Anda di halaman 1dari 87

STRATEGI DAKWAH PONDOK PESANTREN

AL-MUBAROK DALAM UPAYA PEMBINAAAN


KEAGAMAAN MASYARAKAT SAYUNG DEMAK

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Nurul Khikmah
NIM: 051311056

FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
NOTA PEMBIMBING

Lamp : 5 exemplar
Hal : persetujuan Naskah Skripsi
A. n Sdri. Nurul khikmah Kepada Yth.
Dekan Fakultas Dakwah
IAIN Walisongo
di Semarang

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Setelah kami mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, maka bersama ini
kami kirimkan naskah skripsi saudari :

Nama : Nurul Khikmah


Nim : 110506
Judul : Strategi Dakwah Pondok Pesantren Al- Mubarok dalam
Upaya Pembinaaan Keagamaan Masyarakat Sayung
Demak.

Dengan ini memohon agar Skripsi Saudari Nurul Khikmah tersebut dapat segera
dimunaqosahkan.

Demikian nota pembimbing ini kami buat agar dijadikan periksa adanya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Semarang, Desember 2010

Pembimbing I pembimbing II

Dr. H. Awaludin Pimay, LC., M.Ag. Suprihatiningsih, S. Ag., M. Si.


Nip: 19610727 200003 1 001 Nip:19760510 2005001 2 001

ii
SKRIPSI

STRATEGI DAKWAH PONDOK PESANTREN AL-MUBAROK DALAM


UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN MASAYARAKAT SAYUNG
DEMAK

Disusun oleh:

Nurul Khikmah
051311056

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Pada tanggal 04 Januari 2011-01-18
Dan dinyatakan telah lulus memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua Dewan Penguji Sekretaris Dewan Penguji

Drs. H. Nurbini, M.Si Dr. H. Awaluddin Pimay. Lc, M. Ag.


19680918 199303 1 004 19610727 200003 1 001

Penguji I Penguji II

Saerozi. S. Ag, M. Pd H. Adib Fatoni. S.Ag, M. Si


19710605 199803 1 004 19730320 200212 1 002

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Awaluddin Pimay. Lc, M. Ag Suprihatiningsih. S. Ag, M. Si


19610727 200003 1 001 19610727 200003 1 001

iii
MOTTO

¨bÎ) 4 ß`|¡ômr& }‘Ïd ÓÉL©9$$Î/ Oßgø9ω»y_ur ( ÏpuZ|¡ptø:$# ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ y7În/u‘ È@‹Î6y™ 4’n<Î) äí÷Š$#

ÇÊËÎÈ tûïωtGôgßJø9$$Î/ ÞOn=ôãr& uqèdur ( ¾Ï&Î#‹Î6y™ `tã ¨@|Ê `yJÎ/ ÞOn=ôãr& uqèd y7-/u‘

”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. an-
Nahl: 125)

iv
PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

• Ayah dan Ibunda tercita yang senantiasa membirikan do’a dan

mencurahkan kasih sayangnya serta megajari untuk selalu tegar dalam

mengarungi kehidupan, merupakan budi tiada tara yang tak terbalas,

kecuali oleh-Nya. Khususnya Kepada Drs. KH. Ahmad Hadlor Ihsan

beserta Ibu Nyai Hj. Aminah Sodri S.P.di yang memberikan jalan kepada

penulis dari lembah kegelapan menuju terang benderang seperti saat ini,

semoga Allah SWT memberikan kebaikan kepada Beliau.

• Adik-adikku yang tercinta dan orang yang selalu memberikan motivasi di

hari-hariku.

• Keluaga besar Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak, yang teleh

memberikan fasilitas kemudahan dalam penelitian.

• Sahabat-sahabat senasib seperjuangan MD’05 serta kelurga besar pondok

pesantren Al-Ishlah Mangkang Kulon Tugu kota Semarang.

v
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan
didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga pendidikan lainnya.
Pengetahuan yang diperoleh dari penernbit maupun yang belum atau tidak
diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.

Semarang, 31 Desember 2010

Nurul Khikmah
051311056

vi
ABSTAKSI

Strategi Dakwah Pondok Pesantren Al-Mubarok dalam Pembinaan


Keagamaan Masyarakat Sayung Demak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1). Bagaimana strategi dakwah
pondok pesantren Al-Mubarok dalam upaya pembinaan keagamaan masyarakat
Sayung Demak. 2). Bagaimana bentuk pembinaan yang dilakukan pondok
pesantren Al-Mubarok Sayung Demak.
Penelitian ini mencoba untuk mendeskripsikan strategi dakwah pondok
pesantren Al-Mubarok dalam upaya pembinaan keagamaan masyarakat Sayung
Demak. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif sebagai tehnik analisa data
dan menggunakan metode observasi, dokumentasi dan wawancara sebagai
pengumpulan data. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif, pendekatan ini
diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).
Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah Pemberian Motivasi:
Mengadakan rapat bulanan yang dilakukan setiap 1 bulan sekali pada tanggal 15
bulan Hijriyyah yang dihadiri pimpinan dakwah serta para pelaksana dakwah.
Rapat ini membahas, antara lain: Pemberian motivasi, Mencari masukan-masukan
dan saran-saran dari para usatadz dan ustadzah. Memberikan informasi yang
lengkap kepada para ustadz dan ustadzah tentang kegiatan dakwah, Mengevaluasi
kegiatan-kegiatan dakwah yang telah dilakukan oleh selama satu bulan,
Memberikan fasilitas-fasilitas yang memadai kepada para ustadz dan ustadzah:
Kantor pusat dakwah, Asrama khusus untuk para ustadz dan ustadzah, Fasilitas-
fasilitas yang memadai untuk sarana kegiatan-kegiatan dakwah seperti: gedung
aula, gedung madrasah, masjid, sound system dan lain-lain. Memberikan
wewenang penuh kepada para ustadz dan ustadzah Pembimbingan:
Pembimbingan yang dilakukan oleh K. Ahmad Mufid mengarahkan kepada para
ustadz dan ustadzah agar kegiatan-kegiatan dakwah yang dilakukan sesuai dengan
tujuan dakwah yang utama pondok pesantren al-Muabarok Sayung Demak dengan
cara merestui ataupun tidak merestui kegiatan-kegiatan dakwah yang akan
dilakukan oleh para ustadz maupun usatdzah selaku pelaksana dakwah. Penjalinan
Hubungan: Mengadakan musyawarah atau rapat setiap bulan, melakukan
wawancara secara khusus dengan para ustadz dan ustadzah, Membuat rancangan
kerja sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas-tugas masing-masing
pelaksana dakwah. Penyelenggaraan Komunikasi: Memberikan pengarahan
tentang kegiatan-kegiatan dakwah yang selaras dengan tujuan dakwah pondok
pesantren Al-Mubarok Sayung Demak, Menerima segala bentuk kosultasi dari
para ustadz dan ustadzah tentang penyelenggaraan dakwah. Pengembangan atau
peningkatan pelaksana: Membacakan kitab ad-Da watut Tammah karangan
Habib Umar dari Yaman, Langsung terjun ke lapangan penyelenggaraan dakwah
untuk memberikan contoh kepada usatadz dan ustadzah.
Sedangakan bentuk-bentuk pembinaan keagamaan yang dilakukan oleh
pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak adalah berupa pembinaan
keagamaan pada bidang Tauhid, Syariah, Akhlak. Kegiatan yang dilakukan adalah
berupa pengadaan pengajian yang bertemakan ketauhidan, syariah dan akhlak.

vii
KATA PENGANTAR

Bismillahir Rahmaanir Rohiim

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas karunia

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Strategi Dakwah

Pondok Pesantren Al-Mubarok dalam Upaya Pembinaan Keagamaan Masyarakat

Sayung Demak”, Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad

SAW, keluarga dan para sahabatnya, serta seluruh pengikut beliau yang dengan

semangat senantiasa menegakkan kebenaran.

Skripsi ini dapat terwujud juga atas dorongan dan bantuan dari berbagai

pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Muhibbin, M. Ag, selaku Rektot IAIN Walisongo Semarang.

2. Dr. Muhamad Sulthon, M Ag selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN

Walisongo Semarang.

3. Dr. H. Awaludin Pimay, Lc. M. Ag beserta Ibu suprihatiningsih, S. Ag. M

.Si, selaku dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada

penulis dengan penuh kesabaran.

4. Semua Bapak/Ibu Dosen di ligkungan IAIN Walisongo Semarang, yang telah

memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

5. Keluarga besar Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak, yang telah

memberikan fasilitas dan kemudahan dalam penelitian.

viii
6. Ayah dan Ibunda tercita yang senantiasa membirikan do’a dan mencurahkan

kasih sayangnya serta megajari untuk selalu tegar dalam mengarungi

kehidupan.

7. Adik-adikku yang tercinta serta orang yang selalu memberikan motivasi di

hari-hariku.

8. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan MD’05 serta kelurga besar Pondok

Pesantren Al-Ishlah Mangkang Kulon Semarang.

Penulis menyadari, bahwa penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam

penyusunan laporan skripsi ini, namun penulis senang hati. untuk itu saran dan

kritik dari semua pihak sangat diharapkan.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan para pembaca

umumnya.

Semarang, 31 Desember 2010

Penulis

ix
x
xi
xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia dapat dikatakan hampir lebih dari dua pertiganya

bermukim dan mendapatkan nafkah di pedesaannya. Lebih dari itu bahwa

desa di Indonesia merupakan titik sentral kehidupan rakyat dan negara

(Marbuan, 1977 : 29).

Pondok Pesantren Al-Mubarok Demak adalah salah satu sosok

pesantren salaf yang berada di tengah-tengah masyarakat modern.

Keberadaan pesantren ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi

pembangunan bangsa.

Pesantren pada hakekatnya adalah sebuah “kawah candradimuka”

untuk mencetak kader-kader bangsa yang berbudi luhur dan bermoral, serta

senantiasa taat pada perintah Allah swt, sehingga para santri diharapkan akan

senantiasa mempertimbangkan baik buruknya satu perbuatan yang akan

dilakukan. Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan

Islam tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dan belajar dibawah

bimbingan seorang (atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan kyai.

Pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab Islam klasik dan kyai

merupakan lima elemen dasar dari tradisi pesantren (Dhofir, 1982: 44).

Dalam realitas hubungan sosial, pesantren senantiasa menjadi

kekuatan yang amat penting yaitu sebagai pilar sosial yang berbasis nilai

keagamaan, Nilai keagamaan ini menjadi basis kedekatan pesantren dengan

1
masyarakat. Hubungan kedekatan pesantren dan masyarakat dibangun

melalui kerekatan psikologis dan ideologis.

Sistem pendidikan pesantren didasari, digerakkan dan diarahkan oleh

nilai-nilai kehidupan yang bersumber pada ajaran dasar Islam. Pesantren

memenuhi kriteria yang disebut dalam konsep pembangunan, yaitu

membangun kemandirian, mentalitas, kelestarian, kelembagaan dan etika.

Pesantren seperti sebuah “ruang bebas pendidikan” yang mempunyai

karakter nilai, yaitu nilai keagamaan, sedangkan batasan norma yang dimiliki

yaitu norma masyarakat serta berciri mandiri yaitu tanpa uluran tangan

lembaga luar (Rofiq, 2005:3).

Pesantren terdiri dari pengasuh (kyai) santri (murid) dan pengurus

(santri yang ikut membantu kyai dalam mengajar atau biasa dikatakan badal).

Biasanya ketiga unsur tersebut erat sekali hubunganya, sehingga akan

memperlancar aktifitas yang ada di pesantren itu, akibatnya seorang santri

akan dapat belajar agama dengan baik dan teratur sesuai dengan aturan-

aturan yang ada. Juga para pengurus disamping ikut belajar dan

memperlancar ilmunya juga ikut membantu mengajar sebagai manifestasi

dari bagian ilmu yang ia terima dari seorang kyai.

Pondok pesantren sebagai sebuah lembaga dakwah juga

membutuhkan strategi dakwah yang jitu untuk mencapai sebuah tujuan

dakwah. Adapun tujuan pesantren secara umum yaitu membina warga negara

agar lebih memiliki kepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama

Islam, menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupannya

2
serta menjadikannya sebagai orang yang berguna untuk agama, masyarakat

dan negara (Mujamil, 2002: 6). Pesantren pada umumnya sering juga disebut

dengan pendidikan Islam tradisional di mana seluruh santrinya tinggal

bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang kyai (Haedari, 2004: 31)

Melihat fenomena pesantren tentang pengajaran dan aktifitas yang

ada maka dapat disimpulkan ada persesuaian dengan kaidah-kaidah Islam

seperti firman Allah swt :

Èbºurô‰ãèø9$#ur ÉOøOM}$# ’n?tã (#qçRur$yès? Ÿwur ( 3“uqø)-G9$#ur ÎhŽÉ9ø9$# ’n?tã (#qçRur$yès?ur

Tolong menolonglah kamu dalam hal kebaikan dan ketaqwaan dan


janganlah kamu sekalian tolong menolong dalam urusan kejelekan
dan kemungkaran (QS. Al-Maidah : 2)

Masyarakat Sayung dan sekitarnya sebagian besar beragama Islam.

Sedang mata pencaharian masyarakatnya 90% bergelut sebagai petani,

nelayan, maupun pedagang. Pada sisi lain pola kebersamaan,

kesetiakawanan, kegotongroyongan, dan tolong-menolong di antara sesama

warga masyarakat betul-betul dijunjung tinggi bahkan dalam hal keagamaan

sekalipun, meskipun demikian pada kenyataannya masih ada dari oknum-

oknum masyarakat Sayung Demak yang melakukan perbuatan-perbuatan

maksiat seperti judi, minum minuman keras dan lain-lain, juga masih

minimnya pengamalan keagamaan pada masyarakat sayung bahkan

seringkali mereka lalai dalam melaksanakan kewajibannya sebagai muslim

dikarenakan kesibukan mereka dalam mencari nafkah serta masih minimnya

da i dan da iyah. Pembinaan pada masyarakat Sayung Demak yang

3
dilakukan oleh pondok pesantren Al-Mubarok merupakan sebuah

keniscayaan yang benar-benar harus dilakukan. Hasil itu dilakukan guna

memenuhi tujuan pesantren dan sekaligus tanggung jawab dan kewajiban

dakwah

Pondok pesantren Al-Mubarok sebagai sebuah lembaga dakwah yang

ada di Sayung Demak mencoba memberikan pembinaan keagamaan pada

masyarakat sekitarnya dan tentu untuk mencapai tujuan tersebut merupakan

pondok pesantren yang khas dan penting untuk diteliti.

Dari uraian di atas penulis tertarik lebih jauh untuk meneliti strategi

dakwah apa yang dipakai oleh pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak

dalam upaya pembinaan keagamaan pada masyarakat Sayung Demak dengan

judul “STRATEGI DAKWAH PONDOK PESANTREN AL-MUBAROK

DALAM UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN MASAYARAKAT

SAYUNG DEMAK”

1.2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah berdasarkan latar

belakang masalah, maka ada permasalahan yang ingin ditekankan dalam

penelitian ini, yaitu:

a. Bagaimana strategi dakwah Pondok Pesantren Al-Mubarok dalam

upaya pembinaan keagamaan masyarakat Sayung Demak?

b. Bagaimana bentuk pembinaan yang dilakukan pondok pesantren Al-

Mubarok terhadap masyarakat Sayung Demak?

4
1.3. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian

a) Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana Strategi Pondok Pesantren Al-Mubarok

dalam upaya pembinaan keagamaan Masyarakat Sayung Demak.

2. Mengetahui bentuk pembinaan yang dilakukan Pondok Pesantren

Al-Mubarok terhadap masyarakat Sayung Demak.

b) Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah

bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi suri

tauladan dimasa depan dan mendapatkan wawasan seputar Strategi

Dakwah Pondok Pesantren Al-Mubarok dalam Upaya Pembinaan

Keagamaan masyarakat Sayung Demak.

2. Manfaat Praktis

Sebagai pedoman alternatif dan nantinya berguna bagi

Pondok Pesantren Al-Mubarok dalam Upaya Pembinaan

Keagamaan Masyarakat Sayung Demak.

5
1.4. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari kesamaan penulisan maka penulis menentukan

beberapa hasil penelitian yang ada kaitannya dengan rencana penelitian

penulis.

Pertama skripsi yang berjudul Strategi Dakwah Muslimat

Nahdlatul Ulama dalam Memberdaykan Perempuan di Kabupaten Tegal

Tahun 2005-2008 “ Ditulis oleh Mifrohatun (2008).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tujuan dakwah Muslimat Nahdlatul Ulama’ dalam

memberdayakan perempuan di Kabupaten Tegal adalah untuk membangun

kemandirian dan keberanian dalam melahirkan aksi-aksi strategi bagi

pemberdayaan perempuan, terutama dalam melawan berbagai bentuk

diskriminasi yang belakangan ini masih terus mencuat.

Kedua, skripsi yang berjudul ”Strategi dan Metode Dakwah Yusuf

Mansyur di Media Televisi di tulis oleh Bagas Pratiwi (2008) . Penelitian

ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif, dimana dalam kesimpulanya

manunjukkan bahwa strtegi dakwah ustad yusuf mansyur di media televisi

adalah dakwah dengan cara halaqoh atau kelembagaan, yang ia kembangkan

melalui lembaga dakwah wisata hati dan Pondok Pesantren Daarul Qur’an.

Sedangkan metode dakwah yang digunakan adalah metode ceramah, tanya

jawab, debat (mujadalah) dan cerita yang dikemas dalam sinetron dalam

televisi.

6
Ketiga skripsi yang berjudul ”Perang Badar Sebagai Metode dan

Strategi Dakwah Nabi Muhammad”, ditulis oleh Arsam (2005). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dalam menjelaskan tentang metode dan

strategi dakwah rosulullah SAW perlu di teliti untuk menambah khasanah

keilmuan dakwah di masa kini maupun di masa mendatang.

Keempat skripsi yang berjudul ”Telaah Pemikiran Ahmad Hasan

Tentang Problema Sosial Keagamaan dalam Buku Islam dan Kebangsaan

(Ditinjau dari Pesan Dakwah) ditulis oleh Dewi Noviana (2007). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pemikiran dakwah Ahmad Hasan tentang

problem sosial keagamaan yang meliputi persoalan 1. kemerdekaan

beragama dalam menegakkan rukun Islam 2. makna kebangsaan 3. ajaran

islam sebagai dasar kehidupan.

Kelima skripsi yang berjudul ”Strategi Dakwah Masyumi Tahun

1945-1960 (Studi Tentang Dakwah Melalui Media Organisasi Politik)”,

ditulis oleh Istiqomah (2000). Dimana dalam skripsi tersebut menjelaskan

tentang dakwah masyumi syarat dengan elemen keagamaan dan kebangsaan

sekaligus nation state. Islam akan dijadikan sebagah dasar pembinaan

kehidupan bernegara, melalui proses ijtihat untuk menerapkan prinsip-prinsip

yang di kandungnya untuk memenuhi kebutukan zaman suatu negara.

Dari kelima kajian penelitian tersebut diatas, terdapat perbedaan

dengan penelitan yang sedang penulis lakukan. Perbedaannya meliputi obyek

penelitian, dalam skripsi ini akan di fokuskan pada pembahasan mengenai

7
Strategi Dakwah Pondok Pesantren Al-Mubarok dalam Upaya Pembinaan

Masyarakat Al-Mubarok Sayung Demak).

1.5.Kerangka Teoritik

a. Pengertian strategi

Strategi berasal dari bahasa yunani yaitu dari kata “stragos atau

“strategis” dengan kata jamak strategi yang berarti jenderal, tetapi dalam

Yunani kuno berarti perwira negara dengan fungsi yang luas. (Salulu,

1985: 85). Pengertian strategi secara epistemology adalah rencana yang

cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. (Depdikbud,

1994: 984).

Strategi pada hakekatmya adalah perencanaan dan manajemen

untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut,

strategi tidak hanya berfungsi sabagai peta jalan yang hanya

menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana teknik

atau cara operasionalnya.

b. Pengertian Dakwah

Secara etimologis, kata dakwah merupakan bentuk masdar dari

kata yad u (fi il mudhori ) dan da a (fi il madli) yang artinya memanggil

(to call), mengundang (to invite), mengajak, menyeru, mendorong, dan

memohon. Selain kata ”dakwah”, al-Qur’an juga menyebutkan kata yang

memiliki pengertian yang hampir sama dengan “dakwah”, yakni kata

“tabligh” yang berarti penyampaian, dan” bayan” yang berarti penjelasan.

8
Dalam al-Qur’an, ajakan dan seruan sebagai arti dasar dari kata

dakwah ini memiliki dua pengertian, baik dalam arti positif maupun

negatif. Pengertian dakwah yang berarti ajakan dan seruan kepada hal-hal

yang positif dapat di jumpai pada ayat-ayat Al-Qur’an sebagai berikut:

... ( ¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ Íot•ÏÿøóyJø9$#ur Ïp¨Yyfø9$# ’n<Î) (#þqããô‰tƒ ª!$#ur ...


mereka itu menyeru ke dalam neraka dan Allah SWT
menyeru kedalam surga .(Q.S. Al-Baqarah: 221)

Al-Qur’an juga menggunakan kata dakwah dalam pengertian yang

ditujukan untuk hal-hal yang tidak baik (negatif), seperti pada ayat

berikut:

... ( Ïmø‹s9Î) ûÓÍ_tRqããô‰tƒ $£JÏB ¥’n<Î) •=ymr& ß`ôfÅb¡9$# Éb>u‘ tA$s%

Yusuf berkata: wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada


memenuhi ajakan mereka kepadaku . (Q.S. Yusuf: 33)

Dengan demikian, ayat Al-Qur’an secara jelas menunjukkan

bahwa kata dakwah memiliki dua pengertian yang berbeda. Sementara

pengertian dakwah secara konseptual telah dirumuskan oleh para ulama’

dengan pengertian yang beragam.

Sedangkan menurut terminologi Ali Mahfuzd dalam bukunya

”Hidayatul Mursyidin”, sebagaimana dikutip oleh Awaludin Pimay

memberikan definisi dakwah sebagai berikut:

9
Mendorong (memotivasi) ummat manusia melaksanakan
kebaikan dan mengikuti petunjuk serta memerintah mereka berbuat
ma ruf dan mencegahnya dari perbuatan mungkar agar mereka
memperoleh kebahagiaan dunia akhirat . (Pimay, 2006: 2-5)

c. Strategi Dakwah

Dengan demikian strategi dakwah dapat diartikan sebagai proses

menentukan cara dan daya upaya untuk menghadapi sasaran dakwah

dalam situasi dan kondisi tertentu guna mencapai tujuan dakwah secara

optimal. Dengan kata lain strategi dakwah adalah, siasat taktik atau

manuver yang ditempuh dalam rangka mencapai tujuan dakwah.

Strategi dakwah di kalangan masyarakat desa dapat di

kembangkan dalam bentuk dakwah bil hal, dengan wujud pengolahan

hasil bumi ke arah hasil yang memadai dan peningkatan kemandirian

melalui pelatihan kerja dengan sumber daya yang ada. Strategi yang lain

dapat berbentuk strategi dakwah bil lisan yang mengarah kepada

timbulnya semangat kerja yang tinggi. Aplikasinya adalah melalui

penyampaian ajaran agama yang mengajak untuk bekerja keras,

sebagaimana firman Allah:

... 3 öNÍkŦàÿRr'Î/ $tB (#rçŽÉi•tóム4Ó®Lym BQöqs)Î/ $tB çŽÉi•tóムŸw ©!$# žcÎ)

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum


sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri... ” (Qs. Al-Ra’d: 11).

10
Kedua strategi dakwah diatas membawa dampak positif terhadap

masyarakat desa, baik dalam arti kata pemahaman keagamaanya

sekaligus juga peningkatan tarap hidupnya. Dengan demikian dakwah

memiliki wawasan yang luas naik material maupun immaterial. (Bahri

Ghazali, 1997).

d. Pesantren

Pesantren adalah, lembaga pendidikan tradisional Islam untuk

mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan

ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai

pedoman perilaku sehari-hari. Sebuah pesantren memiliki beberapa unsur

yaitu:

a. Pelaku yaitu kyai dan santri.

b. Sarana perangkat keras, misalnya masjid, rumah kyai, rumah ustadz,

pondok, gedung sekolah, gedung-gedung lain untuk pendidikan seperti

perpustakaan, aula, kantor pengurus pesantren, kantor organisasi santri,

koperasi, gedung-gedung keterampilan dan lain-lain.

c. Sarana perangkat lunak: kurikulum, buku-buku dan sumber belajar

lainnya, cara belajar-mengajar (bandongan, sorogan dan tahfidz),

evaluasi belajar-mengajar (Rofiq, 2005: 3).

e. Pembinaan Keagamaan dalam Masyarakat

Pembinaan keagamaan adalah suatu usaha untuk mendidik dan

membina sebuah masyarakat untuk menjadi masyarakat yang ideal yang

sesuai dengan ajaran-ajaran keagamaan.(Daradjat, 1975: 85). Pembinaan

11
keagamaan terhadap masyarakat harus terjadi dalam semua lingkungan

hidup , mulai dari keluaga, sekolah, dan masyarakat itu sendiri.

Pembinaan aspek keagamaan sangat penting karena ia mempengaruhi

seluruh kehidupan, bahkan mempengaruhi perkembangan jasmani dan

sosial juga.

Masyarakat merupakan suatu golongan yang dia terbuka untuk

seluruh anak manusia tanpa memandang jenis, atau warna kulit atau

bahasa bahkan juga tidak memandang agama dari keyakinan atau aqidah.

Sebagaimana firman Allah swt.:

öNä3»oYù=yèy_ur 4Ós\Ré&ur 9•x.sŒ `ÏiB /ä3»oYø)n=yz $¯RÎ) â¨$¨Z9$# $pkš‰r'¯»tƒ

4 öNä39s)ø?r& «!$# y‰YÏã ö/ä3tBt•ò2r& ¨bÎ) 4 (#þqèùu‘$yètGÏ9 Ÿ@ͬ!$t7s%ur $\/qãèä©

ÇÊÌÈ ×Ž•Î7yz îLìÎ=tã ©!$# ¨bÎ)

Hai seluruh manusia, sesungguhnya kamu telah kami telah


ciptakan kamu dari seorang pria dan seorang wanita, lalu kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling berhubungan dengan baik, sesungguhnya orang yang paling
mulia pada sisi Allah ialah yang paling taqwa di antara kamu,
sesungguhnya Allah maha mengetahui, maha teliti (QS. Al-
Hujarat: 13).

1.6. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian dan pendekatan

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu suatu proses

penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang

menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan

12
ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata,

laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada

situasi yang alami. Berarti metodologi kualitatif merupakan prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.(Moleong, 2000:

5).

1. Tekhnik Pengumpulan Data

Ada beberapa metode yang dipergunakan dalam pengumpulan

data, metode-metode tersebut adalah:

a) Observasi

Observasi adalah sebuah metode pengumpulan data yang

digunakan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan

secara sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1975

:159). Dengan metode observasi ini penulis berusaha langsung

mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik pada

Pondok Pesantren Al-Mubarak untuk meneliti sejauh mana

pembinaan keagamaan di masyarakat sekitar pondok. Metode

observsi ini sangat penting untuk melihat masalah-masalah tertentu

yang sekiranya tidak dapat dilakukan oleh metode lainnya seperti

wawancara dan dokumentasi.

b) Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

13
notula rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002 :206).

Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data

meliputi visi, misi, tujuan, rancangan program kerja, struktur

organisasi, pedoman kerja dan kegiatan harian yang diterapkan di

Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak.

c) Wawancara

Wawancara adalah tehnik penelitian yang paling sosiologis

dari semua tehnik-tehnik penelitian. Hal tersebut disebabkan

karena bentuknya yang berasal dari interaksi verbal antara peneliti

dan responden (Black, 2009 :305).

Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi dari

berbagai pihak di lingkungan Pondok Pesantren guna

mengumpulkan data. Wawancara ini di lakukan dengan K.Ahmad

Mufid beserta Ibu Nyai Muniroh, A.H. (pengasuh pondok

pesantren), Ustadz Mashudi, Ustadz Nazarudin, Ustadz Munsari,

Ustadz Nur Kholis, Ustadzah Hartini, Ustadzah Maghfiroh dll

(segenap dewan asatidz wa al-ustadzat), Bapak Mu’arif dan Bapak

Mahmudi (masyarakat sekitar) Pondok Pesantren Al-Mubarok

Sayung Demak.

2. Analisis Data

Setelah memperoleh data hasil observasi, dokumentasi dan

wawancara, maka dalam menganalisis data menggunakan uji analisis

non statistik. Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikannya

14
sesuai dengan permasalahan yang diteliti, kemudian data-data tersebut

disusun dan dianalisa dengan menggunakan metode analisis deskriptif

kualitatif.

Setelah itu perlu dilakukan telaah lebih lanjut guna mengkaji

secara sistematis dan obyektif. Untuk mendukung hal tersebut maka

penulis dalam menganalisis menggunakan metode analisis deskriptif,

yaitu sebuah metode analisis yang menekankan pada pemberian

sebuah gambaran baru terhadap data yang telah terkumpul, dengan

cara menarik kesimpulan data-data dengan mencari hal-hal yang

bersifat khusus untuk kemudian menuju kepada hal-hal yang bersifat

umum (Margono, 2004 :39).

1.7. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan sistematika

pembahasan dengan membagi ke dalam 5 bab sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan. Di sini akan diuraikan tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, kerangka

teoritik, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Strategi dakwah, pondok pesantren serta pembinaan keagamaan

masyarakat. bab ini menguraikan secara umum landasan teori yang

berisi tinjauan umum tentang pengertian strategi dakwah, landasan

dan unsur-unsur strategi dakwah, beserta landasan teori tentang

pondok pesantren dan pembinaan keagamaan masyarakat.

15
Bab III : Gambaran umum Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak

dan Masyarakat sekitarnya. Bab ini meliputi sejarah berdirinya serta

tujuan pondok pesantren Al-Mubarok saying Demak, visi dan missi

kurikulum Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak, dan

struktur Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak.

Dilanjutkan dengan pembahasan tentang gambaran umum

masyarakat Sayung Demak yang meliputi, jaduwal pengajian dalam

rangka pembinaan keagamaan masyarakat, letak geografis serta

kondisi sosial dan ekonomi.

Bab IV : Analisis strategi dakwah Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung

Demak dalam upaya pembinaan keagamaan masyarakat Sayung

Demak. Bab ini membahas tentang analisis strategi yang

diterapkan oleh Pondok Pesantren Al-Mubarok dalam upaya

pembinaan keagamaan masyarakat Sayung Demak beserta analisis

bentuk-bentuk strategi dakwah.

Bab V : Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian, saran-saran

dan penutup.

16
BAB II

STRATEGI DAKWAH, PONDOK PESANTREN DAN PEMBINAAN

KEAGAMAAN

2.1 Pengertian Strategi Dakwah

Strategi berasal dari bahasa yunani yaitu dari kata “stragos atau

“strategis” dengan kata jamak strategi yang berarti jenderal, tetapi dalam

yunani kuno berarti perwira Negara dengan fungsi yang luas. (Salulu, 1985:

85) sedangkan secara epistimology strategi adalah rencana yang cermat

mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (depdikbud, 1994 :984)

Secara etimologis, kata dakwah merupakan bentuk masdar dari kata

da’aa, yad’uu yang artinya adalah memanggil, mengundang, mengajak,

menyeru, mendorong dan memohan (Pimay, 2006 :2).

Sedangkan strategi dakwah artinya sebagai metode, siasat, taktik, atau

manuver yang dipergunakan dalam aktifitas atau kegiatan dakwah. Strategi

dakwah yang dipergunakan di dalam usaha dakwah harus memperhatikan

beberapa azas dakwah antara lain:

1) Azas filosofis. Azas ini terutama membicarakan masalah yang erat

hubunganya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau

dala aktifitas dakwah.

2) Azas kemampuan dan keahlian da i (achievement and professional).

3) Azas sosiologis, azas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan

dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misal, politik pemerintahan

17
setempat, mayoritas agama di daerah setempat, filosofis sasaran dakwah,

sosiokultural, sasaran dakwah dan sebagainya.

4) Azas psikologis, azas ini membahas masalah yang erat hubunganya

dengan kejiwaan manusia. Seorang da i adalah manusia, begitupun

sasaran dakwahnya yang memiliki karakter (kejiwaan) yang unik yakni

berbeda satu sama lainya. Apalagi masalah agama, yang merupakan

masalah ideology atau kepercayaan (rakhaniah) tidak luput dari masalah-

masalah psikologis sebagai azas (dasar) dakwahnya.

5) Azas efektifitas dan efisien, maksudnya adalah di dalam aktifitas dakwah

harus berusaha menseimbangkan antara biaya, waktu maupun tenags yang

dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya. Bahkan kalau bisa waktu biaya

dan tenaga sedikit dapat memperoleh hasil yang semaksimal mungkin

Dari pengertian strategi dakwah di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

strategi dakwah bagi lembaga dakwah merupakan sebuah aplikasi taktik

ataupun siasat yang matang agar effektivitas dan efisiensi penyelenggaraan

dakwah tercapai sehingga tujuan dakwah dapat tercapai dengan baik (Shaleh,

1977: 48). Pergerakan sendiri dalam ilmu manajemen adalah sebuah usaha

untuk meminta para pelaksanam dakwah berkorban dalam melakukan

kegiatan-kegiatan dakwah (Shaleh, 1977: 102).

Tindakan pemimpin menggerakkan para pelaku dakwah untuk

melakukan suatu kegiatan tersebut. Bagi proses dakwah, penggerakan itu

mempunyai arti dan peranan yang sangat penting. Sebab di antara fungsi

mamajemen lainya, maka penggerakan merupakan fungsi yang secara

18
langsung berhubungan dengan manusia (pelaksana). Dengan fungsi

penggerakan inilah, maka ketiga fungsi manajemen dakwah yang lain baru

akan efektif. Disini, fungsi penggerakan yang berperan sebgai pendorong

tenaga pelaksana untuk segera melaksanakan rencana itu adalah sangat

penting. Itupun baru akan efektif bila mana ada tenaga pelaksana yang

bersedia melakukan kerjasama.

Dari uraian diatas, jelaslah bahwa penggerakan itu merupakan fungsi

yang sangat penting, bahkan menentukan jalanya proses dakwah, sehinga

dapat dikatakan bahwa penggerakan itu merupakan intinya manajemen

dakwah. Sebab manajemen yang berarti proses penggerakan para pelaku

dakwah untuk melakukan aktivitas dakwah. Penggerakan dakwah disini

adalah meminta pengorbanan para pelaksan untuk melakukann kegiatan-

kegiatan dalam rangka dakwah. Hal ini hanya mungkin bilamana pimpinan

dakwah mampu memberikan motivasi, membimbing, mengkoordinir, dan

menjalin pengertian diantara mereka serta selalu meningkatkan kemampuan

dan keahlian mereka. Adanya kemampuan tersebut sangat penting artinya bagi

proses dakwah.

Berdsarkan pengertian penggerakan dakwah sebagaimana telah

diuraikan di atas, maka penggerakan dakwah terdiri dari langkah-langkah

berikut:

19
1) Pemberian Motivasi

Bahwasanya pemberian motivasi merupakan salah satu aktivitas

yang harus dilakukan oleh pimpinan dakwah dalam rangka penggerakan

dakwah. Persoalan inti mitivasi adalah bagaimana para pelaku aau

pelaksana dakwah itu dengan secara tulus ikhlas dan senang hati bersedia

melaksanakan segala tugas dakwah yang diserahkan kepada mereka.

Timbulnya kesediaan untuk melaksanakan tugas-tugas dakwah serta tetap

terpeliharanya semangat pengabdian serupa itu, adalah karena adanya

dorongan atau motiv tertentu.

Memperhatikan segi-segi kemanusiaan dalam rangka

membangkitkan semangat kerja dan pengabdian itu banyak caranya,

diantaranya sebagai berikut:

a. Pengikut sertaan dalam proses pengambilan keputusan

Bahwasanya diikut sertakan para pelaksana dalam proses

pengambilan keputusan yang menjadi hak dan wewenang pimpinan

dakwah, yaitu merupakan dorongan yang sangat penting yang dapat

menambah besarnya semangat kerja. Hal ini tidak lain hanya diikut

sertakanya pelaksana itu dalam proses pengambilan keputusan, mereka

merasa bahwa dirinya adalah orang penting. Bahwasanya dirinya

sangat penting dan diperlukan oleh pimpinanya, merupakan factor

pendorong yang kuat bagi lahirnya prestasi kerja yang meningkat.

20
b. Pemberian informasi yang lengkap

Pemberian informasi yang lengkap kepada segenap pelaksana

mengenai segala persoalan yang menyangkut kehidupan organisasi

dakwah akan mendatangkan keuntungan bagi usaha dakwah.

c. Pengakuan dan penghargaan terhadap sumbangan yang telah diberikan

Penghargaan atau pujian yang diberikan oleh pimpinan kepada

pengikutnya yang telah berhasil melakukan suatu tugas tertentu, lebih-

lebih bilamana penghargaan itu diberikan di depan umum adalah

merupakan pendorong yang dapat meningkatkan semangat kerja orang

tersebut. Dalam rangka peningkatan usaha-usaha dakwah, cara ini bisa

ditempuh asalkan tidak menimbulkan hal-hal yang yang negative,

seperti timbulnya rasa ujub, sombong dan sebagainya. Suatu peristiwa

yang mana pada perang uhud, ketika Zubair berhasil dapat membunuh

lawanya dalam perang tanding seprang lawan seorang, Nabi

menyambut kemenangna zubair itu dengan sabdanya yang artinya:

“Bagi tiap-tiap Nabi tentu ada pembantu dan bahwasanya


pembantuku ialah Zubair”.

d. Suasana yang menyenangkan

Suasana yang menyenangkan juga dapat meningkatkan hasil

kerja seseprang. Sebab dengan adanya suasana yang menyenangkan itu

seseorang dapat berpikir dan bekerja secara lebih baik. Suasana yang

menyenangkan itu dapat timbul, misalnya karena adanya hubungan

yang serasi antara orang yang satu dengan yang lain, dan juga akibat

dari tersedianya fasilitas yang diperlukan, seperti tempat kerja yang

21
bersih, penerangan yang cukup, perlengkapan kerja yang cukup dan

sebagainya.

e. Penempatan yang tepat

Dalam memilih dan menempatkan tenaga pada tugas-tugas

dakwah, hendaknya disesuaikan dengan bakat, kemampuan dan

keahlianya karena penempatan orang pada tugas-tugas yang sesuai

dengan bakat, kemampuan dan keahlianya akan mendatangkan rasa

puas dan aman. Nabi Muhammad SAW, bersabda yang artinya:

“Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah


kehancuranya. Sahabat bertanya: bagaiman menyia-
nyiakanya? Rasul Allah menjawab: apabila suatu jabatan
diserahkan kepada orang-orang yang bukan ahlinya, maka
tunggukah kiamat kehancuranya .

f. Pendelegasian wewenang

Pemberian wewenang kepada pelaksana untuk dalam persoalan

mangambil keputusan sendiri terhadap tindakan-tindakan yang akan

mereka lakukan adalah juga merupakan pendorong yang dapat

meningkatkan efisiensi.

2) Pembimbingan

Di samping semangat dan kesediaan untuk melaksanakan tugas-

tugas dakwah perlu dibangkitkan dan dupelihara, juga para aktifita para

pelaksana perlu dibimbing dan dijuruskan kearah pencapaian sasaran

dakwah yang telah ditetapkan. Ini penting sebabpimpinan dakwah adalah

orang yang di tempatkan pada posisi yang memungkinkannya dapat

22
melihat medan dan horizon yang lebih luas. Sehingga ia tahu jalan-jalan

mana yang harus ditempuh.

Dengan uraian diatas jelaslah bahwa pembimbingan adalah

merupakan tindakan pimpinan yang dapat menjamin terlaksananya tuagas-

tugas dakwah sesuai denagn rencana. Kebijaksaan dan ketentuan-

ketentuan lain yang telah digaruskan. Sehingga apa yang menjadi tujuan

dan sasaran dakwah dapat dicapai dengan sebaik-baiknya.

3) Menjalin Hubungan

Sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian-uraian terdahulu,

bahwa untuk menjamin terwujudnya harmonisasi dan sinkronisasi usaha-

usaha dakwah yang mencakup segi-segi yang sangat luas itu, diperlukan

adanya penjalinan hubungan atau koordinasi. Dengan penjalinan

hubungan, dimana para petugas atau pelaksana dakwah yang ditempatkan

dalam berbagai Biro dan bagian dihubungkan satu sama lain, maka

dapatlah dicegah terjadinya kekacauan, kekembaran, kekosongan dan

sebagainya. Di samping itu dengan penjalinan hubungan maka masing-

masing pelaksana dakwah dapat menyadari bahwa segenap aktivita yang

dilakukan itu adalah dalam rangka pencapaian sasaran dakwah.

Bahwasanyan untuk menjamin terwujudnya harmonisasi dan

sinkronisasi uasaha-usaha dakwah yang mencakup segi-segi yang sangat

luas itu, diperlukan adanya penjalinan hubungan atau koordinasi.

23
Adapun cara-cara yang dapat dipergunakan dalam rangka

penjalinan hubungan antara para pelaksana dakwah satu sama lain adalah

sebagai berikut:

a) Penyelenggaraan permusyawaratan

Permusyawaratan merupakan salah satu prinsip dalam ajaran

islam yang harus ditegakkan, dengan adanya permusyawaratan

tersebut di antara pimpinan dan para pelaksana satu sama lain, maka

dapatlah diciptakan saling pengertian.

b) Wawancara dengan pelaksana

Koordinasi antara pelaksana juga dapat dilakukan dengan cara

pimpinan dakwah secara langsung mengadakan wawancara dengan

para pelaksana.

c) Buku pedoman dan tata kerja

Koordinasi antara pelaksana juga dapat dilakukan dengan jalan

diterbitkanya buku yang berisi pedoman dan petunjuk-petunjuk serta

tata kerja yang harus diindahkan oleh masing-masing pelaksana.

d) Memo berantai

Koordinasi antara pelaksana juga dapat dilakukan dengan jalan

pimpinan dakwah dalam waktu-waktu tertentu mengedarkan memo

kepada para pelaksana disuatu kesatuan, memo man aetelah dibaca

dan dipelajari, diteruskan kepada para pelaksana di kesatuan lainya.

24
4) Menyelenggarakan Komunikasi

Komunikasi timbal balik antara pimpinan dakwah dengan para

pelaksana, senbagaimana telah dikemukakan dalam uraian di muka adalah

sangat penting sekali bagi kelancaran proses dakwah. Proses dakwah akan

terganggu, bahkan mengalami kemacetan dan menjadi berantakan, bila

mana timbul sak-wasangka, ketidakpercayaan dan saling mencurigai antar

pimpinan dakwah dan para pelaksana satu sama lain.

Informasi yang disampaikan oleh pimpinan dakwah kepada para

pelaksana akan efektif, bilamana pimpinan dakwah memahami cara

bagaimana informasi itu harus di sampaikan. Informasi yang disampaikan

akan akan efektif bilamana memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Jelas dan lengkap

Informasi yang disampaikan harus lengkap dan lengkap. Sehingga

mudah dipahami apa yang dimaksudkan oleh pihak-pihakn informasi.

2. Konsisten

Informasi yang disampaikan harus konsisten. Artinya, informasi

yang telah disampaikan terdahulu tidak boleh bertentangan dengan

informasi yang disampaikan kemudian.

3. Tepat waktu atau timingnya dapat dipergunakan tepat pada waktunya

Dalam hendak menyampaikan informasi, harus dicari dan dipilihb

saat-saat yang paling tepat. Sehingga informasi yang disampaikan itu

dapat diterima dengan baik.

4. Dapat dipergunakan tepat pada waktunya

25
Suatu informasi harus sampai tepat pada saat yang diperlukan.

Sehingga dapat dipergunakan secara efektif. Suatu informasi yang

terlambat datangnya, akan kehilangan nilai dan kemanfaatnya.

5. jelas siapa yang dituju

Suatu informasi harus dapat mencapai pihak-pihak yang dituju.

Komunikasi akan akan berjalan secara lebih efektif, bilamana pihak

pemberi komunikasi mengenal lebih baik pihak yang akan menerima

informasi.

5) Pengembangan atau peningkatan pelaksana

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa pengembangan

atau peningk--atan pelaksana mempunyai arti penting bagi proses dakwah.

Sebab dengan adanya usaha memperkembangkan para pelaksana yan

berarti kesadaran, kemampuan, keahlian, dan ketrampilan para pelaku

dakwah itu selalu ditingkatkan dan dikembangkan dengan sising dan

usaha-usaha dakwah, dapatlah diharapkan proses penyelenggaraan dakwah

itu berjalan efektif dan efisien. (Shaleh, 1977)

Untuk memperkembangkan kesadaran, kemampuan, keahlia, dan

ketrampilan para pelaku dakwah, dapat dipergunakan berbagai macam

metode. Metode itu antara lain adalah:

a) Metode demontrasi

Metode ini adalah dengan jalan para peserta yang akan

dikembangkan kemampuan dan kecakapanya dalam menjalankan

sesuatu tugas dakwah.

26
b) Metode kuliah

Metode ini dipergunakan dengan jalan pelatih memberikan

uraian-uraian dan penjelasan-penjelasan mengenai sesuatu persoalan.

c) Metode konfrensi

Metode ini dapat mengembangkan daya dan kemampuan

berpikirnya dengan seluas-luasnya.

d) Metode seminar

Metode ini adalah memberikan kemungkinan para pesertanya

untuk mengembangkan daya dan kemampuan berpikirnya denagn

sebaik-baiknya.

e) metode bacaan yang khusus direncanakan

Pada metode ini adalah memberikan bahan bacaan yabf sengaja

direncanakan untuk meningkatkan dan memprluas pengetahuan para

petugas adalah merupakan metode pengembangan yang sangat baik.

f) metode pemecahan masalah

Penggunaan metode ini dilakukan dengan jalan kepada para

peserta latihan diajukan beberapa masalah dan kepadanya diminta

untuk memecahkan masalah.

g) Metode tugas khusus

Untuk meningkatkan kemampuan para pelaksana dakwah dalam

menjalankan tugasnya.

27
h) Metode rotasi tugas kerjaan

Cara ini direalisir dengan cara menggilirkan para pelaksana

dakwah pada bagian-bagian atau biro-biro yang ada.

i) Metode workshop atau lokakarya

Lokakarya merupakan pertemuan kerja antara sejumlah

pelaksana yang dipimpin oleh seorang ahli.

2.2. Pengertian Pondok Pesantren

Pesantren berasal dari kata “santri” yang mendapat awalan “pe” dan

akhiran “an” yang berarti tempat tinggal para santri (Dhofir, 1983: 18).

Menurut Zamakhsari Dhofir pesantren yaitu sebuah asrama pendidikan

tradisional dimana para peserta didiknya (santri) tinggal bersama dan belajar

dibawah bimbingan seorang kyai, asrama para santri tersebut berada di

lingkungan kompleks pesantren yang terdiri rumah tinggal kyai, masjid,

ruang untuk belajar mengaji dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainya.

Sedangkan menurut Suharso pesantren sebagai asrama dan tempat murid-

murid serta para santri mengajar mengaji (Suharso, 2005: 43, 377).

Menurut Hasbullah, pesantren adalah suatu lembaga pendidikan dan

pengajaran agamaIslam umumnya dengan cara non klasikal di mana kyai

mengerjakan ilmu agama kepada santrinya berdasarkan kitab yang ditulis

dalam bahas arab oleh ulama-ulama di abad pertengahan. Para santri biasanya

tinggal di dalam pondok atau asrama dalam pesantren tersebut (Hasbullah,

2001: 24)

28
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pesantren

adalah lembaga pendidikan Islam yang terdapat seorang Kyai yang mengajar

dan mendidik santrinya beberapa kitab klasik secara non klaksikal dengan

sarana yang ada dan masjid untuk melaksanakan kegiatan khususnya para

masyarakat sekitar serta di dukung asrama sebagai tempat tinggal para santri.

Hampir dapat dipastikan, lahirnya suatu pesantren barawal dari

beberapa elemen dasar yang selalu ada di dalamnya. Ada lima elemen

pesantren, antara satu dengan lainya tidak dapat dipisahkan,. Kelima elemen

tersebut meliputi: Kyai, santri, pondok, masjid dan pengajaran kitab-kitab

klasik atau yang sering di sebut kitab kuning.

1. Kyai

Keberadaan Kyai dalam pesantren laksana jantung bagi kehidupan

manusia. Intensitas Kyai memperlihatkan peran yang otoriter yang

disebabkan karena kyailah perintis, pendiri, pengelola, pengasuh,

pemimpin dan juga pemimpin tunggal sebuah pesantren (Yasmadi, 2002:

63).

Menurut asal-usulnya perkataan kyai dalam bahasa jawa dipakai untuk

tiga jenis gelar yang saling berbeda.

a. Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap

keramat, seumpama Kyai Garuda Kencana dipakai sebutan bagi kereta

kencana emas yang ada di Keraton Yogyakarta.

b. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.

29
c. Gelar yang di beriakan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama

Islam yang memiliki pesantren dan mengajarkan kitab-kitab klasik

kepada santrinya (Dhofir, 1983: 55).

Sedangkan yang dimaksud Kyai dalam pembahasan ini lebih mengacu

kepada pengertian ketiga, walaupun sebenarnya gelar kyai saat ini tidak

lagi hanya diperuntukkan bagi yang memiliki pesantren saja. Sudah

banyak gelar kyai dipergunakan oleh ulama yang tidak memiliki

pesantren.

2. Santri

Santri adalah siswa atau murid yang belajar di pesantren. Menurut Nur

Cholis Madjid, terdapat dua pendapat tentang asal-usul santri. Pertama,

santri berasal dari bahasa sansekerta “sastri” yang artinya nelek huruf

(tahu huruf). Kedua, santri berasal dari bahasa jawa yang persisnya berasal

dari kata “cantrik” yang artinya seseorang yang selalu mengikuti seorang

guru pergi, menetap dengan tujuan untuk berguru. (Madjid, 1997 :19-20)

Pada umumnya, santri terbagi dalam dua kategori:

a. Santri mukim yaitu murid-murid yang berasal dari daerah jauh dan

menetap di pesantren.

b. Santri kalong yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekitar

pesantren, mereka bolak-balik (ngalo) dari rumahnya sendiri. (Haedari,

2004: 35)

30
3. Pondok

Pondok merupakan ciri khas tradisi pesantren yang membedakan

dengan sistem pendidikan tradisional yang berkembang di kebanyakan

wilayah Islam di Negara-negara lain. Bahkan system asrama ini pula yang

membedakan pesantren dengan sistem pendidikan surau di daerah

Minangkabau. (Dhofir, 1983: 45)

Dengan adanya pondok, santri dapat melatih diri dengan ilmu-ilmu

praktis seperti kepandaian berbahasa Arab, Inggris, menghafal Al-Qur’an

dan keterampilan yang lain. Sebab di pondok pesantren santri dapat saling

mengenal dan terbina kesatuan untuk saling mengisi dan melengkapi diri

dengan ilmu pengetahuan.

4. Masjid

Masjid adalah sebagai pusat kegiatan ibadah dan belajar mengajar,

masjid merupakan sentral sebuah pesantren karena di sinilah pada tahap

awal tertumpu seluruh kegiatan di lingkungan pesantren, baik yang

berkaitan dengan ibadah, sholat berjamaah, zikir, wirid, do’a. I’tikaf dan

juga kegiatan belajar mengajar. (Yasmadi : 64)

5. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik

Ada dua esensi seorang santri belajar kitab-kitab Islam klasik di

samping mendalami isi kitab maka secara tidak langsung juga mempelajari

bahasa Arab sebagai bahasa kitab tersebut. Oleh karena itu seorang santri

yang tamat belajarnya di pesantren cenderung memiliki pengetahuan

bahasa Arab. Hal ini menjadi cirri seorang santri yang telah menyelesaikan

31
studinya di pondok pesantren. Yakni mampu memahami isi kitab sekaligus

juga mampu menerapkan bahasa kitab tersebut menjadi bahasanya.

Pengajaran kitab kuning diajarkan dengan system wetonan, sorogan dan

bandungan. Dalam hal ini seorang kyai memberkan penjelasan dan

pandangan tentang kitab tersebut di samping cara membacanya (Dhofir,

1983: 50).

2.3. Pembinaan Keagamaan

a. Pengertian Pembinaan Agama

Membicarakan pengertian pembinaan agama tidak dapat

dilepaskan dari pembinaan dan agama itu sendiri. Pembinaan berarti

usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan

berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1995: 134). Sedangkan pengertian agama

(yang dimaksud adalah agama Islam) menurut Sidi Gazalba bahwa

agama dalam bahasa Indonesia umumnya dianggap sama dengan kata

religi, bahasa inggrisnya religion dan bahasa belanda religie. Religi

kepercayaan dan hubungan manusia dengan yang kudus dihayati sebagai

hakekat yang ghaib, hubungan mana menyatakan diri dalam bentuk dan

sistem kultus dan sikap agama dan hidup berdasarkan doktrin-doktrin

(Gazalba, 1962: 2).

Melihat pengertian pembinaan dari agama diatas, maka pengertian

pembinaan agama adalah usaha tindakan dan kegiatan untuk

32
mempertahankan dan menyempurnakan kepercayaan dan hubungan

manusia dengan yang kudus yang dilaksanakan dengan sistem kultus dan

dan sikap hidup berdasarkan doktrin tertentu. Dengan demikian

pengertian pembinaan agama yang dimaksud penulis disini adalah usaha

dan kegiatan untuk menyempurnakan mental (rohani) beragama yang

dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna berdasarkan ukuran-

ukuran dalam agama islam, sehingga mampu menjadikan agamanya

sebagai pedoman dalam hidupnya.

b. Dasar Pembinaan Agama

Sebagaimana disebut diatas bahwa pembinaan agama merupakan

usaha,tindakan dan kegiatan untuk mempertahankan dan

menyempurnakan mental beragama yang dilakukan secara berdaya guna

dan berhasil guna menuju terbentunya kepribadian menurut-menurut

ukuran agama. Dalam al-Qur’an disebutkan:

Ç`tã tböqyg÷Ztƒur Å$rã•÷èpRùQ$$Î/ tbrã•ãBù'tƒur ÎŽö•sƒø:$# ’n<Î) tbqããô‰tƒ ×p¨Bé& öNä3YÏiB `ä3tFø9ur

ÇÊÉÍÈ šcqßsÎ=øÿßJø9$# ãNèd y7Í´¯»s9'ré&ur 4 Ì•s3YßJø9$#

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang


menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang
beruntung .(Q.S. Al imron :104).

Sabda Nabi Muhammad saw.:

( )

33
Barangah siapa diantara kalian melihat suatu kemungkaran
ubahlah dengan tangan. Jika tidak mampu maka dengan lidah. Jika
tidak berdaya pula, maka ubahlah dengan hati.dan sikap ini
merupakan selemah-lemah iman (HR. Muslim). (Nawawi: 262)

Ini memberikan pengrtian dalam hal bahwa gerak langkah harus

selalu berpedoman pada kitab Allah swt. dan Sunnah Nabi-Nya. Lebih

lanjut Omar Muhammad al-Taumy al-Syaibani menjelaskan pengertian

kitab adalah sebagai berikut:

”Al-quran yang diturunkan kepada junjungan kita Nabi


Muhammad SAW yang lafalnya mengandung Mu jizat orang yang
membacanya dianggap beribadah, yang dipindahkan tanpa putus
(mutawatir) berguna untuk memutuskan dan meyakinkan yang tertulis
di lembaran-lembaran (musahif) bermula dangan surat al-fatihah
dan berakhir dengan surat an-naas . (Nawawi : 428)

Al-Quran merupakan petunjuk hidup yang bijaksana bagi umat

manusia dalam meniti hidup, sehingga dengan berpegang teguh

terhadapnya akan tercapailah kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Didalamya terdapat firman Allah SWT dalam surat Thoha ayat 1-4:

`yJÏj9 Zot•Å2õ‹s? žwÎ) ÇËÈ #’s+ô±tFÏ9 tb#uäö•à)ø9$# y7ø‹n=tã $uZø9t“Rr& !$tB ÇÊÈ mÛ

ÇÍÈ ’n?ãèø9$# ÏNºuq»uK¡¡9$#ur uÚö‘F{$# t,n=y{ ô`£JÏiB WxƒÍ”\s? ÇÌÈ 4Óy´øƒs†

Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Quran Ini kepadamu


agar kamu menjadi susah; Tetapi sebagai peringatan bagi orang
yang takut (kepada Allah), Yaitu diturunkan dari Allah yang
menciptakan bumi dan langit yang Tinggi . (QS. Taha: 1-4).

Di dalam al-Quran terdapat berita-berita orang-orang sebelumnya

dan sesudah kita serta hokum dan tatanan yang menjadi pemisah yang

jelas dan pasti antara kebenaran dan kebatilan, selain itu al-Quran

merupakan tali dari Allah swt. yang kokoh, peringatan yang bijak, yang

34
tidak mungkin oleh dibelokkan hawa nafsu dan dicampur adukkan

dengan kata-kata manusia. Dengan demikian al-Quran sebagai dasar

yang pertama telah meletakkan kerangka tingkah laku manusia yang

diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan sunnah Nabi Muhammad saw. adalah dasar hukum

kedua yang harus dijadikan pedoman dalam segala perilaku. Di

dalamnya memberikan penegasan dan penjelasan dari al-Quran yang

bersumber pula dari wahyu Allah SWT. Dengan berpegang teguh pada

sunnah Nabi ini diharapkan menjadi sempurnalah keimanan guna

mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

c. Tujuan Pembinaan Agama

Suatu usaha yang dilakukan manusia haruslah mempunyai tujuan,

karena dapat menentukan setiap gerak dan langkah yang akan dilakukan.

Demikian pula upaya yang dilakukan dalam melaksanakan pembinaan

agama tidak bisa dipisahkan dari tujuan yang akan dicapainya. Berbicara

tujuan pembinaan agama tidak bisa dipisahkan dari pembinaan

kepribadian manusia yaitu membentuk manusia yang bertaqwa.

Sebagaimana pendapat dari Zakiah Derajat sebagai berikut:

Selama dan setelah proses pembinaan agama itu berlangsung,


maka orang dengan sendirinya akan menjadikan sebagai pedoman
dan pengendali tingkah lakunya, sikap dan gerak-gerik dalam
hidup, maka dengan sendirinya bukan karena paksaan dari luar
batinnya, merasa lega dalam mematuhi segala perintah Allah SWT
dan menjauhi larangan-Nya.(Derajat, 1975 : 68
Sementara itu Hasan Langgulung menjelaskan lebih rinci lagi

tentang tujuan pembinaan agama, yaitu sebagai berikut:

35
1. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat

2. Perwujudan dan sesuai dengan perundangan Islam

3. Persiapan untuk menjadi warga negara yang baik

4. Perkembangan pribadi yang menyeluruh dan terpadu (Langgulung,

1980: 179).

Dari dua pendapat tujuan pembinaan di atas dapat dipahami bahwa

pendapat dari Zakiah Derajat lebih dirinci oleh pendapatnya Hasan

Langgulung. Sedangkan tujuan pembinaan agama menurut penulis yaitu

membimbing manusia agar dapat memahami menghayati serta

mengamalkan ajaran Agama yang dilakukan dengan penuh keikhlasan

bukan karena terpaksa. Untuk mencapai tujuan-tujuan di atas maka akan

dapat dicapai apabila diukung oleh:

a. Hubungan kasih sayang antara anak dan orang tua yang dicintainya.

b. Ketekunan menjalankan syari’at Agama terutama yang dilakukan

dalam kelompok-kelompok (jama ah).

c. Apabila remaja maupu masyarakat mampu mengatasi kebimbangan

terhadap sifat-sifat Tuhan sehingga berhasil pula menghindarkan dari

kemunkinan ingkar pada Tuhan (Derajat, 1970: 101).

d. Proses Pembinaan Agama Islam

Pembinaan agama bukanlah suatu proses yang dapat terjadi

dengan cepat dan dipaksakan, tapi haruslah secara berangsur-angsur

wajar, sehat dan sesuai dengan pertumbuhan, kemampuan dan

keistimewaan umur yang sedang dilalui.

36
Proses pembinaan agama itu terjadi melalui dua kemungkinan:

1. Melalui Proses Pendidikan

Pembinaan agama melalui proses pendidikan itu harus terjadi

sesuai dengan syarat-syarat psikologis dan pedagogis, dalam ketiga

lembaga pendidikan, yaitu rumah tangga, sekolah dan masyarakat.

Hal ini berarti bahwa pembinaan agama itu harus dimulai

sejak lahir, karena setiap jenjang yang dilalui anak akan menjadi

bagian dari pribadinya yang akan bertumbuh nanti. Apabila kedua

orang tuanya mengerti akan agama, maka pengalaman anak yang

menjadi bagian pribadinya mengandung unsur-unsur agama pula.

Kemudian setelah pembinaan agama itu ditanamkan di dalam

rumah tangga harus dilanjutkan di lingkungan sekolah, dimana

pembinaan diteruskan dan pengertian sedikit diberikan sesuai dengan

pertumbuhan yang dilaluinya. Setelah anak mulai sekolah, banyak

pengaruh-pengaruh masyarakat dan lingkungan menimpanya, baik

yang positif maupun yang negatif. Semua pembinaan yang diberikan

dirumah dan disekolah sangat mempengaruhi dalam perkembangan

anak tersebut.

Agar pembinaan agama tercapai, maka ketiga lembaga

pendidikan (rumah, sekolah dan masyarakat) harus bekerja sama dan

berjalan seirama, tidak bertentangan satu sama lain.

37
2. Melalui proses pembinaan kembali.

Yang dimaksud poses pembinaan kembali, ialah

memperbaiki moral yang telah rusak, atau membina moral kembali

dengan cara yang berbeda dari pada yang pernah dilaluinya dulu.

Biasanya cara ini ditunjukkan pada orang dewasa yang telah

melewati umur 21 tahun (Drajat, 1982: 72).

Yaitu bagi mereka yang berumur lebih dari 21 tahun, yang

belum pernah terbina agamanya, baik karena kurangnya pembinaan

agama yang dilaluinya dulu, maupun karena belum pernah sama

sekali mengalami pembinaan agama dalam segala bidang dilembaga

pendidikan yang dilaluinya.

Orang seperti inilah yang menjadi sasaran dakwah.

Bermacam-macam pula tingkat pendidikan dan tingkat kedudukan

sosial. Untuk mengadakan pembinaan diperlukan kecakapan,

pengalaman dan seni tertentu. Karena bagi masing-masing sasaran,

ada keadaan dan pengalaman-pengalaman masa lalu yang telah

mewarnai pribadinya dan telah membuat pengaruh tertentu terhadap

moralnya. Ada yang perlu ditangani secara perorangan dan ada pula

yang dapat ditangani secara kelompok.

38
e. Unsur-unsur Pembinaan Agama Islam

1. Subyek Binaan

Subyek binaan yang dimaksudkan di sini adalah pelaku

pembinaan. Pelaku pembinaan dapat berupa :

Ø Petugas khusus yang ditunjuk untuk tugas khusus tersebut

(fulltimer) dan disingkat sebagai karyawan dengan tugas yang

khusus untuk menangani masalah agama.

Ø Petugas sambilan atau petugas rangkap yaitu petugas dari suatu

bagian, bertugas pula selaku pembina rohani karena keahlianya.

Ø Petugas tetap, tetapi berstatus honorer atau harian.

Ø Ulama atau mubaligh setempat yang sewaktu-waktu mengisi

pembinaan(Departemen Agama RI: 172).

Adapun syarat pelaku pembinaan adalah sebagai berikut:

Ø Berpengetahuan agama yang mandiri.

Ø Penuh dedikasi.

Ø Patut dijadikan contoh.

Ø Pantas dijadikan ikutan.

Ø Mempunyai rasa tanggung jawab berbangsa dan bernegara.

Pada dasarnya pembina sama saja dengan pendidik. Untuk

wewujudkan pendidik yang profesional, sebaiknya mengacu pada

tuntunan Nabi saw, karena beliau adalah satu-satunya pendidik yang

paling berhasil sebagai uswah hasanah pengemban ajaran Islam.

39
Pendidik Islam yang professional harus memiliki

kompentensi-kompentensi sebagai berikut :

Ø Penguasaan materi al-Islam yang komprehensif serta wawasan

dan bahan pengayaan, terutama pada bidang yang menjadi

tugasnya.

Ø Penguasaan strategi (mencakup pendekatan, metode, dan teknik)

pendidikan Islam termasuk evaluasi.

Ø Penguasaan ilmu dan wawasan kependidikan.

Ø Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian

pendidikan pada umumnya guna keperluan pengembangan

pendidikan Islam.

Ø Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak

langsung yang mendukung kepentingan tugasnya (Muhaimin,

1993: 173).

2. Obyek Binaan

Obyek pembinaan ini tentunya adalah para jemaat

pembinaan. Dalam suatu perkumpulan tentunya terdapat perbedaan,

mulai dari latar belakang ekonomi, kondisi jiwa dan lainya. Adapun

Obyek pembinaan dalam hal ini adalah masyarakat Sayung Demak.

Dengan latar belakang dan karakter masyarakat Sayung Demak

yang berbeda-beda diharapkan para pembina mampu menyampaikan

Pendidikan Agama Islam dengan mengambil metode dan materi

yang tepat agar nilai-nilai syariat Islam dapat terserap dengan baik.

40
3. Materi Pembinaan Agama Islam

Inti dari ajaran pokok agama Islam adalah meliputi :

Ø Masalah keimanan (akidah): adalah bersifat i’tikad batin,

berfungsi mengajarkan ke-Esaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang

mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini.

Ø Masalah keislaman (syariah): adalah berhubungan dengan amal

lahir dalam rangka mentaati semua peraturan semua hukum

Tuhan, yang mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan,

dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia

Ø Masalah ikhsan (akhlak): adalah suatu amalan yang bersifat

pelengkap penyempurna bagi kedua amal diatas dan mengajarkan

tentang tata cara pergaulan hidup manusia (Zuhairi, 1983: 60).

Dari ketiga inti ajaran pokok tersebut dijabarkan kedalam

bentuk rukun iman, rukun islam, akhlak. Dan dari ketiganya lahirlah

beberapa keilmuan agama yaitu:

Ø Ilmu Tauhid.

Ø Ilmu Fiqih.

Ø Ilmu Akhlak.

4. Metode Pembinaan Agama Islam

Untuk mencapai suatu tujuan khususnya pembinaan agama

Islam diperlukan sebuah metode. Metode adalah suatu cara yang

ditempuh agar maksud suatu usaha itu tercapai. Allah berfirman :

41
(159: )
Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. (Q.S. Ali Imron : 159)

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa mendidik itu

diperlukan suatu metode, harus dengan cara yang deduktif, metodis

artinya dengan cara yang tepat. Allah berfirman :

( : )
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk . (Q.S. An Nahl : 125)

5. Media pembinaan Agama Islam

Media pembinaan agama ialah perantara yang dapat

digunakan dalam rangka pembinaan agama (Sholahuddin, 1987:

163). Pemakaian media dalam pembinaan dimaksudkan agar semua

materi pembinaan dapat diterima dengan mudah oleh para siswa.

Dalam hal ini obyek bina adalah masyarakat Sayung, maka dengan

media diharapkan masyarakat Sayung dapat dengan mudah

menangkap Pendidikan Agama Islam.

42
Adapun macam dari media pembinaan tersebut adalah

sebagai berikut:

Ø Lisan

Ø Tulisan

Ø Audio Visual

f. Kriteria Keberhasilan Pembinaan

Kriteria pembinaan dapat dikatakan berhasil apabila obyek atau

sasaran pembinaan setelah mendapatkan pembinaan telah mengalami

perubahan sikap dan tingkah laku.

Dengan melihat perubahan sikap dan tingkah laku tersebut, maka

akan diketahui tingkat keberhasilan dari pembinaan serta dapat lebih

meningkatkan proses pembinaan sehingga pembinaan akan berhasil

sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

43
BAB III

GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN AL-MUBAROK SAYUNG

DEMAK DAN MASYARAKAT SEKITARNYA

3.1. Sejarah Pondok Pesantren Al-Mubarok

a. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak

Pondok pesantren Al-Mubarok merupakan lembaga pendidikan

Islam yang didirikan oleh K. Ahmad Mufid pada tahun 1997. Berdirinya

pondok pesanten Al-Mubarok ini diawali oleh keinginan masyarakat

sekitar untuk mendirikan sebuah lembaga pondok pesantren yang nantinya

berguna bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu K. Ahmad Mufid sebagai

tokoh masyarakat menyetujui dan merealisasikan keinginan masyarakat

tersebut, maka berawal dari sebidang tanah milik K. Ahamad Mufid

sendiri dan bantuan dari masyarakat sekitar yang sangat atusias

dibangunlah sebuah lembaga pondok pesantren yang kemudian dinamakan

Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak.

Pada awalnya Pondok Pesantren Al-Mubarok ini hanya memiliki

beberapa orang santri saja, namun seiring berjalannya waktu Pondok

Pesantren Al-Mubarok berkembang pesat dan memiliki banyak santri baik

putra maupun putri. Pondok Pesantren Al-Mubarok berkembang sangat

cepat selain dikarenakan dukungan penuh masyarakat sekitar, Pondok

Pesantren ini juga memiliki sistem pendidikan yang sesuai dengan pondok

44
pesantren salafi seperti sorogan, membaca kitab-kitab kuning yang sangat

sesuai dengan tradisi pembelajaran Islam di Jawa.

Untuk mengembangkan sarana dan pra-sarana serta fasilitas Pondok

Pesantren Al-Mubarok, K. Ahmad Mufid mengembangkan usahanya

dengan mendirikan Koperasi Pondok yang nantinya hasil dari koperasi

terebut digunakan untuk pengembangan sarana dan prasarana serta

fasilitas Pondok Pesantren Al-Mubarok untuk menunjang kegiatan belajar

mengajar (Wawancara, Hartini: 15 Nopember 2010).

Sedangkan tujuan Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak

adalah sebagai berikut:

1. Membangun masyarakat yang beriman, bertakwa serta mempunyai

keahlian dalam bidang keagamaan.

2. Menfasilitasi masyarakat dalam mendalami ilmu khususnya ilmu

agama.

3. Menjadikan Pondok Pesantren Al-Mubarok sebagai pusat

pembelajaran, pendidikan dan ilmu pengetahuan di masa mendatang

serta menetak santri yang mampu membina masyarakat (Wawancara,

Muhammad Masyhudi, 22 Nopember 2010).

b. Visi dan Missi Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak

1. Visi Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak

Membina masyarakat agar berkepribadian Muslim yang

sesuai dengan ajaran-ajaran Islam dan menanamkan nila-nilai

ajaran Islam pada semua aspek kehidupan serta menjadikna

45
masyarakat sebagai pribadi-pribadi yang bermanfaat bagi Agama,

Nusa dan Bangsa.

2. Misi Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak

Ø Mendidik santri agar menjadi Muslim yang bertakwa kepada

Allah SWT, berakhlaq mulia, cerdas, terampil, sehat lahir

batin.

Ø Mendidik santri agar menjadi kader-kader ulama’ dan

muballigh yang berjiwa ikhlas, tabah, tangguh dan mandiri

dalam menjalankan syari’at Islam secara kaffah dan dinamis.

Ø Mendidik santri agar menjadi insan yang berakhlak mulia.

(wawancara, Hartini: 17 Nopember 2010).

c. Kurikulum Pondok Pesantren Al-Mubarok

Ø Keagamaan: Tafsir, Hadits, Tauhid, Fiqh

Ø Tata Bahasa: Nahwu dan Shorof

Ø Pendidikan: Akhlak

d. Model Pendidikan Pondok Pesantren Al-Mubarok

1. Sorogan yaitu santri menghadap kyai dengan kitab yang telah dikaji

untuk dibaca dihadapan kyai

2. Bandongan yaitu kyai membaca kitab sedangkan para santri

mendengarkan

3. Sorban kyai membacakan kitab terlebih dahulu kemudian para santri

disuruh maju satu persatu untuk membaca kitab.

46
e. Struktur Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak

Ø Pelindung: Kepala Desa (Bp. Rohmadi)

Ø Pendiri atau Pengasuh: K. Ahmad Mufid

Ø Dewan Asatidz wal Ustadzat: Ustadz Munfa’at, Ustadz Nur Kholis,

Ustadz Mashudi, Ustadz Nazaruddin, Ustadz H. Munsari, Ustadz

Sholikhul Hadi, Ustadz Nur Alim, Ustadzah Hartini.

Susunan Pengurus Putra Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung

Demak

Ø Ketua: Ustadz Muhammad Masyhudi

Ø Sekretaris: Ustadz Nur Alim

Ø Bendahara: Mahfudz Rais dan Yazid Fathurrahman

Ø Seksi Pendidikan: Said al-Khudri dan Nur Roqib

Ø Seksi Keamanan: Nazaruddin

Ø Seksi Kebersihan: Muhammad Agus. A dan Ahmad Imam Muhtadi

Ø Seksi Pembangunan: Muhammad Azid

Ø Seksi SAPRAHU: Muhammad Arifin, Abu Shomad dan Abu Choir

Susunan Pengurus Putra Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung

Demak

Ø Ketua: Ustadz Muhammad Masyhudi

Ø Sekretaris: Ustadz Nur Alim

Ø Bendahara: Mahfudz Rais dan Yazid Fathurrahman

Ø Seksi Pendidikan: Said al-Khudri dan Nur Roqib

Ø Seksi Keamanan: Nazaruddin

47
Ø Seksi Kebersihan: Muhammad Agus. A dan Ahmad Imam Muhtadi

Ø Seksi Pembangunan: Muhammad Azid

Ø Seksi SAPRAHU: Muhammad Arifin, Abu Shomad dan Abu Choir

f. Nama-Nama Ustadz dan Ustadzah Pondok Pesantren Al-Mubarok

NO NAMA USTADZ/AH
1 K. Ahmad Mufid

2 Ibu Nyai Munirah

3 Ustadz Muhammad Masyhudi

4 Ustadz Nazaruddin

5 Ustadz Nur Alim

6 Ustadz Solikhul Hadi

7 Ustadz Munfa’at

8 Ustadz Nur Kholis

9 Ustadz Muzammil

10 Ustadzah Hartini

Tabel: 1

Jadwal Kegiatan Harian Pondok Pesantren Al-Mubarok

WAKTU KEGIATAN
05.00-05.30 Pengaosan Al-Quran

06.00-selesai Lalaran (Khusus bagi yang mengkaji kitab)


Sima’an (Khusus bai yang menghafal Al-Quran)
08.00-10.30 Madrasah Diniyah

10.45-12.00 Istirahat dilanjutkan dengan shalat berjama’ah

13.00-14.00 Pengaosan kitab ( )

14.15-15.00 Istirahat dilanjutkan dengan shalat berjama’ah

48
15.30-16.45 Pengaosan Al-Quran bagi yang menghafal Al-
Quran
17.00-selesai Madrasah Diniyah (Khusus yang mengkaji kitab)

17.30-18.00 Istirahat dan shalat berjama’ah

18.30-selesai Pengajian khusus bagi santri yang tidak mukim

Sebelum Isya’ Santri Putra :


Santri Putri :
19.30-selesai Jama’ah Isya’ dilanjutkan dengan pengajian kitab :

21.00-22.00 Musyawarah (bagi yang mengkaji kitab)


Sima’an (bagi yang menghafal Al-Quran)
22.00-23.15 Membaca Shalawat Nariyah

Tabel: 2

Kegiatan Ekstra Pondok Pesantren Al-Mubarok sebagai berikut:

1. Khataman Al-Quran

2. Muhafadhah

3. Musyawarah Mudzakarah

4. Muhadharah (Latihan Khitobah)

5. Maulidiyah

6. Membaca Shalawat Nariyah

7. Manaqib

8. Tahlilan

9. Rebana (Khabsyi)

10. Ziarah Jum’at Pagi

11. Selapanan (mengadakan arwah jama’)

12. Ro’an (bersih-bersih)

49
13. PHBI

14. Memasak

Penyiaran dakwah Kegiatan Ekstra Pondok Pesantren Al-Mubarok

dengan menggunakan sarana kitab-kitab kuning dan juga Al-Quran

yaitu dengan cara memberikan pemahaman kepada para santri tentang

isi-isi dari Al-Quran dan kitab-kitab untuk kemudian

mengamalkannya. Hal semacam ini juga merupakan tujuan dakwah

yaitu mengajak orang untuk meyakini dan mengamalkan Aqidah dan

Syari’ah Islamiyyah yang terlebih dahulu diyakini dan diamalkan oleh

seorang yang menyampaikan atau da i itu sendiri.

g. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pondok pesantren Al-Mubarok dalam

upaya pembinaan keagamaan masyarakat Sayung Demak:

1. Pengajian rutin setiap satu minggu sekali bagi masyarakat dengan

bertemakan ketauhidan, syariah dan akhlak.

2. Membina masyarakat untuk shalat berjama’ah lima waktu.

3. Membina masyarakat dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang

bersifat kemasyarakatan setiap satu bulan sekali seperti: kerja bakti

3.2 Gambaran Umum Masyarakat Sekitar Pondok Pesantren Al-Mubarok

a. Letak Geografis

Secara umum Desa Sayung termasuk dalam kecamatan Sayung,

kabupaten Demak yang mempunyai luas wilayah kurang lebih sekitar 4,

149 Ha. Terbagi dalam berbagai wilayah yang sebagian besar wilayah

berupa perumahan, persawahan. Terletak sekitar kurang lebih 3

50
kilometer dari kota Demak yang wilayahnya memiliki batas-batas

sebagai berikut :

Ø Sebelah utara : Desa Sidogemah

Ø Sebelah selatan : Desa Dempel

Ø Sebelah timur : Desa Prampelan

Ø Sebelah barat : Desa Purwosari

b. Kondisi sosial dan ekonomi

Kesejahteraan dan ketentraman suatu desa atau dusun sebagian

besar tergantung dari sikap golongan-golongan yang sudah ada di desa

atau dusun itu. Kemudian semakin baik hubungan sosial mereka maka

semakin sejahtera dan tentram kehidupan mereka. Demikian pula

sebaliknya, maka jelaslah bahwa hubungan ini wajib dibina karena ini

merupakan hal yang penting dalam masyarakat.

Sikap masyarakat pedesaan berbeda dan bahkan bertolak

belakang dengan masyarakat di perkotaan. Masyarakat perkotaan lebih

banyak bersikap acuh tak acuh terhadap sesuatu yang terjadi di

lingkungan sekitarnya, akan tetapi masyarakat pedesaan sebaliknya,

mereka lebih sensitif dan peka terhadap perubahan-perubahan yang

terjadi di lingkungan sekitarnya (Sayogyo, 1983: 34-41). Bahkan yang

lebih menyolok lagi mereka (masyarakat pedesaan) masih hidup dengan

sistimnya yang khas yakni kekeluargaan. Mereka lebih mementingkan

kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.

Begitu juga dengan masyarakat Sayung, mereka juga termasuk

dalam lingkup masyarakat pedesaan, sifat ini tidak hanya terlihat karena

letaknya yang jauh dari perkotaan tetapi lebih disebabkan oleh adanya

51
beberapa ciri yang melekat pada masyarakat desa Sayung. Ciri-ciri itu

meliputi beberapa hal, antara lain : adanya interaksi sosial yang tinggi,

gotong royong, maupun jiwa musyawarah. Hal ini dapat dibuktikan dari

sikap mereka dalam kehidupan sehari-hari, misalnya jika ada kegiatan

yang sifatnya sosial mereka tanpa disuruhpun akan ikut berpartisipasi

secara sadar terhadap kegiatan tersebut. Contoh konkritnya ketika ada

suatu kegiatan perbaikan jalan umum yang itu berjalan setiap minggu

sekali, mereka pada waktunya dengan kesadarannya meninggalkan

pekerjaan individunya untuk mementingkan kerja tersebut. Mereka akan

lebih antusias lagi manakala yang akan dikerjakannya itu adalah

pembangunan (perbaikan) masjid.

Masyarakat sayung berjumlah kurang lebih 7569 jiwa yang

mayoritas penduduknya beragama islam, jadi tidaklah heran kalau setiap

ada peringatan hari-hari besar islam masyarakat sangat antusias untuk

melewati evev-even yang sangat mereka nantikan dan mereka marakkan.

Sebelum berdirinya pondok pesantren Al-Mubarok masyarakat atau ada

sebagaian orang melakukan perbuatan munkar, seperti :berjudi, minum-

minuman keras .Namun seiring berdirinya pondok pesantren al-

Mubarok, masyarakat sekitar yang dulunya pernah melakukan

perbuatan-perbuatan maksiat yang di benci oleh Allah SWT, kini sudah

aman dari jangkauan perbuatan-perbuatan maksiat.

Masyarakat Desa Sayung 90% bergelut sebagai petani, nelayan

maupun pedagang. Para petani setiap harinya pergi kesawah untuk

menjalankan aktivitas sesuai dengan keadaan cuaca. Kalau musim hujan,

para petani bersama-sama untuk menanam padi (sesuai yang sudah

52
dialami, bahwa untuk panen padi dalam satu tahun yaitu duakali),

sedangkan kalau musim kemarau biasanya para petani menanam

palawija, seperti: menanam jagung, menanam ketela dan sebagainya.

Kesemuanya itu kalau sudah waktunya memanen barulah untuk di

pasarkan.

Sedangkan para nelayan setiap malam sekitar pukul 21.00 WIB,

mereka mulai pergi untuk melaut. Biasanya mereka memekan waktu

sampai dua hari dua malam untuk mendaatkan hasil tangkapan ikan. Dan

hasil yang mereka peroleh nanti dibawa pulang dan baru dipasarka esok

harinya oleh para istri mereka. Sebelum para neleyan melaut mereka

melihat kondisi cuaca, jika keadaan cuaca memungkinkan untuk melaut

maka mareka akan pergi melaut. Begitu juga sebaliknya jika keadaan

cuaca tidak memungkinkan maka mereka tidak melaut.

Kemudian para pedagang selain dari masyarakat menjual hasil

panen yang mereka tanam pada musim kemarau, masyarakat pergi ke

pasar untuk membeli kebutuhan rumah tangga nantinya mereka jual di

toko yang mereka bangun. Selain iti juga masyarakat ada yang berjualan

di pasar dan mendirikan kios di pasar, yang mereka jual di antaranya

seperti sembakau, pakaian, alat-alat bangunan, perlengkapan untuk para

petani dan lain sebagainya (wawancara, Mahmudi: 01 Desember 201

53
BAB 1V

ANALISIS TERHADAP STRATEGI DAKWAH PONDOK

PESANTREN AL-MUBAROK DALAM UPAYA PEMBINAAN

KEAGAMAAN MASYARAKAT SAYUNG DEMAK

4.1 Analisis Strategi Dakwah Pondok Pesantren Al-Mubarok dalam Upaya

Pembinaan Keagamaan Masyarakat Sayung Demak

Sebuah lembaga dakwah dalam hal ini pondok pesantren dituntut

untuk mencapai sebuah hasil yang memuaskan sesuai dengan visi dan misi

suatu lembaga dakwah, maka dari itu sangat diperlukan adanya sebuah

strategi dakwah yang efektif dan efisien dilanjutkan dengan pelaksanaan

dari sebuah strategi dakwah yang telah dirancang dan ditetapkan bersama.

Sebuah lembaga dakwah dalam proses mencapai sebuah tujuan diperlukan

adanya strategi dakwah yang jitu agar ketika menjalankan fungsinya sebagai

lembaga dakwah tidak menjadi sia-sia, karena untuk mencapai sebuah tujuan

tanpa dilakukan dengan strategi yang jitu maka akan sulit untuk

mencapainya.

Pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak sebagai salah satu

lembaga dakwah, sudah barang tentu memiliki strategi dakwah guna

mencapai sebuah tujuan. Peranan strategi dakwah di pondok pesantren Al-

Mubarok Sayung Demak dimaksudkan untuk menjadi landasan dakwah agar

dapat menjalankan fungsinya sebagai lembaga dakwah dengan baik dan

mencapai tujuan dakwah yang diinginkan.

54
Seperti yang disebutkan di kerangka teori dalam bab 2 bahwa strategi

dakwah merupakan bagian dari manajemen yaitu pergerakan diikarenakan

perannya sebagai lembaga dakwah, maka dari itu analisis terhadap strategi

dakwah pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak kali ini penulis

menggunakan kerangka teori tersebut.

Langkah-langkah pergerakan dakwah ataupun strategi dakwah

pondok pesantren Al-Mubarok sayung demak adalah sebagai berikut:

a Pemberian Motivasi

K. Ahmad Mufid sebagai pimpinan dakwah pondok pesantren Al-

Mubarok Sayung Demak dalam hal pemberian motivasi selalu

memperhatikan segi-segi kemanusiaan dalam rangka membangkitkan

semngat kerja dan pengabdian, yaitu sebagai berikut:

1 Mengadakan rapat bulanan yang dilakukan setiap 1 bulan sekali

pada tanggal 15 bulan Hijriyyah yang dihadiri pimpinan dakwah

serta para pelaksana dakwah. Rapat ini membahas, antara lain:

Ø Pemberian motivasi dari K. Ahmad Mufid sebagai pimpinan

dakwah kepada ustadz dan ustadzah sebagai pelaksana

dakwah di pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak

untuk meningkatkan spirit berdakwah para ustadz dan

ustadzah.

Ø Mencari masukan-masukan dan saran-saran dari para

pelaksana dakwah dalam hal ini usatadz dan ustadzah di

55
pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak dalam

mengambil keputusan tentang penyelenggaraan dakwah.

Ø Memberikan informasi yang lengkap kepada para ustadz dan

ustadzah tentang kegiatan dakwah.

Ø Mengevaluasi kegiatan-kegiatan dakwah yang telah dilakukan

oleh selama satu bulan termasuk penempatan para ustadz dan

ustdazah baik dalam struktur keorganisasian maupun bidang-

bidang yang dijalankan.

2 Memberikan fasilitas-fasilitas yang memadai kepada para ustadz

dan ustadzah untuk menumbuhkan semangat dalam berdakwah.

Fasilitas-fasilitas yang diberikan kepada para ustadz dan ustadzah

di pondok pesantren Al-Mubarok adalah:

Ø Kantor pusat dakwah sebagai sarana untuk memenej kegiatan-

kegiatan dakwah.

Ø Asrama khusus uantuk para ustadz dan ustadzah.

Ø Fasilitas-fasilitas yang memadai untuk sarana kegiatan-

kegiatan dakwah seperti: gedung aula, gedung madrasah,

masjid, sound system dan lain-lain.

3 Memberikan wewenang penuh kepada para ustadz dan ustadzah

dalam mengambil keputusan ketika menyikapi apa-apa yang terjadi

di lapangan pada saat penyelenggaraan dakwah.

56
b Pembimbingan

Pembimbingan yang dilakukan oleh K. Ahmad Mufid kepada para

pelaksana dakwah dalam hal ini ustadz dan ustadzah tidak dalam

pembimbingan secara khusus akan tetapi bersifat umum dan masih

sangat minim sekali. Pembimbingan yang dilakukan oleh K. Ahmad

Mufid mengarahkan kepada para ustadz dan ustadzah agar kegiatan-

kegiatan dakwah yang dilakukan sesuai dengan tujuan dakwah yang

utama pondok pesantren al-Muabarok Sayung Demak dengan cara

merestui ataupun tidak merestui kegiatan-kegiatan dakwah yang akan

dilakukan oleh para ustadz maupun usatdzah selaku pelaksana dakwah.

c Penjalinan Hubungan

Dalam rangka penjalinan hubungan yang baik antara para ustadz

dan ustadzah pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak maka

langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Mengadakan musyawarah atau rapat setiap bulan yang dilakukan

pada tanggal 15 bulan Hijriyyah dalam rangka koordinasi.

2. K. Ahmad Mufid sebagai pimpinan dakwah melakukan wawancara

secara khusus dengan para ustadz dan ustadzah dalam rangka

memberikan pengarahan dan mempertugas tugas masing-masing

pelaksana dakwah.

3. Membuat rancangan kerja sebagai pedoman dalam melaksanakan

tugas-tugas masing-masing pelaksana dakwah yang diadakan

57
setiap satu tahun sekali. Contoh rancangan kerja pondok pesantren

Al-Mubarok Sayung Demak pada tahun 2009-2010:

a. Ketua

Ø Bertanggung jawab kepada semua anggota

Ø Mengkoordinir semua kegiatan di pondok pesantren Al-

mubarok

Ø Mengkoordinir pengurus yang ada dibawah ini

Ø Pemegang kebijakan terhadap program kerja

b. Sekretaris

Ø Menentuka kebijakan dalam bidang administrasi

Ø Memimpin tugas-tugas kesekretariatan dan mengatur

administrasi

Ø Bertanggung jawab pada ketua

c. Bendahara

Ø Mengatur keuangan organisasi

Ø Membuat laporan keuangan

Ø Bertanggung jawab pada ketua

d. Seksi Pendidikan

Ø Membuat jadwal kegiatan harian seperti yang ada dalam

bab III

Ø Mengurus kegiatan-kegiatan di Madrasah

58
e. Seksi Keamanan

Ø Bertanggung jawab atas keamanan pondok pesantren Al-

Mubarok Sayung

Ø Memberikan sanksi bagi santri yang melanggar

f. Seksi Kebersihan

Ø Mengadakan bersih-bersih dilingkungan pondok pesantren

Al-Mubarok Sayung setiap satu minggu sekali yaitu pada

hari jumat pagi

Ø Bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan pondok

g. Seksi Pembangunan

Ø Mengurus pembangunan-pembangunan yang ada di

pondok

h. Seksi SAPRAHU

Ø Mengurus sarana dan prasarana pondok

Ø Bertugas mengurus hubungan dengan masyarakat

Sayung(Dokumentasi pondok pesantren Al-Mubarok

Sayung)

d Penyelenggaraan Komunikasi

Penyelenggaran komunikasi yang dilakukan oleh K. Ahmad Mufid

kepada para ustadz dan ustadzah adalah komunikasi yang bersifat

informatif. Ini wajar dikarenakan dalam tradisi pondok pesantren salaf

ustadz ataupun ustadzah masih merupakan santri dari kyai sehingga

59
harus tunduk dan patuh terhadap perintah kyai. Adapun penyelenggaraan

komunikasi yang dilakukan oleh K. Ahmad Mufid adalah:

1. Memberikan pengarahan tentang kegiatan-kegiatan dakwah yang

selaras dengan tujuan dakwah pondok pesantren Al-Mubarok

Sayung Demak. Ini dilakukan setiap satu bulan sekali ketika rapat

bulanan.

2. Menerima segala bentuk kosultasi dari para ustadz dan ustadzah

tentang penyelenggaraan dakwah. Ini dilakukan seperti open home

namun khusus bagi para ustadz dan ustadzah pada malam jumat

mulai pukul 21.00 sampai pukul 00.00.

e Pengembangan atau peningkatan pelaksana

Dalam rangka peningkatan dan pengembangan para ustadz dan

ustadzah K. Ahmad Mufid melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membacakan kitab yang bertema tentang dakwah yang dikhususkan

bagi para ustadz dan ustadzah seperti kitab ad-Da watut Tammah

karangan Habib Umar dari Yaman setiap satu minggu sekali pada

hari rabu tepatnya jam 20.00.

2. Langsung terjun ke lapangan penyelenggaraan dakwah untuk

memberikan contoh kepada usatadz dan ustadzah tentang cara-cara

berdakwah sekaligus memberikan semangat kepada para ustadz dan

ustadzah.

60
4.2 Bentuk-Bentuk Pembinaan Keagamaan yang dilakukan Pondok

Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak dalam Upaya Pembinaan

Masyarakat Sayung Demak

Pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak dalam pembinaan

keagamaan pada masyarakat Sayung Demak menggunakan ketiga metode

dakwah seperti yang disebutkan di atas yaitu metode dakwah bil hikmah,

mai idzhah hasanah, mujadalah. Dari ketiga metode ini kemudian muncullah

bentuk-bentuk pembinaan keagamaan. Adapun bentuk-bentuk pembinaan

keagamaan yang dilakukan pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak

adalah bersifat pembinaan tauhid, syariah, akhlak, penulis mencoba

menklasifikasikannya menjadi dua bagian:

a. Proses pendidikan atau Internal pondok pesantren yaitu membentuk santri

maupun santriwati menjadi da i dan da iyah yang ahli dalam bidang

keagamaan, berakhlak mulia serta mampu terjun ke masyarakat. Bentuk-

bentuk pembinaan keagamaannya adalah:

1. Tauhid

Ø Mengadakan pengajian kitab kuning yang berupa kitab-kitab yang

berisi ajaran tauhid seperti: kitab Aqidatul Awam, Minhajul

Abidin, Al-Hikam dan lain-lain.

2. Syariah

Ø Mengadakan pengajian kitab kuning yang berupa kitab-kitab yang

berisi ajaran syariah seperti: kitab Mabaadi Al-Fiqhiyyah, Fathul

61
Qarib, Kifayatul Akhyar, Bidayatul Mujtahid, Tafsir Jalalain,

Jam ul Jawami dan lain-lain.

Ø Mewajibkan seluruh santri untuk shalat berjam’ah tepat waktu.

Ø Membina para santri untuk berpuasa sunnah

Ø Mengadakan kegiatan ekstra kurikuler sebagai bekal bagi santri

agar menjadi da i dan da iyahyang serba bisa, yaitu berupa:

muhadharah (latihan khitobah), musyawarah mudzakarah (latihan

mendiskusikan tentang masalah-masalah keagamaan), rebana,

hafalan dan lain-lain.

3. Akhlak

Ø Mengadakan pengajian kitab kuning yang berupa kitab-kitab yang

berisi ajaran ikhsan seperti: kitab Ta limul Muta allim, Bidayatul

Hidayah, Riyadus Shalihin, dan lain-lain

Ø Membuat peraturan-peraturan yang mengikat untuk melatih

kedisiplinan dan membentuk akhlak santri maupun santriwati agar

memiliki akhlak yang baik, seperti: dilarang berpacaran, harus

menutup aurat, menjaga kebersihan dan lain-lain.

b. Proses pembinaan kembali atau Eksternal pondok pesantren yaitu

melakukan pembinaan keagamaan pada masyarakat Sayung Demak, dalam

hal ini yang telah beristri ataupun bersuami. Bentuk-bentuk pembinaan

keagamaannya adalah:

1. Tauhid

62
Ø Mengadakan pengajian rutin yang bertemakan tentang keakidahan

atau ketauhidan. Ini dilakukan langsung oleh K. Ahmad Mufid

ataupun da i dan da iyah panggilan yang diadakan setiap satu

bulan sekali pada tanggal 11 bulan Hijriyyah.

2. Syariah

Ø Mengadakan pengajian rutin yang bertemakan tentang syariah dan

fiqh. Ini dilakukan langsung oleh K. Ahmad Mufid ataupun da i

dan da iyahpanggilan yang diadakan setiap satu bulan sekali pada

tanggal 11 bulan Hijriyyah.

Ø Membina warga masyarakat untuk melaksanakan shalat

berjama’ah lima waktu.

Ø Membina warga masyarakat untuk melaksanakan puasa-puasa

sunnah.

Ø Mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat kemasyarakatan

seperti: kerja bakti

3. Akhlak

Ø Mengadakan pengajian rutin yang bertemakan tentang ikhsan atau

akhlak. Ini dilakukan langsung oleh K. Ahmad Mufid ataupun da i

dan da iyah panggilan yang diadakan setiap satu bulan sekali pada

tanggal 11 bulan Hijriyyah.

Ø Meramaikan budaya amar ma’ruf nahi mungkar di kalangan

masyarakat Sayung Demak

63
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitan dan beberapa landasan teori yang ada,

maka dapat di ambil kesimpulan bahwa strategi dakwah yang dilakukan oleh

pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak adalah:

Ø Pemberian Motivasi

• Mengadakan rapat bulanan yang dilakukan setiap 1 bulan sekali pada

tanggal 15 bulan Hijriyyah yang dihadiri pimpinan dakwah serta para

pelaksana dakwah. Rapat ini membahas, antara lain: Pemberian

motivasi, Mencari masukan-masukan dan saran-saran dari para

usatadz dan ustadzah, Memberikan informasi yang lengkap kepada

para ustadz dan ustadzah tentang kegiatan dakwah, Mengevaluasi

kegiatan-kegiatan dakwah yang telah dilakukan oleh selama satu

bulan

• Memberikan fasilitas-fasilitas yang memadai kepada para ustadz dan

ustadzah: Kantor pusat dakwah, Asrama khusus untuk para ustadz

dan ustadzah, Fasilitas-fasilitas yang memadai untuk sarana

kegiatan-kegiatan dakwah seperti: gedung aula, gedung madrasah,

masjid, sound system dan lain-lain.

• Memberikan wewenang penuh kepada para ustadz dan ustadzah

64
Ø Pembimbingan: Pembimbingan yang dilakukan oleh K. Ahmad Mufid

mengarahkan kepada para ustadz dan ustadzah agar kegiatan-kegiatan

dakwah yang dilakukan sesuai dengan tujuan dakwah yang utama

pondok pesantren al-Muabarok Sayung Demak dengan cara merestui

ataupun tidak merestui kegiatan-kegiatan dakwah yang akan dilakukan

oleh para ustadz maupun usatdzah selaku pelaksana dakwah.

Ø Penjalinan Hubungan: Mengadakan musyawarah atau rapat setiap bulan,

melakukan wawancara secara khusus dengan para ustadz dan ustadzah,

Membuat rancangan kerja sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas-

tugas masing-masing pelaksana dakwah.

Ø Penyelenggaraan Komunikasi: Memberikan pengarahan tentang

kegiatan-kegiatan dakwah yang selaras dengan tujuan dakwah pondok

pesantren Al-Mubarok Sayung Demak, Menerima segala bentuk

kosultasi dari para ustadz dan ustadzah tentang penyelenggaraan

dakwah.

Ø Pengembangan atau peningkatan pelaksana: Membacakan kitab ad-

Da watut Tammah karangan Habib Umar dari Yaman, Langsung terjun

ke lapangan penyelenggaraan dakwah untuk memberikan contoh kepada

usatadz dan ustadzah.

Sedangakan bentuk-bentuk pembinaan keagamaan yang dilakukan

oleh pondok pesantren Al-Mubarok Sayung Demak adalah berupa

pembinaan keagamaan pada bidang Tauhid, Syariah, Akhlak. Kegiatan yang

65
dilakukan adalah berupa pengadaan pengajian yang bertemakan ketauhidan,

syariah dan akhlak.

5.2 Saran-Saran

Walaupun dari semua pengamatan dan penelitian yang penulis lakukan

hendaknya ada beberapa hal yang harus penulis kemukakan sebagai

bentuk saran:

a) Walaupun strategi dakwah di pondok pesantren Al-Mubarok sudah

terlaksana dengan baik akan tetapi masih perlu adanya penerapan

strategi dakwah yang lebih baik.

b) Hendaknya pondok pesantren Al-Mubarok mengadakan musyawarah

bersama yang melibatkan seluruh komponen yang diadakan secara

berkala, tetap dan terjadwal agar terciptanya hubungan yang harmonis.

c) Dalam rangka upaya untuk meningkatkan pembinaan keagamaan perlu

adanya kerjasama terhadap berbagai pihak seperti lembaga lainya untuk

memberikan dukungan.

d) Pondok Pesantren Al-Mubarok diharapkan untuk menambah kegiatan-

kegiatan yang bersifat bakti sosial seperti : sunatan masal, bazar,

pengobatan gratis dan lain-lain. Hal ini agar Pondok Pesantren Al-

Mubarok dapat dengan mudah berinteraksi dengan masyarakat sehingga

kegiatan dakwah dapat dilakukan dengan baik.

66
5.3 Penutup

Tiada kata yang terucap dari dari mulut dan hati penulis kecuali syukur

Kepada Allah SWT. Apa yang penulis lakukan tidak akan berarti dan tidak

akan terlaksana tanpa campur tangan Allah SWT sabagai sang pencipta. Dan

tiada yang diharapkan kecuali ridho-Nya. Karena ridho inilah yang akan

menghantarkan penulis meniti jalan kehidupan di hari ini khususnya dan hari

yang akan datang.

Apa yang penulis hasilkan bukanlan semata-mata hasil kemampuan

penulis yang dianggap mampu membuat serta menyelesaikan skripsi. Ini

semua adalah anugerah Allah SWT yana setiap orang pasti memilikinya.

Untuk itu kritik dan saran dan masukan dari semua pihak adalah yang penulis

harapkan dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan

umumnya bagi para pembaca.

67
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Black. James A dan Champion. Dean J, 2009.Metode dan Masalah Penelitian

Sosial . terj. E. Koswara, Dira Salam, Alfin Ruzhendi. Bandung :PT.

Refika Aditama.

Dardjat, Zakiah, 1975. Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang

........................., (1982) Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental.Jakarta:

Bulan Bintang.

........................, (1970) Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Departemen Agama RI, Tuntunan Praktis Penerangan Agama Islam (Jakarta :

Multi Yoga dan CO, [t.t.])

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka.

Dhofir, Zamakhsari.1982. Tradisi pesantren. Jakarta: PT. Matahari Bakti.

........................., (1983) Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai.

Jakarta: LP3ES.

Gazalba, Sidi. 1962. Masjid Pusat Ibadah Dan Kebudayaan Islam. Jakarta:

Pustaka Antara.

Hadi, Sutrisno. 1987. Metodologi penelitian research I. Yogyakarta: yayasan

Penerbit Fakultas Psikologi UGM.

68
Haedari, Amin dan Hanif, Ahmadlah. 2004. Masa Depan Pesantren dalam

Tantangan Modernitas dan Tantangan Kompleksitas Global. Jakarta:

Bumi Aksara.

Hasbullah. 2001. sejarah pendidikan islam di indonesia. Jakarta: Raja Grafindo

Persada

Koentjaraningrat, 1997. Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia, Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Langgulung, Hasan. 1980. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam.

Bandung: Bulan Bintang.

Madjid, Nur Cholis. 1997. Bilik-Bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan.

Jakarta : Paramadina

Mahfudz, Sholahuddin. 1987. Metodologi Pendidikan agama, Surabaya : PT Bina

Ilmu,.

Margono, S. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Marbuan, 1977. Proses Pengembangan Desa Menyongsong Tahun 2000. PT.

Erlangga.

Moleong, Lexy J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosda Karya.

Muhaimin- Mujib, Ahmad, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung : Trigenda

Karya, 1993)

Pimay, Awaludin. 2006. Metodologi Dakwah. Semarang: Rasail.

69
Qomar, Mujamil. 2002. Pesantren dari Trasformasi Metodologis Menuju

Demokratisasi Imstitusi. Jakarta: Erlangga.

Rofiq A. dkk. 2005. Pemberdayaan Pesantren. Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi

Aksara. Yogyakarta.

Sayogyo, Pujiwati. 1983. Sosiologi Pedesaan, Jilid I, Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press

Shaleh, Rosyat. 1977. Manajemen Dakwah. Jakarta: Bulan Bintang.

Suharso, dan Ana Retnoningsih. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Semarang: CV. Wijaya Kusuma.

Yasmadi, 2002. Modernisasi Pesantren. Jakarta: Ciputat Press.

Yunus, Mahmud. 1988. Terjemah Al-Qur an. Bandung: Al-Hikmah

Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Surabaya : Usaha Nasional,


1983.

70
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurul khikmah

Tempat/ tanggal lahir : Demak, 04 januari 1987

Alamat rumah : Sayung RT 01 RW IV, Sayung Demak.

Alamat sekarang : Jl. Irigasi Mangkang Kulon Tugu Kota Semarang.

Pendidikan:

1. SD N 1 Sayung lulus tahun 1999.

2. MTS Nahdlatusy Syubban Sayung lulus tahun 2002.

3. SMA Islam Sudirman Bringin Semarang lulus tahun 2005.

4. Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo

Semarang.

Demikian riwayat hidup penulis dibuat dengan sebenar-benarnya, kepada yang

berkepentingan harap menjadikan maklum adanya.

Semarang, 31 Desember 2010

Nurul Khikmah
1105056

71
Pengajian Umum dalam Rangka Haflah Akhirussanah dan Khotmil Qur’an
Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak

72
Bpk. K.H. Zaenal Arifin
sebagai pembicara pengajian
umum dalam rangka Haflah
dan Khotmil Qur’an

Pembacaan kalimat thayyibah


Oleh Bpk. K.H. Ahmad Badri

73
Sambutan pengasuh pondok
pesantren Al-Mubarok
(K. Ahmad Mufid)

Peserta Khotimin-Khotimat bin-nadhor dan bil-khifdhi

74
Pondok Pesantren Al-Mubarok Sayung Demak

75

Anda mungkin juga menyukai