti suatu keyakinan dan kepercayaan yang menjadi tolak ukur

bagi seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan tindakan. Dengan

demikian nilai (value) adalah suatu ukuran normatif yang dapat

mempengaruhi seseorang untuk melakukan suatu tindakan yang ia hayati.2

Kajian tentang tata nilai dalam suatu masyarakat dapat dilihat dari

seberapa kuat proses pelembagaan nilai itu sendiri di lingkungan mereka.

Adapun Proses pelembagaan dan dialektika itu setidaknya dapat terlaksana

jika tiga elemen dapat terpenuhi. Tiga elemen itu berupa eksternalisasi,

internalisasi, dan obyektivasi.3

1. Eksternalisasi adalah suatu keharusan antropologis. Manusia menurut

pengetahuan empiris kita, tidak bisa dibayangkan terpisah dari

pencurahan dirinya terus menerus ke dalam dunia yang ditempatinya.

1
Mohamad Mustari, Nilai Karakter (Refleksi Untuk Pendidikan), Laksbang Pressindo,
(Yogyakarta:2011), H.4.
2
Ach. Sayyi, Menguak Nilai Pendidikan Islam Moderat Di Pesantren Federasi Annuqayah Guluk-
Guluk Sumenep.H.4.
3
Ahmad Fadli Azami, Pengembangan Aspek Nilai Dalam Pendidikan Pesantren Di PP Nurul
Umma, Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No.1, Mei 2013, H. 3.
Kedirian manusia bagaimanapun tidak bisa dibayangkan tetap tinggal

diam di dalam dirinya sendiri, dalam suatu lingkup tertutup, dan

kemudian bergerak keluar untuk mengekspresikan diri dalam dunia

sekelilingnya. Kedirian manusia itu esensinya melakukan

eksternalisasi dan ini sudah sejak permulaan.

2. Obyektivasi adalah hasil dari eksternalisasi individu. Dunia yang

diproduksi manusia ini kemudian menjadi sesuatu yang berada di luar

sana. Dunia ini terdiri dari benda-benda, baik material maupun non-

material, yang mampu menentang kehendak produsennya. Sekali

sudah tercipta, maka dunia ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Dalam

praktik kehidupan sehari-hari seseorang menciptakan nilai-nilai, tata

aturan dan akan merasa salah jika melanggar kesepakatan. Suka atau

tidaknya mereka nilai-nilai itu sudah menjadi fakta sosial yang

memaksa mereka.

3. Internalisasi merupakan proses peresapan kembali terhadap realitas

sosial yang sudah ada di masyarakat itu. Hasil peresapan itu kemudian

ditransformasikan ke dalam struktur kesadaran dunia luar dan dunia

subyektifnya. Dalam eksternalisasi, masyarakat merupakan produk

dari individu sementara internalisasi membuktikan bahwa individu

adalah produk dari masyarakat.

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan ialah suatu tuntunan

dari

segala kekuatan yang ada pada anak agar mereka kelak menjadi

2
manusia yang dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang

setinggi-tingginya sesuai dengan tujuan yang telah diharapkan.4

Dari pengertian tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa

pendidikan merupakan sebuah usaha dan proses yang dilakukan secara

sadar dan terus menerus dengan berbagai macam bentuk untuk

melatih, menumbuhkan, mengarahkan, dan mengembangkan berbagai

potensi yang ada dalam jiwa mereka. Hal diatas bertujuan agar potensi

tersebut dapat berkembang dengan baik dan bermanfaat, sehingga

mencapai suatu kebahagiaan maupun keselamatan, yang mana tetap

memfokuskan pada tujuan pendidikan itu sendiri.

Tujuan pendidikan menurut Socrates sejak 2.500 tahun yang

lalu ialah untuk membuat seseorang menjadi good and smart.5

Sebagaimana pepatah mengatakan bahwa “Bangsa yang besar dapat

dilihat dari kualitas atau karakter bangsa (manusia) itu sendiri”.

Semakin baik kualitas dan karakter suatu bangsa, itu membuktikan

semakin baik pula kualitas pendidikan yang

diterapkan. Dalam sejarah Islam sekitar 1400 tahun yang lalu Nabi

Muhammad SAW juga menegaskan bahwa misi utama dalam

mendidik manusia adalah untuk menyempurnakan akhlak dan

mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good character).6

Pendidikan agama memiliki peran yang sangat penting dalam

kehidupan umat manusia khususnya dalam pembentukan karakter.

4
Suyudi, Pendidikan Dalam Prespektiif Al-Qur’an, (Yogyakarta: Mikraj, 2005), H. 52.
5
Abdul Majid, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012),
h. 02.
6
Ibid., H. 04.

3
Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan

yang bermakna, damai dan bermartabat. Pendidikan agama

dimaksudkan untuk meningkatkan potensi religius, membentuk

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berkhlak mulia.7

Kata character berasal dari bahasa Yunani charassein, yang

berarti to engrave (melukis, menggambar), seperti orang yang melukis

kertas, memahat batu atau metal. Berakar dari pengertian yang seperti

itu, character kemudian diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus,

dan karenanya melahirkan suatu pandangan bahwa karakter adalah

pola perilaku yang bersifat individual, keadaan moral seseorang.

Setelah melewati tahap anak-anak seseorang memiliki karakter, cara

yang dapat diramalkan bahwa karakter seseorang berkaitan dengan

perilaku yang ada di sekitar dirinya.8

Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan

sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi

karakter siswa dengan membantu seseorang sehingga ia dapat

memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang

baik. Dengan begitu mereka meliliki kesadaran untuk memaksa diri

melakukan nilai-nilai itu. Adapun faktor pendukung dalam

membentuk karakter santri adalah melalui faktor lingkungan

pesantren.

7
Sahlan Asmaun, Mewujudkan Budaya Religius Di Sekolah, (Malang: UIN Maliki Press, 2010),
H.30.
8
Ajat Sudrajat, Mengapa Pendidikan Karakter?,Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun I, Nomor 1,
Oktober 2011. H.2.

4
Dalam pengertiannya, Islam adalah agama yang paling

moderat, didalam Bahasa Arab disebut (wasthiyah). Makna

lughawinya bermakna sedang atau ditengah-tengah diartikan juga

terletak antara dua posisi “golongan kiri keras dan kanan lembut”.

Kata “wasath” disebutkan juga dalam hadist Nabi yang bermakna

adil. Kata “wasthiyah” secara harfiah mengandung makna dasar adil,

tidak berat sebelah (tengah-tengah), dan seimbang. Seseorang yang

memiliki sikap adil berarti posisinya sudah berada ditengah, sehingga

dapat menjaga keseimbangan dari suatu keadaan.Kata tersebut juga

memiliki makna baik seperti ungkapan Nabi Muhammad SAW,

“sebaik-baik urusan adalah awsathuha (yang pertengahan)”.9

Pesantren dalam pandangan Abdul Rohim, merupakan

lembaga pendidikan yang paling tua dan yang paling melekat selama

beratus-ratus tahun yang lalu yang mempengaruhi perjalanan hidup

bangsa Indonesia. Selain menjadi lembaga yang paling tua, pesantren

dikategorikan sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai keunikan

dan ciri khas yang jadi pembeda diantara lembaga pendidikan lain.

Sehingga eksistensi pesantren saat ini dapat diakui kapabilitasnya

yang mampu menyeberangi berbagai perubahan zaman.Apalagi

pesantren yang bercorak tradisional sampai saat ini telah banyak

memberikan kontribusinya yang sangat luar biasa dalam membangun

9
Ibid, H.3.

5
kehidupan bangsa yang lebih beradab serta menghasilkan sumber

daya manusia yang unggul dan berintelektual.10

Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional serta para

siswanya disebut dengan santri yang tinggal bersama dan belajar di

bawah bimbingan naungan guru yang terkenal dengan

sebutan kiai dan terdapat asrama yang menjadi tempat menginap

santri. Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan

masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan

lainnya. Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh pagar untuk dapat

mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang

berlaku.11

Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu

pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat

belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat

tinggal sederhana terbuat dari bambu. Kata “pondok”dimungkinkan

berasal dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di

Jawa termasuk Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah pondok

dan pesantren, sedang di Aceh dikenal dengan istilah dayah atau

rangkang atau menuasa, sedangkan di Minangkabau disebut surau.12

Pesantren juga dapat dipahami sebagai instansi pendidikan dan

pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, yakni seorang

10
Siti Yumna, Implementasi Pendidikan Islam Moderat Di Pondok Pesantren Bayt Al-Hikmah
Kota Pasuruan, PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020, H.3.
11
Zamakhsyari Dhofier.Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3S,
1983) h.18.
12
Nurcholis Madjid. Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997)
h. 5

6
kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan

kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Ulama Abad

pertengahan, dan para santrinya biasanya tinggal di pondok (asrama)

dalam pesantren tersebut.13 Pesantren merupakan lembaga pendidikan

Islam untuk mendalami dan menyebarkan ilmu-ilmu keislaman dan

menekankan pada moral keagamaan sebagai pedoman hidup sehari-

hari. Adanya sistem asrama atau pondok dalam pesantren akan

menumbuhkan sikap disiplin karena santri tinggal dengan kyainya.

santri akan lebih terjaga dari hal-hal negatif yang kurang baik dari

lingkungan sekitarnya.

Seiring dengan maraknya ajaran-ajaran radikal yang berkembang

dimasyarakat Indonesia. Pesantren akan menjadi benteng dalam

mengajarkan ajaran islam moderat yang cinta, damai, dan bertoleransi

di Indonesia.14

Berdasarkan pengertian nilai tersebut, maka nilai-nilai

pendidikan islam moderat di pesantren dalam membentuk karakter

santri merupakan sesuatu yang sangat penting serta menjadi tolak ukur

para santri atau masyarakat pesantren dalam melakukan sebuah

tindakan atau sikap moderat. Sehingga dengan adanya internalisasi

nilai kepada santri dapat membentuk prilaku atau karakternya dalam

kehidupan sehari-hari. Adapun faktor penunjang dalam membentuk

perilaku atau karakter santri terdapat pada faktor lingkungan.

13
Sudjono Prasodjo. Profil Pesantren, (Jakarta: LP3S, 1982) h. 6.
14
Ni’am, S. (2015). Pesantren: The Miniature Of Moderate Islam In Indonesia. Indonesian
Journal Of Islam And Muslim Societies. H.124.

7
Pondok Pesantren Sunan Drajat yang terletak di Desa

Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan merupakan

salah satu pesantren besar di Indonesia, Alasan pemilihan Pondok

Pesantren Sunan Drajat sebagai obyek penelitian ini didasarkan pada

suatu fakta bahwa Pondok Pesantren Sunan Drajat telah memasukkan

nilai-nilai pendidikan islam moderat dalam membentuk karakter

santri, setelah melakukan observasi dilapangan penulis menemukan

adanya perilaku santri yang baik, dengan menerapkan sikap toleransi

sesama teman yang lain, baik sesama teman ataupun kakak kelas

mereka hidup dengan rukun dipondok tersebut, tidak ditemukan

adanya sekat antara yang tua dan yang muda.

Berangkat dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian terhadap pesantren sunan drajad yang mempunyai beragam

latar belakang pendidikan agama islam. Sejauh mana penerapan nilai

pendidikan islam moderat dikalangan santri pesantren sunan drajad

penulis pun pada akhirnya memilih judul “Nilai-Nilai Pendidikan

Islam Moderat Dalam Membentuk Karakter Santri Di Pesantren

Sunan Drajad Paciran Lamongan”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka dalam penelitian

ini penulis mengambil fokus penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana proses implementasi nilai-nilai pendidikan islam

moderat dalam membentuk karakter santri di pesantren Sunan

Drajad?

8
2. Bagaimana output yang dimiliki dalam proses nilai-nilai

pendidikan islam moderat dalam membentuk karakter santri di

pesantren Sunan Drajad?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diketahui bahwa

tujuan penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses implementasi nilai-nilai pendidikan islam

moderat dalam membentuk karakter santri di pesantren Sunan

Drajad.

2. Untuk mengetahui output yang dimiliki dalam proses implementasi

nilai-nilai pendidikan islam moderat dalam membentuk karakter

santri di pesantren Sunan Drajad.

D. Kegunaan Penelitian

Dengan adanya kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi yang konstruktif terhadap dunia

pendidikan.adapun secara detail kegunaan penelitian ini sebagai

berikut:

1. Secara Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaat

dengan adanya kontribusi bersifat ilmiah, aplikatif ataupun

implikatif yang turut memperkaya khazanah keilmuan dipendidikan

agama, islam pada khususnya. Menjadi inspirasi, motivasi, dan

acuan bagi pembaca atau mahasiswa untuk melakukan penelitian

9
yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan islam moderat dalam

membentuk karakter santri.

2. Secara Praktis

a. Memberikan sumbangsih terhadap pemecahan konflik-konflik yang

didasari atas faktor yang menunjang dan menghambat proses

implementasi nilai-nilai pendidikan islam moderat dalam

membentuk karakter santri di pesantren Sunan Drajad.

b. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi tambahan wawasan

keilmuan dan cakrawala pengetahuan dalam kajian keislaman.

E. PENELITIAN TERDAHULU

Untuk menghindari pengulangan kajian yang diteliti antara

peneliti dengan peneliti-peneliti sebelumnya, maka berikut ada

beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan judul

penelitian penulis. Sejauh kajian yang penulis lakukan, ada beberapa

hasil penelitian yang relevan dengan pembahasan tesis ini, diantaranya

penelitian tesis yang dilakukan oleh :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi ( Tesis 2015, program

studi magister pendidikan Islam program pascasarjana universitas

Muhammadiyah Surakarta) yang berjudul “Metode Penanaman

Nilai‐Nilai Agama Islam Dalam Pembentukan Perilaku

Keagamaan Siswa di Sekolah Dasar Islam Al‐Azhar 28 Solo Baru

Sukoharjo”, pembahasan yang dikaji dalam tesis ini yaitu Metode

Penanaman Nilai‐Nilai Agama Islam Dalam Pembentukan

Perilaku Keagamaan Siswa adalah melalui, (1) Budaya sekolah

1
merupakan kegiatan pembiasaan yang dilakukan di dalam

lingkungan sekolah yang menanamkan nilai‐nilai Islam dan

bersumber dari Al‐Qur’an dan Hadits. Pelaksanaannya dengan

ajakan dan pembiasaan, proses penyadaran emosi, serta proses

pendisiplinan atau penegakan aturan bagi murid yang melanggar.

(2) Kegiatan Belajar Mengajar merupakan proses penanaman

perilaku keagamaan anak yang berbasis pada nilai‐nilai Islam,

guru selalu mengaitkan materi pembelajaran dengan nilai‐nilai

Islam dan memberikan nasehat, arahan, petuah, dan petunjuk

supaya murid terbiasa berperilaku baik sesuai dengan nilai‐nilai

Islam, yang dilakukan sebelum atau sesudah menyampaikan

materi atau di sela‐sela penyampaian materi. (3) Pelibatan Orang

Tua Murid. (4) Slogan/tulisan‐tulisan yang dipajang pada setiap

sudut sekolah dan tempat‐tempat lain yang strategis. Dengan

pendekatan kualitatif dan seluruh metodenya hampir sama dengan

metode yang penulis gunakan.

2. penelitian yang ditulis oleh Maisaroh Hayatin (2012), mahasiswi

program studi Ilmu Aqidah Filsafat fakultas Ushuluddin di IAIN

Sunan Ampel Surabaya atau yang sekarang telah menjadi UIN

Sunan Ampel Surabaya, dengan judul tentang “Transformasi

Nilai Islam Moderat: Studi Kasus Dipondok Pesantren Al-Islam

Desa Tenggulun Kecamatan Solokuro Lamongan”.mengkaji

tentang bagaimana perkembangan pondok pesantren al-islam desa

tenggulun kecamatan solokuro kabupaten lamongan

1
mentransformasikan nilai-nilai islam moderat pada santri hingga

bagaimana capaiandari upaya tersebut. Tujuannya dengan

penelitian ini adalah mengetahui bagaiamana usaha pimpinan

pondok dalam mentransformasikan nilai-nilai islam moderat serta

hasilnya. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif

deskriptif analitis dengan menganalisis data menggunakan metode

sejarah yang meliputi: heuristic, kritik historis (intern dan

ekstern), interprestasi dan historigrafi. Hasilnya bisa diketahui

jika pimpinan pesantren menggunakan pendekatan karismatik

demokratis dengan beberapa contoh bentuknya adalah

menerapkan bandongan, sorogan, dan diskusi dalam

mentransformasikannilai-nilai islam moderat. Kemudian dari

transformasi nilai-nilai islam moderat tersebut didapati bahwa

para santri mampu berperilaku baik dan mewarnai sikap yang

baik sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an, Rasulullah dan ulama’

salaf.

3. penelitian yang ditulis oleh Muhammad Arfin, (2017) mahasiswa

program pascasarjana universitas islam negeri alauddin makassar,

dengan judul tentang implementasi nilai-nilai pendidikan karakter

pada sd negeri mannuruki makassar. Yang mengkaji tentang

mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter yang terintegrasi

pada pembelajaran di SD Manukkuri makassar, mendeskripsikan

implementasi nilai-nilai pendidikan karakter pada kegiatan

ekstrakulikuler di SD Manukkuri makassar dan mengungkap hasil

1
implementasi nilai-nilai pendidikan karakter pada SD Manukkuri

makassar. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan

pendekatan teologis normative, pedagogis dan psikologi. nilai-

nilai pendidikan karakter yang terintegrasi pada kegiatan proses

pembelajaran adalah religius, disiplin, tekun, rasa ingin tahu,

peduli, dan tanggung jawab. Sedangkan implementasi nilai-nilai

pendidikan karakter pada kegiatan ekstrakurikuler dilakukan

melalui kegiatan drumband, seni tari, olahraga, dan pengayaan

dengan cara memberikan motivasi, pemahaman, nasihat, sangsi,

keteladanan dan hadiah kepada peserta didik.

1
Tabel 1.1 Originalitas Penelitian
Nama Peneliti, Judul,
Bentuk
Orisinalitas
NO (Skripsi/Tesis/Jurnal/Dl Persamaan Perbedaan
penelitian
l), Penerbit,
Tahun Penelitian
1. Mulyadi “Metode 1. Sama dalam 1. Penelitian 1. Membahas
Penanaman Nilai‐Nilai pembentukan dengan bentuk mengenai
Agama Islam Dalam karakter santri. studi kasus. proses
Pembentukan Perilaku 2. Menggunakan 2. Lingkungan penerapan
Keagamaan Siswa di metode kualitatif pondok nilai-nilai
Sekolah Dasar Islam dalam penelitian. pesantren. pendidikan
Al‐Azhar 28 Solo Baru islam
Sukoharjo”,tesis, moderat.
Diterbitkan oleh program 2. Lingkunga
studi magister pendidikan
n Pondok
Islam program
pascasarjana universitas pesantren
Muhammadiyah putri sunan
Surakarta. 2012 drajad.
2. Maisaroh 1. Sama dalam 1. Penelitian 1. Membahas
Hayatin,“Transformasi pembahasan dengan bentuk mengenai
Nilai Islam Moderat: islam moderat studi kasus. penerapan
Studi Kasus Dipondok dilembaga 2. Lingkungan nilai-nilai
Pesantren Al-Islam Desa pendidikan. pondok pendidikan
Tenggulun Kecamatan 2. Menggunakan pesantren. islam
Solokuro metode moderat
Lamongan”.Diterbitkan kualitatif 2. Lingkungan
oleh program studi Ilmu Pondok
Aqidah Filsafat fakultas pesantren
Ushuluddin di IAIN putri sunan
Sunan Ampel Surabaya. drajad
2012
3. Arfin, Muhammad. 1. Sama dalam 1. Penelitian 1. Membahas
“implementasi nilai-nilai pembahasan dengan mengenai
pendidikan karakter pada nilai-nilai bentuk penerapan
sd negeri mannuruki pendidikan. pendekatan nilai-nilai
makassar”. Diterbitkan 2. Menggunakan teologis pendidikan
oleh mahasiswa program metode normative, islam
pascasarjana universitas kualitatif. pedagogis dan moderat
islam negeri alauddin psikologi. 2. Lingkungan
makassar. 2017. 2. Lingkungan Pondok
pendidikan pesantren
formal. putri sunan
drajad

1
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Nilai-Nilai Pendidikan Islam

1. Pengertian Nilai

Nilai merupakan terjemahan kata value yang berasal dari bahasa

latin valere atau bahasa prancis kuno valoir yang dapat dimaknai sebagai

harga. Nilai dari sesuatu atau hal ditentukan oleh hasil interaksi dua

variable atau lebih. Sementara itu, kluckohn dalam mulyana

mendefinisikan nilai sebagai konsepsi tersirat atau tersurat, yang sifatnya

membedakan individu atau ciri-ciri kelompok dari apa yang di inginkan,

yang mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir

tindakan.1

Definisi tentang nilai selanjutnya diungkapkan oleh sulaiman,

yang menjelaskan bahwa nilai adalah segala sesuatu yang dipentingkan

manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk

sebagai abstraksi, pandangan, atau maksud dari berbagai pengalaman

dengan seleksi perilaku yamg ketat. Artinya, dalam kehidupan

masyarakat nilai merupakan sesuatu untuk memberikan tanggapan atas

perilaku, tingkah laku, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan

aktivitas masyarakat baik secara kelompok maupun individu. Nilai yang

muncul tersebut dapat bersifat positif apabila akan berakibat baik, namun

1
Ahmad Muzakkil Ahmad, Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Multicultural Diperguruan Tinggi,
2016, H.3.
akan bersifat negative jika berakibat buruk pada obyek yang diberikan

nilai.2

Pengertian tentang nilai dalam kehidupan sebagaimana

dikemukakan taylor dalam imran manan, merupakan moral yang

termasuk bagian dari kebudayaan, yaitu standar tentang baik dan buruk,

benar dan salah, yang keseluruhannya dalam konsep yang lebih besar

termasuk kedalam nilai. Hal ini dilihat dari aspek penyampaian

pendidikan yang dikatakan bahwa pendidikan mencakup penyampaian

pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai.3 Nilai tidak jauh dari

pembicaraan soal benar salah atau nilai logis, baik buruk yang dikenal

dengan nilai etika atau moral, kemudian indah dan tidak indah atau biasa

disebut nilai estetika.

Dalam setiap kebudayaan maupun ajaran keagamaan, kedudukan

nilai sangatlah penting. Nilai adalah sesuatu yang berharga dan berguna

bagi manusia dalam kaitannya dengan harapan ataupun tujuan,

keyakinan, dan hal-hal lain yang bersifat batiniah sebagai pedoman

manusia bertingkah laku. Pada dasarnya setiap individu selalu

menggunakan nilai sebagai poros atau pusat kesadaran dalam setiap

tindakannya. Aktivitas sosial atau kelompok selalu terpengaruh atau

berpedoman pada sistem nilai yang berlaku pada masyarakat.

Definisi tentang nilai di atas sedikit menyinggung tentang

masyarakat dapat dilihat dari seberapa kuat proses pelembagaan nilai itu

2
Sulaiman, Struktur Social Dan Nilai Budaya Masyarakat Pedesaan, Yogyakarta: APD, 1992,
H.19
3
Imran Manan, Pendidikan Adalah Enkulturasi (Jakarta: Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan, 1989), H.19.

1
sendiri di lingkungan mereka. Masyarakat adalah tempat di mana sebuah

nilai yang telah disepakati mengendap dalam kehidupan mereka.

Menurut Peter L. Berger di dalam masyarakatlah, dan sebagai hasil dari

proses sosial, individu menjadi pribadi, ia memperoleh dan berpegang

pada suatu identitas, dan ia melaksanakan berbagai proyek yang menjadi

bagian kehidupannya.4 Dalam pandangan Berger individu sebenarnya

tengah berdialektika dalam masyarakat. Mereka akan dipengaruhi oleh

bangunan-bangunan, konstruksi-konstruksi sosial yang ada dan akan

mempengaruhi segi kehidupan manusia.

Menurut Berger, individu tidak diciptakan sebagai suatu benda

yang pasif dan lembam (diam). Sebaliknya, dia dibentuk selama suatu

dialog yang lama menurut pengertian literal adalah suatu dialektik yang

di dalamnya dia sebagai seorang peserta.Yaitu dunia sosial dengan

lembaga-lembaganya, peran-perannya, dan identitas-identitasnya tidak

secara pasif diserap individu, tetapi secara aktif diambil olehnya.5

Dengan demikian, nilai-nilai berarti sesuatu yang metafisis,

meskipun berkaitan dengan kenyataan konkret. Nilai tidak dapat kita

lihat dalam bentuk fisik, sebab nilai adalah harga sesuatu hal yang harus

dicari dalam proses manusia menanggapi sikap manusia yang lain. Nilai

juga berkaitan dengan kebaikan yang ada dalam inti suatu hal. Jadi nilai

merupakan kadar relasi positif antara sesuatu hal dengan orang tertentu.

Antara lain: nilai praktis, nilai sosial, nilai estetis, nilai cultural atau

4
Ahmad Fadli Azami, Pengembangan Aspek Nilai Dalam Pendidikan Pesantren Di Pp Nurul
Ummah, Jurnal Pemikiran Sosiologi, Vol,2. No.1, 2013. H.14.
5
Ibid, H.4

1
budaya, nilai religius, nilai susila atau moral.6 Dari beberapa definisi nilai

diatas terdapat satu titik temu yang menyebutkan bahwa nilai adalah

sesuatu yang tidak nampak. Namun demikian ketidaknampakan akan

bentuk nilai ini tidak lantas menjadikan nilai itu tidak ada, karena nilai

selalu melekat pada segala sesuatu yang ada disekitar manusia.

2. Pengertian pendidikan

Istilah pendidikan berasal pada bahasa Yunani yaitu “paedagogi”

artinya bimbingan yang diberikan kepada anak. Kemudian diterjemahkan

kepada bahasa Inggris dengan “education” artinya bimbingan. Pada

bahasa Arab diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti

pendidikan.7Namun menurut Sayed Muhammad Naquid al- Attas ta’dib

adalah istilah yang paling tepat digunakan untuk menggambarkan

pengertian pendidikan yang berarti mendidik, melatih, memperbaiki,

mendisiplin, dan memberi tindakan, sementara istilah tarbiyah itu terlalu

luas karena pendidikan pada istilah ini mencakup juga pendidikan untuk

hewan.8

Definisi pendidikan juga terdapat pada Undang-undang RI

Nomor. 20 Tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasanabelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan(Intelegensi),

6
Mardiatmadja, Tantangan Dunia Pendidikan, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1986), H.105.
7
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Cet.IX, Jakarta: Kalam Mulia, 2011), H.13.
8
Hj.Sitti Trimurni, Proses Penshalehan Anak Pada Keluarga Menurut Pendidikan Islam, (Cet.I;
Makassar: Alauddin University Press, 2011), H. 79.

1
akhlakmulia, keterampilan yang perlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara.9

Berdasarkan definisi pendidikan yang dikemukakan Azzumardi

Azra juga mengemukakan, bahwa pendidikan lebih pada kegiatan

mengajar. Pendidikan adalah suatu proses transformasi nilai dan

pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.

Pengajaran hanyalah sebagai suatu proses transfer ilmu belaka

atautransfer of knowledge, bukan pada suatu transformasi nilai dan

pembentukankepribadian, tapi lebih berorientasi pada pembentukan

spesialis yang terkurung pada ruang spesialisasinya yang sempit.10

Pendapat tersebut membedakan antara pendidikan dan pengajaran.

Perbedaannya terletak pada penekanan pendidikan yang lebih

mementingkan pemahaman daripada pengetahuan. Pendidikan sebagai

usaha sadar mengembangkan potensi individu kearah pembentukan

kepribadian.

Berdasarkan pendapat tersebut, penulis simpulkan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilakukan orang

dewasa kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi yang

dimilikinya agar tumbuh menjadi manusia yang cerdas, berkepribadian,

berakhlak mulia, dapat mempergunakan bakatnya dengansebaik-baiknya

dan berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam Islam agama disebut “ad din”, berarti kepatuhan, ketaatan.

Dalam bahasa Inggris disebut religi berarti kepercayaan dan

9
Republik Indonesia, Undang-Undang Ri Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Cet. I; Jogjakarta: Laksana, 2012), H. 11.
10
Azzumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi Dan Modernisasi Menuju Milenium Baru (Cet. I;
Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), H. 3.

1
penyembahan kepada Tuhan. Sedangkan “Dienullah” berarti agama

Allah. Secara etimologis agama adalah suatu peraturan Tuhan yang

mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal memegang peraturan

Tuhan itu dengan kehendak sendiri, untuk mencapai kebahagiaan dunia

dan akhirat.11

Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan

siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan

agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan

dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam

hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk

mewujudkan persatuan nasional.12

Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan

asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya

dapat memahami, mengenal, menghayati, mengimani dan mengamalkan

ajaran agama Islam serta dijadikan sebagai pandangan hidup, yang

bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadist.13

3. Tujuan pendidikan agama islam

Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk

meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman

peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim

11
Aminuddin Dkk, Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama Islam
(Jakarta: Graha Ilmu, 2006), H. 35.
12
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 75-76.
13
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014), 11.

2
yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia

dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.14

Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak

ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama

Islam, yaitu:15

a. Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.

b. Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta

didik terhadap ajaran agama Islam.

c. Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta

didik dalam menjalankan ajaran Islam yang telah diimani, dipahami dan

dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu mampu

menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan,

mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam

kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Allah SWT serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

4. Nilai-Nilai Pendidikan Islam

Nilai-nilai pendidikan islam terdiri dari empat bagian yaitu:

a. Nilai Tauhid atau Keimanan

Tauhid atau Keimanan merupakan salah satu pondasi utama

dalam ajaran Islam, yang sering disebut dengan rukun iman. Ada tiga

unsur pokok yang terkandung dalam makna kata iman, yaitu:

keyakinan, ucapan, dan perbuatan. Ini menandakan bahwa iman tidak

14
Muhaimin, Paradigma Pendidikan… 78.
15
Ibid…79

2
hanya cukup sebatas meyakini saja, tetapi harus diaplikasikan dalam

sebuah perbuatan. Begitupun dengan pendidikan keimanan, tidak

hanya ditempuh melalui hubungan antara hamba dan pencipta-Nya

secara langsung, tetapi juga melalui interaksi hamba dengan fenomena

alam dan lapangan kehidupan, baik sosial maupun fisik. Jadi

keimanan merupakan rohani bagi individu sebagai salah satu dimensi

pendidikan Islam yang tidak hanya ditempuh melalui hubungan antara

hamba dan pencipta-Nya saja.

b. Nilai Ibadah

Ibadah merupakan sesuatu yang harus dikerjakan manusiadengan

didasari sikap keikhlasan, ketulusan hati dan dilaksanakan karena

Allah Swt. Menyembah Allah Swt berarti memusatkan penyembahan

kepada Allah semata, tidak ada yang disembah dan mengabdikan diri

kecuali kepada-Nya. Pengabdian berarti penyerahan mutlak dan

kepatuhan sepenuhnya secara lahir dan batin bagi manusia kepada

Allah Swt. Beribadah berarti berbakti sepenuhnya kepada Allah Swt

yakni untuk mencapai tujuan hidup baik di dunia dan baik di akhirat.

Dengan demikian ibadah menjadi alat berinteraksi seorang hamba

dengan pencipta-Nya yang digunakan oleh manusia dalam rangka

memperbaiki akhlak dan mendekatkan diri kepada AllahSwt.

c. Nilai Akhlak

Akhlak berasal dari kata bahasa Arab yaitu “akhlaq”,

yangjamaknya ialah “khuluq” yang berarti perangai, budi, tabi’at,

adab. Ibnu Maskawaih seorang pakar bidang akhlak terkemuka

2
menyatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa

yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan

pemikiran dan pertimbangan. Begitupula halnya dengan Al Ghazali

menyatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa

yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan

mudah, tanpa memerlukan pemikirandan pertimbangan. Jadi akhlak

merupakan sifat yang sudah tertanam dalam diri seseorang yang

menimbulkan suatu perbuatan, yang dilakukan dengan mudah tanpa

pemikiran.16

d. Nilai Sosial

Menurut Abdul Hamid Al- Hasyimi Pendidikan sosial

adalah bimbingan orang dewasa terhadap anak dengan memberikan

pelatihan untuk pertumbuhan kehidupan sosial dan memberikan

macam-macam pendidikan mengenai perilaku sosial dari sejak dini,

agar hal itu menjadi elemen penting dalam pembentukan sosial yang

sehat.

Pendidikan sosial dalam Islam menanamkan orientasi dan

kebiasaan social positif yang mendatangkan kebahagian bagi

individu, kekokohan keluarga, kepedulian sosial, antara anggota

masyarakat, dan kesejahteraan umat manusia. Di antara kebiasaan dan

orientasi sosial tersebut ialah pengembangan kesatuan masyarakat,

persaudaraan seiman, kecintaan insani, saling tolong menolong,

kepedulian, musyawarah, keadilan sosial dan perbaikan di antara

Aminuddin, Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama Islam. (Jakarta:
16

Graha Ilmu, 2006). H.93.

2
manusia. Dengan demikian dapat dikatakan juga bahwa pendidikan

sosial merupakan aspek penting dalam pendidikan Islam, karena

manusia sudah fitrahnya merupakan makhluk sosial. Manusia tidak

akan bisa hidup tanpa orang lain, tanpa lingkungan dan alam

sekitarnya.17

B. Islam Moderat

A. Pengertian Islam Moderat

Moderat berarti menghindarkan perilaku yang ekstrem atau

pengungkapan yang ekstrem dan lebih memilih ke arah jalan tengah

dengan mempertimbangkan pandangan pihak lain. Moderat memiliki

arti yang sama dengan moderasi, yaitu pengurangan kekerasan atau

penghindaran keekstreman.18

Moderat dalam istilah Arab dikenal dengan kata tawasuth, at-

tawazun, atau al-wasathiyyah yang bermakna jalan tengah diantara

dua kutub yang saling berlawanan. Sikap tawasuth berarti sikap yang

berkaitan dengan prinsip hidup yang menjunjung tinggi perlakuan adil

serta lurus di tengah jalan kehidupan bersama. Bentuk-bentuk

kemoderatan dalam Islam dapat diklasifikasikan dalam berbagai

macam bentuk pranata kehidupan beragama antara lain, yaitu

keseimbangan teologi, keseimbangan ritual keagamaan, keseimbangan

moralitas dan budi pekerti, juga keseimbangan tasyri’ (pembentukan

hukum).19

17
Azzumardi Azra, Pendidikan Islam… H.12-13.
18
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indoneisa (Jakarta: Pusat Bahasa: 2008), H.
1035.
19
Abu Yazid, Islam Moderat (Jakarta: Erlangga, 2014), H.52.

2
Islam menjadi agama yang memiliki daya semangat toleransi

yang sangat besar. Islam bersikap moderat yakni adil dan mengambil

jalan tengah. Menurut Ibnu ‘Asyur, para ulama telah mencapai kata

mufakat bahwa sikap moderat yaitu tidak ekstrem ke kanan juga tidak

ekstrem ke kiri, yang demikian merupakan sikap yang mulia dan

sangat dianjurkan oleh Islam.

Moderat itulah jati diri islam. Islam tidaklah menghendaki sifat

berlebih-lebihan, bukan saja soal materi, tapi juga dalam hal

beragama. Beberapa dalil naqli baik Al-Qur’an dan hadist telah

memastikam hal tersebut.20

Secara terminologi ummatan wasathan diambil dari surat al-

baqarah ayat 143 yang berbunyi:

َ ْ
‫كون‬ َ َ َ َ ْ l ْ َ l َ
‫ع لى‬ ‫ه ۤدا‬ ‫و ك ذِ لك ج ع ل نك م‬
‫ال‬ ‫ي‬
ُ ْ ‫ال‬ ‫ا َء ش‬
ُ ‫ّر ُسو و‬ ّ ُ ْ َs ً ّ
ً
‫ن ا ِس و‬ ‫م ة َّو َس طا ِ ل تك و نوا‬
ََّّ َّ ْ َّ َ ْ
‫عليكم ش ِهيدا وما جعلنا ال ِقبلة الِ تيك نت عليهٓا ِالو ِلونعلم مون يت ِبُو‬
َّ َّ َ ْ َّ َّ َّ
َ
‫الرسُو ِمن ينق ِل ب على ع ِقبي ِه و ِان كانت لك ِبيرة ال علوى اَّو ِ ين هود‬

‫َ ل َر ُء ْو‬ ْ َُ ‫ا ُّلل َو َما َ ُّلل ل ُي ض ْي‬


‫ّلل‬ ‫ا‬ ِ ِ ‫ن‬
َ‫ٌف‬ ّ ‫م‬
‫بال‬ َ ْ
ٌ‫ِ ّر ح ْي م‬ ‫ِا ي مان ك ن ا‬ ‫ا كا‬
ِ ّ
‫ن ا ِس‬

Terjemah: Dan dengan demikian kami (Allah SWT) telah

menciptakan kamu (kaum muslimin) sebagai ummatan washatan agar

2
kamu sekalian dapat menjadi saksi atas diri kamu sekalian dan

sesungguhnyalah rasul (utusan Allah) menjadi saksi atas diri kamu

sekalian.” Penggunaan terminology ini ditujukan kepada umat islam

20
Muhammad Zainuddin. Islam Moderat Konsepsi, Interpretasi, Dan Aksi, Malang: UIN Maliki
Press.2016. H.75.

2
yang berada pada garis tengah (seimbang), atau tidak ekstrem dalam

pemahaman dan pengamalan islam.

Matharaf Ibn Abdullah Al-Syahir Al-Taba’i menegaskan

bahwa perkara yang paling baik adalah yang paling moderat. Dengan

cara itulah umat Islam akan menjadi kumpulan umat yang mampu

memberikan harapan untuk kehidupan yang lebih mengedepankan

dialog dan cara-cara damai.21

Asyraf Abdul Wahab menjelaskan bahwa aspek yang penting

dalam toleransi ialah meningkatkan kesabaran dan sikap moderat.

Sikap sabar memiliki makna yang mendalam, yaitu sikap yang tidak

melakukan kekerasan terhadap orang lain. Sabar memiliki kerelaan

untuk memaklumi eksistensi pihak lain dan seseorang yang sabar

tidak akan mengedepankan kekerasan sebagai jalan keluar dalam

menyelesaikan permasalahan yang ada. Sikap moderat juga tidak akan

mengambil langkah-langkah ekstrem dalam menyelesaikan persoalan

dan perbedaan yang dilakukan orang lain, hal ini dikarenakan

kesalahan dan perbedaan merupakan hal yang manusiawi.22

Sikap moderat yang telah ada dalam diri seseorang, apabila

sedang melakukan sebuah percakapan, maka tidak akan menjatuhkan

lawan, namun akan melakukan interaksi pemahaman yang bilamana

ditemukan titik temu maka memungkinkan untuk melakukan

kerjasama. Tetapi apabila terdapat perbedaan, maka dianggap sebagai

suatu realitas yang patut dihargai dan dihormati.Sikap moderat dan


21
Zuhairi Misrawi, Al-Quran Kitab Toleransi: Tafsir Tematik Islam Rahmatan Lil'âlamîn (Jakarta:
Grasindo, 2010), H.53.
22
Misrawi, H.173.

2
kesabaran merupakan salah satu sikap proaktif dalam rangka

mengedepankan toleransi.23

B. Nilai-Nilai Islam Moderat

Dasar-dasar hidup bermasyarakat bersendikan kepada sikap

tawassuth yaitu posisi dijalan tengah lurus, sikap i’tidal atau

berperilaku adil dengan tanggung jawab, sikap tasammuhyaitu

mengenali dan menghormati perbedaan dalam semua aspek

kehidupan(toleran), dan sikap tawazun yaitu menciptakan kesetaraan

atau keseimbangan.

a. Tawassuth (moderat)

yangberarti sikap tengah-tengah dan tidak ekstrim kiri

ataupun ekstrim kanan yakni bersifat lurus tengah-tengah.

berdasarkan dari firman Allah SWT: pada24

‫َل ش ِر ْي لا ˚ه ۚ او اُ ِم واانا ˚ا ْل س ِل ِم ْين‬


‫ذ ِل ْر ك اا\ َّو ت ُم‬² ‫ِب‬
‫ل‬ ‫ك‬
‫ا‬
Terjemah: tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang

diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama

berserah diri (muslim). (QS. Al-an’am:163).

Jika mencoba masuk pada dunia mahfudhot atau kata

mutiara dari negeri Arab, maka akan bisa kita temui (khoirul

umur awsathuha) “sebaik-baik perkara adalah yang berada di

tengah-tengahnya” yang membuat gamblang bahwa lebih atau

kurang dalam sesuatu hal adalah kurang baik.

2
23
Ibid, H.174.
24
Haidar Bagir, Islam Tuhan, Islam Manusia (Bandung: Mizan, 2017) H.130.

2
b. I’tidal

yang berarti tegak lurus atau menjunjung tinggikeadilan

ini berdasarkan dari firman Allah SWT: pada Al-Qur’an surat.

َّ َ َّ
َ ُ َ َ
َّ ‫َ ُم‬
‫ َْو رمنكم‬S‫يايها َاّ ِ ين ا نوا كونوا قوا ِمين ّلل شهداۤء بال قسو ولو‬
ِ ِ ِ
َّ َ َّ l
َّ ْ َّ ْ ْ ْ ْ
‫ تع ِدلوا ِاع ِدلوا ه و اقرب ِللتقوو و اتقووا ّالل ِان‬S‫شنان قو ٍم على ال‬
َ ْ ُ َ ْ َ ٌ ْ َ
‫ا ّلل خ ِب ي ٌۢر ِب ما ت ع م ل و ن‬
Terjemah: Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu

sekalian menjadi orang-orang yang tegak membela (kebenaran)

karena Allah menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil. Dan

janganlah kebencian kamu pada suatu kaum menjadikan kamu

berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena keadilan itu lebih

mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena

sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS.

Al-Maidah:8)

c. Tasammuh (toleran)

yang berarti menghargaiperbedaan serta mengahargai

orang yang mempunyai prinsip hidup yang tidaksama, namun

bukan berarti membenarkan atau mengakui keyakinan yang

berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini. Firman

Allah SWT:
َّ َ c ً َّ s ً َّ َ َّ c َ
ْ
‫ ل ِينا لعله يتذكر او َخشى‬S‫ َّه قول‬S‫فقول‬

3
Terjemah: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun)

dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar

atau takut. (QS. Thaha: 44).

d. Tawazun (menciptakan kesetaraan/keadilan)

yang berarti seimbang dalam segala hal, termasuk dalam

penggunaan dalil naqli (dalil yang bersumber dari Al-Qur’an

dan Hadits) maupun dalil aqli (dali yangbersumber dari akal

pikiran rasional). Firman Allah SWT:

َ ْ ُ l s َ ْ َ َ ُ
‫ل َي قو و م‬ ْ l ْ ُ ُ َ َ ْ َ ْ ْ َ
‫ر س ل نا ِبا ل َب ِي ن ْت م ع ه م الك توب وا ل ِم‬ ‫ل ق د ا ر س ل نا‬
َ َ ْ
َ َ ْ ‫و ا ن ز ل نا‬
‫يو َا ن‬
َ ْ ْ
‫ْ ٌ َّ َ َ ُ و ِل َي ع ل َم‬ ٌ ‫ال‬
ُ ‫ب أ س ش ِد ي د و م نا ِف‬ َ ْ
ْ‫َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ف‬ ْ ّ
‫ِلل‬ ‫نا ُس ِبا ل ِق س ِ& و ا ن ز ل نا ال ح ِد ي د ي ِه‬
ّ
‫ن ا ِس‬

ٌ
ࣖ ‫َق ِوي ع ِي زْ ز‬ ْ َ ْ cَ ُ ُ ‫ْ َّ ْ ص‬ ُ
‫و ر سل ه ِبا ل غ يب‬ ‫ا ّلل م ني ن‬
c
ّ َّ ‫ُر ه‬
‫ِان ا ل‬
‫ل‬
Terjemah: Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami

dengan bukti-bukti yang nyata dan kami turunkan bersama

mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku

adil. Dan Kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan,

hebat dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah

mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-

Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah

3
Maha kuat, Maha perkasa. (QS al-Hadid: 25).

Adapaun intisari dari nilai-nilai Islam moderat yang telah

dijelaskan di atas adalah sebagai berikut:

3
1) Dalam memahami realitas kehidupan kekinian, kaum

moderat lebih mengutamakan keadilan, kedamaian,

kesetaraan dan kemanusiaan.

2) Lebih mengutamakan kasih sayang dari pada kekerasan.

3) Saling menghargai satu sama lain.

4) Lebih mengutamakan sikap demokratis.

Nilai-nilai Islam Moderat dalam hal ini adalah nilai-nilai

Islam moderat yang terkandung dalam proses belajar mengajar

dan materi pembelajaran yang diintegrasikan pada pendidikan

karakter. Integrasi berarti percampuran, perpaduan dan

pengombinasian. Integrasi biasanya dilakukan dalam dua hal

ataulebih yang mana masing-masing dapat saling mengisi.25 Islam

merupakan agama yang mempunyai semangat toleransi yang

tinggi. Islam bersifat moderat yakni adil dan mengambil jalan

tengah. Kata moderat ini bila dihubungkan pada delapan belas

nilai pendidikan karakter, maka nilai karakter yang tepat untuk

menggambarkan nilai Islam moderat adalah religius, toleransi,

peduli sosial, demokratis dan cinta damai.

Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam

menjalankan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap

pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk

agama lain. Toleransi merupakan Sikap dan tindakan yang

menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan

Novan Ardy Wiyani, Konsep, Praktik Dan Strategi Membumikan Pendidikan Karakter Di SD
25

(Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2013), H. 89.

3
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Sedangkan peduli

sosial adalah Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.26

Demokratis adalah cara bersikap, cara berpikir dan

bertindak yang menilai secara sama antara hak dan kewajiban diri

sendiri dengan orang lain.27 Sedangkan cinta damai adalah Sikap,

perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa

senang dan aman atas kehadiran dirinya.28

C. Pengertian Pesantren

Pengertian pesantren berasal dari kata Santri dengan awalan pe

di depan dan akhiran an berarti tempat tingal para santri di Indonesia

istilah pesantren lebih populer dengan sebutan pondok pesantren. Lain

halnya dengan pesantren, pondok berasal dari bahasa arab funduq

yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal sederhana.

Pengertian secara etimologis tersebut mengidentifikasikan bahwa

secara kultural pesantren lahir dari budaya Indonesia, secara Historis

pesantren tidak hanya mengandung makna ke Islaman, tetapi juga

makna keaslian Indonesia. Sebab, memang cikal bakal lembaga

pesantren sebenarnya sudah ada pada masa Hindu-Budha, dan Islam

tinggal meneruskan, melestarikan, dan mengIslamkannya29.

26
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan.
H. 73-76.
27
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter: Konsepsi & Implementasi Secara Terpadu di
Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi dan Masyarakat. (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2013), H. 145.
28
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan.
H. 73-76.
29
Nurcholish Madjid. 1997. Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan.
Jakarta:Paramadina.H.3.

3
Pendapat serupa juga dapat dilihat dalam penelitian Karel A.

Steenbrink yang menggemukakan bahwa Secara terminologis dapat

dijelaskan bahwa pendidikan pesantren, dilihat dari segi bentuk dan

sistemnya, berasal dari India, Sebelum proses penyebaran Islam di

Indonesia, sistem tersebut telah dipergunakan secara umum untuk

pendidikan dan pengajaran agama Hindu di Jawa. Setelah Islam

masuk dan tersebar di Jawa, sistem tersebut kemudian diambil oleh

Islam30.

Bisa dilihat dari sistem pengajaran yang diterapkan di dunia

pesantren, memang terdapat kemiripan dengan tata laksana pengajaran

dalam ritual keagamaan Hindu, dimana terdapatnya penghormatan

yang besar oleh murid (santri) kepada kiainya. Sehubungan dengan

hal ini Cak Nur menggambarkan, kiai duduk di atas kursi yang

dilandasi bantal dan para santri duduk mengelilinginya. Dengan cara

begini timbul sikap hormat, dan sopan oleh para santri terhadap kiai

seraya dengan tenang mendengarkan uraian-uraian yang disampaikan

kiainya31. Sehingga peran kiai sangat fenomenal dan signifikan dalam

keterlangsungan atau eksistensi sebuah pesantren, sebab kiai adalah

sebuah elemen dari beberapa elemen dasar sebuah pesantren.

Adapun pesantren memiliki sifat kesederhanaan, dimana kiai

mengajar dan santri belajar, semata-mata untuk ibadah lillahi ta’ala

dan tidak pernah dihubungkan dengan tujuan tertentu dalam lapangan

Karel A. Steenbrink. 1994. Pesantren, Madrasah, Sekolah, Pendidikan Islam dalamKultur


30

Modern. Jakarta: LP3ES. H.20-21.

Nurcholish Madjid. 1997. Bilik-Bilik Pesantren.H.63.


31

3
penghidupan, tingkat dan jabatan tertentu dalam hirarki sosial atau

birokrasi kepegawaian. Kalaupun ada target yang akan dicapai maka

satu-satunya adalah tercapainnya title MMAS (Mukim, Muslim, Alim,

Shalih). Adapun mata pelajaran sebagian besar pesantren terbatas pada

pemberian ilmu yang secara langsung membahas masalah ‘aqidah,

syari’ah, dan bahasa Arab dengan ilmu alatnya seperti: nahwu, sharaf,

bayan, ma’ani, badi’, dan arudl, tharikh, mantiq, dan tasawuf. Dua

materi terakhir ini biasanya diberikan pada pengajian tingkat lanjutan.

Ada pula pesantren yang memberikan ilmu falak secara mendalam.

Karena kiai adalah tokoh pokok dalam pesantren, maka masing-

masing pesantren memiliki keistimewaan sendiri-sendiri dalam bidang

tertentu sesuai dengan keahlian masing-masing.32

D. Implementasi Dalam Membentuk Karakter Santri

Secara bahasa karakter berasal pada bahasa latin “ kharakter”,

“kharassein”,“kharax”, pada bahasa inggris “character” adalah

“charassein” yang berartimembuat tajam, membuat pada, 8 dan “to

mark” menandai dan memfokuskan, mengaplikasikan nilai – nilai

kebaikan pada bentuk tindakan atau tingkah laku.33

Seseorang yang berperilaku tidak jujur atau suka berbohong,

kejam, dan rakus. dikatakan sebagai orang yang berperilaku jelek,

sementara orang yang jujur, dikatakan sebagai orang yang berkarakter

mulia. Sedangkan menurut pusat Bahasa Depdiknas, karakter adalah

bawaan hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,personalitas,

Abdurrahman Wahid. 1988. Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES. H.86.


32

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi Dan Aplikasinya Pada Lembaga Pendidikan
33

(Cet. II; Jakarta: Kencana, 2012), H. 12.

3
sifat, tabiat, tempramen, dan watak, sementara, yang disebut dengan

berkarakter ialah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan

berwatak.34

Adapun istilah yang senada dengan karakter adalah akhlak.

Akhlak berartibudi pekerti, tingkah laku, perangai. Secara etimologi

akhlak berasal pada kata Khalaqa berarti mencipta, membuat, atau

Khuluqun berarti perangai, tabiat, adat atau khalqun berarti kejadian,

buatan, ciptaan.35 Kata akhlak beserta dengan bentuknya tersebut bisa

dibandingkan atau dianalogikan dengan firman Allah swt:

‫ع ِظ ْي ٍم‬ ُ l َ ‫و‬
‫ل‬ ‫ع‬
‫ِان‬
‫ٍق‬ ‫ّ لى ك‬
‫خ‬ َ
‫ل‬

Terjemah: Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi

pekerti yang Luhur (QS. Al-Qalam:4).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa karakter

dan akhlak secara prinsipil tidak ada perbedaan karena keduanya

merupakan ciri khas yangmelekat pada diri seseorang, sifat batin

manusia yang mempengaruhi perbuatan dan tindakannya. Cuma yang

membedakan antara akhlak dengan karakter adalah akhlak lebih

agamis dibandingkan dengan karakter. Karakter yang terlihat pada

setiap tingkah laku individu akan dinilai oleh masyarakat baik ataupun

buruknya menurut standar moral dan etika yang berlaku.

3
34
Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah (Jogjakarta:
Laksana, 2011), H. 19.
35
Zainuddin Ali, Pendidikan Islam (Cet. II; Jakarta Bumi Aksara, 2008), H. 29.

3
Russel William mengilustrasikan bahwa karakter adalah ibarat

“otot”. “Otot-otot” karakter menjadi lembek apabila tidak pernah

dilatih, dan akan kuat dan kokoh kalau sering dilatih. Seperti orang

binaragawan (body builder) yang terus menerus berlatih untuk

membentuk otot-ototnya. “Otot-otot” karakter akan terbentuk dengan

praktik-praktik latihan yang akhirnya akan menjadi kebiasaan.36

Pendapat tersebut sangat jelas menyatakan bahwa karakter

individu akan terbentuk melalui latihan-latihan dan pembiasaan.

Implementasi pendidikan kerakter tidak bisa hanya sekadar

mentransfer ilmu pengetahuan saja, akan tetapi perlu proses seperti:

teladan, pembiasaan pada lingkungan peserta didik baik pada

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan

masyarakat.

Pakar pendidikan sepakat bahwa pembentukan karakter

ditentukan oleh dua faktor, yaitu nature (bawaan) dan nurture

(sosialisasi dan lingkungan).37 Agama mengajarkan bahwa setiap

manusia mempunyai kecenderungan (fitrah) untuk mencintai

kebaikan.Namun, fitrah ini bersifat potensial, termanifestasi ketika

anak dilahirkan. Jadi, walaupun manusia mempunyai fitrah kebaikan,

tapi tidak pada lingkungan yang baik maka anak dapat berubah

sifatnya menjadi sifat binatang bahkan lebih buruk lagi. Oleh karena

itu, potensi tersebut harus diikuti Pendidikan dan sosialisasi yang

36
Bambang Q Anees & Adang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis Al- Qur’an (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2008), H. 99.
37
Ratna Megawati, Solusi Tepat Untuk Membangun Bangsa (Cet, III; Jakarta: Indonesia Heritage
Foundatioan, 2009), H. 23.

3
berkaitan dengan nilai kebajikan, baik di lingkungan keluarga,

sekolah, maupun lingkungan masyarakat luas, sangat penting pada

pembentukan karakter seorang anak sebagaimana sabda Rasulullah

Muhammad SAW.

Setiap anak yang lahir, dilahirkan pada keadaan suci, orang

tuanyalah yang menjadikannya bangsa yahudi atau nasrani atau

majusi”.(H.R.Bukhari)38 Berdasarkan hadist di atas, dapat dipahami

bahwa setiap anak itu dilahirkan pada keadaan suci. Anak yang baru

lahir adalah gambaran awal bahwa manusia membawa potensi

kebajikan. Jika potensi kebajikan ini tidak dibina secara baik

makakelak anak akan manjadi manusia bermental amoral.

Dengan demikian, pendidikan karakter dapat disimpulkan

sebagai segala upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh orang

dewasa untuk mengimplementasikan nilai-nilai karakter pada diri

individu, agar menjadi manusia yang berpikir dewasa, memiliki

mental yang kuat sehingga mampu menghadapi permasalahan yang

ada, berkepribadian, bertingkah laku baik sesuai norma agama yang

diwujudkan pada interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, dan sesama

manusia.

1. Strategi Pembentukan Karakter

Dalam menerapkan ajaran, tentunya dibutuhkan strategi atau

cara agar bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan goals dari suatu

proses penerapan yang ingin dicapai. Pendidikan islam sendiri

38
Muhammad Bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Al- Bukhari Juz I (Indonesia: Maktabah Dahlan,
T.Th), H. 532.

4
penerapannya akan berkaitan dengan nilai-nilai, hal ini tentu saja

dalam lingkup pendidikan islam adalah yang melingkupi penerapan

ajaran ataupun nilai-nilai agama.39

Strategi yang dimaksud disini adalah proses pembentukan

karakter pada peserta didik. Adapun beberapa strategi yang dapat

diterapkan dalam upaya membentuk karakter adalah melalui: teladan,

pembiasaan, pengawasan, dan hukuman.40

a) Teladan

Teladan merupakan sikap yang ada dalam pendidikan Islam

dan telah dipraktikkan sejak zaman Rasulullah. Keteladanan ini

memiliki nilai yang penting dalam pendidikan Islam, karena

memperkenalkan perilaku yang baik melalui keteladanan, sama

halnya memahami sistem nilai dalam bentuk nyata. Strategi dengan

keteladanan adalah internalisasi dengan cara memberi contoh-

contoh kongkrit pada anak didik. Dalam pendidikan, pemberian

contoh-contoh ini sangat ditekankan karena tingkah laku seorang

pendidik mendapatkan pengamatan khusus dari para anak didik.

Melalui strategi keteladanan ini, secara tidak langsung seorang

pendidik memasukkan pembelajaran. Maksud dari sini adalah nilai-

nilai moral religious seperti ketaqwaan, kejujuran, keikhlasan, dan

tanggung jawab yang ditanamkan kepada anak didik merupakan

sesuatu yang sifatnya hidden curriculum. Memberikan contoh yang

39
Muhaimin, Pemikiran Dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam (Jakarta: Rajawali
Pers, 2008) H.136
40
Tim Dosen FakultasTarbiyah IAIN Wali Songo Semarang, Metodologi Pengajaran Agama
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999) H. 127

4
baik pada kehidupan sehari-hari terutama dilingkungan sekolah dan

lingkungan pesantren.41

Sebagai sifat peserta didik yang suka meniru, maka

semestinya pendidik dan unsur-unsur yang berkaitan memberikan

contoh atau teladan untuk para santri di lingkungan pesantren.

b) Pembiasaan

Pembiasaan termasuk sebagai salah satu pembentukan

budaya. Dengan mengulang-ulang sesuatu akan membuat sesuatu

itu mudah diterima. Pembiasaan adalah hal yang sangat penting

dan hal mendasar untuk membentuk dan merubah sebuah sikap

atau perilaku. Kebiasaan adalah perbuatan yang di ulang-ulang

sehingga menjadi mudah untuk dikerjakan.42 Strategi pembiasan

ini afektif untuk diajarkan kepada anak didik. Apabila anak didik

dibiasakan dengan akhlak yang baik, maka akan tercermin dalam

kehidupan sehari-hari.43 Setelah peserta didik paham dan

menerapkan perbuatan baik yang telah dikenalkan kemudian

dilakukan pembiasaan dengan cara melakukan baik tersebut

secara berulang-ulang agar peserta didik terbiasa melakukan hal-

hal yang baik.44 Ditegaskan pada Firman Allah:

‫سان ط ْين‬ ‫سن شي خلا وبا\ ْ ق ا‬ ‫اَّل ِذ ي‬


‫من‬ ‫كل ٍء قا دا\ا ل َِل ْن‬ ‫ا\اح‬
\‫˚ه ا‬
‫خ‬

41
Syafi‟i Ma‟arif, Pemikiran Tentang Pembaharuan Islam di Indonesia (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1991), H. 59.
42
Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), H.67.

4
44
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi Dan Aplikasinya Pada Lembaga Pendidikan
(Cet. II; Jakarta: Kencana, 2012), H. 25.

4
Terjemah: Yang memperindah segala sesuatu yang Dia

ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah, (QS.

Al- Sajadah: 7)

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan

kepadanya roh ciptaanNya dan Dia menjadikan bagi kamu

pendengaran, penglihatan dan hati (tetapi) kamu sedikit sekali

bersyukur. Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT.,

memberikan manusia indra pendengaran menyangkut pembinaan,

pengajaran dan nasihat, penglihatan berupa pembiasaan dan hati

menyangkut keteladan. Ini Merupakan dasar-dasar pada

pembentukan karakter peserta didik. Peserta didik memiliki

pemikiran yang masih labil akan mudah terpengaruh dengan

lingkungan atau keadaan di sekitar sehinggaapa yang dia lihat dan

didengar maka itu juga yang terbentuk secara pelan-pelan pada

memori peserta didik.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa

untuk membentuk karakter peserta didik maka harus dibekali

pengetahuan, pemahaman, keteladanan, pembiasaan untuk

melakukan hal-hal yang baik yang sesuai dengan ajaran

agamaIslam.

c) Pengawasan

Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang mudah

berbuat salah ataupun lupa, sehingga dibutuhkan control atau

pengawasan guna mencegah kemungkinn penyimpangan. Dengan

4
adanya pengawasan, maka seluruh peserta didik tidak akan jauh

dari jalur yang sudah ditetapkan dilingkungan pendidikan.

d) Hukuman

Hukuman sifatnya adalah untuk memberikan efek jera

kepada peserta didik yang telah melanggar peraturan yang sudah

ditetapkan. Rasa bersalah dan penyesalan yang muncul itulah

yang nantinya akan membuat peserta didik untuk tidak

melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan beberapa strategi di atas, menurut penulis

yang benar-benar harus ditekankan pada peserta didik yang

pertama yaitu keteladanan. Karena dengan keteladanan yang

dicontohkan oleh sang pendidik, maka peserta didik akan cepat

bahkan akan langsung memperaktekkan apa yang mereka lihat.

Keteladanan itu dapat dilihat dalam diri Rasulullah dengan

mengikuti ajaran Al-Qur`an dan sunnah Rasulullah SAW. Hal

ini sebagimana dalam Al-Qur`an Surat Al Ahzab Ayat 21:

\ٌ‫هلال اُ وة حسنا\ة‬ ‫لا ك ْم ْو‬ ‫لاقا‬


‫ِ ا‬
‫كان ِفى ر ل س‬
‫س‬
Artinya: Sesungguhya telah ada pada diri Rasulullah itu suri

teladan yang baik bagimu.

Selain ke empat strategi di atas, menurut penulis

berdasarkan praktek pendidikan sehari-hari, masih ada beberapa

metode yang lain seperti; tanya jawab, ceramah, diskusi, dan

lain-lain. Semua strategi yang ada hendaklah digunakan secara

4
bersamaan atau berkelanjutan karena antara satu strategi dengan

strategi lainnya saling berkesinambungan.

2. Pilar-pilar dalam membentuk karakter santri

Untuk membentuk karakter santri yang baik, maka diperlukan

adanya penanaman nilai sehingga menjadi karakter yang diperlukan

beberapa tahapan. Adapun komponen tersebut adalah sebagai berikut:45

a. Moral knowing

Moral knowing (pengetahuan moral) berhubungan dengan

bagaimana seorang individu mengetahui sesuatu nilai yang abstrak.

Komponen ini memiliki enam dimensi, yaitu:

1) Moral awareness (kesadaran moral)

Kesadaran moral berarti seseorang menyadari ada hukum moral

yang mengatur kehidupannya. Kegagalan moral yang sering terjadi

pada diri manusia dalam semua tingkatan usia merupakan kebutaan

moral, kondisi dimana seseorang tidak mampu melihat bahwa

situasi yang sedang mereka hadapi melibatkan masalah moral dan

membutuhkan pertimbangan yang lebih matang. akan kesadaran

moral ini dianggap sesuatu yang sangat penting untuk dimiliki oleh

setiap individu.

2) Knowing moral values (pengetahuan nilai moral)

Nilai moral seperti bertanggung jawab terhadap orang lain,

menghormati kehidupan dan kemerdekaan orang lai, kejujuran,

Thomas Lickona, Educating For Characterhow Our School Can Teach Respect And
45

Responsibility, (New York:Bantam Books, 1992), H.53-62

4
keadilan, toleransi, sopan santun, disiplin diri, integritas, belas

kasih, kedermawanan, dan keberanian merupakan faktor penentu

dalam membentuk pribadi yang baik. Maka dari itu, dianggap

sangat penting bagi setiap individu untuk mengetahui setiap nilai-

nilai moral yang ada.

3) Perspectivetaking (memahami sudut pandang lain)

Pengambilan perspektif merupakan kemampuan untuk

mengambil sudut pandang seseorang, melihat dari sudut pandang

orang lai, membayangkan bagaimana mereka akan berpikir,

merasa, dan bereaksi. Ini merupakan prasarat bagi pertimbangan

moral, seseorang tidak dapat menghormati orang dengan baik dan

bertindak dengan adil terhadap mereka jika tidak memahami

mereka.

4) Moral reasoning (penalaran moral)

Penalaran moral adalah memahami makna sebagai orang yang

bermoral dan mengapa seseorang harus bermoral.

5) Decision making (membuat keputusan)

Mampu memikirkan langkah yang mungkin akan diambil

seseorang yang sedang menghadapi persoalan moral disebut

sebagai keterampilan pengambilan keputusan reflektif.

6) Self knowledge (memahami diri sendiri)

Memahami diri sendiri merupakan pengetahuan moral yang

paling sulit untuk dikuasai, tetapi penting bagi pengembangan

karakter. Untuk menjadi orang yang bermoral diperlukan

4
kemampuan mengulas perilaku diri sendiri dan mengevaluasi

secara kritis.

b. Moral feeling

Moral feeling (perasaan moral). Moral feeling (sikap moral)

merupakan tahapan tingkat lanjut, dimana jika pada komponen pertama

merupakan penekanan terhadap aspek pengetahuan/kognitif, maka pada

komponen kedua lebih ditekankan pada aspek perasaan/afektif, yang

mana peserta didik dapat merasakan dan mempercayai dengan apa yang

telah mereka terima pada komponen pertama. Pada komponen ini

meiliki enam dimensi, antara lain:

1) Conscience (nurani)

Hati nurani mempunyai dua sisi, yaitu sisi kognitif dan sisi

emosional. Sisi kognitif menuntun seseorang dala, menentukan yang

benar, sedangkan sisi emosional menjadikan seseorang merasa

berkewajiban untuk melakukan hal yang baik.

2) Self esteem (harga diri)

Jika seseorang memiliki penghargaan diri yang sehat, mereka

akan mampu menghargai dirinya sendiri. Dan apabila seseorang

menghargai dirinya sendiri, maka mereka akan menghormati dirinya

sendiri. Dengan demikian, kecil kemungkinan bagi seseorang

tersebut untuk merusak tubuh dan pikirannya atau membiarkan

orang lain merusaknya.

4
3) Empathy (empati)

Empati merupakan kemampuan diri untuk mengenali atau

merasakan keadaan yang telah dialami orang lain. Empati

merupakan sisi emosional dari pengambilan perspektif.

4) Loving thegood (cinta kebaikan)

Ciri lain dari bentuk karakter yang tertinggi adalah ketertarikan

murni yang tidak dibuat-buat pada kebaikan, jika orang mencintai

kebaikan, mereka akan senang melakukan kebaikan, cinta akan

melahirkan hasrat, bukan hanya kewajiban.

5) Self control (kontrol diri)

Emosi dapat menghanyutkan akal. Itulah mengapa kontrol diri

merupakan perekat moral yang sangat penting.

6) Humility (rendah hati)

Kerendahan hati merupakan bagian dari pemahaman diri. Sebuah

bentuk keterbukaan murni terhadap kebenaran sekaligus kehendak

untuk berbuat sesuatu demi memperbaiki kegagalan.46

c. Moral action (tindakan moral)


Tindakan moral merupakan produk dari dua bagian karakter yang

lainnya. Jika seseorang memiliki kualitas moral intelektual dan

emosional, mereka memiliki kemampuan melakukan tindakan yang

menurut pengetahuan dan perasaan mereka adalah tindakan yang benar.

Namun terkadang seseorang bisa berada dalam keadaan dimana mereka

mengetahui apa yang harus dilakukan, merasa harus melakukannya,

46
Ibid, H.30.

4
tetapi masih belum bisa menerjemahkan perasaan dan pikiran tersebut

dalam sebuah tindakan.

Setelah santri melalui komponen yang kedua, selanjutnya moral

feeling akan mengantarkan masuk pada komponen ketiga, yaitu moral

action (perilaku moral). Dimana moral action (perilaku moral)

dibangun atas tiga dimensi, yaitu:

1) Competence (kompetensi)

Kompetensi merupakan kemampuan mengubah kemampuan

pertimbangan dan perasaan moral ke tindakan moral yang efektif.

Untuk menyelesaikan sebuah konflik secara adil contohnya,

seseorang memerlukan keterampilan praktis seperti mendengarkan,

mengungkapkan pendangannya tanpa mencemarkan nama baik

orang lain, dan melaksanakan solusi yang dapat diterima semua

pihak.

2) Will (keinginan)
Dalam situasi-situasi moral tertentu, membuat sebuah pilihan

moral biasanya merupakan hal yang lumayan sulit, kehendak

dibutuhkan untuk menahan godaan, bertahan dari tekanan, dan

melawan gelombang. Kehendak adalah inti keberanian moral

3) Habit (kebiasaan)

Kebiasaan adalah faktor pembentuk perilaku moral. William

Bennet menyatakan bahwa orang-orang yang mempunyai karakter

baik bertindak sungguh-sungguh, berani, loyal, berbudi dan adil

5
tanpa banyak tergoda oleh hal-hal sebaliknya. Mereka malakukan

hal yang benar karena telah memnjadi kebiasaan47

Dari tiga dimensi diatas moral action (perilaku moral) inilah

puncak dari keberhasilan dari pembentukan karakter santri, dimana

santri mampu mempraktikkan nilai nilai pendidikan dalam

kehidupan sehari-hari.

Ketiga komponen tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain.

Secara ideal, karakter seseorang tidak akan terwujud hanya dengan

mengandalkan kemampuan atau potensi yang matang, namun perlu

adanya kecerdasan emosional dan tindakan tegas. Dengan

demikian, pengetahuan seseorang akan tercermin pada tingkah

lakunya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter

Karakter seseorang bersifat tidak permanen, dan dapat

ditumbuhkembangkan dengan cara latihan-latihan rutin yang dapat

mendorong perkembangannya.

Adapun Faktor yang mempengaruhi karakter seseorang, Secara garis

besar ada dua faktor yang mempengaruhi karakter seseorang, yaitu:

a. Faktor internal

Faktor internal adalah semua unsur kepribadian yang mana secara rutin

mempengaruhi perilaku manusia, yang meliputi insting biologis,

kebutuhan psikologis, dan kebutuhan pemikiran.

b. Faktor eksternal

47
Ibid, H.85-87.

5
Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar manusia, akan

tetapi dapat mempengaruhi perilaku manusia, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Hal-hal yang termasuk dalam faktor eksternal ini

adalah lingkungan keluarga, lingkungan sosial, dan lingkungan

pendidikan.

Karakter seseorang dapat dibentuk melalui beberapa serangkaian yang

merujuk pada sikap (attitude), perilaku (behavior), motivasi (motivations),

dan keterampilan (skill) akan tetapi proses ini sangat membutuhkan

layanan bimbingan dan konseling yang berkelanjutan.

Berdasarkan pemaparan diatas, bisa diambil kesimpulan bahwa

pendidikan Islam adalah usaha sadar dalam membimbing, membina,

mengajarkan dan mengarahkan berbagai macam potensi yang dimiliki

peserta didik sesuai dengan fitrah dan ajaran agamanya agar terjadi

perkembangan atau perubahan dalam sikap kemanusiaannya sebagai

makhluk sosial yang bermanfaat untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara yang berdasarkan nilai-nilai Islam yang berpedoman pada al-

Qur`an dan hadits.48

Bayu Alif Ahmad Yasin Hanifatulloh, Implementasi Pendidikan Islam Moderat Dalam
48

Pembentukan Karakter Santri Di Pondok Pesantren Darussalam Ciamis Jawa Barat.H.8.

5
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Nilai-Nilai Pendidikan Islam

1. Pengertian Nilai

Nilai merupakan terjemahan kata value yang berasal dari bahasa

latin valere atau bahasa prancis kuno valoir yang dapat dimaknai sebagai

harga. Nilai dari sesuatu atau hal ditentukan oleh hasil interaksi dua

variable atau lebih. Sementara itu, kluckohn dalam mulyana

mendefinisikan nilai sebagai konsepsi tersirat atau tersurat, yang sifatnya

membedakan individu atau ciri-ciri kelompok dari apa yang di inginkan,

yang mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir

tindakan.1

Definisi tentang nilai selanjutnya diungkapkan oleh sulaiman,

yang menjelaskan bahwa nilai adalah segala sesuatu yang dipentingkan

manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk

sebagai abstraksi, pandangan, atau maksud dari berbagai pengalaman

dengan seleksi perilaku yamg ketat. Artinya, dalam kehidupan

masyarakat nilai merupakan sesuatu untuk memberikan tanggapan atas

perilaku, tingkah laku, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan

aktivitas masyarakat baik secara kelompok maupun individu. Nilai yang

muncul tersebut dapat bersifat positif apabila akan berakibat baik, namun

1
Ahmad Muzakkil Ahmad, Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Multicultural Diperguruan Tinggi,
2016, H.3.
akan bersifat negative jika berakibat buruk pada obyek yang diberikan

nilai.2

Pengertian tentang nilai dalam kehidupan sebagaimana

dikemukakan taylor dalam imran manan, merupakan moral yang

termasuk bagian dari kebudayaan, yaitu standar tentang baik dan buruk,

benar dan salah, yang keseluruhannya dalam konsep yang lebih besar

termasuk kedalam nilai. Hal ini dilihat dari aspek penyampaian

pendidikan yang dikatakan bahwa pendidikan mencakup penyampaian

pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai.3 Nilai tidak jauh dari

pembicaraan soal benar salah atau nilai logis, baik buruk yang dikenal

dengan nilai etika atau moral, kemudian indah dan tidak indah atau biasa

disebut nilai estetika.

Dalam setiap kebudayaan maupun ajaran keagamaan, kedudukan

nilai sangatlah penting. Nilai adalah sesuatu yang berharga dan berguna

bagi manusia dalam kaitannya dengan harapan ataupun tujuan,

keyakinan, dan hal-hal lain yang bersifat batiniah sebagai pedoman

manusia bertingkah laku. Pada dasarnya setiap individu selalu

menggunakan nilai sebagai poros atau pusat kesadaran dalam setiap

tindakannya. Aktivitas sosial atau kelompok selalu terpengaruh atau

berpedoman pada sistem nilai yang berlaku pada masyarakat.

Definisi tentang nilai di atas sedikit menyinggung tentang

masyarakat dapat dilihat dari seberapa kuat proses pelembagaan nilai itu

2
Sulaiman, Struktur Social Dan Nilai Budaya Masyarakat Pedesaan, Yogyakarta: APD, 1992,
H.19
3
Imran Manan, Pendidikan Adalah Enkulturasi (Jakarta: Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan, 1989), H.19.

1
sendiri di lingkungan mereka. Masyarakat adalah tempat di mana sebuah

nilai yang telah disepakati mengendap dalam kehidupan mereka.

Menurut Peter L. Berger di dalam masyarakatlah, dan sebagai hasil dari

proses sosial, individu menjadi pribadi, ia memperoleh dan berpegang

pada suatu identitas, dan ia melaksanakan berbagai proyek yang menjadi

bagian kehidupannya.4 Dalam pandangan Berger individu sebenarnya

tengah berdialektika dalam masyarakat. Mereka akan dipengaruhi oleh

bangunan-bangunan, konstruksi-konstruksi sosial yang ada dan akan

mempengaruhi segi kehidupan manusia.

Menurut Berger, individu tidak diciptakan sebagai suatu benda

yang pasif dan lembam (diam). Sebaliknya, dia dibentuk selama suatu

dialog yang lama menurut pengertian literal adalah suatu dialektik yang

di dalamnya dia sebagai seorang peserta.Yaitu dunia sosial dengan

lembaga-lembaganya, peran-perannya, dan identitas-identitasnya tidak

secara pasif diserap individu, tetapi secara aktif diambil olehnya.5

Dengan demikian, nilai-nilai berarti sesuatu yang metafisis,

meskipun berkaitan dengan kenyataan konkret. Nilai tidak dapat kita

lihat dalam bentuk fisik, sebab nilai adalah harga sesuatu hal yang harus

dicari dalam proses manusia menanggapi sikap manusia yang lain. Nilai

juga berkaitan dengan kebaikan yang ada dalam inti suatu hal. Jadi nilai

merupakan kadar relasi positif antara sesuatu hal dengan orang tertentu.

Antara lain: praktis, nilai social, nilai estetis, nilai cultural atau budaya,

4
Ahmad Fadli Azami, Pengembangan Aspek Nilai Dalam Pendidikan Pesantren Di Pp Nurul
Ummah, Jurnal Pemikiran Sosiologi, Vol,2. No.1, 2013. H.14.
5
Ibid, H.4

1
nilai religius, nilai susila atau moral.6 Dari beberapa definisi nilai diatas

terdapat satu titik temu yang menyebutkan bahwa nilai adalah sesuatu

yang tidak nampak. Namun demikian ketidaknampakan akan bentuk nilai

ini tidak lantas menjadikan nilai itu tidak ada, karena nilai selalu melekat

pada segala sesuatu yang ada disekitar manusia.

2. Pengertian pendidikan

Istilah pendidikan berasal pada bahasa Yunani yaitu “paedagogi”

artinya bimbingan yang diberikan kepada anak. Kemudian diterjemahkan

kepada bahasa Inggris dengan “education” artinya bimbingan. Pada

bahasa Arab diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti

pendidikan.7Namun menurut Sayed Muhammad Naquid al- Attas ta’dib

adalah istilah yang paling tepat digunakan untuk menggambarkan

pengertian pendidikan yang berarti mendidik, melatih, memperbaiki,

mendisiplin, dan memberi tindakan, sementara istilah tarbiyah itu terlalu

luas karena pendidikan pada istilah ini mencakup juga pendidikan untuk

hewan.8

Definisi pendidikan juga terdapat pada Undang-undang RI

Nomor. 20 Tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasanabelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan(Intelegensi),

6
Mardiatmadja, Tantangan Dunia Pendidikan, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1986), H.105.
7
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Cet.IX, Jakarta: Kalam Mulia, 2011), H.13.
8
Hj.Sitti Trimurni, Proses Penshalehan Anak Pada Keluarga Menurut Pendidikan Islam, (Cet.I;
Makassar: Alauddin University Press, 2011), H. 79.

1
akhlakmulia, keterampilan yang perlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara.9

Berdasarkan definisi pendidikan yang dikemukakan Azzumardi

Azra jugamengemukakan, bahwa pendidikan lebih pada kegiatan

mengajar. Pendidikan adalahsuatu proses transformasi nilai dan

pembentukan kepribadian dengan segala aspekyang dicakupnya.

Pengajaran hanyalah sebagai suatu proses transfer ilmu belaka

atautransfer of knowledge, bukan pada suatu transformasi nilai dan

pembentukankepribadian, tapi lebih berorientasi pada pembentukan

spesialis yang terkurung pada ruang spesialisasinya yang sempit.10

Pendapat tersebut membedakan antara pendidikan dan pengajaran.

Perbedaannya terletak pada penekanan pendidikan yang lebih

mementingkan pemahaman daripada pengetahuan. Pendidikan sebagai

usaha sadar mengembangkan

potensi individu kearah pembentukan kepribadian.

Berdasarkan pendapat tersebut, penulis simpulkan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilakukan orang

dewasa kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi yang

dimilikinya agar tumbuh menjadi manusia yangcerdas, berkepribadian,

berakhlak mulia, dapat mempergunakan bakatnya dengansebaik-baiknya

dan berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam Islam agama disebut “ad din”, berarti kepatuhan, ketaatan.

Dalam bahasa Inggris disebut religi berarti kepercayaan dan

9
Republik Indonesia, Undang-Undang Ri Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Cet. I; Jogjakarta: Laksana, 2012), H. 11.
10
Azzumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi Dan Modernisasi Menuju Milenium Baru (Cet. I;
Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), H. 3.

1
penyembahan kepada Tuhan. Sedangkan “Dienullah” berarti agama

Allah. Secara etimologis agama adalah suatu peraturan Tuhan yang

mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal memegang peraturan

Tuhan itu dengan kehendak sendiri, untuk mencapai kebahagiaan dunia

dan akhirat.11

Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan

siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan

agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan

dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam

hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk

mewujudkan persatuan nasional.12

Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan

asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya

dapat memahami, mengenal, menghayati, mengimani dan mengamalkan

ajaran agama Islam serta dijadikan sebagai pandangan hidup, yang

bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadist.13

3. Tujuan pendidikan agama islam

Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk

meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman

peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim

11
Aminuddin Dkk, Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama Islam
(Jakarta: Graha Ilmu, 2006), H. 35.
12
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 75-76.
13
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014), 11.

2
yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia

dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.14

Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak

ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama

Islam, yaitu:15

a. Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.

b. Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta

didik terhadap ajaran agama Islam.

c. Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta

didik dalam menjalankan ajaran Islam yang telah diimani, dipahami dan

dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu mampu

menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan,

mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam

kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Allah SWT serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

4. Nilai-Nilai Pendidikan Islam

Nilai-nilai pendidikan islam terdiri dari empat bagian yaitu:

a. Nilai Tauhid atau Keimanan

Tauhid atau Keimanan merupakan salah satu pondasi utama

dalam ajaran Islam, yang sering disebut dengan rukun iman. Ada tiga

unsur pokok yang terkandung dalam makna kata iman, yaitu:

keyakinan, ucapan, dan perbuatan. Ini menandakan bahwa iman tidak

14
Muhaimin, Paradigma Pendidikan… 78.
15
Ibid…79

2
hanya cukup sebatas meyakini saja, tetapi harus diaplikasikan dalam

sebuah perbuatan. Begitupun dengan pendidikan keimanan, tidak

hanya ditempuh melalui hubungan antara hamba dan pencipta-Nya

secara langsung, tetapi juga melalui interaksi hamba dengan fenomena

alam dan lapangan kehidupan, baik sosial maupun fisik. Jadi

keimanan merupakan rohani bagi individu sebagai salah satu dimensi

pendidikan Islam yang tidak hanya ditempuh melalui hubungan antara

hamba dan pencipta-Nya saja.

b. Nilai Ibadah

Ibadah merupakan sesuatu yang harus dikerjakan manusiadengan

didasari sikap keikhlasan, ketulusan hati dan dilaksanakan karena

Allah Swt.Menyembah Allah Swt berarti memusatkan penyembahan

kepada Allah semata, tidak ada yang disembah dan mengabdikan diri

kecuali kepada-Nya. Pengabdian berarti penyerahan mutlak dan

kepatuhan sepenuhnya secara lahir dan batin bagi manusia kepada

Allah Swt. Beribadah berarti berbakti sepenuhnya kepada Allah Swt

yakni untuk mencapai tujuan hidup baik di dunia dan baik di akhirat.

Dengan demikian ibadah menjadi alat berinteraksi seorang hamba

dengan pencipta-Nya yang digunakan oleh manusia dalam rangka

memperbaiki akhlak dan mendekatkan diri kepada AllahSwt.

c. Nilai Akhlak

Akhlak berasal dari kata bahasa Arab yaitu “akhlaq”,

yangjamaknya ialah “khuluq” yang berarti perangai, budi, tabi’at,

adab. Ibnu Maskawaih seorang pakar bidang akhlak terkemuka

2
menyatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa

yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan

pemikiran dan pertimbangan. Begitupula halnya dengan Al Ghazali

menyatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa

yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan

mudah, tanpa memerlukan pemikirandan pertimbangan. Jadi akhlak

merupakan sifat yang sudah tertanam dalam diri seseorang yang

menimbulkan suatu perbuatan, yang dilakukan dengan mudah tanpa

pemikiran.16

d. Nilai Sosial

Menurut Abdul Hamid Al- Hasyimi Pendidikan sosial

adalah bimbingan orang dewasa terhadap anak dengan memberikan

pelatihan untuk pertumbuhan kehidupan sosial dan memberikan

macam-macam pendidikan mengenai perilaku sosial dari sejak dini,

agar hal itu menjadi elemen penting dalam pembentukan sosial yang

sehat.

Pendidikan sosial dalam Islam menanamkan orientasi dan

kebiasaan social positif yang mendatangkan kebahagian bagi

individu, kekokohan keluarga, kepedulian sosial, antara anggota

masyarakat, dan kesejahteraan umat manusia. Di antara kebiasaan dan

orientasi sosial tersebut ialah pengembangan kesatuan masyarakat,

persaudaraan seiman, kecintaan insani, saling tolong menolong,

kepedulian, musyawarah, keadilan sosial dan perbaikan di antara

Aminuddin, Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama Islam. (Jakarta:
16

Graha Ilmu, 2006). H.93.

2
manusia. Dengan demikian dapat dikatakan juga bahwa pendidikan

sosial merupakan aspek penting dalam pendidikan Islam, karena

manusia sudah fitrahnya merupakan makhluk sosial. Manusia tidak

akan bisa hidup tanpa orang lain, tanpa lingkungan dan alam

sekitarnya.17

B. Islam Moderat

A. Pengertian Islam Moderat

Moderat berarti menghindarkan perilaku yang ekstrem atau

pengungkapan yang ekstrem dan lebih memilih ke arah jalan tengah

dengan mempertimbangkan pandangan pihak lain. Moderat memiliki

arti yang samadengan moderasi, yaitu pengurangan kekerasan atau

penghindaran keekstreman.18

Moderat dalam istilah Arab dikenal dengan kata tawasuth, at-

tawazun, atau al-wasathiyyah yang bermakna jalan tengah diantara

dua kutub yang saling berlawanan. Sikap tawasuth berarti sikap yang

berkaitan dengan prinsip hidup yang menjunjung tinggi perlakuan adil

serta lurus di tengah jalan kehidupan bersama. Bentuk-bentuk

kemoderatan dalam Islam dapat diklasifikasikan dalam berbagai

macam bentuk pranata kehidupan beragama antara lain, yaitu

keseimbangan teologi, keseimbangan ritual keagamaan, keseimbangan

moralitas dan budi pekerti, juga keseimbangan tasyri’ (pembentukan

hukum).19

17
Azzumardi Azra, Pendidikan Islam… H.12-13.
18
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indoneisa (Jakarta: Pusat Bahasa: 2008), H.
1035.
19
Abu Yazid, Islam Moderat (Jakarta: Erlangga, 2014), H.52.

2
Islam menjadi agama yang memiliki daya semangat toleransi

yang sangat besar. Islam bersikap moderat yakni adil dan mengambil

jalan tengah. Menurut Ibnu ‘Asyur, para ulama telah mencapai kata

mufakat bahwa sikap moderat yaitu tidak ekstrem ke kanan juga tidak

ekstrem ke kiri, yang demikian merupakan sikap yang mulia dan

sangat dianjurkan oleh Islam.

Moderat itulah jati diri islam. Islam tidaklah menghendaki sifat

berlebih-lebihan, bukan saja soal materi, tapi juga dalam hal

beragama. Beberapa dalil naqli baik Al-Qur’an dan hadist telah

memastikam hal tersebut.20

Secara terminologi ummatan wasathan diambil dari surat al-

baqarah ayat 143 yang berbunyi:

َ ْ
‫كون‬ َ َ َ َ ْ l ْ َ l َ
‫ع لى‬ ‫ه ۤدا‬ ‫و ك ذِ لك ج ع ل نك م‬
‫ال‬ ‫ي‬
ُ ْ ‫ال‬ ‫ا َء ش‬
ُ ‫ّر ُسو و‬ ّ ُ ْ َs ً ّ
ً
‫ن ا ِس و‬ ‫م ة َّو َس طا ِ ل تك و نوا‬
ََّّ َّ ْ َّ َ ْ
‫عليكم ش ِهيدا وما جعلنا ال ِقبلة الِ تيك نت عليهٓا ِالو ِلونعلم مون يت ِبُو‬
َّ َّ َ ْ َّ َّ َّ
َ
‫الرسُو ِمن ينق ِل ب على ع ِقبي ِه و ِان كانت لك ِبيرة ال علوى اَّو ِ ين هود‬

‫َ ل َر ُء ْو‬ ْ َُ ‫ا ُّلل َو َما َ ُّلل ل ُي ض ْي‬


‫ّلل‬ ‫ا‬ ِ ِ ‫ن‬
َ‫ٌف‬ ّ ‫م‬
‫بال‬ َ ْ
ٌ‫ِ ّر ح ْي م‬ ‫ِا ي مان ك ن ا‬ ‫ا كا‬
ِ ّ
‫ن ا ِس‬

Terjemah: Dan dengan demikian kami (Allah SWT) telah

menciptakan kamu (kaum muslimin) sebagai ummatan washatan agar

2
kamu sekalian dapat menjadi saksi atas diri kamu sekalian dan

sesungguhnyalah rasul (utusan Allah) menjadi saksi atas diri kamu

sekalian.” Penggunaan terminology ini ditujukan kepada umat islam

20
Muhammad Zainuddin. Islam Moderat Konsepsi, Interpretasi, Dan Aksi, Malang: UIN Maliki
Press.2016. H.75.

2
yang berada pada garis tengah (seimbang), atau tidak ekstrem dalam

pemahaman dan pengamalan islam.

Matharaf Ibn Abdullah Al-Syahir Al-Taba’i menegaskan

bahwa perkara yang paling baik adalah yang paling moderat. Dengan

cara itulah umat Islam akan menjadi kumpulan umat yang mampu

memberikan harapan untuk kehidupan yang lebih mengedepankan

dialog dan cara-cara damai.21

Asyraf Abdul Wahab menjelaskan bahwa aspek yang penting

dalam toleransi ialah meningkatkan kesabaran dan sikap moderat.

Sikap sabar memiliki makna yang mendalam, yaitu sikap yang tidak

melakukan kekerasan terhadap orang lain. Sabar memiliki kerelaan

untuk memaklumi eksistensi pihak lain dan seseorang yang sabar

tidak akan mengedepankan kekerasan sebagai jalan keluar dalam

menyelesaikan permasalahan yang ada. Sikap moderat juga tidak akan

mengambil langkah-langkah ekstrem dalam menyelesaikan persoalan

dan perbedaan yang dilakukan orang lain, hal ini dikarenakan

kesalahan dan perbedaan merupakan hal yang manusiawi.22

Sikap moderat yang telah ada dalam diri seseorang, apabila

sedang melakukan sebuah percakapan, maka tidak akan menjatuhkan

lawan, namun akan melakukan interaksi pemahaman yang bilamana

ditemukan titik temu maka memungkinkan untuk melakukan

kerjasama. Tetapi apabila terdapat perbedaan, maka dianggap sebagai

suatu realitas yang patut dihargai dan dihormati.Sikap moderat dan


21
Zuhairi Misrawi, Al-Quran Kitab Toleransi: Tafsir Tematik Islam Rahmatan Lil'âlamîn (Jakarta:
Grasindo, 2010), H.53.
22
Misrawi, H.173.

2
kesabaran merupakan salah satu sikap proaktif dalam rangka

mengedepankan toleransi.23

B. Nilai-Nilai Islam Moderat

Dasar-dasar hidup bermasyarakat bersendikan kepada sikap

tawassuth yaitu posisi dijalan tengah lurus, sikap i’tidal atau

berperilaku adil dengan tanggung jawab, sikap tasammuhyaitu

mengenali dan menghormati perbedaan dalam semua aspek

kehidupan(toleran), dan sikap tawazun yaitu menciptakan kesetaraan

atau keseimbangan.

a. Tawassuth (moderat)

yangberarti sikap tengah-tengah dan tidak ekstrim kiri

ataupun ekstrim kanan yakni bersifat lurus tengah-tengah.

berdasarkan dari firman Allah SWT: pada24

‫َل ش ِر ْي لا ˚ه ۚ او اُ ِم واانا ˚ا ْل س ِل ِم ْين‬


‫ذ ِل ْر ك اا\ َّو ت ُم‬² ‫ِب‬
‫ل‬ ‫ك‬
‫ا‬
Terjemah: tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang

diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama

berserah diri (muslim). (QS. Al-an’am:163).

Jika mencoba masuk pada dunia mahfudhot atau kata

mutiara dari negeri Arab, maka akan bisa kita temui (khoirul

umur awsathuha) “sebaik-baik perkara adalah yang berada di

tengah-tengahnya” yang membuat gamblang bahwa lebih atau

kurang dalam sesuatu hal adalah kurang baik.

2
23
Ibid, H.174.
24
Haidar Bagir, Islam Tuhan, Islam Manusia (Bandung: Mizan, 2017) H.130.

2
b. I’tidal

yang berarti tegak lurus atau menjunjung tinggikeadilan

ini berdasarkan dari firman Allah SWT: pada Al-Qur’an surat.

َّ َ َّ
َ ُ َ َ
َّ ‫َ ُم‬
‫ َْو رمنكم‬S‫يايها َاّ ِ ين ا نوا كونوا قوا ِمين ّلل شهداۤء بال قسو ولو‬
ِ ِ ِ
َّ َ َّ l
َّ ْ َّ ْ ْ ْ ْ
‫ تع ِدلوا ِاع ِدلوا ه و اقرب ِللتقوو و اتقووا ّالل ِان‬S‫شنان قو ٍم على ال‬
َ ْ ُ َ ْ َ ٌ ْ َ
‫ا ّلل خ ِب ي ٌۢر ِب ما ت ع م ل و ن‬
Terjemah: Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu

sekalian menjadi orang-orang yang tegak membela (kebenaran)

karena Allah menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil. Dan

janganlah kebencian kamu pada suatu kaum menjadikan kamu

berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena keadilan itu lebih

mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena

sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS.

Al-Maidah:8)

c. Tasammuh (toleran)

yang berarti menghargaiperbedaan serta mengahargai

orang yang mempunyai prinsip hidup yang tidaksama, namun

bukan berarti membenarkan atau mengakui keyakinan yang

berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini. Firman

Allah SWT:
َّ َ c ً َّ s ً َّ َ َّ c َ
ْ
‫ ل ِينا لعله يتذكر او َخشى‬S‫ َّه قول‬S‫فقول‬

3
Terjemah: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun)

dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar

atau takut. (QS. Thaha: 44).

d. Tawazun (menciptakan kesetaraan/keadilan)

yang berarti seimbang dalam segala hal, termasuk dalam

penggunaan dalil naqli (dalil yang bersumber dari Al-Qur’an

dan Hadits) maupun dalil aqli (dali yangbersumber dari akal

pikiran rasional). Firman Allah SWT:

َ ْ ُ l s َ ْ َ َ ُ
‫ل َي قو و م‬ ْ l ْ ُ ُ َ َ ْ َ ْ ْ َ
‫ر س ل نا ِبا ل َب ِي ن ْت م ع ه م الك توب وا ل ِم‬ ‫ل ق د ا ر س ل نا‬
َ َ ْ
َ َ ْ ‫و ا ن ز ل نا‬
‫يو َا ن‬
َ ْ ْ
‫ْ ٌ َّ َ َ ُ و ِل َي ع ل َم‬ ٌ ‫ال‬
ُ ‫ب أ س ش ِد ي د و م نا ِف‬ َ ْ
ْ‫َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ف‬ ْ ّ
‫ِلل‬ ‫نا ُس ِبا ل ِق س ِ& و ا ن ز ل نا ال ح ِد ي د ي ِه‬
ّ
‫ن ا ِس‬

ٌ
ࣖ ‫َق ِوي ع ِي زْ ز‬ ْ َ ْ cَ ُ ُ ‫ْ َّ ْ ص‬ ُ
‫و ر سل ه ِبا ل غ يب‬ ‫ا ّلل م ني ن‬
c
ّ َّ ‫ُر ه‬
‫ِان ا ل‬
‫ل‬
Terjemah: Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami

dengan bukti-bukti yang nyata dan kami turunkan bersama

mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku

adil. Dan Kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan,

hebat dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah

mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-

Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah

3
Maha kuat, Maha perkasa. (QS al-Hadid: 25).

Adapaun intisari dari nilai-nilai Islam moderat yang telah

dijelaskan di atas adalah sebagai berikut:

3
1) Dalam memahami realitas kehidupan kekinian, kaum

moderat lebih mengutamakan keadilan, kedamaian,

kesetaraan dan kemanusiaan.

2) Lebih mengutamakan kasih sayang dari pada kekerasan.

3) Saling menghargai satu sama lain.

4) Lebih mengutamakan sikap demokratis.

Nilai-nilai Islam Moderat dalam hal ini adalah nilai-nilai

Islam moderat yang terkandung dalam proses belajar mengajar

dan materi pembelajaran yang diintegrasikan pada pendidikan

karakter. Integrasi berarti percampuran, perpaduan dan

pengombinasian. Integrasi biasanya dilakukan dalam dua hal

ataulebih yang mana masing-masing dapat saling mengisi.25 Islam

merupakan agama yang mempunyai semangat toleransi yang

tinggi. Islam bersifat moderat yakni adil dan mengambil jalan

tengah. Kata moderat ini bila dihubungkan pada delapan belas

nilai pendidikan karakter, maka nilai karakter yang tepat untuk

menggambarkan nilai Islam moderat adalah religius, toleransi,

peduli sosial, demokratis dan cinta damai.

Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam

menjalankan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap

pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk

agama lain. Toleransi merupakan Sikap dan tindakan yang

menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan

Novan Ardy Wiyani, Konsep, Praktik Dan Strategi Membumikan Pendidikan Karakter Di SD
25

(Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2013), H. 89.

3
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Sedangkan peduli

sosial adalah Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.26

Demokratis adalah cara bersikap, cara berpikir dan

bertindak yang menilai secara sama antara hak dan kewajiban diri

sendiri dengan orang lain.27 Sedangkan cinta damai adalah Sikap,

perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa

senang dan aman atas kehadiran dirinya.28

C. Pengertian Pesantren

Pengertian pesantren berasal dari kata Santri dengan awalan pe

di depan dan akhiran an berarti tempat tingal para santri di Indonesia

istilah pesantren lebih populer dengan sebutan pondok pesantren. Lain

halnya dengan pesantren, pondok berasal dari bahasa arab funduq

yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal sederhana.

Pengertian secara etimologis tersebut mengidentifikasikan bahwa

secara kultural pesantren lahir dari budaya Indonesia, secara Historis

pesantren tidak hanya mengandung makna ke Islaman, tetapi juga

makna keaslian Indonesia. Sebab, memang cikal bakal lembaga

pesantren sebenarnya sudah ada pada masa Hindu-Budha, dan Islam

tinggal meneruskan, melestarikan, dan mengIslamkannya29.

26
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan.
H. 73-76.
27
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter: Konsepsi & Implementasi Secara Terpadu di
Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi dan Masyarakat. (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2013), H. 145.
28
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan.
H. 73-76.
29
Nurcholish Madjid. 1997. Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan.
Jakarta:Paramadina.H.3.

3
Pendapat serupa juga dapat dilihat dalam penelitian Karel A.

Steenbrink yang menggemukakan bahwa Secara terminologis dapat

dijelaskan bahwa pendidikan pesantren, dilihat dari segi bentuk dan

sistemnya, berasal dari India, Sebelum proses penyebaran Islam di

Indonesia, sistem tersebut telah dipergunakan secara umum untuk

pendidikan dan pengajaran agama Hindu di Jawa. Setelah Islam

masuk dan tersebar di Jawa, sistem tersebut kemudian diambil oleh

Islam30.

Bisa dilihat dari sistem pengajaran yang diterapkan di dunia

pesantren, memang terdapat kemiripan dengan tata laksana pengajaran

dalam ritual keagamaan Hindu, dimana terdapatnya penghormatan

yang besar oleh murid (santri) kepada kiainya. Sehubungan dengan

hal ini Cak Nur menggambarkan, kiai duduk di atas kursi yang

dilandasi bantal dan para santri duduk mengelilinginya. Dengan cara

begini timbul sikap hormat, dan sopan oleh para santri terhadap kiai

seraya dengan tenang mendengarkan uraian-uraian yang disampaikan

kiainya31. Sehingga peran kiai sangat fenomenal dan signifikan dalam

keterlangsungan atau eksistensi sebuah pesantren, sebab kiai adalah

sebuah elemen dari beberapa elemen dasar sebuah pesantren.

Adapun pesantren memiliki sifat kesederhanaan, dimana kiai

mengajar dan santri belajar, semata-mata untuk ibadah lillahi ta’ala

dan tidak pernah dihubungkan dengan tujuan tertentu dalam lapangan

Karel A. Steenbrink. 1994. Pesantren, Madrasah, Sekolah, Pendidikan Islam dalamKultur


30

Modern. Jakarta: LP3ES. H.20-21.

Nurcholish Madjid. 1997. Bilik-Bilik Pesantren.H.63.


31

3
penghidupan, tingkat dan jabatan tertentu dalam hirarki sosial atau

birokrasi kepegawaian. Kalaupun ada target yang akan dicapai maka

satu-satunya adalah tercapainnya title MMAS (Mukim, Muslim, Alim,

Shalih). Adapun mata pelajaran sebagian besar pesantren terbatas pada

pemberian ilmu yang secara langsung membahas masalah ‘aqidah,

syari’ah, dan bahasa Arab dengan ilmu alatnya seperti: nahwu, sharaf,

bayan, ma’ani, badi’, dan arudl, tharikh, mantiq, dan tasawuf. Dua

materi terakhir ini biasanya diberikan pada pengajian tingkat lanjutan.

Ada pula pesantren yang memberikan ilmu falak secara mendalam.

Karena kiai adalah tokoh pokok dalam pesantren, maka masing-

masing pesantren memiliki keistimewaan sendiri-sendiri dalam bidang

tertentu sesuai dengan keahlian masing-masing.32

D. Implementasi Dalam Membentuk Karakter Santri

Secara bahasa karakter berasal pada bahasa latin “ kharakter”,

“kharassein”,“kharax”, pada bahasa inggris “character” adalah

“charassein” yang berartimembuat tajam, membuat pada, 8 dan “to

mark” menandai dan memfokuskan, mengaplikasikan nilai – nilai

kebaikan pada bentuk tindakan atau tingkah laku.33

Seseorang yang berperilaku tidak jujur atau suka berbohong,

kejam, dan rakus. dikatakan sebagai orang yang berperilaku jelek,

sementara orang yang jujur, dikatakan sebagai orang yang berkarakter

mulia. Sedangkan menurut pusat Bahasa Depdiknas, karakter adalah

bawaan hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,personalitas,

Abdurrahman Wahid. 1988. Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES. H.86.


32

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi Dan Aplikasinya Pada Lembaga Pendidikan
33

(Cet. II; Jakarta: Kencana, 2012), H. 12.

3
sifat, tabiat, tempramen, dan watak, sementara, yang disebut dengan

berkarakter ialah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan

berwatak.34

Adapun istilah yang senada dengan karakter adalah akhlak.

Akhlak berartibudi pekerti, tingkah laku, perangai. Secara etimologi

akhlak berasal pada kata Khalaqa berarti mencipta, membuat, atau

Khuluqun berarti perangai, tabiat, adat atau khalqun berarti kejadian,

buatan, ciptaan.35 Kata akhlak beserta dengan bentuknya tersebut bisa

dibandingkan atau dianalogikan dengan firman Allah swt:

‫ع ِظ ْي ٍم‬ ُ l َ ‫و‬
‫ل‬ ‫ع‬
‫ِان‬
‫ٍق‬ ‫ّ لى ك‬
‫خ‬ َ
‫ل‬

Terjemah: Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi

pekerti yang Luhur (QS. Al-Qalam:4).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa karakter

dan akhlak secara prinsipil tidak ada perbedaan karena keduanya

merupakan ciri khas yangmelekat pada diri seseorang, sifat batin

manusia yang mempengaruhi perbuatan dan tindakannya. Cuma yang

membedakan antara akhlak dengan karakter adalah akhlak lebih

agamis dibandingkan dengan karakter. Karakter yang terlihat pada

setiap tingkah laku individu akan dinilai oleh masyarakat baik ataupun

buruknya menurut standar moral dan etika yang berlaku.

3
34
Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah (Jogjakarta:
Laksana, 2011), H. 19.
35
Zainuddin Ali, Pendidikan Islam (Cet. II; Jakarta Bumi Aksara, 2008), H. 29.

3
Russel William mengilustrasikan bahwa karakter adalah ibarat

“otot”. “Otot-otot” karakter menjadi lembek apabila tidak pernah

dilatih, dan akan kuat dan kokoh kalau sering dilatih. Seperti orang

binaragawan (body builder) yang terus menerus berlatih untuk

membentuk otot-ototnya. “Otot-otot” karakter akan terbentuk dengan

praktik-praktik latihan yang akhirnya akan menjadi kebiasaan.36

Pendapat tersebut sangat jelas menyatakan bahwa karakter

individu akan terbentuk melalui latihan-latihan dan pembiasaan.

Implementasi pendidikan kerakter tidak bisa hanya sekadar

mentransfer ilmu pengetahuan saja, akan tetapi perlu proses seperti:

teladan, pembiasaan pada lingkungan peserta didik baik pada

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan

masyarakat.

Pakar pendidikan sepakat bahwa pembentukan karakter

ditentukan oleh dua faktor, yaitu nature (bawaan) dan nurture

(sosialisasi dan lingkungan).37 Agama mengajarkan bahwa setiap

manusia mempunyai kecenderungan (fitrah) untuk mencintai

kebaikan.Namun, fitrah ini bersifat potensial, termanifestasi ketika

anak dilahirkan. Jadi, walaupun manusia mempunyai fitrah kebaikan,

tapi tidak pada lingkungan yang baik maka anak dapat berubah

sifatnya menjadi sifat binatang bahkan lebih buruk lagi. Oleh karena

itu, potensi tersebut harus diikuti Pendidikan dan sosialisasi yang

36
Bambang Q Anees & Adang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis Al- Qur’an (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2008), H. 99.
37
Ratna Megawati, Solusi Tepat Untuk Membangun Bangsa (Cet, III; Jakarta: Indonesia Heritage
Foundatioan, 2009), H. 23.

3
berkaitan dengan nilai kebajikan, baik di lingkungan keluarga,

sekolah, maupun lingkungan masyarakat luas, sangat penting pada

pembentukan karakter seorang anak sebagaimana sabda Rasulullah

Muhammad SAW.

Setiap anak yang lahir, dilahirkan pada keadaan suci, orang

tuanyalah yang menjadikannya bangsa yahudi atau nasrani atau

majusi”.(H.R.Bukhari)38 Berdasarkan hadist di atas, dapat dipahami

bahwa setiap anak itu dilahirkan pada keadaan suci. Anak yang baru

lahir adalah gambaran awal bahwa manusia membawa potensi

kebajikan. Jika potensi kebajikan ini tidak dibina secara baik

makakelak anak akan manjadi manusia bermental amoral.

Dengan demikian, pendidikan karakter dapat disimpulkan

sebagai segala upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh orang

dewasa untuk mengimplementasikan nilai-nilai karakter pada diri

individu, agar menjadi manusia yang berpikir dewasa, memiliki

mental yang kuat sehingga mampu menghadapi permasalahan yang

ada, berkepribadian, bertingkah laku baik sesuai norma agama yang

diwujudkan pada interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, dan sesama

manusia.

1. Strategi Pembentukan Karakter

Dalam menerapkan ajaran, tentunya dibutuhkan strategi atau

cara agar bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan goals dari suatu

proses penerapan yang ingin dicapai. Pendidikan islam sendiri

38
Muhammad Bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Al- Bukhari Juz I (Indonesia: Maktabah Dahlan,
T.Th), H. 532.

4
penerapannya akan berkaitan dengan nilai-nilai, hal ini tentu saja

dalam lingkup pendidikan islam adalah yang melingkupi penerapan

ajaran ataupun nilai-nilai agama.39

Strategi yang dimaksud disini adalah proses pembentukan

karakter pada peserta didik. Adapun beberapa strategi yang dapat

diterapkan dalam upaya membentuk karakter adalah melalui: teladan,

pembiasaan, pengawasan, dan hukuman.40

a) Teladan

Teladan merupakan sikap yang ada dalam pendidikan Islam

dan telah dipraktikkan sejak zaman Rasulullah. Keteladanan ini

memiliki nilai yang penting dalam pendidikan Islam, karena

memperkenalkan perilaku yang baik melalui keteladanan, sama

halnya memahami sistem nilai dalam bentuk nyata. Strategi dengan

keteladanan adalah internalisasi dengan cara memberi contoh-

contoh kongkrit pada anak didik. Dalam pendidikan, pemberian

contoh-contoh ini sangat ditekankan karena tingkah laku seorang

pendidik mendapatkan pengamatan khusus dari para anak didik.

Melalui strategi keteladanan ini, secara tidak langsung seorang

pendidik memasukkan pembelajaran. Maksud dari sini adalah nilai-

nilai moral religious seperti ketaqwaan, kejujuran, keikhlasan, dan

tanggung jawab yang ditanamkan kepada anak didik merupakan

sesuatu yang sifatnya hidden curriculum. Memberikan contoh yang

39
Muhaimin, Pemikiran Dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam (Jakarta: Rajawali
Pers, 2008) H.136
40
Tim Dosen FakultasTarbiyah IAIN Wali Songo Semarang, Metodologi Pengajaran Agama
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999) H. 127

4
baik pada kehidupan sehari-hari terutama dilingkungan sekolah dan

lingkungan pesantren.41

Sebagai sifat peserta didik yang suka meniru, maka

semestinya pendidik dan unsur-unsur yang berkaitan memberikan

contoh atau teladan untuk para santri di lingkungan pesantren.

b) Pembiasaan

Pembiasaan termasuk sebagai salah satu pembentukan

budaya. Dengan mengulang-ulang sesuatu akan membuat sesuatu

itu mudah diterima. Pembiasaan adalah hal yang sangat penting

dan hal mendasar untuk membentuk dan merubah sebuah sikap

atau perilaku. Kebiasaan adalah perbuatan yang di ulang-ulang

sehingga menjadi mudah untuk dikerjakan.42 Strategi pembiasan

ini afektif untuk diajarkan kepada anak didik. Apabila anak didik

dibiasakan dengan akhlak yang baik, maka akan tercermin dalam

kehidupan sehari-hari.43 Setelah peserta didik paham dan

menerapkan perbuatan baik yang telah dikenalkan kemudian

dilakukan pembiasaan dengan cara melakukan baik tersebut

secara berulang-ulang agar peserta didik terbiasa melakukan hal-

hal yang baik.44 Ditegaskan pada Firman Allah:

‫سان ط ْين‬ ‫سن شي خلا وبا\ ْ ق ا‬ ‫اَّل ِذ ي‬


‫من‬ ‫كل ٍء قا دا\ا ل َِل ْن‬ ‫ا\اح‬
\‫˚ه ا‬
‫خ‬

41
Syafi‟i Ma‟arif, Pemikiran Tentang Pembaharuan Islam di Indonesia (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1991), H. 59.
42
Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), H.67.

4
44
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi Dan Aplikasinya Pada Lembaga Pendidikan
(Cet. II; Jakarta: Kencana, 2012), H. 25.

4
Terjemah: Yang memperindah segala sesuatu yang Dia

ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah, (QS.

Al- Sajadah: 7)

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan

kepadanya roh ciptaanNya dan Dia menjadikan bagi kamu

pendengaran, penglihatan dan hati (tetapi) kamu sedikit sekali

bersyukur. Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT.,

memberikan manusia indra pendengaran menyangkut pembinaan,

pengajaran dan nasihat, penglihatan berupa pembiasaan dan hati

menyangkut keteladan. Ini Merupakan dasar-dasar pada

pembentukan karakter peserta didik. Peserta didik memiliki

pemikiran yang masih labil akan mudah terpengaruh dengan

lingkungan atau keadaan di sekitar sehinggaapa yang dia lihat dan

didengar maka itu juga yang terbentuk secara pelan-pelan pada

memori peserta didik.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa

untuk membentuk karakter peserta didik maka harus dibekali

pengetahuan, pemahaman, keteladanan, pembiasaan untuk

melakukan hal-hal yang baik yang sesuai dengan ajaran

agamaIslam.

c) Pengawasan

Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang mudah

berbuat salah ataupun lupa, sehingga dibutuhkan control atau

pengawasan guna mencegah kemungkinn penyimpangan. Dengan

4
adanya pengawasan, maka seluruh peserta didik tidak akan jauh

dari jalur yang sudah ditetapkan dilingkungan pendidikan.

d) Hukuman

Hukuman sifatnya adalah untuk memberikan efek jera

kepada peserta didik yang telah melanggar peraturan yang sudah

ditetapkan. Rasa bersalah dan penyesalan yang muncul itulah

yang nantinya akan membuat peserta didik untuk tidak

melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan beberapa strategi di atas, menurut penulis

yang benar-benar harus ditekankan pada peserta didik yang

pertama yaitu keteladanan. Karena dengan keteladanan yang

dicontohkan oleh sang pendidik, maka peserta didik akan cepat

bahkan akan langsung memperaktekkan apa yang mereka lihat.

Keteladanan itu dapat dilihat dalam diri Rasulullah dengan

mengikuti ajaran Al-Qur`an dan sunnah Rasulullah SAW. Hal

ini sebagimana dalam Al-Qur`an Surat Al Ahzab Ayat 21:

\ٌ‫هلال اُ وة حسنا\ة‬ ‫لا ك ْم ْو‬ ‫لاقا‬


‫ِ ا‬
‫كان ِفى ر ل س‬
‫س‬
Artinya: Sesungguhya telah ada pada diri Rasulullah itu suri

teladan yang baik bagimu.

Selain ke empat strategi di atas, menurut penulis

berdasarkan praktek pendidikan sehari-hari, masih ada beberapa

metode yang lain seperti; tanya jawab, ceramah, diskusi, dan

lain-lain. Semua strategi yang ada hendaklah digunakan secara

4
bersamaan atau berkelanjutan karena antara satu strategi dengan

strategi lainnya saling berkesinambungan.

2. Pilar-pilar dalam membentuk karakter santri

Untuk membentuk karakter santri yang baik, maka diperlukan

adanya penanaman nilai sehingga menjadi karakter yang diperlukan

beberapa tahapan. Adapun komponen tersebut adalah sebagai berikut:45

a. Moral knowing

Moral knowing (pengetahuan moral) berhubungan dengan

bagaimana seorang individu mengetahui sesuatu nilai yang abstrak.

Komponen ini memiliki enam dimensi, yaitu:

1) Moral awareness (kesadaran moral)

Kesadaran moral berarti seseorang menyadari ada hukum moral

yang mengatur kehidupannya. Kegagalan moral yang sering terjadi

pada diri manusia dalam semua tingkatan usia merupakan kebutaan

moral, kondisi dimana seseorang tidak mampu melihat bahwa

situasi yang sedang mereka hadapi melibatkan masalah moral dan

membutuhkan pertimbangan yang lebih matang. akan kesadaran

moral ini dianggap sesuatu yang sangat penting untuk dimiliki oleh

setiap individu.

2) Knowing moral values (pengetahuan nilai moral)

Nilai moral seperti bertanggung jawab terhadap orang lain,

menghormati kehidupan dan kemerdekaan orang lai, kejujuran,

Thomas Lickona, Educating For Characterhow Our School Can Teach Respect And
45

Responsibility, (New York:Bantam Books, 1992), H.53-62

4
keadilan, toleransi, sopan santun, disiplin diri, integritas, belas

kasih, kedermawanan, dan keberanian merupakan faktor penentu

dalam membentuk pribadi yang baik. Maka dari itu, dianggap

sangat penting bagi setiap individu untuk mengetahui setiap nilai-

nilai moral yang ada.

3) Perspectivetaking (memahami sudut pandang lain)

Pengambilan perspektif merupakan kemampuan untuk

mengambil sudut pandang seseorang, melihat dari sudut pandang

orang lai, membayangkan bagaimana mereka akan berpikir,

merasa, dan bereaksi. Ini merupakan prasarat bagi pertimbangan

moral, seseorang tidak dapat menghormati orang dengan baik dan

bertindak dengan adil terhadap mereka jika tidak memahami

mereka.

4) Moral reasoning (penalaran moral)

Penalaran moral adalah memahami makna sebagai orang yang

bermoral dan mengapa seseorang harus bermoral.

5) Decision making (membuat keputusan)

Mampu memikirkan langkah yang mungkin akan diambil

seseorang yang sedang menghadapi persoalan moral disebut

sebagai keterampilan pengambilan keputusan reflektif.

6) Self knowledge (memahami diri sendiri)

Memahami diri sendiri merupakan pengetahuan moral yang

paling sulit untuk dikuasai, tetapi penting bagi pengembangan

karakter. Untuk menjadi orang yang bermoral diperlukan

4
kemampuan mengulas perilaku diri sendiri dan mengevaluasi

secara kritis.

b. Moral feeling

Moral feeling (perasaan moral). Moral feeling (sikap moral)

merupakan tahapan tingkat lanjut, dimana jika pada komponen pertama

merupakan penekanan terhadap aspek pengetahuan/kognitif, maka pada

komponen kedua lebih ditekankan pada aspek perasaan/afektif, yang

mana peserta didik dapat merasakan dan mempercayai dengan apa yang

telah mereka terima pada komponen pertama. Pada komponen ini

meiliki enam dimensi, antara lain:

1) Conscience (nurani)

Hati nurani mempunyai dua sisi, yaitu sisi kognitif dan sisi

emosional. Sisi kognitif menuntun seseorang dala, menentukan yang

benar, sedangkan sisi emosional menjadikan seseorang merasa

berkewajiban untuk melakukan hal yang baik.

2) Self esteem (harga diri)

Jika seseorang memiliki penghargaan diri yang sehat, mereka

akan mampu menghargai dirinya sendiri. Dan apabila seseorang

menghargai dirinya sendiri, maka mereka akan menghormati dirinya

sendiri. Dengan demikian, kecil kemungkinan bagi seseorang

tersebut untuk merusak tubuh dan pikirannya atau membiarkan

orang lain merusaknya.

4
3) Empathy (empati)

Empati merupakan kemampuan diri untuk mengenali atau

merasakan keadaan yang telah dialami orang lain. Empati

merupakan sisi emosional dari pengambilan perspektif.

4) Loving thegood (cinta kebaikan)

Ciri lain dari bentuk karakter yang tertinggi adalah ketertarikan

murni yang tidak dibuat-buat pada kebaikan, jika orang mencintai

kebaikan, mereka akan senang melakukan kebaikan, cinta akan

melahirkan hasrat, bukan hanya kewajiban.

5) Self control (kontrol diri)

Emosi dapat menghanyutkan akal. Itulah mengapa kontrol diri

merupakan perekat moral yang sangat penting.

6) Humility (rendah hati)

Kerendahan hati merupakan bagian dari pemahaman diri. Sebuah

bentuk keterbukaan murni terhadap kebenaran sekaligus kehendak

untuk berbuat sesuatu demi memperbaiki kegagalan.46

c. Moral action (tindakan moral)


Tindakan moral merupakan produk dari dua bagian karakter yang

lainnya. Jika seseorang memiliki kualitas moral intelektual dan

emosional, mereka memiliki kemampuan melakukan tindakan yang

menurut pengetahuan dan perasaan mereka adalah tindakan yang benar.

Namun terkadang seseorang bisa berada dalam keadaan dimana mereka

mengetahui apa yang harus dilakukan, merasa harus melakukannya,

46
Ibid, H.30.

4
tetapi masih belum bisa menerjemahkan perasaan dan pikiran tersebut

dalam sebuah tindakan.

Setelah santri melalui komponen yang kedua, selanjutnya moral

feeling akan mengantarkan masuk pada komponen ketiga, yaitu moral

action (perilaku moral). Dimana moral action (perilaku moral)

dibangun atas tiga dimensi, yaitu:

1) Competence (kompetensi)

Kompetensi merupakan kemampuan mengubah kemampuan

pertimbangan dan perasaan moral ke tindakan moral yang efektif.

Untuk menyelesaikan sebuah konflik secara adil contohnya,

seseorang memerlukan keterampilan praktis seperti mendengarkan,

mengungkapkan pendangannya tanpa mencemarkan nama baik

orang lain, dan melaksanakan solusi yang dapat diterima semua

pihak.

2) Will (keinginan)
Dalam situasi-situasi moral tertentu, membuat sebuah pilihan

moral biasanya merupakan hal yang lumayan sulit, kehendak

dibutuhkan untuk menahan godaan, bertahan dari tekanan, dan

melawan gelombang. Kehendak adalah inti keberanian moral

3) Habit (kebiasaan)

Kebiasaan adalah faktor pembentuk perilaku moral. William

Bennet menyatakan bahwa orang-orang yang mempunyai karakter

baik bertindak sungguh-sungguh, berani, loyal, berbudi dan adil

5
tanpa banyak tergoda oleh hal-hal sebaliknya. Mereka malakukan

hal yang benar karena telah memnjadi kebiasaan47

Dari tiga dimensi diatas moral action (perilaku moral) inilah

puncak dari keberhasilan dari pembentukan karakter santri, dimana

santri mampu mempraktikkan nilai nilai pendidikan dalam

kehidupan sehari-hari.

Ketiga komponen tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain.

Secara ideal, karakter seseorang tidak akan terwujud hanya dengan

mengandalkan kemampuan atau potensi yang matang, namun perlu

adanya kecerdasan emosional dan tindakan tegas. Dengan

demikian, pengetahuan seseorang akan tercermin pada tingkah

lakunya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter

Karakter seseorang bersifat tidak permanen, dan dapat

ditumbuhkembangkan dengan cara latihan-latihan rutin yang dapat

mendorong perkembangannya.

Adapun Faktor yang mempengaruhi karakter seseorang, Secara garis

besar ada dua faktor yang mempengaruhi karakter seseorang, yaitu:

a. Faktor internal

Faktor internal adalah semua unsur kepribadian yang mana secara rutin

mempengaruhi perilaku manusia, yang meliputi insting biologis,

kebutuhan psikologis, dan kebutuhan pemikiran.

b. Faktor eksternal

47
Ibid, H.85-87.

5
Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar manusia, akan

tetapi dapat mempengaruhi perilaku manusia, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Hal-hal yang termasuk dalam faktor eksternal ini

adalah lingkungan keluarga, lingkungan sosial, dan lingkungan

pendidikan.

Karakter seseorang dapat dibentuk melalui beberapa serangkaian yang

merujuk pada sikap (attitude), perilaku (behavior), motivasi (motivations),

dan keterampilan (skill) akan tetapi proses ini sangat membutuhkan

layanan bimbingan dan konseling yang berkelanjutan.

Berdasarkan pemaparan diatas, bisa diambil kesimpulan bahwa

pendidikan Islam adalah usaha sadar dalam membimbing, membina,

mengajarkan dan mengarahkan berbagai macam potensi yang dimiliki

peserta didik sesuai dengan fitrah dan ajaran agamanya agar terjadi

perkembangan atau perubahan dalam sikap kemanusiaannya sebagai

makhluk sosial yang bermanfaat untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara yang berdasarkan nilai-nilai Islam yang berpedoman pada al-

Qur`an dan hadits.48

Bayu Alif Ahmad Yasin Hanifatulloh, Implementasi Pendidikan Islam Moderat Dalam
48

Pembentukan Karakter Santri Di Pondok Pesantren Darussalam Ciamis Jawa Barat.H.8.

5
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil Pondok

1. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Sunan Drajad Paciran

Lamongan.

Pondok pesantren sunan drajat adalah salah satu dari pondok

pesantren yang dibangun oleh wali songo yang letaknya beradadidesa

banjarwatitermasuk dalam wilayah Kecamatan Paciran yang terletak di

daerah dekat pantai utara Kabupaten Lamongan, Propinsi Jawa Timur.

Sedangkan letak desa tersebut dari Kabupaten Lamongan 35 Km.

Sukodadi (Telon Semelaran) belok ke utara sampai di Desa Banjaranyar.

Dari arah Tuban 3 km timur Wisata Bahari Lamongan (WBL) dan masih

satu kompleks Makam Sunan Drajat (radius 500 m).

Pondok pesantren sunan drajat mengalami kemajuan pesat

setelah diasuh oleh KH. Abdul Ghofur, walaupun pondok ini pernah

megalami masa pasang surut dalam perkembangannya.


Menilik dari namanya pondok pesantren ini memang mempunyai

ikatan historis, psikologis, dan filosofis yang sangat lekat dengan

namakanjeng sunan drajat, bahkan secara geografis bangunan

pondoktepatberada diatas reruntuhan pondok pesantren peninggalan sunan

drajat yang sempatmenghilang dari percaturan dunia islam di jawa. Jadi

dapat disimpulkan bahwa pondok pesantren sunan drajat merupakan satu-

satunya pesantren peninggalan wali songo yang masih eksis berdiri dan

menempati tempat aslinya. Sedangkan beberapa pondok pesantren

peninggalan wali songo yang lain, sudah habis tinggal petilasan ( makam )

bagi wali tersebut, bahkan telah berubah fungsi menjadi pertokoan,

terminal atau yang lain.

Pondok pesantren sunan drajat adalah salah satu pondok pesantren

yang memiliki nilai historis yang amat panjang karena keberadaan

pesantren ini tak lepas dari nama yang disandangnya, yakni sunan drajat.

Sunan drajat adalah julukan dari raden qosim putra kedua pasangan raden

Ali Rahmatullah (sunan ampel) dengan Nyi Ageng Manila (putri Adipati

Tuban Arya Teja). Beliau juga memiliki nam a Syarifuddin.

5
Hal ini bermula dari upaya yang dilakukan oleh anak cucu sunan

drajat yang bercita-cita untuk melanjutkan perjuangan sunan drajat di

banjaranyar. Keadaan itu pun berangsur-angsur pulih kembali saat di

tempat yang sama didirikan pondok pesantren sunan drajat oleh mbah

martokan dan dilanjutkan oleh putranya K.H. Abdul Ghofur yang masih

termasuk salah seorang keturunan sunan drajat, yang bertujuan untuk

melanjutkan perjuangan wali songo dalam mengagungkan syiar agama

allah di muka bumi.

Ciri khas Pondok Pesantren Sunan Drajat adalah kekayaannya akan

ragam pendidikan dengan latar belakang keilmuan yang berbeda. Keadaan

ini menyebabkan terbentuknya pola pergaulan dalam tradisi pesantren

yang lebih banyak menekankan aspek rasionalitas. Hubungan antar

lembaga dalam naungan Yayasan Pondok Pesantren Sunan Drajat dapat

dimengerti dan dipahami sebagai sebuah konglomerasi dari lembaga yang

lebih besar. Berkaitan dengan hal ini, sebagai penanggung jawab di sektor

pendidikan non-formal, memposisikan diri sebagai sub-organisasi dari

Yayasan, bersama dengan berbagai lembaga pendidikan non-formal yang

ada.

2. Visi, Misi Pondok Pesantren Sunan Drajad Banjarwati Paciran

Lamongan.

Sebagai pusat pengkajian ilmu agama pondok pesantren sunan drajad

memiliki visi dan misi sebagai berikut:

5
a. Visi

Pesantren revolusioner menuju masyarakat madani penerus cita-cita

wali songo, berakhlakul karimah,berpengetahuan luas dan bertanggung

jawab terhadap agama, nusa dan bangsa.

b. Misi

1. Menjadi pondok pesantren yang baik yang bisa menjadikan

santrinya sebagai santri yang berkompetensi serta dijadikan

contoh bagi pondok pesantren lainnya.

2. Menyelenggarakan pendidikan Islam dan di bekali dengan

pendidikan formal.

3. Mengikuti Pedoman Sunan Kalijaga “Kenek Iwak’e Gak Buthek

Banyune”.

4. Mengembangkan Jiwa Mandiri pada santri sebagaimana wasiat

Sunan Drajat “Wenehono” (Berilah).

5. Membentuk insan yang berbudi luhur, berakhlakul karimah,

bertaqwa kepadaAllah SWT, berpengetahuan luas dan

bertanggung jawab terhadap agama, nusa dan bangsa.

5
3. Struktur Organisasi

STRUKTUR KEPENGURUSAN PUSAT


PONDOK PESANTREN PUTRI SUNAN
DRAJAT
Banjaranyar Paciran
Lamongan Masa Abdi 2021-
2023

Pengasuh : Dr. KH. Abdul Ghofur

Dewan A’wan : 1. Umi Habibah Wahid, S.Q

2. Zainatul Muniroh, S.Pd.I

3. Hj. R. Nur Fadlilah, S.Pd.I

Majlis Tahkim : 1.Hj. Fariha Kustina, S.Pd.I

2. Mahzumah, S.Pd.I

3. Dr. Hj. Biyati Ahwarumi, S.E., M.A

Kepala : Kutiyah, S.Pd.I

WakilKepala : Siti Rohmah, M.Pd

SekretarisUmum : Nur Maulida Isfirani

Sekretaris 1 : Lilik Khusniyah Putri

Sekretaris 2 : Erra Zumrotul Isyro’iyah

BendaharaUmum : Lilik Farihatin,S.E

Bendahara 1 : Yuni Sukmawati

Bendahara 2 : NovitaRohmatulJannah

Staf Keuangan :Zuhrotul Fitriani

Kepala Departemen Pendidikan : Hj. Farah Dliba, S.Q

Koordinator Dept.Pendidikan : Durrotun Nasihah

 Koordinator Urusan Pengajian MQ : Umi Kultsum, S.Pd.I


Anggota : 1. Alfi MufidaIshari, S.Pd.I
2. Suzan Wahyu Agustin

6
3. Rizqa Yuhda Rohmah

6
 Koord. Urusan Pengajian Salaf : Sri Ambar Wati, S.Pd.I
Anggota : 1. Siti Nur Ilmi Uswatun Hasanah
2. Puput Nur Hidayah
3. Diyah Qurotul Uyun
4. Putri Winda Lestari
 Koord. Urusan Musyawaroh : Jawahirul
Lama’ah Anggota : 1. Zanab
2. Ahsanti Fiqhiyati
Putri 3.Mubarokatin
4. Harisah Islahiyah
5. Luluk Syafa’ati
6. Ayu Sri Astuti
 Koord. Urusan Jama’ah : Mutikah, S.Pd.I
Anggota : 1. Alimatul
Fauziyah
2. Sumiati
3. Nurul Indah Cahyani
4. Nur Afifatur Rohmah
5. Alif Kafa Thoyyibah
6. Lidya Frasiscaellyna
7. Salsabilatur Rahmah
8. Dina Novita
9. Putri Winda Lestari

KepalaDepartemenBakatMinat : Hani’aturRohmah, S.Pd.I

Koordinator Dept. BakatMinat : NoviatulAiniyah

 Koord. UrusanKesenian : ShohihatulUmmah, S.Pd.I


Anggota : Fauziyah Nur Laily
Noviatul Ainiyah
Siti Arum Bintan
Shofi Ayundah
 Koord. Urusan Keputrian : Yuni Vidya, S.Pd.I
Anggota : 1. Siti Fatimah
2. Novita Indah Fajarwati
 Koord. UrusanOrganisasi : Nihayatul Mas’ulah,
S.Pd.I Anggota : Ikke Fitrotus Shoimah

KepalaDepartemenKeamanan :H. Supriyati, M.Pd

 Koord. UrusanPerizinan : Silvia


FaiqotulWachidiyah,S.Sos Anggota : 1. Laila Elvin Nestugin, S.Pd
2. Lustiana Ningsih, S.Pd
3. Siti Robiatus Sholihah
4. Dzurotul Umami
5. EkaWuni Hayatin

6
 Koord. Urusan Penjagaan &Ketertiban : Anisaul Wahdah
Anggota : 1. Anim MuzahrohS.Pd
2. Erlis Nur Kholifah
3. Ribghotul Mufarrohah
4. Siti Setiana Devi
5. Khonitatun Nisa’
6. Siti Maslikah
7. Febriyanti Eka P
8. Alfinafisatun N
9. Anis Agustina
10. Kartika Novi Astutuik
11. Izza Safinah Ahmad S
12. Anik Tya Nur Agustin
13. Siti Kholifah
14. Erika Candra
15. Siti Maisaroh
16. Novia Damayanti
17. Iskhofifah Shobihah Maulidina
18. Nur Syahrizza Julia
19. Zeni Mauludina Fitrih

KepalaDepartemen Kesejahteraan : Dian Ratna Sari S.Pd

 Koord. Kebersihan & Irigasi : Defi Fita Febriani


Anggota : 1. Wasilatul Khoiroh,
S.Pd
2. Nadia Jannatun Ni’mah
3. Nur Mega Fushilat
4. Eka Nur Fadhilah
5. Rifatul Azizah
6. Khusnul Hamidiyah
7. Ima Shofiyatul Faizah
8. Rizqi Amalia R
9. Ike Nur F
10. Yati Nur Afifah
 Koord. Perlengkapan : Nurul Jannah
Anggota : 1. Binti Nur Ainil Fitri
2. Aniqotus Syarifah
3. Nur Sholikhah

 Koord. Kesehatan :Ayu Anggraini


Anggota 1.Fatimatus
Sholihah
2. Dyah Putri Larasati
3. Reni
4. Is Zuhrotinnisa'
5. Rani Ilmiyah
6. Rika Wijayanti

6
7. NurAiniah
8. Fatrotin
9. Iffatul Maula
10. Siti Zubaidah
11. Abidatul Lutfiyah

WaliAsrama:
1. AsramaAz-Zahroh : Ummi Mufarrohah, S.Pd.I
2. Asrama Al-Adawiyah : Muthoharoh, S.Pd.I
3. AsramaAz-Zakkiyah : Ummi Kultsum, S.Pd.I
4. Asrama Al-Masyithoh : Nuril Agustina, S.E.Sy
5. Asrama ‘Aisyah : Sri Wahyuni, S.Pd.I
6. AsramaUmi Maryam : Laila Elvin Nestugin, S.Pd.I
7. Asrama As-Sa’diyah : Nur Isnawati, S.Pd.I
8. Asrama Al-Humairo’ : Lilik Farihatin,S.E
9. AsramaUmiKamilah : Siti Rohmah, M.Pd
10. Asrama Al-Khodijah : Dian Ratna Sari, S.Pd.I
11. Asrama Al-Aminah : Alfi MufidaIshari, S.Pd.I
12. Asrama Al-Hidayah : Mutikah, S.Pd.I
13. Asrama Al-Fatimah : Sri Ambarwati, S.Pd.I
14. AsramaUmmuHanny : Hani’atur Rohmah, S.Pd.I
15. AsramaAr-Roudloh : Fatayatu ArifatinNafi’ahS.Pd

KetuaAsrama:
1. AsramaAz-Zahroh : Siti Rofiqoh
2. Asrama Al-Adawiyah : Eva Malinda
3. AsramaAz-Zakiyah : Roikhatul Jannah
4. Asrama Al-Masyithoh : Titin Fidiatin
5. Asrama ‘Aisyah : Atik Nihaytuzen
6. AsramaUmi Maryam : Fatkhiyatul Afifah Alaini
7. Asrama As-Sa’diyah : Rafi Alfiyani Putri
8. Asrama Al-Humairo’ : Lutfi Khoriroh
9. AsramaUmiKamilah : Dewi Suci Afiyati
10. Asrama Al-Khodijah : Zahrotuljannah
11. Asrama Al-Aminah : Ni’matul Hikmah
12. Asrama Al-Hidayah : Ria Ayu Lestari
13. Asrama Al-Fatimah : Nadia Roikhatul Jannah
14. Asrama Ummu Hannyi :Nur Lailatul Fauziyah
15. Asrama Ar-Roudloh :Nurus Saidatul Mafakhir

6
4. Program kegiatan

Tabel 2.1 Program Kegiatan

NO WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN SASARAN


1 03.00 Harian Sholat Tahajud Semua Santri
2 04.00 Harian Jama'ah Sholat Shubuh Semua Santri
3 05.00-06.00 Harian Pengaosan Alqur'an Semua Santri
4 05.00-06.00 Harian Pengaosan Kitab Salaf Pagi Maha santri
Santri Kelas 2
5 05.00-06.00 Harian LPBA SLTP&SLTA
6 07.00-08.30 Harian Pengaosan Kitab Ihya' Maha santri
7 07.00-12.30 Harian Sekolah Semua Santri
8 12.00 Harian Jama'ah Sholat Dhuhur Semua Santri
9 15.00 Harian Jama'ah Sholat Ashar Semua Santri
Semua Santri
Tingkatan
10 15.30-16.30 Harian Pengaosan Salaf Sore SLTP&SLTA
11 15.30-16.30 Harian Diniyah MMA Semua Santri MMA
12 17.15 Harian Pengaosan Surat Pilihan Semua Santri
13 20:00 Harian Jama'ah Sholat Magrib Semua Santri
14 Harian Pengaosan Alqur'an Semua Santri
15 Harian Jama'ah Sholat Isya' Semua Santri
16 Harian Diniyah Semua Santri
17 20.00-21.00 Harian Pengaosan Salaf Malam Semua Santri MMA
18 21.25-22.00 Harian Takror Semua Santri
19 Mingguan Tahtiman Bin Nadhor SemuaSantri
Kelas 2 SLTA, 2
REFF, 5 MMA dan 2
20 21.25-22.00 Mingguan Study Teks Maha santri
21 07-08.30 Mingguan Pengaosan kitab Hari Jum'at Semua Santri
Mengulas PengaosanKitab
22 Mingguan Jawahirul Ulum Delegasi dari Asrama
Ziarah Ke Makam Keluarga
23 Mingguan Ndalem Asrama
Santri yang Mengikuti
24 bulanan Batsul Masa'il StudyTeks

6
5. Sarana Prasarana

Sarana dan Prasarana yang dimiliki Pondok Pesantren Sunan

Drajat terdiri dari Gedung sekolah, Balai Pengobatan, asrama santri putra

dan putri, asrama atau rumah guru/ustadz, kantor agribisnis, Tempat

Praktek Agrobisnis, kantor Lembaga Pengembangan Bahasa Asing, kantor

pelayanan administrasi dan keuangan, perpustakaan, ruang komputer, Lab

Bahasa, Lab Internet, Ruang teater, MCK, koperasi, dan dapur umum

untuk para santri (putra dan putri). Sarana olah raga yang di miliki adalah

lapangan volley, lapangan bulu tangkis, lapangan basket, dan untuk

pelaksanaan upacara.

Untuk keperluan ibadah telah tersedia bangunan Masjid dan

Musholla. Masjid di gunakan sebagai tempat pelaksanaan Ibadah Sholat

berjamaah bagi santri putra sedang Musholla di gunakan sebagai tempat

ibadah berjamaah santri putri dan Auditorium di gunakan sebagai ruang

pertemuan dengan kapasitas besar (sekitar 700 kursi) sekaligus lapangan

indoor.

B. Pemaparan Data dan Hasil Penelitian

1. Proses Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Moderat dalam

Membentuk Karakter Santri di Pesantren Sunan Drajad.

Setelahnya dari hasil wawancara, dokumentasi, dan

observasi maka program dan kegiatan dari pesantren sunan drajad

dapat dibagi menjadi beberapa bagian disesuaikan dengan bentuk

karakternya. Dunia pendidikan di pesantren semua orang

mengetahui bahwa tugas seorang kiyai, guru, dan pengurus hanya

6
sekedar mengajar dan memberi ilmu pengetahuan saja kepada

santri, tetapi lebih dari itu yakni menanamkan nilai-nilai

pendidikan islam sehingga tercapailah kepribadian yang

berakhlakul karimah.

Pesantren sunan drajad adalah pesantren modern, Santri

yang datang dengan berbagai latar belakang dan karakter yang

berbeda-beda, mereka dididik agar bisa bersosialisasi dengan

teman lainnya. Dengan banyaknya santri yang mondok di

pesantren Sunan Drajad secara tidak langsung memerlukan layanan

dan pengelolaan yang baik, salah satunya dengan belajar interaksi

pada sosial, memperdalam ilmu agama dan karakter.Pesantren

tetap berpegang teguh pada nilai-nilai luhur pesantren yang telah

dipraktekan dan dicontohkan oleh kyai, ustadzat yang mukim di

pesantren dan para pengurus.1

Pesantren Sunan Drajad mengajarkan pendidikan islam

menggunakan pendekatan inklusif terhadap para santri dengan cara

mencerminkan sosok perilaku para masyayikh, dewan pengasuh,

asatidzat dan segenap pengurus pesantren yang menampilkan

karakter terbuka, toleran, dan moderat dalam menyikapi berbagai

persoalan, perbedaan serta perselisihan yang terjadi di pesantren.

Oleh karena itu pesantren sunan drajad dapat dikatakan sebagai

pesantren yang menginternalisasikan nilai pendidikan islam

moderat dalam membentuk karakter kepada santri. Proses

1
Ustadzah.DurrotunNasihah, Wawancara, Lamongan 26 Oktober 2021

6
internalisasi pembelajaranya menggunakan keteladanan yang telah

diimplementasikan dalam berbagai kegiatan. Dengan demikian

tampak jelas bahwa islam yang diajarkan dipesantren sunan drajad

adalah berkarakter islam yang ramah, toleran, kontekstual dan

terbuka (moderat).

Usaha dalam menumbuhkan dan membudayakan karakter

islam moderat agar tersosialisasikan, dibutuhkan lingkungan

pendidikan yang inkulsif, yaitu lingkungan yang menghargai bakat

dan potensi santri yang bermacam-macam. Dengan cara

memfasilitasi para santri sesuai dengan bakat dan potensinya

seperti dibimbing secara khusus oleh guru atau pembimbing yang

dianggap kompeten dibidang bakat atau potensi anak tersebut.

Adapun kegiatan yang dapat mendorong santri agar terbiasa


membiasakan perilaku yang baik adalah sholat berjamaah, bersih-
bersih pondok, mengaji kitab kuning, membaca surat-surat pilihan
seperti: al-mulk dibaca pada hari biasa setelah sholat isya’ dan al
kahfi dibaca ketika hari jum’at jika santri yang berhalangan maka
membaca sholawat nariyah, membaca Al-Qur’an, program bahasa,
diniyah dan takror (belajar bersama). Selain kegiatan pokok ada
juga kegiatan ekstrakulikuler yakni qiro’ah, banjari, tata boga,
hasta karya, publik speaking.2

Tujuan adanya kegiatan ekstrakulikuler adalah dengan

melatih kreatifitas santri-santri, menanamkan nilai-nilai keputrian,

dan melatih para santri untuk berdakwah. Seluruh kegiatan dapat

dilakukan para santri, akan tetapi disesuaikan tiap jenjang. Dapat

diambil kesimpulan bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan

dipesantren bersifat adil karena dapat di akses oleh seluruh santri.

2
Ibid

6
Pondok pesantren sunan drajad hingga saat ini hadir dalam

menyelenggarakan layanan pendidikan ditengah-tengah

perkembangan zaman. Tentu setiap pondok pesantren memiliki ciri

khas masing-masing dalam menerapkan upaya-upaya atau proses

mendidik santri yang menimba ilmu di pesantrennya.

Upaya-upaya yang diterapkan di pondok pesantren sunan

drajad dalam penerapan nilai-nilai pendidikan islam moderat dalam

membentuk karakter santri ada beberapa bentuk kegiatan, adapun

bentuk upaya-upaya tersebut dalam tataran praktis pelaksanaanya,

sebagaimana uraian berikut:3

1. seleksi calon santri baru melalui tes baca tulis Al-

Qur’an (BTQ).

Kegiatan ini biasa dilaksanakan pada awal tahun

ajaran yakni pada saat penerimaan santri baru (PSB).

Bertujuan untuk mengukur kemampuan calon santri

dalam membaca dan menulis Al-Qur’an.

2. Sholat berjamaah

Pembiasaan sholat berjamaah sudah menjadi ciri

khas seorang santri, tugas utama santri adalah berjamaah

dan mengaji. Sholat berjamaah merupakan salah satu

bentuk kegiatan ritual keagamaan yang diprogramkan

untuk memupuk rasa persaudaraan, kebersamaan

dikalangan warga pesantren. Karena ketika

3
Ustadzah Nur Maulidah Isfirani, Wawancara, Lamongan 26 Oktober 2021

6
melaksanakan sholat berjamaah seluruh santri sama

sebagai seorang hamba yang akan beribadah kepada

Allah SWT. Tidak dibeda-bedakan antara santri,

pembimbing, guru, bahkan pimpinan sekalipun. Agar

selalu melaksanakan shalat berjamaah ketika sudah

pulang dari pesantren dan terbiasa melakukannya

dirumah baik sudah menjadi alumni atau masih

bermukim di pondok.

3. Pembacaan Al-Qur’an

Pembiasaan membaca Al-Qur’an dilakukan

dilaksanakan setelah shubuh dan setelah ashar di

mushollah pesantren putri. Kegiatan ini bertujuan untuk

membentuk generasi santri yang cinta terhadap Al-

Qur’an dengan cara mau membaca, mendengarkan, dan

menghafalkan Al-Qur’an.

4. Pengajian Kitab Salaf

Kegiatan pengajian kitab salaf dilaksanakan pada

sore hari setelah jamaah ashar, dilaksanakan dikelas

masing-masing. Pengajian kitab salaf yang biasa untuk

dijadikan rujukan akan menghasilkan pemahaman

seseorang yang lebih moderat, perbedaan pendapat

(khilafiyah) merupakan persoalan yang pasti terjadi

dalam realitas kehidupan manusia. Di antara masalah

khilafiyah tersebut.

7
5. Takror

Kegiatan takror juga disebut dengan belajar bersama

seluruh pondok, kegiatan ini dilaksanakan pada malam

hari setelah diniyah kemudian pengurus asrama kamar

mengingatkan agar dimulai belajar bersama, dengan

meliputi pelajaran sekolah yang besok akan dipelajari di

bangku sekolah. Kegiatan ini bertujuan untuk

mempermudah dalam memperoleh pelajaran yang akan

di ajarkan besok atau mengerjakan tugas yang sudah

diberikan oleh guru.

6. Ro’an (Piket Pondok)

Kegiatan ro’an atau piket pondok yang mana tiap

kamar mendapatkan jadwal masing-masing dengan

membersihkan kamar mandi, lapangan, mushollah,

kamar dan lain-lain. Kegiatan ini bertujuan untuk

menumbuhkan rasa tanggung jawab kepada pesantren

agar mereka mempunyai rasa memiliki pondok tersebut,

sehingga sarana prasarana yang ada di pesantren akan

dijaga dengan sebaik-baiknya.

7. Tahtiman bin nadhor

Kegiatan pembiasaan ini dijadikan momentum

untuk para santri yang telah mampu menghafalkan Al-

Qur’an untuk mengulang (murojaah) hafalannya serta

membekali para santri agar senantiasa diamalkan dalam

7
kehidupan sehari-hari yang pada akhirnya akhlaq

Qur’ani mampu muncul dalam kehidupannya. Dan juga

melatih para santri yang lain agar mau mendengarkan

lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dibacakan oleh

temannya, juga untuk melatih para santri dalam hal

menghargai orang lain.

8. Muhadloroh

Kegiatan muhadloroh atau yang disebut dengan

latihan berpidato didepan umum, merupakan kegiatan

yang dianggap mampu mengangkat mental santri,

menumbuhkan sikap berani, sanggup sendirian tampil

berbicara didepan banyak orang menyampaikan materi

keagamaan yang tentunya tidak mudah dilakukan

apabila tidak dilatih atau tidak dibiasakan dari kecil, dan

juga melatih kepercayaan diri, tidak takut salah karena

pada hakikatnya seorang santri sedang belajar menjadi

lebih baik lagi.

9. Murojaah kitab salaf yang dilakukan hari jumat

Murojaah atau yang disebut juga pengulangan pelajaran,

Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan semangat

belajar kitab salaf yang dilakukan belajar secara

berkelompok-kelompok dan mereka dilatih untuk

membaca kitabnya masing-masing agar sebelum

murojaah dilakukan, mereka sudah mempersiapkan

7
terlebih dahulu materi yang akan di murojaah pada

kamar masing-masing.

10. Ziarah ke makam keluarga ndalem

Kegiatan ziarah ke makam keluarga ndalem yang

bertujuan memberikan hadiah untuk keluarga ndalem

yang telah meninggalkan kita, serta untuk mengingat

jasa-jasa beliau yang telah berjuang dalam mengemban

amanah, mendidik para santri yang ada dipondok

11. Bahtsul masail

Kegiatan bahtsul masail ini merupakan kegiatan yang

dilaksanakan untuk melatih dan memberikan

pemahaman kepada para santri tentang berbagai macam

ragam atau corak pemahaman yang ada dalam fikih, para

santri dibekali dengan berbagai macam ilmu atau

pemahaman yang dapat dijadikan dasar hukum dalam

segala tingkah laku dan perbuatan khususnya dalam hal

ibadah.

12. Tata boga

Kegiatan tata boga adalah masuk pada kegiatan

ekstrakulikuler yang mana tidak seluruh santri wajib

mengikuti kelas tersebut, akan tetapi yang mengikuti

kelas tata boga bagi santri yang telah mendaftarkan

dirinya pada pengurus keputrian. kegiatan ini bertujuan

untuk melatih para santri agar terbiasa menjalankan

7
aktifitas yang ada didapur contohnya memasak serta

melatih kreatifitas dengan mencoba menu-menu yang

berbeda, kegiatan tersebut guna menanamkan nilai-nilai

keputrian.

13. Kursus bahasa arab dan bahasa inggris

Kegiatan kursus bahasa arab dan bahasa inggris

bertujuan untuk mempelajari bahasa asing khususnya

bahasa inggris juga disebut bahasa internasional dan

bahasa arab disebut bahasa Al-Qur’an. Dengan

mempelajari bahasa tersebut kita dapat berinteraksi,

secara lisan dan tulisan. Dan dapat memahami bahasa

Al-Qur’an.

Dengan pemaparan diatas sangat mungkin sekali para santri

pondok pesantren Sunan Drajad mampu menjadi seorang muslim

yang moderat. Muslim yang moderat merupakan sebuah cita-cita

untuk mendidik para santri menjadi anak bangsa yang bisa bergaul

dengan luwes, supel, dan tidak ekstrim yang mampu mengatasi

berbagai macam persoalan yang berat tentu dengan kepala dingin

sehingga berperan sebagai bagian dari solusi bukan bagian dari

masalah itu yang artinya para santri dididik dan dibina untuk

menjadi pribadi yang mampu menghormati siapapun.

Ustadzah puput menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan

pondok berhubungan dengan penerapan nilai-nilai pendidikan

islam moderat baik secara langsung ataupun tidak langsung itu

7
juga banyak. Hal tersebut berkaitan dengan kegiatan kesantrian dan

ubudiyah yang ada di pesantren.

Kegiatan-kegiatan yang sudah tertera diatas merupakan kegiatan


keislaman, yang pertama untuk mendidik agar ketika terjun ke
masyarakat mereka berani tampil didepan khalayak umum, seperti
halnya muhadhoroh yang mencakup dari beberapa komponen yakni
berperan sebagai MC, penceramah dan juga pembaca doa.
Sholawatan dilaksanakan setiap malam jum’at dan ketika ada
momen tertentu seperti memperingati hari besar islam. Kalau
secara sosial banyak juga, salah satunya adalah Ro’an yang mana
saling bekerjasama dalam membersihkan pondok, serta
bershodaqoh untuk diberikan pada orang-orang yang kurang
mampu, kita melatih para santri agar saling membantu.4

Nilai pendidikan islam moderat lainnya adalah karakter

peduli sosial. Dalam menerapkan nilai pendidikan islam moderat

pada proses pembelajaran adalah dengan melalui nasihat dan juga

melalui materi pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh

ustadzah maulidah sebagai berikut:

Dengan menasehati agar tidak pilih-pilih teman yang pintar


dan teman yang kurang mampu, Apabila ada santri yang kurang
faham maka bisa dibantu oleh teman-temannya lagi.5

Senada dengan kegiatan takror, murojaah kitab salaf yang

bertujuan untuk ketika santri masih belum faham maka mereka

dapat bertanya dan berdiskusi dengan teman yang lainnya, adapun

dengan munculnya persoalan-persoalan yang ada di pelajaran

tersebut maka mereka dapat berdiskusi dengan teman yang lainnya,

ketika persoalan belum terpecahkan maka dapat bertanya kepada

guru yang ada di pondok, sehingga permasalahan tersebut dapat

terpecahkan.

4
Mbakpuput
5
UstadzahNurMaulidahIsfirani, Wawancara,Lamongan 26 Oktober 2021

7
Selain dengan cara menasehati, pondok pesantren

menerapkan kegiatan mauidhoh khasanah yang bertujuan untuk

memupuk karakter santri agar sebagian hatinya santri akan terbuka,

kegiatan ini di adakan oleh pengurus ta’lim wa ta’allum dengan

menggunakan tema yang telah ditentukan oleh pengurus, meliputi:

akhlak, kebersihan, dan yang lainnya. Narasumber boleh

menggunakan tema sendiri akan tetapi tetap ada menyinggung

tema yang telah ditentukan oleh pengurus, adapun narasumber di

ambil oleh pembimbing pondok, agagis dan guru pondok.

2. Output Yang Dimiliki dalam Proses Implementasi Nilai-Nilai

Pendidikan Islam Moderat Dalam Membentuk Karakter Santri di

Pesantren Sunan Drajad.

Aktifitas dipesantren sunan drajad berkaitan dengan

pembelajaran kajian kitab-kitab kuning, interaksi dengan lingkungan

sekitar yang mendamaikan kegiatan terjadi dilakukan oleh para kiyai,

para ustadzat dan para santri. Telah dipaparkan oleh salah satu

ustadzah bahwa santri secara tidak langsung maupun tidak, telah

belajar bagaimana menyikapi perbedaan, belajar saling menghargai,

saling menghormati, bersikap inklusif, bersikap demokratis, dan

bersifat terbuka terhadap setiap kejadian dan perbedaan yang di hadapi

di pesantren.

a. Hasil yang diharapkan dari implementasi nilai-nilai pendidikan

islam moderat dalam membentuk karakter santri di pesantren sunan

drajad ditentukan oleh standar atau patokan yang telah tercantum

7
dalam ikrar janji santri, penetapan keberhasilan pesantren juga

disesuaikan dengan visi, misi, motto, dan tujuan yang ada di

pesantren sunan drajad.

b. Evaluasi kegiatan atau program bentuk evaluasi implementasi

nilai-nilai pendidikan islam moderat dalam membentuk karakter

santri yakni terlibat dalam pengasuhan santri dalam upaya

implementasi nilai-nilai pendidikan islam moderat dalam

membentuk karakter santri, salah satunya dengan berkoordinasi

dengan para dewan guru dan pembimbing asrama. bagi para santri

yang berprestasi dan berhasil mengharumkan nama baik pondok

pesantren maka diberikan reward atau hadiah, sebagai bentuk

apresiasi dan penghargaan dari pesantren. Sedangkan bagi santri

yang tidak disiplin, melanggar aturan yang ada harus diberikan

peringatan berupa sanksi atau hukuman yang mendidik secara

bertahap sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang telah

ditentukan.

c. Tindak lanjut, kegiatan atau program implementasi nilai-nilai

pendidikan islam moderat dalam membentuk karakter santri di

pesantren sunan drajad. Untuk sebuah lembaga pendidikan dalam

hal ini sangat berhubungan, maka dibutuhkan tindak lanjut yang

jelas dalam pengawasannya. Tujuannya adalah supaya mampu

mengembangkan diri dan memberikan bantuan secara teknis

kepada pembimbing yang berkoordinasi dengan pengurus, ketua

asrama, dewan guru dan pembimbing untuk senantiasa

7
meningkatkan kualitas bimbingan terhadap para santri pesantren

sunan drajad.

d. Evaluasi akhir, kegiatan ini bertujuan mengukur keberhasilan yang

mampu dicapai dan diharapkan melalui implementasi nilai-nilai

pendidikan islam moderat dalam membentuk karakter santri di

pesantren sunan drajad. Evaluasi yang dilakukan oleh pengurus,

ketua asrama, dewan guru yang berkoordinasi dengan pembimbing

dengan menggunakan cara:

1. Melakukan pengamatan perkembangan dari implementasi nilai-

nilai pendidikan islam moderat dalam membentuk karakter

santri, seperti absensi kehadiran berjamaah, absensi kehadiran

mengaji kitab salaf pagi, sore dan malam, buku catatan

pelanggaran santri, dan penghargaan bagi santri yang

berprestasi.

2. Mengawasi siswa dari bangun tidur sampai kembali tidur, yang

dilakukan adalah mengawasi dengan cara mengamati

perubahan tingkah laku santri, laporan pengamatan tingkah

laku santri dan penilaian. Hasil evaluasi tersebut dapat

dijadikan bahan acuan ketercapaian visi, misi, motto dan tujuan

pondok pesantren sunan drajad.

Output yang dimiliki Dalam Proses Implementasi Nilai-

Nilai Pendidikan Islam Moderat dalam Membentuk Karakter

Santri di Pesantren Sunan Drajad berdasarkan dari dimensi

religiusitas, kepribadian, dan ciri akhlak maka dari beberapa

7
bentuk program kerja atau kegiatan yang dapat memupuk sikap

kemoderatannya lama-lama akan semakin bertumbuh seiring

berjalannya waktu yang ada, sebagai berikut uraiannya:

a) Secara ritual agama, seluruh santri di pesantren sunan

drajad melaksanakan kewajibannya atau perintah agama

seperti: sholat berjamaah. Membaca Al-Qur’an, belajar

agama, puasa sunnah, sholat sunnah maktubah, sholat

dhuha dan sholat tahajjud.

b) Secara perilaku sosial agama yang dimotivasi oleh ajaran

agama, sebagian besar santri sudah mencerminkan

perilaku sosial yang baik, seperti: menebarkan salam

kepada sesama santri, saling bersapa kepada yang lebih

tua, membungkukan posisi badan atau rengkuh,

mengeluarkan sedekah, menghormati tamu dari berbagai

golongan yang berkunjung kepesantren.

c) Secara pengetahuan agama, sebagian besar santri selalu

berusaha untuk meningkatkan pemahaman keagamaanya

melalui: kegiatan pengajian kitab salaf, pembacaan Al-

Quran, tahtiman bin nadhor, muhadloroh, kursus bahasa

Arab, dan bahtsul masail.

Pada dasarnya seluruh santri telah mampu

melewati semua treatment yang diberikan oleh pondok

pesantren sunan drajad, harapan besar pesantren adalah

tertanamnya dalam diri nilai-nilai yang luhur seperti:

7
berpikiran moderat (tawassuth), bersikap toleran

(tasamuh), bersikap seimbang (tawazun), memiliki

keluasan berfikir, menghindari sikap perpecahan, bersikap

luwes, bersifat terbuka dan mengedepankan aspek

rasionalitas.

Adapun output dari implementasi nilai-nilai

pendidikan islam moderat dalam membentuk karakter

santri adalah sebagai berikut: kasih sayang, rendah hati,

adil, cinta persatuan, lemah lembut, tidak egois, tidak

dzolim, tidak suka mengejek atau mengolok-olok, tidak

pendendam, dan tidak pemarah.

Hakikatnya pembelajaran di pesantren sunan drajad

adalah mengembangkan nilai-nilai trasendental pada santri

sehingga tercermin suatu tindakan sosial yang humanis

dan bermartabat yang menunjukkan nilai-nilai pendidikan

islam moderat dalam dirinya. Pembelajaran yang

diimbangi dengan penanaman mental dan karakter yang

membuat santri mampu menghadapi berbagai masalah

yang ada dalam kehidupan ini. Mental dan karakter yang

sudah terinternalisasi dalam diri akan menjadi utuh dan

menyatu dalam jiwa, sehingga membentuk integritas

kepribadian, istilah bagi individu yang memiliki keutuhan

kepribadian. Ketika nilai pendidikan islam moderat terpatri

8
dalam diri para santri maka hal itu akan otomatis

memunculkan karakter moderat itu sendiri.

8
BAB V

PEMBAHASA

A. Pemaparan Data dan Hasil Penelitian

Pada bab pembahasan ini peneliti akan menganalisa paparan data dan

hasil penelitian yang telah diuraikan sebelum bab kelima ini sesuai dengan

kajian teori mengenai nilai-nilai pendidikan islam moderat dalam

membentuk karakter santri di pesantren Sunan Drajad Paciran Lamongan.

Analisis data yang dilakukan oleh peneliti akan menyesuaikan dengan

hasil penelitian berdasarkan fokus atau rumusan masalah. Terkait

penjabarannya yang lebih lanjut, sebagai berikut:

1. Proses Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Moderat dalam

Membentuk Karakter Santri di Pesantren Sunan Drajad.

Berdasarkan pengamatan serta penelitian yang telah peneliti

lakukan, pondok pesantren menerapkan Nilai-nilai pendidikan islam

moderat di pesantren, memiliki bentuk pemahaman yang terbagi

menjadi empat bentuk, yakni pemahaman tauhid atau keimanan,

ibadah, akhlak dan sosial. Senada dengan bentuk pemahaman yang ada

di pondok pesantren Sunan Drajad Lamongan yang sudah menerapkan

nilai-nilai pendidikan islam moderat dalam membentuk karakter santri

terbagi pada empat bentuk.

a. Tauhid atau Keimanan

Sesuai dengan lingkungan pesantren, santri diberikan

pemahaman bagaimana cara bertauhid, beriman dengan baik dan

benar. Sesuai dengan pemahaman fiqih dan hukum lebih


berpatokan pada pemahaman ajaran salaf atau peninggalan ulama-

ulama salafusshalih. Salaf adalah zaman yang merujuk pada

kelompok ulama yang hidup antara kurun zaman kerasulan nabi

Muhammad hingga 300 Hijriah. Pesantren sangat menekankan

pada pemahaman tauhid yang mana mempelajari tentang wujud

dan sifat-sifat Tuhan.

b. Ibadah

Untuk pemahaman tentang fiqih dan ubudiyah sendiri,

lingkungan pesantren lebih terikat dengan madzhab syafi’i yang

dianut oleh mayoritas penduduk nusantara. Selain itu syafi’iyah

adalah memang yang paling cocok dan paling sesuai dengan

masyarakat Indonesia, madzhab syafi’i dikenal sebagai madzhab

yang dinamis dan kompromis. Sehingga sangatlah wajar jika

memiliki banyak pengikut dan mampu bertahan hingga sekarang.

c. Akhlak

Pemahaman yang ditekankan pada pesantren Sunan Drajad

Lamongan meliputi bentuk pemahaman akhlak, yang semestinya

dimiliki oleh para santri sebagai seorang muslim.

d. Sosial

Menurut abdul hamid al-hasyimi Pendidikan sosial adalah

bimbingan orang dewasa terhadap anak dengan memberikan

pelatihan untuk pertumbuhan kehidupan sosial dan memberikan

macam-macam pendidikan mengenai perilaku sosial sejak dini,

agar hal itu menjadi elemen penting dalam pembentukan sosial

8
yang sehat. Sedangkan untuk landasan nilai pendidikan islam

sangat memperhatikan penataan individual dan social yang

membawa penganutnya pada pengaplikasian islam dan ajaran-

ajarannya ke dalam tingkah laku sehari-hari. Oleh karena itu,

keberadaan sumber dan landasan pendidikan islam harus sama

dengan sumber islam itu sendiri, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.1

Bentuk- bentuk nilai pendidikan islam moderat

Tauhid/ Ibadah Akhlaq Sosial

keimanan

Gambar 5.1: Bentuk Nilai-Nilai Pendidikan Islam Moderat Dalam


Membentuk Karakter Santri Di Pesantren Sunan Drajad.

Gagasan internalisasi nilai pendidikan islam moderat kepada santri

sejatinya ada empat bentuk yang telah dijelaskan diatas, Empat bentuk

nilai-nilai pendidikan islam moderat tersebut kemudian ditanamkan

melalui proses interaksi, komunikasi, dan pembelajaran semua santri.

Nilai-nilai pendidikan islam moderat di pesantren tidak dapat

dilakukan secara instant, namun secara bertahap dan di lakukan secara

terus-menerus dan berkelanjutan. Untuk itu perlu stragtegi penerapan

nilai-nilai pendidikan islam yang tepat supaya proses nilai-nilai

pendidikan islam moderat tersebut berhasil, beberapa strategi


Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan masyarakat (Jakarta:
1

GemaInsani Press, 2000), H.28.

8
penerapan nilai-nilai pendidikan islam moderat dalam membentuk

karakter santri yang dilakukan di pesantren Sunan Drajad adalah:

a. Teladan2

Metode keteladanan adalah dengan cara memberi contoh-

contoh kongkrit kepada siswa. Dalam pendidikan di pesantren

pemberian contoh-contoh ini sangat ditekankan karena tingkah laku

kiyai, guru dan pengurus mendapat pengamatan khusus dari para

santri, terlebih pengurus kamar yang setiap harinya mengetahui

aktifitasnya baik didalam kamar ataupun di luar kamar.

Sebagai seorang guru dan ketua pondok, akhlak terpuji itu


sangat perlu karena apa yang kita lakukan akan ditiru oleh para
santri. Oleh sebab itu, saya selalu berusaha menunjukkan akhlak
yang baik terhadap murid dan santri-santri. Seperti datang tepat
waktu ketika mengaji kitab kuning, sholat berjamaah, berpakaian
yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan pondok, dan
berkata sopan. Tetapi terkadang apa yang sudah saya lakukan
kurang efektif bagi para santri, karena kurangnya teladan yang baik
juga dari lingkungan di rumah.3

Senada dengan pendapat tersebut, ustadzah maulidah selaku

ketua di bidang pendidikan mengungkapkan tentang pemberian

teladan bagi para santri.

Pemberian teladan merupakan salah satu cara untuk


menanamkan nilai-nilai pendidikan agama islam kepada para
santri, karena kalau kita menunjukkan sikap yang baik terhadap
para santri secara otomatis santri akan meniru apa yang telah kita
lakukan. Percuma saja ketika kita hanya menuntut santri untuk
berperilaku baik dan sempurna tetapi kita sendiri tidak
melakukannya, maka akan menjadi pembanding yang buruk bagi
santri-santri. Setidaknya dimulai dari hal yang terkecil seperti
menghargai guru yang lebih tua dan menghargai santri.4

2
Syafi‟i Ma‟arif, Pemikiran Tentang Pembaharuan Islam di Indonesia (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1991), H. 59.
3
Ustadzah.Durrotun Nasihah, Wawancara, Lamongan 26 Oktober 2021
4
Ustadzah.Nur Maulidah Isfirani, Wawancara, Lamongan 26 Oktober 2021

8
Keteladanan merupakan cara yang afektif dalam penanaman

nilai-nilai pendidikan islam moderat kepada para santri. Guru dan

pengurus yang mempraktekkan akhlak yang baik secara tidak

langsung akan ditiru oleh santri-santri. Guru dan pengurus

merupakan panutan siswa ketika dipondok serta mereka merupakan

orang tua santri-santri ketika di pondok, apa yang dilakukan oleh

mereka secara otomatis santri-santri akan menirunya. Teladan yang

di contohkan oleh guru dan pengurus yaitu selalu menampilkan

perilaku sederhana seperti datang tepat waktu di mushollah untuk

melakukan pembelajaran kitab kuning dan sholat lima waktu

berjamaah, berpakaian yang sesuai dengan kriteria yang telah

ditentukan pondok, dan berkata sopan. Menghormati kiyai, guru,

pengurus dan santri yang lebih tua serta menghargai santri-santri

tanpa adanya sikap berkuasa.

b. Pembiasaan5

Pembiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang

sehingga menjadi mudah untuk dikerjakan. Apabila santri di

biasakan dengan akhlak yang baik, maka akan tercermin

dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki akhak yang baik.

Kegiatan di pondok pesantren di mulai pukul 03.00 –

22.00 istirahat di kamar masing-masing. Mereka di biasakan

untuk mengikuti kegiatan dengan jadwal yang sudah

ditetapkan oleh pondok.

5
Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), H.67.

8
Kegiatan yang awalnya tidak terbiasa santri lakukan,

tetapi karena sudah menjadi kegiatan wajib yang ada

dipondok maka santri menjadi terbiasa dan akan dengan

mudah melaksanakan tanpa adanya tekanan maupun beban.

c. Pengawasan6

Pengawasan kegiatan para santri sehari-hari dilakukan

oleh pengurus kamar yang mana pengurus tersebut dapat

memantau kegiatan mereka sehari-hari ketika mereka berada

dikamar, jika mereka keluar kamar dan berinteraksi dengan

yang santri yang lain maka mereka akan dipantau oleh para

ustadzat yang berada di kantor dan tiap kompleknya. Maka

dibutuhkan tindak lanjut yang jelas dalam pengawasannya.

Tujuannya adalah supaya mampu mengembangkan diri dan

memberikan bantuan secara teknis kepada pembimbing yang

berkoordinasi dengan pengurus, ustadzat dan pembimbing

untuk senantiasa meningkatkan kualitas pengawasan dan

bimbingan terhadap para santri.

d. Hukuman

Selain sebagai pembimbing, para pengurus dan

ustadzat harus memberikan sanksi pada setiap pelanggaran

yang dilakukan oleh para santri baik santri mts sampai pada

jenjang mahasiswi, sedangkan kebijaksanaan mengharuskan

para pengurus dan ustadzat memberikan sanksi sesuai dengan

6
Tim Dosen FakultasTarbiyah IAIN Wali Songo Semarang, Metodologi Pengajaran Agama
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999) H. 127

8
jenis pelanggaran tanpa di hinggapi emosi atau dorongan-

dorongan lain. Ustadzah puput menyebutkan:

”Contoh pelanggaran yang sering dilakukan oleh para


santri yaitu telat datang tepat waktu pada saat bel dua ketika
jamaah, kemudian para pengurus bisa memberikan hukuman
secara langsung dengan menyuruh mereka membaca
sholawat tibbil qulub sebanyak 9 kali.”

Melatih kedisiplinan para santri tidak hanya dengan

memberinya hukuman, tetapi dengan metode pembiasaan,

pengawasan, dan teladan juga melatih disiplin santri. Adapun

hukuman sifatnya adalah memberikan efek jera kepada para

santri yang telah menabrak larangan ataupun peraturan yang

sudah ditetapkan.

Strategi Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Islam Moderat Dalam Membentuk Kara

Teladan Pengawasan Pembiasaan Hukuman

Gambar 5.2: Strategi Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Islam Moderat


dalam Membentuk Karakter Santri Yang dilakukan di
Pesantren Sunan Drajad.

2. Output Yang dimiliki dalam Proses Implementasi Nilai-Nilai

Pendidikan Islam Moderat dalam Membentuk Karakter Santri di

Pesantren Sunan Drajad.

Pendidikan islam moderat yang didasarkan pada nilai-nilai etika

juga di implementasikan di pesantren Sunan Drajad. Adapun

pendidikan tersebut bertujuan untuk membentuk para santri menjadi

8
individu yang berkarakter baik, berpikir, berperilaku serta bersikap

yang positif. Hal tersebut didasarkan pada pengamatan peneliti

terhadap sikap dan perilaku mereka sehari-hari yang terlihat sopan,

tawadlu’ dan disiplin saat mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Dalam pelaksanaanya nilai-nilai pendidikan islam moderat yang

ditanamkan pada santri dalam membentuk karakter di pesantren Sunan

Drajad adalah sebagai berikut:

1. Disiplin

Santri yang lebih unggul adalah menjadi panutan bagi

santri-santri yang lain baik dalam bidang akademi maupun

kegiatan sehari-hari di pesantren Sunan Drajad. Para santri

diharuskan disiplin dalam menjalankan setiap aktivitasnya.

Kedisiplinan itu dimulai dari hal-hal kecil seperti selalu membuang

sampah pada tempatnya, merapikan bantal dan selimut setelah

bangun tidur, memakai seragam ketika kegiatan yang diwajibkan

untuk menggunakan seragam dan lain sebagainya.

2. Bertanggung jawab

Setiap santri dilatih untuk memiliki rasa tanggung jawab. Mereka

harus mengerjakan tugas dari para ustadzat tepat waktu. Ketika

para santri tidak mengerjakan tugas maka akan segera mendapat

hukuman dari ustadzahnya. Tanggung jawab seorang santri bukan

hanya kepada para ustadzah saja akan tetapi mereka juga harus

bertanggung jawab atas diri mereka sendiri, dan bertanggung

jawab atas setiap perilaku yang dilakukan. Dari sini kemudian

akan

8
muncul nilai kejujuran dan keberanian untuk mengakui kesalahan

sehingga mereka memiliki rasa untuk bertanggung jawab.

3. Kejujuran

Seluruh santri mendapat pantauan yang intens dari tiap

pengurus kamarnya dan penanggung jawab kamar tesebut sehingga

kesalahan yang dilakukan santri lebih mudah diketahui. Pada saat

pengurus kamar dan penanggung jawab menegur dan menasehati

santri yang salah, mereka diajarkan untuk mengakui kesalahan

yang diperbuat. Langkah selanjutnya adalah meminta maaf kepada

pengurus kamar dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan itu

kembali. Kebiasaan inilah yang akan membuat para santri selalu

jujur atas kesalahan mereka.

4. Religius

Nilai religius merupakan sikap dan perilaku patuh terhadap

ajaran agama yang dianutnya, yakni agama islam. Nilai tersebut

akan tumbuh manakala santri benar-benar menghayati kegiatan

keagamaan yang mereka ikuti. Beberapa kegiatan di pesantren

Sunan Drajad yang dapat memupuk sikap religius para santri

adalah sholat berjamaah, membaca Al-Qur’an, wirid, diba’,

mengaji kitab salaf dan lain sebagainya.

5. Kesopanan

Nilai kesopanan sangat ditekankan pada seluruh santri

terutama kepada guru, terbukti dengan sifat mereka yang terlihat

sangat tawadhu’ didepan guru, cara berbicara yang santun,

8
menyambut tamu dengan baik, menerima sesuatu dengan tangan

kanan dengan tangan kiri memegang siku kanan dengan badan

sedikit membungkuk. Nilai kesopanan tidak hanya mereka

praktekkan pada orang yang lebih tua, namun juga pada teman

sebaya mereka. Selain itu santri-santri memiliki nada bicara yang

halus dengan teman sebaya, tidak terlalu ramai apalagi sampai

berteriak.

6. Sabar dan ikhlas

Sebagai santri harus memiliki indikator yang harus dicapai.

Setiap santri memiliki kemampuan yang berbeda-beda otomatis

indikator yang yang ingin dicapai juga berbeda-beda, oleh karena

itu santri-santri harus bisa melewati tahapan ini dengan sabar dan

ikhlas dalam mempelajari setiap materi yang diberikan, agar tetap

konsisten dalam belajar.

7. Berkemauan keras

Dalam lembaga formal ataupun non formal pesantren

Sunan Drajad dapat mencapai prestasi-prestasi tersebut, maka

mereka harus memiliki kemauan keras, pantang menyerah dan

optimis dalam belajar. Apabila seorang santri merasa pesimis tentu

ia akan tertinggal dengan teman-teman lainnya, baik dalam hafalan

maupun memahami materi-materi yang tela dipelajari.

9
Disiplin

Bertanggung
jawab

Religius
Nilai- Nilaipendidikanis lammoderatdalam membentukkarakt
ersantri

Kejujuran

kesopanan

Sabar dan
ikhlas
Berkemauan
keras

Gambar 5.3: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Moderat Dalam Membentuk


Karakter Santri Di Pesantren Sunan Drajad.

Sejalan dengan misi pondok pesantren Sunan Drajad yakni

Membentuk insan yang berbudi luhur, berakhlakul karimah, bertaqwa

kepada Allah SWT, berpengetahuan luas dan bertanggung jawab terhadap

agama, nusa dan bangsa.

Pendidikan pesantren di Sunan Drajad diperuntukkan bagi seluruh

jenjang yang dimulai dari MTs sampai mahasiswa dengan memfasilitasi

santri-santri yang ingin menimba ilmu agama berkaitan dengan aqidah,

fiqih dan juga akhlak berdasarkan Al-Qur’an, hadist, dan kitab salaf.

9
Pesantren memiliki tanggungjawab dalam membangun kedalaman

spiritual dan keagungan akhlak.

Sesuai dengan pemikiran Nurcholis Majid, bahwa islama adalah

agama yang sangat memperhatikan masalah pendidikan. Petunjuk kitab

suci maupun sunnah nabi dengan jelas menganjurkan para pemeluk islam

untuk meningkatkan kecakapan dan akhlak generasi muda. Hal ini

karena pendidikan adalah sebuah penanaman modal manusia untuk masa

depan, dengan membekali generasi muda dengan budi pekerti yang luhur

dan kecakapan yang tinggi. Tujuan utama pendidikan ialah pendidikan

moral atau akhlak dan pengembangan kecakapan atau keahlian.

Mengenai akhlak, prinsip dan permasalahannya adalah sama untuk

seluruh umat manusia sepanjang masa.7

Secara umum, pendidikan agama islam bertujuan untuk

meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman

peserta didik tentang agama islam, sehingga menjadi manusia muslim

yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia

dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.8

Tujuan lain dari pendidikan agama islam juga menanamkan akhlaq yang

mulia dan selalu berma’ruf nahi munkar agar dapat diaplikasikan dan

diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk membentuk karakter pemikiran dan sikap yang moderat

dalam menyikapi berbagai macam persoalan yang dihadapi, pondok

7
Budi, Munawar Rahman. Karya Lengkap Nurcholis Madjid.(Jakarta: Nurcholis Madjid Society.
2019), H.
8
Muhaimin, 2012, Paradigm Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Islam Di
Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya), H.78.

9
pesantren Sunan Drajad memiliki tiga langkah untuk dilakukan, yaitu:

tanasub al-ahdaf artinya seluruh komponen yang terlibat dalam pola

pengasuhan yang ada di lingkungan.

INPUT
NILAI-NILAI
SANTRI
MPLEMENTASI NILAI- NILAI PENDIDIKAN ISLAMPENDIDIKAN
MODERAT
PONDOKDALAM
ISLAM MEMBENTUK KARAKTER SANTRI DIPE
MODERAT DALAM
PESANTREN
MEMBENTUK
KARAKTER SANTRI

OUTPUT

HASIL NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM MODERAT DALAM MEMBE

Gambar 5.4: Skema Proses Membentuk Karakter Santri Di Pesantren Sunan


Drajad.

9
Skema proses membentuk karakter santri yang mampu

mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan terdapat pada konsep

pendidikan islam moderat, agar mampu mencapai output yang di

inginkan yaitu menjadi santri yang memiliki kepribadian yang

moderat.

9
BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti

deskripsikan diatas, maka dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa

kesimpulandiantaranya:

1. Proses Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Moderat Dalam

Membentuk Karakter Santri di Pesantren Sunan Drajad menggunakan

strategi penerapan yaitu teladan, pembiasaan, pengawasan dan

hukuman. Adapun kegiatan yang mencerminkan nilai-nilai pendidikan

islamm moderat dalam membentuk karakter santri yaitu sebagai

berikut: seleksi calon santri baru melalui tes baca tulis Al-Qur’an

(BTQ), Sholat Berjamaah, Pembacaan Al-Qur’an, Pengajian Kitab

Salaf, Takror, Tahtiman Bin Nadhor, Muhadloroh, Muroja’ah Kitab

Salaf, Ziarah ke makam keluarga ndalem, Bahtsul Masail, Tata Boga,

Kursus Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Dengan menerapkan kegiatan

tersebut dapat memunculkan nilai-nilai islam moderat yaitu tawassuth,

i’tidal, tasamuh dan tawazun.

2. Output yang dimiliki dalam Proses Implementasi Nilai-Nilai

Pendidikan Islam Moderat dalam Membentuk Karakter Santri di

Pesantren Sunan Drajad adalah dengan menanamkan sikap disiplin,

bertanggung jawab, jujur, religius, sopan, sabar, ikhlas dan

berkemauan keras.
B. Saran

1. Bagi Santri yang telah melalui proses menerapkan nilai-nilai

pendidikan islam moderat dalam membentuk karakter santri,

diharapkan mampu benar-benar melaksanakan nilai-nilai yang telah

dibentuk di pesantren, baik di lingkungan pesantren maupun di

lingkungan sosial masyarakat. Selain itu mereka juga diharapkan

mampu menjadi teladan bagi santri-santri yang lain sehingga dapat

memberikan pengaruh positif ketika masih mukim di pondok atau

sudah menjadi alumni.

2. Bagi Pesantren sebagai wadah dalam nilai-nilai pendidikan islam

moderat yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan

menjadi lebih baik bagi seluruh santri.

3. Bagi Peneliti berikutnya diharapkan mampu menyempurnakan

kekurangan dari peneliti yang telah peneliti lakukan.

96
Nomor : 002/E.1/Ps/H.04/INKAFA/Pp/S2/2021 Gresik, 25 Oktober 2021
Lamp. : -
Hal : Ijin Penelitian

Kepada Yth
Ketua pondok pesantren sunan drajad

Di
Tempat

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb.

Dalam rangka Penulisan Tesis untuk meraih gelar Magister (S2) di Pascasarjana
Institut Keislaman Abdullah Faqih (INKAFA) Gresik Pondok Pesantren Mamba'us
Sholihin, dengan hormat kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan izin dan bantuan
kepada mahasiswa /i kami:

Nama : MIFTAHUR ROHMAH


NIM 188905083
Jenjang : Magister
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul Tesis : Nilai-Nilai pendidikan islam moderat dalam membetuk
karakter santri di Pesantren Sunan Drajad Banjarwati Paciran Lamongan

Untuk mengadakan Penelitian pada lembaga/ instansi / perusahaan/ daerah yang


Bapak/ Ibu pimpin selama .
Demikian surat ini disampaikan, atas ijin yang diberikan kami sampaikan terima
kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Direktur
,

Dr. H. Agus Muhammad Najib, MA


SURAT PERNYATAAN
Nomor :A.268/18/A-0/PPPSD/X/2021

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : KUTIYAH, S.PdI

Jabatan : Kepala Pondok Pesantren Putri Sunan Drajat


Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswi di bawah ini :
Nama : Miftahur Rohmah
NPM 188905083
Perguruan Tinggi : INSTITUT KEISLAMAN ABDULLAH FAQIH
Program Study :PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Judul Penelitian :Nilai- Nilai Pendidikan Islam Moderat dalam Membentuk
Karakter Santri di Pesantren Sunan Drajat Paciran Lamongan

Menyatakan bahwa telah melaksanakan penelitian di Pondok Pesantren Putri Sunan


Drajat, dalam rangka pelaksanaan penyelesaikan TESIS telah diselesaikan dengan baik.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan untuk digunakan
sebagaimana mestinya.

Banjaranyar, 26 Oktober 2021

Kepala Pondok,

KUTIYAH, S.PdI

Anda mungkin juga menyukai