Skripsi
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Strata Sosial Islam (S.Sos.I)
Jurusan Manajemen Dakwah
Oleh :
AHSANA MUSTIKA ATI
1104039
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
NOTA PEMBIMBING
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Dakwah
IAIN Walisongo Semarang
di Semarang
Dengan ini telah kami setujui, dan mohon agar segera diujikan. Demikian atas
perhatiannya diucapkan terima kasih.
Disusun oleh
Ahsana Mustika Ati
1104039
Artinya: pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam Keadaan
bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan)
pekerjaan mereka
(QS. Al-Zalzalah: 6)
PERSEMBAHAN
1. Bapakku W. Joko Prayitno dan Ibundaku Sri Suwarsini yang tersayang yang
selalu memberiku semangat dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini,
menemaniku dalam suka maupun duka dalam setiap langkahku.
2. Kakakku tercinta R. Sidiq Fitriyadi yang selalu memberiku motivasi dan
semangat.
3. Adikku tersayang Aflaha Musliha Taati dan saudara Arie Purnomo selalu
memberi semangat dan doa.
4. Teman-teman seperjuangan Erma Khanifa tersayang, Mega, Dini, Eni, Diva,
Iik, Ida, Nafis yang selalu menemaniku dalam sehari-hariku yang tidak dapat
aku sebutkan satu persatu, terima kasih ya.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya
sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga pendidikan
lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian maupun yang belum /
tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka.
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan
kepada Rasulullah SAW, para kerabat, sahabatnya dan para pengikutnya hingga
hari akhir nanti.
Skripsi yang berjudul ” ”Pengelolaan Wisata Religi (Study Kasus Makam
Sultan Hadiwijaya untuk Pengembangan Dakwah)”, disusun guna melengkapi
dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang.
Dengan selesainya penulisan Skripsi ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Muhibbin, M.Ag selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang
2. Dr. Muhammad Sulthon, M.Ag selaku Dekan fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang.
3. Drs. Nurbini, M.S.I, dan Dra. Misbah Zulfa Elizabeth, M.Hum. selaku
pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Segenap Dosen dan asisten dosen serta Civitas Akademika Fakultas Dakwah
IAIN Walisongo yang telah memberi ilmunya baik langsung maupun tidak
langsung demi terselesainya penulisan Skripsi ini.
5. Pengelola Makam Sultan Hadiwijaya yang telah bersedia meluangkan waktu
untuk wawancara dan menyediakan beberapa data yang diperlukan dalam
penelitian ini.
6. Ibu Bapak tercinta yang menjadi spirit terbesar dalam hidupku, yang tak
pernah letih memotivasi dan selalu setia menemani dalam kondisi apapun.
7. Sahabat dan teman-teman terbaikku, terima kasih segala bantuannya.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa selain
untaian rasa terima kasih yang tulus dengan diiringi do’a semoga Allah SWT
membalas semua amal kebaikan mereka. Amin.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum
mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya, namun penulis berharap
semoga skripsi ini dapat membawa berkah dan manfaat terutama bagi penulis
sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya.
Penulis,
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ................................................................ 1
1.2.Rumusan Masalah ........................................................... 6
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 7
1.4.Tinjauan Pustaka ............................................................. 8
1.5.Metode Penelitian ........................................................... 11
1.6.Sistematika Penulisan Skripsi ......................................... 16
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................................................................... 79
5.2 Saran-saran ...................................................................... 81
5.3 Penutup ........................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah pada era kontemporer ini dihadapkan pada berbagai tantangan dan
mundurnya umat islam sangat berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang
dengan ahsanu qaula, dengan kata lain bisa menempati posisi tinggi dan mulia
di era globalisasi sekarang ini, dimana berbagai informasi masuk begitu cepat
1
2
merupakan suatu kebenaran, maka Islam harus tersebar luas dan penyampaian
dengan misinya “Rahmatan Lil Alamin” Islam harus ditampilkan dengan wajah
2003: 5).
peraturan, ketentuan dan kebijakan, ciri kedua adanya hubungan timbale balik
dimaksudkan disini berasal dari juru kunci makam dan yayasan Kraton
tertentu untuk tujuan rekreasi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata
masyarakat modern.
Disini dapat kita tunjukkan berbagai bentuk konsumsi waktu senggang yang
theme park, pusat-pusat wisata dan rekreasi) serta hal-hal lain yang
museum dan galeri menarik kembali untuk melayani audien yang lebih luas
wisata alam, wisata kuliner, wisata bahari dan lain sebagainya. Salah satu
potensi wisata yang berkembang saat ini adalah wisata ziarah. Di Jawa makam
para penyiar agama telah lama menjadi obyek kunjungan. Wisata ziarah
penjabaran.
4
kota Semarang. Ki Ageng Pandanaran meninggal pada tahun 1496. tempat ini
banyak dikunjungi oleh para peziarah pada acara khaul meninggalnya beliau
di Jl. Mugas Dalam II/4 Kelurahan Mugasari kurang lebih 1 KM dari Tugu
(http/semarang.go.id/pariwisata/indeks.phpoption=com-contenstask
14/3/2009).
Pesarean gunung Kawi secara umum adalah untuk memanjatkan doa atas
hingga ratusan orang, tetapi pada malam Jum‟at Legi (kamis Kliwon) jumlah
gunung Kawi dan frekuensi kunjungan yang tinggi dari para pengunjung
setempat misal ketela rambat, jagung rebus dan bakar, pisang, apel malang
tersebut sudah mulai tumbuh seperti „‟kota mini” yang lengkap dengan
(Prastowardoyo,dkk.2009:32).
dengan apa yang sudah ada terlebih dahulu yaitu kebiasaan mengunjungi
candi atau tempat suci lainnya dengan maksud melakukan pemujaan roh
nenek moyang. Pada zaman dahulu ziarah dipahami yaitu untuk meneruskan
kebiasaan lama, yaitu pemujaan selain Allah yang kemudian dilarang dalam
dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah. Makam Sultan Hadiwijaya
yang dikelola oleh juru kunci makam yang bernama Aziz yang diwakilkan
Sultan Hadiwijaya ramai dikunjungi pada malam jum‟at atau pada waktu
ruwah. Adapun ritual yang dilakukan adalah tahlil, biasanya para peziarah
6
hiburan diperbolehkan dan halal tetapi yang lebih penting adalah memperluas
persada bumi ciptaan Allah ini, seperti mengunjungi tempat rekreasi atau
makam orang saleh sebagai wisata rohani atau wisata spiritual.. Dengan
wisata rohani yang indah dan kudus, dan mata hati dapat melihat dengan jelas
keindahan sang pencipta, pelukis agung yang Maha Indah. Wisata rohani,
tamasya Spiritual dengan wisata rohani bukan hanya keindahan lahiriah yang
siyahah yang secara populer diartikan wisata, kata itu mengandung arti
penyebaran, terbentuk dari kata sahat yang berarti lapangan yang luas. Wisata
religi dijelaskan dalam Al Qur‟an surat Yusuf 109-111. ayat ini menjelaskan
(Departemen Agama RI, 1994 hlm. 365-367). Wisata religi saat ini bukan
hanya pada makam saja, pada masjid juga bisa termasuk wisata religi. Wisata
religi di indonesia yang menonjol adalah pada makam wali Allah terutama
merasa perlu untuk lebih dalam meneliti tentang pengelolaan wisata religi
B. Rumusan Masalah
wisata religi disana beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:
Sultan Hadiwijaya?
Sultan Hadiwijaya?
C. Tujuan
1. Tujuan Penelitian
sebagai berikut :
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
datang.
D. Tinjauan Pustaka
keyakinan, ritual dan tradisi yang telah berlangsung lama dan di ikuti banyak
orang. Fokus penelitian ini yaitu Makam Loang Balok Bintaro dan Batu
paling dalam (Aziz, dkk 2004: 78). Pada makam kuno di Lombok pada
pada masa lalu. Namun dalam penelitian penulis lebih menekankan pada
pandangan islam, ziarah sebagai konsep trans ilahi dan tradisi ziarah
(Nugroho, 2007:11).
agar bias lebih baik lagi dalam pengembangan Makam Sunan Kalijaga di
Kadilangu Demak juga memiliki nilai Historis, dari tahun ke tahun jumlah
supaya tujuan dapat tercapai dan lebih baik dari sebelumnya. Dengan adanya
E. Metode Penelitian
menghasilkan data yang eksplisit berupa kata-kata tertulis dan lisan dari
12
orang-orang dan perilaku yang dapat diambil, dan diarahkan pada latar
2) Sumber Data
a. Data Primer
(Azwar, 2001: 91). Sumber data primer diperoleh dari semua informan
b. Data Sekunder
atas sumber buku dan sebagainya. Sumber data yakni data yang sudah
bentuk jadi seperti data dokumen dan publikasi, sumber data berupa
data yang berkait dengan wisata ziarah, berkaitan dengan wisata religi
2004: 63)
a. Metode Observasi
yang harus diamati dan dicatat secara benar dan lengkap (Nawawi,
sumber data antara lain yaitu dari juru kunci makam, masyarakat,
c. Metode Dokumentasi
rekaman) data gambar atau foto atau blue print dan lain sebagainya
organisasi lain tidak dapat melakukan tetapi kita bisa berarti kita
F. Sistematika Skripsi
yang saling berkaitan dan berurutan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
2) Bagian isi merupakan inti dari hasil laporan penelitian yang berisikan
Bab Pertama, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
wisata religi.
17
Bab Keempat, berisi tentang Analisis Pengelola wisata religi di Makam Butuh
menangani alat-alat, berasal dari bahasa latin manus yang artinya tangan.
menyelenggarakan.
18
19
mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif
tertentu.
sebagai berikut:
21
kehidupan.
asal, seseorang dapat mencari informasi tentang obyek dan daya tarik
tempat tujuan wisata. Daerah tujuan wisata ini sering disebut dengan
baik di daerah asal maupun pada tempat transit serta akomodasi dapat
daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Adapun
wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
pariwisata baik yang dilakukan di dalam daerah maupun diluar daerah dari
orang beragam yaitu mulai dari kualitas yang merupakan kata kunci dalam
wisata dan membuat produk wisata menjadi unik. Aspek ekonomis yaitu
jenis yang sama yaitu motivasi kegiatan dan perjalanan. Adapun fasilitas
darat, air dan udara. Angkutan udara digunakan oleh para wisatawan
dalam jarak jauh dan waktu tempuh yang panjang, sedangkan angkutan
kenyamanan tersendiri bagi para wisatawan misal kapal feri, kapal pesiar,
penginapan yang dilengkapi dengan makan dan minum serta jasa lain
dalam wujud yang seragam. Beragam jenis daya tarik wisata memberikan
24
meliputi:
1) Man (Manusia)
2) Money (uang)
3) Material
4) Machine (mesin)
5) Method (metode)
berbagai metode baru untuk lebih cepat dan baik dalam menghasilkan
6) Market (pemasaran)
pengelolaan wisata dalam hal ini dapat dilakukan dengan beragam cara,
berbagai pihak sesuai subyek yang ditentukan. (Pitana & Diarta, 2009:
88-89).
2) Pengidentifikasian Isu
3) Penyusunan Kebijakan
pembangunan pariwisata.
27
wisata. Agen ini juga bertugas melakukan riset pasar, pemasaran daerah
pelayanan yang vital tetapi tidak mampu membiayai dirinya sendiri tetapi
berikut:
dan sebagainya.
alam dan budaya yang berada di kawasan lingkungan tersebut. Hal ini
daya tarik yang eksotik dan bersifat etnik bagi wisatawan. Dampak
Wisata berasal dari bahasa sansekerta VIS yang berarti tempat tinggal
dalam bahasa Jawa Kawi kuno disebut dengan wisata yang berarti
serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata
ziarah. Secara etimologi ziarah berasal dan bahasa Arab yaitu zaaru,
yazuuru, Ziyarotan. Ziarah dapat berarti kunjungan, baik kepada orang yang
religi yang berada di Indonesia, obyek wisata potensial yang dewasa ini
dengan merencanakan dan melakukan strategi yang matang serta efektif agar
Indonesia.
dari wisata religi, perayaan tahun baru Agama Budha (Waisyak) di Candi
pemeluk agama Budha dari seluruh dunia, Perayaan Hari Eka Dasa Rudra
31
(1979) yang diselenggarakan setiap 100 tahun, dan Hari Panca Wali Krama
jutaan umat Hindu seluruh dunia. Di luar negeri Umar Kristen secara teratur
seperti Notre Dame Catedral di Paris atau Saint Peter di Roma. Di antara
sekian banyak tempat ziarah yang paling terkenal yang ada di dunia adalah
kunjungan ke Mekkah dan Madinah untuk ibadah haji dan ke Israel untuk
ziarah bagi umat Islam. Bahkan di luar negeri sejak agama berkembang
beberapa ratus tahun yang lalu pariwisata religi ini telah dilakukan jutaan
atau untuk memenuhi janji ketika sakit (Mc. Intoch, 1972: 35-36).
Hal yang sama juga berlaku bagi umat Kristen dan Protestan di
Indonesia yang pergi ke Roma dan Yerussalem untuk turut merayakan Natal,
manusia itu sendiri yang ditandai dengan adanya pergerakan manusia yang
32
tonggak sejarah dalam wisata sebagai fenomena modern dapat ditelusuri dan
kegiatan ekonomi. pariwisata baru berkembang pada awal abad ke- 19 dan
mereka pada waktu masih hidup. Mereka telah mati, telah dipendam,
telah menjadi tanah dan mereka telah menjumpai apa yang telah mereka
kepada si mayat untuk memenuhi hajat seseorang atau meminta do‟a dan
(http://aslibumiayu.wordpress.com/2010/08/12).
dalam Al qur‟an.
khusus.
(hormat) pesarean, sebuah kata benda yang berasal dan sare, (tidur).
34
perbuatan yang membuat Allah murka, seperti minta restu dan doa
sudah wafat dijadikannya pelajaran bagi orang yang hidup bahwa kita
ucapan doa dan salam oleh para peziarah tersebut dan mendapatkan
ampunan.
1. Al-Hikmah ( ) الحكمة
yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih dan menarik perhatian
BAB III
36
37
Kabupaten Sragen dilintasi oleh semua jalur transportasi darat, baik bus
maupun kereta api. Untuk jalur kereta api Sragen dilintasi oleh jalur
itu dengan tekad yang kuat, Mangkubumi melarikan diri dari istana dan
dan Belanda disebut Perang Mangkubumen yang terjadi pada tahun 1746-
Sukowati.
pada tahun 1755 yang terkenal dengan Perjanjian Palihan Negari. Dalam
lintas, pemeriksaan barang dan surat jalan serta jembatan. Salah satunya
1
Merupakan jabatan di atas demang atau jajar
40
Sragen ditetapkan dengan Perda nomor 4 tahun 1987, yaitu hari Selasa
Pon, tanggal 27 mei 1746. Hari dan Tanggal tersebut adalah hasil
menghabiskan waktu luang. Hal ini menjadi bagian penting dari dalam
hari merupakan fenomena yang relatif baru. Hal ini mulai terlihat sejak
sebagai salah satu kekuatan sosial dan ekonomi (Mac Donald, 2004: 7).
2
Di wilayah Sragen terdapat situs arkeologi yaitu Sangiran yang ditempat itu ditemukan
manusia purba dan binatang purba yang sebagian disimpan di Musium Fosil Sangiran
41
Kec. Tanon
Kec. Gemolong
Kec. Masaran
Kab. Karanganyar
makam Butuh dikelola secara turun temurun yaitu langsung dari Keraton
Surakarta diwakilkan kepada juru kunci yaitu Pak Sarjono yang telah
meninggal digantikan oleh anaknya bernama Aziz sampai sekarang yang juga
sebagai abdi dalem Keraton Surakarta. Makam Sultan Hadiwijaya pada setiap
bulan Mei diadakan acara tahunan yaitu kunjungan dari Bupati beserta staff,
42
2 Sidokerto Talun 10 16
3 Jabung Jabung 9 15
4 Pungsari Tanjungsari 9 12
5 Manyarejo Manyarejo 8 12
6 Gedongan Gedongan 7 18
7 Plupuh Plupuh 17 17
8 Cangkol Cangkol 12 17
10 Sambirejo Sambirejo 16 26
11 Dari Dari 16 16
12 Karangnyar Karanganyar 6 17
14 Karungan Karungan 8 14
15 Karangwaru Karangwaru 10 15
16 Ngrombo Ngrombo 14 19
Luas kecamatan Plupuh adalah 4.836 Ha terdiri dari 16 desa dan 169
dukuh terbagi dalam 264 RT. Kecamatan Plupuh terletak di bagian Barat
Plupuh Sragen.
43
lokasi yang telah disediakan. Peziarah yang memasuki pintu gerbang di kanan
kiri akan melihat pemakaman umum. Setelah melewati pintu gerbang para
bangunan utama terdapat makam kerabat Sultan Hadiwijaya, tugas juru kunci
ruang baca. Di ruang ini pengunjung yang berminat dapat membaca dokumen
pertama yang dilanjutkan menuju pintu gerbang utama pada Makam Sultan
sembilan makam yang meliputi makam kedua orang tua Sultan Hadiwijaya
dan K. Tmg.Wuragil. Pada sisi kanan dan kiri pintu masuk utama masih di
Sultan Hadiwijaya. Pada bagian Selatan masih satu atap dengan bangunan
utama terdapat tempat juru kunci untuk menerima tamu atau ruang informasi
dan ruang baca. Sementara itu di luar bangunan utama sebelah Barat terdapat
masuk utama Sebelah Timur terdapat empat makam yaitu KR Adi Negoro,
Istri, Ray Pagedongan, dan Ray Kodok Ijo.Di bagian Selatan terdapat tiga
makam yaitu KA Ngerang, Ny. Ageng Ngerang, KPH Mas Demang Brang
1. Dzikir dan tahlil. Pada acara dzikir dan tahlil yang diadakan secara rutin
langsung dipimpin oleh pemuka agama atau tokoh agama setempat. Acara
dimulai pada malam jum’at pada pukul 21.00,tidak ada ritual khusus pada
bacaan tahlil الاله االّ اهلل. Dzikir dan tahlil ini ditujukan untuk senantiasa
2. Khaul atau sering disebut dengan peringatan pada hari kematian. Acara
do’a dan tahlil yang dipimpin oleh pemuka agama setempat dan santunan
fakir miskin yang diikuti oleh warga sekitar dan juru kunci makam.
adalah peziarah yang datang didorong oleh motivasi agama melalui tuntunan
ajaran Islam, yaitu mereka berziarah dengan maksud mendoakan kepada ahli
kubur serta mengambil pelajaran akan arti mati bagi dirinya dan mengambil
suri tauladan terhadap jasa-jasa dan perjuangan ahli kubur ketika masih hidup.
para leluhur, melakukan penelitian ilmiah dan yang paling umum untuk
Menurut Rais, salah satu pengunjung yang berasal dari Sragen, tidak
membawa bunga dan dupa jika perlu yang berfungsi sebagai pewangi dan
menyisipkan uang secara suka rela kedalam kotak yang telah disediakan atau
langsung kepada juru kunci makam. Rais mengatakan merasa nyaman dan
pikiran merasa tenang ziarah ditempat ini karena didukung suasana yang sejuk
dan bersih.
Malam itu juga, istri Ki Ageng Pengging melahirkan bayi laki-laki yang
tampan. Dikisahkan bahwa pada malam itu hujan turun dengan sangat
Ageng Pengging, adimas anakmu ini tampan sekali, aku punya keyakinan
anak ini kelak tinggi derajatnya. Anak ini aku beri nama Mas Karebet,
Pengging sekitar 10 tahun berwajah tampan, gagah, dan bentuk tubuh yang
kekar halus kulitnya berwajah ceria bagaikan emas yang diasah. Mas
yatim piatu diambil anak oleh Nyai Ageng Tingkir, itulah sebabnya ia
lebih dikenal sebagai Jaka Tingkir. Ia sangat disayangi oleh Nyai Ageng
menjadi prajurit, dan ingin sakti tidak mempan oleh hujaman senjata. Jaka
Tingkir sering pergi ke hutan dalam waktu yang cukup lama misalnya, 3
hari atau 3 hari 3 malam. Ibu Jaka Tingkir menangis jika dia pulang.
Ibunya berkata pada Jaka Tingkir lebih baik kamu membantu mencangkul
tuannya datang, tetapi ketika saat makan tiba, Jaka tidak ikut makan ingin
menunggui sawah saja. Ketika itu Sunan Kalijaga datang dari sebelah
selatan sawah Jaka Tingkir sambil berteriak-teriak begini, hai anak muda
yang ada di sawah lekas pulang, karena kau calon Raja yang menguasai
tidaknya. Hal itu bergantung pada nasib anak sendiri, kemudian kedua
Lalu disampaikan kepada Jaka Tingkir. Jaka Tingkir kurang suka melihat
tampang orang itu, sebab berangasan dan kurang sopan. Lalu ditantang
oleh Jaka Tingkir. Krena di desa sudah terkenal kesaktiannya, apakah mau
Tingkir dan Mas Manca. Sesudah genap tiga bulan, Ki Buyut berkata kepada
Jaka Tingkir, “Ngger, sudah saatnya kamu menghadap lagi kepada Kanjeng
Sultan. Mumpung ini musim hujan, beliau mesti istirahat di Gunung Prawata.
kuberi syarat agar bisa disapa oleh Kanjeng Sultan. Tanah ini berikan Kerbau
Danau. Kerbau pasti akan mengamuk ke Prawata. Orang Demak tidak ada
yang bisa membunuh. Kalau sudah begitu, Kanjeng Sultan akan menanyakan
membuang terlebih dahulu. Kerbau itu pasti mati kamu bunuh dan kamu
kuberi teman adikmu ini, Ki Mas Manca serta saudaraku laki-laki, namanya
orang itu jangan sampai pisah dengan kamu.” Jaka Tingkir mematuhi.
kaget melihat pulung kraton, jatuh dari arah barat laut, jatuh di sungai tempat
Setibanya di pinggir sungai, Ki Ageng tidak ragu lagi melihat Jaka Tingkir,
Mereka menasehati Jaka Tingkir karena pulung kraton Demak sudah pindah
kepada Allah, agar mendapat cinta kasih Sang Raja. Ia dinasehati tentang laku
yang nista dan utama. Banyak-banyak nasehat dua orang Kiai tadi kepada
Jaka Tingkir. Jaka Tingkir sangat bersuka hati serta siap menjalankan ajaran
naik getek lagi dengan pelan. Setelah sampai di desa Bulu, daerah Majenang,
menikah, lalu diangkat sebagai bupati Pajang, diberi tanah empat ribu karya.
Dia menghadap ke Demak tiap tahun. Tidak lama kemudian Pajang sudah
gemah raharja, subur makmur. Adipati Pajang pun telah membuat istana.
53
Pesisir, Manca Negara, Bang Wetan dan Pesisir Barat semua sujud, tidak ada
menjadi Adipati Demak adalah anak Sultan Kedua, bernama Sultan Prawata.
dia tunduk dengan Adipati Pajang. Anak Sultan Trenggana yang bungsu,
Madiun. Dari uraian di atas dapat diketahui siapa sebenarnya tokoh Sultan
wilayah Pajang sekaligus sebagai raja penyebar agama Islam pada daerah
pedalaman jawa meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur pada peralihan Hindu
menuju Islam.
BAB IV
ANALISIS PENGELOLAAN WISATA RELIGI (Study Kasus Makam
Plupuh Kabupaten Sragen. Makam Sultan Hadiwijaya ini berada dalam jarak
sekitar 20 km dari kota Surakarta dan berada dekat dengan aliran sungai
Bengawan Solo. Luas Makam Sultan Hadiwijaya sekitar 4000 meter persegi
dan terdiri dari tiga teras yaitu bangunan makam Sultan Hadiwijaya beserta
kerabat, pemakaman umum yang berada di sebelah timur masjid dan serambi
miskin. Sebagai makam dari tokoh Keraton Pajang, makam ini menarik untuk
mendoakan para ahli kubur dan kerabat Sultan Hadiwijaya, kedua untuk
54
55
oleh seorang juru kunci. Juru kunci ini saat ini dipegang oleh Aziz yang
sekaligus menjadi abdi dalem Keraton Surakarta. Aziz adalah anak dari
Makam ini dipegang oleh Gito Hastono kakek dari Aziz yang telah
meninggal. Status juru kunci makam ini selalu dipegang oleh orang-orang
dalam keluarganya sejak dulu secara turun temurun. Juru kunci makam yang
sekarang bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi makam, berada di sebelah
utara makam. Kunjungan ke makam ini dapat dilakukan setiap saat dan
Surakarta. Pelaksana dari pengelola itu adalah juru kunci. Juru kunci dipilih
dan ditentukan oleh Kraton melalui proses penunjukan. Sejarah juru kunci
makam Sultan Hadiwijaya berawal sejak 3 generasi sampai saat ini yang
dipegang oleh anak Sarjono yang bernama Aziz, Aziz menggantikan ayahnya
semenjak ayahnya meninggal sampai sekarang. Tugas dari juru kunci makam
yang paling utama adalah menjaga dan merawat makam, hal ini dilakukan
dengan tujuan supaya makam terawat dengan baik dan terjaga keamanannya
dilakukan oleh juru kunci jika terjadi kerusakan pada bangunan makam
Selanjutnya dana yang diperoleh dari Kraton maupun dari hasil kotak amal
makam, listrik dan kebutuhan lainnya. Pembangunan ruas jalan pada makam
56
yaitu berupa jalan aspal. Sehingga para peziarah yang datang dari daerah asal
yang dibantu oleh warga sekitar beserta dinas yang terkait maupun dari
pemerintah. Tugas dari juru kunci disini adalah mengawasi secara langsung
semata-mata untuk menjaga supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
1. Menetapkan Standar
peningkatan menurut juru kunci hal ini terjadi karena masih minimnya
informasi kepada pihak luar bahwa di Sragen terdapat situs sejarah makam
makam secara berlebihan, minta berkah dan lain sebagainya. Hal ini
dilakukan juru kunci dengan tujuan baik supaya para pengunjung tidak
mengarah pada perbuatan syirik ini sejalan dengan arahan dari juru kunci.
aqidah dikalangan para peziarah makam yang tidak sesuai dengan ajaran
sejalan dengan apa yang diyakini oleh masyarakat terdapat upacara yang
2. Mengadakan Penilaian
juru kunci sudah berjalan dengan baik meskipun pengunjung yang datang
rata-rata dari masyarakat lokal atau masyarakat yang berasal dari Jawa
instansi terkait misal bupati beserta staff dan lain sebagainya. Juru kunci
dalam hal ini berharap ke depannya makam ini menjadi obyek wisata yang
dikenal masyarakat luas demi bertahannya cagar budaya ini. Obyek wisata
agar segera dapat diatasi dengan standar atau rencana yang telah
agar mencapai hasil yang maksimal. Apabila kurang maksimal juru kunci
dalam bentuk fisik maupun pada lingkungan. Perbaikan dalam bentuk fisik
aktivitas ziarah.
berjalan dengan baik bila seseorang yang melaksanakan tugas itu mengerti
arti dan tujuan dari tugas yang dilaksanakan. Dalam hal ini seorang juru
kunci yang melakukan tugas pengawasan harus mengetahui arti dan tujuan
makam ini agar apa yang sudah dilaksanakan sesuai dengan kenyataan.
Obyek yang perlu diawasi oleh juru kunci adalah tempat atau kompleks
hal ini para peziarah juga perlu diawasi tujuannya agar tidak terjadi
60
penyimpangan dan hal ini ternyata telah dilakukan dengan baik oleh juru
hendak di capai melalui dakwah Islam yaitu kualitas yang seimbang yang
tidak hanya bersifat material tetapi juga bersifat spiritual yang sudah di
kenal secara kodrati oleh manusia, oleh karena itu dakwah Islam
1
Wawancara, Aziz 24 Oktober 2010
61
Kraton (http//abril.susiloady.net/2007/02/21).
Nusantara.
yang ada di sekitar makam, udaranya yang bersih dan sejuk terdapat
pepohonan yang besar rindang dan subur terlihat sangat asri. Keheningan
kepemimpinan yang tegas dan disiplin. Sehingga dalam waktu cepat sultan
Islam dari pada menjadi seorang Raja. Makam Sultan Hadiwijaya lebih
2
Wawancara, Rizky Aditya 26 oktober 2010
62
yang juga nama lain dari makam pakdenya yang bernama Ki Ageng Butuh
pada bulan Sya’ban, Muharram dan Syawal. Sedangkan setiap hari jum’at
saja, tetapi jumlah itu meningkat pada bulan Sya’ban, Syawal dan
Muharram hingga mencapai 400 orang. Beberapa hal yang menjadi tradisi
makam.3
harus dibandingkan dengan praktik – praktik serupa yang terjadi pada era
awal sejarah Kristen dan bukan dengan praktik umat Kristen sekarang ini
3
Wawancara, Aziz 25 oktober 2010
63
umat Islam juga berziarah ke kota suci umat Islam ini (Nasr,167:2007).
suatu upacara gembira dari pada upacara agama yang dilakukan secara
khusuk.
zaman dahulu, pada saat ini masih ada yang melakukan secara personal.
Tradisi ziarah kubur masih ada yang mengandung unsur pemujaan dan
menurut mereka tradisi ziarah kubur belum sesuai dengan yang dianjurkan
oleh agama pada masa sekarang ini, masih banyak terjadi penyimpangan –
(Lutfi,1980:60).
manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi
kita kenal sejak lama, semua komponen ekosistem baik berwujud makhluk
manusia atau perencanaan tenaga kerja dapat diartikan sebagai suatu proses
65
2000:5).
Sumber daya dalam hal ini mencakup warga, juru kunci, para
hanya orang Islam saja, namun berasal dari agama lain misal kristen dapat
dijadikan sebagai sarana dan pemersatu atau toleransi antara umat beragama.
bahwa tujuan mereka berziarah adalah untuk menenangkan hati dan pikiran,
ritual ziarah dengan tata cara yang dicontohkan Nabi. Menurut pendapat
kebutuhan mereka baik dari dekat maupun jauh, bernazar untuk mereka dan
bersumpah kepada selain Allah merupakan bid’ah dan termasuk dosa besar
yang wajib diperangi. Kegiatan para peziarah pada setiap makam selalu
sekali. Tradisi ini mempunyai corak yang hampir sama yaitu peringatan
kematian para ahli kubur. Tradisi ini disebut dengan istilah Khaul inti adalah
motivasinya yang dilakukan oleh para peziarah pada umumnya kembali pada
sesuai dengan ajaran Islam, sebagai contoh pada upacara khaul di makam
Raden Patah dan Makam Sunan Kalijaga. Pada makam Raden Patah ada
objek wisata secara komersial dan dikenal oleh banyak kalangan diseluruh
a. Mengingat Kematian
ketahui, maka kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR.
Allah, keadaannya pulih kembali. Nabi Isa As bila mengingat mati, atau
Abdul Aziz sering mengumpulkan pada setiap ahli fiqih dan ulama, lalu
mereka saling menyampaikan perihal ingat mati, hari kiamat dan akhirat,
67
jenazah.
dunia, padahal masih ada kehidupan sesudah dunia ini, yaitu alam kubur.
dilarang ziarah kubur, sebab pada waktu itu akidah belum begitu kuat,
akhirat.
anak-anak atau remaja atau dalam pengertian secara umum, namun anak
sholeh disini adalah orang yang beramal menurut amalan yang benar.
Anak sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya ketika masih hidup
c. Menuju Syukur
68
perut Ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan dia
kejahatan, bagi mereka azab yang keras. Dan rencana Mereka akan hancur
Ziarah kubur akan menjadi nasehat yang baik bagi hati. Pada saat
seseorang melihat rumah kegelapan yang terkubur itu, seseorang pasti akan
orang shaleh, hati seseorang menjadi tergugah. Motivasi untuk beribadah juga
yang baik, lingkungan yang bersih menjadikan objek wisata Makam Sultan
memang begitu penting sudah saatnya disuguhkan sebagai tolak ukur program
peningkatan pariwisata.
a. Pesona Aman
b. Pesona Tertib
suasana tertib di setiap tempat yang akan dikunjungi baik dalam peraturan
c. Pesona Bersih
hakiki adalah kesejukan alam hasil karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
Pesona ramah tamah adalah bagian dari mutu pelayanan yang perlu
mereka terpaksa.
membina diri dan kepribadian sebagai bagian dari kekuatan dan ketahanan
71
Tabel II
Analisis mengenai faktor-faktor Internal dan eksternal Makam Sultan
Hadiwijaya.
Walisongo.
73
penuh kefanaan, juga berkontribusi pada sisi lainnya. Kontribusi ini dapat
spiritual pribadi para peziarah merupakan manfaat intern yang bisa mereka
74
kemasyarakatan dan inilah yang dapat diperoleh dari tradisi ziarah. Selain itu,
program relokasi serta penataan fungsi situs sejarah yang tidak pada
hanyalah menjadi masalah kelam yang terjadi masa silam. Namun tidak
demikian halnya dengan tradisi ziarah. Para peziarah ternyata ikut serta dalam
Nusantara.
kerap membayangi, oleh karena itu tidak semua wali berhasil melakukan misi
dakwahnya.
simbol mahkota raja yang artinya Sultan Hadiwijaya dulu semasa hidupnya adalah
mimbarnya masih pada zaman dulu. Terdapat getek tambak bara yang digunakan
makam yang diletakkan pada dinding-dinding, serta tulisan yang diletakkan pada
dinding pintu gerbang. Masjid sebagai tempat ibadah dan memanjatkan do’a.
juru kunci. Muatan dakwah di Makam Sultan Hadiwijaya adalah al-hikmah dan
jaringan yang terlalu luas sebatas warga sekitar, orang daerah lain yang
diharapkan kompleks makam ini dapat dikenal oleh masyarakat luas yaitu dengan
Kabupaten Sragen, juru kunci sendiri serta Kraton Surakarta yang menjadi
Pengelola intinya.
tarik wisata yang cukup besar hal ini didasarkan bahwa tokoh yang dimakamkan
adalah seorang Raja dan Bijaksana yang sebenarnya namanya tidak asing di
khalayak umum. Peringatan yang berupa tulisan yang ditempel pada dinding
wisata besar.
Makam sebagai tempat yang sakral, di dalam tradisi Jawa, tempat yang
mengandung kesakralan. Dalam bahasa Arab, Makam berasal dari kata maqam
yang berarti tempat, status secara hierarki. Tempat menyimpan jenazah sendiri
dalam bahasa Arab disebut Qabr, yang di dalam lidah orang Jawa disebut dengan
kubur atau lebih tegas dikatakan dengan kuburan. Baik kata kuburan maupun
makam atau memakamkan mayat. Namun demikian, ada hal yang khusus, jika
yang dikubur seorang wali atau orang suci maka tempat penguburannya disebut
dengan makam wali dan bukan kuburan wali. Padahal semestinya, jika mengikuti
bahasa Arab tempat tersebut adalah kubur atau qabr, seperti qabr Hud dan
Hadramaut, bukan maqam Hud dan maqam Ibrahim di Mekkah. Selain dua istilah
ini, juga terdapat istilah lain yang dikaitkan dengan kuburan yakni astana, sentana
dan pesarean. Menurut Issatriyadi (1977: 7) pesarean adalah bahasa Jawa yang
berarti tempat tidur atau kuburan, sedangkan astana berasal dari bahasa
77
Sansekerta “stha” yang berarti berdiri, tinggal, tetap, diam, dan istirahat. Astana
sekedar tempat menyimpan mayat, akan tetapi adalah tempat yang keramat karena
disitu dikuburkan jasad orang keramat. Jasad orang keramat itu tidak sebagaimana
jasad orang kebanyakan karena diyakini jasadnya tidak akan hancur dimakan
binatang tanah seperti cacing ulat pemangsa dan sebagainya. Memang benar tak
semua orang yang menziarah makam itu benar tujuannya, sebab ada diantara
mereka yang justru meminta kepada roh para wali untuk mengabulkan
mengambil barang tertentu dapat berupa air, atau kayu yang ada di makam itu,
sebagai “jimat”.
pengkramatan dari sebagian umat Islam melalui wisata ziarah, peringatan tahunan
yayasan pengelola makam dari kaum peziarah dan perdagangan di sekitar makam
adalah contoh kongkrit mengenai sisi ekonomi makam (Nursyam, 2005: 138-141)
oleh motif sejarah, melainkan karena adanya tradisi untuk mengunjungi makam
keluarga atau tokoh yang dianggap berperan penting dalam sejarah hidupnya dan
maupun tokoh ini sebenarnya bukan hanya menjadi tradisi umat Islam. Sebagian
masyarakat kecil Belanda juga masih suka mengunjungi makam keluarga mereka
sudah menjadi fenomena tersendiri yang unik bagi masyarakat muslim Indonesia,
Akibatnya, terjadi pengaruh pada perilaku, pola hidup dan budaya masyarakat
lainnya.
merupakan khasanah yang tidak ternilai yang telah mengantarkan bangsa ini
makam sesungguhnya memiliki kondisi khas yang tidak ditemui di makam lain.
pluralitas tersebut akan membuat masyarakat tidak tercabut dari akarnya, dan
sekaligus akan mengantarkan mereka kepada emosional dam rasional yang kuat
terdapat nilai-nilai kebangsaan mereka. Pada tataran ini, semua elemen bangsa
79
karakteristiknya yang telah terjadi selama ini. Justru kita akan disadarkan dalam
dengan baik artinya semua kegiatan apapun dan sasaran beserta tujuan yang
akan dicapai hanya dapat berjalan dengan baik efektif dan efisien apabila
dalam hal ini di kompleks makam Sultan Hadiwijaya belum ada tugas khusus
yang diberikan pada keanggotaan namun dilakukan oleh juru kunci makam
adalah mengajak orang yang berziarah yang belum mau shalat supaya
benar.
80
dapat berjalan dengan rutin, dapat menarik para peziarah untuk mengunjungi
makam Sultan Hadiwijaya dengan cara menyebarkan informasi kepada pihak luar
dan mengingat kembali para toko wali penyebar Islam yang ada di tanah Jawa.
mengingat raja atau para leluhur menumbuhkan rasa syukur dan menumbuhkan
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari bab satu sampai bab empat sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa :
ditangani oleh juru kunci makam, dimana juru kunci ini dipercaya oleh Kraton
Surakarta sebagai abdi dalem sekaligus menjadi perawat dan penjaga makam.
menggunakan metode dakwah bil lisan sedangkan muatan dakwah di makam ini
menyangkut pengembangan wisata religi melalui program dzikir dan tahlil serta
wisata religi makam Sultan Hadiwijaya. Peran itu antara lain sebagai berikut
obyek wisata ini, peran dalam menjaga keamanan dan kenyamanan di kompleks
makam ini dan lain sebagainya. Sementara itu sumberdaya alam yang tersedia
menimbulkan kerusakan pada cagar budaya ini. Dalam pemahaman lain bahwa
sumberdaya alam yang dimaksudkan disini berupa air, pepohonan yang rindang
52
80
81
Selanjutnya sumberdaya finansial diperoleh dari para peziarah serta berasal dari
Kraton Surakarta digunakan oleh juru kunci dan masyarakat sekitar makam
fakir miskin sudah berjalan sesuai rencana. Pengelolaan dakwah wisata religi di
kompleks makam Sultan Hadiwijaya tidak dapat terlepas dari tiga unsur yaitu
dengan sarana dan prasarana yang memadai, suasana alam yang sejuk serta
5.2 Saran-Saran
diantaranya :
ini tetap dapat dilindungi dan dapat menarik para peziarah dari pelosok
tanah air maupun mancanegara. Dalam hal ini hendaknya Dinas Pariwisata
2. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait dengan objek dan
daya tarik wisata misal dengan Dinas pariwisata dan biro perjalanan wisata
peziarah atau wisatawan sebelum dan selama perjalanan wisata. Selama ini
pemandu wisata baru sebatas juru kunci makam, di kompleks makam Sultan
nyaman dan aman dan dapat menarik perhatian untuk mengunjungi makam
Sultan Hadiwijaya.
5.3 Penutup
penulisan skripsi masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu bagi kalangan akademis hasil skripsi ini dapat
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
Abidin, Zaenal. 1991. Alam Kubur dan Seluk Beluknya, Solo: Rineka Cipta.
Amir Abdul Aziz, Jum’ah. 2000. Ad Dakwah, Qowaidu wa Ushul, (Fiqih dan
Kaidah Asasi Dakwah Islam) Surakarta : Era Inter Media.
Bhaba, Homik. 1993. The Location of Culture. London dan New York Roudledge.
Luthfi, Amir. 1980. Laporan Pendidikan Agama dan Tradisi pada Masyarakat
Limo Koto Kampar Riau, Lembaga penelitian Institut Agama Islam Negeri
Sulthan Syarif Qasim.
Mc. Intoch, Hobert. 1972. Tourism Principles, Practices and Philosophies. Ohio :
Grid Inc. Iim Rogayah Dana Saputra (2 Nov 2009)
Purwadi, Azzah Zaimul dkk. 2006. Jejak Para Wali dan ziarah Spiritual. Jakarta
Kompas Media Nusantara.
Rianto, Adi. 2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta : Granit.
Sudjana, Nana dan Ibrahim, 1989. Penelitian dan Pendidikan, Bandung: Sinar
Baru.
Suryono, Agus. 2004. Paket Wisata Ziarah Umat Islam. Semarang : Kerjasama
Dinas Pariwisata Jawa Tengah dan Stiepari Semarang.
Wardoyo. Prasto. 2009. Gunung Kawi fakta dan mitos, Surabaya : Lingua Kata
PT Kawan Pustaka.
http/en.wikipedia.org/wiki/management
http://semarang.go.id/pariwisata/indeks.php.option=com.contenstask
Malam itu juga, istri Ki Ageng Pengging yang melahirkan bayi laki-laki yang
tampan. Bertepatan dengan itu hujan deras, orang yang mendalang disuruh
kepada Ki Ageng Pengging, adimas anakmu ini tampan sekali, aku punya
mengetahui. Anak ini aku beri nama Mas Karebet, karena lahirnya sedang
Waktunya sudah lebih 2 tahum. Sultan Bintara berpikir sudah jelas kalau Ki
Kudus berangkat dengan membawa tujuh sahabat, serta membawa bende kadi
desa Sima, Jimbungan, Derana, Aru-aru. Saat perjalanan sunan Kudus sampai
Pengging. Maka Dia pun menjatuhkan hukuman sebagai orang yang yang
sahabatnya yang hanya tujuh orang dilihat orang Pengging seperti dua ribu
serta bersenjata lengkap. Akan tetapi orang Pengging tidak takut. Mereka
mengamuk dan memukul bende bernama Kyai Udan Arum. Sunan Kudus
hari, Istri Ki Ageng Pengging wafat. Mas Karebet sebatang kara dan dirawat
tahun. Tampan, gagah, dan bentuk tubuh yang kekar halus kulitnya berwajah
ceria bagaikan emas yang diasah. Sangat gemar terhadap wayang, ikut
Karebet yang yatim piatu diambil anak oleh Nyai Ageng Tingkir, itulah
sebabnya ia lebih dikenal sebagai Jaka Tingkir. Ia sangat disayangi oleh Nyai
2
menjadi prajurit, dan ingin sakti tidak mempan oleh hujaman senjata. Jaka
Tingkir sering pergi ke hutan selama 3 hari baru pulang kadang 3 hari 3
jiwaku lebih baik kau bantu aku ke ladang mencangkul bersama pembantu
timur sungai. Juru sawah tahu bahwa tuannya datang, tetapi ketika saat
makan tiba, Jaka tidak ikut makan ingin menunggui sawah saja. Ketika itu
Sunan Kalijaga rawuh datang dari sebelah selatan sawah Jaka Tingkir sambil
berteriak-teriak begini, hai anak muda yang ada di sawah lekas pulang, karena
kau calon Raja yang menguasai tanah jawa ini, lebih baik kau mengabdi ke
Demak .
terhenyak. “lho itu kan kanjeng Sunan Kalijaga, aduh kau mendapatkan
sana, sekarang lebih baik kau kuserahkan kepada pamanmu saja yang
3
(Majapahit-Demak-Pajang)
Jaka tingkir diantar oleh dua orang santri menuju Demak, ,menemui
Ganjur, dua santri itu menyampaikan pesan Nyai Ageng kepada Ki Ganjur,
tapi aku tidak memastikan diterima atau tidaknya. Hal itu bergantung pada
nasib anak sendiri, kemudian kedua santri pulang. Jaka Tingkir selama ini di
Pada suatu hari ketika sang Sultan bersembahyang, keluar dari masjid
bersiap di tepi kolam, dia hendak menyingkir tetapi tidak bisa, sebab
kaget melihat hal itu, lalu menanyainya “Hai anak darimana dan anak siapa?
Ki Ganjur yang dekat Baginda Sultan menjawab : tuanku dia anak hamba,
anak dari desa putra Kyai Ageng Tingkir, saudara tua hamba. Kanjeng Sultan
sangat suka pada Jaka Tingkir karena tampan dan digdaya. Lama-lama dia
diambil sebagai putra, diberi hak asuh ke dalam istana serta dijadikan lurah
tamtama. Jaka dikenal oleh orang senegara Demak. Setelah cukup lama, sang
4
raja ingin menambah prajurit tamtama 400 orang lagi. Kerajaan merekrut dan
memilih para pemuda dari kota dan pedesaan. Salah satu tesnya adalah diadu
Awuk tadi lalu ke Demak, ingin menjadi prajurit tamtama. Lalu disampaikan
kepada Jaka Tingkir. Jaka Tingkir kurang suka melihat tampang orang itu,
sebab berangasan dan kurang sopan. Lalu ditantang oleh Jaka Tingkir. Krena
keris. Jawabnya mau. Ki Dadung Awuk lalu ditusuk oleh Jaka Tingkir.
dengan keris. Jenazah Ki Dadung Awuk terluka parah. Jaka Tingkir semakin
terkenal kesaktiannya.
sangat marah, karena Kanjeng Sultan terkenal sebagai raja yang adil. Maka
Jaka Tingkir lalu dijatuhi hukuman diusir dari negeri Demak. Kanjeng Sultan
memberi diyat kepada ahli waris Ki Dadung Awuk sebanyak lima ratus real.
Adapun Jaka Tingkir lalu pergi dari negeri Demak. Mereka yang melihat
Tingkir sangat malu karena kesalahannya itu. Ia malu bertemu dengan orang
5
Demak. Ia begitu masgul. Ia putus asa dan ingin mati saja. Perjalanannya ke
arah timur laut. Menuju hutan besar, tidak tentu arah tujuannya karena
bingung hatinya.
Di tengah hutan, ia berjalan tanpa arah dan tujuan sampai lima bulan.
Pengging yang sudah mati. Kalau kamu jadi putranya pantas. Akan tetapi
kamu tampan dan gagah. Ki Ageng Pengging dulu agak lebih tinggi sedikit.
Cepat jawablah. Dari mana asalmu?” Jaka Tingkir berkata, “Kalau mau tahu,
segera memeluk Jaka Tingkir sambil berkata, “Ada apa, anakku, kamu kok
ada di tengah hutan begini?” Jaka Tingkir lalu menceritakan dari awal sampai
diberi tahu, kalau Jejaka ini adalah anak Ki Ageng Pengging. Ki Ageng
waktu lalu aku ke Pengging, akan tetapi kamu tidak ada, sudah dibawa ibumu
begitu. Thole, terimalah dengan lapang dada. Semua tindakanmu yang tidak
6
benar, itu sudah takdir Allah, dan sudah lumrah orang yang akan mendapat
Jaka Tingkir. Jaka Tingkir sangat berterima kasih. Jaka Tingkir tinggal dua
Ageng Butuh berkata, “Thole, karena sudah antara tujuh bulan kamu pergi
dari Demak, maka kamu dapat kembali ke Demak, atau pulang ke Tingkir
terhadap kamu. Aku yakin, lama-lama kamu dicari di mana tinggalmu.” Jaka
Tingkir patuh lalu berangkat sendirian. Setibanya di pinggir kota Demak, lalu
perginya sudah lama, apakah Kanjeng Sultan sudah pernah bertanya tentang
dirinya. Jawab para tamtama, Sang Raja belum pernah bertanya. Mendengar
hal itu Jaka Tingkir sangat susah hati. Ia lalu pamit kepada teman-temannya,
mendengar suara yang sangat jelas, “Thole, pergilah kamu ke arah tenggara.
Dekat Desa Getas Ali ada orang tinggal disitu, namanya Ki Buyut Banyu
orang bertapa, bernama Ki Jaba Leka – masih trah Majapahit. Ki Jaba Leka
punya anak satu laki-laki, tampan wajahnya, bernama Mas Manca. Ki Mas
Manca tadi pergi dari Caltujuh, hendak bertapa ke pesisir selatan. Tapi ia
berhenti di sebuah telaga yang berwarna biru, lalu diambil putra oleh Ki
supaya segera mendapat derajat. Sebab Ki Buyut tahu kalau Mas Manca tadi
akan menjadi pendamping raja. Ketika itu, Ki Buyut berkata kepada Ki Mas
Manca. “Kulup, cpelan rajamu hampir sampai disini. Kalau sudah tiga bulan
di Banyu Biru, berarti sudah hampir menjadi raja. Kelak akan beristana di
Pajang. Raja itu sangat sakti, ditakuti para musuh. Kratonnya terhormat. Ia
Tingkir dan Mas Manca. Sesudah genap tiga bulan, Ki Buyut berkata kepada
Jaka Tingkir, “Ngger, sudah saatnya kamu menghadap lagi kepada Kanjeng
Sultan. Mumpung ini musim hujan, beliau mesti istirahat di Gunung Prawata.
kuberi syarat agar bisa disapa oleh Kanjeng Sultan. Tanah ini berikan Kerbau
8
Danau. Kerbau pasti akan mengamuk ke Prawata. Orang Demak tidak ada
yang bisa membunuh. Kalau sudah begitu, Kanjeng Sultan akan menanyakan
buanglah dulu. Kerbaui tu pasti bisa kamu bunuh. Dan kamu kuberi teman
serta keponakanku, Putra Buyut Majasta, namanya Ki Wila. Tiga orang itu
naik getek. Ki Buyut Banyu Biru mengantar sampai dipinggir sungai, sambil
Majasta, mereka menginap disitu selama tiga hari, lalu berangkat. Ki Majasta
tidak ikut. Getek berjalan lagi sampai di bengawan picis. Empat sekawan tadi,
dua orang mengayuh, yang dua di depan. Setelah pukul empat sore sampai di
dua ratus buaya, mengejar getek. Maka terjadilah perang dengan Mas Manca
di daratan. Patih Jalu Mampang beserta tujuh puluh buaya mati, dipukuli
dengan kayu-kayuan oleh Mas Manca. Jaka Tingkir masuk ke dalam air
seperti di daratan saja. Ia membunuhi banyak buaya. Baya, raja buaya yang
mengantar perjalanan Jaka Tingkir di air dan berjanji akan memberi satu
ini disunggi empat puluh buaya. Mereka tinggal enak-enak naik getek. Kayuh
dan bilahnya dibuang. Waktu malam hari, mereka sampai di Butuh. Getek
kaget melihat pulung kraton, jatuh dari arah barat laut, jatuh di sungai tempat
Setibanya di pinggir sungai, Ki Ageng tidak ragu lagi melihat Jaka Tingkir,
tinggal dimohonkan kepada Allah, agar mendapat cinta kasih Sang Raja. Ia
dinasehati tentang laku yang nista dan utama. Banyak-banyak nasehat dua
orang Kiai tadi kepada Jaka Tingkir. Jaka Tingkir sangat bersuka hati serta
siap menjalankan ajaran itu. Jaka Tingkir kemudian pamit berangkat beserta
desa Bulu, daerah Majenang, kemudian naik ke darat. Buaya di suruh kembali
berjalan darat. Sejak saat itu desa Bulu diganti menjadi Desa Tindak.
mencari Kerbau Danu. Setelah ketemu, lalu diberi tanah dari Majasta. Kerbau
Para Prajurit tamtama itu sudah diajari menempeleng kepala banteng, sekali,
kerbau, seorang demi seorang bergantian. Akan tetapi tidak ada yang bisa
memukul hancur kerbau tadi. Malah banyak yang terkena tanduk, dan
terinjak-injak. Kerbau itu mengamuk sampai tiga hari tiga malam. Kalau
matahri terbenam, kerbau itu kembali ke hutan. Kalau pagi hari mengamuk
hari Kanjeng Sultan melihat dari panggung. Ketika itu Kanjeng Sultan
melihat kerbau itu mengamuk lagi. Belliau segera berkata kepada hambanya
yang bernama Jebad, “Jebad, Aku seperti melihat itu Si Tingkir, bersama tiga
orang baturnya. Iya. Aku tidak pangling. Tanayailah, apakah ia berani aku
11
adu dengan Kerbau yang mengamuk itu. Kalau si Tingkir bisa membunuh
kerbau itu, aku ampuni dosanya yang sudah-sudah.” Jaka Tingkir begitu
mengepung kerbau itu serta disuruh untuk menyoraki Jaka Tingkir beradu
dengan kerbau dan disuruh menabuh gamelan monggang. Sang Raja melihat
pertarungan dengan kerbau itu. Kerbau itu menerjang. Jaka Tingkir ditanduk,
diterjang, akan tetapi tidak mempan. Tanduk dan ekor kerbau itu dipegang
dan ditarik. Kerbau jatuh tergeletak, tanah syarat dari Banyu Biru keluar.
Kerbau itu pun mati terkapar. Semua yang melihat senang. Demikian
Demak.
darah. Ki Ageng Sela kemudian ditolak menjadi tamtama, karena takut darah.
Ki Agneg Sela sangat malu, lalu kembali. Ia marah dan mengumpulkan para
12
pemuda Sela. Ia marah dan mengamuk istana Demak. Ki Ageng naik kuda,
diiring kawan-kawannya juga naik kuda, dan masih banyak pula yang jalan
Demak, lalu dipanah oleh Sultan Bintara. Kuda Ki Ageng terkena panah
Kukira, tidak bisa ia menjadi raja. Tapi tak tahulah di belakang hari.”
laki-laki, bernama Pangeran Timur. Jaka Tingkir, setelah sudah menikah, lalu
diangkat sebagai bupati Pajang, diberi tanah empat ribu karya. Ia menghadap
ke Demak tiap tahun. Tidak lama kemudian Pajang sudah gemah raharja,
Pesisir, Manca Negara, Bang Wetan dan Pesisir Barat semua sujud, tidak ada
menjadi Adipati Demak adalah anak Sultan Kedua, bernama Sultan Prawata.
Ia tunduk dengan Adipati Pajang. Anak Sultan Trenggana yang bungsu, yang
Ada sebuah cerita lagi, pada masa Sultan Demak ini, Ki Ageng Sela
Waktu itu menjelang Asar. Setibanya di sawah ia lalu mencangkul. Baru saja
Ageng tahu, kalau orang ini adalah perwujudan petir. Maka segera
istrinya petir yang dipenjara tadi. Petir yang dipenjara ketika mendapat air,
lalu menggeleger lagi, penjara besi hancur seketika, dua petir itu menghilang.
Istrinya cantik. Ia ditanggap oleh Ki Ageng Sela. Kyai Ageng melihat istri
dalang itu jatuh hati. Dalang Ki Bicak lalu dibunuhnya. Wayang dan Bende
pusaka serta istrinya diambil oleh Ki Ageng Sela. Ki Ageng begitu mendapat
Bende, tidak jadi suka kepada istri Dalang Ki Bicak. Ia jatuh hati pada Bende
Kalijaga, Bende tadi akan menjadi pusaka keraton, serta akan menjadi
pasti akan menang. Kalau ditabuh tapi tidak berbunyi, pertanda akan kalah
perangnya.
masih kecil di dekat tanaman waloh. Ki Ageng memakai kain cinde, tidak
kembali, menaruh putranya. Akan tetapi orang yang mengamuk itu keburu
Ageng terserat batang waloh. Ia jatuh terlentang. Kain cindenya lepas dari
Ketiga Nyai Ageng Bangsri, keempat Nyai Ageng Jati, kelima Nyai Ageng
Patanen, keenam Nyai Ageng Pakis Dadu dan bungsunya laki-laki bernama
Pemanahan. Ia dikawinkan dengan anak Nyai Ageng Saba yang sulung. Anak
bungsu Nyai Ageng Saba adalah laki-laki bernama Kyai Juru Martani. Jadi Ki
Pemanahan tadi dengan Kyai Juru Martani adalah saudara Ipar. Ki Ageng
15
Martani. Mereka menjadi saudara yang sangat rukun. Ketiga orang tadi
kemana saja tidak berpisah. Mereka lalu berguru kepada Sunan Kalijaga,
bersamaan dengan Sultan Pajang. Atas inisiatif Sunan Kalijaga, Sunan Pajang
dipercaya mengatasi segala persoalan negeri Pajang, dan disebut kakang oleh
dan Ki Pemanahan. Sedang yang menjadi patih Pajang adalah Ki Mas Manca.
Sultan juga dibantu oleh para Tumenggung Manca Negara. Ki Wila dan Ki
perempuan masih kecil. Ketika itu kanjeng Sultan Pajang belum berputra.
Anak Ki Pemanahan yang bernama Raden Bagus tadi diambil putra sulung
16
oleh Sultan Pajang. Ia sangat dikasihi, seperti anaknya sendiri. Waktu itu
oranng jawa banyak berguru agama Islam dan ilmu kadigjayaan serta
keteguhan. Guru yang terkenal ada dua, pertama Kanjeng Sunan Kalijaga,
dan kedua Kanjeng Sunan Kudus. Sunan Kudus memiliki murid tiga orang,
satu Arya Penangsang di Jipang, kedua Sunan Prawata, dan ketiga Sultan
Pajang. Yang paling dikasihi adalah Pangeran Arya Penangsang. Pada waktu
melawan guru itu hukumnya apa?” Arya Jipang menjawab pelan, “Hukumnya
dibunuh. Tapi saya belum tahu, siapa yang punya niat demikian itu.” Sunan
abdinya masuk. Setelah melihat kedatangan abdi itu, sunan Prawata bertanya,
Akan tetapi aku saja yang kau bunuh, jangan kau ikutkan orang lain.”
tembus sampai punggung. Lalu dada istrinya. Sunan Prawata melihat istrinya
kepada abdi yang bernama Rangkud itu. Rangkud terkena ujung keris, roboh
17
ke tanah dan mati. Sunan Prawata dan Istrinya juga tewas. Pada waktu itu
tahun 1453
karena ayah Arya Penangsang telah dibunuh oleh Sunan Prawata. Ketika baru
bernama Surayata. Ki Surayata lalu dibunuh oleh seorang Sunan teman ayah
Jawaban Sunan Kudus, “Kakangmu itu sudah hutang pati terhadap Arya
prihatin.
bersumpah, tidak mau memakai kain selama hidup, kalau Arya Jipang belum
18
mati, dan janji siapa yang bisa membunuh Arya Jipang, Ratu Kalinyamat
sekarang sudah mati dan istrinya menangis-nangis. Tapi belum lega hatiku,
kalau kamu belum bertahta menjadi raja tanah Jawa. Dan kalau masih ada
adikmu Sultan Pajang, kukira kamu tidak bisa jadi raja, sebab itu yang
menyulitkan.”
rahasia), sangat susah hatinya. Ia lalu memberi tahu Sunan Kudus, kalau
dengan alasan, akan diajak bermusyawarah tentang ilmu. Kalau sudah disini,
mudahlah itu.”
menerima perintah Sunan Kudus, karena artinya diperintah oleh guru. Beliau
kemudian bersiap-siap
diperintah oleh Sunan Kudus ini tidak akan diajak musyawarah bab ilmu.
Menurut pikiranku, ini ada hubungannya dengan pencuri dulu itu. Maka
19
adalah putra sulung Sultan Pajang, yang diberi nama Raden Ngabehi Loring
Pasar, serta dijadikan Lurah Prajurit Tamtama. Prajurit Pajang telah siap.
Sultan Pajang lalu berangkat bersama prajuritnya. Akan tetapi Sultan Pajang
alun. Lalu ia memberi tahu kepada Sunan Kudus. Sunan Kudus lalu
Adapun Sultan Pajang tadi sudah menerima utusan Sunan Kudus, disuruh
duduk di sitinggil dengan Arya Penangsang. Sultan Pajang lalu duduk pula.
lama saya tidak bertemu dengan kamu. Sekarang kita ada disini. Keris apa
yang kamu pakai sekarang?” Sultan Pajang menjawab, “Keris saya yang
20
lama.” Arya Penangsang berbicara lagi, “Mana, Adik? Saya ingin melihat
Penangsang, masih bagusan keris saya ini. Melebihi yang Kakang lihat itu.”
juga bagus, masih ampuh pun Kyai Crubuk. Luwang-nya yang jadi sekali
duduk dengan keris terhunus. Sunan Kudus segera mendekati sambil berkata,
“Ini ada apa, mengapa kok menghunus keris segala? Apa akan blantikan, apa
akan tukar keris? Cepat masukkan ke sarungnya, tidak baik dilihat orang
membuat janda.” Sultan Pajang membalas, “Memang belum saatnya aku mau
kepada Ratu Kalinyamat, kalau Sultan Pajang ingin bertemu. Kata Ratu
kalau aku tidak bisa menemui langsung. Persilahkan duduk di luar gerbang
saja.” Dayang yang diperintah tadi segera menyampaikan pesan itu kepada
Sultan Pajang. Sultan Pajang dan ketiga kawannya lalu masuk, duduk di luar
Gunung Danaraja serta tidak berkain. Apa yang menjadi kesusahan hati
Aku tidak memakai kain, kalau si Arya Jipang belum mati. Meskipun aku
Jipang, sebab ia sangat sakti dan kuat.” Ratu kalinyamat berkata, “Adimas,
siapa yang bisa mendengar tangis Mbakyumu ini, kecuali kamu? Apakah
Sultan Pajang, “Kalau menurut saya, sebaiknya dipikir dahulu. Adimas Prabu
sebaiknya sanggupi dulu, nanti malam kita bicarakan lagi. Besok pagi
Adimas Sultan Kemari lagi.” Sultan Pajang menurut. Ia lalu berkata, “Baiklah
Mbakyu. Akan aku pikirkan semalam ini.” Ratu Kalnyamat berkata, ”Iya,
lalu ditanyai, “Adimas Pemanahan, ada apa lagi, kok ke sini lagi?” Ki
cara minta tolong kepada Kanjeng Sultan Pajang. Ketika tadi saya melihat
dua dayang putri Sampeyan yang cantik-cantik itu, besok pagi suruhlah
Arya Jipang. Apalagi kalau putri tadi sampeyan berikan . hanya ini usul saya
pasti tidak kekurangan akal. Abdi Sampeyan para Bupati ditanyai, siapa yang
bisa membunuh Arya Jipang, sampeyan ganjar Negeri dan raja Brana.
Sultan Pajang sangat lega hatinya. Ia lalu berkata, “Kakang, nanti malam kita
Danaraja. Setibanya disitu, Sultan Pajang kaget melihat dua putri cantik,
duduk di kiri kanan gerbang. Sultan Pajang sangat terpesona hatinya. Ia lalu
menoleh bertanya kepada Ki Pemanahan, “Kakang, dua orang itu istri siapa,
kok cantik sekali. Saya belum pernah melihat.” Ki Pemanahan berkata, hanya
putri, meskipun yang lain pasti diberikan, kalau Adimas Prabu bisa
memenuhi permintaannya.”
Penangsang. Akan tetapi dua putri ini saya minta, itu lho yang duduk dekat
gerbang.” Ratu Kalinyamat berkata, “Adimas, jangankan dua orang putri itu,
Keduanya lalu maju, duduk menunduk. Sebenarnya, dua putri ini sudah
bersuami. Yaitu Kajineman di Prawata. Setelah menerima dua putri itu, lalu
mesti mati oleh saya.” Ratu Kalinyamat berkata, “Baik, Adimas, siapa yang
Adapun Kajineman yang punya istri tadi waktu malam hari berniat
orang kajineman. Waktu itu Sultan sedang tidur, lalu dihujani senjata oleh
empat orang kajineman itu. Akan tetapi tidak mempan. Ketika Sultan bangun,
memberi hadiah daerah Pati dan Mataram. Akan tetapi para Bupati dan
25
menteri tidak ada yang sanggup, sebab takut melawan Arya Penangsang.
yang bisa membunuh arya penangsang, mesti dihadiahi pati dan Mataram.
Akan tetapi para buapati dan menteri takut semua, jadi belum ada orang yang
mempunyai kesanggupan.”
dan Ki Penjawi manyanggupi. Sebab negeri pati dan mataram sayang sekali,
kalau sampai jatuh ke tangan orang lain.” “Ki Juru, mudah orang menerima
jawab Ki Pemanahan.
kalau botohnya bisa, mesti jagonya menang. Demikian juga orang perang,
kalau bisa mengatur senopatinya, mesti perangnya menang. Karena saya tahu
watak Arya Penangsang, sangat berangasan dan mudah panas hati. Begini
dengan saudara sampeyan semua. Mesti mati. Kalau kamu setuju dengan usul
26
saya ini. Besok pagi, aku menghadap Sultan. “Ki Pemanahan dan Ki penjawi
Esok paginya, empat orang itu lalu menghadap. Para bupati menteri
“Saya dan Adimas Penjawi sanggup membunuh Arya Jipang. Adimas Prabu
saksikanlah dari kejauhan saja. Yang mengahdapi perang saya sendiri dan
saudara saya. Apabila Adimas Prabu kelihatan oleh Arya Penangsang, mesti
hanya Adimas Prabu yang dikejar, tidak melayani orang banyak. “Mendengar
Kakang. Kakang sendiri yang sanggup membunuh Arya Jipang. Negeri Pati
saja. Saya dan saudara saya sendiri saja yang maju perang.” Sultan menuruti
kata Ki Pemanahan.
Pemanahan dan Ki Penjawi dan Ki Juru, lalu pergi tanpa pasukan menuju
tempat para pencari rumput, mencari tukang rumput. Ada seorang pektik atau
tukang rumput satu orang yang terpisah. Lalu ditanyai oleh ki pemanahan,
untuk Adipati Jipang. Sayalah yang mencarikan rumput untuk kudanya yang
kamu, telingamu itu aku minta satu.” “Aduh, paduka ini siapa, telinga kok
diminta. Lebih baik paduka ambil keranjang dan pisau sabit ini. Pasti saya
berikan.”
Pemanahan. Meskipun paduka beli, tidak saya berikan. Saya tidak kepingin
uang. Seumur saya belum pernah melihat orang menjual telinga.” Pilih mana,
kemudian diberikan uang lima belas real. Telinganya terpotong sebelah. Yang
saya berkata, “Sebab berita tidak baik,” jawab Ki Mataun. Ki Mataun berkata
demikian sebab tau watak gustinya, kalau sangat beranngasan dan nekad.
takut-takut.”
Ki Mataun belum mau berkata, diam saja. Tiba-tiba pekatik tadi lepas
dari pegangan para prajurit, lalu nyelonong masuk, menghadap di depan sang
diluar tadi, tukang rumput paduka, dipotong telinganya sebelah, dan dikalungi
surat.”
ayo, perang satu lawan satu, jangan membawa prajurit. Seberangilah sungai
perang, serta menyuruh agar kudanya yang bernama gagak rimang diambil. Ia
semakin marah saja. Seperti dikipasi. Kemudian ada saudara muda Arya
diam, jangan cerewet. Aku tidak takut. Sudah semestinya orang perang itu
menghardik keras, “Pergi sana! Aku tidak mengajak kamu, sebab kamu
kembali dengan sakit hati. Ki Mataun mengejar, tapi tidak terkejar, sebab
sudah tua dan punya sakit jantung. Perjalanan Arya Jipang sudah sampai
barat dekat sungai. Mereka melihat Arya Penangsang datang sendirian. Orang
sesela suka hatinya. Arya Penangsang berteriak, “Hai, orang Pajang, siapa
sesela menjawab, “Gusti kami Sultan Pajang yang membuat surat kepadamu.
basah. Kuda Arya Penangsang sudah hampir sampai di tepi barat. Lalu
dihutani senjata oleh orang Sesela. Ada tombak, ada panah, akan tetapi tidak
dampai di tengah barisan orang Sesela. Banyak yang roboh, diterjang oleh
kuda Arya Penangsang. Kuda lalu menerjang dan menggigit. Orang sesela
banyak yang terluka dan mati. Arya Penangsang marah sambil berkata, “Si
Karebet ada di mana, kalau berani lawan aku! Mana batang hidungnya tidak
Pajang.
tombak dari kiri, kanan, depan dan belakang. Arya Penangsang terluka
semakin marah. Prajurit Sesela semakin banyak yang terluka dan mati. Raden
Ngabehi Loring Pasar segera maju menerjang ap dengan naik kuda yang
nabrak. Kuda yang dinaiki Raden Ngabehi malah lari mmenjauh. Raden
Ngebehi hampir saja jatuh, lalu ditarik tali kekang kuda itu. Setelah kudanya
berhenti, Raden Ngabehi segera turun sambil menuntun kuda. Raden Ngebehi
berkata, “Besok seketurunanku, kalau perang, jangan ada yang naik kuda
didepanku? Lebih baik mundur saja, dari pada mati. Panggilah si Pajang,
kalau berani hadapi aku satu lawan satu.” Akan tetapi, kuda yang dinaiki
kalau Gustinya serta Ki Mataun sudah tewas. Raden Ngabehi berteriak sambil
tangannya menunjuk dari sebelah barat sungai, “Hai, orang Jipang, ketahuilah
bendaramu dan patihmu sudah pada tewas binasa. Lihatlah ini kepalanya.
Yang akan kalian rebut apa? Lebih baik, menyerahlah kepadaku. Adapun Ki
Mataun memang pantas kalau dia bela mati, karena selama hidupnya ikut
iindah dan sebagainya. Pasti tidak akan dihadiahi negara, sebab Raden
Ngabehi ini masih anakanak, pasti suka pakaian yang bagus-bagus. Kedua, ia
sudah diambil anak pertama oleh Kanjeng Sultan, maka pastilah Kanjeng
33
Sultan hanya akan menghadiahi sekehendak hatinya saja. Lain kalau kamu
yang mengaku serta Ki Penjawi, pasti jadi menerima hadiah negeri Pati dan
Mataram.”
sangat senang hatinya, serta menurut. Raden Ngabehi juga setuju dengan
serta membawa tawanan dari Jipang yang sudah menyerah. Kanjeng sultan
sangat suka. Ia lalu bertanya kepada menteri Jipang, “Menteri Jipang, Si Arya
ada dimana?”
menunggu pasukan, akan tetapi ia malah dimarahi. Arya Mataram sakit hati,
lalu pergi. Saya tidak tahu kemana perginya.” Kanjeng Sultan berkata kepada
Adapun hadiahku adalah negara Pati dan Mataram. Bagilah sendiri dengan Ki
Penjawi. Karena Kakang yang lebih tua, saya sarankan agar memilih terlebih
mengalah saja. Saya memilih yang masih hutan saja. Adimas, saya di
Mataram saja, yang masih hutan belantara.” Sultan berkata lagi, “Kalau
34
juga. Negara Pati tatalah baik-baik. Adapun Negara Mataram besok, kalau
saya sudah kembali ke Pajang, akan saya berikan kepada Kakang Pemanahan.
Dan lagi Kakang Pemanahan, Kakang jangan pulang bersam saya. Tolong
Kakang ke Danaraja dulu memberi tahu Kakang mbok, kalau ap sudah mati.
Allah selamat dunia khirat. (dari Makam Butuh- Sultan Hadiwijaya) Butuh,
APENDIK II
HASIL WAWANCARA I
Informasi : Widodo
Jabatan : Peziarah
Hari/ tgl : 25 oktober 2010
HASIL WAWANCARA II
Informasi : Risky Aditya
Jabatan : Pelajar
Hari/ tanggal : 26 oktober 2010
HASIL WAWANCARA IV
HASIL WAWANCARA V
Informasi : Endri
Jabatan : Peziarah
Hari/ tanggal : 29 oktober 2010
HASIL WAWANCARA VI
Informasi : Mahendra
Jabatan : Pelajar
Hari/ tanggal : 30 oktober 2010
NIM : 1104039
Jenjang pendidikan